banyak korteks yang tersisa. Hal ini menandakan proses yang pendek untuk setiap episode
pemangkasan, tetapi besar dari segi jumlah support yang diproduksi (kurang beraneka ragam)
dengan cepat. Kami akan membahas kembali tujuan-tujuan metode pangkasan dan investasi
teknologis setelah studi batu inti pada akhir bab ini.Pada musim ekskavasi 1992-1995 di Song Keplek, berat himpunan artefak dari kotak
F8 yang diteliti mendekati 20 kg batu rijang, termasuk sekitar 20% yang merupakan batu inti.
Artefak litik dari kotak B6 meneapai berat sekitar 30 kg, termasuk 13% batu inti. Adapun di
kotak D3, berat batu inti meliputi 15% dari berat total yang mendekati 40 kg. Jelas bahwa
jumlah dan berat dari batu inti (dalam persentase) perlu dibandingkan dengan besamya.
Di Song Keplek, area seluas 12 m2 yang digali dengan kedalaman sekitar 1 meter te1ah
menghasilkan 90 kg batu rijang yang dipangkas oleh manusia prasejarah. Berat keseluruhan
batu inti dari kotak F8, B6, dan D3, hanya merupakan 16% dari 90 kg batu rijang ini.
Song Keplek merupakan situs perbengkelan di mana manusia prasejarah memangkas
banyak batu rijang untuk dijadikan alat. Pada situs tersebut ditemukan artefak dari semua
tahapan operasional, mulai dari bongkahan mentah yang dibawa hingga penggunaan dan
pembuangan alat-alat.
Tetapi situs seperti ini tergolong komp1eks, karena memiliki banyak fungsi seperti
konsumsi dan pengolahan daging (perapian, tulang-tulang yang dipatahkan, tulang hangus,
dU.). Hanya analisis-analisis teknologis fungsional, arkeozoologi atau tata ruang yang dapat
menjelaskan kegiatan tersebut.
1.2) Serpih-Serpih Kotak F8
Serpih hasi1 pemangkasan yang diteliti berjumlah 492 buah (11 % dari jumlah total
himpunan temuan F8) dan merupakan produk yang tidak diseleksi oleh manusia prasejarah
untuk dibentuk menjadi alat.
Jumlah keseluruhan artefak yang dikumpulkan dalam kotak F8 meliputi 4.401 buah,
hampir 56% di antaranya merupakan buangan: peeahan-peeahan, serpih yang tidak
teridentifikasi, dan lain-Iain. Artefak-artefak yang banyak ini sebagian besar merupakan hasi1
ayakan dalam ekskavasi, sementara sisanya merupakan temuan tereatat, yang letaknya (x,y,z)
terekam sewaktu ekskavasi. Pada umumnya temuan tereatat adalah artefak yang memiliki
atribut lengkap, sementara temuan ayakan eenderung sebagai artefak yang tergolong keeil atau
peeahan-peeahan yang tidak teridentifikasi.Dengan mempertimbangkan tujuan si pemangkas, teknik pemangkasan (pangkasan
langsung dengan batu keras), metode pemangkasan yang digunakan (yang sama sekali tidak
memproduksi serpih-serpih kecil atau bilah-bilah kecil memanjang), alat-alat yang dihasilkan
yang umumnya dari support yang cukup panjang dan tebal, serta batu inti yang re1atifkasar, kami
beranggapan bahwa kurang tepat jika mengelompokkan semua serpih berukuran kurang dari
20 mm ke dalam kategori produk pangkasan yang dijadikan bahan analisis teknologis yang
mendetail. Oleh sebab itu hanya beberapa serpih yang bagus dan mempunyai skema diakritis
eksplisit yang dimasukkan ke dalam tabel-tabel data morfometris umum (lih. kategori = sangat
kecil).
Namun, artefak-artefak berukuran kurang dari 20 mm ini merupakan bagian dari satu
"kesatuan", yakni keseluruhan aktivitas manusia. Temuan-temuan ini telah dijum1ahkan
dengan temuan yang berasal dari pengayakan dan dengan bermacam bentuk sisa 1ainnya
(buangan atau débris, temuan tidak teridentifikasi, temuan yang patah, dU.). Keseluruhan
temuan (3.534 buah) telah disortir, sehingga kami berhasil menentukan sejumlah alat
berukuran sangat kecil yang memiliki retus halus atau jejak-jejak pakai.
Data Morfometris Umum
Support yang dihasilkan separuhnya berukuran cukup kecil, bahkan kecil: 61 % dari
semua temuan mempunyai panjang antara 20-40 mm dan 32% mempunyai panjang antara 40-
60 mm. Indeks kepanjangan (P/L) menunjukkan bahwa 80% support cenderung memanjang
(laminer). Hal ini mencerminkan pemangkasan serpih dengan teknik langsung memakai batu
keras dengan pangkasan tangensial pada sumbu panjang bongkahan, tetapi tidak mengkait
dengan pemangkasan laminer.
Ketebalan artefak cukup bervariasi: dari yang cukup tebal (sekitar 36%) hingga yang
cukup tipis (25%). Kami hampir tidak menemukan artefak yang sangat teba1 (0,2%) dan hanya
22% yang berukuran tebal. Pengamatan ini tentu saja harus dikaitkan dengan morfo1ogi yang
memanjang dari serpih-serpih yang dihasilkan.
Ciri-ciri Dataran Puku1 (Aspek, Ketebalan dan Teknik)
Pengamatan pada dataran puku1 menunjukkan dengan jelas teknik pemangkasan yang
digunakan, dalam hal ini pangkasan 1angsung dengan batu keras. Sudut kemiringan rata-rata
antara dataran pukul dan bidang ventral adalah 105°.
Hampir separuh dari kese1uruhan serpih memiliki dataran pukul yang datar dengan titik
pukul yang jelas dan bu1bus yang menonjol. 16% di antaranya memi1iki korteks. Dataran pukul
datar ini memperlihatkan 70% beraspek tebal, da1am arti memiliki 1ebar me1ebihi 5 mm.
Kami telah mengamati bahwa 15% dataran pukul tidak ada atau sulit ditentukan
karena sering kali patah. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan teknik pemangkasan
yang mengakibatkan benturan-benturan keras pada batu rijang yang tidak se1alu sangat
terkersikkan.
Besamya dan Posisi Korteks
Zonasi ke1etakan korteks bersifat menentukan, terutama dalam ha1 pemangkasan
singkat yang cenderung menghasilkan support yang sebagian besar berkorteks: sebuah jenispemangkasan yang kami pandang sebagai pemangkasan tipis dengan satu atau dua episode
pemangkasan.
Dari 492 serpih yang berasal dari kotak F8, hampir 65% di antaranya berkorteks dan
sekitar 33% tidak berkorteks (pangkasan mumi).
Terdapat 16% support yang seluruhnya berkorteks, semuanya merupakan serpih
primer. Juga terdapat kurang lebih 40% temuan berkorteks di bagian distal atau lateraI. Data
ini memperlihatkan bahwa arah pemangkasan eenderung bersifat unipolar.
Analisis Diakritis Support
Pengamatan skema diakritis pada setiap artefak berhasil mengungkapkan orientasi
pilihan dalam pemangkasan. Dari pengamatan tersebut kami dapat memastikan bahwa tidak
ada alat yang bereiri Levallois dalam himpunan yang dianalisis.
Dapat diamati bahwa 65% support memiliki j ejak pangkasan atau pangkasan negatif di
bidang atasnya, yaitu dengan arah pemangkasan yang sama dengan sumbu panjang: artinya
merupakan pemangkasan unipolar. Jejak-jejak pangkasan ini terlihat sejajar atau konvergen.
Dalam hal ini terdapat standardisasi produksi yang berorientasi kuat pada tekno-tipe 1a, 1b, 1e,
dan 1d (Ilustrasi 41).
Serpih-serpih memiliki rangkaian jejak pangkasan yang searah dengan kepanjangan
artefaknya. Jumlah jejak ini terkadang tiga atau bahkan lebih.
Jejak-jejak pangkasan ini sering dibatasi oleh area berkorteks di bagian distalnya.
Keberadaan korteks yang banyak menunjukkan bahwa sesungguhnya tidak ada persiapan
bidang pangkasan. Kondisi ini menghasikan serpih-serpih hinged yang sangat sering dijumpai
dalam koleksi.
Dari segi eksperimental, ketika menghasilkan jenis-jenis support semaeam ini kita
dengan mudah mengamati keberadaan kontrol lateral dan distal serpih me1alui korteksnya.
Atas dasar itulah arah jejak-jejak pangkasan pada serpih terlihat begitu jelas tanpa perubahan
arah yang signifikan dari suatu support ke yang Iain.
Dari kenyataan ini, kami menyimpulkan bahwa pengulangan tekno-tipe unipolar selalu
berkaitan dengan sumbu pilihan yang tidak berubah dalam setiap pangkasan hingga
pengolahan maksimum dari bidang yang dipangkas. Jumlah jejak pangkasan tidak tentu, tetapi
arahnya se1alu homogen selama satu episode pemangkasan tertentu.
Serpih hasil pemangkasan pada umumnya berukuran lebih keeil (0% korteks) dan
kurang panjang. Sering kali lebar serpih tersebut lebih besar daripada panjang. Temuan ini
menunjukkan arah negatifpangkasan yang unipolar seperti halnya untuk pangkasan-pangkasan
sebe1umnya (Ilustrasi 42).
Serpih-serpih dengan arah yang berbeda jumlahnya sangat sedikit, yakni tidak sampai
10% dari keseluruhan serpih pada F8; bandingkan dengan 65% serpih denganjejak pangkasan
unipolar, seperti yang disebutkan di atas.
Dapat diamati juga serpih beraspek "Levallois" yang hanya merupakan 4% dari
himpunan temuan. Ciri khas temuan-temuan tersebut adalah jejak pangkasan dengan arah
yang bervariasi dan sering kali konvergen. Jenis artefak ini benar-benar eoeok dengan skema
eksperimental yang dihadirkan pada Bab III. Jenis temuan ini akan dijumpai lagi nanti ketika
batu inti diteliti.
Jumlah support tipe 2b yang khusus menunjukkan orientasi bipolar sangat sedikit,
yakni hanya 3%, sementara jumlah artefak "sudut" atau artefak "bergigir" tipe 2e terbatas tujuh
buah (Ilustrasi 43).Penting diamati bahwa dalam tabel ini, support yang dikelompokkan sebagai "tidak
teridentifikasi" (26%) ada 2 jenis:
- Artefak yang sulit untuk diamati dengan risiko kekeliruan yang cukup tinggi.
- Support tanpa pangkasan, dalam arti support yang seluruhnya berkorteks. Catatan ini
berlaku juga untuk tabel-tabel yang berkaitan dengan kotak-kotak Iain.
1.3) Serpib Kotak D3
Dari 7.750 buah artefak litik dan di antaranya 1.061 buah serpih (~ 20 mm), kotak 03
merupakan area penggalian yang paling kaya akan temuan.Hampir 50% artefak merupakan sisa-sisa yang berasal dari pengayakan atau tergolong sebagai
"buangan-tidak teridentifikasi", ditambah sejumlah alat dari pecahan, atau serpih kecil dengan
jejak pakai.
Pengamatan menunjukkan serpih dengan panjang tidak melampaui 20 mm mencapai
25% dari koleksi, sementara serpih dengan ukuran lebih panjang (1.061 buah) hanya 13,5%,
sementara alat-alat serpih tidak lebih dari 9%.
Persentase yang sangat berdekatan antara serpih hasil pangkasan dan serpih yang
terpilih untuk dibentuk menjadi alat (lihat analisis tipologis) akan membantu kita mengerti
tujuan skema produksi, lamanya pemangkasan dan orientasi sistem teknis (kualitatif atau
kuantitatif). Dari angka-angka ini, kami berpendapat bahwa produksi lebih mengarah kepada
perolehan support yang kurang bervariasi. Beberapa di antaranya telah diseleksi berdasarkan
sejumlah ciri khas yang sifatnya lebih morfometris (panjang, lebar dan ketebalan) daripada
morfoteknologis dan yang untuk selanjutnya diretus menjadi alat. Kekhasan morfoteknologis
berarti kekhasan spesifik pada kategori support yang dicari dan yang diinginkan pada waktu
rangkaian operasional, seperti serpih Levallois pilihan atau juga lancipan Levallois. Dalam
analisis teknologis, kami akan berusaha menje1askan mengapa di antara serpih-serpih
memanjang bersisi kortikal yang banyak, terdapat beberapa di antaranya yang diutamakan
untuk digunakan sebagai pisau berpunggung alami, misalnya.
Data-Data Morfometris Umum
Serpih-serpih tergolong berukuran kecil. Sebagian besar merupakan serpih kecil
dengan panjang antara 20-40 mm (63%). Serpih berukuran "cukup kecil" tidak melampaui
60 mm (30%). Support yang berukuran sedang (antara 60-80 mm) tergolong jarang (4%).
Terdapat proporsi yang tinggi dari modul-modul yang panjang (53%), dalam arti
support berbentuk memanjang, tetapi juga beraspek "laminer" (32%). Temuan ini jauh
melebihi bilah-bilah kecil (12%) menurut definisi yang dipakai oleh A. Leroi-Gourhan (1966)
Modullebar hampir tidak terdapat dalam himpunan temuan (2,6%).
Serpih-serpih yang cukup tebal mencapai 41 % dan yang tebal 20%. Serpih yang sangat
tebal hanya 0,6%, tipis 15% dan sangat tipis 1%.
Ukuran rata-rata panjang, lebar dan tebal hasil pemangkasan dari kotak D3 cukup
homogen, sama dengan hasil pemangkasan dari kotak F8.
Ciri-Ciri Dataran Pukul (Aspek, Ketebalan dan Teknik)
Kemiringan rata-rata antara dataran pukul dan bidang bawah (ventral) terletak di antara
90° dan 110°. Dataran pukul yang datar (66%) biasanya ditemukan pada serpih-serpih
berukuran di bawah 60 mm, sedangkan dataran pukul berkorteks lebih sering ditemukan pada
serpih-serpih berukuran sedang, antara 60-80 mm (11 %).
Dataran pukul bersudut (diedral) (1 %) dan dataran pukul meruncing (punctiform) (3,5%) lebih
sering ditemukan pada serpih berukuran kecil. Lebih dari setengah serpih (57%) memiliki
dataran pukul tebal dan jumlah dataran pukul yang patah cukup signifikan (15%).Besamya dan Posisi Korteks
Serpih yang berkorteks di bidang atas (dorsal) berjumlah paling banyak (63%),
sebagian merupakan serpih awal atau primer (12%) atau serpih yang separuh bidang
permukaannya tertutup korteks (Il %). Serpih yang tidak berkorteks mencapai 39% dari
jumlah keseluruhan artefak.
Frekuensi semacam ini sama dengan yang ditemukan di kotak F8. Kondisi ini
menginformasikan tentang:
- logika metode yang digunakan, yang tampak terbatas pada bagian luar dan lebih
memanfaatkan sifat cembung alamiah dari bongkahan;
- waktu pemangkasan yang pendek (pengulangan yang pendek);
- kenyataan bahwa batu inti-batu inti seharusnya sangat berkorteks dan kurang diolah.
Korteks atau sifat cembung alamiah dari bongkahan akan mempengaruhi ciri-ciri
morfologis dan ukuran serpih. Setiap serpih yang kurang lebih berkorteks seperti telah
ditentukan dan dikontrol oleh permukaan alami bongkahan yang digunakan sebagai salah satu
sumbu pemangkasan di antara yang lainnya.
Oleh karenanya, korteks akan memainkan peranan kontrol terhadap bagian distal
dan/atau lateral serpih dengan teknik unipolar, dan lebih jarang dalam teknik bipolar. Hal
ini mendapat konfirmasi dalam:
- frekuensi yang kuat dari serpih berkorteks pada ujung distal: hampir 38% serpihserpih yang mengikuti skema ini memiliki area berkorteks antara :::;25% dan 2:50%;
- proporsi yang tinggi dari artefak-artefak yang berkorteks pada sisi lateral dan yang
korteksnya sejajar atau tegak lurus pada satu atau sejumlah negatif pangkasan
sebelumnya (22,5%).
Korteks merupakan petunjuk mengenai:
-lamanya pemangkasan: umumnya singkat;
- arah pilihan pemangkasan: unipolar;
- kontrol lateral dan distal dari sifat cembung bagian luar selama fase pengolahan;
- tempat yang dibiarkan pada sisi tajaman untuk digunakan secara langsung
(contohnya pisau berpunggung) atau untuk pembentukan alat (penciptaan satu atau
beberapa kesatuan tekno-fungsional).
Dalam konteks ini pemangkasan diarahkan untuk menghasilkan artefak-artefak
yang berkorteks dalam jumlah yang besar. Dengan menempatkan area berkorteks pada bidang
dorsal berarti sudah memberi bayangan awal tentang analisis diakritis pada pangkasanpangkasan sebelumnya dan arah pangkasan-pangkasan tersebut (lihat tabel berikut).
Analisis Diakritis Support
Serpih yang termasuk dalam tekno-tipe la, lb, lc, dan Id dihasilkan dalam jumlah
yang besar (60%) (Ilustrasi 44).
Serpih tersebut memiliki tampilan yang serupa dengan punggung (lebih kurang masif)
yang berhadapan dengan tajaman, sehingga menciptakan irisan asimetris. Sifat asimetris yang
lebih rinci dapat diamati pada gambar-gambar mengenai peralatan (lihat gambar-gambar yang
menyertai analisis tipologis).
Dalam kelompok yang menunjukkan kesatuan teknologis yang sama (negatif
pangkasan searah) ini, di mana kriteria-kriteria teknisnya diulangi, dapat diamati
bahwa tekno-tipe 1a dan 1b merupakan mayoritas dengan persentase hampir 50%. Hal ini
memperlihatkan sedikitnya jumlah negatif-negatif pangkasan (paling banyak dua). Ini
merupakan bukti pengolahan yang kurang intensif, yang menjelaskan kehadiran yang
mencolok dari area berkorteks. Jenis kesimpulan ini sekali lagi perlu dibandingkan dengan
analisis dan deskripsi batu inti.
Setelah pengamatan diakritis artefak-artefak, kami dapat mengatakan bahwa sistem
produksi jelas berorientasi unipolar, meski terdapat juga serpih-serpih dengan pemangkasan
yang berbeda-beda: tekno-tipe 2a atau sentripetal (9%); tekno-tipe 2b atau bipolar (2%);
tekno-tipe 2c atau artefak "sudut" (2,5%) (Ilustrasi 45). Temuan-temuan yang masih belum
teridentifikasi berjumlah 281 buah atau 26% dari jumlah keseluruhan serpih di kotak D3.
1.4) Serpih Kotak B6
Kotak B6 adalah area yang paling sedikit menyumbangkan sisa-sisa litik setelah kotak
F8. Meskipun demikian, kotak B6 tergolong kaya akan sisa-sisa tulang (Simanjuntak et al.,
2004). Untuk pertama kalinya jumlah serpih yang dipakai atau diubah melalui peretusan untuk
dijadikan alat (653 buah) melebihi serpih yang panjangnya di atas 25 mm (407 buah).
Data Umum Morfometris
Dua pertiga dari support berukuran kecil, antara 20-40 mm. Dapat diamati bahwa support
dengan panjang sedang (2,5%) atau berukuran cukup kecil kurang terwakili (27,5%).
Meskipun ukuran serpih-serpih tergolong kecil, namun berdasarkan indeks kepanjangan dapat
dinyatakan bahwa produk tersebut cenderung memanjang (lihat: bentuk yang panjang dan
laminer = 86%) dan terkadang ukuran panjang melebihi ukuran lebar (12%). Terhitung sangat
sedikit artefak yang tergolong lebar (2%).
Variasi panjang (artefak kecil dan cukup kecil) menunjukkan produk yang relatif
standar. Lain halnya untuk ketebalan keenam kategori yang sangat berbeda. Bentuk yang
paling terwakili adalah artefak dengan ukuran yang cukup tebal (38%) di antara artefak
berukuran tebal (26%) dan cukup tipis (13%).
Ukuran panjang rata-rata 36 mm sehingga secara menyeluruh ditempatkan dalam
kategori artefak cukup kecil. Seperti juga produk kotak F8 dan D3, lebar dan ketebalan artefak
rata-rata 25 mm dan 10 mm.
Ciri-Ciri Dataran Pukul (aspek, ketebalan dan teknik)
Dataran pukul datar (63%) jelas melebihi dataran pukul berkorteks (12%). Jenis-jenis
dataran pukullainnya tidak menonjol. Kemiringan rata-rata antara dataran pukul dari bidang
bawah (ventral) adalah 110°.
Besamya dan Posisi Korteks
Sama seperti dua kotak sebelumnya, kebanyakan serpih hasil pemangkasan dari kotak
B6 berkorteks (68%) dengan sejumlah besar berupa serpih primer (21 %).
Serpih-serpih tanpa korteks hanya 32% dari jumlah keseluruhan himpunan artefak.
Ditemukan serpih berkorteks di bagian distal yang berperan sebagai keeembungan
alami (15%). Juga ditemukan banyak serpih berkorteks yang berfungsi sebagai kontrol lateral
(kecembungan lateral) pada saat pemangkasan (26,6%).
Dapat diamati bahwa 40% dari semua serpih kotak B6 menunjukkan salah satu area
berkorteks yang disebut di atas. Area tersebut tidak bersifat arbitrer karena telah ditentukan
sebelumnya melalui satu atau beberapa gerak teknis.
Artefak-artefak berkorteks di bagian proksimal sebagai hasil pemangkasan bipolar,
berjumlah sedikit (4%) tepat seperti artefak berkorteks yang terletak di bagian tengah (mesial).
Masuk akal bahwa artefak terakhir ini merupakan hasil penataan negatif dari pangkasan yang
bersifat sentripetal.
Analisis Diakritis Support
Dalam himpunan ini, di mana eukup banyak artefak yang sukar diamati (32%),
terdapat serpih-serpih dengan skema diakritis yang menunjukkan satu atau beberapa
pangkasan unipolar (1 a, lb, 1e, dan 1d) dengan arah yang lebih kurang sejajar dengan jalur
korteks lateral atau distal. Serpih seperti ini sangat menonjol dengan persentasenya
meneapai 53% (Ilustrasi 46).
Serpih-serpih dengan negatif-negatif pangkasan yang arahnya berbeda (sering kali
berlawanan dengan sumbu pemangkasan atau sentripetal) jarang ditemukan (15%)
(Ilustrasi 47).
1.5) Kesimpulan Analisis Teknologis Serpih
Dari pengamatan serpih hasil pemangkasan dari ketiga kotak yang diteliti, kami melihat adanya homogenitas artefak dilihat dari tiga variabel utama:
- Homogenitas ukuran: panjang, lebar dan ketebalan rata-rata sangat sedikit
bervariasi (1 sampai 2 mm di antara kotak-kotak). Melihat angka-angka tersebut, kita
dapat menggunakan istilah "standardisasi" produksi, yang seeara tidak langsung
berarti proses pemangkasan yang dikuasai, berkelanjutan dan mantap.
- Homogenitas dalam frekuensi produk berkorteks yang dalam tiga kotak tersebut
meneapai 60%, bahkan lebih, dari keseluruhan artefak. Fakta ini menunjukkan aspek
umum dari produksi (eenderung berkorteks): pada sisi yang tipis dari pangkasan, dan
proses pemangkasan yang singkat.
- Homogenitas tekno-tipe seperti terlihat pada skema diakritis jejak pangkasan yang
searah (tekno-tipe 1a hingga Id) di antara pangkasan sentripetal atau yang berlawanan
(tekno-tipe 2a hingga 2e) (Ilustrasi 48).
Tampaknya para pemangkas prasejarah dari Song Keplek tidak mengungkapkan
"pilihan" khas (seperti penearian support X dengan kriteria-kriteria teknis A, B, C). Mereka
justru diperhadapkan pada kesulitan memilih antara support dengan eiri-eiri metris dan
teknologis yang standar
Namun, sulit untuk menyangkal bahwa ada pilihan support untuk diretus menjadi alat.
Tindakan seleksi inilah yang perlu dipahami. Jelas sekali bahwa tindakan ini dilakukan
berdasarkan kriteria-kriteria yang tidak mencolok, seperti terlihat pada keberadaan serpih
buangan (1.960 buah) di antara artefak yang kami teliti, tanpa menghitung support lainnya
yang berukuran kurang dari 20 mm.
Artefak yang terakhir disebutkan ini, dikelompokkan dalam apa yang biasa disebut
"sisa-sisa pemangkasan" (bagian "terbuang" dari rangkaian operasional).
Apakah pembuangan ini didasarkan pada alasan metris saja? Apakah artefak yang baru
kami amati diperkirakan terlalu pendek, tidak culcup lebar, kurang tebal, atau memiliki korteks
yang berlebihan di bidang dorsalnya?
Kami berharap menunjukkan perbedaan metris, meskipun kecil, yang dapat membantu
kami memahami tindakan pilihan sejumlah serpih.
Secara pasti kami menemukan tekno-tipe yang sama pada serpih-serpih dan juga pada
alat-alat dan dengan demikian kami akan membandingkan modul-modul tersebut pada akhir
analisis tipologis.
Apakah hal ini didasarkan pada alasan kualitatif, misalnya pemilihan suatu support
tertentu pada satu saat dalam rangkaian operasional? Hipotesis-hipotesis ini akan dibahas nanti
dan kami akan coba menjawabnya dalam analisis yang lebih rinci pada alat-alat litik. Artefak
tersebut tampaknya merupakan bagian dari sekelompok temuan yang terlepas dari kriteriakriteria morfoteknologis yang dikehendaki oleh para pemangkas untuk dijadikan support-alat.
Apakah skema pemangkasan yang digunakan di Song Keplek, dan yang
"jejak-jejaknya" akan dibahas dalam analisis rangkaian operasional batu inti, bertujuan untuk
menghasilkan support tertentu; support yang sekaligus berbeda dari yang digambarkan di atas
serta dicari berdasarkan skema pembuatan, seperti contohnya serpih-serpih atau serpih
memanjang yang mempunyai ciri-ciri morfoteknologis yang benar-benar khas ?
Setelah tahap-tahap awal analisis kami, pada waktu identifikasi tekno-tipe (invarian)
dan berdasarkan hasil eksperimen, kami te1ah mencatat kestabilan yang cukup tinggi dalam
morfologi serpih dan keberaturan luka-Iuka pukul dari pemangkasan-pemangkasan
sebelumnya (tekno-tipe 1a hingga 1d).
Namun demikian, kami ingin mengulangi bahwa hal ini merupakan suatu skema tahap
operasional yang sederhana dan cocok dengan penggunaan gerak-gerak tangan sederhana
(algoritme) yang rangkaiannya menghasilkan serpih berkOlieks atau berkorteks penuh tanpa
perbedaan teknis yang signifikan.
Dalam hal ini, pada tahap manapun pemangkasannya, perbedaan teknis di antara
produk-produk (dalam makna luas) hanya sedikit saja.
Oleh karena itu, dari segi produksi support yang berhubungan dengan artefak litik dari
Song Keplek, kami tidak bisa menyatakan bahwa terdapat suatu "tujuan utama", suatu
morfologi khusus yang ingin dicapai melalui proses pemangkasan yang berasosiasi dengan
pembentukan spesifik volume bongkahan.
Yang terjadi lebih merupakan serangkaian tindakan sederhana yang diulangi dan
menghasi1kan banyak support dengan sedikit perbedaan. Metode yang digunakan di Song
Keplek akan dirinci dalam kesimpulan analisis batu inti.
Setelah analisis yang bertujuan menentukan ciri-ciri metris, struktural dan teknologis
serpih, kami ingin mengemukakan beberapa hal yang seharusnya ditemukan pada permukaan
batu inti yang diolah:
- Negatif pemangkasan cenderung memanjang atau cenderung laminer (memanjang
dengan sisi sejajar) untuk sejumlah artefak. Dalam hal ini, pemangkasan dilaksanakan
terutama pada sumbu panjang dari nodul dan tetap begitu;negatif-negatif pangkasan yang teratur di antara kecembungan alami dari korteks,
lateral dan distal, pada batu inti-batu inti yang masih sangat kortikal (lihat: jumlah
besar serpih memiliki satu sisi muka kortikal dengan atau tanpa sisa distal yang sesuai
dengan tekno-tipe la hingga Id);
- hanya sedikit episode pemangkasan, dalam arti sedikit negatif pangkasan pada
permukaan (dari 3 sampai 5). Dengan kata Iain, rangkaian operasional agak pendek
dengan batu inti yang kurang diolah (rata-rata 1 sampai 3 episode pemangkasan).
Fakta ini mungkin dapat menjelaskan tingginya proporsi support yang sama dan
standar.
2) ANALISIS TIPOLOGIS
Bagian ini memaparkan kelompok-kelompok besar alat dan ciri-ciri utamanya untuk
setiap kotak.
Patut diperhatikan bahwa ketika dari segi statistik, jumlah artefak dianggap tidak cukup,
hasil perhitungan indeks perlu diterima dengan hati-hati (contoh: kelompok alat kerok dari
kotak D3).
Kotak F8: terdapat hampir 130 buah alat berukuran kecil hasil dari pengayakan.
Termasuk dalam kelompok ini (panjang kurang dari 25 mm) alat-alat yang memiliki
perimping pakai dan retus mikro (Bab II). Meski jumlahnya banyak, alat-alat ini tidak diambil
untuk analisis metris menurut modul-modul yang digunakan untuk sisa-sisa pemangkasan. Alat
yang dianalisis (354 buah) meliputi sekitar 8% dari seluruh himpunan artefak litik.
Kotak D3: alat-alat kecil berukuran kurang dari 25 mm terhitung sebanyak 376 buah,
termasuk 80 buah yang berkorteks.
Seperti halnya sisa-sisa pemangkasan, kotak D3 merupakan area yang sangat kaya akan
alat. Jumlahnya 697 buah atau sekitar 9% dari himpunan litik, hampir sama dengan persentase
alat pada kotak sebelumnya.
Kotak B6: merupakan area yang telah mengungkapkan paling banyak alat (653 buah),
sesuai dengan jumlah keseluruhan sisa-sisa yang dihimpun (2.388 buah). Alat-alat mencapai
hampir 27% dari himpunan artefak di kotak ini.
Alat-alat kecil berukuran kurang dari 25 mm kurang terwakili karena jumlahnya hanya
sekitar 30 buah saja.
2.1) Serut samping
2.1.1) Kotak F8 (50 huah)
Komposisi Tipologis
Enam tipe serut samping telah ditemukan dalam seri ini. Serut sederhana (lateral)
berjumlah paling banyak (15 buah) dan ada pula serut serong (sederhana, ganda, dan lebih
jarang tiga sisi) (14 buah) (Ilustrasi 49).
Juga ditemukan:
- 7 serut ganda (lurus atau cembung);
- 5 serut melintang (lurus atau cembung);
- 5 serut konvergen (sederhana atau cekung-cembung);
- 1 serut berbidang datar dan beretus gaya "Quina" (bahan baku 1, alat 6, ilustrasi 49);
- 2 serut kecil;
- 1 buah tidak teridentifikasi.
Data Morfometris Umum
Dari support yang dipilih untuk diretus menjadi serut, setengahnya berukuran kecil
(panjang antara 20 dan 40 mm). Serpih lainnya yang diretus menjadi serut terbagi dalam
ukuran sedang (12%) dan cukup kecil (28%). Serut yang paling besar panjangnya 92 mm dan
yang paling kecil 12 mm.
Keseluruhan support dari serut cenderung memanjang dan berukuran tebal: bongkahanbongkahan panjang dan laminer sangat banyak (80%).
Walaupun kumpulan serut jelas lebih kecil dari kumpulan serpih hasil
pemangkasan, kami telah membandingkan nilai ukuran rata-ratanya. Dapat diperhatikan bahwa
support yang diseleksi untuk dijadikan serut umumnya berukuran cukup panjang dan agak
tebal. Menarik untuk dicermati bahwa ukuran rata-rata dari artefak ini jauh lebih besar dari
sisa-sisa pemangkasan (lihat analisis teknologis serpih).
Kami akan menyinggung kembali hal ini pada kesimpulan umum, pada bagian sintesis
tentang ciri-ciri peralatan Song Kep1ek dan pengerjaan support menjadi alat.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Kebanyakan serut menunjukkan dataran pukul datar dan tebal (52%).
Kemiringan rata-rata sekitar 100°.
Besamya dan Posisi Korteks
80 % dari support yang dipilih untuk dijadikan serut, berkorteks.
Hanya de1apan buah yang tidak memiliki korteks.
Persentase korteks yang paling sering ditemukan berjumlah antara kurang dari 25% dan
50%. Biasanya korteks terdapat pada bagian distal atau 1ateral bidang atas (dorsal) serpih
(mencapai 27 dari 50 buah).
Analisis Diakritis Support
Bacaan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari keseluruhan serut
tergolong dalam tekno-tipe 1a sampai 1d dengan cara pemangkasan satu arah.
Support yang memiliki komposisi pangkasan dengan arah yang berbeda atau yang
dikelompokkan sebagai "tidak teridentifikasi" hanya berjumlah 16 buah.Pada umumnya penataan support dilakukan pada dua pertiga dari keseluruhan serut
melalui peretusan bersap (seperti sisik ikan), beraturan, sederhana, atau memanjang (skalariform) dan sepertiga melalui peretusan marginal pendek. Secara keseluruhan, retus umumnya
kurang meluas, sehingga hanya mengubah sedikit tepian sisi alat.
Terdapat sedikit sekali contoh peretusan kembali alat (retus bertindih memanjang sangat
curam) dan jika ada, maka hasilnya cukup halus. Dalam hal penajaman kembali bagian
tajaman, jarang ditemukan lebih dari dua tahap peretusan, sehingga sulit dinyatakan sebagai
penajaman yang sungguh-sungguh.
Retusan ini bersifat biasa (sudut 60°) untuk sekitar 40% dari serut atau bersifat curam
untuk 36% daripadanya (sudut 70°).
Arah retusan, terutama bersifat langsung (60%), dan agak jarang bersifat bifasial dan
berlawanan.
2.1.2 Kotak D3 (175 buah)
Komposisi Tipologis
Enam tipe serut utama telah dibedakan dalam seri ini. Serut terbanyak adalah serut
sederhana (lateral) (76 buah) dan serut konvergen (sederhana atau cekung-cembung) (34 buah)
(Ilustrasi 50).
Juga ditemukan:
- 32 serut ganda (lurus atau cembung);
- 16 serut serong (sederhana, ganda, dan lebih jarang tiga sisi);
- 6 serut transversal (lurus atau cembung);
- 1 serut pada sisi bidang datar;
- 8 serut kecil;
- 2 tidak teridentifikasi.
Data-data Morfometris Umum
Sekitar 54% dari support yang diseleksi untuk diretus menjadi serut merupakan artefak
berukuran cukup kecil (panjang antara 40-60 mm). Juga ditemukan serpih kecil dengan
panjang antara 20-40 mm dalam jumlah yang besar (35%) dan hanya sekitar 15 buah (9%)
berukuran sedang (antara 60 dan 80 mm).
Kecuali dua alat yang dikelompokkan dalam modul "lebar", hampir 85% dari
himpunan memiliki modul "panjang" atau "laminer", sehingga support pada umumnya
memiliki panjang melebihi lebar. Bahkan sebanyak 13% artefak dapat digolongkan sebagai
bilah atau bilah kecil memanjang (bladelet).
Serut pada umumnya dibentuk pada serpih tebal atau cukup tebal (87%).
Menarik untuk dicatat bahwa support yang dise1eksi untuk dijadikan serut umumnya
cukup panjang dan agak tebal. Ukuran rata-rata (P, 1, t) jauh lebih besar dari ukuran rata-rata
sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Selain dari 64 buah dataran pukul (kemiringan rata-rata 110°) yang tidak dapat di identifikasi, pada umumnya serut memiliki dataran pukul datar (50%) dan sering tebal. (47%).
Tercatatjuga beberapa dataran pukul menyudut (4 buah), menyempit (punctiform) (3 buah) dan
berkorteks (14 buah).
Besamya dan Posisi Korteks
Tujuh puluh dua persen support yang dipilih untuk serut memiliki korteks. Pada
umumnya, korteks terletak pada bagian distal atau lateral bidang atas serpih (30%).
Analisis Diakritis Support
Bacaan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir separuh dari serut terrnasuk dalam
tekno-tipe la hingga Id, dalam arti cara pemangkasan satu arah.
Penataan Mela1ui Peretusan
Bagi sekitar dua pertiga artefak, penataan atau pembentukan support menjadi serut dilakukan
dengan peretusan langsung, bersap, dan lebih jarang memanjang (26%) atau dengan retusan
marginal pendek (5%). Sudut retusan curam (40%) atau vertikal (59%) dan biasa (1%).
2.1.3 Kotak B6 (149 buah)
Komposisi Tipologis
Pada kotak ini serut sederhana juga merupakan serut yang terbanyak (69 buah), diikuti
serut ganda (30 buah) (lurus atau cembung) (Ilustrasi 51)
Juga ditemukan:
- 13 serut serong;
- 5 serut transversal (lurus atau cembung);
- 14 serut konvergen (sederhana atau cekung-cembung);
- 17 serut kecil;
- 1 tidak teridentifikasi.
Data-data Morfometris Umum
Sekitar 90% support yang dibentuk menjadi serut berukuran cukup kecil atau kecil
(panjang antara 20-60 mm). Hanya delapan buah yang berukuran sedang, antara 60-80 mm.
Hampir 76% serut dibuat pada support memanjang atau memanjang dengan sisi sejajar
(laminer) atau panjang, bahkan berbentuk bilah kecil memanjang (11%). Juga ditemukan
beberapa artefak lebar (12%).
Sempat diamati bahwa support dari serut ini tebal atau cukup teba1 dalam hampir 75%
dari keseluruhan jumlah artefak dari kelompok tipologis ini.
Seperti halnya ukuran rata-rata serut dari kedua kotak lainnya, ukuran-ukuran rata-rata serut
kotak B6 (P, l, t) lebih besar dari ukuran sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Sejumlah besar merupakan dataran pukul datar (47%) atau tak teridentifikasi-tidak ada
(30%). Juga diamati beberapa dataran pukul berkorteks (10%), dan bersudut (diedral) (5%).
Kemiringan rata-rata dari dataran pukul sekitar 110°.
Besamya dan Posisi Korteks
Dua pertiga dari support yang dipilih untuk dijadikan serut memiliki korteks, khususnya
pada bagian distal dan lateral (45%).
Analisis Diakritis Support
Bacaan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir setengah dari serut termasuk
dalam tekno-tipe la sampai Id. Hal itu berarti menggunakan cara pemangkasan searah
sehingga menghasilkan serpih dengan negatif pangkasan lebih kurang sejajar dengan sisa
berkorteks (53%).
Penataan Melalui Peretusan
Penataan satu atau beberapa tepian menjadi serut dilakukan terutama dengan peretusan
langsung (80%), peretusan bersap (54%), berketebalan sedang, kurang meluas dan dengan
sudut sebesar 70°, dengan kata Iain curam (53%) atau bahkan vertikal (43%).Serut Gerigi
2.2.1 Kotak F8 (35 buah)
Komposisi Tipologis
Delapan tipe semt gerigi terdapat dalam kelompok ini. Semt gerigi sederhana lebih
menonjol (17 buah) (Ilustrasi 52).
Juga ditemukan:
- 8 semt gerigi ganda;
- 1 semt gerigi transversal;
- 4 semt gerigi konvergen (lancipan Tayac);
- 5 semt gerigi mikro.
Data-data Morfometris Umum
Oua pertiga dari semt gerigi dibuat pada support kecil dengan panjang antara 20-
40 mm (24 buah). Hanya sebuah semt yang panjangnya melebihi 60 mm. Semt gerigi umumnya panjang dan kadang-kadang laminer, tebal, bahkan cukup tebal. Semt gerigi yang tipis sangat sedikit (2 buah), sementara yang sangat tebal hanya 3 buah.
Support yang dipilih untuk dijadikan semt gerigi berbentuk agak tebal.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Kecuali tiga buah dengan dataran pukul kortikal dan sebuah dengan dataran pukul
bersudut (diedral), semt gerigi umumnya memiliki dataran pukul yang datar dan tebal (45%).
Kemiringan rata-rata dataran pukul adalah 1100 •
Besarnya dan Posisi Korteks
Hampir 60% dari semt gerigi berkorteks. Korteks temtama terletak di bagian distal dan
lateral (28%) dan juga di bagian proksimal (23%).
Analisis Diakritis Support
Sepamh dari semt gerigi termasuk dalam tekno-tipe la dan lb, artinya menggunakan
teknik pemangkasan searah. Meskipun begitu, tercatat banyak artefak yang tidak teridentifikasi
dengan persentase hampir 46% dari kese1umhan semt.
Penataan dengan peretusan
Penataan support biasanya dilakukan dengan serut cekung "c1actonian" yang sering
kali curam (80%), (70°), langsung (48%) atau bifasial (31 %). Geriginya sering beraspek tajam
daripada bundar.
2.2.2 Kotak D3 (116 buah)
Komposisi Tipologis
Lima tipe serut gerigi telah dibedakan dalam kelompok ini. Serut gerigi sederhana lebih
menonjol (78 buah) (Ilustrasi 53).
Juga ditemukan :
16 serut gerigi ganda;
6 serut gerigi di ujung bagian depan;
2 serut gerigi setengah lingkaran;
14 serut gerigi mikro.
Data-Data Morfometris Umum
Hampir semua serut gerigi (97%) dibentuk pada support kecil atau cukup kecil dengan
panjang antara 20 dan 60 mm. Serut ini berbentuk panjang atau laminer dan sebagian besar
memiliki ketebalan yang lumayan. Sebanyak 46% termasuk tebal dan 37% cukup tebal.
Support yang dipilih mempunyai ukuran rata-rata yang lebih tinggi daripada sisa-sisa
pemangkasan.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Dataran pukul datar (52%) dan sering kali tebal melebihi tipe-tipe Iain (sudut
kemiringannya sekitar 110°).
Besamya dan Posisi Korteks
Separuh dari serut memiliki korteks terutama pada bagian distal (17%), tetapi juga pada
bagian lateral (22%).
Analisis Diakritis Support
Tereatat 47% dari serut gerigi dengan arah negatif pangkasan. Hal ini mengungkapkan
metode pemangkasan searah (tekno-tipe la, lb, dan le).
Penataan Melalui Peretusan
Penataan support pada umumnya dilakukan dengan serut eekung Claetonian (62%)
yang sering vertikal (mendekati 90°), langsung atau berlawanan. Terdapat lebih banyak serut
gerigi tajam (64%) dibandingkan dengan serut gerigi bulat.
2.2.3 Kotak B6 (l05 buah)
Komposisi Tipologis
Alat-serut gerigi meliputi hampir 16% dari himpunan tipologis Song Keplek (1992).
Dapat dibedakan tujuh tipe utama serut gerigi. Yang paling banyak adalah serut sederhana
(57 buah) (Ilustrasi 54).
Juga ditemukan:
- 22 serut gerigi ganda;
- 1 serut gerigi di ujung bagian depan;
- 3 serut gerigi setengah lingkaran;
- 6 serut gerigi transversal;
- 6 serut gerigi konvergen;
- 10 serut gerigi mikro.
Data-Data Morfometris Umum
Dapat diamati bahwa hampir 60% dari support berukuran keeil (panjang: 20-40 mm),
dan 30% berukuran eukup keeil dengan panjang antara 40 dan 60 mm. Keeuali 17 buah yang
dipisahkan karena dianggap lebar, pada umumnya perhitungan indeks menunjukkan bahwa
dua pertiga dari serpih tersebut sangat memanjang (panjang dan laminer) dan 70% tebal dan
eukup tebal.
Ukuran rata-rata (p, l, t) serut gerigi mendekati ukuran rata-rata sisa-sisa
pemangkasan lainnya.
Ciri-Ciri Dataran Puku1
Dua pertiga dari dataran puku1 tergo1ong datar. Se1ebihnya merupakan dataran puku1
kortika1 (10%) dan tidak teridentifikasi atau tidak ada (19%). Dataran puku1 bersudut atau
meruneing berjum1ah sedikit; sudut kemiringannya rata-rata 11 0°.
Besarnya dan Posisi Korteks
Sekitar dua pertiga dari serut gerigi berkorteks, terutama di bagian distal (15%) dan
1atera1 (27%). Besarnya area kortika1 (da1am persentase) bervariasi, tetapi ke1ompok yang area
korteksnya di bawah 25% ada1ah yang paling menonjol.
Ana1isis Diakritis Support
Tereatat sekitar setengah dari serut gerigi mempunyai arah negatif pangkasan yang
menunjukkan pemangkasan searah (45%). A1at-a1at yang menunjukkan arah yang berbeda (2a-
2e) berjum1ah 26 buah (25%), sedangkan yang tak teridentifikasi berjum1ah 32 buah.
Penataan Me1a1ui Peretusan
Serut eekung membentuk tepian bergerigi bersifat c1aetonian (51 %) dan diretus (49%).
Serut eekung tersebut sering kali euram (mendekati 70°) da1am 85% kese1uruhan jum1ahnya
dan sebagian besar 1angsung meliputi 52% kese1uruhan jum1ahnya. Banyak serut gerigi yang
eenderung menajam (71 %) ketimbang bundar.
2.3) Serut Cekung
2.3.1 Kotak F8 (35 buah)
Komposisi Tipo1ogis
Terdapat dua tipe serut cekung: serut eekung sederhana (25 buah) dan serut cekung
multipe1 (10 buah) (Ilustrasi 55)
Data-data Morfometris Umum
Support pada umumnya terdiri atas serpih kecil atau cukup kecil dengan panjang antara
20 dan 60 mm (91 %). Dua puluh buah berukuran panjang antara 20 dan 40 mm dan dua belas
buah, antara 40-60 mm. Hanya tiga buah yang melebihi 60 mm. Hampir separuh dari artefak
ini berukuran tebal dan berbentuk memanjang (bongkahan-bongkahan panjang dan laminer).
Support yang dipilih untuk diretus umumnya cukup panjang dan agak tebal. Meskipun begitu,
perlu dicatat bahwa ukuran rata-rata (p, 1, t) cekungan sedikit melebihi ukuran sisa
pemangkasan, kecuali dalam hal panjang.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Kebanyakan serut cekung memiliki dataran pukul datar dengan sudut kemiringan 110°.
Besamya dan Posisi Korteks
Separuh dari keseluruhan serut cekung memiliki korteks, sisanya tidak berkorteks
(sekitar 43%).
Analisis Diakritis Support
Lima puluh persen dari serut cekung mengikuti skema klasik pemangkasan searah
(tekno-tipe la hingga Id). Tekno-tipe lainnya berjumlah sangat sedikit (8%), sedangkan yang
tak teridentifikasi merupakan 40% dari jumlah keseluruhan.
Penataan Melalui Peretusan
Serut cekung lebih sering sederhana (25 buah) daripada multipel (10 buah).
Serut cekung sederhana, pada umumnya merupakan hasil peretusan langsung (68%),
Clactonian (74%) dan pada bagian lateral serpih (tepian kanan dan/atau kiri).
2.3.2 Kotak D3 (94 buah)
Komposisi Tipologis
Serut cekung terbagi ke dalam dua tipe: serut cekung sederhana (67 buah) dan serut
cekung multipel (27 buah) (llustrasi 56).
Data-data Morfometris Umum
Support dari serut cekung merupakan serpih-serpih kecil atau cukup kecil (95%).
Empat buah berukuran lebih dari 60 mm. Hampir tiga perempat alat-alat berbentuk tebal dan
memanjang (bongkahan panjang dan laminer). Serpih yang dipilih untuk dikerjakan
mempunyai ukuran yang lebih besar dari ukuran sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Dataran pukul datar (43%) dan lebih jarang menyempit atau kortikal (kemiringan
110°). Tercatat sejumlah besar dataran pukul tidak ada karena rusak pada saat pemangkasan
atau karena sulit diidentifikasi (42%).
Besamya dan Posisi Korteks
Dua pertiga dari keseluruhan serut cekung memiliki korteks terutama pada bagian
distal dan lateralnya. Serut cekung yang tidak berkorteks merupakan 40% dari kelompoknya
(26 buah).
Analisis Diakritis Support
Arah negatifpangkasan pada serut cekung terutama bersifat unipolar (44%) (tekno-tipe la
sampai 1d). Pada kotak ini, juga diamati banyak artefak yang tak teridentifikasi (40%).
Penataan Melalui Peretusan
Serut-serut cekung sederhana (67%) menonjol di kotak ini dibandingkan dengan serut
cekung multipel (33%). Retus yang paling sering adalah bersifat langsung (76%) pada bagian
lateralnya (tepian kanan danlatau kiri) (70%).
2.3.3 Kotak B6 (113 buah)
Komposisi Tipologis
B6 merupakan kotak yang paling kaya akan serut cekung. Serut cekung sederhana
paling menonjol (74 buah) dibandingkan dengan serut cekung multipel (39 buah) (Ilustrasi 57).
Selain itu terdapat dua serut cekung multipel dengan punggung terpancung.
Data-data Morfometris Umum
Support dengan panjang antara 20-40 mm terutama dipilih untuk serut cekung (75%).
Pada umumnya serut berukuran kecil atau cukup kecil (96%) agak memanjang atau laminer
(67%) kadangkala lebar (25%). Sekitar 75% di antaranya tergolong tebal atau cukup tebal.
Serut cekung mempunyai ukuran rata-rata lebih besar dari sisa-sisa pemangkasan, kecuali
dalam hal panjang.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Terhitung 60 buah serut cekung dengan dataran pukullebar dan 53 buah dengan dataran
pukul halus. Kebanyakan memiliki dataran pukul datar (56%) atau tidak ada (27%) dan sudut
kemiringannya dengan bidang ventral adalah 1100 •
Besarnya dan Posisi Korteks
Dua pertiga dari serut cekung berkorteks, termasuk 43% di antaranya yang berkorteks
pada bagian distal dan lateral. Menarik untuk dicatat bahwa 10% daripadanya merupakan
serpih primer. Artefak yang tidak berkorteks berjumlah sekitar 40 buah.
Analisis Diakritis Support
42% dari serut cekung menunjukkan negatif pangkasan yang searah, dalam arti
termasuk dalam tekno-tipe la hingga Id. Tekno-tipe la dan lb berjumlah 33 buah. Juga
tercatat 29 serpih yang memiliki negatif pangkasan dengan arah berbeda serta 36 buah yang
tak teridentifikasi.
Penataan Melalui Peretusan
Cekungan biasanya dibuat pada tepian 1atera1 dan pada umumnya lebih bersifat langsung (71 %) dan diretus (68%) ketimbang Clactonian (32%). Serut cekung sederhana merupakan 65% dari jumlah keseluruhan, sedangkan serut cekung multipel terbatas pada 35% dari
jumlah keseluruhan.
Pisau Berpunggung Alami
2.4.1 Kotak F8 (39 buah) (llustrasi 58)
Data-data Morfometris Umum
Sebagian besar support yang dipilih untuk dijadikan pisau berpunggung alami (atau
pisau berpunggung korteks) berukuran panjang antara 40-60 mm (43,5%) dan antara 60-
80 mm (31 %). Pada umumnya, support tersebut terrnasuk dalam kelompok berukuran sedang,
bahkan kecil.
Hanya sedikit pisau yang panjangnya melebihi 80 mm (2 buah). Pisau berpunggung
alami terpanjang berukuran 96 mm dan yang terkecil hanya 21 mm.
Indeks kepanjangan memperlihatkan 41 % terrnasuk modul memanjang dan sekitar 36%
tergolong modullaminer. Support ini memiliki ciri khas agak memanjang, cukup tebal (61 %)
dan sangat kortikal seperti yang dapat dilihat dalam analisis korteks.
Manusia prasejarah memilih support dengan punggung alami yang berhadapan dengan
sisi tajaman. Tidak diragukan lagi mereka juga telah mencari support yang cukup besar, lebar, dan
tebal yang ukuran rata-ratanya lebih besar dari ukuran rata-rata sisa-sisa pemangkasan (P, l, t).
Ciri-ciri Dataran Pukul
Pisau berpunggung alami sebagian besar memiliki dataran pukul datar (66%) dan tebal
atau kortikal (13%).
Besamya dan Posisi Korteks
Semua support yang dipilih untuk pembuatan pisau-pisau berpunggung alami secara
logis bersifat kortikal. Area kortikalnya lateral (3.c) dengan 25 sampai 50% korteks dalam
38 dari 39 buah alat.
Untuk memerinci dan memperkuat inforrnasi-inforrnasi, telah dibandingkan ukuran
rata-rata pisau berpunggung alami dengan ukuran rata-rata serpih hasil pemangkasan yang tak
terpilih (è:!; 20 mm). Namun, kumpulan artefak terakhir ini mempunyai ciri-ciri yang sama,
yakni area kortikal lateral. Serpih hasil pemangkasan ini, mempunyai area kortikal lateral
dengan persentase korteks yang bervariasi. Serpih tersebut mempunyai morfologi yang serupa
dengan pisau-pisau berpunggung tanpa retusan dan merupakan 23% dari 492 buah sisa
pemangkasan yang telah diteliti. Dari hasil ini, dapat diulangi dengan cukup yakin, bahwa
pencarian pisau berpunggung alami dalam produk pemangkasan dilakukan menurut kriteriakriteria metris yang telah ditentukan.
Oleh karena metode pemangkasan menghasilkan banyak artefak yang bersisi kortikal,
jelaslah bahwa manusia prasejarah telah memilih artefak yang paling besar, yang paling lebar
dan paling tebal dari yang dapat mereka hasilkan.
Analisis Diakritis Support
Kecuali sebuah artefak yang mempunyai negatif pangkasan yang berbeda arah, semua
support memiliki bidang dorsal kortikal yang lebih kurang sejajar dengan satu atau dua negatif
pangkasan searah (tekno-tipe 2a dan 2c).
2.4.2 Kotak D3 (Ilustrasi 59)
Data-Data Morfometris Umum
Separuh dari 49 pisau berpunggung alami berukuran panjang antara 40 dan 60 mm
(55%) atau antara 20 dan 40 mm (39%) dan merupakan support panjang dan tebal. Dapat
dicatat bahwa ukuran rata-rata alat ini lebih besar daripada ukuran rata-rata sisa-sisa
pemangkasan (P, l, t).
Ciri-Ciri Dataran Puku1
Separuh dari pisau berpunggung alami memiliki dataran pukul datar (51 %) dengan
kemiringan 115°. Sebagian lainya memi1iki dataran pukul kortikal (22%).
Besamya dan Posisi Korteks
Di antara support yang dipilih untuk dijadikan pisau berpunggung a1ami, terdapat a1at
dengan area kortika1 latera1 yang je1as (persentase korteks dari 1 sampai 3 pada area 1ateral,
lihat tabel). Luas korteks antara 25% dan 50% (17 buah) atau melebihi 50% (24 buah). Dapat
dicatat bahwa banyak artefak sisa pemangkasan dari kotak D3 yang memiliki kortikal 1atera1
pada bidang dorsa1nya (22,5%). Menurut hemat kami, kelompok artefak ini tidak dipilih untuk
dijadikan pisau berpunggung karena ukurannya yang umum tidak cocok.
Analisis Diakritis Support
Dari 49 artefak, terdapat 46 buah yang menunjukkan pemangkasan searah dan dikelompokkan dalam tekno-tipe la sampai Id.
2.4.3 Kotak B6 (22 buah) (!lustrasi 60)
Data-data Morfometris Umum
Pisau berpunggung alami berjumlah 22 buah dalam kotak ini. Lebih dari separuh
berukuran panjang antara 40-60 mm (13 buah) atau antara 20-40 mm (9 buah). Supportsupport ini tergolong panjang. Ukuran rata-rata jauh lebih besar dari ukuran rata-rata sisa-sisa
pemangkasan (P, l, t).
Ciri-ciri Dataran Pukul
Dataran pukul umumnya datar (n=12) dan kortika1 (n=5) (sudut kemiringan 100°).
Besamya dan Posisi Korteks
Dari 23 support yang dipilih untuk dijadikan pisau berpunggung alami, 15 buah
memiliki sisi lateral berkorteks melebihi 50%, sedangkan 8 buah 1ainnya mempunyai sisi
latera1 berkorteks antara 25-50%. Cukup banyak artefak sisa-sisa pemangkasan dari kotak B6
yang memi1iki sisi 1ateral berkorteks, namun ukurannya lebih kecil dari ukuran setiap 23 pisau
berpunggung a1ami.
Analisis Diakritis Support
Dari 22 artefak, 19 buah menunjukkan pemangkasan searah dan termasuk dalam teknotipe la dan lb.
2.5) Serut Ujung
2.5.1 Kotak F8 (11 buah)
Komposisi Tipologis
Tiga tipe alat-alat serut ditemukan dalam himpunan alat yang diteliti (Ilustrasi 61), yaitu:
- Serut ujung sederhana (tipis) (5 buah).
- Serut ujung "berkarinasi" (tebal) (2 buah).
- Serut ujung berbentuk moncong (atau berbahu) (4 buah).
Hanya tiga dari alat tersebut yang mempunyai retus penggunaan (perimping) pada salah satu
tepian lateralnya.
Data-data Morfometris Umum
Kelompok serut ujung dibuat dari support yang "cukup kecil", bahkan "kecil" serta
cenderung memanjang dan laminer. Banyak dari alat tersebut yang berukuran "tebal" (8 buah)
dan "cukup tebal" (3 buah).
Seperti halnya jenis alat lainnya, dapat diperhatikan bahwa ukuran rata-rata alat-alat
serut ujung jauh lebih besar dibandingkan ukuran rata-rata keseluruhan sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Separuh dari serut memiliki dataran pukul datar dan tebal. Sisanya memiliki dataran
pukul yang tidak teridentifikasi atau yang telah hilang sewaktu pemangkasan serpih (rata-rata
kemiringan 95°).
Besamya dan Posisi Korteks
Tujuh dari sebelas serut ujung menunjukkan sisa-sisa korteks
Analisis Diakritis Support
Pengamatan skema diakritis serut ujung relatif sulit karena luasnya korteks pada
bidang dorsal dan melebarnya bagian depan yang diretus. Oleh karena itu, kami tidak
menghadirkan tabel rekapitulasi dalam uraian ini. Meskipun demikian, patut diperhatikan
keberadaan negatif pangkasan yang bertentangan dan bahkan sentripetal pada alat-alat
tersebut (tekno-tipe 2a atau 2b).
Penataan Melalui Peretusan
Penataan bentuk support paling sering dilakukan melalui peretusan (7 buah) atau
melalui peretusan laminer (4 buah). Arah retusan pada umumnya langsung, kecuali pada
sebuah bifasial, dan sudutnya sangat curam (70°) atau bahkan vertikal (90°).
Bagian depan yang diretus tak pernah bergerigi atau lurus, melainkan lonjong dan
cembung dan sering kali diretus dengan teratur. Selain itu, bagian tersebut tergolong tinggi dan
asimetris seperti yang terdapat pada dua pertiga dari jumlah alat yang ditemukan dan
berukuran rata-rata antara 10-15 mm.
2.5.2 Kotak D3 (4 buah)
Komposisi Tipologis
Tiga jenis utama serut telah dibedakan dalam seri ini (Ilustrasi 62): serut
sederhana (tipis) (sebuah), serut berkarinasi (tebal) (2 buah) dan serut moncong (atau
serut berbahu) (sebuah).
Tak satu pun dari artefak tersebut yang diretus pada salah satu tepiannya.
Jarangnya temuan serut pada kotak ini mendorong kami untuk menyusun sintesis
singkat mengenai kekhasan umum artefak tersebut. Walaupun koleksi sampel kurang berarti
dari segi statistis, dapat dinyatakan bahwa serut-serut dibuat dari support yang cukup kecil,
bahkan kecil dan tebal. Meskipun begitu, ukurannya lebih besar daripada serpih hasil
pemangkasan yang tidak diretus. Retusan pada muka bersifat langsung, bersap atau memanJang curam.
2.5.3 Kotak B6 (6 buah)
Komposisi Tipologis
Oleh karena sampel berjumlah kecil dan tidak berarti dari segi statistis, kami tidak
menghadirkan tabel-tabel rekapitulasi yang lengkap, seIain tabel ukuran rata-rata. Namun
demikian, keenam artefak ini terbagi dalam tigajenis serut ujung (Ilustrasi 63): tiga serut ujung
sederhana, dua serut ujung berkarinasi, sebuah serut ujung moncong. Empat dari alat tersebut
diretus pada salah satu tepiannya.
Serut ujung dibuat pada support yang cukup kecil, bahkan kecil (panjang antara
20 sampai 60 mm) dan tebal, tetapi dengan ukuran yang selalu lebih besar dari serpih hasil
pemangkasan yang tidak diretus. Empat alat tidak memiliki korteks dengan dataran pukul
datar. Retusan di bagian depan bersifat langsung, bersap, atau memanjang curam.
2.6) Gurdi
2.6.1 Kotak F8 (21 buah)
Komposisi Tipologis
Kebanyakan gurdi memiliki ciri khas (14 buah), yaitu mempunyai retusan bersambung
pada kedua sisi lancipnya. Dalam kelompok ini terdapat tipe paruh (gurdi dengan ujung
melengkung seperti paruh), tetapi juga tipe dengan runcingan yang sedikit dikerjakan
walaupun lebih jarang (Ilustrasi 64). Terdapat juga gurdi yang ujungnya serong atau yang
kadang-kadang disebut bersudut.
Data-data Morfometris Umum
Gurdi-gurdi umumnya berukuran kecil (52%) dengan bentuk yang memanjang
dan tebal.
Ukuran rata-rata jauh lebih besar dibandingkan ukuran keseluruhan sisa-sisa
pemangkasan.
Ciri-ciri Dataran Pukul
Tercatat 40% dari gurdi memiliki dataran pukul datar, tebal serta mempunyal
kemiringan rata-rata sekitar 100°.
Besamya dan Posisi Korteks
Separuh dari gurdi berkorteks terutama pada bagian distal dan latera1. Sisanya tidak
berkorteks.
Analisis Diakritis Support
Walaupun analisis skema diakritis gurdi sulit karena morfologinya yang rumit, kami
dapat mengamati sembilan alat yang menunjukkan negatif pangkasan searah, dan enam
lainnya yang menunjukkan negatif pangkasan dengan arah yang berlawanan.
Penataan Melalui Peretusan
Penataan bagian ujung atau runcingan pada gurdi paling sering dilakukan melalui
peretusan langsung yang kurang menonjol (14 buah). Runcingannya dibentuk melalui
peretusan ringan atau melalui torehan-torehan untuk gurdi paruh.
Pengukuran panjang sisi lancipan menghasilkan ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran
panjang terbanyak adalah di atas 20 mm (38%) atau antara Il dan 15 mm (33%).
Gurdi diarahkan terutama pada sumbu (8 buah), atau miring (8 buah), bahkan sudut
(3 buah), sementara sisa artefaknya tidak dapat diidentifikasi.
2.6.2 Kotak D3 (18 buah)
Komposisi Tipologis
Dari 18 gurdi, Il buah termasuk tipe yang khas (Ilustrasi 65). Dalam kelompok alat ini,
terdapat juga gurdi berparuh (6 buah).
Data-data Morfometris Umum
Gurdi-gurdi ini merupakan artefak yang cukup kecil atau kecil serta memanjang dan
tebal. Ukuran rata-rata jauh lebih besar daripada ukuran rata-rata sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Empat puluh lima persen dari dataran pukul gurdi tergolong datar (sudut kemiringan rata-rata
115°) dan agak tebal. Tercatat 8 buah alat yang tidak memiliki dataran pukul.
Besamya dan Posisi Korteks
80% gurdi berkorteks.
Analisis Diakritis Support
Setengah dari gurdi memperlihatkan negatif pangkasan searah pada bidang dorsal.
Penataan Me1alui Peretusan
Penataan bagian runcingan paling sering dilakukan melalui peretusan langsung dan terbalik
(12 buah) pada bagian lateral. Bagian tersebut paling sering dipangkas melalui peretusan
ringan sederhana atau melalui torehan-torehan seperti yang jelas kelihatan pada gurdi paruh.
Pengukuran panjang sisi runcingan menghasilkan ukuran yang bervariasi. Ukuran yang paling
sering ditemukan adalah ukuran antara Il dan 15 mm (40%).
Arah gurdi terutama dari sumbu atau dari sudut.
2.6.3 Kotak B6 (32 buah)
Komposisi Tipologis
Dari 32 gurdi, 18 buah bersifat khas dan 14 buah tidak khas (Ilustrasi 66).
Data-data Morfometris Umum
Kecuali dua artefak yang panjangnya melebihi 60 mm, rata-rata gurdi cukup kecil (7 buah) atau
kecil (18 buah) danjuga cukup tebal (17 buah) dan memanjang (30 buah). Selain panjang, lebar
dan ketebalannya rata-rata lebih besar dari sisa-sisa pemangkasan.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Hampir separuh dari keseluruhan gurdi memiliki dataran pukul datar dan tebal (kemiringan
1000
). Banyak juga dataran pukul yang termasuk dalam kategori "tak teridentifikasi" atau
"tidak ada" (44%).
Besamya dan Posisi Korteks
Dua pertiga dari gurdi tidak berkorteks. Selebihnya berkorteks, umumnya pada bagian lateral
dan distal alat.Analisis Diakritis Support
Sebelas alat gurdi menunjukkan negatif pemangkasan yang searah pada bidang dorsalnya. Alat
Iain tergolong "tak teridentifikasi" (15 buah) atau mempunyai arah yang berlawanan (6 buah).
Penataan Melalui Peretusan
Penataan bagian runcingan pada gurdi biasanya dilakukan melalui peretusan langsung
(29 buah) pada bagian lateral (15 buah) atau distal (11 buah). Bagian ini paling sering
dipangkas melalui retusan ringan atau melalui sejumlah torehan yang sangat jelas seperti pada
gurdi paruh. Banyak gurdi dari kotak B6/Song Keplek mempunyai bagian runcingan yang
pendek (0 sampai 5 mm) dan pada umumnya searah dengan sumbu. Selebihnya miring.
2.7) Limas
2.7.1 Kotak F8 (11 buah)
Data Morfometris Umum
Limas merupakan alat yang tebal dengan retusan cenderung konvergen. Panjangnya
bervariasi antara 40 dan 60 mm. Indeks kepanjangan dan ketebalan menunjukkan bahwa
modulnya bersifat panjang dan laminer serta "sangat tebal" atau "tebal". Dari sebelas limas,
tidak satupun yang masih berpangkal. Kecuali satu, yang Iain berkorteks, terutama pada bagian
punggungnya (Ilustrasi 67). Ukuran rata-rata limas jauh lebih besar dari ukuran rata-rata
keseluruhan sisa-sisa pemangkasan.
2.7.2 Kotak D3 (11 buah)
Data Morfometris Umum
Limas memiliki ukuran panjang yang disebut sedang atau cukup kecil (Ilustrasi 68).
Perhitungan indeks kepanjangan dan ketebalan menunjukkan modul panjang dan tebal.
Dataran pukul tergolong datar (5 buah) atau kortikal (1 buah). Alat ini sering kali kortikal dan
ukuran rata-ratanya jauh lebih besar daripada ukuran rata-rata keseluruhan sisa-sisa
pemangkasan.
Kotak B6 (9 buah)
Data Morfometris Umum
Limas dari kotak B6 "cukup kecil" atau "kecil". Perhitungan indeks kepanjangan dan
ketebalan menunjukkan bahwa modulnya panjang dan tebal. Kesembilan limas tersebut tidak
memiliki dataran pukul. Alat yang sering berkorteks ini mempunyai ukuran rata-ratajauh lebih
besar dari ukuran rata-rata keseluruhan sisa pemangkasan (Ilustrasi 69).
2.8) Serpih dengan Jejak Pakai
2.8.1 Kotak F8 (152 buah)
Data-data Morfometris Umum
85% dari serpih-serpih hasil pemangkasan kasar yang memperlihatkan jejak pakai
berukuran "cukup kecil" atau "kecil". 85% di antara alat tersebut cenderung memanjang
(Ilustrasi 70). Serpih ini tergolong tebal atau cukup tebal (67%). Support yang dipilih untuk
digunakan berukuran rata-rata (p, l, t) sedikit lebih besar dari sisa-sisa pemangkasan.
Berdasarkan angka-angka tersebut, dapat dianggap bahwa artefak ini menandai batas
pemilihan support-alat. Artefak ini menempati kelompok menengah support, di antara yang
terlalu kecil dan yang cukup panjang, lebar, dan tebal.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Kebanyakan serpih jejak pakai memperlihatkan dataran pukul datar (53%) dan agak
halus atau tidak teridentifikasi (sekitar 28%). Sudut kemiringannya sekitar 100°.
Besarnya dan Posisi Korteks
Separuh dari support yang dipilih untuk serpih jejak pakai (52%) merupakan serpih
kortikal. Ketika korteks terdapat pada bidang dorsal (kurang dari 25%), posisinya berada pada
bagian distal atau lateral. Artefak yang tidak berkorteks juga cukup banyak (46%).Analisis Diakritis Support
Pengamatan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir dua pertiga serpih-serpih
jejak pakai telmasuk dalam tekno-tipe 1a sampai 1d, tipe yang memperlihatkan cara
pemangkasan searah. Skema diakritis yang paling menonjol tetap tipe-tipe la dan lb untuk
hampir 47% dari jumlah alat. Support dengan arah pemangkasan yang berbeda atau
dikelompokkan sebagai tak teridentifikasi hanya berjumlah 50 buah.
2.8.2 Kotak D3 (230 buah)
Data-data Morfometris Umum
Dua per tiga dari serpih-serpih jejak pakai merupakan artefak yang cenderung laminer,
berukuran kecil (panjang antara 20 dan 40 mm) dan sejumlah besar bersifat tebal atau cukup
tebal (67%) (Ilustrasi 71). Support ini mempunyai ukuran rata-rata (P, 1, t) lebih besar dari
ukuran rata-rata sisa-sisa pemangkasanCiri-Ciri Dataran Pukul
Separuh dari serpih-serpih jejak pakai memiliki dataran pukul datar (45%) (sudut
kemiringan 105°) atau tidak teridentifikasi.
Besarnya dan Posisi Korteks
Hampir 70% dari keseluruhan serpih jejak pakai berkorteks, terutama pada bagian
distal (28%) dan lateral (25%). Dari 230 buah serpih tanpa korteks berjumlah 76 buah.
Analisis Diakritis Support
Pengamatan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir dua pertiga dari serpih jejak
pakai termasuk dalam tekno-tipe la hingga Id (cara pemangkasan berarah tunggal). Tekno-tipe
yang paling menonjol adalah tekno-tipe la dan lb (46% dari himpunan artefak). Support yang
memiliki susunan pemangkasan dengan arah berbeda berjumlah 22 buah dan yang tak dapat
ditentukan berjumlah 75 buah.
2.8.3 Kotak B6 (217 buah)
Data Morfometris Umum
Sekitar dua pertiga dari serpih-serpihjejak pakai ini cenderung laminer, berukuran kecil
(panjangnya antara 20 dan 40 mm) dan banyak yang tebal atau cukup tebal (64%). Serpih masif
dan besar seperti no. 1 dan no. 3 (Ilustrasi 72) lebih jarang. Support-support ini mempunyai
ukuran rata-rata (p, 1, t) lebih besar dari ukuran rata-rata sisa-sisa pemangkasan, kecuali untuk
panJangnya.
Ciri-Ciri Dataran Pukul
Separuh dari serpih jejak pakai memiliki dataran pukul datar (58%) atau tidak dapat
ditentukan (21 %) (kemiringan 100°).
Besarnya dan Posisi Korteks
Separuh dari kelompok serpih jejak pakai berkorteks, terutama pada bagian distal
dan laterai.Analis Diakritis Support
Pengamatan skema diakritis menunjukkan bahwa hampir separuh serpih jejak pakai
termasuk dalam tekno-tipe la sampai Id (cara pemangkasan berarah tunggal). Support yang
memiliki susunan pemangkasan dengan arah berbeda atau tidak dapat ditentukan mencapai
hampir seperempat dari artefak.
3) BATU INTI DARI SONG KEPLEK
Pendahuluan
Pada kesan pertama, batu inti yang dijumpai secara keseluruhan dapat disebut sebagai
batu inti berfaset ("bola berfaset", menurut Bordes, 1961), membulat, tak berbentuk atau juga
"batu inti beraneka ragam" (kosakata tipologis yang klasik, lihat: Bordes, 1961).
Kami berpendapat bahwa pemakaian istilah "berfaset" dapat dibenarkan, tetapi tidak
demikian halnya dengan istilah "tak berbentuk", karena batu inti tersebut terstruktur melalui
pemangkasan. Memang batu inti merupakan bukti dari sebuah proses pembuatan (batu intibatu inti tersebut terbentuk setelah proses pemangkasan).
Tipe batu inti yang ditemukan di Song Keplek atau di Iain tempat di manapun di dunia
memiliki kekhasan-kekhasan sebagai hasil dari proses pemangkasan bongkahan, seperti yang
dapat ditemukan dalam konsep Levallois (Boëda, 1994 dan 1997). Dalam proses pembentukan,
terlihat sejumlah aturan pengolahan yang ketat dan rumit, dan yang secara hierarkis terdiri atas
dua fase yang berbeda: pembentukan dan pengolahan. Namun di Song Keplek, kami tidak
menemukan kedua fase tersebut secara terpisah, tetapi justru interaksi antara keduanya.
Untuk batu inti Song Keplek dan untuk seluruh lingkungan batu inti yang disebut
poliedrik, sesuatu yang pertama-tama harus diketahui adalah ide "deformasi" zona cembung
awal (kortikal) dari bongkahan lewat algoritme. Dengan kata Iain, yang perlu dipahami adalah
rangkaian tahap yang mengubah bendanya dari suatu bentuk yang tak teratur dan alami ke
suatu bentuk berstruktur hasil manusia.
Berdasarkan pengulangan algoritme dan bentuk awal bongkahannya, bentuk berstruktur
ini memiliki sedikit banyak hubungan dengan tahap-tahap sebelumnya. Tahap-tahap inilah
yang dicari lewat analisis dinamis negatif pangkasan. Prinsip ini berlawanan dengan konsep
standardisasi batu inti.
Oleh sebab itu pencarian kesamaan antara semua bentuk batu inti ini tidak akan dapat
diselesaikan lewat perbandingan ukuran (p, l, t). Atas dasar tersebut analisis kami lebih
berorientasi pada langkah kualitatif melalui pengamatan urutan negatif pangkasan
Permasalahan dalam Pengamatan Batu Inti
Soal yang dihadapi tidak Iain adalah variabilitas bentuk batu inti, di mana secara logis
dapat ditemukan kombinasi algoritmis yang membenarkan produksi serangkaian serpih yang
agak berbeda-beda, tetapi terstandarisasi seperti yang telah kami amati.
Seluruh himpunan artefak litik Song Keplek bersifat paradoksal, karena dari satu sisi
terdapat kesatuan produk-produk tertentu (sisa-sisa pemangkasan dan support-alat), sementara
di sisi Iain terdapat keanekaragaman morfologi batu inti.
Oleh karena itu, kami menghadapi situasi arkeologis yang menunjukkan suatu sistem
teknis yang bersifat antinomis karena menghadapkan artefak-artefak varian seperti batu inti
(banyak bentuk) dengan artefak-artefak invarian, seperti serpih-serpih (support
terstandardisasi dan kurang beranekaragam) (lihat ketujuh tekno-tipe).
Meskipun demikian, keanekaragaman bentuk-bentuk batu inti tersebut tidak berarti
keanekaragaman gerakan tangan dalam proses pemangkasan.
Kami akan mengamati batu inti dengan mengesampingkan tampilan awal bentuknya
untuk mencari entitas teknis yang dapat diidentifikasi, yakni algoritmenya, yang didefinisikan
sebagai sarana mendasar untuk mengelola sebuah volume melalui oposisi dua gerakan
(kombinasi A/B).
Dengan menganalisis batu inti-batu inti melalui pencarian sistematis algoritmenya di
berbagai area pada bongkahan yang diolah (lihat Parallelepiped, Bab III), algoritme dapat
dipandang sebagai denominator teknis yang umum untuk sejumlah besar artefak. Sudah
diketahui bahwa apapun yang terjadi, algoritmenya harus mempertahankan dua kesatuan
antagonis (kombinasi A/B), yakni dua area berlawanan yang melengkapi satu sama Iain.
Sebagai alat penyederhana, skema teknis memungkinkan kami untuk memahami
orientasi dan arah gerakan tangan sambil menyisihkan rupa bongkahan (sering kali kurang
sempurna).
Patut dicatat bahwa pada skema-skema teknis yang kami buat, algoritme atau kedua
area yang disebut di atas dicatat secara konvensional A atau B di mana:
- A selalu mendahului B;
- A = bidang pangkasan yang menjadi dataran pu