• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label jejak bangsa terdahulu 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jejak bangsa terdahulu 2. Tampilkan semua postingan

jejak bangsa terdahulu 2


 jir, yang berlangsung selama empat puluh hari empat puluh malam, dan air mulai 

surut 150 hari kemudian.

Kemudian, pada hari ketujuh belas pada bulan ketujuh, kapal ter-sebut terdampar di 

pegunungan Ararat (Agri). Nuh mengirim seekor merpati  untuk melihat  apakah air telah 

benar-benar surut, dan saat  akhirnya merpati ini  tidak kembali lagi, Nuh menyadari 

bahwa air telah surut seluruhnya. Tuhan memerintahkan mereka meninggalkan kapal dan 

menyebar ke seluruh penjuru bumi.

Salah satu kontradiksi pada kisah dalam Perjanjian Lama yaitu : Se-telah uraian ini, 

dalam versi  “Yahudi”,  disebutkan  bahwa  Tuhan  meme-rintahkan  Nuh  untuk  membawa 

tujuh jantan dan betina dari setiap jenis hewan-hewan ini , yang disebut-Nya “bersih” 

dan  hanya  sepasang  dari  setiap  jenis  hewan-hewan  ini   yang  disebut-Nya  “tidak 

bersih”.

 Ini jelas bertentangan dengan teks di atas. Di samping itu, dalam Per-janjian Lama 

jangka waktu terjadinya banjir juga berbeda. Menurut versi Yahudi juga, peristiwa naiknya 

air terjadi selama empat puluh hari, se-dangkan berdasarkan orang-orang awam, dikatakan 

terjadi selama 150 hari.

Sebagian dari Perjanjian Lama yang menceritakan tentang banjir Nuh yaitu  sebagai 

berikut:

Berfirmanlah Allah kepada Nuh,  “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri 

hidup sebagian makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka; jadi 

Aku  akan  memusnahkan  mereka  bersa-ma-sama  dengan  bumi.  Buatlah  bagimu 

perahu dari kayu gofir; ....

Sebab sesungguhnya,  Aku akan mendatangkan air bah meliputi  bumi  untuk 

memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong la-ngit; segala yang ada di 

bumi akan mati binasa. namun  dengan eng-kau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, 

dan  engkau  akan  masuk  ke  dalam  bahtera  itu:  engkau  bersama-sama  dengan 

anakmu, dan istrimu, dan istri-istri anak-anakmu. Dan dari segala yang hidup, dari 

segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang dalam bahtera itu, 

....

…Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintah-kan Allah 

kepadanya.” (Kejadian, 6: 13-22)

Dalam bulan ketujuh, pada hari  yang ketujuh belas bulan itu,  ter-kandaslah 

bahtera pada pegunungan Ararat. (Kejadian, 8:4)

Dari  segala  binatang  yang  tidak  haram  haruslah  kauambil  tujuh  pa-sang, 

jantan  dan  betinanya,  namun   dari  binatang  yang  haram  satu  pasang,  jantan  dan 

betinanya; juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya 

terpelihara hidup keturun-annya di seluruh bumi. (Kejadian, 7: 2-3)

Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang 

hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi,  dan tidak ada lagi  air bah untuk 

memusnahkan bumi.” (Kejadian, 9: 11)

Menurut Perjanjian Lama, sesuai dengan pernyataan bahwa “semua makhluk di dunia 

akan mati” dalam sebuah banjir yang menggenangi seluruh permukaan bumi, maka seluruh 

manusia dihukum, dan yang selamat hanya mereka yang menaiki bahtera bersama Nuh.

Banjir Nuh dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru yang kita dapati saat ini juga bukan sebuah kitab suci dalam arti kata 

yang sebenarnya. Perjanjian Baru yang terdiri dari perka-taan dan perbuatan dari Isa (Jesus), 

dimulai  dengan empat “Injil”  yang ditulis  satu abad sesudah  keberadaan Isa,  oleh orang-

orang yang belum pernah melihat atau bertemu dengannya; yaitu Matius, Markus, Lukas, 

dan Johanes. ada  berbagai kontradiksi yang sangat gamblang di-

antara keempat gospel ini. Khususnya, Injil Johanes sangat berbeda dengan tiga injil 

yang  lain  (Injil  Sinoptik),  yang  hingga  beberapa  derajat,  tapi  tidak  sepenuhnya,  saling 

mendukung sesamanya. artikel  -artikel   lain dari Perjanjian Baru terdiri dari surat-surat yang 

ditulis oleh para murid dan Saul dari Tarsus (kemudian disebut Santo Paulus) yang menye-

butkan perbuatan para murid sesudah  kematian Isa. 

Jadi,  Perjanjian  Baru  yang  ada   saat  ini  bukanlah  naskah  suci,  namun  lebih 

merupakan artikel   semi-sejarah.

Dalam Perjanjian Baru, Banjir Nuh disebutkan secara singkat sebagai berikut; Nuh 

diutus sebagai utusan kepada sebuah warga  yang tidak patuh dan menyimpang, namun 

kaumnya  tidak  mau  mengikutinya  dan  meneruskan  kesesatan  mereka.  Oleh  sebab   itu, 

Allah menimpakan banjir kepada mereka yang menolak beriman dan menyelamatkan Nuh 

dan para pengikutnya dengan menempatkan mereka ke dalam bahtera. Beberapa bab dari 

Perjanjian Baru yang berkaitan dengan hal ini yaitu  sebagai berikut:

Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada 

kedatangan Anak manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah 

itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke 

dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan 

melenyapkan  mereka  semua,  demikian  pula  halnya  kelak  pada  kedatangan  Anak 

manusia.” (Matius, 24: 37-39)

“Dan  jikalau  Allah  tidak  menyayangkan  dunia  purba,  namun   harus 

menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu,  dengan tujuh orang lain,  saat  Ia 

mendatangkan air bah atas dunia orang-orang fasik.” (Petrus Kedua, 2: 5)

“Dan sama seperti  terjadi  pada zaman Nuh,  demikian pulalah  kelak  halnya 

Anak manusia pada hari kedatangan-Nya: mereka makan dan minum, mereka kawin 

dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air 

bah dan mem-binasakan mereka semua.” (Lukas, 17: 26-27)

“…mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, saat  Allah 

tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang memper-siapkan bahteranya, di mana 

hanya  sedikit,  yaitu  delapan  orang,  yang  diselamatkan  oleh  air  bah  itu.”  (Petrus 

Pertama, 3: 20)

“Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit  te-lah ada 

sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, 

bumi yang dahulu telah binasa, di-musnahkan oleh air bah.” (Petrus Kedua, 3:5-6) 

Penyebutan Peristiwa Banjir dalam Kebudayaan Lain

Kebudayaan Sumeria: Dewa yang bernama Enlil memberi tahu orang-orang bahwa 

dewa-dewa  yang  lain  ingin  menghancurkan  umat  manusia,  namun  ia  berkenan  untuk 

meyelamatkan mereka. Pahlawan dalam kisah ini yaitu  Ziusudra, raja yang taat dari negeri 

Sippur.  Dewa Enlil  memberi  tahu Ziusudra apa yang harus dilakukan agar  selamat dari 

Banjir.  Teks  yang  menceritakan  pembuatan  kapal  ini   hilang,  namun  fakta  bahwa 

bagian  ini  pernah  ada  terungkap  dalam  bagian-bagian  yang  menyebutkan  bagaimana 

Ziusudra  diselamatkan.  Begitupun  berdasar-kan  versi  Babilonia  tentang  banjir,  dapat 

disimpulkan bahwa dalam versi Sumeria yang lengkap tentulah ada  rincian yang lebih 

menyeluruh tentang penyebab kejadian ini  dan bagaimana perahu dibuat.

Kebudayaan  Babilonia:  Ut-Napishtim yaitu   padanan  bangsa  Babi-lonia  terhadap 

Ziusudra,  pahlawan  Sumeria  dalam  peristiwa  banjir.  To-koh  penting  yang  lain  yaitu  

Gilgamesh. Menurut legenda, Gilga-mesh memutuskan untuk mencari dan menemukan para 

leluhurnya  untuk mendapatkan rahasia  kehidupan abadi.  Ia  diperingatkan akan berbagai 

bahaya  dan  kesulitan  dalam  perjalanan  itu.  Ia  diberi  tahu  bahwa  ia  harus  melakukan 

perjalanan melewati “pegunungan Mashu dan perairan ma-ut”; dan perjalanan seperti itu 

hanya pernah diselesaikan oleh dewa ma-tahari Shamash. Namun Gilgamesh menghadapi 

semua bahaya perjalan-an dan akhirnya berhasil mencapai Ut-Napishtim.

Naskah ini terpotong pada bagian yang menceritakan pertemuan antara Gilgamesh 

dan Ut-Napishtim; dan selanjutnya saat  teks dapat terbaca, Ut-Napishtim menceritakan 

kepada Gilgamesh bahwa “para dewa menyimpan rahasia kematian dan kehidupan bagi diri 

mereka sendiri” (mereka tidak akan memberikannya kepada manusia).  Atas jawaban ini, 

Gilgamesh  bertanya  bagaimana  Ut-Napishtim  dapat  mem-peroleh  keabadian;  dan  Ut-

Napishtim menceritakan kepadanya kisah banjir sebagai jawaban atas pertanyaan ini. Banjir 

ini  juga dicerita-kan dalam kisah “dua belas meja “ yang terkenal dalam epik tentang 

Gilgamesh.

Ut-Napishtim  memulai  dengan  mengatakan  bahwa  kisah  yang  akan  diceritakan 

kepada Gilgamesh merupakan “sesuatu yang rahasia, sebuah rahasia dari dewa-dewa”. Ia 

bercerita bahwa ia berasal dari kota Shurup-pak, kota tertua di antara kota-kota di daratan 

Akkad.  Berdasarkan  cerita-nya,  dewa  “Ea”  telah  memanggilnya  melalui  dinding  kayu 

gubuknya  dan  menyatakan  bahwa  para  dewa  telah  memutuskan  untuk  menghancurkan 

semua benih kehidupan dengan sebuah banjir; namun penyebab kepu-tusan mereka tidak 

diterangkan dalam cerita banjir Babilonia sebagai-mana halnya dalam kisah banjir Sumeria. 

Ut-Napishtim menceritakan bahwa Ea telah menyuruhnya membuat sebuah perahu dan ia 

harus  membawa  serta  “benih-benih  dari  semua  makhluk  hidup”dengan  perahu  itu.  Ea 

memberitahunya ukuran dan bentuk kapal itu; berdasarkan hal ini, lebar, panjang, dan tinggi 

kapal menjadi sama. Badai besar menjung-kirbalikkan segala sesuatu selama enam hari dan 

enam malam. Pada hari  ketujuh,  badai  reda.  Ut-Napishtim melihat  bahwa di luar kapal, 

“semua telah berubah menjadi lumpur yang lengket”. Kapal ini  terdampar di gunung 

Nisir.

Menurut  catatan  Sumeria-Babilonia,  Xisuthros  atau  Khasisatra  dise-lamatkan  dari 

banjir  oleh  sebuah  kapal  yang  panjangnya  925  meter,  ber-sama  keluarganya,  teman-

temannya, dan berbagai jenis burung dan bina-tang. Disebutkan bahwa “air meluap hingga 

ke langit, lautan menu-tupi pantai, dan sungai meluap dari tepiannya”. Dan kapal itu pun 

akhirnya terdampar di gunung Corydaean.

Menurut catatan Asiria-Babilonia, Ubar Tutu atau Khasisatra disela-matkan bersama 

keluarga,  pembantu,  ternaknya,  dan  binatang-binatang  liar  dalam  sebuah  kapal  yang 

panjangnya 600 kubit, tinggi dan lebarnya 60 kubit. Banjir ini  berlangsung selama 6 

hari dan 6 malam. saat  kapal ini  mencapai gunung Nizar, merpati yang dilepaskan 

kem-bali, sedangkan burung gagak tidak kembali.

Berdasarkan beberapa catatan Sumeria, Asiria dan Babylonia, Ut-Napishtim beserta 

keluarganya selamat dari banjir yang terjadi selama 6 hari dan 6 malam. Dikatakan “Pada 

hari  ketujuh  Ut-napishtim  melihat  keluar.  Semuanya  sangat  sepi.  Manusia  sekali  lagi 

menjadi  lumpur.”  saat   kapal  terdampar di  gunung Nizar,  Ut-napishtim mengirim ma-

sing-masing seekor burung merpati, burung gagak dan burung pipit. Burung gagak tinggal 

memakan bangkai, sedangkan dua burung yang lain tidak kembali.

Kebudayaan India: Dalam epik Shatapatha Brahmana dan Maha-bharata dari India, 

seseorang bernama Manu diselamatkan dari banjir bersama Rishiz. Menurut legenda, seekor 

ikan yang ditangkap oleh Manu dan dilepaskannya,  tiba-tiba berubah menjadi  besar dan 

menyuruhnya  untuk  membuat  sebuah  perahu  dan  mengikatkan  ke  tanduknya.  Ikan  ini 

dianggap penjelmaan dari dewa Wishnu. Ikan ini  menarik kapal mengarungi ombak 

yang besar dan membawanya ke utara, ke gunung Hismavat.

Kebudayaan Wales: Menurut legenda Wales (dari Wales, wilayah Celtic di Inggris), 

Dwynwen dan Dwyfach selamat dari bencana besar dengan sebuah kapal. saat  bah yang 

amat mengerikan yang terjadi akibat meluapnya Llynllion yang dinamai Danau Gelombang 

surut, mereka berdua memulai kembali kehidupan di daratan Inggris.

Kebudayaan Skandinavia: Legenda Nordic Edda mengisahkan tentang Bergalmir dan 

istrinya yang selamat dari banjir dengan sebuah kapal besar.

Kebudayaan  Lithuania:  Dalam  legenda  Lithuania,  diceritakan  bah-wa  beberapa 

pasang manusia dan binatang diselamatkan dengan berlin-dung di puncak sebuah gunung 

yang tinggi. saat  angin dan banjir yang berlangsung selama dua belas hari dan dua belas 

malam ini  mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir menenggelamkan mereka 

yang ada di sana, Sang Pencipta melemparkan sebuah kulit kacang raksasa kepada mereka. 

Mereka yang ada di gunung ini  selamat dari bencana dengan berlayar bersama kulit 

kacang raksasa ini.

Kebudayaan  Cina:  Sumber-sumber  bangsa  Cina  mengisahkan  ten-tang  seseorang 

yang bernama Yao bersama tujuh orang lain, atau Fa Li bersama istri dan anak-anaknya, 

selamat dari bencana banjir dan gempa bumi dalam sebuah perahu layar. Dikatakan bahwa 

“seluruh dunia han-cur. Air menyembur dan menenggelamkan semua tempat”. Akhirnya, air 

pun surut.

Banjir Nuh dalam Mitologi Yunani:  Dewa Zeus memutuskan untuk memusnahkan 

manusia yang menjadi semakin sesat, dengan sebuah banjir. Hanya Deucalion dan istrinya 

Pyrrha  yang selamat  dari  banjir,  sebab  ayah Deucalion sebelumnya  telah menyarankan 

anaknya untuk membuat sebuah kapal.  Pasangan ini mendarat di gunung Parnassis sem-

bilan hari sesudah  menaiki kapal.

Semua  legenda  ini  mengindikasikan  sebuah  realitas  sejarah  yang  konkret.  Dalam 

sejarah, setiap warga  menerima risalah, setiap insan menerima wahyu suci, sehingga 

banyak kaum yang mengetahui peristi-wa Banjir Nuh. Sayangnya, begitu manusia berpaling 

dari esensi wahyu suci, catatan tentang peristiwa banjir besar pun mengalami banyak per-

ubahan dan berubah menjadi legenda dan mitos.

Satu-satunya sumber bagi kita untuk menemukan kisah sejati tentang Nuh dan kaum 

yang menolaknya yaitu  Al Quran, yang merupakan sumber tunggal wahyu suci yang tidak 

mengalami perubahan.

Al  Quran  memberi  kita  keterangan  yang  benar,  tidak  hanya  tentang  banjir  Nuh, 

namun juga tentang pelbagai kaum dan peristiwa sejarah lainnya. Pada bab-bab berikut kita 

akan meninjau kembali kisah-kisah sejati ini.

Picture Text

WILAYAH  BANJIR  Menurut  temuan  arkeologis,  Banjir  Nuh  terjadi  di  dataran 

Mesopotamia. Dataran ini  dahulunya memiliki bentuk yang berbeda. Pada diagram di 

samping, perbatasan dataran saat ini ditandai dengan garis putus-putus merah. Bagian luas 

yang besar di belakang garis merah diketahui sebagai bagian dari laut pada saat itu.

Penggalian  yang  dilaku-kan  Sir  Leonard  Woolley  di  dataran  Mesopotamia 

mengungkapkan  adanya  lapisan  lumpur-tanah  liat  setebal  2,5  m  jauh  di  dalam  bumi. 

Lapisan  lumpur-tanah  liat  ini  kemungkinan  besar  terbentuk  oleh  massa  tanah  liat  yang 

terbawa  oleh  air  bah  dan,  dari  seluruh  dunia,  hanya  ada   di  bawah  dataran  Meso-

potamia. Penemuan ini menjadi bagian bukti penting bahwa Banjir ini  hanya terjadi di 

dataran Mesopotamia.

BAB 2 

KEHIDUPAN NABI IBRAHIM

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi  dan bukan (pula)  seorang Nasrani,  akan 

namun  dia yaitu  seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-

kali  bukanlah  dia  dari  golongan  orang  yang  musyrik.  Sesungguhnya  orang  yang 

paling dekat kepada Ibrahim yaitu  orang-orang yang mengikutinya dan Nabi  ini 

(Muhammad)  serta  orang-orang  yang  beriman  (kepada  Muhammad),  dan  Allah 

yaitu  pelindung semua orang yang beriman.” 

(QS. Ali 'Imran, 3: 67-68) !

Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Quran dan mendapat tempat 

yang istimewa di sisi Allah sebagai con-toh bagi manusia. Dia menyampaikan risalah Allah 

kepada umatnya yang menyembah berhala, dan mengingatkan mereka agar takut kepada 

Allah.  Kaum Ibrahim tidak mendengarkan peringatan itu,  bahkan menentangnya.  saat  

penindasan kaumnya meningkat, Ibrahim terpaksa menyingkir bersama istrinya, Nabi Luth, 

dan beberapa  orang pengikut.  Ibrahim yaitu  keturunan Nuh.  Al Quran mengemukakan 

bahwa dia mengikuti ajaran Nabi Nuh.

“Kesejahteraan  dilimpahkan  atas  Nuh  di  seluruh  alam.  Sesungguh-nya 

demikianlah  Kami  memberi  balasan  kepada  orang-orang  yang  berbuat  baik. 

Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian 

Kami tenggelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar 

termasuk golong-annya (Nuh).” (QS. Ash-Shaaffaat, 37: 79-83) !

Pada masa Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Me-sopotamia bagian 

Tengah dan Timur Anatolia menyembah langit dan bintang-bintang. Dewa yang terpenting 

yaitu   "Sin",  sang  dewa  bulan.  Ia  digambarkan  sebagai  sesosok  manusia  berjenggot 

panjang, memakai pa-kaian panjang bergambar bulan sabit. Mereka juga membuat gambar-

gambar timbul dan patung-patung dari tuhan mereka dan menyembah-nya. Inilah sistem 

kepercayaan yang berkembang subur di Timur Dekat, dan keberadaannya terpelihara lama. 

Penduduk wilayah ini terus me-nyembah tuhan-tuhan ini  hingga sekitar tahun 600 M. 

Akibat-nya, di daerah yang membentang dari Mesopotamia hingga ke kedalaman Anatolia, 

banyak  ada   bangunan  yang  dikenal  sebagai  “zigurat”,  yang  digunakan  sebagai 

pengamat bintang sekaligus kuil peribadatan, dan di sinilah beberapa tuhan, terutama dewa 

bulan yang bernama “Sin” disembah12.

Bentuk  kepercayaan  ini,  sekarang  hanya  dapat  ditemukan  dalam  penggalian 

arkeologis.  Sebagaimana  disebutkan  dalam  Al  Quran,  Ibra-him  menolak  penyembahan 

tuhan-tuhan ini  dan menyembah Allah semata, satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. 

Dalam Al Quran, jalan hidup Ibrahim digambarkan sebagai berikut :

“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah 

kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tu-han? Sesungguhnya aku melihat 

kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” 

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda ke-agungan 

(Kami yang ada ) di langit dan di bumi, dan (Kami mem-perlihatkannya) agar dia 

termasuk orang-orang yang yakin.

saat   malam  telah  menjadi  gelap,  dia  melihat  sebuah  bintang  (lalu)  dia 

berkata: “Inilah Tuhanku”. namun  tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya 

tidak suka kepada yang tenggelam”. 

Kemudian  tatkala  dia  melihat  bulan  terbit,  dia  berkata:  “Inilah  tuhanku.” 

namun  sesudah  bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesung-guhnya jika Tuhanku tidak 

memberikan petunjuk kepadaku pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. 

Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah tuhanku, ini 

lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, 

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. 

Sesungguhnya  aku  menghadapkan  diriku  kepada  Tuhan  yang  mencip-takan 

langit  dan  bumi dengan cenderung kepada  agama yang  benar,  dan aku bukanlah 

termasuk orang-orang yang memperseku-tukan Tuhan.” (QS. Al An'aam, 6: 74-79) !

Dalam Al Quran, tempat kelahiran Ibrahim dan tempat tinggalnya tidak disebutkan 

secara detail. namun  diisyaratkan bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Luth hidup berdekatan dan 

sezaman, dengan fakta bahwa malaikat yang diutus kepada kaum Luth mendatangi Ibrahim 

dan  mem-beri  kabar  gembira  kepada  istrinya  tentang  kelahiran  seorang  bayi  laki-laki, 

sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju Nabi Luth.

Hal  penting tentang Nabi  Ibrahim dalam Al Quran yang tidak  dise-butkan dalam 

Perjanjian Lama yaitu  tentang pembangunan Ka’bah. Dalam Al Quran, kita diberi tahu 

bahwa Ka’bah dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail. Sekarang ini, satu-satunya hal 

yang diketahui oleh ahli sejarah tentang Ka’bah yaitu  bahwa Ka'bah merupakan tempat 

suci  sejak  dahulu  sekali.  Adapun  penempatan  berhala-berhala  dalam  Ka’bah  semasa 

jahiliyah  sebelum diutusnya  Nabi  Muhammad  merupakan  akibat  dari  kemunduran  dan 

penyimpangan atas agama suci ilahi yang pernah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim.

Ibrahim dalam Perjanjian Lama

Perjanjian  Lama  kemungkinan  besar  merupakan  sumber  paling  deta-il  tentang 

Ibrahim, meskipun banyak di antaranya mungkin tidak dapat dipercaya. Menurut penuturan 

Perjanjian Lama, Ibrahim lahir sekitar 1900 SM di kota Ur, salah satu kota terpenting saat 

itu,  yang berlokasi  di tenggara dataran Mesopotamia. Pada saat lahir,  ia belum bernama 

"Abra-ham", namun  "Abram". Namanya kemudian diubah oleh Tuhan (Yahweh). 

Pada suatu hari,  menurut  Perjanjian Lama,  Tuhan menyuruh Ibrahim mengadakan 

perjalanan meninggalkan negeri dan kaumnya, menuju suatu negeri yang tidak pasti dan 

memulai  sebuah warga   baru  di  sa-na.  Abram, saat  itu  berusia  75 tahun,  mematuhi 

panggilan itu dan melaku-kan perjalanan bersama istrinya yang mandul yang bernama Sarai 

- kemudian dikenal sebagai “Sarah”, yang berarti putri raja - dan Luth, putra saudaranya. 

Dalam perjalanan  menuju  ke  "Tanah  Terpilih"  mereka  singgah  sebentar  di  Harran  dan 

kemudian melanjutkan perjalanan. Keti-ka sampai di tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan 

kepada  mereka,  mere-ka  diberi  tahu  bahwa  tempat  ini   dipilihkan  khusus  dan 

dianugerah-kan buat mereka. saat  mencapai usia 99 tahun, Abram membuat perjan-jian 

dengan Tuhan dan namanya diubah menjadi Abraham. Dia mening-gal pada usia 175 tahun 

dan dikebumikan dalam gua Machpelah dekat kota Hebron (Al Khalil) di Tepi Barat, yang 

saat ini berada di bawah pendudukan Israel. Tanah yang dibeli Ibrahim dengan sejumlah 

uang ini  merupakan milik pertama ia dan keluarganya di Tanah yang Dijanjikan itu.

Tempat Kelahiran Ibrahim Menurut Perjanjian Lama

Di  mana  Ibrahim  dilahirkan  senantiasa  menjadi  perdebatan.  Semen-tara  orang 

Nasrani  dan  Yahudi  menyatakan  bahwa  Ibrahim  dilahirkan  di  Selatan  Mesopotamia, 

pemikiran  yang  lazim dalam dunia  Islam yaitu   bahwa  tempat  kelahirannya  berada  di 

sekitar Urfa-Harran. Beberapa penemuan baru menunjukkan bahwa pendapat kaum Yahudi 

dan Nas-rani tidaklah mencerminkan kebenaran yang seutuhnya. 

Orang Yahudi dan Nasrani menyandarkan pendapat mereka pada Perjanjian Lama, 

sebab   di  dalamnya  Ibrahim  dikatakan  telah  dilahirkan  di  kota  Ur  sebelah  selatan 

Mesopotamia.  sesudah   lahir  dan  dibesarkan  di  kota  ini,  Ibrahim diceritakan  menempuh 

perjalanan  menuju  Mesir,  dan  mencapainya  sesudah   perjalanan  panjang  yang  melewati 

wilayah Harran di Turki.

Namun,  sebuah  manuskrip  Perjanjian  Lama yang  ditemukan  baru-baru  ini,  telah 

memunculkan keraguan yang serius tentang kesahihan informasi di atas. Dalam manuskrip 

berbahasa Yunani dari sekitar abad ketiga SM ini, yang dianggap sebagai salinan tertua dari 

Perjanjian Lama yang pernah ditemukan, “Ur” tidak pernah disebutkan. Hari ini  banyak 

peneliti Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kata “Ur” tidak akurat atau merupakan 

tambahan belakangan. Ini berarti Ibrahim tidak dilahir-kan di kota Ur dan mungkin juga 

tidak pernah berada di wilayah Meso-potamia sepanjang hidupnya.

Di  samping  itu,  nama-nama beberapa  tempat,  serta  daerah  yang di-tunjukkannya, 

telah  berubah  sebab   perkembangan  zaman.  Saat  ini,  dataran  Mesopotamia  umumnya 

merujuk kepada tepi selatan daratan Irak, di antara sungai Eufrat dan Tigris. Namun, dua 

alaf  silam, daerah Mesopotamia menunjuk sebuah daerah lebih ke utara,  bahkan hingga 

sejauh Harran, dan membentang ke daerah Turki saat ini. Oleh sebab  itu, sekalipun kita 

menerima ungkapan “dataran Mesopotamia” dalam Perjanjian Lama, tetap saja keliru jika 

menganggap Mesopotamia dua alaf yang lalu dan Mesopotamia hari ini sebagi tempat yang 

persis sama.

Bahkan  jika  ada  keraguan  serius  dan  ketidaksepakatan  tentang  kota  Ur  sebagai 

tempat kelahiran Ibrahim, ada  sebuah persetujuan ber-sama tentang fakta bahwa Harran 

dan daerah sekitarnya merupakan tempat tinggal Nabi Ibrahim. Lebih dari itu, penelitian 

singkat terhadap isi Perjanjian Lama sendiri memunculkan beberapa informasi yang men-

dukung pandangan bahwa tempat kelahiran Nabi Ibrahim yaitu  Harran. Misalnya, dalam 

Perjanjian Lama, daerah Harran ditunjuk seba-gai “daerah Aram” (Kejadian, 11: 31 dan 28: 

10). Disebutkan bahwa mereka yang berasal dari keluarga Ibrahim yaitu  “anak-anak dari 

se-orang  Arami”  (Deutoronomi,  26:  5).  Penyebutan  Ibrahim sebagai  “se-orang  Arami” 

menunjukkan bahwa ia hidup di daerah ini.

Dalam berbagai sumber Islam, ada  bukti kuat bahwa tempat kela-hiran Ibrahim 

yaitu  Harran dan Urfa. Di Urfa yang disebut dengan "kota para nabi" ada  banyak 

cerita dan legenda tentang Ibrahim.

Mengapa Perjanjian Lama Diubah?

Perjanjian  Lama  dan  Al  Quran  tampaknya  hampir-hampir  meng-gambarkan  dua 

orang sosok nabi yang berbeda, bernama Abraham dan Ibrahim. Dalam Al Quran, Ibrahim 

diutus  sebagai  rasul  bagi  suatu  kaum  penyembah  berhala.  Kaum  Ibrahim menyembah 

langit, bintang-bintang dan bulan, serta berbagai berhala. Dia berjuang melawan kaumnya, 

men-coba  membuat  mereka  meninggalkan  kepercayaan-kepercayaan  takhyul,  dan  tidak 

terhindarkan,  membangkitkan  permusuhan  dari  seluruh  ka-umnya,  termasuk  ayahnya 

sendiri.

Ternyata,  tidak ada satu pun dari  hal  di  atas  diceritakan dalam Per-janjian  Lama. 

Dilemparkannya  Ibrahim  ke  dalam  api,  penghancuran  ber-hala-berhala  kaumnya,  tidak 

disebutkan  dalam Perjanjian  Lama.  Secara  umum  Ibrahim digambarkan  sebagai  nenek 

moyang  bangsa  Yahudi  da-lam  Perjanjian  Lama.  Nyatalah  bahwa  pandangan  dalam 

Perjanjian Lama ini dibuat oleh para pemimpin bangsa Yahudi yang berusaha mengang-kat 

konsep  “ras”  ke  permukaan.  Bangsa  Yahudi  percaya  bahwa  mereka  yaitu   kaum yang 

dipilih Tuhan untuk selama-nya dan diberi keunggul-an. Mereka dengan sengaja dan penuh 

hasrat mengubah kitab suci me-reka dan membuat berbagai penambahan serta pengurangan 

berdasar-kan keyakinan ini. Inilah sebabnya mengapa Ibrahim digambarkan sebagai nenek 

moyang bangsa Yahudi belaka dalam Perjanjian Lama.

Orang Nasrani  yang mempercayai  Perjanjian  Lama,  menganggap Ibrahim sebagai 

nenek moyang bangsa Yahudi, namun dengan satu per-bedaan: Menurut mereka, Ibrahim 

bukanlah  seorang  Yahudi  melainkan  seorang  Nasrani.  Orang  Nasrani  yang tidak  begitu 

memperhatikan kon-sep ras sebagaimana Yahudi, mempertahankan pandangan ini dan hal 

ini  menjadi salah satu penyebab perbedaan dan pertentangan di antara kedua agama 

ini. Allah memberi penjelasan atas perdebatan terse-but dalam Al Quran sebagai berikut :

“Hai  ahli  kitab,  mengapa  kamu  bantah-membantah  tentang  hal  Ibra-him, 

padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu 

tidak berpikir?

Beginilah kamu, kamu ini  (sewajarnya)  bantah-membantah tentang hal yang 

kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah dalam hal yang tidak kamu 

ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Ibrahim  bukanlah  seorang  Yahudi  dan  bukan  (pula)  seorang  Nasrani  akan 

namun  dia yaitu  seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-

kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.

Sesungguhnya orang yang paling  dekat  kepada Ibrahim yaitu   orang-orang 

yang  mengikutinya  dan  Nabi  ini  (Muhammad)  serta  orang-orang  yang  beriman 

(kepada  Muhammad),  dan  Allah  yaitu   pelindung  semua  orang-orang  yang 

beriman.” (QS. Ali ‘Imran , 3: 65-68) !

Dalam  Al  Quran,  sangat  berbeda  dengan  yang  ditulis  dalam  Per-janjian  Lama, 

Ibrahim yaitu  seseorang yang memperingatkan kaumnya agar mereka takut kepada Allah, 

serta  berjuang  melawan  mereka  sebab   itu.  Sejak  masa  mudanya,  ia  memperingatkan 

kaumnya  yang  menyem-bah  berhala-berhala,  agar  menghentikan  perbuatan  itu.  Sebagai 

balasan, mereka berupaya membunuh Ibrahim. sesudah  terhindar dari kejahatan kaumnya, 

maka Ibrahim akhirnya berimigrasi.

Picture Text

Pada  masa  Nabi  Ibrahim,  agama  politheisme  menyebar  di  wilayah  Mesopotamia. 

Sang Dewa Bulan "Sin", merupakan salah satu berhala yang paling penting. Orang-orang 

membuat patung dari tuhan-tuhan mereka dan menyembahnya. Di atas tampak patung Sin. 

Bentuk bulan sabit terlihat jelas pada dada patung ini .

Zigurat,  yang  digunakan  baik  sebagai  kuil  atau  tempat  pengamatan  bintang, 

merupakan bangunan yang dibuat dengan teknik paling maju pada masa itu. Bintang, bulan, 

dan matahari  menjadi  objek  utama penyembahan,  dan  sebab nya,  langit  merupakan  hal 

sangat penting. Di sebelah kiri dan bawah yaitu  zigurat utama bangsa Mesopotamia.

BAB 3 

KAUM NABI LUTH DAN KOTA YANG 

DIJUNGKIRBALIKKAN

“Kaum  Luth  pun  telah  mendustakan  ancaman-ancaman  (Nabinya). 

Sesungguhnya  Kami  telah  menghembuskan kepada  mereka  angin  yang  membawa 

batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan 

di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami 

memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) 

telah  memperingatkan  mereka  akan azab-azab Kami,  maka  mereka  mendustakan 

ancaman-ancaman itu.” 

(QS. Al Qamar, 54: 33-36) !

Luth hidup semasa dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah satu kaum 

tetangga  Ibrahim.  Kaum  ini,  sebagaimana  di-utarakan  oleh  Al  Quran,  mempraktikkan 

perilaku  menyimpang  yang  belum  dikenal  dunia  saat  itu,  yaitu  sodomi.  saat   Luth 

menyeru  mereka  untuk  menghentikan  penyimpangan  ini   dan  menyampai-kan 

peringatan  Allah,  mereka  mengabaikannya,  mengingkari  kenabi-annya,  dan  meneruskan 

penyimpangan  mereka.  Pada  akhirnya  kaum  ini  dimusnahkan  dengan  bencana  yang 

mengerikan.

Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. sebab  

berada di utara Laut Merah, kaum ini diketahui telah di-hancurkan sebagaimana termaktub 

dalam Al Quran. Kajian arkeologis mengungkapkan bahwa kota ini  berada di wilayah 

Laut Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania.

Sebelum mencermati  sisa-sisa  dari  bencana  ini,  marilah  kita  lihat  mengapa kaum 

Luth  dihukum  seperti  ini.  Al  Quran  menceritakan  bagai-mana  Luth  memperingatkan 

kaumnya dan apa jawaban mereka:

“Kaum Luth telah mendustakan rasulnya, saat  saudara mereka Luth, berkata 

kepada  mereka,  “Mengapa  kamu  tidak  bertakwa?”.  Sesungguhnya  aku  yaitu  

seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah 

dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan 

itu;  upahku  tidak  lain  hanyalah  dari  Tuhan  semesta  alam.  Mengapa  ka-mu 

mendatangi  jenis  lelaki  di  antara  manusia,  dan  kamu  tinggalkan  istri-istri  yang 

dijadikan  Tuhanmu untukmu,  bahkan kamu yaitu   orang-orang  yang  melampaui 

batas. Mereka menjawab “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-

benar kamu termasuk orang yang diusir”. Luth berkata ‘Sesungguhnya aku sangat 

benci kepada perbuatanmu ‘.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 160-168 ) !

Sebagai jawaban atas ajakan ke jalan yang benar, kaum Luth justru mengancamnya. 

Kaumnya membenci Luth sebab  ia menunjuki mereka jalan yang benar, dan bermaksud 

menyingkirkannya dan orang-orang yang beriman bersamanya. Dalam ayat lain, kejadian 

ini dikisahkan se-bagai berikut:

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah ) tatkala 

dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, 

yang  belum  pernah  dikerjakan  oleh  seorang  pun  (di  dunia  ini)  sebelummu?”. 

Sesungguhnya  kamu  mendatangi  lelaki  untuk  melampiaskan  nafsumu  (kepada 

mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini yaitu  kaum yang melampaui batas. 

Jawab  kaumnya  tidak  lain  hanya  mengatakan:  “Usirlah  mereka  (Luth  dan  para 

pengikutnya)  dari  kotamu  ini,  sesungguhnya  mereka  yaitu   orang-orang  yang 

berpura-pura mensucikan diri .” (QS. Al A'raaf, 7: 80-82) !

Luth  menyeru  kaumnya  kepada  sebuah  kebenaran  yang  begitu  nyata  dan 

memperingatkan mereka dengan jelas,  namun kaumnya sama sekali  tidak mengindahkan 

peringatan macam apa pun dan terus menolak Luth dan tidak mengacuhkan azab yang telah 

ia sampaikan kepada mereka:

“Dan (ingatlah) saat  Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguh-nya kamu 

benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang sebelumnya belum pernah 

dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya 

kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-

tempat  pertemuanmu?”  Maka  jawaban  kaumnya  tidak  lain  hanya  menga-takan: 

“Datangkanlah  kepada  kami  azab  Allah,  jika  kamu  termasuk  orang-orang  yang 

benar.” ( QS. Al ‘Ankabuut, 29: 28-29) !

sebab   menerima  jawaban  sedemikian  dari  kaumnya,  Luth  meminta  pertolongan 

kepada Allah.

“Ia berkata: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum 

yang berbuat kerusakan itu.” (QS. Al ‘Ankabuut, 29: 30) !

“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan 

yang mereka kerjakan.” ( QS. Asy-Syu’araa’, 26:169) !

Atas  doa  Luth  ini ,  Allah  mengirimkan  dua  malaikat  dalam wu-jud manusia. 

Kedua  malaikat  ini  mengunjungi  Ibrahim  sebelum  menda-tangi  Luth.  Di  samping 

membawa kabar gembira kepada Ibrahim bahwa istrinya akan melahirkan seorang jabang 

bayi, kedua utusan itu menjelas-kan alasan pengiriman mereka: Kaum Luth yang angkara 

akan dihan-curkan:

“Ibrahim bertanya, “Apakah urusanmu hai para utusan?” Mereka menjawab, 

“Sesungguhnya  kami  diutus  kepada  kaum yang  berdosa  (kaum Luth),  agar kami 

timpakan kepada mereka batu-batu  dari  tanah yang (keras),  yang ditandai  di  sisi 

Tuhanmu untuk (membi-nasakan) orang-orang yang melampaui  batas.”  (QS.  Adz-

Dzaariyaat, 51: 31-34) !

“Kecuali  Luth  beserta  pengikut-pengikutnya.  Sesungguhnya  Kami  akan 

menyelamatkan mereka semuanya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa 

sesungguhnya  ia  itu  termasuk orang-orang  yang tertinggal  (bersama-sama dengan 

orang kafir lainnya).” (QS. Al Hijr, 15: 59-60) !

sesudah   meninggalkan  Ibrahim,  para  malaikat  yang  dikirim  sebagai  utusan  lalu 

mendatangi Luth. sebab  belum pernah bertemu utusan sebe-lumnya, Luth awalnya merasa 

khawatir, namun kemudian ia merasa te-nang sesudah  berbicara dengan mereka.

“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepa-da Luth, dia 

merasa  susah  dan  merasa  sempit  dadanya  sebab   keda-tangan  mereka,  dan  dia 

berkata, “Inilah hari yang amat sulit.” (QS. Huud, 11: 77) !

“Ia berkata:  “Sesungguhnya kamu yaitu  orang-orang yang tidak di-kenal”. 

Para utusan menjawab: “Sebenarnya kami ini datang kepa-damu dengan membawa 

azab  yang  selalu  mereka  dustakan.  Dan  ka-mi  datang  kepadamu  membawa 

kebenaran  dan  sesungguhnya  kami  betul-betul  orang  yang  benar.  Maka  pergilah 

kamu  di  akhir  malam  dengan  membawa  keluargamu,  dan  ikutilah  mereka  dari 

belakang  dan  janganlah  seorang  pun  di  antara  kamu  menoleh  ke  belakang  dan 

teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu”. Dan Kami telah 

wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bah-wa mereka akan ditumpas habis 

di waktu subuh.” (QS. Al Hijr, 15 : 62-66) !

Sementara itu, kaum Luth telah mengetahui bahwa ia kedatangan tamu. Mereka tidak 

ragu-ragu untuk mendatangi tamu-tamu ini  de-ngan niat buruk sebagaimana terhadap 

yang  lain-lain  sebelumnya.  Mere-ka  mengepung  rumah  Luth.  sebab   khawatir  atas 

keselamatan tamunya, Luth berbicara kepada kaumnya sebagai berikut: 

“Luth berkata: “Sesungguhnya mereka yaitu  tamuku; maka jangan-lah kamu 

memberi  malu  (kepadaku),  dan  bertakwalah  kepada  Allah  dan  janganlah  kamu 

membuat aku terhina.” (QS. Al Hijr, 15 : 68-69) !

Kaum Luth menjawab dengan marah:

“Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (me-lindungi) 

manusia.” (QS. Al Hijr, 15: 70) !

Merasa bahwa ia dan tamunya akan mendapatkan perlakuan keji, Luth berkata: 

“Seandainya  aku  mempunyai  kekuatan  (untuk  menolakmu)  atau  kalau  aku 

dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu akan aku lakukan).” (QS. Huud, 

11: 80) !

“Tamu”-nya mengingatkannya bahwa sesungguhnya mereka yaitu  utusan Allah dan 

berkata:

“Para  utusan  (malaikat)  berkata:  ”Hai  Luth,  sesungguhnya  kami  yaitu  

utusan-utusan Tuhanmu,  sekali-kali  mereka tidak akan da-pat  mengganggu kamu, 

sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut kamu di akhir malam dan 

janganlah  ada  seorang  pun  di  antara  kamu  yang  tertinggal,  kecuali  istrimu. 

Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka sebab  sesungguhnya 

saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah 

dekat ?“ (QS. Huud, 11 : 81) !

saat   kelakuan  jahat  warga kota  memuncak,  Allah  menyelamatkan  Luth  dengan 

perantaraan  malaikat.  Pagi  harinya,  kaum Luth  dihancur-leburkan dengan bencana  yang 

sebelumnya telah ia sampaikan.

“Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya 

(kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan 

ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab 

yang kekal.” (QS. Al Qamar, 54: 37-38) !

Ayat yang menerangkan penghancuran kaum ini sebagai berikut :

“Maka  mereka  dibinasakan  oleh  suara  keras  yang  mengguntur,  keti-ka 

matahari akan terbit. Maka kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah 

dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras. Sesungguhnya pada yang 

demikian  itu  ada   tanda-tanda  (kebesaran  Kami)  bagi  orang-orang  yang 

meperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan 

yang masih tetap (dilalui manusia).” (QS. Al Hijr, 15: 73-76) !

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas 

ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah 

yang terbakar secara bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu 

tiyaitu  jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS. Huud, 11: 82-83) !

“Kemudian Kami binasakan yang lain, dan Kami hujani mereka dengan hujan 

(batu belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah 

diberi peringatan itu. Sesungguh-nya pada yang demikian itu benar-benar ada  

bukti-bukti yang nyata. Dan yaitu  kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesung-

guhnya  Tuhanmu,  benar-benar Dialah  Yang Mahaperkasa  lagi  Maha  Penyayang.” 

(QS. Asy-Syu’araa’, 26: 172-175) !

 

saat  kaum ini  dihancurkan, hanya Luth dan pengikutnya, yang tidak lebih dari 

“sebuah keluarga”,  yang diselamatkan.  Istri  Luth sendiri  juga tidak percaya, dan ia juga 

dihancurkan.

“Dan  (Kami  juga  yang  telah  mengutus)  Luth  (kepada  kaumnya).  (Ingatlah) 

tatkala  dia  berkata  kepada  mereka:  “Mengapa  kamu  mengerjakan  perbuatan 

faahisyah  itu,  yang  belum  pernah  dikerja-kan  oleh  seorang  pun  (di  dunia  ini) 

sebelumnya?”.  Sesungguhnya kamu mendatangi  lelaki  untuk  melepaskan nafsumu 

(kepada mere-ka),  bukan kepada  wanita,  malah  kamu ini  yaitu   kaum yang  me-

lampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth 

dan  pengikut-pengikutnya)  dari  kotamu  ini;  sesungguhnya  mereka  yaitu   orang-

orang yang berpura-pura me-nyucikan diri”.  Kemudian Kami selamatkan dia  dan 

pengikut-pengi-kutnya  kecuali  istrinya;  dia  termasuk  orang-orang  yang  tertinggal 

(dibinasakan).  Dan  Kami  turunkan  kepada  mereka  hujan  (batu  belerang),  maka 

perhatikanlah  bagaimana  kesudahan  orang-orang  yang  memperturutkan  dirinya 

dengan dosa dan kejahatan itu.” (QS. Al A'raaf, 7: 80-84) !

Demikianlah,  Nabi  Luth  diselamatkan  bersama  para  pengikut  dan  keluarganya, 

kecuali  istrinya.  Sebagaimana  disebutkan  dalam Perjanjian  Lama,  ia  (Luth)  berimigrasi 

bersama Ibrahim. Akan halnya kaum yang sesat itu, mereka dihancurkan dan tempat tinggal 

mereka diratakan de-ngan tanah.

 

"Tanda-Tanda yang Nyata" di Danau Luth

Ayat ke-82 Surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang menimpa kaum 

Luth. “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri Kaum Luth itu yang atas ke 

bawah  (Kami  balikkan),  dan  Kami  hujani  mereka  dengan  (batu  belerang)  tanah  yang 

terbakar secara bertubi-tubi.”

Pernyataan  “menjungkirbalikkan  (kota)”  bermakna  kawasan  terse-but 

diluluhlantakkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Sesuai dengan ini, Danau Luth, tempat 

penghancuran terjadi, mengandung bukti “nyata” dari bencana ini .

Kita kutip apa yang di-katakan oleh ahli arkeologi Jerman bernama Werner Keller, 

sebagai berikut:

Bersama dengan  dasar  dari  retakan  yang  sangat  lebar  ini,  yang  persis  me-lewati 

daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam sa-tu hari terjerumus ke 

ke-dalaman. Kehancuran mereka terjadi  melalui  se-buah peristiwa gempa bu-mi  dahsyat 

yang mung-kin disertai dengan letus-an, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.13

Malahan, Danau Luth, atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, ter-letak tepat di 

puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi:

Dasar  dari  Laut  Mati  berdekatan  dengan  runtuhan  yang  berasal  dari  peristi-wa 

tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya 

di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah di Selatan.14

Peristiwa  ini   dilukiskan  dengan  “Kami  menghujani  mereka  de-ngan  batu 

belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi” pada bagian akhir 

ayat. Ini semua mungkin berarti letusan gunung api yang terjadi di tepian Danau Luth, dan 

sebab nya cadas dan batu yang meletus berbentuk “terbakar“ (kejadian serupa diceritakan 

da-lam ayat ke-173 Surat Asy-Syu’araa’ yang menyebutkan: “Kami menghu-jani mereka 

(dengan belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi 

peringatan itu.“) 

Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller menulis :

Pergeseran  patahan  membangkitkan  tenaga  vulkanik  yang  telah  tertidur  lama 

sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih ada  kawah 

yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan 

basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.15

Lava dan lapisan  basal  merupakan  bukti  terbesar  bahwa letusan  gu-nung api  dan 

gempa  bumi  pernah  terjadi  di  sini.  Bencana  yang  dilukiskan  dengan  ungkapan  “Kami 

menghujani mereka dengan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara 

bertubi-tubi“ dalam Al Quran besar kemungkinan menunjuk letusan vulkanis ini, dan Allah-

lah Yang Mahatahu. Ungkapan “saat  firman Kami telah terbukti, Kami jungkir-balikkan 

(kota)“, dalam ayat yang sama, mestilah menunjuk pada gempa bumi yang meng-akibatkan 

letusan gunung api di atas permukaan bu-mi dengan akibat yang dahsyat, serta retakan dan 

reruntuhan yang diaki-batkannya, dan hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

“Tanda-tanda  nyata”  yang  disampaikan  oleh  Danau  Luth  tentu  sangat  menarik. 

Umum  nya, ke-jadian yang diceritakan dalam Al Quran terjadi di Timur Tengah, Jazirah 

Arab, dan Mesir. Tepat di tengah-tengah semua ka-wasan ini terletak Danau Luth. Danau 

Luth, serta sebagian peristiwa yang terjadi di sekitarnya, pa-tut mendapat perhatian secara 

geologis. Danau ini  diperkirakan berada 400 meter di bawah permukaan Laut Tengah. 

sebab  lokasi  ter-dalam dari danau ini  yaitu  400 meter,  dasarnya berada di keda-

laman 800 meter di bawah Laut Tengah. Inilah titik yang terendah di seluruh permukaan 

bumi. Di daerah lain  yang lebih  rendah dari  permu-kaan laut,  paling dalam yaitu  100 

meter.  Sifat  lain  dari  Danau  Luth  yaitu   kandungan  garamnya  yang  sangat  tinggi, 

kepekatannya hampir mencapai 30%. Oleh sebab  itu, tidak ada organisme hidup, semacam 

ikan atau lumut, yang dapat hidup di dalam danau ini. Hal inilah yang menyebabkan Danau 

Luth dalam literatur-literatur Barat lebih sering disebut sebagai “ Laut Mati”. 

Kejadian yang menimpa kaum Luth, yang disebutkan dalam Al Quran berdasarkan 

perkiraan terjadi sekitar 1.800 SM. Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan geologis, 

peneliti  Jerman Werner  Keller  mencatat  bahwa  kota  Sodom dan  Gomorah  benar-benar 

berada di lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan 

bahwa pernah ada  situs yang besar dan dihuni di daerah itu. 

Karakteristik  paling  menarik  dari  struktur  Danau  Luth  yaitu   bukti  yang 

menunjukkan bagaimana peristiwa bencana yang diceritakan dalam Al Quran terjadi: 

Pada pantai timur Laut Mati, semenanjung Al Lisan menjulur seperti lidah jauh ke 

dalam air. Al Lisan berarti "lidah" dalam ba-hasa Arab. Dari daratan tidak tampak bahwa 

tanah berguguran di bawah permukaan air pada su-dut yang sangat luar biasa, me-misahkan 

laut menjadi dua ba-gian. Di sebelah kanan semenan-jung, lereng menghunjam tajam ke 

kedalaman 1200 kaki. Di sebe-lah kiri semenanjung, secara luar biasa kedalaman air tetap 

dang-kal.  Penelitian  yang  dilakukan  beberapa  tahun  terakhir  ini  menunjukkan  bahwa 

kedalam-annya hanya berkisar antara 50 - 60 kaki. Bagian dangkal yang luar biasa dari Laut 

Mati  ini,  mulai  dari  semenanjung  Al  Lisan  sampai  ke  ujung  paling  Selatan,  dulunya 

merupakan Lembah Siddim16.

Werner Keller  menenggarai  bahwa bagian dangkal  ini,  yang ditemu-kan terbentuk 

belakangan, merupakan hasil dari gempa bumi dahsyat yang telah disebutkan di atas. Di 

sinilah Sodom dan Gomorah berada, yakni tempat kaum Luth pernah hidup.

Suatu  saat ,  daerah  ini  dapat  dilintasi  dengan  berjalan  kaki.  Namun  sekarang, 

Lembah Siddim, tempat Sodom dan Gomorah dahulunya ber-ada, ditutupi oleh permukaan 

datar  bagian  Laut  Mati  yang  rendah.  Ke-runtuhan  dasar  danau  akibat  bencana  alam 

mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua sebelum Masehi mengakibatkan air garam dari 

utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air 

asin.

Jejak-jejak Danau Luth dapat terlihat.... Jika seseorang bersampan me-lintasi Danau 

Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, maka ia akan 

melihat sesuatu yang sangat me-nakjubkan. Pada jarak tertentu dari pantai dan jelas terlihat 

di  bawah  permukaan  air,  tampaklah  gambaran  bentuk  hutan  yang  diawetkan  oleh 

kandungan  garam  Laut  Mati  yang  sangat  tinggi.  Batang  dan  akar  di  bawah  air  yang 

berwarna hijau berkilauan tampak sangat kuno. Lembah Siddim, di mana pepohonan ini 

dahulu kala bermekaran daunnya menutupi batang dan ranting merupakan salah satu tempat 

terindah di daerah ini. Aspek mekanis dari bencana yang menimpa kaum Luth diungkapkan 

oleh  para  peneliti  geologi.  Mereka  mengungkapkan  bahwa  gempa  bumi  yang 

menghancurkan kaum Luth terjadi sebagai akibat rekahan yang sangat panjang di dalam 

kerak  bumi  (garis  patahan)  sepan-jang  190 km yang membentuk dasar  sungai  Sheri’at. 

Sungai Sheri’at membuat air terjun sepanjang 180 meter keseluruhannya. Kedua hal ini dan 

fakta  bahwa Danau Luth berada  400 meter  di  bawah permukaan  laut  yaitu   dua bukti 

penting yang menunjukkan bahwa peristiwa geologis yang sangat hebat pernah terjadi di 

sini.

Struktur Sungai Sheri’at dan Danau Luth yang menarik hanya merupakan sebagian 

kecil dari re-kahan atau patahan yang melintas dari kawasan bumi ini . Kon-disi dan 

panjang rekahan ini baru ditemukan akhir-akhir ini.

Rekahan ini  berawal da-ri tepian Gunung Taurus, meman-jang ke pantai selatan 

Danau Luth dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut 

Merah, dan ber-akhir di Afrika. Di sepanjangnya teramati kegiatan-kegiatan vulkanis yang 

kuat.  Batuan basal  hitam dan lava ada   di  Gunung Galilea  di  Israel,  daerah dataran 

tinggi Yordan, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya.

Seluruh reruntuhan dan bukti geografis ini  menunjukan bahwa bencana geologis 

dahsyat pernah terjadi di Danau Luth. Werner Keller menulis:

Bersama dengan  dasar  dari  retakan  yang  sangat  lebar  ini,  yang  persis  me-lewati 

daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke 

kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebu-ah peristiwa gempa bumi dahsyat yang 

mungkin  disertai  dengan  letusan,  petir,  keluarnya  gas  alam serta  lautan  api.  Pergeseran 

patahan membang-kitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di 

lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih ada  kawah yang menjulang dari 

gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang 

telah terdeposit pada permukaan batu kapur.17

National Geographic edisi Desember 1957 menyatakan sebagai berikut: 

Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut Mati. 

Belum pernah  seorang  pun  menemukan  kota  Sodom dan  Gomorrah  yang  dihancurkan, 

namum para akademisi percaya bahwa mereka berada di lembah Siddim yang melintang 

dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari Laut Mati menelan mereka sesudah  gempa 

bumi.18

Pompei Berakhir Serupa

Al Quran memberi tahu kita dalam ayat berikut bahwa tidak ada perubahan dalam 

hukum Allah.

“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuatnya sumpah; 

sesungguhnya  jika  datang  kepada  mereka  seorang  pemberi  peringatan,  niscaya 

mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala 

datang  kepada  mereka  pemberi  peringatan,  maka  kedatangannya  itu  tidak 

menambah  kepada  mere-ka,  kecuali  jauhnya  mereka  dari  (kebenaran),  sebab  

kesombongan (mereka) di muka bumi dan sebab  rencana (mereka) yang jahat. Ren-

cana itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiyaitu  

yang  mereka  nanti-nantikan  melainkan  (berlaku-nya)  sunnah  (Allah  yang  telah 

berlaku)  kepada  orang-orang  yang  ter-dahulu.  Maka  sekali-kali  kamu  tidak  akan 

menemui penyimpangan bagi sunnah Allah.” (QS. Faathir, 35: 42-43) !

Ya,  “tidak  akan  ditemukan  perubahan  dalam  sunnah  Allah”.  Siapa  pun,  yang 

menentang  hukum-Nya  dan  memberontak  terhadap-Nya,  akan  menghadapi  hukum suci 

yang  sama.  Pompei,  sebuah  simbol  keme-rosotan  Kekaisaran  Romawi,  juga  melakukan 

perilaku seksual menyim-pang. Kesudahannya pun serupa dengan kaum Luth.

Kehancuran Pompei disebabkan oleh letusan gunung Vesuvius.

Gunung Vesuvius yaitu  simbol bagi Italia, terutama kota Naples. sebab  berdiam 

diri  selama dua ribu tahun terakhir, Vesuvius dinamai “Gunung Peringatan”. Gunung ini 

dinamai demikian bukannya tanpa sebab. Bencana yang menimpa Sodom dan Gomorrah 

sangat mirip dengan bencana yang menghancurkan Pompei.

Di sebelah kanan Vesuvius terletak kota Naples dan di sebelah timur terletak Pompei. 

Lava dan debu dari letusan vulkanis dahsyat yang terjadi dua alaf yang lalu memerangkap 

warga kota ini . Bencana ini  terjadi begitu tiba-tiba, sehingga segala sesuatu di 

kota  itu  terperangkap  di  tengah kehidupan sehari-hari  dan hingga kini  tetap seperti  apa 

adanya dua alaf yang lalu. Seolah waktu telah dibekukan.

Pemusnahan Pompei dari muka bumi dengan bencana seperti ini bu-kan tanpa alasan. 

Catatan historis menunjukkan bahwa kota ini  ada-lah sarang foya-foya dan perilaku 

menyimpang. Kota ini dikenal dengan meningkatnya pelacuran begitu tinggi sampai-sampai 

jumlah rumah bordil  tidak terhitung lagi.  Tiruan alat  kelamin  dalam ukuran aslinya  di-

gantungkan  di  depan  pintu-pintu  rumah  bordil.  Menurut  tradisi  yang  ber-akar  dari 

kepercayaan Mithra ini, organ seksual dan persetubuhan tidak seharusnya disembunyikan, 

namun diper-tontonkan secara terang-terangan.

Namun lava Vesuvius telah menyapu bersih seluruh kota dari peta dengan seke-tika. 

Segi yang paling menarik dari peris-tiwa ini yaitu  bahwa tidak ada seorang pun melarikan 

diri  walau  demikian  he-bohnya  letusan  Vesuvius.  Sepertinya  me-reka  sama sekali  tidak 

menyadari bencana ini , seolah-olah mereka sedang ter-kena mantra. Sebuah keluarga 

yang  sedang  menyantap  makanan  mereka  membatu  saat  itu  juga.  Banyak  pasangan 

ditemukan membatu dalam keadaan se-dang berhubungan badan. Hal yang pa-ling menarik 

yaitu  bahwa ada  pa-sangan berjenis kelamin sama dan pasang-an muda-mudi yang 

masih  kecil.  Wajah  dari  beberapa  jasad  membatu  yang  digali  dari  Pompei  tidak  rusak, 

ekspresi wajah-wajah ini  pada umumnya menun-jukkan kebingungan.

Di  sinilah  ada   aspek yang paling  tak terpahami  dari  bencana  itu.  Bagaimana 

mungkin ribuan orang yang menunggu untuk dijemput maut tanpa melihat dan mendengar 

apa pun?

Aspek ini menunjukkan bahwa musnahnya Pompei mirip dengan peristiwa-peristiwa 

penghancuran yang disebutkan dalam Al Quran, sebab  Al Quran secara jelas menyebutkan 

“pembinasaan yang tiba-tiba“ saat  menceritakan berbagai peristiwa itu. Sebagai contoh, 

“warga  kota”  yang  disebutkan  dalam  Surat  Yaasiin  mati  sesaat   secara  bersamaan. 

Keadaan ini diceritakan dalam Surat Yaasiin ayat 29 sebagai berikut:

“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba 

mereka semuanya mati.”

Dalam ayat 31 Surat Al Qamar, sekali lagi “pembinasaan sesaat ” ditekankan saat  

penghancuran kaum Tsamud dikisahkan:

“Sesungguhnya  Kami  menimpakan  atas  mereka  satu  suara  yang  keras 

mengguntur,  maka  jadilah  mereka  seperti  rumput-rumput  ke-ring  (yang 

dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”

Kematian warga kota Pompei terjadi sesaat  sebagaimana peristiwa-peristiwa yang 

diceritakan pada ayat-ayat di atas.

Meskpun demikian, tidak banyak hal yang berubah di tempat Pompei pernah berdiri. 

Daerah  Naples,  tempat  terjadinya  kerusakan,  tidak  meng-alami  yang  terjadi  di  daerah 

Pompei yang tidak bermoral. Kepulauan Capri yaitu  basis bagi kaum homoseksual dan 

kaum nudis bertempat tinggal. Kepulauan Capri ditampilkan sebagai “surga homoseksual” 

da-lam iklan pariwisata. Tidak hanya di kepulauan Capri dan di Italia saja, namun hampir di 

seluruh dunia kemerosotan moral  yang sama sedang terjadi,  dan manusia tetap berkeras 

untuk tidak mengambil pelajaran dari pengalaman mengerikan kaum-kaum terdahulu.

Picture Text

Sebuah foto satelit dari daerah tempat tinggal kaum Luth dahulu.

Danau Luth, atau disebut juga Laut Mati.

Foto-foto Danau Luth yang diambil dari satelit.

Sebuah  ilustrasi  yang  menunjukkan  letusan  gunung  berapi  dan  keruntuhan  yang 

mengikutinya, yang memusnahkan seluruh kaum.

Pandangan jarak jauh dari Danau Luth

Pandangan atas dari pegunungan di sekitar Danau Luth

Sisa-sisa  dari  kota  yang  terkubur  ke  dalam  danau,  ditemukan  di  tepian  danau. 

Peninggalan ini menunjukkan bahwa kaum Luth telah memiliki standar hidup yang cukup 

tinggi.

Penghancuran kaum Luth telah mengilhami banyak pelukis.  Salah satunya seperti 

tampak di atas.

Gambar di  atas menunjukkan kemewahan dan kemakmuran kota Pompei  sebelum 

terjadinya bencana. 

Mayat-mayat membatu yang ditemukan pada penggalian di Pompei.

Contoh lain dari mayat-mayat membatu yang ditemukan 

di antara reruntuhan Pompei.

Beberapa  contoh  lain  dari  mayat-mayat  membatu  yang  ditemukan  di  Pompei. 

Gambar  di  sebelah  kiri  yaitu   contoh  yang  sangat  tepat  untuk  menunjukkan  betapa 

cepatnya bencana ini  terjadi.

BAB 4 

KAUM ’AD DAN UBAR, “ATLANTIS DI 

PADANG PASIR”

“Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat 

dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh 

malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu 

mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah 

kosong  (lapuk).  Maka  kamu  tidak  melihat  seorang  pun  yang  tinggal  di  antara 

mereka.” (QS. Al Haaqqah, 69: 6-8) !

Kaum lain yang dimusnahkan dan diberitakan dalam berbagai surat dalam Al Quran 

yaitu  kaum 'Ad, yang disebutkan sete-lah kaum Nuh. Nabi Hud yang diutus untuk kaum 

‘Ad meme-rintahkan mereka, sebagaimana yang telah dilakukan nabi-nabi lainnya, untuk 

beriman kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dan mematuhi dirinya sebagai nabi 

pada  waktu  itu.  Namun  mereka  menang-gapinya  dengan  rasa  permusuhan.  Ia  didakwa 

sebagai seorang bodoh, pembohong, dan berusaha mengubah apa yang telah dilakukan para 

leluhur mereka. 

Dalam Surat Hud semua hal yang terjadi antara Hud dengan kaum-nya diceritakan 

secara terperinci:

“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus)  saudara mereka Hud. Ia berkata,  “Hai 

kaumku,  sembahlah  Allah,  sekali-kali  tidak  ada  bagimu Tuhan  selain  Dia.  Kamu 

hanyalah mengada-adakan saja.” 

“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku 

tidak  lain  hanyalah  dari  Allah  yang  telah  menciptakanku.  Maka  tidakkah  kamu 

memikirkan(nya)?” 

Dan  (dia  berkata):  ”Hai  kaumku,  mohonlah  ampun kepada  Tuhan-mu,  lalu 

bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu 

dan Dia  akan menambahkan kekuatan kepada  kekuatanmu,  dan  janganlah kamu 

berpaling dengan berbuat dosa.” 

Kaum ‘Ad berkata: ”Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada ka-mi suatu 

bukti  yang  nyata,  dan  kami  sekali-kali  tidak  akan  mening-galkan  sembahan-

sembahan kami sebab  perbuatanmu, dan kami tidak akan sekali-kali mempercayai 

kamu.  Kami  tidak  mengatakan  melainkan  bahwa  sebagian  sembahan  kami  telah 

menimpakan pe-nyakit gila atas dirimu.”

Hud menjawab:  “Sesungguhnya  aku bersaksi  kepada  Allah  dan saksikanlah 

olehmu  sekalian  bahwa  sesungguhnya  aku  berlepas  diri  dari  apa  yang  kamu 

persekutukan,  dari  selain-Nya,  sebab  itu  jalan-kanlah  tipu  dayamu  semuanya 

terhadapku  dan  janganlah  kamu memberi  tangguh  kepadaku.  Sesungguhnya  aku 

bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata 

pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.  Sesungguhnya Tuhanku di 

atas jalan yang lurus.

Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu 

apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku 

akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat 

membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku yaitu  Maha 

Pemelihara segala sesuatu. “

Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang 

beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka 

(di akhirat) dari azab yang berat. 

Dan itulah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekua-saan Tuhan 

mereka,  dan mendurhakai rasul-rasul  Allah dan mereka menuruti  perintah semua 

penguasa yang sewenang-wenang lagi menantang (kebenaran). 

Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari 

kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, 

kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad (yaitu) kaum Hud itu.” (QS. Huud, 11: 50-60) !

Surat lain yang menyebutkan tentang kaum ‘Ad yaitu  surat Asy-Syu’araa’. Dalam 

surat  ini  ditekankan beberapa karakteristik  dari  kaum ‘Ad. Menurut  surat  ini  kaum ‘Ad 

yaitu   kaum  yang  “mendirikan  ba-ngunan  di  setiap  tempat  yang  tinggi”  dan  orang-

orangnya “membangun gedung-gedung yang indah dengan harapan mereka akan hidup di 

dalamnya  (selamanya)”.  Disamping  itu,  mereka  berbuat  kejahatan  dan  berlaku  bengis. 

saat   Hud  memperingatkan  kaumnya,  mereka  mengo-mentari  kata-katanya  sebagai 

“kebiasaan kuno”. Mereka sangat yakin bahwa tidak ada hal yang akan terjadi terhadap 

mereka.

“Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul. 

saat   saudara  mereka  Hud  berkata  kepada  mereka:  “Mengapa  kamu  tidak 

bertakwa? 

Sesungguhnya aku yaitu  seorang rasul; kepercayaan (yang diutus) kepadamu.

Maka bertakwalah kepada  Allah  dan taatlah  kepadaku.  Dan sekali-kali  aku 

tidak meminta  upah kepadamu atas  ajakan  itu;  upahku tidak lain  hanyalah  dari 

Tuhan semesta alam. 

Apakah  kamu  mendirikan  pada  tiap-tiap  tanah  tinggi  bangunan  un-tuk 

bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan mak-sud supaya kamu 

kekal (di dunia)?

Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang 

kejam dan bengis. 

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. 

Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepa-damu apa 

yang kamu ketahui. 

Dia  telah  menganugerahkan