radaban yang lebih besar dan lebih kompleks sehingga dunia
berisi semakin sedikit dan semakin sedikit megabudaya, yang
masing-masing lebih besar dan lebih kompleks. Ini tentu saja
generalisasi yang sangat kasar, yang hanya benar pada level
makro. Pada level mikro, tampaknya setiap kelompok budaya
yang bergabung menjadi megabudaya, ada sebuah megabudaya
yang pecah berkeping-keping. Imperium Mongolia berekspansi
untuk mendominasi potongan besar Asia dan bahkan beberapa
bagian Eropa, hanya untuk runtuh berkeping-keping. Kristen
menggaet ratusan juta pemeluk baru pada saat yang sama saat
agama itu terpecah menjadi sekte-sekte yang tak terhitung
jumlahnya. Bahasa Latin menyebar ke Eropa Barat dan Tengah,
kemudian pecah menjadi dua dialek lokal yang keduanya
akhirnya menjadi bahasa nasional. Namun, pecahan-pecahan ini
yaitu pembalikan temporer dalam tren tak terelakkan menuju
penyatuan. Mempersepsi arah sejarah yaitu benar-benar masalah
pandangan saja. saat kita mengadopsi pandangan “mata-
burung” tentang sejarah yang sangat terkenal, yang menelusuri
perkembangan-perkembangan dalam rentang beberapa dekade
atau beberapa abad, sulit untuk mengatakan apakah sejarah
bergerak menuju arah penyatuan atau keragaman. Namun,
memahami proses-proses jangka pandangan “mata-burung”
sesungguhnya yaitu sesuatu yang terlalu myopic (terlalu dekat
dengan objek pandangan). Akan lebih baik kalau kita mengadopsi
pandangan satelit mata-mata kosmis, yang menyapu milenium-
milenium ketimbang abad-abad. Dari pandangan semacam itu,
menjadi lebih tegas bahwa sejarah bergerak tiada henti menuju
penyatuan. Terbelahnya Kristen dan runtuhnya Imperium
Mongolia hanyalah kendali kecepatan di jalan tol sejarah.
Cara terbaik untuk melihat arah umum sejarah yaitu dengan
menghitung dunia-dunia manusia yang terpisah yang bersama-
sama hadir pada masa tertentu di muka Bumi. Pada masa kini,
kita terbiasa berpikir tentang planet sebagai satu unit tunggal,
namun hampir sepanjang sejarah, Bumi sesungguhnya yaitu
sebuah galaksi utuh dari dunia-dunia manusia yang terisolasi.
Pikirkanlah Tasmania, sebuah pulau berukuran sedang di
sebelah selatan Australia. Ia terputus dari daratan utama Australia
sekitar 10.000 SM saat akhir Zaman Es memicu permukaan
laut naik. Beberapa ribu manusia pemburu-penjelajah tersisa
di pulau itu, dan tidak ada kontak apa pun dengan manusia
lain sampai kedatangan orang-orang Eropa pada abad ke-19.
Selama 12.000 tahun, tak seorang pun tahu ada orang-orang
Tasmania di sana, dan mereka tidak tahu bahwa ada orang lain
di dunia. Mereka melakukan perang, pergolakan politik, isolasi
sosial, dan perkembangan-perkembangan budaya mereka sendiri.
Namun, jika merujuk ke para kaisar China atau para penguasa
Mesopotamia, Tasmania ibarat sebuah lokasi di salah satu bulan
Yupiter. Orang-orang Tasmania hidup dalam dunia mereka sendiri.
Amerika dan Eropa, pun, yaitu dunia-dunia yang terpisah
dari sebagian besar sejarah. Pada 378 M, Kaisar Romawi,
Valence, dikalahkan dan dibunuh oleh kaum Gotha pada
peperangan Adrianople. Pada tahun yang sama, Raja Chak Tok
Ich’aak dari Tikal dikalahkan dan dibunuh oleh angkatan perang
Teotihuacan. (Tical yaitu sebuah negara kota Mayan yang
penting, sedang Teotihuacan waktu itu yaitu kota terbesar
di Amerika, dengan hampir 250.000 penghuni—ukuran yang
sama dengan seangkatannya, Roma). Tidak ada koneksi apa pun
antara kekalahan Romawi dan kebangkitan Teotihuacan. Romawi
mungkin terletak di Mars dan Teotihuacan di Venus.
Berapa banyak dunia manusia yang berbeda yang hadir
bersamaan di muka Bumi? Sekitar 10.000 SM planet kita berisi
banyak ribuan. Pada 2000 SM, jumlah mereka menyusut ke
ratusan, atau paling banyak beberapa ribu. Pada 1450, jumlahnya
turun lebih drastis lagi. Pada saat itu, menjelang abad eksplorasi
Eropa, Bumi masih berisi dalam jumlah yang signifikan dunia-
dunia kerdil seperti Tasmania. Namun, hampir 90 persen manusia
hidup di sebuah megadunia: dunia Afro-Asia. Sebagian besar
Asia, sebagian besar Eropa, dan sebagian besar Afrika (termasuk
potongan-potongan substantif sub-Sahara Afrika) sudah terhubung
oleh ikatan-ikatan kultural, politik, dan ekonomi yang signifikan.
Sebagian besar dari sepersepuluh populasi dunia yang tersisa
Anak Panah Sejarah
terbagi di antara 4 dunia dalam ukuran dan kompleksitas yang
memadai:
1. Dunia Mesoamerika, yang meliputi sebagian besar
Amerika Tengah dan beberapa bagian Amerika Utara.
2. Dunia Andea, yang meliputi sebagian besar Amerika
Latin bagian barat.
3. Dunia Australia, yang meliputi kontinen Australia.
4. Dunia Oseania, yang meliputi sebagian besar pulau-pulau
bagian barat daya Samudra Pasifik, dari Hawaii sampai
Selandia Baru.
Dalam kurun 300 tahun kemudian, raksasa Afro-Asia menelan
seluruh dunia-dunia lain. Ia memakan Dunia Mesoamerika
pada 1521, saat Spanyol menaklukkan Imperium Aztec. Ia
mendapat sengatan pertama dari Dunia Oseania pada saat yang
sama, saat pengembaraan dunia Ferdinand Magellan, dan segera
sesudahnya merampungkan penaklukannya. Dunia Andea runtuh
pada 1532, saat para penakluk Spanyol menumpas Imperium
Inca. Orang Eropa pertama mendarat di kontinen Australia
pada 1606, dan dunia murni itu berakhir saat kolonisasi
Ingggris dimulai pada awal 1788. Lima puluh tahun kemudian
orang-orang Inggris mendirikan permukiman pertama mereka di
Tasmania, dengan demikian membawa dunia manusia otonomi
itu ke dalam lingkaran pengaruh Afro-Asia.
Raksasa Afro-Asia butuh beberapa abad untuk mencerna
seluruh yang ditelannya, namun proses itu tak bisa dibalikkan lagi.
Kini hampir seluruh manusia memiliki sistem geopolitik yang
sama (seantero planet ini terbagi menjadi negara-negara yang
diakui secara internasional); sistem ekonomi yang sama (kekuatan
pasar kapitalis bahkan membentuk sudut-sudut paling terpencil
di muka Bumi); sistem hukum yang sama (hak-hak asasi manusia
dan hukum internasional valid di mana pun, paling tidak secara
teoretis); dan sistem ilmu pengetahuan yang sama (para ahli di
Iran, Israel, Australia, dan Argentina memiliki pandangan yang
persis sama tentang struktur atom atau perawatan terhadap
tuberkulosis).
Kultur global tunggal itu tidaklah homogen. Sama seperti
satu tubuh organik tunggal berisi banyak jenis organ dan sel-sel
yang berbeda, maka kultur global tunggal kita terdiri atas banyak
jenis gaya hidup dan orang, dari para pialang saham New York
sampai ke para penggembala Afganistan. Meskipun demikian,
semuanya terhubung erat dan saling memengaruhi dalam banyak
sekali cara. Mereka bertengkar dan berkelahi, namun mereka
bertengkar memakai konsep-konsep yang sama dan berkelahi
memakai senjata-senjata yang sama. “Benturan peradaban”
yang riil itu seperti dialog termasyhur orang tuli. Tak seorang
pun yang bisa menangkap apa yang dikatakan pihak lain. Kini
saat Iran dan Amerika Serikat saling menghunus pedang,
keduanya berbicara dengan bahasa negara bangsa, ekonomi
kapitalis, hak-hak internasional, dan fisika nuklir. Kita masih
Peta 3. Bumi pada 1450 M. Lokasi-lokasi yang diberi nama dalam
Dunia Afro-Asia yaitu tempat-tempat yang dikunjungi oleh
pengembara Muslim abad ke-14, Ibnu Battuta. Asli Tangier di
Maroko, Ibnu Battuta mengunjungi Timbuktu, Zanzibar, wilayah
selatan Rusia, Asia Tengah, India, China, dan Indonesia. Perjalanan-
perjalanannya mengilustrasikan kesatuan Afro-Asia menjelang fajar era
modern.
Anak Panah Sejarah
berbicara banyak tentang budaya “autentik”, namun jika yang
dimaksud “autentik” yaitu sesuatu yang berkembang secara
independen, dan yang berisi tradisi-tradisi lokal kuno yang bebas
dari pengaruh eksternal, maka tidak ada budaya autentik yang
tersisa di Bumi. Selama beberapa abad lalu, semua budaya diubah
hampir tanpa disadari oleh sebuah banjir pengaruh global.
Salah satu contoh paling menarik dari globalisasi yaitu
makanan “etnik”. Di restoran Italia kita berharap mendapatkan
spageti dengan saus tomat; di restoran Polandia dan Irlandia
banyak kentang; di restoran Argentina kita bisa memilih antara
puluhan jenis steik sapi; di restoran India cabe pedas dicampur
dengan apa saja; dan menu unggulan di kafe Swiss yaitu cokelat
panas kental di bawah gunung krim yang dikocok. Namun, tak
satu pun makanan itu asli dari negara-negara ini . Tomat,
cabe, dan kakao semuanya yaitu asli Meksiko; makanan-
makanan itu baru mencapai Eropa dan Asia setelah orang-orang
Spanyol menaklukkan Meksiko. Julius Caesar dan Dante Alighieri
tidak pernah mengaduk spageti berlumur tomat dengan garpu
(bahkan garpu belum ditemukan saat itu), William Tell tidak
pernah mencicipi cokelat, dan Buddha tidak pernah membumbui
makannya dengan cabe. Kentang menjangkau Polandia dan
Irlandia tak lebih dari 400 tahun lalu. Satu-satunya steik yang
bisa Anda dapatkan di Argentina pada 1492 yaitu dari daging
llama.
Film-film Hollywood mengabadikan citra dataran Indian
dengan pria-pria berkuda pemberani, yang bersemangat menarik
kereta-kereta pionir Eropa untuk melindungi kuil-kuil para
leluhur mereka. Namun, para pria berkuda Pribumi Amerika
ini bukanlah pembela budaya autentik kuno. Namun, mereka
yaitu produk revolusi militer dan politik besar yang menyapu
dataran bagian barat Amerika Utara pada abad ke-17 dan ke-
18, sebuah konsekuensi dari kedatangan kuda-kuda Eropa. Pada
1492, tidak ada kuda di Amerika. Budaya abad ke-19 Sioux
dan Apache memiliki banyak ciri-ciri yang menarik, namun itu
budaya modern—hasil dari kekuatan global—yang sangat jauh
dari “autentik”.
Visi Global
Dari perspektif praktis, tahap paling penting dalam proses
unifikasi global terjadi pada beberapa abad lalu, saat
imperium-imperium tumbuh dan perdagangan menjadi intensif.
Hubungan-hubungan yang semakin mengikat terbentuk antara
orang Afro-Asia, Amerika, Australia, dan Oseania. Maka, cabe
Meksiko masuk ke makanan India dan sapi Spanyol merumput
di Argentina. Namun, dari perspektif ideologis, perkembangan
yang lebih penting lagi terjadi pada milenium ke-1 SM, saat
ide tatanan universal menancapkan akar. Selama ribuan tahun
sebelumnya, sejarah sudah bergerak pelan menuju arah penyatuan
global, namun ide tentang tatanan universal yang mengatur seluruh
dunia masih asing bagi sebagian besar orang.
Homo sapiens berevolusi untuk memandang orang terbagi
menjadi kita dan mereka. “Kita” yaitu kelompok yang
berdekatan dengan Anda, siapa pun Anda, maka “mereka”
yaitu orang lain. Faktanya, tidak ada binatang sosial yang
pernah digiring oleh kepentingan segenap spesiesnya. Tak ada
simpanse yang peduli tentang kepentingan spesies simpanse, tidak
ada bekicot yang mengangkat tentakel untuk komunitas bekicot
global, tidak ada singa jantan alfa mengajukan diri menjadi raja
seluruh singa, dan tidak ada slogan yang bisa ditemukan di depan
pintu sarang mana pun yang berbunyi: “Lebah-lebah pekerja di
seluruh dunia—bersatulah!”
namun dimulai dari Revolusi Kognitif, Homo sapiens
menjadi semakin dan semakin istimewa dalam hal ini. Orang-
orang mulai bekerja sama secara teratur dengan orang yang
sama sekali asing, yang mereka bayangkan sebagai “saudara”
atau “kawan”. Namun, persaudaraan ini tidak universal. Di
suatu tempat di lembah sampingnya, atau di balik gunung, orang
masih bisa merasakan “mereka”. saat Fir’aun pertama, Menes,
menyatukan Mesir sekitar 3000 SM, jelas bagi orang-orang
Mesir bahwa Mesir yaitu sebuah batas, dan di luar batas itu
berkeliaran “kaum barbar”. Orang barbar yaitu orang asing,
yang mengancam, yang hanya tertarik pada tingkat bahwa mereka
punya tanah atau sumber daya alam yang diinginkan orang-
Anak Panah Sejarah
orang Mesir. Semua tatanan yang diimajinasikan yang diciptakan
orang-orang cenderung mengabaikan bagian substansial manusia.
Pada milenium ke-1 SM muncul tiga tatanan universal
potensial, yang untuk kali pertama para penganutnya bisa
membayangkan seluruh dunia dan seluruh ras manusia sebagai
satu kesatuan tunggal yang diatur oleh seperangkat hukum
tunggal. Setiap orang yaitu “kita”, paling tidak secara potensial.
Tidak ada lagi “mereka”. Tatanan universal pertama yang
muncul yaitu ekonomi: tatanan moneter. Tatanan universal
kedua yaitu politik: tatanan imperium. Tatanan universal ketiga
yaitu agama: tatanan agama-agama universal seperti Buddha,
Kristen, dan Islam.
Para pedagang, para penakluk, dan para nabi yaitu orang-
orang pertama yang berhasil melampaui divisi evolusi biner,
“kita vs mereka”, dan untuk memandang potensi penyatuan
25. Para kepala Sioux (1905). Sioux maupun semua suku lain
yang mendiami Great Plains (wilayah luas sebelah timur Rocky
Mountains di Amerika Utara yang terbentang dari Lembah Sungai
Mackenzie di Kanada sampai Texas) tidak memiliki kuda sebelum
tahun 1492.
204
manusia. Bagi para pedagang, seluruh dunia yaitu satu pasar
tunggal dan seluruh manusia yaitu pelanggan potensial.
Mereka berusaha menciptakan tatanan ekonomi yang akan
berlaku untuk semua, di mana pun. Bagi para penakluk, seluruh
dunia yaitu satu imperium tunggal dan seluruh manusia
yaitu penduduk potensial, dan bagi para nabi, seluruh dunia
memegang satu kebenaran tunggal bagi seluruh manusia dan
seluruh manusia yaitu para penganut potensial. Mereka juga
berusaha menciptakan sebuah tatanan yang akan berlaku untuk
siapa pun di mana pun.
Dalam tiga milenium silam, orang-orang melakukan semakin
banyak dan semakin banyak upaya untuk mewujudkan visi global
itu. Tiga bab berikutnya membahas bagaimana uang, imperium,
dan agama-agama universal menyebar, dan bagaimana semua
itu meletakkan fondasi bagi dunia yang kini tersatukan. Kita
mulai dengan cerita penaklukan terbesar dalam sejarah, seorang
penakluk memiliki toleransi dan adaptabilitas ekstrem sehingga
mengubah orang menjadi pengikut yang gigih. Penakluk itu
yaitu uang. Orang-orang yang tidak memercayai Tuhan yang
sama atau mematuhi raja yang sama yaitu orang-orang yang
jauh lebih dari siap untuk memakai uang yang sama. Osama
bin Laden, dan segenap kebenciannya pada budaya Amerika,
agama Amerika, dan politik Amerika, yaitu orang yang sangat
cinta dolar Amerika. Bagaimana bisa uang berhasil, sementara
tuhan-tuhan dan raja-raja gagal?
Aroma Uang
Pada 1519, Hernán Cortés dan pasukan penakluknya meng-
invasi Meksiko, yang hingga masa itu masih menjadi dunia
manusia yang terisolasi. Aztec, demikian orang-orang yang hidup
di sana menyebut diri mereka, segera tahu bahwa orang asing
menunjukkan minat luar biasa pada logam kuning tertentu.
Faktanya, mereka tampak tidak pernah berhenti membicara-
kannya. Kaum pribumi tidak mengenal emas—sangat indah
dan mudah dikerjakan sehingga mereka memakai nya untuk
membuat perhiasan dan patung-patung, dan mereka terkadang
memakai serbuk emas sebagai alat tukar: Namun, saat
orang Aztec ingin membeli sesuatu, dia biasanya membayar
dengan biji kakao atau gulungan kain. Oleh sebab itu, obsesi
orang Spanyol pada emas tampaknya tak bisa dijelaskan. Apa
yang membuatnya begitu penting, logam yang tidak bisa dimakan,
diminum, atau dijalin, dan terlalu lunak untuk dipakai sebagai
peralatan atau senjata? saat kaum pribumi menanyai Cortés
mengapa orang-orang Spanyol begitu tergila-gila pada emas, sang
penakluk itu menjawab, “sebab saya dan kawan-kawan saya
menderita penyakit hati yang hanya bisa diobati dengan emas.”1
Di dunia Afro-Asia, tempat asal orang-orang Spanyol itu,
obsesi pada emas benar-benar epidemis. Bahkan, permusuhan
paling sengit disebabkan oleh logam kuning tak berguna itu.
Tiga abad sebelum penaklukan Meksiko, para leluhur Cortés
dan angkatan perangnya melancarkan perang agama berdarah
melawan kerajaan-kerajaan Muslim di Iberia dan Afrika Utara.
Para pengikut Kristus dan para pengikut Allah saling bunuh
sampai angka ribuan, memorak-porandakan ladang-ladang
dan perkebunan, dan mengubah kota-kota makmur menjadi
reruntuhan yang membara—semua untuk kemegahan yang lebih
besar Kristus atau Allah.
saat orang Kristen pelan-pelan di atas angin, mereka
menandai kemenangan-kemenangan tidak hanya dengan
menghancurkan masjid-masjid dan membangun gereja-gereja,
namun juga mengeluarkan koin-koin baru emas dan perak dengan
lambang salib dan bersyukur kepada Tuhan atas bantuan-Nya
memerangi orang-orang kafir. Namun, bersamaan dengan mata
uang baru itu, para pemenang mencetak jenis koin lain, yang
disebut millares, yang membawa sebuah pesan agak berbeda.
Koin segi empat yang dibuat orang-orang Kristen penakluk itu
dihiasi dengan rangkaian tulisan Arab yang menyatakan “Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad yaitu utusan Allah”.
Bahkan, uskup Katolik Melgueil dan Agde mengeluarkan salinan
koin-koin Muslim itu, dan orang-orang Kristen yang takut Tuhan
dengan senang hati memakai nya.2
Toleransi juga mekar di balik bukit. Para pedagang Muslim
di Afrika Utara melakukan bisnis dengan memakai koin-koin
seperti florin Florentine, ducat Venetia, dan gigliato Neapolit.
Bahkan, para penguasa Muslim yang menyerukan jihad melawan
kaum kafir Kristen dengan senang menerima pajak dalam bentuk
koin-koin yang memampangkan Kristus dan Perawan Maria.3
Berapa Harganya?
Para pemburu-penjelajah tak punya uang. Setiap kawanan
berburu mengumpulkan dan membuat hampir semua yang
dibutuhkan, mulai dari daging sampai obat, dari sandal sampai
sihir. Bisa saja satu anggota kawanan punya keahlian untuk tugas
yang berbeda dengan anggota lainnya, namun mereka berbagi
makanan dan layanan dalam suatu model ekonomi gotong
royong. Sekerat daging yang diberikan secara gratis membawa
asumsi pembalasan—katakanlah bantuan medis gratis. Kawanan
independen secara ekonomi; hanya beberapa item langka yang
tidak bisa ditemukan secara lokal—kerang laut, pewarna,
obsidian, dan sejenisnya—yang harus didapatkan dari orang
Aroma Uang
asing. Ini biasanya dilakukan dengan barter sederhana: “Kami
akan beri Anda kerang-kerang laut yang cantik, dan Anda akan
memberi kami batu berkualitas tinggi”.
Hal seperti ini tak banyak berubah sampai kedatangan
Revolusi Agrikultur. Sebagian besar orang terus hidup dalam
komunitas-komunitas kecil yang intim. Banyak kemiripan dengan
kawanan pemburu-penjelajah, setiap desa yaitu kesatuan
ekonomi yang mandiri, dipelihara dengan gotong royong plus
sedikit barter dengan pihak luar. Seorang warga desa bisa memiliki
keahlian ulung membuat sepatu, yang lainnya mahir melakukan
perawatan kesehatan sehingga para penduduk desa tahu ke
mana harus pergi saat tak punya sepatu atau sakit. Namun,
desa-desa itu kecil dan ekonomi mereka terbatas sehingga tak
mungkin ada pembuat sepatu atau dokter sebagai pekerja tetap.
Munculnya kota-kota dan kerajaan-kerajaan serta perbaikan
infrastruktur transportasi membawa peluang-peluang baru
spesialisasi. Kota-kota dengan penduduk padat menyediakan
pekerjaan tetap bukan hanya bagi pembuat sepatu dan dokter
profesional, melainkan juga tukang kayu, pendeta, tentara,
dan pengacara. Desa-desa yang mendapatkan reputasi sebagai
produsen anggur yang benar-benar baik, minyak zaitun, atau
keramik menyadari bahwa mereka layak mengupayakan keahlian
di produk itu secara eksklusif dan memperdagangkannya dengan
penduduk lain untuk semua barang yang mereka butuhkan. Ini
membawa makna yang sangat banyak. Iklim dan tanah berbeda,
lalu mengapa pula harus minum anggur yang biasa-biasa saja dari
halaman belakang jika kamu bisa membeli varietas yang lebih
halus dari tempat yang tanah dan iklimnya jauh lebih cocok
untuk tanaman anggur? Jika tanah liat di halaman belakang bisa
dijadikan pot yang lebih kuat dan lebih indah, maka kamu bisa
melakukan pertukaran. Lebih dari itu, pekerja tetap spesialis
anggur dan pembuat pot, belum lagi dokter dan pengacara, bisa
mengasah keahlian mereka demi kepentingan semua. Namun,
spesialisasi menciptakan sebuah masalah: bagaimana kamu bisa
mengatur pertukaran barang antar spesialis?
Sebuah ekonomi gotong royong tidak bisa berjalan saat
banyak orang yang asing satu sama lain berusaha untuk bekerja
sama. Memberi bantuan gratis kepada saudara perempuan atau
tetangga yaitu satu hal, namun merawat orang asing yang
mungkin tidak pernah memberi balasan yaitu hal yang sangat
berbeda. Orang bisa rugi dalam barter. Namun, barter hanya
bisa efektif untuk pertukaran dengan produk terbatas. Barter
tidak bisa menjadi basis bagi sebuah ekonomi yang kompleks.4
Untuk memahami keterbatasan barter, bayangkan Anda
memiliki sebuah kebun apel di desa perbukitan yang menghasilkan
apel paling renyah, paling manis di seantero provinsi. Anda
bekerja begitu keras di kebun sehingga sepatu Anda rusak. Jadi,
Anda memacu kereta keledai dan bertolak ke pasar di pusat
kota di tepi sungai. Tetangga Anda memberi tahu bahwa seorang
pembuat sepatu di ujung selatan pasar sudah membuatkannya
sepasang sepatu bot yang benar-benar kuat, yang bertahan sampai
lima musim. Anda menemukan toko pembuat sepatu itu dan
menawarkan barter sebagian apel Anda ditukar dengan sepatu
yang Anda butuhkan.
Pembuat sepatu enggan. Berapa banyak apel yang harus dia
minta sebagai pembayaran? Setiap hari dia menghadapi puluhan
pelanggan, beberapa di antaranya membawa serta beberapa
kantung apel, sementara yang lainnya membawa gandum,
kambing, atau pakaian—semua dengan kualitas beragam. Ada
pula yang menawarkan keahlian dalam mengajukan petisi kepada
raja atau mengobati sakit punggung. Terakhir kalinya, pembuat
sepatu itu menukar sepatu dengan apel 3 bulan lalu, dan saat
itu dia meminta 3 kantung apel. Atau, mungkin 4? Namun,
pikirkanlah, apel-apel itu apel lembah yang masam, bukan apel
bukit yang istimewa. Di sisi lain, pada kejadian sebelumnya,
apel-apel itu ditukar dengan sepatu perempuan kecil. Teman ini
minta bot ukuran pria. Di samping itu, dalam beberapa pekan
terakhir penyakit membinasakan ternak di seluruh kota, dan kulit
menjadi jarang. Para penyamak mulai meminta dua kali harga
sepatu yang sudah jadi untuk mendapatkan kulit dalam jumlah
yang sama. Apakah itu tak boleh dipertimbangkan?
Dalam sebuah ekonomi barter, setiap hari pembuat sepatu
dan penanam apel harus belajar lagi dan lagi harga-harga relatif
puluhan komoditas. Jika ada 100 komoditas yang berbeda
Aroma Uang
209
diperdagangkan di pasar, maka para pembeli dan penjual harus
tahu 4.950 nilai tukar yang berbeda-beda. Dan, jika ada 1.000
komoditas yang berbeda diperdagangkan, pembeli dan penjual
harus mencerna 499.500 nilai tukar yang berbeda!5 Bisakah
Anda bayangkan?
Bahkan, lebih parah. Sekalipun Anda berhasil mengalkulasi
berapa banyak apel yang setara dengan sepasang sepatu, barter
tidak selalu bisa dilakukan. Lagi pula, perdagangan memerlukan
setiap pihak ingin apa yang ditawarkan oleh pihak lain. Apa yang
terjadi jika pembuat sepatu tidak menyukai apel dan, pada saat
itu yang diinginkan yaitu perceraian? Benar, petani bisa mencari
pengacara yang menyukai apel dan menyusun transaksi tiga-pihak.
Namun, bagaimana kalau pengacara itu sudah kebanyakan apel,
dan dia benar-benar butuh jasa pangkas rambut?
Sebagian warga berusaha mengatasi problem itu
dengan menciptakan sistem barter pusat yang mengumpulkan
produk-produk dari para spesialis petani dan manufaktur
dan mendistribusikan produk-produk itu ke mereka yang
membutuhkan. Eksperimen yang paling besar dan paling terkenal
dilakukan di Uni Soviet, dan gagal merana. “Setiap orang akan
bekerja menurut kemampuan mereka, dan menerima menurut
kebutuhan mereka” terbukti dalam praktiknya menjadi “setiap
orang bekerja sesedikit mungkin yang bisa mereka lakukan,
dan menerima sebanyak mungkin yang bisa mereka rengkuh”.
Eksperimen yang lebih moderat dan lebih berhasil dilakukan di
tempat lain, misalnya di Imperium Inca. Meskipun demikian,
sebagian besar warga menemukan cara yang lebih mudah
untuk menghubungkan ahli dalam jumlah besar—mereka
mengembangkan uang.
Kerang dan Rokok
Uang diciptakan berkali-kali di banyak tempat. Pengembangannya
tak membutuhkan terobosan teknologi—ini benar-benar revolusi
mental. Yang dibutuhkan yaitu penciptaan suatu realitas
intersubjektif baru yang muncul semata-mata dalam imajinasi
bersama orang-orang.
Uang bukanlah fisik koin atau uang kertas. Uang yaitu
segala yang orang bersedia memakai nya untuk merepresentasi
secara sistematis nilai benda lain untuk tujuan pertukaran barang
dan jasa. Uang memungkinkan orang membandingkan dengan
cepat dan mudah nilai komoditas-komoditas yang berbeda
(seperti apel, sepatu, dan perceraian), untuk menukar dengan
mudah satu benda dengan benda lainnya, dan untuk menyimpan
kekayaan dengan nyaman. Ada banyak jenis uang. Yang paling
terkenal yaitu koin, yakni kepingan standar logam yang dicetak.
Namun, uang ada jauh sebelum penemuan koin, dan budaya-
budaya tumbuh makmur dengan memakai benda-benda lain
sebagai mata uang, seperti kerang, sapi, kulit, garam, biji-bijian,
manik-manik, pakaian, dan promes. Kerang kuwuk dipakai
sebagai uang selama sekitar 4.000 tahun di seluruh Afrika, Asia
Selatan, Asia Timur, dan Oseania. Pajak masih dibayar dengan
kerang-kerang kuwuk di Uganda Inggris pada awal abad ke-20.
Di penjara-penjara dan kamp-kamp penahanan tawanan
perang modern, rokok sering menjadi uang. Bahkan, para
tahanan yang tidak merokok bersedia menerima rokok sebagai
pembayaran, dan mengalkulasi nilai semua barang dan jasa lain
dengan rokok. Satu orang yang selamat dari kamp Auschwitz
menggambarkan mata uang rokok dipakai di kamp itu: “Kami
punya mata uang sendiri, yang nilainya tak dipertanyakan siapa
pun: rokok. Harga setiap benda dinyatakan dalam rokok.... Pada
masa “normal”, yakni saat para kandidat penghuni kamar gas
berdatangan dalam kecepatan normal, selembar roti berharga 12
rokok; satu paket margarin seberat 3 ons berharga 30 rokok;
jam tangan berharga 80 sampai 200 rokok; seliter alkohol setara
dengan 400 rokok!”6
Faktanya, bahkan pada masa kini dan uang kertas yaitu
bentuk uang yang terhitung langka. Pada 2006, jumlah total uang
di seluruh dunia yaitu sekitar $473 triliun, namun jumlah total
koin dan uang kertas kurang dari $47 triliun.7 Lebih dari 90
persen dari semua uang—lebih dari $400 triliun muncul dalam
bentuk rekening—hanya ada dalam server-server komputer.
Demikian pula, transaksi-transaksi bisnis dieksekusi dengan
memindahkan data elektronik dari satu file komputer ke file
Aroma Uang
lain, tanpa pertukaran uang fisik. Hanya seorang kriminal yang
membeli rumah, misalnya, dengan menenteng koper penuh
uang kertas. Sepanjang orang bersedia mendagangkan barang
dan jasa dengan pertukaran data elektronik, itu bahkan lebih
baik ketimbang koin-koin mengilap atau uang-uang kertas yang
masih kaku—lebih cerah, tidak lecek, dan lebih mudah dihitung.
Agar sistem-sistem komersial yang kompleks bisa berjalan,
keberadaan suatu jenis uang tertentu tak terelakkan. Seorang
pembuat sepatu dalam ekonomi uang perlu tahu hanya harga yang
diterakan ada beragam sepatu—tak perlu menghafal nilai tukar
antara sepatu dan apel atau kambing. Uang juga membebaskan
para ahli apel dari kebutuhan mencari para pembuat sepatu
yang sangat butuh apel sebab setiap orang menginginkan
uang. Inilah mungkin kualitasnya yang paling mendasar. Setiap
orang menginginkan uang sebab setiap orang lain juga selalu
menginginkan uang, yang berarti Anda bisa menukar uang untuk
apa pun yang Anda inginkan atau butuhkan. Pembuat sepatu
akan selalu senang menerima uang Anda sebab tak peduli apa
pun yang dia inginkan—apel, kambing, atau perceraian—dia
bisa mendapatkannya dengan uang.
Oleh sebab itu, uang yaitu medium universal pertukaran
yang memungkinkan orang mengubah menukar hampir dengan
hal apa pun. Otot ditukar dengan otak saat seorang tentara
yang dipecat memakai dana tunjangan kemiliterannya
untuk membiayai kuliah di sekolah tinggi. Tanah ditukar dengan
kesetiaan saat seorang baron menjual properti untuk menggaji
para pelayannya. Kesehatan ditukar dengan keadilan saat
seorang dokter memakai upahnya untuk membayar seorang
pengacara—atau menyuap hakim. Bahkan, dimungkinkan untuk
menukar seks dengan penyelamatan, seperti prostitusi abad ke-
15 yang memungkinkan pelacur tidur dengan pria demi uang,
yang kemudian dipakai untuk membeli pengampunan dari
Gereja Katolik.
Jenis-jenis ideal uang memungkinkan orang tidak semata-mata
menukar satu benda dengan benda lain, namun juga menyimpan
kekayaan. Banyak hal berharga yang tidak bisa disimpan—seperti
waktu atau kecantikan. Beberapa benda hanya bisa disimpan
212
untuk jangka waktu pendek, seperti stroberi. Benda lain lebih
awet, namun perlu banyak ruang dan membutuhkan fasilitas
dan perawatan mahal. Biji-bijian, misalnya, bisa disimpan
selama bertahun-tahun, namun untuk melakukannya Anda perlu
membangun gudang besar dan menjaganya dari tikus, jamur,
air, kebakaran, dan pencuri. Uang, entah itu kertas atau bit
komputer atau kerang kuwuk, mengatasi problem-problem ini.
Kerang-kerang kuwuk tidak membusuk, tak mempan tikus, bisa
tahan dari kebakaran, dan cukup ringkas untuk disimpan di
tempat yang aman.
Untuk bisa memakai kekayaan tidak cukup hanya dengan
menyimpannya. Sering, ada keharusan untuk mengangkutnya
dari satu tempat ke tempat lain. Sebagian bentuk kekayaan,
seperti realestat, tidak bisa diangkut sama sekali. Komoditas-
komoditas seperti gandum dan beras bisa diangkut dengan susah
payah. Bayangkan seorang petani kaya yang hidup di sebuah
wilayah tanpa uang, yang bermigrasi ke sebuah provinsi yang
jauh. Kekayaannya berisi terutama rumah dan beras. Petani itu
tidak bisa membawa serta rumah atau padinya. Dia mungkin
menukarnya dengan berton-ton beras, namun akan sangat
memberatkan dan mahal untuk mengangkut berasnya. Uang
mengatasi problem ini. Petani bisa menjual propertinya dengan
satu sak kerang kuwuk, yang bisa dengan mudah dia bawa ke
mana pun pergi.
sebab bisa menukar, menyimpan, dan mengangkut harta
dengan mudah dan murah, maka uang memberi kontribusi bagi
munculnya jaringan komersial yang kompleks dan pasar-pasar
yang dinamis. Tanpa uang, jaringan-jaringan komersial dan pasar
hanya akan tetap dengan ukuran, kompleksitas, dan dinamikanya
yang terbatas.
Bagaimana Cara Kerja Uang?
Kerang-kerang kuwuk dan dolar hanya memiliki nilai dalam
imajinasi bersama kita. Nilainya tidak inheren dalam struktur
kimiawi kerang dan kertas, baik warna maupun bentuknya.
Aroma Uang
213
Dengan kata lain, uang bukanlah realitas material, melainkan
sebuah konstruk psikologis. Ia bekerja dengan mengubah materi
menjadi pikiran. Namun, mengapa bisa berhasil? Mengapa orang
bersedia menukar padi yang subur untuk segenggam kerang
kuwuk yang tidak berharga? Mengapa Anda mau membolak-balik
hamburger, menjual asuransi kesehatan, atau mengasuh 3 anak
yang menjengkelkan demi beberapa lembar kertas berwarna?
Orang bersedia melakukan hal semacam itu saat mereka percaya
pada omong kosong imajinasi kolektif mereka. Kepercayaan
yaitu bahan baku dari semua jenis uang yang dicetak. saat
seorang petani kaya menjual harta bendanya untuk satu sak
kerang kuwuk dan pergi membawanya ke provinsi lain, dia
percaya bahwa sesampainya di tujuan, orang lain akan bersedia
menjual kepadanya beras, rumah, dan ladang, ditukar dengan
kerang-kerang itu. Dengan demikian, uang yaitu sebuah sistem
saling percaya, dan bukan sembarang sistem saling percaya: uang
yaitu sistem saling percaya yang paling universal dan paling
efisien yang pernah diciptakan.
Yang menciptakan kepercayaan ini yaitu suatu jalinan relasi-
relasi politik, sosial, dan ekonomi yang sangat rumit dan jangka
panjang. Mengapa saya memercayai kerang kuwuk, koin emas,
atau kertas dolar? sebab para tetangga saya memercayainya
juga. Dan, para tetangga saya memercayainya sebab saya
memercayainya. Dan, kami semua memercayainya sebab raja
saya memercayainya dan memintanya sebagai pajak, dan sebab
pendeta kami memercayainya dan memintanya sebagai sedekah.
Ambillah selembar kertas dolar dan perhatikan baik-baik. Anda
akan melihat bahwa ia hanyalah selembar kertas berwarna dengan
tanda tangan Menteri Keuangan Amerika Serikat di satu sisi,
dan slogan “In God We Trust” di sisi lainnya. Kita menerima
dolar sebagai pembayaran sebab kita percaya ada Tuhan dan
Menteri Keuangan Amerika Serikat. Peran krusial kepercayaan
menjelaskan mengapa sistem keuangan kita juga sangat erat terkait
dengan sistem politik, sosial, dan ideologi kita, mengapa krisis
finansial sering dipicu oleh perkembangan politik, dan mengapa
pasar saham bisa naik atau turun bergantung pada bagaimana
perasaan pedagang pada pagi hari.
Pada mulanya, saat versi-versi pertama uang diciptakan,
orang tidak memiliki bentuk kepercayaan seperti ini sehingga
diperlukan untuk mendefinisikan sesuatu sebagai “uang”
yang memiliki nilai intrinsik riil. Uang pertama yang dikenal
sejarah—uang jelai Sumeria—yaitu contoh yang bagus. Uang
itu muncul di Sumeria sekitar 3000 SM, pada saat dan tempat
yang sama, dan dalam keadaan yang sama, saat tulisan muncul.
Sebagaimana berkembangnya tulisan untuk menjawab kebutuhan
dari intensifnya aktivitas-aktivitas administratif, begitu pula uang
jelai berkembang untuk menjawab kebutuhan dari intensifnya
aktivitas-aktivitas ekonomi.
Uang jelai hanyalah jelai—jumlah tertentu biji-bijian jelai
yang dipakai sebagai ukuran universal untuk menilai dan
menukar barang lain dan jasa. Pengukuran yang paling umum
yaitu sila, setara kira-kira satu liter. Mangkuk-mangkuk standar,
yang bisa menampung satu sila, diproduksi massal sehingga
kapan pun orang perlu membeli atau menjual sesuatu, mudah
untuk mengukur jumlah jelai yang diperlukan. Gaji, juga,
diatur dan dibayar dalam ukuran sila jelai. Seorang buruh laki-
laki mendapatkan 60 sila sebulan, seorang buruh perempuan
menerima 30 sila. Seorang mandor bisa menerima antara 1.200
sampai 5.000 sila. Seorang mandor yang paling rakus pun tidak
mungkin bisa menghabiskan 5.000 liter jelai sebulan, namun
dia bisa memakai sila-sila yang tidak dia makan untuk
membeli semua jenis komoditas lain—minyak kambing, budak,
dan makanan apa pun selain jelai.8
Meskipun jelai memiliki nilai intrinsik, tidak mudah meyakin-
kan orang untuk memakai nya sebagai uang dibandingkan
komoditas lain. Untuk memahami mengapa demikian, coba
pikirkan apa yang terjadi jika Anda membawa satu sak penuh
jelai ke pusat belanja setempat, dan berusaha membeli baju
atau piza. Pedagang mungkin memanggil petugas sekuriti. Toh,
tetap lebih mudah membangun kepercayaan pada jelai sebagai
jenis uang pertama sebab jelai memiliki nilai biologis inheren.
Manusia bisa memakannya. Di sisi lain, sulit untuk menyimpan
dan mengangkut jelai. Terobosan riil dalam sejarah moneter
terjadi saat orang mendapatkan kepercayaan pada uang yang
tidak memiliki nilai inheren, namun lebih mudah untuk disimpan
dan diangkut. Uang seperti itu muncul di Mesopotamia kuno
pada pertengahan milenium ke-3 SM. Ia yaitu shekel perak.
Shekel perak bukan koin, namun perak seberat 8.33 gram.
saat Undang-Undang Hammurabi mendeklarasikan bahwa
seorang laki-laki kalangan atas yang membunuh seorang budak
perempuan harus membayar pemiliknya 20 shekel perak, itu
berarti dia harus membayar 166 gram perak, bukan 20 koin.
Sebagian besar istilah moneter dalam Perjanjian Lama disebutkan
dalam ukuran perak, bukan koin. Para saudara Joseph menjualnya
ke orang Ismailiyah seharga 20 shekel perak, atau 166 gram
perak (harga yang sama dengan budak perempuan—padahal dia
waktu itu seorang pemuda).
Tak seperti sila jelai, shekel perak tak punya nilai inheren.
Anda tidak bisa memakannya, meminumnya, atau mengenakan
pakaian perak, dan perak terlalu lunak untuk dibuat alat yang
berguna—mata bajak atau pedang perak tak ubahnya aluminium
foil yang langsung mengerut kalau dipakai untuk keperluan
semacam itu. saat dipakai untuk kebutuhan lain, perak
dan emas bisa jadi perhiasan, mahkota, dan simbol-simbol status
lain—barang-barang mewah yang dipakai kalangan tertentu
untuk mengidentifikasi status tinggi. Nilainya murni kultural.
Penetapan bobot logam mulia akhirnya melahirkan koin.
Koin pertama dalam sejarah muncul sekitar 640 SM, dibuat
oleh Raja Alyattes dari Lydia, di bagian barat Anatolia. Koin-
koin ini memiliki bobot standar emas atau perak, dan dicetak
dengan lambang identifikasi. Lambang itu menjadi saksi dua
hal. Pertama, ia mengindikasikan seberapa tinggi nilai logam
mulia yang ada pada koin itu. Kedua, ia mengidentifikasi
otoritas yang mengeluarkan koin dan yang menjamin isinya.
Hampir semua koin yang dipakai sekarang yaitu keturunan
dari koin-koin Lydia.
Koin memiliki dua keunggulan penting dibandingkan benda-
benda logam tak bertera. Pertama, yang disebut belakangan harus
ditimbang setiap transaksi. Kedua, penetapan bobot logam tidak-
lah cukup. Bagaimana pembuat sepatu tahu bahwa perak yang
saya serahkan untuk membeli bot benar-benar perak murni, dan
bukan timah yang dilapisi bagian luarnya dengan perak? Koin
membantu mengatasi problem ini. Lambang yang dicetak pada
koin menjamin nilai yang sesungguhnya sehingga pembuat sepatu
tak perlu membawa alat pengukur dalam proses pembayarannya.
Lebih penting lagi, lambang pada koin yaitu penanda otoritas
politik yang menjamin nilai koin itu.
Bentuk dan ukuran lambang sangat bervariasi sepanjang
sejarah, namun pesannya selalu sama: “Saya, Raja Agung Anu bin
Fulan, memberi jaminan pribadi bahwa lempengan logam ini berisi
persis 5 gram emas. Jika ada orang yang berani memalsukan
koin ini, itu berarti dia memalsukan tanda tangan saya, yang
bisa menodai reputasi saya. Saya akan menghukum kejahatan
semacam itu dengan pembalasan paling keras.” Itu sebabnya
pemalsuan uang selalu dianggap kejahatan yang jauh lebih serius
ketimbang perbuatan penipuan lain. Pemalsuan bukan hanya
menipu—ia melanggar kedaulatan, sebuah tindakan subversi
melawan kekuasaan, hak-hak istimewa dan sosok raja. Istilah
legalnya yaitu lese-majesty (melanggar martabat), dan biasanya
dihukum dengan penyiksaan dan hukuman mati. Sepanjang orang
memercayai kekuasaan dan integritas raja, mereka memercayai
koin-koinnya. Orang-orang yang benar-benar asing bisa dengan
mudah menyetujui nilai satu koin denarius Romawi sebab
mereka memercayai kekuasaan dan integritas kaisar Romawi,
yang nama dan gambarnya tertera di dalamnya.
Pada gilirannya, kekuasaan kaisar berada pada denarius.
Bayangkan betapa sulitnya mempertahankan Imperium Romawi
tanpa koin—jika kaisar harus menaikkan pajak dan membayar gaji
dengan jelai dan gandum. Tentu tidak mungkin mengumpulkan
pajak jelai di Suriah, mengangkut dana-dana itu ke pusat
perbendaharaan di Roma, dan mengangkutnya lagi ke Inggris
untuk membayar legiun-legiun di sana. Betapa sama sulitnya
mempertahankan imperium jika para penduduk Roma sendiri
memercayai koin emas, namun orang Gauls, Yunani, Mesir,
dan Suriah menolak mempercayai itu, dan lebih memercayai
kerang-kerang kuwuk, manik-manik gading, atau lembar-lembar
pakaian.
Aroma Uang
Injil Emas
Kepercayaan pada koin-koin Romawi begitu kuat sehingga
bahkan di luar batas-batas imperium orang-orang dengan senang
menerima pembayaran dalam denarius. Pada abad ke-1 M, koin-
koin Romawi diterima sebagai alat tukar di pasar-pasar India,
sekalipun legiun terdekat Romawi berada ribuan kilometer dari
sana. Orang India memiliki kepercayaan yang begitu kuat pada
denarius dan citra kaisar sehingga saat penguasa setempat
membuat koin sendiri, mereka meniru denarius, sampai ke potret
kaisar Romawi! Nama “denarius”’ pun menjadi nama generik
untuk koin. Para khalifah Muslim meng-Arab-kan nama itu
dan mengeluarkan “dinar”. Dinar masih menjadi nama resmi
mata uang di Yordania, Irak, Serbia, Makedonia, Tunisia, dan
beberapa negara lain.
saat model koin Lydia menyebar dari Mediterania sampai
ke Samudra Hindia, China mengembangkan sistem moneter
yang agak berbeda, berbasis koin-koin perunggu dan perak serta
emas tak bertera. Meskipun demikian, kedua sistem moneter itu
memiliki cukup banyak kesamaan (terutama kepercayaan pada
emas dan perak) sehingga relasi moneter dan komersial yang erat
terjalin antara zona China dan zona Lydia. Para pedagang serta
penakluk Muslim dan Eropa pelan-pelan menyebarkan sistem
Lydia dan Injil Emas jauh ke sudut-sudut Bumi. Sampai dengan
27. Salah satu koin paling awal dalam sejarah, dari
Lydia pada abad ke-17 SM.
era modern, seluruh dunia merupakan satu zona moneter tunggal,
yang mula-mula bertumpu pada emas dan perak, kemudian
pada beberapa mata uang tepercaya seperti pound Inggris dan
dolar Amerika.
Munculnya zona moneter tunggal transnasional dan
transkultural ini meletakkan fondasi unifikasi Afro-Asia, dan
akhir ke seluruh muka Bumi, menjadi satu bidang tunggal
ekonomi dan politik. Orang terus berbicara dengan bahasa yang
saling tidak bisa dimengerti, mematuhi penguasa-penguasa yang
berbeda dan menyembah Tuhan-Tuhan yang berbeda, namun semua
memercayai emas, perak, dan koin emas serta koin perak. Tanpa
kesamaan kepercayaan ini, jaringan perdagangan global tentu
tidak mungkin ada. Emas dan perak yang ditemukan pada abad
ke-16 oleh para penakluk Spanyol di Amerika memungkinkan
para pedagang Eropa membeli sutra, porselen, dan cabe di Asia
Timur; sehingga menggerakkan roda-roda pertumbuhan ekonomi
di Eropa maupun Asia Timur. Sebagian besar emas dan perak
yang ditambang di Meksiko dan Andes ini menyelinap melalui
jemari Eropa untuk menemukan rumahnya yang nyaman di
dompet-dompet para pembuat sutra dan porselen China. Apa
yang terjadi pada ekonomi global seandainya China tidak
menderita “penyakit hati” yang sama yang mendera Cortés
beserta rombongannya—dan menolak menerima pembayaran
dalam emas dan perak?
namun mengapa orang China, India, Spanyol, dan kaum
Muslim—yang kulturnya sangat berbeda, yang gagal menyepakati
banyak hal—harus sama-sama memercayai emas? Mengapa
tidak terjadi bahwa orang Spanyol meyakini emas, sedang
Muslim memercayai jelai, orang India memercayai kerang
kuwuk, dan orang China meyakini lembaran sutra? Para ekonom
sudah punya jawabannya. Begitu perdagangan menghubungkan
dua wilayah, kekuatan penawaran dan permintaan cenderung
menyetarakan harga barang-barang yang bisa diangkut. Untuk
memahami mengapa bisa demikian, pikirkan sebuah kasus
hipotesis. Asumsikan bahwa saat perdagangan reguler terbuka
antara India dan Mediterania, orang-orang India tidak tertarik
pada emas sehingga nilainya hampir tidak ada. Namun, di
Aroma Uang
Mediterania, emas yaitu sebuah lambang status idaman, dan
sebab itu nilainya tinggi. Apa yang terjadi kemudian?
Para pedagang antara India dan Mediterania akan melihat
perbedaan dalam nilai emas. Untuk mendapatkan keuntungan,
mereka membeli emas yang murah di India dan menjualnya
dengan harga tinggi di Mediterania. Akibatnya, permintaan akan
emas di India meroket, dan begitu juga nilainya. Pada saat yang
sama Mediterania akan mengalami aliran emas, yang sebab itu
nilainya pun turun. Dalam waktu singkat nilai emas di India
dan Mediterania akan setara. Hanya dengan fakta bahwa orang
Mediterania memercayai emas akan memicu orang India
mulai memercayainya juga. Sekalipun bila emas tak ada gunanya
yang riil bagi orang India, fakta bahwa orang Mediterania
menginginkannya saja sudah cukup untuk membuat orang India
menghargainya.
Demikian pula, fakta bahwa orang lain memercayai kerang
kuwuk, dolar, atau data elektronik, itu sudah cukup untuk
memperkuat keyakinan kita padanya, sekalipun jika orang itu
dibenci, diremehkan, atau diolok-olok oleh kita. Orang Kristen
dan Muslim yang tidak bisa menyepakati keyakinan religius
tetap bisa menyepakati keyakinan moneter sebab walaupun
agama meminta kita memercayai sesuatu, uang meminta kita
memercayai sesuatu yang dipercayai orang lain.
Selama ribuan tahun, para filsuf, pemikir, dan nabi mencela
uang dan menyebutnya akar dari semua kejahatan. Boleh setuju
boleh tidak, uang juga yaitu puncak toleransi manusia. Uang
lebih berpikiran terbuka ketimbang bahasa, hukum negara, norma
budaya, keyakinan religius, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Uang
yaitu satu-satunya sistem kepercayaan yang diciptakan manusia
yang bisa menjembatani hampir setiap jurang kultural, dan yang
tidak mendiskriminasi berdasarkan agama, gender, ras, usia,
atau orientasi seksual. Berkat uang, bahkan orang yang tidak
saling kenal dan tidak saling percaya tetap bisa bekerja sama
secara efektif.
Harga Uang
Uang didasarkan pada dua prinsip universal:
a. Konvertibilitas universal: dengan uang sebagai sebuah
alkemis, Anda bisa mengubah tanah menjadi kesetiaan,
keadilan menjadi kesehatan, dan kekerasan menjadi
pengetahuan.
b. Kepercayaan universal: dengan uang sebagai perantara,
setiap ada dua orang bisa bekerja pada proyek apa pun.
Prinsip-prinsip ini memungkinkan jutaan orang asing bekerja
sama secara efektif dalam perdagangan dan industri. Namun,
prinsip-prinsip yang tampak ramah ini memiliki sisi gelap. saat
segalanya bisa dikonversi, dan saat kepercayaan bergantung pada
koin-koin anonim dan kerang-kerang kuwuk, ia mengeroposkan
tradisi-tradisi, hubungan-hubungan intim, dan nilai-nilai lokal
manusia, mengganti semua itu dengan hukum dingin penawaran
dan permintaan.
Komunitas-komunitas dan keluarga-keluarga manusia selalu
didasarkan pada keyakinan hal-hal yang “tak ternilaikan”, seperti
kehormatan, loyalitas, moralitas, dan cinta. Hal-hal ini berada di
luar domain pasar, dan tak akan dibeli atau dijual dengan uang.
Sekalipun pasar menawarkan harga yang bagus, hal-hal tertentu
tak bisa dijual. Orangtua pasti tidak akan menjual anak mereka
ke perbudakan; seorang pemeluk Kristen taat pasti tidak mau
melakukan dosa besar; seorang kesatria yang loyal pasti tidak
pernah mengkhianati tuannya; dan tanah-tanah leluhur suku
tidak akan pernah dijual kepada orang asing.
Uang selalu berusaha menerobos hambatan-hambatan ini,
seperti air menyusup melalui celah-celah bendungan. Orangtua
terdesak menjual sebagian anaknya ke perbudakan demi membeli
makanan bagi yang lain. Pemeluk Kristen taat membunuh,
mencuri, dan menipu—dan belakangan memakai hasilnya
untuk membeli pengampunan dari gereja. Para kesatria ambisius
melelang kesetiaannya pada penawar tertinggi, dengan tetap
menjaga kesetiaan para pengikutnya dengan pembayaran uang.
Aroma Uang
221
Tanah-tanah suku dijual ke orang asing dari sisi lain dunia dalam
rangka membeli tiket masuk ke ekonomi global.
Uang punya sisi yang lebih gelap lagi. Meskipun uang
membangun kepercayaan universal di antara orang-orang yang
asing satu sama lain, kepercayaan itu sesungguhnya diinvestasikan
tidak pada manusia, warga , atau nilai-nilai sakral, namun pada
uang itu sendiri dan pada sistem impersonal yang menopangnya.
Kita tidak memercayai orang asing, atau tetangga sebelah rumah,
kita memercayai koin yang mereka pegang. Jika mereka kehabisan
koin, kita kehabisan kepercayaan. Saat uang meruntuhkan
bendungan kemanusiaan, agama, dan negara, dunia berada di
ambang bahaya menjadi sebuah pasar besar tanpa hati.
Oleh sebab itu, sejarah ekonomi umat manusia yaitu
sebuah tarian yang pelik. Orang bergantung pada uang untuk
memfasilitas kerja sama antar orang asing, namun mereka takut
uang akan mengorupsi nilai-nilai dan relasi-relasi intim manusia.
Dengan satu tangan orang bersedia menghancurkan bendungan
komunal yang menjauhkan gerakan uang dan komersial begitu
lama. Namun, dengan tangan lain mereka membangun sebuah
dam-dam baru untuk melindungi warga , agama, bahkan
lingkungan dari penghambaan kepada kekuatan pasar.
Kini lazim memercayai bahwa pasar selalu menang, dan bahwa
dam-dam yang didirikan oleh para raja, pendeta, dan warga
tidak bisa bertahan lama melawan gelombang uang. Ini naif. Para
petarung brutal, kaum fanatik keagamaan, dan warga negara yang
peduli sudah berulang-ulang berhasil menghantam para pedagang
yang penuh perhitungan, dan bahkan membentuk ulang ekonomi.
Oleh sebab itu, tidak mungkin memahami unifikasi manusia
sebagai sebuah proses yang murni ekonomi. Untuk memahami
bagaimana ribuan kultur yang terisolasi mendekat dari waktu
ke waktu untuk membentuk desa global masa kini, kita harus
mempertimbangkan peran emas dan perak, namun kita tidak bisa
mengabaikan peran krusial yang sama dari baja.
Visi-Visi Imperium
Romawi Kuno terbiasa mengalami kekalahan. Seperti banyak
penguasa imperium-imperium besar dalam sejarah, mereka bisa
kalah dalam pertempuran demi pertempuran, namun bisa menang
perang. Sebuah imperium yang tidak bisa menahan pukulan dan
tetap berdiri sesungguhnya bukan imperium. Meskipun demkian,
bahkan orang-orang Romawi kesulitan mencerna berita yang
tiba dari Iberia utara pada pertengahan abad ke-2 SM. Sebuah
kota pegunungan kecil yang tak signifikan bernama Numantia,
yang dihuni oleh bangsa pribumi Celtic di semenanjung itu,
berani menanggalkan gandar Romawi. Roma, pada masa itu,
tak terbantahkan sebagai penguasa seluruh lembah Mediterania,
menumpas imperium Macedonia dan Seleucid, menundukkan
kota-kota megah Yunani, dan meluluhlantakkan Carthage menjadi
puing-puing. Orang-orang Numantia tak memiliki apa-apa kecuali
cinta mereka yang gigih pada kemerdekaan dan tanah airnya
yang tidak nyaman. Meskipun demikian, mereka memaksa legiun
demi legiun menyerah atau mundur teratur sebagai pecundang.
Akhirnya, pada 134 SM, kesabaran Romawi habis. Senat
memutuskan untuk mengirim Scipio Aemilianus, jenderal paling
terkemuka di Roma dan orang yang telah meratakan Charthage,
untuk menangani orang-orang Numantia. Dia diberi pasukan
besar berkekuatan lebih dari 30.000 tentara. Scipio, yang
menghormati semangat tempur dan keterampilan perang orang-
orang Numantia, tak mau menyia-nyiakan tentaranya untuk
pertempuran yang tak perlu. Namun, dia mengepung Numantia
dengan garis benteng, memblokade kontak kota itu dengan
dunia luar. Kelaparan membantu siasatnya. Setelah lebih dari
setahun, pasokan makanan habis. saat orang-orang Numantia
menyadari semua harapan sirna, mereka membakar habis kota
Visi-Visi Imperium
mereka; menurut riwayat Romawi, sebagian besar dari mereka
bunuh diri agar tidak menjadi budak orang Roma.
Numantia belakangan menjadi lambang kemerdekaan dan
keberanian Spanyol, Miguel de Cervantes, pengarang Don
Quixote, menulis sebuah naskah tragedi berjudul The Siege of
Numantia yang diakhiri dengan kisah penghancuran kota itu,
namun juga dengan sebuah visi kejayaan masa depan Spanyol. Para
penyair menulis lagu-lagu pujian atas kegigihan para pembela
dan para pelukis menciptakan mahakarya lukisan pengepungan
itu di atas kanvas. Pada 1882, puing-puingnya dideklarasikan
sebagai “monumen nasional” dan menjadi situs ziarah bagi para
patriot Spanyol. Pada 1950-an dan 1960-an, Artikel komik paling
populer di Spanyol bukanlah Superman dan Spiderman—mereka
mengisahkan petualangan Eljabato, seorang pahlawan imajiner
Iberia kuno yang perang melawan para penindas dari Roma.
Orang-orang Numantia kuno bagi Spanyol masa kini yaitu
puncak heroisme dan patriotisme, menyediakan keteladanan
bagi kaum muda negara itu.
Meskipun demikian, para patriot Spanyol memuji orang-
orang Numatia dalam bahasa Spanyol—bahasa roman yang
merupakan keturunan dari Latin-nya Scipio. Orang Numantia
berbicara bahasa Celtic yang kini sudah mati. Cervantes menulis
The Siege of Numantia dalam naskah Latin, dan drama itu
mengikuti model-model artistik Yunani-Romawi (Graeco-
Roman). Numantia tidak punya teater. Para patriot Spanyol yang
mengagumi heroisme Numantia juga cenderung pengikut loyal
Gereja Katolik Roma—jangan lewatkan kata terakhirnya—gereja
yang pemimpinnya masih duduk di Roma dan yang Tuhan-nya
lebih menyukai dipuja dalam bahasa Latin. Demikian pula,
hukum Spanyol modern lebih berasal dari hukum Romawi;
politik Spanyol dibangun di atas fondasi-fondasi Romawi; dan
makanan serta arsitektur Spanyol berutang jauh lebih besar pada
warisan Romawi ketimbang pada warisan Celtic Iberia. Benar-
benar tak ada yang tersisa dari reruntuhan Numantia. Bahkan,
kisahnya sampai kepada kita hanya berkat tulisan-tulisan para
sejarawan Romawi. Kisah itu dikemas untuk sesuai dengan selera
khalayak Romawi yang sangat menikmati kisah-kisah kaum
barbar pencinta kebebasan. Kemenangan Roma atas Numantia
begitu sempurna sehingga para pemenang mengkooptasi memori
bangsa yang dihancurkannya.
Ia bukan jenis cerita kita. Kita suka melihat penantang
menang. Namun, tidak ada keadilan dalam sejarah. Sebagian
besar budaya masa lalu cepat atau lambat jatuh dimangsa oleh
angkatan perang imperium yang tak kenal belas kasih, yang
mengirim mereka menuju kemusnahan. Imperium-imperium juga
pada akhirnya jatuh, namun mereka cenderung meninggalkan
warisan yang kaya dan awet. Hampir semua orang pada abad
ke-21 yaitu keturunan dari salah satu imperium.
Apa itu Imperium?
Imperium yaitu sebuah tatanan politik dengan dua sifat
penting. Pertama, memiliki kualifikasi untuk sebutan yang
Anda pakai untuk berkuasa atas sejumlah signifikan warga
yang berbeda-beda, masing-masing memiliki identitas kultural
yang berbeda dan satu wilayah yang terpisah. Berapa banyak
warga tepatnya? Dua atau tiga tidak cukup. Dua puluh
atau tiga puluh sudah banyak. Ambang batas imperium kira-
kira di antara itu.
Kedua, imperium dicirikan oleh perbatasan-perbatasan
fleksibel dan gairah yang secara potensial tidak terbatas. Mereka
bisa mencaplok dan menelan lebih banyak bangsa dan teritori
tanpa mengubah struktur dasar atau identitasnya. Negara Inggris
kini memiliki perbatasan-perbatasan yang cukup jelas yang tak bisa
dilampaui tanpa mengubah struktur dan identitas fundamental
negara. Seabad lalu, hampir setiap tempat di muka Bumi bisa
menjadi bagian dari Imperium Inggris.
Keragaman kultural dan fleksibilitas terotorial memberi
imperium tidak hanya karakter uniknya, namun juga peran
sentralnya dalam sejarah. Berkat kedua sifat inilah
imperium berhasil menyatukan kelompok-kelompok etnis dan
zona-zona ekologis yang beragam di bawah satu payung politik
tunggal sehingga menyatukan segmen-segmen yang semakin besar
Visi-Visi Imperium
dan semakin besar dari spesies manusia di Planet Bumi.
Harus ditegaskan bahwa sebuah imperium didefinisikan
semata-mata oleh keragaman kultural dan perbatasan-perbatasan
fleksibelnya, ketimbang oleh asal-usul, bentuk pemerintahan,
luas teritorial, atau ukuran populasinya. Sebuah imperium tidak
harus muncul dari penaklukan militer. Imperium Athena mulai
hidup sebagai sebuah liga sukarela, dan Imperium Habsbung lahir
dalam ikatan perkawinan, yang dikokohkan dengan rangkaian
aliansi-aliansi perkawinan yang cerdik. Tidak pula imperium
harus dikuasai oleh seorang kaisar otokratik. Imperium Inggris,
imperium terbesar dalam sejarah, diperintah dengan sebuah
demokrasi. Imperium-imperium demokratis lain (atau sekurang-
kurangnya republikan) termasuk Belanda, Prancis, Belgia, dan
Amerika, di samping imperium-imperium pramodern Novgorod,
Roma, Carhage, dan Athena.
Ukuran juga sungguh tidak penting. Imperium bisa mungil.
Imperium Athena pada masa kejayaannya jauh lebih kecil daripada
ukuran dan populasi Yunani masa kini. Imperium Aztec lebih
kecil dari Meksiko saat ini. Namun, keduanya tetap imperium,
sedang Yunani modern dan Meksiko modern bukan imperium
sebab Athena dan Aztec secara perlahan menguasai beberapa
puluh bahkan ratusan negara yang berbeda, sedang Yunani
maupun Meksiko tidak. Athena mencaplok lebih dari seratus
negara kota yang sebelumnya merdeka, sedang Imperium
Aztec, jika kita memercayai catatan pajaknya, menguasai 371
suku dan warga yang berbeda.1
Bagaimana dulu bisa terjadi, memeras sebuah bunga rampai
manusia ke dalam teritori sebuah negara modern yang sederhana?
Itu bisa terjadi sebab pada masa lalu ada lebih banyak bangsa
berbeda di dunia, masing-masing memiliki populasi kecil dan
menduduki teritori yang lebih kecil dari bangsa umumnya masa
kini. Wilayah antara Mediterania dan Sungai Yordan, yang kini
berjuang untuk memuaskan ambisi-ambisi hanya dua bangsa, yang
bisa dengan mudah diakomodasi beberapa puluh kali negara,
suku, kerajaan kecil, dan negara kota.
Imperium yaitu salah satu alasan utama reduksi drastis
keragaman manusia. Mesin penggerak imperium pelan-pelan
226
melenyapkan sifat -sifat unik banyak bangsa
(seperti Numantia), menyatukan mereka menjadi kelompok-
kelompok baru dan lebih besar.
Imperium-Imperium Jahat?
Pada masa kita, “imperialis” menempati urutan kedua di
bawah “fasis” dalam leksikon kata-kata umpatan politik. Kritik
kontemporer terhadap imperium umumnya memiliki dua bentuk:
1. Imperium tidak bisa bekerja. Dalam jangka panjang,
tidak mungkin menguasai secara efektif bangsa-bangsa
yang ditaklukkan dalam jumlah besar.
2. Sekalipun itu bisa dilakukan, tidak seharusnya itu
dilakukan sebab imperium yaitu mesin jahat destruksi
dan eksploitasi. Setiap bangsa memiliki hak untuk
menentukan nasib sendiri, dan tidak pernah boleh
dikuasai oleh kekuasaan bangsa lain.
Dari perspektif historis, pernyataan pertama yaitu omong
kosong belaka, dan pernyataan kedua sangat problematik.
Yang benar yaitu bahwa imperium telah menjadi bentuk
paling umum di dunia dari organisasi politik selama 2.500
tahun terakhir. Sebagian besar manusia dalam 2,5 milenium ini
hidup dalam imperium-imperium. Imperium juga merupakan
bentuk pemerintahan yang sangat stabil. Sebagian besar
imperium telah mengalami betapa sangat mudahnya me-
nundukkan pemberontakan. Secara umum, imperium-imperium
itu diruntuhkan hanya oleh invasi eksternal atau oleh per pecahan
dari dalam elite yang berkuasa. Sebaliknya, bangsa-bangsa
yang ditaklukkan tidak memiliki catatan selama ratusan tahun.
Yang umum terjadi, bangsa-bangsa itu pelan-pelan dicerna oleh
imperium yang menaklukkannya, sampai kultur-kultur khas
mereka menyeruak.
Misalnya, saat Imperium Romawi Barat akhirnya jatuh
oleh suku-suku Jerman pada 476 M, Numantia, Arveni,
Helvetia, Samnite, Lusitania, Umbria, Etrusca, dan ratusan
Visi-Visi Imperium
227
bangsa lain yang terlupakan, yang ditaklukkan Romawi berabad-
abad sebelumnya, tidak muncul dari bangkai imperium yang
dihancurkan seperti Nabi Yunus dari perut ikan besar. Tak satu
pun yang tersisa. Keturunan-keturunan biologis dari bangsa
itu yang mengidentifikasi diri sebagai anggota bangsa-bangsa
ini , yang memakai bahasa-bahasa mereka, menyembah
tuhan-tuhan mereka dan menceritakan mitos-mitos serta legenda-
legenda mereka, kini berpikir, berbahasa dan menyembah sebagai
bangsa Romawi.
Dalam banyak kasus, penghancuran satu imperium nyaris
tidak pernah berarti kemerdekaan bangsa yang dijajah. Namun,
sebuah imperium baru memasuki kevakuman yang diciptakan
saat imperium lama runtuh atau mundur. Tak ada tempat
yang lebih jelas untuk hal ini selain Timur Tengah. Konstelasi
politik saat ini di wilayah itu—perimbangan kekuasaan antara
banyak entitas politik merdeka dengan perbatasan-perbatasan
yang kurang lebih stabil—hampir tanpa tandingan pada masa
mana pun dalam beberapa milenium terakhir ini. Terakhir kali
Timur Tengah mengalami situasi seperti itu yaitu pada abad
ke-8 SM—hampir 3.000 tahun lalu! Dari kebangkitan Imperium
Neo-Assyria pada abad ke-8 SM sampai runtuhnya imperium
Inggris dan Prancis pada pertengahan abad ke-20 M, Timur
Tengah lepas dari kekuasaan satu imperium ke imperium lain,
seperti sebuah tongkat dalam lomba lari estafet. Dan, pada
masa saat Inggris dan Prancis akhirnya melepaskan tongkat
itu, bangsa Aramea, Ammonit, Phoenisia, Philistin, Moabit,
Edomit, dan bangsa-bangsa lain yang ditaklukkan Assyria telah
lama hilang.
Benar bahwa Yahudi, A