Sapiens 7







 radaban yang lebih besar dan lebih kompleks sehingga dunia 

berisi semakin sedikit dan semakin sedikit megabudaya, yang 

masing-masing lebih besar dan lebih kompleks. Ini tentu saja 

generalisasi yang sangat kasar, yang hanya benar pada level 

makro. Pada level mikro, tampaknya setiap kelompok budaya 

yang bergabung menjadi megabudaya, ada sebuah megabudaya 

yang pecah berkeping-keping. Imperium Mongolia berekspansi 

untuk mendominasi potongan besar Asia dan bahkan beberapa 

bagian Eropa, hanya untuk runtuh berkeping-keping. Kristen 

menggaet ratusan juta pemeluk baru pada saat yang sama saat  

agama itu terpecah menjadi sekte-sekte yang tak terhitung 

jumlahnya. Bahasa Latin menyebar ke Eropa Barat dan Tengah, 

kemudian pecah menjadi dua dialek lokal yang keduanya 

akhirnya menjadi bahasa nasional. Namun, pecahan-pecahan ini 

yaitu  pembalikan temporer dalam tren tak terelakkan menuju 

penyatuan. Mempersepsi arah sejarah yaitu  benar-benar masalah 

pandangan saja. saat  kita mengadopsi pandangan “mata-

burung” tentang sejarah yang sangat terkenal, yang menelusuri 

perkembangan-perkembangan dalam rentang beberapa dekade 

atau beberapa abad, sulit untuk mengatakan apakah sejarah 

bergerak menuju arah penyatuan atau keragaman. Namun, 

memahami proses-proses jangka pandangan “mata-burung” 

sesungguhnya yaitu  sesuatu yang terlalu myopic (terlalu dekat 

dengan objek pandangan). Akan lebih baik kalau kita mengadopsi 

pandangan satelit mata-mata kosmis, yang menyapu milenium-

milenium ketimbang abad-abad. Dari pandangan semacam itu, 

menjadi lebih tegas bahwa sejarah bergerak tiada henti menuju 

penyatuan. Terbelahnya Kristen dan runtuhnya Imperium 

Mongolia hanyalah kendali kecepatan di jalan tol sejarah.

Cara terbaik untuk melihat arah umum sejarah yaitu  dengan 

menghitung dunia-dunia manusia yang terpisah yang bersama-

sama hadir pada masa tertentu di muka Bumi. Pada masa kini, 

kita terbiasa berpikir tentang planet sebagai satu unit tunggal, 

namun  hampir sepanjang sejarah, Bumi sesungguhnya yaitu  

sebuah galaksi utuh dari dunia-dunia manusia yang terisolasi.

Pikirkanlah Tasmania, sebuah pulau berukuran sedang di 

sebelah selatan Australia. Ia terputus dari daratan utama Australia 

sekitar 10.000 SM saat akhir Zaman Es memicu  permukaan 

laut naik. Beberapa ribu manusia pemburu-penjelajah tersisa 

di pulau itu, dan tidak ada kontak apa pun dengan manusia 

lain sampai kedatangan orang-orang Eropa pada abad ke-19. 

Selama 12.000 tahun, tak seorang pun tahu ada orang-orang 

Tasmania di sana, dan mereka tidak tahu bahwa ada orang lain 

di dunia. Mereka melakukan perang, pergolakan politik, isolasi 

sosial, dan perkembangan-perkembangan budaya mereka sendiri. 

Namun, jika merujuk ke para kaisar China atau para penguasa 

Mesopotamia, Tasmania ibarat sebuah lokasi di salah satu bulan 

Yupiter. Orang-orang Tasmania hidup dalam dunia mereka sendiri.

Amerika dan Eropa, pun, yaitu  dunia-dunia yang terpisah 

dari sebagian besar sejarah. Pada 378 M, Kaisar Romawi, 

Valence, dikalahkan dan dibunuh oleh kaum Gotha pada 

peperangan Adrianople. Pada tahun yang sama, Raja Chak Tok 

Ich’aak dari Tikal dikalahkan dan dibunuh oleh angkatan perang 

Teotihuacan. (Tical yaitu  sebuah negara kota Mayan yang 

penting, sedang  Teotihuacan waktu itu yaitu  kota terbesar 

di Amerika, dengan hampir 250.000 penghuni—ukuran yang 

sama dengan seangkatannya, Roma). Tidak ada koneksi apa pun 

antara kekalahan Romawi dan kebangkitan Teotihuacan. Romawi 

mungkin terletak di Mars dan Teotihuacan di Venus.

Berapa banyak dunia manusia yang berbeda yang hadir 

bersamaan di muka Bumi? Sekitar 10.000 SM planet kita berisi 

banyak ribuan. Pada 2000 SM, jumlah mereka menyusut ke 

ratusan, atau paling banyak beberapa ribu. Pada 1450, jumlahnya 

turun lebih drastis lagi. Pada saat itu, menjelang abad eksplorasi 

Eropa, Bumi masih berisi dalam jumlah yang signifikan dunia-

dunia kerdil seperti Tasmania. Namun, hampir 90 persen manusia 

hidup di sebuah megadunia: dunia Afro-Asia. Sebagian besar 

Asia, sebagian besar Eropa, dan sebagian besar Afrika (termasuk 

potongan-potongan substantif sub-Sahara Afrika) sudah terhubung 

oleh ikatan-ikatan kultural, politik, dan ekonomi yang signifikan.

Sebagian besar dari sepersepuluh populasi dunia yang tersisa 


Anak Panah Sejarah


terbagi di antara 4 dunia dalam ukuran dan kompleksitas yang 

memadai:

1. Dunia Mesoamerika, yang meliputi sebagian besar 

Amerika Tengah dan beberapa bagian Amerika Utara.

2. Dunia Andea, yang meliputi sebagian besar Amerika 

Latin bagian barat.

3. Dunia Australia, yang meliputi kontinen Australia.

4. Dunia Oseania, yang meliputi sebagian besar pulau-pulau 

bagian barat daya Samudra Pasifik, dari Hawaii sampai 

Selandia Baru.

Dalam kurun 300 tahun kemudian, raksasa Afro-Asia menelan 

seluruh dunia-dunia lain. Ia memakan Dunia Mesoamerika 

pada 1521, saat  Spanyol menaklukkan Imperium Aztec. Ia 

mendapat sengatan pertama dari Dunia Oseania pada saat yang 

sama, saat pengembaraan dunia Ferdinand Magellan, dan segera 

sesudahnya merampungkan penaklukannya. Dunia Andea runtuh 

pada 1532, saat  para penakluk Spanyol menumpas Imperium 

Inca. Orang Eropa pertama mendarat di kontinen Australia 

pada 1606, dan dunia murni itu berakhir saat  kolonisasi 

Ingggris dimulai pada awal 1788. Lima puluh tahun kemudian 

orang-orang Inggris mendirikan permukiman pertama mereka di 

Tasmania, dengan demikian membawa dunia manusia otonomi 

itu ke dalam lingkaran pengaruh Afro-Asia.

Raksasa Afro-Asia butuh beberapa abad untuk mencerna 

seluruh yang ditelannya, namun  proses itu tak bisa dibalikkan lagi. 

Kini hampir seluruh manusia memiliki sistem geopolitik yang 

sama (seantero planet ini terbagi menjadi negara-negara yang 

diakui secara internasional); sistem ekonomi yang sama (kekuatan 

pasar kapitalis bahkan membentuk sudut-sudut paling terpencil 

di muka Bumi); sistem hukum yang sama (hak-hak asasi manusia 

dan hukum internasional valid di mana pun, paling tidak secara 

teoretis); dan sistem ilmu pengetahuan yang sama (para ahli di 

Iran, Israel, Australia, dan Argentina memiliki pandangan yang 

persis sama tentang struktur atom atau perawatan terhadap 

tuberkulosis).


Kultur global tunggal itu tidaklah homogen. Sama seperti 

satu tubuh organik tunggal berisi banyak jenis organ dan sel-sel 

yang berbeda, maka kultur global tunggal kita terdiri atas banyak 

jenis gaya hidup dan orang, dari para pialang saham New York 

sampai ke para penggembala Afganistan. Meskipun demikian, 

semuanya terhubung erat dan saling memengaruhi dalam banyak 

sekali cara. Mereka bertengkar dan berkelahi, namun  mereka 

bertengkar memakai  konsep-konsep yang sama dan berkelahi 

memakai  senjata-senjata yang sama. “Benturan peradaban” 

yang riil itu seperti dialog termasyhur orang tuli. Tak seorang 

pun yang bisa menangkap apa yang dikatakan pihak lain. Kini 

saat  Iran dan Amerika Serikat saling menghunus pedang, 

keduanya berbicara dengan bahasa negara bangsa, ekonomi 

kapitalis, hak-hak internasional, dan fisika nuklir. Kita masih 

Peta 3. Bumi pada 1450 M. Lokasi-lokasi yang diberi nama dalam 

Dunia Afro-Asia yaitu  tempat-tempat yang dikunjungi oleh 

pengembara Muslim abad ke-14, Ibnu Battuta. Asli Tangier di 

Maroko, Ibnu Battuta mengunjungi Timbuktu, Zanzibar, wilayah 

selatan Rusia, Asia Tengah, India, China, dan Indonesia. Perjalanan-

perjalanannya mengilustrasikan kesatuan Afro-Asia menjelang fajar era 

modern.


Anak Panah Sejarah

berbicara banyak tentang budaya “autentik”, namun  jika yang 

dimaksud “autentik” yaitu  sesuatu yang berkembang secara 

independen, dan yang berisi tradisi-tradisi lokal kuno yang bebas 

dari pengaruh eksternal, maka tidak ada budaya autentik yang 

tersisa di Bumi. Selama beberapa abad lalu, semua budaya diubah 

hampir tanpa disadari oleh sebuah banjir pengaruh global.

Salah satu contoh paling menarik dari globalisasi yaitu  

makanan “etnik”. Di restoran Italia kita berharap mendapatkan 

spageti dengan saus tomat; di restoran Polandia dan Irlandia 

banyak kentang; di restoran Argentina kita bisa memilih antara 

puluhan jenis steik sapi; di restoran India cabe pedas dicampur 

dengan apa saja; dan menu unggulan di kafe Swiss yaitu  cokelat 

panas kental di bawah gunung krim yang dikocok. Namun, tak 

satu pun makanan itu asli dari negara-negara ini . Tomat, 

cabe, dan kakao semuanya yaitu  asli Meksiko; makanan-

makanan itu baru mencapai Eropa dan Asia setelah orang-orang 

Spanyol menaklukkan Meksiko. Julius Caesar dan Dante Alighieri 

tidak pernah mengaduk spageti berlumur tomat dengan garpu 

(bahkan garpu belum ditemukan saat itu), William Tell tidak 

pernah mencicipi cokelat, dan Buddha tidak pernah membumbui 

makannya dengan cabe. Kentang menjangkau Polandia dan 

Irlandia tak lebih dari 400 tahun lalu. Satu-satunya steik yang 

bisa Anda dapatkan di Argentina pada 1492 yaitu  dari daging 

llama.

Film-film Hollywood mengabadikan citra dataran Indian 

dengan pria-pria berkuda pemberani, yang bersemangat menarik 

kereta-kereta pionir Eropa untuk melindungi kuil-kuil para 

leluhur mereka. Namun, para pria berkuda Pribumi Amerika 

ini bukanlah pembela budaya autentik kuno. Namun, mereka 

yaitu  produk revolusi militer dan politik besar yang menyapu 

dataran bagian barat Amerika Utara pada abad ke-17 dan ke-

18, sebuah konsekuensi dari kedatangan kuda-kuda Eropa. Pada 

1492, tidak ada kuda di Amerika. Budaya abad ke-19 Sioux 

dan Apache memiliki banyak ciri-ciri yang menarik, namun  itu 

budaya modern—hasil dari kekuatan global—yang sangat jauh 

dari “autentik”.



Visi Global

Dari perspektif praktis, tahap paling penting dalam proses 

unifikasi global terjadi pada beberapa abad lalu, saat  

imperium-imperium tumbuh dan perdagangan menjadi intensif. 

Hubungan-hubungan yang semakin mengikat terbentuk antara 

orang Afro-Asia, Amerika, Australia, dan Oseania. Maka, cabe 

Meksiko masuk ke makanan India dan sapi Spanyol merumput 

di Argentina. Namun, dari perspektif ideologis, perkembangan 

yang lebih penting lagi terjadi pada milenium ke-1 SM, saat  

ide tatanan universal menancapkan akar. Selama ribuan tahun 

sebelumnya, sejarah sudah bergerak pelan menuju arah penyatuan 

global, namun  ide tentang tatanan universal yang mengatur seluruh 

dunia masih asing bagi sebagian besar orang.

Homo sapiens berevolusi untuk memandang orang terbagi 

menjadi kita dan mereka. “Kita” yaitu  kelompok yang 

berdekatan dengan Anda, siapa pun Anda, maka “mereka” 

yaitu  orang lain. Faktanya, tidak ada binatang sosial yang 

pernah digiring oleh kepentingan segenap spesiesnya. Tak ada 

simpanse yang peduli tentang kepentingan spesies simpanse, tidak 

ada bekicot yang mengangkat tentakel untuk komunitas bekicot 

global, tidak ada singa jantan alfa mengajukan diri menjadi raja 

seluruh singa, dan tidak ada slogan yang bisa ditemukan di depan 

pintu sarang mana pun yang berbunyi: “Lebah-lebah pekerja di 

seluruh dunia—bersatulah!”

namun  dimulai dari Revolusi Kognitif, Homo sapiens 

menjadi semakin dan semakin istimewa dalam hal ini. Orang-

orang mulai bekerja sama secara teratur dengan orang yang 

sama sekali asing, yang mereka bayangkan sebagai “saudara” 

atau “kawan”. Namun, persaudaraan ini tidak universal. Di 

suatu tempat di lembah sampingnya, atau di balik gunung, orang 

masih bisa merasakan “mereka”. saat  Fir’aun pertama, Menes, 

menyatukan Mesir sekitar 3000 SM, jelas bagi orang-orang 

Mesir bahwa Mesir yaitu  sebuah batas, dan di luar batas itu 

berkeliaran “kaum barbar”. Orang barbar yaitu  orang asing, 

yang mengancam, yang hanya tertarik pada tingkat bahwa mereka 

punya tanah atau sumber daya alam yang diinginkan orang-


Anak Panah Sejarah

orang Mesir. Semua tatanan yang diimajinasikan yang diciptakan 

orang-orang cenderung mengabaikan bagian substansial manusia.

Pada milenium ke-1 SM muncul tiga tatanan universal 

potensial, yang untuk kali pertama para penganutnya bisa 

membayangkan seluruh dunia dan seluruh ras manusia sebagai 

satu kesatuan tunggal yang diatur oleh seperangkat hukum 

tunggal. Setiap orang yaitu  “kita”, paling tidak secara potensial. 

Tidak ada lagi “mereka”. Tatanan universal pertama yang 

muncul yaitu  ekonomi: tatanan moneter. Tatanan universal 

kedua yaitu  politik: tatanan imperium. Tatanan universal ketiga 

yaitu  agama: tatanan agama-agama universal seperti Buddha, 

Kristen, dan Islam.

Para pedagang, para penakluk, dan para nabi yaitu  orang-

orang pertama yang berhasil melampaui divisi evolusi biner, 

“kita vs mereka”, dan untuk memandang potensi penyatuan 

25. Para kepala Sioux (1905). Sioux maupun semua suku lain 

yang mendiami Great Plains (wilayah luas sebelah timur Rocky 

Mountains di Amerika Utara yang terbentang dari Lembah Sungai 

Mackenzie di Kanada sampai Texas) tidak memiliki kuda sebelum 

tahun 1492.


 

204

manusia. Bagi para pedagang, seluruh dunia yaitu  satu pasar 

tunggal dan seluruh manusia yaitu  pelanggan potensial. 

Mereka berusaha menciptakan tatanan ekonomi yang akan 

berlaku untuk semua, di mana pun. Bagi para penakluk, seluruh 

dunia yaitu  satu imperium tunggal dan seluruh manusia 

yaitu  penduduk potensial, dan bagi para nabi, seluruh dunia 

memegang satu kebenaran tunggal bagi seluruh manusia dan 

seluruh manusia yaitu  para penganut potensial. Mereka juga 

berusaha menciptakan sebuah tatanan yang akan berlaku untuk 

siapa pun di mana pun.

Dalam tiga milenium silam, orang-orang melakukan semakin 

banyak dan semakin banyak upaya untuk mewujudkan visi global 

itu. Tiga bab berikutnya membahas bagaimana uang, imperium, 

dan agama-agama universal menyebar, dan bagaimana semua 

itu meletakkan fondasi bagi dunia yang kini tersatukan. Kita 

mulai dengan cerita penaklukan terbesar dalam sejarah, seorang 

penakluk memiliki toleransi dan adaptabilitas ekstrem sehingga 

mengubah orang menjadi pengikut yang gigih. Penakluk itu 

yaitu  uang. Orang-orang yang tidak memercayai Tuhan yang 

sama atau mematuhi raja yang sama yaitu  orang-orang yang 

jauh lebih dari siap untuk memakai  uang yang sama. Osama 

bin Laden, dan segenap kebenciannya pada budaya Amerika, 

agama Amerika, dan politik Amerika, yaitu  orang yang sangat 

cinta dolar Amerika. Bagaimana bisa uang berhasil, sementara 

tuhan-tuhan dan raja-raja gagal?



Aroma Uang

Pada 1519, Hernán Cortés dan pasukan penakluknya meng-

invasi Meksiko, yang hingga masa itu masih menjadi dunia 

manusia yang terisolasi. Aztec, demikian orang-orang yang hidup 

di sana menyebut diri mereka, segera tahu bahwa orang asing 

menunjukkan minat luar biasa pada logam kuning tertentu. 

Faktanya, mereka tampak tidak pernah berhenti membicara-

kannya. Kaum pribumi tidak mengenal emas—sangat indah 

dan mudah dikerjakan sehingga mereka memakai nya untuk 

membuat perhiasan dan patung-patung, dan mereka terkadang 

memakai  serbuk emas sebagai alat tukar: Namun, saat  

orang Aztec ingin membeli sesuatu, dia biasanya membayar 

dengan biji kakao atau gulungan kain. Oleh sebab  itu, obsesi 

orang Spanyol pada emas tampaknya tak bisa dijelaskan. Apa 

yang membuatnya begitu penting, logam yang tidak bisa dimakan, 

diminum, atau dijalin, dan terlalu lunak untuk dipakai  sebagai 

peralatan atau senjata? saat  kaum pribumi menanyai Cortés 

mengapa orang-orang Spanyol begitu tergila-gila pada emas, sang 

penakluk itu menjawab, “sebab  saya dan kawan-kawan saya 

menderita penyakit hati yang hanya bisa diobati dengan emas.”1

Di dunia Afro-Asia, tempat asal orang-orang Spanyol itu, 

obsesi pada emas benar-benar epidemis. Bahkan, permusuhan 

paling sengit disebabkan oleh logam kuning tak berguna itu. 

Tiga abad sebelum penaklukan Meksiko, para leluhur Cortés 

dan angkatan perangnya melancarkan perang agama berdarah 

melawan kerajaan-kerajaan Muslim di Iberia dan Afrika Utara. 

Para pengikut Kristus dan para pengikut Allah saling bunuh 

sampai angka ribuan, memorak-porandakan ladang-ladang 

dan perkebunan, dan mengubah kota-kota makmur menjadi 

reruntuhan yang membara—semua untuk kemegahan yang lebih 

besar Kristus atau Allah.

saat  orang Kristen pelan-pelan di atas angin, mereka 

menandai kemenangan-kemenangan tidak hanya dengan 

menghancurkan masjid-masjid dan membangun gereja-gereja, 

namun  juga mengeluarkan koin-koin baru emas dan perak dengan 

lambang salib dan bersyukur kepada Tuhan atas bantuan-Nya 

memerangi orang-orang kafir. Namun, bersamaan dengan mata 

uang baru itu, para pemenang mencetak jenis koin lain, yang 

disebut millares, yang membawa sebuah pesan agak berbeda. 

Koin segi empat yang dibuat orang-orang Kristen penakluk itu 

dihiasi dengan rangkaian tulisan Arab yang menyatakan “Tidak 

ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad yaitu  utusan Allah”. 

Bahkan, uskup Katolik Melgueil dan Agde mengeluarkan salinan 

koin-koin Muslim itu, dan orang-orang Kristen yang takut Tuhan 

dengan senang hati memakai nya.2

Toleransi juga mekar di balik bukit. Para pedagang Muslim 

di Afrika Utara melakukan bisnis dengan memakai  koin-koin 

seperti florin Florentine, ducat Venetia, dan gigliato Neapolit. 

Bahkan, para penguasa Muslim yang menyerukan jihad melawan 

kaum kafir Kristen dengan senang menerima pajak dalam bentuk 

koin-koin yang memampangkan Kristus dan Perawan Maria.3

Berapa Harganya?

Para pemburu-penjelajah tak punya uang. Setiap kawanan 

berburu mengumpulkan dan membuat hampir semua yang 

dibutuhkan, mulai dari daging sampai obat, dari sandal sampai 

sihir. Bisa saja satu anggota kawanan punya keahlian untuk tugas 

yang berbeda dengan anggota lainnya, namun  mereka berbagi 

makanan dan layanan dalam suatu model ekonomi gotong 

royong. Sekerat daging yang diberikan secara gratis membawa 

asumsi pembalasan—katakanlah bantuan medis gratis. Kawanan 

independen secara ekonomi; hanya beberapa item langka yang 

tidak bisa ditemukan secara lokal—kerang laut, pewarna, 

obsidian, dan sejenisnya—yang harus didapatkan dari orang 


Aroma Uang

asing. Ini biasanya dilakukan dengan barter sederhana: “Kami 

akan beri Anda kerang-kerang laut yang cantik, dan Anda akan 

memberi kami batu berkualitas tinggi”.

Hal seperti ini tak banyak berubah sampai kedatangan 

Revolusi Agrikultur. Sebagian besar orang terus hidup dalam 

komunitas-komunitas kecil yang intim. Banyak kemiripan dengan 

kawanan pemburu-penjelajah, setiap desa yaitu  kesatuan 

ekonomi yang mandiri, dipelihara dengan gotong royong plus 

sedikit barter dengan pihak luar. Seorang warga desa bisa memiliki 

keahlian ulung membuat sepatu, yang lainnya mahir melakukan 

perawatan kesehatan sehingga para penduduk desa tahu ke 

mana harus pergi saat  tak punya sepatu atau sakit. Namun, 

desa-desa itu kecil dan ekonomi mereka terbatas sehingga tak 

mungkin ada pembuat sepatu atau dokter sebagai pekerja tetap.

Munculnya kota-kota dan kerajaan-kerajaan serta perbaikan 

infrastruktur transportasi membawa peluang-peluang baru 

spesialisasi. Kota-kota dengan penduduk padat menyediakan 

pekerjaan tetap bukan hanya bagi pembuat sepatu dan dokter 

profesional, melainkan juga tukang kayu, pendeta, tentara, 

dan pengacara. Desa-desa yang mendapatkan reputasi sebagai 

produsen anggur yang benar-benar baik, minyak zaitun, atau 

keramik menyadari bahwa mereka layak mengupayakan keahlian 

di produk itu secara eksklusif dan memperdagangkannya dengan 

penduduk lain untuk semua barang yang mereka butuhkan. Ini 

membawa makna yang sangat banyak. Iklim dan tanah berbeda, 

lalu mengapa pula harus minum anggur yang biasa-biasa saja dari 

halaman belakang jika kamu bisa membeli varietas yang lebih 

halus dari tempat yang tanah dan iklimnya jauh lebih cocok 

untuk tanaman anggur? Jika tanah liat di halaman belakang bisa 

dijadikan pot yang lebih kuat dan lebih indah, maka kamu bisa 

melakukan pertukaran. Lebih dari itu, pekerja tetap spesialis 

anggur dan pembuat pot, belum lagi dokter dan pengacara, bisa 

mengasah keahlian mereka demi kepentingan semua. Namun, 

spesialisasi menciptakan sebuah masalah: bagaimana kamu bisa 

mengatur pertukaran barang antar spesialis?

Sebuah ekonomi gotong royong tidak bisa berjalan saat  

banyak orang yang asing satu sama lain berusaha untuk bekerja 


sama. Memberi bantuan gratis kepada saudara perempuan atau 

tetangga yaitu  satu hal, namun  merawat orang asing yang 

mungkin tidak pernah memberi  balasan yaitu  hal yang sangat 

berbeda. Orang bisa rugi dalam barter. Namun, barter hanya 

bisa efektif untuk pertukaran dengan produk terbatas. Barter 

tidak bisa menjadi basis bagi sebuah ekonomi yang kompleks.4

Untuk memahami keterbatasan barter, bayangkan Anda 

memiliki sebuah kebun apel di desa perbukitan yang menghasilkan 

apel paling renyah, paling manis di seantero provinsi. Anda 

bekerja begitu keras di kebun sehingga sepatu Anda rusak. Jadi, 

Anda memacu kereta keledai dan bertolak ke pasar di pusat 

kota di tepi sungai. Tetangga Anda memberi tahu bahwa seorang 

pembuat sepatu di ujung selatan pasar sudah membuatkannya 

sepasang sepatu bot yang benar-benar kuat, yang bertahan sampai 

lima musim. Anda menemukan toko pembuat sepatu itu dan 

menawarkan barter sebagian apel Anda ditukar dengan sepatu 

yang Anda butuhkan.

Pembuat sepatu enggan. Berapa banyak apel yang harus dia 

minta sebagai pembayaran? Setiap hari dia menghadapi puluhan 

pelanggan, beberapa di antaranya membawa serta beberapa 

kantung apel, sementara yang lainnya membawa gandum, 

kambing, atau pakaian—semua dengan kualitas beragam. Ada 

pula yang menawarkan keahlian dalam mengajukan petisi kepada 

raja atau mengobati sakit punggung. Terakhir kalinya, pembuat 

sepatu itu menukar sepatu dengan apel 3 bulan lalu, dan saat 

itu dia meminta 3 kantung apel. Atau, mungkin 4? Namun, 

pikirkanlah, apel-apel itu apel lembah yang masam, bukan apel 

bukit yang istimewa. Di sisi lain, pada kejadian sebelumnya, 

apel-apel itu ditukar dengan sepatu perempuan kecil. Teman ini 

minta bot ukuran pria. Di samping itu, dalam beberapa pekan 

terakhir penyakit membinasakan ternak di seluruh kota, dan kulit 

menjadi jarang. Para penyamak mulai meminta dua kali harga 

sepatu yang sudah jadi untuk mendapatkan kulit dalam jumlah 

yang sama. Apakah itu tak boleh dipertimbangkan?

Dalam sebuah ekonomi barter, setiap hari pembuat sepatu 

dan penanam apel harus belajar lagi dan lagi harga-harga relatif 

puluhan komoditas. Jika ada 100 komoditas yang berbeda 


Aroma Uang

209

diperdagangkan di pasar, maka para pembeli dan penjual harus 

tahu 4.950 nilai tukar yang berbeda-beda. Dan, jika ada 1.000 

komoditas yang berbeda diperdagangkan, pembeli dan penjual 

harus mencerna 499.500 nilai tukar yang berbeda!5 Bisakah 

Anda bayangkan?

Bahkan, lebih parah. Sekalipun Anda berhasil mengalkulasi 

berapa banyak apel yang setara dengan sepasang sepatu, barter 

tidak selalu bisa dilakukan. Lagi pula, perdagangan memerlukan 

setiap pihak ingin apa yang ditawarkan oleh pihak lain. Apa yang 

terjadi jika pembuat sepatu tidak menyukai apel dan, pada saat 

itu yang diinginkan yaitu  perceraian? Benar, petani bisa mencari 

pengacara yang menyukai apel dan menyusun transaksi tiga-pihak. 

Namun, bagaimana kalau pengacara itu sudah kebanyakan apel, 

dan dia benar-benar butuh jasa pangkas rambut? 

Sebagian warga  berusaha mengatasi problem itu 

dengan menciptakan sistem barter pusat yang mengumpulkan 

produk-produk dari para spesialis petani dan manufaktur 

dan mendistribusikan produk-produk itu ke mereka yang 

membutuhkan. Eksperimen yang paling besar dan paling terkenal 

dilakukan di Uni Soviet, dan gagal merana. “Setiap orang akan 

bekerja menurut kemampuan mereka, dan menerima menurut 

kebutuhan mereka” terbukti dalam praktiknya menjadi “setiap 

orang bekerja sesedikit mungkin yang bisa mereka lakukan, 

dan menerima sebanyak mungkin yang bisa mereka rengkuh”. 

Eksperimen yang lebih moderat dan lebih berhasil dilakukan di 

tempat lain, misalnya di Imperium Inca. Meskipun demikian, 

sebagian besar warga  menemukan cara yang lebih mudah 

untuk menghubungkan ahli dalam jumlah besar—mereka 

mengembangkan uang.

Kerang dan Rokok

Uang diciptakan berkali-kali di banyak tempat. Pengembangannya 

tak membutuhkan terobosan teknologi—ini benar-benar revolusi 

mental. Yang dibutuhkan yaitu  penciptaan suatu realitas 

intersubjektif baru yang muncul semata-mata dalam imajinasi 

bersama orang-orang.



Uang bukanlah fisik koin atau uang kertas. Uang yaitu  

segala yang orang bersedia memakai nya untuk merepresentasi 

secara sistematis nilai benda lain untuk tujuan pertukaran barang 

dan jasa. Uang memungkinkan orang membandingkan dengan 

cepat dan mudah nilai komoditas-komoditas yang berbeda 

(seperti apel, sepatu, dan perceraian), untuk menukar dengan 

mudah satu benda dengan benda lainnya, dan untuk menyimpan 

kekayaan dengan nyaman. Ada banyak jenis uang. Yang paling 

terkenal yaitu  koin, yakni kepingan standar logam yang dicetak. 

Namun, uang ada jauh sebelum penemuan koin, dan budaya-

budaya tumbuh makmur dengan memakai  benda-benda lain 

sebagai mata uang, seperti kerang, sapi, kulit, garam, biji-bijian, 

manik-manik, pakaian, dan promes. Kerang kuwuk dipakai  

sebagai uang selama sekitar 4.000 tahun di seluruh Afrika, Asia 

Selatan, Asia Timur, dan Oseania. Pajak masih dibayar dengan 

kerang-kerang kuwuk di Uganda Inggris pada awal abad ke-20.

Di penjara-penjara dan kamp-kamp penahanan tawanan 

perang modern, rokok sering menjadi uang. Bahkan, para 

tahanan yang tidak merokok bersedia menerima rokok sebagai 

pembayaran, dan mengalkulasi nilai semua barang dan jasa lain 

dengan rokok. Satu orang yang selamat dari kamp Auschwitz 

menggambarkan mata uang rokok dipakai  di kamp itu: “Kami 

punya mata uang sendiri, yang nilainya tak dipertanyakan siapa 

pun: rokok. Harga setiap benda dinyatakan dalam rokok.... Pada 

masa “normal”, yakni saat  para kandidat penghuni kamar gas 

berdatangan dalam kecepatan normal, selembar roti berharga 12 

rokok; satu paket margarin seberat 3 ons berharga 30 rokok; 

jam tangan berharga 80 sampai 200 rokok; seliter alkohol setara 

dengan 400 rokok!”6

Faktanya, bahkan pada masa kini dan uang kertas yaitu  

bentuk uang yang terhitung langka. Pada 2006, jumlah total uang 

di seluruh dunia yaitu  sekitar $473 triliun, namun  jumlah total 

koin dan uang kertas kurang dari $47 triliun.7 Lebih dari 90 

persen dari semua uang—lebih dari $400 triliun muncul dalam 

bentuk rekening—hanya ada dalam server-server komputer. 

Demikian pula, transaksi-transaksi bisnis dieksekusi dengan 

memindahkan data elektronik dari satu file komputer ke file 


Aroma Uang

lain, tanpa pertukaran uang fisik. Hanya seorang kriminal yang 

membeli rumah, misalnya, dengan menenteng koper penuh 

uang kertas. Sepanjang orang bersedia mendagangkan barang 

dan jasa dengan pertukaran data elektronik, itu bahkan lebih 

baik ketimbang koin-koin mengilap atau uang-uang kertas yang 

masih kaku—lebih cerah, tidak lecek, dan lebih mudah dihitung.

Agar sistem-sistem komersial yang kompleks bisa berjalan, 

keberadaan suatu jenis uang tertentu tak terelakkan. Seorang 

pembuat sepatu dalam ekonomi uang perlu tahu hanya harga yang 

diterakan ada beragam sepatu—tak perlu menghafal nilai tukar 

antara sepatu dan apel atau kambing. Uang juga membebaskan 

para ahli apel dari kebutuhan mencari para pembuat sepatu 

yang sangat butuh apel sebab  setiap orang menginginkan 

uang. Inilah mungkin kualitasnya yang paling mendasar. Setiap 

orang menginginkan uang sebab  setiap orang lain juga selalu 

menginginkan uang, yang berarti Anda bisa menukar uang untuk 

apa pun yang Anda inginkan atau butuhkan. Pembuat sepatu 

akan selalu senang menerima uang Anda sebab  tak peduli apa 

pun yang dia inginkan—apel, kambing, atau perceraian—dia 

bisa mendapatkannya dengan uang.

Oleh sebab  itu, uang yaitu  medium universal pertukaran 

yang memungkinkan orang mengubah menukar hampir dengan 

hal apa pun. Otot ditukar dengan otak saat  seorang tentara 

yang dipecat memakai  dana tunjangan kemiliterannya 

untuk membiayai kuliah di sekolah tinggi. Tanah ditukar dengan 

kesetiaan saat  seorang baron menjual properti untuk menggaji 

para pelayannya. Kesehatan ditukar dengan keadilan saat  

seorang dokter memakai  upahnya untuk membayar seorang 

pengacara—atau menyuap hakim. Bahkan, dimungkinkan untuk 

menukar seks dengan penyelamatan, seperti prostitusi abad ke-

15 yang memungkinkan pelacur tidur dengan pria demi uang, 

yang kemudian dipakai  untuk membeli pengampunan dari 

Gereja Katolik.

Jenis-jenis ideal uang memungkinkan orang tidak semata-mata 

menukar satu benda dengan benda lain, namun  juga menyimpan 

kekayaan. Banyak hal berharga yang tidak bisa disimpan—seperti 

waktu atau kecantikan. Beberapa benda hanya bisa disimpan 


 

212

untuk jangka waktu pendek, seperti stroberi. Benda lain lebih 

awet, namun  perlu banyak ruang dan membutuhkan fasilitas 

dan perawatan mahal. Biji-bijian, misalnya, bisa disimpan 

selama bertahun-tahun, namun  untuk melakukannya Anda perlu 

membangun gudang besar dan menjaganya dari tikus, jamur, 

air, kebakaran, dan pencuri. Uang, entah itu kertas atau bit 

komputer atau kerang kuwuk, mengatasi problem-problem ini. 

Kerang-kerang kuwuk tidak membusuk, tak mempan tikus, bisa 

tahan dari kebakaran, dan cukup ringkas untuk disimpan di 

tempat yang aman.

Untuk bisa memakai  kekayaan tidak cukup hanya dengan 

menyimpannya. Sering, ada keharusan untuk mengangkutnya 

dari satu tempat ke tempat lain. Sebagian bentuk kekayaan, 

seperti realestat, tidak bisa diangkut sama sekali. Komoditas-

komoditas seperti gandum dan beras bisa diangkut dengan susah 

payah. Bayangkan seorang petani kaya yang hidup di sebuah 

wilayah tanpa uang, yang bermigrasi ke sebuah provinsi yang 

jauh. Kekayaannya berisi terutama rumah dan beras. Petani itu 

tidak bisa membawa serta rumah atau padinya. Dia mungkin 

menukarnya dengan berton-ton beras, namun  akan sangat 

memberatkan dan mahal untuk mengangkut berasnya. Uang 

mengatasi problem ini. Petani bisa menjual propertinya dengan 

satu sak kerang kuwuk, yang bisa dengan mudah dia bawa ke 

mana pun pergi.

sebab  bisa menukar, menyimpan, dan mengangkut harta 

dengan mudah dan murah, maka uang memberi kontribusi bagi 

munculnya jaringan komersial yang kompleks dan pasar-pasar 

yang dinamis. Tanpa uang, jaringan-jaringan komersial dan pasar 

hanya akan tetap dengan ukuran, kompleksitas, dan dinamikanya 

yang terbatas. 

Bagaimana Cara Kerja Uang?

Kerang-kerang kuwuk dan dolar hanya memiliki nilai dalam 

imajinasi bersama kita. Nilainya tidak inheren dalam struktur 

kimiawi kerang dan kertas, baik warna maupun bentuknya. 


Aroma Uang

213

Dengan kata lain, uang bukanlah realitas material, melainkan 

sebuah konstruk psikologis. Ia bekerja dengan mengubah materi 

menjadi pikiran. Namun, mengapa bisa berhasil? Mengapa orang 

bersedia menukar padi yang subur untuk segenggam kerang 

kuwuk yang tidak berharga? Mengapa Anda mau membolak-balik 

hamburger, menjual asuransi kesehatan, atau mengasuh 3 anak 

yang menjengkelkan demi beberapa lembar kertas berwarna? 

Orang bersedia melakukan hal semacam itu saat  mereka percaya 

pada omong kosong imajinasi kolektif mereka. Kepercayaan 

yaitu  bahan baku dari semua jenis uang yang dicetak. saat  

seorang petani kaya menjual harta bendanya untuk satu sak 

kerang kuwuk dan pergi membawanya ke provinsi lain, dia 

percaya bahwa sesampainya di tujuan, orang lain akan bersedia 

menjual kepadanya beras, rumah, dan ladang, ditukar dengan 

kerang-kerang itu. Dengan demikian, uang yaitu  sebuah sistem 

saling percaya, dan bukan sembarang sistem saling percaya: uang 

yaitu  sistem saling percaya yang paling universal dan paling 

efisien yang pernah diciptakan.

Yang menciptakan kepercayaan ini yaitu  suatu jalinan relasi-

relasi politik, sosial, dan ekonomi yang sangat rumit dan jangka 

panjang. Mengapa saya memercayai kerang kuwuk, koin emas, 

atau kertas dolar? sebab  para tetangga saya memercayainya 

juga. Dan, para tetangga saya memercayainya sebab  saya 

memercayainya. Dan, kami semua memercayainya sebab  raja 

saya memercayainya dan memintanya sebagai pajak, dan sebab  

pendeta kami memercayainya dan memintanya sebagai sedekah. 

Ambillah selembar kertas dolar dan perhatikan baik-baik. Anda 

akan melihat bahwa ia hanyalah selembar kertas berwarna dengan 

tanda tangan Menteri Keuangan Amerika Serikat di satu sisi, 

dan slogan “In God We Trust” di sisi lainnya. Kita menerima 

dolar sebagai pembayaran sebab  kita percaya ada Tuhan dan 

Menteri Keuangan Amerika Serikat. Peran krusial kepercayaan 

menjelaskan mengapa sistem keuangan kita juga sangat erat terkait 

dengan sistem politik, sosial, dan ideologi kita, mengapa krisis 

finansial sering dipicu oleh perkembangan politik, dan mengapa 

pasar saham bisa naik atau turun bergantung pada bagaimana 

perasaan pedagang pada pagi hari.

Pada mulanya, saat  versi-versi pertama uang diciptakan, 

orang tidak memiliki bentuk kepercayaan seperti ini sehingga 

diperlukan untuk mendefinisikan sesuatu sebagai “uang” 

yang memiliki nilai intrinsik riil. Uang pertama yang dikenal 

sejarah—uang jelai Sumeria—yaitu  contoh yang bagus. Uang 

itu muncul di Sumeria sekitar 3000 SM, pada saat dan tempat 

yang sama, dan dalam keadaan yang sama, saat  tulisan muncul. 

Sebagaimana berkembangnya tulisan untuk menjawab kebutuhan 

dari intensifnya aktivitas-aktivitas administratif, begitu pula uang 

jelai berkembang untuk menjawab kebutuhan dari intensifnya 

aktivitas-aktivitas ekonomi. 

Uang jelai hanyalah jelai—jumlah tertentu biji-bijian jelai 

yang dipakai  sebagai ukuran universal untuk menilai dan 

menukar barang lain dan jasa. Pengukuran yang paling umum 

yaitu  sila, setara kira-kira satu liter. Mangkuk-mangkuk standar, 

yang bisa menampung satu sila, diproduksi massal sehingga 

kapan pun orang perlu membeli atau menjual sesuatu, mudah 

untuk mengukur jumlah jelai yang diperlukan. Gaji, juga, 

diatur dan dibayar dalam ukuran sila jelai. Seorang buruh laki-

laki mendapatkan 60 sila sebulan, seorang buruh perempuan 

menerima 30 sila. Seorang mandor bisa menerima antara 1.200 

sampai 5.000 sila. Seorang mandor yang paling rakus pun tidak 

mungkin bisa menghabiskan 5.000 liter jelai sebulan, namun  

dia bisa memakai  sila-sila yang tidak dia makan untuk 

membeli semua jenis komoditas lain—minyak kambing, budak, 

dan makanan apa pun selain jelai.8

Meskipun jelai memiliki nilai intrinsik, tidak mudah meyakin-

kan orang untuk memakai nya sebagai uang dibandingkan 

komoditas lain. Untuk memahami mengapa demikian, coba 

pikirkan apa yang terjadi jika Anda membawa satu sak penuh 

jelai ke pusat belanja setempat, dan berusaha membeli baju 

atau piza. Pedagang mungkin memanggil petugas sekuriti. Toh, 

tetap lebih mudah membangun kepercayaan pada jelai sebagai 

jenis uang pertama sebab  jelai memiliki nilai biologis inheren. 

Manusia bisa memakannya. Di sisi lain, sulit untuk menyimpan 

dan mengangkut jelai. Terobosan riil dalam sejarah moneter 

terjadi saat  orang mendapatkan kepercayaan pada uang yang 

tidak memiliki nilai inheren, namun  lebih mudah untuk disimpan 

dan diangkut. Uang seperti itu muncul di Mesopotamia kuno 

pada pertengahan milenium ke-3 SM. Ia yaitu  shekel perak.

Shekel perak bukan koin, namun  perak seberat 8.33 gram. 

saat  Undang-Undang Hammurabi mendeklarasikan bahwa 

seorang laki-laki kalangan atas yang membunuh seorang budak 

perempuan harus membayar pemiliknya 20 shekel perak, itu 

berarti dia harus membayar 166 gram perak, bukan 20 koin. 

Sebagian besar istilah moneter dalam Perjanjian Lama disebutkan 

dalam ukuran perak, bukan koin. Para saudara Joseph menjualnya 

ke orang Ismailiyah seharga 20 shekel perak, atau 166 gram 

perak (harga yang sama dengan budak perempuan—padahal dia 

waktu itu seorang pemuda).

Tak seperti sila jelai, shekel perak tak punya nilai inheren. 

Anda tidak bisa memakannya, meminumnya, atau mengenakan 

pakaian perak, dan perak terlalu lunak untuk dibuat alat yang 

berguna—mata bajak atau pedang perak tak ubahnya aluminium 

foil yang langsung mengerut kalau dipakai  untuk keperluan 

semacam itu. saat  dipakai  untuk kebutuhan lain, perak 

dan emas bisa jadi perhiasan, mahkota, dan simbol-simbol status 

lain—barang-barang mewah yang dipakai  kalangan tertentu 

untuk mengidentifikasi status tinggi. Nilainya murni kultural.

Penetapan bobot logam mulia akhirnya melahirkan koin. 

Koin pertama dalam sejarah muncul sekitar 640 SM, dibuat 

oleh Raja Alyattes dari Lydia, di bagian barat Anatolia. Koin-

koin ini memiliki bobot standar emas atau perak, dan dicetak 

dengan lambang identifikasi. Lambang itu menjadi saksi dua 

hal. Pertama, ia mengindikasikan seberapa tinggi nilai logam 

mulia yang ada pada koin itu. Kedua, ia mengidentifikasi 

otoritas yang mengeluarkan koin dan yang menjamin isinya. 

Hampir semua koin yang dipakai  sekarang yaitu  keturunan 

dari koin-koin Lydia.

Koin memiliki dua keunggulan penting dibandingkan benda-

benda logam tak bertera. Pertama, yang disebut belakangan harus 

ditimbang setiap transaksi. Kedua, penetapan bobot logam tidak-

lah cukup. Bagaimana pembuat sepatu tahu bahwa perak yang 

saya serahkan untuk membeli bot benar-benar perak murni, dan

bukan timah yang dilapisi bagian luarnya dengan perak? Koin 

membantu mengatasi problem ini. Lambang yang dicetak pada 

koin menjamin nilai yang sesungguhnya sehingga pembuat sepatu 

tak perlu membawa alat pengukur dalam proses pembayarannya. 

Lebih penting lagi, lambang pada koin yaitu  penanda otoritas 

politik yang menjamin nilai koin itu.

Bentuk dan ukuran lambang sangat bervariasi sepanjang 

sejarah, namun  pesannya selalu sama: “Saya, Raja Agung Anu bin 

Fulan, memberi jaminan pribadi bahwa lempengan logam ini berisi 

persis 5 gram emas. Jika ada orang yang berani memalsukan 

koin ini, itu berarti dia memalsukan tanda tangan saya, yang 

bisa menodai reputasi saya. Saya akan menghukum kejahatan 

semacam itu dengan pembalasan paling keras.” Itu sebabnya 

pemalsuan uang selalu dianggap kejahatan yang jauh lebih serius 

ketimbang perbuatan penipuan lain. Pemalsuan bukan hanya 

menipu—ia melanggar kedaulatan, sebuah tindakan subversi 

melawan kekuasaan, hak-hak istimewa dan sosok raja. Istilah 

legalnya yaitu  lese-majesty (melanggar martabat), dan biasanya 

dihukum dengan penyiksaan dan hukuman mati. Sepanjang orang 

memercayai kekuasaan dan integritas raja, mereka memercayai 

koin-koinnya. Orang-orang yang benar-benar asing bisa dengan 

mudah menyetujui nilai satu koin denarius Romawi sebab  

mereka memercayai kekuasaan dan integritas kaisar Romawi, 

yang nama dan gambarnya tertera di dalamnya.

Pada gilirannya, kekuasaan kaisar berada pada denarius. 

Bayangkan betapa sulitnya mempertahankan Imperium Romawi 

tanpa koin—jika kaisar harus menaikkan pajak dan membayar gaji 

dengan jelai dan gandum. Tentu tidak mungkin mengumpulkan 

pajak jelai di Suriah, mengangkut dana-dana itu ke pusat 

perbendaharaan di Roma, dan mengangkutnya lagi ke Inggris 

untuk membayar legiun-legiun di sana. Betapa sama sulitnya 

mempertahankan imperium jika para penduduk Roma sendiri 

memercayai koin emas, namun  orang Gauls, Yunani, Mesir, 

dan Suriah menolak mempercayai itu, dan lebih memercayai 

kerang-kerang kuwuk, manik-manik gading, atau lembar-lembar 

pakaian.


Aroma Uang

Injil Emas

Kepercayaan pada koin-koin Romawi begitu kuat sehingga 

bahkan di luar batas-batas imperium orang-orang dengan senang 

menerima pembayaran dalam denarius. Pada abad ke-1 M, koin-

koin Romawi diterima sebagai alat tukar di pasar-pasar India, 

sekalipun legiun terdekat Romawi berada ribuan kilometer dari 

sana. Orang India memiliki kepercayaan yang begitu kuat pada 

denarius dan citra kaisar sehingga saat  penguasa setempat 

membuat koin sendiri, mereka meniru denarius, sampai ke potret 

kaisar Romawi! Nama “denarius”’ pun menjadi nama generik 

untuk koin. Para khalifah Muslim meng-Arab-kan nama itu 

dan mengeluarkan “dinar”. Dinar masih menjadi nama resmi 

mata uang di Yordania, Irak, Serbia, Makedonia, Tunisia, dan 

beberapa negara lain.

saat  model koin Lydia menyebar dari Mediterania sampai 

ke Samudra Hindia, China mengembangkan sistem moneter 

yang agak berbeda, berbasis koin-koin perunggu dan perak serta 

emas tak bertera. Meskipun demikian, kedua sistem moneter itu 

memiliki cukup banyak kesamaan (terutama kepercayaan pada 

emas dan perak) sehingga relasi moneter dan komersial yang erat 

terjalin antara zona China dan zona Lydia. Para pedagang serta 

penakluk Muslim dan Eropa pelan-pelan menyebarkan sistem 

Lydia dan Injil Emas jauh ke sudut-sudut Bumi. Sampai dengan 

27. Salah satu koin paling awal dalam sejarah, dari 

Lydia pada abad ke-17 SM.


era modern, seluruh dunia merupakan satu zona moneter tunggal, 

yang mula-mula bertumpu pada emas dan perak, kemudian 

pada beberapa mata uang tepercaya seperti pound Inggris dan 

dolar Amerika. 

Munculnya zona moneter tunggal transnasional dan 

transkultural ini meletakkan fondasi unifikasi Afro-Asia, dan 

akhir ke seluruh muka Bumi, menjadi satu bidang tunggal 

ekonomi dan politik. Orang terus berbicara dengan bahasa yang 

saling tidak bisa dimengerti, mematuhi penguasa-penguasa yang 

berbeda dan menyembah Tuhan-Tuhan yang berbeda, namun  semua 

memercayai emas, perak, dan koin emas serta koin perak. Tanpa 

kesamaan kepercayaan ini, jaringan perdagangan global tentu 

tidak mungkin ada. Emas dan perak yang ditemukan pada abad 

ke-16 oleh para penakluk Spanyol di Amerika memungkinkan 

para pedagang Eropa membeli sutra, porselen, dan cabe di Asia 

Timur; sehingga menggerakkan roda-roda pertumbuhan ekonomi 

di Eropa maupun Asia Timur. Sebagian besar emas dan perak 

yang ditambang di Meksiko dan Andes ini menyelinap melalui 

jemari Eropa untuk menemukan rumahnya yang nyaman di 

dompet-dompet para pembuat sutra dan porselen China. Apa 

yang terjadi pada ekonomi global seandainya China tidak 

menderita “penyakit hati” yang sama yang mendera Cortés 

beserta rombongannya—dan menolak menerima pembayaran 

dalam emas dan perak?

namun  mengapa orang China, India, Spanyol, dan kaum 

Muslim—yang kulturnya sangat berbeda, yang gagal menyepakati 

banyak hal—harus sama-sama memercayai emas? Mengapa 

tidak terjadi bahwa orang Spanyol meyakini emas, sedang  

Muslim memercayai jelai, orang India memercayai kerang 

kuwuk, dan orang China meyakini lembaran sutra? Para ekonom 

sudah punya jawabannya. Begitu perdagangan menghubungkan 

dua wilayah, kekuatan penawaran dan permintaan cenderung 

menyetarakan harga barang-barang yang bisa diangkut. Untuk 

memahami mengapa bisa demikian, pikirkan sebuah kasus 

hipotesis. Asumsikan bahwa saat  perdagangan reguler terbuka 

antara India dan Mediterania, orang-orang India tidak tertarik 

pada emas sehingga nilainya hampir tidak ada. Namun, di 


Aroma Uang

Mediterania, emas yaitu  sebuah lambang status idaman, dan 

sebab  itu nilainya tinggi. Apa yang terjadi kemudian?

Para pedagang antara India dan Mediterania akan melihat 

perbedaan dalam nilai emas. Untuk mendapatkan keuntungan, 

mereka membeli emas yang murah di India dan menjualnya 

dengan harga tinggi di Mediterania. Akibatnya, permintaan akan 

emas di India meroket, dan begitu juga nilainya. Pada saat yang 

sama Mediterania akan mengalami aliran emas, yang sebab  itu 

nilainya pun turun. Dalam waktu singkat nilai emas di India 

dan Mediterania akan setara. Hanya dengan fakta bahwa orang 

Mediterania memercayai emas akan memicu  orang India 

mulai memercayainya juga. Sekalipun bila emas tak ada gunanya 

yang riil bagi orang India, fakta bahwa orang Mediterania 

menginginkannya saja sudah cukup untuk membuat orang India 

menghargainya.

Demikian pula, fakta bahwa orang lain memercayai kerang 

kuwuk, dolar, atau data elektronik, itu sudah cukup untuk 

memperkuat keyakinan kita padanya, sekalipun jika orang itu 

dibenci, diremehkan, atau diolok-olok oleh kita. Orang Kristen 

dan Muslim yang tidak bisa menyepakati keyakinan religius 

tetap bisa menyepakati keyakinan moneter sebab  walaupun 

agama meminta kita memercayai sesuatu, uang meminta kita 

memercayai sesuatu yang dipercayai orang lain.

Selama ribuan tahun, para filsuf, pemikir, dan nabi mencela 

uang dan menyebutnya akar dari semua kejahatan. Boleh setuju 

boleh tidak, uang juga yaitu  puncak toleransi manusia. Uang 

lebih berpikiran terbuka ketimbang bahasa, hukum negara, norma 

budaya, keyakinan religius, dan kebiasaan-kebiasaan sosial. Uang 

yaitu  satu-satunya sistem kepercayaan yang diciptakan manusia 

yang bisa menjembatani hampir setiap jurang kultural, dan yang 

tidak mendiskriminasi berdasarkan agama, gender, ras, usia, 

atau orientasi seksual. Berkat uang, bahkan orang yang tidak 

saling kenal dan tidak saling percaya tetap bisa bekerja sama 

secara efektif.



Harga Uang

Uang didasarkan pada dua prinsip universal:

a. Konvertibilitas universal: dengan uang sebagai sebuah 

alkemis, Anda bisa mengubah tanah menjadi kesetiaan, 

keadilan menjadi kesehatan, dan kekerasan menjadi 

pengetahuan.

b. Kepercayaan universal: dengan uang sebagai perantara, 

setiap ada dua orang bisa bekerja pada proyek apa pun.

Prinsip-prinsip ini memungkinkan jutaan orang asing bekerja 

sama secara efektif dalam perdagangan dan industri. Namun, 

prinsip-prinsip yang tampak ramah ini memiliki sisi gelap. saat  

segalanya bisa dikonversi, dan saat  kepercayaan bergantung pada 

koin-koin anonim dan kerang-kerang kuwuk, ia mengeroposkan 

tradisi-tradisi, hubungan-hubungan intim, dan nilai-nilai lokal 

manusia, mengganti semua itu dengan hukum dingin penawaran 

dan permintaan. 

Komunitas-komunitas dan keluarga-keluarga manusia selalu 

didasarkan pada keyakinan hal-hal yang “tak ternilaikan”, seperti 

kehormatan, loyalitas, moralitas, dan cinta. Hal-hal ini berada di 

luar domain pasar, dan tak akan dibeli atau dijual dengan uang. 

Sekalipun pasar menawarkan harga yang bagus, hal-hal tertentu 

tak bisa dijual. Orangtua pasti tidak akan menjual anak mereka 

ke perbudakan; seorang pemeluk Kristen taat pasti tidak mau 

melakukan dosa besar; seorang kesatria yang loyal pasti tidak 

pernah mengkhianati tuannya; dan tanah-tanah leluhur suku 

tidak akan pernah dijual kepada orang asing.

Uang selalu berusaha menerobos hambatan-hambatan ini, 

seperti air menyusup melalui celah-celah bendungan. Orangtua 

terdesak menjual sebagian anaknya ke perbudakan demi membeli 

makanan bagi yang lain. Pemeluk Kristen taat membunuh, 

mencuri, dan menipu—dan belakangan memakai  hasilnya 

untuk membeli pengampunan dari gereja. Para kesatria ambisius 

melelang kesetiaannya pada penawar tertinggi, dengan tetap 

menjaga kesetiaan para pengikutnya dengan pembayaran uang. 


Aroma Uang

221

Tanah-tanah suku dijual ke orang asing dari sisi lain dunia dalam 

rangka membeli tiket masuk ke ekonomi global.

Uang punya sisi yang lebih gelap lagi. Meskipun uang 

membangun kepercayaan universal di antara orang-orang yang 

asing satu sama lain, kepercayaan itu sesungguhnya diinvestasikan 

tidak pada manusia, warga , atau nilai-nilai sakral, namun  pada 

uang itu sendiri dan pada sistem impersonal yang menopangnya. 

Kita tidak memercayai orang asing, atau tetangga sebelah rumah, 

kita memercayai koin yang mereka pegang. Jika mereka kehabisan 

koin, kita kehabisan kepercayaan. Saat uang meruntuhkan 

bendungan kemanusiaan, agama, dan negara, dunia berada di 

ambang bahaya menjadi sebuah pasar besar tanpa hati.

Oleh sebab  itu, sejarah ekonomi umat manusia yaitu  

sebuah tarian yang pelik. Orang bergantung pada uang untuk 

memfasilitas kerja sama antar orang asing, namun  mereka takut 

uang akan mengorupsi nilai-nilai dan relasi-relasi intim manusia. 

Dengan satu tangan orang bersedia menghancurkan bendungan 

komunal yang menjauhkan gerakan uang dan komersial begitu 

lama. Namun, dengan tangan lain mereka membangun sebuah 

dam-dam baru untuk melindungi warga , agama, bahkan 

lingkungan dari penghambaan kepada kekuatan pasar.

Kini lazim memercayai bahwa pasar selalu menang, dan bahwa 

dam-dam yang didirikan oleh para raja, pendeta, dan warga  

tidak bisa bertahan lama melawan gelombang uang. Ini naif. Para 

petarung brutal, kaum fanatik keagamaan, dan warga negara yang 

peduli sudah berulang-ulang berhasil menghantam para pedagang 

yang penuh perhitungan, dan bahkan membentuk ulang ekonomi. 

Oleh sebab  itu, tidak mungkin memahami unifikasi manusia 

sebagai sebuah proses yang murni ekonomi. Untuk memahami 

bagaimana ribuan kultur yang terisolasi mendekat dari waktu 

ke waktu untuk membentuk desa global masa kini, kita harus 

mempertimbangkan peran emas dan perak, namun  kita tidak bisa 

mengabaikan peran krusial yang sama dari baja. 


Visi-Visi Imperium

Romawi Kuno terbiasa mengalami kekalahan. Seperti banyak 

penguasa imperium-imperium besar dalam sejarah, mereka bisa 

kalah dalam pertempuran demi pertempuran, namun  bisa menang 

perang. Sebuah imperium yang tidak bisa menahan pukulan dan 

tetap berdiri sesungguhnya bukan imperium. Meskipun demkian, 

bahkan orang-orang Romawi kesulitan mencerna berita yang 

tiba dari Iberia utara pada pertengahan abad ke-2 SM. Sebuah 

kota pegunungan kecil yang tak signifikan bernama Numantia, 

yang dihuni oleh bangsa pribumi Celtic di semenanjung itu, 

berani menanggalkan gandar Romawi. Roma, pada masa itu, 

tak terbantahkan sebagai penguasa seluruh lembah Mediterania, 

menumpas imperium Macedonia dan Seleucid, menundukkan 

kota-kota megah Yunani, dan meluluhlantakkan Carthage menjadi 

puing-puing. Orang-orang Numantia tak memiliki apa-apa kecuali 

cinta mereka yang gigih pada kemerdekaan dan tanah airnya 

yang tidak nyaman. Meskipun demikian, mereka memaksa legiun 

demi legiun menyerah atau mundur teratur sebagai pecundang.

Akhirnya, pada 134 SM, kesabaran Romawi habis. Senat 

memutuskan untuk mengirim Scipio Aemilianus, jenderal paling 

terkemuka di Roma dan orang yang telah meratakan Charthage, 

untuk menangani orang-orang Numantia. Dia diberi pasukan 

besar berkekuatan lebih dari 30.000 tentara. Scipio, yang 

menghormati semangat tempur dan keterampilan perang orang-

orang Numantia, tak mau menyia-nyiakan tentaranya untuk 

pertempuran yang tak perlu. Namun, dia mengepung Numantia 

dengan garis benteng, memblokade kontak kota itu dengan 

dunia luar. Kelaparan membantu siasatnya. Setelah lebih dari 

setahun, pasokan makanan habis. saat  orang-orang Numantia 

menyadari semua harapan sirna, mereka membakar habis kota 


Visi-Visi Imperium

mereka; menurut riwayat Romawi, sebagian besar dari mereka 

bunuh diri agar tidak menjadi budak orang Roma.

Numantia belakangan menjadi lambang kemerdekaan dan 

keberanian Spanyol, Miguel de Cervantes, pengarang Don 

Quixote, menulis sebuah naskah tragedi berjudul The Siege of 

Numantia yang diakhiri dengan kisah penghancuran kota itu, 

namun  juga dengan sebuah visi kejayaan masa depan Spanyol. Para 

penyair menulis lagu-lagu pujian atas kegigihan para pembela 

dan para pelukis menciptakan mahakarya lukisan pengepungan 

itu di atas kanvas. Pada 1882, puing-puingnya dideklarasikan 

sebagai “monumen nasional” dan menjadi situs ziarah bagi para 

patriot Spanyol. Pada 1950-an dan 1960-an, Artikel  komik paling 

populer di Spanyol bukanlah Superman dan Spiderman—mereka 

mengisahkan petualangan Eljabato, seorang pahlawan imajiner 

Iberia kuno yang perang melawan para penindas dari Roma. 

Orang-orang Numantia kuno bagi Spanyol masa kini yaitu  

puncak heroisme dan patriotisme, menyediakan keteladanan 

bagi kaum muda negara itu.

Meskipun demikian, para patriot Spanyol memuji orang-

orang Numatia dalam bahasa Spanyol—bahasa roman yang 

merupakan keturunan dari Latin-nya Scipio. Orang Numantia 

berbicara bahasa Celtic yang kini sudah mati. Cervantes menulis 

The Siege of Numantia dalam naskah Latin, dan drama itu 

mengikuti model-model artistik Yunani-Romawi (Graeco-

Roman). Numantia tidak punya teater. Para patriot Spanyol yang 

mengagumi heroisme Numantia juga cenderung pengikut loyal 

Gereja Katolik Roma—jangan lewatkan kata terakhirnya—gereja 

yang pemimpinnya masih duduk di Roma dan yang Tuhan-nya 

lebih menyukai dipuja dalam bahasa Latin. Demikian pula, 

hukum Spanyol modern lebih berasal dari hukum Romawi; 

politik Spanyol dibangun di atas fondasi-fondasi Romawi; dan 

makanan serta arsitektur Spanyol berutang jauh lebih besar pada 

warisan Romawi ketimbang pada warisan Celtic Iberia. Benar-

benar tak ada yang tersisa dari reruntuhan Numantia. Bahkan, 

kisahnya sampai kepada kita hanya berkat tulisan-tulisan para 

sejarawan Romawi. Kisah itu dikemas untuk sesuai dengan selera 

khalayak Romawi yang sangat menikmati kisah-kisah kaum 

barbar pencinta kebebasan. Kemenangan Roma atas Numantia 

begitu sempurna sehingga para pemenang mengkooptasi memori 

bangsa yang dihancurkannya.

Ia bukan jenis cerita kita. Kita suka melihat penantang 

menang. Namun, tidak ada keadilan dalam sejarah. Sebagian 

besar budaya masa lalu cepat atau lambat jatuh dimangsa oleh 

angkatan perang imperium yang tak kenal belas kasih, yang 

mengirim mereka menuju kemusnahan. Imperium-imperium juga 

pada akhirnya jatuh, namun  mereka cenderung meninggalkan 

warisan yang kaya dan awet. Hampir semua orang pada abad 

ke-21 yaitu  keturunan dari salah satu imperium.

Apa itu Imperium?

Imperium yaitu  sebuah tatanan politik dengan dua sifat  

penting. Pertama, memiliki kualifikasi untuk sebutan yang 

Anda pakai untuk berkuasa atas sejumlah signifikan warga  

yang berbeda-beda, masing-masing memiliki identitas kultural 

yang berbeda dan satu wilayah yang terpisah. Berapa banyak 

warga  tepatnya? Dua atau tiga tidak cukup. Dua puluh 

atau tiga puluh sudah banyak. Ambang batas imperium kira-

kira di antara itu.

Kedua, imperium dicirikan oleh perbatasan-perbatasan 

fleksibel dan gairah yang secara potensial tidak terbatas. Mereka 

bisa mencaplok dan menelan lebih banyak bangsa dan teritori 

tanpa mengubah struktur dasar atau identitasnya. Negara Inggris 

kini memiliki perbatasan-perbatasan yang cukup jelas yang tak bisa 

dilampaui tanpa mengubah struktur dan identitas fundamental 

negara. Seabad lalu, hampir setiap tempat di muka Bumi bisa 

menjadi bagian dari Imperium Inggris.

Keragaman kultural dan fleksibilitas terotorial memberi 

imperium tidak hanya karakter uniknya, namun  juga peran 

sentralnya dalam sejarah. Berkat kedua sifat  inilah 

imperium berhasil menyatukan kelompok-kelompok etnis dan 

zona-zona ekologis yang beragam di bawah satu payung politik 

tunggal sehingga menyatukan segmen-segmen yang semakin besar 


Visi-Visi Imperium

dan semakin besar dari spesies manusia di Planet Bumi.

Harus ditegaskan bahwa sebuah imperium didefinisikan 

semata-mata oleh keragaman kultural dan perbatasan-perbatasan 

fleksibelnya, ketimbang oleh asal-usul, bentuk pemerintahan, 

luas teritorial, atau ukuran populasinya. Sebuah imperium tidak 

harus muncul dari penaklukan militer. Imperium Athena mulai 

hidup sebagai sebuah liga sukarela, dan Imperium Habsbung lahir 

dalam ikatan perkawinan, yang dikokohkan dengan rangkaian 

aliansi-aliansi perkawinan yang cerdik. Tidak pula imperium 

harus dikuasai oleh seorang kaisar otokratik. Imperium Inggris, 

imperium terbesar dalam sejarah, diperintah dengan sebuah 

demokrasi. Imperium-imperium demokratis lain (atau sekurang-

kurangnya republikan) termasuk Belanda, Prancis, Belgia, dan 

Amerika, di samping imperium-imperium pramodern Novgorod, 

Roma, Carhage, dan Athena. 

Ukuran juga sungguh tidak penting. Imperium bisa mungil. 

Imperium Athena pada masa kejayaannya jauh lebih kecil daripada 

ukuran dan populasi Yunani masa kini. Imperium Aztec lebih 

kecil dari Meksiko saat ini. Namun, keduanya tetap imperium, 

sedang  Yunani modern dan Meksiko modern bukan imperium 

sebab  Athena dan Aztec secara perlahan menguasai beberapa 

puluh bahkan ratusan negara yang berbeda, sedang  Yunani 

maupun Meksiko tidak. Athena mencaplok lebih dari seratus 

negara kota yang sebelumnya merdeka, sedang  Imperium 

Aztec, jika kita memercayai catatan pajaknya, menguasai 371 

suku dan warga  yang berbeda.1

Bagaimana dulu bisa terjadi, memeras sebuah bunga rampai 

manusia ke dalam teritori sebuah negara modern yang sederhana? 

Itu bisa terjadi sebab  pada masa lalu ada lebih banyak bangsa 

berbeda di dunia, masing-masing memiliki populasi kecil dan 

menduduki teritori yang lebih kecil dari bangsa umumnya masa 

kini. Wilayah antara Mediterania dan Sungai Yordan, yang kini 

berjuang untuk memuaskan ambisi-ambisi hanya dua bangsa, yang 

bisa dengan mudah diakomodasi beberapa puluh kali negara, 

suku, kerajaan kecil, dan negara kota.

Imperium yaitu  salah satu alasan utama reduksi drastis 

keragaman manusia. Mesin penggerak imperium pelan-pelan 


 

226

melenyapkan sifat -sifat  unik banyak bangsa 

(seperti Numantia), menyatukan mereka menjadi kelompok-

kelompok baru dan lebih besar.

Imperium-Imperium Jahat?

Pada masa kita, “imperialis” menempati urutan kedua di 

bawah “fasis” dalam leksikon kata-kata umpatan politik. Kritik 

kontemporer terhadap imperium umumnya memiliki dua bentuk:

1. Imperium tidak bisa bekerja. Dalam jangka panjang, 

tidak mungkin menguasai secara efektif bangsa-bangsa 

yang ditaklukkan dalam jumlah besar.

2. Sekalipun itu bisa dilakukan, tidak seharusnya itu 

dilakukan sebab  imperium yaitu  mesin jahat destruksi 

dan eksploitasi. Setiap bangsa memiliki hak untuk 

menentukan nasib sendiri, dan tidak pernah boleh 

dikuasai oleh kekuasaan bangsa lain.

Dari perspektif historis, pernyataan pertama yaitu  omong 

kosong belaka, dan pernyataan kedua sangat problematik.

Yang benar yaitu  bahwa imperium telah menjadi bentuk 

paling umum di dunia dari organisasi politik selama 2.500 

tahun terakhir. Sebagian besar manusia dalam 2,5 milenium ini 

hidup dalam imperium-imperium. Imperium juga merupakan 

bentuk pemerintahan yang sangat stabil. Sebagian besar 

imperium telah mengalami betapa sangat mudahnya me-

nundukkan pemberontakan. Secara umum, imperium-imperium 

itu diruntuhkan hanya oleh invasi eksternal atau oleh per pecahan 

dari dalam elite yang berkuasa. Sebaliknya, bangsa-bangsa 

yang ditaklukkan tidak memiliki catatan selama ratusan tahun. 

Yang umum terjadi, bangsa-bangsa itu pelan-pelan dicerna oleh 

imperium yang menaklukkannya, sampai kultur-kultur khas 

mereka menyeruak.

Misalnya, saat  Imperium Romawi Barat akhirnya jatuh 

oleh suku-suku Jerman pada 476 M, Numantia, Arveni, 

Helvetia, Samnite, Lusitania, Umbria, Etrusca, dan ratusan 


Visi-Visi Imperium

227

bangsa lain yang terlupakan, yang ditaklukkan Romawi berabad-

abad sebelumnya, tidak muncul dari bangkai imperium yang 

dihancurkan seperti Nabi Yunus dari perut ikan besar. Tak satu 

pun yang tersisa. Keturunan-keturunan biologis dari bangsa 

itu yang mengidentifikasi diri sebagai anggota bangsa-bangsa 

ini , yang memakai  bahasa-bahasa mereka, menyembah 

tuhan-tuhan mereka dan menceritakan mitos-mitos serta legenda-

legenda mereka, kini berpikir, berbahasa dan menyembah sebagai 

bangsa Romawi.

Dalam banyak kasus, penghancuran satu imperium nyaris 

tidak pernah berarti kemerdekaan bangsa yang dijajah. Namun, 

sebuah imperium baru memasuki kevakuman yang diciptakan 

saat  imperium lama runtuh atau mundur. Tak ada tempat 

yang lebih jelas untuk hal ini selain Timur Tengah. Konstelasi 

politik saat ini di wilayah itu—perimbangan kekuasaan antara 

banyak entitas politik merdeka dengan perbatasan-perbatasan 

yang kurang lebih stabil—hampir tanpa tandingan pada masa 

mana pun dalam beberapa milenium terakhir ini. Terakhir kali 

Timur Tengah mengalami situasi seperti itu yaitu  pada abad 

ke-8 SM—hampir 3.000 tahun lalu! Dari kebangkitan Imperium 

Neo-Assyria pada abad ke-8 SM sampai runtuhnya imperium 

Inggris dan Prancis pada pertengahan abad ke-20 M, Timur 

Tengah lepas dari kekuasaan satu imperium ke imperium lain, 

seperti sebuah tongkat dalam lomba lari estafet. Dan, pada 

masa saat  Inggris dan Prancis akhirnya melepaskan tongkat 

itu, bangsa Aramea, Ammonit, Phoenisia, Philistin, Moabit, 

Edomit, dan bangsa-bangsa lain yang ditaklukkan Assyria telah 

lama hilang.

Benar bahwa Yahudi, A