maxhavelar 6
By arwahx.blogspot. com at Juli 19, 2023
maxhavelar 6
berada dalam keadaan jang istimewa.
Kita tidak bitjara tentang mereka jang "menduduki djabatan-
djabatan jang tinggi di negeri Hindia", tapi sungguh aneh betapa
seringkali orang lebih menghargai pendapat orang jang sama
sekali tidak punja apa-apa jang membenarkan penghargaan itu
dari "kenang-kenangan sekian tahun tinggal diwilajah-wilajah
itu", dan ini lebih-Iebih lagi terasa aneh karena mereka jang
mempertjajai alasan seperti itu tidak serta merta menerima
sadja segala apa jang misalnja dikatakan kepada mereka menge-
nai urusan rumah tangga negara Belanda, oleh orang jang mem-
buktikan bahwa ia empat puluh atau lima puluh tahun tinggal
dinegeri Belanda. Ada orang-orang jang lebih tiga puluh tahun
tinggal di Hindia Belanda tanpa pemah bergaul dengan penduduk
maupun dengan kepala-kepala negeri Bumiputera, dan adalah
menjedihkan bahwa dewan Hindia sama sekali atau sebagian
bes ar terdiri dari orang-orang sematjam itu, ja, bahkan bahwa
orang menemukan tjara untuk menjuruh radja menandatangani
pengangkatan seseorang djadi gubemur djenderal, jang termasuk
"Ahli" seperti ini.
Ketika saja mengatakan bahwa ketjakapan jang harus ada pada
259
seorang gubernur djenderal jang baru diangkat mengandung pula
pikiran bahwa orang menganggapnja seorang djeni, sekali-kali
bukanlah maksud saja hendak mengandjurkan supaja mengang-
kat manusia-manusia djeni. Keberatannja ialah pertama-tama
bahwa djabatan sepenting itu selalu tidak akan terisi, tapi ada
lagi sebab lain. Seorang djeni tidak akan bisa bekerdja dibawah
bmenterian tanah djadjahan, karena itu tidak akan berguna
sebagai gubernur djenderal, seperti biasanja manusia-manusia
djeni.
Barangkali ada baiknja djika kesalahan-kesalahan utama jang
saja sebutkan berupa sedjarah penjakit menarik perhatian orang-
orang jang terpanggil untuk memilih seorang wali negeri jang
baru. Bertolak dari pendirian bahwa semua orang jang diusulkan
untuk itu adalah orang jang berhati tulus dan mempunjai daja
tangkap jang sedikit banjak akan dapat memungkinkannja mem-
peladjari apa jang harus mereka ketahui, saja menganggap pen-
ting sekali bahwa mereka djangan sok tahu pada mula pertama,
dan terutama djangan apatis dan seperti orang mengantuk dalam
tahun-tahun terachir pemerintahannja. Sudah saja katakan betapa
Havelaar dalam tugas kewadjibannja jang sukar itu mengira akan
dapat mengharapkan bantuan dari gubernur djenderal dan saja
tambahkan "bahwa anggapan itu adalah naif". Gubernur dj ende-
ral itu menunggu penggantinja ...... sebentar lagi ia istirahat di-
negeri Belanda!
Kita akan lihat apa akibat ketjenderungan untuk mengantuk
itu bagi daerah Lebak, bagi Havelaar, dan bagi siorang Djawa
Saidjah, jang kisah hidupnja sekarang hendak saja tjeritakan,
kisah jang mendjemukan, - salah satu dari jang banjak !
Ja, mendjemukan! Mendjemukan seperti tjerita semut jang
radjin, jang menarik sumbangannja untuk persediaan musim di-
ngin naik keatas gumpalan tanah, - keatas gunung, - jang
terletak ditengah djalan kelumbung. Setiap kali ia terguling ke-
bawah dengan bebannja, setiap kali ia mentjoba lagi mentjari
tumpuan diatas batu ketjil diatas, - diatas batu dipuntjak bukit.
Tapi antara dirinja dan punt jak itu ada djurang, - lubang jang
260
tidak akan dapat diisi oleh seribu ekor semut, - ia harus me-
mutari djurang itu. Untuk itu semut jang hampir-hampir tidak
berdaja menjeret bebannja diatas tanah jang datar itu, - beban
jang berlipat ganda lebih berat dari dirinja, - harus memikul
beban itu keatas dan ia harus berdiri diatas temp at jang gojah;
ia harus mendjaga keseimbangannja bila ia bangkit dengan be-
bannja antara kedua kaki depannja, ia harus memeluknja sambil
berdjalan miring keatas dan meletakkannja diatas udjung jang
mendjulur dari tembok batu ; ia terhujung-hujung, tertatih-tatih,
terkedjut, roboh, mentjoba berpegang pada batang pohon jang
akarnja separoh tertjabut, puntjaknja menundjuk kedalam dju-
rang, - sebatang rumput ; - ia tidak menemukan titik tumpuan
jang dit j arinj a, pohon itu mengajun kembali, - batang rumput
itu mengelak dibawah kakinja, ...... dan semut itu djatuh ke-
dalam lubang dengan bebannja. Kemudian ia berdiam diri se-
djenak, ada sedetik waktu jang lama dalam hidup seekor semut.
Apakah ia kelengar karena djatuh, atau apakah ia sedih karena
usahanja jang habis-habisan sia-sia sadja. Tapi ia tidak putus asa.
Dipegangnja lagi bebannja itu, diseretnja lagi keatas, dan sekali
lagi dan sekali lagi ia djatuh kedalam lubang.
Begitulah mendjemukan tjerita saja. Tapi saja tidak akan bi-
tjara tentang semut-semut jang suka dan dukatjitanja tidak dapat
kita lihat karen a kasarnja pantjaindera kita; saja akan tjerita
tentang manusia-manusia jang bergerak seperti kita. Memang,
barangsiapa jang tidak suka terharu dan tidak suka ikut me-
rasakan penderitaan orang lain, akan mengatakan bahwa orang-
orang itu kulitnja kuning atau sawa matang, - kebanjakan
orang menjebut mereka hitam; dan bagi orang sematjam itu
perbedaan warna tjukup mendjadi alasan untuk memalingkan
mukanja dari kesengsaraan itu, atau djika mereka tidak melengos
mereka melihat dari ketinggian tanpa keharuan.
Djadi, tjerita saja hanja ditudjukan kepada mereka jang mem-
punjai kemampuan untuk pertjaja bahwa ada hati-hati jang ber-
debar dibawah permukaan kulit jang hitam itu, - sungguh sukar
untuk pertjaja, - dan bahwa barangsiapa diberkati Tuhan de-
261
ngan koot jang putih dan bersama itu budi bahasa, kemuliaan
bati, pengetahuan berdagang dan ilmu Ketuhanan, kebaikan ; -
dapat mempergunakan sifat-sifat orang putih itu dengan tjara
lain dari jang hingga sekarang dialami oleh mereka jang tidak
begitu beruntung dalam warna kuUt dan keutamaan djiwa.
Saja pertjaja anda turut merasa dengan penderitaan orang
Djawa, tapi tidaklah sedemikian rupa hingga saja bila menggam-
barkan bagaimana kerbau jang terachir dirampas dari kandang,
pada siang hari, tanpa malu-malu, dengan perlindungan kekuasa-
an Belanda; - bila saja gambarkan lembu jang dirampas di-
ikuti oleh jang punja dan anak-anaknja jang menangis ; - bila
saja gambarkan orang itu duduk diatas tangga rumah perampok
itu, tanpa bitjara dan termangu-mangu dan tenggelam dalam
dukatjita; - bila saja gambarkan ia diusir dengan tjatji maki,
diantjam akan didera dengan rotan dan didjebloskan dalam
pendjara ...... Nah, saja tidak meminta, dan sajapun tidak meng-
harap bahwa anda akan terharu karenanja, sama terharunja
seperti bila saja melukiskan nasib seorang petani kuUt putih
jang dirampas sapinja. Saja tidak meminta anda mentjutjurkan
airmata bersama airmata jang mengalir pada wadjah-wadjah
jang begitu hitam, sajapun tidak meminta rasa amarah dari hati
jang mulia, djika saja bitjara tentang keputusasaan orang-orang
jang kena rampok. Saja djuga tidak mengharap anda akan bang-
kit, dan dengan buku saja ditangan pergi kepada radja, dan
berkata ! "Lihatlah, hai radja, ini terdjadi dalam keradjaan Anda,
di Insulinde, keradjaan anda jang kaja dan indah !" ..... .
Tidak, tidak, saja tidak mengharapkan semua itu. Terlalu
banjak penderitaan sekitar anda jang memenuhi perasaan anda,
hingga tidak banjak lagi perasaan jang tinggal untuk penderitaan
jang begitu djauhnja! Bukankah kemarin bursa lesu-Iesu sadja,
dan bukankah pasaran kopi terantjam penurunan harga karena
agak banjak penawaran? ......
"Djanganlah menulis hal-hal jang bukan-bukan seperti itu ke-
pada ajahmu. Stern!" kata saja, dan barangkali saja mengata-
262
kannja agak marab, sebab saja tidak suka kebohongan, itulah
senantiasa prinsip saja jang tidak bisa diganggu gugat. Malam
itu saja segera menulls surat kepada Stern senior supaja ia her-
gegas-gegas, dan berhati-hati terhadap berita-berita palsu.
Pembatja tentu merasa apa jang saja alami waktu mendengar-
kan bab-bab jang terachir. Dikamar anak-anak saja menemukan
kartu-kartu permainan solitair 1), dan saja bawa kepertemuan.
Benar djuga kata saja babwa Sjaalman itu membikin gila semua
orang dengan bungkusannja. Dapatkah kita mengenal kembali
pemuda-pemuda jang dibesarkan dalam keluarga jang mulla
dalam tulisan-tulisan Stem itu ? - Frits djuga turut menulis, itu
pasti. Mereka mengeritik-ngeritik orang jang sakit rindu tinggal
diluar kota, mengapa ? Apakah mereka maksudkan saja ? Apa-
kah saja tidak boleh pergi ke Driebergen, djika Frits djadi make-
lar? Dan siapa pula jang bitjara tentan,g sakit perut djika ada
wanita-wanita dan gadis-gadis? Sudah prinsip saja jang tak dapat
diganggu gugat untuk selalu tetap tenan,g, sebab saja anggap itu
berguna dalam perdagangan, tapi saja harus mengakui babwa
seringkali sukar bagi saja untuk tetap tenang djika mendengarkan
kegilaan-kegilaan jang dibatjakan oleh Stem itu. Apa maunja ?
Apa achirnja? Kapan ia membatjakan sesuatu jang mantap? Apa
peduli saja apakah Havelaar itu membersihkan kebunnja, dan
apakah orang masuk kerumabnja dari depan atau dari belakang?
Pada Busselinek & Waterman orang harus melalui lorong sem-
pit, dekat sebuah gudang minjak, jang selalu kotor. Dan otjehan
tentang kerbau-kerbau itu. Apa gunanja mereka punja kerbau,
orang-orang hitam itu, ...... saja tak pernah punja kerbau,
meskipun demikian saja senang; ada orang jang selalu menge-
lub. Dan tjelaannja terhadap kerdja paksa itu, nampak bahwa
ia tidak mendengar chotbah pendeta Wawelaar, kalau pernah
tentu ia tabu betapa berguna orang bekerdja untuk perluasan
keradjaan Tuhan. Benar djuga, ia pengikut Luther ..... .
Memang, djika saja tabu lebih dahulu bagaimana ia akan
1) Sematjam permainan kartu untuk satu orang.
26l
menulis buku itu, jang harus mendjadi buku penting buat semua
makelar kopi, - dan orang lain, - lebih baik saja mengerdja-
kannja sendiri. Tapi ia dibela oleh keluarga Rosemeijer, jang
berdagang gula, dan itu membuatnja djadi begitu berani. Terus
terang saja katakan, sebab saja djudjur dalam hal-hal itu, bahwa
dongeng tentang Saidjah itu boleh dihilangkan sadja, tapi tiba-
tiba Louise Rosemeijer menentang saja. Rupanja Stern telah
mengatakan kepadanja bahwa ada soal tjinta didalamnja, dan
gadis-gadis sematjam dia suka sekali tjerita-tjerita demikian.
Tapi ini tidak akan begitu mendjadikan saja segan, djika anak-
anak Rosemeijer itu tidak mengatakan kepada saja, bahwa me-
reka ingin berkenalan dengan ajah Stern. Tentu sadja mereka
dengan perantaraan ajahnja hendak berkenalan pula dengan
pamannja jang berdagang gula. Djika saja terlalu berpihak ke-
pada pikiran sehat dan menentang Stern junior, maka saja se-
olah-olah hendak mendjauhkan mereka dari Stern, dan ini sama
sekali tidak demikian, sebab mereka itu berdagang gula.
Saja sama sekali tidak mengerti maksud Stern dengan tulisan-
nja. Selalu ada sadja orang jang tak puas, dan apakah pantas
djika ia, jang begitu banjak menikmati kebaikan dinegeri Belan-
da, - dalam minggu ini isteri saja baru sadja membuatkan teh
kamilia baginja, - untuk mentjatji maki pemerintah ? Apakah
ia hendak memarakkan ketidakpuasan umum ? Apakah dia hen-
dak djadi gubernur djenderal? Dia tjukup sombong untuk itu ;
- maksud saja, untuk menghendaki djabatan itu. Saja tanjakan
itu kemarin dulu kepadanja, dan saja tambahkan pula, bahwa
bahasa Belandanja masih kurang baik. ,,0, itu tidak djadi ke-
beratan, dj awabnj a, nampaknja djarang gubernur djenderal di-
kirim kesana jang mengerti bahasa orang dinegeri itu." Apa
jang harus saja lakukan dengan orang jang sok tahu seperti itu?
Ia sama sekali tidak menghormati pengalaman saja. Ketika saja
minggu ini mengatakan kepadanja bahwa saja sudah tudjuh
belas tahun djadi makelar, dan sudah dua puluh tahun me-
ngundjungi bursa, ia menjebut Busselinck & Waterman, jang
sudah delapan belas tahun djadi makelar, "djadi, katanja mereka
264
itu mempunjai pengalaman satu tahun lebih". Dengan demikian
ia memperangkap saja, sebab saja harus mengakui, karena saja
suka kebenaran, bahwa Busselinck & Waterman tidak banjak
tahu tentang perdagangan, dan bahwa mereka itu kerdjanja se-
rampangan.
Marie djuga pikirannja katjau balau. Bajangkan, minggu ini,
- gilirannja untuk membatjakan pada waktu sarapan, dan sudah
sampai pada kisah Luth 2), - tiba-tiba ia berhenti, dan tidak mau
membatja lagi. Isteri saja jang djuga senang agama seperti saja,
mentjoba membudjuknja dengan lemah lembut untuk menurut,
karena tidaklah pantas bagi seorang gadis jang sopan untuk ber-
keras kepala. Sia-sia belaka. Kemudian saja sebagai ajah hams me-
marahinja dengan kakas, karena dengan ketegarannja itu suasana
ibadah waktu sarapan djadi rusak, hal mana selaIu berpengaruh
bumk pada pekerdjaan sehari-harian. Tapi keadaan tak dapat
diperbaiki, malahan ia berkata lebih baik ia mati dari menerus-
kan pembatjaannja. Saja hukum dia, tak boleh meninggalkan
kamar tiga hari dan hanja diantari roti dan kopi. Mudah-mudah-
an ia djadi baik. Dan supaja hukuman itu dapat pula memper-
baiki tasa kesusilaannja, saja suruh dia menuliskan bab jang
tak mau dibatjanja itu sepuluh kali, dan tindakan keras ini ter-
utama saja lakukan, karena saja lihat bahwa ia dalam waktu
belakangan ini, - saja tidak tabu apakah ini pengaruh Stem,
- menerima pengertian-pengertian jang saja rasa berbahaja bagi
kesusilaan jang saja dan isteri saja sangat djundjung tinggi.
Antara lain saja dengar ia menjanjikan lagu Perantjis, - lagu
Béranger, saja kira, - dimana ia menjatakan perasaan kasihan-
nja kepada seorang pengemis perempuan tua, jang waktu muda-
nja menjanji diteater, dan kemarin waktu sarapan ia tidak me-
makai korset, - Marie, maksud saja, - jang sungguh tidak
sopan.
Djuga harus saja akui bahwa Frits sedikit sekali membawa
pulang berkat dari geredja. Saja sudah senang waktu melihatnja
2) Tokoh dalam Indjil.
265
duduk diam-diam digeredja. Ia tidak bergerak dan matanja tidak
berkisar dari mimbar; tapi kemudian saja dengar babwa Bethsy
Rosemeijer duduk dipagar baptisan. Saja tidak menegor mereka,
sebab kita tidak boleh terlalu kakas terhadap anak muda, dan
keluarga Rosemeijer itu keluarga baik-baik. Anak gadis mereka
jang paling tua, jang kawin dengan Braggeman, pedagang rempah-
rempah, mereka beri mas kawin jang lumajan 3) dan karena itu
saja kira Frits tidak tertarik kepasar barat, dan saja senang ka-
renanja sebab saja orang jang mendjundjung tinggi kesopanan.
Namun saja merasa sedih djuga melihat babwa Frits hatinja
membatu seperti Firaun, tapi Firaun tidak begitu besar dosa-
nja karena ia tidak mempunjai seorang ajah jang selalu me-
nundjukinja djaIan jang benar, sebab tentang Firaun senior
Alkitab tidak mengatakan apa-apa. Pendeta Wawelaar mengeluh
tentang kesombongannja, - kesombongan Frits, maksud saja,
- waktu katekisasi, dan rupanja ia, - lagi-Iagi dari bungkusan
Sjaalman itu, - mengambil suatu sok kepintaran jang membikin
marah Wawelaar jang lemah lembut itu. Bukannja ia menerima
apa jang tersebut daIam Alkitab, - dan orang kan harus me-
nerima, sebab daIam Alkitab sendiri dikatakan bahwa orang
harus pertjaja, - malahan ia memadjukan bermatjam-matjam
pertanjaan : "Apakab tjabaja sebelum ada matahari ? - Apakab
Melchizedek 4) membawa kepertjajaan jang sebenarnja? - Apa
jang terdjadi djika Hawa tidak memakan apel itu? - Apakab
adikku masuk neraka karen a ia mati sebelum dibaptis? - Di-
manakah polisi, ketika Petrus 5) menghukum Ananias dan
Saffirah 6) hingga mati ? - Apakah Jesus memakai kaus, dan
apakah ia bersorban? - Berapa djauh ia naik kelangit sebelum
tiba ditepi atmosfir kita, dan kemana ia pergi selandjutnja ? -
Mengapa ia kurang adjar kepada ibunja ketika ibunja mentjari-
3) Pada orang Barat ada kebiasaan orang tua memberikan sesuatu
harta kepada anaknja jang perempuan apabila ia kawin.
4) Tokoh dalam Indjil.
5) Murid Jesus.
6) Tokoh-tokoh dalam Indjil.
266
nja? - Apakah ada pengadilan mengenai harga babi-babi jang
dihalau kedalam air? - Untuk apakah babi-babi itu dinegeri
jang me1arang orang memakan daging babi? - Bagaimana urus-
an warisan orang-orang jang bangkit kembali dari kuburnja? -
Mengapa Jehezkiel 7) harus makan kotoran? - Apakah kerdja
Jang Mahakuasa, djika hukum alam sudah sempurna? - Me-
ngapa manusia baru diselamatkan, empat ribu tahun sesudah
Pentjiptaan? - Mengapa Tuhan mengizinkan banjak orang me-
nolak untuk diselamatkan? - Mengapa setan berkuasa djika
Kristus telah mengalahkannja ? - Bukankah Konstantin Agung 8)
seorang pembunuh jang kedji? - Apakah sebabnja banjak
abad-abad sesudah Kristus tidak begitu beradab seperti abad
Agustus 9)? - Mengapa kita menutup rumah kita dinegeri jang
beragama Kristen, djadi, dimana tidak ada pentjuri ? - Mengapa
Daud seorang jang diridoi Tuhan? - Mengapa orang Israil boleh
membawa emas dan perak milik orang Mesir? Mengapa Jesus
putera Daud, djika Jusuf jang adalah keturunan Daud, bukan
ajahnja ? - Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan agung, djika
kita tidak mengertiNja? - Apakah Judith 10) seorang perem-
puan jang baik? - Bagaimana Nuh mendapatkan dua ekor
beruang es untuk bahteranja ? - Dari mana datangnja orang-
orang jang tidak boleh membunuh Kain 11)? - Apa jang Jer-
djadi djika dua orang jang beriman masing-masing berdoa untuk
melawan jang lain? -"
Dan seterusnja! Anda boleh bajangkan betapa Wawelaar,
jang jakin akan tjinta kepada Kebenaran jang adalah Kehidupan,
merasa dukatjita atas pertanjaan-pertanjaan terlarang demikian.
Mengharukan betapa laki-Iaki jang mulia itu, jang sering minum
kopi dirumah kami, mentjoba mempengaruhi perasaan Frits, dan
betapa anak nakal itu terus djuga memadjukan pertanjaan-per-
7) Tokoh dalam Indjil.
8) Kaisar Rumawi (324-337) jang memberikan kebebasan penuh kepada
Agama Kristen dibawah pemerintahannja.
9) Kaisar Rumawi (30 s.M. - 14 M.).
10) dan 11) Tokoh-tokoh dalam Indjil.
267
tanjaan lain jang menundjukkan ketegaran hatinja. Semua itu
gara-gara bungkusan terkutuk si Sjaalman itu! Dengan airmata
perasaan pada pipinja hamba kitab Indjil itu mentjoba mem-
pengaruhinja untuk melepaskan hikmat menurut manusia, dan
masuk kedalam serba rahasia hikmat Tuhan. Dengan lemah
lembut ia memohon kepadanja djanganlah hendaknja menolak
roti kehidupan abadi, dan dengan demikian djatuh kedalam tjeng-
keraman setan, jang menghuni neraka dengan kawan-kawannja,
neraka jang disediakan untuknja selama-lamanja. ,,0, katanja
kemarin,-Wawelaar, maksud saja,-O, sahabatku belia, buka-
lah mata dan telingamu, dan dengar dan libatlah apa jang Tuhan
perlihatkan dan perdengarkan kepadamu, melalui mulutku. Per-
hatikanlah kesaksian orang-orang sutji jang mati untuk agama
jang benar. Lihatlah Stefanus 12), bila ia roboh dibawah batu-
batu jang menghantjurkannja, lihatlah betapa matanja masih
menengadah kelangit, dan betapa lidahnja masih menjanjikan
mazmur ...... "
"Saja lebih suka melempar kembali," kata Frits kemudian.
Pembatja, apa jang harus saja lakukan dengan anak itu ?
Sebentar kemudian Wawelaar mulai lagi, sebab dia adalah
seorang hamba jang radjin dan tidak berhentinja bekerdja. ,,0,
sahabatku belia, katanja, bukalah .......... (permulaannja se-
perti jang tadi djuga). Dapatkah anda bermasa bodo memikir-
kan apa jang akan terdjadi dengan anda, djika sekali waktu
anda dimasukkan kedalam golongan kambing djantan pihak
ki . 13)" n ..... .
Tiba-tiba anak nakal itu tertawa terbahak-bahak, - Frits
maksud ~aja, - dan Marie pun tertawa. Malahan saja merasa-
rasa wadJah isteri saja pun seperti mau tertawa. Lalu saja me-
nolong Wawelaar, saja hukum Frits dengan menjuruhnja mem-
bajar denda dari tjelengannja kepada persekutuan paderi.
12) Seorang jang mati sjahid bagi agama Kristen: Ia mati diradjam
(abad pertama).
13) Mereka jang tidak akan masuk surga (perumpamaan dan Indjil).
268
Tapi semua itu sungguh-sungguh mengharukan saja. Dalam
penderitaan sematjam itu dapatkah kita bersenang-senang men-
dengarkan tjerita-tjerita tentang kerbau dan orang Djawa ? Apa-
kah arti seekor kerbau dibandingkan dengan keselamatan djiwa
Frits? Apa perduli saja dengan urusan orang-orang jang djauh
itu, djika saja diganggu ketakutan bahwa Frits karena tidak
pertjajanja merusak perdagangan saja sendiri, dan bahwa ia
tidak pernah bisa mendjadi makelar jang djempol? Sebab Wawe-
laar sendiri mengatakan bahwa Tuhan mengatur segalanja begitu
rupa sehingga barangsiapa jang saleh dia akan mendjadi kaja.
"Libat sadja, katanja, bukankah banjak kekajaan dinegeri Be-
landa ? Itu disebabkan karena kepertjajaan agama. Bukankah di
Perantjis orang selalu berbunuh-bunuhan ? Itu disebabkan karena
mereka disana beragama Katholik. Bukankah orang Djawa mis-
kin? Mereka itu kafir. Lebib lama orang Belanda bergaul dengan
orang Djawa, tambah kaja kita disini dan tambah miskin mereka
disana."
Saja kagum betapa tadjam pandangan Wawelaar dalam soal-
soal perdagangan. Sebab sebenarnjalah saja, jang teliti mendja-
lankan agama, mengalami kemadjuan dalam perdagangan dari
tahun ketahun, sedangkan Busselinck & Waterman jang tidak
menghiraukan Tuhan ataupun perintah agama, akan tetap be-
kerdja serampangan selama hidupnja. Pon keluarga Rosemeijer
jang berdagang gula dan mempunjai pelajan Roma Katholik,
baru-baru ini terpaksa pula mengambil 27% dari harta pening-
galan seorang J ahudi jang melakukan kesalahan. Makin banjak
saja berpikir makin djauh saja menjelidiki djalan-djalan Tuhan
jang tidak terselidiki. Baru-baru ini ternjata bahwa ada keuntung-
an bersih lagi sebesar tiga puluh djuta atas pendjualan hasil-
hasil jang dikirimkan oleh orang-orang penjembah berhala, be-
lom lagi dihitung keuntungan saja atasnja dan orang-orang lain
jang hidup dari perdagan,gan itu. Bukankah seolah-olah Tuhan
berkata: "Itulah tiga puluh djuta sebagai gandjaran keimanan-
mu 1" Bukankah itu pekerdjaan Tuhan jang menjuruh orang
djahat bekerdja untuk menjelamatkan orang jang baik ? Bukan-
269
kab itu suatu isjarat untuk meneruskan perdjalanan didjalan jang
benar, dan menjuruh mereka disana menghasilkan banjak, se-
dangkan kita disini bertahan pada agama jang benar? Bukankah
karena itudalam Alkitab dikatakan: berdoa dan bekerdjalab,
supaja kita berdoa dan menjuruh kerdja bangsa jang tidak me-
ngenal doa "Ja, Bapa Kami" ?
0, betapa benarnja perkataan Wawelaar apabila ia menjebut
gandar Tuhan lembut! Alangkah ringannja beban bagi orang
jang beriman ! Vmur saja empat puluh lebih dan saja bis a sadja
berhenti kalau mau, dan pergi ke Driebergen, dan lihatlah bagai-
mana djadinja dengan orang lain jang meninggalkan Tuhan.
Kemarin saja melihat Sjaalman dengan isterinja dan anaknja.
Mereka itn seperti hantu. Dia put jat seperti majat, matanja me-
lotot, dan pipinja tjekung. Punggungnja bungkuk, meskipun ia
lebih muda dari saja. Isterinja pun pakaiannja buruk, dan nam-
paknja ia baru menangis lagi ; saja segera tabu bahwa ia seorang
jang selalu tak puas; saja tjukup sekali melihat orang untuk me-
nilainja, karena saja punja pengalaman. ia memakai mantel tipis
dari suterà hitam, pada hal udara tjukup dingin. Krinolin 14)
sama sekali tak nampak ; gaunnja jang sederhana terkulai pada
lututnja dan pinggirnja berumbai-rumbai, Sjaalman malahan tidak
lagi pakai sjal, seolab-olah musim panas. Namun nampaknja ia
masih mempunjai sematjam kebanggaan, sebab ia memberikan
sesuatu kepada seorang perempuan miskin jang duduk diatas
pintu air, (Frits bilang: djembatan; tapi apa jang terbuat dari
batu, tanpa djungkatan, saja sebut pintu air) dan barangsiapa
jang untuk dirinja sendiri tidak banjak punja apa-apa, berdosa
djika ia masih memberikan sesuatu kepada orang lain. Lagipula,
saja tidak memberi apa-apa ditengah djalan, itu adalah prinsip
saja, sebab saja selalu berkata djika saja melihat orang-orang
miskin demikian: siapa tahu apakah itu bukan salah mereka
sendiri, dan saja tidak boleh membantu mereka meneruskan
kesalabannja. Hari Minggu dua kali saja memberi : sekali untuk
14) Rok simpai.
270
orang miskin, dan sekali lagi untuk geredja. Begitulah mestinja.
Saja tidak tahu apakah Sjaalman melihat saja, tapi saja tjepat-
tjepat lewat, dan memandang keatas, dan mengingat keadilan
Tuhan, jang tentu tidak akan membiarkan dia berdjalan seperti
itu, tanpa djas dingin, djika ia lebih berhati-hati, dan tidak malas,
pongah dan sakit-sakitan.
Mengenai buku saja, sungguh saja harus minta maaf kepada
pembatja atas tjara Stern menjalahgunakan kontrak kami, tjara
jang tak dapat dimaafkan. Saja harus mengakui bahwa saja
enggan hadir pada malam pertemuan jang akan datang, dan
kisah tjinta Saidjah itu. Pembatja sudah mengetahui bagaimana
pengertian saja tentang tjinta, pengertian saja jang sehat; ingat
sadjalah kepada pendapat saja mengenai perdjalanan kesungai
Gangga itu. Kalau gadis-gadis muda suka tjerita seperti itu, saja
mengerti, tapi djika laki-laki jang sudah berumur mendengarkan
kegilaan-kegilaan seperti itu tanpa merasa djidjik, saja tidak
bisa menerangkannja. Saja merasa jakin bahwa pada lingkaran
jang akan datang saja akan menemukan triolet 15) dalam per-
mainan solitair saja 16).
Saja akan mentjoba tidak mendengar apa-apa tentang Saidjah
itu, dan saja harap laki-laki itu tjepat kawin, artinja kalau ia
memang pahlawan kisah tjinta itu. Untunglah Stern telah me-
ngatakan lebih dulu bahwa kisah itu mendjemukan. Kalau ke-
mudian dia memulai tjerita jang lain, saja akan memasang kuping
lagi. Tapi bahwa ia menjalahkan pemerintah, itupun mendjemu-
kan bagi saja, hampir sama mendjemukan seperti kisah-kisah
tjinta. Dari segalanja kelihatan bahwa Stern masih muda, dan
sedikit pengalaman. Untuk menilai sesuatu dengan baik, orang
harus melihat segalanja dari dekat. Ketika saja kawin, saja sen-
diri datang di Den Haag, dan mengundjungi Mauritshuis dengan
isteri saja; saja bergaul dengan segala tingkatan masjarakat,
sebab saja melihat menteri keuangan lewat, dan bersama-sama
15) Set tertentu.
16) Lihat tjatatan kaki halaman 263.
271
kami membeli kaïn flanel di Veenestraat, - saja dan isteri saja,
maksud saja, - dan dimana-mana saja tidak melihat pertanda
sedikitpun babwa orang tidak senang dengan pemerintah. Nona
ditoko itu kelihatannja makmur dan senang, djadi tatkala tahun
1848 beberapa orang mentjoba mejakinkan kami babwa di Den
Haag tidak semuanja beres, saja menjatakan pendapat saja pada
pertemuan lingkaran mengenai ketidaksenangan itu, dan orang
pertjaja kepada saja, sebab setiap orang tabu babwa saja bitjara
dari pengalaman. Djuga dalam perdjalanan kembali dengan ke-
reta diligence kondektur meniup "bersukatjitalab", dan hal itu
tentu tidak abn dilakukannja, djika banjak jang tidak beres.
Begitulab saja memperhatikan segala sesuatu, dan sajapun se-
gera mengetabui apa jang harus saja pikirkan tentang orang jang
mengomel tahun 1848 1'1) itu.
Diseberang rumab kami tinggal seorang nona, jang keponakan-
nja punja toko dibenua Timur. Djadi kalau semuanja tidak ada
jang beres seperti kata Stern, tentu dia tabu sedikit-sedikit ten-
tang itu, namun nampaknja ia puas sekali dengan keadaan,
sebab saja tidak pernah mendengarnja mengeluh. Sebaliknja,
katanja keponakannja itu tinggal diluar kota, dan bahwa ia
anggota dewan geredja, dan bahwa ia mengirimi nona itu sebuah
tempat serutu dari bulu burung merak jang dibuatnja sendiri
dari bambu. Semuanja itu rasanja bukti jang djelas betapa tidak
beralasan gerutuan orang tentang pemerintahan jang buruk itu.
Pun nampak dari situ bahwa orang jang berkelakuan baik, di-
negeri itu masih bisa mentjari nafkah, djadi bahwa Sjaalman di-
negeri itu djuga malas, pongah dan sakit-sakitan, kalau tidak
tentu ia tidak pulang dalam keadaan miskin dan berdjalan-djalan
disini tanpa djas dingin. Dan keponabn nona diseberang rumab
bmi itu bubn satu-satunja jang mentjari kekajaan dibenua
Timur. Di "Polandia" saja melihat banjak orang jang pernah
kesana dan jang pakaiannja rapi sekali. Tapi tentu sadja, orang
1'1) Tahun revolusi di Eropah (djuga dinegeri Belanda terdjadi ketegang-
an-ketegangan).
272
harus awas, disana maupun disini. Di Djawa makanan enak
tidak dengan sendirinja masuk kedalam mulut orang ; - orang
harus bekerdja keras, dan siapa jang tidak mau, adalah miskin
dan tetap tinggal miskin, dengan sendirinja.
273
Bab XVII
Ajah Saidjah mempunjai seekor kerbau; dengan kerbau itulah
ia mengerdjakan sawahnja. Ketika kerbau itu dirampas oleh ke-
pala distrik Parangkudjang, ia sangat bersedih hati, ia tidak ber-
kata sepatah kata, berhari-hari lamanja. Sebab sebentar lagi tiba
musim membadjak, dan ia kuatir kalau tidak tjepat ia menger-
djakan sawah, waktu menjemaipun akan lewat, dan achirnja
tidak ada padi jang akan dipotong untuk disimpan didalam lum-
bung dirumah.
Perlu saja djelaskan bagi pembatja jang mengen al Djawa, tapi
tidak mengenal Bantam, bahwa diresidensi itu ada hak milik
tanah pribadi, sedang ditempat lain tidak ada.
Maka ajah Saidjah pun sangat prihatin. Ia kuatir isterinja akan
kekurangan beras, dan djuga Saidjah jang masih ketjil, dan adik-
adiknja laki-Iaki dan perempuan.
Pun mungkin kepala distrik akan mengadukannja kepada
asisten residen, djika ia terlambat membajar padjak tanah, sebab
bis a dihukum menurut undang-undang.
Lalu ajah Saidjah mengambil keris pusaka warisan ajahnja.
Keris itu tidak begitu bagus, tapi sarungnja berikat perak, dan
diudjung sarung itu ada pula pelat perak. Didjualnja keris itu
kepada seorang Tjina jang tinggal diibukota, dan ia pulang
kerumah dengan dua puluh empat gulden; dengan wang itulah
ia membeli seekor kerbau lagi.
Saidjah, jang waktu itu kira-kira berusia tudjuh tahun, segera
bersahabat dengan kerbau baru itu. Bukan tanpa maksud saja
mengatakan : bersahabat; - sebab sungguh mengharukan djika
274
kita melihat betapa senang kerbau Djawa itu dengan anak ketjil.
jang mendjaga dan memeliharanja. Mengenai rasa senang kerbau
itu nanti akan saja berikan tjontoh jang bukan chajalan. Bina-
tang jang besar dan kuat itu menggerakkan kepalanja jang berat
itu kekanan atau kekiri atau kebawah menurutkan tekanan djari
sianak itu, jang dia kenal, dia mengerti, dengan siapa ia besar
bersama-sama.
Memang Saidjah ketjil mempunjai rasa persahabatan jang
sangat besar sehingga tamu baru itu segera merasakannja, dan
suara kanak-kanak Saidjah jang menggalakkannja itu seolah-
olah memberi lebih banjak tenaga kepada pundak jang kukuh
dari binatang jang kuat itu, apabila ia membelah tanah liat jang
padat, dan meninggalkan bekas badjakan jang dalam dan tadjam.
Kerbau itu dengan patuh berbalik, bila ia tiba diudjung ladang
dan tidak seintjipun tanah jang dilangkauinja ketika kembali
membadjak alur jang baru, jang selalu berhampiran dengan jang
sebelumnja, seakan-akan sawah itu tanah kebun jang digaruk
oleh gerg~si.
Disebelahnja terbentang sawah-sawah ajah Adinda, ajah gadis
jang akan kawin dengan Saidjah; dan bila adik-adik Adinda
datang, dibatas antara sawah-sawah mereka, djustru djika djuga
Saidjah ada disana dengan badjaknja, merekapun berseru gem-
bira jang satu kepada jang lain, dan memudji atas mengatasi
kekuatan dan kepatuhan kerbaunja. Tapi saja kira kerbau Sai-
djahlah jang paling baik, barangkali djuga karena Saidjah pandai
menegornja, lebih pandai dari orang lain, dan kerbau sangat peka
terhadap tegoran jang baik.
Saidjah sudah sembilan tahun dan Adinda enam tahun, ketika
kerbau itu dirampas dari ajah Saidjah oleh kepala distrik Parang-
kudjang.
Maka ajah Saidjah jang amat miskin, mendjual kepada seorang
Tjina dua penggait kelambu, - barang pusaka mertuanja, -
laku delapan belas gulden; dan dengan uang itu dibelinja se-
ekor kerbau Iagi.
Tapi Saidjah sedih sekali. Sebab ia mendengar dari adik-adik
275
Adinda bahwa kerbau jang sebelumnja dibawa keibukota, dan
ditanjakannja kepada ajahnja apakah ia tidak melihat kerbau itu
ketika ia pergi kesana untuk mendjual penggait kelambu. Ajah
Saidjah tidak mau mendjawab pertanjaan itu. Karena itu ia
kuatir kerbaunja itu telah disembelih, seperti kerbau-kerbau lain
jang dirampas oleh kepala distrik dari penduduk.
Dan Saidjah menangis dan menangis bila ia teringat kerbau
jang malang itu, pergaulannja jang akrab dengannja dua tahun
lamanja; dan ia tak dapat makan, lama ia tak dapat makan,
sebab kerongkongannja terasa sempit bila ia menelan.
Kita harus ingat bahwa Saidjah masih anak-anak.
Kerbau jang baru itu mulai mengenal Saidjah, dan segera
menggantikan kerbau terdahulu dalam hatinja. Terlalu tjepat
sebenamja, sebab, aduhai, kesan-kesan lilin dalam hati kita be-
gitu mudah hapus digantikan tulisan kemudian ...... Betapapun
djuga, sekalipun· kerbau baru itu tidak begitu kuat seperti jang
sebelumnja, sekalipun gandar jang lama terlalu lebar untuk
pundaknja, tapi binatang jang malang itu patuh seperti jang ter-
dahulu jang sudah disembelih; dan meskipoo Saidjah tidak da-
pat lagi membanggakan kekuatan kerbaooja, waktu bertemu
adik-adik Saidjah diperbatasan, namoo ia mengatakan tidak ada
jang lebih unggul dari kerbaooja dalam hal kemauan baik; dan
bila alur tidak begitu lurus seperti jang dahulu, atau bila ada
gumpal-gumpal tanah jang terlewat tanpa dibadjak, dengan se-
nang hati ia mentjangkulnja dengan pat jul, sebisa-bisanja. Lagi
pula tidak ada kerbau jang punja user-useran seperti kerbaunja.
Penghulu sendiri mengatakan bahwa kerbau itu membawa un-
toog, karena ada sesuatu jang istimewa dalam djalan user-user
dipoodak bagian belakangnja.
Sekali ditengah padang Saidjah sia-sia menjeru kerbaooja
untuk bergesa. Binatang itu berdiri tanpa bergerak. Saidjah, kesal
karena ia begitu membangkang, .,... tidak biasa binatang itu
membangkang demikian, - tidak dapat menahan diri dan me-
ngeluarkan kata-kata menghina. Katanja: a. s. Tiap orang jang
pernah ke Hindia mengerti apa maksudnja; dan barangsiapa
276
jang tidak mengerti, beruntung djika saja tidak menerangkan
ut japan jang kasar itu.
Tapi Saidjah tidak bermaksud buruk dengan kata-katanja itu.
Dia hanja mengatakannja, karena ia sering mendengar orang
lain mengatakannja, djika mereka tidak senang. Tapi ia tidak
perlu mengatakannja sebab sia-sia belaka ; kerbau itu tidak
berandjak selangkahpun. Ia menggelengkan kepala seolah-olah
hendak melemparkan gandarnja, nafasnja nampak keluar dari
lubang hidungnja; ia mendengus, gemetar, matanja jang biru
penuh ketakutan, dan bibirnja sebelah atas tertarik keatas hingga
gusinja kelihatan ..... .
- "Lari, lari, Saidjah, teriak adik-adik Adinda, lari, ada
mat jan !"
Dan semuanja melepaskan gandar kerbaunja, mereka melom-
pat keatas punggung-punggung kerbau jang lebar itu, dan men-
tjongklang melalui sawah, galangan, menempuh lumpur, hutan
belukar dan alang-alang, melalui lebuh dan padang, dan ketika
mereka mendudu masuk kedesa Badur, penuh keringat, Saidjah
tidak ada bersama mereka.
Sebab setelah ia melepaskan gandaran kerbaunja, dan naik
keatas punggungnja untuk lari seperti kawan-kawannja, suatu
lontjatan tiba-tiba membuat ia kehilangan keseimbangan dan
djatuh ketanah. Harimau itu sudah dekat sekali ..... .
Kerbau Saidjah, terbawa oleh ketjepatannja sendiri, terlewat
beberapa lontjatan dari temp at dimana tuannja ketjil menunggu
maut. Oleh ketjepatannja sendiri, bukan dengan kemauannja
sendiri binatang itu melewati Saidjah, sebab baru sadja ia me-
ngalahkan gaja pendorong jang menguasai segala benda, djuga
sesudah tidak ada lagi sebab musabab jang mendorongnja, -
diapun berbalik, ia berdiri diatas kakinja jang umbang, tubuh-
nja jang umbang diatas anak itu, melindunginja, dan dengan
kepalanja jang bertanduk ia menghadapi mat jan itu. Binatang
buas itu melompat, ...... tapi ia melompat untuk penghabisan
kalinja. Kerbau itu menjambutnja dengan tanduknja, ia hanja
kehilangan sedikit daging pada lehernja kena tjakar oleh mat jan
277
itu. Mat jan itu terkapar ditanah dengan perut terbuka, dan
Saidjah selamat. Memang user-useran kerbau itu membawa
untung!
Ketika kerbau itu dirampas dari ajah Saidjah dan disembe-
lih ..... .
Saja telah katakan, pembatja, bahwa tjerita saja mendjemukan.
Ketika kerbau itu disembelih, Saidjah sudah berumur dua
belas tahun, dan Adinda sudah pandai menenun sarung, dibatik-
nja dengan kepala tadjam. Dia sudah memasukkan pikiran da-
lam tabung tjantingnja, dan digambamja dukatjita pada kain jang
ditenunnja, sebab dilihatnja Saidjah bermuram durdja.
Pun ajah Saidjah bersedih hati, tapi lebih-lebih lagi ibunja.
Dialah jang menjembuhkan luka dileher binatang jang setia itu,
jang membawa anaknja pulang dalam keadaan selamat ; men-
dengar berita dari adik-adik Adinda ia mengira bahwa anaknja
telah dibawa lari oleh harimau itu. Sering-sering ia melihat luka
itu dan ia berpikir alangkah dalamnja tjakar itu masuk kedalam
urat-urat kasar kerbau itu, sedalam itulah tjakar itu sedianja
masuk kedalam tubuh lembut anaknja dan setiap kali bila ia
menaruh daun-daunan jang bam pada luka itu, dielus-elusnja
kerbau itu, diutjapkannja kata-kata jang mesra, sehingga mesti-
njalah binatang jang baik dan setia itu mengetahui betapa besar
terima kasih seorang ibu. Kemudian ia ingin hendaknja kerbau
itu mengerti djuga kata-katanja, sebab djika demikian tentu
kerbau itu djuga mengerti mengapa ia menangis, ketika ia dibawa
untuk disembelih, dan tentu kerbau itu mengetahui bukanlah
ibu Saidjah jang menjuruhnja sembelih.
Beberapa waktu sesudah itu ajah Saidjah melarikan diri dari
desanja, sebab ia takut sekali dihukum djika tidak membajar
padjak tanahnja, dan ia tidak mempunjai harta pusaka lagi untuk
pembeli kerbau lain; orang tuanja seumur hidupnja tinggal di
Parangkudjang, karen a itu sedikit sekali meninggalkan warisan.
Pun kedua mertuanja seumur hidupnja tinggal didistrik jang
sama. Tapi sesudah kehilangan kerbaunja jang terachir ia masih
bertahan beberapa tahun dengan bekerdja mempergunakan ker-
278
bau sewaan, tapi pekerdjaan itu sangat tidak menjenangkan, dan
terutama menjedihkan bagi orang jang pernah memiliki kerbau
sendiri. Ibu Saidjah meninggal karena dukatjita; dan ketika
itulah ajahnja dalam saat putus asa menghilang dari Bantam
untuk mentjari pekerdjaan didaerah Bogor. Tapi ia dihukum
dera dengan rotan, karena meninggalkan Lebak tanpa pas, dan
ia dibawa kembali oleh polisi ke Badur. Ia dimasukkan kedalam
pendjara karena dianggap gila, dan saja kira memang demikian,
dan karena orang kuatir bahwa ia akan mata gelap dan me-
ngamuk, atau melakukan kesalahan lain. Tapi ia tidak lama
dalam pendjara, sebab tidak lama sesudah itu ia mati.
Apa djadinja dengan adik-adik Saidjah saja tidak tahu.
Rumah ketjil jang mereka diami beberapa waktu kosong, dan
tidak lama kemudian roboh, karena hanja terbuat dari bambu
dan memakai atap. Sedikit debu dan kotoran menutupi tempat
dimana pernah orang mengalami begitu banjak penderitaan.
Banjak tempat-tempat sematjam itu di Lebak.
Saidjah sudah lima belas tahun ketika ajahnja berangkat ke
Bogor. Ia tidak ikut serta dengan ajahnja sebab ia mempunjai
rentjana-rentjana jang lebih besar. Ia mendengar bahwa di Betawi
banjak tuan-tuan jang naik bendi, djadi mungkin baginja mudah
mendapatkan pekerdjaan sebagai katjung bendi; untuk itu biasa-
nja ditjari seorang jang masih muda dan belum dewasa supaja
kendaraan dua roda itu tidak kehilangan keseimbangan karena
terlalu herat dibelakang. Dia akan banjak mendapat wang, demi-
kian kata orang, djika tingkah lakunja baik dalam pekerdjaan
demikian itu; barangkali ia dengan tjara itu dalam tiga tahun
dapat menjimpan uang, tjukup untuk membeli dua ekor kerbau.
Pikiran ini menarik baginja. Dengan langkah jang gagah seperti
langkah orang jang besar tjita-tjitanja, ia masuk kerumah Adinda
sesudah keberangkatan aj ahnj a, dan kepada Adinda ia ment je-
ritakan rentjananja.
- "Bajangkan, katanja, djika aku kembali, kita sudah tjukup
umur untuk kawin, dan kita akan memiliki dua ekor kerbau !
- "Baik sekali, Saidjah. Aku ingin kawin dengan kau djika
279
kau telah kembali. Aku akan memintaI, dan menenun sarung
dan selendang, dan aku akan membatik, dan bekerdja radjin
sekali selama itu.
- ,,0, aku pertjaja Adinda, tapi ...... bagaimana djika aku
kembali dan kau telah kawin?
- "Saidjah, kau tahu bahwa aku tidak akan kawin dengan
orang lain; ajahku telah berdjandji dengan ajahmu mengenai
diriku.
- "Dan kau sendiri ?
- "Aku akan kawin dengan kau, pertjajalab."
- "Bila aku pulang, aku akan berseru dari djauh"
- "Siapa akan mendengarmu djika kami sedang menumbuk
padi didesa ?"
- "Ben ar djuga, ...... tapi, Adinda, ...... 0 ja, aku mendapat
pikiran jang lebih baik; ...... tungguIab aku dihutan djati, di-
bawab ketapang dimana kau memberiku kembang melati."
- "Tapi, Saidjab, bagaimana aku tabu bila aku harus pergi
menunggumu dibawah ketapang ?"
Saidjab berpikir sedjenak, lalu berkata:
- "HitungIab djumlab bulan. Aku akan pergi tiga kali dua
belas buIan, ...... bulan ini tidak terhitung; ...... Iihat, Adinda,
buatlah garis pada lesungmu pada tiap bulan baru. Sesudah
tjukup tiga kali dua belas garis, sehari sesudab itu aku akan
datang dibawah ketapang; ...... berdjandjilab babwa kau akan
menungguku disana."
- "Ja, Saidjab, aku akan menunggu dibawah ketapang di-
hutan djati djika kau kembali.
Lalu Saidjab menjobek setjarik dari ikat kepalanja jang biru,
ikat kepalanja jang lusuh, dan diberikannja kepada Adinda agar
disimpannja sebagai petaruh; lalu iapun meninggalkannja, dan
meninggaIkan Badur.
Berhari-hari ia berdjalan. Dilewatinja Rangkas Betung jang
belum lagi mendjadi ibukota Lebak, dan Warung Gunung dimana
tinggal asisten residen, dan keesokan harinja ia tiba di Pandeg·
lang jang letaknja seperti didalam taman. Sehari lagi kemudian
280
ia tiba di Serang dan kagum melihat keindahan kota jang begitu
besar dengan banjak rumah-rumah jang terbuat dari batu, atap-
nja dari genteng merah. Saidjah belum pemah melihat jang se-
perti itu. Disitu ia tinggal sehari karena letihnja, tapi malam
hari dalam udara jang sedjuk ia meneruskan perdjalanan dan
tiba di Tangerang keesokan harinja sebelum bajangan turun
sampai kebibirnja, meskipun ia memakai tudung besar pening-
galan ajahnja.
Di Tangerang ia mandi disungai dekat penjeberangan, dan
ia istirahat dirumah kenalan ajahnja jang mengadjari dia bagai-
mana menganjam topi djerami, seperti jang didatang~an dari
Manila. Sehari ia tinggal disana untuk mempeladjarinja, sebab
pikimja, mungkin ia kemudian dapat mentjari wang dengan ke-
pandaiannja itu, djika sekiranja ia tidak berhasil di Betawi.
Keesokan harinja mendjelang malam ketika udara muIai sedjuk,
ia mengutjapkan banjak terima kasih kepada orang jang men-
djamunja, dan melandjutkan perdjalanan. Ketika sudah gelap
sekali, supaja tidak kelihatan oleh siapa-siapa, dikeluarkannja
daun tempat ia menjimpan melati jang diberikan Adinda ke-
padanja dibawah pohon ketapang, sebab ia merasa sedih bahwa
ia tidak akan melihatnja dalam waktu sekian lama. Hari jang
pertama, dan. demikian pula hari jang kedua, ia tidak begitu
merasakan betapa ia hidup sebatang kara, karena djiwanja se-
luruhnja dipenuhi oleh pikiran jang besar akan mentjari wang
untuk membeli dua ekor kerbau; bukankah ajahnja sendiri
tidak pemah memiliki lebih dari seekor? Dan pikirannja ter-
lalu tertudju kepada pertemuan kembali dengan Adinda, se-
hingga tidak ada tempat untuk bersedih hati atas pertjeraian itu.
Waktu berpisah ia penuh harapan, dan dalam pikirannja ia
mengaitkan perpisahan itu kepada saat pertemuan kembali di-
bawah ketapang. Sebab begitu besar peranan harapan bertemu
kembali dalam hatinja, sehingga ketika meninggalkan Badur,
ia merasa girang dalam dirinja ketika melewati pohon itu, se-
olah-olah waktu jang tiga puIuh enam buIan itu sudah silam,
waktu jang memisahkannja dari saat itu. Rasanja seolah-olah
281
ia 'hanja perlu berbalik, seolah-olah ia sudah kembali dari per-
djalanan, untuk melihat Adinda, jang menunggunja dibawah
pohon itu.
Tapi semakin djauh ia berdjalan dari Badur, semakin pandjang
rasanja waktu sehari, semakin pandjang dirasanja waktu tiga
puluh enam bulan jang masih harus didjalaninja. Ada sesuatu
dalam djiwanja, jang membuat ia melangkah tidak begitu tje-
pat, ...... ia merasakan dukatjita pada lututnja; dan meskipun
bukan putus asa apa jang dirasakannja, namun itu adalah ke-
rawanan jang tidak djauh dari rasa putusasa. Ia teringat akan
kembali, tapi apa kata Adinda djika hatinja seketjil itu ?
Karena itu ia berdjalan terus, meskipun tidak begitu tjepat
seperti hari jang pertama. Melati ditangannja berkali-kali di-
bawanja kedadanja. Ia sudah mendjadi lebih tua dalam tiga
hari itu, dan ia tidak mengerti lagi betapa tenang ia hidup da-
hulu, ketika Adinda begitu dekat kepadanja dan ia dapat me-
lihatnja setiap kali ia mau. Sebab sekarang ia tidak akan tenang
sekiranja ia boleh mengharapkan bahwa Adinda tiba-tiba berdiri
didepannja. Dan djuga ia tidak mengerti mengapa ia sesudah
berpisah tidak berbalik sekali lagi untuk menatap Adinda sekali
lagi. Malahan ia teringat bagaimana belum lama berselang ia
bertengkar dengannja mengenai tali jang dipintalnja untuk lajang-
an adik-adiknja; tali itu putus karena ada kesalahan dalam
pintalannja, sehingga mereka kalah dalam pertandingan mela",an
anak-anak dari Tjipurut. "Bagaimana mungkin, pikirnja, untuk
marah kepada Adinda karena itu ? Sebab meskipun ada kesalah-
an dalam pintalan taIinja, dan meskipun Badur kalah dalam
pertandingan melawan Tjipurut karena kesalahan itu, dan bukan
karena beling jang dilemparkan oleh si Djamin ketjil jang ber-
sembunji dibelakang págar, malahan pun dalam hal itu, bolehkah
aku bersikap keras terhadapnja, dan menjebutnja dengan nama-
nama jang tak pantas ? Bagaimana kalau aku mati di Betawi
tanpa meminta maaf atas kekasaran seperti itu? Bukankah aku
seperti manusià durdjana jang memaki-màki seorang gadis ? Dan
tidakkah, apabila orang mendengar bahwa aku mati dinegeri
282
asing, tiap orang di Badur mengatakan : "sjukurlah Saidjah mati,
sebab ia kurang adjar kepada Adinda 1"
Demikianlah djalan pikirannja, lain sekali dari ketika ia dalam
keadaan kesal tempohari ; pikirannja itu dengan tidak setahunja
mentjari djalan keluar, mula-mula dengan kata-kata tak lengkap,
digumam, kemudian dengan kata-kata kepada diri sendiri, dan
kemudian mendjadi njanjian sedih dan pilu jang saja tUIUI1ka.fi
disini terdjemabannja. Mula-mula saja hendak memasukkan
matra dan rima dalam terdjemaban itu, tapi seperti Havelaar,
sajapun merasa lebih baik djangan mengikat diri kepada ke-
rangka jang kaku itu.
Aku tak tabu dimana aku kan mati.
Aku melihat samudera luas dipantai se1a~an ketika datang ke-
sana dengan ajabku, untuk membuat garam ;
Bila ku mati ditengah lautan, dan tubuhku dilempar keair dalam,
ikan hiu berebutan datang ;
Berenang mengelilingi majatku, dan bertanja : "siapa antara kita
akan melulur tubuh jang turun nun didalam air 1" -
Aku tak akan mendengarnja.
Aku tak tahu dimana aku kan mati.
Kulihat terbakar rumab Pak Ansu, dibakamja sendiri karena
ia mata gelap;
Bila ku mati dalam rumah sedang terbakar, kepingan-kepingan
kaju berpidjar djatuh menimpa majatku;
Dan diluar rumah orang-orang berteriak melemparkan air pe-
madam api; -
Aku takkan mendengarnja.
Aku tak tabu dimana aku kan mati.
Kulihat Si Unah ketjil djatuh dari pohon kelapa, waktu memetik
kelapa untuk ibunja ;
Bila aku djatuh dari pohon kelapa, majatku terkapar dikakinja,
didalam semak, seperti Si Unab;
283
Maka ibuku tidak kan menangis, sebab ia sudah tiada. Tapi
orang lain akan berseru: "Lihat Saidjah disana !"
dengan suara jang keras; -
Aku takkan mendengarnja.
Aku tak tabu dimana aku kan matL
Kulihat majat Pak Lisu, jang mati karena tuanja, sebab rambut-
nja sudah putih ;
Bila aku mati karena tua, berambut putih, perempuan meratap
sekeliling majatku ;
Dan mereka akan menangis keras-keras, seperti perempuan-pe-
rempuan menangisi majat Pak Lisu ; dan djuga tjutju-
tjutjunja akan menangis, keras sekali; -
Aku takkan mendengarnja.
Aku tak tabu dimana aku kan mati.
Banjak orang mati kulihat di Badur. Mereka dikafani, dan
ditanam didalam tanah ;
Bila aku mati di Badur, dan aku ditanam diluar desa, arah ke-
timur dikaki bukit dengan rumputnja jang tinggi;
Maka Adinda akan lewat disana, tepi sarungnja perlahan me-
ngingsut mendesir rumput, ..... .
Aku akan mendengarnja.
Saidjah tiba di Betawi. Ia meminta pekerdjaan pada seorang
tuan, dan tuan itu segera menerimanja karena ia tidak mengeqi
Saidjah, dan di Betawi orang suka menerima budjang jang
belum pandai bahasa Melaju, djadi belum rusak seperti jang lain
jang sudah lebih lama bergaul dengan orang Eropah. Saidjah
tjepat beladjar bahasa Melaju, tapi ia selalu baik dan berhati-
hati, sebab ia senantiasa teringat kepada dua ekor kerbau jang
akan dibelinja, dan kepada Adinda. Tubuhnja mendjadi bes ar
dan kuat, sebab ia makan setiap hari, hal mana tidak selalu bisa
dilakukannja di Badur. Dikandang kuda ia disukai, dan pastilah
284
ia tidak akan ditolak djika melamar anak gadis pak kusir.
Tuannja sendiri senang sekali kepada Saidjah, sehingga ia tjepat
diangkat djadi djongos. Gadjinja dinaikkan, dan selain itu ia
selalu mendapat hadiab karena pekerdjaannja jang sangat me-
muaskan. Njonja pernah membatja roman Sue 1) jang sangat
menghebohkan sebentar, ...... ia selalu teringat pangeran Djalma
apabila ia melihat Saidjab, dan djuga anak-anak gadisnja lebih
mengerti dari dahulu bagaimana pelukis bangsa Djawa Raden
Saleh mendapat pudjian jang tinggi di Paris.
Tapi mereka menganggap Saidjab tiàak tabu berterima kasih
ketika ia sesudah hampir tiga tabun bekerdja, minta berhenti dan
meminta surat keterangan babwa ia selalu berkelakuan baik.
Tapi mereka meluluskan djuga permintaannja itu, dan Saidjab
memulai perdjalanannja dengan hati jang girang.
Dia berdjalan melewati Pesing, dimana Havelaar pernab ting-
gal, dabulu sekali. Tapi Saidjah tidak mengetabui hal ini; ......
dan sekalipun ia mengetahuinja, ada hal-hal lain jang dipikir-
kannja ...... Ia menghitung-hitung harta bendanja jang dibawa-
nja pulang. Didalam tabung bambu disimpannja surat djalannja
dan surat keterangan berkelakuan haik. Didalam sebuah bum-
bung jang diikat dengan tali kulit, nampak sesuatu jang berat
selalu bergojang-'gojang mengenai bahunja, tapi ia senang me-
rasakannja, ...... pertjajalah! ...... didalamnja ada sedjumlab
tiga puluh mata wang Spanjol 2), tjukup untuk membeli tiga
ekor kerbau! Apa kata Adinda ! Dan ini belum semuanja lagi.
Dipunggungnja nampak keris jang ditaruhnja diikat pinggang,
sarungnja bersalut perak. Gagangnja tentulah dari kemuning
jang diukir halus, sebab benda itu dengan hati-hati dibungkus-
nja dengan kain sutera. Dan banjak lagi harta kekajaannja I
Didalam ikatan kain dipinggangnja, disimpannja sebuab ikat
pinggang rantai dari perak, pendingnja dari emas. Memang ikat
pinggang itu agak pendek, tapi dia begitu ramping, ...... Adinda.
1) Pengarang roman Perantjis jang popuIer, ± 1840.
2) Mata wang perak jang masih dipergunakan abad ke-19.
285
Dan pada taU dilehernja, dibawah badju luarnja, tergantung
sebuah kot jek sutera, dengan beberapa kembang melati jang
sudah kering.
Tidaklah mettgheranbn bila di Tangerang ia berhenti se-
perlunja sadja untuk mengundjungi kenalan ajahnja jang begitu
pandai menganjam topi jang bagus. Tidaklah mengherankan
bila ia seperlunja sadja mendjawab gadis-gadis jang bertem u
olehnja didjalan, jang bertanja: "kemana? dari mana ?", tegor
sapa jang lazim didaerah itu. Tidaklah mengherankan bila ia
menganggap Serang tidak begitu indah lagi, ia jang telah me-
ngenal Betawi. Ia tidak lagi bersembunji dibelakang pagar, se-
perti dilakukannja tiga tahun jang lalu, ketika ia melihat tuan
residen Daik keteta, ia jang telah melihat tuan jang lebih bes ar
jang tinggal di Bogot dan mendjadi datuk Susuhunan-susuhunan
di Solo. Tidaklah mengherankan bila ia tidak memperhatikan
tjerita-tjerita orang jang berdjalan beberapa djauh bersamanja
dan berbitjara tentang berita di Bantam KiduI: - "bahwa pe-
nanaman kopi dibatalkan sama sekali sesudah banjak usaba ..
usaha jang tidak menguntungkan; - betapa kepala di strik
Parangkudjang karena merampas didjalan umum didjatuhi hu-
kuman tahanan empat belas hari dirumah mertuanja ; - betapa
ibukota telah dipindahkan ke Rangkasbetung; - betapa telah
datang disana seorang asisten residen baru, sebab jang sebelum-
nja telah meninggal dunia beberapa bulan jang lalu ; - betapa
pedjabat baru itu telah berbitjara pada rapat sebab jang perta-
ma; - betapa sudah beberapa waktu ti dak ada orang jang
dihukum karena pengaduan ; - betapa hidup harapan dikalangan
rakjat supaja barang jang ditjuri dikembalikan atau dibajarkan
ganti kerugiannja."
Tidak, dimata semangatnja nampak gambaran-gambaran jang
lebih indah. Ditjarinja pohon ketapang diawan gemawan, terIalu
djauh masih ia untuk mentjarinja di Badur. Ia memeluk udara
sekitarnja, seolah-olah ia hendak merangkul tubuh jang akan
menunggunja dibawah pohon itu. Dibajangkannja wadjab Adin-
da, kepalanja, bahunja; dilihatnja kondenja jang besar, hitam
286
gemerlap, terperangkap dalam djeratnja sendiri, bergantung pada
lehemja ; dilihatnja matanja jang besar berkilau dalam pantulan
jang hitam; tjuping hidungnja jang diàngkatnja dengan perkasa
sebagai anak ketjil, ketika ia, - betapa mungkin I - meng-
ganggunja, dan sudut bibirnja jang menjimpan senjumnja; di-
lihatnja buah dadanja jang kini tentunja menondjol dibawah ke·
bajanja ; dilihatnja betapa sarung jang ditenunnja sendiri, meme-
luk ketat pinggangnja dan, mengikuti lengkungan pahanja, turun
melalui lututnja mengalun indah diatas kakinja alit ..... .
Tidak, ia tidak banjak mendengar apa jang dikatakan orang
kepadanja. J ang didengarnja ialah nada-nada jang lain; dide-
ngarnja bagaimana Adinda akan berkata: "Selamat datang, Sai-
djah! Aku teringat kepadamu waktu memintal dan waktu me-
nenun, dan waktu menumbuk padi dalam lesung jang bergaris
tiga kali dua belas garis buatan tanganku. Ini aku dibawah ke-
tapang, hari pertama bulan jang baru. Selamat datang, Saidjah,
aku mau djadi isterimu."
Itulah musik jang bergema ditelinganja, sehingga ia tidak
mendengar segala berita jang disampaikan orang dalam perdja-
lanannja.
Achirnja nam pak olehnja pohon ketapang. Atau lebih tepat,
dilihatnja suatu temp at jang besar dan gelap jang menutup bin-
tang-bintang banjak dari pemandangannja. Itu mestinja hutan djati
dekat pohon dimana ia akan bertemu dengan Adinda keesokan
harinja sesudah terbitnja matahari. Ia mentjari dalam gelap dan
meraba-raba banjak batang pohon. Tidak lama kemudian ia
menemukan sebatang pohon, pada kulitnja sebelah Selatan ada
bekas tetakan jang dikenalnja ; diletakkannja djarinja dalam alur
jang dibuat oleh Si Panteh dahulu dengan parangnja untuk me-
njerapahi pontianak jang menjebabkan ibunja sakit gigi, tidak
lama sebelum adik Si Panteh lahlr. Itulah ketapang jang ditjari-
nja.
Ja, inilah tempat dimana ia buat pertama kali memandangi
287
Adinda dengan tjara lain dari teman sepermainannja jang lain,
sebab Adinda buat pertama kali ditempat itu menolak turut serta
dalam suatu permainan, jang sebenarnja, tidak lama sebelumnja
diikutinja dengan semua anak-anak, - laki-Iaki dan perempuan.
Disitulah Adinda memberinja kembang melati.
Ia duduk dikaki pohon itu, dan memandang keatas, kebintang-
bintang, dan bila ada jang beralih, dianggapnja itu sebagai ut jap-
an selamat datang bahwa ia telah kembali di Badur.
Dan ia berpikir apakah sekarang Adinda sedang tidur, dan
apakah ia tidak salah menandai bulan pada lesungnja ? Saidjah
akan berdukatjita, djika Adinda sampai kelupaan menandai se-
bulan. seolah-olah tidak tjukup ...... djumlah tiga puluh enam
bulan! Dan apakah ia membatik sarong dan selendang jang
indah ? Dan djuga ia bertanja kepada dirinja, siapa-siapakah jang
kini tinggal dirumah ajahnja? Dan terbajang masa mudanja,
dan ibunja, dan betapa kerbau itu menjelamatkannja dari ter-
kaman harlmau, dan terpikir olehnja apa akan djadinja dengan
Adinda djika kerbau itu tidak begitu setia ?
Diperhatikannja benar turunnja bintang-bintang di Barat dan
setiap kali sebuah bintang menghilang dikaki langit, ia menghi-
tung bahwa matahari sudah lebih dekat lagi sedikit mendekati
saat terbitnja diufuk Timur, dan betapa tambah dekat ia sendiri
kepada saat bertemu kembali dengan Adinda.
Sebab pastiiah ia akan kembali pada tjahaja matahari jang
pertama, ja, dia sudah akan ada disana ketika fadjar, .....• ah,
mengapa ia tidak datang kemarin ?
Saidjah merasa sedih bahwa Adinda tidak mendahului saat
jang indah jang tiga tahun lamanja menjuluhi djiwanja dengan
tjahaja jang tidak terlukiskan; dalam tjintanja Saidjah hanja
ingat akan kepentingan dirinja, dan ia mendjadi tidak adil ; me-
nurut dia seharusnja Adinda sudah berada disana, menunggu dia,
dia jang kini mengeluh, - sebelum waktunja, - bahwa ia harus
menunggu Adinda !
Dan tidak sepatutnja ia mengeluh, sebab matahari belum lagi
terbit, ...... belum lagi matahari melepaskan pandangnja keatas
288
dataran. Memang bintang-bintang nun diatas mendjadi put jat,
malu bahwa segera berachir kekuasaannja; memang mengalir
warna-warna jang garib dipuntjak-puntjak gunung, jang nampak
lebih gelap semakin tadjam timbul sosoknja berlatar-belakang
tjahaja terang; memang disana sini sesuatu jang berpidjar me-
lajang melintasi awan disebelah Timur, - pan ah-pan ah emas
dan api jang ditembakkan bolak balik, sedjadjar dengan kaki
langit, - tapi menghilang lagi dan nampaknja djatuh dibelakang
tirai jang penuh rahasia, tirai jang mendjauhkan siang dan
pandangan mata Saidjah.
Namun tjuatja makin terang dan makin terang sekitarnja, ..... .
sudah dilihatnja tamasja alam, dan sudah dapat dibedakannja
gombak gugus kelapa dimana Badur tersembunji dari pandangan
mata, ...... disitulah Adinda terbaring tidur.
Tidak, dia tidak tidur lagi; bagaimana mungkin ia tidur? ..... .
Tidakkah ia tabu bahwa Saidjah akan menantinja? ...... Dia
tidak tidur semalam-malaman; pasti djaga kampung mengetuk
pintunja dan menanjakan mengapa pelita masih menjala dalam
rumahnja, dan dengan tersenjum manis ia mendjawab bahwa ia
tak dapat tidur karena berdjandji akan menjelesaikan selendang
jang sedang ditenunnja ; selendang itu barus selesai sebelum bari
pertama bulan baru ..... .
Atau malam itu ia bergadang ditempat gelap, duduk diatas
lesung, dan menghitung dengan djari dan hati mendamba sudab-
kah sungguh-sungguh berderet tiga puluh enam garis jang dalam.
Dan hatinja gembira terkedjut dalam ketjekatannja djangan-
djangan ia salah hitung, djangan-djangan masih kurang satu, dan
sekali lagi dan sekali lagi, dan setiap kali ia menikmati kepastian
jang menjenangkan bahwa sungguh-sungguh telah lewat tiga kali
dua belas bulan sedjak ia berpisah dengan Saidjah ..... .
Diapun tentunja sekarang ini, sesudah tjuatja seterang ini,
memasang matanja sia-sia, melemparkan pandangnja kebalik tepi
langit, untuk menemui matahari, matahari jang lamban, jang
tidak djuga terbit, ...... tidak djuga terbit ..... .
Nampak garis merah kebiru-biruan jang berpaut pada awan,
289
dan tepi-tepi awan itu mendjadi terang dan berpidjar, dan mulai
berkilat; dan kembali melajang panah-panah api diruang ang-
kas a, tapi sekali ini tidak djatuh kebawah; mereka mendjerait
ditanah jang gelap, bahangnja meluas dalam lingkaran jang tam-
bah lama tambah luas, dan saling bertemu, silang menjilang,
memutar, beredar, dan bersatu mendjadi berkas-berkas api dan
berkilat dengan tjahaja keemasan diatas tanah biru muda, ..... .
semuanja itu warnanja merah, dan biru, dan keperak-perakan,
dan lembajung dan kuning, dan keemasan, ...... ja Tuhan, itulah
fadjar, itulah pertemuan kembali dengan Adinda! ..... .
Saidjah tidak pemah beladjar mendoa, dan memang sajang
kalau itu diadjarkan kepadanja; sebab doa jang lebih sutji dan
sjukur jang lebih membara dari jang mengendap diam dalam
djiwanja gembira, tidak dapat diungkapkan dalam bahasa ma-
nusia.
Ia. tidak mau pergi ke Badur. Saat pertemuan itu sendiri
dengan Adinda dirasanja tidak begitu indah seperti kepastian
bahwa ia akan bertemu dengannja. Ia duduk dibawah pohon
ketapang dan diedarkannja pandangnja sekitar wilajah. Alam
seolah tersenjum kepadanja, dan mengutjapkan selamat datang
seperti seorang ibu menjambut anaknja jang baru pulang; dan
seperti djuga si ibu melukiskan kegembiraannja dengan menimbul-
kan sendiri kenang-kenangan kepada dukatjita jang lamp au, pada
waktu menundjukkan apa jang disimpannja sebagai tanda mata
selama kepergian anaknja, Saidjah pun menggembirakan hati
dengan melihat kembali sekian banjak tempat-tempat jang men-
djadi saksi kehidupannja jang singkat. Tapi betapapun matanja
ataupun pikirannja mengembara, setiap kali pandangnja dan
hasratnja kembali kedjalan jang menghubungkan Badur dengan
pohon ketapang itu. Segala jang dirasakan dan dilihat oleh pan-
tjainderanja bernama Adinda ...... Dilihatnja djurang sebelah
kiri dengan tanah jang begitu kuning, dimana pernah seekor
kerbau jang masih muda djatuh kedalam lubang ; orang kampung
berIrumpul disitu untuk menolong binatang itu, - sebab bukan
perkara ketjil kehilangan seekor kerbau muda, - mereka turun
290
dengan tali rotan jang kuat, dan ajah Adinda adalah jang paling
berani, .. .... 0, betapa keras ia bertepuk tangan ...... Adinda!
Dan nun disana disebalik gugusan pohon kelapa jang daun-
nja melambai-lambai diatas pondok-pondok desa, disalah satu
tempat itu Si Vnah djatuh dari pohon dan mati. Alangkah sedih
ibunja menangis; "sebab Si Vnah masih begitu ketjil", ratap-
nja ... . .. seolah-olah ia tidak akan begitu sedih sekiranja Si Vnah
sudah lebih besar. Tapi ia ketjil, memang benar, sebab ia lebih
ketjil dan lebih lemah dari Adinda ..... .
Tidak nampak seorangpun didjalan jang menghubungkan
Badur dengan pohon itu. Nanti ia datang; ...... hari masih ter-
lalu pagi.
Saidjah melihat badjing jang melompat kian kemari dengan
tjepat dan keratjak pada batang pohon kelapa. Binatang jang
molek itu, - ditakuti oleh pemilik kelapa, namun molek tubuh
dan gerak geriknja, - naik dan turun tak djemu-djemunja.
Saidjah melihatnja, dan dipaksanja dirinja untuk terus melihat-
nja, sebab dengan demikian pikirannja mendjadi tenang, sesudah
berat bekerdja sedjak matahari terbit, - tenang sesudah letih
menunggu. Tidak lama kemudian kesan-kesannja menjatakan
diri dalam kata-kata, dan iapun menjanjikan apa jang bergolak
dalam djiwanja. Saja lebih suka membatjakan njanjiannja dalam
bahasa Melaju, bahasa Itali di Timur itu 1).
Lihatlah betapa badjing mentjari makan
Dipohon kelapa. Ia naik, ia turun, ia mengeratjak kiri
dan kanan
Ia berlari (mengitari pohon), melompat, djatuh, me-
mandjat dan djatuh lagi
Sajap ia tak punja namun ia tjergas seperti burung.
1) Sadjak "Lihatlah Badjing" dalam bahasa Melaju jang ditulis oleh
Multatuli sendiri kemudian ditemukan kembali dan o.leh E. Du
Perron dimuat dalam bukunja "De Bewijzen uit het Pak van
Sjaalman", A.A.M. Stols - Rijswijk (Z.-H.), t.t. Sadjak itu kami
muat sebagai lampiran dibelakang buku ini. Lihat halaman 350.
291
Selamatlah badjingku, selamatlah
Pasti kau menemukan makan jang kau tjari, ..... .
Tapi aku seorang diri duduk dihutan djati
Menunggu makanan bagi hatiku.
Sudah lama badjingku kenjang
Sudah lama ia kembali kesarang
Tapi masih djuga djiwaku
Dan hatiku sangat berdukatjita ...... Adinda !
Belum djuga ada oroog didjalan jang menghubungkan Badur
dengan pohon ketapang ..... .
Maka Saidjah terpandang rama-rama jang agaknja bergembira
karena hari mulai panas ..... .
Lihatlab nun rama-rama keliling mengepak sajap
Sajapnja berkilau laksana kembang aneka warna
Hatinja tjinta berahikan bunga kenari
Pastilah ia mentjari, mentjari kekasih jang harum
wmgi.
Selamatlah ramaku, selamatlah
Pastilah kau menemu apa ditjari
Tapi aku duduk seorang ooi dihutan djati
Menunggu kekasih idaman hati
Sudah lama rama-rama mengetjup
Kembang kenari jang sangat ia tjintai
Tapi masih djiwaku
Dan hatiku alangkah berdukatjita ...... Adinda!
Dan belum ada djuga orang didjalan jang menghubungkan
Badur dengan pohon ketapang.
Matahari sudah meninggi; - udara sudah panas.
292
Lihatlah betapa matahari bersinar nun diatas
Djauh diatas bukit Waringi
Terlalu panas ia merasa dan ingin turun kebumi
Tidur didasar laut seperti rangkulan seorang suami.
Selamatlah 0 matahari, selamatlah
Pasti kau menemu apa ditjari
Tapi aku seorang diri dihutan djati
Menunggu hatiku mendjadi tenang
Sudah lama n'anti matahari turun
Dan tidur didalam laut, djika segala telah kelam
Tapi masih djiwaku
Dan hatiku alangkah berdukatjita ...... Adinda
Dan tidak ada orang didjalan jang menghubungkan Badur
dengan pohon ketapang.
Djika tiada lagi rama-rama terbang keliling mengepak
sajap
Djika bintang tiada lagi berkilauan
Djika melati tiada lagi harum baunja
Djika tiada lagi hati berduka
Tiada lagi binatang liar didalam hutan
Djika matahari kesasar djalan
Dan bulan lupa mana Timur mana Barat
Djika waktu itu belum djuga datang Adinda
Maka turunlah malaikat dengan sajap kemilau
Keatas bumi mentjari apa jang tinggal
Maka majatku terkapar disini dibawah ketapang
Djiwaku alangkah berdukatjita, ...... Adinda!
Tidak ada orang didjalan jang menghubungkan Badur dengan
pohon ketapang.
Maka malaikat melihat majatku
Diberitahunja saudara-saudaranja, ditundjuknja majat-
ku dengan djarinja
"Lihatlah, nun disana ada seorang manusia mati ter-
lupa
293
Mulutnja kedjang mentjium kembang melati
Marilab, kita angkat dia kita bawa kesurga
Orang jang menunggu Adinda sampai mati
Sungguh, ia tak boleh tinggalsendiri
Orang jang hatinja begitu keras mentjinta
Maka sekali lagi mulutku kedjang akan membuka
Untuk memanggil Adinda jang kutjinta
Sekali lagi kuketjup melati
lang dia berikan ...... Adinda ... Adinda!
Dan masih djuga tidak ada orang didjalan jang menghubung~
kan Badur dengan ketapang.
0, pastilah ia tertidur mendjelang pagi, kelelahan karena ber~
gadang sepandjang malam, karen a bergadang bermalam~malam
terus menerus, ...... ia tidak tidur sudah berminggu~minggu, ..... .
demikianlah adanja I
Apakah ia akan berdiri dan berdjalan ke Badur? ...... Tidak,
djika demikian seolah~olah ia ragukan kedatangannja ..... .
Bagaimana kalau dipanggilnja orang disana jang menggiring
kerbaunja keladang? ...... Orang ilu terlalu djauh, dan lagi,
Saidjah tidak mau bitjara tentang Adinda, tidak mau menanja~
kan tentang Adinda, ...... ia mau bertemu dengannja, melihatnja
kemb01i, ia ingin melihat Adinda sendiri, melihat Adinda lebih
dulu. 0, tentu, tentulah ia segera datang.
Ia akan menunggu, menunggu ..... .
Tapi kalau dia sakit, atau ...... mati?
Seperti rusa kena panab Saidjab berlari melalui djalan dari
pohon ketapang menudju desa tempat Adinda tinggal. Dia tidak
melihat apa-apa dan tidak mendengar apa-apa, meskipun ia
dapat mendengar apa-apa, sebab ada orang berdiri dipinggir
djalan dekat pintu masuk kedalam desa jang berteriak : "Saidjah,
Saidjah I"
Tapi, ...... apakah karena ia tergesa-gesa, karena nafsunja,
maka ia tak dapat menemukan rumah Adinda ? Ia sudah ber~
294
lari sampai keudjung djalan dibatas kampung, dan seperti gila
ia berdjalan kembali dan memukul-mukul kepalanja, betapa
mungkin ia melewati rumah Adinda tanpa melihatnja. Tapi
kembali ia berdiri dipintu gerbang masuk, ...... ja Tuhan, apa-
kah ia bermimpi ? ...... sekali lagi ia tidak menemukan rumah
Adinda. Sekali lagi ia berlari kembali dan tiba-tiba ia berhenti,
dipegangnja kepalanja dengan kedua tangannja seolah-olah
hendak memeras keluar pikiran tak waras jang merasukinja, dan
ia berteriak keras-keras; "mabuk, mabuk, aku mabuk !"
Dan perempuan-perempuan Badur keluar dari rumahnja, dan
dengan kasihan melihat Saidjah berdiri didjalan; sebab mereka
mengenalinja dan mereka tahu bahwa ia mentjari rumah Adinda,
dan mereka tahu tidak ada rumah Adinda didesa Badur.
Sebab ketika kepala distrik Parangkudjang merampas kerbau-
kerbau ajah Adinda ..... .
Sudah saja katakan, pembatja budiman, bahwa tjerita saja
mendjemukan .
...... ketika itu ibu Adinda meninggal karen a sedihnja, dan
adiknja jang bungsu meninggal karena tidak ada ibu jang me-
njusuinja. Dan ajah Adinda jang ketakutan mendapat hukuman
djika tidak membajar padjak tanah ..... .
Saja tahu, saja tahu bahwa tjerita saja mendjemukan.
...... ia pergi meninggalkan kampung halaman. Dibawanja
Adinda dengan saudara-saudaranja. Tapi ia mendengar b"etapa
ajah Saidjah dihukum di Bogor dengan deraan rotan, karena
rneninggalkan Badur tanpa surat djalan. Karena itulah ajah
Adinda tidak pergi menudju Bogor, tidak ke Krawang, tidak ke
Priangan, tidak pula ke Betawi ..... .
Ia pergi ke Tjilangkahan, distrik Lebak jang berbatasan de-
ngan laut, disanalah ia bersembunji didalam hutan, dan me-
nunggu kedatangan Pak Ento, Pak Lontah, Si Uniah, Pak Ansiu,
Abdul Isma dan beberapa orang lagi jang kerbaunja dirampas
oleh kepala distrik Parangkudjang, dan jang semuanja takut
kena hukuman djika mereka tidak membajar padjak tanah.
Disana pada malam hari mereka mentjuri sebuah perahu ne-
295
lajan dan berlajar meninggalkan pantai. Mereka menudju ke
Baratlaut, pantai disebelah kanannja, sampai ke Tandjung Djawa
di Udjung Kulon; dari sana mereka ber1ajar menudju ke Utara
sampai Panaitan jang disebut pelaut kulit putih Prinseneiland.
Mereka mengitari pulau itu disebelah Timur, dan kemudian me-
nudju Teluk Semangka, menghala punt jak gunung jang tinggi
di Lampung.
Demikianlah djalan jang dibisikkan orang dari mulut kemulut
di Lebak, djalan jang ditempuh bila orang bitjara tentang pe-
rampasan kerbau dan padjak tanah jang belum dibajar.
Tapi Saidjah tidak mengerti benar apa jang dikatakan orang
kepadanja, malahan ia tidak mengerti benar berita tentang ke-
matian ajahnja. Telinganja menggaung seolah-olah dipukul gong
dalam kepalanja, dirasanja betapa darah mendenjut-denjut dalam
urat-urat pelipisnja jang serasa-rasa hendak petjah dibawah te-
kanan pemekaran jang begitu berat. Ia tidak berkata-kata dan
memandang keliling dengan mata kehilangan tjahaja, tidak me-
lihat apa jang ada sekitarnja dan dekatnja, dan achirnja ia me-
ledak dalam tawa jang mengerikan.
Seorang perempuan tua membawanja kerumahnja dan meng-
obati orang gila jang malang itu. Tidak lama kemudian ia tidak
lagi tertawa begitu mengerikan, namun ia tidak bitjara. Hanja
malam hari orang-orang sepondok terkedjut oleh suaranja bila
ia menjanji tanpa nada ~ "tidak ku tahu dimana aku kan mati",
dan beberapa orang penduduk Badur mengumpulkan uang untuk
memberi sadjen kepada buaja-buaja di Tjiudjung, supaja Saidjah
mendjadi sembuh, Saidjah jang dianggap gila. Tapi ia tidak
gila.
Sebab sekali malam hari ketika bulan bersinar tjerah ia ber-
diri dari bale-balenja dan perlahan-Iahan meninggalkan rumah
dan mentjari tempat dimana pernah Adinda berdiam. lni bukan
pekerdjaan jang mudah sebab banjak rumah jang telah roboh,
tapi nampaknja ia mengenali kembali tempat itu pada besarnja
sudut jang dibuat oleh beberapa garis tjahaja melalui pohonan
pada waktu bertemu dalam matanja, seperti seorang pelaut me-
296
nentukan posisi pada menara api atau pada tempat-tempat jang
mendjulur digunung.
Ja, disitulah mestinja rumahnja ...... disitu pernah Adinda
tinggal !
Tersaruk-saruk pada bambu setengah lapuk dan kepingan-
kepingan atap jang runtuh ia mentjari djalan ketempat keramat
jang ditjarinja. Dan, sungguh, ia masih menemukan kembali
sebagian dari pagar jang masih berdiri, disamping pagar itulah
dulu berada bale-bale Adinda; bahkan dipagar itu masih ter-
pantjang pasak bambu tempat menggantungkan pakaiannja bila
ia hendak tidur ..... .
Tapi bale-bale itu telah runtuh seperti djuga rumah itu dan
hampir kembali mendjadi debu. Diambilnja segenggam debu, dan
didekatkannja kebibirnja jang terbuka, dan ia menarik nafas
dalam-dalam ..... .
Keesokan harinja ia bertanja kepada orang tua jang merawat-
nja, dimanakah lesung jang dulu terletak dipekarangan rumah
Adinda. Perempuan itu girang mendengar ia bitjara dan ber-
djalan sekeliling desa untuk mentjari lesung itu. Ketika ia me':
nemukan pemiliknja jang baru dan hendak menundjukkannja
kepada Sadjah, Saidjah mengikutinja tanpa berkata sepatah kata,
dan ketika tiba dilesung itu, dihitungnja ada tiga puluh dua garis
tergores disitu ..... .
Lalu diberinja perempuan itu sekian mata wang Spanjol, tju-
kup untuk membeli seekor kerbau, dan meninggalkan Badur. Di
Tjilangkahan dibelinja sebuah perahu nelajan, dan dengan perahu
itu sesudah beberapa hari berlajar ia tiba di Lampung, dimana
pemberontak sedang melawan kekuasaan Belanda. Ia bergabung
dengan segerombolan orang Bantam, bukan untuk bertempur tapi
untuk mentjari Adinda ; sebab sifatnja lembut, dan lebih mudah
terharu oleh kesedihan dari tergugah oleh kepahitan.
Pada suatu hari ketika pemberontak-pemberontak sekali lagi
dialahkan, ia mengembara didalam desa jang baru sadja direbut
oleh tentara Belanda, djadi masih terbakar. Saidjah tahu bahwa
gerombolan jang dihantjurkan ditempat itu, sebagian besar terdiri
297
dari orang Bantam; ia berkeliling seperti hantu dirumah-rumah
jang belum terbakar seluruhnja, dan menemukan majat ajah
Adinda dengan luka kena kelewang didada. Disampingnja
Saidjah melihat ketiga saudara Adinda jang terbunuh, pemuda-
pemuda, anak-anak masih; dan sedikit lagi kesana nampak
majat Adinda, telandjang, teraniaja dengan tjara jang mengeri-
kan ..... .
Ada sepotong ketjil kain biru masuk kedalam luka jang ter-
buka didadanja, jang rupanja mengachiri pergulatan jang lama
Lalu Saidjah menjongsong beberapa orang soldadu jang de-
ngan bedil terkokang menghalau sisa-sisa pemberontak jang
masih hidup kedalam api rumab-rumab jang sedang terbakar;
ia mendekap bajonet-bajonet pedang jang lebar itu, mendorong
kedepan dengan penuh tenaga, dan masih berhasil mendesak
kembali soldadu-:soldadu itu dengan tenaga jang penghabisan,
ketika gagang-gagang bajonet tertumbuk pada dadanja.
Dan tidak lama kemudian orang bersorak-sorak di Betawi atas
kemenangan jang baru itu, jang menambabkan pula banjak ke-
menangan pada kemenangan-kemenangan tentara Hindia Belan-
da. Dan wali negeri pun menulis babwa keamanan telah dipulih-
kan kembali di Lampung, dan radja Belanda, jang diberi pene-
rangan oleh pedjabat-pedjabat negara, kembali memberi anuge-
rab atas keberanian dan kepablawanan jang begitu besar berupa
sedjumlah banjak bintang kehormatan.
Dan agaknja doa sjukur naik kelangit dari hati orang-orang
jang saleh digeredja bari Minggu atau waktu sembabjang, ketika
mendengar babwa "Tuhan segala balatentara" telab ikut pula
berperang dibawab pandji-pandji Belanda ......
"Tapi Tuhan, hiba melihat mala petaka demikian, -
Hari itu meno lak korban persembahan!" 3)
3) Kutipan dari Sadjak Tollens, seorang penjair Belanda abad ke-19.
298
Penutup tjerita Saidjah itu telah saja persingkat, lebih singkat
dari jang dapat saja lakukan djika saja ingin melukiskan sesuatu
jang mengerikan. Pembatja tentu melihat betapa saja berpan-
djang-pandjang ketika melukiskan ia menunggu dibawah pohon
ketapang, seolah-olah saja tjemas menghadapi penjelesaiannja
jang menjedihkan, dan betapa saja tjepat-tjepat mentjeritakan
penjelesaian itu dengan perasaan enggan. Pada hal maksud saja
tidak demikian, ketika saja mulai berbitjara tentang Saidjah,
sebab saja kuatir akan memerlukan warna-warna jang lebih keras
untuk menimbulkan keharuan dalam melukiskan keadaan-keada-
an jang sedemikian aneh itu. Tapi sambil bertjerita saja merasa
bahwa saja akan menghina pembatja, djika saja pertjaja bahwa
saja harus menumpahkan darah lebih banjak dalam lukisan saja.
Saja bisa sadja melakukannja, sebab ada surat-surat didepan
saja, ...... tapi tidak, lebih baik satu pengakuan.
Ja, pengakuan! Saja tidak tahu apakah Saidjah tjinta kepada
Adinda, tidak tahu apakah ia pergi ke Betawi, tidak tahu apa-
kah ia meninggal di Lampung kena bajonet Belanda. Saja tidak
tahu apakah ajahnja mati brena deraan rotan karena meninggal-
kan Badur tanpa surat djalan. Saja tidak tahu apakah Adinda
menghitung bulan dengan tanda garis pada lesungnja ..... .
Semua itu tidak saja tahu.
Tapi saja tahu lebih banjak dari semua itu. Saja tabu, dan
saja dapat membuktikan bahwa banjak orang seperti Adinda dan
banjak orang seperti Saidjah, dan bahwa apa jang berupa chajalan
pada chususnja, mendjadi kebenaran pada umumnja. Sudah saja
katakan bahwa saja dapat menjebutkan nama-nama orang-orang
jang seperti orang tua Saidjah dan Adinda terusir dari kampung
halamannja karena ditindas. Bukanlah maksud saja dalam buku
ini memberikan laporan jang diperlukan untuk suatu pengadilan
jang harus mendjatuhkan hukuman mengenai tjara kekuasaan
Belanda dilaksanakan dinegeri Hindia, laporan jang hanja mem-
punjai kekuatan bukti bagi orang jang mempunjai kesabaran
untuk membatjanja, hal mana tidak bisa kita harapkan dari
publik jang mentjari hiburan dalam batjaan. Karena itu saja
299
tidak memberikan daftar jang kering dari nama-nama orang dan
tempat disertai tanggal; - saja tidak memberikan salinan dari
daltar pentjurian dan pemerasan jang ada didepan saja, tapi saja
mentjoba melukiskan apa jang mungkin bergolak dalam hati
orang-orang miskin jang dirampas harta bendanja, harta benda
jang seharusnja digunakan untuk keperluan hidupnja; atau ma-
laban, saja hanja menjuruh terka, kuatir djangan-djangan saja
terlalu keliru dalam melukiskan perasaan-perasaan jang tidak
pernab saja alami.
Tapi mengenai pokok utamanja ...... 0, semoga saja dituduh
memfitnab! 0, semoga saja dipanggil untuk membuktikan apa
jang saja tulis! 0, semoga orang berkata: "Saidjab itu hanja
chajalan anda, dia tidak menjanjikan lagu itu, tidak ada orang
bernama Adinda tinggal di Badur !" Tapi hendaknja itu dikata·
kan dengan kekuatan kemauan untuk menegakkan keadilan,
sesudah saja buktikan babwa saja tidak memfitnah !
Apakab dusta perumpamaan orang Samaritan jang belas
kasihan, sebab barangkali tidak pernab seorang musafir jang
disamun dirawat dirumah keluarga Samaritan 4)? Apakah dusta
perumpamaan orang jang menjemai 5), sebab kita tabu bahwa
tidak .ada petani jang menebar benih diatas batu? Atau, supaja
lebih dekat kepada kesamaan dengan buku saja, bolehkah kita
ménjangkal kebenaran jang mendjadi pokok utama dalam Pon-
dok Negro Paman Tom karena tidak pemab ada orang jang
bernama Evangeline? Apakab orang akan mengatakan kepada
pengarang pembelaan jang kekal itu, - kekal, bukan karena
kesenian atau bakatnja, tapi karena maksud dan pengaruhnja,
- apakah orang akan mengatakan kepadanja: "anda bohong,
budak·budak itu tidak dianiaja, sebab buku anda dusta, buku
itu adalah roman I" Tidakkah ia, untuk sedjumlah perbuatan·
4) Perumpamaan dari Kitab Indjil: Seorang Samaritan menampung dan
merawat seorang laki-laki dari pihak musuh, jang babis dirampok
dan luka-luka.
5) Djuga dari Kitab Indjil.
300
perbuatan jang kering, harus membuat suatu tjerita jang me~
liputi perbuatan-perbuatan itu, supaja masuk kedalam hati sanu..;
barl pembatja ? Apakah orang akan membatja bukunja, sekira ..
nja bentuknja seperti dokumen perkara pengadilan? Apakah
salahnja, atau salah saja, bahwa kebenaran seringkali harus di ..
selimuti dengan dusta supaja diterima ?
Dan kepada beberapa orang jang akan mengatakan bahwa
saja terlalu mengidealisir Saidjah dengan tjintanja, saja harus
bertanja bagaimana mereka tahu, karena hanja sedikit sekali
orang Eropah jang berusaha mendekati perasaan alat-alat kopi
dan gula jang disebut "inlander" itu. Tapi sekalipun perkataan
mereka itu beralasan, barangsiapa jang mengemukakan ini se-
bagai bukti maksud utama buku saja, mengakui sukses saja jang
gemilang. Sebab perkataan itu djika diterdjemahkan berbunji:
"kedjahatan jang anda lawan, tidak ada, atau tidak begitu heb at,
sebab orang inlander itu tidak seperti Saidjah jang anda gambar-
kan; didalam penganiajaan orang Djawa tidak ada kedjahatan
jang begitu besar seperti djika anda menggambarkan Saidjah
dengan sebenarnja. Orang Sunda tidak menjanjikan lagu-Iagu
demikian, mereka tidak bertjinta seperti itu, tidak merasa seperti
itu, djadi ..... .
Tidak, menteri tanah dj adjahan, tidak, gubernur djenderal
pensiunan, bukan itu jang harus anda buktikan. Anda harus
buktikan bahwa penduduk tidak dianiaja, tak peduli apakah ada
orang-orang sentimentil seperti Saidjah diantara penduduk. Atau
beranikah anda mengatakan bahwa orang boleh mentjuri kerbau
dari orang-orang jang tidak bertjinta, orang-orang jang tidak
menjanjikan lagu duka, orang-orang jang tidak sentimentil ?
Djika orang menjerang saja dilapangan kesusastraan, saja
akan mempertahankan kebenaran gambaran Saidjah, tapi dila-
pangan politik saja akan segera mengalah dan membenarkan
kritikan-kritikan terhadap kebenaran gambaran itu, supaja soal
utama djangan berge ser. Saja tidak perduli apakah orang me-
nganggap saja seorang pelukis jang tidak bet jus, asal orang
mengakui bahwa penganiajaan orang Bumiputera itu adalah
301,
"keterlaluan"; demikianlah bunji tjatatan pada nota pedjabat
jang mendahului Havelaar, jang ditundjukkannja kepada kontelir
Verbrugge, - sebuah nota jang terletak didepan saja.
Tapi saja mempunjai bukti-bukti jang lain ; dan untung sadja.
Sebab pedjabat sebelum Havelaar itu djuga bisa keliru.
Wahai, djika dia keliru, maka ia telah dihukum berat untuk
kekeliruannja itu.
302
Bab XVIII
Hari sudah petang. Havelaar keluar dari kamarnja dan mendapati
Tine diserambi muka menunggunja minum teh. Njonja Slotering
keluar dari rumahnja dan rupanja hendak berkundjung kerumah
keluarga Havelaar, tapi tiba-tiba ia pergi kepagar, dan mengusir
seorang laki-Iaki jang baru sadja masuk dengan gerak tangan
jang tegas. Ia tetap berdiri sampai ia melihat laki-Iaki itu keluar
lagi, lalu ia berbalik, berdjalan ditepi padang rumput, kerumah
Havelaar.
- ,,Aku ingin tahu djuga mengapa ia melakukan itu," kata
Havelaar, dan sesudah basa basi tegur menegur, ia bertanja
sambil berkelakar, supaja djanda itu djangan salah paham bahwa
ia tidak rela perempuan itu hendak berkuasa dipekarangan jang
dahulu pekarangannja.
- "Bagaimana, njonja, tjoba katakan mengapa anda selalu
mengusir orang-orang jang masuk pekarangan. Bagaimana kalau
orang tadi itu pendjual ajam, atau barang lain keperluan dapur ?"
Diwadjah njonja Slotering nampak gerak kepedihan, jang tidak
luput dari pandangan mata Havelaar.
- "Ah, katanja, banjak orang djahat."
- "Memang, dimana-mana begitu, tapi kalau kita membikin
susah orang lain, jang baik-baik pun tak mau datang lagi; ......
tjobalah, njonja, tjeritakan kepada saja mengapa anda begitu
keras mendjaga pekarangan."
Havelaar memandang kepadanja, dan sia-sia mentjoba mem-
bat ja djawaban dalam matanja jang basah. Dia mendesak lagi
meminta keterangan; ...... djanda itu menangis terisak-isak,
303
katanja suaminja kena rat jun di Parangkudjang, dirumah kepala
distrik.
- "Dia mau adil, tuan Havelaar, kata perempuan malang itu
melandjutkan, dia hendak mengachiri penindasan terhadap pen-
duduk jang menderita. Ia memperingati dan mengantjam kepala-
kepala, dirapat-rapat dan dengan surat, ...... anda tentu telah
menemukan surat-suratnja dalam arsip ...... "
Memang betul. Havelaar telah membatja surat-surat itu, sali-
nannja ada didepan saja.
- "Ia selalu berbitjara dengan residen, djanda itu melandjut-
kan, tapi selalu sia-sia; umum mengetahui bahwa pemerasan
terdjadi untuk kepentingan bupati dan dilindungi oleh bupati,
sedang residen tidak mau mengadukan bupati itu kepada peme-
rintah, maka hasil pembitjaraan-pembitjaraan itu hanjalah penga-
niajaan terhadap orang jang mengadu. Karena itu suami saja
jang malang mengatakan bahwa djika tidak ada perbaikan sebe-
lum achir tahun, ia akan berhubungan langsung dengan gubernur
djenderal. Itu terdjadi bulan Nopember. Tidak lama sesudah itu
ia melakukan perdjalanan inspeksi, ia makan siang dirumah
demang Parangkudjang, dan sebentar sesudah itu dibawa ke-
rumah dalam keadaan jang menjedihkan. Ia berteriak, sambil
menundjuk perutnja, "api, api", dan beberapa djam kemudian
ia tidak ada lagi, orang jang semasa hidupnja selalu sehat wala-
fiat."
- "Apakah anda menjuruh panggil dokter dari Serang?"
tanja Havelaar.
- "Ja, tapi dia hanja sebentar sadja memerlksa suami saja,
sebab suami saja meninggal tidak lama sesudah dokter itu da-
tang. Saja tidak berani menjampaikan ketjurigaan saja kepada-
nja, sebab saja tahu saja tidak akan segera dapat meninggalkan
tempat ini, dan saja takut pembalasan dendam. Saja mendengar
bahwa anda, seperti djuga suami saja, hendak menjapu bersih
segala jang tidak beres disini, dan karena itu saja gelisah sadja.
Saja tidak hendak mengatakan ini semua kepada anda supaja
anda suami isteri djangan ketakutan, dan karena itu saja mem-
304
batasi diri dan hanja mendjaga pekarangan, supaja djangan
ada orang luar masuk kedapur."
Djelaslah sekarang bagi Tine mengapa njonja Slotering tetap
mengurus rumah tangganja sendiri, dan malahan tidak mau mem-
pergunakan dapur jang begitu besar.
Havelaar menjuruh panggil kontelir. Dalam pada itu ia me-
ngirim surat kepada dokter di· Serang untuk minta keterangan
mengenai gedjala-gedjala pada kematian Slotering. Djawaban jang
diterimanja keesokan harinja, tidak seperti persangkaan djanda
itu. Menurut dokter Slotering meninggal karena "abses dalam
limpa." Tidak mendjadi djelas bagi saja apakah penjakit demi-
kian tiba-tiba sadja bisa timbul dan mengakibatkan kematian
dalam beberapa djam. Saja kira disini saja harus memperhatikan
keterangan njonja Slotering bahwa suaminja dahulu selalu dalam
keadaan sehat walafiat, tapi kalau orang tidak menghargakan
keterangan demikan karena pengertian gambaran kesehatan
sangat subjektif terutama dalam pandangan orang jang bukan
dokter, maka masih mendjadi pertanjaan jang penting, apakah
orang jang mati hari ini karena "abses dalam limpa", kemarin
bisa naik kuda dengan maksud memeriksa daerah pegunungan
jang dalam beberapa djurusan lebarnja dua puluh djam ?
Dokter jang memeriksa Slotering itu bisa sadja seorang dokter
jang pandai, tapi dia bisa djuga keliru dalam menilai gedjala-
gedjala penjakit, dimana ia tidak menjangka sama sekali adanja
kedjahatan.
Betapapun djuga, saja tidak dapat membuktikan bahwa pedja-
bat jang mendahului Havelaar mati dir at juni, karena Havelaar
tidak diberi kesempatan untuk mendjernihkan persoalan itu.
Tapi saja dapat membuktikan bahwa orang sekelilingnja meng-
anggap ia diratjuni, dan bahwa persangkaan itu dihubungkan
orang dengan keinginannja untuk memerangi ketidakadilan.
Kontelir Verbrugge masuk kamar Havelaar. Havelaar bertanja
singkat:
- "Apa sakit Slotering maka meninggal ?"
- "Saja tak tahu."
305
- "Diratjuni ?"
- "Saja tak: tahu, ...... tapi ..... .
- "Bitjaralah jang djelas, Verbrugge."
- "Tapi dia mentjoba menghilangkan keadaan-keadaan jang
tidak: beres, ...... seperti anda, ...... dan dia pasti diratjuni, se-
kiranja ia tinggal lebih lama disini" ..... .
- Tuliskan I"
Verbrugge menuliskan apa jang dikatakannja itu, ...... kete-
rangannja itu ada didepan saja.
- "Sedikit lagi. Benarkah, atau tidak benarkah bahwa ada
pemerasan di Lebak:?"
Verbrugge tidak: mendjawab.
- "Djawablah, Verbrugge I"
- "Saja tak berani."
- "Tuliskan kalau anda tidak berani."
Verbrugge menuliskannja, ....... keterangannja itu ada didepan
saja.
- "Baik I Sedikit lagi: Anda tidak berani mendjawab per-
tanjaan saja jang terachir. Baru-baru ini anda mengatakan,
waktu kita bitjara tentang mati keratjunan, bahwa anda satu-
satunja orang jang memberi nafkah kepada saudara-saudara anda
jang perempuan di Betawi, ...... apakab itu sebabnja maka anda
takut, bersikap jang saja sebut separoh-separoh ?"
- "Ja I"
- "Tuliskan."
Verbrugge menuliskannja, ... '..... keterangannja ada didepan
saja.
- "Baiklah, kata Havelaar ; tjukup." Dan Verbrugge boleh
pergi.
Havelaar keluar, dan bermain dengan Max ketjil, jang ditjium-
nja dengan mesra. Sesudab njonja Slotering pulang, disuruhnja
anak itu pergi, dan dipanggilnja Tine kekamarnja.
- "Tineku manis, ada permintaanku kepadamu, ...... pergi-
lab kau dengan Max ke Betawi, """ hari ini aku memasukkan
pengaduan terhadap bupati." Dan Tine merangkulnja dan untuk:
306
pertama kalinja menentang kemauan suaminja; sambil tersedu
ia mendjerit :
- "Tidak Max, tidak Max, aku tidak mau, ...... aku tidak
mau, ...... kita makan dan kita minum bersama 1"
Apakah Havelaar salah ketika ia berkata bahwa isterinja pun
tidak berhak membuang ingus seperti wanita-wanita di Arles?
Ditulisnja surat dan dikirimnja, salinannja saja turunkan di-
bawah ini. Sesudah saja lukiskan dalam keadaan apa ia menulis
surat itu, saja kira tidaklah perlu saja mengatakan bahwa dalam-
nja terpantjar keberanian dalam menunaikan kewadjiban, pun
tidak perlu saja tundjukkan kelembutan hati Havelaar, kelem-
butan jang menggerakkannja untuk melindungi bupati terhadap
hukuman jang terlalu berat; tapi rasanja perlu diperhatikan
betapa ia dalam segala keadaan itu selalu berhati-hati, tidak se-
patah katapun ia bitjara tentang kedjadian jang baru sadja di-
ketahuinja, karena ia tidak mau memperlemah ketegasan penga-
duannja dengan ketidakpastian mengenai suatu tuduhan jang
penting tapi belum lagi terbukti. Ia bermaksud menjuruh gali
majat Slotering, dan menjuruh periksa majat itu setjara ilmiah,
sesudah sang bupati dipetjat, dan pengikut-pengikutnja ditang-
kap; tapi, seperti telah saja katakan, ia tidak diberi kesempatan
untuk itu.
Didalam salinan surat-surat resmi, - salinan jang untuk
selebihnja sama betul dengan aslinja, - saja rasa boleh sadja
mengganti gelar-gelar jang gila dengan kataganti jang sederhana.
Saja pertjaja para pembatja mempunjai selera jang baik dan
dapat membenarkan perobahan ini.
307
"No. 88. Rahasia
Segera
Kepada
Residen Bantam
Rangkas Betung, 24 Pebruari 1856
Sedjak saja sebulan lamanja mendjalani tugas saja disini, saja
terutama sibuk memeriksa tjara kepala-kepala bumiputera me-
laksanakan kewadjibannja terhadap penduduk, mengenai "peker-
djaan rodi", "pundutan" dan sebagainja.
Segera saja mengetahui bahwa bupati dengan sewenang-we-
nang dan untuk kepentingannja sendiri mengerahkan orang-orang,
djauh diatas djumlah "pantjen" atau "kemit" jang boleh dike-
rahkannja.
Saja ragu-ragu apakah akan segera melaporkan dengan resmi,
ataukah dengan bertindak lemah lembut, atau kemudian malahan
dengan antjaman, akan mentjegah perbuatan pedjabat tinggi
bumiputera itu, sehingga tertjapai dua tudjuan, jakni menghenti-
kan penjalahgunaan itu dan sekaligus mentjegah tindakan jang
terlalu keras terhadap pedjabat tua gubememen itu, terutama
dengan memperhatikan adanja tjontoh-tjontoh buruk jang, saja
kira, sering diberikan kepadanja, dan sehubungan dengan ke-
adaan istimewa bahwa ia sedang bersiap-siap untuk menerima
kundjungan dua orang keluarga, (bupati Bogor dan bupati Tji-
andjur, jang pasti ialah bupati Tjiandjur, jang, saja kira, sudah
dalam perdjalanan dengan iring-iringan jang besar), sehingga ia,
lebih-Iebih dari dalam keadaan lain mengalami godaan, - dan
berhubung dengan keadaan keuangannja jang buruk, seolah-olah
ia terpaksa, - untuk dengan tjara-tjara jang melanggar hukum
menjediakan segala jang diperlukan untuk kundjungan itu.
Semua ini membuat saja lunak terhadap apa jang sudah ter-
djadi, tapi saja sama sekali tidak akan memberi hati untuk se-
landjutnja.
Kepadanja saja minta dengan sangat untuk segera menghenti-
kan setiap perbuatan jang melawan hukum.
Tentang pertjobaan pertama untuk dengan lemah lembut me-
njadarkan bupati akan kewadjibannja, sudah saja beritahukan
setjara pribadi kepada anda.
Tapi temjata bahwa ia dengan tidak tahu malu dan kurang
adjar tidak memperdulikan segalanja, dan saja merasa berdasar-
kan sumpah djabatan saja berkewadjiban untuk memberitahukan
kepada anda :
bahwa saja menuduh bupati Lebak Raden Adipati ..... .
telah menjalahgunakan kekuasaannja dengan memperguna-
kan setjara melanggar hukum tenaga kerdja rakjatnja, dan
bahwa saja mentjurigainja telah melakukan pemerasan de-
ngan meminta penghasilan in natura, tanpa pembajaran
atau dengan pembajaran jang tidak tjukup, pembajaran jang
ditentukan semena-mena; -
bahwa saja selandjutnja mentjurigai demang Parangku-
djang (menantunja) telah turut membantu dalam perbuatan-
perbuatan tersebut.
Untuk mempersiapkan kedua perkara itu dengan baik sebelum
dibawa kepengadilan, saja mengusulkan supaja saja diperintah-
kan untuk:
1. mengirim bupati Lebak tersebut setjepat mungkin ke Serang,
dan mendjaga supaja ia sebelum keberangkatannja, maupun
selama perdjalanannja djangan mendapat kesempatan baik
dengan djalan menjogok maupun dengan djalan lain meng-
gunakan pengaruhnja atas kesaksian-kesaksian jang harus
saja kumpulkan; -
2. menahan untuk sementara demang Parangkudjang ; -
3. melakukan tindakan jang sama terhadap pedjabat-pedjabat
jang pangkatnja lebih rendah, jang, karena berkeluarga de-
ngan bupati, dianggap dapat mempengaruhi kemurnian pe-
njelidikan jang akan dilakukan; -
4. segera melakukan penjelidikan itu, dan memberikan laporan
jang lengkap.
Selandjutnja saja ingin mengusulkan supaja dikeluarkan pe-
rintah untuk membatalkan kedatangan bupati Tjiandjur tersebut.
Achirnja saja mendapat kehormatan untuk memastikan (mes-
kipun ini tidak perlu bagi anda, jang mengenal daerah Lebak
lebih baik dari jang mungkin bagi saja), bahwa dari sudut politik
sama sekali tidak ada keberatan untuk menjelesaikan perkara ini
dengan tjara jang adil dan tegas; dan bahwa saja lebih kuatir
akan adanja bahaja, djika tidak ada penjelesaian, sebab saja
mendapat informasi dari seorang saksi jang mengatakan bahwa
rakjat ketjil sudah "pusing" karena gangguan dan pemerasan,
dan sudah lama mentjari djalan keluar.
Saja mendapat kekuatan untuk tugas saja jang berat jang saja
laksanakan dengan menulis surat ini, sebagian karena harapan
bahwa saja pada suatu waktu düzinkan untuk mendjelaskan
segala sesuatu untuk meringankan kesalahan bupati tua itu;
meskipun keadaannja disebabkan karena kesalahan sendiri, saja
sangat menaruh belas kasihan kepadanja.
Asisten residen Lebak,
Max HaveZaar."
Keesokan harinja ia mendapat djawaban dari residen Bantam?
...... tidak, dari tuan Slijmering, partikelir.
Djawaban itu merupakan sumbangan jang berharga untuk
mengetahui tjara pemerintahan didjalankan di Hindia Belanda.
Tuan Slijmering menjesalkan "bahwa Havelaar tidak lebih dulu
membitjarakan dengannja perkara jang tersebut dalam surat
No. 88"; - tentu sadja karena akan lebih banjak harapan
untuk "bertindak bidjaksana" ; - dan selandjutnja: "bahwa
ia terganggu ddlam kesibukan-kesibukannja karena Havelaar !"
Ia tentu sedang menulis laporan tahunan tentang ketenangan
jang sentosa; ...... surat itu ada didepan saja, dan saja tidak
pertjaja mata saja. Saja ulangi membatja surat asisten residen
Lebak itu, ...... saja taruh Havelaar dan Slijmering berdam-
pingan ......
Si Sjaalman itu gembel jang brengsek. Ketahuilah, pembatja
budiman, bahwa Bastiaans sering-sering lagi tidak masuk kantor
karena entjoknja. Karena saja tidak tega membuang-buang wang
kepunjaan firma, (Last & Co.), sebab dalam hal prinsip saja
tegas, kemarin dulu teringat oleh saja bahwa Sjaalman mem-
punjai tulisan tangan jang baik, dan karena dia begitu melarat
kelihatannja, dan tentu mau bekerdja dengan gadji ketjil, maka
saja berpendapat, bahwa saja berkewadjiban terhadap firma un-
tuk mengganti Bastiaans dengan tjara jang semurah-murahnja.
Maka saja pergi kedjalan Lange-Leidsche dwarsstraat jang
pandjang. Perempuan pendjaga toko duduk didepan, tapi nam-
paknja ia tidak mengenali saja lagi, meskipun baru-baru ini telah
saja katakan kepadanja bahwa saja adalah Tuan Droogstoppel,
makelar kopi di lauriergracht. Kita selalu merasa agak terhina
djuga bahwa orang tidak mengenali kita kembali, tapi karen a
sekarang tidak begitu dingin, dan tempohari saja memakai djas
bulu, mungkin karena itu dia tidak mengenali saja lagi dan
saja tidak peduli, penghinaan itu maksud saja. Djadi saja ulangi
lagi bahwa saja adalah Tuan Droogstoppel dari lauriergracht,
makelar kopi, dan saja minta dia untuk melihat apakah Sjaalman
ada dirumah, karena saja tidak mau seperti dulu lagi berbitjara
dengan isterinja jang selalu tidak merasa puas itu. Tapi pe-
rempuan pendjual rombengan itu tidak mau keatas. "Dia tidak
dapat sehari-harian turun naik memanggil orang gembel itu,
katanja, tapi saja boleh naik sendiri." Lalu menjusullagi lukis-
an tangga dan serambi-serambi dalam jang sama sekali tidak
saja perlukan, sebab saja selalu mengenal kembali tempat di-
mana saja pemah datang, karena saja selalu memperhatikan
segala sesuatu. Itu sudah djadi kebiasaan saja dalam perdagang-
an. Djadi saja naik tangga dan mengetok pintu jang terbuka
dengan sendirinja. Saja masuk kedalam dan karena tidak ada
orang didalam kamar, saja melihat berkeliling; tidak banjak
jang kelihatan ; - ada tjelana pendek jang dibordir pinggirnja
tergantung dikursi; apa gunanja orang-orang miskin ini me-
makai tjelana bordiran ? Disudut ada sebuah kopor jang tidak
terlalu berat, saja pegang engselnja dalam chajalan, dan diatas
selubung tjerobong ada beberapa buku, jang saja buka-buka
sedikit. Kumpulan jang adjaib! Beberapa djilid Byron, Horatius,
Bastiat, Béranger dan,...... tjoba terka!...... sebuab kitab
indjil, kitab indjil jang lengkap dengan kitab-kitab apokrifa di-
dalamnja. Saja tidak mengira abn menemuinja pada Sjaalman.
Dan rup.anja dia membatjanja djuga, sebab saja menemukan
banjak tjatatan-tjatatan diatas kertas lepas, jang berkenaan de-
ngan Alkitab, semuanja ditulis dengan tulisan tangan seperti
dokumen-dokumen dalam bungkusan djahanam itu. Terutama
kitab Ajub nampaknja dipeladjarinja dengan radjin, sebab
halaman-halaman menganga disitu. Saja kira dia mulai mera-
sakan kekuasaan Tuhan, dan karena itu dengan membatja
kitab-kitab sutji ia hendak bertobat kepada Tuhan, dan saja
tidak keberatan. Tapi sambil menunggu demikian mata saja
tertarik kepada sebuah kotak djahitan ketjil jang terletak diatas
medja.
Dengan tidak bermaksud apa-apa saja memperhatikannja;
didalamnja ada beberapa kaus anak-anak jang belum selesai,
beberapa sadjak jang edan, dan seputjuk surat kepada isteri
Sjaalman seperti temjata dari alamatnja. Surat itu sudab ter-
buka dan nampaknja seperti diremas-remas dalam amarah.
Menurut prinsip saja jang tidak dapat diganggu gugat saja tidak
akan membatja apa jang tidak ditudjukan kepada saja sebab
saja tidak pantas. Memang saja tidak pemah melakukannja
kalau saja tidak berkepentingan; - tapi sekarang saja men-
dapat pikiran bahwa adalah kewadjiban saja untuk membatja
surat itu, sebab isinja mungkin dapat memberi saja penerangan
tentang maksud saja jang penub perikemanusiaan jang membawa
saja kepada Sjaalman. Saja berpikir betapa dekat selalu Tuhan
mendampingi machluknja, sebab Dia disini tiba-tiba memberi
saja kesempatah untuk mengetahui lebih banjak tentang laki-laki
itu, dan dengan demikian melindungi saja dari bahaja memberi-
kan djasa baik kepada orang jang asusila. Saja memperhatikan
dengan saksama isjarat-isjarat Tuhan seperti itu, ini sering-sering
menguntungkan saja dalam perdagangan. Saja tertjengang karena
njonja Sjaalman itu rupanja berasal dari keluarga bang$awan,
artinja surat itu ditandatangani oleh seorang keluarga jang nama·
nja dinegeri Belanda terkemuka, dan saja sUDgguh senang sekali
dt'llgan isinja jang indab. Rupanja .orang itu orang jang rwjin
~k:erdja demi Tuban, sebab ia menulis "babwa isteri Sjaalman
harus minta tjerai dari lati-Iati bangsat jang membiarkannja
menderita kemiskinan, laki-Iaki jang tidak pandai tjari makan,
jang selain itu seorang pendjahat pula karena ia punja hutang.
Babwa penulis surat itu kasihan mengingat nasibnja, meskipun
itu salabnja sendiri, karena ia meninggalkan Tuhan dan mengi-
kuti Sjaalman ; - babwa ia harus kembali kepada Tuhan, ke~
luarganja tentulab akan kerdjasama untuk memberinja pekerdja.
an djabitan, - tapi lebih dulu ia harus bertjerai dengan si
Sjaalman itu, jang merupakan keaiban bagi keluarga."
Pendeknja, surat itu
tidak kalab isinja dari apa jang di-
chotbabkan dalam geredja, penuh adjaran jang saleh.
Tjukuplah saja mengetahui, dan saja bersjukur bahwa saja
mendapat peringatan dengan tjara jang begitu adjaib. Tanpa
peringatan itu tentulah saja mendjadi korban kebaikan hati saja.
Djadi saja putuskan untuk menaban lagi Bastiaans, sampai saja
mendapatkan seorang pengganti jang memenuhi sjarat, sebab
saja tidak suh memetjat seseorang.
Pembatja tentu ingin mengetabui bagaimana keadaan saja
dal am pertemuan lingkaran jang terachir, dan apakah saja me·
nemukan "triolet", Saja tidak pergi kepertemuan itu, ...... ada
hal-hal jang aneh terdjadi: saja pergi ke Driebergen dengan
isteri saja dan Marie. Ajah mertua saja, Last senior, putera Last
jang pertama. (ketika keluarga Meijer masih anggQta, tapi me-
reb sudah lama keluar) sudah lama mengatakan, bahwa ia
hendak bertemu isteri saja dan Made. Tjuatja tjukup baik dan
karena kuatir akan mendengar tjerita pertjintaan jang dikatakan
oleh Stem akan dibatjakannja, malea saja teringat untuk memenuhi
unda.n.gan itu. Saja bitjarakan dengan djuru buku kami, seorang
jang berpengalaman, dan sesudah berunding masak-masak ia
menasehati saja untuk memik.irkan rentjana itu sebari dua hart
Segera saja terima nasehatnja itu, sebab saja tjepat dalam me·
laksanakan keputusan-keputusan saja. Sudah keesokan harinja
saja sadar betapa bidjaksana nasehatnja itu, sebab malam hari
saja berpikir bahwa saja lebih baik menunda keputusan itu
sampai hari Djumat. Pendeknja sesudah mempertimbangkan se-
galanja masak-masak, - banjak pro, tapi banjak pula kontra-
nja, - maka kami berangkat, Sabtu sore, dan Senin pagi kami
kembali. Saja tidak akan tjeritakan semua ini, sekiranja tidak
erat berhubungan dengan buku saja, pertama saja ingin anda
mengetahui mengapa saja tidak memprotes omongan gila jang
sudah pasti diotjehkan oleh Stem hari Minggu. jang lalu. (Tjerita
apa itu, masa orang bisa mendengar sesudah ia meninggal ?
Marie mentjeritakannja, dia dengar dari keluarga Rosemeijer,
jang berdagang gula) dan kedua karena saja sekarang kembali
djadi jakin bahwa semua tjerita tentang kesengsaraan dan keo-
naran itu, bohong belaka. Nampaklah betapa orang mendapat
kesempatan untuk menjelami masalah-masalah dengan baik
djika dalam perdjalanan.
Jakni pada malam Minggu ajah mertua saja memenuhi un·
dangan pada seorang tuan jang dahulu djadi residen di Hindia
Timur, dan sekarang tinggal dalam villa jang besar. Kami pergi
kesana dan sungguh, tidak tjukup kata-kata untuk memudji
penerimaan mereka jang manis. Dikirimnja keretanja untuk
mendjemput kami, dan kusirnja memakai rompi jang merah.
Udara masih agak dingin untuk melihat-lihat tamasja diluar
jang mestinja indah dimusim panas, tapi didalam rumah itu
sendiri orang tidak menginginkan apa-apa lagi, segalanja tjukup,
segala jang memberikan kesukaan, sebuah ruang biljar, sebuah
ruang perpustakaan, sebuah serambi kat ja besi jang beratap se·
bagai tempat penangas, dan kakatua bertengkar diatas tungkat
perak. Saja belum pemah melihat jang seperti itu. Saja berkata
kelakuan baik selalu mendapat gandjaran baik. Laki-Iaki itu
telah mengurus segala sesuatu dengan tjermat; buktinja, dia
punja tiga bintang kehormatan. Dia punja sebuah villa jang me·
njenangkan, mempunjai pula sebuah rumah di Amsterdam, dan
waktu makan malam semua makanan ditjampur djamur, dan
pelajan-pelajan makan memakai rompi merah seperti kusir.
Karena saja punja perhatian pada soal-soal jang mengenai
Hindia, berhubung dengan perdagangan kopi, saja alihkan per-
tjakapan kepada soal-soal itu, dan segera saja mengetahui apa
jang harus saja pegang. Residen itu mengatakan kepada saja
bahwa di Timur peruntungannja selalu baik, djadi tidak sepatah
katapun jang benar dari tjerita-tjerita tentang ketidaksenangan
penduduk itu. Saja alihkan pertjakapan kepada Sjaalman. Dia
mengenalnja, dan dari sudut jang sangat tidak baik; katanja
adalah satu tindakan jang baik sekali bahwa ia diusir sebab si
Sjaalman itu seorang jang tidak pernah merasa puas dan selalu
mengeritik sadja kerdjanja, lagipula kelakuannja sendiri banjak
jang tidak beres. Jakni berulang kali ia melarikan gadis-gadis,
dibawanja kerumahnja, diserahkannja kepada isterinja, dan ia
tidak membajar utangnja, hal mana sungguh tak pantas. Karena
saja baru sadja mengetahui dari surat jang saja bat ja itu, betapa
beralasan tuduhan itu, saja merasa senang bahwa saja mempunjai
pandangan jang benar ten tang duduknja perkara, dan saja sangat
puas dengan diri saja sendiri. Karena itulah saja djuga begitu
terkenal dipodjok saja dibursa, - bahwa saja selalu tepat dalam
pandangan saja, maksud saja.
Residen dan isterinja itu orang-orang jang ramah dan baik.
Mereka banjak mentjeritakan kepada kami tentang tjara hidupnja
dinegeri Hindia ; mestinja enak sekaIi dinegeri itu. Kata mereka
tempat peristirahatan mereka di Driebergen itu tidak ada sepa-
roh dari apa jang mereka sebut "erf', pekarangan, dipedalaman
pulau Djawa, dan jang memerlukan kira-kira seratus orang untuk
memeliharanja. Tapi, dan ini suatu bukti betapa mereka itu
disenangi, orang-orang itu tidak minta bajaran suatu apa, mereka
bekerdja hanja karena kasih sajang. Djuga mereka mentjeritakan
bahwa waktu mereka berangkat mereka mendjual perabotnja dan
penghasilannja ada sepuluh kali harganja, sebab kepala-kepala
bumiputera itu semuanja ingin membeli tanda mata dari se-
orang residen. Saja katakan ini kemudian kepada Stern jang
mengatakan bahwa semua itu terdjadi karena paksaan, dan
bahwa ia dapat membuktikannja dari bungkusan Sjaalrnan ; tapi
saja katakan kepadanja bahwa Sjaalrnan itu seorang tukang fit-
nah, bahwa ia melarikan gadis-gadis seperti pemuda Djerman
jang bekerdja pada Busselinck & Waterman itu; bahwa saja
sama sekali tidak menghargai pendapatnja, sebabnja karena saja
telah mendengar dari seorang residen sendiri bagaimana duduk
perkara, djadi saja tidak usah beladjar apa-apa dari Sjaalman.
Disana banjak Jagi orang jang pemah bekerdja di Timur,
antara lain seorang tuan jang amat kaja, dan jang banjak men-
dapat untung dari pendjualan teh jang dibuat oleh orang Djawa
untuknja dengan bajaran murah, dan jang dibeli oleh pemerintah
dari padanja dengan harga tinggi, untuk memberi se mangat
kerdja kepada orang Djawa itu. Pun tuan itu marah sekali ke-
pada semua orang jang tidak merasa senang itu jang seJalu
bitjara dan menulis menentang pemerintah. Ia tidak tjukup
kata-kata untuk memudji pemerintah djadjahan, sebab katanja
ia jakin bahwa pemerintah banjak merugi atas teh jang dibeli
dari paOanja dan bahwa adalah suatu hal jang menundjukkan
kemuliaan hati bahwa pemerintah terus menerus membajar harga
jang tinggi untuk barang jang sebenarnja tidak berharga, dan
karena itu djuga ia tidak suka, sebab ia selaJu minum teh tjina.
Pun dikatakannja bahwa gubernur djenderal jang memperpan-
djang apa jang disebut kontrak teh itu, meskipun menurut per-
hitungan pemerintah banjak merugi, adalah seorang jang pandai,
seorang jang baik dan terutama seorang sahabat jang setia bagi
orang jang pernah mengenalnja dahuJu di Amsterdam, sebab
gubernur djenderaJ itu sama sekali tidak perduli kepada omongan
orang tentang kerugian atas teh, dan dia rnemberikan djasa jang
bes ar kepada tuan itu, saja kira tahun 1845, ketika ada kabar
bahwa kontrak-kontrak itu akan ditjabut. "Ja, katanja, hati saja
berdarah djika saja mendengar mang-orang semulia itu difitnah ;
djika dia tidak ada, tentu saja sekarang berdjalan kaki dengan
anak isteri saja." Kemudian disuruh sediakannja keretanja, kereta
barouchette jang begitu elok, dan kudanja begitu gempal, se-
hingga saja dapat mengerti betapa sangat berterima kasih ia ke-
pada gubemur djenderal sematjam itu. Sungguh njaman hati kita
melihat keharuan jang begitu manis, terutama djika kita mem-
bandingkannja dengan gerutuan dan keluhan jang brengsek dari
orang-orang seperti Sjaalman.
Keesokan harinja residen itu membalas kundjungan kami, dan
djuga tuan jang mendapat teh bikinan orang Djawa itu. Keduanja
bertanja serempak dengan kereta api mana kira-kira kami akan
tiba di Amsterdam. Kami tidak tahu apa artinja ini, tapi kemu-
dian mendjadi djelas bagi kami, sebab ketika kami hari Senin
pagi tiba disana, ada dua orang pelajan distasion, seorang me-
makai rompi merab, dan seorang lagi memakai rompi kuning,
keduanja serempak mengatakan kepada kami bahwa mereka
mendapat perintah dari telegrap untuk mendjemput kami dengan
kereta. Isteri saja bingung, dan saja terpikir apa kata Busse-
linek & Waterman djika mereka melihat semua itu, bahwa ada
dua kereta untuk kami, maksud saja. Tapi tidak mudah untuk
memilih, sebab saja tidak bis a memutuskan untuk menjakiti bati
salah satu pihak dengan menolak atensi jang begitu manis. Ke-
pada siapa minta pertimbangan ? Tapi saja dapat djalan keluar
lagi dari keadaan jang sangat sukar itu. Saja suruh isteri saja
dan Marie duduk dalam kereta merah, rompi merah, maksud
saja, - dan saja duduk dalam jang kuning, didalam kereta,
maksud saja.
Kuda-kuda itu alangkah tjepat larinja ! Didjalan weesperstraat
jang selalu kotor itu, lumpur meretjik setinggi rumah, dan tiba-
tiba sadja nampak sigembel Sjaalman itu, berdjalan membung-
kuk, kepalanja menunduk, - dan saja lihat betapa ia dengan
tangan djasnja jang buruk itu mentjoba membersihkan mukanja
jang put jat dari pertjikan lumpur.
Dalam surat pribadi jang dikirim oleh tuan Slijmering kepada
Havelaar, ia memberitahukan bahwa meskipun "sangat sibok"
ia akan datang ke Rangkas-Betung untuk merundingkan apa
jang harus dilakukan. Havelaar jang mengetahui apa artinja pe-
rundingan sematjam itu, - sedjawatnja jang terdahulu sering-
kali melakukan "abouchement" 1), seperti itu dengan residen
Bantam! - Havelaar menulis surat berikut kepada residen itu,
dikirimnja tjepat-tjepat supaja pembesar itu membatjanja sebe-
lum tiba di Lebak. Komentar atas surat itu tidak perlu.
No. 91. Rahasia
Segera
Rangkas-Betung 25 Pebruari 1856
malam djam 11
Kemarin siang djam 12 saja telah mengmm kepada anda
surat saja jang bersifat segera No. 88, isinja pada pokoknja
ialah:
bahwa saja sesudah melakukan pemeriksaan jang lama,
dan sesudah sia-sia mentjoba dengan lemah lembut menja-
darkan kepada jang berkepentingan akan perbuatannja jang
salah, merasa berkewadjiban berdasarkan sumpah djabatan
saja untuk menuduh bupati Lebak telah menjalahgunakan
1) Omong-omong.
kekuasaannja, dan bahwa saja mentjurigainja telah melaku-
kan pemerasan.
Didalam surat itu saja mengusulkan kepada anda memanggil
kepala negeri bumiputera itu ke Serang, supaja sesudah kebe-
rangkatannja dan sesudah menghilangkan pengaruh buruk dari
keluarganja jang tersebar luas, melakukan pemeriksaan terhadap
beralasan tidak beralasannja tuduhan saja dan persangkaan saja.
Lama, atau lebih tepat, banjak saja memikirkan sebelum saja
mengambil keputusan untuk itu.
Anda tahu, berkat usaha saja, bahwa saja telah mentjoba me-
njelamatkan bupati tua itu dari bentjana dan kenistaan dengan
memberi peringatan dan antjaman kepadanja dan saja telah ber-
usaha supaja saja sendiri djangan merasa menjesal dan berduka-
tjita, bahwa sajalah jang mendjadi sebab kedjatuhannja, meski-
pun sebab jang paling belakang.
Tapi sebaliknja saja melihat penduduk jang sudah bertahun-
tahun diindjak-indjak dan dihisap, saja teringat akan perlunja
memberi teladan, - sebab banjak lagi pemerasan-pemerasan lain
jang harus saja laporkan kepada anda, ketjuali kalau perkara ini
karena pengaruhnja menghentikan pemerasan itu, - dan, saja
ulangi, sesudah mempertimbangkan. masak-masak, saja telah me-
lakukan apa jang saja anggap kewadjiban saja.
Pada saat ini saja menerima surat pribadi anda jang saja
hargai, surat jang penuh rasa persahabatan, jang memberitahu-
kan bahwa besok anda akan datang kemari, disertai pula isjarat,
bahwa saja sebaiknja membitjarakan perkara ini lebih dulu se-
tjara pribadi.
Djadi besok saja akan mendapat kehormatan bertemu dengan
anda, dan itulah sebabnja maka saja mengirim surat ini me-
njongsong kedatangan anda, supaja sebelum pertemuan itu anda
mengetahui jang berikut.
Segala pemeriksaan saja mengenai perbuatan bupati itu, ada-
lah dirahasiakan sekali; hanja dia sendiri dan patih jang me-
ngetahuinja, sebab saja sendiri jang memberinja peringatan dari
hati kehati. Bahkan kontelir sekarang ini hanja mengetahui se-
bagian dari hasil pemeriksaan saja. Saja tahasiakan dengan dua
maksud. Mula-mula, ketika saja masih mengharap dapat mem-
bawa bupati itu kedjalan jang benar, maksud saja ialah, djika
saja berhasil, supaja ia djangan djadi buah mulut orang. Patib
atas namanja mengutjapkan terima kasih bahwa saja merahasia-
kan hal itu (terdjadi tanggal 12 bulan ini). Tapi kemudian,
ketika saja mulai kehiJangan harapan bahwa usaha saja akan
berhasil, atau lebih tepat, ketika saja tak dapat menahan amarah
saja oleh peristiwa jang baru sadja saja dengar; - ketika ber-
diam diri lebih lama berarti turut membantu kedjahatan, maka
penjimpanan rahasia itu adalah untuk kepentingan saja, sebab
djuga terhadap diri saja dan keluarga saja, saja mempunjai
kewadjiban-kewadjiban.
Sebab sesudah saja menulis surat saja jang kemarin itu, maka
tidaklah pantas saja mengabdi pemerintah, djika apa jang saja
katakan didalam sutat itu adalah sia-sia, tidak beralasan, eha-
jalan sadja. Dan apakah akan mungkin bagi saja membuktikan,
babwa saja telah melakukan ,,apa jang harus dilakukan oleh se-
orang asisten residen jong baik;" - tnembuktikan bahwa saja
mampu menghadapi pekerdjaan jang diberikan kepada saja ; -
membuktikan bahwa saja tidak semberono dan kurang timbang
menimbang mempertaruhkan tudjuh belas tahun dinas jang sukar,
dan lebih-lebih lagi, kepentingan isteri dan anak, - mungkinkah
bagi saja membuktikan semua itu, djika saja tidak merahasiakan
benar-benar pengusutan saja dan mentjegah orang jang bersalab
melindungi dirinja, sebagaimana kata orang?
Sedikit sadja dia tjuriga, bupati itu bisa sadja mengirim surat
ekspres kepada keponakannja jang sedang dalam perdjalanan,
keponakannja jang berkepentingan bahwa ia dipertahankan da·
lam kedudukannja ; dia bisa sadja meminta uang, dengan djalan
bagaimanapun djuga, membagi-bagikannja dengan rojal kepada
tiap orang jang belakangan ini pemah dirugikannja, dan mungkin
akibatnja ialah, saja harap saja tidak harus mengatakan: pasti
akibatnja ialah bahwa saja dikatakan terburu nafsu, dan disebut
pedjabat jang tidak terpakai, mungkin lebih buruk dari itu.
Supaja djangan terdjadi kemungkinan itu maka saja tulislah
surat ini. Saja sangat menghormati anda, tapi saja mengenal
semangat jang dapat disebut "semangat pegawai negeri Hindia
Timur", dan saja tidak memiliki semangat itu.
Peringatan anda bahwa perkara itu sebaiknja dibitjarakan
lebih dulu setjara pribadi, menimbulkan kekuatiran pada saja
bahwa kita hanja akan omong-omong lagi. Apa jang saja kata-
kan kemarin dalam surat saja, adalah benar, tapi mungkin se-
olah-olah tidak benar, apabila perkara itu dibitjarakan dengan
mengumumkan tuduhan saja dan sangkaan saja, sebelum bupati
itu dikeluarkan.
Saja harus mengatakan bahwa pun kedatangan anda jang tiba-
tiba, berhubung dengan surat ekspres jang saja kirim ke Serang
kemarin, menimbulkan kekuatiran pada saja bahwa orang ber-
salah jang dahulu tidak mau mendengarkan peringatan-peringat-
an saja itu, sekarang int sebelum waktunja terbangun dan men-
tjoba sebisa-bisanja membela diri sedikit atas kesalahannja.
Sekarang ini saja masih tetap bersikap menurut surat saja
jang kemarin, tapi saja ingin menekankan bahwa dalam surat
itu pun saja mengusulkan untuk mengeluarkan bupati itu sebe-
lum pemeriksaan, dan untuk sementara membuat pengikut-pengi-
kutnja tidak berdaja, dan lagi saja hanja mau bertanggungdjawab
lebih landjut atas apa jang saja kemukakan, djika anda me-
njetudjui usu! saja mengenai tjara pemeriksaan, jakni: tidak ber-
pihak, terbuka dan terutama bebas.
Kebebasan itu tidak ada djika bupati itu tidak dikeluarkan
dan menurut hemat saja hal ini tidak ada bahajanja; sebab
kepadanja dapat dikatakan bahwa saja menudubnja dan men-
tjurigainja, bahwa sajalah jang akan tjelaka, dan bukan dia,
kalau ia tidak bersalah ; - sebab saja sendiri berpendapat bah-
wa saja harus dipetjat dari djabatan saja, djika terbukti bahwa
saja berlaku sembrono, atau malahan djika terbukti bahwa saja
hanja terburu-buru.
Terburu·buru! ...•.. Sesudah bertahun-tahun, bertahun-tahun
penjalah gunaan !
Terburu-buru! ...... Seolah-olah seorang jang djudjur dapat
tidur njenjak, dan hidup dan menikmati hidup, selama orang-
orang diperas dan dihisap, orang-orang jang mendjadi tugasnja
untuk mendjaga keselamatan mereka, orang-orang jang dalam
pengertian jang agung, adalah orang-orang sesamanja manusia !
Memang benar, saja disini baru sadja, tapi saja harap per-
soalannja kelak ialah apa jang telah dilakukan, apakah telah
dilakukan dengan baik, bukan apakah orang melakukannja dalam
waktu jang terlalu singkat. Ba,gi saja tiap waktu terlalu pandjang
djika waktu itu ditandai oleh pemerasan dan penindasan, dan
berat bagi saja tiap detik dimana orang menderita sengsara
karena kelalaian saja, karena saja tidak melakukan kewadjiban
saja, karena semangat saja, "semangat plin-plan".
Saja menjesal atas hari-hari jang saja lewatkan sebelum me-
laporkan kepada anda dengan resmi, dan saja minta maaf atas
kelalaian itu.
Saja ingin memohon kepada anda memberi saja kesempatan
membuktikan kebenaran surat saja kemarin dan membantu dja-
ngan sampai usaha-usaha saja gagal, usaha-usaha untuk mem-
bebaskan daerah Lebak dari tjatjing-tjatjing jang sedjak ingatan
manusia menggerogoti keselamatannja.
Itulah sebabnja saja sekali lagi memadjukan permohonan ke-
pada anda untuk membenarkan tindakan-tindakan saja dalam
hal ini, (hanja terdiri dari pemeriksaan, laporan dan usui), me-
mindahkan bupati Lebak dari sini tanpa lebih dulu memper-
ingatinja, langsung atau tidak langsung, dan selandjutnja meme-
rintahkan untuk memeriksa apa jang saja laporkan dalam surat
saja kemarin No. 88.
Asisten residen Lebak,
Max Havelaar
Permohonan untuk tidak melindungi orang-orang bersalah ini,
diterima oleh residen dalam perdjalanannja. Sedjam sesudah ia
tiba di Rangkas-Betung ia mengundjungi bupati dan mengemu-
kakan dua pertanjaan berikut kepadanja: "Apa keberatannja
terhadap asisten residen ?" dan "apakah dia, adipati, perlu
uang ?"
Pertanjaan jang pertama didjawab oleh adipati: "Tidak ada,
sungguh!" Pertanjaan jang kedua diiakannja, lalu residen mem-
berinja beberapa helai wang kertas ..... .
Tentu sadja Havelaar tidak tahu menahu tentang ini; nanti
akan kita lihat bagaimana ia mengetahui perbuatan jang kedji
itu.
Ketika residen Slijmering turun didepan rumah Havelaar, ia
lebih put jat dari biasanja, dan kata-katanja lebih djauh antara-
nja dari sebelumnja. Memang bukan perkara ketjil bagi orang
jang begitu pandai dalam "bersikap plin plan", dan menjusun
laporan tahunan, laporan tentang ketenangan, untuk tiba-tiba
sadja menerima surat-surat jang sama sekali tidak memperlihat-
kan "optimisme", tidak ada pemutarbalikan soal jang lihai, tidak
ada kekuatiran bahwa pemerintah tidak akan senang. Residen
Bantam terkedjut, dan djika orang mau memaafkan saja mem-
pergunakan gambaran jang kurang mulia demi ketepatan lukis-
an, saja ingin membandingkannja dengan seorang anak gelan-
dangan jang mengeluh bahwa adat kebiasaan leluhur telah di-
perkosa, karen a orang memukulnja tanpa lebih dulu memaki-
makinja.
Ia mulai dengan bertanja kepada kontelir mengapa ia tidak
mentjoba menahan Havelaar memasukkan pengaduannja ? Ver-
brugge malang jang tidak tahu menahu tentang seluruh penga-
duan itu, mengatakan bahwa ia tidak tahu, tapi residen tidak
pertjaja. Tuan Slijmering tidak dapat mengerti bahwa orang se-
mata-mata seorang diri, atas tanggungdjawab sendiri, dan tanpa
pertimbangan-pertimbangan jang pandjang, tanpa "perundingan
dengan atasan", melakukan kewadjiban jang begitu luar biasa.
Tapi karena Verbrugge tetap mengatakan bahwa ia tidak tahu
menahu tentang surat-surat jang ditulis oleh Havelaar itu, maka
residen mengalah, dan mulai membatjakan surat-surat itu.
Verbrugge sangat menderita mendengarkan. Ia seorang jang
djudjur dan tidak akan berbohong djika Havelaar meminta te-
saksiannja memastikan kebenaran isi surat-surat itu. Tapi pun
tanpa kedjudjuran itu, dalam banjak laporan-Iaporannja jang
tertulis ia tidak selalu dapat menghindarkan diri dari perkataan
jang sebenamja, djuga dimana kata-kata itu kadang-kadang
membahajakan. Bagaimana kalau Havelaar mempergunakannja ?
Sesudah membatjakan surat-surat itu residen mengatakan
bahwa ia akan senang djika Havelaar mengambil kembali surat-
surat itu, dan menganggapnja tidak pemah ditulis, tapi Havelaar
menolak dengan hormat tapi tegas.
Setelah sia-sia membudjuknja, residen berkata bahwa baginja
tidak ada djalan lain dari melakukan pemeriksaan terhadap
beralasan tidak beralasannja pengaduan jang dimasuIcan, dan
bahwa ia harus meminta Havelaar memanggil saksi-saksi jang
dapat memperkuat tuduhannja itu.
Orang-orang malang jang terluka kena duri disemak-semak
dalam djurang, betapa ketakutan hati anda berdebar, djika men-
dengar tuntutan itu !
Verbrugge malang, saksi pertama, saksi utama, saksi ex offi-
cio, saksi karena djabatan dan sumpah djabatan, saksi jang
telah bersaksi atas kertas, jang terletak disana. diatas medja,
dibawah tangan Havelaar ..... .
Havelaar mendjawab:
"Residen. sajalah asisten residen Lebak; - saja telab ber-
djandji akan melindungi penduduk terhadap pemerasan dan ke-
laliman; - sajalah jang mengadukan bupati, dan menantunja
dari Parangkudjang ; - saja akan membuktikan pengaduan saja
setelah saja diberi kesempatan jang saja usulkan dalam surat-
surat saja; ...... sajalah jang bersalah memfitnah kalau penga-
duan itu palsu !"
Betapa lega Verbrugge menarik nafas !
Dan betapa aneh kata-kata Havelaar itu ditelinga residen !
Pertjakapan itu berlangsung lama. Dengan hormat, - sebab
tuan Slijmering adalah hormat dan tabu adat, - ia mendesak
Havelaar melepaskan pnnSlp-pnnslp jang begitu keliru, tapi
dengan hormat jang sama besar pula Havelaar mempertahan-
kan pendiriannja. Achirnja residen mengalah, dan mengantjam
bahwa ia terpaksa mengirimkan surat-surat jang dimaksud untuk
mendjadi perhatian pemerintah, antjaman mana bagi Havelaar
merupaJcan kemenangan.
Pertemuan berachir. Residen mengundjungi adipati, untuk
menanjakan kepadanja hal-hal jang saja bitjarakan, kemudian
ia makan siang dengan keluarga Havelaar dengan sadjian jang
amat sederhana ; sesudah itu ia kembali ke Serang dengan tjepat,
"sebab ...... dia ...... sangat ...... sibok ...... sekali."
Keesokan harinja Havelaar menerima seputjuk surat dari residen
Bantam jang isinja temjata dari surat djawaban jang saja salin-
kan dibawah ini :
No. 93. Rahasia Rangkas-Betung 28 Pebruari 1856
Saja telah meoerima surat anda jang bersifat segera tanggal 26
bulan ini La. 0, rahasia, jang pada pokoknja memberitahukan:
bahwa anda mempunjai alasan untnk tidak: menerima
usul-usul jang dikemukakan dalam surat-surat saja, jakni
surat-surat dinas tanggal 24 dan 25 bulan ini, No. 88 dall
91; -
bahwa anda menginginkan supaja sebelumnja diadakan
pctnberitahuan tidak resmi; -
bahwa anda tidak membenarkan tindakan-tindakan saja
jang disebutkan dalam surat-surat tersebut; -
aehirnja beberapa instruksi.
SekarMlg saja ingin sekali lap dan meskipun tidak pedu,
memastikan, seperti telah saja katakan djuga kemarin dulu da-
lam pembitjaraan kita:
bahwa saja sepenuhnja menghormati sahnja kekuasaan
anda untuk menentukan pilihan apakah anda menerima
atau tidak menerima usuJ-usul saja; -
bahwa instruksi-instruksi jang saja terima akan didja-
lankan dengan tjermat, dan djika pedu, tanpa memikirkan
diri sendiri, seolah-olah anda turut hadir pada segala apa
jang saja lakukan atau katakan ; atau lebih tepat, pada
segala apa jang saja tidak lakukan atau tidak katakan.
Saja tahu bahwa anda pertjaja akan kesetiaan saja dalam hal
ini.
Tapi saja memberanikan diri untuk memprotes dengan chid-
mat tiap ut japan ataupun gerak betapapun ketjilnja jang me-
njalahkan sesuatu perbuatan, sesuatu perkataan, sesuatu bagian
kalimat, jang saja lakukan, saja katakan ataupun saja tuliskan
dalam hal ini.
Saja jakin telah melakukan kewadjiban saja; - dalam tu-
djuan dan dalam tjara pelaksanaan, kewadjiban saja sepenuh-
penuhnja ; - tidak lain dari kewadjiban saja, tanpa sedikitpun
menjeleweng.
Lama saja berpikir sebelum saja bertindak, (artinja: sebelum
saja memeriksa, melaporkan dan mengusulkan) dan djika saja
gagal dalam hal jang ketjil sekalipun, - maka kegagalan ito
bukanlah disebabkan karena saja terburu-buru.
Dalam keadaan jang sama saja akan melakukan lagi, - tapi
lebih tjepat atau tidak melakukan lagi, hal jang sama seperti
itu, sedikitpun tidak akan lain tindakan saja.
Sekalipun ada kekuasaan jang lebih tinggi dari kekuasaan
anda tidak membenarkan sesuatu jang saja lakukan, - (ketjuali
barangkali keanehan gaja saja, jang merupakan sebagian dari
diri saja; suatu kekurangan jang saja tidak bertanggungdjawab
atasnja seperti djuga seorang jang gagap tidak bertanggungdja-
wab atas kegagapannja; -) sekalipun ...... tapi, tidak, itu tidak
mungkin, tapi sekalipun demikian halnja, ...... saja telah me-
lakukan kewadjiban saja.
Namun jang saja sedihkan, - meskipun demikian saja tidak:
heran, - ialah, bahwa anda mempunjai pandangan lain; dan
mengenai diri saja sendiri saja akan menerima dengan sabar
apa jang saja rasakan sebagai ketiadaan penghargaan terhadap
diri saja, - tapi disini ada soal prinsip, dan saja mempunjai
alasan-alasan hati nurani jang menuntut ditentukan mana jang
benar, pendapat anda atau pendapat saja.
Mengabdi setjara lain dari jang saja lakukan di Lebak, saja
tidak bisa. Djadi djika pemerintah menginginkan pengabdian
jang lain, maka saja sebagai orang jang djudjur harus minta
dengan hormat supaja dipetjat ; - maka pada umur tiga puluh
enam tahun saja harus mentjoba mentjari lagi pekerdjaan lain ;
- saja harus sesudah tudjuh belas tahun, sesudah tudjuh belas
tahun djabatan jang berat dan sukar, sesudah mengorbankan
tenaga hidup saja jang paling baik untuk apa jang saja anggap
sebagai kewadjiban, saja harus memohon lagi kepada masjarakat
memberi saja makan untuk anak dan isteri, memohon makan
sebagai imbalan buah pikiran saja, - mungkin makan sebagai
imbalan untuk pekerdjaan dengan kereta dorong atau tembilang,
djika tenaga tangan saja dianggap lebih berharga dari tenaga
djiwa saja.
Tapi saja tidak dapat dan tidak mau pertjaja bahwa pan-
dangan anda disetudjui oleh J ang Mulia Gubernur Djenderal,
djadi saja berkewadjiban sebelum melakukan tindakan terachir
jang saja tuIiskan dalam alinea sebelum ini, memohon dengan
hormat kepada anda: untuk mengusulkan kepada pemerintah:
menulis surat kepada residen Bantam untuk membenar-
kan tindakan-tindakan asisten residen Lebak, dalam hu-
bungan dengan surat-suratnja tanggal 24 dan 25 bulan ini
No. 88 dan 91 ; -
atau:
memanggil asisten residen tersebut untuk mempertanggung-
djawabkan hal-hal jang ditjela, menurut perumusan residen
Bantam.
Achirnja saja mengatakan kepada anda dengan perasaan teri-
ma kasih, bahwa djika ada jang dapat merobah pikiran saja,
meninggalkan prinsip-prinsip saja jang sudah lama saja renung.
kan, prinsip-prinsip jang perlahan-lahan tapi dengan sungguh-
sungguh saja anuti daIam hal ini; •..... sungguh, jang dapat
merobah pikiran saja ialah tjara anda membantah prinsip-prinsip
itu kemarin dulu dalam pembitjaraan kita, tjara jang sungguh-
sungguh dan ramah tamah.
Asisten residen Lebak
Max Havelaar
Tanpa mengambil keputusan tentang beralasan atau tidak bera-
lasannja persangkaan Djanda Slotering mengenai sebab jang
mendjadikan anak-anaknja djadi anak jatim, dan hanja dengan
menerima bahwa di Lebak ada hubungan erat antara melaku·
kan kewadjiban dan rat jun, - sekalipun hubungan itu hanja
suatu pendapat, - kita dapat mengerti bahwa Max dan Tine
mengalami hari-hari jang penuh kemasjgulan sesudah kundjungan
residen itu. Saja rasa tidak pedu menggambarkan ketakutan
seorang ibu jang ketika memberi makan anaknja, selalu harus
bertanja apakah ia tidak membunuh anak jang dikasihinja ?
Dan Max adalah "anak jaag diminta-minta", Max ketjil jang
tudjuh tahun lamanja ditunggu-tunggu sesudah perkawinan se-
olah-oIah sianak djenaka itu tabu bahwa bukanlah suatu keun-
tungan untuk lahir kedunia sebagai putera orang tua demikian !
Dua puluh sembilan hari jang pandjang Havelaar harus me-
nunggu barn gubemur djenderal memberitahukan kepadanja, .....
tapi kita belum sampai kesitu.
Tidak lama sesudah pertjobaan jang sia-sia untuk membudjuk
Havelaar wpaja mau menarik kembali surat-suratnja atau meng-
chianati orang-orang malang jang pertjaja akan kemuliaan hati-
nja, pada suatu hari Verbrugge masuk kedalam kamarnja. Laki-
1aki jang baik itu put jat seperti majat, dan dengan susah pajah
mengeluarkan kata-kata.
- "Saja dari bupati, katanja, sungguh kedji, ...•.. tapi djangan
buka rahasia saja !
- "Apa? Rahasia apa jang tak boleh saja bukakan?
-"Berdjandjilah bahwa anda tidak abn mengumumkan apa
jang akan saja katakan kepada anda.
- "Separoh-separoh lagi, kata Havelaar ; tapi baiklah! Saja
berdjandji.
Lalu Verbrugge mentjeritakan apa jang sudah diketahui oleh
pembatja, bahwa residen menanjakan kepada adipati apakah ada
jang hendak diadukannja mengenai asisten residen, dan sekaligus
tiba-tiba ia ditawari dan diberi uang. Verbrugge mengetahui ini
dari bupati sendiri, jang menanjakan kepadanja apa kira-kira
jang mendjadi sebab maka residen melakukan hal itu.
Havelaar berang ; tapi ia sudah berdjandji.
Keesokan harinja Verbrugge datang lagi, katanja Duclari me-
ngatakan kepadanja, betapa tjurang membiarkan Havelaar se-
orang diri, dalam perdjuangannja melawan musuh-musuh jang
begituan, karena itu Verbrugge datang hendak membatalkan
djandji jang telah diberikan oleh Havelaar.
- "Baiklah, kata Havelaar, tuliskan."
Verbrugge menuliskannja. Pun keterangan itu ada didepan
saja.
Pembatja budiman sudah lama mengerti mengapa saja begitu
mudah dapat melepaskan segala pretensi bahwa tjerita Saidjah
itu benar.
Amatlah mengharukan betapa Verbrugge jang penjegan itu, -
sebelum ia disesali oleh Duclari, - berani mempertjajai per-
kataan Havelaar, dalam suatu perkara jang memaksa orang
tidak dapat menepati djandjinja !
Dan ada lagi. Sudah lebih tiga tahun berlalu sedjak terdjadi-
nja peristiwa-peristiwa jang saja tjeritakan. Dalam masa itu
Havelaar banjak menderita, ...... ia melihat keluarganja men-
derita, ...... tulisan-tulisan didepan saja menjatakan hal itu,
dan rupanja ia menunggu, ...... saja salinkan tjatatan berikut
jang dituliskan sendiri.
»Saja membatja dikoran-koran bahwa tuan Slijmering telab
dianugerabi bintang sebagai anggota orde Singa Belanda. Rupa-
nja dia sekarang djadi residen Djokjakarta. Djadi sekarang saja
dapat kembaIi membitjarakan perkara Lebak, tanpa membaha-
jakan Verbrugge" ......
Had malam. Tine sedang membatja diserambi dalam, dan Have-
laar menggambar sebuah pola bordiran ; Max ketjil menjusun
kartu-kartu mendjadi gambar, dan marah-marah karena ia tidak
dapat menemukan "tubuh merah njonja itu"."
- "Apakah sekarang sudah baik begitu, Tine, tanja Havelaar,
lihat, palma itu sudah ku bikin lebih bes ar sekarang, ...... itulah
"tbe line of beauty" Hogarth 1).
- "Ja, Max, tapi lubang-Iubang tali itu terlalu berdekatan.
- ,,0, ja ? Dan ladjur-Iadjur jang lain itu bagaimana ? Max,
tjoba perlihatkan tjelanamu; . ..... apa kau pakai ladjur jang
dulu itu ? ...... ah, aku masih tahu dimana kau membordirnja,
Tine."
- "Aku sudah lupa, dimana ?"
- "Di Den Haag, ketika Max sakit, dan kita terkedjut sekali
karena dokter mengatakan bahwa kepalanja lain ben ar bentuk-
nja, dan perlu berhati-hati sekali supaja djangan mendesak ke-
otak; ...... tatkala itu kau sedang mengerdjakan ladjur itu.
Tine berdiri, dan mentjium siketjil.
- "Saja ketemu perutnja, saja ketemu perutnja !" Max ketjil
berseru riang, dan njonja merah itu lengkaplah.
- "Siapa jang mendengar tongtong ?" tanja siibu.
"Saja," djawab Max ketjil.
- "Dan apa artinja itu 1"
1) "Garis keindaban" Hogarth. Hogarth adalab seorang karikaturis
Inggris abad ke-18.
- "Harus tidur; tapi saja belum makan."
- "Kau makan dulu, tentu sadja.
Dan ia berdiri dan memberinja makan, makanan sederhana
jang rupanja diambilnja dari sebuah lemari jang ditutup rapat
dalam kamarnja, sebab kedengaran ia beberapa kali memutar
kuntji.
- "Apa jang kau berikan kepadanja?" tanja Havelaar.
- ,,0, djangan kuatir ! Biskuit kaleng dari Betawi, dan gula
djuga selalu dikuntji."
Havelaar mengingat-ingat sampai dimana tadi pembitjaraan
mereka.
- Tahukah kau, ia melandjutkan, bahwa kita belum mem-
bajar rekening dokter? ...... 0, itu sangat susah !"
- "Maxku sajang, disini kita hidup hemat sekali, djadi
tidak lama lagi kita bisa membajar segala hutang; lagipula, se-
gera kau akan djadi residen, dan segalanja bisa diatur dengan
tjepat."
- "Itulah jang membikin aku sedih, kata Havelaar. Aku
tidak ingin meninggaIkan Lebak, ...... nanti aku terangkan.
Tidakkah kau sependapat bahwa kita lebih sajang lagi kepada
Max sesudah sakitnja? Nah, begitu djuga aku rasa aku akan
mentjintai Lebak sesudah ia sembuh dari kanker jang diderita-
nja bertahun-tahun lamanja. Pikiran bahwa aku akan dinaikkan
pangkat mengagetkan aku; namun, sebaliknja djika kupikirkan
pula bahwa kita mempunjai hutang ..... .
- "Nanti akan beres semua, Max; sekalipun kau pergi dari
sini, kemudian kau akan dapat menolong Lebak djika kau sudah
mendjadi gubernur djenderal .. ... .
Garis-garis liar nampak dalam gambar pola bordiran Have-
laar; ada kemarahan dalam bunga-bunga itu, ...... lubang-lubang
tali djadi bersiku, tadjam, saling menggigit ..... .
Tine mengerti bahwa ia salah omong.
- "Maxku sajang," ...... ia mulai lagi dengan ramah.
- "Terkutuk! ... ... Kau hendak membiarkan mereka kela-
paran begitu lama? ...... Dapatkah kau hidup makan pasir?" ..•
- "MaxIm sajang" ..... .
Tapi ia melompat ; ia tidak mau menggambar lagi malam itu.
Ia berdjalan kian kemari diserambi dalam, dan achirnja ia ber-
bitjara dengan nada jang kedengarannja keras dan kasar bagi
setiap orang luar, tapi jang oleh Tine ditafsirkan lain sama se-
sekali :
- "Terkutuk sikap masa bodo itu, sikap masa bodo jang
kedji! Sudab sebulan aku menunggu keadilan, dan dalam pada
itu rakjat jang malang itu menderita sangat. Bupati itu rupanja
mengira, babwa tidak ada orang jang berani melawannja; ..... .
lihat ...... "
Ia masuk kedalam kantornja, dan kembali dengan seputjuk
surat ditangannja, surat itu ada didepan saja, pembatja.
- "Nah, didalam surat itu ia berani mengusulkan kepadaku
djenis pekerdjaan apa jang hendak dimintanja kerdjakan oleh
orang-orang itu, orang-orang jang dikerabkannja dengan tjara
melawan hukum ; .... . . bukankah itu suatu kekurangadjaran jang
keterlaluan ? Dan tabukah kau siapa orang-orang itu? Mereka
itu adalab perempuan-perempuan jang mempunjai anak ketjil,
baji-baji, perempuan-perempuan hamil jang terusir dari Parang-
kudjang keibukota untuk melakukan pekerdjaan baginja; ..... .
orang laki-laki tidak ada lagi ! Dan mereka itu tidak punja ma-
kanan, mereka tidur didjalan dan makan pasir ...... Dapatkah
kau makan pasir? ...... Apakah mereka harus makan pasir
sebelum aku djadi gubemur djenderal? ...... Terkutuk! ......
Tine tabu henar kepada siapa sebenarnja Max marab, djika
ia berkata demikian kepada perempuan jang sangat dia tjintai.
- "Dan, kata Havelaar melandjutkan, semua itu terdjadi
dibawab tanggungdjawabku. Apabila pada saat ini ada orang-
orang malang diluar sama mengembara kian kemari, dan melihat
tjahaja lampu-Iampu kita, mereka akan berkata: "disana tinggal
keparat jang hendak melindungi kita itu ; disana ia duduk dengan
tenang bersama anak dan isterinja, dan menggambar pola-pola
bordiran, dan kita disini terbaring seperti andjing hutan kela-
paran didjalan bersama anak-anak kita !" Ja, aku mendengarnja
aku mendengarnja, teriakan orang mau membalas dendam ! ..... .
Mari, Max, mari! ..... .
Dan ditjiumnja anaknja penuh nafsu sehingga anak itu ter-
kedjut.
- "Anakku, djika orang mengatakan padamu bahwa aku
keparat, jang tidak berani menegakkan hukurn; ...... bahwa
banjak ibu-ibu jang meninggal karena salahku ; ...... kalau orang
mengatakan padamu bahwa kelalaian ajahmu menghilangkan
sempana dari kepalamu, .....• 0 Max, 0 Max, katakanlah betapa
besar penderitaanku ..... .
Dan ia menangis berhamburan air mata, jang dikeringkan
Tine dengan tjiuman. Lalu Tine membawa Max ketjil ketempat
tidurnja, sehelai tikar djerami ; - ketika ia kembali didapatinja
Havelaar bertjakap-tjakap dengan Verbrugge dan Duclari jang
datang tadi. Pertjakapan mereka ialah tentang keputusan peme-
rintah jang ditunggu-tunggu.
- "Saja mengerti benar bahwa residen dalam kedudukan jang
sukar, kata Duclari. Ia tidak dapat menasehati pemerintah untuk
melaksanakan usul-usul anda, sebab nanti akan banjak jang ter-
bongkar. Saja sudah lama didaerah Bantam, dan saja banjak
tahu; lebih banjak dari anda, tuan Havelaar, ...... saja sudah
ada didaerah ini semendjak djadi opsir bawahan, dan dalam hal
itu kita djadi banjak tahu hal-hal jang orang bumiputera tidak
berani mengatakannja kepada pedjabat-pedjabat pemerintah.
Tapi djika sesudah diadakan pemeriksaan terbuka terbukti se-
mua itu, maka gubemur djenderal akan meminta pertanggungan-
djawab kepada residen, dan menanjakan kepadanja mengapa ia
dalam waktu dua tahun tidak melihat apa jang segera menarik
perhatian anda. Djadi dia harus mentjoba mentjegah pemeriksaan
itu." ..... .
- "Saja mengerti ini, djawab Havelaar, dan tersadar oleh
usahanja membudjuk adipati supaja mengadukan sesuatu kesa-
lahan saja, jang nampaknja menundjukkan bahwa ia hendak
mentjoba mengalihkan persoalan dengan misalnja menuduh saja
telah melakukan kesalahan, •..... saja tidak tahu kesalahan apa,
maka saja telah bersiap melindungi diri saja terhadap kemung-
kinan itu dengan mengirimkan tembusan surat-surat saja lang-
sung kepada pemerintah. Dalam salah satu surat itu ada permo-
honan supaja saja dipanggil untuk mempertanggungdjawabkan
sekiranja ada orang mengatakan bahwa saja melakukan sesuatu
kesalahan. Djika residen Bantam menjerang saja, maka menurut
djalan keadilan jang lazim tidak dapat diambil keputusan tanpa
mendengar keterangan saja lebih dulu, ...... itu adalah kewa-
djiban, djuga terhadap seorang pendjahat, ...... dan sebab saja
tidak melakukan sesuatu kedjahatan ......
- "Pos datang!" seru Verbrugge.
Ja, pos datang! Pos jang membawa surat berikut dari guber-
nur djenderal Hindia Belanda kepada bekas asisten residen
Lebak Havelaar.
"Kabinet
No. 54 Bogor tanggal 23 Maret 1856
Tjara anda bertindak setelah mengetahui atau mengira menge-
tahui praktek-praktek buruk kepala-kepala daerah Lebak dan
sikap jang anda perlihatkan terhadap sep anda, residen Bantam,
telah sangat menimbulkan perasaan tidak senang pada saja.
Didalam tindak tanduk anda termaksud tidak nampak per-
timbangan jang mendalam, kebidjaksanaan dan kehati-hatian,
jang sangat diperlukan pada seorang pedjabat jang mendjalankan
kekuasaan dipedalaman, seperti djuga pengertian-pengertian ten-
tang kepatuhan kepada atasan anda jang langsung.
Baru beberapa hari anda menerima djabatan anda sudah rela
sadja mendjadikan kepala pemerintahan bumiputera Lebak,
bulan-bulanan pengusutan jang memberatkan, tanpa minta nase-
hat lebih dulu kepada (sic) residen.
Didalam pengusutan itu anda menganggap mendapat alasan,
malahan tanpa menjatakan tuduhan-tuduhan anda kepada kepala
itu dengan fakta-fakta (sic), apalagi dengan bukti-bukti, untuk
memadjukan usul-usul jang maksudnja memperlakukan seorang
pedjabat bumiputera dengan tjara jang menghantjurkan wibawa-
nja, seorang pedjabat bumiputera sematjam bupati Lebak, pe-
ngabdi :negeri berusia enam puluh tahun tapi masih radjin,
bertalian keluarga dengan keluarga-keluarga bupati terkemuka
didaerah-daerah berdekatan, dan jang tingkah lakunja selalu di-
njatakan baik.
Lagipula anda, ketika residen tidak bersedia menerima usul
anda, menolak memenuhi keinginan sep anda jang wadjar untuk
memberitahukan segala jang anda ketahui tentang tindak tanduk
pemerintahan bumiputera di Lebak.
Perbuatan jang demikian itu tidak dapat dibenarkan sama se-
kali dan mudah memberikan kesan bahwa anda tidak tjakap
untuk menduduki sesuatu djabatan sebagai pangreh pradja.
Saja terpaksa menghentikan anda sebagai asisten residen
Lebak.
Tapi dengan mempertimbangkan laporan jang baik mengenai
diri anda dahulu, dalam peristiwa ini saja tidak ingin menghi-
langkan kesempatan anda untuk ditempatkan kembali dalam pe-
merintahan pangreh pradja. Karena itu saja buat sementara me-
nugaskan anda mendjabat pekerdjaan sebagai asisten residen
Ngawi.
Semata-mata tergantung dari tindak tanduk anda selandjutnja
dalam djabatan itu apakah anda tetap dapat dipertahankan da-
lam pemerintahan pangreh pradja.
Dan dibawahnja tertjantum nama orang jang "keradjinan, ke-
pandaian dan kesetiaannja" oleh radja Belanda dikatakan dapat
diandalkan, ketika menandatangani pengangkatannja sebagai
gubernur djenderal Hindia Belanda.
- "Kita berangkat dari sini, Tine," kata Havelaar ; dan di-
ulurkannja surat kabinet itu kepada Verbrugge jang membatjanja
bersama Duclari.
336
Verbrugge berlinang-linang airmatanja tapi tidak berkata se-
patah kata. Duclari, seorang manusia jang beradab, meledak da-
lam sumpah dan serapah:
- "Laknat, ...... saja melihat bangsat-bangsat dan pentjuri-
pentjuri dalam pemerintahan disini, ...... mereka berangkat se-
bagai manusia terhormat dari sini, dan kepada anda mereka
menulis surat seperti itu!
- "Tidak apa, kata Havelaar, gubemur djenderal itu manusia
jang djudjur, ...... ia tentu kena tipu, meskipun ia sebenarnja
bisa mentjegah penipuan itu dengan lebih dulu mendengarkan
saja. Tapi saja akan pergi kepadanja dan mendjelaskan kepada-
nja bagaimana duduknja perkara disini; ...... dia akan mene-
gakkan hukum, saja jakin.
- "Tapi kalau anda pergi ke Ngawi ..... .
- "Benar, saja tahu. Di Ngawi bupatinja bertalian keluarga
dengan istana Djokja; ...... saja kenal Ngawi. Saja dua tahun
di Bagelen, ...... di Ngawi saja harus melakukan jang serupa
seperti disini, ...... pertjuma sadja saja kesana kemarl ; ..... .
lagipula tidak mungkin bagi saja bekerdja untuk pertjobaan, se-
olah-olah saja berkelakuan buruk; ...... dan achirnja saja sadar
bahwa untuk mengachiri segala penipuan itu, saja harus djangan
djadi pedjabat. Sebagai pedjabat antara saja dan pemerintah
terlalu banjak orang jang berkepentingan untuk mengingkari ke-
melaratan penduduk. Banjak lagi jang mendjadi sebab maka
saja tidak mau pindah ke Ngawi. Ditempat itu tidak ada lowo-
ngan, lowongan diadakan untuk saja ; lihatlah."
Dan diperlihatkannja "J avasche Courant" 2) jang dibawa oleh
pos; sesungguhnja dengan keputusan pemerintah jang sama, ke-
putusan pengangkatannja di Ngawi, asisten residen ditempat itu
dipindahkan kedaerah Iain, jang ada lowongan.
- "Tahukah anda mengapa saja harus ke Ngawi, dan bukan
kedaerah jang lowong itu? Dengarlah. Residen Madiun jang
membawahi Ngawi itu adalah ipar residen Bantam sebelum resi-
2) Koran resmi Pemerintah Hindia Belanda (Berita Negara).
den jang sekarang ini. Sudah saja katakan bahwa ditempat ini
orang telah melakukan tindakan-tindakan jang kedji sepandjang
masa, bahwa bupati dahulu diberi teladan jang buruk ..... .
"Ah !" seru Verbrugge dan Duclari serentak. Mereka mengerti
mengapa Havelaar djustru dipindahkan ke Ngawi untuk bertugas
setjara pertjobaan, apakah ia akan memperbaiki dirinja.
"Satu hal lagi jang menjebabkan saja tidak dapat pergi ke-
sana, katanja. Gubemur djenderal sekarang ini sebentar lagi akan
berhenti, ...... kita sudah tahu siapa penggantinja. Tidak ada
jang dapat diharapkan dari penggantinja itu. Djadi supaja bisa
melakukan sesuatu untuk rakjat jang malang itu sebelum ter-
Iambat, saja harus bitjara dengan gubemur djenderal sebelum ia
berangkat, dan djika saja pergi ke Ngawi sekarang ini hal itu
tak mungkin lagi; ...... Tine !"
- "Ja Max 7"
- "Kau tak takut, bukan 7"
- "Max, kau tahu aku tak takut, djika bersama kau."
- "Nah!" ..... .
Ia berdiri, dan menulis surat permohonan, jang menurut pen-
dapat saja sangat mengesankan:
Kepada gubemur djenderal
Hindia Belanda
Rangkas-Betung 29 Maret 1856
Saja telah menerima surat J ang Mulia tanggal 23 bulan ini
No. 54;-
Membalas surat itu saja terpaksa memohon kepada J ang Mulla
untuk memberhentikan saja dengan hormat dari djabatan ne-
geri.
Max Have/aar."
Untuk mengabulkan permohonan berhenti itu di Bogor rupanja
tidak begitu banjak diperlukan waktu seperti untuk menentukan
bagaimana menolak tuduhan Havelaar. Jang kemudian ini me-
merlukan waktu sebulan, dan surat pemberhentian dalam bebe-
rapa hari sadja sudah tiba di Lebak.
-"Sjukur alhamdulillah, seru Tine, sekarang kau bebas !"
Havelaar tidak mendapat perintah untuk menjerahkan peme-
rintahan daerah buat sementara kepada Verbrugge ; djadi ia me-
nunggu penggantinja. Lama djuga ia harus menunggu, brena
penggantinja itu dari Djawa Timur. Sesudah hampir tiga minggu
menunggu bekas asisten residen Lebak itu, jang sementara itu
tetap bertindak sebagai asisten residen, menulis surat seperti
bemut kepada kontelir Verbrugge.
No. 1530 Rangkas-Betung 15 April 1856
Kepada Kontelir Lebak
Anda mengetahui bahwa saja dengan keputusan pemerintah
tanggal 4 bulan ini, No. 4, atas permohonan sendiri telah di-
berhentikan dengan hormat dari djabatan negeri.
Barangkali sebaiknja saja setelah menerima keputusan itu
segera meletakkan djabatan sebagai asisten resideJ)., .karena ada-
lah suatu hal jang tidak biasa untuk mendjalankan suatu djaba-
tan tanpa mendjadi pedjabat.
Tapi saja tidak mendapat surat untuk menimbang terimakan
djabatan saja, dan karena keinsafan akan kewadjiban untuk tidak
meninggalkan pekerdjaan sebelum digantikan menurut peraturan,
dan djuga karena hal-hal lain jang tidak begitu penting, maka
saja menunggu kedatangan pengganti saja, dengan perkiraan
bahwa pedjabat itu akan segera tiba, setidaknja bulan ini djuga.
Sekarang saja mendengar dari anda, bahwa pedjabat itu tidak
akan segera dapat diharapkan kedatangannja, - berita itu kalau
saja tidak salah, anda dengar di Serang, - dan djuga bahwa
residen merasa heran, bahwa saja dalam kedudukan saja jang
amat aneh ini, belum djuga memadjukan permohonan untuk
menjerahkan pemerintahan kepada anda.
Saja senang sekali menerima berita itu; sebab tak perlu saja
katakan bahwa saja, jang telah menerangkan tidak akan bisa
mendjalankan tugas dengan tjara lain dari jang sudah saja laku-
kan disini, saja jang karena tjara mendjalankan tugas itu kena
hukum dengan dampratan, dengan kepindahan jang sangat me-
rugikan dan sangat mendjatuhkan kehormatan, dengan perintah
untuk mengchianati orang-orang tjelaka jang menaruh pertjaja
atas ketulusan hati saja, djadi dihukum dengan pilihan antara
malU dan lapar, ...... bahwa saja sesudah segalanja ini dengan
susah pajah dan hati-hati harus mengudji tiap peristiwa dengan
kewadjiban saja; dan bahwa hal jang mudah sekalipun sukar
bagi saja, karena saja terdjepit antara hati nurani saja, dan
prinsip-prinsip pemerintah jang harus saja djalankan dengan
setia selama saja belum dibebaskan dari djabatan saja.
Kesukaran itu terutama saja rasakan bila saja harus mendja-
wab orang-orang jang mengadu.
Sebab saja sudah berdjandji tidak akan menjerahkan siapa-
siapa kepada perasaan dendam kepala-kepalanja ; - saja sudah
mendjamin dengan perkataan saja, suatu perbuatan jang kurang
hati-hati, bahwa pemerintah akan berlaku adil.
Penduduk kampung jang malang itu tidak dapat mengetahui
bahwa djandji dan djaminan itu tidak diakui, dan bahwa saja
dalam keadaan miskin dan tidak berdaja berdiri sendiri dengan
keinginan saja untuk menegakkan hukum dan perikemanusiaan.
Dan mereka terus djuga memasukkan pengaduan !
Sungguh menjedihkan setelah menerima surat kabinet tanggal
23 Maret itu, terus djuga bertjokol sebagai orang jang disangka
bisa menolong, sebagai pelindung tidak berdaja.
Hati rasa teriris mendengarkan pengaduan tentang pengania-
jaan, penghisapan, kemiskinan, kelaparan, ...... sedang saja sen-
340
ooi dengan anak isteri terantjam kelaparan dan kemiskinan !
Dan pemerintah pun tak boleh saja chianati. Saja tak boleh
berkata kepada orang-orang malang itu: "pergilah dan mende-
ritalah, sebab pemerintah ingin anda dianiaja." Saja tidak boleh
mengakui ketidakmampuan saja, sebab ketidakmampuan itu satu
dengan kenistaan dan ketiadaan perasaan penasehat-penasehat
gubernur djenderal.
lnilah djawaban saja :
"Saja tidak dapat menolong anda dengan segera, tapi saja akan
pergi ke Betawi; saja akan bitjara dengan tuan bes ar tentang
kesengsaraan anda. Tuan besar adil dan dia akan menolong anda.
Buat sementara pulanglah dengan tenang kerumah ; djangan me-
lawan, djangan pindah dulu, tunggulah dengan sabar, ...... saja
kira, ...... saja harap hukum akan ditegakkan !
Saja malu bahwa saja tidak dapat memenuhi djandji saja un-
tuk menolong mereka, dan dengan djalan demikianlah saja me-
ngira dapat menjesuaikan pikiran saja dengan kewadjiban saja
kepada pemerintah jang bulan ini masih membajar gadji saja,
dan saja masih akan meneruskan permainan itu sampai keda-
tangan pengganti saja, djika tidak terdjadi suatu peristiwa jang
memaksa saja hari ini menghentikan hubungan dua muka itu.
Tudjuh orang datang mengadu. Saja djawab seperti diatas.
Mereka pulang kekampung. Ditengah djalan mereka bertemu
kepala kampungnja. Mereka agaknja dilarangnja meninggalkan
kampungnja lagi, dan pakaian mereka OOampas, (begitu dilapor-
kan kepada saja), atau mungkin djuga mereka dipaksa tinggal
dirumah. Salah seorang melarikan diri, dan datang lagi kepada
saja, katanja: "dia tidak berani kembali kekampung."
Apa jang harus saja katakan kepada orang itu, saja tidak tahu.
Saja tidak dapat melindunginja; - saja tidak boleh menga-
takan kepadanja bahwa saja tidak berdaja ; saja tidak mau me-
nuntut kepala kampung jang diadukan itu, sebab jang demikian
itu akan memberikan kesan, seolah-olah untuk kepentingan saja
sendiri, saja membongkar-bongkar perkara ini, ...... saja tidak
tabu lagi apa jang harus saja perbuat ..... .
Saja perintahkan anda mendjalankan pemerintahan daerah
Lebak mulai besok pagi, sambil menunggu pengesahan oleh
residen Bantam.
Asisten residen Lebak,
Max Havelaar
Sesudah itu Havelaar berangkat dengan anak isteri dari Rangkas-
Betung. Dia sama sekali tidak mau diiringi. Duclari dan Ver-
brugge amat terharu waktu berpisah. Max djuga terharu, lebih-
lebih ketika ia bertemu orang banjak ditempat pertama mereka
mengganti kuda, orang banjak jang menjelinap dari Rangkas-
Betung untuk pamitan penghabisan kali.
Di Serang keluarga itu mampir dirumah tuan Slijmering jang
mendjamu mereka dengan senang hati seperti kebiasaan orang
dinegeri Hindia. Malam hari banjak orang datang berkundjung
kerumah residen. Mereka katanja ingin bertemu Havelaar, dan
Max banjak mendapat djabatan tangan jang penuh arti ..... .
Tapi ia harus pergi ke Betawi untnk berbitjara dengan guber-
nur djenderal.
Tiba disana ia mohon odiensi. Tapi ia tidak diterima karena
jang mulia sakit bisul dikaki.
Havelaar menunggu sampai bisul itu sembuh. Lalu ia mohon
bertemu lagi.
Jang mulia "begitu sibok sehingga pun direktur djenderal
keuangan terp aks a ditolaknja untnk odiensi, djadi ia pun tidak
bisa menerima Havelaar.
Havelaar menunggu pula sampai jang mulia tidak sibok lagi ;
daIam pada itu ia merasakan sematjam iri hati kepada orang-
orang jang diperbantnkan kepada jang mulia daIam pekerdjaan-
nja, sebab ia senang bekerdja banjak dan tjepat, dan biasanja
"kesibokan-kesibokan" sematjam itu lebur daIam tangannja.
Tapi itu sekarang tentu tidak mungkin. Pekerdjaan Havelaar
lebih berat dari bekerdja, ...... ia menunggu.
Ia menunggu. Achirnja ia mohon odiensi lagi. Ia mendapat
342
djawaban bahwa jang mulia tidak dapat menerimanja, berhalang-
an karena kesibokannja" berhubung dengan keberangkatannja
tidak lama lagi.
Max mohon bertemu dengan jang mulia setengah djam lama-
nja djika ada lowong sedikit antara dua "kesibokan".
Achirnja ia mendengar bahwa jang mulia akan berangkat ke-
esokan harinja! lni seperti petir dihari bolong. Ia kenal sekali
gubernur djenderal jang baru itu untuk mengharapkan apa-apa
jang baik dari padanja. Masih tetap ia pertjaja bahwa wali
negeri jang meletakkan djabatannja itu adalah seorang jang dju-
djur dan tertipu. Lima belas menit tjukup rasanja untuk mem-
buktikan bahwa ia dipihak jang benar, dan jang lima belas
menit itu rupanja tidak mau diberikan orang kepadanja.
Saja menemukan diantara surat-surat Havelaar konsep surat
jang rupanja ditulisnja kepada gubernur djenderal jang berang-
kat itu, semalam sebelum keberangkatannja ketanah airnja. Di-
pinggir ditulis dengan potlot "tidak benar" jang menundjukkan
bahwa beberapa bagian kalimat dirobah waktu surat itu disalin
kembali. Hal ini pedu saja djelaskan, supaja djangan karena
tidak ada persamaan harfiah dengan surat ini, lalu orang me-
ragukan keotentikan surat-surat resmi lain jang saja sebutkan
dan jang semuanja ditandatangani dengan tulisan tangan orang
lain "untuk salinan jang sama". Barangkali orang jang dikirimi
surat itu ingin mengumumkan teks asli itu jang sebenarnja
supaja orang dapat membandingkan betapa djauh Havelaar me-
njimpang dari konsepnja.
Betawi 23 Mei 1856
Jang mulia! Permohonan saja sedang saja dalam djabatan jang
saja adjukan tanggal 28 Pebruari mengen ai perkara Lebak, tidak
mendapat perhatian sama sekali; -
Demikian pula jang mulia tidak bersedia mengabulkan per-
mohonan saja jang berulang-ulang untuk odiensi.
343
Djadi jang mulla telah memperlakukan seorang pedjabat lebih
buruk dari seorang pendjahat, sebab pendjahat masih didengar.
Jang mulia tidak mau mendengarkan seorang pedjabat jang di-
kenal berkelakuan baik pada pemerintah, (ini adalah kata-kata
jang mulia sendiri) seorang jang tudjuh belas tahun lamanja
bekerdja diwilajah ini, seorang jang bukan sadja tidak melaku-
kan sesuatu kedjahatan, tapi sebaliknja malahan menginginkan
kebaikan dengan tidak mengingat kepentingan diri sendiri dan
dengan mengorbankan segala-galanja untuk kehormatan dan ke-
wadjiban.
Bahwa jang mulia telah mendapat keterangan jang salah ten-
tang diri saja, saja mengerti; - tapi bahwa jang mulia tidak
mempergunakan kesempatan untuk mendengarkan keterangan
jang benar, saja tidak mengerti.
Besok jang mulia akan berangkat dari sini, dan saja tidak
dapat membiarkan jang mulia berangkat, tanpa sekali lagi me-
ngatakan bahwa saja telah melakukan kewadjiban saja; - se-
mata-mata kewadjiban saja, dengan bidjaksana, dengan sabar,
dengan penuh rasa kemanusiaan, dengan lemah lembut dan ke-
beranian.
J ang mulia menjalahkan saja dalam surat kabinet tanggal 23
Maret atas dasar-dasar jang sama sekali isapan djempol dan
bohong.
Saja bisa membuktikan ini, dan ini telah saja lakukan sekira-
nja jang mulia memberi saja waktu setengah djam untuk dide-
ngar, sekiranja jang mulia menjediakan waktu setengah djam
untuk menegakkan hukum.
Hal ini tidak terdjadi. Suatu keluarga jang bermartabat kare-
nanja djatuh miskin ..... .
Namun bukan karena itu saja mengeluh.
Tapi jang mulia telah membenarkan sistim penjalahgunaan
kekuasaan, sistim perampokan dan pembunuhan jang memberati
pundak orang Djawa jang malang, dan karena itulah saja me-
ngeluh.
Hal itu minta perbaikan !
344
Darah melekat pada uang jang disimpan dari uang gadji jang
diterima dengan djalan itu, jang mulla!
Sekall lagi saja minta didengar barang sedjenak, baik malam
ini, maupun besok pagi! Dan sekall lagi saja tidak meminta
ini untuk diri saja sendiri, tapi untuk perkara jang saja per-
djuangkan, perkara keadilan dan perikemanusiaan, jang djuga
adalah soal poli tik dalam arti jang sesungguhnja.
Apabila jang mulia dapat berdamai dengan hati sanubarinja,
untuk berangkat dari sini tanpa mendengarkan saja, hati saja
akan tenang dalam kejakinan bahwa saja telah melakukan segala
jang mungkin untuk mentjegah kedjadian-kedjadian berdarah
jang menjedihkan, jang segera akan menjusul sebagai akibat
ketidaktahuan jang disengadja dalam mana pemerintah dibiarkan
mengen ai apa jang bergolak dikalangan penduduk ......
Max Havelaar."
Havelaar menunggu malam itu. Ia menunggu semalam-malaman.
Ia mengharap mudah-mudahan nada suratnja itu menimbulkan
kemarahan dan mengakibatkan apa jang sia-sia ditjobanja untuk
mentjapainja dengan kelembutan dan kesabaran.
Harapannja itu sia-sia belaka. Gubernur djenderal berangkat
tanpa mendengarkan Havelaar ; ...... seorang jang mulia lagi
pulang beristirahat ditanah air!
Havelaar mengembara kian kemari, miskin dan sepi. Ia men-
tjari ......
Tjukuplah, Stern jang baik. Aku, Multatuli, mengangkat pena.
Anda tidak terpanggil menuliskan sedjarah hidup Havelaar. Aku
menghidupkan anda,...... aku datangkan anda dari Hamburg,
...... aku adjarkan anda bahasa Belanda jang baik, dalam waktu
jang singkat sekali, ...... aku suruh anda mentjium Louise Rose-
meijer, jang ajahnja berdagang gula, ...... tjukuplah Stern, anda
boleh pulang.
345
Si Sjaalman itu dan isterinja ......
Stop, hasil tjelaka nafsu mata ouitan jang kotor dan kemu-
nafikan jang menghudjah Tuhan! Akulah jang mentjiptakan
anda, ...... anda membesar mendjadi machluk jang dahsjat di-
bawah penaku, ...... aku djidjik dengan bikinanku sendiri, ..... .
terbenamlah dalam kopi, dan pergilah !
Ja, aku Multatuli, jang telah banjak menderita, mengangkat pena.
Aku tidak minta maaf untuk bentuk bukuku, ...... bentuk itu
aku rasa baik untuk mentjapai tudjuanku.
Tudjuan itu adalah dua:
Pertama-tama aku hendak membuat sesuatu jang dapat disim-
pan sebagai pusaka jang keramat oleh "Max junior" dan adik-
nja, apabila orang tuanja sudah mati karena sengsara.
Aku hendak berikan anak-anak itu surat tanda bangsawan
jang kutulis sendiri.
Dan kedua aku mau dibatja !
Ja, aku mau dibatja 1 Aku mau dibatja oleh negarawan-nega-
rawan jang berkewadjiban memperhatikan tanda-tanda zaman;
- oleh sastrawan-sastrawan jang djuga harus membatja buku
itu jang begitu banjak didjelek-djelekan orang; - oleh peda-
gang-pedagang jang berkepentingan pada pelelangan kopi; -
oleh pelajan-pelajan wanita jang menjewaku dengan wang be~
berapa sen: - oleh gubemur djenderal gubemur djenderal jang
menikmati pensiunnja, oleh menteri-menteri jang sedang aktif; -
oleh begundal-begundal tuan-tuan jang mulia itu ; - oleh peng-
chotbah-pengchotbah jang "more majorum" 3), akan mengata-
kan bahwa aku mentjertja Tuhan Mahakuasa, sedangkan aku
hanja berontak terhadap tuhan ketjil jang mereka buat menu-
rut gambarannja sendiri; - oleh anggota-anggota perwakilan
rakjat jang harus mengetahui apa jang bergolak dalam keradjaan
S) Menurut kebiasaan leluhur.
346
besar diseberang lautan, jang adalah sebagian dari keradjaan
Belanda ..... .
Ja, aku bakal dibatja !
Djikalau tudjuan itu tertjapai, maka puaslah aku. Sebab aku
bukan hendak menulis baik, ...... aku hendak menulis begitu
rupa, sehingga didengar, dan seperti orang jang berteriak : "tang-
kap maling itu !" tidak perduIi gaja ia menjampaikan utjapannja
jang spontan kepada publik itu, maka akupun tidak perduli ba-
gaimana orang menanggapi tjara aku meneriakkan: "tangkap
maling itu".
"Buku itu isinja aneka mat jam, tidak beraturan, pengarang-
nja mengedjar sensasi, gajanja buruk, tidak nampak keahlian ;
...... tidak ada bakat, tidak ada metode." ..... .
Baik, baik, ...... semuanja itu benar, ...... tapi orang Djawa
dianiaja!
Sebab, orang tidak bisa membantah maksud utama karjaku.
Semakin keras orang mengeritik bukuku, semakin baik aku
rasa, sebab lebih besar kemungkinan bakal didengar ,. - dan
itulah jang aku mau.
Tapi tuan-tuan jang terganggu dalam "kesibokan"-nja atau
.. ketenan~an"-nja, menteri-menteri dan para gubernur djenderal,
djanganlah terlalu mengharap bahwa penaku akan tetap tumpuI.
Aku akan dapat melatih diri, dan dengan sedikit susah pajah
barangkali mendjadi pandai, sehingga bis a membikin rakjat per-
tiaja, bahkan djuga kepada kebenaran. Maka aku akan meminta
kepada rakjat itu kursi dalam perwakilan, meskipun hanja untuk
memprotes terhadap surat keterangan tentang kedjudjuran jang
diberikan ahli jang satu kepada ahli jang lain vice versa, barang-
kali supaja orang pertjaja bahwa mereka sendiri menghargai
sifat itu ; - untuk memprotes ekspedisi-ekspedisi dan perbuatan-
perbuatan kepahlawanan jang tidak berkesudahan melawan
machluk-machluk tjelaka jang sebelumnja dipaksa berontak ka-
rena dianiaja ; - untuk memperotes surat-surat edaran pengetjut
jang kedji jang menodai kehormatan bangsa dengan meminta
kedermawanan chalajak ramai supaja membantu korban-korban
347
pembadjakan laut jang kronis.
Memang pemberontak-pemberontak itu adalah kerangka-ke-
rangka kelaparan dan pembadjak-pembadjak laut itu adalah
orang-orang jang kuat melawan musuh ..... .
Dan kalau aku tidak mendapatkan kursi itu ...... kalau orang
terus djuga tidak pertjaja kepadaku ......
Maka aku akan menterdjemahkan bukuku dalam beberapa
bahasa jang sedikit jang aku tahu, dan dalam banjak bahasa
jang dapat kupeladjari, untuk meminta kepada Eropah, apa jang
kutjari sia-sia dinegeri Belanda.
Dan dalam semua ibukota dinjanjikan lagu-Iagu dengan
ulangan .seperti ini: "ada negaJ;a pembadjak ditepi laut, antara
Friesland Timur dan sungai Schelde!"
Dan kalau ini pun tidak berhasiI? ......
Maka akan kuterdjemahkan bukuku dalam bahasa Melaju,
Djawa, Sunda, Alifuru, Bugis, Batak ..... .
Dan akan kulontarkan lagu-Iagu perang pengasah kelewang
kedalam sanubari pedjuang-pedjuang sjahid, jang telah aku djan-
djikan pertolongan, aku, MuItatuli.
Pertolongan dan bantuan, dengan djalan sah, dimana mung-
kin,' - dengan kekerasan atas djalan jang sah, dimana perlu.
Dan itu akan sangat merugikan pelelangan kopi maskapai
dagang Belanda!
Sebab ako bukan penjair jang menjelamatkan lalat, bukan
pemimpi jang lembut hati, seperti Havelaar tertindas jang me-
lakukan kewadjibannja dengan keberanian seekor singa, dan
menderita lapar dengan kesabaran seekor marmot dimusim
dingin.
Buku ini adalah suatu pendahuluan ..... .
Aku akan bertambah hebat dalam tenaga dan ketadjaman
sendjata, semakin hal itu diperIukan.
Mudah-mudahan hal itu tidak akan perIu
Tidak, hal ito tidak akan pedu! Sebab kepada Tuanlah
bukuku ini kupersembahkan, Willem Ketiga, radja, hertog besar,
pangeran, ...... lebih dari pangeran, hertog besar dan radja, ......
348
Kaisar keradjaan Insulinde jang indah, jang melingkar nun di-
sana dichatulistiwa laksana sabuk djamrud! ..... .
Kepada Tuan aku bertanja dengan penuh pertjaja apakah
kemauan Tuan mahadiradja:
bahwa orang-orang seperti Havelaar ketjiprat lumpur orang-
orang seperti Slijmering dan Droogstoppel; -
dan bahwa nun di sana rakjat Tuan jang
lebih dari tiga puluh djuta disiksa dan
dihisap atas namamu? .....
LIAT LAH BADJING
Liat lah badjing tjari pangidupan
Naik turon klappa, main kiri kanan
Putar me1ompat, djato, naik, turon,
Sababnja tida tjepat kai burong,
Ontong terla1u, badjingku slamat,
Pasti njang tjari peng,idupan dapat!
Saija sendiripun di hutan djati
Duduk, bemanti pengidupan hati.
Sudah1ah perutnja badjingku kenjang -
Sudah1ah lama masok di sarang,
Tapi slamanja djiwanja saija,
Hatiku paija - Upi Adinda!
Liatlah kupu kupu kuliling,
Kaja kembang waru saijab gemiling
Hatinja tjinta bunga kenari
Pasti kasaijangan harum di tjari.
Ontong terla1u, kupuku slamat
Apa njang tjari, tantuken dapat!
Saija sendiripun di hutan djati
Duduk bernanti kasaijangan hati.
Sudah1ah lama tjium kupu kupu
Bunga kenari tjinta terla1u
Tapi slamanja djiwanja saija
Hatiku paija - Upi Adinda !
Liat mathari tjahaija tingie,
Tingie diatas boot waringin.
Pannas terla1u turun di minta,
Tidor di 1ahut kaija bini di tjinta.
Ontong terla1u mathari slamat,
Apa njang tjari tantuken dapat!
Saija sendiripun di hutan djati
Duduk bemanti diamlah hati.
Sudahlah lama turun mathari
Tidor di lahut - trang sudah lari
Tapi slamanja djiwanja saija
Hatiku paija - Upi Adinda !
Kalu tralagie kupu kuliling
Kalau tralagie bintang gemiling
Kalu tralagie harum melatti
Kalu tralagie kerasahan hati
Kalu di hutan tralagie binatang,
Kalu Adinda belom lagie datang, -
(Dua baris jang ada dalam bahasa
Belanda, tidak ada disini)
Nanti bidarl saijabnja gellang
Turon di bumi tjarl njang korang -
Nanti ketingalan badannja saija
Hatiku paija - Upi Adinda!
Nanti bangkehku di liat bidarl,
Pada sudarah menundjuk djari.
Liat di lupa saorang mati,
Mulutnja kaku tjium bunga melati,
"Marl kit 'angkat ia di saorga,
"Njang sampeh matti nanti Adinda
"Djanganlah sungoh tingal di situ
"Njang punja hati tjinta begitu". -
Dan lagi skali mulutku buka
Pangil Adinda njang hatiku suka;
Tjium lagi sekali melati bunga
Dia njang kassi - Upi Adinda!
351
Aku tak tahu dimana aku kan mati.
Aku melihat samudera Iuas dipantai selatan ketika darang ke-
sana dengan ajahku, untuk membuat garam ;
Bila ku mati ditengah lautan, dan tubuhku dilempar keair dalam,
ikan hiu berebutan datang;
Berenang mengelilingi majatku, dan bertanja : "siapa antara kita
akan melulur tubuh jang turun nun didalam air T' -
Aku tak akan mendengarnja.
Aku tak tahu dimana aku kan mali.
Kulihat terbakar rumah Pak Ansu, dibakarnja sendiri karen a
ia mata gelap;
Bila ku mati dalam rumah sedang terbakar, kepingan-kepingan
kaju berpidjar djatuh menimpa majatku;
Dan diluar rumah orang-orang berteriak melemparkan aÎl pe-
madam api; -
Aku lakkan mendengarnja.
Aku tak ~ahu dimana aku kan mati.
Kulihat Si Unap ket jiJ djatuh dari pohon keI apa, waktu memetik
kelapa untuk ibunja;
Bila aku djatu dari pohon kelapa, majatku terkapar dikakinja,
didalam semak, seperti Si Unah;
Malea ibuku ~idak kan menangis, sebab ia sudah tiada. Tapi
orang lain akan berseru: "Lihat Saidjah disana!"
dengan suara jang keras; -
Aku takkan. mendengarnja.
Aku tak tahu dimana aku kan mati.
Kulihat majat Pak Lisu, jang mati karen a tuanja, sebab rambut-
/' ./ nja sudah putih ;
Bila a1.."U mati karena tua, berambut putih, perempuan meratap
.. t.-' sekeliling majatku ~
au mereka akan menangis keras-keras, seperti perempuan-pe-
rempuan menangisi majat Pak Lisu ; dan djuga tjutju-
tjutjunja akan menangis, keras sekali;
Alm takkan mendengarnja.
A u tak tahu dimana aku kan mati.
Banjak orang mati kulihat di Badur. Mereka dikafani, dan
ditanam didalam tanah ;
Bila aku mati di Badur, dan aku ditanam diluar desa, arah ke-
timur dik;lki bukit dengan rumputnja jang tinggi;
y ~ Maka Atlihda akan 1ewat disana, tepi sarungnja perlahan me-
ngingsut mendesir rumput, ..... .
Aku akan mendengarnja.
Related Posts:
maxhavelar 6 berada dalam keadaan jang istimewa. Kita tidak bitjara tentang mereka jang "menduduki djabatan-djabatan jang tinggi di negeri Hindia", tapi sungguh aneh betapa seringkali orang le… Read More