tertawa 1
By arwahx.blogspot. com at Januari 09, 2024
tertawa 1
Humor merupakan salah satu jenis wacana yang dapat digunakan untuk
menyampaikan gagasan maupun kritik sosial. Makna dari sebuah gagasan yang
disampaikan tersebut sangat tergantung dari penutur dan konteksnya. Tidak
semua orang bisa memahami kata-kata yang digunakan dalam sebuah humor,
sehingga sering sekali, sesuatu menjadi lucu bagi seseorang tetapi tidak bagi yang
lain. Hal tersebut terjadi karena makna yang terkandung dalam sebuah humor
berupa makna yang terikat konteks, dan makna tersebut tergantung dari
penuturnya. Kita harus mengetahui latar belakang budaya, situasi, kondisi serta
lokasi penuturnya untuk memahami makna sebuah humor. Kata-kata atau kalimat
yang terdapat dalam sebuah humor harus dimaknai melalui konteksnya. Karena
itulah penulis berpendapat humor bisa menjadi bagian dalam kajian
sosiopragmatik. Sebagaimana Sigmund Freud dalam Endahwarni
berpendapat bahwa “humor merupakan katup penyelamat kejenuhan jiwa, yang
menjadikannya lucu adalah situasinya. Situasi sangat erat hubungannya dengan
stimulus. Suatu tindakan menjadi lucu atau tidak lucu sangat tergantung dari
keadaan sekelilingnya.”
Humor bukan hanya dikenal di dunia hiburan semata, tetapi juga dalam
dunia pendidikan, pergaulan, juga dalam dunia politik. Salah satu tokoh politik
yang juga dikenal dengan kata-kata humornya, yang dapat mencairkan suasana
adalah presiden Indonesia periode 1999 – 2001, K.H. Abdurrahman Wahid atau
yang akrab dipanggil dengan Gus Dur. Masih segar diingatan kita tentang joke
beliau yang mengatakan “jangankan disuruh mundur, maju saja saya harus
dituntun”. Itulah yang beliau ucapkan saat banyak pihak menuntut agar beliau
mundur dari jabatan presiden. Masih banyak lagi lelucon beliau yang kadang-
kadang walaupun berupa hal yang biasa, tetapi karena diucapkan oleh seorang
presiden maka akan menimbulkan kelucuan sendiri.
Humor tidak selalu berbentuk verbal, namun ada juga yang non verbal.
Namun pada makalah ini, penulis hanya membahasa tentang humor verbal.
Memahami humor yang berbentuk verbal tidak mengharuskan penuturnya
berhadapan langsung dengan pendengarnya, tetapi bisa melalui membacanya pada
buku atau media cetak lainnya.Seperti yang dilakukan dalam makalah ini, data-
data yang disampaikan merupakan bentuk humor verbal yang telah disalin dalam
sebuah buku atau sekedar ingatan penulis dari humor-humor yang telah pernah
didengar sebelumnya.
Makalah ini akan berusaha untuk menyajikan contoh-contoh humor yang
bisa dikaji dari sudut pandang sosiopragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan jawaban dari permasalahan: Mengapa sebuah wacana humor bisa
mengundang tawa pendengar atau pembacanya?
dijelaskan berdasarkan fungsi sosial sebuah text. Konteks sebuah tuturan
dijelaskan dengan menggunakan teori pragmatik dengan mengacu pada
pandangan Yule (1996: 3) yang menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1)
bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna
menurut konteksnya; (3) bidang yang mengkajian tentang makna yang diujarkan,
mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara;
dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang
membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Analisis terhadap
sampel juga dengan mengacu pada teori pragmatik Thomas (1995: 2) yang
menyebut kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama,
dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan
makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut
pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran
(utterance interpretation).
Humor Vulgar
Sesuatu yang “berbau sex” bagi orang Indonesia adalah tabu untuk dibicarakan di
depan umum tetapi dalam sebuah humor hal tersebut sering dijumpai dan sering
melekat kuat dalam ingatan kita. Menurut Freud, tindakan lucu yang topiknya
seks akan jauh lebih lucu daripada yang tidak memasukan unsur seks. Humor seks
menurut beberapa peneliti, dapat memberikan jalan keluar untuk melepaskan diri
dari penekanan terhadap kekuatan yang berpegang teguh pada norma-norma
moral serta agama , Dengan kata lain, bahasa dalam
hunor seks dapat diterima sebagai hal biasa meskipun prilaku seksnya sebenarnya
dianggap tabu. Misalnya dalam contoh humor berikut:
A man comes home unexpectedly, and finds the doctor in bed with
his wife. “what do you think you are doing, Doc ?”. I’m, er, taking
your wife’s temperature.” “ O.K., Doc, but that thing better have
numbers on it when you take it out !”
Seorang suami pulang kerumah tanpa diduga, dan memergoki
seorang dokter sedang tidur bersama istrinya. “Anda sedang ngapain,
Dok ?”. “Sa…Saya sedang memeriksa suhu badan istri anda”. “Oke,
Dok, tapi itunya lebih baik ada nomornya ketika dicabut”.
Contoh kasus diatas merupakan humor yang kelucuannya timbul karena
adanya sesuatu yang bertentangan dari kenyataannya.Fenomena ini bisa
dikategorikan bagaimana seseorang menganalogikan suatu tindakan.Untuk
memeriksa suhu pasien, biasanya digunakan thermometer yang ada angkanya dan
dimasukan kedalam rongga mulut atau dijepit diketiak.Kecendrungan untuk
beranalogi seperti pada masa anak-anak yang dilakukan oleh orang dewasa
ternyata juga bisa menggundang tawa pendengarnya.
Pada contoh berikut ini bagaimana konteks dan situasi memainkan
interpretasi seseorang.Dalam humor berikut ini tidak ada satu kata pun yang
bersifat vulgar tetapi pembaca kadang menginterpretasikan sendiri kesan vulgar
tersebut.
“Is the doctor at home ?” the patient asked in his bronchial whisper.
“No,” the doctor’s young and pretty wife whispered in reply. “Come
right in”
“Pak Dokternya ada?”Tanya seorang pasian dengan setengah berbisik
agak serak. “tidak”. Jawab istri sang sang dokter yang masih muda
dan cantik dengan berbisik juga. “Ayo masuk aja”.
Siapa bilang seorang politisi atau seorang kepala Negara anti kata-kata yang
vulgar. Setidaknya hal itu terbantahkan oleh sebuah humor yang dikemukakan
oleh Gus Dur saat ia masih menjabat sebagi Presiden. Dahlan Iskan Mentri
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pernah menulis sebuah artikel yang
menyebar melalui jaringan internet, berikut ini humor yang diucapkan oleh Gus
Dur tersebut:
Telat Dicabut
Suatuhari, ia (Dahlan Iskan) menjenguk Gus Dur yang diopname
karena stroke di RSCM Jakarta. Ia berbaring miring karena memang
belum boleh duduk. Setelah menyalaminya, ia mengucapkan
permintaan maaf karena baru hari itu bisa menjenguk.
“Saya sakit gigi berat, Gus,” Ujar Dahlan kepada Gus Dur.Tetapi Gus
Dur malah langsung merespon dengan teka-teki menggelitik.
l
“Sampeyan tahu nggak, apa yang menyebabkan sakit gigi?”
tanyanya.Setelah Dahlan menyatakan tidak tahu, Gus Dur terus
berujar, “Penyebab sakit gigi itu sama dengan penyebab orang hamil
dan sama juga dengan penyebab mengapa rumput sampai tumbuh
tinggi,” katanya.
Dahlan masih bertanya-tanya dengan tebakan yang dilontarkan Gus
Dur. Lantas, Gus Dur pun menjawab sendiri teka-tekinya. “yaitu
sama-sama terlambat dicabut,” ujarnya.
Dalam wacana humor diatas, kesan vulgar baru nampak setelah beliau
menjelaskan bahwa jawaban teka-teki tersebut adalah telat dicabut. Dengan
menyamakan kelalaian tersebut juga menjadi penyebab seseorang menjadi hamil,
maka pendengar ataupun pembaca dibawa berimajinasi pada aktivitas seksual
yang taboo untuk dibicarakan dengan orang lain, terlebih lagi oleh seorang kepala
negara.
Wijana (1996: 4) mengungkapkan bahwa “anak-anak cendrung suka
beranalogi, melakukan metaaanalisis, melakukan interferensi, dan bersifat
rasional”.Analogi dapat berupa kecendrungan untuk menyamakan sifat suatu
benda dengan benda yang lain bila keduanya secara sepintas menampakkan gejala
yang hampir bersamaan walaupun fenomena-fenomena yang terjadi pada masing-
masing benda itu sebenarnya jauh berbeda. Kecendrungan melakukan metaanalisi
dijelaskan sebagai keterbatasan anak-anak dalam menganalisis status atau sifat
bentuk kebahasaan yang didengar atau akan diucapkan. Kecendrungan untuk
menyamakan penyebab sakit gigi dengan penyebab orang hamil dalam contoh
diatas tentu menjadi sebuah tanda tanya dan dipandang tidak rasional oleh
pemikiran orang pada umumnya. Inilah yang akhirnya menjadikan wacana
tersebut mengundang tawa pembacanya.
Humor dengan Memanfaatkan Sinonim
Ada banyak kata yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama atau hampir
sama. Dalam kajian semantik disebutkan bahwa tidak ada kata yang maknanya
sepenuhnya sama. Selalu ada fitur semantik yang membedakan kata yang satu
dengan yang lainnya. Mencermati potensi bahasa sedemikian itu, ada saja yang
memanfaatkannya untuk menghasilkan suasana jenaka. Humor berikut ini pasti
bukan sungguh-sungguh terjadi, tetapi mengandung kata yang bersinonim. Tokoh
yang diceritakan sebenarnya adalah negarawan yang berpendidikan tinggi yaitu
Gus Dur, namun digambarkan sebaliknya, yaitu seolah-olah tidak punya
pendidikan.
Kata Yang Membingungkan
Turis Amerika yang sedang belajar Bahasa Indonesia merasa
bingung, mengapa orang Indonesia, jika menjawab pertanyaan itu
berbeda-beda.Ada yang menjawab dengan kata yoi, ada ya, dan ada
ya begitulah.Lalu ia bertanya kepada Gus Dur:
“Bagaimana cara membedakan yoi, ya, dan ya begitulah?”Kemudian
Gus Dur menjawab:
“Kalau yoi, diucapkan oleh orang yang tidak punya pendidikan, Kalo
iya, orang itu tamatan SMA, dan kalau ya begitulah, berarti ia
sarjana.”
“Oh, gitu, ya?”, kata turis tadi.
“Yoi!”Kata si Gus Dur.
Pada contoh di atas, kelucuan muncul karena adanya pertentangan antara
kenyataan dengan yang tersirat dalam wacana humor tersebut.Hal tersebut
tentunya tidak dapat dirasakan oleh orang yang tidak memahami konteks
tuturan.Thomas (1995: 22), menguraikan bahwa pemaknaan merupakan proses
dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara
konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin
dari sebuah ujaran. Ia juga mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang
mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
Yule (1996:35) menyatakan bahwa “speaker and listener involved in
conversation are generally cooperating with each other”. Ada prinsip-prinsip
kerjasama yang mesti diperhatikan antara kedua belah pihak. Agar sebuah
percakapn berjalan sukses pembicara dan pendengar harus mempertimbangkan
empat maksim dalam kerjasama tersebut yaitu: kualitas,kuantitas,relevansi dan
cara menyampaikan sesuatu dalam sebuah percakapan. Mengenai kualitas
disarankan untuk jangan menyampaikan sesuatu fakta bertentangan dengan
aslinya. Maksim kualitas inilah yang dilanggar dalam wacana humor diatas.
Seorang presiden yang mengatakan dirinya tidak berpendidikan walaupun
disampaikan secara tersirat merupakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta.
3.3 Humor Cerdik
Kepiawaian seseorang dalam bersilat lidah kadang kala membawa kelucuan
tersendiri.Humor jenis ini menurut Freud (1965) dalam Endahwarni 1994 disebut
dengan wit. Humor ini umumnya mengandung sifat yang lebih intelek dan dengan
demikian untuk memahaminya membutuhkan kecerdasan serta ketangkasan
berfikir secara cepat dari apa yang mereka dengar atau baca. Berikut ini adalah
humor yang kelucuannya terasa setelah makna tuturan tersebut kita renungkan
kembali.
Siapa Yang Paling Berani
Di atas geladak kapal perang US Army, tiga pemimpin Negara
sedang “berdiskusi” tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh
kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi
berenang mencari makan….
Bill Clinton: “Anda tahu…Prajurit kami adalah yang terberani di
seluruh dunia… Mayor…. Sini deh….coba kamu berenang
kelilingi kapal ini sepuluh kali”.
Mayor: (walau tahu ada hiu) “Siap pak, demi “The Star Spangled
Banner” saya siap…”.(akhirnya dia terjun dan mengelilingi
kapal itu 10 kali sambil dikejar hiu).
Mayor: (naik kapal dan menghadap) “Selesai pak!!! Long Live
America.”
Clinton: “Hebat kamu, kembali ke Pasukan!”
Kuizumi: (tak mau ketinggalan, dia panggil sang sersan) “Sersan…
menghadap sebentar” (sang Sersan datang)…”Coba kamu
keliling kapal ini sebanyak 50 kali….”
Sersan: (melihat ada hiu….glek…tapi) “For the queen I’m ready to
serve!!!!” (pekik sang Sersan, kemudian membuka-buka baju
lalu terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali… dan dikejar
hiu juga)Sersan: (Menghadap sang perdana mentri) “GOD Save
the Queen!!!”
Koizumi: “Hebat kamu,…Kembali ke tempat.Anda lihat Pak
Clinton….? Prajurit saya lebih berani dari prajurit Anda…”
(tersenyum dengan bangga…)
Gus Dur: “Kopral ke sisni kamu…(setelah sang Kopral datang) “Saya
printahkan kamu untuk terjun ke laut lalu berenang
mengelilingi kapal perang ini sebanyak 100 kali… ok?”
Kopral: “Hah…anda gila yah…! Presiden gak punya otak….nyuruh
berenang sama hiu…. Kurang ajar!!” (Sang Kopral membentak-
bentak dan pergi meninggalkan Presiden…)
Gus Dur: (Dengan sangat bangga) “Anda lihat Pak Clinton dan Pak…
CumiCumi…kira-kira siapa yang punya prajurit yang paling
BERANI!!! Hidup Indonesia…!!!”
Humor Etnik
Humor ini menggambarkan prilaku suatu etnik atau bangsa tertentu, isinya bisa
berupa masalah seks, kebudayaan, adat istiadat, ataupun prilaku sosial etnik
tertentu. Contoh berikut menggambarkan bagaimana prilaku orang Madura.Saat
menjadi presiden Gus Dur pernah bercerita kepada mentri pertahanan saat itu
Mahfud MD (Buku setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi menteri di saat
sulit) tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.
Becak Dilarang Masuk
Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah
dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang
masuk”.Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar
becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh
dimasuki oleh becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu?Itu kan gambar beca tak boleh
masuk jalan ini.”Bentak pak polisi.
“Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak
ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak
kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada
tulisan bahwa becak dilarang masuk” bentak pak polisi lagi.
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalo saya bisa membaca maka saya
jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,”
jawab si tukang becak sambil cengengesan.
Faktor Pemicu Humor
Dari beberapa contoh diatas ada beberapa faktor yang bisa dijelaskan sebagai
pemicu kesan humor yang terdapat dalam suatu wacana antara lain:
1. Sesuatu menjadi lucu jika merupakan pelanggaran dari sesuatu yang
biasa.Misalnya dalam kasus seorang prajurit berpangkat kopral, bertindak
sangat tidak sopan memaki-maki seorang kepala Negara yang umumnya
selalu dihormati dan dituruti perintahnya; dalam humor Siapa yang Paling
Berani.
2. Ketaksenonohan: sesuatu yang tidak pantas untuk dibicarakan atau dilakukan
misalnya Presiden berkata-kata vulgar seperti pada humor telat dicabut.
3. Sesuatu yang mustahil: sesuatu yang tidak mungkin terjadi misalnya
berenang sambil dikejar hiu yang kelaparan; pada humor: siapa yang paling
berani
4. Permainan kata-kata. Kata atau kalimat yang diucapkan dengan cara tertentu
atau dalam konteks tertentu bisa menimbulkan kelucuan. Misalnya
memanggil perdana mentri Koizumi dengan sebutan Pak Cumi-cumi. Seperti
pada humor Siapa yang paling berani.
5. Pengetahuan, pemikiran dan keahlian. Humor menjadi lucu karena kita
mengetahui konteks disekitarnya. Misalnya karena kita tahu siapa Gus Dur
dan apa pendidikannya, akan menjadi lucu ketika ia menjawab yoi pada
humor: kata yang membingungkan
6. Penghinaan atau sindiran yang terselubung. Karena humor terkadang
memiliki motivasi mengejek, mencemooh, misalnya mencemooh orang
Madura yang tidak bisa membaca ; dalam Becak Dilarang Masuk
7. Memasukan sesuatu kedalam situasi yang merupakan situasi yang lain.
Misalnya mengucapkan judul lagu kebangsaan dalam situasi kepatuhan
kepada atasan; dalam Siapa yang Paling berani.
8. Kemalangan atau kesialan bisa juga memicu kelucuan; hal ini bisa dilakukan
juga dengan cara non verbal, misalnya menarika bangku seorang kawan yang
ingin duduk sampai terjatuh. Dalam kasus humor diatas ada juga yang bisa
dianggap kemalangan yaitu saat Gus Dur dimaki-maki prajuritnya; dalam
Siapa Yang Paling Berani.
9. Suatu pelanggaran dari suatu peristiwa yang biasa. Bilamana suatu peristiwa
yang biasa dilanggar terlebih lagi sesuatu terlarang bisa juga menimbulkan
kelucuan. Misalnya pada humor yang topiknya seks, hubangan badan suami
istri adalah hal yang lumrah, tetapi jika prilaku tersebut menyimpang, sering
menimbulkan kelucuan. Pada kasus pelanggaran rambu lalulintas bisa
dikategorikan dalam jenis ini, dalam humor becak dilarang masuk.
Wacana humor mampu mengubah suasan yang tegang menjadi sedikit rileks.
Humor ini sangat penting untuk dilakukan karena bisa menjadi katup penyelamat
kejenuhan jiwa seperti yang diungkapkan Freud.Humor merupakan bentuk tuturan
yang terikat konteks, karena itu bisa dikaji dalam bidang pragmatik.
Jenis-jenis humor politik yang pengertiannya seperti yang dibatasi dalam
makalah ini adalah: dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu : 1) humor
yang terkesan vulgar, 2) humor yang memanfaatkan sinonim, 3) humor cerdik dan
3) humor etnik.
Suatu tuturan yang disebut humor bisa mengundang tawa pendengar atau
pembacanya dipicu oleh salah satu atau beberapa bagian dari sembilan faktor
pemicu humor yaitu: 1) merupakan pelanggaran sesuatu yang biasa, 2)
mengandung sesuatu yang tak senonoh, 3) sesuatu yang mustahil, 4) berisi
permainan kata-kata, 5) bisa berupa kemalangan seseorang, 6) terjangkau oleh
pengetahuan pendengarnya (bisa dipahami), 7) mengandung sindiran atau hinaan
yang terselubung, 8) memasukan sesuatu kedalam situasi yang lain, 9) suatu
pelanggaran dari suatu peristiwa yang biasa.