prasejarah songkeplek 6





















 kul;

- B = bidang pangkasan.

Kami akan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan kombinasi algoritme dalam

hal penggunaan dan pengulangan melalui standardisasi serpih-serpih memanjang.

Standardisasi ini dikaitkan dengan keanegaragaman bentuk batu inti yang mencakup seluruh

rangkaian dari bentuk "berfaset" sampai bentuk yang paling sederhana, misalnya batu inti

penetak (chopping core).

Kami akan coba membahas konsep ekonomi dengan memperkirakan produktivitas

artefak yang besar dan kami akan mendiskusikan batas-batas pengolahan bongkahan, dalam

arti akhir pemangkasan.

Penggunaan algoritme pada bongkahan akan tergantung pada dua unsur:

- Rangkaian kombinasi yang dapat terjadi dari algoritme.

- Bentuk yang kurang lebih homogen dari bongkahan yang dipilih.

Hubungan antara kedua unsur tersebut berperan dalam menjelaskan perbedaan￾perbedaan batu inti dan dalam pengolahan bongkahan yang kurang lebih intensif

sifatnya.Beberapa pertanyaan timbul dan kami akan mencoba menjawabnya pada akhir

bab ini:

- Dapatkah kita berbicara tentang stabilitas metode pemangkasan yang digunakan dan

stabilitas sistem teknis dengan batu inti yang selalu berbeda?

- Dalam hal ini, apakah batu inti benar-benar berperan dalam

mengidentifikasi metode pemangkasan?

Analisis diarahkan pada "biografi teknis" (Tixier, 1991,

hlm. 391) dari sejumlah besar batu inti (76 buah) (Ilustrasi 73) yang

dalam konteks ini menghadirkan kasus yang unik bagi setiap batu

inti, tetapi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok seperti yang

telah digambarkan terlebih dahulu dalam Bab III: batu inti yang bisa

diamati atau yang sedikit berubah bentuk, batu inti sisa atau yang

susah diamati karena bentuknya yang sangat berubah, dan bongka￾han-bongkahan yang diuji atau sedikit sekali dipangkas.Pengamatan Skema Pembuatan Batu Inti dari Kotak F8

Kotak F8 telah menghasilkan dua puluh satu batu inti atau 0,5% dari himpunan artefak

yang diperoleh dari area ekskavasi ini. Sejumlah besar artefak ini sempat digambarkan secara

terperinci, dibantu sebuah gambar/skema dan sebuah formulir identitas teknologis (bahan

baku, kondisi awal, deskripsi skema pembuatan, perkiraan produksi, terhentinya

pemangkasan).

Penyortiran batu inti diuraikan sebagai berikut:

1. Enam belas buah dikelompokkan ke dalam batu inti yang dapat diamati atau yang

sedikit diubah;

2. tiga buah sebagai batu inti sisa yang sukar untuk diamati;

3. dua buah dalam bentuk bongkahan percobaan atau sedikit sekali dipangkas

(maksimum 2 sampai 3 pemangkasan terpisah).

1- Batu Inti yang Kurang Diubah (16 buah)

Apakah kategori ini menimbulkan masalah terminologis?

Pada umurnnya klasifikasi batu inti didasarkan pada produksi tipe-tipe support yang

berkaitan dengan proses pemangkasan yang diterapkan.

Maka dari segi teknologis diperoleh:

- Sebuah rangkaian operasional yang kompleks dengan suatu fase pembentukan

(Levallois, dan lain-Iain): skema pembuatan = invarian (batu inti dengan konstruksi

volumetris yang dicapai) + invarian (serpih-serpih);

- sebuah rangkaian operasional elementer yang didasari algoritme seperti yang dijumpai

di Song Keplek: skema pembuatan = varian (batu inti) + invarian (serpih-serpih).

Dalam hal ini batu inti mempunyai struktur yang tersisa, yang lebih kurang mendekati

bentuk awal. Lebih tepatnya, terdapat konstruksi volumetris yang tidak tercapai, karena dihentikan atas alasan-alasan teknis (sudut, hinged proximal dan distal, penghilangan dataran

pukul dan lain-Iain) yang selalu berbeda-beda. Cara pemangkasan ini tampaknya terbatas ke

dalam satu atau bahkan dua fase sesudah suatu episode pemangkasan.

Membedakan (menciptakan tipe-tipe yang baru) tidak berarti menetapkan sebuah nilai

konseptual untuk masing-masing tipe, melainkan membedakan skema-skema tujuan dari

himpunan batu inti yang terlihat dan yang diatur oleh algoritme yang sama.

Membedakan batu inti dari Song Keplek tidaklah mudah, karena tidak dilakukan

berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh, seperti misalnya pada industri Levallois (Boëda, 1994).

Hanya data-data metris (kepanjangan produk misalnya) yang tampak berkaitan dengan

morfologi dan volume bongkahan kasar dan menjadi bagian dari kriteria-kriteria pembedaan kami.

Pembedaan tiga tipe batu inti dilakukan menurut kombinasi tiga kriteria yang berikut:

- Arah yang dipilih dalam pemakaian algoritme (unipolar atau bipolar).

- Lamanya algoritme (pengulangannya).

- Bentuk nodul awal: lonjong atau tidak.

Perbandingan di antara ketiga kriteria yang tidak boleh dipisahkan ini dapat

membantu kami untuk menaksir tingkat perubahan bentuk antara bongkahan awal dan

bentuk yang tersisa.

Penaksiran tingkat perubahan bentuk berarti menyusun bentuk-bentuk dari yang paling

sederhana (yang kurang diubah) mendekati batu inti penetak atau prismatis dengan banyak

korteks (satu sumbu pemangkasan pilihan yang merupakan sumbu morfologi alami dari

nodulnya) sampai bentuk poliedrik (berfaset) yang paling rumit dan dengan sedikit sekali

korteks yang tersisa (beberapa sumbu pengolahan).

Keenam belas batu inti terbagi lagi menjadi tiga tipe utama:

Tipe 1 - Batu inti dengan algoritme tegak lurus unipolar.

Tipe 2 - Batu inti dengan algoritme tegak lurus bipolar.

Tipe 3 - Batu inti dengan pemangkasan-pemangkasan berarah sentripetal.

Kita akan melihat bahwa untuk tipe 1, batu inti memiliki bentuk memanjang (lonjong),

sedangkan untuk dua tipe lainnya, batu inti cenderung segi empat sebagaimana dalam bentuk

alami aslinya.

Pembagian ini digunakan secara sistematis untuk batu inti dari kotak lainnya.

Tipe 1 - Batu Inti dengan Algoritme Tegak Lurus Unipolar (6 huah)

Batu inti dengan bentuk memanjang ini pada umumnya memiliki dataran pukul utama

(Dataran Pukul = DP tercatat A) dan permukaan yang dipangkas (Bidang Pangkas = BP

tercatat B) yang komposisinya memotong sumbu morfologis nodulnya.

Kombinasi A/B merupakan inti dari algoritme sendiri. Oposisi area-area ini terdiri atas

bidang A yang selalu mendahului bidang B (Ilustrasi 74):

Dapat terjadi bahwa sewaktu pemangkasan, tercipta sebuah dataran pukul yang Iain

pada arah tegak lurus yang dimulai dari sebuah negatif pangkasan sebelumnya yang berasal

dari kombinasi A/B (lihat batu inti no. 1683). Namun demikian, kombinasi awal yang terpilih

dalam perubahan bentuk nodul tetap AIR

Patut dicatat bahwa area A sering kali dibuat lewat pemangkasan transversal dari

nodulnya.

Mengapa perlu dibicarakan batu inti dengan algoritme ortogonal unipolar?

Kami memilih istilah ini untuk menggambarkan pemakaian algoritme (area A1area B)

yang dilangsungkan lebih kurang pada sumbu alami bongkahan atau sekurang-kurangnya

memanfaatkan sumbu tersebut: dataran pukul lebih kurang tegak lurus pada bidang yang mau

dipangkas dan yang tak Iain merupakan kepanjangan dari volume bongkahan yang tersisa.

Dalam hal ini, dapat diamati kaitan antara sumbu alami nodulnya (berbentuk lonjong atau

mendekatinya) dan arah pemangkasan selanjutnya.

Pertemuan ini akan menentukan panjang yang dapat dicapai untuk hasil pemangkasan dan

cenderung mengubah nodul sesedikit mungkin. Bongkahan-bongkahan yang berbentuk

lonjong dengan muka yang cembung dan dengan irisan bikonveks pada umumnya dipilih untuk

dipangkas menurut sumbu panjangnya.

Dalam hal ini bongkahan yang tersisa kurang diolah dan menunjukkan negatif

pangkasan memanjang, sejajar atau sub-paralel dan batu intinya biasanya berbentuk prismatis

atau mendekati batu inti penetak (chopping-core).

Tipe batu inti 1 ini terdiri atas enam artefak yang mencerminkan skema pemangkasan

serpih-serpih memanjang dengan arah yang sama menurut jalan "linear" atau "berdasarkan

sumbu". Artinya pada sumbu kepanjangan nodulnya menurut oposisi bidang A dan bjdang B.

Salah satu dari enam artefak tersebut dapat dipertautkan kembali dengan sebuah serpih (batu

inti no. 1095 dan serpih no. 1001, lihat ilustrasi 79).

Oleh karena itu, memanjangnya produk-produk merupakan faktor relatif, karena

sebuah nodul kecil sebesar telur (misalnya sepanjang 40 mm) dengan negatif berukuran

30 mm, juga akan digolongkan ke dalan tipe l, tanpa diskriminasi.

Batu inti sekecil ini tidak ditemukan di kotak ini, tetapi sangat menonjol di kotak D3.

Batu inti ini menunjukkan aspek memanjang melalui kehadiran algoritme dengan kekuatan

yang serupa dengan alat-alat yang lebih masif.


Deskripsi skema pembuatan: pemangkasan langsung dengan batu pukul keras untuk

mendapatkan serpih-serpih besar dengan memangkas area kortikal yang tidak beraturan. Tak

ada konstruksi volumetris yang dilakukan. Bongkahan dipangkas sebagaimana adanya dan

produksi dimulai dengan pangkasan pertama.

lni merupakan penetakkan awal pada sumbu utama bongkahannya yang ditentukan

menurut kombinasi AIE:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul (tunggal): di sini campur karena seluruh per￾mukaan tidak diwakili satu pangkasan saja, melainkan gabungan pangkasan sejajar dan miring

1, l' dan 2.

B - Bidang pemangkasan: dua negatif pangkasan berlawanan dengan bentuk segi empat

3/3' dan 3'/3. Negatif pangkasan terakhir (4) dipangkas mengorbankan negatif 3'/3 yang

berperan sebagai area A.

Jika sekiranya ada episode pemangkasan selanjutnya, maka akan diperoleh support

tanpa korteks (kecuali pada bagian distal) yang agak memanjang dan bergaris-garis konvergen,

dengan bentuk yang kira-kira mendekati bentuk Levallois (lihat tekno-tipe 2a).

Perkiraan produksi: 6 negatifluas dan datar, atau dengan kata Iain serpih-serpih yang semuanya

kortikal dan tebal.

Support berbentuk lebar, tebal dan memanjang: negatif pangkasan 3/3' berbentuk segi empat

panjang dengan panjang berukuran 85 m dan lebar sekitar 50 mm. Panjang rata-rata negatif

sekitar 60 mm.

Keadaan pada saat ditinggalkan: bongkahan ini sebenamya dapat menerima satu episode

pemangkasan tambahan, meskipun diamati bahwa sudut yang benar « 90°) mulai hilang

antara dataran pukul dan bidang pangkasan.

Bentuk awal: batu berbentuk bulat telur maksimal sekitar 100 mm.

Bahan bak:u: B.B.3, batu rijang abu-abu agak kasar (aspek kering).

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pernangkasan dan dataran pukul (tunggal): sebuah negatifpangkasan Cl)

digunakan sebagai dataran pukul untuk dua episode pemangkasan.

B - Bidang pernangkasan: dibuat pada dua bidang nodul dan yang secara kronologis

sebagai berik:ut:

- Seri pangkasan dari b sampai f terkait dengan dataran pukul yang umum untuk kedua

seri. Negatif a dan a' mendahului seri ini. Melihat kedalamannya (ketebalan) negatif

a' (Iebih lebar dari panjang) seharusnya merupakan area lateral yang sangat cembung

dari volume bongkahan,

- seri pangkasan 2 sampai 5 tegak lurus pada area dataran puk:ul datar (1). Namun

dapat diamati adanya perubahan arah untuk negatif 3 yang dibelah dari negatif 2

dengan arah yang tidak lagi tegak lurus, melainkan sejajar dengan negatif 1.

Perkiraan produksi: 16 negatif meluas sub-paralel, bersebelahan dan sebagian besar kortikal:

serpih-serpih primer (100% kortikal), serpih-serpih dengan bidang kortikal bertekno-tipe 1a-1 d.

Support memanjang lurus dan cukup sempit.

Keadaan di saat ditinggalkan: bagian bawah serpihnya melengk:ung ke atas dan dataran

puk:ulnya hilang.

Batu Inti no. 834 dan no. 1807 (liustrasi 77)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk bulat telur dengan panjang maksimal sekitar 60 mm.

Secara tipologi.s bentuk tersisa menyerupai sebuah alat penetak atau secara teknologis

cenderung menyerupai sebuah batu inti penetak.

Bahan baku: B.B.2, batu rijang abu-abu muda. Korteks berwama putih kapur dan kemungkinan

tidak berasal dari sungai, tetapi dari tanah atau lereng-lereng perbukitan gamping atau dari

sekitar gua.

Deskripsi skema pembuatan:

Batu Inti no. 834:

A - Area pemangkasan dan area dataran pukul: dua negatif pangkasan (1 dan 2)

sub-paralel yang cukup luas jika dibandingkan ukuran bongkahan (55x65x35).

Serpih-serpih ini memiliki dataran pukul alami.

B - Area pemangkasan: tiga negatif pangkasan searah k0l1ikai yang curam dengan

dataran pukul yang datar (3 sampai 5) dan dibelah setelah negatif pangkasan 1 dan 2.

Artefak ini memiliki retusan-retusan kecil yang mungkin merupakan

jejak pakai.

Batu Inti no. 1807:

Skema pembuatan sama dengan batu inti no. 834. Episode kedua (B) dipangkas

seperti episode pertama (A) dengan sedikit digeser secara tegak lurus pada sumbu morfologis

bahan aslinya.

Perkiraan produksi: untuk kedua batu inti ini, tiga atau empat serpih yang sangat kortikal tidak

melebihi 30 mm telah berhasil didapatkan.

Keadaan ketika ditinggalkan: penipisan dan hilangnya dataran pukul.Keadaan awal: bongkahan berbentuk segi empat

cenderung prismatis dengan ukuran yang tidak lebih

besar dari batu intinya. Korteks berwama cokelat

tua-oranye terdapat hampir pada seluruh artefak.

Bahan baku: (BB2) berupa batu rijang abu-abu muda

cukup bermutu.

Deskripsi skema pembuatan:

Penggunaan algoritme pembuatan NB jelas kelihatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: berupa

sebuah negatif saja (1). Pangkasan primer sepanjang

30 mm menciptakan dataran pukul yang datar.

B - Area pemangkasan: 3 negatif pangkasan yang

searah dan curam (3 sampai 4?).

Perkiraan produksi: Walaupun rendah dari segi jumlah￾nya (3 negatif), produksi cenderung memanjang lurus

terutama dengan pangkasan no. 2. Bongkahan ini sedikit

diolah dan menunjukkan banyak korteks yang tersisa.

Keadaan saat tertinggal: penipisan dan hilangnya

dataran pukul.


Batu Inti no. 1095 (Ilustrasi 79)

Batu inti ini memungkinkan untuk dipertautkan kembali dengan sebuah serpih

(no. 1001) pada sa1ah satu permukaan yang dipangkas.

Berdasarkan bentuk alaminya dan orientasi tekno1ogis proses pemangkasan dengan

serangkaian dataran pukul, penge1ompokkannya dapat didiskusikan antara tipe 1 dan 2. Kami

te1ah menge1ompokkan batu inti ini ke da1am tipe 1 daripada menge1ompokkannya di antara

batu inti poliedrik (tipe 2) karena:

- bentuk awal dan bentuk yang dihasi1kan relatif mirip, meski bentuk awa1 nodu1

hanya sedikit berubah 1ewat pemangkasan kortika1 "tipis" (5 buah);

- kese1uruhan permukaan bongkahan tidak dipangkas, sehingga bongkahan tersebut

kelihatan agak bu1at;

- hanya enam pangkasan 1ebar primer te1ah dihasi1kan;

- suatu rotasi a1goritme lewat perubahan nyata pada sumbu pemangkasan dapat

diamati. Namun tanpa menjadi unipo1ar (da1am arti sempit), pemangkasan di1akukan

dari satu ujung (dalam hal ini ujung yang pa1ing lebar, "datar") tanpa pengo1ahan

ujung 1ainnya (ujung berlawanan a1ami dan berbentuk kerucut);

- produksi 1ebih kurang tetap mengikuti sumbu perpanjangan artefaknya seperti yang

ditunjukkan oleh rangkaian terakhir pemangkasan yang dikombinasi 4/A3-5 (serpih 5

dipasang kembali = DP). Rangkaian terakhir ini menandai akhir produksi dan tampak

menyeimbangkan kemba1i pemangkasan menurut morfo1ogi alami bongkahan dengan

menyatakan kehadiran algoritme dalam bentuknya yang paling murni.

Bentuk awal: bongkahan berbentuk sedikit banyak prismatis dengan potongan segitiga

(55x75x50) yang sedikit diubah setelah sebuah pemangkasan yang hanya berjumlah beberapa

pukulan (5 buah).

Bahan baku: RR2, batu rijang abu-abu muda yang cukup bermutu.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: terdapat tiga yang berangkai Al, A2, dan

A3. Ketiganya saling mengkait melingkari hampir seluruh nodul. Di sini serpih klasik

hasil pangkasan ujung (A 1) diwakili oleh negatif 4 yang membuka dataran pukul ter￾akhir (A3) dan menciptakan sifat tegak 1urus dengan sumbu perpanjangan alami

bongkahannya. Terhentinya pemangkasan mengikuti arah ini dengan pemisahan

serpih 5 (serpih yang dapat dipertautkan kembali pada batu intinya).

Episode pertama atau dataran pukul yang pertama dibuat dengan negatif pangkasan

yang curam 1 dan 2.

B - Area pemangkasan: dalam hal ini semuanya tampak berangkaian dan saling

terkait. Tetapi hanya negatif pangkasan 3 dan serpih 5 yang dilepaskan mengikuti

sumbu perpanjangan bahan aslinya. Hal ini merupakan skema klasik pemakaian

a1goritme menurut pengo1ahan maksimal bentuk alami bongkahan. Rangkaian gerak

terakhir ini1ah yang membuat kami menggo1ongkan batu inti ini ke dalam tipe 1 dan

menjadikannya sebagai contoh terbaik peragaan dinamis proses pemangkasan.

Serpih-serpih yang dihasi1kan memiliki ukuran-ukuran sangat logis, yakni ukuran besar

sesuai dengan perpanjangan bongkahan:

- Negatif pangkasan 3, panjang 74 mm dan 1ebar 54 mm.

- Serpih no. 1001 (pangkasan 5): panjang 52 mm dan 1ebar 35 mm.


Di sini skema pembuatan sangat jelas dan membantu kami untuk menonjolkan dasar

algoritmenya sendiri dan rangkaian kombinasinya. Tercatat sebuah sistem fase atau tahapan

pemangkasan (A l, A2, dan A3) yang ditandai dengan jelas melalui sifat tegak lurus negatif￾negatif pangkasan: setiap area yang di lepaskan dihasilkan oleh sebuah atau beberapa negatif

pangkasan sebelumnya, pada gilirannya digunakan untuk pemangkasan serangkaian serpih

yang barn.

Dari analisis diakritis yang dibantu oleh pemasangan kembali serpih no. 100 l,

diperoleh rangkaian area yang berlawanan: Dataran pukul (A)/Area pemangkasan (8).

Kami akan membahas kembali kekhasan-kekhasan algoritme pada kesimpulan tentang

studi batu inti dan metode yang digunakan.

Perkiraan produksi: kelima negatif pangkasan bersifat kortikal (100%) dan berangkai

secara terus menerus menurut proses algoritmis yang sebelumnya telah digambarkan:

area pemangkasan menjadi area dataran pukul dan seterusnya hingga pemasangan

kembali serpih no. 5.

Pengamatan negatif-negatif pangkasan dan serpih no. 1001 menunjukkan bahwa

pelepasan dilakukan dengan pangkasan langsung yang keras dan kuat. Serpih-serpih saling

berbenturan pada volume kortikal di ujung distal dan itu menjelaskan penipisan artefaknya.

Lagi pula, bentuk distal bundar dari serpih no. 1001 dapat diamati.

Terkecuali negatif 1 yang berukuran agak kecil (1 Ox 16 mm), keempat negatif lainnya

mempunyai panjang dan lebar sekitar 40 mm.

Secara keseluruhan bongkahan sedikit dio1ah dan memperlihatkan banyak korteks

yang tersisa.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan bagian distal, namun bongkahan tidak nampak diolah

sampai habis dan pemangkasan masih dapat dilanjutkan: mungkinkah pemangkas telah meng￾hasilkan artefak yang dicari dalam jumlah yang cukup?

Tipe 2 - Batu Inti dengan Aigoritme yang Bers~fat Tegak Lurus Bipolar

(2 buahj (/lustrasi 80)Dari sudut pandang teknologis, batu inti

ml tidak terlalu berbeda dari yang pertama,

kecuali dalam "bentuk"-nya, karena

mempunyai beberapa sumbu pemangkasan

yang terlihat dari dataran-dataran pukul yang

saling berhadapan. Pada umumnya, artefak￾artefak ini sesuai dengan definisi klasik batu

inti berfaset berpangkasan polisemik

(berbentuk bulat pendek atau bulat).

Artefak-artefak ini jelas jauh dari bentuk

lonjong dengan ujung distal kortikal yang

baru dibahas pada tipe 1 di mana perubahan

bentuk antara bongkahan awal dan bentuk

akhir tampak kecil.


Pada umumnya batu inti ini kurang kortikal, lebih kecil, dengan sedikitnya dua dataran

pukul yang berhadapan (Al, A2, dan lain-Iain). Negatif-negatifpangkasan kurang memanjang

dibandingkan dengan batu inti tipe 1.

Batu Inti-Alat no. 782

Bentuk awal: bongkahan berukuran kecil (76x65x49) dan berbentuk segi empat dengan sedikit

korteks. Namun begitu, korteks terletak pada sisi-sisi bongkahan atau pada salah satu

ujungnya, dan hal ini membawa ke pemangkasan yang bersifat tegak lurus.

Bahan baku: RB.2, batu rijang abu-abu muda yang cukup bermutu.

Deskripsi skema pembuatan: ditemukan kembali algoritme pembuatan A//B berdasarkan area

awal A yang berperan sebagai dataran pukul. Dapat diamati juga pembukaan dataran pukul

yang kedua pada ujung kortikal yang berlawanan dan sejajar dengan area awal A ini:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: hanya sebuah negatif (A) pangkasan

primer sepanjang 70 mm yang menciptakan sebuah dataran pukul yang datar untuk

pelepasan serangkaian serpih (B).

B - Area pemangkasan: pada salah satu dari kedua muka batu inti yang dapat

diolah terlihat pemangkasan berorientasi bipolar (sebuah negatif pangkasan yang

disebut B pada gambamya) yang dipotong oleh serangkaian support memanjang

(6 buah).

Support ini bersifat sub-paralel dengan kontrol alami gelombang patahan lewat

bagian distal yang cembung dan kortikal. Kondisi ini dapat menjelaskan ciri penipisan

hinged hasil-hasilnya.

Perkiraan produksi: sekitar sepuluh pangkasan yang, kadang-kadang dengan

ukuran yang lumayan, dapat mencapai panjang 45 mm. Serpih-serpih yang dihasilkan

sangat kortikal. Terdapat tekno-tipe klasik cara pemangkasan pada batu inti ini (tekno￾tipe la-Id dan 2a-2b).

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (lipatan, distal dan proksimal) dan hilangnya dataran

pukul.

Bongkahan ini mungkin merupakan sebuah batu inti yang benar-benar diolah sampai

habis untuk kemudian digunakan kembali sebagai alat.

Artefak ini menampilkan bagian depan yang lurus dan besar, dibuat dari dataran

pukul kortikal lewat retusan curam dan bersap melebar, memotong negatif pangkasan yang

lebar pada arah yang berlawanan. Meskipun dimasukkan dalam kelompok batu inti, dari segi

tipologis artefak ini mungkin termasuk dalam kelompok serut masif dan padat yang

tergolong dalam keluarga besar artefak yang disebut "horse-hoof' (tapaI kuda) oleh penutur

bahasa Inggris.

Batu Inti-Alat no. 932 (Ilustrasi 81)

Bentuk awal: bongkahan segi empat berukuran kecil (75x46x35) dengan sedikit korteks.

Bahan baku: B.B.4, batu rijang hitam buram yang bermutu tinggi (halus kalau disentuh).

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: dua area berhadapan Al dan A2

menyebabkan pemangkasan tegak lurus yang berorientasi bipolar (B dan B').Area A 1: dua serpih kortikal sejajar yang menipis dengan panjang sekitar 40 mm.

Area A2: (Iebih susah untuk diamati): non kortikal dengan beberapa pangkasan.

B - Area pemangkasan: area-area yang diolah B dan B' menurut ketebalan

bongkahan. Panjang support yang dihasilkan tidak melebihi 30 mm.

Perkiraan produksi: secara keseluruhan terdapat tujuh pangkasan besar dengan panjang rata￾rata 30 mm dan lebar rata-rata 25 mm.

Serpih yang dihasilkan berkorteks dan termasuk dalam tekno-tipe klasik dengan alur-alur seja￾jar (la-Id dan 2a-2b).

Keadaan saat ditinggalkan: kehilangan dataran pukul.

Seperti batu inti sebelumnya, kemungkinan besar batu inti yang diolah sampai habis ini

kemudian digunakan sebagai serut: diamati bahwa di salah satu tepinya terdapat suatu area

yang ditandai dengan retusan yang sangat curam dan membentuk sebuah muka.Batu inti ini berjumlah delapan buah termasuk enam yang masih berkorteks dan

berpotongan bikonveks.

Batu inti ini bukan batu inti yang bersifat diskoidal (dalam arti sempit) dalam arti yang

diusulkan oleh E. Boëda (1993, 1995, dan 1997). Memang tidak ditemukan pemangkasan yang

cukup berulang serta produksi-produksi diskoidal yang biasa dijumpai seperti: lancipan￾lancipan pseudo-Levallois, serpih-serpih yang lebih lebar dari panjangnya, dan lain-Iain.

Support yang diperoleh menurut orientasi pilihan ini pada umumnya merupakan serpih

primer berbentuk segitiga atau sub-segitiga, tetapi artefak tersebut hanya sedikit berbeda dari

tekno-tipe yang dijumpai sampai saat ini.


Dengan kata Iain, bisa jadi terdapat satu fase yang menyerupai tahap-tahap awal skema

produksi diskoidal, tetapi sama sekali tidak ada kemiripan dengan penggunaan konsep secara

keseluruhan.

Batu Inti no. 157 (Ilustrasi 82)

Bentuk awal: bongkahan kecil (60x50x35).

Bahan baku: B.B.3.

Perkiraan produksi: sekitar lima be1as pangkasan dengan arah sentripetal berukuran tidak

merata dan sedikit banyak kortikal. Satu perimping jejak pakai didapati pada pinggiran￾pinggiran kedua sisinya.

Batu Inti no. 873 (Ilustrasi 82)

Bentuk awal: batu inti pada serpih yang sisi pemangkasannya masih kelihatan (46x45x20).

Bahan baku: B.B.4.

Perkiraan produksi: delapan negatif pangkasan, termasuk dua yang sejajar pada bidang ventral

(Kombewa) dan tidak bersebe1ahan serta tidak berkorteks. Serpih-serpih yang dihasilkan pada

bidang dorsal pada umumnya berukuran pendek, lebih lebar dari panjangnya (panjangnya

sekitar 15 mm).

Sebuah retusan halus terdapat di tepi kanan sehingga menimbulkan kesan bahwa batu inti ini

telah digunakan.

Batu Inti no. 1386 (Ilustrasi 82)

Bentuk awal: bongkahan kecil (60x52x27).

Bahan baku: B.B.3.

Perkiraan produksi: enam negatif pangkasan (serpihan primer) dengan arah sentripetal bahkan

lateral.

Batu Inti no. 134 (Ilustrasi 82)

Bentuk awal: bongkahan kecil (45x59x32).

Bahan baku: B.B.2.

Perkiraan produksi: sekitar sepuluh negatif pangkasan berarah lebih kurang sentripetal

terkadang tegak lurus atau lateral.

Batu Inti no. 1065 (Ilustrasi 83)

Bentuk awal: pasti pada serpihan (49x35x25).

Bahan baku: B.B.2.

Perkiraan produksi: sekitar sepuluh negatif pangkasan curam dengan arah lebih kurang

sentripetal.

Batu Inti no 1090 (Ilustrasi 83)

Bentuk awal: serpihan yang sedikit sekali kortikal (32x42xI9).

Bahan baku: B.B.2.

Perkiraan produksi: sekitar sepuluh negatif pangkasan yang kecil berarah sentripetal. Tepian

kanan tampaknya menunjukkan jejak-jejak halus penggunaan.

Batu Inti no. 761 (Ilustrasi 83)

Bentuk awal: Pada serpih (34x50x28).

Bahan baku: B.B.2.

Perkiraan produksi: sekitar sepuluh negatif pangkasan yang kecil berarah sentripetal. Tepian

kanan jelas diretus.

Batu Inti tanpa nomor (Ilustrasi 84)

Bentuk awal: Bongkahan berbentuk lonjong berpotongan bikonveks (118xl05x39).

Bahan baku: B.B.2.

Perkiraan produksi: lima negatifpangkasan primer dengan arah sentripetal (hanya satu episode

pemangkasan yang terutama menyangkut muka atas). Serpih-serpih ini sangat memanjang

(panjang rata-rata 40 mm) dan kebanyakan menipis, kecuali negatif pangkasan 3 dengan

orientasi lateral (84 x 30).

Tepian kiri diretus (retusan bersap) sedangkan tepian kanan (negatif 3) menunjukkan

sederetan cekungan yang diretus.

2 - Batu Inti Buangan (3 buah)

Tiga artefak yang sulit diteliti dikelompokkan ke dalam batu inti buangan.

3 - Bongkahan yang Dites atau Sedikit Ditetak (2)

Benda-benda ini merupakan temuan yang penting karena memberikan informasi

tentang bentuk awal bongkahan. Se1ain itu, batu inti ini mungkin dapat membantu dalam

diskusi mengenai alasan ditinggalnya nodul tertentu (retakan, rongga kecil dan lain-Iain).

Bahan yang tidak memiliki jejak penyusutan yang jelas ini, memiliki dua atau tiga negatif

pangkasan terpisah.

Analisis Skema Pembuatan Batu Inti dari Kotak D3

Kedua puluh sembilan batu inti kotak D3 merupakan kurang dari 0,5% dari artefak yang

diperoleh dalam area ekskavasi.

1 - Batu Inti yang Sedikit Diubah (21 buah)

Tipe }- Batu Inti dengan ALgoritme Tegak Lurus UnipoLar (I} buah)

Seperti yang kami beritahukan pada analisis batu inti dari kotak F8/Song Keplek, batu

inti dari kotak D3 yang telah kami amati tampak sama dari segi teknomorfologis, tetapi dalam

keseluruhannya, jauh lebih kecil ukurannya.

Memang, salah satu dari kekhasan algoritme adalah sifatnya yang menyesuaikan diri

dengan bahan, dengan kata lain makna teknis tetap dari bentuk satu ke bentuk yang Iain, jika

kita tidak mempertimbangkan ukuran bongkahan dan ukuran hasil-hasilnya.Batu Inti no. 823 (Ilustrasi 85)

Bentuk awal: Berbentuk sub-prismatis (42x62).

Bahan baku: B.B.2, batu rijang abu-abu halus.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan area dataran pukul (tunggal): mengungkapkan orientasi

sentripetal negatif-negatif pangkasan. Pengolahan permukaan yang cukup intensif

bertujuan untuk menghasilkan serangkaian serpih yang cukup pendek dan lebar

(maksimal 25 mm) dan yang memiliki sumbu pemangkasan yang sering kali bergeser

dibandingkan dengan sumbu morfologis.

Pengolahan dengan rotasi di sekeliling dataran-dataran pukul alami tanpa

persiapan permukaan melalui kecembungan dapat menyulitkan kontrol support

(kortikal) dan dapat cepat berakhir karena penipisan atau pecahan bertingkat (step

fracture) (lihat: distal bundar pada serpih).

Selain itu, dapat diamati bahwa urutan negatif-negatif pangkasan tidak

melebihi dua generasi.

B - Area pemangkasan: dua bidang permukaan diolah dari area dataran pukul A.

Setiap muka memiliki dua negatif pangkasan yang berlawanan dan sejajar berbentuk

segi empat dan yang panjangnya hampir sama dengan seluruh ketebalan bongkahan.

Perkiraan produksi: Untuk area A, tercatat produksi sekitar sepuluh negatif pangkasan

yang cukup tebal, kortikal dan kurang memanjang. Bentuk pengulangan ini tampaknya

diinginkan untuk menghasilkan banyak support yang sangat kortikal (tekno-tipe 1a-l d, dengan

dataran kortikal), bahkan berupa "pseudo-Levallois" (tekno-tipe 2a).

Area berlawanan B menghasilkan serpih-serpih kortikal dengan dataran pukul datar.

Keadaan saat ditinggalkan: bongkahan ini tidak dapat menerima episode pemangkasan

tambahan karena kehilangan sudut yang cocok « 90°) antara area dataran pukul dan area

pemangkasan.

Batu Inti no. 890 (Ilustrasi 85)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk bujur sangkar (27x27) yang bentuk awalnya mudah

dibayangkan.

Bahan baku: B.B.2.

Deskripsi skema pembuatan: Skema pembuatan batu inti ini sama dengan skema pembuatan

batu inti sebelumnya, yaitu melalui pengolahan sentripetal area A dan kemudian pengolahan

dalam volume pada area B.

A - Area pemangkasan dan dataran pukul (tunggal): pengolahan sentripetal area A

sekilas menyerupai Levallois, tetapi sebenamya merupakan pemangkasan elementer

serpih yang lebih kurang konvergen menuju pusat area berdasarkan sejumlah dataran

pukul alami di sekelilingnya. Pengolahan area ini berakhir setelah suatu seri

pangkasan yang menyusuli pelepasan serpih-serpih primer.

B - Area pemangkasan B: serangkaian serpih yang dilepaskan mengikut satu arah

menurut sumbu perpanjangan bongkahan.Perkiraan produksi:

Area A: enam pangkasan utama berukuran kecil bergaya sama seperti produk-produk dalam

contoh sebelumnya (no. 823).

Area yang berhadapan B menghasilkan serpih-serpih kortikal dengan dataran pukul datar yang

berukuran kecil (panjangnya sekitar 15 mm).

Keadaan saat ditinggalkan: tidak ada sudut yang cocok « 90°) antara area A dan area B serta

hadimya penipisan di bagian distal.

Batu Inti no. 1098

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk segi empat sama (30x27) yang bentuk awalnya

mudah dibayangkan karena batu intinya hanya sedikit dipangkas.

Bahan baku: RR2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul (tunggal): dibuka dengan satu pangkasan

kortikal lebar, yang dalam keseluruhan melepaskan ujung terlebar dari bongkahan.

Negatif pangkasan yang lebar ini disusul, pada bagian lateral sebelah kanannya,

dengan satu pangkasan yang lebih sempit.

B - Area pemangkasan B: serangkaian serpih yang sangat kortikal dilepaskan

mengikuti satu arah menurut sumbu perpanjangan bongkahan. Serangkaian lagi

dilepaskan dari bulbus negatif serpih primer yang besar.

Catatan: pada umumnya artefak-artefak ini dikontrol oleh korteks pada bagian distalnya dan

jarang mencapai total keseluruhan panjang bongkahannya. Hal ini dapat mengakibatkan

bidang pangkasan yang memutar ke arah bidang dorsal melewati sisi distal (tidak ada artefak

yang berciri seperti ini dalam himpunan temuan kita).

Dalam hal ini dan bagi kebanyakan batu inti yang ditemukan di Song Keplek, kami telah men￾catat bahwa bongkahan sangat menentukan morfologi produk-produk berdasarkan bentuk

alaminya (kecembungan-kecembungan pinggiran menyeluruh). Sistem ini dapat disebut seba￾gai sistem "matriks" (bongkahan-batu inti = matriks atau "cetakan kortikal" untuk merepro￾duksi unsur-unsur yang bergantung pada kriteria-kriteria morfologisnya).

Perkiraan produksi:

- Area A: Dua pangkasan di mana pangkasan pertamanya, yang terbesar, adalah

sebuah serpih primer. Pangkasan yang kedua yang dilateralisasi (tepian batu inti)

adalah sebuah serpihan dengan punggung alami.

- Area bertentangan B telah menghasilkan serpih-serpih kortikal dengan dataran pukul

datar yang berukuran kecil (panjangnya rata-rata antara 15 dan 30 mm).

Keadaan saat ditinggalkan: pemangkasan terhenti karena tidak ada sudut yang cocok « 90°)

antara area A dan area R Selain itu, terdapat penipisan di bagian distal.

Batu Inti no. 611 (Ilustrasi 86)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk bujur sangkar (42x40).

Bahan baku : B.R2.

Deskripsi skema pembuatan:A - Area pemangkasan dan dataran pukul: sebuah pangkasan kortikal yang tebal dan

lebar (serpih primer).

B - Area pemangkasan: pemangkasan support-support yang berarah tunggal biasanya

memanjang mengikuti sumbu bongkahan menurut pengolahan me1ingkar pada area A.

Perkiraan produksi: kecuali fase A yang 100% kortikal dan yang telah menghasilkan sebuah

support, fase B terdiri atas sekitar sepuluh negatif pangkasan berarah unipolar berdasarkan area

A, tetapi juga berarah tegak lurus mulai dari salah satu sisi batu intinya. Serpih-serpih yang

dihasilkan pada sisi B termasuk ke dalam korpus tekno-tipe, yakni 1a sampai 1d dan juga 2a.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan dan kehilangan sudut antara area dataran pukul dan area

pemangkasan.

Batu Inti no. 277 (Ilustrasi 87)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk bujur sangkar (42x40).

Bahan baku: RB.2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan area dataran pukul: sebuah negatif pangkasan

dilepaskan menurut benturan tangensial membentuk suatu area dataran pukul tunggal

yang dicatat sebagai A. Di sekeliling area itu ditata area R

B - Area pemangkasan: hampir delapan negatif pangkasan searah.

Perkiraan produksi: serpih-serpih primer atau dengan area kortikal yang selalu

dilaterisasikan dibandingkan jejak-jejak pangkasan yang lebih kurang sejajar dan ini sesuai

dengan tekno-tipe 1 a hingga 1d.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan dan pecahnya pinggir dataran pukul.

Batu Inti no. 319 (Ilustrasi 87)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk prisma dan berpotongan poligonal (34x32).

Bahan baku: B.R2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan area dataran pukul dibuka dengan dua pangkasan yang

panjangnya tidak melewati 25 mm.

B - Area pemangkasan terdiri atas sembilan negatif pangkasan dengan arah

sub-paralel dan tegak lurus dibandingkan dengan area A dan meliputi hampir

keseluruhan panjangnya volume bongkahan.

Perkiraan produksi: serpih-serpih yang sangat kortikal bertipe la sampai Id dengan korteks

yang panjang tidak me1ampaui 30 mm.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan.


Batu Inti no. 459 (Ilustrasi 87)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk prismatis (40x50).

Bahan baku: RB.2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: Terdapat pengolahan berulang dari

dataran pukul dan sisa kortikal, terutama pada tepian kiri.

Dilihat dari atas batu inti ini menyerupai bentuk Levallois dengan pangkasan tegak

lurus. Namun demikian, skema diakritis menunjukkan bahwa tidak satupun serpih

yang dihasilkan dari tonjolan. Selain itu, dapat diamati juga bahwa negatif-negatif

pangkasan distal (no. 3 dan 4) bukanlah negatif-negatif pembentukan, melainkan

negatif-negatif yang dilepaskan sesudah kedua negatif yang menghadapnya

(no. 1 dan 2).

Dapat dikatakan bahwa aspek teknologis umum dari area ini meski begitu tersusun

menurut pemangkasan tegak lurus, tetapi bukan Levallois.

B - Area pemangkasan: menyusul (dari segi waktu) area A lewat serangkaian

negatif pangkasan unipolar, berkaitan dengan sebuah negatif pangkasan final berarah

tegak lurus.

Perkiraan produksi: serpih-serpih tipe la sampai le dengan korteks yang panjangnya tidak

melampaui 30-35 mm dan juga serpih-serpih beraspek pseudo-Levallois tipe 2a selama

pengolahan area A.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan bagian distal dan terhentinya pemangkasan karena tidak

adanya sudut yang eoeok antara kedua area (A dan B).

Batu Inti no. 430 (Ilustrasi 87)

Batu inti ini dilepaskan dengan dasar yang sama seperti batu inti di atas.

Bentuk awal: bongkahan keeil berbentuk prismatis (33x56).

Bahan baku: B.B.2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan dataran pukul: tiga generasi negatif pangkasan berarah

sentripetal.

Pangkasan-pangkasan keeil (episode no. 3) yang dapat diduga sebagai serpih-serpih

pembentukan lateral menyusuli negatif pangkasan no. 1 dan 2. Pada pandangan per￾tama, area yang masih memiliki korteks pada tepian kirinya menyerupai permukaan

Levallois. Tetapi, temyata tak Iain dari sebuah area dataran pukul yang darinya telah

dilepaskan sejumlah support memanjang dan konvergen, mengikuti bentuk

bongkahan.

B - Area pemangkasan: enam negatif pangkasan unipolar sub-paralel konvergen.

Perkiraan produksi: serpih-serpih bertipe la sampai Id dengan korteks yang panjangnya

tidak melampaui 30-35 mm untuk area B dan serpih-serpih beraspek pseudo-Levallois tipe

2a untuk area A.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan bagian distal dan terhentinya pemangkasan oleh karena

ketiadaan sudut yang cocok antara kedua permukaan (A dan B).

Batu Inti no. 1076 (Ilustrasi 87)

Di dalam keluarga batu inti non Levallois atau yang beraspek Levallois, batu inti no. 1076

dapat dikatakan merupakan contoh sempuma.

Bentuk awal: bongkahan lebar berbentuk prismatis (40x68).

Bahan baku: B.B.2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Area pemangkasan dan area dataran pukul: sebuah pengamatan cepat, tanpa

menafsirkan urutan negatif-negatif pangkasan area dataran pukul A, dapat membawa

kesimpulan bahwa batu inti ini beraspek Levallois mengikuti metode linier (linéale)

dengan serpih Levallois segi empat seperti yang telah didefinisikan oleh E. Boëda

(Boëda, 1994).

Namun demikian, temyata bukan hal itu yang terjadi, karena serpih segi empat

tersebut (sebuah) adalah serpih pertama yang dilepaskan (100% kortikal) dan bukan

yang terakhir seperti halnya dalam metode Levallois. Serpih-serpih lainnya (lebih

kecil) yang menyerupai pangkasan-pangkasan penentu yang digunakan untuk persia￾pan area pemangkasan Levallois, tidak Iain adalah serangkaian support yang

dilepaskan belakangan dan berarah sentripetal serta memotong negatifpangkasan no. 1,

terkecuali dua negatif yang telah diperoleh berdasarkan tepian negatifserpihan no. 1.

B - Area pemangkasan: empat negatif pangkasan dengan morfologi memanjang

dan arah berlawanan dengan area A.

Perkiraan produksi:

Serpih-serpih yang dihasilkan dari area pemangkasan dan dari dataran pukul A merupakan tipe￾tipe serpih primer dengan sebuah sisa kortikal lateral (tekno-tipe la-lb) atau juga tipe 2a

dengan sedikit sekali korteks. Panjang artefak-artefak ini tidak melampaui 20-25 mm, kecuali

pangkasan no. 1.

Serpih-serpih yang dihasilkan dari area B lebih memanjang dan tebal, dan panjangnya

mencapai 40 mm.

Keadaan saat ditinggalkan: area A telah diolah habis-habisan sehingga tidak ada lagi sudut

yang cocok dengan area B untuk mendapatkan serpih-serpih lainnya. Tampak jelas bahwa area

A perlu ditata kembali untuk melanjutkan pemangkasan: fase ini tidak ada dalam metode

pemangkasan di Song Keplek. Hal ini menjelaskan terhentinya pemangkasan, sering terlalu

cepat, padahal bongkahan yang selalu kortikal belum seluruhnya dipangkas.

Batu Inti no. 873 (Ilustrasi 88)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk prismatis (29x41).

Bahan baku: B.B.2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - bidang pangkasan dan bidang dataran pukul:

Bidang A yang seluruhnya telah dipangkas tidak lagi berkorteks dan menunjukkan


negatif-negatifpangkasan yang sejajar (no. 1, 1',2,3) dengan kemungkinan sebuah

percobaan pemangkasan dengan arah berlawanan.

B - area pemangkasan: satu seri pangkasan searah dan sejajar.

Perkiraan produksi: support-support berukuran kecil, sempit dan sejajar (15-25 mm) irisan

atau dari tekno-tipe 1a-l d.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (bagian distal dan proksimal) dan hancumya tepian

dataran pukul.

Batu Inti no. 469 (Ilustrasi 88)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk prismatis cukup lebar (37x54).

Bahan baku: RR2.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: di sini dibuka menurut sumbu perpan￾jangan bongkahan lewat dua pangkasan (no. 1 dan 2)

B - Bidang pemangkasan: dua negatif pangkasan sejajar (no. 3 dan 4).

Perkiraan produksi: empat pangkasan sangat kortikal yang dua di antaranya (Iihat

ilustrasi 88: negatif no. 1 dan 3) merupakan serpih-serpih primer (dalam arti sempit), yakni

mempunyai bidang dorsal berkorteks, demikianjuga pangkalnya. Negatifpangkasan no. 2 dan

4 sesuai dengan tekno-tipe la.

Serpih-serpih kortikal ini berbentuk memanjang (panjangnya sekitar 30 mm).

Tipe 2 - Batu Inti-Batu Inti dengan Algoritme Tegak Lurus Bipolar (4 buah)

Batu Inti no. 421

Bentuk awal: bongkahan berbentuk silinder.

Bahan baku: RR2

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: dua area dataran pukul A 1 (non kortikal)

dan A2 (alami). Area Al dibuka lewat dua pangkasan sejajar.

B - Bidang pemangkasan: pangkasan-pangkasan yang berasal dari area Al berbentuk

laminer (29x 10). Salah satu sisi batu intinya menunjukkan pengolahan unipolar tetapi

juga bipolar (lihat: A2 pada gambamya).

Di sini batu inti kurang diolah tetapi secara multi-arah berdasarkan prinsip algoritme

(oposisi NB).

Perkiraan produksi: pada umumnya support agak memanjang cenderung laminer, primer, tetapi

juga dari tekno-tipe 1a dan 2b.

Keadaan saat ditinggalkan: tidak ada lagi sudut yang cocok untuk melanjutkan pemangkasan.

Batu Inti No. 2228 (I1ustrasi 89)

Bentuk awal: berbentuk prisma bujur sangkar (50x70).

Bahan baku: B.B.2.

Deslaipsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: Bidang Al telah dibuka lewat pemangkasan

sebuah serpihan primer tunggal sepanjang sekitar 70 mm. Dataran pukul yang berlawanan,

yakni A2, terletak pada ujung bongkahan, persisnya pada bagian distal negatifpangkasan No.2,

dengan korteks yang tersedia.

B - Bidang pemangkasan: berdasarkan dataran pukul Al diamati sepuluh negatif

pangkasan bersebelahan sub-paralel dengan panjang yang dapat mencapai 50 mm.

Berdasarkan dataran pukul A2: tiga negatif pangkasan lebih lebar dari panjang dengan

arah berlawanan, hadir memotong episode sebelumnya yakni negatif no. 3, 4 dan 3'.

Perkiraan produksi:

Serpih-serpih yang dihasilkan dari Al berbentuk memanjang lurus (laminer), merupakan

serpih primer atau bertipe 1a sampai 1d dengan panjang rata-rata sekitar 40 mm.

Serpih-serpih yang dihasilkan dari A2 berbentuk lebih kecil dan non-kortikal atau sedikit

kortikal beraspek Levallois (tipe 2a). Patut dicatat bahwa hanya pangkal serpih yang

semestinya kortikal sesuai dengan negatif no.7.

Keadaan saat ditinggalkan: pelekukan dan hancurnya dataran pukul.Batu Inti no. 711 (Ilustrasi 90)

Bentuk awal : bongkahan besar berbentuk lonjong seberat sekitar 7 kg.

Bahan baku : B.B.3 (kasar, bahan kering).

Deskripsi skema pembuatan dan perkiraan produksi:

Sulit untuk merumuskan jenis bongkahan ini berdasarkan dataran pukul A dan bidang

pangkasan B, karena keduanya saling berhadapan (salah satu tergantung pada yang Iain) dan

menghasilkan support-support yang masif.

Dalarn hal ini, pada pemangkasan yang "sub-bundar", kami membagi pengolahan bongkahan

ke dalam beberapa episode. Di sini kami membedakan empat episode utama dengan sebuah

algoritme yang berkelanjutan dan berputar secara berkala.

- Episode l, yang paling awa1 (Ilustrasi 90): terdapat empat negatif pangkasan pada

perrnukaan ini (no. 1, 2, 3, 4), terrnasuk tiga negatif utama sejajar dan satu yang

berlawanan dengan ukuran sedang (no. 4). Perrnukaan bongkahan ini kemudian

diolah menjadi dataran pukul untuk pemangkasan episode II berikutnya (Iihat gambar

A), yaitu pada bagian proksimal (negative bulb) dari negatif utama sebelurnnya

(No. 2). Hasilnya adalah serpih-serpih dengan dataran pukul yang sangat cekung

seperti contoh No. 4 (dengan sudut pukul yang sangat tertutup, bergaya "Clactonian").

- Episode II: pengolahan sebuah muka dengan arah tegak lurus dibandingkan dengan

gambar C yang berawal dengan pelepasan negatifno. 4' dan 4".

- Episode III: langsung menyusul episode II secara tegak lurus dengan pembukaan

permukaan baru, kali ini terletak di puncak (negatif no. 5). Kami mengamati

keberadaan pengolahan sisi-sisi dengan sejumlah pangkasan miring (no. 5' atau 7)

atau tegak lurus pada negatif pangkasan no. 5 dan pada episode l (mengikuti

ketebalannya).

- Episode IV: menandai pemangkasan perrnukaan terakhir dari bongkahan, dalam arti

yang terbaru dari rangkaian gerakan teknis. Perincian dan urutan negatif pangkasan

tidaklah mudah pada perrnukaan ini karena kaitan (pada alur-alumya) antara negatif

yang terakhir ini dengan yang sebelumnya tidak terlalu jelas. Tercatat tiga pangkasan

sesudah negatif pangkasan no. 5: dua berarah tegak lurus (no. 81? dan no. 91?),

sementara no. 7I? terletak lebih kurang sejajar pada sisi bongkahannya.

Pangkasan terakhir yang dilepaskan pada sisi ini adalah no. lOI?, yang memotong

pangkasan-pangkasan sebelurnnya (no. 81?, no. 91?, no. 5). Sebagai dataran pukul,

negatifpangkasan ini (arah berlawanan) memiliki bagian proksimal negatifno. 4 dari

episode l (Gambar C) dan memberikan ciri bipolar pada episode IV.

Perkiraan produksi: banyak serpih primer atau sangat kortikal (contohnya dengan dataran

kortikallateral dari tekno-tipe la) yang berukuran besar. Panjang rata-rata sekitar 85 mm dan

lebar rata-rata 68 mm.

Bongkahan berfaset ini menunjukkan benturan keras yang bertujuan untuk melepaskan serpih￾serpih lebar dan panjang (sangat kortikal). Hasilnya sekitar lima belas serpih: primer, atau

dengan korteks pada salah satu tepiannya.

Di sini algoritme bersifat berurutan sekaligus terangkai: setelah salah satu perrnukaan

dipangkas, serpih-serpih yang telah menghasilkan kemudian menjadi calon dataran pukul

untuk pemangkasan sisi yang bertentangan dan begitu seterusnya hingga seluruh volume

bongkahan habis diolah.

Dalam hal ini, pemangkasan berjalan secara bergiliran pada muka alami bongkahan, yaitu

dengan memutar bongkahan secara teratur di tangannya. Bahwa arah episode pemangkasan

ditentukan oleh bongkahan merupakan hal yang menarik sekali: pemangkasan hanya mengikuti

orientasi morfologis alami yang ditentukan bongkahannya (kecembungan-kecembungan

pilihan).

Di sini kombinasi klasik algoritme yang didasarkan pada oposisi bidang (A/B) menunjukkan

sebuah contoh pemanfaatan dan produktivitas menurut kriteria kecembungan, kecocokan

algoritme-volume: algoritme telah diulangi berkali-kali sebanyak yang diperkenankan oleh

volume bongkahan.

Batu Inti no. 2070

Bentuk awal: bongkahan segi empat (45x42).

Bahan baku: B.8.3.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: pada kedua ujung batu inti

(berkorteks) terdapat dua dataran pukul yang saling berhadapan. Salah satu di

antaranya diciptakan setelah pelepasan sebuah serpih primer tunggal, sedangkan yang

Iain bersifat alami.


B - Bidang pemangkasan: umumnya negatif pangkasan yang berbentuk laminer

(tekno-tipe la-Id) dihasilkan dari dataran pukul pertama. Rangkaian negatif

pangkasan lainnya (belakangan) dihasilkan dari ujung yang Iain dan sering bersifat

pseudo-Levallois (tekno-tipe 2a).

Perkiraan produksi: kebanyakan serpih bersifat kortikal dengan morfologi memanjang, hingga

dapat mencapai ukuran bongkahan (panjang sekitar 40 mm).

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan dan hancumya dataran pukul.

Tipe 3 - Batu Inti dengan Pangkasan Berarah Sentripetal (6 buah)

Batu inti yang termasuk tipe ini berjumlah enam buah, lima di antaranya berkorteks. Pada

umumnya memiliki irisan berbentuk bikonveks.

Batu Inti no. 1304

Bentuk awal : batu inti pada serpihan ? (39x32x19).

Bahan baku : RR2.

Perkiraan produksi: lebih dari sepuluh negatif pangkasan berukuran kecil dengan morfologi

yang tidak merata pada kedua area.

Batu Inti no. 1045 (Ilustrasi 91)

Bentuk awal: bongkahan kecil dengan sisa korteks pada setiap kerucut di kedua area

(45x 45x27).

Bahan baku: B.R2.

Perkiraan produksi: dua belas pangkasan dengan arah sentripetal lebih kurang kortikal

« 20 mm).

Batu Inti no. 1022 (Ilustrasi 91)

Bentuk awal: bongkahan kecil (36x32x16).

Bahan baku: B.R2.

Perkiraan produksi: hampir dua belas negatif pangkasan (serpih-serpih primer) dengan arah

sentripetal atau bahkan lateral.

Batu Inti no. 424

Bentuk awal: bongkahan kecil dengan korteks pada kedua mukanya (45x55x30).

Bahan baku: RR2.

Perkiraan produksi: sekitar lima belas pangkasan dengan arah lebih kurang sentripental,

terkadang tegak lurus atau Iateral.Batu Inti no. 527 (Ilustrasi 91)

Bentuk awal: bongkahan kecil? (45x59x32).

Bahan baku: RR2.

Perkiraan produksi: hampir delapan negatif pangkasan dengan arah sentripetal untuk tiap sisi

bongkahan. Serpih-serpih yang dilepaskan tergolong berukuran kecil « 2mm).

Batu Inti no. 876 (Ilustrasi 91)

Bentuk awal: batu inti ini agaknya merupakan sebuah serpih dengan sisa korteks pada salah

satu sisinya (?) (49x42x24).

Bahan baku: RR2.

Perkiraan produksi: lebih dari lima belas negatif pangkasan « 30 mm) dengan arah lebih

kurang sentripetal, terkadang tegak lurus atau lateral.

2 - Batu Inti Buangan (7 buah)

Batu inti ini sulit diamati dan sering kali memiliki sisa korteks pada salah satu

bidangnya. Ketujuh batu inti tersebut berlabel: no. 1077, no. 466, no. 626, no. 996, no. 1013,

no. 2166 dan no. 460. Batu inti berukuran kecil ini (panjangnya rata-rata 30 mm, lebarnya rata￾rata 25 mm dan tebalnya rata-rata 20 mm) sebagian besar memperlihatkan penggunaan algo￾ritme: mungkinkah batu ini diolah secara berlebihan?

3 - Bongkahan yang Diuji Atau yang Sedikit Ditetak (sebuah)

Bongkahan ini berukuran kecil (60x47x32), berbentuk segi empat, dan memperlihatkan

pangkasan yang tidak berkelanjutan dan terpisah. Serpih-serpih yang dihasilkan dari

bongkahan ini memiliki ukuran yang tepat.

Mengapa bongkahan ini dibiarkan sebagaimana adanya? Jawabannya tidak

diketahui karena mutunya bagus (B.B.2) dan belum dipangkas seluruhnya. Barangkali

dalam empat pukulan para pemangkas telah memperoleh artefak dengan bentuk dan

ukuran yang diinginkan?Pengamatan Skema Pembuatan Batu Inti dari Kotak B6

Dua puluh enam batu inti diperoleh dari ekskavasi atau 1% dari artefak yang ditemukan

di kotak B6.

i - Batu inti yang Sedikit Diubah (23 buah)

Tipe i -Batu inti dengan Algoritme Tegak Lurus Unipolar (8 buah)

Batu Inti no. 1834 (Ilustrasi 92)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk segitiga (65x45).

Bahan baku: B.B.2, batu rijang berwama putih coklat muda dengan mutu yang cukup bagus.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: hanya sebuah bidang yang dibuka lewat

empat pangkasan besar. Negatif-negatif pangkasan dengan arah yang lebih kurang

sentripental dihambat oleh kecembungan alami bongkahan (kontrol distal).

B - Bidang pemangkasan: delapan negatif pangkasan searah dan sejajar.

Perkiraan produksi: apapun bidangnya (A dan B) support-support mempunyai sifat

teknologis yang sama: serpih primer atau memiliki korteks pada bagian lateral (1 a-l d). Artefak

ini cukup panjang (sekitar 30-35 mm) dan lebar.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (distal dan proksimal) dan hancumya dataran pukul.

Batu Inti-Alat no. 1552 (I1ustrasi 93)

Bentuk awal: bongkahan kecil segitiga (4x50).

Bahan baku: B.B.4, mutu batu rijang bagus sekali.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: beberapa negatifpangkasan dengan arah

bipolar.

B - Bidang pemangkasan: serangkaian negatifyang konvergen ke arah bagian puncak

yang kortikal dan yang sesuai dengan morfologi segitiga bongkahannya.

Perkiraan produksi: serpih-serpih yang memiliki korteks (tekno-tipe1a-l c) dan juga serpih￾serpih yang panjangnya tidak melampaui 30 mm.

Batu inti ini dapat disebut sebagai sebuah alat berjenis serut karena memperIihatkan muka yang

diretus dengan retusan bersap melebar (scalariform) antara bidang A dan bidang B.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (distal dan proksimal) dan hancumya dataran pukul.Batu Inti no. 2277 (Ilustrasi 94)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk prisma (58x57).

Bahan baku: B.R2, batu rijang abu-abu muda dengan tekstur halus.

Deskripsi skema pembuatan:

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: dataran pukul dikerjakan dalam

dua tahap:

- tahap pertama terdiri atas pemangkasan kortikal AI pada salah satu sisi bongkahannya,

- tahap kedua, terdapat serangkaian serpih yang bertujuan untuk menetak puncak

bongkahan dan terdiri dari negatif no. 2, no. 3 dan no. 4. Negatif-negatif ini

menciptakan pennukaan baru A2 yang menyeimbangkan kembali volume umum.

Dari bidang tersebut dilepaskan serangkaian serpih dengan arah tunggal (B).

B - Bidang pemangkasan: seIain sebuah negatif kecil berarah tegak lurus, terdapat

serangkaian serpih unipolar lebih kurang konvergen berdasarkan bentuk prisma

bongkahannya.

Perkiraan produksi: support-support yang dihasilkan cenderung laminer-memanjang, sering

kali sangat kortikal (tekno-tipe 1a-1 d).

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (distal).

Batu Inti no. 2211 (Ilustrasi 95)

Bentuk awal: bongkahan kecil berbentuk bulat lonjong (5lx42).

Bahan baku: B.R2, batu rijang abu-abu tua.

Deskripsi skema pembuatan:

Seperti halnya artefak berikutnya (no. 2183) batu inti ini memperlihatkan area pemakaian

algoritme yang paling sempuma menurut sumbu morfologis alami bongkahannya (AlB = 2

pukulan, satu pukulan mendahului dan mendasari pukulan yang Iain).

Bentuk batu inti ini memang merupakan bentuk yang paling mumi dari sebuah bongkahan

yang diubah melalui proses ini: dua bidang yang berhadapan agaknya diambil dari "matriks

kortikal" berdasarkan algoritmenya.

A - Bidang pemangkasan dan dataran pukul: negatif pangkasan 1 (berpangkal

kortikal).

B - Bidang pemangkasan: negatif pangkasan no. 2 (dataran pukul datar tetapi

sangat cekung dengan sudut pukul yang sangat tertutup).

Perkiraan produksi: dua serpih primer yang cukup tebal dengan panjang yang lumayan: lebih

kurang 35 mm untuk negatif no. 1 dan lebih kurang 20 mm untuk negatif no. 2.

Keadaan saat ditinggalkan: ?

Batu Inti no. 2183 (Ilustrasi 95)

Bentuk awal: bongkahan berbentuk bulat lonjong (82x57)

Bahan baku: B.R2.

Deskripsi skema pembuatan: skema pembuatan tetap sama dengan sebuah serpih yang bagian

distal negatif pangkasannya berfungsi sebagai dataran pukul pada serpihan kedua yang

bertentangan.Satu-satunya perbedaan antara batu inti sebelumnya dengan batu inti ini adalah arah oposisi

dari kedua bidang, yakni corak dataran pukul yang dipilih untuk melepaskan serpih no. 2:

- Untuk no. 2183 dataran pukul adalah bagian distal serpih no.1;

- untuk no. 2211 dataran pukul terletak pada bagian proksimal serpih no. 1 (contre￾bulbe). Pengamatan ini tidak mengubah apa-apa tentang corak support-support

yang dihasilkan.

Perkiraan produksi: dua serpih primer yang cukup tebal.

Keadaan saat ditinggalkan: ?Batu Inti no. 1414 (Ilustrasi 96)

Batu inti ini dikelompokkan dalam tipe 1 dan bukan dalam tipe 2 karena:

- Perubahan bongkahan awal bagi kami tampak tidak cukup maju dan tidak optimal

(jumlah faset yang besar dan orientasi multi-arah dari negatif-negatif pangkasan)

sampai berakhir pada bentuk berfaset (muka-muka yang diolah dengan sedikit sisa

korteks).

- Tidak ada pembukaan yang nyata dari dataran pukul kedua yang berhadapan dan

yang memotong seri pangkasan awal. Dalarn hal ini, terdapat perubahan orientasi

sumbu (rotasi algoritme) sarnbil mempertahankan kesinarnbungan tegak lurus dengan

episode-episode sebelumnya.

Patut diperhatikan bahwa pembukaan dataran pukul yang berhadapan terletak pada ujUng

dataran pukul pertama yang sering kali kortikal. Seri yang dihasilkan bersifat sub-paralel pada

seri yang pertama.Bongkahan ini dibagi dalam lima episode (ilustrasi 96): satu episode terdiri atas satu bidang

yang diolah, satu seri sekian serpih dan kadangkala satu dataran pukul.

Bentuk awal bongkahan: bujur sangkar (55x45).

Bahan baku : RR2, batu rijang abu-abu muda yang cukup bermutu.

Deskripsi skema pembuatan:

- Rentetan episode yang silih berganti pada bidang pangkasan dan dataran pukul

(A/B): Terdapat tiga episode, termasuk dua pada bidang yang sama (A2 dan A3).

- Al: serpihan primer (episode 1) membuka dataran pukul untuk seri tegak lurus BI

(episode Il: dua negatifpangkasan sejajar, no. 1 dan 2). Dari bidang pangkasan Blini

dibuka dua dataran pukulA2 dan A3 yang akan menentukan dua seri baru (episode III

dan IV) pemangkasan arah tunggal pada dua muka yang Iain: B2 dan B3. Episode

terakhir (V): dua negatif pangkasan, yang dilepaskan dari area awal AI, memotong

negatif pangkasan utama episode IV.

Perkiraan produksi: serpih-serpih primer atau sangat kortikal (la-Id) yang panjangnya rata-rata

sekitar 30 mm.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan (distal dan proksimal) dan hancurnya dataran pukul.

Batu Inti no. 1666 (Ilustrasi 97)

Bentuk awal: bongkahan tebal berbentuk segi empat.

Bahan baku: BB.2, batu rijang putih kecoklatan.

Deskripsi skema pembuatan:

Di sini ditemukan skema klasik NB dan juga sebuah episode pemangkasan yang tidak

berlawanan, melainkan yang agak terlateralisasi.

Bidang pemangkasan dan dataran pukul: bidang A merupakan dataran pukul utama yang

dilepaskan melalui serpih primer yang panjang dengan penipisan pada ujung distalnya.

Permukaan A adalah bidang yang menciptakan serangkaian permukaan yang berlawanan (B)

dengan tiga pangkasan sejajar (no. l, 2, 3).

Pada satu permukaan bongkahan yang berlawanan dari sebuah dataran pukul alami, terdapat

dua pangkasan kortikal panjang (a dan b) dengan arah miring yang tidak berkaitan dan bahkan

dilepaskan sesudah seri unipolar (B). Pangkasan (a) pada gilirannya berfungsi sebagai dataran

pukul (sangat cekung) untuk pelepasan sebuah serpih (c) yang memotong negatif pangkasan

no. 3 dari bidang pangkasan pertama (yang disebut B).

Perkiraan produksi: banyak serpih kortikal (primer) atau dengan dataran kortikal, pada

umumnya cukup panjang dan lebar.

Keadaan saat ditinggalkan: penipisan.

Batu Inti no. 1332

Bentuk awal: berbentuk bulat lonjong (75x55).

Bahan baku: B.R3.

Deskripsi'skema pembuatan: ditemukan kembali kombinasi NB, yakni dua bidang berlawanan

yang diolah satu per satu. Namun begitu, sulit untuk menentukan yang mana yang duluandiolah. Bagaimanapun juga bentuk akhir adalah bentuk kapak penetak dengan sebuah garis

persilangan yang berliku-liku di antara kedua area

Perkiraan produksi: serpih primer atau sangat kortikal (tekno-tipe 1a-1 b).

Keadaan saat ditinggalkan: kehilangan sudut pangkasan.

Tipe 2 - Batu Inti-Batu Inti dengan Algoritme Tegak Lurus Bipolar (8 buah)

Batu Inti-Alat no. 1985 (Ilustrasi 98)

Bentuk awa1: bongkahan berbentuk bujur sangkar (49x45).

Bahan baku: 8.B.3, wama putih kecok1atan muda.

Deskripsi skema pembuatan:

Da1am hal ini sulit mengikuti krono1ogi episode-episode pemangkasan. Tetapi algoritmenya

dapat ditemukan, terkadang pada bagian puncak, terkadang pada bagian dasar bongkahan, atau

bahkan pada sisinya.

Bentuk sisa ini khas untuk pemangkasan yang berulang dengan memi1iki sedikit sekali korteks.

Bentuk ini mempunyai ciri-ciri klasik sebuah artefak berfaset dan sebuah serut tapai kuda

(horse hooj) yang memperlihatkan bagian yang diretus dengan sejwnlah retusan curam.

Perkiraan produksi: serpih-serpih yang diperoleh memiliki berbagai ukuran. Ditemukan semuatekno-tipe yang dapat diamati dengan jumlah korteks yang bervariasi (la-id dan arah yapg

berlawanan).

Keadaan saat ditinggalkan: kehilangan dataran pukul dan sudut.


Batu Inti no. 1205

Bentuk awal: bongkahan kecil bujur sangkar (21x24).

Bahan baku: B.B.2, putih kecoklatan muda.

Deskripsi skema pembuatan:

Skema di sini sama dengan skema yang disinggung di atas:

Pengulangan algoritme yang intensif;

negatif-negatif pangkasan yang berorientasi multi-arah;

sedikit sisa korteks;

bentuk berfaset yang kemungkinan besar mendekati bentuk awal;

kemungkinan terdapat muka yang sedikit menonjol: serut, kapak perimbas tipe tapai kuda.

Perkiraan produksi: serpih-serpih bemkuran kecil.


Batu Inti no. 1171

Bentuk awal: bongkahan berbentuk segi panjang (72x39).

Bahan baku: B.B.2, batu rijang abu-abu muda yang cuk:up bermutu.

Deskripsi skema pembuatan:

Secara keseluruhan pemangkasan berlangsung di sekelilingnya dan tegak lurus pada sebuah

bidang pangkasan dan pada dataran pukul A yang luas (serpih primer). Diamati juga negatif￾negatif pangkasan yang berlawanan dan yang dihasilkan dari suatu dataran pukul alami.

Perkiraan produksi: sedikit serpih yang dihasilkan; sifatnya tebal, memanjang dan sering kali

seluruhnya kortikal.

Keadaan saat ditinggalkan: ?

Batu Inti no. 1519

Bentuk awal: bongkahan berbentuk bulat lonjong berpotongan "segitiga".

Bahan baku: B.B.3.

Deskripsi skema pembuatan:

Di sini ditemukan pengolahan bongkahan yang berputar (transversal) dengan beberapa

orientasi pemangkasan searah atau dengan arah yang berbeda. Oleh karena batu inti ini sulit

untuk diorientasikan, kami memilih untuk menonjolkan algoritme (no.1/no.2) pada skemanya.

Perkiraan produksi: serpih-serpih yang sangat kortikal dan primer.

Keadaan saat ditinggalkan: ?

Daftar ini perlu ditambahkan dengan empat batu inti Iain yang berukuran kecil,

no. 590, 903, 410 dan 289. Semuanya mengikuti pengolahan tegak lurus dan berulang

berdasarkan algoritme.

Tipe 3 - Batu Inti-Batu Inti dengan Pangkasan yang Berarah Sentripetal

(7 buah)

Batu inti tipe ini berjumlah tujuh buah. Enam buah di antaranya masih memperlihatkan korteks

dan pada umumnya berpotongan bikonveks.

Batu Inti no. 1303 dan batu Inti no. 1762 (Ilustrasi 99)

Bentuk awal semacam lempengan (bongkahan berbentuk segi empat panjang).

Bahan bak:u: B.B.2.

Selain keberadaan korteks pada kedua mukanya, terdapat sejumlah negatif pangkasan yang

memanjang tersusun dengan arah yang lebih kurang sentripetal.

Perkiraan produksi banyak alat-alat serpih primer. Secara keseluruhan, produksinya bersifat

superfisial dan singkat.

Artefak no. 1762 dapat dikelompokkan ke dalam kategori batu inti-alat karena terdapat retusan

pada tepian sebelah kanan dan kirinya.

Batu Inti no. 538 (RB.1), Batu Inti no. 1153 (B.B.3),

Batu Inti no. 304 (RB.4)

Bentuk awal: serpih ?

Tampaknya demikian untuk no. 1153 dan no. 304 yang salah satu tepiannya mempunyal

retusan kecil yang tidak merata.

Perkiraan produksi: pangkasan-pangkasan berbagai ukuran dengan arah sentripetal dan lebih

kurang kortikal, tetapi juga tanpa korteks sama sekali.

Ketiga batu inti ini mewakili tipe 3 (sekaligus karena morfologinya dan juga pengolahannya).

Dua artefak yang tidak digambar di sini dapat dikelompokkan dalam grup yang sama, yakni

no. 1338 dan no. 502.


Sintesis Analisis Artefak Litik dari Song Keplek

Dari 14.539 tinggalan litik dari Song Keplek, kami telah membedakan dua kelas: kelas

pertama terdiri atas 3.664 serpih dengan panjang lebih dari 20 mm. Kelas kedua terdiri atas

10.799 serpih dengan panjang kurang dari 20 mm.

Di antara 3.664 serpih, 1.704 buah (46%) dipilih untuk digunakan dalam kondisi kasar

atau dibentuk menjadi alat, sedangkan dari 10.799 serpih hanya 540 buah (5%) yang

digunakan, bahkan diretus.

Dari pengamatan ini, kami menyimpulkan bahwa pemangkas pada zaman prasejarah

mengutamakan serpih-serpih dengan panjang 20 mm ke atas untuk dikerjakan menjadi alat.

Hal tersebut menjadi alasan kami untuk menolak menyelidiki ukuran-ukuran dan ciri-ciri

teknologis artefak di bawah 20 mm (beberapa artefak yang memiliki skema diakritis yang

menarik kadang-kadang dimasukkan ke dalam tabel).

Dengan demikian semua rata-rata yang dihitung dan digunakan dalam analisis ini

berkenaan dengan sebagian dari himpunan temuan saja, yaitu 3.664 artefak (Ilustrasi 100).

1.1) Support-Alat

a) MorJologi Umum Support-Alat

Support yang dipilih sebagai alat oleh manusia prasejarah adalah support yang sebagian

besar berukuran jauh lebih besar dari ukuran support hasil pangkasan yang tidak diretus

(Ilustrasi 101).


Kami berpendapat bahwa pemilihan support untuk dikerjakan menjadi support-alat

(jumlahnya 1.704 buah atau 46% darijumlah keseluruhan serpihan > 20 mm: 3.664 buah) lebih

berdasarkan pada kriteria-kriteria ukuran daripada ciri-ciri morfoteknologis. Seperti yang telah

diamati, ciri-ciri morfoteknologis ini sama untuk semua artefak tekno-tipe 1a-l d, pemangkasan

arah tunggal).

Memang, kecuali tipe-tipe alat yang keci! seperti serut ujung, alat gurdi atau limas yang

secara statistis tidak representatif dan yang dibuat dari serpih yang pendek dan tebal (tekno￾tipe 2a sering dijumpai), 50 % hingga 60 % artefak lainnya memiliki negatif-negatifpangkasan

berarah unipolar (tekno-tipe 1a-1 d) (Ilustrasi l02). Sembilan puluh persen dari pisau

berpunggung alami berorientasi unipolar.


Enam puluh persen dari support-alat berkorteks dengan morfologi memanjang (serpih

laminer), sementara sumbu pemangkasan yang sedikit bergeser dari sumbu morfologis

mencapai 15% dari jumlah keseluruhan. Bentuk-bentuk alat tersebut, antara Iain agak

memanjang segitiga (47%), segi empat panjang tipis (39%), ataupun segi empat panjang

tebal (14%).Pemilihan sejumlah support menjadi support-alat dilakukan berdasarkan kriteria￾kriteria metris (Iihat ukuran rata-rata p, l, t, I1ustrasi 101).

Meskipun ukuran rata-rata sebagian besar alat lebih besar dari ukuran rata-rata serpih

pangkasan (I1ustrasi 101), ukuran dari yang terakhir ini tidak selalu kelihatan jelas menurut

kategori alat dan mengikuti standar variasinya (liustrasi 103) :

Perkiraan ini memungkinkan kami mendiskusikan data-data ukuran rata-rata

(I1ustrasi 101) dan juga memungkinkan untuk menyatakan dengan cukup yakin, bahwa

terdapat seleksi berdasarkan kriteria-kriteria metris untuk empat tipe alat: serut samping, pisau

berpunggung alami, serut ujung dan limas.


) Komposisi Tipologi Peralatan

Support yang dibentuk menjadi alat di Song Keplek memiliki aspek "mousteroid"

dengan ditemukannya serut (22%), serut gerigi (15%) dan serut cekung (14%) (Ilustrasi 104).

Di luar itu terdapat 35% support y