• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label kerajaan di jawatimur 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kerajaan di jawatimur 4. Tampilkan semua postingan

kerajaan di jawatimur 4





pemerintah dengan berbagai upaya membangun,meningkatkan 
dan membina usaha-usaha pariwisata. 
        Sesuai dengan kondisi dan potensi daerah, maka pemerintah daerah kabupaten Kediri 
mencanangkan wilayahnya sebagai destinasi Wisata Budaya yang memiliki karakteristik budaya 
Jawa serta peninggalan sejarah , terutama dari masa Kerajaan Kediri. Sejak tahun 2010, daerah 
ini mulai berbenah diri untuk menyongsong kehidupan cerah dengan seluruh warganya. 
Pemberdayagunaan lembaga-lembaga terkait dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah 
daerah kabupaten, BPCB, pemerintah desa terdekat dengan lokasi situs, dan warga  terutama 
anggota warga  yang tergabung dalam komunitas kesnian atau aliran kepercayaan tertentu. 
Terbukanya situs , prasasti atau penyelenggaraan ritual -ritual  adat daerah bagi kunjungan 
wisatawan, terbukti disambut hangat oleh warga  , terutama mereka yang tinggal di wilayah 
lokasi wisata. Di lokasi peninggalan makam raja Jayabhaya misalnya, beberapa warung milik 
warga  setempat menjual barang-barang keperluan untuk mengunjungi kompleks makam. 
Dekat situs Calon Arang di desa Sukorejo, Kecamatan Gurah ada beberapa warung yang menjual 
barang-barang yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung situs. Disisi lain penyelenggaraan 
ritual  adat daerah , seperti ritual  Adat Ritual Sesaji 1 Syuro Sri Joyoboyo yang 
diselenggarakan setahun sekali di daerah Menang selalu didikuti  dan dikunjungi warga  
atau wisatawan untuk mengikuti atau hanya ikut menyaksikan ritual  ritual itu.  Beberapa ruas 
jalan di desa dipadati oleh mereka yang bergabung mengikuti tahap-tahap ritual  ( kunjungan ke 
lapangan pada tanggal 6 Juni 2015 ) .        Diantara padatnya iring-iringan orang yang bergabung 
dalam ritual  itu, cukup banyak  warung dan penjual makanan dan minuman yang siap 
melayani pembelinya.Keadaan ini membuktikan bahwa kegiatan pariwisata di Kediri telah 
direspon dengan baik oleh warga , sebab  mereka sadar bahwa aset wisata budaya yang 
dikembangkan di wilayah mereka akan dan telah mendatangkan keuntungan ekonomis yang bisa 
diandalkan untuk menambah penghasilan mereka. Pada gilirannya hal ini diharapkan akan 
mampu meningkatkan keadaan ekonomis mereka. Untuk itu pemerintah daerah , melalui Balai 
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) pada tahun 2013 mendata beberapa tempat situs dan beberapa 
benda peninggalan, sebagai bagian dari komponen pariwisata budaya di Kediri. Tahun 2015 
pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kediri 
menetapkan situs, prasasti, candi dan benda peninggalan sejarah lainnya sebagai cagar budaya 
yang akan dipelihara dan dilindungi keberadaannya. Ini berarti benda-benda cagar budaya itu 
siap dikelola sebagai aset pariwisata budaya/sejarah yang diharapkan bisa bermanfaat serta 
memberikan kesejahteraan bagi daerah dan warga  Kediri. Aset lain yang menjadi kekayaan 
kota dan kabupaten Kediri adalah adanya museum Airlangga yang diresmikan pada bulan 
Januari tahun 1992, dengan luas mencapai 6670 m2. Museum ini terlatak di kawasan Gunung 
Klotok , dekat Goa Selamangleng , Dukuh Boro Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto KodyaKediri 
(DinasKebudayaan,Pariwisata,Pemuda dan Olahraga, tanpa tahun ). Museum menjadi aset 
pariwisata budaya yang mampu menjelaskan kepada pengunjungnya mengenai tingkat peradaban 
suatu daerah. Dengan memahami berbagai koleksi peninggalannya, orang akan bisa mengetahui 
kejayaan dan keindahan budaya masa lampu suatu daerah. Museum Airlangga dengan berbagai 
koleksinya akan memberikan gambaran tentang dinamika kehidupan sosial politik dinasti raja-
raja  dan budayadi Jawa Timur. 
        Sesuai dengan sifatnya sebagai pusaka budaya, maka pariwisata sejarah yang menjadi 
andalan Kediri memiliki fungsinya selain sebagai sarana hiburan, namun  yang terpenting adalah 
sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bisa memberikan informasi tentang kondisi  atau 
kehidupan warga  dengan segala aspeknya di masa lampau. Hal ini penting untuk disadari 
sebab  kepentingan wisatawan seringkali tidak hanya semata mencari hiburan, melainkan lebih 
kepada kepada tujuan untuk mempeoleh pengetahuan tentang kebudayaan dan sejarah dari tujuan 
wisata. Dalam konteks seperti ini, warga  secara sadar atau tidak akan mengkombinasikan 
wisata yang bermodal budaya, dengan wisata yang bermodal ekonomi kedalam suatu sistem 
industri pariwisata. Yang mengkhawatirkan adalah jika terjadi kekaburan batas antara pariwisata 
budaya dengan pariwisata ekonomi.  Aset budaya dan sejarah menjadi mata dagangan pariwisata 
yang diolah sedemikian rupa agar bisa mendatangkan keuntungan. Jika ini terjadi, maka 
dikhawatirkan bahwa nilai budaya dan sejarah yang tinggi lambat laun akan menjadi hanya 
semacam deretan peninggalan phisik yang tanpa makna, sebab  tidak dapat memberikan 
informasi yang koprehensif tentang dinamika sejarah, dan budaya yang banyak makna spiritual. 
Keadaan ini tentu saja pada gilirannya akan merugikan wisata daerah itu sendiri, sebab  wisataan 
tidak akan tertarik lagi untuk mengunjungi situs-situs yang tidak bisa dirasakan nilai kesejarahan 
, keindahan serta kesakralan budaya yang dianggapnya unik dan menarik. Jadi bisa dimnegrti 
jika pengembangan pariwisata yang disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana yang 
diperlukan, seperti pembangunan jalan, restaurant dan hotel, transportasi harus diintegrasikan 
dengan pemeliharaan situs sesuai dengan latar belakang peninggalannya. Dengan kata lain 
pengembangan pariwisata mesti dilakukan secara bersama oleh berbagai pihak yang masing-
masing memiliki kompetensi di bidangnya. 
4.2. Budaya dan Sejarah Sebagai Aset Wisata  
        Aspek budaya yang menjadi salah satu jenis andalan wisata daerah Kediri berupa ritual  
Adat Daerah , Penghayat Kepercayaan dan beberapa legenda . Kelompok unsur budaya ini 
merupakan intangible culture atau budaya non phisik.  ritual  adat daerah yang diadakan oleh 
warga  Kediri setiap waktu tertentu, boleh dikatakan merupakan bentuk pelestarian terhadap 
tradisi leluhur, serta upaya untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa ( ). Bebarapa ritual  adat yang dimaksud meliputi: 
1. ritual  Adat  Sesaji 1 Syuro 
        ritual  Adat ini dilaksanakan setiap tahun sekali, yakni pada tanggal 1 Syuro. ritual  
dilaksanakan   dengan cara mengadakan ziarah di pamuksan ( tempat moksa ) raja Jayabhaya 
di desa Menang, dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan. Inti dari kegiatan ritual  ini 
adalah untuk memberikan penghormatan kepada Raja Jayabhaya , raja terbesar di Kediri 
yang kekuasaannya mencapai di luar Jawa. Tokoh ini selain termashyur dengan ramalannya 
yang menyatakan bahwa kejayaan Jawa akan runtuh, namun setelah masa yang lama dan 
sulit  kejayaan itu akan kembali pulih, juga bagian dari kitab Mahabharata yakni kitab 
Bharatayudha diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dari bahasa Sangsekertha. Masih ada 
ramalan raja ini yang diyakini orang sedang dan akan terjadi sebagai kenyataan hidup. 
Dengan demikian sifat mesianistis masih melekat pada kekuatan raja ini , dan itu masih 
diyakini  oleh warga  hingga sekarang.  
2. ritual  Adat  Sesaji Gunung Kelud 
ritual  ini dilakukan oleh warga  desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar sebagai bentuk 
ungkapan syukur dan terimakasihnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindunganNya 

dari ancaman Lembusura. Tokoh legenda dari Kediri ini berniat mempersunting Dewi 
Kilisuci ( puteri raja Airlangga ), namun  keinginan ini tidak terpenuhi, bahkan dia terkubur 
hidup-hidup. Untuk menolak bala dari aksi balas dendam Lembusura, maka warga  
Kediri yang tinggal di sekitar Gunung Kelud melakukan ritual sesajiGunung Kelud secara 
rutin. Dalam ritual  ini hadir selain masyrakat setempat, juga wisatawan dalam maupun luar 
negeri. 
3. ritual  Adat Sesaji Ki Ageng Prabu Anom Doko, Ngasem 
ritual  ini dilaksanakan setahun sekali , tepatnya pada bulan Sura, dan dilaksanakan oleh 
warga  Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Bentuk ritual  ini 
merupakan ziarah ke makam Ki Ageng Prabu Anom Doko, kemudian bersih desa , dan 
kemudian ritual  memohon keselamatan berkah dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha 
Esa.   
4. ritual  Adat Sesaji Tirto Husodo 
ritual  ini merupakan kegiatan ritual yang secara periodik, yakni setiap bulan 
Sura.Kegiatan ritual yang dilakukan oleh warga  di lereng Pegunungan Wilis , dusun 
Besuki, desa Jugo, kecamatan Mojo di air terjun Ironggolo ini bertujuan selain untuk 
mengenang tokoh cikal bakal desa Resi Wasis Curigomoto, juga untuk memohon 
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
5.ritual  Adat Sesaji Ki Ageng Boto Putih 
Kegiatan ritual ini dilaksanakan oleh warga  desa Kawedusan , kecamatan Plosoklaten 
Kabupaten Kediri, setahun sekali yang jatuh pada bulan Syura. Ziarah ke makam Ki Ageng 
Boto Putih , sambil memohon keselamatan kepada Tuhan Ynag Maha Esa, menjadi esensi 
penting dalam kegiatan ritual ini. 
      6.Prosesi Hari Jadi Kediri 
Tanggal 25 Maret 804 M ditetapkan sebagai hari kelahiran Kediri. Tanggal ini ditentukan 
berdasar pada isi prasasti Harinjing  yang ditemukan di desa Siman, Kecamatan Puncu. 

       Selain bentuk-bentuk ritual yang mengandung seni,unsur-unsur budaya sejarah yang 
menjadi andalan pariwisata Kediri juga memiliki ragam budaya lain, seperti organisasi 
penghayat kepercayaan serta folklore yang sebenarnya merupakan cerminan dari kehidupan 
masa lampau Kediri. ada  27 organisasi Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha 
Esa yang dalam menjalankan kegiatannya dikoordinir oleh  Badan Koordinasi Kepercayaan  ( 
BKOK ) dan Himpunan Kepercayaan ( HK ). Yang menarik adalah bahwa warga  Kediri di 
bagian Selatan ternyata memiliki budaya yang disebut kulonan ( Barat/Surakarta ). Hal ini 
membuktikan bahwa sejak dulu sudah terjadi interaksi antara warga  Kediri dengan 
warga  daerah lain hingga sampai di Surakarta. Sekaligus hal ini juga memperlihatkan 
kebesaran pada masa kerajaan Kediri, terutama pada masa pemerintahan raja Jayabhaya yang 
pengaruh seni kesusasteraannya menyebar di seluruh wilayah Jawa, seperti misalnya Ramalan 
Jayabhaya. Interaksi yang berproses antara dua warga  di kedua wilayah itu, rupanya 
menghasilkan bentuk akulturasi budaya bagi budaya warga  Kediri Selatan, mengingat 
Surakarta merupakan daerah kerajaan yang berbudaya tinggi.  
       Organisasi Penghayat Kepercayaan di Kabupaten Kediri , baik yang merupakan pusat 
organisasi  maupun cabang dari daerah lain adalah : 
1. Aliran Seni dan Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa 
Alamat : Jl. Madura  77 Gringging 
2. Muritomo Waskito Tunggal ( MTWT ) 
Alamat : Jl. Joyoboyo 1/103 Tepus Ds.Sukorejo Kecamatan Ngasem 
3. Paguyuban Pangudi Katentreman ( PATREM ) 
Alamat : Jl. Imam Fakih No.3 Kandangan , Kab. Kediri 
4. Rasa Manunggal 
Alamat : Mojolegi, Desa Bendo , Kecamatan Pare Kab. Kediri 
5. Jowo Domas 
Alamat : Desa Klanderan RT.02/01, Kec. Ploso Klaten, Kab. Kedri 
6. Among Rogo/ Panggugah Sukmo 
Alamat : Jl. Kelud no.38, Desa Pandantoyo 
7. Paguyuban Kawruh Hardo Pusoro 
Alamat : Desa Keling Kecamatan Kepung, Kab. Kediri 

8. Paguyuban Ngesti Budi Sejati 
Alamat : Dusun Ngreco Desa Rembang, Kec. Ngadiluwih , Kab. Kediri 
9. Paguyuban Sumarah 
Alamat : Desa Wates, Kec.Wates, Kab.Kediri 
10. Paguyuban Penghayat Kapribaden 
Alamat : Jl. Joyoboyo, Dusun Keden, Desa Karangrejo, Kec. Ngasem 
11. Perguruan Ilmu Sejati 
Alamat : Desa Pohjarak RT.01/04 Kec.Plemahan 
12. Aliran Kebatinan Perjalanan 
Alamat : Dusun Krajan RT.01/04, Desa Branggahan Kec. Ngadiluwih 
13. Parwo Ayu Mardi Utomo ( PAMU ) 
Alamat : Dusun Panceran, Desa Ngancar , Kec. Ngancar 
14. Purwani Dumadi Kautaman/ Kasampurnan ( PDKK ) 
Alamat : Desa Brumbung RT.04/08, Kec.Kepung 
15. Paguyuban Sapta Sila 
Alamat : Desa Petok, Kec. Mojo 
16. Persatuan Warga Sapta Dharma ( PERSADA ) 
Alamat : Jl.Diponegoro No.8, Kec.Pacar 
17. Himuwis Rapra 
Alamat : Dusun Lestari RT.01/01, Desa Wonorejo, Kec.Puncu 
18. Kepercayaan Sapta Dharma negara kita  
Alamat : Desa Baye, Kec. Pagu 
19. Budi Daya 
Alamat : Jl. Biliton No.29, Dusun Duluran Timur, RT.04/13, Desa Gedang Sewu, 
Kec.Pare 
20. Kawruh Jowo Dipo 
Alamat : Desa Bedali, RT08/02 Kec.Ngancar 
21. Paguyuban Sangkan Paraning Dumadi ― Srijayabaya‖ 
Alamat : Desa Wonosari Kec.Pagu 
22. BKOK 
Alamat : Jl. Letjend. Sutoyo 95 Kediri 
 
23. Paguyuban Ngesti Tunggal ( Pangestu ) 
Alamat : Jl. Wilis 25 Pare 
24. Kawruh Sedulur Sejati 
Alamat : Jl. Keramat RT 02/04, Desa Bobang Kec. Semen 
25. Dharma Bhakti Sri Pamenang 
Alamat : Ds. Payaman Kec. Plemahan 
26. Kawruh Sasongko 
Alamat : Dsn Krajan No.263, Desa Tales, Kec. Ngadiluwih 
27. Pamungkas Punering Pitutur Budi Luhur 101 
Alamat : Dsn. Mangunrejo RT.04/09 
      Banyaknya oraganisasi penghayat kepercayaan di wilayah Kab. Kediri, mengindikasikan 
terhadap adanya kekayaan ragam budaya yang intangible yang diminati warga nya.  Hal ini 
menjadi modal yang sangat menguntungkan bagi industri pariwisata di Kediri, sebab  wilayah 
ini sebenarnya juga tidak kurang banyaknya memiliki peninggalan phisik atau situs sejarah yang 
bisa dibanggakan bagi wisata budaya Kediri.  
 
       Jenis ragam budaya intangible lain yang menunjukkan Kabupaten Kediri sebagai bekas 
wilayah kerajaan besar, adalah tentang kejayaan kesusasteraan Jawa Kuna yang terjadi pada 
masa kerajaan Kediri. Karya- karya kesusasteraan yang ternama adalah Kitab Arjuna Wiwaha , 
Krisnayana, Sumana Santaka, Smaradahana, Baratayudha, Werdhasancaya dan Gatutkacasraya.  
Selain karya-karya agung itu, folklore yang tersebar di beberapa wilayah Kediri juga menjadi 
nilai yang sangat berharga selain untuk memahami masa lampau Kediri, juga menjadi 
penyumbang bagi ragam aset pariwisata sejarah dan budaya Kediri. 
      Folklore Panji Semirang merupakan salah satu contoh romantika sejarah pada masa kerajaan 
Daha dan Jenggala yang penyebarannya sampai ke luar Jawa, seperti Bali,Lombok, Sulawesi, 
Sumatra bahkan ke luar negeri seperti  Malaysia, Thailand dan Kamboja. Hal ini memperlihatkan 
adanya indikasi bahwa kebesaran Kediri mampu menembus batasan nasional hingga 
internasional. Kisah Panji yang berlatar belakang pada masa Kediri menggambarkan romantika 
kepahlawanan seorang pemuda Inu Kertapati dari Kahuripan dan puteri dari Daha Galuh 
Candrakirana yang di dalam pengembaraannya, telah mempersatukan mereka dalam cinta yang 
memang sudah ditakdirkan untuk bertemu. Pertemuan cinta mereka direfleksikan sebagai 
bersatunya matahari dan bulan, atau Lingga dan Yoni. Berdasar pada ceritera rakyat yang 
melegenda ini, para seniman di Kediri banyak terinpirasi untuk menciptakan tarian dan drama 
tari yang mengikuti alur cerita legenda Panji ini .  Beberapa legenda yang menjadi cerita 
rakyat, adalah  Asal Usul  Tuban, Legenda Irenggolo, Legenda Sumber Baru Klinthing, dan 
Legenda Gunung Kelud.  
      Beberapa legenda yang menarik adalah legenda Baru Klinthing yang menceritakan tentang 
seputar kemenangan dan kebesaran Aji Saka yang berkuasa di Medang Kamulan, setelah 
berhasil mengalahkan Dewata Cengkar, penguasa di wilayah itu sebelumnya. Pada masa 
pemerintahan Aji Saka yang arif bijaksana terciptalah huruf dan abjad bahasa Jawa ( 
ha..na..ca..ra..ka..dst ).Dalam perjalanan hidupnya kemudian, Aji Saka dipertemukan dengan 
kekuatan seekor naga sakti bernama Baru Klinthing, yang lidahnya putus oleh keris sakti Aji 
Saka. Kesaktian naga yang marah sebab  lidahnya terpotong, mengakibatkan terjadinya bencana 
alam tsunami, yang setelah reda muncul seorang disebut ―manusia bajang‖ yang berhasil 
mencabut lidi yang dia tancapkan di tanah desa yang sedang mengadakan kenduri. Lobang tanah 
bekas tempat lidi yang telah dicabut berubah menjadi sumber mata air yang dinamakan sebagai 
―Sumber Baru Klinthing‖. Hingga sekarang legenda ini masih sangat dikenal di Dusun 
Bunut,Desa Bringin,Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sementara itu kisah 
legenda Gunung Kelud lebih terfokus pada ritual  ―tolak balak‖ yang berkisar pada pemberian 
sesaji atau larung sesaji yang dilakukan oleh warga  Sugih Waras, Kecamatan Ngancar 
secara turun tenurun. Hal ini dilakukan sebab  warga  setempat meyakini bahwa Gunung 
Kekud merupakan tempat pertemuan antara roh-roh halus se Jawa dan Bali. Inilah yang menjadi 
latar belakang bagi anggota warga  Jawa dan Bali mengadakan ritual  pemberian sesaji di 
gunung itu.    
       Selain wujud kebudayaan non  phisik, maka wujud kebudayaan phisik di Kabupaten Kediri 
menjadi pendukung utama sebagai aset pariwisata yang diandalkan untuk menarik kunjungan 
wisatawan ke daerahnya.  Wujud dari kebudayaan phisik atau yang sering disebut sebagai 
tangible culture adalah berupa benda kepurbakalaan cagar budaya , yang terdiri dari : situs, 

 
prasasti, candi dan benda cagar budaya, serta koleksi benda yang disimpan di museum daerah 
 
 
4.3. SITUS  
1. Situs Calon Arang 
       Tempatnya di desa Sukorejo, Kecamatan Gurah. Situs ini diyakini sebagai petilasan Janda 
dari Gurah,  atau yang dikenal sebagai Calon Arang. Kisah Calon Arang terjadi pada masa 
pemerintahan Raja Airlangga di Jawa Timur. Perselisihan antara raja dengan janda sakti 
penguasa desa Gurah ini terjadi sebab  dia merasa kecewa, bahwa janji raja Airlangga untuk 
menikahi puterinya ( Ratna Manggali) tidak kunjung ditepati. Calon Arang kemudian menebar 
wabah penyakit yang mengakibatkan kematian banyak penduduk di Kahuripan. Pada akhirnya 
kesaktian Calon Arang dapat dikalahkan oleh Mpu Bharada, lewat muridnya Mpu Bahula. 
Wujud dari Situs Calon Arang ini adalah artefak yang berupa umpak batu ( batu landasan tiang 
penyangga rumah ), batu ambang pintu dan fragmen batu bata kuna. 
2. Gereja Pohsarang  
       Bangunan ini terletak di desa Pohsarang, Kecamatan Semen Kab.Kediri. Gereja ini dibangun 
oleh Herman Maclain Pont seorang arsitek Belanda pada tahun 1936, yang menggunakan 
arsitektur budaya lokal . Konstruksi bangunan utama di bagian atap menggunakan genteng yang 
diikat dengan kawat baja , sedangkan pada bangunan altar dibuat dengan cara merekatkan batu 
bata dengan besi, mirip dengan cara membangun candi Jawa yang menggunakan batu bata 
merah. Beberapa ukuran dan pahatan yang ada mirip dengan monumen-monumen peninggalan 
Majapahit . Bangunan pendukung seperti lonceng, pagar dan relief dibangun dengan batu kali 
yang disusun secara artistik membentuk bangunan menara serta bilik-bilik tertentu . Pada bagian 
atas menara lonceng ada  petunjuk arah angin berbentuk ayam jantan. Berada di dekat atau di 
dalam banunan gereja ini akan terasa kesakralan suasana gereja. 
3. Watu Gajah 

 
       Watu Gajah berwujud arca yang terletak di Dusun Karang Dinoyo, desa Kepung Kecamatan 
Kepung. Situs ini digambarkan sedang berdiri menghadap ke arah Barat diapit oleh anaknya di 
sebelah kanan, dan seorang manusia sedang menuntunnya di sebelah kiri. Diperkirakan arca ini 
belum selesai dikerjakan. 
 
4. Arca Tothok Kerot 
Arca ini merupakan arca jenis dwarapala ( arca berbentuk raksasa yang meneramkan dengan 
membawa arca gada ). Arca ini berfungsi sebagai penjaga pintu /gerbang secara berpasangan. 
Arca ini dihiasi dengan berbagai ragam bentuk tengkorak, yakni pada mahkota, subang, bahu 
dan kalung, sedang hiasan ( kalung ) di kaki berbentuk ular. Hiasan pada perut ( upawita ) 
berbentuk tali. Dari penggambaran asesoris yang dikenakan yang didominasi oleh tengkorak 
diperkirakan melamabngkan sebagai agama Hindu aliran Nwerti pada masa kerajaan Kediri 
akhir. 
5. Situs Tondowongso 
       Situs ini berada di dusun Tondowongso, desa Gayam Kecamatan Gurah. Situs ini berupa 
komplek  candi  Hindu yang dikelilingi oleh kolam. Artefak arca yang ada  di situs ini adalah 
arca Brahma, Durga Mahesa Sura Mandhini, Nandhi , Yoni, Agasthya Mahakala. Dari hasil 
penelitian memperkirakan bahwa situs ini berasal dari abad 11 – 13. 
6. Situs Sumbercangkring 
       Situs ini terletak di desa Sumbercangkring, Kecamatan Gurah. Situs ini ditemukan pada 
pertengahan tahun 2008. Ini merupakan situs bangunan candi yang diperkirakan berasal dari 
abad 11 – 13. Situs ini berupa hiasan kepala Kala, Batu Umpak, Batu Ambang Pintu, Fragmen 
Ganesa, Dwarapala dan batu berinskripsi. 
PRASASTI 
1.Prasasti Harinjing 
       Prasasti ini menyampaikanpenganugerahan daerah perdikan dari Raja Mataram Kuna Rakai 
Layang Dyah Tulodhong kepada Bhagawanta Bhari , atas jasanya membangun tanggul di Sungai 
Harinjing untuk mencegah banjir serta meningkatkan hasil pertanian . 
2.Prasasti Siman 

 
       Oleh warga  setempat prasasti ini disebut sebagai Punden Mbah Garut. Prasasti ini 
ditemukan di Desa Siman Kecamatan Kepung. Prasasti ini ditulis dengan aksara Jawa Kuna ini 
berjumlah dua buah. Berdasarkan gambar simbol pada prasasti yang berbentuk bunga lotus, 
maka dapat diketahui bahwa prasasti ini ditulis pada masa Kerajaan Singasari.   
3. Prasasti Pohsarang / Watu Tulis Pohsarang 
       Terletak di sebelah Timur Gunung Wilis , di salah satu sisi Sungai Kedak, desa Pohsarang, 
Kecamatan Semen. Kondisi prasasti masah sangat baik . Prasasti ini ditulis dengan huruf Kadiri 
Kwadrat , yakni huruf yang berasal dari masa Kediri , dengan bahasa Jawa Kuna. Prasasti ini 
dipahat pada sebuah batu alam yang terdiri dari empat baris, dengan bagian terpanjang 190 cm, 
dan ukuran masing-masing 17x50 cm. 
    
.CANDI  
1.Candi Tegowangi 
       Terletak di desa Tejowangi, Kecamatan Plemahan dibagian Utara Kabupaten Kediri. Candi 
ini merupakan monumen peninggalan masa kerajaan Majapahit, yang dibngun pada tahun 1400 
M. Candi ini merupakan makam raja Bhre Matahun , vazal dari Majapahit pada masa 
pemerintahan Hayam Wuruk. Candi ini dibangun dengan menggunakan batu andesit dengan 
pondasi batu bata merah, dengan hisan relief pada bagian atasnya yakni sudhamala.  
2.Candi Surowono 
       Merupakan monumen peninggalan masa Majapahit , yang dibangun pada abad 15 M dengan 
tujuan untuk mendharmakan Bhre Wengker yang wafat pada tahun 1388 M. Dia merupakan 
vazal Majapahit  dan merupakan saudara raja Haam Wuruk.  Terletak di desa Canggu, 
Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Dari segi arsitektur, candi ini serupa dengan candi 
Tegowangi, tapi hanya diketemukan pada bagian kaki dan tubuhnya saja.. Candi ini merupakan 
bangunan suci agama Hindu. 
3. Candi Dorok 

 
       Terletak di desa Manggis, Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Candi ini dibangun dengan 
bahan batu bata merah, dan menghadap ke barat.Kemungkinan candi ini terpendam di tanah, 
sebab  timbunan material vulkanis letusan Gunung Kelud. 
 
. BENDA CAGAR BUDAYA   
       Benda Cagar Budaya dilindungi oleh Undang-Undang Negara Republik negara kita  Nomor 5 
Tahun 1992. Bneda Cagar Budaya yang ada di wilayah Kabupaten Kediri meliputi : 
1.Arca Mbah Budho 
       Arca ini merupakan arca Ganesha yang bertubuh pendek, dengan bagian kepala/ mahkota 
yang telah rusak terpenggal. Benda ini terletak di Kota Pare, tepatnya di alun-alun kota Pare . 
Diperkirakan arca ini sudah tiak ―in situ‖ ( tidak di tempat aslinya ) lagi, sehingga sulit dicari 
konteksnya. Dari bentuk pahatannya diduga arca ini berasal dari masa kerajaan Majapahit. 
2. Artefak di Balai desa Brumbung 
       Kumpulan artefak ini disimpan di Balai desa Brumbung, Kecamatan Kepung.Kumpulan 
artefak ini merupakan hasil penemuan dari warga  desa Brumbung dan sekitarnya, dn 
dikumpulkan di Kantor  Balai Desa Brumbung. Beberapa diantaranya adalah :  
a. Kepala Kala, yang merupakan artefak dari bangunan candi yang berada di bagian ambang 
pintu candi. Kala ini berwujud sebagai kepala raksasa dengan rupa yang menyeramkan. 
b. Arca Dwarapala, yang merupakan arca penjaga, sehingga pada umumnya ditempatkan 
pada gerbang utama bangunan. Salah satu ciri kahsnya adalah atributnya berupa gada , 
serta posisi duduknya yang setengah jongkok. 
c. Prasasti Brumbung  I, yang merupakan peninggalan masa kerajaan Kediri. Hal ini bisa 
diketahui dari simbol yang terpahat dari prasasti ini , yakni ―candra kapala‖ yang 
berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit. 
d. Prasasti Brumbung II , yang merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit. Simbol 
kerajaan yang dipahatkan di prasasti ini  adalah ―Surya Majapahit‖ berupa sinar matahari. 
e. Ambang Pintu / Dorpel, yang berbentuk balok batu yang memiliki lubang untuk 
memasang kusen kayu, daun pintu. Diduga  artefak ini merupakan ambang pintu rumah 
yang biasa digunakan oleh warga  pada waktu itu. 
f. Yoni, yang berbentuk kubus  dengan lobang berbentuk kotak di tengahnya dan dilengkapi 
dengan cerat pada salah satu sisinya.Artefak ini melambangkan Dewi Uma isteri Dewa 
Shiwa , yang dilambangkan sebagai lingga . Penyatuan kedau simbol itu merupakan 
lambang terjadinya alam semesta . 
g. Bejana Batu, yang terbuat dari bahan batu andhesit dan berbentuk lonjong dengan 
cekungan di dalamnya. Fungsi dari artefak ini adalah sebagai bahan untuk membuat 
perkakas atau senjata dari logam. 

. MUSEUM DAERAH BHAGAWANTA BHARI  
       Benda Cagar Budaya yang keberadaanya dilindungi oleh Undang-Undang  dan 
merupakan koleksi Kabupaten Kediri disimpan di Museum Bhagawanta, adalah : 
a. Arca Ganesha   
Merupakan arca manusia berkepala gajah dan memiliki 4 tangan. Menurut mitologi 
Hindu , arca ini merupakan gambaran anak Dewa Syiwa. Ganesha sebagai dewa ilmu 
pengetahuan dan keselamatan , dengan atribut peracu, aksamala dan mangkuk. 
b. Arca Nandi 
Arca berbentuk sapi , dan merupakan wahana dan simbolisasi dari Dewa Syiwa. 
c. Miniatur Rumah 
Secara simbolik artefak ini berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada Dewi Sri sebagai 
dewi kesuburan. Artefak ini diletakkan di pojok persawahan , dikenal sejak masa Kediri 
sampai Majapahit. 
d. Arca Tokoh 
Merupakan penggambaran eorang tokoh dengan dua muka laki dan perempuan. 
e. Arca Brahma 
Sebagai salah satu anggota Dewa Trimurti, arca ini digambarkan sebagai berwajah dan 
bertangan empat. Atributnya adalah camara dan aksamala. 
f. Jaladwara 
Arca ini merupakan bagian dari bangunan candi yang berfungsi sebagai talang air, 
sehingga arca ini pada umumnya digunakan pada candi yang memiliki fungsi sebagai 
petirtaan. Dalam mitologi Hindu Jaladwara merupakan penggambaran machluk mistis 
yang berada di bawah air , yang memiliki taring dan berbelalai. Secara simbolis arca ini 
merupakan simbol tolak bala. 
g. Bejana / Genteng Batu 
Artefak ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan air dalam rumah tangga. 
h. Arca Wisnu 
Sebagai dewa penjaga alam semesta Wisnu digambarkan memiliki tangan empat dan 
atribut senjata cakra dan camara. Arca Dewa Wisnu yang digambarkan dengan tangan 
berada di depan dada, dengan bunga teratai di dalam vas di kiri dan kanan tokoh, 
menggambarkan sebagai seorang raja yang berkuasa pada masa kerajaan Singasari. 
i. Kepala Kala 
Ini merupakan artefak dari bangunan candi yang berwujud sebagai kepala raksasa yang 
menyeramkan . Artefak ini biasanya diletakkan di atas ambang pintu bangunan candi 
atau bangunan suci, untuk menolak bala, nampaknya artefak ini belum selesai 
dikerjakan. 
j. Fragmen Kemuncak / Pinacle 
Ini merupakan berbagai hiasan di bagian atas candi , tepatnya di setiap sudut atap 
bangunan candi. 
k. Lapik Arca 
Artefak ini berfungsi sebagai tempat landasan arca. Lapik ini dihiasi dengan ornamen 
berbentuk teratai/padma, sehingga disebut sebagai padmasana . Pada masa Kerajaan 
Kediri, lapik arca dipahat dengan motif tengkorak dan kura-kura. 
l. Umpak Batu 
Berfungsi sebagai tempat penyangga tiang sebuah bangunan. Umpak biasanya 
berjumlah 4 buah, dan berhiaskan teratai/padma. 
m. Fragmen Tembikar 
Ini merupakan fragmen tembikar/ gerabah, namun  belum diketahui jenisnya.  
Dari uraian beberapa jenis budaya phisik dan non phisik di atas, memberikan petunjuk 
bahwa Kabupaten Kediri sangat potensial untuk pengembangan wisata khususnya wisata 
budaya, dan ini akan menjadi andalan utama untuk menggapai peningkatan ekonomi di 
wilayah ini. Pada gilirannya hal ini akan berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan 
warga  pada umumnya. 
 
 

Dari uraian ini  di atas dapat disimpulkan bahwa ada  hubungan yang sangat kuat antara 
religi, ritual, dan sistem kerajaan pada masa kerajaan Kediri di Jawa Timur. Religi yang berbasis 
ajaran Wisnu tampak kuat dilaksanakan dimana ada kepercayaan warga  bahwa Wisnu 
sebagai dewa pemelihara memainkan peranan penting. Dalam sistem kepercayaan kepada Dewa 
Wisnu ini tampak mempengaruhi pada ritual  atau ritual yang dilakukan sebagaimana masih 
tampak pada situs-situs candi yang ada di Kediri di Jawa Timur. Hubungan yang kuat antara 
komponen religi, ritual dan sistem kerajaan itu tampak dikembangkan dalam gubahan karya-
karya kesusastraan atau kekawin yang perkembanganya tidak hanya di Jawa Timur saja, namun  
juga sampai di Bali.   
Kuatnya pengaruh tradisi kesusastraan yang terjadi pada masa Kerajaan Kediri ini patut 
dibanggakan oleh anak bangsa sekarang ini. Pengembangan kesusastraan yang mengandung 
nilai-nilai adiluhung berlandaskan nilai-nilai dasar Hindu dan adanya pengetahuan tentang nilai-
nilai heroisme sebagaimana yang berkembang pada saat itu tampaknya relevan untuk dikaji, 
direvitalisasi bagi pengembangan kesusastraan di masa kini dan masa depan. Dengan bekal 
modal sosial dan modal budaya yang terbentuk ini, niscaya bangsa negara kita  akan mampu 
bertahan dalam menghadapi berbagai persoalan sebagai dampak perkembangan globalisasi. 
Tentu dengan muatan nilai-nilai lokal ini diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan 
kemampuan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi demi penguatan kebudayaan lokal dan 
nasional yang diharapkan memberikan kontribusi bagi pemahaman budaya universal secara lebih 
komprehensif.