Tampilkan postingan dengan label kerajaan di jawatimur 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kerajaan di jawatimur 4. Tampilkan semua postingan
kerajaan di jawatimur 4
By arwahx.blogspot. com at Januari 26, 2024
kerajaan di jawatimur 4
pemerintah dengan berbagai upaya membangun,meningkatkan
dan membina usaha-usaha pariwisata.
Sesuai dengan kondisi dan potensi daerah, maka pemerintah daerah kabupaten Kediri
mencanangkan wilayahnya sebagai destinasi Wisata Budaya yang memiliki karakteristik budaya
Jawa serta peninggalan sejarah , terutama dari masa Kerajaan Kediri. Sejak tahun 2010, daerah
ini mulai berbenah diri untuk menyongsong kehidupan cerah dengan seluruh warganya.
Pemberdayagunaan lembaga-lembaga terkait dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah
daerah kabupaten, BPCB, pemerintah desa terdekat dengan lokasi situs, dan warga terutama
anggota warga yang tergabung dalam komunitas kesnian atau aliran kepercayaan tertentu.
Terbukanya situs , prasasti atau penyelenggaraan ritual -ritual adat daerah bagi kunjungan
wisatawan, terbukti disambut hangat oleh warga , terutama mereka yang tinggal di wilayah
lokasi wisata. Di lokasi peninggalan makam raja Jayabhaya misalnya, beberapa warung milik
warga setempat menjual barang-barang keperluan untuk mengunjungi kompleks makam.
Dekat situs Calon Arang di desa Sukorejo, Kecamatan Gurah ada beberapa warung yang menjual
barang-barang yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung situs. Disisi lain penyelenggaraan
ritual adat daerah , seperti ritual Adat Ritual Sesaji 1 Syuro Sri Joyoboyo yang
diselenggarakan setahun sekali di daerah Menang selalu didikuti dan dikunjungi warga
atau wisatawan untuk mengikuti atau hanya ikut menyaksikan ritual ritual itu. Beberapa ruas
jalan di desa dipadati oleh mereka yang bergabung mengikuti tahap-tahap ritual ( kunjungan ke
lapangan pada tanggal 6 Juni 2015 ) . Diantara padatnya iring-iringan orang yang bergabung
dalam ritual itu, cukup banyak warung dan penjual makanan dan minuman yang siap
melayani pembelinya.Keadaan ini membuktikan bahwa kegiatan pariwisata di Kediri telah
direspon dengan baik oleh warga , sebab mereka sadar bahwa aset wisata budaya yang
dikembangkan di wilayah mereka akan dan telah mendatangkan keuntungan ekonomis yang bisa
diandalkan untuk menambah penghasilan mereka. Pada gilirannya hal ini diharapkan akan
mampu meningkatkan keadaan ekonomis mereka. Untuk itu pemerintah daerah , melalui Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) pada tahun 2013 mendata beberapa tempat situs dan beberapa
benda peninggalan, sebagai bagian dari komponen pariwisata budaya di Kediri. Tahun 2015
pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kediri
menetapkan situs, prasasti, candi dan benda peninggalan sejarah lainnya sebagai cagar budaya
yang akan dipelihara dan dilindungi keberadaannya. Ini berarti benda-benda cagar budaya itu
siap dikelola sebagai aset pariwisata budaya/sejarah yang diharapkan bisa bermanfaat serta
memberikan kesejahteraan bagi daerah dan warga Kediri. Aset lain yang menjadi kekayaan
kota dan kabupaten Kediri adalah adanya museum Airlangga yang diresmikan pada bulan
Januari tahun 1992, dengan luas mencapai 6670 m2. Museum ini terlatak di kawasan Gunung
Klotok , dekat Goa Selamangleng , Dukuh Boro Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto KodyaKediri
(DinasKebudayaan,Pariwisata,Pemuda dan Olahraga, tanpa tahun ). Museum menjadi aset
pariwisata budaya yang mampu menjelaskan kepada pengunjungnya mengenai tingkat peradaban
suatu daerah. Dengan memahami berbagai koleksi peninggalannya, orang akan bisa mengetahui
kejayaan dan keindahan budaya masa lampu suatu daerah. Museum Airlangga dengan berbagai
koleksinya akan memberikan gambaran tentang dinamika kehidupan sosial politik dinasti raja-
raja dan budayadi Jawa Timur.
Sesuai dengan sifatnya sebagai pusaka budaya, maka pariwisata sejarah yang menjadi
andalan Kediri memiliki fungsinya selain sebagai sarana hiburan, namun yang terpenting adalah
sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bisa memberikan informasi tentang kondisi atau
kehidupan warga dengan segala aspeknya di masa lampau. Hal ini penting untuk disadari
sebab kepentingan wisatawan seringkali tidak hanya semata mencari hiburan, melainkan lebih
kepada kepada tujuan untuk mempeoleh pengetahuan tentang kebudayaan dan sejarah dari tujuan
wisata. Dalam konteks seperti ini, warga secara sadar atau tidak akan mengkombinasikan
wisata yang bermodal budaya, dengan wisata yang bermodal ekonomi kedalam suatu sistem
industri pariwisata. Yang mengkhawatirkan adalah jika terjadi kekaburan batas antara pariwisata
budaya dengan pariwisata ekonomi. Aset budaya dan sejarah menjadi mata dagangan pariwisata
yang diolah sedemikian rupa agar bisa mendatangkan keuntungan. Jika ini terjadi, maka
dikhawatirkan bahwa nilai budaya dan sejarah yang tinggi lambat laun akan menjadi hanya
semacam deretan peninggalan phisik yang tanpa makna, sebab tidak dapat memberikan
informasi yang koprehensif tentang dinamika sejarah, dan budaya yang banyak makna spiritual.
Keadaan ini tentu saja pada gilirannya akan merugikan wisata daerah itu sendiri, sebab wisataan
tidak akan tertarik lagi untuk mengunjungi situs-situs yang tidak bisa dirasakan nilai kesejarahan
, keindahan serta kesakralan budaya yang dianggapnya unik dan menarik. Jadi bisa dimnegrti
jika pengembangan pariwisata yang disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana yang
diperlukan, seperti pembangunan jalan, restaurant dan hotel, transportasi harus diintegrasikan
dengan pemeliharaan situs sesuai dengan latar belakang peninggalannya. Dengan kata lain
pengembangan pariwisata mesti dilakukan secara bersama oleh berbagai pihak yang masing-
masing memiliki kompetensi di bidangnya.
4.2. Budaya dan Sejarah Sebagai Aset Wisata
Aspek budaya yang menjadi salah satu jenis andalan wisata daerah Kediri berupa ritual
Adat Daerah , Penghayat Kepercayaan dan beberapa legenda . Kelompok unsur budaya ini
merupakan intangible culture atau budaya non phisik. ritual adat daerah yang diadakan oleh
warga Kediri setiap waktu tertentu, boleh dikatakan merupakan bentuk pelestarian terhadap
tradisi leluhur, serta upaya untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa ( ). Bebarapa ritual adat yang dimaksud meliputi:
1. ritual Adat Sesaji 1 Syuro
ritual Adat ini dilaksanakan setiap tahun sekali, yakni pada tanggal 1 Syuro. ritual
dilaksanakan dengan cara mengadakan ziarah di pamuksan ( tempat moksa ) raja Jayabhaya
di desa Menang, dengan tujuan agar mendapatkan keselamatan. Inti dari kegiatan ritual ini
adalah untuk memberikan penghormatan kepada Raja Jayabhaya , raja terbesar di Kediri
yang kekuasaannya mencapai di luar Jawa. Tokoh ini selain termashyur dengan ramalannya
yang menyatakan bahwa kejayaan Jawa akan runtuh, namun setelah masa yang lama dan
sulit kejayaan itu akan kembali pulih, juga bagian dari kitab Mahabharata yakni kitab
Bharatayudha diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dari bahasa Sangsekertha. Masih ada
ramalan raja ini yang diyakini orang sedang dan akan terjadi sebagai kenyataan hidup.
Dengan demikian sifat mesianistis masih melekat pada kekuatan raja ini , dan itu masih
diyakini oleh warga hingga sekarang.
2. ritual Adat Sesaji Gunung Kelud
ritual ini dilakukan oleh warga desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar sebagai bentuk
ungkapan syukur dan terimakasihnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindunganNya
dari ancaman Lembusura. Tokoh legenda dari Kediri ini berniat mempersunting Dewi
Kilisuci ( puteri raja Airlangga ), namun keinginan ini tidak terpenuhi, bahkan dia terkubur
hidup-hidup. Untuk menolak bala dari aksi balas dendam Lembusura, maka warga
Kediri yang tinggal di sekitar Gunung Kelud melakukan ritual sesajiGunung Kelud secara
rutin. Dalam ritual ini hadir selain masyrakat setempat, juga wisatawan dalam maupun luar
negeri.
3. ritual Adat Sesaji Ki Ageng Prabu Anom Doko, Ngasem
ritual ini dilaksanakan setahun sekali , tepatnya pada bulan Sura, dan dilaksanakan oleh
warga Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Bentuk ritual ini
merupakan ziarah ke makam Ki Ageng Prabu Anom Doko, kemudian bersih desa , dan
kemudian ritual memohon keselamatan berkah dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
4. ritual Adat Sesaji Tirto Husodo
ritual ini merupakan kegiatan ritual yang secara periodik, yakni setiap bulan
Sura.Kegiatan ritual yang dilakukan oleh warga di lereng Pegunungan Wilis , dusun
Besuki, desa Jugo, kecamatan Mojo di air terjun Ironggolo ini bertujuan selain untuk
mengenang tokoh cikal bakal desa Resi Wasis Curigomoto, juga untuk memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5.ritual Adat Sesaji Ki Ageng Boto Putih
Kegiatan ritual ini dilaksanakan oleh warga desa Kawedusan , kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri, setahun sekali yang jatuh pada bulan Syura. Ziarah ke makam Ki Ageng
Boto Putih , sambil memohon keselamatan kepada Tuhan Ynag Maha Esa, menjadi esensi
penting dalam kegiatan ritual ini.
6.Prosesi Hari Jadi Kediri
Tanggal 25 Maret 804 M ditetapkan sebagai hari kelahiran Kediri. Tanggal ini ditentukan
berdasar pada isi prasasti Harinjing yang ditemukan di desa Siman, Kecamatan Puncu.
Selain bentuk-bentuk ritual yang mengandung seni,unsur-unsur budaya sejarah yang
menjadi andalan pariwisata Kediri juga memiliki ragam budaya lain, seperti organisasi
penghayat kepercayaan serta folklore yang sebenarnya merupakan cerminan dari kehidupan
masa lampau Kediri. ada 27 organisasi Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang dalam menjalankan kegiatannya dikoordinir oleh Badan Koordinasi Kepercayaan (
BKOK ) dan Himpunan Kepercayaan ( HK ). Yang menarik adalah bahwa warga Kediri di
bagian Selatan ternyata memiliki budaya yang disebut kulonan ( Barat/Surakarta ). Hal ini
membuktikan bahwa sejak dulu sudah terjadi interaksi antara warga Kediri dengan
warga daerah lain hingga sampai di Surakarta. Sekaligus hal ini juga memperlihatkan
kebesaran pada masa kerajaan Kediri, terutama pada masa pemerintahan raja Jayabhaya yang
pengaruh seni kesusasteraannya menyebar di seluruh wilayah Jawa, seperti misalnya Ramalan
Jayabhaya. Interaksi yang berproses antara dua warga di kedua wilayah itu, rupanya
menghasilkan bentuk akulturasi budaya bagi budaya warga Kediri Selatan, mengingat
Surakarta merupakan daerah kerajaan yang berbudaya tinggi.
Organisasi Penghayat Kepercayaan di Kabupaten Kediri , baik yang merupakan pusat
organisasi maupun cabang dari daerah lain adalah :
1. Aliran Seni dan Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa
Alamat : Jl. Madura 77 Gringging
2. Muritomo Waskito Tunggal ( MTWT )
Alamat : Jl. Joyoboyo 1/103 Tepus Ds.Sukorejo Kecamatan Ngasem
3. Paguyuban Pangudi Katentreman ( PATREM )
Alamat : Jl. Imam Fakih No.3 Kandangan , Kab. Kediri
4. Rasa Manunggal
Alamat : Mojolegi, Desa Bendo , Kecamatan Pare Kab. Kediri
5. Jowo Domas
Alamat : Desa Klanderan RT.02/01, Kec. Ploso Klaten, Kab. Kedri
6. Among Rogo/ Panggugah Sukmo
Alamat : Jl. Kelud no.38, Desa Pandantoyo
7. Paguyuban Kawruh Hardo Pusoro
Alamat : Desa Keling Kecamatan Kepung, Kab. Kediri
8. Paguyuban Ngesti Budi Sejati
Alamat : Dusun Ngreco Desa Rembang, Kec. Ngadiluwih , Kab. Kediri
9. Paguyuban Sumarah
Alamat : Desa Wates, Kec.Wates, Kab.Kediri
10. Paguyuban Penghayat Kapribaden
Alamat : Jl. Joyoboyo, Dusun Keden, Desa Karangrejo, Kec. Ngasem
11. Perguruan Ilmu Sejati
Alamat : Desa Pohjarak RT.01/04 Kec.Plemahan
12. Aliran Kebatinan Perjalanan
Alamat : Dusun Krajan RT.01/04, Desa Branggahan Kec. Ngadiluwih
13. Parwo Ayu Mardi Utomo ( PAMU )
Alamat : Dusun Panceran, Desa Ngancar , Kec. Ngancar
14. Purwani Dumadi Kautaman/ Kasampurnan ( PDKK )
Alamat : Desa Brumbung RT.04/08, Kec.Kepung
15. Paguyuban Sapta Sila
Alamat : Desa Petok, Kec. Mojo
16. Persatuan Warga Sapta Dharma ( PERSADA )
Alamat : Jl.Diponegoro No.8, Kec.Pacar
17. Himuwis Rapra
Alamat : Dusun Lestari RT.01/01, Desa Wonorejo, Kec.Puncu
18. Kepercayaan Sapta Dharma negara kita
Alamat : Desa Baye, Kec. Pagu
19. Budi Daya
Alamat : Jl. Biliton No.29, Dusun Duluran Timur, RT.04/13, Desa Gedang Sewu,
Kec.Pare
20. Kawruh Jowo Dipo
Alamat : Desa Bedali, RT08/02 Kec.Ngancar
21. Paguyuban Sangkan Paraning Dumadi ― Srijayabaya‖
Alamat : Desa Wonosari Kec.Pagu
22. BKOK
Alamat : Jl. Letjend. Sutoyo 95 Kediri
23. Paguyuban Ngesti Tunggal ( Pangestu )
Alamat : Jl. Wilis 25 Pare
24. Kawruh Sedulur Sejati
Alamat : Jl. Keramat RT 02/04, Desa Bobang Kec. Semen
25. Dharma Bhakti Sri Pamenang
Alamat : Ds. Payaman Kec. Plemahan
26. Kawruh Sasongko
Alamat : Dsn Krajan No.263, Desa Tales, Kec. Ngadiluwih
27. Pamungkas Punering Pitutur Budi Luhur 101
Alamat : Dsn. Mangunrejo RT.04/09
Banyaknya oraganisasi penghayat kepercayaan di wilayah Kab. Kediri, mengindikasikan
terhadap adanya kekayaan ragam budaya yang intangible yang diminati warga nya. Hal ini
menjadi modal yang sangat menguntungkan bagi industri pariwisata di Kediri, sebab wilayah
ini sebenarnya juga tidak kurang banyaknya memiliki peninggalan phisik atau situs sejarah yang
bisa dibanggakan bagi wisata budaya Kediri.
Jenis ragam budaya intangible lain yang menunjukkan Kabupaten Kediri sebagai bekas
wilayah kerajaan besar, adalah tentang kejayaan kesusasteraan Jawa Kuna yang terjadi pada
masa kerajaan Kediri. Karya- karya kesusasteraan yang ternama adalah Kitab Arjuna Wiwaha ,
Krisnayana, Sumana Santaka, Smaradahana, Baratayudha, Werdhasancaya dan Gatutkacasraya.
Selain karya-karya agung itu, folklore yang tersebar di beberapa wilayah Kediri juga menjadi
nilai yang sangat berharga selain untuk memahami masa lampau Kediri, juga menjadi
penyumbang bagi ragam aset pariwisata sejarah dan budaya Kediri.
Folklore Panji Semirang merupakan salah satu contoh romantika sejarah pada masa kerajaan
Daha dan Jenggala yang penyebarannya sampai ke luar Jawa, seperti Bali,Lombok, Sulawesi,
Sumatra bahkan ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Kamboja. Hal ini memperlihatkan
adanya indikasi bahwa kebesaran Kediri mampu menembus batasan nasional hingga
internasional. Kisah Panji yang berlatar belakang pada masa Kediri menggambarkan romantika
kepahlawanan seorang pemuda Inu Kertapati dari Kahuripan dan puteri dari Daha Galuh
Candrakirana yang di dalam pengembaraannya, telah mempersatukan mereka dalam cinta yang
memang sudah ditakdirkan untuk bertemu. Pertemuan cinta mereka direfleksikan sebagai
bersatunya matahari dan bulan, atau Lingga dan Yoni. Berdasar pada ceritera rakyat yang
melegenda ini, para seniman di Kediri banyak terinpirasi untuk menciptakan tarian dan drama
tari yang mengikuti alur cerita legenda Panji ini . Beberapa legenda yang menjadi cerita
rakyat, adalah Asal Usul Tuban, Legenda Irenggolo, Legenda Sumber Baru Klinthing, dan
Legenda Gunung Kelud.
Beberapa legenda yang menarik adalah legenda Baru Klinthing yang menceritakan tentang
seputar kemenangan dan kebesaran Aji Saka yang berkuasa di Medang Kamulan, setelah
berhasil mengalahkan Dewata Cengkar, penguasa di wilayah itu sebelumnya. Pada masa
pemerintahan Aji Saka yang arif bijaksana terciptalah huruf dan abjad bahasa Jawa (
ha..na..ca..ra..ka..dst ).Dalam perjalanan hidupnya kemudian, Aji Saka dipertemukan dengan
kekuatan seekor naga sakti bernama Baru Klinthing, yang lidahnya putus oleh keris sakti Aji
Saka. Kesaktian naga yang marah sebab lidahnya terpotong, mengakibatkan terjadinya bencana
alam tsunami, yang setelah reda muncul seorang disebut ―manusia bajang‖ yang berhasil
mencabut lidi yang dia tancapkan di tanah desa yang sedang mengadakan kenduri. Lobang tanah
bekas tempat lidi yang telah dicabut berubah menjadi sumber mata air yang dinamakan sebagai
―Sumber Baru Klinthing‖. Hingga sekarang legenda ini masih sangat dikenal di Dusun
Bunut,Desa Bringin,Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sementara itu kisah
legenda Gunung Kelud lebih terfokus pada ritual ―tolak balak‖ yang berkisar pada pemberian
sesaji atau larung sesaji yang dilakukan oleh warga Sugih Waras, Kecamatan Ngancar
secara turun tenurun. Hal ini dilakukan sebab warga setempat meyakini bahwa Gunung
Kekud merupakan tempat pertemuan antara roh-roh halus se Jawa dan Bali. Inilah yang menjadi
latar belakang bagi anggota warga Jawa dan Bali mengadakan ritual pemberian sesaji di
gunung itu.
Selain wujud kebudayaan non phisik, maka wujud kebudayaan phisik di Kabupaten Kediri
menjadi pendukung utama sebagai aset pariwisata yang diandalkan untuk menarik kunjungan
wisatawan ke daerahnya. Wujud dari kebudayaan phisik atau yang sering disebut sebagai
tangible culture adalah berupa benda kepurbakalaan cagar budaya , yang terdiri dari : situs,
prasasti, candi dan benda cagar budaya, serta koleksi benda yang disimpan di museum daerah
4.3. SITUS
1. Situs Calon Arang
Tempatnya di desa Sukorejo, Kecamatan Gurah. Situs ini diyakini sebagai petilasan Janda
dari Gurah, atau yang dikenal sebagai Calon Arang. Kisah Calon Arang terjadi pada masa
pemerintahan Raja Airlangga di Jawa Timur. Perselisihan antara raja dengan janda sakti
penguasa desa Gurah ini terjadi sebab dia merasa kecewa, bahwa janji raja Airlangga untuk
menikahi puterinya ( Ratna Manggali) tidak kunjung ditepati. Calon Arang kemudian menebar
wabah penyakit yang mengakibatkan kematian banyak penduduk di Kahuripan. Pada akhirnya
kesaktian Calon Arang dapat dikalahkan oleh Mpu Bharada, lewat muridnya Mpu Bahula.
Wujud dari Situs Calon Arang ini adalah artefak yang berupa umpak batu ( batu landasan tiang
penyangga rumah ), batu ambang pintu dan fragmen batu bata kuna.
2. Gereja Pohsarang
Bangunan ini terletak di desa Pohsarang, Kecamatan Semen Kab.Kediri. Gereja ini dibangun
oleh Herman Maclain Pont seorang arsitek Belanda pada tahun 1936, yang menggunakan
arsitektur budaya lokal . Konstruksi bangunan utama di bagian atap menggunakan genteng yang
diikat dengan kawat baja , sedangkan pada bangunan altar dibuat dengan cara merekatkan batu
bata dengan besi, mirip dengan cara membangun candi Jawa yang menggunakan batu bata
merah. Beberapa ukuran dan pahatan yang ada mirip dengan monumen-monumen peninggalan
Majapahit . Bangunan pendukung seperti lonceng, pagar dan relief dibangun dengan batu kali
yang disusun secara artistik membentuk bangunan menara serta bilik-bilik tertentu . Pada bagian
atas menara lonceng ada petunjuk arah angin berbentuk ayam jantan. Berada di dekat atau di
dalam banunan gereja ini akan terasa kesakralan suasana gereja.
3. Watu Gajah
Watu Gajah berwujud arca yang terletak di Dusun Karang Dinoyo, desa Kepung Kecamatan
Kepung. Situs ini digambarkan sedang berdiri menghadap ke arah Barat diapit oleh anaknya di
sebelah kanan, dan seorang manusia sedang menuntunnya di sebelah kiri. Diperkirakan arca ini
belum selesai dikerjakan.
4. Arca Tothok Kerot
Arca ini merupakan arca jenis dwarapala ( arca berbentuk raksasa yang meneramkan dengan
membawa arca gada ). Arca ini berfungsi sebagai penjaga pintu /gerbang secara berpasangan.
Arca ini dihiasi dengan berbagai ragam bentuk tengkorak, yakni pada mahkota, subang, bahu
dan kalung, sedang hiasan ( kalung ) di kaki berbentuk ular. Hiasan pada perut ( upawita )
berbentuk tali. Dari penggambaran asesoris yang dikenakan yang didominasi oleh tengkorak
diperkirakan melamabngkan sebagai agama Hindu aliran Nwerti pada masa kerajaan Kediri
akhir.
5. Situs Tondowongso
Situs ini berada di dusun Tondowongso, desa Gayam Kecamatan Gurah. Situs ini berupa
komplek candi Hindu yang dikelilingi oleh kolam. Artefak arca yang ada di situs ini adalah
arca Brahma, Durga Mahesa Sura Mandhini, Nandhi , Yoni, Agasthya Mahakala. Dari hasil
penelitian memperkirakan bahwa situs ini berasal dari abad 11 – 13.
6. Situs Sumbercangkring
Situs ini terletak di desa Sumbercangkring, Kecamatan Gurah. Situs ini ditemukan pada
pertengahan tahun 2008. Ini merupakan situs bangunan candi yang diperkirakan berasal dari
abad 11 – 13. Situs ini berupa hiasan kepala Kala, Batu Umpak, Batu Ambang Pintu, Fragmen
Ganesa, Dwarapala dan batu berinskripsi.
PRASASTI
1.Prasasti Harinjing
Prasasti ini menyampaikanpenganugerahan daerah perdikan dari Raja Mataram Kuna Rakai
Layang Dyah Tulodhong kepada Bhagawanta Bhari , atas jasanya membangun tanggul di Sungai
Harinjing untuk mencegah banjir serta meningkatkan hasil pertanian .
2.Prasasti Siman
Oleh warga setempat prasasti ini disebut sebagai Punden Mbah Garut. Prasasti ini
ditemukan di Desa Siman Kecamatan Kepung. Prasasti ini ditulis dengan aksara Jawa Kuna ini
berjumlah dua buah. Berdasarkan gambar simbol pada prasasti yang berbentuk bunga lotus,
maka dapat diketahui bahwa prasasti ini ditulis pada masa Kerajaan Singasari.
3. Prasasti Pohsarang / Watu Tulis Pohsarang
Terletak di sebelah Timur Gunung Wilis , di salah satu sisi Sungai Kedak, desa Pohsarang,
Kecamatan Semen. Kondisi prasasti masah sangat baik . Prasasti ini ditulis dengan huruf Kadiri
Kwadrat , yakni huruf yang berasal dari masa Kediri , dengan bahasa Jawa Kuna. Prasasti ini
dipahat pada sebuah batu alam yang terdiri dari empat baris, dengan bagian terpanjang 190 cm,
dan ukuran masing-masing 17x50 cm.
.CANDI
1.Candi Tegowangi
Terletak di desa Tejowangi, Kecamatan Plemahan dibagian Utara Kabupaten Kediri. Candi
ini merupakan monumen peninggalan masa kerajaan Majapahit, yang dibngun pada tahun 1400
M. Candi ini merupakan makam raja Bhre Matahun , vazal dari Majapahit pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk. Candi ini dibangun dengan menggunakan batu andesit dengan
pondasi batu bata merah, dengan hisan relief pada bagian atasnya yakni sudhamala.
2.Candi Surowono
Merupakan monumen peninggalan masa Majapahit , yang dibangun pada abad 15 M dengan
tujuan untuk mendharmakan Bhre Wengker yang wafat pada tahun 1388 M. Dia merupakan
vazal Majapahit dan merupakan saudara raja Haam Wuruk. Terletak di desa Canggu,
Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Dari segi arsitektur, candi ini serupa dengan candi
Tegowangi, tapi hanya diketemukan pada bagian kaki dan tubuhnya saja.. Candi ini merupakan
bangunan suci agama Hindu.
3. Candi Dorok
Terletak di desa Manggis, Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Candi ini dibangun dengan
bahan batu bata merah, dan menghadap ke barat.Kemungkinan candi ini terpendam di tanah,
sebab timbunan material vulkanis letusan Gunung Kelud.
. BENDA CAGAR BUDAYA
Benda Cagar Budaya dilindungi oleh Undang-Undang Negara Republik negara kita Nomor 5
Tahun 1992. Bneda Cagar Budaya yang ada di wilayah Kabupaten Kediri meliputi :
1.Arca Mbah Budho
Arca ini merupakan arca Ganesha yang bertubuh pendek, dengan bagian kepala/ mahkota
yang telah rusak terpenggal. Benda ini terletak di Kota Pare, tepatnya di alun-alun kota Pare .
Diperkirakan arca ini sudah tiak ―in situ‖ ( tidak di tempat aslinya ) lagi, sehingga sulit dicari
konteksnya. Dari bentuk pahatannya diduga arca ini berasal dari masa kerajaan Majapahit.
2. Artefak di Balai desa Brumbung
Kumpulan artefak ini disimpan di Balai desa Brumbung, Kecamatan Kepung.Kumpulan
artefak ini merupakan hasil penemuan dari warga desa Brumbung dan sekitarnya, dn
dikumpulkan di Kantor Balai Desa Brumbung. Beberapa diantaranya adalah :
a. Kepala Kala, yang merupakan artefak dari bangunan candi yang berada di bagian ambang
pintu candi. Kala ini berwujud sebagai kepala raksasa dengan rupa yang menyeramkan.
b. Arca Dwarapala, yang merupakan arca penjaga, sehingga pada umumnya ditempatkan
pada gerbang utama bangunan. Salah satu ciri kahsnya adalah atributnya berupa gada ,
serta posisi duduknya yang setengah jongkok.
c. Prasasti Brumbung I, yang merupakan peninggalan masa kerajaan Kediri. Hal ini bisa
diketahui dari simbol yang terpahat dari prasasti ini , yakni ―candra kapala‖ yang
berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit.
d. Prasasti Brumbung II , yang merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit. Simbol
kerajaan yang dipahatkan di prasasti ini adalah ―Surya Majapahit‖ berupa sinar matahari.
e. Ambang Pintu / Dorpel, yang berbentuk balok batu yang memiliki lubang untuk
memasang kusen kayu, daun pintu. Diduga artefak ini merupakan ambang pintu rumah
yang biasa digunakan oleh warga pada waktu itu.
f. Yoni, yang berbentuk kubus dengan lobang berbentuk kotak di tengahnya dan dilengkapi
dengan cerat pada salah satu sisinya.Artefak ini melambangkan Dewi Uma isteri Dewa
Shiwa , yang dilambangkan sebagai lingga . Penyatuan kedau simbol itu merupakan
lambang terjadinya alam semesta .
g. Bejana Batu, yang terbuat dari bahan batu andhesit dan berbentuk lonjong dengan
cekungan di dalamnya. Fungsi dari artefak ini adalah sebagai bahan untuk membuat
perkakas atau senjata dari logam.
. MUSEUM DAERAH BHAGAWANTA BHARI
Benda Cagar Budaya yang keberadaanya dilindungi oleh Undang-Undang dan
merupakan koleksi Kabupaten Kediri disimpan di Museum Bhagawanta, adalah :
a. Arca Ganesha
Merupakan arca manusia berkepala gajah dan memiliki 4 tangan. Menurut mitologi
Hindu , arca ini merupakan gambaran anak Dewa Syiwa. Ganesha sebagai dewa ilmu
pengetahuan dan keselamatan , dengan atribut peracu, aksamala dan mangkuk.
b. Arca Nandi
Arca berbentuk sapi , dan merupakan wahana dan simbolisasi dari Dewa Syiwa.
c. Miniatur Rumah
Secara simbolik artefak ini berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada Dewi Sri sebagai
dewi kesuburan. Artefak ini diletakkan di pojok persawahan , dikenal sejak masa Kediri
sampai Majapahit.
d. Arca Tokoh
Merupakan penggambaran eorang tokoh dengan dua muka laki dan perempuan.
e. Arca Brahma
Sebagai salah satu anggota Dewa Trimurti, arca ini digambarkan sebagai berwajah dan
bertangan empat. Atributnya adalah camara dan aksamala.
f. Jaladwara
Arca ini merupakan bagian dari bangunan candi yang berfungsi sebagai talang air,
sehingga arca ini pada umumnya digunakan pada candi yang memiliki fungsi sebagai
petirtaan. Dalam mitologi Hindu Jaladwara merupakan penggambaran machluk mistis
yang berada di bawah air , yang memiliki taring dan berbelalai. Secara simbolis arca ini
merupakan simbol tolak bala.
g. Bejana / Genteng Batu
Artefak ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan air dalam rumah tangga.
h. Arca Wisnu
Sebagai dewa penjaga alam semesta Wisnu digambarkan memiliki tangan empat dan
atribut senjata cakra dan camara. Arca Dewa Wisnu yang digambarkan dengan tangan
berada di depan dada, dengan bunga teratai di dalam vas di kiri dan kanan tokoh,
menggambarkan sebagai seorang raja yang berkuasa pada masa kerajaan Singasari.
i. Kepala Kala
Ini merupakan artefak dari bangunan candi yang berwujud sebagai kepala raksasa yang
menyeramkan . Artefak ini biasanya diletakkan di atas ambang pintu bangunan candi
atau bangunan suci, untuk menolak bala, nampaknya artefak ini belum selesai
dikerjakan.
j. Fragmen Kemuncak / Pinacle
Ini merupakan berbagai hiasan di bagian atas candi , tepatnya di setiap sudut atap
bangunan candi.
k. Lapik Arca
Artefak ini berfungsi sebagai tempat landasan arca. Lapik ini dihiasi dengan ornamen
berbentuk teratai/padma, sehingga disebut sebagai padmasana . Pada masa Kerajaan
Kediri, lapik arca dipahat dengan motif tengkorak dan kura-kura.
l. Umpak Batu
Berfungsi sebagai tempat penyangga tiang sebuah bangunan. Umpak biasanya
berjumlah 4 buah, dan berhiaskan teratai/padma.
m. Fragmen Tembikar
Ini merupakan fragmen tembikar/ gerabah, namun belum diketahui jenisnya.
Dari uraian beberapa jenis budaya phisik dan non phisik di atas, memberikan petunjuk
bahwa Kabupaten Kediri sangat potensial untuk pengembangan wisata khususnya wisata
budaya, dan ini akan menjadi andalan utama untuk menggapai peningkatan ekonomi di
wilayah ini. Pada gilirannya hal ini akan berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan
warga pada umumnya.
Dari uraian ini di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara
religi, ritual, dan sistem kerajaan pada masa kerajaan Kediri di Jawa Timur. Religi yang berbasis
ajaran Wisnu tampak kuat dilaksanakan dimana ada kepercayaan warga bahwa Wisnu
sebagai dewa pemelihara memainkan peranan penting. Dalam sistem kepercayaan kepada Dewa
Wisnu ini tampak mempengaruhi pada ritual atau ritual yang dilakukan sebagaimana masih
tampak pada situs-situs candi yang ada di Kediri di Jawa Timur. Hubungan yang kuat antara
komponen religi, ritual dan sistem kerajaan itu tampak dikembangkan dalam gubahan karya-
karya kesusastraan atau kekawin yang perkembanganya tidak hanya di Jawa Timur saja, namun
juga sampai di Bali.
Kuatnya pengaruh tradisi kesusastraan yang terjadi pada masa Kerajaan Kediri ini patut
dibanggakan oleh anak bangsa sekarang ini. Pengembangan kesusastraan yang mengandung
nilai-nilai adiluhung berlandaskan nilai-nilai dasar Hindu dan adanya pengetahuan tentang nilai-
nilai heroisme sebagaimana yang berkembang pada saat itu tampaknya relevan untuk dikaji,
direvitalisasi bagi pengembangan kesusastraan di masa kini dan masa depan. Dengan bekal
modal sosial dan modal budaya yang terbentuk ini, niscaya bangsa negara kita akan mampu
bertahan dalam menghadapi berbagai persoalan sebagai dampak perkembangan globalisasi.
Tentu dengan muatan nilai-nilai lokal ini diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan
kemampuan kreativitas dan daya inovasi yang tinggi demi penguatan kebudayaan lokal dan
nasional yang diharapkan memberikan kontribusi bagi pemahaman budaya universal secara lebih
komprehensif.