• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label suratkabar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label suratkabar. Tampilkan semua postingan

suratkabar

 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berdiri pada tahun 1989 
dengan surat Keputusan Presiden nomor 11 tahun 1989. Dengan surat keputusan tersebut, 
maka Indonesia memiliki perpustakaan nasional yang berperan penting dalam membangun 
kegiatan literasi secara nasional. Sebagai negara yang telah merdeka sejak tahun 1945, 
Indonesia tentu saja memiliki berbagai macam lembaga literasi yang sudah ada sebelum 
berdirinya Perpustakaan Nasional. Beberapa lembaga yang menjadi cikal bakal 
Perpustakaan Nasional diantaranya adalah Bataviaasch Genootschap van Kunsten en 
Wetenschapen (BGKW), Perpustakaan Museum, Lembaga Kebudayaan Nasional 
Indonesia dan Perpustakaan Museum. Di samping itu, masih banyak lembaga-lembaga 
yang memiliki perpustakaan. Lembaga-lembaga tersebut turut serta berkontribusi dalam 
mengisi Perpustakaan Nasional yang didirikan pada 1989.
Buku merupakan koleksi utama dari Perpustakaan Nasional Republik 
Indonesia. Meskipun demikian, keberadaan koleksi bukan buku, seperti terbitan berkala, 
juga menjadi bagian penting dalam koleksi Perpustakaan Nasional. Salah satu koleksi 
terbitan berkala yang berperan penting dalam dunia literasi di Indonesia adalah surat kabar. 
Surat kabar merupakan terbitan bukan buku yang masih banyak diminati oleh para 
pengunjung, khususnya peneliti, dosen dan mahasiswa dari dalam maupun luar negeri. 
Mereka mencari surat kabar untuk tujuan penelitian. Surat kabar banyak memberikan data 
dan informasi mengenai Indonesia pada masa lampau. Layanan Surat Kabar Langka 
merupakan bagian kelompok layanan yang dibawahi oleh Pusat Jasa Perpustakaan dan 
Informasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Layanan ini menyimpan surat kabar 
yang terbit sejak 1810 hingga 2014.
Surat kabar berbahasa Indonesia, tentu saja, mendominasi jumlah judul surat 
kabar yang tersimpan di Layanan Surat Kabar Langka. Meskipun demikian, layanan ini juga 
memiliki surat kabar yang terdiri dari berbagai macam bahasa asing, seperti Belanda, 
Inggris, Arab, Prancis, Jerman, Jepang, Cina hingga Esperanto. Namun sayangnya, surat 
kabar berbahasa asing masih belum banyak diketahui oleh masyarakat. Surat kabar 
berbahasa Belanda dan Jepang, setidaknya, masih banyak dicari oleh para peneliti sejarah 
yang melakukan penelitian dengan ruang lingkup periode kolonial Belanda dan pendudukan 
Jepang. Sedangkan, surat kabar lainnya masih belum banyak dimanfaatkan.
Artikel penelitian ini bertujuan untuk melakukan deskripsi dan analisa 
terhadap koleksi surat kabar langka berbahasa asing yang tersimpan di Layanan Surat Kabar 
Langka, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Secara akademik, artikel ini 
bermanfaat untuk memberikan perspektif baru bagi kajian ilmu perpustakaan yang masih 
banyak didominasi oleh analisa koleksi buku. Selama ini kajian koleksi bukan buku belum 
banyak menjadi topik yang diangkat oleh peneliti ilmu perpustakaan. Secara objektif, artikel 
ini juga bertujuan untuk mempromosikan surat kabar berbahasa asing kepada masyarakat 
sehingga masyarakat dapat memanfaatkan surat kabar berbahasa asing untuk mengetahui 
informasi masa lampau mengenai negara-negara di belahan dunia lain, seperti Prancis dan Jerman. Di samping itu, pengetahuan surat kabar langka berbahasa asing juga dapat 
mempererat hubungan diplomasi antara Indonesia dengan negara luar.
Artikel penelitian ini membahas mengenai koleksi. Dengan demikian penulis akan 
memberikan berbagai macam informasi mengenai koleksi, seperti jumlah surat kabar, 
tempat penyimpanan, kondisi fisik, hingga pemanfaatannya oleh pengunjung. Penelitian 
ini juga hanya dilakukan di dalam satu kelompok layanan, yaitu Layanan Surat Kabar 
Langka, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kelompok layanan ini berada di Jalan 
Salemba Raya No.28 A, Senen, Jakarta Pusat. Penulis melakukan penelitian ini selama dua 
bulan, yaitu dari bulan Juli hingga Agustus 2020.Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2017, maka Layanan Surat 
Kabar Langka memiliki 1.877 judul, 26.383 bundel dan 140.717 eksemplar. Surat kabar 
tersebut merupakan hasil terbitan dari seluruh dunia, baik dari Jerman, Prancis, Cina, 
Jepang, India, Sinngapura, Malaysia dan lain-lain. Bahasa yang digunakan dalam koleksi 
surat kabar tersebut juga bervariasi, mulai dari bahasa Melayu, Indonesia, Belanda, Jepang, 
Cina, Jerman, Prancis, dan Arab. Banyaknya surat kabar berbahasa asing dalam Layanan 
Surat Kabar Langka tidak dapat dipisahkan dari sejarah koleksi Perpustakaan Nasional 
Republik Indonesia itu sendiri. Jika kita melihat dari koleksi naskah kuno, maka tentu saja, 
koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional sudah ada sejak abad ke-14. Salah satu 
koleksi tertua dan menjadi unggulan adalah Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Tantular. Namun, jika kita melihat dari terbitan berkala, maka koleksi-koleksi tercetak 
tertua yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional berasal dari koleksi Belanda. Pada abad 
ke-17, Perusahaan Dagang Belanda Hindia Timur (VOC) mulai membuka kantor dagang 
di Indonesia. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat administrasi dan perdagangan VOC 
di Asia (Meilink-Roelofsz,1962). Kedatangan VOC membawa pengaruh besar dalam dunia 
literasi. Mesin cetak dibawa oleh Belanda untuk menerbitkan peraturan dan hukum di 
wilayah kekuasaan VOC di Indonesia. Selain itu, penerbitan terbitan berkala berupa 
majalah dan surat kabar juga berguna untuk kegiatan perdagangan barang (Adam, 2003). 
Terbitan berkala pada masa VOC banyak dimanfaatkan untuk melakukan transaksi jual beli 
barang dagang. Hal ini menjadi cikal bakal penerbitan surat kabar di Indonesia.
Pada awal abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda yang berada di bawah kontrol 
Prancis menerbitkan surat kabar yang berjudul Bataviaasch Koloniale Courant (Adam, 
2003). Surat kabar berbahasa Belanda ini diterbitkan pada tahun 1810. Isi surat kabar 
tersebut sangat sederhana, hanya memberikan sedikit informasi apa yang terjadi di Hindia 
Belanda, peraturan pemerintah kolonial, kejadian di Eropa, dan iklan surat kabar. Pada 
faktanya surat kabar tersebut terbit ketika Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan 
Prancis. Saat itu Prancis mengirim Herman W. Daendels untuk menjadi gubernur jenderal 
di Batavia. Tugas dari Daendels adalahh untuk mempertahankan Jawa dari serangan 
Inggris. Dengan demikian, maka kebijakan-kebijakan Daendels lebih menekankan pada 
kegiatan pertahanan, seperti membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan (Pratiwo, 2002). 
Tak lama setelah Bataviaasch Koloniale Courant terbit, maka Inggris melakukan serangan 
ke wilayah-wilayah koloni Prancis, termasuk Hindia Belanda. Daendels yang ditugas untuk 
mempertahankan kekuasaannya di Pulau Jawa gagal menghadang pasukan Prancis. Inggris 
pun kemudian berhasil menguasai wilayah Jawa dan mengutus Thomas Stanford Raffles 
untuk menjadi gubernur jenderal. Pada masa pemerintahan Raffles, Indonesia memiliki 
surat kabar berbahasa Inggris pertama yang bernama Java Gouvernment Gazette (Adam, 
2003). Surat kabar ini diterbitkan dalam bahasa Inggris dan berisi mengenai berita-berita di 
seputar wilayah jajahan Inggris dari India hingga Jawa. Koleksi Java Gouvernment Gazette
kemudian menjadi milik Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan hingga kini masih 
tersimpan di Layanan Surat Kabar Langka.
Setelah Inggris menyerahkan kembali koloni Jawa kepada Belanda pada tahun 1816, 
maka Belanda kembali berkuasa di Jawa. Ketika itu Belanda kembali menerbitkan surat 
kabar berbahasa Belanda. Salah satu surat kabar berbahasa Belanda yang paling penting 
adalah Javasche Courant. Surat kabar ini berisi mengenai status kepemilikan perusahaan 
hingga berita-berita mengenai pengangkatan para pejabat Belanda di Hindia Belanda. 
Melalui Javasche Courant kita bisa mengetahui keadaan pemerintahan dan ekonomi di 
Hindia Belanda. Selain itu banyak surat kabar berbahasa Belanda yang terbit pada akhir 
abad ke-19, seperrti De Locomotief, Bataviaasch Nieuwsblaad, Midden Java, dan lain-lain. 
Koleksi surat kabar berbahasa Belanda yang diterbitkan sejak awal abad ke-19 masih 
tersimpan di Layanana Surat Kabar Langka, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Keberadaan koleksi surat kabar berbahasa Belanda di dalam Perpustakaan Nasional 
Republik Indonesia tentu dapat dipahami karena Indonesia, khususnya Jawa, sudah didiami
oleh orang-orang Belanda sejak abad ke-17. Meskipun demikian penjajahan atas Jawa baru 
dapat dikatakan dimulai sejak 1800 setelah VOC bangkrut dan diganti oleh pemerintahan 
kolonial Belanda di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Sejak awal abad ke-19 hingga 
1942, Hindia Belanda telah menyaksikan banyak surat kabar berbahasa Belanda yang terbit 
di Indonesia. Salah satu lembaga yang menyimpan koleksi surat kabar tersebut adalah 
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschapen (BGKW) yang berdiri pada akhir 
abad ke-18 (Supratman, 2020). BGKW didirikan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan 
kesenian di Hindia Belanda. Meskipun demikian, jika kita melihat kajuan orientalisme yang 
dilakukan oleh Edward Said, maka kehadiran BGKW dapat dipandang sebagai upaya orang 
Eropa untuk menundukan masyarakat non-Eropa melalui ilmu pengetahuan. Dengan 
adanya BGKW, penyelidikan dan riset mengenai Hindia Belanda banyak dilakukan. 
Koleksi Repertorium menunjukan banyaknya hasil penelitian orang-orang Eropa di Hindia 
Belanda sepanjang abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Penelitian tersebut meliputi bidang 
sejarah, arkeologi, literatur, agama, politik, sosiologi, pertambangan, ilmu alam dan lain￾lain. BGKW menyimpan koleksi-koleksi literatur dan terbitan berkala yang terbit dalm 
berbagai bahasa Eropa, khususnya Belanda, Prancis, dan Jerman. Setelah Indonesia 
merdeka, maka koleksi-koleksi BGKW menjadi miliki Indonesia dan menjadi koleksi 
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Pada masa Perang Dunia II (1939-1942), Jepang melakukan ekspansi militer ke 
Indonesia. Belanda kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Jepang. Pada masa 
pendudukan Jepang (1942-1945) Indonesia melihat terbitnya beberapa surat kabar 
berbahasa Jepang, seperti Java Nippo, Djawa Shinbun dan Borneo Shinbun dan lain-lain.
Hal tersebut untuk memudahkan Jepang dalam mendapatkan informasi mengenai 
Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, banyak surat kabar yang dibredel karena 
melakukan propaganda anti-Jepang. Hingga saat ini Perpustakaan Nasional Republik 
Indonesia juga masih menyimpan koleksi surat kabar berbahasa Jepang yang terbit ketika 
zaman pendudukan Jepang. Meskipun demikian, jumlah surat kabar berbahasa Jepang 
masih kalah dibandingkan dengan surat kabar berbahasa Cina dan Arab. 
Surat kabar berbahasa Arab dan Cina juga dimiliki oleh Perpustakaan Nasional 
Republik Indonesia. Banyaknya surat kabar berbahasa Arab dan Cina di Indonesia 
disebabkan oleh adanya migrasi orang Arab dan Cina ke Hindia Belanda sejak abad ke-19. 
Orang Arab yang banyak bermigrasi ke Indonesia berasal dari Hadramaut, Yaman Selatan.
Mereka bermigrasi dengan membawah ajaran dari tarekat Alawi (Ho, 2006). Salah satu 
faktor pendorong dalam melakukan migrasi adalah ketidakstabilan politik dan ekonomi di 
Hadramaut selama abad ke-19. Hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan migrasi 
ke wilayah-wilayah Samudera Hindia. Dibandingkan Afrika Timur, Jawa merupakan 
tempat yang paling digemari oleh Arab Hadrami karena Jawa menawarkan peluang 
ekonomi yang sangat baik. Para imigram Arab terdiri dari golongan sayid, masayikh, 
muqabil hingga orang biasa. Mereka biasanya membuka bisnis perkapalan dan perdagangan 
di Asia Tenggara. Selain itu, mereka, khususnya golongan sayid, juga menjadi pemuka 
agama karena dianggap sebagai keturuanan para nabi. Keluarga Al-Atas merupakan salah 
satu keluarga keturunan Arab Hadrami dari kalangan sayid yang dihormati dalam hal
keagamaan di Indonesia. Mereka banyak bermigrasi ke wilayah-wilayah Samudera Hindia 
dan berperan sebagai sarjana, hakim, mufti, imam, menteri, ulama dan pengusaha (Arai, 
2004). Banyaknya imigram Arab Hadrami di Hindia Belanda menyebabkan munculnya 
surat kabar berbahasa Arab. Salah satu surat kabar berbahasa Arab yang penting pada awal 
abad ke-20 adalah Hadhramaut. Surat kabar ini ditulis dalam bahasa Arab dan banyak 
membeerikan informasi mengenai Hindia Belanda dan Hadramaut. Selain Arab, imigran 
Cina juga banyak ditemukan di Hindia Belanda. Mereka sudah ada di Hindia Belanda sejak 
sebelum tahun 1800 dan datang ke wilayah ini untuk mencari kesempatan ekonomi untuk 
mendapatkan kemakmuran (Lohanda, 1994). Biasanya mereka tinggal di wilayah kampung 
pecinan. Untuk berbagi informasi dan berita, mereka juga menerbitkan surat kabar 
berbahasa Cina, seperti Kung Yung Pao, Min Pao, dan lain-lain. Meskipun demikian, 
banyak keturunan Arab dan Cina juga yang menerbitkan surat kabar dalam bahasa Melayu, 
seperti Oetoesan Hindia, Pantjaran Warta, Keng Po, Sin Po dan lain-lain. Hal ini 
menunjukan bahwa keturuanan Arab dan Cina mampu beradaptasi dengan baik di Hindia 
Belanda. Koleksi-koleksi ini masih tersimpan di Layanan Surat Kabar Langka, 
Perpustakaaan Nasional Republik Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa banyaknya koleksi surat 
kabar langka berbahasa asing di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia disebabkan 
oleh sejarah panjang kolonialisme, imperialisme dan migrasi global. Bahkan setelah 
Indonesia merdeka, surat kabar berbahasa asing terus terbit di Indonesia. Beberapa surat 
kabar berbahasa Inggris yang diterbitkan di Indonesia, antara lain Indonesian Observer, 
Jakarta Post, Jakarta Globe dan lain-lain. Sedangkan perpustakaan di Indonesia pasca 
kemerdekaan juga kerap berlangganan surat kabar berbahasa asing, seperti La Monde, 
Financial Times, Strait Times, Wall Street Journal dan lain-lain. Dengan demikian setelah 
Indonesia merdeka, maka perpustakaan-perpustakaan pun masih memiliki koleksi surat 
kabar berbahasa asing. Setelah dibentuknya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 
pada 1989, maka surat kabar berbahasa asing tetap dipesan dan menjadi koleksi 
perpustakaan.
Berdasarkan penelitian terhadap katalog yang dilakukan oleh penulis pada 2020, 
maka Layanan Surat Kabar Langka memiliki banyak surat kabar berbahasa asing yang 
terdiri dari bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Cina, Jepang dan Esperanto. 
Total surat kabar berbahasa asing yang ada di Layanan Surat Kabar Langka adalah 415 
judul surat kabar. Dari 415 judul, 274 judul berbahasa Belanda, 96 judul berbahasa Inggris, 
23 judul berbahasa Arab, 8 judul berbahasa Prancis, , 6 judul berbahasa Cina, 4 judul 
berbahasa Jepang, , 3 judul berbahasa Jerman, dan 1 judul berbahasa Esperanto. Berikut 
adalah tabel surat kabar berbahasa asing di Layanan Surat Kabar Langka.Berdasarkan tabel tersebut maka jumlah surat kabar berbahasa asing terbanyak 
adalah surat kabar berbahasa Belanda dengan jumlah 274 judul atau mencapai 66,02% dari 
total keseluruhan surat kabar berbahasa asing. Sementara urutan kedua ditempat oleh surat 
kabar berbahasa Inggris yang mencapai 96 judul atau mencapai 23,13% dari total 
keseluruhan surat kabar berbahasa asing. Kemudian disusul oleh surat kabar berbahasa Arab 
yang mencapai 23 judul atau 5,54% dari total surat kabar berbahasa asing. Berikut adalah 
diagram dari prosentase surat kabar langka berbahasa asing yang ada di Perpustakaan 
Nasional Republik Indonesia.
Banyaknya surat kabar berbahasa Belanda di Perpustakaan Nasional Republik 
Indonesia tentu saja dapat diketahui melalui adanya kolonialisme dan imperialisme Belanda 
sejak tahun 1800. Bahkan arsip peninggalan Belanda sudah ada sejak kedatangan VOC ke 
Indonesai pada abad ke-17. Banyakan arsip-arsip VOC yang hingga kini masih tersimpan 
di Arsip Nasional Republik Indonesia. Setelah VOC dibubarkan pada 1799 dan digantikan 
oleh pemerintah kolonial Belanda, maka bahasa Belanda terus menjadi bahasa administratif 
dan bahasa kenegaraan di Hindia Belanda. Meskipun demikian, Belanda tidak mencoba 
untuk melakukan Baratisasi (Westernisation) terhadap Indonesia. Malahan, mereka 
memperkuat institusi pribumi dan kebudayaan (Vandenbosch, 1943). Banyaknya surat
kabar berbahasa Belanda tidak menunjukan adanya dominasi bahasa Belanda di ruang 
publik. Hal tersebut hanya menunjukan bahwa surat kabar yang diterbitkan di Hindia 
Belanda banyak ditujukan untuk komunikasi diantara orang Belanda sendiri. Hal ini untuk 
menunjukkan eksklusivitas dari orang Belanda di tengah-tengah masyarakat pribumi dan 
Timur Asing. Dalam strata kolonial, masyarakat kulit putih Eropa, khususnya Belanda 
berada di tingkat paling atas, kemudian disusul oleh Vreemde Oosterlingen (Timur Jauh) 
dan masyarakat pribumi (Heijns, 2019). Penggunaan bahasa juga menunjukan hal tersebut. 
Bahasa Eropa dan Belanda berada di urutan atas pada bahasa yang digunakan di Hindia 
Belanda. Penggunaan bahasa Belanda juga dianggap sebagai pembeda kaum Belanda dan 
kaum pribumi. Kaum pribumi yang ingin disamakan status dan kedudukannya seperti kaum 
Belanda harus dapat masuk ke dalam lingkungan budaya Belanda, termasuk penggunaan 
bahasa Belanda.
Pada awal abad ke-20, Belanda membuka kesempatan kepada pribumi untuk 
mendapatkan pendidikan seperti bangsa Eropa melalui program Politik Etis (Ricklefs, 
2001). Dengan demikian dibukalah sekolah-sekolah untuk pribumi, namun hanya terbatas 
pada kelompok pribumi dari kalangan elite tradisional atau ningrat. Dengan demikian, 
banyak kaum ningrat yang bersekolah dengan sistem pendidikan Barat. Bahkan diantaranya 
ada yang berhasil hingga mendapatkan pendidikan di Universitas Leiden, Belanda. Salah 
satu contoh kaum ningrat yang berhasil mendapatkan pendidikan sistem Belanda adalah 
Raden Ahmad Hosein Djajadiningrat dari Banten (Ricklefs, 2001). Dengan terbukanya 
kesempatan untuk mendapatkan kesempatan pendidikan model Belanda, maka semakin 
banyak kaum pribumi yang memahami bahasa Belanda. Mereka membaca dan menulis 
dengan menggunakan bahasa Belanda tanpa melupakan bahasa Melayu dan bahasa daerah.
Mereka yang fasih menggunakan bahasa Belanda ingin dianggap sebagai bagian dari elite 
modern yang berbeda dengan elite tradisional. Salah satu pembedanya tentu saja ada 
pemahaman atas bahasa Belanda (Laffan, 2016). Karya sastra Indonesia yang terbit pada 
awal abad ke-20, banyak menceritakan antara konflik batin dan emosi antara elite modern 
dan elite tradisional (Muis, 2010). Dengan demikian, banyaknya terbitan surat kabar 
berbahasa Belanda juga menunjukan dominasi bahasa Belanda atas bahasa lainnya di 
Indonesia. Bahkan, banyak intelektual Indonesia, seperti Agus Salin, Sukarno, Mohammad 
Hatta juga banyak menulis artikel di surat kabar dalam bahasa Belanda. Meskipun awal 
abad ke-20 sudah banyak bermunculan surat kabar berbahasa Melayu, namun surat kabar 
berbahasa Belanda masih tetap terbit hingga masa pendudukan Jepang. Setelah Jepang 
masuk, bahasa Belanda menjadi bahasa yang terlarang dan digantikan dengan bahasa 
Jepang dan Indonesia.
Setelah bahasa Belanda, surat kabar langka berbahasa asing lebih banyak didominasi 
oleh surat kabar berbahasa Inggris. Hal tersebut tentu saja, tidak dapat dipungkiri, terdapat 
peran kolonialisme dan imperialisme Inggris di dunia sejak abad ke-18 melalui Perusahaan 
Hindia Timur (East Indies Company) (Alpers, 2014). Pada abad ke-19, Inggris 
mendominasi wilayah Asia dan Afrika. Di Asia kekuasaan Inggris sangat luas dari mulai 
India, Malaya hingga Cina. Ketika Thomas Stanford Raffles menguasa Jawa antara tahun
1811-1816, terdapat surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang bernama Java Gouvernment Gazette. Setelah Inggris menyerahkan kembali Jawa kepada Belanda, maka 
Raffles ditempatkan di Tumasik dan mendirikan Singapura pada 1819 (Dobbs, 2011).
Ketika itu Indonesia dikepung oleh negara-negara koloni Inggris yang menggunakan bahasa 
Inggris, seperti Australia, Malaya, dan Filipina. Jika bahasa Belanda sudah tidak banyak 
digunakan lagi setelah Perang Dunia II, maka bahasa Inggris justru semakin banyak 
digunakan dan dipelajari. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran Amerika Serikat
selama Perang Dingin. Pada masa Orde Lama, terdapat surat kabar berbahasa Inggris yang 
bernama Indonesian Observer dan Indonesian Times. Kemudian pada masa Orde Baru, 
Jakarta Post mulai muncul sebagai surat kabar berbahasa Inggris di Indonesia. Orde Baru 
menjadi titik balik perkembangan bahasa Inggris di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan 
adanya kedekatan hubungan diplomasi Indonesia dan Amerika Serikat dalam berbagai 
bidang, khususnya ekonomi dan pendidikan (Federspiel, 2002). Dengan demikian, bahasa 
Inggris menjadi bahasa yang sangat penting di Indonesia sebagai bahasa asing utama.
Kedatangan para diplomat, investor asing dan pekerja asing atau ekspatriat juga menjadi 
pendorong munculnya media-media berbahasa Inggris di Indonesia.
Bahasa selanjutnya yang berada diurutan ketiga sebagai bahasa asing dalam surat 
kabar langka adalah bahasa Arab. Seperti yang kita ketahui bahwa hubungan Arab dan 
Indonesia sudah terjadi sejak lama. Bahkan, sejak zaman Sriwijaya sudah ada komunitas 
Arab yang datang ke wilayah Indonesia untuk berdagang. Mereka menyebut Sriwijaya 
dengan “Zabaj” (Laffan, 2016). Keterkaitan Arab dan Indonesia memang lebih banyak 
dipengaruhi oleh faktor agama, politik dan perdagangan. Kedatangan Islam ke Indonesia 
telah membawa bahasa Arab sebagai bahasa untuk beribadah. Kemudian lambat laun, 
bahasa Arab digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai dengan 
manuskrip-manuskrip berbahasa Arab. Huruf Arab bahkan dipakai dalam bahasa Melayu 
yang disebut Jawi (Laffan, 2016). Banyaknya surat kabar langka berbahasa Arab 
dipengaruhi oleh semakin masifnya imigran Arab yang datang dari Hadramaut ke Hindia 
Belanda pada abad ke-19. Hal tersebut didorong oleh adanya ketidakstabilan politik di 
Hadramaut dan keinginan untuk mencari peluang ekonomi di luar negeri. Orang-orang Arab 
Hadrami kemudian tinggal di kota-kota pantai karena memiliki akses untuk perdagangan. 
Beberapa kota yang menjadi tempat tinggal Arab Hadrami, diantaranya adalah Batavia 
(Jakarta), Cirebon, Pekalongan, Tegal, Surabaya, hingga Pontianak (Ho, 2006). Keberadaan 
mereka yang semakin banyak di Hindia Belanda tentu saja memerlukan media informasi. 
Terlebih lagi, mereka juga ingin mengetahui keadaan di tanah asal mereka, yaitu 
Hadramaut. Untuk itu dibentuklah surat kabar-surat kabar berbahasa Arab agar orang-orang 
Arab di Hindia Belanda tetap dapat mendapatkan informasi. Meskipun demikian, banyak 
juga orang-orang Arab yang membuat surat kabar berbahasa Melayu karena mereka telah 
berasimilasi dengan penduduk pribumi dan mampu berbahasa Melayu (Ho, 2006).
Meskipun bahasa Belanda, Inggris dan Arab mendominasi koleksi surat kabar langka 
berbahasa asing, namun terdapat beberapa bahasa asing lainnya yang patut dicermati. 
Bahasa Jepang dan Cina tentu saja menjadi bahasa lain yang mendominasi surat kabar 
berbahasa asing. Meskipun tidak sebanyak Belanda, Inggris dan Arab, namun kedua surat 
kabar tersebut kerap diminati oleh beberapa kalangan, khsusnya para peneliti. Surat kabar berbahasa Cina, seperti Min Pao dan Kung Yun Pao memang banyak diminati oleh para 
peneliti sejarah. Kedua surat kabar tersebut memberikan informasi bagaimana komunitas 
Cina di Hindia Belanda menjalin komunikasi dan informasi. Sedangkan surat kabar 
berbahasa Jepang, seperti Borneo Shinbun dan Java Nippo juga banyak diminati oleh 
sejarawan yang meneliti Indonesia pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Jumlah 
surat kabar berbahasa Jepang tidak begitu banyak, seperti surat kabar berbahasa Belanda. 
Hal tersebut dikarenakan pendudukan Jepang yang sangat singkat, yaitu tiga setengah tahun 
saja. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Jepang kemudian pergi dan bahasa Jepang 
tidak banyak digunakan lagi oleh penduduk Indonesia. Kemudian terdapat surat kabar 
berbahasa Prancis, Jerman dan Esperanto. Ketiga surat kabar ini memang tidak banyak 
mendapatkan perhatian. 
Setelah mengetahui alasan mengapa banyak surat kabar berbahasa asing di Indonesia, 
maka penelitian ini membahas mengenai pemanfaatan surat kabar langka berbahasa asing. 
Berdasarkan data permintaan bon surat kabar yang diperoleh dari bulan Januari hingga Juni 
2020, maka terdapat 1.632 bon permintaan untuk seluruh surat kabar. Dari jumlah tersebut, 
permintaan untuk surat kabar langka berbahasa asing hanya 49 permintaan. Dengan kata 
lain, selama kurun waktu enam bulan, permintaan surat kabar langka berbahasa asing hanya 
mencapai 3% dari keseluruhan permintaan. Jumlah ini tentu saja sangat sedikit. Berikut 
adalah tabel permintaan surat kabar berbahasa asing di Layanan Surat Kabar Langka.Berdasarkan tabel 2, maka diketahui bahwa jumlah permintaan surat kabar berbahasa 
asing hanyalah 49 permintaan. Dari 49 permintaan, maka permintaan surat kabar berbahasa 
Belanda merupakan permintaan yang paling banyak, yaitu berjumlah 29 permintaan. 
Selanjutnya disusul oleh permintaan surat kabar berbahasa Inggris sebanyak 15 permintaan.
Kemudian permintaan bahasa Arab sebanyak 4 permintaan dan bahasa Jepang sebanyak 1 
permintaan. Dengan demikian, selama Januari hingga Juni, permintaan surat kabar 
berbahasa Belanda merupakan surat kabar berbahasa asing yang paling banyak dicari oleh 
para pengunjung di Layanan Surat Kabar Langka.
Sedikitnya jumlah permintaan terhadap surat kabar langka berbahasa asing tentu 
harus diperhatikan dengan baik. Salah satu alasan mengapa para pengunjung Layanan Surat 
Kabar Langka jarang meminta dan membaca surat kabar berbahasa asing adalah, tentu saja, 
karena faktor kebutuhan penelitian dan bahasa. Berdasarkan data permintaan surat kabar 
dari Januari hingga Juni 2020, maka sebagian besar pengunjung Layanan Surat Kabar Langka melakukan penelitian mengenai Indonesia setelah pada masa periode Republik 
Indonesia. Hanya sedikit pengunjung yang melakukan penelitian pada masa pemerintahan 
kolonial Belanda. Dengan demikian, para pengunjung lebih banyak meminta surat kabar 
yang terbit setelah kemerdekaan, seperti Kompas, Suara Pembaharuan, Pikiran Rakyat, 
Suara Karya, Media Indonesia, Republika dan lain-lain. Untuk melakukan penelitian 
mengenai Indonesia setelah periode kemerdekaan, beberapa pengunjung juga 
membutuhkan data dari surat kabar berbahasa asing. Dalam hal ini, pengunjung lebih 
memilih surat kabar berbahasa Inggris yang terbit di Indonesia, seperti Indonesian Times 
dan Jakarta Post. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan sedikitnya permintaan surat 
kabar berbahasa asing adalah karena banyak surat kabar berbahasa asing sudah 
dialihmediakan menjadi bentuk dalam jaringan (online) oleh negara berbahasa asing 
tersebut. Surat kabar berbahasa Belanda, misalnya, sudah banyak yang dialihmediakan oleh 
negara Belanda sendiri ke dalam bentuk online. Salah satu laman yang menyediakan 
pencarian surat kabar secara online adalah Delpher. Laman ini menyediakan surat kabar 
berbahasa Belanda dari mulai zaman kolonial hingga kontemporer. Dengan demikian, para 
pengunjung yang membutuhkan surat kabar berbahasa Belanda dapat dengan mudah 
mengakses surat kabar Belanda yang diinginkan. Di samping itu terdapat banyak laman 
yang menyediakan surat kabar berbahasa asing, khususnya Inggris, Prancis, dan Jerman, 
seperti Gale. Gale merupakan layanan penyedian arsip, dokumen, surat kabar hingga buku 
secara online. Dengan adanya fasilitas ini maka para pengunjung dapat mengakses sumber￾sumber berbahasa asing dengan mudah. Tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan 
koleksi surat kabar berbahasa Indonesia yang belum banyak dialihmediakan ke dalam 
bentuk digital sehingga para pengunjung harus datang langsung ke perpustakaan untuk 
mengakses surat kabar berbahasa Indonesia.
Dampak dari sedikitnya permintaan terhadap surat kabar berbahasa asing dapat 
terlihat dari kondisi fisiknya. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh penulis, maka surat 
kabar langka berbahasa asing memiliki kondisi fisik yang lebih baik dibandingkan dengan 
surat kabar langka berbahasa Indonesia. Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan 
oleh penulis, maka didapati bahwa surat kabar berbahasa asing jauh lebih baik kondisinya 
dibandingkan dengan surat kabar berbahasa Indonesia. Salah satu contoh perbandingannya 
adalah antara surat kabar Kompas dan Jakarta Post. Berdasarkan data bon permintaan dari 
Januari hingga Juni 2020, surat kabar Kompas banyak diminati dan hampir setiap hari 
terdapat permintaan terhadap surat kabar ini. Hal tersebut mengakibatkan kondisi fisik yang 
semakin buruk karenan terlalu sering dibaca oleh pengunjung. Hal ini berbanding terbalik 
dengan kondisi surat kabar berbahasa Inggris, Jakarta Post, yang kondisi fisiknya lebih baik 
karena jarang sekali diminta oleh pengunjung.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa Layanan 
Surat Kabar Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyimpan surat kabar 
yang terbit sejak 1806 hingga awal abad ke-21, yaitu 2013. Diantara 1.877 judul yang 
dimiliki oleh layanan ini, terdapat 415 judul surat kabar berbahasa asing, yang terdiri dari bahasa Belanda, Inggris, Arab, Cina, Jepang, Prancis, Jerman dan Esperanto. Berdasarkan 
pendekatan sejarah, surat kabar berbahasa asing tersebut erat kaitannya dengan dinamikan 
sejarah kolonialisme dan imperialisme yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1800. Di lain 
pihak, kekuatan imigrasi masyarakat dari berbagai belahan dunia pada abad ke-19 juga telah 
mendorong munculnya komunitas asing, seperti Arab dan Cina, yang turut memproduksi 
surat kabar dalam bahasa mereka. Meskipun surat kabar berbahasa asin mengandung 
informasi yang sangat kaya, namun hanya sedikit pengunjung atau pemustaka di Layanan 
Surat Kabar Langka yang telah memanfaatkannya dengan maksimal. Berdasarkan 
penelitian yang dilakukan dari Januari hingga Juni 2020, maka hanya terdapat 49 
permintaan terhadap surat kabar langka berbahasa asing. Pengunjung lebih banyak meminta 
dan membaca surat kabar berbahasa Indonesia dibandingkan surat kabar berbahasa asing. 
Hal tersebut berdampak pada kondisi fisik surat kabar berbahasa asing yang masih lebih 
baik dibandingkan surat kabar berbahasa Indonesia.