• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Astronomi islam 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Astronomi islam 9. Tampilkan semua postingan

Astronomi islam 9

 


ikian, peniadaan tahun kabisat pada tahun 

abad yang tidak dapat di bagi 400, yaitu untuk masa tertentu 

(3.323 tahun) masih tetap akan terdapat selisih 1 hari. Oleh 

karena itu, untuk menyesuaikannya harus menjadi 1 tahun 

kabisat lagi. Jadi, kekurangan 0j 11m 14d di atas salama 4 abad 

(400 tahun) = 400 x 0j 11m 14d = 74j 53m 20d.  Nilai tersebut 

sama dengan 3h 2j 53m 20d, berarti 3 hari lebih 2j 53m 20d. Dalam 

jangka waktu 3.323 tahun, kelebihan itu akan berjumlah 24 jam 

(1 hari).97 

Rata 365 hari pada satu tahun, maka ada kelebihan 5j 

48m 46d dikalikan 4 tahun = 23J 15m, maka 24j –23j 15m = 45m, 

sehingga ada kekurangan 45m dikalikan dengan 100 tahun = 

4500 menit ÷ 60m = 75j, kelebihan 75 jam, kemudian dibagi 

24j = 3h 3j. kurang lebih 3j di kalikan 8 =1 hari kurang, maka 

1h dikalikan dengan 4 tahun dikaliklan 100 tahun dikalikan 8 

97 ............., Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriyah 

dan Jawa, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011. hlm, 41.

|   131

= 3200 tahun. Dari sinilah tahun ke-1, 2, dan 3 adalah tahun 

basithah dan pada tahun ke 4 adalah tahun Kabisat. Ini berlaku 

juga pada tahun 100, 200, 300 adalah tahun basithah dan tahun 

400 adalah tahun kabisat. Maka tahun 3200 M yang akan datang 

kurang satu hari, maka dijadikan tahun basithah. 

Untuk menghadapi perhitungan yang rumit, maka 

memerlukan penyederhanaan lagi. Satu siklus (4 tahun) 

dianggap sama-rata besarnya, yaitu 1461 hari. Dengan 

demikian, untuk memperoleh jumlah hari, maka dapat 

dirumuskan bilangan tahun dibagi empat, lalu dikalikan 1461 

hari, sesudah itu hasilnya dikurangi 13 hari. Bilangan 13 hari 

ini berasal dua kejadian. Pertama, jumlah 10 hari akibat dari 

pembaharuan sistem Gregorian yang mengakibatkan majunya 

hari dari tanggal 5 Oktober menjadi 15 Oktober 1582 M. Kedua, 

jumlah 3 hari ialah berasal dari abad ke-17, 18, dan abad ke-

19 pada perhitungan dianggap sebagai tahun panjang, padahal 

semestinya tahun pendek. 

Setelah almanak Gregorian dicanangkan, tidak semua 

negara mau  memakainya. Hal ini dikarenakan mereka 

masih mengikuti keyakinan dan kepercayaan dari dewan 

gereja yang masih menggunakan sistem penanggalan Julian. 

Kejadian ini berlangsung cukup lama, hingga berselang 

kurang lebih 3 abad, barulah hampir di semua negara mau 

meng-implementasikannya. Misalnya, Rusia baru meng-

implementasikan System Penanggalan Gregorian pada tahun 

1918 M. Dengan demikian Revolusi  Komunis Rusia yang 

sekarang diperingati setiap tanggal 7 November  disebut sebagai 

Revolusi Oktober.  

Menjelang akhir abad ke-17 tahun 1698, seorang ilmuwan 

Jerman yang berwibawa saat itu, Prof. Dr. Erhard Weigel 

mengirim surat kepada raja-raja Eropa yang beragama Protestan 

agar mau menerima almanak Gregorian. Weigel menegaskan 

bahwa pemakaian almanak itu tidaklah berarti tunduk kepada 

132  

Paus. Kata Weigel, hal ini adalah masalah ketepatan peredaran 

benda langit dan bukan masalah agama.

Oleh karena itu, pada awal abad ke-18, negara-negara 

Protestan menerima almanak Gregorian. Inggris negara 

Anglikan mengikuti pada tahun 1752 M, dengan menyatakan 

tanggal 2 September 1752 M langsung disusul oleh 14 

September 1752 M. Hal ini juga berlaku untuk seluruh jajahan 

Inggris, termasuk Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada 

sekarang) yang saat itu belum merdeka. Akibatnya, George 

Washington yang nantinya menjadi presiden pertama Amerika 

Serikat terpaksa mengubah tanggal lahirnya dari 11 Pebruari 

1732 M menjadi 22 Pebruari 1732 M.98

Negara-negara Eropa Timur yang menganut Kristen 

ortodoks baru menerima almanak Gregorian sesudah Perang 

Dunia I berakhir. Rusia memberlakukannya tahun 1918 M 

dengan menyatakan bahwa 31 Januari langsung disusul 13 

Pebruari. Hari penghapusan kekaisaran Rusia yang berlangsung 

tanggal 7 November 1917 M (menurut almanak Gregorian) 

sampai sekarang masih disebut “Revolusi Oktober”, karena 

hari itu di Rusia masih menggunakan almanak Julian tanggal 

25 Oktober. Negara Eropa terakhir yang menerima almanak 

Gregorian adalah Yunani di tahun 1923 M. 

Akan tetapi, almanak Julian tetap digunakan oleh Gereja 

ortodoks khusus untuk menentukan Hari Natal. Sampai 

sekarang mereka merayakan Natal pada tanggal 7 Januari (25 

Desember menurut almanak Julian), dua minggu lebih lambat 

daripada umat Kristen lainnya.

Di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin, 

penyebaran almanak Gregorian dilakukan oleh negara-negara 

Eropa yang menjajahnya. Di Indonesia sendiri, sampai awal abad 

ke-20, almanak Hijriah masih dipakai oleh raja-raja Nusantara. 

98 Ibid. hlm, 42

|   133

Bahkan, raja Karangasem yang beragama Hindu, Ratu Agung 

Ngurah, didalam surat-suratnya kepada Gubernur Jenderal 

Hindia Belanda yang beragama Nasrani, otto van Rees, pada 

tahun 1894 masih menggunakan almanak 1313 Hijriah.

Almanak Gregorian secara resmi dipakai di seluruh 

Indonesia mulai tahun 1910 M dengan berlakunya Wet op het 

Nederlandsch onderdaanschap, hukum yang menyeragamkan 

seluruh rakyat Hindia Belanda. Maka tercapailah niat Octavianus 

Augustus yang ingin namanya abadi. Nama Kaisar Romawi ini 

senantiasa diucapkan ratusan juta orang Indonesia setiap tahun 

ketika mereka merayakan hari proklamasi kemerdekaan.

Di Indonesia, sistem Gregorian itu berlaku sejak negara 

Belanda memasuki Indonesia sekitar pada tahun 1600-an, karena 

di negeri Belanda sendiri sistem penanggalan itu diberlakukan 

sejak tahun 1583 M. Di negara Swedia, sistem penanggalan ini 

mulai digunakan pada tahun 1753 M, di negara Jepang pada 

tahun 1873 M, di negara Cina pada tahun 1912 M, dan yang 

terakhir ialah di negara Turki pada tahun 1927 M.

Selanjutnya, ketentuan-ketentuan yang perlu diketahui 

ialah untuk bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober, 

dan Desember ditentukan panjang masing-masing harinya 

31 hari. Sedangkan bulan-bulan April, Juni, September, dan 

November ditentukan masing-masing lamanya 30 hari. Khusus 

bulan Pebruari, untuk tahun-tahun pendek dihitung 28 hari, 

sedangkan untuk tahun-tahun panjang dihitung 29 hari. 

No Bulan Hari Kabisat Basitoth

1 Januari 31 31 31

2 Pebruari 28/29 60 59

3 Maret 31 91 90

4 April 30 121 120

5 Mei 31 152 151

6 Juni 30 182 181

134  

7 Juli 31 213 212

8 Agustus 31 244 243

9 September 30 274 273

10 Oktober 31 305 304

11 November 30 335 334

12 Desember 31 366 365

Jumlah hari tahun kabisat 366. Sedangkan jumlah hari 

tahun basithah berjumlah 365.

Gambar:1. Zodiak

3. Cara menetukan hari tahun Masehi

Tahun dibagi 281. .

Kemudian sisa dari pembagian 28; dibagi 4, dan 2. 

hasilnya pembagian 4, jika  jatuh pada tahun 

kabisat, maka hasil dari pembagian dikurangi 1 dan 

hasilnya berapa kemudian ditambahkan dengan hasil 

sisa. 

Setelah di jumlah hasilnya dibagi 7, semua dari sisa 3. 

lalu dijumlah untuk menjadikan hari. Adapun hari 

dimulai dari hari Ahad 1, senin 2, Selasa 3, Rabu 4, 

Kamis 5, jum’at 6, sabtu 0/7.

|   135

1) Contoh menentukan hari 1 Januari 2016 M (Kabisat) 

28/2016 = 72

      2016–

      4/0 = 0–1= 6  

Sisa      6

Jadi 1 Januari 2016 Jatuh Pada Hari Jum’at

2) Contoh menentukan hari 1 Januari 2016 M (Kabisat) 

28/2016 =1

      1988–

      4/28 = 7–1=6

    6+

       7/34 = 4

           28–

Sisa 6

Jadi 1 Januari 2016 Jatuh Pada Hari Jum’at

3. Contoh menentukan hari 1 Januari 2017 M (Basithah) 

28/2017 = 72

      2016–

Sisa      1

Jadi 1 Januari 2017 Jatuh Pada Hari Ahad

4. Contoh menentukan hari 1 Januari 2024 M (Kabisat)

28/2024 =72

       2016–

         4/8 =2–1= 1

     1+

         7/9

            7–

Sisa      2

Jadi 1 Januari 2024 Pada Hari Senin

136  

5. Contoh menentukan hari 1 Januari 2043 M (Basithah) 

28/2043= 72

      2016–

      4/27= 6

    6+

       7/33= 4

          28–

Sisa      5

Jadi 1 Januari 2043 Jatuh Pada Hari Kamis 

4. Cara menentukan Pasaran Masehi

Tahun dibagi 20, lalu sisanya dibagi 4.1. 

Hasilnya? + Legi (Kabisat) dan Pahing (Basithah)2. 

1. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2016 M (Kabisat) 

20/2016= 100

     2000–

     4/16= 4 + Legi 

         16–

    0 (kabisat)   

Jadi 1 Januari Tahun 2016 M pasaran Kliwon

2. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2017 M (Basithah) 

20/2017= 100

      2000–

      4/17 = 4 + Pahing

          16– 

            1 (Basithah)   

Jadi 1 Januari Tahun 2017 M pasaran Legi

|   137

3. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2024 M (Kabisat) 

20/2024= 100

      2000–

      4/24 = 6 + Legi 

         24– 

           0 (Kabisat)   

Jadi 1 Januari Tahun 2024 M pasaran Pahing

4. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2043 M (Basithah) 

20/2043 = 100

     2000–

      4/43 = 10 + Pahing

          40– 

           3 (Basithah)   

Jadi 1 Januari Tahun 2043 M pasaran Pahing

No Bulan Hari Jmh Pasaran Jmh

1 Januari 3 3 1 1

2 Pebruari 0b/1k 3b/4k 3b/4K 4b/5K

3 Maret 3 6b/7k 1 5b/6K

4 April 2 8b/9k 0 5b/6K

5 Mei 3 11b/12k 1 6b/7K

6 Juni 2 13b/14k 0 6b/7K

7 Juli 3 16b/17k 1 7b/8K

8 Agustus 3 19b/20k 1 8b/9K

9 September 2 21b/22k 0 8b/9K

10 Oktober 3 24b/25k 1 9b/10K

11 November 2 26b/27k 0 9b/10K

12 Desember

Tabel untuk menetukan hari dan pasaran 

138  

Contoh tahun 2017 jatuh pada hari Ahad Legi

No Bulan Jmh Hari Jmh pasaran

1 Januari +3 Ahad +1 Legi

2 Pebruari +0 Rabu +3 Pahing

3 Maret +3 Rabu +1 Kliwon

4 April +2 Sabtu +0 Legi 

5 Mei +3 Senin +1 Legi

6 Juni +2 Kamis +0 Pahing

7 Juli +3 Sabtu +1 Pahing 

8 Agustus +3 Selasa +1 Pon

9 September +2 Jum’at +0 Wage

10 Oktober +3 Ahad +1 Wage

11 November +2 Rabu +0 Kliwon

12 Desember Jum’at Kliwon

Tabel perbedaan tahun Julian dan Gregorian adalah 

sebagai berikut:

Tahun Menurut Tahun MenurutJulian Gregorian Julian Gregorian

1600 Kabisat Kabisat 1600 Kabisat Kabisat

1602 Basithah Basithah 1604 Kabisat Kabisat

1612 Kabisat Kabisat 1614 Basithah Basithah

1722 Basithah Basithah 1624 Kabisat Kabisat

1700 Kabisat Basithah 1700 Kabisat Basithah

1736 Kabisat Kabisat 1738 Basithah Basithah

1746 Basithah Basithah 1748 Kabisat Kabisat

1800 Kabisat Basithah 1800 Kabisat Basithah

1854 Basithah Basithah 1852 Kabisat Kabisat

1864 Kabisat Kabisat 1862 Basithah Basithah

1900 Kabisat Basithah 1900 Kabisat Basithah

1966 Basithah Basithah 1968 Kabisat Kabisat

|   139

1976 Kabisat Kabisat 1978 Basithah Basithah

2000 Kabisat Kabisat 2000 Kabisat Kabisat

Pada daftar di atas nampak bahwa selama 400 tahun, 

almanak Gregorian berhasil meniadakan tiga kali tahun 

kabisat. Hal ini berarti bahwa almanak Gregorian berhasil 

memperkecil kesalahan almanak Julian. Ketentuan-ketentuan 

ini masih tetap berlaku sampai sekarang, sehingga penanggalan 

sekarang ini disebut almanak, atau penanggalan Gregorian. 

Gambar:2. Kalender Gregorian


|   141

BAB 

7

KALENDER KAMARIAH

Waktu adalah suatu hal yang sangat penting, karena segala kegiatan manusia tidak bisa terlepas dari waktu. Begitu juga agama Islam 

yang banyak ritualitas keabsahannya sangat ditentukan oleh 

waktu, seperti; salat, puasa, zakat, dan haji. Berawal dari hal ini, 

maka disusunlah sebuah kalender yang merupakan manifestasi 

dari satuan waktu, dimana satuan-satuan tersebut dinotasikan 

berupa hari, bulan, tahun, dan sebagainya. Satuan-satuan ini 

sangat berperan penting bagi kepentingan ibadah manusia.

Sebagaimana telah disinggung di muka, lama satu tahun 

Syamsiah ialah 365 hari untuk tahun pendek dan 366 hari untuk 

tahun panjang. Adapun untuk tahun Kamariah, lamanya adalah 

354 hari untuk tahun pendek dan 355 hari untuk tahun panjang. 

Dengan demikian, perhitungan tahun Kamariah lebih cepat 10 

sampai 11 hari di setiap tahunnya jika  dibandingkan dengan 

142  

tahun Syamsiah. Sedangkan untuk tahun Saka99, penetapan 

hari dan bulannya adalah sebagaimana tahun Kamariah secara 

‘Urfi.

Tahun Kamariah, jumlah hari pada tiap bulannya sama 

dengan satu synodic100, sehingga jumlah hari pada satu bulan 

selama satu tahun akan bergantian antara 29 atau 30 hari. Pada 

penentuan awal bulan Kamariah, terdapat dua kelompok besar, 

yaitu; hisab dan rukyat. Kelompok hisab mengatakan bahwa 

awal bulan Kamariah harus ditentukan melalui perhitungan, 

sedangkan kelompok rukyat berpendapat bahwa penentuan 

tersebut harus dengan melihat hilal pada sore hari di tanggal 29 

bulan Kamariah. 

Penggunaan metode hisab dan rukyat pada penetapan 

awal bulan Kamariah menjadi persoalan yang menarik, karena 

tidak jarang terjadi perbedaan untuk mengawali ataupun 

mengakhiri ibadah-ibadah pokok pada ajaran Islam, seperti; 

puasa, idul Fitri, dan idul Adha. 

Terkait dengan itu semua, di Indonesia masih banyak 

aliran hisab pada penentuan awal bulan Kamariah, yakni dari 

mulai hisab ‘urfi, hisab hakiki taqribi, hisab hakiki bit-tahqiq, 

dan hisab kontemporer. Dan hampir semua sistem hisab 

tersebut sudah menyebar di kalangan masyarakat, baik pada 

kalangan pesantren, perguruan tinggi maupun masyarakat 

pada umumnya, meskipun belum merata. Oleh karena itu, 

setidaknya ada pemahaman dan kesepakatan untuk hisab sebagai 

acuan perhitungan (visibilitas hilal), yang dapat dilakukan 

oservasi (rukyat), supaya tidak terjadi perbedaan memulai dan 

mengakhiri puasa.  

99 Tahun Jawa di sebut juga tahun Aji Saka, karena permulaan perhitungannya di 

mulai oleh seorang raja dari keturunan Aji Saka, pada tahun 78 M. 

100 Synodic atau pada istilah falak Ijtima’ adalah durasi yang dibutuhkan oleh Bulan 

berada pada suatu fase Bulan baru ke fase Bulan baru berikutnya. Adapun waktu yang 

dibutuhkan adalah 29,530588 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik.

|   143

A. Sejarah Kalender Hijriah

Kalender Hijriah atau Kalender Islam adalah kalender 

yang digunakan oleh umat Islam, baik dalam menentukan 

tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, maupun hari-

hari penting lainnya. Adapun kalender ini dinamakan Kalender 

Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun 

dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad Saw. 

dari kota Mekah ke kota Madinah, yakni pada tahun 622 M. 

(Kamis Kliwon, 15 juli 622 M/1 Muharam 1H). Sedangkan di 

beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender 

Hijriah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-

hari. Berbeda dengan kalender Masehi yang menggunakan 

peredaran Matahari, kalender Islam menggunakan peredaran 

Bulan sebagai acuannya.

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab sudah 

menggunakan kalender dengan berbagai sistem, mulai lunar 

system (Kamariah) solar system (Syamsiah) maupun luni solar 

system (perpaduan Syamsiyah dan Kamariah). Luni solar system 

ini sempat menjadi terkenal dan banyak dipakai dikalangan 

bangsa Arab pra Islam dimana Awal bulan hijriah dimulai dengan 

munculnya Bulan (Hilal), dimana jumlah harinya berselang-

seling antara 29 dan 30, sehingga satu tahun terdiri dari 354 

hari atau 11 hari lebih cepat daripada kalender Syamsiah yang 

365 hari selama setahun. Adapun agar sesuai dengan perjalanan 

Matahari dan agar tahun baru selalu jatuh pada awal musim 

gugur, maka setiap periode 19 tahun ada 7 tahun yang jumlah 

bulannya 13 (satu tahunnya 384 hari). Bulan ekstra ini disebut 

dengan bulan nasi’ yang ditambahkan setelah bulan Zulhijjah.

Akan tetapi, ternyata tidak semua kabilah Arab sepakat 

untuk menentukan tahun apa saja yang mempunyai bulan nasi’ 

(interkalasi). Terdapat satu kabilah yang meletakkan bulan nasi’ 

pada tahun tertentu, sedangkan yang lain tidak. Akibatnya, 

jika  satu kabilah tidak meletakkan bulan nasi’ berarti mereka 

144  

pada bulan tersebut dilarang berperang, karena masuk bulan 

Muharam. Sementara itu, kabilah yang meletakkan bulan nasi’ 

akan bebas melakukan peperangan di bulan itu, karena mereka 

beralasan masih bulan nasi’. Oleh karena itu, bulan ekstra ini 

menimbulkan banyak permusuhan di kalangan orang Arab. 

Bulan nasi’ juga menjadi jalan bagi sekelompok kabilah 

untuk kepentingan pribadi dan kabilah mereka sesuai 

kebutuhan. Mereka menjadikan Muharam sebagai Shafar, 

sehingga mereka bisa menghalalkan banyak hal yang dilarang 

pada bulan Muharam tersebut. Pada firman Allah Swt:

َمْوَي  ِللها ِباَتِك  ِف اًرْهَش ََشَع اَنْثا  ِللها َدْنِع  ِروُه ُّشلا َة َّدِع َّنِإ 

ُني ِّدلا  َِكلَذ  ٌمُرُح  ٌةَعَبْرَأ  اَهْنِم  َضْر َْلاَو  ِتاَوَم َّسلا  َقَلَخ 

ًة َّفاَك  َينِك ِْشُْلا  اوُِلتاَقَو  ْمُكَسُفْنَأ  َّنِهيِف  اوُمِلْظَت  َلَف  ُم ِّيَقْلا 

مَّنِإ  ،  َينِق َّتُْلا  َعَم  َللها  َّنَأ  اوُمَلْعاَو  ًة َّفاَك  ْمُكَنوُِلتاَقُي  َمَك 

اًماَع  ُهَنو ُّلُِي  اوُرَفَك  َنيِذ َّلا  ِِهب  ُّلَضُي  ِرْفُكْلا  ِف  ٌةَداَيِز  ُءِسَّنلا 

َم َّرَح  اَم  او ُّلِحُيَف  ُللها  َم َّرَح  اَم  َة َّدِع  اوُئِطاَوُِيل  اًماَع  ُهَنوُم ِّر َُيَو 

َنيِرِفاَكْلا  َمْوَقْلا  يِدَْي  َل  ُللهاَو  ِْمِلَمْعَأ  ُءوُس  ْم َُل  َنِّيُز  ُللها

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas 

bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit 

dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) 

agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu 

dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu 

semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, 

dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang 

bertakwa. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram 

itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang 

kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya 

pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang 

|   145

lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang 

Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang 

diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang 

perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi 

petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah: 36-

37).

Dengan turunnya wahyu di atas, Rasulullah Saw. 

menetapkan bahwa kalender Islam tidak lagi bergantung 

kepada perjalanan Matahari, namun menggunakan kalender 

Kamariah murni, serta menghilangkan tradisi penambahan 

bulan ke-13 (nasi’).

Walaupun penetapan kalender telah ada di zaman 

Rasulullah Saw. dan bulannya sudah ada sejak pra-Islam, namun 

penomoran tahun masih belum dikenal. Mereka menandai 

tahun-tahunnya dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi 

di sekitarnya. Misalnya, tahun dimana Nabi Muhammad Saw. 

lahir, dikenal dengan sebutan “Tahun Gajah”. Hal itu karena 

pada waktu itu terjadi penyerbuan Ka’bah di Mekah oleh 

pasukan gajah yang dipimpin oleh Gubernur Yaman, Abrahah.

Penomoran kalender Islam baru ada pada di zaman 

khalifah Umar bin Khathab (632H-634H), tepatnya pada tahun 

638 H. Adapun penyebabnya ialah surat Abu Musa al-Asyari 

untuk khalifah Umar yang berisi: “Surat-surat kita sudah 

memiliki tanggal dan bulan, namun tidak berangka tahun. 

Menurutku sekarang sudah saatnya umat Islam membuat 

tarikh perhitungan tahun sendiri”.

Khalifah pun menyetujui usulan itu dan langsung 

membentuk panitia yang diketuai langsung oleh beliau dengan 

enam anggota sahabat Nabi terkemuka, yaitu Utsman bin 

Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin 

Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awam.

Mereka bermusyawarah untuk menentukan tahun pertama 

dari kalender yang selama ini telah digunakan. Ada yang 

146  

mengusulkan agar dimulai dari tahun kelahiran Nabi (Tahun 

Gajah = 571 M), namun ada pula yang mengusulkan dimulai 

dari tahun turunnya wahyu Allah Swt. yang pertama (bi’tsah = 

610 M).

Adapun semua usulan-usulan yang masuk, baik kelahiran 

Nabi maupun permulaan turun wahyu itu tidak diambil sebagai 

awal tahun Islam, karena masih terjadi kontroversi mengenai 

waktu yang pasti dari kejadian sebenarnya. Adapun usulan 

hari wafatnya Rasulullah Saw. juga tidak diterima sebagai 

permulaan kalender, karena dipertautkan dengan kenangan 

menyedihkan pada hari wafat beliau yang mungkin saja akan 

menjadikan kesedihan kaum muslimin. Sedangkan yang 

disetujui adalah usulan Sayyidina Ali, yaitu dimulai dari tahun 

hijrah Rasulullah Saw. ke Madinah. Menurut Umar, hijrah 

adalah momen yang penting, dimana saat itu antara haq dan 

bathil dapat dipisahkan.

Namun demikian, terdapat beberapa versi mengenai 

kapan peristiwa hijrah terjadi. Imam at-Thabari dan Ibnu 

Ishaq menyatakan bahwa saat hijrah ke Madinah, Rasulullah 

Saw. tiba di Quba pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 13 

kenabian, yakni bertepatan pada tanggal 24 September 622 M, 

waktu Dhuha (sekitar jam 8.00 atau 9.00). Di sana, Nabi Saw. 

singgah di tempat tinggal keluarga Amr bin Auf  selama empat 

hari (hingga hari kamis, 15 Rabiul Awal, atau 27 September 622 

M). Setelah Masjid Quba dibangun pada tanggal 16 Rabiul Awal, 

Jumat, 28 September, beliau meneruskan perjalanan menuju 

Madinah. 

Keterangan di atas menunjukkan bahwa Nabi Saw. tiba di 

Madinah pada hari Jumat 16 Rabiul Awal atau 28 September. 

Ahli sejarah lainnya berpendapat hari Senin, 12 Rabiul Awal 

atau 5 Oktober 621 M. Ada pula yang mengatakan pada hari 

Jumat, 12 Robiul Awal 24 Maret 622 M. Akan tetapi, terlepas 

dari perbedaan tanggal dan tahun tersebut, para ahli sejarah 

|   147

bersepakat bahwa hijrah Nabi Saw. terjadi pada bulan Rabiul 

Awal, bukan di bulan Muharam. 

Ketika para sahabat bersepakat menjadikan tahun peristiwa 

hijrah Nabi Saw. sebagai tahun pertama kalender Islam, lalu 

timbul permasalahan tentang awal bulan kalender. Ada yang 

mengusulkan Rabiul Awal, namun ada pula yang mengusulkan 

Muharam. Maka sayyidina Umar berpendapat bahwa awal 

bulan hendaknya dimulai dari bulan Muharam, karena pada 

bulan ini umat Islam baru pulang dari melaksanakan Ibadah 

Haji. 

B. Macam Hisab

Hisab penentuan awal bulan Kamariah sangatlah beragam, 

yaitu; dari hisab ‘urfi, hisab hakiki taqribi, hisab hakiki bit-tahqiq 

dan hisab hakiki kontemporer. Hisab urfi hanya didasarkan 

kepada kaidah-kaidah umum dari gerak atau perjalanan Bulan 

mengelilingi Bumi pada satu Bulan sinodis, yakni satu masa 

dari ijtimak/konjungsi yang satu ke konjungsi lainnya, yang 

rata-rata ditempuh selama 29h 12j 44m 2,8 d. 

Pada hisab urfi, masa ijtima’ tersebut dibuat landasan 

untuk menetapkan umur Bulan, di mana dalam hisab urfi, 

umur Bulan selalu bergantian antara 30 hari dan 29 hari, 

kecuali untuk tahun kabisat di Bulan Zulhijjah yang ditetapkan 

30 hari. Satuan masa tahun Hijriah urfi adalah 30 tahun, yang 

terdiri dari 11 tahun kabisat dan 19 tahun basithah. Penetapan 

11 tahun kabisat adalah dari bilangan 44 menit 2,8 detik tiap 

bulan pada satu tahun dikalikan 12, lalu dikalikan 30 (untuk 

30 tahun), hingga terjumlah 264 jam 16 menit 48 detik. 264 

jam = 11 hari. Dengan demikian, selama 30 tahun ada 11 

tahun yang jumlah harinya ditambah satu hari menjadi 355 

hari yang diberi nama tahun kabisat. Sedangkan untuk tahun 

basithah, maka umurnya adalah 354 hari. 

148  

Hisab hakiki taqribi, maka sesuai dengan namanya, hasilnya 

baru mendekati kebenaran dan sistemnya sangat sederhana. 

Hisab hakiki taqribi ini dapat dihitung dan diselesaikan tanpa 

kalkulator dan computer, karena sistem perhitungannya 

kebanyakan hanya menambah dan mengurangi. Jadi, 

belum menggunakan rumus-rumus segitiga bola. Adapun 

perkaliannya hanya ada dua kali, yaitu, Pertama, al-Bu’du al-

Ghair al-Mu’addal dikalikan 5 menit. Kedua, al-Bu’du al-Mu’ddal 

dikalikan Khishshah al-Sa’ah. 

Sistem hisab hakiki taqribi ini dapat dijumpai di dalam 

kitab Sulam al-Naiyyirain karya K.H. Manshur al-Battawiy, 

Fatkhur-Rauf al-Mannan, dan kitab al-Khulashah al-Wafiyah. Pada 

kitab Sulam al-Naiyyirain dan kitab Fatkhur-Rauf al-Mannan, 

maka sistem taqribi sudah final. Akan tetapi, di dalam kitab al-

Khulashah al-Wafiyah, sistem taqribi belumlah final, namunbaru 

proses awal yang harus dilalui untuk melakukan hisab hakiki 

bit-tahqiq. 

Hisab hakiki taqribi pada penetuan awal Bulan Kamariah 

hanyalah mencari waktu ijtima’. Ketika ijtima’ terjadi sebelum 

Maghrib, maka tinggi hilal selalu positif, karena untuk 

mendapatkan tinggi hilal, rumusnya hanyalah waktu Maghrib 

dikurangi waktu ijtima’, sisanya dibagi dua, lalu dikalikan 1 

derajat. 

Hisab hakiki bit-tahqiq merupakan lanjutan dari hisab hakiki 

taqribi. Hisab hakiki bit-tahqiq, pada proses perhitungannya 

mendetail dengan menggunakan rumus-rumus segitiga bola. 

Hisab hakiki bit-tahqiq, untuk hisab awal bulan Kamariah, 

maka konsentrasi tidak hanya menghitung waktu ijtima’ saja, 

namun juga harus memperhatikan markaznya, yaitu tempat 

yang dijadikan pusat perhitungan itu harus diketahui dengan 

jelas bujurnya berapa? Lalu lintangnya berapa? Ketinggiannya 

berapa? Di tempat tersebut Maghrib terjadi jam berapa? Pada 

saat Maghrib, di tempat tersebut deklinasi Matahari atau Mail 

|   149

al-Syams berapa? Deklinasi bulan atau Mail al-Qamar berapa? 

Equation of  time atau Daqaiq Ta’dil al-Zaman-nya berapa? Sudut 

waktu Matahari berapa? Sudut waktu bulan berapa? Tinggi 

Bulan berapa? Azimuth Matahari berapa? Azimuth Bulan 

berapa? Dan Elongasi Bulan berapa? 

Pada hisab hakiki bit-tahqiq bisa dikerjakan dengan bantuan 

alat bantu, baik yang sederhana, seperti daftar logaritma maupun 

yang canggih, seperti scientific calculator atau komputer.

Hisab hakiki kontemporer adalah sebagaimana sistem 

hisab hakiki bit-tahqiq yang diprogram di komputer yang sudah 

disesuaikan dengan perkembangan ataupun temuan-temuan 

baru. 

Adapun pada bab ini, kita hanya menyajikan bagaimana 

proses perhitungan hisab ‘urfi Hijriah dan pasaran.

a. Hisab ‘Urfi

Dalam Penanggalan Kamariah, umur bulannya didasarkan 

kepada peredaran qamar (Bulan) mengelilingi Bumi yang 

senantiasa berkisar antara 30 hari dan 29 hari. Hal ini karena 

Bulan berputar mengelilingi Bumi selama l Bulan sinodis 

(ijtima’ sampai dengan ijtima’) atau rata-rata membutuhkan 

waktu 29h 12j 44m 3d. Dari data ini, maka muncullah salah satu 

sistem hisab yang biasa disebut dengan nama Hisab ‘Urfi, yaitu 

salah satu sistem hisab yang sangat sederhana dan senantiasa 

hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya saja.

Sisa per-bulan 44m 3d (dari perhitungan sinodis) pada 

jangka satu tahun berjumlah 8j 48m 36d, setelah dilakukan 

perhitungan diketahuilah bahwa selama 12 bulan (1 tahun) 

adalah 354h 8j 48m. Jika dicermati lebih lanjut, masa 30 tahun 

berjumlah 10631h 00j 18m 00d (Hambali, 11: 65). Demikina jika 

di runtut sebagai berikut;

150  

Tahun Jumlah Tahun Jumlah

1 00h  08j 48m 16 05h  20j 48m

2 00h 17j 36m K1 17 06h 05j 36m

3 01h 02j 24m 18 06h 14j 24m K7

4 01h 11j 12m 19 06h 23j 12m

5 01h  20j 00m K2 20 07h 08j 00m

6 02h 04j 48m 21 07h 16j 48m K8

7 02h 13j 36m K3 22 08h 01j 36m

8 02h 22j 24m 23 08h 10j 24m

9 03h 07j 12m 24 08h 19j 12m K9

10 03h 06j 00m K4 25 09h 04j 00m

11 04h 00j 48m 26 09h 12j 08m K10

12 04h 09j 36m 27 09h 21j 36m

13 04h 18j 24m K5 28 10h 06j 24m

14 05h 03j 12m 29 10h 15j 12m K11

15 05h 12j 00m K6 30 11h 00j 00m

Pada tahun kabisat 355 hari, itu disebabkan hasil 

pembulatan waktu yang melebihi 0,5h  atau 12j  sebagaimana 

pada tebel di atas. Ini karena jumlah hari selama 30 tahun 

(10631 hari) tersebut jika dibagi dengan bilangan hari dalam 

satu tahun yaitu 354 hari (untuk jumlah tahun basithah) 

maka akan menghasilkan sisa 11 (hari). Dengan demikian 

terbuktilah bahwa seandainya satu tahun itu lamanya 354 hari, 

maka untuk masa 30 tahun penanggalan istilahi akan terpaut 

11 hari dengan yang sebenarnya. oleh karenanya, sisa 11 hari 

tersebut dimasukan dalam bilangan tahun sepanjang masa 30 

tahun secara berselang. 

Walaupun sudah diatur sedemikian, namun jika kita 

melihat kembali dengan seksama pada umur hari dalam satu 

daur (30 tahun) 10631h 00j 18m 00d, kita akan menemukan sisa 

waktu yang masih terabaikan yaitu  bilangan 18m (menit). 

|   151

Dari sisa waktu tersebut bila hitungan tahun telah 

mencapai 2400 tahun hijriyah (80 daur) maka akan berjumlah 

1440 menit atau 24 jam (1 hari). Dengan kenyataan demikian, 

maka untuk masa 2400 tahun bilangan hari harus ditambah 

1 hari atau harus menambah satu tahun kabisat lagi. Sehingga 

dalam jangka waktu tersebut jumlah tahun kabisat adalah 

881 (11 x 80 + 1), adapun sisanya 1519 tahun (2400 – 881) 

merupakan tahun basithah. (Hambali, 2011: 64)

Sedangkan untuk nama bulan-bulannya, yaitu; Muharam, 

Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, 

Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqa’dah, dan Zulhijjah.

No Bulan Umur Kabisat Bhasitoh

1 Muharam 30 30 30

2 Shafar 29 59 59

3 Rabiul Awal 30 89 89

4 Rabiul Akhir 29 118 118

5 Jumadil Awal 30 148 148

6 Jumadil Akhir 29 177 177

7 Rajab 30 207 207

8 Sya’ban 29 236 236

9 Ramadhan 30 266 266

10 Syawal 29 295 295

11 Zulqa’dah 30 325 325

12 Zulhijjah 29/30 355 354

Adapun jumlah hari di setiap bulannya, yaitu untuk bulan-

bulan ganjil berumur 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap 

berumur 29 hari, kecuali bulan Zulhijjah yang ketika tahun

basithah berumur 29 hari dan ketika tahun kabisat berumur 30 

hari. Untuk penentuan hari dan pasaran di setiap bulan tersebut, 

maka kita bisa menggunakan lihat pada tabel dibawah ini: 

152  

Bulan Nilai

Muharam (1 ,1)

Shafar (3, 1)

Rabi’ul Awal (4, 5)

Rabi’ul Akhir (6, 5)

Jumadil Awal (7, 4)

Jumadil Akhir (2, 4)

Rajab (3, 3)

Sya’ban (5, 3)

Ramadhan (6, 2)

Syawal (1, 2)

Zulqa’dah (2, 1)

Zulhijjah (4, 1)

Dalam sistem Hisab ‘Urfi ini, umur Bulan senantiasa 

bergantian antara 30 hari dan 29 hari, yakni 30 hari untuk Bulan 

ganjil dan 29 hari untuk Bulan genap, kecuali untuk bulan 

Zulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari.

Satuan masa (Daurus-sanah) tahun Hijriah (Kamariah) 

pada hisab ‘urfi ditetapkan 30 tahun, dimana terdapat 11 tahun 

yang ditetapkan sebagai tahun Kabisat dan 19 tahun ditetapkan 

sebagai tahun Basithah. Tahun Kabisat ditetapkan jatuh pada 

tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29.  

Sebagai sarana untuk mempermudahnya, maka kita bisa 

menggunakan Syair dibawah ini: 

هناـصف  هـبح  لخ  لك  نع  #  هناـيد  هـفك  لـيللخا  فك

Syair ini terdiri dari 30 huruf  hijayah, yang mana jika  

pada huruf  tersebut terdapat titiknya, maka menandakan tahun 

kabisat yang sesuai dengan urutannya. 

|   153

a. Cara menetukan hari tahun Hijriah

Tahun dibagi 210, sisanya dibagi 30, hasilnya 1. 

disimpan, lalu di kalikan 5, hasilnya di bagi 7, sisanya 

disimpan.

Sisa dari pembagian 30. Terdapat berapa tahun kabisat 2. 

dan basithah 30 tahun.

Untuk tahun kabisat dikalikan 5, hasilya dibagi 73. , 

sisanya disimpan.

Untuk tahun Basithah dikalikan 44. , hasilya dibagi 7, 

sisanya disimpan, kemudian semua sisa dijumlah dan 

ditambah 1, lalu dijumlah, maka jadi hari. 

Hari dimulai dari hari Ahad5. 

1. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1438 H 

210/1438 = 6

       1260–

   30/178 = 5×5  = 25   = 4

         150–

           28 = 10×5k = 50 = 1

                = 18×4b = 72 = 2

Rumus = 1

Jumlah  = 8–7 = 1 (Ahad)

Jadi 1 Muharam Tahun 1438 H Jatuh Pada Hari Ahad

2. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1439 H 

210/1439 = 6

       1260–

   30/179 = 5×5 = 25 = 4

         150–

           29 = 10×5k = 50 = 1

                = 19×4b = 76 = 6

154  

Rumus = 1

Jumlah  = 12–7 = 5

Jadi 1 Muharam Tahun 1439 H Jatuh Pada Hari Kamis

3. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1455 H 

210/1455 = 6

       1260–

   30/195 = 6×5 = 30 = 2

        180–

          17 = 5×5k = 20 = 4

              = 10×4b = 40  = 5

Rumus = 1

Jumlah  = 12–7 = 5 (Kamis)

Jadi 1 Muharam Tahun 1455 H Jatuh Pada Hari Kamis

4. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1456 H 

210/1456= 6

       1260–

   30/196 = 6×5 = 30 = 2

         180–

           16 = 6×5k = 30 = 2

               = 10×4b = 40  = 5

Rumus = 1

Jumlah  = 10–7 = 3 (Selasa)

Jadi 1 Muharam Tahun 1456 H Jatuh Pada Hari Selasa

b. Cara menetukan Pasaran Hijriah

Tahun dibagi 150, sisanya dibagi 30, hasilnya 1. 

disimpan.

Sisa dari pembagian 30. Hasil dari dijumlah.2. 

|   155

Terdapat berapa tahun kabisat dan basithah 30 3. 

tahun.

Untuk tahun kabisat di kalikan 5, hasilnya dibagi 54. , 

sisanya disimpan.

Untuk tahun Basithah dikalikan 45. , sisanya dibagi 5, 

sisanya disimpan.

Hasilnya dijumlah dan ditambah hasil dari pembagian 6. 

30 dan hasilnya dibagi 5 sisanya + Legi.

1. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1438 H 

(Basithah)

150/1438 = 9

        1350–

      30/88= 2*

            60–

            28 = 10 × 5 k = 50 = 0

                 = 18 × 4b =72 = 2

Hasil * = 2

Jumlah  = 4 + Legi

Jadi 1 Muharam Tahun 1438 H Jatuh pasaran Kliwon

2. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1439 H 

(Kabisat)

150/1439= 9

          1350–

        30/89 = 2*

              60–

              29 = 10 × 5 k = 50 = 0

                   = 19 × 4b =76 = 1

Hasil * = 2

Jumlah  = 3 + Legi

Jadi 1 Muharam Tahun 1439 H Jatuh pasaran Wage

156  

3. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1455 H 

(Kabisat)

150/1455= 9

       1350–

   30/105 = 3*

           90–

            15 = 5 × 5 k = 25 = 0

                 = 10 × 4b =40 = 0

Hasil * = 3

Jumlah  = 3 + Legi

Jadi 1 Muharam Tahun 1455 H Jatuh pasaran Wage

4. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1456 H 

(Basithah)

150/1456 = 9

       1350–

    30/106 = 3*

           90–

           16 = 6 × 5 k = 30 = 0

                = 10 × 4b =40 = 0

Hasil * = 3

Jumlah  = 3 + Legi

Jadi 1 Muharam Tahun 1456 H Jatuh pasaran Wage

Contoh tahun 1439 H jatuh pada Hari Kamis Wage

No Bulan Jmh Hari Jmh pasaran

1 Muharam +2 Kamis 0 Wage

2 Shafar +1 Sabtu 4 Wage

3 Rabiul Awal +2 Ahad 0 Pon 

4 Rabiul Akhir +1 Selasa 4 Pon

5 Jumadal Ula +2 Rabu 0 Pahing

|   157

6 Jumadal Akhirah +1 Jum’at 4 Pahing

7 Rajab +2 Sabtu 0 Legi

8 Sya’ban +1 Senin 4 Legi

9 Ramadhan +2 Selasa 0 Kliwon

10 Syawal +1 Kamis 4 Kliwon

11 Zulqa’dah +2 Jumat 0 Wage

12 Zulhijjah Ahad Wage

Tabel cara menentukan hari dan pasaran:

No Bulan Hari Jmh Pasaran Jmh

1 Muharam 2 2 0 0

2 Shafar 1 3 4 4

3 Rabiul Awal 2 5 0 4

4 Rabiul Akhir 1 6 4 8

5 Jumadal Ula 2 8 0 8

6 Jumadal Akhirah 1 9 4 12

7 Rajab 2 11 0 12

8 Sya’ban 1 13 4 16

9 Ramadhan 2 15 0 0

10 Syawal 1 16 4 20

11 Zulqa’dah ½ 17/18 0/4 20/24

12 Zulhijjah

Tahun sisa H/M dan Jumlah hari

Th. H Jml hari Th. H Jml hari Th.M Jml. Hr

1 355 16 5670 1 365

2 709 17 6025 2 731

3 1063 18 6379 3 1096

4 1418 19 6733 … …

5 1772 20 7088 … …

158  

6 2127 21 7442 … …

7 2481 22 7796 … …

8 2835 23 8151 … …

9 3190 24 8505 … …

10 3544 25 8860 … …

11 3898 26 9214 … …

12 4253 27 9568 … …

13 4607 28 9923 … …

14 4962 29 10277 … …

15 5316 … … … …

|   159

BAB 

8

KONVERSI TAHUN 

Konversi tahun juga disebut Tahwil al-Sanah. Kata Tahwil memiliki arti perpindahan, sedangkan al-Sanah berarti tahun. Dengan demikian, yang 

dimaksud di sini mengenai Tahwil al-Sanah ialah perpindahan 

dari satu sistem tahun tertentu ke sistem tahun lainnya. 

Misalnya, perpindahan dari sistem tahun Hijriah ke Masehi, 

ataupun sebaliknya, yakni dari Masehi ke Hijriah.

1. Konversi  Tahun Masehi Ke tahun Hijriah 

Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk 

melakukan konversi dari tahun Masehi ke tahun Hijriah 

 adalah sebagai berikut: 

Tentukan tahun yang sudah dilewati sampai dengan 31 1. 

Desember tahun tammah (tahun yang sudah sempurna 

yaitu tahun yang sudah di lewati). Contoh: Tanggal 23 Juni 

2017 M, tahun tammah-nya adalah tahun 2016 M. Dengan 

160  

jalan tahun tammah dibagi dengan bilangan 4 (siklus 

Masehi). Hasil pembagian adalah bilangan satuan masa 

tahun Masehi (DM), kemudian sisanya dikalikan dengan 

jumlah hari, dan siklus 4 tahun dijadikan hari (1461 hari). 

Lihat tabel (tahun sisa H/M jumlah hari). DM dikalikan 

dengan 354 hari (1 tahun hijriah). 

Untuk menentukan jumlah hari yang sudah dilewati 2. 

(jumlah hari dari tanggal 1 Januari 2017 M sampai dengan 

23 Juni 2017 M). Kemudian dijumlahkan dengan no 1. 

jika  tanggal, bulan tahun Masehi itu telah melewati 3. 

perubahan 3 hari konsili, 10 hari anggaran Gregorius 

(Paus Gregorius XIII, tanggal 4 Oktober 1582 M) dan 3 

hari untuk tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 

(tahun 1700, 1800, 1900, 2100, dst) maka jumlah koreksi 

hari sampai sekarang adalah 16 hari.  Lalu kurangkan pada 

jumlah pada no. 2, jumlah hari satuan masa-satuan masa 

satu tahun hijriah. 

Jumlah perbedaan tahun Masehi ke-Hijriah untuk 4. 

mengurangi sisa pada no. 3. 

Sisa no. 4 dibagi satu 1 satuan masa tahun hijriah 5.   (10631 

hari). Maka mendapatkan tahun sisa 47 daur, kemudian 

satuan masa tahun hijriah hasilnya adalah sisa hari untuk 

mengurangi sisa pada no.4.  

Kemudian sisa no. 5 dibagi 354 hari maka sisa 27 tahun 6. 

hijriah, kemudian dari sisa 27 tahun dikalikan jumlah hari 

pada satu tahun hijriah (354 hari), setelah itu di dikurangi 

dengan sisa pada no. 5 untuk menentukan jumlah hari.

Tentukan jumlah hari sampai akhir bulan yang dilewati, lihat 7. 

pada tabel bulan hijriah di tabel, lalu untuk mengurangi 

jumlah no. 6 untuk mendapatkan sisa hari.

|   161

Sisa dari pengurangan pada no. 7 adalah jumlah hari, lalu 8. 

dijadikan tanggal, kemudian bulan apa yang sudah dilewati 

ditambah bulan yang sedang berjalan.

Tahun 1 hijriah ditambahkan dengan no. 5 pada daur 9. 

dikalikan pada siklus 30 tahun, lalu tambahkan padanya 

sisa tahun hijriah dari no.6 menjadi tahun hijriah  yang 

bertepatan dengan tahun Masehi yang menjadikan titik 

tolak pada perhitungan ini.

Contoh : 

a. Tanggal 23 Juni 2017 M. berapa Hijriah- kah ?

Lakukan konversi dari Masehi  ke Hijriah   23 Juni 2017 

M. dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Sampai dengan akhir Desember 2016 M.1. 

2016 ÷ 4 = 504 DM   = 504 x 1461        = 736.344h

Sisanya     = 0 tahun= 0  x 365  (0 = k) =           0h

Akhir Des 2016 M. s/d. 23 Juni 2017M =      2.  174h +

Jumlah  = 736.518h 

Anggaran Consili & Gregorius (3+10 + 33. )=          16h –

Jumlah = 736.502h 

Perbedaan 4.    Masehi - Hijriah = 227.012h – 

Sisa  =509.490h ÷10631 

=5.  47 (daur) th H ( 47 X 10631)  = 499.657h – 

Sisa   =   9.833h  ÷354

Tahun6.  sisa 27 th X 354 +10 =     9.568h – 

Jumlah  =        265h

(Ramadhan 1438 H ) akhir Rmd 1438 H =        7. 236h –

Sisa =          29h 

162  

Sisa 29 adalah 29 Ramadhan.8. 

Tahun 1 H + 47 X 30 + 27 = 1438 H9. 

Berarti menurut Hisab Urfi, 23 Juli 2017 M bertepatan 

dengan tanggal 29 Ramadhan 1438 H. Untuk hari dan 

pasarannya adalah Jum’at Wage. Antara hisab urfi dengan 

hisab hakiki kadangkala bersamaan, namun kadangkala 

mendahului satu hari.

b. Tanggal 17 Agustus 2019 M. berapa Hijriah- kah ?

Lakukan konversi dari Masehi  17  Agustus 2019 M. 

dengan langkah-langkah sbb :

Sampai dengan akhir1.  Desember 2018 M.

2018 ÷ 4 = 504 DM   = 504 x 1461        = 736.344h

Sisanya     = 2 tahun= 2  x 365 = 2 (b) =        730h

Akhir Des 2018 M. s/d. 172.  Agts 2019 M =        229h +

Jumlah  = 737.303h 

Anggaran3.  Consili & Gregorius (3+10 + 3) =          16h –

Jumlah = 737.287h 

Perbedaan 4.    Masehi - Hijriah = 227.012h – 

Sisa  =510.275h ÷10631 

=5.  47 (daur) th H ( 47 X 10631)  = 499.657h – 

Sisa   =   10.618h  ÷354

Tahun6.  sisa 29 th X 354 +10 (K) =    10.276h – 

Jumlah  =        342h

(Zulqa’7. dah 1439 H ) akhir Zulqh 1439 H = 325h –

Sisa =          17h 

Sisa 17 adalah 17 Zulhijjah8. 

Tahun 1 H9.  + 47 X 30 + 29 = 1440 H

|   163

Berarti menurut Hisab Urfi, 17 Agustus 2019 M 

bertepatan dengan tanggal 17 Zulhijjah 1440 H. Untuk hari 

dan pasarannya adalah Sabtu Wage. Antara hisab urfi dengan 

hisab hakiki kadangkala bersamaan, namun kadangkala 

mendahului satu hari.

2. Konversi Hijriah ke Masehi 

Setelah mengetahui cara pengkorversian tanggal Masehi 

ke Hijriah , sekarang kita akan mempelajari pengkonversian 

tanggal dari tahun Hijriah ke tahun Masehi. Adapun langkah-

langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Hitunglah hari-hari dari tanggal 1 Muharram 1 H. sampai 1. 

dengan tanggal, bulan tahun H., yang dibuat titik tolak 

untuk menentukan tanggal tahun Masehi. Caranya: 

Tanggal 29 Dzulhijjah tahun tammah (tahun yang sudah 

sempurna). Contoh tahun tammah, tanggal 29 Ramadhan 

1438 H. adalah tahun 1438 H. Kemudian dibagi dengan 

30 (siklus hijriah), dari hasil pembagian adalah bilangan 

satuan masa tahun hijriah,  kemudian dikalikan dengan 

jumlah hari (daur hijriah 30 tahun)  jadikan bilangan hari 

(tabel – hari D.H.).

Sisa dari pembagian adalah sisa tahun hijriah2.  , kemudian 

dijadikan bilangan hari dengan cara mengalikan 354 dan 

ditambahkan dengan tahun kabisat yang dilewati contoh 

1438 dibagi 30 = 27 tahun, dan jangka 27 tahun ada 10 

tahun kabisat yang dilewati yaitu 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 

20, 24, 26 dan ditambahkan untuk untuk mendapatkan 

jumlah hari. 

Untuk menentukan jumlah hari, dihitung mulai awal bulan 3. 

yang sudah dilewati, sampai tanggal yang dikehendaki. 

Setelah itu dijumlahkan dengan no 1. Lihat tabel diatas 

nama-nama bulan, dan jumlah hari pada tahun hijriah.

164  

Menentukan selisih hari dari tahun hijriah ke Masehi 4. 

sebelum ditambah 3 hari anggaran consili dan 10 hari (Paus 

Gregorius XIII, tanggal 4 oktober 1582 M.) dan 3 hari untuk 

tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 (tahun 1700, 

1800, 1900, 2100, dst) dan kemudian dijumlahkan dengan 

jumlah no. 2.

Dari jumlah no.3 dibagi dengan jumlah hari selama satu 5. 

daur Masehi 4 tahun (1461 hari), untuk mendapatkan 

sisa daur Masehi (D.M), kemudian dikalikan dengan 

daur Masehi, untuk mengurang jumlah pada no. 3 untuk 

mendapatkan sisa.

Selanjutnya sisa dari no. 4 dibagi dengan jumlah hari selama 6. 

1 tahun Masehi (365 hari) untuk mendapatkan sisa tahun 

Masehi, kemudian dikalikan dengan jumlah hari selama 

satu tahun Masehi (365).

Kemudian dijumlah 1 M ditambah hasil sisa DM pada no. 7. 

4 dikalikan dengan siklus Masehi (4 Tahun) ditambah hasil 

sisa tahun masehi dari no.5.

Setelah diperoleh tahun Masehinya, maka tahun Masehi 8. 

ditambah 3 anggaran Consili perubahan 10 hari (Paus 

Gregorius XIII, tanggal 4 oktober 1582 M.) dan 3 hari 

untuk tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 (tahun 

1700, 1800, 1900, 2100, dst) atau belum.

Jumlah dari pengurangan no. 7 adalah jumlah hari, 9. 

kemudian dibagi dengan jumlah hari selama 1 bulan (30.4 

hari) untuk mendapatkan sisa bulan yang sudah dilewati, 

berjumlah berapa hari atau lihat tabel. Setelah itu di kurangi 

dengan hasil no.7 untuk mendapatkan sisa, maka dari sisa 

tersebut menunjukan tanggal yang sudah dilaluai.

|   165

Maka dari sisa tersebut menunjukan tanggal dan pada no. 10. 

8 menunjukan jumlah bulan yang dilewati dan tahun pada 

no.6

Contoh : 

a. Tanggal 29 Ramadhan 1438 H. Tanggal berapa Masehi-

kah ?

Lakukan konversi dari Hijriah   ke Masehi 29 Ramadhan 

1438 H. dengan langkah-langkah sbb :

Sampai dengan akhir Zulhijjah 1. 1437 H.

1437 ÷ 30 = 47 DH   = 47 x 10631 = 499.657h  

sisanya     = 27 tahun = 27 x 354 + 10 (k) =     9.568h

Akhir Zulhijjah 1437 H. s/d. 292.  Ramh 1438 H.=        265h +

Jumlah = 509.490h 

Perbedaan Hijriah 3.  – Masehi = 227.012h +

Jumlah        = 736.502h  ÷ 1461

= 504 DM. (504 x 1461) = 736.3444. h – 

sisa  =      158h ÷ 365

= 0 th M (0 X5.  365) =          0h –

 sisa   =      158h

Tahun6.   1 M + 504 x  4 + 0 th = Th. 2017 M.

Anggaran Consili 7. dan Gregorius ( 3+10 + 3 ) =       16h +

 Jumlah  =    174h  ÷ 30.4

= 5 ( 8. Mei 2017) akhir Mei 2017 =    151h –

Sisa =      23h 

Sisa9.  23 adalah 23 Juni 2017 M.

Berarti menurut Hisab Urfi 29 Ramadhan 1438 H 

bertepatan dengan tanggal 23 Juni 2017 M. Hari dan pasarannya 

166  

adalah Jum’at Wage. Antara hisab urfi dengan hisab hakiki 

kadangkala bersamaan kadang kala mendahului satu hari.

b. Tanggal 17 Zulhijjah 1440 H. Tanggal berapa Masehi-kah

?

Lakukan konversi dari Hijriah   ke Masehi 17 Zulhijjah 

1440 H. dengan langkah-langkah sbb :

Sampai dengan akhir Zulhijjah 1439 H.1. 

1439 ÷ 30 = 47 DH   = 47 x 10631 = 499.657h  

sisanya     = 29 tahun = 29 x 354 + 10 (k) =   10.276h

Akhir Zulhijjah 1439 H. s/d 17 Zulh 1440 H2. =        342h +

Jumlah = 510.275h 

Perbedaan Hijriah 3.  – Masehi = 227.012h +

Jumlah      = 737.287h  ÷ 1461

= 504 DM4. . (504 x 1461) = 736.344h – 

sisa  =      943h ÷ 365

= 2 th M (2 X 365) =      7305. h –

 sisa   =      213h

Tahun6.   1 M + 504 x  4 + 2 th = Th. 2019 M.

Anggaran Consili dan Gregorius ( 3+10 + 3 ) =   7.     16h +

 Jumlah  =    229h  ÷ 30.4

= 7 ( 8. Juli 2019) akhir Juli 2019  =    212h –

Sisa =      17h 

Sisa9.  17 adalah 17 Agustus 2019 M.

Berarti menurut Hisab Urfi 17 Zulhijjah 1440 H 

bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2019 M. Hari dan 

pasarannya adalah Sabtu Wage. Antara hisab urfi dengan 

hisab hakiki kadangkala bersamaan kadang kala mendahului 

satu hari.

|   167

BAB 

9

MATAHARI, BUMI DAN BULAN

Alam semesta diciptakan Allah Ta’ala dalam keadaan yang teratur, presisi dan simetris. Keteraturan gerakan bintang termasuk Matahari, 

Planet, Satelit, Komet, dan benda langit lainnya menyebabkan 

gerakan benda-benda tersebut dapat dipelajari dengan seksama. 

Dan dengan memahami gerakan benda–benda langit tersebut, 

maka manusia dapat memperkirakan peristiwa–peristiwa yang 

terjadi di masa depan dengan akurat. Kapan Matahari terbenam, 

terjadi Bulan purnama, gerhana Matahari, dan lain-lain dapat 

dihitung dengan ketelitian tinggi. 

Untuk memudahkan pemahaman terhadap posisi benda-

benda langit, maka diperkenalkan beberapa sistem koordinat. 

Setiap sistem koordinat memiliki koordinat masing-masing. 

Posisi benda langit seperti Matahari dapat dinyatakan dalam 

sistem koordinat tertentu. Selanjutnya nilainya dapat diubah ke 

168  

dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu transformasi 

koordinat.   

A. Bulan, Matahari, dan Bumi

1. Bulan 

Bulan adalah satelit Bumi yang merupakan satelit alam 

terbesar ke-5 di Tata Surya. Begitu halnya Bumi, Bulan tidak 

mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya 

berasal dari pantulan cahaya Matahari. Bagian Bulan yang 

terang hanya bagian yang berhadapan dengan Matahari. Bulan 

lebih kecil dari Bumi, dengan ukuran kira-kira seperlima Bumi. 

(Fachruddin: 1992, 242) 

Gambar; 1. Bulan

Diameter Bulan sekitar 3.476 Km, atau kira-kira ¼ dari 

diameter Bumi. Sedangkan jarak rata-ratanya terhadap Bumi 

sejauh 384.400 Km. Hasil tersebut didapat dari pengukuran 

sudut arah menuju Bulan yang diukur dari dua tempat yang 

terpisah jauh pada sisi yang berhadapan di Bumi pada waktu 

yang sama. Jarak dari Bumi pada apogee adalah 406.700 Km, 

sedangkan jarak dari Bumi pada perigee sekitar 356.400 km.101 

101 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta, 

Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012. hlm, 218.

|   169

Bulan mempunyai dua gerakan yang penting, yaitu:

1. Rotasi Bulan adalah perputaran Bulan pada porosnya 

dari arah barat ke timur. Dalam satu kali rotasi, Bulan 

memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusinya 

mengelilingi Bumi. Oleh karena waktu berotasi dan 

berevolusi sama, maka permukaan Bulan yang menghadap 

Bumi relatif  tetap. Adanya sedikit perubahan pada 

permukaan Bulan disebabkan gerak angguk Bulan pada 

porosnya. Gerak angguk ini sangat kecil sekali. 

2. Revolusi Bulan adalah peredaran Bulan mengelilingi Bumi 

dari arah barat ke timur. Satu kali penuh revolusi Bulan 

memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit. 

Waktu peredaran Bulan ini terbagi dua yaitu:

a. Sideris (Syahru nujumi) yaitu waktu yang ditempuh 

Bulan untuk kembali ke asalnya. Revolusi Bulan ini 

dijadikan dasar bulan Kamariah, namun waktu yang 

dipergunakannya bukan waktu sideris melainkan 

waktu yang sinodis. 

b. Sinodis (syahru iqtirani) yaitu waktu yang ditempuh 

bulan dari posisi sejajar (iqtiran) antara Matahari, 

dan Bumi ke posisi sejajar berikutnya. Waktu iqtiran 

ditempuh rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik 

sama dengan 29,53058796 hari atau di bulatkan 

menjadi 29,531 hari.

170  

Gambar; 2. Ilustrasi satu Bulan sideris dan satu Bulan sinodik.

Bidang yang dipakai Bulan dalam mengelilingi Bumi 

disebut falaqul qamar yang memotong bidang ekliptika dengan 

variasi kemiringan sebesar 4o57’ sampai 05o20’. Orbit Bulan 

tidak bundar dan tidak selalu terletak pada bidang yang sama, 

baik posisi relatif  terhadap Bumi maupun Matahari. Sehingga 

bagian Bulan yang terlihat dari Bumi selalu berbeda. Perubahan 

dalam orbit bulan terjadi dalam daur-daur. 

Gambar; 3. Orbit bulan dan Bumi mengelilingi Matahari S.

|   171

2. Matahari

Gambar; 4. Matahari

Matahari merupakan bola api yang sangat besar dan 

mengeluarkan panas serta cahaya yang berwarna biru, putih, 

kuning, dan orange (antara kuning dan merah). Diameter 

Matahari kira-kira 1.400.000 Km, atau lebih dari 100 kali 

diameter Bumi. Bumi dan juga beberapa planet yang ada di 

dekatnya beredar mengelilingi Matahari. 

Matahari merupakan benda langit dalam tata surya yang 

memancarkan cahaya sendiri. Matahari adalah sebuah bintang. 

Di antara bintang-bintang lain yang ada di alam semesta. 

Matahari adalah bintang yang jaraknya paling dekat dengan 

Bumi. Namun, di antara bermilyar-milyar bintang, Matahari 

tidaklah terlalu besar. Bahkan dapat dikatakan kerdil. Dalam 

kehidupan manusia, Matahari memiliki manfaat yang cukup 

banyak, di antaranya Bumi mendapat cahaya dan sinar Matahari 

yang sangat diperlukan makhluk yang hidup di Bumi. 

Matahari secara langsung atau tidak langsung memberikan 

energi untuk Bumi ini. Meskipun demikian, ada juga daerah di 

Bumi yang jarang mendapat sinar Matahari. Selain itu, tidak 

172  

hanya Bumi yang dapat merasakan sinar yang dikeluarkan 

oleh Matahari, benda-benda angkasa lainnya juga dapat 

merasakannya, tidak terkecuali satelit Bumi yaitu bulan. Bulan 

akan tampak jelas terlihat di Bumi ketika malam hari, dimana 

cahaya yang dihasilkan Bulan merupakan pantulan dari sinar 

Matahari. Akan tetapi, adakalanya sinar Matahari tidak dapat 

sampai ke Bulan, karena terhalang Bumi. Pada saat itulah 

Matahari-Bumi-Bulan berada pada satu garis lurus, sehingga 

bulan tidak dapat memantulkan sinar Matahari ke Bumi. Pada 

saat ini terjadilah gerhana.

3. Bumi 

Gambar; 5. Koordinat Bumi dengan lintang dan bujur

 Bumi adalah tempat dimana kita tinggal dan merupakan 

satu-satunya planet dalam tata surya yang berpenghuni. Setelah 

wahana antariksa yang membawa kamera berhasil diluncurkan 

cukup jauh dari Bumi, maka dapat diketahui bahwa Bumi 

terlihat kebiru-biruan. Bumi juga tidak seterang Venus, karena 

daya pantulnya lebih rendah dan jaraknya dari Matahari lebih 

jauh dibanding dengan planet lain. Bentuk-bentuk di permukaan 

Bumi tidak sejelas yang terlihat di Mars, karena lebih tebalnya 

atmosfer dan adanya awan putih yang cemerlang. 

Bumi terdiri dari air dan daratan, dengan porsi kurang 

lebih 71% lautan. Bumi berputar mengelilingi sumbunya 

dari barat ke timur atau searah dengan jarum jam yang biasa 

dikenal dengan rotasi, sehingga Matahari kelihatan terbit dari 

timur ke barat. Satu kali putaran Bumi membutuhkan waktu 

|   173

24 jam dalam sehari, sehingga terjadilah siang dan malam. 

Daerah yang melintasi Matahari menjadi terang (siang) dan 

yang membelakangi Matahari menjadi gelap (malam). Karena 

peredaran Bumi ini, di Bumi juga terjadi musim dingin dan 

musim panas, kecuali di daerah khatulistiwa. 

Gambar; 6. Gerak revolusi Bumi

Di samping berputar mengelilingi sumbunya, Bumi juga 

berputar mengelilingi Matahari (revolusi), dimana dalam satu 

kali putaran menghabiskan waktu 365 hari, yang disebut satu 

tahun Syamsiah. Bumi juga memiliki sebuah satelit, yaitu 

Bulan. Seperti halnya Bumi, Bulan juga mengelilingi Bumi. 

Satu kali putaran Bulan menghabiskan waktu 354 hari, disebut 

tahun Kamariah. Pada saat Bumi mengelilingi Matahari dan 

Bulan mengelilingi Bumi, ada kalanya ketiganya berada dalam 

satu garis lurus. Jika hal itu terjadi, dan Bumi berada di tengah 

antara Bulan dan Matahari, maka terjadilah gerhana Bulan. 

Bentuk spheris permukaan Bumi telah dipostulatkan oleh 

Pythagoras (500 SM), seorang ahli matematika berkebangsaan 

Yunani yang kemudian didukung oleh Aristoteles (384-322 SM) 

seorang ahli filsafat Yunani yang menyatakan bahwa Tuhan

menciptakan Bumi dalam bentuk yang sempurna, yaitu bola. 

Erastosthenes (276-195 SM) seorang ahli astronomi Mesir yang 

berasal dari Yunani menemukan cara menentukan besar bola 

Bumi dengan menentukan radius dari model bola Bumi. Dia 

174  

mengamati bahwa sekali dalam tiap tahun, Matahari tepat 

berada di atas sumur Aswan (Syena).  Pada saat yang sama, 

dia mengukur panjang bayang-bayang dari sebuah menara di 

Alexandria.102 

Teori yang berpendapat bahwa bentuk Bumi datar masih 

diterima hingga abad ke-16 M. Pada abad ke-17 M berbagai 

metode pengukuran mulai dikembangkan dan akhirnya 

membuktikan bahwa bentuk Bumi yang sebenarnya tidak datar, 

namun bulat. Pada saat itu, ditemukan pula bahwa diameter 

polar tidak sama dengan diameter ekuator. Atau dengan kata 

lain, bentuk Bumi adalah elips (ellipsoid). Meskipun demikian, 

pada saat itu belum berhasil dibuktikan apakah diameter polar 

lebih besar atau lebih kecil dari diameter ekuator.103 

Seorang ilmuwan Perancis bernama Cassini telah 

melakukan pengukuran dari sumbu Utara ke Selatan dan 

hasilnya telah membuktikan bahwa terdapat arah polar yang 

lebih panjang dari arah ekuator. Atau dengan kata lain, diameter 

polar lebih besar dari diameter ekuator. Newton telah melakukan 

studi teoritis dan berhasil membuktikan bahwa diameter polar 

lebih kecil daripada diameter ekuator (equatorial). 

Pada tahun 1935 M, Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis 

telah menugaskan dua tim peneliti yang melakukan ekspedisi 

pada dua tempat, yaitu Peru dan Lapland. Kedua Tim ini 

mempunyai misi untuk melakukan pengukuran panjang busur 

dari satu derajat sepanjang meridian dan dibandingkan dengan 

panjang busur dengan derajat yang sama pada daerah dekat 

ekuator (khatulistiwa). Hasil ekspedisi tersebut membuktikan 

bahwa jari-jari polar lebih pendek dari jari-jari ekuator.

102 Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 

2009. hlm, 92-93.

103 Joenil Kahar, Geodesi, Bandung: ITB, 2008. hlm, 2.

|   175

Gambar; 7. Deklinasi

Bumi berbentuk bulat telur atau oval (ellips) yang 

mempunyai garis bujur (meridian). Jika berputar pada 

sumbunya, maka Bumi akan membentuk ellipsoid atau spheroid. 

Bentuk Bulat telur (ellips) dapat didefinisikan dengan berbagai

cara yang salah satunya yaitu definisi secara geodesi.

Gambar; 8. Sistem koordinat  WGS 84 

Berkaitan dengan ukuran ellipsoid yang digunakan untuk 

merepresentasikan Bumi sesuai dengan perkembangan ilmu 

pengetahuan dan teknologi dari pengamatan Bumi telah dikenal 

beberapa ellipsoid referensi permukaan Bumi seperti WGS 84, 

GRS 80, PZ 90, bahwa bidang elipsoid yang dibentuk dengan

memutar suatu elips dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu 

putar dari elips itu, dimisalkan sebuah sumbu besarnya a dan 

176  

sumbu kecilnya b, dan f  adalah penggepengan dari elipsoid.104 

Perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar; 9. Elipsoid 

Pada gambar di atas diketahui bahwa Bumi dimodelkan 

atau didefinisikan berbentuk elipsoid referensi. Elipsoid referensi 

merupakan elipsoid putaran yang dibentuk oleh suatu elips 

yang berputar pada sumbu pendeknya. Besar dan bentuk 

elipsoid referensi ditentukan oleh parameter ฀, yaitu tengah 

sumbu panjang elipsoid referensi, dan f yaitu pegepengan 

elipsoid yang terdapat pada ujung sumbu pendeknya. Jika 

panjang tengahnya setengah sumbu pendeknya adalah b, maka 

hubungan a dan b adalah f = a – b/a atau b = a (1 – f) (Kahar, 

2008: 12). Bahwa secara umum untuk elipsoid referensi yang 

merepresentasikan Bumi di antaranya, WGS 84 ellipsoid: a = 6 

378 137 m, b = 6 356 752 m, dan f = 1 : 298,257223563.105 

104  Soetomo Wangsotjitro, Ilmu geodesi Tinggi I, Yogyakarta: Kanisius, 1981. 

hlm, 35.

105 NIMA, Defense Mapping Agency, 1984,  Geodesy For The Layman Geodesy For The 

Layman, Washington: Building 56 U S Naval Bservatory, 2000.

|   177

Gambar; 10. Pembagian waktu di seluruh dunia

Secara umum bentuk Bumi mendekati bola dengan jari-

jari sekitar 6378 km. Kalau dilihat secara lebih detail, bentuk 

Bumi pada prinsipnya agak tidak teratur. Gambar berikut ini 

menunjukkan penampang bentuk Bumi pada bidang-bidang 

ekuator dan bidang meridian nol (meridian Greenwich). 

Sebagaimana gambaran penjelasan penampang ekuatorial dan 

penampang meridian nol dari Bumi (geoid) yang diadaptasi dari 

Vanicek dan Krakiwsky (1986).

Gambar;11. Penampang ekuatorial dari Bumi (geoid global), 

diadaptasi dari Vanicek & Krakiwsky (1986).

178  

B. Hubungan dan pengaruh posisi Matahari,

Bumi, dan Bulan

Lintasan Bumi ketika mengorbit Matahari akan melalui 

bidang maya pada bola langit yang dinamakan ekliptika. Nama 

ini digunakan karena gerhana selalu terjadi ketika bulan berada 

pada atau di sekitar bidang ini. Sementara bidang ekuator langit 

yang merupakan perluasan dari ekuator Bumi memotong bidang 

ekliptika dengan sudut kemiringan 23°27’. (Slamet Hambali: 

2012, 204). Akibat posisi dan peredaran Bumi, Matahari, dan 

Bulan mengakibatkan berbagai fenomena alam di antaranya: 

1. Gerhana Matahari dan Bulan  

Istilah gerhana Matahari dan gerhana Bulan di dalam 

bahasa Inggris adalah eclipse. Namun, pada penyebutan ini, 

terdapat dua istilah, yaitu eclipse of  the sun untuk gerhana 

Matahari, dan eclipse of  the moon untuk gerhana Bulan. Selain 

itu, ada yang menggunakan istilah solar eclipse untuk gerhana 

Matahari, dan lunar eclipse untuk gerhana Bulan.

Gambar; 11. Gerhana  Matahari

Gerhana Matahari dan gerhana Bulan didalam bahasa arab 

dikenal dengan istilah Kusuf  atau Khusuf. Istilah kusuf dan khusuf 

dapat digunakan untuk menyebutkan gerhana Matahari atau 

gerhana Bulan. Namun “kusuf“ lebih dikenal dengan sebutan 

gerhana Matahari, dan “khusuf“  untuk gerhana Bulan.106 

106 ............., Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 187.

|   179

Gambar; 12. Gerhana  Bulan

Kata kusuf dan khusuf  ini yang paling mendekati untuk 

pengertian sebenarnya. Istilah kusuf memiliki arti menutupi,  

yaitu menggambarkan fenomena alam bahwa Bulan menutupi 

Matahari sehingga terjadi gerhana Matahari (dilihat di Bumi). 

Khusuf yang berarti memasuki, ini menggambarkan bahwa 

fenomena alam terjadi ketika Bulan memasuki bayangan Bumi, 

hingga terjadi gerhana Bulan.

Bulan berotasi selaju revolusinya terhadap Bumi sehingga 

kita selalu melihat muka yang sama pada Bulan. Tetapi karena 

posisi Bulan dan Bumi relatif  terhadap Matahari, Bulan pun 

memiliki fase, yaitu perbedaan cahaya Matahari yang diterima 

Bulan selama revolusinya terhadap Bumi dan Matahari.

Pada Bulan baru (new Moon), terjadi ketika Bulan hanya 

menerima sedikit sinar Matahari, sehingga yang kita lihat di 

Bumi adalah Bulan sabit. Lalu cahaya itu bertambah banyak 

seiring dengan berubahnya posisi Bulan dan Bumi relatif  

terhadap Matahari hingga kita melihat full Moon. Cahaya Bulan 

yang kita lihat sebenarnya adalah cahaya yang diterima Bulan 

dari Matahari dan dipantulkan ke Bumi. 

Pada suatu saat, posisi Bulan, Bumi, dan Matahari akan 

segaris, sehingga di Bumi terjadi gerhana. Gerhana Matahari 

terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi. Jika 

cahaya Matahari hanya sedikit terhalang Bulan, maka disebut 

gerhana Matahari sebagian.107 

107 .............., Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004. 

180  

2. Pasang Surut Air Laut

Gravitasi Bumi menyebabkan Bulan beredar pada orbitnya 

seperti gravitasi Matahari menjaga Bumi bergerak tetap pada 

orbinya. Gravitasi Bulan dan Matahari menyebabkan pasang di 

Bumi. Air yang tepat di bawah Bulan menjadi lebih dekat ke 

Bulan daripada ke pusat Bumi. Oleh karena itu, gravitasi Bulan 

lebih kuat menarik air daripada Bumi, sehingga air “berkumpul” 

di bawah Bulan. Akan tetapi, di belahan Bumi yang lain, dimana 

pusat Bumi lebih dekat ke Bulan daripada ke air, maka Bumi 

ditarik lebih kuat daripada air, sehingga air juga berkumpul, 

dan terjadi pasang di kedua belahan Bumi yang berlawanan. 

Hanya saja, hal itu tidak pada sisi lain Bumi yang mengalami 

surut, karena air tertarik oleh gravitasi Bulan. 

Pasang disebabkan oleh gravitasi Matahari walaupun 

tidak sekuat Bulan, karena jaraknya yang lebih jauh dari bulan. 

Pasang terjadi pada saat Bulan purnama dan Bulan baru, yakni 

ketika Matahari segaris dengan Bulan dan Bumi. Pada saat itu 

Matahari dan Bulan menimbulkan pasang yang sangat tinggi 

dan surut yang juga sangat rendah di Bumi. Pasang ini terjadi 

dua kali sebulan disebut pasang purnama (Spring Tide). Pada 

perempat bulan terakhir, Matahari, Bumi, dan Bulan pada 

posisi tegak lurus. Pasang Matahari diperlemah oleh pasang 

Bulan sehingga perubahan pasang tidak begitu terasa. Hal ini 

biasa disebut pasang perbani (Neap Tide).

Gerak revolusi Bulan mengelilingi Bumi menyebabkan 

posisi pasang surut berubah setiap waktu. Terdapat perbedaan 

waktu antara hari Matahari (solar day) dan hari Bulan (luinar 

day). Satu hari Matahari adalah 24 jam, 0 menit dan 0 detik. Satu 

hari Bulan adalah 24 jam dan 50,47 menit. Perbedaan waktu 

tersebut menyebabkan waktu pasang tertinggi dan waktu 

surut terendah setiap hari bergeser 50,47 menit. Pergeseran 

ini dikenal sebagai variasi pasang surut harian. Sementara itu, 

hlm, 185-186.

|   181

deklinasi Bulan menyebabkan posisi puncak pasang surut tidak 

terjadi pada posisi lintang yang sama. Deklinasi Bulan berubah 

setiap setiap hari. Oleh karena itu, posisi puncak pasang surut 

pun juga berubah setiap hari. 

3. Fase Bulan

Pada dasarnya gambaran fase-fase bulan terjadi akibat 

perubahan sudut dari garis yang menghubungkan Matahari-

Bumi-Bulan sewaktu Bulan mengorbit (mengelilingi) Bumi. 

Karena adanya revolusi bulan mengelilingi Bumi, maka hal itu 

menyebabkan efek seolah-olah bentuk Bulan berubah-ubah. 

Bentuk-bentuk tersebut berubah secara periodik dalam waktu 

30 hari. Otomatis waktu terbit dan tenggelamnya berubah 

secara periodik juga. Hal tersebut mengakibatkan wajah atau 

rupa Bulan berbeda-beda jika  dilihat dari Bumi. 

Gambar; 13. Fase Bulan pada setiap Bulan

a. Bulan baru (new Moon) => ketika bujur Bulan = bujur 

ekliptika Matahari.

Pada posisi ini, Bulan berada pada arah yang sama terhadap 

Matahari. Dengan kata lain, Bulan berada langsung dalam satu 

garis antara Matahari dan Bumi. Tepatnya pada bidang bujur 

ekliptika yang sama. Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari 

182  

adalah yang membelakangi Bumi, sedangkan bagian bulan 

yang menghadap ke Bumi adalah bagian permukaan Bulan 

yang gelap. Bulan terbit di sebelah timur hampir bersamaan 

dengan terbitnya Matahari, berada tepat di tengah langit sekitar 

tengah hari, dan tenggelam juga hampir bersamaan dengan 

tenggelamnya Matahari di sebelah barat. Fase ini biasa disebut 

dengan new Moon (Bulan baru).

Selama terbit hingga hampir tenggelam, cahaya Bulan 

baru ini sangat sulit dilihat, karena intensitas cahayanya kalah 

jauh dengan sinar Matahari. Baru ketika menjelang Matahari 

tenggelam dan intensitas cahaya Matahari mulai melemah, 

maka pada ketinggian yang mungkin dapat dilihat, Bulan sabit 

ini dapat terlihat oleh mata. Dengan adanya Bumi yang berputar 

pada porosnya, sedangkan sudut kecepatan sudut rotasi Bumi 

jauh lebih besar daripada kecepatan sudut gerakan revolusi 

Bulan, maka setelah Matahari tenggelam dan Bulan terlihat 

beberapa saat kemudian Bulan pun hilang dari penglihatan. 

Inilah persyaratan yang harus dipenuhi oleh syahnya hilal yang 

menandai awal bulan Kamariah.108 

b. Kuartal Pertama (first quarter) => ketika bujur Bulan = 

bujur ekliptika Matahari + 90 derajat

Bulan bergerak lebih jauh dari hari ke hari dan posisinya 

semakin tinggi di atas horison. Sedangkan bagian yang terkena 

sinar Matahari bertambah besar hingga mencapai separuh. 

Hal ini terjadi sekitar minggu pertama. Bulan telah menjalani 

seperempat putarannya sehingga dinamakan Kuartal Pertama.

Pada fase ini, Bulan 6 jam lebih lambat daripada Matahari. 

Terbitnya di sebelah timur sekitar tengah hari. Ia berada di 

tengah langit ketika Matahari tenggelam, dan tenggelam di 

108 .................., Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012. 

hlm, 113.

|   183

barat sekitar tengah malam.109 Bulan purnama (full Moon) => 

bujur Bulan = bujur ekliptika Matahari + 180 derajat

Terjadi sekitar dua minggu sejak Bulan baru, yaitu ketika 

Bulan melakukan separuh perjalanannya mengelilingi Bumi. 

Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari tepat menghadap 

Bumi. 

Bulan terlambat sekitar 12 jam daripada Matahari. Berarti 

Bulan akan terbit bersamaan dengan saat Matahari terbenam. 

Namun jika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada garis yang 

sama, maka akan terjadi gerhana karena bayang-bayang Bumi 

menutupi permukaan Bulan.

c. Kuartal terakhir (last quarter) => ketika bujur Bulan = 

bujur ekliptika Matahari + 270 derajat

Fase ini disebut kuartal terakhir. Bentuk Bulan hampir 

sama dengan kuartal pertama, namun pada fase ini Bulan telah 

menyelesaikan ¾ putarannya. 

C. Posisi Astronomis Matahari dan Bulan Pada

Saat Full Moon

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bidang lintasan Bulan 

mengelilingi Matahari dan bidang lintasan Bumi mengelilingi 

Matahari (bidang ekliptika) ini tidak tepat berada dalam satu 

bidang, namun agak miring dengan variasi kemiringan antara 

40 57’ sampai 5 20’. Dan akibat kemiringan ini terdapat dua 

titik potong antara lintasan Bulan mengelilingi Bumi dengan 

bidangan ekliptika. Titik potong (simpul) ini dalam astronomi 

dikenal dengan Ascending Node (Uqdah Jauzahar) dan Descending 

Node (Uqdah Naubahar).

Gambar di bawah ini menunjukkan lintasan Bulan 

mengelilingi Bumi dan lintasan Bumi mengelilingi Matahari. 

109 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 

2007. hlm, 36.

184  

Titik simpul dinyatakan dengan N dan N’, sedangkan garis simpul 

adalah garis NN’. Fase Bulan purnama (full Moon) terjadi pada 

waktu kedudukan Bulan berada dalam arah yang sama dengan 

Matahari dilihat dari Bumi, dan gerhana Matahari/Bulan akan 

terjadi jika  fase Bulan baru terjadi pada titik simpul N’. 

Gambar; 14. Orbit Bulan

Gerhana Matahari akan terjadi pada saat new Moon (Bulan 

baru) dan kira-kira bertepatan dengan sebuah titik simpul. Pada 

saat itu, Bulan dan Matahari berada di dekat arah titik simpul 

yang sama. Posisi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar; 15. Gambaran posisi Bulan di bola langit 

|   185

Keterangan:

US = Lingkaran Waktu atau Lingkaran deklinasi atau 

لويلما ةرئاد 110

B^T = Equator

U’ = Kutub Ekliptika Utara

S’ = Kutub Ekliptika Selatan

Bln = Bulan

U’-Bln-S’ = Bujur Astronomi

E^K  = Ekliptika

FbBlnQ = Orbit Bulan

^  = Titik Aries atau  لحم 111

Bln-D1 = Deklinasi Bulan 1112

Bln-D2 = Deklinasi Bulan 2113

Bln-C = Lintang Astronomi Bulan = Apparent Latitude 

Bulan   = رمقلا ضرع 114

^C = Bujur Astronomi Bulan = Longitude of Moon/

Apparent Longitude Bulan = Takwimul Qamar atau 

Muqawwamul Qamar = رمقلا لوط 115

110 Lingkaran waktu atau lingkaran deklinasi adalah lingkaran pada bola langit yang 

menghubungkan kedua titik kutub.  

111 Aries atau Haml adalah nama salah satu rasi bintang yang ada di sabuk zodiak. 

Titik aries disebut juga titik musim semi atau Vernal equinox.

112Deklinasi Pertama Bulan atau Mail Awal Bulan adalah jarak sepanjang lingkaran 

waktu dihitung dari equator sampai Bulan.

113 Deklinasi Kedua Bulan atau Mail Sani Bulan adalah jarak sepanjang bujur 

astronomi dihitung dari equator sampai Bulan.

114 Lintang Astronomi Bulan atau Ardlul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran 

kutub ekliptika dihitung dari titik pusat Bulan hingga lingkaran ekliptika. Harga lintang Bulan 

antara 0° s/d 5° 8’. Jika Bulan berada di utara ekliptika maka lintang Bulan bertanda positif 

(+) dan jika Bulan berada di selatan ekliptika maka lintang Bulan bertanda negatif (-).

115  Bujur Astronomi Bulan atau Thulul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran 

ekliptika ke arah timur diukur dari titik Aries sampai bujur astronomi yang melewati Bulan. 

186  

Gambar; 16. Gambaran terjadinya ijtima’ tidak terjadi 

gerhana Matahari 

Keterangan:

US = Lingkaran Waktu

B^T = Equator

U’ = Kutub Ekliptika Utara

S’ = Kutub Ekliptika Selatan

M = Matahari

Bln = Bulan

U’BlnMS’ = Bujur Astronomi

E^MK  = Ekliptika

FbBlnQ = Orbit Bulan

^    = Titik Aries

|   187

Gambar; 17. Gambaran terjadinya gerhana Matahari

Keterangan:

BUTS = Lingkaran Waktu

^    = Titik Aries

d  = Titik Libra = Titik musim dingin = Autumnal Equinox = 

نازيم 116

q     = Simpul Turun = Descending Node = ةلزانلا ةدقعلا 117

p     = Simpul Naik = Ascending Node = ةدعاصلا ةدقعلا 118

B^Td = Khatulistiwa Langit = Equator Langit = 119راهنلا لدعم

EK = Ekliptika = Lingkaran Zodiak = جوبرلا ةقطنم 120

116 Libra atau Mizan adalah nama salah satu rasi bintang yang ada di sabuk zodiak. Ia 

berada di belahan langit selatan pada Bulan Mei sampai Agustus. Pada rasi ini terdapat 6 buah 

bintang, di antaranya Zubenelganub.

117Uqdah Naubahar atau Uqdah Nazilah (titik simpul turun) adalah perpotongan 

lintasan Bulan dengan ekliptika dalam lintasannya dari utara ke selatan.

118 Uqdah Jauzahar atau Uqdah Sha’idah (titik simpul naik) adalah perpotongan lintasan 

Bulan dengan ekliptika dalam lintasannya dari selatan ke utara.

119Khatulistiwa Langit atau Mu’addalin Nahar adalah lingkaran besar yang membagi 

bola langit menjadi dua bagian sama besar, yakni bola langit bagian utara dan bola langit 

bagian selatan. Lingkaran ini tegak lurus pada lingkaran terang pada poros langit. Pada saat 

Matahari tepat di lingkaran ini lama siang dan malam untuk seluruh tempat di permukaan 

Bumi adalah sama.

120 Ekliptika atau Da’iratul Buruj adalah lingkaran di bola langit yang memotong 

lingkaran equator langit dengan membentuk sudut sekitar 23° 27’. Titik perpotongan pertama 

terjadi pada saat Matahari bergerak dari langit bagian selatan ke langit bagian utara yaitu pada 

188  

FQ = Falak Qomar = Orbit Bulan = رمقلا كلف 121

U’S’ = Kutub Ekliptika = جوبرلا ةقطنم بطق = جوبرلا ةرئاد بطق 

M = Matahari (Sun) = سمشلا

Bln = Bulan (Moon) = رمقلا

^M = Bujur Astronomi Matahari= Longitude of Sun = Takwimus 

Syams atau Muqawwamus Syams = سمشلا لوط 122

^Bln = Bujur Astronomi Bulan = Longitude of Moon 

 = Takwimul Qamar atau Muqawwamul Qamar = رمقلا لوط 123

M-D = Deklinasi Matahari =سمشلا ليم 124

^-D = Asensio Rekta = ميقتسلما دوعصلا = ةيدلابلا علاطلما 125

U’-M-Bln-S’ = Bujur Astronomis 

TK=BE = Maksimum Deklinasi Matahari = Obliquity = ليلما = مظعلأا ليلما 

يلكلا 126

EF  = KQ = Maksimum ‘Ard Bulan = 5° 8’ = يلكلا رمقلا ضرع 

titik Aries (tanggal 21 Maret) yang disebut Vernal Equinox, dan perpotongan kedua terjadi pada 

saat Matahari bergerak dari bagian langit utara ke bagian langit selatan pada titik Libra (tanggal 

24 September) yang disebut Autumnal Equinox.

121 Falak Qomar atau Orbit Bulan merupakan lintasan Bulan. Garis lengkung yang 

dilalui oleh Bulan dalam lingkaran hariannya.

122 Bujur Astronomi Matahari atau Thulus Syams adalah busur sepanjang lingkaran 

ekliptika ke arah Timur diukur dari titik Aries sampai Matahari. Jika harga bujur astronomi 

Matahari sama dengan harga bujur astronomi Bulan, maka terjadi ijtima’ atau konjungsi. Jika 

harga bujur astronomi Matahari berselisih 180o dengan harga bujur astronomi Bulan, maka 

terjadi istiqbal atau oposisi. Dalam bahasa Inggris disebut Ecliptic Longitude. 

123 Bujur Astronomi Bulan atau Thulul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran 

ekliptika ke arah timur diukur dari titik Aries sampai bujur astronomi yang melewati Bulan. 

Dalam bahasa Inggris disebut Apparent Longitude.

124 Deklinasi Matahari atau Mailus Syams adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi 

dihitung dari equator sampai Matahari.

125 Asensio Rekta atau Mathali’ul Baladiyah atau Su’udul Mustaqim adalah busur 

sepanjang lingkaran equator yang dihitung mulai titik Aries (haml) ke arah Timur sampai ke 

titik perpotongan antara lingkaran equator dengan lingkaran deklinasi yang melalui benda 

langit itu.

126 Maksimum Deklinasi Matahari atau Mail Kulli atau Mail A’dham adalah kemiringan 

ekliptika dari equator. 

|   189

– Arah ke Timur = Retrogade/Progradatle = لياوتلا

Gambar; 18. Parallak / beda lihat

  =  Peninjau

M  = titik pusat Bumi

HP  = harizontal Parallax

P   = beda lihat = parallaz (رظنلما فلاتخا) 

Gambar; 19. Semidiameter

A = titik teratas pada piringan atas, upper limb

M = titik pusat Bumi

B = titik bawah pada piringan bawah lower limb

AM = jari-jari = semidiamater Bulan, rata-rata 0° 16'

190  

Gambar; 20. Refraksi atau pembiasan sinar

Keterangan:

 =  Peninjau 

 =  Hilal sebenarnya

 =  Posisi Hilal lihat

 = Refraksi atau pembiasan sinar.

Gambar; 21. Posisi Hilal

 

|   191

Gambar; 22. Matahari dibandingkan dengan bintang Antares

Gambar; 23. Matahari dibandingkan dengan bintang 

Arcturus

192  

Gambar; 24. Matahari dibandingkan dengan Bumi

|   193

BAB

 10

HISAB AWAL BULAN KAMARIAH

Sebenarnya di dalam perhitungan sistem ephemeris telah tersedia data Matahari dan Bulan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan hisab dan rukyat. Hanya 

saja, dalam data ini, ada beberapa istilah yang harus di ketahui 

maksud dan tujuannya. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya 

perhatikan penjelasan sebagai berikut:

A. Data Matahari

1. Ecliptic Longitude

 Ecliptic Longitude adalah bujur astronomi. Data ini dikenal 

dengan istilah  (لوـطلا /  يموـقـت), Thul atau Taqwim yaitu jarak 

Matahari dari titik Aries (Vernal Equinox / لـمـلحا), diukur 

dari sepanjang lingkaran ekliptika. Jika nilai bujur 

astronomi Matahari sama dengan nilai bujur astronomi 

bulan, maka akan terjadi ijtima’. Data ini dipergunakan 

antara lain dalam ijtima’ dan gerhana.

194  

2. Ecliptic Latitude

 Ecliptic Latitude adalah lintang astronomi. Data ini 

adalah jarak titik pusat Matahari dari lingkaran ekliptika. 

Sebenarnya ekliptika itu sendiri adalah lingkaran yang 

ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan, 

sehingga selalu berada pada garis ekliptika. Hanya saja, 

karena jalannya yang tidak rata persis, maka ada sedikit 

geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai 

Ecliptic Longitude yang selalu mendekat di 0. Akan tetapi, 

banyak sistem perhitungan yang mengabaikan nilai data 

ini, sehingga sebenarnya istilah Ardlusy Syam identik 

dengan Ecliptic Latitude. Data ini diperlukan antara lain 

untuk menghitung gerhana. 

3. Apparent Right Ascension

 Apparent Right Ascension dikenal dalam bahasa Indonesia 

dengan sebutan Asiensio Rekta. Data ini juga dikenal 

dengan nama panjatan tegak atau (عـلاـطـلما  /  ميـقـتسـلما  دوـعـصـلا 

ةــيد  لابـلا), As Shu’udul Mustaqim atau Mathali’ul Baladiah, 

yaitu jarak antara satu benda langit dengan titik Aries 

(Vernal Equinox / لـمـلحا), diukur sepanjang garis equator 

(Da’irotul Muaddalin Nahar). Data ini digunakan dalam 

perhitungan ijtima’, serta ketinggian Hilal dan gerhana. 

4. Apperent Declination

 Apparent Declination, atau disingkat Apperent Dee di kenal 

dalam bahasa Indonesia sebagai deklinasi Matahari yang 

dilihat (bukan Matahari hakiki) atau lebih dikenal sebagai 

deklinasi. Ia juga dikenal dengan sebutan (سمـشلا ليـم), Mail 

Syam, yaitu jarak Matahari dengan equator, dimana nilai 

deklinasi positif berarti Matahari berada di sebelah utara 

equator. Data ini digunakan dalam menetukan waktu 

salat, rasdul kiblat, ketinggian Hilal, ijtima’, gerhana, dan 

sebaginya.

|   195

5. True Geosentric Distace

 True Geosentric Distace yang dalam bahasa Indonesia dikenal 

dengan istilah jarak geosentris. Data ini menggambarkan 

jarak antara Bumi dan Matahari. Adapun nilai pada data 

ini merupakan jarak rata-rata Bumi dan Matahari, sekitar 

150 juta km, sehingga Bumi mengelilingi Matahari tidak 

tepat pada setiap saat, kadang dekat kadang jauh. Jarak 

dekat adalah saat Bumi menempati titik api terdekat, 

yaitu Perigee. (ضيـضـح, hadlidl) Sedangkan jarak terjauhnya 

adalah pada saat bumi menempati titik terjauh, yaitu 

Apogee, (جو  لأا), Auj. Data ini penting untuk menghitung 

gerhana.

6. Semi Diameter atau jari-jari Matahari

 Semi Diameter dikenal dalam bahasa Indonesia dengan 

jari-jari. Data ini juga dikenal dengan istilah (رــطـقـلا فـصـن), 

Nisfu Quthr, yaitu jarak titik Matahari dengan piringan 

luarnya. Data ini diperlukan untuk menghitung secara 

tepat pada saat Matahari terbenam, Matahari terbit, dan 

sebaginya.

7. True obliquity

 True obliquity dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai 

kemiringan ekliptika. Data ini dikenal dengan istilah (ليـلما 

يلكـلا), Mail Kul yaitu kemiringan ekliptika dari equator. 

Data ini digunakan untuk menghitung ijtima’ dan 

gerhana. 

8. Equation of  Time

 Equation of Time dalam bahasa Indonesia dikenal dengan 

nama perata waktu. Data ini juga dikenal dengan istilah 

(سمشلا لـيدــعـت / تـق وـلا لـيدــعـت), Ta’dil Waqtu atau Ta’dil Syam yaitu 

selisih antara waktu kulminasi Matahari hakiki dengan 

waktu kulminasi Matahari rata-rata. Data ini biasanya 

196  

dinyatakan dengan huruf “e” kecil dan diperlukan dalam 

menghisab waktu salat. 

B. Data Bulan

1. Apparent Longitude.

 Apparent Longitude dalam bahasa Indonesia di kenal 

dengan istilah bujur astronomi Bulan yang terlihat, atau 

lebih di kenal dengan bujur astronomi atau dengan 

istilah (رــمقـلا  لوـط  / يموـقــت), Taqwim Qomar atau Thul Qamar, 

yaitu jarak bulan dari titik Aries (Vernal Equinok /  لـمـلحا  

Haml) di ukur sepanjang lingkaran ekliptika (dairotul 

bujur), dimana jika  nilai bujur astronomi Matahari 

sama dengan nilai bujur bulan, maka terjadi ijtima’. 

Data ini juga dipergunakan antara lain dalam ijtima’ dan 

gerhana.

2. Apparent latitude.

 Apparent Latitude dalam bahasa Indonesia dikenal dengan 

nama lintang astronomi Bulan yang terlihat atau istilah 

(رــمـقـلا ضرـع), Ardh al Qamar, yaitu jarak antara Bulan dengan 

lingkaran ekliptika diukur sepanjang lingkaran kutub 

ekliptika. Nilai maksimum dari lintang astronomi bulan 

adalah 5° 8’, dimana nilai positif berarti bulan berada 

di utara ekliptika, dan nilai negatif berarti bulan berada 

di sebelah selatan ekliptika. Sedangkan jika pada saat 

ijtima’ nilai lintang astronomi Bulan sama atau hampir 

sama dengan nilai lingkaran astronomis Matahari, maka 

akan terjadi gerhana Matahari. Data ini diperlukan dalam 

menghisab ijtima’ dan gerhana.

3. Apparent Right Ascension.

 Apparent Rigt Ascension yang dalam bahasa Indonesia 

dikenal dengan Asensio Rekta dari Bulan yang terlihat. 

Data ini juga dikenal dengan panjatan tegak atau (دوـعـصـلا 

|   197

ةــيد لابـلا عـلاـطـلما / ميـقـتسـلما), As Shu’udul Mustaqim atau Matholiul 

Baladiyah, yaitu jarak antara titik pusat Bulan dari titik 

Aries dihitung sepanjang garis equator (Dairatul Muaddal 

Linnahar). Data ini juga dipergunakan dalam menghitung 

ijtima’, ketinggian Hilal, dan gerhana.

4. Apparent Declination.

 Apparent Declination yang dalam bahasa Indonesia dikenal 

dengan nama deklinasi bulan yang dikenal dengan 

deklinasi atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan 

istilah (رــمقـلا  ليـم), Mail Qamar, yaitu jarak bulan dari 

equator, dimana jika  nilai deklinasi adalah positif, 

maka bulan berada di sebelah utara equator, sedangkan 

jika  deklinasi bernilai negatif, maka bulan berada 

di sebelah selatan equator. Data ini diperlukan dalam 

menghitung ketinggian hial, ijtima’, dan gerhana.

5. Horizontal Parallax

 Parallax dalam bahasa Indonesia benda lihat atau di 

sebut juga dengan istilah (رـظـنـلما فلاتـخإ), Ikhtilaful Mandhar. 

Sedangkan horizontal parallax yaitu besaran sudut yang 

ditarik dari titik pusat Bulan ketika di ufuk (horizon) 

ke titik pusat bumi, dan garis yang ditarik dari dari titik 

pusat bulan ketika itu ke permukaan Bumi. 

6. Semi Diameter 

 Semi Diameter dikenal dalam bahasa Indonesia dengan 

jari-jari atau (رــطـقـلا  فـصـن ), Nisfu Quthril Qomar, yaitu 

jarak titik pusat Bulan dengan piringan luarnya. Nilai 

semi diameter Bulan adalah 15 derajat, karena piringan 

bulatan Bulan penuh adalah 3o (1/2 derajat). Data ini 

diperlukan untuk melakukan perhitungan ketinggian 

piringan atas Hilal sebab semua data Bulan adalah data 

titik pusatnya.

198  

7. Angle Bright Limb

 Angle Bright Limb yang dikenal dalam istilah bahasa 

Indonesia sebagai sudut kemiringan Hilal adalah sudut 

kemiringan piringan Hilal yang memancarkan sinar 

sebagai akibat arah posisi Hilal dari Matahari. Sudut ini 

diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat Hilal 

dengan titik zenit (سأرــلا   تسم), simtur ra’si ke garis yang 

menghubungkan titik pusat Hilal dengan titik pusat 

Matahari dengan arah sesuai dengan perputaran jarum 

jam.

8. Fraction Illumination

 Fraction Illumination adalah besarnya piringan Bulan yang 

menerima sinar Matahari dan menghadap ke Bumi. Jika 

seluruh piringan Bulan yang menerima sinar Matahari 

terlihat dari Bumi, maka bentuknya akan berupa bulatan 

penuh. Dalam keadaan seperti ini, nilai Fraction Illumination 

adalah satu, yaitu persis pada saatnya Bulan purnama. 

Sedangkan jika Bumi, Bulan, dan MATAHARI sedang persis 

berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi gerhana 

Matahari total. Dalam keadaan seperti ini, nilai Fraction 

Illuumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan purnama, nilai 

Fraction Illumination akan semakin mengecil sampai pada 

nilai yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima’ dan setelah 

itu nilai fraction Illumination ini akan kembali membesar 

sampai mencapai nilai satu pada bulan purnama. Dengan 

demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan 

pedoman untuk mengetahui kapan terjadinya ijtima’ dan 

kapan Bulan purnama (istiqbal). Demikian pula saat first 

quarter (tarbiul awwal) dan last quarter (tarbi’usstani) dari 

Bulan juga dapat dihitung, yaitu dengan mencari nilai 

Fraction Illumination sebesar setengah. Data ini diperlukan 

untuk membantu pelaksanaan rukyatul Hilal sekaligus 

melakukan pengecekan mengenai besarnya Hilal. 

|   199

C. Hisab Sistem Ephemeris

Ephemeris merupakan data yang diterbitkan oleh 

Kementrian Agama RI setiap tahunnya dan juga disajikan 

dalam bentuk software yang bernama WinHisab den version 

2.0. Di dalam software ini ada beberapa item yang di antaranya 

menyajikan data Matahari dan Bulan pada tiap hari perjam. Data 

inilah yang dijadikan sumber dalam melakukan perhitungan. 

Adapaun dalam melakukan proses perhitungan harus 

menggunakan alat bantu, seperti kolkulator atau komputer 

untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses 

perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Menetukaan markaz (lintang bujur dan ketinggian tempat 

dari permukaan air laut) 

2. Menghintung konversi dari Hijriah  ke Masehi dari tanggal 

Bulan dan tahun yang dikehendaki. 

3. Menghitung terjadinya ijtima’ (konjungsi) dengan 

menggunakan rumus :

 IJTIMA’= J1 + ((EL1 – AL1) ÷ ((AL2 – AL1) – (EL2 – EL1)))

4. Menghitung Matahari terbenam dengan langgka sebagai 

berikut:

a. Menghitung tinggi Matahari saat terbenam ( h⊙) 

dengan rumus:

 h⊙ = –(ku + ref + sd)

b. Menetukan deklinasi Matahari (δ°) dan equation of 

time (e)

c. Menghitung sudut waktu Matahari (t⊙) saat 

terbenam dengan rumus:

 Cos t⊙ = sin h⊙ ÷ cos φx ÷ cos δ⊙ – tan φx × tan δ⊙

200  

5. Menghitung Azimuth Matahari (Az⊙) saat ghurub dengan 

rumus:

 Cot A⊙ = tan δ⊙ × cos φx  ÷ sin t– sin φx ÷ tan t

6. Menghitung Right Ascension Matahari (ARA⊙) dengan 

rumus:

 ARA⊙ = ARA ⊙1 + k ( ARA⊙2 – ARA⊙1)

7. Menghitung Right Ascension Bulan (ARA() dengan 

rumus:

 ARA( = ARA(1 + k ( ARA(2 – ARA(1 )

8. Menghitung Sudut Waktu Bulan (t() dengan rumus:

 t( = ARA⊙ + t⊙ – ARA(

9. Menentukan deklinasi Bulan (δ() dengan melakukan 

interpilasi (ta’dil) berikut:

 A = B1 + D (C2 – B1 )

10. Menghitung Tinggi Bulan Hakiki (h’() dengan rumus:

 Sin h’( =  sin φx × sin δ( + cos φx × cos δ( × cos t(

11. Koreksi-koreksi untuk memperoleh Tinggi Hilal Mar’i 

(h():

a. Menghitung Horizontal Parallax (HP) saat ghurub, 

dengan rumus interpolasi sebagai berikut:

 HP = HP1 + k ( HP2 – HP1) 

b. Parallaks ( Par )

 HP cos h(

c. Refraksi ( Ref  ), diperoleh dengan rumus: 

 0.0167 ÷ tan ( h + 7,31 ÷ ( h + 4,4))

|   201

12. Kerendahan ufuk ( ku / dip ), digunakan rumus:

 ku / dip= 0° 1’,76 √ h   

13. Menghitung tinggi Hilal mar’i ( h( ), dengan rumus:

 h( = h(– Par + Ref + ku

14. Menghitung Azimuth Hilal ( Az( ) dapat dengan rumus:

 Cot A(= tan δ( × cos φx ÷sin t( – sin φx ÷ tan t(

15. Menghitung Posisi Hilal ( P ) dapat diperoleh dengan 

rumus:

 P( = Az( – Az°

16. Menetukan Elongasi Bulan Hakiki (E() dapat diperoleh 

dengan rumus:

 Cos E( = sin ho ×  sin h( + cos ho �