Tampilkan postingan dengan label majapahit 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label majapahit 6. Tampilkan semua postingan
majapahit 6
By arwahx.blogspot. com at Januari 26, 2024
majapahit 6
Dandanggula
Dandanggula permulaan gending
awal kisah pembuka cerita
cerita yang punya lakon
yang ingin jadi ratu
mengalami jalan sukar-rumit
merebut singgasana
bila tak ditulung
samar sampai terlaksana
peristiwanya belum jauh sampai kini
di zaman Hindu murba.
Zaman murba 'sluruh tanah Jawi
wilayah timur yang akan dipapar
yang sekarang masih ada
bekasnya masih utuh
masih dapat menjadi saksi
saksi yang menyatakan
--
yang mula diatur
dekat Malang yang sekarang
pada tahun seribu duaratus lebih
enam puluh delapan
Ada negeri nama Singosari
átau Tumapel juga disebutnya
negara besar dan ramai
membawah banyak ratu
negri-negri lain mengabdi
Singosari disembah
upeti tiap tahun
raja-raja tanah Jawa
malah-malah dari Sebrang tak sedikit
pulau-pulau tetangga.
Dari Sumatra Berneo dan Bali
lebih-lebih yang dari Madura
dari Malaka Selebes
demi yang jadi ratu
Sri Kartanagara Narpati
yang agung bijaksana
agamanya Hindu
bergelar raja-pandita
tapi ada tercelanya Sri Narpati
sangat 'doyan' berperang.
Terlalu percaya akan orang lain
dengan sikap masa bodoh saja
dan suka minum-minuman
bila maksud diturut
terlaksana kehendak hati
tidak terkendalikan
menuruti nafsu
bergembira senang-senang
dan hai ini kelak jadi marga-pati
seperti akan terkisah.
Anak empat semuanya putri
tidak ada mempunyai putra
namanya putri Sang Katong
--
yang pertama disebut
Tribuana Sang Permaisuri
demi putri kedua
putri ayem-ayu
Mahadewi Dyah Suhita
yang ketiga Prajna Paramita Dewi
Gayatri penutupnya.
Dua putri sudah bersuami
yang pertama Rahaden Wijaya
masih satu keturunan
putra Lembu Tal masyhur
cucu Narasinga terpuji
saudara ayah Baginda
yang kedua bertemu
dengan Raden Ardaraja
putra Raja Daha atau pun Kediri
bernama Jayakatwang.
Terkisahkan Sri Maha Narpati
Sang Baginda empunya andalan
pejabat sangat terpakai
diasih dan dijunjung
dilebihkan dari yang lain
melebihi keluarga
berkuasa penuh
kaki-tangan Sang Baginda
Banyak Wide namanya tak asing lagi
s'lalu di samping Raja.
Tapi sayang meski dikasihi
napsu buruk tan dapat dicegah
seperti banyak Wide
punya tekad tak patut
orang sayang dipulang benci
kasih dibalas khianat
brani melawan ratu
maksud merusak negara
bersepakat dengan Sang Raja Kediri
Sang Raja Jayakatwang.
--
Raja Daha ataupun Kediri
dengan Raja Tumapel nagara
hubungannya jalan besan
dan juga sudah takluk
kep'ada Sang Kartanegara Aji
sayang berhatijahat
Wide kena bujuk
tapi segra ketahuan,
Sang Baginda sudah tidak ragu lagi,
adanya niat jahat.
Meski maksud Banyak Wide sidik
tidak jadi perkara utama
hanya dipindah jabatan
sebagai ganti hukum
di Sumenep menjadi wakil
membawah pulau Madura
mewakili ratu
gelar Arya Wiraraja
tentang Jayakatwang tiada peduli
meski tahu Baginda.
Walau jauh negeri Kediri
Banyak Wide Arya Wiraraja
tekadnya tiada luntur
tak putus sambung-tutur
dengan Raja negeri Kediri
rundingan terus jalan
Tumapel dimusuh
Singosari 'kan diserang
macam-macam siasat dipelajari
agar maksud laksana
Maharaja terkisah kembali
Baginda Ratu Sang Kartanagara
kehendakriya tak terkekang
tidak dapat dibendung
tidak mau diajak berunding
berganti sikap-tindak
bila ada usui
--
yang memberi peringatan
bukan senang dan lalu panjang dipikir
malah menjadi murka.
Waktu ada pengetua terpilih
tempat Baginda dahulu bertanya
belum berubah adatnya
Patih sering dijunjung
bijaksana mengolah negeri
gagah di medan perang
pemimpin bertempur
banyak ilmu pengalaman
yang bernama Raganata yang terpuji
tiada bandingannya.
Tapi kini Sang Aria Patih
hampir segala apa pendapatnya
tidak diacuhkan lagi
meski akan beruntung
bila saja mau berpikir
sungguh menimbulkan heran
murka tak menentu
malahan pada akhirnya
Raden Patih oleh Raja tak digubris
diturunkan pangkatnya.
Tidak boleh membawahi abdi
dijadikan kepala perdata
martabatnya direndahkan
diperintah disuruh
tidak ikut mengemudi negeri
tak diajak musyawarah
tidak campur gaul
pendapatnya tak dianggap
sebenarnya hai ini menanam benih
racun bagi negara.
Lebih-lebih Sang Raja memilih
bakal ganti Patih Raganata
Baginda tidak telaten
tak menyelidik dahulu
BABAD MAJAPAHIT -
--
sikap-laku secara tertib
serta keahliannya
agar baik mulus
yang diangkat tak sepadan
Aragani Kebo Tengah Sang Apanji
orang yang buruk tingkah.
Karenanya Raja Singosari
dan separuh para penggawanya
tak merasa tentram hati
membelangkangi Ratu
jadi kacau seisi negri
rakyat merasa bimbang
hati jadi bingung
pemerintah membiarkan
Patih Kebo yang tidak tahu disiplin
tiada berwibawa.
Terkisahkan negri Singosari
bersahabat dengan negri Tartar
wilayah negri Tiongkok
malah sejak semula
zaman raja-raja dahulu
erat berhubungan
tidak putus-putus
persahabatan memanjang
waktu itu di Tartar pimpinan negeri
Cubilay nama harumnya.
Tapi dua kerajaan ini
dalam batin tidak sama jalan
karena Raja Cubilay
'nganggap Tumapel takluk
kar'na begitu anggapan hati
merasa tidak puas
terima kiriman
ingin supaya rajanya
langsung datang menghadap berserah diri
layak bagai bawahan.
--
Kalau tidak wakilnya dikirim
dengan resmi sebagai utusan
lalu sang Raja Cubilay
'ngirim utusan langsung
yang membawa pesan Narpati
menuju tanah Jawa
menghadap sang Ratu
membawa pesan Rajanya
kehadapan sang Baginda Singosari
Prabu Kartanagara.
Tetapi sang Raja Singosari
tak merasa dibawah perintah
mengabdi Cubilay Katong
tidak merasa takluk
berkiriman sering terjadi
bingkisan dari Jawa
bukan tanda tunduk
sekadar persahabatan
karenanya kehendak Cubilay tadi
tiada diterima.
Raja Tartar tak hendak mengerti
kehendaknya tak dapat dicegah
lalu mengirimkan lagi
seorang yang diutus
masih belum bersenang hati
dan beberapa utusan
akhirnya Sri Ratu
sang Raja Kartanagara
disebabkan utusan berulang kali
sangat murka jadinya.
Utusannya yang bernama Meng Ki
waktu datang ditangkap dan dicap
kulit jidatnya menonjol
lalu disuruh undur
ke negerinya pulang kembali
ketika ia datang
menghadap sang Ratu
--
laporan hal peristiwa
murka raja tidak tertahankan lagi
melihat cap di jidat.
Sabda Raja biadab sekali
Raja Jawa sungguh kurang ajar
berani bersikap sombong
negerimu pasti hancur
dihancurkan tentara kami
tidak akan selamat
tak 'kan dapat ampun
segalanya 'kan binasa
tunggu saja pembalasan dari kami
bagi sikap tak hormat.
Raja Tartar mempersiap diri
mengumpulkan tentara perkasa
untuk menggempur Tumapel
membalas dendam Ratu,
tapi laskar tan sempat pergi
terhalang ilangan
keiusuhan timbul
di negerinya huru-hara
ditangguhkan pada saat lain lagi
setelah rusuh padam.
Tunda Tartar, cerita kembah
terkisahkan Sang Kartanagara
yang sedang bersiap-siap
mengurus tata-laku
mengumpulkan para perjurit
lengkap dengan senjata
sudah siap tempur
berniat akan menyerang
ke Sumatra akan menaklukkan negeri
memperluas jajahan.
Telah cukup barisan perjurit
siap dengan serba perlengkapan
tinggal menanti komando
bunyi-bunyian riuh
--
mengiringi langkah peijurit
hingga ke pelabuhan
sambil nunggu waktu
tiba saatnya berangkat
riuh-rendah suara tidak terpen
sorak gegap-gempita
Tunda dulu yang melangkah pergi
terkisahkan Arya Wiraraja
yang mencari kesempatan
menunggu waktu mulus
menantikan saat yang pasti
untuk merebut negara
Tumapel digempur
ia tahu benar-benar
tentaranya Singosari sedang pergi
tidak banyak yang tinggal.
Sedang Patih yang sudah terpilih
bijaksana disegani orang
Raganata dibebaskan
tak pernah ikut campur
mengurusi mengolah negeri
pikir Arya Wiraraja
kini sampai waktu
Raja hilang kuasanya
bagai Singa kehilangan kuku-taring
ular hilang bisanya.
Lalu ia mengirimkan tulis
kepada Sang Sri Maharaja Daha
Sang Jayakatwang tersohor
isi surat termaktub
bahwa kini saat yang baik
tepat pada waktunya
mulai bertempur
merebut kekuasaan
sudah pasti akan segera berhasil
tidak 'kan sia-sia
--
Pangkur
Juga perihal aturan
bagaimana cara-caranya Jurit
diperinci tak terluput
ringkasnya cukup lengkap
isi surat menguraikan yang perlu
utusan yang membawanya
tak perlu panjang ditulis.
Terkisah waktu datangnya
disampaikan kepada Raja Kediri
Sang Raja berkenan sungguh
membaca isi surat
wajah cerah dibarengi sering senyum
lama menanti masanya
sekarang datang sendiri.
Se'gra 'manggil Raden Patya
dengan Senapati , lalu berunding
selesai lalu mengutus
memanggil gulang-gulang
--
disuruhnya menyiarkan sabda Ratu
berhimpun para komandan
mengumpulkan perajurit.
Bertalu bunyi canangnya
berdengungan bergaung seluruh negeri
para ponggawa berkumpul
bala-tentara siap
Senapati yang merintah dan mengatur
tentara dibagi dua
yang banyak dan yang sedikit.
Berkata sang Senapati
Hai kepala barisan yang sedikit
dari utara menyerbu
lebih dulu menyerang
menggalakkan sambii memancing si musuh
agar supaya disangka
jumlah yang menyerang kecil.
Sudah pasti musuh kita
'kan mengejar kita ke arah utara
dan oleh karena itu
bagi barisan kuat
awas-awas jangan kelihatan musuh
sambil mendekati kota
bersembunyi hati-hati.
Juga kita harus awas
sikap laku musuh kita teliti
bila pergi ke utara
mengejar lawan kita
lekas-lekas kalian ke kota masuk
istana serta isinya
rebut sehingga berhasil.
Aragani dan Rijana
tangkap saja dan bunuh sampai mati
janganlah diberi ampun
jangan diberi maaf
nah itulah perintah harus diturut
--
inilah perintah raja
selesai segera pergi.
Balatentara siaga
telah siap dari Kediri pergi
ke Singasari bertempur
terpisah, terbagi dua
berduyunan banyaknya beribu-ribu
senang-senang bergembira
dasar darah perajurit.
Ba' Harimau kelaparan
lama sudah mereka tak maju jurit
tapi yang dari selatan
meskipun bergembira
tahan diri terpaksa tiada ribut
berjalan tak banyak ucap
mengendap berhati-hati.
Balik bagian utara
iya itu bahagian yang sedikit
suaranya bergemuruh
bernyanyi dan bersorak
telah tiba lalu cepat bikin ribut
ngobrak-ngabrik pedusunan
maju memasuki negeri.
Orang dusun bertebaran
berlarian ke dalam kota mengungsi
laporan pada Sang Ratu
saat itu Sang Raja
sedang pesta bersuka mengumbar napsu
Patihnya Ki Kebo Tengah
bersukaan dalam puri.
Ketika datang laporan
Sang Baginda diam tak ambii pusing
laporan tidak diacuh
setelah agak lama
datang orang mengusung orang yang tatu
yang menghadang kerusuhan
tanda bagai barang bukti.
--
Sang Raja baharu sadar
percaya akan benarnya laporan tadi
Baginda lalu mengutus
menantu keduanya
untuk tampil menghadang menyerang musuh
tentara mana yang ada
sisanya yang sedang pergi.
Sang mantu, Raden Wijaya
segera berangkat mengirimkan perjurit
memburu arah utara
sedang Den Ardaraja
diwajibkan di keraton harus nunggu
sambil menyiapkan laskar
bertugas menjaga puri.
Bagaimanakah sang Raja
dengan Patih Kebo Tengah Sang Panji
Patih kesayangan Ratu
sedang bersuka-suka
setelah selesai merintah dua sang mantu
seperti hilang akal
bersuka-suka kembali.
Putranda Raden Wijaya
dengan semua bala para perajurit
mengamuk mengusir musuh
tidak merasa cemas
tak dihirau meski lebih banyak musuh
bergiliran yang berperang
mundur maju saling ganti.
Dari Daha laskar banyak
Singosari tunduk oleh Senapati
gagah perkasa bertempur
puluhan lawan kalah
yang tertangkap olehnya di pihak musuh
tapi lama-lama payah
jumlah tentara sedikit.
BABAD MAJAPAHIT -
--
Tambah-tambah dari Daha
semuanya merasa besar hati
kawan banyaknya beratus
dari selatan mendekat
Den Wijaya tentaranya lekas mundur
akan meminta bantuan
yang sedang menjaga puri.
Tapi tidak terlaksana
sebab banyak tentara negri sendiri
yang dari selataamuncul
masuk ke dalam kota
tambah-tambah Ardaraja sudah takluk
bersama laskar ayahnda
Wijaya tinggal sendiri.
Sang Prabu Kartanagara
dengan Patih Kebo Tengah Apanji
setelah tertawan musuh
dan mabuk keduanya
kini tewas mereka telah terbunuh
keduanya telah mangkat
terkisah Wijaya kini.
Sendirian tak berteman
tentaranya hanya tinggal sedikit
tetapi karena ampuh
turunan kesatria
tak dihirau meski musuh lipat puluh
banteng ketaton layaknya
sikapnya tambah berani.
Berkat sikap beraninya
'lah berhasil 'bawa istri dari puri
yang lain tidak keburu
terpaksa lari m erat
disebabkan serentak didesak musuh
tak dapat lama bertahan
segra meninggalkan puri.
Pada saat tinggal tempat
--
tentaranya tinggal enam ratus lagi
yang lain mati dan tatu
dan takluk pada lawan
dan akhirnya dari jumlah enam ratus
tinggal sisa dua belas
selamat jadi pengiring.
Diantara pengiringnya
yang selamat dan tetap setia hati
berempat patut ditutur
putranya Wiraraja
Sora, Nambi, Rangga Lawe patuh tekun
Gajah Pagen yang keempat
yang lain tak ada lagi.
Yang perlu pula dicatat
yang bernama Ki Pedang dengan Dangdin
yang enam lagi tak tentu
dua nama di atas
sama-sama setia hati dan patuh
meskipun hidup sengsara
mengikuti putra-putri.
--
Magatru
Perang pecah tepatnya tahun seribu
dengan dua ratus lebih
lebihnya sembian puluh
tambah dua tahun lagi
Daha merebut keraton.
Terkisahkan Rahaden Wijaya manggung
bersama kedua putri
serta pengiring yang tangguh
tinggal dua belas lagi
dari kota telah lolos.
Ke utara mereka berangkat laju
susah-payah tak dipikir
khawatir terkejar musuh
yang selalu membuntuti
putra-putri yang diburu.
Yang dikejar naik gunung turun gunung
melewati lembah, bukit
--
menyeruak pohon rimbun
mencari tempatsembunyi
agar lepas dari musuh.
Untuk Raden yang biasa sudah baku
tapi bagi Nyai putri
yang tak pernah masuk rumpun
terpaksa silih berganti
diusung bergotong-royong.
Sampai pada tempat sepi serta samun
baik tempat bersembunyi
tak mudah dilihat musuh
mereka lama berhenti
istirahat sambil ngobrol.
Dan berunding mereka apa yang patut
putra Wira Adipati
mehgajak menyeberang laut
ke ayahanda mengungsi
mengharap dapat ditolong.
Pertolongan semoga lekas berwujud
pertama karena wakil
wakilnya Tumapel Ratu
pegawainya Sri Narpati
bijak serta cukup umur.
Tapi hati Wijaya belum setuju
ke Madura akan ngungsi,
kalau saja bisa nolong
kalau tidak malah rugi
pasti akan dapat malu.
Ingat lagi tiada yang 'kan dituju
untuk menitipkan diri
njenghindar kejaran musuh
mengharap selamat diri
jalan lain 'lah tertutup.
--
Hati bulat menuju ke sana dulu
terserah nasib di akhir
ini-itu belum tentu
dan ada penentram hati
putranya yang minta tolong.
Yang bermaksud akan mencari pelindung
Banyak Wide sudah pasti
masa tak akan dikabul
permohonan tak berhasil
mareka berangkat maju.
Sepanjang jalan makan bekal sambil lalu
buah-buahan dan umbi
dedaunan pucuk-pucuk
masuk dusun tak berani
khawatir bertemu musuh.
Bila malam mencari gua yang samun
tempat istirahat sepi
siangnya berjalan terus
lama-lama putra-putri
dan pengiring makin repot.
Makin lama perjalanan makin jauh
tambah perut tak berisi
dengan nasi tak bertemu
apa yang dapat dicari
patutlah banyak yang mogok.
Kebetulan liwat di sebuah dusun
semuanya bulat hati
akan memasuki kampung
karena tak tahan lagi
nekad meskipun ditodong.
Kampung itu bemama desa Kedadu
untung bagi yang prihatin
yang sedang dirundung bingung
dapat lindungan Yang Widi
Lurahnya sigap menolong.
--
Selanjutnya setelah kepala kampung
tahu Sang Putra dan Putri
ada dibawah Kedadu
'ngungsi dari Singosari
patutnya perlu ditolong.
Segeralah bertindak Kepala Kampung
dengan sejumlah pengiring
memburu yang sedang bingung
Raden Putra dengan Putri
dijemput lalu diboyong.
Disilahkan supaya masuk ke dusun
Putra-putri dan pengiring
dihormat dipunjung-punjung
dengan suka-senang hati
dengan ikhlas serta ridho.
Tapi tak lama tinggal mukim di Kedadu
khawatir diketahui
ketahuan oleh musuh
sehari-semalam pasti
lalu meneruskan lakon.
Waktu pergi tambah teman dari kampung
yang ikut jadi pengiring
sejumlah penduduk dusun
'ngantar ke tepi pesisir
memburu tempat perahu.
Terkisahkan Raden di dalam perahu
sudah dekat ke pesisir
Pulau Madura dituju
perahu se'gra menepi
mendarat orang yang lolos.
Mula-mula akan ke Sumenep langsung
keburu terhalang magrib
terpaksa waktu diundur
berhenti tengah tegalan
akan dilanjutkan besok.
--
Kiai Sora pengiring setia-patuh
membela 'kan yang diiring
berbaring di atas rumput,
jadi bantal putra-putri
agar nyaman yang leleson
Rangga Lawe, Gajah Pagen subuh-subuh
ke kota Sumenep pergi
menghadap sambil memohon
kepada Sang Wira wakil
yang lain di tegal 'nunggu.r.
Agak siang mereka datang berduyun
wakil Wira Adipati
istrinya turut mengikut
diiring para pengiring
mereka datang menjemput.
Tak terkira gembira Raden Ratnayu
dari juga para pengiring
diterima dengan haru
sängat gembiranya hati
ba' dapat durian roboh.
Mula-mula Wiraraja agak bingung
perang dengan Singosari
dia sendiri yang ngatur
sekarang jadi begini
mau menolong yang buron.
Merasa sayang terhadap putra yang turut
pada ikut bela-pati
pada Putri dan Sang Sunu
tiada tega di hati
meski pikir mundur maju.
--
Kinanti
Pribumi terima tamu
dengan ramah serta manis
suka-riang kedatangan
berkata terhadap putri
dan pada Raden Wiajaya
berdua suami-istri.
Bersama-sama menyahut
mengucap terima kasih
dari penerimaannya
terlukis gembira hati
sama-sama bersalaman
kemudian sama pergi.
Menuju arah Kadatun
diiring para pengiring
tamu di dalam kereta
disertai peribumi
bersama-sama gembira
muka cerah budi manis.
BABAD MAJAPAHIT -
--
Di tempat yang 'kan dituju
sajian hidangan rapi
Putra-putri mandi segra
berganti pakaian bersih
tiada ada yang kurang
penerimaan pribumi.
Para pengiring tak luput
dapat jatah masing-masing
sepatutnya secukupnya
dapat tempat byat mukim
begitu putra-putrinya
sungguh sama suka hati
Raden Putra dan Ratnayu
sangat diterima baik
dihormat dimuliakan
diperhatikan sekali
tempat tidur selengkapnya
kamar mewah peribumi.
Pribumi beserta tamu
sepasang suami-stri
sama duduk bercengkrama
tamu berkisah 'kan diri
macam-macam pengalaman
suka-duka peribadi.
Tribuana yang terharu
menangis terbawa sedih
air mata berlelehan
digembirakan sang Putri
oleh istri Wiraraja
jangan terus sedih hati.
Raden Wijaya Sang Sunu
tak beda dengan Sang Putri
hati sedih serta resah
hanya karena lelaki
--
kuat tahan bendungannya
tidak mudah turun-tangis.
Tapi mgskipun dijunjung
oleh Sang Wide Dipati
dihorfnat dimuliakan
hati Raden dengan Putri
tetap saja sedih resah
Raden Putra lebih-lebih.
Hingga bersumpah di kalbu
selama hidup di lahir
tak 'kan berhenti upaya
tidak akan tentram pikir
sebelum negri warisan
Singosari jadi milik.
Sudah beberapa minggu
Raden 'mapar isi hati
pada Arya Wiraraja
memaparkan yang terpikir
menyatakan kehendaknya
yaitu merebut negri.
Wiraraja pun menyahut
"Bila itu yang terpikir
pamanda sangat menunjang
tapi harus hati-hati
jangan ingin cepat dapat
akhiraya kelak mubazir".
"Anakda pun sudah maklum
dari hal perkara ini
tidak mudah terlaksana
dibelinya dengan pati
dicadangkan dengan nyawa
anaknda berserah diri.
Pada pamanda yang tahu
lebih paham dan mengerti
anakda mohon bantuan
agar maksud ini hasil
--
terlaksana yang diangan
dan anakda 'kan berjanji.
Bila hal ini terkabul
negara akan dibagi
diparuh dibagi dua
separuh nanda pribadi
separuh untuk pamanda
sebagai pembalas kasih.
Wiraraja pun menyahut
"Hal itu tak jadi pikir
terserah kehendak putra
asal laksana berhasil
itulah harapan paman
dan ada perkara lagi.
Bila putranda setuju
tidak pun tak jadi pikir
begini pendapat paman
putranda harus mengabdi
inilah langkah pertama
pada Raja Singosari.
Selama mengabdi Ratu
harus keija dengan yakin
dekati para penggawa
teliti mana yang baik
dan mana pula yang jahat
satu-persatu selidik.
Bila kelak sudah tentu
hasil tilikan teliti
teman tergenggam semua
Rahaden minta pribadi
tempat tinggal dipindahkan
ke hutan di wilayah Trik.
Hai perkara urus-urus
mengurus ke Sri Narpati
--
jangan menjadi pikiran
asal Rahaden setuju
itulah bagian paman
ditambah hai Iain-lain".
Raden Wijaya menyahut
"Tadi anakda pribadi
menyerahkan pada paman
tak 'kan menambah-nambahi"
"Terima, paman ucapkan"
kata Wiraraja manis.
Banyak Wide lalu ngutus
ke negara Singosari
kepada Sang Jayakatwang
maksudnya menyusun tulis
melaporkan Den Wijaya
menyerah akan mengabdi.
Isi surat rapi bagus
menarik hati Narpati
maklum Sang Wira pujangga
juru karang ahli tuhs
mahir menggubah bahasa
menggetarkan rasa hati.
Ditambah hati Sang Ratu
merasa berhutang budi
besarnya tidak terhingga
disertai hati yakin
'lah penuh kepercayaan
Wiraraja memang ahh
Akan Wijaya Sang Sunu
tidak curiga sedikit
yang ada hati gembira
punya abdi yang terpilih
suratnya langsung dibalas
pintanya disetujui.
Disambung ucapan syukur
--
karena sudah berhasil
menaklukkan Den Wijaya
Baginda bersyukur lagi
atas bantuan yang sudah
ditutup panggilan resmi.
Seterima surat Ratu
Sang Sunu serta pengiring
dengan istri tidak tinggal
serta pengawal sekali
pemberian Wiraraja
laskar Madura terpilih.
Memburu Kediri langsung
tidak dikisahkan lagi
singkatnya sudah menghamba
Raja sangat mengasihi
karena kebijaksanannya
terampil menata jurit.
Sangat berkenan Sang Ratu
maka sayang serta kasih
tak ngira orang menyamar
mendiding tekad yang ash
budi bahasa dan tingkah
dijaga berhati-hati.
Hati Sang Ratu terbujuk
rahasia teralingi
terlindung dari sangkaan
bila ketahuan pasti
kecuali niat gagal
terancam dibunuh mati.
Yang menghamba bilang tahun
siang-malam tak berhenti
meneliti sikap raja
kalau-kalau ada ciri
para penggawa tak lengah
diawasi diselidik.
--
Sudah yakin sikap Ratu
dan para penggawa abdi
tiada yang diragukan
sandiwara terus main
Rahaden mengirim surat
ke Madura dengan resmi.
Wiraraja yang dituju
berkisah lakon mengabdi
keadaan dan timbangan
Sang Arya sudah mengerti
lalu mengirim utusan
ke Sri Ratu Singosari.
Membawa surat tersusun
bahasa rekaan manis
memohon diberi tanah
tanah kosong di hutan Trik
singkatnya utusan tiba
surat dibaca Narpati.
Sedang-sedangnya Sang Ratu
lekat ke Raden kekasih
hutang budi para Arya
ditambah terpetik hati
tergoyang daya-bahasa
rekaan Arya Dipati.
Tanah kadar hutan gamblung
tiada harga yang pasti
maklum hutan belantara
ada orang mengingini
Sang Raja sangat gembira
tambah pengluasan negri.
Karena pikiran itu
tak terpikir hai yang lain
permintaan dikabulkan
malah terpikirkan lagi
ingin memberi ganjaran
pada Wijaya kekasih.
--
Lalu hutan gamblung itu
dibuka dan disiangi
dibuat dibangun desa
dijadikan dusun pinggir
jadi tempat pemukiman
Den Wijaya dan pengiring.
Yang membuka dan menggempur
khusus pengiring pribadi
dibawa dari Madura
pemberian Walinegri
dapat pula pertolongan
dari penduduk yang asli.
Terkisah suatu waktu
saat membuka hutan Trik
Sang Surya memancar panas
diantara abdi-abdi
ada yang 'nemukan buah
nama buah belum yakin.
Bekerja keras begitu
dibarengi panas terik
terasa haus dan lapar
buah segera dipetik
yang hanya satu-satunya
dikupas dan dicicipi.
Yang seorang tidak terus
karena rasanya pahit
yang lain lalu mencoba
ingin pula mencicipi
tapi tiada yang tahan
tak kuat karena pahit.
Akhirnya datang merubung
kar'na baru ditemui
buah maupun rasanya
orang ingin tahu pasti
oleh Rahaden Wijaya
rubungan diketahui.
--
Dipanggil rombongan 'rubung'
berduyun beriring-iring
mereka sama menghadap
beserta buah ajaib
Rahaden yang memeriksa
yang menghadap ditanyai.
Buah diterima langsung
dilihat dengan tehti
Raden pun tak tahu nama
pohonnya pun tampak asing
hanya satu pohon besar
tengah hutan bakal negri.
Bersabda Rahaden Sunu
"He, panggawa para abdi
mustahil kalian alpa
tidak seorangpun yakin
nama buah ini apa"
tidak ada yang berani.
Mereka tampaknya bingung
kemudian datang lagi
yang jauh tempat kerjanya
saling tanya masing-masing
akhirnya ada seorang
tersenyum gembira hati.
Usia setengah umur
ternyata mengetahui
telah banyak pengalaman
nama buah tahu pasti
lalu menghadap Den Putra
berkata bersembah takdim.
"Semoga Rahaden maklum
bila tak mengetahui
nama buah itu 'maja' "
Rahaden bersuka hati
"terima kasih sabdanya
kini 'Iah terbuka hati"
--
Ñama buah memang betul
malah ada yang menyaksi
ñama itu dibenarkan
yang tadinya lupa lagi
berpikir Raden Wijaya
karena tertarik hati.
Patut untuk ñama dusun
ñama buah kayu tadi
hanya satu kayu besar
buahnya rasanya pahit
disusun supaya lancar
disambungkan 'majapahit'.
Rahaden sambil tersenyum
"Eh, semua para abdi
beserta para ponggawa
coba catat dalam hati
kampung kita beri ñama
kita sebut "Majapahit".
Disebut seperti itu
kayu yang kita temui
disebutnya pohon maja
buahnya rasanya pahit
kita telah merasakan
semua menjadi saksi.
Sorak ramai bergemuruh
sambutan bertubi-tubi
tanda semua gembira
mulai bekeija lagi
masing-masing kerjaannya
diatur dibagi-bagi.
Tak perlu panjang ditutur
pekeijaan abdi-abdi
banyak tangan yang memegang
tidak ada yang berani
bermain bermalas-malas
tidak punya tanda bukti.
--
Setelah siap membangun
Den Wijaya peribadi
lengkap serta pengiringnya
tiada yang tinggal lagi
pindah serentak bersama
kini dusun 'lah berisi.
Tak lama kampung tersebut
yang asalnya hutan sunyi
cepat ramai berkembangnya
padat penuh dengan isi
bagai ada pekasihnya
datang dari tempat lain.
Sudah tampak berpengaruh
ciri akan jadi negri
tanda bakal kota besar
pusat pemerintah negri
negara yang kaya raya
cepat memberinya bukti.
Majapahit makin maju
kian lama tambah hari
penduduk merasa puas
terkuak rasa prihatin
lepas sudah kesukaran
yang menjadi beban hati.
Kecemasan telah undur
kesedihan sudah lari
telah dekat pengharapan
rasanya sampailah kini
pengorbanan jiwa-raga
untuk ketentraman hati.
--
Pangkur
Wijaya bulat hatinya
tiba saat untuk segera mulai
mulai nentukan maksud
tabij- telah terbuKa
untuk cepat ke negeri Sumenep langsung
segera mengirim surat
isi seperti tertulis.
Minta pendapat Sang Arya
saat tiba kini menantang jurit
untuk merebut kedatun
tinggal melaksanakan
tak mustahil Tumapel mudah direbut
tapi hai ini terserah
pendapat Sang Adipati.
Jawab dari Wiraraja
"Syukur bila Sang Putra telah yakin
dalam perang bisa unggul
tapi ada pendapat
--
paman harap Putranda akan setuju
tapi paman tak memaksa
terserah Putra pribadi.
Bukan berupa penghalang
akan maksud Sang Putra yang sudah pasti
hanya merupakan usui
menambah keteguhan
juga agar mudah menghalaukan musuh
tercapainya kemenangan
dengan peijurit sedikit.
Perang dengan utuh baia
dan caranya paman kira tidak muskil
paman 'kan lekas mengutus
kepada Raja Tartar
minta agar supaya dia setuju
bertempur bersama-sama
memerangi Singosari.
Pasti dia 'kan sepakat
sebab dia menaruh dendam hati
kepada ayahda marhum
Perbu Kartanagara
utusannya jidatnya dicap dahulu
dan tidak akan terduga
perihal peristiwa ini.
Bahwa sudah ganti raja
sebab ini pasti tidak 'kan menarik
dia tidak akan mau
kecuali itu pula
kita bujuk iming-iming putii ayu
putrì penghuni istana
katakan sebagai bukti.
Wiraraja ahli reka
tahu ngatur maksud yang serba rapi
agar tiada yang tahu
dianggap sewajarnya
tak disangka bahwa semuanya tipu
--
tertutup bahasa indah
terdindingi akal-budi.
Cubilay Sang Raja Tartar
sangat puas dan gembira dalam hati
memang sudah ada maksud
sekarang ada jalan
terkabul maksud dan pula ada yang bantu
yang tahu seluk-beluknya
keperluan perang jurit.
Tak lama Sang Maharaja
memerintahkan siap-siaga jurit
pahlawan disuruh kumpul
para kepala perang
perlu untuk bersama-sama berembug
Panglima balatentara
yang bernama (- : I (J Hai Mi schih.
Ike Mese sebutannya
yang dibantu oleh dua Senapati
yang pertama Sih Pi tangguh
Kow Sing yang keduanya
telah siap segala apa yang perlu
makanan serta senjata
menunggu perintah resmi.
Waktu itu kebetulan
hampir habis akhir tahun Masehi
seribu dan dua ratus
sembilan puluh dua
tentara Tartar ke Jawa akan bertempur
menyerang Kartanagara
padahal tipuan licin.
Tepat saat 'kan berangkat
waktu semua peijurit akan pergi
diperintah oleh Ratu
demi kendaraannya
bukan pula kapal yang kuat dan kukuh
seperti kapal sekarang
kapal jung zaman bahari.
--
Balatentara di kapal
setelah sauh diangkat layar ditarik
kapalnya meluncur laju
disulut meriamnya
sorak-sorai gemuruh di atas laut
disambut gema di darai
ramai, riuh bukan main.
Kapal serentak melançar
kebetulan angin tertiup baik
layarnya berkembané mulus
kapal-kapal ke tengah
seliweran seperti saling memburu
bagai angsa di telaga
tampaknya dari pesisir.
Setelah kapal menghilang
yang di darat lalu pulang masing-masing
terkisah yang sedang laju
menuju ke selatan
sepanjang jalan bergembira tengah laut
tak khawatir, tidak cemas
itulah watak perjurit.
Berlayar tak berjauhan
tidak boleh sendiri masing-masing
khawatir bertemu musuh
atau perahu bajak
perompak lanua tukang samun tengah laut
atau berlayar kesasar
jadi harus hati-hati.
Yang dituju mula-mula
Karimata namanya pulau kecil
lalu ke pulau Belitung
maka singgah di sana
perlu untuk membuat tambahan perahu
untuk masuk pulau Jawa
harusnya perahu kecil.
--
Cukup dengan bahan-bahan
cepat-cepat mereka berangkat lagi
'tak ke pulau Jawa langsung
mereka singgah sebentar
nama pulau Karimun Jawa diburu
untuk mengatur siasat
caranya muslihat jurit.
Beres 'ngatur tata-perang
masing-masing perjurit telah mengerti
dua rombongan dibentuk
sebagian tentara
menuju Tuban di sana harus berlabuh
membantu yang sedang nyerang
siap sepanjang pesisir.
Rombongan yang lebih banyak
liwat laut, Surabaya didatangi
singgah dulu di Sedayu
bertiga jadi litusan
Majapahit yang akan langsung dituju
menjemput bala-bantuan
teman bersama bertempur.
Gembira Raden Wijaya
kedatangan utusan Tartar negri
lalu berunding berembug
jalannya maju perang
diperinci apa-apa yang perlu
untuk perajurit Tartar
agar cepat dapat hasil.
Perjanjian disampaikan
bila kelak Majapahit unggul jurit
kepada Tartar bersumpah
tanda 'bawah perintah
akan mengirim upetinya tiap tahun
bila sudah jadi raja
memerintah Singasari.
--
Mengirim pula utusan
kehadapan Jayakatwang Narpati
menerangkan telah putps
hubungan pengabdian
sekaligus menantang untuk bertempur
membalas sedih mertua
meluruskan milik waris.
Terkisah Sang Jayakatwang
setelah mendengar maksudnya yang tertulis
berangnya tidak terbendung
wajahnya merah padam
berhamburan kata kasar dari mulut
"Si Wijaya kurang ajar,
betul-betul anak iblis".
'Tak punya budi-susila
kasih sayang dibalas hati dengki
congkak sombong serta angkuh
he Patih Senapatya
sediakan balatentara yang cukup
lekas tangkap si Wijaya
serang gempur Majapahit.
Den Patih menyembah hidmat
"Hamba siap mengemban perintah gusti
juga hamba punya maksud
tadi ada berita
mata-mata bertugas di tepi laut
datangnya tentara Cina
lengkap dengan alat jurit.
Mungkin itulah sebabnya
maka dia, Wijaya jadi berani
menganggap Paduka musuh
memihak pada Cina
kalau tidak mustahil menantang Ratu
Sang Raja bertambah murka
bernafsu menyabda lagi.
"Anak Setan si Wijaya
--
rasakanlah apa yang kubuat nanti
ayuh Patih jangan bingung
persiap-siagakan
penjagaan pelabuhan hingga kukuh
Patih berpamit menyembah
mengumpulkan perajurit.
Dari Tumapel dan Daha
Kepalanya yang menghimpun peijurit
pemimpin pasukan ampuh
sebentar telah siap
berduyunan tentara puluhan ribu
dibuat tiga bagian
yang pertama terperinci.
Kepalanya Arya Patya
di Surabaya menjaga tugas wajib
kalau ada musuh masuk
sebabnya pelabuhan
untuk masuk ke kota ibarat pintu
harus kuat penjagaan
maka ditugaskan Patih.
Pasukan tentara dua
rombongan ini yang menuju Majapahit
Pasukan tiga disebut
tugas yang diwajibkan
diberatkan harus menjaga kadatun
mendampingi Sri Nalendra
yang masih tinggal di puri.
Tumapel ba' kebanjiran
ribut, sibuk seisi Singasari
orang-orang hiruk-pikuk
sebab tak tahu mulanya
tiba-tiba canang serentak ditabuh
lasykar-lasykar dikumpulkan
seluruh menjadi panik.
--
Durma
Terkisahkan sebagian lasykar Tartar
perajurit Jaladri
serta lasykar darat
berkumpul di Pacekan
dekat Surabaya pasti
sebab maksudnya
mula serangan di sini.
Sehabisnya mengatur rencana perang
mengepung lasykar Kediri
balatentaranya
tiba dari dua tempat
dari darat dari air
tak sembarangan
menurut ilmu jurit.
Lasykar Jawa siaga senjata lengkap
alat perkakas jurit
perahu dan kapal
ratusan jumlahnya
--
yang besar serta yang kecil
diisi lasykar
siap, sigáp, berani.
Makin dekat lasykar-lasykar orang Tartar
dari darat dan air
ketika terlihat
oleh perjurit Jawa
tak ayal menantang jurit
lalu diteijang
tidak berdiam diri.
Cepat melawan membalas gerak musuhnya
gegap suara peijurit
riuhnya yang sorak
bergetar Surabaya
musuh lawan sama brani
tidak hentinya
yang nyerang saling ganti.
Meriamnya terdengar bergemuruhan
peluru nyembur ba' mimis
kapal yang terkena
banyak jadi binasa
perahunya lebih lagi
dengan isinya
karam sama sekali.
Ramai sorak bergema-se-Surabaya
diiring bunga bedil
serta meriamnya
dengan bunyi-bunyian
melekaskan maju jurit
gelap di medan
tertutup asap bedil.
Bersinaran cahaya api kaya kilat
dari kecubung bedil
dari mulut meriam
berlomba musuh-lawan
--
tiada yang tak berani
saling dekatan
makin ramai yang jurit.
Beratus-ratus lasykar tewas bertebaran
mayat bertumpang-tindih
di laut di darat
pada rusak tubuhnya
berlumuran darah mati
kepala pecah
tidak terbilang lagi.
Belum terhitung yang hilang anggota badan
kehilangan tangan kaki
yang matanya pecah
yang mukanya terkupas
menyayat mengiris hati
darah bersemburan
air-laut merah-amis.
Lasykar Tartar perangnya habis-habisan
terus maju berani
lasykar Jawa mapan
tapi setelah lama
meski mereka berani
tiada tahan
lawan datang bertubi.
Mulailah lasykar Jawa tak semangat
merasa musuh lebih
tiada harapan
dari muka belakang
mereka diobrak-abrik
tak kesempatan
Raden Patih merintih.
Ada rasa melawan tidak 'kan kuat
lalu kabur Ki Patih
tak menghiraukan lasykar
barisan tambah rusak
tiada ada yang mimpin
--
lasykar yang tinggal
akhirnya juga lari.
Lasykar Tartar gembira tidak terhingga
Surabaya teijepit
dapat rampasan pula
perahu kapal barang
dan senjata tak sedikit
tinggal membawa
serangan 'lah berhasil.
Telah usai membereskan Surabaya
lalu berangkat lagi
kini memburu Daha
'nangkap Kartanagara
mereka tak tahu lagi
bahwa Sang Raja
dulu sudah lastari '
Sudah mangkat digantikan Jayakatwang
tertipu akal licin
akal Wiraraja
di tengah peijalanan
utusan bertemu lagi
bertiga banyaknya
datang dari Majapahit.
Mengabarkan Wijaya Sang mantu Raja
akan berserah diri
takluk jadi bawahan
malah niat sekarang
akan menghadap sekali
tapi terhalang
karena perang-jurit.
Bantu perang melawan Sang Raja Daha
tapi mengutus Patih
bersama pengiringnya
'nyampaikan peijanjian
beijanji bayar upeti
dan kesanggupan
jadi penunjuk jalan-jurit.
--
Makin gembira hatinya tentara Tartar
lalu mereka pergi
tak lama antaranya
ada lagi utusan
datang dari Majapahit
Raden Wijaya
minta ditolong lagi.
Disebabkan saat itu tentaranya
merasa kecil hati
kalah oleh Daha
sebab pengkhianatan
lasykar Tartar siap pergi
cepat berangkat
mampir ke Majapahit.
Setibanya di Daha bertempur hebat
beruntung Majapahit
mendapat bantuan
Kediri sebaliknya
rusak Daha-Singasari
terpaksa nyerah
yang unggul Majapahit.
Telah beres semuanya bersedia
sebab akan perang lagi
menyerang pedalaman
menangkap Baginda Raja
perajurit Majapahit
dan laskar Tartar
menjadi satu lagi.
Laskar itu dibagi tiga bagian
untuk mengepung puri
terkisah di Daha
kumpul semua laskar
Daha dengan Singasari
siap-siaga
awas dan hati-hati.
Telah dekat pimpinan laskar campuran
--
orang Daha siap diri
musuh serta lawan
ramai 'ngadu senjata
masing-masing sama berani
campur serentak
tiada takut mati.
Saling tusuk, saling bacok, saling tombak
sepak tampar silih ganti
Pasukan Jayakatwang
terus mendesak laskar
peijurit berketi-keti
maju serempak
'ba ombak di pesisir.
Ramai sorak gemuruh seluruh Daha
ditambah bunyi bedil
dan bunyi-bunyian
berkumandang bunyi canang
menggiatkan maju jurit
bunyi senapan
bersahut tak berhenti.
Meriamnya bergemuruh berdentuman
peluru kaya mimis
pohon-pohonan rebah
peijurit gelimpangan
mayatnya bertumpang tindih
berserak-serak
yang nyerang makin brani.
Musuh lawan yang tewas tidak terbilang
yang hidup makin brani
nyerang habis-habisan
Banteng ngamuk layaknya
darah menyembur memercik
pedang berdentangan
tak ingat akan mati.
Serentak maju antara musuh dan lawan
peijurit Majapahit
--
kena banjir besar
terlempar berantakan
banyak yang mundur menepi
bubar terkuak
didesak dibuntuti.
Pasukan muka laskar Majapahit pecah
darah bercecer lagi
di bekas kaki laskar
yang kabur berlarian
Senapati Majapahit
dan laskar Cina
terampil dan cekatan.
Mereka sigap bersama maju serentak
sambil bersorak lagi
kembali saling terjang
sama-sama kuatnya
membuta tak kenal ngeri
may at berserakan
seperti babatan pacing
Peristiwa di sebelah timur medan
tepat di pinggir kali
kerusuhan memuncak
air berpindah warna
merah darah menghiasi
mayat berhanyutan
terapung-apung milir.
Meski kuat laskar cukup beraninya
tapi tak sangsi lagi
sebab terkepung sudah
tak sempat narik napas
oleh Sang Raja terpikir
pasti akhirnya
tidak tertahan lagi.
Sebab laskar Majapahit dengan Tartar
tiga pasukan tadi
yang terus mendesak
--
Daha tak dapat papan
akhirnyapun kucar-kacir
tentara rusak
banyak yang telah mati.
Yang masih hidup kabur meninggalkan medan
lari ke tempat sunyi
tak menghiraukan jurang
batu, cadas diterpa
mencari tempat sembunyi
di lembah-lembah
tempat jauh terasing.
Tinggal bingung Sang Perabu Jayakatwang
lalu masuk kepuri
sebab laskar rusak
dan keluarga bangsawan
banyak yang terbunuh mati
tiada harapan
akan selamat diri.
Tiba-tiba berdatangan laskar Tartar
masuk'ke dalam puri
pedalaman perkasa
tapi kurang penjaga
maka sangat suka hati
Pemimpin Tartar
yang bernama Sih Pi.
Terpaksalah Sang Jayakatwang menyerah
tak dapat mungkir lagi
sudah tak berdaya
pasrah jadi tawanan
dirampas seisi puri
tapi para putrinya
sudah tiada lagi.
Sebab telah lebih dahulu dirampas
oleh Den Wijaya gesit
para putii dibawa
diboyong semuanya
--
dibawa ke Majapahit
Shih Pi tak ngira
pengambilannya rapi.
Malah ada seorang putra Sang Raja
yangjadi Senapati
waktu perang dahsyat
lari dari kalangan
sebabnya sudah terpikir
tak mungkin menang
pasti 'kan kalah jurit.
Tapi sayang maksudnya tak kesampaian
sebab terus diikuti
oleh Den Wijaya
tapi tak terus terang
kepada Tartar negeri
sesudah tertawan
pulang ke Majapahit.
--
Pangkur
Terkisahkan laskar Tartar
'Iah berhasil merebut kraton Kediri
malam-malam juga terus
ke Majapahit datang
'kan menagih perjanjian yang dahulu
janjinya Raden Wijaya
membaktikan para putii.
Bila sudah menang perang
malah akan mempersembahkan upeti
tata-cara negri tunduk
waktu dengar berita
bahwa utusan dan laskar Tartar menyusul
Den Wijaya kebingungan
akalnj/a belum terpikir.
Karena bimbang hatinya
lalu berunding dengan pengisi puri
upaya apa yang bagus
mencarikan siasat
--
yang dibawa berunding belum menyahut
hanya seorang Ki Sora
punya pendapat pribadi.
"Mohon Gusti tidak bimbang
laskar Tartar tanggungan hamba pribadi
bila nyata akan maju
hamba menghadapinya
Wiraraja saat itu pun nyeletuk,
"Benar paman juga siap
jangan terlalu dipikir".
Tak lama utusan datang
dan berkata akan menagih janji
menjemput para putrì ayu
Wiraraja menjawab
"He, utusan dimohon jangan terburu
marilah kita bersama
musyawarah dengan tertib.
Agar keija tidak mubah
jangan kita bertindak kurang teliti
kelak hasilnya tak bagus
para putrì sekarang
masih dalam keadaan serba bingung
sebab suasana perang
membuat tak tentram hati.
Keributan waktu perang
menimbulkan cemas hati para putrì
membuat mereka gugup
demikian putrì Jawa
bila anda ingin bawa putrì ayu
tiada ada celanya
tapi permohonan kami.
Kepada anda kalian
yang menjemput dan mendampingi putrì
di darat juga di laut
jangan 'bawa senjata
baik tinggal agar putrì tidak rusuh
--
dan juga yang menjemputnya
tak perlu bawa pengiring.
Hendaknya pangkat atasan
itulah dua hai permintaan kami
harapan usui diturut
kalau tidak sepakat
bila ada pristiwa kami tak nanggung
kami akan lepas tangan
para putrì tegang-pati
Akan mengurbankan nyawa
tidak segan mereka memilih mati
membuang diri ke laut
atau pun lain jalan
bunuh diri ataupun memutus umur
di sini sudah biasa
kebiasaan mandiri.
Jawab yang jadi utusan
disebabkan pandainya orang berperi
tidak merasa ditipu
seperti wajar saja
kar'na bijaknya mengatur tata bertutur
memulas ucap dan sikap
penangkal curiga hati.
"Benar nian sabda Anda,
terima kasih diberi tahu hai ini
kamipun tidak bermaksud
melanggar ketentuan
yang diharap sama senang lulus-mulus
jangan menyesal akhirnya
kini kami mohon diri.
Bermaksud pulang ke markas
pasti besok akan menghadap lagi
menurut janji dahulu
melaksanakan tugas"
kemudian utusan segera undur
yang ditinggal bergembira
maksud siasatnya hasil.
--
Terkisah pagi harinya
pesuruh masuk Sora sudah megang keris
pintu keraton ditutup
tidak boleh dibuka
Kiai Sora mengintip di pintu-masuk
tempat liwatnya utusan
yang akan memboyong putrì.
Rangga Lawe pun tak diam
menyiapkan 'ngatur para peijurit
ke luar kota memburu
menghadang orang Tartar
diam-diam ke luar kota menyusul
malah Rahaden Wijaya
membawa lagi perjurit.
Semua balatentara
sembunyi-sembunyi pergi ke Kediri
maksudnya akan menyerbu
orang Tartar di Daha
akhir-tindak tentara Tartar dikepung
mereka tidak menduga
sedang diancam peijurit.
Terkisah pula utusan
Semuanya petingan pegawai tinggi
tak mungkir janji serambut
tidak 'bawa senjata
masing-masing tanpa senjata tertentu
sedang santai enak-enak
berjalan menuju puri.
Tak curiga, tak disangka
tiba-tiba Sora menghunus keris
mengejar utusan langsung
tak khabar, tak cerita
Ki Utusan hanya bengong serta bingung
tak dapat cepat bertindak
tangan hampa tak berisi.
Sora layak banteng lapar
--
Ki Utusan harus menerima nasib
tiada diberi ampun
berlarian dikejar
memang mudah 'ba ikan di dalam bubu
ditusuknya bergantian
musuh tak dapat berkutik.
Utusan habis ditebas
dari tubuh darah terus mengalir
akhirnya semua rubuh
Sora tak timbang rasa
nyawa orang diberesi satu-satu
semua tidak yang tinggal
Ki Sora tertawa sinis.
Juga hai di luar kota
teperdaya mereka tak hati-hati
orang Tartar rusuh-ribut
tidak dapat melawan
karenanya lari menuju ke Canggu
tapi perajurit Jawa
tidak membiarkan lari.
Rangga Lawe dan laskarnya
terus saja mengejar Tartar yang lari
sampai mereka tersusul
lalu berperang hebat
meski kuat orang Tartar ahli tempur
tapi sedikit jumlahnya
tak dapat bertahan diri.
Yang perang habis-habisan
gembira sangat perajurit Majapahit
musuh tak diberi ampun
semua dibinasa
dihabiskan laskar Tartar sampai hancur
medan penuh dengan mayat
bertumpuk bertumpang tindih.
Tanah Canggu ganti warna
jadi merah dan terhambur bau amis
--
peijurit yang masih hidup
serta tidak terluka
tapi badan tertutup penuh seluruh
terkena percikan darah
dari tombak, pedang, keris.
Setelah sampai maksudnya
lalu pulang sambil menunggu lagi
khabar yang ke Daha dulu
sambil bersiap-siap
kalau-kalau datang perintah membantu
laskar bantu tersedia
jadi tidak sukar lagi.
Terkisah laskar Wijaya
cepat-cepat pergi dari Majapahit
memburu Kediri langsung
menggempur orang Cina
yang diserang terkejut ribut dan bingung
tak m engira datang lawan
tak sangka sama sekali.
Tentang musuh laskar Daha
'Iah berhimpun menjadi satu kembali
sepakat menyerang Ratu
serta dengan rajanya
'Iah bertemu berunding cara merebut
itu jalan keluarnya
tiada jalan yang lain.
Akan menang perang juga
Jayakatwang dan putranya mustahil
sucjah tak diberi ampun
lalu dibunuh bersama
seïelah itu merekapun lalu kabur
membawa barang rampasan
ke pelabuhan mengungsi.
Tapi selalu dikejar
oleh laskar perajurit Majapahit
Wijaya memimpin langsung
--
sepanjang peijalanan
terus saja dikejar dan dikerubut
laskar Tartar rusak berat
Senapati Sih Pi sedih.
Terpaksa melawan sabar
menyerang langsung yang mengejar tak berani
karena tidak 'kan sanggup
bertahan berhadapan
yang akhirnya tak urung tiba di Canggu
basis pasukan lautan
tapi sudah kucar-kacir.
Barisannya juga rusak
yang masih tinggal hanya sedikit lagi
dan waktu datang yang nyusul
sempat bertempur lagi
tapi laskar Tartarpun, mereka maklum
melawan tidak berguna
tentaranya pasti habis.
Itulah sebab-sebabnya
sambil mundur melawan hati-hati
berangsur naik perahu
sambil mendayung ke tengah
meski terus dikejar diburu musuh
dihujani dengan panah
díbandring serta dibedil.
Banyak kapal berpecahan
orangnya ribut tenggelam masuk air
juga yang dalam perahu
banyak yang mati karam
seisinya: nyebur, hanyut tanpa ampun
belum lagi yang tertangkap
hukum mati sudah pasti.
Lama-lama makin tengah
perahunya, kapalnya beserta rakit
tak sampai peluru musuh
perang tak dilanjutkan
--
sebab pasti pasukan Tartar 'kan hancur
tertutuplah kisah perang
yang tinggal bersedih hati.
Lebih terasa kasihan
waktu datang mereka di Tartar negri
Raja murka tak terbendung
sebab perangnya kalah
akibatnya semua yang pulang tempur
tiada mendapat maaf
semua dihukum mati.
Selamat hanya seorang
ia itu Ki Senapati Kow Sing
karena keburu kabur
terkisah laskar Jawa
bergembira pulang perang serta unggul
terlebih Raden Wijaya
terlaksana maksud hati.
--
Dandanggula
Selesai sudah kisah perang-tanding
Raja Daha bersama putranya
berpulang ke rahmatullah
Raden Wijaya maklum
yang bahgia menangkan jurit
yang ingin jadi Raja
sekarang terkabul
tinggal tunggu pengesahan
tiada yang akan menghalangi lagi
menentang kehendaknya.
Waktu datang saatnya yang baik
Den Wijaya lalu dinobatkan
peresmian 'lah selesai
menjadi Ratu masyhur
Ratu Agung di Majapahit
Raja sebagian Jawa
ya'ni Jawa Timur
benda-benda upacara
didatangkan dari Daha - Singasari
di ibukota negara.
--
Majapahit negri barn, wangi
kelak terkenal ke mancanegara
'ba bintang di malam gelap
yang mulanya dahulu
hutan-rimba yang sunyi sepi
sekarang 'lah berkembang
bukan dusun-rimbu
pemukiman asal hutan
yang berjasa Raden Wijaya sendiri
maka diangkat Raja.
Setelah jadi Raja Majapahit
pada saat, waktu dinobatkan
lalu diganti namanya
adat lama berlaku
kelaziman para Narpati
juga jabatan lainnya
jabatan tertentu
biasa di mana-mana
ganti nama adat itu sudah lazim
demi jujuluk Raja.
Sri Nalendra Ratu Majapahit
Kartarajasa Jayawardana
terkenal sang pemberani
ada pula yang nyebut
Bra Wijaya juga terpen
pertama sebab asalnya
p emula termasyhur
yang memerintah negara
makin lama negaranya makin wangi
luas pemerintahannya.
Demikian pula pusat negri
cepat benar melebar luasnya
tambah besar tambah ramai
gedung-gedung dibangun
lebih-lebih wilayah puri
bagaikan jadi tanda
ibukota masyhur
--
ramai murah sandang-pangan
panjang-punjung pasir wukir loh jinawi '
teijaga terpeühara.
Maka dapat diangkat Narpati
Raja Agung Raja bijaksana
yang membantu Banyak Wide
Sang Wiraraja masyhur
yang membimbing Sang Sri Narpati
agar mencari akal
upaya yang ampuh
untuk dapat kemuliaan
Banyak Wide yang mengajar ngulah negri
hingga terlaksananya.
Jadi tangan-tangan Sri Narpati
nomor dua dari pangkat Raja
hampir sama kuasanya
di Timur memerintah
memerintah sebelah negeri
yang lain tak tertinggal
dapat restu ratu
putra Arya Wiraraja
ya'ni Sora dan saudaranya Nambi
diganjar kepangkatan.
Rangga Lawe tidak kecuali
dapat pangkat yang seimbang jasa
Lurah puh ikut tertulis
Lurah yang di Kedadu
diganjarnya oleh Sri Narpati
tanah-tanah di sana
dibawah Kedadu
itu diberikan mutlak
boleh turun temurun menjadi milik
sah kepunyaannya.
Tak terliwat semua dibagi
yang setia mendapat ganjaran
terkisah Baginda Raja
pemurah hati masyhur
--
meski sudah jadi Narpati
senantiasa merasa
bukan asal ratu
sekadar menantu raja
keluarga Kartanegara Sang Aji
tapi jauh pernahnya.
Bukan yang wajib menerima waris
jadi raja dengan jalan perang
keprabuan lewat tempur
terpikirkan olehnya
agar tidak sengketa nanti
tentram ngolah negara
semua putra ratu
putra Sang Kertanegara
yang jumlahnya semuanya empat putii
keempatnya ditikah.
Yang seorang sudah istri resmi
Prameswari Putii Tribuana
demi yang bertiga lagi
Dijah Suhita jujuluk
sebutannya Sri Maha Dewi
dua Prajnaparamita
Gayatri yang bungsu
keempatnya 'lah ditikah
diantara empat para putri tadi
seorang dilebihkan.
Ia itu Dewi Rajapatni
dimasyhurkan Prajnaparamita
karena putri Narpati
dari istri kesatu
karenanya harkatnya lebih
lebih dari saudaranya
berkuasa penuh
perihal istri lainnya
juga ditikah Putri Sri Indreswari
atau Sang Dara Petak.
Tapi ini hanya istri selir
--
kelahiran berasal Sumatra
kasarnya putrì diboyong
sekarang yang ditutur
Sang Narpati beranak putrì
banyaknya hanya dua
Diyah Wiat bungsu
sebutan setelah besar
Ratu Dewi Maharajasa terpen.
Putrì junjungan Daha.
Sri Tribuanatutungga Dewi
Jayawisnuwardani yang tua
mestika isi keraton
serta terus termasyhur
Sri Breng Kahuripan yang wangi
nama waktu kecilnya
Sri Gitarya ayu
itulah putrì Baginda
darah Prabu Kertanegara suargi '
tiada anak prianya.
Tapi pula punya dari gundik
ia itu dari Dara Petak
seorang putra m entereng
Kala Gemet disebut
hanya itu putra Sang Aji
berjumlah tiga orang
wawangen kedatun
turunan mula pertama
yang kelaknya ahli waris Majapahit
temurun bersambungan.
Terkisahkan putra Sri Narpati
Kala Gemet pria Sintria
ayahnya sangat kasihan
anakanda tersebut
hanya putra dari istri selir
bukan darah Narpatya
kalau tidak mulus
tidak mencapai derajat
karenanya Sang Raja bulat berpikir
akan mengangkat putra.
--
Dijadikan Pangeran Dipati
calon raja yang merintah kelak
bila Sang Raja 'lah mangkat
pangkatnya harus tentu
diangkat jadi Raja Kediri
saat itu usianya
baharu setaun
menurut hitungan tanggal
dalam tahun sribu dua ratus lebih
sembilan puluh lima.
Dijuluki Pangeran Dipati
Sang Sri Jayanagara panjangnya
Raja Kediri tersohor
masih kecil Sang Sunu
untuk mengurus menata negeri
ibundalah wakilnya
selama Sang Sunu
sebelum tiba dewasa
bukan main gembira Sri Indreswari
mengingat derajatnya.
Lama sudah bertahta Sang Aji
Kertarajasa Wisnuwardana
Majapahit di Keraton
maka tibalah waktu
saat pulang dari alam lahir
menuju alam baka
Sang Raja almarhum
tercatat tanggal tahunnya
seribu tiga ratus sembilan Masehi
ribut isi negara.
Agamanya masuk Batara Tri
terutama menyembah Sang Siswa
jadi jenazah Sang Raja
dibakar tak dikubur
seperti adat cara di Bah
diambii abunya
itu yang dikubur
--
demi lebunya Sri Nata
dikuburkan di dua tempat terpilih
jadi dibagi dua.
Sebagian dikubur di puri
tempat itu yang paling utama
itulah paling sesuai
sebab berupa tugu
leluhurnya di Majapahit
yang jadi pujaan
sedang yang separuh
dalam candi dikuburnya
ia itu dalam candi Sumber Jati
berupa peninggalan.
Sebelum mangkat Sri Narpati
memerlukan memerintah orang
membuat candi ajaib
dihias arca bagus
tubuh kasar Sang, Raja pribadi
bersikap Dewa Siwa
menunduk, merùnduk
candi ini ditempatkan
dekat Blitar yaitu di dusun Simping
arca itu hiasih ada.
Sekarang ini tempatnya Betawi
disimpannya dalam Gedung Gajah
pun disebut 'Gedong Arca'
tamatlah yang ditutur
keanehan di Majapahit
asalnya upaya
Wijaya yang mulus
kini tamat riwayatnya
meninggalkan Majapahit harum wangi
bersinar 'ba cahaya.
Jakarta, Desember