• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label majapahit 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label majapahit 6. Tampilkan semua postingan

majapahit 6







Dandanggula    
Dandanggula permulaan gending    
awal kisah pembuka cerita 
cerita yang punya lakon 
yang ingin jadi ratu 
mengalami jalan sukar-rumit 
merebut singgasana 
bila tak ditulung 
samar sampai terlaksana 
peristiwanya belum jauh sampai kini 
di zaman Hindu murba. 
Zaman murba 'sluruh tanah Jawi 
wilayah timur yang akan dipapar 
yang sekarang masih ada    
bekasnya masih utuh 
masih dapat menjadi saksi 
saksi yang menyatakan 
  
--
yang mula diatur 
dekat Malang yang sekarang 
pada tahun seribu duaratus lebih 
enam puluh delapan 
Ada negeri nama Singosari 
átau Tumapel juga disebutnya 
negara besar dan ramai 
membawah banyak ratu 
negri-negri lain mengabdi 
Singosari disembah 
upeti tiap tahun 
raja-raja tanah Jawa 
malah-malah dari Sebrang tak sedikit 
pulau-pulau tetangga. 
Dari Sumatra Berneo dan Bali 
lebih-lebih yang dari Madura 
dari Malaka Selebes 
demi yang jadi ratu 
Sri Kartanagara Narpati    
yang agung bijaksana 
agamanya Hindu 
bergelar raja-pandita 
tapi ada tercelanya Sri Narpati 
sangat 'doyan' berperang. 
Terlalu percaya akan orang lain 
dengan sikap masa bodoh saja 
dan suka minum-minuman 
bila maksud diturut 
terlaksana kehendak hati 
tidak terkendalikan 
menuruti nafsu 
bergembira senang-senang 
dan hai ini kelak jadi marga-pati    
seperti akan terkisah. 
Anak empat semuanya putri 
tidak ada mempunyai putra 
namanya putri Sang Katong    
   
--
yang pertama disebut 
Tribuana Sang Permaisuri 
demi putri kedua 
putri ayem-ayu 
Mahadewi Dyah Suhita 
yang ketiga Prajna Paramita Dewi 
Gayatri penutupnya. 
Dua putri sudah bersuami 
yang pertama Rahaden Wijaya 
masih satu keturunan 
putra Lembu Tal masyhur 
cucu Narasinga terpuji 
saudara ayah Baginda 
yang kedua bertemu 
dengan Raden Ardaraja 
putra Raja Daha atau pun Kediri 
bernama Jayakatwang. 
Terkisahkan Sri Maha Narpati 
Sang Baginda empunya andalan 
pejabat sangat terpakai 
diasih dan dijunjung 
dilebihkan dari yang lain 
melebihi keluarga 
berkuasa penuh 
kaki-tangan Sang Baginda 
Banyak Wide namanya tak asing lagi 
s'lalu di samping Raja. 
Tapi sayang meski dikasihi 
napsu buruk tan dapat dicegah 
seperti banyak Wide 
punya tekad tak patut 
orang sayang dipulang benci 
kasih dibalas khianat 
brani melawan ratu 
maksud merusak negara 
bersepakat dengan Sang Raja Kediri 
Sang Raja Jayakatwang. 
   
--
Raja Daha ataupun Kediri 
dengan Raja Tumapel nagara 
hubungannya jalan besan 
dan juga sudah takluk 
kep'ada Sang Kartanegara Aji    
sayang berhatijahat 
Wide kena bujuk 
tapi segra ketahuan, 
Sang Baginda sudah tidak ragu lagi, 
adanya niat jahat. 
Meski maksud Banyak Wide sidik 
tidak jadi perkara utama 
hanya dipindah jabatan 
sebagai ganti hukum 
di Sumenep menjadi wakil 
membawah pulau Madura 
mewakili ratu 
gelar Arya Wiraraja 
tentang Jayakatwang tiada peduli 
meski tahu Baginda. 
Walau jauh negeri Kediri 
Banyak Wide Arya Wiraraja 
tekadnya tiada luntur 
tak putus sambung-tutur 
dengan Raja negeri Kediri 
rundingan terus jalan 
Tumapel dimusuh 
Singosari 'kan diserang 
macam-macam siasat dipelajari 
agar maksud laksana 
Maharaja terkisah kembali 
Baginda Ratu Sang Kartanagara 
kehendakriya tak terkekang 
tidak dapat dibendung 
tidak mau diajak berunding 
berganti sikap-tindak 
bila ada usui 
   
--
yang memberi peringatan 
bukan senang dan lalu panjang dipikir 
malah menjadi murka. 
Waktu ada pengetua terpilih 
tempat Baginda dahulu bertanya 
belum berubah adatnya 
Patih sering dijunjung 
bijaksana mengolah negeri 
gagah di medan perang 
pemimpin bertempur 
banyak ilmu pengalaman 
yang bernama Raganata yang terpuji 
tiada bandingannya. 
Tapi kini Sang Aria Patih 
hampir segala apa pendapatnya 
tidak diacuhkan lagi 
meski akan beruntung 
bila saja mau berpikir 
sungguh menimbulkan heran 
murka tak menentu 
malahan pada akhirnya 
Raden Patih oleh Raja tak digubris 
diturunkan pangkatnya. 
Tidak boleh membawahi abdi 
dijadikan kepala perdata 
martabatnya direndahkan 
diperintah disuruh 
tidak ikut mengemudi negeri 
tak diajak musyawarah 
tidak campur gaul 
pendapatnya tak dianggap 
sebenarnya hai ini menanam benih 
racun bagi negara. 
Lebih-lebih Sang Raja memilih 
bakal ganti Patih Raganata 
Baginda tidak telaten 
tak menyelidik dahulu 
BABAD MAJAPAHIT -      
--
sikap-laku secara tertib 
serta keahliannya 
agar baik mulus 
yang diangkat tak sepadan 
Aragani Kebo Tengah Sang Apanji 
orang yang buruk tingkah. 
Karenanya Raja Singosari 
dan separuh para penggawanya 
tak merasa tentram hati 
membelangkangi Ratu 
jadi kacau seisi negri 
rakyat merasa bimbang 
hati jadi bingung 
pemerintah membiarkan 
Patih Kebo yang tidak tahu disiplin 
tiada berwibawa. 
Terkisahkan negri Singosari 
bersahabat dengan negri Tartar 
wilayah negri Tiongkok 
malah sejak semula 
zaman raja-raja dahulu 
erat berhubungan 
tidak putus-putus 
persahabatan memanjang 
waktu itu di Tartar pimpinan negeri 
Cubilay nama harumnya. 
Tapi dua kerajaan ini 
dalam batin tidak sama jalan 
karena Raja Cubilay 
'nganggap Tumapel takluk 
kar'na begitu anggapan hati 
merasa tidak puas 
terima kiriman 
ingin supaya rajanya 
langsung datang menghadap berserah diri 
layak bagai bawahan. 
   
--
Kalau tidak wakilnya dikirim 
dengan resmi sebagai utusan 
lalu sang Raja Cubilay 
'ngirim utusan langsung 
yang membawa pesan Narpati 
menuju tanah Jawa 
menghadap sang Ratu 
membawa pesan Rajanya 
kehadapan sang Baginda Singosari 
Prabu Kartanagara. 
Tetapi sang Raja Singosari 
tak merasa dibawah perintah 
mengabdi Cubilay Katong 
tidak merasa takluk 
berkiriman sering terjadi 
bingkisan dari Jawa 
bukan tanda tunduk 
sekadar persahabatan 
karenanya kehendak Cubilay tadi 
tiada diterima. 
Raja Tartar tak hendak mengerti 
kehendaknya tak dapat dicegah 
lalu mengirimkan lagi 
seorang yang diutus 
masih belum bersenang hati 
dan beberapa utusan 
akhirnya Sri Ratu 
sang Raja Kartanagara 
disebabkan utusan berulang kali 
sangat murka jadinya. 
Utusannya yang bernama Meng Ki 
waktu datang ditangkap dan dicap 
kulit jidatnya menonjol 
lalu disuruh undur 
ke negerinya pulang kembali 
ketika ia datang 
menghadap sang Ratu 
   
--
laporan hal peristiwa 
murka raja tidak tertahankan lagi 
melihat cap di jidat. 
Sabda Raja biadab sekali 
Raja Jawa sungguh kurang ajar 
berani bersikap sombong 
negerimu pasti hancur 
dihancurkan tentara kami 
tidak akan selamat 
tak 'kan dapat ampun 
segalanya 'kan binasa 
tunggu saja pembalasan dari kami 
bagi sikap tak hormat. 
Raja Tartar mempersiap diri 
mengumpulkan tentara perkasa 
untuk menggempur Tumapel 
membalas dendam Ratu, 
tapi laskar tan sempat pergi 
terhalang ilangan 
keiusuhan timbul 
di negerinya huru-hara 
ditangguhkan pada saat lain lagi 
setelah rusuh padam. 
Tunda Tartar, cerita kembah 
terkisahkan Sang Kartanagara 
yang sedang bersiap-siap 
mengurus tata-laku 
mengumpulkan para perjurit 
lengkap dengan senjata 
sudah siap tempur 
berniat akan menyerang 
ke Sumatra akan menaklukkan negeri 
memperluas jajahan. 
Telah cukup barisan perjurit 
siap dengan serba perlengkapan 
tinggal menanti komando 
bunyi-bunyian riuh 
   
--
mengiringi langkah peijurit 
hingga ke pelabuhan 
sambil nunggu waktu 
tiba saatnya berangkat 
riuh-rendah suara tidak terpen 
sorak gegap-gempita 
Tunda dulu yang melangkah pergi 
terkisahkan Arya Wiraraja 
yang mencari kesempatan 
menunggu waktu mulus 
menantikan saat yang pasti 
untuk merebut negara 
Tumapel digempur 
ia tahu benar-benar 
tentaranya Singosari sedang pergi 
tidak banyak yang tinggal. 
Sedang Patih yang sudah terpilih 
bijaksana disegani orang 
Raganata dibebaskan 
tak pernah ikut campur 
mengurusi mengolah negeri 
pikir Arya Wiraraja 
kini sampai waktu 
Raja hilang kuasanya 
bagai Singa kehilangan kuku-taring 
ular hilang bisanya. 
Lalu ia mengirimkan tulis 
kepada Sang Sri Maharaja Daha 
Sang Jayakatwang tersohor 
isi surat termaktub 
bahwa kini saat yang baik 
tepat pada waktunya 
mulai bertempur 
merebut kekuasaan 
sudah pasti akan segera berhasil 
tidak 'kan sia-sia 
   
--
Pangkur 
Juga perihal aturan 
bagaimana cara-caranya Jurit 
diperinci tak terluput 
ringkasnya cukup lengkap 
isi surat menguraikan yang perlu 
utusan yang membawanya 
tak perlu panjang ditulis. 
Terkisah waktu datangnya 
disampaikan kepada Raja Kediri 
Sang Raja berkenan sungguh 
membaca isi surat 
wajah cerah dibarengi sering senyum 
lama menanti masanya 
sekarang datang sendiri. 
Se'gra 'manggil Raden Patya    
dengan Senapati    , lalu berunding 
selesai lalu mengutus 
memanggil gulang-gulang     
   
--
disuruhnya menyiarkan sabda Ratu 
berhimpun para komandan 
mengumpulkan perajurit. 
Bertalu bunyi canangnya 
berdengungan bergaung seluruh negeri 
para ponggawa berkumpul 
bala-tentara siap 
Senapati yang merintah dan mengatur 
tentara dibagi dua 
yang banyak dan yang sedikit. 
Berkata sang Senapati 
Hai kepala barisan yang sedikit 
dari utara menyerbu 
lebih dulu menyerang 
menggalakkan sambii memancing si musuh 
agar supaya disangka 
jumlah yang menyerang kecil. 
Sudah pasti musuh kita 
'kan mengejar kita ke arah utara 
dan oleh karena itu 
bagi barisan kuat 
awas-awas jangan kelihatan musuh 
sambil mendekati kota 
bersembunyi hati-hati. 
Juga kita harus awas 
sikap laku musuh kita teliti 
bila pergi ke utara 
mengejar lawan kita 
lekas-lekas kalian ke kota masuk 
istana serta isinya 
rebut sehingga berhasil. 
Aragani dan Rijana 
tangkap saja dan bunuh sampai mati 
janganlah diberi ampun 
jangan diberi maaf 
nah itulah perintah harus diturut 
   
--
inilah perintah raja 
selesai segera pergi. 
Balatentara siaga 
telah siap dari Kediri pergi 
ke Singasari bertempur 
terpisah, terbagi dua 
berduyunan banyaknya beribu-ribu 
senang-senang bergembira 
dasar darah perajurit. 
Ba' Harimau kelaparan 
lama sudah mereka tak maju jurit 
tapi yang dari selatan 
meskipun bergembira 
tahan diri terpaksa tiada ribut 
berjalan tak banyak ucap 
mengendap berhati-hati. 
Balik bagian utara 
iya itu bahagian yang sedikit 
suaranya bergemuruh 
bernyanyi dan bersorak 
telah tiba lalu cepat bikin ribut 
ngobrak-ngabrik pedusunan 
maju memasuki negeri. 
Orang dusun bertebaran 
berlarian ke dalam kota mengungsi 
laporan pada Sang Ratu 
saat itu Sang Raja 
sedang pesta bersuka mengumbar napsu 
Patihnya Ki Kebo Tengah 
bersukaan dalam puri. 
Ketika datang laporan 
Sang Baginda diam tak ambii pusing 
laporan tidak diacuh 
setelah agak lama 
datang orang mengusung orang yang tatu     
yang menghadang kerusuhan 
tanda bagai barang bukti. 
   
--
Sang Raja baharu sadar 
percaya akan benarnya laporan tadi 
Baginda lalu mengutus 
menantu keduanya 
untuk tampil menghadang menyerang musuh 
tentara mana yang ada 
sisanya yang sedang pergi. 
Sang mantu, Raden Wijaya 
segera berangkat mengirimkan perjurit 
memburu arah utara 
sedang Den Ardaraja 
diwajibkan di keraton harus nunggu 
sambil menyiapkan laskar 
bertugas menjaga puri. 
Bagaimanakah sang Raja 
dengan Patih Kebo Tengah Sang Panji 
Patih kesayangan Ratu 
sedang bersuka-suka 
setelah selesai merintah dua sang mantu 
seperti hilang akal 
bersuka-suka kembali. 
Putranda Raden Wijaya 
dengan semua bala para perajurit 
mengamuk mengusir musuh 
tidak merasa cemas 
tak dihirau meski lebih banyak musuh 
bergiliran yang berperang 
mundur maju saling ganti. 
Dari Daha laskar banyak 
Singosari tunduk oleh Senapati 
gagah perkasa bertempur 
puluhan lawan kalah 
yang tertangkap olehnya di pihak musuh 
tapi lama-lama payah 
jumlah tentara sedikit. 
BABAD MAJAPAHIT -      
--
Tambah-tambah dari Daha 
semuanya merasa besar hati 
kawan banyaknya beratus 
dari selatan mendekat 
Den Wijaya tentaranya lekas mundur 
akan meminta bantuan 
yang sedang menjaga puri. 
Tapi tidak terlaksana 
sebab banyak tentara negri sendiri 
yang dari selataamuncul 
masuk ke dalam kota 
tambah-tambah Ardaraja sudah takluk 
bersama laskar ayahnda 
Wijaya tinggal sendiri. 
Sang Prabu Kartanagara 
dengan Patih Kebo Tengah Apanji 
setelah tertawan musuh 
dan mabuk keduanya 
kini tewas mereka telah terbunuh 
keduanya telah mangkat 
terkisah Wijaya kini. 
Sendirian tak berteman 
tentaranya hanya tinggal sedikit 
tetapi karena ampuh 
turunan kesatria 
tak dihirau meski musuh lipat puluh 
banteng ketaton layaknya 
sikapnya tambah berani. 
Berkat sikap beraninya 
'lah berhasil 'bawa istri dari puri 
yang lain tidak keburu 
terpaksa lari m erat 
disebabkan serentak didesak musuh 
tak dapat lama bertahan 
segra meninggalkan puri. 
Pada saat tinggal tempat 
   
--
tentaranya tinggal enam ratus lagi 
yang lain mati dan tatu 
dan takluk pada lawan 
dan akhirnya dari jumlah enam ratus 
tinggal sisa dua belas 
selamat jadi pengiring. 
Diantara pengiringnya 
yang selamat dan tetap setia hati 
berempat patut ditutur 
putranya Wiraraja 
Sora, Nambi, Rangga Lawe patuh tekun 
Gajah Pagen yang keempat 
yang lain tak ada lagi. 
Yang perlu pula dicatat 
yang bernama Ki Pedang dengan Dangdin 
yang enam lagi tak tentu 
dua nama di atas 
sama-sama setia hati dan patuh 
meskipun hidup sengsara 
mengikuti putra-putri. 
   
--
Magatru     
Perang pecah tepatnya tahun seribu 
dengan dua ratus lebih 
lebihnya sembian puluh 
tambah dua tahun lagi 
Daha merebut keraton. 
Terkisahkan Rahaden Wijaya manggung 
bersama kedua putri 
serta pengiring yang tangguh 
tinggal dua belas lagi 
dari kota telah lolos. 
Ke utara mereka berangkat laju 
susah-payah tak dipikir 
khawatir terkejar musuh 
yang selalu membuntuti 
putra-putri yang diburu. 
Yang dikejar naik gunung turun gunung 
melewati lembah, bukit 
   
--
menyeruak pohon rimbun 
mencari tempatsembunyi 
agar lepas dari musuh. 
Untuk Raden yang biasa sudah baku 
tapi bagi Nyai putri 
yang tak pernah masuk rumpun 
terpaksa silih berganti 
diusung bergotong-royong. 
Sampai pada tempat sepi serta samun 
baik tempat bersembunyi 
tak mudah dilihat musuh 
mereka lama berhenti 
istirahat sambil ngobrol. 
Dan berunding mereka apa yang patut 
putra Wira Adipati 
mehgajak menyeberang laut 
ke ayahanda mengungsi 
mengharap dapat ditolong. 
Pertolongan semoga lekas berwujud 
pertama karena wakil 
wakilnya Tumapel Ratu 
pegawainya Sri Narpati 
bijak serta cukup umur. 
Tapi hati Wijaya belum setuju 
ke Madura akan ngungsi, 
kalau saja bisa nolong 
kalau tidak malah rugi 
pasti akan dapat malu. 
Ingat lagi tiada yang 'kan dituju 
untuk menitipkan diri 
njenghindar kejaran musuh 
mengharap selamat diri 
jalan lain 'lah tertutup. 
   
--
Hati bulat menuju ke sana dulu 
terserah nasib di akhir 
ini-itu belum tentu 
dan ada penentram hati 
putranya yang minta tolong. 
Yang bermaksud akan mencari pelindung 
Banyak Wide sudah pasti 
masa tak akan dikabul 
permohonan tak berhasil 
mareka berangkat maju. 
Sepanjang jalan makan bekal sambil lalu 
buah-buahan dan umbi 
dedaunan pucuk-pucuk 
masuk dusun tak berani 
khawatir bertemu musuh. 
Bila malam mencari gua yang samun 
tempat istirahat sepi 
siangnya berjalan terus 
lama-lama putra-putri 
dan pengiring makin repot. 
Makin lama perjalanan makin jauh 
tambah perut tak berisi 
dengan nasi tak bertemu 
apa yang dapat dicari 
patutlah banyak yang mogok. 
Kebetulan liwat di sebuah dusun 
semuanya bulat hati 
akan memasuki kampung 
karena tak tahan lagi 
nekad meskipun ditodong. 
Kampung itu bemama desa Kedadu 
untung bagi yang prihatin 
yang sedang dirundung bingung 
dapat lindungan Yang Widi 
Lurahnya sigap menolong. 
   
--
Selanjutnya setelah kepala kampung 
tahu Sang Putra dan Putri 
ada dibawah Kedadu 
'ngungsi dari Singosari 
patutnya perlu ditolong. 
Segeralah bertindak Kepala Kampung 
dengan sejumlah pengiring 
memburu yang sedang bingung 
Raden Putra dengan Putri 
dijemput lalu diboyong.     
Disilahkan supaya masuk ke dusun 
Putra-putri dan pengiring 
dihormat dipunjung-punjung 
dengan suka-senang hati 
dengan ikhlas serta ridho. 
Tapi tak lama tinggal mukim di Kedadu 
khawatir diketahui 
ketahuan oleh musuh 
sehari-semalam pasti 
lalu meneruskan lakon. 
Waktu pergi tambah teman dari kampung 
yang ikut jadi pengiring 
sejumlah penduduk dusun 
'ngantar ke tepi pesisir 
memburu tempat perahu. 
Terkisahkan Raden di dalam perahu 
sudah dekat ke pesisir 
Pulau Madura dituju 
perahu se'gra menepi 
mendarat orang yang lolos. 
Mula-mula akan ke Sumenep langsung 
keburu terhalang magrib 
terpaksa waktu diundur 
berhenti tengah tegalan 
akan dilanjutkan besok. 
   
--
Kiai Sora pengiring setia-patuh 
membela 'kan yang diiring 
berbaring di atas rumput, 
jadi bantal putra-putri 
agar nyaman yang leleson     
Rangga Lawe, Gajah Pagen subuh-subuh 
ke kota Sumenep pergi 
menghadap sambil memohon 
kepada Sang Wira wakil 
yang lain di tegal 'nunggu.r. 
Agak siang mereka datang berduyun 
wakil Wira Adipati 
istrinya turut mengikut 
diiring para pengiring 
mereka datang menjemput. 
Tak terkira gembira Raden Ratnayu 
dari juga para pengiring 
diterima dengan haru 
sängat gembiranya hati 
ba' dapat durian roboh. 
Mula-mula Wiraraja agak bingung 
perang dengan Singosari 
dia sendiri yang ngatur 
sekarang jadi begini 
mau menolong yang buron. 
Merasa sayang terhadap putra yang turut 
pada ikut bela-pati 
pada Putri dan Sang Sunu     
tiada tega di hati 
meski pikir mundur maju. 
   
--
Kinanti     
Pribumi terima tamu 
dengan ramah serta manis 
suka-riang kedatangan 
berkata terhadap putri 
dan pada Raden Wiajaya 
berdua suami-istri. 
Bersama-sama menyahut 
mengucap terima kasih 
dari penerimaannya 
terlukis gembira hati 
sama-sama bersalaman 
kemudian sama pergi. 
Menuju arah Kadatun     
diiring para pengiring 
tamu di dalam kereta 
disertai peribumi 
bersama-sama gembira 
muka cerah budi manis. 
BABAD MAJAPAHIT -      
--
Di tempat yang 'kan dituju 
sajian hidangan rapi 
Putra-putri mandi segra 
berganti pakaian bersih 
tiada ada yang kurang 
penerimaan pribumi. 
Para pengiring tak luput 
dapat jatah masing-masing 
sepatutnya secukupnya 
dapat tempat byat mukim 
begitu putra-putrinya 
sungguh sama suka hati 
Raden Putra dan Ratnayu 
sangat diterima baik 
dihormat dimuliakan 
diperhatikan sekali 
tempat tidur selengkapnya 
kamar mewah peribumi. 
Pribumi beserta tamu 
sepasang suami-stri 
sama duduk bercengkrama 
tamu berkisah 'kan diri 
macam-macam pengalaman 
suka-duka peribadi. 
Tribuana yang terharu 
menangis terbawa sedih 
air mata berlelehan 
digembirakan sang Putri 
oleh istri Wiraraja 
jangan terus sedih hati. 
Raden Wijaya Sang Sunu 
tak beda dengan Sang Putri 
hati sedih serta resah 
hanya karena lelaki 
   
--
kuat tahan bendungannya 
tidak mudah turun-tangis. 
Tapi mgskipun dijunjung 
oleh Sang Wide Dipati 
dihorfnat dimuliakan 
hati Raden dengan Putri 
tetap saja sedih resah 
Raden Putra lebih-lebih. 
Hingga bersumpah di kalbu 
selama hidup di lahir 
tak 'kan berhenti upaya 
tidak akan tentram pikir 
sebelum negri warisan 
Singosari jadi milik. 
Sudah beberapa minggu 
Raden 'mapar isi hati 
pada Arya Wiraraja 
memaparkan yang terpikir 
menyatakan kehendaknya 
yaitu merebut negri. 
Wiraraja pun menyahut 
"Bila itu yang terpikir 
pamanda sangat menunjang 
tapi harus hati-hati 
jangan ingin cepat dapat 
akhiraya kelak mubazir". 
"Anakda pun sudah maklum 
dari hal perkara ini 
tidak mudah terlaksana 
dibelinya dengan pati 
dicadangkan dengan nyawa 
anaknda berserah diri. 
Pada pamanda yang tahu 
lebih paham dan mengerti 
anakda mohon bantuan 
agar maksud ini hasil 
   
--
terlaksana yang diangan 
dan anakda 'kan berjanji. 
Bila hal ini terkabul 
negara akan dibagi 
diparuh dibagi dua 
separuh nanda pribadi 
separuh untuk pamanda 
sebagai pembalas kasih. 
Wiraraja pun menyahut 
"Hal itu tak jadi pikir 
terserah kehendak putra 
asal laksana berhasil 
itulah harapan paman 
dan ada perkara lagi. 
Bila putranda setuju 
tidak pun tak jadi pikir 
begini pendapat paman 
putranda harus mengabdi 
inilah langkah pertama 
pada Raja Singosari. 
Selama mengabdi Ratu 
harus keija dengan yakin 
dekati para penggawa 
teliti mana yang baik 
dan mana pula yang jahat 
satu-persatu selidik. 
Bila kelak sudah tentu 
hasil tilikan teliti 
teman tergenggam semua 
Rahaden minta pribadi 
tempat tinggal dipindahkan 
ke hutan di wilayah Trik. 
Hai perkara urus-urus 
mengurus ke Sri Narpati 
   
--
jangan menjadi pikiran 
asal Rahaden setuju 
itulah bagian paman 
ditambah hai Iain-lain". 
Raden Wijaya menyahut 
"Tadi anakda pribadi 
menyerahkan pada paman 
tak 'kan menambah-nambahi" 
"Terima, paman ucapkan" 
kata Wiraraja manis. 
Banyak Wide lalu ngutus 
ke negara Singosari 
kepada Sang Jayakatwang 
maksudnya menyusun tulis 
melaporkan Den Wijaya 
menyerah akan mengabdi. 
Isi surat rapi bagus 
menarik hati Narpati 
maklum Sang Wira pujangga 
juru karang ahli tuhs 
mahir menggubah bahasa 
menggetarkan rasa hati. 
Ditambah hati Sang Ratu 
merasa berhutang budi 
besarnya tidak terhingga 
disertai hati yakin 
'lah penuh kepercayaan 
Wiraraja memang ahh 
Akan Wijaya Sang Sunu 
tidak curiga sedikit 
yang ada hati gembira 
punya abdi yang terpilih 
suratnya langsung dibalas 
pintanya disetujui. 
Disambung ucapan syukur 
   
--
karena sudah berhasil 
menaklukkan Den Wijaya 
Baginda bersyukur lagi 
atas bantuan yang sudah 
ditutup panggilan resmi. 
Seterima surat Ratu 
Sang Sunu serta pengiring 
dengan istri tidak tinggal 
serta pengawal sekali 
pemberian Wiraraja 
laskar Madura terpilih. 
Memburu Kediri langsung 
tidak dikisahkan lagi 
singkatnya sudah menghamba 
Raja sangat mengasihi 
karena kebijaksanannya 
terampil menata jurit. 
Sangat berkenan Sang Ratu 
maka sayang serta kasih 
tak ngira orang menyamar 
mendiding tekad yang ash 
budi bahasa dan tingkah 
dijaga berhati-hati. 
Hati Sang Ratu terbujuk 
rahasia teralingi 
terlindung dari sangkaan 
bila ketahuan pasti 
kecuali niat gagal 
terancam dibunuh mati. 
Yang menghamba bilang tahun 
siang-malam tak berhenti 
meneliti sikap raja 
kalau-kalau ada ciri 
para penggawa tak lengah 
diawasi diselidik. 
   
--
Sudah yakin sikap Ratu 
dan para penggawa abdi 
tiada yang diragukan 
sandiwara terus main 
Rahaden mengirim surat 
ke Madura dengan resmi. 
Wiraraja yang dituju 
berkisah lakon mengabdi 
keadaan dan timbangan 
Sang Arya sudah mengerti 
lalu mengirim utusan 
ke Sri Ratu Singosari. 
Membawa surat tersusun 
bahasa rekaan manis 
memohon diberi tanah 
tanah kosong di hutan Trik 
singkatnya utusan tiba 
surat dibaca Narpati. 
Sedang-sedangnya Sang Ratu 
lekat ke Raden kekasih 
hutang budi para Arya 
ditambah terpetik hati 
tergoyang daya-bahasa 
rekaan Arya Dipati. 
Tanah kadar hutan gamblung 
tiada harga yang pasti 
maklum hutan belantara 
ada orang mengingini 
Sang Raja sangat gembira 
tambah pengluasan negri. 
Karena pikiran itu 
tak terpikir hai yang lain 
permintaan dikabulkan 
malah terpikirkan lagi 
ingin memberi ganjaran 
pada Wijaya kekasih. 
   
--
Lalu hutan gamblung itu 
dibuka dan disiangi 
dibuat dibangun desa 
dijadikan dusun pinggir 
jadi tempat pemukiman 
Den Wijaya dan pengiring. 
Yang membuka dan menggempur 
khusus pengiring pribadi 
dibawa dari Madura 
pemberian Walinegri 
dapat pula pertolongan 
dari penduduk yang asli. 
Terkisah suatu waktu 
saat membuka hutan Trik 
Sang Surya memancar panas 
diantara abdi-abdi 
ada yang 'nemukan buah 
nama buah belum yakin. 
Bekerja keras begitu 
dibarengi panas terik 
terasa haus dan lapar 
buah segera dipetik 
yang hanya satu-satunya 
dikupas dan dicicipi. 
Yang seorang tidak terus 
karena rasanya pahit 
yang lain lalu mencoba 
ingin pula mencicipi 
tapi tiada yang tahan 
tak kuat karena pahit. 
Akhirnya datang merubung 
kar'na baru ditemui 
buah maupun rasanya 
orang ingin tahu pasti 
oleh Rahaden Wijaya 
rubungan diketahui. 
   
--
Dipanggil rombongan 'rubung' 
berduyun beriring-iring 
mereka sama menghadap 
beserta buah ajaib 
Rahaden yang memeriksa 
yang menghadap ditanyai. 
Buah diterima langsung 
dilihat dengan tehti 
Raden pun tak tahu nama 
pohonnya pun tampak asing 
hanya satu pohon besar 
tengah hutan bakal negri. 
Bersabda Rahaden Sunu 
"He, panggawa para abdi 
mustahil kalian alpa 
tidak seorangpun yakin 
nama buah ini apa" 
tidak ada yang berani. 
Mereka tampaknya bingung 
kemudian datang lagi 
yang jauh tempat kerjanya 
saling tanya masing-masing 
akhirnya ada seorang 
tersenyum gembira hati. 
Usia setengah umur 
ternyata mengetahui 
telah banyak pengalaman 
nama buah tahu pasti 
lalu menghadap Den Putra 
berkata bersembah takdim. 
"Semoga Rahaden maklum 
bila tak mengetahui 
nama buah itu 'maja' " 
Rahaden bersuka hati 
"terima kasih sabdanya 
kini 'Iah terbuka hati" 
   
--
Ñama buah memang betul 
malah ada yang menyaksi 
ñama itu dibenarkan 
yang tadinya lupa lagi 
berpikir Raden Wijaya 
karena tertarik hati. 
Patut untuk ñama dusun 
ñama buah kayu tadi 
hanya satu kayu besar 
buahnya rasanya pahit 
disusun supaya lancar 
disambungkan 'majapahit'. 
Rahaden sambil tersenyum 
"Eh, semua para abdi 
beserta para ponggawa 
coba catat dalam hati 
kampung kita beri ñama 
kita sebut "Majapahit". 
Disebut seperti itu 
kayu yang kita temui 
disebutnya pohon maja 
buahnya rasanya pahit 
kita telah merasakan 
semua menjadi saksi. 
Sorak ramai bergemuruh 
sambutan bertubi-tubi 
tanda semua gembira 
mulai bekeija lagi 
masing-masing kerjaannya 
diatur dibagi-bagi. 
Tak perlu panjang ditutur 
pekeijaan abdi-abdi 
banyak tangan yang memegang 
tidak ada yang berani 
bermain bermalas-malas 
tidak punya tanda bukti. 
   
--
Setelah siap membangun 
Den Wijaya peribadi 
lengkap serta pengiringnya 
tiada yang tinggal lagi 
pindah serentak bersama 
kini dusun 'lah berisi. 
Tak lama kampung tersebut 
yang asalnya hutan sunyi 
cepat ramai berkembangnya 
padat penuh dengan isi 
bagai ada pekasihnya 
datang dari tempat lain. 
Sudah tampak berpengaruh 
ciri akan jadi negri 
tanda bakal kota besar 
pusat pemerintah negri 
negara yang kaya raya 
cepat memberinya bukti. 
Majapahit makin maju 
kian lama tambah hari 
penduduk merasa puas 
terkuak rasa prihatin 
lepas sudah kesukaran 
yang menjadi beban hati. 
Kecemasan telah undur 
kesedihan sudah lari 
telah dekat pengharapan 
rasanya sampailah kini 
pengorbanan jiwa-raga 
untuk ketentraman hati. 
   
--
Pangkur 
Wijaya bulat hatinya 
tiba saat untuk segera mulai 
mulai nentukan maksud 
tabij- telah terbuKa 
untuk cepat ke negeri Sumenep langsung 
segera mengirim surat 
isi seperti tertulis. 
Minta pendapat Sang Arya 
saat tiba kini menantang jurit 
untuk merebut kedatun 
tinggal melaksanakan 
tak mustahil Tumapel mudah direbut 
tapi hai ini terserah 
pendapat Sang Adipati. 
Jawab dari Wiraraja 
"Syukur bila Sang Putra telah yakin 
dalam perang bisa unggul 
tapi ada pendapat 
   
--
paman harap Putranda akan setuju 
tapi paman tak memaksa 
terserah Putra pribadi. 
Bukan berupa penghalang 
akan maksud Sang Putra yang sudah pasti 
hanya merupakan usui 
menambah keteguhan 
juga agar mudah menghalaukan musuh 
tercapainya kemenangan 
dengan peijurit sedikit. 
Perang dengan utuh baia 
dan caranya paman kira tidak muskil 
paman 'kan lekas mengutus 
kepada Raja Tartar 
minta agar supaya dia setuju 
bertempur bersama-sama 
memerangi Singosari. 
Pasti dia 'kan sepakat 
sebab dia menaruh dendam hati 
kepada ayahda marhum 
Perbu Kartanagara 
utusannya jidatnya dicap dahulu 
dan tidak akan terduga 
perihal peristiwa ini. 
Bahwa sudah ganti raja 
sebab ini pasti tidak 'kan menarik 
dia tidak akan mau 
kecuali itu pula 
kita bujuk iming-iming putii ayu 
putrì penghuni istana 
katakan sebagai bukti. 
Wiraraja ahli reka 
tahu ngatur maksud yang serba rapi 
agar tiada yang tahu 
dianggap sewajarnya 
tak disangka bahwa semuanya tipu 
   
--
tertutup bahasa indah 
terdindingi akal-budi. 
Cubilay Sang Raja Tartar 
sangat puas dan gembira dalam hati 
memang sudah ada maksud 
sekarang ada jalan 
terkabul maksud dan pula ada yang bantu 
yang tahu seluk-beluknya 
keperluan perang jurit. 
Tak lama Sang Maharaja 
memerintahkan siap-siaga jurit 
pahlawan disuruh kumpul 
para kepala perang 
perlu untuk bersama-sama berembug 
Panglima balatentara 
yang bernama (-  : I (J  Hai Mi schih. 
Ike Mese sebutannya 
yang dibantu oleh dua Senapati 
yang pertama Sih Pi tangguh 
Kow Sing yang keduanya 
telah siap segala apa yang perlu 
makanan serta senjata 
menunggu perintah resmi. 
Waktu itu kebetulan 
hampir habis akhir tahun Masehi 
seribu dan dua ratus 
sembilan puluh dua 
tentara Tartar ke Jawa akan bertempur 
menyerang Kartanagara 
padahal tipuan licin. 
Tepat saat 'kan berangkat 
waktu semua peijurit akan pergi 
diperintah oleh Ratu 
demi kendaraannya 
bukan pula kapal yang kuat dan kukuh 
seperti kapal sekarang 
kapal jung zaman bahari. 
   
--
Balatentara di kapal 
setelah sauh diangkat layar ditarik 
kapalnya meluncur laju 
disulut meriamnya 
sorak-sorai gemuruh di atas laut 
disambut gema di darai 
ramai, riuh bukan main. 
Kapal serentak melançar 
kebetulan angin tertiup baik 
layarnya berkembané mulus 
kapal-kapal ke tengah 
seliweran seperti saling memburu 
bagai angsa di telaga 
tampaknya dari pesisir. 
Setelah kapal menghilang 
yang di darat lalu pulang masing-masing 
terkisah yang sedang laju 
menuju ke selatan 
sepanjang jalan bergembira tengah laut 
tak khawatir, tidak cemas 
itulah watak perjurit. 
Berlayar tak berjauhan 
tidak boleh sendiri masing-masing 
khawatir bertemu musuh 
atau perahu bajak 
perompak lanua tukang samun tengah laut 
atau berlayar kesasar 
jadi harus hati-hati. 
Yang dituju mula-mula 
Karimata namanya pulau kecil 
lalu ke pulau Belitung 
maka singgah di sana 
perlu untuk membuat tambahan perahu 
untuk masuk pulau Jawa 
harusnya perahu kecil. 
   
--
Cukup dengan bahan-bahan 
cepat-cepat mereka berangkat lagi 
'tak ke pulau Jawa langsung 
mereka singgah sebentar 
nama pulau Karimun Jawa diburu 
untuk mengatur siasat 
caranya muslihat jurit. 
Beres 'ngatur tata-perang 
masing-masing perjurit telah mengerti 
dua rombongan dibentuk 
sebagian tentara 
menuju Tuban di sana harus berlabuh 
membantu yang sedang nyerang 
siap sepanjang pesisir. 
Rombongan yang lebih banyak 
liwat laut, Surabaya didatangi 
singgah dulu di Sedayu 
bertiga jadi litusan 
Majapahit yang akan langsung dituju 
menjemput bala-bantuan 
teman bersama bertempur. 
Gembira Raden Wijaya 
kedatangan utusan Tartar negri 
lalu berunding berembug 
jalannya maju perang 
diperinci apa-apa yang perlu 
untuk perajurit Tartar 
agar cepat dapat hasil. 
Perjanjian disampaikan 
bila kelak Majapahit unggul jurit 
kepada Tartar bersumpah 
tanda 'bawah perintah 
akan mengirim upetinya tiap tahun 
bila sudah jadi raja 
memerintah Singasari. 
   
--
Mengirim pula utusan 
kehadapan Jayakatwang Narpati 
menerangkan telah putps 
hubungan pengabdian 
sekaligus menantang untuk bertempur 
membalas sedih mertua 
meluruskan milik waris. 
Terkisah Sang Jayakatwang 
setelah mendengar maksudnya yang tertulis 
berangnya tidak terbendung 
wajahnya merah padam 
berhamburan kata kasar dari mulut 
"Si Wijaya kurang ajar, 
betul-betul anak iblis". 
'Tak punya budi-susila 
kasih sayang dibalas hati dengki 
congkak sombong serta angkuh 
he Patih Senapatya 
sediakan balatentara yang cukup 
lekas tangkap si Wijaya 
serang gempur Majapahit. 
Den Patih menyembah hidmat 
"Hamba siap mengemban perintah gusti 
juga hamba punya maksud 
tadi ada berita 
mata-mata bertugas di tepi laut 
datangnya tentara Cina 
lengkap dengan alat jurit. 
Mungkin itulah sebabnya 
maka dia, Wijaya jadi berani 
menganggap Paduka musuh 
memihak pada Cina 
kalau tidak mustahil menantang Ratu 
Sang Raja bertambah murka 
bernafsu menyabda lagi. 
"Anak Setan si Wijaya 
   
--
rasakanlah apa yang kubuat nanti 
ayuh Patih jangan bingung 
persiap-siagakan 
penjagaan pelabuhan hingga kukuh 
Patih berpamit menyembah 
mengumpulkan perajurit. 
Dari Tumapel dan Daha 
Kepalanya yang menghimpun peijurit 
pemimpin pasukan ampuh 
sebentar telah siap 
berduyunan tentara puluhan ribu 
dibuat tiga bagian 
yang pertama terperinci. 
Kepalanya Arya Patya 
di Surabaya menjaga tugas wajib 
kalau ada musuh masuk 
sebabnya pelabuhan 
untuk masuk ke kota ibarat pintu 
harus kuat penjagaan 
maka ditugaskan Patih. 
Pasukan tentara dua 
rombongan ini yang menuju Majapahit 
Pasukan tiga disebut 
tugas yang diwajibkan 
diberatkan harus menjaga kadatun 
mendampingi Sri Nalendra 
yang masih tinggal di puri. 
Tumapel ba' kebanjiran 
ribut, sibuk seisi Singasari 
orang-orang hiruk-pikuk 
sebab tak tahu mulanya 
tiba-tiba canang serentak ditabuh 
lasykar-lasykar dikumpulkan 
seluruh menjadi panik. 
   
--
Durma    
Terkisahkan sebagian lasykar Tartar 
perajurit Jaladri     
serta lasykar darat 
berkumpul di Pacekan 
dekat Surabaya pasti 
sebab maksudnya 
mula serangan di sini. 
Sehabisnya mengatur rencana perang 
mengepung lasykar Kediri 
balatentaranya 
tiba dari dua tempat 
dari darat dari air 
tak sembarangan 
menurut ilmu jurit. 
Lasykar Jawa siaga senjata lengkap 
alat perkakas jurit 
perahu dan kapal 
ratusan jumlahnya 
   
--
yang besar serta yang kecil 
diisi lasykar 
siap, sigáp, berani. 
Makin dekat lasykar-lasykar orang Tartar 
dari darat dan air 
ketika terlihat 
oleh perjurit Jawa 
tak ayal menantang jurit 
lalu diteijang 
tidak berdiam diri. 
Cepat melawan membalas gerak musuhnya 
gegap suara peijurit 
riuhnya yang sorak 
bergetar Surabaya 
musuh lawan sama brani 
tidak hentinya 
yang nyerang saling ganti. 
Meriamnya terdengar bergemuruhan 
peluru nyembur ba' mimis 
kapal yang terkena 
banyak jadi binasa 
perahunya lebih lagi 
dengan isinya 
karam sama sekali. 
Ramai sorak bergema-se-Surabaya 
diiring bunga bedil 
serta meriamnya 
dengan bunyi-bunyian 
melekaskan maju jurit 
gelap di medan 
tertutup asap bedil. 
Bersinaran cahaya api kaya kilat 
dari kecubung bedil 
dari mulut meriam 
berlomba musuh-lawan 
   
--
tiada yang tak berani 
saling dekatan 
makin ramai yang jurit. 
Beratus-ratus lasykar tewas bertebaran 
mayat bertumpang-tindih 
di laut di darat 
pada rusak tubuhnya 
berlumuran darah mati 
kepala pecah 
tidak terbilang lagi. 
Belum terhitung yang hilang anggota badan 
kehilangan tangan kaki 
yang matanya pecah 
yang mukanya terkupas 
menyayat mengiris hati 
darah bersemburan 
air-laut merah-amis. 
Lasykar Tartar perangnya habis-habisan 
terus maju berani 
lasykar Jawa mapan 
tapi setelah lama 
meski mereka berani 
tiada tahan 
lawan datang bertubi. 
Mulailah lasykar Jawa tak semangat 
merasa musuh lebih 
tiada harapan 
dari muka belakang 
mereka diobrak-abrik 
tak kesempatan 
Raden Patih merintih. 
Ada rasa melawan tidak 'kan kuat 
lalu kabur Ki Patih 
tak menghiraukan lasykar 
barisan tambah rusak 
tiada ada yang mimpin 
   
--
lasykar yang tinggal 
akhirnya juga lari. 
Lasykar Tartar gembira tidak terhingga 
Surabaya teijepit 
dapat rampasan pula 
perahu kapal barang 
dan senjata tak sedikit 
tinggal membawa 
serangan 'lah berhasil. 
Telah usai membereskan Surabaya 
lalu berangkat lagi 
kini memburu Daha 
'nangkap Kartanagara 
mereka tak tahu lagi 
bahwa Sang Raja 
dulu sudah lastari  ' 
Sudah mangkat digantikan Jayakatwang 
tertipu akal licin 
akal Wiraraja 
di tengah peijalanan 
utusan bertemu lagi 
bertiga banyaknya 
datang dari Majapahit. 
Mengabarkan Wijaya Sang mantu Raja 
akan berserah diri 
takluk jadi bawahan 
malah niat sekarang 
akan menghadap sekali 
tapi terhalang 
karena perang-jurit. 
Bantu perang melawan Sang Raja Daha 
tapi mengutus Patih 
bersama pengiringnya 
'nyampaikan peijanjian 
beijanji bayar upeti 
dan kesanggupan 
jadi penunjuk jalan-jurit. 
   
--
Makin gembira hatinya tentara Tartar 
lalu mereka pergi 
tak lama antaranya 
ada lagi utusan 
datang dari Majapahit 
Raden Wijaya 
minta ditolong lagi. 
Disebabkan saat itu tentaranya 
merasa kecil hati 
kalah oleh Daha 
sebab pengkhianatan 
lasykar Tartar siap pergi 
cepat berangkat 
mampir ke Majapahit. 
Setibanya di Daha bertempur hebat 
beruntung Majapahit 
mendapat bantuan 
Kediri sebaliknya 
rusak Daha-Singasari 
terpaksa nyerah 
yang unggul Majapahit. 
Telah beres semuanya bersedia 
sebab akan perang lagi 
menyerang pedalaman 
menangkap Baginda Raja 
perajurit Majapahit 
dan laskar Tartar 
menjadi satu lagi. 
Laskar itu dibagi tiga bagian 
untuk mengepung puri 
terkisah di Daha 
kumpul semua laskar 
Daha dengan Singasari 
siap-siaga 
awas dan hati-hati. 
Telah dekat pimpinan laskar campuran 
   
--
orang Daha siap diri 
musuh serta lawan 
ramai 'ngadu senjata 
masing-masing sama berani 
campur serentak 
tiada takut mati. 
Saling tusuk, saling bacok, saling tombak 
sepak tampar silih ganti 
Pasukan Jayakatwang 
terus mendesak laskar 
peijurit berketi-keti 
maju serempak 
'ba ombak di pesisir. 
Ramai sorak gemuruh seluruh Daha 
ditambah bunyi bedil 
dan bunyi-bunyian 
berkumandang bunyi canang 
menggiatkan maju jurit 
bunyi senapan 
bersahut tak berhenti. 
Meriamnya bergemuruh berdentuman 
peluru kaya mimis 
pohon-pohonan rebah 
peijurit gelimpangan 
mayatnya bertumpang tindih 
berserak-serak 
yang nyerang makin brani. 
Musuh lawan yang tewas tidak terbilang 
yang hidup makin brani 
nyerang habis-habisan 
Banteng ngamuk layaknya 
darah menyembur memercik 
pedang berdentangan 
tak ingat akan mati. 
Serentak maju antara musuh dan lawan 
peijurit Majapahit 
   
--
kena banjir besar 
terlempar berantakan 
banyak yang mundur menepi 
bubar terkuak 
didesak dibuntuti. 
Pasukan muka laskar Majapahit pecah 
darah bercecer lagi 
di bekas kaki laskar 
yang kabur berlarian 
Senapati Majapahit 
dan laskar Cina 
terampil dan cekatan. 
Mereka sigap bersama maju serentak 
sambil bersorak lagi 
kembali saling terjang 
sama-sama kuatnya 
membuta tak kenal ngeri 
may at berserakan 
seperti babatan pacing 
Peristiwa di sebelah timur medan 
tepat di pinggir kali 
kerusuhan memuncak 
air berpindah warna 
merah darah menghiasi 
mayat berhanyutan 
terapung-apung milir. 
Meski kuat laskar cukup beraninya 
tapi tak sangsi lagi 
sebab terkepung sudah 
tak sempat narik napas 
oleh Sang Raja terpikir 
pasti akhirnya 
tidak tertahan lagi. 
Sebab laskar Majapahit dengan Tartar 
tiga pasukan tadi 
yang terus mendesak 
   
--
Daha tak dapat papan 
akhirnyapun kucar-kacir 
tentara rusak 
banyak yang telah mati. 
Yang masih hidup kabur meninggalkan medan 
lari ke tempat sunyi 
tak menghiraukan jurang 
batu, cadas diterpa 
mencari tempat sembunyi 
di lembah-lembah 
tempat jauh terasing. 
Tinggal bingung Sang Perabu Jayakatwang 
lalu masuk kepuri 
sebab laskar rusak 
dan keluarga bangsawan 
banyak yang terbunuh mati 
tiada harapan 
akan selamat diri. 
Tiba-tiba berdatangan laskar Tartar 
masuk'ke dalam puri 
pedalaman perkasa 
tapi kurang penjaga 
maka sangat suka hati 
Pemimpin Tartar 
yang bernama Sih Pi. 
Terpaksalah Sang Jayakatwang menyerah 
tak dapat mungkir lagi 
sudah tak berdaya 
pasrah jadi tawanan 
dirampas seisi puri 
tapi para putrinya 
sudah tiada lagi. 
Sebab telah lebih dahulu dirampas 
oleh Den Wijaya gesit 
para putii dibawa 
diboyong semuanya 
   
--
dibawa ke Majapahit 
Shih Pi tak ngira 
pengambilannya rapi. 
Malah ada seorang putra Sang Raja 
yangjadi Senapati 
waktu perang dahsyat 
lari dari kalangan 
sebabnya sudah terpikir 
tak mungkin menang 
pasti 'kan kalah jurit. 
Tapi sayang maksudnya tak kesampaian 
sebab terus diikuti 
oleh Den Wijaya 
tapi tak terus terang 
kepada Tartar negeri 
sesudah tertawan 
pulang ke Majapahit. 
   
--
Pangkur 
Terkisahkan laskar Tartar 
'Iah berhasil merebut kraton Kediri 
malam-malam juga terus 
ke Majapahit datang 
'kan menagih perjanjian yang dahulu 
janjinya Raden Wijaya 
membaktikan para putii. 
Bila sudah menang perang 
malah akan mempersembahkan upeti 
tata-cara negri tunduk 
waktu dengar berita 
bahwa utusan dan laskar Tartar menyusul 
Den Wijaya kebingungan 
akalnj/a belum terpikir. 
Karena bimbang hatinya 
lalu berunding dengan pengisi puri 
upaya apa yang bagus 
mencarikan siasat 
   
--
yang dibawa berunding belum menyahut 
hanya seorang Ki Sora 
punya pendapat pribadi. 
"Mohon Gusti tidak bimbang 
laskar Tartar tanggungan hamba pribadi 
bila nyata akan maju 
hamba menghadapinya 
Wiraraja saat itu pun nyeletuk, 
"Benar paman juga siap 
jangan terlalu dipikir". 
Tak lama utusan datang 
dan berkata akan menagih janji 
menjemput para putrì ayu 
Wiraraja menjawab 
"He, utusan dimohon jangan terburu 
marilah kita bersama 
musyawarah dengan tertib. 
Agar keija tidak mubah 
jangan kita bertindak kurang teliti 
kelak hasilnya tak bagus 
para putrì sekarang 
masih dalam keadaan serba bingung 
sebab suasana perang 
membuat tak tentram hati. 
Keributan waktu perang 
menimbulkan cemas hati para putrì 
membuat mereka gugup 
demikian putrì Jawa 
bila anda ingin bawa putrì ayu 
tiada ada celanya 
tapi permohonan kami. 
Kepada anda kalian 
yang menjemput dan mendampingi putrì 
di darat juga di laut 
jangan 'bawa senjata 
baik tinggal agar putrì tidak rusuh 
   
--
dan juga yang menjemputnya 
tak perlu bawa pengiring. 
Hendaknya pangkat atasan 
itulah dua hai permintaan kami 
harapan usui diturut 
kalau tidak sepakat 
bila ada pristiwa kami tak nanggung 
kami akan lepas tangan 
para putrì tegang-pati     
Akan mengurbankan nyawa 
tidak segan mereka memilih mati 
membuang diri ke laut 
atau pun lain jalan 
bunuh diri ataupun memutus umur 
di sini sudah biasa 
kebiasaan mandiri. 
Jawab yang jadi utusan 
disebabkan pandainya orang berperi 
tidak merasa ditipu 
seperti wajar saja 
kar'na bijaknya mengatur tata bertutur 
memulas ucap dan sikap 
penangkal curiga hati. 
"Benar nian sabda Anda, 
terima kasih diberi tahu hai ini 
kamipun tidak bermaksud 
melanggar ketentuan 
yang diharap sama senang lulus-mulus 
jangan menyesal akhirnya 
kini kami mohon diri. 
Bermaksud pulang ke markas 
pasti besok akan menghadap lagi 
menurut janji dahulu 
melaksanakan tugas" 
kemudian utusan segera undur 
yang ditinggal bergembira 
maksud siasatnya hasil. 
   
--
Terkisah pagi harinya 
pesuruh masuk Sora sudah megang keris 
pintu keraton ditutup 
tidak boleh dibuka 
Kiai Sora mengintip di pintu-masuk 
tempat liwatnya utusan 
yang akan memboyong putrì. 
Rangga Lawe pun tak diam 
menyiapkan 'ngatur para peijurit 
ke luar kota memburu 
menghadang orang Tartar 
diam-diam ke luar kota menyusul 
malah Rahaden Wijaya 
membawa lagi perjurit. 
Semua balatentara 
sembunyi-sembunyi pergi ke Kediri 
maksudnya akan menyerbu 
orang Tartar di Daha 
akhir-tindak tentara Tartar dikepung 
mereka tidak menduga 
sedang diancam peijurit. 
Terkisah pula utusan 
Semuanya petingan pegawai tinggi 
tak mungkir janji serambut 
tidak 'bawa senjata 
masing-masing tanpa senjata tertentu 
sedang santai enak-enak 
berjalan menuju puri. 
Tak curiga, tak disangka 
tiba-tiba Sora menghunus keris 
mengejar utusan langsung 
tak khabar, tak cerita 
Ki Utusan hanya bengong serta bingung 
tak dapat cepat bertindak 
tangan hampa tak berisi. 
Sora layak banteng lapar 
   
--
Ki Utusan harus menerima nasib 
tiada diberi ampun 
berlarian dikejar 
memang mudah 'ba ikan di dalam bubu 
ditusuknya bergantian 
musuh tak dapat berkutik. 
Utusan habis ditebas 
dari tubuh darah terus mengalir 
akhirnya semua rubuh 
Sora tak timbang rasa 
nyawa orang diberesi satu-satu 
semua tidak yang tinggal 
Ki Sora tertawa sinis. 
Juga hai di luar kota 
teperdaya mereka tak hati-hati 
orang Tartar rusuh-ribut 
tidak dapat melawan 
karenanya lari menuju ke Canggu 
tapi perajurit Jawa 
tidak membiarkan lari. 
Rangga Lawe dan laskarnya 
terus saja mengejar Tartar yang lari 
sampai mereka tersusul 
lalu berperang hebat 
meski kuat orang Tartar ahli tempur 
tapi sedikit jumlahnya 
tak dapat bertahan diri. 
Yang perang habis-habisan 
gembira sangat perajurit Majapahit 
musuh tak diberi ampun 
semua dibinasa 
dihabiskan laskar Tartar sampai hancur 
medan penuh dengan mayat 
bertumpuk bertumpang tindih. 
Tanah Canggu ganti warna 
jadi merah dan terhambur bau amis 
   
--
peijurit yang masih hidup 
serta tidak terluka 
tapi badan tertutup penuh seluruh 
terkena percikan darah 
dari tombak, pedang, keris. 
Setelah sampai maksudnya 
lalu pulang sambil menunggu lagi 
khabar yang ke Daha dulu 
sambil bersiap-siap 
kalau-kalau datang perintah membantu 
laskar bantu tersedia 
jadi tidak sukar lagi. 
Terkisah laskar Wijaya 
cepat-cepat pergi dari Majapahit 
memburu Kediri langsung 
menggempur orang Cina 
yang diserang terkejut ribut dan bingung 
tak m engira datang lawan 
tak sangka sama sekali. 
Tentang musuh laskar Daha 
'Iah berhimpun menjadi satu kembali 
sepakat menyerang Ratu 
serta dengan rajanya 
'Iah bertemu berunding cara merebut 
itu jalan keluarnya 
tiada jalan yang lain. 
Akan menang perang juga 
Jayakatwang dan putranya mustahil 
sucjah tak diberi ampun 
lalu dibunuh bersama 
seïelah itu merekapun lalu kabur 
membawa barang rampasan 
ke pelabuhan mengungsi. 
Tapi selalu dikejar 
oleh laskar perajurit Majapahit 
Wijaya memimpin langsung 
   
--
sepanjang peijalanan 
terus saja dikejar dan dikerubut 
laskar Tartar rusak berat 
Senapati Sih Pi sedih. 
Terpaksa melawan sabar 
menyerang langsung yang mengejar tak berani 
karena tidak 'kan sanggup 
bertahan berhadapan 
yang akhirnya tak urung tiba di Canggu 
basis pasukan lautan 
tapi sudah kucar-kacir. 
Barisannya juga rusak 
yang masih tinggal hanya sedikit lagi 
dan waktu datang yang nyusul 
sempat bertempur lagi 
tapi laskar Tartarpun, mereka maklum 
melawan tidak berguna 
tentaranya pasti habis. 
Itulah sebab-sebabnya 
sambil mundur melawan hati-hati 
berangsur naik perahu 
sambil mendayung ke tengah 
meski terus dikejar diburu musuh 
dihujani dengan panah 
díbandring serta dibedil. 
Banyak kapal berpecahan 
orangnya ribut tenggelam masuk air 
juga yang dalam perahu 
banyak yang mati karam 
seisinya: nyebur, hanyut tanpa ampun 
belum lagi yang tertangkap 
hukum mati sudah pasti. 
Lama-lama makin tengah 
perahunya, kapalnya beserta rakit 
tak sampai peluru musuh 
perang tak dilanjutkan 
   
--
sebab pasti pasukan Tartar 'kan hancur 
tertutuplah kisah perang 
yang tinggal bersedih hati. 
Lebih terasa kasihan 
waktu datang mereka di Tartar negri 
Raja murka tak terbendung 
sebab perangnya kalah 
akibatnya semua yang pulang tempur 
tiada mendapat maaf 
semua dihukum mati. 
Selamat hanya seorang 
ia itu Ki Senapati Kow Sing 
karena keburu kabur 
terkisah laskar Jawa 
bergembira pulang perang serta unggul 
terlebih Raden Wijaya 
terlaksana maksud hati. 
   
--
Dandanggula 
Selesai sudah kisah perang-tanding 
Raja Daha bersama putranya 
berpulang ke rahmatullah 
Raden Wijaya maklum 
yang bahgia menangkan jurit 
yang ingin jadi Raja 
sekarang terkabul 
tinggal tunggu pengesahan 
tiada yang akan menghalangi lagi 
menentang kehendaknya. 
Waktu datang saatnya yang baik 
Den Wijaya lalu dinobatkan 
peresmian 'lah selesai 
menjadi Ratu masyhur 
Ratu Agung di Majapahit 
Raja sebagian Jawa 
ya'ni Jawa Timur 
benda-benda upacara 
didatangkan dari Daha - Singasari 
di ibukota negara. 
   
--
Majapahit negri barn, wangi 
kelak terkenal ke mancanegara 
'ba bintang di malam gelap 
yang mulanya dahulu 
hutan-rimba yang sunyi sepi 
sekarang 'lah berkembang 
bukan dusun-rimbu 
pemukiman asal hutan 
yang berjasa Raden Wijaya sendiri 
maka diangkat Raja. 
Setelah jadi Raja Majapahit 
pada saat, waktu dinobatkan 
lalu diganti namanya 
adat lama berlaku 
kelaziman para Narpati 
juga jabatan lainnya 
jabatan tertentu 
biasa di mana-mana 
ganti nama adat itu sudah lazim 
demi jujuluk Raja. 
Sri Nalendra Ratu Majapahit 
Kartarajasa Jayawardana 
terkenal sang pemberani 
ada pula yang nyebut 
Bra Wijaya juga terpen 
pertama sebab asalnya 
p emula termasyhur 
yang memerintah negara 
makin lama negaranya makin wangi 
luas pemerintahannya. 
Demikian pula pusat negri 
cepat benar melebar luasnya 
tambah besar tambah ramai 
gedung-gedung dibangun 
lebih-lebih wilayah puri 
bagaikan jadi tanda 
ibukota masyhur 
   
--
ramai murah sandang-pangan 
panjang-punjung pasir wukir loh jinawi ' 
teijaga terpeühara. 
Maka dapat diangkat Narpati 
Raja Agung Raja bijaksana 
yang membantu Banyak Wide 
Sang Wiraraja masyhur 
yang membimbing Sang Sri Narpati 
agar mencari akal 
upaya yang ampuh 
untuk dapat kemuliaan 
Banyak Wide yang mengajar ngulah negri 
hingga terlaksananya. 
Jadi tangan-tangan Sri Narpati 
nomor dua dari pangkat Raja 
hampir sama kuasanya 
di Timur memerintah 
memerintah sebelah negeri 
yang lain tak tertinggal 
dapat restu ratu 
putra Arya Wiraraja 
ya'ni Sora dan saudaranya Nambi 
diganjar kepangkatan. 
Rangga Lawe tidak kecuali 
dapat pangkat yang seimbang jasa 
Lurah puh ikut tertulis 
Lurah yang di Kedadu 
diganjarnya oleh Sri Narpati 
tanah-tanah di sana 
dibawah Kedadu 
itu diberikan mutlak 
boleh turun temurun menjadi milik 
sah kepunyaannya. 
Tak terliwat semua dibagi 
yang setia mendapat ganjaran 
terkisah Baginda Raja 
pemurah hati masyhur 
   
--
meski sudah jadi Narpati 
senantiasa merasa 
bukan asal ratu 
sekadar menantu raja 
keluarga Kartanegara Sang Aji 
tapi jauh pernahnya. 
Bukan yang wajib menerima waris 
jadi raja dengan jalan perang 
keprabuan lewat tempur 
terpikirkan olehnya 
agar tidak sengketa nanti 
tentram ngolah negara 
semua putra ratu 
putra Sang Kertanegara 
yang jumlahnya semuanya empat putii 
keempatnya ditikah. 
Yang seorang sudah istri resmi 
Prameswari Putii Tribuana 
demi yang bertiga lagi 
Dijah Suhita jujuluk     
sebutannya Sri Maha Dewi 
dua Prajnaparamita 
Gayatri yang bungsu 
keempatnya 'lah ditikah 
diantara empat para putri tadi 
seorang dilebihkan. 
Ia itu Dewi Rajapatni 
dimasyhurkan Prajnaparamita 
karena putri Narpati 
dari istri kesatu 
karenanya harkatnya lebih 
lebih dari saudaranya 
berkuasa penuh 
perihal istri lainnya 
juga ditikah Putri Sri Indreswari 
atau Sang Dara Petak. 
Tapi ini hanya istri selir 
   
--
kelahiran berasal Sumatra 
kasarnya putrì diboyong 
sekarang yang ditutur 
Sang Narpati beranak putrì 
banyaknya hanya dua 
Diyah Wiat bungsu 
sebutan setelah besar 
Ratu Dewi Maharajasa terpen. 
Putrì junjungan Daha. 
Sri Tribuanatutungga Dewi 
Jayawisnuwardani yang tua 
mestika isi keraton 
serta terus termasyhur 
Sri Breng Kahuripan yang wangi 
nama waktu kecilnya 
Sri Gitarya ayu 
itulah putrì Baginda 
darah Prabu Kertanegara suargi ' 
tiada anak prianya. 
Tapi pula punya dari gundik 
ia itu dari Dara Petak 
seorang putra m entereng 
Kala Gemet disebut 
hanya itu putra Sang Aji 
berjumlah tiga orang 
wawangen      kedatun 
turunan mula pertama 
yang kelaknya ahli waris Majapahit 
temurun bersambungan. 
Terkisahkan putra Sri Narpati 
Kala Gemet pria Sintria 
ayahnya sangat kasihan 
anakanda tersebut 
hanya putra dari istri selir 
bukan darah Narpatya 
kalau tidak mulus 
tidak mencapai derajat 
karenanya Sang Raja bulat berpikir 
akan mengangkat putra.    
--
Dijadikan Pangeran Dipati 
calon raja yang merintah kelak 
bila Sang Raja 'lah mangkat 
pangkatnya harus tentu 
diangkat jadi Raja Kediri 
saat itu usianya 
baharu setaun 
menurut hitungan tanggal 
dalam tahun sribu dua ratus lebih 
sembilan puluh lima. 
Dijuluki Pangeran Dipati 
Sang Sri Jayanagara panjangnya 
Raja Kediri tersohor 
masih kecil Sang Sunu 
untuk mengurus menata negeri 
ibundalah wakilnya 
selama Sang Sunu 
sebelum tiba dewasa 
bukan main gembira Sri Indreswari 
mengingat derajatnya. 
Lama sudah bertahta Sang Aji 
Kertarajasa Wisnuwardana 
Majapahit di Keraton 
maka tibalah waktu 
saat pulang dari alam lahir 
menuju alam baka 
Sang Raja almarhum 
tercatat tanggal tahunnya 
seribu tiga ratus sembilan Masehi 
ribut isi negara. 
Agamanya masuk Batara Tri 
terutama menyembah Sang Siswa 
jadi jenazah Sang Raja 
dibakar tak dikubur 
seperti adat cara di Bah 
diambii abunya 
itu yang dikubur 
   
--
demi lebunya Sri Nata 
dikuburkan di dua tempat terpilih 
jadi dibagi dua. 
Sebagian dikubur di puri 
tempat itu yang paling utama 
itulah paling sesuai 
sebab berupa tugu 
leluhurnya di Majapahit 
yang jadi pujaan 
sedang yang separuh 
dalam candi dikuburnya 
ia itu dalam candi Sumber Jati 
berupa peninggalan. 
Sebelum mangkat Sri Narpati 
memerlukan memerintah orang 
membuat candi ajaib 
dihias arca bagus 
tubuh kasar Sang, Raja pribadi 
bersikap Dewa Siwa 
menunduk, merùnduk 
candi ini ditempatkan 
dekat Blitar yaitu di dusun Simping 
arca itu hiasih ada. 
Sekarang ini tempatnya Betawi 
disimpannya dalam Gedung Gajah 
pun disebut 'Gedong Arca' 
tamatlah yang ditutur 
keanehan di Majapahit 
asalnya upaya 
Wijaya yang mulus 
kini tamat riwayatnya 
meninggalkan Majapahit harum wangi 
bersinar 'ba cahaya. 
Jakarta,    Desember