• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label melayu 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label melayu 1. Tampilkan semua postingan

melayu 1

 allazi murakkabun ala jahlihi (Ar.) - orang yang terlalu dungu: jahil murakkab  
 kama sami'tuhu minjaddi wa abi (Ar.) - sebagai yang kudengar dari datukku dan     
bapaku  
 bi'at (Ar.) - kawasan; tempat  
setelah sudah kampung semuanya - berkumpul  
dikeluari - keluar melawan 
berperanglah terlalu ramai - terlalu dahsyat  
dipersalini - dikumiai selengkap pakaian  
paras - wajah  
"aku hendak bertanyakari bicara kepadamu" - nasihat; pendapat  
tara- bandingan  
"sahaja sebenamyalah pekerjaan yang seperti titah tuan hamba itu" - seperti titah tuan 
hamba itulah yang sebaik-baik dilakukan  
 Nabi Khidir - Menurut Turjumanul al-kitab junjungan , oleh Maulana Mohd. Yusuff Ali - 
Lahor, Namanya Balyabin Malkan. Seorang nabi yang ada sejak Nabi Ibrahlm a.s, 
pernah bertemu dengan Nabi Musa a.s. Dalam sahih Bukhari didapati Khidir ialah 
nama panggilan. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Dalam Sulalatus 
Salatin, Nabi Khidir dikaitkan pula dengan Iskandar ZulKarnain .  
 
derham (Ar.) - sejenis mata wang perak  
arkian - sesudah itu  
 
tiada ada bagainya - seumpamanya  
 dari masyrik lalu ke maghrib (Ar.) - dari timur hingga ke barat  
dari daksina lalu ke paksina (Sk.) - dari selatan hingga ke utara  
sahibul hikayat (Ar.) - yang empunya ceritera  
. kabul (Ar.) - diperkenan  
wali (Ar.) - wakil  
isi kahwin - mas kahwin  
rida (Ar.) - rela  
hukama (Ar.) - cendekiawan; cerdik pandai  
naik mempelai - tidur pertama kali dengan isteri  
 anugerahi - mengumiakan  
cembul - bekas mengisi kapur, pinang, gambir dsb.  
kenaikan - kenderaan  
khatifah (Ar.) - kain daripada bulu biri-biri; permaidani 
 kasad (Ar.) - maksud; niat; tujuan  
termazkur (Ar.) - tersebut  
tiada haid (Ar.) - tiada datang bulan  
 mengangkatkan kerajaan ninda baginda - menggantikan 
hatta - kemudian dari itu  
hilang - mangkat; meninggal dunia 
naik raja - menjadi raja  
  tiada terpermanai - tiada terbilang (ramainya) 
tiada sangka bunyi - terlalu bising  
 meta - ganas  
gumba - bincul pada dahi gajah 
lebu duli - debu  
gorah bumi (Par.) - ukuran jauh, kira-kira dua atau tiga batu  
 menampilkan gajahnya - maju ke muka  
balohan gajah - rangka tempat duduk di atas gajah  
gajah tunggal lagi meta - gajah yang mengasingkan diri dari kawan-kawannya, amat 
ganas  
 pilu (pilau) - sejenis perahu China  
 gerangan - agaknya  
betapa - bagaimana  
utus (utas) - tukang; mahir dalam pekerjaan tangan 
hulurkan - turunkan  
 iradat (Ar.) - kehendak; kemahuan (Tuhan)  
 ghaib (Ar.) - lenyap; hilang  
 kuda semberani - kuda sakti yang bersayap 
tafahus - penyelidikan yang teliti  
  seperti dituang - seperti dibuat dengan acuan 
serba - aneka  
saput - litup  
Bijaya negara (Vijayanagar) - sebuah kerajaan Hindu di India Selatan didirikan oleh 
Vira Ballaha III dalam T.M. . Mencapai puncak zaman gemilangnya pada T.M. 
- dalam pemerintahan Maharaja Krishna Devaraya - jatuh pada T.M.   
 Alkisah - 'menurut ceriteranya', biasa digunakan dalam kesusasteraan lama sebagai 
memulai sesuatu ceritera baru  
balu - isteri yang suaminya telah mati 
berhuma - berladang  
nasab (Ar.) - keturunan (terutama dari sebelah bapa)  
 ingar-ingar - bising-bising  
gemala - batu bercahaya yang mempunyai hikmat (berasal dari ular, naga dan lain-
lain)  
negara bukit - puncak  
  curik - sejenis pisau atau parang 
sekonyong-konyong - tiba-tiba 
pancar - keturunan; anak-cucu 
alamat - bukti; tanda  
 embuk - ibu  
ciri - di sini dimaksudkan suatu mantera rasmi (asalnya dari bahasa sanskrit) yang 
diucapkan pada ketika terTeritu dalam istiadat perlantikan raja dan sebagainya.  
dahulukala - zaman dahulu  
syahadan (Ar.) - selanjutnya; digunakan dalam kesusasteraan lama untuk permulaan 
perenggan baru.  
  baluhan - bingkai (gendang; tabuh dan lain-lain) 
paman (Jw.) - Pak cik  
beradu - tidur  
kedal - sejenis penyakit kulit yang meninggalkan kesan bertelau-telau pada kulit  
  Kuyu - tiada berseri; suram; muram (muka) 
manira (Jw.) - saya; aku  
mengembala - mengendali, mentadbir  
  fadhihat (Ar.) - cela; aib  
cedera - di sini mungkin dimaksudkan tidak mematuhi janji  
 wa'ad - janji  
 berjaga-jaga - adat berjaga siang malam (kerana kenduri kahwin dan sebagainya)  
panca persada - bangunan persiraman yang bertingkat-tingkat  
karar (Ar.] - tetap Teriteram  
 sumbing - sumpik pada mata pisau dan lain-lain 
 rosak - ditirupa kecelakaan atau kerugian  
laut Selbu - laut lepas; samudera  
tanah Andalas - Andalas (Sumatera)  
 bermuat - mengisi barang-barang ke dalam perahu dan sebagainya  
telumba, tongkang, ganting, kelulus - nama jenis-jenis perahu  
 kalut (kalut kelibut) - kelam-kabut  
bercita - mencipta atau mewujudkan sesuatu dengan kuasa batin  
 alu-alukan - sambut dengan baik (tetamu)  
nobat - bunyi-bunyian diraja mengandungi gendang nobat, nafiri, nagara ( buah), 
serunai ( buah), gendang ( buah), termasuk seorang pemimpin  
labuhan dagang - pelabuhan  
bicara - pendapat; nasihat  
lancaran - sejenis perahu besar yang laju 
bangun teruna - perawakan seperti teruna  
 selur, den dang, jong, tidar, data, banting - nama jenis-jenis perahu  
tunggul, panji-panji, merawal, ambul-ambul - namajenisjenis yang merupai bendera 
dibawa dalam perarakan taruk kayu - pucuk kayu  
 badram belawa - nama pedang  
penjawat - pegawai-pegawai perjawatan di istana 
payung iram-iram - sejenis payung Diraja, bahagian tepinya berlipat-lipat dan 
berumbai-umbai 
cogan kerajaan - tombak lambang kerajaan 
panji-panji alam - panji-panji lambang kerajaan 
sabur - kelam-kabut  
 seri balai - terkadang disebut balairung seri  
seri penghadapan - tempat raja bersemayam dihadapi Orang Besar-besar dan lain-lain  
puan - sejenis tempat sirih yang diperbuat dari emas atau perak  
 badar sila - sejenis kain putih yang halus  
diwangga pirang - sejenis kain serasah indah, tanahnya  
berwama perang bertandu - berusung  
dayang-dayang - gadis-gadis pelayan di istana 
mendara perwara - gadis-gadis pcngiring permaisuri  
 akan kerajaan - akan menjadi raja  
ditabalkan - dirasmikan dengan istiadat menjadi raja 
dinobatkan - dinaikkan ke atas takhta kerajaan dcngan istiadat sambil bunyi-bunyian 
nobat  
ateria (kesyatriya) (Sk.) - hulubalang  
perawangan - golongan orang lelaki dalam istana yang disebut awang  
perdaraan - golongan wanita dalam istana yang disebut dara  
membawa perempuan - membawa isteri  
 serba mati - segala sesuatu boleh menyebabkan kematian, walaupun ditimpa rambut 
sehelai  
berhadir - menyediakan  
pembujangan, kayuh-kayuhan, penanggahan-tetlentam – nama jenis-jenis perahu  
panjang lima belas - dimaksudkan lima belas depa  
 karang-karangan - jenis binatang (berkulit kapur) di tepi pantai yang boleh dimakan 
seperti kepah, remis dan sebagainya  
 mengirap pasir - hapus pasir (dilitupi air)  
 molek perbuatan tanah itu - baik keadaan bentuk bumi tanah itu  
tangkas - pantas; cergas  
kambing randuk - kambing jantan tua yang berjanggut dan berbulu banyak  
tiada menyahut - tiada menjawab 
 mustaid (Ar.) - siap; lengkap  
 sambuk, batil - nama jenis-jenis perahu  
  tiada dituruninya - tiada ia turun dari tempatnya untuk menyambut  
 masing-masing pada martabatnya - masing-masing mengikut taraf dan darjatnya  
betara - gelaran raja Majapahit  
tatal - kelupasan yang tipis dari kayu (biasanya panjang-panjang) yang diketam 
(ditarah dan lain-lain)  
Nusantara - kepulauan Melayu  
ditarah - dilicinkan  
subang - perhiasan cuping telinga perempuan yang dicucukkan ke dalamnya  
 ibarat (Ar.) - kias; umparna  
dipertidaknya - dipandang rendah; dipermudah-mudahkannya  
ajaib (Ar.) - hairan  
salah tempa - salah sangka; salah anggapan  
baharu duduk mentimun - baru belajar-belajar duduk 
pakanira (Jw.) - kamu; tuan  
paduka sangulun (Jw.) - paduka tuanku 
bingkisan - barang kiriman; buah tangan  
 jong, ganting, lelanang, pemangkah, telemba, jokong nama jenis-jenis perahu lama  
maka patahlah kelengkapan Majapahit - alah; tewas 
seligi - sejenis senjata seperti lembing (diperbuat daripada ruyung, buluh dan lain-lain 
ditajarnkan)  
 lukah - sejenis alat menangkap ikan  
banir - akar yang keluar daripada tanah seperti papan 
boleh - beroleh  
dapat tiada - sudah Teritu; sudah pasti  
ilmu halimun - ilmu yang boleh menghilang diri 
bantun - cabut  
 saujana mata memandang - sejauh pemandangan mata 
merdaheka - merdeka; bebas  
kuras - sejenis pokok  
pilang - sejenis perahu  
kempas - sejenis pokok yang kuat kayunya 
 sama seorang - seorang diri  
datanglah ke negeri sembilan  - sampailah ke negeri sembilan  
 berkuat-kuatan - berlawan mengadu kuat 
tersandang - terdampar  
  setara - sejajar  
ayapan - makanan, jamuan (berbahasa kepada raja) 
bicaramu - pendapatmu  
disesaknya - diasaknya  
 dengan bicara tuan hamba - dengan ikhtiar tuan hamba  
 mufarik - bercerai; berpisah  
 oleh apa - mengapa  
nisan - batu tanda pada kubur  
ditumpu - ditekan secara menolak perlahan-lahan 
ulu - kepala  
lembang - lekuk  
 diemasi - memujuk dengan memberikan emas 
 fakir - orang miskin  
sudah lalu - sudah lampau  
 berkarang - mengutip karang-karangan  
narawastu - wangi-wangian diperbuat dari akar-akar wangi  
anak gahara - anak raja yang lahir dari permaisuri 
 gering - sakit (bahasa kepada raja)  
bersalahan - bersalah; bertelingkah  
semesta (Sk.) - seluruh; segenap  
 syahru 'n-Nuwi - ibu kota Thailand zaman dahulu 
sum - sejenis kapal Siam  
 bahara - timbangan berat, yang berlain-lainan (bergantung pada barang yang 
ditimbang)  
 mong-mong - canang  
  digagahinya juga dirinya - berdegil juga 
musykil (Ar.) - sulit; sukar  
hilanglah budi bicaraku - hilanglah pertimbangan akal yang sempurna  
tergerak hatinya - marah dan berdendam  
masyghul akan dirinya - melupakan hal dunia, semata-mata memikirkan akhirat  
 puawang - pawang  
maya - apa  
 ahmak - dungu; tongong 
alamat (Ar.) -lihat hlm.   
 ilmu khayal lillah lagi tamam dua belas alam -? 
bikang - sejenis kuih; kuih bingka  
 terhantar - terlantar  
 tui - sejenis pokok  
todak - sejenis ikan laut bermuncung panjang 
berkotakan betis – berdiri berjejeran di tepi pantai sehingga betis-betis merupakan 
sebagai benTerig 
jongor - muncung yang panjang  
mendayakan diri - menipu diri; membodoh diri  
 tatkala ia akan dibunuh, maka ia menanggungkan haknya atas negeri itu - haknya 
sudah semestinyalah mendapat sebaik-baik balasan, tetapi hukuman kejam pula 
diterimanya; dosa dan balasan dari akibat kekejaman inilah yang ditanggungkan ke 
atas negeri itu  
dipakai – dipergundik 
percanggaikan – sulakan 
keti - seratus ribu  
 patahlah perang orang negeri sembilan  - alah; tewas 
rengkiang - tempat menyimpan padi  
ada datang sekarang dengan beras itu - hingga sekarang 
 terhidu - terbau  
mendarat - berjalan ke arah darat  
membaruh - berjalan mengikut hala ke sebelah pantai 
 kalam - zakar; kemaluan lelaki  
khatan - sunat (memotong kulup)  
tunggang-tunggik - membongkok menundukkan kepala kemudian tegak semula 
berulang-ulang kali 
tiada bersela - tiada celah yang kosong 
haru-birulah bunyinya - hingar-bingar  
ke dalam - ke istana  
 menderumkan - merendahkan badan gajah dengan melutut  
masuk agama  - menganut agama agama   
kekuningan larangan - dilarang orang kebanyakan memakai atau menggunakan warna 
kuning, kerana segala yang berwama kuning menjadi hak raja  
tiada dapat dipakai - tiada boleh; tiada dibolehkan 
diambil akan sapu tangan - dibuat  
tabir - tirai  
ulasan bantal - sampul bantal  
rumah bermanjungan bertiang gantung - rumah yang tiang anjungnya tiada tertanam 
atau terletak ke tanah  
 peranginan - ruang di bahagian atas tempat berangin dan bersenang-senang  
bertingkap berhadapan - bertingkap dan mempunyai bilik yang seolah-olah merupai 
tempat mengadap raja 
penduk - penyalut pada sarung keris dari emas perak dan lain-lain  
teterapan keris - sarung keris yang dilapis dengan emas atau ditatah dengan permata  
keroncong - gelang kaki yang dilekatkan padanya loeeng kecil  
 berpancung - memakai kain yang hujungnya diserongkan  
sebai - kain yang dibelit ke leher untuk menutup bahu, dengan dua hujungnya 
tergantung  
kelek-kelekan balai - sejenis serambi pada balai istana ketapakan balai - tempat 
kehormatan dalam istana selasar - sejenis serambi  
ketur - tempat ludah  
kendi - scjenis bekas air minum  
 ceper - sejenis talam kecil  
kerikal - sejenis pinggan besar atau talam yang berkaki 
had (Ar.) - takat; enggat  
serunai - sejenis alat bunyi-bunyian tiup  
nagara - sejenis gendang besar  
medeli (medali) - sejenis alat bunyi-bunyian seperti seruling diperbuat daripada 
tanduk  
perserian, persangan, pertuanan - pegawai-pcgawai yang bergclar seri, sang dan tuan  
 destar - kain ikat kepala, Terigkolok; tanjak  
dibiru-biru - dilipat-lipat secara lebih kurang sahaja 
diampu - ditatang dengan dua belah tangan 
masing-masing pada patutnya - menurut taraf dan darjat masing-masing  
patam - hiasan dari benangemas dan lain-lain pada tepi pakaian; penutup dahi  
pontoh - sejenis gelang pada lengan atas penangkal - tangkal; azimat  
khalkah (Ar.) - gelang kaki  
bertimbalan - pada kedua belah lengan  
usungan - tandu, alat kenaikan yang dibawa dengan di-  pikul beramai-ramai, di atasnya terdapat ternpat duduk    
 jogan - tombak, bendera, sebagai tanda kebesaran raja jikalau berjalan  
lebih kanan daripada kiri - ketika berjalan mengiring raja pihak yang di kanan lebih 
tinggi darjatnya daripada pihak yang di sebelah kiri  
tombak berjajar - deretan tombak-tombak yang dibawa orang  
pawai - alat kebesaran raja yang dibawa ketika berarak 
yang kena sirih nobat - orang yang menerima sirih di majlis penobatan  
raja bekerja - raja mengadakan sesuatu istiadat diraja 
mengunjung orang - menemui orang; menyambut orang 
Syahbandar - ketua pelabuhan  
dalam kira-kira Penghulu Bendahari belaka - semuanya di bawah urusan Penghulu 
Bendahari  
 tiada dapat - tiada boleh  
sejadah (Ar.) - tikar sembahyang  
sembahyang teraweh (Ar.) - sembahyang sunat pada malam hari dalam bulan 
Ramadan, iaitu selepas sembahyang isyak  
berTerigkolok - memakai destar  
beroleh - boleh  
bersaf-saf (Ar.) - berderet-deret  
gendang adi mula - gendang yang mengisyaratkan permulaan istiadat dan sebagainya  
astaka (Sk.) - sejenis balai dalam istana; balai pertemuan 
sinda (senda) - saya; hamba  
rawi (Ar.) - periwayat; yang empunya cerita  
 papan cuki - papan untuk permainan yang memakai buah seperti dam, catur dan 
sebagainya  
 terselirnpang - tercelapak  
dipersurupahkan - dijadikan pantang-larang 
didudukkannya - dikahwinkannya  
 menitir - memukul  
dendam sahaya dapat berdapat - rindu saya dapat kiranya layanan yang sepadan  
 raja-diraja - usungan jenazah raja 
 dinyahkan - dihalau  
 maulana (Ar.) - gelar untuk ulama besar  
si polan - sebutan untuk orang yang tiada diketahui namanya  
 teraula - terutama  
mengerjakan - pengertian di sini: membunuh atau mengusir  
atas angin - pada zaman dahulu negeri-negeri yang dianggap sebagai negeri atas angin 
ialah India, Parsi, Arab dan juga Eropah  
 serta aku datang - apabila sahaja aku datang  
tiada kena kerja raja - tiada menjawat apa-apa jawatan dari raja  
menolak - membuang; menyingkirkan 
 bawah angin - kepulauan Melayu  
surat sembah - surat mengaku tunduk di bawah kuasa 
 barang titah - apa-apa titah  
fiil - pekerti  
anak perempuannya - anak isterinya  
 pasungan - alat dari kayu berlubang dipasang pada kaki (tangan atau leher) sebagai 
hukuman atau supaya jangan lari  
jeluk - bekas mengisi air dan lain-lain tumang - sejenis tungku  
dengan sakai hamba - dengan orang bawahan hamba  
  berkisar - berpindah; beralih 
bersinggit - bergeser; berselisih 
kedapatan - dijumpai; diketahui 
melihat kelakuan - gelagat; gerak-geri  
 mohon tuanku - ampunilah tuanku (kerana melahirkan tidak berkenan)  
daulat tuanku - di sini dimaksudkan bersetuju, berkenan  
ditalak (Ar.) - dicerai  
idah (edah) (Ar.) - masa menanti bagi orang perempuan yang diceraikan atau 
kematian suami selama tiga kali haid ( hari); dalam tempoh tersebut perempuan 
itu belum boleh kahwin  
saudara sejalan jadi - seibu sebapa; saudara kandung  
 sulu - intip  
olang-oleng - tidak tetap, berayun-ayun ke kiri ke kanan  
 paduka bubunnya - gelaran hormat untuk raja Siam 
bercakap - menyatakan sanggup  
bermain panah lasykar - berlatih memanah dengan panah askar  
dewal - dinding atau ternbok keliling kota dan lain-lain seperti dewal orang berdikir - 
mungkin dimaksudkan keadaan tempat berlatih rnemanah itu  
dihalakannya - ditunjukannya arah  
 berladung - dibasahi  
rantau - pantai sejauh sungai, pesisir dan lain-lain 
musim utara - masa angin timur-laut bertiup (dari November hingga Januari)  
kelian emas - galian atau lombong emas  
pemanggangan - alat (penyepit) untuk rnemanggang daging, ikan dan lain-lain. 
Sepemanggangan bererti sebanyak daging yang boleh disepitkan pada satu 
pemanggangan  
 raga-raga - berlagak-lagak  
  digalahkan - ditolak dengan galah (bukan dikayuh) 
jeram - air terjun di sungai  
randaukan - memasukkan benda-benda lain supaya menjadi lebih sedap atau lebih 
banyak; buat rencah 
tangguk - sejenis alat menangkap ikan, berupa jaring berbingkai yang dipegang  
dipisitnya - disoal dengan teliti atau dengan ancaman supaya mengaku (membuka 
rahsia)  
apit - diseksa dengan alat menyepit jari  
payung iram-iram berapit - payung irarn-iram yang dibawa berdamping di hadapan 
raja dan lain-lain  
 upeti - persembahan (barang, emas dan lain-lain) yang wajib dibayar kepada raja atau 
negara yang berkuasa 
 mentaksirkan - menganggap lalai  
mengutus - mennghantar wakil  
 keraeng - gelaran bagi orang bangsawan (di Makasar) 
juak-juak - Hamba raja yang mengiring raja atau membawa alat kebesaran  
jalan muafakat - hubungan berbaik-baik 
apa kehendaknya - apa hajatnya  
sirih berkelurupang -- sirih yang diperbuat seperti kelong-  
song dan di dalamnya diisi pinang, gambir, kapur dan lain-lain  
 juadah-kuih,penganan  
angin musim - angin yang datang menurut musim tiap-tiap tahun  
kegemaran - yang disukai 
sikap - perawakan  
 mengembari - melawan; menentang 
pepak - penuh sesak  
petaruhku - titipanku, amanatku 
menyuruh ia kepada aku - mengutus  
 dipindahkannya - disampaikannya  
dimasukinya - pergi (kepada orang itu) untuk menuntut ilmu  
perhangan - lihat hlm.   
 ditatapnya - diperhati dengan teliti 
berguru - menuntut  
batil - mangkuk dari logam  
 beralangan - dalam keadaan berselisih (berseteru) 
rata - sekaliannya  
 pengapitnya - dimaksudkan sebagai timbalan 
pegangannya - tugasnya memerintah 
pungutan - perahu-perahu yang dikumpulkan  
lalai (tali lalai) - sejenis tali untuk memutar kayu palang tempat menggantung layar 
(di perahu)  
bubutan (tali bubutan) - tali penegak tiang untuk mengukuhkan tegak tiang perahu  
dikelati - ditarik tegang  
mudarat (Ar.) - merbahaya  
 kepilkan - didampingkan 
untut - penyakit bengkak kaki  
mengantul - menganjal; melambung kembali 
amat jahat - di sini dimaksudkan hodoh, hina  
 ketumbukan - di sini dimaksudkan tugas menyerang  
pemali - pantang  
 nugerahi - anugerah  
 penyadap - orang yang mengambil niradengan memotong mayang kelapa, kabung dan 
lain-lain 
perempuannya - isterinya  
tiada khabarkan diri - tiada sedarkan diri; pengsan  
  rosak - di sini dimaksudkan karam  
mengusir - mengejar; berenang mendapatkan 
senyampang - kebetulan; mujurlah  
ditimang - disanjung dengan berbagai kata pujian  
 memayang - menangkap ikan di laut  
rajut - pundi-pundi yang diperbuat dari siratan benang 
pawang - ketua kumpulan nelayan  
masyghul - dukacita  
 panggungan - anjung kecil (rumah yang tinggi, tempat berangin-angin atau meninjau; 
balkoni) 
pada bicaranya - fikimya  
sabuk biaban hijau - sejenis bengkung  warna hijau 
gelang kemit tubuh - sejenis gelang  
sunting - perhiasan berupa bunga yang dicucukkan di rambut atau di belakang telinga  
bunga semadarasah wilis cempaka - bunga cempaka biru 
berurap-urapan - berpupur dengan urap (minyak wangi cair)  
serigading - sejenis tumbuhan yang putih bunganya 
ketirah - sejenis tumbuhan berdaun merah  
pangus - cekap; cekatan  
 kula (Jw.) - saya; patik (kepada raja) 
penaka - seolah-olah  
turus - tunggak; tiang  
 rama andeka - ayahanda paduka tuanku 
berdatang sembah - berkata-kata (dengan raja) 
didudukkan - disini bererti diberi tempat duduk 
 hang - gelaran orang istana yang disebut hang  
 tiada terkembari - tiada terlawan  
memengkis - membentak; berlagak cabaran  
terkokol-kokol - menggelatuk; tergigil-gigil 
diusir - dikejar; diikuti  
dapur-dapur susu - bahagian di bawah tetek 
dilekatkan - dikekalkan  
 ratna mutu manikam - pelbagai intan permata  
keris ganja kerawang - keris yang ada berpalang tangan dan berukir hulunya 
perlente - penjahat  
tunggui - jagai; kawal  
penjurit (Jw.) - pejuang; askar upahan; perwira Jawa  
 
 berhadir - bersiap sedia  
akan mengerjakan - di sini ertinya memulakan kerja kahwin  
paseban agung (Jw.) - balairung  
'iyar (Ar.) - berbangga dengan keperwiraan 
utar-utar - perisai kecil berbentuk bundar  
 genta - loceng kecil  
berlayam - menari dengan melila-lilakan pedang, perisai dan lain-lain  .  
dikirapkannya - menggerakkan ke atas ke bawah 
sapu-sapu rengit - disebut juga sapu-sapu ringin, sejenis permainan dalam, dengan 
kaki berlunjur dan menghayun tangan ke kanan ke kiri sambil menyanyi 
berkanjar - berlunjur  
tanpa kedep tambung laku sira (Jw.) - tak hormat kelakuanmu; pura-pura berbuat 
tidak tahu  
balai larangan - rumah di kawasan istana tempat puteri-puteri  
 juru ganjur - pengawal yang memegang tombak 
bersamarlah - tiada nyata lagi kerana banyaknya 
alun-alun (Jw.) - tanah lapang di muka keratin 
gegak-gempita - riuh-rendah; terlalu bising  
panggungan - di sini ertinya; tempat menonton wayang dan lain-lain  
 bertaru - hingar-bingar  
gendir, sambian, sekati, gelinang dan lain-lain - nama jenis bunyi-bunyian Jawa  
menjadi zaman - di sini dimaksudkan kenang-kenangan 
sampean (Jw.) - paduka tuanku  
 cendala - jahat; hina  
keparat - celaka; bangsat (kata makian)  
kepetangan (Jw.) - bijak; banyak mempunyai tipu helah 
sendal (Jw.) - curi  
 hunus – cabut 
tersemu - terpedaya  
 alap - mengambil dengan cara mengait 
mengigal - menari dengan gaya yang menarik 
 kecederaan - malapetaka; kecelakaan  
 pelindungan - jamban; kakus  
diudar - diruntun; ditarik kuat-kuat  
 berlangir - mencuci rambut, badan dengan sejenis wangi-wangian  
hujjatul balighat (Ar.) - bukti (tanda) sudah dewasa bermukah - melakukan 
persetubuhan yang haram; berzina  
 Kimka - scjcnis kain yang halus dan berbunga 
gharib-gharib (Ar.) - luar biasa; ajaib  
cerpu - sejenis terompah dari kulit  
sarat - penuh (muatan perahu)  
dinihari - waktu belum terbit fajar  
 gagak sekawan - ini mungkin dimaksudkan pasukan perajurit China yang memakai 
serba hitam  
gong pengerah - gong untuk memberi isyarat berhimpun (mengerah dan lain-lain)  
separsakh - sejenis ukuran jauh, kira-kira sejam perjalanan  
mungkur - sejenis usungan atau tandu 
demi - sebaik sahaja  
digelek - dipusar di an tara dua belah tapak tangan sehingga jadi bulat  
 pada sehari-hari - setiap hari 
legat - tertumpu tetap  
membibit - menjinjing dengan hujung jari 
menengadah - mendongakkan kepala  
ada permusuhan - dalam ancaman seteru  
 biaslah - terbiluk dari hala tujuan yang asal 
 seri kopiah - gelaran hormat untuk raja China 
penyakit kenohong - sejenis penyakit kusta 
tulah - kutukan  
 berkendak - bermukah  
hasratnya yang sah - di sini dimaksudkan hakikatnya yang sah  
perhangan - golongan pegawai yang bergelar hang 
kesiangan - terlewat (bangun dari tidur) hingga siang 
jebang - perisai panjang dari kayu bersalut kulit 
ranggas - pokok yang meranting tiada berdaun  
 mengenang - terkenang akan 
menaiki Hang Jebat - naik melawan 
bermara - mendapat mara  
masa kita samakan - tidak kita samakan  
 diterpa – diterkam 
seperi-perinya - katakanlah  
 Bukit Kaf - menurut riwayat, iaitu nama pergunungan dunia yang terbesar  
bukan barang-barang hamba - bukan hamba yang sembarangan  
ada perkenaan - ada pekerjaan yang hcndak ditanggungkan kepadanya  
teranggar-anggar - tidak tetap; terhoyong-hayang miskinan - kedaifan  
basuhkan arang di muka aku - hapuskan malu aku menjunjung duli - di sini 
maksudnya; mengerjakan perintah raja  
 terlanjur - terdorong; terlangsung  
bertemu sama sebesi - bertikam seorang sebilah keris 
temasya - jadi tontonan  
menyiah - berganjak ke tepi: menyisih 
faraj (Ar.) - kemaluan perempuan  
kemamar-kemamar bahasa - seolah-olah hilang ingatan atau pandangan  
 moga-moga - di sini dimaksudkan tiba-tiba atau kebetulan  
diumbut - dibunuh  
pantatnya - punggungnya  
 kapa-kapa - atap yang curam pada kedua pihaknya gajah menyusu - atap tambahan 
atau yang disambung pada rumah  
layang-layang - bahagian rumah antara bumbung dengan dinding yang berbentuk 
segitiga  
sengkuap - sejenis serambi tambahan  
belalang bersagi - nama sejenis kayu bumbungan yang bersegi-segi  
kambi - papan lebar yang dipasang pada dinding 
kilau-kilauan - bercahaya gemerlap  
ditampali - dilekatkan  
rasuk - kayu yang dipasang di antara dua tiang rumah 
birai - selusur; tepi  
rembatan - kayu palang yang dipasang untuk menguatkan pintu  
disiripkan - ditindih-tindih atau dilapis-lapis (genting)  
 penanggahan - tempat memasak; dapur 
 ibul - sejenis tumbuhan. (palma) 
hendak bangat - hendak cepat (siap)  
beramu rasuk kulim - pergi ke hutan mencari kayu kulim untuk dibuat rasuk 
mengenakan – memasang 
syahmura - sejenis senjata  
berbela api - mengawal; memadamkan 
berlepas harta raja - membawa keluar 
berbela segala harta – menyelamatkan 
menghulu-hulu - mendahului  
pekis - mengeluarkan kata-kata yang keras  
 bawakan - beban  
berselat - memegang (menguasai) sesuatu kawasan selat 
balai apit pintu - balai sebelah menyebelah pintu  
balai kendi - balai tempat mengambil air  
 terlalu olahan - banyak ragam; tingkah tiga hari maka sudah - baru  
penanak - sepenanak ertinya selama orang menanak nasi hingga masak  
 dengan - hamba tebusan  
penghulu dengan - tuan punya hamba 
 cipan - sejenis senjata seperti kapak 
menyisip - sipi; tidak tepat  
 meletakkan - menempatkan  
adipati (Jw.)- kepala daerah  
 kelengkapan - di sini dimaksudkan kapal-kapal dari angkatan laut  
 niat - hajat di hati  
lebuh - jalan raya  
penjawat - di sini dimaksudkan pegawai pengiring 
 berbalas - membalas  
hendak derhakakah ke bukit? - hendak derhakakah kepada raja?  
datang ke Terengganu - hingga; sampai 
 bangat - cepat  
bidak - buah catur yang terendah  
 emak bongsu - adik yang bongsu kepada ibu atau bapa 
saudara emakmu - adik beradik emakmu  
hujung tanah - bahagian yang selatan sekali dari Seme-  
nanjung Tanah Melayu 
teluk rantau - daerah sekeliling  
memairi - mengawal laut (meronda) dengan perahu (kapal)  
campaki sauh terbang - liruparkan besi yang berbentuk sauh ke perahu lawan, apabila 
lekat lalu ditarik hingga rapat  
putar - ditarik dengan alat pemutar 
tetas - potong (tali dan lain-lain)  
 tawar ipuh - jampi atau ubat untuk menghilangkan bisa getah ipuh yang beracun itu  
jenawi bertumit - pedang yang lurus panjang, digunakan dengan dua belah tangan  
terpencil - terpisah dari yang lain  
batu tolak-bara - batu pemberat digunakan sebagai pengimbang dalam perahu  
ilmu tasauf (Ar.) - ilrnu suluk, mistik  
hadas (Ar.) - berkeadaan tidak sud diri orang agama  yang menyebabkan tidak boleh 
bersembahyang  (tawaf dan lain-lain)   
 Duri'l-mazlum (Ar.) ( ) mutiara yang dizalimi atau "Duraril-mazlum " 
( ) yakni permata bagi orang-orang yang dizalimi. 
fatwa (Ar.) - keputusan dari segi agama yang diberikan oleh alim ulama atau mufti 
mengenai sesuatu masalah .sudah bermakna - sudah mempunyai penjelasan  
 junun (Ar.) - karam dalam rasa cinta ilahi  
memecat diri - sendiri meletakkan jawatan  
emas urai - emas yang masih berbutir-butir  
 memalis - memaling ke arah lain (kerana marah dan lain-lain)  
 membaliki - menarik kembali apa yang sudah dikatakan khalayak (Ar.) - di sini 
dimaksudkan ramai  
tahkik - di sini dimaksudkan yang sebenarnya  
 Cempa – sekarang dikenali dengan nama Vietnam 
mayang - bunga pinang (kelapa, kabung dan lain-lain) 
mengurai - keluar berjurai dari kelongsong  
seludang - kelongsong mayang (pinang, kelapa dan lain-lain)  
panca-wama - lima warna  
  pada sepenampang - garis Terigah pada permukaan (bidang) sesuatu  
angin tegang kelat - angin kencang 
mendapatkan - menemui  
 tiada beralahan - kedua-dua pihak tiada mau kalah berlepas anak bininya - lari 
menyelamatkan anak isteri 
 balok - perahu muatan  
laksa - sepuluh ribu  
 asa-asaan - harap-harapan  
bersaji nasi - menghidangkan nasi 
jurutanak - tukang masak  
makan sedaun - makan beramai sama-sama di atas satu daun  
 azamat (azmat) - hebat 
berhantaran - bertibaran  
mengelih-ngelih - menoleh-noleh; mengawasi 
unjukkan - hulurkan  
lepuri - terkam; terpa  
lari merapah - lari memijak-mijak tanaman 
 digulungnya sekali-sekali - dihambat; diserbu 
pintu tani - pintu kawasan luar istana  
"yang sembah hamba di Melaka itu, tinggal di Melakalah - sembah hamba ketika 
hamba di Melaka itu batallah  
 berjahat - memburukkan  
 sama datang mata keris itu - kens keduanya menikam sama semasa  
 jangan apalah - janganlah kiranya  
berkaul (Ar.) - bernazar; berniat melakukan sesuatu apabila hajat berhasil 
diafiatkan (Ar.) - disembuhkan  
khazanah (Ar.) - di sini dimaksudkan: harta kepunyaan layu rumput di halaman Yang 
Dipertuan - sebagai kata  
kiasan kepada perkataan "tuanku mangkat"  
 mengarnbil hak orang tiada sebenarnya - bukan secara halal  
makan haqul-adam (Ar.) - makan hak sesama manusia (tiada dengan cara halal)  
khali (Ar.) - berhenti; lalai  
jemah - kelak  
 kira-kiramu - perkiraan (dosa pahala)mu di, hadapan Tuhan  
 buas - galak; ganas 
 bodi - pohon beringin  
 pedang bertupai - pedang yang ada palang di hulunya tersampai - tersangkut  
 remak - lebih baiklah  
 petak agung - petak besar  
tiang agung - tiang yang tertinggi 
kurung - bilik dalam perahu  
pekajangan - bahagian belakang perahu yang beratap dengan kajang  
 terjerumus - tersungkur  
pelabun - senda dalam bualan 
menyurung damai - minta berdamai 
 termasya - seronok  
mengupam - menggilap  
timbangan lada pidir - sama maksudnya dengan kecil-kecil cili padi  
 menjadi ibu - menjadi pemimpin pennainan 
duduk umbi - pangkainya baru membesar 
beladau - sejenis golok  
 datangi - di sini dimaksudkan serang 
dekat patut - lebih patut  
makar (Ar.) - kecurangan; di sini lebih hampir kepada maksud bongkak  
ta'ajal (Ar.) - terburu-buru; tergesa-gesa  
 anu - sesuatu yang tak disebutkan namanya (orang, benda dan lain-lain)  
maharajalela - melakukan sewenang-wenang 
 dapat membunuh - dibolehkan membunuh 
 umur kita telah pautlah - genaplah  
barang suatu - apa jua sesuatu  
 ketanahanmu - asas tempat kamu bertapak 
tiada apa bahananya - tiada begitu besar  
 bentan- berbalik sakit (sesudah agak sembuh) 
lepas dari tangan - meninggal dunia  
sabur - di sini ertinya tidak keruan  
 serta aku datang - apabila sahaja aku sampai 
tergerbang-gerbang - terurai dan kusut (rambut)  
 syahidlah - ini dirnaksudkan sebagai menempelak. Syahid bererti mati kerana agama 
 agama  
bergagah - berdegil  
suratan ajal - batas hidup menurut takdir 
 Pak Si Bendul - Pak Pandir; tolol 
sediakala - setiap waktu  
 tiada perolehan - tiada mendapat apa-apa 
 padalah - cukuplah  
turut-turutan - mengikut-ikut (kehendak, pemikiran orang lain)  
seturutan - sama perbuatan dengan mengikut orang lain 
dengar-dengaran - melayani; pedulikan  
waswas - sangkaan  
'alaihil-Ia'anat (Ar.) - yang terkutuk  
puntung - lebihan (dian, rokok, kayu dan lain-lain) yang sebahagian besar sudah 
terbakar  
 saraf (Ar.) - perubahan kata-kata (dalam bahasa Arab) 
nahu (A) - tatabahasa  
ilmu fikah (Ar.) - pengetahuan berkenaan hukum agama agama   
Terigah tiga jengkal - dua jengkal seTerigah 
pendua (keris) - pengganti  
 bermain - berseronok-seronok  
gusar - marah  
ditalaknya - diceraikannya  
 tanda kurnialah - melambangkan tanda kasih  
adang - tunggui (dengan maksud akan menyergap dengan tiba-tiba)  
tumpah darahnya – lahirnya 
 dicabuknya - dipalunya  
kusa - tongkat yang berhujungkan kait besi (untukmengendalikan gajah)  
pesuk - pecah berlubangbesar  
 banian - sejenis peti  
penanak - selama orang menanak nasi  
titah dipanggil - raja memanggil (berbahasa untuk raja) 
 adat - kebiasaan  
bertimbal rengka - duduk di sebelah kiri dan kanan rengka supaya imbang  
 dipaling - dipusing kembali  
 tagar - guruh; guntur  
tiada dihisabkannya - tiada dihiraukannya  
 kisi-kisi - kayu atau besi yang dipasang berderet (pada tingkap dan lain-lain) 
selasar - sambungan menganjur keluar pada ibu rumah  
 dua tiga belit - dua tiga keliling 
semaja - sememang; Teritu sahaja  
kekang - besi bergerigi yang dikenakan pada mulut kuda 
pelana - lapik tempat duduk belakang kuda  
gertak - pacu (kuda) supaya kencang lari  
cemeti - sebat (dengan penyebat)  
 tiada apa bena - tiada hiraukan 
diirik - dipijak  
kura-kura kaki - bahagian kaki yang melengkung di antara artikel  lali dengan jari  
barang layang-layang - mana-mana jua  
disamak dengan samak kaca - digosok dengan melekatkan serbuk kaca  
 alpa - lalai  
maklumat (Ma'alamat) (Ar.) – pengetahuan 
ali-ali - tali pelontar batu  
 dua berbudak - bersama seorang hamba  
mengarang Anak Panah Sedasa - mungkin nama sebuah hikayat; sedasa bererti: 
sepuluh (batang)  
 berdiri berbanjar - berdiri berbaris  
 karas bandan ( ) - mungkin merupakan sebuah bekas menyimpan alat-alat 
terTeritu, ataupun mungkin dimaksudkan suatu bekas seperti kalamdan, iaitu sejenis 
kotak tempat menyimpan alatulis; maksud perkataan ini diperkuat dengan adanya 
perkataan buli-buli (botol) dakwat dan kobak (kobah?)  
sakhlat (Ar.) - kain sutera bersulam benang emas berkobak - mungkin dimaksudkan 
kobah (Pr.) yang bererti: cap dari kayu  
buli-buli dakwat - botol (bekas) dakwat  
pada membaiki orang - berbuat baik kepada orang 
memeliharakan segala dagang - menjaga  
salawatlah (Ar.) - berdoalah  
malim - jurumudi  
  
kiwi - penyewa petak perahu (kapal) yang juga menjalankan pemiagaan  
orang berbayu tok, berbayur - di sini pengertiannya tidak jelas, bayu bererti: angin, 
badai, dan bererti juga Hamba, sahaya; tetapi kerana ada perkaitan dengan pelayaran, 
maka lebih munasabah rasanya dimaksudkan kepada mengharapkan angin  
tikar pacar - tikar yang berlapis-Iapis dan berwarna (untuk raja dan Orang Besar-
besar)  
diunjukkan - dihulurkan tangan dan jauh, sebagai tanda mengalu-alukan kedatangan  
perdana lakunya - terlalu baik lakunya  
 seberhana pakaian - selengkap pakaian  
destar berhalaman - sejenis bentuk ikatan destar  
tajuk - perhiasan kepala yang diperbuat dari emas dan lain-lain  
kancing - butang baju  
naga-naga - tempat yang dipertinggi di balai penghadapan  
melabuhkan - memanjangkan ke bawah pangkal tangan baju - bahagian atas tangan 
baju derji - tukang jahit  
mutia - mutiara  
kelebut - benda (acuan) untuk disarungkan destar, kopiah dan lain-lain  
buaian - ayunan  
 inggih (Jw.) - ya  
 sigap-sigap - cergas; pantas  
periai (Jw.)- orang atasan; orang bangsawan  
andeka pakanera - yang mulia tuan  
peremasan (Jw.) - bangsawan; ningrat  
persenggerahan - rumah rehat; tempat menginap 
merogol - menguasai (perempuan) dengan kekerasan; memperkosa  
sabuk - sejenis bengkung  
 sampun pejah (Jw.)- sudah mati 
penakawan (Jw.)- hamba pengiring 
kabeh (Jw.)- semuanya  
 benua - orang asli yang tinggal di bahagian darat bertengah - seperdua  
 serba bunga - aneka bunga  
mergastua - binatang-binatang di hutan  
 adakah gila bagimu tuan, burung terbang dipipiskan lada - adakah tuan sudah gila? 
Membuat persediaan, sedangkan apa yang dihajat itu belum tentu dapatnya  
pipiskan - haluskan; lumatkan  
ledang - wama putih kekuningan (seperti awan disinar matahari)  
wakab - helang sikap?  
hairan memandang dunia sekarang bayang-bayang hendak ditangkap – ini jelaslah 
suatu kiasan yangmenyatakan perbuatan sia-sia hendak memiliki sesuatu yang 
mustahil diperolehi  
menyampai kain pendukung - menyandang; menyangkutkan pada bahu  
pengetua - ketua segala inang pengasuh 
 lecah - becak, berlumpur  
 diumpamakan - disegani; dihormati 
diincitkan - dihalau  
ipalit - dicalit  
empuk - panggilan kepada orang perempuan; kakak perempuan  
 sekata - sepakat  
 kain serasah - sejenis kain cap Teriunan India 
bagai - macam  
perkara - ragam; pola  
ternak - lahir di  
rata-rata - pada umumnya  
pandai - orang yang mahir dalam pertukangan 
 berbantah - berTerigkar  
pelir - kemaluan lelaki  
kharab (Ar.) - binasa  
 tanglong (Ch.) - lantera kertas yang dipasang dian di dalamnya  
 lada sulah - sejenis lada berwama putih 
akas - cekap; cekatan  
rahab - kain tudung mayat  
 setanggi - sejenis bakaran seperti kemenyan yang di-  
 perbuat daripada ramuan kayu-kayu harum dan lain-lain  
menyalahi - mengelakkan hasrat - ingin  
 bomor - bomoh; pawang 
ini konon - inikah pula  
disaukkan - satu cara untuk cuba memasukkan jerat ke kaki (gajah dan lain-lain)  
bertekan - sesuatu untuk bertumpudengan tangan atau kaki  
 cenderung - lereng bukit  
terjal - curam yang hampir tegak tergelulur - melincir turun  
terkapai-kapai - kedua-dua kaki hadapan tergerak-gerak di awang-awang  
 lulut - sejenis bedak wangi untuk membersihkan badan 
pelulut - orang yang kerjanya melulut  
manda - emak (berbahasa kepada perempuan tua yang patut dipanggil emak)  
 musim Jawa - masa angin bertiup dari barat-laut dan membawa hujan (Jun-
September), itulah masanya banyak pelayaran dari Jawa ke Melaka  
menanggung rahsia - menyimpan rahsia  
reda (Ar.) - rela; berkenan  
 ajal - batas hidup; janji  
'aradh (Ar.) - sesuatu yang terlintas tiba-tiba dalam hati  
 putus kasih - sempurna kasih  
baik jejaknya - tabiat dan tingkah lakunya 
alangan - rintangan kayu di kuala sungai 
batangan - alangan; sekatan  
ngin paksa - angin yang baik untuk belayar  
 mengait - menarik dengan alat pengait supaya rapat kepada diri  
 jebang - sejenis perisai panjang (dari kayu dilapis dengan kulit)  .  
rangan (rangin) - sejenis perisai panjang  
beroleh melaut - bolehpergi ke Terigah laut  
mendarat - turun dari perahu, naik ke darat 
Subhana'LLah 'amma yasifun - maha suci Allah daripada yang mereka sifatkan  
  suatu kaul- suatu sumber  
memandang legat - hala pandangan yang tetap 
 gusar - berang; marah  
mengarut - merepek  
 dihampakan - dikosongkan  
onak - duri yang bengkok seperti kait  
 bersyaikh diri - mengasingkan diri untuk beribadat kepada Allah  
 jebat-jebatan - wangi-wangian  
anak dara-dara yang taruhan - pingitan  
pengidah - suatu pemberian (benda) sebagai tanda percintaan .  
gantal (Jw.) - daun sirih yang sudah digulung 
lelat (sirih lelat) - sirih bergubah  
gajah gemuling - perhiasan sanggul dengan dua untai bunga melati  
cepu - sejenis cembul  
khelembak - kayu yang berbau harum; gaharu 
Hang Berkat bercakap - mengaku sanggup  
 tidur cendera - nyenyak; nyedar 
 sasa - kuat; agam  
mersik lagi rincing - kurus lampai  
kawi rasa - teguh perdirian telangkai - orang perantaraan  
 dua keti - dua ratus ribu  
barang sesuatu peri Pahang itu - kalau berlaku apa-apa (malapetaka) ke atas Pahang 
 laksa - sepuluh ribu  
 biadab - tidak sopan  
 dikhabarkan - diindahkan  
 seorang payang - penangkap ikan; nelayan  
okun - sebutan (Siam) bagi orang-orang berpangkat tinggi  
 sisa -lebihan makanan yang sudah dimakan 
 orang pergi-pergian - pengembara  
Peringgi - orang Portugis  
mengerumun - beramai-ramai mengelilingi 
cepiau - topi  
 wizurai - naib-raja; vice-roy  
ghali, fusta - jenis kapal kuno yang besar  
 kapitan Mor - dalam bahasa Portugis Capitao-mor 'kapitan agung' satu pangkat 
jawatan dalam angkatan laut Portugis zaman dahulu. *  
lasykar - askar upahan  
 makhdum (Ar.) - tuan (biasanya gelaran untuk ahli agama)  
hamak - di sini mungkin dimaksudkan tamak 
khalayak (Ar.) - perhimpunan orang-orang 
 ingar - bising-bising; berungut  
taubat (Ar.) - di sini dimaksudkan sekali-kali tidak akan 
 azali (Ar.) - sejak permulaan zaman  
walau kan - mungkin maksudnya: tetapi kerana 
 sekin jenawi - sejenis pedang panjang  
 cendala - cacat cela  
sakar - gula  
nika - aneka  
geranggang - mungkin dimaksudkan:  
 orang keluaran - orang kebanyakan  
patik ini orang jahat, patut sama jahat juga - di sini dimaksudkan: hina, Mungkin 
kerana hati bendahara tersinggung, sebab mendengar perkataan 'orang keluaran'itu  
mencari cedera - mencari-cari kesalahan  
bahara - sejenis sukatan menimbang berat (beratnya berlainan, bergantung pada 
barang yang ditimbang; ada barang yang beratnya kira-kira  kati bagi sebahara)  
tiada pernah rosak - tiada pernah kerugian 
asyik-asyik - kerap benar  
 kerbau jalang - kerbau liar 
kesumba - warna merah tua  
destar pelangi - destar yang bennacam warna 
tiada tahu bahasa - tiada tahu adat  
 biaperi - saudagar; pedagang 
haram zadah - anak gampang 
lebuh - jalan raya  
menganjur - menjulur ke depan  
  menyorong - memberi rasuah  
 kerama - bencana; kecelakaan 
dikerjakannya - ditekannya; dibunuhnya 
sebicara – semuafakat  
demi - apabila sahaja  
karib (Ar.) - berdamping rapat  
berlepas taksir - membebaskan diri dan kesalahan orang ciu emas - tikar tebal tiga 
rangkap yang dihias dengan emas 
kaus - kasut  
yang kasih itu antara tiada, dan berahi itu bicara tiadarasa kasih itu tiada mengenal 
perbezaan darjat keturunan, dan rasa berahi itu melupai akan akal budi yang waras  
 tiada ke hujungan - tiada kena hujung senjata (kena bahagian pangkal atau Terigah) 
maksudnya tidak dalam lukanya  
dibuangkan - dibunuh  
 umbut - cabut buang; bongkar  
tiada baginda bunuh, kerana sudah diharamkan darahnya oleh baginda - lihat hlm.  
mengenai janji Sultan Mahmud dalam peristiwa melarikan gajah kenaikan Sultan 
Pahang ke Melaka  
tabir – tirai 
tepok - lumpuh  
lesu - lemah; tiada berTeriaga 
digagahi - didesak; dikerasi  
 sepah - hampas sirih yang dikunyah setelah ditelan airnya  
dihadirkannya - disediakannya  
terempelas - sudah dilicinkan dengan empelas 
datuk berlarang - datuk ada aral merintang 
pinggan lingkar - pinggan besar  
dilurut - dikelupas  
searai - ukuran isi (dua cupak)  
 sasaran bahasa - gila-gila bahasa 
melawar - melagak  
ke dalam - ke istana  
orang bunuhan - pembunuh  
 leler - tidak senonoh (perangai); nakal  
 dipatutnya - dipadannya  
natar - warna dasar (pada kain); tanah kain 
 membuangkan kerajaan - turun takhta  
uncang - pundi-pundi kecil dari kain untuk mengisi barang-barang yang dibawa  
kalamdan - sejenis kotak untuk menyimpan alatulis 
 armada (Fr.) - sepasukan kapal perang  
ghali, ghalias, fusta - jenis-jenis kapal perang zaman dahulu  
istinggar - senapang kuno  
 ilmu tauhid (Ar.) - ilmu berkenaan keesaan Allah khabar pun baginda tiada - baginda 
tidak mengindahkan  
 digedangkan - di sini dimaksudkan, melurus tangan ke atas untuk menunjukkan tapak 
tangan yang luka 
 ari-ari - bahagian badan di antara perut dengan kemaluan  
cabamya - penakutnya lagi kuasa - lagi berTeriaga  
pagar ruyung - pagar yang diperbuat dari batang rumbia, enau dan lain-lain  
kota kara - kubu luar  
 dikias-kiasi - disindir  
rimah - sisa; lebihan makanan af'al (Ar.) - pekerti  
akmal (Ar.) – kesempumaan 
kerjakan - bunuh  
mu 'alim - guru agama  
peterana - sejenis tempat duduk orang yang dihormati  
 bertimbakan darah - berperang bertumpah darah bangkan - menyuarakan azan pada 
telinga anak yang baru lahir  
 baju bajang - baju yang lebar hujungnya 
tulang daing - sejenis tumbuhan (pokok) 
telepa - bekas untuk menyimpan sesuatu 
cindai kara - kain sutera halus berbunga-bunga 
sempenakan juga - berkat juga  
khuluk (Ar.) - akhlak; budi pekerti; perangai 
perdana lakunya - terlalu baik lakunya  
syak hati - ragu-ragu  
  
membaiki patik - berbuat baik kepada patik  
 langit menimpa bumi - tempat menumupangkan hidup pula menimpakan bencana  
jaga-jaga - pengawas  
 berkesumat - bermusuhan; berbencian 
dianjak - dialih  
 pengatu - sejenis meriam 
 mesara - belanja; gaji  
biar Teritu ke bawah Duli Yang Dipertuan - biar Teritu diketahui dan diterima oleh 
Duli Yang Dipertuan sulu - intip; pengintip  
 epok - sejenis kampit kecil bertutup dianyam dari mengkuang untuk bekas sirih 
pinang  
pengudut (udutan) - paip untuk mengisap candu  
mudik menyongsong - mudik menungkah arus  
 berhamburan ke air - berterjunan ke air  
 hemat dua laksa - kira-kira dua puluh ribu  
mencari perempuan sahaya - isteri  
 bangat-bangat - cepat-cepat  
lekar - alas periuk belanga dari lidi atau rotan 
diri - di sini dimaksudkan: tuan hamba 
ternang - sejenis buyung atau kendi bertutup  
 dendang bersayap, kekayuhan, jurung, penanggahan, telentam - nama jenis perahu 
zaman dahulu  
 berjalan jatuh - baru belajar berjalan  
dicucikan - dikhatankan  
bertindik - melubangi cuping telinga 
 menyalahi - mengingkari  
bernasab (Ar.) - bertalian keluarga  
 termeteri (termetrai) - di sini dimaksudkan terikat erat 
bercita - bemiat akan  
gemala jemala - mestika yang dijunjung diatas kepala 
meraih leher - menarik leher kepada diri sendiri  
jangan taksir - jangan lalai  
mutakaddimin (Ar.) - yang telah lalu;yang dahulu-dahulu  
 cucuk (Jw.) - barisan (pasukan) yang terdepan 
tempanya - niatnya; kasadnya  
didakap - dipeluk  
 ciu - sejenis tikar tebal tiga rangkap terhias dengan  
emas dan lain-lain  
antalas - sutera yang berkilat badar sila - kain putih yang halus  
peraturan duduknya - sekarang istilahnya protokol  
 takzim (Ar.) - penuh hormat dan sopan  
dendang - sejenis perahu  
rentaka - sejenis meriam yang boleh dipusing-pusing 
tahan-turut - sejenis meriam  
pengapit - pembantu  
yang berlepas dia - menyelamatkan daripada jatuh ke tangan musuh  
mengirupang - mengerupang; membendung atau membuat tebat pada anak sungai 
untuk menangkap ikan 
lang-lang laut - peronda laut  
 jaga-jaga - pengawas  
balairung - tempat raja dihadap rakyat 
penanggahan - tempat memasak; dapur  
balai gendang - tempat menyimpan alat-alat bunyi-bunyian nobat  
ingatan perintah - urusan; perhatian sulu pair - pengintip dan peronda 
 kerabu - sejenis subang  
 jikalau ada ghalatnya - kemusykilan; terkilan 
 zihinun (Ar.) - faham; ingatan hati  
mubarrak (Ar.) - bahagia  
tuhfat (Ar.) - anugerah; pemberian 
musyrifat (Ar.) - mulia  
wasillah (Ar.) - sampailah  
takrim (Ar.) - permuliaan  
ittifak (Ar.) - persetujuan; persemuafakatan 
burhan al mahabbat (Ar.} - tanda muhibah  
 apa pekerjaan - di sini maksudnya apa khabar  
lanca - sejenis perahu besar  
melara - merayau  
kawal - di sini dimaksudkan pasukan pengawal 
perangsang - sesuatu yang membangkitkan semangat  
(keberanian)  
 menghurai - membuka (bungkusan)  
permata pudi - permata yang butirnya kecil-kecil 
 baiduri - sejenis batu permata yang berwarna  
  di mata-matainya - diawasinya  
 piatu yatim - tiada beribu bapa  
 terdangka-dangka - mendekati pantai (daratan) 
  pesara - pekan  
telah talaklah Hamba dengan dia - bercerai  
 mengelakkan ketaraan - mengelakkan daripada kelihatan orang  
 Seri Nara Diraja empunya bicara maka sempurna - hanya dengan ikhtiar Seri Nara 
Diraja dapat diselesaikan dengan baik  
apa pekerjaan - apa hal  
kurang majlisnya - kurang manis; kurang baik 
 selenggarakan - memelihara; menjaga  
 selenggarakan - di sini dimaksudkan hiraukan 
  jembalang - sejenis hantu  
 makam - tempat kediaman (semayam)  
berdewal (dewala) - berdinding (tembok) bata keliling kota  
merangsang - menyerang  
 rebaria - gendang yang di sebelah sahaja di pasang kulit 
 hijrah  – bersamaan tahun Masihi *  
 
Disertasi ini membincangkan peranan yang dimainkan oleh Pusat Manuskrip Melayu 
(PMM) iaitu satu bahagian yang diwujudkan di bawah Perpustakaan Negara Malaysia. 
PMM dipilih sebagai batasan kajian yang melibatkan usaha menguruskan khazanah 
berharga ini dari aspek fizikal dan intelektualnya melalui program dan dasar yang telah 
digariskan. Dalam memahami manuskrip sebagai khazanah berharga, penulis 
mengetengahkan beberapa objektif iaitu menyorot latar belakang penulisan manuskrip 
di Alam Melayu bermula dari peringkat permulaan sehingga ke peringkat 
perkembangan teknologi percetakan serta realiti penyimpanan manuskrip Melayu di 
Malaysia khususnya. Manakala, objektif kedua pula penulis menyorot sejarah 
penubuhan Pusat Manuskrip Melayu dan fungsinya sebagai bahagian yang 
menguruskan manuskrip Melayu dan akhirnya dalam objektif ketiga penulis 
menganalisis peranan bahagian ini dalam menguruskan manuskrip Melayu dari aspek 
fizikal mahupun intelektual. Penyelidikan ini adalah bersifat kualitatif dan sebahagian 
kecilnya bersifat kuantitatif bagi menjawab beberapa soalan berkenaan latar belakang 
pegawai bahagian ini. Metod yang digunakan dalam usaha mengumpul data ialah 
kaedah perpustakaan (sekunder dan premier), dokumentasi (premier), temu bual 
berstruktur (premier) dan edaran borang soal selidik (premier). Hasil kajian mendapati 
bahawa bahagian ini berjaya memainkan peranannya sebagai bahagian yang 
diamanahkan mengurus manuskrip Melayu dari aspek fizikal dan intelektualnya melalui 
penstrukturan, program dan dasar yang telah digariskan dan dilaksanakan seperti yang 
telah dibincangkan di dalam disertasi ini. 
 
 
 
%   Peratus 
&   Dan 
Abd.   Abdul 
Bil.   Bilangan 
DBP    Dewan Bahasa dan Pustaka 
Dr.    Doktor 
ed.   Editor 
En.   Encik 
et. al    Penulis lebih dari tiga orang 
H   Hijriah 
Hj.   Haji 
Ibid   Ibidem (rujukan berturut) 
Jil.   Jilid 
JMBRAS  Journal of Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society 
KM   Kajian Malaysia 
Ltd.   Limited 
M   Masihi 
M.D   Meninggal Dunia 
No.   Nombor 
PMM   Pusat Manuskrip Melayu 
Pn.   Puan 
PNM     Perpustakaan Negara Malaysia 
Prof    Profesor 
s.a.w.   Sallahu’alaihiwasallam 
s.w.t   Subhanahu wa Ta’ala 
Sdn. Bhd.  Sendirian Berhad 
t.t   Tanpa tarikh  
xv 
UKM   Universiti Kebangsaan Malaysia 
UM   Universiti Malaya 
UUM   Universiti Utara Malaysia 
Vol.   Volume 
 

1. Latar Belakang Masalah Kajian 
Suatu hakikat sejarah yang terpatri dan semestinya tidak dapat dinafikan lagi 
akan sumbangan dan peranan Islam sebagai permulaan ketamadunan masyarakat di 
gugusan kepulauan Melayu atau juga dikenali Nusantara. Hal ini kerana peranan Islam 
yang membawa perubahan penting kepada masyarakat Melayu yang merangkumi 
segenap aspek kehidupan. Sejak pengenalannya lagi, Islam menjadi sumber revolusi 
dari dalam yang mencorakkan perkembangan masyarakat di alam ini. 
 
Jika ditelusuri sejarah kemasukan Islam ke alam ini, khususnya Malaysia, 
terdapat pelbagai teori yang terus diperdebatkan oleh para sarjana. Antara tokoh yang 
mengemukakan teori adalah seperti S.Q Fatimi, Snouck Hurgronje, J.P Moquette, R.A 
Kern, dan ramai lagi yang mengetengahkan teori masing-masing berdasarkan bukti 
yang telah ditemui yang semestinya menimbulkan pelbagai pandangan mengenai masa, 
tempat, dan arah tuju kemasukan Islam ke Nusantara. Mengenai arah kedatangan Islam, 
terdapat teori utama iaitu melalui Arab, China, dan India. Selain itu, dalam 
mambahaskan dari sudut masa, ada yang mengatakan seawal abad ke-7 M lagi, abad ke-
12, abad ke-13, dan sebagainya.  
 
Namun, pada pendirian penulis, walau apa pun teori yang dikemukakan tentang 
kemasukan Islam ke alam ini, namun, satu perkara yang perlu diberi perhatian ialah 
impak daripada kemasukan agama suci ini. Menurut Syed Naquib Al-Attas (1972), 
“Kedatangan Islam ke Kepulauan Melayu Indonesia harus kita lihat sebagai mencirikan 
zaman baru dalam pensejarahannya, sebagai semboyan tegas menegaskan suatu sistem 
 
masyarakat yang berdasarkan kebebasan orang perseorangan, keadilan dan kemuliaan 
peribadi insan”.1 
 
Hal ini kerana, sinar perubahan yang dibawa oleh Islam adalah merangkumi 
segenap aspek kehidupan iaitu ilmu pengetahuan, keintelektualan, sosial, tulisan, 
bahasa, kepercayaan, dan sebagainya yang berpaksikan kepada paradigma Tauhid. 
Paradigma Tauhid ini yang menyebabkan perubahan yang berlaku ini terhadap “rupa 
dan jiwa” di alam Melayu.2 Perubahan ini seterusnya mencetuskan zaman baru dan 
meninggalkan zaman pengaruh Hindu Buddha yang terdapat di Alam Melayu pada era 
sebelumnya. Menyedari peredaran masa dan perubahan pegangan masyarakat dalam 
semua aspek, sumbangan dan usaha cendekiawan Melayu adalah tidak ternilai dan tidak 
boleh dipandang enteng. 
 
Salah satu manifestasi keintelektualan proses Islamisasi ini ialah dengan 
terhasilnya karya-karya cendekiawan Melayu dalam pelbagai bidang, memandangkan 
alam Melayu masih belum menggunakan alat percetakan, para cendekiawan dan juga 
merangkap penulis menggunakan tulisan tangan yang dikenali sebagai manuskrip. 
 
Manuskrip Melayu merupakan warisan khazanah intelektual yang ditinggalkan 
oleh golongan ulama dan intelegensia Melayu hasil refleksi kedatangan Islam ke alam 
Melayu. Khazanah ini terakam di dalamnya pelbagai maklumat yang diinterpretasikan 
melalui ribuan karya yang dihasilkan. Misalnya dari sudut sejarah, terhasilnya karya 
Sejarah Melayu, perundangan dan ketatanegaraan pula lahirnya karya Bustan al-Salatin. 
Manakala dari aspek perubatan tradisional terhasilnya karya Kitab Tib serta tidak 
                                                 
kurang juga aspek agama yang luas turut disentuh dengan terhasilnya karya seperti 
Kitab Risalah, Dur al-Manzum, Sirat al-Mustaqim, Mir’at al-Tullab, dan sebagainya. 
 
1.2 Tulisan Jawi Sebagai Wadah Dan Medium Keilmuan Dan Keintelektualan 
Membicarakan tentang kegemilangan ketamadunan masyarakat alam ini dari 
aspek tradisi penulisan manuskrip, faktor sistem tulisan tidak boleh dipandang enteng. 
Hal ini kerana, sistem tulisan Jawi yang telah diperkenalkan oleh Islam hasil interpretasi 
daripada skrip Arab dan mengalami proses asimilasi mengikut lidah Melayu dan 
seterusnya dikenali dengan sistem tulisan Jawi yang memainkan peranan penting. Hal 
ini jelas menunjukkan bahawa sistem tulisan Jawi yang menyediakan masyarakat alam 
ini dengan sebuah sistem tulisan yang boleh dipelajari dan difahami. Para pengkaji 
sejarah berpendapat bahawa tulisan Jawi diperkenalkan di Nusantara sejak abad ke-5 H 
atau ke-11 M.3 Walaupun proses penciptaan sesuatu sistem tulisan memakan masa yang 
agak panjang dan sedikit rumit dalam mewujudkan senarai huruf yang diperlukan bagi 
mengeja bahasa Melayu dan mencipta sistem tatabahasa, namun hasil kreativiti dan 
inisatif yang dilakukan, akhirnya sistem tulisan Jawi dapat direalisasikan. Natijahnya, 
ianya menjadi wahana penting dalam membentuk sistem tulisan Jawi hasil interpretasi 
tulisan Arab.4  
 
Menyentuh tentang sumbangan dan peranan yang dimainkan oleh tulisan Jawi 
yang diperkenalkan oleh Islam yang mana ianya menerima pengaruh daripada tulisan 
Arab dan kemudian diberikan beberapa penambahan bersesuaian dengan sebutan dan 
lidah masyarakat Melayu. Menurut Syed Naquib al-Attas di dalam buku Ismail Hamid 
                                                 
3 Yazid Haji Uthman “Kedudukan dan Prestasi Tulisan Jawi Harapan Dan Cabaran Masa Depan: 
Tumpuan Kajian Kepada Akhbar Utusan Melayu Bertulisan Jawi” (Makalah Seminar Memartabatkan 
Tulisan Jawi, Kuala Lumpur, 1995), 3. 
4 Dr. Wan Ali Wan Mamat “Asal Usul Tulisan Jawi dan Terjemahan” (Makalah Seminar Kebangsaan 
Tulisan Jawi dan Terjemahan, Universiti Pendidikan Sultan Idris, 25-27 Ogos 2008), 8.  
 
(1988), penambahan lima huruf yang ditambah adalah mengikut bunyi yang lazim pada 
lidah orang Melayu dengan diilhamkan dari beberapa huruf Arab iaitu ca, nga, pa, ga, 
nya.5  
Wadah tulisan adalah penting diperkatakan memandangkan pemindahan ilmu 
dan keintelektualan daripada „Little Tradition’ kepada „Great Tradition’ adalah 
mempunyai hubungan langsung dengan sistem tulisan Jawi. Hal ini kerana, sebelum 
tulisan Jawi dijadikan suatu sistem tulisan yang digunapakai, masyarakat di alam ini 
menjadikan tradisi lisan adalah wadah penyaluran mereka. Namun, setelah pengenalan 
sistem tulisan Jawi, wadah penulisan adalah medium terbaik yang digunapakai untuk 
merakamkan dan menyampaikan ilmu pengetahuan. 
 
1.3 Tradisi Penulisan Manuskrip di Alam Melayu  
Ketika berada di bawah dominasi Hindu Buddha, aktiviti tulisan dalam 
persuratan bukanlah suatu perkara yang ditradisikan. Yang ada hanyalah bukti penulisan 
di atas prasasti dan batu bersurat. Ismail Hamid (1985) memperakui hal ini dengan 
menyatakan bahawa sebelum kedatangan Islam, perkembangan bahasa Melayu amat 
terbatas dalam penulisan kerana bahasa Sanskrit dan Jawa Kuno mendominasi bidang 
persuratan pada masa tersebut. Bahasa Melayu hanya digunakan sebagai bahasa 
perantaraan dalam pertuturan dan tidak dikembangkan dalam bentuk penulisan bahkan 
tidak didapati hasil peninggalan zaman Hindu Buddha berbentuk naskhah tulisan 
kecuali ditemui batu-batu bersurat sahaja.6 
 
Akhirnya melalui sistem tulisan, terhasilnya karya manuskrip yang pelbagai 
seterusnya menimbulkan kesedaran kepada masyarakat tentang pentingnya ilmu 
                                                
pengetahuan dalam kehidupan. Manuskrip Melayu merakamkan pelbagai ilmu 
pengetahuan yang menyentuh tentang segenap aspek termasuk keagamaan, politik, 
sosial, ekonomi, ketatanegaraan dan sebagainya yang dihasilkan dengan tangan oleh 
para penulis yang merangkap cendekiawan dan ilmuan. Antara ilmuan yang 
menghasilkan karya dalam bidang penulisan ialah Bukhari Jauhari (hidup sekitar abad 
ke-17),7 al-Raniri,8 Raja Ali Haji,9 Syeikh Daud al-Fatani10 (lahir sekitar awal abad ke-
18), dan ramai lagi barisan cendekiawan intelektual Islam silam yang menyumbang dan 
mewariskan khazanah ilmu pengetahuan. 
 
Menyedari peredaran masa dan perubahan pegangan masyarakat dalam semua 
aspek, sumbangan dan usaha cendekiawan Melayu adalah tidak ternilai dan tidak boleh 
dipandang enteng melalui tradisi penulisan manuskrip. Rata-rata para pengkaji 
                                                 
7 Bukhari Jauhari merupakan seorang tokoh kesusasteraan Melayu klasik yang hidup pada awal abad ke-
16. Antara karyanya yang sangat berpengaruh ialah Taj us-Salatin (Mahkota Raja-raja) pada tahun 1630. 
Buku ini merupakan panduan untuk memerintah oleh raja-raja Melayu seperti Kedah dan Johor. Raja-raja 
Jawa telah menggunakannya sebagai pedoman dalam pentadbiran mereka. Begitu juga Belanda yang 
menggunakannya untuk mentadbirkan Indonesia ketika ia menjajah negeri itu. Buku ini telah dibawa ke 
England dan Belanda yang kemudiannya telah diterjemahkan ke bahasa Perancis. Lihat lanjut 
http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=jauhari&d=8. 
8 Nama penuh beliau ialah al-Syaykh Nur al-Din Muhammad Jaylani ibn Ali ibn Hasanji ibn Muhammad 
Hamid al-Raniri al-Qurashi al-Syafi. Beliau dilahirkan di Ranir, iaitu sebuah kota pelabuhan yang 
berhampiran dengan Gujerat, India. Syeikh Nuruddin al-Raniri merupakan pengarang kitab-kitab agama 
yang berfahaman Ahlul Sunnah yang bertujuan menolak aliran Wahdatul Wujud. Nuruddin mengarang 
pelbagai bidang agama termasuk ilmu fikah, usuluddin, tasawuf, hadis dan lain-lain. Beliau telah 
menghasilkan lebih daripada 31 buah kitab antaranya termasuklah Bustan al-Salatin, Siratul Mustaqim, 
Akhbar al-Akhirat, Jawahir al-Ulu, Syifa al-Qulub dan banyak lagi. Lihat lanjut Mohd Akil Muhamed 
Ali, Sulaiman Muhammad Hasan & Sabri Mohamad, “Syeikh Nur al-Din al-Raniri: Ketokohan Dan 
Sumbangannya Dalam Bidang Hadith”, (Seminar Serantau Ilmuan Hadith Dalam Peradaban di Alam 
Melayu UKM, 2010), 104-115. 
9 Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (1808 - 1873) atau lebih dikenali sebagai Raja Ali Haji, ialah ulama, 
ahli sejarah, serta pujangga Melayu-Bugis, dan terutamanya pencatat pertama dasar-dasar tatabahasa 
bahasa Melayu melalui Pedoman Bahasa, buku yang telah menjadi piawai bahasa Melayu. Bahasa 
Melayu baku inilah yang ditetapkan sebagai bahasa Indonesia, bahasa rasmi negara Indonesia, dalam 
Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928. Bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa  
merupakan kamus loghat Melayu Johor-Pahang-Riau-Lingga penggalan pertama serta kamus ekabahasa 
yang pertama di Nusantara. Beliau juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum 
Nikah, serta Syair Sultan Abdul Muluk. Lihat 
http://ms.wikipedia.org/wiki/Ali_Haji_bin_Raja_Haji_Ahmad. 
10 Nama penuh beliau ialah al-Alim Allamah al-Arif ar-Rabbani Syeikh Wan Daud bin Syeikh Wan 
Abdullah bin Syeikh Wan Idris (juga dikatakan Wan Senik) al-Fatani Antaranya karyanya dalam bidang 
fiqh ialah seperti Hidayatul Muta'allim wa 'Umdatul Mu'allim yang ditulis tahun 1244 H/1828 M. 
Bughyatuth Thullab yang menghuraikan kandungan kitab fiqh as-Siratul Mustaqim yang ditulis oleh 
Syeikh Nuruddin al-Raniri dan kitab fiqh Sabilal Muhtadin yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Arsyad 
al-Banjari. Lihat Wan Mohd Saghir Abdullah, “Sheikh Daud Abdullah Fathani”, 
http://ulamanusantara.blogspot.com/2008/02/sheikh-daud-abdullah-fathani.html. 
 
manuskrip bersetuju bahawa tradisi penulisan manuskrip berkembang pada abad ke-15 
M dan mencapai tahap kegemilangannya pada abad ke-17 M ketika Kesultanan Melayu 
Islam yang berpusat di Acheh mencapai kegemilangannya. Hal ini dipersetujui oleh 
sarjana dari Barat dan Timur.11 
 
Namun, suatu hakikat sejarah yang terlakar ialah kegemilangan yang terbina di 
alam ini menjadi faktor kemaraan kuasa asing terutamanya Barat. Akhirnya, kemaraan 
yang pada asalnya atas dasar perdagangan dan dikesampingkan dengan faktor lain. 
Antaranya agama, politik dan sebagainya sehingga akhirnya Kesultanan Melayu Islam 
Melaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511 M.  
 
Sebagai satu kuasa asing, memahami selok belok negara yang dijajah secara 
pensejarahannya dan kebudayaannya amat penting sekali. Maka, dalam usaha 
memahami perkara tersebut, pengkajian terhadap manuskrip telah dilakukan. Hal ini 
kerana, manuskrip adalah sumber primer dan bank data bertulis mengenai maklumat 
yang diperlukan mereka. Maka, tidak hairanlah bahawasanya pengkajian mengenai 
Manuskrip Melayu dipelopori oleh sarjana Barat terutamanya Belanda sejak abad ke-16 
M lagi. Pelbagai cara dan kaedah yang dilakukan untuk mendapatkan manuskrip. 
Antaranya perpindahan khazanah berharga ini ke negara asal mereka, upah penyalinan, 
dan sebagainya. Maka, natijahnya yang mesti diperakui ialah jumlah manuskrip yang 
terdapat di negara asing adalah lebih tinggi berbanding daerah asal kelahirannya.  
 
Setelah hampir lima abad dijajah dengan kuasa luar yang pelbagai, kebanyakan 
negara di alam ini mengecap kemerdekaan pada akhir abad ke-20 khususnya Malaysia 
mengecap kemerdekaa pada tahun 1957 M. Hakikatnya, adakah kemerdekaan yang 
                                                
dicapai adalah kebebasan secara hakiki daripada penjajah dan dalam erti kata yang 
sebenar?. Sistem pentadbiran terutamanya dan pendidikan sehinggalah kepada sistem 
tulisan yang digunapakai. Tulisan Jawi yang pada asalnya berperanan mengenalkan 
masyarakat alam ini dengan ilmu pengetahuan akhirnya berhadapan dengan beberapa 
kekangan sehingga sistem tulisan Rumi mengambil tempat dalam pelbagai urusan 
terutamanya proses pengajaran dan pembelajaran dalam sistem pendidikan yang 
dilaksanakan. Maka, hal ini secara tidak lansung memberi impak dan kesan kepada 
khazanah intelektual negara ini untuk terus dikenali dan dihayati memandangkan ianya 
ditulis dengan menggunakan tulisan Jawi. 
 
Dalam memahami latar belakang manuskrip kini, memahami realiti tulisan Jawi 
kini adalah terlebih dahulu perlu difahami. Menurut  Fauzi Deraman (2005), menjelang 
tahun 1950, tulisan Jawi benar-benar terpinggir apabila hanya 35% sahaja buku-buku 
yang digunakan di sekolah-sekolah yang masih dalam tulisan Jawi, selebihnya 65% lagi 
dalam tulisan Rumi. Hal ini menjadi lebih malang lagi pada tahun 1952 melalui 
Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu pertama di Singapura yang merupakan cubaan 
pertama yang merupakan usul menjadikan tulisan Rumi sebagai tulisan rasmi.12 
Walaupun percubaan pertama ini tidak berhasil, namun cubaan seterusnya pada tahun 
1954 menampakkan hasilnya. Seterusnya, keputusan ini diperkukuhkan lagi dengan 
keputusan parlimen pada 14 Disember 1959 yang menetapkan tulisan Rumi adalah 
tulisan bahasa Kebangsaan. Apabila Akta Bahasa 1963 diluluskan, tulisan Rumi telah 
digunakan. Hampir sepenuhnya dalam kegunaan harian, dengan itu tulisan Jawi terus 
malap dan terbatas pemakaiannya di kalangan masyarakat.
Maka, jelaslah bahawa memahami realiti tulisan Jawi kini, secara langsung 
dapat kita fahami bahawa inilah nasib yang terpaksa dihadapi oleh manuskrip 
memandangkan khazanah berharga ini kebanyakannya adalah ditulis menggunakan 
sistem tulisan ini. Namun hakikatnya, inilah khazanah warisan negara yang perlu 
diketahui demi sebuah penerusan dan kelangsungan kepada pemuliharaan khazanah 
intelektual bangsa, agama dan negara untuk generasi kini dan akan datang. Seandainya 
khazanah ini tidak dipelihara dan dipulihara ianya akan pupus ditelan dek masa dan 
keadaan, dan terus kekal hanya dalam lipatan sejarah yang tidak dibentangkan. 
Tambahan pula, ianya berhadapan dengan pelbagai faktor yang boleh merosakkannya 
saban hari. Antaranya cuaca, sifat manusia dan sebagainya yang boleh 
memusnahkannya dari aspek fizikal dan intelektual. 
 
Walaupun telah dinyatakan bahawa khazanah berharga ini dari sudut jumlahnya 
lebih banyak tersimpan di negara asing, namun ianya masih terdapat di dalam simpanan 
masyarakat tempatan. Antaranya pihak istana, ulama, orang perseorangan dan 
sebagainya. Menyedari hakikat dan realiti ini, langkah yang wajar dan bijak harus 
diambil dan dimulakan. 
 
Namun, perlu disedari dan diperakui bahawa generasi kini yang agak jauh 
dengan sebuah sejarah kegemilangan tamadun Melayu Islam suatu ketika dahulu. Hal 
ini dilihat melalui sikap pelajar kini yang kurang berminat mengetahui sejarah 
kegemilangan tamadun sendiri. Apatah lagi menghayatinya. Inilah suatu hakikat yang 
harus diperakui berkenaan impak pengenalan dan pelaksanaan dasar penjajah yang 
ditinggalkan.  

Namun, sesungguhnya khazanah berharga hasil peninggalan para ulama dan 
cendekiawan terdahulu seharusnya dipelihara walau pelbagai cabarannya kerana ianya 
menyimpan seribu satu manfaat yang tersembunyi untuk dikaji. Menyedari hakikat ini, 
Pusat Manuskrip Melayu (PMM) ditubuhkan pada tahun 1983 dan ditempatkan di 
Perpustakaan Negara Malaysia (PNM). Bertepatan dengan nama dan tujuan penubuhan, 
penulis merasakan terpanggil untuk menyorot sejarah tertubuhnya pusat ini sebagai 
salah sebuah institusi yang diberi amanah dan tanggungjawab untuk menguruskan 
Manuskrip Melayu. 
 
Kesedaran mengenai kepentingan Manuskrip Melayu telah timbul di kalangan 
institusi-institusi semenjak akhir tahun 50-an lagi. Tetapi, usaha serius dan positif 
kearahnya tidak diambil dengan serta merta. Hal ini disebabkan beberapa faktor. 
Antaranya ialah faktor kewangan, kemudahan pemuliharaan, tenaga mahir dan 
sebagainya. Kesimpulannya, pengurusan dalam memelihara dan memulihara  khazanah 
berharga ini adalah penting diberi perhatian. 
 
2. Pengertian Tajuk 
a) Pusat Manuskrip Melayu (PMM) 
Institusi yang ditubuhkan atas kesedaran pihak kerajaan pada tahun 1983 dengan 
mengisytiharkan Perpustakaan Negara Malaysia sebagai Pusat Kebangsaan Manuskrip 
Melayu. Berikutnya pada tahun 1985, Pusat Manuskrip Melayu diwujudkan di 
Perpustakaan Negara Malaysia untuk melaksanakan tanggungjawab sebagai pusat 
kebangsaan tersebut.  
 
b) Peranan 
Dalam bahasa Inggeris ialah ‘role’ yang bermaksud peranan atau tugas. Definisi 
secara umumnya ialah bahagian di dalam pekerjaan atau tugas yang dipegang.
 
c) Pengurusan  
Terdapat pelbagai definisi pengurusan yang telah dikemukakan oleh para sarjana 
dalam bidang pengurusan. Pada amnya, pengurusan merujuk kepada proses pencapaian 
matlamat organisasi mengikut cara yang berkesan dan cekap. Ini dilakukan melalui 
proses perancangan, pengorganisasian, kepimpinan dan pengawalan sumber-sumber 
organisasi.

 
Melalui definisi di atas, menunjukkan bahawa pengurusan mempunyai tiga 
kriteria utama iaitu pertamanya ia mengandungi proses atau siri aktiviti yang saling 
berkait antara satu sama lain dan membentuk satu sistem yang tersendiri. Kedua, ianya 
melibatkan usaha-usaha untuk mencapai matlamat sesebuah organisasi. Ketiga 
pencapaian matlamat dicapai melalui kerjasama dengan kumpulan atau individu lain 
serta penggunaan sumber-sumber yang terdapat dalam organisasi.  
 
Walau bagaimanapun, dilihat dari aspek PMM sebagai sebuah organisasi, 
takrifan bagi organisasi juga tidak boleh diabaikan. Robbins dan Coulter (2007), 
mengatakan bahawa organisasi sebagai satu aktiviti kolektif yang dirancang oleh dua 
orang atau lebih yang mengandungi pembahagian buruh dan autoriti berhierarki untuk 
mencapai matlamat secara bersama. Maka, tidak dapat tidak organisasi adalah 
berasaskan tiga elemen iaitu manusia, struktur dan matlamat.16 Secara kesimpulannya, 
„pengurusan organisasi’ merujuk kepada proses merancang, mengorganisasi, 
                                                
memimpin dan mengawal daya usaha anggota-anggota organisasi dan menggunakan 
sumber-sumber organisasi dengan cekap dan berkesan bagi mencapai matlamat 
organisasi yang ditetapkan. 
 
Dengan  melihat kepada definisi kedua-dua perkataan ini iaitu „pengurusan’ dan 
„organisasi’, ianya menunjukkan kesaling kaitan antara keduanya. Pengurusan yang 
diinterpretasikan dalam proses menyelamatkan Manuskrip Melayu ialah pengurusan 
yang melibatkan organisasi iaitu PMM. Maka, hendaklah disempurnakan melalui 
organisasi yang melibatkan individu yang menggerakkan. Manakala, organisasi  pula 
tidak berfungsi tanpa pengurusan yang efektif. 
 
Maka, mengambil kira definisi di atas, penulis akan merungkai bagaimanakah 
PMM selaku organisasi yang terdiri daripada pegawai-pegawai yang seterusnya 
memainkan peranannya dalam usaha menguruskan Manuskrip Melayu demi untuk 
mencapai objektif organisasi yang telah digariskan. Hal ini kerana, PMM adalah 
institusi yang diberi amanah dan tanggungjawab menguruskan khazanah berharga ini. 
 
d) Manuskrip Melayu   
Perkataan Manuskrip adalah berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua 
perkataan iaitu manus yang bermaksud tangan dan scriptus ertinya tulisan. Ia bererti 
tulisan tangan. Ia juga boleh dimaksudkan sebagai versi atau bahan (sesuatu karya) yang 
telah disediakan oleh penulis (editor dan sebagainya) untuk dicetak dan diterjemahkan 
dalam bentuk buku dan lainnya. Ia juga merangkumi artikel, dokumen atau sebarang 
tulisan yang ditulis dengan tulisan tangan atau ditaip, yang merupakan naskhah asal 
13 
 
penulis dan bersedia untuk dicetak.17 Manuskrip dalam bahasa Arab disebut makhtutat 
yang membawa erti dan maksud yang sama.18 
 
Manakala perkataan Melayu membawa pengertian secara umumnya adalah 
nama khas untuk satu kelompok suku bangsa dan bahasa di sekitar Kepulauan Melayu 
terutama di Semenanjung Malaysia.19 Selain itu, ia juga digunakan sebagai nama am 
bagi pelbagai kelompok serumpun bahasa di kalangan kelompok bahasa Melayu 
Polinesia.20 
 
Dari aspek sosial dan budaya yang luas, ia membawa maksud mereka yang 
mendiami wilayah-wilayah semenanjung Tanah Melayu, Singapura, Selatan Thailand, 
pesisir Timur Pulau Sumatera, Pesisiran Pulau Borneo dan di merata kawasan yang 
dipanggil sebagai gugusan pulau-pulau Melayu atau Nusantara.21 Penduduknya 
menggunakan bahasa dan loghat yang pelbagai serta suku bangsa namun merupakan 
penutur teras bahasa Melayu. Bangsa Melayu adalah antara bangsa yang besar di 
dunia.22   
 
21 Nusantara merujuk pengertiannya dari sudut geografi, ia adalah terdiri daripada rantau yang luas dan 
memanjang dari utaranya Indochina (Selatan Vietnam dan Kemboja), menurun melalui Segenting Kra 
hinggalah ke Selatan Burma dan Semenanjung Tanah Melayu termasuk Singapura. Manakala di bahagian 
Selatan pula terdiri daripada wilayah kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat. Ke arah Tenggara, 
kawasan ini terdiri daripada Pulau Kalimantan dan Kepulauan Filipina di Laut China Selatan, manakala di 
Barat Daya dan Selatan merentasi Selat Melaka terdapat Kepulauan Indon, 
Oleh itu, Manuskrip Melayu ialah hasil sastera Melayu Tradisional bertulis 
tangan dalam tulisan Jawi oleh penulis Melayu. Semestinya nilai dan harga kandungan 
yang diwarisi oleh Manuskrip Melayu amat bernilai sekali.  
 
3. Permasalahan Kajian  
Menyorot latar belakang masalah yang telah dinyatakan oleh pengkaji sebelum ini, 
maka penulis membuat beberapa perumusan masalah kajian untuk merungkai beberapa 
persoalan mengenai subjek kajian pada kali ini: 
a) Bagaimanakah latar belakang tradisi penulisan Manuskrip Melayu? 
b) Apakah sejarah tertubuhnya PMM?. 
c) Bagaimanakah organisasi PMM distruktur dalam usaha mencapai objektif 
penubuhannya?. 
d) Apakah aktiviti yang dilaksanakan dalam menjayakan matlamat organisasi 
PMM?. 
 
4. Objektif Kajian 
Objektif kajian adalah suatu keperluan dalam sesebuah penyelidikan supaya 
ianya lebih terarah dan mencapai serta menjawab kepada tujuan penyelidikan. Maka, di 
dalam penyelidikan pengkaji pada kali ini penulis meletakkan beberapa objektif kajian  
yang ingin dicapai: 
a) Menyorot latar belakang Manuskrip Melayu khususnya Manuskrip Melayu 
Islam. 
b) Menyorot sejarah penubuhan PMM. 
c) Mengetahui penstrukturan dan fungsi organisasi PMM. 
15 
 
d) Menganalisis peranan PMM dalam pengurusan  Manuskrip Melayu. 
 
5. Skop Kajian 
Untuk mengelak daripada berlakunya penyelidikan yang tidak terarah dengan 
berlakunya sebarang penyimpangan, penulis telah meletakkan beberapa skop kajian 
iaitu: 
a) Kajian ini tertumpu kepada tradisi penulisan Manuskrip Melayu dengan 
menyorot perkembangan penulisannya mengikut abad yang diwakili oleh 
sesebuah kesultanan Melayu.  
b) Sejarah penubuhan PMM sebagai institusi yang diberi amanah dan 
tanggungjawab untuk menguruskan khazanah berharga ini.  
c) Selain itu, meninjau peranan yang dimainkan oleh PMM selaku organisasi 
yang menggalas amanah dan tanggungjawab menguruskan khazanah 
berharga ini dari segenap aspek bermula dari proses mengesan sehinggalah 
kepada proses menjadikan ianya dikenali.  
 
6. Kepentingan Kajian 
Semestinya, aspek kepentingan sesebuah penyelidikan adalah aspek yang tidak 
dapat dinafikan. Hal ini kerana, menunjukkan kerelevanan sesebuah penyelidikan 
supaya ianya memberi faedah dan manfaat kepada pihak tertentu. Penulis menyatakan 
kepentingan penyelidikan pada kali ini seperti berikut: 
a) Ianya berkepentingan mengetahui peranan yang dimainkan oleh Pusat 
Manuskrip Melayu dalam usaha pemuliharaan Manuskrip Melayu. Selain 
itu, berkemungkinan penulis akan memberi beberapa cadangan untuk 
16 
 
meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat kepada Manuskrip 
Melayu. 
b) Mengetahui sejarah kaedah dan pelaksanaan serta langkah yang diambil 
oleh PMM dalam usaha murni ini dan ianya menimbulkan minat pengkaji 
seterusnya meneroka bidang pengkajian Manuskrip Melayu. 
c) Penyelidik menyatakan akan pentingnya kajian ini dijalankan demi sebuah 
kesinambungan penyelidikan ilmiah berkenaan manuskrip terutamanya 
dalam usaha pemuliharaan Manuskrip Melayu. 
d) Seterusnya, penulis berharap subjek kajian kali ini iaitu Manuskrip Melayu 
yang berperanan sebagai suatu sumber maklumat pribumi masyarakat 
Melayu dapat dinilai sebagai warisan yang berharga dan usaha ke arah 
pemuliharaannya tidak diambil enteng oleh semua pihak sama ada pihak 
pemerintah dan masyarakat supaya khazanah berharga ini dapat dihayati 
oleh masyarakat melalui perlaksanaan program atau peranan yang 
bersesuian yang bermatlamatkan supaya ianya diketahui dan dikenali oleh 
masyarakat melalui penubuhan PMM sebagai institusi ke arah usaha murni 
ini. 
7. Sorotan Perpustakaan  
Prof. Syed Naquib Al-Attas (1972), menyatakan „kedatangan Islam di 
Kepulauan Melayu Indonesia harus kita lihat sebagai mencirikan zaman baru dalam 
pensejarahannya, sebagai semboyan tegas menegaskan suatu sistem masyarakat yang 
berdasarkan kebebasan orang perseorangan, keadilan dan kemuliaan peribadi insan‟.23 
 
Hal ini jelas dilihat melalui perubahan dan galakan Islam sebagai agama yang 
berpaksikan paradigma tauhid yang seterusnya diterjemahkan di dalam kehidupan 
                                                 
bermasyarakat di alam ini. Maka, menurut Wan Abd Rahman Khudri Wan Abdullah 
(2002), hasil tauhid ini telah membuahkan kehidupan beribadah, menghiasi akhlak 
bernilai tasawuf, seterusnya ianya menjalar ke dalam aspek kehidupan lain yang 
meliputi politik, perundangan, keilmuan, keintelektualan, persuratan dan sebagainya.24  
 
Antara bukti kesan khazanah intelektual dan keilmuan melalui medium 
penulisan ialah Manuskrip Melayu. Isi kandungannya kaya dan menyentuh pelbagai 
aspek. Ding Choo Ming (2008), menyatakan ianya merupakan sumber pribumi 
masyarakat Melayu memandangkan terakam di dalamnya seribu satu keilmuan dan 
sejarah tentang alam ini yang meliputi aspek perundangan, ketatanegaraan, hiburan, 
falsafah, agama, dan sebagainya.25 
 
Justeru, ianya perlu diberi perhatian dalam usaha menyelamat dan 
mengekalkannya sebagai khazanah warisan bernilai. Maka, usaha serius ini haruslah 
dimainkan oleh badan-badan tertentu yang berautoriti dan bertanggungjawab seperti 
PMM yang diamanahkan. 
 
Tidak dapat dinafikan terdapat pelbagai hasil kajian dan penulisan mengenai 
khazanah berharga ini oleh para sarjana terutamanya yang terlibat secara langsung 
dengan Manuskrip Melayu. Antara nama-nama yang sering muncul ialah Ding Choo 

lagi barisan pengkaji terutamanya dari kalangan ahli akademik. Perkara yang sering 
dibincangkan adalah topik berkaitan pengenalan mengenai manuskrip secara asasnya, 
sejarah penulisan, peralatan, teknik, dan usaha peliharaan dan pemuliharaannya. 
Pelbagai medium digunakan dalam usaha menyampaikan kesedaran mengenai 
Manuskrip Melayu seperti bengkel, seminar, jurnal, tesis, buku, dan beberapa lagi 
platform yang diguna pakai. 
 
Secara asasnya, kebanyakan penulisan hanya menyentuh mengenai sejarah 
manuskrip dan kaedah penulisannya. Kajian secara terperinci dan mendalam mengenai 
usaha sesebuah institusi terutamanya PMM yang menjadi subjek kajian penulis kali ini 
dalam memulihara dan memelihara manuskrip jarang dibincangkan dan dikaji. 
Seandainya ianya dibincangkan, ianya hanya berbentuk mendasar sahaja. Antaranya 
Ding Choo Ming melalui bukunya Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Kritikan dan 
Cadangan, membincangkan tentang hal ehwal berkaitan kajian mengenai Manuskrip 
Melayu serta ciri-cirinya, sumbangan orientalis dalam bidang Manuskrip Melayu, 
masalah memperoleh dan seterusnya beliau mengutarakan pandangan berkaitan realiti 
pengajian manuskrip terkini dan cadangan menarik minat orang ramai terhadap 
manuskrip. Namun, beliau juga ada menyentuh secara sepintas lalu mengenai PMM 
selaku antara beberapa institusi yang ada menyimpan Manuskrip Melayu.    
 
Manakala, buku terbitan PMM berjudul Tradisi Penulisan Manuskrip Melayu29 
pada tahun 1997 yang memuatkan kompilasi beberapa artikel para sarjana mengikut 
tema-tema tertentu juga lebih menyentuh mengenai tradisi penulisan Manuskrip Melayu 
                                                                                                                                               
 
merangkumi tulisan, teknik penulisan, alatan, peranan institusi istana sebagai pusat 
penyebarannya. Abu Hassan Sham30 melalui artikel beliau bertajuk Langkah-Langkah 
Memasyarakatkan Manuskrip Melayu menyenaraikan beberapa saranan termasuklah 
kerjasama daripada pelbagai pihak yang diamanahkan menyimpan Manuskrip Melayu 
termasuklah PMM. Namun, beliau tidak menyentuh secara lebih lanjut mengenai 
institusi ini. 
 
Selain itu, gandingan dua penulis Shaharom Tengku Sulaiman dan Wan Abdul 
Kader Wan Dollah31 melalui bukunya Kepustakawanan Dalam Pelbagai Perspektif di 
bawah subtopik Manuskrip Melayu: Warisan Keilmuan Yang Bernilai yang hanya 
menyentuh secara sepintas lalu mengenai tradisi penulisan Manuskrip Melayu dan 
peranan Perpustakaan Negara Malaysia dalam usaha menyelamatkan khazanah berharga 
tersebut. Namun, peranannya juga tidak diperbincangkan secara terperinci. Ianya hanya 
berkaitan fungsi dan beberapa seminar dan pameran yang dilaksanakan. Peranannya 
selaku institusi yang menguruskan Manuskrip Melayu tidak dibincangkan secara 
terperinci dan mendalam. 
 
Menyedari usaha ke arah pemeliharaan dan pemuliharaan khazanah berharga ini 
bukanlah suatu usaha yang boleh dipandang enteng, pengkaji melihat kekurangan dan 
kelompangan mengenainya perlu dipenuhi. Bahkan ianya melibatkan sesebuah institusi 
yang diamanahkan. Maka, kajian mengenai PMM, Perpustakaan Negara Malaysia kali 
ini dijadikan subjek kajian.  
 
 
 
8. Metodologi Penyelidikan 
Metodologi ditakrifkan sebagai pendekatan yang digunakan dalam penyelidikan 
pendidikan bagi mengumpul data yang akan digunakan sebagai asas bagi membentuk 
inferensi dan pentafsiran. Ia bertujuan menghurai dan membuat jangkaan tentang 
sesuatu fenomena sebagai satu prosedur yang sistematik yang menggabungkan 
penyesuaian pendekatan kajian serta analisis data yang sealiran dengan peraturan 
tersendiri bagi memastikan prestasi penyelidikan dicapai dengan baik dan sempurna.32 
8.1 Metode Pengumpulan Data 
Dalam usaha penulis mendapatkan data penyelidikan, beberapa pendekatan 
digunakan iaitu: 
i. Kajian Perpustakaan 
Proses pembacaan dan penelitian terhadap bahan-bahan ilmiah yang 
berkaitan dengan kajian menjadi sumber asas dalam pengumpulan dan 
pemerolehan data atau maklumat dalam kajian ini. Kebanyakan data diperolehi 
daripada sumber sekunder iaitu buku, jurnal, tesis, dan sebagainya.  
 
ii. Dokumentasi 
Penulis menggunakan beberapa dokumen dalam usaha memperoleh 
maklumat kajian. Antaranya fail, akta dan minit mesyuarat atau laporan mesyuarat. 
 
 
 
a. Temu Bual 
Penulis akan menggunakan metode ini dalam usaha mendapatkan 
data berkenaan subjek kajian. Antara responden temu bual ialah Timbalan 
Pengarah PMM yang akan ditemu bual secara berstruktur. Seterusnya, 
penulis juga akan menemu bual beberapa kakitangan PMM. Antara 
informen di dalam proses temu bual ialah pegawai yang terlibat secara 
langsung dalam usaha penyimpanan dan pengurusan Manuskrip Melayu. 
Antaranya:  
 Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia. 
 Penolong Pengarah PMM. 
 Pegawai dari Dewan Bahasa dan Pustaka. 
 Pegawai dari Perpustakaan Universiti Malaya. 
 Pegawai dari Arkib Negara Malaysia. 
 Prof. Madya Dr. Raja Masittah Raja Ariffin, Pensyarah dan bekas 
pegawai Dewan Bahasa dan Pustaka yang terlibat secara langsung 
dengan Manuskrip Melayu.  
 Ding Choo Ming, sarjana yang terlibat dalam kajian Manuskrip 
Melayu. 
 Wan Ali Wan Mamat, mantan Pengarah PMM. 
 
b. Metode Observasi 
Metode observasi merupakan kaedah yang memerlukan penulis 
melakukan pengamatan secara langsung terhadap sebarang proses yang 
22 
 
melibatkan usaha pengurusan di PMM. Antaranya lawatan ke bilik simpanan 
manuskrip, bahagian Pemuliharaan PNM dan  ruang penyelidikan PMM. 
 
iv. Metode Soal Selidik 
Penyelidik mengedarkan soalan kaji selidik kepada pegawai dan 
pustakawan yang ditugaskan di PMM. Kaji selidik ini bertujuan memperoleh data 
berkaitan latar belakang secara umum dan terutamanya kebolehan membaca dan 
menulis Jawi di kalangan pegawai. Hal ini kerana, aspek kebolehan dalam kedua-dua 
aspek ini penting diberi perhatian di kalangan pegawai yang mengendalikan 
manuskrip. 
8.2 Metode Analisis Data 
Setelah data dikumpul, penulis akan menjalankan usaha penganalisaan data 
terhadap data-data tersebut. Dua kaedah penganalisaan data akan diaplikasikan iaitu: 
i. Metode Induktif 
Ianya berasal daripada bahasa Latin “inducere” yang bermaksud “membawa 
atau menuju kepada”. Pemikiran ini biasanya menuju kepada pemikiran khusus 
kepada pernyataan umum.33  
 
Penulis menggunakan metode ini dalam menganalisis data dalam bab yang 
kedua dan ketiga yang mana penulis akan menjelaskan berkenaan sumbangan dan 
peranan Islam di Alam Melayu. Seterusnya metode ini juga digunakan pada bab 
ketiga menyentuh tentang tradisi penulisan manuskrip yang terangkum di 
dalamnya beberapa aspek seperti peralatan penulisan, perhiasan dan sebagainya 
yang merupakan asas pengenalan kepada sesebuah manuskrip. Seterusnya penulis 
                                                 
akan membahaskan tentang unsur yang terdapat dalam manuskrip seperti 
perubatan, perundangan, hiburan, ketatanegaraan, dan sebagainya. 
 
ii. Metode Deduktif 
Perkataan deduktif berasal daripada perkataan Latin “deducere” yang 
membawa maksud “membawa atau menuju daripada” hujahnya biasanya menuju 
daripada penyataan umum kepada khusus.34  
 
Metode ini akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis data dan fakta 
di dalam bab empat penyelidikan ini. Dalam bab ini penulis akan menganalisis 
data berkenaan sejarah dan peranan yang dimainkan oleh PMM yang memainkan 
peranan sebagai institusi yang memulihara Manuskrip Melayu. 
 
9. Sistematika Penulisan 
Dalam menjadikan penyelidikan penulis sebuah penyelidikan yang terarah dan 
tersusun, penulis menetapkan sistematika penulisan yang diterjemahkan melalui bab-
bab tertentu. Umumnya, penulis membahagikan pembahagian bab kepada lima.  
 
Pada bab pertama penulisan yang mana merupakan bahagian pengenalan kepada 
penyelidikan penulis, penulis telah mengetengahkan bab ini dengan perkara penting 
dalam sesebuah penyelidikan. Perkara tersebut ialah latar belakang masalah kajian, 
permasalahan kajian, objektif kajian, skop kajian, kepentingan kajian, sorotan 
perpustakaan dan sistematika penulisan penulis. 
 
                                                
 
Seterusnya pada bab kedua penulisan, penulis menetapkan tentang sumbangan 
dan peranan Islam sebagai agama yang berperanan dalam membina dan membentuk 
sebuah ketamadunan di gugusan kepulauan Melayu dalam segenap aspek kehidupan 
masyarakat terutamanya dalam aspek penulisan dan kesusasteraan. Seterusnya, 
kegemilangan tradisi penulisan Manuskrip Melayu disorot mengikut abad. Penulis juga 
memuatkan peralatan yang digunakan dalam menghasilkan sesebuah karya serta ciri-ciri 
sesebuah manuskrip dan faktor pendorong kepada penulisannya. 
 
Kemudian, pada bab ketiga penulisan, penulis akan memberi fokus Perpustakaan 
Negara Malaysia selaku institusi yang diberi amanah menguruskan khazanah berharga 
ini. Penulis akan menyentuh mengenai sejarah PNM dan struktur organisasi. Selain itu, 
beberapa akta yang melibatkan usaha pemeliharaan dan pemuliharaan Manuskrip 
Melayu.  
 
Pada bab keempat penulisan penulis yang merupakan bab kepada analisis dan 
sekaligus menjawab kepada subjek kajian penulis, penulis menetapkan pada bab ini 
berkenaan tentang sebuah sorotan sejarah kewujudan PMM sebagai institusi yang 
memainkan peranan sebagai institusi yang menguruskan Manuskrip Melayu. Aspek 
yang dikupas ialah penstrukturan organisasi PMM, dasar bahagian dan aktiviti yang 
dijalankan. 
 
Akhirnya, pada bab kelima penulisan dan merangkap bab terakhir kepada 
penulisan penulis, maka penulis membuat kesimpulan daripada hasil penyelidikan. 
Seterusnya meletakkan beberapa cadangan dan saranan kepada pihak tertentu dalam 
usaha menjadikan subjek kajian serta dapatan penyelidikan penulis dapat dimanfaatkan 
secara bersama. 
  Realiti yang terpatri sesungguhnya kedatangan Islam ke alam ini membawa 
impak dan kesan yang mendalam terhadap pembinaan ketamadunan masyarakat dalam 
segenap aspek.Dalam kita menyorot perjalanan sejarah masyarakat alam ini yang 
panjang, latar belakang sosio budayanya mestilah difahami terlebih dahulu. 
 
Selaku masyarakat yang terdiri daripada individu dan kelompok masyarakat 
semestinya mereka mempunyai perasaan, pemikiran sistem nilai dan tindakan yang 
dilahirkan atau diucapkan dalam pelbagai cara atau medium. Umumnya, medium yang 
digunapakai ialah lisan, tulisan dan gerakan atau perlakuan.Begitu juga yang berlaku 
terhadap kelompok masyarakat rantau ini.Dalam memahami aspek ini, sebuah sorotan 
terhadap sejarah warna-warni dan keberagaman kuasa dan pengaruh yang terdapat di 
alam ini yang pelbagai yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.Termasuklah 
bidang penulisan. 
 
Sebagai alam yang terdiri daripada rumpun Melayu seperti Aceh, Batak, Bugis, 
dan sebagainya, masyarakat Melayu tradisional tidak mempunyai suatu sistem bahasa 
dan tulisan yang selaras.Mereka menggunakan bahasa dan tulisan mengikut kelompok 
masing.Tulisan juga dicipta mengikut kelompok tertentu.Antaranya tulisan 
27 
Lampung,Batak, Rencong, dan sebagainya.1Begitu juga medium penulisan yang terdiri 
daripada batu, papan, logam, kulit binatang, dan sebagainya. 
 
Sehingga apabila pengaruh Hindu Buddha datang dan menguasai alam ini 
sekitar abad ke-5 dan dibawa bersamanya sistem tulisan seperti tulisan Pallava, Nagiri 
dan Kawi serta kesusasteraannya iaitu epik Mahabrata dan Ramayana. Namun, dalam 
menilai sejauhmanakah pengaruh ini mempengaruhi masyarakatnya, Prof Syed Naquib 
al-Attas menyatakan: 
“Falsafah agama Hindu tidak mempengaruhi masyarakat Melayu– 
Indonesia.Masyarakat Melayu- Indonesia lebih cenderung kepada sifat-
sifat kesenian daripada sifat falsafah.Unsur-unsur falsafah 
yangbersendikan budi dan pengetahuan akliah dengan sendirinya 
tersingkir, jauh terusir terkucar-kacir pada bukan tempatnya”.2 
 
Hal ini kerana, perhatian dan penekanan penulisan pada tahap ini tertakluk 
kepada nilai dan kepentingan golongan bangsawan di istana dan kraton.Mereka 
menggunakan wadah bahasa dan tulisan untuk memperkukuhkan ideologi dan 
kedududukan mereka semata.Maka, lahirlah penulisannya bercorak elitis, penuh dengan 
dongengan dan khayalan semata. Syed Mohd Naquib (1967) juga menyatakan: 
“Agama Hindu dan Buddha tidak berhasil mempengaruhi intelek Melayu 
untuk melahirkan ahli fikir dan failasuf dari kalangan bumiputera samada 
di Jawa mahupun Sumatera”3 
 
Sesudah Hindu dan Buddha, Islam datang menyinari Alam Melayu. Walaupun 
tiada tarikh yang tepat tentang kedatangannya ke alam ini, namun apa yang dilihat dan 
dinilai ialah kesan dan impak yang diterima oleh masyarakat dalam segenap aspek 
kehidupan khususnya penulisan. Hal ini kerana, Islam telah membawa bersama suatu 
                                                 

sistem tulisan kepada masyarakat alam ini yang dikenali sebagai tulisan Jawi.Tulisan ini 
terbentuk hasil pertembungan dan penyerapan agama dan budaya baru ini.Tulisan ini 
telah diubahsuaikan dari sistem tulisan huruf Arab dengan sedikit inovasi setempat.4 
 
Natijahnya, penggunaan tulisan Jawi dan kedudukan bahasa Melayu sebagai 
bahasa dakwah Islam dan Lingua Franca menyebabkan kegiatan dan penghasilan karya 
bertulis amat rancak yang dikenali dengan tradisi penulisan Manuskrip Melayu.Maka, 
lahirnya karya yang pelbagai sejak ianya diperkenalkan.Semangat ilmu dan tradisi 
penulisan Islam yang dirintis oleh umat Islam terdahulu kini dilanjutkan oleh tokoh-
tokoh intelegensia serta ulama Melayu yang produktif menyampaikan risalah Islam 
melalui medium ini khususnya ketika era kerancakan dan kegemilangannya pada sekitar 
abad ke-15 hingga ke-17. Antaranya Hamzah Fansuri (m. 1607 M),5 Syamsuddin 
Sumaterani (m. 1630 M),6 Nuruddin al-Raniri (m. 1658 M),7 dan sebagainya bersama 
karya masing-masing yang menjadi rujukan dan panduan. 
 
Namun, suatu realiti sejarah yang harus diterima bahawa kegemilangan Islam 
di alam ini tidak hanya berada pada pola yang sama. Kedatangan pihak penjajah luar 
khususnya Barat yang silih berganti akhirnya mempengaruhi serta „membantut‟ 
kerancakan tradisi ini.Hal ini kerana, campur tangan yang dimainkan di dalam 
                                                 
4Ibid., 41. 
5Tidak banyak diketahui mengenai latar belakang beliau.Di mana dan bila beliau dilahirkan masih 
kesamaran.Hanya diketahui beliau dilahirkan di Fansur (Barus).Menurut al-Attas, beliau hidup sebelum 
pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Shah, Shah (1588 – 1604 M) berakhir dan meninggal sebelum 1607 
M. Lihat “New Light of the Life of Hamzah Fansuri,” JMBRAS XI, no.1 (1967), 48. Dalam sumber lain 
beliau berpendapat Hamzah hidup antara 1550-1600. Syed Naquib Al-Attas, The Origin of Malay Shair 
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), 11. 
6Beliau  merupakan murid kepada Hamzah Fansuri. Sangat disegani. Memegang jawatan Mufti dan 
memakai gelaran Syeikhul Islam dan merupakan Penasihat Kanan kepada Sultan Iskandar Muda Mahkota 
Alam (1604-1636 M)  
7 Nama penuh beliau ialah  Nur al-Din ibn Ali ibn Hasanji ibn Muhammad Hamid al-Raniry. 
Berketurunan Arab dan bermastatutin di Ranir (Rander) di Gujerat.Mempelajari Bahasa Melayu sejak 
berada di Gujerat dan di Meka, Tiba di Aceh pada 1637M dan meninggal pada tahun 1658 M.  Ahmad 
Daudy, Allah dan Manusia Dalam Konsepsi Syeikh Nuruddin al-Raniri (Jakarta: C.V. Rajawali, 1983), 
38. Lihat juga al-Attas,“Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Aceh” dalam MBRAS (1969), 12. 
 
29 
pentadbiran masyarakat rantau ini, usaha pemunggahan yang dilakukan, dan 
sebagainya.Akhirnya, selepas kebanyakan negara di rantau ini mencapai kemerdekaan, 
khazanah berharga ini yang berperanan sebagai bank data bertulis dan dokumen bersifat 
premier ini banyak tersimpan di negara luar berbanding negaranya sendiri. 
Walaupun menyedari akan perjalanan tradisi penulisan ini mengalami fasa 
turun naik, namun hakikatnya ialah tradisi besar ini telah mengangkat dan menjadikan 
aspek keilmuan dan keintelektualan adalah suatu aspek yang dititikberatkan oleh 
masyarakat alam ini.   
2. Ciri-Ciri Manuskrip Melayu 
Dalam usaha berkenalan dengan Manuskrip Melayu, maka penulis akan 
menyenaraikan beberapa persolan mengenai ciri-cirinya yang unik. Hal ini kerana, 
khazanah berharga ini mempunyai beberapa ciri yang agak berlainan daripada dokumen 
lain. Antara persoalannya ialah siapakah penulisnya?. Bilakah dan dimanakah ianya 
dihasilkan?.Dan beberapa lagi ciri yang sentiasa diberi perhatian dalam memastikan 
bahawa ianya memenuhi kriteria Manuskrip Melayu. Antaranya dari aspek penulisan, 
fizikal, kandungan, susunan, tarikh, nama pengarang atau penyalin, gaya penulisan, 
hiasan atau kaligrafi dan sebagainya.  
2.1 Penggunaan Tarikh oleh Pengarang atau Penyalin Manuskrip Melayu 
Penggunaan tarikh dalam sesebuah karya manuskrip bukanlah suatu yang 
menjadi kewajipan kepada penulisnya terutamanya pada era awal penulisan 
manuskrip.Hal ini berlaku berkemungkinan disebabkan beberapa faktor iaitu anggapan 
bahawa tarikh dan kronologi adalah suatu hal yang tidak penting.Terutamanya karya 
yang berkaitan dengan keagamaan.Bagi pengarang, maklumat yang ingin disampaikan 
adalah lebih penting di samping merasakan bahawa semestinya masyarakat sedia 
maklum dan makruf berkenaan tarikh sesebuah karya yang dihasilkan. 
30 
 
Walau bagaimanapun, jika wujud tarikh lazimnya dicatatkan pada bahagian 
mukaddimah atau kolofon. Menurut Jones dan Rowntree (1983): 
“to date manuscripts, we look at the internal evidence, what the scribe 
has written in his text or in addition to it, and we should also look at the 
external features, such as the style of writing, the ink, the layout. In the 
page, the circumstances in which the manuscript was acquired and above 
all at the paper, from such an integral approach we may be able to 
estimate an approximate date for the binding of the codex, and within 
these dates perhaps a narrow band of dates within which the manuscript 
must have been copied. When we take the approach, the watermark 
becomes just another feature, as indeed does the date, if any, given by the 
copyist – this is naturally very significant, but should not be regarded as 
acceptable, unless it is supported by circumstantial evidence”8 
 
Antara bukti yang boleh menerangkan circumstantial evidence ialah melalui 
kajan dan perbandingan jumlah kata-kata sanskrit, Arab, Parsi, Jawa dan lain-lain. 
Umur sesebuah manuskrip dinilai mengikut jumlah perkataan Kuno yang digunakan.9 
 
Menurut Mahayudin Haji Yahaya (2001),walaupun terdapat sesetengah karya 
yang terdapat tarikh yang tertera, namun ianya tidak boleh terus diterima. Tetapi, 
seharusnya mengambil kira beberapa pertimbangan seperti sifat dalaman dan luaran 
yang tertera di dalam teks, stail atau bentuk penulisan, suasana dan keadaan manuskrip, 
dan bebeapa lagi aspek lain. Hal ini berkemungkinan kerana, tarikh yang dinyatakan 
adalah tarikh sesebuah karya itu disalin bukannya ianya dikarang.10Perkara ini turut 
diperakui oleh C. Skinner. Beliau menyatakan bahawa: 
„It is rare enough to be able to identify the author of a classical Malay 
work, rare still to be able to identify author and date‟11 
                                                 
8 Russell Jones dan Rowntree Clare, “An Essay At Dating and  Descriptions of A Malay Manuscripts” 
(1983) KM 1, 1. 
9 Ding Choo Ming, Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Cadangan dan Kritikan, 87. 
10Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2001), 
77-78 
11 C. Skinner, Syair Perang Mengkasar (The Rhymed Chronicle of the Macassar War). (the Hague: M. 
Nijhoff, 1963) , 43.  
31 
 
Selain itu, adakala penulis menyatakan jangka masa secara umum seperti zaman 
pemerintahan seseorang raja atau sultan. Contohnya kitab Asrar al-Insan fi Ma‟rifah al-
Ruhwa al-Rahman (Rahsia Insan dalam Mengetahui Tentang Roh dan Tuhan) karangan 
Nuruddin al-Raniri yang dinyatakan ditulis pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar 
Thani (1636 - 1641), tanpa memberikan tarikh yang tepat. 
 
Penggunaan tarikh adalah salah satu ciri dalam sastera Melayu Tradisional dan 
berkemungkinan berasal daripada pengaruh sastera Parsi-Arab. Penggunaannya telah 
dimulakan oleh pengarang Aceh pada kurun ke-16 M ataupun berasal daripada tradisi 
budaya Celebes yang kemudiannya diwarisi oleh pengarang di empayar Riau-Lingga 
pada kurun ke-18 M.12 Selepas kurun ke-16 M atau 18 M, penggunaan tarikh telahpun 
menjadi kelaziman dan dengan ini, dapat diketahui tarikh keseluruhan karya-karya 
disiapkan.13  Contohnya manuskrip Hidayat al-Salikin (Petunjuk Bagi Orang-orang 
Salik) yang selesai ditulis oleh Syeikh Ab. Samad al-Palembani (m. 1203 M) bertarikh 
5 Muharram 1192 H bersamaan 3 Februari 1778 M di Mekah.  
 
2.2 Penyataan Judul Manuskrip Melayu oleh Penulis atau Penyalin 
Judul adalah suatu aspek yang penting dalam proses menghubungkan pembaca 
dengan manuskrip tersebut. Teeuw menyatakan “…names a kind of landmark, points of 
recognition, indicating the type of text, and as such conventions of the genre”.14Namun, 
                                                 
12 Ding Choo Ming, Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Cadangan dan Kritikan, 86-87. 
13Ibid., 8. 
14 A. Teeuw,  “Indonesia as aField of Literary Study: A Case Study – Genealogical Narrative Texts as an 
Indonesian Literary Gere” dalam Unity in Diversity: Indonesia as a Field of  Antropological Study. Ed. 
P.E de Josselin de Jong: Dordrecht: Foris. 1984) 38-39. 
32 
realiti kini ramai pengkatalog selaku pendokumen kepada manuskrip telah memberikan 
judul kepada manuskrip yang dikaji khususnya.15 
 
Judul atau tajuk sesebuah karya kebiasaannya terdapat di bahagian permulaan 
atau akhir penulisan sesebuah karya.Namun, adakalanya ianya tidak disebutkan. Hal ini 
disebabkan beberapa faktor sama ada bahagian permulaan dan akhiran karya tersebut 
hilang atau sifat penyalin yang merasakan karya yang sedia maklum oleh masyarakat 
pada ketika ianya terhasil tidak perlu dimaklumkan lagi judulnya. Tetapi, perubahan 
dan peralihan masa dan suasana, akhirnya judul sesebuah karya tersebut dilupakan dan 
ditelan masa dan waktu. 
 
Dalam mengatasi masalah ini, para pengkaji memberi nama kepada sesebuah 
karya mengikut kesesuaian isi kandungan yang dibincangkan. Sebagai contoh, Kitab 
Hadis-hadis Nabi Mengenai Sembahyang adalah judul yang diberikan oleh Mahayudin 
Haji Yahaya sebagai seorang pengkaji Manuskrip Melayu Islam.16 
 
Walau bagaimanapun, dalam melakukan penetapan judul kepada sesebuah 
karya, sarjana terkadang melakukan sedikit kesilapan.Contohnya judul Peringatan 
Negeri Johor yang telah diberikan oleh Kratz kepada manuskrip yang 
dikajinya.17Menurut Matheson judul ter