Tampilkan postingan dengan label melayu 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label melayu 1. Tampilkan semua postingan
melayu 1
By arwahx.blogspot. com at Mei 10, 2023
melayu 1
allazi murakkabun ala jahlihi (Ar.) - orang yang terlalu dungu: jahil murakkab
kama sami'tuhu minjaddi wa abi (Ar.) - sebagai yang kudengar dari datukku dan
bapaku
bi'at (Ar.) - kawasan; tempat
setelah sudah kampung semuanya - berkumpul
dikeluari - keluar melawan
berperanglah terlalu ramai - terlalu dahsyat
dipersalini - dikumiai selengkap pakaian
paras - wajah
"aku hendak bertanyakari bicara kepadamu" - nasihat; pendapat
tara- bandingan
"sahaja sebenamyalah pekerjaan yang seperti titah tuan hamba itu" - seperti titah tuan
hamba itulah yang sebaik-baik dilakukan
Nabi Khidir - Menurut Turjumanul al-kitab junjungan , oleh Maulana Mohd. Yusuff Ali -
Lahor, Namanya Balyabin Malkan. Seorang nabi yang ada sejak Nabi Ibrahlm a.s,
pernah bertemu dengan Nabi Musa a.s. Dalam sahih Bukhari didapati Khidir ialah
nama panggilan. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Dalam Sulalatus
Salatin, Nabi Khidir dikaitkan pula dengan Iskandar ZulKarnain .
derham (Ar.) - sejenis mata wang perak
arkian - sesudah itu
tiada ada bagainya - seumpamanya
dari masyrik lalu ke maghrib (Ar.) - dari timur hingga ke barat
dari daksina lalu ke paksina (Sk.) - dari selatan hingga ke utara
sahibul hikayat (Ar.) - yang empunya ceritera
. kabul (Ar.) - diperkenan
wali (Ar.) - wakil
isi kahwin - mas kahwin
rida (Ar.) - rela
hukama (Ar.) - cendekiawan; cerdik pandai
naik mempelai - tidur pertama kali dengan isteri
anugerahi - mengumiakan
cembul - bekas mengisi kapur, pinang, gambir dsb.
kenaikan - kenderaan
khatifah (Ar.) - kain daripada bulu biri-biri; permaidani
kasad (Ar.) - maksud; niat; tujuan
termazkur (Ar.) - tersebut
tiada haid (Ar.) - tiada datang bulan
mengangkatkan kerajaan ninda baginda - menggantikan
hatta - kemudian dari itu
hilang - mangkat; meninggal dunia
naik raja - menjadi raja
tiada terpermanai - tiada terbilang (ramainya)
tiada sangka bunyi - terlalu bising
meta - ganas
gumba - bincul pada dahi gajah
lebu duli - debu
gorah bumi (Par.) - ukuran jauh, kira-kira dua atau tiga batu
menampilkan gajahnya - maju ke muka
balohan gajah - rangka tempat duduk di atas gajah
gajah tunggal lagi meta - gajah yang mengasingkan diri dari kawan-kawannya, amat
ganas
pilu (pilau) - sejenis perahu China
gerangan - agaknya
betapa - bagaimana
utus (utas) - tukang; mahir dalam pekerjaan tangan
hulurkan - turunkan
iradat (Ar.) - kehendak; kemahuan (Tuhan)
ghaib (Ar.) - lenyap; hilang
kuda semberani - kuda sakti yang bersayap
tafahus - penyelidikan yang teliti
seperti dituang - seperti dibuat dengan acuan
serba - aneka
saput - litup
Bijaya negara (Vijayanagar) - sebuah kerajaan Hindu di India Selatan didirikan oleh
Vira Ballaha III dalam T.M. . Mencapai puncak zaman gemilangnya pada T.M.
- dalam pemerintahan Maharaja Krishna Devaraya - jatuh pada T.M.
Alkisah - 'menurut ceriteranya', biasa digunakan dalam kesusasteraan lama sebagai
memulai sesuatu ceritera baru
balu - isteri yang suaminya telah mati
berhuma - berladang
nasab (Ar.) - keturunan (terutama dari sebelah bapa)
ingar-ingar - bising-bising
gemala - batu bercahaya yang mempunyai hikmat (berasal dari ular, naga dan lain-
lain)
negara bukit - puncak
curik - sejenis pisau atau parang
sekonyong-konyong - tiba-tiba
pancar - keturunan; anak-cucu
alamat - bukti; tanda
embuk - ibu
ciri - di sini dimaksudkan suatu mantera rasmi (asalnya dari bahasa sanskrit) yang
diucapkan pada ketika terTeritu dalam istiadat perlantikan raja dan sebagainya.
dahulukala - zaman dahulu
syahadan (Ar.) - selanjutnya; digunakan dalam kesusasteraan lama untuk permulaan
perenggan baru.
baluhan - bingkai (gendang; tabuh dan lain-lain)
paman (Jw.) - Pak cik
beradu - tidur
kedal - sejenis penyakit kulit yang meninggalkan kesan bertelau-telau pada kulit
Kuyu - tiada berseri; suram; muram (muka)
manira (Jw.) - saya; aku
mengembala - mengendali, mentadbir
fadhihat (Ar.) - cela; aib
cedera - di sini mungkin dimaksudkan tidak mematuhi janji
wa'ad - janji
berjaga-jaga - adat berjaga siang malam (kerana kenduri kahwin dan sebagainya)
panca persada - bangunan persiraman yang bertingkat-tingkat
karar (Ar.] - tetap Teriteram
sumbing - sumpik pada mata pisau dan lain-lain
rosak - ditirupa kecelakaan atau kerugian
laut Selbu - laut lepas; samudera
tanah Andalas - Andalas (Sumatera)
bermuat - mengisi barang-barang ke dalam perahu dan sebagainya
telumba, tongkang, ganting, kelulus - nama jenis-jenis perahu
kalut (kalut kelibut) - kelam-kabut
bercita - mencipta atau mewujudkan sesuatu dengan kuasa batin
alu-alukan - sambut dengan baik (tetamu)
nobat - bunyi-bunyian diraja mengandungi gendang nobat, nafiri, nagara ( buah),
serunai ( buah), gendang ( buah), termasuk seorang pemimpin
labuhan dagang - pelabuhan
bicara - pendapat; nasihat
lancaran - sejenis perahu besar yang laju
bangun teruna - perawakan seperti teruna
selur, den dang, jong, tidar, data, banting - nama jenis-jenis perahu
tunggul, panji-panji, merawal, ambul-ambul - namajenisjenis yang merupai bendera
dibawa dalam perarakan taruk kayu - pucuk kayu
badram belawa - nama pedang
penjawat - pegawai-pegawai perjawatan di istana
payung iram-iram - sejenis payung Diraja, bahagian tepinya berlipat-lipat dan
berumbai-umbai
cogan kerajaan - tombak lambang kerajaan
panji-panji alam - panji-panji lambang kerajaan
sabur - kelam-kabut
seri balai - terkadang disebut balairung seri
seri penghadapan - tempat raja bersemayam dihadapi Orang Besar-besar dan lain-lain
puan - sejenis tempat sirih yang diperbuat dari emas atau perak
badar sila - sejenis kain putih yang halus
diwangga pirang - sejenis kain serasah indah, tanahnya
berwama perang bertandu - berusung
dayang-dayang - gadis-gadis pelayan di istana
mendara perwara - gadis-gadis pcngiring permaisuri
akan kerajaan - akan menjadi raja
ditabalkan - dirasmikan dengan istiadat menjadi raja
dinobatkan - dinaikkan ke atas takhta kerajaan dcngan istiadat sambil bunyi-bunyian
nobat
ateria (kesyatriya) (Sk.) - hulubalang
perawangan - golongan orang lelaki dalam istana yang disebut awang
perdaraan - golongan wanita dalam istana yang disebut dara
membawa perempuan - membawa isteri
serba mati - segala sesuatu boleh menyebabkan kematian, walaupun ditimpa rambut
sehelai
berhadir - menyediakan
pembujangan, kayuh-kayuhan, penanggahan-tetlentam – nama jenis-jenis perahu
panjang lima belas - dimaksudkan lima belas depa
karang-karangan - jenis binatang (berkulit kapur) di tepi pantai yang boleh dimakan
seperti kepah, remis dan sebagainya
mengirap pasir - hapus pasir (dilitupi air)
molek perbuatan tanah itu - baik keadaan bentuk bumi tanah itu
tangkas - pantas; cergas
kambing randuk - kambing jantan tua yang berjanggut dan berbulu banyak
tiada menyahut - tiada menjawab
mustaid (Ar.) - siap; lengkap
sambuk, batil - nama jenis-jenis perahu
tiada dituruninya - tiada ia turun dari tempatnya untuk menyambut
masing-masing pada martabatnya - masing-masing mengikut taraf dan darjatnya
betara - gelaran raja Majapahit
tatal - kelupasan yang tipis dari kayu (biasanya panjang-panjang) yang diketam
(ditarah dan lain-lain)
Nusantara - kepulauan Melayu
ditarah - dilicinkan
subang - perhiasan cuping telinga perempuan yang dicucukkan ke dalamnya
ibarat (Ar.) - kias; umparna
dipertidaknya - dipandang rendah; dipermudah-mudahkannya
ajaib (Ar.) - hairan
salah tempa - salah sangka; salah anggapan
baharu duduk mentimun - baru belajar-belajar duduk
pakanira (Jw.) - kamu; tuan
paduka sangulun (Jw.) - paduka tuanku
bingkisan - barang kiriman; buah tangan
jong, ganting, lelanang, pemangkah, telemba, jokong nama jenis-jenis perahu lama
maka patahlah kelengkapan Majapahit - alah; tewas
seligi - sejenis senjata seperti lembing (diperbuat daripada ruyung, buluh dan lain-lain
ditajarnkan)
lukah - sejenis alat menangkap ikan
banir - akar yang keluar daripada tanah seperti papan
boleh - beroleh
dapat tiada - sudah Teritu; sudah pasti
ilmu halimun - ilmu yang boleh menghilang diri
bantun - cabut
saujana mata memandang - sejauh pemandangan mata
merdaheka - merdeka; bebas
kuras - sejenis pokok
pilang - sejenis perahu
kempas - sejenis pokok yang kuat kayunya
sama seorang - seorang diri
datanglah ke negeri sembilan - sampailah ke negeri sembilan
berkuat-kuatan - berlawan mengadu kuat
tersandang - terdampar
setara - sejajar
ayapan - makanan, jamuan (berbahasa kepada raja)
bicaramu - pendapatmu
disesaknya - diasaknya
dengan bicara tuan hamba - dengan ikhtiar tuan hamba
mufarik - bercerai; berpisah
oleh apa - mengapa
nisan - batu tanda pada kubur
ditumpu - ditekan secara menolak perlahan-lahan
ulu - kepala
lembang - lekuk
diemasi - memujuk dengan memberikan emas
fakir - orang miskin
sudah lalu - sudah lampau
berkarang - mengutip karang-karangan
narawastu - wangi-wangian diperbuat dari akar-akar wangi
anak gahara - anak raja yang lahir dari permaisuri
gering - sakit (bahasa kepada raja)
bersalahan - bersalah; bertelingkah
semesta (Sk.) - seluruh; segenap
syahru 'n-Nuwi - ibu kota Thailand zaman dahulu
sum - sejenis kapal Siam
bahara - timbangan berat, yang berlain-lainan (bergantung pada barang yang
ditimbang)
mong-mong - canang
digagahinya juga dirinya - berdegil juga
musykil (Ar.) - sulit; sukar
hilanglah budi bicaraku - hilanglah pertimbangan akal yang sempurna
tergerak hatinya - marah dan berdendam
masyghul akan dirinya - melupakan hal dunia, semata-mata memikirkan akhirat
puawang - pawang
maya - apa
ahmak - dungu; tongong
alamat (Ar.) -lihat hlm.
ilmu khayal lillah lagi tamam dua belas alam -?
bikang - sejenis kuih; kuih bingka
terhantar - terlantar
tui - sejenis pokok
todak - sejenis ikan laut bermuncung panjang
berkotakan betis – berdiri berjejeran di tepi pantai sehingga betis-betis merupakan
sebagai benTerig
jongor - muncung yang panjang
mendayakan diri - menipu diri; membodoh diri
tatkala ia akan dibunuh, maka ia menanggungkan haknya atas negeri itu - haknya
sudah semestinyalah mendapat sebaik-baik balasan, tetapi hukuman kejam pula
diterimanya; dosa dan balasan dari akibat kekejaman inilah yang ditanggungkan ke
atas negeri itu
dipakai – dipergundik
percanggaikan – sulakan
keti - seratus ribu
patahlah perang orang negeri sembilan - alah; tewas
rengkiang - tempat menyimpan padi
ada datang sekarang dengan beras itu - hingga sekarang
terhidu - terbau
mendarat - berjalan ke arah darat
membaruh - berjalan mengikut hala ke sebelah pantai
kalam - zakar; kemaluan lelaki
khatan - sunat (memotong kulup)
tunggang-tunggik - membongkok menundukkan kepala kemudian tegak semula
berulang-ulang kali
tiada bersela - tiada celah yang kosong
haru-birulah bunyinya - hingar-bingar
ke dalam - ke istana
menderumkan - merendahkan badan gajah dengan melutut
masuk agama - menganut agama agama
kekuningan larangan - dilarang orang kebanyakan memakai atau menggunakan warna
kuning, kerana segala yang berwama kuning menjadi hak raja
tiada dapat dipakai - tiada boleh; tiada dibolehkan
diambil akan sapu tangan - dibuat
tabir - tirai
ulasan bantal - sampul bantal
rumah bermanjungan bertiang gantung - rumah yang tiang anjungnya tiada tertanam
atau terletak ke tanah
peranginan - ruang di bahagian atas tempat berangin dan bersenang-senang
bertingkap berhadapan - bertingkap dan mempunyai bilik yang seolah-olah merupai
tempat mengadap raja
penduk - penyalut pada sarung keris dari emas perak dan lain-lain
teterapan keris - sarung keris yang dilapis dengan emas atau ditatah dengan permata
keroncong - gelang kaki yang dilekatkan padanya loeeng kecil
berpancung - memakai kain yang hujungnya diserongkan
sebai - kain yang dibelit ke leher untuk menutup bahu, dengan dua hujungnya
tergantung
kelek-kelekan balai - sejenis serambi pada balai istana ketapakan balai - tempat
kehormatan dalam istana selasar - sejenis serambi
ketur - tempat ludah
kendi - scjenis bekas air minum
ceper - sejenis talam kecil
kerikal - sejenis pinggan besar atau talam yang berkaki
had (Ar.) - takat; enggat
serunai - sejenis alat bunyi-bunyian tiup
nagara - sejenis gendang besar
medeli (medali) - sejenis alat bunyi-bunyian seperti seruling diperbuat daripada
tanduk
perserian, persangan, pertuanan - pegawai-pcgawai yang bergclar seri, sang dan tuan
destar - kain ikat kepala, Terigkolok; tanjak
dibiru-biru - dilipat-lipat secara lebih kurang sahaja
diampu - ditatang dengan dua belah tangan
masing-masing pada patutnya - menurut taraf dan darjat masing-masing
patam - hiasan dari benangemas dan lain-lain pada tepi pakaian; penutup dahi
pontoh - sejenis gelang pada lengan atas penangkal - tangkal; azimat
khalkah (Ar.) - gelang kaki
bertimbalan - pada kedua belah lengan
usungan - tandu, alat kenaikan yang dibawa dengan di- pikul beramai-ramai, di atasnya terdapat ternpat duduk
jogan - tombak, bendera, sebagai tanda kebesaran raja jikalau berjalan
lebih kanan daripada kiri - ketika berjalan mengiring raja pihak yang di kanan lebih
tinggi darjatnya daripada pihak yang di sebelah kiri
tombak berjajar - deretan tombak-tombak yang dibawa orang
pawai - alat kebesaran raja yang dibawa ketika berarak
yang kena sirih nobat - orang yang menerima sirih di majlis penobatan
raja bekerja - raja mengadakan sesuatu istiadat diraja
mengunjung orang - menemui orang; menyambut orang
Syahbandar - ketua pelabuhan
dalam kira-kira Penghulu Bendahari belaka - semuanya di bawah urusan Penghulu
Bendahari
tiada dapat - tiada boleh
sejadah (Ar.) - tikar sembahyang
sembahyang teraweh (Ar.) - sembahyang sunat pada malam hari dalam bulan
Ramadan, iaitu selepas sembahyang isyak
berTerigkolok - memakai destar
beroleh - boleh
bersaf-saf (Ar.) - berderet-deret
gendang adi mula - gendang yang mengisyaratkan permulaan istiadat dan sebagainya
astaka (Sk.) - sejenis balai dalam istana; balai pertemuan
sinda (senda) - saya; hamba
rawi (Ar.) - periwayat; yang empunya cerita
papan cuki - papan untuk permainan yang memakai buah seperti dam, catur dan
sebagainya
terselirnpang - tercelapak
dipersurupahkan - dijadikan pantang-larang
didudukkannya - dikahwinkannya
menitir - memukul
dendam sahaya dapat berdapat - rindu saya dapat kiranya layanan yang sepadan
raja-diraja - usungan jenazah raja
dinyahkan - dihalau
maulana (Ar.) - gelar untuk ulama besar
si polan - sebutan untuk orang yang tiada diketahui namanya
teraula - terutama
mengerjakan - pengertian di sini: membunuh atau mengusir
atas angin - pada zaman dahulu negeri-negeri yang dianggap sebagai negeri atas angin
ialah India, Parsi, Arab dan juga Eropah
serta aku datang - apabila sahaja aku datang
tiada kena kerja raja - tiada menjawat apa-apa jawatan dari raja
menolak - membuang; menyingkirkan
bawah angin - kepulauan Melayu
surat sembah - surat mengaku tunduk di bawah kuasa
barang titah - apa-apa titah
fiil - pekerti
anak perempuannya - anak isterinya
pasungan - alat dari kayu berlubang dipasang pada kaki (tangan atau leher) sebagai
hukuman atau supaya jangan lari
jeluk - bekas mengisi air dan lain-lain tumang - sejenis tungku
dengan sakai hamba - dengan orang bawahan hamba
berkisar - berpindah; beralih
bersinggit - bergeser; berselisih
kedapatan - dijumpai; diketahui
melihat kelakuan - gelagat; gerak-geri
mohon tuanku - ampunilah tuanku (kerana melahirkan tidak berkenan)
daulat tuanku - di sini dimaksudkan bersetuju, berkenan
ditalak (Ar.) - dicerai
idah (edah) (Ar.) - masa menanti bagi orang perempuan yang diceraikan atau
kematian suami selama tiga kali haid ( hari); dalam tempoh tersebut perempuan
itu belum boleh kahwin
saudara sejalan jadi - seibu sebapa; saudara kandung
sulu - intip
olang-oleng - tidak tetap, berayun-ayun ke kiri ke kanan
paduka bubunnya - gelaran hormat untuk raja Siam
bercakap - menyatakan sanggup
bermain panah lasykar - berlatih memanah dengan panah askar
dewal - dinding atau ternbok keliling kota dan lain-lain seperti dewal orang berdikir -
mungkin dimaksudkan keadaan tempat berlatih rnemanah itu
dihalakannya - ditunjukannya arah
berladung - dibasahi
rantau - pantai sejauh sungai, pesisir dan lain-lain
musim utara - masa angin timur-laut bertiup (dari November hingga Januari)
kelian emas - galian atau lombong emas
pemanggangan - alat (penyepit) untuk rnemanggang daging, ikan dan lain-lain.
Sepemanggangan bererti sebanyak daging yang boleh disepitkan pada satu
pemanggangan
raga-raga - berlagak-lagak
digalahkan - ditolak dengan galah (bukan dikayuh)
jeram - air terjun di sungai
randaukan - memasukkan benda-benda lain supaya menjadi lebih sedap atau lebih
banyak; buat rencah
tangguk - sejenis alat menangkap ikan, berupa jaring berbingkai yang dipegang
dipisitnya - disoal dengan teliti atau dengan ancaman supaya mengaku (membuka
rahsia)
apit - diseksa dengan alat menyepit jari
payung iram-iram berapit - payung irarn-iram yang dibawa berdamping di hadapan
raja dan lain-lain
upeti - persembahan (barang, emas dan lain-lain) yang wajib dibayar kepada raja atau
negara yang berkuasa
mentaksirkan - menganggap lalai
mengutus - mennghantar wakil
keraeng - gelaran bagi orang bangsawan (di Makasar)
juak-juak - Hamba raja yang mengiring raja atau membawa alat kebesaran
jalan muafakat - hubungan berbaik-baik
apa kehendaknya - apa hajatnya
sirih berkelurupang -- sirih yang diperbuat seperti kelong-
song dan di dalamnya diisi pinang, gambir, kapur dan lain-lain
juadah-kuih,penganan
angin musim - angin yang datang menurut musim tiap-tiap tahun
kegemaran - yang disukai
sikap - perawakan
mengembari - melawan; menentang
pepak - penuh sesak
petaruhku - titipanku, amanatku
menyuruh ia kepada aku - mengutus
dipindahkannya - disampaikannya
dimasukinya - pergi (kepada orang itu) untuk menuntut ilmu
perhangan - lihat hlm.
ditatapnya - diperhati dengan teliti
berguru - menuntut
batil - mangkuk dari logam
beralangan - dalam keadaan berselisih (berseteru)
rata - sekaliannya
pengapitnya - dimaksudkan sebagai timbalan
pegangannya - tugasnya memerintah
pungutan - perahu-perahu yang dikumpulkan
lalai (tali lalai) - sejenis tali untuk memutar kayu palang tempat menggantung layar
(di perahu)
bubutan (tali bubutan) - tali penegak tiang untuk mengukuhkan tegak tiang perahu
dikelati - ditarik tegang
mudarat (Ar.) - merbahaya
kepilkan - didampingkan
untut - penyakit bengkak kaki
mengantul - menganjal; melambung kembali
amat jahat - di sini dimaksudkan hodoh, hina
ketumbukan - di sini dimaksudkan tugas menyerang
pemali - pantang
nugerahi - anugerah
penyadap - orang yang mengambil niradengan memotong mayang kelapa, kabung dan
lain-lain
perempuannya - isterinya
tiada khabarkan diri - tiada sedarkan diri; pengsan
rosak - di sini dimaksudkan karam
mengusir - mengejar; berenang mendapatkan
senyampang - kebetulan; mujurlah
ditimang - disanjung dengan berbagai kata pujian
memayang - menangkap ikan di laut
rajut - pundi-pundi yang diperbuat dari siratan benang
pawang - ketua kumpulan nelayan
masyghul - dukacita
panggungan - anjung kecil (rumah yang tinggi, tempat berangin-angin atau meninjau;
balkoni)
pada bicaranya - fikimya
sabuk biaban hijau - sejenis bengkung warna hijau
gelang kemit tubuh - sejenis gelang
sunting - perhiasan berupa bunga yang dicucukkan di rambut atau di belakang telinga
bunga semadarasah wilis cempaka - bunga cempaka biru
berurap-urapan - berpupur dengan urap (minyak wangi cair)
serigading - sejenis tumbuhan yang putih bunganya
ketirah - sejenis tumbuhan berdaun merah
pangus - cekap; cekatan
kula (Jw.) - saya; patik (kepada raja)
penaka - seolah-olah
turus - tunggak; tiang
rama andeka - ayahanda paduka tuanku
berdatang sembah - berkata-kata (dengan raja)
didudukkan - disini bererti diberi tempat duduk
hang - gelaran orang istana yang disebut hang
tiada terkembari - tiada terlawan
memengkis - membentak; berlagak cabaran
terkokol-kokol - menggelatuk; tergigil-gigil
diusir - dikejar; diikuti
dapur-dapur susu - bahagian di bawah tetek
dilekatkan - dikekalkan
ratna mutu manikam - pelbagai intan permata
keris ganja kerawang - keris yang ada berpalang tangan dan berukir hulunya
perlente - penjahat
tunggui - jagai; kawal
penjurit (Jw.) - pejuang; askar upahan; perwira Jawa
berhadir - bersiap sedia
akan mengerjakan - di sini ertinya memulakan kerja kahwin
paseban agung (Jw.) - balairung
'iyar (Ar.) - berbangga dengan keperwiraan
utar-utar - perisai kecil berbentuk bundar
genta - loceng kecil
berlayam - menari dengan melila-lilakan pedang, perisai dan lain-lain .
dikirapkannya - menggerakkan ke atas ke bawah
sapu-sapu rengit - disebut juga sapu-sapu ringin, sejenis permainan dalam, dengan
kaki berlunjur dan menghayun tangan ke kanan ke kiri sambil menyanyi
berkanjar - berlunjur
tanpa kedep tambung laku sira (Jw.) - tak hormat kelakuanmu; pura-pura berbuat
tidak tahu
balai larangan - rumah di kawasan istana tempat puteri-puteri
juru ganjur - pengawal yang memegang tombak
bersamarlah - tiada nyata lagi kerana banyaknya
alun-alun (Jw.) - tanah lapang di muka keratin
gegak-gempita - riuh-rendah; terlalu bising
panggungan - di sini ertinya; tempat menonton wayang dan lain-lain
bertaru - hingar-bingar
gendir, sambian, sekati, gelinang dan lain-lain - nama jenis bunyi-bunyian Jawa
menjadi zaman - di sini dimaksudkan kenang-kenangan
sampean (Jw.) - paduka tuanku
cendala - jahat; hina
keparat - celaka; bangsat (kata makian)
kepetangan (Jw.) - bijak; banyak mempunyai tipu helah
sendal (Jw.) - curi
hunus – cabut
tersemu - terpedaya
alap - mengambil dengan cara mengait
mengigal - menari dengan gaya yang menarik
kecederaan - malapetaka; kecelakaan
pelindungan - jamban; kakus
diudar - diruntun; ditarik kuat-kuat
berlangir - mencuci rambut, badan dengan sejenis wangi-wangian
hujjatul balighat (Ar.) - bukti (tanda) sudah dewasa bermukah - melakukan
persetubuhan yang haram; berzina
Kimka - scjcnis kain yang halus dan berbunga
gharib-gharib (Ar.) - luar biasa; ajaib
cerpu - sejenis terompah dari kulit
sarat - penuh (muatan perahu)
dinihari - waktu belum terbit fajar
gagak sekawan - ini mungkin dimaksudkan pasukan perajurit China yang memakai
serba hitam
gong pengerah - gong untuk memberi isyarat berhimpun (mengerah dan lain-lain)
separsakh - sejenis ukuran jauh, kira-kira sejam perjalanan
mungkur - sejenis usungan atau tandu
demi - sebaik sahaja
digelek - dipusar di an tara dua belah tapak tangan sehingga jadi bulat
pada sehari-hari - setiap hari
legat - tertumpu tetap
membibit - menjinjing dengan hujung jari
menengadah - mendongakkan kepala
ada permusuhan - dalam ancaman seteru
biaslah - terbiluk dari hala tujuan yang asal
seri kopiah - gelaran hormat untuk raja China
penyakit kenohong - sejenis penyakit kusta
tulah - kutukan
berkendak - bermukah
hasratnya yang sah - di sini dimaksudkan hakikatnya yang sah
perhangan - golongan pegawai yang bergelar hang
kesiangan - terlewat (bangun dari tidur) hingga siang
jebang - perisai panjang dari kayu bersalut kulit
ranggas - pokok yang meranting tiada berdaun
mengenang - terkenang akan
menaiki Hang Jebat - naik melawan
bermara - mendapat mara
masa kita samakan - tidak kita samakan
diterpa – diterkam
seperi-perinya - katakanlah
Bukit Kaf - menurut riwayat, iaitu nama pergunungan dunia yang terbesar
bukan barang-barang hamba - bukan hamba yang sembarangan
ada perkenaan - ada pekerjaan yang hcndak ditanggungkan kepadanya
teranggar-anggar - tidak tetap; terhoyong-hayang miskinan - kedaifan
basuhkan arang di muka aku - hapuskan malu aku menjunjung duli - di sini
maksudnya; mengerjakan perintah raja
terlanjur - terdorong; terlangsung
bertemu sama sebesi - bertikam seorang sebilah keris
temasya - jadi tontonan
menyiah - berganjak ke tepi: menyisih
faraj (Ar.) - kemaluan perempuan
kemamar-kemamar bahasa - seolah-olah hilang ingatan atau pandangan
moga-moga - di sini dimaksudkan tiba-tiba atau kebetulan
diumbut - dibunuh
pantatnya - punggungnya
kapa-kapa - atap yang curam pada kedua pihaknya gajah menyusu - atap tambahan
atau yang disambung pada rumah
layang-layang - bahagian rumah antara bumbung dengan dinding yang berbentuk
segitiga
sengkuap - sejenis serambi tambahan
belalang bersagi - nama sejenis kayu bumbungan yang bersegi-segi
kambi - papan lebar yang dipasang pada dinding
kilau-kilauan - bercahaya gemerlap
ditampali - dilekatkan
rasuk - kayu yang dipasang di antara dua tiang rumah
birai - selusur; tepi
rembatan - kayu palang yang dipasang untuk menguatkan pintu
disiripkan - ditindih-tindih atau dilapis-lapis (genting)
penanggahan - tempat memasak; dapur
ibul - sejenis tumbuhan. (palma)
hendak bangat - hendak cepat (siap)
beramu rasuk kulim - pergi ke hutan mencari kayu kulim untuk dibuat rasuk
mengenakan – memasang
syahmura - sejenis senjata
berbela api - mengawal; memadamkan
berlepas harta raja - membawa keluar
berbela segala harta – menyelamatkan
menghulu-hulu - mendahului
pekis - mengeluarkan kata-kata yang keras
bawakan - beban
berselat - memegang (menguasai) sesuatu kawasan selat
balai apit pintu - balai sebelah menyebelah pintu
balai kendi - balai tempat mengambil air
terlalu olahan - banyak ragam; tingkah tiga hari maka sudah - baru
penanak - sepenanak ertinya selama orang menanak nasi hingga masak
dengan - hamba tebusan
penghulu dengan - tuan punya hamba
cipan - sejenis senjata seperti kapak
menyisip - sipi; tidak tepat
meletakkan - menempatkan
adipati (Jw.)- kepala daerah
kelengkapan - di sini dimaksudkan kapal-kapal dari angkatan laut
niat - hajat di hati
lebuh - jalan raya
penjawat - di sini dimaksudkan pegawai pengiring
berbalas - membalas
hendak derhakakah ke bukit? - hendak derhakakah kepada raja?
datang ke Terengganu - hingga; sampai
bangat - cepat
bidak - buah catur yang terendah
emak bongsu - adik yang bongsu kepada ibu atau bapa
saudara emakmu - adik beradik emakmu
hujung tanah - bahagian yang selatan sekali dari Seme-
nanjung Tanah Melayu
teluk rantau - daerah sekeliling
memairi - mengawal laut (meronda) dengan perahu (kapal)
campaki sauh terbang - liruparkan besi yang berbentuk sauh ke perahu lawan, apabila
lekat lalu ditarik hingga rapat
putar - ditarik dengan alat pemutar
tetas - potong (tali dan lain-lain)
tawar ipuh - jampi atau ubat untuk menghilangkan bisa getah ipuh yang beracun itu
jenawi bertumit - pedang yang lurus panjang, digunakan dengan dua belah tangan
terpencil - terpisah dari yang lain
batu tolak-bara - batu pemberat digunakan sebagai pengimbang dalam perahu
ilmu tasauf (Ar.) - ilrnu suluk, mistik
hadas (Ar.) - berkeadaan tidak sud diri orang agama yang menyebabkan tidak boleh
bersembahyang (tawaf dan lain-lain)
Duri'l-mazlum (Ar.) ( ) mutiara yang dizalimi atau "Duraril-mazlum "
( ) yakni permata bagi orang-orang yang dizalimi.
fatwa (Ar.) - keputusan dari segi agama yang diberikan oleh alim ulama atau mufti
mengenai sesuatu masalah .sudah bermakna - sudah mempunyai penjelasan
junun (Ar.) - karam dalam rasa cinta ilahi
memecat diri - sendiri meletakkan jawatan
emas urai - emas yang masih berbutir-butir
memalis - memaling ke arah lain (kerana marah dan lain-lain)
membaliki - menarik kembali apa yang sudah dikatakan khalayak (Ar.) - di sini
dimaksudkan ramai
tahkik - di sini dimaksudkan yang sebenarnya
Cempa – sekarang dikenali dengan nama Vietnam
mayang - bunga pinang (kelapa, kabung dan lain-lain)
mengurai - keluar berjurai dari kelongsong
seludang - kelongsong mayang (pinang, kelapa dan lain-lain)
panca-wama - lima warna
pada sepenampang - garis Terigah pada permukaan (bidang) sesuatu
angin tegang kelat - angin kencang
mendapatkan - menemui
tiada beralahan - kedua-dua pihak tiada mau kalah berlepas anak bininya - lari
menyelamatkan anak isteri
balok - perahu muatan
laksa - sepuluh ribu
asa-asaan - harap-harapan
bersaji nasi - menghidangkan nasi
jurutanak - tukang masak
makan sedaun - makan beramai sama-sama di atas satu daun
azamat (azmat) - hebat
berhantaran - bertibaran
mengelih-ngelih - menoleh-noleh; mengawasi
unjukkan - hulurkan
lepuri - terkam; terpa
lari merapah - lari memijak-mijak tanaman
digulungnya sekali-sekali - dihambat; diserbu
pintu tani - pintu kawasan luar istana
"yang sembah hamba di Melaka itu, tinggal di Melakalah - sembah hamba ketika
hamba di Melaka itu batallah
berjahat - memburukkan
sama datang mata keris itu - kens keduanya menikam sama semasa
jangan apalah - janganlah kiranya
berkaul (Ar.) - bernazar; berniat melakukan sesuatu apabila hajat berhasil
diafiatkan (Ar.) - disembuhkan
khazanah (Ar.) - di sini dimaksudkan: harta kepunyaan layu rumput di halaman Yang
Dipertuan - sebagai kata
kiasan kepada perkataan "tuanku mangkat"
mengarnbil hak orang tiada sebenarnya - bukan secara halal
makan haqul-adam (Ar.) - makan hak sesama manusia (tiada dengan cara halal)
khali (Ar.) - berhenti; lalai
jemah - kelak
kira-kiramu - perkiraan (dosa pahala)mu di, hadapan Tuhan
buas - galak; ganas
bodi - pohon beringin
pedang bertupai - pedang yang ada palang di hulunya tersampai - tersangkut
remak - lebih baiklah
petak agung - petak besar
tiang agung - tiang yang tertinggi
kurung - bilik dalam perahu
pekajangan - bahagian belakang perahu yang beratap dengan kajang
terjerumus - tersungkur
pelabun - senda dalam bualan
menyurung damai - minta berdamai
termasya - seronok
mengupam - menggilap
timbangan lada pidir - sama maksudnya dengan kecil-kecil cili padi
menjadi ibu - menjadi pemimpin pennainan
duduk umbi - pangkainya baru membesar
beladau - sejenis golok
datangi - di sini dimaksudkan serang
dekat patut - lebih patut
makar (Ar.) - kecurangan; di sini lebih hampir kepada maksud bongkak
ta'ajal (Ar.) - terburu-buru; tergesa-gesa
anu - sesuatu yang tak disebutkan namanya (orang, benda dan lain-lain)
maharajalela - melakukan sewenang-wenang
dapat membunuh - dibolehkan membunuh
umur kita telah pautlah - genaplah
barang suatu - apa jua sesuatu
ketanahanmu - asas tempat kamu bertapak
tiada apa bahananya - tiada begitu besar
bentan- berbalik sakit (sesudah agak sembuh)
lepas dari tangan - meninggal dunia
sabur - di sini ertinya tidak keruan
serta aku datang - apabila sahaja aku sampai
tergerbang-gerbang - terurai dan kusut (rambut)
syahidlah - ini dirnaksudkan sebagai menempelak. Syahid bererti mati kerana agama
agama
bergagah - berdegil
suratan ajal - batas hidup menurut takdir
Pak Si Bendul - Pak Pandir; tolol
sediakala - setiap waktu
tiada perolehan - tiada mendapat apa-apa
padalah - cukuplah
turut-turutan - mengikut-ikut (kehendak, pemikiran orang lain)
seturutan - sama perbuatan dengan mengikut orang lain
dengar-dengaran - melayani; pedulikan
waswas - sangkaan
'alaihil-Ia'anat (Ar.) - yang terkutuk
puntung - lebihan (dian, rokok, kayu dan lain-lain) yang sebahagian besar sudah
terbakar
saraf (Ar.) - perubahan kata-kata (dalam bahasa Arab)
nahu (A) - tatabahasa
ilmu fikah (Ar.) - pengetahuan berkenaan hukum agama agama
Terigah tiga jengkal - dua jengkal seTerigah
pendua (keris) - pengganti
bermain - berseronok-seronok
gusar - marah
ditalaknya - diceraikannya
tanda kurnialah - melambangkan tanda kasih
adang - tunggui (dengan maksud akan menyergap dengan tiba-tiba)
tumpah darahnya – lahirnya
dicabuknya - dipalunya
kusa - tongkat yang berhujungkan kait besi (untukmengendalikan gajah)
pesuk - pecah berlubangbesar
banian - sejenis peti
penanak - selama orang menanak nasi
titah dipanggil - raja memanggil (berbahasa untuk raja)
adat - kebiasaan
bertimbal rengka - duduk di sebelah kiri dan kanan rengka supaya imbang
dipaling - dipusing kembali
tagar - guruh; guntur
tiada dihisabkannya - tiada dihiraukannya
kisi-kisi - kayu atau besi yang dipasang berderet (pada tingkap dan lain-lain)
selasar - sambungan menganjur keluar pada ibu rumah
dua tiga belit - dua tiga keliling
semaja - sememang; Teritu sahaja
kekang - besi bergerigi yang dikenakan pada mulut kuda
pelana - lapik tempat duduk belakang kuda
gertak - pacu (kuda) supaya kencang lari
cemeti - sebat (dengan penyebat)
tiada apa bena - tiada hiraukan
diirik - dipijak
kura-kura kaki - bahagian kaki yang melengkung di antara artikel lali dengan jari
barang layang-layang - mana-mana jua
disamak dengan samak kaca - digosok dengan melekatkan serbuk kaca
alpa - lalai
maklumat (Ma'alamat) (Ar.) – pengetahuan
ali-ali - tali pelontar batu
dua berbudak - bersama seorang hamba
mengarang Anak Panah Sedasa - mungkin nama sebuah hikayat; sedasa bererti:
sepuluh (batang)
berdiri berbanjar - berdiri berbaris
karas bandan ( ) - mungkin merupakan sebuah bekas menyimpan alat-alat
terTeritu, ataupun mungkin dimaksudkan suatu bekas seperti kalamdan, iaitu sejenis
kotak tempat menyimpan alatulis; maksud perkataan ini diperkuat dengan adanya
perkataan buli-buli (botol) dakwat dan kobak (kobah?)
sakhlat (Ar.) - kain sutera bersulam benang emas berkobak - mungkin dimaksudkan
kobah (Pr.) yang bererti: cap dari kayu
buli-buli dakwat - botol (bekas) dakwat
pada membaiki orang - berbuat baik kepada orang
memeliharakan segala dagang - menjaga
salawatlah (Ar.) - berdoalah
malim - jurumudi
kiwi - penyewa petak perahu (kapal) yang juga menjalankan pemiagaan
orang berbayu tok, berbayur - di sini pengertiannya tidak jelas, bayu bererti: angin,
badai, dan bererti juga Hamba, sahaya; tetapi kerana ada perkaitan dengan pelayaran,
maka lebih munasabah rasanya dimaksudkan kepada mengharapkan angin
tikar pacar - tikar yang berlapis-Iapis dan berwarna (untuk raja dan Orang Besar-
besar)
diunjukkan - dihulurkan tangan dan jauh, sebagai tanda mengalu-alukan kedatangan
perdana lakunya - terlalu baik lakunya
seberhana pakaian - selengkap pakaian
destar berhalaman - sejenis bentuk ikatan destar
tajuk - perhiasan kepala yang diperbuat dari emas dan lain-lain
kancing - butang baju
naga-naga - tempat yang dipertinggi di balai penghadapan
melabuhkan - memanjangkan ke bawah pangkal tangan baju - bahagian atas tangan
baju derji - tukang jahit
mutia - mutiara
kelebut - benda (acuan) untuk disarungkan destar, kopiah dan lain-lain
buaian - ayunan
inggih (Jw.) - ya
sigap-sigap - cergas; pantas
periai (Jw.)- orang atasan; orang bangsawan
andeka pakanera - yang mulia tuan
peremasan (Jw.) - bangsawan; ningrat
persenggerahan - rumah rehat; tempat menginap
merogol - menguasai (perempuan) dengan kekerasan; memperkosa
sabuk - sejenis bengkung
sampun pejah (Jw.)- sudah mati
penakawan (Jw.)- hamba pengiring
kabeh (Jw.)- semuanya
benua - orang asli yang tinggal di bahagian darat bertengah - seperdua
serba bunga - aneka bunga
mergastua - binatang-binatang di hutan
adakah gila bagimu tuan, burung terbang dipipiskan lada - adakah tuan sudah gila?
Membuat persediaan, sedangkan apa yang dihajat itu belum tentu dapatnya
pipiskan - haluskan; lumatkan
ledang - wama putih kekuningan (seperti awan disinar matahari)
wakab - helang sikap?
hairan memandang dunia sekarang bayang-bayang hendak ditangkap – ini jelaslah
suatu kiasan yangmenyatakan perbuatan sia-sia hendak memiliki sesuatu yang
mustahil diperolehi
menyampai kain pendukung - menyandang; menyangkutkan pada bahu
pengetua - ketua segala inang pengasuh
lecah - becak, berlumpur
diumpamakan - disegani; dihormati
diincitkan - dihalau
ipalit - dicalit
empuk - panggilan kepada orang perempuan; kakak perempuan
sekata - sepakat
kain serasah - sejenis kain cap Teriunan India
bagai - macam
perkara - ragam; pola
ternak - lahir di
rata-rata - pada umumnya
pandai - orang yang mahir dalam pertukangan
berbantah - berTerigkar
pelir - kemaluan lelaki
kharab (Ar.) - binasa
tanglong (Ch.) - lantera kertas yang dipasang dian di dalamnya
lada sulah - sejenis lada berwama putih
akas - cekap; cekatan
rahab - kain tudung mayat
setanggi - sejenis bakaran seperti kemenyan yang di-
perbuat daripada ramuan kayu-kayu harum dan lain-lain
menyalahi - mengelakkan hasrat - ingin
bomor - bomoh; pawang
ini konon - inikah pula
disaukkan - satu cara untuk cuba memasukkan jerat ke kaki (gajah dan lain-lain)
bertekan - sesuatu untuk bertumpudengan tangan atau kaki
cenderung - lereng bukit
terjal - curam yang hampir tegak tergelulur - melincir turun
terkapai-kapai - kedua-dua kaki hadapan tergerak-gerak di awang-awang
lulut - sejenis bedak wangi untuk membersihkan badan
pelulut - orang yang kerjanya melulut
manda - emak (berbahasa kepada perempuan tua yang patut dipanggil emak)
musim Jawa - masa angin bertiup dari barat-laut dan membawa hujan (Jun-
September), itulah masanya banyak pelayaran dari Jawa ke Melaka
menanggung rahsia - menyimpan rahsia
reda (Ar.) - rela; berkenan
ajal - batas hidup; janji
'aradh (Ar.) - sesuatu yang terlintas tiba-tiba dalam hati
putus kasih - sempurna kasih
baik jejaknya - tabiat dan tingkah lakunya
alangan - rintangan kayu di kuala sungai
batangan - alangan; sekatan
ngin paksa - angin yang baik untuk belayar
mengait - menarik dengan alat pengait supaya rapat kepada diri
jebang - sejenis perisai panjang (dari kayu dilapis dengan kulit) .
rangan (rangin) - sejenis perisai panjang
beroleh melaut - bolehpergi ke Terigah laut
mendarat - turun dari perahu, naik ke darat
Subhana'LLah 'amma yasifun - maha suci Allah daripada yang mereka sifatkan
suatu kaul- suatu sumber
memandang legat - hala pandangan yang tetap
gusar - berang; marah
mengarut - merepek
dihampakan - dikosongkan
onak - duri yang bengkok seperti kait
bersyaikh diri - mengasingkan diri untuk beribadat kepada Allah
jebat-jebatan - wangi-wangian
anak dara-dara yang taruhan - pingitan
pengidah - suatu pemberian (benda) sebagai tanda percintaan .
gantal (Jw.) - daun sirih yang sudah digulung
lelat (sirih lelat) - sirih bergubah
gajah gemuling - perhiasan sanggul dengan dua untai bunga melati
cepu - sejenis cembul
khelembak - kayu yang berbau harum; gaharu
Hang Berkat bercakap - mengaku sanggup
tidur cendera - nyenyak; nyedar
sasa - kuat; agam
mersik lagi rincing - kurus lampai
kawi rasa - teguh perdirian telangkai - orang perantaraan
dua keti - dua ratus ribu
barang sesuatu peri Pahang itu - kalau berlaku apa-apa (malapetaka) ke atas Pahang
laksa - sepuluh ribu
biadab - tidak sopan
dikhabarkan - diindahkan
seorang payang - penangkap ikan; nelayan
okun - sebutan (Siam) bagi orang-orang berpangkat tinggi
sisa -lebihan makanan yang sudah dimakan
orang pergi-pergian - pengembara
Peringgi - orang Portugis
mengerumun - beramai-ramai mengelilingi
cepiau - topi
wizurai - naib-raja; vice-roy
ghali, fusta - jenis kapal kuno yang besar
kapitan Mor - dalam bahasa Portugis Capitao-mor 'kapitan agung' satu pangkat
jawatan dalam angkatan laut Portugis zaman dahulu. *
lasykar - askar upahan
makhdum (Ar.) - tuan (biasanya gelaran untuk ahli agama)
hamak - di sini mungkin dimaksudkan tamak
khalayak (Ar.) - perhimpunan orang-orang
ingar - bising-bising; berungut
taubat (Ar.) - di sini dimaksudkan sekali-kali tidak akan
azali (Ar.) - sejak permulaan zaman
walau kan - mungkin maksudnya: tetapi kerana
sekin jenawi - sejenis pedang panjang
cendala - cacat cela
sakar - gula
nika - aneka
geranggang - mungkin dimaksudkan:
orang keluaran - orang kebanyakan
patik ini orang jahat, patut sama jahat juga - di sini dimaksudkan: hina, Mungkin
kerana hati bendahara tersinggung, sebab mendengar perkataan 'orang keluaran'itu
mencari cedera - mencari-cari kesalahan
bahara - sejenis sukatan menimbang berat (beratnya berlainan, bergantung pada
barang yang ditimbang; ada barang yang beratnya kira-kira kati bagi sebahara)
tiada pernah rosak - tiada pernah kerugian
asyik-asyik - kerap benar
kerbau jalang - kerbau liar
kesumba - warna merah tua
destar pelangi - destar yang bennacam warna
tiada tahu bahasa - tiada tahu adat
biaperi - saudagar; pedagang
haram zadah - anak gampang
lebuh - jalan raya
menganjur - menjulur ke depan
menyorong - memberi rasuah
kerama - bencana; kecelakaan
dikerjakannya - ditekannya; dibunuhnya
sebicara – semuafakat
demi - apabila sahaja
karib (Ar.) - berdamping rapat
berlepas taksir - membebaskan diri dan kesalahan orang ciu emas - tikar tebal tiga
rangkap yang dihias dengan emas
kaus - kasut
yang kasih itu antara tiada, dan berahi itu bicara tiadarasa kasih itu tiada mengenal
perbezaan darjat keturunan, dan rasa berahi itu melupai akan akal budi yang waras
tiada ke hujungan - tiada kena hujung senjata (kena bahagian pangkal atau Terigah)
maksudnya tidak dalam lukanya
dibuangkan - dibunuh
umbut - cabut buang; bongkar
tiada baginda bunuh, kerana sudah diharamkan darahnya oleh baginda - lihat hlm.
mengenai janji Sultan Mahmud dalam peristiwa melarikan gajah kenaikan Sultan
Pahang ke Melaka
tabir – tirai
tepok - lumpuh
lesu - lemah; tiada berTeriaga
digagahi - didesak; dikerasi
sepah - hampas sirih yang dikunyah setelah ditelan airnya
dihadirkannya - disediakannya
terempelas - sudah dilicinkan dengan empelas
datuk berlarang - datuk ada aral merintang
pinggan lingkar - pinggan besar
dilurut - dikelupas
searai - ukuran isi (dua cupak)
sasaran bahasa - gila-gila bahasa
melawar - melagak
ke dalam - ke istana
orang bunuhan - pembunuh
leler - tidak senonoh (perangai); nakal
dipatutnya - dipadannya
natar - warna dasar (pada kain); tanah kain
membuangkan kerajaan - turun takhta
uncang - pundi-pundi kecil dari kain untuk mengisi barang-barang yang dibawa
kalamdan - sejenis kotak untuk menyimpan alatulis
armada (Fr.) - sepasukan kapal perang
ghali, ghalias, fusta - jenis-jenis kapal perang zaman dahulu
istinggar - senapang kuno
ilmu tauhid (Ar.) - ilmu berkenaan keesaan Allah khabar pun baginda tiada - baginda
tidak mengindahkan
digedangkan - di sini dimaksudkan, melurus tangan ke atas untuk menunjukkan tapak
tangan yang luka
ari-ari - bahagian badan di antara perut dengan kemaluan
cabamya - penakutnya lagi kuasa - lagi berTeriaga
pagar ruyung - pagar yang diperbuat dari batang rumbia, enau dan lain-lain
kota kara - kubu luar
dikias-kiasi - disindir
rimah - sisa; lebihan makanan af'al (Ar.) - pekerti
akmal (Ar.) – kesempumaan
kerjakan - bunuh
mu 'alim - guru agama
peterana - sejenis tempat duduk orang yang dihormati
bertimbakan darah - berperang bertumpah darah bangkan - menyuarakan azan pada
telinga anak yang baru lahir
baju bajang - baju yang lebar hujungnya
tulang daing - sejenis tumbuhan (pokok)
telepa - bekas untuk menyimpan sesuatu
cindai kara - kain sutera halus berbunga-bunga
sempenakan juga - berkat juga
khuluk (Ar.) - akhlak; budi pekerti; perangai
perdana lakunya - terlalu baik lakunya
syak hati - ragu-ragu
membaiki patik - berbuat baik kepada patik
langit menimpa bumi - tempat menumupangkan hidup pula menimpakan bencana
jaga-jaga - pengawas
berkesumat - bermusuhan; berbencian
dianjak - dialih
pengatu - sejenis meriam
mesara - belanja; gaji
biar Teritu ke bawah Duli Yang Dipertuan - biar Teritu diketahui dan diterima oleh
Duli Yang Dipertuan sulu - intip; pengintip
epok - sejenis kampit kecil bertutup dianyam dari mengkuang untuk bekas sirih
pinang
pengudut (udutan) - paip untuk mengisap candu
mudik menyongsong - mudik menungkah arus
berhamburan ke air - berterjunan ke air
hemat dua laksa - kira-kira dua puluh ribu
mencari perempuan sahaya - isteri
bangat-bangat - cepat-cepat
lekar - alas periuk belanga dari lidi atau rotan
diri - di sini dimaksudkan: tuan hamba
ternang - sejenis buyung atau kendi bertutup
dendang bersayap, kekayuhan, jurung, penanggahan, telentam - nama jenis perahu
zaman dahulu
berjalan jatuh - baru belajar berjalan
dicucikan - dikhatankan
bertindik - melubangi cuping telinga
menyalahi - mengingkari
bernasab (Ar.) - bertalian keluarga
termeteri (termetrai) - di sini dimaksudkan terikat erat
bercita - bemiat akan
gemala jemala - mestika yang dijunjung diatas kepala
meraih leher - menarik leher kepada diri sendiri
jangan taksir - jangan lalai
mutakaddimin (Ar.) - yang telah lalu;yang dahulu-dahulu
cucuk (Jw.) - barisan (pasukan) yang terdepan
tempanya - niatnya; kasadnya
didakap - dipeluk
ciu - sejenis tikar tebal tiga rangkap terhias dengan
emas dan lain-lain
antalas - sutera yang berkilat badar sila - kain putih yang halus
peraturan duduknya - sekarang istilahnya protokol
takzim (Ar.) - penuh hormat dan sopan
dendang - sejenis perahu
rentaka - sejenis meriam yang boleh dipusing-pusing
tahan-turut - sejenis meriam
pengapit - pembantu
yang berlepas dia - menyelamatkan daripada jatuh ke tangan musuh
mengirupang - mengerupang; membendung atau membuat tebat pada anak sungai
untuk menangkap ikan
lang-lang laut - peronda laut
jaga-jaga - pengawas
balairung - tempat raja dihadap rakyat
penanggahan - tempat memasak; dapur
balai gendang - tempat menyimpan alat-alat bunyi-bunyian nobat
ingatan perintah - urusan; perhatian sulu pair - pengintip dan peronda
kerabu - sejenis subang
jikalau ada ghalatnya - kemusykilan; terkilan
zihinun (Ar.) - faham; ingatan hati
mubarrak (Ar.) - bahagia
tuhfat (Ar.) - anugerah; pemberian
musyrifat (Ar.) - mulia
wasillah (Ar.) - sampailah
takrim (Ar.) - permuliaan
ittifak (Ar.) - persetujuan; persemuafakatan
burhan al mahabbat (Ar.} - tanda muhibah
apa pekerjaan - di sini maksudnya apa khabar
lanca - sejenis perahu besar
melara - merayau
kawal - di sini dimaksudkan pasukan pengawal
perangsang - sesuatu yang membangkitkan semangat
(keberanian)
menghurai - membuka (bungkusan)
permata pudi - permata yang butirnya kecil-kecil
baiduri - sejenis batu permata yang berwarna
di mata-matainya - diawasinya
piatu yatim - tiada beribu bapa
terdangka-dangka - mendekati pantai (daratan)
pesara - pekan
telah talaklah Hamba dengan dia - bercerai
mengelakkan ketaraan - mengelakkan daripada kelihatan orang
Seri Nara Diraja empunya bicara maka sempurna - hanya dengan ikhtiar Seri Nara
Diraja dapat diselesaikan dengan baik
apa pekerjaan - apa hal
kurang majlisnya - kurang manis; kurang baik
selenggarakan - memelihara; menjaga
selenggarakan - di sini dimaksudkan hiraukan
jembalang - sejenis hantu
makam - tempat kediaman (semayam)
berdewal (dewala) - berdinding (tembok) bata keliling kota
merangsang - menyerang
rebaria - gendang yang di sebelah sahaja di pasang kulit
hijrah – bersamaan tahun Masihi *
Disertasi ini membincangkan peranan yang dimainkan oleh Pusat Manuskrip Melayu
(PMM) iaitu satu bahagian yang diwujudkan di bawah Perpustakaan Negara Malaysia.
PMM dipilih sebagai batasan kajian yang melibatkan usaha menguruskan khazanah
berharga ini dari aspek fizikal dan intelektualnya melalui program dan dasar yang telah
digariskan. Dalam memahami manuskrip sebagai khazanah berharga, penulis
mengetengahkan beberapa objektif iaitu menyorot latar belakang penulisan manuskrip
di Alam Melayu bermula dari peringkat permulaan sehingga ke peringkat
perkembangan teknologi percetakan serta realiti penyimpanan manuskrip Melayu di
Malaysia khususnya. Manakala, objektif kedua pula penulis menyorot sejarah
penubuhan Pusat Manuskrip Melayu dan fungsinya sebagai bahagian yang
menguruskan manuskrip Melayu dan akhirnya dalam objektif ketiga penulis
menganalisis peranan bahagian ini dalam menguruskan manuskrip Melayu dari aspek
fizikal mahupun intelektual. Penyelidikan ini adalah bersifat kualitatif dan sebahagian
kecilnya bersifat kuantitatif bagi menjawab beberapa soalan berkenaan latar belakang
pegawai bahagian ini. Metod yang digunakan dalam usaha mengumpul data ialah
kaedah perpustakaan (sekunder dan premier), dokumentasi (premier), temu bual
berstruktur (premier) dan edaran borang soal selidik (premier). Hasil kajian mendapati
bahawa bahagian ini berjaya memainkan peranannya sebagai bahagian yang
diamanahkan mengurus manuskrip Melayu dari aspek fizikal dan intelektualnya melalui
penstrukturan, program dan dasar yang telah digariskan dan dilaksanakan seperti yang
telah dibincangkan di dalam disertasi ini.
% Peratus
& Dan
Abd. Abdul
Bil. Bilangan
DBP Dewan Bahasa dan Pustaka
Dr. Doktor
ed. Editor
En. Encik
et. al Penulis lebih dari tiga orang
H Hijriah
Hj. Haji
Ibid Ibidem (rujukan berturut)
Jil. Jilid
JMBRAS Journal of Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society
KM Kajian Malaysia
Ltd. Limited
M Masihi
M.D Meninggal Dunia
No. Nombor
PMM Pusat Manuskrip Melayu
Pn. Puan
PNM Perpustakaan Negara Malaysia
Prof Profesor
s.a.w. Sallahu’alaihiwasallam
s.w.t Subhanahu wa Ta’ala
Sdn. Bhd. Sendirian Berhad
t.t Tanpa tarikh
xv
UKM Universiti Kebangsaan Malaysia
UM Universiti Malaya
UUM Universiti Utara Malaysia
Vol. Volume
1. Latar Belakang Masalah Kajian
Suatu hakikat sejarah yang terpatri dan semestinya tidak dapat dinafikan lagi
akan sumbangan dan peranan Islam sebagai permulaan ketamadunan masyarakat di
gugusan kepulauan Melayu atau juga dikenali Nusantara. Hal ini kerana peranan Islam
yang membawa perubahan penting kepada masyarakat Melayu yang merangkumi
segenap aspek kehidupan. Sejak pengenalannya lagi, Islam menjadi sumber revolusi
dari dalam yang mencorakkan perkembangan masyarakat di alam ini.
Jika ditelusuri sejarah kemasukan Islam ke alam ini, khususnya Malaysia,
terdapat pelbagai teori yang terus diperdebatkan oleh para sarjana. Antara tokoh yang
mengemukakan teori adalah seperti S.Q Fatimi, Snouck Hurgronje, J.P Moquette, R.A
Kern, dan ramai lagi yang mengetengahkan teori masing-masing berdasarkan bukti
yang telah ditemui yang semestinya menimbulkan pelbagai pandangan mengenai masa,
tempat, dan arah tuju kemasukan Islam ke Nusantara. Mengenai arah kedatangan Islam,
terdapat teori utama iaitu melalui Arab, China, dan India. Selain itu, dalam
mambahaskan dari sudut masa, ada yang mengatakan seawal abad ke-7 M lagi, abad ke-
12, abad ke-13, dan sebagainya.
Namun, pada pendirian penulis, walau apa pun teori yang dikemukakan tentang
kemasukan Islam ke alam ini, namun, satu perkara yang perlu diberi perhatian ialah
impak daripada kemasukan agama suci ini. Menurut Syed Naquib Al-Attas (1972),
“Kedatangan Islam ke Kepulauan Melayu Indonesia harus kita lihat sebagai mencirikan
zaman baru dalam pensejarahannya, sebagai semboyan tegas menegaskan suatu sistem
3
masyarakat yang berdasarkan kebebasan orang perseorangan, keadilan dan kemuliaan
peribadi insan”.1
Hal ini kerana, sinar perubahan yang dibawa oleh Islam adalah merangkumi
segenap aspek kehidupan iaitu ilmu pengetahuan, keintelektualan, sosial, tulisan,
bahasa, kepercayaan, dan sebagainya yang berpaksikan kepada paradigma Tauhid.
Paradigma Tauhid ini yang menyebabkan perubahan yang berlaku ini terhadap “rupa
dan jiwa” di alam Melayu.2 Perubahan ini seterusnya mencetuskan zaman baru dan
meninggalkan zaman pengaruh Hindu Buddha yang terdapat di Alam Melayu pada era
sebelumnya. Menyedari peredaran masa dan perubahan pegangan masyarakat dalam
semua aspek, sumbangan dan usaha cendekiawan Melayu adalah tidak ternilai dan tidak
boleh dipandang enteng.
Salah satu manifestasi keintelektualan proses Islamisasi ini ialah dengan
terhasilnya karya-karya cendekiawan Melayu dalam pelbagai bidang, memandangkan
alam Melayu masih belum menggunakan alat percetakan, para cendekiawan dan juga
merangkap penulis menggunakan tulisan tangan yang dikenali sebagai manuskrip.
Manuskrip Melayu merupakan warisan khazanah intelektual yang ditinggalkan
oleh golongan ulama dan intelegensia Melayu hasil refleksi kedatangan Islam ke alam
Melayu. Khazanah ini terakam di dalamnya pelbagai maklumat yang diinterpretasikan
melalui ribuan karya yang dihasilkan. Misalnya dari sudut sejarah, terhasilnya karya
Sejarah Melayu, perundangan dan ketatanegaraan pula lahirnya karya Bustan al-Salatin.
Manakala dari aspek perubatan tradisional terhasilnya karya Kitab Tib serta tidak
kurang juga aspek agama yang luas turut disentuh dengan terhasilnya karya seperti
Kitab Risalah, Dur al-Manzum, Sirat al-Mustaqim, Mir’at al-Tullab, dan sebagainya.
1.2 Tulisan Jawi Sebagai Wadah Dan Medium Keilmuan Dan Keintelektualan
Membicarakan tentang kegemilangan ketamadunan masyarakat alam ini dari
aspek tradisi penulisan manuskrip, faktor sistem tulisan tidak boleh dipandang enteng.
Hal ini kerana, sistem tulisan Jawi yang telah diperkenalkan oleh Islam hasil interpretasi
daripada skrip Arab dan mengalami proses asimilasi mengikut lidah Melayu dan
seterusnya dikenali dengan sistem tulisan Jawi yang memainkan peranan penting. Hal
ini jelas menunjukkan bahawa sistem tulisan Jawi yang menyediakan masyarakat alam
ini dengan sebuah sistem tulisan yang boleh dipelajari dan difahami. Para pengkaji
sejarah berpendapat bahawa tulisan Jawi diperkenalkan di Nusantara sejak abad ke-5 H
atau ke-11 M.3 Walaupun proses penciptaan sesuatu sistem tulisan memakan masa yang
agak panjang dan sedikit rumit dalam mewujudkan senarai huruf yang diperlukan bagi
mengeja bahasa Melayu dan mencipta sistem tatabahasa, namun hasil kreativiti dan
inisatif yang dilakukan, akhirnya sistem tulisan Jawi dapat direalisasikan. Natijahnya,
ianya menjadi wahana penting dalam membentuk sistem tulisan Jawi hasil interpretasi
tulisan Arab.4
Menyentuh tentang sumbangan dan peranan yang dimainkan oleh tulisan Jawi
yang diperkenalkan oleh Islam yang mana ianya menerima pengaruh daripada tulisan
Arab dan kemudian diberikan beberapa penambahan bersesuaian dengan sebutan dan
lidah masyarakat Melayu. Menurut Syed Naquib al-Attas di dalam buku Ismail Hamid
3 Yazid Haji Uthman “Kedudukan dan Prestasi Tulisan Jawi Harapan Dan Cabaran Masa Depan:
Tumpuan Kajian Kepada Akhbar Utusan Melayu Bertulisan Jawi” (Makalah Seminar Memartabatkan
Tulisan Jawi, Kuala Lumpur, 1995), 3.
4 Dr. Wan Ali Wan Mamat “Asal Usul Tulisan Jawi dan Terjemahan” (Makalah Seminar Kebangsaan
Tulisan Jawi dan Terjemahan, Universiti Pendidikan Sultan Idris, 25-27 Ogos 2008), 8.
5
(1988), penambahan lima huruf yang ditambah adalah mengikut bunyi yang lazim pada
lidah orang Melayu dengan diilhamkan dari beberapa huruf Arab iaitu ca, nga, pa, ga,
nya.5
Wadah tulisan adalah penting diperkatakan memandangkan pemindahan ilmu
dan keintelektualan daripada „Little Tradition’ kepada „Great Tradition’ adalah
mempunyai hubungan langsung dengan sistem tulisan Jawi. Hal ini kerana, sebelum
tulisan Jawi dijadikan suatu sistem tulisan yang digunapakai, masyarakat di alam ini
menjadikan tradisi lisan adalah wadah penyaluran mereka. Namun, setelah pengenalan
sistem tulisan Jawi, wadah penulisan adalah medium terbaik yang digunapakai untuk
merakamkan dan menyampaikan ilmu pengetahuan.
1.3 Tradisi Penulisan Manuskrip di Alam Melayu
Ketika berada di bawah dominasi Hindu Buddha, aktiviti tulisan dalam
persuratan bukanlah suatu perkara yang ditradisikan. Yang ada hanyalah bukti penulisan
di atas prasasti dan batu bersurat. Ismail Hamid (1985) memperakui hal ini dengan
menyatakan bahawa sebelum kedatangan Islam, perkembangan bahasa Melayu amat
terbatas dalam penulisan kerana bahasa Sanskrit dan Jawa Kuno mendominasi bidang
persuratan pada masa tersebut. Bahasa Melayu hanya digunakan sebagai bahasa
perantaraan dalam pertuturan dan tidak dikembangkan dalam bentuk penulisan bahkan
tidak didapati hasil peninggalan zaman Hindu Buddha berbentuk naskhah tulisan
kecuali ditemui batu-batu bersurat sahaja.6
Akhirnya melalui sistem tulisan, terhasilnya karya manuskrip yang pelbagai
seterusnya menimbulkan kesedaran kepada masyarakat tentang pentingnya ilmu
pengetahuan dalam kehidupan. Manuskrip Melayu merakamkan pelbagai ilmu
pengetahuan yang menyentuh tentang segenap aspek termasuk keagamaan, politik,
sosial, ekonomi, ketatanegaraan dan sebagainya yang dihasilkan dengan tangan oleh
para penulis yang merangkap cendekiawan dan ilmuan. Antara ilmuan yang
menghasilkan karya dalam bidang penulisan ialah Bukhari Jauhari (hidup sekitar abad
ke-17),7 al-Raniri,8 Raja Ali Haji,9 Syeikh Daud al-Fatani10 (lahir sekitar awal abad ke-
18), dan ramai lagi barisan cendekiawan intelektual Islam silam yang menyumbang dan
mewariskan khazanah ilmu pengetahuan.
Menyedari peredaran masa dan perubahan pegangan masyarakat dalam semua
aspek, sumbangan dan usaha cendekiawan Melayu adalah tidak ternilai dan tidak boleh
dipandang enteng melalui tradisi penulisan manuskrip. Rata-rata para pengkaji
7 Bukhari Jauhari merupakan seorang tokoh kesusasteraan Melayu klasik yang hidup pada awal abad ke-
16. Antara karyanya yang sangat berpengaruh ialah Taj us-Salatin (Mahkota Raja-raja) pada tahun 1630.
Buku ini merupakan panduan untuk memerintah oleh raja-raja Melayu seperti Kedah dan Johor. Raja-raja
Jawa telah menggunakannya sebagai pedoman dalam pentadbiran mereka. Begitu juga Belanda yang
menggunakannya untuk mentadbirkan Indonesia ketika ia menjajah negeri itu. Buku ini telah dibawa ke
England dan Belanda yang kemudiannya telah diterjemahkan ke bahasa Perancis. Lihat lanjut
http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=jauhari&d=8.
8 Nama penuh beliau ialah al-Syaykh Nur al-Din Muhammad Jaylani ibn Ali ibn Hasanji ibn Muhammad
Hamid al-Raniri al-Qurashi al-Syafi. Beliau dilahirkan di Ranir, iaitu sebuah kota pelabuhan yang
berhampiran dengan Gujerat, India. Syeikh Nuruddin al-Raniri merupakan pengarang kitab-kitab agama
yang berfahaman Ahlul Sunnah yang bertujuan menolak aliran Wahdatul Wujud. Nuruddin mengarang
pelbagai bidang agama termasuk ilmu fikah, usuluddin, tasawuf, hadis dan lain-lain. Beliau telah
menghasilkan lebih daripada 31 buah kitab antaranya termasuklah Bustan al-Salatin, Siratul Mustaqim,
Akhbar al-Akhirat, Jawahir al-Ulu, Syifa al-Qulub dan banyak lagi. Lihat lanjut Mohd Akil Muhamed
Ali, Sulaiman Muhammad Hasan & Sabri Mohamad, “Syeikh Nur al-Din al-Raniri: Ketokohan Dan
Sumbangannya Dalam Bidang Hadith”, (Seminar Serantau Ilmuan Hadith Dalam Peradaban di Alam
Melayu UKM, 2010), 104-115.
9 Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad (1808 - 1873) atau lebih dikenali sebagai Raja Ali Haji, ialah ulama,
ahli sejarah, serta pujangga Melayu-Bugis, dan terutamanya pencatat pertama dasar-dasar tatabahasa
bahasa Melayu melalui Pedoman Bahasa, buku yang telah menjadi piawai bahasa Melayu. Bahasa
Melayu baku inilah yang ditetapkan sebagai bahasa Indonesia, bahasa rasmi negara Indonesia, dalam
Kongres Pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928. Bukunya yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa
merupakan kamus loghat Melayu Johor-Pahang-Riau-Lingga penggalan pertama serta kamus ekabahasa
yang pertama di Nusantara. Beliau juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum
Nikah, serta Syair Sultan Abdul Muluk. Lihat
http://ms.wikipedia.org/wiki/Ali_Haji_bin_Raja_Haji_Ahmad.
10 Nama penuh beliau ialah al-Alim Allamah al-Arif ar-Rabbani Syeikh Wan Daud bin Syeikh Wan
Abdullah bin Syeikh Wan Idris (juga dikatakan Wan Senik) al-Fatani Antaranya karyanya dalam bidang
fiqh ialah seperti Hidayatul Muta'allim wa 'Umdatul Mu'allim yang ditulis tahun 1244 H/1828 M.
Bughyatuth Thullab yang menghuraikan kandungan kitab fiqh as-Siratul Mustaqim yang ditulis oleh
Syeikh Nuruddin al-Raniri dan kitab fiqh Sabilal Muhtadin yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari. Lihat Wan Mohd Saghir Abdullah, “Sheikh Daud Abdullah Fathani”,
http://ulamanusantara.blogspot.com/2008/02/sheikh-daud-abdullah-fathani.html.
7
manuskrip bersetuju bahawa tradisi penulisan manuskrip berkembang pada abad ke-15
M dan mencapai tahap kegemilangannya pada abad ke-17 M ketika Kesultanan Melayu
Islam yang berpusat di Acheh mencapai kegemilangannya. Hal ini dipersetujui oleh
sarjana dari Barat dan Timur.11
Namun, suatu hakikat sejarah yang terlakar ialah kegemilangan yang terbina di
alam ini menjadi faktor kemaraan kuasa asing terutamanya Barat. Akhirnya, kemaraan
yang pada asalnya atas dasar perdagangan dan dikesampingkan dengan faktor lain.
Antaranya agama, politik dan sebagainya sehingga akhirnya Kesultanan Melayu Islam
Melaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511 M.
Sebagai satu kuasa asing, memahami selok belok negara yang dijajah secara
pensejarahannya dan kebudayaannya amat penting sekali. Maka, dalam usaha
memahami perkara tersebut, pengkajian terhadap manuskrip telah dilakukan. Hal ini
kerana, manuskrip adalah sumber primer dan bank data bertulis mengenai maklumat
yang diperlukan mereka. Maka, tidak hairanlah bahawasanya pengkajian mengenai
Manuskrip Melayu dipelopori oleh sarjana Barat terutamanya Belanda sejak abad ke-16
M lagi. Pelbagai cara dan kaedah yang dilakukan untuk mendapatkan manuskrip.
Antaranya perpindahan khazanah berharga ini ke negara asal mereka, upah penyalinan,
dan sebagainya. Maka, natijahnya yang mesti diperakui ialah jumlah manuskrip yang
terdapat di negara asing adalah lebih tinggi berbanding daerah asal kelahirannya.
Setelah hampir lima abad dijajah dengan kuasa luar yang pelbagai, kebanyakan
negara di alam ini mengecap kemerdekaan pada akhir abad ke-20 khususnya Malaysia
mengecap kemerdekaa pada tahun 1957 M. Hakikatnya, adakah kemerdekaan yang
dicapai adalah kebebasan secara hakiki daripada penjajah dan dalam erti kata yang
sebenar?. Sistem pentadbiran terutamanya dan pendidikan sehinggalah kepada sistem
tulisan yang digunapakai. Tulisan Jawi yang pada asalnya berperanan mengenalkan
masyarakat alam ini dengan ilmu pengetahuan akhirnya berhadapan dengan beberapa
kekangan sehingga sistem tulisan Rumi mengambil tempat dalam pelbagai urusan
terutamanya proses pengajaran dan pembelajaran dalam sistem pendidikan yang
dilaksanakan. Maka, hal ini secara tidak lansung memberi impak dan kesan kepada
khazanah intelektual negara ini untuk terus dikenali dan dihayati memandangkan ianya
ditulis dengan menggunakan tulisan Jawi.
Dalam memahami latar belakang manuskrip kini, memahami realiti tulisan Jawi
kini adalah terlebih dahulu perlu difahami. Menurut Fauzi Deraman (2005), menjelang
tahun 1950, tulisan Jawi benar-benar terpinggir apabila hanya 35% sahaja buku-buku
yang digunakan di sekolah-sekolah yang masih dalam tulisan Jawi, selebihnya 65% lagi
dalam tulisan Rumi. Hal ini menjadi lebih malang lagi pada tahun 1952 melalui
Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu pertama di Singapura yang merupakan cubaan
pertama yang merupakan usul menjadikan tulisan Rumi sebagai tulisan rasmi.12
Walaupun percubaan pertama ini tidak berhasil, namun cubaan seterusnya pada tahun
1954 menampakkan hasilnya. Seterusnya, keputusan ini diperkukuhkan lagi dengan
keputusan parlimen pada 14 Disember 1959 yang menetapkan tulisan Rumi adalah
tulisan bahasa Kebangsaan. Apabila Akta Bahasa 1963 diluluskan, tulisan Rumi telah
digunakan. Hampir sepenuhnya dalam kegunaan harian, dengan itu tulisan Jawi terus
malap dan terbatas pemakaiannya di kalangan masyarakat.
Maka, jelaslah bahawa memahami realiti tulisan Jawi kini, secara langsung
dapat kita fahami bahawa inilah nasib yang terpaksa dihadapi oleh manuskrip
memandangkan khazanah berharga ini kebanyakannya adalah ditulis menggunakan
sistem tulisan ini. Namun hakikatnya, inilah khazanah warisan negara yang perlu
diketahui demi sebuah penerusan dan kelangsungan kepada pemuliharaan khazanah
intelektual bangsa, agama dan negara untuk generasi kini dan akan datang. Seandainya
khazanah ini tidak dipelihara dan dipulihara ianya akan pupus ditelan dek masa dan
keadaan, dan terus kekal hanya dalam lipatan sejarah yang tidak dibentangkan.
Tambahan pula, ianya berhadapan dengan pelbagai faktor yang boleh merosakkannya
saban hari. Antaranya cuaca, sifat manusia dan sebagainya yang boleh
memusnahkannya dari aspek fizikal dan intelektual.
Walaupun telah dinyatakan bahawa khazanah berharga ini dari sudut jumlahnya
lebih banyak tersimpan di negara asing, namun ianya masih terdapat di dalam simpanan
masyarakat tempatan. Antaranya pihak istana, ulama, orang perseorangan dan
sebagainya. Menyedari hakikat dan realiti ini, langkah yang wajar dan bijak harus
diambil dan dimulakan.
Namun, perlu disedari dan diperakui bahawa generasi kini yang agak jauh
dengan sebuah sejarah kegemilangan tamadun Melayu Islam suatu ketika dahulu. Hal
ini dilihat melalui sikap pelajar kini yang kurang berminat mengetahui sejarah
kegemilangan tamadun sendiri. Apatah lagi menghayatinya. Inilah suatu hakikat yang
harus diperakui berkenaan impak pengenalan dan pelaksanaan dasar penjajah yang
ditinggalkan.
Namun, sesungguhnya khazanah berharga hasil peninggalan para ulama dan
cendekiawan terdahulu seharusnya dipelihara walau pelbagai cabarannya kerana ianya
menyimpan seribu satu manfaat yang tersembunyi untuk dikaji. Menyedari hakikat ini,
Pusat Manuskrip Melayu (PMM) ditubuhkan pada tahun 1983 dan ditempatkan di
Perpustakaan Negara Malaysia (PNM). Bertepatan dengan nama dan tujuan penubuhan,
penulis merasakan terpanggil untuk menyorot sejarah tertubuhnya pusat ini sebagai
salah sebuah institusi yang diberi amanah dan tanggungjawab untuk menguruskan
Manuskrip Melayu.
Kesedaran mengenai kepentingan Manuskrip Melayu telah timbul di kalangan
institusi-institusi semenjak akhir tahun 50-an lagi. Tetapi, usaha serius dan positif
kearahnya tidak diambil dengan serta merta. Hal ini disebabkan beberapa faktor.
Antaranya ialah faktor kewangan, kemudahan pemuliharaan, tenaga mahir dan
sebagainya. Kesimpulannya, pengurusan dalam memelihara dan memulihara khazanah
berharga ini adalah penting diberi perhatian.
2. Pengertian Tajuk
a) Pusat Manuskrip Melayu (PMM)
Institusi yang ditubuhkan atas kesedaran pihak kerajaan pada tahun 1983 dengan
mengisytiharkan Perpustakaan Negara Malaysia sebagai Pusat Kebangsaan Manuskrip
Melayu. Berikutnya pada tahun 1985, Pusat Manuskrip Melayu diwujudkan di
Perpustakaan Negara Malaysia untuk melaksanakan tanggungjawab sebagai pusat
kebangsaan tersebut.
b) Peranan
Dalam bahasa Inggeris ialah ‘role’ yang bermaksud peranan atau tugas. Definisi
secara umumnya ialah bahagian di dalam pekerjaan atau tugas yang dipegang.
c) Pengurusan
Terdapat pelbagai definisi pengurusan yang telah dikemukakan oleh para sarjana
dalam bidang pengurusan. Pada amnya, pengurusan merujuk kepada proses pencapaian
matlamat organisasi mengikut cara yang berkesan dan cekap. Ini dilakukan melalui
proses perancangan, pengorganisasian, kepimpinan dan pengawalan sumber-sumber
organisasi.
Melalui definisi di atas, menunjukkan bahawa pengurusan mempunyai tiga
kriteria utama iaitu pertamanya ia mengandungi proses atau siri aktiviti yang saling
berkait antara satu sama lain dan membentuk satu sistem yang tersendiri. Kedua, ianya
melibatkan usaha-usaha untuk mencapai matlamat sesebuah organisasi. Ketiga
pencapaian matlamat dicapai melalui kerjasama dengan kumpulan atau individu lain
serta penggunaan sumber-sumber yang terdapat dalam organisasi.
Walau bagaimanapun, dilihat dari aspek PMM sebagai sebuah organisasi,
takrifan bagi organisasi juga tidak boleh diabaikan. Robbins dan Coulter (2007),
mengatakan bahawa organisasi sebagai satu aktiviti kolektif yang dirancang oleh dua
orang atau lebih yang mengandungi pembahagian buruh dan autoriti berhierarki untuk
mencapai matlamat secara bersama. Maka, tidak dapat tidak organisasi adalah
berasaskan tiga elemen iaitu manusia, struktur dan matlamat.16 Secara kesimpulannya,
„pengurusan organisasi’ merujuk kepada proses merancang, mengorganisasi,
memimpin dan mengawal daya usaha anggota-anggota organisasi dan menggunakan
sumber-sumber organisasi dengan cekap dan berkesan bagi mencapai matlamat
organisasi yang ditetapkan.
Dengan melihat kepada definisi kedua-dua perkataan ini iaitu „pengurusan’ dan
„organisasi’, ianya menunjukkan kesaling kaitan antara keduanya. Pengurusan yang
diinterpretasikan dalam proses menyelamatkan Manuskrip Melayu ialah pengurusan
yang melibatkan organisasi iaitu PMM. Maka, hendaklah disempurnakan melalui
organisasi yang melibatkan individu yang menggerakkan. Manakala, organisasi pula
tidak berfungsi tanpa pengurusan yang efektif.
Maka, mengambil kira definisi di atas, penulis akan merungkai bagaimanakah
PMM selaku organisasi yang terdiri daripada pegawai-pegawai yang seterusnya
memainkan peranannya dalam usaha menguruskan Manuskrip Melayu demi untuk
mencapai objektif organisasi yang telah digariskan. Hal ini kerana, PMM adalah
institusi yang diberi amanah dan tanggungjawab menguruskan khazanah berharga ini.
d) Manuskrip Melayu
Perkataan Manuskrip adalah berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua
perkataan iaitu manus yang bermaksud tangan dan scriptus ertinya tulisan. Ia bererti
tulisan tangan. Ia juga boleh dimaksudkan sebagai versi atau bahan (sesuatu karya) yang
telah disediakan oleh penulis (editor dan sebagainya) untuk dicetak dan diterjemahkan
dalam bentuk buku dan lainnya. Ia juga merangkumi artikel, dokumen atau sebarang
tulisan yang ditulis dengan tulisan tangan atau ditaip, yang merupakan naskhah asal
13
penulis dan bersedia untuk dicetak.17 Manuskrip dalam bahasa Arab disebut makhtutat
yang membawa erti dan maksud yang sama.18
Manakala perkataan Melayu membawa pengertian secara umumnya adalah
nama khas untuk satu kelompok suku bangsa dan bahasa di sekitar Kepulauan Melayu
terutama di Semenanjung Malaysia.19 Selain itu, ia juga digunakan sebagai nama am
bagi pelbagai kelompok serumpun bahasa di kalangan kelompok bahasa Melayu
Polinesia.20
Dari aspek sosial dan budaya yang luas, ia membawa maksud mereka yang
mendiami wilayah-wilayah semenanjung Tanah Melayu, Singapura, Selatan Thailand,
pesisir Timur Pulau Sumatera, Pesisiran Pulau Borneo dan di merata kawasan yang
dipanggil sebagai gugusan pulau-pulau Melayu atau Nusantara.21 Penduduknya
menggunakan bahasa dan loghat yang pelbagai serta suku bangsa namun merupakan
penutur teras bahasa Melayu. Bangsa Melayu adalah antara bangsa yang besar di
dunia.22
21 Nusantara merujuk pengertiannya dari sudut geografi, ia adalah terdiri daripada rantau yang luas dan
memanjang dari utaranya Indochina (Selatan Vietnam dan Kemboja), menurun melalui Segenting Kra
hinggalah ke Selatan Burma dan Semenanjung Tanah Melayu termasuk Singapura. Manakala di bahagian
Selatan pula terdiri daripada wilayah kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat. Ke arah Tenggara,
kawasan ini terdiri daripada Pulau Kalimantan dan Kepulauan Filipina di Laut China Selatan, manakala di
Barat Daya dan Selatan merentasi Selat Melaka terdapat Kepulauan Indon,
Oleh itu, Manuskrip Melayu ialah hasil sastera Melayu Tradisional bertulis
tangan dalam tulisan Jawi oleh penulis Melayu. Semestinya nilai dan harga kandungan
yang diwarisi oleh Manuskrip Melayu amat bernilai sekali.
3. Permasalahan Kajian
Menyorot latar belakang masalah yang telah dinyatakan oleh pengkaji sebelum ini,
maka penulis membuat beberapa perumusan masalah kajian untuk merungkai beberapa
persoalan mengenai subjek kajian pada kali ini:
a) Bagaimanakah latar belakang tradisi penulisan Manuskrip Melayu?
b) Apakah sejarah tertubuhnya PMM?.
c) Bagaimanakah organisasi PMM distruktur dalam usaha mencapai objektif
penubuhannya?.
d) Apakah aktiviti yang dilaksanakan dalam menjayakan matlamat organisasi
PMM?.
4. Objektif Kajian
Objektif kajian adalah suatu keperluan dalam sesebuah penyelidikan supaya
ianya lebih terarah dan mencapai serta menjawab kepada tujuan penyelidikan. Maka, di
dalam penyelidikan pengkaji pada kali ini penulis meletakkan beberapa objektif kajian
yang ingin dicapai:
a) Menyorot latar belakang Manuskrip Melayu khususnya Manuskrip Melayu
Islam.
b) Menyorot sejarah penubuhan PMM.
c) Mengetahui penstrukturan dan fungsi organisasi PMM.
15
d) Menganalisis peranan PMM dalam pengurusan Manuskrip Melayu.
5. Skop Kajian
Untuk mengelak daripada berlakunya penyelidikan yang tidak terarah dengan
berlakunya sebarang penyimpangan, penulis telah meletakkan beberapa skop kajian
iaitu:
a) Kajian ini tertumpu kepada tradisi penulisan Manuskrip Melayu dengan
menyorot perkembangan penulisannya mengikut abad yang diwakili oleh
sesebuah kesultanan Melayu.
b) Sejarah penubuhan PMM sebagai institusi yang diberi amanah dan
tanggungjawab untuk menguruskan khazanah berharga ini.
c) Selain itu, meninjau peranan yang dimainkan oleh PMM selaku organisasi
yang menggalas amanah dan tanggungjawab menguruskan khazanah
berharga ini dari segenap aspek bermula dari proses mengesan sehinggalah
kepada proses menjadikan ianya dikenali.
6. Kepentingan Kajian
Semestinya, aspek kepentingan sesebuah penyelidikan adalah aspek yang tidak
dapat dinafikan. Hal ini kerana, menunjukkan kerelevanan sesebuah penyelidikan
supaya ianya memberi faedah dan manfaat kepada pihak tertentu. Penulis menyatakan
kepentingan penyelidikan pada kali ini seperti berikut:
a) Ianya berkepentingan mengetahui peranan yang dimainkan oleh Pusat
Manuskrip Melayu dalam usaha pemuliharaan Manuskrip Melayu. Selain
itu, berkemungkinan penulis akan memberi beberapa cadangan untuk
16
meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat kepada Manuskrip
Melayu.
b) Mengetahui sejarah kaedah dan pelaksanaan serta langkah yang diambil
oleh PMM dalam usaha murni ini dan ianya menimbulkan minat pengkaji
seterusnya meneroka bidang pengkajian Manuskrip Melayu.
c) Penyelidik menyatakan akan pentingnya kajian ini dijalankan demi sebuah
kesinambungan penyelidikan ilmiah berkenaan manuskrip terutamanya
dalam usaha pemuliharaan Manuskrip Melayu.
d) Seterusnya, penulis berharap subjek kajian kali ini iaitu Manuskrip Melayu
yang berperanan sebagai suatu sumber maklumat pribumi masyarakat
Melayu dapat dinilai sebagai warisan yang berharga dan usaha ke arah
pemuliharaannya tidak diambil enteng oleh semua pihak sama ada pihak
pemerintah dan masyarakat supaya khazanah berharga ini dapat dihayati
oleh masyarakat melalui perlaksanaan program atau peranan yang
bersesuian yang bermatlamatkan supaya ianya diketahui dan dikenali oleh
masyarakat melalui penubuhan PMM sebagai institusi ke arah usaha murni
ini.
7. Sorotan Perpustakaan
Prof. Syed Naquib Al-Attas (1972), menyatakan „kedatangan Islam di
Kepulauan Melayu Indonesia harus kita lihat sebagai mencirikan zaman baru dalam
pensejarahannya, sebagai semboyan tegas menegaskan suatu sistem masyarakat yang
berdasarkan kebebasan orang perseorangan, keadilan dan kemuliaan peribadi insan‟.23
Hal ini jelas dilihat melalui perubahan dan galakan Islam sebagai agama yang
berpaksikan paradigma tauhid yang seterusnya diterjemahkan di dalam kehidupan
bermasyarakat di alam ini. Maka, menurut Wan Abd Rahman Khudri Wan Abdullah
(2002), hasil tauhid ini telah membuahkan kehidupan beribadah, menghiasi akhlak
bernilai tasawuf, seterusnya ianya menjalar ke dalam aspek kehidupan lain yang
meliputi politik, perundangan, keilmuan, keintelektualan, persuratan dan sebagainya.24
Antara bukti kesan khazanah intelektual dan keilmuan melalui medium
penulisan ialah Manuskrip Melayu. Isi kandungannya kaya dan menyentuh pelbagai
aspek. Ding Choo Ming (2008), menyatakan ianya merupakan sumber pribumi
masyarakat Melayu memandangkan terakam di dalamnya seribu satu keilmuan dan
sejarah tentang alam ini yang meliputi aspek perundangan, ketatanegaraan, hiburan,
falsafah, agama, dan sebagainya.25
Justeru, ianya perlu diberi perhatian dalam usaha menyelamat dan
mengekalkannya sebagai khazanah warisan bernilai. Maka, usaha serius ini haruslah
dimainkan oleh badan-badan tertentu yang berautoriti dan bertanggungjawab seperti
PMM yang diamanahkan.
Tidak dapat dinafikan terdapat pelbagai hasil kajian dan penulisan mengenai
khazanah berharga ini oleh para sarjana terutamanya yang terlibat secara langsung
dengan Manuskrip Melayu. Antara nama-nama yang sering muncul ialah Ding Choo
lagi barisan pengkaji terutamanya dari kalangan ahli akademik. Perkara yang sering
dibincangkan adalah topik berkaitan pengenalan mengenai manuskrip secara asasnya,
sejarah penulisan, peralatan, teknik, dan usaha peliharaan dan pemuliharaannya.
Pelbagai medium digunakan dalam usaha menyampaikan kesedaran mengenai
Manuskrip Melayu seperti bengkel, seminar, jurnal, tesis, buku, dan beberapa lagi
platform yang diguna pakai.
Secara asasnya, kebanyakan penulisan hanya menyentuh mengenai sejarah
manuskrip dan kaedah penulisannya. Kajian secara terperinci dan mendalam mengenai
usaha sesebuah institusi terutamanya PMM yang menjadi subjek kajian penulis kali ini
dalam memulihara dan memelihara manuskrip jarang dibincangkan dan dikaji.
Seandainya ianya dibincangkan, ianya hanya berbentuk mendasar sahaja. Antaranya
Ding Choo Ming melalui bukunya Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Kritikan dan
Cadangan, membincangkan tentang hal ehwal berkaitan kajian mengenai Manuskrip
Melayu serta ciri-cirinya, sumbangan orientalis dalam bidang Manuskrip Melayu,
masalah memperoleh dan seterusnya beliau mengutarakan pandangan berkaitan realiti
pengajian manuskrip terkini dan cadangan menarik minat orang ramai terhadap
manuskrip. Namun, beliau juga ada menyentuh secara sepintas lalu mengenai PMM
selaku antara beberapa institusi yang ada menyimpan Manuskrip Melayu.
Manakala, buku terbitan PMM berjudul Tradisi Penulisan Manuskrip Melayu29
pada tahun 1997 yang memuatkan kompilasi beberapa artikel para sarjana mengikut
tema-tema tertentu juga lebih menyentuh mengenai tradisi penulisan Manuskrip Melayu
merangkumi tulisan, teknik penulisan, alatan, peranan institusi istana sebagai pusat
penyebarannya. Abu Hassan Sham30 melalui artikel beliau bertajuk Langkah-Langkah
Memasyarakatkan Manuskrip Melayu menyenaraikan beberapa saranan termasuklah
kerjasama daripada pelbagai pihak yang diamanahkan menyimpan Manuskrip Melayu
termasuklah PMM. Namun, beliau tidak menyentuh secara lebih lanjut mengenai
institusi ini.
Selain itu, gandingan dua penulis Shaharom Tengku Sulaiman dan Wan Abdul
Kader Wan Dollah31 melalui bukunya Kepustakawanan Dalam Pelbagai Perspektif di
bawah subtopik Manuskrip Melayu: Warisan Keilmuan Yang Bernilai yang hanya
menyentuh secara sepintas lalu mengenai tradisi penulisan Manuskrip Melayu dan
peranan Perpustakaan Negara Malaysia dalam usaha menyelamatkan khazanah berharga
tersebut. Namun, peranannya juga tidak diperbincangkan secara terperinci. Ianya hanya
berkaitan fungsi dan beberapa seminar dan pameran yang dilaksanakan. Peranannya
selaku institusi yang menguruskan Manuskrip Melayu tidak dibincangkan secara
terperinci dan mendalam.
Menyedari usaha ke arah pemeliharaan dan pemuliharaan khazanah berharga ini
bukanlah suatu usaha yang boleh dipandang enteng, pengkaji melihat kekurangan dan
kelompangan mengenainya perlu dipenuhi. Bahkan ianya melibatkan sesebuah institusi
yang diamanahkan. Maka, kajian mengenai PMM, Perpustakaan Negara Malaysia kali
ini dijadikan subjek kajian.
8. Metodologi Penyelidikan
Metodologi ditakrifkan sebagai pendekatan yang digunakan dalam penyelidikan
pendidikan bagi mengumpul data yang akan digunakan sebagai asas bagi membentuk
inferensi dan pentafsiran. Ia bertujuan menghurai dan membuat jangkaan tentang
sesuatu fenomena sebagai satu prosedur yang sistematik yang menggabungkan
penyesuaian pendekatan kajian serta analisis data yang sealiran dengan peraturan
tersendiri bagi memastikan prestasi penyelidikan dicapai dengan baik dan sempurna.32
8.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha penulis mendapatkan data penyelidikan, beberapa pendekatan
digunakan iaitu:
i. Kajian Perpustakaan
Proses pembacaan dan penelitian terhadap bahan-bahan ilmiah yang
berkaitan dengan kajian menjadi sumber asas dalam pengumpulan dan
pemerolehan data atau maklumat dalam kajian ini. Kebanyakan data diperolehi
daripada sumber sekunder iaitu buku, jurnal, tesis, dan sebagainya.
ii. Dokumentasi
Penulis menggunakan beberapa dokumen dalam usaha memperoleh
maklumat kajian. Antaranya fail, akta dan minit mesyuarat atau laporan mesyuarat.
a. Temu Bual
Penulis akan menggunakan metode ini dalam usaha mendapatkan
data berkenaan subjek kajian. Antara responden temu bual ialah Timbalan
Pengarah PMM yang akan ditemu bual secara berstruktur. Seterusnya,
penulis juga akan menemu bual beberapa kakitangan PMM. Antara
informen di dalam proses temu bual ialah pegawai yang terlibat secara
langsung dalam usaha penyimpanan dan pengurusan Manuskrip Melayu.
Antaranya:
Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia.
Penolong Pengarah PMM.
Pegawai dari Dewan Bahasa dan Pustaka.
Pegawai dari Perpustakaan Universiti Malaya.
Pegawai dari Arkib Negara Malaysia.
Prof. Madya Dr. Raja Masittah Raja Ariffin, Pensyarah dan bekas
pegawai Dewan Bahasa dan Pustaka yang terlibat secara langsung
dengan Manuskrip Melayu.
Ding Choo Ming, sarjana yang terlibat dalam kajian Manuskrip
Melayu.
Wan Ali Wan Mamat, mantan Pengarah PMM.
b. Metode Observasi
Metode observasi merupakan kaedah yang memerlukan penulis
melakukan pengamatan secara langsung terhadap sebarang proses yang
22
melibatkan usaha pengurusan di PMM. Antaranya lawatan ke bilik simpanan
manuskrip, bahagian Pemuliharaan PNM dan ruang penyelidikan PMM.
iv. Metode Soal Selidik
Penyelidik mengedarkan soalan kaji selidik kepada pegawai dan
pustakawan yang ditugaskan di PMM. Kaji selidik ini bertujuan memperoleh data
berkaitan latar belakang secara umum dan terutamanya kebolehan membaca dan
menulis Jawi di kalangan pegawai. Hal ini kerana, aspek kebolehan dalam kedua-dua
aspek ini penting diberi perhatian di kalangan pegawai yang mengendalikan
manuskrip.
8.2 Metode Analisis Data
Setelah data dikumpul, penulis akan menjalankan usaha penganalisaan data
terhadap data-data tersebut. Dua kaedah penganalisaan data akan diaplikasikan iaitu:
i. Metode Induktif
Ianya berasal daripada bahasa Latin “inducere” yang bermaksud “membawa
atau menuju kepada”. Pemikiran ini biasanya menuju kepada pemikiran khusus
kepada pernyataan umum.33
Penulis menggunakan metode ini dalam menganalisis data dalam bab yang
kedua dan ketiga yang mana penulis akan menjelaskan berkenaan sumbangan dan
peranan Islam di Alam Melayu. Seterusnya metode ini juga digunakan pada bab
ketiga menyentuh tentang tradisi penulisan manuskrip yang terangkum di
dalamnya beberapa aspek seperti peralatan penulisan, perhiasan dan sebagainya
yang merupakan asas pengenalan kepada sesebuah manuskrip. Seterusnya penulis
akan membahaskan tentang unsur yang terdapat dalam manuskrip seperti
perubatan, perundangan, hiburan, ketatanegaraan, dan sebagainya.
ii. Metode Deduktif
Perkataan deduktif berasal daripada perkataan Latin “deducere” yang
membawa maksud “membawa atau menuju daripada” hujahnya biasanya menuju
daripada penyataan umum kepada khusus.34
Metode ini akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis data dan fakta
di dalam bab empat penyelidikan ini. Dalam bab ini penulis akan menganalisis
data berkenaan sejarah dan peranan yang dimainkan oleh PMM yang memainkan
peranan sebagai institusi yang memulihara Manuskrip Melayu.
9. Sistematika Penulisan
Dalam menjadikan penyelidikan penulis sebuah penyelidikan yang terarah dan
tersusun, penulis menetapkan sistematika penulisan yang diterjemahkan melalui bab-
bab tertentu. Umumnya, penulis membahagikan pembahagian bab kepada lima.
Pada bab pertama penulisan yang mana merupakan bahagian pengenalan kepada
penyelidikan penulis, penulis telah mengetengahkan bab ini dengan perkara penting
dalam sesebuah penyelidikan. Perkara tersebut ialah latar belakang masalah kajian,
permasalahan kajian, objektif kajian, skop kajian, kepentingan kajian, sorotan
perpustakaan dan sistematika penulisan penulis.
Seterusnya pada bab kedua penulisan, penulis menetapkan tentang sumbangan
dan peranan Islam sebagai agama yang berperanan dalam membina dan membentuk
sebuah ketamadunan di gugusan kepulauan Melayu dalam segenap aspek kehidupan
masyarakat terutamanya dalam aspek penulisan dan kesusasteraan. Seterusnya,
kegemilangan tradisi penulisan Manuskrip Melayu disorot mengikut abad. Penulis juga
memuatkan peralatan yang digunakan dalam menghasilkan sesebuah karya serta ciri-ciri
sesebuah manuskrip dan faktor pendorong kepada penulisannya.
Kemudian, pada bab ketiga penulisan, penulis akan memberi fokus Perpustakaan
Negara Malaysia selaku institusi yang diberi amanah menguruskan khazanah berharga
ini. Penulis akan menyentuh mengenai sejarah PNM dan struktur organisasi. Selain itu,
beberapa akta yang melibatkan usaha pemeliharaan dan pemuliharaan Manuskrip
Melayu.
Pada bab keempat penulisan penulis yang merupakan bab kepada analisis dan
sekaligus menjawab kepada subjek kajian penulis, penulis menetapkan pada bab ini
berkenaan tentang sebuah sorotan sejarah kewujudan PMM sebagai institusi yang
memainkan peranan sebagai institusi yang menguruskan Manuskrip Melayu. Aspek
yang dikupas ialah penstrukturan organisasi PMM, dasar bahagian dan aktiviti yang
dijalankan.
Akhirnya, pada bab kelima penulisan dan merangkap bab terakhir kepada
penulisan penulis, maka penulis membuat kesimpulan daripada hasil penyelidikan.
Seterusnya meletakkan beberapa cadangan dan saranan kepada pihak tertentu dalam
usaha menjadikan subjek kajian serta dapatan penyelidikan penulis dapat dimanfaatkan
secara bersama.
Realiti yang terpatri sesungguhnya kedatangan Islam ke alam ini membawa
impak dan kesan yang mendalam terhadap pembinaan ketamadunan masyarakat dalam
segenap aspek.Dalam kita menyorot perjalanan sejarah masyarakat alam ini yang
panjang, latar belakang sosio budayanya mestilah difahami terlebih dahulu.
Selaku masyarakat yang terdiri daripada individu dan kelompok masyarakat
semestinya mereka mempunyai perasaan, pemikiran sistem nilai dan tindakan yang
dilahirkan atau diucapkan dalam pelbagai cara atau medium. Umumnya, medium yang
digunapakai ialah lisan, tulisan dan gerakan atau perlakuan.Begitu juga yang berlaku
terhadap kelompok masyarakat rantau ini.Dalam memahami aspek ini, sebuah sorotan
terhadap sejarah warna-warni dan keberagaman kuasa dan pengaruh yang terdapat di
alam ini yang pelbagai yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.Termasuklah
bidang penulisan.
Sebagai alam yang terdiri daripada rumpun Melayu seperti Aceh, Batak, Bugis,
dan sebagainya, masyarakat Melayu tradisional tidak mempunyai suatu sistem bahasa
dan tulisan yang selaras.Mereka menggunakan bahasa dan tulisan mengikut kelompok
masing.Tulisan juga dicipta mengikut kelompok tertentu.Antaranya tulisan
27
Lampung,Batak, Rencong, dan sebagainya.1Begitu juga medium penulisan yang terdiri
daripada batu, papan, logam, kulit binatang, dan sebagainya.
Sehingga apabila pengaruh Hindu Buddha datang dan menguasai alam ini
sekitar abad ke-5 dan dibawa bersamanya sistem tulisan seperti tulisan Pallava, Nagiri
dan Kawi serta kesusasteraannya iaitu epik Mahabrata dan Ramayana. Namun, dalam
menilai sejauhmanakah pengaruh ini mempengaruhi masyarakatnya, Prof Syed Naquib
al-Attas menyatakan:
“Falsafah agama Hindu tidak mempengaruhi masyarakat Melayu–
Indonesia.Masyarakat Melayu- Indonesia lebih cenderung kepada sifat-
sifat kesenian daripada sifat falsafah.Unsur-unsur falsafah
yangbersendikan budi dan pengetahuan akliah dengan sendirinya
tersingkir, jauh terusir terkucar-kacir pada bukan tempatnya”.2
Hal ini kerana, perhatian dan penekanan penulisan pada tahap ini tertakluk
kepada nilai dan kepentingan golongan bangsawan di istana dan kraton.Mereka
menggunakan wadah bahasa dan tulisan untuk memperkukuhkan ideologi dan
kedududukan mereka semata.Maka, lahirlah penulisannya bercorak elitis, penuh dengan
dongengan dan khayalan semata. Syed Mohd Naquib (1967) juga menyatakan:
“Agama Hindu dan Buddha tidak berhasil mempengaruhi intelek Melayu
untuk melahirkan ahli fikir dan failasuf dari kalangan bumiputera samada
di Jawa mahupun Sumatera”3
Sesudah Hindu dan Buddha, Islam datang menyinari Alam Melayu. Walaupun
tiada tarikh yang tepat tentang kedatangannya ke alam ini, namun apa yang dilihat dan
dinilai ialah kesan dan impak yang diterima oleh masyarakat dalam segenap aspek
kehidupan khususnya penulisan. Hal ini kerana, Islam telah membawa bersama suatu
sistem tulisan kepada masyarakat alam ini yang dikenali sebagai tulisan Jawi.Tulisan ini
terbentuk hasil pertembungan dan penyerapan agama dan budaya baru ini.Tulisan ini
telah diubahsuaikan dari sistem tulisan huruf Arab dengan sedikit inovasi setempat.4
Natijahnya, penggunaan tulisan Jawi dan kedudukan bahasa Melayu sebagai
bahasa dakwah Islam dan Lingua Franca menyebabkan kegiatan dan penghasilan karya
bertulis amat rancak yang dikenali dengan tradisi penulisan Manuskrip Melayu.Maka,
lahirnya karya yang pelbagai sejak ianya diperkenalkan.Semangat ilmu dan tradisi
penulisan Islam yang dirintis oleh umat Islam terdahulu kini dilanjutkan oleh tokoh-
tokoh intelegensia serta ulama Melayu yang produktif menyampaikan risalah Islam
melalui medium ini khususnya ketika era kerancakan dan kegemilangannya pada sekitar
abad ke-15 hingga ke-17. Antaranya Hamzah Fansuri (m. 1607 M),5 Syamsuddin
Sumaterani (m. 1630 M),6 Nuruddin al-Raniri (m. 1658 M),7 dan sebagainya bersama
karya masing-masing yang menjadi rujukan dan panduan.
Namun, suatu realiti sejarah yang harus diterima bahawa kegemilangan Islam
di alam ini tidak hanya berada pada pola yang sama. Kedatangan pihak penjajah luar
khususnya Barat yang silih berganti akhirnya mempengaruhi serta „membantut‟
kerancakan tradisi ini.Hal ini kerana, campur tangan yang dimainkan di dalam
4Ibid., 41.
5Tidak banyak diketahui mengenai latar belakang beliau.Di mana dan bila beliau dilahirkan masih
kesamaran.Hanya diketahui beliau dilahirkan di Fansur (Barus).Menurut al-Attas, beliau hidup sebelum
pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Shah, Shah (1588 – 1604 M) berakhir dan meninggal sebelum 1607
M. Lihat “New Light of the Life of Hamzah Fansuri,” JMBRAS XI, no.1 (1967), 48. Dalam sumber lain
beliau berpendapat Hamzah hidup antara 1550-1600. Syed Naquib Al-Attas, The Origin of Malay Shair
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), 11.
6Beliau merupakan murid kepada Hamzah Fansuri. Sangat disegani. Memegang jawatan Mufti dan
memakai gelaran Syeikhul Islam dan merupakan Penasihat Kanan kepada Sultan Iskandar Muda Mahkota
Alam (1604-1636 M)
7 Nama penuh beliau ialah Nur al-Din ibn Ali ibn Hasanji ibn Muhammad Hamid al-Raniry.
Berketurunan Arab dan bermastatutin di Ranir (Rander) di Gujerat.Mempelajari Bahasa Melayu sejak
berada di Gujerat dan di Meka, Tiba di Aceh pada 1637M dan meninggal pada tahun 1658 M. Ahmad
Daudy, Allah dan Manusia Dalam Konsepsi Syeikh Nuruddin al-Raniri (Jakarta: C.V. Rajawali, 1983),
38. Lihat juga al-Attas,“Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Aceh” dalam MBRAS (1969), 12.
29
pentadbiran masyarakat rantau ini, usaha pemunggahan yang dilakukan, dan
sebagainya.Akhirnya, selepas kebanyakan negara di rantau ini mencapai kemerdekaan,
khazanah berharga ini yang berperanan sebagai bank data bertulis dan dokumen bersifat
premier ini banyak tersimpan di negara luar berbanding negaranya sendiri.
Walaupun menyedari akan perjalanan tradisi penulisan ini mengalami fasa
turun naik, namun hakikatnya ialah tradisi besar ini telah mengangkat dan menjadikan
aspek keilmuan dan keintelektualan adalah suatu aspek yang dititikberatkan oleh
masyarakat alam ini.
2. Ciri-Ciri Manuskrip Melayu
Dalam usaha berkenalan dengan Manuskrip Melayu, maka penulis akan
menyenaraikan beberapa persolan mengenai ciri-cirinya yang unik. Hal ini kerana,
khazanah berharga ini mempunyai beberapa ciri yang agak berlainan daripada dokumen
lain. Antara persoalannya ialah siapakah penulisnya?. Bilakah dan dimanakah ianya
dihasilkan?.Dan beberapa lagi ciri yang sentiasa diberi perhatian dalam memastikan
bahawa ianya memenuhi kriteria Manuskrip Melayu. Antaranya dari aspek penulisan,
fizikal, kandungan, susunan, tarikh, nama pengarang atau penyalin, gaya penulisan,
hiasan atau kaligrafi dan sebagainya.
2.1 Penggunaan Tarikh oleh Pengarang atau Penyalin Manuskrip Melayu
Penggunaan tarikh dalam sesebuah karya manuskrip bukanlah suatu yang
menjadi kewajipan kepada penulisnya terutamanya pada era awal penulisan
manuskrip.Hal ini berlaku berkemungkinan disebabkan beberapa faktor iaitu anggapan
bahawa tarikh dan kronologi adalah suatu hal yang tidak penting.Terutamanya karya
yang berkaitan dengan keagamaan.Bagi pengarang, maklumat yang ingin disampaikan
adalah lebih penting di samping merasakan bahawa semestinya masyarakat sedia
maklum dan makruf berkenaan tarikh sesebuah karya yang dihasilkan.
30
Walau bagaimanapun, jika wujud tarikh lazimnya dicatatkan pada bahagian
mukaddimah atau kolofon. Menurut Jones dan Rowntree (1983):
“to date manuscripts, we look at the internal evidence, what the scribe
has written in his text or in addition to it, and we should also look at the
external features, such as the style of writing, the ink, the layout. In the
page, the circumstances in which the manuscript was acquired and above
all at the paper, from such an integral approach we may be able to
estimate an approximate date for the binding of the codex, and within
these dates perhaps a narrow band of dates within which the manuscript
must have been copied. When we take the approach, the watermark
becomes just another feature, as indeed does the date, if any, given by the
copyist – this is naturally very significant, but should not be regarded as
acceptable, unless it is supported by circumstantial evidence”8
Antara bukti yang boleh menerangkan circumstantial evidence ialah melalui
kajan dan perbandingan jumlah kata-kata sanskrit, Arab, Parsi, Jawa dan lain-lain.
Umur sesebuah manuskrip dinilai mengikut jumlah perkataan Kuno yang digunakan.9
Menurut Mahayudin Haji Yahaya (2001),walaupun terdapat sesetengah karya
yang terdapat tarikh yang tertera, namun ianya tidak boleh terus diterima. Tetapi,
seharusnya mengambil kira beberapa pertimbangan seperti sifat dalaman dan luaran
yang tertera di dalam teks, stail atau bentuk penulisan, suasana dan keadaan manuskrip,
dan bebeapa lagi aspek lain. Hal ini berkemungkinan kerana, tarikh yang dinyatakan
adalah tarikh sesebuah karya itu disalin bukannya ianya dikarang.10Perkara ini turut
diperakui oleh C. Skinner. Beliau menyatakan bahawa:
„It is rare enough to be able to identify the author of a classical Malay
work, rare still to be able to identify author and date‟11
8 Russell Jones dan Rowntree Clare, “An Essay At Dating and Descriptions of A Malay Manuscripts”
(1983) KM 1, 1.
9 Ding Choo Ming, Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Cadangan dan Kritikan, 87.
10Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2001),
77-78
11 C. Skinner, Syair Perang Mengkasar (The Rhymed Chronicle of the Macassar War). (the Hague: M.
Nijhoff, 1963) , 43.
31
Selain itu, adakala penulis menyatakan jangka masa secara umum seperti zaman
pemerintahan seseorang raja atau sultan. Contohnya kitab Asrar al-Insan fi Ma‟rifah al-
Ruhwa al-Rahman (Rahsia Insan dalam Mengetahui Tentang Roh dan Tuhan) karangan
Nuruddin al-Raniri yang dinyatakan ditulis pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar
Thani (1636 - 1641), tanpa memberikan tarikh yang tepat.
Penggunaan tarikh adalah salah satu ciri dalam sastera Melayu Tradisional dan
berkemungkinan berasal daripada pengaruh sastera Parsi-Arab. Penggunaannya telah
dimulakan oleh pengarang Aceh pada kurun ke-16 M ataupun berasal daripada tradisi
budaya Celebes yang kemudiannya diwarisi oleh pengarang di empayar Riau-Lingga
pada kurun ke-18 M.12 Selepas kurun ke-16 M atau 18 M, penggunaan tarikh telahpun
menjadi kelaziman dan dengan ini, dapat diketahui tarikh keseluruhan karya-karya
disiapkan.13 Contohnya manuskrip Hidayat al-Salikin (Petunjuk Bagi Orang-orang
Salik) yang selesai ditulis oleh Syeikh Ab. Samad al-Palembani (m. 1203 M) bertarikh
5 Muharram 1192 H bersamaan 3 Februari 1778 M di Mekah.
2.2 Penyataan Judul Manuskrip Melayu oleh Penulis atau Penyalin
Judul adalah suatu aspek yang penting dalam proses menghubungkan pembaca
dengan manuskrip tersebut. Teeuw menyatakan “…names a kind of landmark, points of
recognition, indicating the type of text, and as such conventions of the genre”.14Namun,
12 Ding Choo Ming, Kajian Manuskrip Melayu: Masalah, Cadangan dan Kritikan, 86-87.
13Ibid., 8.
14 A. Teeuw, “Indonesia as aField of Literary Study: A Case Study – Genealogical Narrative Texts as an
Indonesian Literary Gere” dalam Unity in Diversity: Indonesia as a Field of Antropological Study. Ed.
P.E de Josselin de Jong: Dordrecht: Foris. 1984) 38-39.
32
realiti kini ramai pengkatalog selaku pendokumen kepada manuskrip telah memberikan
judul kepada manuskrip yang dikaji khususnya.15
Judul atau tajuk sesebuah karya kebiasaannya terdapat di bahagian permulaan
atau akhir penulisan sesebuah karya.Namun, adakalanya ianya tidak disebutkan. Hal ini
disebabkan beberapa faktor sama ada bahagian permulaan dan akhiran karya tersebut
hilang atau sifat penyalin yang merasakan karya yang sedia maklum oleh masyarakat
pada ketika ianya terhasil tidak perlu dimaklumkan lagi judulnya. Tetapi, perubahan
dan peralihan masa dan suasana, akhirnya judul sesebuah karya tersebut dilupakan dan
ditelan masa dan waktu.
Dalam mengatasi masalah ini, para pengkaji memberi nama kepada sesebuah
karya mengikut kesesuaian isi kandungan yang dibincangkan. Sebagai contoh, Kitab
Hadis-hadis Nabi Mengenai Sembahyang adalah judul yang diberikan oleh Mahayudin
Haji Yahaya sebagai seorang pengkaji Manuskrip Melayu Islam.16
Walau bagaimanapun, dalam melakukan penetapan judul kepada sesebuah
karya, sarjana terkadang melakukan sedikit kesilapan.Contohnya judul Peringatan
Negeri Johor yang telah diberikan oleh Kratz kepada manuskrip yang
dikajinya.17Menurut Matheson judul ter