• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label maxhavelar 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maxhavelar 1. Tampilkan semua postingan

maxhavelar 1









'Ja, aku bakCJl dibatja' 
(Max Havelaar) 
Tahun 1860 terbitlah Max Havelaar, sebuah buku jang mem-
buat pengarangnja, Multatuli, segera mendapat nama jang tje-
merlang dan jang mendjadi terkenal diseluruh dunia, berkat 
terdjemahannja kedalam banjak bahasa-bahasa. Buku itu men-
dedahkan dengan tadjam dan tanpa kenal ampun ketidakadilan 
dan penderitaan di Hindia Belanda ketika itu. Apabila kita 
bertolak dari dali bahwa kesusastraan hams mempakan suatu 
tenaga sosial, bahwa ia harus mentjoba memperbaiki masjarakat, 
maka Max Havelaar adalah suatu tjontoh jang istimewa untuk 
itu, baik bagi penguasa maupun jang dikuasai, baik bagi negeri 
Belanda maupun bagi Indonesia. 
Multatuli bukanlah satu-satunja dan djuga bukan jang pertama 
jang mensinjalir dan menggugat ketidakadilan jang menimpa 
penduduk bumiputera. Tapi sedangkan suara jang lain-Iain itu 
tidak kedengaran atau hampir tidak kedengaran, Max Havelaar 
segera 'menggetarkan seluruh negeri'. Untuk itu kemampuan 
Multatuli sebagai seniman adalah menentukan. 
Multatuli ialah nama samaran Eduard Douwes Dekker, lahir 
tahun 1820 di Amsterdam. Ajahnja seorang kapten kapal jang 
penuh ketetapan hati, ibunja seorang wanita jang amat emosio-
nil. Kedua sifat itu, kekerasan hati dan sifat emosionil, kita 
dapati kembali pad a sang putera. 
Eduard ditjita-tjitakan untuk mendjadi pendeta, karena itu 
masuk sekolah jang disebut 'Latijnse School', Sekolah Latin. 
Ia tidak selesai disekolah itu dan bekerdja dikantor dagang. 
XI 
Pengalaman-pengalamannja disekolah dan dikantor diolahnja 
dalam bukunja 'Woutertje Pieterse', ditulis sesudah Max Have-
laar. Woutertje Pieterse (alias Eduard) nampak kepada kita 
dalam karja ini sebagai seorang anak jang megah dan ingin 
kehormatan, jang dengan chajalan-chajalannja tentang kebenar-
an dan kesateriaan senantiasa bentrokan dengan kebordjuisan 
jang sempit dan kemunafikan lingkungan sekitamja. 
Sebagai seorang pemuda 18 tahun Dekker berangkat dengan 
kapal ajahnja' kepulau Djawa, dimana ia masuk bekerdja pada 
Pemerintah Hindia Belanda, mula-mula pada Dewan Pengawas 
Keuangan di .Betawi. Tahun 1842 ia mendapat promosi dan 
berangkat sebagai kontelir ke Natal di Sumatera, suatu daerah 
jang penuh ketegangan. Disana ia terlibat dalam suatu intrik 
kepala-kepala bumiputera. Ia dipanggil kembali ke Padang, dan 
bulan Djanuari 1844 ia dibebastugaskan untuk sementara de-
ngan tuduhan telah menjebabkan tekor dalam kas di Natal 
(baru kemudian Jtemjata ketekoran kas itu tidàk pemah ter-
djadi!). Sampai September 1844 ia tinggal di Padang, suatu 
masa kesengSàraan dan kemiskinan jang sangat. Pengalaman-
pengalamannja di Natal dan di Padang pandjang lebar dilukis-
kannja dalam Max Havelaar bab 12 sampai dengan 14, suatu 
bukti betapa dalamsemuanja itu meninggalkan bekas dalam dji-
wanja. Disana sesungguhnjalah ia telah banjak menderita, seperti 
dikatakannja senditi. 
Ia kembaH bekerdja pada Gubememen; antara tahun 1845 
sampai 1'852 ia menduduki berbagai djabatan dan achimja men-
djadi asisten residen Ambon. Itulah masa tahun-tahunnja jang 
paling bahagia,< djugá ' disebabkan karena perkawinannja tahun 
1846 dengan Bver-dine Huberte van Wijnbergen, jang bemama 
Tinc dalam Max Havelaar. 
Tahun 1852, setelah 14 tahoo terus menerus tinggal didaerah 
chatulistiwa, ia berangkat dengan isterinja mendjalani perlop 
dinegeri Belanda: Anak mereka jang pertama, anak laki-Iaki, 
lahir disana (si 'Max Ketjil'). Untuk selebihnja masa perlop 
itu mendjadi keketjewaan jang besar: Dekker tak dapat lagi  
menjesuaikan diri dine.geri Belanda jang sempit dimasa itu. 
Tambahan pula ia terlalu banjak 'grand seigneur', suatu gaja 
hidup jang memang mendjadi tjirinja, sehingga ia tertimbuD 
dalam hutang-hutang. 
Tahun 1855 ia kembali dengan Tine dan Max ke Betawi, 
dimana ia segera mendapat kesempatan bertemu dengan Ou-
bemur Djenderal Duymaer van Twist, jang mengangkatnja 
djadi asisten residen Lebak (Bantam) tanggal 4 Djanuari 1856. 
Bertahun-tahun kemudian Duymaer van Twist menulis ten-
tang ini antara lain: '...... (ia) memperoleh simpati saja ka-
rena ketjintaannja kepada orang bumiputera. Ketika ada lowo-
ngan di Lebak dan saja tabu bahwa nasib penduduk disana 
amat buruk, saja berpikir bahwa disana ia akan merupakan 
orang jang tepat dalam djabatan jang tepat dan ( ...... ) saja 
angkat dia djadi asisten residen'. 
Dekker menganggap pengangkatan itu sebagai tugas istimewa. 
Sebab sekarang ia dapat mewudjudkan tjita-tjitanja tentang ke-
adilan dan kesateriaan jang dikandungnja sedjak muda, men-
djadi kenjataan ! Kenjataan itu baginja tersimpul dalam sumpah 
djabatan jang diutjapkannja di Rangkas-Betung tanggal 21 Dja-
nuari, antara lain dengan kata-kata, bahwa ia 'akan melindungi 
penduduk bumiputera terhadap penindasan, penjiksaan dan 
penganiajaan' (bab VII). Ia ingin menepati sungguh-sungguh 
sumpahnja itu, ia tidak mau 'tawar menawar' seperti lazimnja. 
Inilah intipati 'perkara Lebak', jang digambarkan dalam Max 
Havelaar • Sebab djustru kesungguhan itulah, keinginannja un-
tuk menunaikan kewadjibannja, jang membawanja berhadap-
hadapan dengan orang-orang atasannja, tapi pada hakekatnja 
dengan susunan kekuasaan sebagaimana jang nampak dalam 
prakteknja. Dalam bab V susunan kekuasaan itu didjelaskan 
pandjang lebar, tapi supaja orang mengerti lebih baik peristiwa-
peristiwa jang terdjadi sesudah itu, perlu rasanja menggambar-
kan intipatinja disini. 
Apa jang disebut Hindia Belanda dahulu terbagi dalam ber-
bagai residensi, dikepalai masing-masing oleh seorang residen. 
xm 
Tiap residensi terdiri pula dari berbagai asisten residensi, de-
ngan asisten residen sebagai penguasa tertinggi. Karakteristik 
bagi pemerintahan Belanda ialah, bahwa penduduk tidak lang-
sung diperintah oleh orang Belanda, tapi dengan melalui kepala-
kepalanja sendiri. Dipulau Djawa kepala itu pertama-tama ada-
lah regen atau bupati. Wilajah kekuasaannja bertepatan dengan 
wilajah asisten residen. Djadi tiap daerah asisten residen mem-
punjai dua bentuk pemerintahan: pemerintahan Eropah dan 
pemerintahan bumiputera. Resminja bupati demikian adalah 
seorang pegawai negeri dengan wewenang jang terbatas, tapi 
dalam prakteknja ia adalah seorang jang amat penting, karena 
ia berasal dari lingkungan bangsawan jang paling tinggi dan 
karena itu mempunjai prestise jang besar pada penduduk. Po-
litik pemerintah Belanda senantiasa ialah memastikan adanja 
kesetiaan korps bupati, suatu sjarat jang mutlak untuk meme-
rintah rakjat Indonesia jang djumlahnja djutaan dengan korps 
pegawai jang rada terbatas. Karena itulah seorang bupati selalu 
diperlakukan dengan segala kehormatan dan harus ada kerdja-
sama seerat-eratnja antara asisten residen dan bupati. 
Dekker mulai bertugas dalam djabatannja jang baru. Tanggal 
22 Djanuari, sehari sesudah sumpah djabatannja, ia berpidato 
dihadapan kepala-kepala negeri Lebak. Dalam bentuknja jang 
distilir kita dapati kembali pidato itu dalam bab VIII. Ia segera 
mulai mempeladjari arsip dan tjatatan-tjatatan jang ditinggalkan 
oleh aImarhum asisten residen jang digantikannja, Carolus. 
Berkat penjelidikan arsip jang sangat luas oleh pengarang dan 
eseis Du Perron, sedjak 1940 kita mengetahui dengan teliti apa 
jang ditemukan oleh Dekker: laporan-laporan perangai jang 
kurang baik dari bupati tua, Raden Adipati Karta Natanegara, 
dan tentang kepala-kepala bumiputera rendahan, terutama de-
mang Wira Kusuma, menantu bupati. Ia membatja tentang pe-
njalahgunaan-penjalahgunaan jang keterlaluan terhadap pendu-
duk Lebak: kesewenang-wenangan mengenai pekerdjaan rodi, 
pentjurian kerbau-kerbau, penindasan dan antj aman , dengan 
akibat banjak penduduk Lebak melarikan diri. Ia menemukan 
XIV 
djuga bahwa asisten residen jang digantikannja mentjoba mem-
banteras penjalahgunaan-penjalahgunaan itu. Sia-sia. Pertama 
disebabkan karena mereka jang telah memasukkan pengaduan, 
menarik kembali pengaduan itu karena takut kepada kepala-
kepalanja, kedua, karena sepnja, Brest van Kempen (residen 
Bantam), sudah pasti tidak mau membuat malu sang bupati, hal 
mana akan sangat tidak menjenangkan bagi Pemerintah 
Belanda! 
Dalam mendjalankan tugasnja Dekker dengan segera diha-
dapkan dengan keadaan buruk jang sama. Pengaduan-penga-
duan terus djuga masuk, peringatan-peringatan Dekker jang hati-
hati kealamat bupati, sia-sia belaka. 
Peristiwa-peristiwa sesudah itu tjepat ganti berganti : berhu-
bung dengan maksud keponakannja, seorang bupati dari Pri-
angan, untuk mengundjunginja, Karta Natanegara mengerahkan 
sedjumlah besar orang-orang untuk membersihkan rumput dari 
pekarangannja, djumlah mana melewati djumlah jang diizinkan. 
Dekker memerintahkan kepada Adipati untuk mengembalikan 
mereka kedesanja masing-masing. Akibatnja : ketegangan antara 
Dekker dan bupati. Tidak lama kemudian Dekker mendengar 
bahwa Carolus kabarnja mati diratjuni oleh demang Wira Kusu-
ma. Kemudian kabar itu ternjata tidak benar, tapi baginja ba-
gaimanapun djuga kabar itu beralasan. Untuk berunding dengan 
sepnja, Brest- van Kempen, ia merasa tidak ada gunanja - dan 
memanglah demikian halnja - maka iapun memutuskan untuk 
memasukkan pengaduan resmi: tanggal 24 Pebruari ia menulis 
surat resmi kepada Brest van Kempen, mengadukan sang bu-
pati dan beberapa orang keluarganja, dan mendesak dengan 
sangat untuk memanggil bupati itu ke Serang dan menangkap 
jang lain-lainnja supaja dapat dilakukan pemeriksaan setjara 
murni dan mendalam. 
Residen terkedjut, ia segera datang ke Rangkas Betung dan 
meminta supaja Dekker menarik kembali pengaduannja. Dek-
ker menolak, menolak pula memperkuat pengaduannja dengan 
bukti-bukti, sebelum sjarat jang dikemukakannja dipenuhi, jak-
ni mengeluarkan bupati dan beberapa orang keluarganja dari 
djabatannja. Residen kini merasa terpaksa menjampaikan pe-
ngaduan itu kepada Gubememen, hal mana memang diharapkan 
oleh Dekker, sebab ia mengira bahwa Gubemur Djenderal akan 
mendukungnja. Itulah pula sebabnja maka ia tanggal 29 Pebru-
ari langsung, djadi dengan tidak melalui sepnja, berkirim surat 
kepada Gubemur Djenderal. 
Dan apa jang dilakukan oleh Gubemur Djenderal? Ia ber-
tindak semata..mata atas pertimbangan politik dan djabatan: 
pengaduan terhadap bupati dianggapnja keterlaluan, dan baginja 
tidak kurang kesalahan Dekker telah melanggar hierarchi dja-
batan. Dan djawaban Gubemur Djenderal sedjalan pula dengan 
itu : Dekker akan dipindahkan, antara lain dengan tjelaan bah-
wa 'tindakannja sedikit menimbulkan kesan bahwa ia tidak 
tjakap memangku djabatan dalam Pangreh Pradja'. Ketjewa 
dan dengan perasaan marah Dekker minta berhenti dari djaba-
tannja, hal mana diluluskan tanggal 4 April, dan iapun be-
rangkat ke Betawi. Tiga kali berturut-turut ia mohon meng-
hadap Gubemur Djenderal, tapi ditolak. Inilah pukulan jang 
paling besar bagi Dekker, sebab dengan demikian ia tidak men-
dapat kesempatan terachir uotuk memberikan pertanggungan-
djawab. 
Dalam pada itu pengaduan tidak dapat disisihkan begitu sadja: 
sebab dimasukkan dengan surat resmi. Sesudah kebetangkatan 
Dekker dilaknkan penjelidikan, jang membenarkan tuduhan 
jang dilantjarkannja. Karta Natanegara mendapat peringatan 
(selandjutnja beberapa tahun kemudian ia dipetjat karena ke-
salahan lain), beberapa orang kepala negeri, antaranja Wiraku-
suma, dipetjat. 
Djadi, serangan Dekker terhadap suatu sistim jang sangat ko-
rup memang beralasan sekali. Meskipun de~ikian ia setjara 
pribadi mendjadi korban perbuatannja itu. Orang mengatakan 
- dan setjara formil memang sebenamja demikian - bahwa 
ia tidak tjukup mempunjai pengertian tentang kedudukan bupati 
jang sukar dan tentang hubungan hukum adat dipulau Djawa; 
XVI 
pun orang menjalahkannja telah melanggar hierarchi djabatan, 
karena ia sebenamja telah melewati sepnja jang langsung, Brest 
van Kempen. Tapi sebaliknja Dekker hendak memberikan ben-
tuk kepada sumpah djabatannja dan tjita-tjitanja. Pemakaian 
hak dengan sewenang-wenang sudah bukan main keterlaluan. 
Perlu ada tjampur tangan. Karena itu Dekker harus mening-
galkan saluran-saluran resmi dan ia melakukan apa jang ia 
harus lakukan sebagai manusia. Drama Lebak merupakan achir 
kariernja sebagai pedjabat dan permulaan kariernja sebagai pe-
ngarang. 
Bulan April 1857 Dekker berangkat ke Eropah, anak isteri-
nja ditinggalkannja pada keluarga. Ia hidup sebagai pengem-
bara bohemien. Uangnja babis. Tahun 1858 ia tiba di Brussel, 
dimana ia tinggal dihotel ketjil, menjewa kamar loteng. Ia ber-
usaba keras untuk direhabilitasi dan diangkat kembali dalam 
djabatan Gubememen. Sia-sia. Tabun 1859 anak isterinja kem-
bali àinegeri Belanda, dan tinggal pula menumpang pada kelu-
arga, antara lain karena keadaan keuangannja jang buruk sekali. 
Maka iapun memutuskan menjampaikan kedjadian di Lebak 
kepada rakjat Belanda. Dikamar lotengnja, bidup dalam segala 
kemiskinan, ia menulis dalam bulan September sampai Desem-
ber 1859 bukunja Max Havelaar, dengan memakai nama sama-
ran Multatuli (= aku telah banjak menderita), nama samaran 
jang dipakainja djuga dalam karja-karjanja kemudian. Maksud 
utama Max Havelaar ada dua: haruslah diachiri pemerasan 
terhadap orang Djawa dan kehormatannja, kehormatan Max 
Havelaar Gakni Douwes Dekker) harus dipulibkan. 
Max Havelaar tidak segera membawa hasil jang diharapkan 
oleb Multatuli dan jang djuga ia pertjaja akan terdjadi. Salab 
satu sebabnja ialah karena ia tidak mempunjai uang dan karena 
itu menjerahkan penerbitan buku itu kepada pengarang Van 
Lennep jang mengakui buku itu sebagai mabakarja, tapi Van 
Lennep mengganti semua angka tabun dan nama tempat jang 
penting dengan titik-titik, untuk dengan djalan demikian meng-
hilangkan daja bukti buku itu. Seorang konservatif tulen seperti  
Van Lennep menganggap serangan sengit seperti itu terhadap 
polltik kolonial Belanda, tidak pantas ! Tjetakan ke-4 barulah 
Multatuli sendiri jang menjelenggarakannja. Dan baru tahun 
1949 naskah aslinja diterbitkan dan terdjemahan dalam bahasa 
Indonesia ini berdasarkan versi jang otentik itu. 
Rehabilitasi jang sangat diharapkannja itu, tidak terdjadi dan 
Dekker harus mentjoba mentjari nafkah sebagai pengarang. Ia 
hidup sebagai petualang jang tidak berketentuan, sering mengem-
bara, selalu dalam kemiskinan. Ia mendjadi orang asing bagi 
keluarganja: Tine, mendapat bantuan keuan.gan dari kawan-
kawan, berangkat ke Itall dimana ia meninggal tahun 1874. 
Multatuli sendiri kawin lagi dan kemudian hidup lebih tenang. 
Tahun-tahun jang terachir dari hidupnja ia tinggal di Nieder-
Ingelheim (Djerman) dimana pengagum-pengagumnja membell-
kannja sebuah rumah. Tanggal 19 Pebruari 1887 ia meninggal 
disana. 
Ketika ia meninggal, Multatuli sudah mendjadi seorang pe-
ngarang jang masjhur. Banjak sekali buku-buku jang dituIisnja, 
banjak diantaranja jang sedikitnja menjamai Max Havelaar. 
Bukan tempatnja disini untuk membitjarakannja lebih menda-
lam. Tjukuplah kiranja karakteristik umum ini : Multatull sadar 
akan kedjenialannja. Tidak kurang sadar ia akan panggilan dji-
wanja untuk menolong sesamanja manusia jang mendapat per-
lakuan tidak adil. Ketidakadilan itu bukan hanja ada di Hindia 
Belanda tapi djuga di Eropah, dinegeri Belanda. Ia tiba pada 
kejakinan bahwa tiap kekuasaan, apakah kekuasaan agama, 
adat istiadat ataupun polltik, seringkali berdasarkan kepentingan 
diri, bela diri dan kemunafikan. Multatuli membela prole-
tariat industri jang diperas, ia melihat kebohongan segala dog-
matik keagamaan, ia mengingatkan radja akan kewadjibannja 
terhadap rakjat, ia membela kaum wanita dalam memper-
djuangkan emansipasi, ia menjerang segala kemunafikan jang 
bertopengkan 'sopan santun' jang aduhai alangkah sutjinja. 
Bagi Multatuli jang penting ialah martabat manusia. Pekerdjaan 
merombak jang dilakukannja, terarah kepada satu tudjuan 
XVIII 
utama: 'Panggilan manusia ialah mewudjud sebagai manusia'. 
Kembali kita kepada Max Havelaar. Max Havelaar (sering 
disebut Havelaar) ialah tokoh utama buku. Anak djudulnja 
berbunji: 'atau lelang kopi Persekutuan Dagang Belanda'. Anak 
djudul ini sarat memuat kritik: dibawah sistim Tanam Paksa jang 
waktu itu masih berlaku, penduduk harus menjerahkan seperlima 
tanahnja kepada Gubememen. Dikebun-kebun itu (disebut cul-
tures) harus ditanam hasil bumi, jang penting bagi pasaran 
Eropah: jakni terutama kopi, selain itu teh dan gula. Untuk 
pekerdjaan jang dilakukan oleh penduduk dikebun-kebun itu, 
harus dibajar apa jang disebut upah tanam, tapi wang itu biasa-
nja tidak sampai ketangan mereka. Berhadapan dengan 'alat 
perkakas penanam kopi jang disebut inlander itu', berhadapan. 
dengan korban-korban sistim tanam kopi setjara paksa itu, ber-
ada kepentingan Belanda, antara lain terwudjud dalam Perseku-
tuan Dagang Belanda, didirikan tahun 1824. Maskapai itu meng-
angkut hasil bumi kepunjaan Gubememen (djadi djuga kopi) 
kenegeri Belanda dan melelangnja disana. Untuk itu ia boleh 
memperhitungkan ongkos angkut jang rojal dan ongkos pele-
langan jang tinggi. Penghasilan mendatangkan keuntungan bagi 
ekonomi Belanda. 
Max Havelaar melukiskan pengalaman-pengalaman Douwes 
Dekker di Lebak. Pemeriksaan-pemeriksaan membuktikan, 
bahwa fakta-fakta pada umumnja digambarkan sangat teliti. 
Karena itu Max Havelaar banjak mengandung unsur biografis. 
Buku itu dapat disebut sebuah pamflet politik dalam bentuk 
sebuah roman. Djustru bentuk roman inilah jang memberikan 
kemungkinan-kemungkinan kepada bakat seniman Multatuli 
jang dimanfaatkannja dengan sangat !ihai. 
Buku itu seolah-olah ditulis oleh tiga orang: oleh makelar ' 
kopi Amsterdam Batavus Droogstoppel, pemuda Djerman Stem 
dan Muitatuli sendiri. Batavus Droogstoppel (wakiI kepentingan 
Belanda) jang sangat materialistis dan munafik, kebetulan bertemu 
dengan Max Havelaar, si idealis jang terkandas dalam masjara-· 
kat. Droogstoppel hendak menulis buku tentang kopi, ia men- 
dapatkan 'bungkusan Sjaalman' Gang berisi antara lain dokumen-
dokumen mengenai 'perkara Lebak') dan memutuskan untuk 
mempergunakan keterangan-keterangan mengenai kopi jang ter-
dapat didalamnja. Dalam menulis buku itu ia mempergunakan 
bantuan asistennja, pemuda Djerman Stem jang romantis. 
Stem inilah jang mentjeritakan kedjadian-kedjadian di Hindia 
Belanda. Droogstoppel menjela disana-sini dengan menuliskan 
sebuah bab untuk memberi buku itu wadjah jang 'solide', wa-
djah jang padat, tapi djuga untuk memberikan komentar atas 
apa jang ditulis oleh Stern, jang sama sekali tidak memuaskan 
baginja. Achirnja Multatuli pada penutup buku mengambil alih 
peranan mereka sebagai penulis untukmenuliskan sendiri kli-
maks tjerita. 
Komposisi jang digambarkan dengan singkat ini dipergunakan 
oleh Multatuli uotuk menampilkan pandangan orang terhadap 
Douwes Dekker: Stern melihatnja sebagai idealis Max Have-
laar, Droogstoppel menganggapnja sebagai Sjaalman jang gagal, 
jang tidak mempunjai wang untuk membeli djas dan karena itu 
hanja memakai sjal kesana kemari, dan Multatuli melihat dirinja 
sendiri sebagai orang jang banjak menderita. 
Kebanjakan tokoh-tokoh lain dalam buku itu adalah historis, 
meskipun orang-orang Belanda - ketjuali Tine - mendapat 
nama-nama lain : Slotering jang digantikan oleb Havelaar sebe-
narnja bernama Carolus, residen Slijmering ialah Brest van 
Kempen, kontelir Verbrugge adalah salinan Van Langeveld van 
Hemert. Si militer Duclari namanja Collard dan Vandamme 
ialah djenderal Michiels jang ditakuti. 
Beberapa nama jang dipergunakan sangat karakterististtk bagi 
orang-orang jang dilukiskan: Batavus Droogstoppel (Batavus 
Si Kersang Hati), Sjaalman (Orang pakai Sjal) , Slijmering (Si 
Lidah bergetah) , Wawelaar (Tukang Ngotjeh). Mengenai pen-
djelasan nama-nama itu lihatlah tjatatan pada nama-nama ber-
sangkutan. Tokoh-tokoh bumiputera tetap memakai namanja 
sendiri, ketjuali tokoh-tokoh dalam tjerita Saidjah dan Adinda. 
Buku Max Havelaar jang terbit tahun 1860 boleh dibilang  
tampilnja Multatuli jang pertama kali. Dalam proses perkem-
bangannja sebagai pengarang sebelum itu, penting sekali surat-
suratnja (terutama jang dikirimnja kepada Tine dalam masa 
pertunangan mereka). Dalamnja ia dengan sadar melatih diri 
dalam 'menulis bahasa Belanda jang hidup', dengan maksud 
'untuk berbitjara dengan rakjat', demikian tulisnja. Multatuli 
adalah pengarang Belanda jang pertama jang berhasil melepas-
kan diri dari berbagai tradisi dan konvensi kesusastraan. Tjara-
nja menulis merupakan pantulan dari pribadinja jang romantis: 
lintjah, spontan dan djudjur. Dengan demikian dapatlah ia me-
nulis kepada seorang teman: 'Gajaku, itulah aku'. 
Kedjadian di Lebak sudah djauh dibelakang kita, tapi perte-
muan dengan Havelaar tetap aktuil: manusia Havelaar jang 
tidak terikat setjara historis, individu jang berdjuang melawan 
kepentingan diri kolektivitas. Terutama motif-motif manusiawi, 
itulah titik tolak Multatuli, jang mendjadikan buku itu me-
ngandung tenaga jang begitu heb at. 
Drs. G. Termorshuizen  
Kepada E. H. v. W. 
"J'ai souvent entendu plaindre les femmes de poëte, et, sans 
doute, pour tenir dignement dans la vie ce difficile empIoi, 
'aucune qualité n'est de trop. Le plus rare ensemble de mérites 
n'est que Ie strict nécessaire, et ne suffit même pas toujours au 
commun bonheur. Voir sans cesse la "muse en tiers dans vos plus 
familiers entretiens, - recueiIIir dans ses bras et soigner ce poëte 
qui est votre mari, quand il vous revient meurtri par les décep-
tions de sa tache; - ou bielt le voir s'envole( à la poursuite 
de sa chimère, ...... voilà l'ordinaire de l'existence pour une 
femme de poëte. Oui, mais aussi il y a Ie chapître des compen-
sations, l'heure des lauriers qu'il a gagnés à la sueur de son génie, 
et qu'il dépose pieusement aux pieds de la femme légitimement 
aimée; aux genoux de I'Antigone qui sert de goide en ce mon-
de à eet "aveugle errant", -
Car, ne vous-y-trompez-pas: presque tous les petits-fils 
d'Homére sant plus ou moins aveugIes à leur façon; - ils 
voient ce que nous ne voyons pas; leurs regards pénètrent plus 
haut et plus au fond que les nötres ; mais ils ne ~avent pas vair 
droit devant eux leur petit bonhomme de chemin, et ils seraient 
capables de trébucher et de se casser Ie nez sur Ie moindre 
caillou, s'il leur fallait cheminer sans soutien, dans ces vallées 
Ie prose ou demeure la vie". 
(Henry de Pène) 
Dom 
POLISI 
HA KIM 
POLISI 
HA KIM 
LOTHARIO 
HAKIM 
LOTHARIO 
HAKIM 
PEREMPUAN 
LOTHARIO 
HAKIM 
BARBERTJE 
LOTHARIO 
Tuan hakim, itulah orang jang membunuh 
Barbertje. 
Ia harus digantung. Bagaimana ia melaku-
kan itu? 
Ditjintjang-tjintjangnja lalu digaraminja. 
Itu kesalahan besar ...... ia harns digantung. 
Tuan hakim, saja tidak membunuh Barber-
tje; saja memberinja mabn, pakaian dan 
saja urus dia baik-baik ......... saja punja 
saksi-saksi jang bisa menerangkan, bahwa 
saja orang baik dan bubn pembunuh ..... . 
Kau harns digantung ...... dosamu tambah 
besar brena kesombonganmu. Tidak pan-
tas orang jang dituduh bersalah, mengang-
gap dirinja seorang jang baik. 
Tapi tuan hakim ...... , ada saksi-saksi jang 
bisa membuktikan itu; dan brena saja di-
tuduh membunuh ........ . 
Kau harns digantung. Kau telah ment jin-
tjang-tjintjang Barbertje, menggarammJa 
dan kau puas dengan dirimu sendiri 
Tiga kesalahan besar. 
Siapa kau, hai, perempuan ? 
Saja Barbertje ........... . 
Sjukur alhamduli11ah ...... tuan hakim, tuan 
lihat, saja tidak membunuhnja! ........ . 
Hm ...... , ja ...... , begitu ...... , tapi bagai-
mana tentang penggaraman? ........ . 
Tidak, tuan hakim, dia tidak menggarami 
saja; - sebaliknja, dia banjak berdjasa 
kepada saja ...... dia seorang manusia jang 
mulia! 
Tuan dengar, tuan hakim, katanja saja se-
orang jang baik ........ .  
HAKIM Hm ...... , djadi, kesalahan ketiga masih te-
tap ada. 
Polisi, bawa orang itu ; dia harus digantung. 
Dia bersalah karena tjongkak. 
Panitera, kutip dalam dalil-dalil jurispru-
densi sesepuh dalam karja Lessing ...... *) 
(Sandiwara jang tidak diumumkan) 
*) Jang dimaksud ialah sesepuh (patriarch) dalam drama Lessing, 
Nathan der Weise, jang menolak semua kesaksian jang meringankan 
dan mendjatuhkan hukuman bakar sampai mati kepada seorang 
Jahudi. 

Saja adalah makelar kopi, tinggal di Lauriergracht 1) No. 37. 
Bukanlab kebiasaan saja menulis roman atau sematjam itu, 
dan karena itu lama djuga saja berpikir sebelum saja putuskan 
untuk membeli beberapa rim kertas ekstra, dan memulai karja 
jang barusan anda pegang, pembatja jang budiman, karja jang 
harus anda bat ja, kalau anda makelar kopi, atau mempunjai 
pekerdjaan lain. Bukan sadja saja belum pernah menulis se-
suatu jang serupa dengan roman, tapi malahan saja tidak suka 
membatja jang sematjam itu, karena saja adalah seorang pe-
dagang. Sudab bertahun-tabun saja bertanja apa gunanja semua 
itu, dan saja heran melihat betapa kurangadjarnja seorang 
penjair atau pentjerita roman mengibuli anda dengan tjerita 
jang tidak pernah terdjadi, dan seringkall tidak mungkin bis a 
terdjadi. Djika saja dalam vak saja - saja adalah makel ar 
kopi, dan tinggal di Lauriergracht No. 37 - memberikan 
keterangan kepada seorang prinsipal - seorang prinsipal ialab 
orang jang mendjual kopi - dalam keterangan mana kedapatan 
sebagian ketjil sadja dari kebohongan~kebohongan jang anda 
temukan dalam sadjak-sadjak dan roman-roman, sudah pasti 
ia segera pindab kepada Busselinck & Waterman. lang tersebut 
kemudian ini pun adalab makelar kopi, tapi alamatnja tak usab 
anda tabu. Karena itu saja tidak akan menulis roman, atau 
mernberikan keterangan palsu lainnja. 
1) Nama sebuah djalan di Amsterdam (dikiri kamUl sèbuah pant), 
dirnana hanja tingga1 warga jang kaja. 
Saja selalu melihat, bahwa orang-orang jang melalcubn 
pekerdjaan itu, biasanja buruk acbirnja. Umur saja empat 
puluh tiga tahun; selama duapuluh tahun saja mengundjungi 
bursa, dan bolehlah saja tampil kedepan, kalau ada orang jang 
meminta tenaga berpengalaman. Sudah banjak saja melihat 
firma dagang jang runtuh! Dan seringkali, bila saja selidiki 
sebab-sebabnja, maka saja mendapat kesan bahwa sebabnja ialah 
karena kebanjakannja diberi arah jang salah semendjak ketjil. 
Saja berbta: kebenaran dan pikiran sehat ,. saja tetap ber-
pegang padanja. Tentu sadja saja ketjualikan Alkitab. Kesa-
lahan sudah mulai pada Van Alphen 2), jakni segera pada baris 
pertama mengenai "anak-anak jang manis". Setan alas mana 
jang menggerakkan orang tua itu untuk bertindak sebagai 
pemudja adik saja Truitje, jang matanja sakit, atau saudara 
saja Gerrit, jang selalu bermain dengan hidungnja? - namun 
demikian, katanja: "ia menjanjikan sadjak-sadjak itu, karena 
didorong oleh tjinta". Sebagai anak ketjil sering saja berpikir: 
"bung, saja ingin bertemu anda, dan· apabila anda tidak mau 
memberikan gundu marmar, jang akan saja minta, atau nama 
saja lengkap berupa kuwe, - nama saja Batavus S) - maka 
saja anggap anda seorang pendusta. Tapi saja belum pemah 
melihat Van Alphen; saja ma dia sudah mati, tatkala ia men-
tjeritakan kepada kami, bahwa ajah saja adalah teman saja 
jang paling baik, - saja lebih sub kepada Pauweitje Winser, 
jang tinggal disebelah bmi di Batavierstraat - dan bahwa 
andjing saja jang ketjil sangat berterima kasih - bmi tidak 
memelihara andjing, karena kotor. 
Semuanja dusta. Dan demikianlah anak-anak terus dididik. 
Si adik· ketjil datangnja dari pedagang sajur dalam sebuah kubis 
jang besar. Semua orang Belanda berani dan berhati mulia. 
Orang Rumawi bersukatjita, bahwa kaum Batavir tidak men-
2) Seorang pengarang Belanda terkenal diabad 18 jang membuat sadjak-
sadjak untuk anak-anak. 
S) Berasal dari Batavir, nenek liIlojang orang Belanda.
tjabut njawa mereka. Bey dinegeri Tunis mulas ususnja, blau 
ia mendengar bendera Belanda berkibar-kibar. Hertog Alva 4) 
adalah bangsat. Air surut saja ma tahun 1672 5), agak lama 
dari biasa, semata-mata untuk menjelamatkan negeri Belar.da. 
Bohong. Negeri Belanda tetap negeri Belanda, karena orang 
tua kita mendjaga harta bendanja dengan baik, dan karena 
mereka mempunjai kejakinan jang benar, itulah soalnja. 
Lalu kemudian datang lagi kebohongan-kebohongan lain. 
Seorang gadis adalah bidadari. Siapa jang menemukan pendapat 
itu pertama kali, tidak pernah punja kakak perempuan. Tjinta 
adalah suatu kebahagiaan, orang lari dengan sesuatu keudjung 
dunia. Bumi tidak punja udjung, dan tjintapun suatu kegilaan. 
Tidak ada orang jang dapat mengatakan, bahwa saja tidak 
hidup dengan haik dengan isteri saja, - dia adalah puteri 
Last & Co, makelar kopi, - tidak ada orang jang dapat me-
njalahkan sesuatu dalam perkawinan kami; saja adalah anggota 
Artis 6), dan dia mempunjai sebuah sjal pandjang harga sem-
bilan puluh dua gulden, dan antara bmi tidak pernah ada 
tjinta gila jang mau hidup diudjung dunia. Sesudah kami kawin, 
kami djalan-djalan ke Den Haag - disana dia membeli flanel, 
- jang dibuat badju kaos dan sampai sebrang masih saja 
pakai, - dan selandjutnja tjinta itu tidak pernah memburu bmi 
kedunia luas. Djadi, semuanja itu hanja kegila-gilaan dan dusta. 
Dan apakah sekarang perkawinan saja kurang berbahagia dari 
perkawinan orang-orang jang karena tjinta sampai sakit batuk 
kering, atau mentjabut rambut dari kepalanja? Atau apakah 
anda pikir, bahwa rumahtangga saja abn kurang baik diatur-
nja dari jang berlaku, djika saja tudjuh belas tahun jang lalu 
mengatakan kepada patjar saja dengan sadjak, bahwa saja ingin 
') Seorang panglima besar Spanjol abad 16 jang ditakuti dan dibentji; 
ia mendapat permtah memadamkan pemberontakan jang timbul di-
negeri Belanda. 
5) Tahun 1672 negeri Belanda diserang oleh Perantjis dan Inggeris. 
tapi serangan itu dipatahkan. 
6) Sebuah perkumpulan.  
mengawininja? Gile. Saja pun bisa membuat sadjak seperti 
orang lain, sebab pekerdjaan itu mudab, pasti tidak sesukar 
membuat barang gading. Djika tidak, bagaimanakah olivela de-
ngan sembojan-sembojan 7) bisa begitu murah? (prits selalu 
menjebut "Uhlefeldjes", saja tidak tahu mengapa), dan tjobalah 
tanjakan harga satu stel bola biljar ! 
Saja tidak pwija keberatan apa-apa terhadap sadjak-sadjak. 
Kalau orang hendak mendjadjarkan kata-kata, baiklah, tapi 
djangan katakan sesuatu jang tidak benar. "Udara hitam pekat, 
dan sudah djam empat". Saja tidak keberatan, kalau udara 
memang pekat, dan waktu djam empat. Tapi kalau djam me-
nundjuk djam tiga kurang lima belas, maka saja, jang tidak 
mendjedjerkan kata-kata dalam barisan, dapat mengatakan: 
"udara hitam pekat dan waktu djam liga kurang lima belas". 
Tapi sipenjair karena ada hitam pekat di baris pertama, terikat 
kepada djam empat,. sekiranja waktu djam lima, dua, satu, 
maka udara tidak boleh hitam pekat. Maka mulailah ia ber-
tukang; atau udara harus dirobah, atau waktu harus diganti. 
Salah satu adalab dusta. 
Dan bukan hanja sadjak-sadjak jang menggoda anak-anak 
muda untuk membohong ; tjobalah masuk Gedung Komidi, dan 
dengarkan segala mat jam dusta jang didjual kepada publik. 
Pahlawan dalam tjerita diangkat dari air oleh seseorang jang 
hampir bangkrut. Lalu ia memberikan separoh kekajaannja; 
itu tidak mungkin benar. Tatkala baru-baru ini di Prinsengracht 
topi saja djatuh kedalam air, (Frits mengatakan: terdjatuh) 
orang jang mengembalikan topi itu, saja beri sepitjis, dan ia 
merasa senang. Saja tabu babwa saja harus memberikan lebih 
banjak, djika saja jang diangkatnja dari dalam air, tapi pastilah 
tidak separoh kekajaan saja, - sebab djelas, dengan tjara itu 
orang hanja dua kali bis a djatuh kedalam air, lalu mendjadi 
miskin semiskin-miskinnja. Tjelákanja ialab, babwa pada per-
tundjukan diatas pentas demikian itu, publik sudab begitu 
7) Gula-gula jang dibungkus dengan kertas jang ditulisi sadjak-sadjak.  
terbiasa kepada segala kebohongan itu, sehingga menganggapnja 
bagus dan memudjinja. Kadang-kadang saja ingin melemparkan 
seluruh penonton dalam parterre itu kedalam air, untuk melihat 
siapa jang sungguh-sungguh memudji pertundjukan itu. Saja, 
jang tjinta kebenaran, memberitahu kepada setiap orang, bahwa 
saja tidak mau membajar upah begitu tinggi untuk mengangkat 
tubuh saja dari air. Kalau orang tidak senang, biarkan saja 
didalam air. Hanja hari Minggu saja bersedia memberi persen 
lebih banjak, karen a pada hari itu saja memakai rantai kantiliaS) 
dan roki lain. 
Ja, banjak jang rusak gara-gara sandiwara itu; lebih banjak 
dari orang jang rusak karena roman. Sebab nampak dengan 
mata. Dengan emas kerontjang dan renda dari kertas jang 
putih bersih, semua itu nampaknja sangat menarik. Maksud 
saja, untuk anak-anak dan orang jang tida1: berdagang. Bahkan 
apabila hendak mempertundjukkan kemiskinan, pertundjukan 
itu selalu dusta. Seorang gadis jang ajahnja djatuh bangkrut, 
bekerdja untuk menolong keluarga; baiklah. Nampaklah ia 
mendjahit, meradjut atau menjulam. Tapi tjobalah hitung be-
rapa kali ia menusuk, selama seluruh babak. Ia berbitjara, 
mengeluh, berdjalan kedjendela, tapi tidak: bekerdja. Keluarga 
jang bisa hidup dengan pekerdjaannja itu, tidak banjak keper-
luannja. Gadis sematjam itu tentu sadja merupakan wanita 
perkasa. Beberapa orang penggoda dilemparkannja dari atas 
tangga kebawah, selalu ia berseru: ,,0, ibuku! 0, ibuku!", 
djadi dia melambangkan kebaikan. Kebaikan apakah itu, jang 
memerlukan setahun untuk menjelesaikan sepasang kaus wol? 
Bukankah itu memberikan gambaran jang palsu tentang kebaik-
an dan "bekerdja mentjari nafkah"? Semuanja itu kegila-gilaan 
dan dusta. 
Maka datanglah kekasihnja jang pertama, jang dulu bekerdja 
sebagai klerk penjalin surat-surat, - tapi sekarang kaja raja, 
- tiba-tiba kembali dan mengawininja. Bohong lagi. Siapa jang 
8) Rantai dari benang mas jang dipilin.  
punja uang, tidak mengawini seorang gadis dari keluarga jang 
pailit. Dan djika anda mengira, bahwa itu mungkin sadja di-
atas tonil, sebagai ketjualian, saja tetap berpendapat bahwa 
orang merusak ukuran kebenaran pada rakjat, jang menerima 
keketjualian sebagai kelaziman, dan rasa kesusilaan rakjat di-
rusak dengan membiasakannja memudji sesuatu diatas tonil, 
jang oleh setiap makelar atau pedagang jang baik, dianggap 
sebagai kegilaan jang menggelikan ditengah masjarakat. Ketika 
saja kawin, kami berada dikantor mertua saja - Last & Co, -
kami tiga belas orang, dan banjak jang terdjadi! 
Dan banjak lagi kebohongan-kebohongan diatas tonil. Apa-
bila sang pahlawan berangkat dengan langkah sandiwaranja 
jang kaku untuk membela tanah air, mengapa pintu belakang 
kembar selalu terbuka dengan sendirinja? 
Dan selandjutnja, ...... bagaimana tahu seorang jang bitjara 
dalam sadjak, apa djawab lawannja bitjara, untuk memudah-
kannja membuat rima '1 Djika panglima besar berkata kepada 
tuan puteri: "Terlambat njonja, sudah tertutup pintu gerbang" 
bagaimana dia tahu lebih dulu bahwa tuan puteri akan berkata: 
"Djangan takut, marilah, tjabut pedang"? Sebab, kalau tuan 
puteri, setelah mendengar bahwa gerbang tertutup, mendjawab 
bahwa ia akan menunggu sampai terbuka, atau kembali lain 
kali, dimanakah rima dan irama? Maka, bukankah bohong 
semata-mata, djika panglima memandang tuan puteri sambil 
menunggu djawaban apa jang akan dilakukannja sesudah ger-
bang tertutup? Sekali lagi: sekiranja ia ingin tidur dan bukan 
hendak mentjabut pedang? Bohong semua ! 
Lalu, kebaikan jang mendapat gandjaran ! 0, 0, - saja sudah 
tudjuh belas tahun djadi makelar kopi - Lauriergracht No. 37, 
- djadi saja sudah menghadiri jang demikian itu, - tapi saja 
selalu kesal kalau melihat kebenaran jang begitu baik diputar 
balik. Kebaikan jang mendapat gandjaran .. .'... bukankah itu 
berarti bahwa kebaikan 'didjadikan barang dagangan? Tidak 
demikian halnja didunia ini, - dan untunglah tidak demikian  
halnja, sebab dimanakah djasa, djika kebaikan mendapat gan-
djaran '1 Djadi, mengapa selalu berpura-pura dengan kebobong-
an-kebobongan jang hina itu '1 
Misalnja si Lucas, kuli gudang, jang sudab bekerdja pada 
ajah Last & Co, - nama firma waktu itu Last & Meijer, tapi 
keluarga Meijer sudah keluar, - dia adalah seorang jang baik. 
Tidak pernah ada sebidji katjang jang hilang, dia tepat pada 
waktunja pergi kegeredja, dan tidak pemah dia minum; kalau 
ajah mertua saja di Driebergen, ia mengurus rumah, kas, dan 
segalanja. Sekali ia menerima tudjub belas gulden kebanjakan 
dari bank, dan uang itu dikembalikannja. Sekarang ia sudah 
tua, sendi-sendi tulangnja pada sakit dan ia tidak bisa bekerdja 
lagi. Sekarang ia tidak punja apa-apa, sebab banjak sekali 
jang dikerdjakan pada kami, dan kami perlu orang muda. Nah, 
saja beranggapan bahwa Lucas itu orang jang baik sekali, tapi 
apakah sekarang ia mendapat gandjaran'1 Apakah datang se-
orang pangeran memberinja intan, atau seorang peri jang me-
lumur rotinja dengan mentega '1 Sama sekali tidak, ia miskin 
dan tetap miskin, - dan seharusnja demikian. Saja tidak bisa 
menolongnja, - sebab kami memerlukan orang muda, karena 
ditempat kami sibuk sekali, - tapi meskipun saja bisa, dimana 
djasanja kalau ia pada bari tuanja dapat hidup enak '1 Tentu 
semua kuli gudang akan mendjadi orang baik, dan setiap orang, 
hal mana bukan demikian maksud Tuhan, sebab djika demi-
kian, tidak ada lagi sisa gandjaran istimewa bagi orang-orang 
jang baik diachirat. Tapi diatas tonil semua itu diputar balik; 
...... semua bobong. 
Saja pun orang baik, tapi apakah saja minta badiah untuk 
itu '1 Kalau perdagangan saja baik djalannja, - dan memang 
baik djalannja - djika isteri dan anak-anak saja sehat, se-
bingga saja tidak banjak tjengtjong dengan dokter dan apoteker; 
- dan djika saja tahun demi tahun dapat menjimpan sedjumlah 
ketjil untuk bari tua; - djika Frits sekolah dan mendjadi 
pintar untuk menggantikan saja, kalau saja pergi ke Drieber- 
gen 9), - maka saja merasa senang. Tapi itu semua adalah 
akibat jang wadjar dari keadaan, dan karena saja hati-hati da-
lam perdagangan; - untuk kebadjikan saja, saja tidak minta 
apa-apa. 
Dan bahwa saja sungguh-sungguh orang jang baik, ternjata 
dari ketjintaan saja kepada kebenaran; - artinja, sesudah ke-
tjintaan saja kepada agama, itulah ketjenderungan saja jang 
utama ; dan saja ingin supaja anda pertjaja akan hal ini, pem-
bat ja, sebab itulah dalih saja menulis buku ini .............. . 
Suatu ketjellderungan lain, jang saja anggap sama tinggi de-
ngan ketjintaan kepada kebenaran, ialah kegairahan saja ter-
hadap vak saja •........ saja adalah makelar kopi, Lauriergracht 
No. 37. Nah, pembatja, karena tjinta saja jang djudjur kepada 
kebenaran, dan keradjinan saja mengurus pekerdjaan, maka 
tedahir tulisu jang anda bat ja ini. Akan saja tjeritakan bagai-
mana asal mulanja. Karena sekarang saja harus berpisah dengan 
anda, - saja harus kebursa, - maka saja undang anda nanti 
bertemu dalam bab kedua ......... Sampai ketemu. 
Ajolah, simpan sadja, .... ..... ti dak menjusahkan, ........ . 
mungkin diperlukan, ......... nah, ambillah, ......... kartu nama, 
......... Co itu adalah saja, sedjak keluarga Meijer keluar, 
Last senior adalah ajah mertua saja: 
LAST & CO 
MAKELAR KOPI 
LAURIERGRACHT No. 37 
9) Dusun jang bagus letaknja, dimana tinggal rentenir-rcntenir jang 
kaja. 

Bursa lesu sadja; lelang musim semi akan lebih baik. Djangan 
kira tidak ada kesibukan ditempat kami ......... pada Busse-
linek & Waterman lebih lesu lagi. Dunia jang aneh, kita meng-
hadiri hal-hal jang sematjam itu, kalau mengundjungi bursa 
sudah dua puluh tahun lamanja. Tjoba bajangkan, mereka di-
sana, - maksud saja Busselinek & Waterman, - mentjoba 
merebut langganan saja Ludwig Stern. Saja tidak tahu, apakah 
anda kenal keadaan dibursa, tapi saja hendak mengatakan, 
bahwa Stern adalah rumah dagang kopi jang utama di Hamburg, 
jang selalu dilajani oleh Last & Co. Kebetulan sadja saja tahu 
itu ...... maksud saja permainan Busselinek & Waterman itu. 
Mereka itu akan mengurangi seperapat persen dari upah ma-
kelar, - mereka itu penggunting dalam lipatan, tidak lain, -
dan lihatlah apa jang saja lakukan untuk menangkis pukulan 
itu. Orang lain mungkin akan menulis surat kepada Ludwig 
Stern, bahwa ia djuga akan mengurangi upah makelar, bahwa 
ia minta dipertimbangkan djasa-djasa Last & Co jang sudah 
punja hubungan lama (menurut perhitungan saja firma Last & 
Co selama lima puluh tahun telah mendapat untung empat 
ton dari Stern; hubungan itu sudah berasal dari djaman sistim 
kontinentaF), waktu kami menjelundupkan barang-barang dari 
negeri djadjahan melalui Helgoland); dan seterusnja. Tidak, 
1) Sistim kontinental - peraturan jang diadakan oleh Napoleon tahun 
1806 supaja barang-barang Inggris tidak bisa masuk kedaratan 
Eropah.  
saja tidak menggunting dalam lipatan. Saja pergi ke "Polen" 2), 
minta kertas dan pena, dan menulis : 
"bahwa karena perluasan jang pesat dari perdagangan kami 
belakangan ini, terutama oleh banjaknja pesanan dari Djer-
man Utara, (ini adalah sungguh-sungguh benar) , maka 
pegawai perlu ditambah; (ini adalah benar; - kemarin 
masih pengurus buku ada dikantor sesudah djam sebelas 
malam untuk mentjari katjamatanja) ; bahwa terutama di-
rasakan perlunja pemuda-pemuda jang sopan dan berpen-
didikan baik untuk surat menjurat dalam bahasa Djerman. 
Bahwa, memang, banjak pemuda-pemuda Djerman, jang 
tinggal di Amsterdam, mempunjai kepandaian jang diper-
lukan itu, tapi bahwa sebuah kantor dagang jang meng-
. hormati dirinja, (ini adalah sungguh-sungguh benar), -
maksud saja Last & Co, makelar kopi, Lauriergracht 
No. 37, - harus berhati-hati benar menerima oknum-
oknum untuk bekerdja, berhubung dengan bertambah me-
ningkatnja kesemberonoan dan ketjabulan dikalangan pe-
muda, dengan menandjaknja setiap hari djumlah pentjari 
keuntungan, dan berhubung dengan perlunja menggabung:-
kan kesungguhan bekerdja dengan kesungguhan melaksana-
kan perintah-perintah jang diberikan (sungguh, semuanja 
itu benar) ...... " 
Semuanja itu adalah sungguh-sungguh benar, pembatja. 
Tahukah anda, bahwa pemuda Djerman jang berdiri dibursa 
ditiang 17 itu, Jan dengan anak gadis Busselinek & Waterman ? 
Anak kami Marie djuga akan berusia tiga belas tahun bulan 
September. 
"Bahwa saja mendapat kehormatan mendengar dari tuan 
SaffeJer ....... Saffeler melakukan perdjalanan untuk Stem,-
bahwa sep jang terhormat dari firma Ludwig Stem, mem-
punjai seorang putera, tuan Emest Stem, jang ingin bebe-
rapa waktu bekerdja dikantor dagang Belanda, untuk me-
njempumakan pengetahuannja tentang perdagangan". 
2) Restoran orang Polandia di Amsterdam.  
"Bahwa saja, berhubung dengan, - (di sini saja mengu-
langi lagi segala mat jam ketidak senonohan, dan mentjerita-
kan perihal anak gadis Busselinek & Waterman; tidak 
ada buruknja mereka mengetahuinja) ; bahwa saja, berhu-
bung dengan itu, ingin sekali menugaskan tuan Ernest 
Stern mengerdjakan surat menjurat kantor dagang kami 
dalam bahasa Djerman". 
Demi kesopanan saja tidak menjebut-njebut honorarium 
atau gadji; tapi saja tambahkan lagi: 
"bahwa, djika tuan Ernest Stern, suka tinggal dirumah 
kami, -.:. Lauriergracht, No. 37, - maka isteri saja berse-
dia untuk mengurusnja sebagai seorang ibu, dan bahwa 
pakaiannja akan ditambal dirumah". 
Itu adalah sungguh-sungguh benar, sebab Marie pandai 
menambal dan memperbaiki radjutan. Dan achirnja: 
"bahwa di rumah kami orang taat beribadat". 
Itu mengenai sasaran, sebab keluarga Stern pengikut Luth-
er. Lalu saja kirimkan surat itu. Anda mengerti, bahwa bapak 
Stern tidak bisa pindah dengan sukarela kepada Busselinek & 
Waterman, kalau anaknja ada dikantor kami. Saja ingin tahu 
apa djawabnja. 
Untuk kembali kepada buku saja. Beberapa waktu jang 
lalu saja berdjalan malam hari di Kalverstraat, dan berhenti 
didepan sebuah warung rempah-rempah. Saja lihat pemiliknja 
sedang menjusun sebuah partai "kopi Djawa, jang biasa, jang 
bagus, jang kuning, djenis Tjirebon, jang agak rusak, jang ber-
tjampur kotoran", hal mana sangat menarik perhatian saja, 
sebab saja memperhatikan segala sesuatu. Tiba-tiba saja meli-
hat seorang tuan jang berdiri didepan toko buku disebelahnja, 
dan rasa-rasanja, saja kenal. Dia pun nampaknja mengenali saja, 
sebab pandangan kami saban kali bertemu. Saja harus mengakui, 
bahwa perhatian saja terlalu terpusat pada kopi bertjampur 
kotoran itu, dan saja tidak segera melihat apa jang kemudian 
saja lihat, jakni laki-Iaki itu berpakaian agak miskin ; djika 
tidak, tentu saja biarkan sadja; tapi tiba-tiba timbul pikiran  
saja, bahwa ia mungkin seorang agen keliling dagang Djerman, 
jang mentjari makelar jang bisa dipertjaja. Nampaknja seperti se-
Qrang Djerman dan djuga seorang agen keliling; rambutnja 
rambut djagung, matanja biru, dan dalam sikap dan pakaiannja 
nampak, bahwa ia seorang asing. Ia tidak memakai djas dingin 
jang tebal, hanja sematjam sjal tersandang dibahunja (Frits mc-
ngatakan "shawl", tapi saja tidak), seolah-olah dia baru kembali 
dari perdjalanan. Saja mengira bertemu seorang langganan dan 
memberikan kartu nama, - Last & Co, makelar kopi, Laurier-
gracht No. 37. Kartu itu didekatkannja kenjala gas, dan ia ber-
kata: "Terima kasih, tapi rupanja saja salah tampa; saja kira 
bertemu seorang kawan sekolah lama, tapi ...... Last ...... 
bukan itu namanja" ...... 
- "Maaf, kata saja, sebab saja selalu hormat, saja adalah 
Tuan Droogstoppel S)~ Batavus Droogstoppel ...... Last & Co 
adalah firma, makelar kopi Lauriergr ...... " 
- "Nah, Droogstoppel, anda tak kenal saja lagi? Tjoba 
pandang saja." 
Tambah lama saja memandanginja, tambah saja ingat bahwa 
saja sudah pemah melihatnja; tapi, aneh, mukanja menjebab-
kan saja seolah-olah mentjium wangi-wangian asing. Djangan 
ketawa, pembatja, nanti anda akan mengerti apa sebabnja. Saja 
jakin bahwa ia tidak membawa minjak wangi barang setetes, 
namun demikian saja mentjium sesuatu jang enak, jang keras, 
sesuatu jang mengingatkan saja kepada ...... nah, saja ingat ! 
- "Kaukah itu, jang menjelamatkan aku dari orang Junani ?" 
- "Ja, sahutnja, apa kabar anda ?" 
Saja tjeritakan, bahwa kami tiga belas orang dikantor, dan 
bahwa kami sibuk. Lalu saja tanjakan dia, apa kabarnja; ke-
mudian saja menjesal telah memadjukan pertanjaan itu, sebab ia 
rupanja dalam keadaan tidak begitu baik, dan saja tidak suka 
kepada orang miskin, sebab biasanja kemiskinan itu karena 
salah sendiri; Tuhan tidak akan meninggalkan orang jang me-
3) Droogstoppel, Si Kersang Hati, orang jang rnernbosankan sekali, 
orang jang hanja rnernikirkan matcri belaka. Lihat Pendahuluan.  
ngabdi kepadanja dengan setia. Sekiranja saja hanja mengata-
kan, "kami tiga belas orang", - dan selandjutnja "selamat ma-
lam", maka saja terbebas daripadanja; tapi karena bertanja 
djawab itu keadaan saja tambah lama tambah sukar (Frits me-
ngatakan: bertambah sukar, tapi saja tidak), djadi tambah sukar 
untuk melepaskan diri daripadanja. Sebaliknja, saja harus pula 
mengakui, bahwa buku ini tidak akan sampai ketangan anda, 
sebab ia merupakan akibat pertemuan itu; ...... saja suka me-
ngatakan jang baiknja, dan orang jang tidak melakukan itu, 
adalah orang jang tidak pemah puas, dan saja tidak suka orang 
begitu. 
Ja, ja, dialah jang membebaskan saja dari tangan orang Junani 
itu! Djangan anda kira bahwa saja pemah dilarikan badjak 
laut, atau saja pemah berkelahi di Levant. Sudah saja katakan 
kepada anda, bahwa sesudah kawin saja pergi ke Den Haag 
dengan isteri saja ; disana kami melihat Gedung Maurits 4), dan 
membeli kain flanel di Veenstraat. Itulah sekali-kalinja saja 
djalan-djalan, sepandjang kesibukan dagang mengizinkan, kare-
na kami sibuk sekali. Tidak, di Amsterdam sendiri dia memu-
kul seorang Junani sampai berdarah hidungnja karena membela 
saja, sebab dia se1alu tjampur tangan dalam hal-hal jang bukan 
urusannja. 
Peristiwa itu terdjadi tahun tiga pu]uh tiga atau tiga puluh 
empat, saja kira; dan bulan September, sebab ada kermis di 
Amsterdam. Karena orang tua saja ingin mendjadikan saja se-
orang pendeta, maka saja beladjar bahasa Latin. Kemudian saja 
at jap kali bertanja kepada diri sendiri, mengapa orang harus 
mengerti bahasa Latin untuk mengatakan dalam bahasa sendiri : 
"Tuhan adalah baik". Baiklah, saja disekolah Latin, - sekarang 
namanja Gymnasium, - dan ada kermis, - di Amsterdam, 
maksud saja. Dipasar barat ada kedai-kedai, dan djika anda 
seorang Amsterdam, pembatja, dan kira-kira seumur dengan 
saja, anda akan ingat bahwa salah satu kedai itu menarik per-
hatian istimewa, karena adanja seorang gadis jang berpakaian 
") Museum lukisan.  
sebagai orang Junani, dengan mata jang hitam dan djalinan 
rambut jang pandjang; ajahnja pun seorang Junani, artinja ke-
lihatannja seperti seorang Junani. Mereka mendjual bermatjam-
mat jam wangi-wangian. 
Saja kebetulan sudah tjukup mentjapai usia untuk mengagumi 
ketjantikan gadis itu, tapi tidak berani menegurnja. Lagipula 
tidak akan ada gunanja, sebab gadis-gadis delapan belas tabun 
menganggap seorang pemuda enam belas tahun sebagai anak 
ketjil, dan anggapan mereka itu benar. Namun demikian, kami, 
anak-anak dari Quarta 5), selalu datang maIam bari dipasar 
barat untuk melihat gadis itu. 
Sekali waktu, orang jang berdiri memakai sjal didepan saja 
itu, ada disitu, meskipun ia beberapa tabun lebih muda dari 
jang lain-lain, djadi masih kekanak-kanakan untuk melihat gadis 
Junani itu; tapi dia adalah jang unggul di kelas kami, - dia 
pintar, barus saja akui, - dan dia suka sekali bermain, bergelut-
gelutan dan berkelahi; - karena itu dia bersama kami. Kami 
kira-kira sepuluh orang. Dari kedjauhan kami memandangi gadis 
Junani itu, dan merundingkan apa jang harus dilakukan untuk 
berkenalan dengannja; achirnja diputuskan untuk mengumpul-
kan uang dan membeli sesuatu. Tapi kemudian kami mendapat 
kesukaran untuk menundjuk siapa jang akan menegur gadis itu. 
Masing-masing ingin, tapi tidak ada jang berani. Lalu diundi, 
dan saja kena. Saja mengakui, bahwa saja tidak ingin menem-
pub bahaja; saja seorang lelaki dan seorang ajah, dan meng-
anggap tiap orang jang mentjari bahaja, orang gila, seperti jang 
dikatakan pula dalam Alkitab. Memang saja senang, bahwa 
pendirian saja tidak berobah mengenai pikiran tentang bahaja 
dan segalanja itu, karena sekarang pun saja masib berpendapat 
demikian tentang semua itu, seperti malam hari ketika saja 
berdiri didepan kedai orang Junani itu, dengan wang dua belas 
kelip jang kami kumpulkan, tergenggam ditangan. Tapi karena 
malu, saja tidak berani mengatakan bahwa saja tidak berani, 
lagipula, saja terpaksa madju, karena teman-teman saja mendo-
rong saja dan segera djuga saja sudah berdiri didepan kedai . 
. Saja tidak melihat gadis itu, saja tidak melihat apa-apa. Mata 
saja berkunang-kunang; ...... tergagap-gagap saja menjebutkan 
bentuk aoristus primus dari kata kerdja jang saja tidak tabu 
entah kata kerdja apa ...... 
- "Plait-il ?" 6) tanjanja. Saja menguasai diri sedikit dan 
meneruskan: 
- "Meenin aeide theoos", 7) dan "bahwa Mesir adalah hadiah 
sungai Nil" ...... 
Saja jakin bahwa saja akan berhasil dalam perkenalan itu, 
djika tidak pada saat itu salah seorang teman saja karena ke-
nakalan kekanak-kanakan mendorong saja dari belakang, se-
bingga saja menubruk lemari padjangan jang menutup kedai itu 
didepan, setinggi separoh tinggi manusia. Saja merasa tjengkaman 
dileher saja, kemudian satu lagi, agak kebawah, ...... beberapa 
ketika saja melajang ...... dan sebelum saja tahu apa jang ter-
djadi, saja sudah berada dalam kedai orang Junani itu, jang 
berkata dalam babasa Perantjis jang djelas, "bahwa saja se-
orang gamin 8) dan bahwa ia akan memanggil polisi" . Sekarang 
saja sudab dekat kepada sigadis, tapi saja sama sekali tidak 
merasa senang. Saja menangis dan minta ampun, sebab saja 
takut bukan main. Tapi sia-sia; orang Junani itu mentjekal 
tangan saja, dan menendang saja. Saja mentjari teman-teman 
saja, ...... pagi itu kami kebetulan ramai membitjarakan Scae-
vola, jang memasukkan tangannja kedalam api, ...... dalam kara-
ngan-karangannja dalam babasa Latin, mereka mengatakan 
bahwa perbuatan itu baik sekali ...... tapi ja, tidak ada diantara 
mereka jang tinggal untuk memasukkan tangannja kedalam api 
guna menolong saja ...... 
Itulab maksud saja. Tapi tiba-tiba si Sjaalman 9) itu menero-
bos dari pintu belakang kedai; ia tidak besar atau kuat, dan 
umurnja bam kira-kira tiga belas tahun, tapi ia tjepat dan be-
rani. Masih terbajang matanja jang berkilat-kilat, - biasanja 
redup, - tindjunja melajang mengenai orang Junani itu, dan 
sajapun 10108. Kemudian saja dengar, bahwa orang Junani itu 
Illemukulnja habis-habisan ; - tapi karena saja berpegang pada 
prinsip, bahwa saja tidak akan mentjampuri sesuatu jang saja 
rasa bukan urusan saja, maka saja segera melarikan diri, djadi 
saja tidak melihatnja. 
ltulah sebabnja maka wadjahnja mengingatkan saja kepada 
'wangi-wangian, dan bagaimana orang di Amsterdam bisa ber-
kelahi dengan orang Junani. 
Kemudian, apabila ada kermis lagi dan laki-Iaki itu berdiri 
dikedainja di Pasar Barat, saja selalu pergi ke tempat lain untuk 
bermain-main. 
Karena saja sub kepada ut japan-ut japan jang berbau filsafat, 
saudara pembatja, saja ingin mengatakan, betapa adjaibnja ber-
bagai hal saling berhubungan didunia inl. Djika mata sigadis 
itu tidak begitu hitam, djika djalinan rambutnja agak lebih pen-
dek, atau djika orang tidak mendorong saja menubruk lemari 
kedai itu, maka anda tidak akan mem bat ja buku ini; maka 
bersjukurlah bahwa semua itu telah terdjadl. Pertjajalah, segala-
nja didunia ini adalah baik, sebagaimana adanja, dan orang-
orang jang tidak pernah merasa puas, jang selalu sadja menge-
luh, bukanlah teIllan-teman saja. Ada Busselinek & Waterman, 
...... tapi saja harus melandjutkan, sebab buku saja harus selesai 
sebelum lelang musim semi. 
Terus terang sadja - sebab saja tjinta kebenaran, - per-
temuan kembali dengan orang itu, tidak enak bagi saja. Saja 
segera melihat, bahwa ia bukan orang jang bisa dipertjaja, dia 
nampak put jat sekaIi, dan ketika saja tanjakan djam berapa, ia 
tidak tabu. Itu adalah hal-hal jang diperhatikan oleh orang jang 
sudah dua puluh tahun mengundjungi bursa, dan menghadiri 
banjak peristiwa, ...... saja sudah banjak melihat firma dagang 
jang bangkrut !  
Saja kira bahwa dia akan kekanan, djadi saja harus kekiri ; 
tap~ lihat, dia djuga belok kekiri, djadi saja tidak bisa meng-
hindarkan untuk bertjakap-tjakap dengannja; tapi saja terus 
ingat, bahwa ia tidak tahu djam berapa, lagipula saja lihat, 
bahwa djasnja tidak ditutup sampai kedagu; itu suatu gaja 
jang buruk sekali, sehingga saja berbitjara sepatah dua patah 
sadja. Ia bertjerita, bahwa ia pernah ke Hindia, bahwa ia 
beristeri dan mempunjai beberapa orang anak. Saja tidak 
keberatan terhadap semua itu, tapi saja tidak menganggapnja 
penting. Di Kapelsteeg, - biasanja saja tidak pernah berdjalan 
dilorong sempit itu, karena tidak pantas bagi orang baik-baik, 
saja rasa, - tapi sekali ini saja hen dak membelok kekanan 
di Kapelsteeg. Saja tunggu sampai kami hampir melewati lorong 
itu, untuk memastikan apakah ia akan berdjalan terus; lalu 
saja berkata horrnat sekali, - sebab saja selalu hormat, kita 
tidak tahu mungkin kita akan memerlukan pertolongan, - "saja 
senang sekali telah bertemu kembali dengan tuan . .. ... dan ... .. . 
dan, silahkan tuan berhubungan dengan saja ...... saja harus 
kekanan". 
Ia memandang saja dengan aneh, dan menarik aafas pan-
djang, lalu tiba-tiba dipegangnja kantjing djas saja ..... . 
- "Droogstoppel jang baik, katanja, ada jang hendak saja 
minta kepada anda". 
Saja menggigil. Dia tidak tahu djam berapa, dan hendak me-
minta sesuatu dari saja! Tentu sadja saja mendjawab, bahwa 
saja tidak punja waktu, dan harus kebursa, meskipun malam 
hari, - tapi kalau kita sudah dua puluh tahun mengundjungi 
bursa ...... dan orang hendak minta sesuatu dari kita, tanpa ia 
mengetahui djam berapa hari .... . . 
Saja lepaskan kantjing badju saja, saja memberi salam hormat 
sekali, - sebab saja selalu hormat, - dan masuk lorong Ka-
pelsteeg, suatu hal jang tidak pernah saja lakukan, karena tidak 
pantas ; dan kesopanan bagi saja adalah segala-galanja. Mudah-
mudahan tidak ada jang melihat. 
Ketika saja sehari sesudah itu keluar dari bursa, Prits menga-
takan, bahwa ada orang datang hendak bitjara dengan saja. 
Menurut Iukisan jang diberikannja, orang itu mestinja si 
SjaaIman. Bagaimana ia menemukan alamat saja...... ja, dari 
kartu alamat ! Saja berpikir-pikir hendak mengambil anak-anak 
saja dari sekolah, sebab saja merasa terganggu djuga sesudah 
dua puluh, tiga puluh tahun kemudian dikedjar-kedjar oleh 
seorang teman sekolah, jang memakai sjal dan bukan djas, -
dan tidak tahu pula djam berapa hari. Saja pun melarang Frits 
pergi ke Pasar Barat, djika disana ada kedai-kedai. 
Keesokan harinja saja mendapat seputjuk surat dengan bung-
kusan besar. Anda dengarlah bunji surat itu: 
"Droogstoppel jang baik!" 
Saja rasa, seharusnja dia mengatakan: "Tuan Droogstoppel 
jang terhormat" , sebab saja seorang makelar. 
"Kemaren saja kekantor anda dengan maksud hendak me-
madjukan suatu permohonan; saja kira anda dalam keadaan 
jang baik", 
memang benar, kami tiga belas orang dikantor. 
"dan saja hendak memohon pindjaman dari anda untuk 
memulai suatu usaha jang penting sekali buat saja". 
mungkinkah ia hendak minta order dipelelangan musim semi? 
"Karena bermatjam-matjam hal saja pada saat ini agak men-
dapat kesukaran dengan keuangan"; 
agak! Kemedjapun ia tidak punja. Itulah jang disebutnja: 
"agak".  
"saja tidak dapat memberikan kepada isteri saja jang ter-
tjinta segala jang dapat menjenangkan dalam kehidupan ini; 
pun djuga pendidikan anak-anak saja, dari sudut keuangan, 
tidak seperti jang saja inginkan". 
Menjenangkan dalam kehidupan? ...... Pendidikan anak-anak? 
......... Apakah maksudnja bahwa ia hendak menjewa untuk 
isterinja sebuah lose dalam Opera, dan hendak menjekolahkan 
anak-anaknja pada sebuah institut di Djenewa? Waktu itu 
musim gugur dan tjukup dingin, - ia tinggal diloteng atas 
tanpa api pemanas. Waktu saja menerima surat itu, saja tidak 
mengetahui hal itu, tapi kemudian saja pergi ketempatnja, dan 
sekarangpun saja masih merasa terganggu oleh nada tulisannja 
jang edan itu. Persetan, siapa jang miskin boleh mengatakan 
bahwa ia miskin ; orang miskin harus ada, itu perlu dalam 
masjarakat ; asal dia djangan minta-minta dan tidak menggang-
gu siapa-siapa, saja tidak keberatan sama sekali bahwa ia 
miskin, tapi membagus-baguskan soalnja, itu tidak pantas. 
Dengarkan lagi : 
"Karena saja berkewadjiban untuk mentjukupi keperluan 
keluarga saja, maka saja memutuskan untuk mempergunakan 
bakat, jang saja kira dikaruniakan Tuhan kepada saja. Saja 
adalah penjair", 
Puh! Anda tahu, pembatja budiman, bagaimana saja dan 
semua orang jang berakal, berpikir tentang itu. 
"dan pengarang. Sedjak ketjil saja menjatakan perasaan saja 
dalam sadjak-sadjak; dan kemudian pun saja setiap hari 
menuliskan apa jang bergolak dalam djiwa saja. Saja kira 
diantara semua itu ada beberapa karangan jang berharga, 
dan saja mentjari penerbit untuk itu. Tapi itulah jang sukar. 
Publik tidak kenal saja, dan para penerbit mempertimbang-
kan karja-karja lebih banjak dengan melihat nama pengarang 
jang sudah dikenal dari mempertimbangkan isinja". 
Persis seperti kami menilai kopi pada merek jang terkenal. 
"Djadi djika karja saja baik, maka itu baru akan terbukti 
sesudah diterbitkan, dan pedagang-pedagang buku minta upah  
tjetak dan sebagainja dibajar lebih dulu", 
Tepat pe.rmintaan mereka itu. 
"hal mana sekarang ini tidak dapat saja penuhi. Tapi karena 
saja jakin, bahwa hasil karja saja akan dapat menutup ong-
kos-ongkos, dan saja berani memastikan itu, maka saja, di-
gembirakan oleh pertemuan kita kemarin dulu", 
Digembirakan, katanja, hm ! 
"tiba pada suatu keputusan untuk meminta kepada anda 
supaja anda sub mendjamin saja pada seorang pedagang buku 
untuk mengeluarkan ongkos-ongkos penerbitan jang pertama, 
sekalipun hanja untuk buku jang ketjil. Saja serahkan kepada 
anda untuk memilih buku pertjobaan jang pertama itu. Dalam 
bungkusan jang saja sertakan bersama ini, anda akan me-
nemukan banjak naskah-naskah. Anda akan melihat, bahwa 
saja banjak berpikir, bekerdja dan mengalami" ; 
Saja tidak pernah mendengar, bahwa ia berdagang. 
"dan djika saja mempunjai bakat untuk mengatakan sesuatu 
dengan tjara-tjara jang baik, maka bukanlah karena saja ke-
kurangan kesan-kesan, djika saja tidak berhasiI. 
Sambil menunggu djawaban jang menjenangkan, bekas Teman 
Sekolah anda ...... " 
Dan dituIisnja namanja dibawah, tapi saja tidak akan me-
njebutnja, sebab saja tidak suka mendjadikan orang djadi buah 
pertjakapan. 
Pembatja jang budiman, anda dapat bajangkan betapa me-
longo saja, ketika orang tiba-tiba mau mengangkat saja djadi 
makelar sadjak-sadjak. Saja jakin, kalau Sj aalman , - begitu 
saja akan menjebutnja seterusnja - melihat saja siang hari, 
ia tidak akan datang kepada saja dengan permintaan sematjam 
itu, sebab perbawa dan kesopanan tidak bis a disembunjikan; 
tapi waktu itu malam hari, djadi saja tidak peduli. 
Dengan sendirinja saja tidak mau tahu menahu tentang ke-
gilaan itu. Saja ingin menjuruh kembalikan bungkusan itu oleh 
Frits, tapi saja tidak tahu alamatnja, dan dia tidak memberi 
kabar. Pikir saja, mungkin ia sakit atau mati. 
20 
Minggu jang lalu ada pertemuan dirumab keluarga Rosemeijer, 
- pedagang gula. Frits buat pertama kali ikut serta; umurnja 
enam belas tahun, dan saja sub anak muda berkenalan dengan 
dunia, kalau tidak ia akan pergi kepasar barat atau sematjam 
itu. Gadis-gadis main piano dan menjanji, dan selesai makan 
mereka saling mengganggu dengan sesuatu jang rupanja terdjadi 
dikamar depan, - sementara kami dibelakang bermain kartu, 
- sesuatu jang rupanja menjangkut Frits. "Ja, ja, Louise, seru 
Bethsy Rosemeijer, kau menangis tadi, - Papa, Frits membuat 
Louise menangis". 
Isteri saja mengatakan, djika demikian, untuk selandjutnja 
Frits tidak boleh lagi ikut menghadiri pertemuan; pikirnja, 
Frits mentjubit Louise, atau sematjam itu, jang tidak senonoh, 
dan saja pun bersiap-siap untuk menambahkan sepatah kata, 
ketika Louise berseru: "tidak, tidak, - Frits baik sekali, saja 
ingin ia melakukan itu sekali lagi !" 
- "Apa jang dilakukannja?" Frits tidak mentjubitnja, ia 
membatjakan sadjak; nah! 
Tentu sadja njonja rumah ingin supaja ada "jang menggem-
birakan" sesudah makan; - sesuatu untuk pengisi waktu. 
Njonja Rosemeijer, - keluarga Rosemeijer minta disebut "njo-
nja", karena mereka berdagang gula, dan punja saham pada 
sebuah kapal, - njonja Rosemeijer tahu bahwa apa jang men-
djadikan Louise menangis, djuga akan menjenangkan hati kami, 
dan meminta sebuah da capo 1) kepada Frits, jang mukanja 
merah padam. Saja sama sekali tidak tahu apa jang telah 
disadjikannja; saja tahu betul repertoarnja. Jakni: Perkawinan 
Dewa-dewa, Kitab-kitab Wasiat Lama Bersandjak, dan sebuah 
babak dari Perkawinan Kamacho, jang sangat disenangi oleh 
anak-anak, sebab didalamnja ada sematjam "tandas"; dan apa 
jang dapat membuat orang menangis, sungguh djadi rahasia 
bagi saja; - memang, seorang gadis mudah menangis. 
- "Ajoh, Frits; ia, Frits; ajoh dong Frits;" - dan Frits 
pun mulailah. Saja tidak suka menegangkan perhatian pem-
bat ja, karena itu akan saja katakan sadja. Dirumah bungkusan 
Sjaalman dibuka, dan Frits dan Marie menemukan didalamnja 
kesombongan dan kesentimentilan, jang kemudian banjak men-
datangkan kesukaran dirumah kami. Saja katakan, saudara 
pembatja, bahwa buku ini pun berasal dari hungkusan itu, dan 
lambat laun saja akan mempertanggungdjawabkannja dengan 
baik, sebab saja ingin orang menganggap saja sebagai pentjinta 
kebenaran dan orang jang mengurus perdagangannja dengan 
baik. (Last & Co, makelar kopi, Lauriergracht, No. 37). 
Kemudian Frits mendeklamasikan sesuatu nonsen jang di-
rangkaikan, tidak, ia tidak dirangkaikan. Seorang muda menulis 
kepada ibunja, bahwa ia djatuh tjinta, dan bahwa gadisnja 
kawin dengan orang lain, - tidak bis a disalahkan, saja kira -
namun, meskipun demikian, ia tetap mentjintai sangat ibu-
nja. Apakah tiga baris jang terachir itu djelas atau tidak? 
Apakah menurut anda perlu kata-kata hanjak untuk mengata-
kannja? Nah, saja makan roti pakai kedju, sesudah itu me-
ngupas dua buah per, dan saja sudah separoh habis memakan 
jang kedua, baru Frits selesai dengan tjeritanja. Tapi Louise 
menangis lagi, dan para wanita mengatakan bahwa sadjak itu 
bagus sekali. Lalu Frits, jang saja kira menganggap bahwa ia 
telah melakukan pekerdjaan jang hebat, mentjeritakan, bahwa 
ia menemukan sadjak itu dalam bungkusan orang jang memakai 
sjal itu, dan saja mentjeritakan kepada hadirin, bagaimana 
bungkusan itu sampai kerumah saja, tapi saja tidak tjerita ten-
tang gadis Junani, karen a Frits ada disitu, dan djuga saja tidak 
tjerita tentang Kapelsteeg. Semua menganggap bahwa tindakan 
saja tepat dengan mendjauhkan diri dari laki-Iaki itu. Nanti 
anda akan lihat, bahwa masih ada beberapa benda lain dalam 
bungkusan itu, jang lebih haik, dan mengenai itu akan ditjerita-
kan dalam buku ini, karena Lelang Kopi Persekutuan Dagang 
ada hubungannja dengan itu, sebab saja hidup untuk vak saja. 
Kemudian Penerbit menanjakan kepada saja, apakah saja 
tidak akan melampirkan apa jang dideklamasikan oleh Frits.  
Saja mau melakukannja, asal orang tahu bahwa saja tidak me-
njibukkan diri dengan hal-hal sematjám itu. Semuanja dusta 
dan gila. Saja tidak mengemukakan pendapat saja, nanti buku 
saja akan terlalu tebal. Saja hanja hendak mengatakan, bahwa 
tjerita itu ditulis tahun 1843 di Padang, dan merek ini buruk; 
- kopinja, maksud saja. 
Ibu, djauh memang tempat ku lahir, 
Negeri temp at kulihat tjahaja mentari, 
Airmataku berlinang pertama kali, 
Kau besarkan aku dalam bimbingan; 
Djiwa sang anak kau isi dan kau pimpin 
Penuh kasih sajang seorang ibu 
Setia kau mendampingiku 
Kau angkat djika ku djatuh; 
Nasib kedjam memutus hubungan kita 
Tapi hanja lahirnja sadja ...... 
Sendiri aku berdiri dipantai asing 
Seorang diri, ...... dan Tuhan ..... . 
Namun, ibu, apapun menggelisahkan hati, 
J ang menjenangkan maupun menjedihkan 
Djanganlah ragu tjintanja beta 
Tjinta puteramu didalam hati! 
Belum ada empat tahun jang silam 
Aku berdiri penghabisan kali nun disana 
Tanpa kata ditepi pantai 
Menatap djauh kemasa depan; 
Kubajangkan segala jang indah 
J ang menunggu dimasa depan, 
Kuletjehkan masa kini dengan berani 
Kutjiptakan surga firdausi; 
Hatiku tak gentar menempuh djalan 
Melanda segala hambatan,  
Jang melintang didepan mata, 
Ku rasa dunia bahagia semata ..... . 
Tapi masa itu, sedjak pertemuan penghabisan kali 
Betapa tjepat hilang mendjauh, 
Seperti kilat tidak terperi. 
Seperti bajangan melintas lalu ........ . 
Namun alangkah dalam, alangkah dalam 
Bekasnja jang tinggal ! 
Aku merasa girang dan sedih sekali datang, 
Aku berpikir, dan aku berdjuang, 
Aku bersorak, dan aku mendoa ........ . 
Ku rasa berabad-abad menghilang lalu ! 
Aku mengedjar kebahagiaan hidup, 
Aku menemukan dan aku kehilangan, 
Masa kanak kudjalani tjepat 
Bertahun-tahun rasa sesaat ..... . 
Namun pertjajalah bundaku sajang 
Demi langit jang melihat kita 
Pertjajalah ibu pertjajalah ........ . 
Puteramu tidak melupakanmu ! 
Aku tjintakan seorang gadis. Seluruh 
Hidup ku rasa indah karena tjintaku; 
Ku lihat dirinja laksana mahkota 
Gandjaran achir tjita-tjitaku 
Jang diberikan Tuhan sebagai tudjuan; -
Bahagia menerima karunia 
Jang ditentukannja untuk diriku 
J ang dikaruniakannja kepadaku 
Akupun bersjukur dengan airmata berlinang 
Tjinta dan agama adalah satu. 
Dan djiwaku bahagia membubung tinggi 
Mengutjap sjukur kepada Jang Mahatinggi  
Mengutjap sjukur dan mendoa untuknja sendiri 
Susah hatiku brena tjintaku, 
Hatiku resah gelisah, 
Tiada tertahan rasanja dukatjitaku 
Mengiris melukai hatiku lemah ; 
Hanja takut dan derita jang ku dapat 
Bukannja nikmat jang ku harap, 
Selamat bahagia jang ku tjari, 
Rat jun dan petaka datang mendekat ........ . 
Aku senang dalam derita tanpa kata! 
Aku tabah penuh harapan; -
Vntung malang menambah gairahku, ..... . 
Vntuknja biar ku pikul beban derita! 
Tiada ku hirau pukulan malapetaka, 
Sukatjita aku dalam dukatjitaku, 
Aku rela, aku rela memikul segala ..... . 
Asalkan nasib djangan merenggutnja dari padaku ! 
Gambaran wadjahnja, jang terindah bagiku diatas bumi 
Ku bawa didalam hati 
Laksana barang tiada ternilai, 
Ku simpan setia dalam hatiku, ..... . 
Tiba-tiba asing ia bagiku ! 
Walau tjintaku bertahan 
Sampai tarikan nafas penghabisan 
Achirnja mengembalikannja padaku 
Ditanah air nan lebih indah, ..... . 
Aku mulai mentjintainja ! 
Apakah tjinta jang baru mulai, 
Dibanding tjinta bersama hidup 
Dimasukkan Tuhan dalam hati si anak, 
Sebelum pandai ia bitjara? ........ .  
Tatkala ia didada ibunja, 
Baru sadja meninggalkan kandungan, 
Menemukan susu pertama pemuas dahaga, 
Tjahaja pertama dimata Bunda ? ..... . 
Tidak, tiada ikatan jang lebih erat, 
Lebih kuat memadu hati, 
Dari ikatan Tuhan tjiptakan 
Antara si anak dan hati ibunda ! 
Dan hati jang begitu terpaut 
Pada keindahan sesaat berkilau; 
Jang memberiku duri semata, 
Dan tiada mendjalin satupun kembang, ..... . 
Apakah hati itu, hati itu djuga 
Lupakan kesetiaan hati ibunda; -
Dan tjinta wanita 
lang menerima dalam hatinja gundah 
Teriakanku pertama sebagai baji, -
1 ang membudjuk daku djika menangis, 
Mentjium kering airmata dari pipiku, .....• 
1 ang memberi ku makan dengan darahnja ? ..... . 
Bunda djanganlah pertjaja, 
Demi Tuhan jang melihat kita. 
Bunda djanganlah pertjaja, 
Tidak, anakmu tiadalah lupa ! 
Disini aku djauh dari kehidupan 
J ang disana penuh kemanisan dan keindahan; 
Kenikmatan masa pertama 
Sering dipudji dan disandjung tinggi, 
Disini bukan bagianku 
Ditempatku jang sepi dan suram, 
Tjuram dan penuh duri djalanku,  
Untung malang menekan djiwaku, 
Beban ku pikul memberat pundakku 
Dan menghimpit hatiku; -
Biarlah airmataku mendjadi saksi 
Bila kepalaku terkulai pilu 
Disaat-saat tanpa harapan 
Ditengah alam jang luas; ..... . 
Sering bila harapan tiada lagi, 
Hampir-hampir lepaslah keluhan: 
"Tuhan, berilah daku dialam barzah, 
"Apa jang didunia tidak kau berikan ! 
"Tuhan, berilah daku didunia sana, 
"Bila maut menjentuh bibirku, -
"Tuhan, berilah daku didunia sana 
"Apa jang disini tidak ku ketjap . .... . 
ketenangan !" 
Tapi, terbenam dalam bibirku, 
Doaku tak sampai kepada Tuhan, ..... . 
Memang aku bedutut, -
Memang keluhan lepas dari bibirku, -
Tapi utjapanku: "djangan duJu, ja Tuhan 
"Kembalikan dulu ibuku padaku 1" 

Sebelum saja landjutkan, saja bendak mengatakan kepada 
anda, bahwa Stem Junior sudab datang; ia seorang pemuda 
jang manis. Nampaknja ia pandai dan tjekatan, tapi saja kira 
dia seorang "Schwärmer" 1). Marie umumja tiga belas tahun. 
Pakaiannja netjis sekali ; ia mengerdjakan Kitab Salinan, untuk 
membiasakan diri dengan gaja babasa Belanda. Saja ingin tabu, 
apakab Ludwig Stem akan segera mengatur pesanan. Marie 
abn menjulam beberapa selop baginja, - bagi Stem Junior, 
maksud saja. Busselinek & Waterman datang terlambat, ...... 
makelar jang baik tidak menggunting dalam lipatan, demikianlah 
pendapat saja. 
Sehari sesudah pertemuan pada keluarga Rosemeijer, peda-
gang gula, saja panggil Frits, dan saja suruh dia membawa 
bungkusan Sjaalman. Anda barus tahu, saudara pembatja, babwa 
ditengab keluarga saja sangat keras berpegang pada agama dan 
adat kesopanan. Nah, tadi malam, djustru sesudah mengupas 
buah per jang pertama, saja melihat pada air muka salah seorang 
anak gadis, bahwa dalam sadjak itu ada sesuatu jang kurang 
beres. Saja sendiri tidak mendengarkan sadjak itu, tapi saja lihat 
bahwa Betbsy meremah-remah rotinja, dan itu saja rasa sudab 
tjukup. Anda akan melihat, saudara pembatja, bahwa saja ber-
hadapan dengan seseorang jang mengenal dunia. Maka saja 
minta kepada Frits untuk memperlihatkan karangan semalam 
itu, dan segera djuga saja menemukan baris jang menjebabkan 
Bethsy meremah-remah rotinja. Disitu dikatakan tentang se-
orang anak, jang sedang menjusu pada ibunja, - itu bolehlah, 
- tapi: "baru sadja meninggalkan kandungan ibunja", nah, 
itu saja rasa tidak baik, - untuk bitjara tentang itu, maksud 
saja, - dan isteri saja pun merasa tidak baik. Marie usianja 
tiga belas tahun. Tentang "kubis" atau jang sematjam itu, 
orang tidak bitjara dalam keluarga kami, tapi menjebut barang 
pada namanja demikian pun tidak pedu, sebab saja suka adab 
kesopanan. Saja peringatkan Prits jang sudah hafal sadjak itu 
"diluar kepala", seperti kata Stern, untuk tidak lagi mendekla-
masikannja, dan Prits berdjandji, - artinja sebelum ia mendjadi 
anggota Doctrina 2), sebab disitu tidak datang anak-anak gadis, 
lalu saja simpan dalam medja tulis, sadjak itu, maksud saja. 
Tapi saja ingin tahu, apakah tidak ada lagi jang lain dalam 
bungkusan itu, jang mungkin menjinggung perasaan; maka 
saja mentjari-tjari dan membuka-buka halaman demi halaman, 
saja tidak bis a membatja semuanja, sebab didalamnja saja me-
nemukan bahasa-bahasa jang tidak saja mengerti; mata saja 
tertarik pada sebuah berkas: "Laporan mengenai Perusahaan 
Kopi di Residensi Menado". 
Hati saja melondjak, karena saja makelar kopi, (Lauriergracht 
No. 37) dan Menado adalah suatu merek jang baik. Djadi, 
Sjaalman jang menulis sadjak-sadjak tjabul itu, pernah bekerdja 
dalam perusahaan kopi. Pandangan saja terhadap bungkusan itu 
djadi berobah. Saja menemukan karangan-karangan jang tidak 
saja mengerti seluruhnja, tapi jang sungguh memperlihatkan pe-
ngetahuan soaI. Ada daftar-daftar, pemberitahuan-pemberita-
huan, perhitungan-perhitungan dengan angka-angka jang sama 
sekali tidak memakai sandjak, dan semuanja itu dikerdjakan 
dengan ketelitian dan kehati-hatian, sehingga terus terang sadja, 
- sebab saja suka kepada kebenaran, - saja teringat, bahwa 
Sjaalman bisa sadja menggantikan klerk ketiga djika ia keluar, 
- hal mana mungkin sadja, karena ia makin hari makin tua 
dan tjanggung. Tentu sadja saja harus mentjari informasi dulu 
tentang kedjudjurannja, agama jang dianutnja dan apakah ia 
seorang jang sopan santon, sebab saja tidak menerima seseorang 
sebelum saja pasti tentang dirinja ; itu adalah prinsip saja jang 
tegas. Anda telah melihat itu dalam surat saja kepada Ludwig 
Stem. 
Saja tidak ingin Frits mengetahui, bahwa saja mulai tertarik 
kepada isi bungkusan itu, karena itu saja suruh dia pergi. Saja 
sungguh-sungguh djadi pusing ketika mengambil berkas demi 
berkas, dan membatjai djudul-djudulnja. 
Memang, diantaranja banjak sadjak-sadjak, tapi banjak pula 
jang beiguna, dan saja takdjub dengan aneka-ragamnja soal-
soal jang dibitjarakan. Saja mengakui - sebab saja tjinta kebe-
naran, - bahwa saja, jang selamanja djadi pedagang kopi, tidak 
dapat menilai pentingnja semua itu, tapi pun tanpa penilaian 
itu, daftar djudul-djudul itu sadja sudah suatu hal jang adjaib. 
Karena saja telah mentjeritakan kepada anda ten tang orang 
Junani itu, anda tabu bahwa saja dimasa ketjil saja sudah agak 
kena pengaruh Latin, dan meskipun saja dalam surat menjurat 
sebisa-bisanja tidak mempergunakan kutipan-kutipan - hal 
mana memang tidak pantas disebuah kantor makelar, - akan 
tetapi ketika melihat semua itu, saja berpikir: "de omnibus 
aliquid, de toto nihil", atau "multa non multum".3) 
Tapi itu disebabkan karena sematjam rasa marah, dan karena 
keinginan menegor segala kepintaran jang terletak didepan saja 
itu dalam bahasa Latin, bukan karena saja sungguh-sungguh 
berpikir demikian. Sebab, bila saja agak lama membatjai se-
sesuatu dokumen, saja harus mengakui bahwa pengarang itu 
nampak mempunjai pengetahuan tentang pekerdjaannja, mala-
han mantap dalam djalan pikirannja. 
Saja temukan risalah-risalah dan karangan-karangan seperti 
berikut: 
Tentang bahasa Sansekerta sebagai induk tjabang-tjabang 
atau: "Anekaragam (berarti) tidak banjak". - Segalanja ada sedikit-
sedikit, tidak ada jang mendalam. 
 
bahasa German. 
Tentang ketentuan-ketentuan hukuman atas pembunuhan 
anak-anak. 
Tentang asal usul kaum bangsawan. 
Tentang perbedaan pengertian-pengertian: Waktu tanpa 
"achir" dan "Keabadian". 
Tentang perhitungan kemungkinan kalah menang. 
Mengenai kitab Ajub. (Ada lagi tentang Ajub, tapi sadjak-
sadjak). 
Tentang protein diudara atmostir. 
Tentang Umu kenegaraan Rusia. 
Tentang huruf-huruf vokal. 
Tentang pendjara-pendjara seluler. 
Tentang dalil-dalil lama mengenai "horror vaeui" 4). 
Tentang perlunja penghapusan ketentuan-ketentuan huku-
man atas fitnah. 
Tentang sebab musabab pemberontakan Belanda terhadap 
Spanjol, jang tidak berdasarkan hasrat kepada kemerdekaan 
agama alau negara. 
Tentang "perpetuum mobile" 11), kwadratur lingkaran dan 
akar bilangan jang tanpa akar. 
Tentang bobot tjahaja. 
Tentang kemunduran peradaban sedjak timbulnja agama 
Kristen. 
Tentang Mitologi Eslandia. 
Tentang Emile karangan Rousseau. 
Tentang Tuntutan Hukum SipiJ dalam perkara perdagangan. 
Tentang Sirius sebagai tUik pusat sistim matahari. 
Tentang bea masuk jang tidak tepat, tidak pantas, tidak 
adil dan tidak sopan. (tentang itu saja tidak pernah mendengar). 
Tentang sadjak-sadjak sebagai bahasa paling tua. (saja tidak 
pertjaja). 
Tentang semut putih. 
Tentang eidak fitrinja Gedung-gedung Sekolah. 
Tentang prostitusi dalam perkawinan. (ini karangan jang me-
malukan). 
Tentang soal-soal hidrolik berhubung dengan penanaman padi. 
Tentang keunggulan semu peradaban Barat. 
Tentang kadaster, pendaftaran dan segel. 
Tentang buku anak-anak, dongeng-dongeng dan tjerita per-
umpamaan. (saja ingin bat ja, karena dia mengandjurkan kebe-
naran). 
Tentang perantaraan da/am perdagangan. (saja tidak su ka ; 
- agaknja dia hendak menghapuskan makelar-makelar, tapi 
saja sisihkan djuga, karena didalamnja ada hal-hal jang bisa 
saja pergpnakan untuk buku saja). 
Tentang bea warisan. 
Tentang kesutjian sebagai penemuan. (ini saja tidak mengerti). 
Tentang perkalian. (djudulnja sederhana sekaIi, tapi banjak 
hal-hal didalamnja jang dulu tidak saja sangka sama sekaIi). 
Tentang sematjam semangat orang Perantjis, sebagai akibat 
kemiskinan bahasanja. (itu mungkin sadja. Semangat dan ke-
miskinan ...... dia tahu). 
Tentang hubungan antara roman-roman August Lafontaine 9) 
dan batuk kering. (saja ingin bat ja, sebab ada beberapa buku 
Lafontaine diloteng; tapi katanja pengaruhnja baru munt jul 
pada keturunan kedua; - Kakek saja tidak membatja). 
Tentang kekuasaan orang lnggris di/uar Eropah. 
Tentang Hukum Tuhan diabad pertengahan dan sekarang. 
Tentang i/mu berhitung pada orang Rumawi. 
Tentang kemiskinan puisi pada komponis-komponis. 
Tentang kesalehan, biologi dan medja menari. 
Tentang penjakit-penjakit menular. 
Tentang gaja bangunan bangsa Mor. 
Tentang daja prasangka-prasangka jang rupanja berasal dar; 
penjakit-penjakit jang disebabkan karena angin. (bukankah su-
dah saja katakan, bahwa daftar ini aneh ?). 
Tentang kesatuan Djerman. 
Tentang pandjang dilaut. (saja kira dilaut segalanja sama 
sadja pandjangnja seperti didarat). 
Tentang kewadjiban-kewadjiban pemerintah mengenai kera-
maian umum. 
Tentang persamaan antara bahasa-bahasa Skot dan Frislan. 
Tentang prosodi. 
Tentang ketjantikan wanita di Nimes dan di Anles, disertai 
penjelidikan mengenai sistim kolonisasi bangsa Fllnisia. 
Tentang kontrak-kontrak pertanian diplilau Djawa. 
Tentang daja isap pompa model baru. 
Tentang sahnja dinasti-dinasti. 
Tentang sastra rakjat dalam sjair-sjair Djawa. 
Tentang tjara baru mengetjilkan lajar. 
Tentang membenturkan granat tangan. (Karangan ini ber-
tanggal 1847, djadi sebelum Orsini 7). 
Tentang pengertian kehormatan. 
Tentang kitab-kitab apokrif 8). 
Tentang hukum-hukum Solon, Lykurgus, Zoroaster, & Kong 
Fu Tse. 
Tentang kekuasaan orang tua. 
Tentang Shakespeare sebagai penulis sedjarah. 
Tentang perbudakan di Eropah (apa jang dimaksudnja, saja 
tidak mengerti). 
Tentang kintjir air pakai sekerup. 
Tentang hak memberikan grasi oleh radja. 
Tentang unsur-unsur kimiah kaju manis Sailan. 
Tentang tatatertib dikapal-kapal dagang. 
Tentang pak tjandu dipulau Djawa. 
7) Seorang !taH. jang dalam tahun 1858 mentjoba membunuh Napoleon 
111 dengan bom. 
8) Kitab-kitab jang tidak dimasukkan dalam Kitab Indjil dan tidak 
diakui oleh Geredja.  
Tentang ketentuan-ketentuan mengenai pendjualan rat jun. 
Tentang penggalian tanah genling Suez dan akibat-akibatnja. 
Tentang pembajaran padjak bumi in natura. 
Tentang tanam kopi di Menado. (ini sudah saja sebut). 
Tentang retaknja keradjaan Rumawi. 
Tentang "gemüthlichkeit" 9) orang Djerman. 
Tentang Edda Skandinavia. 
Tentang kewadjiban Perantjis untuk membuat tenaga imbang-
an terhadap Inggris dikepulauan Hindia. (ini dalam bahasa 
Perantjis ; saja tidak tahu mengapa). 
Tentang pembuatan tjuka. 
Tentang penghormatan terhadap Schiller dan Göthe dikalang-
an pertengahan Djerman. 
Tentang hak manusia atas kebahagiaan. 
Tentang hak untuk berontak kalau ditindas. (ini dalam bahasa 
Djawa, baru kemudian saja mengetahui djudul itu). 
Tentang tanggungdjawab seorang menteri. 
Tentang beberapa hal dalam tuntutan hukum kriminil. 
Tentang hak rakjat, untuk menuntut supaja padjak dipergu-
nakan untuk kepentingannja. (ini dalam bahasa Djawa lagi). 
Tentang A kembar dan huru! Eta lunani. 
Tentang adanja Tuhan tanpribadi dalam hati manusia. 
Tootang gaja. 
Tentang undang-undang dasar untuk keradjaan "Insulinde" 
(saja belum pemah mendengar nama keradjaan itu). 
Tentang tidak adanja ephelkustik 10) dalam aturan-aturan 
bahasa kita. 
Tentang sikap sombong. (saja kira ini ditulis oleh orang jang 
ahli dalam persoalan itu). 
Tentang kewadjiban Eropah kepada orang Portugis. 
Tentang bunji-bunji didalam hutan. 
Tentang air jang bisa terbakar. (saja kira :maksudnja "air 
keras"). 

Tentang pelihat dan nabi-nabi. 
Tentang listrik sebagai daja penggerak, tanpa besi lunak. 
Tentang pasang surut dan pasang naik peradaban. 
Tentang kebusukan menular dalam urusan rumah tangga 
negara. 
Tentang Maskapai-maskapai Dagang jang mendapat hak-hak 
istimewa. (dalam karangan ini ada beberapa hal jang saja per-
lukan untuk buku saja). 
Tentang etimologi sebagai sumber pembantu dalam mempela-
djari etnologi. 
Tentang karang sarang burung dipantai Selatan pulau Djawa. 
Tentang tempat, dimana hari mulai. (hii saja tidak mengerti). 
Tentang pengertian-pengertian pribadi sebagai ukuran tang-
gungdjawab dalam dunia sopanJ 
Tentang galanteri. 12) 
Tentang bangunan sadjak pada orang Ibrani. 
Tentang "Century of Inventions" karangan : Markis dari 
Woreester. ' 
Tentang penduduk jang tidak makan dipulau Roti dekat Ti-
mor (mestinja murah hidup disana). 
Tentang orang Batak jang makan orang dan orang Alifuru 
jang mengajau. 
Tentang ketjurigaan terhadap kesopanan umum. (dia rupanja 
hendak menghilangkan pembuat kuntji, saja tidak setudju). 
Tentang "hukum" dan "hak-hak". 
Tentang Béranger f3) sebagai filosof (ini djuga saja tidak me-
ngerti). 
Tentang kebentjian orang Melaju kepada orang Djawa. 
Tentang tidak bernilainja pengadjbran disekolah-sekolah jang 
disebut sekolah tinggi. 
Tentang ketiadaan rasa tjint(4 pada leluhur kita, rupanja ka-
rena pengertian mereka tentang Tuhan. 
Tentang antarhubungan pantjaindera. (memang, waktu saja 
melihat dia, saja mentjium bau minjak mawar). 
Tentang akar luntjus pohon kopi. (ini saja sisihkan untuk 
buku saja). 
Tentang perasaan dan kepekaan. ("sensiblerie", "empfinde-
lei" J. 
Tentang mengatjaukan Mitologi dan Agama. 
Tentang saguwer dikepulauan Maluku. 
Tentang masa depan Perdagangan Bt!1landa. (karangan inilah 
sebenamja jang mendorong saja untuk menulis buku saja; dia 
mengatakan, bahwa tidak akan selalu diadakan lelang kopi jang 
besar, dan saja hidup untuk vak saja). 
Tentang Kitab Kedjadian. (sebuah karangan jang kedji). 
Tentang kongsi-kongsi gelap orang Tjina. 
Tentang menggambar sebagai tulisan fitri. 
Tentang kebenaran dalam puisi. (tentu sadja). 
Tentang tidak populernja penggilingan padi dipulau Djawa. 
Tentang hubungan antara puisi dan iimu matematika. 
Tentang Wajang Tjina. 
Tentang harga kopi Djawa. (ini saja sisihkan). 
Tentang sistim mata uang di Eropah. 
Tentang pengairan ladang-ladang bersama. 
Tentang pengaruh pertjampuran bangsa-bangsa pada kehi-
dupan batin. 
Tentang perimbangan dalam dagang. (disini ia bitjara tentang 
agio wesel 14); saja sisihkan untuk buku saja). 
Tentang bertahannja kebiasaan-kebiasaan orang Asla. (kata-
nja Jesus pakai serban). 
Tentang plkiran-pikiran Malthus 15) mengenai angka pendu-
duk, berhubung dengan bahan keperluan kehidupan. 
Tentang penduduk asli Amerika. 
Tentang pangkalan-pangkalan di Betawi, Semarang dan Sura-
baja. 
Tentang ilmu bangunan, sebagai pernjataan buah pikiran. 
Tentang hubungan antara pegawai-pegawai negeri Eropah 
dan bupati-bupati dipulau Djawa. (tentang ini akan saja tjerita-
kan dalam buku saja). 
Tentang tinggal didalam kelder di Amsterdam. 
Tentang kekuatan kechilafan. 
Tentang menganggurnja Tuhan djika hukum-hukum alam 
sudah sempurna. 
Tentang monopoli garam di Djawa. 
Tentang ulat dalam pohon sagu. 
Tentang amsal-amsal, Pendeta, Lagu segala Lagu dan Pantun-
pantun orang Djawa. 
Tentang "jus primi occupantis" 16). 
Tentang kemiskinan Senilukis. 
Tentang ketjabulan memantjing. (siapa jang pernah dengar 
ini ?). 
Tentang kedjahatan-kedjahatan orang Eropah diluar Eropah. 
Tentang sendjata djenis-djenis binatang jang lebih lemah. 
Tentang "jus talionis" 17). 
Dan ini belum semuanja. Beberapa berkas tidak ada djudulnja, 
belum lagi sadjak-sadjak, - dalam semua bahasa; - sj air-
sjair dalam bahasa Melaju, lagu-lagu perang dalam bahasa Dja-
wa, dan segala mat jam ! Pun saja menemukan surat-surat, 
banjak jang dalam bahasa jang saja tidak mengerti. Beberapa 
ditudjukan kepadanja, jang lain lagi dituIis olehnja, atau lebih 
tepat, salinannja, tapi rupanja ada maksudnja dengan surat-surat 
itu, sebab semuanja ditandatangani oleh orang Iain, dengan 
tjatatan: "sama dengan aslinja". Kemudian saja menemukan 
lagi kutipan-kutipan dari buku harian, tjatatan-tjatatan dan piki-

ran-pikiran lepas, beberapa daripadanja sungguh-sungguh lepas 
sama sekali. 
Seperti saja katakan, beberapa karangan saja sisihkan, ka-
rena saja rasa berguna bagi vak saja, dan saja hidup untuk vak 
saja ; - tapi harus saja akui, bahwa saja tidak tahu apa jang 
harus saja lakukan dengan jang selebihnja. Saja tidak dapat me-
ngirim kembali bungkusan itu, sebab saja tidak tahu dimana dia 
tinggal. Bungkusan itu sudah terbuka; saja tidak dapat menjangkal, 
bahwa saja sudah melihat isinja, dan saja tidak akan menjang-
kalnja, karena saja tjinta kebenaran ; saja tidak dapat menjang-
kal, bahwa saja sia-sia mentjoba menutupnja kembali, seperti 
semula. Lagipula saja tidak dapat menjangkal, bahwa beberapa 
karangan jang mengenai kopi, saja rasa menarik, dan saja ingin 
mempergunakannja. Tiap hari saja membatja beberapa halaman, 
dan saja makin jakin, (Frits mengatakan: "makin lama makin 
jakin"), bahwa orang harus makelar kopi untuk mengetahui 
dengan tepat kedjadian-kedjadian didunia ini. Saja jakin, bah-
wa keluarga Rosemeijer, jang berdagang gula itu, belum per-
nab melihat jang sematjam itu. 
Saja kuatir SjaaIman tiba-tiba akan berdiri lagi didepan saja, 
dan mengatakan apa-apa lagi kepada saja. Saja menjesal seka-
rang, bahwa malam itu saja masuk kedjalan Kapelsteeg, dan saja 
mengerti bahwa kita tidak boleh meninggalkan djalan jang baik. 
Tentu sadja ia meminta uang kepada saja, dan bitjara tentang 
bungkusannja. Mungkin saja memberinja uang sedikit, dan djika 
ia keesokan harinja mengirimkan tulisan-tulisannja jang banjak 
itu, maka semuanja djadi milik saja jang sah. Dapatlah saja 
memisahkan ampas dari kelapa, dapatlah saja mengambil no-
mor-nomor jang saja perlukan untuk buku saja, dan sisanja 
saja bakar, atau buang kekerandjang sampah. Sekarang hal itu 
tidak dapat saja lakukan, sebab kalau dia kembali, saja harus 
menjerahkannja, dan djika dia lihat saja punja perhatian terha-
dap beberapa karangannja, tentu ia akan meminta banjak ; se-
bab pendjual akan berada dipihak jang lebih knat, kalau sipem-
beli nampak memerlukan barangnja. Karena itu posisi demikian  
sebisa-bisanja dihindarkan oleh pedagang jang mengerti vaknja. 
Satu pikiran lain, saja s1,1dah bitjara tentang ini, jang mem-
buktikan betapa orang mendjadi peka terhadap kesan-kesan 
perikemanusiaan karena mengundjungi bursa, ialah ini: Basti-
aans, pelajan ketiga, jang sudah amat tua dan tjanggung, achir-
achir ini tidak teratur lagi masuk kantor ; dari tiga puluh hari 
kerdja, dia masuk kurang dari dua puluh lima hari, dan kalau 
pun dia masuk kantor, pekerdjaannja seringkali tidak beres. 
Sebagai manusia djudjur, saja berkewadjiban terhadap firma 
Last & Co, - sedjak keluarga Meijer keluar, - untuk men-
djaga supaja masing-masing bekerdja baik, sebab saja tidak 
boleh membuang-buang uang milik firma, karena belas kasihan 
atau kesentimentilan jang orang salah mengerti. Begitulah prin-
sip saja. Saja lebih suka memberi Bastiaan itu tiga gulden dari 
kantong saja "sendiri", daripada saja terus membajarnja tudjuh 
ratus gulden setahun, jang tidak lagi dia berhak menerimanja. 
Saja telah menghitung, bahwa ia sedjak tiga puluh empat tahun 
menerima djumlah wang hampir lima belas ribu gulden gadji 
- baik dari Last & Co, maupun dahulu dari Last & Meijer, 
tapi Meijer sudah keluar; dan bagi seorang warga djumlah se-
besar itu bukan ketjil ; sedikit sekali warga biasa jang mempu-
njai sebanjak itu. Djadi, dia tidak berhak mengeluh. Saja meng-
hitung djumlah itu, karena karangan Sjaalman mengenai muIti-
plikasi. 
Sjaalman itu bagus tulisannja, pikir saja, nampaknja miskin, 
dia tidak tahu djam berapa, - bagaimana, pikir saja, djika 
saja beri dia tempat Bastiaans ? Kalau djadi, akan saja katakan, 
bahwa dia harus menjebut saja "tuan", itu tentu dia mengerti 
sendiri, sebab seorang pelajan tidak bisa menjebut madjikannja 
pada namanja, dan mungkin ia tertolong seumur hidup. Sebagai 
permulaan dia boleh menerima empat atau lima ratus gulden; 
Bastiaans djuga lama bekerdja baru mentjapai tudjuh ratus gul-
den, dan saja pun berdjasa. Ja, dengan tiga ratus gulden boleh-
lah dia mulai, sebab dia belum pemah bekerdja dagang, dan 
tahun-tahun pertama boleh dianggapnja sebagai waktu beladjar,  
dan itu adalab adil, sebab dia tidak bisa menjamakan diri 
dengan orang jang sudab banjak bekerdja; saja kira dengan dua 
tatus pUfi dia sudab senang .....• 
Tapi, sajä tidak pasti tentang kelakuannja ...... dia pakai 
sjal ; lagipulá, saja tidak tabu dimana dia tinggal. 
Beberapa hati kemudian Stern Junior dan Frits pergi bersama-
sama ke lelang buku "Het Wapen van Bern". Saja telah mela-
rang Frits membeli apa-apa, tapi Stern jang punja banjak wang 
saku, membeli beberapa buku buruk, itu soal dialah. Tapi Prits 
mentjeritakan, babwa ia melihat Sjaalman, jang rupanja beker-
dja dipelelangan buku itu. Sjaalman mengambil buku-buku 
dari lemari, dan mendorongnja diatas medja pandjang tukang 
lelang. Prits mengatakan, bahwa ia put jat sekali, dan seorang 
tuan jang rupanja djadi pengawas, memarah-marahi dia karena 
mendjatuhkan bèberapa djilid Aglaïa ; itu memang tolol, sebab 
madjalab-madjalah itu adalah kumpulan pekerdjaan tangan wa-
nita jang manis sekali ; Marie memilikinja bersama-sama dengan 
keluarga Meijer, pedagang gula, dia meradjut dari situ, dari 
Aglaïa, maksud saja. Waktu memarah-marahi itu Frits mende-
ngar, babwa Sjaa1man menerima lima belas kelip sehari. "Kau 
kira aku mau membuang-buang lima belas kelip sehari memba-
jarmu ?" kata pengawas itu. Saja hitung-hitung, lima belas kelip 
sehari, djadi dua ratus lima puluh gulden setahun, - saja kira 
hari-hari Minggu dan libur tidak dihitung, kalau dihitung tentu 
orang itu menjebut gadji bulanan atau tahunan. Saja tjepat me-
ngambil keputusan, - kalau kita sudah lama dalam perdaga-
ngan, kita segera tabu apa jang harus kita lakukan, - dan 
keesokan harinja saja sudah menemui Gaafzuiger, pedagang 
buku jang mengadakan lelang itu. Saja menanjakan orang jang 
mendjatuhkan AgIala itu! 
- "Sudah saja pet jat, kata Gaafzuiger, dia malas, sok pintar 
dan penjakitan". 
Saja beli sekotak oweI 18), dan bermaksud berpikir-pikir dulu 
tentang Bastiaans ; saja tidak sampai hati memetjat orang setua 
itu begitu sadja. Saja harus tegas, tapi dimana mungkin, lembut 
hati, itulah selalu prinsip saja. Saja tidak pemah lalai untuk 
mentjari tahu apa jang mungkin berguna bagi kepentingan da-
gang, karena itu saja tanjakan kepada Gaafzuiger dimana Sjaal-
man itu tinggal. Dia berikan alamatnja dan saja tuliskan . 
. Saja selalu merenungkan buku saja, tapi karena saja tjinta 
kebenaran, terus terang saja katakan, bahwa saja tidak tahu 
apa jang harus saja lakukan. Satu hal sudah pasti: bahan-bahan 
jang saja temukan dalam bungkusan Sjaalman, penting untuk 
makelar kopi. Soalnja hanja, bagaimana saja harus memilih 
dan menjusun bahan-bahan itu dengan baik; tiap makelar tahu 
betapa pentingnja menjusun partai-partai dengan baik. 
Tapi, menulis, ketjuali surat-menjurat dengan prinsipaI 19), 
bukanlah keahlian saja, namun demikian saja merasa bahwa 
saja harus menulis, mungkin karena masadepan vak saja ter-
gantung daripadanja. Keterangan-keterangan jang saja temukan 
dalam berkas-berkas Sjaalman, tidak hanja berguna untuk 
Last & Co sadja ; kalau hanja berguna untuk Last & Co sadja, 
tentu saja tidak bersusah pajah untuk mentjetak buku, jang 
djuga akan dibatja oleh Busselinek & Waterman, sebab barang 
siapa jang menolong saingannja, adalah seorang gila ; itu prinsip 
saja jang tegas. Tidak; saja menjadari bahaja jang mengantjam 
seluruh pasaran kopi dengan kerusakan; - suatu bahaja jang 
hanja dapat dielakkan dengan mempersatukan tenaga semua 
makelar, malahan mungkin tenaga-tenaga itu tidak tjukup kuat 
untuk itu, dan pedu diikutsertakan rafinadeur 20) dan pedagang-
pedagang ni/a (Frits mengatakan: "rafineur", tapi saja menulis 
"nadeur". Rosemeijer djuga menjebutnja demikian, dan mereka 
berdagang gula. Saja tahu, bahwa orang mengatakan pendjahat 
jang "geratineerd", dan bukan "geratinadeerd", tapi itu disebab-
kan karena orang harus singkat dan tegas menghadapi pendja-
hat-pendjahat). 
Kalau saja pikir-pikir sementara menuliskan ini, rasa-rasanja 
pun perusabaan-perusahaan pelajaran berkepentingan, djuga 
armada niaga ...... memang, itu betul. Dan pembuat lajar djuga, 
dan menteri keuangaQ, dan pengurus-pengurus orang miskin, 
dan menteri-menteri lainnja, dan pembuat pastei, dan pendjual 
barang kelontong, dan wanita-wanita, dan arsitek kapal, dan 
pedagang-pedagang besar dan ketjil, pendjaga rumah, dan pe-
kerdja kebun. 
Dan, sungguh aneh bagaimana pikiran-pikiran timbul sadja 
sementara menulis, buku saja djuga penting bagi pemilik kintjir, 
dan pendeta, dan pendjual pil Holloway, dan pembuat likir, dan 
pembuat genteng, dan mereka jang hidup dari hutang Negara, 
dan pembuat pompa, dan pemintal tali, dan tukang tenun, dan 
tukang djagal, dan klerk-klerk dikantor makelar, dan pemegang 
saham Nederlandsche Handelmaatschappij, dan sebenamja, djika 
dipikir-pikir bagi semua orang lain djuga ...... 
Pun bagi Radja, ...... ja, terutama Radja ! 
Buku saja harus diterbitkan. Tidak bisa lain ...... biarlah 
Busselinck & Waterman djuga membatjanja, ...... saja bukan 
orang jang iri hati ; tapi mereka adalah orang korup dan peng-
gunting dalam lipatan, sungguh! Hal ini saja katakan djuga 
kepada Stem Junior, ketika saja memperkenalkannja di "Artis", 
biar dia tulis kepada ajahnja. 
Sedang saja beberapa hari mengalami kesukaran dengan buku 
saja, tiba-tiba Frits menolong saja. Saja tidak mengatakan itu 
kepadanja, sebab saja tidak suka orang mengetahui kita ber-
hutang budi kepadanja, itu adalah prinsip saja, tapi itu betul. 
Ia mengatakan, bahwa Stem seorang jang pintar, bahwa ia ma-
dju pesat dengan bahasa Belandanja, dan bahwa ia menterdje-
mahkan sadjak-sadjak Sjaalman dalam bahasa Djerman keda-
lam bahasa Belanda. Nah, serba terbalik semuanja dirumah 
saja: orang Belanda menulis dalam bahasa Djerman, dan orang 
Djerman menterdjemahkan kebahasa Belanda; kalau masing-
masing mempergunakan bahasanja sendiri, orang tidak usah  
tjapek-tjapek. Tapi, pikir saja bagaimana kalau saja suruh Stern 
menulis buku saja, ...... kalau ada jang hendak saja tambahkan, 
sekali-sekali akan saja tulis sendiri sebuah bab. Frits djuga 
bisa membantu; dia mempunjai sebuah daftar kata-kata jang 
ditulis dengan dua ee, dan Marie bisa membuat salinan apik ; 
ini sekaligus bagi pembatja merupakan djaminan bahwa tidak 
ada jang tjabul, anda tentu mengerti bahwa seorang makelar 
jang sopan tidak akan memberikan kepada anak gadisnja se-
suatu jang tidak sesuai dengan adat kesopanan. 
Saja kemudian membitjarakan rentjana saja itu dengan Frits 
dan Stern, dan mereka setudju sadja. Hanja nampaknja Stern, 
jang mempunjai sedikit bakat sastra, seperti semua orang Djer-
man, ingin mempunjai suara dalam tjara pelaksanaan. lni ku-
rang menjenangkan bagi saja, tapi karena lelang musim semi 
sedang mendatang, dan saja belum mendapat pesanan dari 
Ludwig Stern, saja tidak mau terlalu membantahnja. Dia me-
ngatakan, bahwa "bila djantungnja membara karena keindahan 
dan kebenaran, tiada kekuasaan didunia jang dapat mentjegah-
nja menjanjikan lagu jang seirama dengan perasaan itu; dan 
bahwa ia lebih baik diam dari membiarkan kata-katanja ter-
belenggu oleh rantai-rantai kedji keseharian". (prits mengatakan 
"kesehari-harian", tapi saja tidak setudju, kata itu sudah tjukup 
pandjangnja). Saja rasa Stern ini aneh djuga, tapi saja utamakan 
vak saja, dan Stern Senior adalah langganan jang baik. Maka 
kami tetapkanlah: 
1. Bahwa ia setiap minggu akan menjerahkan beberapa 
bab untuk buku saja. 
2. Bahwa saja tidak akan merobah-robah tulisannja. 
3. Bahwa Frits akan memperbaiki kesalahan-kesalahan 
bahasa. 
4. Bahwa saja mempunjai hak untuk sekali-sekali menulis 
satu bab, supaja buku itu nampaknja padat. 
5. Bahwa djudulnja ialah: Lelang Kopi Persekutuan 
Dagang Belanda. 
6. Bahwa Marie akan membuat salinan rapi untuk ditjetak,  
tapi harus diberi waktu kalau ada barang tjutjian. 
7. Bahwa bab-bab jang sudah selesai tiap minggu akan di-
batjakan dalam pertemuan. 
8. Bahwa segala jang asusila akan dihindarkan. 
9. Bahwa nama saja tidak akan ditjantumkan pada djudul, 
karena saja seorang makelar. 
10. Bahwa Stern akan boleh menerbitkan buku saja dalam 
terdjemahan Djerman, Perantjis, dan Inggris, sebab me-
nurut dia, karja-karja demikian lebih dimengerti diluar 
negeri dari didalam negeri. 
11 . (ini permintaan Stem jang sangat) Bahwa Sjaalman di-
kirimi satu rim kertas, satu gros pen a, dan satu botol 
tinta. 
Saja terima semua sjarat itu, sebab buku saja pedu lekas se-
lesai. Keesokan harinja Stem sudah selesai dengan babnja jang 
pertama, - dan itulah saudara pembatja, djawaban mengapa 
seorang makelar kopi (Last & Co, Lauriergracht No. 37) me-
nulis buku, jang seperti roman. 
Tapi baru sadja Stem mulai, ia sudah terbentur pada bebe-
rapa kesukaran. Ketjuali kesukaran untuk mentjari jang pedu-
pedu dari bahan-bahan sebanjak itu, dan menjusunnja, selalu 
sadja didalam naskah-naskah itu, ia bertemu dengan kata-kata 
dan ungkapan-ungkapan, jang dia tidak mengerti, dan saja pun 
tidak tahu. Kebanjakannja bahasa Djawa atau Melaju ; pun di-
sana-sini ada singkatan-singkatan jang sukar diartikan. Saja 
sadar, bahwa kami memedukan Sjaalman, dan karena menurut 
anggapan saja anak muda tidak baik menghubungi orang jang 
tidak beres, maka saja tidak mau mengirim Stem ataupun Prits. 
Saja membawa sedikit gula-gula, sisa malam pertemuan terachir, 
sebab saja ingat segala sesuatu, dan saja pergi mengundjunginja. 
Tempat tinggalnja tidak hebat, tapi persamaan bagi semua ma-
nusia, djadi djuga mengen ai tempat kediamannja, adalah suatu 
impian. Dia sendiri mengatakan ini dalam karangannja tentang 
hak manusia atas kebahagiaan. Lagipula, saja tidak suka orang 
jang selalu merasa tidak puas.  
Ia tinggal disebuah kamar belakang digang Leidsche Dwars-
straat jang pandjang. Dirumah bawah tinggal seorang tukang 
lowak, jang mendjual segala mat jam, mangkuk, piring, perabot, 
buku-buku tua, barang kat ja, potret-potret Van Speijk 21) dan 
sebagainja. Saja takut sekali menjentuh sesuatu, sebab dalam 
hal demikian orang-orang itu selalu minta lebih banjak untuk 
barang jang petjah dari harganja