• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label maxhavelar 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maxhavelar 2. Tampilkan semua postingan

maxhavelar 2

jang sebenarnja. Seorang gadis 
ketjil duduk diatas tangga, sedang memakaikan badju pada 
bonekanja, dan saja bertanja apakah Tuan Sjaalman tinggal di-
situ; gadis itu lari kedalam, dan ibunja keluar. 
- "Ja, dia tinggal disini, tuan. Naiklah tangga itu, sesudah 
serambi pertama, kemudian naik lagi sesudah serambi kedua, 
kemudian satu tangga lagi, disitulah dia. Manis, pergi bilangin 
dulu ada tuan. Kalau ditanja, siapa nama tuan?" 
Saja katakan, bahwa saja Tuan Droogstoppel, makelar kopi, 
tinggal di Lauriergracht, tapi saja akan menemuinja sendiri; 
saja naik seperti dikatakannja, dan diserambi ketiga saja dengar 
suara anak-anak menjanji: "nanti papi pulang, papi jang ma-
nis". Saja mengetok dan pintu dibukakan oleh seorang perem-
puan atau seorang wanita, - saja sendiri tidak tahu persis 
harus disebut apa. Ia put jat sekali, dan air mukanja kelihatan 
letih; ia mengingatkan saja kepada isteri saja sesudah selesai 
mengurus pakaian. Pakaiannja kemedja pandjang putih atau ba-
dju jang tanpa pantjung sampai kelutut, didepan diikat dengan 
peniti hitam. Dia tidak memakai japon atau rok jang pantas diba-
wahnja, tapi kain hitam berbunga-bunga, jang rupanja bebe-
rapa kali dililitkan sekitar tubuhnja, dan menutup pinggul dan 
Iututnja dengan ketat. Tidak ada lipatan, tidak ada jang 
longgar atau lepas, seperti seharusnja pada seorang perempuan. 
Saja bersjukur tidak menjuruh Frits, sebab pakaiannja saja ras a 
tjeroboh sekali, dan keanehan itu ditambah lagi oleh tjara ia 
bergerak dengan bebasnja, seolah-olah ia menganggap dirinja 
sudah baik betul demikian, dan rupanja ia sama sekali tidak 
mengetahui bahwa pakaian dan tingkah lakunja tidak seperti 
perempuan lain ; - pun nampaknja ia sarna sekali tidak me-
rasa malu dengan kedatangan saja; ia tidak menjembunjikan 
apa-apa dibawah medja, tidak menggeser kursi-kursi, pendeknja, 
ia tidak melakukan sesuatu seperti lazirnnja, djika ada orang 
asing datang dengan muka orang berrnartabat. 
Rambutnja disisirnja kebelakang seperti perempuan Tjina, 
dan diikatnja dibelakang mendjadi sematjam djerat atau buhul. 
Kemudian saja mendengar, bahwa pakaiannja itu adalah sema-
tjam "pakaian di Hindia" , jang dinegeri itu disebut sarung dan 
kebaja, tapi saja rasa djelek sekali. 
- "Apakah anda jufvrouw Sjaalman 1" tanja saja. 
- "Dengan siapa saja mendapat kehormatan bitjara 1" tanja-
nja kembali, dengan nada seolah-olah ia hendak mengatakan 
bahwa saja pun seharusnja mesti lebih "horrnat" bertanja. 
Nah, saja tidak suka berbasa-basi. Dengan prinsipal soalnja 
lain, dan saja terlalu lama dalam perdagangan, untuk tidak me-
ngenal dunia saja; tapi untuk hormat menghorrnati ditingkat 
ketiga, saja rasa tidak pedu. Djadi, dengan singkat saja mendja-
wab: "saja adalah Tuan Droogstoppel, makelar kopi, Laurier-
gracht No. 37, dan bahwa saja hendak bitjara dengan suarni-
nja". 
Ditundjukkannja kursi rotan kepada saja, lalu diraihnja anak 
gadis ketjil jang berrnain diatas lantai, didudukkannja dipang-
kuannja. Anak laki-Iaki ketjil jang saja dengar menjanji tadi me-
mandangi saja dengan tegang, dan melajangkan pandangnja 
dari kepala hingga kekaki saja. Dia djuga tidak memperlihatkan 
sikap malu-malu; umurnja kira-kira enam tahun, pakaiannja 
djuga aneh ; tjelananja ja~g longgar tidak sampai me~utupi se-
paroh pahanja, dan kakinja terbuka sadja dari situ sampai ke-
mata kaki. Sangat tak senonoh, saja rasa. - "Kau datang untuk 
bitjara dengan Papa ?" tiba-tiba ia bertanja kepada saja, dan 
saja segera mengetahui, bahwa anak itu kurang sekali pendidi-
kannja; kalau terdidik, tentulah ia berkata: "Apakah Tuan". 
Tapi karena saja tidak tahu bagaimana harns bersikap, dan 
46 
ingin bitjara-bitjara, sajapun mendjawab: 
- "Ja, ujung, saja datang untuk bitjara dengan Ajah anda; 
apakah ia segera pulang?" 
- "Aku tidak tahu. Dia keluar, mentjari wang untuk mem-
belikan aku sekotak tjat." (Frits mengatakan sekotak tjet, tapi 
saja tidak mau. Tjat adalah tjat, dan bukan tjet). 
- "Sudah, jung, kata perempuan itu ; pergilah bermain-main 
dengan . gambar-gambarmu, atau dengan kotak mainan tjina". 
- "Kau tahu bukan, tuan itu sudah membawa semuanja 
kemarin". 
Ibunja pun disebutnja dengan "kau", dan rupanja ada seorang 
"tuan jang telah membawa semuanja" ...... suatu kundjungan 
jang gembira! Perempuan itu pun nampaknja tidak berlega 
hati, sebab diam-diam ia menjapu air matanja, ketika membawa 
anak gadisnja kepada anaknja jang lald-Iaki itu. - "Nah, kata-
nja, bermainlah dengan Noni". Aneh nama itu. Dan anak-anak 
itu pun bermain-main. 
- "Nah, Jufvrouw, tanja saja, apakah suami anda abn 
segera pulang ?" 
- "Saja tidak bisa memastikan" ...... djawabnja. Tiba-tiba 
anak laki-Iaki jang tadinja berrnain "kapal-kapalan" dengan 
adiknja itu, meninggalkan adiknja, dan bertanja kepada saja ! 
- "Tuan, mengapa kau sebut mamaku "Jufvrouw" 22) ? 
- "Djadi, bagaimana jung, apa jang harus aku katakan ?" 
- "Semua orang bilang ...... "jufvrouw" ialah perempuan 
dibawah sana, jang mendjual piring". 
Saja adalah makelar kopi, Last & Co, Lauriergracht, No. 37, 
kami tiga belas orang dikantor, dan kalau Stem jang tidak 
mendapat gadji, diikutsertakan, maka kami empat belas orang. 
Nah, isteri saja disebut "lufvrouw", apakah saja sekarang ha-
rus menjebut perempuan didepan saja itu "mevrouw", - njonja ? Kan tidak bisa ; setiap orang menurut kelasnja ...... dan 
lagi pula, kemarin djuru sita mengangkut segalanja, ...... djadi, 
tjukuplah saja menjebut "jufvrouw", dan saja tetap pada pen-
dirian itu. 
Saja tanjakan mengapa Sjaalman tidak datang kepada saja 
untuk mengambil kembali bungkusannja. Perempuan itu rupa-
nja tahu tentang itu, dan mengatakan bahwa "mereka pergi ke 
Brussel, bahwa ia disana bekerdja untuk "Indépendance", tapi 
tidak bisa tetap disitu, karena karangan-karangannja menjebab-
kan surat kabar itu sering tidak diizinkan masuk kedalam per-
batasan Perantjis ; bahwa mereka sudah beberapa hari kembali 
di Amsterdam, karena Sjaalman akan mendapat pekerdjaan di-
siDÏ ...... " 
- "Tentunja pada Gaafzuiger ?" tanja saja. 
- "Ja, itulah dia; tapi gagaI", katanja. Saja lebih banjak 
tahu tentang itu. Dia mendjatuhkan Aglaïa, lagipula ia malas, 
sok pintar dan penjakitan ...... karena itu ia diusir ..... . 
- "Dan, ia melandjutkan, dalam beberapa hari ini tentu 
ia akan datang kepada saja, dan barangkali djuga sekarang ini 
sedang dalam perdjalanan kerumah saja, untuk meminta dja-
waban atas permohonannja". 
Saja katakan bahwa Sjaalman harus datang, tapi ia tidak 
boleh membunjikan lontjeng, sebab itu menjusahkan bagi pela-
jan; kalau dia mau menunggu, kata saja, maka pintu akan 
terbuka, kalau ada orang keluar. Lalu saja berangkat, dan saja 
bawa lagi gula-gula jang saja bawa, sebab terus terang sadja, 
saja tidak suka ditempat itu. Saja tidak merasa senang. Make-
lar bukan kuli, dan saja katakan tampang saja tampang orang 
baik-baik; saja memakai djas dengan bulu binatang, namun 
dia duduk sadja dengan biasa dan berbitjara dengan tenang 
kepada anak-anaknja, seolah-olah tidak ada orang lain. Lagi-
pula nampaknja ia habis menangis, dan saja tidak suka orang-
orang jang selalu tidak puas; dan lagi tempat itu dingin dan 
suasananja tidak akrab, mungkin karena barang-barang telah 
diangkut, dan saja suka suasana akrab dalam kamar. Dalam  
perdjalanan pulang, saja memutuskan untuk mempertimbangkan 
kedudukan Bastiaans sekali lagi, sebab saja tidak suka meme-
tjat seseorang. 
Sekarang menjusul minggu pertama bagi Stern. Sudah barang 
tentu banjak hal-hal didalamnja jang tidak saja suka, tapi saja 
harus berpegang pada pasal dua, dan keluarga Rosemeijer se-
tudju; - tapi saja kira mereka memudji-mudji Stem, karen a 
ia mempunjai paman di Hamburg, jang berdagang gula. 
Sjaalman mem:mg datang kerumah ; dia bitjara dengan Stern, 
dan mendjelaskan kepadanja beberapa kata dan hal-hal jang 
dia tidak mengerti, jang Stem tidak mengerti, maksud saja. 
Saja minta sekarang pembatja dengan sabar membatjai bab-bab 
berikut, nanti kemudian saja akan memberikan lagi sesuatu 
jang padat dari saja, Batavus Droogstoppel, makelar kopi: 

Pagi-pagi djam sepuluh ada keramaian jang tidak lazim didjalan 
besar jang menghubungkan daerah Pandeglang dengan Lebak. 
"Djalan besar" mungkin terlalu hebat untuk djalan ketjil jang 
demi menghormati dan karena tidak ada jang lebih baik, 
disebut djalan; tapi djika kita, dengan kereta empat kuda 
berangkat dari Serang, ibukota Bantam, dengan maksud untuk 
pergi ke Rangkas-Betung, ibukota barn daerah Lebak, maka 
bolehlah dipastikan bahwa kita akan sampai ketempat itu se-
sudah beberapa waktu. Djadi, itu memang djalan. Saban se-
bentar kereta masuk kedalam lumpur, jang ditanah rendah 
Bantam itu padat, liat dan kental ; - setiap kali terpaksa 
diminta bantuan dari penduduk didesa-desa dekat situ, - mes-
kipun tidak terlalu dekat, sebab desa-desa itu tidak banjak di-
daerah itu, - tapi apabila kita achirnja berhasil mengumpulkan 
dua puluh petani dari sekitar situ, maka biasanja tidak lama 
kemudian kuda-kuda dan kereta sudah berada ditanah keras 
lagi. Sang kusir membunjikan tjambuknja; pedjalan kaki, -
di Eropah saja kira disebut "palfrenier", atau sebenarnja di 
Eropah tidak ada jang bisa disamakan dengan pedjalan-pedjalan 
kaki ini, - pedjalan-pedjalan kaki jang tidak ada samanja 
itu, dengan tjambuk-tjambuknja jang pendek dan tebal, melom-
pat-lomp at lagi disamping kuda jang empat, mereka itu ber-
teriak-teriak mengeluarkan bunji-bunji jang tidak bisa dilukis-
kan, dan mentjambuk kuda-kuda itu dibawah perutnja untuk 
menggalakkannja. 
50 
Demikianlah perdjalanan diteruskan beberapa waktu tergon-
tjang-gontjang, sampai datang lagi saat jang menjedihkan, kereta 
masuk lagi sampai keasnja kedalam lumpur. Maka kedengaran 
pula teriakan minta tolong, - ditunggu sampai pertolongan 
itu datang, dan diteruskanlah perdjalanan dengan sus ah pajah. 
Seringkali apabila saja melewati djalan itu, saja merasa se-
ol ah-ol ah akan menemukan disalah satu temp at sebuah kereta 
dengan penumpang-penumpang abad jang lalu, masuk kedalam 
lumpur dan dilupakan. Tapi ini tidak pernah terdjadi. Djadi, 
saja kira, tiap orang jang pernah melalui djalan itu, achirnja 
sampai djuga ketempat tudjuan. 
Orang akan keliru sekali, djika mempunjai gambaran tentang 
seluruh djalan besar dipulau Djawa, menurut ukuran djalan 
didaerah Lebak itu. Djalan raja jang sebenarnja, dengan tja-
bang-tjabangnja jang banjak, jang disuruh Marsekal Daendels 
buat dengan pengorbanan jang besar dari rakjat, sesungguhnja 
merupakan suatu pek~lidjaan jang hebat, dan kita takdjub 
dengan semangat orang itu, jang dengan menempuh segala 
kesukaran jang dilintangkan orang-orang jang iri hati dan ka-
wan-kawannja ditanah airnja, berani menghadapi rakjat jang 
enggan dan kepala-kepala jang tidak senang, untuk mengerdja-
kan sesuatu, jang sampai sekarang masih menimbulkan keka-
guman tiap pengundjung dan sepantasnja dikagumi. 
Tidak ada djalan pos kuda di Eropah, pun tidak di Inggris, 
Rusia atau Hongaria, jang dapat disamakan dengan djalan pos 
kuda dipulau Djawa. Melalui punggung gunung jang tinggi-
tinggi, menjusur djurang jang mengerikan, kereta jang sarat 
barang-barang, terus mentjongklang tiada hentinja. Sang kusir 
duduk diatas terpul seperti terpaku, berdjam-djam, ja, berhari-
hari terus menerus, dan mengajun tjambuk dengan tangan besi. 
Dan dapat menghitung dengan tepat dimana dan sampai berapa 
djauh ia harus menahan kuda-kuda jang sedang berlari, dan 
kemudian sesudah terbang menuruni lembah-lembah lereng 
gunung, nun diudjung itu ..... . 
- "Ja, Tuhan, djalan itu ...... kita masuk kedalam djurang,  
djerit orang jang tidak berpengalaman, disitu tidak ada djalan 
...... disitu ada djurang!" 
Ja, demikianlah nampaknja. Djalan meliku, satu lontjatan 
lagi dan djatuhlah pasangan kuda depan kedalam djurang, tapi 
djustru pada saat itu kuda-kuda membelok, dan kereta melajang 
memutar sudut. Mereka terbang kegunung tinggi, jang saat se-
belumnja tidak anda lihat, ...... dan djurang sudah ada dibela-
kang anda. 
Ada saat-saat tatkala kereta hanja berpidjak pada roda disisi 
dalam busur jang didjalaninja. Tenaga sentrifugal telah meng-
angkat roda-roda luar dari atas tanah. Perlu ketenangan luar 
biasa untuk tidak memedjamkan mata, dan barangsiapa jang 
pertama kali melakukan perdjalanan dipufau Dfawa, biasanja 
menulis surat kepada keluarganja di Eropah, bahwa ia terlepas 
dari bahaja maut; tapi mereka jang sudah biasa, tertawa sadja. 
Saudara pembatja, bukanlah maksud saja, terutama tidak pada 
permulaan tjerita saja, untuk meminta perhatian anda lama-lama 
terhadap lukisan tempat-tempat, tamasja alam atau gedung-
gedung. Saja kuatir anda akan bosan karena tjerita saja jang 
bertele-tele; baru kemudian, djika saja merasa bahwa anda 
memperhatikan sepenuhnja tjerita saja, djika saja melihat dalam 
pandangan dan sikap anda, bahwa anda memperhatikan nasib 
tokoh pahlawan wanita jang melontjat dari tingkat keempat, 
barulah saja, dengan tidak memperhatikan sama sekali segala 
hukum gaja berat, membiarkan dia melajang antara Iangit dan 
bumi, sampai saja puas menggambarkan dengan teliti keindah-
an-keindahan tamasja alam, atau gedung jang rupanja ada di-
situ, untuk memberi kesempatan bitjara berhalaman-halaman 
mengenai arsitektur abad pertengahan. Semua puri serupa jang 
satu dengan jang Iain. Puri-puri itu tidak berobah-obah dan 
selalu merupakan susunan bangunan jang heterogen. "Corps de 
logis" 1) selalu berasal dari beberapa pemerintahan terdahulu, 
kemudian tambahan-tambahan ditambahkan ketika seseorang 
radja berkuasa sesudah itu. Menara-menara dalam keadaan 
bobrok ........ . 
Saudara pemba tja, tidak ada menara-menara. Suatu menara-
adalah buah pikiran, suatu impian, suatu ideal. Ada "menara-
menara separoh" dan "menara-menara ketjil". 
Orang-orang jang fanatik, jang mengira harus membangun 
menara-menara diatas gedung-gedung jang didirikan untuk 
menghormati orang sutji ini atau itu, tidak tjukup lama hidup 
untuk menjelesaikannja, dan punt jak tadjam jang harus menun-
djukkan sorga kepada orang-orang beriman, biasanja terletak 
beberapa djalan berputar dibawah jang semestinja, diatas dasar 
jang masif, jang mengingatkan kepada orang laki-Iaki tanpa 
paha dikermis. Hanja "menara-menara ketjil", menara-menara 
runtjing jang ketjil, diatas geredja-geredja dusun, jang dikerdja-
kan dengan rapi sampai selesai. 
Bukanlah suatu hal jang membanggakan bagi peradaban 
Barat, bahwa djarang pikiran untuk mewudjudkan karja jang be-
sar, dapat bertahan, tjukup lama untuk melihat karja itu selesai 
dikerdjakan. Saja sekarang tidak bitjara tentang pekerdjaan-
pekerdjaan jang perlu diselesaikan untuk menutup ongkos-ong-
kos; barangsiapa jang hendak mengetahui dengan tepat apa 
jang saja maksud, hendaklah melihat geredja Dom di Keulen. 
Hendaknja ia menggambarkan dengan djelas tanggapan jang 
agung tentang gedung itu, dalam djiwa arsiteknja; - memba-
jangkan keimanan dalam hati rakjat, jang memungkinkan arsi-
tek itu memulai pekerdjaan dan meneruskannja ; - membajang-
kan pengaruh pikiran-pikiran jang diperlukan oleh bangunan 
raksasa demikian, supaja dapat mendjadi gambaran jang njata 
dari rasa keagamaan jang tidak kelihatan ; - dan hendaklah ia 
membandingkan kerasukan itu dengan arahnja, jang beberapa 
abad kemudian melahirkan saat dimana orang menghentikan 
pekerdjaan ..... . 
Ada suatu tjelah jang dalam antara Erwin Van Steinbach
dan arsitek-arsitek kita ! Saja tahu, bahwa sudah bertahun-tahun 
orang sibuk meBimbun tjelah itu;...... pun di Keulen orang 
membangun lagi geredja Dom. Tapi dapatkah tali jang putus 
disambung kembali; dapatkah kita menemukan kembali dizaman 
kita ini, apa jang ketika itu merupakan tenaga pemangku geredja 
dan arsitek? Saja kira tidak. Vang bisa disediakan, dengan itu 
bisa dibeli batu dan kapur ; - seniman jang membuat rentjana 
bisa dibajar, demikian pula tukang batu, jang memasang batu 
. .. Tapi tidak bisa dibeli dengan wang perasaan jang kesasar 
namun patut dihormati, jang melihat suatu rentjana bangunan 
sebagai suatu sadjak, suatu sadjak dari granit jang bitjara keras 
kepada rakjat ; suatu sadjak dalam batu pualam jang berdiri 
disana sebagai doa abadi jang tidak bergerak, doa terus menerus. 
Nah, diperbatasan antara Lebak dan Pandeglang pada suatu 
pagi ada keramaian jang luar biasa. Beratus-ratus kuda berpela-
na menutup djalanan, dan sekurang-kurangnja seribu orang, 
djumlah jang banjak untuk tempat itu, berdjalan mondar-mandir 
sibuk menunggu. Nampak disana kepala-kepala desa, kepala-
kepala distrik daerah Lebak, masing-masing dengan pengiring-
nja; dan melihat kuda Arab baster jang elok dan berpakaian 
mewah sedang menggigit kekang perak dalam rombongan itu, 
mestinja turut hadir seorang kepala jang tinggi kedudukannja 
ditempat itu. Dan memang demikian. Bupati Lebak, Raden 
Adipati ...... meninggalkan Rangkas-Betung dengan iringan jang 
besar, dan meskipun usianja sudah tinggi ia telah mendjalani 
dua belas atau empat belas pal 3), jakni dj arak antara tempat 
kediamannja dan daerah Pandeglang. 
Mereka sedang menunggu seorang asisten residen jang baru ; 
dan kelaziman jang dinegeri Hindia mempunjai kekuatan hu-
kurn, lebih-Iebih dari ditempat lain, menghendaki bahwa pedja· 
bat jang bertugas memerintah suatu daerah, harus disambut 
3) Satu pal = ± 1112 km.  
setjara meriah waktu ia datang didaerah itu. Pun kontelir, se-
orang laki-Iaki separoh baja, jang telah heberapa bulan sedjak 
meninggalnja asisten residen jang lalu, mendjalankan pemerin-
tahan sebagai orang pertama dibawah pangkatnja, hadir disana. 
Segera setelah diketahui bahwa asisten residen jang baru itu 
tidak lama lagi akan datang, tjepat-tjepat didirikan sebuah 
"pendopo"; sebuah medja dan beberapa kursi dibawa kesana, 
disediakan buah-buahan dan minuman jang sedjuk, dan didalam 
pendopo itu bupati dan kontelir menunggu kedatangan sep baru 
itu. 
"Pendopo" adalah ekspresi jang paling sederhana däri ide 
"atap", jaitu djika tidak terhitung topi berpinggir leb ar, pajung, 
atau pohon jang berlobang didalam. Anda bajangkanlah empat 
atau enam tiang bambu jang dipantjangkan diatas tanah, 
udjung-udjungnja dihubungkan dengan bambu-bambu jang laio, 
dan ditutup dengan daun-daun nip ah jang didaerah ini disebut 
"atap" ; itulah pendopo. Anda lihat, sederhana sekali, dan 
memang maksudnja hanja sebagai "pied à terre" 4), untuk pe-
djabat-pedjabat Eropah dan Bumiputera, jang datang disana 
untuk mengelu-elukan kepala baru diperbatasan. 
Kurang tepat djika saja menjebut asisten residen djuga ada-
lah kepala bupati. Perlu didjelaskan pandjang lebar susunan 
pemerintahan didaerah-daerah itu. 
Mengenai hubungan negeri Belanda dengan penduduk, apa 
jang disebut "Hindia Belanda" - saja rasa penggunaan adjektif 
kata "Belanda" kurang benar, tapi sudah resmi, - dapat dibagi 
dalam dua bagian utama. Satu bagian terdiri dari sukubangsa-
sukubangsa, jang radja-radjanja, besar atau ketjil, mengakui 
kedaulatan pemerintah Belanda sebagai pelindung, tapi peme-
rintahan langsung sedikit banjaknja masih tetap dalam tangan 
kepala-kepala Bumiputera sendiri. Satu bagian lain, termasuk 
dalamnja seluruh pulau Djawa, dengan beberapa keketjualian 
ketjil jang semu pula, langsung takluk sama sekali kepada 
4) Pondok, pasanggrahan. 
55 
negeri Belanda. Disini tidak ada soal bea atau upeti atau 
persekutuan. Orang Djawa adalah kaula Belanda. Radja Be-
landa adalah radjanja. Turunan radja-radja dan tuan-tuannja 
dahulu adalah pedjabat-pedjabat Belanda; mereka diangkat, 
dipindahkan, dinaikkan pangkat, dipetjat oleh gubernur djen-
deral, jang memerintah atas nama radja. Pendjahat dikenakan 
hukuman dan divonis menurut undang-undang jang keluar dari 
's Gravenhage. Padjak jang dibajar oleh orang Djawa masuk 
kedalam kas negeri Belanda ..... . 
Didalam buku ini terutama dimaksud hanja bagian ini dari 
hak milik Belanda, jang karena itu sungguh-sungguh merupakan 
bagian dari Keradjaan Belanda. 
Gubernur djenderal didampingi oleh sebuah dewan, tapi de-
wan itu tidak mempunjai pengaruh menentukan atas keputusan-
keputusannja. Di Betawi berbagai tjabang pemerintahan itu 
terbagi atas departemen-departemen, jang dikepalai oleh direk-
tur-direktur; mereka ini merupakan mata rantai pemerintahan 
tinggi gubernur djenderal, dan residen-residen dipropinsi-pro-
pinsi. Tapi dalam urusan-urusan jang bersifat politik, pedjabat-
pedjabat itu langsung berhubungan dengan gubernur djenderal. 
Penamaan "residen" berasal dari masa tatkala negeri Belanda 
hanja mendjadi penguasa tak langsung atas rakjat, dengan 
memindjamkan tanah, dan diwakili düstana-istana radja-radja 
jang masih memerintah, oleh residen-residen. Radja-radja tidak 
ada lagi; residen-residen telah mendjadi penguasa-penguasa 
swapradja, mereka itu djadi gubernur-gubernur daerah, prefek-
prefek. Lingkungan kerdjanja sudah berobah, tapi namanja 
tetap. 
Residen-residen itulah sebenarnja jang mewakili Kekuasaan 
Belanda terhadap penduduk Djawa. Rakjat tidak mengenal 
gubernur djenderal, anggota-anggota dewan Hindia, maupun 
direktur-direktur di Betawi; rakjat hanja mengen al residen dan 
pedjabat-pedjabat bawahannja jang memerintah mereka itu. 
Residensi itu - ada jang berpenduduk hampir satu djuta 
djiwa - terbagi atas tiga, empat atau lima daerah atau kabupaten, jang dikepalai oleh asisten residen asisten residen. 
Dibawahnja pemerintahan dilakukan oleh kontelir-kontelir, op-
siner-opsiner dan sedjumlah besar pedjabat-pedjabat lain, jang 
diperlukan untuk menagih padjak, mengawasi pertanian, mendi-
rikan gedung-gedung, untuk pekerdjaan djawatan pengairan, 
polisi dan urusan hukum. 
Dalam setiap daerah seorang kepala Bumiputera berpangkat 
tinggi dengan gelar Bupati, mendampingi asisten residen. Bupati 
demikian, meskipun hubungannja terhadap pemerintah dan ling-
kungan kerdjanja, semata-mata sebagai pedjabat bajaran, selalu 
dari golongan bangsawan tinggi, dan sering berkeluarga dengan 
radja-radja, jang dahulu pemah memerintah sebagai penguasa 
merdeka didalam swapradja atau didaerah sekitar situ. Dengan 
demikian setjara politis dipergunakan pengaruh feodal mereka 
jang lama, jang diseluruh Asia penting sekali, dan pada ke-
banjakan sukubangsa dianggap sebagai soal keagamaan. Dengan 
mengangkat kepala-kepala itu mendjadi pedjabat, tertjiptalah 
sematjam hierarchi, dipuntjaknja kekuasaan Belanda jang di-
djalankan oleh gubemur djenderal. 
Tidak ada sesuatu jang baru dibawah kolong langit. Bukan-
kah Graf Keradjaan, Graf Daerah Mark, Graf Daerah Gau, 
Graf Perbatasan dan Graf-graf lainnja dalam keradjaan Djerman 
djuga diangkat oleh Kaisar, dan biasanja dipilih dari baron-
baron ? Saja tidak akan bitjara pandjang lebar tentang asal usu! 
kaum bangsawan, jang sama sekali adalah hal jang fitri, namun 
saja ingin mengatakan, bahwa disini maupun dinegeri Hindia, 
jang djauh itu, sebab-sebab jang sama mempunjai akibat-akibat 
jang sama. Sebuah negeri harus diperintah dari djarak djauh, 
maka untuk itu diperlukan pedjabat-pedjabat jang mewakili 
pemerintah pusat. Dibawah sistim pemerintahan militer jang 
sewenang-wenang, untuk itu bangsa Rumawi memilih prefek-
prefek, biasanja panglima legiun 5) jang menáklukkan daerah 
jang direbut. Maka itu daerah-daerah demikian disebut "Pro-
pinsi", artinja: wilajah taklukan. Tapi ketika kemudian kekua-
saan pusat keradjaan Djerman perlu mengikat suatu bangsa 
jang djaub dari pusat dengan tjara lain dari kekuatan fisik 
belaka, apabila suatu daerah jang djauh dianggap djadi sebagian 
dari keradjaan karena persamaan keturunan, bahasa dan adat 
kebiasaan, maka dirasakan perlunja menugaskan seseorang 
untuk memimpin, seseorang jang bukan sadja berasal dari da-
erah itu, tapi djuga jang karena kedudukannja lebih tinggi 
deradjatnja dari sesamanja warga daerah itu, supaja perintah-
perintah kaisar mudah dipatubi, karena sama-sama ada kese-
diaan untuk tunduk kepada orang jang ditugaskan mendjalankan 
perintah-perintah itu; dengan demikian dapatlah pula dihin-
darkan seluruhnja atau sebagian pengeluaran untuk tentara jang 
waspada setiap waktu atas beban kas negara, atau seperd jang 
biasanja terdjadi, atas beban daerah-daerah itu sendiri, jang 
harus didjaga oleh tentara demikian. Maka dipilihlah graf-graf 
jang mula-mula dari baron-baron didalam negeri, djadi sebe-
narnja "graf" itu bukan suatu gelar bangsawan, tapi hanja 
panamaan bagi seseorang jang diberi sesuatu djabatan. Djadi 
saja kira diabad pertengahan orang berpendapat, bahwa kaisar 
Djerman berhak untuk mengangkat "Graf-graf" (pemerintah 
swapradja) dan "Hertog-hertog" (panglima-panglima tentara), 
tapi baron-baron mengatakan, bahwa menurut kelahirannja, 
mereka sama dengan kaisar, mereka hanja tunduk kepada 
Tuban, disamping kewadjibannja mengabdi kepada kaisar, itu-
pun hanja djika kaisar itu dipilih dengan persetudjuan mereka 
dan dari kalangan mereka. Seorang Graf menduduki djabatan 
jang untuk itu kaisar memanggilnja; seorang Baron mengang-
gap dirinja "baron karena karunia Tuhan". Graf mewakili 
kaisar, dan sebagai demikian memakai pandji-pandji kaisar; se-
orang baron mengerahkan rakjat dibawah pandji-pandjinja sendiri 
sebagai Pemangku Pandji-pandji. 
Keadaan bahwa graf dan hertog biasanja dipilih dari baron-
baron, menjebabkan bahwa mereka mempergunakan pengaruh 
pentingnja pekerdjaan mereka bersama-sama dengan pengaruh  
keturunannja, dan rupanja itulah sebabnja maka kemudian 
gelar Graf dan Hertog dianggap lebih utama dari Baron, ter-
utama sesudah orang terbiasa dengan turun temurunnja djabatan 
itu. Sampai sekarang banjak keluarga baron, jang menolak di-
djadikan graf, sebab itu dianggap merendahkan ; karena mereka 
itu tanpa restu kaisar atau radja - menganggap kebangsawan-
annja asli, mereka se/alu bangsawan, sedjak adanja negeri, karma 
itu mereka bangsawan. Banjak tjontoh-tjontohnja. 
Orang-orang jang ditugaskan memerintah suatu wilajah graf, 
tentu sadja mentjoba mempengaruhi kaisar, suapaja putera-
puteranja, atau djika mereka tidak berputera, keluarganja jang 
lain menggantikan mereka dalam djabatannja. Dan memang 
lazimnja demikian jang terdjadi, meskipun saja kira hak peng-
gantian itu tidak diakui setjara organik 6), sedikitnja mengenai 
djabatan-djabatan demikian dinegeri Belanda, seperti misalnja 
graf Holland, Selandia, Vlaanderen, Henegouwen; hertog 
Brabant, Gelderland, dan lain-lain. Djabatan itu mula-mula 
merupakan suatu anugerah, kemudian suatu kebiasaan, dan 
achirnja suatu keharusan, tapi tidak pernah hak turun temurun 
itu mendjadi hukum undang-undang. 
Hampir dengan tjara jang sama, mengenai pilihan orang-orang, 
sebab disini tidak ada persamaan penuh lingkungan kerdja, suatu 
wilajah dipulau Djawa dikepalai oleh seorang pedjabat Bumipu-
tera, jang menghubungkan pangkat jang diberikan kepadanja 
oleh gubernemen dengan pengaruh "autochton" 7), untuk me-
mudahkan pedjabat Eropah jang mewakili kekuasaan Belanda, 
mendjalankan pemerintahan. Pun disini hak turun temurun, 
tanpa ditetapkan dengan undang-undang, mendjadi kebiasaan. 
Selagi bupati masih hidup soal ini biasanja sudah diatur, dan 
adalah sebagai gandjaran atas keradjinan dan kesetiaan, djika 
kepadanja didjandjikan, bahwa ia dalam djabatannja akan di-
gantikan oleh puteranja; kalau orang menjimpang dari ke-
biasaan ini, tentu ada sebab-sebab jang penting sekali, dan djika 
demikian haInja, biasanja jang dipilih sebagai pengganti itu, 
masih anggota keluarga pedjabat itu djuga. 
Hubungan antara pedjabat-pedjabat Eropah, dan pembesar-
pembesar Djawa jang tinggi kedudukannja demikian, sangat 
halus. Asisten residen suatu wilajah adalah orang jang ber-
tanggungdjawab; dia mendapat petundjuk-petundjuk, dan di-
anggap sebagai kepala wilajah. Tapi ini tidak mentjegah bahwa 
bupati djauh lebih tinggi kedudukannja daripadanja, karena 
pengetahuannja tentang tempat, karena kelahiran, karena pe-
ngaruhnja kepada penduduk, karena penghasilannja berupa 
keuangan, dan karena tjaranja hidup jang sesuai dengan itu. 
Lagipula bupati, sebagai lambang "unsur Djawa" dalam wila-
jahnja, dianggap berbitjara atas nama seratus ribu atau lebih 
penduduk kabupatennja, dan merupakan orang jang djauh lebih 
penting dalam mata gubememen dari pegawai Eropah biasa. 
Orang tidak perlu takut kepada pedjabat Eropah itu kalau ia 
tidak senang, sebab banjak jang lain jang bisa menggantikannja, 
sedangkan kemarahan seorang bupati mungkin bisa mendjadi 
benih huru-hara dan pemberontakan. 
Djadi, dari semua ini timbul keanehan, bahwa sebenarnja 
orang bawahan memerintah orang atasan. Asisten residen me-
merintahkan kepada bupati memberikan laporan kepadanja; -
dia memerintahkan supaja bupati mengirim orang untuk me-
ngerdjakan djembatan dan djalan-djalan; - dia memerintahkan 
bupati untuk memungut padjak ; - dia memanggilnja hadir 
dalam sidang pengadilan negeri, dimana dia, asisten residen, 
mendjadi ketua; dia menegur bupati, djika ia lalai melakukan 
kewadjibannja. Hubungan jang aneh ini hanja dimungkinkan 
dengan tatatjara jang hormat sekali, tanpa meninggalkan keak-
raban, atau dimana perlu, ketegasan, dan saja kira suasana 
jang harus berlaku dalam hubungan ini dinjatakan dengan baik 
dalam aturan resmi tentang itu: "pedjabat Eropah" harus 
memperlakukan pedjabat bumiputera jang mendampinginja,  
sebagai "saudaranja jang lebih muda". 
Tapi dia djangan lupa, bahwa "saudara jang lebih muda" itu 
sangat ditjintai, - atau ditakuti, - oleh orang tuanja, dan 
bahwa djika terbit pertengkaran, kelebihan umumja segera akan 
disebut-sebut sebagai alasan untuk memarahi dia, karena tidak 
memperlakukan "adiknja" dengan lebih sabar. 
Sifat hormat jang telah mendjadi pembawaan pembesar Dja-
wa, - bahkan orang Djawa jang sederhana pun djauh lebih 
hormat dari orang Eropah jang sama sederadjat dengannja, -
membuat hubungan jang nampaknja sukar itu mendjadi mudah, 
lebih mud ah dari jang disangka. Orang Eropah hendaklah tahu 
adat, sopan, dan tingkah lakunja berwibawa, ramah, nistjaja 
sang bupati sebaIiknja akan memudahkan pekerdjaannja dalam 
pemerintahan. Perintah jang keras, dinjatakan dengan tjara 
meminta, didjalankan dengan tjermat. Perbedaan kedudukan, 
kelahiran, kekajaan, dihapuskan sendiri oleh bupati, jang me-
rangkul siorang Eropah sebagai wakil radja Belanda, dan achir-
nja tertjiptalah suatu hubungan, jang djika dilihat sepintas lalu, 
harusnja menimbulkan bentrokan, tapi sering mendjadi sumber 
pergaulan jang menjenangkan. 
Saja katakan, bahwa bupati-bupati demikian djuga lebih 
utama karena kekajaannja, dan itu sudah sewadjamja. Si orang 
Eropah, djika ia mendapat tugas untuk memerintah suatu pro-
pinsi, jang luasnja sama dengan kebanjakan wilajah hertog di 
Djerman, biasanja adalah orang jang separoh baja atau lebih 
dari separoh baja, sudah beristeri dan punja anak, ...... ' dia 
bekerdja untuk mentjar; nafkah. Penghasilannja pas-pasan sadja, 
dan malahan sering tidak tjukup untuk keperluan keluarganja. 
Bupati itu ialah "Tumenggung", "Adipati", ja bahkan "Pange-
ran", Radja Djawa. Soalnja baginja bukanlah supaja ia bisa 
hidup, - dia harus hidup sebagaimana rakjat biasa melihatnja 
dalam kedudukannja sebagai bangsawan. Sedangkan orang 
Eropah meninggali sebuah rumah, seringkali temp at kediaman 
bupati ialah sebuah "Keraton", dengan rumah-rumah dan desa-
desa didalamnja. Dimana orang Eropah mempunjai seorang  
isteri dengan tiga, empat anak, maka bupati memelihara se-
djumlah perempuan dengan segala embel-embelnja. Dimana 
orang Eropah bepergian dengan diiringi oleh beberapa orang 
pedjabat, tjukup untuk memberikan beberapa keterangan dalam 
perdjalanan inspeksi, - maka bupati diiringi oleh beratus-ratus 
orang, jang didalam mata rakjat tidak bisa dipisahkan dari 
deradjatnja jang tinggi. Orang Eropah hidup sebagai warga; 
sang bupati hidup, - atau dianggap hidup, - sebagai radja. 
Tapi untuk semua ini harus keluar ongkos. Pemerintah Be-
landa, jang bersandar pada pengaruh bupati-bupati itu, tahu 
akan hal ini, djadi, lebih dari wadjar bahwa ia meningkatkan 
penghasilannja begitu tinggi, sehingga orang "bukan Bumi-
putera" menganggapnja berlebih-Iebihan, tapi sebenarnja peng-
hasilan itu djarang mentjukupi untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran jang berhubungan dengan tjara hidup kepala 
Bumiputera demikian. Bukan hal jang tidak lazim, bahwa 
bupati-bupati jang mempunjai penghasilan dua kali, ja, tiga kali 
seratus ribu setahun, mengalami kesukaran keuangan. Hal jang 
demikian itu disebabkan pula oleh sikap mereka jang atjuh tak 
atjuh, laksana radja, menghambur-hamburkan penghasilannja; 
oleh kelalaian mereka dalam mengawasi bawahannja; oleh 
penjakit mereka mau membeli segalanja, dan terutama, oleh 
karen a sifat-sifat itu sering disalahgunakan oleh orang Eropah. 
Penghasilan kepala-kepala bangsa Djawa, dapat dibagi dalam 
empat bagian. Pertama, wang bulanan jang sudah ditentukan; 
kemudian suatu djumlah tetap sebagai ganti rugi atas hak-hak 
jang sudah dibeli, jang sudah pindah ketangan pemerintah 
Belanda; ketiga suatu hadiah jang sebanding dengan djumlah 
barang jang dihasilkan oleh kabupatennja: kopi, gula, nila, 
kaju manis, dan sebagainja; dan achirnja, mereka dengan se-
wenang-wenang mempergunakan tenaga dan barang kepunjaan 
rakjatnja. 
Dua mat jam sumber jang disebut terachir, memerlukan sedikit 
pendjelasan. Orang Djawa sebenarnja petani ; tanah dimana dia 
lahir, jang banjak menghasilkan dengan sedikit keluar keringat,  
membikin hatinja tertarik untuk mendjadi petani; dan terutama, 
ia dengan seluruh djiwa raganja berkeinginan untuk menanami 
sawahnja, dan dalam hal itu ia sangat tjekatan. Ia tumbuh diM 
tengah sawah-sawahnja, gagah-gagah dan tiparnja, sedjak ketjil 
ia mengikuti ajahnja keladang, dimana ia membantu ajahnja 
membadjak dan mentjangkul, mengerdjakan bendungan dan 
saluran air untuk mengairi ladang-Iadangnja. Usianja dihitungM 
nja dengan berapa kali panen, lamanja waktu dinjatakannja 
dengan warna batang padi diladang; dia merasa senang dite-
ngah teman-temannja memotong padi; ia mentjari djodohnja 
ditengah gadis desa jang sambil menjanji gembira malam hari 
menumbuk padi untuk melepaskan kulitnja; memiliki sepasang 
kerbau jang akan membadjak sawahnja, itulah tjita-tjitanja; ... 
pendeknja, menanam padi bagi orang Djawa, adalah sama de-
ngan memetik anggur bagi orang didaerah Rijn dan di Selatan 
Perantjis. 
Tapi datanglah orang-orang asing dari Barat; mereka itu 
mendjadikan dirinja pemilik tanah itu. Mereka hendak men-
dapat untung dari kesuburan tanah itu, dan menjuruh penduduk 
memberikan sebagian tenaga dan waktunja untuk menghasilkan 
tanaman-tanaman lain, jang lebih menguntungkan dipasar-pasar 
Eropah. Untuk menggerakkan orang-orang jang sederhana 
itu, tjukuplah mempunjai pengetahuan politik sedikit. Mereka 
patuh kepada kepala-kepalanja; djadi tjukuplah kalau dapat 
mempengaruhi kepala-kepalanja itu, dengan mendjandjikan se-
bagian keuntungan kepada mereka ...... , dan, - mereka ber-
hasil. 
Kalau kita perhatikan betapa banjaknja hasil-hasil pulau 
Djawa, jang dilelang dinegeri Belanda, mendjadi jakinlah kita 
betapa suksesnja politik itu, meskipun tidak mulia. Sebab, kalau 
ada orang bertanja apakah sipetani sendiri mendapat upah 
sebanding dengan hasilnja, maka saja harus mengatakan tidak. 
Pemerintah mewadjibkan menanam ditanahnja sendiri apa jang 
dikehendaki oleh pemerintah; pemerintah menghukumnja, djika 
ia mendjual hasil jang diperoleh dengan tjara itu kepada  
siapapun djuga, ketjuali pemerintah, dan pemerintah sendiri 
jang menetapkan harga, jang akan dibajarnja untuk itu. 
Ongkos-ongkos pengangkutan ke Eropah dengan perantaraan 
badan perdagangan jang diberi hak istimewa, tinggi; wang 
penggairah jang diberikan kepada kepala-kepala, memberatkan 
pula harga beli, - dan karena seluruh perdagangan harus 
memberikan untung, keuntungan itu tidak bisa didapat dengan 
tjara lain dari membajar siorang Djawa sekedar supaja ia dja-
ngan mati kelaparan, hal mana akan mengurangi tenaga hasil 
bangsa itu. 
Pun kepada pedjabat-pedjabat Eropah dibajarkan upah se-
banding dengan penghasilan ..... . 
Memang orang Djawa jang miskin diletjut oleh dua kekuasa-
an; memang ia ditarik dari mengerdjakan sawah-sawahnja; -
memang tindakan-tindakan itu seringkali mengakibatkan bahaja 
kelaparan, ...... tapi di Betawi, Semarang, Surabaja, Pasuruan, 
Besuki, Probolinggo, Patjitan, Tjilatjap, bendera-bendera ber-
kibar gembira dikapal-kapal jang sarat memuat hasil panen jang 
mendjadikan negeri Belanda kaja raja. 
Bahaja keJaparan? ...... Dipulau Djawa jang subur dan kaja 
itu, bahaja kelaparan? Ja, saudara pembatja ; beberapa tahun 
jang lalu ada distrik-distrik jang seluruh penduduknja mati 
kelaparan, ...... ibu-ibu mendjual anaknja untuk makan, .....• 
ibu-ibu memakan anaknja sendiri ...•.. 
Tapi kemudian negeri Belanda turun tangan. Diruang-ruang 
sidang perwakilan rakjat orang merasa tidak senang dengan hal 
itu, dan gubernur djenderal tatkala itu memerintahkan djangari 
lagi menambah apa jang disebut Hasil-hasil pasar Eropah sam-
pai orang kelaparan...... Saja djadi merasa geram. Siapakah 
jang dapat menuliskan hal-hal demikian tanpa merasa geram ? 
Achirnja saja akan membitjarakan djenis penghasilan jang 
terachir dan terutama dari kepala-kepala Bumiputera, jakni 
penggunaan sewenang-wenang tenaga orang dan milik rakjat. 
Menurut pengertian umum hampir diseluruh Asia, rakjat 
dengan segala miliknja adalah kepunjaan radja. Demikian pula  
dipulau Djawa. Keturunan atau keluarga radja-radja dahulu 
mempergunakan kebodohan penduduk jang tidak mengerti bah-
wa Tumenggung, Adipati atau Pangeran sekarang ini adalah 
pegawai jang digadji, jang telah mendjual hak-haknja sendiri 
dan hak-hak rakjat untuk penghasilan tertentu, dan bahwa 
padjak jang dahulu dibajarnja kepada radja-radjanja telah di-
ganti dengan pekerdjaan jang dibajar sedikit dikebun kopi atau 
ladang tebu. Orang merasa hal jang biasa, bahwa beratus-ratus 
keluarga mendapat panggilan dari tempat jang djauh, untuk, 
tanpa bajaran, mengerdjakan ladang-ladang milik bupati, orang 
merasa hal jang biasa, bahwa mereka memberikan tanpa ba-
jaran barang makanan untuk keperluan rumah tangga bupati; 
dan djika bupati berkenan menjenangi seekor kuda, seekor 
kerbau, seorang anak gadis, seorang isteri orang biasa, maka 
dianggap luar biasa dan mustahil djika orang itu tidak mau 
menjerahkan tanpa sjarat apa jang diinginkan itu. 
Ada bupati-bupati jang tidak begitu sewenang-wenang, dan 
hanja meminta dari rakjat biasa apa jang sungguh-sungguh di-
perlukannja untuk memelihara gengsinja. J ang lainnja bertindak 
lebih djauh lagi, ...... ' dan dimana-mana tentu ada pelanggaran 
hukum itu. Karena itu sukar, ja, tidak mungkin untuk menghi-
langkan kesewenang-wenangan demikian sama sekali, karena 
kesalahannja terletak pada sifat penduduk sendiri jang mende-
rita dibawah tekanan itu. Orang Djawa sifatnja pemurah, ter-
utama dimana ia hendak membuktikan kasihnja kepada kepa-
lanja, kepada keturunan orang-orang jang dipatuhi oleh orang 
tuanja; dan ia merasa kurang hormat kepada djundjungannja 
turun-temurun, djika ia mendjedjak Keraton tanpa membawa 
barang persembahan. Hadiah-hadiah itu seringkali tidak berarti. 
sehingga penolakan akan dianggap suatu penghinaan, dan ke-
biasaan ini atjapkali dapat dibandingkan dengan penghormatan 
seorang anak jang hendak menjatakan ketjintaannja kepada ajah-
nja dengan mempersembahkan sebuah hadiah ketjil, dan bukan 
harus dianggap sebagai upeti kepada seorang radja jang zalim 
dan sewenang-wenang.  
Tapi dengan demikian suatu penjalahgunaan sukar dihilang-
kan, karena adanja tjara penggunaan jang menjenangkan. 
Djika "alun-alun" didepan kediaman bupati dalam keadaan 
katjau bilau, maka penduduk sekitar situ akan malu, dan tidak 
sedikit wibawa jang akan diperlukan untuk mentjegahnja mem-
bersihkan tanah lapang itu dari rumput-rumput, dan menjesuai-
kannja dengan keadaan jang pantas bagi martabat bupati. Djika 
mereka hendak dibajar, hal itu umumnja akan dianggap sebagai 
penghinaan. Tapi disamping a1un-alun itu, atau ditempat lain, 
sawah-sawah masih menunggu untuk dibadjak, atau menunggu 
air disalurkan kesana, seringkali dari djarak bermil-mil djauh-
nja; - sawah-sawah itu kepunjaan bupati. Untuk mengerdja-
kan ladang-ladang kepunjaannja, dikerahkannja seluruh pendu-
duk kampung-kampung, jang sawahnja sendiri pun memerlukan 
tenaga ... ... itulah penjalahgunaan. 
Semua ini diketahui oleh pemerintah; dan barangsiapa mem-
bat ja lembaran-Iembaran negara jang berisi undang-undang, 
instruksi-instruksi dan pedoman-pedoman untuk pedjabat-
pedjabat, memudji rasa perikemanusiaan dan keadilan, jang 
rupanja mendjadi tudjuan waktu merentjanakannja. Dimana-
mana diperingatkan kepada orang Eropah jang memegang 
kekuasaan dipedalaman, untuk menunaikan salah satu kewadjib-
annja jang paling berat, jakni melindungi penduduk terhadap 
kepatuhannja sendiri, dan ketamakan kepala-kepalanja; dan 
seolah-olah tidak tjukup memerintahkan kewadjiban itu pada 
umumnja, kepada Asisten Residen pun diminta, pada waktu 
menerima pemerintahan suatu wilajah, untuk mengutjapkan 
sumpah tersendiri, bahwa mereka akan menganggap perlindung-
an terhadap penduduk sebagai kewadjiban jang pertama. 
Itu adalab panggilan jang mulla. Menegakkan keadilan ; me-
lindungi siketjil terbadap jang kuat ; menolong jang lemab ter-
hadap keunggulan orang jang kuat; meminta kemball "anak 
domba betina" kepunjaan simiskin dari kandang "penjamun 
keradjaan", ......... nab, bati kita berdebar-debar karena senang, 
teringat babwa kita terpanggil untuk melakukan sesuatu jang 
66 
begitu indah; - dan barangsiapa dipedalaman pulau Djawa 
barangkall kurang senang dengan tempat kedudukannja atau 
gadjinja, hendaklah ia menjadari kewadjibannja jang mulla, ke-
puasan batin apabila kewadjiban demikian telah terlaksana, 
dan iapun tidak akan menginginkan gandjaran jang !ain. 
Tapi kewadjiban itu tidak mudah melaksanakannja. Mula-
mula orang djustru harus menilai dimana penggunaan berhenti, 
dan digantikan oleh penjalahgunaan ,. dan dimana penjalahguna-
an ada, dimana sesungguhnja telah terdjadi perampasan atau 
kesewenang-wenangan, seringkali korban-korban sendiri turut 
membantu, baik karena terlalu patuh, maupun karena ketaku-
tan, atau karena ketjurigaan kepada kemauan atau kekuasaan 
orang jang harus mellndunginja. Setiap orang tahu, bahwa pe-
djabat Eropah tiap saat bisa dipanggil menempati djabatan lain, 
bahwa Bupati, Bupati jang berkuasa itu, tetap ditempatnja. Se-
landjutnja banjak tjara-tjara untuk merampas milik manusia 
miskin jang dungu. Djika seorang "Mantri" mengatakan kepa-
danja, bahwa bupati mengingini kudanja, sehingga kuda itu 
segera mendapat tempat dalam kandang kuda bupati, hal itu 
belum berarti bahwa bupati tidak bermaksud membelinja de-
ngan harga jang tinggi, pada suatu waktu. Djika beratus-ratus 
orang bekerdja diladang-Iadang seorang kepala, tanpa mendapat 
up ah untuk itu, hal ini belum berarti bahwa ia menjuruh mereka 
itu untuk kepentingan dirinja. Bukankah dia mungkin sadja 
bermaksud menjuruh kerdjakan penuaian padi, karena pertim-
bangan perikemanusiaan _ bahwa tanahnja letaknja lebih baik, 
lebih subur dari kepunjaan mereka, dan karena itu pekerdjaan 
mereka akan dibajar lebih baik? 
Lagipula, dari mana pedjabat Eropah itu akan mendatangkan 
saksi-saksi, jang berani memberikan keterangan jang menentang 
tuannja, sang bupati ? Dan djikalau siorang Eropah itu berani 
menuduh, tanpa dapat membuktikan tuduhannja, dimanakah 
hubungan "saudara tua", jang dalam hal demikian telah me-
njinggung kehormatan "saudara mudanja" tanpa alasan ? Dima-
nakah karunia pemerintah jang memberinja makan untuk pe-
67 
kerdjaannja, tapi jang menghentikan nafkahnja, memetjatnja 
sebagai orang jang tidak pandai, apabila ia mentjurigai orang 
jang tinggi martabatnja seperti Adipati atau Pangeran demikian, 
atau mengadukannja tanpa pertimbangan jang matang? 
Tidak, tidak, tidaklah mudah kewadjiban itu! Buktinja, tiap 
orang mengetahui pasti bahwa tiap kepala Bumiputera melam-
paui wewenangnja untuk memakai tenaga kerdja dan memper-
gunakan milik rakjat; - bahwa semua asisten residen bersumpah 
akan membanteras perbuatan jang djahat itu, namun demikian 
djarang sekali seorang bupati diadukan karen a menjalahgunakan 
kekuasaan atau sewenang-wenang. 
Djadi, memang ada kesukaran jang hampir tidak bisa diatasi 
untuk melaksanakan sumpah: "melindungi penduduk Bumipu-
tera terhadap penghisapan dan penganiajaan". 
68 
Bab VI 
Kontelir Verbrugge adalah seorang manusia jang baik. Djika 
kita melihatnja duduk dalam djas rokinja dari lakan biru, di-
kerah dan lipatan lengan badjunja dibordir dahan-dahan eik 
dan oranje, sukarlah untuk tidak mengenalnja sebagai suatu 
tipe jang banjak kedapatan diantara orang-orang Belanda di 
Hindia, - jang, sambil lalu, sangat lain dari orang Belanda 
dinegeri Belanda. Lamban, djika tidak ada jang barus dikerdja-
kan, tidak repot-repot mau mengatur segala, jang di Eropah 
dianggap keradjinan, tapi radjin dimana diperlukan kesibukan ; 
- sederbana, tapi bangat terbadap orang disekitarnja ; - suka 
bitjara, suka menolong dan suka menerima tamu; - beradab, 
tanpa mendjadi kaku; - terbuka bagi kesan-kesan jang baik; 
- djudjur dan ichlas, tapi tidak ingin mati sjahid untuk itu; 
- singkatnja, seorang jang, seperti kata orang, dimana-mana 
bisa mendapat temp at, tapi kita djangan membajangkan bahwa 
ia akan mendjadi orang jang penting, zamannja akan disebut 
dengan namanja, hal mana ia pun tidak mengbendakinja. 
Ia duduk ditengah pendopo dekat medja, jang ditutup dengan 
taplak putih, dan sarat dengan makanan. Dengan tidak 
sabaran, dengan kata-kata seperti isteri sidjenggot biru 1), ia 
bertanja kepada mandor, jakni kepala polisi dan opas kantor 
asisten residen, apakah belum kelihatan djuga orang datang? 
1) Tokoh jang kedjam dari tjerita dongeng Eropah, suka menjiksa 
perempuan. Kata-kata isterinja jang dimaksud ialah: Kakak Anna, 
belum nampak djugakah orang datang? 
69 
Lalu ia berdiri, dengan sia-sia mentjoba membunjikan tadji 
sepatunja diatas lantai pendopo jang terbuat dari tanah liat jang 
padat, memasang tjerutunja untuk keduapuluh kalinja, lalu 
duduk kembali. Ia tidak banjak bitjara. 
Meskipun ia dapat bitjara, sebab ia tidak seorang diri. 
Maksud saja bukan bahwa ia dikelilingi oleh duapuluh atau 
tigapuluh orang Djawa, pelajan-pelajan, mantri-mantri dan opas-
opas, jang mendjongkok ditanah didalam dan diluar pendopo, 
pun ia tidak dikelilingi oleh orang banjak jang terus keluar 
masuk, maupun oleh sedjumlah besar orang-orang jang berbeda 
pangkatnja, jang memegang kuda-kuda diluar, atau berkeliling 
naik kuda, ...... bupati Lebak sendiri, Raden Adipati ........ . 
duduk didepannja. 
Menunggu selalu mendjemukan; seperempat djam rasanja 
sedjam; sedjam rasanja sehari, dan seterusnja. Verbrugge mes-
tinja lebih banjak bitjara. Bupati Lebak adalah seorang tua 
jang beradab, jang bisa bitjara tentang mat jam-mat jam dengan 
mengemukakan pendapat dan pikiran. Tjukuplah orang meman-
dang kepadanja untuk merasa jakin, bahwa kebanjakan orang 
Eropah jang bergaul dengannja, lebih banjak beladjar dari dia, 
dari dia beladjar dari mereka. Matanja jang hitam menjala oleh 
sinarnja berlawanan dengan kelesuan pada airmukanja, dan 
keputihan rambutnja. Apa jang dikatakannja, biasanja sudah 
lama dipikirkan, hal mana memang umum pada orang Timur 
jang beradab, dan kita merasa, kalau kita sedang bitjara de-
ngannja, kata-katanja itu seolah-olah kata-kata dalam surat, jang 
aslinja disimpannja baik-baik dalam arsip, dan, djika pedu, 
bisa ditjari kembali. Ini mungkin tidak enak bagi orang jang 
tidak biasa bergaul dengan pembesar-pembesar Djawa, tapi 
mudah sekali untuk dalam pertjakapan menghindari segala soal 
jang mungkin menjinggung perasaan, karena mereka dari pi-
haknja tidak pernah dengan tiba-tiba memberikan arah jang 
lain kepada djalarinja pertjakapan, sebab hal ini menurut pe-
ngertian ketimuran bertentangan dengan adat jang baik. Djadi, 
barangsiapa mempunjai alasan untuk menghindari pembitjaraan 
70 
sesuatu soal, tjukuplah dia berbitjara tentang hal-hal jang tidak 
berarti, dan pastilah pembesar Djawa itu, tidak akan mengalih-
kan pembitjaraan kesuatu lapangan jang tidak diinginkan oleb 
kita. 
Tapi mengenai tjara pergaulan dengan kepala-kepala itu, 
bermatjam-matjam pendapat orang. Saja berpendapat, bahwa 
kedjudjuran jang sederhana, tanpa berhati-hati seperti diplomat, 
lebih baik. 
Bagaimanapun djuga, Verbrugge mulai bitjara tentang udara 
dan tentang hudjan. 
- "Ja tuan kontelir, sekarang musim hudjan." 
Verbrugge djuga tabu hal itu, sekarang bulan Djanuari; tapi 
apa jang dia katakan tentang hudjan, bupati pun tahu. Lalu 
mereka diam pula beberapa waktu. Dengan gerak kepala jang 
hampir tidak kelihatan, bupati memanggil salah seorang pelajan 
jang berdjongkok dipintu pendopo. Seorang anak laki-laki, jang 
dengan manisnja memakai badju ketat dari beludru biru, pan-
talon putih, dengan sabuk emas jang menahan sarungnja jang 
berharga pada pinggangnja, dan dikepalanja melekat dengan 
amannja kain kepala, matanja jang hitam memandang dengan 
nakalnja dari bawah kain kepala itu; anak itu mengingsut-ingsut 
hingga kek aki bupati, diletakkannja kotak emas jang berisi sirih, 
kapur, pinang, gambir dan tembakau, dibuatnja sembah dengan 
mengangkat kedua tangannja jang dirapatkan telapaknja sampai 
kekepala jang ditundukkan dalam-dalam, dan kemudian kotak 
itu dipersembahkannja kepada tuannja. 
- "Djalan akan sukar, sesudab banjak turun hudjan," udjar 
bupati, seolah-olah hendak mendjelaskan mengapa mereka harus 
begitu lama menunggu, sambil melabur daun sirih dengan kapur. 
- "Didaerah Pandeglang djalan tidak begitu buruk," djawab 
Verbrugge, jang, djika ia tidak hendak membitjarakan sesuatu 
jang menjinggung perasaan, sebenarnja memberikan djawaban 
itu agak terlalu tjepat; sebab ia seharusnja menjadari, bahwa 
seorang bupati Lebak tidak suka mendengar orang memudji 
djalan-djalan di Pandeglang, meskipun memang lebih haik dari 
71 
djalan-djalan didaerah Lebak. 
Adipati tidak melakukan kesalahan memberikan djawaban 
terlalu tjepat. Si "Mas" ketjil sudah mengingsut-ingsut kebela-
kang, sampai kepintu pendopo, dimana ia mengambil tempat 
diantara teman-temannja; bupati telah memerahi bibir dan 
giginja jang tinggal sedikit dengan ludah sirihnja, sebelum ia 
berkata : 
- "Ja, di Pandeglang banjak orang." 
Bagi orang jang mengenal bupati dan kontelir, - bagi orang 
jang tahu keadaan di Lebak, sudah djelas bahwa pertjakapan 
itu telah merupakan suatu perkelahian. Pudjian sambil lalu 
bahwa keadaan djalan-djalan diwilajah tetangga lebih baik, ru-
panja merupakan sambungan atas pertjobaan-pertjobaan sia-sia 
untuk djuga membuat djalan-djalan jang lebih baik di Lebak. 
Tapi perkataan bupati adalah benar, bahwa Pandeglang lebih 
padat penduduknja, terutama djika dibandingkan dengan luasnja 
jang djauh lebih ketjil, djadi disana pekerdjaan didjalan-djalan 
besar, dengan tenaga jang disatukan, lebih mudah dari didaerah 
Lebak, suatu wilajab jang luasnja beberapa ratus pal, tapi 
penduduknja hanja tudjuh puluh ribu orang. 
- "Memang, kata Verbrugge, kita disini tidak banjak orang, 
tapi ...... " 
Adipati memandang kepadanja, seolah-olah menunggu serang-
an. Ia tabu, bahwa sesudah perkataan "tapi" itu mungkin 
menjusul sesuatu, jang tidak enak kedengarannja baginja, jang 
sudah tigapuluh tahun djadi bupati Lebak. Verbrugge hendak 
memutuskan pertjakapan, dan bertanja lagi kepada opas, apakah 
ia tidak melihat orang datang. 
- "Saja belum melihat apa-apa dari djurusan Pandeglang, 
tuan kontelir, tapi disana, didjurusan lain, ada orang naik kuda 
...... itu ialah komandan. 
"Tentu sadja Dongso, kata Verbrugge, sambil memandang 
keluar, itulah komandan, dia berburu disekitar ini, pagi-pagi 
tadi dia sudab berangkat...... hai, Duclari ...... Duclari ! ...... " 
- "Dia mendengar tuan, dia datang kemari. Pembantunja 
72 
menjusul dengan seekor kidang dibelakangnja, diatas kuda. 
- "Peganglah kuda tuan komandan," perintah Verbrugge 
kepada salah seorang pelajan diluar. "Bonjour, Duclari, basah-
kah anda ...... apa hasil perburuan anda ? .•.... Masuklah" .... .. 
Seorang laki-Iaki jang kuat berusia tigapuluh tahun, dan ber-
sikap militer, meskipun tidak memakai seragam, masuk kedalam 
pendopo. Itulah letnan Duclari, komandan gamisun ketjil di 
Rangkas-Betung. Verbrugge bersahabat dengan dia, dan per-
gaulan mereka bertambah akrab, karena Duclari sedjak bebe-
rapa waktu tinggal dirumah kediaman Verbrugge, sambil me-
nunggu selesainja sebuah benteng baru. Mereka bersalaman, 
Duclari memberi hormat kepada bupati, dan mengambil tempat 
duduk sambil bertanja: "ada minuman apa disini ?" 
- "Anda mau teh, Duclari ?" 
- "Ah, djangan, saja sudah kepanasan. Ada air kelapa ? 
Itu segar" ..... . 
- "Djangan air kelapa. Kalau anda kepanasan, air kelapa 
tidak baik untuk kesehatan anda ...... anda akan pegal-pegal 
dan sakit ent jok karenanja. Lihatlah kuli-kuli jang mengangkut 
barang-barang berat digunung, mereka itu lentun dan tangkas 
karena minum air hangat atau kopi daun ...... tapi teh djahe 
lebih baik lagi .... .. 
- "Apa? ...... kopi daun, teh dari daun kopi ? Saja belum 
pemah melihatnja." 
- "Karena anda tidak pemah bekerdja di Sumatra, disana 
itu biasa." 
- "Berilah saja teh sadja ...... tapi djangan daun kopi, dan 
djuga djangan djahe ...... ja, anda pemah di Sumatra ...... dan 
asisten residen baru djuga, bukan?" 
Pertjakapan ini dilakukan dalam bahasa Belanda, jang bupati 
tidak mengerti. Mungkin karena Duclari merasa kurang hormat 
untuk tidak mengikutsertakan bupati dalam pertjakapan, mung-
kin karena ada maksudnja jang lain, tiba-tiba ia sambil mem-
balik kepada bupati, meneruskan dalam bahasa Melaju : 
- "Tahukah tuan adipati, bahwa tuan kontelir mengenal 
73 
asisten residen baru itu ?" 
- "Tidak, saja tidak. berkata begitu, saja tidak kenal dia, 
seru Verbrugge, djuga dalam bahasa Melaju. "Saja belum pernah 
melihatnja; dia bekerdja di Sumatra beberapa tahun sebelum 
saja. Saja hanja mengatakan kepada anda, bahwa disana saja 
banjak mendengar orang bitjara tentang dirinja." 
- "Nah, itu sama sadja ; kita tidak pedu melihat orangnja 
untuk mengenalnja ...... bagaimana pikiran tuan adipati?" 
Adipati kebetulan memedukan dan memanggil seorang pelajan; 
djadi agak lama djuga ia mendjawab, "bahwa ia setudju dengan 
komandan, tapi seringkali pedu djuga melihat orangnja, sebelum 
bisa menilainja." 
- "Pada umumnja itu mungkin benar," - Duclari berkata 
dalam bahasa Belanda, mungkin karena bahasa itu lebih mudah 
baginja, dan dia merasa sudah tjukup ia menjatakan hormatnja 
kepada bupati, mungkin djuga karena ia hanja mau dipahami 
oleh Verbrugge sadja, -" itu bisa sadja pada umumnja benar, 
tapi tentang Havelaar orang tidak pedu kenal pribadi ...... dia 
orang gila. 
- "Hu tidak saja katakan, Duclari." 
- "Tidak, anda tidak mengatakan itu, sajalah jang menga-
takannja, sesudah mendengar segala tjerita anda tentang dia. 
Saja menjebut orang jang melompat kedalam air untuk menolong 
seekor andjing dari mulut hiu, orang gila." 
- "Memang tidak tjerdik ...... tapi ...... " 
- "Dan, tjoba, sadjak jang mengeritik djenderal Van Damme 
itu ...... itu tidak pantas. " 
- "Sadjak itu lutju ...... " 
- "Ja, tapi seorang muda tidak boleh melutju terhadap se-
orang djenderal." 
- "Anda harus ingat, bahwa dia masih muda sekali ...... 
itu empat belas tahun jang lalu...... umurnja baru dua puluh 
dua tahun." 
"Dan ajam kalkun jang ditjurinja itu ?" ...... 
"Hu dia lakukan untuk mengganggu pak djenderal." 
74 
- "Betui. Seorang anak muda tidak boleh mengganggu se-
orang djenderal, lagipula djenderal itu sebagai gubemur sipil. 
adalah sepnja ...... Sadjak jang satu lagi saja rasa bagus, ..... . 
tapi ia selalu berduel ...... " 
- "Biasanja ia berduel untuk orang lain ; ia selalu memihak 
kepada jang lemah." 
- "Sudahlah, biarkan setiap orang berduel untuk dirinja 
sendiri, kalau mereka memang mau berduel. Saja sendiri ber-
pendapat, bahwa perang tanding djarang perlu; djika memang 
perlu, apa boleh buat, tapi......... untuk saban hari perang 
tanding ...... terima kasih. Mudah-mudahan dia telah berobah 
dalam hal ini ...... " 
- "Memang, itu tidak perlu diragukan lagi. Sekarang dia 
sudah djauh lebih tua ...... sudah lama pula beristeri, dan djadi 
asisten residen ...... Lagipula, saja selalu mendengar bahwa 
hatinja baik, dan dia mentjintai keadilan." 
- "Itu perlu baginja di Lebak. Disana saja barusan meng-
alami sesuatu, jang...... Apakah bupati itu mengerti kita ?" 
- "Saja kira tidak, tapi ...... tjoba tundjukkan sesuatu ke-
pada saja dari tas anda, supaja dia kira kita bitjara tentang itu." 
Duclari mengambil tasnja, dikeluarkannja beberapa burung 
punai, dan sambil meraba-raba, seolah-olah berbitjara tentang. 
perburuan, ia mengatakan kepada Verbrugge, bahwa tadi dila-
dang ia dikedjar oleh seorang Djawa, jang menanjakan apakah 
ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan beban pen-
duduk jang berat. 
- "Dan, ia melandjutkan, itu aneh sekali, Verbrugge f 
Bukan karena saja heran tentang soal itu sendiri; saja sudah 
tjukup lama didaerah Bantam, untuk mengetahui apa jang ter-
djadi disini; tapi bahwa seorang Djawa biasa, jang biasanja 
begitu hati-hati dan segan, djika bitjara tentang kepala-kepala-
nja, menanjakan jang sematjam itu kepada orang jang tidak 
punja urusan dengan itu, itulah jang mengherankan saja!" 
- "Dan apa djawab anda, Duclari ?" 
- "Bahwa itu bukan urusan saja; bahwa ia harus datang 
75 
kepada anda, atau kepada asisten residen jang baru, djika sudah 
tiba di Rangkas-Betung, dan mengadu kepadanja. 
- "Itu mereka datang, tiba-tiba opas Dongso berseru, saja 
lihat seorang mantri jang melambai-Iambaikan tudungnja." 
Semua orang berdiri. Duclari, jang oleh kehadirannja dipen-
dopo, tidak mau orang mengira bahwa ia djuga berada di-
perbatasan untuk mengelu-elukan asisten residen, menaiki kuda-
nja dan meningga1kan temp at itu, diikuti oleh pelajannja; asisten 
residen itu memang atasannja, tapi bukan sepnja, lagipula ia gila. 
Adipati dan Verbrugge berdiri dipintu masuk pendopo, dan 
melihat sebuah kereta mendekat, ditarik oleh empat ekor kuda; 
kereta itu tidak lama kemudian berhenti didepan pondok bambu, 
penuh lumpur. 
Sukar untuk menduga apa jang ada dalam kereta itu, sebelum 
Dongso, dibantu oleh pedjalan-pedjalan kaki dan sedjumlah 
besar pelajan-pelajan jang mengiringi bupati, membuka semua 
tali dan buhul jang menutup kereta itu dengan ioudral 2) kulit 
mtam, jang membikin kita ingat bagaimana singa dan mat jan 
dibawa masuk kedalam kota tahun-tahun jang silam, sangat 
berhati-hatiJ tatkala kebun-kebun binatang masih merupakan 
rombongan sirkus keliling. Tapi tidak ada singa dan mat jan 
dalam kereta itu; segalanja ditutup rapat karena musim hudjan, 
djadi brena talrut akan hudjan. Keluar dari kereta sesudah 
lama tergontjang-gontjang didjalan, bukanlah semudah gambaran 
orang jang tidak pemah atau djarang melakukan perdjalanan. 
Hampir-hampit seperti binatang Saurus 3) jang malang dari 
dunia purba, jang karena lama menunggu achirnja djadi seba-
gian dari tanah liat, sedang mereka datang sebenamja bukan 
dengan maksud untuk menetap disitu, demikian pula terdjadi 
sesuatu jang saja namakan "asimilasi" pada musafir-musafir 
2) Tutup. 
:$) Sebangsa bdal jang besar. 
76 
jang agak teflalu lama duduk dalam kereta, tindih menindib 
dan dalam sikap jang terpaksa. Achimja orang tidak tahu lagi 
dengan djelas, dimana bantal kulit kereta itu berachir, dan di-
mana pribadi aku mulai; ja, saja bisa membajangkan bahwa 
didalam kereta sematjam itu kita sakit gigi atau kedjang dan 
menjangka ada ngengat didalam lakan, dan sebaliknja. 
Tidak banjak hal-hal didalam dunia benda ini jang tidak 
membikin manusia berpikir membuat tjatatan jang bersifat 
rasionil, dan saja sendiri sering bertanja pada diri sendiri, apa-
kah kebanjakan kekeliruan jang mempunjai kekuatan hukum 
dalam pergaulan kita, "kementjongan-kementjongan" jang kita· 
anggap "lurus" , bukan disebabkan karena kita terlalu lama. 
duduk bersama dalam satu kumpulan dalam satu kereta 'l Kaki< 
kita harus kita lundjurkan antara kotak topi dan kerandjang 
buah ; - lutut kita menempel pada pintu kereta, supaja djangan 
menjentuh nona didepan kita, jang mungkin mengira kita mali 
kurang adjar; - kaki kita jang sakit katimumul kita takut 
terindjak oleh "commis-voyageur" 4) disamping kita; - leher 
kita harus kita miringkan kekiri, karena dikanan air menetes, 
...... nah, leher-leher, lutut-lutut, dan kaki-kaki itu achimja 
terpiuh. Saja rasa baik untuk sekali-sekali bertukar kereta, tem-
pat duduk dan teman perdjalanan. Dapatlah kita meluruskan 
leher kita ; kita dapat sekali-sekali menggerakkan lutut kita, dan 
barangkali disamping kita ada seorang nona dengan sepatu 
dansa, atau seorang anak ketjil jang kakinja tidak sampai ke-
lantai. Maka lebih besar harapan untuk melihat lurus dan ber-
djalan lurus, sesudah kita berdjalan diatas tanah lagi. 
Apakah djuga dalam kereta jang berhenti didepan pendopo 
itu, ada sesuatu jang melawan "terputusnja kontinuitas" , saja 
tidak tahu, tapi jang pasti ialah bahwa lama sesudah itu bam 
keluar sesuatu. Nampaknja orang berlomba-Iomba menjatakan 
budi bahasanja ; kedengaran orang berkata: "Silahkan Njonja!'~ 
dan "tuan Residen !" Bagaimanapun djuga, achimja keluar se-
4) Pedagang ke1iling. 
77 
orang tuan, jang sikap dan tampangnja ada mengingatkan bi-
natang Saurus jang telah saja sebutkan tadi. Karena kita akan 
melihat dia nanti lebih sering lagi, saja sekarang hanja hendak 
mengatakan, bahwa ketenangannja itu tidak semata-mata dise-
babkan karena asimilasi dengan kereta, sehab sekalipun tidak 
ada kereta bermil-mil djauhnja disekitar itu, ia akan tetap 
memperlihatkan ketenangan, kelambanan dan kehati-hatian, 
jang membikin keluarga Saurus iri hati, dan jang oleh keba-
njakan orang dianggap merupakan tjiri-tjiri orang bes ar, sabar 
dan berbudi. Seperti kebanjakan orang Eropah, di Hindia, ia 
kelihatannja put jat sekali, tapi keputjatan itu sama sekali tidak 
dianggap suatu tanda kurang sehat ditempat itu; airmukanja 
halus, hal mana menandakan pendidikan jang baik. Hanja ada 
sesuatu jang dingin dalam matanja, sesuatu jang membikin kita 
teringat kepada daftar logaritma, dan meskipun parasnja tjukup 
menjenangkan dan sama sekali tidak menimbulkan antipati, 
namun kita mendapat kesan, bahwa hidungnja jang besar man-
tjung itu seolah-olah merasa djemu diatas mukanja itu, karena 
sedikit sekall jang terdjadi. 
Dengan hormat ia mengulurkan tangannja kepada seorang 
njonja untuk membantunja turun dari kereta, dan sesudah njonja 
itu menjambut seorang anak ketjil umur tiga tahun, berambut 
pirang, dari seorang tuan jang masih berada didalam kereta itu, 
mereka pun masuk kedalam pendopo. Sesudah itu menjusul 
tuan tersebut, dan barang siapa jang kenal pulau Djawa, akan 
tertarik perhatiannja bahwa ia menunggu dipintu kereta untuk 
menolong seorang "babu" tua turun. Tiga orang pesuruh laki-
laki dengan susah pajah telah keluar sendiri dari kotak bertutup 
kulit, jang menempel dibelakang kereta itu, seperti anak tiram 
pada tiram tua. 
Tuan jang mula-mula turun tadi, mengulurkan tangan kepada 
bupati dan kontelir Verbrugge ; mereka menjambut uluran ta-
ngan itu, dan dari sikapnja kelihatan bahwa mereka merasa 
berhadapan dengan seorang jang penting. Orang itu adalah re-
siden Bantam, daerah jang luas dimana Lebak merupakan salah 
78 
satu wilajahnja, suatu daerah kabupaten, atau seperti disebut 
dengan resmi, suatu asisten residensi. 
Apabila saja membatja tjerita fantasi, sering saja kesaI karena 
pengarangnja tidak menghormati selera publik, dan terutama 
demikian halnja apabila ia mentjeritakan sesuatu jang lutju atau 
burlesk; ditampilkannja seseorang bitjara dalam bahasa jang ia 
tidak mengerti atau diutjapkannja dengan buruk; seorang Pe-
rantjis disuruhnja mengatakan: "Sajà tidilr-r djam delapà(ng)" , 
atau "Djanggà(ng) bitjar-r-rà ker-r-ràss-ker-r-ràss". Kalau tidak 
ada orang Perantjis, ditampilkan seorang jang gagap; atau di-
tjiptakan seorang jang suka mengulang-ulang kata-kata tertentu. 
Saja pemah melihat suatu vaudeville 5) jang gila-gilaan tapi 
"sukses", karena didalamnja ada seorang jang selalu berkata: 
"Nama saja Meijer". Tjara melutju seperti itu saja rasa mu-
rahan, dan terus terang sadja, saja marah kalau anda merasa 
itu lutju. 
Tapi sekarang saja sendiri hendak mengusulkan jang seperti 
itu. Saja sekali-sekali harus menampilkan seseorang diatas pen-
tas, - saja sebisa-bisanja akan membatasi diri - jang se-
sungguhnja mempunjai tjara bitjara, jang saja kuatir anda tjuriga 
bahwa saja dengan sengadja hendak membikin anda tertawa, 
tapi gagal; karena itu saja harus mengatakan, bahwa bukan 
salah saja kalau residen Bantam jang amat mulla, jang saja 
tjeritakan ini, ada sesuatu jang aneh dalam tjaranja bitjara, 
sehingga sukar bagi saja untuk mengungkapkannja, dengan tidak 
menimbulkan kesan, bahwa saja mentjari efek kelutjuan rlalam 
"tic" 6). Ia bitjara seolah-olah dibelakang tiap kata ada titik, 
atau malahan sebuah tanda istirahat jang pandjang, dan waktu 
antara kata-katanja mengingatkan saja kepada keheningan jang 
menjusui, sesudah orang berkata "amen", dalam doa jang pan-
djang digeredja; kata itu, seperti kita tahu, adalah suatu isjarat, 
bahwa kita boleh batuk-batuk atau membuang ingus kita. Apa 
5) Banjolan dengan lagu. 
11) Tarikan-tarikan otot jang tidak dikuasai. 
79 
jang dikatakannja biasanja dipikirkan dengan matang, dan djika 
ia memaksa dirinja untuk menghilangkan waktu-waktu istirahat 
jang tidak pada tempatnja, maka bagian-bagian kalimatnja, di-
tindjau dari sudut retorik, memberikan kesan jang sehat, tapi 
karena terputus-putus, tersangkut-sangkut dan terbentur-bentur, 
maka susah djuga untuk mengikutinja. Karena itu sering orang 
salah . mengerti; !lebab biasanja, djika orang mendjawab karena 
mengira kalimatnja sudah habis, dan untuk melengkapinja dise-
rahkan sadja kepada ketadjaman otak pendengarnja, keluarlah 
kata-kata jang belum diutjapkan seperti "trainards" '1) tentara 
jang kalah ' perang, menjusul dibelakang; dan kitapun merasa 
telah memotOng pembitjaraannja, hal mana selalu tidak enak 
rasanja. Publik di Serang, jang bukan pegawai gubememen, ka-
rena hubungü(itu membikin orang berhati-hati, mènjebut tjaranja 
bitjara '"bergetah~' 8); saja rasa kata itu tidak begitu bagus, tapi 
saja harus mengakui, bahwa kata itu tepat menundjukkan sifat 
utama dari ' kepándaian bitjara tuan residen. 
Saja beIum tjerita apa-apa tentang Max Havelaar dan isterinja, 
sebab merekaiàh orang-orang jang keluar dari kereta sesudah 
residen, dengan anaknja dan babunja ~ dan barangkali djuga 
tjukuplah saja melukiskan rupa dan watak mereka sementara 
berdjalannja peristiwa-peristiwa, atau saja serahkan sadja kepada 
chajalan anda, tapi karena saja sekarang sedang melukiskan, 
saja hendak mengatakan kepada anda bahwa njonja Havelaar 
tidaklah tjantik~ tapi dalam pandangan dàn bitjaranja ada sesua-
tu jang manis sekali; dari gerak-geriknja jang bebas dan tidak 
kaku, nampak . bahwa ia mengenal dunia, dan biasa bergerak 
dikalangan atas. Ia tidak tjanggung dan tidak ada sikap jang 
tidak enak seperti pada warga-warga jang "tabu adat", jang 
mengganggu dirinja dan orang lain dengan "gêne" 9), supaja 
'1) Sisa-sisa. 
8) Dalam bahasa Belanda "slijmerig", berlendir, bergetah. Karena tjara-
nja berbitjara itu, maka residen disebut Slijmering. Lihat Pendahuluan. 
9) Sikap malu-malu. 
80 
dianggap "distingué" 10) ; karena itu iapun tidak terlalu banjak 
memperhatikan hal-hal lahiriah, jang djustru penting bagi te-
banjakan wanita lain. Pun dalam hal pakaian ia sangat seder-
hana. "Badju" putih dari muselln dengan "cordilliere" 11) biru, 
- saja kira badju demikian di Eropah disebut "peignoir" 12), 
- itulah pakaiannja dalam perdjalanan. Dilehernja tergantung 
sebuah tall sutera jang tipis, dengan dua medallun ketjil, tapi 
tidak kelihatan, karena tersembunji dalam lipatan badju diten-
tang dadanja; rambutnja didandan "à la chinoise" 13), dengan 
seuntai "melati" didalam "kondé", itulah seluruh dandanannja. 
Saja katakan, bahwa ia tidak tjantik, namun saja tidak mau 
anda mengira ia djelek. Saja harap anda akan menganggap ia 
tjantik, apabila saja mendapat kesempatan menggambarkannja 
sedang berapi-api karena marah tentang apa jang disebutnja 
"tidak mengakui djeni", djika bitjara tentang Max, atau apa-
bila ada pikirannja jang bertalian dengan kesedjahteraan anak-
nja. Sudah sering dikatakan, bahwa wadjah seseorang adalah 
tjermin djiwanja, sehingga orang tidak lagi menghargai potret 
wadjah jang diam, jang tidak mentjerminkan sesuatu, karena 
tidak terpantul djiwa daripadanja. Nah, dia memiliki djiwa jang 
tjantik, dan butalah orang jang tidak djuga menganggap wa-
djahnja tjantik, djika djiwanja terbajang didalamnja. 
Havelaar adalah seorang jang berumur tiga puluh lima tahun. 
Tubuhnja lampai, dan tjepat gerak geriknja ; ketjuali bibir atas-
nja jang pendek dan mudah bergerak, dan matanja jang besar 
kebiru-biruan, jang seperti merenung djika ia dalam suasana 
tenang, tapi berapi-api bila ia sedang memikirkan sesuatu jang 
besar, tidak ada sesuatu jang luar biasa dalam roman mukanja. 
Rambutnja jang pirang merungkau kaku pada pelipisnja, dan 
saja tahu djika orang pertama kali melihatnja, orang tidak akan 
10) Istimewa. 
11) Tali pinggang. 
12) Badju pagi. 
13) Tjara Tjina. 
81 
menjangka sedang berhadapan dengan seorang jang djarang 
bersua, orang jang istimewa pikiran dan hatinja. Dia adalah 
sebuah "bedjana penuh pertentangan". Tadjam seperti tadji dan 
lembut seperti seorang gadis, dia sendiri jang selalu pertama kali 
merasakan luka jang ditikamkan oleh kata-katanja jang tadjam, 
dan ia menderita lebih-lebih dari orang jang dilukainja. Ia 
tjepat mengerti, segera menangkap arti jang paling tinggi, jang 
paling rumit, ia suka bermain-main mentjari pemetjahan soal-
soal jang sukar, untuk itu ia bersedia mengorbankan segala-
galanja, djerih pajah, pikiran, tenaga, - namun demikian sering 
ia tidak mengerti hal jang paling mudah, jang anak ketjilpun 
dapat mendjelaskannja kepadanja. Penuh ketjintaan kepada ke-
adilan, dan kebenaran, sering ia melalaikan kewadjiban-kewa-
djibannja jang paling dekat, untuk memperbaiki suatu ketidak-
adilan jang letaknja lebih tinggi atau lebih djauh atau lebih 
dalam, dan jang lebih menggairahkannja karena kemungkinan 
bahwa ia harus mengeluarkan tenaga lebih besar dalam perta-
rungan itu. Ia seorang kesatria, tapi seperti djuga Don Kisot, 
seringkali keberaniannja habis terbentur sia-sia pada kintjir 
angin. Ia berkobar-kobar inginkan kemegahan jang tak djenuh-
djenuhnja, jang membikin ia memandang remeh segala peng-
hormatan biasa dalam masjarakat, namun demikian ia meng-
anggap kebahagiaan jang paling besar ialah hidup tenang di-
rumah bersama keluarga, tidak diperhatikan oleh siapa-siapa. 
Ia adalah seorang penjair dal am arti jang paling tinggi dari 
perkataan itu, ia impikan sistim-sistim matahari bila melihat 
bunga api, ia mentjiptakan didalamnja machluk-machluk bikin-
annja sendiri, ia merasa dirinja radja dalam dunia jang ditjipta-
kannja sendiri, namun segera sesudah itu ia bisa sadja keluar 
dari impiannja itu, dan bitjara tentang harga beras, aturan-aturan 
bahasa, atau keuntungan-keuntungan ekonomis dari suatu pe-
meliharaan ajam mesir. Tidak ada ilmu pengetahuan jang asing 
baginja, ia "rasa-rasakan" apa jang tidak diketahuinja, dan ia 
mempunjai kepandaian untuk mempergunakan jang sedikit jang 
diketahuinja, dengan tjara jang melipatgandakan kadar penge-
82 
tahuannja. Semua orang memang tidak banjak tabu, dan dia 
pun tidak terketjuali, tapi ia lebih banjak tahu dari beberapa 
orang lain. Ia tjermat dan teratur, ditambah pula sangat sabar, 
tapi djustru karena ketjermatan, ketertiban dan kesabaran sukar 
baginja, karena djiwanja agak liar; ia lamban dan hati-hati da-
lam pertimbangannja, meskipun tidak demikian nampaknja bagi 
orang jang mendengamja dengan tjepat mengambil kesimpulan. 
Kesan-kesannja terlalu hidup untuk dianggap tahan lama, 
namun demikian ia membuktikan bahwa kesan-kesannja itu 
seringkali tahan lama. Segala jang besar dan luhur menarik 
hatinja, dan sekaligus ia tidak tahu apa-apa dan naif seperti 
anak ketjil. Ia djudjur, terutama dimana kedjudjuran beralih 
mendjadi keagungan, hutangnja jang beratus-ratus tidak akan 
dibajarnja, karena ia menghadiabkan beribu-ribu. Ia betah dan 
pandai memikat perhatian, dimana ia merasa bahwa ia dime-
ngerti, tapi selain itu ia kaku dan pendiam. Ia rarnah terhadap 
kawan-kawannja, dan ia mendjadikan kawannja segala orang 
jang menderita; ia peka terhadap tjinta dan kesetiaan, selalu 
menepati djandji jang sudah diberikan, lemah dalam hal-hal 
jang ketjil, tapi tetap hati sampai keras kepala, dimana ia me-
nganggap perlu menundjukkan watak; ia rendah hati dan rela bagi 
siapa jang mengakui kelebihan budinja, tapi rewel bagi orang 
jang melawannja ; ia terus terang karena harga diri, dan sekali-
sekali pendiam dimana ia kuatir bahwa orang mengira kedju-
djurannja adalah ketololan; ia pun peka terhadap kenikrnatan 
pantjaindera maupun kenikrnatan batin; ia malu-malu dan tidak 
bis a bitjara, dimana ia mengira orang tidak mengerti dirinja, 
tapi lantjar bitjara dimana ia merasa bahwa kata-katanja djatuh 
ditanah jang subur; ia lamban djika tidak didesak oleh rang-
sangan djiwanja sendiri, tapi radjin, bersemangat, djika ada 
rangsangan demikian; selandjutnja ia ramah, sopan dalam 
tingkah lakunja dan kelakuannja tiada tjelanja. Itulah kira-kira 
gambaran Havelaar. 
Saja katakan : kira-kim; sebab djika semua keterangan sukar, 
maka hal itu lebih-Iebih bedaku dalam melukiskan seseorang 
83 
jang menjimpang sekali dari bentuk dasar sehari-hari. Itulah 
djuga mungkin sebabnja maka pengarang roman biasanja men-
djadikan pahlawan-pahlawannja setan-setan atau bidadari-bida-
dari. Hitam atau putih mudah melukisnja, tapi lebih sukar 
menggambarkan dengan tepat peralihan wama diantaranja, djika 
kita terikat kepada kebenaran, djadi tidak boleh memberi warna 
terlalu gelap atau terlalu tjerah. Saja merasa bahwa gambaran 
jang saja berikan tentang Havelaar, sangat tidak sempuma. 
Bahan-bahan jang ada pada saja, begitu bermatjam-matjam dan 
bertentang-tentangan sifatnja, sehingga sukar bagi saja untuk 
membentuk pendapat oleh kekajaan jang melimpah-limpah, dan 
mungkin saja akan membitjarakannja lagi sebagai pelengkap, 
sementara berkembangnja peristiwa-peristiwa jang hendak saja 
tjeritakan. J ang pasti ialah, bahwa ia manusia luar biasa jang 
berharga untuk dipeladjari. Sekarang sadjapun saja teringat, 
bahwa salah satu sifatnja jang utama jang belum saja sebut, 
ialah bahwa ia menangkap sudut jang lutju dan jang serius 
dari masalah-masalah dengan ketjepatan jang sama dan sekali-
gus; oleh sifatnja ini maka tjaranja bitjara, tanpa disadarinja 
sendiri, mengandung sematjam "humor", jang menjebabkan 
pendengamja selalu ragu-ragu, apakah mereka itu terharu oleh 
perasaan jang dalam didalam kata-katanja, atau apakah mereka 
harus tertawa oleh kelutjuan jang tiba-tiba meningkah kesung-
guhan itu. 
Menarik perhatian bahwa airmukanja, dan malahan perasaan-
perasaannja, sedikit sekali memperlihatkan bekas-bekas kehidup-
an dimasa silam. Membangga-banggakan pengalaman adalah 
kekonjolan jang mentertawakan; ada orang-orang jang selama 
lima puluh atau enam puluh tahun turut mengapung dengan 
arus dimana mereka mengira sedang berenang, dan tentang 
waktu jang pandjang itu mereka hanja dapat bertjerita, bahwa 
mereka pindah rumah dari djalan A ke djalan B; dan biasa 
pula kita mendengar pengalaman jang dibangga-banggakan 
djustru oleh orang-orang jang begitu mudah rambutnja putih. 
Dan ada pula orang jang membanggakan pengalamannja ber-
84 
dasarkan perkisaran nasib jang sungguh-sungguh didjalani, tapi 
sedikitpun tidak ada bukti bahwa mereka itu tergugah djiwanja 
oleh hempasan nasib. Saja bisa membajangkan, bahwa ada 
orang-orang jang menghadiri atau mengalami peristiwa-peristiwa 
penting, tapi peristiwa-peristiwa itu hanja sedikit sadja atau sa-
ma sekali tidak meriakkan djiwanja. Barangsiapa meragukan 
ini, tjobalah renungkan apakah dapat disebut berpengalaman 
semua penduduk Perantjis, jang berusia empat puluh atau lima 
puluh tahun dalam tahun 1815. Dan mereka itu semua bukan-
kah orang-orang jang melihat pertundjukan drama besar jang 
dimulai tahun 1789 14), malahan mereka sendiri sedikit banjak 
nja turut memainkan peranan dalam drama itu ? 
Dan sebaliknja, betapa banjak orang jang mengalami seren-
tetan perasaan-perasaan, sedangkan tidak ada alasan untuk itu 
melihat keadaan lahiriahnja. Ingatlah kepada roman-roman Cru-
soë; kepada Silvio POlliC015) jang dipendjarakan; kepada Picciola 
jang manis dari Saintine 16) ; perdjuangan batin seorang "pera-
wan tua", jang seluruh hidupnja mentjintai seseorang, tanpa 
membuka rahasia dengan sepatah katapun apa jang bergolak 
dalam hatinja; ingatlah kepada perasaan-perasaan seseorang pen-
tjinta manusia, jang pada lahirnja tidak kelihatan terlibat dalam 
peristiwa-peristiwa, namun penuh perhatian terhadap kesedjah-
teraan sesama warga atau sesama manusia; betapa ia silih 
berganti berharap dan kuatir, betapa ia memperhatikan setiap 
perobahan, gembira karena suatu pikiran jang mulia, dan ber-
kobar-kobar karena amarah djika ia melihat pikiran itu disisih-
kan dan diindjak-indjak, oleh orang jang untuk sementara, lebih 
kuat dari pikiran-pikiran jang indah itu. Ingatlah kepada seorang 
ahli pikir, jang dari selnja mentjoba mengadjarkan kepada orang 
apakah kebenaran itu, kemudian ia menjadari bahwa suaranja 
14) Tahun meletusnja revolusi Perantjis. 
lIS) Penjair patriot Perantjis ± 1830; ia menulis tentang pengalamannja 
ditawan oleh orang Austria. 
18) Pengarang Picciola (1836), djuga tentang pengalaman dalam tawanan. 
85 
hiIang ditengah-tengah teriakan orang jang munafik kesaleh-
salehan atau tukang djual obat jang mentjari untung. Bajang-
kanlah Sokrates, - bukan ketika ia meminum rat jun dari piala, 
sebab jang saja maksud disini ialah pengalaman djiwa, dan 
bukan pengalaman jang timbul karena keadaan lahiriah -
betapa sedih djiwanja, ketika dia, orang jang mentjari kebaikan 
dan kebenaran, mendengar orang menjebutnja "seorang perusak 
anak muda dan penista dewa-dewa". 
Atau, lebih baik lagi, ingatlah kepada Kristus, ketika ia dengan 
sedih merenung memandang ke Jerusalem dan mengeluh "bah-
wa Jerusalem tidak menghendaki !" 
Djeritan dukatjita sematjam itu, - sebelum piala berisi rat jun 
atau kaju salib - bukanlah keluar dari hati jang tiada luka. 
Orangnja menderita...... orangnja menghajatinja! 
Lepaslah kata-kata jang teatral itu ...... sekarang kata-kata 
itu sudah saja tuliskan, biarlah tetap disana. Havelaar telah ba-
njak mengalami. Apakah anda menghendaki sesuatu jang lebih 
hebat dari pindah rumah dari djalan A ? Ia berkali-kali kapal-
nja karam; dalam buku hariannja ia mentjatat kebakaran, pem-
berontakan, pembunuhan setjara chianat, perang, perang tan-
ding, kekajaan, kemiskinan, kelaparan, kolera, pertjintaan dan 
"tjinta-tjinta". Ia telah mengundjungi Perantjis, Djerman, Bel-
gia, Itali, Swis, Inggris, Spanjol, Portugal, Rusia, Mesir, Arab, 
India, Tjina dan Amerika. 
Djadi, djika melihat keadaan kehidupannja, banjak kemung-
kinan bahwa ia banjak mengalami. Dan bahwa ia sesungguhnja 
memang banjak mengalami, bahwa ia tidak melintasi kehidupan 
tanpa menampung kesan-kesan jang banjak diberikan oleh kehi-
dupan itu, hal itu dibuktikan oleh ketjepatan pikirannja dan 
djiwanja jang mudah menerima. 
Inilah jang menimbulkan keheranan semua orang jang me-
ngetahui atau menduga, betapa banjak ia menghadiri dan men-
derita, bahwa semua itu tidak terbatja pada airmukanja. Me-
mang nam pak sematjam kelesuan pada airmukanja, tapi ini lebih 
banjak mengingatkan kepada usia muda jang terlalu tjepat 
86 
dewasa dari pada usia tua jang bertambah dekat; dan sepatutnja 
itu adalah usia tua jang tambah mendekat, sebab di Hindia 
orang berumur tiga puluh tahun bukan orang muda lagi. 
Pun perasaannja, saja katakan, tetap muda. Ia dapat bermain-
main dengan anak ketjil dan seperti anak ketjil, dan seringkali 
ia mengeluh bahwa si Max ketjil itu masih terlalu muda untuk 
main lajangan, sedangkan ia, "Si Max Besar" suka sekali per-
mainan itu. Dengan anak-anak ia bermain "badjing lont jat", 
dan ia senang sekali menggambarkan pola untuk bordiran anak-
anak gadis; bahkan sering ia meminta djarum anak-anak itu 
dan asjik membordir, meskipun ia selalu berkata lebih baik 
mereka melakukan pekerdjaan lain dari "menghitung tusukan-
tusukan seperti mesin" . Ditengah-tengah pemuda-pemuda del a-
pan belas tahun ia adalah seorang mahasiswa baru, ia senang 
turut menjanjikan "Patriam canimus" 17), atau "Gaudeamus 
igitur" 17), - ja, kalau saja tidak salah, baru-baru ini, ketika 
sedang perlop di Amsterdam, ia menghantjurkan sebuah papan 
merek jang tidak disenanginja, sebab diatasnja ada gambar se-
orang negro, terbelenggu dikaki seorang Eropah jang mengisap 
pipa pandjang, dan sudah tentu dibawahnja tertuIis: "Saudagar 
Muda Sedang Merokok." 
Babu jang ditolongnja turun dari kereta itu, sama seperti se-
mua babu-babu di Hindia, djika mereka sudah tua. Djika anda 
kenal pelajan-pelajan sematjam itu, tidak perlu saja mengatakan 
bagaimana rupanja, dan djika anda tidak mengenalnja, sajapun 
tidak dapat mengatakannja; hanja satu jang membedakannja 
dari babu-babu lain di Hindia, jakni bahwa ia tidak banjak pe-
kerdjaan, sebab njonja Havelaar mengurus sendiri anaknja, dan 
apa jang harus dikerdjakan untuk dan dengan si Max ketjil, di-
lakukannja sendiri, sehingga mengherankan njonja-njonja lain, 
jang tidak membenarkan ia mendjadikan dirinja "budak dari 
anak-anak suaminja". 
17) Lagu-lagu mahasiswa jang terkenal. 
87 
Bab VII 
Residen Bantam memperkenalkan bupati dan kontelir kepada 
asisten residen jang baru. Havelaar memberi hormat kepada 
kedua pedjabat itu dan bersalam-salaman dengan mereka; sang 
kontelir, - selalu ada sesuatu jang tidak enak dalam pertemuan 
dengan sep jang baru, - segera diambilnja hatinja dengan be-
berapa kata jang ramah, seolah-olah ia segera hendak memasuk-
kan sematjam keakraban jang akan memudahkan pergaulan. 
Dengan bupati pertemuannja adalah seperti seharusnja dengan 
seorang jang memakai "pajung keemasan", tapi jang sekaligus 
pula akan mendjadi "saudara muda"-nja. Dengan tegur sap a 
seorang jang berkedudukan tinggi, ia menegur bupati mengapa 
bersusah pajah betui; dalam udara jang demikian buruk ia da-
tang djuga sampai keperbatasan wilajahnja; dan memang hal 
itu, menurut aturan sopan santun, tidak perlu dilakukan oleh 
bupati. 
- "Sungguh, tuan adipati, saja marah kepada anda, bahwa 
anda begitu bersusah pajah untuk saja ...... mula-mula saja kira 
saja akan bertemu anda di Rangkas-Betung ...... " 
- "Saja ingin melihat tuan asisten residen sesegera mung-
kin, kata adipati, untuk bersahabat." 
- "Tentu, tentu, saja merasa dapat kehormatan besar, tapi 
saja tidak ingin melihat orang jang setinggi pangkat anda dan 
usia anda terlalu berpajah-pajah ...... lagi pula berkuda 1" 
- "Ja, tuan asisten residen, dimana djabatan memanggil 
saja, saja masih tetap sigap dan kuat." 
88 
"ltu keter1aluan .. . ... bukankah demikian, residen?" 
"Tuan. Adipati. Sangat." 
"Baik, tapi ada batas ...... " 
"Radjin," tambah residen. 
"Baik, tapi ada batas," kata Havelaar sekali lagi, seolah-
olah untuk menelan kembali jang dikatakannja sebelumnja, 
- djika anda tidak keberatan, residen, kami akan beri tempat 
dalam kereta. Babu bisa tinggal disini, kami akan kirimkan 
tandu dari Rangkas-Betung untuknja ......... Isteri saja akan 
memangku Max ...... ja, Tine? ...... dan tempat tjukup." 
- "Bagi. Saja." 
- "Verbrugge, anda djuga akan kami beri tempat ; saja ti-
dak mengerti mengapa ...... " 
- "Baik sadja," kata residen. 
- "Saja tidak mengerti mengapa anda harus berkuda me-
nempuh lumpur; ada tempat buat kita semua, dan kita segera 
bis a berkenalan ...... bukankah begitu, Tine, kita akan atur .. . 
... sini Max, ...... lihatlah Verbrugge, anak manis bukan ..... . 
itulah anak saja ...... namanja Max I" 
Residen duduk bersama adipati. Havelaar memanggil Verbrug-
ge untuk menanjakan kepunjaan siapa kuda dauk jang mem a-
kai selimut merah, dan ketika Verbrugge melangkah kepintu 
pendopo, untuk melihat kuda mana jang dimaksudnja, Havelaar 
meletakkan tangannja diatas bahunja, dan bertanja: 
- "Apakah bupati itu selalu begitu radjin dalam pekerdja-
an ?" 
- "Ia seorang tua jang masih kuat, tuan Havelaar, dan anda 
tentu mengerti bahwa ia ingin memberikan kesan jang baik ke-
pada anda." 
- "Ja, saja mengerti. Saja banjak mendengar jang baik-baik 
tentang dirinja ...... apakah ia halus budi ?" 
- ,,0 ja ...... " 
- "Dan keluarganja bes ar ?" 
Verbrugge memandang Havelaar, seolah-olah tidak mengerti 
perbelokan itu. Memang ini agak sukar bagi orang jang tidak 
89 
mengenalnja. Karena tjepatnja ia berpikir, dalam pertjakapan-
pertjakapan sering ia melampaui beberapa matarantai dalam pe-
nuturannja, dan betapapun berangsur-angsur peralihan itu ter-
djadi dalam pikirannja, namun orang jang tidak begitu tjepat 
atau tidak biasa dengan ketjepatannja, tidak bis a disalahkan 
djika pada pertjakapan demikian memandang kepadanja dengan 
pertanjaan jang tidak diutjapkan dibibir: "apakah anda gila ... 
...... atau bagaimana 1" 
Pertanjaan demikian pula jang nampak pada airmuka Ver-
brugge, dan Havelaar barus mengulang pertanjaan itu sebelum 
ia mendjawab: 
- "Ja, keluarganja bes ar sekali." 
- "Dan adakah mesdjid-mesdjid sedang dibangun dalam wi-
lajahnja 1" Havelaar melandjutkan, dengan nada suara pula 
jang, bertentangan dengan kata-kata itu, seolah-olah hendak me-
njatakan bahwa ada hubungan antara mesdjid-mesdjid itu de-
ngan "keluarga besar" sang bupati. 
Verbrugge mendjawab, ba,hwa orang memang bekerdja keras 
mendirikan mesdjid-mesdjid itu. 
- "la, ja, saja tahu itu, sem Havelaar. Dan tjoba katakan, 
apakah banjak orang jang menunggak pembajaran padjak ta-
nah 1" 
- "Ja, pembajaran mestinja bisa lebih baik ...... " 
- "BetuI, dan terutama didistrik Parangkudjang," udjar Ha-
velaar, seolah-olah ia merasa lebih mudah untuk mendjawab 
sendiri. 
- "Berapa tinggi penetapan padjak tahun ini 1" ia melan-
djutkan, dan ketika Vebmgge agak ragu-ragu seolah-olah hen-
dak berpikir-pikir apa djawabannja, Havelaar mendahuluinja, 
dan melandjutkan tanpa berhenti : 
- "Baik, baik, saja sudah tahu ...... delapan puluh enam 
ribu dan beberapa ratus gulden... lima belas ribu lebih banjak 
dari tahun jang lampau...... tapi hanja enam ribu diatas tahun 
1845 ...... sedjak '43 kita hanja madju delapan ribu ....... dan 
penduduk pun tipis...... ja, Malthus! ...... dalam dua belas 
90 
tahun kita hanja naik sebelas persen, dan itu pun masih perta-
njaan, sebab perhitungan dahulu sangat tidak teliti...... dan 
sekarang pun djuga! ...... dari 1850 ke 1851 malahan ada 
kemunduran ...... petemakan pun tidak madju ...... itu satu 
pertanda jang buruk ...... persetan, tjoba lihat kuda itu melom-
pat-Iompat, saja kira dia gila ...... mari sini, Max!" 
Verbrugge menjadari, bahwa tidak banjak jang harus diadjar-
kan kepada asisten residen baru itu, dan bahwa tidak ada 
kelebihannja dalam hal "pengalaman kerdja setempat", dan 
memang ia tidak ingin minta dianggap demikian. 
- "Tapi itu suatu hal jang wadjar, Havelaar melandjutkan, 
sambil mengangkat Max, "didaerah Tjikandi dan Bolang 1) me-
reka gembira sekali karena itu ....... dan pem6erontak-pembe-
rontak di Lampung 2) djuga. Saja harapkan sekali bantuan anda, 
tuan Verbrugge ; bupati sudah landjut usia ...... apakah menan-
tunja masih tetap kepala distrik? Ditindjau segala-galanja, saja 
rasa kita patut bersabar terhadapnja...... terhadap bupati, 
maksud saja ...... saja bersukatjita, karena serilUanja begitu 
miskin disini ...... mudah-mudahan saja bisa lama tinggal disini." 
Kemudian ia mendjabat tangan Verbrugge, dan bersama-sama 
mereka kembali kemedja dimana residen, adipati dan njonja 
Havelaar sedang duduk. Lain dari lima menit jang lalu, Ver-
brugge merasa bahwa "Havelaar itu tidak gila" seperti dikatakan 
oleh komandan. Verbrugge sama sekali bukan orang jang bodoh, 
ia mengenal wilajah Lebak, sedjauh daerah jang sebesar itu, 
dimana tidak ada surat kabar ataupun buku, dapat dikenal oleh 
satu orang, dan ia mulai menjadari bahwa ada hubungan antara 
pertanjaan-pertanjaan Havelaar jang nampaknja lepas-Iepas, dan 
djuga bahwa asisten residen jang baru itu, meskipun belum 
pemah mendjedjak wilajah itu, mengetahui serba sedikit apa 
jang terdjadi didalamnja. Hanja ia tidak mengerti mengapa ia 
1) Perkebunan-perkebunan didaerah ini terutama mempergunakan 
tenaga-tenaga pelarian dari Lebak. 
2) Pelarian-pelarian dari Lebak menggabungkan diri dengan mereka. 
91 
bersukatjita karena kemiskinan di Lebak, tapi pikirnja, mung-
kin ia salah dengar perkataan itu. Tapi kemudian, ketika Ha-
velaar berkall-kali mengatakan hal itu kepadanja, ia menjadari 
betapa agun,g dan mulla perasaan sukatjita itu. 
Havelaar dan Verbrugge duduk didepan medja, dan sambil 
minum teh, mereka menunggu, bitjara-bitjara tentang hal-hal 
jang tidak penting, sampai Dongso memberitahu kepada residen, 
bahwa kuda-kuda baru sudah dipasang. Maka masuklah ber-
djedjal-djedjal sekaliannja kedalam kereta, lalu berangkat. Agak 
sukar bertjakap-tjakap karena kereta tergontjang-gontjang dan 
terbentur-bentur. Max diberi pisang supaja diam; ibunja me-
mangkunja, dan sama sekall tidak mau mengakui bahwa ia 
letih, ketika Havelaar meminta untuk menjerahkan anak jan,g 
berat itu kepadanja. Ketika kereta terpaksa berhenti karena 
terperosok kedalam lumpur, Verbrugge bertanja kepada residen, 
apakah ia telah berbitjara tentang njonja Slotering. 
- "Tuan. Havelaar. Mengatakan. 
- "Tentu sadja, Verbrugge, mengapa tidak? Dia boleh ting-
gal pada kami, saja tidak ingin ...... " 
- "Bahwa. Dia. Setudju. Sadja," residen menambahkan se-
patah demi sepatah dengan susah pajah. 
- "Saja tidak mau menutup pintu buat seorang wanita da-
lam keadaan deniikian ......... dengan sendirinja ......... bukan 
begitu, Tine?" 
Pun Tine menganggap bahwa hal itu sudah sewadjarnja. 
- "Anda punja dua rumah di Rangkas-Betung, kata Ver-
brugge; tjukup temp at untuk dua keluarga." 
- "Tapi, sekalipun tidak demikian halnja ..... ." 
- "Saja. Tidak. Berani." 
- "Ah, residen, seru njonja Havelaar, tidak ada keraguan 
pada kami." 
- "Mendjandjikan. Kepadanja. Sebab." 
- "Biar mereka sepuluh orang, asal mereka menerima apa 
adanja dirumah kami." 
"Menjusahkan. Sadja. Dan. Dia:" 
92 
- "Tapi melakukan perdjalanan dalam keadaan demikian 
tidak mungkin, residen." 
Terasa kedjutan kereta jang hebat karena dikeluarkan dari 
lumpur, seolah-olah suatu tanda seru dibelakang keterangan, 
bahwa perdjalanan tidak mungkin bagi njonja Slotering ; se-
muanja terpekik "aduh", pekikan jang biasanja menjusul sesu-
dah gontjangan demikian ; Max menemukan kembali pisangnja 
jang terlempar dalam pangkuan ibunja, dan perdjalanan sudah 
djauh, sudah mendekati lubang lumpur berikutnja, baru residen 
memutuskan untuk mengachiri kalimatnja, dengan menambah-
kan: 
- "Seorang. Perempuan. Bumiputera." 
- ,,0, itu sama sadja," njonja Havelaar mentjoba bitjara te-
rang. Residen mengangguk, seolah-olah ia setudju bahwa soal 
itu sudah diurus, dan karena mereka tambah sukar bitjara, me-
reka menghentikan pertjakapan. 
Njonja Slotering adalah djanda asisten residen jang diganti-
kan oleh Havelaar, jang meninggal dua bulan jang lalu. Ver-
brugge jang buat sementara ditugaskan untuk mengerdjakan 
pekerdjaan asisten residen, sebenarnja berhak untuk mendiami 
rumah jang luas itu, jang didirikan oleh pemerintah di Rangkas-
Betung untuk kepala pemerintahan, seperti djuga diwilajah-
wilajah kabupaten lainnja. Tapi ia tidak mempergunakan haknja 
itu, sebagian karena kuatir harus pindah pula tjepat-tjepat dari 
situ, sebagian pula untuk membiarkannja dipergunakan oleh 
djanda itu dengan anak-anaknja. Selandjutnja, temp at tjukup 
luas, sebab ketjuali rumah asisten residen jang bes ar itu, disam-
ping itu, di "pekarangan" jang sama, masih ada sebuah rumah 
lagi jang dahulu dipakai untuk kediaman asisten residen, dan 
meskipun sudah agak runtuh, tapi masih tjukup baik untuk di-
tinggali. 
Njonja Slotering meminta kepada residen untuk membitjara-
kan dengan pengganti suaminja, supaja ia boleh meninggali 
rumah tua itu, sampai ia bersalin beberapa bulan lagi. Permo-
honan inilah jang oleh Havelaar dan isterinja dikabulkan dengan 
93 
senang hati, sebab mereka sangat terbuka hatinja menerima 
tamu-tamu. 
Residen mengatakan, bahwa njonja Slotering adalah seorang 
"perempuan Bumiputera". Ini perlu didje1askan kepada pemba-
tja jang tidak pemah tinggal di Hindia, kalau tidak orang akan 
mengira bahwa jang dimaksud ialah seorang perempuan Djawa 
tulen, hal mana adalah keliru. . 
Masjarakat Eropah di Hindia, terbagi dalam dua golongan 
jang djelas batasnja: orang Eropah tulen, - dan mereka jang, 
meskipun menurut undang-undang tunduk dibawah hukum jang 
sama, tidak lahir di Eropah, dan sedikit banjak mempunjai da-
rah Bumiputera dalam tubuhnja. Demi menghormati pengertian-
pengertian perikemanusiaan dinegeri Hindia, saja segera harus 
menambahkan, bahwa betapapun tadjamnja batas jang ditarik 
orang dalam pergaulan masjarakat antara kedua djenis oknum 
itu, jang, dimata orang Bumiputera, sama-sama bemama orang 
Eropah, namun pembatasan itu sama sekali tidak bersifat be-
ngis, seperti halnja di Amerika pada pemisahan tingkat golongan. 
Saja tidak menjangkal bahwa dalam hubungan itu masih tetap 
banjak hal-ha1 jang tidak adil dan memuakkan, dan bahwa kata 
"liplap" sering saja dengar, sebagai bukti betapa djauh masih 
orang bukan liplap, jakni orang ku1it putih, terpisah dari perada-
ban jang sesungguhnja. Memang bangsa liplap hanja sebagai 
ketjuali dibiarkan masuk kedalam pergaulan, biasanja mereka 
"tidak dianggap penuh" , djika saja boleh memakai ungkapan 
jang sangat umum itu, tapi djarang penolakan atau anggapan 
rendah sematjam itu dikemukakan atau dipertahankan sebagai 
suatu prinsip. Setiap orang bebas memilih lingkungannja sendiri, 
dan tidak bisa orang Eropah totok disalahkan, djika ia lebih 
suka bergaul dengan orang sebangsanja dari dengan orang jang 
tidak sama kesan-kesan dan pikiran-pikirannja 'dengan dia, -
tidak kita persoalkan apakah deradjat mori1 dan intelektuilnja 
lebih tinggi atau lebih rendah, - atau, - dan inilah mungkin 
sebab utama, - jang prasangka-prasangkanja mendjurus kearah 
lain dari padanja. 
94 
Seorang "liplap", - untuk mempergunakan istilah jang di-
anggap lebih sopan, seharusnja saja katakan : "apa jang disebut 
anak Bumiputera" ; tapi izinkanlah saja tetap mempergunakan 
kata sehari-hari itu jang lahir dari aliterasi, saja tidak bermak-
sud menghina dengan perkataan itu, lagipula apa artinja kata 
itu ? - seorang liplap banjak kebaikannja, pun orang Eropah 
banjak kebaikannja. Keduanjapun banjak keburukan-keburukan-
nja; djadi, dalam kedua hal itu mereka sama. Tapi kebaikan dan 
keburukan jang menempel pad a masing-masing mereka itu, ter-
lalu berbeda-beda, sehingga pada umumnja pergaulan mereka 
tidak akan menjenangkan bagi kedua belah pihak. Tambahan 
pula, dan dalam hal ini pemerintah membuat kesalahan banjak, 
orang liplap seringkali tidak mendapat pendidikan jang baik. 
Soalnja sekarang bukan bagaimana seharusnja seorang Eropah, 
djika ia sedjak ketjilnja terhambat dalam pendidikannja; tapi 
sudah pasti bahwa kekurangan pendidikan ilmiah si liplap pada 
umumnja, menjukarkan penjamaan haknja dengan orang Ero-
pah, djuga dimana ia sebagai individu, karena ketjerdasannja, 
pengetahuannja atau keseniannja, seharusnja lebih diutamakan 
dari seorang Eropah tertentu. 
Ini pun bukan sesuatu jang baru. Adalah mendjadi politik 
Willem Sang Penakluk 3) untuk mengutamakan seorang Nor-
mandia jang paling tidak berarti diatas seorang Saksen jang 
paling berpendidikan; dan tiap orang Normandia membangga-
kan keunggulan bangsa Normandia pada umumnja, untuk min-
ta diakui, djuga dimana ia tidak berarti apa-apa tanpa pengaruh 
sepesukuannja sebagai pihak jang berkuasa. 
Karena keadaan sematjam itu, maka setjara a priori lahirlah 
hubungan jang serba terpaksa dalam pergaulan, jang hanja bis a 
dihilangkan dengan pengertian filsafat dan wawasan jang lu as 
dari pemerintah. 
Dengan sendirinja orang Eropah, jang dalam hubungan ini 
3) Hertog Normandia (dï Perantjis), jang menaklukkan orang Angel 
dan Saksen dinegeri Inggris, tahun 1066. 
95 
berada dipihak jang menang, mudah sekali membiasakan diri 
dengan kemenangan jang tidak wadjar itu; tapi sering kita 
merasa geli mendengar seseorang jang memperoleh pendidikan-
nja dan bahasanja sebagian besar di Zandstraat 4) di Rotterdam, 
mentertawakan seorang liplap, karena ia menjebut glas water 
dan gouvernement dengan djenis kata djantan dan zon atau 
maan, netral. 
Seorang liplap bis a sadja halus budi bahasanja, berpendidikan 
atau terpeladjar, - memang ada jang demikian, - tapi apa-
bila orang Eropah jang berpura-pura sakit supaja bisa diturun-
kan dari kapal dimana ia djadi tukang tjutji piring, dan jang 
mendasarkan basa basinja pada kata-kata "uwee" dan "verex-
cuseer" 5), mengepalai sebuah perusahaan dagang, jang mendapat 
keuntungan "luar biasa" atas nila dalam tahun 1800 sekian, -
tidak, djauh sebelum ia memiliki "toko" itu, dimana ia men-
djual ham dan senapang pemburu, - apabila orang Eropah 
sematjam itu mengetahui bahwa orang liplap jang paling terpe-
ladjarpun sukar membedakan "h" dan "g", maka ia akan men-
tertawakan orang itu, jang tidak tahu perbedaan antara hek dan 
gek. 
Tapi, supaja ia djangan tertawa, ia pun seharusnja menge-
tahui, bahwa dalam bahasa Arab dan Melaju "cha" dan "hha" 
ditulis dengan satu huruf, bahwa "Hieronymus" melalui Gero-
nimo berobah mendjadi "lerome", bahwa Huano kita djadikan 
Guano, bahwa "want" adalah "handschoen", bahwa "kous" 
berasal dari "hose", dan bahwa "Guild Heaume" dalam bahasa 
Belanda kita utjapkan "Huillem" atau "Willem". Tapi itu ter-
lalu sukar bagi orang jang mentjari untung "dalam" nila. 
Dan orang Eropah demikian tentu sadja tidak bisa bergaul 
dengan orang liplap seperti itu. 
Saja mengerti bagaimana Willem berasal dari Guillaume, dan 
4) Sebuah djalan di Rotterdam dulu, jang didiami oleh rakjat djelata. 
G) Mestinja: "uw" dan "excuseer"; kekeliruan ut japan jang d'ilakukan 
d1eh rakjat biasa jang mau bitjara seperti orang terpeladjar. 
96 
saja harus mengakui, bahwa saja, terutama di Maluku, berke-
nalan dengan banjak orang liplap, jang keluasan pengetahuannja 
mengagumkan saja, dan jang membikin saja berpikir, bahwa 
kita orang Eropah betapapun banjaknja fasilitas pada kita, se-
ringkali dan bukan sadja setjara perbandingan, djauh ketingga-
lan dari orang-orang paria jang miskin itu, jang sedjak lahirnja 
harus berkelahi dengan kedudukan jimg lebih rendah, kedu-
dukan rendah jang disengadja tidak adil, jang dibuat-buat, dan 
berkelahi melawan prasangka gila terhadap warna kulitnja. 
Tapi njonja Slotering sekali bebas tetap bebas dari membuat 
kesalahan-kesalahan dalam bahasa Belanda, karena ia berbitjara 
dalam bahasa Melaju. Kita akan melihatnja nanti ketika kita 
minum teh dengan Havelaar, Tine dan Max ketjil diserambi 
muka tempat kediaman asisten residen di Rangkas-Betung, di-
mana rombongan musafir kita achirnja tiba dengan selamat 
sesudah tergontjang-gontjang dan terantuk-antuk dalam kereta. 
Residen jang hanja datang untuk melantik asisten baru dalam 
djabatannja, mengatakan bahwa ia ingin pulang hari itu djuga 
ke Serang, "karena. Ia", 
Havelaar pun menjatakan keinginannja untuk segera bekerdja. 
- "Sibok. Sekali." 
dan diadakanlah persetudjuan, bahwa setengah djam lagi akan 
diadakan pertemuan diserambi besar depan rumah bupati. 
Verbrugge sudah siap sedia, dari djauh-djauh hari ia telah me-
merintahkan kepala-kepala distrik, Patih, Kliwon, Djaksa, pe-
nagih padjak, beberapa orang Mantri, dan semua pedjabat 
Bumiputera jang harus menghadiri upatjara itu, untuk berkumpul 
diibu kota