• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label sejarah sumatera 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah sumatera 2. Tampilkan semua postingan

sejarah sumatera 2

mengakui kekuasaan Balanda. Dengan . demikian Belanda telah 

aman dari gangguan bangsa-bangsa lainnya. Di tempat-tempat 

yang barn itu Belanda segera menempatkan pejabatnya. Dari 

daerah pantai ini kemudian Belanda melakukan penguasaan pula 

ke daerah pedalaman yaitu Simalungun dan daerah Tanah Karo. 

Penguasaan Belanda terhadap daerah pedalaman berhubungan 

erat dengan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Pembu￾kaan perkebunan dimulai tahun 1863 , yaitu setahun setelah pe￾nandatanganan Akte van Erkenning yang dilakukan oleh sultan 

Deli. Nienhuys pada tahun itu diberi konsesi tanah di Tanjung 

Sepat untuk mengusahakan perkebunan tembakau yang kemudian 

ternyata membawa hasil. 

Kemajuan-kemaj~an Belanda di Sumatera Utara baik di pantai 

barat , Tapanuli Utara maupun pantai pesisir, menjadikan raja-raja 

di daerah pedalaman seperti Simalungun menjadi curiga terhadap 

Belanda; sebab itu di antara raja-raja Simalungun yaitu Raja 

Maropat (Raja Tanah Jawa, Raja Siantar, Raja Panai, dan Raja 

Silau) telah terjadi suatu perundingan dengan Sisingamangaraja 

yang sedang mengadakan perlawanan dengan Belanda di Tapanuli. 

Raja Maropat di Simalungun telah menyusun suatu kekuattan 

bersenjata. Panglima besarnya dipercayakan kepada Tuanta Nama￾bayan yang populer dengan sebutan Ronda Hein. Atas prakasa 

Panglima Besar Ronda Hein , dalam tahun itu juga berlangsung pe￾rundingan untuk mengatur siasat dan taktik serta menyusun ke￾kuatan yang lebih besar dalam menghadapi Belanda. 7) 

Dari kenyataan itu jelaslah antara Tapanuli Utara dan Sima￾lungun telah terjadi suatu kerjasama untuk membendung agresi Belanda. Demikian pula dengan raja-raja di daerah pantai seperti 

ra,ia Tanjung Kasau y ang beragama Islam t elah membentuk suatu 

persatu an. Hubungan dengan daerah ini m emang erat sebab pen￾duduk Simalungun yang berdiam di daerah ini  ada hubungan 

kekeluargaan dengan penduduk Simalungun di pedalaman. Pada 

rahun 1884 penguasa Belanda yang berad a di daerah pesisir me￾nurunk an raja Padang di Tebingtinggi. T indakan Belanda in i dila￾k ukan sebab raja Padang yang berada di bawah naungan Kerajaan 

Serdang tel ah menandatangani Akre ran t:rkenning Raja Padang 

Mohamad Nurdin meminta bantuan dari Rondahein yaitu Panglima 

perang dari raja-raja Simalungun . Hal in ilah yang nantinya akan 

rnelahirkan perlawanan rakyat Simalun gun melawan Belanda. 

Perang in i sebenarnya merupakan perlawanan yang dimulai oleh 

Sisingamangaraja , tetapi kemudian melu as ke seluruh dataran 

tinggi daerah Barak . Perang ini baru berakhir pada tahun 1907. 

yaitu dengan gugurnya Sisingamangaraj a. Tokoh ini sangat pen￾ting dalam masyarakat sebab masyarak at meletakkan keperca￾yaanny a kepada seseorang yang dianggapnya sakti atau mempu￾nyai sifat yang dapat dicontoh. 

Denga n berakhirny a Perang Batak ata u Barak Oor/og. mak a 

Belanda m ulai m enanamkan kekuasaanny a di daerahdataran tinggi 

Sumatera Timur pada pennulaan abad ke-20 boleh dikat akan 

telah aman dari perlawanan rakyat terhadap Belanda. sebab 

daerah yang dikuasai Belanda di Suma tera Timur cukup luas. 

maka Surnatera Timur dijadikan suatu keresidenan dengan Medan 

sebagai ibukotanya . Keresidenan Sumatera Timur pada waktu 

itu terdiri atas beberapa afdeling seperri S zmalungun , Karo landen. 

Deli en SerdangL dan Asahan en Riou e/landen. Di setiap afdeling di￾tempatkan pula seorang asisten residen dan di bawahnya terdapat 

kontroler. Kekuasaan raja-raja atau kepala -k epala bumiputera tidak 

dihapuskan . Kekuasaan raja-raja itu berada dalam ketentuan 

sc ~( besruur dan biasa disebut dengan pemerintahan lanclschap 

Pemerintahan ini berbeda-beda pada setiap daerah dan disesuaikan 

dengan keadaan daerah masing-masing. Di d aerah pesisir pantai di 

mana terdapat kerajaan-kerajaan seperti Deli, Serdang, Langkat, 

Asahan , dan Jain-lain, raja merupakan penguasa di daerahnya. Ia 

mengatur pemerintahan melalui para da tuk dan para penghulu sebagai kepala desa. Di atas raja-raja ini terdapat kontroler yang 

membawahi suatu onderafdeling dan di atasnya terdapat afdeling 

yang dip~pin oleh asisten residen dan yang terakhir ini bertang￾gung jawab terhadap residen. 

Di Simalungun Belanda merombak tata pemerintahan kerajaan 

yang telah ada. Sebelum kedatangan Belanda memang di Simalu￾ngun telah ada Kerajaan Maropat yaitu Kerajaan Si!au, Siantar, 

Panai dan Tanah Jawa. Kerajaan ini ditambah Belanda lagi dengan 

Kerajaan Purba, Kerajaan Raya, dan Kerajaan Silima Kuta. Di 

bawah kekuasaan raja-raja ini Belanda membentuk daerah-daerah 

pertuanan yang merupakan bawahan dari raja, seperti perpertuan￾an Bandar, Dolok Batunanggar, Tiga Dolok, dan Negeri Dolok. 

Di bawah kekuasaan pertuanan ada pula perbapaan yang tidak me￾miliki wilayah tetapi bertugas menyampaikan perintah-perintah 

kepada penghulu atau kepala desa. 

Dengan memecah kerajaan dan men am bah penguasa-penguasa 

Belanda dapat menguasai wilayah itu sehingga pengaruh kerajaan 

menjadi menipis. Keadaan seperti ini juga terjadi di Tanah Karo. 

Organisasi pemerintahan di Tanah Karo sebelum datangnya Be￾landa terdiri atas Kesain yang menggepalai kelompok keuarga dan 

kemudian di atasnya terdapat raja kuta yang mengepalai satu desa 

atau kampung. Di atas kuta ada kekuasaan raja urung yang me￾ngepalai suatu kelompok dari kuta. Sesudah kekuasaan Belanda 

didirikan di Tanah Karo, urung-urung itu disatukan pula dalam 

suatu kesatuan yang disebut sibayak. Di Tanah Karo terdapat 

lima sibayak yaitu Kuta Buluh, Lingga, Sarinembah, dan Suka. 

Penguasa wilayah sibayak merupakan kepala distrik, sedangkan 

urung menjadi onderdistrict dan kuta merupakan suatu kampung. 

Pimpinan kesain merupakan suatu pimpinan kelompok marga. 

Dengan berhasilnya pengembangan kekuasaan administratifnya 

di Sumatera Timur ini boleh dikatakan kekuasaan Belanda te￾lah berkembang di daerah ini. sebab itu dalam waktu yang sing￾kat di Sumatera Timur tumbuh pula penanaman modal asing da￾lam bentuk perusahaan-perusahaan. Kebanyakan usaha itu dimiliki oleh bangsa Eropa sedangkan bangsa Indonesia hanya menjadi 

buruh atau pegawai saja. 

2.4 Masa Pendudukan Jepang 

Pada pertengahan abad ke-20 dun ia mengalami krisis yang 

akhirnya diakhiri dengan suatu kekerasan yaitu Perang Dunia II. 

Perang ini berlangsung dari tahun 1939 sampai 1945. Indonesia 

yang saat itu merupakan jajahan Belanda juga terlibat dalam pepe￾rangan ini . Jepang sudah lama me ngharapkan agar wilayah 

di ·Asia Timur dapat menjadi bagian dari negaranya melalui pe￾rundingan dengan negara-negara Eropa akh irnya dengan kekerasan 

senja ta berhasil pula . Boleh dika takan seluruh daerah jajahan 

negara-negara Eropa di Asia jatuh ke tangan Jepang kecuali India . 

Pasukan Jepang yang menyerang Indonesia tidak dapat ditahan 

oleh Sekutu walaupun armada Sekutu di Laut Jawa mencoba 

menghalangi maksud Jepang itu . 

Pada 9 Maret 1942 wakil Pemerintah Belanda untuk Indo nesia 

Gubemur Jenderal Tjarda van Stakenbourg dan .pimpinan tentara 

Belanda di Indonesia yaitu Ter Poorten menyerah kepada Jepang. 

Sejak itu jatuhlah seluruh jajahan Belanda ke tangan Jepang, dan 

berakhirlah masa kejayaan Belanda yang sudah berabad-abad di 

Indonesia . 

Di Sumatera Utara pasukan-pasukan Belanda yang berada di 

bawah pirnpinan Mayor Jenderal R.T. Overakker tidak bersedia 

mengikuti perintah menyerah tanpa syara t kepada Jepang sebagai￾mana yang telah dilakukan oleh pimpinan mereka di Jawa. Mereka 

memutuskan untuk melakukan peperangan di hutan-hutan meng￾hadapi Jepang sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Untuk 

melaksanakan hal ini mereka memang tela h melakukan persiapan￾persiapan . Mereka telah menyediakan perbekalannya di Gunung 

Setan yaitu di daerah perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara . 

Untuk memaksa pasukan Belanda ya ng belum mau tunduk ke￾pada perintah dari Jawa , Tentara Ke-2 5 Jepang yang berpusat d i 

Singapura mengirirnkan pasukannya untu k melakukan penyerbuan 

ke Pulau Sumatera. Pendaratan tentara Jepang di Sumatera Utara dilakukan di Pelabuhan Tanjung Tiram (Batu Bara) Asahan pada 

11 Maret pukul 12.00. Pasukan Jepang yang mendarat di Tanjung 

Tiram itu kemudian dibagi menjadi tiga kelompok . 

Pasukan Belanda yang telah mengetahui pendaratan Jepang 

itu mengundurkan diri ke pegunungan. Ada yang melalui jalan 

Tarutung ke Sidikalang terus ke Gunung Setan, ada yang melalui 

Dataran Tinggi Karo kemudian bertemu di Gunung Setan sebagai￾mana yang telah dibicarakan. Tentara Jepang terus bergerak me￾ngejar mereka ke tempat pertahanan terakhir. Di samping itu ban￾tuan masyarakat terhadap pasukan Belanda pun tidak ada. sebab 

kegagalan ini, maka pada bulan Maret itu juga Mayor Jenderal 

Overakter beserta pasukannya menyerah kepada Jepang. Dengan 

peristiwa ini maka berakhirlah penjajahan ·Belanda di Sumatera 

Utara . Sumatera Utara mulai memasuki babak baru di tangan pen￾jajah Jepang yang lazim disebut dengan Masa Pendudukan Jepang. 

Jepang mulai menjalankan pemerintahannya yang disebut dengan 

Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang. Pemerintahan Pertabiran 

Militer Jepang di Sumatera Utara dilaksanakan sesuai dengan pem￾bagian kesatuan-kesatuan angkatan perangnya. Indonesia dibagi 

menjadi tiga wilayah yang berdiri sendiri. yaitu Sumatera, Jawa, 

dan Indonesia Timur. Pembagian wilayah di Pulau Sumatera tetap 

seperti masa pemerintahan Belanda. Hanya pusat pemerintahan 

bukan Jagi di Medan melainkan di Bukittinggi. Pemindahan pusat 

pemetintahan dari Medan ke Bukttinggi mungkin dilakukan atas 

dasar stfategi perang. 

Bukittinggi berada di bawah kekuasaan tyokan kakka atau 

gubernur. Sumatera Utara waktu itu terdiri atas Keresidenan 

Sumatera Timur dan Tapanuli. Tiap-tiap keresidenan diperintah 

oleh buntzucho atau asisten residen di zaman pemerintahan Belan￾da . Pemerintahan di bawah kekuasaan buntzucho dipegang oleh 

zelfbesteur terus berjalan dalam tingkat sebagairnana berlangsung 

sebelumnya. Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang mengetahui 

bahwa struktur pemerintahan buatan Belanda tidak perlu diubah 

sebab bentuk itu sangat praktis di mana penguasa dapat berhu￾bungan dengan rakyat melalui pernimpin mereka masing-masing. 

Pemerintah Pertabiran Militer Jepang melaksanakan peme-rintahan di Sumatera Utara sesuai dengan tujuan perang, yaitu me￾ngerahkan segala potensi yang ada di daerah ini untuk mencapai 

kemenangan perang mereka . sebab tujuan itu maka segala ke￾giatan senantiasa dihubungkan dengan kepentingan militer. 

Melalui kepala-kepala, anak negeri penduduk diwajibkan me￾nyediakan segala kebutuhan tentara seperti beras, lau-pauk , dan 

sayur-mayur bagi tentara Jepang. Mereka harus pula menyediakan 

tenaga kerja untuk membangun pertahanan J epang. Dalam situasi 

seperti inilah pemimpin-pemimpin pendud uk merasakan bagaima￾na pahit-getimya masa penjajahan Jepang. Hal ini dilakukan 

Jepang sebab segala kebutuhan makanan tentara Jepang diper￾oleh dari daerah di mana mereka be rada, sedangkan untuk 

mendatangkan dari luar tidak mungkin , sebab lautan dikuasai 

armada Sektitu.
La tar Belakang Perlawanan 

Sebagaimana telah diuraikan di atas. pada pertengahan abad 

ke-19 Sumatera Utara mulai mengalami persentuhan-persen￾tuhan dengan bangsa Barat, terutama bangsa Belanda dan Jnggris. 

Persentuhan semula merupakan hubungan perdagangan antara dua 

bangsa yang sederajat dan masing-masing dengan memperoleh 

keuntungan. Dalam taraf-taraf demikian tidaklah terjadi perten￾tangan-pertentangan, tetapi kemudian bangsa-bangsa Eropa saling 

bersaing untuk memperoleh barang dagangan Hal ini melahirkan 

persaingan yang tidak sehat di antara mereka bahkan menciptakan 

perkelahian bersenjata. Malahan kemudian hak-hak mereka atas pe￾nguasa-penguasa setempat merasa telah diperkosa oleh pedagang￾pedagang Eropa, misalnya tindakan monopoli yang dilakukan 

penguasa Eropa terhadap daerah yang telah berada di bawah pe￾ngaruhnya sehingga menimbulkan perlawanan bersenjata terhadap 

orang-orang lnggris dan Belanda. 

Setelah perlawanan-perlawanan penduduk dan penguasa pantai 

terhadap bangsa Eropa dapat dipadamkan oleh bangsa Eropa dan 

mereka dapat mengembangkan kekuasaannya di daerah pesisir, tim￾bullah ketegangan-ketegangan antara penguasa baru dengan pendu￾duk. Penduduk yang biasanya hidup dalam norma-norma yang di￾atur oleh hukum adat dan nilai-nilai budaya turun-temurun, ke-mudian mengalami pergeseran nilai-nilai baru yang dibawa oleh 

bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang dan membentuk kekua￾saannya itu segera merombak struktur pemerintahan. 

Ma syarakat lapisan b_awah memang ti dak terganggu , tetapi we￾wenang pejabat-pe:jabat seperti sultan. raj a, datuk-datuk, dan lain￾lain menjadi sangat berkurang sekali. Usaha mereka untuk menye￾barkan agama yang dianutnya pun melahirkan kecurigaan masya￾rakat Indonesia . 

Semua itu dianggap oleh masyarakat sebagai pelanggaran-pelang￾garan terh adap nomrn-norma yang telah ada. Perkembangan keku￾asaan Belanda yang terus meluas mem bu at terjadinya ju rang pemi￾sah yang semakin besar pula antara penguasa dengan rakyat. 

Kebencian-kebencian terhadap penjajahan itu semakin mendalam 

di kalangan rakyat, sebab masyarakat Indonesia yang selama ini 

hidup dengan tenteram dipecahbelah oleh pihak penguasa. 

Sebagai contoh banyak raja dipaksa turun dari jabatannya 

dan digantikan oleh raja-raja yang lain sesuai selera Belanda . 

Di Simalungun misalnya , Raja Siantar Sang Na Waluh dibuang 

ke Bengkalis sebab tidak disukai Belan da walaupun ia sangat 

dicintai rakyat. Pembukaan perkebunan-perkebunan di sekitar 

desa-desa menye babkan kehidupan desa menjadi terganggu k aren a 

lahirny a masyarakat asing di sekitamya seperti buruh-bu ruh yan g 

didatangkan dari luar Indonesia seperti Cina , India dan lain-lain . 

Hal ini melahirkan perombakan masyarak at desa secara tidak lang￾sung, sehingga menimbulkan perlawanan -perlawanan di Sumatera 

Utara terhadap penjajahan sejak akhir abad ke 19 dan permulaan 

abad ke-2 0. Perlawanan pada waktu itu pada umumr.ya merupa￾kan perlawanan yang bersifat fisik seperti Perang Sisingamangaraja 

(] 8 77 -- I 907) yang meluas ke daerah-daerah Dairi dan Simalu￾ngun . Demikian pula dengan perang Sunggal tahun 18 72 di seki tar 

Medan dan perlawanan Rondahein di Simalungun serta banyak 

Jagi yang lain. 

Seluruh perlawanan terhadap Belanda pada permulaan abad ke-

20 boleh dikatakan tidak berhasil, sebab tujuan yang.jelas tidak 

ada dan hanya berdasarkan kepada tokoh-tokoh karismatis Walau￾un demikian hikmahnya tetap ada. Dalam sanubari rakyat tetap 

terpendam perasaan tidak senang terhadap penguasa Belanda. Perasaan tidak puas dan tidak senang semakin lama semakin men￾dalam sebab ulah dan tindakan-tindakan Belanda sendiri. 

Belanda menindas rakyat dengan memaksa rakyat untuk mem￾bayar belasting tanpa memperhitungkan apakah daerahnya subur 

atau pendudukanya dapat membayar pajak tanpa mengganggu 

kebutuhan hidupnya. Paksaan-paksaan membayar pajak ini di￾lakukan melalui penghulu-penghulu . Bagi yang tidak membayar 

pajak dipaksa bekerja rodi atau ditahan . Pemimpin rakyat non￾formal seperti pemimpin adat dan agama setiap waktu diikuti dan 

diawasi. 

Di kalangan penduduk sendiri diadakan pembedaan-pembeda￾an atau lebih jelas lagi disebut dengan istilah diskriminasi. Kehi￾dupan masyarakat terpisah-pisah seperti Kampung Jawa , Melayu, 

Cina. dan lain-lain. Pemisahan-pemisahan ini sengaja diperbuat 

untuk memecahbelah penduduk. Yang sangat menyedihkan adalah 

fasilitas bagi orang-orang asing seperti Cina lebih banyak sebagai 

pekerja di perkebunan atau membuka usaha dagang secara mem￾borong pekerjaan-perkerjaan. Di perkebunan-perkebunan , orang￾orang Cina itu dikepalai oleh kepala-kepala mereka yang disebut 

tandil. Tandi! ini dipercaya Belanda untuk mengurus segala peker￾jaan di perkebunan di daerah Sumatera Timur. 

Penduduk setempat tidak mendapat perhatian sehingga kehi￾dupan rakyat merosot sekali. Jarang orang Indonesia mempunyai 

rumah sendiri di kota-kota dan dipedesaan boleh dikatakan umum￾nya tinggal di rumah yang sebenamya hanya untuk hewan . Di 

daerah perkebunan juga demikian keadaannya. Walaupun peru￾mahan diberikan tetapi tidak layak . Berpuluh keluarga tinggal da￾lan1 suatu bangsal yang besar dan hanya di batasi dengan dinding 

pennyekat. 

Gaji mereka hanya cukup untuk makan saja. Agar mereka itu 

dapat tetap tinggal di kebun . sengaja diadakan arena perjudian 

pda tanggal-tanggal buruh menerima gaji. Dengan demikian para 

buruh itu tetap tinggal di daerah perkebunan sebab setiap habis 

kontraknya terpaksa mengikat kontrak yang baru pula. Hal ini 

tidak saja terasa oleh penduduk yang mendiami kebun tetapi juga desa-desa yang ada di sekitamya. Penduduk desa yang ada di se￾kitarnya keranjingan berjudi pula. 

Segala sistem penjajahan di daerah mi melahirkan kemero￾sotan dalam kehidupan rakyat di Sumatera Utara. Sebaliknya ke￾hidupan bangsa Belanda yang berkuasa pad a waktu itu sangat baik 

Mereka mempunyai lingkungan hidup te rsendiri yang cukup baik 

dan terpisah dari penduduk Indonesia. Hal ini merupakan jurang 

pemisah yang sangat besar antara pen du duk dengan penguasa. 

Temp at-tempat rekreasi yang baik sepert1 peristirahatan di Danau 

Toba dan Berastagi hanya dapat dinikmati oleh bangsa Belanda . 

Penduduk tidak boleh mendekatinya . Perbedaan sosial yang sa￾ngat mencolok ini kemudian menimbulkan suatu garis yang tidak 

dapat dipertemukan antara pihak penguasa dengan penduduk. 

Munculnya pergerakan kebangsaan d1 Pulau Jawa pada per￾mulaan ab ad ke-20 membangkitkan seman gat penduduk untuk 

memulai suatu gerakan perlawanan te rh adap penjajahan waktu 

itu. Keadaan buruh perkebunan yang sangat buruk itu membang￾kitkan gerakan-gerakan kebangsaan di dae rah ini, sebab banyak 

pegawai-pegawai rendahan dari suku ban gsa Jawa y ang tinggal 

di daerah ini turut pula mendirikan Budi Utomo. Misalnya Iwa 

Kusum a Sumatra pemah tinggal di Ka ta Medan dan membuk a 

kantor advokad atau pembela. Di desa-desa yang dekat dengan 

pe rkebunan lahir pula sekolah Budi Utomo yang seluruh gurunya 

terdiri atas suku bangsa Jawa. Perguruan inilah yang dikemudian 

menjelma menjadi Taman Siswa. 

Pertumbuhan golongan yang dapat membaca dan menulis dan 

adany a pegawai-pegawai rendahan bangsa Indonesia baik yang be￾ke rja untuk Pemerintah. Belanda maupun di perkebunan-perke￾bunan merupakan pelopor lahimya segolongan masyarakat Indo￾nesia di Sumatera Utara yang sadar akan nasib bangsanya. 

Mereka menyadari bahwa perjuangan untuk memperbaiki ke￾adaan sosial bangsanya itu tidak dapat dilakukan dengan kekeras￾an. Perjuangan sekarang harus dilakukan dengan cara baru yaitu 

menggunakan kesadaran berbangsa dan menanamkan perasaan 

kebangsaan dengan menggunakan senjata p olitk untuk menghadapi 

Belanda. Melalui mas media yang didirikan oleh beberapa tokoh mulailah gerakan yang bersifat politk bergerak di Sumatera Utara. 

Sebagai contoh harian Tapian Nauli yang terbit di Sibolga. Dari 

sinilah kemudian berkembang secara nasional seperti Pewarta 

Deli dan Sinar Deli. Dengan adanya surat-surat kabar, pergerakan 

politik untuk melakukan perlawanan terhadap pememtah koloni￾al semakin meluas tidak saja di kalangan kaum terpelajar tetapi ju￾ga di kalangan masyarakat lainnya. Gerakan yang dulunya terpen￾da.m untuk menghadapi pemerintah kolonial itu sekarang menga￾lihkan kegiatannya dalam kegiatan politik. 

Kegiatan menghadapi pemerintah kolonial Belanda semakin 

meningkat sebab organisasi politik tidak lagi melakukan pemisah￾an antara suku-suku yang ada. Perjuangan menjadi jelas dan mem￾punyai tujuan untuk membebaskan seluruh tanah air dari kekua￾saan Belanda. Dengan mencapai kemerdekaan maka perubahan 

kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang akan tercapai, 

sebab itu penjajahan haruslah dihapuskan. Perjuangan bukan lagi 

sifat kesukaran atau kedaerahan tetapi harus bersama. Dengan 

berakhirnya kekqasaan Belanda di Sumatera Utara sejak awal 

tahun 1942, perasaan kebangsaan di Sumatera Utara telah sam￾pai pada punc~knya. 

Jepang yang menguasai Sumatera Utara sejak 1942 -- 1945 yang 

diharapkan dapat memberikan angin. baru bagi kehidupan bangsa 

Indonesia temyata tidak seperti yang diharapkan. Semula rakyat 

banyak membantu Jepang dengan harapan bahwa Jepang akan se￾gera mengadakan perubahan-perubahan kehidupan sosial dan poli￾tik di daerah ini, tetapi tindakan Jepang setelah berkuasa temyata 

sangat bertentangan dengan harapan rakyat. 

Tokoh-tokoh rakyat dari pergerakan yang dahulu membantu 

banyak yang ditangkap dengan tuduhan melakukan perampokan￾perampokan. Partai-partai politik kemudian dibubarkan dan segala 

bentuk kegiatan rakyat harus mengikuti garis-garis politik Pemerin￾tah Jepang. Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia untuk membe￾baskan daerahnya dari penjajahan terpaksa mencari jalan lain. 

Gerakan-kerakan di bawah tanah dan illegal mulai dilakukan. Per￾siapan-persiapan menghadapi Jepang melalui perjuangan fisik mu￾lai pula dihimpun. Gerakan itu disusun baik melalui penyµsupan ke dalam organisasi atau lembaga yang dibentuk oleh Jepang mau￾pun secara gelap. Pada masa ini sebenarnya segala kehidupan bang￾sa Indonesia di daerah Sumatera Utara telah sampai kepada titik 

yang sangat menyedihkan . 

Penduduk tidak dapat berbicara dengan leluasa sebab di mana￾mana berkeliaran mata-mata kempetai (polisi meliter Jepang) yang 

setiap saat dapat membuat orang yang dicurigai cacat atau mati. 

sebab itu penduduk menjadi ketakutan . Keadaan ekonomi yang 

sangat buruk juga rnerupakan suatu fa ktor yang menimbulkan 

semangat rakyat bangkit untuk melawan Jepang. Kenyataan ini 

dapat terlihat dari gerakan-gerakan yang tumbuh secara spontan 

menentang Jepang. Seluruh kenyataan di atas itu rnerupakan 

suatu misal yang kuat bagi lahirnya keinginan untuk cepat rnemer￾dekaan diri dari penjajahan asing. sebab itu proklamasi kemerde￾kaan yang dikumandangkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 seca￾ra spontan mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. 

Dari uraian di atas jelaslah bahwa perlawanan terhadap kolo￾nialisme di Sumatera Utara mempunyai latar belakang yang sangat 

luas. Latar belakang itu dapat diketahui dengan mempelajari kea￾daan sosial, budaya , dan ekonomi masyarakat dan sekaligus 

juga struktur politiknya. Dari penelitian unsur-unsur ini  da￾patlah kita melihat motif-motif itu unt uk seluruh wilayah tidak￾lah sama , sebab setiap tempat mempunyai keadaan sosial. eko￾nomi, dan budaya yang berada. 

3.2 Ujud Perlawanan 

Sebagaimana telah diuraikan, ujud perlawanan di setiap daerah 

mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaan itu terjadi sebab kehi￾dupan sosial, budaya , dan perekonomian masyarakat itu berbeda 

pula. Tidak saja unsur ini  tetapi juga permasalahan lahir pun 

berbeda pula. 

Berdasarkan hal ini  maka perlawanan terhadap kolonialis￾me di Sumatera Utara memang banyak perbedaan-perbedaan 

nya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pemi￾sahaan antara suatu periode dengan periode uang lain. Periode atau 

P.embabakan dalam bentuk perlawanan itu dapat kita pisahkan sebagai berikut. 

I) Periode 1850 - 1907. perlawanan yang bersifat sosial budaya 

dan ekonomi. dan 

2) Periode 1907 -- 1945. perlawanan yang bersifat politik 

Pada periode pertama , penduduk Sumatera Utara yang pada 

masa-masa sebelumnya hidup dalam alam yang merdeka menga￾lami sentuhan-sentuhan dengan bangsa Eropa . Persentuhan itu 

pada mulanya tidak rnenimbulkan pertentangan-pertentangan ka￾rena penduduk setempat menganggap hubungan yang terjadi sama 

dengan bangsa Asia seperti India dan Cina. 

Sebagaimana diketahui , sepanjang pesisir pantai Sumatera se￾jak dahulu telah ada kontak-kontak dengan bangsa asing Iainnya. 

Tetapi kenyataan-kenyataan kemudian tidak demikian halnya. 

Bangsa Eropa yang datang mencoba untuk memaksakan segala ke￾inginannya dengan memaksa penduduk untuk mengikuti segala 

peraturan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh ialah ter￾jadinya monopoli dagang yang hanya dikenal dalam kehidupan 

masyarakat kapffalis. Struktur sosial dan budaya yang dibawa 

ingin pula diterapkannya dalam masyarakat. Pemaksaan seperti ini 

tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini melahir￾kan perlawanan penduduk terhadap bangsa-bangsa Eropa. Kenya￾taan ini dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini : 

Pelabuhan lnggris yang diserahkan pada Belanda seperti Natal, Sibolga, Barus men￾jadi pusat dari pasukan Belanda. Kedudukan Belanda di sana banyak mendapat 

tantangan dari rakyat sebab Belanda menitikberatkan perekonomiannya menu}u 

monopoli dan kekerasan . . 1 ). 

Pada periode kedua ujud perjuangan bersifat politis, sebab 

untuk mencapai segala tujuan dari perjuangan yang pertama satu￾satunya jalan ialah penjajahan harus diakhiri. Berdasarkan titik 

tolak pemikiran ini  maka lahirlah suatu perjuangan yang 

bersifat politis dengan cara menghimpun segala potensi yang ada 

melalui kegiatan politik menentang pemerintahan Belanda. Pada 

masa inilah tumbuh organisasi-organisasi politik di daerah ini baik 

yang bersifat sekular maupun yang bersifat agama. Tidak saja ke-Belanda . Pada mulanya pihak Belanda tid ak begitu mengindahkan 

giatan ini  berlangsung dalam bidang politik tetapi juga dalam 

bidang sosial budaya seperti pendidikan, kesenian , dan kepanduan. 

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perlawanan · pada waktu ini 

menggunakan segala potensi yang ada agar penjajahan itu dapat 

segera berakhir. 

3.3 Jalannya Perlawanan 

Sebagaimana telah diuraikan L> atas. perlawanan menghadapi 

Belanda di Sumatera Utara dapat dibagi m enjadi dua periode sesuai 

dengan ujud dari perlawanan itu sehingga dalam uraian berikut 

penulis juga memakai dasar ini  unt uk menjelaskan perla￾wanan itu. 

3 .3 . I Peri ode 1900 -- 1907 

Pada tahun 1800 perhatian Belanda dan lnggris ditujukan ke 

dae rah pantai Sumatera Utara terutama d i pantai barat yang ber￾bataskan dengan Samudera Hindia. Daerah ini memang mempu￾nyai ha sil yang banyak dan dapat diperdagangkan ke Juar negeri 

se perti kopra, kopi. dan hasil-hasil la inn ya . Negara-negara Ero pa 

ke mudi an memaksa penduduk untuk melak ukan penjualannya ke￾pada me reka dengan harga yang telah dite nt ukan (.monopoli). Tin￾dakan bangsa Eropa itu melahirkan kemiskinan rakyat yang men￾dia mi pantai dan ini menjadi suatu kasus me letusnya perlawanan 

di daerah ini. Beberapa pemimpin di daerah sepanjang pantai in i 

dapat menggerakkan rakyat untuk melak ukan perlawanan terha￾dap Belanda. Sebagai contoh dari perlawanan ini  antara lain 

ialah perlawanan terhadap Belanda di Nias. 

3. 3.1.1 Perlawanan terhadap Belanda d i Nias 

Sej ak tahun 1825 sebenarnya Belanda telah menempatkan pa -

sukann ya di Nias, tetapi kemudian ditarik kembali sebab di Jawa 

sedang berlangsung Perang Diponegoro. Dalam keadaan demikian 

kembali pasukan Aceh di Nias melakuka n pengawasan terhadap 

perdagangan. Sebagaimana diketahui Nias dahulu mempi.rnyai hu￾bungan dengan Aceh dan daerah itu berada di bawah naungan 

Kerjaaan Aceh. Tetapi sejak VOC menguasai daerah itu pasukan 

Aceh mengalami kekalahan dan kedudukan Aceh di Naias diganti-kan oleh Belanda. Situasi Nias yang sering berganti tuan itu dengan 

sendirinya mengganggu ketentraman penduduk setempat teruta￾ma dalam masa penguasaan Belanda. Pada tahun I 840, setelah Be 

Belanda berhasil memadamkan perlawanan yang terjadi di Jawa, 

kembali ia menanmkan kekuasaannya di Nias. Gunung Sitoli di￾duduki oleh Belanda dan dari sana Belanda meneruskan pendu￾dudukannya di Lagundi pada tahun I 94 7. 

Di sana ditempatkan pasukan di bawah pimpinan seorang per￾wira. Pasukan itu melakukan pembakaran tempat kediaman pen￾duduk sebagai hukuman sebab penduduk mengadakan hubungan 

dengan Aceh. Tindakan Belanda ini tidak menyenangkan pendu￾duk sehingga Iahir perlawanan terhadap Belanda Rakyat Nias 

yang berada di Lagundi di bawah pimpinan siulu (raja) Orahili 

bersatu menentang Belanda. Dalam perlawanan itu di pihak 

Belanda banyak korban yang jatuh, sehingga pasukan Belanda 

ditarik kembali. 

Untuk mengan,:iankan daerah ini residen Tapanuli mengusulkan 

agar penyebaran Agama Kristen dipercepat di daerah ini. tetapi 

usul ini tidak dapat dijalankan. Pada tahun 1861 Belanda melan￾jutkan lagi penyerangan ke daerah yang dekat dengan Lagundi ya￾itu Desa Orahili. Serangan Belanda ini berada di bawah pimpinan 

Kapt en Laut Reinier Claessen. 

Sttrangan yang dilakukan juga menemukan kegagalan sehingga 

pasukannya yang masih tersisa terpaksa kembali ke kapal. sebab 

kegagalan itu Belanda yang berpusat di Padang mengirimkan kem￾bali pasukannya yang berjumlah 600 orang untuk melakukan 

serangan. Serangan besar-besaran yang dilakukan Belanda pada 

tahun 1863 disambut dengan perlawanan yang gigih dari pendu￾duk Nias. Dengan mengadakan suatu pertahanan yang kuat seperti 

benteng-benteng, mereka bertahan. 

Setelah desa-desa pantai ditembaki dengan meriam dari kapal 

perang Belanda, pasukan itu mendarat. Belanda tidak melakukan 

serangan ke Desa Orahili, tetapi terhadap desa yang berdekatan 

dengannya yaitu Hilibabo. Sebagian pasukan Belanda menuju ke 

Desa Orahili sehingga prajurit-prajurit Nias terpaksa memecah ke, 

kuatannya. Dengan cara ini Belanda berhasil menembus pertahan~ 

an prajurit-prajurit Nias sehingga pertempuran dahsyat terjadi di Orahili. Kedua belah pihak banyak korba n yang jatuh. 

sebab perlengkapan persenjataan y ang lebih baik di pihak 

Belanda , maka pasukan N ias yang dikepala i oleh raj a Orahili keluar 

dari desa ini  dan melakukan perlawanan secara gerilya. Be￾landa membakar Desa Orahili dan kemudian meninggalkan daerah 

ini . Desa Orahili kemudian dibangun kembali deng;rn bentuk 

yang baru dan dinamakan Bawomataluo. 

Walaupun perlawanan rakyat Nias di Orahili mengalami ke￾sudahan yang tragis, tetapi semangat perjuangan tidak mengendor. 

Beberapa tahun kemudian terjadi lagi perlawanan-perlawanan se￾perti di Sirombu yang berakhir pada tahu n 1908, di Marde dan di 

Idano Toa yang seluruhnya berakhir sekitar tahun 1915. Perla￾wanan ini seluruhnya terjadi di Nias Sela tan. 

3.3.1 .2 Perlawanan terhadap Belanda di Daerah Pesisir Pantai 

Barat . 

Natal dan Barus merupakan pelabuhan dengan yang 

mempunyai peranan penting dalam perd agangan sejak berabad￾abad . Perdagangan ini  banyak diselenggarakan oleh pendu￾duk yang berasal dari daerah pesisir Sumatera Barat seperti Paria￾man, Air Pangis. Tiju , dan Painan . Penduduk dari daerah pesisir ini 

hidup sebagai pedagang perantara dan menghubungkan daerah￾daerah pesisir pantai barat Sumatera. Hal ini dapat diketahui 

dari bahasa yang mempunyai dialek sama dengan bahasa Minang￾kabau. Pedagang-pedagang itu mendapat perlindungan dari Aceh 

sebab seluruh hasil dagang kemudian dikuasbi oleh Aceh yang 

pada waktu itu menguasai daerah pantai barat Sumatera sampai 

Bangkulen. 

Kedatangan bangsa Eropa yang menjalankan politik mo nopli 

dan memaksakan harga barang menurut ke inginan mereka menye￾babkan kemerosotan perdagangan pendud uk yang mendiami dae￾rah pesisir itu . Banyak di antara mereka yang kehilangan mata 

pencahariannya . Perasan tidak puas mereka dicetuskan dalam ben￾t uk perlawanan terhadap pengusa Belanda yang telah menduduki 

daerah pantai ini . Salah seorang tokoh yang berasal dari Na￾tal bernama Sidi Mara pada pertengahan abad ke-19 melakukan 

suatu perlawanan bersenjata terhadap Belanda di daerah ini. 

Benteng Belanda di daerah ini diserbu "d an korban di pihak Be-landa banyak yang berjatuhan. Perlawanan ini malahan merem￾bet sampai ke Barus. Walaupun perlawanan demikian dahsyatnya, 

Belanda kemudian dapat menindasnya. _, 

Setelah perlawanan Sidi Mara , Belanda mulai mengembangkan 

pemerintahannya di Tapanuli. Untuk memudahkan administrasi 

pemerint<:than , Belanda memasukkan wilayah Tapanuli Selatan 

ke dalam wilayah Sumatera Barat. Sebelum Belanda menduduki 

wilayah Mandailing, Sutan Mangkutur sudah melihat bagaimana 

nasib bangsanya sewaktu pasukan Paderi menduduki daerahnya. 

Mereka sangat menderita akibat penindasan. Salah seorang raja 

bernama Gadombang bangkit melawan kekuasaan Paderi di daerah 

ini. Ia mati tertembak pasukan Paderi dalam suatu pertempuran 

yang terjadi di antara Rao dan Lubuk Sikaping. sebab raja tidak 

mempunyai anak , maka diangkatlah adiknya sebagai pengganti Ra￾ja Gadombang, yaitu Sutan Mangkutur. 

Setelah satu tahun Sutan Mangkutur memerintah, Pemerintah 

Belanda mengadal\an bestuurs hevoming di Tapanuli Sela tan. Suma￾tera reglement mulai berlaku dan mengakibatkan pengadilan anak 

negeri bertukar dengan pengadilan gouvernemen t. Raja-raj a di 

Mandailing merasa bahwa dengan berlakunya reglement itu , ke￾kuatan mereka hilang. Selanjutnya pihak gouvernem e11 t mengin￾struksikan kepada semua raja di Mandailing Julu dan Mandailing 

Godang, agar sete!ah keluarnya peraturan baru ini  , semua 

perkara yang akan diselesaikan dibawa ke Udung/kantor di Se￾ngengu untuk diselesaikan . 

Raja-raja hams datang !angsung ke gedung di Singengu mem￾bawa tertuduh untuk diperkarakan . Raja tidak boleh mewakilkan 

dirinya untuk datang ke gedung pengadilan di Singengu itu. Apa￾bila perintah Belanda tidak ditepati ataupun dilaksanakan, Belan￾da akan menghukum ataupun mendenda raja-raja yang membandel 

itu. Inilah langkah-Jangkah pertama dari pihak Belanda untuk 

memperkuat kedudukannya di daerah dengan mengambilalih ke￾k.uasaan pengadilan yang selama ini dipegang oleh raja-raja setem￾pat . Hal iini berlaku sejak 28 Juli I 837. 

Penindasan kaum Paderi menggugah hati dan pikiran Sutan 

Mangkutur untuk tidak mematuhi dan menaati segala perintah pembangkangan Sutan Mangkutur ini. Belanda masih mengingat 

bahwa Sutan Mangkutur adalah adik kandung Raja Gadombang 

yang pernah menjabat agen Mandailing dan telah banyak berjasa 

pada Belanda dalam pertempuran di daerah Rao beberapa tahun 

sebelumnya. 

Sebagai Mangkutur terus membangkang pada pihak Belanda . 

Mula-mula perlawanannya hanya dalam bentuk tidak mematuhi 

perintah Belanda Makin kuatnya kedud u kan Belanda di daerah 

Mandailing semakin mengurangi hak raj a-raja yang telah ad a dan 

juga merupakan intervensi yang bisa mengurangi kekuasaan tradi￾sional dari raja-raja ini . 

Sebalik akibat dari ha! ini  , timbullah perlawanan secara 

fisik Sutan Mangkutur. Permufakatan dengan beberapa raja-raja 

di Mandailing diadakan penyumpahan agar setiap raja yang hadir 

berjanji untuk setia dan tolong-menolong dalam peperangan me￾lawan Belanda. Pada waktu itu juga dibicarakan waktu penyerang￾an. 

Selesai rapat rahasia ini  mereka mulai mengadakan per￾siapan-persiapan untuk memulai peperangan yang pertama pada 

tahun 1839. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati apabila 

pa sukan Sutan Mangkutur menyerang dari Huta Godang ke Kota 

Nopan . maka Raja Huta Siantar harus menyerang dari arah Penya￾bungan . Sayang sekali sebelum pasukan Sutan Mangkutur menye￾ra ng ke Kata Napan, pasukan Belanda telah meng~tahui ha! ini se￾hingga Belanda lebih dahulu menyerang pasukan Sutan Mangkatur 

ke Huta Godong. Perjumpaan pasukan Sultan Mengkutur dan pa￾sukan Belanda terjadi di suatu tempat yang bernama Batu Bodang 

dekat Kampung Sipalupuk. Terjadilah suatu pertempuran yang 

sengit, yang penyebabkan beberapa perwira Belanda beserta pu￾luhan pasukannya mati. 

Dal am pertempuran yang pertama ini pasukan Belanda mundur 

dan merek a terus dikejar aleh pasukan Sutan Mangkutur sampai 

dekat ke Ka ta Napan . Pasukan Raja Huta Siantar dari Penyabung￾an tidak kunjung tiba. Hal ini menirn bulkan kecurigaan. Diduga 

ada kerjasama antara Raja Huta Siantar dengan Belanda. 

Dalam pertempuran selanjutnya, Sultan Mangkuturselalu diban-tu oleh para hulubalang. Pada hulubalang itu ialah, Ja Layang, 

Sampuran Tolang, Balang Garang. Langa Lalupak, dan Manimba 

Laut. Dalam peperangan selanjutnya, pasukan Sutan Mangkutur 

hanya bertahan, sebab pasukan Belanda sudah semakin lrnat de￾ngan dibantu penduduk setempat. 

Pada suatu ketika datanglah pasukan Belanda menyerang 

Hu ta Godang bersama Raja Hu ta Siantar. Ketika itu Su tan Mangku￾tur sedang dalam persembunyiannya . Pasukan langsung membakar 

Jstana Bagas Godang sebab tidak menjumpai Sutan Mangkutur. 

Jsteri Sutan Mangkutur menangis. meraung-raung supaya tempat￾nya jangan dibakar. Raja Huta Siantar mengabulkan permohonan 

asal ditunjukkan di mana Sutan Mangkutur bersembunyi. Pada 

mulanya permintaan ini ditolak oleh istri Sutan Mangkutur. tetapi 

Belanda yang mengatakan bahwa mereka hanya ingin berjumpa 

dengan Sutan Mangkutur untuk berdamai dan dijanjikan pula 

bahwa Sutan Mangkutur akan dijamin keselamatannya. sebab 

itu dikirimlah utusan untuk menjumpai Sutan Mangkutur di per￾sem bunyiannya. Sewaktu utusan dalam perjalanan menuju Hu ta 

Godang, rupanya ada pasukan Belanda yang ditugaskan untuk 

mengikutinya -dari belakang. Sutan Mangkutur ditangkap dan ditu￾runkan dari tahtanya dan selanjutnya dibuang ke Pulau Ambon 

tahun 1839. Ia dituduh sebagai penjahat dan diharuskan mem￾bayar denda kepada Belanda. 

I)alam tahun itu juga saudara Sutan Mangkutur dibuang ke 

Pulau Ambon. Sesudah itu masih ada perlawanan terhadap Belan￾da di Sekitar Mandailing (Natal). Pada waktu itu kontroler di sana 

adalah Edwards Douwes Dekker atau Multatuli. Perlawanan ini 

dapat berlangsung lama dan baru berakhir pada tahun 1839. Dengan 

berbagai cara Belanda berhasil menguasai keadaan dan menga￾dakan reorganisasi pemerintahan di Tapanuli. Daerah Tapanuli 

Selatan waktu itu terlepas dari Sumatera Barat dan bersatu dalam 

wilayah Karesidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga. 

Sejak itu didirikan sekolah-sekolah kelas tiga atau lebih terke￾nal dengan nama Volkschool; di antaranya ialah Volkschool di 

Natal. Keinginan untuk memperoleh pendidikan Barat di Kalang￾an penduduk Tapanuli Selatan ternyata besar sehingga Belanda meluaskan program pendidikan ini . Melalui pendidikan ini  

diharapkan pendekatan terhadap pend ud uk dapat dilaksanakan . 

Untuk itulah maka Belanda memberikan kesempatan kepada Wil￾lem Iskandar untuk melanjutkari pendidikan ke Negeri Belanda . 

Pembukaan sekolah guru di Tano Bato tia da lain adalah suatu usa￾ha yang dilakukan Belanda untuk menyebarkan kebudayaan Ba ra t 

di kalangan penduduk. 

3.3 .1.3 Perang Sisingamangaraja (1877 -- 1907) 

Se telah membentuk Keresidenan Tapanuli di tahun J 94 2. 

Belanda berusaha meluaskan kekuasaannya ke Dataran Ting￾gi To ba dan Da iri. Hal itu penting untuk keamana n Belanda di 

daerah pesisir sebab sering ada gangguan dari sana. Dalam pada 

itu ke san yang ditinggalkan pasukan Paderi di Toba berakibat ke￾curigaan terhadap datangnya orang-0rang asing seperti yang d ia -

lami penyiar-penyiar Agama Kristen sebelum Nomensen. 

Belajar dari peristiwa itu , Sisingamangaja XII melakukan kon -

solidasi ke dalam. Adat dan kepercayaan terhadap leluhur suku 

ba ngsa Ba tak kembali dikokohkan dala m masyarakat mengingat 

kegiatan Belanda semakin meningkat di pedalaman Barus. Di pihak 

lain sebaga i akibat politik monopoli Belanda di Sibolga dan Barus. 

kemen yan dan kopi semakin merosot hargany a. Hal itu juga di￾alami Aceh setelah perdagangan di pesisir dipegang o leh Be landa. 

Jadi Sisingamangaraja dan Aceh mempunyai. kepentingan yang 

sama. ltulah sebabnya , di samping hubu ngan kekeluargaan. dalam 

perang melawan Belanda banyak panglima-panglima dari Aceh be￾rada di tengah pasukan Sisingamangaraja XII . Kenyataan terse￾but dapat dilihat dari kutipan berikut : 

"Raja Sisingamangaraja menyusun suatu pasukan yang berkekuatan kira-kira 300 

orang prajurit dengan persenjataan lengkap. Di da lam pasukan turut pendekar￾pend ekar orang Aceh. -Pendekar-pendekar orang Aceh sebelum meletuskan Perang 

Aceh dan sebelum berkecamuknya perang Batak . . . " 3). 

Jadi sesungguhnya antara Aceh dan Batak telah ada kesiap￾siagaan menghadapi agressi Belanda . Keadaan itulah yang memak￾sa Belanda mempercepat serbuannya ke Tanah Batak . Mula-mula 

Belanda membiarkan zending RMG da ri Jerman menyebarkan 

Injil ke pedalaman Tapam11i sebab zending Belanda telah gaga] 

di Sisipirok . Zending Jerman berhasil sebab tidak begitu drastis menghapuskan unsur-unsur adat Batak selama tidak bertentang￾an dengan ajaran Kristen. Hal inilah yang membuat Nomensen 

berhasil menyebarkan Agama Kristen di Tapanuli Utara yang 

memberi peluang bagi penetrasi kekuatan Belanda. 

Dengan dalih melindungi para missionaris dari serangan pasuk￾an Sisingamangaraja, Belanda menempatkan pasukannya di Ta￾rutung sekaligus mempersempit wilayah pengaruh Sisingamanga￾raja. Akibatnya pos tentara Belanda di Tarutung mendapat serang￾an dari pasukan Sisingamangaraja. Inilah yang menjadi alasan bagi 

serangan terbuka Belanda terhadap Sisingamangaraja seperti telah 

direncanakan oleh Residen Boyle. 

Tahun 1877 pejuang Batak berusaha mengusir Belanda dari Ta￾rutung. Terjadilah pertempuran di Bahalbatu (antara Tarutung dan 

Balige). Dalam pertempuran diBahalbatu, pasukan Sisingamangara￾ja yang dipimpin panglimanya Ompu Badia Porhas Tampubolon. 

Di pihak Belanda dipimpin oleh Kapten Schelter. Persenjataan 

yang tidak seimoang membuat pasukan Sisingamangaraja mundur. 

Perlawanan dite~kan dengan taktik perang gerilya. Arena per￾tempuran berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 

Dalam pada itu dengan karismanya Sisingamangaraja memper￾kuat perlawan.an dengan mengadakan perserikatan bersama raja-raja 

di Sumatera Timur seperti Simalungun yang telah merasakan te￾kanan dari penetrasi Belanda dari daerah pantai timur. Diadakan 

pula aliansi dengan pemuka-pemuka adat di Tanah Karo. Dengan 

demikian seluruh suku bangsa Batak terlibat dalam perlawanan 

ini sehingga Beland a menyebutkan "Batak Oorlog" (Perang Batak). 

Berikutnya pasukan Belanda menyerang Bakara dengan ke￾kuatan 400 orang pasukan. Pejuang Batak menyambutnya dengan 

tembakan, tetapi sebab jumlah pasukan yang tidak berimbang. 

pasukan Sisingamangaraja bersama rakyat mengundurkan diri ke 

pegunungan sekitarnya seraya membuat pertahanan di Meat, 

Balige, Tambunan, dan Laguboti. Belanda terus mengadakan 

pengejaran ke Paranginan dan ke Gurgur dengan tujuan Balige. 

Belanda mengalami kerugian besar dan baru dapat bergerak se￾telah mendapat bantuan. Di Balige, 1200 orang pasukan Batak te￾lah siap tetapi kemudian mengundurkan diri sebab Belanda me￾masang mortir. Seperti biasanya, rum ah-rum ah yang kosong dibakar 

Belanda dan rakyat diharuskan membayar denda serta mengakui kedaulatan Belanda. Belanda kemudian kembali ke posnya di Ba￾halbatu. 

Walaupun beberapa daerah telah dikuasai Belanda. tetapi rak￾yat tetap berjuang bersama Sisingamangaraja. Ia melakukan perla￾wanan di sekitar Danau Toba pada saat Belanda menempatkan 

kontr9ler di Balige tahun 1883. Balige diserang pasukan Batak dari 

berbagai jurusan tetapi tidak lama sebab pasukan dan persenjata￾an Belanda lebih unggul. Pasukan Beland a yang bergerak ke Lagu￾boti dan Uluan disambut oleh pejuang-pejuang Batak dengan gigih 

Setelah Laguboti diduduki, Belanda segera menduduki Tanggabatu 

dan Paranginan. Maksudnya ialah agar rakyat tidak memihak ke￾pada Sisingamangaraja . Seterusnya Belanda melakukan pembersih￾an di Bakara dan kemudian ke Laguboti. Dari sana Belanda berge￾rak ke Sitorang menghadapi hadangan-hadangan dari pejuang Ba￾tak. Pada kesempatan bail<, Sisingamangaraja melakukan serangan 

secara besar-besaran atau kecil-kecilan serta membuat huru-hara. 

Serangan ini  dibalas Belanda dengan aksi patroli dan naik 

bakar. 

Dal am pada itu peperangan di A-:eh se makin hebat sehingga 

untuk sementara Belanda mengurangi peperangannya terhadap 

Sisingamangaraja. Kesempatan itu dimanfaa tkan Sisingamangaraja 

un tuk rneny usun kekuatan. Dengan menda tangkan pasukan dari 

Padang , Belanda kembali menyerang pejua ng-pejuang Barak teru￾tama d i Lo ntong . Akhirnya arena pertempuran beralih ke Pak￾r ak - Dairi sebab hampir seluruh Toba relah diduduki dan dihan￾curkan Belanda dengan taktik pembakaran kampung dan pemba￾yara n denda. Namun demikian hubungan de ngan Aceh masih tem p 

J J! akuk an de ngan beba -. 

PerL1wana n tcrhad ap Belanda dilakuk. an denga n gerilya dan 

n,tm pak . semakin mero so t setelah tahun 1904. Dalam pada itu dari 

Sumatera Timur mendesak agar keamanan segera dilakukan . Unruk 

it ulah Be landa mendatangkan Kapten H. Christoffel. Bagi penwrin￾ta h kolon ial Belanda . nama Kapten H. Christoffel dijunjung tmgg1 

ka rena diala h yang dapat mematahkan pe rlawanan rakyat Kali￾ma ntan dan Lombo k pada tahun 19044 · 

Belanda mengadakan operasi perang te rakhir dipimpin ole h 

Yan Daalon mulai dari Gayo -- Alas hingga Pakpak -- Dairi . Penghancuran dan pembunuhan secara membabibuta serta penyiksaan￾penyiksaan yang tak berprikemanusiaan dilakukan. Hubungan 

Sisingamangaraja dengan Aceh menjadi terputus. Tugas penang￾kapan Sisingamangara]a hidup atau mati diserahkan kepada Kap￾ten H. Christoffel dengan 80 orang pasukan marsose. 

Pengejaran terus dilakukan sebab Sisingamangaraja dengan pa￾sukan yang setia terns berpindah-pindah. Pada suatu saat Sisinga￾mangajar terkepung dan tertembak. Ia gugur sebagai pahlawan 

bangsa pada 17 Juni 1907 Sementara itu semua anggota keluar￾ganya ditahan dan hartanya dirampas. Perlawanan pun berakhir 

sebab tokoh karisrna telah wafat. Perlawanan kecil-kecilan secara 

sporadis masih berlangsung untuk menentang rnasuknya kebuda￾yaan Barat. Misalnya perlawanan Guru Sornalaing Pardede dengan 

pengikutnya rnenentang Agarna Kristen di Toba, 

Dengan aliran kepercayaan Parmalirn, Guru Sornalaing Pardede 

berusaha rnengembalikan kepercayaan nenek moyang. Tokoh ini 

dianggap berbahaya oleh Belanda sehingga ia diusir dari Balige. 

Kernudian muncul pula kepercayaan Parsiakbagi atau Parugarna 

yang dibawakan oleh Jaga Siborutorop. Mereka ini menentang 

dan rnenolak segala bentuk pangkat-pangkat. Ia pun rnendapat 

perlakuan yang sama seperti Guru Sornalaing Perdede lalu diusir 

dari Siborong-borong. 

Tahun 1915 Tanah Toba dihebohkan oleh gerakan Parhu￾damdam yang dipimpin oleh Saman. Ajarannya sama dengan 

kepercayaan yang dianut oleh Sisingamangaraja ataupun Parmalim 

dengan penarnbahan-penambahan. 

"Pesan agama ini adalah bahwa kerajaan Batak yang suci akan muncul dengan pim￾pinan Sisingamangaraja XII setelah terjadi sa tu peperangan besar. Hanyalah pengi￾kut Parisihudamdam yang tidak musnah dalam peperangan ini. "5) 

Tentu saja ajaran ini cenderung membuat banyak pengikut. 

Pengikut-pengikutnya tersebar : di Humbang, Barus, Sibolga, Sa￾mosir, sampai ke Dairi. sebab itu Belanda segera melakukan pe￾nindasan-penindasan . Jelasnya sampai permulaan abad ke-20 di 

Tapanuli berlangsung perlawanan melawan Belanda. Secara 

fisik, . Belanda mampu menguasai keadaan tetapi di hati rakyat 

Batak terus hidup keinginan melepaskan diri dari kekuasaan Be￾landa dan menunggu saat yang baik untuk mengernbalikan Kera-jaan Batak. Bagi sebagain besar rakyat Batak, Sisingamangaraja 

dianggap masih hidup. 

3.3.1.4 Perlawanan Rakyat Sumatera Timur Menentang Kolonialis￾me Belanda. 

Sebagaimana telah dijelaskan, Belanda mulai menaruh per￾hatian terhadap wilayah Sumatera Timur setelah lnggris mem￾punyai koloni di Sumenanjung Melay u, yaitu Singapura dan 

Penang. Hal ini disebabkan lnggris sering mengadakan hubungan 

dengan raja-raja di pantai timur Sumatera. Puncak dari kegiatan 

Inggris itulah terjadi pada tahun 1858 di mana Belanda mengikat 

Siak dengan Perjanjian Siak . 

Berdasarkan perjanjian itulah Belanda mencoba menanamkan 

kekuasaannya di Sumatera Timur. Sebagaimana telah diuraikan. 

Asisten Residen Natscher yang berkedud ukan di Bengkalis me￾ngunjungi raja-raja di Sumatera Timur de ngan kapal-kapal pera ng 

agar mereka menandatangani Akte Van Erkenning. Keinginan Be￾la nda ini tidak ditangani dengan baik oleh beberapa raja-raja di Su￾matera Timur sehingga terjadi perlawanan terhadap Belanda . 

Salah seorang di antaranya ialah Sultan Ibrahim dari Asahan . 

la tidak bersedia menerima A kte Van Erkenning sebab kepada 

Keprajaan Aceh . Sementara itu sultan ma ncoba men cari hubung￾an dengan lnggris di Penang. tetapi sebab keterikatan Inggris pada 

perjanjanjian yang telah ditandatangan i dengan Belanda yaitu 

Tracraat Sumatera , maka Inggris tidak memberikan angin. Peng￾ganti Sultan Ibrahim yaitu Ahmadsyah meneruskan perlawanan 

te rhad ap Belanda. Perlawanan ini menda pat dukungan dari rakyat 

pesisir yang terdiri atas suku bangsa Melayu dan dari suku bangsa 

Batak pedalaman . Penduduk mendukungnya sebab perang inilah 

yang menentukan kehidupan mereka. 

Penduduk yang se lama ini melaku ka n perdagangan dengan 

daerah pedalaman melalui Sungai Asahan akan kehilangan ma ta 

pencaharian bila Belanda berkuasa. Tetapi walaupun perlawanan 

terse but mendapat bantuan dari segala jurusan akhimya gaga! juga 

sebab daerah lautan telah dikuasai Belanda apabila persenjataan 

Belanda lebih ampuh. Sultan Ahmadsyah kemudian ditangkap oleh Belanda dan 

dibuang ke Riau. Ia baru boleh kembali pada tahun· 1885 setelah 

menandatangani Korte Verklaringen yang disodorkan Belanda. 

PenggantiHya adalah Sultan Husinsyah pada tahun 1890. Di masa 

pemerintahannya, Belanda melakukan pengutipan belasting (pa￾jak) yang tinggi, yang tidak bisa disanggupi rakyat. Ia bermohon 

kepada residen dan gubernur agar ketentuan ini ditinjau kembali. 

tetapi kedua pejabat ini  secara halus menolaknya. Untuk 

mengurus masalah ini ia berangkat ke Negeri Belanda menghadap 

ratu. Di Negeri Belanda keinginannya juga tidak dapat dipenuhi 

sebab ratu menunjukkan bahwa ia raja konstitusional. 

Segala kegiatan Belanda di Tapanuli Utara dan sepanjang 

pantai Sumatera Timur menjadi perhatian dari raja-raja Simalu￾ngun. Peristiwa di Asahan di mana Sulta-n Ahmadsyah yang 

kemudian ditangkap Belanda dan kerajaannya harus mengakui ke￾asaan Belanda merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi 

raja-raja Simalungun. Daerah Simalungun mempunyai hubungan 

yang sangat erat sekali dengan daerah pesisir seperti Serdang, Batu 

Bara, dan Asahan sebab segf!la hasil bumi mereka itu harus mela￾luhi daerah ini . Selain itu didipantai juga berdiam pendu￾duk dan asalnya dari suku bangsa Simalungun yang telah menga￾nut Agama Islam. Hubungan kebudayaan yang erat itu mengaki￾batkan raja-raja Simalungun turut merasakan apa yang telah terja￾di ch daerah-daerah pesisir. Di samping itu Kerj aa n Simalungun 

suatu ketika akan mengaiami nasib yang sama gula. Apalagi pada 

waktu itu telah kclihatan gejala-gejala ke arah itu sebab Belanda 

telah membuka perkebunan di daerah Ke rajaan Deli. 

Bertolak dari pemik.iran itulah maka raja -raja Simalungun 

dengan raja-raja derah pantai ya ng beragama [slam dan be lum di￾kuasai Be Janda, mengadakan suatu perserikatan. Perse rikatan 

itu disebut Empat Serangkai yang terdiri atas Raja Silau. Raja 

Panei, Raja Siantar (raja-raja Simalungun), dan Raja Tanung Kasau 

(raja daerah pesisir yang beragama Islam). Di Pematang Panei me￾reka mendirikan ternpat bermusyawarah yang disebut Balai Be￾rempat Di sini mereka bertemu pada waktu-waktu tert e ntu untuk 

membicarakan kebij aksa naan apa ya ng harus dilakukan dalam menghadapi suatu persoalan yang sama. 

Sementara itu gerakan pelebaran kekuasaan kolonialisme Be￾landa semakin melebar. Raja Tanjung Kasau yang ahulunya berga￾bung dalam Empat Serangkai terpaksa melepaskan keanggotaannya 

sebab Belanda berhasil menaklukkan daerah ini . Walaupun 

demikian perserikatan Emapat Serangk ai tidak bubar. Setelah 

menguasai daerah Tanjung Kasau . Belanda berusaha menuju lebih 

ke utara. yaitu daerah yang berbatasan denga n Simalungun. Raja￾raja kecil yang berada di Tebingtinggi )· ang takluk pada Kerajaan 

Serdang tidak dapat menerima segala peraturan-peraturan yang 

dibuat Belanda. Di antaranya ialah Raja Padang yang sangat gigih 

mempertahankan agar adat istiadat keraj aan terns dijalankan . 

Belanda menganggap Raja Tengku Maharaja Mahammad Nur￾din dengan segala tingkah' lakunya itu ak an membahayakan pena￾naman kekuasaannya di daerah sekitarnya. Ia segera diturunkan 

dari tahta kerajaan. Raja Kerajaan Padang di Tebingtinggi tidak 

tinggal diam . Segera ia mengadakan hubungan dengan raja-raja 

Simalungun yang tergabung dalam Emp at serangkai_ Raja-raja Si￾malungun segera turun tangan menghad api malapetaka yang me￾nimpa raj a Padang sebagai tetangganya. Pe ristiwa ini terjad i seki￾ta r tahun 1887. Raja-raja Simalungun "egera menyiapkan suatu 

pasukan y ang dipimpin oleh Rondah e im. Rondaheim ad al ah 

seorang yang dipercayai untuk memim pin penyerangan terhadap 

Belanda di Tebingtinggi. Ia mempunya i kewibawaan yang besar 

da n disegani oleh prajurit-prajurit sebab keberaniannya. 

Serangan yang dilakukan oleh Rond aheim mengakibatkan pa￾sukan Belanda yang berada di Tebingtinggi meminta bantuan ke 

Medan . Dari Medan Beland a rnengirim pa sukannya sebanyak 60 

orang dipimpin oleh Kapten J.C. R. Schenk . Pertempuran dengan 

se ndirinya terjadi sekitar Tebingtinggi sepe rti Solak Marlawan dan 

Do lak Sagal. Untuk menakuti rakyat Kampung Dolak Kahean 

yang te lah masuk daerah Simalungun , kampung itu dibakar. Selu￾ruh peristiwa ini dengan sendirinya tel ah melibatkan daerah Si￾malungun dalam perang dengan Belanda. 

Rondaheim berhasil melakukan perl awanan secara gerily a 

dengan berpindah-pindah tempat. Serangannya yang dilakukan terhadap pasukan belanda di Baja Lingge pada bulan Februari 

1888 berhasil. sebab sulitnya Belanda menangkap Rondaheiin, 

dia diajak oerunding tetapi tidak mendapat sambutan dari Ronda￾heim dan yang datang hanya wakil Rondaheim saja. Rondaheim 

mengetahui bahwa prundingan itu hanya siasat saja. Tujuan yang 

sebenarnya adalah untuk menangkapnya. Teman wakil Rondaheim 

ditangkap Belanda dan tidak kembali lagi. 

Hal inilah yang mengakibatkan Rondaheim meneruskan per￾lawanannya sampai wafat pada tahun 1891. Dengan wafatnya 

Rondaheim, Belanda mulai pula menusuk ke daerah Simalungun. 

Daerah yang pertarna dikunjungi Belanda adalah daerah Kerajaan 

Siantar. Untuk memudahkan Belanda menguasai wilayah itu, 

Belanda lebih dahulu mengakui raja Siantar yang pada waktu _i tu, 

berkuasa yaitu Sang Naualuh Darnanik. Namum Sang Nauluh te￾tap mengingat bahwa Belanda senantiasa tidak dapat dipercayai 

sebab telah mencampuri masalah dalam negeri kerajaan-kerjaan 

dan kemudian menguasai kerjaan-kerajaan itu sebagai bagian ~ari 

rrilik mereka. Ini dilihatnya sendiri pada tetanggnya. Kontroler 

.Belanda yang berkedudukan waktu itu di Batubara dengan 

seenaknya saja melanggar hak-hak Simalungun sehingga kemerde￾kan kerajaan boleh dikatakan lenyap. Hak-hak rakyat menurut hu￾kum adat tidak diakui dan Belanda melakukan pembukaan-pembu￾kaan perkebunan tanpa seizin kerajaan . Kedudukan Belanda di 

Batubara tidak sedikit pun digubris oleh Sang Naualuh. Instruksi 

Belanda seluruhnya untuk menghapuskan hak-hak raja dan rakyat 

Sirnalungun ditolaknya. Sikap Sang Naualuh yang lebih tidak me￾nyenangkan Belanda ialah sewaktu ia menganut Agama Islam ber￾sama dengan keluarganya. 

Sikap ini tentu menimbulkan jurang pemisah sebab Belanda 

sering melihat bahwa setiap raja yang menganut Agama Islam su￾lit untuk dapat didekati. Kenyataan ini dapat kita ketahui dari ku￾tipan beriku t : 

Di samping tugas Sang Naualuh sebagai rll!a, Sang Naualuh menambah kegiatannya 

memperdalam dan mengembangkan Agama Islam. Pengembangan agama ini terrna￾suk yang dibenci oleh Belanda, maka khusus untuk ini Sang Naualuh melakukannya 

d . "' bot .. 6) 1 JUma on anggap ..
sebab kebenciannya terhadap Belanda pada tahun 1885, se￾cara diam-diam Sang Naualuh berhubungan dengan seorang pe￾ngusaha perkebunan Jerman bemama Baron von Hom. Ia seorang 

pemilik perkebunan di Hervetia Medan. Ia mengajak pengusaha 

Jerman itu membantunya mengusir Belanda dari Simalungun dan 

sebagai ganjaran akan diberi konsesi tanah di Simalungun. 

Hal ini tercium oleh pengusaha Belan da di Medan sehingga 

Baron von horn diusir dari Medan. Belanda menangkap Sang Naua￾luh dan dibawa ke Batubara, tempat kedudukan pengusaha Belan￾da yang tertinggi di Simalungun. sebab penahanannya di Batu 

bara, penduduk: Simalungun bergerak menentang penangkapan 

rajanya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Belanda 

memindahkannya ke Medan. Residen Sumatera Timur meneruskan 

persoalan ini  kepada gubemur jenderal untuk menetapkan 

suatu kepu tusan. 

Gubernur jenderal dalam suratnya kepada Rllad van !ndie 

meminta petunjuk-petunjuk, tatapi Raad 1•an /ndie menunjuk 

kepada artikel 4 7 Regerings Reglement yaitu bilaada orang-orang 

yang·lahir di Indonesia, demi untuk keterti han umum dan keaman￾an , melarangnya untuk bertempattinggal di bagian tertentu dari 

wilayah Hindia Belanda. 

Selanjutnya orang itu dapat ditangkap melalui surat yang di￾keluarkan oleh peradilan. Untuk menjatuh kan Sang Naualuh dari 

tah ta kerajaannya. Residen Sumatera Timur Schaap memakai la￾poran-laporan pengaduan dari bawahannya, Kontroler Batubara 

Karthaus, yang be risi I 0 kesalahan kon trole r a tau Batu bara tuduh￾an. Di antara tuduhan itu adalah sebagai berikut : Tuduhan itu antara lain, memaksa penduduk memasuki Agama 

Islam tetapi sebenarnya tuduhan itu tidak beralasan. Walaupun 

demikian residen Sumatera Timur dalam suratnya kepada gu￾bemur jenderal mengatakan bahwa Sang Naualuh telah mengakui 

kesalahanny a. 5urat ters...:bu t bertanggal 25 Agustus 1905 No. 

3 77 5 /4 dan berdasarkan ketentuan terse but pula maka Sang 

Naualuh ditangkap dan kemudian dibuang ke Bengkalis pada 

tahun 1906. 

Selanjutnya pemerintahan Kerajaan Siantar tergantung kepa￾da residen Sumatera Timur berdasarkan Surat Keputusan Resi￾den Sumatera Timur, 20 Juli 1907 Nomor 254. Maka dibentuk￾lah sebuah dewan kerajaan yang dikepalai oleh . seorang kontroler 

Belanda di Simalungugun. Anggota-anggotanya terdiri atas Tuan 

Sidep Manik, Tuan Marihot, dan untuk lebih menguatkannya lagi