sejarah sumatera 3
By arwahx.blogspot. com at Agustus 16, 2023
sejarah sumatera 3
diangkat pula dua orang besar kerajaan yaitu Tuan Marihat Si Tori
Alam dan Tuan Sidep Manik Si Riahata. Mereka inilah yang disodorkan oleh Belanda untuk menanctatangani Korte Verklaaring
(Perj anjian Pendek) pad a 16 Ok tober 1907.
Untuk memperkuat dasar hukum, pihak Belanda berusaha
mengumpulkan pemuka-pemuka masyarakat di seluruh wilayah
Kerajaan Siantar untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka
menyetujui .Korte Verklaaring yang telah ditandatangani oleh Tuan
Sari Alam dan Tuan Si Riahata. Pemuka-pemuka masyarakat berjumla:h 38 orang dari seluruh daerah. Selanjutnya Tuan Sidep Manik ctan· Tuan Marihat diangkat pula sebagai mangkubumi sebab
pada waktu itu Tuan Kadim, anak Sang Naualuh, masih di bawah
umur.
Sang Raja Naualuh dibuang ke Bengkalis dan meninggal tahun
1914. Puteranya yang tertua, Tuan Kadim. oleh Pemerintah Belanda dititipkan di bawah pemeliharaan Pendeta Zending Guillaume di Negeri Purba agar jauh dari pengruh Agama Islam. Sebagai akibatnya kontroler Belanda itu langsung menjadi kepala pemerintahan Kerajaan Siantar. Dengan demikian lapanglah jalannya
modal asing membuka perkebunan secara besar-besaran di sekitar
Kota Siantar. Perusahan perkebunan yang pertama adalah Siantar
Estate tahun 1908. Selanjutnya ibukota Simalungun dipindahkan ke Ko ta Perna tang Sian tar tahun 1912.
Setelah beberapa tahun lamanya, Tuan Kadim yang dahulu
beragama Islam mengubah namanya menjadi Tuan Waldemar Tuhan Naga Huta. Ia mengubah agamanya dari Islam menjadi Agam a
Kristen. Dengan ditandatanganinya perjanjian pendek Korte Verklaaring 18 Mei 1916, diangkatlah ia menjadi raja Si~ntar. Dengan peristiwa ini maka Simalungun telah j atuh ke tangan Belanda.
Peristiwa perlawanan Rondaheim di Simalungun terhadap Belanda rupanya mempunyai pengaruh ke daerah Tanah Karo. Di Daerah Linggu Julu dan Batukarang, seorang yang bernama Si f(jras,
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan ini mungkin mempunyai hubungan dengan usaha Belanda untuk merombak
struktur pemerintahan Tanah Karo menurut keinginannya. Pemberontakan ini kemudian dapat dipadarnkan • oleh Belanda pada
9 Septermber 1904. Setelah perlawanan Si Kiras itu Belanda mulai
membentuk struktur pemerintahan baru di Tanah Karo dengan
menciptakan kekuasaan para sibayak.
Bersamaan dengan gerakan Belanda di daerah Simalungun dan
Asahan, 'cti daerah Deli dan Langkat timbul pula perlawanan penduduk y.ang dipimpin oleh pemimpin mereka yang dikenal dengan
Datuk Sunggal. Perang ini dapat dikatakan perlawanan penduduk
terhadap Beland a sebab persen tuhan mere ka dengan unsur-unsur
kebudayaan asing yang dibawa Belanda ke daerah mereka. Persentuhan itu melahirkan perubahan nilai-nilai adat dan kebudayaan
yang telal1 turun-temurun. Di pihak lain Belanda ingin segera melaksanakan segala struktur kehidupan baru menurut apa yang mereka inginkan agar tujuan mereka untuk melakukan perluasan penanaman modalnya dengan membuka perkebunan-perkebunan
dapat dicapai. Untuk mencapai tujuanny a itu Belanda menggunakan politik De Vide et Jmpera dengan mengadudomba raja-raj a
seperti Sultan Deli dengan Datuk Sunggal. Sebenarnya antara
kedua kerajaanitu masih ada hubungan keluarga. Untuk lebih jelasnya baiklah di bawah ini akan diuraikan Perang Sunggal.
Sebagaimana telah dijelaskan, pada tahun 1862 Kerjaan Deli
mengakui Akte van Erkenning sehingga dengan demikian Deli telah merupakan suatu daerah yang berada di bawah naungan Belanda. Pada waktu itu Kerajaan Dili telah berkembang sebab perdagangan dengan bangsa-bangsa asing sehingga kedudukannya
sangat penting. sebab itu Belanda lekas-lekas memaksakan kerajaan itu untuk mengakui kekuasaan Belanda. Setelah Belanda menguasru Deli, pada tahun 1863 Nienhuys mendapat konsesi tanah
untuk penanaman tembakau .
Keberhasilan Nienhuys itu diikuti oleh penanam-penanam
modal 1-ain sehingga timbullah beberapa perkebunan-perkebunan
a.sing di sekitar Kota Medan , antara lain D eli Maatschappif dan
Arendsburg. Timbulnya perkebunan-perkebunan tembakau di sekitar Medan menyebabkan banyaknya tanah yang berada di bawah
kekuasaan Urung Em pat Suku yang berkuasa di sekitar Medan dijadikan kebun tembakau .
Pernberian konsesi tanah-tanah oleh sultan Deli tidaklah· dilakukan musyawarah dengan pmpinan-pirnpinan urung ini ,
sedangkan dalam tatakrarna Kerajaan Deli kedudukan datuk-datuk
pimpinan urung sangat menentukan dalam pernerin tahan. Kalau
kita lihat dari sejarah berdirinya Kerajaan Deli, cikal-bakal dari kerajaan itu sebenamya orang pendatang yang diternpatkan oleh Iskandar Muda dari Aceh sebagru panglirna Kerajaan Aceh menjadi
yang dipertuan , sehingga tidak rnengherankan kedudukan wakil
Keraj aan Aceh di Deli itu rnendapat penghormatan dari seluruh
urung.
Atas aktivitas wakil raja Aceh itu seluruh urung yang empat
itu kemudian memeluk Agama Islam. Ikatan yang erat kernudian
terjalin pula antara wakil dari Aceh yaitu Gotjah Pahlawan yang
kernudian mengawini salah seorang puteri dari Datuk Sunggal. Selain dari itu Datuk Sunggal juga rnernpunyai hak dalam rnenabalkan sultan Deli selain sebagai rnahapatih kerajaan .
Kedudukan seperti ini mulru dilanggar setelah Belanda rnananamkan pengaruhnya di Deli. Ini rnerupakan suatu pelanggaran
dari adat-istiadat dan tradisi Kerajaan Deli,terutarna dalam rnasalah
penyewaan tanah-tanah yang berada dalam wilayah urung-urung
ini . Seluruh pelanggaran terhadap adat-istiadat itu terjadi pada masa pemerintahan Datu Kecil, yaitu datuk yang menguasai
Urung Sunggal dan lebih terkenal dengan Datuk Sunggal.
Pada masa pemerintahan Datuk Sunggal inilah terjadi pertumbuhan pekebunan Belanda sekitar Kerajaan Deli. Pertumbuhan
perkebunan-perkebunan ini melahirkan kegoncangan-kegoncangan dalam kehidupan masyarakat di Kerjaan Deli terutama pada daerah "Urung Empat Suku" atau disebut kemudian daerah
datuk-datuk yang empat.
Kegoncangan itu disebabkan rakyat Sunggal melihat di sekeliling mereka Deli dan
langkat : tanah-tanah rakyat yang sµbur diberikan untuk konsesi perkebunan tembakau
kepada maskapai-mask~ai asing sellan~ keuntungan tidak diberikan kepada rakyag
di situ, mulailah Sunggal berjaga-jaga dan menentang cara-cara 1tu ... . . . . .. . . . .
Contoh di atas merupakan suatu gambaraan dari keadaan di
urung yang dikuasai oleh Datuk Sunggal. Perasaan tidak puas rakyat pada daerah ini juga disebabkan oleh perusakan tata
kehidupan masyarakatnya. Sejak adanya perkebunan-perkebunan
di sekitar kediarnan penduduk, lahirlah suatu kelompok masyarakat yang asing bagi penduduk. Beland a mendatangkan buruhburuh dari Negari Cina dan India untuk pembukaan perkebunan
tembakau itu. Kehidupan masyarakat asing yang berada di dekat
desa-desa penduduk sering melahirkan gangguan-gangguan pada
desanya seperti kebiasaan berjudi, minuman keras, dan lain-lain.
Hal inilah yang sangat menggelisahkan penduduk. Seluruh
keadaan ini diharapkan penduduk dapat diakhiri dengan melanyapkan pengaruh Belanda dari daerahnya melalui perlawanan
bersenjata. Datuk Sunggal mengetahui bagaimana perasaan rakyatnya pada waktu itu sehingga ia mengadakan persiapan-persiapan
untuk mengusir Belanda dari daerahnya dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan dan mengadakan kesiapsiagaan pasukannya. Tindakan dari Datuk Sunggal itu mendapat dukungan
dari masyarakat Batak Karo di Pegunungan, sebab penduduk
yang mendiami daerah urung empat suku itu adalah suku bangsa
Karo yang masih mempunyai ikatan kelu arga walaupun mereka telah memeluk Agarna Islam. Melihat kesiapsiagaan Datuk Sunggal ini , Belanda yang
mempunyai kepentingan dalam penanaman modalnya di Deli segera
mendatangkan pasukannya dari Jawa sebelum keadaan ini
menjadi lebih parah. Pada 15 Mei 1872 datanglah pasukan ekspedisi Belanda yang pertama dipimpin oleh Kapten W. Koops. Belanda bersama dengan pasukan Kerajaan Deli sebagai penunjuk jalan,
mulai melakukan penyerbuan ke daerah perbentengan Sunggal
sehingga terjadilah Perang Sunggal. Dalam peperangan ini para
pejuang dari Datuk Sunggal tidak hanya bertahan tetapi juga melakukan penyerangan-penyerangan . Mereka membakar bangsalbangsal tembakau dan mengganggu pekerjaan buru-buruh perkebunan agar apa yang diharapkan Belanda tidak dapat tercapai.
sebab serangan-serangan ini pihak perkebunan Belanda mengalami kesulitan. Pasukan ekspedisi yang didatangkannya tidak
dapat mengatasi keadaan. Bahan makanan yang selama ini didatangkan dari daerah pedesaan tidak dapat masuk ke kota dan
perkebunan. Untuk mengatasi ini Belanda terpaksa mendatangkan
beras dari Penang. Sementara itu kegiatan dari pejuang-pejuang
Datuk Sunggal n:elahirkan perang urat syaraf sehingga Belanda
harus terus-menems berjaga-jaga.
Untuk mempercepat berakhirnya perang ini Belanda mengirim
lagi ekspedisiny_a yang kedua. Pasukan ini lebih banyak dari yang
pertama serta dipimpin oleh Letnan Kolonel Von Homracht.
Persenjataannya lebih lengkap dari pasukan pertama sebab dilengkapi . oleh artileri berkuda. Pasukan ini bertujuan untuk mengadakan penyerahan ke kubu-kubu pertahanan Sunggal, tidak saja di
daerah Sunggal tetapi juga di daerah pedalaman dan di daerah
Karo.
Perlawanan Datuk Sunggal yang dibantu oleh penduduk pedalaman itu sangat memusingkanBelanda sehingga Belanda mencoba un tuk mencari kubu-kubu pertahanan Sunggal. Untuk tujuan
ini diperlukan meriam-meriam yang dapat menghancurkan
kubu-kubu ini . Walaupun demikian perlawanan dari pasukan
Sunggal tidak dapat_ dipatahkan oleh Belanda. Berbagai siasat dilakukan Belanda untuk mengamankan daerah sekitar Beli-, tetapi
tidak membawa hasil. Dengan suatu tipu muslihatnya Belanda me-ngajak Datuk Kecil atau lebih terkenal lagi dengan Datuk Sunggal
un tuk berunding menyelesaikan segala pe rbedaan pendapat.
Usu! itu disetujui oleh Datuk Sunggal dan perundingan dilakukan pada 5 Oktober 1872 . Dalam perundingan itu Belanda melakukan suatu tindakan yang licik. Perundin gan tidak diadakan , dan
Belanda mengatakan bahwa Datuk Sunggal sekarang menjadi tawanan Belanda. Tindakan Belanda yang merupakan tipu muslihat
ini berhasil dan Datuk Sunggal bersama putera-puteranya kemudian dibuang ke Cilacap berdasarkan putusan dari gubernur jenderal Belanda yang berkedudukan di Batavia.
Dengan ditawannya Datuk Kecil maka Datuk Badiuzzaman
juga ditangkap dengan tipu muslihat Belan da dan dibuang pula ke
Cianjur. Dengan ditangkapnya tokoh-tokoh Perang Sunggal ini
Perang Sunggal pun beakhir pad a tahun 1873, tetapi secara kecilkecilan masih terus terjadi perlawanan te rhadap Belanda tidak saja
di Deli tetapi juga dibagikan lain dari wilayah Sumatera Timur,
misalnya di Asahan dan Sumalungun seperti telah diuraikan di
atas.
Untuk mengamankan daerah perkebunan yang vitas di Sumate ra Timur terutama di Deli. pihak perkebunan Belanda mengusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar suku-suku
itu dipecah-pecah sehingga mudah dapat dikuasai. Daerah Deli
y ang banyak hubungannya dengan daerah Karo di pegunungan dipecah sebab mereka itu sebenamyya su atu keturunan .
Untuk melakukan ha! itu perlu dipercepat pengembangan
Agama Kristen di daerah ini . Pemisahan satu suku tersebu t
dal im du a agama yang berlainan memu dahkan Belanda untuk
menguasai daerah ini sehingga perkebunan Belanda dapat aman .
Usu! ini dapat diterima Belanda sehingga setelah peperangan yang
melanda daerah Sumatera Timur dan Tap anuli berakhir, Belanda
mengirimkan missi Nederlandsch e Zending Genvotschap untuk
mengem bangkan Agama Kristen di Da taran Tinggi Karo.
J urang pemisah itu semakin meluas sebab di daerah pesisir· Belanda
mendukung tindakan kebijaksanaan raja-raja yang hanya menerima pe~awainya tidak bermarga. Penduduk pesisir kemudian menanggalkan marganya agar dapat menjadi warga dari kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur seperti Deli dan Serdang dan Langkat.
Keadaan ini melahirkan pertentangan antara penduduk pantai
dengan daerah pedalaman, tetapi dengan politik pecah belahnya
Belanda berhasil berkuasa daerah Sumatera Timur.
3.3.2 Periode 1907 - 1945
Dengan berakhimya Perang Sisingamangaraja, perlawanan
yang bersifat fisik di Sumatera Utara boleh dikatakan berakhir,
baik di Tapanuli maupun di Sumatera Timur. Sebaliknya Belanda
sekarang mulai melakukan konsolidasi dan mengembangkan pemerintahannya. Sebagaimana telah diuraikan, Belanda mengubah
struktur pemerintahan pada beberapa daerah 9ntuk kelancaran
jalannya administrasi pemerin tahannya.
Sebaliknya rakyat di Sumatera Utara juga mengadakan sua!u
perubahan dalam perjuangan menghadapi penjajahan Belanda. Pengembangan pemerintahan Belanda dan menyebarkan kebudayaan
Barat di kalangan bangsa Indonesia untuk mengubah cara-cara perjuangannya menghadapi penjajahan. Kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam perlawanan terhadap penjajahan di Sumatera Utara melahi.rkan suatu kesatuan yang lebih kuat walaupun Belanda mencoba memecahbelah bangsa Indonesia.
Setelah Belanda berkuasa di Sumatera Utara, tindakan-tindakannya semakin menimbulkan kebencian penduduk. Di daerah
perkebunan, mereka melakukan tindakan semena-mena. Banyak
buruh yang didatangkan dari Jawa bukan dengan sukarela tetapi
sebab berbagai tipu muslihat yang dilakukan Belanda. Banyak
buruh yang didatangkan itu berasal dari keluarga yang mampu
tetapi sampai ke Deli sebab kena tipu oleh perusahaan-perusahaan
yang menyediakan buruh-bumh perkebunan.
Keadaan sosial mereka pun sangat buruk. Perumahan berupa
bangsal dan gaji kecil. Penguasa lokal mereka sebut tuan besar.
Buruh perkebunan tidak mungkin pula pindah dari tempat kediamannya sebab setiap kali menerima gaji di perkebunan perkebunan itu diadakan pula perjudian. Dengan demikian buruh itu
tetap tinggal di ke bun sampai tua.
Sering pula tuan-tuan kebun menggunakan kekerasan dengan memukul buruhnya apabila terjadi kesalahan. Agar buruh patuh,
mereka diawasi pula dengan centeng (untuk buruh-buruh Indonesia) sedang untuk buruh Cina disebut tandil. Untuk mencapai pe rsatuan nasional, di Sumatera Utara mulai tumbuh organisasiorganisasi yang bersifat sosial, agama, dan yang bersifat nasional.
Perlawanan rakyat yang bersifat nasional menghadapi kolonialisme Belanda adalah sebagai akibat dari perkembangan sarana
y ang diadakan oleh Belanda send.iii. Sarana itu bersifat pendidikan
maupun bersifat keagamaan. Tujuan Belanda mengembangkan
Agama Kristen untuk benteng bagi kolonialismenya temyata juga
tidak sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh dapat terlihat dari uraian berikut.
3.3.2.1. Hatopan Kristen Batak
Ha topan Kristen Batak didirikan di Balige pada tahun 1917.
Organisasi ini didirikan untuk mempersa tukan orang-orang Kristen
Batak dan memajukan para anggotanya. Sebenamya tujuan u tamanya adalah mempertahankan daerah-daerah pertanian orangorang Batak agar jangan dicaplok oleh pemerintah kolonial.
Dalam perjuangan ini HKB melihat dari sudut ekonomi dan
<;osial. sedang lending melihatnya dari sudut keagamaan. l ending
RMG berpendapat bahwa penduduk yan g mengalihkan perhatiannya pada kegiatan perkebunan maka kegiatan beragama akan kurang. HKB melihat bahwa perkembangan perkebunan akan melahirkan kemel'!fatan rakyat sebab tanah-tanah yang subur akan
jatuh menjadi milik perkebunan dengan adanya erfpacht
Untuk mengetahui perkembangan Hatopan Kristen Batak. kita
harus mengetahui pula riwayat hidup dari pendirinya yaitu M.H.
Manullang, sebab organisasi ini tumbuh sej alan dengan kehidupan
tokoh M.H. Manullang sendiri. Ia pernah rnenjadi pegawai di sekcr
!ah l ending Naromunda dan pada tahun 1905 dan berrnukim di
Padang.
Keadaan buruh di perkebunan yang menyedihkan itu menyebabkan banyak perlawanan-perlawanan terhadap rnajikannya, kadang-kadang dengan kekerasan. Kekerasan yang dilakukan buruh itu sampai-sampai merupakan pembunuhan terhadap tuantuan kebun. Walaupun ganjaran hukumnya berat, yaitu hukuman
mati, tetapi hal itu tidak dihiraukan. Seterusnya bagi buruh-buruh
wanita yang cantik-cantik dijadikan sebagai pekerja di rumahrumah tu an kebun dan dijadikan nyai (isteri tanpa nikah). Jadi jelaslah bahwa cti kebun-kebun sama sekali tak dikenal perikemanusiaan.
Selanjutnya penduduk desa diwajibkan membayar pajakpajak atau kerja rodi , sedang penghasilannya tidak mencukupi
sebab mereka sebagian tinggal di daerah daerah yang kurang kesu buran tanahnya. Petugas-petugas kerajaan dengan berat hati
terpaksa melakukan pemungutan pajak-pajak sebab mereka
takut akan kena damprat dari atasannya yang telah ketakutan
kepada Belanda. Pembuangan-pembuangan yang dilakukan Belanda terhadap raja-raja yang ingkar menghantui mereka .
Suasana demikian memberikan dasar bagi lahimya perjuangan
dalam bentuk ba:r:!J. Persatuan haruslah dilaksanakan dan tidak
mungkin lagi perjuangan terpisah-pisah serta tujuan untuk kebebasan dari penderitaan hanyalah dengan menghapuskan penjajahan Belanda di Sumatera Utara. Dengan adanya perkebunan-perkebunan, penduduk tidak lagi terdiri atas satu suku tetapi telah merupakan kumpulan dari berbagai suku. sebab itu
perjuangan bertujuan untuk melepaskan penderitaan yang dihaersama . Perjuangan pada periode ini lebih bersifat nasional
dan politis. Perjuangan yang bersifat nasional ini sejalan dengan perjuangan yang terjadi di Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia ,
dan mungkin Sumatera Utara agak lebih menonjol ketimbang di
daerah lainnya di Sumatera . Manullang bekerja pada suatu percetakan dan menerbitkan surat kabar yang berbahasa daerah,
Binsar Sinondang Batak. Kemudian ia kembali pula ke Pearaja sebagai pusat Zending pada waktu itu dan mengajar di sana.
Pengalaman-pengalaman selama Manullang berada di Padang
sangat menentukan hidupnya kemudian, sebab di sana ia berkenalan dengan dunia yang lebih luas, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia. Di Padang waktu itu telah ada pula surat kabar yang berbahasa Melayu (bahasa Indonesia) di mana salah seorang
pimpinan staf redaksinya seorang yang berasal dari T apanuli Sela tan, yaitu Ya Endar. Di sini ia memperoleh pengarahan dalam
perjuangannya. Segala pengalamannya di Padang kemudian diteruskan kepada murid-muridnya. Manula ng hijrah ke Singapura .
dan akhirnya menetap di Bogar. memimpi n suatu asrama sekolah
Methodist. Di sini ia mulai mendapat pengalaman baru sebab
waktu itu di Pulau Jawa telah pula bersemi pergerakan kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tumbuh dalam jiwanya ,
ia kembali ke Tapanuli.
Dengan bekal yang cukup itulah Manullang mendirikan Hotopan Kristen Batak di Tapanuli. sebab semangat kebangsaan
yang dimilikinya itu dalam waktu yan g singkat organisasi itu
mendapat simpati dari masyarakat setempat. Sesudah kongresnya
yang pertama di Balige pada tahun 1918, terbentulah cabangcabangnya di sekitar daerah Toba dan Silindung.
Dalam kegiatannya pada taraf pertama organisasi ini Jebih
menggiatkan pembukaan sekolah-sekolah dan perbaikan irigasi
rakyat. Dalam suatu kesempatan, H.M. Manullang menghadap
gubernur jenderal di Batavia dan memin ta agar pendidikan, kesehatan, dan irigasi diperbaiki di Tapanuli. Inisiatif H.M. ManulJang dengan HKB tidak menyenangkan pihak lending sehingga
ia dituduh menjadi anggota Insulinde yang berpusat di Jawa dan
bersifat kebangsaan.
Tuduhan ini memang dapat terjadi sebab pihak lending merasa mengalami persaingan dengan tindak -tanduk HKB itu. Tentu
saja kegiatan-kegiatan HKB di bidang sosial dan ekonomi seperti
penurunan pajak dan hal-hal yang telah dikemukakan di atas menyebabkan pihak pemerintah mulai mencurigai H.M. Manullang
dengan organisasi HKB-nya.
Suatu perjuangan organisasi HKB yang sangat menarik simpati rakyat adalah mengenai persoalan tanah di Pangaribuan. Di daerah ini pemerintah memberikan izin untuk mendirikan
perkebunan-perkebunan. Hal ini menggelisahkan penduduk , sehingga Manullang pergi ke Batavia menghadap gubernur jenderal untuk minta agar masalah itu ditinjau kembali. Akibat petisi itu
gubernur jenderal membentuk suatu panitia untuk menyelidiki
persoalan ini . Panitia itu kemudian memberikan laporan bahwa keberatan penduduk itu tidak realistis sehinga perkebunan
yang akan didirikan berjalan terus.
sebab kegagalan dalam perjuangannya itu , dalam kongres
tahun 1920 Manullang tidak terpilih lagi sebagai ketua. Kemudian
ia hanya menulis artikel-artikel pada majalah Pustaka. sebab tulisan-tulisannya itu ia kemudian ditangkap Belanda dan dijatuhi
hukuman limabelas bulan penjara. Setelah keluar dari penjara,
Manullang meneruskan memperjuangkan cita-cita kebangsaan
yang pada masa itu sedang menonjol.
3.3 .2 .2 Perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda melalui saluran Pendidikan
Untuk mengokohkan penjajahan di Sumatera Utara, Belanda
mengembangkan sarana pendidikan. Apalagi kebutuhan-kebutuhan
akan tenaga kerja yang terdidik diperlukan Belanda untuk mengisi
pemerintahan .maupun perusahaan-perusahaan Belanda. Pembukaan sekolah-sekolah Volkshool. Ver vpgschool, Holand's Inlandshe
S chool, Mula d·an HBS di Sumatera Utara bukanlah untuk memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia, tetapi kalau diteliti hanyalah
urttu,k kepentingan Belanda saja , sebab hanya beberapa orang Indonesia yang kemudian mencapai tingkat HBS walaupun bangsa
Indonesia merupakan mayoritas. Melihat perkembangan keadaan
ini akan melahirkan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat penduduk di Sumatera Utara, dari kalangan bangsa Indonesia kemudian timbul kesadaran-kesadaran 1.mtuk meningkatkan
!em baga-lembaga pendidikan.
Kenyataan-kenyataan itu melahirkan suatu inisiatif bagi pemuka-pemuka bangsa Indonesia bagi yang bergerak dalam bidang
agama maupun dalam bidang politik dan dunia dagang untuk
mebentuk lembaga pendidikan yang bersifat nasional maupun
yang bersifat agama. Pendidikan yang bersifat nasional mengharapkan agar dari kalangan peiajar itu nantinya akan lahir kader-kader yang dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaannya. Di samping itu mereka pun dapat
diharapkan sebagai kelompok yang akan meneruskan kebudayaan
bangsanya. Dalam kalangan agama dapa t tumbuh golongan cerdikcendekiawan yang berorientasi kepada agama dan bersikap cinta
terhadap tanah air. Pertumbuhan pendidikan ini sejalan pula
dengan lahirnya organisasi politik sekitar tahun-tahun duapuluh.
Atas azas inilah maka di tahun 1929 berdiri perguruan Taman
Siswa yang disponsori oleh Ki Sugondo Kartoprojo. Perguruan ini
bermula dari perguruan yang belum te rorganisasi. sebab banyaknya transmigran dari Jawa. di Sumatera Utara dibuka perguruan
Budi Utomo. Kemudian setelah Pergerakan Nasional Indonesia
berada di puncaknya, berubahlah nama perguruan ini dengan
Taman Siswa. Perguruan ini tersebar luas di Sumatera Utara
dan berkembang di daerah-daerah di mana banyak berdiam sul<_u
bangsa Jawa. Perkembangannya 'pun pesat sebab bersifat nasional.
Politik pendidikan yang dijalankan Taman Siswa mengikuti
politik dari Taman Siswa pusat. sebab it u Taman Siswa di daerah
mengalami keadaan yang sama dengan keadaan di pusat. Ban yak
guru yang ditangkap sebab melanggar peraturan-peraturan pendidikan Belanda. Walaupun demikian Taman Siswa dapat ber~embang dan berpengaruh di daerah-daerah, malahan sampai ke pelosok-pelosok yang tidak ada sekolah yang diadakan oleh Pemerintah Belanda.
Berbeda dengan sekolah yang dididik an oleh Pemerintah Belanda di mana anak-anak didik sebagai ambtenar, di Taman Siswa
anak-anak itu diajarkan cinta tanah air dan budaya bangsa. Watak
yang lahir dari pelajar-pelajar Taman Siswa adalah manusia demokratis dan cinta tanah air.
Menyusul Taman Siswa ini berdiri pula perguruan-perguruan
lain yang bersifat nasional. Walaupun dalam garis pendidikan mereka tidak radikal seperti Taman Siswa , namun unsur-unsur nasionalis merupakan dasar dari pendidkan itu. Perguruan-perguruan
itu semuanya didirikan dengan tujuan memajukan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan; dengan demikian proses untuk
mencapai kemerdekaan akan lebih singkat. Berdasarkan prinsip itulah maka pada tahun 1930 lahir beberapa perguruan seperti Yosua Jnstituut, di Kota Medan yang dipirnpin oleh seorang pendidik yaitu G.B. Yosua. Demikian juga Mohammad Noeh mendirikan Instituut Voor Neutrale Onderwijs
pada ta~~n 1930. Pada tahun yang sama berdiri pula Perguruan
Kota di bawah pirnpinan Noenar S. Hamijoyo.
Di kota-kota seperti Pematangsiantar berdiri pula perguruan
Bumi Putera yang diasuh oleh beberapa tokoh terkemuka
bangsa Indonesia yang berdomisili di Pematangsiantar. Tokoh-tokoh itu adalah dr. Machmud Hamzah, drh. Musa, dan lain-lain.
Perguruan ini didirJ<:an pada tahun 1935. Di Kota Balige yang
meupakan ternpat tumbuhnya Hatopan Kristen Batak dan sebagai
tempat tumbuhnya kelembagaan dari pergerakan nasional di
Tapanuli lahir pula Schakel School yang disahkan oleh pedagangpedagang priburni yang disebut Handel Vereniging Batak.
Dengan adanya pendidikan yang berhaluan nasional, rnaka
lahirlah tokoh-tolrnh yang berjiwa nasional yang hidup dalarn masyarakat. Merka inilah pemimpin-pemimpin yang menggerakan
masyarakat. Dalam perjuangan kemerdekaan di Sumatera Utara ,
peranan pemimpin-pemimpin ini sangat penting sekali.
Selain pendidikan yang bersifat nasional, di Sumatera Utara
lahir pula pendidikan agama. Perkembangan Agama Islam yang
tidak begitu mendapat dukungan dari Pemerintah Belanda i;nenyebabkan di kalangan umat beragama Islam di Sumatera Utara
membentuk kader-kader penerus. Perkembangan pendidikan
Islam di Sumatera Utara ini semakin meluas sejak di Mesir timbul
gerakan pembaharuan dalam Islam atau reformisme. Banyak tokoh
ulama yang mendapat pendidikan dari Al Azhar dim menggerakkan pula pembaharuan itu di Sumatera Utara.
Pembaharuan yang lahir di Mesir itu membangkitkan perlawanan umat Islam terhadap penjajahan. Kebangkitan itu juga
secara tidak langsung melahirkan suatu penyuburan terhadap gerakan umat Islam dalam menentang penjajahan di Sumatera Utara.
Gerakan reformis itu muncul di Sumatera Utara dalam bentuk
organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Al Jarniyatul .
Washliyah, dan Al ltihadiyah. Dalam kegiatan organisasi itu tumbuhlah pendidikan-pendidikan yang mengasuh anak-anak didik
dalam pendidikan yang bersifat modern dan berjiwa Islam. Walaupun pendidikan itu berbentuk madrasah a tau pesantren. mereka juga mengajarkan ilmu pengetahuan yang menyangkut hal-hal keduniawan . Dalam setiap pelajaran dijajark an juga pengetahuan-penetahuan umum dan guru-guru mereka banyak yang berasal dari
kalangan tokoh-tokoh kebangsaan .
3.3.2.3 Pergerakan Nasional di Sumatera Utara
Sebagaimana telah diuraikan di muk a di Sumatera Timur pada
abad ke 20 telah tumbuh perkebunan-perkebunan yang sebagian
besar adalah milik pengusaha Belanda. Keadaan perkebunan yang
berkembang dengan pesatnya itu melahirkan situasi sosial yan g
baru pula bagi masyarakat di Sumatera Timur khususnya dan
Sumatera Utara umumnya.
Penduduk Sumatera Utara yang dah ulu merupakan kelompok yang tidak banyak berbeda antara satu dengan lainnya , sekarang telah mengalami perubahan dan tidak hanya berbeda suku
bangsa tetapi telah pula bercampur da lam berbagai jenis bangsa
pula. Di antara bangsa-bangsa itu bangsa Belanda yang paling
dominan sebab mereka berkuasa. Mereka mempunyai kehidupan
sosial dan ekonomi yang sangat baik dan Jauh melebihi kehidupan
bangsa Indonesia umumnya.
Jurang pemisah ini telah melahirkan beberapa gejolak sosial
di perkebunan-perkebunan yang dikuasai Belanda. Gejolak-gejolak
sosial ini misalnya pembunuhan terhada p tuan-tuan kebun sebagai
rasa tidak puas terhadap perlakuan tuan kebun. Untuk mengatasi
kejadian-kejadian , maka di setiap kebun ditempatkan seorang atau
lebih tukang-tukang pukulnya yang disebut centeng.
Centeng-centeng ini diambil dari buruh itu juga tetapi yang
dianggap mempunyai kelebihan dari yang lain, seperti kekuatan
jasmani dan disegani . Dengan menjalankan politik adu domba ini
maka kekuasaan penguasa perkebunan ini menjadi sa~gat besar
dan keamanan perkebunanpun terjami n . Sebaliknya penindasan
terhadap pihak buruh semakin menjadi-jadi. Buruh tidak jarang pula didera atau dipukul dan ha! ini dilindungi hukum sebab adanya Poenale Sanctie.
Penderitaan di perkebunan itu melahirkan suatu dasar untuk
tumbuhnya kebangunan bagi perlawanan terhadap Belanda. Situasi perkebunan yang sangat buruk merupakan benih bagi lahirnya gerakan-gerakan menentang penjajahan. Untuk melawan secara kekerasan sebagaimana telah diuraikan tidak berhasil, sehingga
tumbuhlah taktik baru mengahadapi penjajahan Belanda. Taktik
itu tidak lain adalah gerakan yang teratur dan tersusun dalam wadah kepartaian dan organissi yang didukung oleh seluruh masyarakat Sumatera Utara.
Kebangunan nasional yang terjadi di Jawa dengan lahirnya
Budi Utomo memberikan pula suatu inspirasi bagi tokoh-tokoh intelektual dari suku bangsa Jawa yang bertugas di Sumatera Timur
untuk mengembangkan sayap organisasi.
Atas usaha beberapa dokter yang berasal dari Jwa seperti dr.
Abdul Manap, ctr: Suraji , dan dr. Pirngadi, di Kota Medan, lahir
pula organisasi Budi Utomo. Sebagaimana ujud dan tujuan organisasi ini di Jawa, di Sumatera Timur Budi Utomo juga bergiat dalam
lapangan sosial.
Untuk meningkatkan kehidupan bangsa terutama di kalangan
para. buruh perkebunan di Sumatera Utara Budi Utomo mendirikan sekolah-sekolah. Tentu saja sekolah-sekolah itu harus didirikan di daerah yang berada di lokasi perkebunan, sebab tujuan
dan sasaran pendidikan adalah anak-anak karyawan kebun. Kota
Tebingtinggi memang sangat tepat untuk pendidikan ini .
Di kota inilah untuk pertama kalinya didirikan sekolah oleh
Budi Utomo yang kemudian mengembangkan pula ke kota-kota
lain seperti Lubuk Pakam Galang, Binjai, Perdagangan, dan Medan.
Sekolah-sekolah itu berupa sekolah dasar yang mengajarkan bahasa Belanda atau juga disebut HIS Budi Utomo. Kegiatan pendidikan ini tiada lain sebagai suatu reaksi dari sikap Belanda yang
tidak melaksanakan pendidikan secara demokratis dan melakukan diskriminasi. Usaha pendidikan seperti Budi Utomo ini kemudian diikuti pula oleh organisasi partai-partai lain baik yang bersifat nasional maupun bersifa t keagamaan sehingga
dengan demikian kemajuan bangsa Indonesia cepat tercapai di
daerah ini.
Selain kegiatan pendidikan , Budi Utomo juga melaksanakan
kegiatan kesenian dengan tujuan menghidupkan kesenian Jawa di
kalangan penduduk Jawa yang tinggal di Sumatera Utara. Melalui
kesenian dapat diharapkan kesadaran bangsa Indonesia akan terus hidup , dan ini merupakan suatu landasan bagi perlawanan terhadap kolonialisme . Kelompok kesenian seperti wayang ludruk,
dan paduan suara yang diberi nama dengan Panembromo merupakan salah satu unsur kesenian yang sering dipertunjukkan. Demikian pula segala kesusastraan Jawa mendapat tempat yang utama
pula dalam kegiatan Budi Utomo itu. Buku-buku kesusastraan
Jawa seperti dari Prapanca, Mangkunegara, dan Paku Buana IV
dipelajari sebab banyak mengandung filosofi kehidupan masyarakat Jawa .
Sesudah lahirnya Budi Utomo, di Sumatera Utara tumbuh
pula organisasi Partai Sarikat Islam. sebab umat Islam merupakan mayoritas di Sumatera Utara, maka organisasi ini cepat pula
berkembang. Anggotanya pada umumnya adalah para pemukapemuka Agama Islam yang tinggal di beberapa kota besar di
Sumatera Utara. sebab itu perkembangannya hanya dikota-kota
pula seperti Medan, Sibolga , Pematangs1antar, Tanjung Balai,
dan Tapanuli Selatan. Syarikat Islam selain mengurus masalah
Agama Islam juga membicarakan dan memperjuangkan perbaikanperbaikan sosial dan politik bagi umatnya.
sebab perjuangannya iut maka kehidupan Sarikat Islam hanya subur di daerah-daerah yang tidak dik uasai oleh Sultan seperti
Simalungun dan Tapanuli serta kota-kota besar lainnya. Sultan
yang tidak ingin penduduknya melibatkan din dalam kegiatan
politik melarang Sarikat Islam itu mengadakan kegiatan di wilayahnya. Tokoh-tokoh terkemuka dalam Sarikat Islam di
Sumatera Utara adalah Muhammad Samin. Tokoh ini sangat terkenal dalam Sarikat Islam malah dalam kegiatan politik di masa
itu. Ia juga memperjuangkan perubahan-perubahan sosial.
Selain Sarikat Islam sebagai partai yang berorientasi kepada Islam , juga terdapat organisasi seperti Muhammadiyah dan Al J amiyatul Waliyah. Kedua organisasi ini lebih menitikberatkan kepada masalah yang bersifat pendidikan saja. Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Said, Was Pono, Raden Karto Utoyo, dan
Abdul Wahid AR. Pendirian organisasi ini berlangsung sejak tahun
1927 . Aljamiyatul Washliyah didirikan sekitar tahun 1930 dan
sebagai tokoh utama adalah Haji Abdul Rachman Sjihob.
Dalam perjuangan , ·kedua organisasi itu sangat berbeda. Muhammadiyah ingin kemurnian dalam Agama Islam dan menghendaki penggunaan radio dalam pelaksanaan agama dan harus bersumberkan kepada Qur'an dan Hadirh. sebab itu Muhammadiyah_
menentang segala unsur yang tidak terdapat pada Qur'an dan Hadirh, sedangkan Al Jamiyatul Washliyah dapat menerima unsurunsur ini selama tidak bertentangan dengan ajaran Agama
Islam. sebab penduduk di Sumatera Utara lebih mempunyai kecenderungan kepada Al Jamiyatul Washliyah, maka Muhammadiyah tidak mendapat pengaruh.
Walaupun ad·a perbedaan antara keduanya itu dalam tujuan,
melaksanakan dakwah Islam tetap menjadi tujuan kedua organisasi itu. Dengan adanya dakwah yang terorganisasi maka dalam
kalangan umat Islam terbentuk suatu persatuan. Tidak jarang pula
dalam setiap dakwah Islam itu para pembicara juga memasukkan
unsur-unsur perjuangan bangsa seperti. kebebasan dari penjajahan,
sebab Islam menentang segala bentuk pen]ajahan. sebab itu
setiap ada rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu
tetap harus mendapat izin dari penguasa Belanda dan dihadiri
pula oleh polisi.
Perkembangan organisasi kepartaian menjelang tahun-tahun
tigapuluhan agak menurun disebabkan pengaruh zaman malaise
atau krisis ekonomi dunia juga turut melahirkan masa suram
kepartaian di Sumatera Utara. Menjelang tahun-tahun empat
puluhan, setelah keadaan krisis ekonomi agak mereda, suasana
)<epartaian agak meningkat.
Di Sumatera Utara lahir pula organisasi Gerindo dan Partin_go,
tetapi sangat sulit berkembang sebab senantiasa diawasi oleh
Pemerintah Belanda. Beberapa tokoh-tokohnya yang dianggap san,gat ekstrim oleh Pemerintah Belanda seperti M. Djoni atau
lebih terkenal dengan Benteng Gemuk dibuang ke Digul. Selain
tokoh ini juga Zarim M. S. dan Saleh Umar (nama samarannya Surapati) turut juga dibuarig ke Digul. Dalam rapat-rapat
umum mereka sering menyerang pemerin tah jajahan dan dianggap
oleh pemerintah jajahan sebagai penghasut dan mengganggu keamanan . Dengan tindakan-tindakan demikian ini perlawanan
terhadap Belanda melalui gerakan kepartaian tidaklah bungkam.
tetapi juga berlangsung terns. Melalui rapat-rapat gelap. partaipartai itu meneruskan kegiatannya.
Dari seluruh kegiatan partai-partai i tu yang menonjol ialah
pemogokan buruh Deli Spoonveg Maatschappij Deli Spoorweg
Maatschappij adalah suatu perusahaan ya ng bergerak di bidang
angkatan di Sumatera Timur pada zaman penjajahan Belanda. Perusahaan ini merupakan suatu perseroan terbatas yang andilnya berasal dari berbagai perusahaan Belanda yang mengadakan eksploitasinya di Sumatera Timur. Dengan adanya perusahaan ini, pengangkutan hasil perkebunan dari perusahaan Belanda dapat cepat
diangkut ke Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan
ekspor. Selain barang-barang hasil perkebunan cepat diekspor.
angkutan ini dapat pula mengangkut penumpang-penumpang.
Dengan demikian DMS memperoleh keuntungan ganda baik
untuk kepentingan usaha perkebunannya juga dari hasil pengangkutan umum. Hal ini memang merupakan suatu tujuan dari kegiatan-kegiatan dagang pada masa kapita lisme modern . Walaupun
keuntungan yang diperoleh pengusaha Belanda tinggi , namun
kehidupan karyawannya atau buruh sebagian tetap sangat rendah .
Gaji buruh perkebunan tidak lebih dari Jima rupiah sebulan dan
bekerj a tanpa perhitungan waktu. Mereka diperlakukan seperti
budak sebab Po enale Sanctie melindunginya. Keadaan ini tidak
saja berlak u di perkebunan, tetapi juga di perusahaan Beianda yang
lain.
Mereka tidak membedakan standar upah buruh di perkebunan dengan usaha yang lain sebab takut kalau-kalau abn terjadi
kegoncangan-kegoncangan. Sebaliknya kehidupan buruh-buruh di
luar perkebunan tidak sama dengan di perkebunan sebab bebe-rapa fasilitas yang ada di kebun tidak diperoleh oleh pekerja di
luar perkebunan sehingga buruh di luar perkebunan itu lebih
rendah dibandingkan di perkebunan.
Keadaan buruh di luar perkebunan yang demikian buruknya
melahirkan suatu persatuan buruh di antara mereka. Di antara persatuan itu adalah perserikatan di antara buruh-buruh DSM yang disebut mereka Serikat Sekerja DSM . Tahun 1919 yang merupakan
tahun yang sangat sulit sebab dunia baru saja mengalami perang
sehingga Belanda melakukan suatu penghematan besar-besaran.
Hal ini mengakibatkan kehidupan sosial buruh sangat sulit sekali
dan di mana-aman banyak buruh yang dikurangi dan penggajian
mereka sangat rendah pula.
sebab keadaan ini maka seorang bernama Muhd . Samin yang
terkenal sebagai tokoh dalam Serikat Sekerja itu bersama temantemannya melakukan pemogokan. Muhammad Samin selain seba~ai
tokoh Serikat Sekerja ia juga seorang tokoh dalam Sarikat Islam
sebagaimana telah diuraikan. sebab itu pemogokan meluas ke
seluruh perusahaan DSM yang tersebar ke segala kota di Sumatera
Timur. Tujuan perjuangan itu tidak bersifat politik, tetapi sematamata untuk perbaikan sosial buruh yang sudah hidup di bawah
standar.
Pemogokan ini terjadi pada tahun 1919 dan sempat juga melahirkan stagnasi di Pelabuhan Belawan, stasiun-stasiun, atau perkebunan yang memerlukan kereta api sebagai alat transportasi
satu-satunya terganggu sebab pemogokan itu. Walaupun demikian
pengaruhnya bagi pihak direksi DSM yang umumnya terdiri atas
pemilik perkebunan seperti J. Th. Cremer tetap bertahan. Pada
masa itu sampai-sampai Pemerintah Belanda melalui gubernur menyampaika:n usul-usul untuk menengahi perselisihan ini ,
tetapi dari pihak direksi Perubahan DSM tetap bertahan.
Pekerjaan di stasiun diambilalih oleh orang-orang Belanda seperti masinis, kondektur, dan lain-Jain. Mereka takut gerakan pemogokan itu akan merembet sampai di daerah perkebunan, sekiranya permohonan buruh itu dipenuhi dan akibatnya akan bertambah fatal. sebab itu pihak pengusaha terus bertahan dan dari kalangan Serikat Sekerja tidak ada dana yang cukup bagi buruhburuh yang mogok sehingga buruh-buruh pun kembali bekerj a.
Dari peristiwa pemogokan itu dapat kita memetik suatu gambaran bahwa di daerah Sumatera Utara telah tumbuh suatu kesadaran akan suatu persatuan dalam menghadapi kolonialisme
Belanda walaupun gerakan pemogokan itu tidak berlandaskan
unsur-unsur politik . Sejak itu Belanda berhati-hati te
terhadap suatu
kegiatan organisasi pergerakan bangsa Ind onesia. Setiap orga nisasi
dibatasi gerak langkahnya.
Di samping keiiatan partai-partai yang bersifat politik. pada
masa penjajahan Belanda tidak ketinggalan pula kegiatan di kalangan pemuda sebagai suatu generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa seperti kependudukan . Pada tahun 19:_ 7 lahir
.Vationa/ Padvinderij atau disingkat dengan l\'atipij di Kota Medan .
Pimpinan kepanduan ini ialah M. A. Dasuki dan Pangeran Sirega r.
Kepanduan ini bercorak nasional da n menanamkan kesadaran
bangsa Indonesia sekaligus sebagai wadah pembentukan kaderkade r. Perkembangan kegi atan partai politik di Jawa seperti
Parindra. setelah tahun tigapuluhan mencapai tingkat kemajuan
dan kepanduan ini melebur menjadi "Kepanduan Surya Wirawan".
Pusat Kepanduan di Jalan Amplas, yakn i di gedung sekolah Taman
Siswa . Di kalangan umat Islam uuga terbentuk organisasi kepanduan seperti Al Jamiyatull Washliyah dan kepanduan Muhammadiyah yang bernama Hisbul Wathan.
Dari gambaran di atas, pergerakan bangsa Jndonesia pada masa
penjaj ahan Belanda memang tidak melak ukan suatu konfrontasi
fisik menghadapi Belanda, tetapi adanya pergerakan itu sangat menentukan gerak perjuangan bangsa Indonesia kemudian . Keberhasilan yang dapat dicapai dari perjuangan itu antara lain ialah kesadaran berbangsa dan adanya suatu kesatuan dalam menghadapi
penjajahan Belanda . Proses perbentukan bangsa dan peleburan
unsur-unsur etnis dapat berlangsung dengan cepat di Sumatera
Utara sebab kepentingan-kepentingan yang sama di antara puakpuak bangsa yang berdomisili di Sumatera Utara.
Walaupun pergerakan nasional pada akhir tahun empatpuluhan nampaknya menurun, tetapi ha! ini bukanlah kare na ma-syarakat antipati terhadap perjuangan. Sebab utama ialah tekanan
yang sangat keras terjadi terhadap pergerakan ini sendiri dari pihak
penjajah. sebab itu pergerakan bangsa Indonesia lebih banyak
mengadakan kegiatan secara ilegal.
3.3 .2.4 Perlawanan terhadap Jepang
. Sebagaimana telah diuraikan, sejak Maret I 942 Sumatera
Utara telah dikuasai oleh Jepang. Tentara Jepang dari sebagian
pasukan ke-25 yang berinduk di Malaya mendarat di Bogak , Tanjung Tiram dan kemudian bergerak ke 'Kota Medan, Pematangsiantar terus menguasai wilayah Sumatera Utara.
Sebelum masuk ke Sumatera Utara , Jepang terlebih dahulu
mendapat bantuan dari kelompok kaum pergerakan yang bergabung dalam Fujiwara Kikan. Kelompok ini merupakan suatu
kelompok yang mengharapkan kedatangan Jepang membantu
bangsa Indonesia dan memerdekakannya. sebab itu dengan mudah Jepang dapat memasuki wilayah Sumatera Utara tanpa mengalami kesulitan.
Mereka yang bergabung dalam kelompok ini kebanyakan anggota partai Gei-indo di bawah pimpinan Yacob Siregar dan Surapati. Setelah Jepang menguasai wilayah Sumatera Utara, partai-partai
pergerakan bangsa Indonesia harus dibubarkan. Jepang menganggap pergerakan tidak diperlukan lagi. Indonesia bersama-sama
dengan Jepang sebagai saudara tuanya akan memperjuangkan
suatu yang lebih besar, yaitu Kemerdekaan Asia Timur Raya di
bawah pimpinan Jepang.
Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia di Sumatera Utara harus
mencari jalan keluar. Sementara itu Jepang terus melakukan
pengintipan terhadap gerak-gerik kaum pergerakan, sehingga kaum
pergerakan harus hati-hati. Untuk menghadapi Jepang yang keras
dan tentara ke-25 Jepang yang terkenal kejam, pemimpin pergerakan terpaksa melakukan suatu siasat yang lain. Sebagaimana
juga di Jawa, pergerakan bangsa Indonesia di Sumatera Utara
terpaksa bekerjasama dengan Jepang dan sementara itu menyusun
kekuatan untuk suatu ketika berhadapan dengan Jepang. Pada zaman pend udukan Jepang. struktur masyarakat tidak
mengal ami perubahan dan sama dengan k eadaan zaman penjajahan
Beland a. Keadaan perekonomian sungguh sangat menyedihkankan . Daerah Sumatera Timur terkenal sebagai daerah yang senantiasa mengimpor bahan mak anan karen a penghasilan utama hanyalah hasil perkebunan . Dengan adanya perang, bahan makanan yang
biasanya didatangkan dari luar tidak ada . Untuk menyed iakan
bah an makanan . maka pend ud uk diwaji bkan menanam ba han
makanan. Pendud uk kot a t erpaksa menanami tanah-tanah yang
kosong dengan jenis bahan makan sepert i ubi. jagung, padi, dan
lain-lain. Petani-petani di desa-desa diwaj ib kan pula untuk menyerahkan sebagian hasil panenannya kepada Jepang dengan pem -
bayaran yang sangat rendah at au ditukar d engan kain .
Kehi dupan buruh dan pekerja di kan tor-kantor lebih b uruk
lagi . Mereka menerima gaji yang tidak cukup dan sebagian dibayar
dengan bah an makanan seperti jagung d an kacang kuning. Bahanbahan kebutuhan seperti sabun , minyak goreng, dan gula , kalau
ada hanya di pasar gelap .
Para pegawai harus bekerja keras dan harus pula berlatih militer yang diadakan Jepang, sebab setiap jawatan merupakan suatu
kesatuan dalam pertahanan sipil . Pelaj ar-pelajar juga mendapat
la tihan militer dan diajarkan disiplin militer. Setiap waktu para
pelajar dan pegawai diwajibkan pula melakukan kerja bakti atau
k inkro hos i.
Keadaan makanan yang kurang baik dan jauh dari syaratsyarat kesehatan menyebabkan banyak penduduk menderit a
bu sung la par, penyakit k ulit , disentri, dan malaria berjangkit di
kalangan penduduk. Keadaan seperti ini tidak saja terdapat di
kota-kota tetapi juga di pedesaan, sebaliknya tentara Jepang hid up
serba kecu kupan . Padi rakyat yang jatuh ke tangannya lebih dahulu dinikmatinya dan tekstil yang terd apat di toko-toko disit a
J epang.
Kebebasan penduduk juga semakin terbatas sebab tidak boleh
bepergian tanpa dilindungi surat-surat. Bila Jepang memerlukan
t enaga kerja, kepala desa harus menyediakannya; syarat-syarat
sebagai pekerja tidak pernah dibicarakan. Keadaan ini menyebab-kan banyak penduduk desa yang dijadikan pekerja paksa atau
romusha. Pekerjaan-pekerjaan ini dikirim ke proyek-proyek militer
untuk membuat jalan dan benteng-benteng pertahanan Jepang. Kehidupan pekerja-pekerja ini sangat menyedihkan. Makanan sangat
kurang dan pemeliharaan kesehatan tidak ada. Proyek yang terkenal adalah perbuatan J alan Raya Blang Kejeren yang mengh ubungkan daerah Aceh Tenggara dengan Sumatera Utara atau
Lagos di Riow.
Seenaknya saja serdad u-serdad u J epang mendirikan pusat pelacuran di kota-kota. Istilah pelacur pada waktu itu adalah sanyuru.
Adat istiadat dan norma agama tidak diperdulikan oleh Jepang.
Keadaan ini melahirkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi
bangsa Indonesia , sehingga sejak saat itu perasaan membenci
Jepang bersemi dalam sanubari penduduk di Sumatera Utara.
Tindakan Jepang itu tidak dapat dibiarkan seterusnya karena,dengan demikian indentitas bangsa Indonesia akan lenyap.
Bertitik tolak dari pandangan inilah maka tokoh pergerakan di
Sumatera_ Utara mulai menyusun kekuatan kembali menghadapi
Jepang. Strategi menghadapi Jepang mulai diatur dan disusun secara matang melalui segala kegiatan. Untuk itu kaum pergerakan
menyusun sistem perjuangan melalui kerja sama dan membentuk
kekuatan yang bersendikan seluruh kekuatan rakyat serta mempersiapkan diri menghadapi kekuatan Jepang. Dengan kerjasama
maka banyak unsur-unsur pergerakan rakyat berhasil menyusup
ke dalam segala sendi-sendi pemerintahan militer Jepang.
Pembentukan organisasi yang bersifat kemiliteran dan semi
militer seperti heiho, ciu cun, keibodan dan fujinkai memberikan
kesempatan bagi· unsur-unsur pergerakan di Sumatera Utara menyusup ke dalamnya. Demikian pula segala kegiatan lainnya, baik
yang bersifat sosial maupun bersifat kesenian.
Sejak bulan Mei 1943 kedudukan tentara Jepang mulai mengalami kemunduran di segala front sehingga di Sumatera Utara nampak perubahan sikap Jepang terhadap bangsa Indonesia. Mereka
mengharapkan bantuan-bantuan dari bangsa Indonesia. Di Sumatera Timur dibentuk BOMPA (Badan Oentoek Membantoe Pertahanan Asia). Pimpinan badan ini mula-mula Mr. Muhammad · YoesoeL tetapi kemudian diganti oleh Zarim M.S. Di Tapanuli
dibentuk pula BAPEJ\ (Badan Pertahanan Negeri) di bawah pimpinan Dr. F. L. T obing
Tujuan badan yang didirikan dan mendapat restu dari Jepang
ini , adalah untuk menghimpun seluruh t enaga rakyat guna membantu J epang, tetapi kaum pergerakan menjadikan bad an ini
sebagai tempat berkumpulnya para tokoh terkemuka bangsa
Indonesia yang pada waktu itu sangat sulit berkurnpul kare na
se nantiasa dicurigai J epang. Di sinilah disusun ren cana-ren cana
un tuk mengatur siasat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam
pelaksanaannya BOMPA pada tahun-tahun pertama berhasil
menyusun suatu daftar istilah dalam bah asa Indonesia sehingga
mulai sejak itu Bahasa Indonesia telah ditingkatkan menjadi bahasa administrasi dan pengetahuan. lni tid ak berarti kelihatannya ,
tetapi pada pokoknya itu merupakan suat u hasil yang besar bagi
suatu dasar pembentukan bangsa. Di samping itu juga rnelalui
badan-badan ini di atas dapat pula pemimpin-pemimpin
bangsa Indonesia menanamkan rasa keb angsaan kepada bangsanya.
Pidato-pidato selalu bernapaskan cit a-cita Jepang tetapi didalamnya ada pesan-pesan ' terselubung. Umpamanya, pidato Zarim
M.S. di depan prajurit-prajurit ciu cun yang isinya antara lain
sebagai berikut :
Kita harus menguasai ilmu perang untuk dapat membela diri. Kita berlatih bukan
untuk membela Nippon tetapi untuk membela diri kita sendiri. Kita tidak perlu
membela Nippon, sebab Dai Noppon cukup kuat untuk membela diri sendiri
... ....... . . . . 10.
Pidatonya itu menanamkan kesadaran prajurit-prajurit Indonesia yang bertugas dalam ketentaraan Jepang. Nada pidato itu
memuji Jepang tetapi juga memberikan peringatan kepada bangsa
Indonesia agar kita 'bersiap-siap. untuk membela diri dan kebulatan
tekad (fisik) sangat diperlukan. Banyak lagi pidato-pidato yang
nilainya sama disuarakan oleh tokoh politik maupun tokoh agama.
Selain dari kegiatan kaum politik, di masa pendudukan Jepang itu juga para seniman turut pula menyumbangkan buah pikirannya melalui seni . drama , seni suara . dan lain-lain . Tokoh terkemuka di sini adalah Saleh Umar atau Surapati dan M. Noer Nasution
(alm mantan direktur Antara). Pada zaman Jepang, bioskop
praktis tidak berfungsi. sebab itu kemudian tumbuh kelompokkelompok sandiwara. Saleh Umar pada mulanya membentuk
san diwara Barito . Kemudian sesuai dengan selera Jepang nama
sandiwara itu ditukar dengan Yamato. M. Noor Nasution membentuk pula Kinsel Gedidan dan di bawah pimpinan Ahmad C.B.
dibentuk pul a Asmara Dhana.
Sandiwara-sandiwara itu sesekali melakonkan cerita-cerita yang
bertemakan kepahlawanan dan keperwiraan dari bangsa Indonesia.
Misalnya Harimau Jantan dan nyanyian-nyanyian daerah maupun
nyanyian Indonesia. Melalui saluran seni drama ini juga berkembang suatu perasaan yang mendalam mengenai nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme bangsa.
Peranan sandiwara ini tidak saja di Surnatera Utara, tetapi juga
sampai ke Malaya sebab sering pula mereka mengadakan anjangsana ke sana. Ahmad C.B. dengan sandiwaranya sering berkunjung
ke Malaya untuk melakukan pertunjukan-pertunjukan. Dengan
demikian hubungan budaya Malaya dengan Indonesia menjadi
lebih rapat. Banyak artis-artis yang berasal dari Sumatera seperti
Kasmah Doety yang kemudian bermukim di Malaysia akibat
hubungan seni drama ini . Hubungan ini dimungkinkan karena administrasi pemerintah Sumatera adalah bagian dari administrasi daerah Semenanjung Melayu. Lily Suhairy, seorang komponis
terkemuka dari Sumatera Utara, juga banyak menciptakan lagulagu yang menyindir kehidupan pada zaman Jepang seperti lagu
Makan Sirih, Aras Kabu, dan lain-lain.
Jadi segala kegiatan seniman baik sadar maupun tidak telah
melahirkan suatu pernyataan tidak puas. Semuanya dapat dilakukan sebab banyak tokoh pergerakan Indonesia pada waktu itu
dapat memasuki jawatan kebudayaan yang dibentuk Jepang (Bunkaka).
Satu-satunya suara yang didengar hanyalah surat kabar Sumatera Sinbun yang berada di bawah Jepang. Pewarta Deli dan Sinar Deli tidak boleh terbit. Walaupun demik ian atas inisiatif Murnar S.
Hamijoyo lahir mingguan untuk pelajar dan pemuda yang bernama Melati Dalam mingguan berkala itu. dengan cara tersendiri ,
disemaikan pula perasaan kebangsaan sehingga pengaruh mingguan
ini sangat terasa di kalangan pemuda.
Di mana-mana terbentuk persatuan Pemuda Melati sebab pengaruh mingguan berkala . itu. Pada mulanya pemuda-pemuda yang
bergabung dalam Pemuda Melati inilah kemudian memegang
peranan yang penting dalam kegiatan sewaktu terjadinya Proklamasi kemerdekaan di Sumatera Utara. Jadi pada zaman Jepang ini
segala kesempatan yang diberikan oleh Jepang dijadikan sebagai
sarana untuk menghadapi Jepang dan menanamkan perasaan
nasional dalam segala kehidupan bangsa.
Se lain gerakan yang bersifat keperatif dengan Jepang , juga terjadi gerakan di bawah tanah. Sejak pend aratan Jepang sebenamya
k ecurigaan terhadap J epang telah ada k arena tindakan-tindakann ya yang kejam dan banyak tokoh nasionalis yang turut pula
menjadi korban. Misalnya seorang anggota Gerindo bernama
Nukman dan menjadi anggota Fujiwara Kikan (yaitu badan yang
beranggotakan bangsa Indonesia dan membantu Jepang sewaktu
pendaratannya) dibunuh Jepang dengan keji berdasarkan tuduhan
merampok perkebunan. Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun
1942 di Serbelawan , suatu kota kecil di Simalungun.
sebab kekejaman itu maka lahir suatu usaha dari beberapa
tokoh untuk mempersiapkan diri menghad api Jepang dengan cara
kekerasan . Sebelumnya telah diadakan suatu percobaan menghadapi Jepang dengan cara kekerasan . Peristiwa pemberontakan
di Pan cur Batu, yang terkenal sebagai pemberontakan Aron, merupakai1 suatu percobaan yang dilakukan oleh pemuka pergerakan.
Pemberontakan itu terjadi pada 26 dan 2"' Juli 1942, yaitu setelah
beberapa bulan Jepang mend uduki Sumatera Utara. Sebab pemberontakan itu adalah paksaan Jepang pada penduduk desa sekitar
Pancur Batu untuk menyerahkan padinya bagi kepentingan Jepang.
Penyerahan yang dilakukan secara paksa itu tidak sesuai dengan
kebiasaan rakyat , sedang padi itu adalah sumber kehidupan penduduk di daerah ini. sebab itu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerja gotong-royong, yang di Tanah Karo dinamakan Aron, melakukan penyerangan terhadap petugas-petugas
J epang . Rakyat di desa-desa sekitarnya turut melakukan penyerangan masal terhadap petugas pengutip padi itu tanpa gentar
terhadap pengawal-pengawal Jepang itu. sebab kewalahan,
Jepang mengajak para pemimpin petani dan pemuka masyarakat
untuk berunding dan musyawarah . Dengan siasat musyawarah
ini, Jepang mengambil kesempatan yang baik untuk menangkap
pemimpin-pemimpin rakyat sehingga pemberontakan itu dapat
dipadamkan .
Peristiwa ini mengakibatkan beberapa pemimpin pergerakan
dicurigai Jepang dan ada yang ditangkap sebab dianggap menj adi dalang keributan itu. Tetapi dengan berbagai cara beberapa
pemimpin rakyat seperti Yacob Siregar dapat keluar dari tahanan
kempetai. Ia malah dipercaya Jepang untuk turut dalam suatu
Badan Pertahanan Rakyat yang dibentuk Jepang di bawah pimpinan Kapten Inouye. Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Tokko
Bo Eidan .
Kegagalan Pemberontakan Aron itu membuat tokoh pergerakan menggunakan siasat untuk bergerak menyokong kegiatan Jepang
dalam membentuk barisan-barisan pertahanan rakyat. Tetapi kaum
pergerakan membelokkan kepada kepentingan perjuangan bangsa
Indonesia selanjutnya.
Jepang bermaksud membentuk suatu pertahanan rakyat sehingga bila Sekutu masuk akan diadakan perang gerilya. Dengan
demikian terbentuklah Taman Latihan Pemuda Tani Talapeta)
Tora Tai (Pasukan Harimau),Moku Tai (Barisan Gajah) dan Kenya
like (Barisan Pantai).
Pasukan ini merupakan kekuatan rakyat lndonesia yang tinggal di Sumatera Utara dari pantai sampai ke pegunungan. Pimpinan dari pasukan ini adalah Yacob Siregar dan Saleh Umar yang
namanya telah tenar. sebab itu mudahlah muncul kader-kader
yang terlatih dan dapat diharapkan dalam perjuangan bangsa
Indonesia kemudian. Dari kader-kader inilah kemudian lahir
barisan-barisan rakyat yang tergabung dalam Lasykar Napindo,
Harimau Liar dan lain-lain di masa Perang KemerdekaanDari uraian di atas. jelaslah bahwa di zaman Jepang pergerakan
bangsa Indonesia menghadapi berbagai macam kesulitan untuk
mencapai tujuan perj uangan . Dengan Jalan y ang berlik u-lik u.
t ujuan memang dapat j uga tercapai walau dengan jalan yang penuh
resiko dan berbahaya . Dengan keadaan ini . perjuangan
bangsa Indonesia menjadi semakin matang.
sejarah sumatera 2
By arwahx.blogspot. com at Agustus 16, 2023
sejarah sumatera 2
mengakui kekuasaan Balanda. Dengan . demikian Belanda telah
aman dari gangguan bangsa-bangsa lainnya. Di tempat-tempat
yang barn itu Belanda segera menempatkan pejabatnya. Dari
daerah pantai ini kemudian Belanda melakukan penguasaan pula
ke daerah pedalaman yaitu Simalungun dan daerah Tanah Karo.
Penguasaan Belanda terhadap daerah pedalaman berhubungan
erat dengan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Pembukaan perkebunan dimulai tahun 1863 , yaitu setahun setelah penandatanganan Akte van Erkenning yang dilakukan oleh sultan
Deli. Nienhuys pada tahun itu diberi konsesi tanah di Tanjung
Sepat untuk mengusahakan perkebunan tembakau yang kemudian
ternyata membawa hasil.
Kemajuan-kemaj~an Belanda di Sumatera Utara baik di pantai
barat , Tapanuli Utara maupun pantai pesisir, menjadikan raja-raja
di daerah pedalaman seperti Simalungun menjadi curiga terhadap
Belanda; sebab itu di antara raja-raja Simalungun yaitu Raja
Maropat (Raja Tanah Jawa, Raja Siantar, Raja Panai, dan Raja
Silau) telah terjadi suatu perundingan dengan Sisingamangaraja
yang sedang mengadakan perlawanan dengan Belanda di Tapanuli.
Raja Maropat di Simalungun telah menyusun suatu kekuattan
bersenjata. Panglima besarnya dipercayakan kepada Tuanta Namabayan yang populer dengan sebutan Ronda Hein. Atas prakasa
Panglima Besar Ronda Hein , dalam tahun itu juga berlangsung perundingan untuk mengatur siasat dan taktik serta menyusun kekuatan yang lebih besar dalam menghadapi Belanda. 7)
Dari kenyataan itu jelaslah antara Tapanuli Utara dan Simalungun telah terjadi suatu kerjasama untuk membendung agresi Belanda. Demikian pula dengan raja-raja di daerah pantai seperti
ra,ia Tanjung Kasau y ang beragama Islam t elah membentuk suatu
persatu an. Hubungan dengan daerah ini m emang erat sebab penduduk Simalungun yang berdiam di daerah ini ada hubungan
kekeluargaan dengan penduduk Simalungun di pedalaman. Pada
rahun 1884 penguasa Belanda yang berad a di daerah pesisir menurunk an raja Padang di Tebingtinggi. T indakan Belanda in i dilak ukan sebab raja Padang yang berada di bawah naungan Kerajaan
Serdang tel ah menandatangani Akre ran t:rkenning Raja Padang
Mohamad Nurdin meminta bantuan dari Rondahein yaitu Panglima
perang dari raja-raja Simalungun . Hal in ilah yang nantinya akan
rnelahirkan perlawanan rakyat Simalun gun melawan Belanda.
Perang in i sebenarnya merupakan perlawanan yang dimulai oleh
Sisingamangaraja , tetapi kemudian melu as ke seluruh dataran
tinggi daerah Barak . Perang ini baru berakhir pada tahun 1907.
yaitu dengan gugurnya Sisingamangaraj a. Tokoh ini sangat penting dalam masyarakat sebab masyarak at meletakkan kepercayaanny a kepada seseorang yang dianggapnya sakti atau mempunyai sifat yang dapat dicontoh.
Denga n berakhirny a Perang Batak ata u Barak Oor/og. mak a
Belanda m ulai m enanamkan kekuasaanny a di daerahdataran tinggi
Sumatera Timur pada pennulaan abad ke-20 boleh dikat akan
telah aman dari perlawanan rakyat terhadap Belanda. sebab
daerah yang dikuasai Belanda di Suma tera Timur cukup luas.
maka Surnatera Timur dijadikan suatu keresidenan dengan Medan
sebagai ibukotanya . Keresidenan Sumatera Timur pada waktu
itu terdiri atas beberapa afdeling seperri S zmalungun , Karo landen.
Deli en SerdangL dan Asahan en Riou e/landen. Di setiap afdeling ditempatkan pula seorang asisten residen dan di bawahnya terdapat
kontroler. Kekuasaan raja-raja atau kepala -k epala bumiputera tidak
dihapuskan . Kekuasaan raja-raja itu berada dalam ketentuan
sc ~( besruur dan biasa disebut dengan pemerintahan lanclschap
Pemerintahan ini berbeda-beda pada setiap daerah dan disesuaikan
dengan keadaan daerah masing-masing. Di d aerah pesisir pantai di
mana terdapat kerajaan-kerajaan seperti Deli, Serdang, Langkat,
Asahan , dan Jain-lain, raja merupakan penguasa di daerahnya. Ia
mengatur pemerintahan melalui para da tuk dan para penghulu sebagai kepala desa. Di atas raja-raja ini terdapat kontroler yang
membawahi suatu onderafdeling dan di atasnya terdapat afdeling
yang dip~pin oleh asisten residen dan yang terakhir ini bertanggung jawab terhadap residen.
Di Simalungun Belanda merombak tata pemerintahan kerajaan
yang telah ada. Sebelum kedatangan Belanda memang di Simalungun telah ada Kerajaan Maropat yaitu Kerajaan Si!au, Siantar,
Panai dan Tanah Jawa. Kerajaan ini ditambah Belanda lagi dengan
Kerajaan Purba, Kerajaan Raya, dan Kerajaan Silima Kuta. Di
bawah kekuasaan raja-raja ini Belanda membentuk daerah-daerah
pertuanan yang merupakan bawahan dari raja, seperti perpertuanan Bandar, Dolok Batunanggar, Tiga Dolok, dan Negeri Dolok.
Di bawah kekuasaan pertuanan ada pula perbapaan yang tidak memiliki wilayah tetapi bertugas menyampaikan perintah-perintah
kepada penghulu atau kepala desa.
Dengan memecah kerajaan dan men am bah penguasa-penguasa
Belanda dapat menguasai wilayah itu sehingga pengaruh kerajaan
menjadi menipis. Keadaan seperti ini juga terjadi di Tanah Karo.
Organisasi pemerintahan di Tanah Karo sebelum datangnya Belanda terdiri atas Kesain yang menggepalai kelompok keuarga dan
kemudian di atasnya terdapat raja kuta yang mengepalai satu desa
atau kampung. Di atas kuta ada kekuasaan raja urung yang mengepalai suatu kelompok dari kuta. Sesudah kekuasaan Belanda
didirikan di Tanah Karo, urung-urung itu disatukan pula dalam
suatu kesatuan yang disebut sibayak. Di Tanah Karo terdapat
lima sibayak yaitu Kuta Buluh, Lingga, Sarinembah, dan Suka.
Penguasa wilayah sibayak merupakan kepala distrik, sedangkan
urung menjadi onderdistrict dan kuta merupakan suatu kampung.
Pimpinan kesain merupakan suatu pimpinan kelompok marga.
Dengan berhasilnya pengembangan kekuasaan administratifnya
di Sumatera Timur ini boleh dikatakan kekuasaan Belanda telah berkembang di daerah ini. sebab itu dalam waktu yang singkat di Sumatera Timur tumbuh pula penanaman modal asing dalam bentuk perusahaan-perusahaan. Kebanyakan usaha itu dimiliki oleh bangsa Eropa sedangkan bangsa Indonesia hanya menjadi
buruh atau pegawai saja.
2.4 Masa Pendudukan Jepang
Pada pertengahan abad ke-20 dun ia mengalami krisis yang
akhirnya diakhiri dengan suatu kekerasan yaitu Perang Dunia II.
Perang ini berlangsung dari tahun 1939 sampai 1945. Indonesia
yang saat itu merupakan jajahan Belanda juga terlibat dalam peperangan ini . Jepang sudah lama me ngharapkan agar wilayah
di ·Asia Timur dapat menjadi bagian dari negaranya melalui perundingan dengan negara-negara Eropa akh irnya dengan kekerasan
senja ta berhasil pula . Boleh dika takan seluruh daerah jajahan
negara-negara Eropa di Asia jatuh ke tangan Jepang kecuali India .
Pasukan Jepang yang menyerang Indonesia tidak dapat ditahan
oleh Sekutu walaupun armada Sekutu di Laut Jawa mencoba
menghalangi maksud Jepang itu .
Pada 9 Maret 1942 wakil Pemerintah Belanda untuk Indo nesia
Gubemur Jenderal Tjarda van Stakenbourg dan .pimpinan tentara
Belanda di Indonesia yaitu Ter Poorten menyerah kepada Jepang.
Sejak itu jatuhlah seluruh jajahan Belanda ke tangan Jepang, dan
berakhirlah masa kejayaan Belanda yang sudah berabad-abad di
Indonesia .
Di Sumatera Utara pasukan-pasukan Belanda yang berada di
bawah pirnpinan Mayor Jenderal R.T. Overakker tidak bersedia
mengikuti perintah menyerah tanpa syara t kepada Jepang sebagaimana yang telah dilakukan oleh pimpinan mereka di Jawa. Mereka
memutuskan untuk melakukan peperangan di hutan-hutan menghadapi Jepang sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Untuk
melaksanakan hal ini mereka memang tela h melakukan persiapanpersiapan . Mereka telah menyediakan perbekalannya di Gunung
Setan yaitu di daerah perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara .
Untuk memaksa pasukan Belanda ya ng belum mau tunduk kepada perintah dari Jawa , Tentara Ke-2 5 Jepang yang berpusat d i
Singapura mengirirnkan pasukannya untu k melakukan penyerbuan
ke Pulau Sumatera. Pendaratan tentara Jepang di Sumatera Utara dilakukan di Pelabuhan Tanjung Tiram (Batu Bara) Asahan pada
11 Maret pukul 12.00. Pasukan Jepang yang mendarat di Tanjung
Tiram itu kemudian dibagi menjadi tiga kelompok .
Pasukan Belanda yang telah mengetahui pendaratan Jepang
itu mengundurkan diri ke pegunungan. Ada yang melalui jalan
Tarutung ke Sidikalang terus ke Gunung Setan, ada yang melalui
Dataran Tinggi Karo kemudian bertemu di Gunung Setan sebagaimana yang telah dibicarakan. Tentara Jepang terus bergerak mengejar mereka ke tempat pertahanan terakhir. Di samping itu bantuan masyarakat terhadap pasukan Belanda pun tidak ada. sebab
kegagalan ini, maka pada bulan Maret itu juga Mayor Jenderal
Overakter beserta pasukannya menyerah kepada Jepang. Dengan
peristiwa ini maka berakhirlah penjajahan ·Belanda di Sumatera
Utara . Sumatera Utara mulai memasuki babak baru di tangan penjajah Jepang yang lazim disebut dengan Masa Pendudukan Jepang.
Jepang mulai menjalankan pemerintahannya yang disebut dengan
Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang. Pemerintahan Pertabiran
Militer Jepang di Sumatera Utara dilaksanakan sesuai dengan pembagian kesatuan-kesatuan angkatan perangnya. Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah yang berdiri sendiri. yaitu Sumatera, Jawa,
dan Indonesia Timur. Pembagian wilayah di Pulau Sumatera tetap
seperti masa pemerintahan Belanda. Hanya pusat pemerintahan
bukan Jagi di Medan melainkan di Bukittinggi. Pemindahan pusat
pemetintahan dari Medan ke Bukttinggi mungkin dilakukan atas
dasar stfategi perang.
Bukittinggi berada di bawah kekuasaan tyokan kakka atau
gubernur. Sumatera Utara waktu itu terdiri atas Keresidenan
Sumatera Timur dan Tapanuli. Tiap-tiap keresidenan diperintah
oleh buntzucho atau asisten residen di zaman pemerintahan Belanda . Pemerintahan di bawah kekuasaan buntzucho dipegang oleh
zelfbesteur terus berjalan dalam tingkat sebagairnana berlangsung
sebelumnya. Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang mengetahui
bahwa struktur pemerintahan buatan Belanda tidak perlu diubah
sebab bentuk itu sangat praktis di mana penguasa dapat berhubungan dengan rakyat melalui pernimpin mereka masing-masing.
Pemerintah Pertabiran Militer Jepang melaksanakan peme-rintahan di Sumatera Utara sesuai dengan tujuan perang, yaitu mengerahkan segala potensi yang ada di daerah ini untuk mencapai
kemenangan perang mereka . sebab tujuan itu maka segala kegiatan senantiasa dihubungkan dengan kepentingan militer.
Melalui kepala-kepala, anak negeri penduduk diwajibkan menyediakan segala kebutuhan tentara seperti beras, lau-pauk , dan
sayur-mayur bagi tentara Jepang. Mereka harus pula menyediakan
tenaga kerja untuk membangun pertahanan J epang. Dalam situasi
seperti inilah pemimpin-pemimpin pendud uk merasakan bagaimana pahit-getimya masa penjajahan Jepang. Hal ini dilakukan
Jepang sebab segala kebutuhan makanan tentara Jepang diperoleh dari daerah di mana mereka be rada, sedangkan untuk
mendatangkan dari luar tidak mungkin , sebab lautan dikuasai
armada Sektitu.
La tar Belakang Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan di atas. pada pertengahan abad
ke-19 Sumatera Utara mulai mengalami persentuhan-persentuhan dengan bangsa Barat, terutama bangsa Belanda dan Jnggris.
Persentuhan semula merupakan hubungan perdagangan antara dua
bangsa yang sederajat dan masing-masing dengan memperoleh
keuntungan. Dalam taraf-taraf demikian tidaklah terjadi pertentangan-pertentangan, tetapi kemudian bangsa-bangsa Eropa saling
bersaing untuk memperoleh barang dagangan Hal ini melahirkan
persaingan yang tidak sehat di antara mereka bahkan menciptakan
perkelahian bersenjata. Malahan kemudian hak-hak mereka atas penguasa-penguasa setempat merasa telah diperkosa oleh pedagangpedagang Eropa, misalnya tindakan monopoli yang dilakukan
penguasa Eropa terhadap daerah yang telah berada di bawah pengaruhnya sehingga menimbulkan perlawanan bersenjata terhadap
orang-orang lnggris dan Belanda.
Setelah perlawanan-perlawanan penduduk dan penguasa pantai
terhadap bangsa Eropa dapat dipadamkan oleh bangsa Eropa dan
mereka dapat mengembangkan kekuasaannya di daerah pesisir, timbullah ketegangan-ketegangan antara penguasa baru dengan penduduk. Penduduk yang biasanya hidup dalam norma-norma yang diatur oleh hukum adat dan nilai-nilai budaya turun-temurun, ke-mudian mengalami pergeseran nilai-nilai baru yang dibawa oleh
bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang dan membentuk kekuasaannya itu segera merombak struktur pemerintahan.
Ma syarakat lapisan b_awah memang ti dak terganggu , tetapi wewenang pejabat-pe:jabat seperti sultan. raj a, datuk-datuk, dan lainlain menjadi sangat berkurang sekali. Usaha mereka untuk menyebarkan agama yang dianutnya pun melahirkan kecurigaan masyarakat Indonesia .
Semua itu dianggap oleh masyarakat sebagai pelanggaran-pelanggaran terh adap nomrn-norma yang telah ada. Perkembangan kekuasaan Belanda yang terus meluas mem bu at terjadinya ju rang pemisah yang semakin besar pula antara penguasa dengan rakyat.
Kebencian-kebencian terhadap penjajahan itu semakin mendalam
di kalangan rakyat, sebab masyarakat Indonesia yang selama ini
hidup dengan tenteram dipecahbelah oleh pihak penguasa.
Sebagai contoh banyak raja dipaksa turun dari jabatannya
dan digantikan oleh raja-raja yang lain sesuai selera Belanda .
Di Simalungun misalnya , Raja Siantar Sang Na Waluh dibuang
ke Bengkalis sebab tidak disukai Belan da walaupun ia sangat
dicintai rakyat. Pembukaan perkebunan-perkebunan di sekitar
desa-desa menye babkan kehidupan desa menjadi terganggu k aren a
lahirny a masyarakat asing di sekitamya seperti buruh-bu ruh yan g
didatangkan dari luar Indonesia seperti Cina , India dan lain-lain .
Hal ini melahirkan perombakan masyarak at desa secara tidak langsung, sehingga menimbulkan perlawanan -perlawanan di Sumatera
Utara terhadap penjajahan sejak akhir abad ke 19 dan permulaan
abad ke-2 0. Perlawanan pada waktu itu pada umumr.ya merupakan perlawanan yang bersifat fisik seperti Perang Sisingamangaraja
(] 8 77 -- I 907) yang meluas ke daerah-daerah Dairi dan Simalungun . Demikian pula dengan perang Sunggal tahun 18 72 di seki tar
Medan dan perlawanan Rondahein di Simalungun serta banyak
Jagi yang lain.
Seluruh perlawanan terhadap Belanda pada permulaan abad ke-
20 boleh dikatakan tidak berhasil, sebab tujuan yang.jelas tidak
ada dan hanya berdasarkan kepada tokoh-tokoh karismatis Walauun demikian hikmahnya tetap ada. Dalam sanubari rakyat tetap
terpendam perasaan tidak senang terhadap penguasa Belanda. Perasaan tidak puas dan tidak senang semakin lama semakin mendalam sebab ulah dan tindakan-tindakan Belanda sendiri.
Belanda menindas rakyat dengan memaksa rakyat untuk membayar belasting tanpa memperhitungkan apakah daerahnya subur
atau pendudukanya dapat membayar pajak tanpa mengganggu
kebutuhan hidupnya. Paksaan-paksaan membayar pajak ini dilakukan melalui penghulu-penghulu . Bagi yang tidak membayar
pajak dipaksa bekerja rodi atau ditahan . Pemimpin rakyat nonformal seperti pemimpin adat dan agama setiap waktu diikuti dan
diawasi.
Di kalangan penduduk sendiri diadakan pembedaan-pembedaan atau lebih jelas lagi disebut dengan istilah diskriminasi. Kehidupan masyarakat terpisah-pisah seperti Kampung Jawa , Melayu,
Cina. dan lain-lain. Pemisahan-pemisahan ini sengaja diperbuat
untuk memecahbelah penduduk. Yang sangat menyedihkan adalah
fasilitas bagi orang-orang asing seperti Cina lebih banyak sebagai
pekerja di perkebunan atau membuka usaha dagang secara memborong pekerjaan-perkerjaan. Di perkebunan-perkebunan , orangorang Cina itu dikepalai oleh kepala-kepala mereka yang disebut
tandil. Tandi! ini dipercaya Belanda untuk mengurus segala pekerjaan di perkebunan di daerah Sumatera Timur.
Penduduk setempat tidak mendapat perhatian sehingga kehidupan rakyat merosot sekali. Jarang orang Indonesia mempunyai
rumah sendiri di kota-kota dan dipedesaan boleh dikatakan umumnya tinggal di rumah yang sebenamya hanya untuk hewan . Di
daerah perkebunan juga demikian keadaannya. Walaupun perumahan diberikan tetapi tidak layak . Berpuluh keluarga tinggal dalan1 suatu bangsal yang besar dan hanya di batasi dengan dinding
pennyekat.
Gaji mereka hanya cukup untuk makan saja. Agar mereka itu
dapat tetap tinggal di kebun . sengaja diadakan arena perjudian
pda tanggal-tanggal buruh menerima gaji. Dengan demikian para
buruh itu tetap tinggal di daerah perkebunan sebab setiap habis
kontraknya terpaksa mengikat kontrak yang baru pula. Hal ini
tidak saja terasa oleh penduduk yang mendiami kebun tetapi juga desa-desa yang ada di sekitamya. Penduduk desa yang ada di sekitarnya keranjingan berjudi pula.
Segala sistem penjajahan di daerah mi melahirkan kemerosotan dalam kehidupan rakyat di Sumatera Utara. Sebaliknya kehidupan bangsa Belanda yang berkuasa pad a waktu itu sangat baik
Mereka mempunyai lingkungan hidup te rsendiri yang cukup baik
dan terpisah dari penduduk Indonesia. Hal ini merupakan jurang
pemisah yang sangat besar antara pen du duk dengan penguasa.
Temp at-tempat rekreasi yang baik sepert1 peristirahatan di Danau
Toba dan Berastagi hanya dapat dinikmati oleh bangsa Belanda .
Penduduk tidak boleh mendekatinya . Perbedaan sosial yang sangat mencolok ini kemudian menimbulkan suatu garis yang tidak
dapat dipertemukan antara pihak penguasa dengan penduduk.
Munculnya pergerakan kebangsaan d1 Pulau Jawa pada permulaan ab ad ke-20 membangkitkan seman gat penduduk untuk
memulai suatu gerakan perlawanan te rh adap penjajahan waktu
itu. Keadaan buruh perkebunan yang sangat buruk itu membangkitkan gerakan-gerakan kebangsaan di dae rah ini, sebab banyak
pegawai-pegawai rendahan dari suku ban gsa Jawa y ang tinggal
di daerah ini turut pula mendirikan Budi Utomo. Misalnya Iwa
Kusum a Sumatra pemah tinggal di Ka ta Medan dan membuk a
kantor advokad atau pembela. Di desa-desa yang dekat dengan
pe rkebunan lahir pula sekolah Budi Utomo yang seluruh gurunya
terdiri atas suku bangsa Jawa. Perguruan inilah yang dikemudian
menjelma menjadi Taman Siswa.
Pertumbuhan golongan yang dapat membaca dan menulis dan
adany a pegawai-pegawai rendahan bangsa Indonesia baik yang beke rja untuk Pemerintah. Belanda maupun di perkebunan-perkebunan merupakan pelopor lahimya segolongan masyarakat Indonesia di Sumatera Utara yang sadar akan nasib bangsanya.
Mereka menyadari bahwa perjuangan untuk memperbaiki keadaan sosial bangsanya itu tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Perjuangan sekarang harus dilakukan dengan cara baru yaitu
menggunakan kesadaran berbangsa dan menanamkan perasaan
kebangsaan dengan menggunakan senjata p olitk untuk menghadapi
Belanda. Melalui mas media yang didirikan oleh beberapa tokoh mulailah gerakan yang bersifat politk bergerak di Sumatera Utara.
Sebagai contoh harian Tapian Nauli yang terbit di Sibolga. Dari
sinilah kemudian berkembang secara nasional seperti Pewarta
Deli dan Sinar Deli. Dengan adanya surat-surat kabar, pergerakan
politik untuk melakukan perlawanan terhadap pememtah kolonial semakin meluas tidak saja di kalangan kaum terpelajar tetapi juga di kalangan masyarakat lainnya. Gerakan yang dulunya terpenda.m untuk menghadapi pemerintah kolonial itu sekarang mengalihkan kegiatannya dalam kegiatan politik.
Kegiatan menghadapi pemerintah kolonial Belanda semakin
meningkat sebab organisasi politik tidak lagi melakukan pemisahan antara suku-suku yang ada. Perjuangan menjadi jelas dan mempunyai tujuan untuk membebaskan seluruh tanah air dari kekuasaan Belanda. Dengan mencapai kemerdekaan maka perubahan
kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang akan tercapai,
sebab itu penjajahan haruslah dihapuskan. Perjuangan bukan lagi
sifat kesukaran atau kedaerahan tetapi harus bersama. Dengan
berakhirnya kekqasaan Belanda di Sumatera Utara sejak awal
tahun 1942, perasaan kebangsaan di Sumatera Utara telah sampai pada punc~knya.
Jepang yang menguasai Sumatera Utara sejak 1942 -- 1945 yang
diharapkan dapat memberikan angin. baru bagi kehidupan bangsa
Indonesia temyata tidak seperti yang diharapkan. Semula rakyat
banyak membantu Jepang dengan harapan bahwa Jepang akan segera mengadakan perubahan-perubahan kehidupan sosial dan politik di daerah ini, tetapi tindakan Jepang setelah berkuasa temyata
sangat bertentangan dengan harapan rakyat.
Tokoh-tokoh rakyat dari pergerakan yang dahulu membantu
banyak yang ditangkap dengan tuduhan melakukan perampokanperampokan. Partai-partai politik kemudian dibubarkan dan segala
bentuk kegiatan rakyat harus mengikuti garis-garis politik Pemerintah Jepang. Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan daerahnya dari penjajahan terpaksa mencari jalan lain.
Gerakan-kerakan di bawah tanah dan illegal mulai dilakukan. Persiapan-persiapan menghadapi Jepang melalui perjuangan fisik mulai pula dihimpun. Gerakan itu disusun baik melalui penyµsupan ke dalam organisasi atau lembaga yang dibentuk oleh Jepang maupun secara gelap. Pada masa ini sebenarnya segala kehidupan bangsa Indonesia di daerah Sumatera Utara telah sampai kepada titik
yang sangat menyedihkan .
Penduduk tidak dapat berbicara dengan leluasa sebab di manamana berkeliaran mata-mata kempetai (polisi meliter Jepang) yang
setiap saat dapat membuat orang yang dicurigai cacat atau mati.
sebab itu penduduk menjadi ketakutan . Keadaan ekonomi yang
sangat buruk juga rnerupakan suatu fa ktor yang menimbulkan
semangat rakyat bangkit untuk melawan Jepang. Kenyataan ini
dapat terlihat dari gerakan-gerakan yang tumbuh secara spontan
menentang Jepang. Seluruh kenyataan di atas itu rnerupakan
suatu misal yang kuat bagi lahirnya keinginan untuk cepat rnemerdekaan diri dari penjajahan asing. sebab itu proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 secara spontan mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa perlawanan terhadap kolonialisme di Sumatera Utara mempunyai latar belakang yang sangat
luas. Latar belakang itu dapat diketahui dengan mempelajari keadaan sosial, budaya , dan ekonomi masyarakat dan sekaligus
juga struktur politiknya. Dari penelitian unsur-unsur ini dapatlah kita melihat motif-motif itu unt uk seluruh wilayah tidaklah sama , sebab setiap tempat mempunyai keadaan sosial. ekonomi, dan budaya yang berada.
3.2 Ujud Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan, ujud perlawanan di setiap daerah
mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaan itu terjadi sebab kehidupan sosial, budaya , dan perekonomian masyarakat itu berbeda
pula. Tidak saja unsur ini tetapi juga permasalahan lahir pun
berbeda pula.
Berdasarkan hal ini maka perlawanan terhadap kolonialisme di Sumatera Utara memang banyak perbedaan-perbedaan
nya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pemisahaan antara suatu periode dengan periode uang lain. Periode atau
P.embabakan dalam bentuk perlawanan itu dapat kita pisahkan sebagai berikut.
I) Periode 1850 - 1907. perlawanan yang bersifat sosial budaya
dan ekonomi. dan
2) Periode 1907 -- 1945. perlawanan yang bersifat politik
Pada periode pertama , penduduk Sumatera Utara yang pada
masa-masa sebelumnya hidup dalam alam yang merdeka mengalami sentuhan-sentuhan dengan bangsa Eropa . Persentuhan itu
pada mulanya tidak rnenimbulkan pertentangan-pertentangan karena penduduk setempat menganggap hubungan yang terjadi sama
dengan bangsa Asia seperti India dan Cina.
Sebagaimana diketahui , sepanjang pesisir pantai Sumatera sejak dahulu telah ada kontak-kontak dengan bangsa asing Iainnya.
Tetapi kenyataan-kenyataan kemudian tidak demikian halnya.
Bangsa Eropa yang datang mencoba untuk memaksakan segala keinginannya dengan memaksa penduduk untuk mengikuti segala
peraturan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh ialah terjadinya monopoli dagang yang hanya dikenal dalam kehidupan
masyarakat kapffalis. Struktur sosial dan budaya yang dibawa
ingin pula diterapkannya dalam masyarakat. Pemaksaan seperti ini
tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini melahirkan perlawanan penduduk terhadap bangsa-bangsa Eropa. Kenyataan ini dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini :
Pelabuhan lnggris yang diserahkan pada Belanda seperti Natal, Sibolga, Barus menjadi pusat dari pasukan Belanda. Kedudukan Belanda di sana banyak mendapat
tantangan dari rakyat sebab Belanda menitikberatkan perekonomiannya menu}u
monopoli dan kekerasan . . 1 ).
Pada periode kedua ujud perjuangan bersifat politis, sebab
untuk mencapai segala tujuan dari perjuangan yang pertama satusatunya jalan ialah penjajahan harus diakhiri. Berdasarkan titik
tolak pemikiran ini maka lahirlah suatu perjuangan yang
bersifat politis dengan cara menghimpun segala potensi yang ada
melalui kegiatan politik menentang pemerintahan Belanda. Pada
masa inilah tumbuh organisasi-organisasi politik di daerah ini baik
yang bersifat sekular maupun yang bersifat agama. Tidak saja ke-Belanda . Pada mulanya pihak Belanda tid ak begitu mengindahkan
giatan ini berlangsung dalam bidang politik tetapi juga dalam
bidang sosial budaya seperti pendidikan, kesenian , dan kepanduan.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perlawanan · pada waktu ini
menggunakan segala potensi yang ada agar penjajahan itu dapat
segera berakhir.
3.3 Jalannya Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan L> atas. perlawanan menghadapi
Belanda di Sumatera Utara dapat dibagi m enjadi dua periode sesuai
dengan ujud dari perlawanan itu sehingga dalam uraian berikut
penulis juga memakai dasar ini unt uk menjelaskan perlawanan itu.
3 .3 . I Peri ode 1900 -- 1907
Pada tahun 1800 perhatian Belanda dan lnggris ditujukan ke
dae rah pantai Sumatera Utara terutama d i pantai barat yang berbataskan dengan Samudera Hindia. Daerah ini memang mempunyai ha sil yang banyak dan dapat diperdagangkan ke Juar negeri
se perti kopra, kopi. dan hasil-hasil la inn ya . Negara-negara Ero pa
ke mudi an memaksa penduduk untuk melak ukan penjualannya kepada me reka dengan harga yang telah dite nt ukan (.monopoli). Tindakan bangsa Eropa itu melahirkan kemiskinan rakyat yang mendia mi pantai dan ini menjadi suatu kasus me letusnya perlawanan
di daerah ini. Beberapa pemimpin di daerah sepanjang pantai in i
dapat menggerakkan rakyat untuk melak ukan perlawanan terhadap Belanda. Sebagai contoh dari perlawanan ini antara lain
ialah perlawanan terhadap Belanda di Nias.
3. 3.1.1 Perlawanan terhadap Belanda d i Nias
Sej ak tahun 1825 sebenarnya Belanda telah menempatkan pa -
sukann ya di Nias, tetapi kemudian ditarik kembali sebab di Jawa
sedang berlangsung Perang Diponegoro. Dalam keadaan demikian
kembali pasukan Aceh di Nias melakuka n pengawasan terhadap
perdagangan. Sebagaimana diketahui Nias dahulu mempi.rnyai hubungan dengan Aceh dan daerah itu berada di bawah naungan
Kerjaaan Aceh. Tetapi sejak VOC menguasai daerah itu pasukan
Aceh mengalami kekalahan dan kedudukan Aceh di Naias diganti-kan oleh Belanda. Situasi Nias yang sering berganti tuan itu dengan
sendirinya mengganggu ketentraman penduduk setempat terutama dalam masa penguasaan Belanda. Pada tahun I 840, setelah Be
Belanda berhasil memadamkan perlawanan yang terjadi di Jawa,
kembali ia menanmkan kekuasaannya di Nias. Gunung Sitoli diduduki oleh Belanda dan dari sana Belanda meneruskan pendududukannya di Lagundi pada tahun I 94 7.
Di sana ditempatkan pasukan di bawah pimpinan seorang perwira. Pasukan itu melakukan pembakaran tempat kediaman penduduk sebagai hukuman sebab penduduk mengadakan hubungan
dengan Aceh. Tindakan Belanda ini tidak menyenangkan penduduk sehingga Iahir perlawanan terhadap Belanda Rakyat Nias
yang berada di Lagundi di bawah pimpinan siulu (raja) Orahili
bersatu menentang Belanda. Dalam perlawanan itu di pihak
Belanda banyak korban yang jatuh, sehingga pasukan Belanda
ditarik kembali.
Untuk mengan,:iankan daerah ini residen Tapanuli mengusulkan
agar penyebaran Agama Kristen dipercepat di daerah ini. tetapi
usul ini tidak dapat dijalankan. Pada tahun 1861 Belanda melanjutkan lagi penyerangan ke daerah yang dekat dengan Lagundi yaitu Desa Orahili. Serangan Belanda ini berada di bawah pimpinan
Kapt en Laut Reinier Claessen.
Sttrangan yang dilakukan juga menemukan kegagalan sehingga
pasukannya yang masih tersisa terpaksa kembali ke kapal. sebab
kegagalan itu Belanda yang berpusat di Padang mengirimkan kembali pasukannya yang berjumlah 600 orang untuk melakukan
serangan. Serangan besar-besaran yang dilakukan Belanda pada
tahun 1863 disambut dengan perlawanan yang gigih dari penduduk Nias. Dengan mengadakan suatu pertahanan yang kuat seperti
benteng-benteng, mereka bertahan.
Setelah desa-desa pantai ditembaki dengan meriam dari kapal
perang Belanda, pasukan itu mendarat. Belanda tidak melakukan
serangan ke Desa Orahili, tetapi terhadap desa yang berdekatan
dengannya yaitu Hilibabo. Sebagian pasukan Belanda menuju ke
Desa Orahili sehingga prajurit-prajurit Nias terpaksa memecah ke,
kuatannya. Dengan cara ini Belanda berhasil menembus pertahan~
an prajurit-prajurit Nias sehingga pertempuran dahsyat terjadi di Orahili. Kedua belah pihak banyak korba n yang jatuh.
sebab perlengkapan persenjataan y ang lebih baik di pihak
Belanda , maka pasukan N ias yang dikepala i oleh raj a Orahili keluar
dari desa ini dan melakukan perlawanan secara gerilya. Belanda membakar Desa Orahili dan kemudian meninggalkan daerah
ini . Desa Orahili kemudian dibangun kembali deng;rn bentuk
yang baru dan dinamakan Bawomataluo.
Walaupun perlawanan rakyat Nias di Orahili mengalami kesudahan yang tragis, tetapi semangat perjuangan tidak mengendor.
Beberapa tahun kemudian terjadi lagi perlawanan-perlawanan seperti di Sirombu yang berakhir pada tahu n 1908, di Marde dan di
Idano Toa yang seluruhnya berakhir sekitar tahun 1915. Perlawanan ini seluruhnya terjadi di Nias Sela tan.
3.3.1 .2 Perlawanan terhadap Belanda di Daerah Pesisir Pantai
Barat .
Natal dan Barus merupakan pelabuhan dengan yang
mempunyai peranan penting dalam perd agangan sejak berabadabad . Perdagangan ini banyak diselenggarakan oleh penduduk yang berasal dari daerah pesisir Sumatera Barat seperti Pariaman, Air Pangis. Tiju , dan Painan . Penduduk dari daerah pesisir ini
hidup sebagai pedagang perantara dan menghubungkan daerahdaerah pesisir pantai barat Sumatera. Hal ini dapat diketahui
dari bahasa yang mempunyai dialek sama dengan bahasa Minangkabau. Pedagang-pedagang itu mendapat perlindungan dari Aceh
sebab seluruh hasil dagang kemudian dikuasbi oleh Aceh yang
pada waktu itu menguasai daerah pantai barat Sumatera sampai
Bangkulen.
Kedatangan bangsa Eropa yang menjalankan politik mo nopli
dan memaksakan harga barang menurut ke inginan mereka menyebabkan kemerosotan perdagangan pendud uk yang mendiami daerah pesisir itu . Banyak di antara mereka yang kehilangan mata
pencahariannya . Perasan tidak puas mereka dicetuskan dalam bent uk perlawanan terhadap pengusa Belanda yang telah menduduki
daerah pantai ini . Salah seorang tokoh yang berasal dari Natal bernama Sidi Mara pada pertengahan abad ke-19 melakukan
suatu perlawanan bersenjata terhadap Belanda di daerah ini.
Benteng Belanda di daerah ini diserbu "d an korban di pihak Be-landa banyak yang berjatuhan. Perlawanan ini malahan merembet sampai ke Barus. Walaupun perlawanan demikian dahsyatnya,
Belanda kemudian dapat menindasnya. _,
Setelah perlawanan Sidi Mara , Belanda mulai mengembangkan
pemerintahannya di Tapanuli. Untuk memudahkan administrasi
pemerint<:than , Belanda memasukkan wilayah Tapanuli Selatan
ke dalam wilayah Sumatera Barat. Sebelum Belanda menduduki
wilayah Mandailing, Sutan Mangkutur sudah melihat bagaimana
nasib bangsanya sewaktu pasukan Paderi menduduki daerahnya.
Mereka sangat menderita akibat penindasan. Salah seorang raja
bernama Gadombang bangkit melawan kekuasaan Paderi di daerah
ini. Ia mati tertembak pasukan Paderi dalam suatu pertempuran
yang terjadi di antara Rao dan Lubuk Sikaping. sebab raja tidak
mempunyai anak , maka diangkatlah adiknya sebagai pengganti Raja Gadombang, yaitu Sutan Mangkutur.
Setelah satu tahun Sutan Mangkutur memerintah, Pemerintah
Belanda mengadal\an bestuurs hevoming di Tapanuli Sela tan. Sumatera reglement mulai berlaku dan mengakibatkan pengadilan anak
negeri bertukar dengan pengadilan gouvernemen t. Raja-raj a di
Mandailing merasa bahwa dengan berlakunya reglement itu , kekuatan mereka hilang. Selanjutnya pihak gouvernem e11 t menginstruksikan kepada semua raja di Mandailing Julu dan Mandailing
Godang, agar sete!ah keluarnya peraturan baru ini , semua
perkara yang akan diselesaikan dibawa ke Udung/kantor di Sengengu untuk diselesaikan .
Raja-raja hams datang !angsung ke gedung di Singengu membawa tertuduh untuk diperkarakan . Raja tidak boleh mewakilkan
dirinya untuk datang ke gedung pengadilan di Singengu itu. Apabila perintah Belanda tidak ditepati ataupun dilaksanakan, Belanda akan menghukum ataupun mendenda raja-raja yang membandel
itu. Inilah langkah-Jangkah pertama dari pihak Belanda untuk
memperkuat kedudukannya di daerah dengan mengambilalih kek.uasaan pengadilan yang selama ini dipegang oleh raja-raja setempat . Hal iini berlaku sejak 28 Juli I 837.
Penindasan kaum Paderi menggugah hati dan pikiran Sutan
Mangkutur untuk tidak mematuhi dan menaati segala perintah pembangkangan Sutan Mangkutur ini. Belanda masih mengingat
bahwa Sutan Mangkutur adalah adik kandung Raja Gadombang
yang pernah menjabat agen Mandailing dan telah banyak berjasa
pada Belanda dalam pertempuran di daerah Rao beberapa tahun
sebelumnya.
Sebagai Mangkutur terus membangkang pada pihak Belanda .
Mula-mula perlawanannya hanya dalam bentuk tidak mematuhi
perintah Belanda Makin kuatnya kedud u kan Belanda di daerah
Mandailing semakin mengurangi hak raj a-raja yang telah ad a dan
juga merupakan intervensi yang bisa mengurangi kekuasaan tradisional dari raja-raja ini .
Sebalik akibat dari ha! ini , timbullah perlawanan secara
fisik Sutan Mangkutur. Permufakatan dengan beberapa raja-raja
di Mandailing diadakan penyumpahan agar setiap raja yang hadir
berjanji untuk setia dan tolong-menolong dalam peperangan melawan Belanda. Pada waktu itu juga dibicarakan waktu penyerangan.
Selesai rapat rahasia ini mereka mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk memulai peperangan yang pertama pada
tahun 1839. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati apabila
pa sukan Sutan Mangkutur menyerang dari Huta Godang ke Kota
Nopan . maka Raja Huta Siantar harus menyerang dari arah Penyabungan . Sayang sekali sebelum pasukan Sutan Mangkutur menyera ng ke Kata Napan, pasukan Belanda telah meng~tahui ha! ini sehingga Belanda lebih dahulu menyerang pasukan Sutan Mangkatur
ke Huta Godong. Perjumpaan pasukan Sultan Mengkutur dan pasukan Belanda terjadi di suatu tempat yang bernama Batu Bodang
dekat Kampung Sipalupuk. Terjadilah suatu pertempuran yang
sengit, yang penyebabkan beberapa perwira Belanda beserta puluhan pasukannya mati.
Dal am pertempuran yang pertama ini pasukan Belanda mundur
dan merek a terus dikejar aleh pasukan Sutan Mangkutur sampai
dekat ke Ka ta Napan . Pasukan Raja Huta Siantar dari Penyabungan tidak kunjung tiba. Hal ini menirn bulkan kecurigaan. Diduga
ada kerjasama antara Raja Huta Siantar dengan Belanda.
Dalam pertempuran selanjutnya, Sultan Mangkuturselalu diban-tu oleh para hulubalang. Pada hulubalang itu ialah, Ja Layang,
Sampuran Tolang, Balang Garang. Langa Lalupak, dan Manimba
Laut. Dalam peperangan selanjutnya, pasukan Sutan Mangkutur
hanya bertahan, sebab pasukan Belanda sudah semakin lrnat dengan dibantu penduduk setempat.
Pada suatu ketika datanglah pasukan Belanda menyerang
Hu ta Godang bersama Raja Hu ta Siantar. Ketika itu Su tan Mangkutur sedang dalam persembunyiannya . Pasukan langsung membakar
Jstana Bagas Godang sebab tidak menjumpai Sutan Mangkutur.
Jsteri Sutan Mangkutur menangis. meraung-raung supaya tempatnya jangan dibakar. Raja Huta Siantar mengabulkan permohonan
asal ditunjukkan di mana Sutan Mangkutur bersembunyi. Pada
mulanya permintaan ini ditolak oleh istri Sutan Mangkutur. tetapi
Belanda yang mengatakan bahwa mereka hanya ingin berjumpa
dengan Sutan Mangkutur untuk berdamai dan dijanjikan pula
bahwa Sutan Mangkutur akan dijamin keselamatannya. sebab
itu dikirimlah utusan untuk menjumpai Sutan Mangkutur di persem bunyiannya. Sewaktu utusan dalam perjalanan menuju Hu ta
Godang, rupanya ada pasukan Belanda yang ditugaskan untuk
mengikutinya -dari belakang. Sutan Mangkutur ditangkap dan diturunkan dari tahtanya dan selanjutnya dibuang ke Pulau Ambon
tahun 1839. Ia dituduh sebagai penjahat dan diharuskan membayar denda kepada Belanda.
I)alam tahun itu juga saudara Sutan Mangkutur dibuang ke
Pulau Ambon. Sesudah itu masih ada perlawanan terhadap Belanda di Sekitar Mandailing (Natal). Pada waktu itu kontroler di sana
adalah Edwards Douwes Dekker atau Multatuli. Perlawanan ini
dapat berlangsung lama dan baru berakhir pada tahun 1839. Dengan
berbagai cara Belanda berhasil menguasai keadaan dan mengadakan reorganisasi pemerintahan di Tapanuli. Daerah Tapanuli
Selatan waktu itu terlepas dari Sumatera Barat dan bersatu dalam
wilayah Karesidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga.
Sejak itu didirikan sekolah-sekolah kelas tiga atau lebih terkenal dengan nama Volkschool; di antaranya ialah Volkschool di
Natal. Keinginan untuk memperoleh pendidikan Barat di Kalangan penduduk Tapanuli Selatan ternyata besar sehingga Belanda meluaskan program pendidikan ini . Melalui pendidikan ini
diharapkan pendekatan terhadap pend ud uk dapat dilaksanakan .
Untuk itulah maka Belanda memberikan kesempatan kepada Willem Iskandar untuk melanjutkari pendidikan ke Negeri Belanda .
Pembukaan sekolah guru di Tano Bato tia da lain adalah suatu usaha yang dilakukan Belanda untuk menyebarkan kebudayaan Ba ra t
di kalangan penduduk.
3.3 .1.3 Perang Sisingamangaraja (1877 -- 1907)
Se telah membentuk Keresidenan Tapanuli di tahun J 94 2.
Belanda berusaha meluaskan kekuasaannya ke Dataran Tinggi To ba dan Da iri. Hal itu penting untuk keamana n Belanda di
daerah pesisir sebab sering ada gangguan dari sana. Dalam pada
itu ke san yang ditinggalkan pasukan Paderi di Toba berakibat kecurigaan terhadap datangnya orang-0rang asing seperti yang d ia -
lami penyiar-penyiar Agama Kristen sebelum Nomensen.
Belajar dari peristiwa itu , Sisingamangaja XII melakukan kon -
solidasi ke dalam. Adat dan kepercayaan terhadap leluhur suku
ba ngsa Ba tak kembali dikokohkan dala m masyarakat mengingat
kegiatan Belanda semakin meningkat di pedalaman Barus. Di pihak
lain sebaga i akibat politik monopoli Belanda di Sibolga dan Barus.
kemen yan dan kopi semakin merosot hargany a. Hal itu juga dialami Aceh setelah perdagangan di pesisir dipegang o leh Be landa.
Jadi Sisingamangaraja dan Aceh mempunyai. kepentingan yang
sama. ltulah sebabnya , di samping hubu ngan kekeluargaan. dalam
perang melawan Belanda banyak panglima-panglima dari Aceh berada di tengah pasukan Sisingamangaraja XII . Kenyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut :
"Raja Sisingamangaraja menyusun suatu pasukan yang berkekuatan kira-kira 300
orang prajurit dengan persenjataan lengkap. Di da lam pasukan turut pendekarpend ekar orang Aceh. -Pendekar-pendekar orang Aceh sebelum meletuskan Perang
Aceh dan sebelum berkecamuknya perang Batak . . . " 3).
Jadi sesungguhnya antara Aceh dan Batak telah ada kesiapsiagaan menghadapi agressi Belanda . Keadaan itulah yang memaksa Belanda mempercepat serbuannya ke Tanah Batak . Mula-mula
Belanda membiarkan zending RMG da ri Jerman menyebarkan
Injil ke pedalaman Tapam11i sebab zending Belanda telah gaga]
di Sisipirok . Zending Jerman berhasil sebab tidak begitu drastis menghapuskan unsur-unsur adat Batak selama tidak bertentangan dengan ajaran Kristen. Hal inilah yang membuat Nomensen
berhasil menyebarkan Agama Kristen di Tapanuli Utara yang
memberi peluang bagi penetrasi kekuatan Belanda.
Dengan dalih melindungi para missionaris dari serangan pasukan Sisingamangaraja, Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung sekaligus mempersempit wilayah pengaruh Sisingamangaraja. Akibatnya pos tentara Belanda di Tarutung mendapat serangan dari pasukan Sisingamangaraja. Inilah yang menjadi alasan bagi
serangan terbuka Belanda terhadap Sisingamangaraja seperti telah
direncanakan oleh Residen Boyle.
Tahun 1877 pejuang Batak berusaha mengusir Belanda dari Tarutung. Terjadilah pertempuran di Bahalbatu (antara Tarutung dan
Balige). Dalam pertempuran diBahalbatu, pasukan Sisingamangaraja yang dipimpin panglimanya Ompu Badia Porhas Tampubolon.
Di pihak Belanda dipimpin oleh Kapten Schelter. Persenjataan
yang tidak seimoang membuat pasukan Sisingamangaraja mundur.
Perlawanan dite~kan dengan taktik perang gerilya. Arena pertempuran berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam pada itu dengan karismanya Sisingamangaraja memperkuat perlawan.an dengan mengadakan perserikatan bersama raja-raja
di Sumatera Timur seperti Simalungun yang telah merasakan tekanan dari penetrasi Belanda dari daerah pantai timur. Diadakan
pula aliansi dengan pemuka-pemuka adat di Tanah Karo. Dengan
demikian seluruh suku bangsa Batak terlibat dalam perlawanan
ini sehingga Beland a menyebutkan "Batak Oorlog" (Perang Batak).
Berikutnya pasukan Belanda menyerang Bakara dengan kekuatan 400 orang pasukan. Pejuang Batak menyambutnya dengan
tembakan, tetapi sebab jumlah pasukan yang tidak berimbang.
pasukan Sisingamangaraja bersama rakyat mengundurkan diri ke
pegunungan sekitarnya seraya membuat pertahanan di Meat,
Balige, Tambunan, dan Laguboti. Belanda terus mengadakan
pengejaran ke Paranginan dan ke Gurgur dengan tujuan Balige.
Belanda mengalami kerugian besar dan baru dapat bergerak setelah mendapat bantuan. Di Balige, 1200 orang pasukan Batak telah siap tetapi kemudian mengundurkan diri sebab Belanda memasang mortir. Seperti biasanya, rum ah-rum ah yang kosong dibakar
Belanda dan rakyat diharuskan membayar denda serta mengakui kedaulatan Belanda. Belanda kemudian kembali ke posnya di Bahalbatu.
Walaupun beberapa daerah telah dikuasai Belanda. tetapi rakyat tetap berjuang bersama Sisingamangaraja. Ia melakukan perlawanan di sekitar Danau Toba pada saat Belanda menempatkan
kontr9ler di Balige tahun 1883. Balige diserang pasukan Batak dari
berbagai jurusan tetapi tidak lama sebab pasukan dan persenjataan Belanda lebih unggul. Pasukan Beland a yang bergerak ke Laguboti dan Uluan disambut oleh pejuang-pejuang Batak dengan gigih
Setelah Laguboti diduduki, Belanda segera menduduki Tanggabatu
dan Paranginan. Maksudnya ialah agar rakyat tidak memihak kepada Sisingamangaraja . Seterusnya Belanda melakukan pembersihan di Bakara dan kemudian ke Laguboti. Dari sana Belanda bergerak ke Sitorang menghadapi hadangan-hadangan dari pejuang Batak. Pada kesempatan bail<, Sisingamangaraja melakukan serangan
secara besar-besaran atau kecil-kecilan serta membuat huru-hara.
Serangan ini dibalas Belanda dengan aksi patroli dan naik
bakar.
Dal am pada itu peperangan di A-:eh se makin hebat sehingga
untuk sementara Belanda mengurangi peperangannya terhadap
Sisingamangaraja. Kesempatan itu dimanfaa tkan Sisingamangaraja
un tuk rneny usun kekuatan. Dengan menda tangkan pasukan dari
Padang , Belanda kembali menyerang pejua ng-pejuang Barak terutama d i Lo ntong . Akhirnya arena pertempuran beralih ke Pakr ak - Dairi sebab hampir seluruh Toba relah diduduki dan dihancurkan Belanda dengan taktik pembakaran kampung dan pembayara n denda. Namun demikian hubungan de ngan Aceh masih tem p
J J! akuk an de ngan beba -.
PerL1wana n tcrhad ap Belanda dilakuk. an denga n gerilya dan
n,tm pak . semakin mero so t setelah tahun 1904. Dalam pada itu dari
Sumatera Timur mendesak agar keamanan segera dilakukan . Unruk
it ulah Be landa mendatangkan Kapten H. Christoffel. Bagi penwrinta h kolon ial Belanda . nama Kapten H. Christoffel dijunjung tmgg1
ka rena diala h yang dapat mematahkan pe rlawanan rakyat Kalima ntan dan Lombo k pada tahun 19044 ·
Belanda mengadakan operasi perang te rakhir dipimpin ole h
Yan Daalon mulai dari Gayo -- Alas hingga Pakpak -- Dairi . Penghancuran dan pembunuhan secara membabibuta serta penyiksaanpenyiksaan yang tak berprikemanusiaan dilakukan. Hubungan
Sisingamangaraja dengan Aceh menjadi terputus. Tugas penangkapan Sisingamangara]a hidup atau mati diserahkan kepada Kapten H. Christoffel dengan 80 orang pasukan marsose.
Pengejaran terus dilakukan sebab Sisingamangaraja dengan pasukan yang setia terns berpindah-pindah. Pada suatu saat Sisingamangajar terkepung dan tertembak. Ia gugur sebagai pahlawan
bangsa pada 17 Juni 1907 Sementara itu semua anggota keluarganya ditahan dan hartanya dirampas. Perlawanan pun berakhir
sebab tokoh karisrna telah wafat. Perlawanan kecil-kecilan secara
sporadis masih berlangsung untuk menentang rnasuknya kebudayaan Barat. Misalnya perlawanan Guru Sornalaing Pardede dengan
pengikutnya rnenentang Agarna Kristen di Toba,
Dengan aliran kepercayaan Parmalirn, Guru Sornalaing Pardede
berusaha rnengembalikan kepercayaan nenek moyang. Tokoh ini
dianggap berbahaya oleh Belanda sehingga ia diusir dari Balige.
Kernudian muncul pula kepercayaan Parsiakbagi atau Parugarna
yang dibawakan oleh Jaga Siborutorop. Mereka ini menentang
dan rnenolak segala bentuk pangkat-pangkat. Ia pun rnendapat
perlakuan yang sama seperti Guru Sornalaing Perdede lalu diusir
dari Siborong-borong.
Tahun 1915 Tanah Toba dihebohkan oleh gerakan Parhudamdam yang dipimpin oleh Saman. Ajarannya sama dengan
kepercayaan yang dianut oleh Sisingamangaraja ataupun Parmalim
dengan penarnbahan-penambahan.
"Pesan agama ini adalah bahwa kerajaan Batak yang suci akan muncul dengan pimpinan Sisingamangaraja XII setelah terjadi sa tu peperangan besar. Hanyalah pengikut Parisihudamdam yang tidak musnah dalam peperangan ini. "5)
Tentu saja ajaran ini cenderung membuat banyak pengikut.
Pengikut-pengikutnya tersebar : di Humbang, Barus, Sibolga, Samosir, sampai ke Dairi. sebab itu Belanda segera melakukan penindasan-penindasan . Jelasnya sampai permulaan abad ke-20 di
Tapanuli berlangsung perlawanan melawan Belanda. Secara
fisik, . Belanda mampu menguasai keadaan tetapi di hati rakyat
Batak terus hidup keinginan melepaskan diri dari kekuasaan Belanda dan menunggu saat yang baik untuk mengernbalikan Kera-jaan Batak. Bagi sebagain besar rakyat Batak, Sisingamangaraja
dianggap masih hidup.
3.3.1.4 Perlawanan Rakyat Sumatera Timur Menentang Kolonialisme Belanda.
Sebagaimana telah dijelaskan, Belanda mulai menaruh perhatian terhadap wilayah Sumatera Timur setelah lnggris mempunyai koloni di Sumenanjung Melay u, yaitu Singapura dan
Penang. Hal ini disebabkan lnggris sering mengadakan hubungan
dengan raja-raja di pantai timur Sumatera. Puncak dari kegiatan
Inggris itulah terjadi pada tahun 1858 di mana Belanda mengikat
Siak dengan Perjanjian Siak .
Berdasarkan perjanjian itulah Belanda mencoba menanamkan
kekuasaannya di Sumatera Timur. Sebagaimana telah diuraikan.
Asisten Residen Natscher yang berkedud ukan di Bengkalis mengunjungi raja-raja di Sumatera Timur de ngan kapal-kapal pera ng
agar mereka menandatangani Akte Van Erkenning. Keinginan Bela nda ini tidak ditangani dengan baik oleh beberapa raja-raja di Sumatera Timur sehingga terjadi perlawanan terhadap Belanda .
Salah seorang di antaranya ialah Sultan Ibrahim dari Asahan .
la tidak bersedia menerima A kte Van Erkenning sebab kepada
Keprajaan Aceh . Sementara itu sultan ma ncoba men cari hubungan dengan lnggris di Penang. tetapi sebab keterikatan Inggris pada
perjanjanjian yang telah ditandatangan i dengan Belanda yaitu
Tracraat Sumatera , maka Inggris tidak memberikan angin. Pengganti Sultan Ibrahim yaitu Ahmadsyah meneruskan perlawanan
te rhad ap Belanda. Perlawanan ini menda pat dukungan dari rakyat
pesisir yang terdiri atas suku bangsa Melayu dan dari suku bangsa
Batak pedalaman . Penduduk mendukungnya sebab perang inilah
yang menentukan kehidupan mereka.
Penduduk yang se lama ini melaku ka n perdagangan dengan
daerah pedalaman melalui Sungai Asahan akan kehilangan ma ta
pencaharian bila Belanda berkuasa. Tetapi walaupun perlawanan
terse but mendapat bantuan dari segala jurusan akhimya gaga! juga
sebab daerah lautan telah dikuasai Belanda apabila persenjataan
Belanda lebih ampuh. Sultan Ahmadsyah kemudian ditangkap oleh Belanda dan
dibuang ke Riau. Ia baru boleh kembali pada tahun· 1885 setelah
menandatangani Korte Verklaringen yang disodorkan Belanda.
PenggantiHya adalah Sultan Husinsyah pada tahun 1890. Di masa
pemerintahannya, Belanda melakukan pengutipan belasting (pajak) yang tinggi, yang tidak bisa disanggupi rakyat. Ia bermohon
kepada residen dan gubernur agar ketentuan ini ditinjau kembali.
tetapi kedua pejabat ini secara halus menolaknya. Untuk
mengurus masalah ini ia berangkat ke Negeri Belanda menghadap
ratu. Di Negeri Belanda keinginannya juga tidak dapat dipenuhi
sebab ratu menunjukkan bahwa ia raja konstitusional.
Segala kegiatan Belanda di Tapanuli Utara dan sepanjang
pantai Sumatera Timur menjadi perhatian dari raja-raja Simalungun. Peristiwa di Asahan di mana Sulta-n Ahmadsyah yang
kemudian ditangkap Belanda dan kerajaannya harus mengakui keasaan Belanda merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi
raja-raja Simalungun. Daerah Simalungun mempunyai hubungan
yang sangat erat sekali dengan daerah pesisir seperti Serdang, Batu
Bara, dan Asahan sebab segf!la hasil bumi mereka itu harus melaluhi daerah ini . Selain itu didipantai juga berdiam penduduk dan asalnya dari suku bangsa Simalungun yang telah menganut Agama Islam. Hubungan kebudayaan yang erat itu mengakibatkan raja-raja Simalungun turut merasakan apa yang telah terjadi ch daerah-daerah pesisir. Di samping itu Kerj aa n Simalungun
suatu ketika akan mengaiami nasib yang sama gula. Apalagi pada
waktu itu telah kclihatan gejala-gejala ke arah itu sebab Belanda
telah membuka perkebunan di daerah Ke rajaan Deli.
Bertolak dari pemik.iran itulah maka raja -raja Simalungun
dengan raja-raja derah pantai ya ng beragama [slam dan be lum dikuasai Be Janda, mengadakan suatu perserikatan. Perse rikatan
itu disebut Empat Serangkai yang terdiri atas Raja Silau. Raja
Panei, Raja Siantar (raja-raja Simalungun), dan Raja Tanung Kasau
(raja daerah pesisir yang beragama Islam). Di Pematang Panei mereka mendirikan ternpat bermusyawarah yang disebut Balai Berempat Di sini mereka bertemu pada waktu-waktu tert e ntu untuk
membicarakan kebij aksa naan apa ya ng harus dilakukan dalam menghadapi suatu persoalan yang sama.
Sementara itu gerakan pelebaran kekuasaan kolonialisme Belanda semakin melebar. Raja Tanjung Kasau yang ahulunya bergabung dalam Empat Serangkai terpaksa melepaskan keanggotaannya
sebab Belanda berhasil menaklukkan daerah ini . Walaupun
demikian perserikatan Emapat Serangk ai tidak bubar. Setelah
menguasai daerah Tanjung Kasau . Belanda berusaha menuju lebih
ke utara. yaitu daerah yang berbatasan denga n Simalungun. Rajaraja kecil yang berada di Tebingtinggi )· ang takluk pada Kerajaan
Serdang tidak dapat menerima segala peraturan-peraturan yang
dibuat Belanda. Di antaranya ialah Raja Padang yang sangat gigih
mempertahankan agar adat istiadat keraj aan terns dijalankan .
Belanda menganggap Raja Tengku Maharaja Mahammad Nurdin dengan segala tingkah' lakunya itu ak an membahayakan penanaman kekuasaannya di daerah sekitarnya. Ia segera diturunkan
dari tahta kerajaan. Raja Kerajaan Padang di Tebingtinggi tidak
tinggal diam . Segera ia mengadakan hubungan dengan raja-raja
Simalungun yang tergabung dalam Emp at serangkai_ Raja-raja Simalungun segera turun tangan menghad api malapetaka yang menimpa raj a Padang sebagai tetangganya. Pe ristiwa ini terjad i sekita r tahun 1887. Raja-raja Simalungun "egera menyiapkan suatu
pasukan y ang dipimpin oleh Rondah e im. Rondaheim ad al ah
seorang yang dipercayai untuk memim pin penyerangan terhadap
Belanda di Tebingtinggi. Ia mempunya i kewibawaan yang besar
da n disegani oleh prajurit-prajurit sebab keberaniannya.
Serangan yang dilakukan oleh Rond aheim mengakibatkan pasukan Belanda yang berada di Tebingtinggi meminta bantuan ke
Medan . Dari Medan Beland a rnengirim pa sukannya sebanyak 60
orang dipimpin oleh Kapten J.C. R. Schenk . Pertempuran dengan
se ndirinya terjadi sekitar Tebingtinggi sepe rti Solak Marlawan dan
Do lak Sagal. Untuk menakuti rakyat Kampung Dolak Kahean
yang te lah masuk daerah Simalungun , kampung itu dibakar. Seluruh peristiwa ini dengan sendirinya tel ah melibatkan daerah Simalungun dalam perang dengan Belanda.
Rondaheim berhasil melakukan perl awanan secara gerily a
dengan berpindah-pindah tempat. Serangannya yang dilakukan terhadap pasukan belanda di Baja Lingge pada bulan Februari
1888 berhasil. sebab sulitnya Belanda menangkap Rondaheiin,
dia diajak oerunding tetapi tidak mendapat sambutan dari Rondaheim dan yang datang hanya wakil Rondaheim saja. Rondaheim
mengetahui bahwa prundingan itu hanya siasat saja. Tujuan yang
sebenarnya adalah untuk menangkapnya. Teman wakil Rondaheim
ditangkap Belanda dan tidak kembali lagi.
Hal inilah yang mengakibatkan Rondaheim meneruskan perlawanannya sampai wafat pada tahun 1891. Dengan wafatnya
Rondaheim, Belanda mulai pula menusuk ke daerah Simalungun.
Daerah yang pertarna dikunjungi Belanda adalah daerah Kerajaan
Siantar. Untuk memudahkan Belanda menguasai wilayah itu,
Belanda lebih dahulu mengakui raja Siantar yang pada waktu _i tu,
berkuasa yaitu Sang Naualuh Darnanik. Namum Sang Nauluh tetap mengingat bahwa Belanda senantiasa tidak dapat dipercayai
sebab telah mencampuri masalah dalam negeri kerajaan-kerjaan
dan kemudian menguasai kerjaan-kerajaan itu sebagai bagian ~ari
rrilik mereka. Ini dilihatnya sendiri pada tetanggnya. Kontroler
.Belanda yang berkedudukan waktu itu di Batubara dengan
seenaknya saja melanggar hak-hak Simalungun sehingga kemerdekan kerajaan boleh dikatakan lenyap. Hak-hak rakyat menurut hukum adat tidak diakui dan Belanda melakukan pembukaan-pembukaan perkebunan tanpa seizin kerajaan . Kedudukan Belanda di
Batubara tidak sedikit pun digubris oleh Sang Naualuh. Instruksi
Belanda seluruhnya untuk menghapuskan hak-hak raja dan rakyat
Sirnalungun ditolaknya. Sikap Sang Naualuh yang lebih tidak menyenangkan Belanda ialah sewaktu ia menganut Agama Islam bersama dengan keluarganya.
Sikap ini tentu menimbulkan jurang pemisah sebab Belanda
sering melihat bahwa setiap raja yang menganut Agama Islam sulit untuk dapat didekati. Kenyataan ini dapat kita ketahui dari kutipan beriku t :
Di samping tugas Sang Naualuh sebagai rll!a, Sang Naualuh menambah kegiatannya
memperdalam dan mengembangkan Agama Islam. Pengembangan agama ini terrnasuk yang dibenci oleh Belanda, maka khusus untuk ini Sang Naualuh melakukannya
d . "' bot .. 6) 1 JUma on anggap ..
sebab kebenciannya terhadap Belanda pada tahun 1885, secara diam-diam Sang Naualuh berhubungan dengan seorang pengusaha perkebunan Jerman bemama Baron von Hom. Ia seorang
pemilik perkebunan di Hervetia Medan. Ia mengajak pengusaha
Jerman itu membantunya mengusir Belanda dari Simalungun dan
sebagai ganjaran akan diberi konsesi tanah di Simalungun.
Hal ini tercium oleh pengusaha Belan da di Medan sehingga
Baron von horn diusir dari Medan. Belanda menangkap Sang Naualuh dan dibawa ke Batubara, tempat kedudukan pengusaha Belanda yang tertinggi di Simalungun. sebab penahanannya di Batu
bara, penduduk: Simalungun bergerak menentang penangkapan
rajanya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Belanda
memindahkannya ke Medan. Residen Sumatera Timur meneruskan
persoalan ini kepada gubemur jenderal untuk menetapkan
suatu kepu tusan.
Gubernur jenderal dalam suratnya kepada Rllad van !ndie
meminta petunjuk-petunjuk, tatapi Raad 1•an /ndie menunjuk
kepada artikel 4 7 Regerings Reglement yaitu bilaada orang-orang
yang·lahir di Indonesia, demi untuk keterti han umum dan keamanan , melarangnya untuk bertempattinggal di bagian tertentu dari
wilayah Hindia Belanda.
Selanjutnya orang itu dapat ditangkap melalui surat yang dikeluarkan oleh peradilan. Untuk menjatuh kan Sang Naualuh dari
tah ta kerajaannya. Residen Sumatera Timur Schaap memakai laporan-laporan pengaduan dari bawahannya, Kontroler Batubara
Karthaus, yang be risi I 0 kesalahan kon trole r a tau Batu bara tuduhan. Di antara tuduhan itu adalah sebagai berikut : Tuduhan itu antara lain, memaksa penduduk memasuki Agama
Islam tetapi sebenarnya tuduhan itu tidak beralasan. Walaupun
demikian residen Sumatera Timur dalam suratnya kepada gubemur jenderal mengatakan bahwa Sang Naualuh telah mengakui
kesalahanny a. 5urat ters...:bu t bertanggal 25 Agustus 1905 No.
3 77 5 /4 dan berdasarkan ketentuan terse but pula maka Sang
Naualuh ditangkap dan kemudian dibuang ke Bengkalis pada
tahun 1906.
Selanjutnya pemerintahan Kerajaan Siantar tergantung kepada residen Sumatera Timur berdasarkan Surat Keputusan Residen Sumatera Timur, 20 Juli 1907 Nomor 254. Maka dibentuklah sebuah dewan kerajaan yang dikepalai oleh . seorang kontroler
Belanda di Simalungugun. Anggota-anggotanya terdiri atas Tuan
Sidep Manik, Tuan Marihot, dan untuk lebih menguatkannya lagi