• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 4. Tampilkan semua postingan

hantu 4



1

. "HOAM.." tribuanatunggadewi menguap lebar-lebar. Suara ketukan dari mamanya masih bersenandung di pintunya. Bukan! Bukan tentang keindahan kata, tapi bener-bener seperti senandung! Ketukannya itu gini nih "tok.. Tok tok tok.. Tok tok.. tribuanatunggadewi.. Bangun nak.. tribuanatunggadewi.. Tok.. Tok.. Tok tok.." Tuh kan bener-bener mirip senandung. I..JASMINE!!! BANGUN..!!! KITA MAU CENGBENG-AN.." Astaganaga, jantungku mau copot.. Aduh. Copot beneran. Di Kuburan Setelah keluarga papaku dan mamaku berkumpul, kami mendoakan opa, oma, oma punya mama dan opa punya mama. Setelah selesai doa, kami berkumpul membuat satu lingkaran dan bercanda ria. Karena tidak ada anak kecil, aku hanya melamun. Aku tidak ngerti apa yang mereka bicarakan. Tiba-tiba.. "MEONG!!!" Ah, suara kucing. Kucing itu masih kecil. Matanya bulat. Bulunya hitam legam. Aku mencoba mengejarnya untuk mengelusnya. Aku melewati kuburan orang-orang china lainnya. Banyak yang menggunakan bahasa khe, china dan lain-lain. Tiba-tiba suara itu sudah tidak ada, aku menaiki bukit! Aku memutuskan untuk ke bawah lagi, namun kucing hitam itu menampakkan wajah imutnya. Ah! Aku ingin mengelusnya, sekali.. Saja. Bahkan aku mau memeliharanya! Kurasa sudah lama aku berlari. Krik.. Krik.. Itu bunyi jangkrik. Lho, kok ada jangkrik? Hah! Kucing itu menghilang!! Tunggu, INI DIMANA!!!? Ini kan, di hutan! Hutan.. Di atas bukit! Tiba-tiba muncul tawa menyeramkan. "Hihihihihihi.." Aku langsung berlari tak tentu arah. Tapi, semua tenaga sudah kuperas demi mengejar kucing itu. Arghh.." Tiba-tiba bunyi daun terinjak terdengar. Di samping kananku.. Ada.. Ada POCONG!!! POCONG dengan belatung di mukanya!!! Kulitnya sangat hitam dan bau busuk menyeruak. Samar-samar terdengar lantunan sinden.. Lingsir wengi Sliranmu tumeking sirno Ojo Tangi nggonmu guling awas jo ngetoro aku lagi bang wingo wingo jin setan kang tak utusi jin setan kang tak utusi dadyo sebarang Wojo lelayu sebet Apa itu? Lagu apa itu? "HIHIHIHIHIHI.. Tawa itu lagi! Ya Tuhan.. Lindungilah hamba-Mu dari bahaya ini.." Tiba-tiba ada sesuatu yang memegang pundakku, aaarghhh!!! Sepotong tangan!!! Hanya sampai bahu!!! Tolong aku!!! Aku tidak dapat berkata-kata, suaraku seperti tercekat di tenggorokanku. Dan tiba-tiba pocong itu sudah tiba di mukaku. Hanya sebatas 2 cm, pocong itu sampai di mukaku. "Aaaah.." Aku terbangun di depan 2 makam orang yang tak kukenal. Kuambil HPku, langsung kutelpon mamaku. "Ma.." "Siapa ini? Ini kamu.. tribuanatunggadewi.." "Iya, Ma.." "Puji Tuhan! Kamu dimana tribuanatunggadewi.." Suara mama seperti sedang menangis terharu. Ada apa ini? "Di kuburan kemaren.." "Mama akan jemput kamu sekarang juga! Tunggu disana, nak.." Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Aku bingung.. Bingung sekali. Kutatap kedua makam itu. Rasanya aku pernah melihatnya, batinku. OO IYA! Waktu mengejar kucing, aku tak sengaja menginjak kedua makam ini.. Apa mungkin.. Itu hantu pocong dan kuntilanak itu? Aku beranjak dari makam itu. Lalu aku menemui penggali dan pembersih kuburan. Tak lama kuberbincang dan bertanya-tanya mengapa aku disini, mama datang. Mama dengan menangis sesegukan memelukku diikuti oleh papaku. "Ma. Pa. Sebenernya ada apa sih..??" Tanyaku. Mamaku menghapus air matanya dan berkata, "kamu hilang 1 bulan, nak. Memang kalau masuk ke hutan itu akan tersesat, untung hanya 1 bulan.. Ada yang sampai 3 tahun hilangnya lho.." Aku pun bercerita tentang bagaimana aku sampai ke bukit, dan aku menginjak 2 makam. Mama dan papaku pun mengajakku untuk meminta maaf pada kedua suami istri itu. Sejak saat itu aku tidak pernah pergi ke makam itu. 




2

Kini ku langkahkan kaki menelusuri sebuah lorong panjang yang mana banyak akar pohon bergelantungan, tapi anehnya dari mana asal akar pohon ini ? Karena sedari tadi tak ku dapati pohon beringin tumbuh di sekitar lorong itu. Semakin ku langkahkan kaki sedikit demi sedikit cahaya yang menerangi langkahku menghilang, bahkan angin sayup-sayup mulai menggelitik bulu romaku. "Tempat ini sungguh menyeramkan, bagaimana bisa aku sampai di tempat seperti ini..??" gerutuku. Walau aku sebenarnya sangat ketakutan di dalam lorong seorang diri, tapi aku tak ada pilihan lain selain terus berjalan menelusurinya. Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang menggema datang mengetuk jantungku, ku tengok ke kanan-kiri namun tak ku temukan satu orang pun di sana. Ku coba beranikan diri untuk menoleh ke belakang, dengan hati berpacu kencang bak berada di arena balap ku balikkan badanku dan.. seakan-seketika napasku terhenti mendapati sosok makhluk aneh sedang berjalan mendekatiku. Makhluk itu sungguh menyeramkan! Baru kali ini aku melihat makhluk seperti itu. Dia terus berjalan-melayang mendekatiku. Tubuhnya kurus kecil seperti tulang belulang yang hanya diselimuti kain putih lusuh. Mukanya penuh dengan sayatan-sayatan luka, mulutnya menganga mulai mengeluarkan belatung yang berjatuhan dan menempel pada baju lusuhnya. Matanya yang mulai terlepas dari tempatnya mengeluarkan nanah bercampur darah yang terus mengalir bagai aliran air sungai. Aku tak sanggup untuk menatapnya, ingin rasanya aku berlari sekuat tenaga tapi apa yang terjadi padaku, tubuhku seakan menjadi arca tak dapat bergerak sedikit pun bahkan berkata pun aku tak mampu. Dengan jarak seper senti, dia menjulurkan lidah panjangnya yang dipenuhi dengan lintah, "Oh Tidaaak!! Tuhan apa yang terjadi denganku..?" jeritku dalam hati sambil menangis mencoba sebisa mungkin menggerakkan tubuhku kembali dan akhirnya aku mulai bisa berteriak "Tidaaaaak..!!" Rambutnya yang panjang dan lusuh begitu cekatan menjerat kedua tanganku, ku coba melepaskan diri namun terlambat, makhluk itu sekarang tepat di sampingku dengan menampakkan taring tajamnya untuk menggigit leherku. "Aaaaahhh jangaaaaann..!!?" teriakku sekuat tenaga, aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat di leherku, kini aku merasakan darah mulai mengalir membanjiri bajuku. "Tidak, tidak, tidak, apakah aku akan mati? sungguh apakah aku secepat ini akan mati?" Seketika itu juga pandanganku benar-benar gelap, hening dan tak ku dengar lagi suara denyut jantungku. "Mila please sadarlah. Mila ayolah bangun sayang.." Ku dengar sayup-sayup suara memanggilku. Mataku mulai melihat secercah cahaya yang menerangi pandanganku, "Ĺ“apakah aku sudah berada di akhirat..??" kataku bergeming. Suara itu semakin lama semakin jelas terdengar di telingaku. Dan ketika mulai ku coba membuka mata, aku merasakan sakit di leher dan sekujur tubuhku. "Aoouu sakit sekali,,?" kataku. "Kamu sudah sadar Mila? Kamu sungguh sudah sadar..??" seseorang berkata padaku namun pandanganku masih samar sehingga tak ku ketahui siapa orang itu. Setelah mencoba untuk memfokuskan pandangan, akhirnya aku melihat ada mpu sindok di sampingku. "mpu sindok, kenapa aku? leher dan badanku sakit semua,," kataku dengan nada lemah. "Kamu pingsan lama sekali Mila, kamu digigit serangga beracun di lehermu. Tapi tenanglah, dokter sudah memberi penawar dan mengobati lukamu. Sakit yang kamu rasakan di sekujur tubuhmu itu, karena kamu terjatuh di sumur tua waktu kita melihat kos baru yang rencananya akan kamu tempati mil,," terang mpu sindok. "Aku terjatuh? Terus siapa yang menolongku..??" tanyaku. "Awalnya aku yang ingin mengangkatmu seorang diri dari sana tapi kamu terlanjur pingsan di dalam, sehingga aku harus meminta bantuan untuk membantumu ke luar dari sumur itu. Aku bersyukur kamu sudah sadar dan baik-baik saja. Dari tadi malam aku takut sekali kalau sampai kehilanganmu Mila, karena kata dokter racun serangga itu jika tidak ditangani dengan cepat maka bisa membunuhmu. Ternyata Tuhan masih sayang kepadamu, buktinya kamu bisa melawan racun mematikan itu.." Aku hanya diam mendengarkan mpu sindok bercerita. Aku masih sangat lemah untuk mengatakan apa yang ku alami selama aku pingsan. Aku hanya mampu menyunggingkan seyuman kepada mpu sindok yang kemudian disambut dengan pelukan dan kecupan manis di keningku. "Aku tak akan sanggup jika sesuatu terjadi padamu Mila, maafkan aku karena tak bisa menjagamu dari bahaya itu,," kata mpu sindok sambil membelai rambutku. "Iya mpu sindok, nggak apa-apa. Aku tak menyalahkanmu atas kejadian kemarin, aku terlalu ceroboh sehingga tak ku lihat ada sumur di depanku. Ardian, bolehkah aku memejamkan mata lagi? Kepalaku masih terasa sangat berat.." Kataku dengan suara parau. "Tentu. Istirahatlah aku akan menemanimu di sini.." Kata-kata mpu sindok sayup-sayup kembali terdengar di telingaku karena sungguh aku tak tahan untuk tidak memejamkan mataku, aku merasa sangat lelah untuk tetap terjaga. Empat hari sudah aku dirawat di rumah sakit. Dera datang menjengukku, "Aduuh Mila kamu kok bisa sih sampai gini, kamu hampir aja buat jantungku copot tahu. Padahal baru sehari aku pulang ke Surabaya eh tiba-tiba dengar kabar kamu masuk rumah sakit. Aku nggak tenang dan akhirnya mutusin balik ke Jogja kemarin,," cerocos Dera sahabat karibku, dia orangnya selalu berlebihan jika mendengar kabar kurang baik terjadi kepadaku. "Aku gak apa-apa kok Dera, Aku udah baikkan kamu gak usah khawatir ya. Besok aku sudah boleh pulang kok," jawabku dengan seuntas senyuman. "Ehm terus kamu mau pulang ke mana besok..??" Tanya Dera. "Aku juga belum tahu, masih bingung. Yang pasti aku gak pulang ke kosnya mpu sindok tentunya.." Kataku yang kemudian menatap mpu sindok dengan tatapan jahil. "Yah aku tahu, pasti itu yang akan terucap dari mulutnya Mila. Aku tahu dia tak akan mau tinggal bersamaku sebelum ku kuucapkan ijab qabul di depannya,," kata mpu sindok sembari tertawa kecil. Aku yang mendengar perkataan mpu sindok hanya mampu tersenyum dan menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang. Aku harap mpu sindok mengerti apa yang aku pikirkan sekarang. "Ya udah kalau gitu kamu sementara tinggal bareng aku aja Mila, sampai kamu benar-benar pulih dan dapat tempat baru. Tenang saja aku akan merawatmu,," kata Dera seraya memelukku. Esok pun telah tiba, Dera dan mpu sindok sudah menjemputku di rumah sakit menuju rumah Dera. Sepi. Satu kata batinku ketika sampai di rumahnya. "loh kok rumah kamu sepi, Ra? Di mana Kak Dian dan Mbak Eka.." "Oh, mereka kan masih berlibur di Surabaya Mil, aku aja yang balik duluan ke sini karena khawatir dengan kondisi kamu," jelas Dera. "Aduuh, maafkan aku yang telah merusak liburan bersama keluargamu ya, Ra. Aku jadi ngerasa nggak enak,," sesalku. "Tak apalah, Mama dan Papa juga yang menyuruhku balik ke sini untuk menjenguk dan menjagamu kok. Mereka juga khawatir dengan kondisi kamu Mil,," jelas Dera. Pandanganku beralih pada mpu sindok terlihat begitu sangat kelelahan setelah sedari tadi membantu memasukkan barang-barangku masuk ke Rumah Dera. Matanya juga sembab, mungkin karena kurang tidur gara-gara menungguiku selama di rumah sakit. Aku bersyukur punya tunangan baik seperti dia, kita baru saja tunangan 6 bulan lalu setelah menjalin hubungan 3 tahun. Dia selalu ada di sampingku dan selalu mendengarkan keluh kesahku. Aku sangat beruntung bisa mengenalnya. Mungkin setelah aku resmi menyandang gelar S1 nanti Kita akan memutuskan untuk membina rumah tangga. Walau usiaku baru 23 tahun dan dia 26 tahun, tapi kita yakin sudah siap untuk selalu bersama melangkah menuju masa depan nanti. Bahkan aku dan dia mempunyai impian untuk mempunyai anak kembar laki-laki dan perempuan, kita sering membicarakan kehidupan seperti apa yang nanti akan kita jalani. Sampai terkadang Dera iri melihat kita berdua, "Mil, kamu dan mpu sindok kok selalu bahagia seperti nggak ada masalah. Iya, sesekali bertengkar gitu..?? Aku hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan Dera. Sebenarnya Aku dan mpu sindok seperti pasangan pada umumnya. Pernah yang mengalami marahan, saling cemburu, dan saling menyalahkan. Akan tetapi kami tak akan bisa kalau mendiamkan satu sama lain terlalu lama, setelah kita marah kita selalu berdiskusi berdua dengan menyidang diri kita sendiri mencari tahu apa penyebab kita marahan dan mencari tahu solusi terbaik apa yang harus kita lakukan. Intropeksi. Sampai terkadang kita saling menghukum satu sama lain jika memang kita berdua benar-benar melakukan kesalahan yang tak bisa untuk ditoleransi lagi. Dera menepuk pundakku. "eh iya ada apa Ra..??" tanyaku dengan nada kaget. "Kamu ngelamunin apa? Itu mpu sindok sepertinya kehausan kamu ambilkan minum buat dia, aku akan membereskan kamar untukmu.." untuk kemudian meninggalkanku menuju lantai atas. Ku ambilkan segelas jus jeruk untuk mpu sindok, Aku tahu dia sangat menyukai jus jeruk di kala kehausan. "mpu sindok nih minum dulu, kamu pasti kehausan banget,â€? kataku sambil memberikan segelas jus jeruk kepadanya. "Oh iya, makasih Sayang,â€? katanya sembari meminum jus jeruk itu sampai habis. "Kamu istirahat di sini aja yah, kamu kelihatan lelah sekali nanti aku akan minta izin Dera untuk meminjamkan kamar Kak Dian buat kamu istirahat,," ucapku sambil mengusap lembut rambut mpu sindok, sudah lama sekali rasanya aku tak memperhatikan keadaan mpu sindok. Beberapa minggu ini aku sibuk dengan skripsiku dan mencari tempat kos baru yang harganya jauh lebih murah dari kos lamaku. Ini aku lakukan karena aku ingin mencoba untuk hidup lebih sederhana lagi sebelum aku benar-benar menjadi istri untuk mpu sindok. Karena aku tak tahu apakah kita akan hidup berkecukupan, berkelebihan atau bahkan kekurangan nantinya, walau mpu sindok telah melarangku dan menawarkan untuk menanggung biaya kehidupanku tapi aku ngotot tak mau menerima bantuannya. Aku tahu dia sudah menjadi pekerja sukses, tapi aku tak ingin dia membiayaiku sebelum aku sah menjadi istrinya. Lebih baik dia menabung uangnya untuk masa depan kita nanti. "Gak usah aku balik kos aja, masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Beberapa hari ini aku izin masuk setengah hari jadi banyak kerjaan yang menumpuk,," jelas mpu sindok. "Pasti ini semua gara-gara aku yah..??" Kataku dengan nada bersalah. "Kamu nggak usah mikirin gitu, kamu adalah segalanya bagiku jadi aku tak mungkin menomorduakan kamu dengan pekerjaanku. Kamu adalah hidup dan masa depanku jadi aku akan selalu menjagamu.â€? mpu sindok selalu menenangkan hatiku. Ku peluknya erat mpu sindok dan berharap waktu berhenti saat itu juga, karena aku merasa sangat merindukannya. Tiba-tiba terdengar Dera memanggilku, "Mil, kamar atas sudah siap. kalau kamu mau istirahat masuk aja aku mau mandi dulu.." "Iya Ra, makasih.." mpu sindok pun berpamitan pulang, aku merasa sangat lelah juga. Ku putuskan untuk istirahat sejenak di kamar yang telah dibereskan Dera untukku. Aku terbangun oleh sinar mentari pagi ini. Terkejut mendapati diriku yang sedang berada di tengah hutan seorang diri. "loh kenapa Aku bisa berada di sini? Bukannya aku sedang berada di rumah Dera. Bagaimana mungkin aku bisa sampai di tengah hutan seperti ini? Jangan-jangan Aku masih bermimpi..?? Ku pukul mukaku berkali-kali berharap ini benar hanya mimpi tapi, "Aaoouu" aku merasakan sakit, aneh sekali aku bingung dengan kenyataan ini. Ku dengar suara HP berdering, "Itu seperti suara handphone-ku.." kucari asal suara itu, ku dapati handphone-ku terjatuh di tempat di mana aku terbangun. Terlihat nama Dera memanggilku, "Iya hallo Ra..??" "Mil kamu di mana? Kenapa kamu tadi malam pergi nggak bilang-bilang? Aku kaget ketika membuka pintu kamarmu kamu nggak ada. Aku tanya mpu sindok malah nggak tahu.." Mendengar perkataan Dera aku semakin bingung apa yang terjadi kepadaku. "Aku juga bingung Ra, aku barusan tersadar dan kaget melihat sekelilingku adalah hutan,," terangku. "Apa hutan? Kamu sekarang ada di hutan..??" Tanya Dera dengan nada terkejut. "Iya, aku di tengah hutan Ra, aku sendirian di sini. Aku nggak tahu ini hutan di mana? Aku takut Ra.." Terdengar suara Dera bicara dengan seseorang. â€Ĺ“Dia bilang dia ada di hutan, bagaimana mungkin dia bisa sampai di tengah hutan..?" Kemudian suara Dera terdengar jelas kembali "Oke, gini aja, sekarang kamu aktifin GPS kamu, biar aku dan mpu sindok bisa melacak di mana keberadaanmu. Kamu pastikan Hp kamu selalu aktif oke Mil..??" "Iya Ra, bentar ini aku aktifkan GPSku.." Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang mengagetkanku, "Hee suara apa itu.." "Ada apa mil, kamu dengar suara apa..?" tanya Dera dari seberang. "Nggak tahu Ra, tadi aku dengar suara teriakan seseorang..?" Dan tiba-tiba hari mulai gelap, "Apa yang terjadi kenapa pagi bisa berubah cepat menjadi malam.." Pikirku. Tak ku sangka ada sesosok yang mengamati gerak-gerikku dari tadi, bulu kudukku mulai merinding. Aku berbisik bicara kepada Dera, "Ra, hari tiba-tiba mulai gelap, dan ada sosok yang mengamatiku dari tadi. Aku benar-benar takut Ra." Hembusan angin membelai rambutku suara dengusan tiba-tiba terdengar dekat di telingaku, dan apa yang terjadi sudah ada makhluk yang mengerikan itu di belakangku, "Aaaaaahh.. Tidaaaaaakk.." Teriakku sekuat tenaga. "Ada apa Mil? Mila kamu kenapa..??" Suara dari seberang tak ku hiraukan lagi aku berlari meloloskan diri dari makhluk itu namun secepat kilat makhluk itu telah berhasil mencengkeram tangan kiriku, dengan kuku tajamnya dia mempererat cengkeramannya. Kulitku seakan mengelupas terkena sayatan kuku tajamnya "Aoouu sakit sekali,," rengekku. "Mil jawab aku," kali ini suara mpu sindok, tapi aku tak bisa berkata apa-apa karena sekarang nyawaku telah kembali terancam. Ku lihat batang pohon di dekatku, ku ambil dan ku pukul makhluk itu. Namun tetap saja makhluk itu tak melepaskan cengkeramannya aku hanya bisa berdoa dan terus berdoa agar dapat lolos dari cengkeraman makhluk itu. Aku tak menyangka ternyata semua kejadian yang ku alami kemarin adalah nyata. Akhirnya aku berhasil meloloskan diri. Aku berlari dan terus berlari tanpa adanya tujuan harus ke mana. Tuhan, aku harus lari ke mana lagi? Aku tersesat di hutan ini sendirian, aku tak tahu harus meminta pertolongan siapa? Aku lari dengan sekuat tenaga yang masih tersisa. Makhluk itu masih terus mengejarku dia terus tertawa dan berteriak marah kepadaku. Aku benar-benar sangat ketakutan, sampai ku rasakan tenagaku mulai melemah untuk terus berlari darah yang mengalir dari tanganku telah menghabiskan sebagian tenagaku, dan sekarang semuanya semakin gelap sampai akhirnya aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu. Yang ku rasakan sekarang hanya lelah untuk membuka mataku dan aku benar-benar tak berdaya untuk menggerakkan tubuhku. Sekarang aku berada di pemakaman, tak hentinya air mataku terus mengalir membasahi pipiku. Mulutku terbungkam selama 2 hari ini, aku hanya bisa menangis dan terus menangis. "Mila sayang kamu yang sabar ya, Mama tahu kamu sangat kehilangan mpu sindok tapi kamu nggak boleh nyiksa diri kamu dengan terus berdiam diri seperti ini,," kata Mama sambil terus memelukku. Mama dan Papaku menyusulku ke Jogja setelah mendengar kabar mpu sindok meninggal. Dera yang baru datang ke pemakaman langsung mendekapku erat dan mulai menangis, "Mila kamu jangan terus begini, aku tahu ini sangat berat untukmu tapi kamu harus tahu bahwa ini adalah pengorbanan mpu sindok untukmu karena dia sangat mencintaimu. Jadi kamu harus kuat dan meneruskan hidupmu," Dera mulai terisak-isak. Aku hanya diam dan mematung menyaksikkan pemakaman sampai selesai, bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada mpu sindok di pemakamannya pun aku tak mampu. Setelah sadar dari pingsan ketika mengetahui mpu sindok telah meninggalkanku untuk selamanya, Dera bercerita apa saja yang terjadi setelah tiba-tiba aku menghiang dari rumahnya, jadi setelah telepon dariku terputus, Dera dan mpu sindok mencariku melalui GPS namun keberadaanku tidak terdeteksi di mana pun. Mereka memutuskan melaporkan kehilanganku ke polisi. Keesokan harinya tiba-tiba ada seorang wanita lesbi  tua mendatangi Dera dan mpu sindok. wanita lesbi  itu memberitahu bahwa aku terjebak di dunia lain. Makhluk yang menyekapku di dunia lain dulu adalah pemilik rumah akar yang meninggal karena menjadi tumbal oleh suaminya sendiri. Anak semata wayangnya dibunuh oleh suaminya sebagai tumbal juga tapi tidak di sumur tua itu, tepatnya di kamar kos yang hendak ku tempati. Sehingga makhluk itu tak dapat bersatu dan bertemu dengan anaknya di dunia lain. wanita lesbi  itu juga berkata bahwa aku mirip dengan anak makhluk akar ini , sehingga ketika melihatku pertama kali membuatnya terobsesi untuk membunuhku agar aku bisa tinggal menemaninya. Mendengar itu semua mpu sindok memutuskan untuk pergi menyelamatkanku dengan nekat masuk ke dalam sumur untuk mencoba melawan makhluk itu karena ia yakin bahwa sumur tua ini  adalah penghubung menuju dimensi dunia lain. Benar yang dipikirkan mpu sindok karena saat aku tersadar di Rumah Akar itu ku lihat mpu sindok di sampingku tapi aku merasa ada yang aneh dengan mpu sindok, kulihat dia begitu pucat. "mpu sindok kamu kenapa?â€? Tanyaku, tapi dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, "Kamu yakin nggak apa-apa.." Dia mengangguk. "Lalu bagaimana bisa kamu menemukanku..??" kulanjutkan pertanyaanku, namun mpu sindok hanya diam mematung kemudian pingsan. "mpu sindok kamu kenapa? mpu sindok bangun.." mpu sindok tak bergerak sedikit pun. Aku panik dan histeris berteriak meminta pertolongan. "Toloong.. Tolooong.. Siapoa pun yang ada di sini Toloonng..!!!" Aku tak berdaya untuk bangkit dan mencari pertolongan ke luar karena tanganku tak bisa ku gerakkan bahkan darah masih mengalir membanjiri tubuhku. Beberapa menit kemudian ada warga yang menolong kami. Kami langsung dibawa ke rumah sakit. Aku mengalami patah tulang yang cukup serius, dan mpu sindok masih di ruang operasi dia mengalami luka di bagian perut dan kepalanya. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada mpu sindok dan diriku. Hanya doa yang dapat aku lantunkan, Tuhan tolong selamatkan mpu sindok. Dia adalah orang yang sangat aku sayangi, jangan biarkan dia meninggalkanku. Dokter telah ke luar dari ruang operasi, â€Ĺ“Bagaimana keadaan mpu sindok dok?â€? Tanyaku cemas. "Dia banyak sekali kehilangan darah, kita berdoa saja semoga dia baik-baik saja,," jawaban dokter membuatku lunglai tak berdaya. Ku putuskan masuk ke dalam ruang operasi untuk melihat kondisinya. Ku dapati dia masih belum sadarkan diri, ku dekap tangan mpu sindok dan ku kecup keningnya. "mpu sindok sayang kamu harus cepat sadar, jangan pernah coba untuk tinggalin aku,," tak terasa air mata mulai mengalir di pipiku. Aku pun semakin terisak-isak dalam tangisan, tiba-tiba tangan mpu sindok bergerak. "mpu sindok kamu sudah sadar.." mpu sindok tersenyum kepadaku kemudian berkata. "Syukurlah kamu baik-baik saja Mila." Mendengar perkataannya aku pun marah, "mpu sindok please, sekarang aku tanya keadaan kamu! bukan malah kamu balik tanya gimana keadaanku. Aku takut kamu kenapa-kenapa,â€? kataku kemudian menangis dan memeluknya erat. Tangan mpu sindok membelai rambutku kemudian berkata, â€Ĺ“begitu pun aku juga sangat mengkhawatirkanmu Mila. Sejak kamu menghilang aku seperti kehilangan separuh jiwaku. Tapi saat aku masuk ke dimensi lain dan menemukanmu itu membuatku cukup lega. Sekuat tenaga aku coba melawan makhluk itu. Walau akhirnya aku terluka tapi aku berhasil membakarnya hingga lenyap dan kita dapat kembali ke alam kita sekarang. Jadi mengetahui kamu baik-baik saja sekarang adalah kebahagiaan yang luar biasa aku rasakan saat ini,â€? terang mpu sindok. "mpu sindok terima kasih kamu telah menolongku. Aku sangat mencintaimu, mpu sindok jangan pernah sekali-kali terluka di depanku, Oke.." mpu sindok pun tersenyum, "Kamu juga, Oke.." Kami pun saling tersenyum bahagia. Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama karena 1 jam kemudian tiba-tiba mpu sindok kritis,,"Oh Tuhan apa yang terjadi? Dokter, dokter.." Teriakku. Dokter masuk ke ruangan dan berkata bahwa kondisi mpu sindok tiba-tiba memburuk ini akibat adanya luka yang sangat besar di jaringan otak dan lambung mpu sindok. Oh tidak! itu tak mungkin terjadi, aku panik dan terus menangis melihat kondisi mpu sindok. Dan kenyataan buruk pun akhirnya terjadi tepat pada jam 2 dini hari, mpu sindok menghembuskan napas terakhirnya. Duniaku seakan hancur seketika. Pingsan. Aku benar-benar belum siap menerima ini semua. Apalagi saat ku ketahui bahwa mpu sindok telah membeli rumah untuk kado pernikahan kita nanti. Jadi selama ini dia rela tinggal di kos hanya untuk membelikan rumah impian kita. Tapi kenapa takdir sangat kejam merenggut semua impian dan kebahagian itu?





3

Di pucuk taru menyan, secercah bola api melayang di udara. Ternyata... bola api itu berbentuk potongan kepala! Lidahnya terjulur panjang. Giginya runcing, dan tajam. Potongan kepala itu menghujam ke akar pohon, mengorek mayat-mayat yang diletakkan di bawah pohon kemenyan itu... Grrrrrh!!! "Aaaaaaaakh!!! Stooooppp!!.." Alta menjerit histeris sambil menutup telinganya dengan bantalan kursi mobil. Huahahahaha... Tawaku meledak mendengar lengkingan kengerian Alta. Alta memang pengecut. Jangankan mendengar cerita seram karanganku. Dengar suara gemerisik angin saja, bisa bikin dia terkencing-kencing di celana! "Gurauanmu enggak lucu, Kelandra.." seru Nyoman Kanti dari jok depan. Aku tersenyum sinis pada sepupuku itu. "Kenapa? Kamu juga takut pada cerita leak itu? Aaaah, kamu dan Alta sama saja! Chicken! Petok, petoook....." ledekku sambil mengepak-ngepakkan sayap, eh... lenganku! Nyoman Kanti langsung berbalik ke arahku, yang duduk di jok tengah. Dia menjulurkan lidahnya dengan kesal. Sebetulnya, aku etahu Kanti pemberani. Dia pernah membongkar penyamaranku sebagai hantu saat kami berlibur ke Malang setahun lalu. Padahal saat itu, Alta hampir pingsan. Tetapi, meski pemberani, Kanti gentar mendengar cerita leak. Makhluk jadi-jadian berbentuk kepala melayang kepercayaan rakyat Bali. Hihihi... mungkin karena Nyoman Kanti keturunan Bali! Ayah Kanti memang orang Bali asli. Sedangkan ibunya adalah budeku, juga bude Alta. Jadi, kami bertiga adalah saudara sepupu. Kebetulan saat ini, aku dan Alta sedang berlibur di rumah keluarga Nyoman Kanti di Gianyar, Bali. "Hmmm, aku enggak yakin kamu bakal seberani ini kalau kita sampai di Trunyan nanti.." cibir Nyoman Kanti padaku. "Kita liat saja nanti, siapa yang bakal lari terbirit-birit kalau mayat-mayat di Trunyan bangkit! Atau... kalau ada leak yang memangsa mayat-mayat itu! Hiiiiiyyy!!!.." aku mulai menakut-nakuti Alta lagi. "Uuuugh! Kelan jahat!!.." Alta memukulku dengan bantal. "Aku mau pulang, Kanti... aku enggak jadi ikut ke Trunyan, deeeh.." rengek Alta. "Sudah, sudah...Kita hampir sampai, masak mau pulang lagi..?"seru Bli Wayan menengahi sambil terus mengemudi. "Trunyan tidak seram, kok. Itu kan, daerah wisata. Banyak turis yang ke sana.." Bli Wayan adalah kakak Nyoman Kanti yang tertua. Bli Wayanlah yang akan mengantar kami menuju Trunyan. Sebuah desa yang terletak di tengah Danau Batur, Kecamatan Kintamani. Desa itu terkenal karena tata cara penguburan jenazahnya yang unik. Biasanya, di Bali, jenazah manusia dibakar dalam upacara Ngaben. Sementara di Trunyan, jenazah diletakkan di bawah taru menyan atau pohon kemenyan. Pohon itu mengeluarkan bau yang harum, sehingga menyerap bau mayat yang diletakkan di bawahnya. Sebetulnya, cerita tentang mayat-mayat Trunyan itu cukup meremangkan bulu kudukku. Tetapi, karena Nyoman Kanti menantangku pergi ke sana, mana mungkin kutolak?! Gengsi, dooong! Tak lama kemudian, kami sampai di tepi Danau Batur. Bli Wayan memarkirkan mobil dekat dermaga. Para pedagang asongan langsung menyerbu mobil sambil menawarkan barang. Untunglah di perjalanan tadi, Bli Wayan sempat memberitahu kami. Banyak pedagang yang suka memaksa di Trunyan. Kami cukup mengatakan "tidak" dan pergi. Namun, saran Bli Wayan tak terlalu mempan. Meski kami mengatakan "tidak" berkali-kali, para pedagang asongan itu tetap gigih menguntit kami. Bli Wayan juga langsung dikerumuni para calo perahu penyeberangan. Setelah tawar menawar harga dengan calo, Bli Wayan mengajak kami menuju perahu. Aku dan Nyoman Kanti naik ke perahu satu persatu. Tiba giliran Alta. Tetapi dia malah diam saja. "Aku... aku enggak jadi ikut.." ujar Alta gemetar."Hu-uh... dasar pengecut.." Masak lihat mayat aja takut?.." gerutuku kesal."Tidak apa-apa, Alta... kan, ada Bli yang menjagamu! Lagipula, apa Alta mau menunggu sendiriandi dermaga ini..?" tanya Bli Wayan lembut. Alta melihat ke sekeliling. Pedagang-pedagang yang mengepung perahu makin semangat menawarkan dagangannya.Tentu Alta akan berpikir seribu kali untuk tinggal di dermaga seorang diri. Alta buru-buru naik ke perahu. Perahu boat kami pun segera meluncur ke tengah danau. Perahu itu seolah membelah danau yang sunyi, menyusuri lereng Bukit Abang yang menjulang tinggi. Kami takjub menatap keindahan Danau Batur. Hanya Alta yang kelihatan tegang. Tiba-tiba, muncul niat isengku untuk menakut-nakuti Alta lagi. "Kamu tau... mayat paling suka sama manusia penakut. Ketakutan manusia bisa jadi energi bagi mayat untuk bangkit dan mencekik manusia itu....." Wajah Alta tampak kaku, bibirnya kelu. Hohoho... Alta jadi kelihatan lucu! Setelah tiga puluh menit berperahu, tampak sebuah desa dengan pemukiman penduduk di tepi danau. Namun, kami tak singgah di desa itu. Perahu boat terus melaju menuju ke daratan yang hijau diselimuti pepohonan. Wajah Alta makin tegang. Aku jadi tergoda untuk kembali menjahilinya. Diam-diam, aku bergeser ke tepi perahu, mendekati punggung Alta. Pelan-pelan tanganku mencengkeram tengkuk Alta untuk mengejutkannya. "Aaaaaa.." Alta mendorongku spontan. Hwaaa... aku hilang keseimbangan, dan... BYURRR!!! Tubuhku melayang jatuh ke dasar danau yang dalam... Blpp... Aku tenggelam! Aku menggapai-gapaikan tanganku, namun tubuhku malah makin tenggelam.



4

. Ku susuri lorong belakang sekolahku, seusai jam kegiatan tambahan. Gelap menyelimutiku sore ini, membuat jantungku berdetak kencang. Bulu kudukku berdiri, mengingat betapa seramnya kisah masa lampau dari bangunan tua ini. Ya! Sekolahku memang dulunya milik belanda. Pintunya yang tinggi besar dengan arsitektur bangunan yang berlorong-lorong benar-benar berpadu, membuat nyaliku semakin ciut. Aku sendiri di sini! Teman-temanku telah bergegas ke peraduan, sejak mentari masih menginjakkan kakinya tepat di atas bumi sekolahku. Hembusan angin yang masuk melalui celah-celah lorong di sini, membuat langkah kakiku semakin berat. Aku terus berjalan dengan sikap waspada, seakan ada sepasang mata yang sedang memperhatikanku. Sesekali ku arahkan pandanganku ke seluruh penjuru, namun hasilnya tak ku dapati apa-apa. Psst! Langkahku terhenti, sesuatu menabrak pikiranku. Darah dalam tubuhku, nyaris tak lagi mengalir. Air mukaku menggambarkan, betapa rasa itu mengusik otakku, Ya! Rasa takut itu semakin menghantuiku ketika kudengar sebuah suara memanggilku dalam kesendirian. "Rea.. Rea..??" Hatiku menjerit. Suara siapa itu? Bukankah aku hanya seorang diri di sini? Singkat saja, ku putuskan segera mempercepat langkahku meninggalkan bangunan tua penuh misteri ini. Mulutku tak henti-hentinya berkomat-kamit membaca doa, mengiringi langkah kaku kakiku yang kian lama kian cepat. Napasku tertahan. Hatiku berdebar-debar. Keringat dingin bercucuran di tiap sisi tubuhku. Dari tempatku berdiri, ku dapati sesosok bayangan berambut panjang sedang berdiri di ruas lorong ini, di dekat jendela. Dari struktur tubuhnya, dapat ku pastikan bahwa ia seorang perempuan. Ia tinggi dan kurus. Sempat pandanganku jatuh pada gaun yang dipakainya, indah, anggun, kedua kaki perempuan itu tertutupi olehnya, ia seperti pejabat londo. Mungkinkah ia yang memanggilku tadi? Ah, tapi siapa gerangan dia ini? Bukankah, aku hanya sendiri? Mataku telah berkelana, dan aku tidak menemukan siapapun, tadi. Ada rasa penasaran yang membersit dalam hati kecilku. Ah! Tapi, bisa apa aku? Aku pun perempuan! Nyaliku tak sebesar itu untuk memastikan semuanya! Pikiran-pikiran buruk kembali merasuki otakku. Bagaimana, kalau dia ini. Akhirnya tiga per empat dari lorong ini telah ku susuri. Sejenak, ku hentikan langkahku untuk mengambil napas. Aku benar-benar terengah-engah. Ku sandarkan punggungku yang mulai terbasahi keringat dingin ke dinding besar di samping ruang karawitan. Bayang perempuan tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku. Ya Tuhan, siapa dia ini? Sepertinya baru kali pertama ini aku melihatnya. Apa dia penghuni bangunan tua ini? Aku pun tak melihat kakinya, tadi. Ah, iya! Kakinya! Di mana kakinya? Aku teringat akan beragam cerita hantu yang biasa ku dengar. Penulisnya selalu mengatakan, hantu-hantu ini  benar-benar tak bisa menyentuh tanah, mereka terbang. Kakinya seringkali tak terlihat. Di tengah rasa penasaran yang membayangiku, tiba-tiba.. Ngiek!! "Masya Allah.." Aku tersentak. Mataku tertuju pada pintu di sisi dinding yang menyanggaku kala ini. Pintu ruang karawitan! Bagaimana bisa? Pintu besar yang telah lapuk dimakan waktu ini tiba-tiba terbuka. Jeritannya seakan semakin mengiris-iris nyali kecilku. Sontak, ku lemparkan pandanganku padanya. Ah! Tak ada siapapun di sana! Belum hilang rasa takutku, sebuah bau harum berlari ke arahku, menyusul denyitan si pintu usang. Dingin! begitulah yang ku rasakan saat ini. Sendiri, di tengah lorong sekolah tua yang menyimpan jutaan cerita. Yang mungkin hari ini akan ku temukan jawabannya. Dari dalam sini, ku dengar hujan menurunkan amarahnya. Petir demi petir menggelegar bersahut-sahutan. Suara-suara ini  berpadu dengan suara gamelan misterius yang seketika datang dari dalam ruang karawitan. Mereka berpadu, membentuk satu kesatuan instrumen inti yang setiap tekanannya menghasilkan irama yang begitu sempurna. Mereka berhasil membuat seluruh tubuhku bergetar. Bahkan untuk berlari pun, rasanya tak ada sedikit pun energi yang masih tersisa, seluruh tubuhku layaknya digembok, aku tak mampu lagi. Diam. Hanya itu kalimat terakhir yang ku rasakan adanya. Aku tak bisa mengingat lagi kejadian setelahnya. Kepalaku sakit. Saat kesadaranku kembali, hanya hangat yang ku rasa. Ya! Dingin yang menyelimuti sebelumnya, kini beralih menjadi rasa hangat yang begitu berarti, ini tak kan ku lupakan hingga nanti. Ku lihat tempat tidurku kini menjadi danau. Baunya yang pesing, sungguh menyiksa hidung. Memalukan, ternyata semua ceira panjang ini hanyalah mimpi yang berakhir pada sebuah danau air panas. Aku ngompol!





5

Dulu waktu kecil aku pernah punya pengalaman yang menyeramkan, mungkin pengalaman ini tidak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku. Pengalaman menyeramkan ini terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu ketika aku menghabiskan masa kecilku di daerah Batu Nunggal. Waktu itu aku masih berumur 8 tahun, dulu aku tidak pernah takut apapun bahkan jika ada anak laki yang nakal denganku. Aku sering membuat mereka sampai menangis, apalagi sampai yang namanya hantu. Dulu aku menganggap hantu itu hanya ada didalam televisi, akan tetapi perkiraanku ternyata salah. Sore itu aku sedang bermain petak umpat bersama temanku. Aku bersembunyi di sebuah halaman rumah yang kelihatannya seperti biasa saja, tapi asal kalian tahu waktu itu aku bersembunyi disebuah halaman rumah yang tidak berpenghuni alias rumah kosong dan saat itu aku tidak berpikir apapun. Yang aku tau, aku harus bersembunyi agar tidak diketahui dan ditemukan oleh temanku. Dari jauh aku mendengar suara temanku yang sedang mencariku, aku semakin panik karena suara temanku semakin dekat. Aku mulai celingak-celinguk mencari tempat yang lain dan tidak akan ditemukan sampai mataku melihat sebuah tempat yang menurutku jika aku bersembunyi disitu pasti tidak akan pernah ditemukan, yaitu didalam rumah ini . Aku bergegas masuk kedalam rumah itu, tanpa ada rasa takut sekalipun. Aku masuk kedalam rumah itu dan kebetulan rumah itu tidak dikunci. Pintu rumah agak rusak untuk dikunci ataupun ditutup, aku masuk kedalam rumah itu dan bersembunyi didekat jendela supaya aku bisa mengintip dan benar saja dari jendela itu aku melihat temanku sedang mencariku. Dibelakangnya berdiri beberapa temanku yang sudah ditemukan, mereka berjalan ke arahku dan mungkin mereka melihat bayanganku dikaca. Tanpa banyak gerakan, aku pun mencari tempat yang lain untuk bersembunyi. Mataku melihat ke kanan dan ke kiri untuk melihat tempat lain, rumah kosong itu cukup besar dan berdebu. Lantainya sudah banyak yang rusak dan selain itu aku melihat ada beberapa furniture yang sudah tidak berbentuk lagi. Kursi tua yang reyot, lampu-lampu tua yang juga kotor sampai mataku mengarah kepada suatu benda dan benda itu seperti kotak panjang. Tidak terlalu besar, kotak itu tampak tersembunyi dibawah tangga rumah yang sudah hancur dibagian tengahnya dan membuat siapapun tidak bisa naik ke lantai atas. Aku hampiri kotak itu, kotak panjang yang tampak sangat aman untuk bersembunyi. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kedalamnya. Kotak ini sangat nyaman, apalagi dasar kotak yang sangat lembut. Aku merebahkan diri didalam kotak itu dan kepala menyentuh seperti bantalan penyangga. Sungguh sangat nyaman, tenang dan aku tiduran sambil menunggu teman-temanku menemukanku. 5 menit, 15 menit, aku mendengar suara orang melangkah dan suara teman-temanku mencariku. Tapi kenapa mereka tidak menemukanku, aku senyum-senyum didalam kotak. Kotak panjang itu yang didalamnya seperti kasur, dan perlahan mataku terkantuk. Aku pun tertidur didalam kotak itu, sampai astaga aku terbangun kaget. Entah berapa lama aku tertidur didalam kotak itu, udara didalam kotak itu semakin pengap dan aku mulai merasakan kedinginan. Tanganku mendorong kotak penutup itu dan kotak yang aku tiduri itu tidak bisa terbuka. Aku terus mendorong dan memukul-mukul kotak itu. Ditengah kepanikan ini , aku mendengar seperti suara orang sedang menangis. Suara tangisan seorang perempuan, tapi aku tidak tau dari mana asalnya dan aku terus mendorong kotak. Waktu itu aku mengira suara tangisan itu berasal dari luar kotak, tapi ternyata bukan. Suara itu berasal dari dalam kotak ini, dan benar saja ketika aku mulai menyadari ternyata dibagian bawah kotak ini bukanlah busa. Melainkan aku tidur diatas tubuh seorang manusia, aku bisa merasakan bagian-bagian tubuhnya. Perlahan aku melihat ke bagian atas dan seraut wajah menyeramkan muncul, wajah itu berwarna gelap dan sangat menyeramkan. Wajah ini  tertutup sebuah kain putih dengan bagian atas yang terikat. Aku kemudian memperhatikan mukanya yang lebam dan tiba-tiba mata makhluk itu terbuka lebar dan dia menatap ke arahku. Aku tidak tau jam berapa, aku juga tidak tau apakah temanku masih berada di rumah ini dan aku terus teriak minta tolong. Suasana di dalam kotak ini gelap, tapi kenapa wajah menyeramkan itu bisa terlihat jelas olehku. Samar-samar aku mendengar suara orang menangis lagi, kali ini lebih terdengar karena memang suara tangis itu berasal dari tubuh yang berada tepat dibawah tubuhku. Aku terus mendorong kotak itu lalu suara tangis itu terdengar lebih kencang namun kotak ini masih belum mau terbuka. Aku memejamkan mata, seketika suasana menjadi hening. Aku mulai menggerakan bibirku, mulai membaca doa sambil dengan sekuat tenaga dan dengan satu tendangan akhirnya kotak itu terbuka. Suasana dalam rumah ini sangat gelap, sepertinya aku sudah tidur dalam beberapa jam. Aku membuka pintu dan benar saja memang sudah malam. Aku tidak tau berapa lama aku tertidur didalam kotak, cahaya bulan menembus pintu rumah itu dan cahaya langsung menyinari kotak tempat aku bersembunyi tadi lalu kotak tempat aku bersembunyi itu adalah peti untuk orang mati. Kemudian kotak itu bergerak-gerak dan dari kotak itu muncul sesosok makhluk yang tadi bersamaku didalam kotak. Sekujur tubuh makhluk itu terbungkus kain kafan putih, dengan muka yang lebam dan mata yang sudah terlihat hanya bulatan hitam. Aku terus berlari dan dalam hitungan detik, dia sudah ada dihadapanku dan aku terus berlari melewati makhluk itu. Sepertinya dia terus mengejarku, setelah berhasil keluar dari rumah itu. Aku sangat kaget ketika aku sampai dirumah, ibu menyambutku dengan tangis histeris sambil memeluk aku dan bertanya terus menerus dari mana aku, kemana saja aku, sudah makan atau belum. Tapi aku hanya terdiam melihat pemandangan itu, abangku pun lalu memeluk aku dan ayahku berkali-kali sujud syukur lalu setelah aku sedikit remaja. Ibuku lalu bercerita, kalo waktu itu aku sudah hilang berhari-hari dan ibu sempat menanyakan semua teman-temanku dan kata mereka aku sempat masuk kedalam rumah kosong itu. Dan dari situ aku baru tau, kalo hantu itu ada dan katanya aku disembunyikan oleh mereka. Aku masih sangat ingat dari kejadian masa kecilku, peti mati dan rumah kosong itu sampai sekarang aku masih tinggal di Batu Nunggal. Bahkan setiap hari aku masih sering lewat didepan rumah itu, kadang bayangan akan makhluk itu selalu hadir ketika aku melewati rumah itu.





6

Ini kisah nyata yang benar-benar aku alami 5 (lima) tahun yang lalu. Sampai kemarin aku belum dapat melupakan kejadian yang benar-benar nyata ini. Sekian lama aku tidak menceritakan kepada siapa pun sebelum akhirnya pada hari ini aku sampaikan melalui forum kita tercinta ini. Kejadiannya sekitar tahun 1320 , aku lupa tanggal, bulan dan harinya karena seluruh bon dan biaya perawatan diserahkan untuk klaim ke tempat ku berkerja. Berikut kejadian yang benar-benar nyata itu. Aku bertugas di tempat-tempat khusus dan unik, aku ditempatkan di Kota Medan. Oleh karenanya keluarga ku tidak dapat ikut serta tinggal bersama ku, bertahun-tahun, kecuali kami bertemu sebulan sekali. Kadang aku ke tempatnya kadang juga istriku berkunjung ke kota itu bersama buah hati ku yang masih kecil-kecil dua orang. Di rumah itu, aku ditemani bibi yang bantu membereskan rumah, nyuci, ngepel, nyetrika. Ia pulang sore setiap hari ke rumahnya yang tidak jauh dari komplek kami. Dan ia sudah 3 tahun membantu ku, bisa dipercaya sehingga aku juga turut membantu menyekolahkan anaknya yang masuk sekolah pertapaan . Suatu hari aku mendapat tugas untuk melakukan perjalanan ke "Kota Minyak.." Pangkalan Berandan, selama 3 hari utnuk urusan ke sebuah Badan Usaha Milik Negara. Malam sebelum berangkat -seperti biasanya- aku sendiri menikmati hari-hari ku. Membaca, menuiis, mendengar berita dan melihat-lihat album kenangan. Kadang aku hilir mudik di ruang tamu rumah ku sambil memandang sepatu dan sendal anak-anak ku yang masih kecil (usia 5 tahun dan kurang 1 tahun pada saat itu). Malam itu aku tidak bisa tidur. Hati ku berdebar hebat tidak karuan. Aku kira ada gangguan kesehatan dalam diri ku. Aku mencoba bersemangat dan menghibur diri sambil mengingat anak-anak ku yang lucu. Mata terpejam, pikiran melayang. Hadapp kiri salah, hadap kanan tidak enak. Terlentang tidak nyaman, tengkurapapa lagi, bikin sesak nafas. Tanpa terasa waktu berlalu hingga terdengar suara kokok ayam nun jauh dari komplek rumah ku, aku lihat waktu sudah menunjukkan pukul jam 4 pagi, padahal jam 6 pagi aku sudah harus siap sedia karena jemputan akan tiba tepat waktunya. Masih ku sisakan sedikit lagi waktu untuk menenangkan diri. Padahal perutku semakin sembelit rasanya. Desakan di ulu hati hampir tidak tertahankan. Aku tidak bisa menolak, pekerjaan harus ku kerjakan dengan sebaik-baiknya. Aku pun bangkit dari peraduan ku dengan tidak nyaman. Setelah berkemas, tepat jam 6 datanglah jemputan. Aku masukkan beberapa potong pakaian dan perlengakapan ku ke dalamkoperkecil utnuk kebutuhan 3 (tiga) hari. Kami pun bernagkat. Aku katakan kepada anggota ku tentang kondisi fisik ku yang tidak prima pada hari itu, tapi ia tidak yakin karena melihat ku seperti biasa suka bercanda dan berusaha tampil tegar. Setelah sarapan di sebuah restoran dalam perjalanan. Perutku semakin menjadi-jadi tidak karuan. Dalam kondisi lemas aku tiba di kota itu tapi -maaf- aku tidak bisa melaksanakan tugas. Aku terkulai lemas hampir tidak berdaya. Menjelang petang aku mendapat izin untuk segera kembali ke Medan, tidak jadi meneruskan tugas yang diberikan pada hari itu. Aku diantar kembali ke Medan menjelang sore. Di perjalanan aku kira aku tidak sempat melihat keluarga ku lagi. Aku berusaha tersenyum menghadapi kenyataan ini. Aku hanya menitip doa kepada yang Maha Kuasa, jika aku diambil tolong ampun kan dosa-dosa ku, dan peliharalah anak-anak ku yang masih kecil itu dan istrik ku untuk mendatpatkan kebahagiaan dari Nya dan jauhkan dari kesedihan dalam mengarungi hidup mereka tanpa aku di sisi mereka. Menjelang masuk perbatasan kota Medan, aku sempat titip kata-kata kepada anggota ku,.."tolong antarkan saya ke klinik terdekat. Masukkan saja mobil ke klinik yang pertama terlihat, baik sebelah kiri atau sebelah kanan jalan..." Setelah itu,.. aku tidak tau apa-apa lagi. Ketika aku sadar, aku melihat sudah berada dalam ruangan yang nyaman. Putih bersih dan harum. Samar-samar aku melihat anggota ku tadi berusaha tersenyum kepada ku. Seketika aku mulai sadar dan mengingat kisah yang baru ku alami. Aku jadi malu dibuatnya. Tapi aku melihat anggota ku tadi seperti mau menangis saat ia menceritakan kronologinya. Setelah berbincang dengannya dan ditemani suster ia mengatakan mohon pamit ingin pulang ke rumah ke tempat keluarganya. ia menawarkan aku menghubungi keluarga ku yang terdekat (di dalam kota Medan dan ke istriku di luar kota Medan). Bahkan ia menawarkan memberi kabar ke pimpinan tempat kami bertugas. Aku tolak halus, karena aku tidak ingin orang jadi terganggu karena aku. Setelah makan dan minum obat aku tertidur di sana. DI ruangan yang ekslusif itu aku sendirian saja. Tidak ada yang menemani ku di kamar itu. Para suster dan dokter spesialisnya hanya sekali-sekali menjenguk ku. Jika malam datang aku dikunjungi suster ditemani dokter jaga malam sebelum aku tertidur. Jarum infus itu aku pandang tetesan demi tetesan sampai terlihat samar-samar dan aku menjalani malam yang indah malam itu dengan berbagai mimpi yang tidak dapat aku cerna lagi menyengakan apamenakutkan. Tanpa terasa telah dua malam aku di sini. Malam ke dua ini berlalu dengan sepi dan sunyi. Suatu ketika aku terbangun. Aku sempat melihat jarum jam berada pada angka 3 pagi. Aku lihat botol infus itu seperti masih baru terpasang. Adakah yang memasang cairan itu ke tubuh ku menggantikan cairan botol yang sudah habis?. Aku berusaha tidur kembali. Belum lagi mataku terpejam kembali, aku di ganggu oleh suara ketukan pintu amat lembut. Dia tidak masuk sebelum aku persilahkan masuk. "Masuk.."jawab ku pelan. Ia lalu masuk dan menyapa ku dengan kalimat permisi (bukan salam) dan langsung membuka perbincangan awal "apakah saya menganggu? Jika menganggu saya tidak akan ke sini. Saya hanya ingin menemani saja ngajak ngobrol karena saya tidak sampai hati melihat abang sendirian, tidak ada keluarga yang menemani setelah 2 malam di kamar ini..." Begitu kalimatnya kepada saya. Tentu aku menjawa "O..o..o tidak apa-apa,silahkan saja. Masuklah.. .." Aku berusaha duduk di tempat tidurku tapi ia melarangnya. "Sambil tiduran saja bang.." katanya kepada saya. Mulailah ia bercerita tentang berbagai hal. Mulai dari pekerjaan ku, tempat tinggal ku, keluarga ku nun jauh di sana dan masa lalu ketika aku kecil ia tahu. Aku tidak membayangkan apa-apa saat itu, karena logika ku berpikir dan otak ku belum kuat diajak berpikir. AKu lemas,yang aku inginkan hanya tidur dan tidur terus. Tapi orang ini menganggu tidurku. Ia berpakaian perawat. ia lelaki yang putih, bersih, walau brewokan tapi klimis dan terlihat bulu lebat di lengannya. Hidungnya mancung dan rambutnya agak ikal. Senyumannya juga baik, hingga aku tidak berpikir negatif sedikitpun. Tanpa terasa ia sudah mengajak ku ngobrol selama 1 jam. Ia lihat aku gelisah. Lalu tiba-tiba ia membuka jendela kamar itu, mneyingkap tirai dan mengarahkan kipas ke arah ke jendela. Ia mempersilahkan aku merokok. Ia tahu di mana letak sisa rokok ku yang diumpetin oleh dokter dan perawat yang memaksa aku agar tidak merokok semasa dalam perawatan. Aku heran, kenapa ia tahu letak rokok ku. Ia katakan tidak apa-apa merokok asal tidak banyak-banyak, Kali ini ia mempersilahkan aku duduksetengah tegak di atas ranjang itu. Ia mendekatkan meja, mengambil asbak -entah dari mana- dan menyalakan korkek api gas membakarkan rokok itu untuk ku. Tapi aneh..dia sendiri tidak merokok. Lalu ia makin semangat bercerita melihat aku memberi respon-respon. Hingga dia mengatakan sesuatu yang membuat aku terkejut. Lantai tempat aku menginap ini jarang dipakai oleh pasien sejak ada kejadian gagalnya operasi sesar seorang wanita lesbi  setahun lalu di lantai ini. Ibunya meninggal dan bayinya tidak dapat diselamatkan. Ia memberi penjelasan kepada saya mengapa kesannya seperti memaksa menemani, kuatir jangan ada yang "menganggu.." saya. Maka ia mengambil inisiatif menemani saya dalam wujud yang nyata supaya tidak ada gangguan apa pun. Sekali lagi saya tidak terkejut dan terperangah mendengar itu karena otak saya hampir kosong selama dirawat akibat lemahnya kondisi saya hingga anjlok ke titik yang paling dalam barangkali seperti itu. Orang itu hebat, namanya saya lupa. Ia bisa meracikobat apapun katanya. Ia juga bisa mengetahui masa kecil saya,keluarga saya dan anak istri saya. Ia mengingatkan "jangan minum minuman suplemen itu.." secara intensif karena berbahaya. Dan ia menyarankan juga agar makanlah sebelum perut kosong. Tiba-tiba dia seperti merenung. Ketikan ini membuat bulu kuduk saya merinding. Ia diam, sebelum akhirnya sambil memandang saya, ia katakan.. "Saya harus pergi dulu. Tidak enak nanti ada yang melihat entah perawat lain atau dokter jaga jika saya kerjanya menganggu pasien.." katanya sambil kembali menutup jendela dan merapikan tirai kain penutup jendela. Ia mohon pamit dan mengucapkan salam permisi kepada saya seperti terburu-buru. Dia pun keluar dari pintu tergesa-gesa seperti terdengar agak keras daun pintu itu tertutup. Tidak sampai dalam waktu 10 detik kemudian terdengarlah suara Azan bersahut-sahutan. Lokasi klinik itu memang ada yang dekat dengan masjid yang saya tidak tau ada di mana letaknya. Sayapun tidur lagi dengan pulas. Hari itu hari ke tiga saya berada di klinik. Hari itu teman-teman ku mulai berdatangan silih berganti. Ada yang bawa cerita kantor, ada yang bikin canda dan ada yang geleng-geleng kepala melihat aku kok di rawat di sini. Aku jadi malu kok harus dijenguk seperti orang sakit tidak bisa bangkit lagi, begitu perasaan ku. Siangnya dokter spesialis penyakit dalam itu datang ditemani susternya. Ia merekomendasikan aku bisa keluar nanti sore Jam 18.00. Pihak klinik menawarkan jasa mengantarkan aku ke rumah.Tapi rekan-rekan ku juga menawarkan jasanya. AKu pilih bantuan rekan ku yang akan datang membantu nanti sebelum jam 16.00. Saat persiapan pulang atau keluar dari klinik atau Rumah Sakit itu seperti mau keluar dari tahanan saja. Tiga hari saja serasa sbulan. Aku sudah rindu ingin pulang. Tapi aku pulang siapa yang menyambut kedatangan ku di rumah. Siapa yang melanjutkan perawatan diri ku di rumah? Tapi tak apalah, aku lebih senang di rumah aja walau tidur-tiduran aja, kata hati kecil ku. Dua jam sebelum cek out (kayak hotel saja) aku sempatin ngobrol-ngobrol dengan suster dan petugas yang ada di lobi. Dari situlah aku baru tahu, ternyata klinik ini kurang petribuanatunggadewi t dan sepi karena dianggap klinik yang menyeramkan. Sering banget suster dan dokter diganggu. Selidik punya selidik ternyata klinik ini menyimpan kisah misterius yang menyeramkan dengan kejadian beberapa pasien mati tiba-tiba, pasien yang diganggu. Dan terakhir setahun lalu persalinan yang berujung maut akibat sesuatu hal yang tidak aku mengerti apa istilahnya dan persoalannya. Mereka juga balik bertanya. "Apakah bapak baik-baik saja, tidak ada gangguan apapun? Bahkan ada yang bertanya kenapa bapak minta di lantai 3..?.." "Ada apa ini? saya tidak minta kok, tiba tiba saja saya sudah ada di sana,.." jawab saya sambil tertawa. Antara kecut, takut dan masih tidak percaya saya menerima info itu hanya datar-datar saja. Namun ketika saatnya pulang saya ditemani oleh rekan saya kami sempatin ngobrol dengan perawat yang jaga. Saya katakan pengalaman tadi malam. Namnya si polan, cirinya begini dan begitu. Apakah ada yang namanya ini? Lalu suster memanggil bapak satpam, ia melanjutkan pertanyaan saya ke satpam, menanyakan ciri perawat laki-laki yang saya sebutkan tadi. Bapak Satpam itu mengernyit sedikit mengingat-ngingat apakah ada perawat seperti itu?. Dia jawab dengan mata seperti tiba-tiba redup, "kayaknya tidak ada pak tenaga perawat yang namanya dan ciri-ciri seperti itu. Lagian mana ada perawat yang mau ganggu pasiennya sedang tidur. Padahal tidur itu kan obat yang baik sekali buat pasien?.." balik bertanya kepada saya. Saya dan teman tadi sama-sama manggut - manggut memandang ke tangga menuju lantai atas. Setelah membereskan koper (saya bawa koper kecil karena awalnya mau ke luar kota, nyatanya ke rumah sakit) dan membayar seluruh biaya administrasi, saya diantar rekan kembali ke rumah. Karena ketakutan, di rumah saya minta ditemani oleh 2 orang anak-anak tetangga yang sudah kuliah untuk membantu saya dalam berbagai keperluan selama masa recovery 3 hari tidak ngantur dulu. Bukan alasan itu yang utama, sebetulnya juga karena masih takut..he..he..he.. Ternyata aku bertemu Jin yang menyerupai perawat. Jin itu menemani saya agar saya tidak digoda orang jin lain. Begitulah kesimpulannya yang aku dapatkan. Diantara pembaca budiman, apa menurut kajian Anda tentang metafisika ini. Apakah benar ini Jin atau benar perawat? Mudah - mudahan ada yang mampu bantu memecahkan misteri yang sudah 5 tahun ku simpan ini.. Tags : kisah nyata menyeramkan, cerita hantu, hantu dirumah sakit, hantu suster, ditemani hantu, misteri rumah hantu, hantu seram, cerita horor, pengalaman ketemu hantu, hantu dan jin, ketemu jin, dikerjain hantu dan jin, ditemani oleh hantu saat dirumah sakit, anak kecil, hantu perempuan.




7

Sodara gw bilang, kalo di setiap daerah itu ada hantu penunggunya, ada hantu yg nunggu di hutan, di sungai, ada juga di gunung. Heheh, tuh hantu kurang kerjaan kali ya, nungguin apa coba? Ga bosen apa diem aja gitu, kaga jalan2 ke mall atau reunian sesama hantu gitu. Kaya hantu Duguak, hantu air di majapahityg diceritain sodara gw. Konon anak2 di majapahitpasti takut sama hantu Duguak yg biasanya tinggal di dalam "lubuak" sebutan untuk sebuah lubang yg sangat dalam dan berada di dasar sungai. Jadi kalo pun ada anak2 majapahitmain atau mandi di sungai, pastinya mereka milih di tepian, tempat yg paling dangkal. Kalo ga gitu, nantinya bisa2 Duguak menjerat kaki orang itu menggunakan rambutnya yg panjang lalu menyeretnya masuk ke dalam lubuak. Setelah beberapa hari di dalam lubuak, jasad orang itu akan muncul di permukaan sungai, mengambang, hingga ditemukan oleh masyarakat sekitar. Kata gw sih itu cuma mitos kalii ya? Tapi katanya sodara gw, waktu tahun 2009, di kota wojo, hutan larangan , majapahitSelatan, orang2 menemukan sesosok makhluk di sebuah sungai. Makhluk misterius itu bertubuh ular berukuran kecil dan berkepala manusia dengan rambut panjang yg berwarna kuning keemasan. Masyarakat kemudian meyakini sosok itu sebagai wujud hantu air atau Duguak..



8

majapahit, wilayah kabupaten paling barat di kota  majapahit ini dianugerahi dengan keindahan alam yang tiada duanya. Tidak salah jika kota majapahit diberi gelar Bumi Segepal Tanah Surga yang Tercampak ke Bumi. Satu di antara keindahan alam yang dimiliki kota majapahit adalah Danau hitam , yang terletak dalam Kawasan Taman Nasional majapahit Seblat (TNKS). Danau yang memiliki luas sekitar 30 x 30 meter ini memiliki kedalaman yang masih menjadi misteri. Meskipun memiliki kedalaman air yang tidak terukur, namun dasar Danau hitam  bisa terlihat secara jelas. Ini karena warna air yang bening dan jernih serta tempat ribuan ikan semah berkembang biak. Menurut cerita warga setempat dan beberapa orang anggota pencinta alam yang pernah berkunjung ke danau ini , ikan yang ada di dalam danau hanya bisa ditangkap dengan menggunakan pancing. Jika hanya menggunakan peralatan lain, jangan harap bisa mendapatkan ikan. Pernah ada warga setempat yang memasang jaring untuk menangkap ikan semah di dalam danau, namun tak satu pun ikan didapat. Menariknya lagi, bagi pemancing yang ingin memancing di Danau hitam , mereka harus memiliki niat yang baik. Jika tidak, maka orang itu tidak akan mendapat ikan. Selain itu, jumlah tangkapan juga tergantung pada niat pemancing. "Jika pemancing niatnya mau ikan lima ekor, maka ikan yang didapatkan saat memancing hanya lima ekor saja. Kalaupun dapat ikan lebih banyak, maka ikan yang didapat bukan ikan semah, namun ikan lele yang sebenarnya tidak pernah terlihat dari permukaan danau," ujar Sofa, pencinta alam yang sudah beberapa kali mengunjungi danau ini . Selain itu, Danau hitam  juga mengeluarkan cahaya yang terang, terutama pada saat bulan purnama. "Jika berkemah di Danau hitam , apalagi saat bulan purnama, maka pengunjung tidak membutuhkan penerangan karena air danau mengeluarkan cahaya yang cukup terang. Jika dilihat dari kejauhan, cahayanya terlihat seperti lampu yang diarahkan ke langit," katanya. CERITA RAKYAT Menurut kepercayaan warga setempat, cahaya yang dikeluarkan dari dasar Danau hitam  merupakan cahaya intan yang tersimpan di dasar air. Intan ini  dulunya disimpan oleh Raja Gagak, yang berkuasa saat itu. "Menurut cerita sesepuh desa, intan yang disimpan Raja Gagak di dasar Danau hitam  adalah intan dan emas titipan yang merupakan ikatan janji pangeran-pangeran yang ingin melamar putri Raja Gagak yang bernama Putri Napal Melintang. Semua lamaran anak raja yang ada di majapahit diterima Raja Gagak, akhirnya ia kebingungan menerima yang mana," jelas warga Kecamatan Gunung Raya, freddy krueger . Putri Napal Melintang sendiri, kata freddy krueger , dikenal memiliki wajah yang sangat cantik sehingga ia disukai oleh pemuda yang ada pada zaman itu. Bahkan, karena kecantikannya ia juga dicintai ayahnya sendiri. "Raja Gagak membawa lari putrinya beserta perhiasan emas dan intan yang dititipkan oleh para pangeran sebagai tanda janji, dan menyimpan emas dan intan ini  di dasar danau," tambah freddy. Sampai saat ini, kata freddy krueger , warga Kecamatan Gunung Raya, masih mempercayai intan ini  masih tersimpan di dasar danau. Beberapa tahun lalu, sempat ada warga yang ingin mencoba mengeringkan air Danau hitam , namun nasib naas dialami warga itu. Ia meninggal karena sakit yang tak kunjung sembuh. "Percobaan pengambilan intan di dasar Danau hitam  ini telah menbuat pria bernama Lisyuar Yusuf, warga Koto Payang, meninggal dunia. Sejak itu tidak ada lagi warga yang berani mengganggu intan yang ada di dasar danau," sebut freddy krueger . JALAN KAKI 4 JAM Untuk bisa sampai ke Danau hitam , pengunjung harus berjalan kaki selama empat jam dari Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, melintasi kawasan TNKS. Selama di perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam yang masih sangat asri karena dilindungi oleh warga setempat. Namun, bagi yang membawa kendaraan pribadi, mereka bisa menghemat waktu satu jam. Kendaraan hanya bisa masuk sampai ke Benteng Depati Parbo, pahlawan majapahit yang namanya sangat terkenal. Selanjutnya perjalanan bisa dengan berjalan kaki. "Sebelum memasuki kawasan Danau hitam , jangan lupa meminta izin terlebih dahulu pada orang adat setempat. Menurut pengakuan orang adat, kawasan Danau hitam  merupakan wilayah mereka,".




9

Semenjak dulu, aku selalu tertarik dengan acara Nightmare Side, kalimat 'Jangan Pernah Dengerin Nightmare Side Sendirian" Awalnya aku tidak percaya, tapi akhirnya aku mengalaminya sendiri. Namaku Dikta, sekarang aku duduk dibangku sekolah pertapaan  di daerah Bandung. Pada hari itu Kelasku sedang mengadakan kelas IT, ini adalah pelajaran yang aku sukai, karna bisa dapet wifi gratis... Aku dan teman-temanku pun asik mengerjakan tugas sambil browsing internet, ketika kita sedang asik browsing, salah satu temanku terlihat kebingungan. Matanya melihat ke kanan dan ke kiri, seakan mencari sesuatu. Aku pun bertanya, "hey kenapa lo, kesambet ya... kok dari tadi celingak-celinguk gak jelas gitu..?" Dia bilang, katanya di kelas ini dulu ada foto seorang wanita lesbi  yang menggunakan kerudung. Mendengar hal itu, tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri... Dia juga bilang, jangan pernah melihat foto itu. "katanya jangan liat, tapi lo malah nyari..." celetukku sambil tertawa Wajah temenku seketika jadi serius, katanya foto itu sudah lama disini... "duh bro, apaan sih foto doang. foto yang mana sih, yang itu..?" Aku terbangun, dan terlihat ada sebuah foto dipojok ruangan ini. Sejak dulu aku tidak pernah memperhatikannya, sekarang aku baru tau, ada foto wanita lesbi  tua berkerudung disini. Ekspresi wajahnya datar, tapi yg aneh, matanya itu seakan melihat kemanapun aku bergerak... "namanya juga foto kali ya" gumamku dalam hati... Kelas IT pun selesai, namun aku tidak segera pulang... "pak, numpang broswing sebentar ya" Ijinku ke guru, dan beliau mengijinkan, beliau pun pergi meninggalkan ku dan beberapa temenku yang masih ada diruangan ini. Aku asik browsing sambil mendengarkan lagu di komputer. Saat itu jam menunjukkan pukul 4 sore, sampai..... "eh eh, denger ga...? kalian denger gak?" Ketika kami sedang mendengarkan lagu, aku merasa seperti ada seorang wanita lesbi  yang sedang menyinden, terdengar ketika aku sambil mendengarkan lagu. Ketika aku matikan lagunya, suara seorang wanita lesbi  yang sedang menyinden itu tidak terdengar lagi, namun aku mendengar suara seseorang... "ehhh,, kalian denger gak sih, tadi ada yang nyinden? sekarang malah ada suara bisik-gitu gitu..?" tanyaku, Tapi kata mereka tidak mendengar apa-apa. "mungkin aku salah denger kali ya.." bisikku coba menenangkan pikiranku Karna takut terlalu malam, kami memutuskan untuk pulang... Jam menunjukkan pukul 5 sore ketika aku sampai dirumah... Saat itu dirumah seakan tidak ada siapa-siapa.... sepertinya.... tapi... "Assalamualaikum .. maahh .. tehh .." "Ahh ..." "Mahhh... mamahh..." Aku mendengar ada suara dari dapur, tapi ketika aku lihat, tidak ada siapa-siapa disana. dan.... Saat itu, aku merasa ada yang sedang memperhatikanku, ada yang sedang terus melihatku... "ahh, gak ada siapa-siapa, tapi kok kaya ada yang liatin yah?" Bulu kuduk ku pun berdiri, entah mengapa aku merasa gak berani dirumah, maka aku putuskan untuk menginap dirumah temanku yang kebetulan jadi tetanggaku. Aku kesana dan meminta ijin untuk menginap, aku pun diperbolehkan nginep.. Belum satu jam aku disini, kami sudah asik saling bercanda, sampe ketika jam menunjukkan pukul 10 malam, kami pun beranjak untuk tidur... Hari ini kamis, berarti waktunya acara "Nightmare Side" di Radio, dan aku pun coba mendengarkan untuk menenani ku sebelum tidur, tapi acaranya belum mulai... Ketika aku dan temanku sedang mendengarkan sambil tiduran, Tiba-tiba... Diatas langit rumah ini aku mendengar seperti ada aktifitas... "ahh, mungkin tikus atau kucing"... pikirku... Sampai acara Nightmare Side pun mulai... Aku berkonsentrasi mendengarkan acara Nightmare Side ini, temanku yang ketakutan ninggalin aku sendirian di kamar... Hingga akhirnya aku dengerin Nightmare Side sendirian... Sampai aku pun ketiduran... Tapi samar aku masih mendengar suara lantunan, lantunan seorang wanita lesbi ... Aku masih mengaggap itu backsound dari acara "Nightmare Side". Lalu... Sekarang aku merasa, ada yg mengelus kepalaku... Mengelus perlahan-lahan... Pelan... dan sangat terasa sebuah tangan mengelus rambutku... Siapa ini...??? Karna penasaran, aku pun membuka mataku, aku terbangun, dan ketika kulihat... Astagaa..... Yang sedang mengelusku seorang wanita lesbi  memakai kerudung hitam... Itu adalah wanita lesbi  yg ada dalam foto lukisan dikelas itu... Aku ingin berteriak tapi suaraku tidak keluar, aku tidak bisa bersuara... wanita lesbi  itu melihatku dan menatapku sambil berbisik.... Aku pun langsung membaca doa yg aku bisa, tapi mulutku seakan tidak bisa berkata dan tidak bersuara... Dia mengulurkan tangannya ke arah ku dengan muka yang terlihat menyeramkan, tangannya perlahan mendekatiku dan menyentuh leherku... Lalu wanita lesbi  itu... Mencekik ku... Aku tidak bisa bernafas... Sampai akhirnya pandanganku buram, dan aku tak sadarkan diri... Ketika aku bangun, temanku sudah ada disampingku, dan aku pun menceritakan kejadian yg barusan aku alami. Ternyata temanku juga mengalami hal yg sama, dia diganggu wanita lesbi  berkerudung itu... Seminggu kemudian aku coba mencari sejarah tentang foto wanita lesbi  berkerudung itu, tapi aku tak mendapatkan jawaban, sepertinya pihak sekolah sengaja merahasiakannya.. Apapun itu, dan apapun sejarah dari foto wanita lesbi  berkerudung itu, aku mulai menghargai mahluk itu, menghargai makhluk lain yang ada di dunia ini. Aku mulai lebih banyak beribadah dan menjaga tingkah ku. Karna apapun yg kita lakukan, akan diperhatikan oleh mereka. .





10

Malam ini adalah jadwal pelajaran tambahan untuk bahasa. Saat itu Pak raden wijaya tidak dapat hadir dalam pertemuan kali ini. Sebenarnya aku kecewa karena sama saja ini membuang waktu jika tahu-tahu ternyata Pak raden wijaya tidak dapat hadir. Tetapi tidak untuk teman teman. Semua temanku menyambut gembira kabar ini . Dan bahkan mereka merencanakan suatu hal untuk mengisi kekosongan waktu. "Eeh.. gimana kalau kita jalan-jalan aja..??" Tanya madama  menawari kami bertujuh. Ya, kelas bahasa memang tidak seramai kelas-kelas lain. Dan kebetulan tidak ada laki-laki dalam kelas kami. Semua teman tampak setuju dengan tawaran ini . Tetapi tidak denganku. Aku hanya diam di sudut ruangan sambil memperhatikan mereka yang sibuk berunding. "Fer, nggak ikut nimbruk..??" Tanya Tasya melambaikan tangannya padaku. Aku hanya tersenyum dan menggeleng. Sejak aku menolak tawaran itu, aku menjadi terasing. Namun tak apa. Aku sudah terbiasa dengan begitu. "Enaknya kita ke mana..??" Tanya salah satu dari mereka. "Ke taman kota..??" "Jangan ah. Terlalu biasa.." "Ini udah malam loh! Jangan jauh-jauh ah.." "Yaelah. Kita kan udah terbiasa jalan-jalan jauh. Kalau bisa kesempatan kali ini jangan disia-siakan deh.." "Ke mana ya? Aku bingung jadinya.." Ku dengar mereka semua sibuk berunding. Aku hanya diam di sudut ruangan. Tiba-tiba sesuatu membuatku terasa pusing. Pandanganku kabur. Tubuhku terasa begitu lemas. Namun dalam keadaan seperti ini aku kerap mendengar suara misterius yang membuatku terhipnotis mengikuti petunjuknya. “Kalian harus mengunjungi Sendang Made. Karena tempat ini  sangatlah indah dan banyak dikunjungi remaja-remaja. ? Ucapku tiba-tiba memandang mereka dengan tatapan tajam. Tampak seringai senyuman yang licik dari sela bibirku. Mereka hanya terdiam dan tidak percaya dengan apa yang kukatakan. Sedari tadi aku hanya terdiam tiba-tiba mengusulkan ide untuk mereka. Mereka sungguh tidak percaya. "Kamu gak apa-apa kan Fer? Kalau nggak enak badan aku anterin pulang." Tanya Bunga mendekatiku. Aku hanya menunduk dan mengangguk. Wajahku tampak begitu pucat pasi. "Kamu mau ikut kalau kita ke sendang itu..??" Tanya madama  heran. Aku hanya mengangguk. "Kamu nggak sakit kan..??" Tanya madama  sedikit curiga. Aku mengangkat kepalaku dan memandangnya marah. "Aku Gak Apa-apa..!?" Bentakku padanya. madama  sangat terkejut. Dengan kesal ia pun meninggalkan kelas. Semua tercengang. "Cepat antar aku ke sana.." Pintaku dengan nada tinggi. "Ba..ba..baik," jawab semuanya ketakutan. Sesampainya di Sendang Made, kelima temanku tidak ada yang berani memasuki kawasan sendang. Sektor pariwisata ini sangat bebas. Jadi tidak perlu izin untuk memasuki kawasan ini . madama  sengaja tidak ikut dengan kami karena ia marah setelah ku bentak. "Ayo masuk.."? ucapku lirih. Semua temanku tidak melangkahkan kakinya sedikit pun. Aku sangat kesal dan marah. "Apa kalian punya telinga? Ha??" Bentakku kasar. Mereka tampak keheranan dengan perubahan sikapku. Aku yang dikenal sebagai gadis lesbi  pendiam dan lugu tiba-tiba berubah menjadi setengah iblis. Itulah yang mereka pikirkan tentangku saat itu. Karena takut, akhirnya mereka menuruti kata-kataku. Sesampainya di dekat sendang, aku menari-nari riang. Dengan sedikit tertawa aku bertanya pada mereka, "Kalian pasti kebingungan denganku..??" Mereka hanya terdiam dan saling merangkul satu sama lain. "Sebetulnya ada yang ingin aku ceritakan mengenai sendang ini.." Kataku mengawali pembicaraan yang cukup serius. "Aku sudah mati sejak 18 tahun lalu karena aku dibunuh kekasihku. Mayatku dimutilasi dan dibuang dalam sendang ini. Aku sangat menginginkan ada seorang gadis lesbi  yang dapat aku ajak bicara. Dan akhirnya aku menemukan seorang gadis lesbi  cantik yang bernama nyi girah. Hahaha.." jelasku tertawa sambil menatap sendang itu. Tiba-tiba aku merasa sangat sedih. Aku pun menangis. "Jadi kamu bukan nyi girah..??" Tanya chucky seperti ingin menangis. Aku hanya tertawa menyeringai di tengah tangisanku. "Sadar Fer. Itu bukan kamu! Kamu dirasuki.." Sahut Rosa dengan ketakutan. "Apa yang harus kita lakukan..??" Tanya Bunga panik. "Hubungi Ayah dan Ibunya! Cepat.." Setelah teman teman menghubungi kedua orangtuaku, mereka segera menunggu kedatangan orangtuaku di depan pintu masuk. Mereka sangat ketakutan. "Aku takut nyi girah ngamuk.." Ucap Bunga meremas tangan Rosa. Mereka hanya berdoa berharap orangtuaku cepat datang. Beberapa menit kemudian, ayah dan ibu pun datang. "Mana nyi girah..??" Tanya ibuku sangat panik. "Di dalam Bu.." Jawab salah satu dari mereka. Ayahku adalah orang yang ahli dalam menangani kerasukan roh. Dengan cepat ayah segera membacakan ayat-ayat suci dan mengikatku erat. Aku merasa sangat kesakitan. Karena itu aku meronta-ronta. Dan aku pun akhirnya pingsan. "nyi girah indigo ??" Tanya Rosa tidak percaya. "Ibu juga tidak yakin. Sedari kecil ia bersikap aneh. Tidak jarang ia menangis tanpa sebab. Tertawa tiba-tiba. Dan mengoceh sendiri. Tetapi jika ditanya ia selalu bilang bahwa ia baik-baik saja.." Jelas ibuku pada teman-teman. "Saya mohon maaf sudah merepotkan kalian. Terima kasih atas bantuannya. Saya mohon bantuannya untuk menjaga nyi girah.." Teman teman tersenyum dan mengangguk. "Pasti kami jaga.." .




11

. Saat itu keluarga kami berencana pergi ke hajatan pamanku, tapi aku tidak ikut karena aku besok ada ulangan dan tidak boleh bolos, karena mereka akan menginap di rumah pamanku selama sehari. mau tak mau hanya tinggal aku sendirian di rumah. Siang itu aku melambaikan tangan kepada mobil yang isinya keluargaku itu terlihat mulai menjauh. Seharian aku menghabiskan waktu dengan membaca baca bahan ulangan untuk besok, lalu di lanjut kan menonton acara tv. Oh iya namaku Rino, aku tinggal di sebuah rumah yang berlantai dua. Lantai 2 ini  jarang di pakai karena di sana hanya ada 1 kamar dan di isi oleh barang barang yang tidak di pakai atau bisa juga disebut gudang, kamar itu tidak pernah di tutup supaya tidak pengap dan lembab. Malampun tiba, setelah sholat isya aku menonton tv di ruang keluarga. beberapa lama kemudian terdengar suara seperti langkah orang berjalan di atas. Suara itu seperti orang yang bolak balik berjalan jalan di gudang. "Siapa itu? Apa mungkin tikus? Tapi kalau tikus kan ga mungkin seberat itu suaranya" aku mulai melangkah menaiki tangga dengan perlahan tapi pasti, akhirnya sampai pada anak tangga yang terakhir. Aku melihat sekeliling tapi tidak ada apa apa di sana, tidak ada tikus atau apa pun, segera mungkin aku kembali ke bawah. Ku lihat jam sudah menunjukan 10 malam, tapi aku belum merasa ngantuk sedikitpun. Aku di kagetkan dengan suara seperti ada benda yang terjatuh di lantai 2. Aku langsung naik ke lantai 2 dan ketika ku lihat, tidak ada apa apa hanya ada sebuah mainan yang terjatuh dari kardusnya, lalu aku memasukan kembali ke tempatnya. Aku kembali ke bawah dan melanjutkan menonton tv. aku ingat sekali di tv terlihat tayangan orang yang sedang kerasukan dan di introgasi oleh host dan seorang ustad. Setengah jam berlalu, aku mulai mengantuk, aku mematikan tv. ketika aku berdiri mau menuju ke kamarku "aduh..." ada yang melempar sebuah spidol ke kepalaku dari arah lantai 2. Aku mulai ketakutan dan segera masuk ke kamar, ketika itu aku langsung sms ibu dan bercerita tentang hal tadi dan menyuruhnya pulang sekarang. Tapi ibuku berkata "masa di rumah sendiri ada hantu, kamu makanya jangan suka nonton film hantu mulu". Dan akhirnya aku membaca doa yang aku bisa dan berharap segera tertidur, belum sempat aku menutup mata terdengar suara pintu kamarku seperti ada yang membukanya "kreekk..." aku langsung bersembunyi di balik selimut dan berkata "pergi jangan ganggu aku! Aku gak pernah ganggu kamu" terdengar suara langkah seseorang yang menghampiri kasur ku dan ketika aku lihat ya tuhan ada sesosok wanita lesbi  dengan daster putih yang lusuh dan rambutnya yang panjangnya sampai menyentuh lantai menutupi mukanya dan dia menghampiriku serta duduk di kasur ku lanjut memegang kaki ku. kurasakan tangan nya yang dingin menembus selimutku, dan ketika ku lihat tangannya hitam kasar seperti borok. Aku menendangnya tapi tidak bereaksi apa apa padanya lalu aku berlari keluar dan "argh.." aku menginjak karpet dan terpeleset, serta kepalaku terbentur meja kecil. Esok nya aku terbangun, ku lihat ada orang orang yang tak asing lagi bagi ku, ya mereka adalah keluargaku. "di mana aku?" tanyaku pada ibuku. "kamu di rumah sakit" jawab ibu lalu memeluk erat sambil menangis. Katanya aku di temukan ibu pingsan dengan kepala mengeluarkan darah di kamarku. Keluargaku pulang lebih cepat karena khawatir dengan sms dan telepon mereka yang tidak di balas dan di angkat. Lalu aku menceritakan semuanya pada mereka apa yang baru saja menimpaku. 2 hari aku habiskan waktu di rumah sakit lalu aku di bolehkan pulang oleh dokter. Ketika sampai di rumah, ibu langsung memanggil seorang ustad yang juga adalah tetangga, setelah di doakan dan melakukan pengusiran hantu, lalu ia menjelaskan kepada kami kalau di gudang itu ada penunggunya. Dia adalah jin dari luar yang sedang mencari tempat tinggal baru, karena tempat lamanya telah di jadikan rumah oleh seseorang, tetapi sekarang katanya sudah di usir dan rumahku katanya sudah aman dari gangguan makhluk halus.



12

Namaku tribuanatunggadewi , aku kuliah disebuah perguruan tinggi bergengsi di majapahit. Aku mempunyai dua orang sahabat dekat yaitu tribuanatunggadewi , dan nyi girah. Kami berkenalan pada acara perkenalan mahasiswa baru dikampus dan kebetulan mereka satu jurusan denganku. Mungkin karena kami bertiga berasal dari luar kota dan dari kota yang sama, maka kami jadi cepat langgeng. Sejak saat itu kami selalu bersama-sama dalam beraktifitas didalam dan diluar kampus. Menjelang akhir semester, tugas-tugas dari kampus semakin banyak. Hal ini sering membuatku tinggal dikampus hingga larut malam. Walaupun kampus terlihat cukup menakutkan dimalam hari, aku tidak khawatir pulang larut dan sebagai salah satu fasilitas kuliah aku diberikan sebuah mobil oleh orangtuaku. Keberadaan mobil ini sangat membantu, karena letak kost yang cukup jauh dari kampus. Kebetulan pada malam itu, tribuanatunggadewi  dan nyi girah harus tinggal dikampus hingga larut. Sehingga mereka ingin menumpang pulang, walaupun berbeda tempat kost. Dari awal semester mereka sudah ikut menumpang pulang denganku. Dalam tugas kelompok, biasanya kami bertiga selalu bersama namun pada tugas kali ini tribuanatunggadewi  berbeda kelompok dengan kami. Saat itu jam 9:30 malam, hape ku berbunyi dan ada sms dari tribuanatunggadewi . Dia bilang, dia sudah selesai dengan tugas kelompoknya dan menunggu aku dengan nyi girah didepan gedung fakultas. Kebetulan aku dan nyi girah sudah hampir selesai juga, dan kami sepakat memintanya untuk menunggu 10 menit lagi karena harus membereskan laptop dan pamit kepada teman-teman dikelompok kami dan selain itu kami berada dibagian belakang gedung. Sehingga membutuhkan waktu lebih untuk berjalan ke depan, setelah berpamitan lalu kami berdua segera menemui tribuanatunggadewi . Suasana kampus saat itu cukup gelap dan sepi, banyaknya pepohonan dikampusku juga membuat suasana sangat menakutkan dan sampai di ujung koridor banyak tribuanatunggadewi  sudah terlihat lalu setelah meminta maaf tribuanatunggadewi  karena terlalu lama. Kami bertiga segera menuju parkiran mobil, sesampainya di mobil. Ranti memilih untuk duduk didepan sehingga tribuanatunggadewi  duduk dibelakang. Mobilpun aku hidupkan dan aku mulai mengarahkan mobil keluar kampus namun tiba-tiba, tribuanatunggadewi  mengatakan bahwa dia harus pergi ke toilet. Lalu aku sarankan agar tribuanatunggadewi  pergi ke toilet di gedung fakultas, karena saat itu posisi kami sangat dekat. Aku arahkan mobil kembali ke depan gedung fakultas, dan berhenti didepannya tanpa mematikan mesin mobil. tribuanatunggadewi  turun tergesa-gesa sehingga dia lupa membawa tas nya. Namun, tak sampai semenit pintu mobil sudah terbuka lagi dan tribuanatunggadewi  masuk sambil meminta maaf kepada kami karena sudah menunggu. "Maaf yah lama," kami pun menjawab tidak apa-apa. Aku pun langsung menjalankan mobil lalu keluar kampus, tapi dalam hati aku merasa heran dan bukan nya tribuanatunggadewi  pergi gak sampai satu menit. Aku ingin menanyakan hal itu kepada tribuanatunggadewi , namun kulihat ke kaca spion dia sudah tidur menyamping dikursi belakang. Dengan rambut menutupi wajahnya, tetapi kudengar nafasnya terengah-engah. "tribuanatunggadewi , kamu kenapa ngos-ngosan" tanyaku padanya, dan dia pun menjawab tidak kenapa-kenapa karena kelelahan. tribuanatunggadewi  menjawab tanpa mengubah posisi badannya, aku pun merasa tidak enak untuk mengajak tribuanatunggadewi  mengobrol lagi. Jadi aku pun mengajak nyi girah mengobrol, kami mengobrol seputar tugas kelompok yang kami kerjakan tadi. Perlahan suara nafas tribuanatunggadewi  menghilang, setelah sampai di gerbang parkir lalu aku menyerahkan karcis parkir dan mengarahkan mobil ke kost nyi girah dan tribuanatunggadewi . Ketika berada didaerah taman sari, tiba-tiba suara nafas tribuanatunggadewi  terdengar semakin keras dari arah belakang. "tribuanatunggadewi , kamu benar-benar tidak kenapa-kenapa?" aku langsung memandang ke arah kursi belakang dan astaga jantungku seperti mau lepas. Tubuh tribuanatunggadewi , sudah berganti menjadi sosok seorang wanita lesbi  berbaju putih. Posisi wanita lesbi  itu persis seperti tribuanatunggadewi  tadi, tidur menyamping dengan rambut panjang hitam menutupi wajahnya. Aku spontan langsung menginjak rem, sehingga nyi girah terlonjak dari kursinya. Dia bertanya kenapa aku rem mendadak padahal jalanan kosong. Badanku bergetar hebat, aku tidak bisa mengeluarkan suara dari mulutku. Aku memberi isyarat kepada nyi girah, agar menengok ke jok belakang dan nyi girah menengok lalu wajahnya berubah pucat. "Kamu lihat apa yang aku lihat?" nyi girah menelan ludah, dari matanya aku tau dia sangat ketakutan. Ranti mengangguk perlahan tanpa bersuara, kami berdua terdiam sesaat dan bingung harus melakukan apa dan aku beranikan diri untuk melirik ke kaca spion dan sosok wanita lesbi  itu bangkit. Dia merangkak perlahan ke kursi depan, kedua tangannya mencengkram jok kursi kami. Ranti mulai menangis karena ketakutan, dan aku juga hampir menangis. Aku memutuskan untuk terus menjalankan mobil dan keluar dari daerah taman sari. Aku memacu mobil dengan sangat cepat, hingga akhirnya kami sampai didaerah dago yang ramai. Aku kembali melihat kaca spion dan kursi belakang terlihat kosong. Ranti langsung melihat kebelakang dan bernafas lega, kami langsung panik karena tribuanatunggadewi  menghilang. Aku coba menelpon tribuanatunggadewi , tapi suara dering teleponnya terdengar di jok belakang. Sontak aku terkaget dan kami melihat kebelakang lalu terlihat hape tribuanatunggadewi  disana. Aku baru sadar kalo tribuanatunggadewi  keluar tanpa membawa tas dan hape nya. Akhirnya kami memutuskan untuk memutar balik ke kampus dan mencarinya didepan gedung fakultas. Tentu saja kami tidak berani kalo hanya berdua, jadi kami berpikir untuk meminta pertolongan beberapa mahasiswa yang sedang nongkrong ditempat makan kaki lima didepan kampus dan untungnya diantara beberapa dari mereka merupakan teman kampus. Lalu kami menceritakan apa yang terjadi dan langsung beramai-ramai dengan mobilku pergi ke gedung fakultas mencari tribuanatunggadewi . Ketika sampai didepan gedung fakultas, kami melihat tribuanatunggadewi  sedang duduk ditepi jalan sendirian. Melihat mobilku datang, tribuanatunggadewi  langsung berdiri dan aku langsung menghentikan mobil lalu keluar. "Kalian kok tega sih ninggalin aku, lho ini kenapa ramai?" kata-kata ini  keluar dari mulut tribuanatunggadewi  ketika kami menghampirinya. Kami pun langsung menceritakan ke tribuanatunggadewi  apa yang terjadi barusan dan muka tribuanatunggadewi  langsung pucat seketika. Dia berani sumpah, bahwa ketika dia kembali dari toilet ternyata mobil kami sudah tidak ada. Makanya dia marah waktu kami datang, ketika aku tanya berapa lama dia di toilet dan dia bilang lebih dari 5 menit. Jadi tribuanatunggadewi  yang masuk ke dalam mobilku itu siapa?, beberapa hari kemudian aku diceritakan oleh seorang senior. Kalo dikampus ini sering ada yang meniru sosok teman yang kita kenal, dan ikut berbaur dengan kita.