• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label kerajaan tarumanegara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kerajaan tarumanegara. Tampilkan semua postingan

kerajaan tarumanegara







Tarumanagara 
 
Berdirinya Kerajaan Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah. Satu-
satunya sumber sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan 
Tarumanagara adalah Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta ini  masih 
menjadi perdebatan diantara para sejarawan tentang keaslian isinya. 
 
Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah 
Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari 
perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya 
berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah 
dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India). 
 
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi 
yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang 
berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka 
Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum. 
Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).  
 
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, 
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa 
berkembang menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin 
menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian 
membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara. 
B. Kejayaan Kerajaan Tarumanagara 
 
Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh 
Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara 
diperluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat 
Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. 
Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang 
kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja 
Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya. 
 
C. Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara 
Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya 
bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana 
yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. 
Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu 
Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke 
kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan Tarumanagara) dan 
kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.  
 
D. Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara 
Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya 
ditemukannya 7 buah prasati yaitu: 
1. Prasasti Ciareteun  
 
yang ditemukan di Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini  ada  ukiran laba-
laba dan tapak kaki serta puisi beraksara Palawa dan berbahasa Sanskerta. 
Puisi ini  berbuyi "Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) 
Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur 
Purnawarman penguasa Tarumanagara." 
2. Prasasti Pasri Koleangkak  
 
yang ditemukan di perkebunan Jambu. Parsasti ini juga sering disebut sebagai 
Prasasti Jambu. Prasasti Jambu berisi "Yang termashur serta setia kepada 
tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang 
memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah 
musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu 
berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan 
kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi 
musuh-musuhnya." 
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak 
di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga 
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta ada  gambar 
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman. 
 
3. Prasasti Kebonkopi  
 yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang. Isi prasasti Kebon Kopi : 
yakni adanya dua kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawati 
(gajah kendaran Dewa Wisnu). Sedangkan Prasasti Jambu berisi tentang 
kegagahan raja Purnawarman. Bunyi prasasti itu antara lain :"gagah, 
mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang 
tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah di taruma 
dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus oleh musuh ..." 
4. Prasasti Tugu  
 
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di 
Jakarta. Prasasti ini  isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga 
oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 
12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian 
sungai ini  merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa 
banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan 
kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. 
5. Prasasti Pasir Awi  
 
Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di 
kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi 
berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan 
(bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki. 
6. Prasasti Muara Cianten  
 
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara Cianten 
yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) 
karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara. Prasasti Muara 
Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 
m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi 
merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi. 
7. Prasasti Cidanghiang atau Lebak  
 
yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang-
Banten. Prasasti Didanghiang berisi “Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan 
keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia 
Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”. 
 
Selain dari prasasti, ada  juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya: 
1. Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di 
Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam 
catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang 
banyak di jumpainya adalah Brahmana dan Animisme. 
2. Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 
datang utusan dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan. 
3. Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M 
datang utusan dari Tolomo. 
E. Raja-raja Kerajaan Tarumanagara 
 
Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, 
kerajaan ini  pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya: 
1. Jayasingawarman (358-382 M.) 
2. Dharmayawarman (382-395 M.) 
3. Purnawarman (395-434 M.) 
4. Wisnuwarman (434-455 M.) 
5. Indrawarman (455-515 M.) 
6. Candrawarman (515-535 M.) 
7. Suryawarman (535-561 M.) 
8. Kertawarman (561-628 M.) 
9. Sudhawarman (628-639 M.) 
10. Hariwangsawarman (639-640 M.) 
11. Nagajayawarman (640-666 M.) 
12. Linggawarman (666-669 M.)  
13. Linggawarman 
Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah raja terakhir Tarumanagara. 
Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman 
mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa 
dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa 
pendiri Kerajaan Sriwijaya. 
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya 
menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada 
zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman 
Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.  
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. 
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, pendiri Kerajaan 
Galuh, untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. 
14. Jayasingawarman 
Jayasingawarman adalah pendiri Kerajaan Tarumanagara yang memerintah 
antara 358 – 382. Ia adalah seorang maharesi dari Salankayana di India yang 
mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja 
Samudragupta dari Kerajaan Magada. Ia adalah menantu Raja Dewawarman VIII dan 
dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi). 
Pada masa kekuasaannya, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke 
Tarumangara. RAJATAPURA atau SALAKANEGARA (kota Perak), yang disebut Argyre 
oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang. Kota ini 
sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari 
Dewawarman I - VIII). 
15. Dharmayawarman 
Dharmayawarman adalah raja kedua Kerajaan Tarumanagara yang memerintah 
antara 382 – 395. Ia adalah anak dari Purnawarman. Ia dipusarakan di tepi kali 
Candrabaga. Namanya hanya tercantum dalam Naskah Wangsakerta. 
16. Purnawarman 
Purnawarman (Purnavarmman) adalah raja yang tertera pada beberapa prasasti 
pada abad V. Ia menjadi raja di Kerajaan Tarumanagara. Ia mengidentifikasikan dirinya 
dengan Wisnu. Di Naskah Wangsakerta, Purnawarman adalah raja ketiga Kerajaan 
Tarumanagara yang memerintah antara 395 – 434. Ia membangun ibu kota kerajaan 
baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan dinamainya "Sundapura". 
Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam tahun 397 untuk 
menyebut ibu kota kerajaan yang didirikannya. 
Di naskah Wangsakerta juga disebutkan bahwa di bawah kekuasaan 
Purnawarman ada  48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau 
Rajatapura (di daerah Teluk Lada, Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang 
Purbalingga) di Jawa Tengah. [1] Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang 
dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam. 
17. Suryawarman 
Suryawarman (meninggal 561) ialah raja Kerajaan Tarumanagara yang ketujuh. 
Setelah ayahnya Candrawarman yang meninggal pada tahun 535 dan memerintah 
selama 26 tahun antara tahun-tahun 535 - 561.  
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang 
memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus 
pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian 
timur. Pada tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan 
kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut.  
Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di Ibukota Tarumangara 
dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan 
daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan 
Galuh pada tahun 612 M. 
18. Kertawarman 
Kertawarman (maut 628) ialah raja Kerajaan Tarumanagara yang kelapan. 
Baginda mewarisi bapanya, Suryawarman, yang mangkat pada tahun 561 dan 
memerintah selama 67 tahun antara tahun-tahun 561 - 628. 
Skandal besar terjadi pada masa Raja ke 8. Kertawarman menikahi Setyawati 
dari golongan sudra. Keadaan bertambah rumit karena Setyawati berpura pura hamil, 
padahal Kertawarman diketahui mandul. Untuk menutupi skandal ini sang Raja 
mengangkat anak angkat, Brajagiri, dari golongan sudra juga. Manuver yang gagal, 
karena suasana kerajaan memanas. Namun sampai akhir hayatnya, Kertawarman tetap 
menjadi raja. 
Kertawarman kemudian digantikan oleh adiknya, Sudhawarman. Sudhawarman 
digantikan anaknya, Hariwangsawarman,  yang beribu India, dan dibesarkan di 
kerajaan Palawa. Didikan India menjadikannya keras dalam memegang aturan kasta. 
Sehingga Brajagiri yang saat itu memegang jabatan senapati diturunkan pangkatnya 
menjadi penjaga gerbang keraton. Brajagiri yang sakit hati kemudian membunuh 
Hariwangsawarman. Tragedi kembali menyelimuti Tarumanagara. 
Kertawarman merasa dirinya mandul, tahta Kerajaan diwariskan kepada adiknya 
Prabu Sudhawarman padahal sesungguhnya tanpa disadari sempat memiliki keturunan 
dari anak seorang pencari kayu bakar (wang amet samidha) Ki Prangdami bersama 
istrinya Nyi Sembada tinggal di dekat Hutan Sancang di tepi Sungai Cikaengan Pesisir 
Pantai selatan Garut. Putrinya Setiawati dinikahi Kertawarman yang hanya digaulinya 
selama sepuluh hari, setelah itu ditinggalkan (dan mungkin dilupakan). 
Setiawati merasa dirinya dari kasta sundra, tidak mampu menuntut kepada 
suaminya seorang Maharaja, ketika mengandung berita kehamilannya tidak pernah 
dilaporkan kepada suaminya hingga melahirkan anak laki-laki yang ketika melahirkan 
meninggal dunia. Anaknya oleh Ki Parangdami dipanggil Rakeyan mengingat keturunan 
seorang Raja, kelak Rakeyan dari Sancang itu pada usia 50 tahun pergi ke tanah suci 
hanya untuk menjajal kemampuan “kanuragan” Syaidina Ali bin Abi Thalib (599 -661) 
yang dikabarkan memiliki kesaktian ilmu perang/ ilmu berkelahi yang tinggi. 
Rakeyan Sancang (lahir 591 M) putra Raja Kertawarman (Kerajaan 
Tarumanagara 561 – 618 M). Rakeyan Sancang inilah yang sering dirancukan dengan 
putra Sri Baduga Maharaja, yaitu Raja Sangara, yang menurut Babad Godog terkenal 
dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat Suci. 
Tidak ada  banyak maklumat tentang Kertawarman. Namanya hanya 
tercantum dalam Naskhah Wangsakerta. Baginda mangkat pada tahun 628 dan diwarisi 
oleh puteranya, Sudhawarman . 
F. Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Tarumanagara 
 
Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. 
Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau 
penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) selesai dikerjakan 
dalam waktu 21 hari. Masyarakat Kerajaan Tarumanagara juga berprofesi sebagai 
pedagang mengingat letaknya yang strategis berada di dekat selat sunda. 
 
Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat 
digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Selain penggalian saluran 
Gomati dalam prasasti Tugu juga disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan 
demikian rakyat akan hidup makmur, aman, dan sejahtera. 
 
Dari segi kebudayaan sendiri, Kerajaan Tarumanagara bisa dikatakan kebudayaan 
mereka sudah tinggi. Terbukti dengan penggalian sungai untuk mencegah banjir dan 
sebagai saluran irigasi untuk kepentingan pertanian. Terlihat pula dari teknik dan cara 
penulisan huruf-huruf pada prasasti yang ditemukan, menjadi bukti kebudayaan 
masyarakat pada saat itu tergolong sudah maju.  
 
Terima kasih sudah berkenan membaca artikel ini  di atas tentang Sejarah 
Kerajaan Tarumanagara. Apa bila ada dari sobat sekalian yang menemukan 
kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, mohon kiranya kritik dan 
saran yang membangun untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share ke 
teman-teman lainnya juga ya. Terima kasih. 
 
Aspek kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara 
Kerajaan Tarumanegara telah diperintah oleh Purnawarman. Raja Purnawarman adalh 
raja yang adil, cakap dan sangat begitu memperhatikan usaha untuk menyejahterakan 
kehidupan seluruh rakyatnya. Olehnya itu, Rakyatnya dapat hidup dalam kondisi 
tentram, makmur dan aman. Adapun pengaruh agama Hindu dan ada  berita yang 
berasal dari Cina telah membuktikan bahwa Kerajaan Tarumanegara merupakan 
kerajaan yang telah mengadakan hubungan yang berasal dari kerajaan luar. 
Tarumanegara memmiliki hubungan bersama Cina dan mengirimkan duta pertamnya 
kepada Cina ditahun 528 M. Hingga akhir abad ke tujuh, kerajaan ini akhirnya 
menghilang. adapun dugaan hilangnya tarumanegara dari adanya serbuan yang 
berasal dari para armada Kerajaan Sriwijaya yang ingin mencoba untuk menguasai 
pada kedua sisi di Selat Sunda. 
Aspek kehidupan Sosial dan ekonomi 
Mengacu dari beberapa sumber yang ada dan bukti-bukti yang sudah ditemukan, 
ada  dugaan bahwa untuk mata pencaharian kerajaan Tarumanegara berada di 
sektor peternakan, perburuan, perdagangan, perniagaan dan pertanian. Adapu berita 
tentang perburuan, semisal ditemukan adanya gading gajah dan cula badak yang 
tentunya berasal dari hasil perburuan. Kemudian untuk pertanian dan peternakan 
menjadi sebuah mata pencaharian, itu diketahui dari isi Prasasti tugu. Pada prasasti 
ini  dikatakan bahwa untuk usaha dalam pembuatan saluran air yang sepanjang 
6.122 tombak atau sama dengan 6,1 sampai 9,2 km. Adapun pemberian kepada 1000 
ekor hewan sapi untuk para brahmana yang berasal dari Raja Purnawarman, hal 
ini  menunjukkan bawah peternakan merupakan salah satu pencaharian rakyat 
tarumanegara. 
berdasar  dari berita Fahien yang berasal dari CIna, bahwa di Tarumanegara 
ada  tiga agama yang telah dianut. Ketiga agama ini  yaitu agama Hindu dan 
Agama Budha serta suatu sistem kepercayaan yang tidak begitu jelas namanya. 
Menurut dari Prasasti Tugu, hadiah diberikan sebanyak 1000 ekor sapi kepada para 
Brahman oleh Raja Purnawarman itu menunjukkan adanya suatu hubungan yang 
sangat erat dengan sistem kepercayaan Weda. Kemudian begitu halnya dengan yang 
tertuang di PRasasti Ciaruteun yang memiliki kedua telapak kaki Purnawarman yang 
mirip dengan kaki dewa Wisnu. Di prasasti Jambu, Purnawarman mirip dengan Indra 
yang telah terkenal sebagai dewa perang sekaligus mempunyai sifat-sifat seperti dewa 
matahari. 
Aspek Kebudayaan 
Kerajaan tarumanegara dapat dikatakan memiliki kebudayaan yang sudah baik, itu 
terbukti dari adanya penggalian sungai untuk dapat mencegah dari banjir dan menjadi 
sebagai saluran irigasi untuk dimanfaatkan dalam kepentingan pertanian. Kemudian 
terlihat juga dari teknik dan cara penulisan pada huruf-huruf di prasasti yang telah 
ditemukan dimana itu menjadi bukti dalam menunjukkan bahwa kebudayaan 
masyarakat kerajaan tarumanegara sudah maju.