• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label lucu 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lucu 4. Tampilkan semua postingan

lucu 4

Jangan Salahkan Hantu
Seorang pesuruh bernama Tien Pu-ma yang sedang melaksanakan tugasnya mengantar barang majikannya, pada suatu malam kesasar ke suatu pekuburan, tempat dia terpergok dengan sebuah tengkorak kepala manusia. 
“Kalau kau berani menggangguku, akan kuhajar kau!” kata tengkorak kepala itu dengan suara geram. 
Tien, yang pemarah dan tak kenal takut, balas membentak. “Siapa yang menyuruhmu di tengah jalan begitu?”
Tengkorak itu berkata, “Ada orang yang memindahkan aku ke sini. Bukan aku yang sengaja menghalangi jalanmu.”
Tien membentak lagi. “Kenapa tidak kau hajar orang yang memindahkanmu?”
“Dia orang yang bernasib baik, jadi aku tak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya.”
Tien tertawa terbahak-bahak. “Jadi kau pikir aku orang lemah, ya? Kau takut kepada orang yang kuat dan mau menindas orang yang lemah-dasar tak punya malu.”
Dengan menangis tersedu-sedu, tengkorak itu berkata. “Semangatmu ternyata kuat juga. Aku tak berdaya menghadapimu. Aku tadi hanya menggertak saja. Di dalam masyarakat manusia, kalian juga takut kepada yang kuat dan menindas yang lemah, jadi mengapa menyalahkan hantu kalau berbuat begitu juga? Kalau kau mau berbaik hati mengembalikan aku ke tempatku semula, aku akan sangat berterima kasih kepadamu.”
Akan tetapi Tien tidak memedulikan tengkorak itu lagi. Dia masih sempat mendengar suara tangisan tengkorak itu.

 


Menjual Hantu
Dalam salah satu perjalanannya, pemuda Sung Ting-po dari Nanyang, bertemu dengan hantu. 
“Siapa kau?” tanyanya. 
Hantu itu menjawab. “Aku hantu.” Kemudian bertanya. “Dan siapa kau?”
“Aku hantu juga,”jawab Sung berdusta. 
“Mau kemana kau?”
“Ke kota Wan,” jawab Sung. 
“Aku mau ke sana juga,” kata hantu itu. 
Dan berjalanlah mereka bersama-sama sampai beberapa li. 
“Berjalan seperti ini lambat sekali. Bagaimana kalau kita gendong-gendongan?” usul sang hantu. 
“Boleh saja,”jawab Sung setuju. 
Mula-mula hantu itu yang menggendong Sung sampai sejauh beberapa li. 
“Ah, berat sekali kau ini!” kata si hantu. 
“Kau betul-betul hantu apa bukan sih?”
“Aku ini hantu baru,”jawab Sung. “Makanya aku masih berat.”
Lalu giliran dia yang menggendong hantu itu, yang tentu saja tidak punya berat sama sekali. Dan begitulah mereka melanjutkan perjalanan, beberapa kali gendong-menggendong bergantian. 
“Karena aku hantu baru,” kata Sung kemudian, “Aku belum tahu apa sebenarnya yang paling kita takuti.”
“Ah, kau ini. Yang paling kita takuti kan ludah manusia,”jawab hantu itu sama sekali tidak curiga. 
Mereka terus berjalan sampai ke sebuah anak sungai. Sung menyuruh hantu itu untuk menyeberang duluan, dan hantu itupun menyeberang tanpa menimbulkan suara. Sedangkan SUng, bagaimanapun dia mencoba, tetap menimbulkan suara berkecipakan. 
“Kenapa kau menyeberangi sungai kecil begitu saja sudah ribut sekali?” tanya si hantu. 
“Itu kan karena aku hantu baru. Aku belum biasa menyeberangi sungai. Kau tak bisa menyalahkan aku.”

Menjelang tiba di kota Wan, mendadak Sung membantingkan hantu itu ke tanah dan meringkusnya. Dengan suara mecicit, hantu itu menyembah-nyembah minta dilepaskan, tetapi Sung tidak memedulikannya, malah mempercepat langkahnya menuju ke kota. Ketika akhirnya dia menurunkan hantu itu dari bahunya, hantu itu langsung berubah menjadi biri-biri. Sung kemudian menjual biri-biri itu, setelah terlebih dahulu meludahinya supaya hantu itu tidak bisa berubah bentuk lagi menjadi yang lain. Setelah itu Sung berangkat meneruskan perjalanannya, dengan mengantungi seribu lima ratus uang logam hasil penjualan hantu yang menjadi biri-biri itu. 
Shih Chung* mengomentari kisah ini dengan berkata.”Sung Ting-po orang cerdik nomor satu, mendapat seribu lima ratus uang logam dengan menjual hantu.”

*Bangsawan kaya pada masa Dinasti Tsin. Penulis cerita ini sengaja memakai namanya untuk membuktikan bahwa kisah ini betul-betul pernah terjadi. 
 

Meluruskan Punggung Yang Bungkuk 
Ada seorang dukun yang membangga-banggakan dirinya mampu meluruskan punggung orang yang bungkuk. Di depan rumah tempat dia praktek ada sebuah papan yang bertulisan : “ Punggung Anda bungkuk seperti busur, atau seperti udang? Dengan sekali rawat saja pasti lurus kembali!”

Seorang laki-laki bungkuk mempercayai reklame ini dan mendatangi dukun itu minta dirawat. Si dukun tidak menulis resep atau menyuruh orang bungkuk itu memakan suatu obat. Peralatan yang dipakainya untuk merawat di orang bungkuk ternyata tak lebih dari dua keping papan; yang satu diletakkannya di lantai dan disuruhnya orang bungkuk itu telungkup di atasnya. Lalu diletakkannya papan yang sekeping lagi di punggung bungkuk orang itu dan diikatnya kedua ujung papan itu erat-erat. Akhirnya dia melompat-lompat di atas papan itu dengan sekeras-kerasnya. Sampai bukan saja membuat punggung orang yang bungkuk itu menjadi lurus, tetapi juga nyawanya melayang. 

Ketika anak si orang bungkuk datang menuntut, dengan tenang-tengan saja dukun itu menjawab. “Pekerjaanku ialah meluruskan punggung yang bungkuk; karena itu aku sama sekali tidak bertanggung jawab atas nyawa orang yang kurawat!” 

 Ganti Posisi
Sang istri berkata kepada suaminya bahwa anak–anak mereka akan dijemput neneknya untuk menginap di rumah nenek. Sang ayah pun menyetujuinya.

Sang istri menginginkan ganti posisi karena anak – anaknya tidak ada di rumah. Lalu, sang istri bercerita ia ingin tidur di sofa dan menonton sepak bola, sedangkan suaminya diminta menggantikan posisinya untuk mencuci, nyapu, setrika dan ngepel.

 

Kacang Mede
Suatu hari ada seorang ibu yang bernama Dedeh yang baru pindah ke kompleks yang baru. Saat itu juga ia berkunjung menemui tetangganya yang rupanya sudah nenek-nenek. Ia pun memperkenalkan diri. Si Nenek pun mempersilakan masuk. Di rumah nenek terdapat banyak camilan di meja. Lalu ibu Dedeh tertarik untuk mencicipi kacang mede. Ia pun mengambilnya dan mencicipi.

Saking senangnya sampai ia menghabiskan satu toples. Ia pun meminta maaf kepada nenek. Namun sang nenek malah senang karena kacang medenya tidak terbuang. Ia pun bercerita kalau anaknya sering megirimi coklat dan ia mengumpulkan kacang medenya karena giginya tidak kuat mengunyah.

 
Kontes Diam
Suatu hari ada seorang ibu yang sedang bertengkar dengan putrinya. Keduanya tidak ada yang mau mengalah sehingga memilih untuk kontes diam. Saat itu juga sang anak teringat kalau besok ia akan pergi piknik dan ia menuliskan dalam secarik kertas di meja makan yang berisi pesan agar ibunya membangunkan jam 5.

Ibunya pun menuliskan di secarik kertas yang berisi tulisan membangunkan anaknya. Alhasil sang anak bangun kesiangan dan tertinggal bis. Ia lalu mencari ibunya dan menemukan secarik kertas di kamarnya.

 

Tetangga Baru
Pada suatu malam Ardi dan ayahnya sedang berbincang – bincang. Sang anak menanyakan tentang keberadaan hantu apakah ada atau tidak. Sang ayah pun menjawab bahwa sebenarnya hantu itu tidak ada.

Anak itu tidak percaya karena menurut tetangga sebelah hantu itu ada. Sang ayah lalu menjelaskan, bahwa rumah di sebelahnya sudah kosong lama sehingga ia melarang anaknya agar tidak main lagi ke tetangga baru di sebelah rumahnya.

 

Pelajaran Komputer
Suatu hari terdapat sahabat yang bernama Rudi dan Dito yang sedang belajar komputer. Rudi memang belum paham tentang penggunaan komputer sehingga ia belajar dengannya. Rudi mulai bertanya – tanya tentang fungsi dari beberapa fitur yang ada di komputer.

Rudi tiba – tiba ingi mencari facebook namun ia tak dapat membukanya. Ia pun berinisiatif bertanya kepada Dito. Dito pun menjawabnya untuk menambahkan www sebelum ia menuliskan keyword yang ingin dicarinya. Rudi pun penasaran lalu bertanya lagi “Apa sih www itu?”

Dito pun menjawab “Ehmm… kasih tau nggak ya…? Ya pokoknya kala mau masuk website ya harus ketik www dulu. Kalau nggak salah, itu singkatan dari Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.”

Rudi pun mempercayainya bahwa sebelum mencari sesuatu di komputer harus mengucapkan salam terlebih dahulu.

 

Dompet Temuan
Suatu hari dalam perjalanan pulang sekolah Kia menemukan sebuah dompet. Ia langsung mengembalikan dompet temuan tersebut kepada pemiliknya. Sang pemilik pun kaget karena ia hanya memiliki selembar seratus ribuan, namun ternyata Kia telah menukarnya menjadi beberapa lembar sepuluh ribuan dan receh.

Ia menukar uangnya dengan tujuan agar ia mendapat persenan. Ia pun juga bercerita kalau ia juga pernah mengembalikan dompet seseorang, namun tidak diberi persenan karena tidak punya uang kecil.

 

Jin yang Kekurangan
Pada suatu hari terdapat seorang pemuda di sebuah pulau yang menemukan harta karun. Diantara barang – barang yang berharga mereka melihat sebuah teko. Mereka mengira teko itu berisi jin yang dapat mengabulkan berbagai permintaan. Awalnya ragu lalu ia mencari terlebih dahulu tiga keinginan yang akan diminta kepada jin tersebut.

Setelah menemukan 3 permintaan ia mulai menggosok teko sebanyak 3 kali. Jin tersebut berterima kasih karena telah membantu membebaskannya setelah berjuta tahun berada dalam teko tersebut. Sebagai wujud rasa terima kasih akhirnya jin itu menawarkan permintaan.

Pemuda itu meminta untuk membangunkan sebuah villa. Lalu jin itu berkata bahwa “Kalau saya dapat membangun villa seperti itu, Anda kira saya akan tinggal di teko usang dan pengap ini?



Efek Obat
Alkisah seorang pengacara baru tersadar setelah dibius pasca operasi. Ia ditemani oleh istrinya yang sangat cantik. Saat itu suaminya kembali tidur setelah mengatakan kata ‘cantik’. 
Setelah itu, ia bangun dan mengatakan “o, kamu”. Kata tersebut membuat istrinya kecewa. Saat ditanya suaminya mengatakan bahwa efek obat ternyata telah hilang.

 

Salah Tempat
Dalam kisah ini salah seorang ibu salah tempat. Ia memanggil dokter lalu mengatakan bahwa ia membutuhkan kacamata. Orang yang melihatnya pun kebingungan dan panik.

Salah seorang pria membisikkan sesuatu kepadanya yang menjelaskan bahwa ibu itu sekarang salah tempat karena ia berada di ruang untuk tempat cukur dan bukan di klinik dokter.

 

Ular Cilik
Alkisah ada dua ekor ular cilik yang sedang bercakap – cakap. Mereka membahas tentang, apakah mereka itu berbisa atau tidak.

Ular A bertanya karena ular B sembari menggigit bibirnya sendiri. Ular tersebut takut kalau racun atau bisa yang ada dalam taringnya masuk ke dalam tubuhnya.

 

Wartawan Gegabah dan Salah Kaprah
Suatu hari terdapat tabrakan di tikungan jalan. Wartawan tersebut kesulitan untuk melihat korban. Ia memiliki ide yang unik namun konyol. Dia mengatakan bahwa ia adalah saudara laki-lakinya.

Semua orang minggir dan memberinya jalan dan ternyata korban kecelakaan itu adalah seekor anjing. Wartawan itu malu dan semua orang menatapnya sehingga ia menjadi pusat perhatian.

 

Biar Tidak Dibegal
Anda disarankan untuk tidak menggunakan motor, namun memilih menggunakan angkot sehingga anda terhindar dari pelaku begal. Beredarnya isu banyaknya begal di jalan membuat orang berpikir ulang untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Nah, solusi tepatnya adalah anda dapat menggunakan angkutan umum. Selain lebih aman, anda juga telah membantu menyukseskan program untuk mengurangi kemacetan di jalan. Begitulah bunyi pesan promosi pemerintah kota, untuk menggunakan kendaraan umum di perkotaan. 

 


Bukan Salah kulitku Hitam
Suatu hari ada anak kecil bernama Joko yang saat itu berkulit hitam, namun orang tuanya berkulit putih. Ia memberanikan diri bertanya kepada mamanya tentang apakah ia adalah anaknya atau bukan.

Sang mama pun menjawab bahwa ia adalah anak kandungnya. Lalu, sang anak yang masih penasaran terus bertanya kepada mamanya. Mamanya pun menjawab bahwa kalau anaknya berkulit putih, maka akan mudah kotor.

 
Tidak Bisa Ujian
Bermula dari seorang guru yang melihat muridnya lemas. Akhirnya sang guru mendatanginya dan menegur. Siswa itu bernama Aldo. Akhirnya sang guru menanyakan penyebabnya. Aldo mengatakan penyebabnya karena ia tidak bisa tidur semalam.

Gurunya memintanya untuk menunda ujian minggu depan. Namun, sang anak tidak mau. Lalu gurunya berkata “Untuk tidur saja tak bisa, apalagi mau mengerjakan ujian?” 

 

Bapak yang Beruntung
Kisah ini berawal dari seorang bapak yang sedang gelisah karena harus membelikan buku bagi anaknya. Sang anak lalu menghampirinya ayahnya dan malah mengatakan bapaknya beruntung karena tak perlu membelikan buku baru karena ia tidak naik kelas.

 

Kado Tahun Baru
Berita ini berawal dari seorang bernama Joko yang telah menikah dengan wanita yang dicintainya. Namun, ia juga harus bersabar dengan mertuanya yang selalu meminta kado di setiap hari spesial.

Suatu hari, saat liburan akhir tahun Joko dan istrinya berencana untuk menginap di rumah mertuanya. Seperti biasanya sang mertua meminta kado kepadanya. Lalu, Joko memutar otak supaya tidak selalu dimintai hadiah berulang-ulang. Lalu, dengan tenang ia berjalan mendekati mertuanya untuk memberikan hadiahnya.

Saat itu, sang mertua sangat kaget melihat hadiah yang diberikan menantunya. Di luar ekspektasi mertuanya, ternyata Joko memberi surat tanah kuburan yang lengkap dengan kuitansi pesanan peti mati, batu nisan dan lain-lain.

Mertuanya merasa tersindir dengan hadiah yang diberikan oleh Joko kepadanya. Lalu, pada tahun berikutnya, mertuanya pun tetap meminta kado tahun baru. Namun kali ini Joko tidak memberikan hadiah dengan alasan bahwa hadiah yang diberikan kemarin belum terpakai. Sang mertua akhirnya diam dan Joko berhasil membuatnya tidak meminta kado lagi.

 


Pertanyaan yang Sederhana
Ada filsuf yang sangat terkenal dan disegani oleh sopirnya karena selalu mengikuti ceramah bosnya. Suatu hari, sang sopir memberanikan diri bertanya tentang kesediaan sang filsuf untuk diajak bertukar peran pada jam berikutnya. Sang filsuf pun setuju, ia menjadi sopir dan sopirnya menjadi pembicara dalam mata kuliah berikutnya.

Dalam sesi diskusi pada mata kuliah itu, ada seorang mahasiswa yang bertanya, dan sang sopir pun dapat menjawabnya dengan baik. Bahkan, sopirnya itu pun dapat membawakan matakuliah dengan lancar. Luar biasa memang dan sang sopir pun dapat menjawabnya dengan baik karena itu pertanyaan yang sederhana.



Pesawat terlambat
Suatu pagi ada seorang pria yang komplain terhadap perusahaan taksi akibat taksi yang dipesannya belum kunjung datang. Namun, sang operator meminta maaf atas taksi terlambat yang akan ditumpanginya.

Sang operator berkata untuk memintanya tenang dan tidak khawatir karena pesawat biasanya telat. Lalu pemesan taksi itu berteriak keras dan berkata “Karena saya pilotnya.”

 

Cara Masuk ke Surga
Seorang guru agama sedang berbicara kepada sekelompok anak-anak tentang "menjadi baik" dan pergi ke surga.

Di akhir ceramahnya, dia bertanya, "Ke mana kalian ingin pergi?"

"Surga! Surga!" Teriak Lisa Kecil.

"Dan apa yang harus kamu lakukan untuk sampai ke sana?" tanya guru itu.

"Mati!" Teriak Jono Kecil.

 

Kejahatan Tahun Baru
Hari ini adalah Tahun Baru dan hakim sedang dalam suasana hati yang gembira,
Hakim: “Anda dituntut karena tuduhan apa?”
Terdakwa: “Melakukan belanja Tahun Baru terlalu awal.”
Hakim: “Itu bukan suatu pelanggaran, seberapa awal anda melakukan belanja?”
Terdakwa: “Sebelum toko dibuka Pak Hakim.”
Hakim: “Lalu dimana letak salahnya Jaksa Penuntut?”
(Jaksa Penuntut melongo dengan wajah tak percaya).

 

Resolusi Tahun Baru: Berhenti Merokok
Semar bertanya kepada salah satu temannya yang bernama Yati Pesekma Petruk ketika Petruk sedang meminta sebatang rokok kepada Semar.
Semar: “Aku pikir kamu sedang membuat resolusi tahun baru untuk berhenti merokok?”
Petruk: “Aku sedang dalam proses berhenti. Saat ini aku sudah berada di tahap pertama.”
Semar: “Apa itu tahap pertama?”
Petruk: “Aku sudah berhenti membeli rokok!”

 

Baru Beli Motor Balap
Pada suatu hari ada orang desa yang baru jual tanahnya 2 hektar namanya Semar, setelah tanahnya laku dan mendapat duit banyak, singkat cerita si Semar beli motor balap. 

Pas keluar dealernya si Semar langsung tancap gas tuh motor sekencang-kencangnya, di persimpangan jalan dia ngeliat mobil BMW, tuh mobil langsung dipepet sama si Semar sambil gedor-gedor kaca tuh mobil,

Yang punya mobil: (kaget, duak, duak, duak dan membuka kaca) “Ada apaan?”
Semar: “Woy lo punya gak motor kayak gini?”
Yang punya mobil: (Pikirnya ini orang sombong banget mentang2 punya motor balap).
Semar: (Masih penasaran nge-gedor-gedor tuh mobil
lagi).
Yang punya mobil: “Apaan lagi siiih!”
Semar: “Woy lo punyaa gak motor kayak gini?”
Yang punya mobil: (Kesal ditanyain melulu, langsung banting setir).

si Semar yang lagi ngebut nabrak tuh mobil dan jatuh plus bersimbah darah pula,

Yang punya mobil: (Merasa iba langsung turun mau nolongin si Semar). “Eh lo gak kenapa-kenapa kan?”
Semar: “Woy lo punya gak motor kayak gini? Gue cuma mau nanya rem-nya dimana!”

 


Motor Baru
Pagi itu, Petruk yang di beliin motor baru oleh ayahnya berniat ingin belajar naik motornya. Bapaknya yang melihat anaknya belajar motor jadi heran karena dari tadi motornya cuma di dorong-dorong aja tanpa di starter. Kemudian Bapaknya mendekati Petruk,

Bapak: “Kenapa kamu belajarnya begitu?”
Petruk: “Bapak ingat waktu bapak belajar naik sepeda? Kan di dorong dulu pak.”
Bapak: “Dasar bocah! Cara belajar naik sepeda itu beda dengan cara belajar naik motor.”
Petruk: “Lah terus bagaimana pak caranya kalau belajar naik motor?”
Bapak: “Kamu naik dulu, ntar bapak yang dorong motornya dari belakang.”
Petruk: (Langsung menaiki motornya sambil berteriak) “Dorong yang kencang euy!”

 
Mobil Baru
Ada seorang eksekutif muda yang sedang mengendarai mobil BMW seri terbarunya dan saat ini ia seorang diri menyetir. Di tengah jalan, secara tak terduga, tiba-tiba terjadi kecelakaan yang menyebabkan pintu mobilnya lepas.
Sang eksekutif muda: (Terkejut). “Wahhh! Pintunya lepas, pintunya lepas!”
(Dia terus saja berteriak-teriak tidak karuan sampai seorang polisi tiba untuk mengevaluasi kecelakaan tersebut).
Eksekutif: “Pak! Bagaimana ini, pintu mobil saya rusak!”
Polisi: “Anda ini bagaimana! Pintu mobil saja yang anda ributkan! Lihat tuh tangan anda putus!”
Eksekutif: (Melihat tangannya yang putus dan berteriak histeris) “Waa jam tangan Rolex saya mana!”
(Polisi tidak bisa komentar apa-apa lagi).

 

Ibu Pergi ke Pasar Baru
Seorang ibu pergi ke Pasar Baru untuk membeli karpet. Masuklah si ibu ke salah satu toko karpet. Saat si ibu membungkuk untuk menyentuh sebuah permadani indah yang letaknya di bawah, tiba-tiba
Ibu: (Gak bisa nahan kentut tuut, tuuut, lalu bunyi lagi untuk kedua kalinya tuut, tuut).
Si ibu nengok ke belakang, khawatir ada yang dengar. Ternyata di belakangnya ada si pemilik toko, seorang bapak India berkumis dan pakai sorban.
Ibu: (Grogi) “Ehmm, permadani yang ini, berapa harganya pak?”
Si India: (Dengan logat india & sambil goyang kepala) “Acha, acha, acha, you pegang karpet saja sudah kentut, apalagi kalau you tau harganya bisa-bisa you masuk angin!”
Ibu: -__-

 


Dua Sahabat Pergi ke Pasar Baru
Si Gareng dan si Semar pergi ke pasar baru, mau membeli sepatu futsal di pasar tersebut. si Gareng mau beli sepatu buat dia sekalian mau bayarin spatu juga buat si Semar. 

Setelah keliling-keliling di seputar pasar tersebut, akhirnya mereka berhenti di suatu toko yang menjual sepatu futsal. Dan mereka menemukan sepatu yang diinginkan di toko tersebut. 
Merekapun sudah sepakat dan deal tentang harga dengan si penjual sepatu tersebut, untuk 2 pasang sepatu dihargai Rp300.000,-. Namun setelah mau membayar ternyata uang cash yang Gareng bawa cuma Rp 100.000,-. 
Kemudian si Gareng mengambil inisiatif menyuruh Semar ke ATM untuk ambil uangnya di ATM. maka diberikanlah dompet si Gareng ke si Semar.

Gareng: “Mar!”
Semar: “Iya Reng, jadi gimana nih?”
Gareng: “Lo ke ATM terus ambilin duit Rp 200.000,- aja di mesin itu, pake kartu ATM gw. Lo bisa kan cara ambil duit di ATM?”
Semar: “Ya bisalah, lo kira gw orang cupu, ngambil uang di ATM aja gak bisa huh! Jangan suka ngeremehin gitulah.”
Gareng: “Yaudah nih bawa dompet gw, ntar ambil uangnya pake kartu gw. Terus kalau ada apa-apa lo telepon gw. Buruan sana gw gak enak sama abang penjualnya kalau kelamaan, ntar dikira lagi pura-pura beli tapi gak punya duit.”
Semar: “Oke gw berangkat, lo standby Handphone aja. Ntar gw call elo kalau uangnya dah gw ambil, ok boss?”
Gareng: “Yaudah sana berangkat, gw tungguin cepet!”

(Setelah 15 menit menunggu tiba2 si Semar telepon ke Handphone si Gareng).

Semar: “Reng, waduh celaka kita.”
Gareng: “Celaka gimana maksud lo?”
Semar: “Duit lo gak bisa diambil, kartu elo di tolak terus sama ATM. Gw udah nanya ke satpamnya katanya kartu elo tuh gak bisa, bakalan ke reject terus kalau masukin ke ATM.
Gareng: “Ah masa sih, padahal kan gw baru aja ganti itu kartu. Masa gak bisa?”
Semar: “Duh gimana nih? Mending batalin aja beli sepatunya dan lo kabur ngumpet2 dari si abang itu. Besok lo tanyain ke banknya kenapa kartunya ga bisa dipake.”
Gareng: “Emang kartunya yang mana sih yang lo masukin?”
Semar: “Itu tadi gw masukin kartu yang ada nama, tanggal lahir, alamat sama agama elo ke mesin itu.”
Gareng: “Sampe taun jebot dan gajah bisa ngelahirin ontapun juga gak bakal bisa, ktp untuk ambil duit di ATM.”

 

Tentang Pasar Baru
Berhentilah menuntut ilmu, karena ilmu tidak bersalah.

Jangan membalas Budi, karena belum tentu Budi yang melakukannya.

Jangan mengarungi lautan, karena karung lebih cocok untuk beras.

Berhenti juga menimba ilmu, karena ilmu tidak ada di dalam sumur.

Dan janganlah bangga menjadi atasan, karena di Pasar Baru, atasan 10 ribu dapat 3.

 

Pegawai Baru
Seorang calon pegawai baru tengah menghadapi sebuah tes interview.

Interviewer: “Selamat, Anda telah berhasil menempuh semua tes yang kami adakan. Kini anda menghadapi tes terakhir, yakni tes interview. Kami akan mengajukan pertanyaan, Anda bisa memilih. Pilihannya, anda menjawab 10 pertanyaan gampang atau 1 pertanyaan yang sulit yang memerlukan jawaban logis. Nah, kami berikan pada anda untuk memilih jenis pertanyaan dari kami.”

(Setelah beberapa saat berpikir).

Calon pegawai: “Saya akan memilih 1 pertanyaan yang sulit.”

Interviewer: “Baiklah, menurut anda duluan mana siang atau malam?”

Calon pegawai: (Berpikir sejenak) “Duluan siang, Pak!”

Interviewer: “Mengapa anda menganggap lebih dahulu siang dibanding malam?”

Calon pegawai: “Maaf, tadi Bapak sudah berjanji hanya akan menanyakan 1 pertanyaan sulit saja.”

 

Dosen Baru
Seorang Dosen baru di Universitas Swasta sedang mencoba berkenalan dengan mahasiswanya di ruang kuliah.

Dosen: “Kamu yang pake kacamata, siapa namanya dan apa hobinya?”
Mahasiwa 1: “Nama saya Gareng, hobi saya lihat Pelangi Bu.”
Dosen: “Kalau kamu yang duduk di belakang?”
Mahasiswa 2: “Saya Semar, hobi saya lihat Pelangi juga Bu.”
Dosen: “Kalian berdua sama hobinya yaa? Kalau kamu yang pake topi?”
Mahasiwa 3: “Saya Bagong, hobi saya juga lihat Pelangi Bu.”
Dosen: “Wahh wahh, ini satu kelas hobinya sama, hebatt hebatt. Nah, kamu yang paling cantik. Siapa namanya dan hobinya apa?”
Mahasiswi 4: “Nama saya Pelangi, hobi saya dance cover BlackPink Bu”

 


Murid Baru
Bu Guru: “Mengapa kamu belum mengisi data tempat dan tanggal lahirmu, Petruk?”

Petruk: “Saya tidak tahu kapan saya lahir, Bu.”

Bu Guru: “Mengapa tidak kamu tanyakan saja pada ibumu?”

Petruk: “Ibu saya sedang berada di luar kota, Bu.”

Bu Guru: “Kalau begitu, mengapa kemarin tidak kamu tanyakan saja kepada ayahmu?”

Petruk: “Ah, Bu guru ada-ada saja. Ayahkan tidak tahu. Sebab mana mungkin ayah melahirkan saya.”

 

Kontrakan Baru
Semar kecil: “Ayah, apakah hantu itu benar-benar ada?”
Ayah: “Tidak nak, hantu itu tidak ada. Hantu hanyalah cerita bohongan yang ada di film dan di tivi.”
Semar kecil: “Tapi ayah, pembantu kita bilang jika hantu itu benar-benar ada.”
Ayah: “Nak, cepat kemasi semua barangmu, dan bilang pada ibumu kita akan pindah dari sini, cari kontrakan baru.”
Semar kecil: “Tapi, kenapa ayah?”
Ayah: “Kita tidak punya pembantu, nak!”

 


Baru Datang
Di sebuah sore, seorang ayah mendapati anaknya dan teman-temannya baru datang dari sekolah. Setelah bertegur sapa, sang anak ingin menceritakan tentang pengalamannya hari itu.

Petruk: “Yah, tadi saya dan enam orang teman membantu seorang Nenek menyeberang jalan.”
Ayah: “Oh, bagus sekali, Nak. Itu namanya anak yang baik. Tapi, mengapa sampai sebanyak itu kalian membantunya?”
Petruk: “Soalnya Nenek itu tidak mau menyebrang jalan.”
Ayah: (Diam tak berkata).

 


Pak Camat
Pak Camat baru saja membelikan Handphone untuk Kadesnya yang memang gaptek (gagap teknologi).. 
Suatu hari pak Camat menelepon pak Kades, dengan tergopoh-gopoh pak Kades lari ke rumah pak Camat..

Camat: “Lho kenapa Handphone-nya gak di angkat, kok malah kamu datang ke sini.. Saya belikan Handphone buat kamu untuk apa??..”

Kades: “La wong di layar Handphone tertulis “Pak Camat Memanggil”, ya saya langsung ke sini pak. Coba kalau tulisannya “Pak Camat Menelepon”, pasti saya angkat.”

 


Turis Arab Baru Datang ke Jakarta
Turis Arab pesiar naik mobil di Jakarta disupirin Bagong. Tiba-tiba, mobilnya
disalip pick up yang ngebut,

Si Arab: (Teriak) “Ustahiad! Ustahiad!”
(Lalu ada truk menyalip).
Si Arab: (Teriak: “Ihsibustim! Ihsibustim!”
Bagong: (Heran).
(Tiba2 ada sedan kecil menyusul dari arah kiri).
Si Arab: (Mendesis) “Ya Allah, ikuzus, ikuzus.”
Bagong: “Wan, ente lafal zikirnya kok aneh. Ane belum pernah dengar.”
Si Arab: “Siapa yang zikir, itu tulisan di belakang mobil2 yang nyalip. Ane bacanya dari kanan ke kiri.”

 


Merek Baru
Suster: “Mas infusnya ditambah dulu ya.”
Pasien: “Iya sus, tapi kok berbusa gitu? isinya apa?”
Suster: “Iya mas ini merek baru, mereknya ANKER.”
Pasien: (Tewas).

 

Seperti Bayi Yang Baru Lahir
Dua orang kakek-kakek yang sudah pensiun sedang duduk di sebuah bangku di
bawah pohon sambil ngobrol.

Kakek 1: “Bro, sekarang aku berusia 73 tahun dan sekarang aku sering sakit-
sakitan. Umurmu juga sama denganku, apakah kamu mengalami seperti yang aku
rasakan?”

Kakek 2: “Wahhh, kalau aku malah merasa seperti bayi yang baru lahir.”

Kakek 1: “Benarkah!? Seperti bayi yang baru lahir?” (Tidak percaya).

Kakek 2: “Iya, botak, ompong, bahkan saat ini aku sedang ngompol!”

 

Anggota DPR Baru
Suatu hari di salah satu ruangan di gedung MPR/DPR. Seorang anggota dewan yang baru diangkat, tampak masih canggung, lugu dan serba kikuk. Rupanya dia wakil dari daerah dan belum pernah bekerja atau punya ruangan yang megah.

(Beberapa saat kemudian, ada yang mengetuk pintu ruangannya).
Setelah dibuka, berdiri di hadapannya 2 orang dengan koper besar dan segulungan kabel.

DPR: “Wah, ini pasti wartawan TV yang mau mewawancarai aku.” (Dalam hati).

Agar tampak berwibawa dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telepon,

DPR: “Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini.”

Kemudian selama beberapa puluh menit dia menelepon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi,

DPR: (Sambil sekali-sekali menyebut-nyebut ‘Demi rakyat’ atau ‘Kepentingan rakyat’ keras-keras).

Setelah selesai sambil meletakan gagang telepon dia berkata pada dua orang tamunya tersebut.

DPR: “Nah, sekarang wawancara bisa kita mulai.”

(Kedua orang itu tampak bingung dan berpandangan satu sama lain).

Orang: “Maaf pak, kami datang kesini mau memasang saluran telepon bapak.”