• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

hantu 10



Selamat datang di dunia orang mati Sekarang aku akan tidur selamanya Jangan bangun, tolong! Jangan tinggalkan aku di sini selamanya.. "Kau meninggalkan aku Selamanya.. Sekarang kau jauh dariku.. Bayanganku akan mengejarmu untuk selama-lamanya.." Lagu itu terus mengalun, bersama, bersaing dengan suara gemerisik air hujan dan kilatan petir yang mengamuk. Lagu aneh dengan suara penyanyi yang membuat bulu kuduk berdiri. Lagu yang menurut masyarakat sekitar dapat menyebabkan mental seseorang terganggu ataupun menyebabkan bunuh diri. Lagu terkutuk, yang usut punya usut adalah lagu untuk memanggil "mereka.. dari alam sana, bermain bersama mereka, hingga mereka menyeret orang itu untuk menjadi bagian dari mereka.. Seorang gadis, duduk termenung di ruang tengah yang terlihat sedang mendengarkan lagu. Ya, lagu itu. Ia mendapatkan lagu itu karena keisengannya, memang bodoh. Pandangan matanya kosong. Entah keberapa kalinya ia menjadi sasaran amarah sang Ibu akibat ketahuan mendengarkan lagu terkutuk itu. "Dengarkan sekali lagi.. Lavender Town.. sekali lagi, lagi.." Entah sejak kapan lagu itu terus bertengger di playlist favoritnya, bahkan berada di urutan pertama. Lagu itu sering ia dengar, tak peduli dengan suara-suara aneh yang akan muncul setelah ia mendengar lagu itu. Halusinasi suara, itu hal yang biasa baginya. "Lagi.. sekali lagi.." Ia tahu, lagu itu membuat dirinya semakin ke sini semakin terganggu. wanita lesbi  lesbi itu menjadi sering melamun. Ia tak dapat lepas dari alunan creepy lagu itu. Lagu itu telah menyatu dengan dirinya. "Rin! Hapus lagu itu sekarang juga.." Sang Ibu muncul tiba-tiba dari ambang pintu tengah dengan wajah garangnya. Matanya menatap putri semata wayangnya tajam. Ia lelah, mengingat sudah berapa kali ia melarangnya untuk mendownload ataupun memutar lagu aneh itu. "Aku suka lagu ini.." Kata Rin dingin, wajahnya datar. Sang Ibu dengan cepat menghampiri Rin lalu menampar pipinya. Earphone Rin copot dan terjatuh. "Gila kamu ini.." Teriak sang Ibu, matanya berkaca-kaca. Rin yang masih dengan wajah datarnya lagi-lagi berkata, "Aku suka lagu ini.." Ia beranjak dati posisi duduknya, manatap mata sang Ibu serius. "Aku suka lagu ini, Bu.." "Lavender Town.. dengarkan sekali lagi.. Lavender Town," Pada hari-hari berikutnya, Rin masih memutar lagu itu dengan volume full. Ia tak mempedulikan Ibunya yang terus-menerus menggedor pintu depan tak karuan. Rin mengusir Ibunya. Rasanya, wanita lesbi  lesbi itu sudah terlalu muak dengan amarah yang terus-terus dan terus saja diluapkan sang Ibu. "Selamat datang di dunia orang mati Sekarang aku akan tidur selamanya Jangan bangun, tolong! Jangan tinggalkan aku di sini selamanya.." Rin adalah seorang wanita lesbi  lesbi pemurung. Ia sangat tak suka dengan orang yang selalu mengatur-ngatur kehidupannya, termasuk Ibunya. Sosok Ayah di mata seorang Rin, hanyalah kepalsuan. Ia tak punya Ayah, atau lebih tepatnya, ia berpikiran, Ibunya selalu berbohong setiap ia menanyakan "Ayah di mana..". Pendidikan Rin? Jangan tanya! Karena Rin tak suka diatur dan ingin hidup sendiri, ia berhenti sekolah. Berhenti melanjutkan pendidikannya yang sebentar lagi akan berlanjut ke jenjang SMA. Kembali pada keadaan, hari demi hari, ketukan pintu yang disertai suara orang meminta tolong semakin terdengar lebih keras daripada tempo hari lalu. Apa mungkin itu sang Ibu yang ingin masuk? Sepertinya Rin ragu, mengingat sudah seminggu sejak ia mengusir Ibunya. Rin bukanlah wanita lesbi  lesbi kasar yang tidak peduli pada orangtua. Ia hanya tak suka diatur, ia ingin mandiri. Itu saja! "Kau meninggalkan aku Selamanya.. Sekarang kau jauh dariku.. Bayanganku akan mengejarmu untuk selama-lamanya.." Rin tak ke luar rumah sejak ia mengusir Ibunya. Ia ada di dalam, sendirian, tak kesepian, dalam kegelapan. Baiklah, sekarang pikiran Rin sudah tak waras lagi. Ia seperti mengonsumsi barang yang membuatnya ketagihan. Tak henti ia memutar lagu itu terus-menerus. Ia akan sakit jika tak memutar lagu itu meski semenit saja. "Lavender Town. dengarkan sekali lagi.." Katanya sayup. Rin pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu, pandangannya masih kosong. Diambilnya tali dan pisau kecil di meja makan, lalu kembali ke ruang tengah. Sret! Sret! "Lavender Town.. sekali lagi.. dengarkan, sekali lagi.." wanita lesbi  lesbi itu mengukir guratan melintang di tangan kanannya menggunakan pisau kecil. Ia mengikat lehernya dengan tali, masih longgar. Darah segar perlahan mengalir dari kulit pucat pasi itu. Dan selalu, pandangannya tetap kosong seperti biasa. Ia mengambil kursi kecil, lalu mengikat ujung tali yang satunya ke sebuah benda yang ada langit-langit. "Kau meninggalkan aku selamanya.. sekarang kau jauh dariku.." Senandungnya seraya mempersiapkan posisi. Krek! Sekarang Rin dapat menikmati ayunannya sendiri dengan leher yang diikat tali. Badannya berayun perlahan, tak ada rasa sakit sama sekali yang tersirat di wajahnya. Dirasa masih bisa bernapas, kegiatan terakhirnya, ia hanya perlu ********* kedua bola matanya dengan pisau kecil. Lalu ia akan bahagia, abadi bersama lagu kesayangannya. "Lavender Town, dengarkan sekali lagi.. Lavender Town, aku tak dapat mendengar lagi.." wanita lesbi  lesbi itu mati, di tangan lagu aneh ini . Membiarkan tubuhnya berayun anggun diiringi lagu Lavender Town yang masih mengalun, dan entah kapan lagu itu akan berhenti. The End .



2

MALAM menjelang di Desa Padang Aji, Selat Karang Asem. Sekitar pukul 22.00 wita, seusai sejumlah tarian rakyat, keluarlah tarian Walunateng Dirah pertanda dimulainya pergelaran drama Calon Arang yang dimainkan perguruan Sandhi Murti. Perlahan, suasana terasa mencekam di desa terpencil di pegunungan itu. Arena jaba pura desa yang sedang menyelenggarakan upacara piodalan itu dipadati lebih dari 500 penonton, tapi suasana hening. Ketegangan terus menanjak. Apalagi setelah adegan peperangan antara Patih Madri dan para murid Ratu Dirah. Lima tokoh rangda lalu muncul di tengah-tengah arena sambil mengucapkan mantra-mantra pengleakan. Tampil pula tokoh desa yang desanya terkena wabah grubug mengundang para leak. Dengan nada humor, dia menantang para leak di wilayah itu agar muncul dan bertarung." Ayo, aku siap dimakan leak," katanya dalam bahasa Bali. Adegan berikutnya adalah munculnya dua usungan membawa dua bangke matahyang seolah adalah kroban grubug. Peran sebagai bangke matah (mayat) inilah yang sebenarnya paling ditakutkan orang karena sangat mengundang risiko. Pemainnya bisa benar-benar mati karena menjadi sasaran tembak serangan ilmu leak. Upacara penguburan pun dimulai dengan memandikan jenazah. Saat itulah banyak penonton yang melihat bola api berseliweran di udara. Di tengah-tengah upacara penguburan, penglingsir Puri Padang Aji memperingatkan penonton agar tidak ikut mendampingi mayat itu ke kuburan (setra) yang jaraknya sekitar 2,5 kilometer. Upacara selesai, mayat itu pun diusung yang diikuti ratusan anggota Sandhi Murti dari belakang. Kedua mayat itu kemudian diletakkan di atas gundukan tanah kuburan. Upacara selanjutnya dimulai. Pada saat inilah kembali penonton heboh karena melihat api, ada pula yang melihat kain putih membentang. Tidak sampai 15 menit, kedua mayat tadi benar-benar hidup kembali. Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti Indonesia, Drs. I Gusti Ngurah Harta, menyebut bola api yang muncul itu merupakan salah satu wujud leak yang hadir meramaikan pertunjukan. Hanya, leak-leak tadi pengecut tidak berani sampai datang ke arena pertunjukan untuk menunjukkan kesaktiannya. Bagi Sandhi Murti, pertunjukan Calonarang merupakan bagian dari olah kreativitas mereka. Sekaligus untuk menghibur masyarakat. Tapi mereka punya satu syarat, pergelaran haruslah di tempat-tempat yang masih dipandang angker dan belum terganggu oleh hiruk-pikuk dan sorot lampu. Drama Calonarang sendiri erat kaitannya dengan ilmu pengleakan karena cerita itu membeberkan bagaimana ilmu leak digunakan pada zaman Kediri. Drama ini biasanya dipergelarkan dalam upacara piodalan (ulang tahun berdasarkan hitungan kalender Bali) Pura tingkat madya yang biasanya 10 tahun sekali sebagai kelengkapan upacara. Sejak tahun 1980-an, Ngurah Harta secara terbuka menyatakan, dia memang menekuni ilmu pengleakan. Ilmu leak, kata dia, merupakan salah satu kearifan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. "Sayang sekali kalau hilang, karena nenek moyang kita telah menciptakannya," ucapnya. Cikal bakal ilmu ini, menurut dia, adalah ajaran Tantri yang di Bali berkembang pada zaman Mahendradatta (ibu Erlangga). Jadi, jauh sebelum terciptanya kisah mengenai Janda Dirah pada zaman Kerajaan Kediri masa Erlangga itu. Ajaran ini adalah sebuah sekte yang menyembah Durga. Dan pertunjukan malam itu memang terasa mencekam. Sekaligus menunjukkan di tengah Bali yang makin berubah, tetap saja ada sisi magis Bali yang bertahan. "Istri saya ketika melihat bola api di udara sampai ketakutan," ujar Komang Yanes, salah seorang warga Denpasar yang malam itu di Desa Padang Aji, Karang Asem, ikut menonton bersama nenekmoyangnya..



3

. Waktu itu aku masih 14 tahun dan aku baru pindah ke bandung. Aku pindah dari ibu kota ke kota kembang hingga sekarang, awalnya aku tidak suka ayah memindahkan sekolah dan kehidupanku padahal saat itu ayahku terkena PHK di perusahaannya. Maklum aku belum pernah mengerti kehidupan dan aku adalah anak semata wayang jadi tidak terbiasa dengan fluktuasi hidup. Tapi pertama kali aku menginjakan kaki di bandung, semua kekecewaanku hilang saat aku melihat rumah tua peninggalan belanda. Ayah, rumahnya bagus seperti rumah barbie dan aku masih sangat ingat ketika pertama aku melihat rumah yang aku tempati sampai sekarang itu. Dan benar saja, rumah tua itu sangat bagus dan terurus. Ada satu yang menarik, di rumah besar itu ada satu ruangan besar disampingnya dengan kaca-kaca besar disekelilingnya. Aku mau kamarku disana, aku menunjuk ruangan kamar itu. Aku sangat senang waktu itu karena memang aku tidak merasakan hal yang aneh dengan ruangan besar itu. Seharian penuh aku mendekorasi ruangan itu sambil dibantu oleh Ayah. Disudut kamar ayah menaruh lemari besar, ayah bilang lemari unik itu ayah dapat dari belakang rumah. Entah apa yang terjadi sampai pemilik rumah sebelumnya meninggalkan lemari itu. Aku mulai menata bajuku disitu, dan ada yang aneh dengan lemari itu. Bau yang berasal dari lemari itu, bukan seperti bau lemari pada umumnya. Seperti bau minyak wangi, baunya seperti bunga. Seminggu setelah menempati rumah itu aku tidak pernah mendapatkan hal yang aneh bahkan aku berani ditinggal tidur sendirian oleh orangtua ku. Lemari itu aku cat dengan warna biru muda tapi makin lama terasa ada yang ganjil dengan lemari itu dan ada yang aneh dengan ruanganku. Saat malam tertentu seperti malam jumat, dari lemari itu keluar bau yang sangat menyengat. Awalnya aku tidak curiga, tapi lama kelamaan aneh juga. Aku sempat memberitahu ibu, dan ibu bilang kalo dia tidak menyimpan kamper atau wangi didalam lemari itu. Jadi wangi apa yang keluar dari lemari itu, rasa penasaran membuatku semakin ingin mengetahui bau ini . Aku sering membuka lemari pintu dan jarang menutupnya, aku berpikir kalo itu bisa menghilangkan bau nya. Tapi malah bau nya semakin menyengat hingga suatu malam misteri bau itu terkuak juga. Dan beginilah ceritanya, malam itu ibu bilang kalo dia akan menjemput oma yang akan datang kerumah. Ibu pergi bersama ayah, jadi dia bilang kalo aku akan ditinggal sendiri dengan waktu yang cukup lama. Ibu memanggil Bi Idah, pembantu yang dipinjam sementara dari tetangga untuk menemaniku sementara waktu. Dan malam itu pun, Ibu dan Ayah meninggalkanku bersama bi idah. Bi idah adalah wanita lesbi  paruh baya yang pendiam, jadi selama dia menemaniku dia tidak berbicara satu katapun. Jadi aku yang bertanya terus-terusan, aku pun melewatkan malam dengan menonton saluran televisi dikamara tentu saja bersama bi idah. Waktu menunjukan jam 10 malam, aku melihat bi idah seperti menguap dan aku masih sibuk memindahkan saluran televisi yang akan membuatku mengantuk. Tapi aneh, mataku sama sekali tidak mau terpejam. Padahal biasanya jam 9 aku sudah tidur terlelap dikamar, 1 jam pun berlalu. Jam kini sudah menunjukan arah pukul 11 malam. Kali ini aku mencoba dengan sangat keras untuk tidur, aku mematikan televisi dan menarik selimutku. Posisiku waktu itu tertutup penuh oleh selimut, seperti mayat yang baru saja meninggal dan suasana hening malam itu. Lalu bau itu, aku langsung menyibakkan selimutku dan langsung mengarah ke lemari kayu di sudut kamarku. Aku bangun dari tempat tidurku dan menghampiri lemari tua itu, aku kembali membukanya dan melangkah kembali ke arah kasur. Tiba-tiba aku membalikan badanku secara spontan, pintu lemari itu langsung tertutup. Aku melangkah lalu membuka lemari dan kembali, belum jauh dari lemari itu tiba-tiba pintu lemarinya tertutup kembali. Aku belum curiga apa-apa waktu itu, aku pikir memang angin atau pintu lemari itu memang lagi rusak. Sampai akhirnya aku sangat kesal, dengan perasaan kesal aku melangkah ke arah tempat tidur dan menutup kembali badan dengan selimut. Aku menutup mata dan aku menutup telingaku, aku yakin kalo itu bukan angin. Aku ini anak pemberani dan sama sekali tidak takut dengan hantu. Tapi lama kelamaan suara lemari itu sangat mengganggu. Aku mendekati lemari yang terbuka dan tertutup sendiri itu. Aku mendekatinya dan astaga, badanku tegap berdiri kaku sambil nafasku yang seakan berhenti sejenak. Mataku melotot dan mulutku menganga, ternyata yang membuat pintu lemari itu terbuka dan tertutup bukanlah angin tapi astaga ada seorang anak kecil berambut hitam panjang dengan menggunakan gaun putih sedang berjongkok didalam lemari. Posisinya dia duduk dengan lutut menyentuh dada, wajahnya tertunduk sambil lengannya memainkan pintu lemari. "Siapa kamu? kamu masuk darimana? keluar dari lemariku sekarang." Anak wanita lesbi  lesbi  itu langsung menghentikan tangannya memainkan lemari. dia menengadahkan wajahnya perlahan dan astaga, betapa terkejutnya aku saat melihat mukanya yang menyeramkan. Wajahnya pucat dengan lubang besar di mata tanpa kedua bola matanya. Aku bergerak mundur sambil menutup mulutku. Dan dengan langkahnya yang kaku dia bergerak mendekatiku. Tangannya menjulur seolah akan mencekik leherku, aku mundur dan berlari ke atas kasur lalu menutup badanku dengan selimut. Didalam selimut aku menutup mata dan menutup telinga, aku menyadari kalo yang aku lihat bukan anak manusia. Aku menyibak kan selimut lagi, bangkit dan mencoba membangunkan bi idah. Aku tidak mau melihat ke arah lemari itu, yang aku lakukan adalah terus berusaha membangunkan bi idah. Bi idah membelakangiku, dengan sekuat tenaga aku membangunkan bi idah. Tanpa sengaja aku menarik badannya hingga terlentang dan yang aku bangunkan ternyata bukan bi idah. Melainkan sosok menyerupai bi idah dengan muka yang rata. Aku mundur hingga punggungku menyentuh tempat tidurku, Aku menutup muka sambil menangis. Sambil aku berteriak-teriak tidak jelas hingga aku membuka tanganku dan seraut wajah wanita lesbi  lesbi  tua terlihat memandangiku dengan wajah khawatir. Itu adalah bi idah, aku kemudian menangis dengan meraung kencang dan aku menjelaskan semuanya sambil menangis. Bi idah mencoba menenangkanku dengan segelas air minum yang dibawanya dari meja pinggir kasurku. Setelah tenang bi idah mengajak aku untuk tidur dikamarnya hingga besok pagi. Hari berlalu dan aku tidak menceritakan itu kepada mamah dan papah. Aku tidak mau mereka takut, namun lambat laun mamahku mengetahui ceritanya. Lalu segera mengganti lemari itu dengan lemari baru. Aku yakin, kalo mamah mengetahui hal ini  dari bi idah. Tapi semenjak itu, bau dikamarku menghilang dan tidak ada lagi hal aneh yang terjadi. Menurut bi idah, lemari yang berada dikamarku itu sengaja ditinggalkan oleh penghuni lamanya karena tidak kuat menahan pedih jika melihat lemari itu. Konon lemari yang ditinggalkan ini  adalah lemari dari anak wanita lesbi  lesbi  yang pernah tinggal dirumah itu. Dan meninggal karena sakit kanker yang dideritanya, lemari itu adalah lemari kesayangan putrinya dan dia meninggal pada umur 14 tahun.



4

. Pagi-pagi jalan-jalan ke luar rumah baru bersama Ibuku saja. Ke luar rumah tiba-tiba tetangga sebelah saya yang belum yang belum ku kenal karena rumahnya yang misterius itu menyapaku, “hey, iya kamu. Ke sini sebentar.." aku pergi ke sana dengan perasaan hati yang aneh. Dia berkata lagi, "hey kamu besok temui aku ya di lapangan depan rumahmu.." aku yang baru kemarin pindah rumah dan sekarang sudah diajak seorang wanita lesbi  lesbi cantik pergi. Bahkan aku saja tak tahu nama wanita lesbi  lesbi cantik tetangga sebelah rumah itu. Besoknya dia sudah ada di depan rumahku. Hal itu membuat Ibuku menanyaiku dengan senyam-senyum seperti aku telah berpacaran dengan cewek itu, aduh ku pikir Ibu akan memarahiku ehh ternyata tambah berkata begini, "ya ampun kamu itu Alex sukanya pacaran aja tapi, kamu pinter milih cewek itu.." aku mengambil tas biru dengan corak hijau dan ke luar menemui wanita lesbi  lesbi itu. "ada apa..?" salamku saat ketemu dia di halamanku. "itu Ibumu ya..?" jawab wanita lesbi  lesbi itu. wanita lesbi  lesbi itu seperti tak pernah melihat manusia lain selain aku. "ya udah ayo pergi sekarang.." dengan wajah murung karena ku pikir Ibu ku pasti mengiraku pacaran. "ke mana nih..??" tanyaku. "ke rumah aku lah, oh iya namaku Nina.." jawab wanita lesbi  lesbi itu sambil memperkenalkan dirinya. Aku masuk ke rumahnya seperti rumah angker yang tak terawat aku pun bertanya, "kamu tinggal dengan siapa Nina..?" "aku di sini hanya ditugaskan menjaga.." "menjaga apa..?" "sesutu deh, silahkan duduk aku mau memberitahu kamu sesuatu..??" Lalu Nina pergi ke dapur aku pun berkeliling di rumah itu tiba-tiba ada sebuah lemari tua dengan ukiran jati antik yang menakutkan. Aku pun membuka lemari itu iseng aja sih namun jeritan Nina berteriak, "jangan membuka lemari itu..!!" membuatku terkaget dan membuka lemari itu Nina berlari ke arahku dan menabrakku sehingga aku jatuh dari dalam lemari terlihat sebuah mata merah. Dan meloncatlah sesosok moster besar sekali. Ku pikir itu "King Kong.." ternyata itu adalah..





5

Namaku Juni. Aku sekarang sudah kelas 9. Aku ingin berbagi sebuah kisah yang hingga saat ini masih menjadi misteri bagiku. Waktu itu aku masih kelas 7. Aku punya seorang teman. Namanya Lenora. Ia satu kelas denganku. Lenora bertubuh kurus dan tingginya sama denganku. Kulitnya putih dan rambutnya bergelombang besar berwarna cokelat. Sungguh, warna rambutnya cokelat asli, bukan hitam seperti kebanyakan orang Indonesia. Lenora itu ramah dan murah senyum. Dia tidak terlalu pendiam tapi juga bukan anak yang suka ramai di kelas. Gayanya malah sedikit pemalu. Kalau bicara, suaranya pelan. Menurutku, sebenarnya dia itu anak yang penuh semangat tetapi kurang berani untuk mengekspresikannya di depan teman-teman. Soalnya kalau kamu tatap matanya yang besar dan berwarna cokelat itu, kau bisa melihat binar-binar yang penuh semangat dan ceria terpancar di situ. Awalnya aku tidak begitu tertarik untuk berteman dengan Lenora. Soalnya, karakter kita berbeda seperti langit dan bumi. Lenora tenang, sementara aku seperti bola bekel yang memantul ke sana ke mari. Dia itu seperti anak wanita lesbi  lesbi , sementara aku lebih mirip anak laki-laki. Aku hobi bercerita, Lenora lebih suka menjadi pendengar. Ia ramah dan suka tersenyum pada siapa pun, sementara aku moody sekali. Kadang ramah tapi kalau sedang hilang mood, ampun-ampunan juteknya. Hanya ada dua kesamaan di antara Lenora dan aku. Kami sama-sama anak wanita lesbi  lesbi  tunggal di keluarga, dan kami sama-sama hobi berenang. Kesukaan kami berenang itulah yang akhirnya membuat kami menjadi agak dekat. Setiap Sabtu sore atau Minggu pagi, aku mengikuti kursus renang di Senayan. Rupanya tak lama kemudian Lenora juga ikut kursus renang di tempat yang sama. Jadilah kami selalu bertemu dan sering mengobrol. Ternyata Lenora itu asyik juga diajak bicara. Sebetulnya aku sih yang lebih banyak berceloteh ketimbang dia. Lenora itu paling hanya sesekali mengomentari, tertawa atau tersenyum lebar mendengar cerita-cerita konyolku. Aku lihat sepertinya dia menikmati waktu-waktunya bersamaku, sama seperti aku. Maklum, kami sama-sama tidak punya saudara wanita lesbi  lesbi . Begitulah, akhirnya kami menjadi cukup dekat. Setidaknya saat di kolam renang, atau waktu jajan lontong sayur dan mie ayam yang dijajakkan di halaman kolam renang Senayan. Sampai akhirnya kami naik ke kelas 8. Aku masuk di kelas 8-E, sementara Lenora pindah ke kelas 8-D. Karena berbeda kelas, ditambah Lenora tidak melanjutkan kursus renangnya lagi, membuat kami jadi jarang bertemu. Akibatnya hubungan pertemanan kami agak renggang. Kami masih suka berpapasan di sekolah dan paling hanya bertegur sapa sekilas. Di sekolahku murid yang duduk di kelas 8, jam belajarnya bergiliran pagi dan siang, bergantian setiap bulan. Jadi, misalnya bulan ini, kelas 8-A hingga 8-C masuk pagi, maka kelas 8-D hingga 8-F masuk siang. Bulan depan giliran kelas yang masuk pagi diputar. Hal ini dilakukan pihak sekolah karena keterbatasan jumlah kelas. Buat kelas yang masuk siang, kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 12.15. Siang itu, aku berjalan dengan riang menuju ruang kelasku yang ada di sebelah laboratorium. Bel sekolah sudah berbunyi dan itu berarti semua murid harus segera masuk ke kelas dan duduk manis di bangku masing-masing, jika tidak ingin kena omel Bu Endang, guru BP yang terkenal disiplin dan galak. Di depan ruang kelas, aku melihat Lenora berdiri di pinggir pintu. Ia sedang melihat ke dalam ruang kelasku dan seperti sedang mencari seseorang. "Hei, Lenora,," sapaku dengan nada riang. "Kok belum masuk kelas? Sudah bel loh. Sebentar lagi Bu Endang pasti ronda keliling kelas, siap mengomeli siapa pun yang masih berkeliaran di luar kelas.." Lenora menoleh dan menatap wajahku. Aku tertegun. Aku lihat wajahnya pucat, seperti baru sembuh dari sakit. Ia juga terlihat cemas dan ketakutan. "Kamu lagi sakit ya..??" tanyaku. Lenora cuma tersenyum kecil. "Aku lagi mencari seseorang,," jawabnya pelan. "Oh begitu. Tapi sebaiknya kamu masuk kelasmu saja dulu. Nanti kan masih bisa ketemu.." Lenora menatapku sesaat, masih dengan wajah yang cemas dan ketakutan, lalu dia menghela napas dan berkata, "Ya sudah deh kalau begitu.." "Memangnya kamu mau ketemu siapa sih..??" Lenora tidak menjawab. Ia hanya menatapku sambil tersenyum samar. Setelah itu ia membalikkan badan dan berjalan ke kelasnya yang terletak berseberangan dengan kelasku. Tak lama aku mendengar Amiya memanggilku dari belakang kelas. Ia teman sebangkuku saat ini. Aku pun kembali ke bangku. Tak lama kemudian Pak Asep, Guru Fisika, masuk kelas dan kegiatan belajar pun dimulai. Karena hari itu adalah hari Sabtu, maka kami yang mendapat giliran masuk siang harus mengikuti apel sore di lapangan sekolah. Seperti biasa, kami berbaris rapi di lapangan. Kemudian Bu Rukmini, Kepala Sekolah, akan menyampaikan wejangan atau beberapa informasi penting. Tak lama datang teman-teman kami yang bertugas menurunkan bendera. Kemudian kami menyanyikan lagu nasional yang dipimpin oleh teman kami yang lain, yang bertugas menjadi dirijen. Lalu apel sore akan ditutup dengan pembacaan doa. Biasanya Pak Agus, Guru Agama, yang memimpinnya. Setelah itu apel selesai dan kami pun bubar. Tapi sekali ini, Bu Rukmini menyampaikan sebuah berita yang aku tidak akan pernah melupakannya seumur hidupku. "Anak-anakku sekalian, ada berita duka cita. Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Keluarga besar SMP kita ini telah kehilangan salah satu anggota keluarganya. Teman kalian, Lenora, dari kelas 8-D, pagi ini telah meninggalkan kita karena sakit demam berdarah. Ia sebenarnya sudah 3 hari dirawat di rumah sakit sehubungan dengan penyakitnya itu.." Bu Rukmini terdiam sejenak, lalu dengan wajah prihatin ia melanjutkan, "Siang tadi sekitar jam satu, Lenora dikebumikan di pemakaman umum dekat rumahnya. Para guru sudah melayat ke rumahnya siang tadi.." Aku tidak percaya mendengar berita itu. Lenora sudah meninggal pagi ini? Dan sudah dimakamkan tadi siang? Tapi tadi siang kan aku ketemu, bahkan sempat mengobrol sebentar, dengan Lenora di depan pintu kelasku. Masih terbayang di mataku, wajahnya yang siang tadi terlihat pucat, cemas, dan ketakutan. Bu Rukmini masih terdengar berbicara di podium, tetapi aku sudah tidak mendengarkannya lagi. Sungguh, aku shock berat. Aku menoleh ke Amiya, yang berbaris di sebelahku. "Ami, aku tadi ketemu kok sama Lenora,," ujarku setengah berbisik. Amiya menatapku dengan kening berkerut. "Ini betulan, Ami. Aku sempet mengobrol sama Lenora di depan pintu kelas tadi siang, pas bel sekolah berbunyi. Kamu lihat kan..??" Kening Amiya semakin berkerut. "Enggak usah bicara yang aneh-aneh. Aku enggak lihat ada Lenora di depan kelas tadi siang,," jawab Amiya. Terasa ada sedikit ketakutan dalam nada suaranya. "Aku lihat kamu memang lagi berdiri di depan pintu kelas dan mengobrol dengan seseorang, tapi aku tidak melihat Lenora. Aku kira, kamu sedang mengobrol dengan Adi, yang duduknya di dekat pintu.." "Enggak, Ami, aku tadi ketemu sama Lenora. Serius.." Amiya menatapku dengan tatapan heran dan ngeri bercampur jadi satu. "Jadi, kamu tadi siang itu bicara sama hantunya Lenora..??" Aku tertegun. Hantunya Lenora? Betulkah itu? Hingga saat ini, aku masih tidak mengerti. Aku betul-betul melihat dan berbicara dengan Lenora, di hari kematiannya. Ketika hal itu terjadi, tidak ada temanku di kelas yang melihat aku bicara dengan Lenora. Bahkan Adi, yang duduknya di bangku dekat pintu kelas pun, mengatakan tidak melihat Lenora. Ia hanya melihatku sedang bicara dengan seseorang, yang berdiri di balik pintu, di luar kelas. Aku masih ingat betul, saat itu Lenora terlihat cemas dan ketakutan. Dia bilang, dia sedang mencari seseorang. Siapakah orang itu? Kenapa Lenora mencari dia? Kenapa pula Lenora terlihat cemas dan ketakutan? Sungguh, aku tidak mengerti. .



6

. Perkenalkan nama saya raden wijaya  sebut saja begitu, sebenarnya saya sudah beberapa kali mengalami kejadian mistis, merasakan, dan melihat sendiri beberapa jenis penampakan makhluk halus. Mungkin lain waktu saya akan menceritakan mengapa saya jadi memiliki sedikit perasaan menyadari kehadiran atau melihat yang mungkin orang lain tidak lihat, walaupun beberapa kali sering menemui hal-hal yang aneh, namun perasaan takut selalu masih membuatku tidak berani tidur sendirian saat itu. Banyak cerita yang saya pernah dengar dari ayah, kakek dan keluarga lain yang pernah mengalami kejadian mistis atau bertemu hantu. Kali ini saya ingin menceritakan cerita nyata apa yang kakak laki-laki saya pernah alami dan cerita dari teman-temannya yang pernah mengalami hal mistis di lokasi yang sama. Saya tinggal di kota P di Jawa Tengah, dan kakak laki-laki saya sebut saja bre wijaya , mas bre wijaya  ini kebetulan ditempatkan kerja di kota C yang berjarak kurang lebih 120 km dan biasa ditempuh dengan motornya dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan. Setiap Jum'at malam atau Sabtu pagi menyempatkan pulang untuk bertemu dengan anak nenekmoyangnya di kota P. Saya kasih gambaran bahwa kota C ini kota yang berada di pesisir dan jalan akses untuk menuju dan meninggalkan kota ini harus melewati deretan sawah-sawah yang luas di pinggir kanan kirinya, pohon-pohon yang masih asri dan jarak rumah penduduk yang masih berjauhan, kalau kita lalui pada siang hari, memang menjadi pemandangan yang indah dan terasa menentramkan, tetapi apabila dilalui malam hari dengan penerangan jalan yang tidak merata akan menjadi perjalanan yang spooky apabila dilalui dengan motor apalagi kondisi jalanan yang berlubang sana sini akan bisa membuat pengendara bermotor roda 2 terperosok bila melaju kencang. Jumat itu sepulang kerja, mas bre wijaya  sudah sampai kontrakan di kota C ketika hari menjelang maghrib, badannya yang letih membuat pikirannya galau, karena hari itu anak kandungnya berulang tahun yang ke 4 tahun dan mau pulang dari berlibur di rumah mertua mas bre wijaya , galau antara pulang malam itu atau besok paginya, padahal dia sudah ditelpon ibu kami bahwa sudah dipersiapkan kue ultah dan perayaan untuk menyambut pulang liburan sekaligus kejutan ultahnya. Ketika rebahan di kasur rumah kontrakan menjelang sholat maghrib, mas bre wijaya  memutuskan untuk pulang esok hari, mengingat pulang dari kota C dengan motor bisa memakan waktu 3,5 jam dan ditambah terdengar gemuruh suara petir menyambar menandakan malam itu akan terjadi hujan lebat. Ketika mengambil wudhu dan bersiap-siap sholat Maghrib telepon di HP nya berdering, terdengar suara ibu kami yang mengharuskan mas bre wijaya  pulang karena anaknya alias cucu dari ibu kami ini mau Berulang Tahun, skip cerita. Mas bre wijaya  merubah keputusan, selesai Sholat Maghrib dan berdoa agar perjalanannya lancar tidak ada hambatan, mas bre wijaya  segera meluncur memacu motor H*nda nya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dari jauh terdengar suara petir menyambar-nyambar, cuma harapannya bisa segera sampai rumah dan menyambut anaknya sepulang liburan dan merayakan Ultah anak. Ternyata apa yang dikhawatirkan terjadi, ketika di batas luar kota C mas bre wijaya  kembali dibuat galau, apakah memilih melewati jalur utama yang jalannya lebih bagus walau gelap dan sudah pasti jarang kendaraan yang menemani perjalanannya atau melewati jalur memotong yang akan melewati deretan sawah-sawah yang jarang ada rumah penduduk kira-kira sepanjang 3 km dan ditengah-tengahnya terdapat jembatan yang terkenal sering muncul makhluk-makhluk gaib. Cerita seram dimulai, mas bre wijaya  memutuskan lewat jalur Alternatif ini karena bisa menghemat perjalanannya 40 menit, dan mantel sudah dipakainya menerobos hujan lebat malam itu, dengan kilatan-kilatan petir menyambar, mas bre wijaya  melantunkan doa-doa seadanya agar lancar dan motor tidak terkendala kempes ban atau mogok, karena sepanjang perjalanannya tadi hanya satu dua kendaraan warga yang dia temui, dan segera masuk ke rumah-rumah penduduk. Nah... jantung mas bre wijaya  mulai berdegup kencang ketika deretan rumah terakhir mau dilalui dan menuju hamparan sawah-sawah sepanjang hampir 3 km dengan balutan hujan lebat dan suasana gelapnya malam, Apalagi harus melalui 1 jembatan sepanjang kurang lebih 30 meter yang hanya muat dilewati 1 mobil. Mas bre wijaya  jadi mengingat cerita teman bahwa di Ujung Jembatan pernah ditemui seorang wanita lesbi  dengan jubah putih yang melambai kepada pengendara mobil yang melewatinya pada malam hari, dan juga teman lainnya mas bre wijaya  2 orang yang mengendarai mobil minibus dimana sang sopir sebelumnya melihat ada yang aneh pada sekumpulan pohon-pohon pisang sebelum jembatan dan ketika disorot dengan lampu jauh/dim (nihhh mulai merinding... hiiiy). Ternyata ada 1 pokok pohon pisang yang tidak memiliki bonggol/tidak menyentuh tanah dan ternyata setelah diamati adalah sesosok pocong, waduh dan pocong ini terbang mengikuti mobil di jendela luar sang sopir melihat ada kain kucel yang mengikuti dengan tertawa khasnya, tetapi teman di sampingnya hanya bisa mendengar tertawanya saja ketika bertanya pada teman yang jadi sopirnya, "suara apa tuh?", ini disamping saya... hiii kaburr... (skip cerita) Alhamdulillah teman teman mas bre wijaya  ini selamat dan masih bisa bercerita sama mas bre wijaya . Mas bre wijaya  yang teringat cerita seram mengenai jalur yang akan dilalui, berdoa terus sambil mulutnya komat kamit, ternyata benar ada hal aneh sama motornya, begitu masuk ke wilayah persawahan, motor mas bre wijaya  jadi terasa berat, tidak bisa ditambah kecepatan, istilahnya mbrebet, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Mas bre wijaya  berpikir, kok bersamaan ya lewat sini motor ini kayak mau mogok, digas nggak mau ngangkat, piye iki? Tidak ada satupun orang lewat di hujan deras ini, rumah penduduk pun nampak dikejauhan terlihat dari sinar lampu di rumah-rumah itu. Apalagi mau menuju jembatan, motor baru kok pakai acara mbrebet gini, ada apa gerangan? Mas bre wijaya  berdoa sekencang-kencangnya dan bicara dalam hati, "kalau motor ini mau mogok mbok ya bentar lagi setelah masuk jalan utama, disana bisa nyari bengkel atau bisa istirahat yang penting ada manusia lain". Dengan tetap konsentrasi dan kecepatan motor seperti menyeret sesuatu yang berat tanpa bisa menambah kecepatan, seperti memakai gigi persneling 1 padahal saat itu masuk gigi 3. Tanpa berani menurunkan gigi persneling motornya, khawatir malah mogok, pelan-pelan motor mas bre wijaya  meninggalkan areal persawahan yang gelap dalam balutan hujan deras dan petir menyambar- nyambar itu. Alhamdulillah pikir mas bre wijaya , "nah kalau mau mogok-mogoklah" ucap mas bre wijaya  dalam hati, eh sebelum keluar jalan Alternatif itu dan masuk jalan Utama, ada perlintasan rel kereta api, sebenarnya hati mas bre wijaya  sudah mulai bisa ditata sudah tenang, walau kecepatan motornya masih sama, seperti motor mau mogok. Tetapi mas bre wijaya  merasa keanehan terjadi lagi, begitu motor melintasi rel, tiba-tiba motornya bisa melaju kencang seperti terlepas dari beban berat, mas bre wijaya  mengucap syukur dan baru berani menoleh ke belakang yang ternyata... tidak ada apa-apa, Alhamdulillah. Dan ternyata setelah itu, motor bisa menempuh sisa perjalanan yang masih 2 jam lebih tanpa kendala dan bisa merayakan Ultah anak semata wayangnya, anehnya sampai beberapa bulan pun motor itu tidak pernah mogok? Jadi waktu itu. Ah biarlah segala sesuatunya dalam perlindungan Tuhan YME. Cerita nyata ini kalau nggak seram minta maaf, tapi kalau seandainya pembaca adalah mas bre wijaya  saat itu, lain ceritanya. hihihihi... Lain waktu akan saya ceritakan cerita lain di jalur ini yang menyimpan misteri lain yang juga dialami oleh teman mas bre wijaya  yang diceritakan kepada saya. Sekian dari raden wijaya , terimakasih.




7

Aku adalah siswi SMP di salah satu sekolah swasta di Kotaku. Awalnya aku tak pernah mengira bahwa aku akan mengalami kejadian yang tak pernah ku bayangkan seumur hidupku. Saat itu aku dan teman-teman akan membuat kejutan untuk salah satu teman kami yang sedang berulang tahun, seperti biasa anak seusiaku tak tahu bagamana cara mengadakan acara kejutan dengan baik dan benar terutama dalam hal berkata-kata. Saat itu kami telah usai belajar, lalu kami melanjutkan rencana kami dengan kejutan-kejutan ala anak remaja dengan Kue Tart (BlackForest) yang sengaja kami pesan untuknya, sebuah kado istimewa yang berisi boneka Teddy Bear kesukaannya, lalu Cream yang sengaja kami buat dari mentega dan gula untuk merias wajahnya. Tak lama kami pergi menuju tempat kediaman teman kami sebut saja dia Vero, saat itu kami sengaja tak pulang bersamanya karena kami tak mau Vero tahu dan sengaja memusuhinya. Karena kami tahu dia akan pulang dengan menaiki angkot jadi kami yakin sampai terlebih dahulu, karena aku dan teman-teman menggunakan mobil pribadi yang dikendarai oleh supir dan kami memutuskan untuk tidak parkir di dekat gang rumah Vero, karena takut akan ketahuan. Akhirnya kami memutuskan untuk parkir di sebuah Mal yang cukup besar namun mal ini  kabarnya akan ditutup karena itu tempat parkirnya pun sepi hanya beberapa mobil saja saat itu. Kejadian itu bermula saat kami turun dari mobil kira-kira pukul 16.00, kami berceloteh ria sambil berjalan menuju pojok tempat kami parkir karena di ujung tempat kami parkir ada sebuah lorong yang bisa menembus ke dekat gang rumah Vero. Saat itu lorong ini  begitu gelap hanya sedikit cahaya yang menerangi lorong itu, aku ingat betul kalau aku dan ke 4 temanku berjalan mengikuti jalan yang biasa kami lewati, tapi mengapa aku merasa ada sesuatu yang aneh awalnya aku pikir mungkin karena aku berjalan di paling belakang jadi terasa lama, tapi semakin aku berjalan dan melangkahkan kakiku lagi bukan aku saja yang merasa ternyata keempat temanku Ola, Eby, Fani dan Alin pun mulai merasakannya tapi mereka hanya berpikir kalau kami salah jalan. Akhirnya kami berbalik arah karena takut kalau-kalau kami tersesat ketika kami berbalik arah ternyata jalan yang kami lalui tidak salah dan kami mencoba melewati untuk yang kedua kalinya, seperti tadi posisiku ada di jajaran paling belakang. Ketika kami berjalan terus ke lorong itu aku merasa ada seseorang yang ikut berjalan bersama-sama dengan kami, karena tak begitu jelas saat ku tengok ke belakang aku tak merasakan ada yang mengikuti atau berjalan bersama dengan kami. Tak lama kemudian kami sampai gang rumah Vero dan harus menyusuri gang kampung itu lagi karena rumahnya cukup jauh dari depan gang. Yang kami tahu di daerah rumahnya itu banyak pemakaman yang akan kami lewati kira-kira 3 pemakaman, seperti biasa karena aku yang dianggap paling berani jadi aku harus berjaga-jaga di belakang karena gang ini  pun tidak cukup ramai alias sepi, karena itu kami pun membuat kegaduhan di sepanjang perjalanan dengan guyonan-guyonan gak penting. Selama 30 menit kami sudah berjalan akhirnya kami sampai di rumahnya, karena Vero hanya tinggal berdua saja dengan Ibunya jadi rumahnya pun cukup sepi kalau warung yang dimiliki Ibunya itu tutup rumahnya tak besar tapi sedang-sedang saja 1 ruang tamu dan tv, 1 kamar mandi, dapur dan 1 kamar tidur untuknya dan Ibunya. Saat kami datang kami disambut oleh Ibunya yang sedang berjaga, lalu kami membicarakan maksud kedatangan kami dan kami pun menunggu atau bersembunyi di kamar Vero karena kamar Vero hanya ditutupi oleh hordeng jadi jika terhempas angin sedikit saja akan terbuka atau bergoyang saat tak lama kemudian Vero datang dan akhirnya kami mengucapkan, “Surprisseeeee!!! Happy Birthdayy!! ? dan berpesta dengan colek-colekan Cream. Setelah itu Vero pun meniup lilin yang telah menyala yang menunjukkan 15 tahun saat itu kami masuk kembali ke kamar Vero karena takut mengganggu pembeli di luar rumah saat di dalam kamar salah satu teman kami Marlin pun berdoa sebagai tanda ucapan terima kasih kami kepada yang Maha Kuasa atas kelahiran Vero. Tak lama aku merasakan hal yang aneh saat kami berdoa tak sengaja aku membuka mataku karena rok seragam sekolahku terjepit sesuatu dan ingin ku betulkan, ketika kami selesai berdoa dan kebetulan posisi kami melingkar aku yang menghadap langsung ke arah pintu kamar aku melihat ada seseorang yang lewat dan menghempaskan hordeng kamar Vero, awalnya aku abaikan aku pikir itu si tante, Ibunya Vero tapi setelah beberapa menit ku tunggu kok gak balik lagi ya. Aku pikir si tante bisa jalan belakang ternyata ketika aku ikuti ke belakang aku cari-cari di dapur dan kamar mandi ternyata tak ada siapa pun dan aku membuka pintu belakang rumah Vero setelah ku buka ternyata itu kebun kangkung yang penuh dengan air, aku tersentak dan ketakutan akhirnya aku kembali ke dalam tanpa menutup pintu kembali sambil berjalan cepat. Ketika Ibunya Vero melihatku yang berjalan cepat dengan tegang dia bertanya, “ada apa sisi? ? aku tak berani berkata apapun dan hanya tersenyum saja. Tak lama kemudian aku mulai menceritakan kejadian tadi pada teman-temanku dan kami pun mencoba untuk berdoa kembali saat kami berdoa aku merasakan ada seseorang yang sedang mengelilingi kami dan aku mencoba membuang prasangka itu tapi tiba-tiba ada seorang wajah wanita lesbi  lesbi  yang mendekatiku saat ku coba semakin memejamkan mata. Karena kejadian itu aku tak mau kembali mengunjungi rumah temanku itu karena selama 1 minggu aku selalu merasa ada yang menghantuiku. Setelah 3 hari berlalu kira-kira pukul 04.00 aku merasa ada yang mendekati tempat tidurku dengan cara merangkak ketika ku membuka mata suasana mencekam itu tiba-tiba hilang dan saking takutnya aku pun berteriak memanggil Mamah. Setelah kejadian-kejadian aneh yang terjadi aku pun menceritakannya pada keempat temanku termasuk Vero dan ternyata beberapa dari mereka pun mengalami hal yang sama tetapi tidak semua. Karena kami penasaran akhirnya kami membujuk Vero untuk mencari tahu apa yang terjadi. Karena Vero pun baru 6 bulan tinggal di rumah itu jadi dia tak tau menahu soal asal-usul rumah itu. Dan setelah Vero mencari tahu dari tetangga dan teman sekitarnya ternyata dulu ada seorang wanita lesbi  yang pernah bunuh diri di rumah itu dan mungkin rohnya merasa terganggu karena keributan yang kami buat, oleh karena Vero telah tahu asal-usul ini  jadi dia memaksa Ibunya untuk pindah rumah setelah seminggu kemudian Vero pun pindah rumah dan kami merasa sudah tak merasakan hal-hal mistis terjadi.



8

Sewaktu aku duduk di kelas 2 suatu SMPN di kota bandung. Aku mengenal seorang cewek bernama Alin, dia itu cantik dan tau apa yang sedang aku rasakan beda dengan orang lain yang menyangka bahwa aku ini anak aneh atau biasa juga disebut orang gila. Bahkan keluarga besarku juga kadang berfikir bahwa aku ini gila karena, mereka sering melihatku bicara sendiri bahkan berprilaku aneh. Padahal ini semua bukan sekedar hayalan tapi benar-benar nyata bahwa aku bisa melihat apa yang tidak kalian lihat. Yang mengetahui kelebihanku cuman nenekmoyang  dan ke tiga sahabatku yaitu Alin, Desi dan Toni. Mereka tau karena mereka percaya kepadaku terutama Alin dia yang paling percaya karena dia juga punya kelebihan yang sama sepertiku. Semenjak lulus dari SMP aku melanjutkan Ke sebuah SMK swasta. Aku muak dengan sekolah ini karena makluk halus di sini sering mengganggu ku dan teman-temanku yang baru juga masih saja mengganggap aku ini anak aneh atau gila tapi, untungnya masih ada Toni dan Desi yang tau kelebihanku sedangkan Alin bersekolah di salah satu SMA yang masih dekat dengan sekolah kita. Walaupun kita beda sekolah tapi kita semua selalu menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul. Di rumah juga aku sering diejek oleh kakak aku yang sudah kuliah. "ah dasar anak aneh yang gak tau diri.." Ucap kakak ku. "dasar kakak yang gak tau diri.. coba kakak jadi aku pasti kakak tau apa yang sedang aku rasakan.." jawabku dengan kesal. "dasar kau.." ucap kakaku sambil berjalan ke luar rumah. Terkadang saat di kamarku sendiri aku merasa senang karena masih ada yang menemaniku yaitu teman dari dunia lain namanya Popi dan Dona mereka berdua anak kecil dari dunia lain yang sering aku lihat di rumah atau di sekitarku di manapun aku berada. Popi kecil itu anaknya gak mau diem selalu riang tapi Dona sebaliknya dia selalu terdiam kadang-kadang menangis. Aku sudah mencoba membujuknya tapi dia selalu menangis. Saat aku di sekolah aku melihat mereka berdua ada di kelasku memang orang lain tidak merasakan, Tapi aku melihatnya. Dona seolah-olah meminta tolong kepadaku, aku mencoba mendekatinya namun aku melihat wajah orang lain di pinggir Dona. Sepertinya Dona menyuruh ku untuk membantu temannya itu. Tiba-tiba aku teriak merasakan sesuatu yang menakutkan. semua orang melihat aku yang sedang berteriak ketakutan. "AAA.. jangan ganggu akuu.." teriaku tanpa sadar. "dasar lo Rus, lagi-lagi kamu berteriak ketakutan.." ucap Kiki sambil tertawa diikuti tertawa teman yang lainnya. "lagi-lagi aku diganggu oleh makluk mengerikan yang ada di sekolah ini." Ucapku dalam hati. "Sudah-sudah teruskan belajarnya." Ucap bu Nadien guru bahasa Indonesia. "kamu sakit Rus?." Tanya beliau kepadaku. "gak bu, gak apa-apa kok.." jawabku. Sepulang sekolah aku dan kedua sahabtku mengunjungi rumah Alin karena aku mendengar Alin sedang sakit. Sesampainnya di rumah Alin aku terkejut melihat sebuah Foto yang ada di kamar Alin, aku melihat wajah pada foto ini  mirip sekali dengan wajah Popi anak dunia lain yang selalu menemaniku. Setelah aku tanyakan kepada Alin ternyata Popi itu nenekmoyang  kandungnya yang sudah lama meninggal karena kecelakaan. Walaupun sakit Alin bersedia menceritakan sedikit tentang Popi ternyata waktu itu Popi dan temannya Dona tertabrak oleh mobil sampai mereka berdua meninggal. Pantesan selama Alin sekelas denganku ia merasa senang sekali karena ia bisa melihat nenekmoyang nya tertawa gembira saat berada di sampingku. Setelah beberapa hari Alin sembuh dari sakitnya, dari saat itu juga Alin jadi semakin dekat karena Alin tau bahwa roh nenekmoyang nya selalu ada di kamar aku, Alin senang sekali bisa bermain bersama nenekmoyang nya lagi seolah-olah nenekmoyang nya ini  masih hidup. Beberapa minggu berlalu Alin kembali sakit ia masuk rumah sakit sekarang, sepulang sekolah aku memutuskan untuk menjenguk Alin bersama Desi dan Toni. Kami membawa bingkisan kecil buah-buahan. Saat aku datang ke kamar Alin ternyata selama ini Popi Anak kecil dunia lain itu ada di samping Alin kakaknya pantesan saja beberapa hari ini aku tidak pernah melihatnya. "makasih yah semuanya, kalian itu sahabat terbaiku ? ucap Alin. "iya.. sama-sama Al cepet sembuh yah.." balas Desi "iya.. Al cepet sembuh biar Rusdi gak galau lagi tuh.." sambung toni dengan sedikit meledek. "gila.. apa-apaan lo Ton.." Ucapku dengan nada sedikit kesal. "udah-udah jangan berantem" gumam Alin "iya-iya cepet sembuh yah, aku pulang duluan yah Al sama Desi ada Eskul nie.." Tanya Toni "yah silakan hati-hati di jalan yah" jawab Alin "hati-hati itu nenek-nenek ikutin kamu di belakang" sambung ku "ah massa, jangan bikin suasana jadi merinding dong.." "yah bener kata Rusdi ada nenek nenek yang ikutin kalian berdua.." ujar Alin "udah-udah ayo ke sekolah lagi. lagi pula nenek itu gak bakalan ganggu kita kalau kita gak ganggu beliau.." Ucap Desi sambil pergi ke luar ruangan. Tinggal kami berdua setelah Toni dan Desi kembali ke sekolah. Tiba-tiba Alin berkata "Rus makasih yah udah nemuin aku sama nenekmoyang  aku.." "Iya sama-sama.." Jawabku. "kamu mau gak jadi pacar aku..?" Tanya Alin dengan senyum manisnya. "eee.. ee.." belum selesai aku jawab Alin tiba-tiba tertawa karena dia sudah tau perasaanku ke dia dari Popi si anak dunia lain yang tidak lain tidak bukan nenekmoyang  kandungnya Alin. "Kenapa ketawa, ada yang lucu yah.." tanyaku heran. "gak kok gak ada, cuman itu mukannya merah kenapa..?" tanyanya kegirangan. Sedang enak kami mengobrol dokter datang untuk memeriksa Alin aku pun pamit untuk pulang. Hatiku mulai gak karuan memikirkan pertanyaan tadi apakah dia benar-benar atau cuman main-main aku penasaran juga dengan perasan Alin yang sebenarnya. Sesampainnya di rumah aku melihat biasa lah anak dunia lain siapa lagi kalau bukan Popi dan Dona. Aku coba tanyakan pada Popi di memang tidak berkata tapi aku mengerti bahasa isyaratnya. Ternyata Alin juga menyimpan rasa padaku. Lusanya aku mencoba menegok kembali Alin yang masih di rawat aku coba tanyakan tentang hal yang kemarin lusa. Ternyata dia benar-benar cinta sama aku di saat itu juga kami jadian. Seminggu berlalu Alin tidak kunjung sembuh juga dia memintaku untuk membawanya keluar rumah sakit walaupun kondisinya belum fit. Untung saja dokter mengijinkannya jadi kami bisa keluar namum tidak terlalu lama karena Alin sedang masa pemulihan. Kami berdua berjalan-jalan di sekitar rumah sakit hanya melihat sekumpulan anak-anak yang sedang asik bermain sambil ketawa ketiwi aku melihat ternyata si Popi dan Dona ada di situ juga pantes saja Alin tertawa senang melihat nenekmoyang nya ini . Sebulan sudah aku dan Alin menjalin kisah cinta yang penuh canda dan tawa, sebulan sudah juga aku tidak melihat lagi hal-hal aneh baik di rumahku atau di sekolahku. Mungkin ini karena aku akan menginjak usia yang ke 17 tahun lusa nanti. Hari ini aku akan ke Rumah sakit untuk melihat keadaan Alin. Di sanah aku bertemu papahnya Alin yang seorang pejabat pemerintahan aku melihat beliau sedang memarahi Alin. Aku tidak berani masuk kamar Alin setelah beberapa menit papahnya Alin keluar dan meninggalkan rumah sakit. Aku mencoba masuk ke kamar Alin di sana terlihat Alin sedang terbaring lemah di kasurnya sambil menangis, aku mencoba menghampirinya tiba-tiba Alin memeluk ku dan berkata "tolong bawa aku pergi dari sini.." ucapnya. "kenapa kamu mau pergi dari sini kan kamu masih sakit.. aku gak mau membawa kamu keluar dengan kondisi seperti ini say.." balasku. "kamu gak tau apa yang sebenarnya terjadi.." balas Alin dengan kesal "ok.. ok.. kalau begitu aku akan bawa kamu keluar RS besok pagi asalkan kamu mau cerita apa yang sebenarnya terjadi.." pintaku "sebenarnya papahku itu koruptor, ibuku sebenarnya juga sudah meninggal bukan berada di luar negeri ibuku meninggal bersama nenekmoyang ku Popi dan mereka meninggal bukan karena kecelakaan tapi mereka meninggal karena dibunuh oleh anak buah papahku atas perintah papahku.. bla.. bla.. bla.." Alin menceritakan semua tentangnya "Siap besok aku jemput kamu saat penggantian pegawai RS...." Balasku Aku menceritakan semua ini kepada Toni dan Dona dan mereka pun bersedia membantu aku untuk mengeluarkan Alin dari kekerasan papahnya ini . Keesokan harinya kami bertiga menyiapkan mobil untuk membawa Alin keluar dari rumah sakit. "Des, kamu tunggu di sini kalau ada apa-apa telp aku dan kamu Ton, Kamu ikut aku ke dalam buat mastiin semua petugas sudah gak ada.." pintaku "ok.. siap.." ucap Desi dan Toni bersamaan. Kami mencoba menyelusup masuk saat shift pegawai aku berhasil masuk ke kamar Alin Di sana Alin sudah bersiap menunggu kedatangaku. Tiba-tiba Toni berkata "bahaya Rus ada papahnya Alin datang ayo cepat.." tanpa banyak bicara aku menggendong Alin untuk membawanya keluar rumah sakit. Namun baru juga kami keluar dari kamar Alin, papahnya Alin melihat kami bertiga dan mengejar kami seolah-olah kami ini menculik Alin. Kami berhasil masuk mobil dan langsung tancap gas namun, papahnya Alin dan anak buahnya membututi kami dari belakang. Kami menyusun strategi aku dan Alin turun dari mobil lalu naik bus, anak buah papahnya Alin terkecoh namun, tidak dengan papahnya Alin beliau masih membututi kami berdua dari belakang sepintas aku melihat Popi dan Dona ada di bus yang kami naiki mereka seolah-olah berpamitan melambaikan tangan kanannya kepada kami berdua. Akhirnya kami berhasil meloloskan diri dari papahnya Alin dengan melompat dari bus. "kamu tidak apa-apa say..?" tanyaku pada Alin. "gak kok. Gak apa-apa.." jawabnya tersenyum "baguslah kalau begitu.." balasku. "Rus makasih yah, jangan lupa juga bilangin sama Toni dan Desi makasih atas persahabatan ini aku minta maaf kalau selama ini aku punya salah sama kalian.." ucap Alin dengan air mata yang turun dari matanya yang indah seolah-olah berpamitan padaku. Aku mengusap air mata Alin yang berada di pipinya lalu alin berkata "thank you you have are at my heart, thank you also on what already you do currently, I want you forget I forever, I LOVE YOU RUS.." Alin tersenyum lalu ia pergi ke arah cahaya yang entah datang dari mana. Aku hanya terdiam dan air mata pun susah untuk aku tanah butiran air matapun menetes, semuannya seperti mimpi namun ini lah kenyataan yang terjadi. Tidak lama dari itu hapeku berbunyi "kringg.. kringg.." aku mencoba mengangkat telp yang entah dari siapa. "haloo.." ucapku "haloo kak aku Alia saudara kak Alin.." Suaranya terdengar seperti orang yang sedang menagis. "yah ada apa Al.." tanyaku "begini kak, kak Alin sudah gak ada..?" "gak ada gimana Al.." "kak alin sudah meningggal kak..." tangis Alia terdengar kencang. Sontak aku terkejut mendengar berita ini , padahal tadi aku dan Alin jelas-jelas sedang berdua di sini. Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi aku memutuskan mencari Alin di sekitar sini namun aku tidak menemukannya hari sudah mulai malam aku putuskan untuk kembali ke kota dan mengunjungi rumah Alin siapa tau dia sudah pulang. Sesampainnya di rumah Alin, Toni dan Desi sudah berada di depan rumah Alin yang penuh dengan karangan bunga. "Ada apa ini? Kok banyak karangan bunga..?" tanyaku heran "Alin meninggal Rus, Alin meninggal karena kecelakaan bersama papahnya, kami sudah mencoba menahan papahnya untuk tidak membawa Alin tapi, kami tidak bisa menahanya. kami turut berduka atas meninggalnya Alin." Balas Toni. "terus tadi aku waktu turun dari mobil kan bersama Alin.." balasku dengan ketidak percayaan akan kejadian ini. "tadi kita memang bersama-sama. Tapi, kamu turun sendiri untuk mengecoh papahnya Alin" "yah, tapi tadi aku memang turun tapi aku turun bersama Alin berdua untuk naik Bus dan aku berdua lompat dari bus di desa perbatasan kota.." "mungkin itu semua hayalan kamu rus, soalnya di antara kami yang bisa liat makhluk lain cuman kamu. Dan jelas-jelas kami melihat kecelakaan itu karena kami juga jadi korbannya" jelas Desi. Aku tidak bisa berkata-kata lagi ternyata benar apa yang tadi Alia beritakan kepadaku, aku hanya bisa meratapi kesedihan ini dan menerima kenyataan. Alia sodara kembar Alin menghampiriku dan memberikan sepucuk surat untuk kami dan isinya itu sama dengan apa yang diucapkan Alin saat terakhir aku melihatnya. .



9

Beberapa hari yang lalu aku mendengar cerita tentang hantu kepala buntung yang ada di salah satu penginapan di kota majapahit. Hal ini  membuatku ingin bercerita sebuah kejadian yang aku juga alami, saat sedang menginap di suatu penginapan di kota ini. Namaku tribuanatunggadewi, kejadian ini aku alami saat aku sedang dinas di kota ini. Aku harus menemani atasanku saat meeting dengan klien di daerah majapahit utara. Karena meetingnya pagi sekali, atasanku dan beberapa orang bawahannya menginap di penginapan yang berada dekat dengan lokasi meeting, sebenarnya kami dijadwalkan untuk tiba sore hari di majapahit. Akan tetapi karena suatu hal, kami tiba di penginapan pada sore hari. Tempat penginapan ini bukanlah tempat dengan kesan menyeramkan malah tempat penginapan ini cukup mewah dan bergaya modern. Karena besok hari harus pergi pagi hari, kami semua masuk ke dalam kamar masing-masing. Rekan kerjaku yang lain sedang berbagi kamar, dan karena aku satu-satunya wanita lesbi . Aku diberikan kamar sendiri. Kami berpisah di koridor lantai yang sama, kamar kami berdekatan satu sama lain. Aku langsung masuk kekamar dan menaruh barang-barang. Aku melihat sekeliling kamar, perabotannya bagus dan lengkap. Dindingnya banyak lukisan, dan aku berjalan ke lukisan itu terlihat sebuah lukisan dengan wanita lesbi  yang sedang membawa padi dengan pemandangan sawah dibelakangnya. Entah kenapa, ada sesuatu tertarik dengan lukisan wanita lesbi  itu. Karena sangat tertarik, tanpa sadar jarak aku dengan lukisan itu tinggal sejengkal lagi sampai menyentuh lukisan itu. Aku langsung mundur ke belakang lalu terdiam. Aku membalikan badan karena aku merasakan sesuatu yang aneh, aku merasa seperti diawasi oleh lukisan itu. Ada aura ganjil yang terasa dari lukisan itu, tiba-tiba aku merasa ketakutan mungkin suasana penginapan inilah yang membuatku takut. Maka aku menyalakan televisi biar agak sedikit ramai. Kemudian aku baru ingat, aku belum mandi. Aku pergi ke kamar mandi dan segera menyalakan shower. Setelah selesai mandi dan ganti pakaian, aku tiduran sambil bbm an dengan pacarku. Entah berapa lama kemudian aku pun terlelap. Tiba-tiba aduh, ini kenapa kasurnya goyang-goyang, Gempa. Aku menggedor-gedor kamar rekan kerjaku di sebelah dengan panik. "Mas heru, mas surya ada gempa." Mas heru membuka pintu kamar dan menanyakan apa yang terjadi. Aku menanyakan padanya kalo barusan ada gempa besar, dia kaget kalo dari tadi dia menonton tv dan tidak merasakan apa-apa lalu dia berkata mungkin tadi hanya perasaanku saja. Aku sangat yakin kalo tadi itu adalah gempa, aku pun menceritakan kalo tadi aku sampai terbangun karena merasakan ranjangku bergoyang oleh gempa. Mas surya, datang dari kamar dengan raut muka kusut dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah menceritakan apa yang tadi aku alami, dia terlihat bingung. Dia tidak merasakan apa-apa, dan katanya dia tidak akan terbangun kalo aku tidak menggedor pintu. Lagi pula menurut mas surya kalo memang ada gempa pasti semua orang sudah berlari keluar dan berada di koridor tapi nyatanya koridor didepan kamar kami kosong melompong. Aku pun tersadar, aku merasa malu dan tidak enak kepada mereka. Aku meminta maaf dan kembali ke kamar tapi aku masih penasaran jadi tadi yang aku alami itu apa. Aku pun memeriksa ranjangku, namun ranjang itu terlihat kuat dan baik-baik saja. Aku menyerah dan memutuskan apa yang tadi aku alami adalah mimpi. Aku melihat jam dinding sudah hampir jam 2 pagi, gawat bisa-bisa besok telat bangun. Aku kembali ke ranjang dan mencoba tidur lagi. "Tok, tok, tok." aduh, padahal aku hampir tertidur. Aku jadi kembali terjaga, karena terdengar suara ketukan dan muncul sebuah suara wanita lesbi  lesbi . "Permisi,"... Perasaan aku tidak ada urusan dengan siapa-siapa jam segini, aku pun meyakinkan diri kalo suara ketukan itu berasal dari pintu sebelah. Namun, baiklah aku memberanikan diri untuk berjalan ke pintu. Aku tidak langsung membuka kamar, melainkan mengintip dulu dari lubang pintu. Kudekatkan mataku dan berharap yang kulihat bukanlah sesuatu yang aneh-aneh. Tapi ternyata yang kulihat tidak ada siapa-siapa, namun begitu aku melangkahkan kaki ku menjauh dari pintu. Suara ketukan dan suara wanita lesbi  itu terdengar lagi. "Permisi,"... Suaranya semakin keras, Ya Tuhan itu siapa sih. Aku perlahan menggerakan badanku ke arah pintu, aku melangkah kembali ke pintu tapi kali ini aku langsung membukanya. Di hadapanku berdiri seorang wanita lesbi  setengah baya, memakai baju kebaya hijau dan bawahannya kain batik. Muka wanita lesbi  itu pucat tanpa ekspresi, yang aneh dia memakai topi dari jerami dengan tali menjuntai dibawah lehernya. Entah bagaimana aku pernah melihat sosok wanita lesbi  ini disuatu tempat. "Maaf mau ikut masuk,"... Aku terdiam sambil menganga sekaligus kaget, siapa wanita lesbi  ini. Kenapa dia memakai baju seperti ini dihotel mewah terus kenapa dia mau masuk ke kamarku. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya mematung di pintu tapi tiba-tiba wanita lesbi  itu mendekat ke arahku. "Maaf mau ikut masuk,"... Dan dia melayang menembus badanku, sontak bulu kuduk langsung merinding dan langsung terduduk dilantai. Aku tidak berani melihat kedalam kamarku. Aku merangkak ke kamar mas heru dan mas surya, aku kembali mengetuk kamar mereka dengan keras. Mas heru dan mas surya membuka pintu dengan kesal, tapi melihat wajahku yang pucat mereka langsung berubah sikap. Aku menceritakan apa yang aku lihat, dan minta ditemani datang ke kamarku saat kami bertiga masuk kekamar. Ruangan itu kosong dan tidak ada apa-apa, mas heru dan mas surya aku minta untuk tinggal dikamarku sampai aku tertidur. Didalam mimpi aku didatangi lagi oleh sosok wanita lesbi  berkebaya itu, tapi sosok wanita lesbi  itu hanya tersenyum. Saat pagi hari tiba, mas heru dan mas surya sudah kembali kekamarnya entah sejak kapan. Aku lalu berjalan menuju jendela kamar untuk membiarkan sinar matahari masuk, sinar matahari masuk tepat ke arah lukisan yang menempel di dinding. Perhatianku langsung terpusat menuju lukisan itu, dan seluruh badanku langsung terasa lemas. Aku baru sadar, sosok wanita lesbi  berkebaya yang aku lihat adalah sosok wanita lesbi  yang berada didalam lukisan itu.



10

Berbadan besar dan bermuka garang lalu ditakuti banyak orang bukan berarti ditakuti oleh Mahluk Halus. Contohnya adalah aku, walaupun aku pemberani ditambah dengan reputasiku yang membuat orang segan kepadaku itu bukan jadi sebuah jaminan untuk didatangi oleh sebuah mahluk halus. Seperti sebuah pengalaman yang aku alami beberapa tahun yang lalu. Ketika aku masih kost di jalan sangkuriang, cisitu bandung. Aku masih ingat ketika itu aku masih sering pulang malam dari kampusku, yang terletak di jalan ganesha. Sebenarnya kegiatan kuliahku hanya sampai sore hari namun setelah kuliah selesai aku tidak langsung pulang, biasanya aku berkumpul dulu dengan teman-temanku di himpunan. Karena waktu itu aku sering berpikir kalo manusia tidak ada yang berani macam-macam padaku apalagi hantu. Jadi aku biasa aja kalo harus pulang malam, ceritanya dimulai pada sore hari yang panjang di kampus. Hari itu, setelah selesai kuliah aku menemui teman-temanku di himpunan dan seperti biasa malam itu aku habiskan dengan bercanda dan mengobrol bersama teman-temanku. Sampai akhirnya hanya tinggal aku dan beberapa temanku di himpunan. Aku mengajak tiga orang temanku yang lain untuk bersamaku malam itu, namun satu persatu temanku pulang. Hingga aku pun ikut pulang juga, ngapain juga sendirian di himpunan. Jam menunjukan 12.30 malam, suasana kampus sudah sangat sepi bahkan aku adalah orang yang terakhir pulang. Setelah mengunci pintu himpunan, aku pun bergegas mencari motorku yang terparkir di depan kampus. Langkah kaki pun mulai berjalan menyusuri koridor-koridor gelap dan kosong. Kalo siang koridor ini sangat ramai oleh mahasiswa, tapi jika malam begini sudah kosong dan sepi seperti kuburan. Angin dingin menembus jaketku sehingga aku bisa merasakan rasa dingin yang menusuk. Tapi sesampai di parkiran aku mendadak lupa memarkirkan motorku di sebelah mana dan kemudian bulu kuduk mulai berdiri. Aku melihat ke sekitar, padahal malam itu hanya ada beberapa motor yang terparkir disitu. Pohon-pohon besar di parkiran itu seolah menakuti. Setelah hampir 15 menit aku mencari motorku itu tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah motor merah yang terparkir tepat disebuah pohon besar. Nah, motorku kenapa terparkir disitu lalu aku pun berjalan ke arah motorku. Di bawah pohon itu dan tiba-tiba ketika aku sudah hampir dekat dengan motorku. Aku mendengar bunyi seperti orang berjalan, seperti ada seseorang yang berjalan di belakangku. Secara spontan aku mengalihkan pandanganku ke belakang tapi tidak ada siapa-siapa. Hanya lapangan kosong dan gelap serta pohon-pohon besar yang bergerak pelan karena tertiup angin. Entah kenapa malam itu aku tidak enak hati, ketika aku sedang memanaskan motorku yang terparkir. Tiba-tiba saja sebuah batu kecil mendarat di kepalaku. Seperti ada yang melemparnya ke arahku, namun keberanianku mengalahkan rasa takutku. Sekali lagi aku tidak percaya hal gaib, aku menggunakan helm dan kali ini batu kecil itu menghantam helm ku. Dan tiga kali berturut-turut aku dilempari batu, jelas ini ada yang iseng. Aku lalu berteriak sambil membalikan badanku. "Hoi, siapa yang lempari gw pake batu. sini jangan sembunyi lu," Aku masih melihat kanan kiri dan setelah beberapa menit aku berdiri tidak tampak seorang pun ditempat parkir itu. Aku melirik ke arah pos satpam, tidak mungkin karena jarak pos satpam disitu cukup jauh dariku. Aku pun menghiraukannya dan menaiki motorku keluar kampus dan ketika aku melewati pos satpam. Nampak seorang satpam yang sedang berjaga disitu dan satpam itu tampak aneh melihatku, mukanya seperti ketakutan melihatku tapi itu sih sudah biasa karena tidak ada yang berani sama aku disini. Satpam itu meminta karcis yang aku ambil tadi pagi dan aku bertanya. "Pak, kenapa bapak lihatnya begitu sih ke arah saya?" Setengah ngotot aku melihat bapak satpam itu, tangan satpam itu bergetar. Ketika aku ambil karcis dan memberikannya, satpam itu menggeleng ketakutan dan mempersilahkan keluar. Aku kini sudah keluar dari kampusku dan mulai berjalan menyusuri jalan taman sari yang sepi dan gelap. Tapi, perasaanku tidak enak kali ini. Aku terus menyusuri jalan taman sari dan sesekali aku mencium bau yang aneh. Bau itu sangat menyengat hidungku, seperti bau bangkai busuk. Pandanganku ku arahkan lurus kedepan mencoba untuk bersikap wajar. Tapi tiba-tiba lama kelamaan aku mendengar, suara tawa kecil dan itu terdengar jelas ditelingaku. Namun suara itu terdengar sangat pelan, aku terdiam sejenak. Motorku masih melaju dan suasana sepi di jalan taman sari itu berubah menjadi mencekam. Aku mencoba meneruskan perjalananku dan tiba-tiba suara tawa itu muncul lagi. kemudian, suaranya terdengar lebih jelas. Aku mulai curiga ini pasti bukan manusia, aku memarkirkan motorku di jalan taman sari yang gelap. Untuk memastikan semuanya lalu mematikan mesin motor dan melihat ke arah belakang. Ke arah depan namun tidak ada siapa-siapa. Dan ketika aku akan menyalakan motorku, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan sesuatu yang berwarna putih. Seperti ada seseorang yang sedang duduk di belakang motorku tapi ketika aku melihat ke belakang masih tidak ada siapa-siapa dan ketika aku lihat lagi ke arah depan astaga badanku terperanjat kaget. Kini didepanku berdiri sesosok wanita lesbi  berambut acak-acakan dan memakai gaun putih dengan muka yang berdarah. Matanya merah menyala sebesar telur beradu tatapan denganku, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku belum pernah melihat yang seperti ini, mulutnya menyeringai dengan kepala yang lemas terjuntai seperti hampir lepas. Aku tidak bisa berkata apa-apa, mulutku menganga lebar dan wanita lesbi  itu mulai tertawa cekikikan tidak jauh. Aku mulai bisa merasakan keringat dingin dan dengan terbata-bata aku mulai mencoba bertanya apa tujuan mahluk itu menghadangku. wanita lesbi  lesbi  itu hanya tersenyum sambil mengeluarkan suara anehnya seperti suara gulungan kaset yang rusak diselingi suara cekikikan yang membuat telingaku pengap. wanita lesbi  lesbi  itu berdiri terdiam lalu melayang dan menghilang. Badanku lemas, aku mengumpulkan tenaga dan menyalakan kembali motorku. Sampai di kost aku lalu mengambil air wudhu dan solat. Aku berdoa semoga hal itu tidak terjadi lagi kepadaku dan semoga arwah wanita lesbi  itu tenang, dan tidak mengganggu. Setelah itu aku pun tidur, dan didalam tidurku. Aku mimpi melihat wanita lesbi  itu dalam rupa yang sempurna. Dia duduk dibawah pohon itu sambil menangis, esok harinya ketika aku hendak parkir. Aku bertanya pada satpam dan dia bilang kalo malam itu, dia melihat aku sedang membonceng kuntilanak. Dia juga sering melihatnya ketika sedang berjaga malam.




11

. Malam minggu sudah semestinya merupakan malam yang menyenangkan buat banyak orang. Tapi malam minggu itu sangat tidak menyenangkan buatku. Aku hanya memegang remot tv sambil menyandarkan kepalaku di sofa. Bulu sofa yang menempel membuatku merasa nyaman dan enggan sedikitpun bergerak. Sedari pagi aku sendirian dirumah, Ayah Ibu serta nenekmoyang  sudah pergi dari pagi untuk mengunjungi nenek di kampung. Ibu sempat bilang kalo dia hanya pergi satu hari saja dan tidak akan menginap, tapi sampai jam segini keluargaku belum juga pulang. Aku juga sempat untuk mengajak pacarku untuk bermalam di rumahku. Namun dia bilang, dia akan datang jika urusan di kantor sudah selesai. Aku sempat kesal karena di penghujung minggu seperti ini pacarku masih saja sibuk dengan urusan kantornya. Dan itu semua membuatku harus sendirian di rumah. Aku masih terkulai malas di depan sofa, hari itu aku juga lagi halangan jadi itu yang membuatku malas beranjak. Kondisi rumah saat itu sangat sepi, Aku membetulkan posisi duduk dimana posisi duduk sekarang bersandar dengan dua kaki di lipat dan tanganku memainkan remot tv lalu aku terperanjat. Karena tiba-tiba saja seperti ada sentuhan halus di pundak. Aku pikir itu hanya laba-laba atau binatang semacamnya namun tiba-tiba kejadian itu terulang lagi. Rasa takutku mulai datang, aku hanya duduk terdiam dan badanku tidak bisa digerakan. Bulu kuduk mulai berdiri seketika itu, beberapa kali aku menelan ludah. Aku berusaha untuk tetap tenang dan mengontrol rasa takut karena aku tidak mau sugesti berlebihan dan ujung mataku menangkap sebuah bayangan ganjil dan bayangan ini  terpantul jelas di layar kaca besar didepanku. Dengan rasa takut dan penasaran, perlahan aku melihat ke sisi kananku. Sesosok mahluk dengan kain putih yang melilit seluruh badannya dan juga muka lebam gosong. Dia tepat duduk disamping kursiku, mahluk dengan kepala kain terikat itu ada dibelakangku. Perasaan takut sudah tidak terkendali, ini disebut dengan kejadian yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Aku tau nama mahluk itu, aku tau rupa mahluk itu dan aku tahu mahluk itu apa. Dengan suara terdengar seperti seseorang yang mendengkur. Aku perlahan menatap ke arah televisi bersikap seolah aku tidak melihat mahluk itu dan aku segera memejamkan mataku. Mulutku komat-kamit membaca doa yang aku hapal. Aku membuka mataku perlahan mencoba memastikan mahluk itu sudah hilang dari sampingku. Dan tidak lama pacarku datang, aku langsung memeluk irwan dan menceritakan kejadian tadi. "Aku takut," irwan hanya diam mendengarku dan menyuruhku untuk tidur kemudian dia mengikutiku tidur dengan tangan melingkar di perutku. Dia memeluk sangat erat, kemudian sedikit demi sedikit rasa takut pun hilang. "Kriing... kring." tiba-tiba suara handphone berbunyi. Irwan sempat bangun dari tidurnya dan melepaskan tangannya, dan ketika aku lihat nama di layar handphone. Disitu bertuliskan Ibu, aku mengangkat handphone. "Halo Dev, Ibu kayaknya baru bisa pulang besok pagi. karena keluarga lagi banyak berdatangan, tadi juga irwan telepon ibu. katanya kamu tidak bisa di telepon ya? terus dia bilang baru bersiap mau ke rumah." Aku terperanjat dengan pernyataan ibu. Jadi kalo irwan masih menuju ke rumah, lalu yang berbaring di atas tempat tidur ini siapa.



12

Aku pergi ke mall dengan nenekmoyang ku, nenekmoyang ku membeli banyak barang untuk sekolah lalu ia ingin pergi ke toilet dan aku menunggu di luarnya. Aku merasa aneh di luar, saat itu di toilet tak ada orang sama sekali, aku menunggu, menunggu, dan menunggu. Tiba-tiba ada suara angin, nenekmoyang ku selesai dari toilet dan di luar toilet. Lampu mati. Aku dan nenekmoyang ku langsung lari kocar-kacir dan akhirnya aku dan nenekmoyang ku ada di elevator, lalu kami naik elevator (lift) dan aku menekan angka 3, untuk ke lantai 3 karena aku harus menservis hp-ku yang rusak. Hmm aneh entah mengapa tiba-tiba elevator lampunya mati-nyala, mati-nyala. Dan bukannya pergi ke lantai 3 malah menuju lantai basement, saat ada di basement aku menekan angka tiga lagi malah menuju ke lantai 666. Aku tidak mengerti mengapa elevator mencapai 666 tahukah kalian artinya? Aku tidak mengerti artinya. nenekmoyang ku menggenggam tanganku erat dan tiba-tiba pintu elevator terbuka. Lalu aku pergi dari elevator aneh itu. "apa yang kamu lakukan di sini..??" kata satpam. "uh maafkan saya pak, saya tidak tahu kenapa ada di sini.." jawabku. Aku sungguh tidak mengerti, kenapa aku tiba-tiba ada di hotel ruangan 666 dan saat melihat ke pintu di bawahnya ada tangan berlumuran darah. Aku lari dan sampai ke pintu masuk hotel itu tiba-tiba aku menabrak wanita lesbi  lesbi . "maaf, maaf.." kataku. Setelah melihat wajahnya aku langsung lari bersama nenekmoyang ku apa yang terjadi padaku. Aku bermimpi? Sambil berlari wanita lesbi  lesbi  seram itu memegang kami dan tiba-tiba kami kembali ke elevator itu, aku dan nenekmoyang ku naik elevator ke lantai tiga. Akhirnya kami berhasil ke lantai tiga dan suasananya ramai. Kami berbelanja dan kami pulang, saat di perjalanan pulang kami jalan kaki dan lagu aneh mengikuti kami, kami lari, lari, lari dan lari. Huh kami kelelahan dan lagu aneh itu hilang, aku buka pintu dan melihat bayangan itu berkata. "permainan baru dimulai.." the end






13

mpu sindok benar-benar pahlawan penyelamat. Dia tiba di halamanku tepat ketika aku melangkah pergi. "Ayo, jalan-jalan lagi..." Ajakku. Aku berjalan dengan langkah cepat mendahului mpu sindok dan sepedanya. Aku yakin mpu sindok masih kebingungan. Saat tiba di gerbang, aku berpapasan dengan Pak Johan. Alangkah terkejutnya aku saat tatapan tajam mata Pak Johan itu mengarah padaku. "Sss-saya pergi Pak.." pamitku, gagap. "Hati-hati..." Jawab Pak Johan dingin lalu meninggalkanku. Jangan sampai aku ditelannya hidup-hidup. "Kita mau ke mana hari ini..?" tanyaku pada mpu sindok yang bersepeda di sampingku. "Loh, kan kamu yang ngajak. Jadi ya terserah kamu mau ke mana.." jawab mpu sindok cuek. "mpu sindok! Kalau aku tahu jalan daerah sini, dari kemaren-kemaren aku udah muter-muter, nggak cape-cape ngejar kamu dan sepeda kamu itu..." responku kesal. mpu sindok malah cengengesan. "Jangan ngambek dong. Kan cuma becanda. Kita lihat sawah-sawahan aja yuk.." mpu sindok turun dari sepedanya. Kayanya giliran aku yang naik nih. "Eh, mau ngapain..?" "Naik dong, masa turun.." Jawabku asal, lalu menaiki sepeda itu. "Aku turun kok malah kamu naik..?" mpu sindok keheranan. "Bukannya kamu pengen gantian naik sepedanya..?" aku jadi bingung sendiri. "Emang, tapi abis penurunan terjal ini. Nggak berani aku naikin sepeda kalau jalannya kayak gini..." Ternyata di hadapanku memang ada penurunan yang cukup terjal. "tadi kok nggak kelihatan ya..?" "......" mpu sindok membawa aku ke sebuah bukit yang ditumbuhi rerumputan hijau. Dari sini aku bisa melihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang dilakukan para petani. Angin di sini sepoi-sepoi. Kami duduk-duduk di bawah sebuah pohon rindang. Sambil tertawa-tawa melihat anak-anak yang terjungkal-jungkal saat lomba lari di sawah yang sudah panen. "Besok hari terahir kamu di sini ya..?" tanya mpu sindok ketika kami merebahkan tubuh di dinginnya hamparan rerumputan. "iya..." Jawabku agak sedih. "Besok kita jalan-jalan lagi yuk! Aku mau bawa kamu ke suatu tempat. Spesial..." Tutur mpu sindok lembut. "Whooaamm, hayuukk. Whooaamm..." Aku menguap berkali-kali. Udara di sini membuatku mengantuk. "Rembulan juga punya sisi gelap. Mentari pun tak selalu menyinari. Banyak hal yang mengandung misteri. Pertemuan yang harus berujung perpisahan. Perasaan yang tak pantas diutarakan. Keinginan yang pasti akan terwujudkan. Bersama arungi dunia abadi. Selamanya.." itu beberapa baris puisi entah apa namanya yang aku dengar dari mulut mpu sindok. Setelah itu aku terlelap. "Zizi! Zizi! Zizi! Fazila Mardani.." seseorang menyerukan namaku lembut. Dan ada sentuhan tangan di pipiku. "mpu sindok?!.." aku kaget setengah mati dan segera bangun. Apa yang terjadi? Hari sudah mulai gelap tapi, aku masih di.. "kenapa kita masih di sini Lan..?" "Tidur kamu nyenyak banget. Aku nggak tega ngebangunin kamu..." mpu sindok menjawab dengan rasa bersalah. Aku jadi tidak enak. Ini bukan salah dia. "Maaf, aku nggak marah. Cuma kenapa kamu nggak ngebangunin aku? Tragis banget ya, aku bisa tidur selama itu..?" Di perjalanan pulang berkali-kali mpu sindok minta maaf padaku. Aku sama sekali tidak menyalahkannya. Dia juga memiliki niat baik untuk mengantarku sampai bertemu Mama. Tapi aku menolaknya. Takutnya Mama malah salah paham kalau tahu aku jalan sampe senja sama laki-laki. Aku sudah duga pasti Mama marah besar. Aku sudah menyiapkan mental untuk menerima omelan Mama. Bukan hanya mental, tapi juga berjuta alasan dan bantahan tentunya. "Zizi!!! Berkali-kali Mama bilang, JANGAN PERNAH TINGGALKAN VILA! Sampai dikunci segala! Untung Mama juga megang kunci! Kamu udah keterlaluan. Sampai magrib lagi. Ke mana aja kamu sendirian? Nyasar ya? Jujur sama Mama! Kan udah Mama bilang resiko-resikonya. Kamu emang bandel. Ke mana aja kamu, ha?.." "Aku nggak sendirian! Aku kan sama teman.." "Teman? Pak Johan bilang kamu sendirian. Jangan bohong sama Mama! Gimana kalau ada hewan buas di luar sana? Sama siapa kamu minta tolong?.." Pak Johan?! Dasar manusia gunung! Bisa bohong juga ternyata. Sebel! "Aku cuma muter-muter. Sama anak sini juga kok Ma, aku nggak bohong. Mana berani aku sendirian.." Aku berusaha membela diri. Malu juga kalau jangkrik-jangkrik di luar pada heboh ketawain aku yang diomelin. "Pokoknya besok kamu ikut Mama! Kerja Pak Johan udah kelar, jadi nggak ada yang lihatin kamu lagi. Jadi, harus IKUT MAMA.." paksa Mama. "Mama kok tega gitu sih. Besok kan hari terakhir kita di sini. Aku cape-cape nih. Mau istirahat. Mau bangun siang. Please ma aku janji nggak bakalan ke mana-mana.." bujukku. "yang kemaren itu juga janji. Tapi?.." "kali ini beneran Ma Suer!.." Akhirnya hati Mama tersentuh juga melihat tampang memelasku. Setelah mandi dan bersih-bersih, aku segera tidur. Tidur yang sangat nyenyak. Sepertinya Mama sudah berangkat satu jam yang lalu. Buktinya, roti bakar yang Mama buat sudah dingin. Sehabis sarapan, aku menyibukkan diri dengan menulis, iseng-iseng dandan pakai makeup Mama. Terus nonton TV, dan sempat juga menyiram tanaman. Tok! Tok! Tok! Cepat banget Mama pulang. Baru juga jam 10. Biasanya sampai jam 1 atau 2. Dengan santai aku buka pintu. Ternyata bukan Mama. "mpu sindok?..?" "Kok kaget gitu? Nggak seneng aku datang..?" mpu sindok tersenyum manis melihat aku yang melongo karena kehadirannya. "Ayo, masuk.." Ajakku ramah. "Nggak usah. Katanya kita mau jalan-jalan. Aku kan janji kemarin..." "Tapi aku juga udah janji nggak bakalan ke luar dari vila sama Mama..." Ucapku kecewa. Sebenarnya aku mau sekali pergi jalan-jalan dengan mpu sindok. "Tapi kamu kan buat janji duluan sama aku. Berarti janji kamu ke aku dulu dong, yang harus ditepati..." mpu sindok langsung menarik tangan aku ke luar pintu. "mpu sindok. Pintunya.." "Nggak masalah. Desa ini aman kok..." Hari ini mpu sindok bergaya seperti biasa. Hanya jaketnya agak tebal. Dan dia juga membawa tas ransel. Aku ikuti saja ke mana dia melangkah. Aku harap tempat yang kami tuju benar-benar spesial. "Perjalanan kita agak jauh kali ini. Juga nggak bisa ditempuh pakai sepeda. Makanya aku bawa ransel. Mencegah terjadi sesuatu. Kita bakal ke danau Talang..." "Danau Talang..?" perasaanku baru beberapa menit yang lalu kami memasuki hutan. Tapi kini aku telah berada di tengah-tengah pohon-pohon tinggi dan besar. Hutan ini lebih dingin di bandingkan udara di sekitar vila. "Kamu tenang aja Zi. Ada aku.." Ucap mpu sindok tanpa menoleh. Aku terus mengikutinya. "Jalan nggak ada tanda gini kok kamu hafal Lan? Udah sering ke sini ya..?" mpu sindok jalan dengan lancar tanpa keraguan melewati pohon-pohon yang hampir tidak ada perbedaan satu sama lain itu. "Nggak sering, Cuma sekali setahun..." "Sejak..?" "Kita hampir sampai.. Samar-samar danaunya udah kelihatan, kan..?" mpu sindok kelihatan senang. Begitu juga denganku. Tapi entah kenapa, aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Aku jadi teringat manusia gunung. "Lan, kamu nggak takut ada manusia gunung? Kan kamu sendiri yang cerita kalau mereka ada..." "Jadi kamu percaya..?" tanya mpu sindok, ketika kami tiba di sebuah danau yang luas. Di sekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon tempat berteduh. Kami duduk di bawah salah satu pohon di tepi danau. "Mau nggak mau aku percaya..." Jawabku singkat. Sama sekali tidak berminat membicarakan topik itu. "Baguslah.." respon yang aneh. "apa bagusnya, Lan..?" tanyaku heran. "Zizi.." mpu sindok memutar badannya ke arahku dan menggenggam tanganku erat sekali. "Kenapa Lan..?" aku agak risih dengan keadaan ini. Kaku. Dingin. Perasaanku aneh. "Kamu mau jadi teman hidup aku..?" aku tergelak sejenak. Namun kembali serius karena mpu sindok sama sekali tidak tertawa. "mpu sindok, besok aku balik ke Riau..." Jawabku lembut. "Kamu tinggal aja. Kamu harus tinggal!.." mpu sindok malah mempererat pegangannya hingga tanganku kesakitan. Tapi aku tidak bisa melepaskan genggamannya. "mpu sindok! Apa-apaan sih?.." "Aku butuh teman aku butuh kamu, Zizi.." Omongan mpu sindok malah tambah ngawur. Aku jadi takut dan segera berdiri. mpu sindok berhasil menggapai tanganku kembali. "Zizi, di sini kita bisa abadi. Selamanya kamu hanya perlu menahan rasa sakit selama beberapa menit, kemudian kamu hidup lagi. Abadi, seperti aku menjadi manusia gunung. Yang hidup layak manusia. Tapi tidak bernapas dan memiliki detak jantung..." Penuturan mpu sindok barusan membuat tubuhku mati rasa. Manusia gunung? mpu sindok manusia gunung? Aku raba dadanya, mencari detak jantung, ingin melegakan diri bahwa dia sedang bercanda. Tapi, aku tidak merasakan apa-apa. Yang terasa hanya kehampaan, kekosongan, kesunyian. Barulah aku tersadar bahwa selama ini yang ku lihat hanya tawa duka. Yang ku pandang hanya senyum terpaksa. Tiba-tiba aku merasakan kekasaran mpu sindok yang menarik tubuhku mendekati danau. "di sini, perjalanan kami 15 tahun yang lalu berakhir. Karena kebodohan seorang teman, kami tenggelam..." Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Sekuat apapun aku memberontak, dia tetap kuat. Aku menyesali segala perbuatanku. Menyesali kebodohanku. "Terserah kamu. Boleh percaya atau tidak. Tapi aku sarankan hati-hati. Terkadang dia terlihat tidak mencurigakan. Tapi di balik itu, dia menyimpan sesuatu..." Terngiang kembali ucapan mpu sindok waktu itu. Yang dimaksudnya adalah dirinya sendiri. Bukan Pak Johan. Plangggg!! Sebuah benda tumpul menghantam kepala mpu sindok. Membuat ia merintih kesakitan dan melepaskan genggamannya. Pak Johan??? Pak Johan yang memukul mpu sindok? Pak Johan mengikutiku? "Lari! lari! Cepat.." pak Johan menyuruhku. Dengan gesit kakiku melangkah. Berlari sejauh mungkin. Kemana aku bisa lari. "Tolong.." aku mendengar teriakan. mpu sindok melempar pak Johan ke danau. Beberapa menit saja, Pak Johan tidak kelihatan lagi di permukaan. mpu sindok berlari ke arahku. Aku mempercepat lariku. Tapi kakiku terlalu letih untuk itu. Tuhan tunjukkan kuasa-Mu "Zizi keabadian itu indah.." mpu sindok berteriak seraya mengejarku. Napasku berpacu. Aku sungguh tidak kuat lagi. Tapi, mana mpu sindok? Apa aku sudah bebas? "Kamu mencariku sayang..?" "Aaaaaa!!.." mpu sindok tepat di hadapanku. Matanya yang ku kira indah itu, penuh kebencian. Ucapan-ucapannya yang ku kira ramah itu, penuh amarah. Seketika, semua jadi gelap. "Aaakkhh!.." Sesuatu pecah, mengaliri semua cairan merah tubuhku. — Menghabiskan waktu bermain sepeda memang asyik. Tapi tidak jika sendirian. mpu sindok sudah asyik dengan wanita lesbi  lesbi anak Kades baru itu. Aku? Tunggu dulu. Sepertinya aku tidak akan kesepian lagi. Aku kayuh sepedaku mendekati seorang lelaki tampan yang duduk sendirian di bawah pohon. Ia melamun saja. "Hai. Baru pindah ya..?" tanyaku penuh keramahan. "Nggak, lagi ada proyek buat sekolah..." "Oh. Aku Zizi..." "Aku Rafi. Kamu anak sini..?" tanyanya ramah. "Iya. Di sekitar sini..." Sepertinya aku tidak akan kesepian lagi. Bukan hanya kamu yang akan punya teman baru, mpu sindok. Aku juga. Aku juga punya teman baru untuk menjadi MANUSIA GUNUNG. TAMAT




14

Namaku Seni dan sejak aku lahir memang diberi anugerah untuk bisa merasakan dan melihat hal gaib. Sampai akhirnya aku pun memperdalamnya, awalnya memang menarik namun lama kelamaan menjadi sangat menggangguku. Sampai akhirnya aku lebih pilih untuk menutupnya dari pada membuka mata batinku dan menjadi orang normal seperti yang lainnya. Aku tergabung dalam sebuah anggota club motor dan bisa dibilang aku orang yang cukup berpengaruh disana, hari itu aku harus menghadiri rapat anggota di tangerang. Perjalanan saat itu lumayan lancar sampai akhirnya aku tiba di kantor pengurus dan mulai rapat. Sekitar jam 11 malam, rapat pun selesai dan malam itu aku menginap dirumah temanku. Rumah temanku berbentuk ruko dengan 2 lantai, aku memarkirkan motorku dilantai bawah. Dilantai itu hanya ada beberapa kursi, dan meja jualan yang masih kosong. Tiba-tiba pacarku menelpon, sambil membereskan barang-barang bawaanku itu aku mengangkat telepon. Aku berbincang cukup lama dan aku pun beranjak ke atas. Aku dan temanku mengobrol lagi sampai matapun mengantuk, dan sebelum tidur aku memutuskan untuk mandi dulu. Perlengkapan mandiku tertinggal di lantai bawah, aku pun turun untuk mengambilnya dan sampai dibawah aku melihat ada yang duduk diruangan itu. Seorang wanita lesbi  dengan memakai kaos putih yang lusuh, rambutnya sebahu dan poni rambut depannya menutupi wajahnya. Yang aku rasakan saat itu adalah bahwa wanita lesbi  itu manusia, tapi mata batinku kan sudah aku tutup. Aku bergegas mengambil barang-barangku tanpa memperhatikan wanita lesbi  itu. Aku langsung beranjak ke lantai atas dan tiba-tiba saja suara hape berbunyi. Aku merogoh saku dan memeriksa ternyata tidak ada, dan aku melihat lagi ke lantai bawah ternyata hape ku tertinggal di meja. Akhirnya aku pun kembali ke lantai bawah dan untungnya sosok wanita lesbi  itu sudah tidak ada, aku mengambil hape ku dan segera bergegas ke lantai atas. Namun tiba-tiba entah kenapa bulu kuduk mendadak berdiri semua. Saat aku tengok ke arah belakang, sosok wanita lesbi  itu sudah berdiri tepat dibelakangku. Tanpa banyak berbicara apa-apa, aku langsung berlari ke lantai atas. Karena penasaran, aku pun bertanya kepada temanku apakah dia sering melihat hal-hal aneh di ruko ini. Katanya memang dia sering melihat penampakan wanita lesbi , namun setelah dibersihkan sosok wanita lesbi  itu sudah tidak lagi muncul. Kalo memang sudah diusir kenapa wanita lesbi  itu masih bisa kulihat, aku coba berkonsentrasi untuk menutup mata batinku lagi. Esoknya setelah kegiatanku selesai jam 7 malam akhirnya aku pulang dengan motorku menuju bandung, melalui jalan tikus yang nantinya tembus ke daerah purwakarta. Ditengah perjalanan tiba-tiba saja hujanpun turun sangat deras. Saat itu aku tidak sempat untuk menghindar, karena hujan turun secara tiba-tiba dan hasilnya pakaianku basah. Hampir beberapa kilometer aku melaju dengan basah kuyup dan sampai akhirnya aku menemukan satu jalan yang lurus. Hujan pun mulai reda, badanku mulai bergetar karena kedinginan. Di kiri dan kanan sepanjang jalan ini sama sekali tidak ada rumah warga ataupun warung. Terpaksa aku masih harus melanjutkan perjalananku lagi sampai tiba-tiba saja ada sebuah motor yang tiba-tiba saja mengebut. Aku pun terpancing dan berusaha mengejarnya, motor itupun masih melaju dan berada jauh didepanku sangat cepat sekali. Sampai akhirnya berbelok ke arah kanan dan menghilang dari pandanganku. Aku pun berniat mengikuti untuk membelokan motorku ke arah kanan. Tapi, disana sama sekali tidak ada belokan dan hanya ada sebuah parit yang gelap. Mata batinku bocor lagi, aku melajukan motorku lagi sambil berkonsentrasi menutup mata batin. Seketika saja diperjalanan itu nampak sangat ramai sekali, mobil, truk besar, dan motor tiba-tiba saja lewat didepanku. Tapi yang aku lihat adalah truk yang tiba-tiba saja tabrakan dan motor yang terlindas lalu mobil yang tertabrak. Orang-orang yang kecelakaan dan semua kecelakaan yang ada di jalan itu bisa aku lihat. Aku menambah laju kecepatan motorku sampai suasana itupun menghilang, kakiku mulai membeku dan badanku mulai bergetar. Aku berpikir untuk berhenti ditempat yang ada api unggun untuk menghangatkan badanku dan sekalian juga untuk menenangkan pikiranku. Tak lama disatu jalan yang banyak truk terparkir aku menemukan warung-warung dan beberapa diantaranya ada yang membuat api unggun. Sampai akhirnya aku berhenti disalah satu warung yang api unggun nya cukup besar. Aku memarkirkan motor dan mulai duduk di dekat api unggun itu. Seorang wanita lesbi  menyambutku, dan aku pun memesan kopi hitam kepadanya. Kakiku mulai terasa hangat, dan tak lama kopi hitamku pun datang lalu aku mengambilnya dan menaruhnya. wanita lesbi  itu pun duduk tak jauh dari sebelahku, dia terus memperhatikanku dan aku pun agak heran. wanita lesbi  itu jelas tidak terlalu tua, masih muda sambil memakai kaos putih kusam dan di kaosnya ada tulisan-tulisan yang tidak jelas. Serta celana rok coklat yang sampai mata kaki, semuanya nampak biasa saja. Dia duduk sambil tersenyum memperhatikanku, lalu aku pun bertanya kepada wanita lesbi  itu dan wanita lesbi  itu pun menjawab. "Apa saya boleh minta kopi hitamnya?"... 'Kenapa dia minta kopi hitam kepadaku, kan dia pemilik warung' ujarku dalam hati. namun tidak lama kemudian dia seperti tau apa yang ada didalam hati saya. "Saya mau minta kopi hitam punya kamu"... Dari sana aku sudah mulai merasa ada hal yang tidak beres, aku segera memakai sepatuku. "Mau kemana? kenapa terburu-buru"... Ini jelas sekali bukan manusia, apa mungkin mata batinku bocor lagi. Sampai akhirnya aku pun coba untuk membuka mata batinku dan ketika aku lihat wajahnya. Matanya berubah menjadi warna coklat dan dia pun menyeringai, semua giginya bertaring dan wanita lesbi  itu menertawaiku. Segera aku langsung menaiki motorku dan pergi dari tempat itu. Disepanjang jalan terdengar suara-suara bisikan gaib yang terus memanggilku. Aku lupa menutup mata batinku, disepanjang jalan terlihat semua sosok yang menyeramkan, aku coba tidak memperdulikannya dan terus menancap gas motorku dan akhirnya aku sampai dijalan yang cukup ramai. Aku sampai di sebuah minimarket lalu membeli minuman dan mencuci mukaku. Sambil aku tutup lagi mata batinku, dan entah kenapa mata batinku bisa muncul seperti itu lalu setelah itu aku pun pulang. Selama perjalanan pulang jalanan lancar hingga aku pun sampai di rumah. Setelah kejadian itu, aku semakin berhati-hati jika pergi keluar kota dengan motor apalagi jika melewati hutan. Namun sepertinya sosok wanita lesbi  yang aku temui dijalan itu sama dengan sosok wanita lesbi  yang aku temui pertama kali dirumah temanku itu.



15

Hai, namaku Ken. Aku duduk di kelas 7. Aku anak sebatang kara. Hujan atau panas pun aku selalu sendiri. Jarang ada yang menemaniku. Membutuhkanku hanya ada butuhnya saja. Ke kantin saja sendirian apalagi pulang sekolah Saat di kelas aku duduk sendiri di kelas. Entah, mengapa perasaanku tidak enak begini. Pak Hilmi bilang bahwa sekarang ada pembagian kelompok pelajaran Bahasa Sunda. Aku tidak tau kelompokku bersama siapa. "Sa, aku boleh tidak sekelompok bersamamu..?" Tanyaku "Aku sudah cukup. Kelompok yang lain sepertinya juga sudah cukup..?" Jawab Elisa "Ya sudahlah aku sendiri saja.." Pintaku dengan nada yang malas Saat mengerjakan tugas kelompok tiba-tiba ada seorang wanita lesbi  berambut panjang memakai baju seragam sekolahanku. Dan ternyata.. Itu Firda. Firda berkata dia ingin mengajakku untuk kerja kelompok bersamaku. "Ken jangan mau kerja kelompok bersamanya. Kamu bakal dikacangin sama dia.." "Siapa yang berkata seperti itu padaku? Sepertinya, tidak ada satu orang pun di sebelahku? Di sebelahku hanya tembok dan Firda. Hmm.. mungkin hanya perasaanku saja kali ya.." Tanyaku dalam hati "Coba kamu tengok ke belakang.." Katanya sambil bersiul Astaga!!! wanita lesbi  bermuka hancur yang penuh darah!! Ternyata dia yang dari tadi menghasut obrolanku dengan Firda! Siapa dia? Kenapa tiba-tiba dia Ada di sebelahku? Karena aku kaget, aku menendang kursi ke arah belakang. "Dih, kenapa kamu Ken..??" Tanya Arka kebingungan "Aa..Ddd..aaa.. Sssesesese...aa..nnn!!!.." Jawabku sambil menjerit ketakutan "Hah? setan? Hahaha yang namanya setan itu ada di malam hari. Bukan di Siang hari. Biasanya saja kamu tidak seperti itu.." Katanya sambil tertawa terbahak-bahak Tiba-tiba Arka tertiban proyektor yang jatuh secara drastis. Lalu, aku bingung mengapa Arka ketiban proyektor secara tiba-tiba? Aneh sekali. Arka pun dibawa ke UKS. Lalu, aku bingung mengapa saat aku mengantar Arka ke UKS kakiku sangat berat untuk dilepaskan. "Woy!!! Tungguin aku..!?" Teriaku karena aku ketakutan di kelas Aku pun terkunci di dalam kelas. "Hai Ken.." "HAAAA! Jangan ganggu aku aku tidak bermaksud mengganggumu maafkan aku.." pintaku sambil menjerit dan menutup mukaku sambil jongkok "Aku tidak bermaksud menakutimu. Aku hanya ingin kamu menemaniku agar aku dan kamu tidak kesepian. Tadi, yang menjatuhkan proyektor ke badan Arka itu adalah aku.." Ucapnya dengan nada datar "Na.. na.. namamu siapa...?" Tanyaku sambil ketakutan "Namaku Joya. Sebut saja Oya. Aku adalah anak dari pemilik Kuburan ini. Kini, kamu telah menjadi hantu. Bukan lagi manusia.." Katanya sambil memegang rambutnya yang sangat panjang "Kuburan? Ini sekolah! Bukan kuburan! Aku ini sudah menjadi hantu? Ini dunia N-y-a-t-a,,," Kataku sambil membentak "Kamu tidak mempercayainya? Coba saja kamu mengambil pulpen. Setelah itu, bawa pulpen itu untukku.." Pintanya sambil menatapku dengan muka jutek Aku hanya bisa terdiam. Ternyata apa yang diomongkan Joya itu benar. "Ini bukan lagi sekolah. Tetapi, kuburan. Kuburan keegoisan. Dimana manusia yang mengunjungi tempat ini lalu menyepelekannya/tidak percaya kalau disini ada hantu lalu, mereka akan kubunuh secara kejam! Karena teman-temanmu selama ini sebenarnya tidak ada.." Ucapnya dengan suara yang tegas "Jadi, selama ini aku tidak sekolah? Alasanku tidak mempunyai teman, itu.." Tanyaku sambil kebingungan "Pertanyaanmu benar semua. Apakah kamu ingin menjadi sahabatku? Ingat! Kamu ini hantu. Bukan lagi manusia.." Bentaknya "Baiklah. Mengapa aku bukan lagi manusia..??" Tanyaku dengan menjerit "Karena, kamu tadi sudah menanggapi Arka dengan menjawab DISINI ADA SETAN..!?" Jawabnya dengan mata yang tajam Tiba-tiba Oya itu menjelaskan semuanya padaku. Bahwa, dia anak pemilik sekolah ini yang telah meninggal karena bunuh diri. Bunuh diri karena dirinya selalu sendiri tak ada satu orang pun yang menemaninya. Sepertiku. Selain itu, dia juga sering dibully oleh teman-temannya yang tidak suka sama Oya. "Wah, betapa malang hidupmu. Yang sabar ya Oya masih ada aku yang menjagamu. Hidupmu dan Hidupku sama.." Kataku sambil meneteskan air mata "Iya terimakasih telah memberi motivasiku.." Ucapnya sambil tersenyum di depan hadapanku "Iya sama-sama dengan senang hati.." Balasku dengan senyuman yang lebih lebar darinya Hidupku hanya bersama Oya. Aku dan Oya bagaikan nenekmoyang  kakak. Kemana-mana selalu bersama. Menampangkan diri di depan manusia yang ke kuburan. Agar manusia itu tidak mengganggu penghuni Kuburan ini seperti Aku, Oya, Arka dan yang lainnya. Tetapi sayang, Arka beda dunia denganku. Waktu pun cepat berlalu. Sudah 3 hari aku bersama Oya. Lalu, apa yang akan terjadi? "Oya, apakah ini sudah 3 hari..??" Tanyaku dengan peluh yang bercucuran "Hmm.. iya ken. Aku ingin pergi ke sana dulu ya. Maafkan aku kalau aku sudah membentakmu dan mengambil rohmu hanya untuk menemaniku bermain. Kembalilah kepada Jasadmu. Selamat tinggal sahabat dunia lainku.." Kata Oya sambil berjalan menuju pintu yang besar entah dia kemana Aku pun menangis lalu kembali ke jasadku. Aku pun membuka mataku ke dunia nyata. "Arka? Kamu masih ada disini..??" Tanyaku "Memangnya kamu pikir aku dimana Kennn..??" Tanyanya sambil menahan tertawa "Bubububu...kannya kamu tertiban proyektor..??" Tanyaku sambil grogi "Hahaha dasar indigo. Aku ini di sebelahmu dari tadi. Tapi tadi aku hanya tertiban buku di atas proyektor..." Jawabnya sambil tertawa "Tadi kamu terkunci disini dan tidur tetapi kamu sekarang sudah sadar.." Ucap Firda sambil mengerjakan Prnya Apa yang aku alami tadi? Siapa wanita lesbi  Oya yang cantik berambut panjang itu? Mengapa dia bilang aku ini sudah menjadi hantu? Mungkin itu hanya mimpi. Astaga!!! Rupanya Sahabat hantuku. .

hantu 9


Kehidupan di alam per-leak-an juga mirip dengan yang ada di dunia manusia. Menurut penuturan orang-orang yang pernah berkecimpung di dunia itu, mereka para Leak juga mempunyai perkumpulan dan sekali-sekali mengadakan pertemuan (bahasa kerennya meeting) untuk membicarakan berbagai hal. Biasanya topik yang dibahas seputar ilmu yang baru atau kemungkinan akan terjadi perang leak (siat peteng) dan diakhiri dengan membayar utang-piutang di antara para Leak. Sebut saja namanya mpu baldi  A (sekarang berprofesi sebagai Pemangku di salah satu Pura di majapahit) mengisahkan kepada penulis pengalamannya ngintip yang namanya paruman/pertemuan Leak waktu Beliau masih muda. mpu baldi  A mempunyai sifat yang agak jahil/usil suka menggoda/ngerjain teman-temannya sewaktu muda. Di usia yang relatif muda mpu baldi  A sudah mendengar tentang adanya dunia Leak dan hal ini membuatnya penasaran akan kebenaran dunia tersebut. Kebetulan mpu baldi  A memepunyai seorang paman yang mempunyai kemampuan di bidang tersebut. Dengan segala upaya mpu baldi  A merayu pamannya agar mau diikutkan dalam pengalaman di dunia per-Leakan. Akhirnya Pamannya menyanggupi dengan syarat mpu baldi  A mematuhi segala perintah pamannya. Dengan tanpa berpikir panjang mpu baldi  A pun menyanggupi persyaratan tersebut. Suatu hari sebelum Kajeng Kliwon, pamannya mengajak mpu baldi  A untuk pergi ke suatu Pura (mpu baldi  A lupa nama Pura tersebut) yang berada di puncak perbukitan. Dengan sangat bersemangat mpu baldi  A ikut langkah pamannya tersebut dan berangkatlah mereka ke sana. Mereka tiba sore hari Pura tersebut dan melihat keadaan tempat itu berada di puncak perbukitan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Ada bale pertemuan (semacam bale banjar) di madya mandala Pura tersebut. Pura itu mempunyai arsitektur yang kuno menambah suasana magis. Pamannya mengajak mpu baldi  A untuk melakukan persembahyangan untuk memohon keselamatan sebelum melakukan aksinya. mpu baldi  A sendiri masih menebak-nebak karena belum dikasih tahu pamannya tentang hal yang akan dilakukan di Pura tersebut. Yang lebih mengejutkan hati mpu baldi  A, setelah sembahyang pamannya menyuruhnya untuk membaluri semua badannya dengan kotoran sapi. Kebetulan di tegalan deket Pura ada kotoran sapinya. Ketika ditanya kenapa harus melumuri badan dengan kotoran sapi, maka pamannya menjawab itu untuk menyembunyikan bau badan mpu baldi  A sebagai seorang manusia. Selanjutnya pamannya mpu baldi  A menyuruhnya untuk naik ke atas plafon dari bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut dan bersembunyi di sana. Setelah mpu baldi  A mengambil posisi sembunyi, maka pamannya mpu baldi  A meninggalkannya di sana sendirian, dengan berpesan apapun yang terjadi, jangan pernah turun dari plafon tersebut sampai pagi hari. Sendirian si mpu baldi  bersembunyi di atas plafon, dia agak bete juga karena suasana gelap dan dikerubutin nyamuk, apalagi badannya dilumuri oleh kotoran sapi. Setelah kira-kira jam 11 malam si mpu baldi  bersembunyi, tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah yang sangat berat, bumi bagai bergetar karena langkah tersebut. Si mpu baldi  penasaran, tapi mengingat pesan pamannya dia dengan tabah bersembunyi dan tidak berani bergerak. Ternyata yag datang adalah sesosok mahluk yang berukuran raksasa, berkepala gundul, orang menyebutnya leak gundul, dengan suara menggeram segera duduk di dalam bangunan bale banjar tersebut. Si mpu baldi  terkejut, tapi dia tidak bisa mengelurakan suara, saking takutnya. Tidak berapa lama kemudian menyusul mahluk Leak yang lain, diantaranya bojog (monyet), bangkal (babi), jaka punggul, bangke maong, raksasa, celuluk, rangda, burung garuda, semua pada datang dan mengambil tempat di bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut. Berbagai macam endihan api juga ikut meramaikan malam itu. Si mpu baldi  baru sadar bahwa yang sedang terjadi adalah paruman Leak di tempat tersebut. Dengan cermat dia menguping apa yang mereka bicarakan, rupanya para Leak mendiskusikan berbagai macam hal, mulai dari ilmu, perang malam atau yang disebut siat peteng, dan terakhir adalah utang piutang yang harus dilunasi. Rupanya diantara Leak ada yang mencium keanehan, seperti ada manusia yang ngintip, tapi pimpinan Leak yang berupa raksasa gundul segera bilang itu mungkin sapi, karena berbau kotoran sapi. Rupanya baluran kotoran sapi di tubuh si mpu baldi  sangat menjur untuk mengelabui Leak (sebaiknya jangan dicoba deh-red). Pas lagi rame-rame nya para Leak berdiskusi, maka si mpu baldi  A yang pada dasarnya iseng dan jahil dengan sengaja mendorong talenan (alas untuk mencincang sayur/bumbu/daging) yang berdiameter sekitar 50 cm dan dijatuhkan dari atas. Bunyi talenan jatuhpun berdebum, dan peristiwa itu sangat mengejutkan para Leak, merekapun segera lari tunggang langgang, dikiranya rerencangan (pengiring) dari Ida Bathara di Pura tersebut tedun dan marah. Saking tergesa-gesanya mereka, maka buku tempat catatan semua kegiatan perkumpulan Leakpun tertinggal di tempat itu. Setelah situasi sepi, si mpu baldi  segera turun dan tertawa terpingkal-pingkal, diapun langsung mengambil buku tersebut dan ngacir pulang ke rumah. Besoknya pamannya datang ke rumah dan dengan kesal memaki-maki si mpu baldi  dan meminta buku catatan tersebut. Rupanya yang memimpin para Leak tersebut yang berwujud raksasa gundul adalah pamannya. Si mpu baldi  A pun segera mengembalikan buku itu, dan atas nasehat pamannya dia langsung merantau ke Jawa untuk menghindari balas dendam perkumpulan leak yang sudah dia kerjai. Mangku mpu baldi  A menceritakan kisah ini dengan tertawa, mengingat bahwa betapa jahilnya dia waktu mudanya..


2

Sinar matahari menembus dari celah daun pohon rambutan di kebun Kakek bre wijaya . Matahari mulai meninggi, banyak orang sudah berlalu lalang di jalan setapak desa yang ditempati Kakek bre wijaya  itu. Kakek bre wijaya  masih terlelap tidur. Mungkin karena usianya yang menginjak 70 tahun. Ia lebih suka uring-uringan di rumahnya. Kakek bre wijaya  dulunya bekerja sebagai penggali kubur, namun sekarang beralih ke perias mayat, karena usianya. Pekerjaannya memang lain dari yang lainnya, namun Kakek bre wijaya  sudah terbiasa oleh makhluk-makhluk yang sudah tak bernafas itu, karena orangtua Kakek bre wijaya  adalah tukang gali kubur. Kakek bre wijaya  sudah terbiasa oleh pengalaman mistis. Pagi itu. Tok! Tok! Tok! "Kakek bre wijaya ? Apakah Kakek ada di rumah..?" Tanya suara yang mengetuk pintu rumah Kakek bre wijaya . Kakek bre wijaya  langsung terbangun dari tidurnya, dan mengumpulkan kesadarannya. "Kakek! Apakah Kakek di rumah..?" Kali ini suara itu semakin keras. Setelah kesadarannya penuh, Kakek bre wijaya  melangkah ke arah pintu dan membukanya. "Iya! Sebentar.." Kata Kakek bre wijaya  seraya membuka daun pintu. "oh, kamu mah! Ada apa..?" Ternyata yang mengetuk pintu rumahnya adalah Gama, seorang tetangganya. "Kakek dipanggil oleh keluarga Ardan, katanya anak perempuannya, Em, meninggal..." "Ya Tuhan.." Kaget Kakek bre wijaya , "Apa penyebabnya..?" "Katanya sih, sakit jantung, Kek.." "Ya sudah saya akan segera ke sana,.." Gama segera mengantar Kakek bre wijaya  ke rumah keluarga Ardan. Terdengar suara tangisan dan dukacita. "Saya ikut berdukacita atas kematian Em..." Kata Kakek bre wijaya  ke Ibu Ratna, Ibunda Em. Kakek bre wijaya  duduk di kursi kepunyaan Ibu Ratna. Peralatan hiasnya masih setia bersamanya. Tiba-tiba terdengar sirene ambulan. Ambulan datang dan menggotong mayat Em. Tangisan Ibu Ratna makin terpecah. Ternyata jenazah Em sudah dimandikan oleh pihak Rumah Sakit, dan langsung disemayamkan di sebuah peti mati yang sudah tersedia. Keluarga Ardan segera memasangkan gaun ke tubuh Em, setelah itu, Kakek bre wijaya  mulai mengerjakan tugasnya. Sebelum dirias, Kakek bre wijaya  memakaikan sarung tangan dulu. Namun, ketika ingin dipasangkan, tangan Em sangat kaku, sehingga Kakek bre wijaya  kesulitan memasangkankan sarung tangan itu. Kakek bre wijaya  berhenti sejenak. "Kakek hanya mau pakaikan kamu sarung tangan, biar kamu kelihatan cantik,.." Ucap Kakek bre wijaya  dalam hati seraya tersenyum. Seketika, tangan Em perlahan-lahan menjadi lemas. Kakek bre wijaya  segera memasangkan sarung tangan. Setelah itu, Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em. Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em dengan hati-hati, dan teliti, serta cermat. Saat Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em, tiba-tiba saja mulut Em terbuka. Kakek bre wijaya  terkejut, tubuh rentanya lemas. Tetapi sesaat kemudian, Kakek bre wijaya  meminta sebuah kain untuk mengikat mulut Em. Setelah itu, dia merias wajah Em lagi hingga selesai. bre wijaya  telah menjadi sore. Kakek bre wijaya  pun pulang. Malam telah tiba. Kakek bre wijaya  tertidur di ranjangnya. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan disela-sela suara binatang malam. Karena cape, Kakek bre wijaya  mengabaikan suara itu. Keesokan siang harinya, jenazah Em dikubur. Kakek bre wijaya  menitikan air mata. Baru saja 1 tahun Em menikah, namun ternyata ia sudah dipanggil Tuhan. Dalam hati dia berdoa agar Em diterima di sisi Tuhan. Setelah pemakaman selesai, Kakek bre wijaya  bergegas ke rumahnya. Sesampainya ke rumahnya, hari telah malam. Kakek bre wijaya  bergegas untuk tidur. Namun, baru saja ia mau tertidur, tangisan itu terdengar lagi. Karena terusik, Kakek bre wijaya  ke luar. "Saya tidak menganggu kalian, jangan ganggu saya.." Teriak Kakek bre wijaya . Tangisan itu berhenti. Sebagai manusia, Kakek bre wijaya  juga takut. Tiba-tiba ranting pohon rambutan Kakek bre wijaya  patah. Kakek bre wijaya  mengarahkan pandangan ke pohon rambutannya. Sosok seseorang perlahan mendekat, makin lama makin dekat. Kakek bre wijaya  tercekat. Kini sosok itu sudah 1 meter di hadapannya. Ia bisa melihat sosok itu -sosok Em! Lalu Em kembali menangis, tangisan yang sama yang selalu didengar Kakek bre wijaya  setiap malam. Kakek bre wijaya  diam. "Buka pengikatnya, Kek..." Sosok Em berbicara, kemudian perlahan-lahan menghilang. Kakek bre wijaya  tidak berkutik. Tenaganya habis seketika. Tapi, dengan sekuat tenaga, ia masuk kembali ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, Kakek bre wijaya  berdoa untuk Em, supaya diarahkan jalannya. Keesokan harinya, Kakek bre wijaya  mengambil beberapa hasil kebunnya. Setelah selesai, ia mendatangi keluarga Ardan, siapa tahu keluarga Ardan mau membeli hasil kebunnya. Namun, Kakek bre wijaya  melihat keluarga Ardan amat ramai. Ada polisi. Buru-buru Kakek bre wijaya  masuk. Dia kemudian bertanya kepada Adik Em. Adik Em menceritakan bahwa orangtuanya curiga dengan kematian Em, sehari setelah jenazahnya dikuburkan. Setelah melalui penyelidikan, ternyata Em sempat bertengkar dengan suaminya. Para tetangga Em bilang kepada orangtua Em. Kecurigaan mereka semakin kuat karena saat datang ke rumah Keluarga Ardan, jenazah Em sudah dimandikan. Orangtua Em juga tidak menerima laporan tentang penyakit anaknya. Saat itulah orangtua Em menelpon polisi. Polisi akan menggeledah makam Em. Kakek bre wijaya  kaget. Kakek bre wijaya  pun juga ikut melihat autopsi ulang jenazahnya. Saat peti mati dibuka, jenazah Em sama persis seperti yang Kakek bre wijaya  lihat semalam. Petugas autopsi mulai memeriksa kulit jenazah Em, tapi tidak menemukan tanda lebam apapun. Seketika itu juga Kakek bre wijaya  tidak sadar mengucapkan, "Buka pengikat mulutnya..." Ia sendiri kaget, seperti ada yang menggerakkan bibirnya. Petugas autopsi mengikuti saran Kakek bre wijaya . Seketika pengikat dibuka, mulut Em terbuka. Ternyata di dalam mulut Em ditemukan sebuah luka lebam. Keluarga Ardan kaget. Para petugas autopsi semakin yakin, mereka pun menindaklanjuti autopsi ini. Hasilnya sangat mengejutkan. Ditemukan luka di organ dalam Em, membuat organ dalamnya hancur. Hasil autopsi mengatakan, kematian Em akibat benturan keras yang merusak organ dalam. Polisi segera memburu suami Em. Suami Em tertangkap sehari setelahnya. Di balik pohon di kuburan itu, Em tersenyum lalu perlahan-lahan hilang. The end



3

Antu Kaye ini berasal dari Sumatera, kisah ini menceritakan tentang hantu yang menghuni perairan di sana. "Antu" dalam bahasa daerah berarti hantu, dan "Kaye" merupakan air. Bagi masyarakat Sumatera, ketika ada seseorang yang tenggelam di suatu sungai atau danau, maka biasanya sosok makhluk halus yang disebut Antu Kaye diyakini sebagai penyebab orang tersebut tenggelam. Kisah Antu Kaye di Sumatera memang cukup banyak beredar dan menjadi legenda di masyarakat Sumatera, terutama yang tinggal di dekat perairan seperti sungai atau danau. Beredar kabar Antu Kaye sering mencari korbannya ketika berada di dalam air. Antu Kaye akan menarik tubuh korban hingga ke dasar air menggunakan rambutnya yang panjang. Setelah menyeret orang itu, maka orang itu akan tenggelam karena tak sempat diselamatkan. Pernah mendengar kalimat yang berbunyi "Nyisih kau Gadis Juani. Bujang Juandan nak ke kayek" yang berarti "Pergi kau Juani, Pemuda Juandan hendak ke sungai" Kalimat ini mungkin pernah diucapkan para orangtua zaman dulu kepada anak-anaknya. Konon, kalimat itu merupakan rapalan untuk mengusir Antu Kaye dari sungai atau air. Menurut mitosnya, setelah mendengar seseorang mengatakan itu, Antu Kaye akan bersembunyi atau melarikan diri karena tidak mau bertemu dengan "Bujang Juandan" terkait masa lalunya. Menelusuri kisah Antu Kaye, memang tidak mudah. Tidak banyak orang yang mengetahui dari mana asal Antu Kaye dan mengapa hingga makhluk ini suka mengincar orang-orang yang berenang di perairan Sumatera. Namun, ada sebuah cerita rakyat Sumatera yang mungkin menjadi dasar dari keberadaan Antu Kaye penghuni dasar perairan ini. Suatu waktu, hidup seorang wanita lesbi  lesbi  bernama Juani yang tinggal di sebuah desa kecil. Walau tinggal di desa kecil, kecantikan Juani sangat terkenal di seluruh desa. Tidak heran, banyak pemuda yang ingin mengajaknya berkencan. Namun, semua pemuda yang datang ke rumahnya selalu ditolaknya dengan alasan belum ingin terlibat asmara dengan siapa pun. Orangtua Juani bukanlah keluarga yang berkecukupan. Ketika terjerat hutang yang cukup besar, maka orangtua Juani terpaksa menyetujui pinangan seorang pemuda kaya raya bernama Juandan. Dia bukanlah pemuda yang tampan, lebih buruknya lagi pemuda itu menderita penyakit kulit di hampir sekujur tubuhnya. Orang-orang bahkan mengenal Juandan sebagai "Pemuda Kurap" karena penyakit kurap yang dimilikinya. Mengetahui dirinya telah dijodohkan dengan pemuda buruk rupa itu, Juani sangat sedih. Sebenarnya, Juani ingin menolak dan lari dari perjodohan sepihak tersebut. Namun, dia juga kasihan dengan ayahnya yang harus menanggung seluruh hutang kepada keluarga Juandan. bre wijaya  demi hari, hidup Juani dijalaninya dengan air mata kesedihan, dia tidak bisa melawan takdirnya. Ketika hari pernikahan sudah mulai dipersiapkan, seluruh warga desa turut mengatur pernikahan ini, dan malam yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Juani yang cantik kemudian dipakaikan hiasan pengantin yang menambah keelokan kulit putihnya yang halus, dengan gaun pernikahan yang anggun, dan rambutnya yang panjang diatur sedemikian indahnya. Namun, malam itu Juani menunggu di kamarnya seraya berurai air mata. Ketika rombongan dari keluarga pemuda kaya raya itu datang beserta mempelai prianya, Juani yang malang semakin kalut. Hatinya hancur, dan tidak berdaya. Di tengah kekacauan pikirannya, Juani kemudian mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Berurai air mata, dia lalu melarikan diri melalui pintu belakang rumahnya, dan terjun ke sebuah sungai yang ada di sana. Akhirnya, di dalamnya sungai itu membuat hidupnya dalam kesedihan yang tak selesai. Kematiannya yang menyedihkan membuat arwahnya tidak tenang dan kembali untuk menuntut balas. Namun, karena tenggelam di dalam sungai, arwah Juani tidak bisa lepas dari tempat itu dan menghantui sungai tersebut. Sejak itu, setiap orang yang bermain air di sungai itu akan dibawa oleh hantu Juani. Kebanyakan dari korbannya merupakan anak-anak yang berenang di sungai itu tanpa pengawasan dari orangtuanya. Hantu Juani kemudian dikenal dengan sebutan Antu Kaye atau Hantu Air. .


4

Cerita ini bukan dari aku sendiri, melainkan cerita yang benar-benar ada di kotaku, Ubud - Bali tepatnya di Jalan Raya Tjampuhan. Jalan Raya Tjampuhan memang terkesan sangat seram dan angker karena jalan tersebut selalu gelap karena adanya pepohonan rimbun di atas jalan ini, dan yang lebih membuat kesan mistisnya kental adalah karena adanya setra (kuburan) yang berada tepat di atas jalan raya Tjampuhan. Di daerah Tjampuhan ini memang banyak terjadi hal-hal yang janggal dan masih menjadi misteri sampai sekarang. Jalan Raya Tjampuhan memiliki penghubung jalan berupa jembatan yang sangat dikenal dengan jembatan gantungnya. Kita tidak akan membahas jembatan ini, melainkan tentang satu-satunya sekolah yang berada disana, yang menjadi awal cerita ini berasal. Sebut saja namanya Sinta, seorang murid SMK yang bersekolah di sekolah tersebut. Kegiatan yang dia lalui biasa saja, semua dari dia memang biasa. Namun, suatu hari ajal menjemputnya dengan cara tidak biasa. Pada saat Sinta berangkat ke sekolahnya siang itu dengan sepeda motornya, seperti hari-hari biasa, dia melewati jalan itu dengan santainya sampai tiba-tiba "BRUUUKKK", tanpa disadari sebuah mobil yang hendak dia lewati membuka pintu tanpa aba2. Sinta yang terpental dan jatuh, ditabrak oleh kendaraan yang melintas tanpa sadar. Tubuh Sinta yang sudah tidak dapat bergerak dikerubungi masa dan dilarikan ke Rumah Sakit. Di Bali ada sebuah kepercayaan, ada kalanya dimana kematian seseorang yang tubuhnya belum diaben atau minimal di upacarai akan menarik perhatian orang-orang yang berkekuatan mistis, atau orang yang meninggal secara tidak wajar dan belum di upacarai maka arwahnya akan tetap berada di tempat terakhir dia menghembuskan nafas terakhirnya. Selang beberapa hari setelah kejadian tersebut, masyarakat Ubud mengikuti upacara Ngiring (Ngiring adalah upacara dimana kita menghantarkan Para Dewa-Dewi dari satu Pura ke Pura lain). Pas Ngiring pada waktu itu menuju ke Pura yang berada pas di bawah jembatan atau tepatnya di samping sekolah itu, timbul desas desus setelah upacara itu yang mengatakan bahwa Sinta ikut pula menghadiri upacara tersebut dan dia tengah terduduk sendirian memakai pakaian adat berwarna putih di tempat kejadian na`as itu terjadi. Orang yang melihatnyapun hanya terdiam karena belum mengetahui cerita tersebut. Dalam perjalanan itu akhirnya dia melihat Ibunya Sinta dan menanyakan kepadanya : Ibu A : Ibu Sintha, kenapa sendirian? kan kasihan Sintha duduk sendirian disana. Kenapa ditinggal? Ibu S : Maaf, bu. Mungkin Ibu salah lihat? (dengan nada sedih) Ibu A : Bener bu, saya lihat sendiri. Kasihan dia mungkin sakit, mukanya pucat. Dengan raut wajah yang sudah tidak tahan menahan kesedihan dan air mata, akhirnya Ibu Sintha menjelaskan bahwa Sinta sudah tidak ada lagi. Ibu A pun shock dan menarik tangan Ibu Sintha ke tempat terakhir dia melihat Sintha. Dan benar, Sintha sudah tidak ada lagi di tempat itu. Setelah kejadian tersebut masyarakatpun menjadi gempar dan selalu memberi salam setiap melewati tempat itu sampai desas-desus itu berhenti.


5

Kita tidak pernah tahu kapan, di mana, dan dengan cara apa bertemu dengan mahluk gaib. Kalau diminta untuk memilih, aku tidak akan mau bertemu dengan mereka. Karena bertemu dengan mereka pasti bukan pengalaman yang menyenangkan sama sekali. Namaku Raja. Aku murid kelas 3 SMA negeri yang terletak di Jalan Belitung. Aku adalah murid pindahan dari Medan. Sekolah di Bandung merupakan harapanku sejak lama. Aku ingin mengecap pendidikan yang lebih baik di Pulau Jawa, dan meraih cita-citaku. Karena sudah kelas tiga juga, aku menghabiskan banyak waktu untuk belajar. Bukan hanya belajar di sekolah, aku juga ikut bimbingan belajar. Malam itu, aku baru saja selesai dari bimbel di Jalan Bahureksa. Aku memang selalu pulang malam jika ada jadwal bimbel. Maklum, besok Ujian Tengah Semester. Belajar di sekolah yang berisi murid-murid pintar memang melelahkan. Aku hendak pulang menuju kost dengan berjalan kaki. Dingin sekali malam ini, Aku menyusuri trotoar Jalan Belitung di depan sekolahku. Letak bimbel dan sekolah memang tidak terlalu jauh. Aku selalu melewati sekolah saat pulang bimbel. Perasaanku tidak enak saat melewati depan sekolah. Ada hawa dingin menyergap. Aku harus segera pulang untuk menghangatkan badan yang mulai kedinginan. Aku pun mempercepat langkah agar segera sampai di kost yang sudah tidak jauh lagi. Sesampainya di kost, "kunciku di mana ya?" Aku panik mencari-cari kunci di saku pakaian dan celana. Tidak ada. Mungkin di tas, Aku merogoh tasku tapi hasilnya nihil. "Sudah capek, kenapa harus ada masalah gini. Ketinggalan di mana ya?" Aku mencoba menelepon Fahmi teman kelasku yang juga anak kost. "Halo, Mi Lo liat kunci gue nggak? Coba cariin mungkin ada di kamar lo?" Aku bertanya sambil berharap Fahmi menemukan kunci kost ku karena sebelum bimbel aku mampir dulu ke kost nya. "Bentar gua cari dulu" jawabnya. "Nggak ada Raj, gue nggak nemu. Mungkin, kunci lo ketinggalan di kelas kali coba aja lo nyari di sana." "Masa sih ketinggalan di kelas?". Aku pun memutuskan kembali ke sekolah untuk mencari kunci kamarku. Aku melangkahkan kakiku dengan terpaksa. Mudah-mudahan yang dikatakan Fahmi benar. Sekolahku merupakan bangunan tua dengan arsitektur Belanda yang sudah berumur sekitar 97 tahun. Catnya sudah mulai memudar, jendela-jendela besar yang berdebu membuat suasana sekolahku pada malam itu sangat menyeramkan. ini kali pertama aku ke sekolah pada malam hari, tengah malam pula. Aku mencoba membuka pintu gerbang dan, pintu gerbang terkunci. Aku mencoba mencari cara agar bisa masuk ke dalam. Aku mencoba memanggil penjaga sekolah yang biasa menginap di sekolah. "Pak Er, Pak Er" Panggilku sambil berteriak. Tapi, tidak ada jawaban. Aku mencoba memanggilnya berkali-kali. Tetap tidak ada jawaban. Aku pun memutuskan untuk memanjat gerbang sekolah. Gerbang yang terbuat dari besi bercat itu cukup tinggi. Ujungnya meruncing seperti tombak berwarna kuning. Ini membuatku cukup kesulitan untuk memanjatnya. 'Tapi, dari pada aku kedinginan diluar lebih baik aku cepat menemukan kunciku' pikirku. Saat berusaha memanjat, terdengar olehku, "Hei.. Hei" Hah, suara siapa itu? Aku mencoba melihat sekitar, tidak ada siapa-siapa. Mungkin hanya perasaanku. Aku berhasil memanjat gerbang itu dan masuk ke area sekolah. Aku berjalan melewati halaman sekolah. Suasana sangat sepi dan mencekam tidak menyurutkan langkahku. Lalu, aku melewati sebuah taman anggrek. Di sana, terdapat kolam air mancur dan kursi panjang yang terbuat dari keramik yang sudah sangat kuno menurutku. Aku meneruskan langkahku, dan sampailah aku di sebuah pintu. Pintu yang akan menghubungkanku dengan area kelas. Saat aku membuka pintu, tiba-tiba angin berhembus, hawa dingin terasa menusuk sampai ke tulang. Entah kenapa sejak aku masuk area kelas, ada perasaan tidak enak di hatiku. Ada kegelisahan menyelimuti perasaanku. Samar-samar, aku mendengar suara lantunan piano. Suara piano itu mengalun dari aula lantai dua. Aku tetap melanjutkan langkah menaiki tangga dengan suasana hati dan pikiran yang tidak karuan. Baru setengah perjalanan, suara piano sudah menghilang. Aku pun menaiki tangga perlahan-lahan sambil melirik kanan kiri. Saat aku sampai di ujung tangga, aku hanya melihat aula yang kosong. Aula itu gelap, tetapi sedikit mendapat cahaya dari sinar bulan yang masuk melalui celah-celah jendela. Aku mengarahkan langkahku ke belokan kiri yang ada di depan lorong. Kelasku terletak di ujung lorong. Saat menyusuri lorong itu, aku melihat pintu tiap kelas dikunci dan digembok. Jangan-jangan, kelasku juga. Betapa senangnya aku saat mendapati pintu kelasku tidak dikunci. Aku menggerakkan gagang pintu, dan pintu kelas itu terbuka. Dua jendela di kelasku terbuka lebar sehingga dinginnya angin malam terasa tidak bersahabat di badanku yang sudah sangat lelah ini. Aku bergegas menuju meja yang terletak di belakang sebelah kiri. Aku menggunakan cahaya handphone untuk menerangi pandanganku. Aku pun mulai mencari apa yang menjadi tujuanku tengah malam ke sekolah. Saat aku sedang mencari-cari, tiba-tiba aku mendengar suara derap langkah mendekat ke arah kelasku. "Siapa itu?" Aku bertanya dengan suara agak keras, dan mencoba melihat ke arah pintu dan lorong. Aneh tidak ada siapa-siapa, Aku mempercepat usahaku mencari kunci itu. Aku memeriksa kolong mejaku, dan aku menemukan kunciku. Lega rasanya bisa menemukan kunci kost kembali. Baru saja aku bangkit dan akan melangkahkan kaki untuk pulang. Tiba-tiba terdengar suara bel sekolah. Aku terdiam, Kaki dan tanganku lemas. Bagaimana mungkin tengah malam begini bel sekolah berbunyi. Refleks aku melihat jam tanganku. Saat itu menunjukkan tepat jam 12 malam. Aku mencoba menyembunyikan keherananku dengan segera bergegas pulang. Jendela kelasku tiba-tiba terbanting dengan keras. Aku panik, ingin rasanya segera berlari meninggalkan ruangan ini. Bulu kuduk pun merinding, rasa takut menyelimutiku. Aku berlari, kembali menyusuri lorong yang gelap itu. Dan entah muncul dari mana, sekelebat bayangan berwarna putih melayang cepat mendekatiku dari arah belakang. Aku melihat sesosok wanita lesbi  lesbi mengunakan gaun putih di ujung kelasku. Kulit wanita lesbi  lesbi itu putih pucat sambil menatap ke arahku. Aku berlari sekuat tenaga menyusuri lorong itu secepat mungkin. Aku harus keluar dari gedung ini. Tiba-tiba terdengar suara. "hihihi..." Dan suara itu semakin mendekat. Aku memasuki aula dan berbelok menuju tangga. Suara itu terdengar mendekat seakan-akan mengejarku. Saat aku berada di depan tangga, aku melihat di lantai dasar. Sosok wanita lesbi  lesbi itu ada di sana, dia menunjuk ke arahku, seperti menyuruhku untuk melihat ke arah belakang. Saat aku melihat ke arah belakang, Ada seorang noni Belanda yang mukanya hancur dan mulutnya menganga mengeluarkan suara yang sangat menyeramkan. Sekujur badanku lemas seketika, sehingga tak kuasa menahan berat badanku. Aku pun terjatuh dari tangga. Aku pingsan dan tak sadarkan diri. Aku terbangun dan mendapati diriku di atas sofa di kamar Pak Er. Katanya, penjaga sekolah itu mendapati diriku tergeletak di lantai, dan dia menggotongku ke luar. Pak Er memintaku untuk menceritakan apa yang aku alami tadi malam. Ekspresi Pak Er seperti ketakutan mendengarkan penjelasanku. Aku sendiri mendesak Pak Er untuk menceritakan apa yang sebenarnya ada di sekolah ini. Pak Er terkesan enggan untuk bercerita. Namun, aku terus memaksa Pak Er, sampai dia akhirnya mau sedikit menjelaskan. Aku kaget sekaligus ketakutan ketika Pak Er berkata, bahwa yang aku lihat semalam adalah hantu Nancy. Sebagai orang baru di Bandung, aku tidak tahu cerita tentang Nancy di sekolah itu. Rasa penasaran membawaku kepada beberapa orang untuk bertanya tentang Nancy. Aku pun tahu kisahnya. Dulu ada seorang wanita lesbi  Belanda yang bersekolah di sini. Dia bernama Nancy, Dia Jatuh cinta kepada orang pribumi. Namun, orangtua Nancy tidak setuju, dan akhirnya dia bunuh diri di kelas itu. Sampai saat ini ada cerita, bahwa jendela di kelas itu tidak pernah ditutup karena Nancy sering berada di sana. Jika ditutup, maka Nancy akan marah. Dia pun sering berjalan-jalan di sekitar lorong lantai dua dan aula. Memang tidak masuk akal, tapi aku percaya Nancy ada di kelas itu, Karena aku melihatnya sendiri. .




6

Ketakutan mereka adalah keberhasilan bagiku, itu mungkin yang akan kamu rasakan ketika dihubungkan dengan hal misteri Apalagi hantu. Namaku Alby, saat ini aku memegang sebuah wahana misteri atau Rumah Hantu di sebuah Mall. setelah sukses menggelar acara ini tentunya ada rasa ketagihan untuk membuatnya terus menerus dan disinilah tugasku. Sudah hampir tiga minggu berjalan di mall itu, jujur tidak selalu banyak juga pengunjung yang datang karena mungkin lokasinya yang kurang strategis. Rumah hantu ini terdiri dari delapan skat dan lorong yang berliku-liku. tiap skat dijaga oleh satu orang yang berpakaian hantu yang siap untuk menakuti pengunjung, aku kenal sekali dengan mereka. Ada satu orang wanita lesbi  berpakaian putih dan beberapa orang lainnya ada yang menjadi genderuwo, pocong bahkan yang berpakaian serba hitam. semuanya ada didalam Rumah hantu ini, dan sampailah pada hari itu. kulihat jam menunjukan 12.00 siang, pada saat itu udara sangat panas. aku sambil duduk dan mengipaskan leherku, di seberang aku lihat ada satu kamar yang di isi oleh salah seorang pegawai yang memakai baju pocong, dia adalah andi. "Ndi, gak gerah apa pakai baju pocong itu?" ujarku kepadanya. Andi yang memakai baju pocong itu hanya terdiam dan dia malah mengeluarkan suara dengkuran yang cukup keras. melihat andi yang sedang tertidur pulas, aku pun turun ke tempat Rumah Hantu itu. ketika hendak berjalan, alangkah kagetnya ketika aku... aku melihat juga seorang pegawai memakai baju pocong sedang mengobrol dengan pegawai lainnya. dan saat aku lihat itu kan andi, terus yang kulihat di kamar itu siapa. untuk meyakinkan aku kembali lagi ke ruanganku, dan astaga diruangan itu sudah tidak ada siapa-siapa. Aku bergegas pergi dan pamit pulang duluan, karena aku merasakan sedikit hal yang membuatku tidak nyaman berada disana. esok harinya aku mencoba bersikap normal, ketika aku datang hari itu banyak pengunjung yang mengantri dan pengunjung pun masuk ke rumah hantu. Aku pun segera lupa kejadian kemarin, sekitar jam 03.00 sore kami pun break sebentar dan para pegawai hantu kita kumpulkan dalam satu ruangan lalu beristirahat. sebelum dibuka lagi aku mulai menghitung para pegawaiku, lalu Andi salah satu pegawaiku berbisik kepadaku. "Alby, coba lihat itu ada yang memakai baju pocong juga" Aku pun mulai menghitung dan benar saja ada satu orang. setelah selesai briefing para pegawai hantu kembali ke tempatnya masing-masing. aku mengikuti satu persatu pegawaiku, setelah semuanya sampai di posisinya masing-masing. aku masih mengikuti dua pegawai yang sedang berjalan terus, keduanya memakai baju tribuanatunggadewi   dengan rambut panjang berwarna hitam dan kedua pegawai itu berjalan terus sampai keluar dari area rumah hantu. Aku terus mengikuti kedua tribuanatunggadewi   itu sampai mereka berjalan dan masuk ke pintu tangga darurat. kedua orang itu lewat jalur tangga darurat menuju kebawah, jalannya semakin cepat. aku mencoba mengejarnya dan mereka berhenti. Aku pun ikut berhenti, kurang lebih aku berjarak dua meter di atas tangga mereka. badan kedua sosok tribuanatunggadewi   itu tidak bergerak sama sekali. rasa takut pun muncul, jantungpun mulai berdebar. sosok kedua tribuanatunggadewi   itu sama sekali tidak bergerak, benar-benar seperti patung. Seketika bulu kuduk mulai berdiri, aku perlahan mencoba mundur dan mencoba kembali ke atas lalu tiba-tiba "hihihi..." Kedua sosok tribuanatunggadewi   itu berbalik dan mukanya rata. aku segera membereskan peralatanku dan dengan panik aku pun pamit pulang duluan. beberapa orang pegawai bertanya kenapa, namun aku tidak menjawab apa-apa. aku segera ke basement untuk mengendarai mobilku dan segera meninggalkan tempat ini. saat tiba di basement ketika aku sedang berjalan. Dari parkiran mobilku, lampu basement ini mulai berkedip-kedip dan hampir mati. basement ini kini cukup gelap, tapi aku masih bisa melihat cukup jelas mobilku ada didepan sana. dan tiba-tiba terdengar suara anak kecil berlari kejar-kejaran sambil tertawa. Suaranya terdengar mengelilingiku, aku segera berlari dan masuk kedalam mobilku. aku menjalankan mobil dan mulai memutar mobilku menuju keluar basement. karena gelap aku mencoba menyalakan lampu mobil sesaat lampu mobil menyala dan dari arah depan. Astaga... Didepanku berdiri sosok wanita lesbi  yang sedang menggendong kedua anaknya dengan kepala dan muka yang sudah hancur juga berlumuran darah. aku pun segera menancap gas dan keluar dari basement. akhirnya aku pun bisa keluar dari basement. Aku berhenti sejenak dan menarik nafas, jantungku berdegup kencang. meskipun hanya sekilas namun aku masih mengingat jelas sosok itu. setelah itu aku pun penasaran dan mencari tau kenapa, akhirnya misteri pun terkuak. konon katanya dulu pernah ada dua wanita lesbi  yang bunuh diri disini. yang satu meloncat dari tangga darurat dan yang satu lagi seorang wanita lesbi  juga yang meloncat dari tingkat tiga lalu jatuh dibasement. Wanita itu bunuh diri bersama kedua anaknya ketika bangunan itu sedang dalam pembangunan. tidak ada yang tau hal itu namun kebenarannya pun masih tanda tanya. yang pasti aku percaya karena aku pernah merasakannya sendiri. .



7

Pada musim haji dua tahun lalu aku pernah ditugasi untuk membantu menangani proses pemberangkatan jemaah haji Indonesia di embarkasi Aceh. Waktu itu kondisi politik dan keamanan cukup menghangat, tetapi tugas itu dapat aku laksanakan dengan baik dan aku kembali ke Jakarta dengan selamat. Desember 2004 ini aku kembali ditugasi oleh Bos ku untuk ikut kembali ke Aceh membantu pemberangkatan jemaah Haji dari embarksi Aceh. Rasanya gembira juga bisa ikut berpatisipasi dalam tugas mulia ini. Singkat cerita di Aceh aku diinapkan di Hotel Kuala Tripa di lantai 2, hari itu adalah hari terakhir aku bertugas di Aceh dan aku melapor ke Manager Aceh bahwa besok pagi aku akan kembali ke Jakarta. "Pak Kamdo hari ini aku balik ke Jakarta, Surat Perjalanan Dinas ku sudah selesai ...." lapor ku ke Pak Sukamdo Manajer Garuda di Aceh. "Wah Pak Sanwani, jangan gitu dong .. kamu sangat dibutuhkan di operasional haji disini ...." keluh Pak Kamdo, "kamu di extend, spj kamu diperpanjang ya sampai dua hari .. sebulan juga boleh.. oke ya ??!.." pinta Pak Kamdo setengah memaksa. "Enggak bisa Pak, pokoknya saya harus pulang ke Jakarta besok pagi.." aku memberanikan diri membantah Pak Kamdo. Akhirnya Pak Kamdo menyerah "Ya sudahlah .. tapi semua kerjaan beres khan ??.." "Beres semua Bos ! ..temen-teman nanti yang gantin saya juga sebentar lagi datang dari Jakarta.." jawabku, Pak Kamdo orangnya baik, semua fasilitas untuk pekerjaanku dilengkapinya, apa yang aku minta untuk menunjang operasional pekerjaan langsung disediakannya, sehingga aku bekerja bisa lancar tanpa hambatan berarti. Malam itu aku berbenah di kamar, koper yang sudah aku pack, aku buka lagi kayanya ada yang lupa apa yaa .. seolah koper ini enggan ditutup. Ku buka lagi ku tutup lagi .. apa-apaan nih..pikir ku. Oleh-olehyang aku siapkan dikulkas kamar hotel aku keluarkan, tapi tak lama aku masukan lagi ke kulkas .. kenapa nih pikiranku koq gak konsen gini ??? Sepertinya ada yang mencegah oleh-oleh itu untuk aku bungkus biar kubawa ke Jakarta. Aah ..lupakan saja , tidur aja dulu ..bre wijaya  Minggu pagi jam setengah tujuh tanggal 26 Desember 2004 aku sudah rapih berpakaian dan langsung menuju restoran dilantai bawah hotel tempat ku menginap untuk breakfast, rekan2 lain juga sudah mulai berkumpul, agak-agaknya makan pagi ini akan terasa makan yang paling nikmat karena tugas-tugasku sudah selesai, tinggal pulang ke Jakarta ketemu anak isteri begitu angan-anganku. Belum lagi kami mengambil makanan .. masih dalam keadaan berdiri .. sejenak terasa kakiku berguncang -guncang, tidak hanya itu, kuperhatikan sekeliling ruangan restoran dindingnya bergerak-gerak, makin lama guncangan itu makin kuat... "Gempa..gempaaaa ..ada gempa !!!!.." teriak orang-orang yang ada diruangan itu, aku masih belum tersadar, aku masih melihat sekeliling ruangan .. mulai satu-satu tiang diruangan itu seperti amblas perlahan-lahan .. seperti mau runtuh perlahan-lahan .. aku tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata .. "Gempaaaa ..!!!!.." baru pada teriakan yang kedua aku tersadar, ini benar-benar ada gempa !!. Semua tamu berlarian keluar ruangan, sambil berlarian sempat aku lihat tiang-tiang bangunan itu mulai runtuh, sampai diluar hotel kembali kami harus berlari menjauh dari bangunan hotel karena kaca-kaca hotel pada pecah, seperti meledak .. menghamburkan potongan-potongan kaca ke segala arah. Sambil merunduk kami terus berlari tambah kencang. Pada saat itu teringat dalam pikiranku didepan hotel ada taman agak luas, rupanya semua rekan-rekan bepikiran sama, kesana kami semua berlarian berhamburan dengan penuh kepanikan. Sampai ditaman kami berhenti berlari, sambil berdiri terasa gempa masih mengguncang-guncang tubuh kami. Didekat taman ternyata ada tiang antene besar terbuat dari besi, berpikiran tiang antene akan ambruk kami berlari lagi menjauh .. gempa itu masih terus mengguncang tubuh kami, sampai didekat taman ada pohon asem besar seolah ada yang membisikan kepadaku "Pegangan pohon itu ...." tanpa pikir panjang aku peluk pohon asem besar itu, pohon itu lebih besar dari pelukkan tanganku sehingga tanganku tidak dapat bertemu dengan tangan yang satunya. Melihat aku memeluk pohan asem itu teman-teman yang lain berlari ke pohon asem itu dan ikut-ikutan berpegangan dan berpelukan seperti ku. Sehingga kami saling berpegangan erat melingkari pohon dan yang mendapat lingkaran diluar saling melapisi dengan badannnya sehingga pelukan itu makin kuat. Hal ini kami lakukan karena gempa itu demikian kuatnya dan masih terus mengguncang-guncang kami. Kurang lebih sepuluh menit guncangan hebat itu mereda .. kami mulai meregangkan pelukan .. dan mulai memandang ke sekeliling .. ternyata hotel tempat ku menginap sudah runtuh dua lantai kebawah. Tak terbayang olehku apa jadi kalau kami masih ada diruangan restoran tadi. Belum lagi rasa ketakutan ku hilang, terdengar suara teriakan "Air..Aiiir !!!.." aku pikir ada korban gempa yang sangat membutuhkan air minum ternyata ...."Ada aiir !..Air datang, air datang !!!.." Ooh, ternyata ini air banjir yang datang ! kulihat orang berlari-larian kesana kemari menyelamatkan diri dari kejaran air. Tanpa pikir panjang akupun ikut berlari, tapi ke mana aku harus berlari, sambil berlari sekuat-kuatnya tanpa sadar aku berucap berulang-ulang "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." terus tak berhenti berlari entah harus kemana dengan rasa takut yang tak terkirakan, pikiran kalut, kacau, yang ada hanya menyelamatkan diri. Sambil berlari dan mengucap takbir seolah ada yang memberiku ilham, tiba-tiba terlintas dipikiran "Air itu mencari tanah yang lebih rendah ...." ku arahkan lariku ke tanah daerah yang lebih tinggi, "ya tapi harus lari kemana ???.." buntu pikiranku.. sambil terus bertakbir, kembali seolah ada yang membisiki ku "lari ke arah kanan.." aku ikuti bisikan itu aku lari berbelok ke kanan, ternyata yang kutemui adalah tanggul yang tingginya satu setengah meter, akupun mencoba untuk menaikinya tapi tak berhasil karena begitu lelah setelah terus berlari, kulihat dibelakangku .. rupanya teman-temanku berlari mengikuti arah ku berlari sehingga kami berkumpul dibawah tanggul. Sambil bahu membahu, berpegangan tangan, yang berhasil naik keatas tanggul membantu mengangkat yang laiinya sampai semua berhasil naik tidak ada yang tertinggal. Aku melihat kearah belakang lagi, ternyata sudah mulai ada korban-korban yang tersapu oleh air yang mengerikan itu, tetapi air masih mengejar kami, "lari .. lari .. airnya mulai naik !!!.." teriak ku. Tanpa sengaja aku berlari paling depan dan semua teman-teman mengikuti di belakang. Ooh .. harus kemana aku ber lari, napasku tersengal-sengal "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya. Kepalaku mulai pening kehabisan napas, mungkin sebentar lagi aku akan pingsan dan akan tersapu oleh air bah, pikirku. "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya) .. seolah ada bisikan lembut tapi tegas "lari ke arah trotoar jalan besar.." kuikuti bisikan itu .. tetapi air sudah mulai menerpa kaki-kaki kami. Tubuh kami mulai basah oleh cipratan air sampai akhirnya basah kuyup, setengah putus asa aku berlari karena akhirnya air bah itu akan menelan kami juga, ooh inilah ajal mungkin sudah tiba, pikirku, "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya). "Lari terus kearah trotoar jalan besar.." aah bisikan itu datang lagi, kuikuti lagi, sambil menoleh kebelakang, ternyata teman-teman masih mengikuti dibelakang mengikuti arah lariku, kulihat dibelakangku saluran-saluran air sudah meluap airnya, airnya mengalir deras membawa sampah, potongan-potongan kayu, mengerikan ! Dikejauhan semakin banyak orang yang mulai terjatuh tertelan air bah, arah lari mereka memang berlawanan dengan arah ku. Aku tidak berani menoleh lagi, sungguh pemandangan yang menakutkan, mengerikan. Dalam keadaan berlari, bingung arah mana yang harus kutempuh, sejenak kemudian terdengar lagi bisikan "lihat gorong-gorong, lari ke trotoar.." "ya aku lari ke arah trotoar itu .. tapi apa maksudnya disuruh melihat gorong-gorong ??.." pikirku sambil terus berlari. Berlari ..terus sambil berlari kulihat gorong-gorong yang ada sisi-sisi jalan dimana kuberlari, ya betul ! digorong-gorong itu tidak ada air yang menggenang .. tidak ada air yang mengalir kearah gorong-gorong itu .. ooh ini rupanya jawabannya, air bah itu pasti mencari saluran air dan yang ada hanya gorong-gorong itu, air tidak sampai mengalir kearah gorong-gorong itu berarti, arah lariku adalah benar mencapai daerah yang lebih tinggi ! Oooh Yaa Alloooh ..Engkau Yang Maha Ghaib .. Engkau Bisikan Suara GhaibMu untuk membimbingku berlari .. tanpa terasa air mataku berlinang, doa kupanjatkan dalam hati "Yaaa Alloooh tuntunlah kami, lindungilah kami...." semangatku terpompa kembali untuk terus berlari .. sampai kupastikan daerah itu tidak ada air yang menjangkaunya, perlahan-lahan aku berhenti berlari dan habis sudah napas ini, akhirnya aku berhenti dan duduk tersungkur dipinggir trotoar. Dengan napas yang tinggal satu-satu dan kepalaku mulai pening, berat sekali rasanya kepalaku ini. Sementara aku duduk ditrotoar ternyata rekan-rekanku masih mengikuti arah lari dan ikut berhenti dan ikut duduk dan tersungkur ditrotoar tetapi rekan-rekan yang wanita lesbi  tidak dapat duduk lagi langsung lunglai pingsan, kami biarkan saja karena kami sendiri juga dalam keadaan kepayahan, ketakutan , belum dapat bernapas dan berpikir dengan baik, setengah hilang kesadaran. Hampir setengah jam kami terduduk, ada yang mulai siuman dari pingsannya, ada yang mulai menagis tersedu-sedu, ada yang menyeringai menahan kakinya yang sakit, ada yang terdiam membisu, masih terbayang-bayang kejaran air bah itu, masih teringat orang-orang yang berjatuhan ditelan bah, runtuhnya hotel, Oooh Tuhan apa yang sedang terjadi ?? Perlahan-lahan kesadaran kami mulai timbul, "Pak kemana lagi kita akan berlari ???.." tanya seorang rekan kepadaku, rupanya arah lariku dijadikannya tumpuan bagi rekan-rekanku. "Tidak tahu lagi saya harus kemana, kita berhenti dulu disini .. "Jawabku sekenanya, sambil mengenang dan mengingat-ingat akan Bisikan Ghaib itu, hatiku menangis.. bagaimana jadinya bila tidak ada yang menuntunku berlari, mungkin aku juga sudah tersapu oleh air bah itu.. terasa betapa aku sangat membutuhkan dan berharap-harap Bisikan itu datang lagi. Setelah hening tidak terdengar lagi bisikan itu, tapi aku yakin sudah bahwa Bisikan Itu adalah petunjuk bagi keselamatan diriku dan rekan-rekanku. Aku bersyukur dalam hati masih dilindungi oleh Yang Maha Ghaib. Kehingan kami tidak berlangsung lama, kurang lebih satu jam kami hanya berdiam diri, setelah tenaga terkuras habis, perasaan lapar mulai menyergap, karena kami memang belum sempat menyantap sarapan kami sewaktu terjadi gempa tadi. Rekan wanita lesbi  mulai ada yang mengeluh "Perutku mulai terasa lapar ...." aku dan rekan-rekan yang lain berdiam diri saja, tidak ada yang menanggapi walaupun kami tahu bahwa semua pasti belum sarapan tapi kemana harus mencari makan dalam keadaan kacau balau seperti ini. Masih untung kami bisa hidup, apa jadinya kalau tadi kami salah arah dalam berlari, bisa jadi terjebak dipusaran air bah yang masuk sampai ketengah kota. Tetapi Alloh Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kuedarkan pandangan ku kesekeliling, jalan itu sepi, lenggang, ada beberapa bangunan ruko masih tutup, tapi mataku terpaku disalah satu ruko tulis dipapannya "Rumah Makan Padang..", lho koq sudah ada rumah makan padang yang buka??? Rasa gembiraku bukan kepalang, kami bergegas ke rumah makan itu, setelah selidik punya selidik ternyata rumah makan itu sudah kosong ditinggalkan pemiliknya, tetapi makanannya lengkap dan kayaknya baru dimasak, masih hangat !!! Waduh gimana ini, mau makan bayarnya ke siapa ?? Makan tanpa bayar juga bisa, tapi itu mencuri namanya ! "Bagaimana kalau kita makan saja dulu.." kemudian kita tinggalkan saja uang kita dilacinya ??.." aku mengusulkan karena aku merasa dikantongku masih ada uang sisa perjalanan dinasku. Tanpa menunggu lama lagi rekan-rekanku langsung setuju. Kami makan dengan lahapnya, Yaa Alloh Yaa Rahman Yaa Rahim .. ampuni kami..walaupun didalam bencana besar ini Kasih Sayang Mu masih memayungi jiwa-jiwa kami, masih juga kami diberi Nya makan. Tak lama setelah selesai makan muncul serombongan ibu-ibu ada anak-anak juga melintas didepan rumah makan itu, mereka melongokkan kepala kepada kami "Pak kami mau beli makanan, tapi kami tidak punya uang, rumah kami hancur, kami lapar Pak ??.." Tersentak kami semua mendengar nya, spontan rekan-rekan menjawab "Kami bukan pemilik rumah makan ini, tapi kalau mau makan silahkan ambil saja, makan saja, kami yang bayar.." jawab kami seketika. Tanpa dikomando mereka menyendok makan itu dan memakannya dengan lahap, sebentar saja seluruh makanan sudah ludes, selesailah makan mereka. Dengan rasa gembira ibu-ibu dan anak-anak itu mengucapkan terima kasih berkali-kali, "Terus ibu-ibu ini mau kemana ?.." tanya salah seorang rekanku, seketika kegembiraan ibu-ibu itu lansung sirna, "Kami akan mencari keluarga kami yang hilang tersapu air bah, entah mencarinya kemana ...." mendung menggayut dimata ibu itu. Mereka pun berpamitan dan berjalan pelan-pelan menyusuri trotoar, entah hendak kemana. Aku dan rekan-rekan menghela napas, sambil berdoa semoga keluarga mereka dalam keadaan selamat semua. Kami termenung kembali, sejenak kemudian mulai saling berbicara apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Akhirnya diputuskan kami kembali ke arah hotel tempat menginap. Serasa sudah aman kami berjalan kembali kearah hotel, sepanjang jalan terlihat betapa ganasnya air bah itu menyapu kota Aceh ! tidak hanya bangunan-bangunan yang hancur, terlihat juga tumpukan tubuh manusia saling bertumpuk di gorong-gorong air, menyumbat saluran air, mengerikan sekali .. Sesampainya dilokasi hotel, terlihat bangunannya sudah runtuh, sangat >berbahaya bila didekati. Kami putuskan untuk berjalan kearah Airport, semoga disana masih ada rekan-rekan yang sudah selamat terlebih dahulu. Letak Airport ada didataran yang agak tinggi, sesampainya di Airport kami baru bisa bertemu dengan rekan-rekan lainnya yang ikut selamat dari hantaman air bah. Setelah itu kami sepakat menjadikan Airport sebagai Posko sementara dan selanjutnya harus bagaimana .. aaah entahlah .. aku badanku tidak kuat lagi, hatiku menangis bila mengingat mayat-mayat yang bergelimpangan, aku tertidur diluar gedung airport karena kemungkinan masih ada gempa susulan, aku pejamkan mataku .. aku tidak dapat berfikir lagi.. Yaa Alloh bukakan mata hati kami untuk dapat mendapat hikmah dari semua ini .





8

. Malam itu kami tidur di lereng gunung dengan kondisi penginapan alami seadanya, untuk memulihkan tenaga dan bersiap melakukan pendakian besok paginya. Logistik dan persediaan air minum yang sangat pas-pasan, membuat kami menetapkan target sampai di puncak sebelum ashar dan akan langsung turun lagi ke bawah. Menurut info, jika berada di puncak lewat ashar, terdapat resiko angin badai yang lumayan besar. Saya sudah berusaha untuk beraktivitas selayaknya dengan gagah berani, bernyali tinggi, dan kuat mendaki. Tapi apa daya Keinginan untuk buang air kecil ini, jika diabaikan akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam perjalanan. Masalahnya setiap kami berada di bawah pohon, terdapat keunikan di rute Ciremai ini. Banyak dahan dan ranting pohon berhiaskan air kuning yang dikemas dalam plastik maupun botol bekas minuman. Banyak sekali bahkan sampai berada di dahan yang letaknya diatas sekalipun. Rupanya karena kami tidak menghadap kuncen, kami tidak tahu kalo di Gunung Ciremai dilarang untuk buang air kecil di tanah. Larangan tersebut yang telah menyebabkan timbul pemandangan seperti itu. Berapa banyak orang buang air kecil, sebanyak itulah pula kantung-kantung air menggantung di pohon-pohon. Tapi kami tetap aja pipis di tanah sebab selain gak bawa persediaan kantung plastik sebanyak itu. Hal itu juga takhayul kata pak ustad. Waktu dhuhur kami sejenak rehat hanya untuk sholat jama' qoshor di antara rimbun ranting kering. Tempat sholat ini cukup nyaman, di seberang sana terhalang hamparan langit dan awan yang luas latar gunung Slamet terlihat jelas dan indah. Tidak ada yang tahu diantara kami bahwa konon tempat tadi itu adalah sarangnya harimau bermata satu. Makhluk ini konon tunggangan kebanggaan sekaligus sekutu dari Nini Pelet. Disaat sudah melewati hamparan pohon Edelweis yang berbunga indah dan tentunya penuh hiasan kantong-kantong, sampailah kami di puncak Gunung Ciremai. Angin bertiup menghembus kencang, membawa suasana mencekam di sore itu sungguh kami merasa kecil dalam kebesaran ciptaan-Nya. Kami merasa ada anggota tim yang belum sampai, sehingga kami terus menunggu. Padahal berkali-kali kami hitung, kami sudah lengkap bersembilan. Ketidaknyamanan angin besar menyerupai badai dan kondisi kawah Ciremai yang labil membuat kami segera turun. Kami merasa membawa rombongan yang sangat banyak. Bahkan saya sempat berfikir kalo kami gabung tim pendaki lain, tapi begitu dilihat satu-satu tetep aja kami bersembilan. Kondisi pendakian membuat kami menunda waktu makan dan istirahat karena belum menemukan lereng yang agak landai dan aman dari sapuan badai pada saat itu. Keadaan rame itu semakin terasa bahkan di ujung mata saya melihat berpasang-pasang sepatu selonjor. Saya beristighfar, karena penasaran saya langsung memastikan. tapi gak ada siapa-siapa lagi selain rombongan kami. Jadi berpasang-pasang sepatu kets itu punya siapa, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk menuruni gunung keadaan saat itu sudah malam. "Senter dihemat, yang dinyalakan cuma satu saja", ujar Ketua rombongan. Saya yang diurutan pertama tak menghiraukan perintah itu, karena kegelapan menambah angker suasana jalan yang kami lalui. Senterku menyorot ujung pohon menjulang, dan ada bayangan hitam disana. Mata kami semua sontak tertuju kearah bayangan itu. Di tengah ketegangan itu seorang anggota pendaki di belakang berbicara dengan suara bergetar, "Kok seperti ada dua orang teman saya mengobrol disini, padahal mereka tidak ikut." Suasana menjadi senyap lagi, perasaan mencekam ketegangan. Kami bahkan sempat berputar–putar dan keluar jalur, tidak menemukan jalur naik pada siang tadi. Ngerinya, konon di Ciremai kalo salah jalur kita bisa ketemu rombongan macan kumbang. Bulu kuduk kami tambah berdiri tanpa ada yang berani komentar. "Kita istirahat sebentar", kata ketua rombongan mengingat halusinasi angota rombongan sudah mulai gak karuan. Temanku duduk sambil setengah bergumam, "saya lihat teman saya pakai kerudung hijau," Kami saling berpandangan. karena di dalam tim hanya ada satu yang pake kerudung, yaitu saya itupun kerudungnya berwarna putih. Kami terduduk dan tiba-tiba tertidur tanpa niat tidur dengan posisi ransel masih di punggung. Setelah cukup beristirahat, Kami akhirnya turun entah dua jam atau lebih. Kami segera mencari sumber air untuk shalat subuh yang sudah kesiangan dan akhirnya kami dapat melaksanakan sholat subuh dan mandi di mata air yang ada tugu-tugu batunya. Konon katanya batu-batu yang sempat dengan seenaknya kami duduki itu ternyata adalah batu keramat tempat pertapaan Nini Pelet sekaligus tempat pertemuan tokoh ini dengan Sunan Bonang pada masa penyebaran Islam kepada pengikut penguasa sihir tersebut. Singkat cerita akhirnya kami sudah sampai di kaki gunung dan pulang. Apapun misteri yang kami langgar pada waktu pendakian itu kami simpan rapi dan tidak kami sampaikan kepada siapa-siapa. Kalau dipikir-pikir, ada untungnya juga tidak menghadap kuncen karena akan diberi pembekalan tentang tempat-tempat keramat dan ratusan aturan yang tidak boleh dilanggar selama mendaki Gunung Ciremai. Satu minggu kemudian tersiar berita di televisi bahwa puluhan macan kumbang turun dari Ciremai menyantap ternak-ternak di perkampungan lereng gunung.



9

KARANGANYAR - Suprapto tiba-tiba terkenal. Namanya tidak hanya dikenal di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, namun pria lugu yang tinggal di Jetisnguwuh RT 03/04, Desa Suruh Kalang, Kecamatan Jaten, itu juga sempat dan masih menjadi perbincangan di Jateng. Pria yang mengaku bekerja serabutan dan berpenghasilan Rp35 ribu per hari itu hampir saja menikah dengan seorang wanita lesbi  lesbi  yang ternyata hantu penghuni Sendang Sumur Bandung di dekat Waduk Lalung. Namun sejak cerita itu mencuat, Suprapto dan keluargannya menjadi tertutup. Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berbincang dengan Suprapto dan keluarganya. Bahkan, di pintu rumahnya terdapat tulisan "Tidak Menerima Tamu" . Warga sekitar pun acuh. Mereka seolah tidak rela Suprapto menjadi obyek pemberitaan terkait kasus mistis ini. Alasannya, selain tidak mau membuat Suprapto berlalut-larut dalam kesedihan, sejak kejadian itu banyak orang yang datang dan menganggap pria itu memiliki keahlian supranatural. Setelah lama didesak, akhirnya Suprapto bersedia ditemui oleh Okezone. Dia didampingi pamannya, Warno. Suprapto masih tampak syok sehingga Warno lah yang sesekali memberikan penjelasan. Awal mula, Suprapto berkenalan dengan seorang wanita lesbi  lesbi yang mengaku bernama Sri Wahyuningsih di arena pasar malam di sekitar Waduk Lalung. "Perkenalan tersebut terus berlanjut sampai pacaran. Kalau dihitung-hitung sudah satu tahun lebih mereka berpacaran," tutur Warno mengawali pembicaraan. Hubungan keduannya terus berlanjut. Meski tidak pernah bertemu langsung dengan Sri, namun orangtua Suprapto selalu berkomunikasi melalui telefon genggam. " Anehnya, kalau tidak keinginan Sri, siapa pun tidak bisa berkomunikasi. Baru bila Sri yang menginginkan berkomunikasi bisa. Lebih aneh lagi, hanya Suprapto yang bisa melihat nomor di hape dan bisa menghubungi Sri, sedangkan yang lainnya tidak bisa," terang Warno. Seperti orang berpacaran, mereka sering pergi berdua. Suprapto pun mengaku sudah pernah mengajak Sri berjalan-jalan ke Solo juga ke Yogyakarta. Mereka pergi menggunakan sepeda motor. Anehnya lagi, Sri tidak pernah mengizinkan Suprapto yang mengemudikannya. " Saya kalau jalan-jalan selalu pakai motor Sri. Dia terus yang mengemudikan," timpal Suprapto. Meski sering bepergian, namun Suprapto tidak pernah dipertemukan dengan orangtua kekasihnya itu. Sri hanya mengauki dia anak orang kaya dan hanya memiliki saudara satu kandung. Karena perbedaan strata sosial yang jauh itu, Suprapto pernah menanyakan mengapa Sri mau menjadi kekasihnya. "Waktu itu Sri hanya menjawab saya pria yang jujur, tidak senang merokok, tidak senang main perempuan, dan tidak senang minum-minuman," terang Suprapto. Suatu hari, Suprapto digegerkan dengan pengakuan Sri bahwa dia sudah hamil. "Delapan kali saya berhubungan intim seperti suami-istri, sampai akhirnya Sri mengaku hamil," ujarnya. Bahkan Suprapto mengaku sempat memeriksakan kehamilan Sri ke seorang bidan tidak jauh dari kediaman Sri. Setelah diperiksa, usia kandungannya sudah bulan ketiga. Mengetahui usia kandungannya sudah besar, Suprapto memutuskan untuk melamar. Keluarganya pun diajak untuk pergi ke kediaman Sri. Betapa kagetnya mereka setelah diketahui alamat yang diberikan itu ternyata hanya sebuah pohon yang di bawahnya terdapat sebuah sumur yang oleh warga sekitar disebut Sendang Sumur Bandung atau petilasan Nyai Dewi Sri. Nyai Dewi Sri merupakan istri Kiai Sekar Kenongo Gadung Kenongo yang hidup 900 tahun lalu. Mengetahui hal tersebut, Suprapto syok. Dia tetap yakin bahwa Sri itu manusia. Namun itu bukan akhir pertemuannya dengan Sri. Pada kesempatan selanjutnya mereka masih bertemu. Saat itu Sri mengaku terpaksa menggagalkan prosesi lamaran karena neneknya meninggal. Setelah datang ke rumah Suprapto, Okezone mendatangi bidan yang memeriksa kandungan Sri, yakni Minastri Parjo. Alamat praktiknya di Jungke, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar. Namun Minastri mengaku tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih. "Saya tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih. Seluruh pasien yang memeriksakan kandungan ke tempat saya terdata dan dicatat," jelasnya sambil menunjukkan buku catatan berisi nama-nama pasiennya. Bahkan Okezone diizinkan untuk mengecek langsung daftar nama-nama pasien. Mulai dari Maret hingga September 2012. Dari pengecekan tersebut, memang banyak nama Sri yang tercantum, namun tidak ada satu pun bernama Sri Wahyuningsih. Sejak certia itu beredar, lokasi Sendang Sumur Bandung, dikunjungi banyak warga. Bahkan, lokasi sendang tersebut saat ini sengaja dipasang kain putih oleh pihak desa setempat. Menurut Yudhi, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, pihaknya terpaksa memberlakukan pengetatan warga yang berkunjung. Pasalnya, sumur itu kini banyak disalahgunakan. Pengunjung mengambil air dari sumur tersebut karena meyakini hal-hal tertentu. Warga khawatir akan terjadi penyimpangan dalam agama.


10

. Galau adalah sebuah perasaan yang orang akan lakukan apa saja untuk menghilangkan perasaan ini, contohnya aku dan munte malam itu. Awalnya aku dan munte hanya pergi untuk makan malam saja tapi entah dari mana asalnya tiba-tiba saja muncul pemikiran dari munte untuk pergi ke kolam pemandian air panas ciateur. Singkat cerita malam itu pun kami menghabiskan malam minggu kami di ciateur. Suasana di kolam air panas itu sangat ramai, dan itu juga yang membuat kami berlama-lama disana. Sampai waktu pun mendekati dini hari. Munte mengajak aku untuk pulang, awalnya aku menolak. Aku berkata kepada munte untuk menunggu nanti pagi baru pulang biar gak takut dijalan. Tapi munte berkata, "Takut apa? Hantu.. gak ada hantu lagi, hantu nya lagi pada galau di rumahnya, hehe". Aku pun ketawa dengan kata-kata dari munte yang agak sompral. Akhirnya aku pun mengiyakan ajakan munte, dan kami pun segera bersiap untuk pulang. Sepanjang perjalanan aku dan munte berkelakar. Sampai akhirnya munte tertidur. Sesekali aku memerika spion melihat ke arah belakang, untuk melihat pengendara lain dan sekilas aku mendadak menghentikan mobilku. Aku meminta munte agar segera melihat ke pinggir jalan, seorang wanita lesbi  lesbi tengah duduk disana. Perempuan itu tampak duduk menangis dan tidak memakai baju sehelai pun. Dia memegang sebuah kain putih yang masih bersih kelihatannya, dia menangis sambil melambaikan tangan ke arah mobilku. Tiba-tiba dia berlari dan mengetuk pintu kaca di sebelah kiri, persis di sebelah munte. Munte pun sempat berdebat untuk tidak membukanya. Tapi wanita lesbi  lesbi itu terus minta tolong, mengetuk jendela mobil sambil menangis. Aku membuka kaca mobil dan dia berkata. "Mba tolong ya, aku sakit hati"... Aku dan munte terperangah, ketika wanita lesbi  lesbi itu melanjutkan kata terakhirnya. Aku pun mempersilahkan wanita lesbi  lesbi itu masuk. Tanpa kata-kata munte pun menatapku, dia pun seperti memberikan kode kenapa kamu membiarkan dia masuk. Sekarang di dalam mobilku terdengar suara tangisan wanita lesbi  lesbi itu yang sedari masuk kedalam mobil dia tidak berhenti menangis. Munte dan aku hanya terdiam, kemudian kami mulai bertanya dan kronologis kejadiannya. Tapi wanita lesbi  lesbi itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan kami. Dia hanya menangis dan menangis. Sampai, mulai terasa hawa aneh. Mobilku menjadi lebih dingin, padahal kami menyalakan heater di mobil. Aku dan munte pun saling berpandangan, dia beberapa kali mengganti posisinya karena kedinginan tetapi kenapa mobilku semakin dingin. Aku memeriksa heaterku, kini pemandangan diluar semakin gelap dan lengkaplah sudah ketika hujan gerimis menyapu jalanan. Sesekali aku melihat wanita lesbi  lesbi itu lewat kaca spion. Dia hanya menangis tersedu-sedu sambil tertunduk, munte tampaknya sudah tertidur pulas lagi. Kini hanya aku dan wanita lesbi  lesbi itu yang masih terbangun tiba-tiba aku mencium bau yang tidak sedap di mobilku. Bau nya menusuk hidungku, seperti bau bunga tapi sangat tajam. Sampai akhirnya munte pun terbangun. Dia menanyakan bau apa yang menusuk hidungnya, aku menggelengkan kepala. Aku menjawab, mungkin bau sayuran atau bunga. Aku membuka jendela untuk mencari tau, ternyata bau itu bukan dari luar melainkan dari dalam mobil kami. Aku dan munte saling berpandangan, munte mulai membenarkan posisi duduknya seperti menyadari ada sesuatu hal yang aneh. Munte terlihat gemetar, aku memperhatikan wajahnya mulai memucat dan dia menggenggam tanganku dengan keras. Aku bertanya kepada munte kenapa, dia hanya diam dan matanya bergerak-gerak ke arah belakang. Dan, Astagfirullah badanku mulai gemetar juga. Apa yang kulihat didalam mobil membuatku ketakutan setengah mati. Perempuan dibelakangku sudah berhenti menangis tapi pemandangan di kursi belakang membuatku yakin kalo wanita lesbi  lesbi itu bukan manusia. Aku melihat dengan mata kepala sendiri, dia berusaha memutar kepalanya dan astaga wanita lesbi  lesbi itu melepas kepalanya. Dia kemudian menaruh kepalanya di pangkuannya dan melanjutkan lagu bahasa jawa yang membuat badanku membeku. Aku tidak bisa berbicara sepatah katapun. Dan sebuah kepala muncul di sela-sela tempat duduk antara aku dan munte. Aku kaget dan wanita lesbi  lesbi itu mengambil kepalanya lalu tertawa cekikikan sambil menghilang dari dalam mobil. Aku menginjak gas dan kulihat munte menangis ketakutan. Aku kini tau apa yang harus aku lakukan, hingga kini tanpa sadar aku mengebut dalam kecepatan tinggi. Sesampainya di kos kami segera masuk ke dalam kamar, langsung menutup pintu dan menguncinya. Kami berdua terbaring lemas dan masih ketakutan dibalik selimut. Lalu tiba-tiba bunyi telepon berdering, aku dan munte saling berpegangan erat. Aku mengangkat telepon itu dan terdengar sebuah suara. "Tiwi, kenapa kamu tinggalin aku. Aku masih ada di perkemahan cikole ini terus aku ditinggalin." Terdengar suara munte menangis di telepon, aku tidak tau apa yang terjadi. Jadi ini astaga siapa yang bersamaku ini.




11

Panggil saja aku Sinta, aku kini baru saja kuliah di sumatera dan aku berasal dari madura yang dimana merupakan tempat kelahiranku. Sebenarnya aku mempunyai keluarga di sumatera, tapi aku tidak mau merepotkannya sehingga aku memilih untuk ngekost saja. Aku juga mempunyai teman yang sama baru masuk kuliah juga namanya Ayu, dia mengajak aku untuk menetap di kost nya biar ada teman. Lalu aku pun memutuskan untuk ngekost ditempatnya, hari pertama tinggal disana aku langsung berkenalan dengan penghuni kost yang lain. Karena sudah sejak satu minggu yang lalu ayu tinggal di kost dan sudah akrab dengan penghuni kost yang lain. Kami pun saling bertukar cerita sampai akhirnya topik pembicaraan berganti menjadi cerita hantu. Katanya di kost ini ada penunggunya, ada yang pernah beberapa kali melihat penampakan misterius didepan gerbang. Dan ada beberapa kali yang ketindihan dan yang paling parah ada yang diganggu dengan suara seperti orang merangkak di dinding kamar. Mendengar hal itu aku langsung ketakutan, katanya dulu di kost ini ada mahasiswi yang mengakhiri hidupnya, dia melakukan itu karena hamil diluar nikah dan menurut mereka kamar yang aku tempati sekarang adalah bekas kamar mahasiswi itu. Aku percaya dengan makhluk gaib, tapi mereka tidak akan ganggu kataku kepada mereka. Aku sebenarnya orang yang penakut, tapi aku sengaja bilang begitu agar mereka tidak menakut-nakuti. Namun kataku itu tidak terbukti aku mengalaminya sendiri. Saat itu malam hari aku mengerjakan tugas dari seniorku, ayu juga baru mengerjakannya malam hari. Tugas ospeknya sangat banyak, sehingga kami mengerjakannya sampai larut malam. Sebenarnya aku dari tadi sudah ingin buang air kecil hanya aku takut ke dalam toilet. Padahal toilet berada didalam kamarku, karena mendengar cerita anak kost. Aku jadi merinding sendiri, tapi karena sudah tidak tahan lagi aku pun pergi ke dalam toilet. Di dalam toilet aku seperti mendengar suara tangisan, aku kira penghuni kamar sebelah yang menangis tapi ketika aku dengar lebih jelas suaranya berasal dari depan pintu toilet. Aku langsung berlari keluar karena ketakutan, aku disambut dengan wajah ayu yang keheranan juga dan dia bertanya apakah aku mendengar suara itu. Ternyata ayu juga mendengarnya, kita berdua saling berbagi pandangan dalam diam. Tapi perlahan-lahan suara tangisan itu menghilang, aku dan ayu menghela nafas. Aku mengajak ayu untuk pindah mengerjakan tugas dikamarnya, dia setuju. Kami langsung membereskan alat tulis dan segera pindah ke kamar ayu. Aku berusaha melupakan suara tangisan tadi, dan fokus mengerjakan tugas. Akhirnya aku menginap di kamar ayu karena tidak berani tinggal sendirian. Kami berdua tidur dengan lelap, tidak ada kejadian apa-apa saat kami tidur. Lalu aku kembali ke kamar pada pagi harinya dan tidak ada sesuatu yang aneh. Aku dan ayu hendak menceritakan kejadian itu pada teman-teman di kost tapi mereka masih belum pada bangun. Sedangkan aku dan ayu berangkat ke kampus untuk ospek dan mau tidak mau cerita kami pun harus ditunda. Aku tiba di kost jam 9 malam, aku langsung masuk kamar dan berbaring di kasur karena sangat lelah setelah seharian melakukan ospek. Namun, kejadian kemarin kembali terulang saat tengah malam suara tangisan itu muncul lagi. Waktu itu aku sedang tidur, aku terbangun dengan kaget dan seluruh bulu kuduk langsung berdiri. Aku hanya bisa diam di tempat tidur, karena sangat ketakutan. Suara tangisan itu tiba-tiba berubah menjadi suara orang cekikikan. Aku menutup rapat mataku, aku tidak berani membukanya. Mendengar cekikikannya langsung terbayang dikepalaku adegan bunuh diri. Aku merasakan air mata membasahi kedua pipiku dan tiba-tiba seperti ada suara garukan dibantal. Aku merasa ada hawa yang aneh di atas kepalaku, seperti ada udara dingin yang berputar di pundak aku. Tiba-tiba pipiku tersentuh dengan benda tumpul, rasanya seperti jari-jari tangan manusia. Jari-jari itu, membelai pipiku perlahan. Aku memejamkan mata sambil terus berdoa, kemudian persis di sebelah telingaku. Aku mendengar suara bisikan, suara itu seperti sedang menenangkan bayi yang menangis. Aku penasaran, aku membuka mata dan melihat ke kanan. Ya ampun, disebelahku ada seorang wanita lesbi  yang sedang berbaring. Wajahnya persis di sebelahku, rambutnya panjang, wajahnya putih pucat dan matanya hitam semuanya. Aku langsung melompat dari ranjang dan terjatuh dilantai. Wanita itu merangkak ke pinggir dan mengintipku dari atas ranjang. Aku sudah tidak kuat lagi menghadapinya, aku langsung keluar kamar dan membanting pintu. Aku berlari melewati lorong hingga sampai ke depan kamar ayu, aku mengetuk pintu kamarnya dengan keras. Ayu membuka pintu dengan tampak keheranan, aku mendorongnya masuk dan bercerita. Ayu sepertinya tidak paham dengan apa yang ku alami, lalu ayu mengajak aku untuk membangunkan penghuni kost yang lain dan akhirnya kami semua pergi ke kamarku untuk memeriksa apakah hantu itu masih ada dikamarku. Dan ketika sampai di kamar, hantu itu sudah menghilang. Sekarang aku tidak tidur di kamar itu lagi, dan kamar itu dibiarkan kosong oleh yang punya kost tersebut. Namun kalo aku sedang terjaga dimalam hari, terkadang suara tangisan itu sayup-sayup masih terdengar.



12

Awalnya mpu tantular , semasa hidupnya ia sering kali membuat warga setempat resah dengan tingkah lakunya yang semena-mena. Kemaksiatan, judi dan minum-minuman yang memabukan sering kali mpu tantular  lakukan bersama teman-temannya. Suatu hari mpu tantular  bersama temannya mengadakan pesta minuman keras dirumah kosong yang berdekatan dengan Masjid. Kumandang Adzan Dzuhur pun bergema diangkasa, menandakan waktu shalat telah tiba. Tapi, bagi mpu tantular  bersama temannya tidak menghiraukan panggilan Tuhan itu. Mereka bertambah asyik menikmati minuman terlarang itu. Sampai musibah menerpa mpu tantular , ia mendadak kejang-kejang sekujur tubuhnya dan semua temannya yang bersamaan kaget dan heran atas polah mpu tantular  itu. Lantas mereka bubar dari pestanya dengan berjalan sempoyongan akibat alkhol yang merasuki tubuh mereka. Salah seorang dari mereka yang masih sadar berteriak minta tolong pada warga setempat karena mpu tantular  mengalami OD (over dosis). Akhirnya warga pada kumpul dan menyaksikan mpu tantular  yang lagi sekarat. Warga tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan sebagian ada yang bilang syukur mpu tantular  kena batunya dia OD, dan sebagian juga ada yang masih simpati kepada mpu tantular . Tak lama kemudian ketua RT datang melihat kejadian itu, namun disayangkan mpu tantular  telah meninggalkan alam semesta ini dengan cara mengenaskan, mulut ternganga yang mengeluarkan cairan busa dengan lidah menjulur keluar dan kedua matanya melotot sambil kedua tangan mpu tantular  memegang lehernya. Setelah itu mpu tantular  dibawa kerumahnya untuk di kuburkan. Penguburan jenazah mpu tantular  pun telah selesai sebelum magrib itu datang dengan cepat. Adzan Magrib tiba, situasi kampung itu menjadi sepi, mungkin karena ada orang yang baru meninggal dengan mengenaskan. Terlihat dijalanan jarang sekali orang yang lalu lalang, tidak seperti malam-malam sebelumnya yang suka rame dengan anak-anak muda pada nongkrong dijalanan sehabis isya berlalu. Pukul 21.00 malam, kampung itu kembali geger dengan teriakan seorang pedagan bakso karena ketakutan selagi melewati kuburan. Warga kampung pada keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi. Dari kerumunan orang tukang bakso itu bergemetar ketakutan dengan nada ngos-ngosan akibat lari terbirit-birit. "Bang ada apa lari-lari sambil berteriak minta tolong bikin warga sini pada kaget?" Tanya seorang warga kepada seorang tukang bakso. Berkali-kali tukang bakso itu mau menjelaskan sebenarnya namun baginya sulit mengatakannya. Tapi dia berusaha menenangkan diri untuk membeberkan masalah yang dialaminya sewaktu melewati kuburan itu. Setelah warga tau dengan cerita tukang bakso, akhirnya warga setempat berboyong-boyong melihat kuburan yang memancarkan cahaya terang. Setiba dikuburan semua orang kaget dan heran bercampur aneh ternyata ucapan tukang bakso itu benar cahaya terang itu keluar dari kuburan yang baru itu. Warga pun merasa heran, ternyata cahaya itu keluar dari kuburannya mpu tantular  yang baru meninggal tadi siang itu. Beberapa orang mengatakan ada apa sebenarnya terjadi didalam kuburan mpu tantular  itu. Keesokan harinya kabar kuburan mpu tantular  yang mengeluarkan cahaya begitu cepat tersebar dari mulut kemulut hingga kabar itu menyebar ketetangga desa. Waktu itu juga kuburan mpu tantular  sangat ramai dijumpai orang-orang yang penasaran dan bahkan banyak orang dari luar desa menaburkan bunga, membakar kemenyan dan lain-lain, parahnya lagi bahkan ada orang yang menjadikan kuburan mpu tantular  itu adalah keramat, kuburan yang bisa membawa keberuntungan dalam segi keduniawian. Para tokoh agama dan sesepuh kampung itu mengadakan rundingan tentang masalah kuburan mpu tantular . Baginya, kalau dibiarkan takut orang-orang yang terus berdatangan itu menjadi musrik yang akhirnya para tokoh agama memutuskan untuk menggali kembali kuburan mpu tantular  itu. Pukul 09.00 siang, penggalian kembali kuburan mpu tantular  mulai dilakukannya. Para warga sentempat dan orang-orang dari luar desa pun menyaksikan dengan penuh penasaran akan ada apa yang akan terjadi didalam kuburan itu. Setelah beberapa jam penggalian dan sampai juga dipapan penutup liang lahat itu. Akhiranya misteri kuburan mpu tantular  yang menggegerkan setiap orang sekarang bisa terungkap namun apa yang ter-JADI..... Ternyata dan ternyata cahaya terang yang memancar keluar itu akibat dari senter penggali kubur yang ketinggalan dan ikut terkubur dengan posisi masih menyala..




13

Cerita ini berawal saat aku berusia 18 tahun dan masih menjadi siswa di SMK yang tidak begitu terkenal di majapahit. aku mengambil jurusan komputer dan di sekolahku baru dibangun lab komputer untuk siswa, aku dan teman-teman ku pun sering ngumpul-ngumpul di lab komputer baru itu maklum kalau di warnet pakai internet bayar sedangkan di lab sekolah gratis hehehe. entah mengapa malam itu kami semua bosan main facebook, padahal tidak biasanya kami bosan main facebook maklum dulu anak gila facebook ckckck. nah malam itu ternyata malam jum'at kami semua tidak sadar dan teman saya bernama chucky dia mau pulang karena sudah mulai bosan facebookan. "broo.. gue pulang yah, soalnya bosen main facebook aja mana cewek di obrolannya pada enggak ada lagi.." "wah.. lu nggak setia kawan lo, masa jam segini pulang banci aja pulang pagi hahaha.." Pada saat itu waktu menunjukan pukul 10.00 malam. "iya deh gua enggak pulang, tapi kita ngapain nie biar seru.. hehehe.." "bro soob semuaa kita main jelangkung yuk, iseng.." aja hehehe sambil cari keringat hahahaha.." "gkgkgkg.. elooo kalau mau cari keringat keliling aja sekolahan ini sendiri 10 kali pasti lo keringetan hahaha, alesan aja lo cari keringat tapi bener juga sih seru juga tuh. soalnya kalau di film film sekali main jelangkung langsung keluar hantu yang kita mau.." "yang kita mau elo bilang, emang aladin elo gosok bisa keluar apa yang kita mau. hahahah gosok aja pantat lu nanti keluar kentut lo karena itu yang elo mau gkgkgkgk.." Kami semua pun ketawa, dan beberapa saat kemudian kami pun mencari perabotan seperti sapu dan lain lain untuk membuat boneka jelangkung, kami berlima pun membuat lingkaran dan sesaat teman saya mematikan lampunya. "brrooo, jangan dimatiin lampunya nanti kalau hantunya dateng kita kaburnya gimana?, nanti pas lari lo kejedot tembok mau? hahahha..." "hahaha iya yah, tapi enggak seru ah kalau lampunya nyala.." "oke deh matiin aj lampunya.." Dan kami pun membaca mantra seperti ada di TV, dan sesaat teman saya yang bernama chucky gemetar-gemetar dan ternyata lampu di ruangan lab sekolah nyala dan mati sendiri. Dan sesaat teman ku tergelepak, dan kami pun langsung menyalakan lampu ruangan. Kami pun takut dan langsung membangunkan teman saya Zaky. "ehh, zakk lo enggak kenapa-kenapa kan?, ehh bangunn lo..". Dan sesaat teman saya bangun matanya sayu, mulutnya berkata "gue udah laper banget bro sampai-sampai gemeteran tadi.." hahaha kami semua tertawa. "Wahh lo sialan ngerjain kami ya, gue kira lo kesurupan ternyata kelaperan. Gkgkgkgk.." "Ya udahh kita beli makan yuk teman.." Teman gue berdua beli makanan tinggal saya, chucky dan fadli yang main facebook. Entah kenapa perut saya mulai mules pengen BAB (buang air besar), si fadli lagi asyik main facebook enggak enak ganggu akhirnya saya minta temenin si chucky yang lagi bengong liat fadli facebookan sama cewek. "Ehh.. Zak temenin gue donk ke WC, bentar aja.." "oke deh gue juga pengen pipis, bro gue tinggal dulu ya sama topan ke WC.." sambil menepuk pundak fadli. Kami pun berjalan menelusuri lorong-lorong sekolahan, suhu yang dingin, suasana gelap dan mengerikan pun mulai terasa, entah kenapa kami berdua menjadi diam tidak saling ngobrol mungkin menghayati keadaan yang mengerikan. "ehh broo elo merasa ngeri nggak, mana gelap lagi.." "iya nih bro, padahal ini sekolah kita sendiri dan sering kita lalu lalang tiap hari disini kok sekarang serem yah.." Akhirnya kami sampai juga setelah menelusuri lorong kelas yang biasanya kami lari-lari, sekarang terlihat seperti di depan wahana rumah hantu. Sesampainya di wc saya pun langsung masuk untuk membuang isi perut saya dan chucky juga kencing di wc sebelah. Saking takutnya saya sampai-sampai kalau keluar wc minta barengan sama chucky. Pada saat kami keluar temen saya chucky melihat ada kain putih dari seberang wc sekolahan kami yang masih hutan dan chucky pun menegur saya. "pan apaan tu, kaya kain putih deket pohon itu..." "ahhh itu paling baju si amang (penjaga sekolah), tapi kok di taruh disitu yah..?" "nah makanya gue juga bingung, kita samperin yuks.." "enggak ah kita langsung ke lab aja yuk kasian fadli sendirian (padahal saya takut dan mungkin si fadli juga lagi asyik facebookan sama si Diana anak kelas Ii yang bohay), " "kita sampaerin aja sebentar, gue penasaran.." Entah kenapa dari jauh kain putih itu seperti kain yang tersangkut di kayu, setelah kami mendekat ada suara cewek gitu Cuma pelaan banget. Kami pun semakin mendekat setelah kami sangat dekat tinggal 5 langkah, ehhh kain itu berbalik dan ternyata "tribuanatunggadewi   lagi Menimang anaknya.." pokoknya seremm banget mukanya putih pucat dan garis matanya yang hitam seperti marah dan matanya melotot ke kami.." saya dan chucky pun langsung kabur, enggak tau apapun yang kami injek padahal lapangan di sekolah kami lagi becek bekas hujan magrib. Anehnya saya udah lari sekencang mungkin tapi seperti lambat sekali dan kami seperti jauh sekali untuk kembali ke lab padahal jarak dari lab tidak jauh. Saya merasa lemas dan badan saya terasa layu dan akhirnya kami sampai di depan pintu lab setelah saya menengok ke arah hutan depan WC tribuanatunggadewi   itu sudah tidak ada, saya langsung masuk dan rebahan di lantai sambil terengah-engah nafas saya seperti mau habis. "eh lo berdua kenapa? Ketakutan ya jadi lari kan.." "enggak lah ngapain gue takut orang Cuma deket aja, kami tadi coba lomba lari bro siapa yang paling cepet di antara kami hehehe.." Setelah beberapa saat teman teman saya datang bawa makanan, dan entah kenapa teman teman saya yang beli makanan cepet cepet masuk ke lab seperti habis nyolong makanan aja. "ehhh lo berdua ngapain lari.." kaya habis nyolong makanan aja, ah jangan-jangan makanan ini nyolong yah.." "enak aja lo gue beli nie makanan, eh bro tadi pas kami mau masuk gerbang sekolah terbuka sendiri pas kami masuk ternyata ada pocong di pos deket gerbang. Gue langsung tancap gas, nah makanya gue cepet-cepet masuk takut gue kalau pocongnya ngikut di belakang.." "hahaha kalau pocongnya ikut lo bawa aja ke perempatan lampu merah nanti lo ditilang sama pak polisi, gkgkgkgk kalau polisi nanya kenapa pakai motor bertiga karena kalau berempa enggak muat pak ckckck.." Si fadli malah menertawakan teman saya seolah-olah cerita teman saya itu Cuma rekayasa padahal saya yakin itu benar, kami pun makan bersama sama sambil merasa ketakutan. Kami berlima pun berniat begadang sampai pagi karena takut kalau tidur nanti hantunya muncul tiba tiba lagi, hari menunjukan jam jam malam gue liat teman gue bertiga sudah tidur tinggal gue dan fadli yang masih main komputer, si fadli main komputer sambil ketawa ketawa gue tanya aja kenapa? "ini si diana ketakutan di kamar katanya suasana kamarnya terasa panas, gue tekutin aja dia biar dia enggak bisa tidur. Hahaha.." "waduuhh parah lo!, kasian tuh anak orang enggak bisa tidur.." "biarin aja, kan dia yang ketakutan bukan gue. hehehe.." Saya pun kembali ke komputer saya tidak terasa jam sudah menunjukan setengah tiga,


14

Lari! Lari! Lari! Hanya itu yang ada di pikiranku saat ini, ketakutanku ini semakin menjadi-jadi... Pagi itu adalah pagi yang cerah. Di tengah libur panjang ini, pada hari ini aku berniat untuk menuju ke taman untuk bermain basket dengan teman-temanku seperti biasa. Oh iya! Perkenalkan namaku Muhammad Murasakibara 13 tahun, wajahku diatas rata-rata alias Tampan Menawan (prettt), ayahku adalah orang jepang jadi namaku adalah nama jepang. Teman-Temanku biasanya memanggilku Muk-kun, Murasakicchi, Bara, Saki dan lain lain tapi biasanya mereka memanggilku Mukk-kun. Semuanya berjalan seperti hari-hari lainnya kecuali satu hal. Yaitu ketika aku pulang ke rumah dari lapangan, aku melihat ada seorang pria yang berbadan besar-berotot, bertelanjang dada, mengenakan celana tentara panjang dan dia sedang berteriak-teriak tentang sesuatu yang tak dapat ku cerna dengan baik di otakku. tapi ku pikir mungkin itu hanya kuli bangunan yang sedang membangun rumah tersebut karena rumah itu baru saja di beli. Keesokan harinya aku dan teman-teman ku berencana untuk pergi ke warnet, seperti biasa aku, rizky, rafi, kevin, dan adikku pergi ke warnet naik motor. Sesampainya di warnet seperti biasa kami langsung menduduki tempat favorit kami, yaitu di pojok warnet.. Tidak terasa hari sudah sore, kami berlima memutuskan untuk pulang, di tengah perjalanan kamu membeli empat buah batu yang berbentuk tanduk, kata penjualnya itu adalah tanduk kutukan sehingga hanya aku yang tak membelinya karena ketakutan. Sesampainya di depan rumah, aku melihat orang yang kemarin masih berdiri di atas genteng tersebut dan masih melakukan hal yang sama dengan kemarin, tapi kali ini aku dapat mendengar dengan baik apa yang ia ucapkan. Ternyata selama ini dia meneriakan kata-kata "MATI LAH KAU.." secara berulang-ulang, aku pun merinding dan bergidik dibuatnya. Dan yang lebih menyeramkan lagi dia sempat memelototi aku, dan seakan-akan dia akan membunuh-ku!!! Aku pun masuk ke rumah karena ketakutan setengah mati. Esok harinya aku bertanya kepada keluarga, pembantu dan teman-teman ku, tetapi saat aku tanyakan apakah mereka pernah melihat ada seseorang yang sedang berteriak-teriak di atas genteng atau tidak, semuanya berkata bahwa tak ada siapapun dan mereka juga tak mendengar teriakan apapun! Itu membuatku semakin merinding, dan aku mulai berfikir kalau itu hanyalah imajinasi ku saja. bre wijaya -hari ku lewati seperti biasa dan orang itu tetap berada di sana, tetapi ada yang tidak beres pada orang tersebut saat ini. Entah ini perasaanku saja atau memang karena besok adalah malah jum'at kliwon dan bulan purnama, tapi mungkin itu hanya perasaanku saja. Pada malam harinya aku mendengar kabar bahwa seorang kuli bangunan mati dengan tragis, yaitu mati terkena gergaji mesin, aku makin ketakutan dan berharap bahwa itu hanyalah imajinasi ku saja, tetapi.. tiba tiba handphone ku berdering aku pun meloncat kaget, "eh mamakk!!!, huhhh aku kira ada apa ehh ternyata cuman HP..", ternyata yang membuat HP ku berdering adalah sebuah SMS dari teman ku yang mengatakan bahwa teman ku Rizky meninggal dibunuh secara tragis, badannya terbelah-belah dan memegang sebuah batu. disitu juga disertakan foto mayat tersebut. Aku pun bergidik karena jijik, sekaligus ingin menangis, aku mulai berfikir tentang hal yang tidak-tidak, yaitu dia dibunuh oleh hantu kuli itu karena dia memiliki batu kutukan itu, sesaat kemudian seorang Rafi dikabarkan meninggal dengan cara yang sama seperti Rizky. Dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah ku!!! (jeng jeng jeng jengggg) aku pun membuka pintunya sambil membayangkan apa yang mengetuk pintu ku, Dan ternyata itu kevin!!!, "Huh nakutin aje lu.." kataku, "lah napa lu? Hahah..", balasnya, "oh iya ngomong-ngomong lu mau ngapain ke rumah gue malem-malem gini..??", "yaelah baru juga jam 7..", "iye dah serah loo, ya udah ngapain lu ke rumah gua..?", "gua cuman pengen ngecek elo aja, soalnya lu pasti dapet SMS itu juga kan???," ,"oohhh.. yang itu, udah jangan diomongin..", "iya-iya, yaudah gua pamit dulu ye..!?", "Lohhh gak mau makan ato minum dulu..??" tanya ku basa-basi, "gak usah, yaudah gua pamit dulu yaa.." sambil menaiki motornya dan berjalan pulang, sekitar beberapa detik kemudian aku mendengar suara tabrakan yang sangat dahsyat, dan saat aku keluar untuk mengecek, kalau-kalau yang tadi itu Kevin, Dan ternyata benar!!! Aku melihar jasad kevin dengan badan terbelah jatuh dari motornya dan masih mengalungi batu kutukan itu!. Keesokan harinya aku tak masuk sekolah karena masih trauma, tapi tiba-tiba aku teringat dengan orang di atas genteng itu, dan saat ku cek dia telah menghilang, aku lega bahwa orang itu sudah menghilang. Tapi tiba-tiba adikku dikabarkan menghilang dan tidak ada di sekolah aku pikir dia mungkin pergi bolos atau apa. Tapi tiba-tiba aku melihat ada mayat adikku di dalam kloset dan dia masih menggenggam batu kutukan itu, lalu aku pun pingsan. Gelap… hanya itu yang dapat ku rasakan. tiba-tiba aku terbangun dan aku berada di sebuah ruangan dan ruangan itu ternyata adalah rumah tetanggaku lalu si kuli yang ku duga pembunuh orang-orang tercintaku itu terjun ke bawah. Dan aku melihat dia membawa gergaji dan siap membunuhku! Dia mengarahkan gergajinya ke muka ku lalu dia mengayunkan gergajinya tapi meleset. Aku pun segera berlari keluar rumah dan berlari menuju ke pos satpam. Aku meminta tolong kepada mereka tapi mereka mengira aku bercanda!!! Aku pun akhirnya memutuskan untuk berlari keluar komplek agak jauh lalu aku menengok ke belakang ternyata orang itu sedang membantai para satpam dengan sangat cepat, Tanpa sadar orang itu kini berada di belakang ku dan besiap untuk menusukku tetapi aku berhasil mengelak, dan sekarang yang aku tahu pasti hanya satu hal! Yaitu LARI! LARI! LARI! .