• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 1. Tampilkan semua postingan

hantu 1

1

"Ran.. gue pengen lanjut kuliah di UI.." "emang kenapa harus di UI, entar kalau lo masuk UI gue gak bisa nyusul dong. Gue kan gak sepinter lo.." Jawabku agak pesimis. "duh rani, gue pengen banget nikmatin perpustakaannya, disana kan udah lengkap perpustakaannya. Kalo soal lo masuk sana sih gampang, entar gue bantu ajarin deh.." jawabnya. Tret.. tret.. tret Kulihat jam wekerku yang dari tadi berbunyi, ternyata pukul 02.00 dini hari. Rupanya aku salah menyetelnya sebelum tidur tadi. Sudah beberapa hari ini aku selalu bermimpi tentang sahabatku nyi girah yang tak tahu dimana, dia dikabarkan menghilang dan sampai sekarang belum ada yang menemukannya. keluarganya sudah menganggapnya meninggal sejak empat tahun yang lalu, dia memang tinggal dengan ibu kandungnnya bersama ayah tirinya. Semua mimpi-mimpiku berisi kenangan-kenangan yang pernah kulalui bersamanya sewaktu SMA, beruntung aku hanya punya kenangan indah bersamanya. Perpustakaan UI, ini adalah tempat impian nyi girah. Sekarang aku sudah kuliah di UI fakultas Hukum. Aku mencoba untuk melanjutkan impian sahabatku itu. "Mba.. novel yang judulnya Diatas Awan ada yang minjem gak..?" "entar ya saya cek dulu.. em.. belum ada yang minjem kok dek.." "oh iya makasih.." jawabku putus asa, padahal aku sudah sangat ingin membaca kelanjutan cerita dari novel itu. Saat hendak kembali mengambil buku-buku yang akan kupinjam, gantungan tempat pensilku jatuh. Aku menunduk dan melihat sekitar kolong meja, dan gantungan itu jatuh dekat sebuah buku tebal yang sepertinya familiar. Betapa bahagianya ternyata buku yang kucari-cari itu ada di bawah meja tempatku membaca tadi. Kuputuskan untuk meminjam buku itu. Keluar dari perpustakaan, aku mengecek hpku. Ada sebuah pesan dari "My chucky: Ran, ak gak bsa jemput. Tp ntar mlam ak k rmah kmu skalian ktmu orangtua kmu. Oke? See u.." Dulunya chucky adalah pacar sheila, namun setelah sheila pergi dia mulai menjalin hubungan spesial denganku. Itu pun baru berjalan satu tahun. Sebenarnya aku belum terlalu yakin, dulu sheila pernah bilang padaku jika suatu hari dia pergi, aku harus menggantikannya untuk merawat dan menyayangi chucky. "sheila.. apa sih yang bikin lo bisa pinter..?" Tanyaku bego. "Cinta mungkin, hahah bercanda..". "chucky lagi ya.. ganteng sih, cocok buat lo, si pinter dan si ganteng. Perfect banget.." "apaan sih..?" Kami diam sesaat sebelum sheila angkat bicara "Ran, entar kalau gue udah pergi, lo harus sama chucky. Dia cowok baik-baik gak sama kaya cowok lo tuh sih Ditan.." "emang kenapa sama ditan..?" "ditan tuh bukan cowok baik-baik, gue bisa lihat kok dari gerak-gerik dia. Sorot mata dia, dan segala yang ada sama dia itu wrong! Percaya deh..", "tau deh.." jawabku tak memperdulikan perkataannya. "lo janji kan bakal sama chucky, gue percaya Cuma sama lo. Gue gak bisa bayangin bakalan bahagia di alam baka kalau dia jadi milik orang lain..". "iya-iya, kalau lo mati duluan, gimana kalau yang mati duluan itu gue? Mau gak nikah sama ditan...", "gak deh, makasih.." Lagi-lagi mimpi tentang sheila. Kupikir apa yang membuatku terbangun kali ini. Ternyata suara mama yang membangunkanku. "sayang.. chucky udah datang tuh. Mandi gih. Tadi kamu ketiduran di sofa, jadi mama pindahin ke sini..". "Ren udah lama nunggu ya..??". "em.. lumayan sejam kali..?" jawabnya sambil memperhatikan novel yang kubaca di sofa sampai ketiduran. "Ini novel..". "iya.. novel kesukaan sheila, kamu masih ingat..??". "ya.. dulu dia sering cerita, kutipannya tentang apa yang kau lihat dengan matamu, belum tentu dapat menjelaskan keadaan.." jawabnya santai. "Eh.. ren gue mau cerita sesuatu sama lo. Udah beberapa hari gue terus mimpiin tentang sheila. Tentang kejadian-kejadian waktu di SMA dulu. Dari pertama ketemu, tentang pesan-pesan dia dulu, tentang mimpi-mimpi dia, dan tentang pikiran-pikiran dia tentang ditan yang sering dia ceritain. Gue gak ngerti kenapa..?" jelasku panjang lebar. "mungkin lo rindu kali sama dia, biasanya kalau kita udah mulai rindu sama orang-orang yang udah gak ada, kita bakal bawa dia ke dalam mimpi. Gak usah terlalu dipikirin, entar dia sedih loh. lo gak boleh capek, ingat Seminggu lagi acara tunanagan kita.." ,"ya.. aku ingat.." Bebarapa hari kemudian masih sama, aku tetap memimpikan tentang sheila. Awalnya aku bahagia bisa mengingat wajahnya kembali tanpa melihat fotonya, namun lama-kelamaan aku merasa ada yang aneh. Apalagi dengan perpustakaan kampus. Aku selalu merasa ada yang mengikutiku, tapi bukan perasaan takut yang kurasakan melainkan perasaan rindu yang teramat dalam. Tiba di hari pertunanganku dengan chucky, aku merasa gugup. Aku memang mencintainya, namun aku belum sepenuhnya yakin dengan keputusanku ini. Acara ini dihadiri keluarga dan kerabat dekat kami. Saat hendak bertukar cincin, aku menarik nafas dan kulihat sosok gadis cantik berdiri di belakang chucky. Itu nyi girah, sheila menangis. Aku melihat dia menangis dan membuatku tak jadi memasangkan cincin di jari chucky. Aku hanya mengatakan maaf dan berlari ke kamar. Sebelum kejadian ini, keponakanku datang bercerita padaku bahwa ada seorang kakak yang bercerita padanya bahwa sahabatnya akan bertunangan sebelum menemukannya dan hidup kekal sambil menangis tersedu-sedu. Kuyakin kakak yang dimaksud keponakanku itu sheila, dan sahabatnya adalah aku. Pertunanganku bukannya gagal namun ditunda sampai aku benar-benar siap. chucky kecewa begitu pula keluarga kami. Untung chucky adalah laki-laki yang benar-benar baik, dia tak juga meninggalkanku. Saat duduk di perpustakaan aku berpikir tentang segala kejadian yang terjadi padaku, dari mimpi-mimpi itu sampai pesta pertunanganku. "Kenapa kau harus menggangguku..??" kataku dalam hati. "Hey.." seseorang menepuk pundakku. "aku disini.. aku selalu ada untukmu.." Aku menahan tangisku, sheila datang menghampiriku. "Kenapa lo pergi..??" tanyaku. "gue gak pergi kok, gue cuman istirahat doang.." "trus lo ngapain disini..??". "gue pengen liat lo, gue kangen banget sama lo.." "mba.. mba.. bangun mba.." ternyata cuman mimpi, tadi aku ketiduran. "maaf ya, maaf.." Sebuah pesan masuk di hpku membuatku terkejut "My chucky: Ran gw mau crita sesuatu, penting! Ktmuan d yummy skrg?.", Ada apaan nih? Kayanya penting banget. "oke.." balasku. "ran.. kemarin gue dari kampung kakek gue, trus gue temenin dia ngambil susu kedelai di rumah tetangga. Gue liat foto sheila di rumah itu. Gue yakin itu emang beneran dia.." jelasnya. "trus..?". "gue nanya ke kakek gue, katanya tuh cewek dia temuin di jalan, dengan tubuh yang lemas dan penuh darah, seperti habis diperk*sa.." Tetangga kakek gue itu emang gak punya cucu, dan emang kesepian karena ditinggal anaknya. Jadi cewek yang gue yakin sheila itu dia rawat, tapi tragisnya cewek itu gak mau bicara. Dan beberapa hari kemudian bunuh diri.." "gak mungkin.. sheila pasti masih hidup, dia gak mungkin mati.." aku mulai meneteskan airmata. "gimana kalau kita ke kampung sekarang? Siapa tau aja nenek tersebut bisa memberikan keterangan.." Aku tak menjawab namun kuikuti semua yang dia katakan. Saat dalam perjalanan, aku memimpikan sheila. Dia berkata "Rani.. bukankah sudah kukatakan bahwa apa yang kau lihat dengan matamu belum tentu dapat menjelaskan keadaan? Kau tak juga mengerti? Hati-hati.. aku menyayangimu.." "Nek.. nenek kenal dengan gadis ini..??" tanya chucky. "kenal, dia cucu saya yang udah meninggal empat tahun yang lalu.." . "dia teman kami nek, apa nenek punya barang-barang yang dia tinggalkan..??." "ada, tunggu sebentar.. ini..?." Sebuah tas yang sering dia gunakan diberikan nenek itu padaku. "boleh saya bawa nek..??" tanyaku. "boleh..", "makasih, sebenarnya kami ingin pergi melihat makamnya, tapi sudah malam. Besok kami akan datang lagi, bolehkan..??" kata chucky. "terserah kalian, kapan saja kalian bisa mampir.." Karena sudah tengah malam, kami memutuskan untuk istirahat di rumah keluarga chucky. Setelah membersihkan tubuh, aku membuka tas sheila. Ada pakaian yang terakhir kali dia pakai dulu sebelum dia meninggal, entah mengapa, saat mencium baju itu baunya sama seperti bau parfum sheila dulu. Aku lihat beberapa fotoku dan dia, dan foto-fotonya bersama.. ditan. Kulihat semuanya, aneh, tak ada satu pun fotonya bersama chucky. Dan sepucuk surat, "Rani, maafkan aku. Sebenarnya aku sudah lama berpacaran dengan ditan. Oleh karena itu aku selalu bilang dia bukan cowok baik-baik. Maaf. Dia selalu melindungiku saat aku dipukuli dan disiksa ayah tiriku. Saat aku sedih, dia selalu meminjamkan pundaknya untukku. Dan tentang chucky, kutarik kembali kata-kataku yang mengatakan bahwa dia adalah orang baik. Sebaiknya jangan kau dekati dia, dia berbahaya. Setelah surat ini sampai padamu, jangan pernah berhubungan dengan laki-laki yang bernama chucky. Aku telah memutuskan untuk lari dari rumah, aku tak bisa terus hidup dengan ayah tiriku yang sangat kejam. Ingat apa yang kau lihat dengan matamu belum tentu dapat menjelaskan keadaan. Dengan kata maaf belum tentu bisa menghapus tentang kenangan buruk ini, namun skali lagi aku ingin tetap mengucapkan maaf yang sedalam-dalamnya. Love, nyi girah.." Aku menangis membaca surat itu, ternyata dia punya banyak rahasia dan pergumulan hidup yang dia simpan sendiri. Dan ditan, aku memutuskannya memang karena memergokinya selingkuh dengan adik kelasku, tapi itu terjadi sebelum sheila menghilang. Berarti pandangan sheila tentang ditan juga salah, dia juga tak sebaik apa yang dia pikirkan. Andai waktu dapat terulang ingin menjelaskan banyak kekeliruan di antara kita. chucky.. kenapa sheila bilang dia bukan orang baik? Apa yang salah?. Tok.. tok.. tok.. "siapa..?" tiba-tiba mulutku disekap. "lo udah baca suratnya? Dia menderita sendirian, dan lo dimana? Dia selalu lari ke cowok lo, bukan ke gue? Dia ngehianatin gue sama lo tau gak. Makanya gue paling malas ngeliat lo nangis karena dia. Dan satu hal yang sama dari lo berdua, yaitu mudah gue bohongin. Sama-sama masuk perangkap gue, dasar bego. Dia juga pernah nangis disini sama kaya lo. Bedanya dia nangis karena bokap tirinya dan pengen putus dari gue. Oh ya lo dulu putus sama ditan itu karena gue, gue yang ngatur semua itu, lo gak perlu tahu lah detailnya. Yang gue pengen lo jadi milik gue saat itu. Ditan tuh anak yang baik-baik, saking baiknya dia tuh sama begonya sama lo sama sheila.." dia tertawa. Aku kaget mendengar semuanya, aku memberontak, kutendang dia dan sesegera mungkin lari. Untung pintunya belum dikunci. Aku berlari di jalan yang gelap dan becek, dan aku menyadari inilah yang dimaksudkan sheila dalam mimpi. Aku terus berlari, dan jurang di depan mata. Aku bingung, chucky sudah tinggal selangkah lagi akan meraihku. Aku berdoa "ya Tuhan lindungilah aku.." Dan kuputuskan melompat ke jurang. Sakit.. aku tak ingat apakah aku merasakan sakit itu. "Rani.. ini aku sheila. Maaf terlambat, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama skali. Aku selalu mencoba mengatakan rahasia itu saat kau di perpustakaan, namun dunia kita begitu jauh walau kau selalu lewat di depan mataku. Maaf aku selalu menyelinap di dalam mimpimu. Aku sedih tiap kali kau tak memperdulikan kata-kataku. Namun aku bahagia kau bisa melihatku saat hari pertunangan itu. Pulanglah rani, sekarang aku sudah tenang. Masih banyak masalah yang harus kau selesaikan.." Begitu terang, aku tak bisa melihat, tapi kuyakin itu adalah malaikat yang menolongku. "rani.. kau sudah sadar. Sudah tiga bulan kau koma.." "minum ma... "ini sayang..". "chucky mana ma..??." "chucky? dia dalam pemeriksaan, dia sudah dalam status tersangka. Tinggal menunggu kamu sadar untuk memberikan keterangan. Apakah dia yang mencoba membunuhmu..??". "ma.." kata-kataku tertahan. "gak usah dilanjutin, istrahat aja dulu.." Akhirnya chucky dipenjara, dengan kasus percobaan pembunuhan padaku dan sheila. Aku tak menyangka dialah penyebab semua ini. Dengan rapi empat tahun dia menyembunyikannya dariku dan dialah yang membongkar semuanya. Makam sheila terpaksa dibongkar untuk melakukan pemeriksaan ulang. saat memberitahukan semuanya pada orangtua sheila, ibunya sempat pingsan. Namun akhirnya dia bisa menerima semuanya. Ayah sheila juga dalam pemeriksaan, karena didapat beberapa bukti yang membuktikan bahwa ayahnya melakukan penganiyayaan pada sheila. Ditan, aku bertemu ditan sebulan yang lalu. Dia berada di rumah sakit jiwa, bukan karena menjadi dokter atau perawat namun dia mengalami gangguan mental empat tahun yang lalu. Menurut orangtuanya dia menjadi seperti itu karena ditinggalkan kekasihnya. Yang kuyakin kekasih yang dimaksud orangtuanya itu adalah sheila, karena dia terus memanggil-manggil namanya. Kasihan dia, aku akan mencoba mengembalikan ingatannya. Sesering aku mengurus urusanku di kantor polisi, sesering itu pula aku bertemu dengan joe kakak tiri sheila. Aku mulai jatuh cinta padanya. Setahun kemudian aku menikah dengannya. Dan sekarang telah mempunyai anak kembar sepasang, ini adalah hadiahku untuk sheila. "Apa yang kau lihat dengan matamu, belum tentu dapat menjelaskan keadaan.." .


2

Cerita ini sebenarnya bermula sejak aku kecil. Masih samar-samar di ingatanku, aku sering menggedor kamar mama malam-malam dalam keadaan ngompol. Mama segera mengganti baju tidurku, membawaku kembali ke kamar dan menemani hingga aku terlelap lagi. Hampir begitu kejadiannya setiap malam, sampai akhirnya mama kesal dan memarahiku. Aku lantas tak berani lagi membangunkannya malam-malam. Aku akan memilih bersembunyi di dalam lemari hingga tertidur di sana sampai esok harinya. Aku tak ingat kapan hal itu berhenti. Aku mulai memikirkan hal lain dan asyik bermain atau melakukan banyak hal seiring beranjak dewasanya aku. Namun, kejadian yang pernah kualami di masa kecil itu tiba-tiba kembali lagi. Tepat pada hari ulang tahunku yang ke-17. *** Selesai makan malam di rumah eyang, kami kembali ke rumah. Dalam keadaan ngantuk berat, aku enggan mengganti dress yang kukenakan di pesta tadi. Kubiarkan tubuhku limbung dalam keadaan telungkup di kasur, dan akupun mulai terlelap. Aku tak tahu jam berapakah saat itu, Tiba-tiba kurasakan hawa dingin menyelimuti kamar. Mataku terbelalak. Setengah sadar dan masih mengantuk, aku merasa ada yang memegang tanganku. Dingin. Sangat dingin. Aku terhenyak. Dan kutarik tangan itu. Sepi. Tak ada sedikitpun suara yang kudengar malam itu. Bahkan jangan berharap ada suara jangkerik di kota kecil ini. Semua lahan telah berubah menjadi gedung di mana tak ada lagi ruang untuk serangga berkembang biak lagi. Aku terdiam. Berpikir, hendak apa aku. Apakah aku harus turun dan melihat ada apa di bawah kolong tidurku. Jantungku berdegup begitu kencang, saat aku perlahan mendengar desah nafasan yang berat. Aku merinding. Begidik dan beringsut ke tembok. Aku tahu, ada seseorang di sana. Entah siapa. Aku berteriak sekuat tenaga memanggil orang tuaku. Tapi tenggorokanku tercekik. Tak sedikitpun suara keluar dari tenggorokanku. Lalu, aku melihatnya. Keluar merangkak dari bawah kolong tempat tidurku. Sosok aneh dengan tubuh pucat pasi. Tubuhnya sebagian tak sempurna, dan seperti bekas dicambuk dengan pakaian compang camping. Entah dari mana asalnya, dan entah berapa lama ia tak membersihkan dirinya. Sekali lagi aku berusaha berteriak. Dan sampai aku tersadar, hari itu sudah siang. Aku tertidur di dalam lemari pakaianku, seperti saat masih kecil dulu. "Tin, kenapa kau malah tidur di sini?" tanya mama. "Maaaa... aku... aku melihat hantu!" pekikku sambil menunjuk kolong tempat tidurku. "Ngaco ah kamu. Mana ada hantu di jaman seperti ini? Kamu ini seperti waktu kecil dulu deh. Begini juga, mama sering menemukan kamu tidur di dalam lemari. Mama nggak ngerti deh, kok bisa kamu tidur di dalam lemari. Apa enaknya?" Mamaku tak jua mau mengerti aku. Aku bingung harus bercerita pada siapa. Aku bergegas ke sekolah dan ingin pergi meninggalkan kamar. *** "Nama kamu, Tina kan?" sapa seorang wanita paruh baya yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Iya bu, ibu siapa ya kok bisa tahu nama saya?" "Tidak penting siapa aku. Aku hanya datang untuk mengingatkanmu. Kau cepatlah pergi dari rumah sial itu, atau nyawamu yang jadi taruhannya." "Maksud ibu, apa?" tanyaku. Ibu itu hanya berlalu, berjalan cepat ke arah sebuah gang di dekat sekolahku. Saat kukejar, ia sudah hilang entah ke mana. *** "Ma, tadi ada kejadian aneh deh. Masa ada ibu-ibu yang nyuruh aku pergi dari rumah sih," kataku sambil membanting tas di meja makan. Aku mengintip ada menu apa siang ini yang disajikan untukku. Mamaku terdiam. Menghentikan seluruh kegiatannya tanpa menanggapi apapun perkataanku. Tiba-tiba ia berbalik badan dan mengajakku ke rumah eyang. *** "Kenapa tiba-tiba mama mengajakku ke rumah eyang sih, ma?" tanyaku di dalam mobil. "Nanti kamu juga tahu..." kata mama. Aku terdiam di dalam mobil. Merasa curiga, seperti ada hal yang tak beres saja. Sesampainya di rumah eyang, aku turun dan memeluk eyang seperti biasa. Mama lalu bermain mata pada eyang. Dan mendadak beliau juga sama tegangnya seperti Mama. "Sudah saatnya kau bercerita tentang hal itu Astuti," kata eyang kepada mama. Aku bingung tak mengerti, ada apa sih sebenarnya? "Setahun sebelum kau lahir, papa dan mama menikah. Kami lantas membeli rumah itu. Sudah ada yang pernah memberi tahu bahwa rumah itu berhantu. Tapi kami tak percaya. Sebulan, dua bulan kami tinggal di sana seperti tak ada yang aneh. Kami santai-santai saja, sampai akhirnya kau lahir, mulai ada kejadian aneh di rumah itu. Rupanya dulu ada keluarga yang tinggal di sana, di mana kedua orangtuanya sebenarnya tak menginginkannya. Entah bagaimana ceritanya, anaknya dibantai dan dikubur tepat di bawah tempat tidurmu. Anak itu jatuh cinta kepada papa dan mama yang selalu bersikap sepantasnya orang tua. Ia cemburu padamu. Suatu hari, mama pernah bertemu dengannya, mama berkata, sudah saatnya ia pergi dan tak lagi penasaran lagi di dunia. Entah bagaimana, ia menurut saja. Ia tak pernah muncul lagi dan menghilang. Awalnya mama sudah curiga saat kau sering mengganggu tidur mama sewaktu kecil dulu. Tapi mama pikir karena saat itu kau mencari perhatian saja. Maaf ya, mama telah mengacuhkan kamu..." Cerita mama membuatku kaget. Jadi selama ini mama sudah tahu ada hantu yang menggangguku. "Ma, aku nggak mau balik lagi ke rumah itu! Kita harus pergi, ma. Ibu itu sudah mengingatkan aku kalau aku kembali ke rumah itu, aku akan mati!" kataku ketakutan dan larut dalam tangis. "Tidak, kau harus tetap kembali ke rumah itu. Kau harus bisa menjelaskan padanya bahwa ia seharusnya sudah tenang di alam sana. Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya yakin dan arwahnya tenang," kata nenek. Setelah aku tenang, mama mengajakku kembali pulang ke rumah. Aku masih merasa takut. Aku merasa tidak tenang. *** Malam itu, aku mempersiapkan diriku baik-baik. Kalau nanti malam aku terbangun dan melihatnya lagi, aku harus beranikan diriku untuk berkata apa yang dikatakan eyang padaku. Aku tertidur. Dan terbangun dalam kondisi telungkup dengan tangan menjulur ke arah kolong. Kurasakan degup jantungku sangat kencang. Dia di sana. Sedang memegang tanganku. Akupun berusaha menarik tanganku, tapi begitu berat dan aku tak mampu. Justru dalam hitungan detik, aku ditariknya ke dalam kolong. Gelap. Pengap. Aku melihatnya lagi. Tepat di depan mataku. Ia sosok yang sangat menyeramkan, tanpa senyum sedikitpun di wajahnya. Aku berusaha menjelaskan maksudku kepadanya, namun ia marah dan menarikku semakin dalam dan dalam... Aku tak sadarkan diri. *** Aku membuka mataku, sepertinya sudah pagi. Tetapi pandangan mataku buram, seperti tertutup kisi-kisi pintu lemari. Ahh... aku tertidur lagi di dalam lemari kamarku. Tetapi, suara apakah itu? "Tin, bangun sudah siang. Masa kamu nggak sekolah sih?" suara mama membangunkan seseorang di ranjang kamarku. Aku mengintip dari sela-sela lemari. "Iya, ma. Sebentar lagi dong. Tina masih pengen dipeluk mama nih..." kata suara itu. Oh Tuhan, apa yang terjadi? Mengapa aku melihat diriku sendiri di kamarku? Mengapa aku melihat mama di kamarku sedang bersama diriku yang lain? Lalu, siapakah aku? Aku ini apa? Tidakkkkkk......



3
Ctik, ctik, ctik.. Seseorang di depan komputer itu mengetikkan sederet huruf pada keyboardnya, fokus tatapannya tanpa suatu niat untuk teralihkan. Log in Klik. Setelah memasukkan email dan passwordnya, dia mengetik tombol log in tepat di sebelah kotak password untuk memasuki akun facebooknya. Hingga sesaat kemudian, tampilan monitornya menampilkan beranda facebooknya. Tau AHS? Dia menyerngitkan alisnya, saat sebuah kata terlintas pada layar komputer di hadapannya, lebih tepatnya pada beranda facebooknya. AH... Rasanya dia pernah mendengar itu di suatu tempat. "Apa itu..??" gumannya kemudian. Dilanda rasa penasaran yang tinggi, campur aduk dengan rasa keantusiasan untuk membaca artikel itu.. Dia membuka web tersebut dari beranda facebooknya. AHS, atau singkatan dari Alien Hand Syndrome merupakan suatu penyakit langka dimana orang yang menderitanya tidak bisa mengendalikan tangannya sendiri sesuai keinginannya. Penyakit ini menyebabkan si penderita kerap kali menyakiti diri sendiri atau bahkan orang lain dengan tangannya sendiri. Bahkan ada yang sampai mencekik diri sendiri sangking ekstremnya penyakit ini. "Mana mungkin.." dia, menghelakan nafasnya dalam setelah membaca artikel absurd nan konyol itu. Menurutnya, orang yang menulis ini kemungkinan sedang mengada-ada, dan hanya bertujuan untuk menipu pembacanya. Untuk selanjutnya, dia meng-close tab web tersebut tanpa membaca alenia terakhir pada artikel tersebut. Karena bosan, setelah log out dari Facebooknya, dia mematikan komputernya dan beranjak dari kursi yang dudukinya menuju ke arah kamarnya. Cklek. "Eh??" Dia tersadar sesaat setelah tangan kanannya membuka pintu kamarnya. Bukan sengaja, tapi sebelum ada niat untuk menggerakkan tangan, tangannya secara tiba-tiba bergerak sendiri membukakan pintu. "Serius.." dengan beberapa tetes keringat dingin menetes dari keningnya, dia mulai memastikkan tangannya itu masih baik-baik saja atau tidak dengan cara menggerak-gerakkan tangannya. Detik berikutnya, dia bernafas lega karena tangannya itu masih normal-normal saja. Dia anggap yang tadi hanya suatu reflek. Dia pun memasuki kamarnya, kali ini dengan tangan yang dapat terkendali. Malam hari, waktu yang tepat untuk mengerjakan PR. Dengan tangan yang memposisikan jari untuk memegang sebuah pena, dia mulai menuliskan satu persatu kata dalam bukunya. Sret, sret. Dia mulai mengerjakan PR-nya dengan lancar-lancar sampai saat ini. Sret, sret, sret. Tiba-tiba sebelah alisnya naik, saat tau tangannya terus menulis tanpa henti dengan sendirinya. Tidak, ini sungguhan. Dia bersumpah kalau sekarang dia merasa tidak sedang mengendalikan tangannya. Sret, sret, sret! Tangan itu terus menulis, menulis tanpa henti yang membuatnya bertambah takut. Tangan kirinya yang menganggur, memegang erat pergelangan tangan kanannya kuat-kuat, berusaha menghentikan tangan satunya untuk tidak bergerak. "Tanganku kenapa..??" dia berteriak sawan, manakala tangan kanannya itu sudah dirasa tak terkendali. Terus, terus. Tangan kanannya itu terus menuliskan sesuatu yang tidak ingin ditulisnya hingga serasa selembar lebih kertas cukup ditulisnya. Sekarang waktunya kamu untuk mati. Dia memandang horor ke arah kertas dengan tulisan serupa hasil kerja tangan kanannya, membuatnya yang dilanda ketakutan level tinggi meneguk ludah susah payah. Dengan paksa ia tarik pergelangan tangan kanannya itu, hingga dirasa cukup panas dan memerah pergelangannya. "Tanganku.." Tanganku..." CRAT "ARRRGGGHH..!!" Ujung pena itu mengarah ke matanya, menusuk bola matanya sebelum dia ada kesempatan menututup matanya. Darah segar mulai mengalir, membasahi pipinya serta tangannya. Tak tahan dengan rasa sakit, dia menarik tangan kanannya itu paksa dari matanya, lalu memegangi sebelah matanya itu dengan tangannya. "Akhh.. Akkkkhh.." Sementara mata yang sebelah mengalirkan darah, mata yang sebelah masih sempat memandang horor ke arah tangan kanannya yang ikut berlumuran darah. Untuk kali ini saja, rasanya tangannya itu dapat terkendali. Lagi, sesaat tangannya bisa terkendali, tiba-tiba tangan itu kembali bergerak, kali ini menuju ke arah cutter yang tepat ada di atas meja. "Ap.. HEGH.." sebelum sempat berkata, tangan kanannya yang tengah memegang cutter itu menuju lagi ke arah lehernya, kali ini meninggalkan goresan panjang dekat urat nadi lehernya. Nafasnya terengah-engah, kali ini beruntung hidupnya karena tangan kirinya itu berhasil menghentikan tangan satunya, walau harus mengabaikan sementara mata dengan tetesan darah itu. AHS menyebabkan si penderita kerap kali menyakiti diri sendiri Tiba-tiba terlintas di otaknya, sederetan kata yang sempat dibacanya siang ini. "Kenapa gejala ini mirip dengan tangannya sekarang.. Jangan-jangan, tangannya.." CRASSSH Darah mengalir, disertai dengan beberapa cipratan darah dari lehernya. Ternyata, cutter itu telah menusuk dalam lehernya, membuatnya yang masih tersadar akan apa sebenarnya arti AHS itu, mendadak terkulai lemas dan dengan kepala yang ambruk di mejanya. Dengan tangan kanan yang menggenggam cutter itu, otomatis kepalanya yang menimpa tangan itu seketika membuat cutter itu menembus hingga ke belakang lehernya. Matanya berkunang-kunang, hingga akhirnya pandangannya mendadak jadi hitam. Gelap.. Masih dengan leher yang tertembus cutter itu, dia merasa hidupnya mulai berakhir di detik ini. Oh, ya. Dia baru ingat kalau di rumah ini, dia hanya tinggal seorang diri. 




4
Hai pembaca KCH, Saya akan menceritakan kisah uji nyali yang akibatnya membuat "Mereka.." marah dan menghantui para warga yang lewat di sekitar tempat yang aku dan teman-teman jadikan tempat Uji Nyali . Langsung saja ya, awalnya aku dan teman-teman hanya bercanda dengan rencana uji nyali itu dan aku berkata. Tapi karena aku ngomongnya bahasa jawa aku akan ubah menjadi bahasa indonesia "Ayo berani tidak kalau uji nyali ini kita jadikan beneran..". Temanku menjawab "Ayo, tapi tempatnya di mana..?", aku kembali menjawab "di tempatnya samping kolam dekat sungai itu kan ada rumah angker yang di tinggal pemiliknya setahun yang lalu..". Teman menjawab "Ok, kapan..?" Aku menjawab lagi "Besok, malam jum'at kliwon saja..". Temanku menjawab lagi "Ok, siapa takut..". Besoknya kamipun berangkat pukul 21.00 malam. Kami mulai memasang perlengkapan seperti kamera kami letakan di sudut-sudut ruangan. Kami pun selesai memasang beberapa kamera dan mulai suit (berunding menentukan siapa yang harus duluan) untuk memulai uji nyali. Ternyata aku mendapat giliran pertama, aku langsung masuk ke ruangan dan membawa satu lilin di tangan dan mulai duduk sampai jam 22.00 malam. Awalnya semua tenang dan akhirnya aku mulai merasakan gangguan dari "Mereka.." lilin tiba-tiba mati, aku pun kaget tapi aku tetap berfikiran positif paling itu hanya angin yang datang. Tapi aku merasakan ada yang menemaniku, tapi di belakang dan aku merasakan lagi ada yang berbisik pelan. "Cepat pergi dari tempat ini kalau tidak aku akan menghantui warga di sekitar tempat ini..". Aku panik dan langsung pergi ke luar ruangan tapi pintunya terkunci. Aku pun kaget dan langsung bersembunyi di pojok ruangan, Bersambung ke Part 2.




5
Perjalanan Travel agak sedikit telat ke majapahit karena hari ini weekend jalanan jadi macet, aku sudah bosan dengan pemandangan jalan. Saat sampai di majapahit, aku pun pusing dengan alamat rumah baruku. Orangtua ku pindah rumah karena alasan financial, dirumah kami yang dulu kami sering didatangi penagih hutang jadi kami pun pindah. Sudah hampir 2 tahun aku bekerja di majapahit , dan malam itu aku ke majapahit sekedar untuk mengunjungi orangtua dan rumah baruku itu. Aku lihat jam menunjukan 10 malam, akhirnya aku masuk ke dalam perumahan dan berjalan kaki. Jalan ini sudah sepi, tidak ada satupun orang yang bisa kutanya. Memakai feeling aku mencoba mencari rumah no 73. Aku terus berjalan sambil memandangi nomor rumah sampai didepan aku melihat ada seseorang yang berjalan. Aku berlari kecil mengejar orang itu, ternyata itu seorang wanita. Wanita itu berjalan menunduk, dan sampailah aku disebelahnya. "Maaf mau tanya?" dan wanita itu pun berhenti lalu menengadahkan kepalanya. Matanya berair, dia terlihat sedang menangis. Aku jadi merasa tidak enak, "Kamu kenapa?" dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Tapi karena mengantuk, aku pun lanjut bertanya. "Maaf, kalo rumah no 73 tau tidak disebelah mana?" wanita itu tiba-tiba menatap ke arahku. Aku sedikit kaget, aku mundur satu langkah darinya dan wanita itu pun menunjukan arah dengan tangannya ke sebuah rumah dengan pagar hijau. Jaraknya tidak begitu jauh dari kami berdiri, "Oh, iya makasih ya." Aku pun meninggalkannya dan berlari menuju rumah itu. Begitu sampai, aku disambut hangat oleh kedua orangtuaku. Melepas rindu, kami pun mengobrol hingga larut malam. Sekitar jam 2 subuh, kami kembali ke kamar. Kamarku kebetulan berada di depan jika aku buka jendelanya akan langsung terlihat jalanan di komplek. Malam itu entah kenapa aku tidak bisa tidur, aku merasa sangat gerah. Aku beranjak menuju ke jendela untuk membukanya agar ada sedikit angin yang masuk. Aku pun membuka gorden jendela dan didepan pagar rumahku berdiri seorang wanita, dia hanya berdiri sambil menundukan kepalanya. Setelah aku lihat lagi, ternyata itu wanita yang aku lihat tadi. Aku tidak jadi membuka jendela dan menutupnya kembali, aku kembali ke tempat tidurku. Aku tidak memikirkannya dan mencoba untuk tidur, tapi ternyata itu tidak berhenti sampai disitu dan malam berikutnya wanita itu sudah ada kembali sambil terdiam didepan rumahku ini. Tanpa melakukan apa-apa karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan. Aku mengunci seluruh ruangan, takutnya ada yang hilang. Wanita yang tiap malam berdiri didepan pagar rumahku itu kini semakin mencurigakan. Setiap malam aku selalu intip dia dari kamarku, wanita itu sering melihat-lihat kedalam rumah. Aku sudah melapor kepada keamanan, namun tidak di gubris apa-apa sampai malam itu. Terdengar suara tangisan dari wanita itu, meskipun diluar pagar tapi entah kenapa suaranya sangat begitu jelas dan sangat mengganggu. Aku mulai kesal, aku intip wanita itu lagi dan dia masih berdiri didepan pintu pagar. Aku pun segera ke pintu depan, untuk menegurnya dan ketika aku membuka pintu depan sosok wanita itu terlihat terdiam. Aku pun mendekatinya, wanita itu kini terdiam dan kepalanya semakin menunduk tertutup oleh rambut. "Maaf kamu tuh siapa ya? tiap malam, lihat-lihat kedalam rumah saya. Mencurigaka, terus kamu kenapa menangis. Sana pergi, dari pada saya laporin kamu ke polisi mau kamu?" Emosiku tidak tertahan, aku pun membentaknya. Wanita itu sekarang malah balik melotot ke arahku, seperti menantangku. "Apa-apaan, kamu melototin saya? kenapa melihat ke arah saya seperti itu?" teriakanku membangunkan ayah dan ibu. Aku melihat mereka keluar dari pintu depan, aku langsung bilang ke orangtuaku. "Pah, ini nih orang yang tiap malam sering lihat rumahku. Telepon polisi mah," Orangtuaku lalu mengerutkan keningnya, "Kamu bicara dengan siapa nak?" perlahan aku lihat lagi sosok itu, sosok itu masih ada didepanku. Tapi orangtuaku tidak melihatnya, wanita itu kini tersenyum dan matanya melotot tajam ke arahku. Dan tiba-tiba wanita itu melesat ke atas berubah menjadi kain putih sambil tertawa cekikikan. Badanku lemas seketika dan aku pun terjatuh. Esoknya aku terkena demam, badanku panas tinggi namun aku jadi trauma tidur dirumah ini dan setelah dengar-dengar cerita. Wanita itu ternyata bernama ayu, dulu rumahku ini katanya rumahnya. Suaminya meninggal karena sebuah insiden dan dia tidak terima suaminya pergi meninggalkannya. Dia pun selalu menunggu suaminya pulang didepan rumahnya. Sampai, akhirnya dia bunuh diri dan setelah kejadian itu aku tidak mau lagi menginap dirumahku itu. Dan jika kesana, aku lebih baik tidak bermalam karena sampai saat ini wanita itu masih sering menunggu didepan rumahku itu.




6
"Please save me."? hanya itu kata yang mampu aku ucapkan setiap kali aku dibuang dan disisihkan "lagi" oleh manusia. Aku adalah seekor kucing berwarna jingga dengan bulu tebal dan mataku yang memiliki warna berbeda, hijau di kiri dan biru di kanan membuat setiap manusia yang menemukanku merasa iba dan mulai merawatku dengan penuh kasih sayang. Seperti hari ini, aku tinggal bersama keluarga raden wijaya . Aku menjadi salah satu keluarga raden wijaya  semenjak satu minggu yang lalu. Ketika tribuanatunggadewi, anak perempuan yang berusia 4 tahun itu menemukan dan membawaku pulang ke rumahnya. Saat itu aku mengalami luka cukup parah, kakiku pincang akibat manusia yang tidak suka denganku. Mereka melempariku dengan perabotan rumah agar aku cepat pergi dari rumah itu. Dan lebih parahnya lagi mereka mengejar dan melempariku dengan batu agar aku pergi sejauh mungkin. Ini pasti ulah chucky!! Dia selalu merasa bahwa dirinya adalah singa, puncak rantai makanan di bumi ini. Tapi chucky selalu bersikap baik dan juga selalu datang di saat ku butuhkan. Aku dan chucky sudah lama berteman, mungkin sejak kami lahir. Setiap kali aku jelaskan hal ini kepada kucing yang ku temui di jalanan mereka pasti mengatakan kalau aku sudah gila, atau aku selalu mengada-ada tentang temanku yang bernama chucky itu, semua kucing yang ku temui mulai takut denganku dan tidak akan berani mendekatiku karena kejadian waktu itu. "hei kucing rumahan kau salah jalan ya??" kata salah satu kucing terbesar di sudut gang. "kenapa? Kau takut kucing manis??" sambung salah satu kucing wanita yang mungkin adalah ratu di kawasan ini. "jangan ganggu aku atau chucky akan melukai kalian semua!! Ku mohonn ?" "di mana temanmu yang bernama chucky itu? Kau itu sendirian di sini, hahaha ?" "Å“di sini..?" "krek..?" tribuanatunggadewi sedang membuka sebuah kaleng ikan untuk memberiku makan. Rocky kemarilah sini makan ?" "miaww?" Aku mendekati tribuanatunggadewi dan memakan isi dari kotak yang telah diberikannya dengan lahap. Tak heran jika aku memakan ikan atau snack khusus karena aku memang seekor kucing. Aku juga sangat menyukai sofa yang empuk untuk tidur dan kadang menyelinap masuk di sela-sela kaki atau tangan tribuanatunggadewi karena dia yang paling perhatian kepadaku. tribuanatunggadewi memiliki bola mata yang indah, aku mulai menyayanginya. Dua minggu aku tinggal di rumah ini dan tidak terjadi apa-apa. Kadang chucky sering muncul dan mengambil makanan yang disediakan untukku. Tapi syukurlah, untuk saat ini chucky tidak merasa terganggu dengan kegiatan keluarga baruku ini. Sepertinya dia mulai menyukai tribuanatunggadewi dan keluarganya. Minggu ketiga. tribuanatunggadewi dirawat di rumah sakit, ternyata dia mempunyai penyakit yang kambuh jika menghirup buluku ini. Aku sendirian di rumah ini sekarang, tanpa ada yang memberiku makan. "crash..?" oh tidak, aku tidak sengaja menjatuhkan piring-piring di rak makanan. "bruk!?" sebuah kotak penuh makanan ku jatuhkan dari atas lemari, aku dengan rakus memakan semua isi yang berserakan di lantai. Pers*tan dengan keluarga ini, aku benar-benar lapar. Aku harap mereka akan memaafkanku jika mereka pulang nanti. Tiga hari berlalu, aku terus menunggu tribuanatunggadewi dan orangtuanya pulang. "clack..?" pintu rumah terbuka. Akhirnya mereka pulang, pasti tribuanatunggadewi langsung memelukku dan membawakanku makan. Tapi ternyata tribuanatunggadewi melewatiku dan langsung masuk ke kamarnya. Dan beberapa saat kemudian saat Ibu tribuanatunggadewi ke dapur untuk mengambilkan sesuatu betapa terkejutnya dia melihat kekacauan yang telah aku lakukan tiga hari ini. "astaga!! raden wijaya  lihatlah ke mari. Kucing sialan ini menghancurkan rumah kita!!"? Teriakan kemarahan Ibu tribuanatunggadewi, aku merasakannya. "oh tidak! Apa yang aku lakukan! Katamu ini semua akan baik-baik saja chucky!! Kau membohongiku!!?" "tenanglah Mourt, jika mereka melakukan sesuatu kepadamu biar aku yang mengambil alih. Kau tahu kan singa adalah puncak rantai makanan? Lihat saja jika dia berani melukaimu. Akan ku ambil bola mata putrinya yang sedang sekarat itu!!?" raden wijaya  tiba-tiba menjadi gila dan memburuku dengan pisau dapur. "ssrrt..?" pisau itu berhasil menggores salah satu telingaku. "ah tidak tolong aku chucky!!?" "dengan senang hati Mourt?" Cakaranku tepat di tangan raden wijaya , dia mengerang kesakitan. Segera aku berlari ke kamar tribuanatunggadewi. Untunglah pintunya terbuka lebar. "raden wijaya  kucing gila itu ke kamar tribuanatunggadewi!!?" Mereka berdua mengejarku ke kamar. "sudah terlambat nyonya, tribuanatunggadewi sudah tidak bisa diselamatkan"? Dokter dirumah sakit sudah tidak bisa menyelamatkan tribuanatunggadewi. Berita ini langsung menyebar, seekor kucing gila membunuh seorang anak kecil dengan memakan kedua matanya dan kabur melalui jendela kamar. "lain kali serahkan semuanya padaku chucky, aku sudah bisa berakting dengan baik ?" "baiklah kalau begitu. Tapi jika kau membutuhkan panggil saja aku, Mourt ?" " miawww.." "oh kucing yang menggemaskan, telingamu terluka, bibi akan merawatmu."?





7
Setiap kali aku melihat dia. Dia adalah anak perempuan yang selalu berdiri di gerbang sekolahku. Setiap kali aku melihat orang lewat di hadapannya, tetapi mereka cuek pada anak perempuan itu. Aku sering menyapanya dengan cara tersenyum, dan dia membalas senyumanku. Saat aku ijin ke wc, aku melihat dia tetap berdiri di gerbang sekolah (tak mengikuti pelajaran). Aku akhirnya menanyakan pada temanku chaca. "aku tak pernah melihatnya.." tanggapan chaca ketika aku menceritakan soal itu padanya. "ah masa sih..?" kataku. "benar tribuanatunggadewi, aku tak pernah melihatnya.." Aku diam mendengar kata-kata chaca. Aku akhirnya memutuskan untuk bicara padanya. Sepulang sekolah aku langsung menghampirinya. "kamu sedang menunggu siapa di sini..??" tanyaku. "aku lagi menunggu kau untuk bicara padaku.." kata anak perempuan itu. "maksudmu..?" tanyaku. "kamu tak ingat? Aku teman sd kelas 1 kamu, kamu dulu sahabatku, tapi sekarang kau cuek padaku. Aku pindah sekolah ke sini. Di sini juga aku tak punya teman. Aku rindu untuk bicara lagi sama kamu.." kata anak perempuan itu. "kamu siapa..??" tanyaku. "aku sera, terimakasih karena sudah mau bicara padaku, daaah.." kata anak perempuan itu. Baru pertama kali aku melihatnya pergi dari gerbang sekolah. Aku mencoba mengingat-ingat lagi. Tapi percuma saja, aku sudah lupa lagi. Sekarang aku sudah kelas 3 smp. Sesampainya di rumah aku baru ingat. Sera dulu memang teman baik ku di sd angela. Tapi saat kelas 2 sd aku sudah punya temen baru lagi. Hal itu membuat aku lupa pada teman lamaku. Saat kelas 3 sd aku dengar dia keluar dari sekolah angela. Aku pikir dia juga sudah punya teman baru lagi, ternyata tidak. Saat smp, aku sekolah di smp garuda. Mungkin dia juga pindahnya ke sekolah ini. Aku memutuskan untuk datang ke rumah sera. "selamat datang kak tribuanatunggadewi, silahkan masuk.." kata almanti (adik sera). "ibumu ada..?" tanyaku. "ada" kata almanti. Aku pun langsung masuk ke dalam. "tribuanatunggadewi teman sera..?" tanya ibu sera. "iya tante, sera ada..??" tanyaku. Ibu sera langsung terdiam mendengar ceritaku. "sebenarnya.. Mmmh.. Sera sudah meninggal 1 tahun yang lalu.." Pantas saja hanya aku yang bisa melihat sera berdiri di gerbang sekolah, ternyata sera sudah meninggal. "saya turut berduka cita..?" kataku. "iya terimakasih, dia meninggal karena stress..?" kata tante. "semoga saja arwah sera tenang di dunia sana.." kataku. "iya, makasih sudah datang ke sini.." kata tante. Keesokan harinya aku tak pernah melihat sera berdiri di gerbang lagi. Tapi aku jadi tenang, selamat tinggal sera!




8
Mitos satu ini sangatlah populer di kalangan masyarakat majapahit yaitu sebuah cerita mengenai Hantu yang berada di dalam sungai dan dikenal dengan "Antu tribuanatunggadewi". Cerita Antu tribuanatunggadewi ini begitu terkenal di tengah masyarakat pendukungnya, karena sejak lama cerita ini begitu melekat dan diwarisi oleh pewaris aktifnya secara turun-temurun intergenerasi bahkan antargenerasi. Jika ada seorang anak kecil yang sering atau suka bermain di sungai dalam waktu yang lama, maka biasanya akan ditegur oleh orang tua, kerabat, dan orang-orang sekitarnya dengan mengatakan, "Jangan galak main di sungi Musi (nama sungai di Sumatera Selatan), gek ado antu tribuanatunggadewi.." (bahasa Melayu Palembang dan Musi), Dang galak mido di way Selabung (nama sungai di Muara Dua) tulik dikanik hantu lawok.." (bahasa Daya) atau "Jangan galak mandi di ayik Lintang (nama sungai di daerah Empat Lawang), kelo dipaju antu ayik!" (bahasa Lintang). Nama hantu yang katanya kerap hidup di dalam air ini, dikenal dengan nama yang beragam di daerah Sumatera Selatan. Masyarakat majapahit mengenalnya dengan nama Antu Anyar, masyarakat Lintang mengenalnya dengan nama Antu Ayek atau dengan nama lain Selingkup, dan masyarakat Muara Dua mengenal jenis hantu ini dengan sebutan Hantu Lawok, dan masyarakat Melayu Palembang atau Musi mengenalnya dengan nama Antu tribuanatunggadewi. Apa pun namanya, jenis hantu ini habitatnya hidup di air dengan karakter tersendiri di tengah masyarakat pendukungnya. Tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa hantu jenis ini memiliki versi dan variannya masing-masing. Mengingat, masyarakat majapahitsecara geografis memiliki banyak sungai yang memungkinkan cerita ini berkembang dengan pesat melampaui batas ruang dan waktu. Maka wajar saja, seolah-olah di tengah masyarakat majapahitkemasyuran hantu yang hidup di air ini begitu melekat dan "membumi..". Kehadiran cerita Antu tribuanatunggadewi ini menimbulkan nuansa tersendiri bagi masyarakat disana, terutama masyarakat yang hidupnya di sungai-sungai atau di daerah laut yang ada di Sumatera Selatan. Boleh percaya atau tidak, hampir semua daerah di majapahitpasti mengenal mitos mengenai hantu yang hidup di air ini. Menurut Bascom dalam Danandjaja (2002:50), mitos atau mite merupakan cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi, serta dianggap suci oleh empunya cerita. Biasanya mitos ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa solah-olah terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang ini, dan terjadi pada masa lampau. Folk atau kolektif masyarakat menentukan, bahwa cerita hantu yang hidup di air ini termasuk dalam kategori mitos, sebab folk pemilik atau pendukung cerita ini begitu melekat dan "membumi.." di tengah masyarakat yang "hidupnya.." dilingkupi oleh sungai atau laut. Selain itu, menurut Bascom, bahwa karakteristik mite atau mitos dapat diketahui dari bentuk topografi, bentuk khas, serta berikut petualangannya. Antu tribuanatunggadewi memiliki karakteristik berambut panjang dan keras, rambutnya seperti satang (buluh yang panjang), karena itu apabila rambut ini sudah berada diatas kapal, perahu, sampan atau ketek, biasanya perahu atau kapal atau ketek tersebut akan karam. Selain rambut tersebut berat dan juga tajam, karena itulah kalau antu tribuanatunggadewi telah meletakkan rambutnya yang panjang tersebut ke atas kapal atau sampan maupun ketek, biasanya penghuninya akan menjadi "santapannya..". Hal ini dapat pula terjadi dengan orang yang sedang berada di pinggir sungai, antu tribuanatunggadewi dapat mengambil orang tersebut secara tiba-tiba. Kemudian mangsanya itu akan ditemukan oleh penduduk setempat dalam keadaan terapung dengan ubun-ubun atau punggung sum-sum tulang belakang dalam keadaan bolong. Konon, antu tribuanatunggadewi sangat menggemari wilayah ubun-ubun kepala dan bagian sum-sum tulang belakang manusia. Antu tribuanatunggadewi biasanya menghuni gua-gua yang ada di sepanjang sungai dan lorong-lorong atau pusaran, serta celah-celah yang ada di dalam sungai. Pada waktu-waktu tertentu ia akan muncul untuk memangsa korbannya.


9
, waktu itu kakak ku demam tinggi dan harus di rawat di rumah sakit, saya sebagai adiknya, selalu menjenguknya sambil menghiburnya. Singkat cerita hari minggu aku pulang malam dari rumah sakit, karna hari itu orang tuaku tidak di rumah sakit jadi aku yang menemani kakak ku. Saat hendak pulang, aku melihat pasien sedang jalan jalan sambil di temani suster. Namun, saat aku berjalan aku menemukan sebuah kalung. Kalung itu langsung ku ambil siapa tau ada pemiliknya pasien sini kan aku juga sering kesini, tapi gak mungkin aku nyari orang nya malam-malam gini. Jadi aku putuskan buat besok saja. Setelah selesai pulang sekolah aku pergi lagi jenguk kakak ku, sambil membawa kalung yang ku temukan kemarin. Namun percuma pemilik kalung nya tidak ada. Jadi kalung itu ku simpan di rumahku. Singkat cerita, 3 minggu kemudian, aku mulai merasakan hal hal yang aneh mulai dari mimpi dan ada yang nyanyi di rumahku namun bila ku lihat ternyata tidak ada siapa siapa. Saat aku pergi ke rumah sahabatku mengendarai mobil aku menceritakan semua tentang hal hal yang aneh itu. Namun sepertinya dia tidak percaya, akupun memutuskan untuk pulang ke rumah, saat di perjalanan sudah malam dan tiba tiba ada yang mengetuk kaca mobilku, dan pas ku buka tiba tiba leherku di cekik oleh seseorang. Itu wanita tapi dia memakai baju pasien. Entah kenapa perlawananku kalah dan dia lebih kuat, dan akhirnya cekikan nya terlepas juga, dan aku pun bergegas keluar mobil. Dan lari di jalan raya itu, entah kenapa suasana menjadi sepi, tidak ada yang lewat sama sekali, dan kulihat wanita itu datang lagi kali ini membawa pisau mukanya di tundukkan ke bawah. Aku langsung lari dan berteriak tapi percuma saja karna tak akan ada orang yang mendengar suaraku, aku lari dan terus lari tapi wanita itu malah makin dekat dan aku pun tersandung batu hingga aku terjatuh. Dia semakin dekat denganku, aku mulai bingung apa yang harus ku perbuat dan wanita itu mencekik leherku lagi dan mengangkatku, aku tidak bisa menyangka kenapa dia kuat sekali dan aku mulai berani bertanya. aku: apa mau mu? Wanita: hanya ingin membunuhmu. Badanku pun bergetar di tambah keringat. Dan dia tiba tiba menjatuhkanku aku mulai pasrah dan dia hanya diam, aku bertanya lagi apa salahku? Wanita itu menjawab, mana kalungku? Tiba tiba dia menghilang. Dan tiba tiba aku terbangun dan ternyata hanya sebuah mimpi. Tapi badanku masih gemetar, hari sudah pagi, tapi aku teringat dengan kalung yang aku temukan di rumah sakit itu. Aku bergegas mengambil kalung itu dan pergi ke rumah sakit itu dan saat bertanya pada suster, katanya wanita yang kucari itu sudah meninggal dunia. Kalung itu langsung aku kubur, 


10

Terdengar suara mobil ambulans saat mengantar jenazah adik yang paling ku sayang tribuanatunggadewi  untuk beristirahat selama-lamanya. Aku hanya bisa melihat jenazah adik ku itu terbaring, sudah menjadi kebiasaan di keluargaku jika ada yang meninggal, kita pasti akan mengumpulkan barang-barang kesukaannya. Mulai dari baju, cincin, boneka, barang-barang pribadinya bahkan sampai handphone adik ku pun dikubur bersama jenazahnya. Menurut kepercayaan keluarga kami, itu dilakukan agar mereka tidak kesepian disana. Percaya atau tidak tapi itu sudah menjadi kebiasaan dikeluarga kami sampai sekarang. tribuanatunggadewi adik ku meninggal karena insiden, tidak ada yang melihat jelas kematiannya tapi katanya adik ku tergilas truk yang sedang lewat. Air mataku sudah habis, aku hanya bisa pasrah jika mengingat kejadian itu. Belum seminggu setelah insiden itu, aku mulai merasakan hal-hal yang diluar nalarku. Malam itu aku kembali ke Semarang, sedang orangtuaku masih di kampung. Di perjalanan, aku masih merasa ada perasaan yang mengganjal dan entah apa itu. Sampailah aku dirumahku, aku nyalakan semua lampu dan beranjak kekamar. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan tiba-tiba aku bergegas ke ruangan tengah. Aku melihat tv ku menyala sendiri, aku mengambil remot dan mematikannya. Aku cukup heran namun aku abaikan, aku pun kembali ke kamar dan menaiki tangga kayu. Belum sampai aku ke kamar dan reflek aku melihat ke bawah. Aku melihat pintu dapurku kini tertutup, aku langsung menuju dapur. Ketika aku buka pintunya, semua masih terlihat sama. Aku mencoba untuk menghiraukannya lalu aku coba naik ke lantai dua untuk menuju kamarku, sampai di tempat tidur. Aku tarik selimut dan mulai memejamkan mata, mataku sudah mulai terpejam tapi entah kenapa aku belum bisa terlelap sampai aku mendengar seperti ada seseorang yang menaiki tangga menuju lantai dua. Langkah kaki itu semakin jelas seperti menaiki tangga dan suara langkah kaki itu berhenti tepat didepan kamarku. Dan tiba-tiba pintu kamarku terbuka sendiri, aku melihat sebuah bayangan di pintu kamarku. Seperti ada seseorang yang sedang berdiri, perasaanku mulai tidak nyaman. Aku coba berdiri dan aku tarik pintunya ternyata tidak ada seorangpun disana. Aku melempar pandanganku ke seluruh penjuru rumah, jelas aku hanya sendirian disana. tapi bagaimana mungkin, apa ini hanya halusinasiku saja dan samar terdengar suara gaduh yang berasal dari dapur. Buru-buru aku berlari ke dapur tapi nihil, kembali tidak ada siapa-siapa. Hanya saja aku melihat piring, dan beberapa panci berubah posisi. Seperti baru saja ada yang memainkannya, tanpa pikir panjang aku kembali ke atas ke dalam kamarku. Jujur aku jadi sedikit takut, aku mengambil handphone dan segera menghubungi temanku untuk sekedar menemaniku. Tapi tidak ada yang menjawab, ketika aku sedang berusaha menghubungi temanku tiba-tiba saja terdengar suara piano. Suara piano yang berasal dari lantai bawah ruang tengahku. Piano itu terdengar melantun dan nada piano ini sepertinya tidak asing. Aku seakan sering mendengarnya tapi dimana, kepalaku banyak dipenuhi pertanyaan. Penasaran, aku beranjak ke arah bawah tepat dimana piano itu berada dan begitu sampai piano itu tidak berbunyi. Aku kembali menatap nanar ke sekitarku, semua terasa sepi. Aku lemas ketakutan, sampai terdengar bunyi handphone. Saat aku lihat, nama yang ada dilayar handphoneku tertulis disana tribuanatunggadewi . Aku mendapatkan telepon dari tribuanatunggadewi  adik ku yang sudah meninggal. Dengan perasaan yang tidak menentu aku pun mengangkatnya. "Halo dik, adik kenapa?" "..." terdengar suara tangisan di teleponku "Sudahlah dik, jangan khawatir. Adik yang tenang disana, kita semua sudah ikhlasin adik" lalu mendadak telepon terputus. Badanku lemas, aku pun terduduk dan di sekitar ku masih sepi ditambah perasaanku yang tidak karuan. Aku pun segera menelpon ayahku, dan ayahku berkata hal yang serupa dia juga didatangi tribuanatunggadewi . tribuanatunggadewi sepertinya ingin memberi sebuah pesan, esoknya aku berangkat kembali ke kampung halaman. Kami meminta jasad tribuanatunggadewi  di otopsi oleh pihak yang berwajib dan tidak lama, kami pun mendapatkan hasil bahwa tribuanatunggadewi  bukanlah meninggal karena insiden kecelakaan. Ditemukan bekas penjamahan pada adik ku, bisa dibilang sebelum meninggal adik ku dijamahi dulu lalu dibuang ke jalan agar dikira tertabrak. Aku sangat terpukul mendengar hal ini, aku semakin emosi dan marah. Sampai saat ini aku masih mencari pelakunya siapa yang tega berbuat hal itu kepada adik ku tercinta. Aku duduk dan melihat foto-foto dari adik ku, aku melihat satu foto adik ku dengan piano dan akhirnya aku ingat lantunan piano yang saat itu aku dengar adalah lantunan piano yang sering adik ku mainkan. Dan malam itu roh adik ku memang datang mengunjungiku untuk memberiku sebuah pesan bahwa dia belum tenang disana.



11


Saya tinggal di salah satu desa di wilayah Jawa Tengah. Di daerah tempat tinggal saya ada cerita yang diceritakan dari mulut ke mulut tentang seorang nenek, yaitu suwargi (almarhumah) Mbah kertajaya yang gantung diri dan sampai saat ini arwahnya gentayangan dan sering mengganggu warga. Sekitar tahun 1970-an, seorang wanita, yaitu Mbah kertajaya ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Konon karena putus asa tak mampu memiliki keturunan dan ditinggalkan suaminya, wanita tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya. Sejak hari itu, warga di desaku sering diganggu oleh penampakan seorang wanita tua yang menyerupai suwargi Mbah kertajaya. Beberapa peristiwa kesurupan terjadi berturut-turut akibat warga yang mencoba "membersihkan" rumah berikut areal kebun di sekitar bekas rumah suwargi Mbah kertajaya. Warga pun sering melihat penampakannya, yaitu dengan wujud seorang wanita tua, berambut berantakan dengan mata melotot dan lidah menjulur. Seolah tak peduli waktu, setiap menjelang pukul 12 siang pun para buruh tembakau yang bekerja di "oven" di sebelah areal rumah Mbah kertajaya pun kena getahnya. Suatu petang Ibu Y yang tinggal di kontrakan dekat bekas rumah suwargi Mbah kertajaya mengalami kesurupan. Wajah Ibu Y berubah menekuk, dengan mata melotot dan beliau tertawa terkikik khas nenek-nenek. Beliau pun segera dipanggilkan "orang pintar". Setelah dirituali, Ibu Y berceloteh dengan suara yang berbeda, suara Ibu Y serak sedikit tersendat-sendat seperti orang dicekik, "Wegah lunga aku, salahe, ben, mati sisan yo ra popo bocah iki. Sapa wingi sing nyoba arep ngobong omahku? ngobrak-abrikmomahku?" (Saya tidak mau pergi, salah sendiri, biar, mati sekalian tidak apa-apa anak ini. Siapa yang kemarin mencoba membakar rumahku? Mengobrak-abrik rumahku?). Orang pintar itu pun membaca beberapa ayat dan doa-doa. Menjelang tengah malam tiba-tiba Ibu Y berteriak kesakitan dan pingsan. Tak berapa lama, beliau bangun dan bertanya, "Iki dho ngopo? Thek aku dirubung wong akeh?" (Ini ada apa? Kok saya dikerumuni banyak orang?). Semenjak kejadian itu, tidak ada seorang pun berani mencoba membersihkan kebun dan rumah suwargi Mbah kertajaya. Sesekali, para buruh tembakau masih melihat sesosok wanita tua dengan rambut berantakan, mata melotot dan lidah terjulur berdiri di areal rumah Mbah kertajaya... sampai saat ini.




12


Waktu itu aku tinggal di majapahit  dan ingin pindah ke majapahit setibanya aku dimajapahit yaitu pukul 11:35 wib pada malam jum'at kliwon. Aku pun langsung pergi ke kamarku yang masih berantakan. Aku pun membereskan nya dan sesudah beres aku pun mau buang air besar dan kebetulan kamar mandiku dekat dengan sumur tua yang dibilang warga itu sumur angker. Aku pun waktu itu masih tidak percaya dengan hal yang kayak gitu. Sesudah aku buang air, aku pun mendengar suara tangisan rintih bulu kuduk ku langsung berdiri semua. Badanku gemetaran, entah apa aku sedang mimpi atau bukan cakapku. Dan aku melihat sosok perempuan yang sedang menangis itu, aku pun memberanikan diri untuk mendekatinya. Aku pun bertanya, mba kamu kenapa? cakapku. dia pun tidak menjawab, aku pun segera memanggil ayahku. Tetapi ayah pun tidak menjawab, aku pun berusaha menjauhi perempuan itu dan alangkah terkejutnya dibelakangku ada sesosok makhluk besar, matanya merah, giginya runcing dan berbulu hitam. Seluruh badanku tidak bisa bergerak, aku pun berusaha meminta perlindungan dari yang maha esa sambil membaca surat ayat kursi didalam hati. Sesudah 3 menit kemudian badanku bisa bergerak langsung, aku lari ke rumahku dan ternyata keluargaku sudah tertidur. Aku ke kamar dengan rasa ketakutan, keesokan paginya aku menceritakan kepada keluargaku dan pak RT bilang itu adalah sosok arwah sundel bolong dan genderuwo yang dibunuh oleh penjajah jepang dan mayatnya dibuang ke dalam sumur. 


13


Aku, tribuanatunggadewi, dan Tiara duduk melingkar di kamar kami saat malam menjelang. Lampu redup menerpa wajah kami, hanya hening dari tadi. Bibir kami kelu sedari tadi, entah bagaimana akan memulai pembicaraan ini. Angin dingin berhembus masuk melalui jendela kamar yang dibiarkan terbuka lebar. "Aku takut."? Akhirnya kata itu terucap dari bibir tribuanatunggadewi, matanya mulai berkaca-kaca. Tiara semakin mempererat pelukannya pada boneka cokelat kesayangannya, menangis tanpa suara. "Aku juga."? Ku coba menenangkan. Kembali hening, hanya isak tangis tribuanatunggadewi yang terdengar. Aku hanya bisa menatap wajah pucat masainya. "Gadis itu kembali memakan korban, kali ini Karina..?" ucapan Tiara membuat kami teringat kejadian itu. Angin yang masuk semakin kencang. Awal bulan November benar-benar tak main-main soal cuaca. Aku berdiri, lantas menutup jendela kayu dengan ukiran sulur-sulur itu. "Aku akan pergi dari sini.? Ucap tribuanatunggadewi tiba-tiba di sela tangisannya. Tiara tercekat, aku mematung di depan jendela. " Apa kau gila? Ke luar dari asrama ini sama saja dengan mati!?" bentak Tiara. " Tapi jika kita tetap di sini, kita akan tetap mati!?" tangis tribuanatunggadewi meledak. Aku menghela napas panjang, entah apa yang harus ku katakan. "Sudahlah, kita hadapi ini bersama. Kita bisa melewatinya.?" Aku mencoba menenangkan suasana. Tiara memalingkan muka, mungkin ia sudah muak pada ucapan penuh harapan palsu yang selalu ku lontarkan. "nyi girah, jika hantu itu membunuh kita, apa yang kan kita lakukan??" tribuanatunggadewi menatapku kesal. "Tak ada apa-apa yang akan terjadi pada kita,?" ucapku pura-pura tenang, padahal aku takut sekali. Tiara mencecak sebal. "Kau selalu bilang begitu, lihat teman-teman kita, Fitria, Penny, Arin dan kemarin, Karina. Mereka sudah jadi korban, tinggal kita bertiga..?" ucap Tiara. "Lebih baik kalian pergi tidur."? aku naik ke ranjang, lantas menutup badan menggunakan selimut. Keringat mengucur deras dari pelipis. Bagaimana seandainya ucapan mereka benar? "nyi girah! nyi girah! Bangun..!?" ku rasakan Tiara mengguncang-guncangakan tubuhku. Aku membuka mata, terliahat Tiara sedang menangis. "Apa yang terjadi..??" tanyaku panik. "Kemarin malam saat kita tertidur, tribuanatunggadewi meninggalkan asrama ini. Dan, d-dana..??" "Dan apa ??" tanyaku tak sabar. "D-dan jasadnya ditemukan di taman belakang dengan luka di sekujur tubuhnya."? jawab Tiara sambil menangis. "Tidak mungkin..!?" ucapku tak percaya. Iblis itu benar-benar akan membunuh kami. "Kau mau ke mana ??" tanya Tiara saat aku membuka pintu kamar. "Toilet..?" ucapku singkat. "Jangan pergi, ku mohon??" ucapnya dengan wajah memelas. Aku menghela napas panjang. "Kau ini kenapa..??" tanyaku jengkel. "Aku merasa, malam ini aku yang kan menjadi korban..?" ucapnya pelan. "Omong kosong. Jangan bicara begitu! Lagipula aku tak akan lama.??" ucapku sambil berlalu meninggalkannya. Baru menuruni tangga ku dengar suara jeritan, aku lekas berlari kembali ke kamar. "Tiara..!?" Ku cari Tiara di seluruh kamar, tapi tak kunjung ku temukan. Mataku melihat handphone Tiara tergeletak begitu saja di lantai. Aku memungutnya, lantas ku buka. Ada sebuah rekaman suara, ku menekan tombol play dan mendengarkannya. "nyi girah, a-ada sesuatu yang k-keluar d-dari ba-bawah ranjang, t-tunggu i-itu terlihat seperti orang! Ia merangkak mendekatiku..!?" ini benar-benar suara Tiara!" "nyi girah! Sepertinya aku akan mati sekarang! Orang itu semakin mendekat! TIDAAAK..!!?" Aku melemparkan handphone itu. Keringat dingin mengucur deras. Ku rasakan sudut mataku mulai menghangat. Sosok gadis ceria itu terus ada di kepala. Segigih apapun aku berusaha melaporkannya pada guru dan penjaga, aku tak pernah mendapatkan kepercayaan dari mereka. "Mungkin malam ini aku yang akan mati. Tidak! Aku tak boleh berpikir seperti itu."? Aku memeluk lutut, malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang. Terdengar suara ketukan pintu. napasku mulai tak teratur, pikiranku mulai berkhayal yang tidak-tidak tentang hantu asrama ini. "Hai,?" seorang gadis seumuranku masuk ke kamarku, menghadirkan napas lega. "Hallo, kau murid baru ??" Tanyaku dengan senang karena ada yang akan menemani. Setidaknya aku tak akan sendiri. "Ya..?" ucapnya diiringi senyum. "Kenapa kau pindah ke sini..??" tanyaku lagi. "Hanya untuk satu tujuan, bolehkah aku memiliki ragamu ??" Gadis itu mulai mendekatiku. Aku melompat dari ranjang, ku rasakan bulu kudukku berdiri. "Tidak mungkin..!?" Ku lihat gadis itu semakin mendekat, senyumnya semakin lama semakin melebar yang tak masuk di akal sehat, mengerikan. "Aku ingin ragamu, nyi girah!!?" ucap gadis itu sambil masuk ke seluruh pori-poriku.



14


. nyi girah telah menemukan tempat tinggal baru. Dan hari itu, membereskan barang-barangnya. Ia juga memisahkan barang yang masih dibutuhkannya dan yang tidak. Sesaat mata nyi girah terpaku menatap sebuah boneka tua yang diberinya nama Kiko. Itu adalah boneka pertamanya, hadiah dari sang nenek di ulang tahunnya yang ke delapan. Boneka gadis kecil berkimono itu sudah terlihat kusam dan nyi girah juga berpikir sudah tak pantas lagi bermain boneka. nyi girah pun memasukkannya ke kantung plastik besar -tempat di mana barang-barang yang tidak lagi dibutuhkan ditempatkan, dan mengikatnya erat. Lalu meletakkan kantung besar tersebut di dekat pintu ke luar bersama dengan beberapa kardus. Pindahan memang melelahkan. Begitulah yang nyi girah rasakan saat ini. Satu per satu, nyi girah mulai mengeluarkan barang-barang dari apatonya. Ketika truk pengangkut barang datang, nyi girah segera memasukkan barang-barangnya ke dalam truk, dibantu oleh si sopir. Sementara barang-barang yang tak lagi dipakainya, ia tinggalkan di tempat sampah. Di tempat tinggalnya yang baru, nyi girah merasa lebih nyaman. Beruntung ia mendapatkan sebuah apato yang biaya sewanya tidak mahal dan cukup dekat dengan kampusnya. Tidak seperti apato yang sebelumnya, yang terletak lebih jauh. Lebih bagus lagi, nyi girah juga mendapat pekerjaan sambilan dengan upah yang lumayan. Hari itu, nyi girah pulang agak larut, karena harus bekerja seusai kuliah. Tak lama setelah ia menutup pintu depan, ponselnya berdering. Ketika nyi girah mengangkatnya, ia mendengar sebuah suara yang mirip gadis kecil mengatakan, "Halo, ini Kiko. Aku berada di tempat sampah. Aku ditinggalkan, tapi aku akan pulang kembali.." nyi girah langsung menutup ponselnya itu, dan berpikir seseorang sedang mengerjainya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering kembali. Ketika ia mengangkatnya, suara yang sama terdengar. "Halo, ini Kiko. Aku di stasiun kereta. Tak lama lagi kita akan ketemu.." nyi girah menutup ponselnya, meletakkannya di meja dan mulai merasa agak gelisah. Sebentar saja, ponselnya berdering kembali. Dia mengangkatnya, dan lagi-lagi suara yang sama. "Halo, ini Kiko. Aku sudah di jalanan apatomu. Apa kau merindukanku..??" nyi girah menutupnya kembali. Kali ini, ia benar-benar ketakutan. Ia berniat ke luar dari apatonya. Namun, sebelum ia melangkahkan kaki, ponselnya berdering kembali. nyi girah pun mendengar suara itu berkata, "Halo, ini Kiko. Aku di depan apatomu. Buka pintunya.." Sekarang nyi girah semakin ketakutan tapi ia terus mengatakan pada dirinya, "Ini pasti hanya sebuah lelucon.." Ia pun pergi ke pintu apatonya dan menengok dari lubang pengintainya, tapi tak ada seorang pun di luar. nyi girah merasa lega. Lalu ponselnya berdering kembali, dan ketika nyi girah mengangkatnya, ia mendengar "Halo, ini Kiko dan aku tepat di belakangmu.." The End Namaku Veila Laisha. Saat ini, aku tengah menjalankan pendidikanku ke tingkat perguruan tinggi. Aku bersyukur dengan apa yang telah ku capai hingga aku dapat masuk ke perguruan tinggi favoritku di sentral kota. Aku meninggalkan rumah, mencari asrama yang dekat dengan kampusku. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Hujan rintik-rintik semakin menderas, membuat bulu kudukku merinding. Dingin, sunyi dan gelap. Ku lajukan terus mobilku menerobos barisan air hujan yang belum berhenti. Tiba-tiba, ku lihat seorang perempuan memakai pakaian tidur tengah berdiri di depan mobilku. Ku hentikan laju mobil ini tepat di depan tubuhnya. "Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Syukurlah kalau kau tidak apa-apa.." Perempuan itu mendongak ke arahku dan tersenyum miring. Deg! Aku tersentak, rasanya wajah perempuan ini tidak asing bagiku. Ah, tapi siapa? Kenapa aku tidak mengingatnya? Tatapannya sayu, bibirnya bergetar, wajahnya pucat ditambah dengan air hujan yang membentur tubuhnya. "Aku tribuanatunggadewi, nyi girah ! Apa kau masih ingat aku..??" tanyanya membuyarkan lamunanku. Aku tersentak kaget sekaligus bingung. tribuanatunggadewi? Siapa dia? "Maafkan aku, tribuanatunggadewi. Namun aku memang benar-benar tidak ingat, maukah kau memberi petunjuk agar aku mengingatmu kembali..??" ku lihat tribuanatunggadewi yang menatapku sedih. Sambil bercucuran air mata, tribuanatunggadewi menceritakan semua padaku. "Aku tribuanatunggadewi, sahabatmu sewaktu kita masih berseragam putih biru! Kau tidak ingat? Aku pindah ketika akan naik ke kelas tiga.." Ah, sekarang aku baru ingat. Dahulu, kami bersekolah di Sekolah Menengah Pertama yang sama. Kami sangat dekat. Namun, dia pindah ketika akan naik ke kelas tiga. Semenjak itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. "Ah, tribuanatunggadewi! Kau ke mana saja? Sudah lama kita tidak bertemu.." Ku peluk erat tubuhnya yang basah, dingin, dan kaku. Aneh, kenapa dia hujan-hujan seperti ini ke luar? tribuanatunggadewi membalas pelukanku dengan gemetar. "Kenapa kau membiarkan hujan membasahi tubuhmu? Ayo, cepat, masuk ke mobilku.." Di perjalanan, aku merasakan perasaan tidak enak. tribuanatunggadewi terus saja diam seribu bahasa. Ku coba untuk mengajaknya bicara. "tribuanatunggadewi? Kenapa kau hujan-hujan di luar..??" tribuanatunggadewi tersenyum tipis. "Aku menunggumu, nyi girah ! Aku rindu kepadamu, dan aku sudah merasakan bahwa kau akan datang ke sini..!?" Jawabnya datar namun terasa sangat tulus. Mobilku berhenti tepat di depan asrama dua tingkat yang terlihat sunyi. Ada papan kayu bertuliskan "Asrama tribuanatunggadewi 3.." di kanan pagar masuk. Aneh, nama asrama ini sama dengan nama tribuanatunggadewi. Bangunan asrama ini terlihat kuno, tua, dan berkabut. Remang-remang cahaya dari lilin-lilin putih besar menyinari hampir tiap sudut asrama. Aku turun dari mobil, segera mengambil langkah. Mengikutinya yang berjalan terlebih dahulu. "Ini Asrama tribuanatunggadewi 3, aku sudah tinggal lama di sini..!?" Aku mengangguk paham. "Ini kamarmu, nyi girah . Silakan nikmati fasilitasnya. Aku tinggal sendiri di sini, nyi girah .." "Baiklah, tribuanatunggadewi! Terima kasih, ya. Untung saja ada kau di sini, jadi aku tidak bingung mencari penginapan..!?" Ujarku. tribuanatunggadewi mengangguk dan segera meninggalkanku. Matahari memunculkan sinarnya. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba menyesuaikannya dengan cahaya yang masuk. Segera ku bersiap untuk kuliah. Ini hari pertamaku. "tribuanatunggadewi, aku berangkat ya.." tribuanatunggadewi tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Sampailah aku pada kampus baruku yang hijau dan indah. Bangunan yang terlihat kokoh, bercat abu-abu hitam. "Hai, siapa namamu..??" seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh, terlihat dua orang pemuda dan dua orang perempuan tengah tersenyum ke arahku. "Hai juga, namaku nyi girah  Laisha, kalian bisa memanggilku nyi girah .." jawabku sambil tersenyum. "Aku Hana. Ini chucky , ini Rissa dan ini Yuan dari China.." Aku mengangguk dan menjabat tangan mereka satu-persatu. "Kau tinggal di mana, nyi girah ..??" Tanya chucky . "Di Asrama tribuanatunggadewi .." Jawabku. Mereka saling menatap bingung. "Kau tidak salah alamat, nyi girah ? Setahu kami, tidak ada nama asrama seperti itu.." Aku kaget sendiri. Ah, masa iya? Tapi aku tidak menghiraukan kata-kata mereka. "Sudahlah, ayo kita masuk saja.." ajakku. Panas terik terasa membakar kulitku, segera ku kendarai mobil dan pergi dari lingkungan kampus. Sampai di asrama, ku lihat tribuanatunggadewi yang tengah duduk di teras. "tribuanatunggadewi? Kenapa ada di sini.." Tanyaku. tribuanatunggadewi mengajak masuk dan duduk di kursi jati tua. "nyi girah , apa kau pernah merasakan bagaimana sakitnya dikhianati oleh sahabatmu sendiri.." aku menggeleng heran. "Lalu apa yang kau rasakan? Kebahagiaan? Kesenangan dalam hidup sepanjang waktu hingga kau melupakan seseorang yang dahulu dekat denganmu..??" Mataku membulat, melihat ke arah tribuanatunggadewi yang berbicara aneh. "Aku tidak mengerti, tribuanatunggadewi. Apa maksudnya..?? tribuanatunggadewi menjawab. "Aku telah menghilang dari dunia ini, nyi girah ! Aku sudah mati karenamu.." Aku menutup mulutku dengan kedua tangan. "Tega, kau nyi girah ! Kenapa kau meninggalkanku? Aku sahabat yang tak pernah kau anggap! Aku kecewa padamu. Sebegitu lupakah kau terhadapku? Aku dan keluargaku dibunuh secara brutal di dalam rumah baru kami sendiri, nyi girah ! Aku telah membalaskan dendamku pada penjahat itu, tapi belum denganmu.." tribuanatunggadewi dengan air mata yang semakin menderas, dia semakin mendekat ke arahku dan mencoba menancapkan pisau lipatnya ke dadaku. "tribuanatunggadewi, aku mohon jangan kau lakukan itu! Kau sahabat baikku, tribuanatunggadewi! Apa kau tidak mengingatnya? Aku ingat ternyata kita telah melalui semua kenangan itu selama 2 tahun lalu. Aku rindu, aku coba mencari kabar tentangmu tapi tidak ada yang tahu.." Aku menjerit sekuat mungkin. Aku sangat ketakutan dan histeris. tribuanatunggadewi sahabat baikku dahulu, telah menjadi hantu yang mempunyai dendam meluap terhadapku. Tiba-tiba, dia berhenti dan memelukku erat. "Aku pikir kau melupakanku, nyi girah ! Maafkan aku,.." Tangisku semakin menjadi-jadi. "Aku tidak akan melupakanmu, tribuanatunggadewi! Meskipun kau telah tiada, kau akan selalu menjadi sahabatku.." Aku menangis memeluknya, tak sadar aku sampai tertidur. Setelah itu, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi. Hujan rintik-rintik kembali turun. Membasahi tanah dengan nisan bertuliskan nama sahabatku. Membasahi tubuhku, bercampur dengan aliran air mata. Aku haru. Selamat jalan, sahabatku tersayang. Aku harap kau bahagia di SurgaNya. Aku tidak akan melupakanmu, percayalah. Aku pergi ya, tribuanatunggadewi. Aku harus segera mencari asrama baru. Asramanya akan ku bersihkan. Hujan telah berhenti dengan sempurna. Begitu pula dengan air mataku. Pakaian terakhir telah ku masukkan dalam koper. Ku perhatikan setiap sisi asrama ini. Tempat sahabatku menghembuskan napasnya yang terakhir. Tempatnya menghabiskan sisa umurnya dengan cara tragis. Sekarang dia telah tenang. Tidak ada lagi masalah antara kami. Tidak ada lagi kesalahpahaman itu. Semua sudah berakhir. Perlahan, asrama itu menghilang dan berganti menjadi tanah dengan rerumputan. Di antara rimbunan pohon akasia yang menghias taman kampusku, ku lihat wajah bahagianya tersenyum dan melambaikan tangan ke arahku. Aku pun membalas senyum dan lambaian tangannya. Perlahan, sosok itu menghilang seiring dengan mahasiswa-mahasiswi baru yang mulai berdatangan.


15


Namaku raden wijaya ini adalah pengalaman pribadiku, cerita ini berawal ketika aku sering berselancar di dunia maya. Aku aktif di salah satu web besar di indonesia, setiap hari kegiatanku di kala waktu senggang yaitu membaca tweet postingan di komunitas itu. Suatu hari aku membaca sebuah postingan yang berisi tantangan, hal itu mengukur seberapa kuatkah bila diperdengarkan suatu suara yang konon bisa membuat manusia histeris, traumatik dan bahkan bisa membuat kita diikuti dan dihantui oleh bayangan-banyangan misterius. Awalnya aku tidak percaya, mana mungkin suara bisa berefek seperti itu. Sampailah aku dirumah, malam itu sekitar jam 10 malam. Awalnya saat sampai ke rumah aku masuk kamar dan ingin segera tidur tapi entah kenapa aku jadi kepikiran tantangan yang ada di tweet itu. Aku bangkit dan buka laptop, aku buka lagi situsnya dan tidak ada. Aku coba cari kembali dan akhirnya aku menemukannya. Saat aku tinggal menekan tombolnya aku sempat berpikir takut, akhirnya karena penasaran aku mendownload suara itu. Setelah itu aku pasang headset di telingaku, dan sambil mengikuti tantangan tersebut. Yaitu mendengarkan dengan volume maksimal menggunakan handphone berulang kali sepanjang 10x jantungku mendadak berdegup. Aku turuti saja tantangan itu, 1 2 3x aku mendengar suara itu. Kepalaku mulai sakit, apa ini reaksi yang ditimbulkan suara itu. Semakin aku mendengarkan, kepalaku semakin sakit lalu aku stop suara itu. Telingaku berdengung, ditambah suara itu masih terngiang-ngiang ditelingaku. Aku pun merebahkan diriku ditempat tidur, Tidak lama kemudian terdengar suara wanita menangis. Tapi bukan dari suara yang terngiang itu, melainkan suara dari luar jendela kamar. Aku sempat melihat jam dan waktu tepat menunjukan 11 malam. Aku segera menyingkap tirai di kamarku untu memastikan siapa yang menangis diluar sana. Tapi tidak ada siapa-siapa, aku pun memutuskan untuk tidur saja dan berharap rasa sakit dikepalaku membaik. Baru saja aku memejamkan mata tiba-tiba suara tangisan itu terdengar lagi dan sekarang suara itu semakin jelas. Suara wanita menangis seperti kesakitan dan diselingi dengan jeritan-jeritan seperti kesakitan. Perlahan aku merasakan hawa dingin menyelimuti sekujur tubuhku dan tiba-tiba, kaki ku seperti ada yang memegang. Entah kenapa mendadak seluruh badanku menjadi kaku, aku coba menggerakan badanku akan tetapi aku tidak bisa. Aku mencoba melihat siapa yang memegang kakiku dan astaga, aku melihat sesosok wanita berambut kusut dan rontok. Berwajah kebiruan dengan mata yang tajam dan lidah yang menjulur keluar lalu mulutnya menganga penuh darah. Badanku semakin berat, dan kini sosok wanita itu berada tepat diatasku. Badanku tiba-tiba saja bergetar hebat, kepalaku semakin berat. Rasa pusingku semakin terasa berputar-putar ditambah suara menangis wanita itu yang sangat menusuk telingaku. Sekuat tenaga aku mencoba bangkit dan aku pun berhasil, Aku bisa berdiri akhirnya. Aku berbalik melihat tempat tidurku untuk memastikan sosok wanita itu, dan aku tidak bisa berkata apa-apa ketika aku melihat ditempat tidurku. Aku melihat diriku sendiri, aku melihat ragaku sedang tertidur. Aku coba memegang ragaku sendiri, aku coba membangunkan diriku sendiri dan tiba-tiba saja ada sesuatu yang mendekap badanku dari belakang sangat keras. Aku tiba-tiba saja terbangun, badanku sudah basah oleh keringat. Setelah kejadian itu, aku syok hingga beberapa hari aku dirawat di rumah sakit dan ditangani oleh psikiater disana. Psikiaterku bilang kemarin itu aku mengalami sebuah fenomena astral. Astral itu dikenal dengan Astral Projection yang dimana ketika kita sedang tidur, kita bisa melihat raga kita sendiri sedang tidur disana.



16


Kisah mistis ini merupakan kisah nyata yang terjadi beberapa puluh tahun silam di sebuah desa pinggiran di wilayah Pantai Utara jawa. Untuk menghormati para pelaku peristiwa, kami sengaja telah menyamarkan mereka.... Hampir setahun ini mpu narayama, sahabatku hanya mampu berbaring menyedihkan di tempat tidur. Sisa hidupnya sepertinya hanya akan dia habiskan dengan erangan kesakitan yang keluar dari mulutnya yang pencong, dan penuh luka menjijikan. Bahkan luka iyu juga menjalar di sekujur tubuhnya. Bau anyir sangat menjijikkan menebar ke seluruh ruangan kamar tidur mpu narayama. Dia hanya berteman kepedihan serta penderitaan yang seperti tak berujung. Nyaris tak ada yang sudi mendekati mpu narayama, kecuali hanya aku yang sesekali datang membawakan makanan dan minuman untuknya. Selebihnya, aku sendiri sangat jijik mendekatinya. "Kau taruh saja makanan itu di depan pintu kamarku, Ilham! Biar nanti aku sendiri yang mengambilnya," kata mpu narayama suatu ketika. Sepertinya dia pun sadar bahwa aku hanya berpura-pura tidak jijik melihat keadaannya. Hidup sendiri penuh siksaan lahir bathin membuat mpu narayama hanya bisa meratap dan menyesali nasibnya. Mungkin dia sadar penyebab semua ini, tapi mungkin juga tidak. Aneh, kian hari tubuhnya dipenuhi koreng bernanah yang tak henti-hentinya merembeskan darah seperti keringat. Tentu saja sakit dan amat perih tiada terkira. Isteri yang dia harapkan akan mampu mengurus penderitaannya telah berpulang mendahuluinya. Begitu juga anak. Dari ketiga kelahiran bayinya, tak seorangpun diberi umur panjang lebih dari setahun. Mungkin ini hukum karma. Hanya para tetangga yang iba saja yang selama ini membantunya. Itupun kalau dia sudah berteriak-teriak meminta tolong baru ada yang menyambanginya. "Aku ingin mati, Ilham! Tapi mengapa Tuha tak juga mencabut nyawaku?" sesal mpu narayama dengan tubuh gemetar menahan sakit yang terus menurus. "Sabarlah, Yud! Tuhan tidak akan memberikan cobaan melibihi kekuatan yang kita miliki," hiburku. Dengan sengit dia membalasnya, "Sudah ribuan kali aku mendengar kata-kata itu. Tapi coba kau lihat sendiri bagaimana keadaanku? Penyakit keparat ini tak pernah berhenti menyiksaku." Aku hanya terdiam, merasakan betapa hancurnya perasaan sahabat yang kukenal beberapa puluh tahun silam itu. Memang, sudah tak terhitung uang yang mpu narayama keluarkan untuk mengobati sakitnya. Dia telah berobat mulai dari dokter sampai orang pintar, yang tak terhitung jumlahnya, hingga meludeskan semua harta bendanya. Menurut analis medis, mpu narayamatira menderita sakit gula yang sudah sangat parah hingga dokterpun angkat tangan. Paranormalpun geleng-geleng kepala, tak sanggup mengobatinya. Tidak sampai disitu saja penderitaannya. Lewat teriakan keras, mulutnya menganga lebar dan mata melotot seolah ingin loncat dari kelopaknya. Seketika itu nyawa mpu narayamatira lepas seperti menahan sakit yang amat sangat. Aku tak kuasa menahan tangis melihat proses kematiannya yang sangat tragis itu. Tapi, itulah pilihan yang diinginkan oleh mpu narayama. Dia telah pasrah melawan sakitnya, dan dia ingin segera mati. Tapi, penderitaan mpu narayama rupanya belum lagi sirna. Saat jenazahnya akan dimakamkan terjadi peristiwa yang sangat heboh. Hari itu, ketika jasad mpu narayamatira yang amis terbungkus kain kafan akan diturunkan ke liang lahat, entah kenapa tiba-tiba tubuh kaku itu seperti sangat berat ratusan kilo, sehingga menimpa dua orang di bawahnya. Begitu pula yang di atas ikut terjerembab ke lubang kubur yang sempit. Oleh karena itu akhirnya jasad mpu narayama terinjak-injak oleh para penguburnya sendiri. Aneh, padahal tubuh mpu narayama kurus kering tinggal kulit pembalut tulang. Tak satupun para pengubur dan pelayat mengetahui penyebab apa yang terjadi dengan jasad itu. Setahu mereka, semasa hidup dan sebelum penyakit terkutuk itu menyiksanya mpu narayamatira adalah orang yang baik dan pemurah. Tujuh hari setelah kematian mpu narayamatira yang menyedihkan itu, secara tak sengaja Ibu nyi girah, tetanggaku melihat keanehan di sekitar makam mpu narayamatira yang kebetulan terletak di pinggir areal makam dekat jalan umum yang banyak di lalaui orang. Sebagai penjual kue basah, Ibu nyi girah setiap hari memang melewati jalan itu. Berangkat subuh pulang siang dari pasar di kota Kecamatan. Ini dia lakukan demi membantu ekonomi keluarga karena sang suami hanya sebagai buruh tani yang tak tentu penghasilannya. Pagi menjelang siang itu Ibu nyi girah pulang sendiri dari pasar karena dagangannya paling duluan habis terjual dibanding sesama penjual lainnya. Namun, ketika sampai di sebarang TPU, Ibu nyi girah berhenti sejenak mengamati sekitar makam mpu narayamatira yang nampak aneh. Entah mengapa, pohon-pohon di sekitar makam itu nampak layu dan mati. Bahkan dua pohon Kamboja cukup besar di samping makam seperti layu dan sebagian daunnya jatuh berguguran, kering. "Aneh, kenapa pohon-pohon di sekitar makam itu mati kering?" batin Ibu nyi girah. Dia menjadi takut dan segera berlalu pulang. Sesampai di rumah Ibu nyi girah mengadukan hal ini kepada suaminya, Pak Darto. "Pak, aku heran kenapa pohon-pohon di dekat makan Pak mpu narayama itu pada mati. Sekarang kan musin hujan, di tempat lain tak apa-apa," kata Ibu nyi girah. "Itukan wajar saja, tak perlu dipikirkan. Ya, mungkin maunya pohon itu mati, seperti juga si mpu narayamatira itu. Semua yang ada di dunia ini kan pasti mati, Bu!" jawab Pak darto, sekenanya. *** Setelah melihat keganjilan itu, Ibu nyi girah kerap kali mengalami mimpi yang sangat aneh. Beginilah cerita dalam mimpi yang berkali-kali hadir dalam tidurnya itu.... Pagi buta itu dia baru saja pulang dari pasar. Ketika lewat di dekat pemakanan, wanita yang agak tambun ini berlari sekuat tenaga di tengah hujan badai dan guntur menakutkan. Beberapa kali dia terjatuh. Dia juga menjerit-jerit meminta tolong karena dikejar mahluk-mahluk kecil seperti bocah dengan tampang beringas dan membawa cambuk yang terbuat dari api yang membara. Mahluk-mahluk kecil berjumlah belasan itu seolah menjadikan Ibu nyi girah sebagai buruannya. Aneh, ketika berlari tiba-tiba Ibu nyi girah melihat sebuah pohon aneh yang akarnya berada di atas, sedang daunya di bawah. Setengah putus asa Bu nyi girah berlindung di balik tembok pagar pemakaman itu. Aneh, dia melihat makhluk-makhluk kecil itu beramai-ramai menyerang pohon terbalik dengan cemetinya. Api dari cemeti-cemeti itu membakar hingga daun-daun pohon terbalik itu hancur menjadi api. Bu nyi girah tak menghiraukan keadaan dirinya. Namun yang membuatnya ngeri yaitu ternyata bocah-bocah aneh itu tak mengeroyok dirinya, melainkan pohon terbalik itu. Anehnya laig, ternyata pohon itu menjerit-jerit menahan sakit dan memohon ampun seolah hidup seperti manusia. Sebagian daun itu mulai hancur menjadi api. Sedangkan batangnya berlumuran darah. Yang lebih mengejutkan lagi, suara jeritan itu seperti sudah dikenal Ibu nyi girah. Ya, itu suara erangan tetangganya, mpu narayamatira. Menyadari hal itu, Ibu nyi girah ikut menjerit-jerit. Dia baru sadar ketika sebuah tepukan di pipinya mendarat yang tak lain tamparan suaminya. Ibu nyi girah terbangun dengan nafas terengah-engah dan peluh membasahi badannya.... Begitulah mimipi aneh yang dialami oleh Bu nyi girah selama beberapa malam. Dia menceritakan semua keanehan yang dialaminya itu padaku. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi, aku mengajak Ibu nyi girah ke rumah mpu wikrajaya , tokoh tertua di desaku sekaligus ulama yang tempo hari memimpin penguburan mpu narayamatira. "Saya cuma mau tanya, sebenarnya ada apa dengan makam mpu narayamatira, juga mimpi saya itu, Pak mpu?" kata Ibu nyi girah setelah menceritakan semua yang dialaminya itu. "Dosa apa sebenarnya yang ditanggung mpu narayamatra hingga keadaannya seperti itu, Pak mpu?" imbuhku. mpu wikrajaya  hanya tersenyum kecil. Namun wajahnya menampakkan kegelisahan. "Soal dosa, itu urusan Allah dan umatnya itu sendiri. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan mpu narayamatira. Soal pohon-pohon yang mati itu...aku juga sudah dengar. Ya sudah, kau pulang saja dulu. Jangan dipikirkan. Yang penting, rajin sholat dan bacalah wiridan yang aku berikan padamu!" jawab mpu wikrajaya , bijak. Ibu nyi girah pulang lebih dulu, sedang aku tetap bertahan di rumah mpu wikrajaya . Sepulang Ibu nyi girah, mpu wikrajaya  tak urung gelisah juga. Rupanya, tanpa sepengetahuan siapapun dia sendiri tiga malam berturut-turut didatangi arwah mpu narayamatira yang nampak tersiksa minta agar kematiannya disempurnakan. Anehnya lagi dalam pertemuan di alam maya itu mpu wikrajaya  juga melihat wajah seorang perempuan yang tak dikenalnya. Maka diam-diam pula dia mulai menyelidiki dan berdzikir memohon petunjukNya. Dia ingin mengetahui ada apa dengan mendiang mpu narayamatira. Seminggu berlalu, ternyata petunjuk Allah itupun datang. Tanpa disangka rumah mpu wikrajaya  kedatangan tiga orang tamu yaitu Pak patanimura, Ketua RW di kampungku, dan seorang perempuan setengah baya berdandan agak menor ditemani seorang anak berusia sembilan tahunan. Yang membuat mpu wikrajaya  sekaligus aku yang juga hadir di sana terkejut, perempuan menor itu menurut pengakuan mpu wikrajaya  ternyata raut wajahnya sama dengan yang hadir dalam mimpi yang dialami sang mpu selama beberapa malam. Ya, perempuan itu mengaku sebagai isteri muda mpu narayamatira. Dia menyebut namanya tribuanatunggadewi. Sebelumnya, tribuanatunggadewi datang ke rumah Pak patanimura selaku RW dengan tujuan ingin memastikan berita kematian mpu narayamatira, sekaligus mengurus prihal hak waris atas tanah mendiang mpu narayamatira. Menurt tribuanatunggadewi, anak kecil yang bersamanya itu adalah anak almarhum. "Lalu...kenapa Pak patanimura datang ke tempatku. Apa yang bisa saya bantu?" tanya mpu wikrajaya . "Maaf, Pak mpu. Kedatangan saya ini sebenarnya hanya ingin tahu silsilah mpu narayamatira, mengingat Pak mpu adalah orang tertua di desa ini. Barangkali Pak mpu mengetahui siapa sebenarnya pemilik warisan yang sah atas rumah dan tanah mendiang itu," ujar Pak patanimura. Sebidang tanah seluas sekitar 300 meter persegi yang di atasnya berdiri sebuah rumah kecil permanen memang satu-satunya harta peninggalan mpu narayamatira. mpu wikrajaya  geleng-geleng kepala. "Akupun tak tahu keluarga mpu narayamatira sebenarnya. Yang saya tahu dia menetap di desa ini sudah puluhan tahun dan memiliki isteri tanpa anak. Itu saja keluarganya, dan sekarang aku tak tahu lagi keluarganya yang lain." "Barang kali Mbak tribuanatunggadewi ini mengetahuinya?" tanyaku, coba menjernihkan suasana. Yang ditanya justru menangis pilu, hingga membingungkan kami semua. Lalu dengan sesenggukan tribuanatunggadewi bercerita panjang lebar mengenai mpu narayamatira. "Alarhum sesungguhnya punya dua isteri sah. Yang satu tinggal di desa ini dan yang satu adalah di Lampung. Yang di Lampung itu adalah saya sendiri. Saya awal mulanya hanyalah seorang pelacur langganan Mas mpu narayama. Ketika saya diajak hidup serumah saya menurut dengan harapan dia mau mengawini saya. Dan ternyata dia menyanggupinya, bahkan berjanji akan menceraikan isterinya dan memberikan harta warisan kepada saya. Sebab saat itu saya sudah mengandung anak ini." tribuanatunggadewi mengelus-elus kepala bocah di sampingnya. Lalu ia kembali melanjutkan ceritanya, "Setelah kandungan saya berumur lima bulan, saya baru tahu pekerjaan Mas mpu narayama yang sebenarnya, hingga membuat saya diam-diam justru menjauhinya karena takut kualat. Ternyata almarhum itu bisa hidup enak dari....dari...membunuh banyak orang. Ya, dia adalah seorang pembunuh bayaran." Cerita tribuanatunggadewi benar-benar menyentakkan kami. Sungguh sulit bagi kami untuk mrempercayainya. Ketika kami berada dalam kebingungan, perempuan itu kembali melanjutkan kisahnya.... "Mas mpu narayama itu sering menerima pesanan membunuh orang. Biasanya itu pesanan cukong-cukong kaya dari kota yang kebetulan mempunyai musuh. Menurut pengakuan almarhum, dia sudah dua belas kali membunuh, bahkan ada yang dipenggal dan diambil kepalanya. Begitu saya tahu siapa sebenarnya Almarhum, saya berusaha menghindar dan bersembunyi. Sejak itu, saya tak tahu lagi kabar Mas mpu narayama hingga lahir anak saya ini. Begitu saya dengar dia sudah meninggal, saya baru berani kelaur dan bermaksud menagih ucapannya dulu. Tapi...tapi saya tak tahu siapa kini yang harus saya tagih. Saya sudah berhenti jadi pelacur dan ingin hidup layak dengan anak saya yang juga anak Mas mpu narayama ini. Sebab kami sudah tak punya apa-apa lagi." Aku, mpu wikrajaya  dan Pak patanimura kembali tercengang mendengar cerita perempuan bernama tribuanatunggadewi itu. Kami seolah tak percaya akan ucapannya. Kami juga hampir tak percaya dengan kebejatan mendiang mpu narayamatira. Namun aku sadar kalau selama ini mendiang memang penuh rahasia. Misalkan saja dia sering pergi meninggalkan rumah untuk waktu yang lama, lalu ketika datang selalu membawa penghasilan dalam jumlah besar. "Setahu saya almarhum juga memiliki jimat yang tak mempan dibacok atau ditembak. Jimat itu katanya sudah dipendam di dalam rumahnya saat dia sakit parah," cetusku. Kini terbukalah misteri mpu narayamatra. Dia ternyata menyimpan riwayat kelam yang hanya pantas dilakukan oleh Iblis. Dan kini terkuaklah apa yang sedang dijalani mpu narayamatira di alam kuburnya. Mungkin di sana dia sedang meraung-raung menerima siksa kubur yang amat pedih hingga keadaan sekitar makamnya pun nampak seperti terbakar oleh bias panasnya api alam kubur....belum lagi pertanggungjawabannya di hari kiamat kelak.



17


majapahit tempo dulu adalah sebuah perkampungan yang masih asri, penuh dengan pohon-pohon yang besar dan rindang. Sebuah kisah mistis terjadi di kawasan Senayan, majapahit Selatan. Kisah tentang seorang ibu yang mati dalam keadaan hamil tua dan arwahnya menjelma menjadi sosok Kuntilanak…. Sosok tribuanatunggadewi sekarang ini menjadi primadona dalam sinetron maupun film layar lebar. Dalam tayangan sinematografi, umumnya digambarkan sang tribuanatunggadewi umumnya digambarkan sebagai sosok arwah penasaran yang membalas dendam pada orang-orang yang pernah mencelakainya sewaktu dia masih hidup sebagai manusia. Entah kebetulan atau tidak, peristiwa yang saya ceritakan ini persis seperti kisah dalam film, yakni tentang sosok tribuanatunggadewi atau pocong yang ingin balas dendam kepada mereka yang telah mencelakai dirinya. Kejadiannya memang sudah cukup lama, yakni pada tahun 50-an, dan berlangsung di daerah Senayan, majapahit Selatan. Waktu itu saya (Penulis) masih duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR) atau yang sekarang disebut SD. Perlu diketahui, pada tahun 50-an, Senayan tentu saja belum menjadi sebuah kawasan metropolitan seperti sekarang ini. Waktu itu Senayan adalah sebuah perkampungan masyarakat majapahit  yang masih banyak ditumbuhi pohon besar. Orang majapahit  tempo dulu memang sudah lazim menanam pohon nangka, cempedak, rambutan, durian, mangga dan kelapa di kebun atau halaman rumah mereka. Jadi saat itu kondisi Senayan mirip hutan atau daerah pegunungan. Waktu, orang tua saya dan beberapa kepala keluarga lainnya yang berasal dari desa di Jawa Barat, merantau ke Senayan. Kami sebenarnya satu sama lain masih merupakan sanak saudara. Rumah orang tua saya, terletak di pinggir jalan, sebab kakek saya membuka usaha toko furniture. Bersebelahan toko kakek, adalah toko sembako milik seorang keturunan Cina totok yang akrab disapa Babah Jangkung. Babah Jangkung dan keluarganya termasuk China yang kaya raya kala itu. Karena tak ada saingan, toko sembakonya sangat laris. Pembelinya bukan cuma penduduk sekitar, tapi ada juga yang datang dari jauh. Agaknya, Babah Jangkung memang menjual dagangannya dengan harga yang sedikit miring, karena itu pelanggan berbondong-bondong datang ke tokonya yang besar itu. Sementara itu, di belakang rumah kakek saya, berjajar rumah-rumah sederhana milik orang yang sedesa dengan kami. Sedangkan rumah orang majapahit  asli terletak agak jauh. Waktu itu, hampir semua pribumi majapahit  masing-masing memiliki tanah yang cukup luas. Ukuran rumahnya pun besar-besar dengan banguan khas majapahit . Suatu hari, tetangga di belakang rumah, persisnya seorang ibu muda baya yang bernama nyi  tribuanatunggadewi terserang malaria. Tubuhnya menggigil, walaupun sudah diselimuti berlapis-lapis kain. Sementara itu pula suhu badannya kian meninggi karena demam yang hebat. Malang sekali nasib nyi  tribuanatunggadewi. Waktu itu dia tengah mengandung beberapa bulan. Karena waktu itu belum ada obat-obatan seperti sekarang, dan juga karena takdir Allah, nyi  tribuanatunggadewi tak pernah sembuh lagi dari serangan malaria itu. Dia meninggal bersama bayi dalam kandungannya. Malam harinya, setelah siangnya nyi  tribuanatunggadewi dikuburkan, nenek saya kebetulan buang air kecil di kamar mandi. Letak kamar mandi dan wc kami terpisah dengan bangunan rumah. Kebetulan kamar mandi itu bersebelahan dengan rumah keluarga nyi  tribuanatunggadewi. Selesai buang hajat kecil, nenek saya terkejut bukan kepalang. Apa lacur, nenek melihat sosok nyi  tribuanatunggadewi sedang berdiri sambil menyaksikan orang main kartu di ruang tamu rumahnya. Kebiasaan orang majapahit  waktu itu kalau ada yang sedang berduka atau lahiran maupun pesta, malamnya memang selalu diisi dengan main kartu. Apalagi, suami nyi  tribuanatunggadewi memang dikenal sebagai seorang penjudi berat. Di luar rumah almarhumah nyi  tribuanatunggadewi memang tidak ada penerangan, tapi sinar lampu patromak dari ruang tamu lumayan terang. Ingat, waktu itu majapahit belum ada listrik. Karena yakin yang dilihatnya adalah nyi  tribuanatunggadewi yang baru siang hari tadi dikuburkan, dengan melangkah perlahan-lahan dan sambil membawa segayung air, nenek saya yang pemberani menghampiri nyi  tribuanatunggadewi. Kemudian air itu disiramkannya oleh nenek sambil berkata, “Pergi kamu! ? nyi  tribuanatunggadewi berlalu. Tapi bukan dengan melangkah, melainkan melayang seperti terbang sambil mengeluarkan suara mirip anak ayam. Beberapa hari kemudian setelah kejadian malam itu chucky, suami nyi  tribuanatunggadewi terserang demam tinggi. Yang terasa aneh, bola mata chucky selalu melotot seperti orang ketakutan, dan mulutnya selalu berteriak-teriak menyebut nama almarhumah isterinya, “Ampun tribuanatunggadewi! Ampun tribuanatunggadewi! ? Hanya sehari sakit, jiwa chucky tidak tertolong lagi. Dia meninggal dalam keadaan kedua bola matanya membelalak, seperti melihat sesuatu yang amat menakutinya. Hal yang sangat aneh dan misterius, pada leher si mayat terihat bekas tangan mencengkeram sedemikian kuat. Karena itulah orang-orang menduga chucky tewas karena dicekik. Mungkinkah itu perbuatan nyi  tribuanatunggadewi yang menurut kesaksian nenek saya telah berubah wujud menjadi tribuanatunggadewi? Yang pasti, sejak kematian chucky, teror nyi  tribuanatunggadewi semakin menjadi-jadi. Setelah suaminya meninggal dengan bekas cekikikan di leher, teman-teman berjudi chucky pun mengalami nasib yang sama. Mereka mula-mula terserang demam tinggi. Beberapa hari kemudian meracau dengan berteriak-teriak dan mata membelalak ketakutan. “Ampun nyi  tribuanatunggadewi! Ampun nyi  tribuanatunggadewi! ? Begitulah yang keluar dari mulut mereka. Teman-teman judi chucky itu akhirnya meninggal, dengan kondisi sama seperti suami nyi  tribuanatunggadewi. Ada bekas cekikan di lehernya. nyi  tribuanatunggadewi pun tak urung melakukan balas dendam pada Babah Jangkung, si pemilik toko sembako. Babah Jangkung rupanya pernah memaki-maki nyi  tribuanatunggadewi semasa hidupnya, karena utang belanja sembako di tokonya tidak terbayar. Balas dendam juga dilakukkan pada tetangga yang pernah bertengkar dengan almarhumah. Bahkan, musuh anak nyi  tribuanatunggadewi (ada dua anak remaja nyi  tribuanatunggadewi) meninggal juga secara mendadak. Atas kejadian demi kejadian misterius ini, oang sekampung tambah yakin bahwa semua teror maut itu adalah perbuatan balas dendam dari nyi  tribuanatunggadewi yang disebut-sebut telah menjelma menjadi Kuntilanak. Memang, sudah menjadi rahasia umum bahwa nyi  tribuanatunggadewi dengan suaminya hidup tidak harmonis. Kedua suami isteri itu sering telibat pertengkaran. Salah satu penyebabnya adalah karena suami nyi  tribuanatunggadewi seorang pejudi berat. Uang yang didapat sebagai buruh bangunan selalu digunakan untuk judi, sehingga utang ke Babah Jangkung tidak pernah lunas. Awal tahun 60-an, penduduk Senayan terkena penggusuran, karena di areal itu akan dibangun komplek Gelora Bung Karno dalam rangka Asian Games. Mula-mula yang digusur adalah tempat pemakaman umum yang lokasinya hanya beberapa puluh meter dari tempat tinggal kami. Masing-masing kuburan digali lalu tulang-belulangnya dipindahkan ke pemakaman Blok P Kebayoran Baru. Sekarang pemakaman Blok P pun sudah tidak ada lagi, karena di lokasi itu sudah dibangun gedung kantor adipati  majapahit Selatan. Penduduk Senayan yang kena gusur pindah berpencaran. Ada yang pindah ke sekitar Kebayoran Baru, ada yang ke Simprug, dan ada yang ke hutan larangan . Kakek saya sekeluarga memilih pindah ke hutan larangan . Sejak penggusuran itu, teror maut nyi  tribuanatunggadewi tidak pernah terjadi lagi. Anak-anaknya yang menjadi yatim piatu pulang kampung. Hampir setengah abad berlalu kejadian misterius itu, namun rasanya baru saja kemarin terjadi. Bila ingat lagi saya bergidik ngeri..