• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Astronomi islam 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Astronomi islam 7. Tampilkan semua postingan

Astronomi islam 7



FALSAFAH ILMU FALAK

Sejatinya, terma filsafat dan ilmu adalah dua entitas yang saling berkaitan, baik secara substansial maupun historiscal. Hal ini disebabkan, karena 

kelahiran ilmu tidak terlepas dari peranan filsafat, dan pada

saat yang sama perkembangan ilmu pengetahuan memperkuat 

eksisitensi filsafat itu. Filsafat dan ilmu timbul dan berkembang

karena akal budi, thauma, dan aporia. Pada perkembangannya, 

ilmu terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu, dimana setiap 

disiplin ilmu membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan, 

dan ukuran yang berbeda-beda antara disiplin ilmu yang satu 

dengan yang lainnya. 

Pembahasan filsafat ilmu sangat signifikan, karena

akan mendorong manusia untuk lebih kreatif  dan inovatif. 

Filsafat ilmu juga memberikan spirit bagi perkembangan dan 

kemajuan sebuah dimensi ilmu, sekaligus nilai-nilai moral 

yang terkandung pada setiap ilmu, baik pada tataran ontologi, 

epistemologi maupun aksiologi. Dengan sudut pandang filsafat

ilmu inilah, berbagai ilmu, termasuk Ilmu Falak, akan lebih 

mudah diketahui secara sistematis ilmiah. Oleh karena itu, 

dari sini, penulis mengajak para pembaca untuk membahas 

dan menelaah; bagaimana Ilmu Falak ditinjau dari segi dimensi 

filsafat ilmu tersebut.

Pembahasan seputar filsafat ilmu ini juga bertujuan

menyegarkan kembali ide dan pemikiran tentang ilmu 

pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Falak_Astronomi. Proses 

penyegaran kembali ini perlu terus dilakukan, karena posisi 

Ilmu Falak sebagai bidang ilmu yang diakui dan selalu relevan 

dengan dinamika perkembangan ilmu pengartahuan, sains, 

dan teknologi. 

A. Filosofis Ilmu Falak

1. Apresiasi Teori

jika  dilihat secara zahir, penulis pribadi belum 

menemukan sebuah tulisan yang membahas tentang Filsafat 

Ilmu Falak, atau ilmu Falak ditinjau dari segi filsafat ilmu. Akan

tetapi, jika  dilihat lagi dengan lebih seksama, mungkin 

secara substantif, pembahasannya telah banyak disinggung 

melalui berbagai tulisan. Bahkan sudah tercantum pada 

setiap buku Filsafat Ilmu itu sendiri. Hal itu terjadi karena 

Ilmu Falak memiliki beberapa nama lain, yang di antaranya 

adalah Astronomi1 dan Kosmologi2. Dan kedua nama lain ini 

1  Astronomi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “astro” dan 

“nomos”. Astro artinya bintang dan nomos artinya hukum. Sehingga Astronomi ialah ilmu 

yang mempelajari benda-benda antariksa secara umum dan hukum-hukum yang berkaitan 

dengannya. Secara terminologis mempunyai arti pengetahuan yang mempelajari benda-benda 

langit seperti Matahari, Bulan, Bintang-Bintang, dan benda-benda lagit lainnya dengna tujuan 

untuk mengetahui posisi, lintasan, struktur dari benda-benda langit itu serta kedudukannyya 

dari benda-benda langit yang lain (Departemen Agama RI, 1981: 245-246).

2  Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, 

atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “khaos”, yang berarti “kacau balau”. Sedangkan 

“logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai 

selalu disinggung dalam berbagai buku filsafat ilmu ketika

menjelaskan pembagian sains3, bahkan Kosmologi telah 

dianggap sebagai salah satu cabang dari filsafat4. Akan tetapi, 

meskipun Astronomi atau Kosmologi dinyakan nama lain dari 

Ilmu Falak, namun keduanya tidak lantas dikatakan identik atau 

sama. Keduanya bisa saja hal yang berbeda. Bahkan, jika dilihat 

dari ruang lingkup Ilmu Falak yang diajarkan di Perguruan 

Tinggi Agama Islam (PTAI/PTAIN), maka keduanya memiliki 

sebuah dimensi yang berbeda.5

Sesungguhnya keberadaan Ilmu Falak merupakan salah 

satu pemikiran Islam yang sangat penting. Ilmu ini juga menjadi 

salah satu kajian yang tidak terpisahkan di dunia Islam. Bahkan, 

“azas-azas rasional”. (Bakker, 1986: 39).

3 Bisa dilihat diberbagai buku filsafat ilmu, diantaranya buku ‘’Filsafat Ilmu’’ yang 

ditulis oleh Ahmad Tafsir (2004). Penamaan ini lain ilmu falak adalah astronomi juga 

disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4 Dalam sejarah filsafat Barat, tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang 

yang pertama kali memakai istilah “kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam 

tradisi Aristotelian, penyelidikan tentang keteraturan alam disebut sebagai “fisika” (bukan 

dalam pengertian modern), dan filsafat Skolastik memakai nama “filsafat alami” (philosophia 

naturalis) untuk menyebut hal yang sama. Istilah “kosmologi” (cosmology) dipakai pertama kali 

oleh Christian Von Wolff dalam bukunya “Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere” 

tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari 

“metafisika” dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, 

“teologi metafisik”, maupun “psikologi metafisik”. Dengan demikian, sejak “klasifikasi 

Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang filsafat yang membicarakan 

asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan “ontologi” atau “metafisika 

umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan 

supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki 

hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam. Namun demikian, walau 

secara definitif “kosmologi” dibedakan dengan “ontologi” maupun “filsafat alam”, pemilahan 

yang tegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidang tersebut merupakan suatu usaha 

yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objek formal yang hampir sama (Bakker, 

1986: 40). 

5  Perbedaan ini, bisa dilihat dari kurikulum, pembahasan, bahkan visi serta misi 

pembelajaraannya. Di PTAI/PTAIN. Ilmu falak lebih sebagai ilmu bantu sebagai kesempurnaan 

syariat. Hal ini bisa dilihat dengan posisinya yang kebanyakan hanya diajarkan di Fakultas 

Syariah, sehingga semua pembahasannya hanya berkutat dan berhubungan dengan pelakanaan 

ibadah. Ini memunculkan dimensi Ilmu Falak yang masih berkutat hanya pada pembahasan 

Arah Kiblat, Waktu Salat, Awal Bulan, serta gerhana. Sedangkan Ilmu Astronomi yang 

diajarkan di PT/PTN masih diposisikan sebagai sains murni dan menjadi sebuah ilmu yang 

berdiri sendiri; seperti yang terdapat di Institut Teknologi Bandung.

eksistensinya semakin terasa pada abad pertengahan, dimana 

banyak lahir ulama (ahli), seperti Jabir bin Hayyan, al-Fazari, 

Ibnu Yunis, al-Biruni, dan masih banyak lagi. 

Bagi Islam, arti penting Ilmu Falak telah disadari sejak 

zaman Rasulullah Saw., sedangkan pembahasannya telah 

tertuang jelas di dalam al-Qur’an al-Karim dan al-Hadis al-

Syarif. 

Secara historis, keterkaitan Ilmu Falak dengan agama, 

termasuk Islam memerankan peranan yang sangat urgen bagi 

keberadaannya. Hal ini karena kemunculannya sebagai sebuah 

ilmu sejalan dengan kebutuhan manusia terhadap ilmu itu. 

Kemunculan Ilmu Falak sesuai dengan faktor pendorong 

timbulnya filsafat dan ilmu sendiri, terutama pada aspek thauma 

(kekaguman). Pada dasarnya manusia merupakan makhluk 

yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang 

Pencipta, termasuk kekaguman pada Matahari, Bumi, dirinya 

sendiri, dan seterusnya. Lalu kekaguman tersebut mendorong 

manusia untuk berusaha mengetahui kebenaran alam semesta 

itu dan bagaimana asal usulnya? (masalah Kosmologis). 

Di sisi lain, secara definisi, Ilmu Falak merupakan 

perpaduan dua kata dari asal kata “Ilmu” dan “Falak”. Dua 

kata ini merupakan serapan kata yang berasal dari bahasa Arab. 

Ilmu berasal dari kata ilm (ملع) yang merupakan derifatif dari 

‘alim-ya’lam-‘alim wa‘ilm (ملع–ملعي–ملع) yang mempunyai makna 

pengetahuan (mengetahui). Kata ilm juga bisa mempunyai 

makna mengerti, memahami benar-benar, dan merasakan.6 

6  Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (2006: 965). Kamus Lisan al-Arab 

menjelaskan bahwa kata “Ilm” pada dasarnya merupakan sifat Allah swt. (Mandzur, tt: 3028). 

Hal ini dkarenakan semua pengetahuan dan semua yang diketahui mahluk di alam semesta 

ini berasal dari Sang Pencipta (sebagaimana cerita nabi Adam di atas). Dalam kamus al-Maurid 

dijelaskan bahwa kata ilm mempunyai arti mengetahui (to know), pengetahuan (have knowledge), 

mengenal (acquainted with). Makna lainnya adalah to be or become aware of, cognizant of, familiar 

with, informed of or about, to learn (about), come to know (about), find out (abaout), hear (of), get 

wind (of), to perceive, discern. (Baalbaki, 1995: 775). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 

Ilmu mempunyai arti pengetahuan dan suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut 

Kata “Falak”, berasal dari “al-Falak” yang merupakan isim 

dari kata falak (كلف) yang merupakan derivatif kata falaka – 

yafluku – falakun (كلف – كلفي – كلف) yang mempunyai arti “bulat”. 

Sedangkan kata falak (كلفلا) merupakan sinonim dari madar 

(رادلما) yang berarti orbit, garis, atau tempat perjalanan benda 

langit (Warson Munawwir, 2006 :1072). 

Ibnu Mandzur menerangkan bahwa kata “Falak” 

mempunyai arti “madr al-nujum” (موجنلا  رادم), yaitu lintasan 

bintang, dengan bentuk plural (jamak) “aflak” (كلافأ).7 Sedangkan 

di Kamus Bahasa Indonesia, kata ini diartikan dengan makna 

lengkung langit, lingkaran langit, dan cakrawala.8 Kata ini 

diungkapkan oleh al-Qur’an sebanyak dua kali, yaitu pada 

surat al-Anbiya’ ayat 33 dan surat Yasin ayat 40, dengan arti 

sebagai garis edar atau orbit.

metode-metode tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu 

dalam bidang (pengetahuan) itu. (Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, 2008: 544).

Nama lain ilmu adalah knowledge (bahasa Inggris) atau logos (bahasa Yunani). Kata 

yang terakhir ini (logos) dalam penggunaannya berposisi sama seperti Ilmu dalam bahasa 

Indonesia dan Arab, yaitu menjadi sebuah kata yang selalu disandingkan dengan term tertentu 

untuk mengenalkan jenis pengetahuan tertentu. Seperti Biologi yang berasal dari kata bio dan 

logos, begitu juga Astrology, Sociology, dan lain sebagainya. Ini dikarenakan kebanyakan term 

pengetahuan dan pembagiannya banyak dihasilkan pada zaman kejayaan bangsa Yunani kuno 

dan bangsa Arab. Adapun dalam bahasa Inggris posisi ini biasanya memakai science, seperti Social 

Science. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya tidak ada jawaban yang tepat dari pertanyaan apa 

yang dimaksud dengan scientific approach. Salah satu pengertian tentang ilmu adalah “Science is a 

personal and social human endeavor in which ideas and empirical evidence are logically applied to create 

and evaluate knowledge about reality”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan “empirical evidence” 

dalam pengertian di atas adalah sesuatu yang diturunkan dari kegiatan observasi suatu masalah 

secara sistematis melalui penalaran yang sering menggunakan alat bantu teknologi. kegiatan 

ilmu sendiri adalah suatu proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan 

seseorang terhadap suatu obyek yang diamati belum tentu sama dengan pengetahuan yang 

diperoleh orang lain yang mengamati obyek yang sama jika  dilakukan pancaindra manusia 

pada skala observasi atau dalam medium yang berbeda melalui perspektif  yang berbeda. Sebuah 

pohon kelapa tampak sangat tinggi jika diamati pada jarak dekat dan tampak pendek jika diamati 

pada kejauhan atau sebuah tongkat lurus akan tampak melengkung jika berada di dalam air, 

adalah sekedar contoh sederhana.

7  Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa kata falak oleh sebagian bangsa Arab juga 

diartikan al-mauju ( جولما ) yaitu gelombang atau ombak (lihat: Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, 

3464.. Selain orbit, Rohi Baalbaki mengartikannya dengan sirkuit atau lintasan (circuit) dan 

epicycle (episeklis). (Baalbaki. hlm, 834).

8  Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat 

BahasaDepartemen Pendidikan Nasional., 2008. hlm, 403

Jika ditinjau dari kajian terminologis, maka terdapat 

beberapa definisi tentang Ilmu Falak. Di antaranya yaitu; 

dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ilmu Falak adalah 

ilmu pengetahuan mengenai keadaan Bintang-bintang, baik 

dari hal peredarannya, penghitungan-nya, dan sebagainya”.9 

Menurut Ensiklopedi Islam, “Ilmu Falak adalah suatu ilmu 

yang mempelajari benda-benda langit, Matahari, Bulan, 

Bintang, dan Planet-planetnya”.10 

Sedangkan di Ensiklopedi Hukum Islam, “Ilmu Falak 

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit, 

tentang fisiknya, geraknya, ukurannya, dan segala sesuatu yang 

berhubungan dengannya.”11 Dan di dalam Ensiklopedi Hisab 

rukyah, “Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari 

lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, Bintang-

bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan 

untuk mengetahui posisi dari beenda-benda langit itu, serta 

kedudukannya dari benda-benda langit lainnya.”12 Sedangkan 

di dalam al-Munjid (1975: 594) disebutkan bahwa Ilmu Falak 

adalah: 

ةيولعلا  مارجلاا  لاوحا  نع  ثحبي  ملع

“Ilmu yang mempelajari tentang keadaan benda-benda langit.”13 

Menurut kementrian Agama dalam Almanak Hisab 

Rukyat, “Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari 

lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-

bintang, dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan 

9  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 





untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu, serta 

kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.”14 

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa Ilmu Falak adalah bidang ilmu yang bersifat 

integratif  yang mempelajari hal-ihwal tentang benda-benda di 

alam semesta, termasuk planet Bumi, baik yang berhubungan 

dengan manusia ataupun tidak. Dengan demikian dapat 

dikatakan bahwa aspek pembahasan yang sangat luas inilah 

yang menjadi ciri pembeda bidang Ilmu Falak dengan bidang 

ilmu lainnya. Oleh karena itu, maka tidaklah sukar untuk 

menjelaskan makna filosofis Ilmu Falak yang pada prinsipnya

menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian Ilmu 

Falak dengan bidang kajian ilmu-ilmu lainnya. Semua keadaan 

yang berlangsung di alam semesta, baik ditelaah melalui 

perspektif keruangan, fisik, waktu, agama, atau yang lainnya

merupakan pembentuk bidang kajian Ilmu Falak. Dan melalui 

proses yang sama, maka lahir pula bidang kajian ilmu lainya, 

seperti Astronomi, Kosmologi, dan masih banyak lagi.

Adapun dengan adanya interkoneksi berbagai bidang ilmu 

dengan bidang Ilmu Falak ini, maka dapat dikatakan bahwa 

fenomena Ilmu Falak sangat ditentukan oleh kemampuan ahli 

falak untuk memperoleh informasi perkembangan pada bidang 

ilmu lainnya. Hal itu karena hasil riset bidang ilmu lain akan 

dapat memperkaya (proliferate) cakupan penelitian Ilmu Falak. 

Demikian pula, hasil riset ahli falak tentang topik tertentu 

(secara terbatas) juga dapat memicu perkembangan bidang 

ilmu lainnya. Pada konteks ini, maka akan terbuka ruang 

terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk Ilmu 

Falak) dalam berbagai cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik

(spesialisasi). Bahkan, spesialisasi di bidang Ilmu Falak sangatlah 

mudah jika dilihat dari kajiannya yang super luas.

14 Depertemen Agama,, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan 

Badan Peradilan Agama Islam, 1981. hlm, 245

2. Falsafah Ilmu

Pada dasarnya, dalam perspektif  keilmuan, semua ilmu 

memiliki kesamaan filosofi yang disebut metode keilmuan.

Dan masing-masing ilmu memiliki cara yang sama untuk 

mencari pengetahuan, yang antara lain melalui kerangka 

berpikir rasionalisme dan empirisme15. Cara berpikir ini adalah 

sebagaimana yang telah digunakan oleh Galileo, Newton,16 dan 

para ilmuan muslim abad pertengahan yang telah ada pada era 

sebelumnya.

Para ahli filsafat ilmu menyatakan bahwa kebenaran

secara keilmuan itu bersifat tidak mutlak. Sifat tidak mutlak 

tersebut terjadi jika  kebenaran keilmuan dihadapkan pada 

kebenaran menurut agama, kebenaran menurut seni atau 

kebenaran menurut filosofinya. Misalnya, kebenaran teknologi 

kloning sampai saat ini tidak diakui sebagai kebenaran menurut 

agama. Lukisan wanita telanjang sebagai kebenaran seni pada 

umumnya tidak dapat dibenarkan oleh agama, atau dibuktikan 

secara keilmuan. Hal itu juga bisa saja terjadi dinamika keilmuan 

Falak, terlebih jika kaitannya dengan ibadah.

Mengingat tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak, 

maka dapat diduga bahwa dari tulisan ini akan muncul 

banyak pendapat atau pandangan yang berbeda. Oleh karena 

itu, untuk mengurangi perbedaan pendapat, maka penulis 

membatasi pengertian filsafat menurut Socrates (470-399

SM) sebagai berikut: “Filsafat diartikan sebagai suatu cara 

15 Secara ringkas dijelaskan bahwa rasionalisme adalah kerangka pemikiran yang 

koheren dan logis, sedang empirisme adalah kerangka pengujian dalam memastikan suatu 

kebenaran pengetahuan sah secara keilmuan. Montello berpendapat bahwa secara filosofis, 

makna empirisme tidak selalu berupa pengalaman manusia sejak lahir. Empirisme ilmu 

berusaha untuk dapat diulang, dapat diakumulasikan dan secara umum dapat diobservasi. 

Ilmu menganut prinsip prinsip logika formal dan informal dan paling tidak mengikuti prinsip ; 

(1) harus menghindari kontradiksi, (2) semakin tinggi tingkat keyakinan terhadap suatu gejala 

seiring semakin tingginya observasi yang dilakukan, (3) pola keteraturan suatu kejadian pada 

masa lalu memiliki peluang terjadi pada masa yang akan datang.

16 Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998. hlm, 28.

berpikir yang radikal dan menyeluruh yang mengupas sesuatu 

sedalam-dalamnya.” Adapun radikal, menyeluruh, dan 

sedalam–dalamnya mengandung makna membutuhkan waktu 

yang panjang untuk memperoleh suatu pengetahuan yang 

menyeluruh dan mendalam.17 (Suriasumantri, 1998: 4). 

Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan 

pengetahuan yang mempunyai ciri tertentu. Bidang ilmu yang 

satu dapat dibedakan dari bidang ilmu lainnya didasarkan pada 

jawaban atas tiga pertanyaan pokok sebagai ciri ilmu yaitu; dasar 

ontologi ilmu, dasar epistemologi ilmu, dan dasar aksiologi 

ilmu.  

Adapun apa yang ingin diketahui atau apa yang menjadi 

bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi. 

Lalu bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh adalah dasar 

pertanyaan epistemologi (teori pengetahuan). Sedangkan apa 

kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi aksiologinya (teori 

tentang nilai).18 Jawaban dari ketiga pertanyaan dasar tersebut 

merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan 

lainnya. 

B. Filsafat Ilmu Falak

1. Kajian Ilmu Falak: Tinjauan Ontologis

Menelusuri ontologi19 suatu ilmu berarti kita sedang 

membahas sebuah proses penelusuran persoalan wilayah dan 

17 Ibid. hlm, 4.

18 Tidak jarang dijumpai keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan 

kegunaan hasil penelitian sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah 

(apa yang ingin diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan) 

dituliskan secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya 

merupakan pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan 

(dikatakan sah secara keilmuan). 

19 Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. 

Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita 

ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori 

tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan: 1). apakah obyek ilmu 

batasan kajian suatu ilmu, yaitu apa bidang kajian ilmu itu? 

Dan untuk mengetahui seberapa luas wilayah dan mana saja 

yang menjadi kajian Ilmu Falak, maka kita dapat melihat dari 

definisinya.

Sebagaimana berbagai definisi yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka wilayah kajian Ilmu Falak adalah keadaan 

benda langit, dengan objek kajiannya adalah seluruh benda 

yang ada di alam semesta ini. Walaupun fakta dilapangan, 

ada pula yang mempersempit kajian wilayah Ilmu Falak ini 

dengan hanya membahas sebatas Bumi, Bulan, Matahari, dan 

benda langit lainnya yang terkait dengan ibadah tertentu bagi 

agama Islam. Sehingga, objek kajiannya menyempit dan hanya 

yang akan ditelaah, 2). Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan 3). Bagaimana 

hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan 

mengindera) yang membuahkan pengetahuan. 

membahas tentang Arah Kiblat20, Waktu Salat21, Awal Bulan22, 

dan Gerhana23 (baik Gerhana Matahari maupun Bulan)24. 

Dengan wilayah kajian utama yang sangat luas, Ilmu 

Falak ini memiliki beberapa pengembangan dan nama lain. 

Bahkan, Astronomi dan Kosmologi25 sebagai nama lain Ilmu 

Falak mempunyai beberapa pengembangan ilmu lainnya, 

20 Kata kiblat berasal dari bahasa Arab, yaitu qiblah, salah satu bentuk masdar (derivasi) 

dari fiil madli qabala yang bermakna ‘’menghadap’’. Arah Kiblat secara istilah yaitu arah 

terdekat menuju Ka’bah (Ka’bah di Masjidil Haram Makah). Proses menghadap kiblat ini 

merupakan salah satu ketentuan yang ditaklifkan kepada umat Islam. Sebagaimana firman 

Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144 tentang perintah menghadap kiblat. Dimensi Ibadah dari 

pengetahuan tentang arah kiblat ini, diantaranya; Salat, Pembangunan masjid, mushola, surau, 

dan mushola, Pembuatan liang lahat agar si mayit dapat menghadap kiblat secara sempurna, 

Pembuatan kamar kecil (WC, toilet), karena ajaran Islam melarang buang air (kecil dan besar) 

dengan menghadap atau membelakangi kiblat, dan lain sebagainya.

21 Waktu Salat ialah waktu tertentu dimana seorang muslim dapat mengerjakan salat. 

Dimensi ibadah dari pengetahuan tentang waktu salat diantaranya; mengetahui waktu awal 

dan akhir salat maktubah, mengetahui waktu terbit matahari, mengetahui waktu terbenamnya 

Matahari, mengetahui masuknya waktu Dhuha, mengetahui waktu salat Tahajud, mengetahui 

waktu pembagian waktu afdhol, Jaiz, makruh dan tahrim dalam salat., mengetahui waktu Imsak, 

dll.

22 Pembahasan awal bulan di sini, tidak hanya terbatas pada penanggalan hijriah, lebih 

dari itu dalam aplikasinya semua sistem penanggalan baik lunar sistem, solar sistem amupun 

luni-solar sitem dibahas. Walaupun demikian, titik berat pembahasannya pada kalender hijriah. 

Adapun dimensi ibadah yang ada di dalamnya diantaranya; mengetahui permulaan puasa 

Ramadhan, mengetahui akhir bulan Puasa Ramadhan, mengetahui Hari Raya Idhul Fitri, 

mengetahui Puasa Yaumul Bidh pada setiap bulan, pengetahui pelaksanaan bulan Haji dan 

pelaksanaan nya yang membutuhkan kepastian waktu seperti wukuf, mengetahui hari raya 

Idhul Adha, mengetahui Waktu zakat fitrah, haul dalam zakat mal (yang dihitung memakai 

kalender hijriyah), dsb.

23 Pada gerhana ini, terdapat dimensi Ibadah berupa salat gerhana khusuf dan kusuf. 

24 Penyempitan ini terjadi pada kajian-kajian Ilmu Falak di lembaga Pendidikan yang 

beridentitaskan dengan nama Islam, seperti; Pondok Pesantren, Madrasah Tsanawiyah dan 

Madrasah Aliyah, M’ahad Aly, hingga Perguruan Tinggi baik Swasta maupun Negeri. 

25 Kosmologi yaitu cabang astrologi yang menyelidiki asal usul struktur dan hubungan 

ruang waktu dari alam semesta.

seperti Kosmogoni26, Astrologi27, Kosmografi28, Astrometrik29 

Astromekanik30, dan Astrofisika31. 

Pada literatur dunia muslim, Ilmu Falak disebut pula dengan 

Ilmu Hisab32, Ilm al-Rashd33 atau Ilm Miqat34. Dari pengertian dan 

pembahasan tersebut, jelas sekali bahwa ontologi (obyek kajian) 

Ilmu Falak adalah “hal-ihwal benda langit”. Dalam persepektif  

filsafat ilmu, Falak yang nota-bene-nya termasuk katagori ilmu 

sains kealaman, harus mempunyai obyek kajian yang berada 

26 Kosmogoni yaitu ilmu yang membahas teori tentang asal usul benda-benda langit 

dan alam semesta (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008. 

hlm, 527)

27 Astrologi yaitu ilmu yang mengaitkan posisi dan kedudukan benda langit dengan 

nasib serta hal ihwal kehidupan manusia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan 

Pengembangan Bahasa).

28 Kosmografi yaitu pengetahuan tentang seluruh susunan alam, pemerian/ 

penggambaran umum tentang jagat raya termasuk Bumi (Tim Penyusun Kamus Pusat 

Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008. hlm, 528).

29 Astrometrik yaitu cabang astronomi yang kegiatannya melakukan pengukuran 

terhadap benda-benda langit dengan tujuan mengetahui ukuran dan jarak antara satu dengan 

lainnya (Lihat; Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008. 

hlm, 221).

30 Astromekanik yaitu cabang astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-

benda langit dengan cara dan hukum mekanik (Lihat; Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan 

Dan Pengembangan Bahasa, 2008. hlm,221).

31 Astrofisika yaitu bagian astronomi tentang benda-benda angkasa dari sudut ilmu 

alam dan ilmu kimia. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 

2008. hlm,  62).

32 Dinamakan Ilmu hisab, karena ilmu ini secara bahasa mempunyai arti “perhitungan” 

(hisab), sedangkan yang dianggap menonjol dari kegiatan ilmu falak setelah abad pertengahan 

adalah menghitung. Ahmad Izzuddin dalam bukunya Ilmu Falak Praktis, penamaan ilmu 

ini akan lebih ideal jika disebut dengan Ilmu Hisab Rukyah. Hal ini dikarenakan ilmu 

falak mempunyai dua pendekatan kerja ilmiah, yaitu pendekatan hisab (perhitungan) serta 

pendekatan rukyah (observasi). (Izzuddin, 2006. hlm, 1).

33 Diberi penanamaan ilm al-Rashd dikarenakan mempunyai arti pengamatan, dan 

ilu falak sendiri merupakan ilmu yang dilandasi dari sebuah pengamatan. Secara istilah Ilm 

al-Rashd ialah ilmu dengan pengamatan bintang, mengetahui letak bintang dalam lintasan 

orbit (falak)-nya, serta jarak dari satu benda langit trhadap benda langit lainnya. (Yahya, 1997. 

hlm, 56).

34 Dinamakan ilm al-Miqat, disebabkan ilmu ini berhubungan dengan perhitungan 

tentang waktu-waktu (yang dalam bahas Arab al-miqat dengan kata pluralnya adalah al-mawaqit), 

terutama waktu ibadah. Ilm al-miqat juga dikaitkan dengan ilmu tentang tempat. Penggunaan 

ini sangat wajar jika kita melihat istilah dalam ibadah haji dimana miqat mempunyai dua 

karakter yaitu miqat zamani dan miqat makani (Musthafa, tt. hlm, 359). Umat muslim pada 

abad pertengahan pun menyebut ilmu falak dengan Ilm al-Miqat. 

dalam batas jangkauan empiric, dan tidak memasuki wilayah di 

luar itu, misalnya wilayah transendental. 

Wilayah empirik sebagai acuan Ilmu Falak, mungkin 

akan menjadikan dilematis tersendiri bagi kajian Astrologi, 

karena ilmu ini berada di wilayah transcendental (metafisik).

Hal itu karena ilmu astrologi mengaitkan posisi benda langit 

dengan nasib manusia. Oleh karena itu, sebagai kajian sains, 

astrologi dalam dimensi kebenarannya masih dianggap sebagai 

Pseudosains, dimana merupakan sebuah pengetahuan yang 

diyakini dan diklaim ilmiah, namun tidak mengikuti metode 

ilmiah.

Sedangkan berkaitan dengan nash (teks Qur’an dan Hadis), 

maka Ilmu Falak hanya sebagai alat bantu manusia untuk 

mengetahui kehendak nash, sesuai dengan batas metodenya. 

Dalam memahami nash, maka sebagaimana ilmu pembantu 

lainnya, ilmu Falak digunakan sebagai sarana manusia untuk 

bisa menangkap kehendak Tuhan yang berasal dari wilayah 

transcendental. Dalam hal ini, Ilmu Falak digunakan untuk 

kajian yang berhubungan dengan Ibadah, seperti; arah kiblat, 

waktu salat, awal bulan, dan gerhana. Walaupun masuk ke dalam 

wilayah metafisik, tidak lantas menjadikan Ilmu Falak menjadi

bagian dari ilmu yang berada dalam wilayah transendental. 

Ilmu Falak tetap berada pada wilayah ilmu sains dengan sifatnya 

yang empirik dan logis. 

C. Dimensi Epistemologi Ilmu Falak

1. Epistemologi Sains: Pondasi Ilmu Falak 

Adapun karena Ilmu Falak merupakan bagian dari 

sains, maka kita harus mengetahui dasar dari epistimologi35 

35 Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkatdari dua 

kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan 

logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian 

epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. 

sains terlebih dahulu. Epistemologi Sains ialah pengetahuan 

sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi sains 

merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang

terjadinya pengetahuan, Asal Mula Pengetahuan, Sumber 

Pengetahuan, Metode Pengetahuan, serta Validitas dan 

Kebenaran Pengetahuan. Di sinilah dasar-dasar pengetahuan 

maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi 

bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang 

berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis 

yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur 

pengetahuan yang membentuknya.

2. Hakikat Pengetahuan (the nature of  knowledge)

Dalam dimensi epistemologi, Ilmu Falak bukan bidang 

ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan alam 

semesta. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa Ilmu 

Falak adalah mothers of  science, atau ilmu yang bersifat generalis 

dan sebagai ilmu (sains) tertua36. Mungkin dalam dimensinya 

yang luas ini, dapat diungkapkan pula bahwa “semua hal 

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat 

dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta 

pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi 

adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. 

Epistemologi membahas pertanyaan- pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan 

diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan 

agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa 

saja? Epistemologi merupakan “Teori ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi 

mengenai asal-usul, dasar metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan Mengapa sesuatu disebut 

ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh 

pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari 

pengertian epistemologi yang sudah disebutkan. Filsafat, tulis Suriasumantri, tertarik pada 

cara, proses, dan prosedur ilmiah di samping membahas tentang manusia dan pertanyaan-

pertanyaan di seputar ada, tentang hidup dan eksistensi manusia 

36 Menurut catatan sejarah, penemu ilmu falak, astronomi serta perbintangan adalah 

Nabi Idris atau Hermes atau Akhnukh atau Ozeres (Ia adalah putra dari Yarid bin Mahlail bin 

Qinan bin Unusy bin Syis bin Adam AS). Akan tetapi lacakan sejarah Abi al-Fauz Muhammad 

Amin al-Bagdadi ini, mengemukakan pula bahwa awal penemu ilmu hisab baik bulan dan 

tahun sudah ada sebelumnya, yaitu ditemukan dan diperkenalkan oleh nenek moyang Nabi 

Idris sendiri, yang bernama Unusy AS, yang merupakan putra mahkota dari Nabi Syis.

bisa di-ilmu falak-kan, atau dapat ditinjau secara Ilmu Falak, 

karena objek pembahasannya adalah alam semesta”. Kalimat 

ini sangat sederhana, namun mempunyai implikasi yang 

sangat luas, terutama bagi para ahli falak (astronom) yang 

kritis. Oleh karena luasnya kajian Ilmu Falak, maka muncul 

berbagai usaha untuk membuat spesialisasi dari ilmu ini. 

Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu ini layak 

untuk diapresiasi. Hanya saja, cabang atau ranting ilmu yang 

dirumuskan hendaknya memenuhi kaidah-kaidah yang benar, 

sehingga tidak menyimpang dari pohon ilmunya. 

Agar tidak adanya penyimpangan tersebut, maka kita 

harus mengetahui hakikat dari Ilmu Falak. Dalam persoalan 

hakikat pengetahuan (the nature of  knowledge), terdapat dua teori 

yang menjelaskannya; yakni realisme dan idealisme. Menurut 

realisme, eksistensi suatu benda terletak dalam halnya sendiri. 

Sedangkan bagi idealisme, hakikat segala hal terletak pada jiwa 

atau ide.37 Di satu sisi, realisme berpandangan bahwa yang ada 

hanya dimiliki oleh benda-benda kongkrit dan karenanya ia 

memandang hakikat pengetahuan sebagai gambaran dari apa 

yang ada pada alam nyata. Sebagai konsekuensinya, realisme 

melahirkan pandangan objektivisme yang percaya bahwa ada hal-

hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, 

serta yang hakikatnya tidak terpengaruh orang lain. Sementara 

di sisi lain, idealisme menempatkan jiwa, akal, atau idea 

manusia dalam posisi yang utama dan sebagai konskuensinya 

melahirkan pandangan subjektivisme yang berpendirian bahwa 

pengetahuan merupakan proses mental yang bersifat subjektif  

dan karenanya pengetahuan merupakan gambaran tentang 

realitas. Jadi, pengetahuan hanyalah gambaran menurut 

pendapat, atau penglihatan subjek yang mengetahui.

37 Kattsof, L.O., Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara 

Wacana, 1989. hlm, 225.

Jika ditelaah dari dua sudut pandang tersebut, Ilmu Falak 

secara epistemologis, jelas lebih berkecenderungan ke arah 

corak pemikiran yang mengembangkan realisme objektivis. 

Konsep ini didukung oleh objek ilmu, berupa benda-benda 

langit yang konkrit dan nyata. Para ahli (astronom) berusaha 

memahami benda-benda langit dan alam semesta dalam 

batasannya sebagai benda yang bersifat lahiriah. Walaupun 

demikian, tidak menutup kemungkinan dalam aplikasinya, 

ada ruang terbuka untuk memahami benda-benda langit 

dan alam semesta ini menggunakan teori idealisme subjektifis, 

seperti yang terjadi pada Astrologi, atau sebagian sufi yang

berbicara tentang filsafat alam semesta, seperti; Ibnu Arabi dan

Sihabuddin Suhrawardi.

3. Sumber Pengetahuan 

Poin kedua yang berhubungan dengan kerangka 

epistemologi adalah menentukan sumber-sumber pengetahuan 

(the sources of  knowledge). Berdasarkan pengertian Ilmu Falak di 

atas, maka sumber pengetahuannya menjadi sangat jelas yaitu:

a. Alam Semesta

Sebagai bagian dari dimensi ilmu kealaman, maka sumber 

pengetahuan yang sangat penting dari Ilmu Falak adalah alam 

semesta. Sumber yang angat mudah sekali di jumpai ini dapat 

diteliti hingga tak terbatas, yang tentunya selama masih ada 

alam semesta. Maka yang perlu kita perhatikan adalah menjaga 

kebersihan alam dari berbagai polusi. Sebagai contoh saja, saat 

ini banyak sekali benda-benda langit yang tidak dapat kita amati, 

karena adanya polusi udara dan polusi cahaya yang berlebih, 

sehingga menutup objek pengamatan.

Lalu dalam hubungannya untuk mendapatkan objek 

kajian berupa benda-benda langit, maka ilmu-ilmu yang 

berkaitan dengan pengamatan menjadi penting juga dalam 

aplikasinya. Ilmu yang terlebih dahulu diketahui oleh ahli falak 

dan astronom adalah ilmu observasi (pengamatan), termasuk 

di dalamnya juga ilmu optik, teknologi, dan lain sebagainya.

b. Sumber Teks 

Sumber penting lainnya adalah teks-teks yang membahas 

tentang alam semesta. Teks-teks ini sangat banyak sekali 

macamnya, baik berupa data-data astronomis (jiz), hukum-

hukum sains, buku ilmiah maupun nash (al-Qur’an dan Hadis). 

Keberadaan teks tersebut sangat penting bagi pengembangan 

Ilmu Falak.

c. validitas Kebenaran

Bertitik tolak pada sumber pengetahuan yang berupa 

benda-benda langit dan data-data yang berkaitan dengan benda-

benda langit, maka tradisi pemikiran Ilmu Falak berupaya 

memahami maksud dari keadaan Alam Semesta. Akibatnya, 

epistemologi burhani lebih diutamakan daripada epistemologi 

bayani, maupun spiritualitas-‘irfâniyyah. 

Teori validitas yang dikembangkan epistemologi Ilmu Falak 

ini memiliki hubungan langsung dengan teori validitas yang 

dikembangkan oleh ilmu-ilmu sains lainnya yang mengunakan 

corak pemikiran epistemologi burhani. Epistemologi Ilmu 

Falak ini memberikan peran maksimal terhadap fungsi indera 

sebagaimana yang dikembangkan oleh teori kebenaran 

korespondensi (the correspondence theory of  truth). Menurut 

teori ini, kebenaran adalah kesetiaan pada realitas objektif  

(fidelity to objective reality), atau kesesuaian antara rumus-rumus 

yang diciptakan akal manusia dengan hukum-hukum alam (al-

muthâbaqah baina al-‘aqli wa nizhâm al-thabî‘ah). Dengan kata 

lain, suatu pernyataan dianggap benar jika  terdapat fakta-

fakta empiris yang mendukung pernyataan itu. Kebenaran 

adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta 

itu sendiri.38 

D. Manfaat Ilmu Falak: Tinjauan Aksiologis

Aksiologi39 merupakan persoalan fungsi suatu ilmu. 

Bidang Ilmu Falak sampai saat ini masih eksis, karena memang 

memiliki nilai kegunaan dan kemaslahatan yang amat besar 

bagi umat manusia. Di antara kemaslahatannya yaitu sebagai 

pengingat akan kebesaran Tuhan, pentingnya menjaga alam 

semesta, dan lain sebagainya, baik bagi keberlangsungan sebuah 

ilmu, sebagai pengembangan pengetahuan, maupun terapannya 

untuk peningkatan kesejahteraan manusia. Oleh karena ilmu 

bersifat netral, maka pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu 

ini apakah bermanfaat, atau tidak, bahkan bisa menyebabkan 

bencana bagi umat manusia itu, pada dasarnya ditentukan oleh 

para ilmuwan itu sendiri.

Sebagai contoh; jika  sebuah data koordinat satelit 

yang diberikan bertujuan untuk menyesatkan pihak lain, 

maka merupakan sebuah bencana bagi penggunanya, karena 

informasinya tidak tepat dan akurat. Akibatnya, pengguna 

satelit tidak memberikan informasi yang dibutuhkan setelah 

menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah 

peperangan, koordinat dapat menjadi senjata yang andal 

untuk mengecoh dan mengalahkan musuh, karena jika  

38 Teori korespondensi ini banyak diterima oleh penganut empirisme dengan 

menggunakan logika induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dari hal hal yang bersifat 

khusus dan empirik. (Titus, 1984. hlm, 238). 

39 Secara etimologis, Aksiologi berasal dari dari bahasa Yunani, axios, yang berarti 

nilai, dan logos, yang berarti teori. Terdapat banyak pendapat tentang pengertian aksiologi. 

Menurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan 

dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. (Suriasumantri, 1998). Menurut Kamus Bahasa 

Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian 

tentang nilai-nilai khususnya etika. Lebih dari itu ada yang berpendapat dengan menyamakan 

antara aksiologi dan ilmu. Dari definisi aksiologi di atas, terlihat jelas bahwa permasalahan 

utama aksiologi adalah nilai. Francis Bacon menilai bahwa aksiologi ilmu adalah terciptanya 

kemaslahatan manusia. Tujuannya yaitu mengusahakan posisi yang lebih menguntungkan bagi 

manusia dalam menghadapi alam.

koordinat diubah, senjata musuh menjadi tidak tepat sasaran 

dan bisa menyebabkan terjadinya korban yang tidak berdosa. 

Sedangkan dalam dimensi ibadah, koordinat yang salah juga 

akan menyebabkan semua konsep perhitungan menjadi kurang 

tepat dan tidak sesuai, baik dari segi waktu (seperti; waktu salat), 

maupun ketepatan arah (seperti; penentuan arah kiblat).

Esensi dasar aksiologi Ilmu Falak sangat erat kaitannya 

dengan ontologinya, sehingga sebaik-baiknya pengetahuan yang 

dihasilkan sangat tergantung dari yang memiliki pengetahuan 

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa moral 

pemilik ilmu tersebut merupakan faktor yang menentukan apa 

sebenarnya nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki bagi umat 

manusia. 


|   21

BAB 

2

SEJARAH ILMU FALAK 

Menurut catatan sejarah, penemu Ilmu Falak, astronomi, dan perbintangan adalah Nabi Idris, atau Hermes, atau Akhnukh40. Beliau adalah 

40 Nabi Idris ini pula di dalam literatur-literatur Yunani sebagaimana di dalam buku 

sejarah Blotark disebut Ozeres- dewa terpenting orang-orang Mesir kuno- nama aslinya adalah 

Yasr (bahasa Mesir) yang berarti kekuatan, kemampuan dan kehendak. Beberapa logat  ia 

berubah menjadi Yusra, Osir, dan Ozir. Logat yang terakhir ini menurut orang Yunani menjadi 

Ozeres, sebagaimana adat mereka menambah huruf “ya” dan “sin” diakhir setiap nama. Kata 

itu pindah kedalam bahasa arab dengan mengalami pergantian huruf  “za” menjadi “dzal” . dan 

ini merupakan penggatian yang biasa terjadi, sehingga nama itu menjadi Idris. Nama Idris ini 

dipakai dua kali dalam al-Qur’an, yaitu

ايبن اقيدص ناك هنا سيردإ باتكلا ىف ركذا و

“ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris di dalam al-Qur’an. 

Sesungguhnya Ia adalah sangat membenarkan dan seorang Nabi” (Maryam: 56). 

نيرباصلا نم لك لفكلا اذ و سيردا و ليئاسما و

 Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifl, semua mereka adalah termasuk orang-orang ”

.(sabar” (al-Anbiya; 85

Idris (Ozeres) juga merupakan orang yang pertama yang menulis dengan pena, dan 

orang pertama yang menemukan jahitan serta menjahit pakaian. Disebutkan pula bahwa 

nabi Idris dan orang-orang yang bersamanya mendirikan Mesir dan dialah yang mengajak 

manusia pada amr ma’ruf dan nahi mungkar  dan taat kepada Allah, memperkenalkan politik 

pemerintahan dan mengajarkan beberapa Ilmu. Perlu diketahui pula menurut Abu Said al-

putra dari Yarid bin Mahlail bin Qinan bin Unusy bin Syis bin 

Adam As. Akan tetapi, menurut penelusuran sejarah oleh Abi 

al-Fauz Muhammad Amin al-Bagdadi bahwa ilmu hisab, baik 

bulan, dan tahun sudah ada sebelumnya, yaitu ditemukan dan 

diperkenalkan oleh nenek moyang nabi Idris, yaitu Unusy As, 

yang merupakan putra mahkota dari nabi. Akan tetapi, baru 

sekitar abad ke-28 sebelum masehi, embrio Ilmu Falak mulai 

nampak sebagaimana digunakan pada penentuan waktu pada 

penyembahan berhala, seperti yang terjadi di Mesir untuk 

menyembah dewa Orisis, Isis dan amon, serta di Babilonia dan 

Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth dan Baal.

Jika kita menilik perkembangan Ilmu Falak, atau 

Astronomi dan dasar asal-usul rujukan keilmuan sains, maka 

kita akan temukan lacakan sejarah yang rumit. Penyelidikan 

ilmiah bangsa Mesir dan Babilonia yang berkembang selama 

tiga ribu tahun sebelum masehi merupakan perintis penelitian 

bangsa Yunani, atau Helenis, yang selanjutnya menghasilkan 

sains Helinistik, Harrania (Mesopotamia utara pra-Islam), dan 

sebagian sains Persia. Orang-orang Yunani mengembangkan 

apa yang mereka peroleh dari bengsa Mesir dan Babilonia, 

terutama pada bidang astronomi teoritis, yang mengkaji 

pengembangan model-model matematika dari posisi, dan 

gerakan-gerakan planet.

Pada abad-abad awal Yunani klasik, batas antara kosmologi 

dan astronomi tidaklah jelas. Seorang ahli matematika bernama 

Pythagoras memahami alam semesta dan pergerakan angkasa 

yang dibagi berdasarkan tingkat kesempurnaan, dengan yang 

terendah adalah bumi dan sefra di bawah Bulan. Plato dan 

Aristoteles menyempurnakan mekanisme gerakan kosmos sefra 

Asmawiy, Akhnukh dan Idris bukanlah sebagai satu orang, kedua merupakan sosok pribadi yang 

berbeda. Pencampuran keduanya menjadi satu orang oleh para sejarawan dikarenakan nama 

Idris tidak ada di  dalam daftar para nabi di Taurat. Al-Asmawiy menjelaskan bahwa Akhnukh 

hidup disuatu daerah disekitar Mesopotamia, sedangkan Idris adalah raja pertama Mesir pra 

sejarah. (Said al-Asmawiy, 1992. hlm, 37). 

sampai ke tahap dimana daya gerakan  ke bawah dan ke atas 

(atau ke dalam dan ke luar) bekerja untuk keseimbangan. Inilah 

yang disebut dengan teori Planeter Aristoteles41. Teori ini juga 

diperkenalkan secara luas oleh ahli astronomi Ptolemeus (85-

165M) dengan  gerakan-gerakannya dan karya monumentalnya 

Tibr Al-Magesty, sehingga teori ini terkenal pula dengan nama 

Geosentris Ptolemeus. Teori ini memberikan pengaruh kuat 

pada peradaban sampai abad pertengahan awal masehi.

Gambar; 1. Bumi dibandingkan dengan Pluto

Sebelum berinjak pada konsep heliosentris Copernicus, 

maka terlebih dahulu perlu diketahui bahwa pada tahun 310-

230 SM hidup seorang ahli astronom Helenis, Aristarchus dari 

Samos yang memberi pemahaman lain. Ia percaya bahwa 

Bumi melakukan rotasi penuh pada sumbunya setiap hari dan 

berkeliling di sekitar Matahari sekali setahun, dengan Matahari 

dan bintang-bintang tetap tidak bergerak. Ia mengemukakan 

pula jarak Bumi-Matahari ialah 20 kali lebih jauh dari pada 

jarak Bumi-Bulan, dengan ukuran Matahari 20 kali lebih besar 

daripada ukuran Bulan. Adapun perbandingan ukuran bumi 

41 Teori biasa disebut juga teori Geosentris yaitu teori yang yang berasumsi bahwa bumi 

adalah sebagi pusat peredaran benda-benda langit, dengan susunan yang paling dekat adalah 

Bulan – Merkurius- Venus – Matahari – Mars – Yupiter – Saturnus – dengan bintang-bintang 

tetap yang terjauh.

dengan ukuran relatif  Bulan adalah diameter bulan setengah 

dari diameter Bumi.

Gambar; 2. Bumi dibandingkan dengan Jupiter

A. Islam dan Ilmu Falak

Pada masa permulaan Islam, ilmu astronomi belum 

begitu terkenal dikalangan umat Islam. Akan tetapi, mereka 

telah mampu mendokumentasikan peristiwa-peristiwa pada 

masa itu dengan memberikan nama-nama tahun sesuai dengan 

peristiwa yang paling monumental.42 Selain itu pula, peradaban 

sebelum Islam juga telah terkonsep dengan adanya kalender 

dan nama-nama Bulan. Penentuan permulaan Bulan, baik 

sebelum ataupun sesudah datangnya Islam memakai Rukyah al-

Hilal. Lebih lengkapnya tabel dibawah ini : 

Jahiliyah Islam

رتم ؤلما مرمح

رجنا رفص

42 Hal ini dapat kita temukan di dalam literatur sejarah islam dimana kita mengenal 

istilah tahun gajah karena ketika nabi lahir terjadi penyerangan oleh pasukan bergajah, tahun 

ijin karena merupakan tahun diijinkannya hijrah ke madinah , tahun amr dimana umat 

islam diperintahkan untuk menggunakan senjata. Selain itu juga ada tahun jama’ah, dan 

sebagainya.

ناوح لوألا عيبر

ناصب نىاثلا عيبر

تمنخ لوألا ىدماج

ءياز نىاثلا ىدماج

صمألا بجر

لداع نابعش

قفنا ناضمر

لغو لاوش

عاوه ةدعقلا وذ

كرب ةجلحا وذ

Nama-nama bulan pada khazanah sejarah Arab 

selengkapnya:43 (Azhari, 2007: 163).

No.

Nama-nama Bulan Qamariyah

I II III Iv

1. Natiq Mujab Al-Mu’tamar Muharram

2. Thaqil Mujar Najir Shafar

3. Taliq Murad Khawan Rabiul Awwal/Ula’

4. Najir Malzam Sawan Rabiul Akhir/Tsani

5. Samah Masdar Hantam Jumadil Awwal/Ula’

6. Amnah Hubar Zubar Jumadil Akhir/Tsani

7. Ahlak Hubal Al-Asam Rajab

8. Kasa’ Muha’ ‘Adil Sya’ban

9. Zahir Dimar Nafiq Ramadhan

10. Bart Dabir Waghil Syawwal

11. Harf Hifal Hawagh Dzulqa’dah

12. Na’s Musbal Burak Dzulhijjah

43 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, 

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007. hlm, 163.

Jika kita melihat konsep Rukyah al-Hilal menurut teoritis 

akal, maka kita akan menemukan konsep, atau statemen “Tidak 

akan ada kegiatan merukyah sebelum adanya perhitungan tanggal”. 

Maka hal ini memperjelas sudah adanya kegiatan astronomi 

(minimal perhitungan bulan) pada dunia Arab. 

Walaupun demikian, sudah menjadi kesepakatan umum 

bahwa tonggak wacana mengenai Ilmu Falak di dunia Islam 

baru muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin 

Khattab Ra., dimana beliau menetapkan kalender hijriah 

sebagai dasar melaksanakan ibadah bagi umat Islam. Penetapan 

ini terjadi pada tahun 17 H, tepatnya pada tanggal 20 Jumadil 

Akhir 17 H dan di mulai sejak Nabi Saw. berhijrah dari Mekah 

ke Madinah.

Perkembangan Intelektualitas Ilmu Falak semakin 

memberikan grafik menanjak seiring dengan melambungnya

kekuasaan dan keagamaan umat Islam. Keadaan ini ditandai 

dengan penerjemahan buku-buku astrologi berbahasa yunani 

dan koptik oleh Khalid (w. 704 atau 708), putra khalifah Umayah 

kedua dan seorang filusuf (hakim) keluarga Marwan. Naskah-

naskah astrologi dinisbatkan pula pada Ja’far al-Shadiq (700-

767) keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib dan salah satu dari 

12 Imam Syiah.

Menanjaknya popularitas dunia Islam pada zaman Abasyiah 

berimbas pada setiap sektor, tidak terkecuali terhadap ilmu 

pengetahuan dan memberi angin segar pada perkembangan 

astronomi, atau Ilmu Falak. Bahkan, perkembangan Ilmu Falak 

mencapai titik keemasan pada masa pemerintahan Dinasti 

Abbasyiah ini. Masa keemasan ini diawali dengan adanya 

penerjemahan kitab Siddhanta (bahasa Arab, Sindihind) dari 

India pada masa pemerintahan Abu ja’far al-Manshur yang 

dibawa ke Baghdad pada 771 M. oleh Ibrahim al-Fazari (w. antara 

796-806), dan ia dikenal sebagai astronom Islam pertama. 

Seorang ilmuan Islam terkenal, Muhammad ibn Musa al-

Khawarizmi (w.805) menjadikan terjemahan al-Fazari sebagai 

rujukan utama membuat tabel astronomi (zij)-nya yang terkenal. 

Dan, ia juga menggabungkan astronomi India dan Yunani 

(Hitti, 382). Tabel berbahasa pahlawi (zik) yang dihimpun pada 

Dinasti Sasaniyah ikut dimasukan dalam bentuk terjemah (zij). 

Unsur-unsur Yunani yang datang belakangan juga tak luput dari 

penerjemahan, yang salah satunya adalah karya Ptolomeus yaitu 

Almagest dan Element karya Euclid oleh al-Hjjaj bin Yusuf  bin 

Mathar (786-833). Lalu penerjemahan buku Almagest diperhalus 

lagi oleh salah seorang matematikawan dan astronom terbesar 

Islam, yaitu; Abu al-Wafa Muhammad al-Buzjani al-Hasib (940-

997/998).

Pada abad ke-9, sebuah observasi (rasyd) rutin pertama 

dengan menggunakan peralatan yang cukup akurat dilakukan 

di Jundaysabur (Persia sebelah barat daya), yang diikuti pada 

masa al-Makmun dengan didirikannya observatorium pertama, 

yaitu Syammasiyah (213H/ 828M)44. Adapun ahli-ahli falak dan 

astronomi lainnya pada zaman keemasan ini antara lain; al-Fadhl ibn 

Nawbakhti (w. 815), Tsabit ibn Qurrah (836-901) penerjemah karya-

karya Archimedes dan Apollonius, Abu Abdullah Muhammad ibn 

Jabir al-Battani dengan karya-karya astronominya, yang antara lain 

menjelaskan kemungkinan terjadinya gerhana cincin, menentukan 

sudut kemiringan ekliptika, dan mengemukakan beberapa teori orisinil 

kemunculan bulan baru. Adapula Abu al-Abbas Ahmad al-Farghani, 

dengan karyanya al-Mudkhil.

Di Ghazana yang dipimpin oleh sultan Mahmud, hidup pula 

seorang ilmuan masyhur dengan hasil-hasil penelitiannya yang 

sangat signifikan terhadap sumbangsih pemikiran astronomi

dan Ilmu Falak. Ia adalah Muhammad ibn Ahmad Abu Rayhan 

44 Observatorium pada masa ini telah meninggalkan teori yunani kuno dan membuat 

teori sendiri tentang perhitungan kulminasi Matahari dan menghasilkan data-data dari kitab 

Sindihind yang di sebut dengan table of  Makmun dan oleh orang eropa di kenal dengan 

astronomos/ astronomy. 

al-Biruni. Ia merupakan ilmuan sebelum Capernicus yang 

mengutarakan sistem heliosentris dengan gerakan-gerakan Bumi 

secara akurat. Ia juga telah menentukan garis lintang dan garis 

bujur, serta perubahan kemiringan ekliptika, mengemukakan 

gaya tarik Bumi, atau yang biasa kita sebut dengan gaya gravitasi 

Bumi. Pemahaman gaya tarik Bumi ini dipengaruhi oleh 

Brahmagupta dari India (sebelum Sir Isac Newton). Ia dianggap 

pula oleh para sarjana dan ilmuan barat sebagai ilmuan paling 

orisinal dan terkenal dibidang pengetahuan alam.

Gambar; 3. Teori Geosentris

Dinasti Umayah di Spanyol tidak mau ketinggalan pada 

kajian-kajian asronomi, yang mencapai puncaknya pada abad 

pertengahan ke-10. Perkembangan pesat ini dipengaruhi pula 

oleh astrologi sebagaimana mengikuti Abu Ma’syar al-Falakiy 

dari Baghdad. Pada abad ini memberi sumbangsih keilmuan 

falak, seperti bagaimana menentukan lintang dan bujur tempat 

pada berbagai lokasi di seluruh Bumi. Melalui Spanyol inilah 

dunia latin Barat menemukan inspirasi orientalnya pada bidang 

astronomi. 

Pada masa ini pula, lahir ilmuan astronomi dengan 

karyanya Kitab al-Hai’ah, yang juga murid dari Ibn Tufayl, 

Nur al-Din Abu Ishaq al-Bitruji (Alfetragius, w.1204), yang 

menggambarkan konfigurasi benda-benda langit dan berusaha

memperbaharui bangunan teori yang keliru tentang bidang-

bidang geosentris (Hitti: 726).. Pada abad 9 H/15 M, ketika raja 

Ulugh Beik, cucu Timur Lenk mendirikan observatoriummya 

di Samarkand yang bersama dengan observatorium Istambul 

dianggap sebagi penghubung lembaga ini ke dunia barat 

(Nakosteen: 233).

B. Barat dan Ilmu Falak

Setelah Islam menampakkan kemajuan pada ilmu 

pengetahuan dan dengan terjadinya ekspansi intelektualitas 

ke Eropa melalui Spanyol, lalu muncullah Nicolas Capernicus 

(1473-1543) yang membongkar teori Geosentris yang 

dikembangkan oleh Ptolomeus dengan mengembangkan teori 

Heliosentris.45 Dari sinilah bermunculan para tokoh astronomi 

dan pakar perbintangan penerusnya yang lahir, seperti; Tiycho 

Brahe (1546-1601), seorang pakar astronom dari Denmark. Ia 

tidak menerima teori pendahulunya secara Sami’na wa Atha’na. 

Ia mengemukakan sistem tata surya kompromi (penggabungan 

teori Heliosentris dan Geosentris).46 (Khazin, 2005: 101):

Gambar; 4. Sistem Tata Surya Tycho.

45 Teori Heliosentris adalah teori yang merupakan kebalikan dari teori Geosentris. 

Teori ini mengemukakan bahwa Matahari sebagai pusat peredaran benda- benda langit. Akan 

tetapi menurut lacakan sejaarah yang pertama kali melakukan kritik terhadap teori Geosentris 

adalah al Biruni yang berasumsi tidak mungkin langit yang begitu besar beserta bintang-

bintangnya yang mengelilingi Bumi.  

46 Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 101.

Pakar astronom lain yang meneruskan dan memperbaharui 

teori heliosentris adalah Johanes Kepler (1571-1630), yang 

terkenal dengan hukum Kepler-nya. Lalu Galileo G. (1564-1642), 

penemu dan pengguna Teleskop pertama yang menemukan 

fase Venus. Penemuan-penemuan tersebut di pertajam oleh 

Sir Isac Newton (1642-1727), seorang ilmuan legendaris dan 

orang yang menemukan banyak penemuan-penemuan di 

bidang ilmu pengetahuan alam, dan terkenal dengan hukum 

Newton-nya47. Pada masa inilah disebut dengan masa mulainya 

kejayaan ilmu pengetahuan Eropa. Karya-karya mereka telah banyak 

di dokumentasikan dan diterjemahkan sampai kepada kita.  

Gambar; 5. Teori Heliosentris

C. Indonesia dan Keilmuan Falak

Di Indonesia, Ilmu Falak juga berkembang pesat. Catatan 

yang pertama dibawa oleh para ulama Indonesia adalah berupa 

tabel astronomi (zij), yaitu zij Ulugh Beyk. Pembawa dan 

pengajar Ilmu Falak pertama adalah syaikh Abdu al-Rahman ibnu 

Ahmad al-Misri, yang berasal dari Mesir. Kemudian diteruskan 

oleh murid-muridnya, antara lain; Ahmad Dahlan al-Samarani 

(w. 1329H/ 1911M) dan Habib Ustman ibn Abdullah (Ia juga 

merupakan menantu dari Syekh Abd al-Rahman al-Misri).

47 Ibid. hlm, 103.

Ahmad Dahlan al-Samarani meninggalkan karya 

“Tazkirah al-Ikhwan fi Ba’di Tawarikhi wa al-A’mal li al-Falakiyah 

bi Semarang” tentang metode penentuan awal bulan Qamariyah 

dan gerhana dengan mabda Semarang (Khazin: 98). Data dan 

burujnya dipakai oleh Abu Hamdan Abdul Jalil ibn Abdul Hamid 

(lahir 12 Juli 1905/ 1323) di dalam kitabnya Fath al-Rauf  al-

Mannan. Sedangkan Habib Utsman mengajarkan keilmuannya 

di Batavia ( Jakarta sekarang) dengan membuat karya “Iqadzun 

Niyam fi ma Yataallaquhu bi al-Ahillah wa al-Siyam”. Epoch yang 

digunakan adalah Betawi, atau Jakarta. Habib Utsman juga 

dijuliki sebagai Mufti Betawi.48 

Perjuangan Habib Utsman mengajarkan Ilmu Falak, 

dilanjutkan oleh murid kinasih beliau, Syekh Muhammad 

Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Habib 

ibn Pangeran Tjakrajaja Temanggung Mataram. Sebelum 

belajar kepada Habib Utsman, Syekh Manshur juga belajar 

falak kepada ayahnya sendiri Abdul Hamid bin Muhammad 

Damiri (Ayahnya ini seperguruan dengan Habib Utsman, yaitu 

murid dari Syekh Abd al-Rahman al-Misri). Ia menulis karya 

monumentalnya tentang penentuan awal bulan kamariah 

Sulam al-Nayyirain, yang membahana di langit Nusantara dan 

memberi pengaruh besar terhadap keilmuan falak Indonesia 

hingga saat ini.

Ahli falak Indonesia lainnya adalah Syekh Taher Jalaluddin 

al-Azhari (1286-1377 H/1869-1957 M) dengan karya-karyanya, 

antara lain Pati Kiraan pada Menentukan Waktu yang Lima 

(Singapore: al-Ahmadiyyah Press, 1357 H./1938 M.) dan 

Natijah al-Umm (The Almanac: Muslim dan Christian Calendar 

and Direction of  Qiblat according to Shafie Sect, (Taiping-Perak: 

Mathba’ah al-Zainiyyah, 1951).

48 Ibid. hlm, 104.

Selain Syekh Taher Jalaluddin, pada masa itu juga ada para 

tokoh Ilmu Falak yang sangat berpengaruh, seperti Syekh Ahmad 

Khatib al-Minangkabau49, Ahmad Rifa’i, dan K.H. Sholeh Darat. 

Selanjutnya, perkembangan Ilmu Falak di Indonesia dipelopori 

K.H. Ahmad Dahlan dan Syekh Muhammad Djamil Djambek 

(15 Sya’ban 1279-16 Shafar 1367 H./2 Februari 1862-Desember 

1947 M dengan karyanya Diyâ’ al-Nirin fîmâ Yata’allaq bi al-

Kawâkibîn, suatu rentetan tabel-tabel mengenai penghitungan 

waktu dan Almanak Jamiliyah.50 Kemudian diteruskan oleh 

anaknya, Saadoe’ddin Djambek (1330-1398 H./1911-1977 M).  

Di antara murid-murid Saadoe’ddin Djambek yang 

menjadi tokoh Ilmu Falak adalah H. Abdur Rachim. Beliau 

pernah Menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Hisab dan Rukyat 

Departemen Agama R.I. Karya-karyanya yang berkaitan dengan 

Ilmu Falak, di antaranya: Mengapa Bilangan Ramadhan 1389 H. 

Ditetapkan 30 Hari? (1969), Menghitung Permulaan Tahun Hidjrah 

(1970), Ufuq Mar’i sebagai Lingkaran Pemisah antara Terbit dan 

Terbenamnya Benda-benda Langit (1970), Ilmu Falak dan Kalender 

Internasional.

Adapun literatur-literatur falak, atau hisab yang 

berkembang di Indonesia, di antaranya sebagai berikut: Sullamun 

Nayyirain oleh Muhammad Manshur bin Abdul Hamid ( Jakarta), 

Fath Rauf  al-Mannân oleh Abu Hamdan Abd al-Jalil (Kudus), al-

Durûs al-Falakiyyah dan Badiah al-Mitsal oleh Ma’shum bin Ali 

( Jombang), al-Qawâ’îd al-Falakiyyah oleh Abdul Fatah al-Tukhi 

(Mesir), al-Mathlâ’ al-Sa’îd oleh Husein Zaid (Mesir), al-Khulashah 

al-Wâfiyah oleh Zubair ‘Umar al-Jailani (Salatiga), Hisab Urfi dan 

Hakiki oleh KRT Wardan Diponingrat (Yogyakarta), Waktu dan 

Djidwal oleh Saado’eddin Djambek ( Jakarta), Almanak Djamilijah 

49 Ulama besar Minangkabau yang ahli falak ini wafat di Mekah 8 Jumadil Awwal 

1334 H./1916 M. Adapun karya-karyanya yang terkait dengan ilmu falak adalah al-Jawâhir al-

Naqiyah fî A’mâl al-Jaibiyyah (1309 H./1891 M.) dan Raudhah al-Husâb fî ‘Ilm al-Hisâb (1310 

H./1892 M.).

50 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 102.

oleh Muhammad Djamil Djambek (Minangkabau, Sumatra), 

Arah Kiblat oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Perbandingan 

Tarich oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Pedoman Waktu 

Shalat oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Shalat dan Puasa 

di Daerah Kutub oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Hisab 

Awal Bulan Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Ilmu Falak oleh 

Abdur Rachim (Yogyakarta), Ilmu Falak oleh Sulamun Ibrahim 

(Lamongan), Ephemeris Hisab Rukyat oleh Departemen Agama 

R.I., Nurul Anwar oleh K.H. Noor Ahmad SS. 

Selain literature-literatur Arab, keilmuan falak di Indonesa 

juga sangat dipengaruhi oleh literatur dari barat. Hal ini bisa kita 

lihat dengan berkembangnya penentuan awal bulan memakai 

sistem Newcomb (ahli astronomi Amerika) yang diperkenalkan 

oleh Abdur Rahim, Jean Meeus (ahli astronomi Belgia), dan 

data dari Almanac Nautika.51 

Johannes Kepler Sir Isac Newton

Tiycho Brahe Nicolas Capernicus

51 Ibid, hlm. 110-112.


|   35

BAB 

3

PENGENALAN SCIENTIFIC CALCULATOR

Demi memudahkan perhitungan yang dianggap sangat urgen dalam keilmuan, maka berbagai cara dilakukan untuk mencoba, membuat, atau 

menyempurnakan alat hitung yang telah ada. Termasuk juga 

memodifikasi, agar proses penggunaannya menjadi lebih cepat

dan mudah. Pada masa sekarang ini terdapat alat hitung yang 

banyak dan komplek untuk berbagai macam perhitungan, 

seperti; sempoa, kalkulator, dan lain sebagainya. Dengan 

munculnya berbagai alat tersebut juga berimbas pada bidang 

perkembangan Ilmu Falak. 

Dalam perkembangannya, alat hitung tersebut juga 

mengalami berbagai pembaruan dari sistem perhitungan, 

sehingga dapat membantu dalam kejelian, ketelitian, dan 

kemudahan dalam menghitung. Salah satunya ialah kalkulator 

yang merupakan alat bantu hitung yang paling praktis dan 

sederhana untuk menyelesaikan rumus-rumus hisab. Dengan 

dilengkapi fasilitas penyimpanan juga, maka kalkulator dapat 

menyimpan program, sehingga sangat membatu dalam proses 

perhitungan. Adapun kalkulator yang khusus digunakan 

untuk perhitungan sains lebih dikenal dengan sebutan scientific 

calculator. 

Dalam Ilmu Hisab, atau Ilmu Falak, scientific calculator 

adalah bagian yang tidak terpisahkan, di samping literatur 

atau bahan rujukan yang dijadikan acuan. Berikut ini adalah 

beberapa jenis model atau tipe kalkulator yang dapat dijadikan 

alat bantu dalam proses pembelajaran, khususnya Ilmu Falak. 

Model I (X-1, 

(-) )

Model II (1/X, 

+/-)

Model III (1/X, 

+/-)

Model IV(1/X, 

+/-)

Model V (X-1, 

(-) )

Pada dasarnya dalam penggunaan scientific calculator 

terbagi dalam dua cara, yaitu; Pertama, mendahulukan 

menombol sin, cos, tan, baru kemudian disusul menombol 

angka. Kedua, mendahulukan menombol angka, lalu disusul 

menombol sin, cos, tan.

Dan untuk scientific calculator cara pertama (mendahulukan 

menombol sin, cos, tan, baru disusul menombol angka) juga 

masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu; Pertama, terdapat fungsi 

sin, cos, tan, tanda derajat (°’”), tanda min (-) dan X-1. Selanjutnya 

model ini disebut model I dan V.  Kedua, selain sin, cos, tan, 

dan tanda derajat (°’”) tambahannya adalah tanda plus minus 

(+/-) dan 1/X. Selanjutnya model ini disebut model II. 

Kemudian untuk scientific calculator dengan cara kedua 

(mendahulukan menombol angka baru disusul menombol 

sin, cos, tan) pada dasarnya masih terbagi menjadi dua, yaitu; 

Pertama, terdapat fungsi sin, cos, tan, plus minus (+/-), 1/X 

juga ada tanda derajat (°’”). Selanjutnya model ini disebut 

model III. Kedua, hanya dilengkapi sin, cos, tan, plus minus 

(+/-), tanpa dilengkapi dengan tanda derajat (°’”). Selanjutnya 

model ini disebut model IV. 

Adapun fungsi yang harus diperhatikan dalam setiap 

tombol, baik bentuk derajat, atau lainnya sebagai berikut:

Mempunyai mode derajat (DEG) dan satuan derajat (°’”/1. 

DMS /DEG)

Mempunyai fungsi sinus (Sin, Cos, Tan)2. 

Mempunyai fungsi perubahan sinus (SHIF, INV, 2ndf )3. 

Mempunyai fungsi pembalikan pembilang dan penyebut 4. 

(1/X atau X-1). Fungsi ini sangat penting untuk mendapatkan 

nilai Cotan ( 1/tan ),  Sec (1/cos), Cosec (1/sin). 

Mempunyai fungsi minus +/- atau  (-)5. 

Penjumlahan = /exe 6. 

Ada beberapa model derajat pada kalkulator, yang 

dikelompokkan sebagai beruikut;

Kalkulator ber-Cursor dengan tombol derajat (°’”)1. 

Kalkulator  tanpa Cursor dengan tombol derajat (°’”)2. 

Kalkulator  ber-Cursor dengan tombol derajat DMS3. 

Kalkulator  tanpa Cursor dengan tombol derajat DEG4. 

Satuan yang dipakai untuk menyatakan sudut yaitu derajat 

dengan simbol (°), menit dengan simbol (‘) dan detik dengan 

simbol (“). Misalnya;  294°29’2” dibaca: dua ratus sembilan 

puluh empat derajat dua puluh sembilan menit dua detik. Pada 

satu derajat (1°) adalah sebesar 1/360 kali keliling lingkaran, 

satu menit busur (1’) didefenisikan 1/60 derajat (1/60°) dan 

satu detik busur (1’’) didefenisikan 1/3600 derajat atau 1/60 

menit busur (1/60’). Pada satuan waktu adalah jam ( j) menit 

(m), dan detik (d), contoh: 07 j 08m 08d dibaca: tujuh jam delapan 

menit delapan detik. 1 hari terdiri dari 24 jam, 1 jam terdiri dari 

60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik.

Pada perhitungan ilmu falak, untuk konversi pada satuan 

ukur sudut (derajat) menjadi satuan ukur waktu ( jam) atau 

sebaliknya sebagai berikut:

360°    =   24 j 24j      =   360°

15° =   1 j 1j  =   15°

1°      =   4m 4m =   1°

15’ =   1m 1m  =   15’

1’  =   4d 4d  =   1’

15”   =   1d 1d  =   15”

24 jam  = 360°

1 jam  = (360°/24) = 15° 

4 menit = (4/60) jam 

1 menit = (1/60) jam = (15°×(1/60)) = 0°,25 

  = 0°,25 × 60’ = 15’ 

4 detik = (4/3600) jam 

1 detik  = (1/3600) jam = (15°/3600) 

  = 4°,166666 × 10-3 

  = (15 × 3600”)/3600 = 15”

Cara untuk mencari nilai Sin, Cos dan tan

1. Contoh mencari nilai Sin 5°10’15.20” 

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Sin 5°10’15.20” = 0.090126574

2. Model II

 Sin 5°10’15.20” = 0.090126574

3. Model III

 5°10’15.20” Sin = 0.090126574

4. Model IV

 5.101520 DEG Sin = 0.090126574

 (angka sebelum titik adalah derajat atau jam, dua 

angka sesudahnya menit dan dua angka sudahnya 

detik)

5. Model V

 Sin (5°10’15.20”) = 0.090126574

2. Contoh mencari nilai Cos 5°05’05.20”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Cos 5°05’05.20” = 0.996064647

2. Model II

 Cos 5°05’05.20” = 0.996064647

3. Model III

 5°05’05.20 Cos = 0.996064647

4. Model IV

 5.050520 DEG Cos = 0.996064647

5. Model V

 Cos (5°05’05.20) = 0.996064647

3. Contoh mencari nilai Tan -5°25’50.20”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Tan (-)5°25’50.20” = -0.095066897

2. Model II

 Tan 5°25’50.20” +/- = -0.095066897

3. Model III

 5°25’50.20”+/- Tan = -0.095066897

4. Model IV

 5.255020 DEG +/-  Tan = -0.095066897

5. Model V

 Tan((-)5°25’50.20”) = -0.095066897

Cara untuk mendapatkan nilai Cotan ( 1/tan )

4. Contoh mencari nilai Cotan ( 1/tan ) 7°7’7.20”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 (Tan 7°7’7.20”) X-1 = 8.007209878

2. Model II

 (Tan 7°7’7.20”) Shift 1/X = 8.007209878

2. Model III

 7°7’7.20” Tan Shift 1/X = 8.007209878

3. Model IV

 7.070720 DEG Tan 2Ndf  1/X = 8.007209878

4. Model V

 Tan (7°7’7.20”) X-1 = 8.007209878

A. Contoh Mencari Sudut Waktu Matahari

1. Rumus: 

 Cos t⊙ = Sin h ÷ Cos φ ÷ Cos δ – Tan φ ×Tan δ

2. Data

 h  = -1°7’9.26”

 φ  = - 2°19’24.51”  

δ  = +23°23’51”

3. Data masuk rumus:

 Cos t⊙= sin -1°7’9.26” ÷ cos -2°19’24.51” ÷ cos 23°23'51”  

–  tan -2°19’24.51” × tan 23°23’51”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Shift Cos (Sin (-)1°7’9.26” ÷ Cos (-)2°19’24.51” ÷ Cos 

23°23’51” – Tan (-)2°19’24.51” × Tan 23°23’51”) = 

Shift °’” 

 MUNCUL 90°12’52.49”

2. Model II

 Shift Cos (Sin 1°7’9.26” +/- ÷ Cos 2°19’24.51” +/- ÷ 

Cos 23°23’51” – Tan 2°19’24.51” +/- × Tan 23°23’51”) 

= Shift °’”   

 MUNCUL 90°12’52.49”

3. Model III

 1°7’9.26” +/- Sin ÷ 2°19’24.51” +/- Cos ÷ 23°23’51” 

Cos – 2°19’ 24.51” +/-  Tan × 23°23’51” Tan =  Shift 

Cos Shift °’”        

 MUNCUL 90°12’52.49”

4. Model IV

 1.070926 DEG +/- Sin ÷ 2.192451 DEG +/- Cos ÷ 

23.2351 DEG Cos – 2.192451 DEG +/- Tan × 23.2351 

DEG Tan = 2Ndf Cos 2Ndf DEG   

 MUNCUL  90.125249 

5. Model V

 Shift Cos (Sin((-)1°7’9.26”) ÷ Cos ((-)2°19’24.51”) 

÷ Cos (23°23’51”) – Tan ((-)2°19’24.51”) × Tan 

(23°23’51”)) = Shift °’”  

 MUNCUL  90°12’52.49”

B. Mencari tinggi bulan dengan rumus sebagai

berikut:

1. Rumus: 

 Sin h( = Sin φx × Sin δ + Cos φx × Cos δ × cos t

2. Data

          h =  tinggi bulan

 φ = -2°19’ 24.51”  

δ  = +19°26’18.92”

 t   = 85°01’ 01.54”

3. Data masuk rumus:

 Sin h( = sin -2°19’24.51” × sin 19°26'18.92" + cos                 

-2°19’24.51”  × cos 19°26'18.92" × cos 85°01’01.54”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Shift Sin (Sin (-)2°19’24.51” × Sin 19°26’18.92” + 

Cos       (-)2°19’24.51” × Cos 19°26’18.92” × Cos 

85°01’01.54”) = Shift °’” 

 MUNCUL  03°55’08.83”

2. Model II

 Shift Sin (Sin 2°19’24.51” +/-  × Sin 19°26’18.92” 

+ Cos 2°19’24.51” +/-  × Cos 19°26'18.92" × Cos 

85°01’01.54”) = Shift °’” 

 MUNCUL  03°55’08.83”

3. Model III

 2°19’24.51” +/- Sin × 19°26’18.92” Sin + 2°19’24.51” 

+/- Cos × 19°26’18.92” Cos × 85°01’01.54” Cos = 

Shift Sin Shift °’” 

 MUNCUL  03°55’08.83”

4. Model IV

 2.192451 DEG +/- Sin × 19.261892 DEG Sin + 

2.192451 DEG +/- Cos × 19.261892 DEG Cos × 

85.010154 DEG Cos = 2Ndf Sin 2Ndf DEG 

 MUNCUL  03.550883

5. Model V

 Shift Sin (Sin ( (-)2°19’24.51”) × Sin (19°26’18.92”) 

+ Cos ((-)2°19’24.51”) × Cos (19°26’18.92”) × Cos 

(85°01’01.54”)) = Shift °’” 

 MUNCUL  03°55’08.83”

C. Contoh Mencari Arah Kiblat

1. Rumus: 

 Cot B = tanφk × cos φx ÷ sin C – sin φx ÷ tan C

2. Data

 B   = arah kiblat dari titik utara atau selatan

 φx = -2°19’ 24,33”

 φk  = +21°25’21.04”

 C  = 66°11’47.99”

3. Data masuk rumus:

 Cotan B = tan 21°25’21.04” × cos -2°19’ 24,33” ÷ sin 

66°11’47.99” –  sin -2°19’24,33” ÷ tan 66°11’47.99”

¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator: 

1. Model I

 Shift Tan (Tan 21°25’21.04” × Cos (-)2°19’24.33” 

÷ Sin 66°11’47.99” – Sin (-)2°19’24.33” ÷ Tan 

66°11’47.99”) X-1 = Shift °’” 

 MUNCUL  65°56’45.79” 

2. Model II

 Shift Tan (Tan 21°25’21.04” × Cos 2°19’24.33” 

+/- ÷ Sin 66°11’47.99” – Sin 2°19’24.33” +/- ÷ Tan 

66°11’47.99”) Shift 1/X = Shift °’” 

 MUNCUL  65°56’45.79” 

3. Model III

 21°25’21.04” Tan × 2°19’24.33” +/- Cos ÷ 

66°11’47.99” Sin –  2°19’24.33” +/-  Sin ÷ 

66°11’47.99” Tan = Shift 1/X Shift Tan °’” 

 MUNCUL  65°56’45.79” 

4. Model IV

 21.252104 DEG Tan × 2.192433 DEG +/- Cos ÷ 

66.114799 DEG Sin – 2.192433 DEG +/-  Sin ÷ 

66.114799  DEG Tan = 2Ndf 1/X 2Ndf Tan 2Ndf 

DEG

 

MUNCUL  65.564579 

5. Model V

 Shift Tan ((Tan (21°25’21.04”) × Cos ((-)2°19’24.33”) 

÷ Sin (66°11’47.99”) – Sin ((-)2°19’24.33”) ÷ Tan 

(66°11’47.99”)) X-1 = Shift °’” 

 MUNCUL  65°56’45.79” 


|   47

BAB 

4

HISAB ARAH KIBLAT

A. Konsep Dasar Penentuan Arah Kiblat

1. Lingkaran Bola 

Di Kamus Matematika, istilah lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama r (disebut jari-jari) 

terhadap suatu titik tetap p (disebut pusat). Pengertian ini 

sedikit sulit untuk dipahami, namun dapat disederhanakan 

dengan pemahaman bahwa lingkaran merupakan himpunan 

semua titik di bidang datar yang berjarak sama dari suatu titik 

tetap di bidang tersebut. Titik tetap lingkaran itu dinamakan 

pusat lingkaran, sedangkan jarak dari suatu titik pada lingkaran 

ke titik pusat dinamakan jari-jari lingkaran. 

Sementara itu lingkaran diartikan sebagai garis lengkung 

yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik 

pusat. Pengertian yang lain, lingkaran adalah sebuah garis 

lengkung yang bertemu kedua ujungnya, sedangkan semua 

titik sama jauh letaknya dari sebuah titik tertentu. Titik ini 

dinamakan pusat lingkaran, jarak dari suatu titik pada lingkaran 

ke titik pusat dinamakan jari-jari lingkaran, dan garis lengkung 

yang bertemu kedua ujungnya itu dinamakan keliling lingkaran. 

Sedangkan daerah yang dibatasi oleh lingkaran disebut bidang 

lingkaran. Oleh karena itu, istilah antara lingkaran dan bidang 

lingkaran itu berbeda. Dengan sebuah benang, kita dapat 

mengkontekstualkan lingkaran. Sedangkan dengan tripleks, 

atau karton, kita dapat mengkontekstualkan bidang lingkaran. 

Dengan demikian sangat terlihat perbedaan lingkaran dengan 

bidang lingkaran.

Gambar; 1. P disebut sebagai titik pusat dan garis r yang 

disebut sebagai jari-jari lingkaran

Keterangan:

P : Pusat lingkaran

r : Jari-jari lingkaran

Lingkaran pada konteks geometri yang dikenal dengan 

istilah bola merupakan bangun ruang tiga dimensi yang 

dibentuk oleh tak hingga lingkaran berjari-jari sama panjang 

dan berpusat pada satu titik yang sama, sehingga bola hanya 

memiliki 1 sisi saja. Dengan demikian, yang dimaksudkan di 

sini dengan istilah lingkaran bola adalah lingkaran yang terdapat 

di dalam bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tak 

hingga lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada 

satu titik yang sama. 

Di dalam lingkaran bola terdapat lingkaran besar dan 

lingkaran kecil. Salah satu lingkaran di dalam lingkaran tersebut 

dinamakan lingkaran dasar utama, yaitu lingkaran besar yang 

posisinya horisontal. Semua lingkaran besar titik pusatnya 

adalah titik pusat bola, sedangkan lingkaran kecil titik pusatnya 

bukan titik pusat bola, namun garis tengah pada lingkaran 

besar.52 

Berpijak dari penjelasan di atas, maka lingkaran besar 

merupakan lingkaran yang terbentuk dari perpotongan bola 

dengan bidang yang melalui pusat bola, dengan jari-jari dan 

garis tengah lingkaran sama dengan jari-jari dan garis tengah 

bola tersebut.

Definisi yang lain, menyatakan bahwa lingkaran besar

merupakan lingkaran yang terbentuk dari perpotongan 

bola dengan bidang yang melalui pusat bola, dimana jari-jari 

lingkaran tersebut sama dengan jari-jari bola, atau perpotongan 

bola dengan bidang yang melalui titik pusatnya; bisa juga 

diartikan lingkaran pada bola dengan garis tengah yang sama 

dengan garis tengah bola.

Dengan demikian, lingkaran besar merupakan lingkaran 

pada permukaan sebuah bola yang memiliki keliling yang sama 

dengan keliling bola tersebut. Oleh karena itu, keberadaan 

lingkaran besar pada bola pasti akan memotong bola tersebut 

menjadi dua bagian besar yang sama. Sedangkan lingkaran 

apapun pada permukaan bola yang tidak memotong bola 

menjadi dua bagian sama besar disebut sebagai lingkaran 

kecil.

52 Selamet Hambali, Ilmu Falak I Penentuan Awal Waktu Salat dan Arah Kiblat Seluruh 

Dunia, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011. hlm, 31.

Pada dasarnya, bola Bumi terbentuk oleh dua macam 

lingkaran, yaitu lingkaran besar (great circle) dan lingkaran 

kecil (small circle). Lingkaran besar merupakan lingkaran bola 

yang mana titik pusatnya sama dengan titi pusat bola dan garis 

tengahnya sama dengan garis tengah bola. 

Sedangkan lingkaran kecil bukanlah merupakan lingkaran bola, 

melainkan lingkaran yang sejajar dengan salah satu lingkaran besar 

atau lingkaran bola. Dengan kata lain, semua lingkaran lintang, selain 

lintang 00 adalah lingkaran kecil. Titik pusat lingkaran kecil bukanlah 

titik pusat bola, namun berada pada garis tengah bola, dan garis 

tengah lingkaran kecil bukanlah merupakan garis tengah bola, namun 

memotong garis tengah bola.

Gambar; 2. Lingkaran bola yang di dalamnya terdapat 

lingkaran besar dan lingkaran kecil. 

Keterangan:

K : Kutub bola

B : Kutub bola

KB :Garis tengah lingkaran besar, sehingga lingkaran 

bola yang melewati KB di sebut lingkaran besar. 

Kemudian sudut yang dibentuk oleh dua lingkaran 

besar disebut dengan sudut bola (a)

DU : Garis tengah lingkaran besar utama

EF : Garis tengah lingkaran besar utama

CL : Garis tengah lingkaran kecil

GH : Garis tengah lingkaran kecil

DFUE : Lingkaran yang melalui DFUE disebut lingkaran 

kecil

Bola Bumi mempunyai banyak lingkaran besar, di 

antaranya adalah meridian Bumi, lingkarang-lingkaran garis 

bujur, lingkaran khatulistiwa atau equator Bumi. Sedangkan 

lingkaran kecil yang ada di bola Bumi hanyalah lingkaran garis 

lintang (Hambali, 2013: 12). Meridian Bumi adalah lingkaran 

bola Bumi yang melalui sumbu atau poros (kutub Utara dan 

kutub Selatan) Bumi dan membelah Bumi menjadi dua bagian, 

yakni bagian Barat dan bagian Timur.

Lingkaran garis bujur adalah lingkaran bola Bumi yang 

melalui sumbu atau poros Bumi (kutub utara dan kutub 

selatan). Meridian Bumi, dan lingkaran garis bujur adalah 

sama. Setengah lingkaran garis bujur yang melalui Greenwich 

dinamakan Meridian Utama (Prime Meridian) dan setengah 

lingkaran garis bujur yang melalui kebalikan Greenwich (180o 

dari Greenwich) dinamakan International Date Line (Garis 

Tanggal Internasional). 

Lingkaran garis bujur yang berada di sebelah Barat 

Greenwich dinamakan bujur Barat dan lingkaran garis bujur 

yang berada di sebelah Timur Greenwich dinamakan Bujur 

Timur. Lingkaran garis bujur dapat dijadikan petunjuk untuk 

mendapatkan arah Utara dan Selatan. Dimana arah Utara 

adalah arah yang menuju ke kutub Utara, sedangkan arah 

Selatan adalah arah yang menuju ke kutub Selatan.

Bilamana peninjau atau observer berdiri di kutub Utara, 

maka arah yang ada di kutub Utara hanyalah arah Selatan, 

tidak ada arah Utara, Barat, dan Timur. Demikian juga ketika 

peninjau atau observer berdiri di kutub Selatan, maka arah 

yang ada di kutub Selatan hanyalah arah Utara, tidak ada arah 

Selatan, Barat, dan Timur.

Lingkaran khatulistiwa atau equator bumi yang sering juga 

disebut dengan istilah garis khatulistiwa atau equator adalah 

lingkaran bola Bumi yang posisinya tepat di tengah-tengah 

antara kutub Utara dan kutub Selatan Bumi serta perpotongan 

tegak lurus dengan lingkaran garis bujur. Lingkaran khatulistiwa 

atau equator membelah Bumi menjadi dua bagian, yakni 

bagian Utara dan bagian Selatan. Lingkaran khatulistiwa atau 

equator dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk mendapatkan 

arah Barat Timur. Arah yang searah dengan lintasan Matahari 

semu adalah arah Barat, sedangkan kebalikannya adalah arah 

Timur.

Lingkaran garis lintang adalah lingkaran kecil pada bola 

Bumi yang sejajar dengan khatulistiwa atau equator Bumi. 

Lingkaran garis lintang juga berpotongan tegak lurus dengan 

lingkaran garis bujur. Sebagaimana lingkaran khatulistiwa atau 

equator, lingkaran lintang juga dapat dijadikan petunjuk untuk 

mengetahui arah Barat Timur. Arah Barat dan arah Timur 

adalah arah yang tidak berujung, tidak seperti arah Utara dan 

arah Selatan. Arah Barat adalah arah yang searah dengan gerak 

harian semu Matahari, sedangkan arah Timur adalah arah yang 

berlawanan dengan gerak harian semu Matahari. Arah Barat-

Timur merupakan arah yang tegak lurus dengan arah Utara-

Selatan.

Sudut garis bujur atau sering dinamakan dengan istilah 

garis bujur biasanya diberi lambang (l) adalah sudut yang 

dibentuk oleh lingkaran garis bujur yang melalui Greenwich 

dengan lingkaran garis bujur yang melalui suatu tempat. 

Definisi yang lain, sudut garis bujur adalah busur atau jarak 

yang dihitung dari Greenwich sampai suatu tempat melalui 

lingkaran garis lintang.

Sudut garis lintang yang sering dinamakan garis lintang 

biasanya diberi lambang (φ) adalah sudut yang dibentuk 

oleh garis yang menghubungkan titik pusat Bumi ke suatu 

tempat dengan garis yang menghubungkan titik pusat Bumi 

ke khatulistiwa atau equator Bumi. Definisi yang lain, sudut 

garis lintang adalah busur atau jarak yang dihitung dari suatu 

tempat sampai dengan khatulistiwa atau equator Bumi melalui 

lingkaran garis bujur.53 (Hambali, 2013: 12-14).

Adapun pada konteks bola langit, pada dasarnya bola langit 

merupakan proyeksi dari bola Bumi ke langit. Lintang dan bujur pada 

bola bumi diproyeksikan ke langit menjadi lintang dan bujur langit. 

Begitu juga equator Bumi menjadi equator langit.

Gambar; 3. Lingkaran bola Bumi

Dengan demikian, berlaku sama penjelasan tentang 

lingkaran besar dan lingkaran kecil. Adapun lingkaran besar 

adalah lingkaran pada permukaan bola langit yang dibuat 

melalui pasangan titik-titik pada permukaan bola langit yang 

berlawanan dan bertitik pusat pada titik pusat bola langit. 

Dengan demikian, bidang lingkaran besar tersebut senantiasa 

53 Selamet Hambali,  Arah Qiblat Setiap Saat, Yogyakarta. 2013. hlm, 12-14.

menyinggung titik pusat bola langit. Lingkaran besar ini dapat 

dibuat sebanyak mungkin (tak terhingga) dan setiap lingkaran 

besar membagi bola langit menjadi dua bagian sama besar. 

Di dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Great Circle, 

sedangkan di bahasa Arab disebut Dairah Azimah, atau Dairah 

Kabirah.

Sedangkan lingkaran kecil adalah lingkaran pada 

permukaan bola langit yang titik pusatnya tidak berimpit dengan 

titik pusat bola langit. Oleh karenanya, bidang lingkaran kecil 

ini tidak menyinggung titik pusat bola langit dan tidak membagi 

bola langit menjadi dua bagian yang sama besarnya. Dalam 

bahasa Inggris dikenal dengan istilah Small Circle, sedangkan 

menurut istilah bahasa Arab disebut Dairah Saghirah.54 

0o 0o

KS

KU

LS

LU

(+)

(–)

Lingkaran Lintang

B

TBT

BB

KS

KU

0 180

Lingkaran Bujur

Gambar; 4. Lintang dan Bujur

2. Arah Kiblat dan Azimut Kiblat

Arah kiblat merupakan arah terdekat menuju Ka’bah 

melalui lingkaran besar (great circle) bola Bumi. Pada konteks ini 

dapat dikatakan bahwa lingkaran bola Bumi yang dilalui oleh 

arah kiblat dapat disebut sebagai lingkaran kiblat.55 Dengan 

54 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 

2008. hlm, 132.

55 Semua lingkaran besar titik pusatnya adalah titik pusat bola, sedangkan lingkaran 

kecil titik pusatnya bukan titik pusat bola, akan tetapi pada garis tengah pada lingkaran besar.

demikian, lingkaran kiblat dapat didefinisikan sebagai lingkaran

bola Bumi yang melalui sumbu atau poros kiblat (Hambali, 

2010: 11). Dengan kata lain, arah kiblat adalah arah terdekat atau 

bidang lengkung terdekat pada bola Bumi terhadap Ka’bah.

Gambar; 5. Ilustrasi arah kiblat 

Sumbu atau poros kiblat yang dimaksudkan adalah 

garis tengah bola Bumi yang menghubungkan Ka’bah dengan 

kebalikan dari Ka’bah melalui titik pusat Bumi. Dimana 

Ka’bah tengah-tengahnya, menurut Slamet Hambali (2013: 14) 

terletak di Bujur Timur (BTk) 39°49’ 34,33” dan di Lintang 

Utara (φk) +21°25’21,04”. Dengan demikian, kebalikannya 

Ka’bah berada di Bujur Barat (BBx) 140°10’25,67” dan di 

Lintang Selatan (φo) -21°25’ 21,04”.56

56 Data lintang dan bujur Ka’bah ini yang akan digunakan di dalam penelitian ini. 

Data ini merupakan data yang digunakan oleh Slamet Hambali (2013: 14) Perhitungan yang 

diperoleh dari google earth. Mengenai data koorinat lintang dan bujur Ka’bah ada banyak ragam. 

Menurut Ahmad Izzuddin lintang Ka’bah: 21°25’21,27” dan bujur Ka’bah: 39°49’34,56”, data 

ini diperoleh dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) Garmin 76CS pada tahun 

2007. Menurut Hasanuddin Z. Abidin yang mengukur dengan Garmin E-MAP mendapatkan 

hasil lintang Ka’bah: 21°25’21.5” dan bujur Ka’bah: 39°49’43,5”. Hasil penelitian Nabhan 

Maspotera tahun 1994 menggunakan GPS menyebutkan lintang Ka’bah 21°25’ 14,7” dan 

bujur Ka’bah 39°49’ 40”. Menurut informasi dari Boscha bahwa Ibrahim juga mengadakan 

penelitian dengan menggunakan GPS diperoleh lintang Ka’bah: 21°25’ 25” dan bujur Ka’bah: 

39°49’ 39” (Izzuddin, 2012a: 30, Hambali: 2011: 181). Selain itu, menurut Moedji Raharto dan 

Dede Jaenal Arifin Surya (2011: 24) lintang Ka’bah: 21°25’21” LU dan bujur Ka’bah: 39°50’ 

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka arah kiblat seseorang 

yang ada di dalam bangunan Ka’bah adalah menghadap ke dinding 

Ka’bah, boleh ke semua arah yang diinginkan, boleh ke Barat, Timur, 

Selatan, Utara, dan sebagainya. Demikian pula, arah kiblat di tempat 

kebalikan Ka’bah,57 di mana dapat menghadap ke arah mana saja.58 Hal 

ini karena menghadap ke arah manapun jaraknya dari titik tersebut 

sampai Ka’bah jaraknya adalah sama.

Pada bola Bumi, sudut arah kiblat adalah sudut yang dibentuk 

oleh lingkaran meridian Bumi di suatu tempat dengan lingkaran kib-

lat yang melalui tempat tersebut. Pada bola langit, sudut arah kiblat 

dapat didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh garis yang men-

ghubungkan titik pusat (tempat yang diukur arah kiblatnya) dan titik 

Utara dengan garis yang menghubungkan titik pusat dan proyeksi kib-

lat di lingkaran horizon. Dengan kata lain juga dapat disebut sebagai 

busur yang dihitung dari titik utara atau selatan sampai dengan proyek-

si Ka’bah melalui horizon.

Azimut kiblat adalah sudut yang dihitung dari titik Utara ke arah 

Timur (searah dengan perputaran jarum jam) melalui lingkaran hori-

zon sampai proyeksi Ka’bah.59 

Gambar; 6. Arah kiblat yang diukur dari titik utara (UTSB)

34” BT. Hafid lintang Ka’bah = 21° 25’ 21.04” Bujur Ka’bah = 39° 49’ 34.05”.

57 Titik kebalikannya Ka’bah berada di Bujur Barat (BBx) 140o 10’ 25,67” dan di 

Lintang Selatan (φo) -21°25’21,04” lokasi ini berada di lautan kawasan Samudra Pasifik bagian 

selatan (South Pacific Ocean).

58 ......................., 2013, Arah Qiblat Setiap Saat, Yogyakarta. hlm, 14-15.

59 Ibid. hlm, 16.

Berdasarkan gambar tersebut, lingkaran UTSB adalah 

horizon atau ufuk, garis OQ adalah arah kiblat atau arah 

menuju ke Ka’bah, UOQ adalah sudut arah kiblat, busur UQ = 

sudut UOQ adalah sudut arah kiblat. Arah kiblat dihitung dari 

titik utara, sedangkan UTSBQ adalah azimut kiblat.

B. Proses Perhitungan Arah Kiblat

Proses perhitungan arah kiblat dapat dilakukan dengan 

menggunakan prinsip ilmu ukur segitiga bola, karena untuk 

melakukan perhitungan arah Kiblat terdapat 3 buah titik yang 

diperlukan, yaitu:

Titik A, terletak di Ka’bah 

Titik B, terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.

Titik C, terletak di kutub Utara.

Gambar; 7. Prinsip Segitiga bola untuk  menghitung arah 

kiblat

Pada gambar di atas terdapat tiga titik A, titik B, dan titik 

C. Dari ketiganya hanya ada dua titik yang tidak berubah, 

yaitu titik A dan titik C, karena pada titik A tepat di Ka’bah, 

s