Tampilkan postingan dengan label melayu. 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label melayu. 8. Tampilkan semua postingan
melayu 8
By arwahx.blogspot. com at Mei 10, 2023
melayu. 8
yang mengiris hati, yaitu praktis BIN semakin dikebiri dengan
berbagai persoalan yang membayangi. Mungkin tidak pernah
terbayangkan oleh publik, bahwa tidak sedikit anggota BIN yang
sungguh sungguh ingin membawa BIN menjadi organisasi
profesional yang pro-gerakan demokrasi, penegakan hukum dan
perlindungan HAM.
220
Bila rekan sahabat Blog I-I bertanya bagaimana lantas posisi
, hal ini sungguh sangat sulit. Meski misalnya
saya memiliki data cukup belum tentu saya bisa
merekomendasikan satu obat mujarab berdasarkan kalkulasi
resiko yang akan dilalui Presiden SBY, Kapolisi , BIN, maupun
Peradilan negara kita atas pilihan-pilihan langkah strategis
penuntasan kasus Munir pasca dokumen FARA. Saya percaya
Presiden SBY dan anggota Kabinet bidang Polkam sudah memiliki
informasi cukup. Penuntasan secara hukum masalah ini sampai
pada sasaran yang dikehendaki atau berdasarkan dugaan kuat
TPF Munir maupun para "aktivis HAM" negara kita dan luar negeri
akan sulit karena lemahnya kecukupan barang bukti yang bisa
dibawa ke pengadilan. Hal ini cukup jelas terlihat dari hasil kerja
dan temuan TPF selama masa kerjanya dan hasil rekomendasinya,
bahkan dari jalannya sidang kasus Munir di pengadilan. Mungkin
bagi Senator Patrick Leahy kondisi ini cukup empuk untuk
menjadi "pekerjaan rumah" bagi persoalan HAM negara kita yang
digelutinya. Leahy mungkin juga sudah melihat kondisi
obyektifnya, dan justru karena kerumitan masalah inilah, maka
beragam dugaan/asumsi dengan mudah digunakan secara logis
untuk meyakinkan salah satu sudut pandang yang bisa menggiring
opini publik.
Sementara itu, kebenaran kasus Munir justru akan semakin
kabur dan semakin jauh dari meja hukum karena memang
ketiadaan barang bukti baru yang bisa digunakan untuk membuka
kembali atau menuntaskan kasus Munir. Semakin performance
221
pemerintah negara kita menjadi lebih buruk dalam kasus Munir,
semakin membuka kesempatan bagi orang-orang seperti Leahy
untuk terus menekan dengan alasan yang telah dipersiapkan dan
cukup meyakinkan publik Amerika. Bila pun akhirnya-pun tekanan
itu semakin kuat, maka pemerintah dalam hal ini Presiden SBY
harus mampu mengambil langkah yang tepat, seperti dalam
permainan catur, pengorbanan atau ketiadaan langkah terbaik
karena hasilnya tetap pengorbanan. Nah siapa yang dikorbankan
itu tergantung dari kalkulasi resikonya.
Bila ada kekeliruan data, mohon rekan-rekan sahabat Blog I-I
memberikan koreksi.
Sekian
Posted by /Saturday, September 09, 2006
222
Kepemimpinan Sipil BIN
Sekitar sebulanan yang lalu, tepatnya sekitar hari-hari menjelang lebaran
seorang lingkaran dekat Presiden menanyakan pendapat saya tentang
calon pengganti Kepala BIN, Syamsir Siregar.
Beberapa nama yang beredar cukup menarik untuk dibahas, baik dari
mereka yang berlatar belakang militer maupun sipil. Saya tidak akan
membahas mereka yang berlatar belakang militer, karena siapapun
Jenderal Bintang dua, tiga atau empat yang duduk di pucuk pimpinan BIN
jarang mengalami resistensi internal maupun kemampuan dalam
pengelolaan jaring intelijen domestik dan internasional.
Saya akan melakukan perbandingan antara dua calon dari kalangan sipil
yang memiliki kans yang sama kuat, yaitu antara Sdr. As’at Said Ali dan
Sdr. Makarim Wibisono.
Dari sudut pandang supremasi sipil dan pemantapan organisasi intelijen
sipil, maka kedua tokoh ini sama-sama menjanjikan reformasi
organisasi BIN menjadi seperti CIA atau seperti lembaga intelijen sipil
lainnya di dunia. Hal itu tentu bukan berarti terjadi pergeseran dari sifat
militeristik menjadi murni sipil. Faktor penting dari kepemimpinan sipil
semata-mata hanya bermakna simbolik bahwa dalam dunia intelijen
negara kita, kepemimpinan sipil tidak lagi diharamkan.
Selama ini, kepemimpinan sipil dikebiri dalam opini ketidakmampuan
ataupun ketidaktegasan karakter yang sulit diperbaiki. Sementara
kepemimpinan militer hampir selalu menjadi pilihan terbaik.
Tulisan ini bukan bermaksud menciptakan dikotomi sipil-militer, karena
hal ini harus dibuang jauh-jauh dari benak komunitas intelijen. Apa yang
dibutuhkan oleh dunia intelijen negara kita adalah kepastian hukum,
223
pembinaan karir yang baik serta mekanisme dan sistem organisasi yang
mantap. Kemudian mengenai siapa-siapa yang mengisi posisi-posisi penting
intelijen tidak memandang seseorang itu sipil atau militer, melainkan
dilihat dari kemampuannya. Sekali lagi bila seorang sipil naik sampai
puncak pimpinan BIN, maka hal ini menjadi sebuah momentum
keseimbangan yang di masa mendatang akan semakin mendewasakan sikap
para pemimpin intelijen dalam memandang latar belakang seorang
pimpinan intelijen, yaitu berdasarkan pada kemampuan dan prestasi.
Saya pribadi melihat bahwa kepemimpinan intelijen negara kita baik dari
kalangan sipil maupun militer telah memperlihatkan prestasi tersendiri
yang tidak perlu diungkapkan. Sedangkan dari sisi kekurangannya kita
juga bisa memperhatikan sejumlah pemberitaan yang menerpa dunia
intelijen negara kita.
As’at atau Makarim
Dari sudut pandang kapasitas intelektual, saya kira gelar-gelar akademis
tidak bisa menjadi satu-satunya ukuran. Karena meski hal itu secara jelas
memperlihatkan sebuah catatan tertulis tentang prestasi seseorang,
namun hal itu tidak menjamin seseorang mampu menjadi pimpinan
intelijen.
Dari sudut pandang jaringan intelijen, Sdr. Makarim Wibisono mungkin
bisa memperbesar kerjasama intelijen internasional dan menciptakan unit
intelijen aktif (spionase). Hal sama tentu saja bisa di lakukan oleh Sdr.
As’at karena pengalaman luar negeri Sdr. As’at yang begitu luas. Tetapi
bagaimana dengan jaringan intelijen domestik yang utamanya diarahkan
224
pada kontra-intelijen, kontras-spionase, kontra-terorisme. Sdr. As’at
jauh lebih unggul dibanding Sdr. Makarim.
Dari sudut pandang kedekatan politik dengan kekuatan-kekuatan politik
dalam negeri. Nilai lebih Sdr. Makarim hanya kedekatan dengan SBY dan
lingkarannya dan basis organisasinya, yaitu Deparlu. Terbuka pula
kemungkinan Makarim memiliki akses dengan sejumlah tokoh politik
dalam negeri. Sementara itu, Sdr. As’at diterpa gosip kedekatan dengan
PDI-P dan Partai Golkar, sehingga sebagian kalangan SBY merasa
khawatir. Padahal Sdr. As’at lebih tepat bila dilihat sebagai tokoh
intelijen yang memiliki kedekatan dengan hampir seluruh kelompok Islam
Moderat di dalam negeri. Lebih jauh, sebagai seorang organik intelijen,
bisa dikatakan bahwa semua unsur intelijen tidak ada bedanya dengan
prajurit perang yang tidak akan melakukan pembangkangan politik kepada
pimpinan negara (Presiden).
Dari sudut pandang organisasi, kekecewaan yang sangat besar akan
dialami oleh lebih dari 80% organik BIN bila akhirnya orang sipil pertama
yang memimpin BIN bukanlah seseorang yang sama-sama berjuang di
dalam organisasi dalam waktu yang lama. Saya mendengar kabar akan ada
pengunduran diri besar-besaran dari jajaran pimpinan BIN sebagai
bentuk protes. Saya perkirakan hal ini akan menjadi awal kejatuhan SBY,
yang bisa jadi akan semakin terpuruk popularitasnya.
Dari sudut pandang keinginan untuk memanfaatkan Sdr. Makarim sebagai
bumper/martir menyelesaikan masalah HAM, khususnya kasus Munir.
Saya kira setelah Sdr. Makarim melakukan evaluasi langsung pada intisari
permasalahan juga akan terdiam seribu bahasa. Hal yang sama juga akan
menimpa kepemimpinan Sdr. As’at, bahkan siapapun dari kalangan militer.
225
Perlu diketahui bahwa meskipun Sdr. As’at dan sebagian besar pimpinan
sipil BIN bersih dari kasus Munir, namun kode etik dan sumpah intelijen
sudah menjadi darah daging kehidupan insan intelijen. Khusus untuk
masalah ini, sebaiknya SBY sendirilah yang mempersiapkan diri untuk
mengambil langkah berani, sehingga seluruh jajaran polkam akan
memberikan dukungan penuh.
Dari sudut penerimaan kalangan militer. Saya kira bila secara definitif
kepemimpinan sipil bisa mencapai puncaknya di BIN, kalangan militer akan
bisa menerima. Hanya saja hal ini membutuhkan kerja ekstra bagi
seseorang yang jarang berinteraksi dengan kalangan militer.
Catatan penting!!!! Kepemimpinan saat ini ada ditangan Sdr. Syamsir
Siregar yang meski saya lihat agak kelelahan selama memimpin BIN, telah
menunjukkan dan meneruskan tradisi organisasi BIN yang terus berusaha
meningkatkan profesionalitasnya. Seperti kita lihat bersama,
persahabatan sipil-militer dalam tubuh BIN bisa tetap terjaga atas
dasar saling menghormati dan bekerjasama dalam memenuhi tugas
pokoknya.
Sekian
Posted by /Sunday, December 03, 2006
226
Diskriminasi Penghasilan di BIN
Kurang lebih sebulan yang lalu saya mengangkat tema yang langsung
membidik BIN, yaitu tentang kepemimpinan sipil BIN. Tidak disangka
tidak dinyana berbagai pertanyaan mengenai pertimbangan siapa yang
pantas menggantikan Sdr. Syamsir Siregar berhamburan ke Blog I-I. Di
awal Januari ini isu itu kembali berhembus dan kali ini bukan di Istana
melainkan di kalangan lembaga setingkat DPR , baca detik.com edisi 9-10 Januari 2007.
Sungguh menarik karena saya bisa merasakan mayoritas anggota Dewan
telah melihat sosok yang paling tepat untuk diangkat. Sementara dari
pihak SBY justru masih terikat dengan janji ke kalangan dekat (eks Tim
Sukses) serta hasil bisikan agen-agen CIA di Istana. Berapapun nama
diajukan SBY, sebenarnya hanya ada satu calon yaitu yang pernah
dijanjikan SBY.
Berlawanan dengan keinginan SBY, kondisi nyata di lembaga setingkat DPR dan organisasi
BIN sungguh mendambakan kepemimpinan sipil dari dalam BIN.
Wah judul artikel tidak nyambung dengan paragraf pembukaan.....???
maklum sudah semakin pikun. Baiklah....akan saya kait-kaitkan dengan
judul artikel kali ini.
DISENSOR ATAS PERMINTAAN AGEN P5
227
Berikut ini catatan yang diberikan agen P5 :
Yth. Pak Seno
Saya hanya ingin berbagi pendapat soal diskriminasi yang Pak Seno
sebut-sebut dalam artikel yang berjudul Diskriminasi Penghasilan di
BIN. Semoga Pak Seno berkenan dan juga menjadi bahan pemikiran bagi
rekan-rekan pembaca Blog I-I.
Pertama, sangat tidak etis membeberkan "kelemahan" organisasi ke
dalam media Blog I-I yang bisa dibaca di seluruh dunia. Kekecewaan yang
mendalam dari sejumlah oknum yang mengirim informasi/e-mail kepada
Pak Seno masih kurang cukup bila dijadikan satu-satunya referensi
tulisan yang tendensius dan penuh tuduhan ini. Alangkah baiknya
semua informasi dikumpulkan dan kemudian dikonfrontasikan langsung
kepada pimpinan intelijen guna mendapatkan tanggapan yang berimbang.
Kedua, sadar maupun tidak sadar Pak Seno telah berkontribusi dalam
merusak citra organisasi intelijen negara yang sedang dibangun. Alangkah
baiknya jika memang ada hard fact tentang kerusakan organisasi di
sektor manapun segera dilaporkan ke pihak yang berwenang. Kritik
membangun ke dalam organisasi lebih diperlukan daripada teriak-teriak
meludahi wajah sendiri (meminjam istilah Pak Seno, maaf).
Ketiga, dalam pengamatan saya Pak Seno telah memiliki pengaruh luas
karena benar adanya bahwa Pak Seno telah menjadi bahan pembicaraan
yang melebihi orang-orang intel yang telah dikenal publik di negeri ini.
Posisi "maya" Pak Seno yang signifikan ini sebaiknya lebih terarah pada
228
reformasi dan penguatan organisasi intelijen yang tidak mengabaikan
citra organisasi di mata warga.
Demikian pendapat saya, mudah-mudahan Pak Seno tidak tersinggung dan
menjadi bosan menyoroti dunia intelijen negara kita.
Terima kasih
Posted by /Wednesday, January 10, 2007
229
Kepada Yang Tersayang Adik-Adik STIN
Tiga hari yang lalu seseorang menyampaikan peringatan bahwa Blog I-I
bisa berdampak negatif kepada calon-calon agen potensial yang sedang
digembleng. Karena Blog I-I hanya memberikan kesan suramnya masa
depan karir di dunia intelijen. Diperkirakan telah terjadi penurunan
semangat di kalangan calon agen setelah membaca tulisan-tulisan gila dari
.
Sebelumnya saya mohon maaf bila tulisan dalam Blog I-I dianggap
mengandung racun yang mematikan.
Secara singkat saya ingin membesarkan hati adik-adik bahwa kesuksesan
hidup dunia tidak semata-mata dilihat dari cemerlangnya jalur karir,
tidak dari gemerlapnya penghasilan harta, tidak dari kejeniusan belaka.
Melainkan secara utuh menjadi bagian jati diri patriot bangsa yang
merupakan identitas prajurit intelijen yang tidak cepat puas dan tidak
cepat menyerah. Sesungguhnya hakikat keberhasilan berkarir di dunia
intelijen bukan hanya terletak pada bukti-bukti suksesnya sebuah analisa
atau operasi, melainkan lebih ke dalam prinsip hidup kita yang mengabdi
pada keselamatan bangsa dan negara negara kita. Andaipun harus mati
demi prinsip ini akan terasa nyaman dan ringan. Perhatikan mereka
yang menjadi legenda dalam dunia intelijen, banyak yang dihargai setelah
melalui hinaan dan penderitaan. Hal itu semata-mata hanya tragedi
kehidupan dimana intelijen dengan segala citra hebatnya hanyalah
manusia biasa yang memegang keyakinan tentang fungsinya untuk
menjaga seluruh komponen bangsa dari kehancuran. Ini hanya sebuah
230
pesan yang membuat saya masih hidup bergairah menyoroti dunia
intelijen negara kita. Merupakan pesan turun-temurun dari senior intelijen
sejak masa perjuangan yang sebagian telah diabadikan dalam janji
prajurit perang fikiran (semoga diajarkan di sekolah).
Sekian dan mohon maaf bila Blog I-I telah meracuni pikiran adik-adik.
Saya terbuka untuk berdiskusi kritis bila memang perlu dan kpada
segenap rekan Blog I-I jangan sungkan untuk memberikan koreksi dan
teguran.
Posted by /Wednesday, January 10, 2007
231
Intel Menjawab
Beberapa e-mail dari rekan-rekan pembaca Blog I-I berisi keluhan dan
pertanyaan bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang intel. Saya
jadi teringat sekitar 20an tahun silam saat beberapa intel junior dalam
komunitas intelijen negara kita bersenda gurau dan saling bercerita
tentang betapa repotnya menjalani tugas sebagai anggota intelijen dalam
kehidupan sehari-hari. "Enaknya" pada era Orde Baru adalah bahwa
kekuasaan begitu besarnya, sehingga kerisauan intelijen itu hanya
sebagai obrolan ringan setelah mendapatkan pelatihan masalah cover
yang ideal.
Bagaimanapun juga, seorang intel adalah mahluk sosial dengan berbagai
hubungan sosial yang harus dipelihara dengan baik serta dijalani secara
normal seperti orang biasa.
Berikut ini, saya berikan beberapa catatan untuk rekan-rekan Blog I-I
yang masih risau tentang menjalani kehidupan sebagai individu dan
anggota warga sekaligus juga sebagai petugas intelijen.
Pertama mempraktekan prinsip anonim. Seorang petugas intelijen perlu
meresapi bahwa keberadaan dirinya yang terkait dengan institusi
intelijen adalah tanpa nama. Saya sudah mencontohkan dengan eksistensi
yang telah mengambil semua identitas, semua ide,
semua intelektualitas jati diri saya yang kemudian dipublikasikan ke
dalam dunia maya Blog I-I.
232
Kedua terkait dengan prinsip anonim, apabila sulit dihindari untuk
terungkapnya identitas asli kepada keluarga, sahabat/teman, kolega
kerja dari institusi lain, maka tidak ada gunanya apabila hal itu ditutup-
tutupi dengan kebohongan. Langkah yang perlu ditempuh adalah dengan
hanya mengakui adanya keterkaitan dengan institusi intelijen. Misalnya
Saya Fulan bekerja di Baintelkam polisi , saya Johnny bekerja di BAIS
tentara , saya Budi bekerja di Intelijen Imigrasi, saya Anto bekerja di BIN,
saya Agus bekerja di Intelijen Kejaksaan Agung, dst. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah bahwa informasi itu tidak tersebar lagi lebih
luas dengan meminta perhatian pihak yang sudah tahu. Lebih dari itu, misi
utama, kegiatan, serta keahlian khusus anda sebagai petugas intelijen
tetap dirahasiakan.
Ketiga terkait dengan keahlian khusus yang anda miliki sebagai seorang
petugas intelijen, maka ada saat-saat dimana anda mendapat
pelatihan/training. Sejumlah metode pelatihan adalah bersifat terbuka
dan merupakan keahlian dasar yang wajib diketahui oleh seorang intel.
Namun ada pelatihan yang sangat khusus yang sangat sensitif yang
langsung terkait dengan pekerjaan anda, hal yang semacam ini bukan
untuk dipamerkan ataupun diketahui banyak orang di luar organisasi.
Sebagai contoh keahlian dalam menggunakan intelligence devices,
keterampilan membunuh secara "wajar", dan keterampilan melakukan
trick kotor intelijen. Saya kira rekan-rekan Blog I-I senior akan bisa
mengingat siapa saya, karena keterampilan yang saya peroleh di CIA dan
Mossad pada tahun 80-an hanya diikuti oleh sangat sedikit orang. Karena
233
sedikit itulah, maka saya cukup percaya diri akan kerahasiaan yang akan
selalu melindungi.
Keempat masalah verifikasi pekerjaan yang harus dilakukan saat kita
melakukan hubungan dengan dunia praktis di sekitar kita. Misalnya hal ini
terkait dengan hubungan dengan Bank (tabungan, kredit pinjaman, kartu
kredit, dll), pemilikan properti, dan data-data administrasi lainnya.
Adalah sangat penting untuk mempersiapkan cover job yang sempurna,
dalam artian benar-benar ada sampai pada tingkat verifikasi dan back
stopping yang kuat.
Kelima masalah hubungan dengan media massa. Sebuah situasi yang ideal
adalah keberadaan sebuah Divisi atau Direktorat Kebijakan Informasi
Publik atau semacam Humas/PR. Organisasi Intelijen dari waktu ke waktu
akan menjadi berita di media cetak, TV maupun internet. Oleh karena itu
Divisi yang bertanggungjawab yang memberikan pernyataan resmi. Dalam
kasus negara kita, pimpinan Intelijen seperti KA BIN, KA BAIS, KA
BAINTELKAM, sekaligus merangkap menjadi humas. Apabila anda telah
mencapai posisi yang tinggi dan mulai dikenal publik, jangan sekali-kali
memberikan konfirmasi ataupun penyangkalan atas sebuah informasi yang
terkait dengan organisasi intelijen di mana anda bekerja. Jawaban
singkat berupa no comment sudah cukup. Bahkan bila anda masih pada
tingkatan yang lebih rendah, jangan sekali-kali memberikan konfirmasi
atau penyangkalan walaupun hanya sebagai bincang-bincang ringan dengan
anggota keluarga atau teman.
234
Keenam terkait dengan masalah kewaspadaan seorang intelijen adalah
melekat dan sungguh-sungguh dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
dan menjadi otomatis duluan seperti iklan sebuah produk motor
automatic. Misalnya dalam kasus konflik komunal, terorisme, dan kegiatan
intelijen asing, maka menjadi kewajiban untuk melaporkan apabila anda
sungguh-sungguh menemukannya walaupun itu di luar tugas pokok unit
anda.
Ketujuh terkait masalah tingkatan klasifikasi informasi yang cara
menanganinya. Mulai dari catatan tulisan tangan anda sampai laporan
khusus. Secara umum hanya ada tiga tingkatan kerahasiaan yaitu
Terbatas, Rahasia, dan Sangat Rahasia. Namun tingkatan itu bisa saja
diperbanyak tergantung keputusan pimpinan masing-masing organisasi.
Kedelapan adalah prinsip need-to-know yang harus secara ketat dijalani
dalam keseharian kerja seorang intelijen. Banyak omong, distribusi
laporan yang sembarangan, atau kekeliruan dalam proses pelaporan
adalah hal-hal yang bisa merusak mekanisme kerja intelijen. Mungkin
anda berpikir Blog I-I sudah melanggar prinsip ini, saya tidak
menyangkalnya karena Blog I-I memang menjadi konsumsi publik.
Pembelaan saya adalah bahwa saya membuka diri untuk koreksi dari
siapapun untuk bisa menyajikan sebuah proses pembelajaran dan
reformasi Intelijen negara kita.
235
Kesembilan prinsip For Official Use Only (FOUO) harus secara ketat
diterapkan dalam setiap dokumen yang diberikan tanda Untuk
Kepentingan Dinas. Jangan sampai anda campur adukkan dengan
keseharian pekerjaan rutin maupun pribadi. Anda berkesempatan
memanfaatkan informasi-informasi penting untuk hal-hal yang
menyimpang. Misalnya untuk pemerasan, untuk mencari keuntungan, untuk
membuka peluang bisnis, untuk kepentingan kelompok atau pribadi. Oleh
karena itu, janganlah tergoda untuk menjerumuskan diri ke situasi
ini.
Kesepuluh masalah publikasi karya seorang petugas intelijen. Diperlukan
persetujuan dari pimpinan intelijen untuk setiap publikasi seorang
petugas intelijen yang mungkin berisi data-data intelijen. Bahkan
meskipun bila anda sudah pensiun seperti saya, ada sebuah proses review
atas hasil karya anda. Sekali lagi rekan-rekan Blog I-I akan bingung,
apakah Blog I-I sudah direstui? jawabnya tanyakan pada jajaran
pimpinan Komunitas Intelijen negara kita (IC). Apapun kontroversinya,
Blog I-I sekali lagi memberikan ruang koreksi yang sangat luas kepada
organisasi intelijen di negara kita untuk klarifikasi, koreksi, sensor, dan
apapun namanya dengan catatan atau alasan yang dimenegrti Blog I-I.
Kesebelas masalah pengamanan pribadi anda sebagai seorang petugas
intelijen. saat seorang petugas intelijen keluar dari kantornya, ada
begitu banyak informasi yang ada di kepalanya. Oleh karena itu, seorang
petugas intelijen juga menjadi target pihak oposisi yang ingin
236
membongkar informasi dari organisasi intelijen. Karena itu waspadalah
dan jagalah keselamatan anda di manapun berada.
Keduabelas masalah hubungan dengan warga negara asing. Petugas
Intelijen negara kita seyogyanya waspada terhadap infiltrasi agen-agen
asing ke dalam organisasi dan usaha-usaha menjadikan anda seorang
double agent. Setiap hubungan dengan orang asing mencakup percintaan,
kewajiban dalam satu organisasi internasional, dan hubungan profesional
lainnya pada prinsipnya wajib diketahui organisasi. Apalagi jika hubungan
ini menjadi semakin erat, misalnya dari percintaan mengarah pada
pernikahan, harus ada proses clearance yang teliti. Meski begitu,
hubungan-hubungan dengan WNA yang memang dirancang dalam sebuah
rencana operasi yang dikendalikan oleh Case Officer dari Markas Pusat
adalah sah-sah saja.
Ketigabelas korespondensi dengan warga negara asing. Berbeda dengan
poin nomor dua belas, maka masalah korespondensi bisa dibedakan
korespondensi sosial (penpal) dan korespondensi strategis, yaitu yang
membahas aspek-aspek pekerjaan intelijen. Korespondensi yang
berpotensi membahas pekerjaan organisasi adalah dilarang atau
setidaknya diketahui pimpinan atau menjadi bagian dari operasi intelijen.
Meskipun sangat sulit, karena sekarang sudah menjadi begitu cepat
prosesnya melalui internet, maka tanggung jawab kontrolnya ada di
tangan anda.
237
Keempatbelas Masalah mengunjungi Kedutaan Besar negara lain atau
bertemu dengan diplomat asing. Karena dalam setiap Kedutaan Besar
asing selalu ada agen intelijen, maka seorang petugas intelijen tidak
dianjurkan untuk berkunjung ke Kedutaan Besar atau menemui diplomat
asing (bisa jadi diplomat intel). Urusan Visa, dan masalah-masalah yang
terkait dengan Kedutaan Besar asing seyogyanya dikondultasikan dengan
unit liaison agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Kelimabelas masalah kegiatan radio amatir yang rawan dari eksploitasi
intelijen asing termasuk kepemilikan website yang bisa membongkar
individu-individu penting intelijen. Blog I-I berkali-kali menjadi sasaran
desepsi asing yang seolah-olah merupakan sumbang saran dari sesama
rekan Blog I-I yang nasionalis. Itulah sebabnya Blog I-I sangat
berterima kasih kepada beberapa agen senior dan sedikit pimpinan
intelijen yang memberikan perhatian berupa teguran, kritik, saran dan
konfirmasi.
Keenambelas masalah perjalanan pribadi ke luar negeri. Setiap petugas
intelijen negara kita yang melakukan kunjungan ke luar negeri dalam urusan
pribadi harus mendapatkan persetujuan dari pimpinan intelijen. Hal ini
terkait dengan pengamanan. Hukuman kepada petugas intelijen negara kita
yang lalai atau sengaja tidak melaporkan kunjungan ke luar negeri
maksimal dikeluarkan dari kedinasan. Ini merupakan masalah prinsip
disiplin petugas demi terjaganya fungsi pengawasan yang maksimal dari
penghianat di dalam organisasi. Misalnya saja, pada tahun 1979 saya
melakukan kunjungan pribadi kepada seorang tokoh KIN yang tersingkir
238
ke Taiwan, saya melaporkan secara rinci rencana ini langsung
kepada pimpinan. Selain silaturahmi, ada misi memahami kebijakan baru
RRC dalam kepemimpinan Teng Hsiao Bing.
Ketujuhbelas masalah keanggotaan dalam sebuah organisasi lokal,
regional maupun internasional. Adalah sah-sah saja bila seorang petugas
intelijen menjadi anggota atau bahkan pengurus organisasi.
Persyaratannya sangat sederhana, jelas maksud dan tujuannya. Apalagi
untuk organisasi internasional, tentu harus sepengetahuan pimpinan
intelijen. Perlu diketahui bahwa ada organisasi yang dibentuk memang
untuk menghancurkan organisasi intelijen, maka berhati-hatilah bila
kegiatan yang dituju dalam organisasi bisa kontraproduktif terhadap
kegiatan anda, pengecualian hanya bila ada dalam rencana operasi
interlijen, misalnya organisasi target intelijen.
Kedelapanbelas masalah perubahan status pernikahan, perceraian, dan
ganti nama. Kesemua itu wajib dilaporkan kepada organisasi.
Kesembilanbelas masalah narkoba adalah masalah yang sangat
membahayakan kinerja seorang petugas intelijen. Hukuman berupa
pemecatan secara tidak hormat adalah wajar.
Keduapuluh masalah senjata dan tanda pengenal dalam kantor pusat.
Kedisplinan dalam memperlakukan senjata dan tanda pengenal bagi
petugas intelijen negara kita adalah vital. Kedua hal ini melekat
dalam identitas seorang petugas. Pada saat ke kantor pusat pemakaian
239
tanda pengenal adalah wajib, dan pada saat di luar tugas tanpa pengenal
tidak boleh hilang ditempat umum. Demikian pula dengan senjata,
kehilangan kedua hal ini bisa berakibat sanksi yang berat.
Keduapuluhsatu masalah kehilangan informasi penting harus dilaporkan
kepada pimpinan langsung untuk dilakukan review tingkat resiko yang bisa
ditimbulkan. Misalnya saat terjadi pembocoran dari dalam organisasi
hal ini harus diselidiki secara seksama untuk mengetahui pihak yang
membocorkan yang bisa dihukum dengan pemecatan.
Keduapuluhdua msalah penggunaan jalur telepondan fax aman dan tidak
aman. Untuk pembicaraan yang rahasia seperti rencana operasi, maka
wajib menggunakan jalur telepon aman yang bebas penyadapan. Anda bisa
menggunakan berbagai metode, alat, atau sandi (encrypted).
Catatan ini di atas hanya sebagai masukan demi profesionalitas
petugas intelijen yang memahami kewajibannya dalam menjalankan tugas
serta menjalani kehidupan wajar sehari-hari. Bila rekan Blog I-I ada
tambahan ide, silahkan ditambahkan.
Sekian, semoga bermanfaat
Posted by /Saturday, February 24, 2007
240
Cambridge Circus
"I get so angry but I keep my mouth shut"
Begitulah ekspresi seorang bila harus mendongeng
tentang Cambridge Circus. Buat rekan-rekan yang belum terlalu banyak
tahu tentang kisah-kisah penghianatan intelijen, ada baiknya mengunjungi
link Cambridge Circus yang mudah-mudahan bisa mempersingkat waktu
dalam memahami salah satu istilah yang wajib diketahui oleh insan
intelijen. Namun bila rekan-rekan Blog I-I ingin lebih serius lagi maka
akan sangat baik untuk membaca buku John Le Carre atau menonton film
berikut ini :
Adalah seorang Bird Commander yang memancing saya untuk menulis
artikel ini.
Silahkan dilanjutkan bila tertarik.........sebelum rekan-rekan Blog I-I
melanjutkan ada baiknya dipahami bahwa masalah ini sangat serius
sehingga saya harus sangat berhati-hati dalam penulisannya.
Pertama-tama perlu diketahui bahwa kisah tentang Mole (agen penetrasi
yang ada di dalam organisasi intelijen, umumnya double agent) merupakan
keniscayaan yang sulit dihindari dalam dunia intelijen. Hal itu menjadi
natural bagi orang-orang intel dan sangat dipahami bahwa tingkat
probabilitanya cukup tinggi. Di negara kita pernah dihebohkan dengan
kasus Susdaryanto yang kemudian menjadi catatan klasik dunia intelijen
negara kita. Belajar dari kasus ini, para tikus-tikus bermain dalam
tataran yang lebih aman yaitu dengan mengembangkan sayap-sayap
241
pendukung yang kuat serta menghindari pertemuan langsung di negara kita.
Dengan mengandalkan alat komunikasi yang relatif lebih canggih dari
alat-alat yang dimiliki Intelijen negara kita, para tikus bisa merasa aman,
dan demikianlah faktanya.
Celakanya Blog I-I melihat bahwa beberapa tikus ini termasuk
intel andalan di jajaran polisi , tentara dan BIN. Tentu saja tuduhan Blog I-I
akan berdampak serius dengan tuntutan adanya klarifikasi dengan fakta
dan tunjuk muka siapa si tikus yang dimaksud. Sejujurnya Blog I-I tidak
bisa tunjuk muka atau memberikan DPO Circus yang dimaksud. Mengapa
demikian? karena memang tidak pernah ada lagi operasi pengungkapan
infiltrasi intel asing ke dalam tubuh organisasi keamanan negara kita.
Selain dianggap naif dan mengada-ada, setiap kecurigaan ke arah sana
selalu didahului oleh kelihaian para tikus untuk menghentikan kecurigaan
ini.
Berikut ini saya kategorikan beberapa jenis kelompok Circus :
Pertama Circus Merdeka Philip dibentuk pada masa operator CIA senior
keturunan Vietnam bekerja di negara kita, saat ini para tikus diperkirakan
sudah atau akan menduduki posisi-posisi penting dalam organisasi
Intelijen.
Kedua Circus Graha TW, motivasi pada uang dan aksi premanisme yang
akan tergiring menuju gerakan membuka diri pada infiltrasi kepentingan
China, Singapura dan Israel. Sangat kuat dalam organisasi tentara .
Ketiga Circus Opera House sedang bergerak cepat dalam tubuh polisi dan
BIN, merupakan operasi penggalangan Australia yang memberikan begitu
banyak bantuan uang dan teknis.
242
Keempat Circus Mandarin berjalan mantap karena sangat halusnya
senantiasa menjadi kepanjangan kepentingan negara-negara Eropa
khususnya Inggris.
Kelima Circus Sahara yang secara berkelanjutan memposisikan Islam
sebagai ancaman serius bagi NKRI, merupakan antek-antek Mossad yang
sangat lihai.
Blog I-I mengangkat masalah Circus secara ringan hanya sebagai teguran
halus sekaligus peringatan kepada rekan-rekan intel yang telah
terperosok dalam permainan intelijen asing. Mengapa tidak secara keras
dilakukan tindakan disiplin oleh pimpinan intelijen, Mabes polisi dan Mabes
tentara ? Blog I-I melihat bahwa kebanyakan anggota Circus ini masih
dalam tahapan "tergalang" dan belum sungguh-sungguh melakukan
pembelotan yang serius, motivasi harta dan karir gemilang merupakan
faktor utama. Blog I-I meyakini bahwa mereka hanya salah jalan dan bisa
kembali bertaubat. Dengan kata lain, hanya masalah waktu saja untuk
proses pengumpulan bukti-bukti pro justisia, setidaknya di antara anda
para tikus sudah ada yang bisa merasakan mengapa tiba-tiba karir anda
mandeg bukan?
Refleksi Intelijen negara kita
Tulisan ini tidak mengandung informasi yang akurat tentang peristiwa-
peristiwa di tanah air. Hanya sebuah refleksi ringan.
Memang dasar negeri penuh misteri dan propaganda, hampir tak ada
kasus yang benar-benar bersih dari unsur misteri alias ketidakjelasan
informasi yang simpang siur. Itulah sebabnya teori konspirasi begitu laku.
Bahkan sejujurnya lama-kelamaan saya jadi ikutan pusing. Bila kebenaran
diungkapkan-pun tidak akan langsung bisa dilihat sebagai kebenaran.
Melimpahnya informasi justru membuat pekerjaan intelijen menjadi
harus ekstra hati-hati. Sementara itu, permainan demi permainan tanpa
kenal ampun terus bergulir dari satu papan masalah ke masalah lain. Dari
luar tampak sebuah dinamika yang sehat dan baik bagi kemajuan manusia
negara kita yang demokratis. Tetapi siapa yang bisa menduga kehancuran
tiba-tiba negara kita Raya bak kisah goro-goro ramalan Jayabaya.
Belakangan sejumlah kalangan mempertanyakan masalah Blog I-I, bisa
dipercaya atau tidak? punya afiliasi dengan siapa? berapa besar jaring
informasinya? apa maksud dan tujuannya? adakah kode-kode instruksi
yang tersembunyi? membela kepentingan siapa? dst....dst....dst.
Kita akan sangat berbahaya apabila kita jujur di dunia yang penuh
kebohongan. Ada yang perlu saya syukuri bahwa kepedulian rekan-rekan
semakin lama semakin satu irama dengan Blog I-I, bahkan mereka yang
kontra pun mulai berpikir panjang dan mengajak diskusi-diskusi sensitif
tentang masa depan negara kita. Sayang saya sudah lambat berpikir dan
terlalu capek untuk mengikuti dinamika perkembangan yang begitu cepat.
Sebagai contoh, entah berapa puluh rekan Blog I-I yang menanyakan
apakah artikel Blog I-I tentang Jamaah Islamiyah di Poso merupakan
murni analisa . Perlu saya sampaikan bahwa simpati dan
kesamaan visi dari rekan-rekan pembaca Blog I-I telah berkembang
menjadi ikatan longgar untuk sharing informasi. Saya sendiri semakin
sulit memperkirakan berapa besar perkembangan jaring informasi yang
memiliki nafas sama Blog I-I. Banyak informasi yang merupakan serpihan
fakta, banyak juga yang desepsi, serta tidak sedikit yang bertanya-
tanya. Maka saya konfirmasikan kepada rekan-rekan bahwa artikel dalam
Blog I-I merupakan kumpulan dari sejumlah informasi dari rekan-rekan
yang punya akses dan kemudian saya susun menjadi artikel yang mudah
dibaca dan dipahami. Seperti pernah saya sampaikan dalam tulisan-tulisan
awal, maka saya mematuhi kepatutan untuk tidak gegabah membahas
suatu kasus yang masih dalam proses penyelidikan. Apalagi kasus sensitif
gerakan kelompok teroris yang sedang dikejar-kejar Densus 88. Apabila
saya bawakan oleh-oleh cerita tentang lolosnya NMT atau AD tentu akan
pihak geregetan ingin menjitak kepala saya. Densus 88 sudah bekerja
dengan sangat baik.
Informasi tentang Jamaah Islamiyah, NII KW 9, keterlibatan oknum
aparat, keterlibatan intelijen asing, perang melawan teror, pembusukan
citra Islam, adu domba Islam-Kristen, konflik komunal, operasi cabut
mandat, masalah perampokan pasir oleh Singapura, sikap Malaysia yang
arogan, isu HAM, kelompok neoliberal, bangkitnya Partai Komunis
negara kita, dll begitu simpang siur di tengah-tengah warga. Bahkan
dalam forum komentar Blog I-I pun mulai tampak simpang siur yang saya
kewalahan untuk meresponnya satu per satu. Mudah-mudahan artikel-
artikel dalam Blog I-I tidak semakin memperkeruh keadaan.
Ojo kagetan Ojo gumun kata mantan Presiden Suharto. Rekan-rekan juga
tidak perlu emosional dalam menyikapi setiap suasana keruh yang
disebabkan oleh menebalnya kabut persoalan yang harus disingkapkan
oleh intelijen.
Bila negara kita Raya memang berambisi menjadi negara 5 besar di dunia
pada tahun 2030 dengan pendapatan per kapita US$ 18.000 seperti
diungkapkan oleh Presiden SBY, maka sudah tidak bisa ditawar lagi
penguatan sektor intelijen sebagai garda depan penjaga keselamatan
bangsa. Saya katakan demikian karena bila kita belajar dari RRC, jelas
sekali bahwa sejak tahun 1960-an intelijen RRC yang dipimpin oleh Otak
Revolusi Kebudayaan Kang Sheng yang telah merancang pondasi yang
kokoh bagi intelijen modern RRC, diantaranya dengan pendataan seluruh
Cina Perantauan yang potensial bagi pembangunan nasional RRC. Secara
khusus misalnya ditetapkan target kepada Ilmuwan Cina Perantauan yang
sangat cerdas untuk bekerja di luar negeri dan pada waktunya dipanggil
kembali untuk membangun Cina. Kemudian target juga diarahkan kepada
kapitalis Cina di dunia. Sehingga, meski Kang Sheng akhirnya harus
dihukum karena tuduhan terlibat kasus Gang of Four. Intelijen RRC telah
membangun jaring intelijen manusia yang luar biasa atau mungkin yang
terbesar di dunia. Jaring itulah yang diteruskan oleh institusi intelijen
untuk terus mendukung pembangunan RRC sebagai negara besar.
Sehingga saat terjadi pergeseran konsep pembangunan, tidak ada
masalah atau gejolak yang berarti, secara mantap terjadi kesinambungan
dari pemimpin lama kepada pemimpin baru, bagaikan lari estafet yang
tidak terputus di tengah jalan.
Bagaimana dengan negara kita? dengan kondisi intelijen yang tercerai
berai, kondisi demokrasi yang sarat politik kepentingan, adakah jaminan
bahwa program pembangunan negara kita akan konsisten dan berkelanjutan
dari waktu ke waktu. Bukankah hampir menjadi tradisi di negara kita untuk
terjadinya jeda/putusnya kesinambungan pembangunan saat terjadi
perubahan pemimpin. Oh entah kapan lahir kesadaran komunal seluruh
komponen bangsa untuk berperilaku benar demi kelangsungan negara kita
Raya.
Masalah yang ini belum selesai, meledak masalah yang itu. Masalah yang
itu sedang ditangani, muncul lagi masalah yang lain, begitu dari waktu ke
waktu. Derap langkah pembangunan yang tertatih-tatih dalam perbedaan
konsep, keyakinan, kepentingan, strategi dan bahkan sampai level taktik
pun terjadi perbedaan yang mengarah pada konflik.
Hal itu belum menyoroti soal kinerja. Tanggung jawab anggaran
pemerintah yang hampa kinerja semakin rusak manakala para pelakunya
bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud bekerja sesuai dengan rencana
yang dianggarkan. Ditengah perjalanan banyak bermunculan lembaga-
lembaga ekstra (fungsional) karena lembaga struktural tidak berfungsi.
Ada kesan banyak yang ingin berbuat namun hanya sebatas ingin saja,
berandai-andai tanpa kerja nyata yang bisa dipertanggungjawabkan.
Korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan kontrol yang lemah di berbagai
sektor baik di pusat maupun di daerah. Semuanya menjadi sebuah ramuan
maut yang mematikan. Sementara para pelakunya memiliki keyakinan aji
mumpung yang sangat kuat. Mumpung aparat masih bisa dibeli, mumpung
hukum masih bisa pilih kasih, mumpung pemerintahan bisa disandera oleh
kepentingan politik, dan jutaan mumpung lainnya.
Insan intelijen yang ideal di negara kita adalah sekumpulan orang stress
yang nyaris gila karena harus melihat kenyataan pahit sulitnya menangkap
asap tanpa menyeret anginnya. Sebuah pesan revolusi untuk menyalakan
api karena asap akan hilang bila apinya sudah menyala. Atau menuang
tuba/endrin bening ke dalam air agar ikan mati keluar dari dalam air dan
mengapung, sehingga air tak bergolak ataupun menjadi keruh. Lagi-lagi
pesan revolusi yang sungguh Blog I-I tidak setuju, karena sangat jarang
terjadi revolusi damai, apalagi dalam sejarah bangsa negara kita.
Tetapi tidak berarti intelijen ideal harus menyerah pada keadaaan dan
duduk bengong tanpa berbuat apapun. Manfaatkanlah Blog I-I untuk
kepentingan bersama. Tegurlah bila ada artikel yang
bernada kebohongan, fitnah, ataupun pengelabuan. Koreksilah untuk
kepentingan bangsa negara kita. Sampaikanlah kebenaran informasi
intelijen walaupun pahit. Tentunya perlu rekan-rekan renungi dahulu
tingkat sensitifitas informasi yang pantas diangkat dalam Blog I-I,
Duduk Perkara Mossad dan Intel Asing di negara kita
Mohon maaf kepada seluruh komponen bangsa negara kita bila Blog I-I
mengabarkan berita yang kurang enak didengar dan menimbulkan tanda
tanya. Mohon maaf kepada segenap aparatur keamanan pemerintah yang
masih aktif bila Blog I-I membawa kekisruhan. Mohon maaf kepada unsur
pimpinan di Negeri tercinta negara kita Raya bila informasi-informasi
sensitif dari jaring Blog I-I membuat hati menjadi panas. Sungguh tidak
ada maksud tersembunyi selain meningkatkan kewaspadaan publik serta
mendorong peningkatan Intelijen negara kita yang berwibawa, kuat,
cerdas, dan cepat tanggap.
Informasi kedatangan Kidon di negara kita telah mengundang terjadinya
polemik hebat baik secara offline (copy darat) maupun online (silahkan
dicari sendiri linknya). Beberapa kelompok agen binaan Mossad
terdeteksi mengurangi aktivitas dan lebih berhati-hati, beberapa bahkan
mulai menjadi ragu-ragu atas pilihan menjual diri kepada Israel. Dari sisi
kesadaran ini saya merasa ada manfaat positif yang nyata dari Blog I-I.
Meskipun demikian, apa-apa yang dibahas dalam Blog I-I tentang Mossad
maupun Intelijen Asing lainnya bukan sebuah generalisir kebencian
terhadap unsur-unsur asing di Republik negara kita. Melainkan sebuah
proses kabar berita intelijen berdasarkan dukungan data yang mudah-
mudahan bisa merangsang kewaspadaan yang lebih baik.
Blog I-I tidak bermaksud menjerumuskan bangsa negara kita untuk
berpandangan sempit kepada seluruh unsur asing yang ada di negara kita.
Blog I-I juga tidak bermaksud melimpahkan seluruh persoalan bangsa
negara kita kepada kambing hitam yang bernama unsur asing ataupun
Mossad. Bahwa terlalu banyak unsur domestik, pemimpin, pengusaha, dan
elit negara kita yang menjadi pelacur busuk yang menjual diri kepada unsur
asing itu ada benarnya. Namun kita juga sulit dalam berhadapan dengan
pelacur berwajah manis dan menguasai ekonomi dan politik negara bukan?
Salah-salah kita juga diajak sekalian melacurkan diri demi kesuksesan
pribadi.
Bila artikel-artikel Blog I-I sebelumnya disimpulkan sebagai sebuah
tuduhan yang tidak beralasan kepada Mossad dan Intelijen Asing lainnya,
maka hal itu sebuah kekeliruan karena Blog I-I hanya bertanya-tanya
dalam pengaruh teori konspirasi. Jadi bukan sebuah desepsi informasi
yang bertujuan memanaskan situasi.
Jaring Blog I-I saat ini terus mengembangkan operasi pengumpulan
bahan keterangan untuk menjaga agar kerusakan negara kita Raya tidak
semakin parah. Terima kasih kepada para ksatria Ronin yang menjadi
garda terdepan dalam menginformasikan berbagai perkembangan
keamanan dan intelijen. Silahkan menjadikan Blog I-I sebagai rumah
bersama kumpulan Ronin atau Senopati tanpa Raja yang senantiasa
mengasah diri. Demi negara kita Raya, mungkin suatu saat kita bisa
mendapat kehormatan untuk berjuang seperti Kisah 47 Prajurit Ronin di
Edo pada masa akhir pemerintahan Shogun Tokugawa Tsunayoshi.
Kembali pada pokok pembicaraan, dan sebagai pemanasan awal, Blog I-I
akan mengungkapkan satu bukti faktual operasi Kidon yang teramat
sensitif dan resikonya sangat besar karena akan menyinggung unsur
pimpinan intelijen atau bahkan berpotensi memicu ybs turun
jabatan.
Seperti pernah saya ungkapkan bahwa rencana infiltrasi yang lebih dalam
ke NKRI telah menjadi agenda Mossad sejak tahun lalu. Sasarannya
adalah lembaga keamanan negara kita dengan tujuan menciptakan jalur
komunikasi langsung yang tidak bisa diintersep oleh pihak ketiga. Jalur
komunikasi ini dibangun atas biaya Mossad, dengan biaya yang
sebenarnya tidak terlalu mahal bagi sebuah negara, namun cukup lumayan
bagi instansi keamanan. Menurut informasi hasil intersep di Singapura,
pembukaan jaring komunikasi ini merupakan ujian kenaikan bagi
seorang agen yang telah bertahun-tahun menjadi Katsa di negara kita.
Selain itu, ada aspek bisnis yang besar berupa pembayaran atas jasa-
jasanya dalam menciptakan jaring kegiatan di negara kita. Agen ini
berinisial ASGF, keturunan Arab serta memiliki hubungan dekat dengan
pimpinan militer dan intelijen negara kita. ASGF telah berhasil meyakinkan
bahwa komunikasi Jakarta - Tel Aviv sangat penting dan harus dibangun
tahun ini juga. Menurut informan Blog I-I yang berkantor di depan
Kalibata Mall, bisa dipastikan bahwa alat ini sudah terpasang.
Tidak usah menuduh Blog I-I macam-macam, silahkan buktikan sendiri
dan tanyakan langsung kepada pimpinan tertinggi di Kantor ini.
Setidaknya perlu ada konfirmasi apakah Blog I-I menyebarkan fitnah
belaka atau fakta.
Mohon maaf sekali lagi bila Blog I-I tidak mampu menahan diri dan
melanggar prinsip Si decem habeas linguas, mutum esse addecet.
Sesungguhnya Kidon sudah direstrukturisasi menjadi Komemiute sesuai
dengan konsep perang modern, assasination, sabotage, dll yang dilakukan
Kidon bukan hanya aksi-aksi hebat dengan kemampuan teknis yang tinggi,
melainkan mencakup operasi cuci otak atau dekonstruksi pikiran untuk
menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan keinginan Mossad. Bila
proses dekonstruksi telah dilakukan, maka sasaran dianggap sudah "mati"
karena tidaklagi menjadi oposisi atau musuh bagi Mossad. Sasaran
dekonstruksi ini adalah tokoh-tokoh berpengaruh di NKRI. Meski
saya belum paham bagaimana proses itu berjalan, tetapi konon sangat
efektif.
Mengapa negara kita? apa pentingnya negara kita? sebuah pertanyaan
desepsi untuk membodohi potensi bangsa dan negara negara kita.
Sebenarnya pertanyaan ini harus dibalik kapan Kidon datang dan
kita menantikan juga dengan taraf kecerdasan yang seimbang sehingga
mereka tidak mampu melakukan dekonstruksi pikiran para pemimpin kita.
negara kita Raya yang kuat adalah Mimpi Buruk bagi Israel sekutunya
karena mereka juga memahami dan mempercayai kebangkitan kekuatan
dari Selatan yang sebenarnya dipengaruhi cerita legenda berdasarkan
kitab suci, diantaranya misalnya tafsir "bebas" dari surat Al Kahfi dalam
kitabsuci yang mana hal itu juga menjadi obyek penerawangan kaum
Kabalist yang berpengaruh.
Bila saya mencoba menarik perhatian para pembaca dengan tulisan
provokatif tentang Mimpi Buruk negara kita Raya, mohon dibaca sebagai
penggugah dari tidur.
Sekedar menjelaskan bahwa IIN - Institut Intelijen Negara sudah tidak
ada dan berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Intelijen Negara - STIN.
Bila ada yang berminat sekolah kesana, upaya untuk mencari tahu sudah
menjadi bagian dari nilai keseriusan lulusan SMA yang ingin menekuni ilmu
intelijen dan mengabdi kepada negara kita Raya. Meski begitu, para
pencari bakat Intelijen juga melakukan aktifitas pemantauan untuk
mencari bibit unggul yang berbakat di berbagai SMA.
Untuk rekan-rekan Blog I-I yang ingin mendalami S-2 Kajian Stategis
Intelijen, Hubungi Program Pascasarjana Universitas negara kita.
Informasi lengkap cari sendiri....lha calon intel harus ada usaha, maaf
informasi dari Blog I-I sangat terbatas. Nanti disangka promosi
terselubung.....
Senang juga mendengar banyak sekali peminat sekolah intelijen.
Usulan untuk menyegarkan pembahasan dunia intelijen sedang saya
pikirkan, salah-salah Blog I-I dituduh mengajarkan intelijen secara online
serta mau menandingi Intelijen yang resmi.
Sekedar kilas balik dunia intelijen yang menyebalkan dalam sudut
pandang individualistik yang melihat tidak adanya masa depan yang cerah
dalam kehidupan pribadi seorang intel.
Ini merupakan counter pandangan negatif yang terlanjur menerpa dunia
intelijen negara kita.
Sungguh dimanapun kita bekerja akan ada orang yang tulus bekerja
mencari nafkah yang halal dan ada orang brengsek yang mencari
keuntungan pribadi duniawi semata.
Pekerjaan intelijen tidak ada bedanya dengan pekerjaan pengabdian yang
lain kepada rakyat dan tanah air kita. Tetapi karena karakternya yang
tidak transparan maka syak wasangka begitu kuat kepada intel. Seolah-
olah intel adalah seorang berpenyakit kusta yang menjijikan dan miskin,
atau sebaliknya intel adalah sosok perlente yang dibiayai pajak rakyat
namun tidak peduli sedikitpun pada nasib rakyat.
Jadilah diri anda sendiri.
Meskipun begitu gelapnya masa depan negara kita, intelijen tidak pernah
putus asa melihat cahaya diujung labirin kegelapan dan tetap melangkah.
Bertanyalah mengapa sampai saat ini kita masih takut melangkah dalam
kegelapan. Bukankah semua harus melangkah entah itu menuju
kehancuran atau menyongsong masa gemilang.
Bukan soal ingin mempertahankan idealisme, tetapi masalahnya adalah
memberanikan diri melakukan yang seharusnya dilakukan.
, betapapun jasamu terhadap rakyat negara kita, nasibmu
bahkan lebih buruk dari pahlawan tanpa tanda jasa. Intel tak lebih dari
orang biasa yang bermimpi tentang negara kita Raya yang mengayomi
rakyat dalam kehidupan yang sejahtera.
Bunga-bunga Intelijen
Bagi rekan-rekan Blog I-I yang paham bahasa Arab dipersilahkan untuk
mempelajari pesan-pesan dalam forum ini:
http://alfirdaws.org/vb/
Ada seruan jihad global melawan Amerika Serikat dkk, diantaranya
melalui teknologi informatika dan elektronika.
Peringatan Untuk Intelijen Aktif
Sehubungan dengan kasus komentar saudara Bataviasaint di shoutbox
tentang masalah daftar Ambalat, Blog I-I memutuskan untuk
menghapusnya karena hal itu sudah mengarah pada suatu bentuk
disclosure yang tidak bisa ditolerir Blog I-I.
Bagaimanapun juga kondisi amatiran rekan-rekan Blog dalam melakukan
kegiatan intelijen atau jalan-jalan, ada kewajiban tidak tertulis untuk
saling menjaga. Bahkan saya sendiri tidak sungkan untuk mengatakan
please watch my back kepada seluruh rekan Blog I-I.
Saya paham bahwa beberapa rekan Blog I-I kecewa karena Blog I-I
telah membiarkan caci maki di shoutbox sebagai bentuk kebebasan
berekspresi. Namun hal ini jauh berbeda dengan komentar yang
mengarah pada pengungkapan sesama rekan Blog I-I.
Semoga saudara Bataviasaint mengerti dan hal ini juga untuk seluruh
rekan-rekan Blog I-I yang lain untuk tidak mengangkat hal-hal aktual
dari unit intelijen manapun.
Mohon peringatan ini dianggap sebagai pembelajaran bersama tentang
pentingnya saling menjaga, saling menghormati, dan saling
memperingatkan sesama rekan Blog I-I demi kejayaan Intelijen
negara kita dan Negara Kesatuan Republik negara kita Raya.
Masa Depan Intelijen
Belum lama ini seorang rekan Blog I-I menanyakan tentang masa depan
intelijen di negara kita. Sebuah pertanyaan yang sederhana namun begitu
luas dan tidak dapat dijelaskan hanya dari sudut pandang Blog I-I
semata. Karena sekali lagi saya perlu nyatakan bahwa coretan tulisan
dalam Blog I-I bukanlah sebuah kreasi ilmiah, bukanlah sebuah produk
intelijen dan bukan pula sesuatu yang harus diyakini akurasinya. Hanya
sebuah ungkapan demi ungkapan yang sarat dengan keterbatasan dan
subyektifitas.
Beberapa komentar rekan-rekan yang semakin merangsang daya nalar
setiap pembaca Blog I-I sangatlah baik untuk masa depan penciptaan
sistem dan mekanisme pertahanan dan ketahanan nasional negara kita yang
salah satunya ditopang oleh intelijen.
Sungguh saya sangat gembira meski beberapa komentar dengan tajamnya
menyoroti kelemahan-kelemahan dalam Blog I-I yang sebenarnya
menggugah untuk direspon dengan nada pembelaan...tetapi dari pada
membela diri tanpa argumentasi yang memadai, akan lebih positif bila
saya akui bahwa ada benarnya apa-apa yang rekan-rekan keluhkan
terhadap Blog I-I. Sementara setiap upaya perbaikan sistem di negeri
negara kita Raya ini tampak begitu melelahkan, karena kecenderungan
untuk tarik-menarik kepentingan tidak dapat dihindari. Jangankan
membahas pengaruh Blog I-I dalam komunitas intelijen di negara kita, bila
kita bandingkan dengan pengaruh kaum reformis di lembaga setingkat lembaga setingkat DPR di Eksekutif
dan di Yudikatif, rasanya kita masih harus terus berjuang lebih keras lagi
untuk melakukan perbaikan demi perbaikan. Blog I-I hanya bersuara di
luar pagar komunitas intelijen sehingga pengaruhnya tidak sebesar para
reformis di lembaga setingkat DPR , Eksekutif maupun Yudikatif.
Reformasi Intelijen tidak dapat dilepaskan dari Reformasi Militer atau
Penataan Sistem Pertahanan dan Ketahanan yang harus seimbang dalam
budaya kendali Sipil. Dalam makna yang lebih luas bukan mengarah pada
dikotomi sipil-militer secara wujud, tetapi lebih dalam soal perwatakan
kebijakan dan arah strategi pembangunan sistem pertahanan dan
ketahanan. Sinergi seluruh komponen institusi keamanan dan pertahanan
serta penegakkan hukum menjadi syarat mutlak bagi terciptanya
keamanan bagi bangsa negara kita.
Dalam kaitan ini, Blog I-I melihat bahwa upaya penciptaan sistem yang
menyeluruh ini telah digagas oleh Departemen Pertahanan, namun
karena karena adanya ego sektoral yang kuat dari salah satu institusi,
maka Pimpinan Negeri ini lebih memilih mengambil langkah "aman" dengan
menyingkirkan ide-ide reformasi sistem pertahanan dan keamanan negara
yang komprehensif. Sebenarnya semua itu hanya menyimpan sebuah BOM
waktu yang akan membahayakan serta menjadi kerawanan di masa
mendatang.
Blog I-I sangat memahami perasaan Patriot Bangsa negara kita yang
dilecehkan sebagai pelanggar HAM serta menjadi pesakitan dalam
berbagai kasus. Blog I-I juga memahami kekesalan kalangan civil society
yang melihat bahwa tentara belum juga menuntaskan reformasinya.
Sementara konflik Polisi-tentara sepertinya akan terus meletup walaupun
dalam skala terbatas.
Diperlukan dasar hukum yang kuat yang mengatur keseluruhan lembaga
keamanan dan pertahanan untuk memberikan rasa adil kepada semua
pihak.
Reformasi politik telah mempersempit ruang gerak perwira menengah
dan tinggi tentara dalam meniti perjalanan karirnya sebagai abdi bangsa,
ingat abdi bangsa dan bukan pencari kekayaan dan kekuasaan. Hal itu
kemudian sudah bisa diterima dengan adanya aturan main yang sama bagi
siapapun yang ingin terjun ke kancah politik. Lagi-lagi kita bisa mengaca
pada sejumlah perubahan peraturan perundang-undangan di bidang
politik.
Polisi secara khusus telah memiliki perundang-undangan sendiri, tentara pun
tidak ketinggalan, tetapi tidak ada sinergi dan tidak ada mekanisme
hubungan yang jelas. Lalu bagaimana dengan intelijen yang sama sekali
tidak memiliki dasar hukum yang kuat selain kepres tentang kelembagaan
intelijen. Lemahnya sinergi hukum jelas membuka peluang yang sangat
besar bagi terciptanya kecurigaan dan saling bersaing secara tidak
sehat.
Dalam kondisi ini, maka pengaruh individual seorang pimpinan
intelijen menjadi sangat vital guna mengisi setiap kelemahan yang
tercipta dalam ketiadaan aturan hukum.
Membicarakan masa depan intelijen tidak dapat dipisahkan dari
pembicaraan tentang masa depan negara kita. Betapapun ambisiusnya
pimpinan negeri ini, tidak akan pernah terwujud sebuah negara yang
besar dan kuat tanpa adanya intelijen yang kuat pula. Hal itu tidak
berarti hanya intelijen yang menjadi tulang punggungnya, melainkan hal
itu berangkat dari fakta bahwa intelijen memberikan laporan, analisa,
penilaian dan saran yang idealnya menjadi salah satu rujukan utama dalam
kebijakan nasional.
Dengan adanya sinergi yang kuat antara intelijen dengan militer, polisi,
kejaksaan agung dan berbagai institusi hukum dan keamanan lainnya,
maka ancaman yang membahayakan negara kita Raya bisa diantisipasi.
Lalu apakah dengan kuatnya intelijen, hal itu akan menginjak-injak hak
warga negara? tentu saja tidak karena harus ada aturan hukum yang
menciptakan transparansi intelijen secara terbatas dalam fungsi
pengawasan yang diberikan kepada perwakilan rakyat. Dasar hukum
intelijen juga secara otomatis akan memberikan batasan yang pasti
tentang ruang gerak intelijen. Tanpa adanya aturan hukum, maka intelijen
menjadi liar,
Tentang RUU KAMNAS
Kepada rekan-rekan Blog I-I yang memiliki draft RUU KAMNAS mohon
kiranya dapat menginformasikan kepada saya agar analisa atas RUU
KAMNAS ini semakin mendalam di kalangan pemerhati keamanan
dan aparat keamanan melalui Blog I-I. Saya pribadi hanya berkesempatan
membahasnya sekilas waktu dalam sebuah acara makan malam bersama
beberapa pengamat. Waktu itu saya tidak terlalu tertarik karena SBY
sudah memutuskan untuk menyimpannya sampai batas waktu yang tidak
ditentukan.
Dalam diskusi kami waktu itu, saya berada dalam posisi mendukung ide
melakukan pendekatan yang komprehensif dalam penataan sistem
pertahanan keamanan nasional termasuk upaya sinergi dari fungsi
pertahanan negara (hanneg), keamanan dalam negeri (kamdagri) serta
keamanan dan ketertiban warga (kambtibmas), serta kalo ingin
sempurna termasuk di dalamnya sistem intelijen negara dan sistem
pengambilan keputusan masalah keamanan nasional di level nasional.
Namun seorang rekan pejabat tinggi Polisi secara tegas menyampaikan
bahwa ide ini akan kontraproduktif terhadap perundang-undangan
yang telah melewati proses legislasi sebelumnya. Kami juga paham
keberatan yang disampaikan oleh rekan Polisi dan melihatnya sebagai
sebuah proses dialog menuju pada upaya penataan sistem keamanan yang
mengakomodir pemikiran dari seluruh elemen keamanan nasional
negara kita.
Kemudian seorang rekan mempertanyakan proses penyusunan RUU
KAMNAS di Dephan apakah hal itu hasil buah pemikiran segelintir
akademisi, staf ahli di Dephan ataukah sungguh-sungguh telah melalui
proses yang bertujuan mengakomodir pandangan dari seluruh elemen
keamanan nasional. Benar bahwa proses dialog dari seluruh unsur
keamanan nasional akan menyita waktu panjang, namun bila hal itu
memiliki ujung keputusan yang kuat di tangan Presiden, maka seluruh
elemen keamanan nasional harus tunduk. Persoalannya sekarang adalah
bahwa masing-masing unsur pimpinan dalam sistem keamanan nasional
saat ini tahu persis bahwa Presiden SBY sangat berhati-hati sehingga,
dengan sedikit "ditakut-takuti", akhirnya lebih memilih penundaan.
Hakikatnya SBY cukup paham akan masa depan sistem keamanan nasional
negara kita, namun karena kuatnya tarik-menarik kepentingan sektoral,
akhirnya keputusan bijak untuk menundanya menjadi pilihan yang tak
terhindarkan.
Sebuah keputusan tidak akan mampu menyenangkan semua pihak.
Demikian juga dalam soal tarik-menarik kepentingan dalam penyusunan
RUU KAMNAS.
Kepada pihak-pihak yang mengkampanyekan RUU KAMNAS coba lakukan
sosialisasi yang bersifat komunikatif yaitu menyampaikan pemahaman
kepada publik dan khususnya instansi terkait masalah keamanan nasional
tentang pentingnya sinergi dari seluruh elemen keamanan nasional. Namun
jangan lupa untuk tetap menjaga kehormatan seluruh institusi keamanan
nasional dengan tidak menggurui tentang bagaimana menjaga keamanan
nasional negara kita karena seluruh elemen keamanan nasional negara kita.
Dengan kata lain lobby yang lebih halus dan cerdas serta proses
meyakinkan seluruh unsur keamanan nasional sangatlah penting, sama
pentingnya dengan sosialisasi publik guna mendapatkan dukungan politik
dalam kerangka demokrasi.
Catatan: saat saya katakan mendukung ide RUU KAMNAS hal itu dalam
cara pandang yang umum, dan belum masuk dalam pembahasan ayat per
ayat serta analisa strategis arti penting keberadaan RUU KAMNAS. Lagi
pula saya belum membaca keseluruhan isi dari RUU KAMNAS, jadi boleh
dikatakan saya cukup tertarik dengan idenya semata, namun bila ingin
lebih serius tentu harus ada pendalaman materinya serta melihat
keberatan dari pihak-pihak yang berkeberatan.
Intelijen dan Konspirasi
Beberapa komentar dan pandangan yang saya terima mempertanyakan
konspirasi yang "sering" dilakukan intelijen. Wah..wah..wah, sungguh
dahsyat pengaruh penciptaan opini publik yang membuat angker lembaga-
lembaga intelijen di dunia dengan ketakutan adanya konspirasi. Apa
sesungguhnya yang ada dalam hubungan antara intelijen dan konsep
konspirasi?
Konspirasi adalah merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang disusun
secara detail sedemikian rupa yang dilakukan oleh lebih dari satu pihak
yang bertujuan tertentu bergulir secara normal/wajar ditengah-tengah
warga. Konspirasi cenderung berkonotasi negatif karena tujuan-
tujuan tertentu yang dirancang secara rahasia ini lebih banyak
diisi oleh kepentingan golongan/kelompok yang melanggar kepentingan
golongan/kelompok lain.
Dalam definisi yang lebih positif, konspirasi tidak ada bedanya dengan
kerjasama rahasia untuk mencapai tujuan bersama. Misalnya saja saat
Amerika Serikat dan sekutu Baratnya merestui integrasi Timor Timur ke
dalam NKRI. Dalam kacamata kelompok Komunis Fretilin,
kerjasama/persetujuan/dukungan rahasia AS kepada negara kita
merupakan suatu konspirasi, karena beragam peristiwa di Timor Timur
(sekarang Timor Leste) ini seluruhnya terbungkus secara "baik"
dalam genggaman kekuatan kelompok Liberal Barat yang anti Komunis.
Hanya karena intelijen yang hampir selalu bersentuhan dengan kerjasama
rahasia tingkat regional maupun internasional, maka warga awam
akan langsung menuduh adanya suatu konspirasi tertentu dalam
terjadinya persitiwa-peristiwa di warga.
Contoh lain yang menarik adalah kasus Bom Bali dan terciptanya kelompok
Jemaah Islamiyah. Masih banyak pihak di kalangan Muslim yang meyakini
bahwa ada konspirasi Barat dalam mengkondisikan terciptanya kelompok
teroris, misalnya dengan kejanggalan penanganan Hambali dan kasus
Omar Faruq. Banyak pandangan ditengah-tengah komunitas Islam yang
militan yang menduga kuat bahwa Hambali dan Omar Faruq adalah agen
CIA, dan segala cerita Jemaah Islamiyah adalah hasil konspirasi kaum
Yahudi dan kerjaan CIA untuk menjebak kelompok Muslim tertentu ke
dalam aksi teror regional atau global. Bahkan pemicu peristiwa besar
seperti 9/11 pun banyak diwarnai analisa konspirasi yang secara umum
kita kenal sebagai teori konspirasi.
Teori konspirasi atau persekongkolan hanya suatu pendekatan (belum sah
diakui sebagai teori) yang berusaha memahami serta menjelaskan latar
belakang peristiwa atau rangkaian peristiwa tertentu (khususnya yang
menarik perhatian khalayak banyak seperti pada peristiwa pembunuhan
politik, krisis ekonomi, revolusi sosial, atau terorisme, dll) dari sudut
pandang adanya kekuatan rahasia yang merancangnya dan
menggulirkannya secara wajar. Kekuatan rahasia ini biasanya
diterjemahkan kepada kelompok rahasia tertentu termasuk intelijen.
Jalan cerita konspirasi umumnya bersifat memperdaya logika publik dan
menghasilkan polemik yang tidak akan pernah diketemukan kebenaran
hakikinya. Klaim pandangan konspirasi yang agak berlebihan misalnya
peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah adalah hasil kerja para
konspirator belakang layar yang memanipulasinya.
Benarkah kerjaan Intelijen selalu terkait dengan konspirasi?
Konspirasi dari konotasi negatif sangat jarang dilakukan oleh intelijen
karena tingkat kerumitan rancangan kegiatannya bertingkat sampai
minimal lima level yang terputus sebagaimana dasar penerapan operasi
standar situasi perang. Hampir bisa dipastikan tidak akan terbongkar
atau yang sering kita kenal sebagai a perfect crime, yang akan selalu
dibantah oleh aparat penegak hukum seperti kepolisian. Padahal apa-apa
yang tercatat dalam sejarah sebagai unsolved mystery cenderung
dianggap sebagai bagian dari hasil kerja konspirasi. Namun dalam
generalisasi kerja intelijen yang rahasia segala yang disentuh intelijen
kemudian dibungkus dalam sudut pandang konspirasi, padahal terlalu
ceroboh dan dangkal apabila hal itu dikerjakan oleh intelijen, apalagi bila
langsung bersentuhan dengan tangan petinggi intelijen. Bisa jadi
konspirator yang mudah tercium oleh publik adalah pelaku pemula
bermodal kecil serta belum berpengalaman sehingga tampak belepotan di
mana-mana.
Betapapun lemahnya suatu konspirasi, apabila dilakukan berdasarkan pada
kerjasama sejumlah pihak untuk mencapai kepentingan bersama, maka
cerita yang meluncur kepada publik akan samar dan sulit ditentukan mana
yang benar. Hal itu didukung oleh fakta bahwa waktu terus berputar dan
generasi berganti, sehingga akan banyak cerita yang terkubur begitu
saja. Standar minimal terjaganya sebuah cerita konspirasi adalah minimal
25 tahun yaitu setara dengan boleh-tidaknya suatu file rahasia dibaca
oleh publik sebagai bahan riset penelitian sejarah dan rekayasa sosial
atau konstruksi warga. Tetapi tidak sedikit kelompok rahasia yang
membawa mati seluruh cerita konspirasi karena kuatnya prinsip
kerahasiaan individu anggota-anggotanya.
Intelijen lebih banyak berurusan dengan kegiatan nyata menyelamatkan
bangsa dan negara, ya memang kedengaran klise dan seperti manusia
super yang waktunya habis untuk bangsa dan negara. Ideal sekali bukan?
Keseharian intelijen boleh dikatakan jauh dari wacana konspirasi, karena
utamanya adalah deteksi dini atas setiap potensi ancaman kepada bangsa
dan negara. Deteksi dini pada garis terdepan adalah akses kepada
informasi yang diperlukan. Selanjutnya analisa dan akhirnya adalah
rekomendasi yang seyogyanya diperhatikan oleh pimpinan negara.
Namun karena kemampuan individu intelijen yang rata-rata sudah
terlatih dalam soal kerahasiaan, pesanan untuk melakukan kerjasama
rahasia dalam rangka mewujudkan suatu peristiwa tertentu tidaklah
terlalu sulit untuk dikerjakan dan hal ini hanya membutuhkan satu
dukungan, yaitu dana segar.
Cukup jelas bukan?
Intelijen bukanlah konspirator, tetapi tidak sulit bagi intelijen untuk
melakukan konspirasi.
Selamat Jalan Bapak Intelijen negara kita
Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto pada hari ini tanggal 27 Januari
2008 pukul 13.10 waktu negara kita bagian barat wafat meninggalkan kita.
Dunia Intelijen negara kita kehilangan salah seorang Master Spy yang
telah menjadi legenda tersendiri dengan segala misterinya.
Blog I-I secara khusus menyampaikan penghormatan tertinggi atas jasa-
jasa Master Spy Suharto dalam membangun Intelijen negara kita dengan
segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan ini izinkanlah saya
memberikan gelar sebagai Bapak Intelijen negara kita.
Berikut ini memoir khusus untuk Master Spy Suharto:
Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto yang wafat pada usia 86 tahun
merupakan prajurit perang fikiran sejati yang memiliki karakter menjadi
semakin kuat dalam tekanan pekerjaannya. Bangsa negara kita lebih
mengenalnya sebagai sosok pemimpin negara selaku Presiden selama
kurang lebih 32 tahun. Namun bagi Intelijen negara kita, Jenderal Besar
Soeharto adalah peletak dasar Intelijen Strategis yang fokus pada
urusan politik dan khususnya pemeliharaan kekuasaan. Dengan langkah
awal pembubaran dan pembersihan Badan Pusat Intelijen (BPI) pada
tanggal 22 Agustus 1966, Master Spy Suharto membentuk Komando
Intelijen Negara (KIN) dan langsung mengkomandoinya dengan bantuan
tokoh intel kawakan Sudirgo. Sebagaimana lembaga intelijen di seluruh
dunia, ada unit prestigius yang memiliki power kuat dalam KIN yaitu
Opsus yang dipimpin oleh Letkol. Ali Moertopo dengan asisten Leonardus
Benyamin (Benny) Moerdani dan Aloysius Sugiyanto.Dengan cikal bakal
KIN inilah kemudian pada tanggal 22 Mei 1967, KIN yang telah
"bersih" dari unsur komunis berganti nama menjadi Badan Koordinasi
Intelijen Negara (Bakin), dan almarhum Suharto secara cerdas
mengelolanya melalui Jenderal-jenderal terdekat dengannya. Mulai tahun
1970 terjadi reorganisasi Bakin dengan tambahan Deputi III dan pos
Opsus di bawah Brigjen. Ali Moertopo.
Pada era kepemimpinan Mayjen. Sutopo Juwono, Bakin memiliki Deputi II
di bawah Kolonel Nicklany Soedardjo, perwira Polisi Militer (POM) lulusan
Fort Gordon, AS. Pada awal 1965 Nicklany telah membangun unit intel
PM, yaitu Detasemen Pelaksana Intelijen (Den Pintel) POM. Secara
resmi, Den Pintel POM menjadi Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel),
lalu tahun 1976 menjadi Satuan Pelaksana (Satlak) Bakin dan di era 1980-
an dan kemudian berubah nama menjadi Unit Pelaksana (UP) 01.
Pada saat yang bersamaan dengan jalannya sejarah, intelijen militer yang
secara teori harus fokus pada masalah intelijen tempur dengan segala
informasi pertahanan dan ketahanan didesain oleh Master Spy Suharto
sebagai penyeimbang informasi BAKIN sekaligus sebagai cross check.
Sebelum BPI dibersihkan dari unsur komunis, di Angkatan Darat ada
lembaga yang bernama Pusat Psikologi Angkatan Darat (disingkat PSiAD)
milik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) yang mengimbangi Biro
Pusat Intelijen (BPI) yang saat itu di bawah pimpinan Subandrio. Seiring
dengan pembersihan pada tubuh BPI, pada periode awal Orde Baru,
Dephankam mendirikan Pusat Intelijen Strategis (disingkat Pusintelstrat) dengan anggota-anggota PSiAD sebagian besar dilikuidasi
ke dalamnya. Pusintelstrat dipimpin oleh Ketua G-I Hankam Brigjen L.B.
Moerdani. Jabatan ini terus dipegang sampai L.B. Moerdani
menjadi Panglima ABRI. Pada era ini, intelijen militer memiliki
badan intelijen operasional yang bernama Satgas Intelijen Kopkamtib.
Tahun 1980, Pusintelstrat dan Satgas Intel Kopkamtib dilebur menjadi
Badan Intelijen ABRI (disingkat BIA). Jabatan Kepala BIA dipegang oleh
Panglima ABRI, sedangkan kegiatan operasional BIA dipimpin oleh Wakil
Kepala. Tahun 1986 BIA diubah menjadi BAIS yang berdampak kepada
restrukturisasi organisasi yang harus mampu mencakup dan menganalisis
semua aspek Strategis Pertahanan Keamanan dan Pembangunan Nasional.
Master Spy Suharto yang Blog I-I kenal adalah sosok intelijen yang
tegas dan sangat memperhatikan kecepatan dan keakuratan informasi
sebagai dasar pengambilan keputusannya. Selain itu, Master Spy Suharto
juga faham tentang pahitnya kebenaran dan jahatnya manipulasi
informasi, sehingga ketabahannya dalam menghadapi perang opini tentang
dirinya memperlihatkan kematangan mentalitas intelijennya. Begitu dingin
dalam senyum yang sulit dipahami oleh kawan maupun lawannya.
Semua legenda Intelijen negara kita seperti Zulkifli Lubis, Yoga Sugama,
Ali Murtopo, Benny Moerdani, serta berbagai unsur pimpinan militer dan
intelijen yang ada selama periode Orde Baru berada dalam genggaman
strategi intelijen Master Spy Suharto. Perhatikan bagaimana kelihaian
intelijen Master Spy Suharto dalam mengelola keberadaan Bakin-Bais
yang praktis memiliki banyak kesamaan dalam operasinya.
Satu-satunya kelemahan Master Spy Suharto di mata Intelijen
negara kita adalah keterlupaan dalam membangun pondasi yang kuat bagi
masa depan Intelijen negara kita. Ketakutan yang kuat kepada loyalitas
Intelijen yang dalam sejarah sering menjadi negara dalam negara
memicu besarnya kepentingan untuk mengkerdilkan intelijen.
Rapuhnya struktur, mekanisme dan landasan kerja Intelijen negara kita
memicu situasi dan kondisi intelijen bagaikan terombang-ambing
dalam kepentingan politik. Sementara perubahan dan tantangan zaman
yang begitu cepat telah meninggalkan dinamika Intelijen negara kita yang
tersangkut dalam pola dan paradigma kejayaan di masa perang dingin.
Jasa almarhum Jenderal Besar Haji Muhammad Suharto dalam dunia
intelijen telah menjadi amalan yang tidak akan dilupakan oleh Intelijen
negara kita dari satu generasi ke generasi berikutnya. Intelijen negara kita ,negara kita
mendo'akan semoga amal-amal baik almarhum diterima Allah SWT dan
kekeliruannya dapat diampuni.
Bagi Prajurit Perang Fikiran tidak ada dendam dalam setiap perbedaan
dan konflik, semuanya begitu dingin dan beku dalam keheningan
pengorbanan. Membawa rahasia negara sampai kematian menjemput.
Bertahan dalam kesabaran dan pengharapan bahwa akhirnya dosa-dosa
kita diampuni baik oleh Tuhan semesta alam maupun oleh umat manusia
yang telah kita sakiti.
Semoga Insan Intelijen negara kita di manapun berada tidak melupakan
jati diri dan sejarahnya, namun demikian tetap berpegang pada tali yang
kokoh yaitu misi dan visi memperjuangkan kepentingan nasional rakyat,
bangsa dan negara negara kita dalam mewujudkan cita-cita bersama
mencapai negara kita Raya yang adil dan makmur sejahtera.