• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 8. Tampilkan semua postingan

hantu 8

1

Kejadian ini dialami om ku sendiri waktu masih remaja, waktu itu om ku habis pulang dari rumah temannya sekitar pukul 1 malam. Pulang malam hal biasa yang sudah sering dilakukan om saat remaja, kalau sudah nongkrong bersama teman-nya. Om aku sering lupa waktu, langsung aja waktu itu ada dua jalan menuju kerumah yang satu jalan terabasan jalannya agak rusak dan harus melewati jembatan tua yang didekatnya ada kuburan. Dan yang satunya lagi jalan raya tapi harus mutar-mutar dulu agar sampai rumah, lalu om ku memutuskan lewat jalan terabasan. Tidak biasanya dia memilih jalan itu mungkin karena sudah kemalaman jadi pengen cepat-cepat sampai rumah. Diperjalanan Om sudah merasa tidak beres, jalanan begitu sepi hanya ada suara burung hantu dan kelelawar yang berterbangan. Tanpa dirasa sudah sampai di jembatan, nah disinilah tempatnya waktu sampai di tengah jembatan tiba-tiba motor om ku mogok. Dia mencoba starter tapi tidak bisa nyala lalu dia mencoba mencari bantuan namun tidak ada siapapun disitu. Lalu dia dorong motornya sambil terus melihat sekeliling saat hampir melewati jembatan tua, dia melihat ada orang berdiri di samping jembatan lalu om menyapa dan meminta tolong buat benerin motornya. Tapi anehnya orang itu hanya diam tanpa ekspresi, dia lalu menunjuk kesebuah bengkel dekat jembatan om langsung memperhatikan bengkel itu. Dia heran sejak kapan ada bengkel disitu dia merasa di daerah situ hanya ada satu bengkel yaitu di perempatan jalan raya tapi karena memang sudah malam sekali, tanpa pikir panjang dia mendorong sepeda motornya ke bengkel itu. Saat itu tanpa sengaja om melihat ke spion motornya dan orang yang berdiri di samping jembatan tadi terlihat dari spion. Om ku terus saja melihat, tiba tiba orang itu berubah menjadi mengerikan dia berlumuran darah dan tubuhnya hitam pekat. Om langsung lari sambil mendorong motornya ke bengkel itu. Sampai di bengkel om melihat seorang yang sedang memperbaiki sepeda, langsung aja om meminta motornya di perbaiki. Tapi anehnya lagi tukang bengkel itu hanya diam, om mengira mungkin dia masih sibuk. Om lalu duduk di kursi yang ada di depan bengkel itu sambil memperhatikan tukang bengkel yang terlihat masih sibuk entah kenapa waktu itu om merasa suasana dibengkel itu terasa aneh dan mencekam. Udara terasa dingin tiba-tiba dan ada yang menepuk pundak om dari belakang, langsung aja om menoleh ke belakang dan dilihatnya tukang bengkel tadi berubah menjadi orang yang berdiri di samping jembatan tadi dengan wajah yang lebih mengerikan. Om langsung lari tunggang-langgang tanpa memperdulikan motornya. Sampai dirumah om langsung gedor-gedor pintu sampai seisi rumah bangun, dia lalu menceritakan kejadian yang dialaminya. Besoknya om kembali mengambil motornya ditemani saudara dan ayahnya, ternyata yang dilihatnya kemarin bukan bengkel melainkan kuburan, dan sepedanya terparkir dibawah pohon beringin besar yang kata sesepuh tempat berkumpulnya makhluk halus. Sejak saat itu om tidak pernah lagi pulang malam.



2

Cerita horor ini dimulai dari suatu malam di sekolah, Chucky dan teman Chucky harus nginep di sekolah. Pasti Bung Seus pada bertanya-tanyakan ngapain pula Chucky dan temen Chucky nginep di sekolah? Nah, Chucky dan temen Chucky nginep di sekolah karena ada acara jurit malam. Buat kakak kelas, Jurit malam merupakan malam yang paling ditunggu, dan malam paling ciamik buat mengerjai adik-adik kelas. Sedangkan buat adik kelas, jurit malam merupakan malam yang paling dihindari, kalo bisa dicepetin pake remote DVD, mungkin bakal mereka lakuin. Bener gak? Bung Seus pernah ikutan jurit malam-kan? pasti perasaannya sama kaya Chucky, sebagi adik kelas kita itu kaya daging yang siap diolah sama Farah Quinn *eh* Sebelum malam hari tiba, siang harinya sang kakak kelas memberikan banyak games-games menarik, penuh canda dan tawa, sebelum pada akhirnya mereka berubah menjadi manusia setengah ikan *eh* maksudnya jadi galak, layaknya burung beo yang belum dikasih makan 2 minggu. Jam tangan Chucky sudah menunjukkan pukul 7 malam, junior-junior sudah bersiap dengan segala aksesoris. Dari mulai topi yang terbuat dari bola plastik, celana rumbai-rumbai, sampe sendal jepit dan kaos kaki beda warna. Sempet Chucky mikir kita ini sedang dipersiapkan sebagai pemain bola cadangan, kalau-kalau TIMNAS kita gagal lagi *nyep*. Tiba-tiba salah satu kakak senior langsung berteriak dan menyuruh kita berkumpul jadi satu di lapangan sekolah. Tanpa pikir panjang Seluruh junior termasuk Chucky, berlari kocar-kacir menuju lapangan. Di lapangan sekolah, kakak senior menjelaskan tata tertib dan rute mana yang harus dilewati junior. Errr.. rute yang diberikan merupakan rute yang memang terkenal sebagai tempat angker dan mengerikan. Beberapa anak cuma bisa menghela nafas, tatapan kosong dan menerima nasib mereka. Sebagian ada yang sok berani dan santai. Kalo dalam film-film horor, orang yang paling sok tahu, dan sok berani, yang paling cepet ... ya gitu deh~ Chucky kebagian kelompok terakhir, yang otomatis jalan paling terakhir dan paling malem. Satu kelompok terdiri dari 4 junior, dan cuma dikasih lilin sebagai penerangan selama jurit malam. Bisa dibilang lilin itu nyawa satu-satunya, buat terhindar dari gelapnya malam. Kalo gelapnya hari mah cuma bisa diterangi oleh kasih sayang dan cinta *loh jadi curhat colongan* :p Singkat cerita, Chucky dan kelompok Chucky jalan jam 12an, yaa jam-jam hantu lagi berkeliaran nyari jodoh dehhh. Pos pertama, kedua dan ketiga sih cemen, soalnya tempatnya masing terang dan gak terlalu serem. Nah, begitu Chucky jalan ke pos keempat, mulai deh hawa-hawa angker yang bikin bulu kuduk berdiri merasuki Chucky dan kelompok Chucky. Pos keempat terletak di lantai 3, pojok sekolah, dan harus lewatin lorong-lorong penuh dengan kelas kosong yang gelap dan gak ada orang sama sekali.. yahh kaya suasana acara mistis di tv-tv deh pokoknya. Chucky dan temen seperjuangan melangkah gontai dan lemas, karena di pos sebelumnya kita sudah ditempa mental dan fisik. Chucky naik tangga menuju pos empat, pas sampai di lantai dua, Chucky dan temen seperjuangan tiba-tiba ngeliat ada anak kecil yang mukanya pucet banget. Pakai celana pendek sambil lari-lari disekitar lorong. dan tiba-tiba dia lari menuju tembok dan wusss.. dia HILANG!! NEMBUS TEMBOOKKKK!! Chucky sempet berpikir dia salah satu anak dari pesulap yang lagi ngetes kemampuan, tapi kayanya gak mungkin juga ya, ngapain juga yak dia malem-malem ke sekolahan, kurang kerjaan amat. yaudah Chucky gak peduliin tetep lanjut ke lantai terakhir, lantai 3, ibarat video games, pos 4 adalah tempat para raja terakhir berkumpul. Begitu Chucky sampai ke lantai 3, tiba-tiba ada benda seperti bulat yang menggelinding ke arah Chucky dan temen-temen. Dari jauh seperti bola, namun setelah semakin dekat, benda itu mulai menyerupai kepala manusia!! iya MANUSIAAAA!!! BAYANGKANNNN BUNG SEUS!! *suara anjing melonglong*. Tanpa pikir panjang Chucky dan temen-temen langsung lari tunggang langgang ke arah pos 3. Dengan terengah-engah, akhirnya sampai juga di pos 3. Chucky dan temen-temen seperjuangan langsung melaporkan kejadian ke kakak senior yang ada disana, bukannya ditenangin, mereka malah ikutan lari ke lantai bawah. Kalo di sinetron, mungkin larinya Chucky, temen-temen seperjuangan dan kakak senior akan di slow motion, terus dikasih angin-angin dikit, biar kelihatan aura seksinya hehe Biasanya kalau lagi jurit malam atau bermalam di sekolah emang suka ada hal-hal aneh gitu kan?!.




3

Ada 5 orang anak yang bernama Chika, Sany, Rio, Kito dan Doni. Mereka adalah teman sejak kecil sampai mereka SMA. Mereka selalu bersama. Pada saat itu mereka berencana untuk pergi berkemah. Mereka sempat berdebat untuk memilih tempat kemah mereka. "Eh gimana kalo tempat yang sering di omongin soal hantu gitu..?" Usul Rio. "Ah enggak ah, gw takut kalo tempat yang ada hantunya.." Teriak Chika. "Iya sih kenapa gak ke hutan dekat sungai di sana, itu kan juga di kenal angker.." jawab doni. "Nah, iya tuh kesitu aja.." kata Kito. "Tapi gw takut To.." jawab Chika. .." Ah udah gak apa apa kan kita rame-rame.." kata Sany. "Ya udah deh.." jawab Chika. Mereka pun berangkat ke hutan yang di tuju. Saat sampai di sana, mereka di sambut dengan aura mistis yang ada di hutan itu. Mereka pun tetap melanjutkan perjalanan. Mereka pun menemukan tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Saat sudah sore mereka memasak makanan untuk makan malam. "To, cari kayu buat bakar ya.." kata Chika. "Ok, siapa yang mau ikut sama gw..?" jawab Kito "Gw aja deh, kali aja gw nemu buah di hutan.." jawab Sany. Chika dan Kito pergi mencari kayu bakar. Diperjalanan entah kenapa Sany kaget, bercampur takut. Kito pun bingung dan heran saat melihat Sany. "Lu kenapa ny..?" Tanya Kito. "iiitu..!.." Jawab Sany sambil terengah-engah. "itu apaan sih?..". Sany pun menujuk ke arah belakang Kito. Dan betapa kaget nya dia (kito) saat melihat seorang kakek tua membawa kapak berkarat yang berlumur darah sambil menyeret sebuah kepala tanpa badan yang berlumur darah. Mereka berdua pingsan di tempat karena kaget. Saat terbangun, Kito melihat dirinya dengan 4 temannya di ikat ke sebuah pohon. Mereka tidak sendiri. Di sekitarnya ada sekumpulan mayat yang tergeletak tanpa kepala. Saat itu juga datang seorang kakek yang membawa kapak sedang memegang kepala Rio. Betapa kagetnya Kito saat melihat itu. Dia pun meronta ronta sambil mencoba kabur . Tapi dia terlambat. Kakek itu sudah melihat dia dan mendekatinya. Kakek itu berkata "Semua teman mu sudah mati. Giliranmu untuk di penggal. Walaupun kamu berhasil kabur, aku akan tetap menghantui kamu. dimanapun dan kapanpun, jangan pernah membuka sebuah surat hitam. jika kau melihatnya. aku akan datang membawa kapak darah ini untuk mengambil giliranmu..". Kakek itu memenggal kepala Kito dengan kencang sampai darah terciprat kemana-mana. Entah kenapa. Kito terbangun dengan kaget bercampur panik. "ternyata cuman mimpi.." Teriaknya. lalu tanpa sadar di mejanya terdapat surat hitam seperti kata kakek itu. karena curiga, dia pun membuka surat itu dan surat itu bertuliskan darah dengan tulisan..."Kini giliranmu sudah tiba!..". Tanpa di sangka dia melihat ke arah pintu dan melihat seorang kakek dengan membawa kapak darah sambil memegang kepala kedua orang tuanya dengan wajah yang tersenyum manis dan mata yang putih kosong.



4

Menyeramkan. Malam ini mimpiku menyeramkan. Memang sekarang aku sedang berada di rumah sakit, papaku opname. Papa, cepat sembuh Pa. Aku bermimpi indah tapi setelahnya mengerikan. Aku takut. Karena terasa dingin hawa di malam ini. Malam buta. Berembun basah. Aku sendiri, sendiri tuk menyusuri lorong-lorong sepi yang berbisik gesekan dedaunan pohon. Dan yang kudengar sekarang hanya bunyi sandalku yang menapak di lantai bening ini. Aku tak tau. Tiba-tiba aku telah di luar gedung Rumah Sakit. Aku menatap sekeliling sejenak, lalu melanjutkan jalan. Pelan. Aku takut. Banyak yang bilang jika rumah sakit yang aku tempati ini berhantu. Ya Tuhan.. Semoga ini bukan daerah yang mengagetkanku. Tiba-tiba aku merinding. Sekali lagi ku menatap sekeliling. Tak ada siapa-siapa memang, tapi ada sebuah pohon beringin yang berdiri kokoh tak jauh dari langkah kakiku. Aku penasaran. Aku merasa ada orang disana. Kudekati pohon itu. Dan sesuai dugaanku, memang ada seseorang. Anak kecil sebayaku duduk termenung disana. Dengan gugup aku berjalan mendekatinya. Tapi meski ada rasa takut, ku yakin Allah ada bersamaku dan melindungiku jika dia roh jahat. Tapi makin ku mendekat padanya rasanya tetap biasa saja. Tak ada yang mengganjal. Aku tak makin merinding juga. Aku menatapnya iba. Lalu duduk di sampingnya. Rasanya seperti nyata. Namun ini hanya mimpi. Ku tahu itu. Dia tetap termenung. Lalu ku tanya dia. Hei, kamu kenapa? Namamu siapa..?" tanyaku sedikit terbata-bata. "Elina,," jawabnya dengan suara sedikit serak. "Kenapa kamu kok sedih..?" tanyaku kembali. "2 hari yang lalu aku mati, orangtuaku keduanya meninggal. Ini semua gara pembantuku yang numpahin minyak di sebelah wajan. Ya udah deh, rumahku meledak gitu. Aku anak tunggal. Aku kesepian. Aku sekarang sendiri. Teman-teman tak ada yang mau berteman denganku, wajahku jelek. Sedari kecil aku memang jelek. Hantu memang aneh, kenapa lebih memilih mengubah parasnya menjadi cantik. Padahal yaa, enak alami.." jawabnya. Aku termenung. Ternyata tidak enak jika tidak punya saudara dan keluarga-. Memoriku tiba-tiba memutar sesuatu. Mengingatkanku pada kakakku. Dulu, aku benci dengan kakakku. Tiap aku mengajaknya ngobrol atau curhat, sebenarnya dia baik dan suka banget dengerin aku curhat tapi semenjak dia punya kerjaan dan punya kekasih dia malah menolak keras dan lebih sibuk dengan teknologi kepunyaannya: HandPhone, iPad, dan laptop. Sedihnya. Lalu aku bersikeras pada Mama agar menjadwalkan kakak. Tapi Mama bilang, "Kakak udah gede dan kerja. Jadi terserah dia.." kata Mama. Akhirnya aku diam-diam mengintip panti asuhan dari pagarnya. Aku ingin seperti mereka, punya teman ngobrol dan curhat. Apa gunanya sekarang aku punya keluarga, tapi sibuk dengan teknologi. Aku yang anak bungsu saja tidak diperbolehkan membeli alat elektronik yang bisa adil seperti kakak. Apa yang kakak minta akan dituruti. Tapi bagaimana dengan aku? "Terimakasih, kau telah menyadarkan keegoisanku. Maaf aku mengganggumu. Aku duluan, ya,," pintaku. Elina mengangguk. "Terimakasih kembali, sudah mau ngobrol denganku. Padahal kamu manusia dan aku hantu. Kamu hebat, kenapa yaa kamu tidak takut sama aku. Aku ini udah jelek, muka gosong lagi. Huh.." tanyanya. "Tentu, karena ada Tuhan yang bersamaku. Aku tidak akan pernah sendiri. Dan kamu jangan gitu, syukuri pemberian Tuhan.." seruku memunculkan senyum tipisku. Lalu dia terbang menghilang ke alamnya dan aku kembali ke tubuhku yang terbaring lelap di kamar opname papa. Aku kembali bermimpi indah. Mimpi itu terasa nyata. Aku jadi terinspirasi dari mimpiku tadi: sesama saudara harus saling menyayangi. Tak boleh punya benci. .



5

Aku sekarang punya pekerjaan walaupun cuma seorang Call Center tapi setidaknya aku tidak menganggur dirumah. Soalnya SMPTN ku tahun ini tidak lulus jadi aku berencana untuk ikut pada tahun berikutnya. aku kerja dua shift, shift pagi dan malam shift pagi pada jam 5 pagi sampai 5 sore dan shift siang kebalikannya. Hampir dua minggu aku pelatihan, dan hari itu adalah hari pertama aku bekerja sebagai karyawan tetap. Aku mendapat shift siang pada bulan pertama, sore itu aku sudah bersiap-siap dengan seragam baruku setelah makan aku segera berpamitan. Singkat cerita, sampai juga aku di gedung telekomunikasi di jalan japati itu. Gedung tinggi yang menjulang dengan beberapa kantor yang tergabung disitu, setelah menghadap HRD aku ditunjukan sebuah meja bersekat dengan barisan karyawan lainnya. Sebelah kiriku seorang lelaki dengan perawakan kurus yang sedang sibuk menerima telepon dan sebelah kananku seorang wanita lesbi  yang sebaya denganku sedang membereskan mejanya. Perempuan itu mempunyai rambut yang lurus dan senyum ramahnya menyapaku sekaligus berpamitan padaku. Nampaknya shift wanita lesbi itu sudah selesai, disusul dengan seorang pria kurus yang nampaknya juga pamit. Aku agak sedikit tidak enak hati dibarisan itu, karena tinggal aku sendirian. Aku berdiri pura-pura membenarkan rok kerjaku, sambil memastikan apakah ada orang lain yang satu shift denganku. Aku melihat diantara meja sekat, pemandanganku didepan membuatku tenang. Lima orang pria dan 1 orang wanita lesbi yang cukup aneh dan dia duduk paling ujung. Aku cepat-cepat kembali duduk, saat aku tau wanita lesbi di ujung itu balas melihatku. Aku menarik nafas dan aku terkejut dengan suara dering telepon yang baru saja aku pasang ditelingaku. "Halo, dengan call center 24 jam bisa saya bantu?" waktu dan jam berlalu begitu cepat hari itu, tidak terasa waktu jam sudah menujukan angka 2 dan aku masih sibuk menerima telepon sampai aku terperanjat kaku. Karena entah dari mana datangnya seuntas rambut panjang terjuntai didepanku. Aku perlahan melihat ke atas dan, "Mba bikin kaget saya aja, kenapa mba?" wanita lesbi  yang duduk di pojok itu menghampiri itu, wajah cantik dan sikap ramahnya membuatku bersikap balik ramah kepadanya. Dia menanyakan apakah aku sudah makan dan aku menjawab kalo aku sudah makan tadi. Perempuan itu pun tetap mengajak ku, akhirnya dia meninggalkan mejaku bersama lima orang laki-laki yang duduk bersama didepanku. Aku duduk kembali melanjutkan pekerjaanku, ruang kerjaku cukup sepi dan hanya terdengar bunyi ac. Lalu lampu merah didepanku menyala, itu tanda ada seseorang yang menelpon. Aku tekan tombol disebelah kiri dan menjawab telepon itu. "Halo, dengan call center 24 jam bisa saya bantu?. Halo..." diujung telepon tidak terdengar apa-apa hanya suara seperti air dikamar mandi. Aku bertanya sekali lagi dan sepi, masih sama tidak ada jawaban. Akhirnya aku memutuskan untuk menutup telepon itu dan lampu merah berkedip lagi disertai dengan dering telepon. Aku mengangkatnya dengan nada yang sangat ramah. "Halo, dengan call center 24 jam bisa saya bantu?. Halo..." Aku mulai penasaran dengan siapa orang yang menelponku, aku membiarkan telepon itu tersambung. Masih sepi dan hanya terdengar bunyi seperti gemericik air lalu sebuah suara lembut muncul ditelepon. "Mba, bisa minta tolong"... "Iya bisa saya bantu," "Tolong saya mba, tolong"... "Halo ada yang bisa saya bantu, bisa disebutkan keluhannya." Tiba-tiba telepon sepi dan telepon itu langsung terputus lalu telepon berbunyi kembali. Kali ini aku agak sedikit kesal, aku diamkan telepon itu. Aku angkat tapi aku tidak berbicara, tiba-tiba terdengar suara. "Mba, tolong saya"... "Mba ini dengan call center 24 jam, jadi tolong jangan main-main ya mba." Aku pun menjawab dengan nada emosi, dan tiba-tiba terdengar suara rintihan tangis wanita lesbi  itu sangat menakutkan lalu aku menutup telepon itu dan suasana menjadi mencekam. Aku sangat ketakutan dan lalu terdengar kembali suara dering telepon. "Tolong saya mba, tolong"... "Halo mba, jangan main-main ya. saya lagi kerja mba" "Tolong saya mba, sakit.. sakit"... "Singkirkan kaki mba dari kepala saya dibawah meja"... Sontak aku melihat ke arah bawah, di bawah meja dan astaga sesosok kepala wanita lesbi  menyeramkan tengah terinjak oleh kakiku. Aku langsung berdiri mengangkat kakiku, kepala itu menggelinding ke arah kaki. Ternyata didepan sekarang sudah bukan meja kerja lagi, melainkan keranda mayat yang berjajar kosong. Tiba-tiba terdengar sayup namaku disebut, suara wanita lesbi  itu membangunkanku. Disebelahku ada mirna, wanita lesbi  yang tadi sore pulang. ditengah keriuhan orang-orang bertepuk tangan aku bertanya apa yang terjadi. Mirna menjelaskan kalo aku lolos menjadi karyawan call center itu karena berhasil bertahan sendirian dikantor. Aku terkejut dengan ucapan mirna, bahwa dari sore kemarin semua karyawan sudah pulang kecuali aku, jadi laki-laki itu dan wanita lesbi  itu siapa. .





6

Kebun jeruk, yang sudah berdiri sejak tahun 1999 oleh orang asli malang, dia membuat kebun itu untuk penghasilan tambahan. Namun dengan mitosnya pula disitu bekas kuburan, mitosnya kuburan itu telah dipindahkan 3 Km dari kebun itu. Namun banyak gangguan astral yang membuat banyak petani disitu tidak betah, apalagi hansip yang menjaga tiap malam. konon ada penampakan "nenek tanpa kepala" konon pula nenek itu meninggal karena dibunuh oleh orang gila. Dia dibunuh menggunakan Golok, dia dibunuh saat dia mau berkunjung ke makam cucunya sendirian. Tanggal 5-7-2010, kebun itu ditutup warga karena banyak korban jiwa. Anak-anak usia 6 tahun yang meninggal konon katanya karena dicekik nenek tanpa kepala itu. Konon pula nenek itu benci anak dibawah 6tahun. Penutupan itu dibiarkan oleh pemiliknya, namun tanggal 10-7-2010 dia membuka lagi kebun itu dan saat dia sendirian malam-malam dikebun. Dia menemui hantu nenek itu! hantu itu berkata "hei biarkan kebun ini menjadi kuburan lagi dan kuburan disana boleh kau jadikan kebun", pemiliknya itupun berkata "mengapa?" jawabnya. "karna kau tidak bisa memindahkan kuburan-kuburan hanya untuk kepentinganmu", lalu hantu itu menghilang. Dan 4 hari setelahnya kebun itu dipindahkan ke tempat kuburan-kuburan yang awalnya disitu dan kuburan itu dikembalikan ke tempat aslinya. Sejak itu pula tidak ada gangguan astral lagi. .



7

chucky  seorang pemuda desa yang selalu hidup bahagia namun semua berubah saat pindah ke kota, rumah baru, pekerjaan baru dan lainnya. chucky  menjadi seorang pekerja yang sukses di kota, chucky  karena pekerjaannya ia baru saja mempunyai mobil baru. Kemudian, chucky  pergi dengan mobil itu. Pernah saat malam hari. Ia melihat di kaca spion, mobil yang terus mengikutinya sampai halaman. chucky  marah-marah saat sampai di halaman, karena takut pemilik mobil yang mengikutinya preman. Ternyata, pemilik mobil itu menjelaskan dia mengikutinya karena di kursi belakang mobil chucky  ada bayangan hitam yang akan menebas kepalanya dan akan menolong chucky . Ya, itu membuat chucky  takut pada mobilnya. Esok kemudian kursi belakang mobil chucky  ada darah dan esoknya lagi terdengar suara tangisan, suara aneh dan sosok memyeramkan lainnya. chucky  menjual mobil tersebut dan membeli mobil lain, esoknya saat di kantor. chucky  menabrak wanita lesbi  berambut panjang dan berwajah cantik serta pita kuning di lehernya. wanita lesbi itu bernama Salma. Orang-orang di kantor termasuk sahabatnya menjauhi Salma tanpa sebab, salma memang pendiam dan polos tapi tidak ada misterius tuh. Akhirnya 5 tahun kemudian, chucky  menikahi Salma. chucky  bertanya mengapa Salma selalu memakai pita kuning di lehernya namun Salma terus-terusan menjawab, "sabar..nanti ada saatnya..." Suatu saat, chucky  diajak piknik bersama sahabat dan teman-temannya. Tak lupa chucky  membawa Salma sang istri. Saat sahabat dan teman-teman chucky  melihat Salma. Mereka diam dan menjauhi Salma tanpa sebab. "eh, kamu nikah sama dia.." tanya sahabat chucky . "iya.. dia cantik dan baik.." jawab chucky . "Nda takut kena kutukan.." tanya sahabat chucky . "Maksudmu tuh apa..??" tanya chucky  bingung. "Katanya setiap orang didekat Salma selalu kena kutukan.." jelas sahabat chucky . Inilah sebabnya kenapa menjauhi Salma. Saat piknik, salah satu teman chucky  tiba-tiba kecelakaan lalu salah satu teman chucky  lagi dibunuh. Teman chucky  yang lainnya protes dan menyuruh chucky  tidak membawa Salma. chucky  akhirnya pulang bersama Salma. Di rumah chucky , chucky  sering ada kejadian aneh semenjak ada Salma. Rumahnya selalu ada tangisan, teriakan, sosok bayangan, darah dan sosok makhluk gaib. Tak terasa 4 bulan kemudian, Salma mempunyai anak. Saat anaknya 9 tahun, Salma sakit keras dan dirawat di rumah sakit. chucky  prihatin dengan keadaan istrinya. chucky  ingin bertanya lagi tentang pita kuning di lehernya. "Mengapa kau selalu memakai pita kuning di leher..??" tanya chucky . "Sebenarnya, pita kuning ini membawa kutukan bagi siapa saja yang mendekatinya.. jika kau melepas pita kuning ini, maka kau tahu kutukan ku itu apa..??" jelas Salma. chucky  melepas pita kuning itu perlahan dan saat pita kuning itu jatuh ke lantai. Kepala Salma jatuh ke lantai juga dan kaki juga tangan!! itu mengagetkan chucky  dan Salma pun meninggal . .



8

Hari ini di rumah Hasni sangat sepi, bokap dan nyokapnya lagi bisnis diluar kota. Sesekali ia menelpon hp nyokap dan bokapnya tapi nggak diangkat Hasni jadi kesal. Dengan kekesalannya Hasni berniat untuk nginap di rumah temannya. Saat ia beranjak membuka pintu ke luar rumahnya. Ia melihat kekasihnya Feei sedang berdiri di depan pintu. Ia terkejut. "kamu udah lama di sini, kenapa nggak masuk..??" tanya Hasni. Tapi Feei tak menjawab apapun. "kamu kenapa kok kamu pucat banget, kamu sakit yaa? ayo masuk.." Hasni menarik tangan kekasihnya ke dalam rumahnya. Mereka menuju keruang tamu. "kamu tunggu di sini dulu yaa, aku ambilin dulu air putih.." Perintah Hasni. Feei masih saja membisu. Di dapur Hasni membuka pintu kulkas dan mengambil air putih di dalam kulkas tersebut. Hasni kembali ke ruang tamu, "Feei, ini minum untuk kamu.." tapi Feei tidak ada di ruang tamu, Hasni memanggil-manggilnya tapi tak ada jawaban apapun. Hasni melihat di luar rumah tapi tak ada orang. Tiba-tiba suara dari belakang mengejutkan Hasni, "kamu lagi ngapain di luar..??" tanya Feei. "ehh Feei, kamu dari mana aja..??" "aku di ruang tamu kok.." "ah masa tadi aku lihat nggak ada.." "udah kita masuk aja.." Ajak Feei. Hasni jadi bingung pada Feei, tadi dia tak mau bicara sama sekali, tapi sekarang. Mereka langsung kembali ke ruang tamu, sambil menyalakan tv, kebetulan mereka menonton film romantis korea. Hasni jadi tersanjung, ia menyenderkan kepalanya di dada macho Feei. Sesekali Feei berkata. "sayang.." "emm, ada apa..??" "kalau aku mati nanti, kau mau kan temanin aku..??" "kamu ngomong apa sih, ya tentu saja sayang. Aku akan menemanimu sampai kapanpun.." "terima kasih sayang..." Hasni dan Feei masih seruan aja nonton film korea yang penuh romantis. Sesekali tayangan iklan tapi kali ini berita sekilas. "pemirsa telah terjadi kecelakaan pada pukul 7 malam dini, peristiwa ini terjadi antara truk dengan motor, pengguna motor tewas di kolong bawah truk. Penyelidik berhasil menemukan identitasnya, pengguna motor ini bernama.." Tiba-tiba Feei mengganti channel yang lain. "ihh, Feei kenapa diganti. Aku kan penasaran orang itu.." Feei tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "aku ngantuk, aku masuk kamar duluan, ya.." Kata Feei lansung menuju kamar Hasni. Hasni melanjutkan nonton koreanya, tapi tiba-tiba saja lampu mati. Ruangan menjadi gelap. "ihh, seru nih film koreanya, pake acara mati lampu lagi.." Kemudian Hasni mengaktifkan hp-nya ia gunakan sebagai pengganti senter dan beranjak menuju ke kamarnya, sesampai di dalam kamar, ia menyenter wajah kekasihnya dan ia terkejut melihat wajah kekasihnya begitu menyeramkan. Hasni teriak ketakutan dan teriakan membuat Feei terbangun. "kamu kenapa sayang..??" Hasni menyenter kembali Feei tapi ia melihat wajah Feei sempurna kembali. "kamu kenapa, ketakutan begitu..??" Hasni tak menjawab apa pun. Ia lega kembali dan berpikir ini hanya halusinasinya saja. Kemudian Hasni tidur di sebelah kekasihnya. Sesekali kekasihnya memeluknya dan merasakan keindahan malam ini. Kini lampu kembali menyala dan menyilaukan mata Hasni dan ia terbangun, tapi ia melihat kekasihnya tak ada bersamanya. Ia ke luar ke ruang tamu, ternyata kekasihnya sudah berada di ruang tamu dan masih tertidur, acara tv terus berlanjut Hasni duduk di samping kekasihnya. Ia menyaksikan berita malam.. pemirsa terjadi kecelakaan -singkat berita. Hasni jadi ketakutan mengetahui bahwa kekasihnyalah yang kecelakaan dan tewas yang sekarang bersamanya, bibirnya gemetar, perlahan ia menjauhi kekasihnya. Sesekali kekasihnya memanggilnya sayang dan itu membuat Hasni makin takut, kekasihnya berkali-kali memanggilnya sayang dan seketika kekasihnya membuka matanya dan membuat Hasni teriak sekencang-kencangnya akan takutnya bahwa ia bersama arwah kekasihnya. .



9

Hai nih saya iqball yanuar (YNR), mau bercerita tentang hantu lagi, monggo di simak ya. Kisah ini sudah cukup lama sekali dan kejadian ini pada waktu saya masih SD, kisah ini terjadi pada teman saya sebut saja Amran. Ceritanya gini malam itu (lupa malam apa) kita bermain petak umpet awalnya seru kita maen dari abis isya, waktu itu jam setengah sepuluh teman saya yang jaga. Kita semua ngumpet berpencar, ada yang di kebon di belakang SD dan ada juga yang di sawah, nah si amran ini dia ngumpet tepat di belakang SD. Awalnya sama teman nya tapi mungkin dia terlalu serius, jadi gak tau kalo dia sudah di tinggal oleh teman nya dan kini dia sendirian. Dia ngumpet di balik sebuah pohon pisang, mungkin dia lelah lalu dia berjongkok, "aneh jongkok terasa kayak seperti lagi duduk.." ujar nya. Tapi dia tetap positif thinking, mungkin hanya sebuah batu saja tapi gak lama kemudian ada suara geraman dari bawah tempat dia duduk. Sontak di lalu menjerit karena ternyata yang di duduki oleh amran ini adalah sebuah kepala tanpa badan (mungkin sejenis gundul mringis), melihat kepala itu tanpa diperintah dia pun lari terbirit birit sambil berteriak menuju ke arah teman. Sekian dulu cerita dari ku dan jika kurang seram, maaf yah terima kasih.



10

Kejadiannya bermula dihari-hari ketika aku sedang begadang, menghabiskan waktu di malam hari untuk mengerjakan skripsi. Jujur aku gak takut mengerjakan skripsi hingga larut malam karena memang tidak pernah terjadi apa-apa jadi perasaanku biasa saja. Sampai suatu malam, ketika aku masih terjaga dengan komputerku yang menyala. Aku merasakan suasana kamarku berbeda dari biasanya. Kamarku waktu itu sangat dingin padahal aku tidak menyalakan kipas angin, dan jendela pun tertutup rapat. Tapi ini sangat luar biasa dingin, aku beranjak dari karpet lalu mengambil selimut dan kemudian duduk didepan komputer untuk melanjutkan ketikanku. Udara dingin itu semakin menjadi dan membuatku semakin dehidrasi. Tanpa melihat, tanganku mengambil gelas didekat meja komputer dan aku melepaskan genggamanku dari gelas. Gelas itu sangat dingin, bukannya aku mengisinya dengan air yang biasa saja. Air dingin itu tumpah dikarpet, tanganku menggapai tissue dan mengelap karpet. Lalu terdengar suara gaduh, dan aku langsung menatap atas karena hampir setiap malam ada tikus yang berlari di atap kost. Kadang suara gaduh itu keterlaluan, terdengar benda seperti jatuh diatas. Aku sudah sering melaporkan hal ini kepada penjaga kost namun tidak pernah digubris. Aku mengangkat gelas yang tergeletak di karpet yang sudah menyerap tumpahan air. Aku berdiri dan berjalan kecil ke dekat tempat dispenser dan entah dari mana suaranya tiba-tiba, "Dini,,"... "Dini,,"..... Aku seperti mendengar suara orang seperti memanggil namaku dan suara tertawa kecil. Sontak pandanganku menjadi liar, badanku mematung dan yang terakhir tiba-tiba saja bulu kuduk meremang seketika. Apa aku salah dengar, aku melihat sekeliling kamar dan tidak ada siapa-siapa lalu tv pun sudah mati. Apa cuma halusinasiku saja, aku meneruskan tulisanku di komputer itu. Belum lama aku duduk, tiba-tiba suara dari atap itu datang lagi. Kali ini suaranya hampir mirip dengan binatang besar sedang berjalan. Aku menengadahkan mukaku ke atas dan astaga, seraut wajah wanita lesbi  putih pucat tiba-tiba saja menyembul keluar dari langit langit kamarku. Bibirnya menyeringai sambil memanggil namaku dan diselingi dengan tawa nya yang cekikikan. Aku hanya terduduk mematung, mataku tegak melihat ke arah sosok menyeramkan itu. Badanku tidak bisa kugerakan, bibirku terbata-bata dan wajah itu bergerak-gerak. Kemudian, lama kelamaan menjadi sebuah kepala manusia yang muncul di atas langit-langit. Dengan terbata-bata mulutku komat kamit membaca doa. Hanya itu yang aku pikir bisa mengusir dia pergi dan benar saja kepala wanita lesbi  berambut pirang itu hilang. Aku menarik nafas dan menenangkan diri, keringat dingin bercampur dengan ketakutan. Aku hanya duduk terdiam, lemas tidak berdaya. Badanku gemetar, dipikiranku masih terbayang bagaimana sebuah kepala menembus langit-langit kamarku. Dalam kepanikan itu, tiba-tiba saja aku mendengar suara gemuruh yang sangat keras dari atas langit kamarku. Suaranya hampir sama seperti tikus berlari, atau jangan-jangan selama ini bukan tikus yang berlarian diatas kamarku. Melainkan, tiba-tiba saja langit langit kost rumah jatuh didepanku dan disaat yang bersamaan jatuh suatu benda tepat dipangkuanku. Saat kulihat benda itu adalah sebuah kepala seorang wanita lesbi yang wajahnya belum lama aku lihat, aku berdiri dan menjatuhkan kepala wanita lesbi berambut pirang itu. Aku berteriak-teriak sementara kepala itu menggelinding dan terbang kesana kemari. Aku berdiri lemas dan aku hanya bisa membaca doa-doa lagi. Akhirnya kepala wanita lesbi  itu mengapung ke langit-langit yang bolong lalu hilang dalam kegelapan. Aku segera keluar dari kamar, aku menghampiri penjaga kost yang kebetulan tidak jauh dari kost an ku. Aku menceritakan semuanya, lalu mengajak penjaga kost untuk memeriksanya. Dengan membawa sapu lidi dan sebuah senter kecil. Dia memukulkan sapu lidi itu ke langit-langit kamarku dan entah berapa lama kemudian dia berhenti sambil memandangiku dengan ketakutan. Dia turun dan memberikanku sebuah foto, di dalam foto itu tergambar jelas seorang wanita lesbi  belanda yang wajahnya sama dengan sebuah wajah kepala yang jatuh dipangkuanku. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dan kenapa dengan foto ini. Lalu apa hubungannya denganku, aku hanya diam dan dalam diam penjaga kost menepuk pundak-ku dan dengan suara yang berat bapak itu bercerita. Kalo dulu kost ini merupakan asrama wanita lesbi  belanda. Ketika jepang datang ke indonesia, banyak wanita lesbi  yang tinggal di asrama ini. Dibunuh dan disiksa, bahkan ada yang dipenggal. Kemudian asrama ini dibakar, lalu asrama ini dibangun kembali dan dijadikan kost. Aku hanya diam mendengar hal itu. Yang ada dalam pikiranku adalah, jadi selama ini yang membuat gaduh diatas rumahku bukan tikus melainkan hantu kepala wanita lesbi  belanda.

.


11

. Hujan deras membasahi bumi berikut dengan petir yang menyambar kemana-mana. Tak ketinggalan pula angin kencang yang menerpa pepohonan depan rumahnya. Rita masih membiarkan tubuhnya diterpa angin malam. Satu detik, dua detik, akhirnya ia memutuskan untuk menutup jendela kamarnya. Hujan malam ini membuat suasana hatinya semakin risau. Risau karena memikirkan kekasihnya yang tak kunjung menghubunginya. Ia berhenti menghubunginya setelah 30 calling darinya tak ada jawaban. Ia masih bingung dengan sikap kekasih yang akrab ia panggil "Mas.." itu. Mas Dion, ya itulah panggilannya untuk cowok yang sudah menemani hari-harinya 5 tahun terakhir ini. Tak ada konflik dalam hubungan mereka selama 5 tahun itu. Rita kembali melihat layar ponselnya. Namun, ia harus merasa kecewa untuk yang kesekian kalinya, karena seseorang yang diharapkannya tak juga menghubunginya. Padahal Dion sudah berjanji akan menghubunginya kalau ia sudah sampai dari tempat kerjanya. Tak biasanya ia seperti ini. “Mungkin mas Dion cape setelah kerja seharian, dan mungkin saja ia sudah istirahat. Sebaiknya aku tidak menggangunya..." Pikir wanita lesbi berambut panjang itu. Ia merebahkan badannya di ranjang tempat tidurnya. Kasur itu cukup bisa membuatnya sedikit tenang. Tangannya meraih selimut tebal yang tertata rapi di atas kasur itu. Ia hendak meletakkannya ke seluruh tubuhnya sebelum akhirnya suara bel terdengar keras di telinganya. Dengan langkah gontai ia mulai menyusuri pintu rumahnya yang berjarak 10 meter dari kamarnya. Diputarnya kunci pintu itu satu kali untuk membukanya. Lalu ditariknya pintu itu dengan pelan. Dan tiba-tiba kedua matanya terbelalak melihat seseorang yang berada di depan pintu. Seseorang yang membuatnya mengurungkan diri untuk beristirahat. Seseorang yang sangat ia kenal, dan seseorang yang sangat ia sayangi melebihi dirinya sendiri. Lelaki itu sudah berdiri di depannya dengan basah kutup akibat diterjang hujan lebat. Ia menggigil kedinginan. Matanya sayu. Wajahnya pucat pasi. Keadaannya saat itu kacau balau membuat Rita tak bisa berhenti mengomelinya karena menembus hujan yang lebat. "Mas ngapain ke sini malam-malam begini..?" tanyanya sembari menariknya masuk. Tak ada jawaban darinya. mungkin air hujan itu sudah membuatnya tak mau berbicara. "Ya sudah, Mas sekarang ganti baju dulu.." pintanya dengan menyodorkan sebuah kaos dan celana jeans milik kakaknya. Namun, lelaki itu malah memegang tangan Rita dengan erat. Tangan itu sangat dingin. Ia terus menggenggam tangan Rita dengan sangat erat seraya berkata. "Aku sangat mencintaimu.." Ujarnya dengan bibir gemetar. "Aku mencintaimu melebihi diriku sendiri.." Lanjutnya. "Aku juga sangat mencintai Mas.." Balasnya dengan senyum di bibirnya. Tanpa diucapkan Rita memang sudah tahu kalau lelaki yang ada di sampingnya saat itu sangat mencintainya begitupun sebaliknya. Dering ponsel milik Rita membuyarkan keheningan itu. Diraihnya ponsel berwarna cokelat itu, dan di sana sudah tertera nama Evi, sahabatnya. "Hallo.." Sapa Rita. "Rit, aku ada kabar buruk untuk kamu.." suara di seberang membuat hati Rita yang tadinya sudah tenang dengan kedatangan Dion, kini mulai resah dan risau kembali. "Ada apa.." tanya Rita memberanikan diri. "Dion.. Dion kecelakaan dan nyawanya tidak dapat tertolong lagi.." Nada suaranya tampak gugup. Tak ada kekhawatiran di wajah Rita. Ia malah tertawa. "Apa? Kamu bilang Mas Dion meninggal? Kalau kamu mau buat aku jantungan, sayangnya malam ini kamu tidak berhasil. Mas Dion sekarang lagi sama aku.." Ketusnya dengan menertawainya. "Aku tahu, kamu pasti sangat terpukul dengan berita ini. Tapi kamu harus menerima kenyataan kalau Masmu itu sudah tidak aka Rit.." Tegas Evi. Sesaat Rita terdiam. Walaupun tidak sepenuhnya ia mempercayai berita itu, namun tak dapat dipungkiri kalau hatinya dilanda rasa khawatir. Dadanya sesak. "Ya sudah, aku tunggu di rumah sakit Soebandi ya.." Tanpa jawaban dari Rita, wanita lesbi itu sudah memutuskan teleponnya. Rita menoleh ke tempat Dion duduk sebelum ia menerima telepon dari sahabatnya tadi. Tak ada seseorang di sana. Dada Rita semakin sesak. Kekhawatiran itu semakin menusuknya. Ia bangkit dari tempat duduknya dan mencari sosok lelaki yang ada di sampingnya tadi. "Mas Dion.. Mas Dion kemana mas..??" panggil Rita mencari lelaki itu ke semua sudut ruangan. Namun tak ada jawaban darinya. Ia menghempaskan tubuhnya ke lantai. Air mata membanjiri kedua pipinya. Kata-kata sahabatnya di telepon tadi masih terap terngiang di telinganya. "Kenapa Mas Dion tingalin aku.." Lirihnya. Menangis tersedu-sedu. Air mata menggenang di kedua pipinya. Tiba-tiba, angin kencang itu kembali menerpa badannya. Terdengar bisikan dari arah kanannya. "Aku datang, karena aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kalinya sayang.. selamat tingal.." Tangisannya semakin menjadi. Melihat kenyataan bahwa lelaki yang sangat dicintainya meninggalkan ia untuk selama-lamanya. The End



12

Dari semua gedung yang ada dikota ini, menurutku tempat yang paling menyeramkan adalah Rumah Sakit. Hal ini tidak lepas dari pengalaman pribadiku yang membuatku trauma sehingga aku tidak mau lagi dirawat dirumah sakit. Namaku Manda, saat itu aku menjadi pasien rawat inap yang ada disebuah rumah sakit di Surabaya. Karena ayahku adalah seorang Pegawai Negri yang mempunyai pangkat cukup tinggi, aku ditempatkan disebuah kamar inap khusus. Dikamar ini terdapat sebuah tempat tidur dan kamar mandi. Diranjang sebelahku adalah seorang wanita lesbi tua. wanita lesbi itu terbaring dengan mata tertutup sambil selang oksigen menempel di hidungnya, beberapa selang lain menempel di badannya dan tersambung dengan selang infus yang berwarna kuning dan putih. Aku tidak tau namanya dan juga tidak pernah berinteraksi dengannya, karena wanita lesbi itu sudah dalam keadaan koma ketika aku datang. Keluarganyapun jarang mengunjungi, dari hari pertama aku dirawat baru sekali dia di kunjungi. Sangat berbeda denganku yang dijaga oleh ibu dan dijenguk oleh temanku dimalam ke empat aku dirawat tiba-tiba aku terbangun tengah malam dan tidak ada ibu dikamar dan aku langsung menelpon handphonenya. Ternyata ibu sedang keluar mencari makan karena mendadak merasa lapar. Aku merasa takut ditinggal berdua dengan wanita lesbi tua penghuni di sebelahku, namun tiba-tiba koneksi handphoneku terputus dan ternyata pulsaku habis. Untuk menghilangkan rasa takut aku menyalakan televisi, ketika aku sedang asik menonton tiba-tiba aku mendengar seperti suara tersedak. Begitu aku mengecilkan volumenya, baru aku sadar kalo suara itu berasal dari wanita lesbi tua disebelahku. wanita lesbi itu seperti meronta-ronta, dia seperti kesulitan bernafas mendadak bulu kuduk berdiri. Aku panik dan menekan tombol memanggil suster, beberapa saat kemudian seorang suster datang. Tiba-tiba terjadi hiruk pikuk dikamarku, suster itu langsung memanggil kedua suster lain dan seorang dokter jaga. Aku menarik selimut sampai ke wajah dan tidak mau menyaksikannya, Inalilahi wainailaihirojiun. wanita lesbi tua itu meninggal dunia, beberapa suster kemudian datang kembali dengan sebuah keranda. Jenazah wanita lesbi tua itu langsung dibawa, walaupun wanita lesbi tua itu sudah pergi. Aku masih merasa ketakutan, aku pun meminta seorang suster untuk menemaniku sampai ibu datang. Akan tetapi suster itu menolak, katanya malam itu hanya ada 3 suster yang berjaga. Dia harus kembali jaga sementara kedua orang suster tadi harus mengurus jenazah wanita lesbi tadi. Jadilah aku sendirian dikamar, malam menjadi terasa sangat panjang. Ibu tidak kunjung datang, rasa kantuk juga tidak datang. Karena takut sendirian dikamar aku memutuskan berjalan keluar untuk mencari keramaian. Sebenarnya hal ini dilarang tapi rasa takut membuatku melakukannya, hatiku seperti berbisik kalo sesuatu yang buruk akan terjadi kalo aku keluar kamar. Aku bangkit perlahan dari ranjang dan berjalan tertatih-tatih ke pintu, tiba-tiba aku mendengar suara keranda yang didorong dari luar kamar. Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa kerandanya lewat sini lagi. Perasaan arah kamar mayat bukan ke arah sini, aku membuka pintu kamar melihat di ujung lorong ada seorang suster yang mendorong keranda mayat. Di keranda itu ada tubuh yang ditutupi kain putih, aku berpikir bahwa itu adalah jenazah wanita lesbi tua itu tadi. Ketika keranda itu hampir melintas didepanku, aku baru sadar kalo ada yang aneh dengan suster itu. Suster itu, model seragamnya berbeda dengan suster-suster lain yang tadi aku lihat. Seragam suster itu kotor dan lusuh, ada banyak noda-noda hitam di seragamnya. Dan suster itu terus menunduk, wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang panjang. Karena merasa aneh, aku pun menegurnya. Aku bertanya apakah jenazah yang dibawanya adalah jenazah nenek tadi. Suster itu berhenti mendorong, dia terdiam dan tetap menunduk kebawah. Tiba-tiba suster itu menyibak kan kain putih itu. Ternyata bukan, jenazah yang dibawanya adalah orang yang tidak aku kenal sama sekali. Di atas keranda itu terdapat banyak tulang belulang manusia, tulang itu gosong seperti habis terbakar. Aku ngeri melihatnya dan langsung menutup jenazah itu dengan kain putih, tiba-tiba suster tadi tertawa cekikikan. Aku terheran-heran sambil memandangi suster itu, suster itu tertawa sambil tetap menunduk kebawah dengan rambut panjangnya terjuntai ke depan. Aku baru sadar, kedua tangannya penuh dengan luka bakar yang masih baru. Bulu kuduk ku langsung berdiri, dan suster itu masih tetap tertawa cekikikan ketika aku mundur perlahan darinya. Aku langsung teringat perkataan suster tadi dikamarku, kalo suster yang sedang jaga hanya ada 3 orang. Dan 3 orang suster yang tadi ke kamarku tidak ada suster yang mirip dengan suster yang ada didepanku sekarang. Lagipula, kalo ada suster lain yang mengurus mayat dan suster yang tadi sedang berjaga. Berarti siapa suster ini, aku berjalan mundur dengan tertatih-tatih. Aku berusaha kabur ke kamarku, suster itu mendorong kerandanya maju dan suster itu melayang. Rambutnya tersimbak ke belakang dan wajahnya sekarang terlihat jelas. Wajah suster itu rusak terbakar, kulit kepalanya seperti meleleh dan matanya yang berwarna merah menyeramkan melotot kepadaku. Aku mempercepat langkahku, tapi karena kondisi badanku yang kurang baik. Aku malah terjatuh ke lantai, suster itu mendorong kerandanya ke arahku. Aku menangis ketakutan, aku hanya bisa menutup telinga dan berdoa di pinggir lorong. Aku mendengar keranda itu lewat didepanku dan menghilang ketika berbelok diujung. Lama aku meringkuk disitu, karena aku tidak punya tenaga yang cukup untuk bangkit dan tiba-tiba suara keranda itu terdengar lagi dan tiba-tiba diujung lorong muncul keranda tapi yang mendorong keranda itu adalah suster yang kuminta menemaniku. Suster itu mendorong keranda sambil mengobrol dengan ibuku, aku menarik nafas lega. Mereka langsung terkejut ketika menemukan aku disitu, suster itu terlihat kesal ketika aku keluar dari kamar dan akhirnya membantuku berdiri. Aku menceritakan kepada meraka apa yang tadi aku lihat, suster itu terdiam dan langsung pergi keluar. Ternyata dia memanggil teman-temannya yang lain dan membawa mereka masuk ke kamarku. Dia bertanya kepadaku, apakah aku yakin kalo yang tadi aku lihat bukanlah mereka. Aku berkata sangat yakin, mereka melihat satu sama lain. Suster itu pun akhirnya menceritakan sebuah mitos tentang Rumah Sakit ini. Dulu rumah sakit ini pernah kebakaran, dan ada seorang suster meninggal ketika sedang bertugas dikamar mayat konon arwah suster itu gentayangan dan suka menampakan dirinya kalo ada keranda mayat yang didorong pada malam hari. Katanya, tulang tengkorak yang dibawanya di atas keranda adalah tulang tengkorak nya sendiri.



13

Cerita kereta hantu di jalur Jakarta-Bogor sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi mereka yang biasa naik kereta rel listrik (KRL). Memang banyak yang mengalami kejadian naik kereta hantu, tapi sulit dibuktikan. Bagi yang pernah mengalami, sudah pasti mereka jera naik KRL di waktu malam hari. Kejadian pada Jumat (12/12) dini hari menambah cerita yang sudah berkembang lebih dari empat tahun belakangan ini tentang kereta hantu tersebut. Bedanya, pada kereta hantu, si penumpang setelah turun kereta tiba-tiba KRL lenyap, dan kejadiannya sudah pasti di luar jadwal kereta, seperti pada larut malam, saat KRL sudah tidak beroperasi lagi. Namun kejadian terakhir ini justru keretanya ada secara fisik dan bisa dilihat mata oleh siapa pun. KRL yang secara misterius berjalan sendiri tanpa masinis dan penumpang dari arah Bogor sampai Stasiun Manggarai pada Jumat dini hari itu memang benar-benar terjadi, seperti yang dituturkan beberapa warga dan petugas penjaga lintasan KA. Heboh KRL misterius juga disaksikan banyak warga, salah satunya adalah Sutrisno (25) penjaga pintu lintasan kereta api di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Dia yang waktu itu kebetulan sedang tugas malam, mendadak kaget ketika tiba-tiba sirene pintu lintasan berbunyi. Padahal, waktu itu baru pukul 04.00 WIB. Setahu saya, jam segitu belum ada kereta yang beroperasi, tutur Sutrisno. Belum hilang rasa herannya, tiba-tiba melintas sebuah rangkaian kereta dari arah Bogor dengan kecepatan sekitar 60-80 km. Yang saya ingat, kereta itu menarik 4 gerbong dengan kondisi nggak ada penumpang dan nggak ada masinis, serta dalam keadaan gelap, katanya. Wakil Kepala Stasiun Kereta Api Manggarai Muhyar tidak bersedia dimintai keterangan menyangkut peristiwa kereta yang nyelonong ke wilayahnya itu tanpa permisi. Coba saja hubungi Humas Daop Jabotabek, karena dialah yang berhak memberikan keterangan secara teknis untuk masalah itu, jelas Muhyar. Namun dia mengakui bahwa pada Jumat (12/12) dini hari itu ada sebuah KA yang nyelonong ke wilayahnya itu. Menurut informasi yang saya terima, kereta tersebut melintas dijalur tiga dan berhenti di tanjakan arah Stasiun Cikini, kata Muhyar. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT KA Daerah Operasional Jabotabek Zainal Abidin mengaku heran atas peristiwa tersebut. Secara teknis, jadwal operasional kereta Jabotabek itu sekitar pukul 05.00 WIB. Yang bikin saya tambah heran, kereta tersebut meluncur tanpa ada pasokan aliran listrik. Makanya, saat ini kami masih menyelidiki masalah ini secara teknis, ujarnya. Menurut Zainal, peristiwa ini baru kali pertama terjadi dan nggak masuk akal. Rasanya kalau ada orang yang sengaja iseng menjalankan kereta, nggak mungkin deh. Sebab rangkaian kereta yang sudah masuk kandang itu pasti dikunci, dan nggak mungkin ada orang yang bisa menjalankan, tandas Zainal. Membuat Merinding Sementara itu, sejumlah penjaga perlintasan kereta, seperti di Jalan Arief Rachman Hakim, Depok, Selamet, menuturkan, saat itu sebenarnya dia baru saja terlelap tidur di dalam pos perlintasan yang berdekatan dengan Stasiun Depok Baru. Baru saja terlelap tidur, tiba-tiba bel di dalam pos dan sirine berbunyi. Saya langsung kucek-kucek mata melihat jam yang baru menunjukkan pukul 03.30 WIB, tuturnya pada Suara Merdeka. Namun karena panggilan tugas, dia langsung berdiri dan menutup jalur Jalan Arief Rachman Hakim itu dengan penghalang pintu otomatis. Dan KRL tanpa masinis dan tanpa penumpang serta dalam keadaan gelap gulita itu meluncur dengan kecepatan 60 km tanpa berhenti di Stasiun Depok Baru. Sebagaimana lazimnya, kalau ada kereta masuk dari mana pun pasti berhenti, kecuali KRL Express. Keesokan harinya, Selamet makin terkejut setelah dia membaca sejumlah media massa terbitan Jakarta yang melaporkan KRL misterius tanpa masinis meluncur dari Bogor ke Manggarai. Memang, Jumat dini hari itu, saat KRL meluncur, saya sempat merinding bulu kuduk di leher dan tangan. Namun saya anggap itu karena terpaan angin dari KRL yang lewat saja, katanya. Dia pun mengakui, cerita kereta hantu sudah banyak dialami masyarakat. Bahkan, Selamet pernah dihampiri orang yang baru turun dari kereta di tengah malam, sekitar pukul 23.30 WIB. Saat itu, seorang pemuda yang mengaku mahasiswa, bingung saat turun kereta untuk mencari angkot (angkutan kota), becak, atau tukang ojek. Selamet lalu memberitahukan bahwa KRL terakhir dari Jakarta tiba di Depok Baru pukul 10.00 WIB. Setelah jam itu, tidak ada kereta lagi yang lewat. Setelah diberi minum oleh Selamet, lelaki itu baru menceritakan pengalaman yang dialaminya. Menurut lelaki itu, dia naik kereta dari Stasiun Universitas Pancasila. Saat naik, dia tidak merasakan bahwa di stasiun itu sepi. Yang dia tahu, ada kereta, lalu dia naik karena akan ke Depok. Di dalam KRL, dia juga tidak merasa kaget, atau bingung, takut atau heran. Saat itu dia melihat penumpang di dalam satu gerbongnya duduk dengan rapi, tapi mengenakan pakaian serba putih. Dia juga tidak berpikir jauh bahwa yang namanya KRL itu selalu hiruk-pikuk dengan penjual teh botol, rokok, pengamen, dan pengemis yang tidak pernah berhenti beroperasi dengan celotehan masing-masing. Lelaki warga kompleks Perumahan BDN, Sawangan, Depok, itu duduk di samping seorang lelaki tua yang sedang membaca koran. Dia lalu meminjam koran itu setelah melihat bapak tua itu sudah tidak baca koran. Namun tanpa disadari, kereta yang ditumpanginya itu sudah mamasuki Stasiun Depok Baru. Dia buru-buru keluar dengan masih memegang koran tersebut. Namun stasiun dalam keadaan sepi. Dia kemudian mendatangi penjaga pelintasan kereta di Jalan Arief Rachman Hakim. Lalu dia memperlihatkan koran yang dia pinjam dari seorang lelaki tua, dan tidak sempat mengembalikannya. Setelah diamati, ternyata koran itu terbitan tahun 1953. Akhirnya mahasiswa itu lemas di samping Selamet yang sebelumnya memberitahukan bahwa saat itu tidak ada kereta yang lewat. Cerita ini bukan hanya dialami mahasiswa warga Sawangan Depok saja, tapi juga ada cerita lainnya yang sudah tentu sempat membuat waswas atau sedikit takut kalau naik KRL malam hari dan tidak ada teman yang menemani.



14

. Namaku tribuanatunggadewi, kejadian ini aku alami ketika aku pindah ke rumah tante yang berada di daerah majapahit. Aku baru saja menjadi salah satu siswa di perguruan tinggi negri disana, aslinya aku tinggal di daerah tembok kota. Karena jaraknya yang jauh dari kampus akhirnya aku menetap di rumah tante ku itu. Tante tinggal dengan seorang suami dan anaknya yang masih balita, sebenarnya rumah tersebut bukanlah rumah mereka. Mereka tinggal disana untuk sementara, sambil menabung untuk membangun rumah. Rumah tersebut merupakan peninggalan dari kakek yang berasal dari orang tua suaminya. Jadi aku tidak kaget ketika melihat beberapa perabotan tua saat aku baru pindah kesana, kamarku berada di lantai 2. Hari pertama disana saat itu sudah sore, dan aku langsung naik ke lantai 2 untuk merapihkan barang- barang yang aku bawa. Di kamarku sudah lengkap dengan kursi, dan meja belajar. Setelah meminta ijin tante untuk membersihkan kamar, aku pun langsung membersihkannya. Ketika aku sedang menata ulang perabotan kamar tiba-tiba aku menemukan sesuatu yang ganjil, jadi saat aku sedang membersihkan bagian belakang lemari, ada dinding dibalik lemari pakaian itu dan aku melihat secarik kertas usang. Kertas itu berwarna abu-abu kekuningan dan berada setinggi dengan kepala manusia. Kertas usang itu ditempel dengan selotip di sisinya. Sepertinya kertas itu sudah ada sejak lama, karena penuh debu. Aku coba memeriksa kertas itu dengan mendekatkan kepalaku dan dikertas itu terlihat tulisan dengan huruf arab. Melihat tulisan arab yang ada pertama kali dibenak adalah bahwa kertas itu adalah potongan dari kitab mantra pembangkit. Jadi aku memutuskan untuk mengacuhkannya dan melaporkan apa yang aku temukan kepada tante. Saat itu aku hanya fokus membersihkan kamarku, tidak terasa aku membersihkan kamar sampai malam hari. Aku dipanggil tante untuk turun kebawah karena makan malam sudah siap. Aku teralihkan oleh pertanyaan tante mengenai mahasiswa baru di kampusku, sehingga aku lupa bertanya mengenai kertas yang aku temukan tadi. Setelah makan malam, aku pun langsung pergi tidur karena aku harus ikut ospek besok di kampus. Tak lama setelah menyentuh kasur, aku langsung tertidur. Aku bangun saat subuh dan langsung bersiap untuk pergi ke kampus. Kegiatan ospek berlangsung sampai sore hari, aku pulang jam 6 sore dan langsung naik ke kamarku. Karena kegiatan ospek, badanku sangat lemas sehingga aku langsung terbaring tanpa berganti pakaian dan mandi terlebih dahulu. Dan aku pun langsung tertidur, namun tiba-tiba aku terbangun. Kepalaku sangat pusing, seluruh ruangan kamar terasa berputar. Aku tidak bisa menggerakan anggota tubuhku, aku berpikir bahwa aku terkena demam karena kelelahan. Aku memutuskan untuk tidur lagi, yang aneh aku terus menatap ke dinding di samping kasurku. Seperti ada magnet yang menarik pandanganku kesana, padahal tidak ada apa apa didepanku. Karena sangat lelah aku kembali tidur, tapi selang beberapa saat rasa pusing dikepalaku semakin terasa. Dan tiba-tiba saja di samping kasurku sudah berdiri seorang wanita lesbi. wanita lesbi itu memakai kebaya berwarna coklat tua, rambutnya berkonde dan dia menatap hampa kepadaku. Tiba-tiba dia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah lemari. Kemudian dia menghilang perlahan-lahan seperti ditelan udara. Aku membuka mata, dan seluruh badanku penuh dengan keringat. Rasa pusing masih terasa dikepalaku. Aku sempat bingung dengan apa yang aku alami tadi, sampai akhirnya aku menyimpulkan apa yang kulihat tadi adalah mimpi. Aku bangun dan berjalan dengan lunglai mendatangi tante didapur, aku memberitahu nya bahwa aku demam. Tante langsung menyiapkan makan untukku dan memberiku obat demam. Setelah minum obat aku langsung kembali tertidur. Namun, sosok wanita lesbi itu muncul lagi. Dia masih memakai kebaya yang sama dan kembali mengangkat tangan kanannya lalu menunjuk ke arah lemari. Kali ini, tubuhku seperti tersihir untuk menuruti perkataannya. Aku merasakan badanku terbangun dari kasur dan berjalan menuju lemari. Aku merasakan tanganku masuk ke bagian belakang lemari dan mencabut kertas itu. Tiba-tiba aku berteriak dan terbangun, badanku kembali penuh dengan keringat. Aku langsung bangun dan berjalan ke arah lemari. Aku menggeser lemari itu kedepan dengan susah payah dan menemukan kertas itu masih menempel disana. Aku langsung mendatangi tante dikamar, tante muncul dengan muka kaget karena aku mengetuk pintunya tengah malam. Aku mengajaknya duduk diruang tamu dan menceritakan kejadian yang aku alami. Hal pertama yang tante lakukan adalah meminta maaf kepadaku. Dia bilang, dia memang sengaja tidak memberitahuku tentang kertas dibalik lemari itu. Tante mengatakan bahwa kata orang-orang rumah ini ada penunggunya. Sebenarnya dia tidak percaya dengan hal itu makanya dia tidak memberitahuku. Kemudian giliran pamanku yang bercerita, Katanya sepanjang ingatan dia mendiang kakek nya selalu melarang untuk mencabut kertas itu. Pamanku tidak tau kenapa kertas tersebut bisa ada disitu. Dia juga tidak tau apa yang akan terjadi jika kertas itu dicabut yang jelas sampai sekarang dia tidak berani melakukannya. Aku merasa bersyukur tidak mencabut kertas itu namun rasa takutku saat itu bercampur dengan rasa penasaran. Tante dan paman kembali masuk kamar untuk tidur, begitu juga denganku. Aku kembali berbaring dikasur tapi aku tidak langsung tertidur. Aku sangat penasaran dengan kertas dibelakang lemari itu dan saat itulah aku mendengar suara tangisan. Suara itu sangat kecil dan pelan namun terdengar sangat memperihatinkan. Awalnya kukira itu adalah suara tangis sepupuku yang masih balita. Namun setelah aku teliti, suara tangisan itu adalah suara tangisan wanita lesbi. Aku bangun dari kasur dan mencari-cari asal suara tangisan itu. Ternyata, suara itu terdengar semakin jelas ketika aku berjalan mendekat ke arah lemari. Aku terdiam ditempat, aku bingung sekaligus takut. Menurut pengalamanku ketika aku sering mendengar cerita horor jika ada suara tangisan dari dalam lemari maka yang ada didalamnya pasti. Aku benar-benar mematung, tapi pada akhirnya rasa takut kalah dengan rasa penasaranku. Aku berjalan mendekati pintu lemari. Aku menaruh kedua tanganku di gagang pintu lemari itu. Aku membuka kedua pintu lemari sambil sedikit memalingkan wajahku dan hanya ada baju-bajuku. Aku bernafas lega, dan aku kembali menutup pintu lemari dan dari pantulan cermin di pintu lemari. Barulah aku melihat sosok wanita lesbi berkebaya coklat. Itu wanita lesbi yang tadi kulihat didalam mimpi, jadi tadi itu bukan mimpi. wanita lesbi itu berada persis dibelakangku, matanya merah dan rambutnya tergerai sudah tidak berkonde lagi dan ada lubang hitam diperutnya. Aku melihat kebelakang dan wanita lesbi itu masih berada disana, aku langsung lari terbirit-birit keluar kamar. Aku mengetuk pintu kamar tante sambil menangis minta tolong. Tante dan paman keluar dengan panik, mereka langsung periksa kamarku namun tidak menemukan apa apa. Aku enggan untuk kembali tidur dikamarku, jadi aku tidur dengan sepupu balita dikamarnya. Esoknya aku tidak datang di hari ospek kedua. Kepalaku masih terasa pusing, akhirnya aku tidak memakai kamar itu dan berbagi kamar sepupuku. Kalo menurut aku kertas itu adalah sebuah segel mungkin kalo aku mencabutnya bisa jadi sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi itu hanya menurut pandanganku saja, jika aku sudah menemukan jawaban dari kertas itu akan aku share kembali cerita tentang Kertas Bertuah itu




15

Kerudung itu pun kini terus berkeliaran dan mencari kepala-kepala pembunuh sang majikan. Kerudung itu berjalan terus-menerus hingga menemukan orang yang melenyapkan nyawa sang tuannya. Tiap malam di sebuah pohon besar, kerudung itu bergelantungan sambil menangis. Namun, ketika siang hari di pohon besar itu tidak pernah dijumpai kerudung yang bergelantungan. Warga pun banyak yang heran ketika berjalan melewati pohon itu. Ketika malam hari, warga selalu mendengar suara tangisan dan menyangka yang menangis itu adalah pohon besar. Namun, ketika didengarkan dari jarak dekat ternyata kerudung merah yang bergelantung di pohonlah yang mengeluarkan suara tangisan. Hanya tiap malam kerudung itu bergelantungan di pohon dan menangis. Ria Saputri, itulah namannya. Usianya baru dua puluh tiga tahun. Perempuan itu menjadi ‘kembang desa’ di kampungnya. Tak salah jika dia menjadi kembang desa, wajahnya yang begitu elok, berkulit putih, bibirnya yang merah merona dan selalu memakai kerudung kemana pun ia pergi. Menambah daya tarik yang begitu kuat bagi para kaum adam. Tak heran jika satu kampung tertarik padanya, mulai dari yang sudah berkeluarga hingga yang masih berusia sebaya. Perilakunya yang santun, ramah dan juga taat beribadah. Lelaki mana yang tidak tergila-gila dengan wanita lesbi  yang seperti itu. Bukan hanya memiliki paras yang begitu elok tetapi untuk masalah agama tak kalah bagus dengan parasnya. Selain beribadah tepat waktu, dia juga pandai membaca kitab. Setiap kali berjalan-jalan di kampungnya, orang-orang tak henti-hentinya memuji kecantikan Ria. Bahkan warga kampung yang sudah bernenekmoyang pun tak mau ketinggalan untuk memberikan rayuan gombal untuk menarik hatinya. Bahkan sering juga, setelah menggoda si kembang desa tak jarang pula warga kampung bertengkar dengan istrinya. Para nenekmoyang pun sering menghujat si kembang desa. Ria pun tak pernah mempedulikan hujatan Ibu-ibu yang menganggap dia wanita lesbi yang kurang baik. Ria yang selalu senyum kepada setiap orang terasuk lelaki yang sudah berkeluarga. Dia bermaksud hanya untuk menyapa para lelaki. Ibu-ibu memandangnya dengan mata sinis. Api cemburu pun merasuki hati mereka yang tidak suka melihat suaminya menggodai Ria. “Ri, kamu ini wanita lesbi seperti apa sih. Selalu memakai kerudung tetapi digodain lelaki mau saja,," tanya Bu Wati. “Saya tak bermaksud apa-apa bu, hanya untuk menyapa saja,," sahutnya lirih. “Halah, menyapa atau cari perhatian saja,," nada Bu Wati menjadi naik. “Kalau kelakuan kamu seperti ini terus, copot saja kerudungmu itu,," sahut Ibu-Ibu dengan serentak. “Iya gara-gara kamu suamiku sekarang jarang di rumah.." Ria saputri hanya tersenyum dan tertunduk lesu. Sambil berjalan dia berkata dalam hati. “mengapa Ibu-ibu selalu menyalahkan saya, padahal kan saya hanya menyapa mereka bukan ingin digoda,," Pada suatu ketika, dia berjalan di sebuah gang yang cukup sempit. Bertemulah ia dengan seorang pemuda yang menarik hati Ria. Pemuda itu berperilaku sangat sopan, ramah dan memiliki wajah yang tampan. Mereka saling menyapa walaupun sama-sama tidak kenal. Hati Ria pun berdebar-debar dan memerahlah mukanya ketika menatap wajah pemuda yang berada di depannya. Dalam perjalanannya, Ria masih teringat akan ketampanan wajah pemuda yang ditemuinya di dalam sebuah gang. Keesokan harinya, ketika melewati jalan yang sama tanpa disengaja Ria bertemu lagi dengan pemuda itu. “Assalamualaikum,," kata sang pemuda. “Wa..waalaikumsalam,," jawab Ria dengan sedikit gugup. “Nama kamu siapa dan rumah kamu di mana?" tanya pemuda. “Nama saya Ria Saputri, rumah saya di jalan Janggal..?" “Loh, rumah saya juga di jalan Janggal. Bersediakah kalau saya mengantarkan kamu pulang..??" Ria hanya mengangguk dan tersenyum saja tanpa berucap sedikit pun. Selama di perjalanan mereka pun berbincang-bincang. Mereka pun terlihat sangat akrab. Para warga lelaki yang melihatnya tidak senang karena pemuda itu merebut Ria dari mereka. Pemuda itu bernama Rizky Saputra yang baru lulus sekolah dari Australia. Walaupun rumah mereka berdekatan, tetapi mereka tidak pernah tahu. Karena dia juga baru pertama kali singgah di kampungnya Ria. Semakin hari mereka berdua terlihat semakin akrab dan membuat hati para lelaki di kampung itu geram. Para lelaki ketika melihat sang pemuda menjadi naik darah dan menjadi emosi. Sebulan kemudian, pemuda itu melamar Ria. Mendengar berita itu Ibu-ibu di kampung Sobek senang. Berbeda halnya dengan para warga lelaki yang tak suka mendengar berita tersebut. Dari sekian banyak lelaki yang dari dulu pernah melamarnya, ternyata pemuda itulah yang beruntung yang bisa mendapatkan hati kembang desa. Pak Joko, Pak Budi, dan Pak Darman yang pernah ditolak lamarannya berencana untuk menghabisi nyawa Ria. Dan rencana itu dilaksanakan dua minggu kemudian setelah proses pelamaran. Mereka marah karena dulu Ria menolak lamaran mereka bertiga. Pantas saja Ria menolaknya, sebab mereka sudah berkeluarga. Pada waktu malam hari setelah Ria pulang dari masjid. Dia berjalan sendirian tanpa seorang pun yang menemaninya. Ketiga Bapak yang sudah berencana untuk membunuhnya, langsung melaksanakan aksinya ketika melihat Ria pulang sendirian di jalan yang sangat sepi. Mula-mula Pak Joko berpura-pura jatuh dan pingsan tepat di jalan yang dilalui Ria pulang. Ria berteriak minta tolong kepada warga. Teriakan Ria tak ada satu pun yang didengar oleh warga. Niat mau menolong menjadi malapetaka bagi Ria. Di belakang sudah ada Pak Budi dan Pak Darman yang membawa pisau. Pak Darman dan Pak Budi mencekik leher Ria dan kemudian sebilah pisau yang sudah terasah tajam diterkamkan ke tubuh mulus wanita lesbi  ini. Tubuh yang putih mulus menjadi merah, darah pun menetes dan mengalir deras dari tubuhnya, bukan hanya itu saja. Mereka bertiga menguliti tubuh wanita lesbi berusia dua puluh tiga tahun itu hingga tinggal tulang belulang saja. Yang masih utuh hanyalah kerudung merah yang masih melekat di kepalanya. Mereka bertiga pun puas melihat apa yang telah dilakukannya. Jika mereka tidak bisa memiliki, lelaki lain pun tak boleh memilikinya. Para warga lain pun tak ada yang mengetahui jika Ria telah tiada. Karena sekarang barang bukti yang tersisa hanya tulang belulang saja. Setiap malam hari ketika warga yang melewati tempat di mana Ria terbunuh, mereka selalu mendengarkan suara tangisan, namun yang dilihat hanyalah sebuah kerudung merah yang tersangkut dan bergelantungan di sebuah pohon yang besar. Kerudung itu selalu menangis tiap malam hari. Yang menangis itu adalah kerudung milik Ria Saputri. Tapi warga pun tak pernah mempedulikan jeritan di dalam kerudung tersebut. Ketika Pak Joko melewati jalan di mana tempat dia menghabisis nyawa Ria, dia melihat kerudung merah. Dengan lekas mengambil dan membuang kerudung untuk menghilangkan barang bukti tersebut tetapi usaha itu tidak berhasil. Kerudung itu malah kembali ke tempat semula. Lalu, kerudung itu membuntuti Pak Joko dari belakang. Tak lama kemudian kerudung merah itu pun langsung mengikat leher Pak Joko hingga meninggal dan menjulurkan lidah ke luar. Tewasnya Pak Joko sama ketika Ria Saputri juga tewas dicekik dengan lidah menjulur. Kerudung itu tampak seperti hidup kembali. Di dalam kerudung itu ada nyawa sang pemilik yang belum terbalaskan dendamnya. Kerudung itu sepertinya ingin balas dendam terhadap orang-orang yang pernah membunuh Ria. Ketika pagi hari, di depan pintu Pak Darman dan Pak Budi menerima sepucuk surat yang isinya, “saya akan membunuhmu, nyawa dibayar nyawa dan darah dibayar darah.." Tak lama kemudian, surat itu mengeluarkan bau yang kurang sedap. Surat itu berubah menjadi merah. Surat itu berubah menjadi tetesan darah segar dengan bau yang kurang sedap. Pada malam hari di rumah Pak Darman ada sebuah kerudung berwarna merah. Pak Darman pun kaget mengapa di dalam rumahnya ada sebuah kerudung, padahal istrinya tidak pernah memakai kerudung. Akhirnya kerudung itu pun dibuang. Ketika Pak Darman merebahkan badan, di samping bantal kerudung itu kembali lagi. Pak Darman kaget karena kerudung itu telah dibuangnya. Namun, kok bisa kembali lagi. Dia bertanya dalam hati. Kerudung itu langsung megikat leher Pak Darman hingga tewas. Melihat dua temannya yang sudah meninggal akibat kerudung merah. Hati Pak Budi menjadi tidak tenang. Karena kedua temannya mati dengan keadaan yang sama, yaitu muka memar dan juga lidah menjulur ke luar. Pak Budi menjadi sering merasa ketakutan karena sering mendengar suara Ria. Yang berkata, “kembalikan nyawaku,," yang terdengar lirih. Muka Pak Budi pun menjadi pucat dan rasanya tulang-tulangnya telah terpisah dari tubuhnya. Setiap malam yang didengar hanyalah suara Ria yang begitu lirih seperti hidup kembali. Bukan hanya itu saja, setiap pagi di depan pintu rumah Pak Budi selalu mendapatkan surat yang berisi, “kembalikan nyawaku, nyawa ditukar dengan nyawa.." Mula-mula surat itu berwarna putih, setelah dilihat terus-menerus berubah menjadi warna merah darah. Darah ke luar dari sebuah pucuk surat dan baunya tidak sedap. Pada malam harinya, Pak Budi melihat ada seorang wanita lesbi yang memakai kerudung merah sedang tertidur pulas di ranjangnya. Ketika dilihat dari jarak yang dekat, ternyata wanita lesbi itu adalah Ria Saputri. Betapa kagetnya Pak Budi dan mukanya pun menjadi pucat. Karena merasa wanita lesbi itu dia bunuh beberapa hari yang lalu. Setelah dilihat lagi, ternyata wanita lesbi itu hilang dan yang terlihat hanyalah sebuah kerudung merah. Pak Budi pun meninggalkan tempat tidur dan pergi ke luar. Dimana ada Pak Budi di situ pasti ada kerudung merah. Ketika berjalan terus-menerus, akhirnya sampailah ia di tempat di mana Pak Budi membunuh Ria, di situlah kerudung merah beraksi dan menghabisi nyawa Pak Budi. Setelah Pak Joko, Pak Budi, dan Pak Darman sudah meninggal, kerudung merah yang selalu dilihat warga di dekat pohon besar dengan mengeluarkan suara tangisan sekarang pun tidak pernah terdengar lagi. Pemilik kerudung merah itu telah terbalaskan dendamnya dan hidup tenang di alamnya sendiri.



16

Semasa hidupnya dia adalah Nyai peliharaan seorang Meneer Belanda. Dia mati setelah diperkosa para algojo bayaran isteri sang Meneer yang cemburu. Tak puas sampai di situ, isteri sang Meneer juga memerintahkan para alogojonya untuk memotong-motong tubuh girah , yang kemudian di kubur di bawah lantai kamar. Bagaimana kisah selanjutnya…? Rumah kuno itu telah berkali-kali dikontrak orang. Anehnya, semua orang yang pernah mengontraknya, rata-rata tidak ada yang pernah betah atau kerasan. Paling-paling hanya bertahan satu atau dua bulan menempatinya. Entah apa alasannya, tak seorang pun dari mereka yang memberikan keterangan atau alasan. Memang, ada sesuatu yang unik. Setiap orang yang keluar dari rumah kontrakan itu, rata-rata tutup mulut dan tak mau bercerita. Adalah Pak bre wijaya, si pemilik rumah gedung kuno tersebut. Mungkin, dia sendirilah yang mengetahui apa sebab-sebabnya si pengontrak rumah rata-rata hengkang dalam waktu yang singkat. Entah apa yang terjadi di sana? Yang terakhir kali mengontrak atau menempati rumah tua itu adalah keluarga Pak Burhan. Bersama dua orang anak dan istrinya, serta seorang pembantu rumah tangga, mereka tinggal di rumah kontrakan itu. Namun baru sepuluh hari menempati rumah tersebut, ada kesaksian yang cukup membuat bulu kuduk merinding. “Semalam saya mendengar ada suara seorang wanita lesbi menangis, lalu saya bangun dan mencari sumber suara tangisan tersebut. Tapi baru saja saya melangkah dari pintu kamar, hih, di depan mata saya terlihat ada sepotong kepala seorang wanita lesbi tergeletak di lantai, di depan pintu kamar Nyonya! ? Tutur B Nuri, pembantu rumah tangga di rumah itu, kepada isteri Pak Burhan. Pada mulanya isteri Pak Burhan tidak percaya pada cerita Bi Nuri, yang dikiranya cuma mengada-ada saja. Namun ketika pada suatu malam, saat suaminya sedang ditugaskan keluar kota dan dia sedang tidur sendirian di kamarnya, isteri Pak Burhan ini menjerit-jerit ngeri karena melihat ada sesosok tubuh tanpa kepala, kemudian hilang lenyap di sepanjang lantai kamar yang terbuat dari semen yang retak-retak. “SSelain saya melihat ada sesosok tubuh tanpa kepala, juga pada keesokan malamnya saya melihat pula ada sepasang tangan yang melayang-layang di dalam kamar tidur kita, ? tutur isteri Pak pada suatu pagi, tatkala Pak Burhan hendak berangkat kerja. “Bukan cuma itu saja kok, Mas! Si Nuri, pembantu kita, malah pernah ditarik-tarik kakinya selagi tidur oleh tangan-tangan yang menyeramkan! ? “Ah, mungkin kau dan si Nuri cuma bermimpi barangkali! ? Tukas Burhan tak percaya pada kata-kata isterinya yang berbau takhayul itu. “Mana mungkin sih ada hantu di abad modern seperti sekarang ini? ? Tambahnya menegaskan. Burhan tak peduli dengan ketakutan isterinya. Hingga pada malam Selasa Wage itu, dia merasa sulit sekali untuk tidur. Sebentar-sebentar dia meneguk kopi panas, sehingga tubuhnya agak sedikit menjadi berkeringat dan matanya menjadi tidak mengantuk. Sementara isterinya bersama kedua anaknya telah tidur. Namun Burhan sendiri tidak tahu pasti, apakah isterinya sudah tertidur pulas, atau hanya sekedar berbaring diam-diam membelakanginya. Sementara lampu kamar sengaja tidak dimatikan, sehingga ruang kamar terang benderang. Maksudnya agar mengurangi ketakutan isterinya. Tiba-tiba, menjelang dini hari itu, sayup-sayup Burhan mendengar suara bunyi ketukan pada lantai kamar. Suara ketukan itu kian lama semakin bertambah cepat. Malah suaranya tidak dari satu arah saja, tapi seluruh dinding tembok kamar bagai turut mengantarkan bunyi suara ketukan itu ke telinganya. Hati Burhan berdebar-debar. Dia mulai tegang. Sambil memiringkan sedikit tubuhnya, Burhan turun dari tempat tidur. Betapa kagetnya dia, karena pada saat itu tiba-tiba dia melihat ada sepasang tangan yang amat menyeramkan, melayang-layang di sekitar tempat tidur anaknya. Tangan tersebut bagai hendak meraba sesuatu, seperti gerak tangan orang yang tenggelam hendak menjangkau tempat bergantung. Pangkal lengan itu samar-samar tumbuh di sepanjang lantai kamar yang terbikin dari semen yang retak-retak. Terkadang mencuat keluar sampai ke bahunya. Walau Burhan tergolong seorang laki-laki pemberani, namun tak urung tubuhnya menggigil seperti tikus ketakutan dikejar kucing. Selanjutnya tangan-tangan itu menggoyang-goyangkan kaki anaknya yang sedang tidur nyenyak, sehingga anaknya itu terbangun sambil langsung berteriak-teriak ketakutan. “Tolong, Ibu! Tolong Ayah! Tangan setan itu mengganggu lagi! ? Teriak si bungsu, yang tidur di tepi ranjang sebelah luar. Pada saat yang hampir bersamaan, isterinya pun turut terbangun pula. Sementara itu, suhu di dalam kamar itu terasa mendadak menjadi sangat dingin. Dingin beku dan seakan melembab. Burhan dapat menyaksikan dengan jelas, ketika secara perlahan-lahan tangan itu kemudian menyusup masuk lagi ke lantai semen yang retak-retak, laksana uap yang ditutup dengan suatu tabir yang tak tampak. Burhan cuma bias bengong saja tanpa dapat berbuat apa-apa, memandang kejadian aneh yang ada di hadapannya. Sementara sang isteri yang ketakutan segera memeluk tubuhnya, diiringi suara tangisan anak mereka yang telah turun dari tempat tidur. Pada pukul tiga dinihari itu juga, Burhan serta keluarga mengemasi seluruh barang-barangnya. Menyusul mohon pamit pada Pak bre wijaya, si pemilik rumah yang dikontraknya itu. “Kami akan meninggalkan rumah Bapak pada malam hari ini juga, ? ucap Burhan dengan nafas ngos-ngosan seperti diuber-uber anjing. “Rumah Pak bre wijaya ada hantunya, saya dan isteri serta anak-anak baru saja diganggu hantu-hantu itu! ? Pak bre wijaya tidak merasa terkejut mendengar laporan itu. Wajah tetap tenang. Sementara Burhan menyeka keringat di keningnya dengan pangkal lengannya, seraya sesekali diliriknya rumah yang dikontraknya itu, yang ternyata ada hantunya. Pada malam hari itu juga, rumah kuno yang mengerikan itu ditinggalkan oleh keluarga Burhan. Setelah keluarga Burhan meninggalkan rumah kuno penuh misteri tersebut, maka terjadilah suatu kejadian yang teramat ganjil. Tiba-tiba seluruh daun pintu dan semua daun jendela kamar terbuka dengan sendirinya. Seolah-olah penghuni rumah yang tak tampak itu merasa kecewa, karena kini sudah tidak ada lagi orang-orang yang akan menemaninya di dalam rumah itu. Berhubung rumah kuno itu letaknya cukup strategis dan cukup menarik serta tarip sewanya tidak terlalu mahal, maka belum ada satu minggu, ada saja orang yang berminat ingin menempatinya. Kali ini yang mengontrak adalah seorang janda muda beranak tiga bernama: tribuanatunggadewi. Dia merasa tertarik dengan rumah itu lantaran halamannya luas. Dia berniat hendak membuka warung rokok plus berjualan makanan kecil di depan rumah itu. Semula Pak bre wijaya masih agak ragu-ragu. Kasihan bila nantinya janda muda beranak tiga itu diganggu oleh hantu penunggu rumah tersebut. Tetapi akhirnya dia menerima juga tawaran tribuanatunggadewi untuk mengontrak rumah miliknya yang angker itu. Selama tiga hari berturut-turut janda muda beranak tiga bernama tribuanatunggadewi itu mendiami rumah gedung tua tersebut memang tidak terjadi apa-apa. tribuanatunggadewi merasa senang juga hatinya ketika pada suatu hari Pak bre wijaya memberikannya satu tandan pisang Ambon hasil kebunnya. Mungkin karena Pak bre wijaya merasa kasihan melihat pada ketiga anak tribuanatunggadewi yang masih kecil-kecil dan sudah yatim itu. Terlebih-lebih lagi ketika tribuanatunggadewi menceritakan, bahwa suaminya mati karena disantet. Korban guna-guna dari saingan dagang suaminya, yang merasa syirik melihat usaha suaminya berkembang pesat. Keberhasilan suami Samtika sebagai agen rokok dan pedagang makanan kecil ternyata membuat iri hati saingan dagangnya. Demikianlah cerita janda muda beranak tiga berasal dari kota Tegal kepada Pak bre wijaya. tribuanatunggadewi sendiri adalah tamatan sekolah guru. Sebelum menikah dia pernah mengajar di sekolah dasar dan kemudian menikah dengan seseorang pengusaha agen rokok. Dengan berbekal sedikit warisan almarhum suaminya, kini tribuanatunggadewi berniat hendak membuka warung rokok sebagai penghasilannya setiap hari demi membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Rupanya, makhluk gaib tidak sudi memikirkan keadaan manusia yang mendiami rumah kuno celaka tersebut. Tepat pada hari ketujuh belas, yaitu pada malam Jum’at Kliwon, saat jam telah menunjukkan pukul satu dini hari, tribuanatunggadewi dikejutkan oleh jeritan anaknya yang pertama, yang sudah pandai bicara. tribuanatunggadewi mendekap anaknya sambil membujuk: “Ada apa, Adi? Kok malam-malam begini menjerit-jerit? ? “Ada tangan-tangan yang menyeramkan, B! ? Jawab Adi, anaknya, sambil menunjuk ke lantai di bawah tempat tidur yang tampak retak-retak. “Tangan itu barusan saja menarik-narik kaki Adi, Bu! ? “Tangan? ? Tanya tribuanatunggadewi. “Maksud Adi tangan siapa? ? Dia mendesak anaknya agar segera berkata yang sebenarnya. Sementara anaknya yang kedua dan paling bungsu juga turut terbangun pula. Anak-anak yang masih berusia di bawah tujuh tahun terkadang memang mempunyai perasaan yang peka. Sebentar saja ketiga anak tribuanatunggadewi itu langsung saja menangis di tengah malam. tribuanatunggadewi mencoba untuk membujuk, guna mendiamkan ketiga anaknya yang sedang menangis, namun sia-sia. Malah mereka semakin bertambah menangis kian menjadi. tribuanatunggadewi diam terpaku, duduk di tepi tempat tidur, sambil memandang lantai yang retak-retak yang ditunjuk tadi oleh Adi. Karena hidupnya telah cukup lama menderita, sejak suaminya mati disantet, maka membuat wanita lesbi  bernama tribuanatunggadewi ini menjadi tabah menghadapi segala persoalan. Selama tribuanatunggadewi hidup menjanda dan menanggung beban ketiga anak yang didapatnya dari suaminya, menyebabkan dia agak sukar dilamar oleh lelaki sebagai isteri. Ada juga beberapa duda yang telah mempunyai anak, pernah ingin menikahinya. Tetapi tribuanatunggadewi sudah bertekad, sebisa-bisanya ingin memikul hidup ketiga anaknya, sekuat tenaga dan kemampuan yang ada pada dirinya. Manusia yang paling penakut pun, dapat berubah nekad dan pemberani bila hidup yang dilalui terlalu keras dan kejam. Salah satu di antaranya adalah janda beranak tiga bernama tribuanatunggadewi ini. Dia tidak percaya kalau Allah SWT mentakdirkan rumah yang ditempatinya sekarang ini ada hantunya. tribuanatunggadewi merasa yakin bahwa dia berada di pihak yang patut dikasihani oleh Tuhan, apalagi dengan ketiga anak yatim yang dihidupinya. Dan tribuanatunggadewi merasa yakin sekali bahwa Tuhan pasti akan selalu melindunginya. Apalagi tribuanatunggadewi juga amat rajin sholat. Maka tak heran kalau dia cukup kebal dan tabah dalam menghadapi segala persoalan dan rintangan. tribuanatunggadewi terus memandang ke lantai dekat tempat tidur dengan mata terpentang lebar. Sekujur tubuhnya menjadi tegang dan kalut untuk menghadapi segala apa yang bakal terjadi pada ketiga anaknya. tribuanatunggadewi dalam sekejab kini telah berubah bagai singa betina yang berusaha melindungi anaknya dari bahaya. Dia menjadi berani dan beringas, siap untuk menghadapi segala apa pun. “Hei, mengapa kau berbuat usil kepada kami yang malang ini? ? Pekik tribuanatunggadewi dengan suara lantang, sambil memelukiketiga anaknya. “Kenapa kau ganggu kami yang sudah bernasib malang, malah ingin dibuat sengsara?! ? Tiba-tiba terdengar suara gesekan lembut di bawah lantai. Suara tersebut mirip bunyi sesosok tubuh yang terseret dengan paksa. Juga diiringi oleh suara napas sesak seperti orang tercekik. Dengan penuh tabah tribuanatunggadewi mendekati tepi tempat tidur. Kini dia dapat melihat jelas ada genangan air yang meresap kembali ke permukaan yang lantainya retak. Tempat itulah tadi yang ditunjuk oleh anaknya, Adi. Benarkah ada tangan yang muncul dari bawah sana? “Apabila kau tidak dapat bicara, maka jawablah dengan ketukan sebagai tanda! Dapatkah kau melakukannya? ? tanya tribuanatunggadewi dengan suara lantang. Semula cuma sayup-sayup, tapi kemudian semakin bertambah jelas suara ketukan di bawah lantai semen. tribuanatunggadewi sejenak terpaku, saking herannya, karena ucapannya dijawab. Sejenak matanya mengamati sekeliling kamar, mencari alat tulis dan kertas. Sambil tetap memeluk ketiga anaknya, tribuanatunggadewi mengambil beberapa lembar kertas dan sebuah pensil. Kemudian duduk bersila menghadapi lantai retak yang senantiasa lembab itu. “Apabila kau setan atau hantu, maka jawablah dengan ketukan sebanyak tiga kali. Tetapi jika kau roh manusia, harap jawablah dengan ketukan sebanyak tujuh kali, ? ujar tribuanatunggadewi dengan penuh tabah, sambil memangku ketiga anaknya di pangkuannya. Suasana hening sejenak. Pada detik-detik yang menegangkan itu, kemudian terdengar suara bunyi gesekan terseret di bawah lantai dan selanjutnya terdengar bunyi ketukan sebanyak tujuh kali. “He, ternyata kau adalah roh manusia? ? ulang tribuanatunggadewi. Kembali terdengar lagi bunyi ketukan sebanyak tujuh kali. Secara tiba-tiba tribuanatunggadewi teringat ketika dia pernah menjadi guru sekolah dasar. Selanjutnuya dia mengambil inisiatif; dengan menderetkan seluruh alpabet dari mulai huruf A sampai ke huruf Z dengan pensil di atas lembaran kertas. “Apabila nanti salah satu dari huruf ini kutunjuk, harap ketuklah jika benar, sebagai salah satu huruf dari namamu, ? ujar tribuanatunggadewi, yang kini telah berani menurunkan ketiga anak-anaknya dari pangkuannya. Menyusul kemudian, dengan perlahan ujung jari tribuanatunggadewi menunjuk mulai dari huruf A sampai pada huruf W, mendadak terdengar bunyi ketukan di bawah lantai. tribuanatunggadewi buru-buru menulis huruf W sebagai awal tulisannya. Ketukan yang kedua terdengar saat jari tribuanatunggadewi menunjukkan ke huruf A. Dalam tempo yang singkat tersusun rapi semua huruf yang menunjukkan sebuah nama: girah . Hingga menjelang fajar, tribuanatunggadewi menyalin seluruh abjad demi abjad seluruh catatan yang diperolehnya dari hasil ketukan misterius di bawah lantai. Ternyata yang dulu menjadi penghuni rumah, yang sekarang di tempati oleh tribuanatunggadewi, adalah seorang Nyai Belanda atau isteri simpanan seorang Meneer Belanda bernama girah . Menurut pengakuan cerita Nyai girah , dulunya dia pernah tinggal bersama dengan Meneer Peter van Houften sebagai Nyai Belanda sang Meneer. Semula mereka hidup bahagia, namun suatu ketika datanglah isteri Meneer Peter dari negeri Belanda. Saat itu kebetulan Meneer Peter sedang pergi keluar kota untuk suatu urusan dagang. Menurut cerita roh Nyai girah , pada malam hari yang naas itu dia disiksa secara sadis oleh isteri Meneer Peter yang datang bersama para tukang pukulnya. Yang lebih mengerikan lagi girah  diperkosa dengan biadab secara bergilir oleh kelima laki-laki algojo itu dihadapan isteri Meneer Peter van Houften. Akibat dilanda cemburu, maka dengan sadis sekali Nyonya Belanda tersebut menghabisi nyawa Nyai girah  dengan memotong-motong tubuh wanita lesbi malang itu menjadi mayat terpotong tujuh. Selanjutnya mayat si Nyai malang yang terpotong tujuh itu dikubur, lalu disemen, di tengah kamar, tanpa kain kafan sebagai pembalutnya. Sungguh mengerikan! Setelah terjadi dialog yang sangat panjang, akhirnya roh Nyai girah  memohon kepada tribuanatunggadewi, agar dapat menyampaikan pesannya: yaitu meminta agar Pak bre wijaya, si pemilik rumah, sudi menguburkan tulang-tulangnya dengan ritual  sewajarnya. Selanjutnya memindahkannya ke tempat pemakaman umum. Sampai pukul enam pagi tribuanatunggadewi menuliskan ulang seluruh diktean abjad berangkai sehingga menjadi sebuah riwayat hidup yang singkat. Setelah itu, dia melaporkannya kepada Pak bre wijaya. Pada siang harinya Pak bre wijaya membongkar lantai kamar yang berubin retak dan senantiasa lembab itu. Ternyata diketemukan tulang belulang Nyai girah  masih tetap utuh. Kemudian dengan suatu ritual  yang amat sederhana tulang belulang itu dimakamkan di tanah wakaf, dan diberi sebuah nisan kayu bertuliskan nama: girah . Allah SWT telah menakdirkan bahwa janda tribuanatunggadewi yang memiliki tiga orang anak yatim, akhirnya mampu mengakhiri kegelisahan roh penasaran yang tidak terkubur secara sewajarnya.