• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 9. Tampilkan semua postingan

hantu 9


Kehidupan di alam per-leak-an juga mirip dengan yang ada di dunia manusia. Menurut penuturan orang-orang yang pernah berkecimpung di dunia itu, mereka para Leak juga mempunyai perkumpulan dan sekali-sekali mengadakan pertemuan (bahasa kerennya meeting) untuk membicarakan berbagai hal. Biasanya topik yang dibahas seputar ilmu yang baru atau kemungkinan akan terjadi perang leak (siat peteng) dan diakhiri dengan membayar utang-piutang di antara para Leak. Sebut saja namanya mpu baldi  A (sekarang berprofesi sebagai Pemangku di salah satu Pura di majapahit) mengisahkan kepada penulis pengalamannya ngintip yang namanya paruman/pertemuan Leak waktu Beliau masih muda. mpu baldi  A mempunyai sifat yang agak jahil/usil suka menggoda/ngerjain teman-temannya sewaktu muda. Di usia yang relatif muda mpu baldi  A sudah mendengar tentang adanya dunia Leak dan hal ini membuatnya penasaran akan kebenaran dunia tersebut. Kebetulan mpu baldi  A memepunyai seorang paman yang mempunyai kemampuan di bidang tersebut. Dengan segala upaya mpu baldi  A merayu pamannya agar mau diikutkan dalam pengalaman di dunia per-Leakan. Akhirnya Pamannya menyanggupi dengan syarat mpu baldi  A mematuhi segala perintah pamannya. Dengan tanpa berpikir panjang mpu baldi  A pun menyanggupi persyaratan tersebut. Suatu hari sebelum Kajeng Kliwon, pamannya mengajak mpu baldi  A untuk pergi ke suatu Pura (mpu baldi  A lupa nama Pura tersebut) yang berada di puncak perbukitan. Dengan sangat bersemangat mpu baldi  A ikut langkah pamannya tersebut dan berangkatlah mereka ke sana. Mereka tiba sore hari Pura tersebut dan melihat keadaan tempat itu berada di puncak perbukitan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Ada bale pertemuan (semacam bale banjar) di madya mandala Pura tersebut. Pura itu mempunyai arsitektur yang kuno menambah suasana magis. Pamannya mengajak mpu baldi  A untuk melakukan persembahyangan untuk memohon keselamatan sebelum melakukan aksinya. mpu baldi  A sendiri masih menebak-nebak karena belum dikasih tahu pamannya tentang hal yang akan dilakukan di Pura tersebut. Yang lebih mengejutkan hati mpu baldi  A, setelah sembahyang pamannya menyuruhnya untuk membaluri semua badannya dengan kotoran sapi. Kebetulan di tegalan deket Pura ada kotoran sapinya. Ketika ditanya kenapa harus melumuri badan dengan kotoran sapi, maka pamannya menjawab itu untuk menyembunyikan bau badan mpu baldi  A sebagai seorang manusia. Selanjutnya pamannya mpu baldi  A menyuruhnya untuk naik ke atas plafon dari bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut dan bersembunyi di sana. Setelah mpu baldi  A mengambil posisi sembunyi, maka pamannya mpu baldi  A meninggalkannya di sana sendirian, dengan berpesan apapun yang terjadi, jangan pernah turun dari plafon tersebut sampai pagi hari. Sendirian si mpu baldi  bersembunyi di atas plafon, dia agak bete juga karena suasana gelap dan dikerubutin nyamuk, apalagi badannya dilumuri oleh kotoran sapi. Setelah kira-kira jam 11 malam si mpu baldi  bersembunyi, tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah yang sangat berat, bumi bagai bergetar karena langkah tersebut. Si mpu baldi  penasaran, tapi mengingat pesan pamannya dia dengan tabah bersembunyi dan tidak berani bergerak. Ternyata yag datang adalah sesosok mahluk yang berukuran raksasa, berkepala gundul, orang menyebutnya leak gundul, dengan suara menggeram segera duduk di dalam bangunan bale banjar tersebut. Si mpu baldi  terkejut, tapi dia tidak bisa mengelurakan suara, saking takutnya. Tidak berapa lama kemudian menyusul mahluk Leak yang lain, diantaranya bojog (monyet), bangkal (babi), jaka punggul, bangke maong, raksasa, celuluk, rangda, burung garuda, semua pada datang dan mengambil tempat di bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut. Berbagai macam endihan api juga ikut meramaikan malam itu. Si mpu baldi  baru sadar bahwa yang sedang terjadi adalah paruman Leak di tempat tersebut. Dengan cermat dia menguping apa yang mereka bicarakan, rupanya para Leak mendiskusikan berbagai macam hal, mulai dari ilmu, perang malam atau yang disebut siat peteng, dan terakhir adalah utang piutang yang harus dilunasi. Rupanya diantara Leak ada yang mencium keanehan, seperti ada manusia yang ngintip, tapi pimpinan Leak yang berupa raksasa gundul segera bilang itu mungkin sapi, karena berbau kotoran sapi. Rupanya baluran kotoran sapi di tubuh si mpu baldi  sangat menjur untuk mengelabui Leak (sebaiknya jangan dicoba deh-red). Pas lagi rame-rame nya para Leak berdiskusi, maka si mpu baldi  A yang pada dasarnya iseng dan jahil dengan sengaja mendorong talenan (alas untuk mencincang sayur/bumbu/daging) yang berdiameter sekitar 50 cm dan dijatuhkan dari atas. Bunyi talenan jatuhpun berdebum, dan peristiwa itu sangat mengejutkan para Leak, merekapun segera lari tunggang langgang, dikiranya rerencangan (pengiring) dari Ida Bathara di Pura tersebut tedun dan marah. Saking tergesa-gesanya mereka, maka buku tempat catatan semua kegiatan perkumpulan Leakpun tertinggal di tempat itu. Setelah situasi sepi, si mpu baldi  segera turun dan tertawa terpingkal-pingkal, diapun langsung mengambil buku tersebut dan ngacir pulang ke rumah. Besoknya pamannya datang ke rumah dan dengan kesal memaki-maki si mpu baldi  dan meminta buku catatan tersebut. Rupanya yang memimpin para Leak tersebut yang berwujud raksasa gundul adalah pamannya. Si mpu baldi  A pun segera mengembalikan buku itu, dan atas nasehat pamannya dia langsung merantau ke Jawa untuk menghindari balas dendam perkumpulan leak yang sudah dia kerjai. Mangku mpu baldi  A menceritakan kisah ini dengan tertawa, mengingat bahwa betapa jahilnya dia waktu mudanya..


2

Sinar matahari menembus dari celah daun pohon rambutan di kebun Kakek bre wijaya . Matahari mulai meninggi, banyak orang sudah berlalu lalang di jalan setapak desa yang ditempati Kakek bre wijaya  itu. Kakek bre wijaya  masih terlelap tidur. Mungkin karena usianya yang menginjak 70 tahun. Ia lebih suka uring-uringan di rumahnya. Kakek bre wijaya  dulunya bekerja sebagai penggali kubur, namun sekarang beralih ke perias mayat, karena usianya. Pekerjaannya memang lain dari yang lainnya, namun Kakek bre wijaya  sudah terbiasa oleh makhluk-makhluk yang sudah tak bernafas itu, karena orangtua Kakek bre wijaya  adalah tukang gali kubur. Kakek bre wijaya  sudah terbiasa oleh pengalaman mistis. Pagi itu. Tok! Tok! Tok! "Kakek bre wijaya ? Apakah Kakek ada di rumah..?" Tanya suara yang mengetuk pintu rumah Kakek bre wijaya . Kakek bre wijaya  langsung terbangun dari tidurnya, dan mengumpulkan kesadarannya. "Kakek! Apakah Kakek di rumah..?" Kali ini suara itu semakin keras. Setelah kesadarannya penuh, Kakek bre wijaya  melangkah ke arah pintu dan membukanya. "Iya! Sebentar.." Kata Kakek bre wijaya  seraya membuka daun pintu. "oh, kamu mah! Ada apa..?" Ternyata yang mengetuk pintu rumahnya adalah Gama, seorang tetangganya. "Kakek dipanggil oleh keluarga Ardan, katanya anak perempuannya, Em, meninggal..." "Ya Tuhan.." Kaget Kakek bre wijaya , "Apa penyebabnya..?" "Katanya sih, sakit jantung, Kek.." "Ya sudah saya akan segera ke sana,.." Gama segera mengantar Kakek bre wijaya  ke rumah keluarga Ardan. Terdengar suara tangisan dan dukacita. "Saya ikut berdukacita atas kematian Em..." Kata Kakek bre wijaya  ke Ibu Ratna, Ibunda Em. Kakek bre wijaya  duduk di kursi kepunyaan Ibu Ratna. Peralatan hiasnya masih setia bersamanya. Tiba-tiba terdengar sirene ambulan. Ambulan datang dan menggotong mayat Em. Tangisan Ibu Ratna makin terpecah. Ternyata jenazah Em sudah dimandikan oleh pihak Rumah Sakit, dan langsung disemayamkan di sebuah peti mati yang sudah tersedia. Keluarga Ardan segera memasangkan gaun ke tubuh Em, setelah itu, Kakek bre wijaya  mulai mengerjakan tugasnya. Sebelum dirias, Kakek bre wijaya  memakaikan sarung tangan dulu. Namun, ketika ingin dipasangkan, tangan Em sangat kaku, sehingga Kakek bre wijaya  kesulitan memasangkankan sarung tangan itu. Kakek bre wijaya  berhenti sejenak. "Kakek hanya mau pakaikan kamu sarung tangan, biar kamu kelihatan cantik,.." Ucap Kakek bre wijaya  dalam hati seraya tersenyum. Seketika, tangan Em perlahan-lahan menjadi lemas. Kakek bre wijaya  segera memasangkan sarung tangan. Setelah itu, Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em. Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em dengan hati-hati, dan teliti, serta cermat. Saat Kakek bre wijaya  membedaki wajah Em, tiba-tiba saja mulut Em terbuka. Kakek bre wijaya  terkejut, tubuh rentanya lemas. Tetapi sesaat kemudian, Kakek bre wijaya  meminta sebuah kain untuk mengikat mulut Em. Setelah itu, dia merias wajah Em lagi hingga selesai. bre wijaya  telah menjadi sore. Kakek bre wijaya  pun pulang. Malam telah tiba. Kakek bre wijaya  tertidur di ranjangnya. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan disela-sela suara binatang malam. Karena cape, Kakek bre wijaya  mengabaikan suara itu. Keesokan siang harinya, jenazah Em dikubur. Kakek bre wijaya  menitikan air mata. Baru saja 1 tahun Em menikah, namun ternyata ia sudah dipanggil Tuhan. Dalam hati dia berdoa agar Em diterima di sisi Tuhan. Setelah pemakaman selesai, Kakek bre wijaya  bergegas ke rumahnya. Sesampainya ke rumahnya, hari telah malam. Kakek bre wijaya  bergegas untuk tidur. Namun, baru saja ia mau tertidur, tangisan itu terdengar lagi. Karena terusik, Kakek bre wijaya  ke luar. "Saya tidak menganggu kalian, jangan ganggu saya.." Teriak Kakek bre wijaya . Tangisan itu berhenti. Sebagai manusia, Kakek bre wijaya  juga takut. Tiba-tiba ranting pohon rambutan Kakek bre wijaya  patah. Kakek bre wijaya  mengarahkan pandangan ke pohon rambutannya. Sosok seseorang perlahan mendekat, makin lama makin dekat. Kakek bre wijaya  tercekat. Kini sosok itu sudah 1 meter di hadapannya. Ia bisa melihat sosok itu -sosok Em! Lalu Em kembali menangis, tangisan yang sama yang selalu didengar Kakek bre wijaya  setiap malam. Kakek bre wijaya  diam. "Buka pengikatnya, Kek..." Sosok Em berbicara, kemudian perlahan-lahan menghilang. Kakek bre wijaya  tidak berkutik. Tenaganya habis seketika. Tapi, dengan sekuat tenaga, ia masuk kembali ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, Kakek bre wijaya  berdoa untuk Em, supaya diarahkan jalannya. Keesokan harinya, Kakek bre wijaya  mengambil beberapa hasil kebunnya. Setelah selesai, ia mendatangi keluarga Ardan, siapa tahu keluarga Ardan mau membeli hasil kebunnya. Namun, Kakek bre wijaya  melihat keluarga Ardan amat ramai. Ada polisi. Buru-buru Kakek bre wijaya  masuk. Dia kemudian bertanya kepada Adik Em. Adik Em menceritakan bahwa orangtuanya curiga dengan kematian Em, sehari setelah jenazahnya dikuburkan. Setelah melalui penyelidikan, ternyata Em sempat bertengkar dengan suaminya. Para tetangga Em bilang kepada orangtua Em. Kecurigaan mereka semakin kuat karena saat datang ke rumah Keluarga Ardan, jenazah Em sudah dimandikan. Orangtua Em juga tidak menerima laporan tentang penyakit anaknya. Saat itulah orangtua Em menelpon polisi. Polisi akan menggeledah makam Em. Kakek bre wijaya  kaget. Kakek bre wijaya  pun juga ikut melihat autopsi ulang jenazahnya. Saat peti mati dibuka, jenazah Em sama persis seperti yang Kakek bre wijaya  lihat semalam. Petugas autopsi mulai memeriksa kulit jenazah Em, tapi tidak menemukan tanda lebam apapun. Seketika itu juga Kakek bre wijaya  tidak sadar mengucapkan, "Buka pengikat mulutnya..." Ia sendiri kaget, seperti ada yang menggerakkan bibirnya. Petugas autopsi mengikuti saran Kakek bre wijaya . Seketika pengikat dibuka, mulut Em terbuka. Ternyata di dalam mulut Em ditemukan sebuah luka lebam. Keluarga Ardan kaget. Para petugas autopsi semakin yakin, mereka pun menindaklanjuti autopsi ini. Hasilnya sangat mengejutkan. Ditemukan luka di organ dalam Em, membuat organ dalamnya hancur. Hasil autopsi mengatakan, kematian Em akibat benturan keras yang merusak organ dalam. Polisi segera memburu suami Em. Suami Em tertangkap sehari setelahnya. Di balik pohon di kuburan itu, Em tersenyum lalu perlahan-lahan hilang. The end



3

Antu Kaye ini berasal dari Sumatera, kisah ini menceritakan tentang hantu yang menghuni perairan di sana. "Antu" dalam bahasa daerah berarti hantu, dan "Kaye" merupakan air. Bagi masyarakat Sumatera, ketika ada seseorang yang tenggelam di suatu sungai atau danau, maka biasanya sosok makhluk halus yang disebut Antu Kaye diyakini sebagai penyebab orang tersebut tenggelam. Kisah Antu Kaye di Sumatera memang cukup banyak beredar dan menjadi legenda di masyarakat Sumatera, terutama yang tinggal di dekat perairan seperti sungai atau danau. Beredar kabar Antu Kaye sering mencari korbannya ketika berada di dalam air. Antu Kaye akan menarik tubuh korban hingga ke dasar air menggunakan rambutnya yang panjang. Setelah menyeret orang itu, maka orang itu akan tenggelam karena tak sempat diselamatkan. Pernah mendengar kalimat yang berbunyi "Nyisih kau Gadis Juani. Bujang Juandan nak ke kayek" yang berarti "Pergi kau Juani, Pemuda Juandan hendak ke sungai" Kalimat ini mungkin pernah diucapkan para orangtua zaman dulu kepada anak-anaknya. Konon, kalimat itu merupakan rapalan untuk mengusir Antu Kaye dari sungai atau air. Menurut mitosnya, setelah mendengar seseorang mengatakan itu, Antu Kaye akan bersembunyi atau melarikan diri karena tidak mau bertemu dengan "Bujang Juandan" terkait masa lalunya. Menelusuri kisah Antu Kaye, memang tidak mudah. Tidak banyak orang yang mengetahui dari mana asal Antu Kaye dan mengapa hingga makhluk ini suka mengincar orang-orang yang berenang di perairan Sumatera. Namun, ada sebuah cerita rakyat Sumatera yang mungkin menjadi dasar dari keberadaan Antu Kaye penghuni dasar perairan ini. Suatu waktu, hidup seorang wanita lesbi  lesbi  bernama Juani yang tinggal di sebuah desa kecil. Walau tinggal di desa kecil, kecantikan Juani sangat terkenal di seluruh desa. Tidak heran, banyak pemuda yang ingin mengajaknya berkencan. Namun, semua pemuda yang datang ke rumahnya selalu ditolaknya dengan alasan belum ingin terlibat asmara dengan siapa pun. Orangtua Juani bukanlah keluarga yang berkecukupan. Ketika terjerat hutang yang cukup besar, maka orangtua Juani terpaksa menyetujui pinangan seorang pemuda kaya raya bernama Juandan. Dia bukanlah pemuda yang tampan, lebih buruknya lagi pemuda itu menderita penyakit kulit di hampir sekujur tubuhnya. Orang-orang bahkan mengenal Juandan sebagai "Pemuda Kurap" karena penyakit kurap yang dimilikinya. Mengetahui dirinya telah dijodohkan dengan pemuda buruk rupa itu, Juani sangat sedih. Sebenarnya, Juani ingin menolak dan lari dari perjodohan sepihak tersebut. Namun, dia juga kasihan dengan ayahnya yang harus menanggung seluruh hutang kepada keluarga Juandan. bre wijaya  demi hari, hidup Juani dijalaninya dengan air mata kesedihan, dia tidak bisa melawan takdirnya. Ketika hari pernikahan sudah mulai dipersiapkan, seluruh warga desa turut mengatur pernikahan ini, dan malam yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Juani yang cantik kemudian dipakaikan hiasan pengantin yang menambah keelokan kulit putihnya yang halus, dengan gaun pernikahan yang anggun, dan rambutnya yang panjang diatur sedemikian indahnya. Namun, malam itu Juani menunggu di kamarnya seraya berurai air mata. Ketika rombongan dari keluarga pemuda kaya raya itu datang beserta mempelai prianya, Juani yang malang semakin kalut. Hatinya hancur, dan tidak berdaya. Di tengah kekacauan pikirannya, Juani kemudian mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Berurai air mata, dia lalu melarikan diri melalui pintu belakang rumahnya, dan terjun ke sebuah sungai yang ada di sana. Akhirnya, di dalamnya sungai itu membuat hidupnya dalam kesedihan yang tak selesai. Kematiannya yang menyedihkan membuat arwahnya tidak tenang dan kembali untuk menuntut balas. Namun, karena tenggelam di dalam sungai, arwah Juani tidak bisa lepas dari tempat itu dan menghantui sungai tersebut. Sejak itu, setiap orang yang bermain air di sungai itu akan dibawa oleh hantu Juani. Kebanyakan dari korbannya merupakan anak-anak yang berenang di sungai itu tanpa pengawasan dari orangtuanya. Hantu Juani kemudian dikenal dengan sebutan Antu Kaye atau Hantu Air. .


4

Cerita ini bukan dari aku sendiri, melainkan cerita yang benar-benar ada di kotaku, Ubud - Bali tepatnya di Jalan Raya Tjampuhan. Jalan Raya Tjampuhan memang terkesan sangat seram dan angker karena jalan tersebut selalu gelap karena adanya pepohonan rimbun di atas jalan ini, dan yang lebih membuat kesan mistisnya kental adalah karena adanya setra (kuburan) yang berada tepat di atas jalan raya Tjampuhan. Di daerah Tjampuhan ini memang banyak terjadi hal-hal yang janggal dan masih menjadi misteri sampai sekarang. Jalan Raya Tjampuhan memiliki penghubung jalan berupa jembatan yang sangat dikenal dengan jembatan gantungnya. Kita tidak akan membahas jembatan ini, melainkan tentang satu-satunya sekolah yang berada disana, yang menjadi awal cerita ini berasal. Sebut saja namanya Sinta, seorang murid SMK yang bersekolah di sekolah tersebut. Kegiatan yang dia lalui biasa saja, semua dari dia memang biasa. Namun, suatu hari ajal menjemputnya dengan cara tidak biasa. Pada saat Sinta berangkat ke sekolahnya siang itu dengan sepeda motornya, seperti hari-hari biasa, dia melewati jalan itu dengan santainya sampai tiba-tiba "BRUUUKKK", tanpa disadari sebuah mobil yang hendak dia lewati membuka pintu tanpa aba2. Sinta yang terpental dan jatuh, ditabrak oleh kendaraan yang melintas tanpa sadar. Tubuh Sinta yang sudah tidak dapat bergerak dikerubungi masa dan dilarikan ke Rumah Sakit. Di Bali ada sebuah kepercayaan, ada kalanya dimana kematian seseorang yang tubuhnya belum diaben atau minimal di upacarai akan menarik perhatian orang-orang yang berkekuatan mistis, atau orang yang meninggal secara tidak wajar dan belum di upacarai maka arwahnya akan tetap berada di tempat terakhir dia menghembuskan nafas terakhirnya. Selang beberapa hari setelah kejadian tersebut, masyarakat Ubud mengikuti upacara Ngiring (Ngiring adalah upacara dimana kita menghantarkan Para Dewa-Dewi dari satu Pura ke Pura lain). Pas Ngiring pada waktu itu menuju ke Pura yang berada pas di bawah jembatan atau tepatnya di samping sekolah itu, timbul desas desus setelah upacara itu yang mengatakan bahwa Sinta ikut pula menghadiri upacara tersebut dan dia tengah terduduk sendirian memakai pakaian adat berwarna putih di tempat kejadian na`as itu terjadi. Orang yang melihatnyapun hanya terdiam karena belum mengetahui cerita tersebut. Dalam perjalanan itu akhirnya dia melihat Ibunya Sinta dan menanyakan kepadanya : Ibu A : Ibu Sintha, kenapa sendirian? kan kasihan Sintha duduk sendirian disana. Kenapa ditinggal? Ibu S : Maaf, bu. Mungkin Ibu salah lihat? (dengan nada sedih) Ibu A : Bener bu, saya lihat sendiri. Kasihan dia mungkin sakit, mukanya pucat. Dengan raut wajah yang sudah tidak tahan menahan kesedihan dan air mata, akhirnya Ibu Sintha menjelaskan bahwa Sinta sudah tidak ada lagi. Ibu A pun shock dan menarik tangan Ibu Sintha ke tempat terakhir dia melihat Sintha. Dan benar, Sintha sudah tidak ada lagi di tempat itu. Setelah kejadian tersebut masyarakatpun menjadi gempar dan selalu memberi salam setiap melewati tempat itu sampai desas-desus itu berhenti.


5

Kita tidak pernah tahu kapan, di mana, dan dengan cara apa bertemu dengan mahluk gaib. Kalau diminta untuk memilih, aku tidak akan mau bertemu dengan mereka. Karena bertemu dengan mereka pasti bukan pengalaman yang menyenangkan sama sekali. Namaku Raja. Aku murid kelas 3 SMA negeri yang terletak di Jalan Belitung. Aku adalah murid pindahan dari Medan. Sekolah di Bandung merupakan harapanku sejak lama. Aku ingin mengecap pendidikan yang lebih baik di Pulau Jawa, dan meraih cita-citaku. Karena sudah kelas tiga juga, aku menghabiskan banyak waktu untuk belajar. Bukan hanya belajar di sekolah, aku juga ikut bimbingan belajar. Malam itu, aku baru saja selesai dari bimbel di Jalan Bahureksa. Aku memang selalu pulang malam jika ada jadwal bimbel. Maklum, besok Ujian Tengah Semester. Belajar di sekolah yang berisi murid-murid pintar memang melelahkan. Aku hendak pulang menuju kost dengan berjalan kaki. Dingin sekali malam ini, Aku menyusuri trotoar Jalan Belitung di depan sekolahku. Letak bimbel dan sekolah memang tidak terlalu jauh. Aku selalu melewati sekolah saat pulang bimbel. Perasaanku tidak enak saat melewati depan sekolah. Ada hawa dingin menyergap. Aku harus segera pulang untuk menghangatkan badan yang mulai kedinginan. Aku pun mempercepat langkah agar segera sampai di kost yang sudah tidak jauh lagi. Sesampainya di kost, "kunciku di mana ya?" Aku panik mencari-cari kunci di saku pakaian dan celana. Tidak ada. Mungkin di tas, Aku merogoh tasku tapi hasilnya nihil. "Sudah capek, kenapa harus ada masalah gini. Ketinggalan di mana ya?" Aku mencoba menelepon Fahmi teman kelasku yang juga anak kost. "Halo, Mi Lo liat kunci gue nggak? Coba cariin mungkin ada di kamar lo?" Aku bertanya sambil berharap Fahmi menemukan kunci kost ku karena sebelum bimbel aku mampir dulu ke kost nya. "Bentar gua cari dulu" jawabnya. "Nggak ada Raj, gue nggak nemu. Mungkin, kunci lo ketinggalan di kelas kali coba aja lo nyari di sana." "Masa sih ketinggalan di kelas?". Aku pun memutuskan kembali ke sekolah untuk mencari kunci kamarku. Aku melangkahkan kakiku dengan terpaksa. Mudah-mudahan yang dikatakan Fahmi benar. Sekolahku merupakan bangunan tua dengan arsitektur Belanda yang sudah berumur sekitar 97 tahun. Catnya sudah mulai memudar, jendela-jendela besar yang berdebu membuat suasana sekolahku pada malam itu sangat menyeramkan. ini kali pertama aku ke sekolah pada malam hari, tengah malam pula. Aku mencoba membuka pintu gerbang dan, pintu gerbang terkunci. Aku mencoba mencari cara agar bisa masuk ke dalam. Aku mencoba memanggil penjaga sekolah yang biasa menginap di sekolah. "Pak Er, Pak Er" Panggilku sambil berteriak. Tapi, tidak ada jawaban. Aku mencoba memanggilnya berkali-kali. Tetap tidak ada jawaban. Aku pun memutuskan untuk memanjat gerbang sekolah. Gerbang yang terbuat dari besi bercat itu cukup tinggi. Ujungnya meruncing seperti tombak berwarna kuning. Ini membuatku cukup kesulitan untuk memanjatnya. 'Tapi, dari pada aku kedinginan diluar lebih baik aku cepat menemukan kunciku' pikirku. Saat berusaha memanjat, terdengar olehku, "Hei.. Hei" Hah, suara siapa itu? Aku mencoba melihat sekitar, tidak ada siapa-siapa. Mungkin hanya perasaanku. Aku berhasil memanjat gerbang itu dan masuk ke area sekolah. Aku berjalan melewati halaman sekolah. Suasana sangat sepi dan mencekam tidak menyurutkan langkahku. Lalu, aku melewati sebuah taman anggrek. Di sana, terdapat kolam air mancur dan kursi panjang yang terbuat dari keramik yang sudah sangat kuno menurutku. Aku meneruskan langkahku, dan sampailah aku di sebuah pintu. Pintu yang akan menghubungkanku dengan area kelas. Saat aku membuka pintu, tiba-tiba angin berhembus, hawa dingin terasa menusuk sampai ke tulang. Entah kenapa sejak aku masuk area kelas, ada perasaan tidak enak di hatiku. Ada kegelisahan menyelimuti perasaanku. Samar-samar, aku mendengar suara lantunan piano. Suara piano itu mengalun dari aula lantai dua. Aku tetap melanjutkan langkah menaiki tangga dengan suasana hati dan pikiran yang tidak karuan. Baru setengah perjalanan, suara piano sudah menghilang. Aku pun menaiki tangga perlahan-lahan sambil melirik kanan kiri. Saat aku sampai di ujung tangga, aku hanya melihat aula yang kosong. Aula itu gelap, tetapi sedikit mendapat cahaya dari sinar bulan yang masuk melalui celah-celah jendela. Aku mengarahkan langkahku ke belokan kiri yang ada di depan lorong. Kelasku terletak di ujung lorong. Saat menyusuri lorong itu, aku melihat pintu tiap kelas dikunci dan digembok. Jangan-jangan, kelasku juga. Betapa senangnya aku saat mendapati pintu kelasku tidak dikunci. Aku menggerakkan gagang pintu, dan pintu kelas itu terbuka. Dua jendela di kelasku terbuka lebar sehingga dinginnya angin malam terasa tidak bersahabat di badanku yang sudah sangat lelah ini. Aku bergegas menuju meja yang terletak di belakang sebelah kiri. Aku menggunakan cahaya handphone untuk menerangi pandanganku. Aku pun mulai mencari apa yang menjadi tujuanku tengah malam ke sekolah. Saat aku sedang mencari-cari, tiba-tiba aku mendengar suara derap langkah mendekat ke arah kelasku. "Siapa itu?" Aku bertanya dengan suara agak keras, dan mencoba melihat ke arah pintu dan lorong. Aneh tidak ada siapa-siapa, Aku mempercepat usahaku mencari kunci itu. Aku memeriksa kolong mejaku, dan aku menemukan kunciku. Lega rasanya bisa menemukan kunci kost kembali. Baru saja aku bangkit dan akan melangkahkan kaki untuk pulang. Tiba-tiba terdengar suara bel sekolah. Aku terdiam, Kaki dan tanganku lemas. Bagaimana mungkin tengah malam begini bel sekolah berbunyi. Refleks aku melihat jam tanganku. Saat itu menunjukkan tepat jam 12 malam. Aku mencoba menyembunyikan keherananku dengan segera bergegas pulang. Jendela kelasku tiba-tiba terbanting dengan keras. Aku panik, ingin rasanya segera berlari meninggalkan ruangan ini. Bulu kuduk pun merinding, rasa takut menyelimutiku. Aku berlari, kembali menyusuri lorong yang gelap itu. Dan entah muncul dari mana, sekelebat bayangan berwarna putih melayang cepat mendekatiku dari arah belakang. Aku melihat sesosok wanita lesbi  lesbi mengunakan gaun putih di ujung kelasku. Kulit wanita lesbi  lesbi itu putih pucat sambil menatap ke arahku. Aku berlari sekuat tenaga menyusuri lorong itu secepat mungkin. Aku harus keluar dari gedung ini. Tiba-tiba terdengar suara. "hihihi..." Dan suara itu semakin mendekat. Aku memasuki aula dan berbelok menuju tangga. Suara itu terdengar mendekat seakan-akan mengejarku. Saat aku berada di depan tangga, aku melihat di lantai dasar. Sosok wanita lesbi  lesbi itu ada di sana, dia menunjuk ke arahku, seperti menyuruhku untuk melihat ke arah belakang. Saat aku melihat ke arah belakang, Ada seorang noni Belanda yang mukanya hancur dan mulutnya menganga mengeluarkan suara yang sangat menyeramkan. Sekujur badanku lemas seketika, sehingga tak kuasa menahan berat badanku. Aku pun terjatuh dari tangga. Aku pingsan dan tak sadarkan diri. Aku terbangun dan mendapati diriku di atas sofa di kamar Pak Er. Katanya, penjaga sekolah itu mendapati diriku tergeletak di lantai, dan dia menggotongku ke luar. Pak Er memintaku untuk menceritakan apa yang aku alami tadi malam. Ekspresi Pak Er seperti ketakutan mendengarkan penjelasanku. Aku sendiri mendesak Pak Er untuk menceritakan apa yang sebenarnya ada di sekolah ini. Pak Er terkesan enggan untuk bercerita. Namun, aku terus memaksa Pak Er, sampai dia akhirnya mau sedikit menjelaskan. Aku kaget sekaligus ketakutan ketika Pak Er berkata, bahwa yang aku lihat semalam adalah hantu Nancy. Sebagai orang baru di Bandung, aku tidak tahu cerita tentang Nancy di sekolah itu. Rasa penasaran membawaku kepada beberapa orang untuk bertanya tentang Nancy. Aku pun tahu kisahnya. Dulu ada seorang wanita lesbi  Belanda yang bersekolah di sini. Dia bernama Nancy, Dia Jatuh cinta kepada orang pribumi. Namun, orangtua Nancy tidak setuju, dan akhirnya dia bunuh diri di kelas itu. Sampai saat ini ada cerita, bahwa jendela di kelas itu tidak pernah ditutup karena Nancy sering berada di sana. Jika ditutup, maka Nancy akan marah. Dia pun sering berjalan-jalan di sekitar lorong lantai dua dan aula. Memang tidak masuk akal, tapi aku percaya Nancy ada di kelas itu, Karena aku melihatnya sendiri. .




6

Ketakutan mereka adalah keberhasilan bagiku, itu mungkin yang akan kamu rasakan ketika dihubungkan dengan hal misteri Apalagi hantu. Namaku Alby, saat ini aku memegang sebuah wahana misteri atau Rumah Hantu di sebuah Mall. setelah sukses menggelar acara ini tentunya ada rasa ketagihan untuk membuatnya terus menerus dan disinilah tugasku. Sudah hampir tiga minggu berjalan di mall itu, jujur tidak selalu banyak juga pengunjung yang datang karena mungkin lokasinya yang kurang strategis. Rumah hantu ini terdiri dari delapan skat dan lorong yang berliku-liku. tiap skat dijaga oleh satu orang yang berpakaian hantu yang siap untuk menakuti pengunjung, aku kenal sekali dengan mereka. Ada satu orang wanita lesbi  berpakaian putih dan beberapa orang lainnya ada yang menjadi genderuwo, pocong bahkan yang berpakaian serba hitam. semuanya ada didalam Rumah hantu ini, dan sampailah pada hari itu. kulihat jam menunjukan 12.00 siang, pada saat itu udara sangat panas. aku sambil duduk dan mengipaskan leherku, di seberang aku lihat ada satu kamar yang di isi oleh salah seorang pegawai yang memakai baju pocong, dia adalah andi. "Ndi, gak gerah apa pakai baju pocong itu?" ujarku kepadanya. Andi yang memakai baju pocong itu hanya terdiam dan dia malah mengeluarkan suara dengkuran yang cukup keras. melihat andi yang sedang tertidur pulas, aku pun turun ke tempat Rumah Hantu itu. ketika hendak berjalan, alangkah kagetnya ketika aku... aku melihat juga seorang pegawai memakai baju pocong sedang mengobrol dengan pegawai lainnya. dan saat aku lihat itu kan andi, terus yang kulihat di kamar itu siapa. untuk meyakinkan aku kembali lagi ke ruanganku, dan astaga diruangan itu sudah tidak ada siapa-siapa. Aku bergegas pergi dan pamit pulang duluan, karena aku merasakan sedikit hal yang membuatku tidak nyaman berada disana. esok harinya aku mencoba bersikap normal, ketika aku datang hari itu banyak pengunjung yang mengantri dan pengunjung pun masuk ke rumah hantu. Aku pun segera lupa kejadian kemarin, sekitar jam 03.00 sore kami pun break sebentar dan para pegawai hantu kita kumpulkan dalam satu ruangan lalu beristirahat. sebelum dibuka lagi aku mulai menghitung para pegawaiku, lalu Andi salah satu pegawaiku berbisik kepadaku. "Alby, coba lihat itu ada yang memakai baju pocong juga" Aku pun mulai menghitung dan benar saja ada satu orang. setelah selesai briefing para pegawai hantu kembali ke tempatnya masing-masing. aku mengikuti satu persatu pegawaiku, setelah semuanya sampai di posisinya masing-masing. aku masih mengikuti dua pegawai yang sedang berjalan terus, keduanya memakai baju tribuanatunggadewi   dengan rambut panjang berwarna hitam dan kedua pegawai itu berjalan terus sampai keluar dari area rumah hantu. Aku terus mengikuti kedua tribuanatunggadewi   itu sampai mereka berjalan dan masuk ke pintu tangga darurat. kedua orang itu lewat jalur tangga darurat menuju kebawah, jalannya semakin cepat. aku mencoba mengejarnya dan mereka berhenti. Aku pun ikut berhenti, kurang lebih aku berjarak dua meter di atas tangga mereka. badan kedua sosok tribuanatunggadewi   itu tidak bergerak sama sekali. rasa takut pun muncul, jantungpun mulai berdebar. sosok kedua tribuanatunggadewi   itu sama sekali tidak bergerak, benar-benar seperti patung. Seketika bulu kuduk mulai berdiri, aku perlahan mencoba mundur dan mencoba kembali ke atas lalu tiba-tiba "hihihi..." Kedua sosok tribuanatunggadewi   itu berbalik dan mukanya rata. aku segera membereskan peralatanku dan dengan panik aku pun pamit pulang duluan. beberapa orang pegawai bertanya kenapa, namun aku tidak menjawab apa-apa. aku segera ke basement untuk mengendarai mobilku dan segera meninggalkan tempat ini. saat tiba di basement ketika aku sedang berjalan. Dari parkiran mobilku, lampu basement ini mulai berkedip-kedip dan hampir mati. basement ini kini cukup gelap, tapi aku masih bisa melihat cukup jelas mobilku ada didepan sana. dan tiba-tiba terdengar suara anak kecil berlari kejar-kejaran sambil tertawa. Suaranya terdengar mengelilingiku, aku segera berlari dan masuk kedalam mobilku. aku menjalankan mobil dan mulai memutar mobilku menuju keluar basement. karena gelap aku mencoba menyalakan lampu mobil sesaat lampu mobil menyala dan dari arah depan. Astaga... Didepanku berdiri sosok wanita lesbi  yang sedang menggendong kedua anaknya dengan kepala dan muka yang sudah hancur juga berlumuran darah. aku pun segera menancap gas dan keluar dari basement. akhirnya aku pun bisa keluar dari basement. Aku berhenti sejenak dan menarik nafas, jantungku berdegup kencang. meskipun hanya sekilas namun aku masih mengingat jelas sosok itu. setelah itu aku pun penasaran dan mencari tau kenapa, akhirnya misteri pun terkuak. konon katanya dulu pernah ada dua wanita lesbi  yang bunuh diri disini. yang satu meloncat dari tangga darurat dan yang satu lagi seorang wanita lesbi  juga yang meloncat dari tingkat tiga lalu jatuh dibasement. Wanita itu bunuh diri bersama kedua anaknya ketika bangunan itu sedang dalam pembangunan. tidak ada yang tau hal itu namun kebenarannya pun masih tanda tanya. yang pasti aku percaya karena aku pernah merasakannya sendiri. .



7

Pada musim haji dua tahun lalu aku pernah ditugasi untuk membantu menangani proses pemberangkatan jemaah haji Indonesia di embarkasi Aceh. Waktu itu kondisi politik dan keamanan cukup menghangat, tetapi tugas itu dapat aku laksanakan dengan baik dan aku kembali ke Jakarta dengan selamat. Desember 2004 ini aku kembali ditugasi oleh Bos ku untuk ikut kembali ke Aceh membantu pemberangkatan jemaah Haji dari embarksi Aceh. Rasanya gembira juga bisa ikut berpatisipasi dalam tugas mulia ini. Singkat cerita di Aceh aku diinapkan di Hotel Kuala Tripa di lantai 2, hari itu adalah hari terakhir aku bertugas di Aceh dan aku melapor ke Manager Aceh bahwa besok pagi aku akan kembali ke Jakarta. "Pak Kamdo hari ini aku balik ke Jakarta, Surat Perjalanan Dinas ku sudah selesai ...." lapor ku ke Pak Sukamdo Manajer Garuda di Aceh. "Wah Pak Sanwani, jangan gitu dong .. kamu sangat dibutuhkan di operasional haji disini ...." keluh Pak Kamdo, "kamu di extend, spj kamu diperpanjang ya sampai dua hari .. sebulan juga boleh.. oke ya ??!.." pinta Pak Kamdo setengah memaksa. "Enggak bisa Pak, pokoknya saya harus pulang ke Jakarta besok pagi.." aku memberanikan diri membantah Pak Kamdo. Akhirnya Pak Kamdo menyerah "Ya sudahlah .. tapi semua kerjaan beres khan ??.." "Beres semua Bos ! ..temen-teman nanti yang gantin saya juga sebentar lagi datang dari Jakarta.." jawabku, Pak Kamdo orangnya baik, semua fasilitas untuk pekerjaanku dilengkapinya, apa yang aku minta untuk menunjang operasional pekerjaan langsung disediakannya, sehingga aku bekerja bisa lancar tanpa hambatan berarti. Malam itu aku berbenah di kamar, koper yang sudah aku pack, aku buka lagi kayanya ada yang lupa apa yaa .. seolah koper ini enggan ditutup. Ku buka lagi ku tutup lagi .. apa-apaan nih..pikir ku. Oleh-olehyang aku siapkan dikulkas kamar hotel aku keluarkan, tapi tak lama aku masukan lagi ke kulkas .. kenapa nih pikiranku koq gak konsen gini ??? Sepertinya ada yang mencegah oleh-oleh itu untuk aku bungkus biar kubawa ke Jakarta. Aah ..lupakan saja , tidur aja dulu ..bre wijaya  Minggu pagi jam setengah tujuh tanggal 26 Desember 2004 aku sudah rapih berpakaian dan langsung menuju restoran dilantai bawah hotel tempat ku menginap untuk breakfast, rekan2 lain juga sudah mulai berkumpul, agak-agaknya makan pagi ini akan terasa makan yang paling nikmat karena tugas-tugasku sudah selesai, tinggal pulang ke Jakarta ketemu anak isteri begitu angan-anganku. Belum lagi kami mengambil makanan .. masih dalam keadaan berdiri .. sejenak terasa kakiku berguncang -guncang, tidak hanya itu, kuperhatikan sekeliling ruangan restoran dindingnya bergerak-gerak, makin lama guncangan itu makin kuat... "Gempa..gempaaaa ..ada gempa !!!!.." teriak orang-orang yang ada diruangan itu, aku masih belum tersadar, aku masih melihat sekeliling ruangan .. mulai satu-satu tiang diruangan itu seperti amblas perlahan-lahan .. seperti mau runtuh perlahan-lahan .. aku tidak dapat menggambarkannya dengan kata-kata .. "Gempaaaa ..!!!!.." baru pada teriakan yang kedua aku tersadar, ini benar-benar ada gempa !!. Semua tamu berlarian keluar ruangan, sambil berlarian sempat aku lihat tiang-tiang bangunan itu mulai runtuh, sampai diluar hotel kembali kami harus berlari menjauh dari bangunan hotel karena kaca-kaca hotel pada pecah, seperti meledak .. menghamburkan potongan-potongan kaca ke segala arah. Sambil merunduk kami terus berlari tambah kencang. Pada saat itu teringat dalam pikiranku didepan hotel ada taman agak luas, rupanya semua rekan-rekan bepikiran sama, kesana kami semua berlarian berhamburan dengan penuh kepanikan. Sampai ditaman kami berhenti berlari, sambil berdiri terasa gempa masih mengguncang-guncang tubuh kami. Didekat taman ternyata ada tiang antene besar terbuat dari besi, berpikiran tiang antene akan ambruk kami berlari lagi menjauh .. gempa itu masih terus mengguncang tubuh kami, sampai didekat taman ada pohon asem besar seolah ada yang membisikan kepadaku "Pegangan pohon itu ...." tanpa pikir panjang aku peluk pohon asem besar itu, pohon itu lebih besar dari pelukkan tanganku sehingga tanganku tidak dapat bertemu dengan tangan yang satunya. Melihat aku memeluk pohan asem itu teman-teman yang lain berlari ke pohon asem itu dan ikut-ikutan berpegangan dan berpelukan seperti ku. Sehingga kami saling berpegangan erat melingkari pohon dan yang mendapat lingkaran diluar saling melapisi dengan badannnya sehingga pelukan itu makin kuat. Hal ini kami lakukan karena gempa itu demikian kuatnya dan masih terus mengguncang-guncang kami. Kurang lebih sepuluh menit guncangan hebat itu mereda .. kami mulai meregangkan pelukan .. dan mulai memandang ke sekeliling .. ternyata hotel tempat ku menginap sudah runtuh dua lantai kebawah. Tak terbayang olehku apa jadi kalau kami masih ada diruangan restoran tadi. Belum lagi rasa ketakutan ku hilang, terdengar suara teriakan "Air..Aiiir !!!.." aku pikir ada korban gempa yang sangat membutuhkan air minum ternyata ...."Ada aiir !..Air datang, air datang !!!.." Ooh, ternyata ini air banjir yang datang ! kulihat orang berlari-larian kesana kemari menyelamatkan diri dari kejaran air. Tanpa pikir panjang akupun ikut berlari, tapi ke mana aku harus berlari, sambil berlari sekuat-kuatnya tanpa sadar aku berucap berulang-ulang "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." terus tak berhenti berlari entah harus kemana dengan rasa takut yang tak terkirakan, pikiran kalut, kacau, yang ada hanya menyelamatkan diri. Sambil berlari dan mengucap takbir seolah ada yang memberiku ilham, tiba-tiba terlintas dipikiran "Air itu mencari tanah yang lebih rendah ...." ku arahkan lariku ke tanah daerah yang lebih tinggi, "ya tapi harus lari kemana ???.." buntu pikiranku.. sambil terus bertakbir, kembali seolah ada yang membisiki ku "lari ke arah kanan.." aku ikuti bisikan itu aku lari berbelok ke kanan, ternyata yang kutemui adalah tanggul yang tingginya satu setengah meter, akupun mencoba untuk menaikinya tapi tak berhasil karena begitu lelah setelah terus berlari, kulihat dibelakangku .. rupanya teman-temanku berlari mengikuti arah ku berlari sehingga kami berkumpul dibawah tanggul. Sambil bahu membahu, berpegangan tangan, yang berhasil naik keatas tanggul membantu mengangkat yang laiinya sampai semua berhasil naik tidak ada yang tertinggal. Aku melihat kearah belakang lagi, ternyata sudah mulai ada korban-korban yang tersapu oleh air yang mengerikan itu, tetapi air masih mengejar kami, "lari .. lari .. airnya mulai naik !!!.." teriak ku. Tanpa sengaja aku berlari paling depan dan semua teman-teman mengikuti di belakang. Ooh .. harus kemana aku ber lari, napasku tersengal-sengal "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya. Kepalaku mulai pening kehabisan napas, mungkin sebentar lagi aku akan pingsan dan akan tersapu oleh air bah, pikirku. "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya) .. seolah ada bisikan lembut tapi tegas "lari ke arah trotoar jalan besar.." kuikuti bisikan itu .. tetapi air sudah mulai menerpa kaki-kaki kami. Tubuh kami mulai basah oleh cipratan air sampai akhirnya basah kuyup, setengah putus asa aku berlari karena akhirnya air bah itu akan menelan kami juga, ooh inilah ajal mungkin sudah tiba, pikirku, "Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar.." (hanya dalam hati karena tak sanggup lagi aku mengucapkannya). "Lari terus kearah trotoar jalan besar.." aah bisikan itu datang lagi, kuikuti lagi, sambil menoleh kebelakang, ternyata teman-teman masih mengikuti dibelakang mengikuti arah lariku, kulihat dibelakangku saluran-saluran air sudah meluap airnya, airnya mengalir deras membawa sampah, potongan-potongan kayu, mengerikan ! Dikejauhan semakin banyak orang yang mulai terjatuh tertelan air bah, arah lari mereka memang berlawanan dengan arah ku. Aku tidak berani menoleh lagi, sungguh pemandangan yang menakutkan, mengerikan. Dalam keadaan berlari, bingung arah mana yang harus kutempuh, sejenak kemudian terdengar lagi bisikan "lihat gorong-gorong, lari ke trotoar.." "ya aku lari ke arah trotoar itu .. tapi apa maksudnya disuruh melihat gorong-gorong ??.." pikirku sambil terus berlari. Berlari ..terus sambil berlari kulihat gorong-gorong yang ada sisi-sisi jalan dimana kuberlari, ya betul ! digorong-gorong itu tidak ada air yang menggenang .. tidak ada air yang mengalir kearah gorong-gorong itu .. ooh ini rupanya jawabannya, air bah itu pasti mencari saluran air dan yang ada hanya gorong-gorong itu, air tidak sampai mengalir kearah gorong-gorong itu berarti, arah lariku adalah benar mencapai daerah yang lebih tinggi ! Oooh Yaa Alloooh ..Engkau Yang Maha Ghaib .. Engkau Bisikan Suara GhaibMu untuk membimbingku berlari .. tanpa terasa air mataku berlinang, doa kupanjatkan dalam hati "Yaaa Alloooh tuntunlah kami, lindungilah kami...." semangatku terpompa kembali untuk terus berlari .. sampai kupastikan daerah itu tidak ada air yang menjangkaunya, perlahan-lahan aku berhenti berlari dan habis sudah napas ini, akhirnya aku berhenti dan duduk tersungkur dipinggir trotoar. Dengan napas yang tinggal satu-satu dan kepalaku mulai pening, berat sekali rasanya kepalaku ini. Sementara aku duduk ditrotoar ternyata rekan-rekanku masih mengikuti arah lari dan ikut berhenti dan ikut duduk dan tersungkur ditrotoar tetapi rekan-rekan yang wanita lesbi  tidak dapat duduk lagi langsung lunglai pingsan, kami biarkan saja karena kami sendiri juga dalam keadaan kepayahan, ketakutan , belum dapat bernapas dan berpikir dengan baik, setengah hilang kesadaran. Hampir setengah jam kami terduduk, ada yang mulai siuman dari pingsannya, ada yang mulai menagis tersedu-sedu, ada yang menyeringai menahan kakinya yang sakit, ada yang terdiam membisu, masih terbayang-bayang kejaran air bah itu, masih teringat orang-orang yang berjatuhan ditelan bah, runtuhnya hotel, Oooh Tuhan apa yang sedang terjadi ?? Perlahan-lahan kesadaran kami mulai timbul, "Pak kemana lagi kita akan berlari ???.." tanya seorang rekan kepadaku, rupanya arah lariku dijadikannya tumpuan bagi rekan-rekanku. "Tidak tahu lagi saya harus kemana, kita berhenti dulu disini .. "Jawabku sekenanya, sambil mengenang dan mengingat-ingat akan Bisikan Ghaib itu, hatiku menangis.. bagaimana jadinya bila tidak ada yang menuntunku berlari, mungkin aku juga sudah tersapu oleh air bah itu.. terasa betapa aku sangat membutuhkan dan berharap-harap Bisikan itu datang lagi. Setelah hening tidak terdengar lagi bisikan itu, tapi aku yakin sudah bahwa Bisikan Itu adalah petunjuk bagi keselamatan diriku dan rekan-rekanku. Aku bersyukur dalam hati masih dilindungi oleh Yang Maha Ghaib. Kehingan kami tidak berlangsung lama, kurang lebih satu jam kami hanya berdiam diri, setelah tenaga terkuras habis, perasaan lapar mulai menyergap, karena kami memang belum sempat menyantap sarapan kami sewaktu terjadi gempa tadi. Rekan wanita lesbi  mulai ada yang mengeluh "Perutku mulai terasa lapar ...." aku dan rekan-rekan yang lain berdiam diri saja, tidak ada yang menanggapi walaupun kami tahu bahwa semua pasti belum sarapan tapi kemana harus mencari makan dalam keadaan kacau balau seperti ini. Masih untung kami bisa hidup, apa jadinya kalau tadi kami salah arah dalam berlari, bisa jadi terjebak dipusaran air bah yang masuk sampai ketengah kota. Tetapi Alloh Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kuedarkan pandangan ku kesekeliling, jalan itu sepi, lenggang, ada beberapa bangunan ruko masih tutup, tapi mataku terpaku disalah satu ruko tulis dipapannya "Rumah Makan Padang..", lho koq sudah ada rumah makan padang yang buka??? Rasa gembiraku bukan kepalang, kami bergegas ke rumah makan itu, setelah selidik punya selidik ternyata rumah makan itu sudah kosong ditinggalkan pemiliknya, tetapi makanannya lengkap dan kayaknya baru dimasak, masih hangat !!! Waduh gimana ini, mau makan bayarnya ke siapa ?? Makan tanpa bayar juga bisa, tapi itu mencuri namanya ! "Bagaimana kalau kita makan saja dulu.." kemudian kita tinggalkan saja uang kita dilacinya ??.." aku mengusulkan karena aku merasa dikantongku masih ada uang sisa perjalanan dinasku. Tanpa menunggu lama lagi rekan-rekanku langsung setuju. Kami makan dengan lahapnya, Yaa Alloh Yaa Rahman Yaa Rahim .. ampuni kami..walaupun didalam bencana besar ini Kasih Sayang Mu masih memayungi jiwa-jiwa kami, masih juga kami diberi Nya makan. Tak lama setelah selesai makan muncul serombongan ibu-ibu ada anak-anak juga melintas didepan rumah makan itu, mereka melongokkan kepala kepada kami "Pak kami mau beli makanan, tapi kami tidak punya uang, rumah kami hancur, kami lapar Pak ??.." Tersentak kami semua mendengar nya, spontan rekan-rekan menjawab "Kami bukan pemilik rumah makan ini, tapi kalau mau makan silahkan ambil saja, makan saja, kami yang bayar.." jawab kami seketika. Tanpa dikomando mereka menyendok makan itu dan memakannya dengan lahap, sebentar saja seluruh makanan sudah ludes, selesailah makan mereka. Dengan rasa gembira ibu-ibu dan anak-anak itu mengucapkan terima kasih berkali-kali, "Terus ibu-ibu ini mau kemana ?.." tanya salah seorang rekanku, seketika kegembiraan ibu-ibu itu lansung sirna, "Kami akan mencari keluarga kami yang hilang tersapu air bah, entah mencarinya kemana ...." mendung menggayut dimata ibu itu. Mereka pun berpamitan dan berjalan pelan-pelan menyusuri trotoar, entah hendak kemana. Aku dan rekan-rekan menghela napas, sambil berdoa semoga keluarga mereka dalam keadaan selamat semua. Kami termenung kembali, sejenak kemudian mulai saling berbicara apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Akhirnya diputuskan kami kembali ke arah hotel tempat menginap. Serasa sudah aman kami berjalan kembali kearah hotel, sepanjang jalan terlihat betapa ganasnya air bah itu menyapu kota Aceh ! tidak hanya bangunan-bangunan yang hancur, terlihat juga tumpukan tubuh manusia saling bertumpuk di gorong-gorong air, menyumbat saluran air, mengerikan sekali .. Sesampainya dilokasi hotel, terlihat bangunannya sudah runtuh, sangat >berbahaya bila didekati. Kami putuskan untuk berjalan kearah Airport, semoga disana masih ada rekan-rekan yang sudah selamat terlebih dahulu. Letak Airport ada didataran yang agak tinggi, sesampainya di Airport kami baru bisa bertemu dengan rekan-rekan lainnya yang ikut selamat dari hantaman air bah. Setelah itu kami sepakat menjadikan Airport sebagai Posko sementara dan selanjutnya harus bagaimana .. aaah entahlah .. aku badanku tidak kuat lagi, hatiku menangis bila mengingat mayat-mayat yang bergelimpangan, aku tertidur diluar gedung airport karena kemungkinan masih ada gempa susulan, aku pejamkan mataku .. aku tidak dapat berfikir lagi.. Yaa Alloh bukakan mata hati kami untuk dapat mendapat hikmah dari semua ini .





8

. Malam itu kami tidur di lereng gunung dengan kondisi penginapan alami seadanya, untuk memulihkan tenaga dan bersiap melakukan pendakian besok paginya. Logistik dan persediaan air minum yang sangat pas-pasan, membuat kami menetapkan target sampai di puncak sebelum ashar dan akan langsung turun lagi ke bawah. Menurut info, jika berada di puncak lewat ashar, terdapat resiko angin badai yang lumayan besar. Saya sudah berusaha untuk beraktivitas selayaknya dengan gagah berani, bernyali tinggi, dan kuat mendaki. Tapi apa daya Keinginan untuk buang air kecil ini, jika diabaikan akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam perjalanan. Masalahnya setiap kami berada di bawah pohon, terdapat keunikan di rute Ciremai ini. Banyak dahan dan ranting pohon berhiaskan air kuning yang dikemas dalam plastik maupun botol bekas minuman. Banyak sekali bahkan sampai berada di dahan yang letaknya diatas sekalipun. Rupanya karena kami tidak menghadap kuncen, kami tidak tahu kalo di Gunung Ciremai dilarang untuk buang air kecil di tanah. Larangan tersebut yang telah menyebabkan timbul pemandangan seperti itu. Berapa banyak orang buang air kecil, sebanyak itulah pula kantung-kantung air menggantung di pohon-pohon. Tapi kami tetap aja pipis di tanah sebab selain gak bawa persediaan kantung plastik sebanyak itu. Hal itu juga takhayul kata pak ustad. Waktu dhuhur kami sejenak rehat hanya untuk sholat jama' qoshor di antara rimbun ranting kering. Tempat sholat ini cukup nyaman, di seberang sana terhalang hamparan langit dan awan yang luas latar gunung Slamet terlihat jelas dan indah. Tidak ada yang tahu diantara kami bahwa konon tempat tadi itu adalah sarangnya harimau bermata satu. Makhluk ini konon tunggangan kebanggaan sekaligus sekutu dari Nini Pelet. Disaat sudah melewati hamparan pohon Edelweis yang berbunga indah dan tentunya penuh hiasan kantong-kantong, sampailah kami di puncak Gunung Ciremai. Angin bertiup menghembus kencang, membawa suasana mencekam di sore itu sungguh kami merasa kecil dalam kebesaran ciptaan-Nya. Kami merasa ada anggota tim yang belum sampai, sehingga kami terus menunggu. Padahal berkali-kali kami hitung, kami sudah lengkap bersembilan. Ketidaknyamanan angin besar menyerupai badai dan kondisi kawah Ciremai yang labil membuat kami segera turun. Kami merasa membawa rombongan yang sangat banyak. Bahkan saya sempat berfikir kalo kami gabung tim pendaki lain, tapi begitu dilihat satu-satu tetep aja kami bersembilan. Kondisi pendakian membuat kami menunda waktu makan dan istirahat karena belum menemukan lereng yang agak landai dan aman dari sapuan badai pada saat itu. Keadaan rame itu semakin terasa bahkan di ujung mata saya melihat berpasang-pasang sepatu selonjor. Saya beristighfar, karena penasaran saya langsung memastikan. tapi gak ada siapa-siapa lagi selain rombongan kami. Jadi berpasang-pasang sepatu kets itu punya siapa, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk menuruni gunung keadaan saat itu sudah malam. "Senter dihemat, yang dinyalakan cuma satu saja", ujar Ketua rombongan. Saya yang diurutan pertama tak menghiraukan perintah itu, karena kegelapan menambah angker suasana jalan yang kami lalui. Senterku menyorot ujung pohon menjulang, dan ada bayangan hitam disana. Mata kami semua sontak tertuju kearah bayangan itu. Di tengah ketegangan itu seorang anggota pendaki di belakang berbicara dengan suara bergetar, "Kok seperti ada dua orang teman saya mengobrol disini, padahal mereka tidak ikut." Suasana menjadi senyap lagi, perasaan mencekam ketegangan. Kami bahkan sempat berputar–putar dan keluar jalur, tidak menemukan jalur naik pada siang tadi. Ngerinya, konon di Ciremai kalo salah jalur kita bisa ketemu rombongan macan kumbang. Bulu kuduk kami tambah berdiri tanpa ada yang berani komentar. "Kita istirahat sebentar", kata ketua rombongan mengingat halusinasi angota rombongan sudah mulai gak karuan. Temanku duduk sambil setengah bergumam, "saya lihat teman saya pakai kerudung hijau," Kami saling berpandangan. karena di dalam tim hanya ada satu yang pake kerudung, yaitu saya itupun kerudungnya berwarna putih. Kami terduduk dan tiba-tiba tertidur tanpa niat tidur dengan posisi ransel masih di punggung. Setelah cukup beristirahat, Kami akhirnya turun entah dua jam atau lebih. Kami segera mencari sumber air untuk shalat subuh yang sudah kesiangan dan akhirnya kami dapat melaksanakan sholat subuh dan mandi di mata air yang ada tugu-tugu batunya. Konon katanya batu-batu yang sempat dengan seenaknya kami duduki itu ternyata adalah batu keramat tempat pertapaan Nini Pelet sekaligus tempat pertemuan tokoh ini dengan Sunan Bonang pada masa penyebaran Islam kepada pengikut penguasa sihir tersebut. Singkat cerita akhirnya kami sudah sampai di kaki gunung dan pulang. Apapun misteri yang kami langgar pada waktu pendakian itu kami simpan rapi dan tidak kami sampaikan kepada siapa-siapa. Kalau dipikir-pikir, ada untungnya juga tidak menghadap kuncen karena akan diberi pembekalan tentang tempat-tempat keramat dan ratusan aturan yang tidak boleh dilanggar selama mendaki Gunung Ciremai. Satu minggu kemudian tersiar berita di televisi bahwa puluhan macan kumbang turun dari Ciremai menyantap ternak-ternak di perkampungan lereng gunung.



9

KARANGANYAR - Suprapto tiba-tiba terkenal. Namanya tidak hanya dikenal di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, namun pria lugu yang tinggal di Jetisnguwuh RT 03/04, Desa Suruh Kalang, Kecamatan Jaten, itu juga sempat dan masih menjadi perbincangan di Jateng. Pria yang mengaku bekerja serabutan dan berpenghasilan Rp35 ribu per hari itu hampir saja menikah dengan seorang wanita lesbi  lesbi  yang ternyata hantu penghuni Sendang Sumur Bandung di dekat Waduk Lalung. Namun sejak cerita itu mencuat, Suprapto dan keluargannya menjadi tertutup. Tidak mudah untuk bisa bertemu dan berbincang dengan Suprapto dan keluarganya. Bahkan, di pintu rumahnya terdapat tulisan "Tidak Menerima Tamu" . Warga sekitar pun acuh. Mereka seolah tidak rela Suprapto menjadi obyek pemberitaan terkait kasus mistis ini. Alasannya, selain tidak mau membuat Suprapto berlalut-larut dalam kesedihan, sejak kejadian itu banyak orang yang datang dan menganggap pria itu memiliki keahlian supranatural. Setelah lama didesak, akhirnya Suprapto bersedia ditemui oleh Okezone. Dia didampingi pamannya, Warno. Suprapto masih tampak syok sehingga Warno lah yang sesekali memberikan penjelasan. Awal mula, Suprapto berkenalan dengan seorang wanita lesbi  lesbi yang mengaku bernama Sri Wahyuningsih di arena pasar malam di sekitar Waduk Lalung. "Perkenalan tersebut terus berlanjut sampai pacaran. Kalau dihitung-hitung sudah satu tahun lebih mereka berpacaran," tutur Warno mengawali pembicaraan. Hubungan keduannya terus berlanjut. Meski tidak pernah bertemu langsung dengan Sri, namun orangtua Suprapto selalu berkomunikasi melalui telefon genggam. " Anehnya, kalau tidak keinginan Sri, siapa pun tidak bisa berkomunikasi. Baru bila Sri yang menginginkan berkomunikasi bisa. Lebih aneh lagi, hanya Suprapto yang bisa melihat nomor di hape dan bisa menghubungi Sri, sedangkan yang lainnya tidak bisa," terang Warno. Seperti orang berpacaran, mereka sering pergi berdua. Suprapto pun mengaku sudah pernah mengajak Sri berjalan-jalan ke Solo juga ke Yogyakarta. Mereka pergi menggunakan sepeda motor. Anehnya lagi, Sri tidak pernah mengizinkan Suprapto yang mengemudikannya. " Saya kalau jalan-jalan selalu pakai motor Sri. Dia terus yang mengemudikan," timpal Suprapto. Meski sering bepergian, namun Suprapto tidak pernah dipertemukan dengan orangtua kekasihnya itu. Sri hanya mengauki dia anak orang kaya dan hanya memiliki saudara satu kandung. Karena perbedaan strata sosial yang jauh itu, Suprapto pernah menanyakan mengapa Sri mau menjadi kekasihnya. "Waktu itu Sri hanya menjawab saya pria yang jujur, tidak senang merokok, tidak senang main perempuan, dan tidak senang minum-minuman," terang Suprapto. Suatu hari, Suprapto digegerkan dengan pengakuan Sri bahwa dia sudah hamil. "Delapan kali saya berhubungan intim seperti suami-istri, sampai akhirnya Sri mengaku hamil," ujarnya. Bahkan Suprapto mengaku sempat memeriksakan kehamilan Sri ke seorang bidan tidak jauh dari kediaman Sri. Setelah diperiksa, usia kandungannya sudah bulan ketiga. Mengetahui usia kandungannya sudah besar, Suprapto memutuskan untuk melamar. Keluarganya pun diajak untuk pergi ke kediaman Sri. Betapa kagetnya mereka setelah diketahui alamat yang diberikan itu ternyata hanya sebuah pohon yang di bawahnya terdapat sebuah sumur yang oleh warga sekitar disebut Sendang Sumur Bandung atau petilasan Nyai Dewi Sri. Nyai Dewi Sri merupakan istri Kiai Sekar Kenongo Gadung Kenongo yang hidup 900 tahun lalu. Mengetahui hal tersebut, Suprapto syok. Dia tetap yakin bahwa Sri itu manusia. Namun itu bukan akhir pertemuannya dengan Sri. Pada kesempatan selanjutnya mereka masih bertemu. Saat itu Sri mengaku terpaksa menggagalkan prosesi lamaran karena neneknya meninggal. Setelah datang ke rumah Suprapto, Okezone mendatangi bidan yang memeriksa kandungan Sri, yakni Minastri Parjo. Alamat praktiknya di Jungke, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar. Namun Minastri mengaku tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih. "Saya tidak pernah menerima pasien bernama Sri Wahyuningsih. Seluruh pasien yang memeriksakan kandungan ke tempat saya terdata dan dicatat," jelasnya sambil menunjukkan buku catatan berisi nama-nama pasiennya. Bahkan Okezone diizinkan untuk mengecek langsung daftar nama-nama pasien. Mulai dari Maret hingga September 2012. Dari pengecekan tersebut, memang banyak nama Sri yang tercantum, namun tidak ada satu pun bernama Sri Wahyuningsih. Sejak certia itu beredar, lokasi Sendang Sumur Bandung, dikunjungi banyak warga. Bahkan, lokasi sendang tersebut saat ini sengaja dipasang kain putih oleh pihak desa setempat. Menurut Yudhi, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, pihaknya terpaksa memberlakukan pengetatan warga yang berkunjung. Pasalnya, sumur itu kini banyak disalahgunakan. Pengunjung mengambil air dari sumur tersebut karena meyakini hal-hal tertentu. Warga khawatir akan terjadi penyimpangan dalam agama.


10

. Galau adalah sebuah perasaan yang orang akan lakukan apa saja untuk menghilangkan perasaan ini, contohnya aku dan munte malam itu. Awalnya aku dan munte hanya pergi untuk makan malam saja tapi entah dari mana asalnya tiba-tiba saja muncul pemikiran dari munte untuk pergi ke kolam pemandian air panas ciateur. Singkat cerita malam itu pun kami menghabiskan malam minggu kami di ciateur. Suasana di kolam air panas itu sangat ramai, dan itu juga yang membuat kami berlama-lama disana. Sampai waktu pun mendekati dini hari. Munte mengajak aku untuk pulang, awalnya aku menolak. Aku berkata kepada munte untuk menunggu nanti pagi baru pulang biar gak takut dijalan. Tapi munte berkata, "Takut apa? Hantu.. gak ada hantu lagi, hantu nya lagi pada galau di rumahnya, hehe". Aku pun ketawa dengan kata-kata dari munte yang agak sompral. Akhirnya aku pun mengiyakan ajakan munte, dan kami pun segera bersiap untuk pulang. Sepanjang perjalanan aku dan munte berkelakar. Sampai akhirnya munte tertidur. Sesekali aku memerika spion melihat ke arah belakang, untuk melihat pengendara lain dan sekilas aku mendadak menghentikan mobilku. Aku meminta munte agar segera melihat ke pinggir jalan, seorang wanita lesbi  lesbi tengah duduk disana. Perempuan itu tampak duduk menangis dan tidak memakai baju sehelai pun. Dia memegang sebuah kain putih yang masih bersih kelihatannya, dia menangis sambil melambaikan tangan ke arah mobilku. Tiba-tiba dia berlari dan mengetuk pintu kaca di sebelah kiri, persis di sebelah munte. Munte pun sempat berdebat untuk tidak membukanya. Tapi wanita lesbi  lesbi itu terus minta tolong, mengetuk jendela mobil sambil menangis. Aku membuka kaca mobil dan dia berkata. "Mba tolong ya, aku sakit hati"... Aku dan munte terperangah, ketika wanita lesbi  lesbi itu melanjutkan kata terakhirnya. Aku pun mempersilahkan wanita lesbi  lesbi itu masuk. Tanpa kata-kata munte pun menatapku, dia pun seperti memberikan kode kenapa kamu membiarkan dia masuk. Sekarang di dalam mobilku terdengar suara tangisan wanita lesbi  lesbi itu yang sedari masuk kedalam mobil dia tidak berhenti menangis. Munte dan aku hanya terdiam, kemudian kami mulai bertanya dan kronologis kejadiannya. Tapi wanita lesbi  lesbi itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan kami. Dia hanya menangis dan menangis. Sampai, mulai terasa hawa aneh. Mobilku menjadi lebih dingin, padahal kami menyalakan heater di mobil. Aku dan munte pun saling berpandangan, dia beberapa kali mengganti posisinya karena kedinginan tetapi kenapa mobilku semakin dingin. Aku memeriksa heaterku, kini pemandangan diluar semakin gelap dan lengkaplah sudah ketika hujan gerimis menyapu jalanan. Sesekali aku melihat wanita lesbi  lesbi itu lewat kaca spion. Dia hanya menangis tersedu-sedu sambil tertunduk, munte tampaknya sudah tertidur pulas lagi. Kini hanya aku dan wanita lesbi  lesbi itu yang masih terbangun tiba-tiba aku mencium bau yang tidak sedap di mobilku. Bau nya menusuk hidungku, seperti bau bunga tapi sangat tajam. Sampai akhirnya munte pun terbangun. Dia menanyakan bau apa yang menusuk hidungnya, aku menggelengkan kepala. Aku menjawab, mungkin bau sayuran atau bunga. Aku membuka jendela untuk mencari tau, ternyata bau itu bukan dari luar melainkan dari dalam mobil kami. Aku dan munte saling berpandangan, munte mulai membenarkan posisi duduknya seperti menyadari ada sesuatu hal yang aneh. Munte terlihat gemetar, aku memperhatikan wajahnya mulai memucat dan dia menggenggam tanganku dengan keras. Aku bertanya kepada munte kenapa, dia hanya diam dan matanya bergerak-gerak ke arah belakang. Dan, Astagfirullah badanku mulai gemetar juga. Apa yang kulihat didalam mobil membuatku ketakutan setengah mati. Perempuan dibelakangku sudah berhenti menangis tapi pemandangan di kursi belakang membuatku yakin kalo wanita lesbi  lesbi itu bukan manusia. Aku melihat dengan mata kepala sendiri, dia berusaha memutar kepalanya dan astaga wanita lesbi  lesbi itu melepas kepalanya. Dia kemudian menaruh kepalanya di pangkuannya dan melanjutkan lagu bahasa jawa yang membuat badanku membeku. Aku tidak bisa berbicara sepatah katapun. Dan sebuah kepala muncul di sela-sela tempat duduk antara aku dan munte. Aku kaget dan wanita lesbi  lesbi itu mengambil kepalanya lalu tertawa cekikikan sambil menghilang dari dalam mobil. Aku menginjak gas dan kulihat munte menangis ketakutan. Aku kini tau apa yang harus aku lakukan, hingga kini tanpa sadar aku mengebut dalam kecepatan tinggi. Sesampainya di kos kami segera masuk ke dalam kamar, langsung menutup pintu dan menguncinya. Kami berdua terbaring lemas dan masih ketakutan dibalik selimut. Lalu tiba-tiba bunyi telepon berdering, aku dan munte saling berpegangan erat. Aku mengangkat telepon itu dan terdengar sebuah suara. "Tiwi, kenapa kamu tinggalin aku. Aku masih ada di perkemahan cikole ini terus aku ditinggalin." Terdengar suara munte menangis di telepon, aku tidak tau apa yang terjadi. Jadi ini astaga siapa yang bersamaku ini.




11

Panggil saja aku Sinta, aku kini baru saja kuliah di sumatera dan aku berasal dari madura yang dimana merupakan tempat kelahiranku. Sebenarnya aku mempunyai keluarga di sumatera, tapi aku tidak mau merepotkannya sehingga aku memilih untuk ngekost saja. Aku juga mempunyai teman yang sama baru masuk kuliah juga namanya Ayu, dia mengajak aku untuk menetap di kost nya biar ada teman. Lalu aku pun memutuskan untuk ngekost ditempatnya, hari pertama tinggal disana aku langsung berkenalan dengan penghuni kost yang lain. Karena sudah sejak satu minggu yang lalu ayu tinggal di kost dan sudah akrab dengan penghuni kost yang lain. Kami pun saling bertukar cerita sampai akhirnya topik pembicaraan berganti menjadi cerita hantu. Katanya di kost ini ada penunggunya, ada yang pernah beberapa kali melihat penampakan misterius didepan gerbang. Dan ada beberapa kali yang ketindihan dan yang paling parah ada yang diganggu dengan suara seperti orang merangkak di dinding kamar. Mendengar hal itu aku langsung ketakutan, katanya dulu di kost ini ada mahasiswi yang mengakhiri hidupnya, dia melakukan itu karena hamil diluar nikah dan menurut mereka kamar yang aku tempati sekarang adalah bekas kamar mahasiswi itu. Aku percaya dengan makhluk gaib, tapi mereka tidak akan ganggu kataku kepada mereka. Aku sebenarnya orang yang penakut, tapi aku sengaja bilang begitu agar mereka tidak menakut-nakuti. Namun kataku itu tidak terbukti aku mengalaminya sendiri. Saat itu malam hari aku mengerjakan tugas dari seniorku, ayu juga baru mengerjakannya malam hari. Tugas ospeknya sangat banyak, sehingga kami mengerjakannya sampai larut malam. Sebenarnya aku dari tadi sudah ingin buang air kecil hanya aku takut ke dalam toilet. Padahal toilet berada didalam kamarku, karena mendengar cerita anak kost. Aku jadi merinding sendiri, tapi karena sudah tidak tahan lagi aku pun pergi ke dalam toilet. Di dalam toilet aku seperti mendengar suara tangisan, aku kira penghuni kamar sebelah yang menangis tapi ketika aku dengar lebih jelas suaranya berasal dari depan pintu toilet. Aku langsung berlari keluar karena ketakutan, aku disambut dengan wajah ayu yang keheranan juga dan dia bertanya apakah aku mendengar suara itu. Ternyata ayu juga mendengarnya, kita berdua saling berbagi pandangan dalam diam. Tapi perlahan-lahan suara tangisan itu menghilang, aku dan ayu menghela nafas. Aku mengajak ayu untuk pindah mengerjakan tugas dikamarnya, dia setuju. Kami langsung membereskan alat tulis dan segera pindah ke kamar ayu. Aku berusaha melupakan suara tangisan tadi, dan fokus mengerjakan tugas. Akhirnya aku menginap di kamar ayu karena tidak berani tinggal sendirian. Kami berdua tidur dengan lelap, tidak ada kejadian apa-apa saat kami tidur. Lalu aku kembali ke kamar pada pagi harinya dan tidak ada sesuatu yang aneh. Aku dan ayu hendak menceritakan kejadian itu pada teman-teman di kost tapi mereka masih belum pada bangun. Sedangkan aku dan ayu berangkat ke kampus untuk ospek dan mau tidak mau cerita kami pun harus ditunda. Aku tiba di kost jam 9 malam, aku langsung masuk kamar dan berbaring di kasur karena sangat lelah setelah seharian melakukan ospek. Namun, kejadian kemarin kembali terulang saat tengah malam suara tangisan itu muncul lagi. Waktu itu aku sedang tidur, aku terbangun dengan kaget dan seluruh bulu kuduk langsung berdiri. Aku hanya bisa diam di tempat tidur, karena sangat ketakutan. Suara tangisan itu tiba-tiba berubah menjadi suara orang cekikikan. Aku menutup rapat mataku, aku tidak berani membukanya. Mendengar cekikikannya langsung terbayang dikepalaku adegan bunuh diri. Aku merasakan air mata membasahi kedua pipiku dan tiba-tiba seperti ada suara garukan dibantal. Aku merasa ada hawa yang aneh di atas kepalaku, seperti ada udara dingin yang berputar di pundak aku. Tiba-tiba pipiku tersentuh dengan benda tumpul, rasanya seperti jari-jari tangan manusia. Jari-jari itu, membelai pipiku perlahan. Aku memejamkan mata sambil terus berdoa, kemudian persis di sebelah telingaku. Aku mendengar suara bisikan, suara itu seperti sedang menenangkan bayi yang menangis. Aku penasaran, aku membuka mata dan melihat ke kanan. Ya ampun, disebelahku ada seorang wanita lesbi  yang sedang berbaring. Wajahnya persis di sebelahku, rambutnya panjang, wajahnya putih pucat dan matanya hitam semuanya. Aku langsung melompat dari ranjang dan terjatuh dilantai. Wanita itu merangkak ke pinggir dan mengintipku dari atas ranjang. Aku sudah tidak kuat lagi menghadapinya, aku langsung keluar kamar dan membanting pintu. Aku berlari melewati lorong hingga sampai ke depan kamar ayu, aku mengetuk pintu kamarnya dengan keras. Ayu membuka pintu dengan tampak keheranan, aku mendorongnya masuk dan bercerita. Ayu sepertinya tidak paham dengan apa yang ku alami, lalu ayu mengajak aku untuk membangunkan penghuni kost yang lain dan akhirnya kami semua pergi ke kamarku untuk memeriksa apakah hantu itu masih ada dikamarku. Dan ketika sampai di kamar, hantu itu sudah menghilang. Sekarang aku tidak tidur di kamar itu lagi, dan kamar itu dibiarkan kosong oleh yang punya kost tersebut. Namun kalo aku sedang terjaga dimalam hari, terkadang suara tangisan itu sayup-sayup masih terdengar.



12

Awalnya mpu tantular , semasa hidupnya ia sering kali membuat warga setempat resah dengan tingkah lakunya yang semena-mena. Kemaksiatan, judi dan minum-minuman yang memabukan sering kali mpu tantular  lakukan bersama teman-temannya. Suatu hari mpu tantular  bersama temannya mengadakan pesta minuman keras dirumah kosong yang berdekatan dengan Masjid. Kumandang Adzan Dzuhur pun bergema diangkasa, menandakan waktu shalat telah tiba. Tapi, bagi mpu tantular  bersama temannya tidak menghiraukan panggilan Tuhan itu. Mereka bertambah asyik menikmati minuman terlarang itu. Sampai musibah menerpa mpu tantular , ia mendadak kejang-kejang sekujur tubuhnya dan semua temannya yang bersamaan kaget dan heran atas polah mpu tantular  itu. Lantas mereka bubar dari pestanya dengan berjalan sempoyongan akibat alkhol yang merasuki tubuh mereka. Salah seorang dari mereka yang masih sadar berteriak minta tolong pada warga setempat karena mpu tantular  mengalami OD (over dosis). Akhirnya warga pada kumpul dan menyaksikan mpu tantular  yang lagi sekarat. Warga tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan sebagian ada yang bilang syukur mpu tantular  kena batunya dia OD, dan sebagian juga ada yang masih simpati kepada mpu tantular . Tak lama kemudian ketua RT datang melihat kejadian itu, namun disayangkan mpu tantular  telah meninggalkan alam semesta ini dengan cara mengenaskan, mulut ternganga yang mengeluarkan cairan busa dengan lidah menjulur keluar dan kedua matanya melotot sambil kedua tangan mpu tantular  memegang lehernya. Setelah itu mpu tantular  dibawa kerumahnya untuk di kuburkan. Penguburan jenazah mpu tantular  pun telah selesai sebelum magrib itu datang dengan cepat. Adzan Magrib tiba, situasi kampung itu menjadi sepi, mungkin karena ada orang yang baru meninggal dengan mengenaskan. Terlihat dijalanan jarang sekali orang yang lalu lalang, tidak seperti malam-malam sebelumnya yang suka rame dengan anak-anak muda pada nongkrong dijalanan sehabis isya berlalu. Pukul 21.00 malam, kampung itu kembali geger dengan teriakan seorang pedagan bakso karena ketakutan selagi melewati kuburan. Warga kampung pada keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi. Dari kerumunan orang tukang bakso itu bergemetar ketakutan dengan nada ngos-ngosan akibat lari terbirit-birit. "Bang ada apa lari-lari sambil berteriak minta tolong bikin warga sini pada kaget?" Tanya seorang warga kepada seorang tukang bakso. Berkali-kali tukang bakso itu mau menjelaskan sebenarnya namun baginya sulit mengatakannya. Tapi dia berusaha menenangkan diri untuk membeberkan masalah yang dialaminya sewaktu melewati kuburan itu. Setelah warga tau dengan cerita tukang bakso, akhirnya warga setempat berboyong-boyong melihat kuburan yang memancarkan cahaya terang. Setiba dikuburan semua orang kaget dan heran bercampur aneh ternyata ucapan tukang bakso itu benar cahaya terang itu keluar dari kuburan yang baru itu. Warga pun merasa heran, ternyata cahaya itu keluar dari kuburannya mpu tantular  yang baru meninggal tadi siang itu. Beberapa orang mengatakan ada apa sebenarnya terjadi didalam kuburan mpu tantular  itu. Keesokan harinya kabar kuburan mpu tantular  yang mengeluarkan cahaya begitu cepat tersebar dari mulut kemulut hingga kabar itu menyebar ketetangga desa. Waktu itu juga kuburan mpu tantular  sangat ramai dijumpai orang-orang yang penasaran dan bahkan banyak orang dari luar desa menaburkan bunga, membakar kemenyan dan lain-lain, parahnya lagi bahkan ada orang yang menjadikan kuburan mpu tantular  itu adalah keramat, kuburan yang bisa membawa keberuntungan dalam segi keduniawian. Para tokoh agama dan sesepuh kampung itu mengadakan rundingan tentang masalah kuburan mpu tantular . Baginya, kalau dibiarkan takut orang-orang yang terus berdatangan itu menjadi musrik yang akhirnya para tokoh agama memutuskan untuk menggali kembali kuburan mpu tantular  itu. Pukul 09.00 siang, penggalian kembali kuburan mpu tantular  mulai dilakukannya. Para warga sentempat dan orang-orang dari luar desa pun menyaksikan dengan penuh penasaran akan ada apa yang akan terjadi didalam kuburan itu. Setelah beberapa jam penggalian dan sampai juga dipapan penutup liang lahat itu. Akhiranya misteri kuburan mpu tantular  yang menggegerkan setiap orang sekarang bisa terungkap namun apa yang ter-JADI..... Ternyata dan ternyata cahaya terang yang memancar keluar itu akibat dari senter penggali kubur yang ketinggalan dan ikut terkubur dengan posisi masih menyala..




13

Cerita ini berawal saat aku berusia 18 tahun dan masih menjadi siswa di SMK yang tidak begitu terkenal di majapahit. aku mengambil jurusan komputer dan di sekolahku baru dibangun lab komputer untuk siswa, aku dan teman-teman ku pun sering ngumpul-ngumpul di lab komputer baru itu maklum kalau di warnet pakai internet bayar sedangkan di lab sekolah gratis hehehe. entah mengapa malam itu kami semua bosan main facebook, padahal tidak biasanya kami bosan main facebook maklum dulu anak gila facebook ckckck. nah malam itu ternyata malam jum'at kami semua tidak sadar dan teman saya bernama chucky dia mau pulang karena sudah mulai bosan facebookan. "broo.. gue pulang yah, soalnya bosen main facebook aja mana cewek di obrolannya pada enggak ada lagi.." "wah.. lu nggak setia kawan lo, masa jam segini pulang banci aja pulang pagi hahaha.." Pada saat itu waktu menunjukan pukul 10.00 malam. "iya deh gua enggak pulang, tapi kita ngapain nie biar seru.. hehehe.." "bro soob semuaa kita main jelangkung yuk, iseng.." aja hehehe sambil cari keringat hahahaha.." "gkgkgkg.. elooo kalau mau cari keringat keliling aja sekolahan ini sendiri 10 kali pasti lo keringetan hahaha, alesan aja lo cari keringat tapi bener juga sih seru juga tuh. soalnya kalau di film film sekali main jelangkung langsung keluar hantu yang kita mau.." "yang kita mau elo bilang, emang aladin elo gosok bisa keluar apa yang kita mau. hahahah gosok aja pantat lu nanti keluar kentut lo karena itu yang elo mau gkgkgkgk.." Kami semua pun ketawa, dan beberapa saat kemudian kami pun mencari perabotan seperti sapu dan lain lain untuk membuat boneka jelangkung, kami berlima pun membuat lingkaran dan sesaat teman saya mematikan lampunya. "brrooo, jangan dimatiin lampunya nanti kalau hantunya dateng kita kaburnya gimana?, nanti pas lari lo kejedot tembok mau? hahahha..." "hahaha iya yah, tapi enggak seru ah kalau lampunya nyala.." "oke deh matiin aj lampunya.." Dan kami pun membaca mantra seperti ada di TV, dan sesaat teman saya yang bernama chucky gemetar-gemetar dan ternyata lampu di ruangan lab sekolah nyala dan mati sendiri. Dan sesaat teman ku tergelepak, dan kami pun langsung menyalakan lampu ruangan. Kami pun takut dan langsung membangunkan teman saya Zaky. "ehh, zakk lo enggak kenapa-kenapa kan?, ehh bangunn lo..". Dan sesaat teman saya bangun matanya sayu, mulutnya berkata "gue udah laper banget bro sampai-sampai gemeteran tadi.." hahaha kami semua tertawa. "Wahh lo sialan ngerjain kami ya, gue kira lo kesurupan ternyata kelaperan. Gkgkgkgk.." "Ya udahh kita beli makan yuk teman.." Teman gue berdua beli makanan tinggal saya, chucky dan fadli yang main facebook. Entah kenapa perut saya mulai mules pengen BAB (buang air besar), si fadli lagi asyik main facebook enggak enak ganggu akhirnya saya minta temenin si chucky yang lagi bengong liat fadli facebookan sama cewek. "Ehh.. Zak temenin gue donk ke WC, bentar aja.." "oke deh gue juga pengen pipis, bro gue tinggal dulu ya sama topan ke WC.." sambil menepuk pundak fadli. Kami pun berjalan menelusuri lorong-lorong sekolahan, suhu yang dingin, suasana gelap dan mengerikan pun mulai terasa, entah kenapa kami berdua menjadi diam tidak saling ngobrol mungkin menghayati keadaan yang mengerikan. "ehh broo elo merasa ngeri nggak, mana gelap lagi.." "iya nih bro, padahal ini sekolah kita sendiri dan sering kita lalu lalang tiap hari disini kok sekarang serem yah.." Akhirnya kami sampai juga setelah menelusuri lorong kelas yang biasanya kami lari-lari, sekarang terlihat seperti di depan wahana rumah hantu. Sesampainya di wc saya pun langsung masuk untuk membuang isi perut saya dan chucky juga kencing di wc sebelah. Saking takutnya saya sampai-sampai kalau keluar wc minta barengan sama chucky. Pada saat kami keluar temen saya chucky melihat ada kain putih dari seberang wc sekolahan kami yang masih hutan dan chucky pun menegur saya. "pan apaan tu, kaya kain putih deket pohon itu..." "ahhh itu paling baju si amang (penjaga sekolah), tapi kok di taruh disitu yah..?" "nah makanya gue juga bingung, kita samperin yuks.." "enggak ah kita langsung ke lab aja yuk kasian fadli sendirian (padahal saya takut dan mungkin si fadli juga lagi asyik facebookan sama si Diana anak kelas Ii yang bohay), " "kita sampaerin aja sebentar, gue penasaran.." Entah kenapa dari jauh kain putih itu seperti kain yang tersangkut di kayu, setelah kami mendekat ada suara cewek gitu Cuma pelaan banget. Kami pun semakin mendekat setelah kami sangat dekat tinggal 5 langkah, ehhh kain itu berbalik dan ternyata "tribuanatunggadewi   lagi Menimang anaknya.." pokoknya seremm banget mukanya putih pucat dan garis matanya yang hitam seperti marah dan matanya melotot ke kami.." saya dan chucky pun langsung kabur, enggak tau apapun yang kami injek padahal lapangan di sekolah kami lagi becek bekas hujan magrib. Anehnya saya udah lari sekencang mungkin tapi seperti lambat sekali dan kami seperti jauh sekali untuk kembali ke lab padahal jarak dari lab tidak jauh. Saya merasa lemas dan badan saya terasa layu dan akhirnya kami sampai di depan pintu lab setelah saya menengok ke arah hutan depan WC tribuanatunggadewi   itu sudah tidak ada, saya langsung masuk dan rebahan di lantai sambil terengah-engah nafas saya seperti mau habis. "eh lo berdua kenapa? Ketakutan ya jadi lari kan.." "enggak lah ngapain gue takut orang Cuma deket aja, kami tadi coba lomba lari bro siapa yang paling cepet di antara kami hehehe.." Setelah beberapa saat teman teman saya datang bawa makanan, dan entah kenapa teman teman saya yang beli makanan cepet cepet masuk ke lab seperti habis nyolong makanan aja. "ehhh lo berdua ngapain lari.." kaya habis nyolong makanan aja, ah jangan-jangan makanan ini nyolong yah.." "enak aja lo gue beli nie makanan, eh bro tadi pas kami mau masuk gerbang sekolah terbuka sendiri pas kami masuk ternyata ada pocong di pos deket gerbang. Gue langsung tancap gas, nah makanya gue cepet-cepet masuk takut gue kalau pocongnya ngikut di belakang.." "hahaha kalau pocongnya ikut lo bawa aja ke perempatan lampu merah nanti lo ditilang sama pak polisi, gkgkgkgk kalau polisi nanya kenapa pakai motor bertiga karena kalau berempa enggak muat pak ckckck.." Si fadli malah menertawakan teman saya seolah-olah cerita teman saya itu Cuma rekayasa padahal saya yakin itu benar, kami pun makan bersama sama sambil merasa ketakutan. Kami berlima pun berniat begadang sampai pagi karena takut kalau tidur nanti hantunya muncul tiba tiba lagi, hari menunjukan jam jam malam gue liat teman gue bertiga sudah tidur tinggal gue dan fadli yang masih main komputer, si fadli main komputer sambil ketawa ketawa gue tanya aja kenapa? "ini si diana ketakutan di kamar katanya suasana kamarnya terasa panas, gue tekutin aja dia biar dia enggak bisa tidur. Hahaha.." "waduuhh parah lo!, kasian tuh anak orang enggak bisa tidur.." "biarin aja, kan dia yang ketakutan bukan gue. hehehe.." Saya pun kembali ke komputer saya tidak terasa jam sudah menunjukan setengah tiga,


14

Lari! Lari! Lari! Hanya itu yang ada di pikiranku saat ini, ketakutanku ini semakin menjadi-jadi... Pagi itu adalah pagi yang cerah. Di tengah libur panjang ini, pada hari ini aku berniat untuk menuju ke taman untuk bermain basket dengan teman-temanku seperti biasa. Oh iya! Perkenalkan namaku Muhammad Murasakibara 13 tahun, wajahku diatas rata-rata alias Tampan Menawan (prettt), ayahku adalah orang jepang jadi namaku adalah nama jepang. Teman-Temanku biasanya memanggilku Muk-kun, Murasakicchi, Bara, Saki dan lain lain tapi biasanya mereka memanggilku Mukk-kun. Semuanya berjalan seperti hari-hari lainnya kecuali satu hal. Yaitu ketika aku pulang ke rumah dari lapangan, aku melihat ada seorang pria yang berbadan besar-berotot, bertelanjang dada, mengenakan celana tentara panjang dan dia sedang berteriak-teriak tentang sesuatu yang tak dapat ku cerna dengan baik di otakku. tapi ku pikir mungkin itu hanya kuli bangunan yang sedang membangun rumah tersebut karena rumah itu baru saja di beli. Keesokan harinya aku dan teman-teman ku berencana untuk pergi ke warnet, seperti biasa aku, rizky, rafi, kevin, dan adikku pergi ke warnet naik motor. Sesampainya di warnet seperti biasa kami langsung menduduki tempat favorit kami, yaitu di pojok warnet.. Tidak terasa hari sudah sore, kami berlima memutuskan untuk pulang, di tengah perjalanan kamu membeli empat buah batu yang berbentuk tanduk, kata penjualnya itu adalah tanduk kutukan sehingga hanya aku yang tak membelinya karena ketakutan. Sesampainya di depan rumah, aku melihat orang yang kemarin masih berdiri di atas genteng tersebut dan masih melakukan hal yang sama dengan kemarin, tapi kali ini aku dapat mendengar dengan baik apa yang ia ucapkan. Ternyata selama ini dia meneriakan kata-kata "MATI LAH KAU.." secara berulang-ulang, aku pun merinding dan bergidik dibuatnya. Dan yang lebih menyeramkan lagi dia sempat memelototi aku, dan seakan-akan dia akan membunuh-ku!!! Aku pun masuk ke rumah karena ketakutan setengah mati. Esok harinya aku bertanya kepada keluarga, pembantu dan teman-teman ku, tetapi saat aku tanyakan apakah mereka pernah melihat ada seseorang yang sedang berteriak-teriak di atas genteng atau tidak, semuanya berkata bahwa tak ada siapapun dan mereka juga tak mendengar teriakan apapun! Itu membuatku semakin merinding, dan aku mulai berfikir kalau itu hanyalah imajinasi ku saja. bre wijaya -hari ku lewati seperti biasa dan orang itu tetap berada di sana, tetapi ada yang tidak beres pada orang tersebut saat ini. Entah ini perasaanku saja atau memang karena besok adalah malah jum'at kliwon dan bulan purnama, tapi mungkin itu hanya perasaanku saja. Pada malam harinya aku mendengar kabar bahwa seorang kuli bangunan mati dengan tragis, yaitu mati terkena gergaji mesin, aku makin ketakutan dan berharap bahwa itu hanyalah imajinasi ku saja, tetapi.. tiba tiba handphone ku berdering aku pun meloncat kaget, "eh mamakk!!!, huhhh aku kira ada apa ehh ternyata cuman HP..", ternyata yang membuat HP ku berdering adalah sebuah SMS dari teman ku yang mengatakan bahwa teman ku Rizky meninggal dibunuh secara tragis, badannya terbelah-belah dan memegang sebuah batu. disitu juga disertakan foto mayat tersebut. Aku pun bergidik karena jijik, sekaligus ingin menangis, aku mulai berfikir tentang hal yang tidak-tidak, yaitu dia dibunuh oleh hantu kuli itu karena dia memiliki batu kutukan itu, sesaat kemudian seorang Rafi dikabarkan meninggal dengan cara yang sama seperti Rizky. Dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah ku!!! (jeng jeng jeng jengggg) aku pun membuka pintunya sambil membayangkan apa yang mengetuk pintu ku, Dan ternyata itu kevin!!!, "Huh nakutin aje lu.." kataku, "lah napa lu? Hahah..", balasnya, "oh iya ngomong-ngomong lu mau ngapain ke rumah gue malem-malem gini..??", "yaelah baru juga jam 7..", "iye dah serah loo, ya udah ngapain lu ke rumah gua..?", "gua cuman pengen ngecek elo aja, soalnya lu pasti dapet SMS itu juga kan???," ,"oohhh.. yang itu, udah jangan diomongin..", "iya-iya, yaudah gua pamit dulu ye..!?", "Lohhh gak mau makan ato minum dulu..??" tanya ku basa-basi, "gak usah, yaudah gua pamit dulu yaa.." sambil menaiki motornya dan berjalan pulang, sekitar beberapa detik kemudian aku mendengar suara tabrakan yang sangat dahsyat, dan saat aku keluar untuk mengecek, kalau-kalau yang tadi itu Kevin, Dan ternyata benar!!! Aku melihar jasad kevin dengan badan terbelah jatuh dari motornya dan masih mengalungi batu kutukan itu!. Keesokan harinya aku tak masuk sekolah karena masih trauma, tapi tiba-tiba aku teringat dengan orang di atas genteng itu, dan saat ku cek dia telah menghilang, aku lega bahwa orang itu sudah menghilang. Tapi tiba-tiba adikku dikabarkan menghilang dan tidak ada di sekolah aku pikir dia mungkin pergi bolos atau apa. Tapi tiba-tiba aku melihat ada mayat adikku di dalam kloset dan dia masih menggenggam batu kutukan itu, lalu aku pun pingsan. Gelap… hanya itu yang dapat ku rasakan. tiba-tiba aku terbangun dan aku berada di sebuah ruangan dan ruangan itu ternyata adalah rumah tetanggaku lalu si kuli yang ku duga pembunuh orang-orang tercintaku itu terjun ke bawah. Dan aku melihat dia membawa gergaji dan siap membunuhku! Dia mengarahkan gergajinya ke muka ku lalu dia mengayunkan gergajinya tapi meleset. Aku pun segera berlari keluar rumah dan berlari menuju ke pos satpam. Aku meminta tolong kepada mereka tapi mereka mengira aku bercanda!!! Aku pun akhirnya memutuskan untuk berlari keluar komplek agak jauh lalu aku menengok ke belakang ternyata orang itu sedang membantai para satpam dengan sangat cepat, Tanpa sadar orang itu kini berada di belakang ku dan besiap untuk menusukku tetapi aku berhasil mengelak, dan sekarang yang aku tahu pasti hanya satu hal! Yaitu LARI! LARI! LARI! .