• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label kerajaan kutai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kerajaan kutai. Tampilkan semua postingan

kerajaan kutai







Kerajaan Kutai 
 

Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang 
merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis 
yang disebut Yupa yang mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta 
ini  diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti Yupa ini  
merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu 
tertua yaitu Kerajaan Kutai. 
 
Tidak banyak informasi mengenai Kerajaan Kutai. Hanya 7 buah prasasti Yupa terseubt 
lah sumbernya. pemakaian  nama Kerajaan Kutai sendiri ditentukan oleh para ahli 
sejarah dengan mengambil nama dari tempat ditemukannya prasasti Yupa ini . 
Yupa yaitu  tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para 
Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, 
Raja yang baik dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu 
dari Raja Kudungga, telah memberikan  20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. 
 
Dari prasati ini  didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh 
Kudungga kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak 
kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah 
nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum tepengaruh oleh 
kebudayaan Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama 
Hindu atas dasar kata 'warman' pada namnya yang merupakan kata yang berasal dari 
bahasa Sanskerta. 
 
B. Petunjuk Keberadaan Kerajaan Kutai 
Kerajaan Kutai yaitu  kerajaan yang dikenal dengan kepercayaan yang dianutnya yaitu 
Hindu, kerajaan ini menjadi pusat pemerintah yang bertempat di Muara Kaman. 
Sebelum diketahui dan banyak yang mengenal kerajaan ini, sangat sulit untuk mencari 
sejarahnya. 
Kerajaan yang diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara ini, dapat dilihat dari tugu 
yupa (tugu batu) dengan jumlah 7 yang dapat ditemukan pada Muara Kaman, menurut 
J.G. de Casparis yupa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. 
Pada yupa ini  ada  tulisan prasasti yang ditulis dengan bahasa Sansekerta. 
Pemimpin yang pertama kerajaan Kutai yaitu  Maharaja Mulawarman Kandungan 
yang terus berlanjut kepada putranya yang bernama Aswawarman. 
Aswawarman mempunyai 3 orang putra tapi satu putra diantaranya yaitu  Sang 
Mulawarman yang meneruskan kepemimpinan ayahnya, yang mempunyai sifat baik, 
kuat dan kuasa(memiliki jiwa kepemimpinan yang baik). 
C. Wilayah Kekuasaan 
Diyakini dan dipercayai bahwa kerajaan Kutai mempunyai kekuasaan wilayang yang 
cukup luas, pasalnya untuk saat ini ada  tiga kabupaten yang dulunya menjadi 
kekuasaan oleh kerajaan Kutai ini. 
Kabupaten ini  yaitu  Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan 
Kabupaten Kutai Timur. Semua ini masuk kedalam satu Provinsi yaitu Provinsi 
Kalimantan Timur. ada  dua kerajaan yaitu Kerajaan Kutai Martapuran dan 
Kerajaan Kutai Kartanegara. 
D. Kejayaan Kerajaan Kutai dan Keruntuhan Kerajaan Kutai 
 
Pada salah satu yupa yang ditemukan di kawasan kerajaan Kutai, didapat sebuah 
informasi yang menyebutkan bahwa cikal bakal dari lahirnya kerajaan kutai yaitu  
berkat seseorang yang bernama Kudungga lalu diteruskan oleh generasi selanjutnya 
yaitu Aswawarman. Kemudian pengganti dari Aswawarman yaitu  salah seorang dari 3 
putranya yaitu Mulawarman. Pada era Mulawarman inilah Kerajaan Kutai mencapai 
masa kejayaannya. Ketika itu daerah teritorial Kutai diperluas lagi dan rakyatnya pun 
menjadi sejahtera. 
Bukti lain yang memaparkan kejayaan bisa dilihat dari kegiatan ekonomi. Di dalam 
salah satu Yupa ini  telah disebutkan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan 
sebuah upacara korban emas dengan jumlah yang sangat banyak. Kemajuan dari 
Kerajaan Kutai ini juga terlihat dengan munculnya para golongan terdidik.  
Mereka semua terdiri dari para golongan ksatria dan brahmana yang diprediksi telah 
bepergian jauh sampai ke India atau menuju pusat-pusat penyebaran agama Hindu 
yang berada di kawasan Asia Tenggara. Kaum ini  mendapatkan perilaku atau 
kedudukan yang begitu terhormat di dalam sistem pemerintahan Kerajaan Kutai. 
Walaupun Kerajaan Kutai lokasinya tidak terletak di dalam sebuah jalur perdagangan 
internasional, tetapi kerajaan ini telah memiliki hubungan perdagangan dengan negara 
India yang sudah berkembang dari sejak awal berdirinya Kerajaan kutai.  
Pada masa ini  pengaruh agama Hindu dan Buddha sudah mulai tersebar ke 
seluruh daerah Nusantara. Salah satu dari sekian banyak bukti yang menerangkan 
bahwa Kerajaan Kutai telah dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha yaitu  dari 
beberapa peninggalan dan bahasa yang telah dipakai yaitu Bahasa Sansekerta. 
Sebagaimana kita tahu, Bahasa Sansekerta yaitu  bahasa asli agama Hindu. Aksara 
atau bentuk dari hurufnya dinamakan dengan Huruf Pallawa yaitu huruf yang digunakan 
di daerah Hindu di Asia Selatan seperti India sekitar tahun 400 masehi. Dengan menilik 
dari bentuk huruf dari prasasti yang telah diteliti, maka para ahli sejarah menyatakan 
bahwa yupa itu dibuat pada sekitar abad ke-5 masehi. Jadi dapat kita simpulkan bahwa 
Kerajaan Kutai yaitu  Kerajaan berbasis agama hindu pertama dan tertua yang ada di 
Indonesia. 
Adapun mata pencaharian utama masyarakat kerajaan kutai yaitu  beternak sapi. 
Selain itu ada juga pekerjaan lain seperti bercocok tanam dan berdagang. Kondisi 
Kerajaan yang berada di tepian sungai Mahakam yang menjadikan tanah di daerah 
ini  sangat subur untuk bercocok tanam. 
Kerajaan Kutai yang berada di pinggir sungai mendorong warganya untuk bekerja di 
bidang pertanian. Selain di bidang pertanian, mereka kemudian banyak menjalankan 
kegiatan perdagangan. Bahkan diperkirakan telah terjadi hubungan dagang ke 
beberapa daerah yang berada di luar negeri seperti China dan India setelah berlayar 
melalui Selagt Makassar. 
Didalam pelayarannya ini  kemungkinkan para pedagang dari berbagai negara 
ini  akan singgah terlebih dahulu di daerah Kutai untuk menjalankan transaksi 
penjualan dan pembelian barang sekaligus menyiapkan beberapa perbekalan untuk 
pelayaran yang sangat jauh. Hal inilah yang membuat Kerajaan Kutai semakin 
sejahtera dan rakyat hidup makmur. 
Di dalam sebuah sejarah zaman dahulu disebutkan jika Kerajaan Hindu tertua di 
Indonesia yakni Kerajaan Kutai runtuh pada saat seorang raja terakhir dari Kerajaan 
Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dibunuh di tangan Raja dari 
kerajaan Kutai Kartanegara ke-13 yang bernama Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. 
Setelah itu Kerajaan Kutai Kartanegara berevolusi menjadi sebuah Kerajaan Islam yang 
diberi nama Kesultanan Kutai Kartanegara. 
 
E. Raja-raja Kerajaan Kutai 
 
Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai, 
diantaranya yaitu  sebagai berikut: 
1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri) 
2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga) 
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman) 
4. Maharaja Marawijaya Warman 
5. Maharaja Gajayana Warman 
6. Maharaja Tungga Warman 
7. Maharaja Jayanaga Warman 
8. Maharaja Nalasinga Warman 
9. Maharaja Nala Parana Tungga 
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa 
11. Maharaja Indra Warman Dewa 
12. Maharaja Sangga Warman Dewa 
13. Maharaja Candrawarman 
14. Maharaja Sri Langka Dewa 
15. Maharaja Guna Parana Dewa 
16. Maharaja Wijaya Warman 
17. Maharaja Sri Aji Dewa 
18. Maharaja Mulia Putera 
19. Maharaja Nala Pandita 
20. Maharaja Indra Paruta Dewa 
21. Maharaja Dharma Setia 
F. Kehidupan Politik 
Kehidupan politik yang ada pada kerajaan Kutai ini memiliki turun temurun, artinya 
kepemimpinan akan terus berlanjut kepada anak, cucu hingga cicitnya. Sistem 
pemerintahan sendiri sudah ada dan sudah dijalankan sejak kepemimpinan 
Aswawarman. 
Meskipun begitu pemerintahan masih di atasi oleh orang-orang hindu yang berasal dan 
di datangkan langsung dari India. Walau begitu sistemnya pun berjalan dengan teratur 
dan sistematis, karena pada masa Aswawarman kerajaan Kutai menjadi bangkit dan 
mulai di kenal oleh banyak kerajaan lainnya. 
G. Kehidupan Sosial-Ekonomi, Budaya dan Agama 
Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat 
dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama. Rakyat 
Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional, dan tentu saja mereka 
berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari 
barang-barang dagangan yang laku di pasaran Internasional. 
Peradaban kehidupan yang bernuansa India, dan bahasa yang digunakan yaitu  
bahasa Sansekerta dan dijadikan bahasa resmi untuk permasalahan agama. ada  
beberapa golongan yang ada pada kerajaan Kutai. 
Diantaranya yaitu  golongan Brahmana dan Ksatria. Dimana golongan Ksatria 
yaitu  mereka yang ada hubungan kekerabatan atau orang yang dekat dengan raja. 
Ada golongan lain yang dimana golongan ini tidak terpengaruh akan budaya dan tradisi 
India. 
Yaitu yaitu  Kutai Purba yang masih memegang erat pada agama nenek moyang 
mereka. Raja mulawarman sendiri memiliki agama Siwa yang mempercayai akan 
keberadaan 3 Dewa Besar, yaitu, Brahma, Wisnu dan Siwa. 
Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan 
suatu tempat suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. 
H. Raja Terbesar Kerajaan Kutai 
Kerajaan Martadipura merupakan salah satu kerajaan di Nusantara bercorak Hindu 
yang didirikan sekitar abad ke-4 SM. Lokasi kerajaan ini berada di Muara Kaman, 
Kalimantan Timur atau lebih tepatnya di hulu sungai Mahakam.  
Raja pertama dari kerajaan Kutai ialah Kudungga. Menurut para ahli sejarah, nama raja 
ini  yaitu  nama asli orang Indonesia yang masih belum dipengaruhi budaya dari 
India.  
Aswawarman, yang merupakan nama dari putra sang raja dipercaya telah terpengaruh 
budaya Hindu. Hal ini  disandarkan pada fakta bahwa kata “warman” berasal dari 
bahasa Sansekerta yang digunakan untuk akhiran nama penduduk India bagian 
selatan.  
Bahasa Sansekerta sendiri merupakan bahasa rerumpun Indo-Eropa tertua yang masih 
dikenal saat ini dan juga memiliki runtutan sejarah yang sangat panjang.  
Pemberian nama Kutai, menurut para ahli diambil dari tempat ditemukannya prasasti 
yang memberitakan tentang keberadaan kerajaan ini . Akan tetapi, ada  
beberapa hipotesa tentang kata kutai itu sendiri.  
Sebagian ada yang menduga bahwa kata kutai dicocokkan dengan berita Cina, “kho-
thay” yang mana ‘kho’ berarti ‘kerajaan’ dan ‘thay’ berarti ‘besar’. Hipotesa ini cukup 
rasional mengingat 
saat itu banyak orang menduduki daerah ini  dan menjalin hubungan dagang 
internasional termasuk dengan orang-orang Cina.  
Selain Cina, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa nama kutai berasal dari kata 
‘quettaire’ yang memiliki makna hutan belantara. Akan tetapi, para peneliti ternyata 
lebih condong ke India disebabkan pengaruh budaya India lebih tampak di banyak hal, 
misalnya saja huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.  
Memang tidak ada  prasasti yang menjelaskan secara detail mengenai hal ini  
di atas. Hingga sekarang, terlalu sedikit bukti yang telah ditemukan untuk menelusuri 
jejak kerajaan Kutai ini.  
Faktanya, kerajaan Kutai sendiri diketahui eksistensinya berkat ditemukannya prasasti 
yupa berjumlah tujuh buah. Salah satu dari yupa ini  menggunakan huruf Pallawa 
dan bahasa Sansekerta yang menyebutkan bahwa kerajaan Kutai saat itu diperintah 
oleh Mulawarman.  
Mulawarman diabadikan dalam yupa berkat kedermawanannya menyedekahkan 
sebanyak 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahman saat itu. Ia diduga merupakan cucu 
Kudungga atau anak dari Aswawarman. Kedua nama keturunan Kudungga ini  
sangat terlihat dipengaruhi oleh budaya India.  
Kudungga diduga merupakan raja pertama yang memerintah di kerajaan Kutai. Namun, 
jika dilihat dari nama sang raja yang masih bernuansa lokal, para ahli sejarah 
berasumsi bahwa pada masa ia berkuasa pengaruh Hindu baru saja masuk ke wilayah 
Nusantara.  
Pada awalnya, kemungkinan Kudungga merupakan seorang kepala suku yang mana 
pada saat pengaruh Hindu masuk, ia kemudian merombak sistem pemerintahannya 
menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja.  
Raja Aswawarman  
Ia merupakan salah dari keturunan Kudungga yang dikenal dengan sebutan Dewa 
Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman juga dikenal sebagai pendiri kerajaan Kutai 
sehingga dijuluki dengan gelar wangsakerta, yang berarti pembentuk keluarga.  
Dalam yupa disebutkan bahwa Aswawarman merupakan raja yang kuat serta cakap 
dan pada saat ia berkuasa wilayah Kutai bisa diperluas. Hal ini  dibuktikan dengan 
diadakannya pelaksanaan upacara Asmawedha.  
Informasi mengenai upacara ini  didapatkan dari India, ketika Raja Samudragupta 
berniat memperluas wilayah kekuasaannya. Dalam pelaksanaan upacara ini , 
dilakukan pelepasan kuda dengan tujuan menentukan batas yang menjadi kekuasaan 
kerajaan Kutai.  
Sampai sejauh manapun jika ada  tapak kaki kuda, maka sampai situlah batas 
kerajaan. Acara pelepasan kuda-kuda ini  juga diikuti oleh prajurit kerajaan.  
Tercatat bahwa Mulawarman merupakan raja yang paling berpengaruh dalam kerajaan 
Kutai dan hal ini ada  di yupa. Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan ketika 
berada di tangan Mulawarman dimana hampir wilayah Kalimantan Timur dikuasai.  
Kerajaan Kutai Martadipura diperkirakan berakhir ketika kerajaan Kutai Kartanegara 
berkuasa yang selanjutnya berubah menjadi kerajaan bercorak Islam, Kesultanan Kutai 
Kartanegara.  
Raja Mulawarman 
 
Mulawarman merupakan raja terbesar yang paling berpengaruh di kerajaan Kutai 
sekaligus cucu Kudungga dan anak dari Aswawarman. Ia bahkan menjadi ikon dari 
kerajaan ini . Pengaruh bahasa Sansekerta kental terasa di pemberian nama sang 
raja masyhur ini .  
Hubungan tiga generasi raja, yakni Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman dapat 
ditilik dari sebuah prasasti yupa. Transliterasi dari prasasti ini  ada  di dalam 
buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno buah karya Marwati Djoened 
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang berbunyi:  
“Sang maharaja Kudungga, yang amat mulia, memiliki putra masyhur, sang 
Aswawarman namanya, yang seperti angsuman (dewa matahari) menumbuhkan 
keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai tiga putra, seperti api 
(yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu yaitu  Sang Mulawarman, raja yang 
beradab baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri 
(selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri 
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana. 
I. Peninggalan Kerajaan Kutai 
a. Prasasti Yupa 
 
 
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari 
prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam 
prasasti ini ada  tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga 
aksara/huruf Pallawa. Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan 
Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. 
Secara garis besar prasasti ini  menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan 
budaya Kerajaan Kutai. 
 
b. Ketopong Sultan 
 
 
 
 
Ketopong yaitu  mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat 
dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum 
Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai 
Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman 
merupakan ketopong tiruan. 
c. Kalung Ciwa 
 
 
Peninggalan sejarah berikutnya yaitu  Kalung Ciwa yang ditemukan oleh 
pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang 
penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa 
masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta 
penobatan sultan baru. 
 
d. Kura-kura Emas 
 
 
Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura 
emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang 
memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah 
yang berada di hulu Sungai Mahakam. Dari riwayat yang diketahui benda ini 
merupakan persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja 
Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran ini  
untuk mempersunting sang putri. 
e. Pedang Sultan Kutai 
 
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang ada  ukiran 
gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian 
ujung pedang ada  hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus 
berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta. 
f. Keris Bukit Kang 
 
Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang 
Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari 
masyarakat menyebutkan bahwa putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam 
sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong ini  ada  bayi 
perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang. 
g. Singgasana Sultan 
 
 
 
Singgasana Sultan yaitu  salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih 
terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman. Pada zaman 
dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja 
Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul 
serta peraduan pengantin Kutai Keraton.