• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label lucu 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lucu 1. Tampilkan semua postingan

lucu 1

Kejadian ini saya alami 3 minggu lalu. Pada hari Minggu tepatnya, saya dan teman saya vacation ke Kota Tua Jakarta. Kami berangkat menggunakan kereta, dan tiba di Stasiun Kota. Hari mulai siang jam 11. Panas terik tidak menyurutkan masyarakat yang ingin menikmati Kota Tua.

Saya dan teman mendatangi taman Fatahillah, menakjubkan! Seperti di luar negeri. Dan keramaian pun tak menyurutkan “mereka” untuk menampakan diri. Entah kenapa, mata ini selalu tertuju pada restoran ayam cepat saji yang terkernal. Bagi yang sudah ke Kota pasti tahu namanya. Di bagian bawah gedung digunakan untuk restoran, sedangkan di bagian atas kosong.

Ada bagian jendela di lantai 2 yang tidak ada kacanya dan tidak ada daun jendela. Entah kenapa, seperti ada orang sedang berdiri di sana memperhatikan keramaian. Mungkin terasa terusik aku perhatikan sosok itu menoleh ke arah ku. Ya Allah, nooooo!!!

Pandangannya kosong tetapi ada rasa marah. Cepat-cepat aku mengalihkan mataku. Karena panasnya Jakarta, aku dan temanku memasuki museum sejarah Jakarta. Satu kata yang membuatku penasaran adalah, penjara bawah tanah.

Temanku ngga mau ikut ke penjara itu. Tapi entah kenapa seperti ada energi yang kuat menarik aku untuk masuk ke semua ruangan penjara. Ga tau kenapa, saat itu pengunjung ramai, tapi kenapa terasa sepi.

Pertama aku menuju ruang tahanan yg berada di sisi sebelah kiri. Sedih, gelap, pengap dan langit-langitnya begitu rendah. Di dalam ruangan penjara itu terdapat bulatan besi untuk borgol kaki. Dan aku lihat, di sisi kiri penjara ada orang yang sedang duduk.

Aku kira pengunjung, tapi kenapa ga pakai baju dan hanya mengenakan celana petani dan badannya kurus. Umurnya sekitar 20 tahunan.

Firasatku bekerja, ayo Nan cepat keluar! He’s not Human!

Dengan tergesa-gesa aku keluar dari ruangan penjara bawah tanah itu. Saat tiba di depan pintu penjara, aku mendengar suara laki-laki itu bicara “Apa salah saya sampai saya dibawa ke sini”!

Ga tau kenapa kaki ini sperti ada yang mendorong untuk masuk kembali ke dalam penjara. Benar saja, laki-laki itu masih duduk di situ dan dia langsung menatapku kembali. Dia bilang, “Apa salah saya!”

Terlihat raut wajah sedih tapi juga marah yang mendendam. Karena takut, aku lari kembali keluar. Dan yang aneh saat aku sampai diluar, kaki kiriku terasa berat. Untuk jalanpun harus aku seret-seret, dan terdengar bunyi rantai yang terseret.

Ya Allah, tolong saya, dalam hati. Semakin coba melangkah kaki ini semakin sakit dan berat juga terdengar suara rantai. Dengan terseret-seret aku segera menuju sekuriti yang sedang bertugas.

“Pak, tolong bantu saya,”

Sekuriti itu pun kebingungan.

“Ada apa Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

Lalu aku jawab,”Saya dari penjara bawah tanah Pak, kaki saya ada yang merantai”

Sekuriti itu pun langsung paham dan menghubungi temannnya. Aku pun dipapah menjauh dari penjara. Dan teman sekuriti yang tadi pun mengangkat kaki kiriku sambil membaca doa. Entah kenapa ada rasa sedih yang ga bisa diucap dan aku spontan menangis.

Tapi tiba-tiba aku seperti kembali ke masa lalu. Ada seorang anak muda dibawa oleh pasukan Belanda dan dijebloskan ke dalam penjara. Bukan hanya dia. Ada beberapa orang juga di sana. Penuh dan sesak. Pemuda itu meninggal dan tidak dimakamkan dengan selayaknya.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku…..

Ternyata bapak sekuriti. Saat aku lihat sekeliling, semua sudah hilang. Kakiku mulai terasa ringan. Aku ucapkan terima kasih pada sekuriti yang sudah membantuku.

Aku menarik kesimpulan, bahwa “dia”ingin menyampaikan pesan, kenapa gak salah tetapi dipenjara dan ingin dikebumikan dengan layak.

 
Tak henti gadis kecil itu berlari hingga tak sadar ia telah melewati sebuah sungai kecil,saat ia mulai sadar melewati sungai itu tiba’ dia melihat sebuah peti kecil berwarna coklat keemasan terbawa arus sungai. Kemudian ia mencoba mengambil peti tersebut dengan tongkat.saat dia berhasil mengambil benda itu dengan penasaran dibukanya peti itu perlahan.Terlihatlah sebuah boneka lucu dan secarik kertas bertuliskan “Ajak aku’ dan gambar anak panah menuju hutan”. Tanpa berfikir lagi gadis itu segera menutup kembali peti itu dan berlari menuju tempat asalnya.
 
Ketika dia mulai lelah berlari, ada suara yang memanggil gadis itu “Adel...” begitulah suara itu yang menyebut nama gadis kecil itu.Di liahtnya sosok yang mendekatinya dan sambil melambaikan tangan, namun orang tersebut adalah sosok yang di kenalnya. ”Adel...kemana saja kamu aku dan joni mencarimu kemana-mana” katanya. “Lea, joni”kataku menjawab dengan berteriak. ”Maafkan aku,,tanpa sadar aku berlari sampai ke sungai dan menemukan benda ini” kata gadis itu dan memperlihatkan isi di dalam peti tersebut. “wah cantik sekali bonekanya” kata Lea. “idih boneka udik kayak gitu di bilang cantik sih.sana buang” sinis joni. “gak mau” kata gadis kecil itu kmudian berlari kembali meninggalkan teman-temannya.

Malam harinya gadis itu mengeluarkan isi dari peti tersebut, dan kmudian dia menemuka sbuah sisir yang terukir nama “Maria”. “Mungkin ini boneka milik seorang gadis namanya Maria. Tapi kenapa dia membuang boneka ini?” Kata gadis itu dengan heran. Kemudian dia melihat kertas yang pernah ia lihat, dia terkejut saat dia melihat gambar anak panahnya berubah 180^ ke arah kanan yang mengarah ke hutan yang di datangi tadi.

Ketika dia tertidur tiba-tiba dia bermimpi. Di dalam mimpinya dia bertemu seorang gadis kecil yang sebaya dengannya dan gadis itu menunjuk kearah boneka yang di bawah Adel. “apa? Kamu mau boneka ini?” tanya Adel ke gadis itu. Namun gadis itu tak menjawab hanya mengganggukkan kepala. “ini ku berikan padamu “ kata adel dengan memberikan peti dan bonekanya. “Siapa namamu?”. Gadis itu tetap tak menjawab, dan kemudian membuka peeti itu, mengambil sisir dan memberikan kepada adel. “apa? Ini sisirmu? Jadi namamu Maria dan itu boneka milikmu?” tanya adel. 
 
Gadis itu hanya mengangguk dan kemudian memegang tangan Adel dan mengajaknya ke suatu tempat. “kita mau kemana?” tanya adel heran. Gadis itu kemudian menunjuk ke suatu rumah dan Adel tidak asing dengan rumah itu. “itu rumahmu?”. Gadis itu mengangguk. “ya sudah kamu cepetan pulang.nanti orang tuamu mencari”.Gadis itu berjalan menuju rumah itu dan kemudian masuk. Di perjalan saat adel pulang ada perasaan aneh,kemudian dia melihat sebuah peti yang sama persis seperti peti yang pernah dia temukan. “Kenapa dia membuangnya lagi?” pikir Adel. Kemudian dia mencoba mengambil peti itu. Saat telah terambil di bukanya peti itu,,bukan sebuah bonek yang dia temukan namun hanya secarik kertas yang bertuliskan “Terima Kasih”. Saat dia membaca tlisan itu tiba-tiba tulisan itu menjadi tulisan darah yang mengalir terus tanpa henti hingga membasah bajunya dan di suangai itu juga berubah menjadi darah yang mengalir deras. Sehingga membuat adel ketakutan dan menangis.

Tiba-tiba ada sosok tangan yang memegang pundaknya dan memanggil namanya. “Adel...Adel...bangun”kata suara itu.Lalu Adel terbangun dari mimpi itu.Namun nafas adel tersengal-sengal. Ternyata itu adalah tangan ibunya yang membangunkan adel, “Kamu kenapa adel,,Kamu mimpi buruk” tanya ibunya. “iya ma. Mimpinya serem ma” kata adel yang masih dengan nafas yang tidak teratur. Kemudian ia bangun dan di lihatnya boneka itu,namun boneka hilang beserta petinya.ia semakin heran. “nanti ikut ibu kerumah temen ibu ya,,anak teman ibu ada yang meninggal.”kata ibu adel. “Siapa nama anak teman ibu? “tanya adel di sela-sela nafasnya yang belum teratur. “Maria “jawab ibu. “apa Maria bu. Kenapa dia meninggal bu?”tanya adel. ”Katanya dia terbawa arus sungai .saat dia bermain-main di sungai itu.trus mayatnya di temukan dii hutan” Kata ibu.

Setibanya di rumah teman ibu adel. Adel melihat di sekeliling rumah, terlhat foto seorang gadis yang mirip dengan yang ada di mimpinya. “Ternyata itu benar Maria yang ada di mimpiku” pikirnya. Lalu tiba-tiba dia melihat sebuah benda yang benar-benar tak asing lagi. Yaitu sebuah peti yang pernah dia temukan. “Terrnyata tadi malam yang mengambil boneka itu benar-benar maria”.





Sama Dungunya
Sepasang suami-istri mempunyai seorang anak perempuan yang masih bayi. Seorang perantara datang mengunjungi mereka meminta untuk menjodohkan si bayi perempuan dengan seorang anak laki-laki yang berusia dua tahun.

Si ayah sangat marah mendengar pinangan ini. Katanya, "Anakku sekarang baru berusia satu tahun sedangkan anak laki-laki itu dua tahun. Kalau nanti usia anakku sepuluh tahun, maka anak laki-laki itu akan sudah berusia dua puluh tahun. Aku tak mau punya menantu yang usianya dua kali lipat usia anak perempuanku."

Begitu istrinya mendengar kata-kata itu, dia langsung berkata memperbaiki ucapan suaminya. "Ah, saya rasa Bapak salah. Anak perempuan kita sekarang berusia satu tahun, dan tahun depan usianya akan sama dengan usia anak laki-laki itu. Mereka akan menjadi pasangan yang sesuai! Terima sajalah pinangan itu."

 Mana yang lain?
Seorang laki-laki menggali sebuah patung Budha di kebunnya. Sambil terus menggali dia mengetuk-ngetuk kepala patung dari perunggu itu berkali-kali. 
"Kenapa kau ketuk-ketuk keningnya?" tanya orang yang melihat kejadian itu. 
"Aku bertanya kepadanya dan di mana ketujuh belas patung yang lain*. Supaya dia ingat, maka kuketuk-ketuk keningnya."

*Menurut dongeng Cina, patung Luo Han Budha berjumlah 18 buah.
 


Bukan Asal Bambu
Seorang laki-laki dari utara pada suatu kali mendapat kesempatan berkunjung ke selatan. Dia dijamu oleh tuan rumahnya dengan sayur rebung. Itulah untuk pertama kalinya si orang utara mencicipi makanan itu. Baginya terasa lezat sekali. Ketika dia bertanya makanan apa itu, tuan rumahnya menjawab bahwa itu adalah tunas bambu yang juga disebut rebung, yang akan menjadi pohon bambu kelak. 

Kembali ke rumahnya di utara, si orang utara sering ingin mencicipi kembali kelezatan makanan itu, akan tetapi dia tak berhasil menemukannya di daerahnya. Sampai pada suatu hari, dia gembira sekali mendengar istrinya akan menganyam bambu. Dia mengambil bambu itu sebagian lalu memasaknya. Akan tetapi berapa lama pun dia merebusnya, namun bambu itu tetap keras dan kaku. Akhirnya dengan marah di berkata. "Dasar orang selatan penipu. Rupanya waktu itu aku dikibulinya!"

 
Yang Paling Keras
Pada suatu hari A dan B mengobrol mengisi waktu. Mendadak A mengajukan pertanyaan, "Benda apa yang paling keras di dunia ini?" 
"Tentu besi,"jawab B.
"Ah, salah. Besi akan lebur kalau dipanaskan dengan api."
"Kalau begitu apa dong?" tanya B ingin tahu. 
"Kumis."
"Kumis?" tanya B bertambah heran. "Kenapa kau bilang kumis?"
A menjawab, "kurasa kau juga tahu, kumis bisa menembus kulit muka setebal apa pun."

 Taktik Saudara Tua
Dua laki-laki bersaudara kandung, sama-sama menanam padi. Setelah panen, si sulung berkata, "Untuk aku yang bagian atas, untuk kau yang bagian bawah."
Si bungsu berkata. "Ah, itu kan namanya tidak adil, Bang."
Akan tetapi si sulung cepat memotong. "Tahun depan kau ambil bagian atas, aku yang bagian bawah. Cukup adil, kan?"
Ketika tiba saatnya untuk menabur benih lagi, si bungsu mengajak abangnya untuk memulai menanam padi lagi. Akan tetapi abangnya menjawab. "Tahun ini kita tidak menanam padi melainkan keladi."

 

Bagi-bagi Sakit
Ada seorang laki-laki yang kakinya diserang penyakit kulit yang rasanya sakit sekali. Pada suatu hari laki-laki itu menyuruh salah seorang anggota keluarganya, "Tolong buatkan lubang di dinding itu," katanya. 

Setelah lubang dibuat menembus dinding, si laki-laki menjulurkan kakinya yang sakit sampai ke rumah tetangga. Dengan terheran-heran keluarganya bertanya,"Untuk apa Bapak berbuat begitu?" 
Laki-laki itu menjawab. "Karena kakiku sakit sekali, maka kujulurkan ke rumah tetangga supaya bisa berbagi sakit dengan mereka."

 


Dasar Kikir
Ada seorang laki-laki kikir sedang makan bersama kedua anak laki-lakinya. Setelah nasi dihidangkan anak laki-lakinya bertanya. "Dengan lauk apa kita akan memakan nasi ini, Pak?"

"Apa tidak kaulihat ikan asin yang tergantung di dinding itu?" kata si laki-laki kikir. "Lihat saja ikan itu satu kali setiap kali kalian menyuap nasi. Dan bayangkan kalian makan ini dengan berlauk ikan itu. Kan beres!"
Dengan tak banyak bicara lagi, mereka segera mulai makan. Akan tetapi tiba-tiba anak yang bungsu berkata. "Pak! Pak! Abang melihat ikan itu dua kali padahal nasi yang disuapnya hanya sekali!"

Mendengar itu, si laki-laki kikir marah sekali. Sambil membanting sumpit ke atas meja dia membentak. "Kau akan menyesal seumur hidupmu kalau garam ikan itu sampai membuat kau menjadi asinan seperti ikan itu juga!"

 

Sama Seperti Yang Lama
Bo Zi membeli beberapa meter kain. Lalu menyuruh istrinya untuk membuatkan baju baru untuknya. 

"Modelnya yang bagaimana, Pak?" tanya istrinya. 
"Sama saja seperti yang lama," jawab si suami sambil lalu saja. 

Setelah baju itu selesai dijahit, istri Bo Zi menggumpal-gumpalnya sampai kusut, lalu menjahitkan potongan-potongan kecil kain kumuh di bagian yang sama dengan pakaian yang lama. 

Melihat perbuatan istrinya itu, Bo Zi buru-buru merebut baju barunya itu. Lalu marah-marah sejadi-jadinya. 

Akan tetapi dengan tenang istrinya berkata. "Lha, Bapak bilang kan mau seperti yang lama. Jadi ya kubegitukanlah supaya sama."

 
Supaya Jangan Terpisah
Su Dong Bo* mengajak seorang temannya minum-minum di rumahnya. Sebagai kawan minum, dia juga menyajikan empat ekor burung goreng. Temannya sudah menghabiskan tiga ekor burung itu baru menyadari bahwa Su sama sekali belum makan apa-apa. Maka, dia menawarkan burung yang terakhir itu kepada Su Dong Bo. 
"Silahkan saja," jawab Su, supaya yang seekor ini tidak terpisah dari kawan-kawannya."

*Su Dong Bo adalah seorang sastrawan terkenal pada masa pemerintahan Dinasti Song. 
 

Yang Lain Enak-enakan Tidur
Ada seorang pemalas yang sama sekali tidak mau bekerja, karena itu lebih suka tinggal di rumah saja. Akan tetapi, karena sudah tak ada miliknya yang bisa dimakan, maka mau tak mau dia terpaksa bekerja juga dan untuk itu dia pergi ke kantor tenaga kerja. 

Di sana dengan gamblang dia menjelaskan bahwa yang diinginkannya hanyalah pekerjaan yang ringan-ringan saja. Setelah memaklumi apa maksudnya, petugas di kantor tenaga kerja itu berkata. "Sebaiknya kau menjadi penjaga kuburan saja. Kurasa, hanya itulah pekerjaan paling mudah yang bisa kami tawarkan untuk Anda."

Mendengar itu si pemalas segera pergi ke tempat kerjanya dengan hati gembira. Akan tetapi, tak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan muka cemberut. 
"Aku minta berhenti," katanya dengan ketus.
"Lho, kenapa?" tanya si petugas tenaga kerja.
"Mana adil itu! Di tempat kerjaku itu hanya aku satu-satunya makhluk yang harus berdiri, sedangkan yang lain enak-enakan berbaring.”

 

Buat apa?
Seorang pencuri diam-diam berhasil memasuki sebuah kamar. Dia mencari-cari barang yang berharga sampai ke sudut-sudut kamar itu, tetapi sia-sia saja. Akhirnya dia menyerah dan membuka pintu untuk pergi meninggalkan kamar itu. 

Akan tetapi ketika itulah tiba-tiba saja terdengar suara si pemilik rumah yang berkata dari tempat berbaringnya, "Hei, kau, tolong tutupkan pintunya kalau mau pergi."
"Ah, bikin apa? Aku toh tidak mendapat apa-apa di rumahmu ini. Kau rupanya orang pemalas."
"Untuk apa aku capek-capek kerja membeli barang-barang yang nantinya akan kau curi juga?"



Daripada Terbuang
Ayah dan anak laki-lakinya sedang mengangkat seguci arak, ketika tiba-tiba mereka terpeleset sehingga terjatuh. Dan guci arak yang mereka bawa tadi pecah.

Si ayah buru-buru bangkit dengan marah, tetapi anaknya tetap menungging sambil dengan rakus meneguk arak yang masih tersisa di dalam pecahan-pecahan guci. Lalu dia mengangkat kepala mengajak ayahnya untuk minum. "Kita tak perlu menunggu waktu makan kalau mau minum anggur kan, Pak?" katanya sambil cengengesan.

 

Sama Parahnya
Seorang laki-laki memakai sepasang sepatu yang bukan pasangannya: tapak sepatu yang satu tebal, sedangkan yang satu lagi tipis. Begitu mulai berjalan, dia menjadi kebingungan sendiri.
"Kenapa kakiku hari ini? Rasanya yang satu pendek yang satu panjang. Atau jalanannya yang tidak rata?"
Orang yang kebetulan lewat memperhatikan keadaan laki-laki itu lalu berkata. "Sepatu Bapak bukan pasangannya, Pak."

Mendengar ini si laki-laki segera menyuruh anak laki-lakinya untuk mengambilkan sepasang sepatu yang lain di rumah mereka. Si anak segera pergi memenuhi permintaan ayahnya, tetapi tak lama kemudian dia sudah kembali lagi tanpa membawa apa-apa. "Pak," teriaknya, "Percuma saja. Yang di rumah pun sama parahnya: yang satu tapaknya tebal sedangkan yang satu lagi tipis."

 

Sepatu Patungan
Dua bersaudara patungan membeli sepasang sepatu baru. Dengan perjanjian siapa yang pergi untuk mencari uang, boleh memakai sepatu itu. 

Karena abangnya kebetulan memang banyak usaha di luar rumah, maka dia sajalah yang terus-menerus memakai sepatu itu. Melihat kenyataan ini, adiknya jadi kesal sendiri. Dia menunggu waktu tidur tiba dan abangnya sudah lelap. Lalu diam-diam, dipakainya sepatu itu mondar-mandir di dalam rumahnya. 

Karena dipakai terus menerus tentu saja sepatu itu menjadi cepat rusak. 
Abangnya lalu kembali mengajak adiknya untuk membeli sepatu secara patungan lagi. Akan tetapi, ”Tidak, ah!” jawab adiknya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Sekarang, kalau malam aku kepingin tidur!” 

 

Tidak Sama Dong
Seorang pelajar akan mengikuti ujian negara di Istana. Dicekam kecemasan akan menghadapi ujian itu, dia sampai tak bisa makan tak bisa tidur. Dia takut kalau-kalau tidak berhasil membuat sajak yang bagus dalam ujian itu. Dan istrinya yang diam-diam memperhatikan kegelisahan suaminya, pada suatu kali berkata dengan suara lemah lembut. ”Aku tahu menulis sajak itu memang tidak mudah. Kurasa membuat sajak itu sama beratnya seperti wanita yang mau melahirkan.”
"Tetapi kurasa melahirkan jauh lebih mudah,” kata si pelajar sambil menarik napas panjang. 
“Kenapa kau bilang begitu?” tanya istrinya. 
“Sebelum melahirkan perutmu sudah berisi bayi, jadi kau tinggal mengeluarkannya saja. Sedangkan aku, sebelum membuat sajak tidak bisa mengisi kepalaku lebih dulu.”

 

Semua Manis
Pada suatu hari seorang pelayan disuruh majikannya membeli buah apel di pasar. ”Pilih yang manis-manis saja. Kau akan kuhukum kalau sampai ada yang asam,” pesan majikannya sebelum pelayan itu pergi.

Sampai di pasar, si pelayan mulai memilih apel yang akan dibelinya. Setelah dicicipinya segigit, barulah apel itu dimasukkannya ke dalam keranjang belanjaannya. Begitulah satu per satu sampai cukup pesanan majikannya. Tiba kembali di rumah, dia meletakkan keranjang berisi apel itu di atas meja, lalu berkata kepada majikannya. “Ini apelnya, Tuan, semua dijamin manis.” 

 


Enam Lebih Cepat
Seorang kurir kerajaan ditugaskan untuk menyampaikan sepucuk surat penting. Takut akan terlalu lambat kalau berjalan kaki, maka atasannya memberi pelayan itu seekor kuda. Akan tetapi si kurir tidak menunggangi kuda itu. Melainkan hanya berlari-lari saja di sampingnya. Orang yang melihat kejadian ini jadi terheran-heran lalu bertanya, ”Kenapa kau tidak menunggangi kuda itu kalau kau sedang terburu-buru?”
“Oh, oh,”jawab si kurir dengan napas terengah-engah, "Kuda ini kakinya empat dan larinya lebih kencang dari orang yang kakinya dua. Karena itu kalau kami lari bersama-sama kan bisa lebih kencang lagi.” 

 

Serba Tak Sabar
Seorang laki-laki yang tak sabaran pergi ke rumah makan. Begitu masuk dia langsung teriak. “Mengapa mi-ku belum dihidangkan juga?” Pelayang buru-buru menghidangkan makanan sambil berkata, ”Cepat, Pak, mangkuknya mau segera dicuci.” 

Pulang ke rumah si laki-laki tak sabaran berkata kepada istrinya. ”Rasanya aku mau mati menahan-nahan marah.”
Mendengar ini istrinya langsung menjawab. “Baiklah, kau mati aku kawin lagi.” Lalu buru-buru membungkus pakaiannya dan pergi meninggalkan suaminya. 

Sehari setelah menikah lagi, suami kedua si wanita berkata akan menceraikannya. Si wanita bertanya apa sebabnya. 
“Sebetulnya tidak ada apa-apa,”jawab suami barunya, ”Tetapi kita sudah satu malam kawin namun kau belum juga melahirkan anak untukku!”

 


Janggut Kuning
Ada seorang laki-laki berjanggut kuning yang sering menyombongkan diri kepada istrinya. “Laki-laki yang berjanggut kuning tak pernah kenal kata pengecut. Dia tak akan pernah tertipu atau takut digertak orang.” 

Akan tetapi pada suatu hari, setelah dipukuli orang berkali-kali, dengan kesakitan dia tertatih-tatih pulang ke rumahnya. Melihat keadaan suaminya yang begitu merana, istrinya jadi teringat dengan omongan besar suaminya, sehingga dia tak bisa menahan tawanya. Ketika si istri bertanya apa yang telah terjadi, laki-laki itu menjawab sambil meringis menahan sakit.”Walaupun janggutku kuning, tetapi lawanku berjanggut merah tua. Jadi jelas kalahlah aku.” 

 

Di Depan Kan Hujan Juga
Si dungu tetap melangkah dengan tenang-tenang walaupun hari sedang hujan. Orang-orang yang melihatnya segera berkata, ”Hei, ayo jalannya dipercepat, dong. Ini kan sedang hujan.”
“Ah, untuk apa buru-buru?” jawab si dungu tetap berleha-leha. “Di depan toh hujan juga.” 

 


Pantangan
Ada seorang laki-laki yang takut dan percaya sekali kepada pantangan. Ketika pada suatu kali menyelenggarakan pesta keluarga, dia mengecat seluruh rumahnya dengan warna merah. Dengan mengendarai kuda putih seorang tamu datang untuk mengucapkan selamat. 

Akan tetapi karena tuan rumah percaya bahwa warna putih akan membawa bencana maka dia melarang kuda putih tamunya itu untuk dimasukkan ke dalam kandang. 

Mendengar kejadian ini seorang pemuda mengecat mukanya dengan warna merah, baru mendatangi pesta itu untuk mengucapkan selamat. Si tuan rumah terheran-heran melihat tingkah pemuda itu lalu bertanya apa sebenarnya maksud pemuda itu. Dengan hormat si pemuda menjawab, “Kudengar Tuan tak suka dengan warna-warna yang pucat, karena itu aku tak berani datang kemari dengan muka berwarna putih!”

 

Obat Hidup Abadi
Seorang ahli obat yang sudah menjelang ajal mengerang di tempat tidurnya. “Kalaulah ada orang yang bisa menyelamatkan nyawaku, aku akan menghadiahinya dengan obat penyambung hidup. Orang yang memakan obat itu akan bisa hidup abadi. Oh, siapakah yang bisa menyelamatkan nyawaku?”

 
Anggur Mati
Tuan rumah yang sedang menjamu teman-temannya, tidak suka minum anggur. Karena itu dia hanya menyuguhi tamu-tamunya dengan air putih saja. 

Setelah makanan dan minuman dihidangkan, salah seorang tamu mengangkat gelas minumnya sambil mengucurkan air mata. Tentu saja si tuan rumah menjadi heran, lalu buru-buru bertanya, “Kau kuundang untuk bergembira makan bersama. Tetapi kenapa kau malah menangis?”

Si tamu menjawab, “Anggur merupakan cahaya kehidupanku, bagaikan nyawa bagiku. Tetapi sekarang dia sudah mati. Bagaimana aku tidak merasa sedih?”

“Ah, kau ini yang tidak-tidak saja,” kata tuan rumah sambil tersenyum. “Dimana pula ada anggur yang bisa mati.”
Tamunya menyambut dengan suara tajam, “Kalau anggur ini tidak mati, mengapa sudah tidak ada rasanya?.”

 
Bukannya Karena Berani
Seorang laki-laki yang sedang berjalan-jalan di pinggir kampung, tepergok dengan seekor harimau. Tunggang-langgang dia lari ke sebuah pohon dan langsung memanjatnya. 

Si harimau yang penasaran menunggui laki-laki itu di bawah pohon, melompat-lompat berusaha menjangkau laki-laki itu sambil terus mengaum. 

Karena takutnya, laki-laki itu menjadi lemas dan pegangannya terlepas. Jatuh tepat di punggung harimau tadi. Dan begitu jatuh, dia langsung memeluk tubuh harimau itu sekuat-kuatnya. 

Kaget dipeluk orang dari belakang, harimau itu terlonjak lalu lari dengan sekencang-kencangnya. Orang-orang kampung yang kebetulan melihat kejadian ini menjadi kagum kepada keberanian si laki-laki. Dengan penuh semangat mereka berteriak-teriak, “Hei, coba lihat laki-laki itu! Dia menunggangi harimau seperti orang sedang main kuda-kudaan saja!”

Si laki-laki yang masih seperti melekat di panggung harimau itu dengan suara ketakutan berkata. “Sudah dari tadi aku ingin turun, tetapi tak bisa...!”

 

Melukis Hantu
Di antara para sahabat Kaisar Kerajaan Qi*, ada seorang pelukis. Pada suatu hari Kaisar bertanya kepadanya, “Selama engkau menjadi pelukis, apa yang menurut pendapatmu paling sulit dilukis?”
“Anjing dan kuda,”jawab si pelukis. 
“Lalu apa yang paling mudah?”
“Hantu”
“Kepada begitu?” tanya Kaisar ingin tahu. 
“Anjing, kuda dan ternak lain sudah tak asing lagi bagi semua orang, sehingga dengan mudah mereka akan melihat kesalahan pada lukisan binatang-binatang itu. Sedangkan hantu tidak kelihatan. Tak ada orang yang pernah melihatnya, jadi tak ada orang tahu pasti bagaimana bentuknya. Karena itulah saya katakan yang paling mudah adalah melukis hantu.”

 

Kalau Uangnya Sih, Aman
Seorang laki-laki pergi ke pasar untuk membeli beras dengan membawa sejumlah uang perak. Malang nasibnya, dia kehilangan karung berasnya dalam perjalanannya. Tiba kembali di rumah, dia berkata kepada istrinya, “Hari ini pasar ramai sekali sehingga banyak orang yang kehilangan karung berasnya.”
“Kau kehilangan juga?” tanya istrinya menyelidik. 
“Ya.”
“Lalu uang perak kita?” tanya istrinya lagi dengan cemas. 
“Oh, kalau itu aman dan tetap bergemerincingan,”jawab suaminya cepat. “Soalnya tadi kuikat erat-erat di sudut karung beras kita.” 

 

Muka Licin
Pada suatu ketika, ada seorang pembesar kerajaan yang memelihara beberapa orang selir. Pada suatu hari dia berdiri di depan cermin dan menjadi risau melihat rambut di pelipisnya sudah beruban. Maka dipanggilnyalah semua istrinya untuk mencabuti uban itu. 

Akan tetapi yang dicabuti istrinya malah rambutnya yang masih hitam. Soalnya si istri tak mau membiarkan suaminya agar kelihatan lebih muda dan lebih tampan di mata para selirnya. Lalu masing-masing selir memilih sendiri rambut bagian mana yang menurut mereka pantas untuk dicabuti. Karena mereka bekerja giat sekali, maka dalam waktu singkat seluruh rambut di pelipis pembesar kerajaan itu habis dicabuti, demikian pula janggut dan kumisnya. 

Akhirnya yang tinggal pada diri laki-laki pembesar kerajaan itu hanyalah kepala dan wajah yang licin tak berambut sehelai pun. 

 

Kan Betul!
Dua orang kawan, yang seorang penyabar sekali sedangkan yang seorang lagi pemarah sekali, sedang menghangatkan badan di dekat tungku api pada suatu musim dingin. Melihat baju temannya disambar api, si penyabar yang lamban berkata dengan perlahan-lahan, “Aku mengetahui ada sesuatu yang terjadi dan sebenarnya aku ingin memberitahukan kejadian itu kepadamu. Tetapi aku masih ragu-ragu apakah aku harus mengatakannya kepadamu atau tidak. Kau ini cepat sekali naik darah dan kau pasti akan marah-marah kalau kuberi tahu tentang apa yang kuketahui itu. Tetapi kalau kau tidak kuberi tahu, maka kau pasti akan rugi sendiri.”

Temannya tentu saja malah menjadi ingin sekali mengetahui apa maksud kata-kata itu. Si lamban berpikir sejenak baru kemudian berkata sepatah demi sepatah. “Bajumu terbakar!”

Dengan kaget temannya terlompat bangun dan buru-buru mematikan api itu. Lalu dengan berang di berteriak kepada si lamban. “Kenapa tidak sedari tadi kaukatakan? Dasar tolol!!”
Si lamban dengan tetap tenang-tenang saja menjawab. 
“Tadi kan kubilang kau ini cepat naik darah dan ternyata yang kubilang itu tepat sekali!”

 


Malah Lebih Ganas
Iseng-iseng, seorang laki-laki mengalungkan tasbih Budha ke leher seekor kucing. Melihat ini, semua tikus yang ada di rumah itu menjadi gembira sekali. Segera tersebar kabar bahwa kucing sudah menjadi umat Budha sehingga dia tak akan mau makan daging lagi. Karena itu seluruh keluarga tikus, yang terdiri dari beberapa generasi, bermaksud bersama-sama mendatangi kucing untuk menyampaikan rasa hormat mereka. 

Melihat begitu banyaknya tikus, kucing hampir-hampir tak mampu menahan air liurnya agar jangan sampai menetes. Tanpa ragu-ragu lagi segera disambarnya seekor tikus, tak jadi soal baginya walaupun dia masih memakai tasbih Budha. Melihat kejadian ini, tikus-tikus yang lain langsung tunggang-langgang menyelamatkan diri, bertemperasan kian-kemari. Setelah aman, dengan masih terengah-engah ketakutan, salah seekor tikus itu berkata, "Oh Tuhan! Kucing itu rupanya bertambah ganas setelah makan sayur-sayuran saja!”

 
Kemukjizatan Labu Putih 
Seorang kaya yang kikir menggaji seorang guru untuk putranya, akan tetapi dia hanya menyuguhi guru itu labu putih setiap kali makan. Setelah hari demi hari berlalu, akhirnya guru itu menjadi bosan karena terus-menerus harus makan labu putih. Sehingga ditanyakannya kepada si orang kaya apakah keluarga mereka memang tidak makan yang lain kecuali hanya labu putih saja. Si orang kaya menjawab, “Di dalam keluarga kami, labu putih dihargai sekali. Sebab bukan saja rasanya lezat, tetapi juga sangat bermanfaat bagi mata. Semakin banyak kita memakannya, semakin tajam penglihatan kita.”

Pada suatu hari si orang kaya mendatangi ruangan belajar, dan heran melihat guru anaknya sedang berdiri di depan jendala melayangkan pandangan jauh entah ke mana, dengan sama sekali tidak memedulikan keadaan di sekelilingnya. Dengan perasaan sangat ingin tahu si orang kaya bertanya, “Ada apa Pak Guru?”
“Ah, tidak apa-apa. Saya hanya sedang menonton sandiwara di panggung di kota.” 
“Bagaimana Pak Guru bisa melihat sandiwara di tempat yang sejauh itu?”
“Tak lain berkat labu putih yang selalu Tuan hidangkan kepadaku setiap makan, maka sekarang mataku menjadi sebegitu tajamnya sehingga mampu melihat sampai sejauh ini!”

 
Cuma Bercanda, Kok
Seorang laki-laki yang sangat takut kepada istrinya, menggantung lukisan almarhumah yang belum lama meninggal dunia. Pada suatu hari ketika dia sedang memandangi lukisan itu, tiba-tiba dia teringat betapa kejamnya dulu sikap istrinya itu kepadanya. Kemarahan membakar dadanya dan dengan wajah merah padam dia mengacung-acungkan tinjunya ke lukisan itu. 

Tepat pada saat itu angin bertiup masuk sehingga lukisan almarhumah si istri bergoyang-goyang diterpanya. Dengan ketakutan si laki-laki buru-buru menurunkan tinjunya, dan sambil tersenyum ke lukisan itu, dia berkata dengan suara lemah-lembut.
“Ala, jangan marah dong. Aku cuma bercanda!”

 



Pancingan
Seorang ibu kesal sekali karena bayinya menangis terus-menerus tak mau tidur. Tiba-tiba melintas suatu gagasan di benaknya. Lalu, dengan suara sekeras-kerasnya dia berteriak. “Tolong ambilkan buku!” Mendengar teriakan itu buru-buru suaminya mengambilkan sebuah buku lalu bertanya, “Untuk apa?”
Si istri menjawab dengan kesal, “Kau selalu bersemangat walau sudah sampai berjam-jam mengobrol, tetapi akan berlangsung menguap dan mengantuk begitu mulai membaca buku. Jadi kurasa buku juga bisa membuat anak kita mengantuk dan tidur.”

 


Antara Bulan Dengan Matahari
Dua sahabat berdebat tentang bulan dan matahari. Mereka ingin tahu yang mana di antara kedua benda langit itu yang paling berguna bagi manusia. Akhirnya, mereka sampai pada suatu kesimpulan yang menyatakan, “Bulan dua kali lebih berguna bagi manusia sebab bulan terbit malam hari, pada saat manusia memang sedang membutuhkan cahaya. Sedangkan matahari hanya terbit siang hari, pada saat manusia sedang tidak membutuhkan cahaya.”

 


Tak Mau Kalah
Seorang laki-laki yang tak pernah mau kalah dari orang lain dalam soal apa pun, berpesan kepada pelayannya. “Kalau kau ngobrol dengan orang lain di luaran, jangan lupa membualkan soal rumahku supaya aku bertambah beken di mana-mana.” Dengan patuh si pelayan berjanji akan melaksanakan pesan majikannya itu. 

Pada suatu hari, ketika sedang disuruh pergi ke suatu tempat, si pelayan kebetulan mendengar ada orang yang sedang membicarakan tentang sebuah kuil yang baru dibangun. Tiba-tiba si pelayan memotong. “Ah, itu sih tidak ada istimewanya. Rumah majikanku pun sebesar kuil itu.” Ketika salah seorang di antara orang-orang yang sedang mengobrol itu mengatakan bahwa dia pernah melihat babi hutan yang besar sekali, si pelayan menyambut, “Itu sih tidak heran. Di rumah majikanku, tikus pun ada yang sebesar itu!” Ketika yang lain mengatakan bahwa di antara semua perut di dunia, perut sapi yang paling besar, dengan penuh semangat pelayan tadi berteriak, “Ah, bohong saja! Perut majikanku jauh lebih besar daripada perut sapi!”