• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label sejarah sumatera 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah sumatera 3. Tampilkan semua postingan

sejarah sumatera 3

diangkat pula dua orang besar kerajaan yaitu Tuan Marihat Si Tori 

Alam dan Tuan Sidep Manik Si Riahata. Mereka inilah yang diso￾dorkan oleh Belanda untuk menanctatangani Korte Verklaaring 

(Perj anjian Pendek) pad a 16 Ok tober 1907. 

Untuk memperkuat dasar hukum, pihak Belanda berusaha 

mengumpulkan pemuka-pemuka masyarakat di seluruh wilayah 

Kerajaan Siantar untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka 

menyetujui .Korte Verklaaring yang telah ditandatangani oleh Tuan 

Sari Alam dan Tuan Si Riahata. Pemuka-pemuka masyarakat ber￾jumla:h 38 orang dari seluruh daerah. Selanjutnya Tuan Sidep Ma￾nik ctan· Tuan Marihat diangkat pula sebagai mangkubumi sebab 

pada waktu itu Tuan Kadim, anak Sang Naualuh, masih di bawah 

umur. 

Sang Raja Naualuh dibuang ke Bengkalis dan meninggal tahun 

1914. Puteranya yang tertua, Tuan Kadim. oleh Pemerintah Be￾landa dititipkan di bawah pemeliharaan Pendeta Zending Guil￾laume di Negeri Purba agar jauh dari pengruh Agama Islam. Seba￾gai akibatnya kontroler Belanda itu langsung menjadi kepala pe￾merintahan Kerajaan Siantar. Dengan demikian lapanglah jalannya 

modal asing membuka perkebunan secara besar-besaran di sekitar 

Kota Siantar. Perusahan perkebunan yang pertama adalah Siantar 

Estate tahun 1908. Selanjutnya ibukota Simalungun dipindahkan ke Ko ta Perna tang Sian tar tahun 1912. 

Setelah beberapa tahun lamanya, Tuan Kadim yang dahulu 

beragama Islam mengubah namanya menjadi Tuan Waldemar Tu￾han Naga Huta. Ia mengubah agamanya dari Islam menjadi Agam a 

Kristen. Dengan ditandatanganinya perjanjian pendek Korte Ver￾klaaring 18 Mei 1916, diangkatlah ia menjadi raja Si~ntar. De￾ngan peristiwa ini maka Simalungun telah j atuh ke tangan Belanda. 

Peristiwa perlawanan Rondaheim di Simalungun terhadap Be￾landa rupanya mempunyai pengaruh ke daerah Tanah Karo. Di Da￾erah Linggu Julu dan Batukarang, seorang yang bernama Si f(jras, 

melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan ini mung￾kin mempunyai hubungan dengan usaha Belanda untuk merombak 

struktur pemerintahan Tanah Karo menurut keinginannya. Pembe￾rontakan ini kemudian dapat dipadarnkan • oleh Belanda pada 

9 Septermber 1904. Setelah perlawanan Si Kiras itu Belanda mulai 

membentuk struktur pemerintahan baru di Tanah Karo dengan 

menciptakan kekuasaan para sibayak. 

Bersamaan dengan gerakan Belanda di daerah Simalungun dan 

Asahan, 'cti daerah Deli dan Langkat timbul pula perlawanan pen￾duduk y.ang dipimpin oleh pemimpin mereka yang dikenal dengan 

Datuk Sunggal. Perang ini dapat dikatakan perlawanan penduduk 

terhadap Beland a sebab persen tuhan mere ka dengan unsur-unsur 

kebudayaan asing yang dibawa Belanda ke daerah mereka. Persen￾tuhan itu melahirkan perubahan nilai-nilai adat dan kebudayaan 

yang telal1 turun-temurun. Di pihak lain Belanda ingin segera me￾laksanakan segala struktur kehidupan baru menurut apa yang me￾reka inginkan agar tujuan mereka untuk melakukan perluasan pe￾nanaman modalnya dengan membuka perkebunan-perkebunan 

dapat dicapai. Untuk mencapai tujuanny a itu Belanda mengguna￾kan politik De Vide et Jmpera dengan mengadudomba raja-raj a 

seperti Sultan Deli dengan Datuk Sunggal. Sebenarnya antara 

kedua kerajaanitu masih ada hubungan keluarga. Untuk lebih jelas￾nya baiklah di bawah ini akan diuraikan Perang Sunggal. 

Sebagaimana telah dijelaskan, pada tahun 1862 Kerjaan Deli 

mengakui Akte van Erkenning sehingga dengan demikian Deli telah merupakan suatu daerah yang berada di bawah naungan Be￾landa. Pada waktu itu Kerajaan Dili telah berkembang sebab per￾dagangan dengan bangsa-bangsa asing sehingga kedudukannya 

sangat penting. sebab itu Belanda lekas-lekas memaksakan keraja￾an itu untuk mengakui kekuasaan Belanda. Setelah Belanda me￾nguasru Deli, pada tahun 1863 Nienhuys mendapat konsesi tanah 

untuk penanaman tembakau . 

Keberhasilan Nienhuys itu diikuti oleh penanam-penanam 

modal 1-ain sehingga timbullah beberapa perkebunan-perkebunan 

a.sing di sekitar Kota Medan , antara lain D eli Maatschappif dan 

Arendsburg. Timbulnya perkebunan-perkebunan tembakau di seki￾tar Medan menyebabkan banyaknya tanah yang berada di bawah 

kekuasaan Urung Em pat Suku yang berkuasa di sekitar Medan di￾jadikan kebun tembakau . 

Pernberian konsesi tanah-tanah oleh sultan Deli tidaklah· dila￾kukan musyawarah dengan pmpinan-pirnpinan urung ini , 

sedangkan dalam tatakrarna Kerajaan Deli kedudukan datuk-datuk 

pimpinan urung sangat menentukan dalam pernerin tahan. Kalau 

kita lihat dari sejarah berdirinya Kerajaan Deli, cikal-bakal dari ke￾rajaan itu sebenamya orang pendatang yang diternpatkan oleh Is￾kandar Muda dari Aceh sebagru panglirna Kerajaan Aceh menjadi 

yang dipertuan , sehingga tidak rnengherankan kedudukan wakil 

Keraj aan Aceh di Deli itu rnendapat penghormatan dari seluruh 

urung. 

Atas aktivitas wakil raja Aceh itu seluruh urung yang empat 

itu kemudian memeluk Agama Islam. Ikatan yang erat kernudian 

terjalin pula antara wakil dari Aceh yaitu Gotjah Pahlawan yang 

kernudian mengawini salah seorang puteri dari Datuk Sunggal. Se￾lain dari itu Datuk Sunggal juga rnernpunyai hak dalam rnenabal￾kan sultan Deli selain sebagai rnahapatih kerajaan . 

Kedudukan seperti ini mulru dilanggar setelah Belanda rnana￾namkan pengaruhnya di Deli. Ini rnerupakan suatu pelanggaran 

dari adat-istiadat dan tradisi Kerajaan Deli,terutarna dalam rnasalah 

penyewaan tanah-tanah yang berada dalam wilayah urung-urung 

ini . Seluruh pelanggaran terhadap adat-istiadat itu terjadi pada masa pemerintahan Datu Kecil, yaitu datuk yang menguasai 

Urung Sunggal dan lebih terkenal dengan Datuk Sunggal. 

Pada masa pemerintahan Datuk Sunggal inilah terjadi pertum￾buhan pekebunan Belanda sekitar Kerajaan Deli. Pertumbuhan 

perkebunan-perkebunan ini  melahirkan kegoncangan-kegon￾cangan dalam kehidupan masyarakat di Kerjaan Deli terutama pa￾da daerah "Urung Empat Suku" atau disebut kemudian daerah 

datuk-datuk yang empat. 

Kegoncangan itu disebabkan rakyat Sunggal melihat di sekeliling mereka Deli dan 

langkat : tanah-tanah rakyat yang sµbur diberikan untuk konsesi perkebunan tembakau 

kepada maskapai-mask~ai asing sellan~ keuntungan tidak diberikan kepada rakyag 

di situ, mulailah Sunggal berjaga-jaga dan menentang cara-cara 1tu ... . . . . .. . . . . 

Contoh di atas merupakan suatu gambaraan dari keadaan di 

urung yang dikuasai oleh Datuk Sunggal. Perasaan tidak puas rak￾yat pada daerah ini  juga disebabkan oleh perusakan tata 

kehidupan masyarakatnya. Sejak adanya perkebunan-perkebunan 

di sekitar kediarnan penduduk, lahirlah suatu kelompok masyara￾kat yang asing bagi penduduk. Beland a mendatangkan buruh￾buruh dari Negari Cina dan India untuk pembukaan perkebunan 

tembakau itu. Kehidupan masyarakat asing yang berada di dekat 

desa-desa penduduk sering melahirkan gangguan-gangguan pada 

desanya seperti kebiasaan berjudi, minuman keras, dan lain-lain. 

Hal inilah yang sangat menggelisahkan penduduk. Seluruh 

keadaan ini diharapkan penduduk dapat diakhiri dengan mela￾nyapkan pengaruh Belanda dari daerahnya melalui perlawanan 

bersenjata. Datuk Sunggal mengetahui bagaimana perasaan rakyat￾nya pada waktu itu sehingga ia mengadakan persiapan-persiapan 

untuk mengusir Belanda dari daerahnya dengan mendirikan ben￾teng-benteng pertahanan dan mengadakan kesiapsiagaan pasukan￾nya. Tindakan dari Datuk Sunggal itu mendapat dukungan 

dari masyarakat Batak Karo di Pegunungan, sebab penduduk 

yang mendiami daerah urung empat suku itu adalah suku bangsa 

Karo yang masih mempunyai ikatan kelu arga walaupun mereka te￾lah memeluk Agarna Islam. Melihat kesiapsiagaan Datuk Sunggal ini , Belanda yang 

mempunyai kepentingan dalam penanaman modalnya di Deli segera 

mendatangkan pasukannya dari Jawa sebelum keadaan ini  

menjadi lebih parah. Pada 15 Mei 1872 datanglah pasukan ekspe￾disi Belanda yang pertama dipimpin oleh Kapten W. Koops. Belan￾da bersama dengan pasukan Kerajaan Deli sebagai penunjuk jalan, 

mulai melakukan penyerbuan ke daerah perbentengan Sunggal 

sehingga terjadilah Perang Sunggal. Dalam peperangan ini para 

pejuang dari Datuk Sunggal tidak hanya bertahan tetapi juga me￾lakukan penyerangan-penyerangan . Mereka membakar bangsal￾bangsal tembakau dan mengganggu pekerjaan buru-buruh per￾kebunan agar apa yang diharapkan Belanda tidak dapat tercapai. 

sebab serangan-serangan ini pihak perkebunan Belanda me￾ngalami kesulitan. Pasukan ekspedisi yang didatangkannya tidak 

dapat mengatasi keadaan. Bahan makanan yang selama ini dida￾tangkan dari daerah pedesaan tidak dapat masuk ke kota dan 

perkebunan. Untuk mengatasi ini Belanda terpaksa mendatangkan 

beras dari Penang. Sementara itu kegiatan dari pejuang-pejuang 

Datuk Sunggal n:elahirkan perang urat syaraf sehingga Belanda 

harus terus-menems berjaga-jaga. 

Untuk mempercepat berakhirnya perang ini Belanda mengirim 

lagi ekspedisiny_a yang kedua. Pasukan ini lebih banyak dari yang 

pertama serta dipimpin oleh Letnan Kolonel Von Homracht. 

Persenjataannya lebih lengkap dari pasukan pertama sebab dileng￾kapi . oleh artileri berkuda. Pasukan ini bertujuan untuk mengada￾kan penyerahan ke kubu-kubu pertahanan Sunggal, tidak saja di 

daerah Sunggal tetapi juga di daerah pedalaman dan di daerah 

Karo. 

Perlawanan Datuk Sunggal yang dibantu oleh penduduk pe￾dalaman itu sangat memusingkanBelanda sehingga Belanda menco￾ba un tuk mencari kubu-kubu pertahanan Sunggal. Untuk tujuan 

ini  diperlukan meriam-meriam yang dapat menghancurkan 

kubu-kubu ini . Walaupun demikian perlawanan dari pasukan 

Sunggal tidak dapat_ dipatahkan oleh Belanda. Berbagai siasat di￾lakukan Belanda untuk mengamankan daerah sekitar Beli-, tetapi 

tidak membawa hasil. Dengan suatu tipu muslihatnya Belanda me-ngajak Datuk Kecil atau lebih terkenal lagi dengan Datuk Sunggal 

un tuk berunding menyelesaikan segala pe rbedaan pendapat. 

Usu! itu disetujui oleh Datuk Sunggal dan perundingan dilaku￾kan pada 5 Oktober 1872 . Dalam perundingan itu Belanda mela￾kukan suatu tindakan yang licik. Perundin gan tidak diadakan , dan 

Belanda mengatakan bahwa Datuk Sunggal sekarang menjadi ta￾wanan Belanda. Tindakan Belanda yang merupakan tipu muslihat 

ini berhasil dan Datuk Sunggal bersama putera-puteranya kemu￾dian dibuang ke Cilacap berdasarkan putusan dari gubernur jende￾ral Belanda yang berkedudukan di Batavia. 

Dengan ditawannya Datuk Kecil maka Datuk Badiuzzaman 

juga ditangkap dengan tipu muslihat Belan da dan dibuang pula ke 

Cianjur. Dengan ditangkapnya tokoh-tokoh Perang Sunggal ini 

Perang Sunggal pun beakhir pad a tahun 1873, tetapi secara kecil￾kecilan masih terus terjadi perlawanan te rhadap Belanda tidak saja 

di Deli tetapi juga dibagikan lain dari wilayah Sumatera Timur, 

misalnya di Asahan dan Sumalungun seperti telah diuraikan di 

atas. 

Untuk mengamankan daerah perkebunan yang vitas di Suma￾te ra Timur terutama di Deli. pihak perkebunan Belanda me￾ngusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar suku-suku 

itu dipecah-pecah sehingga mudah dapat dikuasai. Daerah Deli 

y ang banyak hubungannya dengan daerah Karo di pegunungan di￾pecah sebab mereka itu sebenamyya su atu keturunan . 

Untuk melakukan ha! itu perlu dipercepat pengembangan 

Agama Kristen di daerah ini . Pemisahan satu suku tersebu t 

dal im du a agama yang berlainan memu dahkan Belanda untuk 

menguasai daerah ini sehingga perkebunan Belanda dapat aman . 

Usu! ini dapat diterima Belanda sehingga setelah peperangan yang 

melanda daerah Sumatera Timur dan Tap anuli berakhir, Belanda 

mengirimkan missi Nederlandsch e Zending Genvotschap untuk 

mengem bangkan Agama Kristen di Da taran Tinggi Karo. 

J urang pemisah itu semakin meluas sebab di daerah pesisir· Belanda 

mendukung tindakan kebijaksanaan raja-raja yang hanya meneri￾ma pe~awainya tidak bermarga. Penduduk pesisir kemudian me￾nanggalkan marganya agar dapat menjadi warga dari kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur seperti Deli dan Serdang dan Langkat. 

Keadaan ini melahirkan pertentangan antara penduduk pantai 

dengan daerah pedalaman, tetapi dengan politik pecah belahnya 

Belanda berhasil berkuasa daerah Sumatera Timur. 

3.3.2 Periode 1907 - 1945 

Dengan berakhimya Perang Sisingamangaraja, perlawanan 

yang bersifat fisik di Sumatera Utara boleh dikatakan berakhir, 

baik di Tapanuli maupun di Sumatera Timur. Sebaliknya Belanda 

sekarang mulai melakukan konsolidasi dan mengembangkan pe￾merintahannya. Sebagaimana telah diuraikan, Belanda mengubah 

struktur pemerintahan pada beberapa daerah 9ntuk kelancaran 

jalannya administrasi pemerin tahannya. 

Sebaliknya rakyat di Sumatera Utara juga mengadakan sua!u 

perubahan dalam perjuangan menghadapi penjajahan Belanda. Pe￾ngembangan pemerintahan Belanda dan menyebarkan kebudayaan 

Barat di kalangan bangsa Indonesia untuk mengubah cara-cara per￾juangannya menghadapi penjajahan. Kegagalan-kegagalan yang ter￾jadi dalam perlawanan terhadap penjajahan di Sumatera Utara me￾lahi.rkan suatu kesatuan yang lebih kuat walaupun Belanda men￾coba memecahbelah bangsa Indonesia. 

Setelah Belanda berkuasa di Sumatera Utara, tindakan-tindakan￾nya semakin menimbulkan kebencian penduduk. Di daerah 

perkebunan, mereka melakukan tindakan semena-mena. Banyak 

buruh yang didatangkan dari Jawa bukan dengan sukarela tetapi 

sebab berbagai tipu muslihat yang dilakukan Belanda. Banyak 

buruh yang didatangkan itu berasal dari keluarga yang mampu 

tetapi sampai ke Deli sebab kena tipu oleh perusahaan-perusahaan 

yang menyediakan buruh-bumh perkebunan. 

Keadaan sosial mereka pun sangat buruk. Perumahan berupa 

bangsal dan gaji kecil. Penguasa lokal mereka sebut tuan besar. 

Buruh perkebunan tidak mungkin pula pindah dari tempat ke￾diamannya sebab setiap kali menerima gaji di perkebunan perke￾bunan itu diadakan pula perjudian. Dengan demikian buruh itu 

tetap tinggal di ke bun sampai tua. 

Sering pula tuan-tuan kebun menggunakan kekerasan dengan memukul buruhnya apabila terjadi kesalahan. Agar buruh patuh, 

mereka diawasi pula dengan centeng (untuk buruh-buruh Indone￾sia) sedang untuk buruh Cina disebut tandil. Untuk mencapai pe r￾satuan nasional, di Sumatera Utara mulai tumbuh organisasi￾organisasi yang bersifat sosial, agama, dan yang bersifat nasional. 

Perlawanan rakyat yang bersifat nasional menghadapi ko￾lonialisme Belanda adalah sebagai akibat dari perkembangan sarana 

y ang diadakan oleh Belanda send.iii. Sarana itu bersifat pendidikan 

maupun bersifat keagamaan. Tujuan Belanda mengembangkan 

Agama Kristen untuk benteng bagi kolonialismenya temyata juga 

tidak sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh dapat ter￾lihat dari uraian berikut. 

3.3.2.1. Hatopan Kristen Batak 

Ha topan Kristen Batak didirikan di Balige pada tahun 1917. 

Organisasi ini didirikan untuk mempersa tukan orang-orang Kristen 

Batak dan memajukan para anggotanya. Sebenamya tujuan u ta￾manya adalah mempertahankan daerah-daerah pertanian orang￾orang Batak agar jangan dicaplok oleh pemerintah kolonial. 

Dalam perjuangan ini HKB melihat dari sudut ekonomi dan 

<;osial. sedang lending melihatnya dari sudut keagamaan. l ending 

RMG berpendapat bahwa penduduk yan g mengalihkan perhatian￾nya pada kegiatan perkebunan maka kegiatan beragama akan ku￾rang. HKB melihat bahwa perkembangan perkebunan akan melahir￾kan kemel'!fatan rakyat sebab tanah-tanah yang subur akan 

jatuh menjadi milik perkebunan dengan adanya erfpacht 

Untuk mengetahui perkembangan Hatopan Kristen Batak. kita 

harus mengetahui pula riwayat hidup dari pendirinya yaitu M.H. 

Manullang, sebab organisasi ini tumbuh sej alan dengan kehidupan 

tokoh M.H. Manullang sendiri. Ia pernah rnenjadi pegawai di sekcr 

!ah l ending Naromunda dan pada tahun 1905 dan berrnukim di 

Padang. 

Keadaan buruh di perkebunan yang menyedihkan itu menye￾babkan banyak perlawanan-perlawanan terhadap rnajikannya, kadang-kadang dengan kekerasan. Kekerasan yang dilakukan bu￾ruh itu sampai-sampai merupakan pembunuhan terhadap tuan￾tuan kebun. Walaupun ganjaran hukumnya berat, yaitu hukuman 

mati, tetapi hal itu tidak dihiraukan. Seterusnya bagi buruh-buruh 

wanita yang cantik-cantik dijadikan sebagai pekerja di rumah￾rumah tu an kebun dan dijadikan nyai (isteri tanpa nikah). Jadi je￾laslah bahwa cti kebun-kebun sama sekali tak dikenal perikemanu￾siaan. 

Selanjutnya penduduk desa diwajibkan membayar pajak￾pajak atau kerja rodi , sedang penghasilannya tidak mencukupi 

sebab mereka sebagian tinggal di daerah daerah yang kurang ke￾su buran tanahnya. Petugas-petugas kerajaan dengan berat hati 

terpaksa melakukan pemungutan pajak-pajak sebab mereka 

takut akan kena damprat dari atasannya yang telah ketakutan 

kepada Belanda. Pembuangan-pembuangan yang dilakukan Be￾landa terhadap raja-raja yang ingkar menghantui mereka . 

Suasana demikian memberikan dasar bagi lahimya perjuangan 

dalam bentuk ba:r:!J. Persatuan haruslah dilaksanakan dan tidak 

mungkin lagi perjuangan terpisah-pisah serta tujuan untuk ke￾bebasan dari penderitaan hanyalah dengan menghapus￾kan penjajahan Belanda di Sumatera Utara. Dengan adanya perke￾bunan-perkebunan, penduduk tidak lagi terdiri atas satu suku te￾tapi telah merupakan kumpulan dari berbagai suku. sebab itu 

perjuangan bertujuan untuk melepaskan penderitaan yang diha￾ersama . Perjuangan pada periode ini lebih bersifat nasional 

dan politis. Perjuangan yang bersifat nasional ini sejalan dengan per￾juangan yang terjadi di Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia , 

dan mungkin Sumatera Utara agak lebih menonjol ketimbang di 

daerah lainnya di Sumatera . Manullang bekerja pada suatu per￾cetakan dan menerbitkan surat kabar yang berbahasa daerah, 

Binsar Sinondang Batak. Kemudian ia kembali pula ke Pearaja se￾bagai pusat Zending pada waktu itu dan mengajar di sana. 

Pengalaman-pengalaman selama Manullang berada di Padang 

sangat menentukan hidupnya kemudian, sebab di sana ia ber￾kenalan dengan dunia yang lebih luas, yaitu kehidupan masya￾rakat Indonesia. Di Padang waktu itu telah ada pula surat kabar yang berbahasa Melayu (bahasa Indonesia) di mana salah seorang 

pimpinan staf redaksinya seorang yang berasal dari T apanuli Se￾la tan, yaitu Ya Endar. Di sini ia memperoleh pengarahan dalam 

perjuangannya. Segala pengalamannya di Padang kemudian dite￾ruskan kepada murid-muridnya. Manula ng hijrah ke Singapura . 

dan akhirnya menetap di Bogar. memimpi n suatu asrama sekolah 

Methodist. Di sini ia mulai mendapat pengalaman baru sebab 

waktu itu di Pulau Jawa telah pula bersemi pergerakan kebang￾saan. Dengan semangat kebangsaan yang tumbuh dalam jiwanya , 

ia kembali ke Tapanuli. 

Dengan bekal yang cukup itulah Manullang mendirikan Hoto￾pan Kristen Batak di Tapanuli. sebab semangat kebangsaan 

yang dimilikinya itu dalam waktu yan g singkat organisasi itu 

mendapat simpati dari masyarakat setempat. Sesudah kongresnya 

yang pertama di Balige pada tahun 1918, terbentulah cabang￾cabangnya di sekitar daerah Toba dan Silindung. 

Dalam kegiatannya pada taraf pertama organisasi ini Jebih 

menggiatkan pembukaan sekolah-sekolah dan perbaikan irigasi 

rakyat. Dalam suatu kesempatan, H.M. Manullang menghadap 

gubernur jenderal di Batavia dan memin ta agar pendidikan, kese￾hatan, dan irigasi diperbaiki di Tapanuli. Inisiatif H.M. Manul￾Jang dengan HKB tidak menyenangkan pihak lending sehingga 

ia dituduh menjadi anggota Insulinde yang berpusat di Jawa dan 

bersifat kebangsaan. 

Tuduhan ini memang dapat terjadi sebab pihak lending me￾rasa mengalami persaingan dengan tindak -tanduk HKB itu. Tentu 

saja kegiatan-kegiatan HKB di bidang sosial dan ekonomi seperti 

penurunan pajak dan hal-hal yang telah dikemukakan di atas me￾nyebabkan pihak pemerintah mulai mencurigai H.M. Manullang 

dengan organisasi HKB-nya. 

Suatu perjuangan organisasi HKB yang sangat menarik simpa￾ti rakyat adalah mengenai persoalan tanah di Pangaribuan. Di dae￾rah ini  pemerintah memberikan izin untuk mendirikan 

perkebunan-perkebunan. Hal ini menggelisahkan penduduk , se￾hingga Manullang pergi ke Batavia menghadap gubernur jenderal untuk minta agar masalah itu ditinjau kembali. Akibat petisi itu 

gubernur jenderal membentuk suatu panitia untuk menyelidiki 

persoalan ini . Panitia itu kemudian memberikan laporan bah￾wa keberatan penduduk itu tidak realistis sehinga perkebunan 

yang akan didirikan berjalan terus. 

sebab kegagalan dalam perjuangannya itu , dalam kongres 

tahun 1920 Manullang tidak terpilih lagi sebagai ketua. Kemudian 

ia hanya menulis artikel-artikel pada majalah Pustaka. sebab tu￾lisan-tulisannya itu ia kemudian ditangkap Belanda dan dijatuhi 

hukuman limabelas bulan penjara. Setelah keluar dari penjara, 

Manullang meneruskan memperjuangkan cita-cita kebangsaan 

yang pada masa itu sedang menonjol. 

3.3 .2 .2 Perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda melalui salur￾an Pendidikan 

Untuk mengokohkan penjajahan di Sumatera Utara, Belanda 

mengembangkan sarana pendidikan. Apalagi kebutuhan-kebutuhan 

akan tenaga kerja yang terdidik diperlukan Belanda untuk mengisi 

pemerintahan .maupun perusahaan-perusahaan Belanda. Pembuka￾an sekolah-sekolah Volkshool. Ver vpgschool, Holand's Inlandshe 

S chool, Mula d·an HBS di Sumatera Utara bukanlah untuk mem￾perbaiki kehidupan bangsa Indonesia, tetapi kalau diteliti hanyalah 

urttu,k kepentingan Belanda saja , sebab hanya beberapa orang In￾donesia yang kemudian mencapai tingkat HBS walaupun bangsa 

Indonesia merupakan mayoritas. Melihat perkembangan keadaan 

ini  akan melahirkan ketimpangan dalam kehidupan ma￾syarakat penduduk di Sumatera Utara, dari kalangan bangsa Indo￾nesia kemudian timbul kesadaran-kesadaran 1.mtuk meningkatkan 

!em baga-lembaga pendidikan. 

Kenyataan-kenyataan itu melahirkan suatu inisiatif bagi pe￾muka-pemuka bangsa Indonesia bagi yang bergerak dalam bidang 

agama maupun dalam bidang politik dan dunia dagang untuk 

mebentuk lembaga pendidikan yang bersifat nasional maupun 

yang bersifat agama. Pendidikan yang bersifat nasional mengha￾rapkan agar dari kalangan peiajar itu nantinya akan lahir kader-kader yang dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia untuk 

mencapai kemerdekaannya. Di samping itu mereka pun dapat 

diharapkan sebagai kelompok yang akan meneruskan kebudayaan 

bangsanya. Dalam kalangan agama dapa t tumbuh golongan cerdik￾cendekiawan yang berorientasi kepada agama dan bersikap cinta 

terhadap tanah air. Pertumbuhan pendidikan ini sejalan pula 

dengan lahirnya organisasi politik sekitar tahun-tahun duapuluh. 

Atas azas inilah maka di tahun 1929 berdiri perguruan Taman 

Siswa yang disponsori oleh Ki Sugondo Kartoprojo. Perguruan ini 

bermula dari perguruan yang belum te rorganisasi. sebab banyak￾nya transmigran dari Jawa. di Sumatera Utara dibuka perguruan 

Budi Utomo. Kemudian setelah Pergerakan Nasional Indonesia 

berada di puncaknya, berubahlah nama perguruan ini  dengan 

Taman Siswa. Perguruan ini tersebar luas di Sumatera Utara 

dan berkembang di daerah-daerah di mana banyak berdiam sul<_u 

bangsa Jawa. Perkembangannya 'pun pesat sebab bersifat nasional. 

Politik pendidikan yang dijalankan Taman Siswa mengikuti 

politik dari Taman Siswa pusat. sebab it u Taman Siswa di daerah 

mengalami keadaan yang sama dengan keadaan di pusat. Ban yak 

guru yang ditangkap sebab melanggar peraturan-peraturan pendi￾dikan Belanda. Walaupun demikian Taman Siswa dapat ber~em￾bang dan berpengaruh di daerah-daerah, malahan sampai ke pe￾losok-pelosok yang tidak ada sekolah yang diadakan oleh Pemerin￾tah Belanda. 

Berbeda dengan sekolah yang dididik an oleh Pemerintah Be￾landa di mana anak-anak didik sebagai ambtenar, di Taman Siswa 

anak-anak itu diajarkan cinta tanah air dan budaya bangsa. Watak 

yang lahir dari pelajar-pelajar Taman Siswa adalah manusia demo￾kratis dan cinta tanah air. 

Menyusul Taman Siswa ini berdiri pula perguruan-perguruan 

lain yang bersifat nasional. Walaupun dalam garis pendidikan me￾reka tidak radikal seperti Taman Siswa , namun unsur-unsur nasio￾nalis merupakan dasar dari pendidkan itu. Perguruan-perguruan 

itu semuanya didirikan dengan tujuan memajukan bangsa Indo￾nesia melalui jalur pendidikan; dengan demikian proses untuk 

mencapai kemerdekaan akan lebih singkat. Berdasarkan prinsip itulah maka pada tahun 1930 lahir bebe￾rapa perguruan seperti Yosua Jnstituut, di Kota Medan yang dipirn￾pin oleh seorang pendidik yaitu G.B. Yosua. Demikian juga Mo￾hammad Noeh mendirikan Instituut Voor Neutrale Onderwijs 

pada ta~~n 1930. Pada tahun yang sama berdiri pula Perguruan 

Kota di bawah pirnpinan Noenar S. Hamijoyo. 

Di kota-kota seperti Pematangsiantar berdiri pula perguruan 

Bumi Putera yang diasuh oleh beberapa tokoh terkemuka 

bangsa Indonesia yang berdomisili di Pematangsiantar. Tokoh-to￾koh itu adalah dr. Machmud Hamzah, drh. Musa, dan lain-lain. 

Perguruan ini didirJ<:an pada tahun 1935. Di Kota Balige yang 

meupakan ternpat tumbuhnya Hatopan Kristen Batak dan sebagai 

tempat tumbuhnya kelembagaan dari pergerakan nasional di 

Tapanuli lahir pula Schakel School yang disahkan oleh pedagang￾pedagang priburni yang disebut Handel Vereniging Batak. 

Dengan adanya pendidikan yang berhaluan nasional, rnaka 

lahirlah tokoh-tolrnh yang berjiwa nasional yang hidup dalarn ma￾syarakat. Merka inilah pemimpin-pemimpin yang menggerakan 

masyarakat. Dalam perjuangan kemerdekaan di Sumatera Utara , 

peranan pemimpin-pemimpin ini sangat penting sekali. 

Selain pendidikan yang bersifat nasional, di Sumatera Utara 

lahir pula pendidikan agama. Perkembangan Agama Islam yang 

tidak begitu mendapat dukungan dari Pemerintah Belanda i;ne￾nyebabkan di kalangan umat beragama Islam di Sumatera Utara 

membentuk kader-kader penerus. Perkembangan pendidikan 

Islam di Sumatera Utara ini semakin meluas sejak di Mesir timbul 

gerakan pembaharuan dalam Islam atau reformisme. Banyak tokoh 

ulama yang mendapat pendidikan dari Al Azhar dim mengge￾rakkan pula pembaharuan itu di Sumatera Utara. 

Pembaharuan yang lahir di Mesir itu membangkitkan perla￾wanan umat Islam terhadap penjajahan. Kebangkitan itu juga 

secara tidak langsung melahirkan suatu penyuburan terhadap ge￾rakan umat Islam dalam menentang penjajahan di Sumatera Utara. 

Gerakan reformis itu muncul di Sumatera Utara dalam bentuk 

organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Al Jarniyatul . 

Washliyah, dan Al ltihadiyah. Dalam kegiatan organisasi itu tumbuhlah pendidikan-pendidikan yang mengasuh anak-anak didik 

dalam pendidikan yang bersifat modern dan berjiwa Islam. Walau￾pun pendidikan itu berbentuk madrasah a tau pesantren. mereka ju￾ga mengajarkan ilmu pengetahuan yang menyangkut hal-hal kedu￾niawan . Dalam setiap pelajaran dijajark an juga pengetahuan-pe￾netahuan umum dan guru-guru mereka banyak yang berasal dari 

kalangan tokoh-tokoh kebangsaan . 

3.3.2.3 Pergerakan Nasional di Sumatera Utara 

Sebagaimana telah diuraikan di muk a di Sumatera Timur pada 

abad ke 20 telah tumbuh perkebunan-perkebunan yang sebagian 

besar adalah milik pengusaha Belanda. Keadaan perkebunan yang 

berkembang dengan pesatnya itu melahirkan situasi sosial yan g 

baru pula bagi masyarakat di Sumatera Timur khususnya dan 

Sumatera Utara umumnya. 

Penduduk Sumatera Utara yang dah ulu merupakan kelom￾pok yang tidak banyak berbeda antara satu dengan lainnya , seka￾rang telah mengalami perubahan dan tidak hanya berbeda suku 

bangsa tetapi telah pula bercampur da lam berbagai jenis bangsa 

pula. Di antara bangsa-bangsa itu bangsa Belanda yang paling 

dominan sebab mereka berkuasa. Mereka mempunyai kehidupan 

sosial dan ekonomi yang sangat baik dan Jauh melebihi kehidupan 

bangsa Indonesia umumnya. 

Jurang pemisah ini telah melahirkan beberapa gejolak sosial 

di perkebunan-perkebunan yang dikuasai Belanda. Gejolak-gejolak 

sosial ini misalnya pembunuhan terhada p tuan-tuan kebun sebagai 

rasa tidak puas terhadap perlakuan tuan kebun. Untuk mengatasi 

kejadian-kejadian , maka di setiap kebun ditempatkan seorang atau 

lebih tukang-tukang pukulnya yang disebut centeng. 

Centeng-centeng ini diambil dari buruh itu juga tetapi yang 

dianggap mempunyai kelebihan dari yang lain, seperti kekuatan 

jasmani dan disegani . Dengan menjalankan politik adu domba ini 

maka kekuasaan penguasa perkebunan ini menjadi sa~gat besar 

dan keamanan perkebunanpun terjami n . Sebaliknya penindasan 

terhadap pihak buruh semakin menjadi-jadi. Buruh tidak jarang pula didera atau dipukul dan ha! ini dilindungi hukum sebab ada￾nya Poenale Sanctie. 

Penderitaan di perkebunan itu melahirkan suatu dasar untuk 

tumbuhnya kebangunan bagi perlawanan terhadap Belanda. Situa￾si perkebunan yang sangat buruk merupakan benih bagi lahir￾nya gerakan-gerakan menentang penjajahan. Untuk melawan seca￾ra kekerasan sebagaimana telah diuraikan tidak berhasil, sehingga 

tumbuhlah taktik baru mengahadapi penjajahan Belanda. Taktik 

itu tidak lain adalah gerakan yang teratur dan tersusun dalam wa￾dah kepartaian dan organissi yang didukung oleh seluruh masya￾rakat Sumatera Utara. 

Kebangunan nasional yang terjadi di Jawa dengan lahirnya 

Budi Utomo memberikan pula suatu inspirasi bagi tokoh-tokoh in￾telektual dari suku bangsa Jawa yang bertugas di Sumatera Timur 

untuk mengembangkan sayap organisasi. 

Atas usaha beberapa dokter yang berasal dari Jwa seperti dr. 

Abdul Manap, ctr: Suraji , dan dr. Pirngadi, di Kota Medan, lahir 

pula organisasi Budi Utomo. Sebagaimana ujud dan tujuan organi￾sasi ini di Jawa, di Sumatera Timur Budi Utomo juga bergiat dalam 

lapangan sosial. 

Untuk meningkatkan kehidupan bangsa terutama di kalangan 

para. buruh perkebunan di Sumatera Utara Budi Utomo mendiri￾kan sekolah-sekolah. Tentu saja sekolah-sekolah itu harus didiri￾kan di daerah yang berada di lokasi perkebunan, sebab tujuan 

dan sasaran pendidikan adalah anak-anak karyawan kebun. Kota 

Tebingtinggi memang sangat tepat untuk pendidikan ini . 

Di kota inilah untuk pertama kalinya didirikan sekolah oleh 

Budi Utomo yang kemudian mengembangkan pula ke kota-kota 

lain seperti Lubuk Pakam Galang, Binjai, Perdagangan, dan Medan. 

Sekolah-sekolah itu berupa sekolah dasar yang mengajarkan baha￾sa Belanda atau juga disebut HIS Budi Utomo. Kegiatan pendi￾dikan ini tiada lain sebagai suatu reaksi dari sikap Belanda yang 

tidak melaksanakan pendidikan secara demokratis dan melaku￾kan diskriminasi. Usaha pendidikan seperti Budi Utomo ini kemu￾dian diikuti pula oleh organisasi partai-partai lain baik yang bersifat nasional maupun bersifa t keagamaan sehingga 

dengan demikian kemajuan bangsa Indonesia cepat tercapai di 

daerah ini. 

Selain kegiatan pendidikan , Budi Utomo juga melaksanakan 

kegiatan kesenian dengan tujuan menghidupkan kesenian Jawa di 

kalangan penduduk Jawa yang tinggal di Sumatera Utara. Melalui 

kesenian dapat diharapkan kesadaran bangsa Indonesia akan te￾rus hidup , dan ini merupakan suatu landasan bagi perlawanan ter￾hadap kolonialisme . Kelompok kesenian seperti wayang ludruk, 

dan paduan suara yang diberi nama dengan Panembromo merupa￾kan salah satu unsur kesenian yang sering dipertunjukkan. Demi￾kian pula segala kesusastraan Jawa mendapat tempat yang utama 

pula dalam kegiatan Budi Utomo itu. Buku-buku kesusastraan 

Jawa seperti dari Prapanca, Mangkunegara, dan Paku Buana IV 

dipelajari sebab banyak mengandung filosofi kehidupan masya￾rakat Jawa . 

Sesudah lahirnya Budi Utomo, di Sumatera Utara tumbuh 

pula organisasi Partai Sarikat Islam. sebab umat Islam merupa￾kan mayoritas di Sumatera Utara, maka organisasi ini cepat pula 

berkembang. Anggotanya pada umumnya adalah para pemuka￾pemuka Agama Islam yang tinggal di beberapa kota besar di 

Sumatera Utara. sebab itu perkembangannya hanya dikota-kota 

pula seperti Medan, Sibolga , Pematangs1antar, Tanjung Balai, 

dan Tapanuli Selatan. Syarikat Islam selain mengurus masalah 

Agama Islam juga membicarakan dan memperjuangkan perbaikan￾perbaikan sosial dan politik bagi umatnya. 

sebab perjuangannya iut maka kehidupan Sarikat Islam ha￾nya subur di daerah-daerah yang tidak dik uasai oleh Sultan seperti 

Simalungun dan Tapanuli serta kota-kota besar lainnya. Sultan 

yang tidak ingin penduduknya melibatkan din dalam kegiatan 

politik melarang Sarikat Islam itu mengadakan kegiatan di wi￾layahnya. Tokoh-tokoh terkemuka dalam Sarikat Islam di 

Sumatera Utara adalah Muhammad Samin. Tokoh ini sangat ter￾kenal dalam Sarikat Islam malah dalam kegiatan politik di masa 

itu. Ia juga memperjuangkan perubahan-perubahan sosial. 

Selain Sarikat Islam sebagai partai yang berorientasi kepada Islam , juga terdapat organisasi seperti Muhammadiyah dan Al J a￾miyatul Waliyah. Kedua organisasi ini lebih menitikberatkan kepa￾da masalah yang bersifat pendidikan saja. Muhammadiyah didiri￾kan oleh Muhammad Said, Was Pono, Raden Karto Utoyo, dan 

Abdul Wahid AR. Pendirian organisasi ini berlangsung sejak tahun 

1927 . Aljamiyatul Washliyah didirikan sekitar tahun 1930 dan 

sebagai tokoh utama adalah Haji Abdul Rachman Sjihob. 

Dalam perjuangan , ·kedua organisasi itu sangat berbeda. Mu￾hammadiyah ingin kemurnian dalam Agama Islam dan menghen￾daki penggunaan radio dalam pelaksanaan agama dan harus ber￾sumberkan kepada Qur'an dan Hadirh. sebab itu Muhammadiyah_ 

menentang segala unsur yang tidak terdapat pada Qur'an dan Ha￾dirh, sedangkan Al Jamiyatul Washliyah dapat menerima unsur￾unsur ini  selama tidak bertentangan dengan ajaran Agama 

Islam. sebab penduduk di Sumatera Utara lebih mempunyai ke￾cenderungan kepada Al Jamiyatul Washliyah, maka Muhammadi￾yah tidak mendapat pengaruh. 

Walaupun ad·a perbedaan antara keduanya itu dalam tujuan, 

melaksanakan dakwah Islam tetap menjadi tujuan kedua organi￾sasi itu. Dengan adanya dakwah yang terorganisasi maka dalam 

kalangan umat Islam terbentuk suatu persatuan. Tidak jarang pula 

dalam setiap dakwah Islam itu para pembicara juga memasukkan 

unsur-unsur perjuangan bangsa seperti. kebebasan dari penjajahan, 

sebab Islam menentang segala bentuk pen]ajahan. sebab itu 

setiap ada rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu 

tetap harus mendapat izin dari penguasa Belanda dan dihadiri 

pula oleh polisi. 

Perkembangan organisasi kepartaian menjelang tahun-tahun 

tigapuluhan agak menurun disebabkan pengaruh zaman malaise 

atau krisis ekonomi dunia juga turut melahirkan masa suram 

kepartaian di Sumatera Utara. Menjelang tahun-tahun empat 

puluhan, setelah keadaan krisis ekonomi agak mereda, suasana 

)<epartaian agak meningkat. 

Di Sumatera Utara lahir pula organisasi Gerindo dan Partin_go, 

tetapi sangat sulit berkembang sebab senantiasa diawasi oleh 

Pemerintah Belanda. Beberapa tokoh-tokohnya yang dianggap san,gat ekstrim oleh Pemerintah Belanda seperti M. Djoni atau 

lebih terkenal dengan Benteng Gemuk dibuang ke Digul. Selain 

tokoh ini  juga Zarim M. S. dan Saleh Umar (nama samaran￾nya Surapati) turut juga dibuarig ke Digul. Dalam rapat-rapat 

umum mereka sering menyerang pemerin tah jajahan dan dianggap 

oleh pemerintah jajahan sebagai penghasut dan mengganggu ke￾amanan . Dengan tindakan-tindakan demikian ini perlawanan 

terhadap Belanda melalui gerakan kepartaian tidaklah bungkam. 

tetapi juga berlangsung terns. Melalui rapat-rapat gelap. partai￾partai itu meneruskan kegiatannya. 

Dari seluruh kegiatan partai-partai i tu yang menonjol ialah 

pemogokan buruh Deli Spoonveg Maatschappij Deli Spoorweg 

Maatschappij adalah suatu perusahaan ya ng bergerak di bidang 

angkatan di Sumatera Timur pada zaman penjajahan Belanda. Peru￾sahaan ini merupakan suatu perseroan terbatas yang andilnya ber￾asal dari berbagai perusahaan Belanda yang mengadakan eksploi￾tasinya di Sumatera Timur. Dengan adanya perusahaan ini, peng￾angkutan hasil perkebunan dari perusahaan Belanda dapat cepat 

diangkut ke Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan 

ekspor. Selain barang-barang hasil perkebunan cepat diekspor. 

angkutan ini dapat pula mengangkut penumpang-penumpang. 

Dengan demikian DMS memperoleh keuntungan ganda baik 

untuk kepentingan usaha perkebunannya juga dari hasil pengang￾kutan umum. Hal ini memang merupakan suatu tujuan dari ke￾giatan-kegiatan dagang pada masa kapita lisme modern . Walaupun 

keuntungan yang diperoleh pengusaha Belanda tinggi , namun 

kehidupan karyawannya atau buruh sebagian tetap sangat rendah . 

Gaji buruh perkebunan tidak lebih dari Jima rupiah sebulan dan 

bekerj a tanpa perhitungan waktu. Mereka diperlakukan seperti 

budak sebab Po enale Sanctie melindunginya. Keadaan ini tidak 

saja berlak u di perkebunan, tetapi juga di perusahaan Beianda yang 

lain. 

Mereka tidak membedakan standar upah buruh di perkebun￾an dengan usaha yang lain sebab takut kalau-kalau abn terjadi 

kegoncangan-kegoncangan. Sebaliknya kehidupan buruh-buruh di 

luar perkebunan tidak sama dengan di perkebunan sebab bebe-rapa fasilitas yang ada di kebun tidak diperoleh oleh pekerja di 

luar perkebunan sehingga buruh di luar perkebunan itu lebih 

rendah dibandingkan di perkebunan. 

Keadaan buruh di luar perkebunan yang demikian buruknya 

melahirkan suatu persatuan buruh di antara mereka. Di antara per￾satuan itu adalah perserikatan di antara buruh-buruh DSM yang di￾sebut mereka Serikat Sekerja DSM . Tahun 1919 yang merupakan 

tahun yang sangat sulit sebab dunia baru saja mengalami perang 

sehingga Belanda melakukan suatu penghematan besar-besaran. 

Hal ini mengakibatkan kehidupan sosial buruh sangat sulit sekali 

dan di mana-aman banyak buruh yang dikurangi dan penggajian 

mereka sangat rendah pula. 

sebab keadaan ini maka seorang bernama Muhd . Samin yang 

terkenal sebagai tokoh dalam Serikat Sekerja itu bersama teman￾temannya melakukan pemogokan. Muhammad Samin selain seba~ai 

tokoh Serikat Sekerja ia juga seorang tokoh dalam Sarikat Islam 

sebagaimana telah diuraikan. sebab itu pemogokan meluas ke 

seluruh perusahaan DSM yang tersebar ke segala kota di Sumatera 

Timur. Tujuan perjuangan itu tidak bersifat politik, tetapi semata￾mata untuk perbaikan sosial buruh yang sudah hidup di bawah 

standar. 

Pemogokan ini terjadi pada tahun 1919 dan sempat juga me￾lahirkan stagnasi di Pelabuhan Belawan, stasiun-stasiun, atau per￾kebunan yang memerlukan kereta api sebagai alat transportasi 

satu-satunya terganggu sebab pemogokan itu. Walaupun demikian 

pengaruhnya bagi pihak direksi DSM yang umumnya terdiri atas 

pemilik perkebunan seperti J. Th. Cremer tetap bertahan. Pada 

masa itu sampai-sampai Pemerintah Belanda melalui gubernur me￾nyampaika:n usul-usul untuk menengahi perselisihan ini , 

tetapi dari pihak direksi Perubahan DSM tetap bertahan. 

Pekerjaan di stasiun diambilalih oleh orang-orang Belanda se￾perti masinis, kondektur, dan lain-Jain. Mereka takut gerakan pe￾mogokan itu akan merembet sampai di daerah perkebunan, se￾kiranya permohonan buruh itu dipenuhi dan akibatnya akan ber￾tambah fatal. sebab itu pihak pengusaha terus bertahan dan dari kalangan Serikat Sekerja tidak ada dana yang cukup bagi buruh￾buruh yang mogok sehingga buruh-buruh pun kembali bekerj a. 

Dari peristiwa pemogokan itu dapat kita memetik suatu gam￾baran bahwa di daerah Sumatera Utara telah tumbuh suatu ke￾sadaran akan suatu persatuan dalam menghadapi kolonialisme 

Belanda walaupun gerakan pemogokan itu tidak berlandaskan 

unsur-unsur politik . Sejak itu Belanda berhati-hati te
terhadap suatu 

kegiatan organisasi pergerakan bangsa Ind onesia. Setiap orga nisasi 

dibatasi gerak langkahnya. 

Di samping keiiatan partai-partai yang bersifat politik. pada 

masa penjajahan Belanda tidak ketinggalan pula kegiatan di ka￾langan pemuda sebagai suatu generasi yang akan meneruskan per￾juangan bangsa seperti kependudukan . Pada tahun 19:_ 7 lahir 

.Vationa/ Padvinderij atau disingkat dengan l\'atipij di Kota Medan . 

Pimpinan kepanduan ini ialah M. A. Dasuki dan Pangeran Sirega r. 

Kepanduan ini bercorak nasional da n menanamkan kesadaran 

bangsa Indonesia sekaligus sebagai wadah pembentukan kader￾kade r. Perkembangan kegi atan partai politik di Jawa seperti 

Parindra. setelah tahun tigapuluhan mencapai tingkat kemajuan 

dan kepanduan ini melebur menjadi "Kepanduan Surya Wirawan". 

Pusat Kepanduan di Jalan Amplas, yakn i di gedung sekolah Taman 

Siswa . Di kalangan umat Islam uuga terbentuk organisasi ke￾panduan seperti Al Jamiyatull Washliyah dan kepanduan Muham￾madiyah yang bernama Hisbul Wathan. 

Dari gambaran di atas, pergerakan bangsa Jndonesia pada masa 

penjaj ahan Belanda memang tidak melak ukan suatu konfrontasi 

fisik menghadapi Belanda, tetapi adanya pergerakan itu sangat me￾nentukan gerak perjuangan bangsa Indonesia kemudian . Keberha￾silan yang dapat dicapai dari perjuangan itu antara lain ialah ke￾sadaran berbangsa dan adanya suatu kesatuan dalam menghadapi 

penjajahan Belanda . Proses perbentukan bangsa dan peleburan 

unsur-unsur etnis dapat berlangsung dengan cepat di Sumatera 

Utara sebab kepentingan-kepentingan yang sama di antara puak￾puak bangsa yang berdomisili di Sumatera Utara. 

Walaupun pergerakan nasional pada akhir tahun empat￾puluhan nampaknya menurun, tetapi ha! ini bukanlah kare na ma-syarakat antipati terhadap perjuangan. Sebab utama ialah tekanan 

yang sangat keras terjadi terhadap pergerakan ini sendiri dari pihak 

penjajah. sebab itu pergerakan bangsa Indonesia lebih banyak 

mengadakan kegiatan secara ilegal. 

3.3 .2.4 Perlawanan terhadap Jepang 

. Sebagaimana telah diuraikan, sejak Maret I 942 Sumatera 

Utara telah dikuasai oleh Jepang. Tentara Jepang dari sebagian 

pasukan ke-25 yang berinduk di Malaya mendarat di Bogak , Tan￾jung Tiram dan kemudian bergerak ke 'Kota Medan, Pematang￾siantar terus menguasai wilayah Sumatera Utara. 

Sebelum masuk ke Sumatera Utara , Jepang terlebih dahulu 

mendapat bantuan dari kelompok kaum pergerakan yang ber￾gabung dalam Fujiwara Kikan. Kelompok ini merupakan suatu 

kelompok yang mengharapkan kedatangan Jepang membantu 

bangsa Indonesia dan memerdekakannya. sebab itu dengan mu￾dah Jepang dapat memasuki wilayah Sumatera Utara tanpa menga￾lami kesulitan. 

Mereka yang bergabung dalam kelompok ini kebanyakan ang￾gota partai Gei-indo di bawah pimpinan Yacob Siregar dan Surapa￾ti. Setelah Jepang menguasai wilayah Sumatera Utara, partai-partai 

pergerakan bangsa Indonesia harus dibubarkan. Jepang mengang￾gap pergerakan tidak diperlukan lagi. Indonesia bersama-sama 

dengan Jepang sebagai saudara tuanya akan memperjuangkan 

suatu yang lebih besar, yaitu Kemerdekaan Asia Timur Raya di 

bawah pimpinan Jepang. 

Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia di Sumatera Utara harus 

mencari jalan keluar. Sementara itu Jepang terus melakukan 

pengintipan terhadap gerak-gerik kaum pergerakan, sehingga kaum 

pergerakan harus hati-hati. Untuk menghadapi Jepang yang keras 

dan tentara ke-25 Jepang yang terkenal kejam, pemimpin per￾gerakan terpaksa melakukan suatu siasat yang lain. Sebagaimana 

juga di Jawa, pergerakan bangsa Indonesia di Sumatera Utara 

terpaksa bekerjasama dengan Jepang dan sementara itu menyusun 

kekuatan untuk suatu ketika berhadapan dengan Jepang. Pada zaman pend udukan Jepang. struktur masyarakat tidak 

mengal ami perubahan dan sama dengan k eadaan zaman penjajahan 

Beland a. Keadaan perekonomian sungguh sangat menyedihkan￾kan . Daerah Sumatera Timur terkenal sebagai daerah yang senanti￾asa mengimpor bahan mak anan karen a penghasilan utama hanya￾lah hasil perkebunan . Dengan adanya perang, bahan makanan yang 

biasanya didatangkan dari luar tidak ada . Untuk menyed iakan 

bah an makanan . maka pend ud uk diwaji bkan menanam ba han 

makanan. Pendud uk kot a t erpaksa menanami tanah-tanah yang 

kosong dengan jenis bahan makan sepert i ubi. jagung, padi, dan 

lain-lain. Petani-petani di desa-desa diwaj ib kan pula untuk menye￾rahkan sebagian hasil panenannya kepada Jepang dengan pem -

bayaran yang sangat rendah at au ditukar d engan kain . 

Kehi dupan buruh dan pekerja di kan tor-kantor lebih b uruk 

lagi . Mereka menerima gaji yang tidak cukup dan sebagian dibayar 

dengan bah an makanan seperti jagung d an kacang kuning. Bahan￾bahan kebutuhan seperti sabun , minyak goreng, dan gula , kalau 

ada hanya di pasar gelap . 

Para pegawai harus bekerja keras dan harus pula berlatih mili￾ter yang diadakan Jepang, sebab setiap jawatan merupakan suatu 

kesatuan dalam pertahanan sipil . Pelaj ar-pelajar juga mendapat 

la tihan militer dan diajarkan disiplin militer. Setiap waktu para 

pelajar dan pegawai diwajibkan pula melakukan kerja bakti atau 

k inkro hos i. 

Keadaan makanan yang kurang baik dan jauh dari syarat￾syarat kesehatan menyebabkan banyak penduduk menderit a 

bu sung la par, penyakit k ulit , disentri, dan malaria berjangkit di 

kalangan penduduk. Keadaan seperti ini tidak saja terdapat di 

kota-kota tetapi juga di pedesaan, sebaliknya tentara Jepang hid up 

serba kecu kupan . Padi rakyat yang jatuh ke tangannya lebih dahu￾lu dinikmatinya dan tekstil yang terd apat di toko-toko disit a 

J epang. 

Kebebasan penduduk juga semakin terbatas sebab tidak boleh 

bepergian tanpa dilindungi surat-surat. Bila Jepang memerlukan 

t enaga kerja, kepala desa harus menyediakannya; syarat-syarat 

sebagai pekerja tidak pernah dibicarakan. Keadaan ini menyebab-kan banyak penduduk desa yang dijadikan pekerja paksa atau 

romusha. Pekerjaan-pekerjaan ini dikirim ke proyek-proyek militer 

untuk membuat jalan dan benteng-benteng pertahanan Jepang. Ke￾hidupan pekerja-pekerja ini sangat menyedihkan. Makanan sangat 

kurang dan pemeliharaan kesehatan tidak ada. Proyek yang ter￾kenal adalah perbuatan J alan Raya Blang Kejeren yang meng￾h ubungkan daerah Aceh Tenggara dengan Sumatera Utara atau 

Lagos di Riow. 

Seenaknya saja serdad u-serdad u J epang mendirikan pusat pela￾curan di kota-kota. Istilah pelacur pada waktu itu adalah sanyuru. 

Adat istiadat dan norma agama tidak diperdulikan oleh Jepang. 

Keadaan ini melahirkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi 

bangsa Indonesia , sehingga sejak saat itu perasaan membenci 

Jepang bersemi dalam sanubari penduduk di Sumatera Utara. 

Tindakan Jepang itu tidak dapat dibiarkan seterusnya karena,de￾ngan demikian indentitas bangsa Indonesia akan lenyap. 

Bertitik tolak dari pandangan inilah maka tokoh pergerakan di 

Sumatera_ Utara mulai menyusun kekuatan kembali menghadapi 

Jepang. Strategi menghadapi Jepang mulai diatur dan disusun se￾cara matang melalui segala kegiatan. Untuk itu kaum pergerakan 

menyusun sistem perjuangan melalui kerja sama dan membentuk 

kekuatan yang bersendikan seluruh kekuatan rakyat serta mem￾persiapkan diri menghadapi kekuatan Jepang. Dengan kerjasama 

maka banyak unsur-unsur pergerakan rakyat berhasil menyusup 

ke dalam segala sendi-sendi pemerintahan militer Jepang. 

Pembentukan organisasi yang bersifat kemiliteran dan semi 

militer seperti heiho, ciu cun, keibodan dan fujinkai memberikan 

kesempatan bagi· unsur-unsur pergerakan di Sumatera Utara me￾nyusup ke dalamnya. Demikian pula segala kegiatan lainnya, baik 

yang bersifat sosial maupun bersifat kesenian. 

Sejak bulan Mei 1943 kedudukan tentara Jepang mulai menga￾lami kemunduran di segala front sehingga di Sumatera Utara nam￾pak perubahan sikap Jepang terhadap bangsa Indonesia. Mereka 

mengharapkan bantuan-bantuan dari bangsa Indonesia. Di Suma￾tera Timur dibentuk BOMPA (Badan Oentoek Membantoe Per￾tahanan Asia). Pimpinan badan ini mula-mula Mr. Muhammad · YoesoeL tetapi kemudian diganti oleh Zarim M.S. Di Tapanuli 

dibentuk pula BAPEJ\ (Badan Pertahanan Negeri) di bawah pim￾pinan Dr. F. L. T obing 

Tujuan badan yang didirikan dan mendapat restu dari Jepang 

ini , adalah untuk menghimpun seluruh t enaga rakyat guna mem￾bantu J epang, tetapi kaum pergerakan menjadikan bad an ini 

sebagai tempat berkumpulnya para tokoh terkemuka bangsa 

Indonesia yang pada waktu itu sangat sulit berkurnpul kare na 

se nantiasa dicurigai J epang. Di sinilah disusun ren cana-ren cana 

un tuk mengatur siasat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam 

pelaksanaannya BOMPA pada tahun-tahun pertama berhasil 

menyusun suatu daftar istilah dalam bah asa Indonesia sehingga 

mulai sejak itu Bahasa Indonesia telah ditingkatkan menjadi baha￾sa administrasi dan pengetahuan. lni tid ak berarti kelihatannya , 

tetapi pada pokoknya itu merupakan suat u hasil yang besar bagi 

suatu dasar pembentukan bangsa. Di samping itu juga rnelalui 

badan-badan ini  di atas dapat pula pemimpin-pemimpin 

bangsa Indonesia menanamkan rasa keb angsaan kepada bangsa￾nya. 

Pidato-pidato selalu bernapaskan cit a-cita Jepang tetapi di￾dalamnya ada pesan-pesan ' terselubung. Umpamanya, pidato Zarim 

M.S. di depan prajurit-prajurit ciu cun yang isinya antara lain 

sebagai berikut : 

Kita harus menguasai ilmu perang untuk dapat membela diri. Kita berlatih bukan 

untuk membela Nippon tetapi untuk membela diri kita sendiri. Kita tidak perlu 

membela Nippon, sebab Dai Noppon cukup kuat untuk membela diri sendiri 

... ....... . . . . 10. 

Pidatonya itu menanamkan kesadaran prajurit-prajurit Indo￾nesia yang bertugas dalam ketentaraan Jepang. Nada pidato itu 

memuji Jepang tetapi juga memberikan peringatan kepada bangsa 

Indonesia agar kita 'bersiap-siap. untuk membela diri dan kebulatan 

tekad (fisik) sangat diperlukan. Banyak lagi pidato-pidato yang 

nilainya sama disuarakan oleh tokoh politik maupun tokoh agama. 

Selain dari kegiatan kaum politik, di masa pendudukan Jepang itu juga para seniman turut pula menyumbangkan buah pikiran￾nya melalui seni . drama , seni suara . dan lain-lain . Tokoh terkemu￾ka di sini adalah Saleh Umar atau Surapati dan M. Noer Nasution 

(alm mantan direktur Antara). Pada zaman Jepang, bioskop 

praktis tidak berfungsi. sebab itu kemudian tumbuh kelompok￾kelompok sandiwara. Saleh Umar pada mulanya membentuk 

san diwara Barito . Kemudian sesuai dengan selera Jepang nama 

sandiwara itu ditukar dengan Yamato. M. Noor Nasution mem￾bentuk pula Kinsel Gedidan dan di bawah pimpinan Ahmad C.B. 

dibentuk pul a Asmara Dhana. 

Sandiwara-sandiwara itu sesekali melakonkan cerita-cerita yang 

bertemakan kepahlawanan dan keperwiraan dari bangsa Indonesia. 

Misalnya Harimau Jantan dan nyanyian-nyanyian daerah maupun 

nyanyian Indonesia. Melalui saluran seni drama ini juga berkem￾bang suatu perasaan yang mendalam mengenai nilai-nilai kebangsa￾an dan patriotisme bangsa. 

Peranan sandiwara ini tidak saja di Surnatera Utara, tetapi juga 

sampai ke Malaya sebab sering pula mereka mengadakan anjang￾sana ke sana. Ahmad C.B. dengan sandiwaranya sering berkunjung 

ke Malaya untuk melakukan pertunjukan-pertunjukan. Dengan 

demikian hubungan budaya Malaya dengan Indonesia menjadi 

lebih rapat. Banyak artis-artis yang berasal dari Sumatera seperti 

Kasmah Doety yang kemudian bermukim di Malaysia akibat 

hubungan seni drama ini . Hubungan ini dimungkinkan kare￾na administrasi pemerintah Sumatera adalah bagian dari adminis￾trasi daerah Semenanjung Melayu. Lily Suhairy, seorang komponis 

terkemuka dari Sumatera Utara, juga banyak menciptakan lagu￾lagu yang menyindir kehidupan pada zaman Jepang seperti lagu 

Makan Sirih, Aras Kabu, dan lain-lain. 

Jadi segala kegiatan seniman baik sadar maupun tidak telah 

melahirkan suatu pernyataan tidak puas. Semuanya dapat dilaku￾kan sebab banyak tokoh pergerakan Indonesia pada waktu itu 

dapat memasuki jawatan kebudayaan yang dibentuk Jepang (Bun￾kaka). 

Satu-satunya suara yang didengar hanyalah surat kabar Suma￾tera Sinbun yang berada di bawah Jepang. Pewarta Deli dan Sinar Deli tidak boleh terbit. Walaupun demik ian atas inisiatif Murnar S. 

Hamijoyo lahir mingguan untuk pelajar dan pemuda yang ber￾nama Melati Dalam mingguan berkala itu. dengan cara tersendiri , 

disemaikan pula perasaan kebangsaan sehingga pengaruh mingguan 

ini sangat terasa di kalangan pemuda. 

Di mana-mana terbentuk persatuan Pemuda Melati sebab pe￾ngaruh mingguan berkala . itu. Pada mulanya pemuda-pemuda yang 

bergabung dalam Pemuda Melati inilah kemudian memegang 

peranan yang penting dalam kegiatan sewaktu terjadinya Prokla￾masi kemerdekaan di Sumatera Utara. Jadi pada zaman Jepang ini 

segala kesempatan yang diberikan oleh Jepang dijadikan sebagai 

sarana untuk menghadapi Jepang dan menanamkan perasaan 

nasional dalam segala kehidupan bangsa. 

Se lain gerakan yang bersifat keperatif dengan Jepang , juga ter￾jadi gerakan di bawah tanah. Sejak pend aratan Jepang sebenamya 

k ecurigaan terhadap J epang telah ada k arena tindakan-tindakan￾n ya yang kejam dan banyak tokoh nasionalis yang turut pula 

menjadi korban. Misalnya seorang anggota Gerindo bernama 

Nukman dan menjadi anggota Fujiwara Kikan (yaitu badan yang 

beranggotakan bangsa Indonesia dan membantu Jepang sewaktu 

pendaratannya) dibunuh Jepang dengan keji berdasarkan tuduhan 

merampok perkebunan. Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun 

1942 di Serbelawan , suatu kota kecil di Simalungun. 

sebab kekejaman itu maka lahir suatu usaha dari beberapa 

tokoh untuk mempersiapkan diri menghad api Jepang dengan cara 

kekerasan . Sebelumnya telah diadakan suatu percobaan meng￾hadapi Jepang dengan cara kekerasan . Peristiwa pemberontakan 

di Pan cur Batu, yang terkenal sebagai pemberontakan Aron, me￾rupakai1 suatu percobaan yang dilakukan oleh pemuka pergerakan. 

Pemberontakan itu terjadi pada 26 dan 2"' Juli 1942, yaitu setelah 

beberapa bulan Jepang mend uduki Sumatera Utara. Sebab pem￾berontakan itu adalah paksaan Jepang pada penduduk desa sekitar 

Pancur Batu untuk menyerahkan padinya bagi kepentingan Jepang. 

Penyerahan yang dilakukan secara paksa itu tidak sesuai dengan 

kebiasaan rakyat , sedang padi itu adalah sumber kehidupan pen￾duduk di daerah ini. sebab itu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerja gotong-royong, yang di Tanah Karo di￾namakan Aron, melakukan penyerangan terhadap petugas-petugas 

J epang . Rakyat di desa-desa sekitarnya turut melakukan penye￾rangan masal terhadap petugas pengutip padi itu tanpa gentar 

terhadap pengawal-pengawal Jepang itu. sebab kewalahan, 

Jepang mengajak para pemimpin petani dan pemuka masyarakat 

untuk berunding dan musyawarah . Dengan siasat musyawarah 

ini, Jepang mengambil kesempatan yang baik untuk menangkap 

pemimpin-pemimpin rakyat sehingga pemberontakan itu dapat 

dipadamkan . 

Peristiwa ini mengakibatkan beberapa pemimpin pergerakan 

dicurigai Jepang dan ada yang ditangkap sebab dianggap men￾j adi dalang keributan itu. Tetapi dengan berbagai cara beberapa 

pemimpin rakyat seperti Yacob Siregar dapat keluar dari tahanan 

kempetai. Ia malah dipercaya Jepang untuk turut dalam suatu 

Badan Pertahanan Rakyat yang dibentuk Jepang di bawah pimpin￾an Kapten Inouye. Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Tokko 

Bo Eidan . 

Kegagalan Pemberontakan Aron itu membuat tokoh pergerak￾an menggunakan siasat untuk bergerak menyokong kegiatan Jepang 

dalam membentuk barisan-barisan pertahanan rakyat. Tetapi kaum 

pergerakan membelokkan kepada kepentingan perjuangan bangsa 

Indonesia selanjutnya. 

Jepang bermaksud membentuk suatu pertahanan rakyat se￾hingga bila Sekutu masuk akan diadakan perang gerilya. Dengan 

demikian terbentuklah Taman Latihan Pemuda Tani Talapeta) 

Tora Tai (Pasukan Harimau),Moku Tai (Barisan Gajah) dan Kenya 

like (Barisan Pantai). 

Pasukan ini merupakan kekuatan rakyat lndonesia yang ting￾gal di Sumatera Utara dari pantai sampai ke pegunungan. Pim￾pinan dari pasukan ini adalah Yacob Siregar dan Saleh Umar yang 

namanya telah tenar. sebab itu mudahlah muncul kader-kader 

yang terlatih dan dapat diharapkan dalam perjuangan bangsa 

Indonesia kemudian. Dari kader-kader inilah kemudian lahir 

barisan-barisan rakyat yang tergabung dalam Lasykar Napindo, 

Harimau Liar dan lain-lain di masa Perang KemerdekaanDari uraian di atas. jelaslah bahwa di zaman Jepang pergerakan 

bangsa Indonesia menghadapi berbagai macam kesulitan untuk 

mencapai tujuan perj uangan . Dengan Jalan y ang berlik u-lik u. 

t ujuan memang dapat j uga tercapai walau dengan jalan yang penuh 

resiko dan berbahaya . Dengan keadaan ini . perjuangan 

bangsa Indonesia menjadi semakin matang.