sejarah sumatera 3
By arwahx.blogspot. com at Agustus 16, 2023
sejarah sumatera 3
diangkat pula dua orang besar kerajaan yaitu Tuan Marihat Si Tori
Alam dan Tuan Sidep Manik Si Riahata. Mereka inilah yang disodorkan oleh Belanda untuk menanctatangani Korte Verklaaring
(Perj anjian Pendek) pad a 16 Ok tober 1907.
Untuk memperkuat dasar hukum, pihak Belanda berusaha
mengumpulkan pemuka-pemuka masyarakat di seluruh wilayah
Kerajaan Siantar untuk menandatangani pernyataan bahwa mereka
menyetujui .Korte Verklaaring yang telah ditandatangani oleh Tuan
Sari Alam dan Tuan Si Riahata. Pemuka-pemuka masyarakat berjumla:h 38 orang dari seluruh daerah. Selanjutnya Tuan Sidep Manik ctan· Tuan Marihat diangkat pula sebagai mangkubumi sebab
pada waktu itu Tuan Kadim, anak Sang Naualuh, masih di bawah
umur.
Sang Raja Naualuh dibuang ke Bengkalis dan meninggal tahun
1914. Puteranya yang tertua, Tuan Kadim. oleh Pemerintah Belanda dititipkan di bawah pemeliharaan Pendeta Zending Guillaume di Negeri Purba agar jauh dari pengruh Agama Islam. Sebagai akibatnya kontroler Belanda itu langsung menjadi kepala pemerintahan Kerajaan Siantar. Dengan demikian lapanglah jalannya
modal asing membuka perkebunan secara besar-besaran di sekitar
Kota Siantar. Perusahan perkebunan yang pertama adalah Siantar
Estate tahun 1908. Selanjutnya ibukota Simalungun dipindahkan ke Ko ta Perna tang Sian tar tahun 1912.
Setelah beberapa tahun lamanya, Tuan Kadim yang dahulu
beragama Islam mengubah namanya menjadi Tuan Waldemar Tuhan Naga Huta. Ia mengubah agamanya dari Islam menjadi Agam a
Kristen. Dengan ditandatanganinya perjanjian pendek Korte Verklaaring 18 Mei 1916, diangkatlah ia menjadi raja Si~ntar. Dengan peristiwa ini maka Simalungun telah j atuh ke tangan Belanda.
Peristiwa perlawanan Rondaheim di Simalungun terhadap Belanda rupanya mempunyai pengaruh ke daerah Tanah Karo. Di Daerah Linggu Julu dan Batukarang, seorang yang bernama Si f(jras,
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan ini mungkin mempunyai hubungan dengan usaha Belanda untuk merombak
struktur pemerintahan Tanah Karo menurut keinginannya. Pemberontakan ini kemudian dapat dipadarnkan • oleh Belanda pada
9 Septermber 1904. Setelah perlawanan Si Kiras itu Belanda mulai
membentuk struktur pemerintahan baru di Tanah Karo dengan
menciptakan kekuasaan para sibayak.
Bersamaan dengan gerakan Belanda di daerah Simalungun dan
Asahan, 'cti daerah Deli dan Langkat timbul pula perlawanan penduduk y.ang dipimpin oleh pemimpin mereka yang dikenal dengan
Datuk Sunggal. Perang ini dapat dikatakan perlawanan penduduk
terhadap Beland a sebab persen tuhan mere ka dengan unsur-unsur
kebudayaan asing yang dibawa Belanda ke daerah mereka. Persentuhan itu melahirkan perubahan nilai-nilai adat dan kebudayaan
yang telal1 turun-temurun. Di pihak lain Belanda ingin segera melaksanakan segala struktur kehidupan baru menurut apa yang mereka inginkan agar tujuan mereka untuk melakukan perluasan penanaman modalnya dengan membuka perkebunan-perkebunan
dapat dicapai. Untuk mencapai tujuanny a itu Belanda menggunakan politik De Vide et Jmpera dengan mengadudomba raja-raj a
seperti Sultan Deli dengan Datuk Sunggal. Sebenarnya antara
kedua kerajaanitu masih ada hubungan keluarga. Untuk lebih jelasnya baiklah di bawah ini akan diuraikan Perang Sunggal.
Sebagaimana telah dijelaskan, pada tahun 1862 Kerjaan Deli
mengakui Akte van Erkenning sehingga dengan demikian Deli telah merupakan suatu daerah yang berada di bawah naungan Belanda. Pada waktu itu Kerajaan Dili telah berkembang sebab perdagangan dengan bangsa-bangsa asing sehingga kedudukannya
sangat penting. sebab itu Belanda lekas-lekas memaksakan kerajaan itu untuk mengakui kekuasaan Belanda. Setelah Belanda menguasru Deli, pada tahun 1863 Nienhuys mendapat konsesi tanah
untuk penanaman tembakau .
Keberhasilan Nienhuys itu diikuti oleh penanam-penanam
modal 1-ain sehingga timbullah beberapa perkebunan-perkebunan
a.sing di sekitar Kota Medan , antara lain D eli Maatschappif dan
Arendsburg. Timbulnya perkebunan-perkebunan tembakau di sekitar Medan menyebabkan banyaknya tanah yang berada di bawah
kekuasaan Urung Em pat Suku yang berkuasa di sekitar Medan dijadikan kebun tembakau .
Pernberian konsesi tanah-tanah oleh sultan Deli tidaklah· dilakukan musyawarah dengan pmpinan-pirnpinan urung ini ,
sedangkan dalam tatakrarna Kerajaan Deli kedudukan datuk-datuk
pimpinan urung sangat menentukan dalam pernerin tahan. Kalau
kita lihat dari sejarah berdirinya Kerajaan Deli, cikal-bakal dari kerajaan itu sebenamya orang pendatang yang diternpatkan oleh Iskandar Muda dari Aceh sebagru panglirna Kerajaan Aceh menjadi
yang dipertuan , sehingga tidak rnengherankan kedudukan wakil
Keraj aan Aceh di Deli itu rnendapat penghormatan dari seluruh
urung.
Atas aktivitas wakil raja Aceh itu seluruh urung yang empat
itu kemudian memeluk Agama Islam. Ikatan yang erat kernudian
terjalin pula antara wakil dari Aceh yaitu Gotjah Pahlawan yang
kernudian mengawini salah seorang puteri dari Datuk Sunggal. Selain dari itu Datuk Sunggal juga rnernpunyai hak dalam rnenabalkan sultan Deli selain sebagai rnahapatih kerajaan .
Kedudukan seperti ini mulru dilanggar setelah Belanda rnananamkan pengaruhnya di Deli. Ini rnerupakan suatu pelanggaran
dari adat-istiadat dan tradisi Kerajaan Deli,terutarna dalam rnasalah
penyewaan tanah-tanah yang berada dalam wilayah urung-urung
ini . Seluruh pelanggaran terhadap adat-istiadat itu terjadi pada masa pemerintahan Datu Kecil, yaitu datuk yang menguasai
Urung Sunggal dan lebih terkenal dengan Datuk Sunggal.
Pada masa pemerintahan Datuk Sunggal inilah terjadi pertumbuhan pekebunan Belanda sekitar Kerajaan Deli. Pertumbuhan
perkebunan-perkebunan ini melahirkan kegoncangan-kegoncangan dalam kehidupan masyarakat di Kerjaan Deli terutama pada daerah "Urung Empat Suku" atau disebut kemudian daerah
datuk-datuk yang empat.
Kegoncangan itu disebabkan rakyat Sunggal melihat di sekeliling mereka Deli dan
langkat : tanah-tanah rakyat yang sµbur diberikan untuk konsesi perkebunan tembakau
kepada maskapai-mask~ai asing sellan~ keuntungan tidak diberikan kepada rakyag
di situ, mulailah Sunggal berjaga-jaga dan menentang cara-cara 1tu ... . . . . .. . . . .
Contoh di atas merupakan suatu gambaraan dari keadaan di
urung yang dikuasai oleh Datuk Sunggal. Perasaan tidak puas rakyat pada daerah ini juga disebabkan oleh perusakan tata
kehidupan masyarakatnya. Sejak adanya perkebunan-perkebunan
di sekitar kediarnan penduduk, lahirlah suatu kelompok masyarakat yang asing bagi penduduk. Beland a mendatangkan buruhburuh dari Negari Cina dan India untuk pembukaan perkebunan
tembakau itu. Kehidupan masyarakat asing yang berada di dekat
desa-desa penduduk sering melahirkan gangguan-gangguan pada
desanya seperti kebiasaan berjudi, minuman keras, dan lain-lain.
Hal inilah yang sangat menggelisahkan penduduk. Seluruh
keadaan ini diharapkan penduduk dapat diakhiri dengan melanyapkan pengaruh Belanda dari daerahnya melalui perlawanan
bersenjata. Datuk Sunggal mengetahui bagaimana perasaan rakyatnya pada waktu itu sehingga ia mengadakan persiapan-persiapan
untuk mengusir Belanda dari daerahnya dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan dan mengadakan kesiapsiagaan pasukannya. Tindakan dari Datuk Sunggal itu mendapat dukungan
dari masyarakat Batak Karo di Pegunungan, sebab penduduk
yang mendiami daerah urung empat suku itu adalah suku bangsa
Karo yang masih mempunyai ikatan kelu arga walaupun mereka telah memeluk Agarna Islam. Melihat kesiapsiagaan Datuk Sunggal ini , Belanda yang
mempunyai kepentingan dalam penanaman modalnya di Deli segera
mendatangkan pasukannya dari Jawa sebelum keadaan ini
menjadi lebih parah. Pada 15 Mei 1872 datanglah pasukan ekspedisi Belanda yang pertama dipimpin oleh Kapten W. Koops. Belanda bersama dengan pasukan Kerajaan Deli sebagai penunjuk jalan,
mulai melakukan penyerbuan ke daerah perbentengan Sunggal
sehingga terjadilah Perang Sunggal. Dalam peperangan ini para
pejuang dari Datuk Sunggal tidak hanya bertahan tetapi juga melakukan penyerangan-penyerangan . Mereka membakar bangsalbangsal tembakau dan mengganggu pekerjaan buru-buruh perkebunan agar apa yang diharapkan Belanda tidak dapat tercapai.
sebab serangan-serangan ini pihak perkebunan Belanda mengalami kesulitan. Pasukan ekspedisi yang didatangkannya tidak
dapat mengatasi keadaan. Bahan makanan yang selama ini didatangkan dari daerah pedesaan tidak dapat masuk ke kota dan
perkebunan. Untuk mengatasi ini Belanda terpaksa mendatangkan
beras dari Penang. Sementara itu kegiatan dari pejuang-pejuang
Datuk Sunggal n:elahirkan perang urat syaraf sehingga Belanda
harus terus-menems berjaga-jaga.
Untuk mempercepat berakhirnya perang ini Belanda mengirim
lagi ekspedisiny_a yang kedua. Pasukan ini lebih banyak dari yang
pertama serta dipimpin oleh Letnan Kolonel Von Homracht.
Persenjataannya lebih lengkap dari pasukan pertama sebab dilengkapi . oleh artileri berkuda. Pasukan ini bertujuan untuk mengadakan penyerahan ke kubu-kubu pertahanan Sunggal, tidak saja di
daerah Sunggal tetapi juga di daerah pedalaman dan di daerah
Karo.
Perlawanan Datuk Sunggal yang dibantu oleh penduduk pedalaman itu sangat memusingkanBelanda sehingga Belanda mencoba un tuk mencari kubu-kubu pertahanan Sunggal. Untuk tujuan
ini diperlukan meriam-meriam yang dapat menghancurkan
kubu-kubu ini . Walaupun demikian perlawanan dari pasukan
Sunggal tidak dapat_ dipatahkan oleh Belanda. Berbagai siasat dilakukan Belanda untuk mengamankan daerah sekitar Beli-, tetapi
tidak membawa hasil. Dengan suatu tipu muslihatnya Belanda me-ngajak Datuk Kecil atau lebih terkenal lagi dengan Datuk Sunggal
un tuk berunding menyelesaikan segala pe rbedaan pendapat.
Usu! itu disetujui oleh Datuk Sunggal dan perundingan dilakukan pada 5 Oktober 1872 . Dalam perundingan itu Belanda melakukan suatu tindakan yang licik. Perundin gan tidak diadakan , dan
Belanda mengatakan bahwa Datuk Sunggal sekarang menjadi tawanan Belanda. Tindakan Belanda yang merupakan tipu muslihat
ini berhasil dan Datuk Sunggal bersama putera-puteranya kemudian dibuang ke Cilacap berdasarkan putusan dari gubernur jenderal Belanda yang berkedudukan di Batavia.
Dengan ditawannya Datuk Kecil maka Datuk Badiuzzaman
juga ditangkap dengan tipu muslihat Belan da dan dibuang pula ke
Cianjur. Dengan ditangkapnya tokoh-tokoh Perang Sunggal ini
Perang Sunggal pun beakhir pad a tahun 1873, tetapi secara kecilkecilan masih terus terjadi perlawanan te rhadap Belanda tidak saja
di Deli tetapi juga dibagikan lain dari wilayah Sumatera Timur,
misalnya di Asahan dan Sumalungun seperti telah diuraikan di
atas.
Untuk mengamankan daerah perkebunan yang vitas di Sumate ra Timur terutama di Deli. pihak perkebunan Belanda mengusulkan kepada Pemerintah Hindia Belanda agar suku-suku
itu dipecah-pecah sehingga mudah dapat dikuasai. Daerah Deli
y ang banyak hubungannya dengan daerah Karo di pegunungan dipecah sebab mereka itu sebenamyya su atu keturunan .
Untuk melakukan ha! itu perlu dipercepat pengembangan
Agama Kristen di daerah ini . Pemisahan satu suku tersebu t
dal im du a agama yang berlainan memu dahkan Belanda untuk
menguasai daerah ini sehingga perkebunan Belanda dapat aman .
Usu! ini dapat diterima Belanda sehingga setelah peperangan yang
melanda daerah Sumatera Timur dan Tap anuli berakhir, Belanda
mengirimkan missi Nederlandsch e Zending Genvotschap untuk
mengem bangkan Agama Kristen di Da taran Tinggi Karo.
J urang pemisah itu semakin meluas sebab di daerah pesisir· Belanda
mendukung tindakan kebijaksanaan raja-raja yang hanya menerima pe~awainya tidak bermarga. Penduduk pesisir kemudian menanggalkan marganya agar dapat menjadi warga dari kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur seperti Deli dan Serdang dan Langkat.
Keadaan ini melahirkan pertentangan antara penduduk pantai
dengan daerah pedalaman, tetapi dengan politik pecah belahnya
Belanda berhasil berkuasa daerah Sumatera Timur.
3.3.2 Periode 1907 - 1945
Dengan berakhimya Perang Sisingamangaraja, perlawanan
yang bersifat fisik di Sumatera Utara boleh dikatakan berakhir,
baik di Tapanuli maupun di Sumatera Timur. Sebaliknya Belanda
sekarang mulai melakukan konsolidasi dan mengembangkan pemerintahannya. Sebagaimana telah diuraikan, Belanda mengubah
struktur pemerintahan pada beberapa daerah 9ntuk kelancaran
jalannya administrasi pemerin tahannya.
Sebaliknya rakyat di Sumatera Utara juga mengadakan sua!u
perubahan dalam perjuangan menghadapi penjajahan Belanda. Pengembangan pemerintahan Belanda dan menyebarkan kebudayaan
Barat di kalangan bangsa Indonesia untuk mengubah cara-cara perjuangannya menghadapi penjajahan. Kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam perlawanan terhadap penjajahan di Sumatera Utara melahi.rkan suatu kesatuan yang lebih kuat walaupun Belanda mencoba memecahbelah bangsa Indonesia.
Setelah Belanda berkuasa di Sumatera Utara, tindakan-tindakannya semakin menimbulkan kebencian penduduk. Di daerah
perkebunan, mereka melakukan tindakan semena-mena. Banyak
buruh yang didatangkan dari Jawa bukan dengan sukarela tetapi
sebab berbagai tipu muslihat yang dilakukan Belanda. Banyak
buruh yang didatangkan itu berasal dari keluarga yang mampu
tetapi sampai ke Deli sebab kena tipu oleh perusahaan-perusahaan
yang menyediakan buruh-bumh perkebunan.
Keadaan sosial mereka pun sangat buruk. Perumahan berupa
bangsal dan gaji kecil. Penguasa lokal mereka sebut tuan besar.
Buruh perkebunan tidak mungkin pula pindah dari tempat kediamannya sebab setiap kali menerima gaji di perkebunan perkebunan itu diadakan pula perjudian. Dengan demikian buruh itu
tetap tinggal di ke bun sampai tua.
Sering pula tuan-tuan kebun menggunakan kekerasan dengan memukul buruhnya apabila terjadi kesalahan. Agar buruh patuh,
mereka diawasi pula dengan centeng (untuk buruh-buruh Indonesia) sedang untuk buruh Cina disebut tandil. Untuk mencapai pe rsatuan nasional, di Sumatera Utara mulai tumbuh organisasiorganisasi yang bersifat sosial, agama, dan yang bersifat nasional.
Perlawanan rakyat yang bersifat nasional menghadapi kolonialisme Belanda adalah sebagai akibat dari perkembangan sarana
y ang diadakan oleh Belanda send.iii. Sarana itu bersifat pendidikan
maupun bersifat keagamaan. Tujuan Belanda mengembangkan
Agama Kristen untuk benteng bagi kolonialismenya temyata juga
tidak sebagaimana yang diharapkan. Sebagai contoh dapat terlihat dari uraian berikut.
3.3.2.1. Hatopan Kristen Batak
Ha topan Kristen Batak didirikan di Balige pada tahun 1917.
Organisasi ini didirikan untuk mempersa tukan orang-orang Kristen
Batak dan memajukan para anggotanya. Sebenamya tujuan u tamanya adalah mempertahankan daerah-daerah pertanian orangorang Batak agar jangan dicaplok oleh pemerintah kolonial.
Dalam perjuangan ini HKB melihat dari sudut ekonomi dan
<;osial. sedang lending melihatnya dari sudut keagamaan. l ending
RMG berpendapat bahwa penduduk yan g mengalihkan perhatiannya pada kegiatan perkebunan maka kegiatan beragama akan kurang. HKB melihat bahwa perkembangan perkebunan akan melahirkan kemel'!fatan rakyat sebab tanah-tanah yang subur akan
jatuh menjadi milik perkebunan dengan adanya erfpacht
Untuk mengetahui perkembangan Hatopan Kristen Batak. kita
harus mengetahui pula riwayat hidup dari pendirinya yaitu M.H.
Manullang, sebab organisasi ini tumbuh sej alan dengan kehidupan
tokoh M.H. Manullang sendiri. Ia pernah rnenjadi pegawai di sekcr
!ah l ending Naromunda dan pada tahun 1905 dan berrnukim di
Padang.
Keadaan buruh di perkebunan yang menyedihkan itu menyebabkan banyak perlawanan-perlawanan terhadap rnajikannya, kadang-kadang dengan kekerasan. Kekerasan yang dilakukan buruh itu sampai-sampai merupakan pembunuhan terhadap tuantuan kebun. Walaupun ganjaran hukumnya berat, yaitu hukuman
mati, tetapi hal itu tidak dihiraukan. Seterusnya bagi buruh-buruh
wanita yang cantik-cantik dijadikan sebagai pekerja di rumahrumah tu an kebun dan dijadikan nyai (isteri tanpa nikah). Jadi jelaslah bahwa cti kebun-kebun sama sekali tak dikenal perikemanusiaan.
Selanjutnya penduduk desa diwajibkan membayar pajakpajak atau kerja rodi , sedang penghasilannya tidak mencukupi
sebab mereka sebagian tinggal di daerah daerah yang kurang kesu buran tanahnya. Petugas-petugas kerajaan dengan berat hati
terpaksa melakukan pemungutan pajak-pajak sebab mereka
takut akan kena damprat dari atasannya yang telah ketakutan
kepada Belanda. Pembuangan-pembuangan yang dilakukan Belanda terhadap raja-raja yang ingkar menghantui mereka .
Suasana demikian memberikan dasar bagi lahimya perjuangan
dalam bentuk ba:r:!J. Persatuan haruslah dilaksanakan dan tidak
mungkin lagi perjuangan terpisah-pisah serta tujuan untuk kebebasan dari penderitaan hanyalah dengan menghapuskan penjajahan Belanda di Sumatera Utara. Dengan adanya perkebunan-perkebunan, penduduk tidak lagi terdiri atas satu suku tetapi telah merupakan kumpulan dari berbagai suku. sebab itu
perjuangan bertujuan untuk melepaskan penderitaan yang dihaersama . Perjuangan pada periode ini lebih bersifat nasional
dan politis. Perjuangan yang bersifat nasional ini sejalan dengan perjuangan yang terjadi di Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia ,
dan mungkin Sumatera Utara agak lebih menonjol ketimbang di
daerah lainnya di Sumatera . Manullang bekerja pada suatu percetakan dan menerbitkan surat kabar yang berbahasa daerah,
Binsar Sinondang Batak. Kemudian ia kembali pula ke Pearaja sebagai pusat Zending pada waktu itu dan mengajar di sana.
Pengalaman-pengalaman selama Manullang berada di Padang
sangat menentukan hidupnya kemudian, sebab di sana ia berkenalan dengan dunia yang lebih luas, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia. Di Padang waktu itu telah ada pula surat kabar yang berbahasa Melayu (bahasa Indonesia) di mana salah seorang
pimpinan staf redaksinya seorang yang berasal dari T apanuli Sela tan, yaitu Ya Endar. Di sini ia memperoleh pengarahan dalam
perjuangannya. Segala pengalamannya di Padang kemudian diteruskan kepada murid-muridnya. Manula ng hijrah ke Singapura .
dan akhirnya menetap di Bogar. memimpi n suatu asrama sekolah
Methodist. Di sini ia mulai mendapat pengalaman baru sebab
waktu itu di Pulau Jawa telah pula bersemi pergerakan kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tumbuh dalam jiwanya ,
ia kembali ke Tapanuli.
Dengan bekal yang cukup itulah Manullang mendirikan Hotopan Kristen Batak di Tapanuli. sebab semangat kebangsaan
yang dimilikinya itu dalam waktu yan g singkat organisasi itu
mendapat simpati dari masyarakat setempat. Sesudah kongresnya
yang pertama di Balige pada tahun 1918, terbentulah cabangcabangnya di sekitar daerah Toba dan Silindung.
Dalam kegiatannya pada taraf pertama organisasi ini Jebih
menggiatkan pembukaan sekolah-sekolah dan perbaikan irigasi
rakyat. Dalam suatu kesempatan, H.M. Manullang menghadap
gubernur jenderal di Batavia dan memin ta agar pendidikan, kesehatan, dan irigasi diperbaiki di Tapanuli. Inisiatif H.M. ManulJang dengan HKB tidak menyenangkan pihak lending sehingga
ia dituduh menjadi anggota Insulinde yang berpusat di Jawa dan
bersifat kebangsaan.
Tuduhan ini memang dapat terjadi sebab pihak lending merasa mengalami persaingan dengan tindak -tanduk HKB itu. Tentu
saja kegiatan-kegiatan HKB di bidang sosial dan ekonomi seperti
penurunan pajak dan hal-hal yang telah dikemukakan di atas menyebabkan pihak pemerintah mulai mencurigai H.M. Manullang
dengan organisasi HKB-nya.
Suatu perjuangan organisasi HKB yang sangat menarik simpati rakyat adalah mengenai persoalan tanah di Pangaribuan. Di daerah ini pemerintah memberikan izin untuk mendirikan
perkebunan-perkebunan. Hal ini menggelisahkan penduduk , sehingga Manullang pergi ke Batavia menghadap gubernur jenderal untuk minta agar masalah itu ditinjau kembali. Akibat petisi itu
gubernur jenderal membentuk suatu panitia untuk menyelidiki
persoalan ini . Panitia itu kemudian memberikan laporan bahwa keberatan penduduk itu tidak realistis sehinga perkebunan
yang akan didirikan berjalan terus.
sebab kegagalan dalam perjuangannya itu , dalam kongres
tahun 1920 Manullang tidak terpilih lagi sebagai ketua. Kemudian
ia hanya menulis artikel-artikel pada majalah Pustaka. sebab tulisan-tulisannya itu ia kemudian ditangkap Belanda dan dijatuhi
hukuman limabelas bulan penjara. Setelah keluar dari penjara,
Manullang meneruskan memperjuangkan cita-cita kebangsaan
yang pada masa itu sedang menonjol.
3.3 .2 .2 Perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda melalui saluran Pendidikan
Untuk mengokohkan penjajahan di Sumatera Utara, Belanda
mengembangkan sarana pendidikan. Apalagi kebutuhan-kebutuhan
akan tenaga kerja yang terdidik diperlukan Belanda untuk mengisi
pemerintahan .maupun perusahaan-perusahaan Belanda. Pembukaan sekolah-sekolah Volkshool. Ver vpgschool, Holand's Inlandshe
S chool, Mula d·an HBS di Sumatera Utara bukanlah untuk memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia, tetapi kalau diteliti hanyalah
urttu,k kepentingan Belanda saja , sebab hanya beberapa orang Indonesia yang kemudian mencapai tingkat HBS walaupun bangsa
Indonesia merupakan mayoritas. Melihat perkembangan keadaan
ini akan melahirkan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat penduduk di Sumatera Utara, dari kalangan bangsa Indonesia kemudian timbul kesadaran-kesadaran 1.mtuk meningkatkan
!em baga-lembaga pendidikan.
Kenyataan-kenyataan itu melahirkan suatu inisiatif bagi pemuka-pemuka bangsa Indonesia bagi yang bergerak dalam bidang
agama maupun dalam bidang politik dan dunia dagang untuk
mebentuk lembaga pendidikan yang bersifat nasional maupun
yang bersifat agama. Pendidikan yang bersifat nasional mengharapkan agar dari kalangan peiajar itu nantinya akan lahir kader-kader yang dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaannya. Di samping itu mereka pun dapat
diharapkan sebagai kelompok yang akan meneruskan kebudayaan
bangsanya. Dalam kalangan agama dapa t tumbuh golongan cerdikcendekiawan yang berorientasi kepada agama dan bersikap cinta
terhadap tanah air. Pertumbuhan pendidikan ini sejalan pula
dengan lahirnya organisasi politik sekitar tahun-tahun duapuluh.
Atas azas inilah maka di tahun 1929 berdiri perguruan Taman
Siswa yang disponsori oleh Ki Sugondo Kartoprojo. Perguruan ini
bermula dari perguruan yang belum te rorganisasi. sebab banyaknya transmigran dari Jawa. di Sumatera Utara dibuka perguruan
Budi Utomo. Kemudian setelah Pergerakan Nasional Indonesia
berada di puncaknya, berubahlah nama perguruan ini dengan
Taman Siswa. Perguruan ini tersebar luas di Sumatera Utara
dan berkembang di daerah-daerah di mana banyak berdiam sul<_u
bangsa Jawa. Perkembangannya 'pun pesat sebab bersifat nasional.
Politik pendidikan yang dijalankan Taman Siswa mengikuti
politik dari Taman Siswa pusat. sebab it u Taman Siswa di daerah
mengalami keadaan yang sama dengan keadaan di pusat. Ban yak
guru yang ditangkap sebab melanggar peraturan-peraturan pendidikan Belanda. Walaupun demikian Taman Siswa dapat ber~embang dan berpengaruh di daerah-daerah, malahan sampai ke pelosok-pelosok yang tidak ada sekolah yang diadakan oleh Pemerintah Belanda.
Berbeda dengan sekolah yang dididik an oleh Pemerintah Belanda di mana anak-anak didik sebagai ambtenar, di Taman Siswa
anak-anak itu diajarkan cinta tanah air dan budaya bangsa. Watak
yang lahir dari pelajar-pelajar Taman Siswa adalah manusia demokratis dan cinta tanah air.
Menyusul Taman Siswa ini berdiri pula perguruan-perguruan
lain yang bersifat nasional. Walaupun dalam garis pendidikan mereka tidak radikal seperti Taman Siswa , namun unsur-unsur nasionalis merupakan dasar dari pendidkan itu. Perguruan-perguruan
itu semuanya didirikan dengan tujuan memajukan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan; dengan demikian proses untuk
mencapai kemerdekaan akan lebih singkat. Berdasarkan prinsip itulah maka pada tahun 1930 lahir beberapa perguruan seperti Yosua Jnstituut, di Kota Medan yang dipirnpin oleh seorang pendidik yaitu G.B. Yosua. Demikian juga Mohammad Noeh mendirikan Instituut Voor Neutrale Onderwijs
pada ta~~n 1930. Pada tahun yang sama berdiri pula Perguruan
Kota di bawah pirnpinan Noenar S. Hamijoyo.
Di kota-kota seperti Pematangsiantar berdiri pula perguruan
Bumi Putera yang diasuh oleh beberapa tokoh terkemuka
bangsa Indonesia yang berdomisili di Pematangsiantar. Tokoh-tokoh itu adalah dr. Machmud Hamzah, drh. Musa, dan lain-lain.
Perguruan ini didirJ<:an pada tahun 1935. Di Kota Balige yang
meupakan ternpat tumbuhnya Hatopan Kristen Batak dan sebagai
tempat tumbuhnya kelembagaan dari pergerakan nasional di
Tapanuli lahir pula Schakel School yang disahkan oleh pedagangpedagang priburni yang disebut Handel Vereniging Batak.
Dengan adanya pendidikan yang berhaluan nasional, rnaka
lahirlah tokoh-tolrnh yang berjiwa nasional yang hidup dalarn masyarakat. Merka inilah pemimpin-pemimpin yang menggerakan
masyarakat. Dalam perjuangan kemerdekaan di Sumatera Utara ,
peranan pemimpin-pemimpin ini sangat penting sekali.
Selain pendidikan yang bersifat nasional, di Sumatera Utara
lahir pula pendidikan agama. Perkembangan Agama Islam yang
tidak begitu mendapat dukungan dari Pemerintah Belanda i;nenyebabkan di kalangan umat beragama Islam di Sumatera Utara
membentuk kader-kader penerus. Perkembangan pendidikan
Islam di Sumatera Utara ini semakin meluas sejak di Mesir timbul
gerakan pembaharuan dalam Islam atau reformisme. Banyak tokoh
ulama yang mendapat pendidikan dari Al Azhar dim menggerakkan pula pembaharuan itu di Sumatera Utara.
Pembaharuan yang lahir di Mesir itu membangkitkan perlawanan umat Islam terhadap penjajahan. Kebangkitan itu juga
secara tidak langsung melahirkan suatu penyuburan terhadap gerakan umat Islam dalam menentang penjajahan di Sumatera Utara.
Gerakan reformis itu muncul di Sumatera Utara dalam bentuk
organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Al Jarniyatul .
Washliyah, dan Al ltihadiyah. Dalam kegiatan organisasi itu tumbuhlah pendidikan-pendidikan yang mengasuh anak-anak didik
dalam pendidikan yang bersifat modern dan berjiwa Islam. Walaupun pendidikan itu berbentuk madrasah a tau pesantren. mereka juga mengajarkan ilmu pengetahuan yang menyangkut hal-hal keduniawan . Dalam setiap pelajaran dijajark an juga pengetahuan-penetahuan umum dan guru-guru mereka banyak yang berasal dari
kalangan tokoh-tokoh kebangsaan .
3.3.2.3 Pergerakan Nasional di Sumatera Utara
Sebagaimana telah diuraikan di muk a di Sumatera Timur pada
abad ke 20 telah tumbuh perkebunan-perkebunan yang sebagian
besar adalah milik pengusaha Belanda. Keadaan perkebunan yang
berkembang dengan pesatnya itu melahirkan situasi sosial yan g
baru pula bagi masyarakat di Sumatera Timur khususnya dan
Sumatera Utara umumnya.
Penduduk Sumatera Utara yang dah ulu merupakan kelompok yang tidak banyak berbeda antara satu dengan lainnya , sekarang telah mengalami perubahan dan tidak hanya berbeda suku
bangsa tetapi telah pula bercampur da lam berbagai jenis bangsa
pula. Di antara bangsa-bangsa itu bangsa Belanda yang paling
dominan sebab mereka berkuasa. Mereka mempunyai kehidupan
sosial dan ekonomi yang sangat baik dan Jauh melebihi kehidupan
bangsa Indonesia umumnya.
Jurang pemisah ini telah melahirkan beberapa gejolak sosial
di perkebunan-perkebunan yang dikuasai Belanda. Gejolak-gejolak
sosial ini misalnya pembunuhan terhada p tuan-tuan kebun sebagai
rasa tidak puas terhadap perlakuan tuan kebun. Untuk mengatasi
kejadian-kejadian , maka di setiap kebun ditempatkan seorang atau
lebih tukang-tukang pukulnya yang disebut centeng.
Centeng-centeng ini diambil dari buruh itu juga tetapi yang
dianggap mempunyai kelebihan dari yang lain, seperti kekuatan
jasmani dan disegani . Dengan menjalankan politik adu domba ini
maka kekuasaan penguasa perkebunan ini menjadi sa~gat besar
dan keamanan perkebunanpun terjami n . Sebaliknya penindasan
terhadap pihak buruh semakin menjadi-jadi. Buruh tidak jarang pula didera atau dipukul dan ha! ini dilindungi hukum sebab adanya Poenale Sanctie.
Penderitaan di perkebunan itu melahirkan suatu dasar untuk
tumbuhnya kebangunan bagi perlawanan terhadap Belanda. Situasi perkebunan yang sangat buruk merupakan benih bagi lahirnya gerakan-gerakan menentang penjajahan. Untuk melawan secara kekerasan sebagaimana telah diuraikan tidak berhasil, sehingga
tumbuhlah taktik baru mengahadapi penjajahan Belanda. Taktik
itu tidak lain adalah gerakan yang teratur dan tersusun dalam wadah kepartaian dan organissi yang didukung oleh seluruh masyarakat Sumatera Utara.
Kebangunan nasional yang terjadi di Jawa dengan lahirnya
Budi Utomo memberikan pula suatu inspirasi bagi tokoh-tokoh intelektual dari suku bangsa Jawa yang bertugas di Sumatera Timur
untuk mengembangkan sayap organisasi.
Atas usaha beberapa dokter yang berasal dari Jwa seperti dr.
Abdul Manap, ctr: Suraji , dan dr. Pirngadi, di Kota Medan, lahir
pula organisasi Budi Utomo. Sebagaimana ujud dan tujuan organisasi ini di Jawa, di Sumatera Timur Budi Utomo juga bergiat dalam
lapangan sosial.
Untuk meningkatkan kehidupan bangsa terutama di kalangan
para. buruh perkebunan di Sumatera Utara Budi Utomo mendirikan sekolah-sekolah. Tentu saja sekolah-sekolah itu harus didirikan di daerah yang berada di lokasi perkebunan, sebab tujuan
dan sasaran pendidikan adalah anak-anak karyawan kebun. Kota
Tebingtinggi memang sangat tepat untuk pendidikan ini .
Di kota inilah untuk pertama kalinya didirikan sekolah oleh
Budi Utomo yang kemudian mengembangkan pula ke kota-kota
lain seperti Lubuk Pakam Galang, Binjai, Perdagangan, dan Medan.
Sekolah-sekolah itu berupa sekolah dasar yang mengajarkan bahasa Belanda atau juga disebut HIS Budi Utomo. Kegiatan pendidikan ini tiada lain sebagai suatu reaksi dari sikap Belanda yang
tidak melaksanakan pendidikan secara demokratis dan melakukan diskriminasi. Usaha pendidikan seperti Budi Utomo ini kemudian diikuti pula oleh organisasi partai-partai lain baik yang bersifat nasional maupun bersifa t keagamaan sehingga
dengan demikian kemajuan bangsa Indonesia cepat tercapai di
daerah ini.
Selain kegiatan pendidikan , Budi Utomo juga melaksanakan
kegiatan kesenian dengan tujuan menghidupkan kesenian Jawa di
kalangan penduduk Jawa yang tinggal di Sumatera Utara. Melalui
kesenian dapat diharapkan kesadaran bangsa Indonesia akan terus hidup , dan ini merupakan suatu landasan bagi perlawanan terhadap kolonialisme . Kelompok kesenian seperti wayang ludruk,
dan paduan suara yang diberi nama dengan Panembromo merupakan salah satu unsur kesenian yang sering dipertunjukkan. Demikian pula segala kesusastraan Jawa mendapat tempat yang utama
pula dalam kegiatan Budi Utomo itu. Buku-buku kesusastraan
Jawa seperti dari Prapanca, Mangkunegara, dan Paku Buana IV
dipelajari sebab banyak mengandung filosofi kehidupan masyarakat Jawa .
Sesudah lahirnya Budi Utomo, di Sumatera Utara tumbuh
pula organisasi Partai Sarikat Islam. sebab umat Islam merupakan mayoritas di Sumatera Utara, maka organisasi ini cepat pula
berkembang. Anggotanya pada umumnya adalah para pemukapemuka Agama Islam yang tinggal di beberapa kota besar di
Sumatera Utara. sebab itu perkembangannya hanya dikota-kota
pula seperti Medan, Sibolga , Pematangs1antar, Tanjung Balai,
dan Tapanuli Selatan. Syarikat Islam selain mengurus masalah
Agama Islam juga membicarakan dan memperjuangkan perbaikanperbaikan sosial dan politik bagi umatnya.
sebab perjuangannya iut maka kehidupan Sarikat Islam hanya subur di daerah-daerah yang tidak dik uasai oleh Sultan seperti
Simalungun dan Tapanuli serta kota-kota besar lainnya. Sultan
yang tidak ingin penduduknya melibatkan din dalam kegiatan
politik melarang Sarikat Islam itu mengadakan kegiatan di wilayahnya. Tokoh-tokoh terkemuka dalam Sarikat Islam di
Sumatera Utara adalah Muhammad Samin. Tokoh ini sangat terkenal dalam Sarikat Islam malah dalam kegiatan politik di masa
itu. Ia juga memperjuangkan perubahan-perubahan sosial.
Selain Sarikat Islam sebagai partai yang berorientasi kepada Islam , juga terdapat organisasi seperti Muhammadiyah dan Al J amiyatul Waliyah. Kedua organisasi ini lebih menitikberatkan kepada masalah yang bersifat pendidikan saja. Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Said, Was Pono, Raden Karto Utoyo, dan
Abdul Wahid AR. Pendirian organisasi ini berlangsung sejak tahun
1927 . Aljamiyatul Washliyah didirikan sekitar tahun 1930 dan
sebagai tokoh utama adalah Haji Abdul Rachman Sjihob.
Dalam perjuangan , ·kedua organisasi itu sangat berbeda. Muhammadiyah ingin kemurnian dalam Agama Islam dan menghendaki penggunaan radio dalam pelaksanaan agama dan harus bersumberkan kepada Qur'an dan Hadirh. sebab itu Muhammadiyah_
menentang segala unsur yang tidak terdapat pada Qur'an dan Hadirh, sedangkan Al Jamiyatul Washliyah dapat menerima unsurunsur ini selama tidak bertentangan dengan ajaran Agama
Islam. sebab penduduk di Sumatera Utara lebih mempunyai kecenderungan kepada Al Jamiyatul Washliyah, maka Muhammadiyah tidak mendapat pengaruh.
Walaupun ad·a perbedaan antara keduanya itu dalam tujuan,
melaksanakan dakwah Islam tetap menjadi tujuan kedua organisasi itu. Dengan adanya dakwah yang terorganisasi maka dalam
kalangan umat Islam terbentuk suatu persatuan. Tidak jarang pula
dalam setiap dakwah Islam itu para pembicara juga memasukkan
unsur-unsur perjuangan bangsa seperti. kebebasan dari penjajahan,
sebab Islam menentang segala bentuk pen]ajahan. sebab itu
setiap ada rapat-rapat yang diselenggarakan oleh organisasi itu
tetap harus mendapat izin dari penguasa Belanda dan dihadiri
pula oleh polisi.
Perkembangan organisasi kepartaian menjelang tahun-tahun
tigapuluhan agak menurun disebabkan pengaruh zaman malaise
atau krisis ekonomi dunia juga turut melahirkan masa suram
kepartaian di Sumatera Utara. Menjelang tahun-tahun empat
puluhan, setelah keadaan krisis ekonomi agak mereda, suasana
)<epartaian agak meningkat.
Di Sumatera Utara lahir pula organisasi Gerindo dan Partin_go,
tetapi sangat sulit berkembang sebab senantiasa diawasi oleh
Pemerintah Belanda. Beberapa tokoh-tokohnya yang dianggap san,gat ekstrim oleh Pemerintah Belanda seperti M. Djoni atau
lebih terkenal dengan Benteng Gemuk dibuang ke Digul. Selain
tokoh ini juga Zarim M. S. dan Saleh Umar (nama samarannya Surapati) turut juga dibuarig ke Digul. Dalam rapat-rapat
umum mereka sering menyerang pemerin tah jajahan dan dianggap
oleh pemerintah jajahan sebagai penghasut dan mengganggu keamanan . Dengan tindakan-tindakan demikian ini perlawanan
terhadap Belanda melalui gerakan kepartaian tidaklah bungkam.
tetapi juga berlangsung terns. Melalui rapat-rapat gelap. partaipartai itu meneruskan kegiatannya.
Dari seluruh kegiatan partai-partai i tu yang menonjol ialah
pemogokan buruh Deli Spoonveg Maatschappij Deli Spoorweg
Maatschappij adalah suatu perusahaan ya ng bergerak di bidang
angkatan di Sumatera Timur pada zaman penjajahan Belanda. Perusahaan ini merupakan suatu perseroan terbatas yang andilnya berasal dari berbagai perusahaan Belanda yang mengadakan eksploitasinya di Sumatera Timur. Dengan adanya perusahaan ini, pengangkutan hasil perkebunan dari perusahaan Belanda dapat cepat
diangkut ke Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan
ekspor. Selain barang-barang hasil perkebunan cepat diekspor.
angkutan ini dapat pula mengangkut penumpang-penumpang.
Dengan demikian DMS memperoleh keuntungan ganda baik
untuk kepentingan usaha perkebunannya juga dari hasil pengangkutan umum. Hal ini memang merupakan suatu tujuan dari kegiatan-kegiatan dagang pada masa kapita lisme modern . Walaupun
keuntungan yang diperoleh pengusaha Belanda tinggi , namun
kehidupan karyawannya atau buruh sebagian tetap sangat rendah .
Gaji buruh perkebunan tidak lebih dari Jima rupiah sebulan dan
bekerj a tanpa perhitungan waktu. Mereka diperlakukan seperti
budak sebab Po enale Sanctie melindunginya. Keadaan ini tidak
saja berlak u di perkebunan, tetapi juga di perusahaan Beianda yang
lain.
Mereka tidak membedakan standar upah buruh di perkebunan dengan usaha yang lain sebab takut kalau-kalau abn terjadi
kegoncangan-kegoncangan. Sebaliknya kehidupan buruh-buruh di
luar perkebunan tidak sama dengan di perkebunan sebab bebe-rapa fasilitas yang ada di kebun tidak diperoleh oleh pekerja di
luar perkebunan sehingga buruh di luar perkebunan itu lebih
rendah dibandingkan di perkebunan.
Keadaan buruh di luar perkebunan yang demikian buruknya
melahirkan suatu persatuan buruh di antara mereka. Di antara persatuan itu adalah perserikatan di antara buruh-buruh DSM yang disebut mereka Serikat Sekerja DSM . Tahun 1919 yang merupakan
tahun yang sangat sulit sebab dunia baru saja mengalami perang
sehingga Belanda melakukan suatu penghematan besar-besaran.
Hal ini mengakibatkan kehidupan sosial buruh sangat sulit sekali
dan di mana-aman banyak buruh yang dikurangi dan penggajian
mereka sangat rendah pula.
sebab keadaan ini maka seorang bernama Muhd . Samin yang
terkenal sebagai tokoh dalam Serikat Sekerja itu bersama temantemannya melakukan pemogokan. Muhammad Samin selain seba~ai
tokoh Serikat Sekerja ia juga seorang tokoh dalam Sarikat Islam
sebagaimana telah diuraikan. sebab itu pemogokan meluas ke
seluruh perusahaan DSM yang tersebar ke segala kota di Sumatera
Timur. Tujuan perjuangan itu tidak bersifat politik, tetapi sematamata untuk perbaikan sosial buruh yang sudah hidup di bawah
standar.
Pemogokan ini terjadi pada tahun 1919 dan sempat juga melahirkan stagnasi di Pelabuhan Belawan, stasiun-stasiun, atau perkebunan yang memerlukan kereta api sebagai alat transportasi
satu-satunya terganggu sebab pemogokan itu. Walaupun demikian
pengaruhnya bagi pihak direksi DSM yang umumnya terdiri atas
pemilik perkebunan seperti J. Th. Cremer tetap bertahan. Pada
masa itu sampai-sampai Pemerintah Belanda melalui gubernur menyampaika:n usul-usul untuk menengahi perselisihan ini ,
tetapi dari pihak direksi Perubahan DSM tetap bertahan.
Pekerjaan di stasiun diambilalih oleh orang-orang Belanda seperti masinis, kondektur, dan lain-Jain. Mereka takut gerakan pemogokan itu akan merembet sampai di daerah perkebunan, sekiranya permohonan buruh itu dipenuhi dan akibatnya akan bertambah fatal. sebab itu pihak pengusaha terus bertahan dan dari kalangan Serikat Sekerja tidak ada dana yang cukup bagi buruhburuh yang mogok sehingga buruh-buruh pun kembali bekerj a.
Dari peristiwa pemogokan itu dapat kita memetik suatu gambaran bahwa di daerah Sumatera Utara telah tumbuh suatu kesadaran akan suatu persatuan dalam menghadapi kolonialisme
Belanda walaupun gerakan pemogokan itu tidak berlandaskan
unsur-unsur politik . Sejak itu Belanda berhati-hati te
terhadap suatu
kegiatan organisasi pergerakan bangsa Ind onesia. Setiap orga nisasi
dibatasi gerak langkahnya.
Di samping keiiatan partai-partai yang bersifat politik. pada
masa penjajahan Belanda tidak ketinggalan pula kegiatan di kalangan pemuda sebagai suatu generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa seperti kependudukan . Pada tahun 19:_ 7 lahir
.Vationa/ Padvinderij atau disingkat dengan l\'atipij di Kota Medan .
Pimpinan kepanduan ini ialah M. A. Dasuki dan Pangeran Sirega r.
Kepanduan ini bercorak nasional da n menanamkan kesadaran
bangsa Indonesia sekaligus sebagai wadah pembentukan kaderkade r. Perkembangan kegi atan partai politik di Jawa seperti
Parindra. setelah tahun tigapuluhan mencapai tingkat kemajuan
dan kepanduan ini melebur menjadi "Kepanduan Surya Wirawan".
Pusat Kepanduan di Jalan Amplas, yakn i di gedung sekolah Taman
Siswa . Di kalangan umat Islam uuga terbentuk organisasi kepanduan seperti Al Jamiyatull Washliyah dan kepanduan Muhammadiyah yang bernama Hisbul Wathan.
Dari gambaran di atas, pergerakan bangsa Jndonesia pada masa
penjaj ahan Belanda memang tidak melak ukan suatu konfrontasi
fisik menghadapi Belanda, tetapi adanya pergerakan itu sangat menentukan gerak perjuangan bangsa Indonesia kemudian . Keberhasilan yang dapat dicapai dari perjuangan itu antara lain ialah kesadaran berbangsa dan adanya suatu kesatuan dalam menghadapi
penjajahan Belanda . Proses perbentukan bangsa dan peleburan
unsur-unsur etnis dapat berlangsung dengan cepat di Sumatera
Utara sebab kepentingan-kepentingan yang sama di antara puakpuak bangsa yang berdomisili di Sumatera Utara.
Walaupun pergerakan nasional pada akhir tahun empatpuluhan nampaknya menurun, tetapi ha! ini bukanlah kare na ma-syarakat antipati terhadap perjuangan. Sebab utama ialah tekanan
yang sangat keras terjadi terhadap pergerakan ini sendiri dari pihak
penjajah. sebab itu pergerakan bangsa Indonesia lebih banyak
mengadakan kegiatan secara ilegal.
3.3 .2.4 Perlawanan terhadap Jepang
. Sebagaimana telah diuraikan, sejak Maret I 942 Sumatera
Utara telah dikuasai oleh Jepang. Tentara Jepang dari sebagian
pasukan ke-25 yang berinduk di Malaya mendarat di Bogak , Tanjung Tiram dan kemudian bergerak ke 'Kota Medan, Pematangsiantar terus menguasai wilayah Sumatera Utara.
Sebelum masuk ke Sumatera Utara , Jepang terlebih dahulu
mendapat bantuan dari kelompok kaum pergerakan yang bergabung dalam Fujiwara Kikan. Kelompok ini merupakan suatu
kelompok yang mengharapkan kedatangan Jepang membantu
bangsa Indonesia dan memerdekakannya. sebab itu dengan mudah Jepang dapat memasuki wilayah Sumatera Utara tanpa mengalami kesulitan.
Mereka yang bergabung dalam kelompok ini kebanyakan anggota partai Gei-indo di bawah pimpinan Yacob Siregar dan Surapati. Setelah Jepang menguasai wilayah Sumatera Utara, partai-partai
pergerakan bangsa Indonesia harus dibubarkan. Jepang menganggap pergerakan tidak diperlukan lagi. Indonesia bersama-sama
dengan Jepang sebagai saudara tuanya akan memperjuangkan
suatu yang lebih besar, yaitu Kemerdekaan Asia Timur Raya di
bawah pimpinan Jepang.
Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia di Sumatera Utara harus
mencari jalan keluar. Sementara itu Jepang terus melakukan
pengintipan terhadap gerak-gerik kaum pergerakan, sehingga kaum
pergerakan harus hati-hati. Untuk menghadapi Jepang yang keras
dan tentara ke-25 Jepang yang terkenal kejam, pemimpin pergerakan terpaksa melakukan suatu siasat yang lain. Sebagaimana
juga di Jawa, pergerakan bangsa Indonesia di Sumatera Utara
terpaksa bekerjasama dengan Jepang dan sementara itu menyusun
kekuatan untuk suatu ketika berhadapan dengan Jepang. Pada zaman pend udukan Jepang. struktur masyarakat tidak
mengal ami perubahan dan sama dengan k eadaan zaman penjajahan
Beland a. Keadaan perekonomian sungguh sangat menyedihkankan . Daerah Sumatera Timur terkenal sebagai daerah yang senantiasa mengimpor bahan mak anan karen a penghasilan utama hanyalah hasil perkebunan . Dengan adanya perang, bahan makanan yang
biasanya didatangkan dari luar tidak ada . Untuk menyed iakan
bah an makanan . maka pend ud uk diwaji bkan menanam ba han
makanan. Pendud uk kot a t erpaksa menanami tanah-tanah yang
kosong dengan jenis bahan makan sepert i ubi. jagung, padi, dan
lain-lain. Petani-petani di desa-desa diwaj ib kan pula untuk menyerahkan sebagian hasil panenannya kepada Jepang dengan pem -
bayaran yang sangat rendah at au ditukar d engan kain .
Kehi dupan buruh dan pekerja di kan tor-kantor lebih b uruk
lagi . Mereka menerima gaji yang tidak cukup dan sebagian dibayar
dengan bah an makanan seperti jagung d an kacang kuning. Bahanbahan kebutuhan seperti sabun , minyak goreng, dan gula , kalau
ada hanya di pasar gelap .
Para pegawai harus bekerja keras dan harus pula berlatih militer yang diadakan Jepang, sebab setiap jawatan merupakan suatu
kesatuan dalam pertahanan sipil . Pelaj ar-pelajar juga mendapat
la tihan militer dan diajarkan disiplin militer. Setiap waktu para
pelajar dan pegawai diwajibkan pula melakukan kerja bakti atau
k inkro hos i.
Keadaan makanan yang kurang baik dan jauh dari syaratsyarat kesehatan menyebabkan banyak penduduk menderit a
bu sung la par, penyakit k ulit , disentri, dan malaria berjangkit di
kalangan penduduk. Keadaan seperti ini tidak saja terdapat di
kota-kota tetapi juga di pedesaan, sebaliknya tentara Jepang hid up
serba kecu kupan . Padi rakyat yang jatuh ke tangannya lebih dahulu dinikmatinya dan tekstil yang terd apat di toko-toko disit a
J epang.
Kebebasan penduduk juga semakin terbatas sebab tidak boleh
bepergian tanpa dilindungi surat-surat. Bila Jepang memerlukan
t enaga kerja, kepala desa harus menyediakannya; syarat-syarat
sebagai pekerja tidak pernah dibicarakan. Keadaan ini menyebab-kan banyak penduduk desa yang dijadikan pekerja paksa atau
romusha. Pekerjaan-pekerjaan ini dikirim ke proyek-proyek militer
untuk membuat jalan dan benteng-benteng pertahanan Jepang. Kehidupan pekerja-pekerja ini sangat menyedihkan. Makanan sangat
kurang dan pemeliharaan kesehatan tidak ada. Proyek yang terkenal adalah perbuatan J alan Raya Blang Kejeren yang mengh ubungkan daerah Aceh Tenggara dengan Sumatera Utara atau
Lagos di Riow.
Seenaknya saja serdad u-serdad u J epang mendirikan pusat pelacuran di kota-kota. Istilah pelacur pada waktu itu adalah sanyuru.
Adat istiadat dan norma agama tidak diperdulikan oleh Jepang.
Keadaan ini melahirkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi
bangsa Indonesia , sehingga sejak saat itu perasaan membenci
Jepang bersemi dalam sanubari penduduk di Sumatera Utara.
Tindakan Jepang itu tidak dapat dibiarkan seterusnya karena,dengan demikian indentitas bangsa Indonesia akan lenyap.
Bertitik tolak dari pandangan inilah maka tokoh pergerakan di
Sumatera_ Utara mulai menyusun kekuatan kembali menghadapi
Jepang. Strategi menghadapi Jepang mulai diatur dan disusun secara matang melalui segala kegiatan. Untuk itu kaum pergerakan
menyusun sistem perjuangan melalui kerja sama dan membentuk
kekuatan yang bersendikan seluruh kekuatan rakyat serta mempersiapkan diri menghadapi kekuatan Jepang. Dengan kerjasama
maka banyak unsur-unsur pergerakan rakyat berhasil menyusup
ke dalam segala sendi-sendi pemerintahan militer Jepang.
Pembentukan organisasi yang bersifat kemiliteran dan semi
militer seperti heiho, ciu cun, keibodan dan fujinkai memberikan
kesempatan bagi· unsur-unsur pergerakan di Sumatera Utara menyusup ke dalamnya. Demikian pula segala kegiatan lainnya, baik
yang bersifat sosial maupun bersifat kesenian.
Sejak bulan Mei 1943 kedudukan tentara Jepang mulai mengalami kemunduran di segala front sehingga di Sumatera Utara nampak perubahan sikap Jepang terhadap bangsa Indonesia. Mereka
mengharapkan bantuan-bantuan dari bangsa Indonesia. Di Sumatera Timur dibentuk BOMPA (Badan Oentoek Membantoe Pertahanan Asia). Pimpinan badan ini mula-mula Mr. Muhammad · YoesoeL tetapi kemudian diganti oleh Zarim M.S. Di Tapanuli
dibentuk pula BAPEJ\ (Badan Pertahanan Negeri) di bawah pimpinan Dr. F. L. T obing
Tujuan badan yang didirikan dan mendapat restu dari Jepang
ini , adalah untuk menghimpun seluruh t enaga rakyat guna membantu J epang, tetapi kaum pergerakan menjadikan bad an ini
sebagai tempat berkumpulnya para tokoh terkemuka bangsa
Indonesia yang pada waktu itu sangat sulit berkurnpul kare na
se nantiasa dicurigai J epang. Di sinilah disusun ren cana-ren cana
un tuk mengatur siasat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam
pelaksanaannya BOMPA pada tahun-tahun pertama berhasil
menyusun suatu daftar istilah dalam bah asa Indonesia sehingga
mulai sejak itu Bahasa Indonesia telah ditingkatkan menjadi bahasa administrasi dan pengetahuan. lni tid ak berarti kelihatannya ,
tetapi pada pokoknya itu merupakan suat u hasil yang besar bagi
suatu dasar pembentukan bangsa. Di samping itu juga rnelalui
badan-badan ini di atas dapat pula pemimpin-pemimpin
bangsa Indonesia menanamkan rasa keb angsaan kepada bangsanya.
Pidato-pidato selalu bernapaskan cit a-cita Jepang tetapi didalamnya ada pesan-pesan ' terselubung. Umpamanya, pidato Zarim
M.S. di depan prajurit-prajurit ciu cun yang isinya antara lain
sebagai berikut :
Kita harus menguasai ilmu perang untuk dapat membela diri. Kita berlatih bukan
untuk membela Nippon tetapi untuk membela diri kita sendiri. Kita tidak perlu
membela Nippon, sebab Dai Noppon cukup kuat untuk membela diri sendiri
... ....... . . . . 10.
Pidatonya itu menanamkan kesadaran prajurit-prajurit Indonesia yang bertugas dalam ketentaraan Jepang. Nada pidato itu
memuji Jepang tetapi juga memberikan peringatan kepada bangsa
Indonesia agar kita 'bersiap-siap. untuk membela diri dan kebulatan
tekad (fisik) sangat diperlukan. Banyak lagi pidato-pidato yang
nilainya sama disuarakan oleh tokoh politik maupun tokoh agama.
Selain dari kegiatan kaum politik, di masa pendudukan Jepang itu juga para seniman turut pula menyumbangkan buah pikirannya melalui seni . drama , seni suara . dan lain-lain . Tokoh terkemuka di sini adalah Saleh Umar atau Surapati dan M. Noer Nasution
(alm mantan direktur Antara). Pada zaman Jepang, bioskop
praktis tidak berfungsi. sebab itu kemudian tumbuh kelompokkelompok sandiwara. Saleh Umar pada mulanya membentuk
san diwara Barito . Kemudian sesuai dengan selera Jepang nama
sandiwara itu ditukar dengan Yamato. M. Noor Nasution membentuk pula Kinsel Gedidan dan di bawah pimpinan Ahmad C.B.
dibentuk pul a Asmara Dhana.
Sandiwara-sandiwara itu sesekali melakonkan cerita-cerita yang
bertemakan kepahlawanan dan keperwiraan dari bangsa Indonesia.
Misalnya Harimau Jantan dan nyanyian-nyanyian daerah maupun
nyanyian Indonesia. Melalui saluran seni drama ini juga berkembang suatu perasaan yang mendalam mengenai nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme bangsa.
Peranan sandiwara ini tidak saja di Surnatera Utara, tetapi juga
sampai ke Malaya sebab sering pula mereka mengadakan anjangsana ke sana. Ahmad C.B. dengan sandiwaranya sering berkunjung
ke Malaya untuk melakukan pertunjukan-pertunjukan. Dengan
demikian hubungan budaya Malaya dengan Indonesia menjadi
lebih rapat. Banyak artis-artis yang berasal dari Sumatera seperti
Kasmah Doety yang kemudian bermukim di Malaysia akibat
hubungan seni drama ini . Hubungan ini dimungkinkan karena administrasi pemerintah Sumatera adalah bagian dari administrasi daerah Semenanjung Melayu. Lily Suhairy, seorang komponis
terkemuka dari Sumatera Utara, juga banyak menciptakan lagulagu yang menyindir kehidupan pada zaman Jepang seperti lagu
Makan Sirih, Aras Kabu, dan lain-lain.
Jadi segala kegiatan seniman baik sadar maupun tidak telah
melahirkan suatu pernyataan tidak puas. Semuanya dapat dilakukan sebab banyak tokoh pergerakan Indonesia pada waktu itu
dapat memasuki jawatan kebudayaan yang dibentuk Jepang (Bunkaka).
Satu-satunya suara yang didengar hanyalah surat kabar Sumatera Sinbun yang berada di bawah Jepang. Pewarta Deli dan Sinar Deli tidak boleh terbit. Walaupun demik ian atas inisiatif Murnar S.
Hamijoyo lahir mingguan untuk pelajar dan pemuda yang bernama Melati Dalam mingguan berkala itu. dengan cara tersendiri ,
disemaikan pula perasaan kebangsaan sehingga pengaruh mingguan
ini sangat terasa di kalangan pemuda.
Di mana-mana terbentuk persatuan Pemuda Melati sebab pengaruh mingguan berkala . itu. Pada mulanya pemuda-pemuda yang
bergabung dalam Pemuda Melati inilah kemudian memegang
peranan yang penting dalam kegiatan sewaktu terjadinya Proklamasi kemerdekaan di Sumatera Utara. Jadi pada zaman Jepang ini
segala kesempatan yang diberikan oleh Jepang dijadikan sebagai
sarana untuk menghadapi Jepang dan menanamkan perasaan
nasional dalam segala kehidupan bangsa.
Se lain gerakan yang bersifat keperatif dengan Jepang , juga terjadi gerakan di bawah tanah. Sejak pend aratan Jepang sebenamya
k ecurigaan terhadap J epang telah ada k arena tindakan-tindakann ya yang kejam dan banyak tokoh nasionalis yang turut pula
menjadi korban. Misalnya seorang anggota Gerindo bernama
Nukman dan menjadi anggota Fujiwara Kikan (yaitu badan yang
beranggotakan bangsa Indonesia dan membantu Jepang sewaktu
pendaratannya) dibunuh Jepang dengan keji berdasarkan tuduhan
merampok perkebunan. Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun
1942 di Serbelawan , suatu kota kecil di Simalungun.
sebab kekejaman itu maka lahir suatu usaha dari beberapa
tokoh untuk mempersiapkan diri menghad api Jepang dengan cara
kekerasan . Sebelumnya telah diadakan suatu percobaan menghadapi Jepang dengan cara kekerasan . Peristiwa pemberontakan
di Pan cur Batu, yang terkenal sebagai pemberontakan Aron, merupakai1 suatu percobaan yang dilakukan oleh pemuka pergerakan.
Pemberontakan itu terjadi pada 26 dan 2"' Juli 1942, yaitu setelah
beberapa bulan Jepang mend uduki Sumatera Utara. Sebab pemberontakan itu adalah paksaan Jepang pada penduduk desa sekitar
Pancur Batu untuk menyerahkan padinya bagi kepentingan Jepang.
Penyerahan yang dilakukan secara paksa itu tidak sesuai dengan
kebiasaan rakyat , sedang padi itu adalah sumber kehidupan penduduk di daerah ini. sebab itu petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerja gotong-royong, yang di Tanah Karo dinamakan Aron, melakukan penyerangan terhadap petugas-petugas
J epang . Rakyat di desa-desa sekitarnya turut melakukan penyerangan masal terhadap petugas pengutip padi itu tanpa gentar
terhadap pengawal-pengawal Jepang itu. sebab kewalahan,
Jepang mengajak para pemimpin petani dan pemuka masyarakat
untuk berunding dan musyawarah . Dengan siasat musyawarah
ini, Jepang mengambil kesempatan yang baik untuk menangkap
pemimpin-pemimpin rakyat sehingga pemberontakan itu dapat
dipadamkan .
Peristiwa ini mengakibatkan beberapa pemimpin pergerakan
dicurigai Jepang dan ada yang ditangkap sebab dianggap menj adi dalang keributan itu. Tetapi dengan berbagai cara beberapa
pemimpin rakyat seperti Yacob Siregar dapat keluar dari tahanan
kempetai. Ia malah dipercaya Jepang untuk turut dalam suatu
Badan Pertahanan Rakyat yang dibentuk Jepang di bawah pimpinan Kapten Inouye. Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Tokko
Bo Eidan .
Kegagalan Pemberontakan Aron itu membuat tokoh pergerakan menggunakan siasat untuk bergerak menyokong kegiatan Jepang
dalam membentuk barisan-barisan pertahanan rakyat. Tetapi kaum
pergerakan membelokkan kepada kepentingan perjuangan bangsa
Indonesia selanjutnya.
Jepang bermaksud membentuk suatu pertahanan rakyat sehingga bila Sekutu masuk akan diadakan perang gerilya. Dengan
demikian terbentuklah Taman Latihan Pemuda Tani Talapeta)
Tora Tai (Pasukan Harimau),Moku Tai (Barisan Gajah) dan Kenya
like (Barisan Pantai).
Pasukan ini merupakan kekuatan rakyat lndonesia yang tinggal di Sumatera Utara dari pantai sampai ke pegunungan. Pimpinan dari pasukan ini adalah Yacob Siregar dan Saleh Umar yang
namanya telah tenar. sebab itu mudahlah muncul kader-kader
yang terlatih dan dapat diharapkan dalam perjuangan bangsa
Indonesia kemudian. Dari kader-kader inilah kemudian lahir
barisan-barisan rakyat yang tergabung dalam Lasykar Napindo,
Harimau Liar dan lain-lain di masa Perang KemerdekaanDari uraian di atas. jelaslah bahwa di zaman Jepang pergerakan
bangsa Indonesia menghadapi berbagai macam kesulitan untuk
mencapai tujuan perj uangan . Dengan Jalan y ang berlik u-lik u.
t ujuan memang dapat j uga tercapai walau dengan jalan yang penuh
resiko dan berbahaya . Dengan keadaan ini . perjuangan
bangsa Indonesia menjadi semakin matang.