sejarah sumatera 2
By arwahx.blogspot. com at Agustus 16, 2023
sejarah sumatera 2
mengakui kekuasaan Balanda. Dengan . demikian Belanda telah
aman dari gangguan bangsa-bangsa lainnya. Di tempat-tempat
yang barn itu Belanda segera menempatkan pejabatnya. Dari
daerah pantai ini kemudian Belanda melakukan penguasaan pula
ke daerah pedalaman yaitu Simalungun dan daerah Tanah Karo.
Penguasaan Belanda terhadap daerah pedalaman berhubungan
erat dengan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Pembukaan perkebunan dimulai tahun 1863 , yaitu setahun setelah penandatanganan Akte van Erkenning yang dilakukan oleh sultan
Deli. Nienhuys pada tahun itu diberi konsesi tanah di Tanjung
Sepat untuk mengusahakan perkebunan tembakau yang kemudian
ternyata membawa hasil.
Kemajuan-kemaj~an Belanda di Sumatera Utara baik di pantai
barat , Tapanuli Utara maupun pantai pesisir, menjadikan raja-raja
di daerah pedalaman seperti Simalungun menjadi curiga terhadap
Belanda; sebab itu di antara raja-raja Simalungun yaitu Raja
Maropat (Raja Tanah Jawa, Raja Siantar, Raja Panai, dan Raja
Silau) telah terjadi suatu perundingan dengan Sisingamangaraja
yang sedang mengadakan perlawanan dengan Belanda di Tapanuli.
Raja Maropat di Simalungun telah menyusun suatu kekuattan
bersenjata. Panglima besarnya dipercayakan kepada Tuanta Namabayan yang populer dengan sebutan Ronda Hein. Atas prakasa
Panglima Besar Ronda Hein , dalam tahun itu juga berlangsung perundingan untuk mengatur siasat dan taktik serta menyusun kekuatan yang lebih besar dalam menghadapi Belanda. 7)
Dari kenyataan itu jelaslah antara Tapanuli Utara dan Simalungun telah terjadi suatu kerjasama untuk membendung agresi Belanda. Demikian pula dengan raja-raja di daerah pantai seperti
ra,ia Tanjung Kasau y ang beragama Islam t elah membentuk suatu
persatu an. Hubungan dengan daerah ini m emang erat sebab penduduk Simalungun yang berdiam di daerah ini ada hubungan
kekeluargaan dengan penduduk Simalungun di pedalaman. Pada
rahun 1884 penguasa Belanda yang berad a di daerah pesisir menurunk an raja Padang di Tebingtinggi. T indakan Belanda in i dilak ukan sebab raja Padang yang berada di bawah naungan Kerajaan
Serdang tel ah menandatangani Akre ran t:rkenning Raja Padang
Mohamad Nurdin meminta bantuan dari Rondahein yaitu Panglima
perang dari raja-raja Simalungun . Hal in ilah yang nantinya akan
rnelahirkan perlawanan rakyat Simalun gun melawan Belanda.
Perang in i sebenarnya merupakan perlawanan yang dimulai oleh
Sisingamangaraja , tetapi kemudian melu as ke seluruh dataran
tinggi daerah Barak . Perang ini baru berakhir pada tahun 1907.
yaitu dengan gugurnya Sisingamangaraj a. Tokoh ini sangat penting dalam masyarakat sebab masyarak at meletakkan kepercayaanny a kepada seseorang yang dianggapnya sakti atau mempunyai sifat yang dapat dicontoh.
Denga n berakhirny a Perang Batak ata u Barak Oor/og. mak a
Belanda m ulai m enanamkan kekuasaanny a di daerahdataran tinggi
Sumatera Timur pada pennulaan abad ke-20 boleh dikat akan
telah aman dari perlawanan rakyat terhadap Belanda. sebab
daerah yang dikuasai Belanda di Suma tera Timur cukup luas.
maka Surnatera Timur dijadikan suatu keresidenan dengan Medan
sebagai ibukotanya . Keresidenan Sumatera Timur pada waktu
itu terdiri atas beberapa afdeling seperri S zmalungun , Karo landen.
Deli en SerdangL dan Asahan en Riou e/landen. Di setiap afdeling ditempatkan pula seorang asisten residen dan di bawahnya terdapat
kontroler. Kekuasaan raja-raja atau kepala -k epala bumiputera tidak
dihapuskan . Kekuasaan raja-raja itu berada dalam ketentuan
sc ~( besruur dan biasa disebut dengan pemerintahan lanclschap
Pemerintahan ini berbeda-beda pada setiap daerah dan disesuaikan
dengan keadaan daerah masing-masing. Di d aerah pesisir pantai di
mana terdapat kerajaan-kerajaan seperti Deli, Serdang, Langkat,
Asahan , dan Jain-lain, raja merupakan penguasa di daerahnya. Ia
mengatur pemerintahan melalui para da tuk dan para penghulu sebagai kepala desa. Di atas raja-raja ini terdapat kontroler yang
membawahi suatu onderafdeling dan di atasnya terdapat afdeling
yang dip~pin oleh asisten residen dan yang terakhir ini bertanggung jawab terhadap residen.
Di Simalungun Belanda merombak tata pemerintahan kerajaan
yang telah ada. Sebelum kedatangan Belanda memang di Simalungun telah ada Kerajaan Maropat yaitu Kerajaan Si!au, Siantar,
Panai dan Tanah Jawa. Kerajaan ini ditambah Belanda lagi dengan
Kerajaan Purba, Kerajaan Raya, dan Kerajaan Silima Kuta. Di
bawah kekuasaan raja-raja ini Belanda membentuk daerah-daerah
pertuanan yang merupakan bawahan dari raja, seperti perpertuanan Bandar, Dolok Batunanggar, Tiga Dolok, dan Negeri Dolok.
Di bawah kekuasaan pertuanan ada pula perbapaan yang tidak memiliki wilayah tetapi bertugas menyampaikan perintah-perintah
kepada penghulu atau kepala desa.
Dengan memecah kerajaan dan men am bah penguasa-penguasa
Belanda dapat menguasai wilayah itu sehingga pengaruh kerajaan
menjadi menipis. Keadaan seperti ini juga terjadi di Tanah Karo.
Organisasi pemerintahan di Tanah Karo sebelum datangnya Belanda terdiri atas Kesain yang menggepalai kelompok keuarga dan
kemudian di atasnya terdapat raja kuta yang mengepalai satu desa
atau kampung. Di atas kuta ada kekuasaan raja urung yang mengepalai suatu kelompok dari kuta. Sesudah kekuasaan Belanda
didirikan di Tanah Karo, urung-urung itu disatukan pula dalam
suatu kesatuan yang disebut sibayak. Di Tanah Karo terdapat
lima sibayak yaitu Kuta Buluh, Lingga, Sarinembah, dan Suka.
Penguasa wilayah sibayak merupakan kepala distrik, sedangkan
urung menjadi onderdistrict dan kuta merupakan suatu kampung.
Pimpinan kesain merupakan suatu pimpinan kelompok marga.
Dengan berhasilnya pengembangan kekuasaan administratifnya
di Sumatera Timur ini boleh dikatakan kekuasaan Belanda telah berkembang di daerah ini. sebab itu dalam waktu yang singkat di Sumatera Timur tumbuh pula penanaman modal asing dalam bentuk perusahaan-perusahaan. Kebanyakan usaha itu dimiliki oleh bangsa Eropa sedangkan bangsa Indonesia hanya menjadi
buruh atau pegawai saja.
2.4 Masa Pendudukan Jepang
Pada pertengahan abad ke-20 dun ia mengalami krisis yang
akhirnya diakhiri dengan suatu kekerasan yaitu Perang Dunia II.
Perang ini berlangsung dari tahun 1939 sampai 1945. Indonesia
yang saat itu merupakan jajahan Belanda juga terlibat dalam peperangan ini . Jepang sudah lama me ngharapkan agar wilayah
di ·Asia Timur dapat menjadi bagian dari negaranya melalui perundingan dengan negara-negara Eropa akh irnya dengan kekerasan
senja ta berhasil pula . Boleh dika takan seluruh daerah jajahan
negara-negara Eropa di Asia jatuh ke tangan Jepang kecuali India .
Pasukan Jepang yang menyerang Indonesia tidak dapat ditahan
oleh Sekutu walaupun armada Sekutu di Laut Jawa mencoba
menghalangi maksud Jepang itu .
Pada 9 Maret 1942 wakil Pemerintah Belanda untuk Indo nesia
Gubemur Jenderal Tjarda van Stakenbourg dan .pimpinan tentara
Belanda di Indonesia yaitu Ter Poorten menyerah kepada Jepang.
Sejak itu jatuhlah seluruh jajahan Belanda ke tangan Jepang, dan
berakhirlah masa kejayaan Belanda yang sudah berabad-abad di
Indonesia .
Di Sumatera Utara pasukan-pasukan Belanda yang berada di
bawah pirnpinan Mayor Jenderal R.T. Overakker tidak bersedia
mengikuti perintah menyerah tanpa syara t kepada Jepang sebagaimana yang telah dilakukan oleh pimpinan mereka di Jawa. Mereka
memutuskan untuk melakukan peperangan di hutan-hutan menghadapi Jepang sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Untuk
melaksanakan hal ini mereka memang tela h melakukan persiapanpersiapan . Mereka telah menyediakan perbekalannya di Gunung
Setan yaitu di daerah perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara .
Untuk memaksa pasukan Belanda ya ng belum mau tunduk kepada perintah dari Jawa , Tentara Ke-2 5 Jepang yang berpusat d i
Singapura mengirirnkan pasukannya untu k melakukan penyerbuan
ke Pulau Sumatera. Pendaratan tentara Jepang di Sumatera Utara dilakukan di Pelabuhan Tanjung Tiram (Batu Bara) Asahan pada
11 Maret pukul 12.00. Pasukan Jepang yang mendarat di Tanjung
Tiram itu kemudian dibagi menjadi tiga kelompok .
Pasukan Belanda yang telah mengetahui pendaratan Jepang
itu mengundurkan diri ke pegunungan. Ada yang melalui jalan
Tarutung ke Sidikalang terus ke Gunung Setan, ada yang melalui
Dataran Tinggi Karo kemudian bertemu di Gunung Setan sebagaimana yang telah dibicarakan. Tentara Jepang terus bergerak mengejar mereka ke tempat pertahanan terakhir. Di samping itu bantuan masyarakat terhadap pasukan Belanda pun tidak ada. sebab
kegagalan ini, maka pada bulan Maret itu juga Mayor Jenderal
Overakter beserta pasukannya menyerah kepada Jepang. Dengan
peristiwa ini maka berakhirlah penjajahan ·Belanda di Sumatera
Utara . Sumatera Utara mulai memasuki babak baru di tangan penjajah Jepang yang lazim disebut dengan Masa Pendudukan Jepang.
Jepang mulai menjalankan pemerintahannya yang disebut dengan
Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang. Pemerintahan Pertabiran
Militer Jepang di Sumatera Utara dilaksanakan sesuai dengan pembagian kesatuan-kesatuan angkatan perangnya. Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah yang berdiri sendiri. yaitu Sumatera, Jawa,
dan Indonesia Timur. Pembagian wilayah di Pulau Sumatera tetap
seperti masa pemerintahan Belanda. Hanya pusat pemerintahan
bukan Jagi di Medan melainkan di Bukittinggi. Pemindahan pusat
pemetintahan dari Medan ke Bukttinggi mungkin dilakukan atas
dasar stfategi perang.
Bukittinggi berada di bawah kekuasaan tyokan kakka atau
gubernur. Sumatera Utara waktu itu terdiri atas Keresidenan
Sumatera Timur dan Tapanuli. Tiap-tiap keresidenan diperintah
oleh buntzucho atau asisten residen di zaman pemerintahan Belanda . Pemerintahan di bawah kekuasaan buntzucho dipegang oleh
zelfbesteur terus berjalan dalam tingkat sebagairnana berlangsung
sebelumnya. Pemerintahan Pertabiran Militer Jepang mengetahui
bahwa struktur pemerintahan buatan Belanda tidak perlu diubah
sebab bentuk itu sangat praktis di mana penguasa dapat berhubungan dengan rakyat melalui pernimpin mereka masing-masing.
Pemerintah Pertabiran Militer Jepang melaksanakan peme-rintahan di Sumatera Utara sesuai dengan tujuan perang, yaitu mengerahkan segala potensi yang ada di daerah ini untuk mencapai
kemenangan perang mereka . sebab tujuan itu maka segala kegiatan senantiasa dihubungkan dengan kepentingan militer.
Melalui kepala-kepala, anak negeri penduduk diwajibkan menyediakan segala kebutuhan tentara seperti beras, lau-pauk , dan
sayur-mayur bagi tentara Jepang. Mereka harus pula menyediakan
tenaga kerja untuk membangun pertahanan J epang. Dalam situasi
seperti inilah pemimpin-pemimpin pendud uk merasakan bagaimana pahit-getimya masa penjajahan Jepang. Hal ini dilakukan
Jepang sebab segala kebutuhan makanan tentara Jepang diperoleh dari daerah di mana mereka be rada, sedangkan untuk
mendatangkan dari luar tidak mungkin , sebab lautan dikuasai
armada Sektitu.
La tar Belakang Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan di atas. pada pertengahan abad
ke-19 Sumatera Utara mulai mengalami persentuhan-persentuhan dengan bangsa Barat, terutama bangsa Belanda dan Jnggris.
Persentuhan semula merupakan hubungan perdagangan antara dua
bangsa yang sederajat dan masing-masing dengan memperoleh
keuntungan. Dalam taraf-taraf demikian tidaklah terjadi pertentangan-pertentangan, tetapi kemudian bangsa-bangsa Eropa saling
bersaing untuk memperoleh barang dagangan Hal ini melahirkan
persaingan yang tidak sehat di antara mereka bahkan menciptakan
perkelahian bersenjata. Malahan kemudian hak-hak mereka atas penguasa-penguasa setempat merasa telah diperkosa oleh pedagangpedagang Eropa, misalnya tindakan monopoli yang dilakukan
penguasa Eropa terhadap daerah yang telah berada di bawah pengaruhnya sehingga menimbulkan perlawanan bersenjata terhadap
orang-orang lnggris dan Belanda.
Setelah perlawanan-perlawanan penduduk dan penguasa pantai
terhadap bangsa Eropa dapat dipadamkan oleh bangsa Eropa dan
mereka dapat mengembangkan kekuasaannya di daerah pesisir, timbullah ketegangan-ketegangan antara penguasa baru dengan penduduk. Penduduk yang biasanya hidup dalam norma-norma yang diatur oleh hukum adat dan nilai-nilai budaya turun-temurun, ke-mudian mengalami pergeseran nilai-nilai baru yang dibawa oleh
bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang dan membentuk kekuasaannya itu segera merombak struktur pemerintahan.
Ma syarakat lapisan b_awah memang ti dak terganggu , tetapi wewenang pejabat-pe:jabat seperti sultan. raj a, datuk-datuk, dan lainlain menjadi sangat berkurang sekali. Usaha mereka untuk menyebarkan agama yang dianutnya pun melahirkan kecurigaan masyarakat Indonesia .
Semua itu dianggap oleh masyarakat sebagai pelanggaran-pelanggaran terh adap nomrn-norma yang telah ada. Perkembangan kekuasaan Belanda yang terus meluas mem bu at terjadinya ju rang pemisah yang semakin besar pula antara penguasa dengan rakyat.
Kebencian-kebencian terhadap penjajahan itu semakin mendalam
di kalangan rakyat, sebab masyarakat Indonesia yang selama ini
hidup dengan tenteram dipecahbelah oleh pihak penguasa.
Sebagai contoh banyak raja dipaksa turun dari jabatannya
dan digantikan oleh raja-raja yang lain sesuai selera Belanda .
Di Simalungun misalnya , Raja Siantar Sang Na Waluh dibuang
ke Bengkalis sebab tidak disukai Belan da walaupun ia sangat
dicintai rakyat. Pembukaan perkebunan-perkebunan di sekitar
desa-desa menye babkan kehidupan desa menjadi terganggu k aren a
lahirny a masyarakat asing di sekitamya seperti buruh-bu ruh yan g
didatangkan dari luar Indonesia seperti Cina , India dan lain-lain .
Hal ini melahirkan perombakan masyarak at desa secara tidak langsung, sehingga menimbulkan perlawanan -perlawanan di Sumatera
Utara terhadap penjajahan sejak akhir abad ke 19 dan permulaan
abad ke-2 0. Perlawanan pada waktu itu pada umumr.ya merupakan perlawanan yang bersifat fisik seperti Perang Sisingamangaraja
(] 8 77 -- I 907) yang meluas ke daerah-daerah Dairi dan Simalungun . Demikian pula dengan perang Sunggal tahun 18 72 di seki tar
Medan dan perlawanan Rondahein di Simalungun serta banyak
Jagi yang lain.
Seluruh perlawanan terhadap Belanda pada permulaan abad ke-
20 boleh dikatakan tidak berhasil, sebab tujuan yang.jelas tidak
ada dan hanya berdasarkan kepada tokoh-tokoh karismatis Walauun demikian hikmahnya tetap ada. Dalam sanubari rakyat tetap
terpendam perasaan tidak senang terhadap penguasa Belanda. Perasaan tidak puas dan tidak senang semakin lama semakin mendalam sebab ulah dan tindakan-tindakan Belanda sendiri.
Belanda menindas rakyat dengan memaksa rakyat untuk membayar belasting tanpa memperhitungkan apakah daerahnya subur
atau pendudukanya dapat membayar pajak tanpa mengganggu
kebutuhan hidupnya. Paksaan-paksaan membayar pajak ini dilakukan melalui penghulu-penghulu . Bagi yang tidak membayar
pajak dipaksa bekerja rodi atau ditahan . Pemimpin rakyat nonformal seperti pemimpin adat dan agama setiap waktu diikuti dan
diawasi.
Di kalangan penduduk sendiri diadakan pembedaan-pembedaan atau lebih jelas lagi disebut dengan istilah diskriminasi. Kehidupan masyarakat terpisah-pisah seperti Kampung Jawa , Melayu,
Cina. dan lain-lain. Pemisahan-pemisahan ini sengaja diperbuat
untuk memecahbelah penduduk. Yang sangat menyedihkan adalah
fasilitas bagi orang-orang asing seperti Cina lebih banyak sebagai
pekerja di perkebunan atau membuka usaha dagang secara memborong pekerjaan-perkerjaan. Di perkebunan-perkebunan , orangorang Cina itu dikepalai oleh kepala-kepala mereka yang disebut
tandil. Tandi! ini dipercaya Belanda untuk mengurus segala pekerjaan di perkebunan di daerah Sumatera Timur.
Penduduk setempat tidak mendapat perhatian sehingga kehidupan rakyat merosot sekali. Jarang orang Indonesia mempunyai
rumah sendiri di kota-kota dan dipedesaan boleh dikatakan umumnya tinggal di rumah yang sebenamya hanya untuk hewan . Di
daerah perkebunan juga demikian keadaannya. Walaupun perumahan diberikan tetapi tidak layak . Berpuluh keluarga tinggal dalan1 suatu bangsal yang besar dan hanya di batasi dengan dinding
pennyekat.
Gaji mereka hanya cukup untuk makan saja. Agar mereka itu
dapat tetap tinggal di kebun . sengaja diadakan arena perjudian
pda tanggal-tanggal buruh menerima gaji. Dengan demikian para
buruh itu tetap tinggal di daerah perkebunan sebab setiap habis
kontraknya terpaksa mengikat kontrak yang baru pula. Hal ini
tidak saja terasa oleh penduduk yang mendiami kebun tetapi juga desa-desa yang ada di sekitamya. Penduduk desa yang ada di sekitarnya keranjingan berjudi pula.
Segala sistem penjajahan di daerah mi melahirkan kemerosotan dalam kehidupan rakyat di Sumatera Utara. Sebaliknya kehidupan bangsa Belanda yang berkuasa pad a waktu itu sangat baik
Mereka mempunyai lingkungan hidup te rsendiri yang cukup baik
dan terpisah dari penduduk Indonesia. Hal ini merupakan jurang
pemisah yang sangat besar antara pen du duk dengan penguasa.
Temp at-tempat rekreasi yang baik sepert1 peristirahatan di Danau
Toba dan Berastagi hanya dapat dinikmati oleh bangsa Belanda .
Penduduk tidak boleh mendekatinya . Perbedaan sosial yang sangat mencolok ini kemudian menimbulkan suatu garis yang tidak
dapat dipertemukan antara pihak penguasa dengan penduduk.
Munculnya pergerakan kebangsaan d1 Pulau Jawa pada permulaan ab ad ke-20 membangkitkan seman gat penduduk untuk
memulai suatu gerakan perlawanan te rh adap penjajahan waktu
itu. Keadaan buruh perkebunan yang sangat buruk itu membangkitkan gerakan-gerakan kebangsaan di dae rah ini, sebab banyak
pegawai-pegawai rendahan dari suku ban gsa Jawa y ang tinggal
di daerah ini turut pula mendirikan Budi Utomo. Misalnya Iwa
Kusum a Sumatra pemah tinggal di Ka ta Medan dan membuk a
kantor advokad atau pembela. Di desa-desa yang dekat dengan
pe rkebunan lahir pula sekolah Budi Utomo yang seluruh gurunya
terdiri atas suku bangsa Jawa. Perguruan inilah yang dikemudian
menjelma menjadi Taman Siswa.
Pertumbuhan golongan yang dapat membaca dan menulis dan
adany a pegawai-pegawai rendahan bangsa Indonesia baik yang beke rja untuk Pemerintah. Belanda maupun di perkebunan-perkebunan merupakan pelopor lahimya segolongan masyarakat Indonesia di Sumatera Utara yang sadar akan nasib bangsanya.
Mereka menyadari bahwa perjuangan untuk memperbaiki keadaan sosial bangsanya itu tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Perjuangan sekarang harus dilakukan dengan cara baru yaitu
menggunakan kesadaran berbangsa dan menanamkan perasaan
kebangsaan dengan menggunakan senjata p olitk untuk menghadapi
Belanda. Melalui mas media yang didirikan oleh beberapa tokoh mulailah gerakan yang bersifat politk bergerak di Sumatera Utara.
Sebagai contoh harian Tapian Nauli yang terbit di Sibolga. Dari
sinilah kemudian berkembang secara nasional seperti Pewarta
Deli dan Sinar Deli. Dengan adanya surat-surat kabar, pergerakan
politik untuk melakukan perlawanan terhadap pememtah kolonial semakin meluas tidak saja di kalangan kaum terpelajar tetapi juga di kalangan masyarakat lainnya. Gerakan yang dulunya terpenda.m untuk menghadapi pemerintah kolonial itu sekarang mengalihkan kegiatannya dalam kegiatan politik.
Kegiatan menghadapi pemerintah kolonial Belanda semakin
meningkat sebab organisasi politik tidak lagi melakukan pemisahan antara suku-suku yang ada. Perjuangan menjadi jelas dan mempunyai tujuan untuk membebaskan seluruh tanah air dari kekuasaan Belanda. Dengan mencapai kemerdekaan maka perubahan
kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang akan tercapai,
sebab itu penjajahan haruslah dihapuskan. Perjuangan bukan lagi
sifat kesukaran atau kedaerahan tetapi harus bersama. Dengan
berakhirnya kekqasaan Belanda di Sumatera Utara sejak awal
tahun 1942, perasaan kebangsaan di Sumatera Utara telah sampai pada punc~knya.
Jepang yang menguasai Sumatera Utara sejak 1942 -- 1945 yang
diharapkan dapat memberikan angin. baru bagi kehidupan bangsa
Indonesia temyata tidak seperti yang diharapkan. Semula rakyat
banyak membantu Jepang dengan harapan bahwa Jepang akan segera mengadakan perubahan-perubahan kehidupan sosial dan politik di daerah ini, tetapi tindakan Jepang setelah berkuasa temyata
sangat bertentangan dengan harapan rakyat.
Tokoh-tokoh rakyat dari pergerakan yang dahulu membantu
banyak yang ditangkap dengan tuduhan melakukan perampokanperampokan. Partai-partai politik kemudian dibubarkan dan segala
bentuk kegiatan rakyat harus mengikuti garis-garis politik Pemerintah Jepang. Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan daerahnya dari penjajahan terpaksa mencari jalan lain.
Gerakan-kerakan di bawah tanah dan illegal mulai dilakukan. Persiapan-persiapan menghadapi Jepang melalui perjuangan fisik mulai pula dihimpun. Gerakan itu disusun baik melalui penyµsupan ke dalam organisasi atau lembaga yang dibentuk oleh Jepang maupun secara gelap. Pada masa ini sebenarnya segala kehidupan bangsa Indonesia di daerah Sumatera Utara telah sampai kepada titik
yang sangat menyedihkan .
Penduduk tidak dapat berbicara dengan leluasa sebab di manamana berkeliaran mata-mata kempetai (polisi meliter Jepang) yang
setiap saat dapat membuat orang yang dicurigai cacat atau mati.
sebab itu penduduk menjadi ketakutan . Keadaan ekonomi yang
sangat buruk juga rnerupakan suatu fa ktor yang menimbulkan
semangat rakyat bangkit untuk melawan Jepang. Kenyataan ini
dapat terlihat dari gerakan-gerakan yang tumbuh secara spontan
menentang Jepang. Seluruh kenyataan di atas itu rnerupakan
suatu misal yang kuat bagi lahirnya keinginan untuk cepat rnemerdekaan diri dari penjajahan asing. sebab itu proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 secara spontan mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa perlawanan terhadap kolonialisme di Sumatera Utara mempunyai latar belakang yang sangat
luas. Latar belakang itu dapat diketahui dengan mempelajari keadaan sosial, budaya , dan ekonomi masyarakat dan sekaligus
juga struktur politiknya. Dari penelitian unsur-unsur ini dapatlah kita melihat motif-motif itu unt uk seluruh wilayah tidaklah sama , sebab setiap tempat mempunyai keadaan sosial. ekonomi, dan budaya yang berada.
3.2 Ujud Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan, ujud perlawanan di setiap daerah
mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaan itu terjadi sebab kehidupan sosial, budaya , dan perekonomian masyarakat itu berbeda
pula. Tidak saja unsur ini tetapi juga permasalahan lahir pun
berbeda pula.
Berdasarkan hal ini maka perlawanan terhadap kolonialisme di Sumatera Utara memang banyak perbedaan-perbedaan
nya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pemisahaan antara suatu periode dengan periode uang lain. Periode atau
P.embabakan dalam bentuk perlawanan itu dapat kita pisahkan sebagai berikut.
I) Periode 1850 - 1907. perlawanan yang bersifat sosial budaya
dan ekonomi. dan
2) Periode 1907 -- 1945. perlawanan yang bersifat politik
Pada periode pertama , penduduk Sumatera Utara yang pada
masa-masa sebelumnya hidup dalam alam yang merdeka mengalami sentuhan-sentuhan dengan bangsa Eropa . Persentuhan itu
pada mulanya tidak rnenimbulkan pertentangan-pertentangan karena penduduk setempat menganggap hubungan yang terjadi sama
dengan bangsa Asia seperti India dan Cina.
Sebagaimana diketahui , sepanjang pesisir pantai Sumatera sejak dahulu telah ada kontak-kontak dengan bangsa asing Iainnya.
Tetapi kenyataan-kenyataan kemudian tidak demikian halnya.
Bangsa Eropa yang datang mencoba untuk memaksakan segala keinginannya dengan memaksa penduduk untuk mengikuti segala
peraturan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh ialah terjadinya monopoli dagang yang hanya dikenal dalam kehidupan
masyarakat kapffalis. Struktur sosial dan budaya yang dibawa
ingin pula diterapkannya dalam masyarakat. Pemaksaan seperti ini
tidak dapat diterima oleh masyarakat setempat. Hal ini melahirkan perlawanan penduduk terhadap bangsa-bangsa Eropa. Kenyataan ini dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini :
Pelabuhan lnggris yang diserahkan pada Belanda seperti Natal, Sibolga, Barus menjadi pusat dari pasukan Belanda. Kedudukan Belanda di sana banyak mendapat
tantangan dari rakyat sebab Belanda menitikberatkan perekonomiannya menu}u
monopoli dan kekerasan . . 1 ).
Pada periode kedua ujud perjuangan bersifat politis, sebab
untuk mencapai segala tujuan dari perjuangan yang pertama satusatunya jalan ialah penjajahan harus diakhiri. Berdasarkan titik
tolak pemikiran ini maka lahirlah suatu perjuangan yang
bersifat politis dengan cara menghimpun segala potensi yang ada
melalui kegiatan politik menentang pemerintahan Belanda. Pada
masa inilah tumbuh organisasi-organisasi politik di daerah ini baik
yang bersifat sekular maupun yang bersifat agama. Tidak saja ke-Belanda . Pada mulanya pihak Belanda tid ak begitu mengindahkan
giatan ini berlangsung dalam bidang politik tetapi juga dalam
bidang sosial budaya seperti pendidikan, kesenian , dan kepanduan.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perlawanan · pada waktu ini
menggunakan segala potensi yang ada agar penjajahan itu dapat
segera berakhir.
3.3 Jalannya Perlawanan
Sebagaimana telah diuraikan L> atas. perlawanan menghadapi
Belanda di Sumatera Utara dapat dibagi m enjadi dua periode sesuai
dengan ujud dari perlawanan itu sehingga dalam uraian berikut
penulis juga memakai dasar ini unt uk menjelaskan perlawanan itu.
3 .3 . I Peri ode 1900 -- 1907
Pada tahun 1800 perhatian Belanda dan lnggris ditujukan ke
dae rah pantai Sumatera Utara terutama d i pantai barat yang berbataskan dengan Samudera Hindia. Daerah ini memang mempunyai ha sil yang banyak dan dapat diperdagangkan ke Juar negeri
se perti kopra, kopi. dan hasil-hasil la inn ya . Negara-negara Ero pa
ke mudi an memaksa penduduk untuk melak ukan penjualannya kepada me reka dengan harga yang telah dite nt ukan (.monopoli). Tindakan bangsa Eropa itu melahirkan kemiskinan rakyat yang mendia mi pantai dan ini menjadi suatu kasus me letusnya perlawanan
di daerah ini. Beberapa pemimpin di daerah sepanjang pantai in i
dapat menggerakkan rakyat untuk melak ukan perlawanan terhadap Belanda. Sebagai contoh dari perlawanan ini antara lain
ialah perlawanan terhadap Belanda di Nias.
3. 3.1.1 Perlawanan terhadap Belanda d i Nias
Sej ak tahun 1825 sebenarnya Belanda telah menempatkan pa -
sukann ya di Nias, tetapi kemudian ditarik kembali sebab di Jawa
sedang berlangsung Perang Diponegoro. Dalam keadaan demikian
kembali pasukan Aceh di Nias melakuka n pengawasan terhadap
perdagangan. Sebagaimana diketahui Nias dahulu mempi.rnyai hubungan dengan Aceh dan daerah itu berada di bawah naungan
Kerjaaan Aceh. Tetapi sejak VOC menguasai daerah itu pasukan
Aceh mengalami kekalahan dan kedudukan Aceh di Naias diganti-kan oleh Belanda. Situasi Nias yang sering berganti tuan itu dengan
sendirinya mengganggu ketentraman penduduk setempat terutama dalam masa penguasaan Belanda. Pada tahun I 840, setelah Be
Belanda berhasil memadamkan perlawanan yang terjadi di Jawa,
kembali ia menanmkan kekuasaannya di Nias. Gunung Sitoli diduduki oleh Belanda dan dari sana Belanda meneruskan pendududukannya di Lagundi pada tahun I 94 7.
Di sana ditempatkan pasukan di bawah pimpinan seorang perwira. Pasukan itu melakukan pembakaran tempat kediaman penduduk sebagai hukuman sebab penduduk mengadakan hubungan
dengan Aceh. Tindakan Belanda ini tidak menyenangkan penduduk sehingga Iahir perlawanan terhadap Belanda Rakyat Nias
yang berada di Lagundi di bawah pimpinan siulu (raja) Orahili
bersatu menentang Belanda. Dalam perlawanan itu di pihak
Belanda banyak korban yang jatuh, sehingga pasukan Belanda
ditarik kembali.
Untuk mengan,:iankan daerah ini residen Tapanuli mengusulkan
agar penyebaran Agama Kristen dipercepat di daerah ini. tetapi
usul ini tidak dapat dijalankan. Pada tahun 1861 Belanda melanjutkan lagi penyerangan ke daerah yang dekat dengan Lagundi yaitu Desa Orahili. Serangan Belanda ini berada di bawah pimpinan
Kapt en Laut Reinier Claessen.
Sttrangan yang dilakukan juga menemukan kegagalan sehingga
pasukannya yang masih tersisa terpaksa kembali ke kapal. sebab
kegagalan itu Belanda yang berpusat di Padang mengirimkan kembali pasukannya yang berjumlah 600 orang untuk melakukan
serangan. Serangan besar-besaran yang dilakukan Belanda pada
tahun 1863 disambut dengan perlawanan yang gigih dari penduduk Nias. Dengan mengadakan suatu pertahanan yang kuat seperti
benteng-benteng, mereka bertahan.
Setelah desa-desa pantai ditembaki dengan meriam dari kapal
perang Belanda, pasukan itu mendarat. Belanda tidak melakukan
serangan ke Desa Orahili, tetapi terhadap desa yang berdekatan
dengannya yaitu Hilibabo. Sebagian pasukan Belanda menuju ke
Desa Orahili sehingga prajurit-prajurit Nias terpaksa memecah ke,
kuatannya. Dengan cara ini Belanda berhasil menembus pertahan~
an prajurit-prajurit Nias sehingga pertempuran dahsyat terjadi di Orahili. Kedua belah pihak banyak korba n yang jatuh.
sebab perlengkapan persenjataan y ang lebih baik di pihak
Belanda , maka pasukan N ias yang dikepala i oleh raj a Orahili keluar
dari desa ini dan melakukan perlawanan secara gerilya. Belanda membakar Desa Orahili dan kemudian meninggalkan daerah
ini . Desa Orahili kemudian dibangun kembali deng;rn bentuk
yang baru dan dinamakan Bawomataluo.
Walaupun perlawanan rakyat Nias di Orahili mengalami kesudahan yang tragis, tetapi semangat perjuangan tidak mengendor.
Beberapa tahun kemudian terjadi lagi perlawanan-perlawanan seperti di Sirombu yang berakhir pada tahu n 1908, di Marde dan di
Idano Toa yang seluruhnya berakhir sekitar tahun 1915. Perlawanan ini seluruhnya terjadi di Nias Sela tan.
3.3.1 .2 Perlawanan terhadap Belanda di Daerah Pesisir Pantai
Barat .
Natal dan Barus merupakan pelabuhan dengan yang
mempunyai peranan penting dalam perd agangan sejak berabadabad . Perdagangan ini banyak diselenggarakan oleh penduduk yang berasal dari daerah pesisir Sumatera Barat seperti Pariaman, Air Pangis. Tiju , dan Painan . Penduduk dari daerah pesisir ini
hidup sebagai pedagang perantara dan menghubungkan daerahdaerah pesisir pantai barat Sumatera. Hal ini dapat diketahui
dari bahasa yang mempunyai dialek sama dengan bahasa Minangkabau. Pedagang-pedagang itu mendapat perlindungan dari Aceh
sebab seluruh hasil dagang kemudian dikuasbi oleh Aceh yang
pada waktu itu menguasai daerah pantai barat Sumatera sampai
Bangkulen.
Kedatangan bangsa Eropa yang menjalankan politik mo nopli
dan memaksakan harga barang menurut ke inginan mereka menyebabkan kemerosotan perdagangan pendud uk yang mendiami daerah pesisir itu . Banyak di antara mereka yang kehilangan mata
pencahariannya . Perasan tidak puas mereka dicetuskan dalam bent uk perlawanan terhadap pengusa Belanda yang telah menduduki
daerah pantai ini . Salah seorang tokoh yang berasal dari Natal bernama Sidi Mara pada pertengahan abad ke-19 melakukan
suatu perlawanan bersenjata terhadap Belanda di daerah ini.
Benteng Belanda di daerah ini diserbu "d an korban di pihak Be-landa banyak yang berjatuhan. Perlawanan ini malahan merembet sampai ke Barus. Walaupun perlawanan demikian dahsyatnya,
Belanda kemudian dapat menindasnya. _,
Setelah perlawanan Sidi Mara , Belanda mulai mengembangkan
pemerintahannya di Tapanuli. Untuk memudahkan administrasi
pemerint<:than , Belanda memasukkan wilayah Tapanuli Selatan
ke dalam wilayah Sumatera Barat. Sebelum Belanda menduduki
wilayah Mandailing, Sutan Mangkutur sudah melihat bagaimana
nasib bangsanya sewaktu pasukan Paderi menduduki daerahnya.
Mereka sangat menderita akibat penindasan. Salah seorang raja
bernama Gadombang bangkit melawan kekuasaan Paderi di daerah
ini. Ia mati tertembak pasukan Paderi dalam suatu pertempuran
yang terjadi di antara Rao dan Lubuk Sikaping. sebab raja tidak
mempunyai anak , maka diangkatlah adiknya sebagai pengganti Raja Gadombang, yaitu Sutan Mangkutur.
Setelah satu tahun Sutan Mangkutur memerintah, Pemerintah
Belanda mengadal\an bestuurs hevoming di Tapanuli Sela tan. Sumatera reglement mulai berlaku dan mengakibatkan pengadilan anak
negeri bertukar dengan pengadilan gouvernemen t. Raja-raj a di
Mandailing merasa bahwa dengan berlakunya reglement itu , kekuatan mereka hilang. Selanjutnya pihak gouvernem e11 t menginstruksikan kepada semua raja di Mandailing Julu dan Mandailing
Godang, agar sete!ah keluarnya peraturan baru ini , semua
perkara yang akan diselesaikan dibawa ke Udung/kantor di Sengengu untuk diselesaikan .
Raja-raja hams datang !angsung ke gedung di Singengu membawa tertuduh untuk diperkarakan . Raja tidak boleh mewakilkan
dirinya untuk datang ke gedung pengadilan di Singengu itu. Apabila perintah Belanda tidak ditepati ataupun dilaksanakan, Belanda akan menghukum ataupun mendenda raja-raja yang membandel
itu. Inilah langkah-Jangkah pertama dari pihak Belanda untuk
memperkuat kedudukannya di daerah dengan mengambilalih kek.uasaan pengadilan yang selama ini dipegang oleh raja-raja setempat . Hal iini berlaku sejak 28 Juli I 837.
Penindasan kaum Paderi menggugah hati dan pikiran Sutan
Mangkutur untuk tidak mematuhi dan menaati segala perintah pembangkangan Sutan Mangkutur ini. Belanda masih mengingat
bahwa Sutan Mangkutur adalah adik kandung Raja Gadombang
yang pernah menjabat agen Mandailing dan telah banyak berjasa
pada Belanda dalam pertempuran di daerah Rao beberapa tahun
sebelumnya.
Sebagai Mangkutur terus membangkang pada pihak Belanda .
Mula-mula perlawanannya hanya dalam bentuk tidak mematuhi
perintah Belanda Makin kuatnya kedud u kan Belanda di daerah
Mandailing semakin mengurangi hak raj a-raja yang telah ad a dan
juga merupakan intervensi yang bisa mengurangi kekuasaan tradisional dari raja-raja ini .
Sebalik akibat dari ha! ini , timbullah perlawanan secara
fisik Sutan Mangkutur. Permufakatan dengan beberapa raja-raja
di Mandailing diadakan penyumpahan agar setiap raja yang hadir
berjanji untuk setia dan tolong-menolong dalam peperangan melawan Belanda. Pada waktu itu juga dibicarakan waktu penyerangan.
Selesai rapat rahasia ini mereka mulai mengadakan persiapan-persiapan untuk memulai peperangan yang pertama pada
tahun 1839. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati apabila
pa sukan Sutan Mangkutur menyerang dari Huta Godang ke Kota
Nopan . maka Raja Huta Siantar harus menyerang dari arah Penyabungan . Sayang sekali sebelum pasukan Sutan Mangkutur menyera ng ke Kata Napan, pasukan Belanda telah meng~tahui ha! ini sehingga Belanda lebih dahulu menyerang pasukan Sutan Mangkatur
ke Huta Godong. Perjumpaan pasukan Sultan Mengkutur dan pasukan Belanda terjadi di suatu tempat yang bernama Batu Bodang
dekat Kampung Sipalupuk. Terjadilah suatu pertempuran yang
sengit, yang penyebabkan beberapa perwira Belanda beserta puluhan pasukannya mati.
Dal am pertempuran yang pertama ini pasukan Belanda mundur
dan merek a terus dikejar aleh pasukan Sutan Mangkutur sampai
dekat ke Ka ta Napan . Pasukan Raja Huta Siantar dari Penyabungan tidak kunjung tiba. Hal ini menirn bulkan kecurigaan. Diduga
ada kerjasama antara Raja Huta Siantar dengan Belanda.
Dalam pertempuran selanjutnya, Sultan Mangkuturselalu diban-tu oleh para hulubalang. Pada hulubalang itu ialah, Ja Layang,
Sampuran Tolang, Balang Garang. Langa Lalupak, dan Manimba
Laut. Dalam peperangan selanjutnya, pasukan Sutan Mangkutur
hanya bertahan, sebab pasukan Belanda sudah semakin lrnat dengan dibantu penduduk setempat.
Pada suatu ketika datanglah pasukan Belanda menyerang
Hu ta Godang bersama Raja Hu ta Siantar. Ketika itu Su tan Mangkutur sedang dalam persembunyiannya . Pasukan langsung membakar
Jstana Bagas Godang sebab tidak menjumpai Sutan Mangkutur.
Jsteri Sutan Mangkutur menangis. meraung-raung supaya tempatnya jangan dibakar. Raja Huta Siantar mengabulkan permohonan
asal ditunjukkan di mana Sutan Mangkutur bersembunyi. Pada
mulanya permintaan ini ditolak oleh istri Sutan Mangkutur. tetapi
Belanda yang mengatakan bahwa mereka hanya ingin berjumpa
dengan Sutan Mangkutur untuk berdamai dan dijanjikan pula
bahwa Sutan Mangkutur akan dijamin keselamatannya. sebab
itu dikirimlah utusan untuk menjumpai Sutan Mangkutur di persem bunyiannya. Sewaktu utusan dalam perjalanan menuju Hu ta
Godang, rupanya ada pasukan Belanda yang ditugaskan untuk
mengikutinya -dari belakang. Sutan Mangkutur ditangkap dan diturunkan dari tahtanya dan selanjutnya dibuang ke Pulau Ambon
tahun 1839. Ia dituduh sebagai penjahat dan diharuskan membayar denda kepada Belanda.
I)alam tahun itu juga saudara Sutan Mangkutur dibuang ke
Pulau Ambon. Sesudah itu masih ada perlawanan terhadap Belanda di Sekitar Mandailing (Natal). Pada waktu itu kontroler di sana
adalah Edwards Douwes Dekker atau Multatuli. Perlawanan ini
dapat berlangsung lama dan baru berakhir pada tahun 1839. Dengan
berbagai cara Belanda berhasil menguasai keadaan dan mengadakan reorganisasi pemerintahan di Tapanuli. Daerah Tapanuli
Selatan waktu itu terlepas dari Sumatera Barat dan bersatu dalam
wilayah Karesidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga.
Sejak itu didirikan sekolah-sekolah kelas tiga atau lebih terkenal dengan nama Volkschool; di antaranya ialah Volkschool di
Natal. Keinginan untuk memperoleh pendidikan Barat di Kalangan penduduk Tapanuli Selatan ternyata besar sehingga Belanda meluaskan program pendidikan ini . Melalui pendidikan ini
diharapkan pendekatan terhadap pend ud uk dapat dilaksanakan .
Untuk itulah maka Belanda memberikan kesempatan kepada Willem Iskandar untuk melanjutkari pendidikan ke Negeri Belanda .
Pembukaan sekolah guru di Tano Bato tia da lain adalah suatu usaha yang dilakukan Belanda untuk menyebarkan kebudayaan Ba ra t
di kalangan penduduk.
3.3 .1.3 Perang Sisingamangaraja (1877 -- 1907)
Se telah membentuk Keresidenan Tapanuli di tahun J 94 2.
Belanda berusaha meluaskan kekuasaannya ke Dataran Tinggi To ba dan Da iri. Hal itu penting untuk keamana n Belanda di
daerah pesisir sebab sering ada gangguan dari sana. Dalam pada
itu ke san yang ditinggalkan pasukan Paderi di Toba berakibat kecurigaan terhadap datangnya orang-0rang asing seperti yang d ia -
lami penyiar-penyiar Agama Kristen sebelum Nomensen.
Belajar dari peristiwa itu , Sisingamangaja XII melakukan kon -
solidasi ke dalam. Adat dan kepercayaan terhadap leluhur suku
ba ngsa Ba tak kembali dikokohkan dala m masyarakat mengingat
kegiatan Belanda semakin meningkat di pedalaman Barus. Di pihak
lain sebaga i akibat politik monopoli Belanda di Sibolga dan Barus.
kemen yan dan kopi semakin merosot hargany a. Hal itu juga dialami Aceh setelah perdagangan di pesisir dipegang o leh Be landa.
Jadi Sisingamangaraja dan Aceh mempunyai. kepentingan yang
sama. ltulah sebabnya , di samping hubu ngan kekeluargaan. dalam
perang melawan Belanda banyak panglima-panglima dari Aceh berada di tengah pasukan Sisingamangaraja XII . Kenyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut :
"Raja Sisingamangaraja menyusun suatu pasukan yang berkekuatan kira-kira 300
orang prajurit dengan persenjataan lengkap. Di da lam pasukan turut pendekarpend ekar orang Aceh. -Pendekar-pendekar orang Aceh sebelum meletuskan Perang
Aceh dan sebelum berkecamuknya perang Batak . . . " 3).
Jadi sesungguhnya antara Aceh dan Batak telah ada kesiapsiagaan menghadapi agressi Belanda . Keadaan itulah yang memaksa Belanda mempercepat serbuannya ke Tanah Batak . Mula-mula
Belanda membiarkan zending RMG da ri Jerman menyebarkan
Injil ke pedalaman Tapam11i sebab zending Belanda telah gaga]
di Sisipirok . Zending Jerman berhasil sebab tidak begitu drastis menghapuskan unsur-unsur adat Batak selama tidak bertentangan dengan ajaran Kristen. Hal inilah yang membuat Nomensen
berhasil menyebarkan Agama Kristen di Tapanuli Utara yang
memberi peluang bagi penetrasi kekuatan Belanda.
Dengan dalih melindungi para missionaris dari serangan pasukan Sisingamangaraja, Belanda menempatkan pasukannya di Tarutung sekaligus mempersempit wilayah pengaruh Sisingamangaraja. Akibatnya pos tentara Belanda di Tarutung mendapat serangan dari pasukan Sisingamangaraja. Inilah yang menjadi alasan bagi
serangan terbuka Belanda terhadap Sisingamangaraja seperti telah
direncanakan oleh Residen Boyle.
Tahun 1877 pejuang Batak berusaha mengusir Belanda dari Tarutung. Terjadilah pertempuran di Bahalbatu (antara Tarutung dan
Balige). Dalam pertempuran diBahalbatu, pasukan Sisingamangaraja yang dipimpin panglimanya Ompu Badia Porhas Tampubolon.
Di pihak Belanda dipimpin oleh Kapten Schelter. Persenjataan
yang tidak seimoang membuat pasukan Sisingamangaraja mundur.
Perlawanan dite~kan dengan taktik perang gerilya. Arena pertempuran berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam pada itu dengan karismanya Sisingamangaraja memperkuat perlawan.an dengan mengadakan perserikatan bersama raja-raja
di Sumatera Timur seperti Simalungun yang telah merasakan tekanan dari penetrasi Belanda dari daerah pantai timur. Diadakan
pula aliansi dengan pemuka-pemuka adat di Tanah Karo. Dengan
demikian seluruh suku bangsa Batak terlibat dalam perlawanan
ini sehingga Beland a menyebutkan "Batak Oorlog" (Perang Batak).
Berikutnya pasukan Belanda menyerang Bakara dengan kekuatan 400 orang pasukan. Pejuang Batak menyambutnya dengan
tembakan, tetapi sebab jumlah pasukan yang tidak berimbang.
pasukan Sisingamangaraja bersama rakyat mengundurkan diri ke
pegunungan sekitarnya seraya membuat pertahanan di Meat,
Balige, Tambunan, dan Laguboti. Belanda terus mengadakan
pengejaran ke Paranginan dan ke Gurgur dengan tujuan Balige.
Belanda mengalami kerugian besar dan baru dapat bergerak setelah mendapat bantuan. Di Balige, 1200 orang pasukan Batak telah siap tetapi kemudian mengundurkan diri sebab Belanda memasang mortir. Seperti biasanya, rum ah-rum ah yang kosong dibakar
Belanda dan rakyat diharuskan membayar denda serta mengakui kedaulatan Belanda. Belanda kemudian kembali ke posnya di Bahalbatu.
Walaupun beberapa daerah telah dikuasai Belanda. tetapi rakyat tetap berjuang bersama Sisingamangaraja. Ia melakukan perlawanan di sekitar Danau Toba pada saat Belanda menempatkan
kontr9ler di Balige tahun 1883. Balige diserang pasukan Batak dari
berbagai jurusan tetapi tidak lama sebab pasukan dan persenjataan Belanda lebih unggul. Pasukan Beland a yang bergerak ke Laguboti dan Uluan disambut oleh pejuang-pejuang Batak dengan gigih
Setelah Laguboti diduduki, Belanda segera menduduki Tanggabatu
dan Paranginan. Maksudnya ialah agar rakyat tidak memihak kepada Sisingamangaraja . Seterusnya Belanda melakukan pembersihan di Bakara dan kemudian ke Laguboti. Dari sana Belanda bergerak ke Sitorang menghadapi hadangan-hadangan dari pejuang Batak. Pada kesempatan bail<, Sisingamangaraja melakukan serangan
secara besar-besaran atau kecil-kecilan serta membuat huru-hara.
Serangan ini dibalas Belanda dengan aksi patroli dan naik
bakar.
Dal am pada itu peperangan di A-:eh se makin hebat sehingga
untuk sementara Belanda mengurangi peperangannya terhadap
Sisingamangaraja. Kesempatan itu dimanfaa tkan Sisingamangaraja
un tuk rneny usun kekuatan. Dengan menda tangkan pasukan dari
Padang , Belanda kembali menyerang pejua ng-pejuang Barak terutama d i Lo ntong . Akhirnya arena pertempuran beralih ke Pakr ak - Dairi sebab hampir seluruh Toba relah diduduki dan dihancurkan Belanda dengan taktik pembakaran kampung dan pembayara n denda. Namun demikian hubungan de ngan Aceh masih tem p
J J! akuk an de ngan beba -.
PerL1wana n tcrhad ap Belanda dilakuk. an denga n gerilya dan
n,tm pak . semakin mero so t setelah tahun 1904. Dalam pada itu dari
Sumatera Timur mendesak agar keamanan segera dilakukan . Unruk
it ulah Be landa mendatangkan Kapten H. Christoffel. Bagi penwrinta h kolon ial Belanda . nama Kapten H. Christoffel dijunjung tmgg1
ka rena diala h yang dapat mematahkan pe rlawanan rakyat Kalima ntan dan Lombo k pada tahun 19044 ·
Belanda mengadakan operasi perang te rakhir dipimpin ole h
Yan Daalon mulai dari Gayo -- Alas hingga Pakpak -- Dairi . Penghancuran dan pembunuhan secara membabibuta serta penyiksaanpenyiksaan yang tak berprikemanusiaan dilakukan. Hubungan
Sisingamangaraja dengan Aceh menjadi terputus. Tugas penangkapan Sisingamangara]a hidup atau mati diserahkan kepada Kapten H. Christoffel dengan 80 orang pasukan marsose.
Pengejaran terus dilakukan sebab Sisingamangaraja dengan pasukan yang setia terns berpindah-pindah. Pada suatu saat Sisingamangajar terkepung dan tertembak. Ia gugur sebagai pahlawan
bangsa pada 17 Juni 1907 Sementara itu semua anggota keluarganya ditahan dan hartanya dirampas. Perlawanan pun berakhir
sebab tokoh karisrna telah wafat. Perlawanan kecil-kecilan secara
sporadis masih berlangsung untuk menentang rnasuknya kebudayaan Barat. Misalnya perlawanan Guru Sornalaing Pardede dengan
pengikutnya rnenentang Agarna Kristen di Toba,
Dengan aliran kepercayaan Parmalirn, Guru Sornalaing Pardede
berusaha rnengembalikan kepercayaan nenek moyang. Tokoh ini
dianggap berbahaya oleh Belanda sehingga ia diusir dari Balige.
Kernudian muncul pula kepercayaan Parsiakbagi atau Parugarna
yang dibawakan oleh Jaga Siborutorop. Mereka ini menentang
dan rnenolak segala bentuk pangkat-pangkat. Ia pun rnendapat
perlakuan yang sama seperti Guru Sornalaing Perdede lalu diusir
dari Siborong-borong.
Tahun 1915 Tanah Toba dihebohkan oleh gerakan Parhudamdam yang dipimpin oleh Saman. Ajarannya sama dengan
kepercayaan yang dianut oleh Sisingamangaraja ataupun Parmalim
dengan penarnbahan-penambahan.
"Pesan agama ini adalah bahwa kerajaan Batak yang suci akan muncul dengan pimpinan Sisingamangaraja XII setelah terjadi sa tu peperangan besar. Hanyalah pengikut Parisihudamdam yang tidak musnah dalam peperangan ini. "5)
Tentu saja ajaran ini cenderung membuat banyak pengikut.
Pengikut-pengikutnya tersebar : di Humbang, Barus, Sibolga, Samosir, sampai ke Dairi. sebab itu Belanda segera melakukan penindasan-penindasan . Jelasnya sampai permulaan abad ke-20 di
Tapanuli berlangsung perlawanan melawan Belanda. Secara
fisik, . Belanda mampu menguasai keadaan tetapi di hati rakyat
Batak terus hidup keinginan melepaskan diri dari kekuasaan Belanda dan menunggu saat yang baik untuk mengernbalikan Kera-jaan Batak. Bagi sebagain besar rakyat Batak, Sisingamangaraja
dianggap masih hidup.
3.3.1.4 Perlawanan Rakyat Sumatera Timur Menentang Kolonialisme Belanda.
Sebagaimana telah dijelaskan, Belanda mulai menaruh perhatian terhadap wilayah Sumatera Timur setelah lnggris mempunyai koloni di Sumenanjung Melay u, yaitu Singapura dan
Penang. Hal ini disebabkan lnggris sering mengadakan hubungan
dengan raja-raja di pantai timur Sumatera. Puncak dari kegiatan
Inggris itulah terjadi pada tahun 1858 di mana Belanda mengikat
Siak dengan Perjanjian Siak .
Berdasarkan perjanjian itulah Belanda mencoba menanamkan
kekuasaannya di Sumatera Timur. Sebagaimana telah diuraikan.
Asisten Residen Natscher yang berkedud ukan di Bengkalis mengunjungi raja-raja di Sumatera Timur de ngan kapal-kapal pera ng
agar mereka menandatangani Akte Van Erkenning. Keinginan Bela nda ini tidak ditangani dengan baik oleh beberapa raja-raja di Sumatera Timur sehingga terjadi perlawanan terhadap Belanda .
Salah seorang di antaranya ialah Sultan Ibrahim dari Asahan .
la tidak bersedia menerima A kte Van Erkenning sebab kepada
Keprajaan Aceh . Sementara itu sultan ma ncoba men cari hubungan dengan lnggris di Penang. tetapi sebab keterikatan Inggris pada
perjanjanjian yang telah ditandatangan i dengan Belanda yaitu
Tracraat Sumatera , maka Inggris tidak memberikan angin. Pengganti Sultan Ibrahim yaitu Ahmadsyah meneruskan perlawanan
te rhad ap Belanda. Perlawanan ini menda pat dukungan dari rakyat
pesisir yang terdiri atas suku bangsa Melayu dan dari suku bangsa
Batak pedalaman . Penduduk mendukungnya sebab perang inilah
yang menentukan kehidupan mereka.
Penduduk yang se lama ini melaku ka n perdagangan dengan
daerah pedalaman melalui Sungai Asahan akan kehilangan ma ta
pencaharian bila Belanda berkuasa. Tetapi walaupun perlawanan
terse but mendapat bantuan dari segala jurusan akhimya gaga! juga
sebab daerah lautan telah dikuasai Belanda apabila persenjataan
Belanda lebih ampuh. Sultan Ahmadsyah kemudian ditangkap oleh Belanda dan
dibuang ke Riau. Ia baru boleh kembali pada tahun· 1885 setelah
menandatangani Korte Verklaringen yang disodorkan Belanda.
PenggantiHya adalah Sultan Husinsyah pada tahun 1890. Di masa
pemerintahannya, Belanda melakukan pengutipan belasting (pajak) yang tinggi, yang tidak bisa disanggupi rakyat. Ia bermohon
kepada residen dan gubernur agar ketentuan ini ditinjau kembali.
tetapi kedua pejabat ini secara halus menolaknya. Untuk
mengurus masalah ini ia berangkat ke Negeri Belanda menghadap
ratu. Di Negeri Belanda keinginannya juga tidak dapat dipenuhi
sebab ratu menunjukkan bahwa ia raja konstitusional.
Segala kegiatan Belanda di Tapanuli Utara dan sepanjang
pantai Sumatera Timur menjadi perhatian dari raja-raja Simalungun. Peristiwa di Asahan di mana Sulta-n Ahmadsyah yang
kemudian ditangkap Belanda dan kerajaannya harus mengakui keasaan Belanda merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi
raja-raja Simalungun. Daerah Simalungun mempunyai hubungan
yang sangat erat sekali dengan daerah pesisir seperti Serdang, Batu
Bara, dan Asahan sebab segf!la hasil bumi mereka itu harus melaluhi daerah ini . Selain itu didipantai juga berdiam penduduk dan asalnya dari suku bangsa Simalungun yang telah menganut Agama Islam. Hubungan kebudayaan yang erat itu mengakibatkan raja-raja Simalungun turut merasakan apa yang telah terjadi ch daerah-daerah pesisir. Di samping itu Kerj aa n Simalungun
suatu ketika akan mengaiami nasib yang sama gula. Apalagi pada
waktu itu telah kclihatan gejala-gejala ke arah itu sebab Belanda
telah membuka perkebunan di daerah Ke rajaan Deli.
Bertolak dari pemik.iran itulah maka raja -raja Simalungun
dengan raja-raja derah pantai ya ng beragama [slam dan be lum dikuasai Be Janda, mengadakan suatu perserikatan. Perse rikatan
itu disebut Empat Serangkai yang terdiri atas Raja Silau. Raja
Panei, Raja Siantar (raja-raja Simalungun), dan Raja Tanung Kasau
(raja daerah pesisir yang beragama Islam). Di Pematang Panei mereka mendirikan ternpat bermusyawarah yang disebut Balai Berempat Di sini mereka bertemu pada waktu-waktu tert e ntu untuk
membicarakan kebij aksa naan apa ya ng harus dilakukan dalam menghadapi suatu persoalan yang sama.
Sementara itu gerakan pelebaran kekuasaan kolonialisme Belanda semakin melebar. Raja Tanjung Kasau yang ahulunya bergabung dalam Empat Serangkai terpaksa melepaskan keanggotaannya
sebab Belanda berhasil menaklukkan daerah ini . Walaupun
demikian perserikatan Emapat Serangk ai tidak bubar. Setelah
menguasai daerah Tanjung Kasau . Belanda berusaha menuju lebih
ke utara. yaitu daerah yang berbatasan denga n Simalungun. Rajaraja kecil yang berada di Tebingtinggi )· ang takluk pada Kerajaan
Serdang tidak dapat menerima segala peraturan-peraturan yang
dibuat Belanda. Di antaranya ialah Raja Padang yang sangat gigih
mempertahankan agar adat istiadat keraj aan terns dijalankan .
Belanda menganggap Raja Tengku Maharaja Mahammad Nurdin dengan segala tingkah' lakunya itu ak an membahayakan penanaman kekuasaannya di daerah sekitarnya. Ia segera diturunkan
dari tahta kerajaan. Raja Kerajaan Padang di Tebingtinggi tidak
tinggal diam . Segera ia mengadakan hubungan dengan raja-raja
Simalungun yang tergabung dalam Emp at serangkai_ Raja-raja Simalungun segera turun tangan menghad api malapetaka yang menimpa raj a Padang sebagai tetangganya. Pe ristiwa ini terjad i sekita r tahun 1887. Raja-raja Simalungun "egera menyiapkan suatu
pasukan y ang dipimpin oleh Rondah e im. Rondaheim ad al ah
seorang yang dipercayai untuk memim pin penyerangan terhadap
Belanda di Tebingtinggi. Ia mempunya i kewibawaan yang besar
da n disegani oleh prajurit-prajurit sebab keberaniannya.
Serangan yang dilakukan oleh Rond aheim mengakibatkan pasukan Belanda yang berada di Tebingtinggi meminta bantuan ke
Medan . Dari Medan Beland a rnengirim pa sukannya sebanyak 60
orang dipimpin oleh Kapten J.C. R. Schenk . Pertempuran dengan
se ndirinya terjadi sekitar Tebingtinggi sepe rti Solak Marlawan dan
Do lak Sagal. Untuk menakuti rakyat Kampung Dolak Kahean
yang te lah masuk daerah Simalungun , kampung itu dibakar. Seluruh peristiwa ini dengan sendirinya tel ah melibatkan daerah Simalungun dalam perang dengan Belanda.
Rondaheim berhasil melakukan perl awanan secara gerily a
dengan berpindah-pindah tempat. Serangannya yang dilakukan terhadap pasukan belanda di Baja Lingge pada bulan Februari
1888 berhasil. sebab sulitnya Belanda menangkap Rondaheiin,
dia diajak oerunding tetapi tidak mendapat sambutan dari Rondaheim dan yang datang hanya wakil Rondaheim saja. Rondaheim
mengetahui bahwa prundingan itu hanya siasat saja. Tujuan yang
sebenarnya adalah untuk menangkapnya. Teman wakil Rondaheim
ditangkap Belanda dan tidak kembali lagi.
Hal inilah yang mengakibatkan Rondaheim meneruskan perlawanannya sampai wafat pada tahun 1891. Dengan wafatnya
Rondaheim, Belanda mulai pula menusuk ke daerah Simalungun.
Daerah yang pertarna dikunjungi Belanda adalah daerah Kerajaan
Siantar. Untuk memudahkan Belanda menguasai wilayah itu,
Belanda lebih dahulu mengakui raja Siantar yang pada waktu _i tu,
berkuasa yaitu Sang Naualuh Darnanik. Namum Sang Nauluh tetap mengingat bahwa Belanda senantiasa tidak dapat dipercayai
sebab telah mencampuri masalah dalam negeri kerajaan-kerjaan
dan kemudian menguasai kerjaan-kerajaan itu sebagai bagian ~ari
rrilik mereka. Ini dilihatnya sendiri pada tetanggnya. Kontroler
.Belanda yang berkedudukan waktu itu di Batubara dengan
seenaknya saja melanggar hak-hak Simalungun sehingga kemerdekan kerajaan boleh dikatakan lenyap. Hak-hak rakyat menurut hukum adat tidak diakui dan Belanda melakukan pembukaan-pembukaan perkebunan tanpa seizin kerajaan . Kedudukan Belanda di
Batubara tidak sedikit pun digubris oleh Sang Naualuh. Instruksi
Belanda seluruhnya untuk menghapuskan hak-hak raja dan rakyat
Sirnalungun ditolaknya. Sikap Sang Naualuh yang lebih tidak menyenangkan Belanda ialah sewaktu ia menganut Agama Islam bersama dengan keluarganya.
Sikap ini tentu menimbulkan jurang pemisah sebab Belanda
sering melihat bahwa setiap raja yang menganut Agama Islam sulit untuk dapat didekati. Kenyataan ini dapat kita ketahui dari kutipan beriku t :
Di samping tugas Sang Naualuh sebagai rll!a, Sang Naualuh menambah kegiatannya
memperdalam dan mengembangkan Agama Islam. Pengembangan agama ini terrnasuk yang dibenci oleh Belanda, maka khusus untuk ini Sang Naualuh melakukannya
d . "' bot .. 6) 1 JUma on anggap ..
sebab kebenciannya terhadap Belanda pada tahun 1885, secara diam-diam Sang Naualuh berhubungan dengan seorang pengusaha perkebunan Jerman bemama Baron von Hom. Ia seorang
pemilik perkebunan di Hervetia Medan. Ia mengajak pengusaha
Jerman itu membantunya mengusir Belanda dari Simalungun dan
sebagai ganjaran akan diberi konsesi tanah di Simalungun.
Hal ini tercium oleh pengusaha Belan da di Medan sehingga
Baron von horn diusir dari Medan. Belanda menangkap Sang Naualuh dan dibawa ke Batubara, tempat kedudukan pengusaha Belanda yang tertinggi di Simalungun. sebab penahanannya di Batu
bara, penduduk: Simalungun bergerak menentang penangkapan
rajanya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Belanda
memindahkannya ke Medan. Residen Sumatera Timur meneruskan
persoalan ini kepada gubemur jenderal untuk menetapkan
suatu kepu tusan.
Gubernur jenderal dalam suratnya kepada Rllad van !ndie
meminta petunjuk-petunjuk, tatapi Raad 1•an /ndie menunjuk
kepada artikel 4 7 Regerings Reglement yaitu bilaada orang-orang
yang·lahir di Indonesia, demi untuk keterti han umum dan keamanan , melarangnya untuk bertempattinggal di bagian tertentu dari
wilayah Hindia Belanda.
Selanjutnya orang itu dapat ditangkap melalui surat yang dikeluarkan oleh peradilan. Untuk menjatuh kan Sang Naualuh dari
tah ta kerajaannya. Residen Sumatera Timur Schaap memakai laporan-laporan pengaduan dari bawahannya, Kontroler Batubara
Karthaus, yang be risi I 0 kesalahan kon trole r a tau Batu bara tuduhan. Di antara tuduhan itu adalah sebagai berikut : Tuduhan itu antara lain, memaksa penduduk memasuki Agama
Islam tetapi sebenarnya tuduhan itu tidak beralasan. Walaupun
demikian residen Sumatera Timur dalam suratnya kepada gubemur jenderal mengatakan bahwa Sang Naualuh telah mengakui
kesalahanny a. 5urat ters...:bu t bertanggal 25 Agustus 1905 No.
3 77 5 /4 dan berdasarkan ketentuan terse but pula maka Sang
Naualuh ditangkap dan kemudian dibuang ke Bengkalis pada
tahun 1906.
Selanjutnya pemerintahan Kerajaan Siantar tergantung kepada residen Sumatera Timur berdasarkan Surat Keputusan Residen Sumatera Timur, 20 Juli 1907 Nomor 254. Maka dibentuklah sebuah dewan kerajaan yang dikepalai oleh . seorang kontroler
Belanda di Simalungugun. Anggota-anggotanya terdiri atas Tuan
Sidep Manik, Tuan Marihot, dan untuk lebih menguatkannya lagi