sejarah sumatera 1
By arwahx.blogspot. com at Agustus 16, 2023
sejarah sumatera 1
Daerah Sumatera Utara sekarang meliputi Sumatera Timur,
(Langkat, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu), Tanah Karo,
Simalungun, Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Selatan dan Nias).
Pada mulanya Propinsi Aceh sekarang termasuk Daerah Sumatera Utara. Sejak tahun 1961 Aceh menjadi satu propinsi dengan
nama Daerah Istimewa Aceh .
Daerah ini terletak di daerah tropis antara l 0 - - 4 ° Lin tang
Utara dan 98° -- 100° Bujur Timur.. Di sebelah utara berbatasan
dengan Daerah lstimewa Aceh, di sebelah selatan berbatasan dengan Sumatera Barat/Riau, di sebelah timur berbatasan dengan
Selat Sumatera, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudra
Indonesia .
Luas wilayahnya 70.787 kilometer persegi atau sama dengan
3 ,72% dari luas .seluruh Indonesia. Secara geologis Sumatera Utara
termasuk gugusan pulau-pulau Sunda Besar dalam rangkaian Pegununga.n Mediterrance . Daerah pantai timur adalah dataran rendah
yang luas dan banyak mengandung minyak bumi. Daerah pedalaman (atau bagian tengah) terdiri atas dataran tinggi dan tanah berkit-bukit dengan hutan lebat dalam rangkaian Pegunungan Bukit
Barisan yang bersifat vulkanis. Beberapa puncak gunungnya berketinggian antara. 2000 - - 2400 meter diatas permukaan lau t. Beberapa di antaranya dapat disebutkan: Gunung Sibayak
2170 m, Sinabung 2400 m, Sibuaten 2375 m, Pusuk Bubit 2003 m)
Simanuk-manuk 23 30 m, Surungan 2100 m, Martim bang J 680 m,
Saut 1804 m, Sib~al-buali 1819 m, Lubuk Raya 1990 m, Malea
2014 m, Sorik Marapai 21 72 m. Beberapa diantaranya masih
berapi dan sebagian besar telah padam. Di antara gunung-gunung
ini antara lain: Tanah Tinggi Karo , Lembah, Toba Holbung,
Dataran Tinggi Humbang, Lembah Silindung, Lembah Pahae , Sipirok, Angkola, Padang Lawas dan Mandailing. Di bagian barat
terdapat dataran rendah yang sempit. Pembentukan dataran rendah yang luas dibagian timur itu didukung oleh beberapa faktor
antara lain, sungai-sungai yang bermuara di pantai timur banyak
membawa lumpur dari pergunungan , Selat Sumatera dangkal,
dan Jau tnya tenang.
sebab pegunungan Bukit B!risan bersifat vulkanis maka Dataran Tinggi Toba, Tanah Karo, dan Mandailing dapat ditanami
buah-buahan, kopi, sayur-sayuran, dan padi.
Daerah Sumatera Utara kaya dengan bahan tambang, seperti:
minyak tanah, batubara, timah/seng, emas, tembaga, belerang,
batu kapur <Ian lain-lain. Di kawasan Sumatera Utara terdapat
kurang-lebih 71 buah sungai (besar dan kecil), di antaranya 23
buah yang bermuara di pantai timur, sebagian bermuara ke panta1
barat, kurang Jebih 14 buah sungai. Selebihnya terdapat di Pulau
Nias. Beerapa di antaranya dapat dilayari sampai ke pedalaman
antara 25 sampai 255 kilometer dari pantai, misalnya Sungai
Barumun di Labuhan Batu, tetapi belakangan ini, akibat penebangan hutan yang sembarangan, sebagian besar dasar sungai semakin dangkal sehingga tak dapat dilayari lagi.
Satu anugerah atau pemberian alam kepada masyarakat Sumatera Utara ialah adanya sebuah danau yang besar di punggung
Bukit Barisan. Danau ini terkenal dengan nama Tao (Danau T oba)
yang sekaligus berfungsi sebagai jalur lalu-lintas antarkota di sekitarnya, perikanan, tempat rekreasi baik domestik maupun dari Juar
negeri, dan tempat menyimpan air untuk sungai serta ·air terjun.
Daerah sekitar danau ini rata-rata berhawa sejuk yang baik sekali
un tuk tern pat istir.ahat. Hal ini akan jelas nampak pad a letak be-berapa kota antara lain: Kabanjahe ( 1208 m) di atas permukaan
laut, Parapat (920 m), Sidamanik (1000 m), Seribudolok 1418 m,
Tarutung 1976 m, Siborong-borong 1320 m, dan Sidikalang
1066 m.
Kota-kota lainnya kebanyakan berada di bawah 500 m, antara
lain : Medan (14 m) P. Siantar (400 m), Tanjung Balai (0 m), Binjei
(28 m), P. Berandan (4 m), dan P. Sidempuan (283 m). Kenyataannya temperatur di daerah Sumatera Utara rata-rata tinggi, yakni
32,6° per bulan. Curah hujan cukup banyak antara 2000 hingga
3000 milimeter per tahun. sebab kawasannya berada di daerah tropis, maka sinar matahari terus nampak terang, rata-rata
antara 30% hingga 67% per bulan. Kabut hanya terdapat di beberapa tempat yang tingginya berada lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
Kecepatan angin minimum rata-rata 7 -- 11 m, perjam/maksimum 20 - - 30 kilometer per jam. Salah satu angin bertiup panas
terdapat di Kabupaten Langkat, yaitu angin bohorok yang sering
merusak tanaman.tembakau di Deli.
Sebagai akibat banyaknya sungai, di dataran rendah terdapat
endapan laut dan sungai, sedangkan pada bagian bukit dan gunung
terdapat tanah . batuan beku yang berasal dari gunung berapi di
sekitarnya. sebab curah hujan yang banyak sepanjang tahun,
maka flora di daerah ini lebat antara lain berupa hutan, padang
rumput, dan rawa~rawa. Hasil hutan yang terpenting meliputi
meranti, damar laut, merbau, kapur-sampinur, dan lain-lain. Berbagai jenis kayu terdapat di hutan primer, hutan sekunder, hutan
rawa, padang rumput, hutan cadangan, hutan produksi, dan hutan
lindung. Di dalam hutan itu terdapat berbagai jenis binatang liar
yang makin lama semakin langka jumlahnya sehingga perlu dilindungi dari kemusnahan. Dunia fauna melipti gajah, badak, mawas,
gibbon, kambing hutan, tenggiling, siamang, burung enggang, rusa,
kijang, monyet, kancil, harimau, beruang, tapir dan lain-lain.
Jumlah fauna ini semakin langka sebab adanya perburuan
secara liar untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Di daerah Sumatera Utara berlaku hukum adat baik dikalangan suku bangsa Batak maupun suku bangsa Melayu. Masyarakat Batak menuruti garis bapak (partilineal). Setiap orang
Batak memiliki marga. Turunannya memakai marga ayahnya. Sesuai denan sistem adat turun-temurun, perkawinan antarmarga dilarang. Setiap marga tertentu menjadi inti pada kampung
tertentu yang disebut marga tanah. Golongan pendatang di kampung itu mendapat tanah sebab menjadi menantu di tempat .
Seorang perempuan yang kawin, praktis masuk marga suaminya.
Antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan hak warisan .
Umumnya laki-laki yang hendak mewarisi tanah, rumah dan rmsaka sedang perempu1m tidak, tetapi kepada perempuan juga diberikan berupa• benda tidak bergerak atau benda bergerak yang disebut pauseang. Jika pauseang itu berupa tanah, maka tanah itu
akan kem bali kepada pihak saudara laki-lakinya kalau hubungan
kekeluargaan mereka tidak terus berlanju t; dengan kata Jain,
jika tak satu pun di antara cucu (laki-laki) yang kawin dengan
cucu (perempuan) dari saudara laki-lakinya maka benda pauseang
tadi akan ditarik kem bali oleh pemilik semula. Masyarakat Batak
(Toba. Karo , Simalungun, Pakpak/Dairi dan Angkola Mandailing)
dibagi atas golongan fungsional yaitu : dongan sabutuha, boru dan
hula-hula. Ketiga golongan fungsional ini disebut Dalihan Na Tolu.
Golongan hula-hula adalah kelompok pemberi anak gadis, sedangkan golongan sabutuha adalah kelompok satu marga. Jika masyarakat terlibat dalam · acara. adat, maka golongan borulah yang
berfungsi untuk bertugas merampungkan acara itu sampai selesai.
Golongan ·hula-hula tinggal mengatur, sedangkan golongan sabutuha dapat memberi bantuan berupa tenaga atau uang.
Kedudukan hula-hula dalam kehidupan masyarakat Batak
tinggi dan terhormat. J ika tugas boru dilaksanakan dengan baik ,
mereka akan mendapatkan keberuntungan, tetapi sebaliknya jika
mereka melalaikan tugas-tugasnya akan mendapatkan malapetaka.
Di kalangan masyarakat Melayu Langkat, hal serupa juga ada
tetapi tata pelaksanaannya sudah lebih renggang. Golongan fungsional di sini disebut puang, anak beru., dan ahli famili, tetapi bu-kan berarti mereka tidak mengenal adat. Orang Melayu sangat
bangga dengan kebudayaannya. Bagi mereka, hidup tanpa budaya
berarti hidup tanpa arti. Mereka mengajar anak-anaknya dengan
budi bahasa melalui pepatah-pepitih antara lain, "Budi bahasa tak
diperjualbelikan" dan "orang berbudi, kita berbahasa" . Kebudayaan Melayu mengajarkan agar setiap orang memiliki perasaan
belas kasihan dan bersimpati terhadap orang-orang yang lebih
rendah status sosialnya, sating bahu-membahu dan bekerjasama
dengan orang-orang yang sederajat, serta bersikap saling menghormati terhadap orang-orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Sesungguhnya suku bangsa Melayu itu rajin. Di saat--saat perniagaan diadakan, mereka dapat kem bali bersikap tegar. M ereka tidak
dapat menerima penghinaan . mudah tersinggung, dan tidak senang
untuk waktu yang lama. Jika dihina, bisa balas dendam , jika diperlakukan baik dan keyakinannya kokoh, mereka jadi tulus ikhlas
setia dan dapat dipercaya. Pada hakekatnya kebudyaan Melayu
terikat benar dengan kebudayaannya. Jika mereka sedang berada
di rumah mereka selalu pakai kain sarung (terutama kain pelekat).
Bila masuk rumah, sepatu dan sandal (terumpah) dibuka lalu diletakkannya di depan pintu . Orang Melayu umumnya (termasuk
suku bangsa Batak dan Nias) makan dengan tangan dan berjalanjalan di sekitar rumahnya suka sekali memakai terumpah.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan, menyusul adat kebiasaan. Jadi, bagi orang luar (asing) tidak akan mengenal orang Melayu kalau tidak mengenal adatnya. Orang Melayu
berpegang teguh kepada adatnya. Hal itu tercermin dari pepatahpepatah berikut. "Biar mati anak, jangan mati adat" dan "Mati di
kandang tanah, hidup di kandung adat". Hal ini nampak pada
upacara lenggang ·. perut di mana kandungan . wanita baru mulai
pada minggu-minggu pertama, terutama pada kandungan pertama
kali. Ketika anak lahir (setelah berumur 7 hari), diadakan adat
cukur rambut. Pada waktu anak mulai berjalan, diadakan adat
turun tanah, yaitu saat pertama kali anak itu memijakkan kaki ke
bumi atau tanah.
Kenyataannya, mulai dari lahir hingga dewasa, sampai tua,
orang Melayu diawasi oleh adat. Hukum adat yang terpenting ada-!ah. adat perpatih dan adat temenggung. Adat perpatih serupa dengan adat Minangkabau yang matrilineal, sedang adat temengung
serupa dengan adat Jawa yang parental.
Sebagai akibat perubahan waktu dan zaman, adat Melayu seperti adat Batak dan suku bangsa lainnya, semakin lama semakin
berkurang dilaksanakan terutama disebabkan pengaruh kehidupan kota.
Masyarakat N ias terika t kepada ke luarga besar yang berasal
dari satu leluhurnya yang disebut. mado-mado (bersifat patrilineal)
yang sama artinya dengan "marga" di kalangan suku bangsa Batak.
Dahulu perkawinan antarmarga terlarang, tetapi belakangan ini
dapat berlangsung setelah melalui lima sampai sepuluh generasi
berikutnya. Dengan kata lain laki-laki marga Zega dapat kawin dengan perempuan bent Zega setelah lima generasi berselang. Seperti
umumnya yang berlaku di kalangan orang Batak, setelah seseorang
rnernpunyai anak. rnaka nama kecilnya tak boleh dipanggil lagi :
cukup dengan menyebut nama anu (nama anaknya) atau ina an11
(nama anaknya). Beberapa hal dalam ad at Nias yang masih rnengikat sampai saat ini ialah uang mahar yang terlalu. tinggi. Selain itu
ikatan adat masih melarang seorang gadis berbicara dengan seorang
pemuda . Kehidupan masyarakat Nias benar-benar masih didominasi oleh adat.
Suku Melayu mendiami desa pantai atau tepi sungai, sedangkan suku bangsa Batak mendiami desa pedalarnan. Tempat tinggal
suku bangsa Melayu disebut kampung atau dusun, sedangkan suku
bangsa Batak mendiami huta atau kuta. Tempat itu di Nias disebut
banua.
Di Sumatera Timur khususnya di kalangan masyarakat Melayu ,
beberapa kampung atau dusun (desa) tergabung menjadi satu
kejeruan. Beberapa kejeruan bergabung dalam satu kerajaan yang
dipimpin oleh orang besar berempat atau dikenal dengan istilah
datuk empat suku. Orang-orang besar ini disebut Dewan Kerajaan
atau Dewan Menteri yang diketuai oleh bendahara (menteri utama).
Masing-masing orang besar berempat atau datuk empat suku
ini mempunyai bawahan yang jumlahnya bergantung kepada luas daerah yang diwakilinya sehingga ada menteri de/apan, menteri
enambelas dan menteri tigapuluh dua. Setiap orang besar berempat ini (mewakili raja atau sultan di daerahnya) masing-masing
mempunyai gelar yang sesuai dengan kedudukannya dalam kerajaan/kesultanan. Gelar itu secara berturut-turut mulai dari kedudukan teratas hingga terendah adalah: paduka, seri, maha , dan raja.
Dengan demikian maka ada sebutan: Bendahara Paduka Seri Maharaja , Seri Maharaja, Paduka Mahamenteri dan Paduka Raja atau
Datuk Paduka Setia Maharja, Tengku Seri Maharaja Datuk Mahamenteri, dan Datuk Paduka Raja. 1 l
Keadaan di kalangan masyarakat Batak lain lagi. Beberapa
huta atau kuta tergabung dalam satu horja, beberapa horja tergabung dal~m satu bius. Beberapa bius kecil tergabung dalam satu
bius indJ.!k.2) Setiap bius induk dipimpin oleh raja berempat.
Berbeda dengan datuk berempat suku, kedudukan raja berempat
ini sama tingginya. Dalam setiap kegiatan asean taon (kerja tahun)
yang dilakukan hampir setiap tahun maka Raja Berempat bertugas
mengerahkan seluruh anggota masyarakat demi kepentingan dan
ke.selamatan bersama. Sesungguhnya upacara asean taon (kerja
tahun = pesta panen) tak lain dari pemujaan atau permohonan kepada debata ( malajadi nabolon), sebagai ucapa1: terima -kasih
atau permintaan agar tanam-tanaman berubah , ternak berkembang
biak dan manusia selamat sejahtera. Setiap bius kecil dipimpin
oleh raja-raja bius yang mempunyai staf antara empat hingga 32
orang, .sehingga ada sebutan: Raja Naopat, Raja Naualu, Raja
Masampulu Dua, Raja Nasampulu Onom dan Raja Natolupulu
Dua . Hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di kalangan masyarakat Melayu. Angka dasarnya adalah empat yang bervariasi
menjadi delapan, puabelas, enambelas, dan tigapuluh dua. Sebagai
contoh, Raja Berempat di Bius godang (induk) Balige terdiri atas
Pande Na Bolon, Pande Raja, Pande Mulia, Pande Namora.
Mereka ini yang menjadi pimpinan bius pada upacara kegiatan agama. Kemudian ada juga fungsi saniangnaga, parsinabul,
parsirambe, dan namburbulang. Mereka ini adalah paidua (adik)
dari Raja Berempat di atas yang digelar Raja Naualu sebagai pimpinan horja dan kawasannya. Di samping itu masih ada fungsi pengerah massa dan keamanan yang terdiri atas undotsolu. panguluraja, pande aek dan pangu/uhudalu yang digelari Raja Nasampuludua, tetapi di luar raja-raja bius ini di atas masih ada lagi
fungsionaris : Raja Parbaringin, Datu Bolon dan Sibaso Bolon.3 )
Sampai masuknya imperialisme di Sumatera Utara, pendidikan
berlangsung secara infonnal dalam kehiduppan sehari-hari baik
dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat
desa. Pengetahuan sopan-santun, adat-istiadat, dan kepercayaan diwariskan kepada generasi penerus melalui pergaulan dan pertemuan mengenai kepercayaan. Mulai dari cara bertani, berladang,
berternak, meramu, berbicara, bercerita, dan mandon dalam berbagi upacara kepercayaan, membangun rumah, dan keterampilan
lainnya dalam kehidupan sehari, diwariskan secara tidak langsung
kepada generasi penerus. Bila keadaan terpaksa, seorang laki-laki
harus berumah tangga meskipun umurnya masih muda. Untuk
mematangkan dirinya, yang bersangkutan haru spergi merantau
untuk mencari pengalaman. Kepergiannya merantau dianggapnya
sebagai suatu sekolah untuk mendapatkan bekal tanggung jawab
se bagai kepala rumah tangga.
Seorang datuk atau pawang sangat berperan dalam kehiduppan
suku bangsa Melayu. Datuk atau pawanglah yang menjadi tempat
bertanya untuk menetapkan hari-hari baik atau buruk. Datuk atau
pawanglah yang menetapkan pelaksanaan acara turun ke tanah,
memasuki rumah baru, dan pelaksanaan acara menjamu laut agar
masyarakat selamat dan hasil ikan lebih banyak. Datuk atau pawanglah yang menentukan pantangan-pantangan dan tabfi yang
sekali-kali tak boleh dilanggar anggota masyarakat. Segala tindakan a tau perbuatan yang mengikuti petunjuk datuk atau pawang
akan mem bawa keselamatan dan berkat bagi masyarakat. Sebaliknya jika pantangan atau tabu dilanggar seseorang, maka malapetaka atau bala .. akan menimpa masyarakat banyak.
Di daerah pedalaman (di kalangan suku bangsa Batak) terdapat
juga ha! yang demikian itu. Baik turun ke sawah maupun turun ke
air, dilaksanakan menurut petunjuknya. Waktu merainu bahan
rumah, mendirikan rumah, memasuki rumah baru, upacara kelahiran hingga mengubur orang mati dan lain-lain tetap berkaitan
dengan kepercayaan dan adat istiadat yang dilaksanakan secara turun-temurun. Jika seseorang telah berumahtangga, yang bersangkutan telah dianggap dewasa walaupun psikologis masih remaja.
Tingkat k~hidupan seseorang dalam masyarakat ditentukan pula
oleh umur, jumlah turunan, harta kekayaan, dan kharisma.
Masuknya Agama Islam membuat kedudukan datuk atau pawang semakin merosot di hati anggota masyarakat. Sedikit demi
sedikit kedudukan mereka digantikan oleh para ulama sebab agama dan ilmu pengetahuan diajarkan melalui pengajian. Demikian
juga setelah masuknya Agama Kristen di pedalaman Sumatera
Utara, kedudukan datuk semakin berkurang, sebab para pendeta
berusaha selain mendirikan gereja untuk tempat beribadah, juga
membangun rurriah sekolah dan rumah sakit atau balai pengobatan
Sebaliknya, baik Agama Islam maupun Agama Kristen mengakibatkan nilai-nilai tradisional satu demi satu semakin hilang dari
tata kehidupan sehari-hari, sebab setiap acara yang bertalian dengan kebiasaan dan adat tradisional ataupun alat musik tradisional
dicap sebagai per bu a tan animis ( pelbegu) dan dilarang oleh agama.
Pendidikan secara "Barat" di Sumatera (abad ke- 19) dimulai dari
Tapanuli Selatan, kemudian barulah ke Tapanuli Utara dan akhirnya di perkebunan-perkebunan Sumatera Timur. Akhirnya baik
keluarga raja maupun keluarga sultan, pimpinan kejeruan, dan bius
(desa) satu demi satu jatuh ke dalam pengaruh-imperialisme . Beberapa orang pribumi yang telah berpendidikan dan dekat hubungannya dengan Belanda, diangkat menjadi pegawai pemerintah
pad a waktu itu. Mereka iku t melaksanakan pemerintahan kolonial di daerah masing-masing. Hal itu berlaku untuk seluruh daerah
Sumatera Utara.
Tetapi ada juga satu atau dua orang yang berusaha mendirikan
sekolah sendiri yang bersifat nasional. Malah terbit pula bukubuku yang menentang imperialisme secara tak langsung.
l .3. Sosial Ekonomi
Secara sepintas dal~m uraian terdahulu telah disinggung sedikit tentang keadaan perekonomian Daerah Sumatera Utara.
Ditinjau dari letaknya, Daerah Sumatera Utara sangat menguntung
kan sebab : l) Berfungsi sebagai penghubung antara Daerah Istimewa Aceh
dengan Sumatera Barat/Riau bail< hubungan udara, darat maupun laut,
2) Berfungsi sebagai penghubung pantai timur (Belawan) dengan
pantai barat (Sibolga).
3) Kedua pelabuhan ini dapat disinggahi kapal-kapal besar
(dari dalam dan luar negeri), dan
4) Sumatera Utara kaya akan hasil hutan , tambang dan perkebunan dengan Kota Medan sebagai pusat perdagangan.
Semua itu didukung oleh berbagai faktor, antara lain pantai
timur Sumatera Utara yang kaya dengan tambang minyak bumi.
Dataran rendahnya luas dan dapat dijadikan perkebunan b~sar,
sedangkan bagian bukit dan dataran tinggi dapat ditanami sayursayuran , buah-buahan, padi, kopi, dan lain-lain.
Setelah Anderson (Orang lnggris) mengunjungi pantai tirnur
Sumatera tahun 1822, ia melaporkan pada atasannya, bahwa Deli
adalah daerah subur. Waktu itu lada dan tembakau diekspor ke
Penang, sedangkan padi, tebu, kapas,jagung, danfain-lain ditanam
sekedar untuk kebutuhan sendiri. Di samping itu ada juga tanaman
enau dan pinang. Pada masa itu binatang gajah dan badak sering
mengganggu pertanian, tetapi sebalil<nya gading gajah menjadi bahan ekspor yang bernilai tnggi.
sebab masyarakatnya makmur, maka kampung--kampung
mempunyai rumah-rumah besar dan bagus. Kampung-kampung
itu dibuat berpagar bambu dan dikelilingi tanaman buah-buahan.
Di sana-sini terlihat ternak ayam dan kambing. Rata-rata kehidupan rakyat Melayu Deli lebih maju dari pelabuhan-pelabuhan lainnya di pantai timur. Sebagai contoh ekspor Deli ke Penang tahun
1822 berjumlah 26.000 pil<ul lada sehingga sultan berpendapatan
4500 ringgit burung (rial) Spanyol.4 l
Semen tara itu hubungan dengan Sunggal jadi retak sebab barang ekspornya menjadi sumber cukai bagi Deli. Sebalil<nya kehidupan masyarakat di Serdang lebih segar dibandingkan dengan
Deli, bahkan di pelabuhan banyak tongkang penuh · berisi lada
yang siap untuk diekspor. Kehidupan di Langkat tidak jauh berbe-da dengan kehidupan di Deli. Mereka mengekspor hasil hutan, hasil bumi, dan emas dengan tongkang atau perahu ke Penang, Malaka dan antarpantai. Barang ekspor terdiri atas lada, rotan , lilin,
buah-buahan hutan, gambir, emas, gading, tembakau ; dan beras.
Baik lada maupun kayu dar( l..angka~ terkenal baik mutunya. Hasil
kayu dari Langkat antara lain: merbau me~ang, cempedak, bingai,
dan lain-lain dapat dijadikan bahan pembuat tongkang atau perahu
dalam ukuran dua sampai tigapuluh ton. ·Ba;rang-barang yang diimpor terdiri atas: garam, bahan/cita, sarung bugis, songket, batubara , sutera Aceh dan pakaian jadi. Menurut laporan Anderson ,
pada masa itu ekspor lada dari Langkat mencapai 20.000 pikul
setahun dengan mutu baik. Raja Langkat berpenghasilan minimal
3.000 dollar setahun .
5 )
Sementara orang-orang Batubara hidup dari bertanam kelapa,
menjadi nelayan atau pelaut. Banyak dari mereka menjadi nahkoda di pantai . dari Deli hingga Asahan. Di sana pun terdapat banyak perahu dan tongkang yang siap melayani barang-barang
ekspor.
Menurut Netscher, hingga Agustus 1862 kehidupan ekonomi
Deli dalam hubungan dengan Semenanjung menunjukkan angkaangka ekspor selama 12 bulan yaitu ekspor Jada (8300 pikul), rotan (2000 ikat) dari 100 biji , 200 ekor kuda, 500 pikul pinang,
300 pikul pala, 500 pikul tembakau, 500 pikul lilin, 250 pikul
wajan dan 400 pasang gading gajah6 ) Waktu itu harga pasaran tembakau dua ringgit burung sepikul. Jelasnya, daerah Deli yang
tanahnya subur memberi kemakmuran bagi rakyat maupn pengusahaperkebunan waktu itu .
Umumnya, 40 tahun sebelum laporan Anderson, rakyat Sumatera Timur hid~p makmur dari hasil pertanian. Hal itu dimungkinkan oleh keadaan tanah yang memiliki tanah endapan laut dan
sungai yang dapat diolah menjadi pertanian dan perkebunan. Batuan beku misalnya, dapat diolah meenjadi tanah tegallan, wawah,
dan perkebunan. Tanah endapan kapur dapat diolah menjadi
peerkebunan kelapa dan karet. lni semua terdapat di dataran
rendah, khususnya di pantai tirnur Sumatera Utara.
Dataran tinggi diolah menjadi perladangan, persawahan, dan perkebunan untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kopi,
padi, dan kapas. TahWl 1841 Tanah Batak terkenal sebab
kop1. Sejak itu pulalah Tapanuli Selatan wajib menanam.. kopi
hingga 1918. Hasil hutan lainnya dari dataran tinggi dan Pegunungan Bukit Barisan meliput( rotan, damar, kemenyan, kapur barus
dan beberapa jenis pohon hutan yang bermutu. Laut-laut di sekitar Sumatera Utara kaya ~an ikan. sebab ·hasil-hasil yang banyak
dan bermacam ragam· itulah, maka Daerah Sumatera Utara sangat
penting dilihat dari segi ekonmis. Hubungan perdagangan antara
pesisir dengan pedalaman dilakukan melalui sungai, jalan kaki, dan
kuda beban. Hasil bumi dan hasil hutan dibawa ke pesisir dan sebaliknya garam, ikan asin, kain, dan lain-lain dibawa ke pedalaman
Tahun 1862 ada seorang Arab kelahiran Surabaya bemama Sayld
Abdullah menghubungi orang-orang · Eropa di Batavia agar mau
berusaha menanam tembakau di Deli. Setahun kemudian ( 1863)
Jacobus Nienhuys tiba di Deli. Tanahh diperolehnya secara percobaan. Hasilnya tidak seirnbang dengan modal dan tenaga yang
dikeluarkan, tetapi tahun berikutnya Nienhuys berhasil mengekspor 50 bal tembakau dengan nilai 48 seper Y2 kilo tembakau.
Sejak itu keuntungan mereka meningkat 100 persen pada tahWl
I 868 dan 200 persen pada tahun I 7 69. Tetapi kemudian tirn bu!
masalah baru. Mereka kewalahan tentang kurangnya tenaga kerja
yang dibu tuhkan; semula diperkirakan 88 orang tenaga kerja
Tionghoa dan 23 orang Melayu buruh harian.
Untuk mengatasi masalah tenaga kerja itu, buruh Tionghoa
dirnasukkan dari Semenanjung melalui perantara (makelar). Dala·m
pada itu perkebunan Nienhuys (Deli Myi) semakin luas sehingga
semua tanah milik petani Deli, Serdang, dan Langkat menjadi areal
perkebunan terus meningkat. Hal itu dapat dilihat dari catatan
ekspor tern bakau, tahun 186 7 m: 210 bal, tahun 1868 menjadi
890 bal, tahun 1869 1381 bal, tahun 1870 3922 bal dan tahun
1872 6409 bat.7 1 '
sebab P,ertumbuhan tenaga terus meningkat maka sejak tahun
1900 telah ada 14 .151 orang Jawa yang bekerja sebagai kuli kontrak di Deli di samping 30.647 orang Timur Asing. Kehidupan
mereka rata-rata .sederhana sekali dengan gaji tiga atau empat dollar sebulan.8 1. Dengan kata lain, selama 60 tahun Poenale
Sane tie (sejak 1872) buruh perkebunan di Sum.atera Timur sangat
menderita "di tengah-tengah sultan dan perusahaan asing yang hidupnya makmur.
1.4 Penduduk
Penduduk Sumatera Utara pada dasamya adalah suku bangsa
Melayu. yaitu Melayu Tua dan Melayu Muda. Suku bangsa Batak
termasuk Melayu Tua meliputi Toba, Karo, Simalungun, Pakpak/
Dairi dan Angkola Mandailing. Suku bangsa Melayu Muda lebih
umum dikenal sebagai suku bangsa Melayu yang mendiami Sumatera Timur. Suku bangsa Nias tersendiri, sebab letaknya yang terpisah dari daratan Sumatera Utara. Kebanyakan penduduk pesisir
Sumatera Timur adalah suku-suku bangsa Talang, Sakai, Akat,
Rawa dan orang Utan. Orang Talang adalah orang-orang Jawa yang
datang mengembara dan menduduki sebagian Tanah Jawa dan
Batu Kihini di Pasir Mandoge. Kepala orang itu disebut patih,
tetapi kemudian mereka diusir oleh orang-orang Batak yang datang
dari Samosir. Orang Sakai lari ke Malaka."9 I
Kemudian hari datanglah orang Bugis, Aceh, dan Minangkabau
Mereka membentuk kerajaan-kerajaan sehingga terjadi perbauran
antara bahasa Batak dengan bahasa Melayu. Beberapa jumlah penduduk Sumatera Utara sebelum dan pada waktu masuknya pengaruh kolonialisme dan imperialisme tak dapat digambarkan secara
pasti, tetapi dari beberapa penulis asing dapat diketahui gambaran
kasar µada daerah-daerah tertentu. Menurut Anderson (dalam
bentuk taksiran) penduduk Deli sejumlah 7 .000 jiwa tahun 1822.
Penduduk Sungai berjumlah 20.000 jiwa, penduduk Serdang ditaksir 3.000 jiwa (Melayu) dan 8.000 jiwa (suku bangsa Batak).
Langkat berpenduduk 7 .000 jiwa (Melayu), Stabat 1.000 jiwa,
Selesai 1.400 jiwa, Bahorok 700 jiwa, dan daerah. pedalaman
13 .000 jiwa (suku bangsa Batak Karo). Jumlah suku bangsa Malayu (1823) yang berdornisili di sepanjang pantai Sumatera Timur
(mulai dari Tamiang hingga Siak) ditaksir berjumlah 350.000 jiwa.
Jumlah penduduk Tanah Karo disebutkan dengan istilah "banyak
sekali" (tetapi Anderson hdak rnembuatt notasi jumlah). Penduduk Batubara berjumlah 10.000 jiwa (suku bangsa Melayu)10)
Penduduk Simalungun tak disebutkan, jadi tak ada perhitungan
jumlah, baik yang pasti maupun dalam bentuk taksiran. Lain
pula dengan keadaan penduduk di Tapanuli pada masa itu. Menuru t Willem Middendorp, tahun 1880 penduduk setiap huta
di Sarnosir adalah 35 jiwa. Tahun 1878 di Humbang terdapat 16
rumah setiap huta.11 ). Di sini tidak jelas disebutkan berapa jumlah huta yang ada di Tapanuli Utara, yang disebutkan hanyalah
jumlah jiwa dan rumah per huta serta penduduk Mandailing 300 - -
400 jiwa per huta12 l. Keadaan ini tercatat pada tahun 1845 . Je--
lasnya dari data-<iata penduduk di atas, garnbaran penduduk
Sumatera kurang lengkap sebab penduduk Pakpak/Dairi, La.buhan Batu, dan Nias serta buruh perkebunan belum disertakan .
Gambaran yang lebih lengkap tentang penduduk Sumatera Utara
dapat dilihat pada Volkstelling 1930, IV halaman 161 - - 180.
Menurut sumber ini suku bangsa Melayu berjumlah 953.397 jiwa
dan suku bangsa Batak seluruhnya berjumlah 1.169 .947 jiwa
(tidak termasuk yang bermigrasi ke daerah lain.~ebanyak 37. 612
jiwa13 )
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rincimengenai penduduk Sumatera Utara khususnya tentang keadaan suku bangsa
Batak dapat dilihat pada tabel Enumeration of the Tapanuli
and Fast Coast Barak in 1930.
Enumeration of the Tapanuli and East Coast Batak in 1930
Batak Group In Tapanuli on East Coast Total
Tapanuli Batak 778.197 126 .425 904.6.23
Toba 523.524 74.139 597.663
Pakpak 19.936 197 20.133
Angkola 79.849 6.706 86.555
Mandailing 89.475 45.308 134.783
Padang Lawas 65 .414 75 65.489
East Coast Batak 9.912 240.573 250.485
Karo 8.912 145 .429 154.350
Simalungun
Other Batak
Total Batak
991
488
778.596
18
95.144
14.351
381.349
96.135
14.839
1. I 69.947
Source: Volkstelling, 1930, IV, pp 162 - 163, VIll, pp 194
Pada awal abad ke-20 banyak penduduk pindah dari Tapanuli
Selatan ke Sumatera Timur. Sebagian dari mereka ditampung sebagai karyawan pada perkebunan-perkebunan di samping sebagai
P.egawai-pegawai Pemerintah Belanda dan kerajaan-kerajaan yang
ada.
Keadaan penduduk Tapanuli Utara berbeda. Mereka sengaja
diberi kesempatan pindah ke Sumatera Timur sebab Pemerintah
Belanda kewalahan mencukupi kebutuhan beras untuk perkebunan-perkebunan. Mereka itu ditem-patkan di tanah-tanah pertanian
yang dapat diairi dengan cara irigasi. '
Penduduk Nias tahun 1930 berjumlah 202.400 jiwa. Jadi
penduduk Sumatera (suku bangsa Melayu, Batak, dan Nias) berjumlah 2.325.744 jiwa (belum termasuk buruh perkebunan yang
berasail dari .Pulau.Jawa dan Cina dari Semenanjung dan Tiongkok)
Pada tahun 1872, pekerja Eropa di Deli berjumlah 75 orang,
kuli Tionghoa 4.000 orang, Keling dan pribumi (dari Pulau Jawa)
berjumlah ratusan saja 15 ). Mereka itu bekerja pada 13 perkebunan tembakau di Deli, satu di Langkat dan satu di Serdang.
Pada awal abad ke-20, jumlah itu meningkat menjdi 14.152
orang , (suku bangsa Jawa), 30.647 orang (Timur Asing) atau dengan imigran Tionghoa 56.683 orang. Di antaranya 20.549 orang
telah dipulangkan ke tempat asalnya (di Semenanjung atau
Tiongkok 16 ) I tulah keadaan selama periode l 900 hingga 1901 .
Tahun berikutnya (1902), tenaga kerja perkebunan seluruhnya
menjadi 99.568 orang. Tahun 1903 jumlah tenaga kerja (buruh)
di Sumatera Timur meningkat menjadi 60.000 (Tionghoa) dan
40 .000 pribumi (sebagian besar dari Jawa17 l. Hingga tahun 1921
imigran Jawa yang bekerja di perkebunan berjumlah 49.179 orang
Im igran Ti onghoa 1 7.4 3 2 orang.
Data penduduk di atas belum jelas mana yang bekerja sebagai kuli kontrak dan berapa imigran yang bekefja sebagai tenaga
kerja upahan. Gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada catatan
perkebunan dari tahun 1926. Waktu itu kuli kontrak (Jawa) berjumlah 194.400 orang, terdiri atas 142.000 orang laki-laki dan
5 2 .400 perempuan. Kuli Tionghoa berjumlah 27 .100 orang (beJum termasuk imigran 19).
Menurut Parker waktu Anderson mengunjungi pantai timur
Sumatera (1823), orang Cina sangat sedikit di daerah Sumatera
Timur. Sebelumnya, pernah armada -Cina mengunjungi Pulau
Kampai di Teluk Hari dan kemungkinan mereka telah mengun·
jungi (Paya Pasir Kota Cina) di Labuhan Deli, demikian juga masa
pemerintahan Sultan Husein (Deli). Waktu perkebunan Markubung
dibuka, 88 orang kuli Tionghoa dimasukkan dari Penang hingga
akhir abad ke-19. fomlah itu meningkat menjadi 18.352 orang.
Pada permulaan abad ke-20, kuli Tionghoa di Deli berjumlah
37 .608 orang.
Orang Tionghoa yang bermukim di daerah Deli seluruhnya
99.236 orang, di antaranya 92.646 orang laki-laki yang umumnya
merek a dimasukkan sebagai kuli kontrak .
Berdasarkan data penduduk perkebunan (dari tahun 1926)
dan data penduduk asli (dari tahun 1930), penduduk Sumatera
Utara pada permulaan abad ke-20 berjumlah kurang-Jebih 2,5 juta
orang.
1.5 Migrasi Cina ke Sumatera Utara
Sejak akhir abad ke-19, pertum buhan perkebunan-perkebun.an
di Sumatera Timur sangat pesat sekali. Keadaan ini menyebabkan
pihak perkebunan Belanda mengalami suatu permasalahan, yaitu
masalah buruh yang sangat diperlukan untuk mengelola perkebunan
yang demikian luas dan bertebaran di Deli. Untuk itu pihak perkebunan mengadakan hu bungan dengan bandar Penang, sebab disana banyak cukong yang dapat menyediakan buruh-buruh. Hal ini
dilakukan sebab penduduk setempat, yaitu penduduk Deli' yang
terdiri atas suku bangsa Melayu dan Karo tidak mempunyai keimigran untuk menjadi buruh perkebunan. Pada mulanya seorang
pen_gusaha perkebunan tembakau yang tereknal yaitu Nienhuys
mengadakan hubungan dengan seorang Jawa yang berada di
Penang untuk menyediakan sejumlah kuli bagi perkebunannya.
Untuk tujuan itu telah diadakan suatu kontrak, tetapi kontrak itu
tidak dapat dipenuhi sebab orang yang berasal dari J awa lebih
banyak perhatiannya untuk melaksanakan dahwah Islam dari
kegiatan dagang. Karena: ha! ini , maka Nienhuys memutuskan
kontrak dengan haji yang berasal dari Penang itu . Sejak itu
Nienhuys mulai melakukan hubungan dengan orang-orang Cina
yang telah lama bermukim di Penang dan disebut dengan LauKeh (sebutan bagi orang Cina yang telah lama di perantauan).
Melalui orang-orang Cina inilah kemudian didatangkan pekerjap~kerja dari Negeri Cina yang umumnya berasal dari daerah sekitar
Swatao, Amoy Kanton. Pada waktu itu keadaan politik dan perekonomian Tiongkok sangat merosot sekali, sebagai akibat pemerintahan penguasa Manchu. Keadaan ini menarik banyak orang
Cina ini untuk pindah ke Sumatera Timur dan diharapkan
dapat dikenal dengan sebutan Negeri Selatan atau Nan Yang,
suatu daerah surga dan kaya. Sumatera Timur yang mereka sebut
derigan Su Tung (Su = Sumatera ; Tung = Timur). Kedatangan
orang Cina ke Sumatera Utara itu berkelompok dan dikepalai oleh
seorang kepala suku . Melalui tokoh-tokoh Cina yang berada di
Penang , mereka menandatangani kontrak-kontrak kerja dengan
pihak perkebunan yang berada di Sumatera Timur. Di antara sukusuku bangsa Cina yang datang ke Sumatera Timur adalah suku
Kong Hu yang berasal dari Propinsi Kwantung, Suku Hok Chieu,
Hai Lam, Tio Chiu berasal dari Hokien dan suku K'hek yang sering juga disebut dengan orang-orang Hakka. Mereka itu semuanya
berasal dari Tiongkok Selatan .
Pekerja-pekerja Cina yang datang itu sesampainya di perkebunan tetap berada di bawah pimpinan kepala sukunya dan juga
langsung d!perintah oleh kepala sukunya. Jadi pengusaha Belanda
di perkebunan senantiasa berhubungan dengan para pimpinan
suku orang-orang Cina itu dalam melaksahakan tugas-tugas pekerjaan di perkebunan itu . Jadi kedudukan pimpinan suku itu
seperti mandur atau pengawas buruh-buruh Cina. Pada setiap per-
kebunan terdapat banyak buruh Cina dan banyak pula pimpinanpimpinan buruhnya. Pimpinan buruh Cina biasa diseb4t dengan
tandil.
Pekerjaan buruh-buruh Cina itu biasanya menggali parit dan
mencangkul tanah-tanah yang akatl ditanami dengan tembakau .
Mereka umumnya bekerja tekun dan rajin, sebab pekerjaan itu
dilakukan dengan sistem borongan. sebab ketekunan pekerjapekerja Cina itu , maka tandil-tandil banyak memperoleh keuntung
an dan cepat menjadi kaya. Pada umumny a, setelahmereka mempunyai modal dan kontrak kerja telah selesai, mereka pindah ke
kota. Di kota-kota mereka bekerja .sebagai perajin a tau berdagang.
Orang-orang K'hek umumnya membu ka perusahaan kerajinan
seperti bertukang, sedangkan Hokkieh be rdagang; demikian pula
dengan orang-orang Kong Hu. Di kot a mereka juga berada di
bawah pengawasan pimpinan sukunya masing-masing. Kelompokkelompok suku itu terus berkembang dan sengaja <lipelihara tern s
oleh Pemerintah Kolonia! Belanda. Kepala-kepala suku itu di
kota-kota diangkat oleh Belanda sebagai p impinan dari kelompok
orang-orang Cina. Melalui mereka inilah Beland.~ melakukan hubungan dengan orang-orang Cina, baik mengenai pajak atau halhal yang lain. Pada waktu itu pengurus bangsa Cina tidak berada
di bawah kepala-kepala kampung tetapi mempunyai bagian tersendiri yang langsung berada di bawah penguasa Belanda. Dengan
kedudukan kepala-kepala suku Cina ini mereka menjadi sangat
penting sekali dan mudah memperoleh fasilitas-fasilitas. Mereka
diangkat oleh pihak Belanda dengan pangkat letnan, kapten , dan
mayor sesuai dengan kedudukannya dan pengaruhnya dalam kalangan masyarakat Cina. Kelompok-kelompok suku itu dalam
masyarakat Cina perantauan di Sumate ra Timur dan Sumatera
Utara umumnya tidak saja berfungsi se bagai suatu bentuk sosia l
saja tetapi justru merupakan suatu kekuatan ekonomi pula. Mela lui masyarakat suku-suku itulah mereka dapat mengumpulkan
modal dan membentuk suatu kegiatan dalam usaha perdagangan .
Salah seorang pimpinan suku bangsa Cina yang terkenal di Medan
da n dihormati sebagai seorang raja kecil 1alah Tjong A Fie. Pada
mulanya ia juga merupakan pimpinan suatu kelompok suku yang
datang dari Negeri Cina. sebab keuletan nya dan kesungguhan-nya, maka ia dapat menjadi seorang yang dipercaya oleh orangorang Belanda terutama dari pihak perkebunan . Pengaruhnya
sangat besar di kalangan Cina sehingga ia diangkat sebagai mayor
dari kelompok masyarakat Cina di Medan. Ia adalah suatu contoh
dari orang Cina yang berhasil menjadi hartawan dan kemudian
menjadi seorang yang terpandang dari kalangan masyarakat Kota
Medan sekitar abad ke-20.
Dari urian ini jelaslah bahwa kelompok Cina yang bermukim di Sumatera Utara atau khususnya di Sumatera Timur
dahulu datang sebagai pekerja dan dalam beberapa generasi mereka
telah beru bah menjadi pedagang sebab keuletannya serta ketekunannya .
Sebelum a bad ke - 18, Sumatera Utara boleh dikatakan
merupakan daerah yang berada dalam pengaruh kekuasaan Aceh
yang menguasai perdagangan pesisir pantai utara Pulau Sumatera
dan juga pantai barat. Penguasaan Aceh terhadap daerah-daerah ini
sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Mucta.
Pada masa pemerintahan raja ini jalur perdagangan dan pela -
yaran yang dilakukan oleh saudagar-saudagar Indonesia melalui
pantaj barat Sumatera sebab Selat Malaka dikuasai oleh Portugis
sejak Malaka dikuasai.
Jalur perdagangan dan pelayaran ini memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan daerah pantai Sumatera
Utara di bagian barat, di mana terdapat bandar-bandar perdagangan seperti Barus, Natal, dan lain-lain. Faktor-faktor ini lah
yang menyebabkan hubungan sangat erat dengan dunia luar lebih
dahulu terjadi di daerah pantai barat daripada pantai timur. Pantai
timur baru memainkan peranan penting dalam percaturan politik
dan perdagangan pada abad ke-19. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keadaan Sumatera Utara pada waktu itu dapat kita
ikuti tinjauan secara rinci keadaan sosial dan ekonominya.
Sebagairnana telah diketahui masyarakat Sumatera Utara
terdiri atas. berbagai suku bangsa yang mendiami wilayah yang ~erbeda-beda pula. Pada umumnya di daerah pedalarnan berdiarn suku bangsa Batak dan di daerah pesisir suku bangsa Melayu pesisir.
Suku bangsa Batak hidup dari mengolah tanah-tanah pertanian,
sedangkan suku bangsa Melayu hidup dari hasil penangkapan ikan
dan berdagang. Hasil-hasil pertanian itu sebagian besar adalah
untuk k~butuhan sendiri dan selebihnya ditukar dengan barangbarang konsumsi lainnya dengan pedagang-pedagang dari pantai.
Masyarakat Batak yang tinggal di pedalaman boleh dikatakan
tertu tup hubungannya dengan dunia luar. Dalam masyarakat yang
tertutup itu peranan adat sangat menentukan sekali. Kehidupan
masyarakat dalam segala sendi diatur oleh hukum adat. Keadaan
itu memang sudah berjalan dengan sendirinya sebab masyarakat
nya homogen dan belum bercarnpur dengan bangsa asing. Kontakkontak dengan kebudayaan asing secara langsung pun sedikit sekali.
Penduduk pantai yang kebanyakan terdiri atas suku bangsa
Melayu tidak tertutup dan mempunyai hubungan yang luas dengan
dunia luar. Penduduknya sebenarnya terdiri atas berbagai
suku bangsa , tetapi setelah menetap di daerah· pesisir, meteka mengakui dan mengasirnilasikan dirinya sebagai suku bangsa Melayu .
Kenyataan ini dapat terlihat dalarn penelitian yang diadakan .
Di daerah pesisir tirnur Sumatera Utara suku-suku Melayu itu, kalau. diselusuri garis keturunannya , berasal dari berbagai keturunan. Di daerah Asahan mereka mengaku berasal dari keturunan
Batak Toba. Di daerah Batu Bara terdapat pula suatu daerah pemukirnan suku bangsa Minangkabau, di sekitar Bedagai mengaku
keturunan Banjar, dan di Langkat dan Deli Serdang mengaku berasal dari Batak Karo. Dari kenyataan di atas jelas, yang menjadi
suku bangsa Melayu di daerah pesisir tirnur berasal dari berbagai
suku bangsa. Keadaan semacam ini juga terdapat di daerah pantai
barat Sumatera Utara. Di Barus dan Sibolga terkenal pula dengan
sebutan penduduk pesisir. Mereka berasal dari suku bangsa Batak ,
suku bangsa Mnangkabau, malahan ada yang berasal dari bangsa asing India.
Walaupun tadinya berasal dari berbagai keturunan, namun mereka mengasimilasikan dirinya ke dalam suku bangsa Melayu. Adaptasi demikian mungkin terj adi sebab mereka pada
umumnya telah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama dan menganut agama yang sama yaitu Agama Islam. Peraturan masyarakat
nya pun tidak lagi dilakukan menurut hukum adat, tetapi menurut
hukum Islam. Walaupun demikian beberapa kebiasaan adat lama
yang tidak bertentangan dengan Agama Islam masih dilanjutkannya. Keadaan ini masih jelas kelihatan dalam beberapa upacaraupacara seperti dalam perkawinan, kelahiran bayi, dan lain-lain.
Penduduk pesisir inilah sebenarnya yang melakukan hubungan dengan penduduk pedalaman, misalnya dalam perdagangan dan. lainlain. Mereka memang dapat mengadakan kontak dengan daerah
pedalaman secara garis keturunan .
2. I .2 Jalur pedagangan
Menurut data yang ditemukan di daerah pes1sIT telah
lama terjadi hubungan dagang dengan daerah-daerah luar Sumatera
Utara. Keadaan ini berlangsung baik di daerah pesisir pantai timur
maupun di daerah pesisir pantai barat. Di pesisir pantai barat terdapat bandar-bandar dagang seperti Barus dan Natal yang telah
ada sejak abad ke-1 '2 yaitu Kata Cina Paya Pasir dan di Perdagangan yang sering disebut oleh orang Tionghoa dengan sampan Tao.
Menurut pengamatan penulis, tempat te rsebut adalah kota-kota
dagang yang tertua. Dari daerah ini lintas perdagangan bergerak ke
pedalaman. Untuk menghubungkan dae rah pedalaman dengan
pantai atau kota-kota dagang, sungai me rupakan suatu sarana yang
penting .
Di kota-kota pantai itu berdiam para pedagang asing seperti
Cina, India, dan pedagang pribumi yang menjadi pedagang penggalas atau penghubung dengan daerah pedalaman. Jumlah pedagang asing itu cukup banyak dan ini dapat dibuktikan dengan adanya kuil-kuil dan diketemukannya barang-barang keramik. Pedagang-pedagang Indonesia hanyalah pekerj a-pekerja dari penguasa pantai yang memberikan kepercayaan untuk membawa barangbarang miliknya yang akan ditukar dengan barang-barang milik
penduduk daerah pedalaman. Barang-barang yang dibawa ke pedalaman antara lain garam dan barang-barang yang nilainya tinggi
seperti candu. Di sekitar Pulau Samosir dan di pedalaman Simalungun terdapat pipa-pipa untuk mengisap candu yang dimiliki oleh
pengetaua adat dan raja-raja. Perdagangan candu ini mungkin masih berusia muda sebab pengenalannya di Asia baru a bad ke-19.
Perdagangan lada, kapur barus, dan hasil-hasil hutan lainnya sudah
lama berlangsung. Dari daerah Deli dan Langkat terdapat lada dan
di Tapanuli Utara terdapat kemenyan serta kapur barus. Melalui su·
ngai-sungai barang itu diangkut ke pelabuhan di pesisir pantai. Sungai Asahan merupakan jalur perdagangan ke daerah sekitar Danau
Toba. Dari Sungai Bah Bolor dan Sungai Padang ke daerah pedalaman Simalungun. Sungai Deli dan Sungai Wampu menghubungka_n daerah pedalaman sekitar Tanah Karo dan pinggiran Danau
T oba. Di pantai bara t Suma tera lJ tara yang merupakan perairan
samudra , peranan- sungai-sungai sebagai jalur perdagangan juga sangat penting. Keadaan inilah yang menyebabkan kebanyakan kotakota pelabuhan terletak di muara-muara sungai. Dahulu sungaisungai dapat dilayari oleh kapal-kapal kecil atau sampan-sampan .
Kenyataan ini dapat dilihat dari bekas-bekas garis pantai yang kita
temukan pada sisa-sisa sungai itu .
Dari gambaran ini dapat kita ketahui bagairnana jalur
perdagangan pada waktu itu, dan bagaimana pula peranan penduduk setempat dalam perdagangan. Segala kegiatan perdagangan
itu pada umumnya dilakukan secara barter antara penduduk pesisir dengan pedalaman . Mengenai penggunaan mata uang tidak pernah ditemukan bukti-buktinya. Mata uang yang ditemukan adalah
ma ta uang Portugis, VOC , dan mata uang asing lainnya yang ditemukan di pedalaman dan tidak dijadikan sebagai alat tukar tetapi
mempunyai peranan dalam kegiatan adat sebagai benda magis saja.
Pedagang-pedagang asing yang berdiam di pelabuhan-pelabuhan
itu bertindak sebagai penumpuk bahan-bahan ini . Mereka mengangkutnya bila kapal-kapal dagang dari negerinya datang menyinggahi pelabuhan ini . Suasana perdagangan seperti itu
sudah berlangsung sejak lama sarnpai datangnya pedagang bangsa Eropa ke daerah ini. Mereka melakukan suatu cara baru untuk
memperoleh barang-barang dagangan dengan cara monopoli hasilhasil yang terdapat di suatu daerah. Dengan cara demikian mulai
terjadi suatu perombakan tradisi perdagangan kuno dan Jahirlah
suatu i /1 rrique-in rrique.
2. I .3 Penguasa-penguasa di Sumatera U tara
Dilihat dari segi geografi , kedudukan Sumatera Utara sangat strategis di bidang lalu -lintas perd agangan kuno , sehingga
daerah ini sejak abad-abad permulaan Masehi telah terlibat dalarn
kegiatan perdagangan dengan negara-negara luar. Bukti-bukti tertulis memang tidak terd apat, tetapi beberapa peninggalan yang lain
dapa t memberikaf! petunjuk-petunjuk ke arah itu .
Daerah ini dapa t mengadakan hubungan dengan dunia lu ar karena adanya sungai-sungai besar. Melalui sungai-sungai inilah segaJa kebutuhan barang-barang yang berasa l dari Juar dimasuk kan.
Kota perdagangan mernpakan pelabuhan bagi Kerajaan Naghur.
Kerajaan ini berkem bang sampai pad a a bad ke-17. Sultan Aceh
Alaudd in pe rnah mencoba untuk menak lukkannya , tetapi tidak
berhasil. Sampai dewasa ini di d aerah seki tar Simalungun masih
terdapat nama-nama desa yang memakai Naghur seperti Naghur
Bayu, Naghur Usang, dan Naghur Raja . Mungkin di sekitar daerah
in i dahulu merupakan pusat kerajaan. Sisa keraton tidak pernah
ditemuk an karen a bahan-bahan yang dipergunakan pada umumnya terbuat dari kayu sehingga mudah musnah .
Di daerah Tapanuli Ut ara pada masyarakat Batak Toba terdapat struktur sosial berdasarkan kesatuan-kesatuan yang disebut
bius (republik de sa). Disebut demikian sebab dalarn masyarakat
Batak tiap desa merupakan suatu kesatu an yang berdiri sendiri
dalam pemerintahannya. Republik desa itu merupakan suatu kesa tuan otonomi dalarn kedudukan hukumnya. Pengaturan masyarakatnya diatur menurut hukum adat yang disebut Oalihan Na
Tolu. Pem impin desa ialah seorang yang dianggap mempunyai kedudukan magi atau sahala. Pemimpin biasanya mempunyai karisina dan mempunyai kelebihan-kelebihan dari anggota masyarakat lainnya. Pemimpin suatu desa dianggap juga seorang yang berjasa
dalam melakukan sesuatu seperti pendiri atau perdagangan desa
dengan laku. Kedudukannya disebut sebagai raja huta.
Seorang raja huta membawahi suatu unit politik yang meliputi
suatu daerah pertanian yang dimiliki oleh anggota masyarakat
huta. Kumpulan dari huta kemudian merupakan suatu unit kekuasaan yang disebut dengan horja, dan di atas horja disebut pula
bius. Setiap daerah mempunyai kebebasan sendiri dan mereka
terikat seluruhnya oleh hukum adat . Pimpinan dalarn horja disebut
raja punjungan dan bius raja parbaringin. Kedua kedudukan pemimpin itu hanya melaksanakan upacara-upacara keagamaan saja,
sedangkan yang melaksanakan pemerintahan secara langsung ialah
raja huta.
Di Tapanuli Selattan, sebelum masa kekuasaan Belanda, memerintahkan diatur menurut hukum adat. Suatu desa diperintahi
oleh kepala desa yang disebut dengan kepala kampung. Kepala
huria membawahi beberapa karnpung. Di Tanah Karo kesatuan
unit politik yang kecil disebut rumah siwaluh jabu Pimpinan
dari siwaluh jabu itu disebut raja jabu . Unit yang kecil itu bergabung dalam suatu kesatuan politik yang lebih besar lagi yang disebut kuta . Pimpinan kuta disebut penghulu atau juga raja. Kesatuan kuta-kuta yang merupakan suatu keturunan berada dalarn
suatu kesatuan pula yang disebut urung. Seluruh sistem pemerintah diatur menurut ketentuan adat yang 1bersistem pemerintah
diatur menurut ketentuan adat yang berlaku . Susunan pemerintahan seperti ini berlangsung di Tanah · Karo · sampai terbenttuknya kekuasaan Belanda di Tanah Karo kemudian. Misalnya dalarn
lingkungan masyarakat Karo terdapat nama-nama yang memakai
marga Sembiring Brahmana . Pelawi. Colia , dan Pandia. Ini membuktikan bahwa daerah ini telah mempurryai hubungan yang erat
dengan luar atau India sehingga kebudayaan Hindia itu memasuki
daerah ini. Mengenai kerajaan-kerajaan purba yang ada di daerah
ini tidak ada bukti-bukti tertulis sehingga melahirkan kekaburan
jalannya sejarah daerah ini. sebab itu tidak dapat kita ke-·
tahui bagaimana keadaan pemerintahan dan kekuasaan pada
abad-abad I Masehi di daerah Sumatera Utara. Sejak masa Kerajaan Srriwij aya , daerah. Sumatera: Utara pasti telah turut serta dalarn
kegiatan perdagangan asing terutama d i pantai timur. Sriwijaya
dapat meengamankan daerah lintasan pe layaran Selat Malaka sehingga jalur !in tasan dagang itu tum buh enguasa-pen~ uasa pan tai
yang tunduk padda Kerajaan Sriwijaya. Dengan sendirinya kerajaan itu tidak terkenal dan tidak disebu t-sebut dalam sejarah
kuna Indonesia . Tetapi setelah Kerajaan Sriw ijaya mulai pudar
pada abad ke-1 3 , mulailah terdengar berita-berita ten tang kerajaankerajaan kecil di Sumatera Timur dengan sebut;rn Kerajaan Aru .
Panai dan lain-lain menurut berita yang terd apat pada peralatan .
Dalam Sejarah Melay u telah mulai d isebut-sebut adanya Kerajaan Aru pada ab ad ke-15 yang terletak di daerah Langkat. Lokasi
kerajaan ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pas ti karena belum ada suatu penyelidikan mengenai kerajaan ini . Sete·rusnya di daerah Barumun telah pula ditemukan adanya candi-candi di
Po rtib i Padang Law as. dan ini menunjukkan bahwa .suatu penguasa
dahulunya pernah berkuasa d i daerah ini. Penguasa ini te n tunya mempunyai pengaruh yang cukup besar sehingga ia dapa t melaksanakan suatu pembangun an candi-candi. Berdasarkan suatu perhitungan , kerajaan ini berdiri pada abad ke-13 . sebab patu ng-patu ng yan g te rdapat di situ meru pakan perpaduan bentuk
antara u nsur-unsu r Budha dengan Ciw a.
2.2 Perebutan Negara-Negara Eropa di Sumatera Utara
Sumatera Utara sudah lama dike nal oleh bangsa asing, yak·
ni seja k masa pe rdaga ngan kuna antara Tiongk ok dengan nega ranegara di T imur Te ngah. Pada masa itu beberapa dae rah pantai
te lah pem ah disinggahi o leh pegagang-pedagang asing. K alau be nar
Barosai yang dise bu t o leh ahli geografi Mesir pacla zaman purbakala yang te rletak di timur itu Barus, maka bandar inilah yang tertua di Sumatera Utara dan pernah menj ad i pusat perdagangan pada
zaman purba di samping Natal. Bagaimana jalan perdagangan te rse but sete ru snya tidak banyak kita menge t ahuinya sebab datany a
sangat sed ik it. Walaupun demikian , di Barus sendiri ditemukan be -
kas-be kas pemukiman dari zaman dahulu d an juga makam-makam
Islam tua . Data ini tidak berasal dari suatu masa yang lama atau zaman kuna melainkan sesudah abad-abad Masehi. Menurut berita,
pada abad ke-9 di Barus telah ada Agama Kristen Nestorius yang
dibawa oleh orang-orang Armenia. Pada masa pelayaran bangsa
Portugis ke timur daerah ini tidak menjadi jalan lintasan perdagangan sebab bangsa Portugis telah mengamankan Selat Malaka
setelah bandar itu dikuasainya. Tetapi setelah bangsa Belanda
sampai ke Bantam melalui Samudra Indonesia, daerah pantai barat
mulai lagi mendapat perhatian dari bangsa Eropa lainnya kecuali
Portugis. Demikian pula pedagang-pedagang Indonesia yang bersaing dengan Portugis menjadikan jalur pantai barat Sumatera
sebagai daerah persinggahan para pedagang Indonesia.
Jatuhnya Bandar Malaka ke tangan bangsa Belanda dan berakhirnya supremasi bangsa Portugis di timur dan dalam pelayaran
di abad ke-17, mulai terjadi perebutan wilayah antara negaranegara Eropa atas wilayah sekitar Selat Malaka terutama Pulau
Sumatera. Bangsa Belanda dan lnggris mempunyai perhatian besar
terhadap penguasaan wilayah Pulau Sumatera sebab kedua bangsa
ini merupakan bangsa pelaut dan pedagang yang menggantikan kedudukan bangsa Belanda di Eropa abad ke-17. Bangsa Belanda dengan Verenigde Oost lndiesche Compagnie dan bangsa Inggris dengan East lndien Company mulai melakukan kegiatan-kegiatan
pelayaran ke timur dan mereka itu berlomba-lomba menguasai
wilayah-wilayah di timur. Perlombaan untuk menguasai itu melibatkan juga penguasaan mereka terhadap daerah Sumatera Utara.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangannya atau prosesnya
penguasaan ini dapat diikuti pada uraian berikut:
2 .2 .1 Penanaman Kekuasaan lnggris di Asia
Sejak pemerintahan Elisabeth I, dunia pelayaran di Inggris
sangat berkembang. Sir Walter Raleight mengadakan pelayaran ke
Amerika dan berhasil mendirikan koloni lnggris yang pertama di
Virginia. Kemudian pad a tahun 15 77, Francis Drake yang berasal
dari Plymouth berhasil mencapai Kepulauan Maluku dan kembali
ke Inggris melalui Tanjung Pengharapan. Sejak pelayaran ini
perhatian lnggris terhadap perdagangan di Asia Timur mulai mendapat perhatian dan mengharapkan dapat pula dapat memiliki wilayah-wilayah di timur. Pada tahun 1583 Ralph Fitch menjad i
orang pertama di Inggris yang sampai di Onnuz . Ia ditangkap penguasa Portugis di sana, tetapi kemudian dapat melarikan diri
dan berhasil mencapai Hugli , yaitu suatu daerah yang terdapat di
delta Sungai Gangga . Dari sana ia melanj utkan perjalanannya ke
Pegu, Burma sampai di Malaka pada tahun 1588 . Pada tahun
1591 ia kembali ke lnggris Dari perjalanannya ini, perhatian terhadap perdagangan dengan dunia timur semak in bertambah dan
banyak pedagang-pedagaang yang ingin melakukan perdagangannya ke timur. Hancurnya armada Spanyo l yang menjadi kebanggaannya, pada akhir abad ke-16 memberi peluang besar pul a bagi
kelanju tan pelayaran-pelayaran armada lnggris ke timur a tau ke
Asia . Thomas Caveendish kemudian mengikuti pelayaran Drake
sampai ke pulau-pulau Maluku dan pulan gnya ia singgah pula d i
Pulau Jawa. Setelah itu , beberapa ka li diadakan pelayaran ke
Asia yang dibiayai oleh pedagang-pedagang Inggris. Pelayaran
Lancaster pada tahun 1591 telah pula menyinggahi daerah utara
Pulau Sumatera dan ia berdiam pula untuk beberapa lamanya d i
Pulau Penang sebelum ia kembali ke Inggris.
Keberhasilan dari pelayaran ini menyebabkan pedagang-pedagang lnggris itu pad a tahun 1600 mendirik an persekutuan dagangnya yang disebut East Indian Compagm · atau disingkat dengan
EiC. Ked atangan lnggris ke timur ini menyebabkan Portugis mula i
mendapat persaingan dari orang-orang Eropa dalam perdagangan -
nya di timur. lnggris cepat pula mendirik an Joji-loji dagangny a di
timur seperti Calcutta dan Bombay. Demikian pula di Indonesia
seperti di Jakarta pad a abad ke-1 7. Keda ta ngan Lancaster ke Aceh
pada tahun 1602 membuka harapannya untuk melanjutkan perdagangan dengan Aceh , sebab ia memperoleh Jada dengan harga
yang murah dari daerah penghasil rempa h yaitu Tiku dan Pariaman. Kedua daerah di pantai Sumatera itu merupakan daerah pelabuhan dagang yang penting di abad ke-1 7 dan dikuasai oleh sultan
Aceh. Keinginan lnggris untuk menguasai daerah perdagangan di
Sumatera itu telah ada sejak itu, tetapi masih memerlukan waktu
yang lebih lama sebab persaingannya yang banyak dari bangsa
Belanda dan Portugis di perairan Indonesia . Sejak lumpuhnya armada Spanyol di akhir abad ke-16 dan
kurangnya rempah-rempah yang diterima oleh pedagang-pedagang
Belanda, rriulai tim bul hasrat pedagang-pedagang Beland a untuk
mengadakan pelayaran ke Indonesia atau ke Asia. Perintis pertama
pelayaran ke Indonesia yang dipelopori oleh de Houtman dan de
Kyzer berhasil membuka lembaran baru dalam sejarah pelayaran
bangsa Belanda. Setelah itu mulailah Belanda mengorganisasi pelayaran dan perdagangan ke Indonesia melalui Vereenigde Oost
!ndiesche Compagnie atau VOC. Belanda mulai meletakkan batu
pertamanya dalam menguasai perdagangan di Asia yaitu dengan
menguasai J ayakarta dan mendirikan Batavia pad a tahun 1619.
Dalam perdagangannya di Asia, terutama di Maluku, Belanda mendapa t persaingan yang besar sekali d ari bangsa-bangsa E ropa lainnya seperti Portugis, lnggris, dan Spanyol. Untuk mengatasi persaingan ini Belanda melakukan berbagai cara seperti pada mulanya
mengikat perjanjian dengan raja-raja di daerah-daerah yang didatanginya. Perjanjian monopoli yang dilakukan VOC itu juga tidak
menguntungkan sebab banyak pedagang-pedagang Indonesia yang
tidak dapat menerima monopoli yang dilakukan oleh Belanda.
Belanda mengalami kesulitan sebab banyaknya bandar-bandar dagang yang dapat mengimbangi Batavia seperti Bantam, Mataka, dan Makasar yang sekarang disebut Ujung Pandang. Jalur perdagangan mendirikan lojinya di Pulau Desima . Dengan penguasaan
Belanda atas daerah dagang itu, dengan sendirinya bandar-bandar
dagang Indonesia itu dapat dikuasainya dan pengaruh serta peranan pedagang Eropa lainnya dapat diperkecil. di antaranya Portugis.
Satu per satu pelabuhan dagang Indonesia sejak dari timur yaitu
Makasa r pada tahun 166 7 dan Banten tahun 1684,jatuh ke tangan
pengaruh VOC. Dengan jatuhnya kedua pusat dagang itu , orangorang Eropa selain Belanda telah dapat diusir dari pantai-pantai
di tirnur yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, dan Maluku . Sebaliknya
daerah pantai barat yaitu Sumatera masih saja terjadi perdagangan
bebas sebab belurn ada satu pun raja-raja Indonesia di daerah
ini. Pada waktu itu sedang bertarung dua kekuasaan untuk menguasai Sumatera yaitu Jnggris dan Belanda . Setelah Malaka dan Ujung Pandang jatuh , boleh dikatakan
pernnan Protugis di Indonesia semakin menurun. Satu-jatunya
daerah yang dikuasainya di Indonesia hanyalah Timor. Kenapa
kedudukan Portugis itu menjadi demikian merosot? Bangsa
Portugis datang ke Indonesia bukan saj a berdagang tetapi juga
menyebarkan Agama Kristen sebagai tugas yang telah dibebankan
oleh Sri Pa us dalam perjanjian Tordicella, sehingga tindakan mereka di Indonesia yang sebagian besar beragama Islam tidak disukai. Bukan saja tidak disukai tetapi malah terjadi suatu kontlik
antara Portugis dengan raja-raja Indonesia seperti dengan Kerajaan
Temate dan Tidore di Maluku dan Kerajaan Aceh di masa Iskandar
Muda.
Di daerah pantai barat Belanda telah dapat menguasai wilayah
Indonesia sejak Maluku sampai ke Pulau Jawa , sedangkan Pulau
::iumatera Belanda menghadapi persaingan pula dari bangsa Inggris
yang te la h berusaha menanamkan pengaruhnya di sana. lnggris
yang telah mendirikan kedudukannya atau tempat berpijak
di India , mulai mengembangkan sayapnya untuk menguasai wilayah di Asia. Pada tahun 1785 lnggris memperoleh Penang se telah melakukan suatu persetujuan dengan :mltan Kedah . Dari Penang, melalui Raffle s Inggris mengad ak an perjanjian dengan
sultan Johor. Sebagai akibat adanya perjanjian ini, Singapura
diserahka n kepad a lnggris.
2 .2 .3 Persaingan I nggris dan Belanda u n tu k Menguasai Suma tera
Hubungan Negeri Belanda dengan Inggris pada abad ke-1 7
be rlanjut sampai mereka datang di Indonesia. Inggps daeat melakukan pela yaran dengan aman di Selat Malaka ke Negeri Cina , de -
mikian pula pelayaran kembali ke India . Keadaan itu berubah setelah Be landa mengadakan hubungan dengan Amerika Serika t
seja k negeri itu menyatakan kemerdekaannya. Sejak itu Belanda
mulai memperkuat kedudukannya di Sela t Malaka. Dengan dikuasainya daerah itu , [nggris mulai menjadikan Penang sebagai
pusat perdagangan yang menghubungkan Cina, Sumatera. dan
India. Sejak itu kedudukan Bengkulen yan g telah dikuasai lnggris
pada tahun 1686 , mulai mempunyai arti penting pula . Bengkulen menjadi titik penguasaan lnggris untuk pelayaran Selat Sunda dan
Penang di Selat Malaka. Perang koalisi yang terjadi di Eropa menyebabkan jatuhnya Malaka ketangan lnggris sehingga dengan
demikian titik yang strategis untuk menguasai Pulau Sumatera
menunggu waktu saja lagi. Sejak itu Belanda sudah mencurigai
gerak gerik Inggris tetapi Beland a tid ak dapat berbuat banyak karena negerinya terlibat dalam peperangan di Eropa sebagai akibat
gejolak Revolusi Perancis. Sewaktu Raffles menjadi gubernur
jenderal di Batavia ia mulai melakukan kegiatan-kegiatan seperti
ekspedisi dan pengiriman missi-missi Agama Kristen. Kegiatan yang
dilaku~an Raffles ini tiada lain berdasarkan pandangan bahwa
Sumatera akan dijadikan suatu basis perdagangan lnggris di Asia.
Segala tindakan Raffles itu mendapat protes dari Pemerintah Belanda yang pada waktu itu melarikan diri ke Inggris. Di dalam Per
setujuan London 1814 ( Conventie London) Raffles kecewa karena apa yang menjadi cita-citanya untuk menguasai jajahan Belanda di Timur jauh itu gaga! sebab berdasarkan persetujuan itu
haru s dikembalikan kepada Belanda kecuali Malaka . Kekecewaan
ini terjadi kareria-penguasa Inggris melihat kepentingan perdagangan yang lebih diutamakan dari pada kepentingan politik. Dengan kem balinya kekuasaan Be Janda di Indonesia termasuk Suma tera dan daerah Selat Malaka maka perdagangan lnggris akan
terhalang. sebab itulah Raffles (setelah Conventie London
1814) menguasai Singapura sebab melihat bandar i tu penting · bagi perdagangan lnggris di masa depan. Walaupun demikian Raffles masih berusaha untuk menguasai Sumatera dan gerakgeriknya itu kelihatan di Bengkulen dan Palembang. Kegiatan
Raffles itu tiada lain sebab ia ingin menjadikan seluruh Pulau
Sumatera bagian dari Kerajaan Inggris, walaupun Pemerintah
Inggris sendiri tidak berpikir demikian.
Sementara itu kedudukan Belanda di India mulai tidak berarti
sebab tidak mem berikan keun tungan-keun tungan un tuk perdagangari. Lagi pula telah banyak kantor-kantor dagang Belanda ditutup. Keadaan ini mengalihkan perhatian Belanda untuk memperkokoh kekuasaannnya di Selat Malaka yang sangat penting artinya bagi perdagangan Asia. sebab itu lnggris dan Belanda me-ngadakan perundingan tingkat pemerintah untuk membahas persoalan ini Perundingan berlangsung di London pada tahun
1820 , dan Belanda menuntut haknya atas Singapura. Perun dingan
itu ba ru membuahkan suatu persetujuan disebut Tracraat Landen
1824 , yang isinya seperti tertuang dalam lampiran berikut :
Fasal I
Fasal '
Fasal 3
LAMPI RAN
Kedua pihak berjanji memberikan kesempatan berniaga bagi warga negara masing-masing di wilayah ke puJauan Timur dan di daratan l ndia dan Sri Langka sebagai warga yang diutamak an dengan arti bahwa
warga masing-masing akan mematuhi hukum setempat .
Warga dan kapal dari salah satu bangsa yang keluar
masuk dari dan ke pelabuhan Timur tidak akan membayar lebih tinggi dari selipat dari bea cukai keluar
masuk dari pelabuhan Timur yang dibayar oleh warga
dari penguasanya. Cukai bea masuk dari Belanda dipelabuhan lnggris untuk tana h daratan India atau un tuk
Sri Langka akan dibayar de ngan ketentuan berikut
bahwa jumlah ini tidak boleh lebih tinggi dari selipat
dari yang dibayar oleh warga kapal lnggris.
Mengenai barang yang bebas cukai jika diangkut oleh
warga dan kapal negara pemiliknya, maka jumlah
lebih dari 6 perseratus.
Kedua pihak berjanji tidak akan mengik at perj anjian
dengan salah satu negara diperairan Timur yang
mungkin akan mewujudkan tertutupnya kesempatan
berniaga dari pihak lain dan jika perjanjian demikian
ada dianggap menjadi dibata l.
Kedua pihak berpendirian bahwa perjanjian yang diikat sebelum ini oleh salah satu pihak akan diberitahukan kepada pihak lainnya tentang perjanjian-perjanjian yang diikatnya dengan negara lain diperairan
Timur .. Demikian pula pemberitahuan sedemikian akan dilakukan jika salah satu pihak membuat perjanjian itu dimasa datang.
Fasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Raja-raja lnggris dan Belanda berjanji akan memerintahkan kepada pembesar masing-masing baik sipil
maupun militer bahkan juga kepada kapal barang masing-masing mengenai kebebasan bertindak sebagai
yang dimaksud dalam pasal 1, 2, dan 3 supaya mereka
patuhi dan tidaklah boleh sekali-kali terhambat perhubungan antara rakyat di kepulauan Timur dengan
pelabuhan-pelabuhan dari pemerintah keduanya. Demikian pula tidak boleh menghambat perhubungan
antara rakyat keduanya dengan pelabuhan-pelabuhan
dari negara raja-raja di Indonesia yang lain.
Kedua Raja-raja lnggris dan Belanda berjanji akan
membasmi bajak laut dengan giat. Tidak dibolehkan
memperlindungi kapal bajak laut. Tidak dibolehkan
diberi kesempatan barang-barang dirampok. dimiliki
dibawa, disimpan maupun diperjualkan oleh kapalkapal begitu.
Telah disetujui bahwa masing-masing pemerintah melarang kepada pembesar dan agen masing-masing untuk mendirikan kantor baru dikepulauan Timur, sebelum diberi kuasa oleh masing-masing pemerintahnya
di Eropah .
Untuk melaksanakan kegiatan pasal 1, 2. 3. dan 4
monopoli di pulau-pulau Maluku dan khususnya Ambon. Banda dan Ternate kecuali pulau sekitarnya
akan dihapuskan pada waktu yang dianggap oleh pemerintah Belanda keadaannya sudah mengijinkan.
Dan bilamana perniagaan diperkenankan kepada negeri-negeri lain selain negeri asli sendiri, maka warga lnggris akan mendapat kesempatan yang serupa kelapangannya dengan lainnya . Pasal 8
Pasal 9
37
Raja Belanda menyerahkan kepada raja Inggris segala
establismen!'lya di tanah besar India dan melepaskan
segala hak istimewa yang diperolehnya sebab pemilikan ini.
Loji lnggris di Fort Marlborough dan segala miliknya
di pulau Sumatera dengan ini diserahkan kepada raja
Belanda.
Raja lnggris berjanji bahwa di pulau itu tidak akan dibangun
kantor-kantor Inggris. Tidak ada dibikin perjanjian dengan siapapun dari raja-raja dan kepala-kepala bumi putera di situ untuk berada di bawah kekuasaan lnggris.
Pasal 10 : Kota Jan benteng Malaka dan sekitarnya dengan ini
diserahkan kepada raja Inggns. Raja Belanda berjanj i
atas nama rakyatnya tidak akan membuka kanto r dibagian semenanjung Maiaka adan membuat perjanjian
denan raja-raja bumi putera atau ne.garayang ad a d1
Semenanjung itu.
Pasal I I : Raja Inggris melepaskan segala niatnya terhadap di
dudukinya pula Belitung dan wilayahnya oieh agen
pemerintcih Belanda.
Pasal ~ Raja Belanda meiepaskan sega la niatnya terhadap didudukinya pulau Singapura ole h rakyat raja Inggris.
Di samping itu raja lnggris berjanji tid ak akan mendirikan kanto rnya di pulau-puiau Karimun atau pulau-p ulau Bantam. Bintang.
Lingga a tau pulau-pulau lainnya yang te rietak di sebelah sela tan
Sela t Singa pura dan juga tidak akan mem buat perjanjian de nga n
ke pala di sit u supaya takluk dibawah kuasa lnggris.
Pasa l J 3 Semua jajal:ian milik dan establismen yang tcrsebut dipasal-pasa l di atas haruslah diserahkan oleh pem besar
nega ra yang bersangkutan se lam batnya tanggal I '7 Maret 18~5. Pendudukan terseb ut harus berada dalam
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 1 7
38
keadaan ketika perjanjian ini diumumkan di India,
tapi tidak boleh ada tuntutan dari siapa kepada siapapun alat-alat atau suatu bentuk keperluan yang ditinggalkan oleh negara yang menyerahkan baik mengenai perolehannya yang ditinggalkan maupun mengenai hutannya dari bentuk apapun.
Semua penduduk dari negeri-negeri dimana terjadi
pertukaran ini selama tempo 6 tahun terhitung sesudah perjanjian ini di ratifikasi mendapat kebebasannya untuk menentukan bagaimana diperbuatnya dengan harga bendanya untuk memindahkannya dengan
tidak boleh ad a rintangan siapapun untuk melakukannya.
Kedua pihak berjanji tidak akan menyerahkan kepada
negara lain atau establismen yang dimaksud dalam pasal 8, 9, 11 , dan 12. Jika ada diantara tempat dimaksud hendak ditinggalkan oleh salah satu pihak, hakhaknya dengan serta merta pindah ke tangan pihak
lain.
Telah disetujui bahwa segala perhitungan dan penagihan yang tumbuh dari pemulangan Jawa dan establismen lainnya kepada pembesar raja Belanda di India Timur, baikpun yang merupakan persoalan dari
suatu konvensi di J awa pad a tanggal 24 J uni 181 7, telah diikat oleh kedua bangsa maupun segala apa yang
lain, tidak akan merupakan dakwa-dakwi lagi, kecuali
mengenai pembayaran sebanyak 100.000 paun Inggris
dari pihak Belanda yang dilakukan di London sebelum akhir tahun 1825.
Perjanjian ini akan diratifikasi dan peratifikasi akan
dipertukarkan di London, tiga bulan sesudah tanggal
ini, a tau jika mungkin lebih cepat lagi
Untuk meneguhkan perjanjian ini ditana tangani oleh masing-masing utusan dikuatkan oleh cap materai dari pelambangan
masing-masing.
Diperbuat di London 27 Maret Tah un Masehi 1824
( t t) A. R. Falck
H. Fagel
C. Watkin William Wyinn
George Canning
Yang penting dari perjanjian ini bukan saja bahwa merek a
mempertukarkan jajahan masing-masing yang satu menerima Suma tera dan yang lain menerima Semenanjung Melayu , melainkan
j uga mengenai masalah kedudukan Kerajaan Aceh . Tentang ini tidak ditentukan sebagai merupakan sesuatu pasal dari perjanjian,
tetapi ditentukan oleh pengakuan terpisah pihak Belanda sendiri
berupa nota yang isinya mengatakan bahwa Belanda tidak ingin
memperkosa kedaulatan/kemerdekaan Aceh. Selain pasal 6 di atas
melarang dengan tegas tidak boleh diperl uas daerah sebelum diberitahukan pada pucuk pemerintahan pihak lain maka adanya pengak uan Belanda dalam notanya tadi dapatlah dianggap sebagai jaminan bahwa Belanda harus membiarkan Aceh merdeka. Dengan
ke tentuan Tractaat London ini maka kedudukan lnggris di Sumate ra harus segera diserahkan kepada Belanda, dan lnggris tidak bole h menanamkan pengaruhnya di pulau itu Sebaliknya Belanda
haus meninggalkan seluruh kegiatannya untuk menanamkan kekuasaannya di daerah Asia. Mengenai daerah Kesultanan Aceh memang tidak ~da suatu keterangan pun , tetapi kemudian ada ketent uan yang diperundingkan antara kedua negara itu bahwa kedaulatan Aceh tidak boleh diganggu gugat dan Belanda harus menjaga
keamanan di Selat Malaka dari gangguan pembajak-pembajak laut.
Walaupun demikian lnggris melalui beberapa pedagang mencoba
untuk menanamkan kekuasaannya di pantai timur Sumatera seperti di Siak dan Jambi tetapi mendapat prates dari pihak Belanda.
Pada tahun 1858 Siak mengakui kedaulatan Belanda atas Wilayahnya dan Inggris mengakui perjanjian ini dengan imbalan dihapuskannya pajak-pajak yang berbeda antara barang-barang masuk
yang dibawa pedagang-pedagang Inggris ke koloni Belanda ( Differateele rachten).
Kedudukan Belanda menjadi lebih kuat lagi setelah diadakan penandatanganan perjanjian pada 3 November 1871 antara Inggris dengan Belanda yang dikenal dengan Traktaat Sumatera.
Dengan traktat ini Belanda mendapat hak pengakuan untuk menjalankan politik tangan terbuka bagi seluruh Sumatera termasuk
Aceh dan Inggris tidak akan mengganggunya.
Dengan penjelasan di atas maka Belanda telah mulai melakukan penjajahan secara terbuka atas Pulau Sumatera, tetapi perkembangannya melalui suatu proses yang cukup lama. Untuk jelasnya
baiklah di bawah ini diuraikan proses ini :
2.3 Penjajahan Belana di Sumatera Utara
Pantai Barat Sumatera merupakan daerah yang sangat rawan
sekali, sebab disanalah bercongkol pedagang-pedagang asing dan
perebutan pengaruh antara Inggris dengan Belanda untuk menanamkan pengaruhnya. Wilayah kekuasaan Aceh semakin lama semakin ciut dan tidaklah mengherankan kalau Aceh melihat tindakan-tindakan negara-negara Barat itu sehagai keinginan menghancurkan pengaruh Aceh di pantai Barat Sumatera. sebab itulah maka
Aceh mengirimkan pasukan-pasukannya untuk menghancurkan kedudukan negara-negara Barat itu di daerah ini . Pasukan-pasukan Aceh itu sering disebutkan dalam sejarah negara-negara Barat itu sebagai perampok-perampok atau dengan istilah lain Zeerover. Dari kenyataan diatas maka Belanda setelah ia memperoleh
peluang menanamkan pengaruh di Sumatera maka sebagai titik tolak untuk menguasai Sumatera Utara lebih dahulu menguasai daerah pantai Barat Sumatera .
2 .3. I Penguasaan Daerah Pantai Barat Sumatera Utara
Setelah Perang Paderi usai, Belanda mulai berusaha untuk
melanjutkan penguasaannya ke bagian lain dari daerah utara
Sumatera Barat. Memang daerah-daerah yang ditinggalkan Inggris
di pantai Sumatera Utara telah dikuasainya tetapi penguasaan secara intensif belumlah dilaksanakan. Untuk melaksanakan ha! tersebut, Belanda menempatkan seorang pelopor dengan tugas membentuk suatu organisasi seorang pe!opor dengan tugas membentuk suatu organisasi yang lebih baik, yaitu Michiels. Ia diangk.at sebagai
gubemur pantai barat atau Gouvernuer van Sumatra's Westkust.
Sebagai seorang gubemur di pantai barat ia menaruh perhatian
untuk menguasai seluruh Sumatera. Hal ini dapat terlihat dari
salah satu pernyataannya, yang diterjemahannya kurang lebih
sebagai berikut :
"Orang Aceh telah diusirnya dari Singkel. Sisa dari pulau itu
menurut menteri van den Bosch dalam seperempat abad dikuasa i, tetapi Michiels dan I tahun dapat dikuasai dengan
pasukan yang kecil saja. 3)
Pandangan Miechiels ini tentunya beralasan sebab ia mempunyai pengalaman-pengalaman dalam menguasai bagian-bagian lain
di Indonesia. Di daerah lain dapat dengan pasukan yang kecil unt uk menguasai suatu daerah. Politik Devide et Empera dapat dilak ukannya sehingga dengan tenaga yang kecil mereka kemudian dapat mt' nguasai daerah ini . Bertitik tolak di Sumatera , usahanya dapat dilakukan sebab peperanga n di Jawa atauPenang Diponegoro telah berakhir sehingga Belanda dapat lebih intensif
mengarahkan penguasaannya di Sumatera bagian utara, terutama
pada daerah pesisir barat Pulau Sumate ra. Kenyataan-kenyataan
ini dapat kita lihat dari uraian berikut :
Dalam tahun 1839 Gunung Sitoli diduduki dan langsung berada di bawah pengawasan gubernur pan tai barat. Tujuannya sebagi perbentengan terhadap Aceh.
Pada ta hun 184 7 Lagundi di Nias Se Ia tan diduduki oleh pasukan topografi clan desa-desa sekitarnya dibakar dan kemudian
ditinggalk an.
Pada tahun 1852 Gubernur Van Swieten berusaha untuk memasukkan unsur-unsur kebudayaan Barat untuk melemahkan pend uduk . Untuk itu ia mengirim Residen Tapanuli Couperus mengadakan inspeksi ke Pulau Nias. Ia menganjurkan agar dikirim
zending-zending tetapi pemerintah menolaknya sesuai dengan
RR. art . 82.4 )
Dari keterangan ini di atas jelas bahwa setelah mendirikan daerah kekuasaannya di pantai barat , Belanda mengalami
banyak kesulitan dari pelaut-pe!aut Aceh yang merasa terdesak sebab perluasan kekuasaan Belanda ke bagian utara Sumatera.
Belanda memang telah mendirikan Jembaga-lembaga kekuasaannya
di Tapanuli dan Singkel, tetapi daerah yang dikuasainya hanyalah
daerah pesisir. Sebagian besar daerah pedalaman tidak dapat dikuasai karna keadaan wilayahnya berbeda sekali dengan daerah
lain seperti di Jawa . Pengaruh Aceh terhadap daerah-daerah di
bagian utara pulau Sumatera besar sekali dan hal inilah yang
sangat mengelisahkan sehingga Belanda ingin menguasai daerah
itu secepatnya. Hal ini melahirkan prasangka buruk terhadap
Belanda. Dalam masyarakat Batak sendiri sampai sekarang ada
istilah "Si Bontar Mata", suatu istilah untuk menyatakan orang itu
berkulit putih. Justru sebab prasangka yang demikianlah maka
beberapa pejabat Belanda seperti Residen Couperus mengusulkan
agar Pemerintah Belanda segera mengembangkan missi gereja ke
daerah Nias maupun daerah-daerah Jainnya. Dengan jalan memperluas penyebaran Agama Kristen dalam kalangan penduduk
pribumi , diharapkan dengan mudah daerah itu dikuasai. Hal ini
tidak dapat dicampuri oleh Pemerintah Belanda sebab mereka
terikat dengan 8.2 art. (Art. 82 RR), di mana pemerintah tidak
mencampuri masalah keagamaan . Walaupun demikian Belanda
tetap memberikan kesempatan kepada organisasi swsta untuk
kegia tan itu . Selain melalui unsur keagamaan, Belanda berusaha
pula memajukan masyarakat daerah itu dengan memasukkan
kebudayaan Barat. Belanda bermaksud memasukkan pendidikan
Ban~t dan ini telah dimulai di Tapanuli Selatan.
Dengan cara demikian Belanda mencoba melemahkan sikap
penduduk yang anti Belanda. Selain itu, tindakan Belanda dapat
pula melahirkan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang
berbeda pandangan dan sikapnya sehingga politik pecah belah
atau devide et impera dapat dilaksanakan. Usaha Belanda untuk
menguasai daerah pantai . barat Sumatera Utara dimulai dari
daerah pantai Pulau Nias setelah melalui beberapa kali ekspedisi
yang berhasil diamankan. Pada tahun 1866 di Goenoeng Sitoli
telah ditempatkan seorang kontroler serta sepasukan tentara
Belanda. Daerah yang dikuasai Belanda pada waktu itu sangat
kecil. hanya sekitar Goenoeng Sitoli tetapi setelah tahun 1880,
hampir meliputi seluruh Pulau Nias. Untuk memudahkan kekuasaan Belanda, ffilSSI gereja dari Jerman yaitu Rheiniesche Mission
diberikan kesempatan untuk melakukan penyebaran Injil . Pada
mulanya missi Jerman itu (1865) hanya bergerak sekitar Goeneng
Sitoli. Pada tahun 1892 mulailah penginjilan dilakukan ke luar
daerah Goenoeng Sitoli yaitu ke daerah pedalaman. Banyak pend ud uk yang mencurigai tindak-tanduk Belanda, mungkin karen a
daerah ini dahulu lebih erat hubungannya dengan Aceh . Kenyataan ini dapat dibuktikan dari pernyataan missionaris sebagai berik ut:
"Sekarang adalah saat yang baik un tuk menguasai Nias, penduduk kembali ke tempat kediamannya dan desa-<lesa sudah
penuh dengan penduduk". 5)
Dari kenyataan di atas jelaslah bagaima peranan missi dalarn
mengamankan daerah yang belum dikuasai Belanda melalui penginjilanny a sehingga missi ini seakan -akan dijadikan perisai
oleh Belanda untuk kepentingan kekuasaannya. Setelah daerah
itu dapat dikristenkan , maka akan rnudah bagi Belanda untuk
menanamkan pengaruh dan kek uasaannya. Selanjutnya missionaris ini menyatakan sebagai berikut .
"Untuk melindungi penduduk serta missionaris yang telah
kem bali, tah un 1900 sampai 1901 diadakan kegiatan-kegiatan
patroli". 6)
Dengan cara ini maka seluruh daerah Nias pada perrnulaan
abad ke 20 telah dikuasai Belanda. Daerah Nias pada rnulanya
hanya diperintahkan oleh seorang kontro ler, kemudian telah ditempatkan seorang asisten residen dan menjadi wilayah Keresidenan Tapanuli. Daerah pesisir yang lain yang dikuasai Belanda
ialah Natal. Natal diperoleh Belanda dari Inggris setelah lnggris
rneninggalkan Sumatera sesuai dengan persetujuan yang dilakukan
kedua negara itu. Pada masa penjajahan lnggris, untuk menanamkan kekuasaannya telah dicoba melakukan penginjilan ke daerah
Natal ini. Pendeta Ward dan Burton yang berasal dari gereja Baptis
tidak berhasil melakukan penginjilan, sebab daerah ini .pen dud uk -
nya telah menganut Agama Islam. Kegagalan missi ini menyebab-kan Belanda dalam menanamkan kekuasaannya di Tapanuli
Selatan menempuh jalan lain untuk dapat sukses.
Sebagaimana telah dinyatakan di atas, daerah pantai barat
Sumatera merupakan daerah kekuasaan gubernur pantai barat
yang berkedudukan di Padang. Daerah pesisir pantai barat Sumatera j uga merupakan bagian dari wilayah kekuasaan gubern ur
pantai barat . Pantai barat Sumatera Utara yang dikuasai Belanda
itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan karesidenan yang
berpusat di Air Bangis. Setelah wilayah Belanda di pantai barat
semakin meluas, daerah pantai barat Sumatera Utara berada di
bawah Keresidenan Ta pan uli yang berked ud ukan di Sibolga.
Belanda mulai menguasai Tapanuli dari daerah selatan, yaitu
melalui Natal. Sejak be rdirinya , kekuasaan gubernur pantai barat
di 1\atal telah ditempatkan seorang asisten residen yang menguasai
wilayah Mandailing dan Angkola. Di sini pernah berk uasa Asisten
T.Y. Willer dan kemudian Douwes Dekker yang kemudian terkenal dengan nama Multatuli. Di dalam penguasaan daerah Tapanuli Selatan ini Belanda menghadapi kesulitan-kesu.litan , sebab
pend ud uk mempunyai prasangka terhadap Belanda , apalagi
sebab penduduknya beragama Islam. Selain itu. pengaruh Perang
Paderi yang j uga melibatkan daerah ini menyebabkan Belanda
mengalami kesukaran untuk memperluas kekuasaann ya.
Untuk menghadapi persoalan ini Belanda Jebih hati-hati sehingga dalam usahanya menyebarkan pengaruhnya terpaksa mendekati para tokoh terkemuka dalam masyarakat seperti ketua
;idat . Belanda berusaha memasukkan pengaruh Barat melalu.i
jalur pendidibn Di setiap tempat yang dikuasai pada pertengahan
abad ke-19, Beland a mendirikan sekolah-sekolah i ·olkschool
untuk rnemikat hati rakyat. Dengan cara demiki an Belanda sudah
dapat membentuk golongan di kalangan rakyat yang sekurangkurangnya tidak menentang Bel anda. Cara yang dilakukan Belanda
ini ternyata berhasil. Melalu.i daerah Tapanuli Selatan ini.lah sebenarnya pengaruh Barat masuk ke Sumatera Utara yaitu Natal.
Sebagai permulaan dari penguasaan daerah Tapanuli Selatan atau
Mandailing dan Angkola. pesisir selatan dan pantai barat Sumatera
Utara telah dikuasai . Di bagian utara pantai barat Sumatera Utara sebenarnya
Belanda telah mendirikan kantor-kanto r dagang yakni Belanda inilah kemudian terjadi perluasan pengaruh ke daerah
Belanda inilah kemudian terjadi perluasan pengaruh ke daerah
pesisir utara pantai Sumatera Utara bagian barat. Dari Barus
melalui missi gereja Kristen, Belanda meluaskan pengaruhnya ke
daerah pedalaman. Pada pertengahan a bad ke-19, Belanda relah
pula menguasai daerah pesisir ini sepenuhnya sejalan dengan penguasaan Belanda ke Nias. Kenyataan ini jelas diketahui dengan
berdirinya Keresidenan Tapanuli yang berpusat di Sibolga pada
tahun 1842.
2.3.2 Penguasaan Belanda atas Daerah pedalaman Tapanuli
Di daerah pedalaman Tapanuli berd iam suku bangsa Barak
yang pada waktu itu sebagian besar masih belum beragama.
Mereka terdiri ar as suku bangsa Batak Toba dan Dairi. Di daerah
selatan berdiam suku bangsa Barak Angkola. Batak Angkola yang
mendiami daerah sekirar Sipirok sebagian menganut Agama Islam .
Daerah ked iaman mereka itu boleh dikar akan tertutup. Hubungan
dengan dunia luar d:ierah Barus di utara dan selatan dilakukan
melalui daerah Nar~il . sedangkan yang be rada di daerah Porsea
rerjalin hubW1gan dengan daerah pantai timur Sumatera Utara .
Dae rah-daerah yang rerturup mempunya1 corak kehid upan yang
agak oerlainan dengan daerah pe sisir. Keb udayaan dan ada rnya
masih men unjuk kan kemurnian . Pad a V\ dktu kaum Paderi menguasai daerah Tapanuli . mereka juga sam pai ke daerah Batak
rerseb ut. Pasukan Paderi mencoba secara paksa agar pend ud uk
te rsebut menganut ,-\gama !slam . sehingga penduduk daerah it u
menent angnya. Penyebaran Agama Islam terhadap daerah Bara k
Toba tidal< berhasil malahan penduduk menjadi anti rerha dapnya. Keadaan ini men yebabkan mereka me njadi curiga terhadap
sesuatu yang datang dari luar. Hubungan d engan Aceh ada tetapi
cenderung bersifat perdagangan . Kuda-kuda Barak yang terd apat
di Tanah Barak dijual ke Aceh Lmtuk perlengkapan tentara Aceh .
Melalui pe rdagangan inilah terjadi pemasu kan unsur-unsur yang
bersifat Islam di kalangan suku bangsa Bara k seperti mistik-misrik agama. sebab itu kehidupan masyarakat Batak masih dalam
keadaan yang asli.
Susunan pemerintahan jauh berbeda dengan daerah lain. Pemerintahan yang bersifat monarchie tidak dikenal mereka itu. Setiap
desa merupakan suatu kesatuan tersendiri dan mempunyai ked ud ukan yang berdaulat. Ikatan di antara mereka hanyalah diatur
oleh adat yang merupakan suatu unsur persatuan di antara mereka
itu. Di antara desa dengan desa sering terjadi peperangan disebabkan masalah-masalah daerah pertanian dan lain-lain. Walaupun
demikian di antara kepala-kepala adat itu ada yang mengakui seorang raj a yang bukan berk uasa sebab mahkotanya tetapi sebab
dianggap oleh rakyat sebagai mempunyai kesaktian. Raja itu ialah
Sisingamangaraja yang bertahta di Bakkara. Kepatuhan penduduk
terhadapnya sangat besar dan ini disebabkan mereka percaya bahwa Sisingamangaraja itu dapat melakukan berbagai kesaktiannya.
Kalau suatu daerah dengan daerah yang lain berperang dan Sisingamangaraja sedang berada di daerah itu maka perang terhenti.
Demikian menurut penuturan penduduk di daerah ini . Dari
penguraian di atas jelas daerah itu sangat terisolasi dan jarang
terjadi hubungan dengan daerah-daerah lain. sebab itulah
maka Belanda berusaha memasuki daerah ini dan dapat pula
melebarkan pengaruhnya ke daerah itu. Sebagaimana telah dikatakan jalan yang terbaik untuk menguasai daerah itu satu-satunya
cara 'hanyalah dengan mengirim missi Agama Kristen ke pedalaman.
Sebelum Belanda memasuki daerah pedalaman ini terlebih dahulu Belanda mengumpulkan data sebanyak-banyaknya tentang tanah Batak ini . Beberapa akhli orientalis dikirim Belanda untuk menyelidiki dan mengumpulkan data tentang
daerah Batak. Di antara ahli ini yang terkenal ialah Van der
Tuuk. Ia lama tinggal di Barus dan hidup sebagai pedagang kopi.
Melalui pekerjaannya itu ia banyak bergaul dengan penduduk yang
berasal dari daerah pedalaman. Salah satu hasil yang terkenal dari
Van der Tuuk adalah penyusunan Ka mus Batak dan Belanda. Hasil
yang dicapai oleh Van der Tuuk itu sangat besar sekali peranannya bagi sukses Belanda memasuki pedalaman Tanah Batak kemudian. Sebelum adanya penyelidikan oleh Yan der Tuuk telah dua
kali terjadi kegagalan dalam penyebaran Injil ke daerah pedalaman
ini. Para penginjil yang kedua malah mengalami keadaan yang
tragis. Lyman dan Munso, dua orang penginjil dari Boston , Amerika , terbunuh di Lubu Pinang pada tahun 1834. Mereka t erb unuh
karen a kecurigaan penduduk terhadap orang-orang asing yang
dianggap mengganggu ketenteraman keh1dupan mereka. Hal ini
diseba bkan mereka telah merasakan pahitnya daerah merek a
sewaktu terjadinya serangan Paderi sehmgga merek a senantiasa
waspada. Kegagalan Missi Babtis dari Amerika itu kemudian diambil alih oleh missi dari Negeri Beland a. Dengan berped oman
kepad a hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh Yan der
Tuuk . . \/ederlandsche Z endings Gen corschap pada tahun 185 6
mengirim missinya ke Tanah Batak.
Berbeda dengan missi sebelumnya yang memusatkan tempat
penginjilan di Sibolga, missi Belanda ini berpusat di Sipirok yait u
daerah Angkola . Dipilihnya tempat ini sebagai pusat missi sebab
daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Batak
Toba dari pada daerah Sibolga yang berada di daerah pesisir. di
mana ke b udayaannya telah lebih mend ekati kebudayaan Melayu.
Keput usan yang diambil oleh missi Belanda ini menyimpang dari
ketentuan Yan der Tuuk. Namun demikian missi ini berhasil
j uga menyebarkan penginjilan. Sebagai penginjil yang pertama bergerak dari Sipirok ialah G. Yan Asselt. la memulai penginjilannya
dari Sipirok ke utara yaitu Tanah Toba. Dalam penginjilan ke
Tanah Batak ini ia dibantu oleh Klammer, Heine, dan Bets. Dari
Sipirok ia bergerak ke Tapanuli Utara , tempat kediaman suku
bangsa Batak Toba . Daerah yang pertama sekali dilalui adalah
d aerah Sarulla dan kemudian Silindung. Kedua daerah ini mempunyai panorama yang indah sehingga sangat menarik perhatian
bagi para zending itu. Berbeda dengan missionaris sebelumnya.
merek a lebih mudah mendekati pend uduk setempat sehingga
pekerj aan penginjilannya lebih berhasil dan sukses. Di daerah
Sigumpulon Heine berhasil menarik beberapa orang ·penduduk
untuk menganut Agama Kristen. Wala upun penduduk ad a yang
menerirna agama baru itu, tetapi mereka sangat sulit meninggalkan
segala kebiasaan yang terdapat dalam kehid upan masyarakat Batak yang sangat terikat kepada Dalihan na Tolu, yaitu Hulahula , Boru, dan Dongan Tubu. sebab itu, apa yang telah dirintis oleh. Heine kemudian mentah kembali. Hal yang pen ting
adalah bahwa mereka telah mengenal suatu agama yang baru yaitu
Kristen dan ini sangat penting bagi kelanjutan missinya. Dari
segi keberhasilan kalau diteliti memang tidak sebagaimana yang
diharapkan, tetapi Van Asselt telah meletakkan suatu dasar bagi
kelanjutan missi Kristen.
sebab lambannya gerak Nederlandsche Zending Genootschap dalam penyebaran Injil. maka usaha missi itu kemudian dilanjutkan oleh missi dari Jerman yaitu Rheinische Mission Geschelschap. Missi Jerman yang beraliran Luther itu lebih dapat
menyesuaikan dirinya dengan penduduk Batak , tidak seperti missi
Belanda yang bersipat puritan. Pelopor dari RMG adalah Nomensen. Berbeda dengan missi Belanda ia mengambil kebudayaan
pertama sekali di Barus. Di sini ia kembali mengikuti jejak Van der
Tuuk dengan lebih dahulu mengadakan persiapan-persiapan dalam
penyebaran Injil ke Tanah Batak.
Dengan mengetahui bahasa dan kebudayaan Batak, mulailah
ia menuju ke pedalaman. Perjalanan pertamanya ke Sipirok dan
dari sana ia kemudian melanjutkan ke daerah Silind Lmg. Tuj uan
akhir ini sesuai dengan instruksi dari pusat penginjilannya di Barmen. Dalam missinya ini Nomensen berhasil mengristenkan
penduduk sekitar Silindung dan di antaranya Raja Pontas Lumban
Tobing. seorang raja adat. Keberhasilannya ini terjadi sebab sebeh1m ia melakukan penginjilan , lebih dahulu ia mengadakan
hubungan dengan raja-raja adat.
Sisingamangaraja XI I aktif pula mengembangkan kepacayaan
ya1tu Pormalim . Dengan penyebaran agama ini di kalangan masyarakat Batak . ia mengharapkan pemerintahnya dapat lebih terkonso lidasi dan persat uan di kalangan masyarakat Batak dapat
tercapai sebab selama ini antara desa dengan desa sering terjadi
perkelahian . Dengan tindakan-tindakan Sisingamangaraja XII
itu maka dalam waktu yang singkat tercapai suatu kesatuan
baik dalam pemerintahan maupun dalam agama seperti Parbaringin untuk pemerintah dan Pormalim untuk unsur-unsur keagama-an. Pendudik Tanah Batak sangat patuh dan taat kepada Sisingamangaraja . Ia bukan hanya dipuja sebagai raja saja tetapi lebih dari
itu ialah raja yang sakti.
Kemaj uan-kemajuan Sisingamangaraja dalam mengkonsolidasikan masyarakat Batak sangat menggelisahkan penguasa Belanda di
Sibolga sebab dengan sendirinya usaha untuk menguasai T anah
Batak menjadi lambat dan mungkin saja tidak tercapai. Belanda
menguasai daerah Toba dan seluruh Tapanuli . Setelah Perang
Sisingamangaraja . Belanda mulai mengat ur suatu pemerintahan
di sana. Pemerintahan itu tentunya mempunyai bentuk yang sama
dengan daerah-daerah lain yang telah dikuasainya. Tapanuli sebagaimana telah dibicarakan dalam penguraian di atas adalah suatu
daerah keresidenan. Daerah keresidenan itu dibagi atas daerah
yang lebih kecil yang disebut afdeling dan onderafdeling. Tiaptiap afdeling diperintah oleh seorang asisten residen dan kontroler untuk wilayah onderafdeling.
Karesidenan Tapanuli dibagi menjadi t1ga daerah afdel ing yai tu
:Vias, Mandai!ing en Angkola. dan Batak landen. Kedudukan residen berada di Sibolga . Tiap-tiap afdeling itu dibagi lagi menjadi
daerah onderafdeling dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Di bawah kekuasaan Belanda terdapat kekuasaan
yang dikepalai oleh penduduk pribumi. Oahulu, sebelum adanya
kekuasan Belanda, telah ada suatu organisasi pemerintahan pend uduk Tanah Batak. Daerah Batak Toba dibagi menjadi bi us-bi us
yang masing-masing berdiri sendiri dan mempunyai kedudukan
yang sama secara horizontal. Di bawah bi us itu terdapat kekuasaan raja huta. Hubungan antara raja bius dengan raja huta adalah
hubungan vertikal. Sesudah Belanda menguasai daerah Tapanuli ,
maka diadakan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu
dilakukan tanpa menghapuskan susunan yang telah ada dalam
pemerintahan desa. Tujuan Belanda tiad a Iain adalah agar yang
berhubungan dengan penduduk haruslah penduduk priburni
sendiri. Ini menyebabkan di Sumatera Utara susunan pemerintahan di kalangan bawah atau tingkat distrik berbeda-beda.
Di tapanuli Utara , untuk tingkat desa atau huta diangkat
penghulu yang tugasnya mengurus rodi dan pajak di desa sehingga ia disebut juga penghulu rodi. Pemerintahan bius dihapuskan dan
diganti dengan onder district yang membawahi negeri dan di
bawahnya terdapat huta. K umpulan negeri disebut distrik yang
dikepalai oleh kepala distrik yaitu asisten demang. Di atas asisten
demang terdapat pula demang yang mengepalai suatu distrik. Di
Tapanuli Selatan kenegerian itu disebut kuria dan kepalanya disebut kepala kuria. Sebenarnya kekuasaan sejak distrik ke bawah
diberikan kepada penduduk pribumi adalah untuk memperlancar
jalannya pemerintahan dan pengutipan pajak-pajak penduduk. Selain itu, tugas kepala-kepala anak negeri adalah untuk melaksanakan peradilan adat . Pelaksanaan pemerintahan ini berlangsung
terus sampai akhir pemerintahan Belanda di Tapanuli, yaitu
dengan masuknya tentara Jepang ke daerah ini. Dengan sistem
pemerintahan yang diajarkan Belanda di atas, kedudukan kepalakepala bius dan pimpinan-pimpinan informal dalam masyarakat
Batak banyak yang tersingkir dan hal inilah yang melahirkan
perasaan tidak puas terhadap pemerintahan Belanda, sehingga
sangat besar pengaruhnya kepada perlawanan penduduk di daerah
ini terhadap pemerintahan penjajahan Belanda seperti Perang
Sisingamangaraja dan perlawanan-perlawanan yang lain .
2.3 .3 Penguasaan Belanda atas Wilayah Sumatera Timur
. Wilayah pantai barat Sumatera Timur semakin pen ting pada
pertengahan abad ke-1 9, sebab banyaknya negara-negara asing
ingin. menguasai daerah ini. Hal ini disebabkan daerah pantai
timur telah mempunyai kegiatan-kegiatan perdagangan dan hubungan dagang dengan Singapura. Salah seorang pedagang Inggris
yang telah melihat prospek ini ialah Wilson. Ia mengadakan hubungan dengan sultan Siak, malahan ia membantu sultan dalam
perselisihan tahta kerajaan. Atas bantuannya ia meminta pembayaran yang tinggi, tetapi ditolak sultan sehingga Wilson kem udian menentang sultan. Akibatnya sultan melarikan diri dan
meminta pertolongan Belanda. Atas kegiatan Wilson itu kemudian
Belanda memperotes terhadap lnggris yang melakukan pelanggaran
terhadap Traktat London sehingga lnggris kemudian melarang
kegiatan-kegiatan Wilson ini . Dengan prates ini Wilson
meninggalkan daerah ini dan Belanda memulai kegiatannya untuk menanamkan kekuasaan. Belanda melakukan suatu perjanjian dengan sultan yang terkenal dengan Perjanjian Siak ( J 858).
Dalam perjanjian itu Siak mengakui kekuasaan Belanda yang
meliputi wilayah Kesultanan Siak sampai ke daerah Tamiang di
utara yang berbatasan dengan Kerajaan Aceh.
Kerajaan-kerajaan yang terletak di pantai timur Sumatera itu
saling bersaing pula. Salah satu kerajaan yang terkemuka di
antara kerjaan itu adalah Kerajaan Deli. Kerajaan ini sejak pertengahan abad ke-19 sangat maju perdagangannya dengan daerahdaerah luar terutama sekali dengan Singapura dan Penang. Dari
d aerah ini terdapat juga hasil Jada dan pedagang-pedagang asing
banyak pula memasukkan segala kebutuhan seperti kain-kai.n dari
Madras dan candu sebagai tukarannya. sebab itu Kerajaan Deli
menjadi terkenal. Kemajuan ini menerbitkan iri hati kerajaankerajaan yang lain . Kerajaan Deli mend a pat perlind ungan dari
Kerajaan Aceh.
Ked ud ukan Kerajaan Deli dengan sendirinya melahirkan irihati Kerajaan Langkat. Kerajaan Langkat yang juga ingin maju
dan berkembang mengadakan hubungan pula dengan Belanda .
Bertepatan pula pada waktu itu di Kerajaan Langkat terjadi perselisihan antara sultan dengan Tuanku Hasyim yang mengancam
kerajaan. Untuk itu sultan Langkat meminta bantuan kepada
Belanda . Pada 1 Februari 1862 sultan Langkat menghadap Asisten
Residen Bengkalis Eliza Netscher. Asist en residen ini tidak menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini dan mengusahakan agar
kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur dapat pula mengakui Perjanjian Siak tahun 1858. Pada I Agustus 1862 berangkatlah
Residen Eliza Netscher bersama-sama asisten residen dan kontroler disertai pula pejabat-pejabat dari KesuJtanan Siak. Mereka
menggunakan kapal perang Reinier Classen. Dalam perjalanan itu
Belanda menyinggahi kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur untuk
meminta pernyataan mengakui ketentuan Perjanjian Siak yang
telah ditandatangani dan juga berlaku di kerajaan-kerajaan ini .
Kerajaan yang disinggahi adalah Kerajaan Panai, Bilah, Serdang,
Asahan ,_, dan Deli, Raja-raj a dari kerajaan -kerajaan terse but harus
menandatangani suatu ketentuan yang disebut Akte van Erken-ning (Pernyataan Persetujuan). Akte ini merupakan suatu pernyataan dari setiap raja dari kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur
untuk mengakui kekuasaan Belanda atas wilayahnya. Dalam akte
ini disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan itu harus mengakui Kerajaan Siak sebagai atasannya dan Pemerintah Hindia Belanda sebagai
pemegang kedaulatan dari kerajaan itu. Kemudian juga disebutkan
bahwa raja-raja itu tidak boleh berhubungan dengan orang-orang
Eropa lainnya tanpa izin Pemerintah Belanda. Dengan akte tersebut jelas sekali bahwa seluruh kerajaan di daerah pantai harus
mengakui