• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 10. Tampilkan semua postingan

hantu 10



Selamat datang di dunia orang mati Sekarang aku akan tidur selamanya Jangan bangun, tolong! Jangan tinggalkan aku di sini selamanya.. "Kau meninggalkan aku Selamanya.. Sekarang kau jauh dariku.. Bayanganku akan mengejarmu untuk selama-lamanya.." Lagu itu terus mengalun, bersama, bersaing dengan suara gemerisik air hujan dan kilatan petir yang mengamuk. Lagu aneh dengan suara penyanyi yang membuat bulu kuduk berdiri. Lagu yang menurut masyarakat sekitar dapat menyebabkan mental seseorang terganggu ataupun menyebabkan bunuh diri. Lagu terkutuk, yang usut punya usut adalah lagu untuk memanggil "mereka.. dari alam sana, bermain bersama mereka, hingga mereka menyeret orang itu untuk menjadi bagian dari mereka.. Seorang gadis, duduk termenung di ruang tengah yang terlihat sedang mendengarkan lagu. Ya, lagu itu. Ia mendapatkan lagu itu karena keisengannya, memang bodoh. Pandangan matanya kosong. Entah keberapa kalinya ia menjadi sasaran amarah sang Ibu akibat ketahuan mendengarkan lagu terkutuk itu. "Dengarkan sekali lagi.. Lavender Town.. sekali lagi, lagi.." Entah sejak kapan lagu itu terus bertengger di playlist favoritnya, bahkan berada di urutan pertama. Lagu itu sering ia dengar, tak peduli dengan suara-suara aneh yang akan muncul setelah ia mendengar lagu itu. Halusinasi suara, itu hal yang biasa baginya. "Lagi.. sekali lagi.." Ia tahu, lagu itu membuat dirinya semakin ke sini semakin terganggu. wanita lesbi  lesbi itu menjadi sering melamun. Ia tak dapat lepas dari alunan creepy lagu itu. Lagu itu telah menyatu dengan dirinya. "Rin! Hapus lagu itu sekarang juga.." Sang Ibu muncul tiba-tiba dari ambang pintu tengah dengan wajah garangnya. Matanya menatap putri semata wayangnya tajam. Ia lelah, mengingat sudah berapa kali ia melarangnya untuk mendownload ataupun memutar lagu aneh itu. "Aku suka lagu ini.." Kata Rin dingin, wajahnya datar. Sang Ibu dengan cepat menghampiri Rin lalu menampar pipinya. Earphone Rin copot dan terjatuh. "Gila kamu ini.." Teriak sang Ibu, matanya berkaca-kaca. Rin yang masih dengan wajah datarnya lagi-lagi berkata, "Aku suka lagu ini.." Ia beranjak dati posisi duduknya, manatap mata sang Ibu serius. "Aku suka lagu ini, Bu.." "Lavender Town.. dengarkan sekali lagi.. Lavender Town," Pada hari-hari berikutnya, Rin masih memutar lagu itu dengan volume full. Ia tak mempedulikan Ibunya yang terus-menerus menggedor pintu depan tak karuan. Rin mengusir Ibunya. Rasanya, wanita lesbi  lesbi itu sudah terlalu muak dengan amarah yang terus-terus dan terus saja diluapkan sang Ibu. "Selamat datang di dunia orang mati Sekarang aku akan tidur selamanya Jangan bangun, tolong! Jangan tinggalkan aku di sini selamanya.." Rin adalah seorang wanita lesbi  lesbi pemurung. Ia sangat tak suka dengan orang yang selalu mengatur-ngatur kehidupannya, termasuk Ibunya. Sosok Ayah di mata seorang Rin, hanyalah kepalsuan. Ia tak punya Ayah, atau lebih tepatnya, ia berpikiran, Ibunya selalu berbohong setiap ia menanyakan "Ayah di mana..". Pendidikan Rin? Jangan tanya! Karena Rin tak suka diatur dan ingin hidup sendiri, ia berhenti sekolah. Berhenti melanjutkan pendidikannya yang sebentar lagi akan berlanjut ke jenjang SMA. Kembali pada keadaan, hari demi hari, ketukan pintu yang disertai suara orang meminta tolong semakin terdengar lebih keras daripada tempo hari lalu. Apa mungkin itu sang Ibu yang ingin masuk? Sepertinya Rin ragu, mengingat sudah seminggu sejak ia mengusir Ibunya. Rin bukanlah wanita lesbi  lesbi kasar yang tidak peduli pada orangtua. Ia hanya tak suka diatur, ia ingin mandiri. Itu saja! "Kau meninggalkan aku Selamanya.. Sekarang kau jauh dariku.. Bayanganku akan mengejarmu untuk selama-lamanya.." Rin tak ke luar rumah sejak ia mengusir Ibunya. Ia ada di dalam, sendirian, tak kesepian, dalam kegelapan. Baiklah, sekarang pikiran Rin sudah tak waras lagi. Ia seperti mengonsumsi barang yang membuatnya ketagihan. Tak henti ia memutar lagu itu terus-menerus. Ia akan sakit jika tak memutar lagu itu meski semenit saja. "Lavender Town. dengarkan sekali lagi.." Katanya sayup. Rin pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu, pandangannya masih kosong. Diambilnya tali dan pisau kecil di meja makan, lalu kembali ke ruang tengah. Sret! Sret! "Lavender Town.. sekali lagi.. dengarkan, sekali lagi.." wanita lesbi  lesbi itu mengukir guratan melintang di tangan kanannya menggunakan pisau kecil. Ia mengikat lehernya dengan tali, masih longgar. Darah segar perlahan mengalir dari kulit pucat pasi itu. Dan selalu, pandangannya tetap kosong seperti biasa. Ia mengambil kursi kecil, lalu mengikat ujung tali yang satunya ke sebuah benda yang ada langit-langit. "Kau meninggalkan aku selamanya.. sekarang kau jauh dariku.." Senandungnya seraya mempersiapkan posisi. Krek! Sekarang Rin dapat menikmati ayunannya sendiri dengan leher yang diikat tali. Badannya berayun perlahan, tak ada rasa sakit sama sekali yang tersirat di wajahnya. Dirasa masih bisa bernapas, kegiatan terakhirnya, ia hanya perlu ********* kedua bola matanya dengan pisau kecil. Lalu ia akan bahagia, abadi bersama lagu kesayangannya. "Lavender Town, dengarkan sekali lagi.. Lavender Town, aku tak dapat mendengar lagi.." wanita lesbi  lesbi itu mati, di tangan lagu aneh ini . Membiarkan tubuhnya berayun anggun diiringi lagu Lavender Town yang masih mengalun, dan entah kapan lagu itu akan berhenti. The End .



2

MALAM menjelang di Desa Padang Aji, Selat Karang Asem. Sekitar pukul 22.00 wita, seusai sejumlah tarian rakyat, keluarlah tarian Walunateng Dirah pertanda dimulainya pergelaran drama Calon Arang yang dimainkan perguruan Sandhi Murti. Perlahan, suasana terasa mencekam di desa terpencil di pegunungan itu. Arena jaba pura desa yang sedang menyelenggarakan upacara piodalan itu dipadati lebih dari 500 penonton, tapi suasana hening. Ketegangan terus menanjak. Apalagi setelah adegan peperangan antara Patih Madri dan para murid Ratu Dirah. Lima tokoh rangda lalu muncul di tengah-tengah arena sambil mengucapkan mantra-mantra pengleakan. Tampil pula tokoh desa yang desanya terkena wabah grubug mengundang para leak. Dengan nada humor, dia menantang para leak di wilayah itu agar muncul dan bertarung." Ayo, aku siap dimakan leak," katanya dalam bahasa Bali. Adegan berikutnya adalah munculnya dua usungan membawa dua bangke matahyang seolah adalah kroban grubug. Peran sebagai bangke matah (mayat) inilah yang sebenarnya paling ditakutkan orang karena sangat mengundang risiko. Pemainnya bisa benar-benar mati karena menjadi sasaran tembak serangan ilmu leak. Upacara penguburan pun dimulai dengan memandikan jenazah. Saat itulah banyak penonton yang melihat bola api berseliweran di udara. Di tengah-tengah upacara penguburan, penglingsir Puri Padang Aji memperingatkan penonton agar tidak ikut mendampingi mayat itu ke kuburan (setra) yang jaraknya sekitar 2,5 kilometer. Upacara selesai, mayat itu pun diusung yang diikuti ratusan anggota Sandhi Murti dari belakang. Kedua mayat itu kemudian diletakkan di atas gundukan tanah kuburan. Upacara selanjutnya dimulai. Pada saat inilah kembali penonton heboh karena melihat api, ada pula yang melihat kain putih membentang. Tidak sampai 15 menit, kedua mayat tadi benar-benar hidup kembali. Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti Indonesia, Drs. I Gusti Ngurah Harta, menyebut bola api yang muncul itu merupakan salah satu wujud leak yang hadir meramaikan pertunjukan. Hanya, leak-leak tadi pengecut tidak berani sampai datang ke arena pertunjukan untuk menunjukkan kesaktiannya. Bagi Sandhi Murti, pertunjukan Calonarang merupakan bagian dari olah kreativitas mereka. Sekaligus untuk menghibur masyarakat. Tapi mereka punya satu syarat, pergelaran haruslah di tempat-tempat yang masih dipandang angker dan belum terganggu oleh hiruk-pikuk dan sorot lampu. Drama Calonarang sendiri erat kaitannya dengan ilmu pengleakan karena cerita itu membeberkan bagaimana ilmu leak digunakan pada zaman Kediri. Drama ini biasanya dipergelarkan dalam upacara piodalan (ulang tahun berdasarkan hitungan kalender Bali) Pura tingkat madya yang biasanya 10 tahun sekali sebagai kelengkapan upacara. Sejak tahun 1980-an, Ngurah Harta secara terbuka menyatakan, dia memang menekuni ilmu pengleakan. Ilmu leak, kata dia, merupakan salah satu kearifan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. "Sayang sekali kalau hilang, karena nenek moyang kita telah menciptakannya," ucapnya. Cikal bakal ilmu ini, menurut dia, adalah ajaran Tantri yang di Bali berkembang pada zaman Mahendradatta (ibu Erlangga). Jadi, jauh sebelum terciptanya kisah mengenai Janda Dirah pada zaman Kerajaan Kediri masa Erlangga itu. Ajaran ini adalah sebuah sekte yang menyembah Durga. Dan pertunjukan malam itu memang terasa mencekam. Sekaligus menunjukkan di tengah Bali yang makin berubah, tetap saja ada sisi magis Bali yang bertahan. "Istri saya ketika melihat bola api di udara sampai ketakutan," ujar Komang Yanes, salah seorang warga Denpasar yang malam itu di Desa Padang Aji, Karang Asem, ikut menonton bersama nenekmoyangnya..



3

. Waktu itu aku masih 14 tahun dan aku baru pindah ke bandung. Aku pindah dari ibu kota ke kota kembang hingga sekarang, awalnya aku tidak suka ayah memindahkan sekolah dan kehidupanku padahal saat itu ayahku terkena PHK di perusahaannya. Maklum aku belum pernah mengerti kehidupan dan aku adalah anak semata wayang jadi tidak terbiasa dengan fluktuasi hidup. Tapi pertama kali aku menginjakan kaki di bandung, semua kekecewaanku hilang saat aku melihat rumah tua peninggalan belanda. Ayah, rumahnya bagus seperti rumah barbie dan aku masih sangat ingat ketika pertama aku melihat rumah yang aku tempati sampai sekarang itu. Dan benar saja, rumah tua itu sangat bagus dan terurus. Ada satu yang menarik, di rumah besar itu ada satu ruangan besar disampingnya dengan kaca-kaca besar disekelilingnya. Aku mau kamarku disana, aku menunjuk ruangan kamar itu. Aku sangat senang waktu itu karena memang aku tidak merasakan hal yang aneh dengan ruangan besar itu. Seharian penuh aku mendekorasi ruangan itu sambil dibantu oleh Ayah. Disudut kamar ayah menaruh lemari besar, ayah bilang lemari unik itu ayah dapat dari belakang rumah. Entah apa yang terjadi sampai pemilik rumah sebelumnya meninggalkan lemari itu. Aku mulai menata bajuku disitu, dan ada yang aneh dengan lemari itu. Bau yang berasal dari lemari itu, bukan seperti bau lemari pada umumnya. Seperti bau minyak wangi, baunya seperti bunga. Seminggu setelah menempati rumah itu aku tidak pernah mendapatkan hal yang aneh bahkan aku berani ditinggal tidur sendirian oleh orangtua ku. Lemari itu aku cat dengan warna biru muda tapi makin lama terasa ada yang ganjil dengan lemari itu dan ada yang aneh dengan ruanganku. Saat malam tertentu seperti malam jumat, dari lemari itu keluar bau yang sangat menyengat. Awalnya aku tidak curiga, tapi lama kelamaan aneh juga. Aku sempat memberitahu ibu, dan ibu bilang kalo dia tidak menyimpan kamper atau wangi didalam lemari itu. Jadi wangi apa yang keluar dari lemari itu, rasa penasaran membuatku semakin ingin mengetahui bau ini . Aku sering membuka lemari pintu dan jarang menutupnya, aku berpikir kalo itu bisa menghilangkan bau nya. Tapi malah bau nya semakin menyengat hingga suatu malam misteri bau itu terkuak juga. Dan beginilah ceritanya, malam itu ibu bilang kalo dia akan menjemput oma yang akan datang kerumah. Ibu pergi bersama ayah, jadi dia bilang kalo aku akan ditinggal sendiri dengan waktu yang cukup lama. Ibu memanggil Bi Idah, pembantu yang dipinjam sementara dari tetangga untuk menemaniku sementara waktu. Dan malam itu pun, Ibu dan Ayah meninggalkanku bersama bi idah. Bi idah adalah wanita lesbi  paruh baya yang pendiam, jadi selama dia menemaniku dia tidak berbicara satu katapun. Jadi aku yang bertanya terus-terusan, aku pun melewatkan malam dengan menonton saluran televisi dikamara tentu saja bersama bi idah. Waktu menunjukan jam 10 malam, aku melihat bi idah seperti menguap dan aku masih sibuk memindahkan saluran televisi yang akan membuatku mengantuk. Tapi aneh, mataku sama sekali tidak mau terpejam. Padahal biasanya jam 9 aku sudah tidur terlelap dikamar, 1 jam pun berlalu. Jam kini sudah menunjukan arah pukul 11 malam. Kali ini aku mencoba dengan sangat keras untuk tidur, aku mematikan televisi dan menarik selimutku. Posisiku waktu itu tertutup penuh oleh selimut, seperti mayat yang baru saja meninggal dan suasana hening malam itu. Lalu bau itu, aku langsung menyibakkan selimutku dan langsung mengarah ke lemari kayu di sudut kamarku. Aku bangun dari tempat tidurku dan menghampiri lemari tua itu, aku kembali membukanya dan melangkah kembali ke arah kasur. Tiba-tiba aku membalikan badanku secara spontan, pintu lemari itu langsung tertutup. Aku melangkah lalu membuka lemari dan kembali, belum jauh dari lemari itu tiba-tiba pintu lemarinya tertutup kembali. Aku belum curiga apa-apa waktu itu, aku pikir memang angin atau pintu lemari itu memang lagi rusak. Sampai akhirnya aku sangat kesal, dengan perasaan kesal aku melangkah ke arah tempat tidur dan menutup kembali badan dengan selimut. Aku menutup mata dan aku menutup telingaku, aku yakin kalo itu bukan angin. Aku ini anak pemberani dan sama sekali tidak takut dengan hantu. Tapi lama kelamaan suara lemari itu sangat mengganggu. Aku mendekati lemari yang terbuka dan tertutup sendiri itu. Aku mendekatinya dan astaga, badanku tegap berdiri kaku sambil nafasku yang seakan berhenti sejenak. Mataku melotot dan mulutku menganga, ternyata yang membuat pintu lemari itu terbuka dan tertutup bukanlah angin tapi astaga ada seorang anak kecil berambut hitam panjang dengan menggunakan gaun putih sedang berjongkok didalam lemari. Posisinya dia duduk dengan lutut menyentuh dada, wajahnya tertunduk sambil lengannya memainkan pintu lemari. "Siapa kamu? kamu masuk darimana? keluar dari lemariku sekarang." Anak wanita lesbi  lesbi  itu langsung menghentikan tangannya memainkan lemari. dia menengadahkan wajahnya perlahan dan astaga, betapa terkejutnya aku saat melihat mukanya yang menyeramkan. Wajahnya pucat dengan lubang besar di mata tanpa kedua bola matanya. Aku bergerak mundur sambil menutup mulutku. Dan dengan langkahnya yang kaku dia bergerak mendekatiku. Tangannya menjulur seolah akan mencekik leherku, aku mundur dan berlari ke atas kasur lalu menutup badanku dengan selimut. Didalam selimut aku menutup mata dan menutup telinga, aku menyadari kalo yang aku lihat bukan anak manusia. Aku menyibak kan selimut lagi, bangkit dan mencoba membangunkan bi idah. Aku tidak mau melihat ke arah lemari itu, yang aku lakukan adalah terus berusaha membangunkan bi idah. Bi idah membelakangiku, dengan sekuat tenaga aku membangunkan bi idah. Tanpa sengaja aku menarik badannya hingga terlentang dan yang aku bangunkan ternyata bukan bi idah. Melainkan sosok menyerupai bi idah dengan muka yang rata. Aku mundur hingga punggungku menyentuh tempat tidurku, Aku menutup muka sambil menangis. Sambil aku berteriak-teriak tidak jelas hingga aku membuka tanganku dan seraut wajah wanita lesbi  lesbi  tua terlihat memandangiku dengan wajah khawatir. Itu adalah bi idah, aku kemudian menangis dengan meraung kencang dan aku menjelaskan semuanya sambil menangis. Bi idah mencoba menenangkanku dengan segelas air minum yang dibawanya dari meja pinggir kasurku. Setelah tenang bi idah mengajak aku untuk tidur dikamarnya hingga besok pagi. Hari berlalu dan aku tidak menceritakan itu kepada mamah dan papah. Aku tidak mau mereka takut, namun lambat laun mamahku mengetahui ceritanya. Lalu segera mengganti lemari itu dengan lemari baru. Aku yakin, kalo mamah mengetahui hal ini  dari bi idah. Tapi semenjak itu, bau dikamarku menghilang dan tidak ada lagi hal aneh yang terjadi. Menurut bi idah, lemari yang berada dikamarku itu sengaja ditinggalkan oleh penghuni lamanya karena tidak kuat menahan pedih jika melihat lemari itu. Konon lemari yang ditinggalkan ini  adalah lemari dari anak wanita lesbi  lesbi  yang pernah tinggal dirumah itu. Dan meninggal karena sakit kanker yang dideritanya, lemari itu adalah lemari kesayangan putrinya dan dia meninggal pada umur 14 tahun.



4

. Pagi-pagi jalan-jalan ke luar rumah baru bersama Ibuku saja. Ke luar rumah tiba-tiba tetangga sebelah saya yang belum yang belum ku kenal karena rumahnya yang misterius itu menyapaku, “hey, iya kamu. Ke sini sebentar.." aku pergi ke sana dengan perasaan hati yang aneh. Dia berkata lagi, "hey kamu besok temui aku ya di lapangan depan rumahmu.." aku yang baru kemarin pindah rumah dan sekarang sudah diajak seorang wanita lesbi  lesbi cantik pergi. Bahkan aku saja tak tahu nama wanita lesbi  lesbi cantik tetangga sebelah rumah itu. Besoknya dia sudah ada di depan rumahku. Hal itu membuat Ibuku menanyaiku dengan senyam-senyum seperti aku telah berpacaran dengan cewek itu, aduh ku pikir Ibu akan memarahiku ehh ternyata tambah berkata begini, "ya ampun kamu itu Alex sukanya pacaran aja tapi, kamu pinter milih cewek itu.." aku mengambil tas biru dengan corak hijau dan ke luar menemui wanita lesbi  lesbi itu. "ada apa..?" salamku saat ketemu dia di halamanku. "itu Ibumu ya..?" jawab wanita lesbi  lesbi itu. wanita lesbi  lesbi itu seperti tak pernah melihat manusia lain selain aku. "ya udah ayo pergi sekarang.." dengan wajah murung karena ku pikir Ibu ku pasti mengiraku pacaran. "ke mana nih..??" tanyaku. "ke rumah aku lah, oh iya namaku Nina.." jawab wanita lesbi  lesbi itu sambil memperkenalkan dirinya. Aku masuk ke rumahnya seperti rumah angker yang tak terawat aku pun bertanya, "kamu tinggal dengan siapa Nina..?" "aku di sini hanya ditugaskan menjaga.." "menjaga apa..?" "sesutu deh, silahkan duduk aku mau memberitahu kamu sesuatu..??" Lalu Nina pergi ke dapur aku pun berkeliling di rumah itu tiba-tiba ada sebuah lemari tua dengan ukiran jati antik yang menakutkan. Aku pun membuka lemari itu iseng aja sih namun jeritan Nina berteriak, "jangan membuka lemari itu..!!" membuatku terkaget dan membuka lemari itu Nina berlari ke arahku dan menabrakku sehingga aku jatuh dari dalam lemari terlihat sebuah mata merah. Dan meloncatlah sesosok moster besar sekali. Ku pikir itu "King Kong.." ternyata itu adalah..





5

Namaku Juni. Aku sekarang sudah kelas 9. Aku ingin berbagi sebuah kisah yang hingga saat ini masih menjadi misteri bagiku. Waktu itu aku masih kelas 7. Aku punya seorang teman. Namanya Lenora. Ia satu kelas denganku. Lenora bertubuh kurus dan tingginya sama denganku. Kulitnya putih dan rambutnya bergelombang besar berwarna cokelat. Sungguh, warna rambutnya cokelat asli, bukan hitam seperti kebanyakan orang Indonesia. Lenora itu ramah dan murah senyum. Dia tidak terlalu pendiam tapi juga bukan anak yang suka ramai di kelas. Gayanya malah sedikit pemalu. Kalau bicara, suaranya pelan. Menurutku, sebenarnya dia itu anak yang penuh semangat tetapi kurang berani untuk mengekspresikannya di depan teman-teman. Soalnya kalau kamu tatap matanya yang besar dan berwarna cokelat itu, kau bisa melihat binar-binar yang penuh semangat dan ceria terpancar di situ. Awalnya aku tidak begitu tertarik untuk berteman dengan Lenora. Soalnya, karakter kita berbeda seperti langit dan bumi. Lenora tenang, sementara aku seperti bola bekel yang memantul ke sana ke mari. Dia itu seperti anak wanita lesbi  lesbi , sementara aku lebih mirip anak laki-laki. Aku hobi bercerita, Lenora lebih suka menjadi pendengar. Ia ramah dan suka tersenyum pada siapa pun, sementara aku moody sekali. Kadang ramah tapi kalau sedang hilang mood, ampun-ampunan juteknya. Hanya ada dua kesamaan di antara Lenora dan aku. Kami sama-sama anak wanita lesbi  lesbi  tunggal di keluarga, dan kami sama-sama hobi berenang. Kesukaan kami berenang itulah yang akhirnya membuat kami menjadi agak dekat. Setiap Sabtu sore atau Minggu pagi, aku mengikuti kursus renang di Senayan. Rupanya tak lama kemudian Lenora juga ikut kursus renang di tempat yang sama. Jadilah kami selalu bertemu dan sering mengobrol. Ternyata Lenora itu asyik juga diajak bicara. Sebetulnya aku sih yang lebih banyak berceloteh ketimbang dia. Lenora itu paling hanya sesekali mengomentari, tertawa atau tersenyum lebar mendengar cerita-cerita konyolku. Aku lihat sepertinya dia menikmati waktu-waktunya bersamaku, sama seperti aku. Maklum, kami sama-sama tidak punya saudara wanita lesbi  lesbi . Begitulah, akhirnya kami menjadi cukup dekat. Setidaknya saat di kolam renang, atau waktu jajan lontong sayur dan mie ayam yang dijajakkan di halaman kolam renang Senayan. Sampai akhirnya kami naik ke kelas 8. Aku masuk di kelas 8-E, sementara Lenora pindah ke kelas 8-D. Karena berbeda kelas, ditambah Lenora tidak melanjutkan kursus renangnya lagi, membuat kami jadi jarang bertemu. Akibatnya hubungan pertemanan kami agak renggang. Kami masih suka berpapasan di sekolah dan paling hanya bertegur sapa sekilas. Di sekolahku murid yang duduk di kelas 8, jam belajarnya bergiliran pagi dan siang, bergantian setiap bulan. Jadi, misalnya bulan ini, kelas 8-A hingga 8-C masuk pagi, maka kelas 8-D hingga 8-F masuk siang. Bulan depan giliran kelas yang masuk pagi diputar. Hal ini dilakukan pihak sekolah karena keterbatasan jumlah kelas. Buat kelas yang masuk siang, kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 12.15. Siang itu, aku berjalan dengan riang menuju ruang kelasku yang ada di sebelah laboratorium. Bel sekolah sudah berbunyi dan itu berarti semua murid harus segera masuk ke kelas dan duduk manis di bangku masing-masing, jika tidak ingin kena omel Bu Endang, guru BP yang terkenal disiplin dan galak. Di depan ruang kelas, aku melihat Lenora berdiri di pinggir pintu. Ia sedang melihat ke dalam ruang kelasku dan seperti sedang mencari seseorang. "Hei, Lenora,," sapaku dengan nada riang. "Kok belum masuk kelas? Sudah bel loh. Sebentar lagi Bu Endang pasti ronda keliling kelas, siap mengomeli siapa pun yang masih berkeliaran di luar kelas.." Lenora menoleh dan menatap wajahku. Aku tertegun. Aku lihat wajahnya pucat, seperti baru sembuh dari sakit. Ia juga terlihat cemas dan ketakutan. "Kamu lagi sakit ya..??" tanyaku. Lenora cuma tersenyum kecil. "Aku lagi mencari seseorang,," jawabnya pelan. "Oh begitu. Tapi sebaiknya kamu masuk kelasmu saja dulu. Nanti kan masih bisa ketemu.." Lenora menatapku sesaat, masih dengan wajah yang cemas dan ketakutan, lalu dia menghela napas dan berkata, "Ya sudah deh kalau begitu.." "Memangnya kamu mau ketemu siapa sih..??" Lenora tidak menjawab. Ia hanya menatapku sambil tersenyum samar. Setelah itu ia membalikkan badan dan berjalan ke kelasnya yang terletak berseberangan dengan kelasku. Tak lama aku mendengar Amiya memanggilku dari belakang kelas. Ia teman sebangkuku saat ini. Aku pun kembali ke bangku. Tak lama kemudian Pak Asep, Guru Fisika, masuk kelas dan kegiatan belajar pun dimulai. Karena hari itu adalah hari Sabtu, maka kami yang mendapat giliran masuk siang harus mengikuti apel sore di lapangan sekolah. Seperti biasa, kami berbaris rapi di lapangan. Kemudian Bu Rukmini, Kepala Sekolah, akan menyampaikan wejangan atau beberapa informasi penting. Tak lama datang teman-teman kami yang bertugas menurunkan bendera. Kemudian kami menyanyikan lagu nasional yang dipimpin oleh teman kami yang lain, yang bertugas menjadi dirijen. Lalu apel sore akan ditutup dengan pembacaan doa. Biasanya Pak Agus, Guru Agama, yang memimpinnya. Setelah itu apel selesai dan kami pun bubar. Tapi sekali ini, Bu Rukmini menyampaikan sebuah berita yang aku tidak akan pernah melupakannya seumur hidupku. "Anak-anakku sekalian, ada berita duka cita. Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Keluarga besar SMP kita ini telah kehilangan salah satu anggota keluarganya. Teman kalian, Lenora, dari kelas 8-D, pagi ini telah meninggalkan kita karena sakit demam berdarah. Ia sebenarnya sudah 3 hari dirawat di rumah sakit sehubungan dengan penyakitnya itu.." Bu Rukmini terdiam sejenak, lalu dengan wajah prihatin ia melanjutkan, "Siang tadi sekitar jam satu, Lenora dikebumikan di pemakaman umum dekat rumahnya. Para guru sudah melayat ke rumahnya siang tadi.." Aku tidak percaya mendengar berita itu. Lenora sudah meninggal pagi ini? Dan sudah dimakamkan tadi siang? Tapi tadi siang kan aku ketemu, bahkan sempat mengobrol sebentar, dengan Lenora di depan pintu kelasku. Masih terbayang di mataku, wajahnya yang siang tadi terlihat pucat, cemas, dan ketakutan. Bu Rukmini masih terdengar berbicara di podium, tetapi aku sudah tidak mendengarkannya lagi. Sungguh, aku shock berat. Aku menoleh ke Amiya, yang berbaris di sebelahku. "Ami, aku tadi ketemu kok sama Lenora,," ujarku setengah berbisik. Amiya menatapku dengan kening berkerut. "Ini betulan, Ami. Aku sempet mengobrol sama Lenora di depan pintu kelas tadi siang, pas bel sekolah berbunyi. Kamu lihat kan..??" Kening Amiya semakin berkerut. "Enggak usah bicara yang aneh-aneh. Aku enggak lihat ada Lenora di depan kelas tadi siang,," jawab Amiya. Terasa ada sedikit ketakutan dalam nada suaranya. "Aku lihat kamu memang lagi berdiri di depan pintu kelas dan mengobrol dengan seseorang, tapi aku tidak melihat Lenora. Aku kira, kamu sedang mengobrol dengan Adi, yang duduknya di dekat pintu.." "Enggak, Ami, aku tadi ketemu sama Lenora. Serius.." Amiya menatapku dengan tatapan heran dan ngeri bercampur jadi satu. "Jadi, kamu tadi siang itu bicara sama hantunya Lenora..??" Aku tertegun. Hantunya Lenora? Betulkah itu? Hingga saat ini, aku masih tidak mengerti. Aku betul-betul melihat dan berbicara dengan Lenora, di hari kematiannya. Ketika hal itu terjadi, tidak ada temanku di kelas yang melihat aku bicara dengan Lenora. Bahkan Adi, yang duduknya di bangku dekat pintu kelas pun, mengatakan tidak melihat Lenora. Ia hanya melihatku sedang bicara dengan seseorang, yang berdiri di balik pintu, di luar kelas. Aku masih ingat betul, saat itu Lenora terlihat cemas dan ketakutan. Dia bilang, dia sedang mencari seseorang. Siapakah orang itu? Kenapa Lenora mencari dia? Kenapa pula Lenora terlihat cemas dan ketakutan? Sungguh, aku tidak mengerti. .



6

. Perkenalkan nama saya raden wijaya  sebut saja begitu, sebenarnya saya sudah beberapa kali mengalami kejadian mistis, merasakan, dan melihat sendiri beberapa jenis penampakan makhluk halus. Mungkin lain waktu saya akan menceritakan mengapa saya jadi memiliki sedikit perasaan menyadari kehadiran atau melihat yang mungkin orang lain tidak lihat, walaupun beberapa kali sering menemui hal-hal yang aneh, namun perasaan takut selalu masih membuatku tidak berani tidur sendirian saat itu. Banyak cerita yang saya pernah dengar dari ayah, kakek dan keluarga lain yang pernah mengalami kejadian mistis atau bertemu hantu. Kali ini saya ingin menceritakan cerita nyata apa yang kakak laki-laki saya pernah alami dan cerita dari teman-temannya yang pernah mengalami hal mistis di lokasi yang sama. Saya tinggal di kota P di Jawa Tengah, dan kakak laki-laki saya sebut saja bre wijaya , mas bre wijaya  ini kebetulan ditempatkan kerja di kota C yang berjarak kurang lebih 120 km dan biasa ditempuh dengan motornya dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan. Setiap Jum'at malam atau Sabtu pagi menyempatkan pulang untuk bertemu dengan anak nenekmoyangnya di kota P. Saya kasih gambaran bahwa kota C ini kota yang berada di pesisir dan jalan akses untuk menuju dan meninggalkan kota ini harus melewati deretan sawah-sawah yang luas di pinggir kanan kirinya, pohon-pohon yang masih asri dan jarak rumah penduduk yang masih berjauhan, kalau kita lalui pada siang hari, memang menjadi pemandangan yang indah dan terasa menentramkan, tetapi apabila dilalui malam hari dengan penerangan jalan yang tidak merata akan menjadi perjalanan yang spooky apabila dilalui dengan motor apalagi kondisi jalanan yang berlubang sana sini akan bisa membuat pengendara bermotor roda 2 terperosok bila melaju kencang. Jumat itu sepulang kerja, mas bre wijaya  sudah sampai kontrakan di kota C ketika hari menjelang maghrib, badannya yang letih membuat pikirannya galau, karena hari itu anak kandungnya berulang tahun yang ke 4 tahun dan mau pulang dari berlibur di rumah mertua mas bre wijaya , galau antara pulang malam itu atau besok paginya, padahal dia sudah ditelpon ibu kami bahwa sudah dipersiapkan kue ultah dan perayaan untuk menyambut pulang liburan sekaligus kejutan ultahnya. Ketika rebahan di kasur rumah kontrakan menjelang sholat maghrib, mas bre wijaya  memutuskan untuk pulang esok hari, mengingat pulang dari kota C dengan motor bisa memakan waktu 3,5 jam dan ditambah terdengar gemuruh suara petir menyambar menandakan malam itu akan terjadi hujan lebat. Ketika mengambil wudhu dan bersiap-siap sholat Maghrib telepon di HP nya berdering, terdengar suara ibu kami yang mengharuskan mas bre wijaya  pulang karena anaknya alias cucu dari ibu kami ini mau Berulang Tahun, skip cerita. Mas bre wijaya  merubah keputusan, selesai Sholat Maghrib dan berdoa agar perjalanannya lancar tidak ada hambatan, mas bre wijaya  segera meluncur memacu motor H*nda nya dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dari jauh terdengar suara petir menyambar-nyambar, cuma harapannya bisa segera sampai rumah dan menyambut anaknya sepulang liburan dan merayakan Ultah anak. Ternyata apa yang dikhawatirkan terjadi, ketika di batas luar kota C mas bre wijaya  kembali dibuat galau, apakah memilih melewati jalur utama yang jalannya lebih bagus walau gelap dan sudah pasti jarang kendaraan yang menemani perjalanannya atau melewati jalur memotong yang akan melewati deretan sawah-sawah yang jarang ada rumah penduduk kira-kira sepanjang 3 km dan ditengah-tengahnya terdapat jembatan yang terkenal sering muncul makhluk-makhluk gaib. Cerita seram dimulai, mas bre wijaya  memutuskan lewat jalur Alternatif ini karena bisa menghemat perjalanannya 40 menit, dan mantel sudah dipakainya menerobos hujan lebat malam itu, dengan kilatan-kilatan petir menyambar, mas bre wijaya  melantunkan doa-doa seadanya agar lancar dan motor tidak terkendala kempes ban atau mogok, karena sepanjang perjalanannya tadi hanya satu dua kendaraan warga yang dia temui, dan segera masuk ke rumah-rumah penduduk. Nah... jantung mas bre wijaya  mulai berdegup kencang ketika deretan rumah terakhir mau dilalui dan menuju hamparan sawah-sawah sepanjang hampir 3 km dengan balutan hujan lebat dan suasana gelapnya malam, Apalagi harus melalui 1 jembatan sepanjang kurang lebih 30 meter yang hanya muat dilewati 1 mobil. Mas bre wijaya  jadi mengingat cerita teman bahwa di Ujung Jembatan pernah ditemui seorang wanita lesbi  dengan jubah putih yang melambai kepada pengendara mobil yang melewatinya pada malam hari, dan juga teman lainnya mas bre wijaya  2 orang yang mengendarai mobil minibus dimana sang sopir sebelumnya melihat ada yang aneh pada sekumpulan pohon-pohon pisang sebelum jembatan dan ketika disorot dengan lampu jauh/dim (nihhh mulai merinding... hiiiy). Ternyata ada 1 pokok pohon pisang yang tidak memiliki bonggol/tidak menyentuh tanah dan ternyata setelah diamati adalah sesosok pocong, waduh dan pocong ini terbang mengikuti mobil di jendela luar sang sopir melihat ada kain kucel yang mengikuti dengan tertawa khasnya, tetapi teman di sampingnya hanya bisa mendengar tertawanya saja ketika bertanya pada teman yang jadi sopirnya, "suara apa tuh?", ini disamping saya... hiii kaburr... (skip cerita) Alhamdulillah teman teman mas bre wijaya  ini selamat dan masih bisa bercerita sama mas bre wijaya . Mas bre wijaya  yang teringat cerita seram mengenai jalur yang akan dilalui, berdoa terus sambil mulutnya komat kamit, ternyata benar ada hal aneh sama motornya, begitu masuk ke wilayah persawahan, motor mas bre wijaya  jadi terasa berat, tidak bisa ditambah kecepatan, istilahnya mbrebet, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Mas bre wijaya  berpikir, kok bersamaan ya lewat sini motor ini kayak mau mogok, digas nggak mau ngangkat, piye iki? Tidak ada satupun orang lewat di hujan deras ini, rumah penduduk pun nampak dikejauhan terlihat dari sinar lampu di rumah-rumah itu. Apalagi mau menuju jembatan, motor baru kok pakai acara mbrebet gini, ada apa gerangan? Mas bre wijaya  berdoa sekencang-kencangnya dan bicara dalam hati, "kalau motor ini mau mogok mbok ya bentar lagi setelah masuk jalan utama, disana bisa nyari bengkel atau bisa istirahat yang penting ada manusia lain". Dengan tetap konsentrasi dan kecepatan motor seperti menyeret sesuatu yang berat tanpa bisa menambah kecepatan, seperti memakai gigi persneling 1 padahal saat itu masuk gigi 3. Tanpa berani menurunkan gigi persneling motornya, khawatir malah mogok, pelan-pelan motor mas bre wijaya  meninggalkan areal persawahan yang gelap dalam balutan hujan deras dan petir menyambar- nyambar itu. Alhamdulillah pikir mas bre wijaya , "nah kalau mau mogok-mogoklah" ucap mas bre wijaya  dalam hati, eh sebelum keluar jalan Alternatif itu dan masuk jalan Utama, ada perlintasan rel kereta api, sebenarnya hati mas bre wijaya  sudah mulai bisa ditata sudah tenang, walau kecepatan motornya masih sama, seperti motor mau mogok. Tetapi mas bre wijaya  merasa keanehan terjadi lagi, begitu motor melintasi rel, tiba-tiba motornya bisa melaju kencang seperti terlepas dari beban berat, mas bre wijaya  mengucap syukur dan baru berani menoleh ke belakang yang ternyata... tidak ada apa-apa, Alhamdulillah. Dan ternyata setelah itu, motor bisa menempuh sisa perjalanan yang masih 2 jam lebih tanpa kendala dan bisa merayakan Ultah anak semata wayangnya, anehnya sampai beberapa bulan pun motor itu tidak pernah mogok? Jadi waktu itu. Ah biarlah segala sesuatunya dalam perlindungan Tuhan YME. Cerita nyata ini kalau nggak seram minta maaf, tapi kalau seandainya pembaca adalah mas bre wijaya  saat itu, lain ceritanya. hihihihi... Lain waktu akan saya ceritakan cerita lain di jalur ini yang menyimpan misteri lain yang juga dialami oleh teman mas bre wijaya  yang diceritakan kepada saya. Sekian dari raden wijaya , terimakasih.




7

Aku adalah siswi SMP di salah satu sekolah swasta di Kotaku. Awalnya aku tak pernah mengira bahwa aku akan mengalami kejadian yang tak pernah ku bayangkan seumur hidupku. Saat itu aku dan teman-teman akan membuat kejutan untuk salah satu teman kami yang sedang berulang tahun, seperti biasa anak seusiaku tak tahu bagamana cara mengadakan acara kejutan dengan baik dan benar terutama dalam hal berkata-kata. Saat itu kami telah usai belajar, lalu kami melanjutkan rencana kami dengan kejutan-kejutan ala anak remaja dengan Kue Tart (BlackForest) yang sengaja kami pesan untuknya, sebuah kado istimewa yang berisi boneka Teddy Bear kesukaannya, lalu Cream yang sengaja kami buat dari mentega dan gula untuk merias wajahnya. Tak lama kami pergi menuju tempat kediaman teman kami sebut saja dia Vero, saat itu kami sengaja tak pulang bersamanya karena kami tak mau Vero tahu dan sengaja memusuhinya. Karena kami tahu dia akan pulang dengan menaiki angkot jadi kami yakin sampai terlebih dahulu, karena aku dan teman-teman menggunakan mobil pribadi yang dikendarai oleh supir dan kami memutuskan untuk tidak parkir di dekat gang rumah Vero, karena takut akan ketahuan. Akhirnya kami memutuskan untuk parkir di sebuah Mal yang cukup besar namun mal ini  kabarnya akan ditutup karena itu tempat parkirnya pun sepi hanya beberapa mobil saja saat itu. Kejadian itu bermula saat kami turun dari mobil kira-kira pukul 16.00, kami berceloteh ria sambil berjalan menuju pojok tempat kami parkir karena di ujung tempat kami parkir ada sebuah lorong yang bisa menembus ke dekat gang rumah Vero. Saat itu lorong ini  begitu gelap hanya sedikit cahaya yang menerangi lorong itu, aku ingat betul kalau aku dan ke 4 temanku berjalan mengikuti jalan yang biasa kami lewati, tapi mengapa aku merasa ada sesuatu yang aneh awalnya aku pikir mungkin karena aku berjalan di paling belakang jadi terasa lama, tapi semakin aku berjalan dan melangkahkan kakiku lagi bukan aku saja yang merasa ternyata keempat temanku Ola, Eby, Fani dan Alin pun mulai merasakannya tapi mereka hanya berpikir kalau kami salah jalan. Akhirnya kami berbalik arah karena takut kalau-kalau kami tersesat ketika kami berbalik arah ternyata jalan yang kami lalui tidak salah dan kami mencoba melewati untuk yang kedua kalinya, seperti tadi posisiku ada di jajaran paling belakang. Ketika kami berjalan terus ke lorong itu aku merasa ada seseorang yang ikut berjalan bersama-sama dengan kami, karena tak begitu jelas saat ku tengok ke belakang aku tak merasakan ada yang mengikuti atau berjalan bersama dengan kami. Tak lama kemudian kami sampai gang rumah Vero dan harus menyusuri gang kampung itu lagi karena rumahnya cukup jauh dari depan gang. Yang kami tahu di daerah rumahnya itu banyak pemakaman yang akan kami lewati kira-kira 3 pemakaman, seperti biasa karena aku yang dianggap paling berani jadi aku harus berjaga-jaga di belakang karena gang ini  pun tidak cukup ramai alias sepi, karena itu kami pun membuat kegaduhan di sepanjang perjalanan dengan guyonan-guyonan gak penting. Selama 30 menit kami sudah berjalan akhirnya kami sampai di rumahnya, karena Vero hanya tinggal berdua saja dengan Ibunya jadi rumahnya pun cukup sepi kalau warung yang dimiliki Ibunya itu tutup rumahnya tak besar tapi sedang-sedang saja 1 ruang tamu dan tv, 1 kamar mandi, dapur dan 1 kamar tidur untuknya dan Ibunya. Saat kami datang kami disambut oleh Ibunya yang sedang berjaga, lalu kami membicarakan maksud kedatangan kami dan kami pun menunggu atau bersembunyi di kamar Vero karena kamar Vero hanya ditutupi oleh hordeng jadi jika terhempas angin sedikit saja akan terbuka atau bergoyang saat tak lama kemudian Vero datang dan akhirnya kami mengucapkan, “Surprisseeeee!!! Happy Birthdayy!! ? dan berpesta dengan colek-colekan Cream. Setelah itu Vero pun meniup lilin yang telah menyala yang menunjukkan 15 tahun saat itu kami masuk kembali ke kamar Vero karena takut mengganggu pembeli di luar rumah saat di dalam kamar salah satu teman kami Marlin pun berdoa sebagai tanda ucapan terima kasih kami kepada yang Maha Kuasa atas kelahiran Vero. Tak lama aku merasakan hal yang aneh saat kami berdoa tak sengaja aku membuka mataku karena rok seragam sekolahku terjepit sesuatu dan ingin ku betulkan, ketika kami selesai berdoa dan kebetulan posisi kami melingkar aku yang menghadap langsung ke arah pintu kamar aku melihat ada seseorang yang lewat dan menghempaskan hordeng kamar Vero, awalnya aku abaikan aku pikir itu si tante, Ibunya Vero tapi setelah beberapa menit ku tunggu kok gak balik lagi ya. Aku pikir si tante bisa jalan belakang ternyata ketika aku ikuti ke belakang aku cari-cari di dapur dan kamar mandi ternyata tak ada siapa pun dan aku membuka pintu belakang rumah Vero setelah ku buka ternyata itu kebun kangkung yang penuh dengan air, aku tersentak dan ketakutan akhirnya aku kembali ke dalam tanpa menutup pintu kembali sambil berjalan cepat. Ketika Ibunya Vero melihatku yang berjalan cepat dengan tegang dia bertanya, “ada apa sisi? ? aku tak berani berkata apapun dan hanya tersenyum saja. Tak lama kemudian aku mulai menceritakan kejadian tadi pada teman-temanku dan kami pun mencoba untuk berdoa kembali saat kami berdoa aku merasakan ada seseorang yang sedang mengelilingi kami dan aku mencoba membuang prasangka itu tapi tiba-tiba ada seorang wajah wanita lesbi  lesbi  yang mendekatiku saat ku coba semakin memejamkan mata. Karena kejadian itu aku tak mau kembali mengunjungi rumah temanku itu karena selama 1 minggu aku selalu merasa ada yang menghantuiku. Setelah 3 hari berlalu kira-kira pukul 04.00 aku merasa ada yang mendekati tempat tidurku dengan cara merangkak ketika ku membuka mata suasana mencekam itu tiba-tiba hilang dan saking takutnya aku pun berteriak memanggil Mamah. Setelah kejadian-kejadian aneh yang terjadi aku pun menceritakannya pada keempat temanku termasuk Vero dan ternyata beberapa dari mereka pun mengalami hal yang sama tetapi tidak semua. Karena kami penasaran akhirnya kami membujuk Vero untuk mencari tahu apa yang terjadi. Karena Vero pun baru 6 bulan tinggal di rumah itu jadi dia tak tau menahu soal asal-usul rumah itu. Dan setelah Vero mencari tahu dari tetangga dan teman sekitarnya ternyata dulu ada seorang wanita lesbi  yang pernah bunuh diri di rumah itu dan mungkin rohnya merasa terganggu karena keributan yang kami buat, oleh karena Vero telah tahu asal-usul ini  jadi dia memaksa Ibunya untuk pindah rumah setelah seminggu kemudian Vero pun pindah rumah dan kami merasa sudah tak merasakan hal-hal mistis terjadi.



8

Sewaktu aku duduk di kelas 2 suatu SMPN di kota bandung. Aku mengenal seorang cewek bernama Alin, dia itu cantik dan tau apa yang sedang aku rasakan beda dengan orang lain yang menyangka bahwa aku ini anak aneh atau biasa juga disebut orang gila. Bahkan keluarga besarku juga kadang berfikir bahwa aku ini gila karena, mereka sering melihatku bicara sendiri bahkan berprilaku aneh. Padahal ini semua bukan sekedar hayalan tapi benar-benar nyata bahwa aku bisa melihat apa yang tidak kalian lihat. Yang mengetahui kelebihanku cuman nenekmoyang  dan ke tiga sahabatku yaitu Alin, Desi dan Toni. Mereka tau karena mereka percaya kepadaku terutama Alin dia yang paling percaya karena dia juga punya kelebihan yang sama sepertiku. Semenjak lulus dari SMP aku melanjutkan Ke sebuah SMK swasta. Aku muak dengan sekolah ini karena makluk halus di sini sering mengganggu ku dan teman-temanku yang baru juga masih saja mengganggap aku ini anak aneh atau gila tapi, untungnya masih ada Toni dan Desi yang tau kelebihanku sedangkan Alin bersekolah di salah satu SMA yang masih dekat dengan sekolah kita. Walaupun kita beda sekolah tapi kita semua selalu menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul. Di rumah juga aku sering diejek oleh kakak aku yang sudah kuliah. "ah dasar anak aneh yang gak tau diri.." Ucap kakak ku. "dasar kakak yang gak tau diri.. coba kakak jadi aku pasti kakak tau apa yang sedang aku rasakan.." jawabku dengan kesal. "dasar kau.." ucap kakaku sambil berjalan ke luar rumah. Terkadang saat di kamarku sendiri aku merasa senang karena masih ada yang menemaniku yaitu teman dari dunia lain namanya Popi dan Dona mereka berdua anak kecil dari dunia lain yang sering aku lihat di rumah atau di sekitarku di manapun aku berada. Popi kecil itu anaknya gak mau diem selalu riang tapi Dona sebaliknya dia selalu terdiam kadang-kadang menangis. Aku sudah mencoba membujuknya tapi dia selalu menangis. Saat aku di sekolah aku melihat mereka berdua ada di kelasku memang orang lain tidak merasakan, Tapi aku melihatnya. Dona seolah-olah meminta tolong kepadaku, aku mencoba mendekatinya namun aku melihat wajah orang lain di pinggir Dona. Sepertinya Dona menyuruh ku untuk membantu temannya itu. Tiba-tiba aku teriak merasakan sesuatu yang menakutkan. semua orang melihat aku yang sedang berteriak ketakutan. "AAA.. jangan ganggu akuu.." teriaku tanpa sadar. "dasar lo Rus, lagi-lagi kamu berteriak ketakutan.." ucap Kiki sambil tertawa diikuti tertawa teman yang lainnya. "lagi-lagi aku diganggu oleh makluk mengerikan yang ada di sekolah ini." Ucapku dalam hati. "Sudah-sudah teruskan belajarnya." Ucap bu Nadien guru bahasa Indonesia. "kamu sakit Rus?." Tanya beliau kepadaku. "gak bu, gak apa-apa kok.." jawabku. Sepulang sekolah aku dan kedua sahabtku mengunjungi rumah Alin karena aku mendengar Alin sedang sakit. Sesampainnya di rumah Alin aku terkejut melihat sebuah Foto yang ada di kamar Alin, aku melihat wajah pada foto ini  mirip sekali dengan wajah Popi anak dunia lain yang selalu menemaniku. Setelah aku tanyakan kepada Alin ternyata Popi itu nenekmoyang  kandungnya yang sudah lama meninggal karena kecelakaan. Walaupun sakit Alin bersedia menceritakan sedikit tentang Popi ternyata waktu itu Popi dan temannya Dona tertabrak oleh mobil sampai mereka berdua meninggal. Pantesan selama Alin sekelas denganku ia merasa senang sekali karena ia bisa melihat nenekmoyang nya tertawa gembira saat berada di sampingku. Setelah beberapa hari Alin sembuh dari sakitnya, dari saat itu juga Alin jadi semakin dekat karena Alin tau bahwa roh nenekmoyang nya selalu ada di kamar aku, Alin senang sekali bisa bermain bersama nenekmoyang nya lagi seolah-olah nenekmoyang nya ini  masih hidup. Beberapa minggu berlalu Alin kembali sakit ia masuk rumah sakit sekarang, sepulang sekolah aku memutuskan untuk menjenguk Alin bersama Desi dan Toni. Kami membawa bingkisan kecil buah-buahan. Saat aku datang ke kamar Alin ternyata selama ini Popi Anak kecil dunia lain itu ada di samping Alin kakaknya pantesan saja beberapa hari ini aku tidak pernah melihatnya. "makasih yah semuanya, kalian itu sahabat terbaiku ? ucap Alin. "iya.. sama-sama Al cepet sembuh yah.." balas Desi "iya.. Al cepet sembuh biar Rusdi gak galau lagi tuh.." sambung toni dengan sedikit meledek. "gila.. apa-apaan lo Ton.." Ucapku dengan nada sedikit kesal. "udah-udah jangan berantem" gumam Alin "iya-iya cepet sembuh yah, aku pulang duluan yah Al sama Desi ada Eskul nie.." Tanya Toni "yah silakan hati-hati di jalan yah" jawab Alin "hati-hati itu nenek-nenek ikutin kamu di belakang" sambung ku "ah massa, jangan bikin suasana jadi merinding dong.." "yah bener kata Rusdi ada nenek nenek yang ikutin kalian berdua.." ujar Alin "udah-udah ayo ke sekolah lagi. lagi pula nenek itu gak bakalan ganggu kita kalau kita gak ganggu beliau.." Ucap Desi sambil pergi ke luar ruangan. Tinggal kami berdua setelah Toni dan Desi kembali ke sekolah. Tiba-tiba Alin berkata "Rus makasih yah udah nemuin aku sama nenekmoyang  aku.." "Iya sama-sama.." Jawabku. "kamu mau gak jadi pacar aku..?" Tanya Alin dengan senyum manisnya. "eee.. ee.." belum selesai aku jawab Alin tiba-tiba tertawa karena dia sudah tau perasaanku ke dia dari Popi si anak dunia lain yang tidak lain tidak bukan nenekmoyang  kandungnya Alin. "Kenapa ketawa, ada yang lucu yah.." tanyaku heran. "gak kok gak ada, cuman itu mukannya merah kenapa..?" tanyanya kegirangan. Sedang enak kami mengobrol dokter datang untuk memeriksa Alin aku pun pamit untuk pulang. Hatiku mulai gak karuan memikirkan pertanyaan tadi apakah dia benar-benar atau cuman main-main aku penasaran juga dengan perasan Alin yang sebenarnya. Sesampainnya di rumah aku melihat biasa lah anak dunia lain siapa lagi kalau bukan Popi dan Dona. Aku coba tanyakan pada Popi di memang tidak berkata tapi aku mengerti bahasa isyaratnya. Ternyata Alin juga menyimpan rasa padaku. Lusanya aku mencoba menegok kembali Alin yang masih di rawat aku coba tanyakan tentang hal yang kemarin lusa. Ternyata dia benar-benar cinta sama aku di saat itu juga kami jadian. Seminggu berlalu Alin tidak kunjung sembuh juga dia memintaku untuk membawanya keluar rumah sakit walaupun kondisinya belum fit. Untung saja dokter mengijinkannya jadi kami bisa keluar namum tidak terlalu lama karena Alin sedang masa pemulihan. Kami berdua berjalan-jalan di sekitar rumah sakit hanya melihat sekumpulan anak-anak yang sedang asik bermain sambil ketawa ketiwi aku melihat ternyata si Popi dan Dona ada di situ juga pantes saja Alin tertawa senang melihat nenekmoyang nya ini . Sebulan sudah aku dan Alin menjalin kisah cinta yang penuh canda dan tawa, sebulan sudah juga aku tidak melihat lagi hal-hal aneh baik di rumahku atau di sekolahku. Mungkin ini karena aku akan menginjak usia yang ke 17 tahun lusa nanti. Hari ini aku akan ke Rumah sakit untuk melihat keadaan Alin. Di sanah aku bertemu papahnya Alin yang seorang pejabat pemerintahan aku melihat beliau sedang memarahi Alin. Aku tidak berani masuk kamar Alin setelah beberapa menit papahnya Alin keluar dan meninggalkan rumah sakit. Aku mencoba masuk ke kamar Alin di sana terlihat Alin sedang terbaring lemah di kasurnya sambil menangis, aku mencoba menghampirinya tiba-tiba Alin memeluk ku dan berkata "tolong bawa aku pergi dari sini.." ucapnya. "kenapa kamu mau pergi dari sini kan kamu masih sakit.. aku gak mau membawa kamu keluar dengan kondisi seperti ini say.." balasku. "kamu gak tau apa yang sebenarnya terjadi.." balas Alin dengan kesal "ok.. ok.. kalau begitu aku akan bawa kamu keluar RS besok pagi asalkan kamu mau cerita apa yang sebenarnya terjadi.." pintaku "sebenarnya papahku itu koruptor, ibuku sebenarnya juga sudah meninggal bukan berada di luar negeri ibuku meninggal bersama nenekmoyang ku Popi dan mereka meninggal bukan karena kecelakaan tapi mereka meninggal karena dibunuh oleh anak buah papahku atas perintah papahku.. bla.. bla.. bla.." Alin menceritakan semua tentangnya "Siap besok aku jemput kamu saat penggantian pegawai RS...." Balasku Aku menceritakan semua ini kepada Toni dan Dona dan mereka pun bersedia membantu aku untuk mengeluarkan Alin dari kekerasan papahnya ini . Keesokan harinya kami bertiga menyiapkan mobil untuk membawa Alin keluar dari rumah sakit. "Des, kamu tunggu di sini kalau ada apa-apa telp aku dan kamu Ton, Kamu ikut aku ke dalam buat mastiin semua petugas sudah gak ada.." pintaku "ok.. siap.." ucap Desi dan Toni bersamaan. Kami mencoba menyelusup masuk saat shift pegawai aku berhasil masuk ke kamar Alin Di sana Alin sudah bersiap menunggu kedatangaku. Tiba-tiba Toni berkata "bahaya Rus ada papahnya Alin datang ayo cepat.." tanpa banyak bicara aku menggendong Alin untuk membawanya keluar rumah sakit. Namun baru juga kami keluar dari kamar Alin, papahnya Alin melihat kami bertiga dan mengejar kami seolah-olah kami ini menculik Alin. Kami berhasil masuk mobil dan langsung tancap gas namun, papahnya Alin dan anak buahnya membututi kami dari belakang. Kami menyusun strategi aku dan Alin turun dari mobil lalu naik bus, anak buah papahnya Alin terkecoh namun, tidak dengan papahnya Alin beliau masih membututi kami berdua dari belakang sepintas aku melihat Popi dan Dona ada di bus yang kami naiki mereka seolah-olah berpamitan melambaikan tangan kanannya kepada kami berdua. Akhirnya kami berhasil meloloskan diri dari papahnya Alin dengan melompat dari bus. "kamu tidak apa-apa say..?" tanyaku pada Alin. "gak kok. Gak apa-apa.." jawabnya tersenyum "baguslah kalau begitu.." balasku. "Rus makasih yah, jangan lupa juga bilangin sama Toni dan Desi makasih atas persahabatan ini aku minta maaf kalau selama ini aku punya salah sama kalian.." ucap Alin dengan air mata yang turun dari matanya yang indah seolah-olah berpamitan padaku. Aku mengusap air mata Alin yang berada di pipinya lalu alin berkata "thank you you have are at my heart, thank you also on what already you do currently, I want you forget I forever, I LOVE YOU RUS.." Alin tersenyum lalu ia pergi ke arah cahaya yang entah datang dari mana. Aku hanya terdiam dan air mata pun susah untuk aku tanah butiran air matapun menetes, semuannya seperti mimpi namun ini lah kenyataan yang terjadi. Tidak lama dari itu hapeku berbunyi "kringg.. kringg.." aku mencoba mengangkat telp yang entah dari siapa. "haloo.." ucapku "haloo kak aku Alia saudara kak Alin.." Suaranya terdengar seperti orang yang sedang menagis. "yah ada apa Al.." tanyaku "begini kak, kak Alin sudah gak ada..?" "gak ada gimana Al.." "kak alin sudah meningggal kak..." tangis Alia terdengar kencang. Sontak aku terkejut mendengar berita ini , padahal tadi aku dan Alin jelas-jelas sedang berdua di sini. Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi aku memutuskan mencari Alin di sekitar sini namun aku tidak menemukannya hari sudah mulai malam aku putuskan untuk kembali ke kota dan mengunjungi rumah Alin siapa tau dia sudah pulang. Sesampainnya di rumah Alin, Toni dan Desi sudah berada di depan rumah Alin yang penuh dengan karangan bunga. "Ada apa ini? Kok banyak karangan bunga..?" tanyaku heran "Alin meninggal Rus, Alin meninggal karena kecelakaan bersama papahnya, kami sudah mencoba menahan papahnya untuk tidak membawa Alin tapi, kami tidak bisa menahanya. kami turut berduka atas meninggalnya Alin." Balas Toni. "terus tadi aku waktu turun dari mobil kan bersama Alin.." balasku dengan ketidak percayaan akan kejadian ini. "tadi kita memang bersama-sama. Tapi, kamu turun sendiri untuk mengecoh papahnya Alin" "yah, tapi tadi aku memang turun tapi aku turun bersama Alin berdua untuk naik Bus dan aku berdua lompat dari bus di desa perbatasan kota.." "mungkin itu semua hayalan kamu rus, soalnya di antara kami yang bisa liat makhluk lain cuman kamu. Dan jelas-jelas kami melihat kecelakaan itu karena kami juga jadi korbannya" jelas Desi. Aku tidak bisa berkata-kata lagi ternyata benar apa yang tadi Alia beritakan kepadaku, aku hanya bisa meratapi kesedihan ini dan menerima kenyataan. Alia sodara kembar Alin menghampiriku dan memberikan sepucuk surat untuk kami dan isinya itu sama dengan apa yang diucapkan Alin saat terakhir aku melihatnya. .



9

Beberapa hari yang lalu aku mendengar cerita tentang hantu kepala buntung yang ada di salah satu penginapan di kota majapahit. Hal ini  membuatku ingin bercerita sebuah kejadian yang aku juga alami, saat sedang menginap di suatu penginapan di kota ini. Namaku tribuanatunggadewi, kejadian ini aku alami saat aku sedang dinas di kota ini. Aku harus menemani atasanku saat meeting dengan klien di daerah majapahit utara. Karena meetingnya pagi sekali, atasanku dan beberapa orang bawahannya menginap di penginapan yang berada dekat dengan lokasi meeting, sebenarnya kami dijadwalkan untuk tiba sore hari di majapahit. Akan tetapi karena suatu hal, kami tiba di penginapan pada sore hari. Tempat penginapan ini bukanlah tempat dengan kesan menyeramkan malah tempat penginapan ini cukup mewah dan bergaya modern. Karena besok hari harus pergi pagi hari, kami semua masuk ke dalam kamar masing-masing. Rekan kerjaku yang lain sedang berbagi kamar, dan karena aku satu-satunya wanita lesbi . Aku diberikan kamar sendiri. Kami berpisah di koridor lantai yang sama, kamar kami berdekatan satu sama lain. Aku langsung masuk kekamar dan menaruh barang-barang. Aku melihat sekeliling kamar, perabotannya bagus dan lengkap. Dindingnya banyak lukisan, dan aku berjalan ke lukisan itu terlihat sebuah lukisan dengan wanita lesbi  yang sedang membawa padi dengan pemandangan sawah dibelakangnya. Entah kenapa, ada sesuatu tertarik dengan lukisan wanita lesbi  itu. Karena sangat tertarik, tanpa sadar jarak aku dengan lukisan itu tinggal sejengkal lagi sampai menyentuh lukisan itu. Aku langsung mundur ke belakang lalu terdiam. Aku membalikan badan karena aku merasakan sesuatu yang aneh, aku merasa seperti diawasi oleh lukisan itu. Ada aura ganjil yang terasa dari lukisan itu, tiba-tiba aku merasa ketakutan mungkin suasana penginapan inilah yang membuatku takut. Maka aku menyalakan televisi biar agak sedikit ramai. Kemudian aku baru ingat, aku belum mandi. Aku pergi ke kamar mandi dan segera menyalakan shower. Setelah selesai mandi dan ganti pakaian, aku tiduran sambil bbm an dengan pacarku. Entah berapa lama kemudian aku pun terlelap. Tiba-tiba aduh, ini kenapa kasurnya goyang-goyang, Gempa. Aku menggedor-gedor kamar rekan kerjaku di sebelah dengan panik. "Mas heru, mas surya ada gempa." Mas heru membuka pintu kamar dan menanyakan apa yang terjadi. Aku menanyakan padanya kalo barusan ada gempa besar, dia kaget kalo dari tadi dia menonton tv dan tidak merasakan apa-apa lalu dia berkata mungkin tadi hanya perasaanku saja. Aku sangat yakin kalo tadi itu adalah gempa, aku pun menceritakan kalo tadi aku sampai terbangun karena merasakan ranjangku bergoyang oleh gempa. Mas surya, datang dari kamar dengan raut muka kusut dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah menceritakan apa yang tadi aku alami, dia terlihat bingung. Dia tidak merasakan apa-apa, dan katanya dia tidak akan terbangun kalo aku tidak menggedor pintu. Lagi pula menurut mas surya kalo memang ada gempa pasti semua orang sudah berlari keluar dan berada di koridor tapi nyatanya koridor didepan kamar kami kosong melompong. Aku pun tersadar, aku merasa malu dan tidak enak kepada mereka. Aku meminta maaf dan kembali ke kamar tapi aku masih penasaran jadi tadi yang aku alami itu apa. Aku pun memeriksa ranjangku, namun ranjang itu terlihat kuat dan baik-baik saja. Aku menyerah dan memutuskan apa yang tadi aku alami adalah mimpi. Aku melihat jam dinding sudah hampir jam 2 pagi, gawat bisa-bisa besok telat bangun. Aku kembali ke ranjang dan mencoba tidur lagi. "Tok, tok, tok." aduh, padahal aku hampir tertidur. Aku jadi kembali terjaga, karena terdengar suara ketukan dan muncul sebuah suara wanita lesbi  lesbi . "Permisi,"... Perasaan aku tidak ada urusan dengan siapa-siapa jam segini, aku pun meyakinkan diri kalo suara ketukan itu berasal dari pintu sebelah. Namun, baiklah aku memberanikan diri untuk berjalan ke pintu. Aku tidak langsung membuka kamar, melainkan mengintip dulu dari lubang pintu. Kudekatkan mataku dan berharap yang kulihat bukanlah sesuatu yang aneh-aneh. Tapi ternyata yang kulihat tidak ada siapa-siapa, namun begitu aku melangkahkan kaki ku menjauh dari pintu. Suara ketukan dan suara wanita lesbi  itu terdengar lagi. "Permisi,"... Suaranya semakin keras, Ya Tuhan itu siapa sih. Aku perlahan menggerakan badanku ke arah pintu, aku melangkah kembali ke pintu tapi kali ini aku langsung membukanya. Di hadapanku berdiri seorang wanita lesbi  setengah baya, memakai baju kebaya hijau dan bawahannya kain batik. Muka wanita lesbi  itu pucat tanpa ekspresi, yang aneh dia memakai topi dari jerami dengan tali menjuntai dibawah lehernya. Entah bagaimana aku pernah melihat sosok wanita lesbi  ini disuatu tempat. "Maaf mau ikut masuk,"... Aku terdiam sambil menganga sekaligus kaget, siapa wanita lesbi  ini. Kenapa dia memakai baju seperti ini dihotel mewah terus kenapa dia mau masuk ke kamarku. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya mematung di pintu tapi tiba-tiba wanita lesbi  itu mendekat ke arahku. "Maaf mau ikut masuk,"... Dan dia melayang menembus badanku, sontak bulu kuduk langsung merinding dan langsung terduduk dilantai. Aku tidak berani melihat kedalam kamarku. Aku merangkak ke kamar mas heru dan mas surya, aku kembali mengetuk kamar mereka dengan keras. Mas heru dan mas surya membuka pintu dengan kesal, tapi melihat wajahku yang pucat mereka langsung berubah sikap. Aku menceritakan apa yang aku lihat, dan minta ditemani datang ke kamarku saat kami bertiga masuk kekamar. Ruangan itu kosong dan tidak ada apa-apa, mas heru dan mas surya aku minta untuk tinggal dikamarku sampai aku tertidur. Didalam mimpi aku didatangi lagi oleh sosok wanita lesbi  berkebaya itu, tapi sosok wanita lesbi  itu hanya tersenyum. Saat pagi hari tiba, mas heru dan mas surya sudah kembali kekamarnya entah sejak kapan. Aku lalu berjalan menuju jendela kamar untuk membiarkan sinar matahari masuk, sinar matahari masuk tepat ke arah lukisan yang menempel di dinding. Perhatianku langsung terpusat menuju lukisan itu, dan seluruh badanku langsung terasa lemas. Aku baru sadar, sosok wanita lesbi  berkebaya yang aku lihat adalah sosok wanita lesbi  yang berada didalam lukisan itu.



10

Berbadan besar dan bermuka garang lalu ditakuti banyak orang bukan berarti ditakuti oleh Mahluk Halus. Contohnya adalah aku, walaupun aku pemberani ditambah dengan reputasiku yang membuat orang segan kepadaku itu bukan jadi sebuah jaminan untuk didatangi oleh sebuah mahluk halus. Seperti sebuah pengalaman yang aku alami beberapa tahun yang lalu. Ketika aku masih kost di jalan sangkuriang, cisitu bandung. Aku masih ingat ketika itu aku masih sering pulang malam dari kampusku, yang terletak di jalan ganesha. Sebenarnya kegiatan kuliahku hanya sampai sore hari namun setelah kuliah selesai aku tidak langsung pulang, biasanya aku berkumpul dulu dengan teman-temanku di himpunan. Karena waktu itu aku sering berpikir kalo manusia tidak ada yang berani macam-macam padaku apalagi hantu. Jadi aku biasa aja kalo harus pulang malam, ceritanya dimulai pada sore hari yang panjang di kampus. Hari itu, setelah selesai kuliah aku menemui teman-temanku di himpunan dan seperti biasa malam itu aku habiskan dengan bercanda dan mengobrol bersama teman-temanku. Sampai akhirnya hanya tinggal aku dan beberapa temanku di himpunan. Aku mengajak tiga orang temanku yang lain untuk bersamaku malam itu, namun satu persatu temanku pulang. Hingga aku pun ikut pulang juga, ngapain juga sendirian di himpunan. Jam menunjukan 12.30 malam, suasana kampus sudah sangat sepi bahkan aku adalah orang yang terakhir pulang. Setelah mengunci pintu himpunan, aku pun bergegas mencari motorku yang terparkir di depan kampus. Langkah kaki pun mulai berjalan menyusuri koridor-koridor gelap dan kosong. Kalo siang koridor ini sangat ramai oleh mahasiswa, tapi jika malam begini sudah kosong dan sepi seperti kuburan. Angin dingin menembus jaketku sehingga aku bisa merasakan rasa dingin yang menusuk. Tapi sesampai di parkiran aku mendadak lupa memarkirkan motorku di sebelah mana dan kemudian bulu kuduk mulai berdiri. Aku melihat ke sekitar, padahal malam itu hanya ada beberapa motor yang terparkir disitu. Pohon-pohon besar di parkiran itu seolah menakuti. Setelah hampir 15 menit aku mencari motorku itu tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah motor merah yang terparkir tepat disebuah pohon besar. Nah, motorku kenapa terparkir disitu lalu aku pun berjalan ke arah motorku. Di bawah pohon itu dan tiba-tiba ketika aku sudah hampir dekat dengan motorku. Aku mendengar bunyi seperti orang berjalan, seperti ada seseorang yang berjalan di belakangku. Secara spontan aku mengalihkan pandanganku ke belakang tapi tidak ada siapa-siapa. Hanya lapangan kosong dan gelap serta pohon-pohon besar yang bergerak pelan karena tertiup angin. Entah kenapa malam itu aku tidak enak hati, ketika aku sedang memanaskan motorku yang terparkir. Tiba-tiba saja sebuah batu kecil mendarat di kepalaku. Seperti ada yang melemparnya ke arahku, namun keberanianku mengalahkan rasa takutku. Sekali lagi aku tidak percaya hal gaib, aku menggunakan helm dan kali ini batu kecil itu menghantam helm ku. Dan tiga kali berturut-turut aku dilempari batu, jelas ini ada yang iseng. Aku lalu berteriak sambil membalikan badanku. "Hoi, siapa yang lempari gw pake batu. sini jangan sembunyi lu," Aku masih melihat kanan kiri dan setelah beberapa menit aku berdiri tidak tampak seorang pun ditempat parkir itu. Aku melirik ke arah pos satpam, tidak mungkin karena jarak pos satpam disitu cukup jauh dariku. Aku pun menghiraukannya dan menaiki motorku keluar kampus dan ketika aku melewati pos satpam. Nampak seorang satpam yang sedang berjaga disitu dan satpam itu tampak aneh melihatku, mukanya seperti ketakutan melihatku tapi itu sih sudah biasa karena tidak ada yang berani sama aku disini. Satpam itu meminta karcis yang aku ambil tadi pagi dan aku bertanya. "Pak, kenapa bapak lihatnya begitu sih ke arah saya?" Setengah ngotot aku melihat bapak satpam itu, tangan satpam itu bergetar. Ketika aku ambil karcis dan memberikannya, satpam itu menggeleng ketakutan dan mempersilahkan keluar. Aku kini sudah keluar dari kampusku dan mulai berjalan menyusuri jalan taman sari yang sepi dan gelap. Tapi, perasaanku tidak enak kali ini. Aku terus menyusuri jalan taman sari dan sesekali aku mencium bau yang aneh. Bau itu sangat menyengat hidungku, seperti bau bangkai busuk. Pandanganku ku arahkan lurus kedepan mencoba untuk bersikap wajar. Tapi tiba-tiba lama kelamaan aku mendengar, suara tawa kecil dan itu terdengar jelas ditelingaku. Namun suara itu terdengar sangat pelan, aku terdiam sejenak. Motorku masih melaju dan suasana sepi di jalan taman sari itu berubah menjadi mencekam. Aku mencoba meneruskan perjalananku dan tiba-tiba suara tawa itu muncul lagi. kemudian, suaranya terdengar lebih jelas. Aku mulai curiga ini pasti bukan manusia, aku memarkirkan motorku di jalan taman sari yang gelap. Untuk memastikan semuanya lalu mematikan mesin motor dan melihat ke arah belakang. Ke arah depan namun tidak ada siapa-siapa. Dan ketika aku akan menyalakan motorku, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan sesuatu yang berwarna putih. Seperti ada seseorang yang sedang duduk di belakang motorku tapi ketika aku melihat ke belakang masih tidak ada siapa-siapa dan ketika aku lihat lagi ke arah depan astaga badanku terperanjat kaget. Kini didepanku berdiri sesosok wanita lesbi  berambut acak-acakan dan memakai gaun putih dengan muka yang berdarah. Matanya merah menyala sebesar telur beradu tatapan denganku, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku belum pernah melihat yang seperti ini, mulutnya menyeringai dengan kepala yang lemas terjuntai seperti hampir lepas. Aku tidak bisa berkata apa-apa, mulutku menganga lebar dan wanita lesbi  itu mulai tertawa cekikikan tidak jauh. Aku mulai bisa merasakan keringat dingin dan dengan terbata-bata aku mulai mencoba bertanya apa tujuan mahluk itu menghadangku. wanita lesbi  lesbi  itu hanya tersenyum sambil mengeluarkan suara anehnya seperti suara gulungan kaset yang rusak diselingi suara cekikikan yang membuat telingaku pengap. wanita lesbi  lesbi  itu berdiri terdiam lalu melayang dan menghilang. Badanku lemas, aku mengumpulkan tenaga dan menyalakan kembali motorku. Sampai di kost aku lalu mengambil air wudhu dan solat. Aku berdoa semoga hal itu tidak terjadi lagi kepadaku dan semoga arwah wanita lesbi  itu tenang, dan tidak mengganggu. Setelah itu aku pun tidur, dan didalam tidurku. Aku mimpi melihat wanita lesbi  itu dalam rupa yang sempurna. Dia duduk dibawah pohon itu sambil menangis, esok harinya ketika aku hendak parkir. Aku bertanya pada satpam dan dia bilang kalo malam itu, dia melihat aku sedang membonceng kuntilanak. Dia juga sering melihatnya ketika sedang berjaga malam.




11

. Malam minggu sudah semestinya merupakan malam yang menyenangkan buat banyak orang. Tapi malam minggu itu sangat tidak menyenangkan buatku. Aku hanya memegang remot tv sambil menyandarkan kepalaku di sofa. Bulu sofa yang menempel membuatku merasa nyaman dan enggan sedikitpun bergerak. Sedari pagi aku sendirian dirumah, Ayah Ibu serta nenekmoyang  sudah pergi dari pagi untuk mengunjungi nenek di kampung. Ibu sempat bilang kalo dia hanya pergi satu hari saja dan tidak akan menginap, tapi sampai jam segini keluargaku belum juga pulang. Aku juga sempat untuk mengajak pacarku untuk bermalam di rumahku. Namun dia bilang, dia akan datang jika urusan di kantor sudah selesai. Aku sempat kesal karena di penghujung minggu seperti ini pacarku masih saja sibuk dengan urusan kantornya. Dan itu semua membuatku harus sendirian di rumah. Aku masih terkulai malas di depan sofa, hari itu aku juga lagi halangan jadi itu yang membuatku malas beranjak. Kondisi rumah saat itu sangat sepi, Aku membetulkan posisi duduk dimana posisi duduk sekarang bersandar dengan dua kaki di lipat dan tanganku memainkan remot tv lalu aku terperanjat. Karena tiba-tiba saja seperti ada sentuhan halus di pundak. Aku pikir itu hanya laba-laba atau binatang semacamnya namun tiba-tiba kejadian itu terulang lagi. Rasa takutku mulai datang, aku hanya duduk terdiam dan badanku tidak bisa digerakan. Bulu kuduk mulai berdiri seketika itu, beberapa kali aku menelan ludah. Aku berusaha untuk tetap tenang dan mengontrol rasa takut karena aku tidak mau sugesti berlebihan dan ujung mataku menangkap sebuah bayangan ganjil dan bayangan ini  terpantul jelas di layar kaca besar didepanku. Dengan rasa takut dan penasaran, perlahan aku melihat ke sisi kananku. Sesosok mahluk dengan kain putih yang melilit seluruh badannya dan juga muka lebam gosong. Dia tepat duduk disamping kursiku, mahluk dengan kepala kain terikat itu ada dibelakangku. Perasaan takut sudah tidak terkendali, ini disebut dengan kejadian yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Aku tau nama mahluk itu, aku tau rupa mahluk itu dan aku tahu mahluk itu apa. Dengan suara terdengar seperti seseorang yang mendengkur. Aku perlahan menatap ke arah televisi bersikap seolah aku tidak melihat mahluk itu dan aku segera memejamkan mataku. Mulutku komat-kamit membaca doa yang aku hapal. Aku membuka mataku perlahan mencoba memastikan mahluk itu sudah hilang dari sampingku. Dan tidak lama pacarku datang, aku langsung memeluk irwan dan menceritakan kejadian tadi. "Aku takut," irwan hanya diam mendengarku dan menyuruhku untuk tidur kemudian dia mengikutiku tidur dengan tangan melingkar di perutku. Dia memeluk sangat erat, kemudian sedikit demi sedikit rasa takut pun hilang. "Kriing... kring." tiba-tiba suara handphone berbunyi. Irwan sempat bangun dari tidurnya dan melepaskan tangannya, dan ketika aku lihat nama di layar handphone. Disitu bertuliskan Ibu, aku mengangkat handphone. "Halo Dev, Ibu kayaknya baru bisa pulang besok pagi. karena keluarga lagi banyak berdatangan, tadi juga irwan telepon ibu. katanya kamu tidak bisa di telepon ya? terus dia bilang baru bersiap mau ke rumah." Aku terperanjat dengan pernyataan ibu. Jadi kalo irwan masih menuju ke rumah, lalu yang berbaring di atas tempat tidur ini siapa.



12

Aku pergi ke mall dengan nenekmoyang ku, nenekmoyang ku membeli banyak barang untuk sekolah lalu ia ingin pergi ke toilet dan aku menunggu di luarnya. Aku merasa aneh di luar, saat itu di toilet tak ada orang sama sekali, aku menunggu, menunggu, dan menunggu. Tiba-tiba ada suara angin, nenekmoyang ku selesai dari toilet dan di luar toilet. Lampu mati. Aku dan nenekmoyang ku langsung lari kocar-kacir dan akhirnya aku dan nenekmoyang ku ada di elevator, lalu kami naik elevator (lift) dan aku menekan angka 3, untuk ke lantai 3 karena aku harus menservis hp-ku yang rusak. Hmm aneh entah mengapa tiba-tiba elevator lampunya mati-nyala, mati-nyala. Dan bukannya pergi ke lantai 3 malah menuju lantai basement, saat ada di basement aku menekan angka tiga lagi malah menuju ke lantai 666. Aku tidak mengerti mengapa elevator mencapai 666 tahukah kalian artinya? Aku tidak mengerti artinya. nenekmoyang ku menggenggam tanganku erat dan tiba-tiba pintu elevator terbuka. Lalu aku pergi dari elevator aneh itu. "apa yang kamu lakukan di sini..??" kata satpam. "uh maafkan saya pak, saya tidak tahu kenapa ada di sini.." jawabku. Aku sungguh tidak mengerti, kenapa aku tiba-tiba ada di hotel ruangan 666 dan saat melihat ke pintu di bawahnya ada tangan berlumuran darah. Aku lari dan sampai ke pintu masuk hotel itu tiba-tiba aku menabrak wanita lesbi  lesbi . "maaf, maaf.." kataku. Setelah melihat wajahnya aku langsung lari bersama nenekmoyang ku apa yang terjadi padaku. Aku bermimpi? Sambil berlari wanita lesbi  lesbi  seram itu memegang kami dan tiba-tiba kami kembali ke elevator itu, aku dan nenekmoyang ku naik elevator ke lantai tiga. Akhirnya kami berhasil ke lantai tiga dan suasananya ramai. Kami berbelanja dan kami pulang, saat di perjalanan pulang kami jalan kaki dan lagu aneh mengikuti kami, kami lari, lari, lari dan lari. Huh kami kelelahan dan lagu aneh itu hilang, aku buka pintu dan melihat bayangan itu berkata. "permainan baru dimulai.." the end






13

mpu sindok benar-benar pahlawan penyelamat. Dia tiba di halamanku tepat ketika aku melangkah pergi. "Ayo, jalan-jalan lagi..." Ajakku. Aku berjalan dengan langkah cepat mendahului mpu sindok dan sepedanya. Aku yakin mpu sindok masih kebingungan. Saat tiba di gerbang, aku berpapasan dengan Pak Johan. Alangkah terkejutnya aku saat tatapan tajam mata Pak Johan itu mengarah padaku. "Sss-saya pergi Pak.." pamitku, gagap. "Hati-hati..." Jawab Pak Johan dingin lalu meninggalkanku. Jangan sampai aku ditelannya hidup-hidup. "Kita mau ke mana hari ini..?" tanyaku pada mpu sindok yang bersepeda di sampingku. "Loh, kan kamu yang ngajak. Jadi ya terserah kamu mau ke mana.." jawab mpu sindok cuek. "mpu sindok! Kalau aku tahu jalan daerah sini, dari kemaren-kemaren aku udah muter-muter, nggak cape-cape ngejar kamu dan sepeda kamu itu..." responku kesal. mpu sindok malah cengengesan. "Jangan ngambek dong. Kan cuma becanda. Kita lihat sawah-sawahan aja yuk.." mpu sindok turun dari sepedanya. Kayanya giliran aku yang naik nih. "Eh, mau ngapain..?" "Naik dong, masa turun.." Jawabku asal, lalu menaiki sepeda itu. "Aku turun kok malah kamu naik..?" mpu sindok keheranan. "Bukannya kamu pengen gantian naik sepedanya..?" aku jadi bingung sendiri. "Emang, tapi abis penurunan terjal ini. Nggak berani aku naikin sepeda kalau jalannya kayak gini..." Ternyata di hadapanku memang ada penurunan yang cukup terjal. "tadi kok nggak kelihatan ya..?" "......" mpu sindok membawa aku ke sebuah bukit yang ditumbuhi rerumputan hijau. Dari sini aku bisa melihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang dilakukan para petani. Angin di sini sepoi-sepoi. Kami duduk-duduk di bawah sebuah pohon rindang. Sambil tertawa-tawa melihat anak-anak yang terjungkal-jungkal saat lomba lari di sawah yang sudah panen. "Besok hari terahir kamu di sini ya..?" tanya mpu sindok ketika kami merebahkan tubuh di dinginnya hamparan rerumputan. "iya..." Jawabku agak sedih. "Besok kita jalan-jalan lagi yuk! Aku mau bawa kamu ke suatu tempat. Spesial..." Tutur mpu sindok lembut. "Whooaamm, hayuukk. Whooaamm..." Aku menguap berkali-kali. Udara di sini membuatku mengantuk. "Rembulan juga punya sisi gelap. Mentari pun tak selalu menyinari. Banyak hal yang mengandung misteri. Pertemuan yang harus berujung perpisahan. Perasaan yang tak pantas diutarakan. Keinginan yang pasti akan terwujudkan. Bersama arungi dunia abadi. Selamanya.." itu beberapa baris puisi entah apa namanya yang aku dengar dari mulut mpu sindok. Setelah itu aku terlelap. "Zizi! Zizi! Zizi! Fazila Mardani.." seseorang menyerukan namaku lembut. Dan ada sentuhan tangan di pipiku. "mpu sindok?!.." aku kaget setengah mati dan segera bangun. Apa yang terjadi? Hari sudah mulai gelap tapi, aku masih di.. "kenapa kita masih di sini Lan..?" "Tidur kamu nyenyak banget. Aku nggak tega ngebangunin kamu..." mpu sindok menjawab dengan rasa bersalah. Aku jadi tidak enak. Ini bukan salah dia. "Maaf, aku nggak marah. Cuma kenapa kamu nggak ngebangunin aku? Tragis banget ya, aku bisa tidur selama itu..?" Di perjalanan pulang berkali-kali mpu sindok minta maaf padaku. Aku sama sekali tidak menyalahkannya. Dia juga memiliki niat baik untuk mengantarku sampai bertemu Mama. Tapi aku menolaknya. Takutnya Mama malah salah paham kalau tahu aku jalan sampe senja sama laki-laki. Aku sudah duga pasti Mama marah besar. Aku sudah menyiapkan mental untuk menerima omelan Mama. Bukan hanya mental, tapi juga berjuta alasan dan bantahan tentunya. "Zizi!!! Berkali-kali Mama bilang, JANGAN PERNAH TINGGALKAN VILA! Sampai dikunci segala! Untung Mama juga megang kunci! Kamu udah keterlaluan. Sampai magrib lagi. Ke mana aja kamu sendirian? Nyasar ya? Jujur sama Mama! Kan udah Mama bilang resiko-resikonya. Kamu emang bandel. Ke mana aja kamu, ha?.." "Aku nggak sendirian! Aku kan sama teman.." "Teman? Pak Johan bilang kamu sendirian. Jangan bohong sama Mama! Gimana kalau ada hewan buas di luar sana? Sama siapa kamu minta tolong?.." Pak Johan?! Dasar manusia gunung! Bisa bohong juga ternyata. Sebel! "Aku cuma muter-muter. Sama anak sini juga kok Ma, aku nggak bohong. Mana berani aku sendirian.." Aku berusaha membela diri. Malu juga kalau jangkrik-jangkrik di luar pada heboh ketawain aku yang diomelin. "Pokoknya besok kamu ikut Mama! Kerja Pak Johan udah kelar, jadi nggak ada yang lihatin kamu lagi. Jadi, harus IKUT MAMA.." paksa Mama. "Mama kok tega gitu sih. Besok kan hari terakhir kita di sini. Aku cape-cape nih. Mau istirahat. Mau bangun siang. Please ma aku janji nggak bakalan ke mana-mana.." bujukku. "yang kemaren itu juga janji. Tapi?.." "kali ini beneran Ma Suer!.." Akhirnya hati Mama tersentuh juga melihat tampang memelasku. Setelah mandi dan bersih-bersih, aku segera tidur. Tidur yang sangat nyenyak. Sepertinya Mama sudah berangkat satu jam yang lalu. Buktinya, roti bakar yang Mama buat sudah dingin. Sehabis sarapan, aku menyibukkan diri dengan menulis, iseng-iseng dandan pakai makeup Mama. Terus nonton TV, dan sempat juga menyiram tanaman. Tok! Tok! Tok! Cepat banget Mama pulang. Baru juga jam 10. Biasanya sampai jam 1 atau 2. Dengan santai aku buka pintu. Ternyata bukan Mama. "mpu sindok?..?" "Kok kaget gitu? Nggak seneng aku datang..?" mpu sindok tersenyum manis melihat aku yang melongo karena kehadirannya. "Ayo, masuk.." Ajakku ramah. "Nggak usah. Katanya kita mau jalan-jalan. Aku kan janji kemarin..." "Tapi aku juga udah janji nggak bakalan ke luar dari vila sama Mama..." Ucapku kecewa. Sebenarnya aku mau sekali pergi jalan-jalan dengan mpu sindok. "Tapi kamu kan buat janji duluan sama aku. Berarti janji kamu ke aku dulu dong, yang harus ditepati..." mpu sindok langsung menarik tangan aku ke luar pintu. "mpu sindok. Pintunya.." "Nggak masalah. Desa ini aman kok..." Hari ini mpu sindok bergaya seperti biasa. Hanya jaketnya agak tebal. Dan dia juga membawa tas ransel. Aku ikuti saja ke mana dia melangkah. Aku harap tempat yang kami tuju benar-benar spesial. "Perjalanan kita agak jauh kali ini. Juga nggak bisa ditempuh pakai sepeda. Makanya aku bawa ransel. Mencegah terjadi sesuatu. Kita bakal ke danau Talang..." "Danau Talang..?" perasaanku baru beberapa menit yang lalu kami memasuki hutan. Tapi kini aku telah berada di tengah-tengah pohon-pohon tinggi dan besar. Hutan ini lebih dingin di bandingkan udara di sekitar vila. "Kamu tenang aja Zi. Ada aku.." Ucap mpu sindok tanpa menoleh. Aku terus mengikutinya. "Jalan nggak ada tanda gini kok kamu hafal Lan? Udah sering ke sini ya..?" mpu sindok jalan dengan lancar tanpa keraguan melewati pohon-pohon yang hampir tidak ada perbedaan satu sama lain itu. "Nggak sering, Cuma sekali setahun..." "Sejak..?" "Kita hampir sampai.. Samar-samar danaunya udah kelihatan, kan..?" mpu sindok kelihatan senang. Begitu juga denganku. Tapi entah kenapa, aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Aku jadi teringat manusia gunung. "Lan, kamu nggak takut ada manusia gunung? Kan kamu sendiri yang cerita kalau mereka ada..." "Jadi kamu percaya..?" tanya mpu sindok, ketika kami tiba di sebuah danau yang luas. Di sekelilingnya ditumbuhi pohon-pohon tempat berteduh. Kami duduk di bawah salah satu pohon di tepi danau. "Mau nggak mau aku percaya..." Jawabku singkat. Sama sekali tidak berminat membicarakan topik itu. "Baguslah.." respon yang aneh. "apa bagusnya, Lan..?" tanyaku heran. "Zizi.." mpu sindok memutar badannya ke arahku dan menggenggam tanganku erat sekali. "Kenapa Lan..?" aku agak risih dengan keadaan ini. Kaku. Dingin. Perasaanku aneh. "Kamu mau jadi teman hidup aku..?" aku tergelak sejenak. Namun kembali serius karena mpu sindok sama sekali tidak tertawa. "mpu sindok, besok aku balik ke Riau..." Jawabku lembut. "Kamu tinggal aja. Kamu harus tinggal!.." mpu sindok malah mempererat pegangannya hingga tanganku kesakitan. Tapi aku tidak bisa melepaskan genggamannya. "mpu sindok! Apa-apaan sih?.." "Aku butuh teman aku butuh kamu, Zizi.." Omongan mpu sindok malah tambah ngawur. Aku jadi takut dan segera berdiri. mpu sindok berhasil menggapai tanganku kembali. "Zizi, di sini kita bisa abadi. Selamanya kamu hanya perlu menahan rasa sakit selama beberapa menit, kemudian kamu hidup lagi. Abadi, seperti aku menjadi manusia gunung. Yang hidup layak manusia. Tapi tidak bernapas dan memiliki detak jantung..." Penuturan mpu sindok barusan membuat tubuhku mati rasa. Manusia gunung? mpu sindok manusia gunung? Aku raba dadanya, mencari detak jantung, ingin melegakan diri bahwa dia sedang bercanda. Tapi, aku tidak merasakan apa-apa. Yang terasa hanya kehampaan, kekosongan, kesunyian. Barulah aku tersadar bahwa selama ini yang ku lihat hanya tawa duka. Yang ku pandang hanya senyum terpaksa. Tiba-tiba aku merasakan kekasaran mpu sindok yang menarik tubuhku mendekati danau. "di sini, perjalanan kami 15 tahun yang lalu berakhir. Karena kebodohan seorang teman, kami tenggelam..." Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Sekuat apapun aku memberontak, dia tetap kuat. Aku menyesali segala perbuatanku. Menyesali kebodohanku. "Terserah kamu. Boleh percaya atau tidak. Tapi aku sarankan hati-hati. Terkadang dia terlihat tidak mencurigakan. Tapi di balik itu, dia menyimpan sesuatu..." Terngiang kembali ucapan mpu sindok waktu itu. Yang dimaksudnya adalah dirinya sendiri. Bukan Pak Johan. Plangggg!! Sebuah benda tumpul menghantam kepala mpu sindok. Membuat ia merintih kesakitan dan melepaskan genggamannya. Pak Johan??? Pak Johan yang memukul mpu sindok? Pak Johan mengikutiku? "Lari! lari! Cepat.." pak Johan menyuruhku. Dengan gesit kakiku melangkah. Berlari sejauh mungkin. Kemana aku bisa lari. "Tolong.." aku mendengar teriakan. mpu sindok melempar pak Johan ke danau. Beberapa menit saja, Pak Johan tidak kelihatan lagi di permukaan. mpu sindok berlari ke arahku. Aku mempercepat lariku. Tapi kakiku terlalu letih untuk itu. Tuhan tunjukkan kuasa-Mu "Zizi keabadian itu indah.." mpu sindok berteriak seraya mengejarku. Napasku berpacu. Aku sungguh tidak kuat lagi. Tapi, mana mpu sindok? Apa aku sudah bebas? "Kamu mencariku sayang..?" "Aaaaaa!!.." mpu sindok tepat di hadapanku. Matanya yang ku kira indah itu, penuh kebencian. Ucapan-ucapannya yang ku kira ramah itu, penuh amarah. Seketika, semua jadi gelap. "Aaakkhh!.." Sesuatu pecah, mengaliri semua cairan merah tubuhku. — Menghabiskan waktu bermain sepeda memang asyik. Tapi tidak jika sendirian. mpu sindok sudah asyik dengan wanita lesbi  lesbi anak Kades baru itu. Aku? Tunggu dulu. Sepertinya aku tidak akan kesepian lagi. Aku kayuh sepedaku mendekati seorang lelaki tampan yang duduk sendirian di bawah pohon. Ia melamun saja. "Hai. Baru pindah ya..?" tanyaku penuh keramahan. "Nggak, lagi ada proyek buat sekolah..." "Oh. Aku Zizi..." "Aku Rafi. Kamu anak sini..?" tanyanya ramah. "Iya. Di sekitar sini..." Sepertinya aku tidak akan kesepian lagi. Bukan hanya kamu yang akan punya teman baru, mpu sindok. Aku juga. Aku juga punya teman baru untuk menjadi MANUSIA GUNUNG. TAMAT




14

Namaku Seni dan sejak aku lahir memang diberi anugerah untuk bisa merasakan dan melihat hal gaib. Sampai akhirnya aku pun memperdalamnya, awalnya memang menarik namun lama kelamaan menjadi sangat menggangguku. Sampai akhirnya aku lebih pilih untuk menutupnya dari pada membuka mata batinku dan menjadi orang normal seperti yang lainnya. Aku tergabung dalam sebuah anggota club motor dan bisa dibilang aku orang yang cukup berpengaruh disana, hari itu aku harus menghadiri rapat anggota di tangerang. Perjalanan saat itu lumayan lancar sampai akhirnya aku tiba di kantor pengurus dan mulai rapat. Sekitar jam 11 malam, rapat pun selesai dan malam itu aku menginap dirumah temanku. Rumah temanku berbentuk ruko dengan 2 lantai, aku memarkirkan motorku dilantai bawah. Dilantai itu hanya ada beberapa kursi, dan meja jualan yang masih kosong. Tiba-tiba pacarku menelpon, sambil membereskan barang-barang bawaanku itu aku mengangkat telepon. Aku berbincang cukup lama dan aku pun beranjak ke atas. Aku dan temanku mengobrol lagi sampai matapun mengantuk, dan sebelum tidur aku memutuskan untuk mandi dulu. Perlengkapan mandiku tertinggal di lantai bawah, aku pun turun untuk mengambilnya dan sampai dibawah aku melihat ada yang duduk diruangan itu. Seorang wanita lesbi  dengan memakai kaos putih yang lusuh, rambutnya sebahu dan poni rambut depannya menutupi wajahnya. Yang aku rasakan saat itu adalah bahwa wanita lesbi  itu manusia, tapi mata batinku kan sudah aku tutup. Aku bergegas mengambil barang-barangku tanpa memperhatikan wanita lesbi  itu. Aku langsung beranjak ke lantai atas dan tiba-tiba saja suara hape berbunyi. Aku merogoh saku dan memeriksa ternyata tidak ada, dan aku melihat lagi ke lantai bawah ternyata hape ku tertinggal di meja. Akhirnya aku pun kembali ke lantai bawah dan untungnya sosok wanita lesbi  itu sudah tidak ada, aku mengambil hape ku dan segera bergegas ke lantai atas. Namun tiba-tiba entah kenapa bulu kuduk mendadak berdiri semua. Saat aku tengok ke arah belakang, sosok wanita lesbi  itu sudah berdiri tepat dibelakangku. Tanpa banyak berbicara apa-apa, aku langsung berlari ke lantai atas. Karena penasaran, aku pun bertanya kepada temanku apakah dia sering melihat hal-hal aneh di ruko ini. Katanya memang dia sering melihat penampakan wanita lesbi , namun setelah dibersihkan sosok wanita lesbi  itu sudah tidak lagi muncul. Kalo memang sudah diusir kenapa wanita lesbi  itu masih bisa kulihat, aku coba berkonsentrasi untuk menutup mata batinku lagi. Esoknya setelah kegiatanku selesai jam 7 malam akhirnya aku pulang dengan motorku menuju bandung, melalui jalan tikus yang nantinya tembus ke daerah purwakarta. Ditengah perjalanan tiba-tiba saja hujanpun turun sangat deras. Saat itu aku tidak sempat untuk menghindar, karena hujan turun secara tiba-tiba dan hasilnya pakaianku basah. Hampir beberapa kilometer aku melaju dengan basah kuyup dan sampai akhirnya aku menemukan satu jalan yang lurus. Hujan pun mulai reda, badanku mulai bergetar karena kedinginan. Di kiri dan kanan sepanjang jalan ini sama sekali tidak ada rumah warga ataupun warung. Terpaksa aku masih harus melanjutkan perjalananku lagi sampai tiba-tiba saja ada sebuah motor yang tiba-tiba saja mengebut. Aku pun terpancing dan berusaha mengejarnya, motor itupun masih melaju dan berada jauh didepanku sangat cepat sekali. Sampai akhirnya berbelok ke arah kanan dan menghilang dari pandanganku. Aku pun berniat mengikuti untuk membelokan motorku ke arah kanan. Tapi, disana sama sekali tidak ada belokan dan hanya ada sebuah parit yang gelap. Mata batinku bocor lagi, aku melajukan motorku lagi sambil berkonsentrasi menutup mata batin. Seketika saja diperjalanan itu nampak sangat ramai sekali, mobil, truk besar, dan motor tiba-tiba saja lewat didepanku. Tapi yang aku lihat adalah truk yang tiba-tiba saja tabrakan dan motor yang terlindas lalu mobil yang tertabrak. Orang-orang yang kecelakaan dan semua kecelakaan yang ada di jalan itu bisa aku lihat. Aku menambah laju kecepatan motorku sampai suasana itupun menghilang, kakiku mulai membeku dan badanku mulai bergetar. Aku berpikir untuk berhenti ditempat yang ada api unggun untuk menghangatkan badanku dan sekalian juga untuk menenangkan pikiranku. Tak lama disatu jalan yang banyak truk terparkir aku menemukan warung-warung dan beberapa diantaranya ada yang membuat api unggun. Sampai akhirnya aku berhenti disalah satu warung yang api unggun nya cukup besar. Aku memarkirkan motor dan mulai duduk di dekat api unggun itu. Seorang wanita lesbi  menyambutku, dan aku pun memesan kopi hitam kepadanya. Kakiku mulai terasa hangat, dan tak lama kopi hitamku pun datang lalu aku mengambilnya dan menaruhnya. wanita lesbi  itu pun duduk tak jauh dari sebelahku, dia terus memperhatikanku dan aku pun agak heran. wanita lesbi  itu jelas tidak terlalu tua, masih muda sambil memakai kaos putih kusam dan di kaosnya ada tulisan-tulisan yang tidak jelas. Serta celana rok coklat yang sampai mata kaki, semuanya nampak biasa saja. Dia duduk sambil tersenyum memperhatikanku, lalu aku pun bertanya kepada wanita lesbi  itu dan wanita lesbi  itu pun menjawab. "Apa saya boleh minta kopi hitamnya?"... 'Kenapa dia minta kopi hitam kepadaku, kan dia pemilik warung' ujarku dalam hati. namun tidak lama kemudian dia seperti tau apa yang ada didalam hati saya. "Saya mau minta kopi hitam punya kamu"... Dari sana aku sudah mulai merasa ada hal yang tidak beres, aku segera memakai sepatuku. "Mau kemana? kenapa terburu-buru"... Ini jelas sekali bukan manusia, apa mungkin mata batinku bocor lagi. Sampai akhirnya aku pun coba untuk membuka mata batinku dan ketika aku lihat wajahnya. Matanya berubah menjadi warna coklat dan dia pun menyeringai, semua giginya bertaring dan wanita lesbi  itu menertawaiku. Segera aku langsung menaiki motorku dan pergi dari tempat itu. Disepanjang jalan terdengar suara-suara bisikan gaib yang terus memanggilku. Aku lupa menutup mata batinku, disepanjang jalan terlihat semua sosok yang menyeramkan, aku coba tidak memperdulikannya dan terus menancap gas motorku dan akhirnya aku sampai dijalan yang cukup ramai. Aku sampai di sebuah minimarket lalu membeli minuman dan mencuci mukaku. Sambil aku tutup lagi mata batinku, dan entah kenapa mata batinku bisa muncul seperti itu lalu setelah itu aku pun pulang. Selama perjalanan pulang jalanan lancar hingga aku pun sampai di rumah. Setelah kejadian itu, aku semakin berhati-hati jika pergi keluar kota dengan motor apalagi jika melewati hutan. Namun sepertinya sosok wanita lesbi  yang aku temui dijalan itu sama dengan sosok wanita lesbi  yang aku temui pertama kali dirumah temanku itu.



15

Hai, namaku Ken. Aku duduk di kelas 7. Aku anak sebatang kara. Hujan atau panas pun aku selalu sendiri. Jarang ada yang menemaniku. Membutuhkanku hanya ada butuhnya saja. Ke kantin saja sendirian apalagi pulang sekolah Saat di kelas aku duduk sendiri di kelas. Entah, mengapa perasaanku tidak enak begini. Pak Hilmi bilang bahwa sekarang ada pembagian kelompok pelajaran Bahasa Sunda. Aku tidak tau kelompokku bersama siapa. "Sa, aku boleh tidak sekelompok bersamamu..?" Tanyaku "Aku sudah cukup. Kelompok yang lain sepertinya juga sudah cukup..?" Jawab Elisa "Ya sudahlah aku sendiri saja.." Pintaku dengan nada yang malas Saat mengerjakan tugas kelompok tiba-tiba ada seorang wanita lesbi  berambut panjang memakai baju seragam sekolahanku. Dan ternyata.. Itu Firda. Firda berkata dia ingin mengajakku untuk kerja kelompok bersamaku. "Ken jangan mau kerja kelompok bersamanya. Kamu bakal dikacangin sama dia.." "Siapa yang berkata seperti itu padaku? Sepertinya, tidak ada satu orang pun di sebelahku? Di sebelahku hanya tembok dan Firda. Hmm.. mungkin hanya perasaanku saja kali ya.." Tanyaku dalam hati "Coba kamu tengok ke belakang.." Katanya sambil bersiul Astaga!!! wanita lesbi  bermuka hancur yang penuh darah!! Ternyata dia yang dari tadi menghasut obrolanku dengan Firda! Siapa dia? Kenapa tiba-tiba dia Ada di sebelahku? Karena aku kaget, aku menendang kursi ke arah belakang. "Dih, kenapa kamu Ken..??" Tanya Arka kebingungan "Aa..Ddd..aaa.. Sssesesese...aa..nnn!!!.." Jawabku sambil menjerit ketakutan "Hah? setan? Hahaha yang namanya setan itu ada di malam hari. Bukan di Siang hari. Biasanya saja kamu tidak seperti itu.." Katanya sambil tertawa terbahak-bahak Tiba-tiba Arka tertiban proyektor yang jatuh secara drastis. Lalu, aku bingung mengapa Arka ketiban proyektor secara tiba-tiba? Aneh sekali. Arka pun dibawa ke UKS. Lalu, aku bingung mengapa saat aku mengantar Arka ke UKS kakiku sangat berat untuk dilepaskan. "Woy!!! Tungguin aku..!?" Teriaku karena aku ketakutan di kelas Aku pun terkunci di dalam kelas. "Hai Ken.." "HAAAA! Jangan ganggu aku aku tidak bermaksud mengganggumu maafkan aku.." pintaku sambil menjerit dan menutup mukaku sambil jongkok "Aku tidak bermaksud menakutimu. Aku hanya ingin kamu menemaniku agar aku dan kamu tidak kesepian. Tadi, yang menjatuhkan proyektor ke badan Arka itu adalah aku.." Ucapnya dengan nada datar "Na.. na.. namamu siapa...?" Tanyaku sambil ketakutan "Namaku Joya. Sebut saja Oya. Aku adalah anak dari pemilik Kuburan ini. Kini, kamu telah menjadi hantu. Bukan lagi manusia.." Katanya sambil memegang rambutnya yang sangat panjang "Kuburan? Ini sekolah! Bukan kuburan! Aku ini sudah menjadi hantu? Ini dunia N-y-a-t-a,,," Kataku sambil membentak "Kamu tidak mempercayainya? Coba saja kamu mengambil pulpen. Setelah itu, bawa pulpen itu untukku.." Pintanya sambil menatapku dengan muka jutek Aku hanya bisa terdiam. Ternyata apa yang diomongkan Joya itu benar. "Ini bukan lagi sekolah. Tetapi, kuburan. Kuburan keegoisan. Dimana manusia yang mengunjungi tempat ini lalu menyepelekannya/tidak percaya kalau disini ada hantu lalu, mereka akan kubunuh secara kejam! Karena teman-temanmu selama ini sebenarnya tidak ada.." Ucapnya dengan suara yang tegas "Jadi, selama ini aku tidak sekolah? Alasanku tidak mempunyai teman, itu.." Tanyaku sambil kebingungan "Pertanyaanmu benar semua. Apakah kamu ingin menjadi sahabatku? Ingat! Kamu ini hantu. Bukan lagi manusia.." Bentaknya "Baiklah. Mengapa aku bukan lagi manusia..??" Tanyaku dengan menjerit "Karena, kamu tadi sudah menanggapi Arka dengan menjawab DISINI ADA SETAN..!?" Jawabnya dengan mata yang tajam Tiba-tiba Oya itu menjelaskan semuanya padaku. Bahwa, dia anak pemilik sekolah ini yang telah meninggal karena bunuh diri. Bunuh diri karena dirinya selalu sendiri tak ada satu orang pun yang menemaninya. Sepertiku. Selain itu, dia juga sering dibully oleh teman-temannya yang tidak suka sama Oya. "Wah, betapa malang hidupmu. Yang sabar ya Oya masih ada aku yang menjagamu. Hidupmu dan Hidupku sama.." Kataku sambil meneteskan air mata "Iya terimakasih telah memberi motivasiku.." Ucapnya sambil tersenyum di depan hadapanku "Iya sama-sama dengan senang hati.." Balasku dengan senyuman yang lebih lebar darinya Hidupku hanya bersama Oya. Aku dan Oya bagaikan nenekmoyang  kakak. Kemana-mana selalu bersama. Menampangkan diri di depan manusia yang ke kuburan. Agar manusia itu tidak mengganggu penghuni Kuburan ini seperti Aku, Oya, Arka dan yang lainnya. Tetapi sayang, Arka beda dunia denganku. Waktu pun cepat berlalu. Sudah 3 hari aku bersama Oya. Lalu, apa yang akan terjadi? "Oya, apakah ini sudah 3 hari..??" Tanyaku dengan peluh yang bercucuran "Hmm.. iya ken. Aku ingin pergi ke sana dulu ya. Maafkan aku kalau aku sudah membentakmu dan mengambil rohmu hanya untuk menemaniku bermain. Kembalilah kepada Jasadmu. Selamat tinggal sahabat dunia lainku.." Kata Oya sambil berjalan menuju pintu yang besar entah dia kemana Aku pun menangis lalu kembali ke jasadku. Aku pun membuka mataku ke dunia nyata. "Arka? Kamu masih ada disini..??" Tanyaku "Memangnya kamu pikir aku dimana Kennn..??" Tanyanya sambil menahan tertawa "Bubububu...kannya kamu tertiban proyektor..??" Tanyaku sambil grogi "Hahaha dasar indigo. Aku ini di sebelahmu dari tadi. Tapi tadi aku hanya tertiban buku di atas proyektor..." Jawabnya sambil tertawa "Tadi kamu terkunci disini dan tidur tetapi kamu sekarang sudah sadar.." Ucap Firda sambil mengerjakan Prnya Apa yang aku alami tadi? Siapa wanita lesbi  Oya yang cantik berambut panjang itu? Mengapa dia bilang aku ini sudah menjadi hantu? Mungkin itu hanya mimpi. Astaga!!! Rupanya Sahabat hantuku. .