• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hantu 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hantu 3. Tampilkan semua postingan

hantu 3

1

Sebulir peluh menetes melewati rahangku. Jantungku berpacu cepat, berlomba-lomba dengan adrenalin yang mengalir deras melalui pembuluh darahku. Tak sedetik pun aku memelankan langkah, berzig-zag di antara pepohonan, melompati akar-akar yang menyembul dari dalam tanah. Menjemput maut yang siap menyambut kematianku. Tubuhku telah bermandi keringat. Kali ini aku semakin merajalela. Menanggalkan alas kakiku, berlari dan terus berlari, tanpa mempedulikan cabang dan ranting pohon yang mengoyak pakaianku, menggores kulitku, dan meninggalkan rasa perih yang menusuk. Aku bisa saja berhenti. Menyerah. Membiarkan rasa letih dan ketakutan mengalahkanku, membiarkan rasa suram itu kembali menguasaiku lagi. Aku bisa saja menyerah karena aku terlalu lelah dan kakiku telah mati rasa. Tapi itu tak ku lakukan karena jika aku menghentikan usahaku, rasa sakit yang mencengkeram hatiku, yang bahkan jauh lebih sakit dari luka torehan yang disebabkan ranting pohon dan onak belukar, akan berhenti berdenyut. Kalau aku menyerah, tidak akan ada perpisahan. Perpisahan. Kata itu menjalarkan kepedihan yang tak ada sangkut-pautnya dengan lenganku yang terluka. Aku tak bisa melanjutkan hidupku meski hati kecilku meneriakkan sebaliknya. Lebih baik mati daripada harus mengingat semuanya. Dia berharap aku terus berjuang untuk tetap hidup, meskipun itu berarti kami saling berucap selamat tinggal. Harusnya aku tahu kalau aku tak akan pernah sanggup menyaksikannya. Aku memejamkan mata dengan perasaan kacau, lalu membukanya kembali sembari menyisir pemandangan sekeliling. Indah dan amat curam. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya ke luar. Aku melakukan itu selama beberapa saat. Membiarkan rasa sakit tidak ku kenal yang menyerang jantungku mereda, aku berhenti. Hari ini aku akan bunuh diri. Ku lipat benak dalam sukma yang memekik, agar aku berputar dan kembali ke rumah. Tidak. Tubuh ini harus mati. Hanya itu satu-satunya cara menyumbat luka di hati. Aku muak. Aku hancur. Cairan panas yang sedari tadi berdesakan di kelopak mata, tumpah di pipiku, melewati rahang lalu jatuh ke dalam jurang di bawah kakiku. Ternyata mereka benar. Jurang ini benar-benar curam. Sesuatu yang dingin dan kelam merasuk di tulang punggungku, menenggelamkan aku pada aroma kematian yang menghadang. Aku menelan ludah dan menghirup napas panjang untuk yang terakhir kali. Ku gerakkan langkah kaki polosku, kerikil-kerikil kecil pun longsor ke dalam jurang. Mendadak segerombol Lebah muncul dari bawah jurang seperti roket-roket kecil -mungkin karena terusik -langsung menyerangku. Spontan aku terhuyung mundur hingga tersaruk-saruk ranting pohon, bahkan nyaris tergelincir kerikil dan gundukan tanah. Tanpa aba-aba lebah-lebah itu mulai menggigiti kulit, berdengung-dengung di telingaku. Dengan panik jemari-jemariku pun berkelebat sekuat tenaga, berusaha mengusir binatang menyengat itu. Dan di detik kemudian aku berjengit kaget. Sesuatu seperti duri atau -mungkin- jarum yang tajam baru saja menusuk telapak kakiku. Sang lebah masih antusias mengigiti kulitku. Satu langkah, dua langkah, tiga, lalu susul-menyusul seiring gerak mengusir, malah membuat kaki dan kulitku menjadi sarang benjol serta lubang-lubang yang mengoyak kulitku, berdarah-darah. Aku mendesis-desis sambil melompat-lompat kecil bagai Balerina amatir karena perih bukan kepalang. Tak butuh waktu lama tubuhku ambruk, memeluk duri -jarum tajam itu di atas rumput. Mataku yang telah berair ku paksakan untuk menoleh. Semuanya tampak merah. Ladang Bunga mawar merah. Jarum-jarum tajam itu berasal dari duri bunga mawar liar. Pelan-pelan aku mencoba bangkit, namun kulitku terasa berdenyut-denyut bercampur sensasi amat perih langsung menghempaskan tubuhku kembali ke tanah. Sial! Bagaimana bisa hanya karena duri-duri mawar sakitnya separah ini? "Sakit, bukan..?" terlonjak, aku mendongak. Seorang perempuan muda mengenakan gaun terusan satin putih sampai lutut, berdiri di bawah bias sinar matahari yang menelusup dari cela daun-daun pohon rimbun menerpa sosoknya hingga seakan-akan wajah dan tubuhnya berpendar cahaya putih. Ia mengulas senyum dan rambut panjangnya berkibar karena tiupan angin yang cukup kencang. Barangkali aku sudah meninggal. Seorang Bidadari di depan mata? Ku rasa, aku memang telah mati. "S-siapa kamu..??" tanyaku, lalu mengerjap beberapa kali sambil mengutuk diri dalam hati. Meski dia Bidadari, aku harus tetap tenang. "Kau tahu,.." ia melangkah mendekat, "terjun dari jurang ini tidak akan langsung jatuh ke dasarnya. Tubuhmu akan terpelanting sebab kuatnya semburan air terjun di badan tebing, kemudian terbentur bebatuan tebing yang tak beraturan. Selanjutnya kau masih harus melayang-layang di udara seperti kapas lalu barulah kau akan melandas di atas batu yang ditumbuhi rumput empuk, beberapa meter dari sungai. Tapi .., tentu saja itu bukan akhir. Di saat berharap mati malah tubuhmu masih dapat bernapas dan merasakan sakit yang luar biasa.." Napasku tercekat. Sengatan ganjil dan kelam menyelimuti tubuhku. Bibirku berkedut-kedut. Kemudian ia berjongkok, menatapku dengan mata biru sendu, dan mencondongkan tubuhnya begitu dekat hingga hidungnya -beberapa senti- nyaris menyentuh hidungku. "kau lumpuh, kesakitan, dan tak bisa berbuat apa-apa selama beberapa jam. Dan akhirnya berteriak minta pertolongan sampai suaramu habis adalah satu-satunya harapan..." Aku kehilangan kata. Cara bicaranya entah mengapa.. membuat keberanianku yang terusung dua menit lalu, menguap begitu saja. Dia bukan Bidadari. Dia hanya perempuan yang suka memerintah, cerewet, dan keras kepala. Serasa seumur hidup aku berdebat dengannya, tapi pada akhirnya dia tetap menyeretku -yang tak berdaya- untuk menginap di rumahnya yang tak jauh dari lokasi semula. Sempat terlintas mengapa ada orang yang tinggal di tempat seperti ini? Namun sekejap ku buang jauh-jauh benak "tak-penting-dalam-situasi-begini.." di tempurung otakku. "Aku dengar bunuh diri itu faktor dari keputusasaan ??" celoteh perempuan yang sibuk membenahi kain perban sisa penutup lukaku. Aku bersumpah rekor bicaranya mengalahkan Burung Beo bahkan penyanyi Rap profesional pun. "Aku tak butuh pertolonganmu dan sekarang kamu ingin menjadi terapisku, begitu.." jawabku ketus. Entah mengapa kepalaku terasa penuh, meski pikiranku kosong. Dan kenyataan ini yang benar saja! Hanya karena duri, kakiku serasa lumpuh. Aku gengsi melihatnya, tapi dapat ku rasakan senyumnya bermekaran seperti taman mawar di halaman rumahnya itu. Pandanganku lurus tertuju pada kelopak kembang warna-warni itu, saat dia mulai memposisikan tubuhnya -duduk di hadapanku, "Aku suka mawar..?" nadanya penuh dengan kekaguman. Aku enggan berkutik. "apa kau punya taman, peliharaan, kesukaan..?" Aku bungkam, tanpa ekspresi. "tidak.." suaranya meninggi, kental dengan nada tak percaya. "ah.. pantas saja kau ingin bunuh diri.." dan terdengar seolah ombak yang menghantam dinding dermaga oleh kupingku, sontak aku menoleh selagi tatapanku seolah berkata, "kau bilang apa?.."Rahangku mengeras. Dan dia dengan wajah pura-pura lugunya memutar leher untuk sedetik, -aku yakin karena menahan senyum- dan kembali menatapku nanar. "kau tahu, hm .. aku punya Bapak, punya Ibu, teman, dan mawar-mawarku yang indah.." nadanya terdengar bangga. Memangnya siapa yang peduli? "tapi bila salah satu dari mereka hilang atau berpaling dariku, aku tetap tidak berhak memutuskan karunia hidup yang diberikan Tuhan. Biar saja orang tertawa atau aku harus menangis dalam diam. Tapi begitulah hidup. Selalu kejam tapi bukan berarti tak ada hari esok.." Barangkali ia sedang menyindirku. Barangkali perempuan itu sudah sangat ahli berurusan dengan perasaan, barangkali perempuan ini terlalu sentimentil. Lantas mengapa hatiku mencelos karena ocehannya? Sejak kecil aku sudah dituntut untuk hidup mandiri oleh Ayahku, meski kadang Ibu diam-diam memanjakanku. Tapi kini semua telah berubah, hari demi hari aku mempertanyakan ketegasannya yang seolah hanya kelinci berkedok serigala. Pikiranku melayang memutar hari itu. Hari dimana hatiku serasa ditusuk belati berkarat, yang sakitnya beracun dan begitu dalam namun tak terlalu dalam sehingga sisa racunnya saja yang masih ku rasakan sampai detik ini. Bola mataku nyaris lepas ketika menyaksikan aksi calon istri sekaligus sahabat yang sejak SMP telah ku cintai dan ku percaya mendekap mesra Ayahku. Dan tanpa ku duga Ibu hanya menutup mata alih-alih menghindari nama buruk keluarga, meski telah tahu hubungan menjijikkan itu dari awal. Kembali dadaku terasa penuh. Leherku berputar sembari meremas-remas rumput kering di bawah pantatku. Kemana maniak bunga mawar itu? Tidak biasanya dia belum kembali sampai petang begini. Telah hampir dua bulan aku tinggal dengan gadis lesbi  bunga mawar yang sudah merusak rencana bunuh diriku. Butuh satu bulan seperti patah tulang saja, aku sembuh dari cedera duri bunga mawar. Tapi rasa-rasanya seperti baru kemarin ia berucap, "Panggil saja aku, Bunga.." katanya saat mengantarku hendak istirahat. Dan tentu saja aku hanya melemparkan decak acuh. Aku berniat tak akan percaya pada siapa pun. Tapi itu tak pernah terwujud. Dan hari itu adalah hari terakhir aku menunggu Bunga dari rembang petang hingga pucuk fajar, namun ia tak kunjung datang. "Pak. Saya mohon, katakan bahwa itu semua bohong,," kataku memelas. Ku rasakan tubuhku mulai mati rasa. Sudah satu minggu aku pontang-panting dari satu Desa ke Desa lain untuk mencari satu orang yang ingatanku semakin memudar. Dan aku sangat takut karenanya. Aku tak mau kehilangan seseorang lagi. "Maaf Nak, tapi potret ini memang Mawar, putri kami.." Harapan terakhirku pupus sudah. Satu-satunya orang yang mengenal Bunga adalah pria ini -yang tinggal di kaki gunung. Tetapi beliau bersikeras mengatakan bahwa Mawar, putrinya -Bunga-ku-telah meninggal 7 tahun silam. Ditambah kisah tragis berderet tentang Mawar yang ia dongengkan membuat pikiranku kacau balau. "Mawar, anakku yang malang.. ia terjatuh ke dalam jurang saat hendak menolong sahabatnya yang ingin bunuh diri. Dan sejak kejadian itu, entah mengapa rumor semakin santer mengatakan bahwa gunung ini adalah tempat paling dicari orang-orang yang ingin mengakhiri hidupnya. Sungguh konyol dan dangkal rumor picik itu.." Bapak itu mengatakannya dengan sorot mata yang penuh kebencian. Ini omong kosong! Bagaimana bisa Bunga adalah sesuatu yang bukan manusia lagi, sedangkan baru pekan lalu kami berbagi teh hangat dan bergandengan tangan sambil memandang taman mawar. Aku tak akan percaya. Aku sungguh tak mau percaya. Tapi.. Detik menyusul menit, menit-menit timbun-menimbun menjadi ratusan jam, dan aku tetap di sini, di tempat semula. Terasa seperti menjemput nostalgia. Aku berdiri di atas tebing. Air terjun di bawah kaki. "Mungkin benar kamu cuma ilusi, sekedar imajinasiku.." tawaku terlepas. "Bunga, aku.." suaraku mengambang di udara. Semuanya tampak menggelikan. Tawaku terdengar konyol. Aku sangat t*lol. Bulir-bulir air menggenang di pelupuk mata, lalu jatuh satu demi satu seiring memoriku mengulas hari-hari menjengkelkan namun mencanduku bersama Bunga. "Dan ternyata benar bunuh diri itu faktor dari keputusasaan,," sebuah suara menyahut di belakangku. Sontak aku memutar badan -suara itu.. Dan sedetik kemudian mataku terbelalak. Senyumnya masih sama seperti dalam ingatanku, "maaf membuatmu kecewa, tapi aku bukan imajinasimu.. The End .


2


Jalan menikung di Desa Bandar Baru, Deli Serdang, Sumatera Utara tak ubahnya seperti tikungan-tikungan lainnya di sepanjang Jalan Medan-Berastagi. Lokasinya terletak dekat deretan bungalow. Di siang hari, jalan ini banyak dilalui warga sekitar maupun para pelancong dari daerah lain. Lewat azan magrib, situasi di tikungan berubah 180 derajat, banyak bermunculan cerita-cerita seram. Sosok hantu perempuan kabarnya sering menampakkan diri ke sejumlah pengendara yang melintas di jalur ini. Dari sejumlah kesaksian, makhluk halus itu tidak pernah mencelakai pengendara yang melintas. Tidak hanya menampakkan diri, mesin kendaraan milik warga juga ikut mati tanpa diketahui penyebabnya. Bahkan, ada beberapa orang yang mengaku hantu perempuan masuk ke dalam mobilnya dengan wujud yang menyeramkan. Alhasil, kehadirannya itu membuat pengemudi ketakutan dan tidak jarang meninggalkan kendaraannya. Dari cerita yang beredar, sebelum ada pemunculan hantu-hantu ini, terdapat sebuah peristiwa mengenaskan di tahun 1970-an. Ketika itu, terjadi kecelakaan fatal di tikungan ini akibat kendaraan yang dibawa gadis lesbi -gadis lesbi  Tionghoa ini jatuh ke Jurang. Akibatnya beberapa penumpangnya tewas di lokasi kejadian. Usai kejadian, banyak warga yang mengaku melihat penampakan para korban di tikungan ini. Sejak itu, warga setempat mulai menamakannya Tikungan Amoy karena hantu yang muncul berpakaian ala gadis lesbi  China. Sebelum terjadi kecelakaan, tikungan itu disebut Tikungan Manis. Penampakan perempuan itu kabarnya berpakaian macam vampir. Pengendara juga sempat mengalami kejadian aneh ketika melintas. Kendaraan tiba-tiba saja mati saat berada di Tikungan Amoy. Ada kisah dimana pengendara sempat melihat sekumpulan wanita lesbi duduk di kursi belakang mobilnya. Namun dalam waktu sekejap wanita lesbi yang dilihatnya itu menghilang dan kendaraannya kembali nyala seperti sebelumnya. Percaya atau tidak, itu merupakan cerita mistis yang banyak dialami pengendara saat melintas di Tikungan Amoy. Cerita ini dengan cepat menyebar dan sempat dialami oleh mereka yang melintas..


3


. Dijaman modern seperti sekarang ini, hal-hal mistis sudah tidak lagi dipercaya oleh kalangan masyarakat di kota besar. Banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa, hantu itu hanya sugesti yang berasal dari ketakutan seseorang saja. Jika seseorang mendengar isu bahwa disuatu tempat ada hantunya maka, ketika dia berada ditempat itu maka ketakutannya itu hanyalah sugesti. Awalnya aku adalah sebagian dari mereka, tapi tidak semenjak saat itu karena aku mengalami sebuah kejadian mistis yang benar-benar nyata. Namaku soni, saat itu aku adalah seorang mahasiswa yang sedang melakukan job training. Walau posisiku sedang magang, profesiku ini menuntut supaya pekerjaan diselesaikan hari itu juga. Makanya seringkali aku harus tinggal sampai larut malam, dari seluruh divisi memang divisiku yang orang-orangnya sering lembur dan divisi yang lain malah jarang sekali lembur. Alasannya mereka takut diganggu karena katanya gedung tempat aku bekerja ini angker dan ada penunggunya. Saat itu beberapa rekan kerjaku sedang menceritakan kejadian horor ketika makan siang. Mereka menceritakan seputar kejadian mistis yang pernah dialami oleh pegawai lain di gedung ini. Aku anggap mereka itu hanya iseng menakuti yang pegawai baru dan aku tidak ambil pusing dengan cerita mereka dan melanjutkan pekerjaan setelah break makan siang selesai. Pada hari itu lagi-lagi aku harus bekerja dikantor sampai larut malam. Saat itu hampir jam 10 malam dan pekerjaanku hampir selesai, tiba-tiba aku merasa perutku sakit. Rupanya karena dari tadi asyik bekerja, aku jadi lupa untuk makan malam. Aku memutuskan untuk istirahat sebentar untuk makan malam dan baru kembali melanjutkan pekerjaanku. Sebenarnya aku ingin langsung minta tolong pada OB untuk membeli makanan tapi jam segini pasti OB sudah pada pulang. Alhasil mau tidak mau, aku harus turun membeli makan sendiri. Aku berdiri dan melihat sekeliling, ruanganku terdiri dari meja-meja untuk para karyawan yang disekat-sekat tinggi. Didepanku terlihat ada Mba Dian dan Mas Galih yang tersisa, aku hapal meja kerja mereka berdua. Karena berniat mencari teman untuk turun, aku bertanya kepada mba dian dan mas galih apakah mereka sudah makan malam dan mereka menjawab sudah. Tapi mereka minta tolong untuk membelikan makanan ringan dan minuman kepadaku. Mereka memintaku dengan nada yang datar tanpa memalingkan wajah dari komputer didepannya, bukannya ditemenin malah dititipin. Aku berjalan keluar dari ruangan menuju lift, saat itu kantor sudah sepi dan gelap, lampu-lampu dilorong sudah dimatikan dan tidak terdengar lagi sayup-sayup suara obrolan dari para pegawai. Sebenarnya ini sudah biasa terjadi saat malam tapi setelah tadi siang aku mendengar cerita mistis dari teman kerjaku. Entah kenapa suasana kantor jadi terasa berbeda apalagi jika aku mengingat salah satu cerita tentang seorang pegawai yang melihat sosok misterius didalam lift. Aku sempat berbalik dan membatalkan rencanaku, tapi rasa sakit diperutku ini sudah tidak bisa aku tahan lagi. "ini yang namanya sugesti" pikirku dalam hati, sambil menekan tombol lift untuk menuju ke lantai yang dibawah. Tidak berapa lama lift pun datang, dan kosong lalu aku berjalan masuk ke dalam lift sambil menekan tombol ke bawah. Aku bersandar di pojok lift sambil menatap ke arah tombol lift, aku mengamatinya dan lift mulai turun sesuai dengan urutan. 7, 6, 5, 4, 3, dan tiba-tiba lift berhenti dilantai 3, aneh perasaan aku tadi tidak menekan lantai 3. Ketika pintu lift terbuka, aku disambut oleh kegelapan dilantai 3 dan sepi tidak ada orang yang masuk kedalam lift. Aku langsung menekan tombol untuk menutup pintu lift dan setelah pintu lift tertutup, akhirnya lift turun sampai ke lantai dasar. Dilantai dasar juga sudah gelap, hanya dibagian lobby yang menyala. Di meja receptionist ada seorang satpam yang berjaga, dikursi lobby masih ada beberapa orang yang sedang mengobrol serius. Ternyata masih ada orang, aku berjalan keluar dan mencari makan di kantin. Selesai makan aku membeli titipan mas galih dan mba dian di market 24jam dan setelah itu aku kembali ke kantor. Saat kembali aku lihat orang-orang yang sedang mengobrol dikursi lobby sudah tidak ada dan meja receptionist pun kosong. Aku kembali naik ke atas dengan menggunakan lift, dan lagi-lagi lift berhenti di lantai 3. Lantai itu masih gelap seperti tadi, tapi kali ini ada angin kencang yang masuk begitu pintu lift terbuka. Angin itu muncul di iringi dengan bau yang sangat menyengat yang tercium olehku, bau ini bau kemenyan. Reflek aku langsung menutup pintu lift, bau kemenyan itu masih tercium walaupun lift sudah berjalan ke atas dan bau kemenyan itu hilang saat aku tiba dilantai ruanganku. Aku pun keluar dari lift, aku melewati koridor yang gelap dan aku menghela nafas panjang setelah sampai dipintu ruanganku lalu membuka pintu dan berjalan ke arah meja kerjaku. Aku melihat di depan, mba dian dan mas galih masih duduk dikomputernya masing-masing. Aku langsung duduk dikursi, dari mejaku aku mengajak mereka berbicara dan menceritakan pengalamanku barusan. Aku berdiri dari mejaku dan berjalan mendekati mereka untuk memberikan barang yang mereka titip. Tapi ketika aku lihat, mereka sudah tidak ada disana. Meja mereka kosong dan komputer mereka mati, aku sangat shock dan karena panik makanan dan minum terjatuh ke lantai. Aku segera berlari keluar ruangan dan aku tertabrak dengan satpam, satpam itu adalah satpam yang tadi sedang berjaga dibawah. Dia terlihat kaget ketika melihat aku masih ada dikantor, satpam itu sedang membawa kemenyan yang sedang dibakar. Aku menceritakan apa yang aku alami kepadanya, dan dia bilang aku baru saja diganggu oleh penunggu gedung ini. Satpam itu akhirnya mengantarku pulang sambil menunggu kendaraan, sambil menunggu kendaraan satpam itu bercerita kalo para penunggu gedung ini saling menampakan diri dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan meniru sosok seorang karyawan. Satpam itu juga bercerita kalo dia ditugaskan untuk membawa keliling kemenyan di gedung ini, kata satpam itu hal ini untuk mencegah para penunggu melakukan penampakan. Esok harinya aku bertemu dengan Mba dian dan Mas galih, mereka tidak bertanya apa-apa lalu ketika aku tanya jam berapa mereka pulang. Mas galih bilang bahwa mereka pulang sekitar jam 8 malam dan tidak ada satupun karyawan yang ada disana ketika jam 10 malam. Jadi orang-orang yang aku lihat kemarin, siapa dan kemarin aku sendirian digedung itu. sejak saat itu tidak ada yang berani lagi untuk kerja sampai larut malam.


4


Pada hari-hari liburan, arus lalu lintas menuju obyek wisata Baturaden, Purwokerto cukup padat. Tak terkecuali pada malam hari. Namun pada hari-hari biasa, jumlah pengendara yang menuju ke arah kawasan wisata kebanggaan Kabupaten Banyumas ini bisa dihitung dengan jari. Ada banyak kisah misteri di lereng gunung Slamet ini, diantaranya tikungan maut yang masuk Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden.Disebut tikungan maut, lantaran sudah banyak pengendara yang mengalami kecelakaan saat melintasi jalan ini . Lokasi tikungan maut yang terletak di ujung utara Desa Rempoah atau sekitar 200 meter dari arah pintu gerbang masuk Mandala Wisata ini, dari kondisi keadaannya sebenarnya tidak lebih dengan tikungan pada umumnya. Hanya saja, tikungan ini memiliki turunan curam, dan beberapa petak sawah yang mengelilinginya. Jika senja tiba, suasana sepi pun nampak jelas terlihat. Banyak warga sekitar yang meyakini bahwa penyebab kecelakaan yang terjadi di tikungan maut ini , disebabkan makhluk penunggu tikungan marah dengan si pengendara. Menurut penuturan warga, ekpresi kemarahan hantu tikungan maut biasanya kesal dengan ulah manusia yang melakukan hubungan mesum di kawasan ini . Ali Basaroh (32) salah seorang warga Rempoah kepada KONTRAS menceritakan sekilas tentang tikungan maut yang dikenal angker itu. Dikatakan, bahwa hampir tiap tahun, puluhan pengendara bermotor mengalami kecelakaan di kawasan itu. "Kebetulan saya pernah menolong sepasang laki-laki dan perempuan yang berboncengan sepeda motor. Yang laki-laki berasal dari Bawang dan yang wanita lesbi berasal dari Madukoro, Banjarnegara yang mengalami cedera ringan, sehingga bisa bercerita," tutur Ali. Dua orang yang mengalami kecelakaan ini , mengaku ketika memasuki jalan raya Rempaoh sekitar pukul 01.40, bulu kuduk mereka berdiri. Awalnya keduanya hanya menganggap jika hal itu dikarenakan hawa dingin Baturaden. Namun saat sepeda motor mereka tepat melintas di tikungan, sebuah kejutan pemandangan mengagetkan mereka, manakala sesosok tubuh berpakaian serba putih dengan rambut panjang serta berparas cantik berdiri tepat di tengah-tengah jalan. Kaget dengan munculnya sesosok tubuh ini , si pria langsung membanting sepeda motornya ke arah kanan bahu jalan. Akibatnya, motor pun masuk sawah. Dengan tertatih-tatih bercampur ketakutan, kedua pasangan selingkuh ini mencoba berdiri kembali dan menuntun kendaraan ke jalan. Tapi alangkah terkejutnya mereka ketika si wanita lesbi berpakaian putih itu masih berdiri di tengah jalan sambil tertawa terkekeh-kekeh dengan wajah berubah menyeramkan. Spontan, si pria lari terbirit-birit sambil berteriak minta tolong. Sedangkan si wanita lesbi langsung jatuh pingsan. Kisah penampakkan hantu tikungan maut Rempoah juga sering menimpa para pengendara yang kedapatan mabuk minuman keras. Sugeng Kucrit (38) Karanglewas, Banyumas yang hampir tiap seminggu sekali menghabiskan malammnya di salah satu diskotik Baturaden, adalah salah seorang pria hidung belang dan pemabuk yang "dikerjain" hantu tikungan maut. Bermula usai lebaran 2007 kemarin, di suatu malam jumat kliwon, Sugeng yang selama bulan Ramadhan juga puasa hiburan di Baturaden, dengan antusias menyambut kegembiraan hatinya yang cukup lama tidak tersalurkan, yaitu jajan perempuan dan minum miras. Sekitar pukul 02.10, ia memutuskan turun alias pulang kerumahnya. Dengan mengendarai Honda Supra Fit keluaran tahun 2004 miliknya, dengan terhuyung-huyung setengah sadar ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Saat memasuki tikungan maut, Sugeng terkejut bukan kepalang ketika mendadak laju sepeda motornya terasa berat seperti ada yang menahannya. Begitu menoleh ke belakang, dilihatnya seorang perempuan berwajah seram menyeringai kearahnya. Melihat pemandangan aneh yang seumur hidupnya baru menimpanya itu, Sugeng langsung pingsan. Pagi harinya, warga menemukannya masih pingsan di tepi jalan. Tak berapa lama, Sugeng pun tersadar dan menceritakan apa yang telah ia alami. Belakangan diketahui Sugeng kini rajin beribadah dan menjadi santri di salah satu pondok pesantren di Cilongok, Banyumas. Adapun cerita yang cukup menarik barangkali tidak satupun penduduk Desa Rempoah yang diganggu hantu penunggu tikungan. "Jika mendengar suara-suara tertawa dan tangisan perempuan dari lokasi tikungan, warga sering mendengarnya. Tetapi warga disini tidak pernah diganggu oleh makhluk penunggu tikungan maut yang menurut orang tua kami adalah hantu wewe gombel," terang Ali Basaroh. Banyaknya kecelakaan yang kerap terjadi di kawasan tikungan maut ini , menurut Darsono (53), tokoh masyarakat Desa Rempoah memang diakui sering terjadi. Mungkin untuk mengurangi angka kecelakaan, menurut Darsono ada baiknya pengendara berhati-hati dan tidak ada salahnya membunyikan klakson sebagai tanda permisi jika memasuki kawasan tikungan maut. Selain itu ada baiknya juga di kawasan ini  dipasang lampu penerangan jalan, sehingga mengurangi kesan angker dan gelap jalan di situ. "Siapa tahu setelah dipasangi lampu penerangan, hantu-hantu penunggu tikungan pada pergi dari situ," ujar Darsono..



5

Hari ini tante Lisa datang. Seperti biasa, tante lisa membawakan hadiah untukku. Kali ini hadiahnya adalah sebuah cermin berdesain mewah. Aku sangat menyukai cermin itu. Kebetulan di kamarku ada paku kecil hingga aku bisa langsung memasang cermin itu. Setelah menemani tante Lisa mengobrol, tante Lisa pulang. Sore itu, aku berkaca di depan cermin tadi. Tampak sebuah titik di pipiku. Kukira hanya semacam luka biasa. Aku tidak memedulikannya dan langsung pergi. Malamnya ketika aku mau tidur, aku merasa pipi kananku agak perih. Aku segera melihat ke arah kaca. Ternyata luka yang tadinya hanya sebesar titik, sekarng sudah sebesar kelereng. Aku memberinya salep, lalu tidur. Esoknya aku bangun, aku menyisir rambutku dengan posisi menghadap ke cermin. Aku terbelalak. Luka itu membesar, menjadi sebesar uang logam. Aku sangat ketakutan. Segera kuambil jarum untuk memecahkannya. Tapi begitu ujung jarum menyentuh luka itu, ada rasa sakit tidak tertahankan. Aku segera melempar jarum itu. Aku segera turun, untuk mencari mamaku. Tapi aku lupa kalau mama dan papaku lagi pergi ke Singapura. Sorenya kupandang cermin itu. Tampak, kini luka itu sudah sebesar telur. Aku hanya bisa pasrah, dan meratap. Tiba-tiba terdengar suara dari belakangku, "buanglah cermin itu.." Kata suara itu. Aku segera menengok ke belakang. Tak ada siapapun ternyata di belakangku. Aku tak memedulikan suara itu dan asik membaca komik. "Buanglah cermin itu.." Kata suara itu lebih keras. Aku diam saja, dan memutuskan untuk tidur. Aku terbangun di pagi itu, dengan pipi kanan yang amat teramat perih. Aku melihat kini luka itu sudah sebesar buah jeruk. Aku takut sekali. Aku ingin memecahkannya tetapi aku tidak punya cukup banyak keberanian. Akhirnya setelah diam sejenak, lalu cepat-cepat menusukan jarum ke luka itu. Tiba-tiba muncul beribu ribu kelabang dan kajengking yang menyerang mukaku. Lalu aku pingsan. Hari ini banyak orang berdatangan ke rumahku. Ibu dan ayahku juga langsung pulang dari singapura. Tampak bendera tanda berduka, dipasang di depan rumahku. Semua tampak menangisi kepergian seseorang. Aku tahu orang itu, dan bahkan kenal dekat. Karena orang itu adalah aku.. Tamat .




6

Liburan yang panjang memang selalu membiaskan cerita yang menarik, bisa menyenangkan atau bahkan sebaliknya. siapa yang mau liburan menyenangkan harus berakhir dengan liburan yang pahit. sejujurnya liburan kemarin telah menjadi liburan yang pahit buatku, buat aku enggan lagi untuk mengunjungi rumah itu untuk seterusnya. aku menghentikan mobilku yang akhirnya mengantarkanku sampai ke sebuah rumah didaerah bandung tengah, daerah yang sepi namun dekat dengan keramaian bandung. rumah ini adalah rumah yang dibeli oleh ayahku tujuannya untuk inventarisku kelak, karena itulah rumah ini dibiarkan kosong. bahkan bisa dibilang tidak pernah ditempati, namun barang-barang rumah tangga seperti tempat tidur, lemari, meja, dan kursi sudah tertata rapih. bahkan sebagian adalah barang seni dan peninggalan keluarga, liburan ini mungkin jadi liburan yang tepat untuk aku bersantai dirumah itu dan ini memang liburan yang aku butuhkan. bersantai ditempat yang nyaman sambil mengerjakan tugas akhirku, setelah selesai membuat coklat panas malam itu aku beranjak kekamar atas dan mulai mengerjakan laporan tugas akhirku. suasananya sangat sepi, pas sekali dengan keinginanku, saking sepinya aku... merasa sendirian dirumah itu. padahal ada mang agus penjaga rumah ini dilantai bawah, dan ketika aku sedang berkonsentrasi mengerjakan tugasku. aku merasa terganggu... terganggu dengan cermin rias tua, tepat berada didepan tempat tidurku... "cermin tuanya geser dikit ah, serem abisnya dekat tempat tidurku" aku pun menggeser cermin tua ini , karena mengganggu... disaat aku pindahkan cermin itu dan tiba-tiba... berhembus angin yang sangat dingin, seketika aku memegang pundak aku dan berpikir "darimana yach asalnya angin ini, padahal jendela dan pintu sudah tertutup rapat"... namun pemikiranku berubah ketika... ketika... selain angin dingin yang berhembus ini... aku... aku juga mendengar suara... suara hembusan nafas seseorang... tepat dibelakang leher belakangku. seketika bulu kudukku berdiri, suara dan angin itu membuatku merinding seluruh badan. aku pun berbalik dan coba melihatnya... hah! tidak ada siapa-siapa... karena takut aku segera keluar dari kamar dan tidur diruang bawah sambil menonton tv. esoknya aku mulai menelusuri rumah ini, ternyata rumah ini lumayan besar dan aku baru tau rumah ini dihalamannya mempunyai ayunan yang nampak sekali indah. aku pun duduk diatas ayunan itu dan melihat ke rumah ini, namun ada yang aneh, setelah aku pikir lagi... rumah bagian depan ini nampak menyeramkan, karena balkon disebelah kamarku dilantai atas itu dibiarkan kotor, jelek, dan berjamur. sepertinya sudah dibiarkan begitu saja sejak lama, sedangkan sekelilingnya sudah sangat rapi. aku penasaran, balkon itu dibiarkan rusak seperti itu. saat aku tanya mang agus yang sedang menggunting rumput waktu itu, mang agus pun tidak terlalu banyak komentar... hanya saja, mang agus bilang "jangan terlalu lama didepan sini gak baik" begitu kata mang agus. mang agus khawatir kalo aku diganggu pemuda daerah sini, aku yakin bukan itu masalahnya tapi balkon rumah ini. setelah mang agus masuk kedalam, aku pun masih duduk diatas ayunan sambil melihat balkon itu dan setelah agak bosan aku pergi. lalu... argh, ada yang melempar batu ke arahku. aku pun menengok arah keluar pagar... dan... argh, ada lagi yang melempar batu ke arahku "duh, siapa sih ini" ternyata lemparan batu ini berasal dari belakang rumah, sepertinya dari arah balkon. aku terus perhatikan balkon itu, seperti ada seseorang disana dan astaga... ada sesosok bayangan hitam lewat begitu saja dibalkon itu... aku pun bergegas masuk kedalam rumah, lalu aku ke atas untuk memastikan siapa yang berada dibalkon itu. setelah sampai dibalkon... aneh! tidak ada siapa-siapa. aku mulai berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan balkon itu, aku duduk terdiam memandangi balkon ini sampai tiba-tiba saja... "cermin tuanya geser dikit ah, serem abisnya dekat tempat tidurku"... dari arah kamarku, sekarang aku mendengar suaraku sendiri... aku melihat diriku sedang memindahkan cermin tua seperti yang aku lakukan semalam, perlahan aku dekati kamarku dan aku buka pintunya... aku melangkah masuk kekamarku... dan tidak ada siapa-siapa... aku mencoba mengatur nafasku dan tiba-tiba kembali aku merasakan udara dingin meniup leher belakangku. saat aku berbalik... arrgghh, tepat dipintuku berdiri... seorang wanita lesbi dengan rambut panjang hitam, bergaun hitam dan mukanya pun hitam seperti terbakar dan yang terlihat jelas hanya sorot matanya yang membelalak kepadaku. aku berteriak sekencangnya, seketika itu juga mang agus datang kekamarku dan mencoba menenangkanku. setelah kejadian itu, aku langsung menelpon ayahku dan menceritakan kejadian yang aku alami dirumah ini, aku rasa ayah tidak mau jujur. dan setelah itu aku mendesak mang agus untuk bercerita ada apa dirumah ini, dan akhirnya mang agus pun mau bercerita bahwa balkon itu tidak pernah dipugar semenjak pertama kali ada. meski ada renovasi dirumah ini balkon itu tidak boleh sama sekali disentuh atau diperbaiki. karena itu adalah syarat agar yang ayahku punya bisa tinggal dan posisi benda dirumah ini pun tidak boleh dipindahkan. dan mang agus pun yakin ini bermula ketika aku memindahkan posisi cermin tua itu, yang dimana menurutnya cermin itu bukan cermin biasa, melainkan cermin dari penunggu yang paling sakti dirumah ini. .


7

Malam itu, aku benar-benar gelisah dan tidak bisa tidur. Aku memilih untuk keluar kamar dan berada di luar villa. Malam ini, angin terasa sangat dingin dan merasuk ke dalam tubuhku. Aku memeluk tubuhku lebih erat, ku rapatkan sweater ku agar lebih hangat. Kakiku melangkah perlahan menikmati hembusan angin, saat terus berjalan dan berjalan, aku menemukan rumah yang sangat besar. Mungkin lebih besar dari villa orangtuaku saat ini. "Tenang saja, Villa kita adalah bangunan paling besar dan mewah di tempat itu.." kata-kata mama membuat aku tak habis percaya. Mengapa dia berbohong? Aku mencoba mengetuk pintu itu dalam kegelapan malam. Tak ada jawaban. klek.. pintu itu tidak dikunci. Sungguh aneh. Rumah itu terlihat sangat berantakkan seperti kapal pecah. Sofa-sofa besar yang ditutupi kain putih dengan debu tebal melekat. Rumah itu sangat kotor dan gelap. Aku tidak melihat titik terang cahaya dalam ruangan besar itu. "Assalamualaikum.." ucapku dalam keheningan. Tapi tidak ada jawaban. krekk.. Aku menginjak sesuatu.. yang ternyata sebuah cermin berukir yang sangat antik. Mungkin bila dijual harganya akan sangat mahal sekali. "Maa, emangnya villa kita ini yang paling besar..??" tanyaku. "Iya dong.. "Semalam, aku nemuin rumah yang besaaarr bangeet.." "Selena, dengar! Mama sama papa udah survei ke semua tempat, dan hasilnya villa kita yang paling besar dan mewah. Kamu jangan ngaco deh.." di atas meja makan, terjadi perdebatan antara aku dengan mama. Dan akhirnya, mama yang mengalah dan pergi ke pasar bersama bibi ine. Aku masuk ke kamar dan semakin penasaran. Aku mengambil cermin berukir itu dan menaruhkan wajahku tepat di depan cermin itu. "Apa yang berguna darimu cermin? Apa kau menguntungkan untukku..?" Sekarang, semenjak cermin ukiran itu berada di tanganku, kehidupanku menjadi aneh. Mama dan papa menjadi sering pulang malam dan membiarkan aku sendirian di villa sebesar itu. Entah mengapa, aku juga menjadi sering melihat bayangan-bayangan seseorang berbadan tinggi besar menggunakan jubah hitam, atau putih dengan rambut panjang, atau bahkan jubah merah dengan senyum liciknya. Itu sangat membuatku ketakutan. Hingga pada suatu hari, karena aku lelah diikuti oleh mahluk-mahluk menyeramkan, disaat mama dan papa pergi mencari pembantu baru untuk menjagaku di rumah, aku mengunci pintu kamarku, dan memecahkan cermin itu. Mendadak, tiraiku bergoyang-goyang. Bingkai-bingkai foto berjatuhan. Jam dindingku jatuh dan pecah. Aku merasa sangat pusing, terdapat bayangan seorang anak kecil dalam benakku. Terjadi film pendek dalam otakku. Seorang anak kecil berambut pirang panjang, matanya yang cokelat membuat setiap orang yang melihatnya merasa ingin berteman. Dialan Salsabila, anak seorang penyihir jahat. Namun, Salsabila sangat bertolak belakang pada perilaku ibunya. Hingga pada suatu hari, salsabila dipaksa sang ibu untuk berlatih menjadi penyihir yang jahat. Yang akan menguasai hutan belantara di desa ini. Salsabila menolaknya dengan lantang, sang ibu pun marah padanya dan memasukkannya ke dalam cermin ukir-ukiran yang aku temukan di rumah besar itu. Salsabila merasa kesepian berada di dalam cermin itu sendirian. Hingga ia berjanji. "Siapapun yang menemukan aku atau cerminku, mereka akan menemaniku dalam cermin itu..." Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Dan aku tidak dapat melihat apapun juga. Tamat. .



8


"kamu Ibu hukum, bersihin gudang sana.." "busyet, gudang itu kan udah lama nggak dijajah, Ibu yang bener aja.." gumamku hanya berani dalam hati. "ya Bu.." jawabku. "Santi, Ibu harap ini hukuman kamu yang terakhir jangan manjat-manjat pohon lagi, kamu itu wanita lesbi bukan laki-laki.." "ya Bu, maafin Santi gak akan manjat lagi.." jawabku sambil ngeloyor ambil kunci gudang. "Ibu mah kalau ngasih hukuman yang bermanfaat kenapa masa anaknya disuruh bersihin gudang gak bermanfaat banget. Di gudang kan nggak akan ada tamu. Biarin aja berantakan hufffh.." pikirku sambil dengan malas-malasan mulai menyapu gudang yang banyak debu. Sekalian ku bersihkan jaring-jaring sosial laba-laba yang setia nangkring di dinding gudang. Ku tata semua barang-barang gudang dengan cekatan. Dan melihat bayangan kakiku di bawah "spring bed" yang sudah gak kepake. Ku longok kan kepalaku kebawah. "Aaaaa.." aku terjerit kaget, "apaan tuh.." Ku lihat sekali lagi ternyata itu adalah sebuah cermin gede yang terselip, ku ambil dan ku sapu debu yang menempel. "Wah masih bagus, lumayan buat ngaca di kamarku.." pikirku girang. Setelah kelar bersihin gudang, ku bawa cermin itu ke kamarku diam-diam. Esoknya sebelum berangkat sekolah aku dandan di depan cermin yang aku temukan di gudang kemarin. Samar-samar ku lihat bayangan berambut panjang dari cermin. Aku balik badan ke belakang nggak ada siapa-siapa, mungkin halusinasiku aja. Pikirku. Pulang sekolah ku lepas rok abu-abu dan semua perlengkapan sekolah dari tubuhku. Ya, aku sekolah di salah satu SMA di SUMBAR baru kelas II. Sebelum ngambil wudu buat salat zuhur aku lihat bayangan diriku dicermin. Ku buka bibirku 2 centi ke kanan dan 2 centi kekiri -senyum. "manis kok, tapi kenapa temen laki-laki di sekolahku sering ngeledek panggil-panggil aku abang Santi, mungkin karena aku orangnya agak kasar kali ya. Tahu ah mungkin mata mereka aja yang suekk.." bela salah satu otak kananku. Dari arah cermin ku lihat bayang-bayang wanita lesbi berambut panjang sedang menatap ke arahku dengan mata merahnya. Bulu romaku berdiri. Cepat-cepat ku longok dan melihat penampakan seperti di cermin itu nyata. Dia melihatku sinis, ku kucek mataku tapi bayangan itu malah makin jelas menuju ke arahku. "siapa kamu..?" "tidak perlu tahu siapa aku, yang jelas kamu harus mati.." Aku takut sekali, ingin berteriak tapi yang ke luar desisan, ku coba berlari tapi kakiku seperti lumpuh. "Apa salahku, kenapa kau mau membunuhku.." tanyaku dalam hati. "karena kau telah memindahkan cermin itu, aku tinggal di sana, kamu menggangguku dengan bercermin di sana.." Dia perlahan mendekat, di tangannya sebuah pisau berkilat muncul. Pisau itu mengeluarkan darah segar tapi lama-lama darahnya berubah warna menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau amis. Wanita itu perlahan berubah menjadi seperti mayat hidup yang baunya busuk. Giginya tajam dan dari hidungnya yang tak beraturan ke luar belatung hidup sebesar telunjuk menyembur ke arahku. Aku jijik sekali, dia makin dekat. Aku gemetaran, bagaimana tidak, seumur hidupku baru pertama sengeri ini. Ujung pisaunya hampir menusuk leherku. Kemudian ingatanku normal, mulutku komat-kamit membaca ayat kursi dan ayat yang lainnya yang hafal di kepalaku. Dia kesakitan tapi belum juga pergi. Aku seperti mendapat kesadaranku lagi dan aku berlari meraih vas bunga ku lempar padanya tapi malah nembus. Ku ambil vas satu lagi dan ku lemparkan ke cermin. Bruaakk!!! Pecahan kaca berserakan bersamaan dengan hilangnya wanita lesbi menakutkan tadi. Pecahan kaca mengenai kakiku, dan berdarah. Aku berteriak sekencang-kencangnya memanggil keluargaku. "Toloongg,,.!!" sambil menahan sakit, mendadak semua menjadi gelap, aku pingsan. The End .



9


Aku dapat mendengarnya, mendengar derap langkah itu yang semakin mendekatiku. Sudah ku duga, bersembunyi di dalam lemari sendirian itu memang tak aman. Tetapi di luar, lebih mengerikan daripada bom yang ditembakkan Amerika ke kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang! Suara-suara sayup itu terus saja memanggilku. Aku tak bisa menutup rapat kedua telingaku terus-terusan. Aku mencoba menutupi badanku dengan baju-baju yang ada di dalam lemari. Berharap "dia.." tak dapat menemukanku. "Aku akan menemukanmu, Akane..." Seru seseorang atau lebih tepatnya, "benda mati yang dianggap sebagai orang.." Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini sebelum aku yang diakhiri. Tak ada jalan ke luar, selain.. Cplak! Ah, air garamnya tumpah. Sialan. Bagaimana ini, aku menyia-nyiakannya. Aku tak bisa terus begini. Derap langkah kaki yang diseret itu terdengar seperti mendekatiku, semakin dekat dan semakin dekat. Krieeettt! Gawat. Pintu kamarku dibuka seseorang. Dengan cepat aku melirik arlojiku, namun nihil, lemari ini terlalu gelap. Aku berusaha menahan napasku sekuat mungkin, tetap dalam posisiku dan tak menimbulkan suara. "Boo.." Seraut wajah pucat pasi muncul tiba-tiba di depan wajahku, di dalam lemari ini. Aku bisa merasakan rambut panjangnya yang tergerai dan sangat kusut. Sontak detik itu juga aku menjerit dan berusaha ke luar dari lemari. Aku tak punya pertahanan lagi, semuanya sudah runtuh. Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini. Namun di tengah lamunanku itu, tangan dingin mencekik leherku. "Kau yang membuatku. Kau yang membuatku hidup. Kau yang mengajakku dan menyumpahiku untuk bermain permainan ini bersamamu. Itu salahmu, manusia.." Katanya sayup. Cekikikan "orang" di hadapanku terdengar semakin keras. "Sebuah adonan pasir dan garam ini ingin sempurna. Aku ingin sempurna layaknya manusia-manusia normal.. Aku tak dapat bernapas, aku tak dapat.." "Berita terkini yang datang dari pusat kota. Seorang pemahat patung terkenal, Kazuko Akane telah tewas tanpa luka yang jelas mengeras di dalam lemari. Penyebab belum diketahui. Tetapi yang pasti, banyak tumpukan pasir dan garam di sekitar lemari serta rambut palsu berwarna hitam. Media sosial berbicara banyak.." "Huh? Pemahat yang bodoh ya, Chie.." Aku menatap patung kesayanganku dan memeluknya. "Ya.." Tanpa ku sadari, ekspresi patung itu berubah. The End



10

Selama ini chucky  tak menyangka kalau rumah tua yang dilewatinya tiap malam sepulang kerja ternyata merupakan rumah angker yang menyimpan beribu misteri. Peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu merupakan pengalaman yang tak bisa dihilangkan dari ingatannya hingga hari ini. Sebagai pegawai pabrik sablon, bagi chucky  dan kawan-kawannya sudah bukan merupakan hal yang aneh kalau tiap hari harus kerja lembur mengerjakan pesanan dari perusahaan tempatnya bekerja. Tak jarang ia baru bisa menyelesaikan pekerjaannya hingga tengah malam dan setelah itu pulang ke rumah yang jaraknya lumayan jauh. Seperti hari itu. chucky  diminta lembur oleh bosnya karena sedang banyak pekerjaan. Dengan senang hati chucky  mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tanpa tersa hari menjelng tengah malam. chucky  berhasil menyelesaikan pekerjaaanya dan bergegas pulang setelah memasukkan semua pesanan untuk besok ke dalam bungkusan. Dikayuhnya sepeda tua peninggalan orang tuanya dengan pelan. Sepanjang jalan yang dilewatinya terasa gelap, rupanya listrik di daerah ini  padam. Dengan pelan sepeda tua ini  berjalan menembus kegelapan malam. Sebetulnya hati chucky  sudah merasa tidak enak. Jalanan yang gelap ditambah suasana jalan yang sepi membuatnya miris. Tetapi rasa lelah karena seharian bekerja membuat tekadnya untuk pulang dan segera tidur semakin kuat. Tiba di tikungan, chucky  tanpa sengaja melihat rumah tua yang sudah lama ditinggalkan penghuninya. Perasaannya menjadi tidak enak. Aneh mengapa hatiku berdebar-debar, gumam chucky . Seperti ada yang menyuruh, chucky  malah menghentikan sepedanya. Rasa takut yang mencekamnya membuat bulu kuduknya berdiri. Dengan kaki yang bertopang pada sandaran sepeda. chucky  mencoba memberanikan dirinya untuk menatap rumah tua yang ada di depannya. Jantungnya semakin berdebar-debar. Apa aku lebih baik kembali dan tidur di gudang saja ya? tanya hati chucky  penuh rasa bimbang. Dia juga heran mengapa dirinya tidak segera beranjak dari tempat itu. Sebaliknya, kakinya justru melangkah mendekati rumah tua itu. chucky  merasakan ada kekuatan gaib yang menariknya untuk terus mendekat ke rumah itu. Perasaan hatinya yang semakin kacau menjadi semakin tidak karuan waktu dilihatnya sesosok bayangan tampak berkelebat ke luar dari arah pintu pagar rumah kosong ini . Dengan kaki yang gemetar karena ketakutan melihat bayangan ini . chucky  berusaha membalikkan sepedanya untuk berputar kembali. Belum selesai ia mengangkat roda sepedanya untuk berputar terdengan suara memanggilnya. “Mas…! ? suara parau terdengar menyapanya. Dengan memberanikan diri chucky  yang sudah bersiap-siap untuk mengambil langkah seribu menatap ke arah suara ini . Ternyata suara ini  keluar dari seorang pria paroh baya berpakaian hitam dengan sarung membelit lehernya. Bayangan ini  bergerak mendekatinya sambil mengarahkan lampu senter menyoroti chucky  beserta sepedanya. Melihat sosok laki-laki beserta lampu senter yang menyorotinya, hati chucky  merasa lega. Bayangan yang dikiranya hantu ini  ternyata merupakan manusia. “Ada apa Pak? ? kata chucky  balik bertanya. Laki-laki bersarung ini  tersenyum, sementara lampu senter di tangannya tampak digoyang-goyang. “Saya Basori, penjaga rumah tua ini, ? laki-laki itu memperkenalkan dirinya pada chucky . Tangan kanannya yang juga besar-besar memegang stang sepeda chucky . “Kalau boleh saya ingin numpang sampai pohon beringin di pojok desa. Mau mengambil bekal makanan untuk menjaga di rumah tua ini. ? chucky  menatap heran tanda tak mengerti. “Saya tadi lupa membawa bekal. Ketinggalan di rumah ? Basori meneruskan ucapannya yang terpotong. “Boleh..boleh ? chucky  langsung mengiyakan karena merasa gembira ada teman. Tak lama kemudian Basori membonceng di sepeda chucky . “Busyet. Berat banget ini orang, ? kata chucky  dalam hati sambil tetap mengayuh sepedanya. Di perjalanan lampu listrik yang padam tetap belum menyala. Tapi dengan adanya lampu senter yang dibawa Basori, jalanan yang gelap menjadi agak terang. “Sudah, sini saja Mas, ? Basori berkata kepada chucky , ia menepuk bahu chucky  memberi isyarat agar berhenti. chucky  kemudian menghentikan sepeda. “Rumah saya ada di balik gerumbulan pohon itu, ? Basori menunjuk ke arah pepohonan di balik tikungan jalan. chucky  hanya bisa menatap gerumbulan pohon yang ada. Basori kemudian memasukkan senternya pada saku jaket chucky  “Senternya buat Mas saja. Buat kenang- kenangan. ? chucky  hanya bisa mengucap terima kasih. Ditatapnya laki-laki paroh baya bernama Basori yang melangkah melewati gerumbulan pohon yang ada. Tampak laki-laki itu menoleh. Namun wajah pria paroh baya itu kini berubah menjadi makhluk tinggi besar penuh bulu yang menutupi seluruh tubuhnya. chucky  yang melihat hal ini  hanya bisa berteriak minta tolong sambil mengayuh sepedanya sejauh mungkin. Sesampai di rumah diambilnya senter milik genderuwo yang mengaku bernama Basori ini  dari sakunya. Senter itu ternyata telah berubah menjadi sebuah batu akik. chucky  sebetulnya merasa takut dan teringat akan genderuwo yang menakut-nakutinya sebelum ini. Tapi selanjutnya ia berpikir tentu batu akik ini bukan sembarangan karena milik genderuwo. Pasti mempunyai khasiat. Keesokan harinya dipakainya cincin ini  bekerja. Entah pengaruh cincin yang dipakainya atau bukan. Tumpukan kain yang akan disablonnya menjadi terasa ringan. Pekerjaan yang semestinya harus diselesaikannya dalam beberapa jam mampu diselesaikannya dalam setengah jam. Bahkan yang menakjubkan tumpukan bahan sablon dalam kaleng mampu diangkatnya hanya dengan satu tangan. “Rupanya cincin ini benar-benar berkhasiat, ? dengan bangga chucky  mengelus-elus cincin ini . Ternyata khasiat cincin genderuwo bukan itu saja. Di warung Mbak Ira tempatnya makan siang kalau bekerja, cincin genderuwo itu juga mempunyai khasiat yang lain. Rina anak gadis lesbi  Mbak Ira yang selama ini selalu cuek kalau digoda para pria, tiba-tiba menjadi genit pada chucky . Dengan kerling mata yang nakal mengarah ke chucky  gadis lesbi  itu tampak dengan sibuk meladeni chucky  makan. Selama ini jangankan melayani, menoleh saja ia tidak mau. Berkali-kali chucky  mengelus akiknya . Ia seolah-olah mendapat durian runtuh dengan memiliki cincin genderuwo ini . Bayangan tubuh Rina yang bahenol seakan-akan menari di benaknya. Ia sudah membayangkan malam ini akan meniduri tubuh Rina yang montok, daripada meniduri tubuh istrinya yang sudah mulai kendor . Seminggu sudah chucky  memiliki cincin genderuwo ini . Di malam Jumat setelah capek setelah seharian bekerja chucky  terlelap di ruang tamu. Sementara istrinya tidur di kamar sendiri. Tanpa terasa semalam suntuk ia telah tidur dengan nyenyaknya. Paginya setelah bangun dengan wajah sumringah sang istri menghidangkan kopi .  ?Mas tadi malam lain lho. Kuat sekali. Aku sampai berkali-kali, ? celoteh istri chucky  dengan genitnya. Mendengar ucapan sang istri, chucky  merasa terkejut. Didesaknya sekali lagi istrinya. Kepalanya serasa berputar-putar manakala istrinya bercerita kalau semalam telah berhubungan badan dengan chucky  dan merasa puas sekali. Tidak biasanya chucky  menjadi begitu perkasa di ranjang. “Genderuwo keparat!!!! ? teriak chucky  setelah mendengar cerita ini . Sang istri hanya melongo tanda tak mengerti. chucky  mencaci maki membayangkan apa yang telah dilakukan genderuwo ini  sewaktu ia tertidur dengan nyenyaknya. Dengan bergegas ia mengayunkan sepedanya ke rumah tua tempat ia bertemu genderuwo seminggu sebelumnya. Dilemparkannya cincin ini  ke arah rumah tua ini . Cincin yang terlempar itu langsung lenyap masuk kedalam halaman rumah kosong. Ternyata cincin genderuwo itu membawa korban. Si genderuwo pemilik cincin berubah bentuk menjadi chucky  dan menyetubuhi istrinya. Sebagai makhluk halus, genderuwo memang bisa berubah bentuk. Bagaimanapun juga genderuwo adalah setan.


11


Malam hari yang sepi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku. aku melihat jam, pas pukul 20.00. bapak dan ibu juga belum datang, mereka masih kerja di toko. Pulangnya kan biasanya jam 9 malam, tapi kok…, aduh aku jadi takut. Siapa ya.. tok tok tok. pintu diketuk lagi. aku takut, bingung, dubuka apa enggak ya. Ya udah deh. Akhirnya aku membuka pintu rumahku perlahan-lahan. Setelah pintu terbuka. aku terkejut, yang tambah bikin aku terkejut lagi, ternyata yang datang itu adalah nyi girah. nyi girah. cowok itu. Ngapain dia datang malam-malam sendirian begini? Gimana dia tahu rumahku? dan kenapa dia terlihat serius banget? nyi girah adalah cowok keren di sekolah. Dia punya wajah yang ganteng banget. Hidungnya mancung. matanya indah banget. Tubuhnya tinggi, dia juga berasal dari keluarga kaya. Pokoknya keren abis deh. jadi nggak heran kalau dia disukai banyak cewek, tak terkecuali aku. Tapi sayangnya dia nggak sekelas sama aku. dia kelas Xll ipa 1, sedangkan aku kelas ipa 11 jadi ya aku Cuma bisa lihat dia dari jauh. Suatu hari, waktu jam istirahat di depan kelas, aku kaget banget. Tiba-tiba Lia, anak kelas X11 ipa 1, teman sekelas nyi girah, yang juga suka sama vian, menyodorkan aku sebuah buku. lho itu kan buku yang aku cari, kok bisa ada di tangan Lia, sih. "Ini buku lo kan..??" "iya, ini memang buku aku, memangnya kenapa..??" tanyaku. Aku mencoba mengambil bukuku itu, tapi dicegah olehnya. "eh tahu nggak sih, lo itu nggak pantes dapetin nyi girah.." katanya sambil menunjuk foto vian yang terselip di dalam bukuku. Aku memang diam-diam memotret nyi girah. "nyi girah itu pantesnya sama gue. lo nyadar, dong. dasar cewek culun.." bentaknya. Tak sadar teman-teman mengerubungi kami. Tiba-tiba "ada apa nih..??" Waduh.. itu suara nyi girah. Aku deg-degan banget "nyi girah. ini ni ada cewek nggak tahu diri, berani-beraninya dia nyimpen foto kamu Nggak mungkin kan kalo dia suka sama kamu.." Aduuh.. aku semakin deg-degan. Aku malu banget. tapi apa salahnya sih kalau aku suka sama orang, toh aku juga manusia. "Eh, kamu, memangnya kamu siapa? berani-beraninya kamu suka sama aku, yang pantes sama aku itu Cuma Lia.." Selain pinter dia juga cantik, kaya, nggak kayak kamu udah jelek. culun. miskin lagi nggak ada bedanya sama ortu lo itu..". Aku gemeteran. Keringat dingin keluar dari sekujur tubuhku. Aku meresa malu dan juga sedih. Tak terasa air mataku menetes. Aku menyambar bukuku dan langsung pergi dari neraka yang menyedihkan itu. "sabar ya, Ven.." Kata Fika, menenangkanku. Nggak nyangka aku mendengarkan sendiri kata-kata itu dari orang yang selama ini aku sukai. Begitu menyakitkan, begitu menyedihkan, membuatku yang rendah ini jadi semakin rendah. Orang yang selama ini aku anggap ramah dan baik, ternyata adalah orang yang sombong dan suka menghina orang lain. Aku tahu aku berasal dari keluarga sederhana, dan bisa sekolah di sekolah mahal ini karena aku mendapatkan beasiswa. Mulai saat itu, rasa cintaku pada nyi girah sudah tidak ada lagi dan berubah menjadi rasa benci yang sangat dalam. Setitik cinta memang akan membuat seseorang sangat bahagia, tetapi sedikit goresan akan membuat luka yang teramat pedih. Dialah orang yang paling aku benci di sekolah dan juga teman-temannya yang menyebalkan itu. Aku tidak peduli, walaupun setiap hari mereka menghinaku dan juga orangtuaku dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Aku membiarkan mereka mengatakan apapun terhadapku. Aku tidak akan membalas mereka dengan cara yang sama. Itulah sifatku. Jika ada orang ataupun teman yang menyakitiku, aku tidak akan membalasnya, tetapi aku juga tidak akan memaafkannya. Tugasku sekarang ini adalah belajar, tak peduli apapun yang terjadi. Sabtu siang saat aku pulang sekolah, aku melihat nyi girah dan Lia pulang sekolah bareng, naik motor. Aku tetap berjalan, tidak mempedulikan mereka, bagiku itu sudah biasa. "nyi girah ? nyi girah diam saja, aneh banget.. "nyi girah kenapa malam-malam lo kesini..??" tanyaku. Tapi dia tetap diam, aku jadi kesal. "Eh, ini udah malam, gue lagi belajar, emangnya lo mau apa, sih..??" nyi girah tetap diam, dia tetap diam, dia juga terlihat pucat sekali. tapi aku nggak peduli. Aku kesal banget, terpaksa aku tutup pintunya. Saat aku mau tutup pintunya, tiba-tiba "ini kan malem minggu, ngapain kamu belajar..??" tiba-tiba dia bicara. "bukan urusan lo. Malem minggu, mau belajar, kek, itu terserah gue, dong. Emangnya lo mau apa sih, malem-malem begini datang ke rumah gue, ha, kalo nggak ada perlunya, memdingan lo pulang aja. deh." ,"Ven gue ada perlu sama lho.". "hah, sama gue. Bukannya lho selalu sama Lia.." ,"iya tapi sekarang Lia lagi sakit.." ,"Trus lo tinggalin cewek lo sendirian..?". "iya gue tahu, tapi sekarang gue mau ngomong sama lho gue..". "ngomong sama lo, nggak penting tahu. Udah deh aku mau tidur, udah malam. ngantuk.." ,"Ven gue mohon banget..", "emangnya apaan, sih.." "Ven, sebenernya gue kesini mau minta maaf sama lo, gue sadar, gue salah, gue sombong, gue selalu menghina lo di depan temen-temen.." Tumben nih cowok mau minta maaf. "iya, bener lo emang lo cowok paling sombong sedunia, gue juga minta maaf karena gue nggak bisa maafin lo, sekarang mendingan lo pergi dari rumah gue, gue udah bosen sama muka lho..", "Vin gue mohon, vin. kalo lo nggak mau maafin gue gue nggak bakalan pergi dari sini.." Apa nggak mau pergi dari sini. Waduh.. kalau bapak dan ibu sampai tahu aku pasti dimarahin. "Vin, gue mohon banget.." nyi girah terus memaksaku untuk memaafkannya dia menangis dan berlutut di hadapanku. Aduh.. gimana ya Entah kenapa aku jadi kasihan sama nyi girah, sampai nangis dan berlutut juga. "Ya udah deh, gue maafin lo, tapi lo janji ngak akan ngelakuin kesalahan lo lagi..", "iya, Ven gue janji. Makasih ya. Makasih banget udah maafin gue..". Kemudian aku masuk rumah. Jam 5 pagi. Kriing. "Halo, Ven, apa kabar..??" ."baik, maaf ini siapa ya..??" ,"gue nyi girah.." , "Eh, ngapain lo telfon gue..??" "enggak, kok gue Cuma ingin tahu aja kabar kamu gimana.." Jam 7 pagi. Kriiing. Kriiing. Telfon berbunyi lagi. Ternyata dari Vika "halo, Ven eh lo udah denger berita nggak..??" "Berita apaan..??" tanyaku. "itu. tu teman kita, Lia dan nyi girah kecelakaan kemarin, si Lia kritis, terus nyi girah, nyi girah meninggal, Ven sore kemarin.." "apa jangan bercanda. deh..?" "iya gue serius, bahkan sekarang pemakamannya, udah deh memdingan sekarang lo kesini kalo nggak percaya.." ,"oh, iya deh.." Jantungku berdetak dengan cepat.. "Hah Via meninggal. sore hari, Terus yang tadi malam datang ke rumah siapa? terus yang telfon aku tadi pagi.." Perasaanku jadi nggak karuan. Tanpa pikir panjang aku langsung ke pemakaman, dan ternyata benar, yang meninggal itu memang nyi girah, tertulis jelas pada nisan. Aku tetep nggak percaya kalau nyi girah sudah nggak ada. Semua orang di pemakaman itu sudah pulang dan tinggal aku sendirian. Tiba-tiba aku terkejut karena ada yang menepuk pundakku. Saat aku menoleh aku tambah terkejut karena yang menepuk pundakku ternyata adalah nyi girah. Ia pakai baju putih yang sama kayak tadi malam, tetapi dengan wajah ceria. "terkejut, ya, maaf yang tadi malam gue ganggu lo, sebenernya gue udah meninggal, dan gue nggak bisa pergi dengan tenang karena gue harus minta maaf dulu sama lo, trim ya udah maafin gue dan udah mau datang di pemakamanku, sekarang gue bisa pergi dengan tenang..", "Ven sekali lagi terimakasih. ya.." katanya dengan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya. Ia pun menghilang. nyi girah, semoga kamu tenang di alam sana.  .


12


Sejujurnya, aku penakut, tapi aku suka membaca kisah-kisah horor atau riddle-horor yang membuatku bergidik ngeri. Entalah, menurutku menakuti diri sendiri itu menyenangkan. Suatu hari aku sangat bosan dengan game-game yang begitu saja. Aku mengunjungi play store di Hp-ku untuk mengetahui aplikasi atau game terbaru yang mungkin bisa menghilangkan rasa bosanku ini. Aku melihat sebuah aplikasi yang menyediakan kisah horor dan riddle horor. Tanpa ragu akupun mengunduhnya. Setelah selesai mengunduh aplikasi ini , aku membuat akun dan itu sedikit membuatku bingung, karena untuk apa aku mengisi formulir yang begitu lengkap untuk membuka aplikasi yang hanya menyediakan cerita dan riddle horor, tapi rasa penasaranku jauh lebih besar dari keraguanku. Tanpa basa-basi aku pun langsung mengisinya dengan cepat dan membaca cerita-cerita ini . Aplikasi ini benar-benar keren, aku pun langsung merinding setiap membaca satu persatu cerita ini . Setelah aku lelah melihat layar handphone-ku, aku pun menutup aplikasi ini . Cerita-cerita ini  membuat aku gak bisa tidur. Aku memutuskan untuk menghapus aplikasi ini  karena takut akan imajinasiku yang menggila ini. Keesokan harinya, aku mengajak teman-temanku untuk ikut membaca cerita horor yang ada di aplikasi yang sama dengan aku baca kemarin. Tentunya aku harus mengunduh lagi aplikasi ini . Setelah pulang sekolah aku memutuskan untuk menghapusnya lagi karena takut akan imajinasiku ini. Di hari minggu yang membosankan ini, aku mengunduh kembali aplikasi ini , ini yang ketujuh kalinya aku mengunduh aplikasi ini. Setelah selesai mengunduh aku dapat notifikasi bahwa aku harus memberikan aplikasi ini kepada salah satu keluargaku atau tidak aku akan celaka. Aku takut setengah mati, tapi aku tak percaya karena mungkin ini akal-akalan si penulisnya untuk menakuti para pembaca. Tapi semakin aku hapus dan aku unduh lagi aplikasi ini, aplikasi horor ini semakin menampilkan kisah yang sangat horor dan nyata. Aku jadi bingung. Aku pun menghapus aplikasi ini . Aku pun mengunduh lagi aplikasi ini  karena ingin membaca updatean cerita terbarunya. Aku pun membaca semua cerita dan tinggal satu cerita lagi yang belum ku baca yang berjudul, "Here.." Aku pun membacanya dengan mata terbelalak kaget karena cerita terakhir yang ku baca ini adalah sama dengan cerita kehidupanku ini, dan di kalimat terakhir berbunyi, "Seseorang datang menghampirinya dan membunuhnya.." aku pun menengok ke belakang dan aku baru menyadari ada seseorang di belakangku.



13


Malam yang sepi untuk nyi gira, tak ada yang menemaninya di rumah. Ia hanya bisa sendiri sambil membaca buku yang baru ia beli tadi siang. Angin malam menusuk tulang-tulang nyi gira melalui ventilasi ruangan, segera nyi gira menutupnya dengan cepat. Sudah 2 jam ia duduk sambil membaca buku. Tv yang sejak tadi menyala tidak ia hiraukan. Malam sudah sangat larut sekali. Namun, nyi gira masih belum terlelap. Matanya masih bangun dan tubuhnya masih sangat ingin melakukan sesuatu. Kembali ia membawa buku lagi, kali ini buku majalah tentang masakan dan fashion wanita. Ia sangat suka suka sekali dengan fashion fashion terbaru dan ter-update. Ia lihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul 02:00 malam. Larut sekali. Tapi, ia masih bertahan dengan matanya yang masih segar. Kemudian ia putuskan untuk ke luar dan melihat-lihat suasana gelapnya malam. "Kring.. Kring.." Kring suara telepon terdengar. nyi gira mengangkatnya. Namun, tidak ada yang bicara di telepon itu, hanya terdengar "Srrkkk.." seperti orang berlari di dalam hutan yang gelap. "Halo,,??" kata nyi gira. Namun, tetap saja tidak ada suara apa-apa kecuali suara orang berlari. “Halo, ini dengan siapa..??" “nyi gira-chan..?" orang itu memanggil nyi gira. “Halo..??" Tiba-tiba telepon mati seketika. “Aneh sekali, siapa yang berbicara tadi ya..??" ucap nyi gira setelah telepon itu mati. Televisi kemudian menjadi aneh, gambarnya tidak jelas. Tapi, terlihat wanita lesbi berdiri mengenakkan pakaian merah di sebuah hutan. dengan samar-samarnya, wanita lesbi itu menatap tajam nyi gira, dan berbisik “nyi gira-chan..??" dengan suara seperti orang sekarat. “nyi gira-chan,,!!" terdengar ada orang berbisik lagi. Namun, sepertinya bisikkan itu berada di balik pintu rumah. nyi gira bingung, ada perasaan ingin membuka pintu dan ada perasaan ingin memperhatikan gambar di televisi. “nyi giraaa,,!!" orang itu berteriak seolah sedang marah dan seperti ingin melakukan perbuatan jahat pada nyi gira. “Siapa itu..??" Dengan berani nyi gira melihat nya lewat lubang kunci di pintu itu. Wajahnya tidak terlihat. Namun, sepertinya orang itu adalah orang yang ada di tv. Wanita yang memakai pakaian merah, ternyata merahnya dihasilkan dari darah manusia. nyi gira yakin itu merah darah, karena baunya juga berbau amis yang menyengat. “Maaf, anda siapa..??" kata nyi gira sambil membukakan pintu. Namun, orang itu tidak ada. Kemudian nyi gira membalikkan badannya, ia beranjak masuk. Tiba-tiba bayangan seseorang hendak memukul nyi gira. “Aaaaaaah,,!!" teriak nyi gira dengan sangat kencang. nyi gira bangun dari tidurnya dengan buku yang robek terkoyak dan berserakkan di seluruh sudut ruangan. Ia duduk kemudian pergi meminum segelas air putih. "Ah aku hanya mimpi,," kata nyi gira. "Kring… Kringg.." Kemudian telepon berbunyi. Lalu, nyi gira pun mengangkatnya. “nyi gira,," ucap seseorang dalam telepon. “Oh madama .." Kemudian mereka berbincang sedikit dan mereka putuskan untuk bertemu satu sama lain. Ternyata madama  adalah teman nyi gira yang sejak satu bulan hilang tak ditemukan. Namun, akhirnya madama  telah menghubungi nyi gira. — “Selamat pagi.." Mereka kemudian berpelukkan. “madama , ke mana saja kau selama ini? Aku telah mencarimu.." “Ah itu, mari kita meminum segelas kopi. Itu ada sebuah kafe di depan kita.." Kerinduan nyi gira kepada sahabatnya telah terobati dengan berbincang di kafe dengan ditemani segelas kopi hangat yang menyegarkan. nyi gira menceritakan perkerjaan barunya pada madama  dan semua yang ia jalani tanpa madama . madama  mendengarkannya dengan gembira sekali. “Hei nyi gira. Apa yang kau lakukan di sini,,??" tanya anna michele, teman sekantornya nyi gira. “Aku bersama dengan madama .." “Siapa madama ..??" “Ini sahabatku,," nyi gira menunjuk ke arah madama  yang sejak tadi duduk namun sekarang sudah hilang. nyi gira mencarinya. Namun, tak ia temukan. Gelas kopi madama  pun tidak ada, semuanya hilang. Kemudian nyi gira memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat ia membayar kopi tadi, yang ia bayar dengan dua harga. Yaitu dengan kopi milik madama . Namun, penjaga kasir bilang kalau nyi gira hanya memesan satu gelas dan dari tadi nyi gira hanya duduk sendiri sambil berbicara sendiri. Tapi, kenyataannya sejak awal masuk kafe, nyi gira berduaan saja dengan madama . Keanehan dirasakan nyi gira. Tapi, tidak sekali pun nyi gira berpikir negatif. Ia hanya berpkir bahwa madama  telah kembali padanya. Ia pulang dengan bus ke rumahnya. Tiba-tiba ia melihat madama  dengan pakaian berdarahnya. nyi gira menghentikan busnya, kemudian ia lihat madama  sudah tidak ada. Namun, jejak darah masih membekas di jalanan itu. Karena jarak dari situ ke arah rumahnya tidak terlalu jauh, maka nyi gira putuskan untuk berjalan kaki saja. Tiba-tiba madama  memanggil nyi gira dari belakang. Pakaian madama  baik-baik saja, tidak ada darah sedikit pun. “madama , tadi kau ke mana? Aku tadi kan bersamamu..??" “Ah nyi gira maafkan aku, tadi aku…" Kemudian mereka berjalan lagi ke rumah nyi gira. “Ayo masuk madama .." “Rumah barumu ya ??" “Kecil sih, tapi cukuplah untuk aku saja.." nyi gira membawakan air untuk madama , kemudian menyalakkan televisi. Kring… Kring telepon berbunyi. “nyi gira-chan.." madama  telah ditemukan. Ia ditemukan di hutan. Sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan,," ucap anna michele dalam telepon. “Apa maksudmu? madama  sedang berada di rumahku. Kau tahu itu? madama  baik-baik saja.." “nyi gira,," madama  memanggil nyi gira sambil memegang sebuah pisau dengan penampilan seperti yang diceritakan anna michele. Wajahnya hanya tinggal tulangnya, pakaiannya sangat rusak sekali. “madama , kau.." “Yeaaaah.." madama  mengunuskan pisau itu ke perut nyi gira. nyi gira kesakitan, kemudian ia ingat bahwa ia telah menyakiti madama . nyi gira telah merebut anna michele, pacarnya madama  waktu itu. Karena terpukul dan frustasi madama  bunuh diri di hutan itu dengan dendamnya pada nyi gira. “Maafkan aku soal itu madama .." “Kau sahabatku, kenapa kau telah menyakitiku nyi gira.." Kemudian anna michele muncul dari belakang dengan menusukkan pisau ke punggung mayat madama . “anna michele, kenapa..??" “Kau begitu egois, kau tidak pernah mengerti perasaanku.." “Kalau begitu tusukkan pisau itu ke leherku..?" “Kau?" “Cepat anna michele..!!" Cukkk… Pisau itu telah menancap di leher madama . Kemudian, dengan cepat madama  kembali menusukkan pisau di tangannya ke perut anna michele hingga tewas. Sekarang mereka semua tewas dalam perasaan dendam yang telah terbayar sudah.



14

Malam itu Daniel yang pulang sempoyongan karena pengaruh minuman keras di tengah jalan kota dengan resleting yang masih terbuka tak ia hiraukan dan tak ia sesali apa yang telah ia perbuat ya. Dia habis melakukan perbuatan biadab kepada seorang gadis lesbi  yang ia jumpai di dingin malam sehabis hujan tadi. Dalam perjalanan yang agak jauh dengan tubuh yang mau ambruk itu ia melihat sekelebat orang melintas hingga ia terkejut dan terjatuh, tak lama lalu ia bangun dan berjalan lagi. Sesampai teras di rumah dalam samar-samar penglihatannya ia melihat seperti ada seorang wanita lesbi berambut panjang berdiri dekat rumah. ia penasaran dan bertanya. “hey. gadis lesbi . Siapa kamu? Apa kau ingin bercinta denganku..??" tapi tak ada sahutan lalu Daniel menambahkan. “okey lihat saja apa yang akan aku perbuat kepadamu," dengan langkah memburu Daniel mendekat tapi tiba-tiba sosok itu hilang begitu saja. Karena bingung Daniel tak lagi menghiraukannya lalu ia masuk rumah, sesampai di kamar ia memandangi jam dinding waktu itu jam menunjukkan pukul 01:20 kemudian ia mematikan lampu. Tiba-tiba Daniel berteriak keras dan seketika ia menyalakan lampu kembali. Entah apa yang terjadi namun ia kembali mematikan lampu lagi lalu ia menyalakan korek api agar dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Alhasil ia dapati melihat sesosok berambut panjang berdiri dekat tempat tidurnya menunduk menakutkan dengan tangan memegangi sebuah sabuk gitar yang mengait sebagian sebuah gitar elektrik yang lusuh mungkin sosok itu yang menghantuinya dari tadi yang ia pikir seorang wanita. Tapi Daniel tertawa ia menganggap lucu. Hingga Daniel nyalakan lampu dan mematikannya lagi terus menyalakan lagi berulang ulang. Entah apa yang terjadi tiba-tiba Daniel berteriak keras histeris dan menyayat dan berujung amat sunyi. Seminggu berlalu Erwin mengunjungi makam Daniel yang merupakan sahabat setianya. Ia menaruh bunga lalu pergi. Erwin adalah seorang yang gila dan psikopat. Ia suka mencari gadis lesbi -gadis lesbi  cantik yang suka ia undang lalu ia melampiaskan nafsunya dan membunuhnya, ia sering melakukannya sendiri tapi kadang bersama sahabat-sahabatnya. Ya terutama Daniel. Ia suka merekamnya lalu menontonnya kembali. Malam itu di tengah ia menonton rekeman tiba-tiba bel berbunyi ia terkejut saat ia membuka pintu tiba-tiba tak ada seorang pun. Lalu ia menutup pintu itu lagi dan duduk di sofa dengan ketakutan. Tapi tiba-tiba bel kembali berbunyi walau keringat deras bercucuran karena ketakutan Erwin coba tenang dan mengintip lewat kelambu jendela dekat pintu. Dengan senyum lebar Erwin bahagia karena datang gadis lesbi  cantik ya gadis lesbi  itu korban selanjutnya. Ia langsung menyekapnya dan mengikatnya di kursi kayu yang slalu ia gunakan dalam beraksi. Erwin menjelajahi tubuh gadis lesbi  malang itu ia hanya bisa menangis tak berdaya, Erwin melakukannya dengan kasar ia merobeki baju gadis lesbi  itu dengan pisau yang biasa ia pakai yang nantinya juga ia gunakan untuk menghabisi korban. Namun tiba-tiba bel berbunyi lagi dengan cekatan Erwin membukakan pintu berharap ada calon korban lagi. Tapi tak seorang pun terlihat saat ia telah buka pintu itu. Ia ketakutan lalu ia menutup pintu lagi dan menoleh ke arah kursi penyekapan gadis lesbi  tadi serontak. “Aaaaah!! Ke mana hilangnya gadis lesbi  itu ??" teriak Erwin ia semakin ketakutan tatkala ia menyadari pisau yang ia pegang juga telah berubah menjadi tikus yang menggigit-gigit tangannya. Erwin mencari ke seluruh isi rumah, tapi ke mana gadis lesbi  itu? Hilang? Namun tiba-tiba lampu padam hal itu membuat Erwin menjadi panik. Tiba-tiba ia berteriak ketakutan sontak tiba-tiba lampu menyala dan.. yaa situasi terbalik. Kini Erwin menjerit ia telah sadar tiba-tiba ia telah duduk terikat di kursi yang biasa ia pakai pada korban dengan mulut tersumpal namun sampai saat ini ia tak menyadari siapa yang melakukannya. Ia meronta berusaha melepaskan diri namun tak bisa. Tiba-tiba bel berbunyi lagi..’ting, tung’. Erwin semakin ketakutan dan berteriak minta tolong tapi tak bisa terdengar jelas. BRAAKK! Suara pintu terbuka dengan hembusan angin kencang, datanglah sosok gadis lesbi  merangkak menakutkan dan mendekat lalu menggigit bagian vital Erwin hingga terputus. Erwin meronta mencoba lepaskan ikatan. dan berhasil. “mampus kau wanita lesbi gila..!!" seru Erwin. BRAAKK! Suara hantaman Erwin ke kepala wanita lesbi menakutkan itu hingga terjungkal namun sekejap bangkit lagi. “Aaahh!! Siapa lagi kamu..??" seru Erwin yang dikejutkan kedatangan sosok menakutkan berdiri di pintu dengan tangan menenteng sabuk gitar dengan gitar lusuh terseret di tanah. Erwin berusaha melepaskan tali-tali yang mengikati dia dan berhasil ia berlari tak karuan dan ketakutan namun sosok itu tetap mengejarnya berjalan pelan dengan menyeret gitar lusuh itu. Angin terasa kencang menekan menyakitkan ketika semakin mendekat dan akhirnya sangat dekat berhadapan dan tubuh Erwin terbelalak di tembok dengan rasa takut dan sakit jadi satu. Erwin menangis ketakutan namun tak ada ampun sosok itu mengangkat tangannya dan gitar itu terbang melayang-layang di atmosfer atap rumah. BRAAKK! Ia hempaskan gitar itu ke tubuh Erwin dan menghabisinya, entah siapa sebenarnya sosok-sosok ini yang menganggap dirinya berhak mengeksekusi Daniel dan Erwin. Polisi amat bingung akan kasus ini yang sulit diungkap. Hingga mengumpulkan beberapa gitaris dalam kota untuk interogasi dan mencocokkan sidik jari. Sebab jasad korban selalu masih terpampang pick menancap di kening. Mungkinkah polisi dapat mengungkap? Sebab tak ditemukan adanya sidik jari. *** Seorang ibu paruh baya memandang foto seorang pria memeluk anak dan istri. Siapa dia? Lalu ibu itu masuk sebuah kamar dan mengelus rambut bocah dan mencium keningnya.. ya bocah itu yang tadi ada di foto. Kemudian ia memandangi foto seorang bocah bermain gitar. Dan foto bocah itu diajari sang ayah. Dan ia pun tak lepas memandang foto kumpul bersama. Lalu ia memeluk gitar yang lusuh berdebu. Mungkin karena tak ada lagi yang merawat. Ia menangis dan memeluk gitar itu. Ya gitar itu milik sang ayah si bocah ini dan gitar ini mirip atau benar memang gitar itu milik sosok-sosok dalam cerita ini? Ibu itu menangis tak mengira apa yang telah terjadi, yang ia ingat anak gadis lesbi nya pergi sembunyi-sembunyi tengah malam dan kakaknya membuntutinya beserta istrinya yang entah kemana hingga akhirnya hanya kambali dengan kepedihan. Dalam malam yang larut Mr. raden wijaya adalah berandal tua yang sering pergi di tengah malam entah kemana. Namun kali ini ia pergi ke paranormal. Ia ingin selamat dari ancaman yang mungkin ia alami nanti mengingat kedua temannya Daniel dan Erwin bergiliran jadi korban misterius. Dan paranormal itu akhirnya tahu dan memberitahukan pada raden wijaya siapa pelakunya. Ia katakan bahwa pelaku adalah korban Mr. raden wijaya dan kedua sahabatnya yang menuntus balas. Dengan uang Mr. raden wijaya meminta agar diselamatkan dari ancaman lalu pergi. Malam makin mendekati pagi Mr. raden wijaya pergi ke diskotik ia mabok dan main wanita-wanita lesbi di sana lalu mengajaknya keluar. Di tengah jalan ia dikejutkan sosok melintas dan menghadang menyeret gitar di tangah hingga Mr. raden wijaya terjatuh dari motor dan wanita lesbi jal*ng itu. Namun sosok tadi menghilang setelah raden wijaya jatuh. Mr. raden wijaya ketakutan lalu menodongkan pisau ke gadis lesbi  jal*ng itu dan berteriak. “keluarlah orang jelek jangan menakut-nakutiku kalau tidak mau muncul kuhabisi dia.." Lalu raden wijaya menelpon seseorang tuk habisi keluarga sosok menyeret gitar ini tak lama kemudian muncullah sosok tadi lalu mengangkat tangannya membuat gitar lusuh itu melayang-layang di udara. Namun raden wijaya mengolok-oloknya. “Aku sudah menikmati istri dan adikmu dan menghabisinya. Andai jika mereka kubiarkan hidup pasti mereka ketagihan selalu meminta padaku. Dan aku telah menggorok lehermu dulu. Apa kau mau ke sini minta digorok lagi, hahaha !!" Tanpa basa-basi lagi sosok itu langsung menghempaskan gitar lusuh itu ke wajah Mr. raden wijaya berkali-kali hingga tewas dan meninggalkan jasad raden wijaya dan gadis lesbi  tadi yang terus berteriak histeris ketakutan. Lalu ia secepatnya menemui keluarganya di rumah yang terancam sesampainya di rumah ia dapati ibu dan anaknya terikat dan susah melepasnya sebab telah dimantrai. Muncullah gerombolan biadab yang ditelpon raden wijaya tadi merekalah yang mengikat keluarganya dan nampak di depan adalah paranormal yang dimintai tolong tadi oleh raden wijaya. Pertarungan mistis yang sengit tak terelakkan. Dengan ilmu itu supranatural itu mampu menghantam, merobek, dan menghempas sosok penyeret gitar lusuh itu. Dan supranatural itu hendak menerbangkannya ke langit ke tujuh untuk mengirimnya ke alam yang semestinya. Lalu di langit entah apa yang terjadi tiba-tiba ia terjun ke bumi dan menghantam keras tubuh paranormal itu hingga tewas dan berlarianlah gerombolan hina itu. Dan ikatan tali ibu dan bocah itu dapat terlepas. Esok harinya akhirnya polisi dapat mengungkap kasus ini. Namun sosok penyeret gitar akankah cukup sampai di sini? Suatu malam bubaran pesta ulang tahun seorang remaja. Anita yang sepulang menghadiri pesta itu berjalan pulang sendirian. Di tengah jalan ia dihadang segerombolan anarkis dan biadab yang akan berbuat keji pada Anita, merasa terancam ia berlari ketakutan. Namun gerombolan itu tetap mengejarnya dan tertangkap dengan hanya menangis ia meratapi keadaan dan ketakutannya. Tiba-tiba angin kencang menghempas mereka. Dalam kegelapan sosok penyeret gitar lusuh itu tak akan tinggal diam.


15

Ini terjadi kurang lebih 4 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berada di kelas 8 SMP. Berawal dari pelajaran seni budaya dengan materi kerajinan tangan kami berkunjung ke tempat penghasil kerajinan tangan yang ada di daerahku. Hari ini aku sedikit tidak enak badan, badanku panas, dan mataku perih, aku demam gara-gara cuaca akhir-akhir ini yang tidak stabil. Guruku menyarankan untuk tidak ikut dalam kunjungan itu namun aku ngotot untuk tetap ikut. "ini hanya demam biasa, bu.." kataku. "tapi nanti terjadi apa-apa padamu.." kata guruku. "tidak akan bu, kalau saya tidak ikut nanti saya tidak tahu seperti apa praktik dalam membuat kerajinan tangan.." "Ya sudah kalau begitu.." Aku dan teman-teman sekelas semuanya pergi ke tempat kunjungan, dan kami pun sampai dengan hanya 20 menit. Aku tidak ingin ketinggalan kunjungan ke tempat ini karena Nenekku pernah bercerita bahwa dulunya tempat ini adalah penginapan dan terjadi pembunuhan berantai entah oleh siapa. Dan kata Nenek, sampai sekarang mungkin arwah yang dibunuh itu masih ada di situ. Kami mulai melihat-lihat bagaimana tahap pembuatan hasil buah tangan para pekerja. Kami mulai asyik sendiri-sendiri. Mataku pun melihat-lihat ke segala penjuru tempat ini dan kakiku terus melangkah mengikuti keinginanku untuk mencari tahu bagaimana angkernya tempat ini. Dari segi bangunan memang benar ini sepertinya dulu adalah penginapan, aku terus berjalan menapaki koridor, di setiap ruangan ada para pekerja melakukan pekerjaannya masing-masing. Tempat ini terkesan sepi, tidak ada gurauan yang ada hanya bunyi pahatan. Tanpa ku sadari aku sudah berjalan jauh dari teman-temanku, tempat ini terlalu luas dan tempat kerajinan hanya di bagian depan bekas bangunan penginapan ini. Tiba-tiba gerimis, cuaca bulan ini memang tidak bisa ditebak. Aku merasa angin berhembus di wajahku, dingin. Tidak tahu mengapa aku menjadi merinding, saat aku hendak berbalik aku merasa ada yang mengamatiku dari tadi. Dari sudut penglihatanku sepertinya aku melihat sesuatu pada atap koridor. Iya benar ada sesuatu yang bergantung di sana! Badanku menjadi sangat lemah, kakiku hampir tidak bisa menopang tubuhku. Suasana di sini berubah menjadi sangat mencekam. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. "Sedang apa kamu di sini? Kamu sudah terlalu jauh.." kata guruku. "Bu.. Sepertinya saya melihat sesuatu di sana.." "Sudahlah mungkin kamu hanya berhalusinasi, kamu kan lagi demam. Ayo kita pulang, teman-temanmu sudah menunggu.." "Iya, bu.." Aku dan bu guru pun kembali, sebelum itu ku beranikan diri untuk memalingkan wajahku melihat sesuatu itu, aku penasaran. Dan memang benar di sana tergantung seorang anak perempuan seumurku. Matanya berwarna hitam dan sangat tajam, dan yang tidak bisa ku lupakan sampai saat ini. Dia tersenyum menyeringai kepadaku. .



19

Hari ini adalah tanggal 13 agustus, hari yang paling bersejarah untukku. Mungkin orang lain akan menghiraukan tanggal ini tetapi itu tidak buatku. Tanggal 13 agustus adalah tanggal dimana ibuku meninggal karena dibunuh. Ibuku orang baik tetapi tidak tahu mengapa ada orang yang sangat membenci ibuku hingga dia tega membunuh ibuku. Aku selalu bertanya-tanya siapa yang tega membunuh ibuku dan kenapa ibuku harus meninggal dengan cara tragis seperti itu. Mungkinkah ibuku mempunyai kesalahan yang begitu besar sehingga dia tega membunuh ibuku. Tanggal 13 agustus aku selalu melamun seperti hari ini, saat aku melamun tiba-tiba ada yang memanggil namaku dari kamar dimana ibuku dibunuh, aku langsung melihat kamar itu. Betapa kagetnya aku, aku melihat sesosok mahluk mirip ibu yang telah meninggal sedang berdiri memakai baju putih di dalam kamar itu sosok itu berbicara. "Roni anakku kemarilah ini ibu" ucap sosok itu. "Siapa kamu? kenapa kamu ada disini..??" Teriakku pada sosok itu. "Ini ibu nak.." Jawab sosok dengan suara yang lembut persis seperti suara ibuku. "Ibuku sudah mati, siapa kamu sebenarnya.." teriakanku pada sosok itu. "Ini ibu nak, memang ibu sudah mati tapi roh ibu masih tidak tenang karena orang yang membunuh ibu belum terungkap oleh keluarga kita.." ucap sosok itu sambil mau menangis. "Jadi siapa bu yang membunuh ibu..??" tanyaku sambil menangis dan menghampiri sosok itu. Tiba-tiba kamar ini berubah menjadi seperti kamar ibu yang dulu dan sosok ibuku menghilang dan aku pun menjadi tembus pandang. Tak beberapa lama datang ibuku yang masih hidup dan tanteku dari luar kamar memasuki kamar ini dan aku masih terdiam. Tapi di dalam kamar ini sepertinya terjadi pertengkaran yang hebat antara ibuku dan tanteku tetapi aku tidak dapat mendengar jelas apa yang meraka pertekarkan. Tiba-tiba tante mengambil kalung pemberian ayah untuk ibu sehingga membuat ibuku marah dan menampar tanteku. Tanteku kelihatanya sangat marah dan mendorong ibu sampai ibu terpental jauh dan kepala ibuku terkena dinding kamar, sehingga kepala ibuku mengeluarkan darah. Dan aku sontak menghampiri ibu tetapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong ibu. Tetapi tanteku tertawa sinis sambil mengambil pisau buah dan menghujamkan pisau itu ke perut ibuku, sontak aku berteriak. "TIDAKKKKK.." Teriakan sambil menangis sejadi-jadi. Tanteku pergi seperti tak mempunyai dosa. Setelah itu aku tak ingat apa-apa karena aku pingsan. Setelah aku bangun semuanya biasa saja. Tapi aku langsung ingat kejadian tadi dan aku bergegas ke kantor polisi. Di kantor polisi aku menceritakan semuanya ke polisi. Polisi pun dan aku pergi ke kediaman tanteku. Sesudah di rumah tanteku polisi meminta izin untuk menggeledah. Tanteku mengizinkan karena ketakutan dan polisi pun langsung menggeledah rumah tanteku. Tak beberapa lama polisi pun menemukan kalung yang aku maksud dan langsung menangkap tanteku. (Singkat cerita) tanteku dipenjara 15 tahun dengan tuduhan pembunuhan. Sesudah pulang ke rumah aku melihat sosok ibuku tersenyum padaku. .




20

Panggil saja saya nyi girah.. Ini posting pertama saya. Saya mau cerita pengalaman saat masih kecil, tepatnya pas saya masih SD. Ceritanya seperti ini.. Saya punya teman bermain, sebut saja mpu nala . Tiap hari kita slalu bermain bareng dari layang-layang, kelereng, sepakbola, dll. Suatu ketika setelah kita selesai bermain, kita langsung pulang ke rumah masing-masing. Seperti biasa, habis bermain badan kotor dan kita langsung pada mandi. Nah, disini mulai cerita seremnya... Sehabis sholat maghrib, ortunya si somad datang ke rumah saya menanyakan apa somad ikut pulang ke rumah saya? Saya sekeluarga menjawab dengan kompak "Tidak Bu..Pak..". Saya menambahi : "tadi sehabis main somad langsung pulang koq Bu.. Katanya badannya agak gatal karena penuh keringat dan ingin mandi air hangat.." Nah, ortunya si mpu nala  saling pandang dan kebingungan karena si mpu nala  dari sore belum pulang ke rumah. Makanya mereka datang ke rumah kami untuk menanyakan. Akhirnya kami semua (termasuk ortu saya) ikut mencari si mpu nala .. Warga sekitar juga ikut membantu mencari.. Berbekal lampu senteng (istilah di desa saya dulu untuk lampu yang dibuat dengan botol kaca diisi minyak tanah terus dikasih semacam sumbu dari kain), kami semua mulai berpencar mencari si mpu nala .... Namun, sampai lewat jam 21.00 kami belum berhasil menemukan keberadaan si mpu nala . Ibarat pepatah kalau si mpu nala  bagai hilang ditelan bumi, karena semua tempat yang biasa dibuat bermain anak-anak (termasuk rumah si mpu nala ) sudah diubek-ubek tetapi si mpu nala  tidak ketemu juga. Akhirnya, kami sepakat meminta pertolongan salah satu mpu  di kampung kami. Kemudian Pak mpu  mulai membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan yang lain membantu dengan berdo’a sebisanya. Sekitar 30 menit kemudian Pak mpu  berdiri dan bilang kepada ortunya si mpu nala  " Bu.. Pak.. Tenang saja.. Sudah tidak usah khawatir.. Tunggu saja di rumah, sekitar 1 jam lagi coba Bapak Ibu melihat kamar mandi yang di belakang rumah.. Pasti anak Bapak Ibu ada disana.." Kemudian Pak mpu  mohon pamit untuk pulang.. Sesuai pesan dari Pak mpu , sekitar 1 jam berikutnya kami semua ramai-ramai ikut mengecek kamar mandi belakang yang ada di rumah si mpu nala . Dan....... kami semua kaget!!! Ternyata si mpu nala  sedang asyik mandi dan bermain busa sabun sambil ditiup-tiup kaya balon!!!! Sontak saja ortu si mpu nala  langsung memeluk anaknya sambil nangis.. "Syukurlah nang kamu baik-baik saja.." Kamu tadi kemana nang? Tanya Bapak si mpu nala .. Coba tebak apa jawaban si mpu nala  ???!!! " Aku dari tadi disini koq Pak.. Bu.. Tadi sore pas mau mandi aku nyari ibu tidak ada, terus aku ngrebus air sendiri dan mandi.." Kami semua kebingungan dan masih tidak percaya dengan jawaban si mpu nala . Kan kami semua dari tadi sudah mencari-cari dan si mpu nala  tidak ada (palagi di kamar mandi belakang rumah). Esok harinya ortu si mpu nala  membawanya lagi ke Pak mpu  yang semalam sudah membantu pencarian. "Anaknya Bapak Ibu sebenarnya kemarin malam itu memang tidak kemana-mana hanya mandi di kamar mandi. Hanya saja dia sedang diajak bermain sama gendruwo yang ada di pohon belakang kamar mandi" kata Pak mpu .. Tapi koq pas kita cari tidak ada ya Pak mpu  ? Tanya Ibu si mpu nala .. Jawab Pak mpu  : "anak ibu ditutup pakai selembar daun bambu sama gendruwo itu, jadi kita semua tidak bisa melihatnya.." "Ooooo.. githu tho Pak mpu .. " sahut ortu si mpu nala  kompak.. "Iya Bu.. aku tadi manggil ibu bapak koq tidak ada yang dengar? sampai aku teriak-teriak.." celoteh si mpu nala .. "Ya sudah nang..yang penting kamu tidak kenapa-napa..".





21

Hi, perkenalkan namaku nyi girah. Aku ingin coba memberi tahu kalian tentang sosok hantu kakek tua yang suka menggangu dan mengikuti adikku kemanapun. Nama adikku (Namira), dia suka sekali bermain di sebuah taman yang berada di dekat mall. Saat itu ibuku sedang pergi berbelanja di Giant, Mitra 10. Nah di situ, adikku sedang bermain di taman dan temani oleh ayahku. Tiba tiba, dia menangis ketakutan setelah habis main di pojokan taman ini . Karena adikku masih umur 2 tahun di saat tahun 2014, dia hanya bisa menangis dan tidak dapat menceritakan apa yang telah di lihatnya itu. Saat itu, Bude ku datang untuk menemui keluarga dan ada juga saudaraku yang menemani. Sejak perjalanan ke Citos mall ini  (Cilanda town square), adikku masih tetap menangis ketakutan. Karena tidak mau terjadi apa apa dengan adik maka budeku segera menghubungi seorang biksu . Akhirnya kata biksu  nya, bahwa ada seorang kakek tua yang senang dan mengikuti adik. Dan setelah kejadian itu, Aku dan adikku tidak pernah main di tempat itu lagi. Terima kasih telah membaca ceritaku.