• www.coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

  • www.berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

maxhavelar 6

berada dalam keadaan jang istimewa. 
Kita tidak bitjara tentang mereka jang "menduduki djabatan-
djabatan jang tinggi di negeri Hindia", tapi sungguh aneh betapa 
seringkali orang lebih menghargai pendapat orang jang sama 
sekali tidak punja apa-apa jang membenarkan penghargaan itu 
dari "kenang-kenangan sekian tahun tinggal diwilajah-wilajah 
itu", dan ini lebih-Iebih lagi terasa aneh karena mereka jang 
mempertjajai alasan seperti itu tidak serta merta menerima 
sadja segala apa jang misalnja dikatakan kepada mereka menge-
nai urusan rumah tangga negara Belanda, oleh orang jang mem-
buktikan bahwa ia empat puluh atau lima puluh tahun tinggal 
dinegeri Belanda. Ada orang-orang jang lebih tiga puluh tahun 
tinggal di Hindia Belanda tanpa pemah bergaul dengan penduduk 
maupun dengan kepala-kepala negeri Bumiputera, dan adalah 
menjedihkan bahwa dewan Hindia sama sekali atau sebagian 
bes ar terdiri dari orang-orang sematjam itu, ja, bahkan bahwa 
orang menemukan tjara untuk menjuruh radja menandatangani 
pengangkatan seseorang djadi gubemur djenderal, jang termasuk 
"Ahli" seperti ini. 
Ketika saja mengatakan bahwa ketjakapan jang harus ada pada 
259 
seorang gubernur djenderal jang baru diangkat mengandung pula 
pikiran bahwa orang menganggapnja seorang djeni, sekali-kali 
bukanlah maksud saja hendak mengandjurkan supaja mengang-
kat manusia-manusia djeni. Keberatannja ialah pertama-tama 
bahwa djabatan sepenting itu selalu tidak akan terisi, tapi ada 
lagi sebab lain. Seorang djeni tidak akan bisa bekerdja dibawah 
bmenterian tanah djadjahan, karena itu tidak akan berguna 
sebagai gubernur djenderal, seperti biasanja manusia-manusia 
djeni. 
Barangkali ada baiknja djika kesalahan-kesalahan utama jang 
saja sebutkan berupa sedjarah penjakit menarik perhatian orang-
orang jang terpanggil untuk memilih seorang wali negeri jang 
baru. Bertolak dari pendirian bahwa semua orang jang diusulkan 
untuk itu adalah orang jang berhati tulus dan mempunjai daja 
tangkap jang sedikit banjak akan dapat memungkinkannja mem-
peladjari apa jang harus mereka ketahui, saja menganggap pen-
ting sekali bahwa mereka djangan sok tahu pada mula pertama, 
dan terutama djangan apatis dan seperti orang mengantuk dalam 
tahun-tahun terachir pemerintahannja. Sudah saja katakan betapa 
Havelaar dalam tugas kewadjibannja jang sukar itu mengira akan 
dapat mengharapkan bantuan dari gubernur djenderal dan saja 
tambahkan "bahwa anggapan itu adalah naif". Gubernur dj ende-
ral itu menunggu penggantinja ...... sebentar lagi ia istirahat di-
negeri Belanda! 
Kita akan lihat apa akibat ketjenderungan untuk mengantuk 
itu bagi daerah Lebak, bagi Havelaar, dan bagi siorang Djawa 
Saidjah, jang kisah hidupnja sekarang hendak saja tjeritakan, 
kisah jang mendjemukan, - salah satu dari jang banjak ! 
Ja, mendjemukan! Mendjemukan seperti tjerita semut jang 
radjin, jang menarik sumbangannja untuk persediaan musim di-
ngin naik keatas gumpalan tanah, - keatas gunung, - jang 
terletak ditengah djalan kelumbung. Setiap kali ia terguling ke-
bawah dengan bebannja, setiap kali ia mentjoba lagi mentjari 
tumpuan diatas batu ketjil diatas, - diatas batu dipuntjak bukit. 
Tapi antara dirinja dan punt jak itu ada djurang, - lubang jang 
260 
tidak akan dapat diisi oleh seribu ekor semut, - ia harus me-
mutari djurang itu. Untuk itu semut jang hampir-hampir tidak 
berdaja menjeret bebannja diatas tanah jang datar itu, - beban 
jang berlipat ganda lebih berat dari dirinja, - harus memikul 
beban itu keatas dan ia harus berdiri diatas temp at jang gojah; 
ia harus mendjaga keseimbangannja bila ia bangkit dengan be-
bannja antara kedua kaki depannja, ia harus memeluknja sambil 
berdjalan miring keatas dan meletakkannja diatas udjung jang 
mendjulur dari tembok batu ; ia terhujung-hujung, tertatih-tatih, 
terkedjut, roboh, mentjoba berpegang pada batang pohon jang 
akarnja separoh tertjabut, puntjaknja menundjuk kedalam dju-
rang, - sebatang rumput ; - ia tidak menemukan titik tumpuan 
jang dit j arinj a, pohon itu mengajun kembali, - batang rumput 
itu mengelak dibawah kakinja, ...... dan semut itu djatuh ke-
dalam lubang dengan bebannja. Kemudian ia berdiam diri se-
djenak, ada sedetik waktu jang lama dalam hidup seekor semut. 
Apakah ia kelengar karena djatuh, atau apakah ia sedih karena 
usahanja jang habis-habisan sia-sia sadja. Tapi ia tidak putus asa. 
Dipegangnja lagi bebannja itu, diseretnja lagi keatas, dan sekali 
lagi dan sekali lagi ia djatuh kedalam lubang. 
Begitulah mendjemukan tjerita saja. Tapi saja tidak akan bi-
tjara tentang semut-semut jang suka dan dukatjitanja tidak dapat 
kita lihat karen a kasarnja pantjaindera kita; saja akan tjerita 
tentang manusia-manusia jang bergerak seperti kita. Memang, 
barangsiapa jang tidak suka terharu dan tidak suka ikut me-
rasakan penderitaan orang lain, akan mengatakan bahwa orang-
orang itu kulitnja kuning atau sawa matang, - kebanjakan 
orang menjebut mereka hitam; dan bagi orang sematjam itu 
perbedaan warna tjukup mendjadi alasan untuk memalingkan 
mukanja dari kesengsaraan itu, atau djika mereka tidak melengos 
mereka melihat dari ketinggian tanpa keharuan. 
Djadi, tjerita saja hanja ditudjukan kepada mereka jang mem-
punjai kemampuan untuk pertjaja bahwa ada hati-hati jang ber-
debar dibawah permukaan kulit jang hitam itu, - sungguh sukar 
untuk pertjaja, - dan bahwa barangsiapa diberkati Tuhan de-
261 
ngan koot jang putih dan bersama itu budi bahasa, kemuliaan 
bati, pengetahuan berdagang dan ilmu Ketuhanan, kebaikan ; -
dapat mempergunakan sifat-sifat orang putih itu dengan tjara 
lain dari jang hingga sekarang dialami oleh mereka jang tidak 
begitu beruntung dalam warna kuUt dan keutamaan djiwa. 
Saja pertjaja anda turut merasa dengan penderitaan orang 
Djawa, tapi tidaklah sedemikian rupa hingga saja bila menggam-
barkan bagaimana kerbau jang terachir dirampas dari kandang, 
pada siang hari, tanpa malu-malu, dengan perlindungan kekuasa-
an Belanda; - bila saja gambarkan lembu jang dirampas di-
ikuti oleh jang punja dan anak-anaknja jang menangis ; - bila 
saja gambarkan orang itu duduk diatas tangga rumah perampok 
itu, tanpa bitjara dan termangu-mangu dan tenggelam dalam 
dukatjita; - bila saja gambarkan ia diusir dengan tjatji maki, 
diantjam akan didera dengan rotan dan didjebloskan dalam 
pendjara ...... Nah, saja tidak meminta, dan sajapun tidak meng-
harap bahwa anda akan terharu karenanja, sama terharunja 
seperti bila saja melukiskan nasib seorang petani kuUt putih 
jang dirampas sapinja. Saja tidak meminta anda mentjutjurkan 
airmata bersama airmata jang mengalir pada wadjah-wadjah 
jang begitu hitam, sajapun tidak meminta rasa amarah dari hati 
jang mulia, djika saja bitjara tentang keputusasaan orang-orang 
jang kena rampok. Saja djuga tidak mengharap anda akan bang-
kit, dan dengan buku saja ditangan pergi kepada radja, dan 
berkata ! "Lihatlah, hai radja, ini terdjadi dalam keradjaan Anda, 
di Insulinde, keradjaan anda jang kaja dan indah !" ..... . 
Tidak, tidak, saja tidak mengharapkan semua itu. Terlalu 
banjak penderitaan sekitar anda jang memenuhi perasaan anda, 
hingga tidak banjak lagi perasaan jang tinggal untuk penderitaan 
jang begitu djauhnja! Bukankah kemarin bursa lesu-Iesu sadja, 
dan bukankah pasaran kopi terantjam penurunan harga karena 
agak banjak penawaran? ...... 
"Djanganlah menulis hal-hal jang bukan-bukan seperti itu ke-
pada ajahmu. Stern!" kata saja, dan barangkali saja mengata-
262 
kannja agak marab, sebab saja tidak suka kebohongan, itulah 
senantiasa prinsip saja jang tidak bisa diganggu gugat. Malam 
itu saja segera menulls surat kepada Stern senior supaja ia her-
gegas-gegas, dan berhati-hati terhadap berita-berita palsu. 
Pembatja tentu merasa apa jang saja alami waktu mendengar-
kan bab-bab jang terachir. Dikamar anak-anak saja menemukan 
kartu-kartu permainan solitair 1), dan saja bawa kepertemuan. 
Benar djuga kata saja babwa Sjaalman itu membikin gila semua 
orang dengan bungkusannja. Dapatkah kita mengenal kembali 
pemuda-pemuda jang dibesarkan dalam keluarga jang mulla 
dalam tulisan-tulisan Stem itu ? - Frits djuga turut menulis, itu 
pasti. Mereka mengeritik-ngeritik orang jang sakit rindu tinggal 
diluar kota, mengapa ? Apakah mereka maksudkan saja ? Apa-
kah saja tidak boleh pergi ke Driebergen, djika Frits djadi make-
lar? Dan siapa pula jang bitjara tentan,g sakit perut djika ada 
wanita-wanita dan gadis-gadis? Sudah prinsip saja jang tak dapat 
diganggu gugat untuk selalu tetap tenan,g, sebab saja anggap itu 
berguna dalam perdagangan, tapi saja harus mengakui babwa 
seringkali sukar bagi saja untuk tetap tenang djika mendengarkan 
kegilaan-kegilaan jang dibatjakan oleh Stem itu. Apa maunja ? 
Apa achirnja? Kapan ia membatjakan sesuatu jang mantap? Apa 
peduli saja apakah Havelaar itu membersihkan kebunnja, dan 
apakah orang masuk kerumabnja dari depan atau dari belakang? 
Pada Busselinek & Waterman orang harus melalui lorong sem-
pit, dekat sebuah gudang minjak, jang selalu kotor. Dan otjehan 
tentang kerbau-kerbau itu. Apa gunanja mereka punja kerbau, 
orang-orang hitam itu, ...... saja tak pernah punja kerbau, 
meskipun demikian saja senang; ada orang jang selalu menge-
lub. Dan tjelaannja terhadap kerdja paksa itu, nampak bahwa 
ia tidak mendengar chotbah pendeta Wawelaar, kalau pernah 
tentu ia tabu betapa berguna orang bekerdja untuk perluasan 
keradjaan Tuhan. Benar djuga, ia pengikut Luther ..... . 
Memang, djika saja tabu lebih dahulu bagaimana ia akan 
1) Sematjam permainan kartu untuk satu orang. 
26l 
menulis buku itu, jang harus mendjadi buku penting buat semua 
makelar kopi, - dan orang lain, - lebih baik saja mengerdja-
kannja sendiri. Tapi ia dibela oleh keluarga Rosemeijer, jang 
berdagang gula, dan itu membuatnja djadi begitu berani. Terus 
terang saja katakan, sebab saja djudjur dalam hal-hal itu, bahwa 
dongeng tentang Saidjah itu boleh dihilangkan sadja, tapi tiba-
tiba Louise Rosemeijer menentang saja. Rupanja Stern telah 
mengatakan kepadanja bahwa ada soal tjinta didalamnja, dan 
gadis-gadis sematjam dia suka sekali tjerita-tjerita demikian. 
Tapi ini tidak akan begitu mendjadikan saja segan, djika anak-
anak Rosemeijer itu tidak mengatakan kepada saja, bahwa me-
reka ingin berkenalan dengan ajah Stern. Tentu sadja mereka 
dengan perantaraan ajahnja hendak berkenalan pula dengan 
pamannja jang berdagang gula. Djika saja terlalu berpihak ke-
pada pikiran sehat dan menentang Stern junior, maka saja se-
olah-olah hendak mendjauhkan mereka dari Stern, dan ini sama 
sekali tidak demikian, sebab mereka itu berdagang gula. 
Saja sama sekali tidak mengerti maksud Stern dengan tulisan-
nja. Selalu ada sadja orang jang tak puas, dan apakah pantas 
djika ia, jang begitu banjak menikmati kebaikan dinegeri Belan-
da, - dalam minggu ini isteri saja baru sadja membuatkan teh 
kamilia baginja, - untuk mentjatji maki pemerintah ? Apakah 
ia hendak memarakkan ketidakpuasan umum ? Apakah dia hen-
dak djadi gubernur djenderal? Dia tjukup sombong untuk itu ; 
- maksud saja, untuk menghendaki djabatan itu. Saja tanjakan 
itu kemarin dulu kepadanja, dan saja tambahkan pula, bahwa 
bahasa Belandanja masih kurang baik. ,,0, itu tidak djadi ke-
beratan, dj awabnj a, nampaknja djarang gubernur djenderal di-
kirim kesana jang mengerti bahasa orang dinegeri itu." Apa 
jang harus saja lakukan dengan orang jang sok tahu seperti itu? 
Ia sama sekali tidak menghormati pengalaman saja. Ketika saja 
minggu ini mengatakan kepadanja bahwa saja sudah tudjuh 
belas tahun djadi makelar, dan sudah dua puluh tahun me-
ngundjungi bursa, ia menjebut Busselinck & Waterman, jang 
sudah delapan belas tahun djadi makelar, "djadi, katanja mereka 
264 
itu mempunjai pengalaman satu tahun lebih". Dengan demikian 
ia memperangkap saja, sebab saja harus mengakui, karena saja 
suka kebenaran, bahwa Busselinck & Waterman tidak banjak 
tahu tentang perdagangan, dan bahwa mereka itu kerdjanja se-
rampangan. 
Marie djuga pikirannja katjau balau. Bajangkan, minggu ini, 
- gilirannja untuk membatjakan pada waktu sarapan, dan sudah 
sampai pada kisah Luth 2), - tiba-tiba ia berhenti, dan tidak mau 
membatja lagi. Isteri saja jang djuga senang agama seperti saja, 
mentjoba membudjuknja dengan lemah lembut untuk menurut, 
karena tidaklah pantas bagi seorang gadis jang sopan untuk ber-
keras kepala. Sia-sia belaka. Kemudian saja sebagai ajah hams me-
marahinja dengan kakas, karena dengan ketegarannja itu suasana 
ibadah waktu sarapan djadi rusak, hal mana selaIu berpengaruh 
bumk pada pekerdjaan sehari-harian. Tapi keadaan tak dapat 
diperbaiki, malahan ia berkata lebih baik ia mati dari menerus-
kan pembatjaannja. Saja hukum dia, tak boleh meninggalkan 
kamar tiga hari dan hanja diantari roti dan kopi. Mudah-mudah-
an ia djadi baik. Dan supaja hukuman itu dapat pula memper-
baiki tasa kesusilaannja, saja suruh dia menuliskan bab jang 
tak mau dibatjanja itu sepuluh kali, dan tindakan keras ini ter-
utama saja lakukan, karena saja lihat bahwa ia dalam waktu 
belakangan ini, - saja tidak tabu apakah ini pengaruh Stem, 
- menerima pengertian-pengertian jang saja rasa berbahaja bagi 
kesusilaan jang saja dan isteri saja sangat djundjung tinggi. 
Antara lain saja dengar ia menjanjikan lagu Perantjis, - lagu 
Béranger, saja kira, - dimana ia menjatakan perasaan kasihan-
nja kepada seorang pengemis perempuan tua, jang waktu muda-
nja menjanji diteater, dan kemarin waktu sarapan ia tidak me-
makai korset, - Marie, maksud saja, - jang sungguh tidak 
sopan. 
Djuga harus saja akui bahwa Frits sedikit sekali membawa 
pulang berkat dari geredja. Saja sudah senang waktu melihatnja 
2) Tokoh dalam Indjil. 
265 
duduk diam-diam digeredja. Ia tidak bergerak dan matanja tidak 
berkisar dari mimbar; tapi kemudian saja dengar babwa Bethsy 
Rosemeijer duduk dipagar baptisan. Saja tidak menegor mereka, 
sebab kita tidak boleh terlalu kakas terhadap anak muda, dan 
keluarga Rosemeijer itu keluarga baik-baik. Anak gadis mereka 
jang paling tua, jang kawin dengan Braggeman, pedagang rempah-
rempah, mereka beri mas kawin jang lumajan 3) dan karena itu 
saja kira Frits tidak tertarik kepasar barat, dan saja senang ka-
renanja sebab saja orang jang mendjundjung tinggi kesopanan. 
Namun saja merasa sedih djuga melihat babwa Frits hatinja 
membatu seperti Firaun, tapi Firaun tidak begitu besar dosa-
nja karena ia tidak mempunjai seorang ajah jang selalu me-
nundjukinja djaIan jang benar, sebab tentang Firaun senior 
Alkitab tidak mengatakan apa-apa. Pendeta Wawelaar mengeluh 
tentang kesombongannja, - kesombongan Frits, maksud saja, 
- waktu katekisasi, dan rupanja ia, - lagi-Iagi dari bungkusan 
Sjaalman itu, - mengambil suatu sok kepintaran jang membikin 
marah Wawelaar jang lemah lembut itu. Bukannja ia menerima 
apa jang tersebut daIam Alkitab, - dan orang kan harus me-
nerima, sebab daIam Alkitab sendiri dikatakan bahwa orang 
harus pertjaja, - malahan ia memadjukan bermatjam-matjam 
pertanjaan : "Apakab tjabaja sebelum ada matahari ? - Apakab 
Melchizedek 4) membawa kepertjajaan jang sebenarnja? - Apa 
jang terdjadi djika Hawa tidak memakan apel itu? - Apakab 
adikku masuk neraka karen a ia mati sebelum dibaptis? - Di-
manakah polisi, ketika Petrus 5) menghukum Ananias dan 
Saffirah 6) hingga mati ? - Apakah Jesus memakai kaus, dan 
apakah ia bersorban? - Berapa djauh ia naik kelangit sebelum 
tiba ditepi atmosfir kita, dan kemana ia pergi selandjutnja ? -
Mengapa ia kurang adjar kepada ibunja ketika ibunja mentjari-
3) Pada orang Barat ada kebiasaan orang tua memberikan sesuatu 
harta kepada anaknja jang perempuan apabila ia kawin. 
4) Tokoh dalam Indjil. 
5) Murid Jesus. 
6) Tokoh-tokoh dalam Indjil. 
266 
nja? - Apakah ada pengadilan mengenai harga babi-babi jang 
dihalau kedalam air? - Untuk apakah babi-babi itu dinegeri 
jang me1arang orang memakan daging babi? - Bagaimana urus-
an warisan orang-orang jang bangkit kembali dari kuburnja? -
Mengapa Jehezkiel 7) harus makan kotoran? - Apakah kerdja 
Jang Mahakuasa, djika hukum alam sudah sempurna? - Me-
ngapa manusia baru diselamatkan, empat ribu tahun sesudah 
Pentjiptaan? - Mengapa Tuhan mengizinkan banjak orang me-
nolak untuk diselamatkan? - Mengapa setan berkuasa djika 
Kristus telah mengalahkannja ? - Bukankah Konstantin Agung 8) 
seorang pembunuh jang kedji? - Apakah sebabnja banjak 
abad-abad sesudah Kristus tidak begitu beradab seperti abad 
Agustus 9)? - Mengapa kita menutup rumah kita dinegeri jang 
beragama Kristen, djadi, dimana tidak ada pentjuri ? - Mengapa 
Daud seorang jang diridoi Tuhan? - Mengapa orang Israil boleh 
membawa emas dan perak milik orang Mesir? Mengapa Jesus 
putera Daud, djika Jusuf jang adalah keturunan Daud, bukan 
ajahnja ? - Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan agung, djika 
kita tidak mengertiNja? - Apakah Judith 10) seorang perem-
puan jang baik? - Bagaimana Nuh mendapatkan dua ekor 
beruang es untuk bahteranja ? - Dari mana datangnja orang-
orang jang tidak boleh membunuh Kain 11)? - Apa jang Jer-
djadi djika dua orang jang beriman masing-masing berdoa untuk 
melawan jang lain? -" 
Dan seterusnja! Anda boleh bajangkan betapa Wawelaar, 
jang jakin akan tjinta kepada Kebenaran jang adalah Kehidupan, 
merasa dukatjita atas pertanjaan-pertanjaan terlarang demikian. 
Mengharukan betapa laki-Iaki jang mulia itu, jang sering minum 
kopi dirumah kami, mentjoba mempengaruhi perasaan Frits, dan 
betapa anak nakal itu terus djuga memadjukan pertanjaan-per-
7) Tokoh dalam Indjil. 
8) Kaisar Rumawi (324-337) jang memberikan kebebasan penuh kepada 
Agama Kristen dibawah pemerintahannja. 
9) Kaisar Rumawi (30 s.M. - 14 M.). 
10) dan 11) Tokoh-tokoh dalam Indjil. 
267 
tanjaan lain jang menundjukkan ketegaran hatinja. Semua itu 
gara-gara bungkusan terkutuk si Sjaalman itu! Dengan airmata 
perasaan pada pipinja hamba kitab Indjil itu mentjoba mem-
pengaruhinja untuk melepaskan hikmat menurut manusia, dan 
masuk kedalam serba rahasia hikmat Tuhan. Dengan lemah 
lembut ia memohon kepadanja djanganlah hendaknja menolak 
roti kehidupan abadi, dan dengan demikian djatuh kedalam tjeng-
keraman setan, jang menghuni neraka dengan kawan-kawannja, 
neraka jang disediakan untuknja selama-lamanja. ,,0, katanja 
kemarin,-Wawelaar, maksud saja,-O, sahabatku belia, buka-
lah mata dan telingamu, dan dengar dan libatlah apa jang Tuhan 
perlihatkan dan perdengarkan kepadamu, melalui mulutku. Per-
hatikanlah kesaksian orang-orang sutji jang mati untuk agama 
jang benar. Lihatlah Stefanus 12), bila ia roboh dibawah batu-
batu jang menghantjurkannja, lihatlah betapa matanja masih 
menengadah kelangit, dan betapa lidahnja masih menjanjikan 
mazmur ...... " 
"Saja lebih suka melempar kembali," kata Frits kemudian. 
Pembatja, apa jang harus saja lakukan dengan anak itu ? 
Sebentar kemudian Wawelaar mulai lagi, sebab dia adalah 
seorang hamba jang radjin dan tidak berhentinja bekerdja. ,,0, 
sahabatku belia, katanja, bukalah .......... (permulaannja se-
perti jang tadi djuga). Dapatkah anda bermasa bodo memikir-
kan apa jang akan terdjadi dengan anda, djika sekali waktu 
anda dimasukkan kedalam golongan kambing djantan pihak 
ki . 13)" n ..... . 
Tiba-tiba anak nakal itu tertawa terbahak-bahak, - Frits 
maksud ~aja, - dan Marie pun tertawa. Malahan saja merasa-
rasa wadJah isteri saja pun seperti mau tertawa. Lalu saja me-
nolong Wawelaar, saja hukum Frits dengan menjuruhnja mem-
bajar denda dari tjelengannja kepada persekutuan paderi. 
12) Seorang jang mati sjahid bagi agama Kristen: Ia mati diradjam 
(abad pertama). 
13) Mereka jang tidak akan masuk surga (perumpamaan dan Indjil). 
268 
Tapi semua itu sungguh-sungguh mengharukan saja. Dalam 
penderitaan sematjam itu dapatkah kita bersenang-senang men-
dengarkan tjerita-tjerita tentang kerbau dan orang Djawa ? Apa-
kah arti seekor kerbau dibandingkan dengan keselamatan djiwa 
Frits? Apa perduli saja dengan urusan orang-orang jang djauh 
itu, djika saja diganggu ketakutan bahwa Frits karena tidak 
pertjajanja merusak perdagangan saja sendiri, dan bahwa ia 
tidak pernah bisa mendjadi makelar jang djempol? Sebab Wawe-
laar sendiri mengatakan bahwa Tuhan mengatur segalanja begitu 
rupa sehingga barangsiapa jang saleh dia akan mendjadi kaja. 
"Libat sadja, katanja, bukankah banjak kekajaan dinegeri Be-
landa ? Itu disebabkan karena kepertjajaan agama. Bukankah di 
Perantjis orang selalu berbunuh-bunuhan ? Itu disebabkan karena 
mereka disana beragama Katholik. Bukankah orang Djawa mis-
kin? Mereka itu kafir. Lebib lama orang Belanda bergaul dengan 
orang Djawa, tambah kaja kita disini dan tambah miskin mereka 
disana." 
Saja kagum betapa tadjam pandangan Wawelaar dalam soal-
soal perdagangan. Sebab sebenarnjalah saja, jang teliti mendja-
lankan agama, mengalami kemadjuan dalam perdagangan dari 
tahun ketahun, sedangkan Busselinck & Waterman jang tidak 
menghiraukan Tuhan ataupun perintah agama, akan tetap be-
kerdja serampangan selama hidupnja. Pon keluarga Rosemeijer 
jang berdagang gula dan mempunjai pelajan Roma Katholik, 
baru-baru ini terpaksa pula mengambil 27% dari harta pening-
galan seorang J ahudi jang melakukan kesalahan. Makin banjak 
saja berpikir makin djauh saja menjelidiki djalan-djalan Tuhan 
jang tidak terselidiki. Baru-baru ini ternjata bahwa ada keuntung-
an bersih lagi sebesar tiga puluh djuta atas pendjualan hasil-
hasil jang dikirimkan oleh orang-orang penjembah berhala, be-
lom lagi dihitung keuntungan saja atasnja dan orang-orang lain 
jang hidup dari perdagan,gan itu. Bukankah seolah-olah Tuhan 
berkata: "Itulah tiga puluh djuta sebagai gandjaran keimanan-
mu 1" Bukankah itu pekerdjaan Tuhan jang menjuruh orang 
djahat bekerdja untuk menjelamatkan orang jang baik ? Bukan-
269 
kab itu suatu isjarat untuk meneruskan perdjalanan didjalan jang 
benar, dan menjuruh mereka disana menghasilkan banjak, se-
dangkan kita disini bertahan pada agama jang benar? Bukankah 
karena itudalam Alkitab dikatakan: berdoa dan bekerdjalab, 
supaja kita berdoa dan menjuruh kerdja bangsa jang tidak me-
ngenal doa "Ja, Bapa Kami" ? 
0, betapa benarnja perkataan Wawelaar apabila ia menjebut 
gandar Tuhan lembut! Alangkah ringannja beban bagi orang 
jang beriman ! Vmur saja empat puluh lebih dan saja bis a sadja 
berhenti kalau mau, dan pergi ke Driebergen, dan lihatlah bagai-
mana djadinja dengan orang lain jang meninggalkan Tuhan. 
Kemarin saja melihat Sjaalman dengan isterinja dan anaknja. 
Mereka itn seperti hantu. Dia put jat seperti majat, matanja me-
lotot, dan pipinja tjekung. Punggungnja bungkuk, meskipun ia 
lebih muda dari saja. Isterinja pun pakaiannja buruk, dan nam-
paknja ia baru menangis lagi ; saja segera tabu bahwa ia seorang 
jang selalu tak puas; saja tjukup sekali melihat orang untuk me-
nilainja, karena saja punja pengalaman. ia memakai mantel tipis 
dari suterà hitam, pada hal udara tjukup dingin. Krinolin 14) 
sama sekali tak nampak ; gaunnja jang sederhana terkulai pada 
lututnja dan pinggirnja berumbai-rumbai, Sjaalman malahan tidak 
lagi pakai sjal, seolab-olah musim panas. Namun nampaknja ia 
masih mempunjai sematjam kebanggaan, sebab ia memberikan 
sesuatu kepada seorang perempuan miskin jang duduk diatas 
pintu air, (Frits bilang: djembatan; tapi apa jang terbuat dari 
batu, tanpa djungkatan, saja sebut pintu air) dan barangsiapa 
jang untuk dirinja sendiri tidak banjak punja apa-apa, berdosa 
djika ia masih memberikan sesuatu kepada orang lain. Lagipula, 
saja tidak memberi apa-apa ditengah djalan, itu adalah prinsip 
saja, sebab saja selalu berkata djika saja melihat orang-orang 
miskin demikian: siapa tahu apakah itu bukan salah mereka 
sendiri, dan saja tidak boleh membantu mereka meneruskan 
kesalabannja. Hari Minggu dua kali saja memberi : sekali untuk 
14) Rok simpai. 
270 
orang miskin, dan sekali lagi untuk geredja. Begitulah mestinja. 
Saja tidak tahu apakah Sjaalman melihat saja, tapi saja tjepat-
tjepat lewat, dan memandang keatas, dan mengingat keadilan 
Tuhan, jang tentu tidak akan membiarkan dia berdjalan seperti 
itu, tanpa djas dingin, djika ia lebih berhati-hati, dan tidak malas, 
pongah dan sakit-sakitan. 
Mengenai buku saja, sungguh saja harus minta maaf kepada 
pembatja atas tjara Stern menjalahgunakan kontrak kami, tjara 
jang tak dapat dimaafkan. Saja harus mengakui bahwa saja 
enggan hadir pada malam pertemuan jang akan datang, dan 
kisah tjinta Saidjah itu. Pembatja sudah mengetahui bagaimana 
pengertian saja tentang tjinta, pengertian saja jang sehat; ingat 
sadjalah kepada pendapat saja mengenai perdjalanan kesungai 
Gangga itu. Kalau gadis-gadis muda suka tjerita seperti itu, saja 
mengerti, tapi djika laki-laki jang sudah berumur mendengarkan 
kegilaan-kegilaan seperti itu tanpa merasa djidjik, saja tidak 
bisa menerangkannja. Saja merasa jakin bahwa pada lingkaran 
jang akan datang saja akan menemukan triolet 15) dalam per-
mainan solitair saja 16). 
Saja akan mentjoba tidak mendengar apa-apa tentang Saidjah 
itu, dan saja harap laki-laki itu tjepat kawin, artinja kalau ia 
memang pahlawan kisah tjinta itu. Untunglah Stern telah me-
ngatakan lebih dulu bahwa kisah itu mendjemukan. Kalau ke-
mudian dia memulai tjerita jang lain, saja akan memasang kuping 
lagi. Tapi bahwa ia menjalahkan pemerintah, itupun mendjemu-
kan bagi saja, hampir sama mendjemukan seperti kisah-kisah 
tjinta. Dari segalanja kelihatan bahwa Stern masih muda, dan 
sedikit pengalaman. Untuk menilai sesuatu dengan baik, orang 
harus melihat segalanja dari dekat. Ketika saja kawin, saja sen-
diri datang di Den Haag, dan mengundjungi Mauritshuis dengan 
isteri saja; saja bergaul dengan segala tingkatan masjarakat, 
sebab saja melihat menteri keuangan lewat, dan bersama-sama 
15) Set tertentu. 
16) Lihat tjatatan kaki halaman 263. 
271 
kami membeli kaïn flanel di Veenestraat, - saja dan isteri saja, 
maksud saja, - dan dimana-mana saja tidak melihat pertanda 
sedikitpun babwa orang tidak senang dengan pemerintah. Nona 
ditoko itu kelihatannja makmur dan senang, djadi tatkala tahun 
1848 beberapa orang mentjoba mejakinkan kami babwa di Den 
Haag tidak semuanja beres, saja menjatakan pendapat saja pada 
pertemuan lingkaran mengenai ketidaksenangan itu, dan orang 
pertjaja kepada saja, sebab setiap orang tabu babwa saja bitjara 
dari pengalaman. Djuga dalam perdjalanan kembali dengan ke-
reta diligence kondektur meniup "bersukatjitalab", dan hal itu 
tentu tidak abn dilakukannja, djika banjak jang tidak beres. 
Begitulab saja memperhatikan segala sesuatu, dan sajapun se-
gera mengetabui apa jang harus saja pikirkan tentang orang jang 
mengomel tahun 1848 1'1) itu. 
Diseberang rumab kami tinggal seorang nona, jang keponakan-
nja punja toko dibenua Timur. Djadi kalau semuanja tidak ada 
jang beres seperti kata Stern, tentu dia tabu sedikit-sedikit ten-
tang itu, namun nampaknja ia puas sekali dengan keadaan, 
sebab saja tidak pernah mendengarnja mengeluh. Sebaliknja, 
katanja keponakannja itu tinggal diluar kota, dan bahwa ia 
anggota dewan geredja, dan bahwa ia mengirimi nona itu sebuah 
tempat serutu dari bulu burung merak jang dibuatnja sendiri 
dari bambu. Semuanja itu rasanja bukti jang djelas betapa tidak 
beralasan gerutuan orang tentang pemerintahan jang buruk itu. 
Pun nampak dari situ bahwa orang jang berkelakuan baik, di-
negeri itu masih bisa mentjari nafkah, djadi bahwa Sjaalman di-
negeri itu djuga malas, pongah dan sakit-sakitan, kalau tidak 
tentu ia tidak pulang dalam keadaan miskin dan berdjalan-djalan 
disini tanpa djas dingin. Dan keponabn nona diseberang rumab 
bmi itu bubn satu-satunja jang mentjari kekajaan dibenua 
Timur. Di "Polandia" saja melihat banjak orang jang pernah 
kesana dan jang pakaiannja rapi sekali. Tapi tentu sadja, orang 
1'1) Tahun revolusi di Eropah (djuga dinegeri Belanda terdjadi ketegang-
an-ketegangan). 
272 
harus awas, disana maupun disini. Di Djawa makanan enak 
tidak dengan sendirinja masuk kedalam mulut orang ; - orang 
harus bekerdja keras, dan siapa jang tidak mau, adalah miskin 
dan tetap tinggal miskin, dengan sendirinja. 
273 
Bab XVII 
Ajah Saidjah mempunjai seekor kerbau; dengan kerbau itulah 
ia mengerdjakan sawahnja. Ketika kerbau itu dirampas oleh ke-
pala distrik Parangkudjang, ia sangat bersedih hati, ia tidak ber-
kata sepatah kata, berhari-hari lamanja. Sebab sebentar lagi tiba 
musim membadjak, dan ia kuatir kalau tidak tjepat ia menger-
djakan sawah, waktu menjemaipun akan lewat, dan achirnja 
tidak ada padi jang akan dipotong untuk disimpan didalam lum-
bung dirumah. 
Perlu saja djelaskan bagi pembatja jang mengen al Djawa, tapi 
tidak mengenal Bantam, bahwa diresidensi itu ada hak milik 
tanah pribadi, sedang ditempat lain tidak ada. 
Maka ajah Saidjah pun sangat prihatin. Ia kuatir isterinja akan 
kekurangan beras, dan djuga Saidjah jang masih ketjil, dan adik-
adiknja laki-Iaki dan perempuan. 
Pun mungkin kepala distrik akan mengadukannja kepada 
asisten residen, djika ia terlambat membajar padjak tanah, sebab 
bis a dihukum menurut undang-undang. 
Lalu ajah Saidjah mengambil keris pusaka warisan ajahnja. 
Keris itu tidak begitu bagus, tapi sarungnja berikat perak, dan 
diudjung sarung itu ada pula pelat perak. Didjualnja keris itu 
kepada seorang Tjina jang tinggal diibukota, dan ia pulang 
kerumah dengan dua puluh empat gulden; dengan wang itulah 
ia membeli seekor kerbau lagi. 
Saidjah, jang waktu itu kira-kira berusia tudjuh tahun, segera 
bersahabat dengan kerbau baru itu. Bukan tanpa maksud saja 
mengatakan : bersahabat; - sebab sungguh mengharukan djika 
274 
kita melihat betapa senang kerbau Djawa itu dengan anak ketjil. 
jang mendjaga dan memeliharanja. Mengenai rasa senang kerbau 
itu nanti akan saja berikan tjontoh jang bukan chajalan. Bina-
tang jang besar dan kuat itu menggerakkan kepalanja jang berat 
itu kekanan atau kekiri atau kebawah menurutkan tekanan djari 
sianak itu, jang dia kenal, dia mengerti, dengan siapa ia besar 
bersama-sama. 
Memang Saidjah ketjil mempunjai rasa persahabatan jang 
sangat besar sehingga tamu baru itu segera merasakannja, dan 
suara kanak-kanak Saidjah jang menggalakkannja itu seolah-
olah memberi lebih banjak tenaga kepada pundak jang kukuh 
dari binatang jang kuat itu, apabila ia membelah tanah liat jang 
padat, dan meninggalkan bekas badjakan jang dalam dan tadjam. 
Kerbau itu dengan patuh berbalik, bila ia tiba diudjung ladang 
dan tidak seintjipun tanah jang dilangkauinja ketika kembali 
membadjak alur jang baru, jang selalu berhampiran dengan jang 
sebelumnja, seakan-akan sawah itu tanah kebun jang digaruk 
oleh gerg~si. 
Disebelahnja terbentang sawah-sawah ajah Adinda, ajah gadis 
jang akan kawin dengan Saidjah; dan bila adik-adik Adinda 
datang, dibatas antara sawah-sawah mereka, djustru djika djuga 
Saidjah ada disana dengan badjaknja, merekapun berseru gem-
bira jang satu kepada jang lain, dan memudji atas mengatasi 
kekuatan dan kepatuhan kerbaunja. Tapi saja kira kerbau Sai-
djahlah jang paling baik, barangkali djuga karena Saidjah pandai 
menegornja, lebih pandai dari orang lain, dan kerbau sangat peka 
terhadap tegoran jang baik. 
Saidjah sudah sembilan tahun dan Adinda enam tahun, ketika 
kerbau itu dirampas dari ajah Saidjah oleh kepala distrik Parang-
kudjang. 
Maka ajah Saidjah jang amat miskin, mendjual kepada seorang 
Tjina dua penggait kelambu, - barang pusaka mertuanja, -
laku delapan belas gulden; dan dengan uang itu dibelinja se-
ekor kerbau Iagi. 
Tapi Saidjah sedih sekali. Sebab ia mendengar dari adik-adik 
275 
Adinda bahwa kerbau jang sebelumnja dibawa keibukota, dan 
ditanjakannja kepada ajahnja apakah ia tidak melihat kerbau itu 
ketika ia pergi kesana untuk mendjual penggait kelambu. Ajah 
Saidjah tidak mau mendjawab pertanjaan itu. Karena itu ia 
kuatir kerbaunja itu telah disembelih, seperti kerbau-kerbau lain 
jang dirampas oleh kepala distrik dari penduduk. 
Dan Saidjah menangis dan menangis bila ia teringat kerbau 
jang malang itu, pergaulannja jang akrab dengannja dua tahun 
lamanja; dan ia tak dapat makan, lama ia tak dapat makan, 
sebab kerongkongannja terasa sempit bila ia menelan. 
Kita harus ingat bahwa Saidjah masih anak-anak. 
Kerbau jang baru itu mulai mengenal Saidjah, dan segera 
menggantikan kerbau terdahulu dalam hatinja. Terlalu tjepat 
sebenamja, sebab, aduhai, kesan-kesan lilin dalam hati kita be-
gitu mudah hapus digantikan tulisan kemudian ...... Betapapun 
djuga, sekalipun· kerbau baru itu tidak begitu kuat seperti jang 
sebelumnja, sekalipun gandar jang lama terlalu lebar untuk 
pundaknja, tapi binatang jang malang itu patuh seperti jang ter-
dahulu jang sudah disembelih; dan meskipoo Saidjah tidak da-
pat lagi membanggakan kekuatan kerbaooja, waktu bertemu 
adik-adik Saidjah diperbatasan, namoo ia mengatakan tidak ada 
jang lebih unggul dari kerbaooja dalam hal kemauan baik; dan 
bila alur tidak begitu lurus seperti jang dahulu, atau bila ada 
gumpal-gumpal tanah jang terlewat tanpa dibadjak, dengan se-
nang hati ia mentjangkulnja dengan pat jul, sebisa-bisanja. Lagi 
pula tidak ada kerbau jang punja user-useran seperti kerbaunja. 
Penghulu sendiri mengatakan bahwa kerbau itu membawa un-
toog, karena ada sesuatu jang istimewa dalam djalan user-user 
dipoodak bagian belakangnja. 
Sekali ditengah padang Saidjah sia-sia menjeru kerbaooja 
untuk bergesa. Binatang itu berdiri tanpa bergerak. Saidjah, kesal 
karena ia begitu membangkang, .,... tidak biasa binatang itu 
membangkang demikian, - tidak dapat menahan diri dan me-
ngeluarkan kata-kata menghina. Katanja: a. s. Tiap orang jang 
pernah ke Hindia mengerti apa maksudnja; dan barangsiapa 
276 
jang tidak mengerti, beruntung djika saja tidak menerangkan 
ut japan jang kasar itu. 
Tapi Saidjah tidak bermaksud buruk dengan kata-katanja itu. 
Dia hanja mengatakannja, karena ia sering mendengar orang 
lain mengatakannja, djika mereka tidak senang. Tapi ia tidak 
perlu mengatakannja sebab sia-sia belaka ; kerbau itu tidak 
berandjak selangkahpun. Ia menggelengkan kepala seolah-olah 
hendak melemparkan gandarnja, nafasnja nampak keluar dari 
lubang hidungnja; ia mendengus, gemetar, matanja jang biru 
penuh ketakutan, dan bibirnja sebelah atas tertarik keatas hingga 
gusinja kelihatan ..... . 
- "Lari, lari, Saidjah, teriak adik-adik Adinda, lari, ada 
mat jan !" 
Dan semuanja melepaskan gandar kerbaunja, mereka melom-
pat keatas punggung-punggung kerbau jang lebar itu, dan men-
tjongklang melalui sawah, galangan, menempuh lumpur, hutan 
belukar dan alang-alang, melalui lebuh dan padang, dan ketika 
mereka mendudu masuk kedesa Badur, penuh keringat, Saidjah 
tidak ada bersama mereka. 
Sebab setelah ia melepaskan gandaran kerbaunja, dan naik 
keatas punggungnja untuk lari seperti kawan-kawannja, suatu 
lontjatan tiba-tiba membuat ia kehilangan keseimbangan dan 
djatuh ketanah. Harimau itu sudah dekat sekali ..... . 
Kerbau Saidjah, terbawa oleh ketjepatannja sendiri, terlewat 
beberapa lontjatan dari temp at dimana tuannja ketjil menunggu 
maut. Oleh ketjepatannja sendiri, bukan dengan kemauannja 
sendiri binatang itu melewati Saidjah, sebab baru sadja ia me-
ngalahkan gaja pendorong jang menguasai segala benda, djuga 
sesudah tidak ada lagi sebab musabab jang mendorongnja, -
diapun berbalik, ia berdiri diatas kakinja jang umbang, tubuh-
nja jang umbang diatas anak itu, melindunginja, dan dengan 
kepalanja jang bertanduk ia menghadapi mat jan itu. Binatang 
buas itu melompat, ...... tapi ia melompat untuk penghabisan 
kalinja. Kerbau itu menjambutnja dengan tanduknja, ia hanja 
kehilangan sedikit daging pada lehernja kena tjakar oleh mat jan 
277 
itu. Mat jan itu terkapar ditanah dengan perut terbuka, dan 
Saidjah selamat. Memang user-useran kerbau itu membawa 
untung! 
Ketika kerbau itu dirampas dari ajah Saidjah dan disembe-
lih ..... . 
Saja telah katakan, pembatja, bahwa tjerita saja mendjemukan. 
Ketika kerbau itu disembelih, Saidjah sudah berumur dua 
belas tahun, dan Adinda sudah pandai menenun sarung, dibatik-
nja dengan kepala tadjam. Dia sudah memasukkan pikiran da-
lam tabung tjantingnja, dan digambamja dukatjita pada kain jang 
ditenunnja, sebab dilihatnja Saidjah bermuram durdja. 
Pun ajah Saidjah bersedih hati, tapi lebih-lebih lagi ibunja. 
Dialah jang menjembuhkan luka dileher binatang jang setia itu, 
jang membawa anaknja pulang dalam keadaan selamat ; men-
dengar berita dari adik-adik Adinda ia mengira bahwa anaknja 
telah dibawa lari oleh harimau itu. Sering-sering ia melihat luka 
itu dan ia berpikir alangkah dalamnja tjakar itu masuk kedalam 
urat-urat kasar kerbau itu, sedalam itulah tjakar itu sedianja 
masuk kedalam tubuh lembut anaknja dan setiap kali bila ia 
menaruh daun-daunan jang bam pada luka itu, dielus-elusnja 
kerbau itu, diutjapkannja kata-kata jang mesra, sehingga mesti-
njalah binatang jang baik dan setia itu mengetahui betapa besar 
terima kasih seorang ibu. Kemudian ia ingin hendaknja kerbau 
itu mengerti djuga kata-katanja, sebab djika demikian tentu 
kerbau itu djuga mengerti mengapa ia menangis, ketika ia dibawa 
untuk disembelih, dan tentu kerbau itu mengetahui bukanlah 
ibu Saidjah jang menjuruhnja sembelih. 
Beberapa waktu sesudah itu ajah Saidjah melarikan diri dari 
desanja, sebab ia takut sekali dihukum djika tidak membajar 
padjak tanahnja, dan ia tidak mempunjai harta pusaka lagi untuk 
pembeli kerbau lain; orang tuanja seumur hidupnja tinggal di 
Parangkudjang, karen a itu sedikit sekali meninggalkan warisan. 
Pun kedua mertuanja seumur hidupnja tinggal didistrik jang 
sama. Tapi sesudah kehilangan kerbaunja jang terachir ia masih 
bertahan beberapa tahun dengan bekerdja mempergunakan ker-
278 
bau sewaan, tapi pekerdjaan itu sangat tidak menjenangkan, dan 
terutama menjedihkan bagi orang jang pernah memiliki kerbau 
sendiri. Ibu Saidjah meninggal karena dukatjita; dan ketika 
itulah ajahnja dalam saat putus asa menghilang dari Bantam 
untuk mentjari pekerdjaan didaerah Bogor. Tapi ia dihukum 
dera dengan rotan, karena meninggalkan Lebak tanpa pas, dan 
ia dibawa kembali oleh polisi ke Badur. Ia dimasukkan kedalam 
pendjara karena dianggap gila, dan saja kira memang demikian, 
dan karena orang kuatir bahwa ia akan mata gelap dan me-
ngamuk, atau melakukan kesalahan lain. Tapi ia tidak lama 
dalam pendjara, sebab tidak lama sesudah itu ia mati. 
Apa djadinja dengan adik-adik Saidjah saja tidak tahu. 
Rumah ketjil jang mereka diami beberapa waktu kosong, dan 
tidak lama kemudian roboh, karena hanja terbuat dari bambu 
dan memakai atap. Sedikit debu dan kotoran menutupi tempat 
dimana pernah orang mengalami begitu banjak penderitaan. 
Banjak tempat-tempat sematjam itu di Lebak. 
Saidjah sudah lima belas tahun ketika ajahnja berangkat ke 
Bogor. Ia tidak ikut serta dengan ajahnja sebab ia mempunjai 
rentjana-rentjana jang lebih besar. Ia mendengar bahwa di Betawi 
banjak tuan-tuan jang naik bendi, djadi mungkin baginja mudah 
mendapatkan pekerdjaan sebagai katjung bendi; untuk itu biasa-
nja ditjari seorang jang masih muda dan belum dewasa supaja 
kendaraan dua roda itu tidak kehilangan keseimbangan karena 
terlalu herat dibelakang. Dia akan banjak mendapat wang, demi-
kian kata orang, djika tingkah lakunja baik dalam pekerdjaan 
demikian itu; barangkali ia dengan tjara itu dalam tiga tahun 
dapat menjimpan uang, tjukup untuk membeli dua ekor kerbau. 
Pikiran ini menarik baginja. Dengan langkah jang gagah seperti 
langkah orang jang besar tjita-tjitanja, ia masuk kerumah Adinda 
sesudah keberangkatan aj ahnj a, dan kepada Adinda ia ment je-
ritakan rentjananja. 
- "Bajangkan, katanja, djika aku kembali, kita sudah tjukup 
umur untuk kawin, dan kita akan memiliki dua ekor kerbau ! 
- "Baik sekali, Saidjah. Aku ingin kawin dengan kau djika 
279 
kau telah kembali. Aku akan memintaI, dan menenun sarung 
dan selendang, dan aku akan membatik, dan bekerdja radjin 
sekali selama itu. 
- ,,0, aku pertjaja Adinda, tapi ...... bagaimana djika aku 
kembali dan kau telah kawin? 
- "Saidjah, kau tahu bahwa aku tidak akan kawin dengan 
orang lain; ajahku telah berdjandji dengan ajahmu mengenai 
diriku. 
- "Dan kau sendiri ? 
- "Aku akan kawin dengan kau, pertjajalab." 
- "Bila aku pulang, aku akan berseru dari djauh" 
- "Siapa akan mendengarmu djika kami sedang menumbuk 
padi didesa ?" 
- "Ben ar djuga, ...... tapi, Adinda, ...... 0 ja, aku mendapat 
pikiran jang lebih baik; ...... tungguIab aku dihutan djati, di-
bawab ketapang dimana kau memberiku kembang melati." 
- "Tapi, Saidjab, bagaimana aku tabu bila aku harus pergi 
menunggumu dibawah ketapang ?" 
Saidjab berpikir sedjenak, lalu berkata: 
- "HitungIab djumlab bulan. Aku akan pergi tiga kali dua 
belas buIan, ...... bulan ini tidak terhitung; ...... Iihat, Adinda, 
buatlah garis pada lesungmu pada tiap bulan baru. Sesudah 
tjukup tiga kali dua belas garis, sehari sesudab itu aku akan 
datang dibawah ketapang; ...... berdjandjilab babwa kau akan 
menungguku disana." 
- "Ja, Saidjab, aku akan menunggu dibawah ketapang di-
hutan djati djika kau kembali. 
Lalu Saidjab menjobek setjarik dari ikat kepalanja jang biru, 
ikat kepalanja jang lusuh, dan diberikannja kepada Adinda agar 
disimpannja sebagai petaruh; lalu iapun meninggalkannja, dan 
meninggaIkan Badur. 
Berhari-hari ia berdjalan. Dilewatinja Rangkas Betung jang 
belum lagi mendjadi ibukota Lebak, dan Warung Gunung dimana 
tinggal asisten residen, dan keesokan harinja ia tiba di Pandeg· 
lang jang letaknja seperti didalam taman. Sehari lagi kemudian 
280 
ia tiba di Serang dan kagum melihat keindahan kota jang begitu 
besar dengan banjak rumah-rumah jang terbuat dari batu, atap-
nja dari genteng merah. Saidjah belum pemah melihat jang se-
perti itu. Disitu ia tinggal sehari karena letihnja, tapi malam 
hari dalam udara jang sedjuk ia meneruskan perdjalanan dan 
tiba di Tangerang keesokan harinja sebelum bajangan turun 
sampai kebibirnja, meskipun ia memakai tudung besar pening-
galan ajahnja. 
Di Tangerang ia mandi disungai dekat penjeberangan, dan 
ia istirahat dirumah kenalan ajahnja jang mengadjari dia bagai-
mana menganjam topi djerami, seperti jang didatang~an dari 
Manila. Sehari ia tinggal disana untuk mempeladjarinja, sebab 
pikimja, mungkin ia kemudian dapat mentjari wang dengan ke-
pandaiannja itu, djika sekiranja ia tidak berhasil di Betawi. 
Keesokan harinja mendjelang malam ketika udara muIai sedjuk, 
ia mengutjapkan banjak terima kasih kepada orang jang men-
djamunja, dan melandjutkan perdjalanan. Ketika sudah gelap 
sekali, supaja tidak kelihatan oleh siapa-siapa, dikeluarkannja 
daun tempat ia menjimpan melati jang diberikan Adinda ke-
padanja dibawah pohon ketapang, sebab ia merasa sedih bahwa 
ia tidak akan melihatnja dalam waktu sekian lama. Hari jang 
pertama, dan. demikian pula hari jang kedua, ia tidak begitu 
merasakan betapa ia hidup sebatang kara, karena djiwanja se-
luruhnja dipenuhi oleh pikiran jang besar akan mentjari wang 
untuk membeli dua ekor kerbau; bukankah ajahnja sendiri 
tidak pemah memiliki lebih dari seekor? Dan pikirannja ter-
lalu tertudju kepada pertemuan kembali dengan Adinda, se-
hingga tidak ada tempat untuk bersedih hati atas pertjeraian itu. 
Waktu berpisah ia penuh harapan, dan dalam pikirannja ia 
mengaitkan perpisahan itu kepada saat pertemuan kembali di-
bawah ketapang. Sebab begitu besar peranan harapan bertemu 
kembali dalam hatinja, sehingga ketika meninggalkan Badur, 
ia merasa girang dalam dirinja ketika melewati pohon itu, se-
olah-olah waktu jang tiga puIuh enam buIan itu sudah silam, 
waktu jang memisahkannja dari saat itu. Rasanja seolah-olah 
281 
ia 'hanja perlu berbalik, seolah-olah ia sudah kembali dari per-
djalanan, untuk melihat Adinda, jang menunggunja dibawah 
pohon itu. 
Tapi semakin djauh ia berdjalan dari Badur, semakin pandjang 
rasanja waktu sehari, semakin pandjang dirasanja waktu tiga 
puluh enam bulan jang masih harus didjalaninja. Ada sesuatu 
dalam djiwanja, jang membuat ia melangkah tidak begitu tje-
pat, ...... ia merasakan dukatjita pada lututnja; dan meskipun 
bukan putus asa apa jang dirasakannja, namun itu adalah ke-
rawanan jang tidak djauh dari rasa putusasa. Ia teringat akan 
kembali, tapi apa kata Adinda djika hatinja seketjil itu ? 
Karena itu ia berdjalan terus, meskipun tidak begitu tjepat 
seperti hari jang pertama. Melati ditangannja berkali-kali di-
bawanja kedadanja. Ia sudah mendjadi lebih tua dalam tiga 
hari itu, dan ia tidak mengerti lagi betapa tenang ia hidup da-
hulu, ketika Adinda begitu dekat kepadanja dan ia dapat me-
lihatnja setiap kali ia mau. Sebab sekarang ia tidak akan tenang 
sekiranja ia boleh mengharapkan bahwa Adinda tiba-tiba berdiri 
didepannja. Dan djuga ia tidak mengerti mengapa ia sesudah 
berpisah tidak berbalik sekali lagi untuk menatap Adinda sekali 
lagi. Malahan ia teringat bagaimana belum lama berselang ia 
bertengkar dengannja mengenai tali jang dipintalnja untuk lajang-
an adik-adiknja; tali itu putus karena ada kesalahan dalam 
pintalannja, sehingga mereka kalah dalam pertandingan mela",an 
anak-anak dari Tjipurut. "Bagaimana mungkin, pikirnja, untuk 
marah kepada Adinda karena itu ? Sebab meskipun ada kesalah-
an dalam pintalan taIinja, dan meskipun Badur kalah dalam 
pertandingan melawan Tjipurut karena kesalahan itu, dan bukan 
karena beling jang dilemparkan oleh si Djamin ketjil jang ber-
sembunji dibelakang págar, malahan pun dalam hal itu, bolehkah 
aku bersikap keras terhadapnja, dan menjebutnja dengan nama-
nama jang tak pantas ? Bagaimana kalau aku mati di Betawi 
tanpa meminta maaf atas kekasaran seperti itu? Bukankah aku 
seperti manusià durdjana jang memaki-màki seorang gadis ? Dan 
tidakkah, apabila orang mendengar bahwa aku mati dinegeri 
282 
asing, tiap orang di Badur mengatakan : "sjukurlah Saidjah mati, 
sebab ia kurang adjar kepada Adinda 1" 
Demikianlah djalan pikirannja, lain sekali dari ketika ia dalam 
keadaan kesal tempohari ; pikirannja itu dengan tidak setahunja 
mentjari djalan keluar, mula-mula dengan kata-kata tak lengkap, 
digumam, kemudian dengan kata-kata kepada diri sendiri, dan 
kemudian mendjadi njanjian sedih dan pilu jang saja tUIUI1ka.fi 
disini terdjemabannja. Mula-mula saja hendak memasukkan 
matra dan rima dalam terdjemaban itu, tapi seperti Havelaar, 
sajapun merasa lebih baik djangan mengikat diri kepada ke-
rangka jang kaku itu. 
Aku tak tabu dimana aku kan mati. 
Aku melihat samudera luas dipantai se1a~an ketika datang ke-
sana dengan ajabku, untuk membuat garam ; 
Bila ku mati ditengah lautan, dan tubuhku dilempar keair dalam, 
ikan hiu berebutan datang ; 
Berenang mengelilingi majatku, dan bertanja : "siapa antara kita 
akan melulur tubuh jang turun nun didalam air 1" -
Aku tak akan mendengarnja. 
Aku tak tahu dimana aku kan mati. 
Kulihat terbakar rumab Pak Ansu, dibakamja sendiri karena 
ia mata gelap; 
Bila ku mati dalam rumah sedang terbakar, kepingan-kepingan 
kaju berpidjar djatuh menimpa majatku; 
Dan diluar rumah orang-orang berteriak melemparkan air pe-
madam api; -
Aku takkan mendengarnja. 
Aku tak tabu dimana aku kan mati. 
Kulihat Si Unah ketjil djatuh dari pohon kelapa, waktu memetik 
kelapa untuk ibunja ; 
Bila aku djatuh dari pohon kelapa, majatku terkapar dikakinja, 
didalam semak, seperti Si Unab; 
283 
Maka ibuku tidak kan menangis, sebab ia sudah tiada. Tapi 
orang lain akan berseru: "Lihat Saidjah disana !" 
dengan suara jang keras; -
Aku takkan mendengarnja. 
Aku tak tabu dimana aku kan matL 
Kulihat majat Pak Lisu, jang mati karena tuanja, sebab rambut-
nja sudah putih ; 
Bila aku mati karena tua, berambut putih, perempuan meratap 
sekeliling majatku ; 
Dan mereka akan menangis keras-keras, seperti perempuan-pe-
rempuan menangisi majat Pak Lisu ; dan djuga tjutju-
tjutjunja akan menangis, keras sekali; -
Aku takkan mendengarnja. 
Aku tak tabu dimana aku kan mati. 
Banjak orang mati kulihat di Badur. Mereka dikafani, dan 
ditanam didalam tanah ; 
Bila aku mati di Badur, dan aku ditanam diluar desa, arah ke-
timur dikaki bukit dengan rumputnja jang tinggi; 
Maka Adinda akan lewat disana, tepi sarungnja perlahan me-
ngingsut mendesir rumput, ..... . 
Aku akan mendengarnja. 
Saidjah tiba di Betawi. Ia meminta pekerdjaan pada seorang 
tuan, dan tuan itu segera menerimanja karena ia tidak mengeqi 
Saidjah, dan di Betawi orang suka menerima budjang jang 
belum pandai bahasa Melaju, djadi belum rusak seperti jang lain 
jang sudah lebih lama bergaul dengan orang Eropah. Saidjah 
tjepat beladjar bahasa Melaju, tapi ia selalu baik dan berhati-
hati, sebab ia senantiasa teringat kepada dua ekor kerbau jang 
akan dibelinja, dan kepada Adinda. Tubuhnja mendjadi bes ar 
dan kuat, sebab ia makan setiap hari, hal mana tidak selalu bisa 
dilakukannja di Badur. Dikandang kuda ia disukai, dan pastilah 
284 
ia tidak akan ditolak djika melamar anak gadis pak kusir. 
Tuannja sendiri senang sekali kepada Saidjah, sehingga ia tjepat 
diangkat djadi djongos. Gadjinja dinaikkan, dan selain itu ia 
selalu mendapat hadiab karena pekerdjaannja jang sangat me-
muaskan. Njonja pernah membatja roman Sue 1) jang sangat 
menghebohkan sebentar, ...... ia selalu teringat pangeran Djalma 
apabila ia melihat Saidjab, dan djuga anak-anak gadisnja lebih 
mengerti dari dahulu bagaimana pelukis bangsa Djawa Raden 
Saleh mendapat pudjian jang tinggi di Paris. 
Tapi mereka menganggap Saidjab tiàak tabu berterima kasih 
ketika ia sesudah hampir tiga tabun bekerdja, minta berhenti dan 
meminta surat keterangan babwa ia selalu berkelakuan baik. 
Tapi mereka meluluskan djuga permintaannja itu, dan Saidjab 
memulai perdjalanannja dengan hati jang girang. 
Dia berdjalan melewati Pesing, dimana Havelaar pernab ting-
gal, dabulu sekali. Tapi Saidjah tidak mengetabui hal ini; ...... 
dan sekalipun ia mengetahuinja, ada hal-hal lain jang dipikir-
kannja ...... Ia menghitung-hitung harta bendanja jang dibawa-
nja pulang. Didalam tabung bambu disimpannja surat djalannja 
dan surat keterangan berkelakuan haik. Didalam sebuah bum-
bung jang diikat dengan tali kulit, nampak sesuatu jang berat 
selalu bergojang-'gojang mengenai bahunja, tapi ia senang me-
rasakannja, ...... pertjajalah! ...... didalamnja ada sedjumlab 
tiga puluh mata wang Spanjol 2), tjukup untuk membeli tiga 
ekor kerbau! Apa kata Adinda ! Dan ini belum semuanja lagi. 
Dipunggungnja nampak keris jang ditaruhnja diikat pinggang, 
sarungnja bersalut perak. Gagangnja tentulah dari kemuning 
jang diukir halus, sebab benda itu dengan hati-hati dibungkus-
nja dengan kain sutera. Dan banjak lagi harta kekajaannja I 
Didalam ikatan kain dipinggangnja, disimpannja sebuab ikat 
pinggang rantai dari perak, pendingnja dari emas. Memang ikat 
pinggang itu agak pendek, tapi dia begitu ramping, ...... Adinda. 
1) Pengarang roman Perantjis jang popuIer, ± 1840. 
2) Mata wang perak jang masih dipergunakan abad ke-19. 
285 
Dan pada taU dilehernja, dibawah badju luarnja, tergantung 
sebuah kot jek sutera, dengan beberapa kembang melati jang 
sudah kering. 
Tidaklah mettgheranbn bila di Tangerang ia berhenti se-
perlunja sadja untuk mengundjungi kenalan ajahnja jang begitu 
pandai menganjam topi jang bagus. Tidaklah mengherankan 
bila ia seperlunja sadja mendjawab gadis-gadis jang bertem u 
olehnja didjalan, jang bertanja: "kemana? dari mana ?", tegor 
sapa jang lazim didaerah itu. Tidaklah mengherankan bila ia 
menganggap Serang tidak begitu indah lagi, ia jang telah me-
ngenal Betawi. Ia tidak lagi bersembunji dibelakang pagar, se-
perti dilakukannja tiga tahun jang lalu, ketika ia melihat tuan 
residen Daik keteta, ia jang telah melihat tuan jang lebih bes ar 
jang tinggal di Bogot dan mendjadi datuk Susuhunan-susuhunan 
di Solo. Tidaklah mengherankan bila ia tidak memperhatikan 
tjerita-tjerita orang jang berdjalan beberapa djauh bersamanja 
dan berbitjara tentang berita di Bantam KiduI: - "bahwa pe-
nanaman kopi dibatalkan sama sekali sesudah banjak usaba .. 
usaha jang tidak menguntungkan; - betapa kepala di strik 
Parangkudjang karena merampas didjalan umum didjatuhi hu-
kuman tahanan empat belas hari dirumah mertuanja ; - betapa 
ibukota telah dipindahkan ke Rangkasbetung; - betapa telah 
datang disana seorang asisten residen baru, sebab jang sebelum-
nja telah meninggal dunia beberapa bulan jang lalu ; - betapa 
pedjabat baru itu telah berbitjara pada rapat sebab jang perta-
ma; - betapa sudah beberapa waktu ti dak ada orang jang 
dihukum karena pengaduan ; - betapa hidup harapan dikalangan 
rakjat supaja barang jang ditjuri dikembalikan atau dibajarkan 
ganti kerugiannja." 
Tidak, dimata semangatnja nampak gambaran-gambaran jang 
lebih indah. Ditjarinja pohon ketapang diawan gemawan, terIalu 
djauh masih ia untuk mentjarinja di Badur. Ia memeluk udara 
sekitarnja, seolah-olah ia hendak merangkul tubuh jang akan 
menunggunja dibawah pohon itu. Dibajangkannja wadjab Adin-
da, kepalanja, bahunja; dilihatnja kondenja jang besar, hitam 
286 
gemerlap, terperangkap dalam djeratnja sendiri, bergantung pada 
lehemja ; dilihatnja matanja jang besar berkilau dalam pantulan 
jang hitam; tjuping hidungnja jang diàngkatnja dengan perkasa 
sebagai anak ketjil, ketika ia, - betapa mungkin I - meng-
ganggunja, dan sudut bibirnja jang menjimpan senjumnja; di-
lihatnja buah dadanja jang kini tentunja menondjol dibawah ke· 
bajanja ; dilihatnja betapa sarung jang ditenunnja sendiri, meme-
luk ketat pinggangnja dan, mengikuti lengkungan pahanja, turun 
melalui lututnja mengalun indah diatas kakinja alit ..... . 
Tidak, ia tidak banjak mendengar apa jang dikatakan orang 
kepadanja. J ang didengarnja ialah nada-nada jang lain; dide-
ngarnja bagaimana Adinda akan berkata: "Selamat datang, Sai-
djah! Aku teringat kepadamu waktu memintal dan waktu me-
nenun, dan waktu menumbuk padi dalam lesung jang bergaris 
tiga kali dua belas garis buatan tanganku. Ini aku dibawah ke-
tapang, hari pertama bulan jang baru. Selamat datang, Saidjah, 
aku mau djadi isterimu." 
Itulah musik jang bergema ditelinganja, sehingga ia tidak 
mendengar segala berita jang disampaikan orang dalam perdja-
lanannja. 
Achirnja nam pak olehnja pohon ketapang. Atau lebih tepat, 
dilihatnja suatu temp at jang besar dan gelap jang menutup bin-
tang-bintang banjak dari pemandangannja. Itu mestinja hutan djati 
dekat pohon dimana ia akan bertemu dengan Adinda keesokan 
harinja sesudah terbitnja matahari. Ia mentjari dalam gelap dan 
meraba-raba banjak batang pohon. Tidak lama kemudian ia 
menemukan sebatang pohon, pada kulitnja sebelah Selatan ada 
bekas tetakan jang dikenalnja ; diletakkannja djarinja dalam alur 
jang dibuat oleh Si Panteh dahulu dengan parangnja untuk me-
njerapahi pontianak jang menjebabkan ibunja sakit gigi, tidak 
lama sebelum adik Si Panteh lahlr. Itulah ketapang jang ditjari-
nja. 
Ja, inilah tempat dimana ia buat pertama kali memandangi 
287 
Adinda dengan tjara lain dari teman sepermainannja jang lain, 
sebab Adinda buat pertama kali ditempat itu menolak turut serta 
dalam suatu permainan, jang sebenarnja, tidak lama sebelumnja 
diikutinja dengan semua anak-anak, - laki-Iaki dan perempuan. 
Disitulah Adinda memberinja kembang melati. 
Ia duduk dikaki pohon itu, dan memandang keatas, kebintang-
bintang, dan bila ada jang beralih, dianggapnja itu sebagai ut jap-
an selamat datang bahwa ia telah kembali di Badur. 
Dan ia berpikir apakah sekarang Adinda sedang tidur, dan 
apakah ia tidak salah menandai bulan pada lesungnja ? Saidjah 
akan berdukatjita, djika Adinda sampai kelupaan menandai se-
bulan. seolah-olah tidak tjukup ...... djumlah tiga puluh enam 
bulan! Dan apakah ia membatik sarong dan selendang jang 
indah ? Dan djuga ia bertanja kepada dirinja, siapa-siapakah jang 
kini tinggal dirumah ajahnja? Dan terbajang masa mudanja, 
dan ibunja, dan betapa kerbau itu menjelamatkannja dari ter-
kaman harlmau, dan terpikir olehnja apa akan djadinja dengan 
Adinda djika kerbau itu tidak begitu setia ? 
Diperhatikannja benar turunnja bintang-bintang di Barat dan 
setiap kali sebuah bintang menghilang dikaki langit, ia menghi-
tung bahwa matahari sudah lebih dekat lagi sedikit mendekati 
saat terbitnja diufuk Timur, dan betapa tambah dekat ia sendiri 
kepada saat bertemu kembali dengan Adinda. 
Sebab pastiiah ia akan kembali pada tjahaja matahari jang 
pertama, ja, dia sudah akan ada disana ketika fadjar, .....• ah, 
mengapa ia tidak datang kemarin ? 
Saidjah merasa sedih bahwa Adinda tidak mendahului saat 
jang indah jang tiga tahun lamanja menjuluhi djiwanja dengan 
tjahaja jang tidak terlukiskan; dalam tjintanja Saidjah hanja 
ingat akan kepentingan dirinja, dan ia mendjadi tidak adil ; me-
nurut dia seharusnja Adinda sudah berada disana, menunggu dia, 
dia jang kini mengeluh, - sebelum waktunja, - bahwa ia harus 
menunggu Adinda ! 
Dan tidak sepatutnja ia mengeluh, sebab matahari belum lagi 
terbit, ...... belum lagi matahari melepaskan pandangnja keatas 
288 
dataran. Memang bintang-bintang nun diatas mendjadi put jat, 
malu bahwa segera berachir kekuasaannja; memang mengalir 
warna-warna jang garib dipuntjak-puntjak gunung, jang nampak 
lebih gelap semakin tadjam timbul sosoknja berlatar-belakang 
tjahaja terang; memang disana sini sesuatu jang berpidjar me-
lajang melintasi awan disebelah Timur, - pan ah-pan ah emas 
dan api jang ditembakkan bolak balik, sedjadjar dengan kaki 
langit, - tapi menghilang lagi dan nampaknja djatuh dibelakang 
tirai jang penuh rahasia, tirai jang mendjauhkan siang dan 
pandangan mata Saidjah. 
Namun tjuatja makin terang dan makin terang sekitarnja, ..... . 
sudah dilihatnja tamasja alam, dan sudah dapat dibedakannja 
gombak gugus kelapa dimana Badur tersembunji dari pandangan 
mata, ...... disitulah Adinda terbaring tidur. 
Tidak, dia tidak tidur lagi; bagaimana mungkin ia tidur? ..... . 
Tidakkah ia tabu bahwa Saidjah akan menantinja? ...... Dia 
tidak tidur semalam-malaman; pasti djaga kampung mengetuk 
pintunja dan menanjakan mengapa pelita masih menjala dalam 
rumahnja, dan dengan tersenjum manis ia mendjawab bahwa ia 
tak dapat tidur karena berdjandji akan menjelesaikan selendang 
jang sedang ditenunnja ; selendang itu barus selesai sebelum bari 
pertama bulan baru ..... . 
Atau malam itu ia bergadang ditempat gelap, duduk diatas 
lesung, dan menghitung dengan djari dan hati mendamba sudab-
kah sungguh-sungguh berderet tiga puluh enam garis jang dalam. 
Dan hatinja gembira terkedjut dalam ketjekatannja djangan-
djangan ia salah hitung, djangan-djangan masih kurang satu, dan 
sekali lagi dan sekali lagi, dan setiap kali ia menikmati kepastian 
jang menjenangkan bahwa sungguh-sungguh telah lewat tiga kali 
dua belas bulan sedjak ia berpisah dengan Saidjah ..... . 
Diapun tentunja sekarang ini, sesudah tjuatja seterang ini, 
memasang matanja sia-sia, melemparkan pandangnja kebalik tepi 
langit, untuk menemui matahari, matahari jang lamban, jang 
tidak djuga terbit, ...... tidak djuga terbit ..... . 
Nampak garis merah kebiru-biruan jang berpaut pada awan, 
289 
dan tepi-tepi awan itu mendjadi terang dan berpidjar, dan mulai 
berkilat; dan kembali melajang panah-panah api diruang ang-
kas a, tapi sekali ini tidak djatuh kebawah; mereka mendjerait 
ditanah jang gelap, bahangnja meluas dalam lingkaran jang tam-
bah lama tambah luas, dan saling bertemu, silang menjilang, 
memutar, beredar, dan bersatu mendjadi berkas-berkas api dan 
berkilat dengan tjahaja keemasan diatas tanah biru muda, ..... . 
semuanja itu warnanja merah, dan biru, dan keperak-perakan, 
dan lembajung dan kuning, dan keemasan, ...... ja Tuhan, itulah 
fadjar, itulah pertemuan kembali dengan Adinda! ..... . 
Saidjah tidak pemah beladjar mendoa, dan memang sajang 
kalau itu diadjarkan kepadanja; sebab doa jang lebih sutji dan 
sjukur jang lebih membara dari jang mengendap diam dalam 
djiwanja gembira, tidak dapat diungkapkan dalam bahasa ma-
nusia. 
Ia. tidak mau pergi ke Badur. Saat pertemuan itu sendiri 
dengan Adinda dirasanja tidak begitu indah seperti kepastian 
bahwa ia akan bertemu dengannja. Ia duduk dibawah pohon 
ketapang dan diedarkannja pandangnja sekitar wilajah. Alam 
seolah tersenjum kepadanja, dan mengutjapkan selamat datang 
seperti seorang ibu menjambut anaknja jang baru pulang; dan 
seperti djuga si ibu melukiskan kegembiraannja dengan menimbul-
kan sendiri kenang-kenangan kepada dukatjita jang lamp au, pada 
waktu menundjukkan apa jang disimpannja sebagai tanda mata 
selama kepergian anaknja, Saidjah pun menggembirakan hati 
dengan melihat kembali sekian banjak tempat-tempat jang men-
djadi saksi kehidupannja jang singkat. Tapi betapapun matanja 
ataupun pikirannja mengembara, setiap kali pandangnja dan 
hasratnja kembali kedjalan jang menghubungkan Badur dengan 
pohon ketapang itu. Segala jang dirasakan dan dilihat oleh pan-
tjainderanja bernama Adinda ...... Dilihatnja djurang sebelah 
kiri dengan tanah jang begitu kuning, dimana pernah seekor 
kerbau jang masih muda djatuh kedalam lubang ; orang kampung 
berIrumpul disitu untuk menolong binatang itu, - sebab bukan 
perkara ketjil kehilangan seekor kerbau muda, - mereka turun 
290 
dengan tali rotan jang kuat, dan ajah Adinda adalah jang paling 
berani, .. .... 0, betapa keras ia bertepuk tangan ...... Adinda! 
Dan nun disana disebalik gugusan pohon kelapa jang daun-
nja melambai-lambai diatas pondok-pondok desa, disalah satu 
tempat itu Si Vnah djatuh dari pohon dan mati. Alangkah sedih 
ibunja menangis; "sebab Si Vnah masih begitu ketjil", ratap-
nja ... . .. seolah-olah ia tidak akan begitu sedih sekiranja Si Vnah 
sudah lebih besar. Tapi ia ketjil, memang benar, sebab ia lebih 
ketjil dan lebih lemah dari Adinda ..... . 
Tidak nampak seorangpun didjalan jang menghubungkan 
Badur dengan pohon itu. Nanti ia datang; ...... hari masih ter-
lalu pagi. 
Saidjah melihat badjing jang melompat kian kemari dengan 
tjepat dan keratjak pada batang pohon kelapa. Binatang jang 
molek itu, - ditakuti oleh pemilik kelapa, namun molek tubuh 
dan gerak geriknja, - naik dan turun tak djemu-djemunja. 
Saidjah melihatnja, dan dipaksanja dirinja untuk terus melihat-
nja, sebab dengan demikian pikirannja mendjadi tenang, sesudah 
berat bekerdja sedjak matahari terbit, - tenang sesudah letih 
menunggu. Tidak lama kemudian kesan-kesannja menjatakan 
diri dalam kata-kata, dan iapun menjanjikan apa jang bergolak 
dalam djiwanja. Saja lebih suka membatjakan njanjiannja dalam 
bahasa Melaju, bahasa Itali di Timur itu 1). 
Lihatlah betapa badjing mentjari makan 
Dipohon kelapa. Ia naik, ia turun, ia mengeratjak kiri 
dan kanan 
Ia berlari (mengitari pohon), melompat, djatuh, me-
mandjat dan djatuh lagi 
Sajap ia tak punja namun ia tjergas seperti burung. 
1) Sadjak "Lihatlah Badjing" dalam bahasa Melaju jang ditulis oleh 
Multatuli sendiri kemudian ditemukan kembali dan o.leh E. Du 
Perron dimuat dalam bukunja "De Bewijzen uit het Pak van 
Sjaalman", A.A.M. Stols - Rijswijk (Z.-H.), t.t. Sadjak itu kami 
muat sebagai lampiran dibelakang buku ini. Lihat halaman 350. 
291 
Selamatlah badjingku, selamatlah 
Pasti kau menemukan makan jang kau tjari, ..... . 
Tapi aku seorang diri duduk dihutan djati 
Menunggu makanan bagi hatiku. 
Sudah lama badjingku kenjang 
Sudah lama ia kembali kesarang 
Tapi masih djuga djiwaku 
Dan hatiku sangat berdukatjita ...... Adinda ! 
Belum djuga ada oroog didjalan jang menghubungkan Badur 
dengan pohon ketapang ..... . 
Maka Saidjah terpandang rama-rama jang agaknja bergembira 
karena hari mulai panas ..... . 
Lihatlab nun rama-rama keliling mengepak sajap 
Sajapnja berkilau laksana kembang aneka warna 
Hatinja tjinta berahikan bunga kenari 
Pastilah ia mentjari, mentjari kekasih jang harum 
wmgi. 
Selamatlah ramaku, selamatlah 
Pastilah kau menemu apa ditjari 
Tapi aku duduk seorang ooi dihutan djati 
Menunggu kekasih idaman hati 
Sudah lama rama-rama mengetjup 
Kembang kenari jang sangat ia tjintai 
Tapi masih djiwaku 
Dan hatiku alangkah berdukatjita ...... Adinda! 
Dan belum ada djuga orang didjalan jang menghubungkan 
Badur dengan pohon ketapang. 
Matahari sudah meninggi; - udara sudah panas. 
292 
Lihatlah betapa matahari bersinar nun diatas 
Djauh diatas bukit Waringi 
Terlalu panas ia merasa dan ingin turun kebumi 
Tidur didasar laut seperti rangkulan seorang suami. 
Selamatlah 0 matahari, selamatlah 
Pasti kau menemu apa ditjari 
Tapi aku seorang diri dihutan djati 
Menunggu hatiku mendjadi tenang 
Sudah lama n'anti matahari turun 
Dan tidur didalam laut, djika segala telah kelam 
Tapi masih djiwaku 
Dan hatiku alangkah berdukatjita ...... Adinda 
Dan tidak ada orang didjalan jang menghubungkan Badur 
dengan pohon ketapang. 
Djika tiada lagi rama-rama terbang keliling mengepak 
sajap 
Djika bintang tiada lagi berkilauan 
Djika melati tiada lagi harum baunja 
Djika tiada lagi hati berduka 
Tiada lagi binatang liar didalam hutan 
Djika matahari kesasar djalan 
Dan bulan lupa mana Timur mana Barat 
Djika waktu itu belum djuga datang Adinda 
Maka turunlah malaikat dengan sajap kemilau 
Keatas bumi mentjari apa jang tinggal 
Maka majatku terkapar disini dibawah ketapang 
Djiwaku alangkah berdukatjita, ...... Adinda! 
Tidak ada orang didjalan jang menghubungkan Badur dengan 
pohon ketapang. 
Maka malaikat melihat majatku 
Diberitahunja saudara-saudaranja, ditundjuknja majat-
ku dengan djarinja 
"Lihatlah, nun disana ada seorang manusia mati ter-
lupa 
293 
Mulutnja kedjang mentjium kembang melati 
Marilab, kita angkat dia kita bawa kesurga 
Orang jang menunggu Adinda sampai mati 
Sungguh, ia tak boleh tinggalsendiri 
Orang jang hatinja begitu keras mentjinta 
Maka sekali lagi mulutku kedjang akan membuka 
Untuk memanggil Adinda jang kutjinta 
Sekali lagi kuketjup melati 
lang dia berikan ...... Adinda ... Adinda! 
Dan masih djuga tidak ada orang didjalan jang menghubung~ 
kan Badur dengan ketapang. 
0, pastilah ia tertidur mendjelang pagi, kelelahan karena ber~ 
gadang sepandjang malam, karen a bergadang bermalam~malam 
terus menerus, ...... ia tidak tidur sudah berminggu~minggu, ..... . 
demikianlah adanja I 
Apakah ia akan berdiri dan berdjalan ke Badur? ...... Tidak, 
djika demikian seolah~olah ia ragukan kedatangannja ..... . 
Bagaimana kalau dipanggilnja orang disana jang menggiring 
kerbaunja keladang? ...... Orang ilu terlalu djauh, dan lagi, 
Saidjah tidak mau bitjara tentang Adinda, tidak mau menanja~ 
kan tentang Adinda, ...... ia mau bertemu dengannja, melihatnja 
kemb01i, ia ingin melihat Adinda sendiri, melihat Adinda lebih 
dulu. 0, tentu, tentulah ia segera datang. 
Ia akan menunggu, menunggu ..... . 
Tapi kalau dia sakit, atau ...... mati? 
Seperti rusa kena panab Saidjab berlari melalui djalan dari 
pohon ketapang menudju desa tempat Adinda tinggal. Dia tidak 
melihat apa-apa dan tidak mendengar apa-apa, meskipun ia 
dapat mendengar apa-apa, sebab ada orang berdiri dipinggir 
djalan dekat pintu masuk kedalam desa jang berteriak : "Saidjah, 
Saidjah I" 
Tapi, ...... apakah karena ia tergesa-gesa, karena nafsunja, 
maka ia tak dapat menemukan rumah Adinda ? Ia sudah ber~ 
294 
lari sampai keudjung djalan dibatas kampung, dan seperti gila 
ia berdjalan kembali dan memukul-mukul kepalanja, betapa 
mungkin ia melewati rumah Adinda tanpa melihatnja. Tapi 
kembali ia berdiri dipintu gerbang masuk, ...... ja Tuhan, apa-
kah ia bermimpi ? ...... sekali lagi ia tidak menemukan rumah 
Adinda. Sekali lagi ia berlari kembali dan tiba-tiba ia berhenti, 
dipegangnja kepalanja dengan kedua tangannja seolah-olah 
hendak memeras keluar pikiran tak waras jang merasukinja, dan 
ia berteriak keras-keras; "mabuk, mabuk, aku mabuk !" 
Dan perempuan-perempuan Badur keluar dari rumahnja, dan 
dengan kasihan melihat Saidjah berdiri didjalan; sebab mereka 
mengenalinja dan mereka tahu bahwa ia mentjari rumah Adinda, 
dan mereka tahu tidak ada rumah Adinda didesa Badur. 
Sebab ketika kepala distrik Parangkudjang merampas kerbau-
kerbau ajah Adinda ..... . 
Sudah saja katakan, pembatja budiman, bahwa tjerita saja 
mendjemukan . 
...... ketika itu ibu Adinda meninggal karen a sedihnja, dan 
adiknja jang bungsu meninggal karena tidak ada ibu jang me-
njusuinja. Dan ajah Adinda jang ketakutan mendapat hukuman 
djika tidak membajar padjak tanah ..... . 
Saja tahu, saja tahu bahwa tjerita saja mendjemukan. 
...... ia pergi meninggalkan kampung halaman. Dibawanja 
Adinda dengan saudara-saudaranja. Tapi ia mendengar b"etapa 
ajah Saidjah dihukum di Bogor dengan deraan rotan, karena 
rneninggalkan Badur tanpa surat djalan. Karena itulah ajah 
Adinda tidak pergi menudju Bogor, tidak ke Krawang, tidak ke 
Priangan, tidak pula ke Betawi ..... . 
Ia pergi ke Tjilangkahan, distrik Lebak jang berbatasan de-
ngan laut, disanalah ia bersembunji didalam hutan, dan me-
nunggu kedatangan Pak Ento, Pak Lontah, Si Uniah, Pak Ansiu, 
Abdul Isma dan beberapa orang lagi jang kerbaunja dirampas 
oleh kepala distrik Parangkudjang, dan jang semuanja takut 
kena hukuman djika mereka tidak membajar padjak tanah. 
Disana pada malam hari mereka mentjuri sebuah perahu ne-
295 
lajan dan berlajar meninggalkan pantai. Mereka menudju ke 
Baratlaut, pantai disebelah kanannja, sampai ke Tandjung Djawa 
di Udjung Kulon; dari sana mereka ber1ajar menudju ke Utara 
sampai Panaitan jang disebut pelaut kulit putih Prinseneiland. 
Mereka mengitari pulau itu disebelah Timur, dan kemudian me-
nudju Teluk Semangka, menghala punt jak gunung jang tinggi 
di Lampung. 
Demikianlah djalan jang dibisikkan orang dari mulut kemulut 
di Lebak, djalan jang ditempuh bila orang bitjara tentang pe-
rampasan kerbau dan padjak tanah jang belum dibajar. 
Tapi Saidjah tidak mengerti benar apa jang dikatakan orang 
kepadanja, malahan ia tidak mengerti benar berita tentang ke-
matian ajahnja. Telinganja menggaung seolah-olah dipukul gong 
dalam kepalanja, dirasanja betapa darah mendenjut-denjut dalam 
urat-urat pelipisnja jang serasa-rasa hendak petjah dibawah te-
kanan pemekaran jang begitu berat. Ia tidak berkata-kata dan 
memandang keliling dengan mata kehilangan tjahaja, tidak me-
lihat apa jang ada sekitarnja dan dekatnja, dan achirnja ia me-
ledak dalam tawa jang mengerikan. 
Seorang perempuan tua membawanja kerumahnja dan meng-
obati orang gila jang malang itu. Tidak lama kemudian ia tidak 
lagi tertawa begitu mengerikan, namun ia tidak bitjara. Hanja 
malam hari orang-orang sepondok terkedjut oleh suaranja bila 
ia menjanji tanpa nada ~ "tidak ku tahu dimana aku kan mati", 
dan beberapa orang penduduk Badur mengumpulkan uang untuk 
memberi sadjen kepada buaja-buaja di Tjiudjung, supaja Saidjah 
mendjadi sembuh, Saidjah jang dianggap gila. Tapi ia tidak 
gila. 
Sebab sekali malam hari ketika bulan bersinar tjerah ia ber-
diri dari bale-balenja dan perlahan-Iahan meninggalkan rumah 
dan mentjari tempat dimana pernah Adinda berdiam. lni bukan 
pekerdjaan jang mudah sebab banjak rumah jang telah roboh, 
tapi nampaknja ia mengenali kembali tempat itu pada besarnja 
sudut jang dibuat oleh beberapa garis tjahaja melalui pohonan 
pada waktu bertemu dalam matanja, seperti seorang pelaut me-
296 
nentukan posisi pada menara api atau pada tempat-tempat jang 
mendjulur digunung. 
Ja, disitulah mestinja rumahnja ...... disitu pernah Adinda 
tinggal ! 
Tersaruk-saruk pada bambu setengah lapuk dan kepingan-
kepingan atap jang runtuh ia mentjari djalan ketempat keramat 
jang ditjarinja. Dan, sungguh, ia masih menemukan kembali 
sebagian dari pagar jang masih berdiri, disamping pagar itulah 
dulu berada bale-bale Adinda; bahkan dipagar itu masih ter-
pantjang pasak bambu tempat menggantungkan pakaiannja bila 
ia hendak tidur ..... . 
Tapi bale-bale itu telah runtuh seperti djuga rumah itu dan 
hampir kembali mendjadi debu. Diambilnja segenggam debu, dan 
didekatkannja kebibirnja jang terbuka, dan ia menarik nafas 
dalam-dalam ..... . 
Keesokan harinja ia bertanja kepada orang tua jang merawat-
nja, dimanakah lesung jang dulu terletak dipekarangan rumah 
Adinda. Perempuan itu girang mendengar ia bitjara dan ber-
djalan sekeliling desa untuk mentjari lesung itu. Ketika ia me': 
nemukan pemiliknja jang baru dan hendak menundjukkannja 
kepada Sadjah, Saidjah mengikutinja tanpa berkata sepatah kata, 
dan ketika tiba dilesung itu, dihitungnja ada tiga puluh dua garis 
tergores disitu ..... . 
Lalu diberinja perempuan itu sekian mata wang Spanjol, tju-
kup untuk membeli seekor kerbau, dan meninggalkan Badur. Di 
Tjilangkahan dibelinja sebuah perahu nelajan, dan dengan perahu 
itu sesudah beberapa hari berlajar ia tiba di Lampung, dimana 
pemberontak sedang melawan kekuasaan Belanda. Ia bergabung 
dengan segerombolan orang Bantam, bukan untuk bertempur tapi 
untuk mentjari Adinda ; sebab sifatnja lembut, dan lebih mudah 
terharu oleh kesedihan dari tergugah oleh kepahitan. 
Pada suatu hari ketika pemberontak-pemberontak sekali lagi 
dialahkan, ia mengembara didalam desa jang baru sadja direbut 
oleh tentara Belanda, djadi masih terbakar. Saidjah tahu bahwa 
gerombolan jang dihantjurkan ditempat itu, sebagian besar terdiri 
297 
dari orang Bantam; ia berkeliling seperti hantu dirumah-rumah 
jang belum terbakar seluruhnja, dan menemukan majat ajah 
Adinda dengan luka kena kelewang didada. Disampingnja 
Saidjah melihat ketiga saudara Adinda jang terbunuh, pemuda-
pemuda, anak-anak masih; dan sedikit lagi kesana nampak 
majat Adinda, telandjang, teraniaja dengan tjara jang mengeri-
kan ..... . 
Ada sepotong ketjil kain biru masuk kedalam luka jang ter-
buka didadanja, jang rupanja mengachiri pergulatan jang lama 
Lalu Saidjah menjongsong beberapa orang soldadu jang de-
ngan bedil terkokang menghalau sisa-sisa pemberontak jang 
masih hidup kedalam api rumab-rumab jang sedang terbakar; 
ia mendekap bajonet-bajonet pedang jang lebar itu, mendorong 
kedepan dengan penuh tenaga, dan masih berhasil mendesak 
kembali soldadu-:soldadu itu dengan tenaga jang penghabisan, 
ketika gagang-gagang bajonet tertumbuk pada dadanja. 
Dan tidak lama kemudian orang bersorak-sorak di Betawi atas 
kemenangan jang baru itu, jang menambabkan pula banjak ke-
menangan pada kemenangan-kemenangan tentara Hindia Belan-
da. Dan wali negeri pun menulis babwa keamanan telah dipulih-
kan kembali di Lampung, dan radja Belanda, jang diberi pene-
rangan oleh pedjabat-pedjabat negara, kembali memberi anuge-
rab atas keberanian dan kepablawanan jang begitu besar berupa 
sedjumlah banjak bintang kehormatan. 
Dan agaknja doa sjukur naik kelangit dari hati orang-orang 
jang saleh digeredja bari Minggu atau waktu sembabjang, ketika 
mendengar babwa "Tuhan segala balatentara" telab ikut pula 
berperang dibawab pandji-pandji Belanda ...... 
"Tapi Tuhan, hiba melihat mala petaka demikian, -
Hari itu meno lak korban persembahan!" 3) 
3) Kutipan dari Sadjak Tollens, seorang penjair Belanda abad ke-19. 
298 
Penutup tjerita Saidjah itu telah saja persingkat, lebih singkat 
dari jang dapat saja lakukan djika saja ingin melukiskan sesuatu 
jang mengerikan. Pembatja tentu melihat betapa saja berpan-
djang-pandjang ketika melukiskan ia menunggu dibawah pohon 
ketapang, seolah-olah saja tjemas menghadapi penjelesaiannja 
jang menjedihkan, dan betapa saja tjepat-tjepat mentjeritakan 
penjelesaian itu dengan perasaan enggan. Pada hal maksud saja 
tidak demikian, ketika saja mulai berbitjara tentang Saidjah, 
sebab saja kuatir akan memerlukan warna-warna jang lebih keras 
untuk menimbulkan keharuan dalam melukiskan keadaan-keada-
an jang sedemikian aneh itu. Tapi sambil bertjerita saja merasa 
bahwa saja akan menghina pembatja, djika saja pertjaja bahwa 
saja harus menumpahkan darah lebih banjak dalam lukisan saja. 
Saja bisa sadja melakukannja, sebab ada surat-surat didepan 
saja, ...... tapi tidak, lebih baik satu pengakuan. 
Ja, pengakuan! Saja tidak tahu apakah Saidjah tjinta kepada 
Adinda, tidak tahu apakah ia pergi ke Betawi, tidak tahu apa-
kah ia meninggal di Lampung kena bajonet Belanda. Saja tidak 
tahu apakah ajahnja mati brena deraan rotan karena meninggal-
kan Badur tanpa surat djalan. Saja tidak tahu apakah Adinda 
menghitung bulan dengan tanda garis pada lesungnja ..... . 
Semua itu tidak saja tahu. 
Tapi saja tahu lebih banjak dari semua itu. Saja tabu, dan 
saja dapat membuktikan bahwa banjak orang seperti Adinda dan 
banjak orang seperti Saidjah, dan bahwa apa jang berupa chajalan 
pada chususnja, mendjadi kebenaran pada umumnja. Sudah saja 
katakan bahwa saja dapat menjebutkan nama-nama orang-orang 
jang seperti orang tua Saidjah dan Adinda terusir dari kampung 
halamannja karena ditindas. Bukanlah maksud saja dalam buku 
ini memberikan laporan jang diperlukan untuk suatu pengadilan 
jang harus mendjatuhkan hukuman mengenai tjara kekuasaan 
Belanda dilaksanakan dinegeri Hindia, laporan jang hanja mem-
punjai kekuatan bukti bagi orang jang mempunjai kesabaran 
untuk membatjanja, hal mana tidak bisa kita harapkan dari 
publik jang mentjari hiburan dalam batjaan. Karena itu saja 
299 
tidak memberikan daftar jang kering dari nama-nama orang dan 
tempat disertai tanggal; - saja tidak memberikan salinan dari 
daltar pentjurian dan pemerasan jang ada didepan saja, tapi saja 
mentjoba melukiskan apa jang mungkin bergolak dalam hati 
orang-orang miskin jang dirampas harta bendanja, harta benda 
jang seharusnja digunakan untuk keperluan hidupnja; atau ma-
laban, saja hanja menjuruh terka, kuatir djangan-djangan saja 
terlalu keliru dalam melukiskan perasaan-perasaan jang tidak 
pernab saja alami. 
Tapi mengenai pokok utamanja ...... 0, semoga saja dituduh 
memfitnab! 0, semoga saja dipanggil untuk membuktikan apa 
jang saja tulis! 0, semoga orang berkata: "Saidjab itu hanja 
chajalan anda, dia tidak menjanjikan lagu itu, tidak ada orang 
bernama Adinda tinggal di Badur !" Tapi hendaknja itu dikata· 
kan dengan kekuatan kemauan untuk menegakkan keadilan, 
sesudah saja buktikan babwa saja tidak memfitnah ! 
Apakab dusta perumpamaan orang Samaritan jang belas 
kasihan, sebab barangkali tidak pernab seorang musafir jang 
disamun dirawat dirumah keluarga Samaritan 4)? Apakah dusta 
perumpamaan orang jang menjemai 5), sebab kita tabu bahwa 
tidak .ada petani jang menebar benih diatas batu? Atau, supaja 
lebih dekat kepada kesamaan dengan buku saja, bolehkah kita 
ménjangkal kebenaran jang mendjadi pokok utama dalam Pon-
dok Negro Paman Tom karena tidak pemab ada orang jang 
bernama Evangeline? Apakab orang akan mengatakan kepada 
pengarang pembelaan jang kekal itu, - kekal, bukan karena 
kesenian atau bakatnja, tapi karena maksud dan pengaruhnja, 
- apakah orang akan mengatakan kepadanja: "anda bohong, 
budak·budak itu tidak dianiaja, sebab buku anda dusta, buku 
itu adalah roman I" Tidakkah ia, untuk sedjumlah perbuatan· 
4) Perumpamaan dari Kitab Indjil: Seorang Samaritan menampung dan 
merawat seorang laki-laki dari pihak musuh, jang babis dirampok 
dan luka-luka. 
5) Djuga dari Kitab Indjil. 
300 
perbuatan jang kering, harus membuat suatu tjerita jang me~ 
liputi perbuatan-perbuatan itu, supaja masuk kedalam hati sanu..; 
barl pembatja ? Apakah orang akan membatja bukunja, sekira .. 
nja bentuknja seperti dokumen perkara pengadilan? Apakah 
salahnja, atau salah saja, bahwa kebenaran seringkali harus di .. 
selimuti dengan dusta supaja diterima ? 
Dan kepada beberapa orang jang akan mengatakan bahwa 
saja terlalu mengidealisir Saidjah dengan tjintanja, saja harus 
bertanja bagaimana mereka tahu, karena hanja sedikit sekali 
orang Eropah jang berusaha mendekati perasaan alat-alat kopi 
dan gula jang disebut "inlander" itu. Tapi sekalipun perkataan 
mereka itu beralasan, barangsiapa jang mengemukakan ini se-
bagai bukti maksud utama buku saja, mengakui sukses saja jang 
gemilang. Sebab perkataan itu djika diterdjemahkan berbunji: 
"kedjahatan jang anda lawan, tidak ada, atau tidak begitu heb at, 
sebab orang inlander itu tidak seperti Saidjah jang anda gambar-
kan; didalam penganiajaan orang Djawa tidak ada kedjahatan 
jang begitu besar seperti djika anda menggambarkan Saidjah 
dengan sebenarnja. Orang Sunda tidak menjanjikan lagu-Iagu 
demikian, mereka tidak bertjinta seperti itu, tidak merasa seperti 
itu, djadi ..... . 
Tidak, menteri tanah dj adjahan, tidak, gubernur djenderal 
pensiunan, bukan itu jang harus anda buktikan. Anda harus 
buktikan bahwa penduduk tidak dianiaja, tak peduli apakah ada 
orang-orang sentimentil seperti Saidjah diantara penduduk. Atau 
beranikah anda mengatakan bahwa orang boleh mentjuri kerbau 
dari orang-orang jang tidak bertjinta, orang-orang jang tidak 
menjanjikan lagu duka, orang-orang jang tidak sentimentil ? 
Djika orang menjerang saja dilapangan kesusastraan, saja 
akan mempertahankan kebenaran gambaran Saidjah, tapi dila-
pangan politik saja akan segera mengalah dan membenarkan 
kritikan-kritikan terhadap kebenaran gambaran itu, supaja soal 
utama djangan berge ser. Saja tidak perduli apakah orang me-
nganggap saja seorang pelukis jang tidak bet jus, asal orang 
mengakui bahwa penganiajaan orang Bumiputera itu adalah 
301, 
"keterlaluan"; demikianlah bunji tjatatan pada nota pedjabat 
jang mendahului Havelaar, jang ditundjukkannja kepada kontelir 
Verbrugge, - sebuah nota jang terletak didepan saja. 
Tapi saja mempunjai bukti-bukti jang lain ; dan untung sadja. 
Sebab pedjabat sebelum Havelaar itu djuga bisa keliru. 
Wahai, djika dia keliru, maka ia telah dihukum berat untuk 
kekeliruannja itu. 
302 
Bab XVIII 
Hari sudah petang. Havelaar keluar dari kamarnja dan mendapati 
Tine diserambi muka menunggunja minum teh. Njonja Slotering 
keluar dari rumahnja dan rupanja hendak berkundjung kerumah 
keluarga Havelaar, tapi tiba-tiba ia pergi kepagar, dan mengusir 
seorang laki-Iaki jang baru sadja masuk dengan gerak tangan 
jang tegas. Ia tetap berdiri sampai ia melihat laki-Iaki itu keluar 
lagi, lalu ia berbalik, berdjalan ditepi padang rumput, kerumah 
Havelaar. 
- ,,Aku ingin tahu djuga mengapa ia melakukan itu," kata 
Havelaar, dan sesudah basa basi tegur menegur, ia bertanja 
sambil berkelakar, supaja djanda itu djangan salah paham bahwa 
ia tidak rela perempuan itu hendak berkuasa dipekarangan jang 
dahulu pekarangannja. 
- "Bagaimana, njonja, tjoba katakan mengapa anda selalu 
mengusir orang-orang jang masuk pekarangan. Bagaimana kalau 
orang tadi itu pendjual ajam, atau barang lain keperluan dapur ?" 
Diwadjah njonja Slotering nampak gerak kepedihan, jang tidak 
luput dari pandangan mata Havelaar. 
- "Ah, katanja, banjak orang djahat." 
- "Memang, dimana-mana begitu, tapi kalau kita membikin 
susah orang lain, jang baik-baik pun tak mau datang lagi; ...... 
tjobalah, njonja, tjeritakan kepada saja mengapa anda begitu 
keras mendjaga pekarangan." 
Havelaar memandang kepadanja, dan sia-sia mentjoba mem-
bat ja djawaban dalam matanja jang basah. Dia mendesak lagi 
meminta keterangan; ...... djanda itu menangis terisak-isak, 
303 
katanja suaminja kena rat jun di Parangkudjang, dirumah kepala 
distrik. 
- "Dia mau adil, tuan Havelaar, kata perempuan malang itu 
melandjutkan, dia hendak mengachiri penindasan terhadap pen-
duduk jang menderita. Ia memperingati dan mengantjam kepala-
kepala, dirapat-rapat dan dengan surat, ...... anda tentu telah 
menemukan surat-suratnja dalam arsip ...... " 
Memang betul. Havelaar telah membatja surat-surat itu, sali-
nannja ada didepan saja. 
- "Ia selalu berbitjara dengan residen, djanda itu melandjut-
kan, tapi selalu sia-sia; umum mengetahui bahwa pemerasan 
terdjadi untuk kepentingan bupati dan dilindungi oleh bupati, 
sedang residen tidak mau mengadukan bupati itu kepada peme-
rintah, maka hasil pembitjaraan-pembitjaraan itu hanjalah penga-
niajaan terhadap orang jang mengadu. Karena itu suami saja 
jang malang mengatakan bahwa djika tidak ada perbaikan sebe-
lum achir tahun, ia akan berhubungan langsung dengan gubernur 
djenderal. Itu terdjadi bulan Nopember. Tidak lama sesudah itu 
ia melakukan perdjalanan inspeksi, ia makan siang dirumah 
demang Parangkudjang, dan sebentar sesudah itu dibawa ke-
rumah dalam keadaan jang menjedihkan. Ia berteriak, sambil 
menundjuk perutnja, "api, api", dan beberapa djam kemudian 
ia tidak ada lagi, orang jang semasa hidupnja selalu sehat wala-
fiat." 
- "Apakah anda menjuruh panggil dokter dari Serang?" 
tanja Havelaar. 
- "Ja, tapi dia hanja sebentar sadja memerlksa suami saja, 
sebab suami saja meninggal tidak lama sesudah dokter itu da-
tang. Saja tidak berani menjampaikan ketjurigaan saja kepada-
nja, sebab saja tahu saja tidak akan segera dapat meninggalkan 
tempat ini, dan saja takut pembalasan dendam. Saja mendengar 
bahwa anda, seperti djuga suami saja, hendak menjapu bersih 
segala jang tidak beres disini, dan karena itu saja gelisah sadja. 
Saja tidak hendak mengatakan ini semua kepada anda supaja 
anda suami isteri djangan ketakutan, dan karena itu saja mem-
304 
batasi diri dan hanja mendjaga pekarangan, supaja djangan 
ada orang luar masuk kedapur." 
Djelaslah sekarang bagi Tine mengapa njonja Slotering tetap 
mengurus rumah tangganja sendiri, dan malahan tidak mau mem-
pergunakan dapur jang begitu besar. 
Havelaar menjuruh panggil kontelir. Dalam pada itu ia me-
ngirim surat kepada dokter di· Serang untuk minta keterangan 
mengenai gedjala-gedjala pada kematian Slotering. Djawaban jang 
diterimanja keesokan harinja, tidak seperti persangkaan djanda 
itu. Menurut dokter Slotering meninggal karena "abses dalam 
limpa." Tidak mendjadi djelas bagi saja apakah penjakit demi-
kian tiba-tiba sadja bisa timbul dan mengakibatkan kematian 
dalam beberapa djam. Saja kira disini saja harus memperhatikan 
keterangan njonja Slotering bahwa suaminja dahulu selalu dalam 
keadaan sehat walafiat, tapi kalau orang tidak menghargakan 
keterangan demikan karena pengertian gambaran kesehatan 
sangat subjektif terutama dalam pandangan orang jang bukan 
dokter, maka masih mendjadi pertanjaan jang penting, apakah 
orang jang mati hari ini karena "abses dalam limpa", kemarin 
bisa naik kuda dengan maksud memeriksa daerah pegunungan 
jang dalam beberapa djurusan lebarnja dua puluh djam ? 
Dokter jang memeriksa Slotering itu bisa sadja seorang dokter 
jang pandai, tapi dia bisa djuga keliru dalam menilai gedjala-
gedjala penjakit, dimana ia tidak menjangka sama sekali adanja 
kedjahatan. 
Betapapun djuga, saja tidak dapat membuktikan bahwa pedja-
bat jang mendahului Havelaar mati dir at juni, karena Havelaar 
tidak diberi kesempatan untuk mendjernihkan persoalan itu. 
Tapi saja dapat membuktikan bahwa orang sekelilingnja meng-
anggap ia diratjuni, dan bahwa persangkaan itu dihubungkan 
orang dengan keinginannja untuk memerangi ketidakadilan. 
Kontelir Verbrugge masuk kamar Havelaar. Havelaar bertanja 
singkat: 
- "Apa sakit Slotering maka meninggal ?" 
- "Saja tak tahu." 
305 
- "Diratjuni ?" 
- "Saja tak: tahu, ...... tapi ..... . 
- "Bitjaralah jang djelas, Verbrugge." 
- "Tapi dia mentjoba menghilangkan keadaan-keadaan jang 
tidak: beres, ...... seperti anda, ...... dan dia pasti diratjuni, se-
kiranja ia tinggal lebih lama disini" ..... . 
- Tuliskan I" 
Verbrugge menuliskan apa jang dikatakannja itu, ...... kete-
rangannja itu ada didepan saja. 
- "Sedikit lagi. Benarkah, atau tidak benarkah bahwa ada 
pemerasan di Lebak:?" 
Verbrugge tidak: mendjawab. 
- "Djawablah, Verbrugge I" 
- "Saja tak berani." 
- "Tuliskan kalau anda tidak berani." 
Verbrugge menuliskannja, ....... keterangannja itu ada didepan 
saja. 
- "Baik I Sedikit lagi: Anda tidak berani mendjawab per-
tanjaan saja jang terachir. Baru-baru ini anda mengatakan, 
waktu kita bitjara tentang mati keratjunan, bahwa anda satu-
satunja orang jang memberi nafkah kepada saudara-saudara anda 
jang perempuan di Betawi, ...... apakab itu sebabnja maka anda 
takut, bersikap jang saja sebut separoh-separoh ?" 
- "Ja I" 
- "Tuliskan." 
Verbrugge menuliskannja, ... '..... keterangannja ada didepan 
saja. 
- "Baiklah, kata Havelaar ; tjukup." Dan Verbrugge boleh 
pergi. 
Havelaar keluar, dan bermain dengan Max ketjil, jang ditjium-
nja dengan mesra. Sesudab njonja Slotering pulang, disuruhnja 
anak itu pergi, dan dipanggilnja Tine kekamarnja. 
- "Tineku manis, ada permintaanku kepadamu, ...... pergi-
lab kau dengan Max ke Betawi, """ hari ini aku memasukkan 
pengaduan terhadap bupati." Dan Tine merangkulnja dan untuk: 
306 
pertama kalinja menentang kemauan suaminja; sambil tersedu 
ia mendjerit : 
- "Tidak Max, tidak Max, aku tidak mau, ...... aku tidak 
mau, ...... kita makan dan kita minum bersama 1" 
Apakah Havelaar salah ketika ia berkata bahwa isterinja pun 
tidak berhak membuang ingus seperti wanita-wanita di Arles? 
Ditulisnja surat dan dikirimnja, salinannja saja turunkan di-
bawah ini. Sesudah saja lukiskan dalam keadaan apa ia menulis 
surat itu, saja kira tidaklah perlu saja mengatakan bahwa dalam-
nja terpantjar keberanian dalam menunaikan kewadjiban, pun 
tidak perlu saja tundjukkan kelembutan hati Havelaar, kelem-
butan jang menggerakkannja untuk melindungi bupati terhadap 
hukuman jang terlalu berat; tapi rasanja perlu diperhatikan 
betapa ia dalam segala keadaan itu selalu berhati-hati, tidak se-
patah katapun ia bitjara tentang kedjadian jang baru sadja di-
ketahuinja, karena ia tidak mau memperlemah ketegasan penga-
duannja dengan ketidakpastian mengenai suatu tuduhan jang 
penting tapi belum lagi terbukti. Ia bermaksud menjuruh gali 
majat Slotering, dan menjuruh periksa majat itu setjara ilmiah, 
sesudah sang bupati dipetjat, dan pengikut-pengikutnja ditang-
kap; tapi, seperti telah saja katakan, ia tidak diberi kesempatan 
untuk itu. 
Didalam salinan surat-surat resmi, - salinan jang untuk 
selebihnja sama betul dengan aslinja, - saja rasa boleh sadja 
mengganti gelar-gelar jang gila dengan kataganti jang sederhana. 
Saja pertjaja para pembatja mempunjai selera jang baik dan 
dapat membenarkan perobahan ini. 
307 
"No. 88. Rahasia 
Segera 
Kepada 
Residen Bantam 
Rangkas Betung, 24 Pebruari 1856 
Sedjak saja sebulan lamanja mendjalani tugas saja disini, saja 
terutama sibuk memeriksa tjara kepala-kepala bumiputera me-
laksanakan kewadjibannja terhadap penduduk, mengenai "peker-
djaan rodi", "pundutan" dan sebagainja. 
Segera saja mengetahui bahwa bupati dengan sewenang-we-
nang dan untuk kepentingannja sendiri mengerahkan orang-orang, 
djauh diatas djumlah "pantjen" atau "kemit" jang boleh dike-
rahkannja. 
Saja ragu-ragu apakah akan segera melaporkan dengan resmi, 
ataukah dengan bertindak lemah lembut, atau kemudian malahan 
dengan antjaman, akan mentjegah perbuatan pedjabat tinggi 
bumiputera itu, sehingga tertjapai dua tudjuan, jakni menghenti-
kan penjalahgunaan itu dan sekaligus mentjegah tindakan jang 
terlalu keras terhadap pedjabat tua gubememen itu, terutama 
dengan memperhatikan adanja tjontoh-tjontoh buruk jang, saja 
kira, sering diberikan kepadanja, dan sehubungan dengan ke-
adaan istimewa bahwa ia sedang bersiap-siap untuk menerima 
kundjungan dua orang keluarga, (bupati Bogor dan bupati Tji-
andjur, jang pasti ialah bupati Tjiandjur, jang, saja kira, sudah 
dalam perdjalanan dengan iring-iringan jang besar), sehingga ia, 
lebih-Iebih dari dalam keadaan lain mengalami godaan, - dan 
berhubung dengan keadaan keuangannja jang buruk, seolah-olah 
ia terpaksa, - untuk dengan tjara-tjara jang melanggar hukum 
menjediakan segala jang diperlukan untuk kundjungan itu. 
Semua ini membuat saja lunak terhadap apa jang sudah ter-
djadi, tapi saja sama sekali tidak akan memberi hati untuk se-
landjutnja. 
Kepadanja saja minta dengan sangat untuk segera menghenti-
kan setiap perbuatan jang melawan hukum. 
 
Tentang pertjobaan pertama untuk dengan lemah lembut me-
njadarkan bupati akan kewadjibannja, sudah saja beritahukan 
setjara pribadi kepada anda. 
Tapi temjata bahwa ia dengan tidak tahu malu dan kurang 
adjar tidak memperdulikan segalanja, dan saja merasa berdasar-
kan sumpah djabatan saja berkewadjiban untuk memberitahukan 
kepada anda : 
bahwa saja menuduh bupati Lebak Raden Adipati ..... . 
telah menjalahgunakan kekuasaannja dengan memperguna-
kan setjara melanggar hukum tenaga kerdja rakjatnja, dan 
bahwa saja mentjurigainja telah melakukan pemerasan de-
ngan meminta penghasilan in natura, tanpa pembajaran 
atau dengan pembajaran jang tidak tjukup, pembajaran jang 
ditentukan semena-mena; -
bahwa saja selandjutnja mentjurigai demang Parangku-
djang (menantunja) telah turut membantu dalam perbuatan-
perbuatan tersebut. 
Untuk mempersiapkan kedua perkara itu dengan baik sebelum 
dibawa kepengadilan, saja mengusulkan supaja saja diperintah-
kan untuk: 
1. mengirim bupati Lebak tersebut setjepat mungkin ke Serang, 
dan mendjaga supaja ia sebelum keberangkatannja, maupun 
selama perdjalanannja djangan mendapat kesempatan baik 
dengan djalan menjogok maupun dengan djalan lain meng-
gunakan pengaruhnja atas kesaksian-kesaksian jang harus 
saja kumpulkan; -
2. menahan untuk sementara demang Parangkudjang ; -
3. melakukan tindakan jang sama terhadap pedjabat-pedjabat 
jang pangkatnja lebih rendah, jang, karena berkeluarga de-
ngan bupati, dianggap dapat mempengaruhi kemurnian pe-
njelidikan jang akan dilakukan; -
4. segera melakukan penjelidikan itu, dan memberikan laporan 
jang lengkap. 
Selandjutnja saja ingin mengusulkan supaja dikeluarkan pe-
rintah untuk membatalkan kedatangan bupati Tjiandjur tersebut.  
Achirnja saja mendapat kehormatan untuk memastikan (mes-
kipun ini tidak perlu bagi anda, jang mengenal daerah Lebak 
lebih baik dari jang mungkin bagi saja), bahwa dari sudut politik 
sama sekali tidak ada keberatan untuk menjelesaikan perkara ini 
dengan tjara jang adil dan tegas; dan bahwa saja lebih kuatir 
akan adanja bahaja, djika tidak ada penjelesaian, sebab saja 
mendapat informasi dari seorang saksi jang mengatakan bahwa 
rakjat ketjil sudah "pusing" karena gangguan dan pemerasan, 
dan sudah lama mentjari djalan keluar. 
Saja mendapat kekuatan untuk tugas saja jang berat jang saja 
laksanakan dengan menulis surat ini, sebagian karena harapan 
bahwa saja pada suatu waktu düzinkan untuk mendjelaskan 
segala sesuatu untuk meringankan kesalahan bupati tua itu; 
meskipun keadaannja disebabkan karena kesalahan sendiri, saja 
sangat menaruh belas kasihan kepadanja. 
Asisten residen Lebak, 
Max HaveZaar." 
Keesokan harinja ia mendapat djawaban dari residen Bantam? 
...... tidak, dari tuan Slijmering, partikelir. 
Djawaban itu merupakan sumbangan jang berharga untuk 
mengetahui tjara pemerintahan didjalankan di Hindia Belanda. 
Tuan Slijmering menjesalkan "bahwa Havelaar tidak lebih dulu 
membitjarakan dengannja perkara jang tersebut dalam surat 
No. 88"; - tentu sadja karena akan lebih banjak harapan 
untuk "bertindak bidjaksana" ; - dan selandjutnja: "bahwa 
ia terganggu ddlam kesibukan-kesibukannja karena Havelaar !" 
Ia tentu sedang menulis laporan tahunan tentang ketenangan 
jang sentosa; ...... surat itu ada didepan saja, dan saja tidak 
pertjaja mata saja. Saja ulangi membatja surat asisten residen 
Lebak itu, ...... saja taruh Havelaar dan Slijmering berdam-
pingan ...... 
Si Sjaalman itu gembel jang brengsek. Ketahuilah, pembatja  
budiman, bahwa Bastiaans sering-sering lagi tidak masuk kantor 
karena entjoknja. Karena saja tidak tega membuang-buang wang 
kepunjaan firma, (Last & Co.), sebab dalam hal prinsip saja 
tegas, kemarin dulu teringat oleh saja bahwa Sjaalman mem-
punjai tulisan tangan jang baik, dan karena dia begitu melarat 
kelihatannja, dan tentu mau bekerdja dengan gadji ketjil, maka 
saja berpendapat, bahwa saja berkewadjiban terhadap firma un-
tuk mengganti Bastiaans dengan tjara jang semurah-murahnja. 
Maka saja pergi kedjalan Lange-Leidsche dwarsstraat jang 
pandjang. Perempuan pendjaga toko duduk didepan, tapi nam-
paknja ia tidak mengenali saja lagi, meskipun baru-baru ini telah 
saja katakan kepadanja bahwa saja adalah Tuan Droogstoppel, 
makelar kopi di lauriergracht. Kita selalu merasa agak terhina 
djuga bahwa orang tidak mengenali kita kembali, tapi karen a 
sekarang tidak begitu dingin, dan tempohari saja memakai djas 
bulu, mungkin karena itu dia tidak mengenali saja lagi dan 
saja tidak peduli, penghinaan itu maksud saja. Djadi saja ulangi 
lagi bahwa saja adalah Tuan Droogstoppel dari lauriergracht, 
makelar kopi, dan saja minta dia untuk melihat apakah Sjaalman 
ada dirumah, karena saja tidak mau seperti dulu lagi berbitjara 
dengan isterinja jang selalu tidak merasa puas itu. Tapi pe-
rempuan pendjual rombengan itu tidak mau keatas. "Dia tidak 
dapat sehari-harian turun naik memanggil orang gembel itu, 
katanja, tapi saja boleh naik sendiri." Lalu menjusullagi lukis-
an tangga dan serambi-serambi dalam jang sama sekali tidak 
saja perlukan, sebab saja selalu mengenal kembali tempat di-
mana saja pemah datang, karena saja selalu memperhatikan 
segala sesuatu. Itu sudah djadi kebiasaan saja dalam perdagang-
an. Djadi saja naik tangga dan mengetok pintu jang terbuka 
dengan sendirinja. Saja masuk kedalam dan karena tidak ada 
orang didalam kamar, saja melihat berkeliling; tidak banjak 
jang kelihatan ; - ada tjelana pendek jang dibordir pinggirnja 
tergantung dikursi; apa gunanja orang-orang miskin ini me-
makai tjelana bordiran ? Disudut ada sebuah kopor jang tidak 
terlalu berat, saja pegang engselnja dalam chajalan, dan diatas  
selubung tjerobong ada beberapa buku, jang saja buka-buka 
sedikit. Kumpulan jang adjaib! Beberapa djilid Byron, Horatius, 
Bastiat, Béranger dan,...... tjoba terka!...... sebuab kitab 
indjil, kitab indjil jang lengkap dengan kitab-kitab apokrifa di-
dalamnja. Saja tidak mengira abn menemuinja pada Sjaalman. 
Dan rup.anja dia membatjanja djuga, sebab saja menemukan 
banjak tjatatan-tjatatan diatas kertas lepas, jang berkenaan de-
ngan Alkitab, semuanja ditulis dengan tulisan tangan seperti 
dokumen-dokumen dalam bungkusan djahanam itu. Terutama 
kitab Ajub nampaknja dipeladjarinja dengan radjin, sebab 
halaman-halaman menganga disitu. Saja kira dia mulai mera-
sakan kekuasaan Tuhan, dan karena itu dengan membatja 
kitab-kitab sutji ia hendak bertobat kepada Tuhan, dan saja 
tidak keberatan. Tapi sambil menunggu demikian mata saja 
tertarik kepada sebuah kotak djahitan ketjil jang terletak diatas 
medja. 
Dengan tidak bermaksud apa-apa saja memperhatikannja; 
didalamnja ada beberapa kaus anak-anak jang belum selesai, 
beberapa sadjak jang edan, dan seputjuk surat kepada isteri 
Sjaalman seperti temjata dari alamatnja. Surat itu sudab ter-
buka dan nampaknja seperti diremas-remas dalam amarah. 
Menurut prinsip saja jang tidak dapat diganggu gugat saja tidak 
akan membatja apa jang tidak ditudjukan kepada saja sebab 
saja tidak pantas. Memang saja tidak pemah melakukannja 
kalau saja tidak berkepentingan; - tapi sekarang saja men-
dapat pikiran bahwa adalah kewadjiban saja untuk membatja 
surat itu, sebab isinja mungkin dapat memberi saja penerangan 
tentang maksud saja jang penub perikemanusiaan jang membawa 
saja kepada Sjaalman. Saja berpikir betapa dekat selalu Tuhan 
mendampingi machluknja, sebab Dia disini tiba-tiba memberi 
saja kesempatah untuk mengetahui lebih banjak tentang laki-laki 
itu, dan dengan demikian melindungi saja dari bahaja memberi-
kan djasa baik kepada orang jang asusila. Saja memperhatikan 
dengan saksama isjarat-isjarat Tuhan seperti itu, ini sering-sering 
menguntungkan saja dalam perdagangan. Saja tertjengang karena  
njonja Sjaalman itu rupanja berasal dari keluarga bang$awan, 
artinja surat itu ditandatangani oleh seorang keluarga jang nama· 
nja dinegeri Belanda terkemuka, dan saja sUDgguh senang sekali 
dt'llgan isinja jang indab. Rupanja .orang itu orang jang rwjin 
~k:erdja demi Tuban, sebab ia menulis "babwa isteri Sjaalman 
harus minta tjerai dari lati-Iati bangsat jang membiarkannja 
menderita kemiskinan, laki-Iaki jang tidak pandai tjari makan, 
jang selain itu seorang pendjahat pula karena ia punja hutang. 
Babwa penulis surat itu kasihan mengingat nasibnja, meskipun 
itu salabnja sendiri, karena ia meninggalkan Tuhan dan mengi-
kuti Sjaalman ; - babwa ia harus kembali kepada Tuhan, ke~ 
luarganja tentulab akan kerdjasama untuk memberinja pekerdja. 
an djabitan, - tapi lebih dulu ia harus bertjerai dengan si 
Sjaalman itu, jang merupakan keaiban bagi keluarga." 
Pendeknja, surat itu
 tidak kalab isinja dari apa jang di-
chotbabkan dalam geredja, penuh adjaran jang saleh. 
Tjukuplah saja mengetahui, dan saja bersjukur bahwa saja 
mendapat peringatan dengan tjara jang begitu adjaib. Tanpa 
peringatan itu tentulah saja mendjadi korban kebaikan hati saja. 
Djadi saja putuskan untuk menaban lagi Bastiaans, sampai saja 
mendapatkan seorang pengganti jang memenuhi sjarat, sebab 
saja tidak suh memetjat seseorang. 
Pembatja tentu ingin mengetabui bagaimana keadaan saja 
dal am pertemuan lingkaran jang terachir, dan apakah saja me· 
nemukan "triolet", Saja tidak pergi kepertemuan itu, ...... ada 
hal-hal jang aneh terdjadi: saja pergi ke Driebergen dengan 
isteri saja dan Marie. Ajah mertua saja, Last senior, putera Last 
jang pertama. (ketika keluarga Meijer masih anggQta, tapi me-
reb sudah lama keluar) sudah lama mengatakan, bahwa ia 
hendak bertemu isteri saja dan Made. Tjuatja tjukup baik dan 
karena kuatir akan mendengar tjerita pertjintaan jang dikatakan 
oleh Stem akan dibatjakannja, malea saja teringat untuk memenuhi 
unda.n.gan itu. Saja bitjarakan dengan djuru buku kami, seorang 
jang berpengalaman, dan sesudah berunding masak-masak ia 
menasehati saja untuk memik.irkan rentjana itu sebari dua hart  
Segera saja terima nasehatnja itu, sebab saja tjepat dalam me· 
laksanakan keputusan-keputusan saja. Sudah keesokan harinja 
saja sadar betapa bidjaksana nasehatnja itu, sebab malam hari 
saja berpikir bahwa saja lebih baik menunda keputusan itu 
sampai hari Djumat. Pendeknja sesudah mempertimbangkan se-
galanja masak-masak, - banjak pro, tapi banjak pula kontra-
nja, - maka kami berangkat, Sabtu sore, dan Senin pagi kami 
kembali. Saja tidak akan tjeritakan semua ini, sekiranja tidak 
erat berhubungan dengan buku saja, pertama saja ingin anda 
mengetahui mengapa saja tidak memprotes omongan gila jang 
sudah pasti diotjehkan oleh Stem hari Minggu. jang lalu. (Tjerita 
apa itu, masa orang bisa mendengar sesudah ia meninggal ? 
Marie mentjeritakannja, dia dengar dari keluarga Rosemeijer, 
jang berdagang gula) dan kedua karena saja sekarang kembali 
djadi jakin bahwa semua tjerita tentang kesengsaraan dan keo-
naran itu, bohong belaka. Nampaklah betapa orang mendapat 
kesempatan untuk menjelami masalah-masalah dengan baik 
djika dalam perdjalanan. 
Jakni pada malam Minggu ajah mertua saja memenuhi un· 
dangan pada seorang tuan jang dahulu djadi residen di Hindia 
Timur, dan sekarang tinggal dalam villa jang besar. Kami pergi 
kesana dan sungguh, tidak tjukup kata-kata untuk memudji 
penerimaan mereka jang manis. Dikirimnja keretanja untuk 
mendjemput kami, dan kusirnja memakai rompi jang merah. 
Udara masih agak dingin untuk melihat-lihat tamasja diluar 
jang mestinja indah dimusim panas, tapi didalam rumah itu 
sendiri orang tidak menginginkan apa-apa lagi, segalanja tjukup, 
segala jang memberikan kesukaan, sebuah ruang biljar, sebuah 
ruang perpustakaan, sebuah serambi kat ja besi jang beratap se· 
bagai tempat penangas, dan kakatua bertengkar diatas tungkat 
perak. Saja belum pemah melihat jang seperti itu. Saja berkata 
kelakuan baik selalu mendapat gandjaran baik. Laki-Iaki itu 
telah mengurus segala sesuatu dengan tjermat; buktinja, dia 
punja tiga bintang kehormatan. Dia punja sebuah villa jang me· 
njenangkan, mempunjai pula sebuah rumah di Amsterdam, dan  
waktu makan malam semua makanan ditjampur djamur, dan 
pelajan-pelajan makan memakai rompi merah seperti kusir. 
Karena saja punja perhatian pada soal-soal jang mengenai 
Hindia, berhubung dengan perdagangan kopi, saja alihkan per-
tjakapan kepada soal-soal itu, dan segera saja mengetahui apa 
jang harus saja pegang. Residen itu mengatakan kepada saja 
bahwa di Timur peruntungannja selalu baik, djadi tidak sepatah 
katapun jang benar dari tjerita-tjerita tentang ketidaksenangan 
penduduk itu. Saja alihkan pertjakapan kepada Sjaalman. Dia 
mengenalnja, dan dari sudut jang sangat tidak baik; katanja 
adalah satu tindakan jang baik sekali bahwa ia diusir sebab si 
Sjaalman itu seorang jang tidak pernah merasa puas dan selalu 
mengeritik sadja kerdjanja, lagipula kelakuannja sendiri banjak 
jang tidak beres. Jakni berulang kali ia melarikan gadis-gadis, 
dibawanja kerumahnja, diserahkannja kepada isterinja, dan ia 
tidak membajar utangnja, hal mana sungguh tak pantas. Karena 
saja baru sadja mengetahui dari surat jang saja bat ja itu, betapa 
beralasan tuduhan itu, saja merasa senang bahwa saja mempunjai 
pandangan jang benar ten tang duduknja perkara, dan saja sangat 
puas dengan diri saja sendiri. Karena itulah saja djuga begitu 
terkenal dipodjok saja dibursa, - bahwa saja selalu tepat dalam 
pandangan saja, maksud saja. 
Residen dan isterinja itu orang-orang jang ramah dan baik. 
Mereka banjak mentjeritakan kepada kami tentang tjara hidupnja 
dinegeri Hindia ; mestinja enak sekaIi dinegeri itu. Kata mereka 
tempat peristirahatan mereka di Driebergen itu tidak ada sepa-
roh dari apa jang mereka sebut "erf', pekarangan, dipedalaman 
pulau Djawa, dan jang memerlukan kira-kira seratus orang untuk 
memeliharanja. Tapi, dan ini suatu bukti betapa mereka itu 
disenangi, orang-orang itu tidak minta bajaran suatu apa, mereka 
bekerdja hanja karena kasih sajang. Djuga mereka mentjeritakan 
bahwa waktu mereka berangkat mereka mendjual perabotnja dan 
penghasilannja ada sepuluh kali harganja, sebab kepala-kepala 
bumiputera itu semuanja ingin membeli tanda mata dari se-
orang residen. Saja katakan ini kemudian kepada Stern jang  
mengatakan bahwa semua itu terdjadi karena paksaan, dan 
bahwa ia dapat membuktikannja dari bungkusan Sjaalrnan ; tapi 
saja katakan kepadanja bahwa Sjaalrnan itu seorang tukang fit-
nah, bahwa ia melarikan gadis-gadis seperti pemuda Djerman 
jang bekerdja pada Busselinck & Waterman itu; bahwa saja 
sama sekali tidak menghargai pendapatnja, sebabnja karena saja 
telah mendengar dari seorang residen sendiri bagaimana duduk 
perkara, djadi saja tidak usah beladjar apa-apa dari Sjaalman. 
Disana banjak Jagi orang jang pemah bekerdja di Timur, 
antara lain seorang tuan jang amat kaja, dan jang banjak men-
dapat untung dari pendjualan teh jang dibuat oleh orang Djawa 
untuknja dengan bajaran murah, dan jang dibeli oleh pemerintah 
dari padanja dengan harga tinggi, untuk memberi se mangat 
kerdja kepada orang Djawa itu. Pun tuan itu marah sekali ke-
pada semua orang jang tidak merasa senang itu jang seJalu 
bitjara dan menulis menentang pemerintah. Ia tidak tjukup 
kata-kata untuk memudji pemerintah djadjahan, sebab katanja 
ia jakin bahwa pemerintah banjak merugi atas teh jang dibeli 
dari paOanja dan bahwa adalah suatu hal jang menundjukkan 
kemuliaan hati bahwa pemerintah terus menerus membajar harga 
jang tinggi untuk barang jang sebenarnja tidak berharga, dan 
karena itu djuga ia tidak suka, sebab ia selaJu minum teh tjina. 
Pun dikatakannja bahwa gubernur djenderal jang memperpan-
djang apa jang disebut kontrak teh itu, meskipun menurut per-
hitungan pemerintah banjak merugi, adalah seorang jang pandai, 
seorang jang baik dan terutama seorang sahabat jang setia bagi 
orang jang pernah mengenalnja dahuJu di Amsterdam, sebab 
gubernur djenderaJ itu sama sekali tidak perduli kepada omongan 
orang tentang kerugian atas teh, dan dia rnemberikan djasa jang 
bes ar kepada tuan itu, saja kira tahun 1845, ketika ada kabar 
bahwa kontrak-kontrak itu akan ditjabut. "Ja, katanja, hati saja 
berdarah djika saja mendengar mang-orang semulia itu difitnah ; 
djika dia tidak ada, tentu saja sekarang berdjalan kaki dengan 
anak isteri saja." Kemudian disuruh sediakannja keretanja, kereta 
barouchette jang begitu elok, dan kudanja begitu gempal, se- 
hingga saja dapat mengerti betapa sangat berterima kasih ia ke-
pada gubemur djenderal sematjam itu. Sungguh njaman hati kita 
melihat keharuan jang begitu manis, terutama djika kita mem-
bandingkannja dengan gerutuan dan keluhan jang brengsek dari 
orang-orang seperti Sjaalman. 
Keesokan harinja residen itu membalas kundjungan kami, dan 
djuga tuan jang mendapat teh bikinan orang Djawa itu. Keduanja 
bertanja serempak dengan kereta api mana kira-kira kami akan 
tiba di Amsterdam. Kami tidak tahu apa artinja ini, tapi kemu-
dian mendjadi djelas bagi kami, sebab ketika kami hari Senin 
pagi tiba disana, ada dua orang pelajan distasion, seorang me-
makai rompi merab, dan seorang lagi memakai rompi kuning, 
keduanja serempak mengatakan kepada kami bahwa mereka 
mendapat perintah dari telegrap untuk mendjemput kami dengan 
kereta. Isteri saja bingung, dan saja terpikir apa kata Busse-
linek & Waterman djika mereka melihat semua itu, bahwa ada 
dua kereta untuk kami, maksud saja. Tapi tidak mudah untuk 
memilih, sebab saja tidak bis a memutuskan untuk menjakiti bati 
salah satu pihak dengan menolak atensi jang begitu manis. Ke-
pada siapa minta pertimbangan ? Tapi saja dapat djalan keluar 
lagi dari keadaan jang sangat sukar itu. Saja suruh isteri saja 
dan Marie duduk dalam kereta merah, rompi merah, maksud 
saja, - dan saja duduk dalam jang kuning, didalam kereta, 
maksud saja. 
Kuda-kuda itu alangkah tjepat larinja ! Didjalan weesperstraat 
jang selalu kotor itu, lumpur meretjik setinggi rumah, dan tiba-
tiba sadja nampak sigembel Sjaalman itu, berdjalan membung-
kuk, kepalanja menunduk, - dan saja lihat betapa ia dengan 
tangan djasnja jang buruk itu mentjoba membersihkan mukanja 
jang put jat dari pertjikan lumpur. 

Dalam surat pribadi jang dikirim oleh tuan Slijmering kepada 
Havelaar, ia memberitahukan bahwa meskipun "sangat sibok" 
ia akan datang ke Rangkas-Betung untuk merundingkan apa 
jang harus dilakukan. Havelaar jang mengetahui apa artinja pe-
rundingan sematjam itu, - sedjawatnja jang terdahulu sering-
kali melakukan "abouchement" 1), seperti itu dengan residen 
Bantam! - Havelaar menulis surat berikut kepada residen itu, 
dikirimnja tjepat-tjepat supaja pembesar itu membatjanja sebe-
lum tiba di Lebak. Komentar atas surat itu tidak perlu. 
No. 91. Rahasia 
Segera 
Rangkas-Betung 25 Pebruari 1856 
malam djam 11 
Kemarin siang djam 12 saja telah mengmm kepada anda 
surat saja jang bersifat segera No. 88, isinja pada pokoknja 
ialah: 
bahwa saja sesudah melakukan pemeriksaan jang lama, 
dan sesudah sia-sia mentjoba dengan lemah lembut menja-
darkan kepada jang berkepentingan akan perbuatannja jang 
salah, merasa berkewadjiban berdasarkan sumpah djabatan 
saja untuk menuduh bupati Lebak telah menjalahgunakan 
1) Omong-omong.  
kekuasaannja, dan bahwa saja mentjurigainja telah melaku-
kan pemerasan. 
Didalam surat itu saja mengusulkan kepada anda memanggil 
kepala negeri bumiputera itu ke Serang, supaja sesudah kebe-
rangkatannja dan sesudah menghilangkan pengaruh buruk dari 
keluarganja jang tersebar luas, melakukan pemeriksaan terhadap 
beralasan tidak beralasannja tuduhan saja dan persangkaan saja. 
Lama, atau lebih tepat, banjak saja memikirkan sebelum saja 
mengambil keputusan untuk itu. 
Anda tahu, berkat usaha saja, bahwa saja telah mentjoba me-
njelamatkan bupati tua itu dari bentjana dan kenistaan dengan 
memberi peringatan dan antjaman kepadanja dan saja telah ber-
usaha supaja saja sendiri djangan merasa menjesal dan berduka-
tjita, bahwa sajalah jang mendjadi sebab kedjatuhannja, meski-
pun sebab jang paling belakang. 
Tapi sebaliknja saja melihat penduduk jang sudah bertahun-
tahun diindjak-indjak dan dihisap, saja teringat akan perlunja 
memberi teladan, - sebab banjak lagi pemerasan-pemerasan lain 
jang harus saja laporkan kepada anda, ketjuali kalau perkara ini 
karena pengaruhnja menghentikan pemerasan itu, - dan, saja 
ulangi, sesudah mempertimbangkan. masak-masak, saja telah me-
lakukan apa jang saja anggap kewadjiban saja. 
Pada saat ini saja menerima surat pribadi anda jang saja 
hargai, surat jang penuh rasa persahabatan, jang memberitahu-
kan bahwa besok anda akan datang kemari, disertai pula isjarat, 
bahwa saja sebaiknja membitjarakan perkara ini lebih dulu se-
tjara pribadi. 
Djadi besok saja akan mendapat kehormatan bertemu dengan 
anda, dan itulah sebabnja maka saja mengirim surat ini me-
njongsong kedatangan anda, supaja sebelum pertemuan itu anda 
mengetahui jang berikut. 
Segala pemeriksaan saja mengenai perbuatan bupati itu, ada-
lah dirahasiakan sekali; hanja dia sendiri dan patih jang me-
ngetahuinja, sebab saja sendiri jang memberinja peringatan dari 
hati kehati. Bahkan kontelir sekarang ini hanja mengetahui se- 
bagian dari hasil pemeriksaan saja. Saja tahasiakan dengan dua 
maksud. Mula-mula, ketika saja masih mengharap dapat mem-
bawa bupati itu kedjalan jang benar, maksud saja ialah, djika 
saja berhasil, supaja ia djangan djadi buah mulut orang. Patib 
atas namanja mengutjapkan terima kasih bahwa saja merahasia-
kan hal itu (terdjadi tanggal 12 bulan ini). Tapi kemudian, 
ketika saja mulai kehiJangan harapan bahwa usaha saja akan 
berhasil, atau lebih tepat, ketika saja tak dapat menahan amarah 
saja oleh peristiwa jang baru sadja saja dengar; - ketika ber-
diam diri lebih lama berarti turut membantu kedjahatan, maka 
penjimpanan rahasia itu adalah untuk kepentingan saja, sebab 
djuga terhadap diri saja dan keluarga saja, saja mempunjai 
kewadjiban-kewadjiban. 
Sebab sesudah saja menulis surat saja jang kemarin itu, maka 
tidaklah pantas saja mengabdi pemerintah, djika apa jang saja 
katakan didalam sutat itu adalah sia-sia, tidak beralasan, eha-
jalan sadja. Dan apakah akan mungkin bagi saja membuktikan, 
babwa saja telah melakukan ,,apa jang harus dilakukan oleh se-
orang asisten residen jong baik;" - tnembuktikan bahwa saja 
mampu menghadapi pekerdjaan jang diberikan kepada saja ; -
membuktikan bahwa saja tidak semberono dan kurang timbang 
menimbang mempertaruhkan tudjuh belas tahun dinas jang sukar, 
dan lebih-lebih lagi, kepentingan isteri dan anak, - mungkinkah 
bagi saja membuktikan semua itu, djika saja tidak merahasiakan 
benar-benar pengusutan saja dan mentjegah orang jang bersalab 
melindungi dirinja, sebagaimana kata orang? 
Sedikit sadja dia tjuriga, bupati itu bisa sadja mengirim surat 
ekspres kepada keponakannja jang sedang dalam perdjalanan, 
keponakannja jang berkepentingan bahwa ia dipertahankan da· 
lam kedudukannja ; dia bisa sadja meminta uang, dengan djalan 
bagaimanapun djuga, membagi-bagikannja dengan rojal kepada 
tiap orang jang belakangan ini pemah dirugikannja, dan mungkin 
akibatnja ialah, saja harap saja tidak harus mengatakan: pasti 
akibatnja ialah bahwa saja dikatakan terburu nafsu, dan disebut 
pedjabat jang tidak terpakai, mungkin lebih buruk dari itu.  
Supaja djangan terdjadi kemungkinan itu maka saja tulislah 
surat ini. Saja sangat menghormati anda, tapi saja mengenal 
semangat jang dapat disebut "semangat pegawai negeri Hindia 
Timur", dan saja tidak memiliki semangat itu. 
Peringatan anda bahwa perkara itu sebaiknja dibitjarakan 
lebih dulu setjara pribadi, menimbulkan kekuatiran pada saja 
bahwa kita hanja akan omong-omong lagi. Apa jang saja kata-
kan kemarin dalam surat saja, adalah benar, tapi mungkin se-
olah-olah tidak benar, apabila perkara itu dibitjarakan dengan 
mengumumkan tuduhan saja dan sangkaan saja, sebelum bupati 
itu dikeluarkan. 
Saja harus mengatakan bahwa pun kedatangan anda jang tiba-
tiba, berhubung dengan surat ekspres jang saja kirim ke Serang 
kemarin, menimbulkan kekuatiran pada saja bahwa orang ber-
salah jang dahulu tidak mau mendengarkan peringatan-peringat-
an saja itu, sekarang int sebelum waktunja terbangun dan men-
tjoba sebisa-bisanja membela diri sedikit atas kesalahannja. 
Sekarang ini saja masih tetap bersikap menurut surat saja 
jang kemarin, tapi saja ingin menekankan bahwa dalam surat 
itu pun saja mengusulkan untuk mengeluarkan bupati itu sebe-
lum pemeriksaan, dan untuk sementara membuat pengikut-pengi-
kutnja tidak berdaja, dan lagi saja hanja mau bertanggungdjawab 
lebih landjut atas apa jang saja kemukakan, djika anda me-
njetudjui usu! saja mengenai tjara pemeriksaan, jakni: tidak ber-
pihak, terbuka dan terutama bebas. 
Kebebasan itu tidak ada djika bupati itu tidak dikeluarkan 
dan menurut hemat saja hal ini tidak ada bahajanja; sebab 
kepadanja dapat dikatakan bahwa saja menudubnja dan men-
tjurigainja, bahwa sajalah jang akan tjelaka, dan bukan dia, 
kalau ia tidak bersalah ; - sebab saja sendiri berpendapat bah-
wa saja harus dipetjat dari djabatan saja, djika terbukti bahwa 
saja berlaku sembrono, atau malahan djika terbukti bahwa saja 
hanja terburu-buru. 
Terburu·buru! ...•.. Sesudah bertahun-tahun, bertahun-tahun 
penjalah gunaan !  
Terburu-buru! ...... Seolah-olah seorang jang djudjur dapat 
tidur njenjak, dan hidup dan menikmati hidup, selama orang-
orang diperas dan dihisap, orang-orang jang mendjadi tugasnja 
untuk mendjaga keselamatan mereka, orang-orang jang dalam 
pengertian jang agung, adalah orang-orang sesamanja manusia ! 
Memang benar, saja disini baru sadja, tapi saja harap per-
soalannja kelak ialah apa jang telah dilakukan, apakah telah 
dilakukan dengan baik, bukan apakah orang melakukannja dalam 
waktu jang terlalu singkat. Ba,gi saja tiap waktu terlalu pandjang 
djika waktu itu ditandai oleh pemerasan dan penindasan, dan 
berat bagi saja tiap detik dimana orang menderita sengsara 
karena kelalaian saja, karena saja tidak melakukan kewadjiban 
saja, karena semangat saja, "semangat plin-plan". 
Saja menjesal atas hari-hari jang saja lewatkan sebelum me-
laporkan kepada anda dengan resmi, dan saja minta maaf atas 
kelalaian itu. 
Saja ingin memohon kepada anda memberi saja kesempatan 
membuktikan kebenaran surat saja kemarin dan membantu dja-
ngan sampai usaha-usaha saja gagal, usaha-usaha untuk mem-
bebaskan daerah Lebak dari tjatjing-tjatjing jang sedjak ingatan 
manusia menggerogoti keselamatannja. 
Itulah sebabnja saja sekali lagi memadjukan permohonan ke-
pada anda untuk membenarkan tindakan-tindakan saja dalam 
hal ini, (hanja terdiri dari pemeriksaan, laporan dan usui), me-
mindahkan bupati Lebak dari sini tanpa lebih dulu memper-
ingatinja, langsung atau tidak langsung, dan selandjutnja meme-
rintahkan untuk memeriksa apa jang saja laporkan dalam surat 
saja kemarin No. 88. 
Asisten residen Lebak, 
Max Havelaar 
Permohonan untuk tidak melindungi orang-orang bersalah ini, 
diterima oleh residen dalam perdjalanannja. Sedjam sesudah ia  
tiba di Rangkas-Betung ia mengundjungi bupati dan mengemu-
kakan dua pertanjaan berikut kepadanja: "Apa keberatannja 
terhadap asisten residen ?" dan "apakah dia, adipati, perlu 
uang ?" 
Pertanjaan jang pertama didjawab oleh adipati: "Tidak ada, 
sungguh!" Pertanjaan jang kedua diiakannja, lalu residen mem-
berinja beberapa helai wang kertas ..... . 
Tentu sadja Havelaar tidak tahu menahu tentang ini; nanti 
akan kita lihat bagaimana ia mengetahui perbuatan jang kedji 
itu. 
Ketika residen Slijmering turun didepan rumah Havelaar, ia 
lebih put jat dari biasanja, dan kata-katanja lebih djauh antara-
nja dari sebelumnja. Memang bukan perkara ketjil bagi orang 
jang begitu pandai dalam "bersikap plin plan", dan menjusun 
laporan tahunan, laporan tentang ketenangan, untuk tiba-tiba 
sadja menerima surat-surat jang sama sekali tidak memperlihat-
kan "optimisme", tidak ada pemutarbalikan soal jang lihai, tidak 
ada kekuatiran bahwa pemerintah tidak akan senang. Residen 
Bantam terkedjut, dan djika orang mau memaafkan saja mem-
pergunakan gambaran jang kurang mulia demi ketepatan lukis-
an, saja ingin membandingkannja dengan seorang anak gelan-
dangan jang mengeluh bahwa adat kebiasaan leluhur telah di-
perkosa, karen a orang memukulnja tanpa lebih dulu memaki-
makinja. 
Ia mulai dengan bertanja kepada kontelir mengapa ia tidak 
mentjoba menahan Havelaar memasukkan pengaduannja ? Ver-
brugge malang jang tidak tahu menahu tentang seluruh penga-
duan itu, mengatakan bahwa ia tidak tahu, tapi residen tidak 
pertjaja. Tuan Slijmering tidak dapat mengerti bahwa orang se-
mata-mata seorang diri, atas tanggungdjawab sendiri, dan tanpa 
pertimbangan-pertimbangan jang pandjang, tanpa "perundingan 
dengan atasan", melakukan kewadjiban jang begitu luar biasa. 
Tapi karena Verbrugge tetap mengatakan bahwa ia tidak tahu 
menahu tentang surat-surat jang ditulis oleh Havelaar itu, maka 
residen mengalah, dan mulai membatjakan surat-surat itu.  
Verbrugge sangat menderita mendengarkan. Ia seorang jang 
djudjur dan tidak akan berbohong djika Havelaar meminta te-
saksiannja memastikan kebenaran isi surat-surat itu. Tapi pun 
tanpa kedjudjuran itu, dalam banjak laporan-Iaporannja jang 
tertulis ia tidak selalu dapat menghindarkan diri dari perkataan 
jang sebenamja, djuga dimana kata-kata itu kadang-kadang 
membahajakan. Bagaimana kalau Havelaar mempergunakannja ? 
Sesudah membatjakan surat-surat itu residen mengatakan 
bahwa ia akan senang djika Havelaar mengambil kembali surat-
surat itu, dan menganggapnja tidak pemah ditulis, tapi Havelaar 
menolak dengan hormat tapi tegas. 
Setelah sia-sia membudjuknja, residen berkata bahwa baginja 
tidak ada djalan lain dari melakukan pemeriksaan terhadap 
beralasan tidak beralasannja pengaduan jang dimasuIcan, dan 
bahwa ia harus meminta Havelaar memanggil saksi-saksi jang 
dapat memperkuat tuduhannja itu. 
Orang-orang malang jang terluka kena duri disemak-semak 
dalam djurang, betapa ketakutan hati anda berdebar, djika men-
dengar tuntutan itu ! 
Verbrugge malang, saksi pertama, saksi utama, saksi ex offi-
cio, saksi karena djabatan dan sumpah djabatan, saksi jang 
telah bersaksi atas kertas, jang terletak disana. diatas medja, 
dibawah tangan Havelaar ..... . 
Havelaar mendjawab: 
"Residen. sajalah asisten residen Lebak; - saja telab ber-
djandji akan melindungi penduduk terhadap pemerasan dan ke-
laliman; - sajalah jang mengadukan bupati, dan menantunja 
dari Parangkudjang ; - saja akan membuktikan pengaduan saja 
setelah saja diberi kesempatan jang saja usulkan dalam surat-
surat saja; ...... sajalah jang bersalah memfitnah kalau penga-
duan itu palsu !" 
Betapa lega Verbrugge menarik nafas ! 
Dan betapa aneh kata-kata Havelaar itu ditelinga residen ! 
Pertjakapan itu berlangsung lama. Dengan hormat, - sebab 
tuan Slijmering adalah hormat dan tabu adat, - ia mendesak  
Havelaar melepaskan pnnSlp-pnnslp jang begitu keliru, tapi 
dengan hormat jang sama besar pula Havelaar mempertahan-
kan pendiriannja. Achirnja residen mengalah, dan mengantjam 
bahwa ia terpaksa mengirimkan surat-surat jang dimaksud untuk 
mendjadi perhatian pemerintah, antjaman mana bagi Havelaar 
merupaJcan kemenangan. 
Pertemuan berachir. Residen mengundjungi adipati, untuk 
menanjakan kepadanja hal-hal jang saja bitjarakan, kemudian 
ia makan siang dengan keluarga Havelaar dengan sadjian jang 
amat sederhana ; sesudah itu ia kembali ke Serang dengan tjepat, 
"sebab ...... dia ...... sangat ...... sibok ...... sekali." 
Keesokan harinja Havelaar menerima seputjuk surat dari residen 
Bantam jang isinja temjata dari surat djawaban jang saja salin-
kan dibawah ini : 
No. 93. Rahasia Rangkas-Betung 28 Pebruari 1856 
Saja telah meoerima surat anda jang bersifat segera tanggal 26 
bulan ini La. 0, rahasia, jang pada pokoknja memberitahukan: 
bahwa anda mempunjai alasan untnk tidak: menerima 
usul-usul jang dikemukakan dalam surat-surat saja, jakni 
surat-surat dinas tanggal 24 dan 25 bulan ini, No. 88 dall 
91; -
bahwa anda menginginkan supaja sebelumnja diadakan 
pctnberitahuan tidak resmi; -
bahwa anda tidak membenarkan tindakan-tindakan saja 
jang disebutkan dalam surat-surat tersebut; -
aehirnja beberapa instruksi. 
SekarMlg saja ingin sekali lap dan meskipun tidak pedu, 
memastikan, seperti telah saja katakan djuga kemarin dulu da-
lam pembitjaraan kita:  
bahwa saja sepenuhnja menghormati sahnja kekuasaan 
anda untuk menentukan pilihan apakah anda menerima 
atau tidak menerima usuJ-usul saja; -
bahwa instruksi-instruksi jang saja terima akan didja-
lankan dengan tjermat, dan djika pedu, tanpa memikirkan 
diri sendiri, seolah-olah anda turut hadir pada segala apa 
jang saja lakukan atau katakan ; atau lebih tepat, pada 
segala apa jang saja tidak lakukan atau tidak katakan. 
Saja tahu bahwa anda pertjaja akan kesetiaan saja dalam hal 
ini. 
Tapi saja memberanikan diri untuk memprotes dengan chid-
mat tiap ut japan ataupun gerak betapapun ketjilnja jang me-
njalahkan sesuatu perbuatan, sesuatu perkataan, sesuatu bagian 
kalimat, jang saja lakukan, saja katakan ataupun saja tuliskan 
dalam hal ini. 
Saja jakin telah melakukan kewadjiban saja; - dalam tu-
djuan dan dalam tjara pelaksanaan, kewadjiban saja sepenuh-
penuhnja ; - tidak lain dari kewadjiban saja, tanpa sedikitpun 
menjeleweng. 
Lama saja berpikir sebelum saja bertindak, (artinja: sebelum 
saja memeriksa, melaporkan dan mengusulkan) dan djika saja 
gagal dalam hal jang ketjil sekalipun, - maka kegagalan ito 
bukanlah disebabkan karena saja terburu-buru. 
Dalam keadaan jang sama saja akan melakukan lagi, - tapi 
lebih tjepat atau tidak melakukan lagi, hal jang sama seperti 
itu, sedikitpun tidak akan lain tindakan saja. 
Sekalipun ada kekuasaan jang lebih tinggi dari kekuasaan 
anda tidak membenarkan sesuatu jang saja lakukan, - (ketjuali 
barangkali keanehan gaja saja, jang merupakan sebagian dari 
diri saja; suatu kekurangan jang saja tidak bertanggungdjawab 
atasnja seperti djuga seorang jang gagap tidak bertanggungdja-
wab atas kegagapannja; -) sekalipun ...... tapi, tidak, itu tidak 
mungkin, tapi sekalipun demikian halnja, ...... saja telah me-
lakukan kewadjiban saja. 
Namun jang saja sedihkan, - meskipun demikian saja tidak:  
heran, - ialah, bahwa anda mempunjai pandangan lain; dan 
mengenai diri saja sendiri saja akan menerima dengan sabar 
apa jang saja rasakan sebagai ketiadaan penghargaan terhadap 
diri saja, - tapi disini ada soal prinsip, dan saja mempunjai 
alasan-alasan hati nurani jang menuntut ditentukan mana jang 
benar, pendapat anda atau pendapat saja. 
Mengabdi setjara lain dari jang saja lakukan di Lebak, saja 
tidak bisa. Djadi djika pemerintah menginginkan pengabdian 
jang lain, maka saja sebagai orang jang djudjur harus minta 
dengan hormat supaja dipetjat ; - maka pada umur tiga puluh 
enam tahun saja harus mentjoba mentjari lagi pekerdjaan lain ; 
- saja harus sesudah tudjuh belas tahun, sesudah tudjuh belas 
tahun djabatan jang berat dan sukar, sesudah mengorbankan 
tenaga hidup saja jang paling baik untuk apa jang saja anggap 
sebagai kewadjiban, saja harus memohon lagi kepada masjarakat 
memberi saja makan untuk anak dan isteri, memohon makan 
sebagai imbalan buah pikiran saja, - mungkin makan sebagai 
imbalan untuk pekerdjaan dengan kereta dorong atau tembilang, 
djika tenaga tangan saja dianggap lebih berharga dari tenaga 
djiwa saja. 
Tapi saja tidak dapat dan tidak mau pertjaja bahwa pan-
dangan anda disetudjui oleh J ang Mulia Gubernur Djenderal, 
djadi saja berkewadjiban sebelum melakukan tindakan terachir 
jang saja tuIiskan dalam alinea sebelum ini, memohon dengan 
hormat kepada anda: untuk mengusulkan kepada pemerintah: 
menulis surat kepada residen Bantam untuk membenar-
kan tindakan-tindakan asisten residen Lebak, dalam hu-
bungan dengan surat-suratnja tanggal 24 dan 25 bulan ini 
No. 88 dan 91 ; -
atau: 
memanggil asisten residen tersebut untuk mempertanggung-
djawabkan hal-hal jang ditjela, menurut perumusan residen 
Bantam. 
Achirnja saja mengatakan kepada anda dengan perasaan teri-
ma kasih, bahwa djika ada jang dapat merobah pikiran saja,  
meninggalkan prinsip-prinsip saja jang sudah lama saja renung. 
kan, prinsip-prinsip jang perlahan-lahan tapi dengan sungguh-
sungguh saja anuti daIam hal ini; •..... sungguh, jang dapat 
merobah pikiran saja ialah tjara anda membantah prinsip-prinsip 
itu kemarin dulu dalam pembitjaraan kita, tjara jang sungguh-
sungguh dan ramah tamah. 
Asisten residen Lebak 
Max Havelaar 
Tanpa mengambil keputusan tentang beralasan atau tidak bera-
lasannja persangkaan Djanda Slotering mengenai sebab jang 
mendjadikan anak-anaknja djadi anak jatim, dan hanja dengan 
menerima bahwa di Lebak ada hubungan erat antara melaku· 
kan kewadjiban dan rat jun, - sekalipun hubungan itu hanja 
suatu pendapat, - kita dapat mengerti bahwa Max dan Tine 
mengalami hari-hari jang penuh kemasjgulan sesudah kundjungan 
residen itu. Saja rasa tidak pedu menggambarkan ketakutan 
seorang ibu jang ketika memberi makan anaknja, selalu harus 
bertanja apakah ia tidak membunuh anak jang dikasihinja ? 
Dan Max adalah "anak jaag diminta-minta", Max ketjil jang 
tudjuh tahun lamanja ditunggu-tunggu sesudah perkawinan se-
olah-oIah sianak djenaka itu tabu bahwa bukanlah suatu keun-
tungan untuk lahir kedunia sebagai putera orang tua demikian ! 
Dua puluh sembilan hari jang pandjang Havelaar harus me-
nunggu barn gubemur djenderal memberitahukan kepadanja, ..... 
tapi kita belum sampai kesitu. 
Tidak lama sesudah pertjobaan jang sia-sia untuk membudjuk 
Havelaar wpaja mau menarik kembali surat-suratnja atau meng-
chianati orang-orang malang jang pertjaja akan kemuliaan hati-
nja, pada suatu hari Verbrugge masuk kedalam kamarnja. Laki-
1aki jang baik itu put jat seperti majat, dan dengan susah pajah 
mengeluarkan kata-kata.  
- "Saja dari bupati, katanja, sungguh kedji, ...•.. tapi djangan 
buka rahasia saja ! 
- "Apa? Rahasia apa jang tak boleh saja bukakan? 
-"Berdjandjilah bahwa anda tidak abn mengumumkan apa 
jang akan saja katakan kepada anda. 
- "Separoh-separoh lagi, kata Havelaar ; tapi baiklah! Saja 
berdjandji. 
Lalu Verbrugge mentjeritakan apa jang sudah diketahui oleh 
pembatja, bahwa residen menanjakan kepada adipati apakah ada 
jang hendak diadukannja mengenai asisten residen, dan sekaligus 
tiba-tiba ia ditawari dan diberi uang. Verbrugge mengetahui ini 
dari bupati sendiri, jang menanjakan kepadanja apa kira-kira 
jang mendjadi sebab maka residen melakukan hal itu. 
Havelaar berang ; tapi ia sudah berdjandji. 
Keesokan harinja Verbrugge datang lagi, katanja Duclari me-
ngatakan kepadanja, betapa tjurang membiarkan Havelaar se-
orang diri, dalam perdjuangannja melawan musuh-musuh jang 
begituan, karena itu Verbrugge datang hendak membatalkan 
djandji jang telah diberikan oleh Havelaar. 
- "Baiklah, kata Havelaar, tuliskan." 
Verbrugge menuliskannja. Pun keterangan itu ada didepan 
saja. 
Pembatja budiman sudah lama mengerti mengapa saja begitu 
mudah dapat melepaskan segala pretensi bahwa tjerita Saidjah 
itu benar. 
Amatlah mengharukan betapa Verbrugge jang penjegan itu, -
sebelum ia disesali oleh Duclari, - berani mempertjajai per-
kataan Havelaar, dalam suatu perkara jang memaksa orang 
tidak dapat menepati djandjinja ! 
Dan ada lagi. Sudah lebih tiga tahun berlalu sedjak terdjadi-
nja peristiwa-peristiwa jang saja tjeritakan. Dalam masa itu 
Havelaar banjak menderita, ...... ia melihat keluarganja men-
derita, ...... tulisan-tulisan didepan saja menjatakan hal itu, 
dan rupanja ia menunggu, ...... saja salinkan tjatatan berikut 
jang dituliskan sendiri.  
»Saja membatja dikoran-koran bahwa tuan Slijmering telab 
dianugerabi bintang sebagai anggota orde Singa Belanda. Rupa-
nja dia sekarang djadi residen Djokjakarta. Djadi sekarang saja 
dapat kembaIi membitjarakan perkara Lebak, tanpa membaha-
jakan Verbrugge" ...... 
Had malam. Tine sedang membatja diserambi dalam, dan Have-
laar menggambar sebuah pola bordiran ; Max ketjil menjusun 
kartu-kartu mendjadi gambar, dan marah-marah karena ia tidak 
dapat menemukan "tubuh merah njonja itu"." 
- "Apakah sekarang sudah baik begitu, Tine, tanja Havelaar, 
lihat, palma itu sudah ku bikin lebih bes ar sekarang, ...... itulah 
"tbe line of beauty" Hogarth 1). 
- "Ja, Max, tapi lubang-Iubang tali itu terlalu berdekatan. 
- ,,0, ja ? Dan ladjur-Iadjur jang lain itu bagaimana ? Max, 
tjoba perlihatkan tjelanamu; . ..... apa kau pakai ladjur jang 
dulu itu ? ...... ah, aku masih tahu dimana kau membordirnja, 
Tine." 
- "Aku sudah lupa, dimana ?" 
- "Di Den Haag, ketika Max sakit, dan kita terkedjut sekali 
karena dokter mengatakan bahwa kepalanja lain ben ar bentuk-
nja, dan perlu berhati-hati sekali supaja djangan mendesak ke-
otak; ...... tatkala itu kau sedang mengerdjakan ladjur itu. 
Tine berdiri, dan mentjium siketjil. 
- "Saja ketemu perutnja, saja ketemu perutnja !" Max ketjil 
berseru riang, dan njonja merah itu lengkaplah. 
- "Siapa jang mendengar tongtong ?" tanja siibu. 
"Saja," djawab Max ketjil. 
- "Dan apa artinja itu 1" 
1) "Garis keindaban" Hogarth. Hogarth adalab seorang karikaturis 
Inggris abad ke-18.  
- "Harus tidur; tapi saja belum makan." 
- "Kau makan dulu, tentu sadja. 
Dan ia berdiri dan memberinja makan, makanan sederhana 
jang rupanja diambilnja dari sebuah lemari jang ditutup rapat 
dalam kamarnja, sebab kedengaran ia beberapa kali memutar 
kuntji. 
- "Apa jang kau berikan kepadanja?" tanja Havelaar. 
- ,,0, djangan kuatir ! Biskuit kaleng dari Betawi, dan gula 
djuga selalu dikuntji." 
Havelaar mengingat-ingat sampai dimana tadi pembitjaraan 
mereka. 
- Tahukah kau, ia melandjutkan, bahwa kita belum mem-
bajar rekening dokter? ...... 0, itu sangat susah !" 
- "Maxku sajang, disini kita hidup hemat sekali, djadi 
tidak lama lagi kita bisa membajar segala hutang; lagipula, se-
gera kau akan djadi residen, dan segalanja bisa diatur dengan 
tjepat." 
- "Itulah jang membikin aku sedih, kata Havelaar. Aku 
tidak ingin meninggaIkan Lebak, ...... nanti aku terangkan. 
Tidakkah kau sependapat bahwa kita lebih sajang lagi kepada 
Max sesudah sakitnja? Nah, begitu djuga aku rasa aku akan 
mentjintai Lebak sesudah ia sembuh dari kanker jang diderita-
nja bertahun-tahun lamanja. Pikiran bahwa aku akan dinaikkan 
pangkat mengagetkan aku; namun, sebaliknja djika kupikirkan 
pula bahwa kita mempunjai hutang ..... . 
- "Nanti akan beres semua, Max; sekalipun kau pergi dari 
sini, kemudian kau akan dapat menolong Lebak djika kau sudah 
mendjadi gubernur djenderal .. ... . 
Garis-garis liar nampak dalam gambar pola bordiran Have-
laar; ada kemarahan dalam bunga-bunga itu, ...... lubang-lubang 
tali djadi bersiku, tadjam, saling menggigit ..... . 
Tine mengerti bahwa ia salah omong. 
- "Maxku sajang," ...... ia mulai lagi dengan ramah. 
- "Terkutuk! ... ... Kau hendak membiarkan mereka kela-
paran begitu lama? ...... Dapatkah kau hidup makan pasir?" ..•  
- "MaxIm sajang" ..... . 
Tapi ia melompat ; ia tidak mau menggambar lagi malam itu. 
Ia berdjalan kian kemari diserambi dalam, dan achirnja ia ber-
bitjara dengan nada jang kedengarannja keras dan kasar bagi 
setiap orang luar, tapi jang oleh Tine ditafsirkan lain sama se-
sekali : 
- "Terkutuk sikap masa bodo itu, sikap masa bodo jang 
kedji! Sudab sebulan aku menunggu keadilan, dan dalam pada 
itu rakjat jang malang itu menderita sangat. Bupati itu rupanja 
mengira, babwa tidak ada orang jang berani melawannja; ..... . 
lihat ...... " 
Ia masuk kedalam kantornja, dan kembali dengan seputjuk 
surat ditangannja, surat itu ada didepan saja, pembatja. 
- "Nah, didalam surat itu ia berani mengusulkan kepadaku 
djenis pekerdjaan apa jang hendak dimintanja kerdjakan oleh 
orang-orang itu, orang-orang jang dikerabkannja dengan tjara 
melawan hukum ; .... . . bukankah itu suatu kekurangadjaran jang 
keterlaluan ? Dan tabukah kau siapa orang-orang itu? Mereka 
itu adalab perempuan-perempuan jang mempunjai anak ketjil, 
baji-baji, perempuan-perempuan hamil jang terusir dari Parang-
kudjang keibukota untuk melakukan pekerdjaan baginja; ..... . 
orang laki-laki tidak ada lagi ! Dan mereka itu tidak punja ma-
kanan, mereka tidur didjalan dan makan pasir ...... Dapatkah 
kau makan pasir? ...... Apakah mereka harus makan pasir 
sebelum aku djadi gubemur djenderal? ...... Terkutuk! ...... 
Tine tabu henar kepada siapa sebenarnja Max marab, djika 
ia berkata demikian kepada perempuan jang sangat dia tjintai. 
- "Dan, kata Havelaar melandjutkan, semua itu terdjadi 
dibawab tanggungdjawabku. Apabila pada saat ini ada orang-
orang malang diluar sama mengembara kian kemari, dan melihat 
tjahaja lampu-Iampu kita, mereka akan berkata: "disana tinggal 
keparat jang hendak melindungi kita itu ; disana ia duduk dengan 
tenang bersama anak dan isterinja, dan menggambar pola-pola 
bordiran, dan kita disini terbaring seperti andjing hutan kela-
paran didjalan bersama anak-anak kita !" Ja, aku mendengarnja 
aku mendengarnja, teriakan orang mau membalas dendam ! ..... . 
Mari, Max, mari! ..... . 
Dan ditjiumnja anaknja penuh nafsu sehingga anak itu ter-
kedjut. 
- "Anakku, djika orang mengatakan padamu bahwa aku 
keparat, jang tidak berani menegakkan hukurn; ...... bahwa 
banjak ibu-ibu jang meninggal karena salahku ; ...... kalau orang 
mengatakan padamu bahwa kelalaian ajahmu menghilangkan 
sempana dari kepalamu, .....• 0 Max, 0 Max, katakanlah betapa 
besar penderitaanku ..... . 
Dan ia menangis berhamburan air mata, jang dikeringkan 
Tine dengan tjiuman. Lalu Tine membawa Max ketjil ketempat 
tidurnja, sehelai tikar djerami ; - ketika ia kembali didapatinja 
Havelaar bertjakap-tjakap dengan Verbrugge dan Duclari jang 
datang tadi. Pertjakapan mereka ialah tentang keputusan peme-
rintah jang ditunggu-tunggu. 
- "Saja mengerti benar bahwa residen dalam kedudukan jang 
sukar, kata Duclari. Ia tidak dapat menasehati pemerintah untuk 
melaksanakan usul-usul anda, sebab nanti akan banjak jang ter-
bongkar. Saja sudah lama didaerah Bantam, dan saja banjak 
tahu; lebih banjak dari anda, tuan Havelaar, ...... saja sudah 
ada didaerah ini semendjak djadi opsir bawahan, dan dalam hal 
itu kita djadi banjak tahu hal-hal jang orang bumiputera tidak 
berani mengatakannja kepada pedjabat-pedjabat pemerintah. 
Tapi djika sesudah diadakan pemeriksaan terbuka terbukti se-
mua itu, maka gubemur djenderal akan meminta pertanggungan-
djawab kepada residen, dan menanjakan kepadanja mengapa ia 
dalam waktu dua tahun tidak melihat apa jang segera menarik 
perhatian anda. Djadi dia harus mentjoba mentjegah pemeriksaan 
itu." ..... . 
- "Saja mengerti ini, djawab Havelaar, dan tersadar oleh 
usahanja membudjuk adipati supaja mengadukan sesuatu kesa-
lahan saja, jang nampaknja menundjukkan bahwa ia hendak 
mentjoba mengalihkan persoalan dengan misalnja menuduh saja 
telah melakukan kesalahan, •..... saja tidak tahu kesalahan apa,  
maka saja telah bersiap melindungi diri saja terhadap kemung-
kinan itu dengan mengirimkan tembusan surat-surat saja lang-
sung kepada pemerintah. Dalam salah satu surat itu ada permo-
honan supaja saja dipanggil untuk mempertanggungdjawabkan 
sekiranja ada orang mengatakan bahwa saja melakukan sesuatu 
kesalahan. Djika residen Bantam menjerang saja, maka menurut 
djalan keadilan jang lazim tidak dapat diambil keputusan tanpa 
mendengar keterangan saja lebih dulu, ...... itu adalah kewa-
djiban, djuga terhadap seorang pendjahat, ...... dan sebab saja 
tidak melakukan sesuatu kedjahatan ...... 
- "Pos datang!" seru Verbrugge. 
Ja, pos datang! Pos jang membawa surat berikut dari guber-
nur djenderal Hindia Belanda kepada bekas asisten residen 
Lebak Havelaar. 
"Kabinet 
No. 54 Bogor tanggal 23 Maret 1856 
Tjara anda bertindak setelah mengetahui atau mengira menge-
tahui praktek-praktek buruk kepala-kepala daerah Lebak dan 
sikap jang anda perlihatkan terhadap sep anda, residen Bantam, 
telah sangat menimbulkan perasaan tidak senang pada saja. 
Didalam tindak tanduk anda termaksud tidak nampak per-
timbangan jang mendalam, kebidjaksanaan dan kehati-hatian, 
jang sangat diperlukan pada seorang pedjabat jang mendjalankan 
kekuasaan dipedalaman, seperti djuga pengertian-pengertian ten-
tang kepatuhan kepada atasan anda jang langsung. 
Baru beberapa hari anda menerima djabatan anda sudah rela 
sadja mendjadikan kepala pemerintahan bumiputera Lebak, 
bulan-bulanan pengusutan jang memberatkan, tanpa minta nase-
hat lebih dulu kepada (sic) residen. 
Didalam pengusutan itu anda menganggap mendapat alasan, 
malahan tanpa menjatakan tuduhan-tuduhan anda kepada kepala  
itu dengan fakta-fakta (sic), apalagi dengan bukti-bukti, untuk 
memadjukan usul-usul jang maksudnja memperlakukan seorang 
pedjabat bumiputera dengan tjara jang menghantjurkan wibawa-
nja, seorang pedjabat bumiputera sematjam bupati Lebak, pe-
ngabdi :negeri berusia enam puluh tahun tapi masih radjin, 
bertalian keluarga dengan keluarga-keluarga bupati terkemuka 
didaerah-daerah berdekatan, dan jang tingkah lakunja selalu di-
njatakan baik. 
Lagipula anda, ketika residen tidak bersedia menerima usul 
anda, menolak memenuhi keinginan sep anda jang wadjar untuk 
memberitahukan segala jang anda ketahui tentang tindak tanduk 
pemerintahan bumiputera di Lebak. 
Perbuatan jang demikian itu tidak dapat dibenarkan sama se-
kali dan mudah memberikan kesan bahwa anda tidak tjakap 
untuk menduduki sesuatu djabatan sebagai pangreh pradja. 
Saja terpaksa menghentikan anda sebagai asisten residen 
Lebak. 
Tapi dengan mempertimbangkan laporan jang baik mengenai 
diri anda dahulu, dalam peristiwa ini saja tidak ingin menghi-
langkan kesempatan anda untuk ditempatkan kembali dalam pe-
merintahan pangreh pradja. Karena itu saja buat sementara me-
nugaskan anda mendjabat pekerdjaan sebagai asisten residen 
Ngawi. 
Semata-mata tergantung dari tindak tanduk anda selandjutnja 
dalam djabatan itu apakah anda tetap dapat dipertahankan da-
lam pemerintahan pangreh pradja. 
Dan dibawahnja tertjantum nama orang jang "keradjinan, ke-
pandaian dan kesetiaannja" oleh radja Belanda dikatakan dapat 
diandalkan, ketika menandatangani pengangkatannja sebagai 
gubernur djenderal Hindia Belanda. 
- "Kita berangkat dari sini, Tine," kata Havelaar ; dan di-
ulurkannja surat kabinet itu kepada Verbrugge jang membatjanja 
bersama Duclari. 
336 
Verbrugge berlinang-linang airmatanja tapi tidak berkata se-
patah kata. Duclari, seorang manusia jang beradab, meledak da-
lam sumpah dan serapah: 
- "Laknat, ...... saja melihat bangsat-bangsat dan pentjuri-
pentjuri dalam pemerintahan disini, ...... mereka berangkat se-
bagai manusia terhormat dari sini, dan kepada anda mereka 
menulis surat seperti itu! 
- "Tidak apa, kata Havelaar, gubemur djenderal itu manusia 
jang djudjur, ...... ia tentu kena tipu, meskipun ia sebenarnja 
bisa mentjegah penipuan itu dengan lebih dulu mendengarkan 
saja. Tapi saja akan pergi kepadanja dan mendjelaskan kepada-
nja bagaimana duduknja perkara disini; ...... dia akan mene-
gakkan hukum, saja jakin. 
- "Tapi kalau anda pergi ke Ngawi ..... . 
- "Benar, saja tahu. Di Ngawi bupatinja bertalian keluarga 
dengan istana Djokja; ...... saja kenal Ngawi. Saja dua tahun 
di Bagelen, ...... di Ngawi saja harus melakukan jang serupa 
seperti disini, ...... pertjuma sadja saja kesana kemarl ; ..... . 
lagipula tidak mungkin bagi saja bekerdja untuk pertjobaan, se-
olah-olah saja berkelakuan buruk; ...... dan achirnja saja sadar 
bahwa untuk mengachiri segala penipuan itu, saja harus djangan 
djadi pedjabat. Sebagai pedjabat antara saja dan pemerintah 
terlalu banjak orang jang berkepentingan untuk mengingkari ke-
melaratan penduduk. Banjak lagi jang mendjadi sebab maka 
saja tidak mau pindah ke Ngawi. Ditempat itu tidak ada lowo-
ngan, lowongan diadakan untuk saja ; lihatlah." 
Dan diperlihatkannja "J avasche Courant" 2) jang dibawa oleh 
pos; sesungguhnja dengan keputusan pemerintah jang sama, ke-
putusan pengangkatannja di Ngawi, asisten residen ditempat itu 
dipindahkan kedaerah Iain, jang ada lowongan. 
- "Tahukah anda mengapa saja harus ke Ngawi, dan bukan 
kedaerah jang lowong itu? Dengarlah. Residen Madiun jang 
membawahi Ngawi itu adalah ipar residen Bantam sebelum resi-
2) Koran resmi Pemerintah Hindia Belanda (Berita Negara).  
den jang sekarang ini. Sudah saja katakan bahwa ditempat ini 
orang telah melakukan tindakan-tindakan jang kedji sepandjang 
masa, bahwa bupati dahulu diberi teladan jang buruk ..... . 
"Ah !" seru Verbrugge dan Duclari serentak. Mereka mengerti 
mengapa Havelaar djustru dipindahkan ke Ngawi untuk bertugas 
setjara pertjobaan, apakah ia akan memperbaiki dirinja. 
"Satu hal lagi jang menjebabkan saja tidak dapat pergi ke-
sana, katanja. Gubemur djenderal sekarang ini sebentar lagi akan 
berhenti, ...... kita sudah tahu siapa penggantinja. Tidak ada 
jang dapat diharapkan dari penggantinja itu. Djadi supaja bisa 
melakukan sesuatu untuk rakjat jang malang itu sebelum ter-
Iambat, saja harus bitjara dengan gubemur djenderal sebelum ia 
berangkat, dan djika saja pergi ke Ngawi sekarang ini hal itu 
tak mungkin lagi; ...... Tine !" 
- "Ja Max 7" 
- "Kau tak takut, bukan 7" 
- "Max, kau tahu aku tak takut, djika bersama kau." 
- "Nah!" ..... . 
Ia berdiri, dan menulis surat permohonan, jang menurut pen-
dapat saja sangat mengesankan: 
Kepada gubemur djenderal 
Hindia Belanda 
Rangkas-Betung 29 Maret 1856 
Saja telah menerima surat J ang Mulia tanggal 23 bulan ini 
No. 54;-
Membalas surat itu saja terpaksa memohon kepada J ang Mulla 
untuk memberhentikan saja dengan hormat dari djabatan ne-
geri. 
Max Have/aar."  
Untuk mengabulkan permohonan berhenti itu di Bogor rupanja 
tidak begitu banjak diperlukan waktu seperti untuk menentukan 
bagaimana menolak tuduhan Havelaar. Jang kemudian ini me-
merlukan waktu sebulan, dan surat pemberhentian dalam bebe-
rapa hari sadja sudah tiba di Lebak. 
-"Sjukur alhamdulillah, seru Tine, sekarang kau bebas !" 
Havelaar tidak mendapat perintah untuk menjerahkan peme-
rintahan daerah buat sementara kepada Verbrugge ; djadi ia me-
nunggu penggantinja. Lama djuga ia harus menunggu, brena 
penggantinja itu dari Djawa Timur. Sesudah hampir tiga minggu 
menunggu bekas asisten residen Lebak itu, jang sementara itu 
tetap bertindak sebagai asisten residen, menulis surat seperti 
bemut kepada kontelir Verbrugge. 
No. 1530 Rangkas-Betung 15 April 1856 
Kepada Kontelir Lebak 
Anda mengetahui bahwa saja dengan keputusan pemerintah 
tanggal 4 bulan ini, No. 4, atas permohonan sendiri telah di-
berhentikan dengan hormat dari djabatan negeri. 
Barangkali sebaiknja saja setelah menerima keputusan itu 
segera meletakkan djabatan sebagai asisten resideJ)., .karena ada-
lah suatu hal jang tidak biasa untuk mendjalankan suatu djaba-
tan tanpa mendjadi pedjabat. 
Tapi saja tidak mendapat surat untuk menimbang terimakan 
djabatan saja, dan karena keinsafan akan kewadjiban untuk tidak 
meninggalkan pekerdjaan sebelum digantikan menurut peraturan, 
dan djuga karena hal-hal lain jang tidak begitu penting, maka 
saja menunggu kedatangan pengganti saja, dengan perkiraan 
bahwa pedjabat itu akan segera tiba, setidaknja bulan ini djuga. 
Sekarang saja mendengar dari anda, bahwa pedjabat itu tidak  
akan segera dapat diharapkan kedatangannja, - berita itu kalau 
saja tidak salah, anda dengar di Serang, - dan djuga bahwa 
residen merasa heran, bahwa saja dalam kedudukan saja jang 
amat aneh ini, belum djuga memadjukan permohonan untuk 
menjerahkan pemerintahan kepada anda. 
Saja senang sekali menerima berita itu; sebab tak perlu saja 
katakan bahwa saja, jang telah menerangkan tidak akan bisa 
mendjalankan tugas dengan tjara lain dari jang sudah saja laku-
kan disini, saja jang karena tjara mendjalankan tugas itu kena 
hukum dengan dampratan, dengan kepindahan jang sangat me-
rugikan dan sangat mendjatuhkan kehormatan, dengan perintah 
untuk mengchianati orang-orang tjelaka jang menaruh pertjaja 
atas ketulusan hati saja, djadi dihukum dengan pilihan antara 
malU dan lapar, ...... bahwa saja sesudah segalanja ini dengan 
susah pajah dan hati-hati harus mengudji tiap peristiwa dengan 
kewadjiban saja; dan bahwa hal jang mudah sekalipun sukar 
bagi saja, karena saja terdjepit antara hati nurani saja, dan 
prinsip-prinsip pemerintah jang harus saja djalankan dengan 
setia selama saja belum dibebaskan dari djabatan saja. 
Kesukaran itu terutama saja rasakan bila saja harus mendja-
wab orang-orang jang mengadu. 
Sebab saja sudah berdjandji tidak akan menjerahkan siapa-
siapa kepada perasaan dendam kepala-kepalanja ; - saja sudah 
mendjamin dengan perkataan saja, suatu perbuatan jang kurang 
hati-hati, bahwa pemerintah akan berlaku adil. 
Penduduk kampung jang malang itu tidak dapat mengetahui 
bahwa djandji dan djaminan itu tidak diakui, dan bahwa saja 
dalam keadaan miskin dan tidak berdaja berdiri sendiri dengan 
keinginan saja untuk menegakkan hukum dan perikemanusiaan. 
Dan mereka terus djuga memasukkan pengaduan ! 
Sungguh menjedihkan setelah menerima surat kabinet tanggal 
23 Maret itu, terus djuga bertjokol sebagai orang jang disangka 
bisa menolong, sebagai pelindung tidak berdaja. 
Hati rasa teriris mendengarkan pengaduan tentang pengania-
jaan, penghisapan, kemiskinan, kelaparan, ...... sedang saja sen-
340 
ooi dengan anak isteri terantjam kelaparan dan kemiskinan ! 
Dan pemerintah pun tak boleh saja chianati. Saja tak boleh 
berkata kepada orang-orang malang itu: "pergilah dan mende-
ritalah, sebab pemerintah ingin anda dianiaja." Saja tidak boleh 
mengakui ketidakmampuan saja, sebab ketidakmampuan itu satu 
dengan kenistaan dan ketiadaan perasaan penasehat-penasehat 
gubernur djenderal. 
lnilah djawaban saja : 
"Saja tidak dapat menolong anda dengan segera, tapi saja akan 
pergi ke Betawi; saja akan bitjara dengan tuan bes ar tentang 
kesengsaraan anda. Tuan besar adil dan dia akan menolong anda. 
Buat sementara pulanglah dengan tenang kerumah ; djangan me-
lawan, djangan pindah dulu, tunggulah dengan sabar, ...... saja 
kira, ...... saja harap hukum akan ditegakkan ! 
Saja malu bahwa saja tidak dapat memenuhi djandji saja un-
tuk menolong mereka, dan dengan djalan demikianlah saja me-
ngira dapat menjesuaikan pikiran saja dengan kewadjiban saja 
kepada pemerintah jang bulan ini masih membajar gadji saja, 
dan saja masih akan meneruskan permainan itu sampai keda-
tangan pengganti saja, djika tidak terdjadi suatu peristiwa jang 
memaksa saja hari ini menghentikan hubungan dua muka itu. 
Tudjuh orang datang mengadu. Saja djawab seperti diatas. 
Mereka pulang kekampung. Ditengah djalan mereka bertemu 
kepala kampungnja. Mereka agaknja dilarangnja meninggalkan 
kampungnja lagi, dan pakaian mereka OOampas, (begitu dilapor-
kan kepada saja), atau mungkin djuga mereka dipaksa tinggal 
dirumah. Salah seorang melarikan diri, dan datang lagi kepada 
saja, katanja: "dia tidak berani kembali kekampung." 
Apa jang harus saja katakan kepada orang itu, saja tidak tahu. 
Saja tidak dapat melindunginja; - saja tidak boleh menga-
takan kepadanja bahwa saja tidak berdaja ; saja tidak mau me-
nuntut kepala kampung jang diadukan itu, sebab jang demikian 
itu akan memberikan kesan, seolah-olah untuk kepentingan saja 
sendiri, saja membongkar-bongkar perkara ini, ...... saja tidak 
tabu lagi apa jang harus saja perbuat ..... .  
Saja perintahkan anda mendjalankan pemerintahan daerah 
Lebak mulai besok pagi, sambil menunggu pengesahan oleh 
residen Bantam. 
Asisten residen Lebak, 
Max Havelaar 
Sesudah itu Havelaar berangkat dengan anak isteri dari Rangkas-
Betung. Dia sama sekali tidak mau diiringi. Duclari dan Ver-
brugge amat terharu waktu berpisah. Max djuga terharu, lebih-
lebih ketika ia bertemu orang banjak ditempat pertama mereka 
mengganti kuda, orang banjak jang menjelinap dari Rangkas-
Betung untuk pamitan penghabisan kali. 
Di Serang keluarga itu mampir dirumah tuan Slijmering jang 
mendjamu mereka dengan senang hati seperti kebiasaan orang 
dinegeri Hindia. Malam hari banjak orang datang berkundjung 
kerumah residen. Mereka katanja ingin bertemu Havelaar, dan 
Max banjak mendapat djabatan tangan jang penuh arti ..... . 
Tapi ia harus pergi ke Betawi untnk berbitjara dengan guber-
nur djenderal. 
Tiba disana ia mohon odiensi. Tapi ia tidak diterima karena 
jang mulia sakit bisul dikaki. 
Havelaar menunggu sampai bisul itu sembuh. Lalu ia mohon 
bertemu lagi. 
Jang mulia "begitu sibok sehingga pun direktur djenderal 
keuangan terp aks a ditolaknja untnk odiensi, djadi ia pun tidak 
bisa menerima Havelaar. 
Havelaar menunggu pula sampai jang mulia tidak sibok lagi ; 
daIam pada itu ia merasakan sematjam iri hati kepada orang-
orang jang diperbantnkan kepada jang mulia daIam pekerdjaan-
nja, sebab ia senang bekerdja banjak dan tjepat, dan biasanja 
"kesibokan-kesibokan" sematjam itu lebur daIam tangannja. 
Tapi itu sekarang tentu tidak mungkin. Pekerdjaan Havelaar 
lebih berat dari bekerdja, ...... ia menunggu. 
Ia menunggu. Achirnja ia mohon odiensi lagi. Ia mendapat 
342 
djawaban bahwa jang mulia tidak dapat menerimanja, berhalang-
an karena kesibokannja" berhubung dengan keberangkatannja 
tidak lama lagi. 
Max mohon bertemu dengan jang mulia setengah djam lama-
nja djika ada lowong sedikit antara dua "kesibokan". 
Achirnja ia mendengar bahwa jang mulia akan berangkat ke-
esokan harinja! lni seperti petir dihari bolong. Ia kenal sekali 
gubernur djenderal jang baru itu untuk mengharapkan apa-apa 
jang baik dari padanja. Masih tetap ia pertjaja bahwa wali 
negeri jang meletakkan djabatannja itu adalah seorang jang dju-
djur dan tertipu. Lima belas menit tjukup rasanja untuk mem-
buktikan bahwa ia dipihak jang benar, dan jang lima belas 
menit itu rupanja tidak mau diberikan orang kepadanja. 
Saja menemukan diantara surat-surat Havelaar konsep surat 
jang rupanja ditulisnja kepada gubernur djenderal jang berang-
kat itu, semalam sebelum keberangkatannja ketanah airnja. Di-
pinggir ditulis dengan potlot "tidak benar" jang menundjukkan 
bahwa beberapa bagian kalimat dirobah waktu surat itu disalin 
kembali. Hal ini pedu saja djelaskan, supaja djangan karena 
tidak ada persamaan harfiah dengan surat ini, lalu orang me-
ragukan keotentikan surat-surat resmi lain jang saja sebutkan 
dan jang semuanja ditandatangani dengan tulisan tangan orang 
lain "untuk salinan jang sama". Barangkali orang jang dikirimi 
surat itu ingin mengumumkan teks asli itu jang sebenarnja 
supaja orang dapat membandingkan betapa djauh Havelaar me-
njimpang dari konsepnja. 
Betawi 23 Mei 1856 
Jang mulia! Permohonan saja sedang saja dalam djabatan jang 
saja adjukan tanggal 28 Pebruari mengen ai perkara Lebak, tidak 
mendapat perhatian sama sekali; -
Demikian pula jang mulia tidak bersedia mengabulkan per-
mohonan saja jang berulang-ulang untuk odiensi. 
343 
Djadi jang mulla telah memperlakukan seorang pedjabat lebih 
buruk dari seorang pendjahat, sebab pendjahat masih didengar. 
Jang mulia tidak mau mendengarkan seorang pedjabat jang di-
kenal berkelakuan baik pada pemerintah, (ini adalah kata-kata 
jang mulia sendiri) seorang jang tudjuh belas tahun lamanja 
bekerdja diwilajah ini, seorang jang bukan sadja tidak melaku-
kan sesuatu kedjahatan, tapi sebaliknja malahan menginginkan 
kebaikan dengan tidak mengingat kepentingan diri sendiri dan 
dengan mengorbankan segala-galanja untuk kehormatan dan ke-
wadjiban. 
Bahwa jang mulia telah mendapat keterangan jang salah ten-
tang diri saja, saja mengerti; - tapi bahwa jang mulia tidak 
mempergunakan kesempatan untuk mendengarkan keterangan 
jang benar, saja tidak mengerti. 
Besok jang mulia akan berangkat dari sini, dan saja tidak 
dapat membiarkan jang mulia berangkat, tanpa sekali lagi me-
ngatakan bahwa saja telah melakukan kewadjiban saja; - se-
mata-mata kewadjiban saja, dengan bidjaksana, dengan sabar, 
dengan penuh rasa kemanusiaan, dengan lemah lembut dan ke-
beranian. 
J ang mulia menjalahkan saja dalam surat kabinet tanggal 23 
Maret atas dasar-dasar jang sama sekali isapan djempol dan 
bohong. 
Saja bisa membuktikan ini, dan ini telah saja lakukan sekira-
nja jang mulia memberi saja waktu setengah djam untuk dide-
ngar, sekiranja jang mulia menjediakan waktu setengah djam 
untuk menegakkan hukum. 
Hal ini tidak terdjadi. Suatu keluarga jang bermartabat kare-
nanja djatuh miskin ..... . 
Namun bukan karena itu saja mengeluh. 
Tapi jang mulia telah membenarkan sistim penjalahgunaan 
kekuasaan, sistim perampokan dan pembunuhan jang memberati 
pundak orang Djawa jang malang, dan karena itulah saja me-
ngeluh. 
Hal itu minta perbaikan ! 
344 
Darah melekat pada uang jang disimpan dari uang gadji jang 
diterima dengan djalan itu, jang mulla! 
Sekall lagi saja minta didengar barang sedjenak, baik malam 
ini, maupun besok pagi! Dan sekall lagi saja tidak meminta 
ini untuk diri saja sendiri, tapi untuk perkara jang saja per-
djuangkan, perkara keadilan dan perikemanusiaan, jang djuga 
adalah soal poli tik dalam arti jang sesungguhnja. 
Apabila jang mulia dapat berdamai dengan hati sanubarinja, 
untuk berangkat dari sini tanpa mendengarkan saja, hati saja 
akan tenang dalam kejakinan bahwa saja telah melakukan segala 
jang mungkin untuk mentjegah kedjadian-kedjadian berdarah 
jang menjedihkan, jang segera akan menjusul sebagai akibat 
ketidaktahuan jang disengadja dalam mana pemerintah dibiarkan 
mengen ai apa jang bergolak dikalangan penduduk ...... 
Max Havelaar." 
Havelaar menunggu malam itu. Ia menunggu semalam-malaman. 
Ia mengharap mudah-mudahan nada suratnja itu menimbulkan 
kemarahan dan mengakibatkan apa jang sia-sia ditjobanja untuk 
mentjapainja dengan kelembutan dan kesabaran. 
Harapannja itu sia-sia belaka. Gubernur djenderal berangkat 
tanpa mendengarkan Havelaar ; ...... seorang jang mulia lagi 
pulang beristirahat ditanah air! 
Havelaar mengembara kian kemari, miskin dan sepi. Ia men-
tjari ...... 
Tjukuplah, Stern jang baik. Aku, Multatuli, mengangkat pena. 
Anda tidak terpanggil menuliskan sedjarah hidup Havelaar. Aku 
menghidupkan anda,...... aku datangkan anda dari Hamburg, 
...... aku adjarkan anda bahasa Belanda jang baik, dalam waktu 
jang singkat sekali, ...... aku suruh anda mentjium Louise Rose-
meijer, jang ajahnja berdagang gula, ...... tjukuplah Stern, anda 
boleh pulang. 
345 
Si Sjaalman itu dan isterinja ...... 
Stop, hasil tjelaka nafsu mata ouitan jang kotor dan kemu-
nafikan jang menghudjah Tuhan! Akulah jang mentjiptakan 
anda, ...... anda membesar mendjadi machluk jang dahsjat di-
bawah penaku, ...... aku djidjik dengan bikinanku sendiri, ..... . 
terbenamlah dalam kopi, dan pergilah ! 
Ja, aku Multatuli, jang telah banjak menderita, mengangkat pena. 
Aku tidak minta maaf untuk bentuk bukuku, ...... bentuk itu 
aku rasa baik untuk mentjapai tudjuanku. 
Tudjuan itu adalah dua: 
Pertama-tama aku hendak membuat sesuatu jang dapat disim-
pan sebagai pusaka jang keramat oleh "Max junior" dan adik-
nja, apabila orang tuanja sudah mati karena sengsara. 
Aku hendak berikan anak-anak itu surat tanda bangsawan 
jang kutulis sendiri. 
Dan kedua aku mau dibatja ! 
Ja, aku mau dibatja 1 Aku mau dibatja oleh negarawan-nega-
rawan jang berkewadjiban memperhatikan tanda-tanda zaman; 
- oleh sastrawan-sastrawan jang djuga harus membatja buku 
itu jang begitu banjak didjelek-djelekan orang; - oleh peda-
gang-pedagang jang berkepentingan pada pelelangan kopi; -
oleh pelajan-pelajan wanita jang menjewaku dengan wang be~ 
berapa sen: - oleh gubemur djenderal gubemur djenderal jang 
menikmati pensiunnja, oleh menteri-menteri jang sedang aktif; -
oleh begundal-begundal tuan-tuan jang mulia itu ; - oleh peng-
chotbah-pengchotbah jang "more majorum" 3), akan mengata-
kan bahwa aku mentjertja Tuhan Mahakuasa, sedangkan aku 
hanja berontak terhadap tuhan ketjil jang mereka buat menu-
rut gambarannja sendiri; - oleh anggota-anggota perwakilan 
rakjat jang harus mengetahui apa jang bergolak dalam keradjaan 
S) Menurut kebiasaan leluhur. 
346 
besar diseberang lautan, jang adalah sebagian dari keradjaan 
Belanda ..... . 
Ja, aku bakal dibatja ! 
Djikalau tudjuan itu tertjapai, maka puaslah aku. Sebab aku 
bukan hendak menulis baik, ...... aku hendak menulis begitu 
rupa, sehingga didengar, dan seperti orang jang berteriak : "tang-
kap maling itu !" tidak perduIi gaja ia menjampaikan utjapannja 
jang spontan kepada publik itu, maka akupun tidak perduli ba-
gaimana orang menanggapi tjara aku meneriakkan: "tangkap 
maling itu". 
"Buku itu isinja aneka mat jam, tidak beraturan, pengarang-
nja mengedjar sensasi, gajanja buruk, tidak nampak keahlian ; 
...... tidak ada bakat, tidak ada metode." ..... . 
Baik, baik, ...... semuanja itu benar, ...... tapi orang Djawa 
dianiaja! 
Sebab, orang tidak bisa membantah maksud utama karjaku. 
Semakin keras orang mengeritik bukuku, semakin baik aku 
rasa, sebab lebih besar kemungkinan bakal didengar ,. - dan 
itulah jang aku mau. 
Tapi tuan-tuan jang terganggu dalam "kesibokan"-nja atau 
.. ketenan~an"-nja, menteri-menteri dan para gubernur djenderal, 
djanganlah terlalu mengharap bahwa penaku akan tetap tumpuI. 
Aku akan dapat melatih diri, dan dengan sedikit susah pajah 
barangkali mendjadi pandai, sehingga bis a membikin rakjat per-
tiaja, bahkan djuga kepada kebenaran. Maka aku akan meminta 
kepada rakjat itu kursi dalam perwakilan, meskipun hanja untuk 
memprotes terhadap surat keterangan tentang kedjudjuran jang 
diberikan ahli jang satu kepada ahli jang lain vice versa, barang-
kali supaja orang pertjaja bahwa mereka sendiri menghargai 
sifat itu ; - untuk memprotes ekspedisi-ekspedisi dan perbuatan-
perbuatan kepahlawanan jang tidak berkesudahan melawan 
machluk-machluk tjelaka jang sebelumnja dipaksa berontak ka-
rena dianiaja ; - untuk memperotes surat-surat edaran pengetjut 
jang kedji jang menodai kehormatan bangsa dengan meminta 
kedermawanan chalajak ramai supaja membantu korban-korban 
347 
pembadjakan laut jang kronis. 
Memang pemberontak-pemberontak itu adalah kerangka-ke-
rangka kelaparan dan pembadjak-pembadjak laut itu adalah 
orang-orang jang kuat melawan musuh ..... . 
Dan kalau aku tidak mendapatkan kursi itu ...... kalau orang 
terus djuga tidak pertjaja kepadaku ...... 
Maka aku akan menterdjemahkan bukuku dalam beberapa 
bahasa jang sedikit jang aku tahu, dan dalam banjak bahasa 
jang dapat kupeladjari, untuk meminta kepada Eropah, apa jang 
kutjari sia-sia dinegeri Belanda. 
Dan dalam semua ibukota dinjanjikan lagu-Iagu dengan 
ulangan .seperti ini: "ada negaJ;a pembadjak ditepi laut, antara 
Friesland Timur dan sungai Schelde!" 
Dan kalau ini pun tidak berhasiI? ...... 
Maka akan kuterdjemahkan bukuku dalam bahasa Melaju, 
Djawa, Sunda, Alifuru, Bugis, Batak ..... . 
Dan akan kulontarkan lagu-Iagu perang pengasah kelewang 
kedalam sanubari pedjuang-pedjuang sjahid, jang telah aku djan-
djikan pertolongan, aku, MuItatuli. 
Pertolongan dan bantuan, dengan djalan sah, dimana mung-
kin,' - dengan kekerasan atas djalan jang sah, dimana perlu. 
Dan itu akan sangat merugikan pelelangan kopi maskapai 
dagang Belanda! 
Sebab ako bukan penjair jang menjelamatkan lalat, bukan 
pemimpi jang lembut hati, seperti Havelaar tertindas jang me-
lakukan kewadjibannja dengan keberanian seekor singa, dan 
menderita lapar dengan kesabaran seekor marmot dimusim 
dingin. 
Buku ini adalah suatu pendahuluan ..... . 
Aku akan bertambah hebat dalam tenaga dan ketadjaman 
sendjata, semakin hal itu diperIukan. 
Mudah-mudahan hal itu tidak akan perIu 
Tidak, hal ito tidak akan pedu! Sebab kepada Tuanlah 
bukuku ini kupersembahkan, Willem Ketiga, radja, hertog besar, 
pangeran, ...... lebih dari pangeran, hertog besar dan radja, ...... 
348 
Kaisar keradjaan Insulinde jang indah, jang melingkar nun di-
sana dichatulistiwa laksana sabuk djamrud! ..... . 
Kepada Tuan aku bertanja dengan penuh pertjaja apakah 
kemauan Tuan mahadiradja: 
bahwa orang-orang seperti Havelaar ketjiprat lumpur orang-
orang seperti Slijmering dan Droogstoppel; -
dan bahwa nun di sana rakjat Tuan jang 
lebih dari tiga puluh djuta disiksa dan 
dihisap atas namamu? ..... 

LIAT LAH BADJING 
Liat lah badjing tjari pangidupan 
Naik turon klappa, main kiri kanan 
Putar me1ompat, djato, naik, turon, 
Sababnja tida tjepat kai burong, 
Ontong terla1u, badjingku slamat, 
Pasti njang tjari peng,idupan dapat! 
Saija sendiripun di hutan djati 
Duduk, bemanti pengidupan hati. 
Sudah1ah perutnja badjingku kenjang -
Sudah1ah lama masok di sarang, 
Tapi slamanja djiwanja saija, 
Hatiku paija - Upi Adinda! 
Liatlah kupu kupu kuliling, 
Kaja kembang waru saijab gemiling 
Hatinja tjinta bunga kenari 
Pasti kasaijangan harum di tjari. 
Ontong terla1u, kupuku slamat 
Apa njang tjari, tantuken dapat! 
Saija sendiripun di hutan djati 
Duduk bernanti kasaijangan hati. 
Sudah1ah lama tjium kupu kupu 
Bunga kenari tjinta terla1u 
Tapi slamanja djiwanja saija 
Hatiku paija - Upi Adinda ! 
Liat mathari tjahaija tingie, 
Tingie diatas boot waringin. 
Pannas terla1u turun di minta, 
Tidor di 1ahut kaija bini di tjinta. 
Ontong terla1u mathari slamat, 
Apa njang tjari tantuken dapat! 
Saija sendiripun di hutan djati 
Duduk bemanti diamlah hati. 
Sudahlah lama turun mathari 
Tidor di lahut - trang sudah lari 
Tapi slamanja djiwanja saija 
Hatiku paija - Upi Adinda ! 
Kalu tralagie kupu kuliling 
Kalau tralagie bintang gemiling 
Kalu tralagie harum melatti 
Kalu tralagie kerasahan hati 
Kalu di hutan tralagie binatang, 
Kalu Adinda belom lagie datang, -
(Dua baris jang ada dalam bahasa 
Belanda, tidak ada disini) 
Nanti bidarl saijabnja gellang 
Turon di bumi tjarl njang korang -
Nanti ketingalan badannja saija 
Hatiku paija - Upi Adinda! 
Nanti bangkehku di liat bidarl, 
Pada sudarah menundjuk djari. 
Liat di lupa saorang mati, 
Mulutnja kaku tjium bunga melati, 
"Marl kit 'angkat ia di saorga, 
"Njang sampeh matti nanti Adinda 
"Djanganlah sungoh tingal di situ 
"Njang punja hati tjinta begitu". -
Dan lagi skali mulutku buka 
Pangil Adinda njang hatiku suka; 
Tjium lagi sekali melati bunga 
Dia njang kassi - Upi Adinda! 
351 


Aku tak tahu dimana aku kan mati. 
Aku melihat samudera Iuas dipantai selatan ketika darang ke-
sana dengan ajahku, untuk membuat garam ; 
Bila ku mati ditengah lautan, dan tubuhku dilempar keair dalam, 
ikan hiu berebutan datang; 
Berenang mengelilingi majatku, dan bertanja : "siapa antara kita 
akan melulur tubuh jang turun nun didalam air T' -
Aku tak akan mendengarnja. 
Aku tak tahu dimana aku kan mali. 
Kulihat terbakar rumah Pak Ansu, dibakarnja sendiri karen a 
ia mata gelap; 
Bila ku mati dalam rumah sedang terbakar, kepingan-kepingan 
kaju berpidjar djatuh menimpa majatku; 
Dan diluar rumah orang-orang berteriak melemparkan aÎl pe-
madam api; -
Aku lakkan mendengarnja. 
Aku tak ~ahu dimana aku kan mati. 
Kulihat Si Unap ket jiJ djatuh dari pohon keI apa, waktu memetik 
kelapa untuk ibunja; 
Bila aku djatu dari pohon kelapa, majatku terkapar dikakinja, 
didalam semak, seperti Si Unah; 
Malea ibuku ~idak kan menangis, sebab ia sudah tiada. Tapi 
orang lain akan berseru: "Lihat Saidjah disana!" 
dengan suara jang keras; -
Aku takkan. mendengarnja. 
Aku tak tahu dimana aku kan mati. 
Kulihat majat Pak Lisu, jang mati karen a tuanja, sebab rambut-
/' ./ nja sudah putih ; 
Bila a1.."U mati karena tua, berambut putih, perempuan meratap 
.. t.-' sekeliling majatku ~ 
au mereka akan menangis keras-keras, seperti perempuan-pe-
rempuan menangisi majat Pak Lisu ; dan djuga tjutju-
tjutjunja akan menangis, keras sekali; 
Alm takkan mendengarnja. 
A u tak tahu dimana aku kan mati. 
Banjak orang mati kulihat di Badur. Mereka dikafani, dan 
ditanam didalam tanah ; 
Bila aku mati di Badur, dan aku ditanam diluar desa, arah ke-
timur dik;lki bukit dengan rumputnja jang tinggi; 
y ~ Maka Atlihda akan 1ewat disana, tepi sarungnja perlahan me-
ngingsut mendesir rumput, ..... . 
Aku akan mendengarnja.