FALSAFAH ILMU FALAK
Sejatinya, terma filsafat dan ilmu adalah dua entitas yang saling berkaitan, baik secara substansial maupun historiscal. Hal ini disebabkan, karena
kelahiran ilmu tidak terlepas dari peranan filsafat, dan pada
saat yang sama perkembangan ilmu pengetahuan memperkuat
eksisitensi filsafat itu. Filsafat dan ilmu timbul dan berkembang
karena akal budi, thauma, dan aporia. Pada perkembangannya,
ilmu terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu, dimana setiap
disiplin ilmu membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan,
dan ukuran yang berbeda-beda antara disiplin ilmu yang satu
dengan yang lainnya.
Pembahasan filsafat ilmu sangat signifikan, karena
akan mendorong manusia untuk lebih kreatif dan inovatif.
Filsafat ilmu juga memberikan spirit bagi perkembangan dan
kemajuan sebuah dimensi ilmu, sekaligus nilai-nilai moral
yang terkandung pada setiap ilmu, baik pada tataran ontologi,
epistemologi maupun aksiologi. Dengan sudut pandang filsafat
ilmu inilah, berbagai ilmu, termasuk Ilmu Falak, akan lebih
mudah diketahui secara sistematis ilmiah. Oleh karena itu,
dari sini, penulis mengajak para pembaca untuk membahas
dan menelaah; bagaimana Ilmu Falak ditinjau dari segi dimensi
filsafat ilmu tersebut.
Pembahasan seputar filsafat ilmu ini juga bertujuan
menyegarkan kembali ide dan pemikiran tentang ilmu
pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Falak_Astronomi. Proses
penyegaran kembali ini perlu terus dilakukan, karena posisi
Ilmu Falak sebagai bidang ilmu yang diakui dan selalu relevan
dengan dinamika perkembangan ilmu pengartahuan, sains,
dan teknologi.
A. Filosofis Ilmu Falak
1. Apresiasi Teori
jika dilihat secara zahir, penulis pribadi belum
menemukan sebuah tulisan yang membahas tentang Filsafat
Ilmu Falak, atau ilmu Falak ditinjau dari segi filsafat ilmu. Akan
tetapi, jika dilihat lagi dengan lebih seksama, mungkin
secara substantif, pembahasannya telah banyak disinggung
melalui berbagai tulisan. Bahkan sudah tercantum pada
setiap buku Filsafat Ilmu itu sendiri. Hal itu terjadi karena
Ilmu Falak memiliki beberapa nama lain, yang di antaranya
adalah Astronomi1 dan Kosmologi2. Dan kedua nama lain ini
1 Astronomi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “astro” dan
“nomos”. Astro artinya bintang dan nomos artinya hukum. Sehingga Astronomi ialah ilmu
yang mempelajari benda-benda antariksa secara umum dan hukum-hukum yang berkaitan
dengannya. Secara terminologis mempunyai arti pengetahuan yang mempelajari benda-benda
langit seperti Matahari, Bulan, Bintang-Bintang, dan benda-benda lagit lainnya dengna tujuan
untuk mengetahui posisi, lintasan, struktur dari benda-benda langit itu serta kedudukannyya
dari benda-benda langit yang lain (Departemen Agama RI, 1981: 245-246).
2 Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan,
atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “khaos”, yang berarti “kacau balau”. Sedangkan
“logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai
selalu disinggung dalam berbagai buku filsafat ilmu ketika
menjelaskan pembagian sains3, bahkan Kosmologi telah
dianggap sebagai salah satu cabang dari filsafat4. Akan tetapi,
meskipun Astronomi atau Kosmologi dinyakan nama lain dari
Ilmu Falak, namun keduanya tidak lantas dikatakan identik atau
sama. Keduanya bisa saja hal yang berbeda. Bahkan, jika dilihat
dari ruang lingkup Ilmu Falak yang diajarkan di Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAI/PTAIN), maka keduanya memiliki
sebuah dimensi yang berbeda.5
Sesungguhnya keberadaan Ilmu Falak merupakan salah
satu pemikiran Islam yang sangat penting. Ilmu ini juga menjadi
salah satu kajian yang tidak terpisahkan di dunia Islam. Bahkan,
“azas-azas rasional”. (Bakker, 1986: 39).
3 Bisa dilihat diberbagai buku filsafat ilmu, diantaranya buku ‘’Filsafat Ilmu’’ yang
ditulis oleh Ahmad Tafsir (2004). Penamaan ini lain ilmu falak adalah astronomi juga
disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4 Dalam sejarah filsafat Barat, tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang
yang pertama kali memakai istilah “kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam
tradisi Aristotelian, penyelidikan tentang keteraturan alam disebut sebagai “fisika” (bukan
dalam pengertian modern), dan filsafat Skolastik memakai nama “filsafat alami” (philosophia
naturalis) untuk menyebut hal yang sama. Istilah “kosmologi” (cosmology) dipakai pertama kali
oleh Christian Von Wolff dalam bukunya “Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere”
tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari
“metafisika” dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”,
“teologi metafisik”, maupun “psikologi metafisik”. Dengan demikian, sejak “klasifikasi
Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang filsafat yang membicarakan
asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan “ontologi” atau “metafisika
umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan
supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki
hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam. Namun demikian, walau
secara definitif “kosmologi” dibedakan dengan “ontologi” maupun “filsafat alam”, pemilahan
yang tegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidang tersebut merupakan suatu usaha
yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objek formal yang hampir sama (Bakker,
1986: 40).
5 Perbedaan ini, bisa dilihat dari kurikulum, pembahasan, bahkan visi serta misi
pembelajaraannya. Di PTAI/PTAIN. Ilmu falak lebih sebagai ilmu bantu sebagai kesempurnaan
syariat. Hal ini bisa dilihat dengan posisinya yang kebanyakan hanya diajarkan di Fakultas
Syariah, sehingga semua pembahasannya hanya berkutat dan berhubungan dengan pelakanaan
ibadah. Ini memunculkan dimensi Ilmu Falak yang masih berkutat hanya pada pembahasan
Arah Kiblat, Waktu Salat, Awal Bulan, serta gerhana. Sedangkan Ilmu Astronomi yang
diajarkan di PT/PTN masih diposisikan sebagai sains murni dan menjadi sebuah ilmu yang
berdiri sendiri; seperti yang terdapat di Institut Teknologi Bandung.
eksistensinya semakin terasa pada abad pertengahan, dimana
banyak lahir ulama (ahli), seperti Jabir bin Hayyan, al-Fazari,
Ibnu Yunis, al-Biruni, dan masih banyak lagi.
Bagi Islam, arti penting Ilmu Falak telah disadari sejak
zaman Rasulullah Saw., sedangkan pembahasannya telah
tertuang jelas di dalam al-Qur’an al-Karim dan al-Hadis al-
Syarif.
Secara historis, keterkaitan Ilmu Falak dengan agama,
termasuk Islam memerankan peranan yang sangat urgen bagi
keberadaannya. Hal ini karena kemunculannya sebagai sebuah
ilmu sejalan dengan kebutuhan manusia terhadap ilmu itu.
Kemunculan Ilmu Falak sesuai dengan faktor pendorong
timbulnya filsafat dan ilmu sendiri, terutama pada aspek thauma
(kekaguman). Pada dasarnya manusia merupakan makhluk
yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang
Pencipta, termasuk kekaguman pada Matahari, Bumi, dirinya
sendiri, dan seterusnya. Lalu kekaguman tersebut mendorong
manusia untuk berusaha mengetahui kebenaran alam semesta
itu dan bagaimana asal usulnya? (masalah Kosmologis).
Di sisi lain, secara definisi, Ilmu Falak merupakan
perpaduan dua kata dari asal kata “Ilmu” dan “Falak”. Dua
kata ini merupakan serapan kata yang berasal dari bahasa Arab.
Ilmu berasal dari kata ilm (ملع) yang merupakan derifatif dari
‘alim-ya’lam-‘alim wa‘ilm (ملع–ملعي–ملع) yang mempunyai makna
pengetahuan (mengetahui). Kata ilm juga bisa mempunyai
makna mengerti, memahami benar-benar, dan merasakan.6
6 Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (2006: 965). Kamus Lisan al-Arab
menjelaskan bahwa kata “Ilm” pada dasarnya merupakan sifat Allah swt. (Mandzur, tt: 3028).
Hal ini dkarenakan semua pengetahuan dan semua yang diketahui mahluk di alam semesta
ini berasal dari Sang Pencipta (sebagaimana cerita nabi Adam di atas). Dalam kamus al-Maurid
dijelaskan bahwa kata ilm mempunyai arti mengetahui (to know), pengetahuan (have knowledge),
mengenal (acquainted with). Makna lainnya adalah to be or become aware of, cognizant of, familiar
with, informed of or about, to learn (about), come to know (about), find out (abaout), hear (of), get
wind (of), to perceive, discern. (Baalbaki, 1995: 775). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
Ilmu mempunyai arti pengetahuan dan suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut
Kata “Falak”, berasal dari “al-Falak” yang merupakan isim
dari kata falak (كلف) yang merupakan derivatif kata falaka –
yafluku – falakun (كلف – كلفي – كلف) yang mempunyai arti “bulat”.
Sedangkan kata falak (كلفلا) merupakan sinonim dari madar
(رادلما) yang berarti orbit, garis, atau tempat perjalanan benda
langit (Warson Munawwir, 2006 :1072).
Ibnu Mandzur menerangkan bahwa kata “Falak”
mempunyai arti “madr al-nujum” (موجنلا رادم), yaitu lintasan
bintang, dengan bentuk plural (jamak) “aflak” (كلافأ).7 Sedangkan
di Kamus Bahasa Indonesia, kata ini diartikan dengan makna
lengkung langit, lingkaran langit, dan cakrawala.8 Kata ini
diungkapkan oleh al-Qur’an sebanyak dua kali, yaitu pada
surat al-Anbiya’ ayat 33 dan surat Yasin ayat 40, dengan arti
sebagai garis edar atau orbit.
metode-metode tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
dalam bidang (pengetahuan) itu. (Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, 2008: 544).
Nama lain ilmu adalah knowledge (bahasa Inggris) atau logos (bahasa Yunani). Kata
yang terakhir ini (logos) dalam penggunaannya berposisi sama seperti Ilmu dalam bahasa
Indonesia dan Arab, yaitu menjadi sebuah kata yang selalu disandingkan dengan term tertentu
untuk mengenalkan jenis pengetahuan tertentu. Seperti Biologi yang berasal dari kata bio dan
logos, begitu juga Astrology, Sociology, dan lain sebagainya. Ini dikarenakan kebanyakan term
pengetahuan dan pembagiannya banyak dihasilkan pada zaman kejayaan bangsa Yunani kuno
dan bangsa Arab. Adapun dalam bahasa Inggris posisi ini biasanya memakai science, seperti Social
Science. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya tidak ada jawaban yang tepat dari pertanyaan apa
yang dimaksud dengan scientific approach. Salah satu pengertian tentang ilmu adalah “Science is a
personal and social human endeavor in which ideas and empirical evidence are logically applied to create
and evaluate knowledge about reality”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan “empirical evidence”
dalam pengertian di atas adalah sesuatu yang diturunkan dari kegiatan observasi suatu masalah
secara sistematis melalui penalaran yang sering menggunakan alat bantu teknologi. kegiatan
ilmu sendiri adalah suatu proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu obyek yang diamati belum tentu sama dengan pengetahuan yang
diperoleh orang lain yang mengamati obyek yang sama jika dilakukan pancaindra manusia
pada skala observasi atau dalam medium yang berbeda melalui perspektif yang berbeda. Sebuah
pohon kelapa tampak sangat tinggi jika diamati pada jarak dekat dan tampak pendek jika diamati
pada kejauhan atau sebuah tongkat lurus akan tampak melengkung jika berada di dalam air,
adalah sekedar contoh sederhana.
7 Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa kata falak oleh sebagian bangsa Arab juga
diartikan al-mauju ( جولما ) yaitu gelombang atau ombak (lihat: Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab,
3464.. Selain orbit, Rohi Baalbaki mengartikannya dengan sirkuit atau lintasan (circuit) dan
epicycle (episeklis). (Baalbaki. hlm, 834).
8 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
BahasaDepartemen Pendidikan Nasional., 2008. hlm, 403
Jika ditinjau dari kajian terminologis, maka terdapat
beberapa definisi tentang Ilmu Falak. Di antaranya yaitu;
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ilmu Falak adalah
ilmu pengetahuan mengenai keadaan Bintang-bintang, baik
dari hal peredarannya, penghitungan-nya, dan sebagainya”.9
Menurut Ensiklopedi Islam, “Ilmu Falak adalah suatu ilmu
yang mempelajari benda-benda langit, Matahari, Bulan,
Bintang, dan Planet-planetnya”.10
Sedangkan di Ensiklopedi Hukum Islam, “Ilmu Falak
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda langit,
tentang fisiknya, geraknya, ukurannya, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya.”11 Dan di dalam Ensiklopedi Hisab
rukyah, “Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, Bintang-
bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan
untuk mengetahui posisi dari beenda-benda langit itu, serta
kedudukannya dari benda-benda langit lainnya.”12 Sedangkan
di dalam al-Munjid (1975: 594) disebutkan bahwa Ilmu Falak
adalah:
ةيولعلا مارجلاا لاوحا نع ثحبي ملع
“Ilmu yang mempelajari tentang keadaan benda-benda langit.”13
Menurut kementrian Agama dalam Almanak Hisab
Rukyat, “Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-
bintang, dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu, serta
kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.”14
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Falak adalah bidang ilmu yang bersifat
integratif yang mempelajari hal-ihwal tentang benda-benda di
alam semesta, termasuk planet Bumi, baik yang berhubungan
dengan manusia ataupun tidak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa aspek pembahasan yang sangat luas inilah
yang menjadi ciri pembeda bidang Ilmu Falak dengan bidang
ilmu lainnya. Oleh karena itu, maka tidaklah sukar untuk
menjelaskan makna filosofis Ilmu Falak yang pada prinsipnya
menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian Ilmu
Falak dengan bidang kajian ilmu-ilmu lainnya. Semua keadaan
yang berlangsung di alam semesta, baik ditelaah melalui
perspektif keruangan, fisik, waktu, agama, atau yang lainnya
merupakan pembentuk bidang kajian Ilmu Falak. Dan melalui
proses yang sama, maka lahir pula bidang kajian ilmu lainya,
seperti Astronomi, Kosmologi, dan masih banyak lagi.
Adapun dengan adanya interkoneksi berbagai bidang ilmu
dengan bidang Ilmu Falak ini, maka dapat dikatakan bahwa
fenomena Ilmu Falak sangat ditentukan oleh kemampuan ahli
falak untuk memperoleh informasi perkembangan pada bidang
ilmu lainnya. Hal itu karena hasil riset bidang ilmu lain akan
dapat memperkaya (proliferate) cakupan penelitian Ilmu Falak.
Demikian pula, hasil riset ahli falak tentang topik tertentu
(secara terbatas) juga dapat memicu perkembangan bidang
ilmu lainnya. Pada konteks ini, maka akan terbuka ruang
terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk Ilmu
Falak) dalam berbagai cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik
(spesialisasi). Bahkan, spesialisasi di bidang Ilmu Falak sangatlah
mudah jika dilihat dari kajiannya yang super luas.
14 Depertemen Agama,, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan
Badan Peradilan Agama Islam, 1981. hlm, 245
2. Falsafah Ilmu
Pada dasarnya, dalam perspektif keilmuan, semua ilmu
memiliki kesamaan filosofi yang disebut metode keilmuan.
Dan masing-masing ilmu memiliki cara yang sama untuk
mencari pengetahuan, yang antara lain melalui kerangka
berpikir rasionalisme dan empirisme15. Cara berpikir ini adalah
sebagaimana yang telah digunakan oleh Galileo, Newton,16 dan
para ilmuan muslim abad pertengahan yang telah ada pada era
sebelumnya.
Para ahli filsafat ilmu menyatakan bahwa kebenaran
secara keilmuan itu bersifat tidak mutlak. Sifat tidak mutlak
tersebut terjadi jika kebenaran keilmuan dihadapkan pada
kebenaran menurut agama, kebenaran menurut seni atau
kebenaran menurut filosofinya. Misalnya, kebenaran teknologi
kloning sampai saat ini tidak diakui sebagai kebenaran menurut
agama. Lukisan wanita telanjang sebagai kebenaran seni pada
umumnya tidak dapat dibenarkan oleh agama, atau dibuktikan
secara keilmuan. Hal itu juga bisa saja terjadi dinamika keilmuan
Falak, terlebih jika kaitannya dengan ibadah.
Mengingat tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak,
maka dapat diduga bahwa dari tulisan ini akan muncul
banyak pendapat atau pandangan yang berbeda. Oleh karena
itu, untuk mengurangi perbedaan pendapat, maka penulis
membatasi pengertian filsafat menurut Socrates (470-399
SM) sebagai berikut: “Filsafat diartikan sebagai suatu cara
15 Secara ringkas dijelaskan bahwa rasionalisme adalah kerangka pemikiran yang
koheren dan logis, sedang empirisme adalah kerangka pengujian dalam memastikan suatu
kebenaran pengetahuan sah secara keilmuan. Montello berpendapat bahwa secara filosofis,
makna empirisme tidak selalu berupa pengalaman manusia sejak lahir. Empirisme ilmu
berusaha untuk dapat diulang, dapat diakumulasikan dan secara umum dapat diobservasi.
Ilmu menganut prinsip prinsip logika formal dan informal dan paling tidak mengikuti prinsip ;
(1) harus menghindari kontradiksi, (2) semakin tinggi tingkat keyakinan terhadap suatu gejala
seiring semakin tingginya observasi yang dilakukan, (3) pola keteraturan suatu kejadian pada
masa lalu memiliki peluang terjadi pada masa yang akan datang.
16 Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998. hlm, 28.
berpikir yang radikal dan menyeluruh yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya.” Adapun radikal, menyeluruh, dan
sedalam–dalamnya mengandung makna membutuhkan waktu
yang panjang untuk memperoleh suatu pengetahuan yang
menyeluruh dan mendalam.17 (Suriasumantri, 1998: 4).
Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang mempunyai ciri tertentu. Bidang ilmu yang
satu dapat dibedakan dari bidang ilmu lainnya didasarkan pada
jawaban atas tiga pertanyaan pokok sebagai ciri ilmu yaitu; dasar
ontologi ilmu, dasar epistemologi ilmu, dan dasar aksiologi
ilmu.
Adapun apa yang ingin diketahui atau apa yang menjadi
bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi.
Lalu bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh adalah dasar
pertanyaan epistemologi (teori pengetahuan). Sedangkan apa
kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi aksiologinya (teori
tentang nilai).18 Jawaban dari ketiga pertanyaan dasar tersebut
merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya.
B. Filsafat Ilmu Falak
1. Kajian Ilmu Falak: Tinjauan Ontologis
Menelusuri ontologi19 suatu ilmu berarti kita sedang
membahas sebuah proses penelusuran persoalan wilayah dan
17 Ibid. hlm, 4.
18 Tidak jarang dijumpai keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan
kegunaan hasil penelitian sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah
(apa yang ingin diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan)
dituliskan secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya
merupakan pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan
(dikatakan sah secara keilmuan).
19 Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu.
Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan: 1). apakah obyek ilmu
batasan kajian suatu ilmu, yaitu apa bidang kajian ilmu itu?
Dan untuk mengetahui seberapa luas wilayah dan mana saja
yang menjadi kajian Ilmu Falak, maka kita dapat melihat dari
definisinya.
Sebagaimana berbagai definisi yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka wilayah kajian Ilmu Falak adalah keadaan
benda langit, dengan objek kajiannya adalah seluruh benda
yang ada di alam semesta ini. Walaupun fakta dilapangan,
ada pula yang mempersempit kajian wilayah Ilmu Falak ini
dengan hanya membahas sebatas Bumi, Bulan, Matahari, dan
benda langit lainnya yang terkait dengan ibadah tertentu bagi
agama Islam. Sehingga, objek kajiannya menyempit dan hanya
yang akan ditelaah, 2). Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan 3). Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
membahas tentang Arah Kiblat20, Waktu Salat21, Awal Bulan22,
dan Gerhana23 (baik Gerhana Matahari maupun Bulan)24.
Dengan wilayah kajian utama yang sangat luas, Ilmu
Falak ini memiliki beberapa pengembangan dan nama lain.
Bahkan, Astronomi dan Kosmologi25 sebagai nama lain Ilmu
Falak mempunyai beberapa pengembangan ilmu lainnya,
20 Kata kiblat berasal dari bahasa Arab, yaitu qiblah, salah satu bentuk masdar (derivasi)
dari fiil madli qabala yang bermakna ‘’menghadap’’. Arah Kiblat secara istilah yaitu arah
terdekat menuju Ka’bah (Ka’bah di Masjidil Haram Makah). Proses menghadap kiblat ini
merupakan salah satu ketentuan yang ditaklifkan kepada umat Islam. Sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144 tentang perintah menghadap kiblat. Dimensi Ibadah dari
pengetahuan tentang arah kiblat ini, diantaranya; Salat, Pembangunan masjid, mushola, surau,
dan mushola, Pembuatan liang lahat agar si mayit dapat menghadap kiblat secara sempurna,
Pembuatan kamar kecil (WC, toilet), karena ajaran Islam melarang buang air (kecil dan besar)
dengan menghadap atau membelakangi kiblat, dan lain sebagainya.
21 Waktu Salat ialah waktu tertentu dimana seorang muslim dapat mengerjakan salat.
Dimensi ibadah dari pengetahuan tentang waktu salat diantaranya; mengetahui waktu awal
dan akhir salat maktubah, mengetahui waktu terbit matahari, mengetahui waktu terbenamnya
Matahari, mengetahui masuknya waktu Dhuha, mengetahui waktu salat Tahajud, mengetahui
waktu pembagian waktu afdhol, Jaiz, makruh dan tahrim dalam salat., mengetahui waktu Imsak,
dll.
22 Pembahasan awal bulan di sini, tidak hanya terbatas pada penanggalan hijriah, lebih
dari itu dalam aplikasinya semua sistem penanggalan baik lunar sistem, solar sistem amupun
luni-solar sitem dibahas. Walaupun demikian, titik berat pembahasannya pada kalender hijriah.
Adapun dimensi ibadah yang ada di dalamnya diantaranya; mengetahui permulaan puasa
Ramadhan, mengetahui akhir bulan Puasa Ramadhan, mengetahui Hari Raya Idhul Fitri,
mengetahui Puasa Yaumul Bidh pada setiap bulan, pengetahui pelaksanaan bulan Haji dan
pelaksanaan nya yang membutuhkan kepastian waktu seperti wukuf, mengetahui hari raya
Idhul Adha, mengetahui Waktu zakat fitrah, haul dalam zakat mal (yang dihitung memakai
kalender hijriyah), dsb.
23 Pada gerhana ini, terdapat dimensi Ibadah berupa salat gerhana khusuf dan kusuf.
24 Penyempitan ini terjadi pada kajian-kajian Ilmu Falak di lembaga Pendidikan yang
beridentitaskan dengan nama Islam, seperti; Pondok Pesantren, Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah, M’ahad Aly, hingga Perguruan Tinggi baik Swasta maupun Negeri.
25 Kosmologi yaitu cabang astrologi yang menyelidiki asal usul struktur dan hubungan
ruang waktu dari alam semesta.
seperti Kosmogoni26, Astrologi27, Kosmografi28, Astrometrik29
Astromekanik30, dan Astrofisika31.
Pada literatur dunia muslim, Ilmu Falak disebut pula dengan
Ilmu Hisab32, Ilm al-Rashd33 atau Ilm Miqat34. Dari pengertian dan
pembahasan tersebut, jelas sekali bahwa ontologi (obyek kajian)
Ilmu Falak adalah “hal-ihwal benda langit”. Dalam persepektif
filsafat ilmu, Falak yang nota-bene-nya termasuk katagori ilmu
sains kealaman, harus mempunyai obyek kajian yang berada
26 Kosmogoni yaitu ilmu yang membahas teori tentang asal usul benda-benda langit
dan alam semesta (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008.
hlm, 527)
27 Astrologi yaitu ilmu yang mengaitkan posisi dan kedudukan benda langit dengan
nasib serta hal ihwal kehidupan manusia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan
Pengembangan Bahasa).
28 Kosmografi yaitu pengetahuan tentang seluruh susunan alam, pemerian/
penggambaran umum tentang jagat raya termasuk Bumi (Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008. hlm, 528).
29 Astrometrik yaitu cabang astronomi yang kegiatannya melakukan pengukuran
terhadap benda-benda langit dengan tujuan mengetahui ukuran dan jarak antara satu dengan
lainnya (Lihat; Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 2008.
hlm, 221).
30 Astromekanik yaitu cabang astronomi yang mempelajari gerak dan gaya tarik benda-
benda langit dengan cara dan hukum mekanik (Lihat; Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
Dan Pengembangan Bahasa, 2008. hlm,221).
31 Astrofisika yaitu bagian astronomi tentang benda-benda angkasa dari sudut ilmu
alam dan ilmu kimia. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,
2008. hlm, 62).
32 Dinamakan Ilmu hisab, karena ilmu ini secara bahasa mempunyai arti “perhitungan”
(hisab), sedangkan yang dianggap menonjol dari kegiatan ilmu falak setelah abad pertengahan
adalah menghitung. Ahmad Izzuddin dalam bukunya Ilmu Falak Praktis, penamaan ilmu
ini akan lebih ideal jika disebut dengan Ilmu Hisab Rukyah. Hal ini dikarenakan ilmu
falak mempunyai dua pendekatan kerja ilmiah, yaitu pendekatan hisab (perhitungan) serta
pendekatan rukyah (observasi). (Izzuddin, 2006. hlm, 1).
33 Diberi penanamaan ilm al-Rashd dikarenakan mempunyai arti pengamatan, dan
ilu falak sendiri merupakan ilmu yang dilandasi dari sebuah pengamatan. Secara istilah Ilm
al-Rashd ialah ilmu dengan pengamatan bintang, mengetahui letak bintang dalam lintasan
orbit (falak)-nya, serta jarak dari satu benda langit trhadap benda langit lainnya. (Yahya, 1997.
hlm, 56).
34 Dinamakan ilm al-Miqat, disebabkan ilmu ini berhubungan dengan perhitungan
tentang waktu-waktu (yang dalam bahas Arab al-miqat dengan kata pluralnya adalah al-mawaqit),
terutama waktu ibadah. Ilm al-miqat juga dikaitkan dengan ilmu tentang tempat. Penggunaan
ini sangat wajar jika kita melihat istilah dalam ibadah haji dimana miqat mempunyai dua
karakter yaitu miqat zamani dan miqat makani (Musthafa, tt. hlm, 359). Umat muslim pada
abad pertengahan pun menyebut ilmu falak dengan Ilm al-Miqat.
dalam batas jangkauan empiric, dan tidak memasuki wilayah di
luar itu, misalnya wilayah transendental.
Wilayah empirik sebagai acuan Ilmu Falak, mungkin
akan menjadikan dilematis tersendiri bagi kajian Astrologi,
karena ilmu ini berada di wilayah transcendental (metafisik).
Hal itu karena ilmu astrologi mengaitkan posisi benda langit
dengan nasib manusia. Oleh karena itu, sebagai kajian sains,
astrologi dalam dimensi kebenarannya masih dianggap sebagai
Pseudosains, dimana merupakan sebuah pengetahuan yang
diyakini dan diklaim ilmiah, namun tidak mengikuti metode
ilmiah.
Sedangkan berkaitan dengan nash (teks Qur’an dan Hadis),
maka Ilmu Falak hanya sebagai alat bantu manusia untuk
mengetahui kehendak nash, sesuai dengan batas metodenya.
Dalam memahami nash, maka sebagaimana ilmu pembantu
lainnya, ilmu Falak digunakan sebagai sarana manusia untuk
bisa menangkap kehendak Tuhan yang berasal dari wilayah
transcendental. Dalam hal ini, Ilmu Falak digunakan untuk
kajian yang berhubungan dengan Ibadah, seperti; arah kiblat,
waktu salat, awal bulan, dan gerhana. Walaupun masuk ke dalam
wilayah metafisik, tidak lantas menjadikan Ilmu Falak menjadi
bagian dari ilmu yang berada dalam wilayah transendental.
Ilmu Falak tetap berada pada wilayah ilmu sains dengan sifatnya
yang empirik dan logis.
C. Dimensi Epistemologi Ilmu Falak
1. Epistemologi Sains: Pondasi Ilmu Falak
Adapun karena Ilmu Falak merupakan bagian dari
sains, maka kita harus mengetahui dasar dari epistimologi35
35 Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkatdari dua
kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan
logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian
epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
sains terlebih dahulu. Epistemologi Sains ialah pengetahuan
sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi sains
merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang
terjadinya pengetahuan, Asal Mula Pengetahuan, Sumber
Pengetahuan, Metode Pengetahuan, serta Validitas dan
Kebenaran Pengetahuan. Di sinilah dasar-dasar pengetahuan
maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi
bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis
yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur
pengetahuan yang membentuknya.
2. Hakikat Pengetahuan (the nature of knowledge)
Dalam dimensi epistemologi, Ilmu Falak bukan bidang
ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan alam
semesta. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa Ilmu
Falak adalah mothers of science, atau ilmu yang bersifat generalis
dan sebagai ilmu (sains) tertua36. Mungkin dalam dimensinya
yang luas ini, dapat diungkapkan pula bahwa “semua hal
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat
dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Epistemologi
adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi membahas pertanyaan- pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan
diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa
saja? Epistemologi merupakan “Teori ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi
mengenai asal-usul, dasar metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan Mengapa sesuatu disebut
ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh
pengetahuan yang bersifat ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari
pengertian epistemologi yang sudah disebutkan. Filsafat, tulis Suriasumantri, tertarik pada
cara, proses, dan prosedur ilmiah di samping membahas tentang manusia dan pertanyaan-
pertanyaan di seputar ada, tentang hidup dan eksistensi manusia
36 Menurut catatan sejarah, penemu ilmu falak, astronomi serta perbintangan adalah
Nabi Idris atau Hermes atau Akhnukh atau Ozeres (Ia adalah putra dari Yarid bin Mahlail bin
Qinan bin Unusy bin Syis bin Adam AS). Akan tetapi lacakan sejarah Abi al-Fauz Muhammad
Amin al-Bagdadi ini, mengemukakan pula bahwa awal penemu ilmu hisab baik bulan dan
tahun sudah ada sebelumnya, yaitu ditemukan dan diperkenalkan oleh nenek moyang Nabi
Idris sendiri, yang bernama Unusy AS, yang merupakan putra mahkota dari Nabi Syis.
bisa di-ilmu falak-kan, atau dapat ditinjau secara Ilmu Falak,
karena objek pembahasannya adalah alam semesta”. Kalimat
ini sangat sederhana, namun mempunyai implikasi yang
sangat luas, terutama bagi para ahli falak (astronom) yang
kritis. Oleh karena luasnya kajian Ilmu Falak, maka muncul
berbagai usaha untuk membuat spesialisasi dari ilmu ini.
Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu ini layak
untuk diapresiasi. Hanya saja, cabang atau ranting ilmu yang
dirumuskan hendaknya memenuhi kaidah-kaidah yang benar,
sehingga tidak menyimpang dari pohon ilmunya.
Agar tidak adanya penyimpangan tersebut, maka kita
harus mengetahui hakikat dari Ilmu Falak. Dalam persoalan
hakikat pengetahuan (the nature of knowledge), terdapat dua teori
yang menjelaskannya; yakni realisme dan idealisme. Menurut
realisme, eksistensi suatu benda terletak dalam halnya sendiri.
Sedangkan bagi idealisme, hakikat segala hal terletak pada jiwa
atau ide.37 Di satu sisi, realisme berpandangan bahwa yang ada
hanya dimiliki oleh benda-benda kongkrit dan karenanya ia
memandang hakikat pengetahuan sebagai gambaran dari apa
yang ada pada alam nyata. Sebagai konsekuensinya, realisme
melahirkan pandangan objektivisme yang percaya bahwa ada hal-
hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri,
serta yang hakikatnya tidak terpengaruh orang lain. Sementara
di sisi lain, idealisme menempatkan jiwa, akal, atau idea
manusia dalam posisi yang utama dan sebagai konskuensinya
melahirkan pandangan subjektivisme yang berpendirian bahwa
pengetahuan merupakan proses mental yang bersifat subjektif
dan karenanya pengetahuan merupakan gambaran tentang
realitas. Jadi, pengetahuan hanyalah gambaran menurut
pendapat, atau penglihatan subjek yang mengetahui.
37 Kattsof, L.O., Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989. hlm, 225.
Jika ditelaah dari dua sudut pandang tersebut, Ilmu Falak
secara epistemologis, jelas lebih berkecenderungan ke arah
corak pemikiran yang mengembangkan realisme objektivis.
Konsep ini didukung oleh objek ilmu, berupa benda-benda
langit yang konkrit dan nyata. Para ahli (astronom) berusaha
memahami benda-benda langit dan alam semesta dalam
batasannya sebagai benda yang bersifat lahiriah. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan dalam aplikasinya,
ada ruang terbuka untuk memahami benda-benda langit
dan alam semesta ini menggunakan teori idealisme subjektifis,
seperti yang terjadi pada Astrologi, atau sebagian sufi yang
berbicara tentang filsafat alam semesta, seperti; Ibnu Arabi dan
Sihabuddin Suhrawardi.
3. Sumber Pengetahuan
Poin kedua yang berhubungan dengan kerangka
epistemologi adalah menentukan sumber-sumber pengetahuan
(the sources of knowledge). Berdasarkan pengertian Ilmu Falak di
atas, maka sumber pengetahuannya menjadi sangat jelas yaitu:
a. Alam Semesta
Sebagai bagian dari dimensi ilmu kealaman, maka sumber
pengetahuan yang sangat penting dari Ilmu Falak adalah alam
semesta. Sumber yang angat mudah sekali di jumpai ini dapat
diteliti hingga tak terbatas, yang tentunya selama masih ada
alam semesta. Maka yang perlu kita perhatikan adalah menjaga
kebersihan alam dari berbagai polusi. Sebagai contoh saja, saat
ini banyak sekali benda-benda langit yang tidak dapat kita amati,
karena adanya polusi udara dan polusi cahaya yang berlebih,
sehingga menutup objek pengamatan.
Lalu dalam hubungannya untuk mendapatkan objek
kajian berupa benda-benda langit, maka ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan pengamatan menjadi penting juga dalam
aplikasinya. Ilmu yang terlebih dahulu diketahui oleh ahli falak
dan astronom adalah ilmu observasi (pengamatan), termasuk
di dalamnya juga ilmu optik, teknologi, dan lain sebagainya.
b. Sumber Teks
Sumber penting lainnya adalah teks-teks yang membahas
tentang alam semesta. Teks-teks ini sangat banyak sekali
macamnya, baik berupa data-data astronomis (jiz), hukum-
hukum sains, buku ilmiah maupun nash (al-Qur’an dan Hadis).
Keberadaan teks tersebut sangat penting bagi pengembangan
Ilmu Falak.
c. validitas Kebenaran
Bertitik tolak pada sumber pengetahuan yang berupa
benda-benda langit dan data-data yang berkaitan dengan benda-
benda langit, maka tradisi pemikiran Ilmu Falak berupaya
memahami maksud dari keadaan Alam Semesta. Akibatnya,
epistemologi burhani lebih diutamakan daripada epistemologi
bayani, maupun spiritualitas-‘irfâniyyah.
Teori validitas yang dikembangkan epistemologi Ilmu Falak
ini memiliki hubungan langsung dengan teori validitas yang
dikembangkan oleh ilmu-ilmu sains lainnya yang mengunakan
corak pemikiran epistemologi burhani. Epistemologi Ilmu
Falak ini memberikan peran maksimal terhadap fungsi indera
sebagaimana yang dikembangkan oleh teori kebenaran
korespondensi (the correspondence theory of truth). Menurut
teori ini, kebenaran adalah kesetiaan pada realitas objektif
(fidelity to objective reality), atau kesesuaian antara rumus-rumus
yang diciptakan akal manusia dengan hukum-hukum alam (al-
muthâbaqah baina al-‘aqli wa nizhâm al-thabî‘ah). Dengan kata
lain, suatu pernyataan dianggap benar jika terdapat fakta-
fakta empiris yang mendukung pernyataan itu. Kebenaran
adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta dengan fakta
itu sendiri.38
D. Manfaat Ilmu Falak: Tinjauan Aksiologis
Aksiologi39 merupakan persoalan fungsi suatu ilmu.
Bidang Ilmu Falak sampai saat ini masih eksis, karena memang
memiliki nilai kegunaan dan kemaslahatan yang amat besar
bagi umat manusia. Di antara kemaslahatannya yaitu sebagai
pengingat akan kebesaran Tuhan, pentingnya menjaga alam
semesta, dan lain sebagainya, baik bagi keberlangsungan sebuah
ilmu, sebagai pengembangan pengetahuan, maupun terapannya
untuk peningkatan kesejahteraan manusia. Oleh karena ilmu
bersifat netral, maka pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu
ini apakah bermanfaat, atau tidak, bahkan bisa menyebabkan
bencana bagi umat manusia itu, pada dasarnya ditentukan oleh
para ilmuwan itu sendiri.
Sebagai contoh; jika sebuah data koordinat satelit
yang diberikan bertujuan untuk menyesatkan pihak lain,
maka merupakan sebuah bencana bagi penggunanya, karena
informasinya tidak tepat dan akurat. Akibatnya, pengguna
satelit tidak memberikan informasi yang dibutuhkan setelah
menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah
peperangan, koordinat dapat menjadi senjata yang andal
untuk mengecoh dan mengalahkan musuh, karena jika
38 Teori korespondensi ini banyak diterima oleh penganut empirisme dengan
menggunakan logika induktif, yaitu menarik kesimpulan umum dari hal hal yang bersifat
khusus dan empirik. (Titus, 1984. hlm, 238).
39 Secara etimologis, Aksiologi berasal dari dari bahasa Yunani, axios, yang berarti
nilai, dan logos, yang berarti teori. Terdapat banyak pendapat tentang pengertian aksiologi.
Menurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari ilmu pengetahuan yang diperoleh. (Suriasumantri, 1998). Menurut Kamus Bahasa
Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika. Lebih dari itu ada yang berpendapat dengan menyamakan
antara aksiologi dan ilmu. Dari definisi aksiologi di atas, terlihat jelas bahwa permasalahan
utama aksiologi adalah nilai. Francis Bacon menilai bahwa aksiologi ilmu adalah terciptanya
kemaslahatan manusia. Tujuannya yaitu mengusahakan posisi yang lebih menguntungkan bagi
manusia dalam menghadapi alam.
koordinat diubah, senjata musuh menjadi tidak tepat sasaran
dan bisa menyebabkan terjadinya korban yang tidak berdosa.
Sedangkan dalam dimensi ibadah, koordinat yang salah juga
akan menyebabkan semua konsep perhitungan menjadi kurang
tepat dan tidak sesuai, baik dari segi waktu (seperti; waktu salat),
maupun ketepatan arah (seperti; penentuan arah kiblat).
Esensi dasar aksiologi Ilmu Falak sangat erat kaitannya
dengan ontologinya, sehingga sebaik-baiknya pengetahuan yang
dihasilkan sangat tergantung dari yang memiliki pengetahuan
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa moral
pemilik ilmu tersebut merupakan faktor yang menentukan apa
sebenarnya nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki bagi umat
manusia.
| 21
BAB
2
SEJARAH ILMU FALAK
Menurut catatan sejarah, penemu Ilmu Falak, astronomi, dan perbintangan adalah Nabi Idris, atau Hermes, atau Akhnukh40. Beliau adalah
40 Nabi Idris ini pula di dalam literatur-literatur Yunani sebagaimana di dalam buku
sejarah Blotark disebut Ozeres- dewa terpenting orang-orang Mesir kuno- nama aslinya adalah
Yasr (bahasa Mesir) yang berarti kekuatan, kemampuan dan kehendak. Beberapa logat ia
berubah menjadi Yusra, Osir, dan Ozir. Logat yang terakhir ini menurut orang Yunani menjadi
Ozeres, sebagaimana adat mereka menambah huruf “ya” dan “sin” diakhir setiap nama. Kata
itu pindah kedalam bahasa arab dengan mengalami pergantian huruf “za” menjadi “dzal” . dan
ini merupakan penggatian yang biasa terjadi, sehingga nama itu menjadi Idris. Nama Idris ini
dipakai dua kali dalam al-Qur’an, yaitu
ايبن اقيدص ناك هنا سيردإ باتكلا ىف ركذا و
“ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris di dalam al-Qur’an.
Sesungguhnya Ia adalah sangat membenarkan dan seorang Nabi” (Maryam: 56).
نيرباصلا نم لك لفكلا اذ و سيردا و ليئاسما و
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifl, semua mereka adalah termasuk orang-orang ”
.(sabar” (al-Anbiya; 85
Idris (Ozeres) juga merupakan orang yang pertama yang menulis dengan pena, dan
orang pertama yang menemukan jahitan serta menjahit pakaian. Disebutkan pula bahwa
nabi Idris dan orang-orang yang bersamanya mendirikan Mesir dan dialah yang mengajak
manusia pada amr ma’ruf dan nahi mungkar dan taat kepada Allah, memperkenalkan politik
pemerintahan dan mengajarkan beberapa Ilmu. Perlu diketahui pula menurut Abu Said al-
putra dari Yarid bin Mahlail bin Qinan bin Unusy bin Syis bin
Adam As. Akan tetapi, menurut penelusuran sejarah oleh Abi
al-Fauz Muhammad Amin al-Bagdadi bahwa ilmu hisab, baik
bulan, dan tahun sudah ada sebelumnya, yaitu ditemukan dan
diperkenalkan oleh nenek moyang nabi Idris, yaitu Unusy As,
yang merupakan putra mahkota dari nabi. Akan tetapi, baru
sekitar abad ke-28 sebelum masehi, embrio Ilmu Falak mulai
nampak sebagaimana digunakan pada penentuan waktu pada
penyembahan berhala, seperti yang terjadi di Mesir untuk
menyembah dewa Orisis, Isis dan amon, serta di Babilonia dan
Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth dan Baal.
Jika kita menilik perkembangan Ilmu Falak, atau
Astronomi dan dasar asal-usul rujukan keilmuan sains, maka
kita akan temukan lacakan sejarah yang rumit. Penyelidikan
ilmiah bangsa Mesir dan Babilonia yang berkembang selama
tiga ribu tahun sebelum masehi merupakan perintis penelitian
bangsa Yunani, atau Helenis, yang selanjutnya menghasilkan
sains Helinistik, Harrania (Mesopotamia utara pra-Islam), dan
sebagian sains Persia. Orang-orang Yunani mengembangkan
apa yang mereka peroleh dari bengsa Mesir dan Babilonia,
terutama pada bidang astronomi teoritis, yang mengkaji
pengembangan model-model matematika dari posisi, dan
gerakan-gerakan planet.
Pada abad-abad awal Yunani klasik, batas antara kosmologi
dan astronomi tidaklah jelas. Seorang ahli matematika bernama
Pythagoras memahami alam semesta dan pergerakan angkasa
yang dibagi berdasarkan tingkat kesempurnaan, dengan yang
terendah adalah bumi dan sefra di bawah Bulan. Plato dan
Aristoteles menyempurnakan mekanisme gerakan kosmos sefra
Asmawiy, Akhnukh dan Idris bukanlah sebagai satu orang, kedua merupakan sosok pribadi yang
berbeda. Pencampuran keduanya menjadi satu orang oleh para sejarawan dikarenakan nama
Idris tidak ada di dalam daftar para nabi di Taurat. Al-Asmawiy menjelaskan bahwa Akhnukh
hidup disuatu daerah disekitar Mesopotamia, sedangkan Idris adalah raja pertama Mesir pra
sejarah. (Said al-Asmawiy, 1992. hlm, 37).
sampai ke tahap dimana daya gerakan ke bawah dan ke atas
(atau ke dalam dan ke luar) bekerja untuk keseimbangan. Inilah
yang disebut dengan teori Planeter Aristoteles41. Teori ini juga
diperkenalkan secara luas oleh ahli astronomi Ptolemeus (85-
165M) dengan gerakan-gerakannya dan karya monumentalnya
Tibr Al-Magesty, sehingga teori ini terkenal pula dengan nama
Geosentris Ptolemeus. Teori ini memberikan pengaruh kuat
pada peradaban sampai abad pertengahan awal masehi.
Gambar; 1. Bumi dibandingkan dengan Pluto
Sebelum berinjak pada konsep heliosentris Copernicus,
maka terlebih dahulu perlu diketahui bahwa pada tahun 310-
230 SM hidup seorang ahli astronom Helenis, Aristarchus dari
Samos yang memberi pemahaman lain. Ia percaya bahwa
Bumi melakukan rotasi penuh pada sumbunya setiap hari dan
berkeliling di sekitar Matahari sekali setahun, dengan Matahari
dan bintang-bintang tetap tidak bergerak. Ia mengemukakan
pula jarak Bumi-Matahari ialah 20 kali lebih jauh dari pada
jarak Bumi-Bulan, dengan ukuran Matahari 20 kali lebih besar
daripada ukuran Bulan. Adapun perbandingan ukuran bumi
41 Teori biasa disebut juga teori Geosentris yaitu teori yang yang berasumsi bahwa bumi
adalah sebagi pusat peredaran benda-benda langit, dengan susunan yang paling dekat adalah
Bulan – Merkurius- Venus – Matahari – Mars – Yupiter – Saturnus – dengan bintang-bintang
tetap yang terjauh.
dengan ukuran relatif Bulan adalah diameter bulan setengah
dari diameter Bumi.
Gambar; 2. Bumi dibandingkan dengan Jupiter
A. Islam dan Ilmu Falak
Pada masa permulaan Islam, ilmu astronomi belum
begitu terkenal dikalangan umat Islam. Akan tetapi, mereka
telah mampu mendokumentasikan peristiwa-peristiwa pada
masa itu dengan memberikan nama-nama tahun sesuai dengan
peristiwa yang paling monumental.42 Selain itu pula, peradaban
sebelum Islam juga telah terkonsep dengan adanya kalender
dan nama-nama Bulan. Penentuan permulaan Bulan, baik
sebelum ataupun sesudah datangnya Islam memakai Rukyah al-
Hilal. Lebih lengkapnya tabel dibawah ini :
Jahiliyah Islam
رتم ؤلما مرمح
رجنا رفص
42 Hal ini dapat kita temukan di dalam literatur sejarah islam dimana kita mengenal
istilah tahun gajah karena ketika nabi lahir terjadi penyerangan oleh pasukan bergajah, tahun
ijin karena merupakan tahun diijinkannya hijrah ke madinah , tahun amr dimana umat
islam diperintahkan untuk menggunakan senjata. Selain itu juga ada tahun jama’ah, dan
sebagainya.
ناوح لوألا عيبر
ناصب نىاثلا عيبر
تمنخ لوألا ىدماج
ءياز نىاثلا ىدماج
صمألا بجر
لداع نابعش
قفنا ناضمر
لغو لاوش
عاوه ةدعقلا وذ
كرب ةجلحا وذ
Nama-nama bulan pada khazanah sejarah Arab
selengkapnya:43 (Azhari, 2007: 163).
No.
Nama-nama Bulan Qamariyah
I II III Iv
1. Natiq Mujab Al-Mu’tamar Muharram
2. Thaqil Mujar Najir Shafar
3. Taliq Murad Khawan Rabiul Awwal/Ula’
4. Najir Malzam Sawan Rabiul Akhir/Tsani
5. Samah Masdar Hantam Jumadil Awwal/Ula’
6. Amnah Hubar Zubar Jumadil Akhir/Tsani
7. Ahlak Hubal Al-Asam Rajab
8. Kasa’ Muha’ ‘Adil Sya’ban
9. Zahir Dimar Nafiq Ramadhan
10. Bart Dabir Waghil Syawwal
11. Harf Hifal Hawagh Dzulqa’dah
12. Na’s Musbal Burak Dzulhijjah
43 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007. hlm, 163.
Jika kita melihat konsep Rukyah al-Hilal menurut teoritis
akal, maka kita akan menemukan konsep, atau statemen “Tidak
akan ada kegiatan merukyah sebelum adanya perhitungan tanggal”.
Maka hal ini memperjelas sudah adanya kegiatan astronomi
(minimal perhitungan bulan) pada dunia Arab.
Walaupun demikian, sudah menjadi kesepakatan umum
bahwa tonggak wacana mengenai Ilmu Falak di dunia Islam
baru muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Khattab Ra., dimana beliau menetapkan kalender hijriah
sebagai dasar melaksanakan ibadah bagi umat Islam. Penetapan
ini terjadi pada tahun 17 H, tepatnya pada tanggal 20 Jumadil
Akhir 17 H dan di mulai sejak Nabi Saw. berhijrah dari Mekah
ke Madinah.
Perkembangan Intelektualitas Ilmu Falak semakin
memberikan grafik menanjak seiring dengan melambungnya
kekuasaan dan keagamaan umat Islam. Keadaan ini ditandai
dengan penerjemahan buku-buku astrologi berbahasa yunani
dan koptik oleh Khalid (w. 704 atau 708), putra khalifah Umayah
kedua dan seorang filusuf (hakim) keluarga Marwan. Naskah-
naskah astrologi dinisbatkan pula pada Ja’far al-Shadiq (700-
767) keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib dan salah satu dari
12 Imam Syiah.
Menanjaknya popularitas dunia Islam pada zaman Abasyiah
berimbas pada setiap sektor, tidak terkecuali terhadap ilmu
pengetahuan dan memberi angin segar pada perkembangan
astronomi, atau Ilmu Falak. Bahkan, perkembangan Ilmu Falak
mencapai titik keemasan pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasyiah ini. Masa keemasan ini diawali dengan adanya
penerjemahan kitab Siddhanta (bahasa Arab, Sindihind) dari
India pada masa pemerintahan Abu ja’far al-Manshur yang
dibawa ke Baghdad pada 771 M. oleh Ibrahim al-Fazari (w. antara
796-806), dan ia dikenal sebagai astronom Islam pertama.
Seorang ilmuan Islam terkenal, Muhammad ibn Musa al-
Khawarizmi (w.805) menjadikan terjemahan al-Fazari sebagai
rujukan utama membuat tabel astronomi (zij)-nya yang terkenal.
Dan, ia juga menggabungkan astronomi India dan Yunani
(Hitti, 382). Tabel berbahasa pahlawi (zik) yang dihimpun pada
Dinasti Sasaniyah ikut dimasukan dalam bentuk terjemah (zij).
Unsur-unsur Yunani yang datang belakangan juga tak luput dari
penerjemahan, yang salah satunya adalah karya Ptolomeus yaitu
Almagest dan Element karya Euclid oleh al-Hjjaj bin Yusuf bin
Mathar (786-833). Lalu penerjemahan buku Almagest diperhalus
lagi oleh salah seorang matematikawan dan astronom terbesar
Islam, yaitu; Abu al-Wafa Muhammad al-Buzjani al-Hasib (940-
997/998).
Pada abad ke-9, sebuah observasi (rasyd) rutin pertama
dengan menggunakan peralatan yang cukup akurat dilakukan
di Jundaysabur (Persia sebelah barat daya), yang diikuti pada
masa al-Makmun dengan didirikannya observatorium pertama,
yaitu Syammasiyah (213H/ 828M)44. Adapun ahli-ahli falak dan
astronomi lainnya pada zaman keemasan ini antara lain; al-Fadhl ibn
Nawbakhti (w. 815), Tsabit ibn Qurrah (836-901) penerjemah karya-
karya Archimedes dan Apollonius, Abu Abdullah Muhammad ibn
Jabir al-Battani dengan karya-karya astronominya, yang antara lain
menjelaskan kemungkinan terjadinya gerhana cincin, menentukan
sudut kemiringan ekliptika, dan mengemukakan beberapa teori orisinil
kemunculan bulan baru. Adapula Abu al-Abbas Ahmad al-Farghani,
dengan karyanya al-Mudkhil.
Di Ghazana yang dipimpin oleh sultan Mahmud, hidup pula
seorang ilmuan masyhur dengan hasil-hasil penelitiannya yang
sangat signifikan terhadap sumbangsih pemikiran astronomi
dan Ilmu Falak. Ia adalah Muhammad ibn Ahmad Abu Rayhan
44 Observatorium pada masa ini telah meninggalkan teori yunani kuno dan membuat
teori sendiri tentang perhitungan kulminasi Matahari dan menghasilkan data-data dari kitab
Sindihind yang di sebut dengan table of Makmun dan oleh orang eropa di kenal dengan
astronomos/ astronomy.
al-Biruni. Ia merupakan ilmuan sebelum Capernicus yang
mengutarakan sistem heliosentris dengan gerakan-gerakan Bumi
secara akurat. Ia juga telah menentukan garis lintang dan garis
bujur, serta perubahan kemiringan ekliptika, mengemukakan
gaya tarik Bumi, atau yang biasa kita sebut dengan gaya gravitasi
Bumi. Pemahaman gaya tarik Bumi ini dipengaruhi oleh
Brahmagupta dari India (sebelum Sir Isac Newton). Ia dianggap
pula oleh para sarjana dan ilmuan barat sebagai ilmuan paling
orisinal dan terkenal dibidang pengetahuan alam.
Gambar; 3. Teori Geosentris
Dinasti Umayah di Spanyol tidak mau ketinggalan pada
kajian-kajian asronomi, yang mencapai puncaknya pada abad
pertengahan ke-10. Perkembangan pesat ini dipengaruhi pula
oleh astrologi sebagaimana mengikuti Abu Ma’syar al-Falakiy
dari Baghdad. Pada abad ini memberi sumbangsih keilmuan
falak, seperti bagaimana menentukan lintang dan bujur tempat
pada berbagai lokasi di seluruh Bumi. Melalui Spanyol inilah
dunia latin Barat menemukan inspirasi orientalnya pada bidang
astronomi.
Pada masa ini pula, lahir ilmuan astronomi dengan
karyanya Kitab al-Hai’ah, yang juga murid dari Ibn Tufayl,
Nur al-Din Abu Ishaq al-Bitruji (Alfetragius, w.1204), yang
menggambarkan konfigurasi benda-benda langit dan berusaha
memperbaharui bangunan teori yang keliru tentang bidang-
bidang geosentris (Hitti: 726).. Pada abad 9 H/15 M, ketika raja
Ulugh Beik, cucu Timur Lenk mendirikan observatoriummya
di Samarkand yang bersama dengan observatorium Istambul
dianggap sebagi penghubung lembaga ini ke dunia barat
(Nakosteen: 233).
B. Barat dan Ilmu Falak
Setelah Islam menampakkan kemajuan pada ilmu
pengetahuan dan dengan terjadinya ekspansi intelektualitas
ke Eropa melalui Spanyol, lalu muncullah Nicolas Capernicus
(1473-1543) yang membongkar teori Geosentris yang
dikembangkan oleh Ptolomeus dengan mengembangkan teori
Heliosentris.45 Dari sinilah bermunculan para tokoh astronomi
dan pakar perbintangan penerusnya yang lahir, seperti; Tiycho
Brahe (1546-1601), seorang pakar astronom dari Denmark. Ia
tidak menerima teori pendahulunya secara Sami’na wa Atha’na.
Ia mengemukakan sistem tata surya kompromi (penggabungan
teori Heliosentris dan Geosentris).46 (Khazin, 2005: 101):
Gambar; 4. Sistem Tata Surya Tycho.
45 Teori Heliosentris adalah teori yang merupakan kebalikan dari teori Geosentris.
Teori ini mengemukakan bahwa Matahari sebagai pusat peredaran benda- benda langit. Akan
tetapi menurut lacakan sejaarah yang pertama kali melakukan kritik terhadap teori Geosentris
adalah al Biruni yang berasumsi tidak mungkin langit yang begitu besar beserta bintang-
bintangnya yang mengelilingi Bumi.
46 Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 101.
Pakar astronom lain yang meneruskan dan memperbaharui
teori heliosentris adalah Johanes Kepler (1571-1630), yang
terkenal dengan hukum Kepler-nya. Lalu Galileo G. (1564-1642),
penemu dan pengguna Teleskop pertama yang menemukan
fase Venus. Penemuan-penemuan tersebut di pertajam oleh
Sir Isac Newton (1642-1727), seorang ilmuan legendaris dan
orang yang menemukan banyak penemuan-penemuan di
bidang ilmu pengetahuan alam, dan terkenal dengan hukum
Newton-nya47. Pada masa inilah disebut dengan masa mulainya
kejayaan ilmu pengetahuan Eropa. Karya-karya mereka telah banyak
di dokumentasikan dan diterjemahkan sampai kepada kita.
Gambar; 5. Teori Heliosentris
C. Indonesia dan Keilmuan Falak
Di Indonesia, Ilmu Falak juga berkembang pesat. Catatan
yang pertama dibawa oleh para ulama Indonesia adalah berupa
tabel astronomi (zij), yaitu zij Ulugh Beyk. Pembawa dan
pengajar Ilmu Falak pertama adalah syaikh Abdu al-Rahman ibnu
Ahmad al-Misri, yang berasal dari Mesir. Kemudian diteruskan
oleh murid-muridnya, antara lain; Ahmad Dahlan al-Samarani
(w. 1329H/ 1911M) dan Habib Ustman ibn Abdullah (Ia juga
merupakan menantu dari Syekh Abd al-Rahman al-Misri).
47 Ibid. hlm, 103.
Ahmad Dahlan al-Samarani meninggalkan karya
“Tazkirah al-Ikhwan fi Ba’di Tawarikhi wa al-A’mal li al-Falakiyah
bi Semarang” tentang metode penentuan awal bulan Qamariyah
dan gerhana dengan mabda Semarang (Khazin: 98). Data dan
burujnya dipakai oleh Abu Hamdan Abdul Jalil ibn Abdul Hamid
(lahir 12 Juli 1905/ 1323) di dalam kitabnya Fath al-Rauf al-
Mannan. Sedangkan Habib Utsman mengajarkan keilmuannya
di Batavia ( Jakarta sekarang) dengan membuat karya “Iqadzun
Niyam fi ma Yataallaquhu bi al-Ahillah wa al-Siyam”. Epoch yang
digunakan adalah Betawi, atau Jakarta. Habib Utsman juga
dijuliki sebagai Mufti Betawi.48
Perjuangan Habib Utsman mengajarkan Ilmu Falak,
dilanjutkan oleh murid kinasih beliau, Syekh Muhammad
Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Habib
ibn Pangeran Tjakrajaja Temanggung Mataram. Sebelum
belajar kepada Habib Utsman, Syekh Manshur juga belajar
falak kepada ayahnya sendiri Abdul Hamid bin Muhammad
Damiri (Ayahnya ini seperguruan dengan Habib Utsman, yaitu
murid dari Syekh Abd al-Rahman al-Misri). Ia menulis karya
monumentalnya tentang penentuan awal bulan kamariah
Sulam al-Nayyirain, yang membahana di langit Nusantara dan
memberi pengaruh besar terhadap keilmuan falak Indonesia
hingga saat ini.
Ahli falak Indonesia lainnya adalah Syekh Taher Jalaluddin
al-Azhari (1286-1377 H/1869-1957 M) dengan karya-karyanya,
antara lain Pati Kiraan pada Menentukan Waktu yang Lima
(Singapore: al-Ahmadiyyah Press, 1357 H./1938 M.) dan
Natijah al-Umm (The Almanac: Muslim dan Christian Calendar
and Direction of Qiblat according to Shafie Sect, (Taiping-Perak:
Mathba’ah al-Zainiyyah, 1951).
48 Ibid. hlm, 104.
Selain Syekh Taher Jalaluddin, pada masa itu juga ada para
tokoh Ilmu Falak yang sangat berpengaruh, seperti Syekh Ahmad
Khatib al-Minangkabau49, Ahmad Rifa’i, dan K.H. Sholeh Darat.
Selanjutnya, perkembangan Ilmu Falak di Indonesia dipelopori
K.H. Ahmad Dahlan dan Syekh Muhammad Djamil Djambek
(15 Sya’ban 1279-16 Shafar 1367 H./2 Februari 1862-Desember
1947 M dengan karyanya Diyâ’ al-Nirin fîmâ Yata’allaq bi al-
Kawâkibîn, suatu rentetan tabel-tabel mengenai penghitungan
waktu dan Almanak Jamiliyah.50 Kemudian diteruskan oleh
anaknya, Saadoe’ddin Djambek (1330-1398 H./1911-1977 M).
Di antara murid-murid Saadoe’ddin Djambek yang
menjadi tokoh Ilmu Falak adalah H. Abdur Rachim. Beliau
pernah Menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Hisab dan Rukyat
Departemen Agama R.I. Karya-karyanya yang berkaitan dengan
Ilmu Falak, di antaranya: Mengapa Bilangan Ramadhan 1389 H.
Ditetapkan 30 Hari? (1969), Menghitung Permulaan Tahun Hidjrah
(1970), Ufuq Mar’i sebagai Lingkaran Pemisah antara Terbit dan
Terbenamnya Benda-benda Langit (1970), Ilmu Falak dan Kalender
Internasional.
Adapun literatur-literatur falak, atau hisab yang
berkembang di Indonesia, di antaranya sebagai berikut: Sullamun
Nayyirain oleh Muhammad Manshur bin Abdul Hamid ( Jakarta),
Fath Rauf al-Mannân oleh Abu Hamdan Abd al-Jalil (Kudus), al-
Durûs al-Falakiyyah dan Badiah al-Mitsal oleh Ma’shum bin Ali
( Jombang), al-Qawâ’îd al-Falakiyyah oleh Abdul Fatah al-Tukhi
(Mesir), al-Mathlâ’ al-Sa’îd oleh Husein Zaid (Mesir), al-Khulashah
al-Wâfiyah oleh Zubair ‘Umar al-Jailani (Salatiga), Hisab Urfi dan
Hakiki oleh KRT Wardan Diponingrat (Yogyakarta), Waktu dan
Djidwal oleh Saado’eddin Djambek ( Jakarta), Almanak Djamilijah
49 Ulama besar Minangkabau yang ahli falak ini wafat di Mekah 8 Jumadil Awwal
1334 H./1916 M. Adapun karya-karyanya yang terkait dengan ilmu falak adalah al-Jawâhir al-
Naqiyah fî A’mâl al-Jaibiyyah (1309 H./1891 M.) dan Raudhah al-Husâb fî ‘Ilm al-Hisâb (1310
H./1892 M.).
50 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 102.
oleh Muhammad Djamil Djambek (Minangkabau, Sumatra),
Arah Kiblat oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Perbandingan
Tarich oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Pedoman Waktu
Shalat oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Shalat dan Puasa
di Daerah Kutub oleh Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Hisab
Awal Bulan Saadoe’ddin Djambek ( Jakarta), Ilmu Falak oleh
Abdur Rachim (Yogyakarta), Ilmu Falak oleh Sulamun Ibrahim
(Lamongan), Ephemeris Hisab Rukyat oleh Departemen Agama
R.I., Nurul Anwar oleh K.H. Noor Ahmad SS.
Selain literature-literatur Arab, keilmuan falak di Indonesa
juga sangat dipengaruhi oleh literatur dari barat. Hal ini bisa kita
lihat dengan berkembangnya penentuan awal bulan memakai
sistem Newcomb (ahli astronomi Amerika) yang diperkenalkan
oleh Abdur Rahim, Jean Meeus (ahli astronomi Belgia), dan
data dari Almanac Nautika.51
Johannes Kepler Sir Isac Newton
Tiycho Brahe Nicolas Capernicus
51 Ibid, hlm. 110-112.
| 35
BAB
3
PENGENALAN SCIENTIFIC CALCULATOR
Demi memudahkan perhitungan yang dianggap sangat urgen dalam keilmuan, maka berbagai cara dilakukan untuk mencoba, membuat, atau
menyempurnakan alat hitung yang telah ada. Termasuk juga
memodifikasi, agar proses penggunaannya menjadi lebih cepat
dan mudah. Pada masa sekarang ini terdapat alat hitung yang
banyak dan komplek untuk berbagai macam perhitungan,
seperti; sempoa, kalkulator, dan lain sebagainya. Dengan
munculnya berbagai alat tersebut juga berimbas pada bidang
perkembangan Ilmu Falak.
Dalam perkembangannya, alat hitung tersebut juga
mengalami berbagai pembaruan dari sistem perhitungan,
sehingga dapat membantu dalam kejelian, ketelitian, dan
kemudahan dalam menghitung. Salah satunya ialah kalkulator
yang merupakan alat bantu hitung yang paling praktis dan
sederhana untuk menyelesaikan rumus-rumus hisab. Dengan
dilengkapi fasilitas penyimpanan juga, maka kalkulator dapat
menyimpan program, sehingga sangat membatu dalam proses
perhitungan. Adapun kalkulator yang khusus digunakan
untuk perhitungan sains lebih dikenal dengan sebutan scientific
calculator.
Dalam Ilmu Hisab, atau Ilmu Falak, scientific calculator
adalah bagian yang tidak terpisahkan, di samping literatur
atau bahan rujukan yang dijadikan acuan. Berikut ini adalah
beberapa jenis model atau tipe kalkulator yang dapat dijadikan
alat bantu dalam proses pembelajaran, khususnya Ilmu Falak.
Model I (X-1,
(-) )
Model II (1/X,
+/-)
Model III (1/X,
+/-)
Model IV(1/X,
+/-)
Model V (X-1,
(-) )
Pada dasarnya dalam penggunaan scientific calculator
terbagi dalam dua cara, yaitu; Pertama, mendahulukan
menombol sin, cos, tan, baru kemudian disusul menombol
angka. Kedua, mendahulukan menombol angka, lalu disusul
menombol sin, cos, tan.
Dan untuk scientific calculator cara pertama (mendahulukan
menombol sin, cos, tan, baru disusul menombol angka) juga
masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu; Pertama, terdapat fungsi
sin, cos, tan, tanda derajat (°’”), tanda min (-) dan X-1. Selanjutnya
model ini disebut model I dan V. Kedua, selain sin, cos, tan,
dan tanda derajat (°’”) tambahannya adalah tanda plus minus
(+/-) dan 1/X. Selanjutnya model ini disebut model II.
Kemudian untuk scientific calculator dengan cara kedua
(mendahulukan menombol angka baru disusul menombol
sin, cos, tan) pada dasarnya masih terbagi menjadi dua, yaitu;
Pertama, terdapat fungsi sin, cos, tan, plus minus (+/-), 1/X
juga ada tanda derajat (°’”). Selanjutnya model ini disebut
model III. Kedua, hanya dilengkapi sin, cos, tan, plus minus
(+/-), tanpa dilengkapi dengan tanda derajat (°’”). Selanjutnya
model ini disebut model IV.
Adapun fungsi yang harus diperhatikan dalam setiap
tombol, baik bentuk derajat, atau lainnya sebagai berikut:
Mempunyai mode derajat (DEG) dan satuan derajat (°’”/1.
DMS /DEG)
Mempunyai fungsi sinus (Sin, Cos, Tan)2.
Mempunyai fungsi perubahan sinus (SHIF, INV, 2ndf )3.
Mempunyai fungsi pembalikan pembilang dan penyebut 4.
(1/X atau X-1). Fungsi ini sangat penting untuk mendapatkan
nilai Cotan ( 1/tan ), Sec (1/cos), Cosec (1/sin).
Mempunyai fungsi minus +/- atau (-)5.
Penjumlahan = /exe 6.
Ada beberapa model derajat pada kalkulator, yang
dikelompokkan sebagai beruikut;
Kalkulator ber-Cursor dengan tombol derajat (°’”)1.
Kalkulator tanpa Cursor dengan tombol derajat (°’”)2.
Kalkulator ber-Cursor dengan tombol derajat DMS3.
Kalkulator tanpa Cursor dengan tombol derajat DEG4.
Satuan yang dipakai untuk menyatakan sudut yaitu derajat
dengan simbol (°), menit dengan simbol (‘) dan detik dengan
simbol (“). Misalnya; 294°29’2” dibaca: dua ratus sembilan
puluh empat derajat dua puluh sembilan menit dua detik. Pada
satu derajat (1°) adalah sebesar 1/360 kali keliling lingkaran,
satu menit busur (1’) didefenisikan 1/60 derajat (1/60°) dan
satu detik busur (1’’) didefenisikan 1/3600 derajat atau 1/60
menit busur (1/60’). Pada satuan waktu adalah jam ( j) menit
(m), dan detik (d), contoh: 07 j 08m 08d dibaca: tujuh jam delapan
menit delapan detik. 1 hari terdiri dari 24 jam, 1 jam terdiri dari
60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik.
Pada perhitungan ilmu falak, untuk konversi pada satuan
ukur sudut (derajat) menjadi satuan ukur waktu ( jam) atau
sebaliknya sebagai berikut:
360° = 24 j 24j = 360°
15° = 1 j 1j = 15°
1° = 4m 4m = 1°
15’ = 1m 1m = 15’
1’ = 4d 4d = 1’
15” = 1d 1d = 15”
24 jam = 360°
1 jam = (360°/24) = 15°
4 menit = (4/60) jam
1 menit = (1/60) jam = (15°×(1/60)) = 0°,25
= 0°,25 × 60’ = 15’
4 detik = (4/3600) jam
1 detik = (1/3600) jam = (15°/3600)
= 4°,166666 × 10-3
= (15 × 3600”)/3600 = 15”
≈ Cara untuk mencari nilai Sin, Cos dan tan
1. Contoh mencari nilai Sin 5°10’15.20”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Sin 5°10’15.20” = 0.090126574
2. Model II
Sin 5°10’15.20” = 0.090126574
3. Model III
5°10’15.20” Sin = 0.090126574
4. Model IV
5.101520 DEG Sin = 0.090126574
(angka sebelum titik adalah derajat atau jam, dua
angka sesudahnya menit dan dua angka sudahnya
detik)
5. Model V
Sin (5°10’15.20”) = 0.090126574
2. Contoh mencari nilai Cos 5°05’05.20”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Cos 5°05’05.20” = 0.996064647
2. Model II
Cos 5°05’05.20” = 0.996064647
3. Model III
5°05’05.20 Cos = 0.996064647
4. Model IV
5.050520 DEG Cos = 0.996064647
5. Model V
Cos (5°05’05.20) = 0.996064647
3. Contoh mencari nilai Tan -5°25’50.20”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Tan (-)5°25’50.20” = -0.095066897
2. Model II
Tan 5°25’50.20” +/- = -0.095066897
3. Model III
5°25’50.20”+/- Tan = -0.095066897
4. Model IV
5.255020 DEG +/- Tan = -0.095066897
5. Model V
Tan((-)5°25’50.20”) = -0.095066897
≈ Cara untuk mendapatkan nilai Cotan ( 1/tan )
4. Contoh mencari nilai Cotan ( 1/tan ) 7°7’7.20”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
(Tan 7°7’7.20”) X-1 = 8.007209878
2. Model II
(Tan 7°7’7.20”) Shift 1/X = 8.007209878
2. Model III
7°7’7.20” Tan Shift 1/X = 8.007209878
3. Model IV
7.070720 DEG Tan 2Ndf 1/X = 8.007209878
4. Model V
Tan (7°7’7.20”) X-1 = 8.007209878
A. Contoh Mencari Sudut Waktu Matahari
1. Rumus:
Cos t⊙ = Sin h ÷ Cos φ ÷ Cos δ – Tan φ ×Tan δ
2. Data
h = -1°7’9.26”
φ = - 2°19’24.51”
δ = +23°23’51”
3. Data masuk rumus:
Cos t⊙= sin -1°7’9.26” ÷ cos -2°19’24.51” ÷ cos 23°23'51”
– tan -2°19’24.51” × tan 23°23’51”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Shift Cos (Sin (-)1°7’9.26” ÷ Cos (-)2°19’24.51” ÷ Cos
23°23’51” – Tan (-)2°19’24.51” × Tan 23°23’51”) =
Shift °’”
MUNCUL 90°12’52.49”
2. Model II
Shift Cos (Sin 1°7’9.26” +/- ÷ Cos 2°19’24.51” +/- ÷
Cos 23°23’51” – Tan 2°19’24.51” +/- × Tan 23°23’51”)
= Shift °’”
MUNCUL 90°12’52.49”
3. Model III
1°7’9.26” +/- Sin ÷ 2°19’24.51” +/- Cos ÷ 23°23’51”
Cos – 2°19’ 24.51” +/- Tan × 23°23’51” Tan = Shift
Cos Shift °’”
MUNCUL 90°12’52.49”
4. Model IV
1.070926 DEG +/- Sin ÷ 2.192451 DEG +/- Cos ÷
23.2351 DEG Cos – 2.192451 DEG +/- Tan × 23.2351
DEG Tan = 2Ndf Cos 2Ndf DEG
MUNCUL 90.125249
5. Model V
Shift Cos (Sin((-)1°7’9.26”) ÷ Cos ((-)2°19’24.51”)
÷ Cos (23°23’51”) – Tan ((-)2°19’24.51”) × Tan
(23°23’51”)) = Shift °’”
MUNCUL 90°12’52.49”
B. Mencari tinggi bulan dengan rumus sebagai
berikut:
1. Rumus:
Sin h( = Sin φx × Sin δ + Cos φx × Cos δ × cos t
2. Data
h = tinggi bulan
φ = -2°19’ 24.51”
δ = +19°26’18.92”
t = 85°01’ 01.54”
3. Data masuk rumus:
Sin h( = sin -2°19’24.51” × sin 19°26'18.92" + cos
-2°19’24.51” × cos 19°26'18.92" × cos 85°01’01.54”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Shift Sin (Sin (-)2°19’24.51” × Sin 19°26’18.92” +
Cos (-)2°19’24.51” × Cos 19°26’18.92” × Cos
85°01’01.54”) = Shift °’”
MUNCUL 03°55’08.83”
2. Model II
Shift Sin (Sin 2°19’24.51” +/- × Sin 19°26’18.92”
+ Cos 2°19’24.51” +/- × Cos 19°26'18.92" × Cos
85°01’01.54”) = Shift °’”
MUNCUL 03°55’08.83”
3. Model III
2°19’24.51” +/- Sin × 19°26’18.92” Sin + 2°19’24.51”
+/- Cos × 19°26’18.92” Cos × 85°01’01.54” Cos =
Shift Sin Shift °’”
MUNCUL 03°55’08.83”
4. Model IV
2.192451 DEG +/- Sin × 19.261892 DEG Sin +
2.192451 DEG +/- Cos × 19.261892 DEG Cos ×
85.010154 DEG Cos = 2Ndf Sin 2Ndf DEG
MUNCUL 03.550883
5. Model V
Shift Sin (Sin ( (-)2°19’24.51”) × Sin (19°26’18.92”)
+ Cos ((-)2°19’24.51”) × Cos (19°26’18.92”) × Cos
(85°01’01.54”)) = Shift °’”
MUNCUL 03°55’08.83”
C. Contoh Mencari Arah Kiblat
1. Rumus:
Cot B = tanφk × cos φx ÷ sin C – sin φx ÷ tan C
2. Data
B = arah kiblat dari titik utara atau selatan
φx = -2°19’ 24,33”
φk = +21°25’21.04”
C = 66°11’47.99”
3. Data masuk rumus:
Cotan B = tan 21°25’21.04” × cos -2°19’ 24,33” ÷ sin
66°11’47.99” – sin -2°19’24,33” ÷ tan 66°11’47.99”
¤ Cara Penyelesaian Menggunakan Kalkulator:
1. Model I
Shift Tan (Tan 21°25’21.04” × Cos (-)2°19’24.33”
÷ Sin 66°11’47.99” – Sin (-)2°19’24.33” ÷ Tan
66°11’47.99”) X-1 = Shift °’”
MUNCUL 65°56’45.79”
2. Model II
Shift Tan (Tan 21°25’21.04” × Cos 2°19’24.33”
+/- ÷ Sin 66°11’47.99” – Sin 2°19’24.33” +/- ÷ Tan
66°11’47.99”) Shift 1/X = Shift °’”
MUNCUL 65°56’45.79”
3. Model III
21°25’21.04” Tan × 2°19’24.33” +/- Cos ÷
66°11’47.99” Sin – 2°19’24.33” +/- Sin ÷
66°11’47.99” Tan = Shift 1/X Shift Tan °’”
MUNCUL 65°56’45.79”
4. Model IV
21.252104 DEG Tan × 2.192433 DEG +/- Cos ÷
66.114799 DEG Sin – 2.192433 DEG +/- Sin ÷
66.114799 DEG Tan = 2Ndf 1/X 2Ndf Tan 2Ndf
DEG
MUNCUL 65.564579
5. Model V
Shift Tan ((Tan (21°25’21.04”) × Cos ((-)2°19’24.33”)
÷ Sin (66°11’47.99”) – Sin ((-)2°19’24.33”) ÷ Tan
(66°11’47.99”)) X-1 = Shift °’”
MUNCUL 65°56’45.79”
| 47
BAB
4
HISAB ARAH KIBLAT
A. Konsep Dasar Penentuan Arah Kiblat
1. Lingkaran Bola
Di Kamus Matematika, istilah lingkaran didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama r (disebut jari-jari)
terhadap suatu titik tetap p (disebut pusat). Pengertian ini
sedikit sulit untuk dipahami, namun dapat disederhanakan
dengan pemahaman bahwa lingkaran merupakan himpunan
semua titik di bidang datar yang berjarak sama dari suatu titik
tetap di bidang tersebut. Titik tetap lingkaran itu dinamakan
pusat lingkaran, sedangkan jarak dari suatu titik pada lingkaran
ke titik pusat dinamakan jari-jari lingkaran.
Sementara itu lingkaran diartikan sebagai garis lengkung
yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik
pusat. Pengertian yang lain, lingkaran adalah sebuah garis
lengkung yang bertemu kedua ujungnya, sedangkan semua
titik sama jauh letaknya dari sebuah titik tertentu. Titik ini
dinamakan pusat lingkaran, jarak dari suatu titik pada lingkaran
ke titik pusat dinamakan jari-jari lingkaran, dan garis lengkung
yang bertemu kedua ujungnya itu dinamakan keliling lingkaran.
Sedangkan daerah yang dibatasi oleh lingkaran disebut bidang
lingkaran. Oleh karena itu, istilah antara lingkaran dan bidang
lingkaran itu berbeda. Dengan sebuah benang, kita dapat
mengkontekstualkan lingkaran. Sedangkan dengan tripleks,
atau karton, kita dapat mengkontekstualkan bidang lingkaran.
Dengan demikian sangat terlihat perbedaan lingkaran dengan
bidang lingkaran.
Gambar; 1. P disebut sebagai titik pusat dan garis r yang
disebut sebagai jari-jari lingkaran
Keterangan:
P : Pusat lingkaran
r : Jari-jari lingkaran
Lingkaran pada konteks geometri yang dikenal dengan
istilah bola merupakan bangun ruang tiga dimensi yang
dibentuk oleh tak hingga lingkaran berjari-jari sama panjang
dan berpusat pada satu titik yang sama, sehingga bola hanya
memiliki 1 sisi saja. Dengan demikian, yang dimaksudkan di
sini dengan istilah lingkaran bola adalah lingkaran yang terdapat
di dalam bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tak
hingga lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada
satu titik yang sama.
Di dalam lingkaran bola terdapat lingkaran besar dan
lingkaran kecil. Salah satu lingkaran di dalam lingkaran tersebut
dinamakan lingkaran dasar utama, yaitu lingkaran besar yang
posisinya horisontal. Semua lingkaran besar titik pusatnya
adalah titik pusat bola, sedangkan lingkaran kecil titik pusatnya
bukan titik pusat bola, namun garis tengah pada lingkaran
besar.52
Berpijak dari penjelasan di atas, maka lingkaran besar
merupakan lingkaran yang terbentuk dari perpotongan bola
dengan bidang yang melalui pusat bola, dengan jari-jari dan
garis tengah lingkaran sama dengan jari-jari dan garis tengah
bola tersebut.
Definisi yang lain, menyatakan bahwa lingkaran besar
merupakan lingkaran yang terbentuk dari perpotongan
bola dengan bidang yang melalui pusat bola, dimana jari-jari
lingkaran tersebut sama dengan jari-jari bola, atau perpotongan
bola dengan bidang yang melalui titik pusatnya; bisa juga
diartikan lingkaran pada bola dengan garis tengah yang sama
dengan garis tengah bola.
Dengan demikian, lingkaran besar merupakan lingkaran
pada permukaan sebuah bola yang memiliki keliling yang sama
dengan keliling bola tersebut. Oleh karena itu, keberadaan
lingkaran besar pada bola pasti akan memotong bola tersebut
menjadi dua bagian besar yang sama. Sedangkan lingkaran
apapun pada permukaan bola yang tidak memotong bola
menjadi dua bagian sama besar disebut sebagai lingkaran
kecil.
52 Selamet Hambali, Ilmu Falak I Penentuan Awal Waktu Salat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011. hlm, 31.
Pada dasarnya, bola Bumi terbentuk oleh dua macam
lingkaran, yaitu lingkaran besar (great circle) dan lingkaran
kecil (small circle). Lingkaran besar merupakan lingkaran bola
yang mana titik pusatnya sama dengan titi pusat bola dan garis
tengahnya sama dengan garis tengah bola.
Sedangkan lingkaran kecil bukanlah merupakan lingkaran bola,
melainkan lingkaran yang sejajar dengan salah satu lingkaran besar
atau lingkaran bola. Dengan kata lain, semua lingkaran lintang, selain
lintang 00 adalah lingkaran kecil. Titik pusat lingkaran kecil bukanlah
titik pusat bola, namun berada pada garis tengah bola, dan garis
tengah lingkaran kecil bukanlah merupakan garis tengah bola, namun
memotong garis tengah bola.
Gambar; 2. Lingkaran bola yang di dalamnya terdapat
lingkaran besar dan lingkaran kecil.
Keterangan:
K : Kutub bola
B : Kutub bola
KB :Garis tengah lingkaran besar, sehingga lingkaran
bola yang melewati KB di sebut lingkaran besar.
Kemudian sudut yang dibentuk oleh dua lingkaran
besar disebut dengan sudut bola (a)
DU : Garis tengah lingkaran besar utama
EF : Garis tengah lingkaran besar utama
CL : Garis tengah lingkaran kecil
GH : Garis tengah lingkaran kecil
DFUE : Lingkaran yang melalui DFUE disebut lingkaran
kecil
Bola Bumi mempunyai banyak lingkaran besar, di
antaranya adalah meridian Bumi, lingkarang-lingkaran garis
bujur, lingkaran khatulistiwa atau equator Bumi. Sedangkan
lingkaran kecil yang ada di bola Bumi hanyalah lingkaran garis
lintang (Hambali, 2013: 12). Meridian Bumi adalah lingkaran
bola Bumi yang melalui sumbu atau poros (kutub Utara dan
kutub Selatan) Bumi dan membelah Bumi menjadi dua bagian,
yakni bagian Barat dan bagian Timur.
Lingkaran garis bujur adalah lingkaran bola Bumi yang
melalui sumbu atau poros Bumi (kutub utara dan kutub
selatan). Meridian Bumi, dan lingkaran garis bujur adalah
sama. Setengah lingkaran garis bujur yang melalui Greenwich
dinamakan Meridian Utama (Prime Meridian) dan setengah
lingkaran garis bujur yang melalui kebalikan Greenwich (180o
dari Greenwich) dinamakan International Date Line (Garis
Tanggal Internasional).
Lingkaran garis bujur yang berada di sebelah Barat
Greenwich dinamakan bujur Barat dan lingkaran garis bujur
yang berada di sebelah Timur Greenwich dinamakan Bujur
Timur. Lingkaran garis bujur dapat dijadikan petunjuk untuk
mendapatkan arah Utara dan Selatan. Dimana arah Utara
adalah arah yang menuju ke kutub Utara, sedangkan arah
Selatan adalah arah yang menuju ke kutub Selatan.
Bilamana peninjau atau observer berdiri di kutub Utara,
maka arah yang ada di kutub Utara hanyalah arah Selatan,
tidak ada arah Utara, Barat, dan Timur. Demikian juga ketika
peninjau atau observer berdiri di kutub Selatan, maka arah
yang ada di kutub Selatan hanyalah arah Utara, tidak ada arah
Selatan, Barat, dan Timur.
Lingkaran khatulistiwa atau equator bumi yang sering juga
disebut dengan istilah garis khatulistiwa atau equator adalah
lingkaran bola Bumi yang posisinya tepat di tengah-tengah
antara kutub Utara dan kutub Selatan Bumi serta perpotongan
tegak lurus dengan lingkaran garis bujur. Lingkaran khatulistiwa
atau equator membelah Bumi menjadi dua bagian, yakni
bagian Utara dan bagian Selatan. Lingkaran khatulistiwa atau
equator dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk mendapatkan
arah Barat Timur. Arah yang searah dengan lintasan Matahari
semu adalah arah Barat, sedangkan kebalikannya adalah arah
Timur.
Lingkaran garis lintang adalah lingkaran kecil pada bola
Bumi yang sejajar dengan khatulistiwa atau equator Bumi.
Lingkaran garis lintang juga berpotongan tegak lurus dengan
lingkaran garis bujur. Sebagaimana lingkaran khatulistiwa atau
equator, lingkaran lintang juga dapat dijadikan petunjuk untuk
mengetahui arah Barat Timur. Arah Barat dan arah Timur
adalah arah yang tidak berujung, tidak seperti arah Utara dan
arah Selatan. Arah Barat adalah arah yang searah dengan gerak
harian semu Matahari, sedangkan arah Timur adalah arah yang
berlawanan dengan gerak harian semu Matahari. Arah Barat-
Timur merupakan arah yang tegak lurus dengan arah Utara-
Selatan.
Sudut garis bujur atau sering dinamakan dengan istilah
garis bujur biasanya diberi lambang (l) adalah sudut yang
dibentuk oleh lingkaran garis bujur yang melalui Greenwich
dengan lingkaran garis bujur yang melalui suatu tempat.
Definisi yang lain, sudut garis bujur adalah busur atau jarak
yang dihitung dari Greenwich sampai suatu tempat melalui
lingkaran garis lintang.
Sudut garis lintang yang sering dinamakan garis lintang
biasanya diberi lambang (φ) adalah sudut yang dibentuk
oleh garis yang menghubungkan titik pusat Bumi ke suatu
tempat dengan garis yang menghubungkan titik pusat Bumi
ke khatulistiwa atau equator Bumi. Definisi yang lain, sudut
garis lintang adalah busur atau jarak yang dihitung dari suatu
tempat sampai dengan khatulistiwa atau equator Bumi melalui
lingkaran garis bujur.53 (Hambali, 2013: 12-14).
Adapun pada konteks bola langit, pada dasarnya bola langit
merupakan proyeksi dari bola Bumi ke langit. Lintang dan bujur pada
bola bumi diproyeksikan ke langit menjadi lintang dan bujur langit.
Begitu juga equator Bumi menjadi equator langit.
Gambar; 3. Lingkaran bola Bumi
Dengan demikian, berlaku sama penjelasan tentang
lingkaran besar dan lingkaran kecil. Adapun lingkaran besar
adalah lingkaran pada permukaan bola langit yang dibuat
melalui pasangan titik-titik pada permukaan bola langit yang
berlawanan dan bertitik pusat pada titik pusat bola langit.
Dengan demikian, bidang lingkaran besar tersebut senantiasa
53 Selamet Hambali, Arah Qiblat Setiap Saat, Yogyakarta. 2013. hlm, 12-14.
menyinggung titik pusat bola langit. Lingkaran besar ini dapat
dibuat sebanyak mungkin (tak terhingga) dan setiap lingkaran
besar membagi bola langit menjadi dua bagian sama besar.
Di dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Great Circle,
sedangkan di bahasa Arab disebut Dairah Azimah, atau Dairah
Kabirah.
Sedangkan lingkaran kecil adalah lingkaran pada
permukaan bola langit yang titik pusatnya tidak berimpit dengan
titik pusat bola langit. Oleh karenanya, bidang lingkaran kecil
ini tidak menyinggung titik pusat bola langit dan tidak membagi
bola langit menjadi dua bagian yang sama besarnya. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah Small Circle, sedangkan
menurut istilah bahasa Arab disebut Dairah Saghirah.54
0o 0o
KS
KU
LS
LU
(+)
(–)
Lingkaran Lintang
B
TBT
BB
KS
KU
0 180
Lingkaran Bujur
Gambar; 4. Lintang dan Bujur
2. Arah Kiblat dan Azimut Kiblat
Arah kiblat merupakan arah terdekat menuju Ka’bah
melalui lingkaran besar (great circle) bola Bumi. Pada konteks ini
dapat dikatakan bahwa lingkaran bola Bumi yang dilalui oleh
arah kiblat dapat disebut sebagai lingkaran kiblat.55 Dengan
54 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008. hlm, 132.
55 Semua lingkaran besar titik pusatnya adalah titik pusat bola, sedangkan lingkaran
kecil titik pusatnya bukan titik pusat bola, akan tetapi pada garis tengah pada lingkaran besar.
demikian, lingkaran kiblat dapat didefinisikan sebagai lingkaran
bola Bumi yang melalui sumbu atau poros kiblat (Hambali,
2010: 11). Dengan kata lain, arah kiblat adalah arah terdekat atau
bidang lengkung terdekat pada bola Bumi terhadap Ka’bah.
Gambar; 5. Ilustrasi arah kiblat
Sumbu atau poros kiblat yang dimaksudkan adalah
garis tengah bola Bumi yang menghubungkan Ka’bah dengan
kebalikan dari Ka’bah melalui titik pusat Bumi. Dimana
Ka’bah tengah-tengahnya, menurut Slamet Hambali (2013: 14)
terletak di Bujur Timur (BTk) 39°49’ 34,33” dan di Lintang
Utara (φk) +21°25’21,04”. Dengan demikian, kebalikannya
Ka’bah berada di Bujur Barat (BBx) 140°10’25,67” dan di
Lintang Selatan (φo) -21°25’ 21,04”.56
56 Data lintang dan bujur Ka’bah ini yang akan digunakan di dalam penelitian ini.
Data ini merupakan data yang digunakan oleh Slamet Hambali (2013: 14) Perhitungan yang
diperoleh dari google earth. Mengenai data koorinat lintang dan bujur Ka’bah ada banyak ragam.
Menurut Ahmad Izzuddin lintang Ka’bah: 21°25’21,27” dan bujur Ka’bah: 39°49’34,56”, data
ini diperoleh dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) Garmin 76CS pada tahun
2007. Menurut Hasanuddin Z. Abidin yang mengukur dengan Garmin E-MAP mendapatkan
hasil lintang Ka’bah: 21°25’21.5” dan bujur Ka’bah: 39°49’43,5”. Hasil penelitian Nabhan
Maspotera tahun 1994 menggunakan GPS menyebutkan lintang Ka’bah 21°25’ 14,7” dan
bujur Ka’bah 39°49’ 40”. Menurut informasi dari Boscha bahwa Ibrahim juga mengadakan
penelitian dengan menggunakan GPS diperoleh lintang Ka’bah: 21°25’ 25” dan bujur Ka’bah:
39°49’ 39” (Izzuddin, 2012a: 30, Hambali: 2011: 181). Selain itu, menurut Moedji Raharto dan
Dede Jaenal Arifin Surya (2011: 24) lintang Ka’bah: 21°25’21” LU dan bujur Ka’bah: 39°50’
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka arah kiblat seseorang
yang ada di dalam bangunan Ka’bah adalah menghadap ke dinding
Ka’bah, boleh ke semua arah yang diinginkan, boleh ke Barat, Timur,
Selatan, Utara, dan sebagainya. Demikian pula, arah kiblat di tempat
kebalikan Ka’bah,57 di mana dapat menghadap ke arah mana saja.58 Hal
ini karena menghadap ke arah manapun jaraknya dari titik tersebut
sampai Ka’bah jaraknya adalah sama.
Pada bola Bumi, sudut arah kiblat adalah sudut yang dibentuk
oleh lingkaran meridian Bumi di suatu tempat dengan lingkaran kib-
lat yang melalui tempat tersebut. Pada bola langit, sudut arah kiblat
dapat didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh garis yang men-
ghubungkan titik pusat (tempat yang diukur arah kiblatnya) dan titik
Utara dengan garis yang menghubungkan titik pusat dan proyeksi kib-
lat di lingkaran horizon. Dengan kata lain juga dapat disebut sebagai
busur yang dihitung dari titik utara atau selatan sampai dengan proyek-
si Ka’bah melalui horizon.
Azimut kiblat adalah sudut yang dihitung dari titik Utara ke arah
Timur (searah dengan perputaran jarum jam) melalui lingkaran hori-
zon sampai proyeksi Ka’bah.59
Gambar; 6. Arah kiblat yang diukur dari titik utara (UTSB)
34” BT. Hafid lintang Ka’bah = 21° 25’ 21.04” Bujur Ka’bah = 39° 49’ 34.05”.
57 Titik kebalikannya Ka’bah berada di Bujur Barat (BBx) 140o 10’ 25,67” dan di
Lintang Selatan (φo) -21°25’21,04” lokasi ini berada di lautan kawasan Samudra Pasifik bagian
selatan (South Pacific Ocean).
58 ......................., 2013, Arah Qiblat Setiap Saat, Yogyakarta. hlm, 14-15.
59 Ibid. hlm, 16.
Berdasarkan gambar tersebut, lingkaran UTSB adalah
horizon atau ufuk, garis OQ adalah arah kiblat atau arah
menuju ke Ka’bah, UOQ adalah sudut arah kiblat, busur UQ =
sudut UOQ adalah sudut arah kiblat. Arah kiblat dihitung dari
titik utara, sedangkan UTSBQ adalah azimut kiblat.
B. Proses Perhitungan Arah Kiblat
Proses perhitungan arah kiblat dapat dilakukan dengan
menggunakan prinsip ilmu ukur segitiga bola, karena untuk
melakukan perhitungan arah Kiblat terdapat 3 buah titik yang
diperlukan, yaitu:
Titik A, terletak di Ka’bah
Titik B, terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
Titik C, terletak di kutub Utara.
Gambar; 7. Prinsip Segitiga bola untuk menghitung arah
kiblat
Pada gambar di atas terdapat tiga titik A, titik B, dan titik
C. Dari ketiganya hanya ada dua titik yang tidak berubah,
yaitu titik A dan titik C, karena pada titik A tepat di Ka’bah,
s