maxhavelar 2
By arwahx.blogspot. com at Juli 19, 2023
maxhavelar 2
jang sebenarnja. Seorang gadis
ketjil duduk diatas tangga, sedang memakaikan badju pada
bonekanja, dan saja bertanja apakah Tuan Sjaalman tinggal di-
situ; gadis itu lari kedalam, dan ibunja keluar.
- "Ja, dia tinggal disini, tuan. Naiklah tangga itu, sesudah
serambi pertama, kemudian naik lagi sesudah serambi kedua,
kemudian satu tangga lagi, disitulah dia. Manis, pergi bilangin
dulu ada tuan. Kalau ditanja, siapa nama tuan?"
Saja katakan, bahwa saja Tuan Droogstoppel, makelar kopi,
tinggal di Lauriergracht, tapi saja akan menemuinja sendiri;
saja naik seperti dikatakannja, dan diserambi ketiga saja dengar
suara anak-anak menjanji: "nanti papi pulang, papi jang ma-
nis". Saja mengetok dan pintu dibukakan oleh seorang perem-
puan atau seorang wanita, - saja sendiri tidak tahu persis
harus disebut apa. Ia put jat sekali, dan air mukanja kelihatan
letih; ia mengingatkan saja kepada isteri saja sesudah selesai
mengurus pakaian. Pakaiannja kemedja pandjang putih atau ba-
dju jang tanpa pantjung sampai kelutut, didepan diikat dengan
peniti hitam. Dia tidak memakai japon atau rok jang pantas diba-
wahnja, tapi kain hitam berbunga-bunga, jang rupanja bebe-
rapa kali dililitkan sekitar tubuhnja, dan menutup pinggul dan
Iututnja dengan ketat. Tidak ada lipatan, tidak ada jang
longgar atau lepas, seperti seharusnja pada seorang perempuan.
Saja bersjukur tidak menjuruh Frits, sebab pakaiannja saja ras a
tjeroboh sekali, dan keanehan itu ditambah lagi oleh tjara ia
bergerak dengan bebasnja, seolah-olah ia menganggap dirinja
sudah baik betul demikian, dan rupanja ia sama sekali tidak
mengetahui bahwa pakaian dan tingkah lakunja tidak seperti
perempuan lain ; - pun nampaknja ia sarna sekali tidak me-
rasa malu dengan kedatangan saja; ia tidak menjembunjikan
apa-apa dibawah medja, tidak menggeser kursi-kursi, pendeknja,
ia tidak melakukan sesuatu seperti lazirnnja, djika ada orang
asing datang dengan muka orang berrnartabat.
Rambutnja disisirnja kebelakang seperti perempuan Tjina,
dan diikatnja dibelakang mendjadi sematjam djerat atau buhul.
Kemudian saja mendengar, bahwa pakaiannja itu adalah sema-
tjam "pakaian di Hindia" , jang dinegeri itu disebut sarung dan
kebaja, tapi saja rasa djelek sekali.
- "Apakah anda jufvrouw Sjaalman 1" tanja saja.
- "Dengan siapa saja mendapat kehormatan bitjara 1" tanja-
nja kembali, dengan nada seolah-olah ia hendak mengatakan
bahwa saja pun seharusnja mesti lebih "horrnat" bertanja.
Nah, saja tidak suka berbasa-basi. Dengan prinsipal soalnja
lain, dan saja terlalu lama dalam perdagangan, untuk tidak me-
ngenal dunia saja; tapi untuk hormat menghorrnati ditingkat
ketiga, saja rasa tidak pedu. Djadi, dengan singkat saja mendja-
wab: "saja adalah Tuan Droogstoppel, makelar kopi, Laurier-
gracht No. 37, dan bahwa saja hendak bitjara dengan suarni-
nja".
Ditundjukkannja kursi rotan kepada saja, lalu diraihnja anak
gadis ketjil jang berrnain diatas lantai, didudukkannja dipang-
kuannja. Anak laki-Iaki ketjil jang saja dengar menjanji tadi me-
mandangi saja dengan tegang, dan melajangkan pandangnja
dari kepala hingga kekaki saja. Dia djuga tidak memperlihatkan
sikap malu-malu; umurnja kira-kira enam tahun, pakaiannja
djuga aneh ; tjelananja ja~g longgar tidak sampai me~utupi se-
paroh pahanja, dan kakinja terbuka sadja dari situ sampai ke-
mata kaki. Sangat tak senonoh, saja rasa. - "Kau datang untuk
bitjara dengan Papa ?" tiba-tiba ia bertanja kepada saja, dan
saja segera mengetahui, bahwa anak itu kurang sekali pendidi-
kannja; kalau terdidik, tentulah ia berkata: "Apakah Tuan".
Tapi karena saja tidak tahu bagaimana harns bersikap, dan
46
ingin bitjara-bitjara, sajapun mendjawab:
- "Ja, ujung, saja datang untuk bitjara dengan Ajah anda;
apakah ia segera pulang?"
- "Aku tidak tahu. Dia keluar, mentjari wang untuk mem-
belikan aku sekotak tjat." (Frits mengatakan sekotak tjet, tapi
saja tidak mau. Tjat adalah tjat, dan bukan tjet).
- "Sudah, jung, kata perempuan itu ; pergilah bermain-main
dengan . gambar-gambarmu, atau dengan kotak mainan tjina".
- "Kau tahu bukan, tuan itu sudah membawa semuanja
kemarin".
Ibunja pun disebutnja dengan "kau", dan rupanja ada seorang
"tuan jang telah membawa semuanja" ...... suatu kundjungan
jang gembira! Perempuan itu pun nampaknja tidak berlega
hati, sebab diam-diam ia menjapu air matanja, ketika membawa
anak gadisnja kepada anaknja jang lald-Iaki itu. - "Nah, kata-
nja, bermainlah dengan Noni". Aneh nama itu. Dan anak-anak
itu pun bermain-main.
- "Nah, Jufvrouw, tanja saja, apakah suami anda abn
segera pulang ?"
- "Saja tidak bisa memastikan" ...... djawabnja. Tiba-tiba
anak laki-Iaki jang tadinja berrnain "kapal-kapalan" dengan
adiknja itu, meninggalkan adiknja, dan bertanja kepada saja !
- "Tuan, mengapa kau sebut mamaku "Jufvrouw" 22) ?
- "Djadi, bagaimana jung, apa jang harus aku katakan ?"
- "Semua orang bilang ...... "jufvrouw" ialah perempuan
dibawah sana, jang mendjual piring".
Saja adalah makelar kopi, Last & Co, Lauriergracht, No. 37,
kami tiga belas orang dikantor, dan kalau Stem jang tidak
mendapat gadji, diikutsertakan, maka kami empat belas orang.
Nah, isteri saja disebut "lufvrouw", apakah saja sekarang ha-
rus menjebut perempuan didepan saja itu "mevrouw", - njonja ? Kan tidak bisa ; setiap orang menurut kelasnja ...... dan
lagi pula, kemarin djuru sita mengangkut segalanja, ...... djadi,
tjukuplah saja menjebut "jufvrouw", dan saja tetap pada pen-
dirian itu.
Saja tanjakan mengapa Sjaalman tidak datang kepada saja
untuk mengambil kembali bungkusannja. Perempuan itu rupa-
nja tahu tentang itu, dan mengatakan bahwa "mereka pergi ke
Brussel, bahwa ia disana bekerdja untuk "Indépendance", tapi
tidak bisa tetap disitu, karena karangan-karangannja menjebab-
kan surat kabar itu sering tidak diizinkan masuk kedalam per-
batasan Perantjis ; bahwa mereka sudah beberapa hari kembali
di Amsterdam, karena Sjaalman akan mendapat pekerdjaan di-
siDÏ ...... "
- "Tentunja pada Gaafzuiger ?" tanja saja.
- "Ja, itulah dia; tapi gagaI", katanja. Saja lebih banjak
tahu tentang itu. Dia mendjatuhkan Aglaïa, lagipula ia malas,
sok pintar dan penjakitan ...... karena itu ia diusir ..... .
- "Dan, ia melandjutkan, dalam beberapa hari ini tentu
ia akan datang kepada saja, dan barangkali djuga sekarang ini
sedang dalam perdjalanan kerumah saja, untuk meminta dja-
waban atas permohonannja".
Saja katakan bahwa Sjaalman harus datang, tapi ia tidak
boleh membunjikan lontjeng, sebab itu menjusahkan bagi pela-
jan; kalau dia mau menunggu, kata saja, maka pintu akan
terbuka, kalau ada orang keluar. Lalu saja berangkat, dan saja
bawa lagi gula-gula jang saja bawa, sebab terus terang sadja,
saja tidak suka ditempat itu. Saja tidak merasa senang. Make-
lar bukan kuli, dan saja katakan tampang saja tampang orang
baik-baik; saja memakai djas dengan bulu binatang, namun
dia duduk sadja dengan biasa dan berbitjara dengan tenang
kepada anak-anaknja, seolah-olah tidak ada orang lain. Lagi-
pula nampaknja ia habis menangis, dan saja tidak suka orang-
orang jang selalu tidak puas; dan lagi tempat itu dingin dan
suasananja tidak akrab, mungkin karena barang-barang telah
diangkut, dan saja suka suasana akrab dalam kamar. Dalam
perdjalanan pulang, saja memutuskan untuk mempertimbangkan
kedudukan Bastiaans sekali lagi, sebab saja tidak suka meme-
tjat seseorang.
Sekarang menjusul minggu pertama bagi Stern. Sudah barang
tentu banjak hal-hal didalamnja jang tidak saja suka, tapi saja
harus berpegang pada pasal dua, dan keluarga Rosemeijer se-
tudju; - tapi saja kira mereka memudji-mudji Stem, karen a
ia mempunjai paman di Hamburg, jang berdagang gula.
Sjaalman mem:mg datang kerumah ; dia bitjara dengan Stern,
dan mendjelaskan kepadanja beberapa kata dan hal-hal jang
dia tidak mengerti, jang Stem tidak mengerti, maksud saja.
Saja minta sekarang pembatja dengan sabar membatjai bab-bab
berikut, nanti kemudian saja akan memberikan lagi sesuatu
jang padat dari saja, Batavus Droogstoppel, makelar kopi:
Pagi-pagi djam sepuluh ada keramaian jang tidak lazim didjalan
besar jang menghubungkan daerah Pandeglang dengan Lebak.
"Djalan besar" mungkin terlalu hebat untuk djalan ketjil jang
demi menghormati dan karena tidak ada jang lebih baik,
disebut djalan; tapi djika kita, dengan kereta empat kuda
berangkat dari Serang, ibukota Bantam, dengan maksud untuk
pergi ke Rangkas-Betung, ibukota barn daerah Lebak, maka
bolehlah dipastikan bahwa kita akan sampai ketempat itu se-
sudah beberapa waktu. Djadi, itu memang djalan. Saban se-
bentar kereta masuk kedalam lumpur, jang ditanah rendah
Bantam itu padat, liat dan kental ; - setiap kali terpaksa
diminta bantuan dari penduduk didesa-desa dekat situ, - mes-
kipun tidak terlalu dekat, sebab desa-desa itu tidak banjak di-
daerah itu, - tapi apabila kita achirnja berhasil mengumpulkan
dua puluh petani dari sekitar situ, maka biasanja tidak lama
kemudian kuda-kuda dan kereta sudah berada ditanah keras
lagi. Sang kusir membunjikan tjambuknja; pedjalan kaki, -
di Eropah saja kira disebut "palfrenier", atau sebenarnja di
Eropah tidak ada jang bisa disamakan dengan pedjalan-pedjalan
kaki ini, - pedjalan-pedjalan kaki jang tidak ada samanja
itu, dengan tjambuk-tjambuknja jang pendek dan tebal, melom-
pat-lomp at lagi disamping kuda jang empat, mereka itu ber-
teriak-teriak mengeluarkan bunji-bunji jang tidak bisa dilukis-
kan, dan mentjambuk kuda-kuda itu dibawah perutnja untuk
menggalakkannja.
50
Demikianlah perdjalanan diteruskan beberapa waktu tergon-
tjang-gontjang, sampai datang lagi saat jang menjedihkan, kereta
masuk lagi sampai keasnja kedalam lumpur. Maka kedengaran
pula teriakan minta tolong, - ditunggu sampai pertolongan
itu datang, dan diteruskanlah perdjalanan dengan sus ah pajah.
Seringkali apabila saja melewati djalan itu, saja merasa se-
ol ah-ol ah akan menemukan disalah satu temp at sebuah kereta
dengan penumpang-penumpang abad jang lalu, masuk kedalam
lumpur dan dilupakan. Tapi ini tidak pernah terdjadi. Djadi,
saja kira, tiap orang jang pernah melalui djalan itu, achirnja
sampai djuga ketempat tudjuan.
Orang akan keliru sekali, djika mempunjai gambaran tentang
seluruh djalan besar dipulau Djawa, menurut ukuran djalan
didaerah Lebak itu. Djalan raja jang sebenarnja, dengan tja-
bang-tjabangnja jang banjak, jang disuruh Marsekal Daendels
buat dengan pengorbanan jang besar dari rakjat, sesungguhnja
merupakan suatu pek~lidjaan jang hebat, dan kita takdjub
dengan semangat orang itu, jang dengan menempuh segala
kesukaran jang dilintangkan orang-orang jang iri hati dan ka-
wan-kawannja ditanah airnja, berani menghadapi rakjat jang
enggan dan kepala-kepala jang tidak senang, untuk mengerdja-
kan sesuatu, jang sampai sekarang masih menimbulkan keka-
guman tiap pengundjung dan sepantasnja dikagumi.
Tidak ada djalan pos kuda di Eropah, pun tidak di Inggris,
Rusia atau Hongaria, jang dapat disamakan dengan djalan pos
kuda dipulau Djawa. Melalui punggung gunung jang tinggi-
tinggi, menjusur djurang jang mengerikan, kereta jang sarat
barang-barang, terus mentjongklang tiada hentinja. Sang kusir
duduk diatas terpul seperti terpaku, berdjam-djam, ja, berhari-
hari terus menerus, dan mengajun tjambuk dengan tangan besi.
Dan dapat menghitung dengan tepat dimana dan sampai berapa
djauh ia harus menahan kuda-kuda jang sedang berlari, dan
kemudian sesudah terbang menuruni lembah-lembah lereng
gunung, nun diudjung itu ..... .
- "Ja, Tuhan, djalan itu ...... kita masuk kedalam djurang,
djerit orang jang tidak berpengalaman, disitu tidak ada djalan
...... disitu ada djurang!"
Ja, demikianlah nampaknja. Djalan meliku, satu lontjatan
lagi dan djatuhlah pasangan kuda depan kedalam djurang, tapi
djustru pada saat itu kuda-kuda membelok, dan kereta melajang
memutar sudut. Mereka terbang kegunung tinggi, jang saat se-
belumnja tidak anda lihat, ...... dan djurang sudah ada dibela-
kang anda.
Ada saat-saat tatkala kereta hanja berpidjak pada roda disisi
dalam busur jang didjalaninja. Tenaga sentrifugal telah meng-
angkat roda-roda luar dari atas tanah. Perlu ketenangan luar
biasa untuk tidak memedjamkan mata, dan barangsiapa jang
pertama kali melakukan perdjalanan dipufau Dfawa, biasanja
menulis surat kepada keluarganja di Eropah, bahwa ia terlepas
dari bahaja maut; tapi mereka jang sudah biasa, tertawa sadja.
Saudara pembatja, bukanlah maksud saja, terutama tidak pada
permulaan tjerita saja, untuk meminta perhatian anda lama-lama
terhadap lukisan tempat-tempat, tamasja alam atau gedung-
gedung. Saja kuatir anda akan bosan karena tjerita saja jang
bertele-tele; baru kemudian, djika saja merasa bahwa anda
memperhatikan sepenuhnja tjerita saja, djika saja melihat dalam
pandangan dan sikap anda, bahwa anda memperhatikan nasib
tokoh pahlawan wanita jang melontjat dari tingkat keempat,
barulah saja, dengan tidak memperhatikan sama sekali segala
hukum gaja berat, membiarkan dia melajang antara Iangit dan
bumi, sampai saja puas menggambarkan dengan teliti keindah-
an-keindahan tamasja alam, atau gedung jang rupanja ada di-
situ, untuk memberi kesempatan bitjara berhalaman-halaman
mengenai arsitektur abad pertengahan. Semua puri serupa jang
satu dengan jang Iain. Puri-puri itu tidak berobah-obah dan
selalu merupakan susunan bangunan jang heterogen. "Corps de
logis" 1) selalu berasal dari beberapa pemerintahan terdahulu,
kemudian tambahan-tambahan ditambahkan ketika seseorang
radja berkuasa sesudah itu. Menara-menara dalam keadaan
bobrok ........ .
Saudara pemba tja, tidak ada menara-menara. Suatu menara-
adalah buah pikiran, suatu impian, suatu ideal. Ada "menara-
menara separoh" dan "menara-menara ketjil".
Orang-orang jang fanatik, jang mengira harus membangun
menara-menara diatas gedung-gedung jang didirikan untuk
menghormati orang sutji ini atau itu, tidak tjukup lama hidup
untuk menjelesaikannja, dan punt jak tadjam jang harus menun-
djukkan sorga kepada orang-orang beriman, biasanja terletak
beberapa djalan berputar dibawah jang semestinja, diatas dasar
jang masif, jang mengingatkan kepada orang laki-Iaki tanpa
paha dikermis. Hanja "menara-menara ketjil", menara-menara
runtjing jang ketjil, diatas geredja-geredja dusun, jang dikerdja-
kan dengan rapi sampai selesai.
Bukanlah suatu hal jang membanggakan bagi peradaban
Barat, bahwa djarang pikiran untuk mewudjudkan karja jang be-
sar, dapat bertahan, tjukup lama untuk melihat karja itu selesai
dikerdjakan. Saja sekarang tidak bitjara tentang pekerdjaan-
pekerdjaan jang perlu diselesaikan untuk menutup ongkos-ong-
kos; barangsiapa jang hendak mengetahui dengan tepat apa
jang saja maksud, hendaklah melihat geredja Dom di Keulen.
Hendaknja ia menggambarkan dengan djelas tanggapan jang
agung tentang gedung itu, dalam djiwa arsiteknja; - memba-
jangkan keimanan dalam hati rakjat, jang memungkinkan arsi-
tek itu memulai pekerdjaan dan meneruskannja ; - membajang-
kan pengaruh pikiran-pikiran jang diperlukan oleh bangunan
raksasa demikian, supaja dapat mendjadi gambaran jang njata
dari rasa keagamaan jang tidak kelihatan ; - dan hendaklah ia
membandingkan kerasukan itu dengan arahnja, jang beberapa
abad kemudian melahirkan saat dimana orang menghentikan
pekerdjaan ..... .
Ada suatu tjelah jang dalam antara Erwin Van Steinbach
dan arsitek-arsitek kita ! Saja tahu, bahwa sudah bertahun-tahun
orang sibuk meBimbun tjelah itu;...... pun di Keulen orang
membangun lagi geredja Dom. Tapi dapatkah tali jang putus
disambung kembali; dapatkah kita menemukan kembali dizaman
kita ini, apa jang ketika itu merupakan tenaga pemangku geredja
dan arsitek? Saja kira tidak. Vang bisa disediakan, dengan itu
bisa dibeli batu dan kapur ; - seniman jang membuat rentjana
bisa dibajar, demikian pula tukang batu, jang memasang batu
. .. Tapi tidak bisa dibeli dengan wang perasaan jang kesasar
namun patut dihormati, jang melihat suatu rentjana bangunan
sebagai suatu sadjak, suatu sadjak dari granit jang bitjara keras
kepada rakjat ; suatu sadjak dalam batu pualam jang berdiri
disana sebagai doa abadi jang tidak bergerak, doa terus menerus.
Nah, diperbatasan antara Lebak dan Pandeglang pada suatu
pagi ada keramaian jang luar biasa. Beratus-ratus kuda berpela-
na menutup djalanan, dan sekurang-kurangnja seribu orang,
djumlah jang banjak untuk tempat itu, berdjalan mondar-mandir
sibuk menunggu. Nampak disana kepala-kepala desa, kepala-
kepala distrik daerah Lebak, masing-masing dengan pengiring-
nja; dan melihat kuda Arab baster jang elok dan berpakaian
mewah sedang menggigit kekang perak dalam rombongan itu,
mestinja turut hadir seorang kepala jang tinggi kedudukannja
ditempat itu. Dan memang demikian. Bupati Lebak, Raden
Adipati ...... meninggalkan Rangkas-Betung dengan iringan jang
besar, dan meskipun usianja sudah tinggi ia telah mendjalani
dua belas atau empat belas pal 3), jakni dj arak antara tempat
kediamannja dan daerah Pandeglang.
Mereka sedang menunggu seorang asisten residen jang baru ;
dan kelaziman jang dinegeri Hindia mempunjai kekuatan hu-
kurn, lebih-Iebih dari ditempat lain, menghendaki bahwa pedja·
bat jang bertugas memerintah suatu daerah, harus disambut
3) Satu pal = ± 1112 km.
setjara meriah waktu ia datang didaerah itu. Pun kontelir, se-
orang laki-Iaki separoh baja, jang telah heberapa bulan sedjak
meninggalnja asisten residen jang lalu, mendjalankan pemerin-
tahan sebagai orang pertama dibawah pangkatnja, hadir disana.
Segera setelah diketahui bahwa asisten residen jang baru itu
tidak lama lagi akan datang, tjepat-tjepat didirikan sebuah
"pendopo"; sebuah medja dan beberapa kursi dibawa kesana,
disediakan buah-buahan dan minuman jang sedjuk, dan didalam
pendopo itu bupati dan kontelir menunggu kedatangan sep baru
itu.
"Pendopo" adalah ekspresi jang paling sederhana däri ide
"atap", jaitu djika tidak terhitung topi berpinggir leb ar, pajung,
atau pohon jang berlobang didalam. Anda bajangkanlah empat
atau enam tiang bambu jang dipantjangkan diatas tanah,
udjung-udjungnja dihubungkan dengan bambu-bambu jang laio,
dan ditutup dengan daun-daun nip ah jang didaerah ini disebut
"atap" ; itulah pendopo. Anda lihat, sederhana sekali, dan
memang maksudnja hanja sebagai "pied à terre" 4), untuk pe-
djabat-pedjabat Eropah dan Bumiputera, jang datang disana
untuk mengelu-elukan kepala baru diperbatasan.
Kurang tepat djika saja menjebut asisten residen djuga ada-
lah kepala bupati. Perlu didjelaskan pandjang lebar susunan
pemerintahan didaerah-daerah itu.
Mengenai hubungan negeri Belanda dengan penduduk, apa
jang disebut "Hindia Belanda" - saja rasa penggunaan adjektif
kata "Belanda" kurang benar, tapi sudah resmi, - dapat dibagi
dalam dua bagian utama. Satu bagian terdiri dari sukubangsa-
sukubangsa, jang radja-radjanja, besar atau ketjil, mengakui
kedaulatan pemerintah Belanda sebagai pelindung, tapi peme-
rintahan langsung sedikit banjaknja masih tetap dalam tangan
kepala-kepala Bumiputera sendiri. Satu bagian lain, termasuk
dalamnja seluruh pulau Djawa, dengan beberapa keketjualian
ketjil jang semu pula, langsung takluk sama sekali kepada
4) Pondok, pasanggrahan.
55
negeri Belanda. Disini tidak ada soal bea atau upeti atau
persekutuan. Orang Djawa adalah kaula Belanda. Radja Be-
landa adalah radjanja. Turunan radja-radja dan tuan-tuannja
dahulu adalah pedjabat-pedjabat Belanda; mereka diangkat,
dipindahkan, dinaikkan pangkat, dipetjat oleh gubernur djen-
deral, jang memerintah atas nama radja. Pendjahat dikenakan
hukuman dan divonis menurut undang-undang jang keluar dari
's Gravenhage. Padjak jang dibajar oleh orang Djawa masuk
kedalam kas negeri Belanda ..... .
Didalam buku ini terutama dimaksud hanja bagian ini dari
hak milik Belanda, jang karena itu sungguh-sungguh merupakan
bagian dari Keradjaan Belanda.
Gubernur djenderal didampingi oleh sebuah dewan, tapi de-
wan itu tidak mempunjai pengaruh menentukan atas keputusan-
keputusannja. Di Betawi berbagai tjabang pemerintahan itu
terbagi atas departemen-departemen, jang dikepalai oleh direk-
tur-direktur; mereka ini merupakan mata rantai pemerintahan
tinggi gubernur djenderal, dan residen-residen dipropinsi-pro-
pinsi. Tapi dalam urusan-urusan jang bersifat politik, pedjabat-
pedjabat itu langsung berhubungan dengan gubernur djenderal.
Penamaan "residen" berasal dari masa tatkala negeri Belanda
hanja mendjadi penguasa tak langsung atas rakjat, dengan
memindjamkan tanah, dan diwakili düstana-istana radja-radja
jang masih memerintah, oleh residen-residen. Radja-radja tidak
ada lagi; residen-residen telah mendjadi penguasa-penguasa
swapradja, mereka itu djadi gubernur-gubernur daerah, prefek-
prefek. Lingkungan kerdjanja sudah berobah, tapi namanja
tetap.
Residen-residen itulah sebenarnja jang mewakili Kekuasaan
Belanda terhadap penduduk Djawa. Rakjat tidak mengenal
gubernur djenderal, anggota-anggota dewan Hindia, maupun
direktur-direktur di Betawi; rakjat hanja mengen al residen dan
pedjabat-pedjabat bawahannja jang memerintah mereka itu.
Residensi itu - ada jang berpenduduk hampir satu djuta
djiwa - terbagi atas tiga, empat atau lima daerah atau kabupaten, jang dikepalai oleh asisten residen asisten residen.
Dibawahnja pemerintahan dilakukan oleh kontelir-kontelir, op-
siner-opsiner dan sedjumlah besar pedjabat-pedjabat lain, jang
diperlukan untuk menagih padjak, mengawasi pertanian, mendi-
rikan gedung-gedung, untuk pekerdjaan djawatan pengairan,
polisi dan urusan hukum.
Dalam setiap daerah seorang kepala Bumiputera berpangkat
tinggi dengan gelar Bupati, mendampingi asisten residen. Bupati
demikian, meskipun hubungannja terhadap pemerintah dan ling-
kungan kerdjanja, semata-mata sebagai pedjabat bajaran, selalu
dari golongan bangsawan tinggi, dan sering berkeluarga dengan
radja-radja, jang dahulu pemah memerintah sebagai penguasa
merdeka didalam swapradja atau didaerah sekitar situ. Dengan
demikian setjara politis dipergunakan pengaruh feodal mereka
jang lama, jang diseluruh Asia penting sekali, dan pada ke-
banjakan sukubangsa dianggap sebagai soal keagamaan. Dengan
mengangkat kepala-kepala itu mendjadi pedjabat, tertjiptalah
sematjam hierarchi, dipuntjaknja kekuasaan Belanda jang di-
djalankan oleh gubemur djenderal.
Tidak ada sesuatu jang baru dibawah kolong langit. Bukan-
kah Graf Keradjaan, Graf Daerah Mark, Graf Daerah Gau,
Graf Perbatasan dan Graf-graf lainnja dalam keradjaan Djerman
djuga diangkat oleh Kaisar, dan biasanja dipilih dari baron-
baron ? Saja tidak akan bitjara pandjang lebar tentang asal usu!
kaum bangsawan, jang sama sekali adalah hal jang fitri, namun
saja ingin mengatakan, bahwa disini maupun dinegeri Hindia,
jang djauh itu, sebab-sebab jang sama mempunjai akibat-akibat
jang sama. Sebuah negeri harus diperintah dari djarak djauh,
maka untuk itu diperlukan pedjabat-pedjabat jang mewakili
pemerintah pusat. Dibawah sistim pemerintahan militer jang
sewenang-wenang, untuk itu bangsa Rumawi memilih prefek-
prefek, biasanja panglima legiun 5) jang menáklukkan daerah
jang direbut. Maka itu daerah-daerah demikian disebut "Pro-
pinsi", artinja: wilajah taklukan. Tapi ketika kemudian kekua-
saan pusat keradjaan Djerman perlu mengikat suatu bangsa
jang djaub dari pusat dengan tjara lain dari kekuatan fisik
belaka, apabila suatu daerah jang djauh dianggap djadi sebagian
dari keradjaan karena persamaan keturunan, bahasa dan adat
kebiasaan, maka dirasakan perlunja menugaskan seseorang
untuk memimpin, seseorang jang bukan sadja berasal dari da-
erah itu, tapi djuga jang karena kedudukannja lebih tinggi
deradjatnja dari sesamanja warga daerah itu, supaja perintah-
perintah kaisar mudah dipatubi, karena sama-sama ada kese-
diaan untuk tunduk kepada orang jang ditugaskan mendjalankan
perintah-perintah itu; dengan demikian dapatlah pula dihin-
darkan seluruhnja atau sebagian pengeluaran untuk tentara jang
waspada setiap waktu atas beban kas negara, atau seperd jang
biasanja terdjadi, atas beban daerah-daerah itu sendiri, jang
harus didjaga oleh tentara demikian. Maka dipilihlah graf-graf
jang mula-mula dari baron-baron didalam negeri, djadi sebe-
narnja "graf" itu bukan suatu gelar bangsawan, tapi hanja
panamaan bagi seseorang jang diberi sesuatu djabatan. Djadi
saja kira diabad pertengahan orang berpendapat, bahwa kaisar
Djerman berhak untuk mengangkat "Graf-graf" (pemerintah
swapradja) dan "Hertog-hertog" (panglima-panglima tentara),
tapi baron-baron mengatakan, bahwa menurut kelahirannja,
mereka sama dengan kaisar, mereka hanja tunduk kepada
Tuban, disamping kewadjibannja mengabdi kepada kaisar, itu-
pun hanja djika kaisar itu dipilih dengan persetudjuan mereka
dan dari kalangan mereka. Seorang Graf menduduki djabatan
jang untuk itu kaisar memanggilnja; seorang Baron mengang-
gap dirinja "baron karena karunia Tuhan". Graf mewakili
kaisar, dan sebagai demikian memakai pandji-pandji kaisar; se-
orang baron mengerahkan rakjat dibawah pandji-pandjinja sendiri
sebagai Pemangku Pandji-pandji.
Keadaan bahwa graf dan hertog biasanja dipilih dari baron-
baron, menjebabkan bahwa mereka mempergunakan pengaruh
pentingnja pekerdjaan mereka bersama-sama dengan pengaruh
keturunannja, dan rupanja itulah sebabnja maka kemudian
gelar Graf dan Hertog dianggap lebih utama dari Baron, ter-
utama sesudah orang terbiasa dengan turun temurunnja djabatan
itu. Sampai sekarang banjak keluarga baron, jang menolak di-
djadikan graf, sebab itu dianggap merendahkan ; karena mereka
itu tanpa restu kaisar atau radja - menganggap kebangsawan-
annja asli, mereka se/alu bangsawan, sedjak adanja negeri, karma
itu mereka bangsawan. Banjak tjontoh-tjontohnja.
Orang-orang jang ditugaskan memerintah suatu wilajah graf,
tentu sadja mentjoba mempengaruhi kaisar, suapaja putera-
puteranja, atau djika mereka tidak berputera, keluarganja jang
lain menggantikan mereka dalam djabatannja. Dan memang
lazimnja demikian jang terdjadi, meskipun saja kira hak peng-
gantian itu tidak diakui setjara organik 6), sedikitnja mengenai
djabatan-djabatan demikian dinegeri Belanda, seperti misalnja
graf Holland, Selandia, Vlaanderen, Henegouwen; hertog
Brabant, Gelderland, dan lain-lain. Djabatan itu mula-mula
merupakan suatu anugerah, kemudian suatu kebiasaan, dan
achirnja suatu keharusan, tapi tidak pernah hak turun temurun
itu mendjadi hukum undang-undang.
Hampir dengan tjara jang sama, mengenai pilihan orang-orang,
sebab disini tidak ada persamaan penuh lingkungan kerdja, suatu
wilajah dipulau Djawa dikepalai oleh seorang pedjabat Bumipu-
tera, jang menghubungkan pangkat jang diberikan kepadanja
oleh gubernemen dengan pengaruh "autochton" 7), untuk me-
mudahkan pedjabat Eropah jang mewakili kekuasaan Belanda,
mendjalankan pemerintahan. Pun disini hak turun temurun,
tanpa ditetapkan dengan undang-undang, mendjadi kebiasaan.
Selagi bupati masih hidup soal ini biasanja sudah diatur, dan
adalah sebagai gandjaran atas keradjinan dan kesetiaan, djika
kepadanja didjandjikan, bahwa ia dalam djabatannja akan di-
gantikan oleh puteranja; kalau orang menjimpang dari ke-
biasaan ini, tentu ada sebab-sebab jang penting sekali, dan djika
demikian haInja, biasanja jang dipilih sebagai pengganti itu,
masih anggota keluarga pedjabat itu djuga.
Hubungan antara pedjabat-pedjabat Eropah, dan pembesar-
pembesar Djawa jang tinggi kedudukannja demikian, sangat
halus. Asisten residen suatu wilajah adalah orang jang ber-
tanggungdjawab; dia mendapat petundjuk-petundjuk, dan di-
anggap sebagai kepala wilajah. Tapi ini tidak mentjegah bahwa
bupati djauh lebih tinggi kedudukannja daripadanja, karena
pengetahuannja tentang tempat, karena kelahiran, karena pe-
ngaruhnja kepada penduduk, karena penghasilannja berupa
keuangan, dan karena tjaranja hidup jang sesuai dengan itu.
Lagipula bupati, sebagai lambang "unsur Djawa" dalam wila-
jahnja, dianggap berbitjara atas nama seratus ribu atau lebih
penduduk kabupatennja, dan merupakan orang jang djauh lebih
penting dalam mata gubememen dari pegawai Eropah biasa.
Orang tidak perlu takut kepada pedjabat Eropah itu kalau ia
tidak senang, sebab banjak jang lain jang bisa menggantikannja,
sedangkan kemarahan seorang bupati mungkin bisa mendjadi
benih huru-hara dan pemberontakan.
Djadi, dari semua ini timbul keanehan, bahwa sebenarnja
orang bawahan memerintah orang atasan. Asisten residen me-
merintahkan kepada bupati memberikan laporan kepadanja; -
dia memerintahkan supaja bupati mengirim orang untuk me-
ngerdjakan djembatan dan djalan-djalan; - dia memerintahkan
bupati untuk memungut padjak ; - dia memanggilnja hadir
dalam sidang pengadilan negeri, dimana dia, asisten residen,
mendjadi ketua; dia menegur bupati, djika ia lalai melakukan
kewadjibannja. Hubungan jang aneh ini hanja dimungkinkan
dengan tatatjara jang hormat sekali, tanpa meninggalkan keak-
raban, atau dimana perlu, ketegasan, dan saja kira suasana
jang harus berlaku dalam hubungan ini dinjatakan dengan baik
dalam aturan resmi tentang itu: "pedjabat Eropah" harus
memperlakukan pedjabat bumiputera jang mendampinginja,
sebagai "saudaranja jang lebih muda".
Tapi dia djangan lupa, bahwa "saudara jang lebih muda" itu
sangat ditjintai, - atau ditakuti, - oleh orang tuanja, dan
bahwa djika terbit pertengkaran, kelebihan umumja segera akan
disebut-sebut sebagai alasan untuk memarahi dia, karena tidak
memperlakukan "adiknja" dengan lebih sabar.
Sifat hormat jang telah mendjadi pembawaan pembesar Dja-
wa, - bahkan orang Djawa jang sederhana pun djauh lebih
hormat dari orang Eropah jang sama sederadjat dengannja, -
membuat hubungan jang nampaknja sukar itu mendjadi mudah,
lebih mud ah dari jang disangka. Orang Eropah hendaklah tahu
adat, sopan, dan tingkah lakunja berwibawa, ramah, nistjaja
sang bupati sebaIiknja akan memudahkan pekerdjaannja dalam
pemerintahan. Perintah jang keras, dinjatakan dengan tjara
meminta, didjalankan dengan tjermat. Perbedaan kedudukan,
kelahiran, kekajaan, dihapuskan sendiri oleh bupati, jang me-
rangkul siorang Eropah sebagai wakil radja Belanda, dan achir-
nja tertjiptalah suatu hubungan, jang djika dilihat sepintas lalu,
harusnja menimbulkan bentrokan, tapi sering mendjadi sumber
pergaulan jang menjenangkan.
Saja katakan, bahwa bupati-bupati demikian djuga lebih
utama karena kekajaannja, dan itu sudah sewadjamja. Si orang
Eropah, djika ia mendapat tugas untuk memerintah suatu pro-
pinsi, jang luasnja sama dengan kebanjakan wilajah hertog di
Djerman, biasanja adalah orang jang separoh baja atau lebih
dari separoh baja, sudah beristeri dan punja anak, ...... ' dia
bekerdja untuk mentjar; nafkah. Penghasilannja pas-pasan sadja,
dan malahan sering tidak tjukup untuk keperluan keluarganja.
Bupati itu ialah "Tumenggung", "Adipati", ja bahkan "Pange-
ran", Radja Djawa. Soalnja baginja bukanlah supaja ia bisa
hidup, - dia harus hidup sebagaimana rakjat biasa melihatnja
dalam kedudukannja sebagai bangsawan. Sedangkan orang
Eropah meninggali sebuah rumah, seringkali temp at kediaman
bupati ialah sebuah "Keraton", dengan rumah-rumah dan desa-
desa didalamnja. Dimana orang Eropah mempunjai seorang
isteri dengan tiga, empat anak, maka bupati memelihara se-
djumlah perempuan dengan segala embel-embelnja. Dimana
orang Eropah bepergian dengan diiringi oleh beberapa orang
pedjabat, tjukup untuk memberikan beberapa keterangan dalam
perdjalanan inspeksi, - maka bupati diiringi oleh beratus-ratus
orang, jang didalam mata rakjat tidak bisa dipisahkan dari
deradjatnja jang tinggi. Orang Eropah hidup sebagai warga;
sang bupati hidup, - atau dianggap hidup, - sebagai radja.
Tapi untuk semua ini harus keluar ongkos. Pemerintah Be-
landa, jang bersandar pada pengaruh bupati-bupati itu, tahu
akan hal ini, djadi, lebih dari wadjar bahwa ia meningkatkan
penghasilannja begitu tinggi, sehingga orang "bukan Bumi-
putera" menganggapnja berlebih-Iebihan, tapi sebenarnja peng-
hasilan itu djarang mentjukupi untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran jang berhubungan dengan tjara hidup kepala
Bumiputera demikian. Bukan hal jang tidak lazim, bahwa
bupati-bupati jang mempunjai penghasilan dua kali, ja, tiga kali
seratus ribu setahun, mengalami kesukaran keuangan. Hal jang
demikian itu disebabkan pula oleh sikap mereka jang atjuh tak
atjuh, laksana radja, menghambur-hamburkan penghasilannja;
oleh kelalaian mereka dalam mengawasi bawahannja; oleh
penjakit mereka mau membeli segalanja, dan terutama, oleh
karen a sifat-sifat itu sering disalahgunakan oleh orang Eropah.
Penghasilan kepala-kepala bangsa Djawa, dapat dibagi dalam
empat bagian. Pertama, wang bulanan jang sudah ditentukan;
kemudian suatu djumlah tetap sebagai ganti rugi atas hak-hak
jang sudah dibeli, jang sudah pindah ketangan pemerintah
Belanda; ketiga suatu hadiah jang sebanding dengan djumlah
barang jang dihasilkan oleh kabupatennja: kopi, gula, nila,
kaju manis, dan sebagainja; dan achirnja, mereka dengan se-
wenang-wenang mempergunakan tenaga dan barang kepunjaan
rakjatnja.
Dua mat jam sumber jang disebut terachir, memerlukan sedikit
pendjelasan. Orang Djawa sebenarnja petani ; tanah dimana dia
lahir, jang banjak menghasilkan dengan sedikit keluar keringat,
membikin hatinja tertarik untuk mendjadi petani; dan terutama,
ia dengan seluruh djiwa raganja berkeinginan untuk menanami
sawahnja, dan dalam hal itu ia sangat tjekatan. Ia tumbuh diM
tengah sawah-sawahnja, gagah-gagah dan tiparnja, sedjak ketjil
ia mengikuti ajahnja keladang, dimana ia membantu ajahnja
membadjak dan mentjangkul, mengerdjakan bendungan dan
saluran air untuk mengairi ladang-Iadangnja. Usianja dihitungM
nja dengan berapa kali panen, lamanja waktu dinjatakannja
dengan warna batang padi diladang; dia merasa senang dite-
ngah teman-temannja memotong padi; ia mentjari djodohnja
ditengah gadis desa jang sambil menjanji gembira malam hari
menumbuk padi untuk melepaskan kulitnja; memiliki sepasang
kerbau jang akan membadjak sawahnja, itulah tjita-tjitanja; ...
pendeknja, menanam padi bagi orang Djawa, adalah sama de-
ngan memetik anggur bagi orang didaerah Rijn dan di Selatan
Perantjis.
Tapi datanglah orang-orang asing dari Barat; mereka itu
mendjadikan dirinja pemilik tanah itu. Mereka hendak men-
dapat untung dari kesuburan tanah itu, dan menjuruh penduduk
memberikan sebagian tenaga dan waktunja untuk menghasilkan
tanaman-tanaman lain, jang lebih menguntungkan dipasar-pasar
Eropah. Untuk menggerakkan orang-orang jang sederhana
itu, tjukuplah mempunjai pengetahuan politik sedikit. Mereka
patuh kepada kepala-kepalanja; djadi tjukuplah kalau dapat
mempengaruhi kepala-kepalanja itu, dengan mendjandjikan se-
bagian keuntungan kepada mereka ...... , dan, - mereka ber-
hasil.
Kalau kita perhatikan betapa banjaknja hasil-hasil pulau
Djawa, jang dilelang dinegeri Belanda, mendjadi jakinlah kita
betapa suksesnja politik itu, meskipun tidak mulia. Sebab, kalau
ada orang bertanja apakah sipetani sendiri mendapat upah
sebanding dengan hasilnja, maka saja harus mengatakan tidak.
Pemerintah mewadjibkan menanam ditanahnja sendiri apa jang
dikehendaki oleh pemerintah; pemerintah menghukumnja, djika
ia mendjual hasil jang diperoleh dengan tjara itu kepada
siapapun djuga, ketjuali pemerintah, dan pemerintah sendiri
jang menetapkan harga, jang akan dibajarnja untuk itu.
Ongkos-ongkos pengangkutan ke Eropah dengan perantaraan
badan perdagangan jang diberi hak istimewa, tinggi; wang
penggairah jang diberikan kepada kepala-kepala, memberatkan
pula harga beli, - dan karena seluruh perdagangan harus
memberikan untung, keuntungan itu tidak bisa didapat dengan
tjara lain dari membajar siorang Djawa sekedar supaja ia dja-
ngan mati kelaparan, hal mana akan mengurangi tenaga hasil
bangsa itu.
Pun kepada pedjabat-pedjabat Eropah dibajarkan upah se-
banding dengan penghasilan ..... .
Memang orang Djawa jang miskin diletjut oleh dua kekuasa-
an; memang ia ditarik dari mengerdjakan sawah-sawahnja; -
memang tindakan-tindakan itu seringkali mengakibatkan bahaja
kelaparan, ...... tapi di Betawi, Semarang, Surabaja, Pasuruan,
Besuki, Probolinggo, Patjitan, Tjilatjap, bendera-bendera ber-
kibar gembira dikapal-kapal jang sarat memuat hasil panen jang
mendjadikan negeri Belanda kaja raja.
Bahaja keJaparan? ...... Dipulau Djawa jang subur dan kaja
itu, bahaja kelaparan? Ja, saudara pembatja ; beberapa tahun
jang lalu ada distrik-distrik jang seluruh penduduknja mati
kelaparan, ...... ibu-ibu mendjual anaknja untuk makan, .....•
ibu-ibu memakan anaknja sendiri ...•..
Tapi kemudian negeri Belanda turun tangan. Diruang-ruang
sidang perwakilan rakjat orang merasa tidak senang dengan hal
itu, dan gubernur djenderal tatkala itu memerintahkan djangari
lagi menambah apa jang disebut Hasil-hasil pasar Eropah sam-
pai orang kelaparan...... Saja djadi merasa geram. Siapakah
jang dapat menuliskan hal-hal demikian tanpa merasa geram ?
Achirnja saja akan membitjarakan djenis penghasilan jang
terachir dan terutama dari kepala-kepala Bumiputera, jakni
penggunaan sewenang-wenang tenaga orang dan milik rakjat.
Menurut pengertian umum hampir diseluruh Asia, rakjat
dengan segala miliknja adalah kepunjaan radja. Demikian pula
dipulau Djawa. Keturunan atau keluarga radja-radja dahulu
mempergunakan kebodohan penduduk jang tidak mengerti bah-
wa Tumenggung, Adipati atau Pangeran sekarang ini adalah
pegawai jang digadji, jang telah mendjual hak-haknja sendiri
dan hak-hak rakjat untuk penghasilan tertentu, dan bahwa
padjak jang dahulu dibajarnja kepada radja-radjanja telah di-
ganti dengan pekerdjaan jang dibajar sedikit dikebun kopi atau
ladang tebu. Orang merasa hal jang biasa, bahwa beratus-ratus
keluarga mendapat panggilan dari tempat jang djauh, untuk,
tanpa bajaran, mengerdjakan ladang-ladang milik bupati, orang
merasa hal jang biasa, bahwa mereka memberikan tanpa ba-
jaran barang makanan untuk keperluan rumah tangga bupati;
dan djika bupati berkenan menjenangi seekor kuda, seekor
kerbau, seorang anak gadis, seorang isteri orang biasa, maka
dianggap luar biasa dan mustahil djika orang itu tidak mau
menjerahkan tanpa sjarat apa jang diinginkan itu.
Ada bupati-bupati jang tidak begitu sewenang-wenang, dan
hanja meminta dari rakjat biasa apa jang sungguh-sungguh di-
perlukannja untuk memelihara gengsinja. J ang lainnja bertindak
lebih djauh lagi, ...... ' dan dimana-mana tentu ada pelanggaran
hukum itu. Karena itu sukar, ja, tidak mungkin untuk menghi-
langkan kesewenang-wenangan demikian sama sekali, karena
kesalahannja terletak pada sifat penduduk sendiri jang mende-
rita dibawah tekanan itu. Orang Djawa sifatnja pemurah, ter-
utama dimana ia hendak membuktikan kasihnja kepada kepa-
lanja, kepada keturunan orang-orang jang dipatuhi oleh orang
tuanja; dan ia merasa kurang hormat kepada djundjungannja
turun-temurun, djika ia mendjedjak Keraton tanpa membawa
barang persembahan. Hadiah-hadiah itu seringkali tidak berarti.
sehingga penolakan akan dianggap suatu penghinaan, dan ke-
biasaan ini atjapkali dapat dibandingkan dengan penghormatan
seorang anak jang hendak menjatakan ketjintaannja kepada ajah-
nja dengan mempersembahkan sebuah hadiah ketjil, dan bukan
harus dianggap sebagai upeti kepada seorang radja jang zalim
dan sewenang-wenang.
Tapi dengan demikian suatu penjalahgunaan sukar dihilang-
kan, karena adanja tjara penggunaan jang menjenangkan.
Djika "alun-alun" didepan kediaman bupati dalam keadaan
katjau bilau, maka penduduk sekitar situ akan malu, dan tidak
sedikit wibawa jang akan diperlukan untuk mentjegahnja mem-
bersihkan tanah lapang itu dari rumput-rumput, dan menjesuai-
kannja dengan keadaan jang pantas bagi martabat bupati. Djika
mereka hendak dibajar, hal itu umumnja akan dianggap sebagai
penghinaan. Tapi disamping a1un-alun itu, atau ditempat lain,
sawah-sawah masih menunggu untuk dibadjak, atau menunggu
air disalurkan kesana, seringkali dari djarak bermil-mil djauh-
nja; - sawah-sawah itu kepunjaan bupati. Untuk mengerdja-
kan ladang-ladang kepunjaannja, dikerahkannja seluruh pendu-
duk kampung-kampung, jang sawahnja sendiri pun memerlukan
tenaga ... ... itulah penjalahgunaan.
Semua ini diketahui oleh pemerintah; dan barangsiapa mem-
bat ja lembaran-Iembaran negara jang berisi undang-undang,
instruksi-instruksi dan pedoman-pedoman untuk pedjabat-
pedjabat, memudji rasa perikemanusiaan dan keadilan, jang
rupanja mendjadi tudjuan waktu merentjanakannja. Dimana-
mana diperingatkan kepada orang Eropah jang memegang
kekuasaan dipedalaman, untuk menunaikan salah satu kewadjib-
annja jang paling berat, jakni melindungi penduduk terhadap
kepatuhannja sendiri, dan ketamakan kepala-kepalanja; dan
seolah-olah tidak tjukup memerintahkan kewadjiban itu pada
umumnja, kepada Asisten Residen pun diminta, pada waktu
menerima pemerintahan suatu wilajah, untuk mengutjapkan
sumpah tersendiri, bahwa mereka akan menganggap perlindung-
an terhadap penduduk sebagai kewadjiban jang pertama.
Itu adalab panggilan jang mulla. Menegakkan keadilan ; me-
lindungi siketjil terbadap jang kuat ; menolong jang lemab ter-
hadap keunggulan orang jang kuat; meminta kemball "anak
domba betina" kepunjaan simiskin dari kandang "penjamun
keradjaan", ......... nab, bati kita berdebar-debar karena senang,
teringat babwa kita terpanggil untuk melakukan sesuatu jang
66
begitu indah; - dan barangsiapa dipedalaman pulau Djawa
barangkall kurang senang dengan tempat kedudukannja atau
gadjinja, hendaklah ia menjadari kewadjibannja jang mulla, ke-
puasan batin apabila kewadjiban demikian telah terlaksana,
dan iapun tidak akan menginginkan gandjaran jang !ain.
Tapi kewadjiban itu tidak mudah melaksanakannja. Mula-
mula orang djustru harus menilai dimana penggunaan berhenti,
dan digantikan oleh penjalahgunaan ,. dan dimana penjalahguna-
an ada, dimana sesungguhnja telah terdjadi perampasan atau
kesewenang-wenangan, seringkali korban-korban sendiri turut
membantu, baik karena terlalu patuh, maupun karena ketaku-
tan, atau karena ketjurigaan kepada kemauan atau kekuasaan
orang jang harus mellndunginja. Setiap orang tahu, bahwa pe-
djabat Eropah tiap saat bisa dipanggil menempati djabatan lain,
bahwa Bupati, Bupati jang berkuasa itu, tetap ditempatnja. Se-
landjutnja banjak tjara-tjara untuk merampas milik manusia
miskin jang dungu. Djika seorang "Mantri" mengatakan kepa-
danja, bahwa bupati mengingini kudanja, sehingga kuda itu
segera mendapat tempat dalam kandang kuda bupati, hal itu
belum berarti bahwa bupati tidak bermaksud membelinja de-
ngan harga jang tinggi, pada suatu waktu. Djika beratus-ratus
orang bekerdja diladang-Iadang seorang kepala, tanpa mendapat
up ah untuk itu, hal ini belum berarti bahwa ia menjuruh mereka
itu untuk kepentingan dirinja. Bukankah dia mungkin sadja
bermaksud menjuruh kerdjakan penuaian padi, karena pertim-
bangan perikemanusiaan _ bahwa tanahnja letaknja lebih baik,
lebih subur dari kepunjaan mereka, dan karena itu pekerdjaan
mereka akan dibajar lebih baik?
Lagipula, dari mana pedjabat Eropah itu akan mendatangkan
saksi-saksi, jang berani memberikan keterangan jang menentang
tuannja, sang bupati ? Dan djikalau siorang Eropah itu berani
menuduh, tanpa dapat membuktikan tuduhannja, dimanakah
hubungan "saudara tua", jang dalam hal demikian telah me-
njinggung kehormatan "saudara mudanja" tanpa alasan ? Dima-
nakah karunia pemerintah jang memberinja makan untuk pe-
67
kerdjaannja, tapi jang menghentikan nafkahnja, memetjatnja
sebagai orang jang tidak pandai, apabila ia mentjurigai orang
jang tinggi martabatnja seperti Adipati atau Pangeran demikian,
atau mengadukannja tanpa pertimbangan jang matang?
Tidak, tidak, tidaklah mudah kewadjiban itu! Buktinja, tiap
orang mengetahui pasti bahwa tiap kepala Bumiputera melam-
paui wewenangnja untuk memakai tenaga kerdja dan memper-
gunakan milik rakjat; - bahwa semua asisten residen bersumpah
akan membanteras perbuatan jang djahat itu, namun demikian
djarang sekali seorang bupati diadukan karen a menjalahgunakan
kekuasaan atau sewenang-wenang.
Djadi, memang ada kesukaran jang hampir tidak bisa diatasi
untuk melaksanakan sumpah: "melindungi penduduk Bumipu-
tera terhadap penghisapan dan penganiajaan".
68
Bab VI
Kontelir Verbrugge adalah seorang manusia jang baik. Djika
kita melihatnja duduk dalam djas rokinja dari lakan biru, di-
kerah dan lipatan lengan badjunja dibordir dahan-dahan eik
dan oranje, sukarlah untuk tidak mengenalnja sebagai suatu
tipe jang banjak kedapatan diantara orang-orang Belanda di
Hindia, - jang, sambil lalu, sangat lain dari orang Belanda
dinegeri Belanda. Lamban, djika tidak ada jang barus dikerdja-
kan, tidak repot-repot mau mengatur segala, jang di Eropah
dianggap keradjinan, tapi radjin dimana diperlukan kesibukan ;
- sederbana, tapi bangat terbadap orang disekitarnja ; - suka
bitjara, suka menolong dan suka menerima tamu; - beradab,
tanpa mendjadi kaku; - terbuka bagi kesan-kesan jang baik;
- djudjur dan ichlas, tapi tidak ingin mati sjahid untuk itu;
- singkatnja, seorang jang, seperti kata orang, dimana-mana
bisa mendapat temp at, tapi kita djangan membajangkan bahwa
ia akan mendjadi orang jang penting, zamannja akan disebut
dengan namanja, hal mana ia pun tidak mengbendakinja.
Ia duduk ditengah pendopo dekat medja, jang ditutup dengan
taplak putih, dan sarat dengan makanan. Dengan tidak
sabaran, dengan kata-kata seperti isteri sidjenggot biru 1), ia
bertanja kepada mandor, jakni kepala polisi dan opas kantor
asisten residen, apakah belum kelihatan djuga orang datang?
1) Tokoh jang kedjam dari tjerita dongeng Eropah, suka menjiksa
perempuan. Kata-kata isterinja jang dimaksud ialah: Kakak Anna,
belum nampak djugakah orang datang?
69
Lalu ia berdiri, dengan sia-sia mentjoba membunjikan tadji
sepatunja diatas lantai pendopo jang terbuat dari tanah liat jang
padat, memasang tjerutunja untuk keduapuluh kalinja, lalu
duduk kembali. Ia tidak banjak bitjara.
Meskipun ia dapat bitjara, sebab ia tidak seorang diri.
Maksud saja bukan bahwa ia dikelilingi oleh duapuluh atau
tigapuluh orang Djawa, pelajan-pelajan, mantri-mantri dan opas-
opas, jang mendjongkok ditanah didalam dan diluar pendopo,
pun ia tidak dikelilingi oleh orang banjak jang terus keluar
masuk, maupun oleh sedjumlah besar orang-orang jang berbeda
pangkatnja, jang memegang kuda-kuda diluar, atau berkeliling
naik kuda, ...... bupati Lebak sendiri, Raden Adipati ........ .
duduk didepannja.
Menunggu selalu mendjemukan; seperempat djam rasanja
sedjam; sedjam rasanja sehari, dan seterusnja. Verbrugge mes-
tinja lebih banjak bitjara. Bupati Lebak adalah seorang tua
jang beradab, jang bisa bitjara tentang mat jam-mat jam dengan
mengemukakan pendapat dan pikiran. Tjukuplah orang meman-
dang kepadanja untuk merasa jakin, bahwa kebanjakan orang
Eropah jang bergaul dengannja, lebih banjak beladjar dari dia,
dari dia beladjar dari mereka. Matanja jang hitam menjala oleh
sinarnja berlawanan dengan kelesuan pada airmukanja, dan
keputihan rambutnja. Apa jang dikatakannja, biasanja sudah
lama dipikirkan, hal mana memang umum pada orang Timur
jang beradab, dan kita merasa, kalau kita sedang bitjara de-
ngannja, kata-katanja itu seolah-olah kata-kata dalam surat, jang
aslinja disimpannja baik-baik dalam arsip, dan, djika pedu,
bisa ditjari kembali. Ini mungkin tidak enak bagi orang jang
tidak biasa bergaul dengan pembesar-pembesar Djawa, tapi
mudah sekali untuk dalam pertjakapan menghindari segala soal
jang mungkin menjinggung perasaan, karena mereka dari pi-
haknja tidak pernah dengan tiba-tiba memberikan arah jang
lain kepada djalarinja pertjakapan, sebab hal ini menurut pe-
ngertian ketimuran bertentangan dengan adat jang baik. Djadi,
barangsiapa mempunjai alasan untuk menghindari pembitjaraan
70
sesuatu soal, tjukuplah dia berbitjara tentang hal-hal jang tidak
berarti, dan pastilah pembesar Djawa itu, tidak akan mengalih-
kan pembitjaraan kesuatu lapangan jang tidak diinginkan oleb
kita.
Tapi mengenai tjara pergaulan dengan kepala-kepala itu,
bermatjam-matjam pendapat orang. Saja berpendapat, bahwa
kedjudjuran jang sederhana, tanpa berhati-hati seperti diplomat,
lebih baik.
Bagaimanapun djuga, Verbrugge mulai bitjara tentang udara
dan tentang hudjan.
- "Ja tuan kontelir, sekarang musim hudjan."
Verbrugge djuga tabu hal itu, sekarang bulan Djanuari; tapi
apa jang dia katakan tentang hudjan, bupati pun tahu. Lalu
mereka diam pula beberapa waktu. Dengan gerak kepala jang
hampir tidak kelihatan, bupati memanggil salah seorang pelajan
jang berdjongkok dipintu pendopo. Seorang anak laki-laki, jang
dengan manisnja memakai badju ketat dari beludru biru, pan-
talon putih, dengan sabuk emas jang menahan sarungnja jang
berharga pada pinggangnja, dan dikepalanja melekat dengan
amannja kain kepala, matanja jang hitam memandang dengan
nakalnja dari bawah kain kepala itu; anak itu mengingsut-ingsut
hingga kek aki bupati, diletakkannja kotak emas jang berisi sirih,
kapur, pinang, gambir dan tembakau, dibuatnja sembah dengan
mengangkat kedua tangannja jang dirapatkan telapaknja sampai
kekepala jang ditundukkan dalam-dalam, dan kemudian kotak
itu dipersembahkannja kepada tuannja.
- "Djalan akan sukar, sesudab banjak turun hudjan," udjar
bupati, seolah-olah hendak mendjelaskan mengapa mereka harus
begitu lama menunggu, sambil melabur daun sirih dengan kapur.
- "Didaerah Pandeglang djalan tidak begitu buruk," djawab
Verbrugge, jang, djika ia tidak hendak membitjarakan sesuatu
jang menjinggung perasaan, sebenarnja memberikan djawaban
itu agak terlalu tjepat; sebab ia seharusnja menjadari, bahwa
seorang bupati Lebak tidak suka mendengar orang memudji
djalan-djalan di Pandeglang, meskipun memang lebih haik dari
71
djalan-djalan didaerah Lebak.
Adipati tidak melakukan kesalahan memberikan djawaban
terlalu tjepat. Si "Mas" ketjil sudah mengingsut-ingsut kebela-
kang, sampai kepintu pendopo, dimana ia mengambil tempat
diantara teman-temannja; bupati telah memerahi bibir dan
giginja jang tinggal sedikit dengan ludah sirihnja, sebelum ia
berkata :
- "Ja, di Pandeglang banjak orang."
Bagi orang jang mengenal bupati dan kontelir, - bagi orang
jang tahu keadaan di Lebak, sudah djelas bahwa pertjakapan
itu telah merupakan suatu perkelahian. Pudjian sambil lalu
bahwa keadaan djalan-djalan diwilajah tetangga lebih baik, ru-
panja merupakan sambungan atas pertjobaan-pertjobaan sia-sia
untuk djuga membuat djalan-djalan jang lebih baik di Lebak.
Tapi perkataan bupati adalah benar, bahwa Pandeglang lebih
padat penduduknja, terutama djika dibandingkan dengan luasnja
jang djauh lebih ketjil, djadi disana pekerdjaan didjalan-djalan
besar, dengan tenaga jang disatukan, lebih mudah dari didaerah
Lebak, suatu wilajab jang luasnja beberapa ratus pal, tapi
penduduknja hanja tudjuh puluh ribu orang.
- "Memang, kata Verbrugge, kita disini tidak banjak orang,
tapi ...... "
Adipati memandang kepadanja, seolah-olah menunggu serang-
an. Ia tabu, bahwa sesudah perkataan "tapi" itu mungkin
menjusul sesuatu, jang tidak enak kedengarannja baginja, jang
sudah tigapuluh tahun djadi bupati Lebak. Verbrugge hendak
memutuskan pertjakapan, dan bertanja lagi kepada opas, apakah
ia tidak melihat orang datang.
- "Saja belum melihat apa-apa dari djurusan Pandeglang,
tuan kontelir, tapi disana, didjurusan lain, ada orang naik kuda
...... itu ialah komandan.
"Tentu sadja Dongso, kata Verbrugge, sambil memandang
keluar, itulah komandan, dia berburu disekitar ini, pagi-pagi
tadi dia sudab berangkat...... hai, Duclari ...... Duclari ! ...... "
- "Dia mendengar tuan, dia datang kemari. Pembantunja
72
menjusul dengan seekor kidang dibelakangnja, diatas kuda.
- "Peganglah kuda tuan komandan," perintah Verbrugge
kepada salah seorang pelajan diluar. "Bonjour, Duclari, basah-
kah anda ...... apa hasil perburuan anda ? .•.... Masuklah" .... ..
Seorang laki-Iaki jang kuat berusia tigapuluh tahun, dan ber-
sikap militer, meskipun tidak memakai seragam, masuk kedalam
pendopo. Itulah letnan Duclari, komandan gamisun ketjil di
Rangkas-Betung. Verbrugge bersahabat dengan dia, dan per-
gaulan mereka bertambah akrab, karena Duclari sedjak bebe-
rapa waktu tinggal dirumah kediaman Verbrugge, sambil me-
nunggu selesainja sebuah benteng baru. Mereka bersalaman,
Duclari memberi hormat kepada bupati, dan mengambil tempat
duduk sambil bertanja: "ada minuman apa disini ?"
- "Anda mau teh, Duclari ?"
- "Ah, djangan, saja sudah kepanasan. Ada air kelapa ?
Itu segar" ..... .
- "Djangan air kelapa. Kalau anda kepanasan, air kelapa
tidak baik untuk kesehatan anda ...... anda akan pegal-pegal
dan sakit ent jok karenanja. Lihatlah kuli-kuli jang mengangkut
barang-barang berat digunung, mereka itu lentun dan tangkas
karena minum air hangat atau kopi daun ...... tapi teh djahe
lebih baik lagi .... ..
- "Apa? ...... kopi daun, teh dari daun kopi ? Saja belum
pemah melihatnja."
- "Karena anda tidak pemah bekerdja di Sumatra, disana
itu biasa."
- "Berilah saja teh sadja ...... tapi djangan daun kopi, dan
djuga djangan djahe ...... ja, anda pemah di Sumatra ...... dan
asisten residen baru djuga, bukan?"
Pertjakapan ini dilakukan dalam bahasa Belanda, jang bupati
tidak mengerti. Mungkin karena Duclari merasa kurang hormat
untuk tidak mengikutsertakan bupati dalam pertjakapan, mung-
kin karena ada maksudnja jang lain, tiba-tiba ia sambil mem-
balik kepada bupati, meneruskan dalam bahasa Melaju :
- "Tahukah tuan adipati, bahwa tuan kontelir mengenal
73
asisten residen baru itu ?"
- "Tidak, saja tidak. berkata begitu, saja tidak kenal dia,
seru Verbrugge, djuga dalam bahasa Melaju. "Saja belum pernah
melihatnja; dia bekerdja di Sumatra beberapa tahun sebelum
saja. Saja hanja mengatakan kepada anda, bahwa disana saja
banjak mendengar orang bitjara tentang dirinja."
- "Nah, itu sama sadja ; kita tidak pedu melihat orangnja
untuk mengenalnja ...... bagaimana pikiran tuan adipati?"
Adipati kebetulan memedukan dan memanggil seorang pelajan;
djadi agak lama djuga ia mendjawab, "bahwa ia setudju dengan
komandan, tapi seringkali pedu djuga melihat orangnja, sebelum
bisa menilainja."
- "Pada umumnja itu mungkin benar," - Duclari berkata
dalam bahasa Belanda, mungkin karena bahasa itu lebih mudah
baginja, dan dia merasa sudah tjukup ia menjatakan hormatnja
kepada bupati, mungkin djuga karena ia hanja mau dipahami
oleh Verbrugge sadja, -" itu bisa sadja pada umumnja benar,
tapi tentang Havelaar orang tidak pedu kenal pribadi ...... dia
orang gila.
- "Hu tidak saja katakan, Duclari."
- "Tidak, anda tidak mengatakan itu, sajalah jang menga-
takannja, sesudah mendengar segala tjerita anda tentang dia.
Saja menjebut orang jang melompat kedalam air untuk menolong
seekor andjing dari mulut hiu, orang gila."
- "Memang tidak tjerdik ...... tapi ...... "
- "Dan, tjoba, sadjak jang mengeritik djenderal Van Damme
itu ...... itu tidak pantas. "
- "Sadjak itu lutju ...... "
- "Ja, tapi seorang muda tidak boleh melutju terhadap se-
orang djenderal."
- "Anda harus ingat, bahwa dia masih muda sekali ......
itu empat belas tahun jang lalu...... umurnja baru dua puluh
dua tahun."
"Dan ajam kalkun jang ditjurinja itu ?" ......
"Hu dia lakukan untuk mengganggu pak djenderal."
74
- "Betui. Seorang anak muda tidak boleh mengganggu se-
orang djenderal, lagipula djenderal itu sebagai gubemur sipil.
adalah sepnja ...... Sadjak jang satu lagi saja rasa bagus, ..... .
tapi ia selalu berduel ...... "
- "Biasanja ia berduel untuk orang lain ; ia selalu memihak
kepada jang lemah."
- "Sudahlah, biarkan setiap orang berduel untuk dirinja
sendiri, kalau mereka memang mau berduel. Saja sendiri ber-
pendapat, bahwa perang tanding djarang perlu; djika memang
perlu, apa boleh buat, tapi......... untuk saban hari perang
tanding ...... terima kasih. Mudah-mudahan dia telah berobah
dalam hal ini ...... "
- "Memang, itu tidak perlu diragukan lagi. Sekarang dia
sudah djauh lebih tua ...... sudah lama pula beristeri, dan djadi
asisten residen ...... Lagipula, saja selalu mendengar bahwa
hatinja baik, dan dia mentjintai keadilan."
- "Itu perlu baginja di Lebak. Disana saja barusan meng-
alami sesuatu, jang...... Apakah bupati itu mengerti kita ?"
- "Saja kira tidak, tapi ...... tjoba tundjukkan sesuatu ke-
pada saja dari tas anda, supaja dia kira kita bitjara tentang itu."
Duclari mengambil tasnja, dikeluarkannja beberapa burung
punai, dan sambil meraba-raba, seolah-olah berbitjara tentang.
perburuan, ia mengatakan kepada Verbrugge, bahwa tadi dila-
dang ia dikedjar oleh seorang Djawa, jang menanjakan apakah
ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan beban pen-
duduk jang berat.
- "Dan, ia melandjutkan, itu aneh sekali, Verbrugge f
Bukan karena saja heran tentang soal itu sendiri; saja sudah
tjukup lama didaerah Bantam, untuk mengetahui apa jang ter-
djadi disini; tapi bahwa seorang Djawa biasa, jang biasanja
begitu hati-hati dan segan, djika bitjara tentang kepala-kepala-
nja, menanjakan jang sematjam itu kepada orang jang tidak
punja urusan dengan itu, itulah jang mengherankan saja!"
- "Dan apa djawab anda, Duclari ?"
- "Bahwa itu bukan urusan saja; bahwa ia harus datang
75
kepada anda, atau kepada asisten residen jang baru, djika sudah
tiba di Rangkas-Betung, dan mengadu kepadanja.
- "Itu mereka datang, tiba-tiba opas Dongso berseru, saja
lihat seorang mantri jang melambai-Iambaikan tudungnja."
Semua orang berdiri. Duclari, jang oleh kehadirannja dipen-
dopo, tidak mau orang mengira bahwa ia djuga berada di-
perbatasan untuk mengelu-elukan asisten residen, menaiki kuda-
nja dan meningga1kan temp at itu, diikuti oleh pelajannja; asisten
residen itu memang atasannja, tapi bukan sepnja, lagipula ia gila.
Adipati dan Verbrugge berdiri dipintu masuk pendopo, dan
melihat sebuah kereta mendekat, ditarik oleh empat ekor kuda;
kereta itu tidak lama kemudian berhenti didepan pondok bambu,
penuh lumpur.
Sukar untuk menduga apa jang ada dalam kereta itu, sebelum
Dongso, dibantu oleh pedjalan-pedjalan kaki dan sedjumlah
besar pelajan-pelajan jang mengiringi bupati, membuka semua
tali dan buhul jang menutup kereta itu dengan ioudral 2) kulit
mtam, jang membikin kita ingat bagaimana singa dan mat jan
dibawa masuk kedalam kota tahun-tahun jang silam, sangat
berhati-hatiJ tatkala kebun-kebun binatang masih merupakan
rombongan sirkus keliling. Tapi tidak ada singa dan mat jan
dalam kereta itu; segalanja ditutup rapat karena musim hudjan,
djadi brena talrut akan hudjan. Keluar dari kereta sesudah
lama tergontjang-gontjang didjalan, bukanlah semudah gambaran
orang jang tidak pemah atau djarang melakukan perdjalanan.
Hampir-hampit seperti binatang Saurus 3) jang malang dari
dunia purba, jang karena lama menunggu achirnja djadi seba-
gian dari tanah liat, sedang mereka datang sebenamja bukan
dengan maksud untuk menetap disitu, demikian pula terdjadi
sesuatu jang saja namakan "asimilasi" pada musafir-musafir
2) Tutup.
:$) Sebangsa bdal jang besar.
76
jang agak teflalu lama duduk dalam kereta, tindih menindib
dan dalam sikap jang terpaksa. Achimja orang tidak tahu lagi
dengan djelas, dimana bantal kulit kereta itu berachir, dan di-
mana pribadi aku mulai; ja, saja bisa membajangkan bahwa
didalam kereta sematjam itu kita sakit gigi atau kedjang dan
menjangka ada ngengat didalam lakan, dan sebaliknja.
Tidak banjak hal-hal didalam dunia benda ini jang tidak
membikin manusia berpikir membuat tjatatan jang bersifat
rasionil, dan saja sendiri sering bertanja pada diri sendiri, apa-
kah kebanjakan kekeliruan jang mempunjai kekuatan hukum
dalam pergaulan kita, "kementjongan-kementjongan" jang kita·
anggap "lurus" , bukan disebabkan karena kita terlalu lama.
duduk bersama dalam satu kumpulan dalam satu kereta 'l Kaki<
kita harus kita lundjurkan antara kotak topi dan kerandjang
buah ; - lutut kita menempel pada pintu kereta, supaja djangan
menjentuh nona didepan kita, jang mungkin mengira kita mali
kurang adjar; - kaki kita jang sakit katimumul kita takut
terindjak oleh "commis-voyageur" 4) disamping kita; - leher
kita harus kita miringkan kekiri, karena dikanan air menetes,
...... nah, leher-leher, lutut-lutut, dan kaki-kaki itu achimja
terpiuh. Saja rasa baik untuk sekali-sekali bertukar kereta, tem-
pat duduk dan teman perdjalanan. Dapatlah kita meluruskan
leher kita ; kita dapat sekali-sekali menggerakkan lutut kita, dan
barangkali disamping kita ada seorang nona dengan sepatu
dansa, atau seorang anak ketjil jang kakinja tidak sampai ke-
lantai. Maka lebih besar harapan untuk melihat lurus dan ber-
djalan lurus, sesudah kita berdjalan diatas tanah lagi.
Apakah djuga dalam kereta jang berhenti didepan pendopo
itu, ada sesuatu jang melawan "terputusnja kontinuitas" , saja
tidak tahu, tapi jang pasti ialah bahwa lama sesudah itu bam
keluar sesuatu. Nampaknja orang berlomba-Iomba menjatakan
budi bahasanja ; kedengaran orang berkata: "Silahkan Njonja!'~
dan "tuan Residen !" Bagaimanapun djuga, achimja keluar se-
4) Pedagang ke1iling.
77
orang tuan, jang sikap dan tampangnja ada mengingatkan bi-
natang Saurus jang telah saja sebutkan tadi. Karena kita akan
melihat dia nanti lebih sering lagi, saja sekarang hanja hendak
mengatakan, bahwa ketenangannja itu tidak semata-mata dise-
babkan karena asimilasi dengan kereta, sehab sekalipun tidak
ada kereta bermil-mil djauhnja disekitar itu, ia akan tetap
memperlihatkan ketenangan, kelambanan dan kehati-hatian,
jang membikin keluarga Saurus iri hati, dan jang oleh keba-
njakan orang dianggap merupakan tjiri-tjiri orang bes ar, sabar
dan berbudi. Seperti kebanjakan orang Eropah, di Hindia, ia
kelihatannja put jat sekali, tapi keputjatan itu sama sekali tidak
dianggap suatu tanda kurang sehat ditempat itu; airmukanja
halus, hal mana menandakan pendidikan jang baik. Hanja ada
sesuatu jang dingin dalam matanja, sesuatu jang membikin kita
teringat kepada daftar logaritma, dan meskipun parasnja tjukup
menjenangkan dan sama sekali tidak menimbulkan antipati,
namun kita mendapat kesan, bahwa hidungnja jang besar man-
tjung itu seolah-olah merasa djemu diatas mukanja itu, karena
sedikit sekall jang terdjadi.
Dengan hormat ia mengulurkan tangannja kepada seorang
njonja untuk membantunja turun dari kereta, dan sesudah njonja
itu menjambut seorang anak ketjil umur tiga tahun, berambut
pirang, dari seorang tuan jang masih berada didalam kereta itu,
mereka pun masuk kedalam pendopo. Sesudah itu menjusul
tuan tersebut, dan barang siapa jang kenal pulau Djawa, akan
tertarik perhatiannja bahwa ia menunggu dipintu kereta untuk
menolong seorang "babu" tua turun. Tiga orang pesuruh laki-
laki dengan susah pajah telah keluar sendiri dari kotak bertutup
kulit, jang menempel dibelakang kereta itu, seperti anak tiram
pada tiram tua.
Tuan jang mula-mula turun tadi, mengulurkan tangan kepada
bupati dan kontelir Verbrugge ; mereka menjambut uluran ta-
ngan itu, dan dari sikapnja kelihatan bahwa mereka merasa
berhadapan dengan seorang jang penting. Orang itu adalah re-
siden Bantam, daerah jang luas dimana Lebak merupakan salah
78
satu wilajahnja, suatu daerah kabupaten, atau seperti disebut
dengan resmi, suatu asisten residensi.
Apabila saja membatja tjerita fantasi, sering saja kesaI karena
pengarangnja tidak menghormati selera publik, dan terutama
demikian halnja apabila ia mentjeritakan sesuatu jang lutju atau
burlesk; ditampilkannja seseorang bitjara dalam bahasa jang ia
tidak mengerti atau diutjapkannja dengan buruk; seorang Pe-
rantjis disuruhnja mengatakan: "Sajà tidilr-r djam delapà(ng)" ,
atau "Djanggà(ng) bitjar-r-rà ker-r-ràss-ker-r-ràss". Kalau tidak
ada orang Perantjis, ditampilkan seorang jang gagap; atau di-
tjiptakan seorang jang suka mengulang-ulang kata-kata tertentu.
Saja pemah melihat suatu vaudeville 5) jang gila-gilaan tapi
"sukses", karena didalamnja ada seorang jang selalu berkata:
"Nama saja Meijer". Tjara melutju seperti itu saja rasa mu-
rahan, dan terus terang sadja, saja marah kalau anda merasa
itu lutju.
Tapi sekarang saja sendiri hendak mengusulkan jang seperti
itu. Saja sekali-sekali harus menampilkan seseorang diatas pen-
tas, - saja sebisa-bisanja akan membatasi diri - jang se-
sungguhnja mempunjai tjara bitjara, jang saja kuatir anda tjuriga
bahwa saja dengan sengadja hendak membikin anda tertawa,
tapi gagal; karena itu saja harus mengatakan, bahwa bukan
salah saja kalau residen Bantam jang amat mulla, jang saja
tjeritakan ini, ada sesuatu jang aneh dalam tjaranja bitjara,
sehingga sukar bagi saja untuk mengungkapkannja, dengan tidak
menimbulkan kesan, bahwa saja mentjari efek kelutjuan rlalam
"tic" 6). Ia bitjara seolah-olah dibelakang tiap kata ada titik,
atau malahan sebuah tanda istirahat jang pandjang, dan waktu
antara kata-katanja mengingatkan saja kepada keheningan jang
menjusui, sesudah orang berkata "amen", dalam doa jang pan-
djang digeredja; kata itu, seperti kita tahu, adalah suatu isjarat,
bahwa kita boleh batuk-batuk atau membuang ingus kita. Apa
5) Banjolan dengan lagu.
11) Tarikan-tarikan otot jang tidak dikuasai.
79
jang dikatakannja biasanja dipikirkan dengan matang, dan djika
ia memaksa dirinja untuk menghilangkan waktu-waktu istirahat
jang tidak pada tempatnja, maka bagian-bagian kalimatnja, di-
tindjau dari sudut retorik, memberikan kesan jang sehat, tapi
karena terputus-putus, tersangkut-sangkut dan terbentur-bentur,
maka susah djuga untuk mengikutinja. Karena itu sering orang
salah . mengerti; !lebab biasanja, djika orang mendjawab karena
mengira kalimatnja sudah habis, dan untuk melengkapinja dise-
rahkan sadja kepada ketadjaman otak pendengarnja, keluarlah
kata-kata jang belum diutjapkan seperti "trainards" '1) tentara
jang kalah ' perang, menjusul dibelakang; dan kitapun merasa
telah memotOng pembitjaraannja, hal mana selalu tidak enak
rasanja. Publik di Serang, jang bukan pegawai gubememen, ka-
rena hubungü(itu membikin orang berhati-hati, mènjebut tjaranja
bitjara '"bergetah~' 8); saja rasa kata itu tidak begitu bagus, tapi
saja harus mengakui, bahwa kata itu tepat menundjukkan sifat
utama dari ' kepándaian bitjara tuan residen.
Saja beIum tjerita apa-apa tentang Max Havelaar dan isterinja,
sebab merekaiàh orang-orang jang keluar dari kereta sesudah
residen, dengan anaknja dan babunja ~ dan barangkali djuga
tjukuplah saja melukiskan rupa dan watak mereka sementara
berdjalannja peristiwa-peristiwa, atau saja serahkan sadja kepada
chajalan anda, tapi karena saja sekarang sedang melukiskan,
saja hendak mengatakan kepada anda bahwa njonja Havelaar
tidaklah tjantik~ tapi dalam pandangan dàn bitjaranja ada sesua-
tu jang manis sekali; dari gerak-geriknja jang bebas dan tidak
kaku, nampak . bahwa ia mengenal dunia, dan biasa bergerak
dikalangan atas. Ia tidak tjanggung dan tidak ada sikap jang
tidak enak seperti pada warga-warga jang "tabu adat", jang
mengganggu dirinja dan orang lain dengan "gêne" 9), supaja
'1) Sisa-sisa.
8) Dalam bahasa Belanda "slijmerig", berlendir, bergetah. Karena tjara-
nja berbitjara itu, maka residen disebut Slijmering. Lihat Pendahuluan.
9) Sikap malu-malu.
80
dianggap "distingué" 10) ; karena itu iapun tidak terlalu banjak
memperhatikan hal-hal lahiriah, jang djustru penting bagi te-
banjakan wanita lain. Pun dalam hal pakaian ia sangat seder-
hana. "Badju" putih dari muselln dengan "cordilliere" 11) biru,
- saja kira badju demikian di Eropah disebut "peignoir" 12),
- itulah pakaiannja dalam perdjalanan. Dilehernja tergantung
sebuah tall sutera jang tipis, dengan dua medallun ketjil, tapi
tidak kelihatan, karena tersembunji dalam lipatan badju diten-
tang dadanja; rambutnja didandan "à la chinoise" 13), dengan
seuntai "melati" didalam "kondé", itulah seluruh dandanannja.
Saja katakan, bahwa ia tidak tjantik, namun saja tidak mau
anda mengira ia djelek. Saja harap anda akan menganggap ia
tjantik, apabila saja mendapat kesempatan menggambarkannja
sedang berapi-api karena marah tentang apa jang disebutnja
"tidak mengakui djeni", djika bitjara tentang Max, atau apa-
bila ada pikirannja jang bertalian dengan kesedjahteraan anak-
nja. Sudah sering dikatakan, bahwa wadjah seseorang adalah
tjermin djiwanja, sehingga orang tidak lagi menghargai potret
wadjah jang diam, jang tidak mentjerminkan sesuatu, karena
tidak terpantul djiwa daripadanja. Nah, dia memiliki djiwa jang
tjantik, dan butalah orang jang tidak djuga menganggap wa-
djahnja tjantik, djika djiwanja terbajang didalamnja.
Havelaar adalah seorang jang berumur tiga puluh lima tahun.
Tubuhnja lampai, dan tjepat gerak geriknja ; ketjuali bibir atas-
nja jang pendek dan mudah bergerak, dan matanja jang besar
kebiru-biruan, jang seperti merenung djika ia dalam suasana
tenang, tapi berapi-api bila ia sedang memikirkan sesuatu jang
besar, tidak ada sesuatu jang luar biasa dalam roman mukanja.
Rambutnja jang pirang merungkau kaku pada pelipisnja, dan
saja tahu djika orang pertama kali melihatnja, orang tidak akan
10) Istimewa.
11) Tali pinggang.
12) Badju pagi.
13) Tjara Tjina.
81
menjangka sedang berhadapan dengan seorang jang djarang
bersua, orang jang istimewa pikiran dan hatinja. Dia adalah
sebuah "bedjana penuh pertentangan". Tadjam seperti tadji dan
lembut seperti seorang gadis, dia sendiri jang selalu pertama kali
merasakan luka jang ditikamkan oleh kata-katanja jang tadjam,
dan ia menderita lebih-lebih dari orang jang dilukainja. Ia
tjepat mengerti, segera menangkap arti jang paling tinggi, jang
paling rumit, ia suka bermain-main mentjari pemetjahan soal-
soal jang sukar, untuk itu ia bersedia mengorbankan segala-
galanja, djerih pajah, pikiran, tenaga, - namun demikian sering
ia tidak mengerti hal jang paling mudah, jang anak ketjilpun
dapat mendjelaskannja kepadanja. Penuh ketjintaan kepada ke-
adilan, dan kebenaran, sering ia melalaikan kewadjiban-kewa-
djibannja jang paling dekat, untuk memperbaiki suatu ketidak-
adilan jang letaknja lebih tinggi atau lebih djauh atau lebih
dalam, dan jang lebih menggairahkannja karena kemungkinan
bahwa ia harus mengeluarkan tenaga lebih besar dalam perta-
rungan itu. Ia seorang kesatria, tapi seperti djuga Don Kisot,
seringkali keberaniannja habis terbentur sia-sia pada kintjir
angin. Ia berkobar-kobar inginkan kemegahan jang tak djenuh-
djenuhnja, jang membikin ia memandang remeh segala peng-
hormatan biasa dalam masjarakat, namun demikian ia meng-
anggap kebahagiaan jang paling besar ialah hidup tenang di-
rumah bersama keluarga, tidak diperhatikan oleh siapa-siapa.
Ia adalah seorang penjair dal am arti jang paling tinggi dari
perkataan itu, ia impikan sistim-sistim matahari bila melihat
bunga api, ia mentjiptakan didalamnja machluk-machluk bikin-
annja sendiri, ia merasa dirinja radja dalam dunia jang ditjipta-
kannja sendiri, namun segera sesudah itu ia bisa sadja keluar
dari impiannja itu, dan bitjara tentang harga beras, aturan-aturan
bahasa, atau keuntungan-keuntungan ekonomis dari suatu pe-
meliharaan ajam mesir. Tidak ada ilmu pengetahuan jang asing
baginja, ia "rasa-rasakan" apa jang tidak diketahuinja, dan ia
mempunjai kepandaian untuk mempergunakan jang sedikit jang
diketahuinja, dengan tjara jang melipatgandakan kadar penge-
82
tahuannja. Semua orang memang tidak banjak tabu, dan dia
pun tidak terketjuali, tapi ia lebih banjak tahu dari beberapa
orang lain. Ia tjermat dan teratur, ditambah pula sangat sabar,
tapi djustru karena ketjermatan, ketertiban dan kesabaran sukar
baginja, karena djiwanja agak liar; ia lamban dan hati-hati da-
lam pertimbangannja, meskipun tidak demikian nampaknja bagi
orang jang mendengamja dengan tjepat mengambil kesimpulan.
Kesan-kesannja terlalu hidup untuk dianggap tahan lama,
namun demikian ia membuktikan bahwa kesan-kesannja itu
seringkali tahan lama. Segala jang besar dan luhur menarik
hatinja, dan sekaligus ia tidak tahu apa-apa dan naif seperti
anak ketjil. Ia djudjur, terutama dimana kedjudjuran beralih
mendjadi keagungan, hutangnja jang beratus-ratus tidak akan
dibajarnja, karena ia menghadiabkan beribu-ribu. Ia betah dan
pandai memikat perhatian, dimana ia merasa bahwa ia dime-
ngerti, tapi selain itu ia kaku dan pendiam. Ia rarnah terhadap
kawan-kawannja, dan ia mendjadikan kawannja segala orang
jang menderita; ia peka terhadap tjinta dan kesetiaan, selalu
menepati djandji jang sudah diberikan, lemah dalam hal-hal
jang ketjil, tapi tetap hati sampai keras kepala, dimana ia me-
nganggap perlu menundjukkan watak; ia rendah hati dan rela bagi
siapa jang mengakui kelebihan budinja, tapi rewel bagi orang
jang melawannja ; ia terus terang karena harga diri, dan sekali-
sekali pendiam dimana ia kuatir bahwa orang mengira kedju-
djurannja adalah ketololan; ia pun peka terhadap kenikrnatan
pantjaindera maupun kenikrnatan batin; ia malu-malu dan tidak
bis a bitjara, dimana ia mengira orang tidak mengerti dirinja,
tapi lantjar bitjara dimana ia merasa bahwa kata-katanja djatuh
ditanah jang subur; ia lamban djika tidak didesak oleh rang-
sangan djiwanja sendiri, tapi radjin, bersemangat, djika ada
rangsangan demikian; selandjutnja ia ramah, sopan dalam
tingkah lakunja dan kelakuannja tiada tjelanja. Itulah kira-kira
gambaran Havelaar.
Saja katakan : kira-kim; sebab djika semua keterangan sukar,
maka hal itu lebih-Iebih bedaku dalam melukiskan seseorang
83
jang menjimpang sekali dari bentuk dasar sehari-hari. Itulah
djuga mungkin sebabnja maka pengarang roman biasanja men-
djadikan pahlawan-pahlawannja setan-setan atau bidadari-bida-
dari. Hitam atau putih mudah melukisnja, tapi lebih sukar
menggambarkan dengan tepat peralihan wama diantaranja, djika
kita terikat kepada kebenaran, djadi tidak boleh memberi warna
terlalu gelap atau terlalu tjerah. Saja merasa bahwa gambaran
jang saja berikan tentang Havelaar, sangat tidak sempuma.
Bahan-bahan jang ada pada saja, begitu bermatjam-matjam dan
bertentang-tentangan sifatnja, sehingga sukar bagi saja untuk
membentuk pendapat oleh kekajaan jang melimpah-limpah, dan
mungkin saja akan membitjarakannja lagi sebagai pelengkap,
sementara berkembangnja peristiwa-peristiwa jang hendak saja
tjeritakan. J ang pasti ialah, bahwa ia manusia luar biasa jang
berharga untuk dipeladjari. Sekarang sadjapun saja teringat,
bahwa salah satu sifatnja jang utama jang belum saja sebut,
ialah bahwa ia menangkap sudut jang lutju dan jang serius
dari masalah-masalah dengan ketjepatan jang sama dan sekali-
gus; oleh sifatnja ini maka tjaranja bitjara, tanpa disadarinja
sendiri, mengandung sematjam "humor", jang menjebabkan
pendengamja selalu ragu-ragu, apakah mereka itu terharu oleh
perasaan jang dalam didalam kata-katanja, atau apakah mereka
harus tertawa oleh kelutjuan jang tiba-tiba meningkah kesung-
guhan itu.
Menarik perhatian bahwa airmukanja, dan malahan perasaan-
perasaannja, sedikit sekali memperlihatkan bekas-bekas kehidup-
an dimasa silam. Membangga-banggakan pengalaman adalah
kekonjolan jang mentertawakan; ada orang-orang jang selama
lima puluh atau enam puluh tahun turut mengapung dengan
arus dimana mereka mengira sedang berenang, dan tentang
waktu jang pandjang itu mereka hanja dapat bertjerita, bahwa
mereka pindah rumah dari djalan A ke djalan B; dan biasa
pula kita mendengar pengalaman jang dibangga-banggakan
djustru oleh orang-orang jang begitu mudah rambutnja putih.
Dan ada pula orang jang membanggakan pengalamannja ber-
84
dasarkan perkisaran nasib jang sungguh-sungguh didjalani, tapi
sedikitpun tidak ada bukti bahwa mereka itu tergugah djiwanja
oleh hempasan nasib. Saja bisa membajangkan, bahwa ada
orang-orang jang menghadiri atau mengalami peristiwa-peristiwa
penting, tapi peristiwa-peristiwa itu hanja sedikit sadja atau sa-
ma sekali tidak meriakkan djiwanja. Barangsiapa meragukan
ini, tjobalah renungkan apakah dapat disebut berpengalaman
semua penduduk Perantjis, jang berusia empat puluh atau lima
puluh tahun dalam tahun 1815. Dan mereka itu semua bukan-
kah orang-orang jang melihat pertundjukan drama besar jang
dimulai tahun 1789 14), malahan mereka sendiri sedikit banjak
nja turut memainkan peranan dalam drama itu ?
Dan sebaliknja, betapa banjak orang jang mengalami seren-
tetan perasaan-perasaan, sedangkan tidak ada alasan untuk itu
melihat keadaan lahiriahnja. Ingatlah kepada roman-roman Cru-
soë; kepada Silvio POlliC015) jang dipendjarakan; kepada Picciola
jang manis dari Saintine 16) ; perdjuangan batin seorang "pera-
wan tua", jang seluruh hidupnja mentjintai seseorang, tanpa
membuka rahasia dengan sepatah katapun apa jang bergolak
dalam hatinja; ingatlah kepada perasaan-perasaan seseorang pen-
tjinta manusia, jang pada lahirnja tidak kelihatan terlibat dalam
peristiwa-peristiwa, namun penuh perhatian terhadap kesedjah-
teraan sesama warga atau sesama manusia; betapa ia silih
berganti berharap dan kuatir, betapa ia memperhatikan setiap
perobahan, gembira karena suatu pikiran jang mulia, dan ber-
kobar-kobar karena amarah djika ia melihat pikiran itu disisih-
kan dan diindjak-indjak, oleh orang jang untuk sementara, lebih
kuat dari pikiran-pikiran jang indah itu. Ingatlah kepada seorang
ahli pikir, jang dari selnja mentjoba mengadjarkan kepada orang
apakah kebenaran itu, kemudian ia menjadari bahwa suaranja
14) Tahun meletusnja revolusi Perantjis.
lIS) Penjair patriot Perantjis ± 1830; ia menulis tentang pengalamannja
ditawan oleh orang Austria.
18) Pengarang Picciola (1836), djuga tentang pengalaman dalam tawanan.
85
hiIang ditengah-tengah teriakan orang jang munafik kesaleh-
salehan atau tukang djual obat jang mentjari untung. Bajang-
kanlah Sokrates, - bukan ketika ia meminum rat jun dari piala,
sebab jang saja maksud disini ialah pengalaman djiwa, dan
bukan pengalaman jang timbul karena keadaan lahiriah -
betapa sedih djiwanja, ketika dia, orang jang mentjari kebaikan
dan kebenaran, mendengar orang menjebutnja "seorang perusak
anak muda dan penista dewa-dewa".
Atau, lebih baik lagi, ingatlah kepada Kristus, ketika ia dengan
sedih merenung memandang ke Jerusalem dan mengeluh "bah-
wa Jerusalem tidak menghendaki !"
Djeritan dukatjita sematjam itu, - sebelum piala berisi rat jun
atau kaju salib - bukanlah keluar dari hati jang tiada luka.
Orangnja menderita...... orangnja menghajatinja!
Lepaslah kata-kata jang teatral itu ...... sekarang kata-kata
itu sudah saja tuliskan, biarlah tetap disana. Havelaar telah ba-
njak mengalami. Apakah anda menghendaki sesuatu jang lebih
hebat dari pindah rumah dari djalan A ? Ia berkali-kali kapal-
nja karam; dalam buku hariannja ia mentjatat kebakaran, pem-
berontakan, pembunuhan setjara chianat, perang, perang tan-
ding, kekajaan, kemiskinan, kelaparan, kolera, pertjintaan dan
"tjinta-tjinta". Ia telah mengundjungi Perantjis, Djerman, Bel-
gia, Itali, Swis, Inggris, Spanjol, Portugal, Rusia, Mesir, Arab,
India, Tjina dan Amerika.
Djadi, djika melihat keadaan kehidupannja, banjak kemung-
kinan bahwa ia banjak mengalami. Dan bahwa ia sesungguhnja
memang banjak mengalami, bahwa ia tidak melintasi kehidupan
tanpa menampung kesan-kesan jang banjak diberikan oleh kehi-
dupan itu, hal itu dibuktikan oleh ketjepatan pikirannja dan
djiwanja jang mudah menerima.
Inilah jang menimbulkan keheranan semua orang jang me-
ngetahui atau menduga, betapa banjak ia menghadiri dan men-
derita, bahwa semua itu tidak terbatja pada airmukanja. Me-
mang nam pak sematjam kelesuan pada airmukanja, tapi ini lebih
banjak mengingatkan kepada usia muda jang terlalu tjepat
86
dewasa dari pada usia tua jang bertambah dekat; dan sepatutnja
itu adalah usia tua jang tambah mendekat, sebab di Hindia
orang berumur tiga puluh tahun bukan orang muda lagi.
Pun perasaannja, saja katakan, tetap muda. Ia dapat bermain-
main dengan anak ketjil dan seperti anak ketjil, dan seringkali
ia mengeluh bahwa si Max ketjil itu masih terlalu muda untuk
main lajangan, sedangkan ia, "Si Max Besar" suka sekali per-
mainan itu. Dengan anak-anak ia bermain "badjing lont jat",
dan ia senang sekali menggambarkan pola untuk bordiran anak-
anak gadis; bahkan sering ia meminta djarum anak-anak itu
dan asjik membordir, meskipun ia selalu berkata lebih baik
mereka melakukan pekerdjaan lain dari "menghitung tusukan-
tusukan seperti mesin" . Ditengah-tengah pemuda-pemuda del a-
pan belas tahun ia adalah seorang mahasiswa baru, ia senang
turut menjanjikan "Patriam canimus" 17), atau "Gaudeamus
igitur" 17), - ja, kalau saja tidak salah, baru-baru ini, ketika
sedang perlop di Amsterdam, ia menghantjurkan sebuah papan
merek jang tidak disenanginja, sebab diatasnja ada gambar se-
orang negro, terbelenggu dikaki seorang Eropah jang mengisap
pipa pandjang, dan sudah tentu dibawahnja tertuIis: "Saudagar
Muda Sedang Merokok."
Babu jang ditolongnja turun dari kereta itu, sama seperti se-
mua babu-babu di Hindia, djika mereka sudah tua. Djika anda
kenal pelajan-pelajan sematjam itu, tidak perlu saja mengatakan
bagaimana rupanja, dan djika anda tidak mengenalnja, sajapun
tidak dapat mengatakannja; hanja satu jang membedakannja
dari babu-babu lain di Hindia, jakni bahwa ia tidak banjak pe-
kerdjaan, sebab njonja Havelaar mengurus sendiri anaknja, dan
apa jang harus dikerdjakan untuk dan dengan si Max ketjil, di-
lakukannja sendiri, sehingga mengherankan njonja-njonja lain,
jang tidak membenarkan ia mendjadikan dirinja "budak dari
anak-anak suaminja".
17) Lagu-lagu mahasiswa jang terkenal.
87
Bab VII
Residen Bantam memperkenalkan bupati dan kontelir kepada
asisten residen jang baru. Havelaar memberi hormat kepada
kedua pedjabat itu dan bersalam-salaman dengan mereka; sang
kontelir, - selalu ada sesuatu jang tidak enak dalam pertemuan
dengan sep jang baru, - segera diambilnja hatinja dengan be-
berapa kata jang ramah, seolah-olah ia segera hendak memasuk-
kan sematjam keakraban jang akan memudahkan pergaulan.
Dengan bupati pertemuannja adalah seperti seharusnja dengan
seorang jang memakai "pajung keemasan", tapi jang sekaligus
pula akan mendjadi "saudara muda"-nja. Dengan tegur sap a
seorang jang berkedudukan tinggi, ia menegur bupati mengapa
bersusah pajah betui; dalam udara jang demikian buruk ia da-
tang djuga sampai keperbatasan wilajahnja; dan memang hal
itu, menurut aturan sopan santun, tidak perlu dilakukan oleh
bupati.
- "Sungguh, tuan adipati, saja marah kepada anda, bahwa
anda begitu bersusah pajah untuk saja ...... mula-mula saja kira
saja akan bertemu anda di Rangkas-Betung ...... "
- "Saja ingin melihat tuan asisten residen sesegera mung-
kin, kata adipati, untuk bersahabat."
- "Tentu, tentu, saja merasa dapat kehormatan besar, tapi
saja tidak ingin melihat orang jang setinggi pangkat anda dan
usia anda terlalu berpajah-pajah ...... lagi pula berkuda 1"
- "Ja, tuan asisten residen, dimana djabatan memanggil
saja, saja masih tetap sigap dan kuat."
88
"ltu keter1aluan .. . ... bukankah demikian, residen?"
"Tuan. Adipati. Sangat."
"Baik, tapi ada batas ...... "
"Radjin," tambah residen.
"Baik, tapi ada batas," kata Havelaar sekali lagi, seolah-
olah untuk menelan kembali jang dikatakannja sebelumnja,
- djika anda tidak keberatan, residen, kami akan beri tempat
dalam kereta. Babu bisa tinggal disini, kami akan kirimkan
tandu dari Rangkas-Betung untuknja ......... Isteri saja akan
memangku Max ...... ja, Tine? ...... dan tempat tjukup."
- "Bagi. Saja."
- "Verbrugge, anda djuga akan kami beri tempat ; saja ti-
dak mengerti mengapa ...... "
- "Baik sadja," kata residen.
- "Saja tidak mengerti mengapa anda harus berkuda me-
nempuh lumpur; ada tempat buat kita semua, dan kita segera
bis a berkenalan ...... bukankah begitu, Tine, kita akan atur .. .
... sini Max, ...... lihatlah Verbrugge, anak manis bukan ..... .
itulah anak saja ...... namanja Max I"
Residen duduk bersama adipati. Havelaar memanggil Verbrug-
ge untuk menanjakan kepunjaan siapa kuda dauk jang mem a-
kai selimut merah, dan ketika Verbrugge melangkah kepintu
pendopo, untuk melihat kuda mana jang dimaksudnja, Havelaar
meletakkan tangannja diatas bahunja, dan bertanja:
- "Apakah bupati itu selalu begitu radjin dalam pekerdja-
an ?"
- "Ia seorang tua jang masih kuat, tuan Havelaar, dan anda
tentu mengerti bahwa ia ingin memberikan kesan jang baik ke-
pada anda."
- "Ja, saja mengerti. Saja banjak mendengar jang baik-baik
tentang dirinja ...... apakah ia halus budi ?"
- ,,0 ja ...... "
- "Dan keluarganja bes ar ?"
Verbrugge memandang Havelaar, seolah-olah tidak mengerti
perbelokan itu. Memang ini agak sukar bagi orang jang tidak
89
mengenalnja. Karena tjepatnja ia berpikir, dalam pertjakapan-
pertjakapan sering ia melampaui beberapa matarantai dalam pe-
nuturannja, dan betapapun berangsur-angsur peralihan itu ter-
djadi dalam pikirannja, namun orang jang tidak begitu tjepat
atau tidak biasa dengan ketjepatannja, tidak bis a disalahkan
djika pada pertjakapan demikian memandang kepadanja dengan
pertanjaan jang tidak diutjapkan dibibir: "apakah anda gila ...
...... atau bagaimana 1"
Pertanjaan demikian pula jang nampak pada airmuka Ver-
brugge, dan Havelaar barus mengulang pertanjaan itu sebelum
ia mendjawab:
- "Ja, keluarganja bes ar sekali."
- "Dan adakah mesdjid-mesdjid sedang dibangun dalam wi-
lajahnja 1" Havelaar melandjutkan, dengan nada suara pula
jang, bertentangan dengan kata-kata itu, seolah-olah hendak me-
njatakan bahwa ada hubungan antara mesdjid-mesdjid itu de-
ngan "keluarga besar" sang bupati.
Verbrugge mendjawab, ba,hwa orang memang bekerdja keras
mendirikan mesdjid-mesdjid itu.
- "la, ja, saja tahu itu, sem Havelaar. Dan tjoba katakan,
apakah banjak orang jang menunggak pembajaran padjak ta-
nah 1"
- "Ja, pembajaran mestinja bisa lebih baik ...... "
- "BetuI, dan terutama didistrik Parangkudjang," udjar Ha-
velaar, seolah-olah ia merasa lebih mudah untuk mendjawab
sendiri.
- "Berapa tinggi penetapan padjak tahun ini 1" ia melan-
djutkan, dan ketika Vebmgge agak ragu-ragu seolah-olah hen-
dak berpikir-pikir apa djawabannja, Havelaar mendahuluinja,
dan melandjutkan tanpa berhenti :
- "Baik, baik, saja sudah tahu ...... delapan puluh enam
ribu dan beberapa ratus gulden... lima belas ribu lebih banjak
dari tahun jang lampau...... tapi hanja enam ribu diatas tahun
1845 ...... sedjak '43 kita hanja madju delapan ribu ....... dan
penduduk pun tipis...... ja, Malthus! ...... dalam dua belas
90
tahun kita hanja naik sebelas persen, dan itu pun masih perta-
njaan, sebab perhitungan dahulu sangat tidak teliti...... dan
sekarang pun djuga! ...... dari 1850 ke 1851 malahan ada
kemunduran ...... petemakan pun tidak madju ...... itu satu
pertanda jang buruk ...... persetan, tjoba lihat kuda itu melom-
pat-Iompat, saja kira dia gila ...... mari sini, Max!"
Verbrugge menjadari, bahwa tidak banjak jang harus diadjar-
kan kepada asisten residen baru itu, dan bahwa tidak ada
kelebihannja dalam hal "pengalaman kerdja setempat", dan
memang ia tidak ingin minta dianggap demikian.
- "Tapi itu suatu hal jang wadjar, Havelaar melandjutkan,
sambil mengangkat Max, "didaerah Tjikandi dan Bolang 1) me-
reka gembira sekali karena itu ....... dan pem6erontak-pembe-
rontak di Lampung 2) djuga. Saja harapkan sekali bantuan anda,
tuan Verbrugge ; bupati sudah landjut usia ...... apakah menan-
tunja masih tetap kepala distrik? Ditindjau segala-galanja, saja
rasa kita patut bersabar terhadapnja...... terhadap bupati,
maksud saja ...... saja bersukatjita, karena serilUanja begitu
miskin disini ...... mudah-mudahan saja bisa lama tinggal disini."
Kemudian ia mendjabat tangan Verbrugge, dan bersama-sama
mereka kembali kemedja dimana residen, adipati dan njonja
Havelaar sedang duduk. Lain dari lima menit jang lalu, Ver-
brugge merasa bahwa "Havelaar itu tidak gila" seperti dikatakan
oleh komandan. Verbrugge sama sekali bukan orang jang bodoh,
ia mengenal wilajah Lebak, sedjauh daerah jang sebesar itu,
dimana tidak ada surat kabar ataupun buku, dapat dikenal oleh
satu orang, dan ia mulai menjadari bahwa ada hubungan antara
pertanjaan-pertanjaan Havelaar jang nampaknja lepas-Iepas, dan
djuga bahwa asisten residen jang baru itu, meskipun belum
pemah mendjedjak wilajah itu, mengetahui serba sedikit apa
jang terdjadi didalamnja. Hanja ia tidak mengerti mengapa ia
1) Perkebunan-perkebunan didaerah ini terutama mempergunakan
tenaga-tenaga pelarian dari Lebak.
2) Pelarian-pelarian dari Lebak menggabungkan diri dengan mereka.
91
bersukatjita karena kemiskinan di Lebak, tapi pikirnja, mung-
kin ia salah dengar perkataan itu. Tapi kemudian, ketika Ha-
velaar berkall-kali mengatakan hal itu kepadanja, ia menjadari
betapa agun,g dan mulla perasaan sukatjita itu.
Havelaar dan Verbrugge duduk didepan medja, dan sambil
minum teh, mereka menunggu, bitjara-bitjara tentang hal-hal
jang tidak penting, sampai Dongso memberitahu kepada residen,
bahwa kuda-kuda baru sudah dipasang. Maka masuklah ber-
djedjal-djedjal sekaliannja kedalam kereta, lalu berangkat. Agak
sukar bertjakap-tjakap karena kereta tergontjang-gontjang dan
terbentur-bentur. Max diberi pisang supaja diam; ibunja me-
mangkunja, dan sama sekall tidak mau mengakui bahwa ia
letih, ketika Havelaar meminta untuk menjerahkan anak jan,g
berat itu kepadanja. Ketika kereta terpaksa berhenti karena
terperosok kedalam lumpur, Verbrugge bertanja kepada residen,
apakah ia telah berbitjara tentang njonja Slotering.
- "Tuan. Havelaar. Mengatakan.
- "Tentu sadja, Verbrugge, mengapa tidak? Dia boleh ting-
gal pada kami, saja tidak ingin ...... "
- "Bahwa. Dia. Setudju. Sadja," residen menambahkan se-
patah demi sepatah dengan susah pajah.
- "Saja tidak mau menutup pintu buat seorang wanita da-
lam keadaan deniikian ......... dengan sendirinja ......... bukan
begitu, Tine?"
Pun Tine menganggap bahwa hal itu sudah sewadjarnja.
- "Anda punja dua rumah di Rangkas-Betung, kata Ver-
brugge; tjukup temp at untuk dua keluarga."
- "Tapi, sekalipun tidak demikian halnja ..... ."
- "Saja. Tidak. Berani."
- "Ah, residen, seru njonja Havelaar, tidak ada keraguan
pada kami."
- "Mendjandjikan. Kepadanja. Sebab."
- "Biar mereka sepuluh orang, asal mereka menerima apa
adanja dirumah kami."
"Menjusahkan. Sadja. Dan. Dia:"
92
- "Tapi melakukan perdjalanan dalam keadaan demikian
tidak mungkin, residen."
Terasa kedjutan kereta jang hebat karena dikeluarkan dari
lumpur, seolah-olah suatu tanda seru dibelakang keterangan,
bahwa perdjalanan tidak mungkin bagi njonja Slotering ; se-
muanja terpekik "aduh", pekikan jang biasanja menjusul sesu-
dah gontjangan demikian ; Max menemukan kembali pisangnja
jang terlempar dalam pangkuan ibunja, dan perdjalanan sudah
djauh, sudah mendekati lubang lumpur berikutnja, baru residen
memutuskan untuk mengachiri kalimatnja, dengan menambah-
kan:
- "Seorang. Perempuan. Bumiputera."
- ,,0, itu sama sadja," njonja Havelaar mentjoba bitjara te-
rang. Residen mengangguk, seolah-olah ia setudju bahwa soal
itu sudah diurus, dan karena mereka tambah sukar bitjara, me-
reka menghentikan pertjakapan.
Njonja Slotering adalah djanda asisten residen jang diganti-
kan oleh Havelaar, jang meninggal dua bulan jang lalu. Ver-
brugge jang buat sementara ditugaskan untuk mengerdjakan
pekerdjaan asisten residen, sebenarnja berhak untuk mendiami
rumah jang luas itu, jang didirikan oleh pemerintah di Rangkas-
Betung untuk kepala pemerintahan, seperti djuga diwilajah-
wilajah kabupaten lainnja. Tapi ia tidak mempergunakan haknja
itu, sebagian karena kuatir harus pindah pula tjepat-tjepat dari
situ, sebagian pula untuk membiarkannja dipergunakan oleh
djanda itu dengan anak-anaknja. Selandjutnja, temp at tjukup
luas, sebab ketjuali rumah asisten residen jang bes ar itu, disam-
ping itu, di "pekarangan" jang sama, masih ada sebuah rumah
lagi jang dahulu dipakai untuk kediaman asisten residen, dan
meskipun sudah agak runtuh, tapi masih tjukup baik untuk di-
tinggali.
Njonja Slotering meminta kepada residen untuk membitjara-
kan dengan pengganti suaminja, supaja ia boleh meninggali
rumah tua itu, sampai ia bersalin beberapa bulan lagi. Permo-
honan inilah jang oleh Havelaar dan isterinja dikabulkan dengan
93
senang hati, sebab mereka sangat terbuka hatinja menerima
tamu-tamu.
Residen mengatakan, bahwa njonja Slotering adalah seorang
"perempuan Bumiputera". Ini perlu didje1askan kepada pemba-
tja jang tidak pemah tinggal di Hindia, kalau tidak orang akan
mengira bahwa jang dimaksud ialah seorang perempuan Djawa
tulen, hal mana adalah keliru. .
Masjarakat Eropah di Hindia, terbagi dalam dua golongan
jang djelas batasnja: orang Eropah tulen, - dan mereka jang,
meskipun menurut undang-undang tunduk dibawah hukum jang
sama, tidak lahir di Eropah, dan sedikit banjak mempunjai da-
rah Bumiputera dalam tubuhnja. Demi menghormati pengertian-
pengertian perikemanusiaan dinegeri Hindia, saja segera harus
menambahkan, bahwa betapapun tadjamnja batas jang ditarik
orang dalam pergaulan masjarakat antara kedua djenis oknum
itu, jang, dimata orang Bumiputera, sama-sama bemama orang
Eropah, namun pembatasan itu sama sekali tidak bersifat be-
ngis, seperti halnja di Amerika pada pemisahan tingkat golongan.
Saja tidak menjangkal bahwa dalam hubungan itu masih tetap
banjak hal-ha1 jang tidak adil dan memuakkan, dan bahwa kata
"liplap" sering saja dengar, sebagai bukti betapa djauh masih
orang bukan liplap, jakni orang ku1it putih, terpisah dari perada-
ban jang sesungguhnja. Memang bangsa liplap hanja sebagai
ketjuali dibiarkan masuk kedalam pergaulan, biasanja mereka
"tidak dianggap penuh" , djika saja boleh memakai ungkapan
jang sangat umum itu, tapi djarang penolakan atau anggapan
rendah sematjam itu dikemukakan atau dipertahankan sebagai
suatu prinsip. Setiap orang bebas memilih lingkungannja sendiri,
dan tidak bisa orang Eropah totok disalahkan, djika ia lebih
suka bergaul dengan orang sebangsanja dari dengan orang jang
tidak sama kesan-kesan dan pikiran-pikirannja 'dengan dia, -
tidak kita persoalkan apakah deradjat mori1 dan intelektuilnja
lebih tinggi atau lebih rendah, - atau, - dan inilah mungkin
sebab utama, - jang prasangka-prasangkanja mendjurus kearah
lain dari padanja.
94
Seorang "liplap", - untuk mempergunakan istilah jang di-
anggap lebih sopan, seharusnja saja katakan : "apa jang disebut
anak Bumiputera" ; tapi izinkanlah saja tetap mempergunakan
kata sehari-hari itu jang lahir dari aliterasi, saja tidak bermak-
sud menghina dengan perkataan itu, lagipula apa artinja kata
itu ? - seorang liplap banjak kebaikannja, pun orang Eropah
banjak kebaikannja. Keduanjapun banjak keburukan-keburukan-
nja; djadi, dalam kedua hal itu mereka sama. Tapi kebaikan dan
keburukan jang menempel pad a masing-masing mereka itu, ter-
lalu berbeda-beda, sehingga pada umumnja pergaulan mereka
tidak akan menjenangkan bagi kedua belah pihak. Tambahan
pula, dan dalam hal ini pemerintah membuat kesalahan banjak,
orang liplap seringkali tidak mendapat pendidikan jang baik.
Soalnja sekarang bukan bagaimana seharusnja seorang Eropah,
djika ia sedjak ketjilnja terhambat dalam pendidikannja; tapi
sudah pasti bahwa kekurangan pendidikan ilmiah si liplap pada
umumnja, menjukarkan penjamaan haknja dengan orang Ero-
pah, djuga dimana ia sebagai individu, karena ketjerdasannja,
pengetahuannja atau keseniannja, seharusnja lebih diutamakan
dari seorang Eropah tertentu.
Ini pun bukan sesuatu jang baru. Adalah mendjadi politik
Willem Sang Penakluk 3) untuk mengutamakan seorang Nor-
mandia jang paling tidak berarti diatas seorang Saksen jang
paling berpendidikan; dan tiap orang Normandia membangga-
kan keunggulan bangsa Normandia pada umumnja, untuk min-
ta diakui, djuga dimana ia tidak berarti apa-apa tanpa pengaruh
sepesukuannja sebagai pihak jang berkuasa.
Karena keadaan sematjam itu, maka setjara a priori lahirlah
hubungan jang serba terpaksa dalam pergaulan, jang hanja bis a
dihilangkan dengan pengertian filsafat dan wawasan jang lu as
dari pemerintah.
Dengan sendirinja orang Eropah, jang dalam hubungan ini
3) Hertog Normandia (dï Perantjis), jang menaklukkan orang Angel
dan Saksen dinegeri Inggris, tahun 1066.
95
berada dipihak jang menang, mudah sekali membiasakan diri
dengan kemenangan jang tidak wadjar itu; tapi sering kita
merasa geli mendengar seseorang jang memperoleh pendidikan-
nja dan bahasanja sebagian besar di Zandstraat 4) di Rotterdam,
mentertawakan seorang liplap, karena ia menjebut glas water
dan gouvernement dengan djenis kata djantan dan zon atau
maan, netral.
Seorang liplap bis a sadja halus budi bahasanja, berpendidikan
atau terpeladjar, - memang ada jang demikian, - tapi apa-
bila orang Eropah jang berpura-pura sakit supaja bisa diturun-
kan dari kapal dimana ia djadi tukang tjutji piring, dan jang
mendasarkan basa basinja pada kata-kata "uwee" dan "verex-
cuseer" 5), mengepalai sebuah perusahaan dagang, jang mendapat
keuntungan "luar biasa" atas nila dalam tahun 1800 sekian, -
tidak, djauh sebelum ia memiliki "toko" itu, dimana ia men-
djual ham dan senapang pemburu, - apabila orang Eropah
sematjam itu mengetahui bahwa orang liplap jang paling terpe-
ladjarpun sukar membedakan "h" dan "g", maka ia akan men-
tertawakan orang itu, jang tidak tahu perbedaan antara hek dan
gek.
Tapi, supaja ia djangan tertawa, ia pun seharusnja menge-
tahui, bahwa dalam bahasa Arab dan Melaju "cha" dan "hha"
ditulis dengan satu huruf, bahwa "Hieronymus" melalui Gero-
nimo berobah mendjadi "lerome", bahwa Huano kita djadikan
Guano, bahwa "want" adalah "handschoen", bahwa "kous"
berasal dari "hose", dan bahwa "Guild Heaume" dalam bahasa
Belanda kita utjapkan "Huillem" atau "Willem". Tapi itu ter-
lalu sukar bagi orang jang mentjari untung "dalam" nila.
Dan orang Eropah demikian tentu sadja tidak bisa bergaul
dengan orang liplap seperti itu.
Saja mengerti bagaimana Willem berasal dari Guillaume, dan
4) Sebuah djalan di Rotterdam dulu, jang didiami oleh rakjat djelata.
G) Mestinja: "uw" dan "excuseer"; kekeliruan ut japan jang d'ilakukan
d1eh rakjat biasa jang mau bitjara seperti orang terpeladjar.
96
saja harus mengakui, bahwa saja, terutama di Maluku, berke-
nalan dengan banjak orang liplap, jang keluasan pengetahuannja
mengagumkan saja, dan jang membikin saja berpikir, bahwa
kita orang Eropah betapapun banjaknja fasilitas pada kita, se-
ringkali dan bukan sadja setjara perbandingan, djauh ketingga-
lan dari orang-orang paria jang miskin itu, jang sedjak lahirnja
harus berkelahi dengan kedudukan jimg lebih rendah, kedu-
dukan rendah jang disengadja tidak adil, jang dibuat-buat, dan
berkelahi melawan prasangka gila terhadap warna kulitnja.
Tapi njonja Slotering sekali bebas tetap bebas dari membuat
kesalahan-kesalahan dalam bahasa Belanda, karena ia berbitjara
dalam bahasa Melaju. Kita akan melihatnja nanti ketika kita
minum teh dengan Havelaar, Tine dan Max ketjil diserambi
muka tempat kediaman asisten residen di Rangkas-Betung, di-
mana rombongan musafir kita achirnja tiba dengan selamat
sesudah tergontjang-gontjang dan terantuk-antuk dalam kereta.
Residen jang hanja datang untuk melantik asisten baru dalam
djabatannja, mengatakan bahwa ia ingin pulang hari itu djuga
ke Serang, "karena. Ia",
Havelaar pun menjatakan keinginannja untuk segera bekerdja.
- "Sibok. Sekali."
dan diadakanlah persetudjuan, bahwa setengah djam lagi akan
diadakan pertemuan diserambi besar depan rumah bupati.
Verbrugge sudah siap sedia, dari djauh-djauh hari ia telah me-
merintahkan kepala-kepala distrik, Patih, Kliwon, Djaksa, pe-
nagih padjak, beberapa orang Mantri, dan semua pedjabat
Bumiputera jang harus menghadiri upatjara itu, untuk berkumpul
diibu kota