ikian, peniadaan tahun kabisat pada tahun
abad yang tidak dapat di bagi 400, yaitu untuk masa tertentu
(3.323 tahun) masih tetap akan terdapat selisih 1 hari. Oleh
karena itu, untuk menyesuaikannya harus menjadi 1 tahun
kabisat lagi. Jadi, kekurangan 0j 11m 14d di atas salama 4 abad
(400 tahun) = 400 x 0j 11m 14d = 74j 53m 20d. Nilai tersebut
sama dengan 3h 2j 53m 20d, berarti 3 hari lebih 2j 53m 20d. Dalam
jangka waktu 3.323 tahun, kelebihan itu akan berjumlah 24 jam
(1 hari).97
Rata 365 hari pada satu tahun, maka ada kelebihan 5j
48m 46d dikalikan 4 tahun = 23J 15m, maka 24j –23j 15m = 45m,
sehingga ada kekurangan 45m dikalikan dengan 100 tahun =
4500 menit ÷ 60m = 75j, kelebihan 75 jam, kemudian dibagi
24j = 3h 3j. kurang lebih 3j di kalikan 8 =1 hari kurang, maka
1h dikalikan dengan 4 tahun dikaliklan 100 tahun dikalikan 8
97 ............., Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriyah
dan Jawa, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011. hlm, 41.
| 131
= 3200 tahun. Dari sinilah tahun ke-1, 2, dan 3 adalah tahun
basithah dan pada tahun ke 4 adalah tahun Kabisat. Ini berlaku
juga pada tahun 100, 200, 300 adalah tahun basithah dan tahun
400 adalah tahun kabisat. Maka tahun 3200 M yang akan datang
kurang satu hari, maka dijadikan tahun basithah.
Untuk menghadapi perhitungan yang rumit, maka
memerlukan penyederhanaan lagi. Satu siklus (4 tahun)
dianggap sama-rata besarnya, yaitu 1461 hari. Dengan
demikian, untuk memperoleh jumlah hari, maka dapat
dirumuskan bilangan tahun dibagi empat, lalu dikalikan 1461
hari, sesudah itu hasilnya dikurangi 13 hari. Bilangan 13 hari
ini berasal dua kejadian. Pertama, jumlah 10 hari akibat dari
pembaharuan sistem Gregorian yang mengakibatkan majunya
hari dari tanggal 5 Oktober menjadi 15 Oktober 1582 M. Kedua,
jumlah 3 hari ialah berasal dari abad ke-17, 18, dan abad ke-
19 pada perhitungan dianggap sebagai tahun panjang, padahal
semestinya tahun pendek.
Setelah almanak Gregorian dicanangkan, tidak semua
negara mau memakainya. Hal ini dikarenakan mereka
masih mengikuti keyakinan dan kepercayaan dari dewan
gereja yang masih menggunakan sistem penanggalan Julian.
Kejadian ini berlangsung cukup lama, hingga berselang
kurang lebih 3 abad, barulah hampir di semua negara mau
meng-implementasikannya. Misalnya, Rusia baru meng-
implementasikan System Penanggalan Gregorian pada tahun
1918 M. Dengan demikian Revolusi Komunis Rusia yang
sekarang diperingati setiap tanggal 7 November disebut sebagai
Revolusi Oktober.
Menjelang akhir abad ke-17 tahun 1698, seorang ilmuwan
Jerman yang berwibawa saat itu, Prof. Dr. Erhard Weigel
mengirim surat kepada raja-raja Eropa yang beragama Protestan
agar mau menerima almanak Gregorian. Weigel menegaskan
bahwa pemakaian almanak itu tidaklah berarti tunduk kepada
132
Paus. Kata Weigel, hal ini adalah masalah ketepatan peredaran
benda langit dan bukan masalah agama.
Oleh karena itu, pada awal abad ke-18, negara-negara
Protestan menerima almanak Gregorian. Inggris negara
Anglikan mengikuti pada tahun 1752 M, dengan menyatakan
tanggal 2 September 1752 M langsung disusul oleh 14
September 1752 M. Hal ini juga berlaku untuk seluruh jajahan
Inggris, termasuk Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada
sekarang) yang saat itu belum merdeka. Akibatnya, George
Washington yang nantinya menjadi presiden pertama Amerika
Serikat terpaksa mengubah tanggal lahirnya dari 11 Pebruari
1732 M menjadi 22 Pebruari 1732 M.98
Negara-negara Eropa Timur yang menganut Kristen
ortodoks baru menerima almanak Gregorian sesudah Perang
Dunia I berakhir. Rusia memberlakukannya tahun 1918 M
dengan menyatakan bahwa 31 Januari langsung disusul 13
Pebruari. Hari penghapusan kekaisaran Rusia yang berlangsung
tanggal 7 November 1917 M (menurut almanak Gregorian)
sampai sekarang masih disebut “Revolusi Oktober”, karena
hari itu di Rusia masih menggunakan almanak Julian tanggal
25 Oktober. Negara Eropa terakhir yang menerima almanak
Gregorian adalah Yunani di tahun 1923 M.
Akan tetapi, almanak Julian tetap digunakan oleh Gereja
ortodoks khusus untuk menentukan Hari Natal. Sampai
sekarang mereka merayakan Natal pada tanggal 7 Januari (25
Desember menurut almanak Julian), dua minggu lebih lambat
daripada umat Kristen lainnya.
Di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin,
penyebaran almanak Gregorian dilakukan oleh negara-negara
Eropa yang menjajahnya. Di Indonesia sendiri, sampai awal abad
ke-20, almanak Hijriah masih dipakai oleh raja-raja Nusantara.
98 Ibid. hlm, 42
| 133
Bahkan, raja Karangasem yang beragama Hindu, Ratu Agung
Ngurah, didalam surat-suratnya kepada Gubernur Jenderal
Hindia Belanda yang beragama Nasrani, otto van Rees, pada
tahun 1894 masih menggunakan almanak 1313 Hijriah.
Almanak Gregorian secara resmi dipakai di seluruh
Indonesia mulai tahun 1910 M dengan berlakunya Wet op het
Nederlandsch onderdaanschap, hukum yang menyeragamkan
seluruh rakyat Hindia Belanda. Maka tercapailah niat Octavianus
Augustus yang ingin namanya abadi. Nama Kaisar Romawi ini
senantiasa diucapkan ratusan juta orang Indonesia setiap tahun
ketika mereka merayakan hari proklamasi kemerdekaan.
Di Indonesia, sistem Gregorian itu berlaku sejak negara
Belanda memasuki Indonesia sekitar pada tahun 1600-an, karena
di negeri Belanda sendiri sistem penanggalan itu diberlakukan
sejak tahun 1583 M. Di negara Swedia, sistem penanggalan ini
mulai digunakan pada tahun 1753 M, di negara Jepang pada
tahun 1873 M, di negara Cina pada tahun 1912 M, dan yang
terakhir ialah di negara Turki pada tahun 1927 M.
Selanjutnya, ketentuan-ketentuan yang perlu diketahui
ialah untuk bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober,
dan Desember ditentukan panjang masing-masing harinya
31 hari. Sedangkan bulan-bulan April, Juni, September, dan
November ditentukan masing-masing lamanya 30 hari. Khusus
bulan Pebruari, untuk tahun-tahun pendek dihitung 28 hari,
sedangkan untuk tahun-tahun panjang dihitung 29 hari.
No Bulan Hari Kabisat Basitoth
1 Januari 31 31 31
2 Pebruari 28/29 60 59
3 Maret 31 91 90
4 April 30 121 120
5 Mei 31 152 151
6 Juni 30 182 181
134
7 Juli 31 213 212
8 Agustus 31 244 243
9 September 30 274 273
10 Oktober 31 305 304
11 November 30 335 334
12 Desember 31 366 365
Jumlah hari tahun kabisat 366. Sedangkan jumlah hari
tahun basithah berjumlah 365.
Gambar:1. Zodiak
3. Cara menetukan hari tahun Masehi
Tahun dibagi 281. .
Kemudian sisa dari pembagian 28; dibagi 4, dan 2.
hasilnya pembagian 4, jika jatuh pada tahun
kabisat, maka hasil dari pembagian dikurangi 1 dan
hasilnya berapa kemudian ditambahkan dengan hasil
sisa.
Setelah di jumlah hasilnya dibagi 7, semua dari sisa 3.
lalu dijumlah untuk menjadikan hari. Adapun hari
dimulai dari hari Ahad 1, senin 2, Selasa 3, Rabu 4,
Kamis 5, jum’at 6, sabtu 0/7.
| 135
1) Contoh menentukan hari 1 Januari 2016 M (Kabisat)
28/2016 = 72
2016–
4/0 = 0–1= 6
Sisa 6
Jadi 1 Januari 2016 Jatuh Pada Hari Jum’at
2) Contoh menentukan hari 1 Januari 2016 M (Kabisat)
28/2016 =1
1988–
4/28 = 7–1=6
6+
7/34 = 4
28–
Sisa 6
Jadi 1 Januari 2016 Jatuh Pada Hari Jum’at
3. Contoh menentukan hari 1 Januari 2017 M (Basithah)
28/2017 = 72
2016–
Sisa 1
Jadi 1 Januari 2017 Jatuh Pada Hari Ahad
4. Contoh menentukan hari 1 Januari 2024 M (Kabisat)
28/2024 =72
2016–
4/8 =2–1= 1
1+
7/9
7–
Sisa 2
Jadi 1 Januari 2024 Pada Hari Senin
136
5. Contoh menentukan hari 1 Januari 2043 M (Basithah)
28/2043= 72
2016–
4/27= 6
6+
7/33= 4
28–
Sisa 5
Jadi 1 Januari 2043 Jatuh Pada Hari Kamis
4. Cara menentukan Pasaran Masehi
Tahun dibagi 20, lalu sisanya dibagi 4.1.
Hasilnya? + Legi (Kabisat) dan Pahing (Basithah)2.
1. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2016 M (Kabisat)
20/2016= 100
2000–
4/16= 4 + Legi
16–
0 (kabisat)
Jadi 1 Januari Tahun 2016 M pasaran Kliwon
2. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2017 M (Basithah)
20/2017= 100
2000–
4/17 = 4 + Pahing
16–
1 (Basithah)
Jadi 1 Januari Tahun 2017 M pasaran Legi
| 137
3. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2024 M (Kabisat)
20/2024= 100
2000–
4/24 = 6 + Legi
24–
0 (Kabisat)
Jadi 1 Januari Tahun 2024 M pasaran Pahing
4. Contoh menentukan pasaran 1 Januari 2043 M (Basithah)
20/2043 = 100
2000–
4/43 = 10 + Pahing
40–
3 (Basithah)
Jadi 1 Januari Tahun 2043 M pasaran Pahing
No Bulan Hari Jmh Pasaran Jmh
1 Januari 3 3 1 1
2 Pebruari 0b/1k 3b/4k 3b/4K 4b/5K
3 Maret 3 6b/7k 1 5b/6K
4 April 2 8b/9k 0 5b/6K
5 Mei 3 11b/12k 1 6b/7K
6 Juni 2 13b/14k 0 6b/7K
7 Juli 3 16b/17k 1 7b/8K
8 Agustus 3 19b/20k 1 8b/9K
9 September 2 21b/22k 0 8b/9K
10 Oktober 3 24b/25k 1 9b/10K
11 November 2 26b/27k 0 9b/10K
12 Desember
Tabel untuk menetukan hari dan pasaran
138
Contoh tahun 2017 jatuh pada hari Ahad Legi
No Bulan Jmh Hari Jmh pasaran
1 Januari +3 Ahad +1 Legi
2 Pebruari +0 Rabu +3 Pahing
3 Maret +3 Rabu +1 Kliwon
4 April +2 Sabtu +0 Legi
5 Mei +3 Senin +1 Legi
6 Juni +2 Kamis +0 Pahing
7 Juli +3 Sabtu +1 Pahing
8 Agustus +3 Selasa +1 Pon
9 September +2 Jum’at +0 Wage
10 Oktober +3 Ahad +1 Wage
11 November +2 Rabu +0 Kliwon
12 Desember Jum’at Kliwon
Tabel perbedaan tahun Julian dan Gregorian adalah
sebagai berikut:
Tahun Menurut Tahun MenurutJulian Gregorian Julian Gregorian
1600 Kabisat Kabisat 1600 Kabisat Kabisat
1602 Basithah Basithah 1604 Kabisat Kabisat
1612 Kabisat Kabisat 1614 Basithah Basithah
1722 Basithah Basithah 1624 Kabisat Kabisat
1700 Kabisat Basithah 1700 Kabisat Basithah
1736 Kabisat Kabisat 1738 Basithah Basithah
1746 Basithah Basithah 1748 Kabisat Kabisat
1800 Kabisat Basithah 1800 Kabisat Basithah
1854 Basithah Basithah 1852 Kabisat Kabisat
1864 Kabisat Kabisat 1862 Basithah Basithah
1900 Kabisat Basithah 1900 Kabisat Basithah
1966 Basithah Basithah 1968 Kabisat Kabisat
| 139
1976 Kabisat Kabisat 1978 Basithah Basithah
2000 Kabisat Kabisat 2000 Kabisat Kabisat
Pada daftar di atas nampak bahwa selama 400 tahun,
almanak Gregorian berhasil meniadakan tiga kali tahun
kabisat. Hal ini berarti bahwa almanak Gregorian berhasil
memperkecil kesalahan almanak Julian. Ketentuan-ketentuan
ini masih tetap berlaku sampai sekarang, sehingga penanggalan
sekarang ini disebut almanak, atau penanggalan Gregorian.
Gambar:2. Kalender Gregorian
| 141
BAB
7
KALENDER KAMARIAH
Waktu adalah suatu hal yang sangat penting, karena segala kegiatan manusia tidak bisa terlepas dari waktu. Begitu juga agama Islam
yang banyak ritualitas keabsahannya sangat ditentukan oleh
waktu, seperti; salat, puasa, zakat, dan haji. Berawal dari hal ini,
maka disusunlah sebuah kalender yang merupakan manifestasi
dari satuan waktu, dimana satuan-satuan tersebut dinotasikan
berupa hari, bulan, tahun, dan sebagainya. Satuan-satuan ini
sangat berperan penting bagi kepentingan ibadah manusia.
Sebagaimana telah disinggung di muka, lama satu tahun
Syamsiah ialah 365 hari untuk tahun pendek dan 366 hari untuk
tahun panjang. Adapun untuk tahun Kamariah, lamanya adalah
354 hari untuk tahun pendek dan 355 hari untuk tahun panjang.
Dengan demikian, perhitungan tahun Kamariah lebih cepat 10
sampai 11 hari di setiap tahunnya jika dibandingkan dengan
142
tahun Syamsiah. Sedangkan untuk tahun Saka99, penetapan
hari dan bulannya adalah sebagaimana tahun Kamariah secara
‘Urfi.
Tahun Kamariah, jumlah hari pada tiap bulannya sama
dengan satu synodic100, sehingga jumlah hari pada satu bulan
selama satu tahun akan bergantian antara 29 atau 30 hari. Pada
penentuan awal bulan Kamariah, terdapat dua kelompok besar,
yaitu; hisab dan rukyat. Kelompok hisab mengatakan bahwa
awal bulan Kamariah harus ditentukan melalui perhitungan,
sedangkan kelompok rukyat berpendapat bahwa penentuan
tersebut harus dengan melihat hilal pada sore hari di tanggal 29
bulan Kamariah.
Penggunaan metode hisab dan rukyat pada penetapan
awal bulan Kamariah menjadi persoalan yang menarik, karena
tidak jarang terjadi perbedaan untuk mengawali ataupun
mengakhiri ibadah-ibadah pokok pada ajaran Islam, seperti;
puasa, idul Fitri, dan idul Adha.
Terkait dengan itu semua, di Indonesia masih banyak
aliran hisab pada penentuan awal bulan Kamariah, yakni dari
mulai hisab ‘urfi, hisab hakiki taqribi, hisab hakiki bit-tahqiq,
dan hisab kontemporer. Dan hampir semua sistem hisab
tersebut sudah menyebar di kalangan masyarakat, baik pada
kalangan pesantren, perguruan tinggi maupun masyarakat
pada umumnya, meskipun belum merata. Oleh karena itu,
setidaknya ada pemahaman dan kesepakatan untuk hisab sebagai
acuan perhitungan (visibilitas hilal), yang dapat dilakukan
oservasi (rukyat), supaya tidak terjadi perbedaan memulai dan
mengakhiri puasa.
99 Tahun Jawa di sebut juga tahun Aji Saka, karena permulaan perhitungannya di
mulai oleh seorang raja dari keturunan Aji Saka, pada tahun 78 M.
100 Synodic atau pada istilah falak Ijtima’ adalah durasi yang dibutuhkan oleh Bulan
berada pada suatu fase Bulan baru ke fase Bulan baru berikutnya. Adapun waktu yang
dibutuhkan adalah 29,530588 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik.
| 143
A. Sejarah Kalender Hijriah
Kalender Hijriah atau Kalender Islam adalah kalender
yang digunakan oleh umat Islam, baik dalam menentukan
tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, maupun hari-
hari penting lainnya. Adapun kalender ini dinamakan Kalender
Hijriah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun
dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad Saw.
dari kota Mekah ke kota Madinah, yakni pada tahun 622 M.
(Kamis Kliwon, 15 juli 622 M/1 Muharam 1H). Sedangkan di
beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender
Hijriah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-
hari. Berbeda dengan kalender Masehi yang menggunakan
peredaran Matahari, kalender Islam menggunakan peredaran
Bulan sebagai acuannya.
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab sudah
menggunakan kalender dengan berbagai sistem, mulai lunar
system (Kamariah) solar system (Syamsiah) maupun luni solar
system (perpaduan Syamsiyah dan Kamariah). Luni solar system
ini sempat menjadi terkenal dan banyak dipakai dikalangan
bangsa Arab pra Islam dimana Awal bulan hijriah dimulai dengan
munculnya Bulan (Hilal), dimana jumlah harinya berselang-
seling antara 29 dan 30, sehingga satu tahun terdiri dari 354
hari atau 11 hari lebih cepat daripada kalender Syamsiah yang
365 hari selama setahun. Adapun agar sesuai dengan perjalanan
Matahari dan agar tahun baru selalu jatuh pada awal musim
gugur, maka setiap periode 19 tahun ada 7 tahun yang jumlah
bulannya 13 (satu tahunnya 384 hari). Bulan ekstra ini disebut
dengan bulan nasi’ yang ditambahkan setelah bulan Zulhijjah.
Akan tetapi, ternyata tidak semua kabilah Arab sepakat
untuk menentukan tahun apa saja yang mempunyai bulan nasi’
(interkalasi). Terdapat satu kabilah yang meletakkan bulan nasi’
pada tahun tertentu, sedangkan yang lain tidak. Akibatnya,
jika satu kabilah tidak meletakkan bulan nasi’ berarti mereka
144
pada bulan tersebut dilarang berperang, karena masuk bulan
Muharam. Sementara itu, kabilah yang meletakkan bulan nasi’
akan bebas melakukan peperangan di bulan itu, karena mereka
beralasan masih bulan nasi’. Oleh karena itu, bulan ekstra ini
menimbulkan banyak permusuhan di kalangan orang Arab.
Bulan nasi’ juga menjadi jalan bagi sekelompok kabilah
untuk kepentingan pribadi dan kabilah mereka sesuai
kebutuhan. Mereka menjadikan Muharam sebagai Shafar,
sehingga mereka bisa menghalalkan banyak hal yang dilarang
pada bulan Muharam tersebut. Pada firman Allah Swt:
َمْوَي ِللها ِباَتِك ِف اًرْهَش ََشَع اَنْثا ِللها َدْنِع ِروُه ُّشلا َة َّدِع َّنِإ
ُني ِّدلا َِكلَذ ٌمُرُح ٌةَعَبْرَأ اَهْنِم َضْر َْلاَو ِتاَوَم َّسلا َقَلَخ
ًة َّفاَك َينِك ِْشُْلا اوُِلتاَقَو ْمُكَسُفْنَأ َّنِهيِف اوُمِلْظَت َلَف ُم ِّيَقْلا
مَّنِإ ، َينِق َّتُْلا َعَم َللها َّنَأ اوُمَلْعاَو ًة َّفاَك ْمُكَنوُِلتاَقُي َمَك
اًماَع ُهَنو ُّلُِي اوُرَفَك َنيِذ َّلا ِِهب ُّلَضُي ِرْفُكْلا ِف ٌةَداَيِز ُءِسَّنلا
َم َّرَح اَم او ُّلِحُيَف ُللها َم َّرَح اَم َة َّدِع اوُئِطاَوُِيل اًماَع ُهَنوُم ِّر َُيَو
َنيِرِفاَكْلا َمْوَقْلا يِدَْي َل ُللهاَو ِْمِلَمْعَأ ُءوُس ْم َُل َنِّيُز ُللها
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram
itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang
kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya
pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang
| 145
lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang
Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang
diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang
perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Taubah: 36-
37).
Dengan turunnya wahyu di atas, Rasulullah Saw.
menetapkan bahwa kalender Islam tidak lagi bergantung
kepada perjalanan Matahari, namun menggunakan kalender
Kamariah murni, serta menghilangkan tradisi penambahan
bulan ke-13 (nasi’).
Walaupun penetapan kalender telah ada di zaman
Rasulullah Saw. dan bulannya sudah ada sejak pra-Islam, namun
penomoran tahun masih belum dikenal. Mereka menandai
tahun-tahunnya dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
di sekitarnya. Misalnya, tahun dimana Nabi Muhammad Saw.
lahir, dikenal dengan sebutan “Tahun Gajah”. Hal itu karena
pada waktu itu terjadi penyerbuan Ka’bah di Mekah oleh
pasukan gajah yang dipimpin oleh Gubernur Yaman, Abrahah.
Penomoran kalender Islam baru ada pada di zaman
khalifah Umar bin Khathab (632H-634H), tepatnya pada tahun
638 H. Adapun penyebabnya ialah surat Abu Musa al-Asyari
untuk khalifah Umar yang berisi: “Surat-surat kita sudah
memiliki tanggal dan bulan, namun tidak berangka tahun.
Menurutku sekarang sudah saatnya umat Islam membuat
tarikh perhitungan tahun sendiri”.
Khalifah pun menyetujui usulan itu dan langsung
membentuk panitia yang diketuai langsung oleh beliau dengan
enam anggota sahabat Nabi terkemuka, yaitu Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin
Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awam.
Mereka bermusyawarah untuk menentukan tahun pertama
dari kalender yang selama ini telah digunakan. Ada yang
146
mengusulkan agar dimulai dari tahun kelahiran Nabi (Tahun
Gajah = 571 M), namun ada pula yang mengusulkan dimulai
dari tahun turunnya wahyu Allah Swt. yang pertama (bi’tsah =
610 M).
Adapun semua usulan-usulan yang masuk, baik kelahiran
Nabi maupun permulaan turun wahyu itu tidak diambil sebagai
awal tahun Islam, karena masih terjadi kontroversi mengenai
waktu yang pasti dari kejadian sebenarnya. Adapun usulan
hari wafatnya Rasulullah Saw. juga tidak diterima sebagai
permulaan kalender, karena dipertautkan dengan kenangan
menyedihkan pada hari wafat beliau yang mungkin saja akan
menjadikan kesedihan kaum muslimin. Sedangkan yang
disetujui adalah usulan Sayyidina Ali, yaitu dimulai dari tahun
hijrah Rasulullah Saw. ke Madinah. Menurut Umar, hijrah
adalah momen yang penting, dimana saat itu antara haq dan
bathil dapat dipisahkan.
Namun demikian, terdapat beberapa versi mengenai
kapan peristiwa hijrah terjadi. Imam at-Thabari dan Ibnu
Ishaq menyatakan bahwa saat hijrah ke Madinah, Rasulullah
Saw. tiba di Quba pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 13
kenabian, yakni bertepatan pada tanggal 24 September 622 M,
waktu Dhuha (sekitar jam 8.00 atau 9.00). Di sana, Nabi Saw.
singgah di tempat tinggal keluarga Amr bin Auf selama empat
hari (hingga hari kamis, 15 Rabiul Awal, atau 27 September 622
M). Setelah Masjid Quba dibangun pada tanggal 16 Rabiul Awal,
Jumat, 28 September, beliau meneruskan perjalanan menuju
Madinah.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Nabi Saw. tiba di
Madinah pada hari Jumat 16 Rabiul Awal atau 28 September.
Ahli sejarah lainnya berpendapat hari Senin, 12 Rabiul Awal
atau 5 Oktober 621 M. Ada pula yang mengatakan pada hari
Jumat, 12 Robiul Awal 24 Maret 622 M. Akan tetapi, terlepas
dari perbedaan tanggal dan tahun tersebut, para ahli sejarah
| 147
bersepakat bahwa hijrah Nabi Saw. terjadi pada bulan Rabiul
Awal, bukan di bulan Muharam.
Ketika para sahabat bersepakat menjadikan tahun peristiwa
hijrah Nabi Saw. sebagai tahun pertama kalender Islam, lalu
timbul permasalahan tentang awal bulan kalender. Ada yang
mengusulkan Rabiul Awal, namun ada pula yang mengusulkan
Muharam. Maka sayyidina Umar berpendapat bahwa awal
bulan hendaknya dimulai dari bulan Muharam, karena pada
bulan ini umat Islam baru pulang dari melaksanakan Ibadah
Haji.
B. Macam Hisab
Hisab penentuan awal bulan Kamariah sangatlah beragam,
yaitu; dari hisab ‘urfi, hisab hakiki taqribi, hisab hakiki bit-tahqiq
dan hisab hakiki kontemporer. Hisab urfi hanya didasarkan
kepada kaidah-kaidah umum dari gerak atau perjalanan Bulan
mengelilingi Bumi pada satu Bulan sinodis, yakni satu masa
dari ijtimak/konjungsi yang satu ke konjungsi lainnya, yang
rata-rata ditempuh selama 29h 12j 44m 2,8 d.
Pada hisab urfi, masa ijtima’ tersebut dibuat landasan
untuk menetapkan umur Bulan, di mana dalam hisab urfi,
umur Bulan selalu bergantian antara 30 hari dan 29 hari,
kecuali untuk tahun kabisat di Bulan Zulhijjah yang ditetapkan
30 hari. Satuan masa tahun Hijriah urfi adalah 30 tahun, yang
terdiri dari 11 tahun kabisat dan 19 tahun basithah. Penetapan
11 tahun kabisat adalah dari bilangan 44 menit 2,8 detik tiap
bulan pada satu tahun dikalikan 12, lalu dikalikan 30 (untuk
30 tahun), hingga terjumlah 264 jam 16 menit 48 detik. 264
jam = 11 hari. Dengan demikian, selama 30 tahun ada 11
tahun yang jumlah harinya ditambah satu hari menjadi 355
hari yang diberi nama tahun kabisat. Sedangkan untuk tahun
basithah, maka umurnya adalah 354 hari.
148
Hisab hakiki taqribi, maka sesuai dengan namanya, hasilnya
baru mendekati kebenaran dan sistemnya sangat sederhana.
Hisab hakiki taqribi ini dapat dihitung dan diselesaikan tanpa
kalkulator dan computer, karena sistem perhitungannya
kebanyakan hanya menambah dan mengurangi. Jadi,
belum menggunakan rumus-rumus segitiga bola. Adapun
perkaliannya hanya ada dua kali, yaitu, Pertama, al-Bu’du al-
Ghair al-Mu’addal dikalikan 5 menit. Kedua, al-Bu’du al-Mu’ddal
dikalikan Khishshah al-Sa’ah.
Sistem hisab hakiki taqribi ini dapat dijumpai di dalam
kitab Sulam al-Naiyyirain karya K.H. Manshur al-Battawiy,
Fatkhur-Rauf al-Mannan, dan kitab al-Khulashah al-Wafiyah. Pada
kitab Sulam al-Naiyyirain dan kitab Fatkhur-Rauf al-Mannan,
maka sistem taqribi sudah final. Akan tetapi, di dalam kitab al-
Khulashah al-Wafiyah, sistem taqribi belumlah final, namunbaru
proses awal yang harus dilalui untuk melakukan hisab hakiki
bit-tahqiq.
Hisab hakiki taqribi pada penetuan awal Bulan Kamariah
hanyalah mencari waktu ijtima’. Ketika ijtima’ terjadi sebelum
Maghrib, maka tinggi hilal selalu positif, karena untuk
mendapatkan tinggi hilal, rumusnya hanyalah waktu Maghrib
dikurangi waktu ijtima’, sisanya dibagi dua, lalu dikalikan 1
derajat.
Hisab hakiki bit-tahqiq merupakan lanjutan dari hisab hakiki
taqribi. Hisab hakiki bit-tahqiq, pada proses perhitungannya
mendetail dengan menggunakan rumus-rumus segitiga bola.
Hisab hakiki bit-tahqiq, untuk hisab awal bulan Kamariah,
maka konsentrasi tidak hanya menghitung waktu ijtima’ saja,
namun juga harus memperhatikan markaznya, yaitu tempat
yang dijadikan pusat perhitungan itu harus diketahui dengan
jelas bujurnya berapa? Lalu lintangnya berapa? Ketinggiannya
berapa? Di tempat tersebut Maghrib terjadi jam berapa? Pada
saat Maghrib, di tempat tersebut deklinasi Matahari atau Mail
| 149
al-Syams berapa? Deklinasi bulan atau Mail al-Qamar berapa?
Equation of time atau Daqaiq Ta’dil al-Zaman-nya berapa? Sudut
waktu Matahari berapa? Sudut waktu bulan berapa? Tinggi
Bulan berapa? Azimuth Matahari berapa? Azimuth Bulan
berapa? Dan Elongasi Bulan berapa?
Pada hisab hakiki bit-tahqiq bisa dikerjakan dengan bantuan
alat bantu, baik yang sederhana, seperti daftar logaritma maupun
yang canggih, seperti scientific calculator atau komputer.
Hisab hakiki kontemporer adalah sebagaimana sistem
hisab hakiki bit-tahqiq yang diprogram di komputer yang sudah
disesuaikan dengan perkembangan ataupun temuan-temuan
baru.
Adapun pada bab ini, kita hanya menyajikan bagaimana
proses perhitungan hisab ‘urfi Hijriah dan pasaran.
a. Hisab ‘Urfi
Dalam Penanggalan Kamariah, umur bulannya didasarkan
kepada peredaran qamar (Bulan) mengelilingi Bumi yang
senantiasa berkisar antara 30 hari dan 29 hari. Hal ini karena
Bulan berputar mengelilingi Bumi selama l Bulan sinodis
(ijtima’ sampai dengan ijtima’) atau rata-rata membutuhkan
waktu 29h 12j 44m 3d. Dari data ini, maka muncullah salah satu
sistem hisab yang biasa disebut dengan nama Hisab ‘Urfi, yaitu
salah satu sistem hisab yang sangat sederhana dan senantiasa
hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya saja.
Sisa per-bulan 44m 3d (dari perhitungan sinodis) pada
jangka satu tahun berjumlah 8j 48m 36d, setelah dilakukan
perhitungan diketahuilah bahwa selama 12 bulan (1 tahun)
adalah 354h 8j 48m. Jika dicermati lebih lanjut, masa 30 tahun
berjumlah 10631h 00j 18m 00d (Hambali, 11: 65). Demikina jika
di runtut sebagai berikut;
150
Tahun Jumlah Tahun Jumlah
1 00h 08j 48m 16 05h 20j 48m
2 00h 17j 36m K1 17 06h 05j 36m
3 01h 02j 24m 18 06h 14j 24m K7
4 01h 11j 12m 19 06h 23j 12m
5 01h 20j 00m K2 20 07h 08j 00m
6 02h 04j 48m 21 07h 16j 48m K8
7 02h 13j 36m K3 22 08h 01j 36m
8 02h 22j 24m 23 08h 10j 24m
9 03h 07j 12m 24 08h 19j 12m K9
10 03h 06j 00m K4 25 09h 04j 00m
11 04h 00j 48m 26 09h 12j 08m K10
12 04h 09j 36m 27 09h 21j 36m
13 04h 18j 24m K5 28 10h 06j 24m
14 05h 03j 12m 29 10h 15j 12m K11
15 05h 12j 00m K6 30 11h 00j 00m
Pada tahun kabisat 355 hari, itu disebabkan hasil
pembulatan waktu yang melebihi 0,5h atau 12j sebagaimana
pada tebel di atas. Ini karena jumlah hari selama 30 tahun
(10631 hari) tersebut jika dibagi dengan bilangan hari dalam
satu tahun yaitu 354 hari (untuk jumlah tahun basithah)
maka akan menghasilkan sisa 11 (hari). Dengan demikian
terbuktilah bahwa seandainya satu tahun itu lamanya 354 hari,
maka untuk masa 30 tahun penanggalan istilahi akan terpaut
11 hari dengan yang sebenarnya. oleh karenanya, sisa 11 hari
tersebut dimasukan dalam bilangan tahun sepanjang masa 30
tahun secara berselang.
Walaupun sudah diatur sedemikian, namun jika kita
melihat kembali dengan seksama pada umur hari dalam satu
daur (30 tahun) 10631h 00j 18m 00d, kita akan menemukan sisa
waktu yang masih terabaikan yaitu bilangan 18m (menit).
| 151
Dari sisa waktu tersebut bila hitungan tahun telah
mencapai 2400 tahun hijriyah (80 daur) maka akan berjumlah
1440 menit atau 24 jam (1 hari). Dengan kenyataan demikian,
maka untuk masa 2400 tahun bilangan hari harus ditambah
1 hari atau harus menambah satu tahun kabisat lagi. Sehingga
dalam jangka waktu tersebut jumlah tahun kabisat adalah
881 (11 x 80 + 1), adapun sisanya 1519 tahun (2400 – 881)
merupakan tahun basithah. (Hambali, 2011: 64)
Sedangkan untuk nama bulan-bulannya, yaitu; Muharam,
Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir,
Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulqa’dah, dan Zulhijjah.
No Bulan Umur Kabisat Bhasitoh
1 Muharam 30 30 30
2 Shafar 29 59 59
3 Rabiul Awal 30 89 89
4 Rabiul Akhir 29 118 118
5 Jumadil Awal 30 148 148
6 Jumadil Akhir 29 177 177
7 Rajab 30 207 207
8 Sya’ban 29 236 236
9 Ramadhan 30 266 266
10 Syawal 29 295 295
11 Zulqa’dah 30 325 325
12 Zulhijjah 29/30 355 354
Adapun jumlah hari di setiap bulannya, yaitu untuk bulan-
bulan ganjil berumur 30 hari, sedangkan bulan-bulan genap
berumur 29 hari, kecuali bulan Zulhijjah yang ketika tahun
basithah berumur 29 hari dan ketika tahun kabisat berumur 30
hari. Untuk penentuan hari dan pasaran di setiap bulan tersebut,
maka kita bisa menggunakan lihat pada tabel dibawah ini:
152
Bulan Nilai
Muharam (1 ,1)
Shafar (3, 1)
Rabi’ul Awal (4, 5)
Rabi’ul Akhir (6, 5)
Jumadil Awal (7, 4)
Jumadil Akhir (2, 4)
Rajab (3, 3)
Sya’ban (5, 3)
Ramadhan (6, 2)
Syawal (1, 2)
Zulqa’dah (2, 1)
Zulhijjah (4, 1)
Dalam sistem Hisab ‘Urfi ini, umur Bulan senantiasa
bergantian antara 30 hari dan 29 hari, yakni 30 hari untuk Bulan
ganjil dan 29 hari untuk Bulan genap, kecuali untuk bulan
Zulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari.
Satuan masa (Daurus-sanah) tahun Hijriah (Kamariah)
pada hisab ‘urfi ditetapkan 30 tahun, dimana terdapat 11 tahun
yang ditetapkan sebagai tahun Kabisat dan 19 tahun ditetapkan
sebagai tahun Basithah. Tahun Kabisat ditetapkan jatuh pada
tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29.
Sebagai sarana untuk mempermudahnya, maka kita bisa
menggunakan Syair dibawah ini:
هناـصف هـبح لخ لك نع # هناـيد هـفك لـيللخا فك
Syair ini terdiri dari 30 huruf hijayah, yang mana jika
pada huruf tersebut terdapat titiknya, maka menandakan tahun
kabisat yang sesuai dengan urutannya.
| 153
a. Cara menetukan hari tahun Hijriah
Tahun dibagi 210, sisanya dibagi 30, hasilnya 1.
disimpan, lalu di kalikan 5, hasilnya di bagi 7, sisanya
disimpan.
Sisa dari pembagian 30. Terdapat berapa tahun kabisat 2.
dan basithah 30 tahun.
Untuk tahun kabisat dikalikan 5, hasilya dibagi 73. ,
sisanya disimpan.
Untuk tahun Basithah dikalikan 44. , hasilya dibagi 7,
sisanya disimpan, kemudian semua sisa dijumlah dan
ditambah 1, lalu dijumlah, maka jadi hari.
Hari dimulai dari hari Ahad5.
1. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1438 H
210/1438 = 6
1260–
30/178 = 5×5 = 25 = 4
150–
28 = 10×5k = 50 = 1
= 18×4b = 72 = 2
Rumus = 1
Jumlah = 8–7 = 1 (Ahad)
Jadi 1 Muharam Tahun 1438 H Jatuh Pada Hari Ahad
2. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1439 H
210/1439 = 6
1260–
30/179 = 5×5 = 25 = 4
150–
29 = 10×5k = 50 = 1
= 19×4b = 76 = 6
154
Rumus = 1
Jumlah = 12–7 = 5
Jadi 1 Muharam Tahun 1439 H Jatuh Pada Hari Kamis
3. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1455 H
210/1455 = 6
1260–
30/195 = 6×5 = 30 = 2
180–
17 = 5×5k = 20 = 4
= 10×4b = 40 = 5
Rumus = 1
Jumlah = 12–7 = 5 (Kamis)
Jadi 1 Muharam Tahun 1455 H Jatuh Pada Hari Kamis
4. Contoh menentukan hari 1 Muharam 1456 H
210/1456= 6
1260–
30/196 = 6×5 = 30 = 2
180–
16 = 6×5k = 30 = 2
= 10×4b = 40 = 5
Rumus = 1
Jumlah = 10–7 = 3 (Selasa)
Jadi 1 Muharam Tahun 1456 H Jatuh Pada Hari Selasa
b. Cara menetukan Pasaran Hijriah
Tahun dibagi 150, sisanya dibagi 30, hasilnya 1.
disimpan.
Sisa dari pembagian 30. Hasil dari dijumlah.2.
| 155
Terdapat berapa tahun kabisat dan basithah 30 3.
tahun.
Untuk tahun kabisat di kalikan 5, hasilnya dibagi 54. ,
sisanya disimpan.
Untuk tahun Basithah dikalikan 45. , sisanya dibagi 5,
sisanya disimpan.
Hasilnya dijumlah dan ditambah hasil dari pembagian 6.
30 dan hasilnya dibagi 5 sisanya + Legi.
1. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1438 H
(Basithah)
150/1438 = 9
1350–
30/88= 2*
60–
28 = 10 × 5 k = 50 = 0
= 18 × 4b =72 = 2
Hasil * = 2
Jumlah = 4 + Legi
Jadi 1 Muharam Tahun 1438 H Jatuh pasaran Kliwon
2. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1439 H
(Kabisat)
150/1439= 9
1350–
30/89 = 2*
60–
29 = 10 × 5 k = 50 = 0
= 19 × 4b =76 = 1
Hasil * = 2
Jumlah = 3 + Legi
Jadi 1 Muharam Tahun 1439 H Jatuh pasaran Wage
156
3. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1455 H
(Kabisat)
150/1455= 9
1350–
30/105 = 3*
90–
15 = 5 × 5 k = 25 = 0
= 10 × 4b =40 = 0
Hasil * = 3
Jumlah = 3 + Legi
Jadi 1 Muharam Tahun 1455 H Jatuh pasaran Wage
4. Contoh menentukan pasaran 1 Muharam 1456 H
(Basithah)
150/1456 = 9
1350–
30/106 = 3*
90–
16 = 6 × 5 k = 30 = 0
= 10 × 4b =40 = 0
Hasil * = 3
Jumlah = 3 + Legi
Jadi 1 Muharam Tahun 1456 H Jatuh pasaran Wage
Contoh tahun 1439 H jatuh pada Hari Kamis Wage
No Bulan Jmh Hari Jmh pasaran
1 Muharam +2 Kamis 0 Wage
2 Shafar +1 Sabtu 4 Wage
3 Rabiul Awal +2 Ahad 0 Pon
4 Rabiul Akhir +1 Selasa 4 Pon
5 Jumadal Ula +2 Rabu 0 Pahing
| 157
6 Jumadal Akhirah +1 Jum’at 4 Pahing
7 Rajab +2 Sabtu 0 Legi
8 Sya’ban +1 Senin 4 Legi
9 Ramadhan +2 Selasa 0 Kliwon
10 Syawal +1 Kamis 4 Kliwon
11 Zulqa’dah +2 Jumat 0 Wage
12 Zulhijjah Ahad Wage
Tabel cara menentukan hari dan pasaran:
No Bulan Hari Jmh Pasaran Jmh
1 Muharam 2 2 0 0
2 Shafar 1 3 4 4
3 Rabiul Awal 2 5 0 4
4 Rabiul Akhir 1 6 4 8
5 Jumadal Ula 2 8 0 8
6 Jumadal Akhirah 1 9 4 12
7 Rajab 2 11 0 12
8 Sya’ban 1 13 4 16
9 Ramadhan 2 15 0 0
10 Syawal 1 16 4 20
11 Zulqa’dah ½ 17/18 0/4 20/24
12 Zulhijjah
Tahun sisa H/M dan Jumlah hari
Th. H Jml hari Th. H Jml hari Th.M Jml. Hr
1 355 16 5670 1 365
2 709 17 6025 2 731
3 1063 18 6379 3 1096
4 1418 19 6733 … …
5 1772 20 7088 … …
158
6 2127 21 7442 … …
7 2481 22 7796 … …
8 2835 23 8151 … …
9 3190 24 8505 … …
10 3544 25 8860 … …
11 3898 26 9214 … …
12 4253 27 9568 … …
13 4607 28 9923 … …
14 4962 29 10277 … …
15 5316 … … … …
| 159
BAB
8
KONVERSI TAHUN
Konversi tahun juga disebut Tahwil al-Sanah. Kata Tahwil memiliki arti perpindahan, sedangkan al-Sanah berarti tahun. Dengan demikian, yang
dimaksud di sini mengenai Tahwil al-Sanah ialah perpindahan
dari satu sistem tahun tertentu ke sistem tahun lainnya.
Misalnya, perpindahan dari sistem tahun Hijriah ke Masehi,
ataupun sebaliknya, yakni dari Masehi ke Hijriah.
1. Konversi Tahun Masehi Ke tahun Hijriah
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk
melakukan konversi dari tahun Masehi ke tahun Hijriah
adalah sebagai berikut:
Tentukan tahun yang sudah dilewati sampai dengan 31 1.
Desember tahun tammah (tahun yang sudah sempurna
yaitu tahun yang sudah di lewati). Contoh: Tanggal 23 Juni
2017 M, tahun tammah-nya adalah tahun 2016 M. Dengan
160
jalan tahun tammah dibagi dengan bilangan 4 (siklus
Masehi). Hasil pembagian adalah bilangan satuan masa
tahun Masehi (DM), kemudian sisanya dikalikan dengan
jumlah hari, dan siklus 4 tahun dijadikan hari (1461 hari).
Lihat tabel (tahun sisa H/M jumlah hari). DM dikalikan
dengan 354 hari (1 tahun hijriah).
Untuk menentukan jumlah hari yang sudah dilewati 2.
(jumlah hari dari tanggal 1 Januari 2017 M sampai dengan
23 Juni 2017 M). Kemudian dijumlahkan dengan no 1.
jika tanggal, bulan tahun Masehi itu telah melewati 3.
perubahan 3 hari konsili, 10 hari anggaran Gregorius
(Paus Gregorius XIII, tanggal 4 Oktober 1582 M) dan 3
hari untuk tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400
(tahun 1700, 1800, 1900, 2100, dst) maka jumlah koreksi
hari sampai sekarang adalah 16 hari. Lalu kurangkan pada
jumlah pada no. 2, jumlah hari satuan masa-satuan masa
satu tahun hijriah.
Jumlah perbedaan tahun Masehi ke-Hijriah untuk 4.
mengurangi sisa pada no. 3.
Sisa no. 4 dibagi satu 1 satuan masa tahun hijriah 5. (10631
hari). Maka mendapatkan tahun sisa 47 daur, kemudian
satuan masa tahun hijriah hasilnya adalah sisa hari untuk
mengurangi sisa pada no.4.
Kemudian sisa no. 5 dibagi 354 hari maka sisa 27 tahun 6.
hijriah, kemudian dari sisa 27 tahun dikalikan jumlah hari
pada satu tahun hijriah (354 hari), setelah itu di dikurangi
dengan sisa pada no. 5 untuk menentukan jumlah hari.
Tentukan jumlah hari sampai akhir bulan yang dilewati, lihat 7.
pada tabel bulan hijriah di tabel, lalu untuk mengurangi
jumlah no. 6 untuk mendapatkan sisa hari.
| 161
Sisa dari pengurangan pada no. 7 adalah jumlah hari, lalu 8.
dijadikan tanggal, kemudian bulan apa yang sudah dilewati
ditambah bulan yang sedang berjalan.
Tahun 1 hijriah ditambahkan dengan no. 5 pada daur 9.
dikalikan pada siklus 30 tahun, lalu tambahkan padanya
sisa tahun hijriah dari no.6 menjadi tahun hijriah yang
bertepatan dengan tahun Masehi yang menjadikan titik
tolak pada perhitungan ini.
Contoh :
a. Tanggal 23 Juni 2017 M. berapa Hijriah- kah ?
Lakukan konversi dari Masehi ke Hijriah 23 Juni 2017
M. dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Sampai dengan akhir Desember 2016 M.1.
2016 ÷ 4 = 504 DM = 504 x 1461 = 736.344h
Sisanya = 0 tahun= 0 x 365 (0 = k) = 0h
Akhir Des 2016 M. s/d. 23 Juni 2017M = 2. 174h +
Jumlah = 736.518h
Anggaran Consili & Gregorius (3+10 + 33. )= 16h –
Jumlah = 736.502h
Perbedaan 4. Masehi - Hijriah = 227.012h –
Sisa =509.490h ÷10631
=5. 47 (daur) th H ( 47 X 10631) = 499.657h –
Sisa = 9.833h ÷354
Tahun6. sisa 27 th X 354 +10 = 9.568h –
Jumlah = 265h
(Ramadhan 1438 H ) akhir Rmd 1438 H = 7. 236h –
Sisa = 29h
162
Sisa 29 adalah 29 Ramadhan.8.
Tahun 1 H + 47 X 30 + 27 = 1438 H9.
Berarti menurut Hisab Urfi, 23 Juli 2017 M bertepatan
dengan tanggal 29 Ramadhan 1438 H. Untuk hari dan
pasarannya adalah Jum’at Wage. Antara hisab urfi dengan
hisab hakiki kadangkala bersamaan, namun kadangkala
mendahului satu hari.
b. Tanggal 17 Agustus 2019 M. berapa Hijriah- kah ?
Lakukan konversi dari Masehi 17 Agustus 2019 M.
dengan langkah-langkah sbb :
Sampai dengan akhir1. Desember 2018 M.
2018 ÷ 4 = 504 DM = 504 x 1461 = 736.344h
Sisanya = 2 tahun= 2 x 365 = 2 (b) = 730h
Akhir Des 2018 M. s/d. 172. Agts 2019 M = 229h +
Jumlah = 737.303h
Anggaran3. Consili & Gregorius (3+10 + 3) = 16h –
Jumlah = 737.287h
Perbedaan 4. Masehi - Hijriah = 227.012h –
Sisa =510.275h ÷10631
=5. 47 (daur) th H ( 47 X 10631) = 499.657h –
Sisa = 10.618h ÷354
Tahun6. sisa 29 th X 354 +10 (K) = 10.276h –
Jumlah = 342h
(Zulqa’7. dah 1439 H ) akhir Zulqh 1439 H = 325h –
Sisa = 17h
Sisa 17 adalah 17 Zulhijjah8.
Tahun 1 H9. + 47 X 30 + 29 = 1440 H
| 163
Berarti menurut Hisab Urfi, 17 Agustus 2019 M
bertepatan dengan tanggal 17 Zulhijjah 1440 H. Untuk hari
dan pasarannya adalah Sabtu Wage. Antara hisab urfi dengan
hisab hakiki kadangkala bersamaan, namun kadangkala
mendahului satu hari.
2. Konversi Hijriah ke Masehi
Setelah mengetahui cara pengkorversian tanggal Masehi
ke Hijriah , sekarang kita akan mempelajari pengkonversian
tanggal dari tahun Hijriah ke tahun Masehi. Adapun langkah-
langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Hitunglah hari-hari dari tanggal 1 Muharram 1 H. sampai 1.
dengan tanggal, bulan tahun H., yang dibuat titik tolak
untuk menentukan tanggal tahun Masehi. Caranya:
Tanggal 29 Dzulhijjah tahun tammah (tahun yang sudah
sempurna). Contoh tahun tammah, tanggal 29 Ramadhan
1438 H. adalah tahun 1438 H. Kemudian dibagi dengan
30 (siklus hijriah), dari hasil pembagian adalah bilangan
satuan masa tahun hijriah, kemudian dikalikan dengan
jumlah hari (daur hijriah 30 tahun) jadikan bilangan hari
(tabel – hari D.H.).
Sisa dari pembagian adalah sisa tahun hijriah2. , kemudian
dijadikan bilangan hari dengan cara mengalikan 354 dan
ditambahkan dengan tahun kabisat yang dilewati contoh
1438 dibagi 30 = 27 tahun, dan jangka 27 tahun ada 10
tahun kabisat yang dilewati yaitu 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18,
20, 24, 26 dan ditambahkan untuk untuk mendapatkan
jumlah hari.
Untuk menentukan jumlah hari, dihitung mulai awal bulan 3.
yang sudah dilewati, sampai tanggal yang dikehendaki.
Setelah itu dijumlahkan dengan no 1. Lihat tabel diatas
nama-nama bulan, dan jumlah hari pada tahun hijriah.
164
Menentukan selisih hari dari tahun hijriah ke Masehi 4.
sebelum ditambah 3 hari anggaran consili dan 10 hari (Paus
Gregorius XIII, tanggal 4 oktober 1582 M.) dan 3 hari untuk
tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 (tahun 1700,
1800, 1900, 2100, dst) dan kemudian dijumlahkan dengan
jumlah no. 2.
Dari jumlah no.3 dibagi dengan jumlah hari selama satu 5.
daur Masehi 4 tahun (1461 hari), untuk mendapatkan
sisa daur Masehi (D.M), kemudian dikalikan dengan
daur Masehi, untuk mengurang jumlah pada no. 3 untuk
mendapatkan sisa.
Selanjutnya sisa dari no. 4 dibagi dengan jumlah hari selama 6.
1 tahun Masehi (365 hari) untuk mendapatkan sisa tahun
Masehi, kemudian dikalikan dengan jumlah hari selama
satu tahun Masehi (365).
Kemudian dijumlah 1 M ditambah hasil sisa DM pada no. 7.
4 dikalikan dengan siklus Masehi (4 Tahun) ditambah hasil
sisa tahun masehi dari no.5.
Setelah diperoleh tahun Masehinya, maka tahun Masehi 8.
ditambah 3 anggaran Consili perubahan 10 hari (Paus
Gregorius XIII, tanggal 4 oktober 1582 M.) dan 3 hari
untuk tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400 (tahun
1700, 1800, 1900, 2100, dst) atau belum.
Jumlah dari pengurangan no. 7 adalah jumlah hari, 9.
kemudian dibagi dengan jumlah hari selama 1 bulan (30.4
hari) untuk mendapatkan sisa bulan yang sudah dilewati,
berjumlah berapa hari atau lihat tabel. Setelah itu di kurangi
dengan hasil no.7 untuk mendapatkan sisa, maka dari sisa
tersebut menunjukan tanggal yang sudah dilaluai.
| 165
Maka dari sisa tersebut menunjukan tanggal dan pada no. 10.
8 menunjukan jumlah bulan yang dilewati dan tahun pada
no.6
Contoh :
a. Tanggal 29 Ramadhan 1438 H. Tanggal berapa Masehi-
kah ?
Lakukan konversi dari Hijriah ke Masehi 29 Ramadhan
1438 H. dengan langkah-langkah sbb :
Sampai dengan akhir Zulhijjah 1. 1437 H.
1437 ÷ 30 = 47 DH = 47 x 10631 = 499.657h
sisanya = 27 tahun = 27 x 354 + 10 (k) = 9.568h
Akhir Zulhijjah 1437 H. s/d. 292. Ramh 1438 H.= 265h +
Jumlah = 509.490h
Perbedaan Hijriah 3. – Masehi = 227.012h +
Jumlah = 736.502h ÷ 1461
= 504 DM. (504 x 1461) = 736.3444. h –
sisa = 158h ÷ 365
= 0 th M (0 X5. 365) = 0h –
sisa = 158h
Tahun6. 1 M + 504 x 4 + 0 th = Th. 2017 M.
Anggaran Consili 7. dan Gregorius ( 3+10 + 3 ) = 16h +
Jumlah = 174h ÷ 30.4
= 5 ( 8. Mei 2017) akhir Mei 2017 = 151h –
Sisa = 23h
Sisa9. 23 adalah 23 Juni 2017 M.
Berarti menurut Hisab Urfi 29 Ramadhan 1438 H
bertepatan dengan tanggal 23 Juni 2017 M. Hari dan pasarannya
166
adalah Jum’at Wage. Antara hisab urfi dengan hisab hakiki
kadangkala bersamaan kadang kala mendahului satu hari.
b. Tanggal 17 Zulhijjah 1440 H. Tanggal berapa Masehi-kah
?
Lakukan konversi dari Hijriah ke Masehi 17 Zulhijjah
1440 H. dengan langkah-langkah sbb :
Sampai dengan akhir Zulhijjah 1439 H.1.
1439 ÷ 30 = 47 DH = 47 x 10631 = 499.657h
sisanya = 29 tahun = 29 x 354 + 10 (k) = 10.276h
Akhir Zulhijjah 1439 H. s/d 17 Zulh 1440 H2. = 342h +
Jumlah = 510.275h
Perbedaan Hijriah 3. – Masehi = 227.012h +
Jumlah = 737.287h ÷ 1461
= 504 DM4. . (504 x 1461) = 736.344h –
sisa = 943h ÷ 365
= 2 th M (2 X 365) = 7305. h –
sisa = 213h
Tahun6. 1 M + 504 x 4 + 2 th = Th. 2019 M.
Anggaran Consili dan Gregorius ( 3+10 + 3 ) = 7. 16h +
Jumlah = 229h ÷ 30.4
= 7 ( 8. Juli 2019) akhir Juli 2019 = 212h –
Sisa = 17h
Sisa9. 17 adalah 17 Agustus 2019 M.
Berarti menurut Hisab Urfi 17 Zulhijjah 1440 H
bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2019 M. Hari dan
pasarannya adalah Sabtu Wage. Antara hisab urfi dengan
hisab hakiki kadangkala bersamaan kadang kala mendahului
satu hari.
| 167
BAB
9
MATAHARI, BUMI DAN BULAN
Alam semesta diciptakan Allah Ta’ala dalam keadaan yang teratur, presisi dan simetris. Keteraturan gerakan bintang termasuk Matahari,
Planet, Satelit, Komet, dan benda langit lainnya menyebabkan
gerakan benda-benda tersebut dapat dipelajari dengan seksama.
Dan dengan memahami gerakan benda–benda langit tersebut,
maka manusia dapat memperkirakan peristiwa–peristiwa yang
terjadi di masa depan dengan akurat. Kapan Matahari terbenam,
terjadi Bulan purnama, gerhana Matahari, dan lain-lain dapat
dihitung dengan ketelitian tinggi.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap posisi benda-
benda langit, maka diperkenalkan beberapa sistem koordinat.
Setiap sistem koordinat memiliki koordinat masing-masing.
Posisi benda langit seperti Matahari dapat dinyatakan dalam
sistem koordinat tertentu. Selanjutnya nilainya dapat diubah ke
168
dalam sistem koordinat yang lain melalui suatu transformasi
koordinat.
A. Bulan, Matahari, dan Bumi
1. Bulan
Bulan adalah satelit Bumi yang merupakan satelit alam
terbesar ke-5 di Tata Surya. Begitu halnya Bumi, Bulan tidak
mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan sebenarnya
berasal dari pantulan cahaya Matahari. Bagian Bulan yang
terang hanya bagian yang berhadapan dengan Matahari. Bulan
lebih kecil dari Bumi, dengan ukuran kira-kira seperlima Bumi.
(Fachruddin: 1992, 242)
Gambar; 1. Bulan
Diameter Bulan sekitar 3.476 Km, atau kira-kira ¼ dari
diameter Bumi. Sedangkan jarak rata-ratanya terhadap Bumi
sejauh 384.400 Km. Hasil tersebut didapat dari pengukuran
sudut arah menuju Bulan yang diukur dari dua tempat yang
terpisah jauh pada sisi yang berhadapan di Bumi pada waktu
yang sama. Jarak dari Bumi pada apogee adalah 406.700 Km,
sedangkan jarak dari Bumi pada perigee sekitar 356.400 km.101
101 Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta,
Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012. hlm, 218.
| 169
Bulan mempunyai dua gerakan yang penting, yaitu:
1. Rotasi Bulan adalah perputaran Bulan pada porosnya
dari arah barat ke timur. Dalam satu kali rotasi, Bulan
memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusinya
mengelilingi Bumi. Oleh karena waktu berotasi dan
berevolusi sama, maka permukaan Bulan yang menghadap
Bumi relatif tetap. Adanya sedikit perubahan pada
permukaan Bulan disebabkan gerak angguk Bulan pada
porosnya. Gerak angguk ini sangat kecil sekali.
2. Revolusi Bulan adalah peredaran Bulan mengelilingi Bumi
dari arah barat ke timur. Satu kali penuh revolusi Bulan
memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43,2 menit.
Waktu peredaran Bulan ini terbagi dua yaitu:
a. Sideris (Syahru nujumi) yaitu waktu yang ditempuh
Bulan untuk kembali ke asalnya. Revolusi Bulan ini
dijadikan dasar bulan Kamariah, namun waktu yang
dipergunakannya bukan waktu sideris melainkan
waktu yang sinodis.
b. Sinodis (syahru iqtirani) yaitu waktu yang ditempuh
bulan dari posisi sejajar (iqtiran) antara Matahari,
dan Bumi ke posisi sejajar berikutnya. Waktu iqtiran
ditempuh rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik
sama dengan 29,53058796 hari atau di bulatkan
menjadi 29,531 hari.
170
Gambar; 2. Ilustrasi satu Bulan sideris dan satu Bulan sinodik.
Bidang yang dipakai Bulan dalam mengelilingi Bumi
disebut falaqul qamar yang memotong bidang ekliptika dengan
variasi kemiringan sebesar 4o57’ sampai 05o20’. Orbit Bulan
tidak bundar dan tidak selalu terletak pada bidang yang sama,
baik posisi relatif terhadap Bumi maupun Matahari. Sehingga
bagian Bulan yang terlihat dari Bumi selalu berbeda. Perubahan
dalam orbit bulan terjadi dalam daur-daur.
Gambar; 3. Orbit bulan dan Bumi mengelilingi Matahari S.
| 171
2. Matahari
Gambar; 4. Matahari
Matahari merupakan bola api yang sangat besar dan
mengeluarkan panas serta cahaya yang berwarna biru, putih,
kuning, dan orange (antara kuning dan merah). Diameter
Matahari kira-kira 1.400.000 Km, atau lebih dari 100 kali
diameter Bumi. Bumi dan juga beberapa planet yang ada di
dekatnya beredar mengelilingi Matahari.
Matahari merupakan benda langit dalam tata surya yang
memancarkan cahaya sendiri. Matahari adalah sebuah bintang.
Di antara bintang-bintang lain yang ada di alam semesta.
Matahari adalah bintang yang jaraknya paling dekat dengan
Bumi. Namun, di antara bermilyar-milyar bintang, Matahari
tidaklah terlalu besar. Bahkan dapat dikatakan kerdil. Dalam
kehidupan manusia, Matahari memiliki manfaat yang cukup
banyak, di antaranya Bumi mendapat cahaya dan sinar Matahari
yang sangat diperlukan makhluk yang hidup di Bumi.
Matahari secara langsung atau tidak langsung memberikan
energi untuk Bumi ini. Meskipun demikian, ada juga daerah di
Bumi yang jarang mendapat sinar Matahari. Selain itu, tidak
172
hanya Bumi yang dapat merasakan sinar yang dikeluarkan
oleh Matahari, benda-benda angkasa lainnya juga dapat
merasakannya, tidak terkecuali satelit Bumi yaitu bulan. Bulan
akan tampak jelas terlihat di Bumi ketika malam hari, dimana
cahaya yang dihasilkan Bulan merupakan pantulan dari sinar
Matahari. Akan tetapi, adakalanya sinar Matahari tidak dapat
sampai ke Bulan, karena terhalang Bumi. Pada saat itulah
Matahari-Bumi-Bulan berada pada satu garis lurus, sehingga
bulan tidak dapat memantulkan sinar Matahari ke Bumi. Pada
saat ini terjadilah gerhana.
3. Bumi
Gambar; 5. Koordinat Bumi dengan lintang dan bujur
Bumi adalah tempat dimana kita tinggal dan merupakan
satu-satunya planet dalam tata surya yang berpenghuni. Setelah
wahana antariksa yang membawa kamera berhasil diluncurkan
cukup jauh dari Bumi, maka dapat diketahui bahwa Bumi
terlihat kebiru-biruan. Bumi juga tidak seterang Venus, karena
daya pantulnya lebih rendah dan jaraknya dari Matahari lebih
jauh dibanding dengan planet lain. Bentuk-bentuk di permukaan
Bumi tidak sejelas yang terlihat di Mars, karena lebih tebalnya
atmosfer dan adanya awan putih yang cemerlang.
Bumi terdiri dari air dan daratan, dengan porsi kurang
lebih 71% lautan. Bumi berputar mengelilingi sumbunya
dari barat ke timur atau searah dengan jarum jam yang biasa
dikenal dengan rotasi, sehingga Matahari kelihatan terbit dari
timur ke barat. Satu kali putaran Bumi membutuhkan waktu
| 173
24 jam dalam sehari, sehingga terjadilah siang dan malam.
Daerah yang melintasi Matahari menjadi terang (siang) dan
yang membelakangi Matahari menjadi gelap (malam). Karena
peredaran Bumi ini, di Bumi juga terjadi musim dingin dan
musim panas, kecuali di daerah khatulistiwa.
Gambar; 6. Gerak revolusi Bumi
Di samping berputar mengelilingi sumbunya, Bumi juga
berputar mengelilingi Matahari (revolusi), dimana dalam satu
kali putaran menghabiskan waktu 365 hari, yang disebut satu
tahun Syamsiah. Bumi juga memiliki sebuah satelit, yaitu
Bulan. Seperti halnya Bumi, Bulan juga mengelilingi Bumi.
Satu kali putaran Bulan menghabiskan waktu 354 hari, disebut
tahun Kamariah. Pada saat Bumi mengelilingi Matahari dan
Bulan mengelilingi Bumi, ada kalanya ketiganya berada dalam
satu garis lurus. Jika hal itu terjadi, dan Bumi berada di tengah
antara Bulan dan Matahari, maka terjadilah gerhana Bulan.
Bentuk spheris permukaan Bumi telah dipostulatkan oleh
Pythagoras (500 SM), seorang ahli matematika berkebangsaan
Yunani yang kemudian didukung oleh Aristoteles (384-322 SM)
seorang ahli filsafat Yunani yang menyatakan bahwa Tuhan
menciptakan Bumi dalam bentuk yang sempurna, yaitu bola.
Erastosthenes (276-195 SM) seorang ahli astronomi Mesir yang
berasal dari Yunani menemukan cara menentukan besar bola
Bumi dengan menentukan radius dari model bola Bumi. Dia
174
mengamati bahwa sekali dalam tiap tahun, Matahari tepat
berada di atas sumur Aswan (Syena). Pada saat yang sama,
dia mengukur panjang bayang-bayang dari sebuah menara di
Alexandria.102
Teori yang berpendapat bahwa bentuk Bumi datar masih
diterima hingga abad ke-16 M. Pada abad ke-17 M berbagai
metode pengukuran mulai dikembangkan dan akhirnya
membuktikan bahwa bentuk Bumi yang sebenarnya tidak datar,
namun bulat. Pada saat itu, ditemukan pula bahwa diameter
polar tidak sama dengan diameter ekuator. Atau dengan kata
lain, bentuk Bumi adalah elips (ellipsoid). Meskipun demikian,
pada saat itu belum berhasil dibuktikan apakah diameter polar
lebih besar atau lebih kecil dari diameter ekuator.103
Seorang ilmuwan Perancis bernama Cassini telah
melakukan pengukuran dari sumbu Utara ke Selatan dan
hasilnya telah membuktikan bahwa terdapat arah polar yang
lebih panjang dari arah ekuator. Atau dengan kata lain, diameter
polar lebih besar dari diameter ekuator. Newton telah melakukan
studi teoritis dan berhasil membuktikan bahwa diameter polar
lebih kecil daripada diameter ekuator (equatorial).
Pada tahun 1935 M, Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis
telah menugaskan dua tim peneliti yang melakukan ekspedisi
pada dua tempat, yaitu Peru dan Lapland. Kedua Tim ini
mempunyai misi untuk melakukan pengukuran panjang busur
dari satu derajat sepanjang meridian dan dibandingkan dengan
panjang busur dengan derajat yang sama pada daerah dekat
ekuator (khatulistiwa). Hasil ekspedisi tersebut membuktikan
bahwa jari-jari polar lebih pendek dari jari-jari ekuator.
102 Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009. hlm, 92-93.
103 Joenil Kahar, Geodesi, Bandung: ITB, 2008. hlm, 2.
| 175
Gambar; 7. Deklinasi
Bumi berbentuk bulat telur atau oval (ellips) yang
mempunyai garis bujur (meridian). Jika berputar pada
sumbunya, maka Bumi akan membentuk ellipsoid atau spheroid.
Bentuk Bulat telur (ellips) dapat didefinisikan dengan berbagai
cara yang salah satunya yaitu definisi secara geodesi.
Gambar; 8. Sistem koordinat WGS 84
Berkaitan dengan ukuran ellipsoid yang digunakan untuk
merepresentasikan Bumi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pengamatan Bumi telah dikenal
beberapa ellipsoid referensi permukaan Bumi seperti WGS 84,
GRS 80, PZ 90, bahwa bidang elipsoid yang dibentuk dengan
memutar suatu elips dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu
putar dari elips itu, dimisalkan sebuah sumbu besarnya a dan
176
sumbu kecilnya b, dan f adalah penggepengan dari elipsoid.104
Perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar; 9. Elipsoid
Pada gambar di atas diketahui bahwa Bumi dimodelkan
atau didefinisikan berbentuk elipsoid referensi. Elipsoid referensi
merupakan elipsoid putaran yang dibentuk oleh suatu elips
yang berputar pada sumbu pendeknya. Besar dan bentuk
elipsoid referensi ditentukan oleh parameter , yaitu tengah
sumbu panjang elipsoid referensi, dan f yaitu pegepengan
elipsoid yang terdapat pada ujung sumbu pendeknya. Jika
panjang tengahnya setengah sumbu pendeknya adalah b, maka
hubungan a dan b adalah f = a – b/a atau b = a (1 – f) (Kahar,
2008: 12). Bahwa secara umum untuk elipsoid referensi yang
merepresentasikan Bumi di antaranya, WGS 84 ellipsoid: a = 6
378 137 m, b = 6 356 752 m, dan f = 1 : 298,257223563.105
104 Soetomo Wangsotjitro, Ilmu geodesi Tinggi I, Yogyakarta: Kanisius, 1981.
hlm, 35.
105 NIMA, Defense Mapping Agency, 1984, Geodesy For The Layman Geodesy For The
Layman, Washington: Building 56 U S Naval Bservatory, 2000.
| 177
Gambar; 10. Pembagian waktu di seluruh dunia
Secara umum bentuk Bumi mendekati bola dengan jari-
jari sekitar 6378 km. Kalau dilihat secara lebih detail, bentuk
Bumi pada prinsipnya agak tidak teratur. Gambar berikut ini
menunjukkan penampang bentuk Bumi pada bidang-bidang
ekuator dan bidang meridian nol (meridian Greenwich).
Sebagaimana gambaran penjelasan penampang ekuatorial dan
penampang meridian nol dari Bumi (geoid) yang diadaptasi dari
Vanicek dan Krakiwsky (1986).
Gambar;11. Penampang ekuatorial dari Bumi (geoid global),
diadaptasi dari Vanicek & Krakiwsky (1986).
178
B. Hubungan dan pengaruh posisi Matahari,
Bumi, dan Bulan
Lintasan Bumi ketika mengorbit Matahari akan melalui
bidang maya pada bola langit yang dinamakan ekliptika. Nama
ini digunakan karena gerhana selalu terjadi ketika bulan berada
pada atau di sekitar bidang ini. Sementara bidang ekuator langit
yang merupakan perluasan dari ekuator Bumi memotong bidang
ekliptika dengan sudut kemiringan 23°27’. (Slamet Hambali:
2012, 204). Akibat posisi dan peredaran Bumi, Matahari, dan
Bulan mengakibatkan berbagai fenomena alam di antaranya:
1. Gerhana Matahari dan Bulan
Istilah gerhana Matahari dan gerhana Bulan di dalam
bahasa Inggris adalah eclipse. Namun, pada penyebutan ini,
terdapat dua istilah, yaitu eclipse of the sun untuk gerhana
Matahari, dan eclipse of the moon untuk gerhana Bulan. Selain
itu, ada yang menggunakan istilah solar eclipse untuk gerhana
Matahari, dan lunar eclipse untuk gerhana Bulan.
Gambar; 11. Gerhana Matahari
Gerhana Matahari dan gerhana Bulan didalam bahasa arab
dikenal dengan istilah Kusuf atau Khusuf. Istilah kusuf dan khusuf
dapat digunakan untuk menyebutkan gerhana Matahari atau
gerhana Bulan. Namun “kusuf“ lebih dikenal dengan sebutan
gerhana Matahari, dan “khusuf“ untuk gerhana Bulan.106
106 ............., Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005. hlm, 187.
| 179
Gambar; 12. Gerhana Bulan
Kata kusuf dan khusuf ini yang paling mendekati untuk
pengertian sebenarnya. Istilah kusuf memiliki arti menutupi,
yaitu menggambarkan fenomena alam bahwa Bulan menutupi
Matahari sehingga terjadi gerhana Matahari (dilihat di Bumi).
Khusuf yang berarti memasuki, ini menggambarkan bahwa
fenomena alam terjadi ketika Bulan memasuki bayangan Bumi,
hingga terjadi gerhana Bulan.
Bulan berotasi selaju revolusinya terhadap Bumi sehingga
kita selalu melihat muka yang sama pada Bulan. Tetapi karena
posisi Bulan dan Bumi relatif terhadap Matahari, Bulan pun
memiliki fase, yaitu perbedaan cahaya Matahari yang diterima
Bulan selama revolusinya terhadap Bumi dan Matahari.
Pada Bulan baru (new Moon), terjadi ketika Bulan hanya
menerima sedikit sinar Matahari, sehingga yang kita lihat di
Bumi adalah Bulan sabit. Lalu cahaya itu bertambah banyak
seiring dengan berubahnya posisi Bulan dan Bumi relatif
terhadap Matahari hingga kita melihat full Moon. Cahaya Bulan
yang kita lihat sebenarnya adalah cahaya yang diterima Bulan
dari Matahari dan dipantulkan ke Bumi.
Pada suatu saat, posisi Bulan, Bumi, dan Matahari akan
segaris, sehingga di Bumi terjadi gerhana. Gerhana Matahari
terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi. Jika
cahaya Matahari hanya sedikit terhalang Bulan, maka disebut
gerhana Matahari sebagian.107
107 .............., Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
180
2. Pasang Surut Air Laut
Gravitasi Bumi menyebabkan Bulan beredar pada orbitnya
seperti gravitasi Matahari menjaga Bumi bergerak tetap pada
orbinya. Gravitasi Bulan dan Matahari menyebabkan pasang di
Bumi. Air yang tepat di bawah Bulan menjadi lebih dekat ke
Bulan daripada ke pusat Bumi. Oleh karena itu, gravitasi Bulan
lebih kuat menarik air daripada Bumi, sehingga air “berkumpul”
di bawah Bulan. Akan tetapi, di belahan Bumi yang lain, dimana
pusat Bumi lebih dekat ke Bulan daripada ke air, maka Bumi
ditarik lebih kuat daripada air, sehingga air juga berkumpul,
dan terjadi pasang di kedua belahan Bumi yang berlawanan.
Hanya saja, hal itu tidak pada sisi lain Bumi yang mengalami
surut, karena air tertarik oleh gravitasi Bulan.
Pasang disebabkan oleh gravitasi Matahari walaupun
tidak sekuat Bulan, karena jaraknya yang lebih jauh dari bulan.
Pasang terjadi pada saat Bulan purnama dan Bulan baru, yakni
ketika Matahari segaris dengan Bulan dan Bumi. Pada saat itu
Matahari dan Bulan menimbulkan pasang yang sangat tinggi
dan surut yang juga sangat rendah di Bumi. Pasang ini terjadi
dua kali sebulan disebut pasang purnama (Spring Tide). Pada
perempat bulan terakhir, Matahari, Bumi, dan Bulan pada
posisi tegak lurus. Pasang Matahari diperlemah oleh pasang
Bulan sehingga perubahan pasang tidak begitu terasa. Hal ini
biasa disebut pasang perbani (Neap Tide).
Gerak revolusi Bulan mengelilingi Bumi menyebabkan
posisi pasang surut berubah setiap waktu. Terdapat perbedaan
waktu antara hari Matahari (solar day) dan hari Bulan (luinar
day). Satu hari Matahari adalah 24 jam, 0 menit dan 0 detik. Satu
hari Bulan adalah 24 jam dan 50,47 menit. Perbedaan waktu
tersebut menyebabkan waktu pasang tertinggi dan waktu
surut terendah setiap hari bergeser 50,47 menit. Pergeseran
ini dikenal sebagai variasi pasang surut harian. Sementara itu,
hlm, 185-186.
| 181
deklinasi Bulan menyebabkan posisi puncak pasang surut tidak
terjadi pada posisi lintang yang sama. Deklinasi Bulan berubah
setiap setiap hari. Oleh karena itu, posisi puncak pasang surut
pun juga berubah setiap hari.
3. Fase Bulan
Pada dasarnya gambaran fase-fase bulan terjadi akibat
perubahan sudut dari garis yang menghubungkan Matahari-
Bumi-Bulan sewaktu Bulan mengorbit (mengelilingi) Bumi.
Karena adanya revolusi bulan mengelilingi Bumi, maka hal itu
menyebabkan efek seolah-olah bentuk Bulan berubah-ubah.
Bentuk-bentuk tersebut berubah secara periodik dalam waktu
30 hari. Otomatis waktu terbit dan tenggelamnya berubah
secara periodik juga. Hal tersebut mengakibatkan wajah atau
rupa Bulan berbeda-beda jika dilihat dari Bumi.
Gambar; 13. Fase Bulan pada setiap Bulan
a. Bulan baru (new Moon) => ketika bujur Bulan = bujur
ekliptika Matahari.
Pada posisi ini, Bulan berada pada arah yang sama terhadap
Matahari. Dengan kata lain, Bulan berada langsung dalam satu
garis antara Matahari dan Bumi. Tepatnya pada bidang bujur
ekliptika yang sama. Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari
182
adalah yang membelakangi Bumi, sedangkan bagian bulan
yang menghadap ke Bumi adalah bagian permukaan Bulan
yang gelap. Bulan terbit di sebelah timur hampir bersamaan
dengan terbitnya Matahari, berada tepat di tengah langit sekitar
tengah hari, dan tenggelam juga hampir bersamaan dengan
tenggelamnya Matahari di sebelah barat. Fase ini biasa disebut
dengan new Moon (Bulan baru).
Selama terbit hingga hampir tenggelam, cahaya Bulan
baru ini sangat sulit dilihat, karena intensitas cahayanya kalah
jauh dengan sinar Matahari. Baru ketika menjelang Matahari
tenggelam dan intensitas cahaya Matahari mulai melemah,
maka pada ketinggian yang mungkin dapat dilihat, Bulan sabit
ini dapat terlihat oleh mata. Dengan adanya Bumi yang berputar
pada porosnya, sedangkan sudut kecepatan sudut rotasi Bumi
jauh lebih besar daripada kecepatan sudut gerakan revolusi
Bulan, maka setelah Matahari tenggelam dan Bulan terlihat
beberapa saat kemudian Bulan pun hilang dari penglihatan.
Inilah persyaratan yang harus dipenuhi oleh syahnya hilal yang
menandai awal bulan Kamariah.108
b. Kuartal Pertama (first quarter) => ketika bujur Bulan =
bujur ekliptika Matahari + 90 derajat
Bulan bergerak lebih jauh dari hari ke hari dan posisinya
semakin tinggi di atas horison. Sedangkan bagian yang terkena
sinar Matahari bertambah besar hingga mencapai separuh.
Hal ini terjadi sekitar minggu pertama. Bulan telah menjalani
seperempat putarannya sehingga dinamakan Kuartal Pertama.
Pada fase ini, Bulan 6 jam lebih lambat daripada Matahari.
Terbitnya di sebelah timur sekitar tengah hari. Ia berada di
tengah langit ketika Matahari tenggelam, dan tenggelam di
108 .................., Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2012.
hlm, 113.
| 183
barat sekitar tengah malam.109 Bulan purnama (full Moon) =>
bujur Bulan = bujur ekliptika Matahari + 180 derajat
Terjadi sekitar dua minggu sejak Bulan baru, yaitu ketika
Bulan melakukan separuh perjalanannya mengelilingi Bumi.
Bagian Bulan yang terkena sinar Matahari tepat menghadap
Bumi.
Bulan terlambat sekitar 12 jam daripada Matahari. Berarti
Bulan akan terbit bersamaan dengan saat Matahari terbenam.
Namun jika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada garis yang
sama, maka akan terjadi gerhana karena bayang-bayang Bumi
menutupi permukaan Bulan.
c. Kuartal terakhir (last quarter) => ketika bujur Bulan =
bujur ekliptika Matahari + 270 derajat
Fase ini disebut kuartal terakhir. Bentuk Bulan hampir
sama dengan kuartal pertama, namun pada fase ini Bulan telah
menyelesaikan ¾ putarannya.
C. Posisi Astronomis Matahari dan Bulan Pada
Saat Full Moon
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bidang lintasan Bulan
mengelilingi Matahari dan bidang lintasan Bumi mengelilingi
Matahari (bidang ekliptika) ini tidak tepat berada dalam satu
bidang, namun agak miring dengan variasi kemiringan antara
40 57’ sampai 5 20’. Dan akibat kemiringan ini terdapat dua
titik potong antara lintasan Bulan mengelilingi Bumi dengan
bidangan ekliptika. Titik potong (simpul) ini dalam astronomi
dikenal dengan Ascending Node (Uqdah Jauzahar) dan Descending
Node (Uqdah Naubahar).
Gambar di bawah ini menunjukkan lintasan Bulan
mengelilingi Bumi dan lintasan Bumi mengelilingi Matahari.
109 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat & Hisab, Jakarta: Amythas Publicita,
2007. hlm, 36.
184
Titik simpul dinyatakan dengan N dan N’, sedangkan garis simpul
adalah garis NN’. Fase Bulan purnama (full Moon) terjadi pada
waktu kedudukan Bulan berada dalam arah yang sama dengan
Matahari dilihat dari Bumi, dan gerhana Matahari/Bulan akan
terjadi jika fase Bulan baru terjadi pada titik simpul N’.
Gambar; 14. Orbit Bulan
Gerhana Matahari akan terjadi pada saat new Moon (Bulan
baru) dan kira-kira bertepatan dengan sebuah titik simpul. Pada
saat itu, Bulan dan Matahari berada di dekat arah titik simpul
yang sama. Posisi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar; 15. Gambaran posisi Bulan di bola langit
| 185
Keterangan:
US = Lingkaran Waktu atau Lingkaran deklinasi atau
لويلما ةرئاد 110
B^T = Equator
U’ = Kutub Ekliptika Utara
S’ = Kutub Ekliptika Selatan
Bln = Bulan
U’-Bln-S’ = Bujur Astronomi
E^K = Ekliptika
FbBlnQ = Orbit Bulan
^ = Titik Aries atau لحم 111
Bln-D1 = Deklinasi Bulan 1112
Bln-D2 = Deklinasi Bulan 2113
Bln-C = Lintang Astronomi Bulan = Apparent Latitude
Bulan = رمقلا ضرع 114
^C = Bujur Astronomi Bulan = Longitude of Moon/
Apparent Longitude Bulan = Takwimul Qamar atau
Muqawwamul Qamar = رمقلا لوط 115
110 Lingkaran waktu atau lingkaran deklinasi adalah lingkaran pada bola langit yang
menghubungkan kedua titik kutub.
111 Aries atau Haml adalah nama salah satu rasi bintang yang ada di sabuk zodiak.
Titik aries disebut juga titik musim semi atau Vernal equinox.
112Deklinasi Pertama Bulan atau Mail Awal Bulan adalah jarak sepanjang lingkaran
waktu dihitung dari equator sampai Bulan.
113 Deklinasi Kedua Bulan atau Mail Sani Bulan adalah jarak sepanjang bujur
astronomi dihitung dari equator sampai Bulan.
114 Lintang Astronomi Bulan atau Ardlul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran
kutub ekliptika dihitung dari titik pusat Bulan hingga lingkaran ekliptika. Harga lintang Bulan
antara 0° s/d 5° 8’. Jika Bulan berada di utara ekliptika maka lintang Bulan bertanda positif
(+) dan jika Bulan berada di selatan ekliptika maka lintang Bulan bertanda negatif (-).
115 Bujur Astronomi Bulan atau Thulul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran
ekliptika ke arah timur diukur dari titik Aries sampai bujur astronomi yang melewati Bulan.
186
Gambar; 16. Gambaran terjadinya ijtima’ tidak terjadi
gerhana Matahari
Keterangan:
US = Lingkaran Waktu
B^T = Equator
U’ = Kutub Ekliptika Utara
S’ = Kutub Ekliptika Selatan
M = Matahari
Bln = Bulan
U’BlnMS’ = Bujur Astronomi
E^MK = Ekliptika
FbBlnQ = Orbit Bulan
^ = Titik Aries
| 187
Gambar; 17. Gambaran terjadinya gerhana Matahari
Keterangan:
BUTS = Lingkaran Waktu
^ = Titik Aries
d = Titik Libra = Titik musim dingin = Autumnal Equinox =
نازيم 116
q = Simpul Turun = Descending Node = ةلزانلا ةدقعلا 117
p = Simpul Naik = Ascending Node = ةدعاصلا ةدقعلا 118
B^Td = Khatulistiwa Langit = Equator Langit = 119راهنلا لدعم
EK = Ekliptika = Lingkaran Zodiak = جوبرلا ةقطنم 120
116 Libra atau Mizan adalah nama salah satu rasi bintang yang ada di sabuk zodiak. Ia
berada di belahan langit selatan pada Bulan Mei sampai Agustus. Pada rasi ini terdapat 6 buah
bintang, di antaranya Zubenelganub.
117Uqdah Naubahar atau Uqdah Nazilah (titik simpul turun) adalah perpotongan
lintasan Bulan dengan ekliptika dalam lintasannya dari utara ke selatan.
118 Uqdah Jauzahar atau Uqdah Sha’idah (titik simpul naik) adalah perpotongan lintasan
Bulan dengan ekliptika dalam lintasannya dari selatan ke utara.
119Khatulistiwa Langit atau Mu’addalin Nahar adalah lingkaran besar yang membagi
bola langit menjadi dua bagian sama besar, yakni bola langit bagian utara dan bola langit
bagian selatan. Lingkaran ini tegak lurus pada lingkaran terang pada poros langit. Pada saat
Matahari tepat di lingkaran ini lama siang dan malam untuk seluruh tempat di permukaan
Bumi adalah sama.
120 Ekliptika atau Da’iratul Buruj adalah lingkaran di bola langit yang memotong
lingkaran equator langit dengan membentuk sudut sekitar 23° 27’. Titik perpotongan pertama
terjadi pada saat Matahari bergerak dari langit bagian selatan ke langit bagian utara yaitu pada
188
FQ = Falak Qomar = Orbit Bulan = رمقلا كلف 121
U’S’ = Kutub Ekliptika = جوبرلا ةقطنم بطق = جوبرلا ةرئاد بطق
M = Matahari (Sun) = سمشلا
Bln = Bulan (Moon) = رمقلا
^M = Bujur Astronomi Matahari= Longitude of Sun = Takwimus
Syams atau Muqawwamus Syams = سمشلا لوط 122
^Bln = Bujur Astronomi Bulan = Longitude of Moon
= Takwimul Qamar atau Muqawwamul Qamar = رمقلا لوط 123
M-D = Deklinasi Matahari =سمشلا ليم 124
^-D = Asensio Rekta = ميقتسلما دوعصلا = ةيدلابلا علاطلما 125
U’-M-Bln-S’ = Bujur Astronomis
TK=BE = Maksimum Deklinasi Matahari = Obliquity = ليلما = مظعلأا ليلما
يلكلا 126
EF = KQ = Maksimum ‘Ard Bulan = 5° 8’ = يلكلا رمقلا ضرع
titik Aries (tanggal 21 Maret) yang disebut Vernal Equinox, dan perpotongan kedua terjadi pada
saat Matahari bergerak dari bagian langit utara ke bagian langit selatan pada titik Libra (tanggal
24 September) yang disebut Autumnal Equinox.
121 Falak Qomar atau Orbit Bulan merupakan lintasan Bulan. Garis lengkung yang
dilalui oleh Bulan dalam lingkaran hariannya.
122 Bujur Astronomi Matahari atau Thulus Syams adalah busur sepanjang lingkaran
ekliptika ke arah Timur diukur dari titik Aries sampai Matahari. Jika harga bujur astronomi
Matahari sama dengan harga bujur astronomi Bulan, maka terjadi ijtima’ atau konjungsi. Jika
harga bujur astronomi Matahari berselisih 180o dengan harga bujur astronomi Bulan, maka
terjadi istiqbal atau oposisi. Dalam bahasa Inggris disebut Ecliptic Longitude.
123 Bujur Astronomi Bulan atau Thulul Qamar adalah busur sepanjang lingkaran
ekliptika ke arah timur diukur dari titik Aries sampai bujur astronomi yang melewati Bulan.
Dalam bahasa Inggris disebut Apparent Longitude.
124 Deklinasi Matahari atau Mailus Syams adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi
dihitung dari equator sampai Matahari.
125 Asensio Rekta atau Mathali’ul Baladiyah atau Su’udul Mustaqim adalah busur
sepanjang lingkaran equator yang dihitung mulai titik Aries (haml) ke arah Timur sampai ke
titik perpotongan antara lingkaran equator dengan lingkaran deklinasi yang melalui benda
langit itu.
126 Maksimum Deklinasi Matahari atau Mail Kulli atau Mail A’dham adalah kemiringan
ekliptika dari equator.
| 189
Arah ke Timur = Retrogade/Progradatle = لياوتلا
Gambar; 18. Parallak / beda lihat
= Peninjau
M = titik pusat Bumi
HP = harizontal Parallax
P = beda lihat = parallaz (رظنلما فلاتخا)
Gambar; 19. Semidiameter
A = titik teratas pada piringan atas, upper limb
M = titik pusat Bumi
B = titik bawah pada piringan bawah lower limb
AM = jari-jari = semidiamater Bulan, rata-rata 0° 16'
190
Gambar; 20. Refraksi atau pembiasan sinar
Keterangan:
= Peninjau
= Hilal sebenarnya
= Posisi Hilal lihat
= Refraksi atau pembiasan sinar.
Gambar; 21. Posisi Hilal
| 191
Gambar; 22. Matahari dibandingkan dengan bintang Antares
Gambar; 23. Matahari dibandingkan dengan bintang
Arcturus
192
Gambar; 24. Matahari dibandingkan dengan Bumi
| 193
BAB
10
HISAB AWAL BULAN KAMARIAH
Sebenarnya di dalam perhitungan sistem ephemeris telah tersedia data Matahari dan Bulan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan hisab dan rukyat. Hanya
saja, dalam data ini, ada beberapa istilah yang harus di ketahui
maksud dan tujuannya. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya
perhatikan penjelasan sebagai berikut:
A. Data Matahari
1. Ecliptic Longitude
Ecliptic Longitude adalah bujur astronomi. Data ini dikenal
dengan istilah (لوـطلا / يموـقـت), Thul atau Taqwim yaitu jarak
Matahari dari titik Aries (Vernal Equinox / لـمـلحا), diukur
dari sepanjang lingkaran ekliptika. Jika nilai bujur
astronomi Matahari sama dengan nilai bujur astronomi
bulan, maka akan terjadi ijtima’. Data ini dipergunakan
antara lain dalam ijtima’ dan gerhana.
194
2. Ecliptic Latitude
Ecliptic Latitude adalah lintang astronomi. Data ini
adalah jarak titik pusat Matahari dari lingkaran ekliptika.
Sebenarnya ekliptika itu sendiri adalah lingkaran yang
ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan,
sehingga selalu berada pada garis ekliptika. Hanya saja,
karena jalannya yang tidak rata persis, maka ada sedikit
geseran. Keadaan seperti ini dapat kita lihat dari nilai
Ecliptic Longitude yang selalu mendekat di 0. Akan tetapi,
banyak sistem perhitungan yang mengabaikan nilai data
ini, sehingga sebenarnya istilah Ardlusy Syam identik
dengan Ecliptic Latitude. Data ini diperlukan antara lain
untuk menghitung gerhana.
3. Apparent Right Ascension
Apparent Right Ascension dikenal dalam bahasa Indonesia
dengan sebutan Asiensio Rekta. Data ini juga dikenal
dengan nama panjatan tegak atau (عـلاـطـلما / ميـقـتسـلما دوـعـصـلا
ةــيد لابـلا), As Shu’udul Mustaqim atau Mathali’ul Baladiah,
yaitu jarak antara satu benda langit dengan titik Aries
(Vernal Equinox / لـمـلحا), diukur sepanjang garis equator
(Da’irotul Muaddalin Nahar). Data ini digunakan dalam
perhitungan ijtima’, serta ketinggian Hilal dan gerhana.
4. Apperent Declination
Apparent Declination, atau disingkat Apperent Dee di kenal
dalam bahasa Indonesia sebagai deklinasi Matahari yang
dilihat (bukan Matahari hakiki) atau lebih dikenal sebagai
deklinasi. Ia juga dikenal dengan sebutan (سمـشلا ليـم), Mail
Syam, yaitu jarak Matahari dengan equator, dimana nilai
deklinasi positif berarti Matahari berada di sebelah utara
equator. Data ini digunakan dalam menetukan waktu
salat, rasdul kiblat, ketinggian Hilal, ijtima’, gerhana, dan
sebaginya.
| 195
5. True Geosentric Distace
True Geosentric Distace yang dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah jarak geosentris. Data ini menggambarkan
jarak antara Bumi dan Matahari. Adapun nilai pada data
ini merupakan jarak rata-rata Bumi dan Matahari, sekitar
150 juta km, sehingga Bumi mengelilingi Matahari tidak
tepat pada setiap saat, kadang dekat kadang jauh. Jarak
dekat adalah saat Bumi menempati titik api terdekat,
yaitu Perigee. (ضيـضـح, hadlidl) Sedangkan jarak terjauhnya
adalah pada saat bumi menempati titik terjauh, yaitu
Apogee, (جو لأا), Auj. Data ini penting untuk menghitung
gerhana.
6. Semi Diameter atau jari-jari Matahari
Semi Diameter dikenal dalam bahasa Indonesia dengan
jari-jari. Data ini juga dikenal dengan istilah (رــطـقـلا فـصـن),
Nisfu Quthr, yaitu jarak titik Matahari dengan piringan
luarnya. Data ini diperlukan untuk menghitung secara
tepat pada saat Matahari terbenam, Matahari terbit, dan
sebaginya.
7. True obliquity
True obliquity dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
kemiringan ekliptika. Data ini dikenal dengan istilah (ليـلما
يلكـلا), Mail Kul yaitu kemiringan ekliptika dari equator.
Data ini digunakan untuk menghitung ijtima’ dan
gerhana.
8. Equation of Time
Equation of Time dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama perata waktu. Data ini juga dikenal dengan istilah
(سمشلا لـيدــعـت / تـق وـلا لـيدــعـت), Ta’dil Waqtu atau Ta’dil Syam yaitu
selisih antara waktu kulminasi Matahari hakiki dengan
waktu kulminasi Matahari rata-rata. Data ini biasanya
196
dinyatakan dengan huruf “e” kecil dan diperlukan dalam
menghisab waktu salat.
B. Data Bulan
1. Apparent Longitude.
Apparent Longitude dalam bahasa Indonesia di kenal
dengan istilah bujur astronomi Bulan yang terlihat, atau
lebih di kenal dengan bujur astronomi atau dengan
istilah (رــمقـلا لوـط / يموـقــت), Taqwim Qomar atau Thul Qamar,
yaitu jarak bulan dari titik Aries (Vernal Equinok / لـمـلحا
Haml) di ukur sepanjang lingkaran ekliptika (dairotul
bujur), dimana jika nilai bujur astronomi Matahari
sama dengan nilai bujur bulan, maka terjadi ijtima’.
Data ini juga dipergunakan antara lain dalam ijtima’ dan
gerhana.
2. Apparent latitude.
Apparent Latitude dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama lintang astronomi Bulan yang terlihat atau istilah
(رــمـقـلا ضرـع), Ardh al Qamar, yaitu jarak antara Bulan dengan
lingkaran ekliptika diukur sepanjang lingkaran kutub
ekliptika. Nilai maksimum dari lintang astronomi bulan
adalah 5° 8’, dimana nilai positif berarti bulan berada
di utara ekliptika, dan nilai negatif berarti bulan berada
di sebelah selatan ekliptika. Sedangkan jika pada saat
ijtima’ nilai lintang astronomi Bulan sama atau hampir
sama dengan nilai lingkaran astronomis Matahari, maka
akan terjadi gerhana Matahari. Data ini diperlukan dalam
menghisab ijtima’ dan gerhana.
3. Apparent Right Ascension.
Apparent Rigt Ascension yang dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan Asensio Rekta dari Bulan yang terlihat.
Data ini juga dikenal dengan panjatan tegak atau (دوـعـصـلا
| 197
ةــيد لابـلا عـلاـطـلما / ميـقـتسـلما), As Shu’udul Mustaqim atau Matholiul
Baladiyah, yaitu jarak antara titik pusat Bulan dari titik
Aries dihitung sepanjang garis equator (Dairatul Muaddal
Linnahar). Data ini juga dipergunakan dalam menghitung
ijtima’, ketinggian Hilal, dan gerhana.
4. Apparent Declination.
Apparent Declination yang dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan nama deklinasi bulan yang dikenal dengan
deklinasi atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan
istilah (رــمقـلا ليـم), Mail Qamar, yaitu jarak bulan dari
equator, dimana jika nilai deklinasi adalah positif,
maka bulan berada di sebelah utara equator, sedangkan
jika deklinasi bernilai negatif, maka bulan berada
di sebelah selatan equator. Data ini diperlukan dalam
menghitung ketinggian hial, ijtima’, dan gerhana.
5. Horizontal Parallax
Parallax dalam bahasa Indonesia benda lihat atau di
sebut juga dengan istilah (رـظـنـلما فلاتـخإ), Ikhtilaful Mandhar.
Sedangkan horizontal parallax yaitu besaran sudut yang
ditarik dari titik pusat Bulan ketika di ufuk (horizon)
ke titik pusat bumi, dan garis yang ditarik dari dari titik
pusat bulan ketika itu ke permukaan Bumi.
6. Semi Diameter
Semi Diameter dikenal dalam bahasa Indonesia dengan
jari-jari atau (رــطـقـلا فـصـن ), Nisfu Quthril Qomar, yaitu
jarak titik pusat Bulan dengan piringan luarnya. Nilai
semi diameter Bulan adalah 15 derajat, karena piringan
bulatan Bulan penuh adalah 3o (1/2 derajat). Data ini
diperlukan untuk melakukan perhitungan ketinggian
piringan atas Hilal sebab semua data Bulan adalah data
titik pusatnya.
198
7. Angle Bright Limb
Angle Bright Limb yang dikenal dalam istilah bahasa
Indonesia sebagai sudut kemiringan Hilal adalah sudut
kemiringan piringan Hilal yang memancarkan sinar
sebagai akibat arah posisi Hilal dari Matahari. Sudut ini
diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat Hilal
dengan titik zenit (سأرــلا تسم), simtur ra’si ke garis yang
menghubungkan titik pusat Hilal dengan titik pusat
Matahari dengan arah sesuai dengan perputaran jarum
jam.
8. Fraction Illumination
Fraction Illumination adalah besarnya piringan Bulan yang
menerima sinar Matahari dan menghadap ke Bumi. Jika
seluruh piringan Bulan yang menerima sinar Matahari
terlihat dari Bumi, maka bentuknya akan berupa bulatan
penuh. Dalam keadaan seperti ini, nilai Fraction Illumination
adalah satu, yaitu persis pada saatnya Bulan purnama.
Sedangkan jika Bumi, Bulan, dan MATAHARI sedang persis
berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi gerhana
Matahari total. Dalam keadaan seperti ini, nilai Fraction
Illuumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan purnama, nilai
Fraction Illumination akan semakin mengecil sampai pada
nilai yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima’ dan setelah
itu nilai fraction Illumination ini akan kembali membesar
sampai mencapai nilai satu pada bulan purnama. Dengan
demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan
pedoman untuk mengetahui kapan terjadinya ijtima’ dan
kapan Bulan purnama (istiqbal). Demikian pula saat first
quarter (tarbiul awwal) dan last quarter (tarbi’usstani) dari
Bulan juga dapat dihitung, yaitu dengan mencari nilai
Fraction Illumination sebesar setengah. Data ini diperlukan
untuk membantu pelaksanaan rukyatul Hilal sekaligus
melakukan pengecekan mengenai besarnya Hilal.
| 199
C. Hisab Sistem Ephemeris
Ephemeris merupakan data yang diterbitkan oleh
Kementrian Agama RI setiap tahunnya dan juga disajikan
dalam bentuk software yang bernama WinHisab den version
2.0. Di dalam software ini ada beberapa item yang di antaranya
menyajikan data Matahari dan Bulan pada tiap hari perjam. Data
inilah yang dijadikan sumber dalam melakukan perhitungan.
Adapaun dalam melakukan proses perhitungan harus
menggunakan alat bantu, seperti kolkulator atau komputer
untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan proses
perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Menetukaan markaz (lintang bujur dan ketinggian tempat
dari permukaan air laut)
2. Menghintung konversi dari Hijriah ke Masehi dari tanggal
Bulan dan tahun yang dikehendaki.
3. Menghitung terjadinya ijtima’ (konjungsi) dengan
menggunakan rumus :
IJTIMA’= J1 + ((EL1 – AL1) ÷ ((AL2 – AL1) – (EL2 – EL1)))
4. Menghitung Matahari terbenam dengan langgka sebagai
berikut:
a. Menghitung tinggi Matahari saat terbenam ( h⊙)
dengan rumus:
h⊙ = –(ku + ref + sd)
b. Menetukan deklinasi Matahari (δ°) dan equation of
time (e)
c. Menghitung sudut waktu Matahari (t⊙) saat
terbenam dengan rumus:
Cos t⊙ = sin h⊙ ÷ cos φx ÷ cos δ⊙ – tan φx × tan δ⊙
200
5. Menghitung Azimuth Matahari (Az⊙) saat ghurub dengan
rumus:
Cot A⊙ = tan δ⊙ × cos φx ÷ sin t– sin φx ÷ tan t
6. Menghitung Right Ascension Matahari (ARA⊙) dengan
rumus:
ARA⊙ = ARA ⊙1 + k ( ARA⊙2 – ARA⊙1)
7. Menghitung Right Ascension Bulan (ARA() dengan
rumus:
ARA( = ARA(1 + k ( ARA(2 – ARA(1 )
8. Menghitung Sudut Waktu Bulan (t() dengan rumus:
t( = ARA⊙ + t⊙ – ARA(
9. Menentukan deklinasi Bulan (δ() dengan melakukan
interpilasi (ta’dil) berikut:
A = B1 + D (C2 – B1 )
10. Menghitung Tinggi Bulan Hakiki (h’() dengan rumus:
Sin h’( = sin φx × sin δ( + cos φx × cos δ( × cos t(
11. Koreksi-koreksi untuk memperoleh Tinggi Hilal Mar’i
(h():
a. Menghitung Horizontal Parallax (HP) saat ghurub,
dengan rumus interpolasi sebagai berikut:
HP = HP1 + k ( HP2 – HP1)
b. Parallaks ( Par )
HP cos h(
c. Refraksi ( Ref ), diperoleh dengan rumus:
0.0167 ÷ tan ( h + 7,31 ÷ ( h + 4,4))
| 201
12. Kerendahan ufuk ( ku / dip ), digunakan rumus:
ku / dip= 0° 1’,76 √ h
13. Menghitung tinggi Hilal mar’i ( h( ), dengan rumus:
h( = h(– Par + Ref + ku
14. Menghitung Azimuth Hilal ( Az( ) dapat dengan rumus:
Cot A(= tan δ( × cos φx ÷sin t( – sin φx ÷ tan t(
15. Menghitung Posisi Hilal ( P ) dapat diperoleh dengan
rumus:
P( = Az( – Az°
16. Menetukan Elongasi Bulan Hakiki (E() dapat diperoleh
dengan rumus:
Cos E( = sin ho × sin h( + cos ho �