Sapiens 10





 ometer. Butuh waktu 3 tahun dan nyawa hampir seluruh 

anggota ekspedisi, termasuk Magellan. Pada 1873 M, Jules Verne 

bisa membayangkan bahwa Phileas Fogg, seorang petualang kaya 

asal Inggris, mungkin mampu mengelilingi dunia dalam 8 hari. 

Kini siapa pun dengan pendapatan kelas menengah bisa dengan 

aman dan dengan mudah mengelilingi Bumi hanya dalam 48  jam.

Pada 1500 M, manusia terkurung di atas permukaan Bumi. 

Mereka bisa membangun menara-menara dan memanjat gunung-

gunung, namun  langit dikhususkan bagi burung, malaikat, dan 

dewa-dewa. Pada 20 Juli 1969 manusia mendarat di Bulan. 

Ini bukan semata-mata pencapaian historis, melainkan sebuah 

keunggulan evolusioner, bahkan kosmis. Dalam evolusi 4 

miliar tahun sebelumnya, tidak ada organisme yang berhasil 

meninggalkan atmosfer Bumi, dan pasti tidak satu pun yang 


Penemuan Ketidaktahuan

295

meninggalkan jejak kaki atau tentakel di Bulan.

Selama sebagian besar masa sejarah, manusia tak tahu 

apa-apa tentang 99,99 persen organisme di planet—yakni 

mikroorganisme. Ini bukan sebab  mikroorganisme itu tidak 

penting bagi kita. Setiap kita membawa miliaran makhluk bersel 

tunggal dalam diri kita, dan bukan hanya penumpang gratisan. 

Mereka yaitu  sahabat-sahabat baik kita, sekaligus musuh-musuh 

paling mematikan. Sebagian dari mereka memakan makanan 

kita dan membersihkan usus-usus kita, sedang  yang lain 

memicu  sakit dan epidemi. Namun, baru pada 1674 M 

mata manusia untuk kali pertama melihat mikroorganisme, 

saat  Anton van Leeuwenhoek mengintip melalui mikroskop 

buatan sendiri dan terkesima melihat sebuah dunia lengkap berisi 

makhluk-makhluk mungil bergerak-gerak dalam setetes air. Dalam 

kurun 300 tahun kemudian, manusia sudah bisa berkenalan 

dengan banyak sekali spesies mikroskopis. Kita telah berhasil 

mengalahkan sebagian besar penyakit menular paling mematikan, 

dan telah menanfaatkan mikroorganisme untuk pelayanan dan 

industri medis. Kini kita merekayasa bakteri untuk memproduksi 

pengobatan, membuat biofuel, dan membunuh parasit-parasit.

namun  momen tunggal yang paling nyata dan paling 

menentukan dalam 500 tahun terakhir ini terjadi pukul 05.29.45 

pada 16 Juli 1945. Tepat pada detik itu, para ilmuwan Amerika 

meledakkan bom atom pertama di Alamogordo, New Mexico. 

Dari titik itu dan seterusnya, manusia memiliki kapabilitas tidak 

hanya mengubah alur sejarah, namun  juga mengakhirinya.

Proses historikal yang mengarah ke Alamogordo dan ke 

Bulan dikenal sebagai Revolusi Saintifik. Dalam periode ini 

manusia telah mendapatkan kekuatan-kekuatan besar baru dengan 

menginvestasikan sumber daya di riset saintifik. Ini sebuah revolusi 

sebab , sampai sekitar tahun 1500 M, manusia di muka Bumi 

terlalu meragukan kemampuan mereka untuk meraih kekuatan 

medis, militer, dan ekonomi yang baru. Sementara pemerintahan 

dan patron-patron kaya mengalokasikan dana untuk pendidikan 

dan beasiswa, tujuannya secara umum yaitu  mempertahankan 

kapabilitas mereka ketimbang meraih kapabilitas-kapabilitas 

baru. Penguasa pramodern biasanya memberi uang kepada 


 

296

para pendeta, filsuf, dan penyair dengan harapan mereka bisa 

melegitimasi kekuasaannya dan mempertahankan tatanan sosial. 

Dia tidak berharap orang-orang itu menemukan medikasi baru, 

menciptakan senjata-senjata baru atau menstimulasi pertumbuhan 

ekonomi. Dalam 5 abad terakhir, manusia semakin percaya bahwa 

mereka bisa meningkatkan kapabilitas dengan investasi di riset 

saintifik. Ini bukan keyakinan buta—ini berkali-kali terbukti 

secara empiris. Semakin banyak bukti, semakin banyak sumber 

daya siap dikucurkan oleh orang-orang dan pemerintahan yang 

kaya terhadap ilmu pengetahuan. Kita tidak akan pernah bisa 

berjalan di Bulan, merekayasa mikroorganisme dan memisahkan 

atom tanpa investasi-investasi semacam itu. Pemerintahan 

Amerika Serikat, misalnya, dalam beberapa dekade terakhir 

ini mengalokasikan miliaran dolar untuk studi fisika nuklir. 

Pengetahuan yang dihasilkan oleh riset ini memungkinkan 

konstruksi stasiun-stasiun pembangkit listrik tenaga nuklir, yang 

menyediakan listrik murah bagi industri Amerika, yang membayar 

pajak kepada pemerintah Amerika, yang memakai  sebagian 

uang pajak ini untuk mendanai riset lebih lanjut di bidang fisika 

nuklir.

Mengapa manusia-manusia modern mengembangkan 

keyakinan pada kemampuan mereka untuk mendapatkan 

kekuatan-kekuatan baru melalui riset? Apa ikatan yang 

menyatukan sains, politik, dan ekonomi? Bab ini menelusuri 

sifat unik sains modern dalam rangka menyediakan sebagian 

jawabannya. Dua bab selanjutnya menelusuri formasi aliansi 

antara sains, imperium-imperium Eropa, dan ekonomi kapitalisme.

Ignoramus

Manusia sudah berusaha memahami alam semesta sekurang-

kurangnya sejak Revolusi Kognitif. Para leluhur kita mengerahkan 

waktu dan usaha cukup besar dalam rangka menemukan aturan-

aturan yang mengatur alam. Namun, sains modern membedakan 

dari semua tradisi pengetahuan sebelumnya dalam hal penting:


Penemuan Ketidaktahuan

297

a. Kesediaan mengakui kebodohan. Sains modern didasarkan 

pada injungsi Latin ignoramus— ‘kita tidak tahu’. Bahkan, 

lebih penting lagi, ia menerima bahwa hal-hal yang kita 

pikir kita tahu bisa terbukti salah saat  kita mendapatkan 

pengetahuan lebih banyak. Tidak ada konsep, ide, atau teori 

yang sakral dan tak bisa ditantang.

b. Sentralitas observasi dan matematika. Dengan mengakui 

ketidaktahuan, sains modern bertujuan mendapatkan 

pengetahuan baru. Ia melakukannya dengan mengumpulkan 

observasi-observasi dan kemudian memakai  sarana-

sarana matematis untuk menghubungkan observasi-observasi 

ini menjadi teori-teori yang komprehensif.

c. Perolehan kekuatan-kekuatan baru. Sains modern tidak puas 

dengan menciptakan teori-teori. Ia memakai  teori-teori 

ini dalam rangka memperoleh kekuatan-kekuatan baru untuk 

mengembangkan teknologi-teknologi baru. 

Lubang umpan balik Revolusi Saintifik. Sains membutuhkan lebih dari 

sekadar riset untuk maju. Ia bergantung pada penguatan timbal-balik 

sains, politik, dan ekonomi. Institusi-institusi politik dan ekonomi 

memberi sumber daya, yang tanpa itu riset saintifik hampir mustahil 

dilakukan. Sebagai imbalannya, riset saintifik memberi kekuatan-

kekuatan baru yang dipakai  antara lain untuk mendapatkan sumber 

daya baru, sebagian di antaranya diinvestasikan kembali ke riset.


 

298

Revolusi Saintifik belum menjadi sebuah revolusi pengetahuan. 

Terutama sekali, ia yaitu  revolusi ketidaktahuan. Penemuan 

besar yang dihadirkan Revolusi Saintifik yaitu  penemuan bahwa 

manusia tidak tahu jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan 

mereka yang paling penting.

Tradisi-tradisi pengetahuan pramodern seperti Islam, Kristen, 

Buddhisme, dan Konfusianisme menegaskan bahwa segala hal 

yang penting untuk diketahui tentang dunia sudah diketahui. 

Dewa-dewa besar, atau Tuhan Yang Mahabesar, atau orang-orang 

bijak pada masa lalu memiliki kebijaksanaan yang menyeluruh, 

yang mereka turunkan kepada kita dalam kitab-kitab suci dan 

tradisi-tradisi lisan. Orang-orang biasa mendapatkan pengetahuan 

dengan menggali naskah-naskah dan tradisi-tradisi kuno ini 

dan memahaminya dengan benar. Tak terbayangkan bahwa 

Injil, al-Quran, dan Veda melewatkan rahasia penting alam 

semesta—sebuah rahasia yang mungkin masih harus ditemukan 

oleh makhluk-makhluk berdaging-dan-berdarah.

Tradisi-tradisi pengetahuan kuno hanya mengakui dua jenis 

ketidaktahuan. Pertama, satu individu mungkin tidak tahu sesuatu 

yang penting. Untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan, 

yang perlu dilakukan hanyalah bertanya kepada seseorang yang 

lebih bijaksana. Tidak perlu menemukan sesuatu yang belum 

diketahui siapa pun. Misalnya, jika seorang petani di suatu desa 

Yorkshire sekitar abad ke-13 ingin tahu bagaimana munculnya ras 

manusia, dia berasumsi bahwa tradisi Kristen sudah memegang 

jawaban definitif. Yang harus dilakukan hanyalah bertanya kepada 

pendeta setempat.

Kedua, sebuah tradisi menyeluruh mungkin tidak tahu tentang 

hal-hal yang tidak penting. Berdasarkan definsi, apa pun yang 

tidak dipedulikan oleh dewa-dewa besar atau orang-orang bijak 

untuk disampaikan kepada kita berarti tidak penting. Misalnya, 

jika petani Yorkshire ingin tahu bagaimana laba-laba menjalin 

jejaring mereka, tak ada gunanya bertanya kepada para pendeta 

sebab  tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini dalam kitab-

kitab suci Kristen. Namun, itu tidak berarti bahwa Kristen tidak 

sempurna. Namun, itu berarti bahwa memahami bagaimana 

laba-laba menjalin jejaring itu tidak penting. Lagi pula, Tuhan 


Penemuan Ketidaktahuan

299

tahu sepenuhnya bagaimana laba-laba melakukan itu. Jika itu 

merupakan informasi yang penting, dibutuhkan bagi kemakmuran 

dan penyelamatan manusia, Tuhan akan memasukkan sebuah 

penjelasan komprehensif dalam Injil. Kristen tidak melarang 

orang mempelajari laba-laba. Namun, para ahli laba-laba—jika 

ada pada abad pertengahan Eropa—harus menerima peran 

periferal mereka dalam warga  dan tidak relevannya temuan-

temuan mereka bagi kebenaran-kebenaran abadi Kristianitas. Tak 

peduli apa pun yang mungkin bisa ditemukan oleh seorang ahli 

tentang laba-laba, kupu-kupu, atau kutilang-kutilang Galapagos, 

pengetahuan itu tak lebih dari hal sepele, yang tak memiliki 

kebenaran-kebenaran fundamental tentang warga , politik, 

dan ekonomi.

Padahal, tidak sesederhana itu. Pada setiap masa, bahkan 

di kalangan orang-orang yang paling saleh dan konservatif, ada 

orang-orang yang berpendapat bahwa ada hal-hal penting, yang 

luput diketahui oleh segenap tradisi. Namun, orang-orang seperti 

itu biasanya dipinggirkan atau disiksa—atau kalau tidak, mereka 

mendirikan sebuah tradisi baru dan mulai mengemukakan bahwa 

mereka tahu segala sesuatu yang harus diketahui. Misalnya, 

Nabi Muhammad memulai karier religiusnya dengan mengecam 

sesama orang Arab sebab  hidup dalam ketidaktahuan akan 

kebenaran ilahiah. Namun, Muhammad sendiri dengan cepat 

mengemukakan bahwa dia tahu kebenaran sepenuhnya, dan para 

pengikutnya mulai menyebutnya “Penutup para Nabi”. Oleh 

sebab  itu, tak diperlukan wahyu-wahyu setelah yang diberikan 

kepada Muhammad.

Sains modern yaitu  sebuah tradisi pengetahuan yang unik 

sebab  secara terbuka ketidaktahuan kolektif berkenaan dengan 

pertanyaan-pertanyaan yang paling penting. Darwin tidak pernah 

mengemukakan bahwa dia yaitu  “Penutup para Ahli Biologi”, 

dan bahwa dia telah menyelesaikan urusan kehidupan sekaligus 

dan tuntas. Setelah berabad-abad riset saintifik yang ekstensif, 

para ahli biologi mengakui bahwa mereka masih belum punya 

penjelasan yang bagus tentang bagaimana otak memproduksi 

kesadaran. Para ahli fisika mengakui bahwa mereka tidak tahu 

apa yang memicu  Big Bang (Ledakan Besar), atau bagaimana 


 

300

merekonsiliasi mekanika kuantum dengan teori Relativitas Umum.

Dalam kasus-kasus lain, teori-teori saintifik yang berlawanan 

diperdebatkan dengan sengit atas dasar munculnya bukti baru 

terus-menerus. Satu contoh terbaik yaitu  perdebatan tentang 

bagaimana cara terbaik menjalankan ekonomi. Meskipun para 

ekonom individual mengklaim bahwa metode merekalah yang 

terbaik, kekolotan berubah bersama setiap krisis finansial dan 

buih pasar saham, dan biasa diterima bahwa kata terakhir tentang 

ekonomi masih belum putus. 

Dalam kasus-kasus lain lagi, teori-teori tertentu didukung 

begitu konsisten dengan bukti yang tersedia sehingga sejak saat 

itu semua alternatif tersingkir. Teori-teori semacam itu diterima 

sebagai kebenaran—namun  setiap orang setuju bahwa, jika kelak 

ada bukti baru muncul yang berlawanan dengan teori itu, maka 

teori itu akan direvisi atau dibuang. Beberapa contoh yang bagus 

tentang ini yaitu  teori lempengan tektonik dan teori evolusi. 

Kesediaan untuk mengakui ketidaktahuan membuat sains modern 

lebih dinamis, lebih lentur, dan lebih aktif mencari ketimbang 

tradisi pengetahuan mana pun sebelumnya. Hal ini memperbesar 

kapasitas kita untuk memahami bagaimana dunia bekerja dan 

kemampuan kita untuk menemukan teknologi-teknologi baru.

namun  hal itu juga mendatangkan kepada kita persoalan 

serius yang sebagian besar leluhur kita tidak perlu menghadapinya. 

Asumsi kita saat ini bahwa kita tidak tahu segala hal dan bahwa 

pengetahuan yang kita miliki pun bersifat tentatif, berkembang 

sampai ke mitos-mitos umum yang memungkinkan jutaan orang 

yang tidak saling kenal bisa bekerja sama secara efektif. Jika 

bukti menunjukkan bahwa banyak dari mitos itu meragukan, 

bagaimana kita bisa menyatukan warga ? Bagaimana bisa 

warga -warga , negara-negara, dan sistem internasional 

kita berfungsi?

Semua upaya modern untuk menstabilkan tatanan sosio-

politik tak punya pilihan selain bergantung pada satu dari dua 

metode yang tidak saintifik ini:

a. Ambil satu teori saintifik, dan yang berlawanan dengan 

praktik-praktik umum saintifik, deklarasikan bahwa ini 

kebenaran final dan absolut. Inilah metode yang dipakai  


Penemuan Ketidaktahuan

301

oleh Nazi (yang mengklaim kebijakan-kebijakan rasial 

mereka yaitu  buah dari fakta-fakta biologi) dan Komunis 

(yang mengklaim bahwa Marx dan Lenin memiliki kebenaran 

ekonomi absolut yang tidak pernah bisa ditolak).

b. Tinggalkan sains dan hiduplah sesuai dengan kebenaran 

absolut non-saintifik. Ini telah menjadi strategi humanisme 

liberal, yang dibangun di atas keyakinan dogmatis pada nilai 

unik manusia dan hak-hak asasinya—sebuah doktrin yang 

secara memalukan tidak sejalan dengan studi tentang Homo 

sapiens.

namun  hal itu tak seharusnya mengejutkan kita. Bahkan, 

sains sendiri harus bergantung pada keyakinan-keyakinan religius 

dan ideologis untuk menjustifikasi dan mendanai risetnya. 

Bagaimanapun, kultur modern telah bersedia mengakui 

ketidaktahuan sampai ke tingkat yang jauh lebih besar ketimbang 

kultur mana pun sebelumnya. Salah satu hal yang memungkinkan 

tatanan-tatanan sosial modern untuk menyatu yaitu  penyebaran 

suatu keyakinan yang hampir religius pada teknologi dan metode 

riset saintifik, yang pada tingkat tertentu telah menggantikan 

keyakinan pada kebenaran-kebenaran absolut.

Dogma Sainti k

Sains modern memang tidak punya dogma. Namun, ia punya 

satu kesamaan metode riset inti, yang semuanya didasarkan 

pada pengumpulan observasi-observasi empiris—yakni hal-hal 

yang bisa kita observasi dengan setidaknya salah satu dari indra-

indra kita—dan menyatukannya dengan bantuan sarana-sarana 

matematis.

Orang-orang sepanjang sejarah mengumpulkan observasi-

observasi empiris, namun  makna dari observasi-observasi ini 

biasanya terbatas. Mengapa membuang-buang sumber daya 

untuk mendapatkan observasi-observasi baru saat  kita sudah 

memiliki semua jawaban yang kita butuhkan? Namun, saat  

orang modern sampai pada pengakuan bahwa mereka tidak 


 

302

tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting, 

mereka merasa perlu untuk mencari pengetahuan yang sama 

sekali baru. Akibatnya, metode riset modern dominan menerima 

begitu saja ketidakcukupan pengetahuan lama. Bukan mempelajari 

tradisi-tradisi lama, penekanan kini ditempatkan pada observasi-

observasi dan eksperimen-eksperimen baru. saat  observasi 

terkini bertabrakan dengan tradisi lama, kita membuka jalan untuk 

observasi. Tentu saja, para ahli fisika yang menganalisis spektra 

galaksi-galaksi jauh, para arkeolog yang menganalisis temuan-

temuan dari kota Zaman Perunggu, dan para ilmuwan politik 

yang mempelajari munculnya kapitalisme bukan mengabaikan 

tradisi. Mereka mulai dengan mempelajari apa yang dikatakan 

dan ditulis orang bijak pada masa lalu. Namun, dari tahun 

pertama kuliah mereka, para calon fisikawan, arkeolog, dan 

ilmuwan politik diajari bahwa misi mereka yaitu  melampaui 

apa yang pernah diketahui oleh Einstein, Heinrich, Schliemann, 

dan Max Weber.

namun  sekadar observasi bukanlah pengetahuan. Dalam 

rangka memahami alam semesta, kita perlu menghubungkan 

observasi-observasi dengan teori-teori yang komprehensif. Tradisi-

tradisi sebelumnya biasanya memformulasikan teori-teori mereka 

dalam kerangka-kerangka cerita. Sains modern memakai  

matematika.

Sangat sedikit persamaan, grafik, dan kalkulasi dalam Injil, 

al-Quran, dan Veda atau kitab-kitab klasik Konfusian. saat  

mitologi-mitologi dan kitab-kitab suci tradisional meletakkan 

hukum-hukum umum, semua itu disajikan dalam narasi, bukan 

rumus matematika. Jadi, prinsip fundamental agama Manichae 

menegaskan bahwa dunia merupakan ajang pertarungan antara 

yang baik dan yang jahat. Sebuah kekuatan jahat menciptakan 

materi, sedang  kekuatan baik menciptakan ruh. Manusia 

terjebak di antara kedua kekuatan ini, dan harus memilih 

yang baik atau yang jahat. Namun, nabi Mani tak berusaha 

menawarkan rumus matematika yang bisa dipakai  untuk 

meramalkan pilihan-pilihan manusia dengan mengukur seberapa 

besar kekuatan masing-masing. Dia tidak pernah mengalkulasi 

bahwa “kekuatan yang bertindak pada seorang manusia sama 


Penemuan Ketidaktahuan

303

dengan akselerasi arwah, dibagi massa tubuhnya”.

Inilah yang benar-benar berusaha dituntaskan oleh 

para ilmuwan. Pada 1687, Isaac Newton menerbitkan The 

Mathematical Principles of Natural Philosophy, yang pantas 

disebut sebagai Artikel  paling penting dalam sejarah modern. 

Newton menyajikan sebuah teori umum tentang gerak dan 

perubahan. Kebesaran teori Newton yaitu  kemampuannya 

menjelaskan dan meramalkan gerakan-gerakan semua tubuh 

dalam alam semesta, dari jatuhnya apel sampai ke bintang-bintang 

yang menembak, dengan memakai  3 hukum matematika 

sederhana: 

1.

2.

3.

Oleh sebab  itu, siapa pun yang ingin memahami dan 

meramalkan gerakan sebuah peluru meriam atau sebuah planet, 

cukup membuat pengukuran-pengukuran massa benda, arah, dan 

akselerasi, serta kekuatan untuk melakukan gerak itu. Dengan 

memasukkan angka-angka ini ke dalam rumus Newton, posisi 

masa depan sebuah benda bisa diprediksi. Rumus itu bekerja 

seperti sulap. Baru sekitar akhir abad ke-19, para ilmuwan muncul 

dengan beberapa observasi baru yang tidak sesuai dengan hukum 

Newton, dan ini mengarah pada revolusi berikutnya di bidang 

fisika—teori relativitas dan mekanika kuantum.

Newton menunjukkan bahwa Artikel  alam ditulis dalam 

bahasa matematika. Sebagian bab (misalnya) bermuara pada satu 

persamaan yang tegas; namun  para ahli yang berusaha memasukkan 

biologi, ekonomi, dan psikologi ke dalam persamaan-persamaan 


 

304

Newton mendapati bahwa bidang-bidang ini memiliki tingkat 

kerumitan yang membuat upaya itu sia-sia. Namun, ini tidak 

berarti mereka menyerah dalam hal matematika. Sebuah cabang 

baru matematika dikembangkan dalam 200 tahun terakhir ini 

untuk menangani aspek-aspek realitas yang lebih rumit: statistik.

Pada 1744, pendeta Presbyterian di Skotlandia, Alexander 

Webster dan Robert Wallace, memutuskan untuk mendirikan 

lembaga dana asuransi jiwa yang akan menyediakan pensiun 

bagi para janda dan yatim dari para pendeta yang meninggal. 

Mereka mengajukan bahwa setiap pendeta gereja membayar 

seporsi kecil pendapatannya ke lembaga dana itu, yang akan 

menginvestasikan uangnya. Jika pendeta meninggal, jandanya 

akan menerima deviden dari keuntungan lembaga. Ini akan 

memungkinkan janda ini  hidup nyaman sampai akhir 

hayat. Namun, untuk menentukan berapa banyak para pendeta 

harus membayar agar lembaga dana punya cukup uang untuk 

memenuhi kewajiban-kewajibannya, Webster dan Wallace harus 

mampu memprediksi berapa banyak pendeta yang meninggal 

setiap tahun, berapa banyak janda dan yatim yang akan mereka 

tinggalkan, dan berapa tahun para janda hidup setelah kematian 

para suaminya.

Perhatikanlah apa yang tidak dilakukan kedua pendeta 

itu. Mereka tidak berdoa kepada Tuhan untuk menemukan 

jawabannya. Mereka juga tidak mencari jawaban dalam kitab-

kitab suci atau di antara karya-karya para teolog kuno. Mereka 

pun tidak memasuki suatu perselisihan filosofis yang abstrak. 

Sebagai orang Skot, mereka termasuk yang praktis. Jadi, mereka 

menghubungi seorang profesor matematika dari University of 

Edinburgh, Colin Maclaurin. Ketiganya mengumpulkan data 

pada usia berapa orang-orang meninggal dan memakai  ini 

untuk mengalkulasi berapa banyak pendeta yang kemungkinan 

meninggal pada tahun tertentu.

Pekerjaan mereka didasarkan pada beberapa terobosan 

mutakhir dalam bidang statistika dan probabilitas. Salah 

satunya yaitu  Hukum Angka Besar Jacob Bernoulli. Bernoulli 

telah mengodifikasi prinsip bahwa, meskipun mungkin sulit 

untuk memprediksi dengan pasti sebuah peristiwa tunggal, 


Penemuan Ketidaktahuan

305

seperti kematian orang tertentu, terbuka kemungkinan 

untuk memprediksi dengan akurasi tinggi rata-rata hasil dari 

banyak peristiwa serupa. Begitulah, saat  Maclaurin tak bisa 

memakai  matematika untuk memprediksi apakah Webster 

dan Wallace akan mati tahun depan, dia bisa, dengan tersedianya 

cukup data, memberi tahu Webster dan Wallace berapa banyak 

pendeta Prebysterian di Skotlandia yang hampir pasti mati tahun 

depan. Beruntunglah, mereka memiliki data siap pakai yang 

bisa mereka gunakan. Tabel-tabel aktuaris yang diterbitkan 50 

tahun sebelumnya oleh Edmond Halley terbukti sangat berguna. 

Halley telah mengalisis catatan-catatan 1.238 kelahiran dan 1.174 

kematian yang dia dapatkan dari Kota Breslau, Jerman. Tabel-

tabel Halley memungkinkan untuk melihat, misalnya, seseorang 

yang berusia 21 tahun memiliki peluang 1:100 meninggal pada 

tahun tertentu, namun  seseorang yang berusia 50 tahun memiliki 

peluang 1:39.

Dengan memproses angka-angka ini, Webster dan Wallace 

menyimpulkan bahwa, rata-rata akan ada 930 pendeta 

Prebysterian Skotlandia pada kurun waktu kapan pun, dan rata-

rata 27 pendeta meninggal setiap tahun, 18 di antara mereka akan 

meninggalkan janda. Lima dari mereka yang tidak meninggalkan 

janda akan meninggalkan anak-anak yatim, dan dua dari yang 

meninggalkan janda juga akan meninggalkan anak-anak dari 

pernikahan sebelumnya yang belum mencapai usia 16 tahun. 

Mereka menghitung lebih jauh berapa lama kemungkinan janda 

akan meninggal atau menikah lagi (dengan dua kemungkinan 

ini pembayaran pensiun akan berhenti). Angka-angka itu 

memungkinkan Webster dan Wallace menentukan berapa banyak 

uang yang harus dibayar oleh para pendeta yang ikut dana pensiun 

untuk orang-orang yang mereka cintai. Dengan membayar £2 

12s. 2d. setahun, seorang pendeta bisa menjamin bahwa istrinya 

yang janda kelak akan menerima sedikitnya £10 setahun—jumlah 

yang besar untuk masa itu. Kalau dia menganggap jumlah itu 

tidak cukup, dia bisa memilih untuk membayar lebih, sampai 

ke tingkat £6 11s. 3d.  setahun—yang akan memberi jandanya 

bahkan jumlah yang lebih banyak sebesar £25 setahun.


 

306

Menurut kalkulasi mereka, pada 1765, Fund for a Provision 

for the Widows and Children of Ministers of the Church of 

Scotland akan memiliki modal total £58.348. Kalkulasi mereka 

secara menakjubkan terbukti akurat. saat  tahun itu tiba, 

modal lembaga pensiun itu bertengger di angka £58.347—hanya 

selisih kurang dari £1 dari prediksi! Ini bahkan lebih bagus 

dari nubuat Habakkuk, Jeremiah, atau St. John. Kini, lembaga 

dana Webster dan Wallace, yang dikenal degan sebutan Scottich 

Widows merupakan salah satu perusahaan pensiun dan asuransi 

terbesar di dunia. Dengan aset bernilai £100 miliar, perusahaan 

itu melayani asuransi tidak hanya para janda Skotlandia, namun  

juga siapa pun yang bersedia membeli polisnya.7

Kalkulasi-kalkulasi probabilitas seperti yang dipakai  

oleh kedua pendeta Skotlandia itu menjadi dasar tidak hanya 

ilmu aktuarial, yang penting bagi bisnis pensiun dan asuransi, 

namun  juga bagi ilmu demografi (didirikan oleh pendeta lainnya, 

Robert Malthus, seorang Anglikan). Demografi pada gilirannya 

merupakan landasan bagi Charles Darwin (yang hampir menjadi 

seorang pastor Anglikan) membangun teori evolusinya. Meskipun 

tidak ada persamaan yang bisa memprediksi apa jenis organisme 

yang akan berevolusi di bawah seperangkat kondisi tertentu, 

ilmu genetika memakai  kalkulasi-kalkulasi probabilitas untuk 

menghitung kemungkinan bahwa suatu mutasi tertentu akan 

menyebar pada satu populasi tertentu. Model-model probalistik 

serupa telah menjadi bagian penting bagi ilmu ekonomi, sosiologi, 

psikologi, ilmu politik, dan ilmu-ilmu sosial serta alam lainnya. 

Bahkan, fisika pada akhirnya menambahkan ke dalam persamaan-

persamaan klasik Newton awan probabilitas mekanika kuantum.

Kita cukup melihat sejarah pendidikan untuk menyadari 

seberapa jauh proses ini telah membawa kita. Pada sebagian 

besar periode sejarah, matematika yaitu  bidang esoterik yang 

bahkan orang-orang terdidik jarang mempelajarinya secara serius. 

Di Eropa abad pertengahan, logika, tata bahasa, dan retorika 

membentuk inti pendidikan, sementara pengajaran matematika 

jarang melampaui aritmatika dan geometri sederhana. Tidak ada 

yang mempelajari statistik. Raja tak terbantahkan dari semua 

ilmu pengetahuan yaitu  teologi.


Penemuan Ketidaktahuan

307

Kini sedikit mahasiswa yang mempelajari retorika; logika 

dibatasi pada jurusan-jurusan filsafat dan teologi di seminari-

seminari. Namun, semakin banyak mahasiswa termotivasi—atau 

dipaksa—mempelajari matematika. Ada arus yang tak bisa dilawan 

menuju ilmu-ilmu eksakta—yang didefinisikan eksakta sebab  

penggunaan sarana-sarana matematisnya. Bahkan, bidang-bidang 

studi yang secara tradisional menjadi bagian dari humaniora, 

seperti studi tentang bahasa manusia (linguistik) dan jiwa manusia 

(psikologi), semakin bergantung pada matematika dan berusaha 

menampilkan diri sebagai ilmu eksakta. Mata kuliah Statistika 

kini menjadi bagian dari persyaratan dasar tidak hanya dalam 

bidang fisika dan biologi, namun  juga dalam psikologi, sosiologi, 

ilmu ekonomi, dan ilmu politik.

Dalam katalog mata kuliah Jurusan Psikologi di universitas 

almamater saya, mata kuliah wajib pertama dalam kurikulum 

yaitu  “Introduction to Statistics and Methodology in 

Psychological Research”. Mahasiswa tahun kedua psikologi harus 

mengambil “Statistical Methods in Psychological Research”. 

Konfusius, Buddha, Yesus, dan Muhammad pasti bingung jika 

Anda beri tahu mereka bahwa dalam rangka memahami pikiran 

manusia dan mengobati penyakitnya Anda harus pertama-tama 

mempelajari statistik.

Pengetahuan yaitu  Kekuatan

Sebagian besar orang mengalami kesulitan menelan sains modern 

sebab  bahasa matematisnya yang sulit untuk diserap pikiran kita, 

dan temuan-temuannya sering bertentangan dengan pengertian 

umum. Dari 7 miliar penduduk dunia, berapa banyak yang 

benar-benar memahami mekanika kuantum, biologi sel, atau 

makro ekonomi? Bagaimanapun, sains menikmati prestise tinggi 

sebab  kekuatan-kekuatan baru yang ia berikan kepada kita. 

Para presiden dan para jenderal mungkin tidak memahami fisika 

nuklir, namun  mereka punya pengetahuan yang baik tentang apa 

yang bisa diakibatkan oleh bom nuklir.

Pada 1620, Francis Bacon menerbitkan manifesto saintifik 


 

308

berjudul The New Instrument. Di dalamnya dia mengemukakan 

bahwa “pengetahuan yaitu  kekuatan”. Ujian riil “pengetahuan” 

bukanlah apakah ia benar, namun  apakah ia memperkuat kita. 

Para ilmuwan biasanya berasumsi bahwa tidak ada teori yang 

100 persen benar. Akibatnya, kebenaran menjadi ujian lemah 

bagi pengetahuan. Tes riilnya yaitu  pemanfaatan. Sebuah teori 

yang memungkinkan kita melakukan hal-hal baru merupakan 

pengetahuan.

Selama berabad-abad, sains telah memberi kita banyak alat-

alat baru. Sebagian yaitu  alat mental, seperti yang dipakai  

untuk memprediksi tingkat kematian dan pertumbuhan ekonomi. 

Yang lebih penting lagi yaitu  alat-alat teknologikal. Koneksi 

yang menyatukan sains dan teknologi begitu kuat sehingga kini 

orang cenderung mencampuradukannya. Kita cenderung berpikir 

bahwa tidak mungkin mengembangkan teknologi-teknologi baru 

tanpa riset saintifik, dan nilai riset menjadi kecil jika tidak 

menghasilkan teknologi-teknologi baru.

Padahal, hubungan antara sains dan teknologi yaitu  

fenomena yang sangat baru. Sebelum tahun 1500, sains dan 

teknologi yaitu  bidang yang terpisah sama sekali. saat  

Bacon menghubungkan keduanya pada abad ke-17, itu yaitu  

sebuah ide revolusioner. Dalam abad ke-17 dan ke-18 hubungan 

ini menguat, namun  simpulnya baru terikat pada abad ke-19. 

Bahkan, pada 1800, sebagian besar penguasa yang menginginkan 

angkatan perang yang kuat, dan sebagian besar raksasa bisnis yang 

menginginkan bisnis yang sukses, tidak peduli untuk mendanai 

riset dalam fisika, biologi, atau ilmu ekonomi.

Saya tidak bermaksud mengklaim tidak ada pengecualian 

dalam aturan ini. Seorang sejarawan yang bagus bisa menemukan 

preseden untuk segala hal. Namun, sejarawan yang lebih baik lagi 

tahu saat  preseden-preseden ini menjadi pertanyaan-pertanyaan 

yang menyelimuti gambaran besar. Secara umum, sebagian besar 

penguasa dan pebisnis pramodern tidak mendanai riset tentang 

sifat alam semesta dalam rangka mengembangkan teknologi-

teknologi baru, dan sebagian besar pemikir tidak berusaha 

menerjemahkan temuan-temuan mereka menjadi wahana-wahana 

teknologis. Para penguasa mendanai institusi-institusi pendidikan 


Penemuan Ketidaktahuan

309

yang mandatnya yaitu  menyebarkan pengetahuan tradisional 

untuk tujuan menjaga tatanan yang sudah ada.

Di mana-mana orang memang mengembangkan teknologi-

teknologi baru, namun  semua itu biasanya diciptakan oleh 

para pengrajin terdidik dengan cara coba-coba, bukan oleh 

para sarjana dengan menempuh riset saintifik yang sistematis. 

Pabrikan-pabrikan gerobak membangun pedati yang sama dari 

bahan yang sama dari tahun ke tahun. Mereka tidak menyisihkan 

satu persentase dari keuntungan tahunan dalam rangka meneliti 

dan mengembangkan model-model pedati baru. Desain pedati 

terkadang diperbaiki, namun  itu biasanya berkat keahlian tukang 

kayu tertentu, yang tidak pernah menjejakkan kaki di sebuah 

universitas dan bahkan tidak bisa membaca.

Itu berlaku di sektor pemerintah maupun swasta. Kalau 

negara-negara modern menyerukan para ilmuwannya untuk 

menyediakan solusi-solusi di hampir semua bidang kebijakan 

nasional, dari energi sampai kesehatan sampai pembuangan 

sampah, kerajaan-kerajaan kuno jarang melakukannya. Kontras 

di antara negara kuno dan masa kini paling mencolok dalam 

persenjataaan. saat  Presiden Dwight Eisenhower yang segera 

habis masa pemerintahannya, pada 1961, memperingatkan 

tumbuhnya kekuatan kompleks militer-industri, dia mengabaikan 

sebagian dari rumus persamaan itu. Dia seharusnya menyiagakan 

negaranya untuk kompleks militer-industri-sains sebab  perang-

perang masa kini yaitu  produksi santifik. Kekuatan-kekuatan 

militer dunia menginisiasi, mendanai, dan menyetir bagian besar 

dari riset saintifik dan pengembangan teknologi manusia.

saat  Perang Dunia Pertama terkunci dalam perang parit 

tak berkesudahan, kedua pihak memanggil para ilmuwan 

mereka untuk memecah kebuntuan dan menyelamatkan negara. 

Orang-orang berpakaian putih menjawab panggilan itu, dan dari 

laboratorium-laboratorium menggelindingkan aliran tanpa putus 

senjata-senjata keajaiban baru: pesawat tempur, gas beracun, 

tank, kapal selam, dan yang lebih efisien lagi, senapan-senapan 

mesin, senjata artileri, senapan, dan bom.

Sains memainkan peran yang bahkan lebih besar pada 

Perang Dunia Kedua. Pada akhir 1944, Jerman terpukul mundur 


 

310

dan kekalahan mendekat. Setahun sebelumnya, sekutu Jerman, 

Italia, telah menggulingkan Mussolini dan menyerah kepada 

Sekutu. Namun, Jerman terus berperang, sekalipun angkatan 

perang Inggris, Amerika, dan Soviet mendekat. Satu alasan yang 

dipkirkan oleh tentara-tentara dan penduduk sipil Jerman untuk 

tidak menyerah yaitu  sebab  mereka percaya para ilmuwan 

Jerman akan segera membalikkan gelombang dengan apa yang 

disebut sebagai senjata-senjata ajaib seperti roket V-2 dan 

pesawat bertenaga jet. Sementara Jerman merancang roket-roket 

dan jet-jet ini , Manhattan Project milik Amerika berhasil 

mengembangkan bom atom. Pada saat bom sudah siap, awal 

Agustus 1945, Jerman sudah menyerah, namun  Jepang masih 

terus berperang. Pasukan Amerika terdorong untuk menginvasi 

pulau-pulaunya. Jepang bertekad melawan invasi dan perang 

sampai mati, dan selalu ada alasan untuk yakin bahwa tidak ada 

yang namanya ancaman gertak sambal. Para jenderal Amerika 

33. Roket V-2 Jerman siap luncur. Jerman tidak mengalahkan 

Sekutu, namun  menahan harapan seluruh rakyat Jerman akan 

datangnya keajaiban teknologi sampai hari terakhir perang.


Penemuan Ketidaktahuan

311

memberi tahu Presiden Harry S. Truman bahwa invasi Jepang 

akan menewaskan sejuta tentara Amerika dan memperpanjang 

perang sampai 1946. Truman memutuskan untuk memakai  

bom baru itu. Dua pekan dan dua bom atom kemudian, Jepang 

menyerah tanpa syarat dan perang pun berakhir.

namun  sains tidak hanya soal senjata-senjata ofensif. Ia 

memainkan peran besar dalam pertahanan kita juga. Kini banyak 

orang Amerika percaya bahwa solusi bagi terorisme yaitu  

teknologi ketimbang politik, dan Amerika Serikat bisa mengirim 

pesawat-pesawat mata-mata ke setiap gua Afganistan, benteng 

Yaman, dan kamp-kamp Afrika Utara. Begitu selesai, para pewaris 

Osama Bin Laden tidak akan mampu membuat secangkir kopi 

tanpa ada pesawat mata-mata CIA meneruskan informasi vital ini 

ke markas besarnya di Langley. Alokasikan jutaan lagi untuk riset 

otak, dan setiap bandara bisa diperlengkapi dengan alat pemindai 

ultracanggih yang bisa langsung mengenali pikiran-pikiran marah 

dan pembenci dalam otak orang. Apakah itu akan berhasil? 

Siapa tahu. Apakah bijak mengembangkan pesawat mata-mata 

dan alat pemindai pembaca pikiran? Tidak dengan sendirinya 

begitu. Taruhlah hal itu benar, seperti yang Anda baca dalam 

baris-baris kalimat ini, Departemen Pertahanan Amerika Serikat 

sedang mentransfer jutaan dolar ke laboratorium-laboratorium 

nanoteknologi dan otak untuk mengerjakan ini semua dan ide-

ide semacam itu. Obsesi pada teknologi militer ini—dari tank ke 

bom atom sampai pesawat mata-mata—yaitu  fenomena yang 

sangat baru sebetulnya. Sampai dengan abad ke-19, mayoritas 

besar revolusi militer yaitu  produk dari perubahan-perubahan 

organisasional ketimbang teknologis. saat  peradaban-peradaban 

asing bertemu untuk kali pertama, jurang teknologi terkadang 

memainkan peran penting. Namun, bahkan dalam kasus-

kasus semacam itu, sedikit yang berpikir tentang penciptaan 

atau perluasan jurang semacam itu secara sengaja. Sebagian 

besar imperium tidak muncul berkat kehebatan teknologi, dan 

penguasa-penguasa mereka tidak banyak memikirkan perbaikan 

teknologi. Bangsa Arab tidak mengalahkan Imperium Sassanid 

berkat kehebatan panah atau pedangnya, Seljuk tidak punya 

keunggulan teknologi atas Byzantium, dan Mongolia tidak 


 

312

menaklukkan China dengan bantuan senjata baru yang unggul. 

Faktanya, dalam semua kasus ini yang dikalahkan memiliki 

teknologi militer dan sipil yang superior.

Angkatan Perang Romawi yaitu  contoh yang sangat bagus. 

Ia yaitu  angkatan perang terbaik pada masanya, namun  secara 

teknologis, Romawi tidak punya keunggulan atas Carthage, 

Macedonia, atau Imperium Selucid. Keunggulannya terletak 

pada organisasi yang efisien, kedisiplinan tinggi, dan cadangan 

sumber daya manusia yang besar. Angkatan perang Romawi 

tidak pernah mendirikan departemen riset dan pengembangan, 

dan senjata-senjatanya tetap kurang lebih sama selama berabad-

abad. Jika legiun-legiun Scipio Aemilianus—jenderal yang 

meratakan Carthage dan mengalahkan Numantia pada abad 

ke-2 SM—tiba-tiba bangkit lagi 500 tahun kemudian pada abad 

Constantine Yang Agung, Scipio tentu memiliki peluang yang 

bagus untuk mengalahkan Constantine. Sekarang bayangkan apa 

yang akan terjadi pada seorang jenderal dari periode modern 

awal—katakanlah Albrecht von Wallenstein, seorang pemimpin 

pasukan Imperium Romawi Suci dalam Perang Tiga Belas 

Tahun—jika dia memimpin angkatan perang musketeer (pasukan 

bersenapan), pasukan bertombak, dan kavaleri melawan satu 

batalion kontemporer American Army Rangers. Wallenstein 

yaitu  seorang ahli taktik brilian, dan orang-orangnya yaitu  

profesional ulung, namun  keterampilan mereka akan sia-sia 

menghadapi persenjataan modern.

Sebagaimana di Roma, demikian pula di China kuno, 

sebagian besar jenderal dan filsuf tidak berpikir dalam tugas 

mereka untuk mengembangkan senjata-senjata baru. Intervensi 

militer paling penting dalam sejarah China yaitu  bubuk mesiu. 

Meskipun demikian, sebagaimana sangat kita ketahui, bubuk 

mesiu ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli kimia Daois yang 

mencari obat keabadian hidup. Karier selanjutnya bubuk mesiu 

semakin menarik. Orang mungkin mengira bahwa para ahli 

kimia Daois akan memakai  campuran baru itu hanya untuk 

petasan. Sekalipun saat  Imperium Song runtuh menghadapi 

invasi Mongol, tidak ada kaisar yang mendirikan Manhattan 

Project ala abad pertengahan untuk menyelamatkan imperium 


Penemuan Ketidaktahuan

313

dengan menemukan sebuah senjata kiamat. Baru pada abad ke-

15—sekitar 600 tahun setelah penemuan bubuk mesiu—meriam 

menjadi faktor penentu pertempuran-pertempuran Afro-Asia. 

Mengapa butuh waktu begitu lama bagi zat pembunuh potensial 

itu untuk sampai pada penggunaan dalam militer? sebab  ia 

muncul pada masa saat  tak ada raja, ahli, atau pedagang yang 

berpikir bahwa sebuah teknologi militer baru bisa menyelamatkan 

mereka atau menjadikan mereka kaya.

Situasi mulai berubah pada abad ke-15 dan ke-16, namun  

200 tahun kemudian berlalu sebelum sebagian besar penguasa 

menunjukkan minat mendanai riset dan pengembangan senjata 

baru. Logistik dan strategi terus memiliki dampak semakin 

besar pada hasil pemerangan ketimbang teknologi. Mesin 

militer Napoleonik yang menumpas angkatan perang kekuatan-

kekuatan Eropa dan Austerlitz (1805) bersenjatakan kurang lebih 

persenjataan yang sama dengan yang dipakai  angkatan perang 

Louis XIV. Napoleon sendiri, meskipun ia seorang artileri, tak 

terlalu berminat pada senjata-senjata baru, sekalipun para ilmuwan 

dan penemu berusaha membujuk dia mendanai pengembangan 

mesin-mesin terbang, kapal selam, dan roket.

Sains, industri, dan teknologi militer berkelindan hanya 

setelah ada kemajuan sistem kapitalis dan Revolusi Industri. 

Namun, begitu hubungan ini tercipta, ia cepat mentransformasi 

dunia.

Cita-Cita Kemajuan

Sampai dengan Revolusi Saintifik, sebagian besar kultur manusia 

tidak memercayai kemajuan. Mereka berpikir masa kejayaan 

yaitu  masa lalu, dan bahwa dunia ini stagnan, kalau bukan 

memburuk. Kepatuhan yang ketat pada kearifan tiap-tiap 

masa mungkin bisa membawa kembali kejayaan masa lalu, dan 

kehebatan manusia mungkin bisa memperbaiki secara masuk 

akal keadaan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, diyakini 

bahwa tidak mungkin pengetahuan manusia bisa mengatasi 

problem-problem fundamental dunia. Kalau Muhammad, 


 

314

Yesus, Buddha, dan Konfusius saja—yang tahu segala hal yang 

harus diketahui—tidak mampu menghapus kelaparan, penyakit, 

kemelaratan, dan perang dari dunia, bagaimana kita bisa berharap 

bisa melakukannya?

Banyak agama meyakini bahwa suatu hari nanti seorang 

almasih akan muncul dan mengakhiri semua perang, kelaparan, 

dan bahkan kematian itu sendiri. Namun, pandangan bahwa 

manusia bisa melakukan itu dengan menemukan teknologi 

baru dan menciptakan alat-alat baru malah lebih buruk dari 

menggelikan—itu namanya kesombongan. Kisah Menara Babel, 

kisah Icarus, kisah Golem, dan tak terhitung mitos-mitos 

mengajarkan orang bahwa setiap upaya untuk melampaui batas 

manusia tak terelakkan mengarah pada kekecewaan dan bencana.

saat  kultur modern mengakui bahwa ada banyak hal 

penting yang masih belum diketahui, dan saat  pengakuan 

akan ketidaktahuan itu bersekutu dengan ide bahwa penemuan-

penemuan saintifik bisa memberi kita kekuatan-kekuatan baru, 

orang mulai curiga bahwa jangan-jangan kemajuan riil itu 

memang bisa terjadi. saat  sains mulai mengatasi satu problem 

yang tak terpecahkan satu demi satu, banyak orang menjadi 

yakin bahwa manusia bisa mengatasi problem apa pun dan yang 

mana pun dengan meraih serta menerapkan pengetahuan baru. 

Kemiskinan, sakit, perang, kelaparan, usia tua, dan kematian itu 

sendiri bukanlah nasib tak terelakkan bagi manusia. Semua itu 

hanyalah buah dari ketidaktahuan kita.

Contoh yang terkenal yaitu  petir. Banyak kultur percaya 

bahwa petir yaitu  palu dewa yang marah, yang dipakai  

untuk menghukum para pendosa. Pada pertengahan abad ke-18, 

dalam salah satu eksperimen yang paling dielu-elukan dalam 

sejarah sains, Benjamin Franklin menerbangkan sebuah layang-

layang saat  badai petir untuk menguji hipotesisnya bahwa 

petir hanyalah sebuah arus listrik. Observasi empiris Franklin, 

digabung dengan pengetahuannya tentang kualitas-kualitas energi 

listrik, memungkinkan dia menemukan batang petir dan melucuti 

senjata para dewa.

Kemiskinan yaitu  contoh bagus lainnya. Banyak kultur 

memandang kemiskinan sebagai bagian tak terelakkan dari 


Penemuan Ketidaktahuan

315

dunia yang tidak sempurna. Menurut Perjanjian Baru, tak lama 

sebelum penyaliban, seorang perempuan mengurapi Kristus 

dengan minyak mulia bernilai 300 denarii. Para murid Yesus 

menghardik perempuan itu sebab  membuang-buang uang 

sebanyak itu, alih-alih memberi nya kepada orang miskin, 

namun  Yesus membela dia, dengan berkata, “Orang miskin akan 

selalu ada bersamamu, dan kamu bisa membantu mereka kapan 

pun kamu mau. Tapi, kamu tidak akan selalu bersamaku” 

(Markus 14:7). Kini, semakin sedikit dan semakin sedikit orang, 

termasuk semakin sedikit orang Kristen, yang setuju dengan Yesus 

dalam hal ini. Kemiskinan semakin dipandang sebagai problem 

teknis yang bisa diubah melalui intervensi. Ada kearifan umum 

bahwa kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada temuan-temuan 

terbaru dalam agronomi, ekonomi, kedokteran, dan sosiologi 

bisa mengeliminasi kemiskinan.

Dan sungguh, banyak bagian dari dunia ini sudah dibebaskan 

dari bentuk-bentuk paling buruk dari kemiskinan. Sepanjang 

sejarah, warga -warga  menderita sebab  dua jenis 

kemiskinan: kemiskinan sosial, yang mencegah seseorang meraih 

34. Benjamin Franklin melucuti senjata para dewa.


 

316

kesempatan yang tersedia bagi orang lain; dan kemiskinan biologis, 

yang menempatkan kehidupan individu-individu pada risiko 

sebab  tiadanya makanan dan tempat tinggal. Mungkin kemiskinan 

sosial tidak pernah bisa dientaskan, namun  di banyak negara di 

seluruh dunia, kemiskinan biologis yaitu  keadaan masa lalu.

Sampai dengan masa yang mutakhir, sebagian besar orang 

mengambang sangat dekat dengan garis kemiskinan biologis, yang 

di bawahnya orang tidak punya cukup kalori untuk bertahan 

hidup lama. Bahkan, miskalkulasi-miskalkulasi atau kemalangan-

kemalangan kecil bisa dengan mudah mendorong orang ke 

bawah garis itu, menuju kelaparan. Bencana-bencana alam dan 

bencana-bencana akibat ulah manusia sering menjerumuskan 

segenap populasi ke dalam neraka, yang memicu  kematian 

jutaan orang. Kini sebagian besar penduduk dunia memiliki 

jaring pengaman yang dibentangkan di bawah mereka. Individu-

individu dilindungi dari kemalangan personal dengan asuransi, 

jaminan sosial yang disponsori negara dan semaraknya organisasi 

non-pemerintah internasional. saat  bencana melanda satu 

wilayah, upaya-upaya bantuan seluruh dunia biasanya berhasil 

mencegah keadaan memburuk. Orang masih menderita dari 

berbagai degradasi, penistaan, dan sakit terkait kemiskinan, 

namun  di sebagian besar negara tak seorang pun yang kelaparan 

sampai mati. Malah, di banyak warga  semakin banyak 

orang yang berada dalam bahaya kematian akibat kegemukan 

ketimbang kelaparan.

Proyek Gilgamesh

Dari seluruh problem manusia yang seakan-akan tak bisa diatasi, 

ada satu yang tetap paling mengusik, paling menarik, dan paling 

penting: problem kematian itu sendiri. Sebelum era modern akhir, 

sebagian besar agama dan ideologi menerima begitu saja bahwa 

kematian yaitu  nasib kita yang tak terelakkan. Lebih dari itu, 

sebagian besar agama menjadikan kematian sebagai sumber utama 

pemaknaan kehidupan. Coba bayangkan Islam, Kristen, atau 

agama kuno Mesir dalam sebuah kata tanpa kematian. Kredo-

kredo ini mengajarkan kepada warga  bahwa mereka harus 


Penemuan Ketidaktahuan

317

siap menghadapi kematian dan menggantungkan harapan pada 

kehidupan akhirat ketimbang mencari cara mengatasi kematian 

dan hidup selamanya di sini di muka Bumi. Pikiran-pikiran 

terbaik sibuk memberi makna pada kematian, bukan berusaha 

menghindarinya. Itulah tema mitos yang paling kuno yang sampai 

kepada kita—mitos Gilgamesh Sumeria kuno. Pahlawannya 

yaitu  pria paling kuat dan paling ulung di seluruh dunia, Raja 

Gilgamesh dari Uruk, yang bisa mengalahkan siapa pun dalam 

pertarungan. Suatu hari, sahabat Gilgamesh, Enkidu, meninggal. 

Gilgamesh duduk di samping mayatnya dan memperhatikannya 

selama beberapa hari, sampai dia melihat seekor belatung jatuh 

dari lubang hidung sahabatnya itu. Saat itu Gilgamesh menggigil 

sangat ketakutan, dan dia bertekad bahwa dia sendiri tidak akan 

pernah mati. Dia berusaha mencari cara untuk mengalahkan 

kematian. Gilgamesh kemudian melakukan sebuah perjalanan 

ke ujung dunia, membunuh singa-singa, memerangi manusia-

manusia kalajengking, dan mencari jalan menuju neraka. Di sana 

dia memecahkan raksasa batu Urshanabi* dan laki-laki perahu 

di sungai orang-orang mati, dan mendapati Utnapishtim, orang 

terakhir yang selamat dari banjir primordial. Namun, Gilgamesh 

gagal dalam pencariannya. Dia kembali pulang dengan tangan 

hampa, sefana biasanya, namun  dengan sepotong kearifan baru. 

saat  para dewa menciptakan manusia, menurut hasil belajar 

Gilgamesh, mereka menetapkan kematian sebagai akhir tak 

terelakkan bagi manusia, dan manusia harus belajar untuk hidup 

dengan itu.

Para murid kemajuan tidak mau menerima sikap kalah 

ini . Bagi orang-orang sains, kematian bukan akhir yang 

tak terelakkan, namun  semata-mata problem teknis. Orang mati 

bukan sebab  para dewa memutuskannya, namun  sebab  berbagai 

kegagalan teknis—serangan jantung, kanker, infeksi. Dan, setiap 

problem teknis memiliki solusi teknis. Jika jantung berdebar, ia 

bisa distimulasi dengan alat pemacu atau diganti dengan jantung 

baru. Jika kanker menyerang, ia bisa dibunuh dengan obat atau 

radiasi. Jika bakteri berbiak, mereka bisa ditundukkan dengan 

* Juru kemudi.—penerj.


 

318

antibiotik. Benar, saat ini kita tidak bisa mengatasi semua problem 

teknis itu. Namun, kita sedang bekerja untuk itu. Pikiran terbaik 

kita bukan untuk menyia-nyiakan waktu mereka untuk berusaha 

memaknai kematian. Namun, mereka sibuk menginvestigasi 

sistem psikologis, hormonal, dan genetika yang memicu  

penyakit dan usia tua. Mereka mengembangkan kedokteran baru, 

perawatan revolusioner, dan organ-organ artifisial yang akan 

memperpanjang hidup kita dan mungkin suatu hari mengalahkan 

Malaikat Maut.

Sampai dengan masa kini, Anda tidak akan pernah 

mendengar ilmuwan, atau siapa pun, berbicara begitu blak-

blakan. “Mengalahkan kematian?! Omong kosong apa itu! 

Kita hanya berusaha mengobati penyakit kanker, tuberkulosis, 

dan Alzheimer”, mereka menegaskan. Orang menghindari 

isu kematian sebab  tujuannya tampak terlalu sulit. Mengapa 

menciptakan ekspektasi-ekspektasi yang tidak masuk akal? 

Namun, kita sekarang sampai pada titik saat  kita bisa jujur 

tentang itu. Proyek terkemuka Revolusi Saintifik yaitu  memberi 

manusia kehidupan abadi. Bahkan, jika mengalahkan kematian 

tampak seperti tujuan yang jauh, kita sudah mencapai beberapa 

hal yang tak terbayangkan beberapa abad lalu. Pada 1199, Raja 

Richard Si Hati Singa terkena panah di bahu kirinya. Kini kita 

mengatakan bahwa dia mengalami luka ringan. Namun, pada 

1199, sebab  tiadanya antibiotik dan metode sterilisasi efektif, 

luka ringan itu menjadi infeksi dan terbentuklah gangren 

(pembusukan). Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran 

gangren pada abad ke-12 di Eropa yaitu  dengan memotong 

daging yang terinfeksi, namun  tidak mungkin sebab  infeksi itu 

ada di bahu. Gangren menyebar ke seluruh tubuh Si Hati Singa 

dan tak ada yang bisa membantu sang raja. Dia meninggal dalam 

penderitaan mendalam dua pekan kemudian.

Sampai dengan abad ke-19, para dokter terbaik masih belum 

tahu bagaimana mencegah infeksi dan menghentikan pembusukan 

lapisan daging. Di rumah sakit-rumah sakit lapangan, para dokter 

rutin mengamputasi tangan dan kaki tentara yang mengalami 

bahkan luka ringan, sebab  takut gangren. Amputasi-amputasi ini, 

di samping semua prosedur medis lainnya (cabut gigi), dilakukan 


Penemuan Ketidaktahuan

319

tanpa anestesi. Anestesi pertama—entah dengan kloroform atau 

morfin—memasuki era pemakaian reguler dalam kedoteran Barat 

baru terjadi pada pertengahan abad ke-19. Sebelum ditemukannya 

kloroform, empat tentara harus memegangi seorang rekan yang 

terluka sementara dokter memangkas daging yang terluka. Pada 

pagi hari setelah pertempuran Waterloo (1815), tumpukan tangan 

dan kaki yang dipotong bisa dilihat di dekat rumah sakit-rumah 

sakit lapangan. Pada masa itu, para tukang kayu dan tukang jagal 

yang diikutkan dalam angkatan perang sering dikirim untuk dinas 

di korps medis sebab  operasi memerlukan lebih dari sekadar 

pengetahuan memakai  pisau dan gergaji.

Dalam dua abad setelah Waterloo, keadaan berubah di luar 

perkiraan. Pil, injeksi, dan operasi-operasi canggih menyelamatkan 

kita dari banjir penyakit dan cedera yang dulu berakhir dengan 

“hukuman mati” yang tak terelakkan. Semua itu juga melindungi 

kita dari tak terhitung jenis sakit harian, yang oleh warga  

pramodern diterima begitu saja sebagai bagian dari kehidupan. 

Rata-rata angka harapan hidup melonjak dari sekitar 25 tahun 

menjadi 40 tahun sampai 67 tahun di seluruh dunia, dan sampai 

80 tahun di negara-negara maju.8

Kemunduran terburuk terjadi di lingkup angka kematian 

anak. Sampai dengan abad ke-20, antara seperempat sampai 

sepertiga anak di warga -warga  agrikultur tidak pernah 

mencapai usia dewasa. Sebagian besar takluk pada penyakit 

kanak-kanak seperti difteri, campak, dan cacar. Di Inggris abad 

ke-17, 150 dari setiap 1.000 kelahiran meninggal pada tahun 

pertama mereka, dan sepertiga dari semua anak mati sebelum 

mereka mencapai usia lima belas tahun.9 Kini, hanya 5 dari 

1.000 bayi Inggris mati di tahun pertama mereka, dan hanya 7 

dari 1.000 mati sebelum usia 15 tahun.10

Kita bisa menangkap pengaruh penuh dari angka-angka ini 

dengan mengesampingkan statistika dan mencermati kisa-kisah 

lain. Satu contoh yang bagus yaitu  keluarga Raja Edward I 

Inggris (1237–1307) dan istrinya, Ratu Eleanor (1241–1290). 

Anak-anak mereka menikmati kondisi terbaik dan lingkungan 

pengasuhan paling baik yang bisa diberikan oleh Eropa abad 

pertengahan. Mereka hidup dalam istana-istana, makan sebanyak 


 

320

makanan yang mereka suka, punya banyak pakaian hangat, tungku 

api dengan persediaan baik, air terbersih, satu pasukan pembantu, 

dan dokter-dokter terbaik. Beberapa sumber menyebutkan enam 

belas anak dilahirkan Ratu Eleanor antara 1255 sampai 1284:

1. Seorang putri tanpa nama, lahir tahun 1255, meninggal saat 

lahir.

2. Seorang putri, Catherine, meninggal pada usia 1 atau 3 tahun.

3. Seorang putri, Joan, meninggal pada usia 6 bulan.

4. Seorang putra, John, meninggal pada usia 5 tahun.

5. Seorang putra, Henry, meninggal pada usia 6 tahun.

6. Seorang putri, Eleanor, meninggal pada usia 29 tahun.

7. Seorang putri, tanpa nama, meninggal pada usia 5 bulan.

8. Seorang putri, Joan, meninggal pada usia 35 tahun.

9. Seorang putra, Alphonso, meninggal pada usia 10 tahun.

10. Seorang putri, Margaret, meninggal pada usia 58 tahun.

11. Seorang putri, Berengeria, meninggal pada usia 2 tahun.

12. Seorang putri, tanpa nama, meninggal tak lama setelah 

kelahiran.

13. Seorang putri, Mary, meninggal pada usia 53 tahun.

14. Seorang putra, tanpa nama, meninggal tak lama setelah 

kelahiran.

15. Seorang putri, Elizabeth, meninggal pada usia 34 tahun.

16. Seorang putra, Edward.

Si bungsu, Edward, yaitu  anak laki-laki pertama yang 

selamat dari tahun-tahun kanak-kanak yang berbahaya, dan 

kematian ayahnya mengukuhkan putra mahkota Inggris menjadi 

Raja Edward II. Dengan kata lain, Eleanor butuh 16 kali mencoba 

menjalankan misi paling fundamental seorang ratu Inggris—

memberi suaminya laki-laki pewaris. Ibu Edward II pasti seorang 


Penemuan Ketidaktahuan

321

perempuan yang memiliki kesabaran dan ketabahan istimewa. 

Tidak demikian dengan perempuan yang dipilih Edward menjadi 

istrinya, Isabella dari Prancis. Dialah penyebab terbunuhnya 

Edward pada usia 53 tahun.11

Sepanjang yang bisa kita ketahui, Eleanor dan Edward I 

yaitu  pasangan sehat dan tak menurunkan penyakit bawaan 

mematikan ke anak-anaknya. Meskipun demikian, 10 dari 

16—62 persen—meninggal pada usia kanak-kanak. Hanya 6 

yang berhasil hidup melewati usia 11 tahun, dan hanya 3—

hanya 18 persen—yang hidup melampaui usia 40 tahun. Selain 

kelahiran-kelahiran ini, Eleanor sangat mungkin mengalami 

beberapa kehamilan yang berakhir dengan keguguran. Rata-rata, 

Edward dan Eleanor kehilangan anak setiap 3 tahun, 10 anak 

susul-menyusul. Hampir mustahil bagi orangtua zaman sekarang 

menanggung beban kehilangan seperti itu.

Berapa lama yang dibutuhkan untuk merampungkan 

Proyek Gilgamesh—pencarian imortalitas? 500 tahun? 1.000 

tahun? saat  kita mengenang betapa sedikit yang kita tahu 

tentang tubuh manusia pada tahun 1900, dan betapa banyak 

pengetahuan yang kita dapatkan dalam satu abad saja, maka ada 

alasan untuk optimistis. Para insinyur genetika belum lama ini 

berhasil memperbesar 6 kali lipat rata-rata harapan hidup cacing-

cacing Caenorhabditis elegans worms.12 Bisakah mereka lakukan 

hal yang sama untuk Homo sapiens? Para ahli nanoteknologi 

sedang mengembangkan sistem kekebalan bionik yang tersusun 

atas jutaan robot nano, yang akan menghuni tubuh-tubuh kita, 

membuka saluran-saluran darah yang terblokade, memerangi 

virus dan bakteri, mengeliminasi sel-sel kanker dan bahkan 

membalikkan proses-proses penuaan.13 Beberapa ahli yang serius 

mengemukakan bahwa pada 2050, sebagian manusia akan menjadi 

a-mortal (bukan imortal sebab  mereka tetap masih bisa mati 

akibat kecelakaan, sedang  a-mortal berarti bahwa dengan 

absennya trauma fatal kehidupan mereka bisa diperpanjang tak 

terbatas).

Entah Proyek Gilgamesh berhasil atau tidak, dari perspektif 

sejarah, menarik untuk melihat bahwa sebagian besar agama 

dan ideologi modern-akhir sudah menempatkan kematian 


 

322

dan kehidupan setelah mati di luar rumus persamaan. Sampai 

dengan abad ke-18, agama-agama memandang kematian dan 

kehidupan sesudahnya penting untuk memaknai kehidupan. 

Dimulai dari abad ke-18, agama-agama dan ideologi-ideologi 

seperti liberalisme, sosialisme, dan feminisme kehilangan minat 

pada kehidupan setelah mati. Apa, sih, sesungguhnya yang 

terjadi pada seorang komunis setelah dia mati? Apa yang terjadi 

pada seorang kapitalis? Apa yang terjadi pada seorang feminis? 

Tak ada gunanya mencari jawaban dalam tulisan Marx, Adam 

Smith, atau Simone de Beauvoir. Satu-satunya ideologi modern 

yang masih menempatkan kematian pada peran sentral yaitu  

nasionalisme. Dalam momen-momennya yang lebih puitis dan 

putus asa, nasionalisme menjanjikan bahwa siapa pun yang mati 

demi negara akan hidup selamanya dalam kenangan kolektif. 

Namun, janji ini begitu membingungkan, yang bahkan orang 

paling nasionalis pun tidak benar-benar tahu seperti apa.

Cukongnya Sains

Kita kini hidup dalam abad teknik. Banyak orang yakin bahwa 

sains dan teknologi menyimpan jawaban untuk semua masalah 

kita. Kita cukup biarkan para ilmuwan dan teknisi melanjutkan 

pekerjaan mereka, dan mereka akan menciptakan surga di sini, 

di muka Bumi. Namun, sains bukanlah sebuah usaha yang 

berlangsung di atas suatu pesawat moral atau spiritual yang 

superior di atas aktivitas manusia lain. Seperti semua bagian 

dari kultur kita, ia dibentuk oleh kepentingan ekonomi, politik, 

dan keagamaan.

Sains yaitu  urusan yang sangat mahal. Seorang ahli 

biologi yang berusaha memahami sistem kekebalan manusia 

memerlukan laboratorium, tabung-tabung uji, bahan kimia, 

dan mikroskop elektron, belum lagi para asisten lab, tukang 

listrik, tukang ledeng, dan tukang bersih. Seorang ekonom yang 

berusaha membuat model pasar kredit harus membeli komputer, 

membuat bank-bank data raksasa, dan mengembangkan program-

program pemrosesan data yang rumit. Seorang arkeolog yang 


Penemuan Ketidaktahuan

323

ingin memahami perilaku para pemburu-penjelajah kuno harus 

bepergian ke tempat-tempat yang jauh, menggali reruntuhan-

reruntuhan kuno dan menetapkan tahun fosil tulang belulang 

dan artefak-artefak. Semua itu butuh uang.

Dalam 500 tahun terakhir sains modern telah mencapai 

keajaiban-keajaiban terutama berkat kesediaan pemerintahan-

pemerintahan, bisnis-bisnis, dan yayasan-yayasan serta donor 

swasta untuk menyalurkan miliaran dolar ke riset saintifik. 

Miliaran dolar ini telah memberi jauh lebih banyak ketimbang 

yang diberikan oleh Galileo Galilei, Christopher Columbus, dan 

Charles Darwin. Seandainya orang-orang genius istimewa ini tidak 

pernah lahir, pengetahuan-pengetahuan mereka mungkin jatuh ke 

orang lain. Namun, jika pendanaan yang cukup tidak tersedia, 

tidak ada kehebatan intelektual yang bisa menggantikannya. 

Kalau saja Darwin tidak pernah dilahirkan, misalnya, kita 

kini merujukkan teori evolusi ke Alfred Russel Wallace, yang 

menyodorkan ide evolusi via seleksi alam yang independen dari 

Darwin dan hanya beberapa tahun sesudahnya. Namun, jika 

kekuatan-kekuatan Eropa tidak pernah mendanai riset geografis, 

zoologis, dan botanikal di seluruh dunia, Darwin maupun 

Wallace tidak akan memiliki data empiris yang dibutuhkan untuk 

mengembangkan teori evolusi. Bahkan, sangat mungkin mereka 

tidak pernah mencobanya.

Mengapa miliaran dolar itu mulai mengalir dari pundi-pundi 

pemerintahan dan bisnis ke lab-lab dan universitas-universitas? 

Dalam lingkaran akademis, banyak orang yang cukup naif untuk 

memercayai sains murni. Mereka percaya bahwa pemerintah dan 

bisnis secara altruis memberi mereka uang untuk melakukan apa 

pun proyek riset yang mereka gemari. Namun, ini hampir tidak 

dapat menggambarkan realitas pendanaan sains.

Sebagian besar studi saintifik didanai sebab  seseorang 

percaya studi-studi itu bisa membantu mencapai tujuan politik, 

ekonomi, atau keagamaan tertentu. Misalnya, pada abad ke-16, 

raja-raja dan para bankir menyalurkan sumber daya yang sangat 

besar untuk mendanai ekspedisi-ekspedisi geografi di seluruh 

dunia, namun  tidak sepeser pun untuk mempelajari psikologi 

anak. Ini sebab  para raja dan para bankir menduga bahwa 


 

324

penemuan pengetahuan geografis baru akan memungkinkan 

mereka menaklukkan wilayah-wilayah baru dan mendirikan 

imperium-imperium dagang, sedang  mereka tak melihat 

keuntungan apa pun dalam memahami psikologi anak.

Pada 1940-an, pemerintah Amerika Serikat dan Uni Soviet 

menyalurkan sumber daya yang sangat besar ke studi fisika nuklir, 

dibandingkan ke arkeologi bawah laut. Mereka menduga bahwa 

dengan mempelajari fisika nuklir mereka bisa mengembangkan 

senjata-senjata nuklir, sedang  arkeologi bawah laut tak 

mungkin membantu mereka menang perang. Para ilmuwan sendiri 

kini tidak selalu menyadari kepentingan politik, ekonomi, dan 

keagamaan yang mengendalikan aliran uang; banyak ilmuwan, 

memang, yang bekerja atas dasar keingintahuan intelektual 

murni. Namun, jarang sekali ilmuwan yang mendiktekan agenda 

saintifik mereka.

Andaipun kita ingin mendanai sains murni yang tak ter-

pengaruh oleh kepentingan politik, ekonomi, atau keagamaan, 

itu yaitu  hal yang mustahil untuk dilakukan. Bagaimanapun, 

sumber daya-sumber daya kita terbatas. Mintalah seorang 

anggota kongres untuk mengalokasikan tambahan jutaan dolar 

ke National Science Foundation untuk riset dasar, dan dia akan 

bertanya dengan alasan kuat apakah uang itu tidak lebih baik 

dipakai  buat pelatihan guru atau memberi keringanan pajak 

bagi pabrik yang kesulitan dalam distriknya. Untuk menyalurkan 

sumber daya terbatas kita harus me