Sapiens 14


 tur. Sejak Revolusi Industri, populasi manusia dunia sudah 


 

418

mengalami pembengkakan yang tak pernah terjadi sebelumnya. 

Pada 1700, dunia dihuni sekitar 700 juta manusia. Pada 1800, 

jumlah kita 950 juta. Pada 1900 jumlah kita hampir dua kali 

lipat menjadi 1,6 miliar. Dan, pada 2000, jumlah itu berlipat 

empat kali menjadi 6 miliar. Kini, ada hampir 7 miliar Sapiens.

Masa Modern

Meskipun seluruh Sapiens ini semakin tahan pada kehendak alam, 

mereka justru semakin tunduk pada kemauan-kemauan industri 

dan pemerintahan modern. Revolusi Industri membuka jalan 

bagi satu garis panjang eksperimen-eksperimen dalam rekayasa 

sosial dan bahkan rangkaian yang lebih panjang perubahan-

perubahan tak terencana dalam kehidupan sehari-hari dan 

mentalitas manusia. Satu di antara banyak contohnya yaitu  

penggantian ritme pertanian tradisional dengan seragam dan 

jadwal tepat industri.

Pertanian tradisional bergantung pada siklus waktu alam dan 

pertumbuhan organik. Sebagian besar warga  tidak mampu 

melakukan pengukuran waktu secara persis, juga tidak tertarik 

sama sekali untuk melakukannya. Dunia berjalan tanpa jam dan 

tanpa jadwal, hanya bergantung pada gerakan Matahari dan siklus 

pertumbuhan tanaman. Tidak ada keseragaman dalam hal waktu 

bekerja, dan seluruh kegiatan rutin berubah secara drastis dari 

musim ke musim. Orang-orang tahu di mana Matahari berada, 

dan memperhatikan dengan cemas pertanda-pertanda datang 

musim hujan dan masa panen, namun  mereka tidak tahu jam dan 

hampir tidak peduli tentang tahun. Jika seorang pengembara lintas 

zaman tersesat di sebuah desa abad pertengahan dan bertanya 

kepada seseorang yang berpapasan, “Tahun berapa ini?” maka 

orang desa itu akan terheran-heran dengan pertanyaan itu, juga 

dengan pakaian orang asing yang aneh.

Berlawanan dengan para petani dan pembuat sepatu abad 

pertengahan, industri modern kurang peduli pada Matahari 

atau musim. Ia mendewa-dewakan ketepatan dan keseragaman. 

Misalnya, dalam sebuah bengkel abad pertengahan setiap pembuat 


Sebuah Revolusi Permanen

419

sepatu membuat satu sepatu utuh, dari lapisan sol sampai ke 

pengaitnya. Jika seorang pembuat sepatu terlambat kerja, dia tidak 

menghentikan yang lain. Namun, dalam deret pengerjaan sepatu 

di pabrik sepatu modern, setiap pekerja mengawaki satu mesin 

yang menghasilkan hanya satu bagian kecil dari sebuah sepatu, 

yang kemudian diserahkan ke mesin berikutnya. Jika pekerja 

yang mengoperasikan mesin nomor 5 tertidur, ia menghentikan 

seluruh mesin lainnya. Untuk mencegah kekacuan seperti itu, 

setiap orang harus patuh pada jadwal yang tepat. Setiap pekerja 

datang di tempat kerja tepat pada waktu yang sama. Setiap orang 

makan siang bersama, entah mereka lapar atau tidak. Setiap 

orang pulang saat  diteriakkan pengumuman saat berakhirnya 

sif—bukan saat  mereka menyelesaikan proyek.

Revolusi Industri mengubah jadwal itu dan deret pengerjaan 

menjadi sebuah setelan untuk hampir semua aktivitas manusia. 

Tak lama setelah pabrik-pabrik menerapkan kerangka waktu pada 

perilaku manusia, sekolah-sekolah juga mengadopsi penjadwalan 

43. Charlie Chaplin sebagai seorang pekerja biasa terperangkap 

dalam roda-roda mesin industri, dalam film Modern Times 

(1936).


 

420

yang sama, diikuti oleh rumah sakit, kantor-kantor pemerintah, 

dan toko-toko grosir. Bahkan, di tempat-tempat yang deret-deret 

mesin pengerjaan pabrik, jadwal yaitu  raja. Jika sif di pabrik 

berakhir pukul 05.00 petang, pub lokal sebaiknya sudah mulai 

membuka bisnis pukul 05.02. 

Penghubung krusial dalam penyebaran sistem jadwal yaitu  

transportasi publik. Jika para buruh harus memulai sif pada pukul 

08.00, kereta atau bus harus sampai di gerbang pabrik pada pukul 

07.55. Kelambatan beberapa menit akan menurunkan produksi 

dan mungkin bahkan memicu  pemutusan hubungan kerja 

bagi para buruh yang terlambat datang itu. Pada 1784, sebuah 

layanan angkutan dengan jadwal yang sudah ditetapkan mulai 

beroperasi di Inggris. Jadwalnya hanya untuk jam keberangkatan 

saja, bukan kedatangan. Saat itu, setiap kota besar dan kecil di 

Inggris punya waktu lokalnya masing-masing, yang berbeda dari 

waktu London hingga setengah jam. saat  jam menunjukkan 

pukul 12.00 di London, mungkin di Liverpool jam menunjukkan 

pukul 12.20 dan 11.50 di Canterbury. sebab  tidak ada telepon, 

radio, atau televisi, maka tidak ada kereta cepat—siapa yang 

tahu, dan siapa peduli?2

Layanan kereta api komersial pertama mulai beroperasi antara 

Liverpool dan Manchester pada 1830. Sepuluh tahun kemudian, 

jadwal kereta kali pertama dikeluarkan. Kereta-kereta itu jauh 

lebih cepat ketimbang kereta-kereta lama, jadi perbedaan aneh 

jam-jam lokal pun menjadi kekacauan yang parah. Pada 1847, 

perusahaan-perusahaan kereta Inggris berunding dan setuju 

bahwa semua jadwal kereta api harus dikalibrasi menurut waktu 

Observatorium Greenwich, bukan menurut waktu lokal Liverpool, 

Manchester, atau Glasgow. Lalu, bertambah terus institusi yang 

mengikuti cara perusahaan-perusahaan kereta. Akhirnya, pada 

1880, pemerintah Inggris mengambil langkah pertama melegislasi 

bahwa semua jadwal di Inggris harus mengikuti Greenwich. 

Untuk kali pertama dalam sejarah, sebuah negara mengadopsi 

satu waktu nasional dan mewajibkan seluruh populasinya hidup 

menurut jam artifisial, bukan jam lokal atau menurut siklus 

terbit-terbenamnya Matahari.


Sebuah Revolusi Permanen

421

Permulaan yang sederhana ini melahirkan jaringan global 

jadwal, yang diselaraskan sampai ke bagian terkecil, detik. 

saat  media siaran—pertama radio, kemudian televisi—mulai 

bercokol, mereka memasuki sebuah dunia jadwal dan menjadi 

pendorong utama dan juru dakwahnya. Di antara hal-hal pertama 

yang disiarkan stasiun radio yaitu  sinyal, yaitu bunyi yang 

memungkinkan permukiman-permukiman nun terpencil jauh 

dan kapal-kapal di laut bisa menyetel jam. Belakangan, stasiun-

stasiun radio mengadopsi kebiasaan penyiaran berita setiap jam. 

Kini, item pertama setiap siaran berita—bahkan lebih penting 

ketimbang meletusnya perang—yaitu  waktu. Saat Perang Dunia 

Kedua, BBC News disiarkan ke Eropa yang diduduki Nazi. 

Setiap acara berita dimulai dengan siaran langsung Big Ben yang 

mendentangkan jam—suara ajaib kebebasan.

Para ahli fisika mumpuni Jerman menemukan satu cara untuk 

memastikan kondisi cuaca di London berdasarkan perbedaan kecil 

dalam nada siaran ding-dong. Informasi ini menyumbangkan 

bantuan tak ternilai bagi Luftwaffe. saat  Dinas Rahasia Inggris 

mengetahui ini, mereka mengganti siaran langsung dengan 

seperangkat rekaman dari jam terkenal itu.

Dalam rangka menjalankan jaringan jadwal, jam-jam portabel 

murah namun  tepat tersedia di mana-mana. Di kota-kota Assyria, 

Sassanid, atau Inca mungkin sudah ada jam Matahari. Di kota-

kota Eropa abad pertengahan, biasanya ada satu jam tunggal—

mesin raksasa yang bercokol di puncak sebuah menara di alun-

alun kota. Jam-jam menara ini sangat tidak akurat, namun  sebab  

tidak ada jam lain di kota itu yang bertentangan dengannya, jadi 

tidak ada bedanya. Kini, satu keluarga tunggal yang makmur 

biasanya punya lebih banyak jam di rumah ketimbang satu negara 

pada era abad pertengahan. Anda bisa menyebutkan jam dengan 

melihat jam tangan, melirik Android Anda, menatap jam alarm 

di samping tempat tidur, melihat jam dinding dapur, melihat 

microwave, dari pesawat TV atau DVD, atau melihat sudut layar 

monitor komputer. Malah, Anda mungkin perlu bersusah payah 

untuk tidak mau tahu pukul berapa sekarang.


 

422

Biasanya orang melihat jam beberapa kali sehari sebab  

hampir semua hal yang kita lakukan harus dilakukan tepat 

waktu. Sebuah jam alarm membangunkan kita pukul 07.00 

pagi, kita memanaskan bagel beku tepat 50 detik di microwave, 

menyikat gigi selama 3 menit sampai terdengar sikat gigi elektrik 

berbunyi, mencegat kereta pukul 07.40 menuju tempat kerja, 

berlari di treadmill di klub fitnes sampai alat memberi tahu waktu 

0,5 jam sudah selesai, duduk di depan TV pukul 07.00 sore 

menonton acara favorit, yang terputus oleh tayangan iklan yang 

sudah dirancang dengan harga $1.000 per detik, dan akhirnya 

menumpahkan semua unek-unek kepada seorang terapis yang 

membatasi ocehan kita dengan standar layanan terapi 50 menit.

Revolusi Industri membawa puluhan kehebohan besar 

dalam warga  manusia. Beradaptasi dengan waktu industrial 

hanyalah salah satu di antaranya. Contoh-contoh lain yang 

terkenal yaitu  urbanisasi, hilangnya kaum tani, bangkitnya 

proletariat industri, pemberdayaan orang biasa, demokratisasi, 

budaya anak muda, dan disintegrasi patriarki.

namun  semua kehebohan ini tak ada apa-apanya 

dibandingkan dengan revolusi sosial paling menumental yang 

pernah menimpa manusia: runtuhnya keluarga dan komunitas 

lokal yang digantikan oleh negara dan pasar. Sepanjang yang bisa 

kita ketahui, dari masa-masa paling awal, lebih dari 1 juta tahun 

lalu, manusia hidup dalam komunitas-komunitas kecil yang intim, 

sebagian besar anggotanya berkerabat. Revolusi Kognitif dan 

Revolusi Agrikultur tidak mengubah itu. Keduanya mengeratkan 

keluarga dan warga  untuk menciptakan suku-suku, kota-

kota, kerajaan-kerajaan, dan imperium-imperium, namun  keluarga 

dan komunitas tetap menjadi bata bangunan semua warga  

manusia. Revolusi Industri, di sisi lain, berhasil dalam waktu 

hanya sekitar dua abad untuk meruntuhkan bata-bata bangunan 

ini menjadi atom-atom. Sebagian besar fungsi-fungsi tradisional 

keluarga dan warga  diserahkan pada negara dan pasar.


Sebuah Revolusi Permanen

423

Runtuhnya Keluarga dan warga 

Menjelang Revolusi Industri, kehidupan sehari-hari sebagian besar 

manusia berlangsung dalam tiga kerangka kuno: keluarga nuklir, 

keluarga besar, dan komunitas intim lokal*. Sebagian besar orang 

bekerja dalam bisnis keluarga—pertanian keluarga atau bengkel 

keluarga, misalnya—atau mereka bekerja dalam bisnis keluarga 

tetangga mereka. Keluarga juga menjadi sistem kesejahteraan, 

sistem kesehatan, sistem pendidikan, industri konstruksi, serikat 

buruh, dana pensiun, perusahaan asuransi, radio, televisi, surat 

kabar, bank, dan bahkan kepolisian.

saat  seseorang sakit, keluarga merawat mereka. saat  

seseorang menua, keluarga mendukungnya, dan anak-anak mereka 

yaitu  dana pensiun mereka. saat  seseorang meninggal dunia, 

keluarga mengurus para yatim. Jika seseorang ingin membangun 

sebuah gubuk, keluarga mengulurkan tangan. Jika seseorang ingin 

membuka bisnis, keluarga mengumpulkan uang yang diperlukan. 

Jika seseorang ingin menikah, keluarga memilihkan, atau paling 

tidak meneliti calon pasangannya. Jika konflik muncul dengan 

tetangga, keluarga turut membantu. Jika sakitnya seseorang 

terlalu parah untuk diurus keluarga atau sebuah bisnis baru 

menuntut investasi terlalu besar, atau pertengkaran tetangga 

memanas sampai ke titik kekerasan, komunitas lokal datang 

untuk menyelamatkan.

Komunitas menawarkan bantuan atas dasar tradisi lokal dan 

ekonomi kemanfaatan, yang sering berbeda sangat jauh dari 

hukum persediaan dan permintaan dalam pasar bebas. Dalam 

suatu komunitas gaya lama abad pertengahan, saat  tetangga 

saya membutuhkan bantuan, saya membantu membangun 

gubuknya dan menjaga domba-dombanya, tanpa mengharapkan 

pembayaran sebagai imbalan. saat  saya yang butuh bantuan, 

tetangga saya bergantian memberi bantuan. Pada saat yang sama, 

penguasa lokal mungkin sudah menyiagakan kami semua sebagai 

penduduk untuk membangun istananya tanpa bayaran sepeser 

* Satu “komunitas intim” yaitu  kelompok orang-orang yang saling mengenal 

dengan baik dan saling bergantung untuk bertahan hidup.


 

424

pun. Sebagai imbalannya, kami bergantung kepadanya untuk 

membela kami melawan kawanan perampok atau gerombolan 

barbar. Ada pasar, tentu saja, namun  perannya sangat terbatas. 

Anda bisa membeli bumbu, pakaian, dan peralatan yang langka, 

dan menyewa jasa pengacara dan dokter. Namun, kurang dari 

10 persen produk-produk dan jasa yang umum dipakai  dibeli 

di pasar. Sebagian besar kebutuhan manusia ditangani oleh 

keluarga dan komunitas.

Ada juga kerajaan-kerajaan dan imperium-imperium yang 

menjalankan tugas-tugas penting seperti melancarkan perang, 

membangun jalan-jalan, dan membangun istana-istana. Untuk 

keperluan-keperluan ini, para raja mengumpulkan pajak dan 

kadang-kadang memerintahkan para tentara dan buruh. Namun, 

dengan beberapa pengecualian, mereka cenderung berada di 

luar urusan keseharian keluarga dan komunitas. Sekalipun 

jika mereka ingin mengintervensi, sebagian besar raja hanya 

bisa melakukannya dengan susah payah. Ekonomi-ekonomi 

agrikultur tradisional tak banyak punya surplus, yang dengan 

itulah kalangan pejabat pemerintah, polisi, pekerja sosial, guru, 

dan dokter mendapat makan. Akibatnya, sebagian besar penguasa 

tidak mengembangkan secara massal sistem kesejahteraan, sistem 

kesehatan, atau sistem pendidikan. Mereka menyerahkan urusan-

urusan semacam itu kepada keluarga dan komunitas. Bahkan, 

dalam kasus-kasus yang sangat langka saat  penguasa berusaha 

mengintervensi lebih jauh urusan kehidupan sehari-hari petani 

(seperti yang terjadi, misalnya, dalam Imperium Qin di China), 

mereka melakukannya dengan menjadikan para pemimpin 

keluarga dan sesepuh komunitas menjadi agen-agen pemerintah.

Cukup sering, kesulitan-kesulitan transportasi dan komunikasi 

begitu menyulitkan untuk mengintervensi urusan komunitas-

komunitas terpencil sehingga kerajaan lebih suka menyerahkan 

saja, bahkan untuk hak-hak prerogatif kerajaan yang paling 

dasar—seperti pajak dan kekerasan—kepada komunitas. Imperium 

Ottoman, misalnya, membiarkan dendam-dendam keluarga 

dibalaskan ketimbang mendukung suatu kekuatan polisi kerajaan 

yang besar. Jika sepupu saya membunuh seseorang, saudara 

korban mungkin membunuh saya sebagai pembalasan yang 


Sebuah Revolusi Permanen

425

disepakati. Sultan di Istanbul atau bahkan pasha provinsi tidak 

mengintervensi dalam bentrokan seperti itu, sepanjang kekerasan 

dalam batas-batas yang bisa diterima.

Dalam Imperium Ming China (1368–1644), penduduk 

diorganisasi dalam sistem baojia. Sepuluh keluarga dikelompokkan 

untuk membentuk satu jia, dan sepuluh jia menjadi satu bao. 

saat  seorang anggota satu bao melakukan kejahatan, anggota 

bao lainnya bisa dihukum sebab  itu, terutama pada tetua bao. 

Pajak juga dibebankan pada bao, dan menjadi tanggung jawab 

para tetua bao, bukan pejabat negara, untuk menilai situasi setiap 

keluarga dan menentukan jumlah pajak yang harus dibayar. Dari 

perspektif imperium, sistem ini memberi keuntungan besar. Bukan 

dengan mengerahkan ribuan pejabat pengumpul pendapatan 

pengumpul pajak, yang memonitor pendapatan dan biaya setiap 

keluarga, tugas-tugas ini diserahkan kepada para tetua komunitas. 

Para tetua tahu berapa nilai setiap penduduk dan mereka biasanya 

bisa menerapkan pembayaran pajak tanpa melibatkan pasukan 

kerajaan. Banyak kerajaan dan imperium yang sesungguhnya 

tak ubahnya raket-raket proteksi besar. Raja yaitu  capo di 

tutti capi yang mengumpulkan uang perlindungan, dan sebagai 

imbalannya memastikan sindikat kejahatan dan preman-preman 

kecil di sekelilingnya tidak mengganggu mereka yang ada dalam 

perlindungannya. Tak banyak lainnya yang dilakukan raja.

Kehidupan di jantung keluarga dan komunitas jauh dari 

ideal. Keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas bisa menindas 

para anggotanya tak kalah brutal dari negara-negara dan pasar 

modern, dan dinamika internal mereka sering penuh ketegangan 

dan kekerasan—namun orang-orang tak punya banyak pilihan. 

Seseorang yang kehilangan keluarga dan komunitas sekitar 

tahun 1750 sama nasibnya dengan orang mati. Dia tak punya 

pekerjaan, tak punya pendidikan, dan tak punya dukungan 

pada saat sakit dan tertekan. Tak seorang pun mau meminjami 

uang atau membela jika dia sedang kesulitan. Tak ada polisi, 

tak ada pekerja sosial, dan tak ada pendidikan wajib. Agar bisa 

bertahan, orang seperti itu harus cepat menemukan alternatif 

keluarga atau komunitas. Anak laki-laki dan perempuan yang 

lari dari rumah, paling banter, bisa berharap menjadi pembantu 


 

426

di keluarga baru. Yang paling buruk, ada angkatan perang atau 

rumah bordil.

Semua ini berubah secara dramatis dalam dua abad terakhir. 

Revolusi Industri memberi pasar kekuatan baru yang sangat 

besar, yang diberikan oleh negara dengan sarana komunikasi dan 

transportasi baru, dan kepada pemerintahan diserahkan suatu 

pasukan pekerja, guru, polisi, dan pekerja sosial. Pada mulanya 

pasar dan negara mendapati jalur mereka diadang oleh keluarga-

keluarga dan komunitas-komunitas tradisional yang kurang 

begitu suka dengan intervensi dari luar. Para orangtua dan tetua 

komunitas enggan membiarkan generasi muda diindoktrinasi 

oleh sistem pendidikan nasionalis, untuk diwajib-militerkan atau 

dijadikan kaum proletar urban yang tak punya akar.

 Seiring waktu berlalu, negara dan pasar memakai  

kekuatan mereka yang tumbuh untuk memperlemah ikatan-

ikatan tradisional keluarga dan komunitas. Negara mengirim 

polisinya untuk menghentikan dendam-dendam keluarga dan 

menggantinya dengan keputusan-keputusan pengadilan. Pasar 

mengirim para penjajanya untuk menyapu tradisi-tradisi lokal 

yang sudah berlangsung lama dan menggantinya dengan gaya-

gaya komersial yang berubah-ubah. Namun, itu tidak cukup. 

Agar benar-benar meruntuhkan kekuatan keluarga dan komunitas, 

negara dan pasar membutuhkan bantuan pilar kelima. 

Negara dan pasar mendekati orang-orang dengan tawaran 

yang tak bisa ditolak. “Menjadi individu-individu,” kata mereka. 

“Nikahi siapa pun yang kau inginkan, tanpa minta izin dari kedua 

orangtuamu. Ambil pekerjaan apa pun yang cocok denganmu, 

sekalipun para tetua komunitas merengut. Hidup dengan 

cara apa pun yang kamu inginkan, sekalipun kamu tidak bisa 

makan malam bersama keluarga setiap pekan. Kamu tidak lagi 

bergantung pada keluargamu atau komunitasmu. Kamilah, negara 

dan pasar, yang akan mengurus kamu. Kami akan menyediakan 

makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, 

dan pekerjaan. Kami akan menyediakan pensiun, asuransi, dan 

perlindungan.”

Sastra romantik sering mengetengahkan individu sebagai 

seseorang yang terjebak dalam perjuangan melawan negara dan 


Sebuah Revolusi Permanen

427

pasar. Tak ada yang lebih jauh dari kebenaran. Negara dan pasar 

yaitu  ibu dan ayah bagi individu, dan individu bisa bertahan 

hidup hanya berkat keduanya. Pasar memberi kita pekerjaan, 

asuransi, dan pensiun. Jika kita ingin mempelajari sebuah profesi, 

sekolah-sekolah pemerintah siap mengajarimu. Jika kita ingin 

membuka bisnis, bank meminjami kita uang. Jika kita ingin 

membangun rumah, perusahaan konstruksi membangunnya 

dan bank memberi kita surat utang, yang dalam kasus-kasus 

tertentu disubsidi atau diasuransi oleh negara. Jika kekerasan 

melanda, polisi melindungi kita. Jika kita sakit selama beberapa 

hari, jaminan sosial datang membantu. Jika kita membutuhkan 

bantuan detik demi detik, kita bisa pergi ke pasar dan menyewa 

seorang perawat—biasanya orang asing dari belahan dunia lain 

yang mengurusi kita dengan bentuk pengabdian yang tak bisa 

kita harapkan dari anak-anak kita. Jika kia punya sarananya, kita 

bisa menghabiskan tahun-tahun emas di rumah warga usia lanjut. 

Otoritas pajak memperlakukan kita sebagai individu-individu, 

dan tidak berharap kita membayar pajak tetangga. Pengadilan 

juga melihat kita sebagai individu, dan tidak pernah menghukum 

kita atas kejahatan yang dilakukan oleh sepupu kita.

Tidak hanya laki-laki dewasa, namun  juga perempuan dan 

anak-anak, diakui sebagai individu. Hampir sepanjang sejarah, 

perempuan sering dipandang sebagai properti keluarga atau 

komunitas. Negara-negara modern, di sisi lain, memandang 

perempuan sebagai individu, menikmati hak-hak ekonomi dan 

hukum yang independen dari keluarga maupun komunitas 

mereka. Mereka bisa memiliki rekening bank, memutuskan 

dengan siapa menikah, dan bahkan memilih untuk cerai atau 

hidup dengan kemampuan sendiri.

namun  pembebasan individu tentu ada harganya. 

Banyak di antara kita kini meratapi hilangnya keluarga-keluarga 

dan komunitas-komunitas yang kuat dan merasa teralienasi 

serta terancam oleh kekuasaan negara yang impersonal, dan 

pasar mengendalikan hidup kita. Negara dan pasar yang berisi 

individu-individu teralienasi bisa mengintervensi kehidupan para 

anggotanya jauh lebih mudah ketimbang negara dan pasar yang 

berisi keluarga-keluarga serta komunitas-komunitas yang kuat. 


 

428

saat  para tetangga dalam sebuah bangunan apartemen tinggi 

menjulang tidak bisa menyepakati bahkan soal berapa yang harus 

dibayar untuk pesuruh mereka, bagaimana bisa kita berharap 

mereka melawan negara?

Kesepakatan antara negara, pasar, dan individu yaitu  

kesepakatan yang tidak menyenangkan. Negara dan pasar tidak 

sepakat tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban alamiah mereka, 

dan individu-individu mengeluh bahwa keduanya menuntut 

terlalu banyak namun  memberi terlalu sedikit. Dalam banyak 

kasus individu-individu dieksploitasi oleh pasar, dan negara 

mempekerjakan tentaranya, pasukan polisinya dan birokrasinya 

untuk menuntut individu-individu, bukan membelanya. Namun, 

luar biasa bahwa kesepakatan ini bekerja—betapa pun tidak 

sempura. Sebab, hal ini telah menerobos pengaturan-pengaturan 

sosial manusia yang sudah berjalan dalam generasi-generasi yang 

tak terhitung jumlahnya. Jutaan tahun evolusi telah mendesain 

kita untuk hidup dan berpikir sebagai anggota-anggota komunitas. 

Hanya dalam waktu dua abad kita sudah menjadi individu-

individu teralienasi. Tak ada yang memberi kesaksian lebih baik 

tentang hebatnya kekuatan kultur.

Keluarga nuklir memang tidak lenyap sama sekali dari 

lanskap modern. saat  negara dan pasar mengambil sebagian 

besar peran ekonomi dan politik keluarga, sebagian fungsi-

fungsi emosionalnya yang penting tetap dipertahankan. Keluarga 

modern masih diharuskan menyediakan kebutuhan-kebutuhan 

intim, yang negara dan pasar (sejauh ini) tidak mampu berikan. 

Namun, bahkan dalam hal ini keluarga semakin menjadi sasaran 

intervensi. Pasar membentuk pada skala yang lebih besar cara 

orang melakukan kehidupan romantik dan seksual mereka. 

Secara tradisional keluarga yaitu  penentu jodoh utama, kini 

pasar yang membentuk pilihan-pilihan romantik dan seksual 

kita, kemudian mengulurkan tangan dengan imbalan—ongkos 

yang sangat mahal. Dulu kedua calon pengantin bertemu dalam 

ruang tamu keluarga, dan uang berpindah tangan dari seorang 

ayah ke ayah yang lain. Kini pelaminan berada di bar dan kafe, 

dan uang berpindah dari tangan pengantin ke para pembantu. 

Bahkan, semakin banyak uang yang ditransfer ke rekening bank 


Sebuah Revolusi Permanen

429

milik perancang busana, manajer pusat kebugaran, ahli diet, ahli 

kosmetik, dan dokter operasi plastik, yang membantu kita datang 

ke kafe agar bisa tampil semirip mungkin dengan kecantikan 

ideal ala pasar.

Negara juga mengawasi lebih ketat hubungan-hubungan 

keluarga, terutama antara orangtua dan anak-anak. Orangtua 

diwajibkan mengirim anak mereka untuk dididik oleh negara. 

Orangtua yang sangat kejam atau kasar kepada anak-anak mereka 

bisa dicegah oleh negara. Jika diperlukan, negara bahkan bisa 

memenjarakan orangtua atau memindahkan hak perwalian anak-

anak mereka kepada keluarga kerabatnya. Belum terlalu lama, 

pandangan bahwa negara harus mencegah orangtua memukuli 

atau mempermalukan anak mereka ditolak sebagai sesuatu yang 

menggelikan dan tak akan bisa berjalan. Di sebagian besar 

warga , otoritas keorangtuaan yaitu  sakral. Penghormatan 

dan kepatuhan kepada orangtua yaitu  nilai-nilai yang paling 

dijunjung tinggi, dan orangtua bisa melakukan hampir semua hal 

yang mereka inginkan, termasuk membunuh bayi-bayi mereka 

yang baru lahir, menjual anak ke perbudakan, dan menikahkan 

putrinya ke laki-laki yang usianya dua kali usia putri mereka. 

Kini, otoritas keorangtuaan sudah mundur sepenuhnya. Kaum 

muda semakin leluasa untuk tidak mematuhi para sesepuh 


 

430

mereka, sementara para orangtua disalahkan atas apa pun yang 

tidak baik yang menimpa anak-anak mereka. Ibu dan Ayah sudah 

siap untuk undur diri di ruang pengadilan Freudian sebagaimana 

para terdakwa di pengadilan sandiwara Stalinis.

Komunitas-Komunitas yang 

Diimajinasikan

Sebagaimana keluarga nuklir, komunitas tidak bisa benar-benar 

hilang dari dunia tanpa penggantian unsur emosional. Pasar dan 

negara kini menyediakan sebagian besar kebutuhan material 

yang dulu disediakan oleh komunitas, namun  pasar juga harus 

memasok ikatan-ikatan kesukuan.

Pasar dan negara juga melakukan itu dengan memperkuat 

“komunitas-komunitas yang diimajinasikan” yang berisi jutaan 

orang-orang asing, dan yang dibentuk untuk kebutuhan-kebutuhan 

nasional dan komersial. Sebuah komunitas yang diimajinasikan 

yaitu  komunitas orang-orang yang benar-benar tidak saling 

mengenal, namun  mereka mengimajinasikan bahwa mereka 

saling mengenal. Komunitas-komunitas semacam itu bukan 

sebuah penemuan baru. Kerajaan-kerajaan, imperium-imperium, 

dan gereja-gereja berfungsi selama beribu-ribu tahun sebagai 

komunitas-komunitas yang diimajinasikan. Pada era China kuno, 

puluhan juta orang memandang diri sebagai anggota satu keluarga 

tunggal, dengan kaisar sebagai ayahnya. Pada abad pertengahan, 

jutaan pengikut Islam membayangkan bahwa mereka semua 

bersaudara dalam kumunitas besar Islam. Namun, sepanjang 

sejarah, komunitas-komunitas yang diimajinasikan semacam itu 

memainkan biola sekunder dalam komunitas-komunitas intim 

beberapa puluh orang yang saling mengenal dengan baik. 

Komunitas-komunitasi intim itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan 

emosional para anggotanya dan menjadi bagian esensial bagi 

keberlangsungan hidup dan kesejahteraan setiap orang. Dalam 

dua abad terakhir, komunitas-komunitas intim telah layu, 

membiarkan komunitas-komunitas yang diimajinasikan untuk 


Sebuah Revolusi Permanen

431

mengisi kevakuman emosional.

Dua contoh yang paling penting tentang munculnya 

komunitas-komunitas yang diimajinasikan seperti itu yaitu  

negara dan suku konsumen. Negara yaitu  komunitas yang 

diimajinasikan dari pasar. Keduanya yaitu  komunitas yang 

diimajinasikan sebab  tidak mungkin bagi semua konsumen 

dalam sebuah pasar atau seluruh rakyat satu negara benar-benar 

saling mengenal sebagaimana para penduduk kampung saling 

mengenal pada masa lampau. Tidak ada orang Jerman yang 

mengenal secara intim 80 juta penduduk lainnya yang menghuni 

negara Jerman, atau 500 juta konsumen yang menghuni Pasar 

Bersama Eropa (yang berevolusi mula-mula menjadi Komunitas 

Eropa dan akhirnya menjadi Uni Eropa).

Konsumerisme dan nasionalisme kerja lembur untuk membuat 

kita mengimajinasikan bahwa jutaan orang asing yaitu  milik 

komunitas yang sama dengan kita, bahwa kita semua memiliki 

kesamaan masa lalu, kepentingan bersama, dan masa depan 

bersama. Ini bukan kebohongan. Ini yaitu  imajinasi. Seperti 

uang, perusahaan-perusahaan liabilitas terbatas, dan hak-hak 

asasi manusia, negara, dan suku konsumen yaitu  realitas-realitas 

intersubjektif. Semua itu hanya ada dalam imajinasi kolektif, 

namun  kekuatannya luar biasa besar. Sepanjang jutaan orang 

Jerman meyakini eksistensi sebuah negara Jerman, senang dengan 

melihat lambang-lambang nasional Jerman, menuturkan ulang 

mitos-mitos nasional Jerman, dan bersedia berkorban untuk 

uang, waktu, dan tenaga untuk negara Jerman, Jerman akan 

tetap menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia.

Negara berusaha keras untuk menyembunyikan karakter 

yang diimajinasikan. Sebagian besar negara memandang bahwa 

mereka yaitu  entitas natural dan abadi, yang diciptakan dalam 

suatu masa primordial melalui penyatuan tanah dan bumi pertiwi 

dengan darah penduduknya. Namun, klaim-klaim semacam itu 

biasanya dibesar-besarkan. Negara ada dalam masa lalu yang jauh, 

namun  maknanya jauh lebih kecil ketimbang masa kini sebab  

makna negara memang jauh lebih kecil. Seorang penduduk 

Nuremberg abad pertengahan mungkin merasakan suatu loyalitas 

pada negara Jerman, namun  dia merasakan loyalitas yang lebih 


 

432

besar pada keluarga dan komunitasnya, yang mengurus hampir 

semua kebutuhan dia. Lebih dari itu, apa pun makna yang 

mungkin dimiliki negara masa kuno, sedikit yang bisa bertahan. 

Sebagian besar negara yang ada sekarang baru berevolusi setelah 

Revolusi Industri.

Timur Tengah memberi contoh yang berlimpah. Suriah, 

Lebanon, Yordania, dan Irak yaitu  produk dari perbatasan-

perbatasan serampangan yang digambar dalam pasir oleh para 

diplomat Prancis dan Inggris, yang mengabaikan sejarah, geografi, 

dan ekonomi lokal. Para diplomat ini memutuskan pada 1918 

bahwa rakyat Kurdistan, Baghdad, dan Basra menjadi “rakyat 

Irak”. Prancislah terutama yang memutuskan siapa yang menjadi 

Suriah dan siapa yang menjadi Lebanon. Saddam Hussein dan 

Hafez al-Assad berusaha keras untuk mempromosikan dan 

memperkuat kesadaran kebangsaan yang diciptakan oleh Inggris-

Prancis, namun  pidato-pidato bombastis mereka tentang bayangan 

negara Irak dan Suriah yang abadi memiliki sebuah kekurangan.

Tak perlu dikatakan bahwa negara tidak bisa diciptakan dari 

udara tipis. Mereka yang bekerja keras untuk mengonstruksi 

Irak atau Suriah memakai  bahan-bahan baku riil historis, 

geografis, dan kultural—sebagian di antaranya sudah berabad-abad 

dan beribu-ribu tahun usianya. Saddam Hussein mengkooptasi 

warisan kekhalifahan Abbasiyah dan Imperium Babylonia, bahkan 

menamai salah satu kesatuan lapis bajanya Divisi Hammurabi. 

Meskipun demikian, hal itu tidak menjadikan negara Irak sebuah 

entitas kuno. Jika saya memanggang kue dari terigu, minyak, 

dan gula, yang semuanya sudah ada di dapur selama 2 tahun 

terakhir, itu tidak berarti bahwa kue itu sendiri berusia 2 tahun.

Dalam beberapa dekade terakhir ini, komunitas-komunitas 

kebangsaan semakin tertutup oleh suku-suku konsumen yang 

tidak saling mengenal secara intim, namun  memiliki kesamaan 

kebiasaan konsumsi dan kepentingan sehingga menjadi bagian 

dari suku konsumen yang sama—dan mendefinisikan diri seperti 

itu. Ini kedengaran sangat aneh, namun  kita memang dikelilingi 

oleh contoh-contoh. Para fans Madonna, misalnya, merupakan 

sebuah suku konsumen. Mereka mendefinisikan diri terutama 

dalam hal berbelanja. Mereka membeli tiket-tiket konser, CD, 


Sebuah Revolusi Permanen

433

poster, baju, dan nada dering Madonna, dan dengan itulah 

mereka mendefinisikan diri. Para penggemar Manchester United, 

kaum vegetarian, dan pencinta lingkungan yaitu  contoh-contoh 

lain. Mereka juga didefinisikan, yang paling penting, dengan 

apa yang mereka konsumsi. Inilah intisari dari identitas mereka. 

Seorang vegetarian Jerman mungkin lebih suka menikahai seorang 

vegetarian Prancis ketimbang seorang Jerman pemakan daging.

Tetap Mobile

Revolusi-revolusi dalam 2 abad terakhir ini berlangsung begitu 

cepat dan radikal sehingga mengubah sebagian besar sifat  

tatanan sosial. Secara tradisional, tatanan sosial bersifat keras 

dan kaku. “Tatanan” memiliki makna stabilitas dan kontinuitas. 

Revolusi-revolusi sosial yang cepat itu luar biasa, dan sebagian 

besar transformasi sosial dihasilkan dari akumulasi langkah-

langkah kecil yang banyak. Manusia cenderung berasumsi 

bahwa struktur sosial itu kaku dan abadi. Keluarga-keluarga 

dan komunitas-komunitas mungkin harus berjuang keras untuk 

mengubah tempat mereka dalam tatanan, namun  ide bahwa Anda 

bisa mengubah struktur fundamental tatanan yaitu  sesuatu yang 

asing. Orang cenderung merekonsiliasi diri ke dalam status quo, 

mendeklarasikan bahwa “memang dulu selalu begini, dan akan 

selalu begini”.

Dalam 2 abad terakhir, kecepatan perubahan menjadi begitu 

pesat sehingga tatanan sosial menjadi dinamis dan bersifat lunak. 

Kini tatanan ada dalam keadaan mengalir secara permanen. saat  

kita bicara tentang revolusi-revolusi modern, kita cenderung 

berpikir tentang tahun 1789 (Revolusi Prancis), 1848 (Revolusi 

Liberal), atau 1917 (Revolusi Rusia). Namun, faktanya yaitu  

bahwa hari-hari ini setiap tahun yaitu  revolusioner. Kini, bahkan 

seorang yang berusia 30 tahun bisa dengan jujur menceritakan 

kepada para remaja yang terkesima, “Saat saya muda, dunia 

benar-benar berbeda.” Internet, misalnya, baru dipakai  secara 

meluas pada awal 1990-an, belum genap 20 tahun lalu. Kini 

kita tidak bisa membayangkan dunia tanpa internet.


 

434

Oleh sebab  itu, setiap upaya untuk mendefinisikan 

sifat  warga  modern tak ubahnya mendefinsikan 

warna bunglon. Satu-satunya sifat  yang bisa dengan pasti 

yaitu  perubahan terus-menerus. Orang-orang menjadi terbiasa 

dengan ini, dan sebagian besar kita berpikir tentang tatanan sosial 

sebagai sesuatu yang fleksibel, yang bisa kita rekayasa dan kita 

perbaiki sesukanya. Janji utama penguasa-penguasa pramodern 

yaitu  melindungi tatanan tradisional atau bahkan kembali ke 

masa-masa keemasan yang sudah hilang. Dalam 2 abad terakhir 

ini, mata uang politik yaitu  janji untuk menghancurkan dunia 

lama dan membangun dunia baru yang lebih baik sebagai 

gantinya. Bahkan, partai-partai politik yang paling konservatif 

tak ada yang bertekad untuk membiarkan keadaan sebagaimana 

adanya. Setiap orang menjanjikan reformasi sosial, reformasi 

pendidikan, reformasi ekonomi—dan mereka sering memenuhi 

janji-janji mereka.

Sebagaimana para ahli geologi berharap bahwa gerakan-

gerakan tektonik akan menghasilkan gempa Bumi dan erupsi-

erupsi vulkanik, begitu pula kita bisa berharap gerakan-gerakan 

sosial drastis akan menghasilkan ledakan-ledakan kekerasan 

berdarah. Sejarah politik abad ke-19 dan ke-20 sering diceritakan 

sebagai serangkaian perang mematikan, holocaus dan revolusi-

revolusi. Seperti seorang anak yang mengenakan sepatu bot yang 

melompat dari satu genangan ke genangan lain, pandangan ini 

melihat sejarah sebagai katak yang melompat dari satu tumpahan 

darah ke tumpahan darah berikutnya, dari Perang Dunia Pertama 

ke Perang Dunia Kedua ke Perang Dingin, dari genosida Armenia 

ke genosida Yahudi ke genosida Rwanda, dari Robespierre ke 

Lenin ke Hitler.

Ada kebenaran di sini, namun  semua daftar bencana yang 

terlalu terkenal ini yaitu  sesuatu yang menyesatkan. Kita fokus 

terlalu banyak pada genangan dan melupakan tanah kering yang 

memisahkan genangan-genangan itu. Era modern akhir telah 

menyaksikan level-level tanpa preseden tidak hanya kekerasan 

dan kengerian, namun  juga perdamaian dan ketenangan. Charles 

Dickens menulis Revolusi Prancis bahwa “Itu masa terbaik, itu 


Sebuah Revolusi Permanen

435

masa terburuk”. Yang mana pun bisa benar, tidak hanya Revolusi 

Prancis, namun  juga seluruh era yang dilaluinya.

Itu terutama benar untuk tujuh dekade yang berlalu sejak 

akhir Perang Dunia Kedua. Dalam periode ini manusia untuk 

kali pertama menghadapi kemungkinan swanihilisasi sempurna 

dan mengalami perang-perang dan genosida-genosida aktual 

yang cukup besar jumlahnya. Namun, dekade-dekade ini juga 

merupakan era yang paling damai dalam sejarah manusia—dan 

dengan selisih yang besar. Ini mengejutkan sebab  pada dekade-

dekade yang sama ini pula lah terjadi perubahan ekonomi, sosial, 

dan politik yang lebih banyak ketimbang era-era sebelumnya. 

Lempengan tektonik sejarah sedang bergerak dalam kecepatan 

menggila, namun  gunung-gunungnya lebih banyak diam. Tatanan 

elastik baru tampaknya bisa berisi dan bahkan menginisiasi 

perubahan-perubahan struktural radikal tanpa jatuh ke dalam 

konflik kekerasan.3

Perdamaian pada Masa Kita

Sebagian besar orang tidak mengapresiasi betapa damainya era 

tempat kita hidup di dalamnya. Tak seorang pun kita yang 

hidup seribu tahun lalu sehingga kita dengan mudah melupakan 

betapa lebih keras dunia masa itu. Dan, saat  semakin jarang, 

semakin besar pula perhatian kita pada perang yang terjadi. 

Banyak orang berpikir tentang perang yang melanda Afganistan 

dan Irak hari ini ketimbang tentang perdamaian yang dirasakan 

rakyat Brasil dan India.

Yang lebih penting, kita lebih mudah tergugah pada individu-

individu yang menderita ketimbang pada seluruh populasi. 

Meskipun demikian, agar dapat memahami proses-proses historis 

makro, kita perlu menguji statistik massa ketimbang cerita-

cerita individual. Pada tahun 2000, perang-perang memicu  

kematian 310.000 individu, dan kejahatan kekerasan membunuh 

520.000 lainnya. Setiap korban yaitu  sebuah dunia yang 

dihancurkan, sebuah keluarga yang runtuh, sahabat dan kerabat 

yang ketakutan dalam hidup. Namun, dari perspektif makro, 


 

436

830.000 korban ini hanyalah 1,5 persen dari 56 juta orang yang 

meninggal pada tahun 2000. Tahun itu, 1,26 juta orang mati 

dalam kecelakaan mobil (2,25 persen dari total angka kematian) 

dan 815.000 orang melakukan bunuh diri (1,45 persen).4

Angka-angka untuk tahun 2002 bahkan lebih mengejutkan. 

Dari 57 juta orang yang mati, hanya 172.000 orang yang 

mati dalam perang dan 569.000 mati akibat kejahatan dengan 

kekerasan (total 741.000 korban kekerasan manusia). Bandingkan, 

873.000 orang bunuh diri.5 Terungkap bahwa pada tahun setelah 

serangan 9/11, terlepas dari semua pembicaraan tentang terorisme 

dan perang, rata-rata orang lebih berkemungkinan membunuh 

dirinya ketimbang dibunuh oleh teroris, tentara, atau pengedar 

obat bius.

Di sebagian besar bagian dunia, orang tidur tanpa takut 

bahwa pada tengah malam suku tetangganya mungkin mengepung 

desa mereka dan membantai setiap orang. Rakyat Inggris yang 

bepergian setiap hari dari Nottingham ke London melalui Hotan 

Sherwood tanpa takut bahwa satu gang brigade baju hijau akan 

menyerang dan merampas uang mereka untuk orang miskin 

(atau, yang lebih mungkin, membunuh mereka dan mengambil 

uangnya untuk mereka sendiri). Murid-murid tak takut kena 

cambuk dari guru mereka, anak-anak tak perlu takut akan dijual 

ke pasar budak kalau orangtua mereka tidak mampu membayar 

tagihan, dan perempuan tahu bahwa hukum melarang suami 

mereka memukuli mereka dan memaksa mereka tetap di rumah. 

Di seluruh dunia, ekspektasi-ekspektasi ini semakin terpenuhi.

Susutnya kekerasan terutama disebabkan oleh munculnya 

negara. Sepanjang sejarah, sebagian kekerasan bersumber dari 

pertengkaran lokal antara keluarga dan komunitas. (Bahkan kini, 

seperti yang terlihat pada angka-angka di atas, kejahatan lokal 

menjadi ancaman yang jauh lebih mematikan ketimbang perang 

internasional.) Seperti yang sudah kita lihat, para petani awal, 

yang tak tahu organisasi politik yang lebih besar dari komunitas 

lokal, mengalami kekerasan yang merajalela.6 saat  kerajaan-

kerajaan dan imperium-imperium menjadi semakin kuat, mereka 

menguasai komunitas-komunitas dan level kekerasan menurun. 

Dalam kerajaan-kerajaan desentralisasi abad pertengahan Eropa, 


Sebuah Revolusi Permanen

437

sekitar 20 sampai 40 orang dibunuh setiap tahun untuk setiap 

100.000 penghuni. Dalam beberapa dekade terakhir ini, saat  

negara dan pasar telah menjadi luar biasa kuat dan komunitas-

komunitas lenyap, angka kekerasan turun bahkan lebih jauh. Kini 

rata-rata global hanya sembilan pembunuhan setiap tahun per 

100.000 orang, dan sebagian besar pembunuhan ini terjadi di 

negara-negara lemah seperti Somalia dan Kamboja. Di negara-

negara sentralisasi Eropa, rata-rata satu pembunuhan setahun 

per 100.000 orang.7

Sudah barang tentu ada kasus-kasus di mana negara 

memakai  kekuasaan mereka untuk membunuh warganya 

sendiri, dan sering terngiang-ngiang dalam memori dan ketakutan 

kita. Pada abad ke-20, puluhan juta orang, kalau bukan ratusan 

juta orang, dibunuh oleh pasukan keamanan negara. Pun, dari 

perspektif makro, pengadilan-pengadilan dan kepolisian yang 

dijalankan negara mungkin sudah meningkatkan level keamanan 

di seluruh dunia. Bahkan, di negara-negara diktatoran represif, 

rata-rata orang modern lebih kecil kemungkinan mati di tangan 

orang lain ketimbang pada warga -warga  pramodern. 

Pada 1964, sebuah kediktatoran militer berdiri di Brasil. 

Rezim itu berkuasa sampai 1985. Dalam 20 tahun ini , 

beberapa ribu orang Brasil dibunuh oleh rezim. Ribuan lainnya 

dipenjarakan dan disiksa. Namun, bahkan dalam tahun-tahun 

terburuk itu, rata-rata warga Brasil di Rio de Janeiro jauh lebih 

kecil kemungkinannya mati akibat ulah manusia ketimbang rata-

rata Waorani, Arawete, atau Yanomamo. Waorani, Arawete, dan 

Yanomamo yaitu  warga  asli yang hidup di pedalaman 

hutan Amazon, tanpa tentara, polisi, maupun penjara. Studi-

studi antropolitis menunjukkan bahwa antara seperempat sampai 

setengah jumlah pria mereka mati cepat atau lambat dalam 

konflik kekerasan atas properti, perempuan, atau prestise.8

Pensiun Imperial

Mungkin bisa diperdebatkan apakah kekerasan dalam negara 

menurun atau meningkat sejak 1945. Yang tidak bisa dibantah 

oleh siapa pun yaitu  bahwa kekerasan internasional turun ke 


 

438

titik paling rendah sepanjang masa. Mungkin contoh yang paling 

jelas yaitu  runtuhnya imperium-imperium Eropa. Sepanjang 

sejarah imperium-imperium menumpas pemberontakan dengan 

tangan besi, dan saat  harinya datang, sebuah imperium yang 

sedang tenggelam memakai  segala kekuatannya untuk 

menyelamatkan diri, biasanya runtuh ke dalam pertumpahan 

darah. Kehancuran akhirnya pada umumnya mengarah pada 

anarki dan perang-perang suksesi. Sejak 1945, sebagian besar 

imperium memilih untuk pensiun dini secara damai. Proses 

keruntuhan mereka menjadi relatif cepat, tenang, dan tertib.

Pada 1945 Inggris mengusai seperempat dunia. Tiga puluh 

tahun kemudian ia hanya menguasai beberapa pulau kecil. 

Dalam dekade-dekade pada tengah masa itu, Inggris mundur dari 

koloni demi koloni tanpa memuntahkan banyak tembakan, tanpa 

kehilangan ribuan tentara, dan tanpa membunuh banyak orang. 

Sekurang-kurangnya, sebagian pujian yang biasanya tertuju pada 

Mahatma Gandhi atas kredo non-kekerasannya sesungguhnya 

milik Imperium Inggris. Tempat imperium itu diambil alih oleh 

gerakan negara-negara merdeka, yang sebagian besar sejak itu 

menikmati perbatasan-perbatasan yang stabil dan menikmati 

kehidupan damai bersama tetangga-tetangganya. Benar, puluhan 

ribu orang musnah di tangan Imperium Inggris yang terancam, 

dan beberapa titik panas yang ditinggalkannya menjadi erupsi 

konflik etnis yang membunuh ribuan orang (terutama di India). 

Namun, kalau dibandingkan dengan rata-rata historis jangka 

panjang, penarikan Inggris yaitu  sebuah contoh perdamaian 

dan ketertiban. Imperium Prancis lebih keras. Keruntuhannya 

melibatkan aksi-aksi garis belakang berdarah-daarah di Vietnam 

dan Aljazair yang memicu  kematian ratusan ribu orang. 

Namun, Prancis pun mundur dari jajahannya yang lain dengan 

cepat dan damai, meninggalkan negara-negara yang tertib, bukan 

negara kacau yang bebas segala-galanya.

Runtuhnya Soviet pada 1989 bahkan lebih damai, terlepas 

dari erupsi konflik etnis di Balkan, Kaukasus, dan Asia Tengah. 

Belum pernah terjadi sebelumnya sebuah imperium yang demikian 

besar hilang begitu cepat dan begitu tenang. Imperium Soviet pada 

1989 tidak mengalami kekalahan militer kecuali di Afganistan, 


Sebuah Revolusi Permanen

439

tidak ada invasi eksternal, tidak ada pemberontakan, bahkan tidak 

ada kampanye besar-besaran pembangkangan sipil ala Martin 

Luther King. Soviet masih memiliki jutaan tentara, puluhan ribu 

tank dan pesawat terbang, dan senjata nuklir yang cukup untuk 

menyapu seluruh manusia beberapa kali. Tentara Merah dan 

angkatan perang lain di Pakta Warsawa tetap loyal. Kalau saja 

penguasa terakhir Soviet Mikhail Gorbachev, memberi perintah, 

Tentara Merah pasti akan menembaki massa yang melawan.

namun  elite Soviet, dan rezim-rezim Komunis di 

sebagian besar Eropa timur (kecuali Rumania dan Serbia), bahkan 

memilih untuk tidak memakai  bagian dari kekuatan militer 

yang paling kecil sekalipun. saat  para anggotanya menyadari 

bahwa Komunisme bangkrut, mereka melepas kekuatan, mengakui 

kegagalan, mengemasi koper-koper, lalu pulang. Gorbachev 

dan para koleganya menyerah tanpa memperjuangkan bukan 

hanya penaklukan Soviet di Perang Dunia Kedua, melainkan 

juga penaklukan sebelumnya oleh kaum tsar di Baltik, Ukraina, 

Kaukasus, dan Asia Tengah. Tak terbayangkan apa yang terjadi 

jika Gorbachev berperilaku seperti pimpinan Serbia—atau seperti 

Prancis di Aljazair.

Pax Atomica

Negara-negara merdeka yang muncul setelah imperium-imperium 

ini banyak yang tidak tertarik pada perang. Dengan sangat sedikit 

pengecualian, sejak 1945 negara-negara tidak lagi menginvasi 

negara lain dalam rangka menaklukkan dan mencaploknya. 

Penaklukan-penaklukan semacam itu sudah menjadi mata pen-

caharian sejarah politik masa lampau yang tak terbayangkan 

lagi. Dulu begitulah kebanyakan imperium besar didirikan, dan 

cara sebagian besar penguasa dan populasi mempertahankan 

keadaan. Namun, kampanye-kampanye penaklukan seperti 

Romawi, Mongolia, dan Ottoman tidak bisa terjadi saat ini di 

mana pun di dunia. Sejak 1945, tidak ada negara merdeka yang 

diakui oleh PBB ditaklukkan dan dihapus dari peta. Perang-

perang internasional terbatas memang masih terjadi dari waktu 


 

440

ke waktu, dan jutaan orang masih mati, namun  perang tidak lagi 

menjadi norma.

Banyak orang percaya bahwa hilangnya perang internasional 

yaitu  sesuatu yang unik pada negara-negara demokrasi kaya 

Eropa Barat. Faktanya, perdamaian menjangkau Eropa setelah 

ia menang dalam bagian-bagian lain di dunia. Jadi, perang 

internasional terakhir yang serius antara negara-negara Amerika 

Latin yaitu  Perang Peru-Ekuador pada 1941 dan Perang Bolivia-

Paraguay pada 1932–1935. Dan sebelum itu, belum ada perang 

serius antara negara-negara Amerika Latin sejak 1879 sampai 

1884, dengan Chile di satu pihak dan Bolivia bersama Peru di 

pihak lain.

Kita jarang memikirkan dunia Arab sesungguhnya sangat 

damai. Namun, baru sekali sejak negara-negara Arab meraih 

kemerdekaan ada satu negara yang melancarkan invasi besar-

besaran atas negara lain (invasi Irak atas Kuwait pada 1990). 

Memang ada beberapa bentrokan perbatasan (misalnya Suriah 

versus Yordania pada 1970), banyak intervensi bersenjata dari 

salah satu negara atas negara lainnya (misalnya Suriah di 

Lebanon), banyak perang saudara (Aljazair, Yaman, Libya) dan 

banyak kudeta serta pemberontakan. Namun, di sana belum 

ada perang internasional besar-besaran di kalangan negara-

negara Arab kecuali Perang Teluk. Bahkan, perluasan skup yang 

mencakup seluruh dunia Muslim hanya menambahkan satu 

contoh, Perang Iran-Irak. Tidak ada Perang Turki-Iran, Perang 

Pakistan-Afganistan, atau Perang Indonesia-Malaysia.

Keadaan di Afrika memang jauh kurang cerah. Namun, di 

sana pun, sebagian besar konflik yaitu  perang saudara dan 

kudeta. Sejak negara-negara Afrika meraih kemerdekaan pada 

1960-an dan 1970-an, sangat sedikit negara yang menginvasi 

negara lain dengan harapan dapat menaklukkannya.

Ada periode-periode keadaan yang relatif tenang sebelumnya, 

misalnya di Eropa antara tahun 1871 dan 1914, dan semua 

selalu berakhir buruk. Namun, masa ini berbeda. Perdamaian 

riilnya bukan semata-mata ketiadaan perang. Perdamaian riilnya 

yaitu  perang memang tidak masuk akal. Tidak pernah terjadi 

perdamaian riil di dunia. Antara 1871 sampai 1914, perang Eropa 


Sebuah Revolusi Permanen

441

tetap mustahil, dan ekspektasi perang mendominasi pemikiran 

tentara, para politisi, dan warga negara biasa sekaligus. Firasat 

ini berlaku untuk semua periode damai lainnya dalam sejarah. 

Satu hukum besi politik internasional menetapkan, “Bagi setiap 

dua negara yang berdekatan, ada skenario yang masuk akal 

untuk memicu  perang antara keduanya dalam satu tahun.” 

Ini hukum rimba yang berlaku pada abad ke-19 Eropa, abad 

pertengahan Eropa, dan China kuno, serta Yunani klasik. Jika 

Sparta dan Athena berdamai pada 450 SM, ada skenario yang 

masuk akal bahwa skenario untuk perang pada tahun 449 SM.

Kini manusia sudah mematahkan hukum rimba ini . 

Paling tidak ada perdamaian riil, dan bukan hanya ketiadaan 

perang. Bagi sebagian besar negara, tidak ada skenario yang 

masuk akal untuk menuju konflik besar-besaran dalam satu 

tahun. Apa yang bisa memicu  perang antara Jerman dan 

Prancis tahun depan? Atau antara China dan Jepang? Atau antara 

Brasil dan Argentina? Suatu bentrokan kecil perbatasan mungkin 

terjadi, namun  hanya benar-benar skenario apokaliptis yang bisa 

menghasilkan perang besar-besaran gaya lama pada 2014, di mana 

divisi-divisi lapis baja Argentina bergerak ke gerbang Rio, dan 

pesawat-pesawat pengebom Brasil menghancurkan perkampungan 

Buenos Aires. Perang seperti itu mungkin masih bisa meletus 

tahun depan antara sepasang negara, misalnya Israel dan Suriah, 

Etiopia, dan Eritrea, atau Amerika Serikat dan Iran, namun  ini 

semua hanya ekspektasi yang justru membuktikan aturan di atas.

Situasi ini tentu saja bisa berubah pada masa depan, dan 

dengan melihat ke belakang, dunia masa kini mungkin tampak 

sangat naif. Namun, dari perspektif historis, kenaifan diri kita 

sangat menarik. Belum pernah terjadi sebelumnya perdamaian 

begitu merata sehingga orang bahkan tidak bisa membayangkan 

perang. Para ahli sudah berusaha menjelaskan perkembangan yang 

membahagiakan ini dalam Artikel -Artikel  dan artikel-artikel, lebih 

banyak dari yang mungkin ingin Anda baca, dan mereka sudah 

mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi. Pertama dan 

yang paling utama, harga perang naik secara dramatis. Hadiah 

Nobel Perdamaian tertinggi seharusnya diberikan kepada Robert 

Oppenheimer dan rekan-rekannya para arsitek bom atom. Senjata 


 

442

nuklir telah mengubah perang antar negara adidaya menjadi bom 

bunuh diri bersama, dan menjadikannya tidak mungkin untuk 

mengejar dominasi dunia dengan kekuatan senjata.

Kedua, sementara harga perang meroket, keuntungannya 

justru menurun. Hampir sepanjang sejarah, negara-negara bisa 

memperkaya diri dengan menjarah atau menganeksasi teritori 

musuh. Sebagian besar kekayaan terdiri dari ladang, ternak, budak, 

dan emas sehingga mudah untuk menjarah atau mendudukinya. 

Kini, kekayaan terdiri dari terutama modal manusia, keterampilan 

teknik, dan struktur-struktur sosio-ekonomi yang rumit seperti 

bank. Akibatnya, sulit untuk mengelolanya atau memasukkannya 

ke dalam teritori negara tertentu.

Bayangkan California. Kekayaannya semula dibangun dengan 

pertambangan-pertambangan emas. Namun, kini ia dibangun 

dengan silikon dan seluloid—Silicon Valley dan seluloid bukit 

Hollywood. Apa yang terjadi jika China melancarkan invasi 

bersenjata atas California, mendaratkan satu juta tentara di 

pantai San Francisco dan menyerbu ke darat? Mereka hanya 


Sebuah Revolusi Permanen

443

mendapat sedikit. Tak ada tambang silikon di Silicon Valley. 

Kekayaan berada di pikiran para insinyur Google dan dokter-

dokter naskah Hollywood, para sutradara dan ahli-ahli efek 

khusus, yang akan langsung terbang ke Bangalore atau Mumbai 

sebelum tank-tank China berderak ke Sunset Boulevard. Bukan 

kebetulan bahwa beberapa perang internasional besar-besaran 

yang masih terjadi di dunia, seperti invasi Irak atas Kuwait, 

terjadi di tempat-tempat di mana kekayaannya masih kekayaan 

material gaya lama. Para syeikh bisa lari ke luar negeri, namun  

ladang-ladang minyak tetap di sana dan diduduki.

Sementara perang menjadi semakin tidak menguntungkan, 

perdamaian malah menjadi semakin lebih menguntungkan 

dibandingkan dengan masa mana pun. Dalam ekonomi agrikultur 

tradisional, perdagangan jarak jauh dan investasi asing hanyalah 

pertunjukan sampingan. Akibatnya, perdamaian membawa sedikit 

keuntungan, yang tersisihkan dari menghindari biaya perang. 

Taruhlah jika pada 1400 Inggris dan Prancis berdamai, Prancis 

tidak perlu membayar pajak perang yang tinggi dan menanggung 

44. dan 45. Pada 1849 California membangun kekayaannya dari 

emas. Kini, California membangun kekayaannya dari silikon. 

Namun, kalau pada 1849 emas benar-benar ada di sana di bumi 

Caifornia, harta benda Silicon Valley terkunci di dalam kepala-

kepala para pegawai industri teknologi tinggi.


 

444

beban invasi Inggris yang destruktif, namun  kalau tidak ia tidak 

mendapatkan keuntungan untuk menebalkan dompetnya. Dalam 

ekonomi kapitalis modern, perdagangan luar negeri dan investasi 

asing sudah menjadi segala-galanya. Oleh sebab  itu, perdamaian 

membawa dividen yang unik. Sepanjang China dan Amerika 

Serikat berdamai, China bisa makmur dengan menjual produk-

produknya ke Amerika Serikat, berdagang di Wall Street, dan 

menerima investasi-investasi Amerika Serikat.

Yang tak kalah penting, pergerakan tektonik telah terjadi 

dalam kultur politik global. Banyak elite sejarah—para 

punggawa Hun, bangsawan Viking, dan pendeta-pendeta Aztec, 

misalnya—memandang perang sebagai kebaikan yang positif. 

Yang lain memandangnya sebagai jahat, namun  tak terelakkan, 

yang sebaiknya kita ubah sendiri menjadi keuntungan. Masa 

kita yaitu  kali pertama dalam sejarah saat  dunia didominasi 

oleh elite penyuka perdamaian—politisi, orang-orang bisnis, 

intelektual, dan artis yang secara murni melihat perang sebagai 

jahat dan bisa dihindarkan. (Memang ada orang-orang pembela 

perdamaian pada masa lalu, seperti orang-orang Kristen awal, 

namun  dalam kasus-kasus langka saat  mereka meraih kekuasaan, 

mereka cenderung melupakan keharusan mereka untuk “tidak 

membalas”). 

Ada celah umpan balik positif antara keempat faktor ini. 

Ancaman holocaus nuklir memperkuat pasifisme; saat  pasifisme 

menyebar, perang menyusut dan perdagangan merebak; dan 

perdagangan menaikkan keuntungan dari perdamaian dan 

biaya perang. Dari waktu ke waktu, celah umpan balik ini 

menciptakan hambatan lain bagi perang, yang akhirnya bisa 

membuktikan sesuatu yang paling penting. Pengetatan jaringan 

koneksi internasional meruntuhkan independensi sebagain besar 

negara, mengurangi peluang bahwa ada di antara mereka yang 

dengan enteng membiarkan anjing pelang menyalak. Sebagian 

besar negara tidak lagi terlibat dalam perang besar-besaran sebab  

alasan sederhana bahwa mereka tidak lagi independen. Meskipun 

warga negara Israel, Italia, Meksiko, atau Thailand mungkin 

menyimpan ilusi independensi, faktanya yaitu  pemerintahan 

mereka tidak bisa menjalankan sendiri kebijakan ekonomi atau 


Sebuah Revolusi Permanen

445

luar negeri yang independen. Seperti dijelaskan di Bab 11, kita 

sedang menyaksikan formasi sebuah imperium global. Seperti 

imperium-imperium sebelumnya, yang ini pun menerapkan 

perdamaian dalam perbatasan-perbatasannya. Dan, sebab  

perbatasan-perbatasannya mencakup seluruh dunia, Imperium 

Dunia bisa secara efektif menerapkan perdamaian dunia.

Jadi, apakah era modern merupakan salah satu pembantaian 

tanpa akal, perang, dan penindasan, yang dicirikan oleh kegilaan 

Perang Dunia Pertama, awan jamur nuklir di atas Hiroshima dan 

mania berdarah Hitler dan Stalin? Atau ini era perdamaian, yang 

dicontohkan oleh kegilaan perang yang tidak pernah terjadi di 

Amerika Latin, awan jamur yang tak pernah muncul di Moskow 

dan New York, dan wajah-wajah pejuang perdamaian Mahatma 

Gandhi dan Martin Luther King?

Jawabannya yaitu  masalah waktu. Sangat menyedihkan 

untuk menyadari betapa sering pandangan kita tentang masa 

lalu terdistorsi oleh peristiwa-peristiwa dalam beberapa tahun 

terakhir ini. Jika bab ini ditulis pada tahun 1945 atau 1962, 

mungkin nadanya jauh lebih suram. sebab  ini ditulis pada 

2012, maka diperlukan pendekatan yang lebih ringan untuk 

memahami sejarah modern.

Untuk memuaskan kalangan yang optimistis dan pesimistis 

sekaligus, kita mungkin menyimpulkan dengan mengatakan 

bahwa kita berada pada ambang surga dan neraka, bergerak 

dengan cemas antara gerbang salah satunya dan kamar depan 

yang lainnya. Sejarah masih belum memutuskan ke mana akan 

menuju, dan satu rangkaian kebetulan-kebetulan mungkin bisa 

membawa kita ke arah lain.


19

Dan, Mereka Hidup Bahagia 

Selamanya

Dalam 500 tahun terakhir ini terjadi serangkaian revolusi 

yang mencengangkan. Bumi telah tersatukan menjadi sebuah 

bidang tunggal ekologis dan historis. Ekonomi telah tumbuh 

secara eksponensial, dan manusia menikmati jenis kekayaan 

yang dulu hanya ada dalam dongeng-dongeng peri. Sains dan 

Revolusi Industri telah memberi manusia kekuatan manusia 

super dan energi yang praktis tak terbatas. Tatanan sosial telah 

tertransformasi sepenuhnya, sebagaimana politik, kehidupan 

sehari-hari, dan psikologi manusia.

namun  apakah kita lebih bahagia? Apakah kekayaan yang 

diakumulasi manusia dalam 5 abad terakhir ini menjelma menjadi 

sebuah kepuasan yang baru ditemukan? Apakah penemuan 

sumber-sumber energi yang tak ada habis-habisnya membuka 

untuk kita tumpukan kebahagiaan yang tak ada habisnya pula? 

Kembali jauh ke belakang, apakah 70 lebih milenium yang 

bergolak sejak Revolusi Kognitif menjadikan dunia tempat yang 

lebih baik untuk hidup? Apakah mendiang Neil Armstrong, 

yang jejak kakinya masih utuh di Bulan yang tak berangin, lebih 

bahagia ketimbang para pemburu-penjelajah tanpa nama yang 

30.000 tahun lalu meninggalkan cetakan tangan di dinding di 

Gua Chauver? Jika tidak, apa artinya perkembangan agrikultur, 

kota-kota, tulisan, koin uang, imperium, sains, dan industri?

Para sejarawan jarang mengajukan pertanyaan-pertanyaan 

semacam itu. Mereka tidak bertanya apakah penduduk Uruk 

dan Babylon lebih bahagia ketimbang para leluhur penjelajah 

mereka, apakah munculnya Islam membuat orang Mesir lebih 


Dan, Mereka Hidup Bahagia Selamanya

447

bahagia dengan hidup mereka, atau bagaimana runtuhnya 

imperium-imperium Eropa di Afrika memengaruhi kebahagiaan 

berjuta-juta penduduk di sana. Namun, ini semua memang bukan 

pertanyaan penting yang bisa ditanyakan orang tentang sejarah. 

Sebagian besar program ideologi dan politik didasarkan pada 

ide-ide yang agak tipis berkenaan dengan sumber riil kebahagiaan 

manusia. Kaum nasionalis percaya bahwa hak politik penentuan 

nasib sendiri penting untuk kebahagiaan kita. Kaum Komunis 

merumuskan bahwa setiap orang akan bahagia di bawah 

kediktatoran proletar. Kaum kapitalis memandang bahwa hanya 

pasar bebas yang bisa menjamin kebahagiaan terbesar dari jumlah 

terbesar manusia, dengan menciptakan pertumbuhan ekonomi 

dan keberlimpahan material dan dengan mengajarkan kepada 

orang-orang untuk menjadi mandiri dan berusaha.

Apa yang terjadi kalau riset serius membantah hipotesis-

hipotesis ini? Jika pertumbuhan ekonomi dan kemandirian 

tidak membuat orang lebih bahagia, apa manfaat Kapitalisme? 

Bagaimana jika ternyata rakyat imperium-imperium besar 

umumnya lebih bahagia ketimbang warga negara-negara merdeka 

dan bahwa, misalnya, rakyat Aljazair lebih bahagia di bawah 

kekuasaan Prancis ketimbang kekuasaan mereka sendiri? Apa 

maknanya proses dekolonisasi dan nilai penentuan nasib sendiri?

Semua ini yaitu  kemungkinan-kemungkinan hipotetikal 

sebab  sejauh ini para sejarawan menghindari pengajuan 

pertanyaan-pertanyaan ini—apalagi menjawabnya. Mereka 

meneliti sejarah tentang segala hal—politik, warga , ekonomi, 

gender, penyakit, seksualitas, makanan, pakaian—namun  jarang 

berhenti sejenak untuk bertanya apakah semua ini memengaruhi 

kebahagiaan manusia.

 Meskipun beberapa sudah mempelajari sejarah jangka 

panjang kebahagiaan, hampir setiap ahli dan orang awam 

memiliki prakonsepsi ganjil tentang ini. Dalam satu pandangan 

umum, kapabilitas manusia telah meningkat sepanjang sejarah. 

sebab  manusia umumnya memakai  kapabilitas itu untuk 

mengentaskan penderitaan dan memenuhi aspirasi, maka 

disimpulkan bahwa kita pasti lebih bahagia ketimbang para 

leluhur abad pertengahan, dan mereka pasti lebih bahagia 


 

448

ketimbang para pemburu-penjelajah Zaman Batu.

namun  pandangan progresif ini tidak meyakinkan. 

Seperti yang sudah kita lihat, bakat, perilaku, dan keterampilan 

tidak dengan sendirinya menjadikan hidup lebih baik. saat  

manusia tahu cara bertani dalam Revolusi Agrikultur, kekuatan 

kolektif mereka untuk membentuk lingkungan meningkat, 

namun  banyak manusia individual tumbuh semakin kasar. Para 

petani harus bekerja lebih keras ketimbang para penjelajah 

untuk menghasilkan makanan yang lebih sedikit ragamnya dan 

kurang gizinya, dan mereka jauh lebih rentan pada penyakit 

dan eksploitasi. Demikian pula, pe