tur. Sejak Revolusi Industri, populasi manusia dunia sudah
418
mengalami pembengkakan yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Pada 1700, dunia dihuni sekitar 700 juta manusia. Pada 1800,
jumlah kita 950 juta. Pada 1900 jumlah kita hampir dua kali
lipat menjadi 1,6 miliar. Dan, pada 2000, jumlah itu berlipat
empat kali menjadi 6 miliar. Kini, ada hampir 7 miliar Sapiens.
Masa Modern
Meskipun seluruh Sapiens ini semakin tahan pada kehendak alam,
mereka justru semakin tunduk pada kemauan-kemauan industri
dan pemerintahan modern. Revolusi Industri membuka jalan
bagi satu garis panjang eksperimen-eksperimen dalam rekayasa
sosial dan bahkan rangkaian yang lebih panjang perubahan-
perubahan tak terencana dalam kehidupan sehari-hari dan
mentalitas manusia. Satu di antara banyak contohnya yaitu
penggantian ritme pertanian tradisional dengan seragam dan
jadwal tepat industri.
Pertanian tradisional bergantung pada siklus waktu alam dan
pertumbuhan organik. Sebagian besar warga tidak mampu
melakukan pengukuran waktu secara persis, juga tidak tertarik
sama sekali untuk melakukannya. Dunia berjalan tanpa jam dan
tanpa jadwal, hanya bergantung pada gerakan Matahari dan siklus
pertumbuhan tanaman. Tidak ada keseragaman dalam hal waktu
bekerja, dan seluruh kegiatan rutin berubah secara drastis dari
musim ke musim. Orang-orang tahu di mana Matahari berada,
dan memperhatikan dengan cemas pertanda-pertanda datang
musim hujan dan masa panen, namun mereka tidak tahu jam dan
hampir tidak peduli tentang tahun. Jika seorang pengembara lintas
zaman tersesat di sebuah desa abad pertengahan dan bertanya
kepada seseorang yang berpapasan, “Tahun berapa ini?” maka
orang desa itu akan terheran-heran dengan pertanyaan itu, juga
dengan pakaian orang asing yang aneh.
Berlawanan dengan para petani dan pembuat sepatu abad
pertengahan, industri modern kurang peduli pada Matahari
atau musim. Ia mendewa-dewakan ketepatan dan keseragaman.
Misalnya, dalam sebuah bengkel abad pertengahan setiap pembuat
Sebuah Revolusi Permanen
419
sepatu membuat satu sepatu utuh, dari lapisan sol sampai ke
pengaitnya. Jika seorang pembuat sepatu terlambat kerja, dia tidak
menghentikan yang lain. Namun, dalam deret pengerjaan sepatu
di pabrik sepatu modern, setiap pekerja mengawaki satu mesin
yang menghasilkan hanya satu bagian kecil dari sebuah sepatu,
yang kemudian diserahkan ke mesin berikutnya. Jika pekerja
yang mengoperasikan mesin nomor 5 tertidur, ia menghentikan
seluruh mesin lainnya. Untuk mencegah kekacuan seperti itu,
setiap orang harus patuh pada jadwal yang tepat. Setiap pekerja
datang di tempat kerja tepat pada waktu yang sama. Setiap orang
makan siang bersama, entah mereka lapar atau tidak. Setiap
orang pulang saat diteriakkan pengumuman saat berakhirnya
sif—bukan saat mereka menyelesaikan proyek.
Revolusi Industri mengubah jadwal itu dan deret pengerjaan
menjadi sebuah setelan untuk hampir semua aktivitas manusia.
Tak lama setelah pabrik-pabrik menerapkan kerangka waktu pada
perilaku manusia, sekolah-sekolah juga mengadopsi penjadwalan
43. Charlie Chaplin sebagai seorang pekerja biasa terperangkap
dalam roda-roda mesin industri, dalam film Modern Times
(1936).
420
yang sama, diikuti oleh rumah sakit, kantor-kantor pemerintah,
dan toko-toko grosir. Bahkan, di tempat-tempat yang deret-deret
mesin pengerjaan pabrik, jadwal yaitu raja. Jika sif di pabrik
berakhir pukul 05.00 petang, pub lokal sebaiknya sudah mulai
membuka bisnis pukul 05.02.
Penghubung krusial dalam penyebaran sistem jadwal yaitu
transportasi publik. Jika para buruh harus memulai sif pada pukul
08.00, kereta atau bus harus sampai di gerbang pabrik pada pukul
07.55. Kelambatan beberapa menit akan menurunkan produksi
dan mungkin bahkan memicu pemutusan hubungan kerja
bagi para buruh yang terlambat datang itu. Pada 1784, sebuah
layanan angkutan dengan jadwal yang sudah ditetapkan mulai
beroperasi di Inggris. Jadwalnya hanya untuk jam keberangkatan
saja, bukan kedatangan. Saat itu, setiap kota besar dan kecil di
Inggris punya waktu lokalnya masing-masing, yang berbeda dari
waktu London hingga setengah jam. saat jam menunjukkan
pukul 12.00 di London, mungkin di Liverpool jam menunjukkan
pukul 12.20 dan 11.50 di Canterbury. sebab tidak ada telepon,
radio, atau televisi, maka tidak ada kereta cepat—siapa yang
tahu, dan siapa peduli?2
Layanan kereta api komersial pertama mulai beroperasi antara
Liverpool dan Manchester pada 1830. Sepuluh tahun kemudian,
jadwal kereta kali pertama dikeluarkan. Kereta-kereta itu jauh
lebih cepat ketimbang kereta-kereta lama, jadi perbedaan aneh
jam-jam lokal pun menjadi kekacauan yang parah. Pada 1847,
perusahaan-perusahaan kereta Inggris berunding dan setuju
bahwa semua jadwal kereta api harus dikalibrasi menurut waktu
Observatorium Greenwich, bukan menurut waktu lokal Liverpool,
Manchester, atau Glasgow. Lalu, bertambah terus institusi yang
mengikuti cara perusahaan-perusahaan kereta. Akhirnya, pada
1880, pemerintah Inggris mengambil langkah pertama melegislasi
bahwa semua jadwal di Inggris harus mengikuti Greenwich.
Untuk kali pertama dalam sejarah, sebuah negara mengadopsi
satu waktu nasional dan mewajibkan seluruh populasinya hidup
menurut jam artifisial, bukan jam lokal atau menurut siklus
terbit-terbenamnya Matahari.
Sebuah Revolusi Permanen
421
Permulaan yang sederhana ini melahirkan jaringan global
jadwal, yang diselaraskan sampai ke bagian terkecil, detik.
saat media siaran—pertama radio, kemudian televisi—mulai
bercokol, mereka memasuki sebuah dunia jadwal dan menjadi
pendorong utama dan juru dakwahnya. Di antara hal-hal pertama
yang disiarkan stasiun radio yaitu sinyal, yaitu bunyi yang
memungkinkan permukiman-permukiman nun terpencil jauh
dan kapal-kapal di laut bisa menyetel jam. Belakangan, stasiun-
stasiun radio mengadopsi kebiasaan penyiaran berita setiap jam.
Kini, item pertama setiap siaran berita—bahkan lebih penting
ketimbang meletusnya perang—yaitu waktu. Saat Perang Dunia
Kedua, BBC News disiarkan ke Eropa yang diduduki Nazi.
Setiap acara berita dimulai dengan siaran langsung Big Ben yang
mendentangkan jam—suara ajaib kebebasan.
Para ahli fisika mumpuni Jerman menemukan satu cara untuk
memastikan kondisi cuaca di London berdasarkan perbedaan kecil
dalam nada siaran ding-dong. Informasi ini menyumbangkan
bantuan tak ternilai bagi Luftwaffe. saat Dinas Rahasia Inggris
mengetahui ini, mereka mengganti siaran langsung dengan
seperangkat rekaman dari jam terkenal itu.
Dalam rangka menjalankan jaringan jadwal, jam-jam portabel
murah namun tepat tersedia di mana-mana. Di kota-kota Assyria,
Sassanid, atau Inca mungkin sudah ada jam Matahari. Di kota-
kota Eropa abad pertengahan, biasanya ada satu jam tunggal—
mesin raksasa yang bercokol di puncak sebuah menara di alun-
alun kota. Jam-jam menara ini sangat tidak akurat, namun sebab
tidak ada jam lain di kota itu yang bertentangan dengannya, jadi
tidak ada bedanya. Kini, satu keluarga tunggal yang makmur
biasanya punya lebih banyak jam di rumah ketimbang satu negara
pada era abad pertengahan. Anda bisa menyebutkan jam dengan
melihat jam tangan, melirik Android Anda, menatap jam alarm
di samping tempat tidur, melihat jam dinding dapur, melihat
microwave, dari pesawat TV atau DVD, atau melihat sudut layar
monitor komputer. Malah, Anda mungkin perlu bersusah payah
untuk tidak mau tahu pukul berapa sekarang.
422
Biasanya orang melihat jam beberapa kali sehari sebab
hampir semua hal yang kita lakukan harus dilakukan tepat
waktu. Sebuah jam alarm membangunkan kita pukul 07.00
pagi, kita memanaskan bagel beku tepat 50 detik di microwave,
menyikat gigi selama 3 menit sampai terdengar sikat gigi elektrik
berbunyi, mencegat kereta pukul 07.40 menuju tempat kerja,
berlari di treadmill di klub fitnes sampai alat memberi tahu waktu
0,5 jam sudah selesai, duduk di depan TV pukul 07.00 sore
menonton acara favorit, yang terputus oleh tayangan iklan yang
sudah dirancang dengan harga $1.000 per detik, dan akhirnya
menumpahkan semua unek-unek kepada seorang terapis yang
membatasi ocehan kita dengan standar layanan terapi 50 menit.
Revolusi Industri membawa puluhan kehebohan besar
dalam warga manusia. Beradaptasi dengan waktu industrial
hanyalah salah satu di antaranya. Contoh-contoh lain yang
terkenal yaitu urbanisasi, hilangnya kaum tani, bangkitnya
proletariat industri, pemberdayaan orang biasa, demokratisasi,
budaya anak muda, dan disintegrasi patriarki.
namun semua kehebohan ini tak ada apa-apanya
dibandingkan dengan revolusi sosial paling menumental yang
pernah menimpa manusia: runtuhnya keluarga dan komunitas
lokal yang digantikan oleh negara dan pasar. Sepanjang yang bisa
kita ketahui, dari masa-masa paling awal, lebih dari 1 juta tahun
lalu, manusia hidup dalam komunitas-komunitas kecil yang intim,
sebagian besar anggotanya berkerabat. Revolusi Kognitif dan
Revolusi Agrikultur tidak mengubah itu. Keduanya mengeratkan
keluarga dan warga untuk menciptakan suku-suku, kota-
kota, kerajaan-kerajaan, dan imperium-imperium, namun keluarga
dan komunitas tetap menjadi bata bangunan semua warga
manusia. Revolusi Industri, di sisi lain, berhasil dalam waktu
hanya sekitar dua abad untuk meruntuhkan bata-bata bangunan
ini menjadi atom-atom. Sebagian besar fungsi-fungsi tradisional
keluarga dan warga diserahkan pada negara dan pasar.
Sebuah Revolusi Permanen
423
Runtuhnya Keluarga dan warga
Menjelang Revolusi Industri, kehidupan sehari-hari sebagian besar
manusia berlangsung dalam tiga kerangka kuno: keluarga nuklir,
keluarga besar, dan komunitas intim lokal*. Sebagian besar orang
bekerja dalam bisnis keluarga—pertanian keluarga atau bengkel
keluarga, misalnya—atau mereka bekerja dalam bisnis keluarga
tetangga mereka. Keluarga juga menjadi sistem kesejahteraan,
sistem kesehatan, sistem pendidikan, industri konstruksi, serikat
buruh, dana pensiun, perusahaan asuransi, radio, televisi, surat
kabar, bank, dan bahkan kepolisian.
saat seseorang sakit, keluarga merawat mereka. saat
seseorang menua, keluarga mendukungnya, dan anak-anak mereka
yaitu dana pensiun mereka. saat seseorang meninggal dunia,
keluarga mengurus para yatim. Jika seseorang ingin membangun
sebuah gubuk, keluarga mengulurkan tangan. Jika seseorang ingin
membuka bisnis, keluarga mengumpulkan uang yang diperlukan.
Jika seseorang ingin menikah, keluarga memilihkan, atau paling
tidak meneliti calon pasangannya. Jika konflik muncul dengan
tetangga, keluarga turut membantu. Jika sakitnya seseorang
terlalu parah untuk diurus keluarga atau sebuah bisnis baru
menuntut investasi terlalu besar, atau pertengkaran tetangga
memanas sampai ke titik kekerasan, komunitas lokal datang
untuk menyelamatkan.
Komunitas menawarkan bantuan atas dasar tradisi lokal dan
ekonomi kemanfaatan, yang sering berbeda sangat jauh dari
hukum persediaan dan permintaan dalam pasar bebas. Dalam
suatu komunitas gaya lama abad pertengahan, saat tetangga
saya membutuhkan bantuan, saya membantu membangun
gubuknya dan menjaga domba-dombanya, tanpa mengharapkan
pembayaran sebagai imbalan. saat saya yang butuh bantuan,
tetangga saya bergantian memberi bantuan. Pada saat yang sama,
penguasa lokal mungkin sudah menyiagakan kami semua sebagai
penduduk untuk membangun istananya tanpa bayaran sepeser
* Satu “komunitas intim” yaitu kelompok orang-orang yang saling mengenal
dengan baik dan saling bergantung untuk bertahan hidup.
424
pun. Sebagai imbalannya, kami bergantung kepadanya untuk
membela kami melawan kawanan perampok atau gerombolan
barbar. Ada pasar, tentu saja, namun perannya sangat terbatas.
Anda bisa membeli bumbu, pakaian, dan peralatan yang langka,
dan menyewa jasa pengacara dan dokter. Namun, kurang dari
10 persen produk-produk dan jasa yang umum dipakai dibeli
di pasar. Sebagian besar kebutuhan manusia ditangani oleh
keluarga dan komunitas.
Ada juga kerajaan-kerajaan dan imperium-imperium yang
menjalankan tugas-tugas penting seperti melancarkan perang,
membangun jalan-jalan, dan membangun istana-istana. Untuk
keperluan-keperluan ini, para raja mengumpulkan pajak dan
kadang-kadang memerintahkan para tentara dan buruh. Namun,
dengan beberapa pengecualian, mereka cenderung berada di
luar urusan keseharian keluarga dan komunitas. Sekalipun
jika mereka ingin mengintervensi, sebagian besar raja hanya
bisa melakukannya dengan susah payah. Ekonomi-ekonomi
agrikultur tradisional tak banyak punya surplus, yang dengan
itulah kalangan pejabat pemerintah, polisi, pekerja sosial, guru,
dan dokter mendapat makan. Akibatnya, sebagian besar penguasa
tidak mengembangkan secara massal sistem kesejahteraan, sistem
kesehatan, atau sistem pendidikan. Mereka menyerahkan urusan-
urusan semacam itu kepada keluarga dan komunitas. Bahkan,
dalam kasus-kasus yang sangat langka saat penguasa berusaha
mengintervensi lebih jauh urusan kehidupan sehari-hari petani
(seperti yang terjadi, misalnya, dalam Imperium Qin di China),
mereka melakukannya dengan menjadikan para pemimpin
keluarga dan sesepuh komunitas menjadi agen-agen pemerintah.
Cukup sering, kesulitan-kesulitan transportasi dan komunikasi
begitu menyulitkan untuk mengintervensi urusan komunitas-
komunitas terpencil sehingga kerajaan lebih suka menyerahkan
saja, bahkan untuk hak-hak prerogatif kerajaan yang paling
dasar—seperti pajak dan kekerasan—kepada komunitas. Imperium
Ottoman, misalnya, membiarkan dendam-dendam keluarga
dibalaskan ketimbang mendukung suatu kekuatan polisi kerajaan
yang besar. Jika sepupu saya membunuh seseorang, saudara
korban mungkin membunuh saya sebagai pembalasan yang
Sebuah Revolusi Permanen
425
disepakati. Sultan di Istanbul atau bahkan pasha provinsi tidak
mengintervensi dalam bentrokan seperti itu, sepanjang kekerasan
dalam batas-batas yang bisa diterima.
Dalam Imperium Ming China (1368–1644), penduduk
diorganisasi dalam sistem baojia. Sepuluh keluarga dikelompokkan
untuk membentuk satu jia, dan sepuluh jia menjadi satu bao.
saat seorang anggota satu bao melakukan kejahatan, anggota
bao lainnya bisa dihukum sebab itu, terutama pada tetua bao.
Pajak juga dibebankan pada bao, dan menjadi tanggung jawab
para tetua bao, bukan pejabat negara, untuk menilai situasi setiap
keluarga dan menentukan jumlah pajak yang harus dibayar. Dari
perspektif imperium, sistem ini memberi keuntungan besar. Bukan
dengan mengerahkan ribuan pejabat pengumpul pendapatan
pengumpul pajak, yang memonitor pendapatan dan biaya setiap
keluarga, tugas-tugas ini diserahkan kepada para tetua komunitas.
Para tetua tahu berapa nilai setiap penduduk dan mereka biasanya
bisa menerapkan pembayaran pajak tanpa melibatkan pasukan
kerajaan. Banyak kerajaan dan imperium yang sesungguhnya
tak ubahnya raket-raket proteksi besar. Raja yaitu capo di
tutti capi yang mengumpulkan uang perlindungan, dan sebagai
imbalannya memastikan sindikat kejahatan dan preman-preman
kecil di sekelilingnya tidak mengganggu mereka yang ada dalam
perlindungannya. Tak banyak lainnya yang dilakukan raja.
Kehidupan di jantung keluarga dan komunitas jauh dari
ideal. Keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas bisa menindas
para anggotanya tak kalah brutal dari negara-negara dan pasar
modern, dan dinamika internal mereka sering penuh ketegangan
dan kekerasan—namun orang-orang tak punya banyak pilihan.
Seseorang yang kehilangan keluarga dan komunitas sekitar
tahun 1750 sama nasibnya dengan orang mati. Dia tak punya
pekerjaan, tak punya pendidikan, dan tak punya dukungan
pada saat sakit dan tertekan. Tak seorang pun mau meminjami
uang atau membela jika dia sedang kesulitan. Tak ada polisi,
tak ada pekerja sosial, dan tak ada pendidikan wajib. Agar bisa
bertahan, orang seperti itu harus cepat menemukan alternatif
keluarga atau komunitas. Anak laki-laki dan perempuan yang
lari dari rumah, paling banter, bisa berharap menjadi pembantu
426
di keluarga baru. Yang paling buruk, ada angkatan perang atau
rumah bordil.
Semua ini berubah secara dramatis dalam dua abad terakhir.
Revolusi Industri memberi pasar kekuatan baru yang sangat
besar, yang diberikan oleh negara dengan sarana komunikasi dan
transportasi baru, dan kepada pemerintahan diserahkan suatu
pasukan pekerja, guru, polisi, dan pekerja sosial. Pada mulanya
pasar dan negara mendapati jalur mereka diadang oleh keluarga-
keluarga dan komunitas-komunitas tradisional yang kurang
begitu suka dengan intervensi dari luar. Para orangtua dan tetua
komunitas enggan membiarkan generasi muda diindoktrinasi
oleh sistem pendidikan nasionalis, untuk diwajib-militerkan atau
dijadikan kaum proletar urban yang tak punya akar.
Seiring waktu berlalu, negara dan pasar memakai
kekuatan mereka yang tumbuh untuk memperlemah ikatan-
ikatan tradisional keluarga dan komunitas. Negara mengirim
polisinya untuk menghentikan dendam-dendam keluarga dan
menggantinya dengan keputusan-keputusan pengadilan. Pasar
mengirim para penjajanya untuk menyapu tradisi-tradisi lokal
yang sudah berlangsung lama dan menggantinya dengan gaya-
gaya komersial yang berubah-ubah. Namun, itu tidak cukup.
Agar benar-benar meruntuhkan kekuatan keluarga dan komunitas,
negara dan pasar membutuhkan bantuan pilar kelima.
Negara dan pasar mendekati orang-orang dengan tawaran
yang tak bisa ditolak. “Menjadi individu-individu,” kata mereka.
“Nikahi siapa pun yang kau inginkan, tanpa minta izin dari kedua
orangtuamu. Ambil pekerjaan apa pun yang cocok denganmu,
sekalipun para tetua komunitas merengut. Hidup dengan
cara apa pun yang kamu inginkan, sekalipun kamu tidak bisa
makan malam bersama keluarga setiap pekan. Kamu tidak lagi
bergantung pada keluargamu atau komunitasmu. Kamilah, negara
dan pasar, yang akan mengurus kamu. Kami akan menyediakan
makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan,
dan pekerjaan. Kami akan menyediakan pensiun, asuransi, dan
perlindungan.”
Sastra romantik sering mengetengahkan individu sebagai
seseorang yang terjebak dalam perjuangan melawan negara dan
Sebuah Revolusi Permanen
427
pasar. Tak ada yang lebih jauh dari kebenaran. Negara dan pasar
yaitu ibu dan ayah bagi individu, dan individu bisa bertahan
hidup hanya berkat keduanya. Pasar memberi kita pekerjaan,
asuransi, dan pensiun. Jika kita ingin mempelajari sebuah profesi,
sekolah-sekolah pemerintah siap mengajarimu. Jika kita ingin
membuka bisnis, bank meminjami kita uang. Jika kita ingin
membangun rumah, perusahaan konstruksi membangunnya
dan bank memberi kita surat utang, yang dalam kasus-kasus
tertentu disubsidi atau diasuransi oleh negara. Jika kekerasan
melanda, polisi melindungi kita. Jika kita sakit selama beberapa
hari, jaminan sosial datang membantu. Jika kita membutuhkan
bantuan detik demi detik, kita bisa pergi ke pasar dan menyewa
seorang perawat—biasanya orang asing dari belahan dunia lain
yang mengurusi kita dengan bentuk pengabdian yang tak bisa
kita harapkan dari anak-anak kita. Jika kia punya sarananya, kita
bisa menghabiskan tahun-tahun emas di rumah warga usia lanjut.
Otoritas pajak memperlakukan kita sebagai individu-individu,
dan tidak berharap kita membayar pajak tetangga. Pengadilan
juga melihat kita sebagai individu, dan tidak pernah menghukum
kita atas kejahatan yang dilakukan oleh sepupu kita.
Tidak hanya laki-laki dewasa, namun juga perempuan dan
anak-anak, diakui sebagai individu. Hampir sepanjang sejarah,
perempuan sering dipandang sebagai properti keluarga atau
komunitas. Negara-negara modern, di sisi lain, memandang
perempuan sebagai individu, menikmati hak-hak ekonomi dan
hukum yang independen dari keluarga maupun komunitas
mereka. Mereka bisa memiliki rekening bank, memutuskan
dengan siapa menikah, dan bahkan memilih untuk cerai atau
hidup dengan kemampuan sendiri.
namun pembebasan individu tentu ada harganya.
Banyak di antara kita kini meratapi hilangnya keluarga-keluarga
dan komunitas-komunitas yang kuat dan merasa teralienasi
serta terancam oleh kekuasaan negara yang impersonal, dan
pasar mengendalikan hidup kita. Negara dan pasar yang berisi
individu-individu teralienasi bisa mengintervensi kehidupan para
anggotanya jauh lebih mudah ketimbang negara dan pasar yang
berisi keluarga-keluarga serta komunitas-komunitas yang kuat.
428
saat para tetangga dalam sebuah bangunan apartemen tinggi
menjulang tidak bisa menyepakati bahkan soal berapa yang harus
dibayar untuk pesuruh mereka, bagaimana bisa kita berharap
mereka melawan negara?
Kesepakatan antara negara, pasar, dan individu yaitu
kesepakatan yang tidak menyenangkan. Negara dan pasar tidak
sepakat tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban alamiah mereka,
dan individu-individu mengeluh bahwa keduanya menuntut
terlalu banyak namun memberi terlalu sedikit. Dalam banyak
kasus individu-individu dieksploitasi oleh pasar, dan negara
mempekerjakan tentaranya, pasukan polisinya dan birokrasinya
untuk menuntut individu-individu, bukan membelanya. Namun,
luar biasa bahwa kesepakatan ini bekerja—betapa pun tidak
sempura. Sebab, hal ini telah menerobos pengaturan-pengaturan
sosial manusia yang sudah berjalan dalam generasi-generasi yang
tak terhitung jumlahnya. Jutaan tahun evolusi telah mendesain
kita untuk hidup dan berpikir sebagai anggota-anggota komunitas.
Hanya dalam waktu dua abad kita sudah menjadi individu-
individu teralienasi. Tak ada yang memberi kesaksian lebih baik
tentang hebatnya kekuatan kultur.
Keluarga nuklir memang tidak lenyap sama sekali dari
lanskap modern. saat negara dan pasar mengambil sebagian
besar peran ekonomi dan politik keluarga, sebagian fungsi-
fungsi emosionalnya yang penting tetap dipertahankan. Keluarga
modern masih diharuskan menyediakan kebutuhan-kebutuhan
intim, yang negara dan pasar (sejauh ini) tidak mampu berikan.
Namun, bahkan dalam hal ini keluarga semakin menjadi sasaran
intervensi. Pasar membentuk pada skala yang lebih besar cara
orang melakukan kehidupan romantik dan seksual mereka.
Secara tradisional keluarga yaitu penentu jodoh utama, kini
pasar yang membentuk pilihan-pilihan romantik dan seksual
kita, kemudian mengulurkan tangan dengan imbalan—ongkos
yang sangat mahal. Dulu kedua calon pengantin bertemu dalam
ruang tamu keluarga, dan uang berpindah tangan dari seorang
ayah ke ayah yang lain. Kini pelaminan berada di bar dan kafe,
dan uang berpindah dari tangan pengantin ke para pembantu.
Bahkan, semakin banyak uang yang ditransfer ke rekening bank
Sebuah Revolusi Permanen
429
milik perancang busana, manajer pusat kebugaran, ahli diet, ahli
kosmetik, dan dokter operasi plastik, yang membantu kita datang
ke kafe agar bisa tampil semirip mungkin dengan kecantikan
ideal ala pasar.
Negara juga mengawasi lebih ketat hubungan-hubungan
keluarga, terutama antara orangtua dan anak-anak. Orangtua
diwajibkan mengirim anak mereka untuk dididik oleh negara.
Orangtua yang sangat kejam atau kasar kepada anak-anak mereka
bisa dicegah oleh negara. Jika diperlukan, negara bahkan bisa
memenjarakan orangtua atau memindahkan hak perwalian anak-
anak mereka kepada keluarga kerabatnya. Belum terlalu lama,
pandangan bahwa negara harus mencegah orangtua memukuli
atau mempermalukan anak mereka ditolak sebagai sesuatu yang
menggelikan dan tak akan bisa berjalan. Di sebagian besar
warga , otoritas keorangtuaan yaitu sakral. Penghormatan
dan kepatuhan kepada orangtua yaitu nilai-nilai yang paling
dijunjung tinggi, dan orangtua bisa melakukan hampir semua hal
yang mereka inginkan, termasuk membunuh bayi-bayi mereka
yang baru lahir, menjual anak ke perbudakan, dan menikahkan
putrinya ke laki-laki yang usianya dua kali usia putri mereka.
Kini, otoritas keorangtuaan sudah mundur sepenuhnya. Kaum
muda semakin leluasa untuk tidak mematuhi para sesepuh
430
mereka, sementara para orangtua disalahkan atas apa pun yang
tidak baik yang menimpa anak-anak mereka. Ibu dan Ayah sudah
siap untuk undur diri di ruang pengadilan Freudian sebagaimana
para terdakwa di pengadilan sandiwara Stalinis.
Komunitas-Komunitas yang
Diimajinasikan
Sebagaimana keluarga nuklir, komunitas tidak bisa benar-benar
hilang dari dunia tanpa penggantian unsur emosional. Pasar dan
negara kini menyediakan sebagian besar kebutuhan material
yang dulu disediakan oleh komunitas, namun pasar juga harus
memasok ikatan-ikatan kesukuan.
Pasar dan negara juga melakukan itu dengan memperkuat
“komunitas-komunitas yang diimajinasikan” yang berisi jutaan
orang-orang asing, dan yang dibentuk untuk kebutuhan-kebutuhan
nasional dan komersial. Sebuah komunitas yang diimajinasikan
yaitu komunitas orang-orang yang benar-benar tidak saling
mengenal, namun mereka mengimajinasikan bahwa mereka
saling mengenal. Komunitas-komunitas semacam itu bukan
sebuah penemuan baru. Kerajaan-kerajaan, imperium-imperium,
dan gereja-gereja berfungsi selama beribu-ribu tahun sebagai
komunitas-komunitas yang diimajinasikan. Pada era China kuno,
puluhan juta orang memandang diri sebagai anggota satu keluarga
tunggal, dengan kaisar sebagai ayahnya. Pada abad pertengahan,
jutaan pengikut Islam membayangkan bahwa mereka semua
bersaudara dalam kumunitas besar Islam. Namun, sepanjang
sejarah, komunitas-komunitas yang diimajinasikan semacam itu
memainkan biola sekunder dalam komunitas-komunitas intim
beberapa puluh orang yang saling mengenal dengan baik.
Komunitas-komunitasi intim itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
emosional para anggotanya dan menjadi bagian esensial bagi
keberlangsungan hidup dan kesejahteraan setiap orang. Dalam
dua abad terakhir, komunitas-komunitas intim telah layu,
membiarkan komunitas-komunitas yang diimajinasikan untuk
Sebuah Revolusi Permanen
431
mengisi kevakuman emosional.
Dua contoh yang paling penting tentang munculnya
komunitas-komunitas yang diimajinasikan seperti itu yaitu
negara dan suku konsumen. Negara yaitu komunitas yang
diimajinasikan dari pasar. Keduanya yaitu komunitas yang
diimajinasikan sebab tidak mungkin bagi semua konsumen
dalam sebuah pasar atau seluruh rakyat satu negara benar-benar
saling mengenal sebagaimana para penduduk kampung saling
mengenal pada masa lampau. Tidak ada orang Jerman yang
mengenal secara intim 80 juta penduduk lainnya yang menghuni
negara Jerman, atau 500 juta konsumen yang menghuni Pasar
Bersama Eropa (yang berevolusi mula-mula menjadi Komunitas
Eropa dan akhirnya menjadi Uni Eropa).
Konsumerisme dan nasionalisme kerja lembur untuk membuat
kita mengimajinasikan bahwa jutaan orang asing yaitu milik
komunitas yang sama dengan kita, bahwa kita semua memiliki
kesamaan masa lalu, kepentingan bersama, dan masa depan
bersama. Ini bukan kebohongan. Ini yaitu imajinasi. Seperti
uang, perusahaan-perusahaan liabilitas terbatas, dan hak-hak
asasi manusia, negara, dan suku konsumen yaitu realitas-realitas
intersubjektif. Semua itu hanya ada dalam imajinasi kolektif,
namun kekuatannya luar biasa besar. Sepanjang jutaan orang
Jerman meyakini eksistensi sebuah negara Jerman, senang dengan
melihat lambang-lambang nasional Jerman, menuturkan ulang
mitos-mitos nasional Jerman, dan bersedia berkorban untuk
uang, waktu, dan tenaga untuk negara Jerman, Jerman akan
tetap menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia.
Negara berusaha keras untuk menyembunyikan karakter
yang diimajinasikan. Sebagian besar negara memandang bahwa
mereka yaitu entitas natural dan abadi, yang diciptakan dalam
suatu masa primordial melalui penyatuan tanah dan bumi pertiwi
dengan darah penduduknya. Namun, klaim-klaim semacam itu
biasanya dibesar-besarkan. Negara ada dalam masa lalu yang jauh,
namun maknanya jauh lebih kecil ketimbang masa kini sebab
makna negara memang jauh lebih kecil. Seorang penduduk
Nuremberg abad pertengahan mungkin merasakan suatu loyalitas
pada negara Jerman, namun dia merasakan loyalitas yang lebih
432
besar pada keluarga dan komunitasnya, yang mengurus hampir
semua kebutuhan dia. Lebih dari itu, apa pun makna yang
mungkin dimiliki negara masa kuno, sedikit yang bisa bertahan.
Sebagian besar negara yang ada sekarang baru berevolusi setelah
Revolusi Industri.
Timur Tengah memberi contoh yang berlimpah. Suriah,
Lebanon, Yordania, dan Irak yaitu produk dari perbatasan-
perbatasan serampangan yang digambar dalam pasir oleh para
diplomat Prancis dan Inggris, yang mengabaikan sejarah, geografi,
dan ekonomi lokal. Para diplomat ini memutuskan pada 1918
bahwa rakyat Kurdistan, Baghdad, dan Basra menjadi “rakyat
Irak”. Prancislah terutama yang memutuskan siapa yang menjadi
Suriah dan siapa yang menjadi Lebanon. Saddam Hussein dan
Hafez al-Assad berusaha keras untuk mempromosikan dan
memperkuat kesadaran kebangsaan yang diciptakan oleh Inggris-
Prancis, namun pidato-pidato bombastis mereka tentang bayangan
negara Irak dan Suriah yang abadi memiliki sebuah kekurangan.
Tak perlu dikatakan bahwa negara tidak bisa diciptakan dari
udara tipis. Mereka yang bekerja keras untuk mengonstruksi
Irak atau Suriah memakai bahan-bahan baku riil historis,
geografis, dan kultural—sebagian di antaranya sudah berabad-abad
dan beribu-ribu tahun usianya. Saddam Hussein mengkooptasi
warisan kekhalifahan Abbasiyah dan Imperium Babylonia, bahkan
menamai salah satu kesatuan lapis bajanya Divisi Hammurabi.
Meskipun demikian, hal itu tidak menjadikan negara Irak sebuah
entitas kuno. Jika saya memanggang kue dari terigu, minyak,
dan gula, yang semuanya sudah ada di dapur selama 2 tahun
terakhir, itu tidak berarti bahwa kue itu sendiri berusia 2 tahun.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, komunitas-komunitas
kebangsaan semakin tertutup oleh suku-suku konsumen yang
tidak saling mengenal secara intim, namun memiliki kesamaan
kebiasaan konsumsi dan kepentingan sehingga menjadi bagian
dari suku konsumen yang sama—dan mendefinisikan diri seperti
itu. Ini kedengaran sangat aneh, namun kita memang dikelilingi
oleh contoh-contoh. Para fans Madonna, misalnya, merupakan
sebuah suku konsumen. Mereka mendefinisikan diri terutama
dalam hal berbelanja. Mereka membeli tiket-tiket konser, CD,
Sebuah Revolusi Permanen
433
poster, baju, dan nada dering Madonna, dan dengan itulah
mereka mendefinisikan diri. Para penggemar Manchester United,
kaum vegetarian, dan pencinta lingkungan yaitu contoh-contoh
lain. Mereka juga didefinisikan, yang paling penting, dengan
apa yang mereka konsumsi. Inilah intisari dari identitas mereka.
Seorang vegetarian Jerman mungkin lebih suka menikahai seorang
vegetarian Prancis ketimbang seorang Jerman pemakan daging.
Tetap Mobile
Revolusi-revolusi dalam 2 abad terakhir ini berlangsung begitu
cepat dan radikal sehingga mengubah sebagian besar sifat
tatanan sosial. Secara tradisional, tatanan sosial bersifat keras
dan kaku. “Tatanan” memiliki makna stabilitas dan kontinuitas.
Revolusi-revolusi sosial yang cepat itu luar biasa, dan sebagian
besar transformasi sosial dihasilkan dari akumulasi langkah-
langkah kecil yang banyak. Manusia cenderung berasumsi
bahwa struktur sosial itu kaku dan abadi. Keluarga-keluarga
dan komunitas-komunitas mungkin harus berjuang keras untuk
mengubah tempat mereka dalam tatanan, namun ide bahwa Anda
bisa mengubah struktur fundamental tatanan yaitu sesuatu yang
asing. Orang cenderung merekonsiliasi diri ke dalam status quo,
mendeklarasikan bahwa “memang dulu selalu begini, dan akan
selalu begini”.
Dalam 2 abad terakhir, kecepatan perubahan menjadi begitu
pesat sehingga tatanan sosial menjadi dinamis dan bersifat lunak.
Kini tatanan ada dalam keadaan mengalir secara permanen. saat
kita bicara tentang revolusi-revolusi modern, kita cenderung
berpikir tentang tahun 1789 (Revolusi Prancis), 1848 (Revolusi
Liberal), atau 1917 (Revolusi Rusia). Namun, faktanya yaitu
bahwa hari-hari ini setiap tahun yaitu revolusioner. Kini, bahkan
seorang yang berusia 30 tahun bisa dengan jujur menceritakan
kepada para remaja yang terkesima, “Saat saya muda, dunia
benar-benar berbeda.” Internet, misalnya, baru dipakai secara
meluas pada awal 1990-an, belum genap 20 tahun lalu. Kini
kita tidak bisa membayangkan dunia tanpa internet.
434
Oleh sebab itu, setiap upaya untuk mendefinisikan
sifat warga modern tak ubahnya mendefinsikan
warna bunglon. Satu-satunya sifat yang bisa dengan pasti
yaitu perubahan terus-menerus. Orang-orang menjadi terbiasa
dengan ini, dan sebagian besar kita berpikir tentang tatanan sosial
sebagai sesuatu yang fleksibel, yang bisa kita rekayasa dan kita
perbaiki sesukanya. Janji utama penguasa-penguasa pramodern
yaitu melindungi tatanan tradisional atau bahkan kembali ke
masa-masa keemasan yang sudah hilang. Dalam 2 abad terakhir
ini, mata uang politik yaitu janji untuk menghancurkan dunia
lama dan membangun dunia baru yang lebih baik sebagai
gantinya. Bahkan, partai-partai politik yang paling konservatif
tak ada yang bertekad untuk membiarkan keadaan sebagaimana
adanya. Setiap orang menjanjikan reformasi sosial, reformasi
pendidikan, reformasi ekonomi—dan mereka sering memenuhi
janji-janji mereka.
Sebagaimana para ahli geologi berharap bahwa gerakan-
gerakan tektonik akan menghasilkan gempa Bumi dan erupsi-
erupsi vulkanik, begitu pula kita bisa berharap gerakan-gerakan
sosial drastis akan menghasilkan ledakan-ledakan kekerasan
berdarah. Sejarah politik abad ke-19 dan ke-20 sering diceritakan
sebagai serangkaian perang mematikan, holocaus dan revolusi-
revolusi. Seperti seorang anak yang mengenakan sepatu bot yang
melompat dari satu genangan ke genangan lain, pandangan ini
melihat sejarah sebagai katak yang melompat dari satu tumpahan
darah ke tumpahan darah berikutnya, dari Perang Dunia Pertama
ke Perang Dunia Kedua ke Perang Dingin, dari genosida Armenia
ke genosida Yahudi ke genosida Rwanda, dari Robespierre ke
Lenin ke Hitler.
Ada kebenaran di sini, namun semua daftar bencana yang
terlalu terkenal ini yaitu sesuatu yang menyesatkan. Kita fokus
terlalu banyak pada genangan dan melupakan tanah kering yang
memisahkan genangan-genangan itu. Era modern akhir telah
menyaksikan level-level tanpa preseden tidak hanya kekerasan
dan kengerian, namun juga perdamaian dan ketenangan. Charles
Dickens menulis Revolusi Prancis bahwa “Itu masa terbaik, itu
Sebuah Revolusi Permanen
435
masa terburuk”. Yang mana pun bisa benar, tidak hanya Revolusi
Prancis, namun juga seluruh era yang dilaluinya.
Itu terutama benar untuk tujuh dekade yang berlalu sejak
akhir Perang Dunia Kedua. Dalam periode ini manusia untuk
kali pertama menghadapi kemungkinan swanihilisasi sempurna
dan mengalami perang-perang dan genosida-genosida aktual
yang cukup besar jumlahnya. Namun, dekade-dekade ini juga
merupakan era yang paling damai dalam sejarah manusia—dan
dengan selisih yang besar. Ini mengejutkan sebab pada dekade-
dekade yang sama ini pula lah terjadi perubahan ekonomi, sosial,
dan politik yang lebih banyak ketimbang era-era sebelumnya.
Lempengan tektonik sejarah sedang bergerak dalam kecepatan
menggila, namun gunung-gunungnya lebih banyak diam. Tatanan
elastik baru tampaknya bisa berisi dan bahkan menginisiasi
perubahan-perubahan struktural radikal tanpa jatuh ke dalam
konflik kekerasan.3
Perdamaian pada Masa Kita
Sebagian besar orang tidak mengapresiasi betapa damainya era
tempat kita hidup di dalamnya. Tak seorang pun kita yang
hidup seribu tahun lalu sehingga kita dengan mudah melupakan
betapa lebih keras dunia masa itu. Dan, saat semakin jarang,
semakin besar pula perhatian kita pada perang yang terjadi.
Banyak orang berpikir tentang perang yang melanda Afganistan
dan Irak hari ini ketimbang tentang perdamaian yang dirasakan
rakyat Brasil dan India.
Yang lebih penting, kita lebih mudah tergugah pada individu-
individu yang menderita ketimbang pada seluruh populasi.
Meskipun demikian, agar dapat memahami proses-proses historis
makro, kita perlu menguji statistik massa ketimbang cerita-
cerita individual. Pada tahun 2000, perang-perang memicu
kematian 310.000 individu, dan kejahatan kekerasan membunuh
520.000 lainnya. Setiap korban yaitu sebuah dunia yang
dihancurkan, sebuah keluarga yang runtuh, sahabat dan kerabat
yang ketakutan dalam hidup. Namun, dari perspektif makro,
436
830.000 korban ini hanyalah 1,5 persen dari 56 juta orang yang
meninggal pada tahun 2000. Tahun itu, 1,26 juta orang mati
dalam kecelakaan mobil (2,25 persen dari total angka kematian)
dan 815.000 orang melakukan bunuh diri (1,45 persen).4
Angka-angka untuk tahun 2002 bahkan lebih mengejutkan.
Dari 57 juta orang yang mati, hanya 172.000 orang yang
mati dalam perang dan 569.000 mati akibat kejahatan dengan
kekerasan (total 741.000 korban kekerasan manusia). Bandingkan,
873.000 orang bunuh diri.5 Terungkap bahwa pada tahun setelah
serangan 9/11, terlepas dari semua pembicaraan tentang terorisme
dan perang, rata-rata orang lebih berkemungkinan membunuh
dirinya ketimbang dibunuh oleh teroris, tentara, atau pengedar
obat bius.
Di sebagian besar bagian dunia, orang tidur tanpa takut
bahwa pada tengah malam suku tetangganya mungkin mengepung
desa mereka dan membantai setiap orang. Rakyat Inggris yang
bepergian setiap hari dari Nottingham ke London melalui Hotan
Sherwood tanpa takut bahwa satu gang brigade baju hijau akan
menyerang dan merampas uang mereka untuk orang miskin
(atau, yang lebih mungkin, membunuh mereka dan mengambil
uangnya untuk mereka sendiri). Murid-murid tak takut kena
cambuk dari guru mereka, anak-anak tak perlu takut akan dijual
ke pasar budak kalau orangtua mereka tidak mampu membayar
tagihan, dan perempuan tahu bahwa hukum melarang suami
mereka memukuli mereka dan memaksa mereka tetap di rumah.
Di seluruh dunia, ekspektasi-ekspektasi ini semakin terpenuhi.
Susutnya kekerasan terutama disebabkan oleh munculnya
negara. Sepanjang sejarah, sebagian kekerasan bersumber dari
pertengkaran lokal antara keluarga dan komunitas. (Bahkan kini,
seperti yang terlihat pada angka-angka di atas, kejahatan lokal
menjadi ancaman yang jauh lebih mematikan ketimbang perang
internasional.) Seperti yang sudah kita lihat, para petani awal,
yang tak tahu organisasi politik yang lebih besar dari komunitas
lokal, mengalami kekerasan yang merajalela.6 saat kerajaan-
kerajaan dan imperium-imperium menjadi semakin kuat, mereka
menguasai komunitas-komunitas dan level kekerasan menurun.
Dalam kerajaan-kerajaan desentralisasi abad pertengahan Eropa,
Sebuah Revolusi Permanen
437
sekitar 20 sampai 40 orang dibunuh setiap tahun untuk setiap
100.000 penghuni. Dalam beberapa dekade terakhir ini, saat
negara dan pasar telah menjadi luar biasa kuat dan komunitas-
komunitas lenyap, angka kekerasan turun bahkan lebih jauh. Kini
rata-rata global hanya sembilan pembunuhan setiap tahun per
100.000 orang, dan sebagian besar pembunuhan ini terjadi di
negara-negara lemah seperti Somalia dan Kamboja. Di negara-
negara sentralisasi Eropa, rata-rata satu pembunuhan setahun
per 100.000 orang.7
Sudah barang tentu ada kasus-kasus di mana negara
memakai kekuasaan mereka untuk membunuh warganya
sendiri, dan sering terngiang-ngiang dalam memori dan ketakutan
kita. Pada abad ke-20, puluhan juta orang, kalau bukan ratusan
juta orang, dibunuh oleh pasukan keamanan negara. Pun, dari
perspektif makro, pengadilan-pengadilan dan kepolisian yang
dijalankan negara mungkin sudah meningkatkan level keamanan
di seluruh dunia. Bahkan, di negara-negara diktatoran represif,
rata-rata orang modern lebih kecil kemungkinan mati di tangan
orang lain ketimbang pada warga -warga pramodern.
Pada 1964, sebuah kediktatoran militer berdiri di Brasil.
Rezim itu berkuasa sampai 1985. Dalam 20 tahun ini ,
beberapa ribu orang Brasil dibunuh oleh rezim. Ribuan lainnya
dipenjarakan dan disiksa. Namun, bahkan dalam tahun-tahun
terburuk itu, rata-rata warga Brasil di Rio de Janeiro jauh lebih
kecil kemungkinannya mati akibat ulah manusia ketimbang rata-
rata Waorani, Arawete, atau Yanomamo. Waorani, Arawete, dan
Yanomamo yaitu warga asli yang hidup di pedalaman
hutan Amazon, tanpa tentara, polisi, maupun penjara. Studi-
studi antropolitis menunjukkan bahwa antara seperempat sampai
setengah jumlah pria mereka mati cepat atau lambat dalam
konflik kekerasan atas properti, perempuan, atau prestise.8
Pensiun Imperial
Mungkin bisa diperdebatkan apakah kekerasan dalam negara
menurun atau meningkat sejak 1945. Yang tidak bisa dibantah
oleh siapa pun yaitu bahwa kekerasan internasional turun ke
438
titik paling rendah sepanjang masa. Mungkin contoh yang paling
jelas yaitu runtuhnya imperium-imperium Eropa. Sepanjang
sejarah imperium-imperium menumpas pemberontakan dengan
tangan besi, dan saat harinya datang, sebuah imperium yang
sedang tenggelam memakai segala kekuatannya untuk
menyelamatkan diri, biasanya runtuh ke dalam pertumpahan
darah. Kehancuran akhirnya pada umumnya mengarah pada
anarki dan perang-perang suksesi. Sejak 1945, sebagian besar
imperium memilih untuk pensiun dini secara damai. Proses
keruntuhan mereka menjadi relatif cepat, tenang, dan tertib.
Pada 1945 Inggris mengusai seperempat dunia. Tiga puluh
tahun kemudian ia hanya menguasai beberapa pulau kecil.
Dalam dekade-dekade pada tengah masa itu, Inggris mundur dari
koloni demi koloni tanpa memuntahkan banyak tembakan, tanpa
kehilangan ribuan tentara, dan tanpa membunuh banyak orang.
Sekurang-kurangnya, sebagian pujian yang biasanya tertuju pada
Mahatma Gandhi atas kredo non-kekerasannya sesungguhnya
milik Imperium Inggris. Tempat imperium itu diambil alih oleh
gerakan negara-negara merdeka, yang sebagian besar sejak itu
menikmati perbatasan-perbatasan yang stabil dan menikmati
kehidupan damai bersama tetangga-tetangganya. Benar, puluhan
ribu orang musnah di tangan Imperium Inggris yang terancam,
dan beberapa titik panas yang ditinggalkannya menjadi erupsi
konflik etnis yang membunuh ribuan orang (terutama di India).
Namun, kalau dibandingkan dengan rata-rata historis jangka
panjang, penarikan Inggris yaitu sebuah contoh perdamaian
dan ketertiban. Imperium Prancis lebih keras. Keruntuhannya
melibatkan aksi-aksi garis belakang berdarah-daarah di Vietnam
dan Aljazair yang memicu kematian ratusan ribu orang.
Namun, Prancis pun mundur dari jajahannya yang lain dengan
cepat dan damai, meninggalkan negara-negara yang tertib, bukan
negara kacau yang bebas segala-galanya.
Runtuhnya Soviet pada 1989 bahkan lebih damai, terlepas
dari erupsi konflik etnis di Balkan, Kaukasus, dan Asia Tengah.
Belum pernah terjadi sebelumnya sebuah imperium yang demikian
besar hilang begitu cepat dan begitu tenang. Imperium Soviet pada
1989 tidak mengalami kekalahan militer kecuali di Afganistan,
Sebuah Revolusi Permanen
439
tidak ada invasi eksternal, tidak ada pemberontakan, bahkan tidak
ada kampanye besar-besaran pembangkangan sipil ala Martin
Luther King. Soviet masih memiliki jutaan tentara, puluhan ribu
tank dan pesawat terbang, dan senjata nuklir yang cukup untuk
menyapu seluruh manusia beberapa kali. Tentara Merah dan
angkatan perang lain di Pakta Warsawa tetap loyal. Kalau saja
penguasa terakhir Soviet Mikhail Gorbachev, memberi perintah,
Tentara Merah pasti akan menembaki massa yang melawan.
namun elite Soviet, dan rezim-rezim Komunis di
sebagian besar Eropa timur (kecuali Rumania dan Serbia), bahkan
memilih untuk tidak memakai bagian dari kekuatan militer
yang paling kecil sekalipun. saat para anggotanya menyadari
bahwa Komunisme bangkrut, mereka melepas kekuatan, mengakui
kegagalan, mengemasi koper-koper, lalu pulang. Gorbachev
dan para koleganya menyerah tanpa memperjuangkan bukan
hanya penaklukan Soviet di Perang Dunia Kedua, melainkan
juga penaklukan sebelumnya oleh kaum tsar di Baltik, Ukraina,
Kaukasus, dan Asia Tengah. Tak terbayangkan apa yang terjadi
jika Gorbachev berperilaku seperti pimpinan Serbia—atau seperti
Prancis di Aljazair.
Pax Atomica
Negara-negara merdeka yang muncul setelah imperium-imperium
ini banyak yang tidak tertarik pada perang. Dengan sangat sedikit
pengecualian, sejak 1945 negara-negara tidak lagi menginvasi
negara lain dalam rangka menaklukkan dan mencaploknya.
Penaklukan-penaklukan semacam itu sudah menjadi mata pen-
caharian sejarah politik masa lampau yang tak terbayangkan
lagi. Dulu begitulah kebanyakan imperium besar didirikan, dan
cara sebagian besar penguasa dan populasi mempertahankan
keadaan. Namun, kampanye-kampanye penaklukan seperti
Romawi, Mongolia, dan Ottoman tidak bisa terjadi saat ini di
mana pun di dunia. Sejak 1945, tidak ada negara merdeka yang
diakui oleh PBB ditaklukkan dan dihapus dari peta. Perang-
perang internasional terbatas memang masih terjadi dari waktu
440
ke waktu, dan jutaan orang masih mati, namun perang tidak lagi
menjadi norma.
Banyak orang percaya bahwa hilangnya perang internasional
yaitu sesuatu yang unik pada negara-negara demokrasi kaya
Eropa Barat. Faktanya, perdamaian menjangkau Eropa setelah
ia menang dalam bagian-bagian lain di dunia. Jadi, perang
internasional terakhir yang serius antara negara-negara Amerika
Latin yaitu Perang Peru-Ekuador pada 1941 dan Perang Bolivia-
Paraguay pada 1932–1935. Dan sebelum itu, belum ada perang
serius antara negara-negara Amerika Latin sejak 1879 sampai
1884, dengan Chile di satu pihak dan Bolivia bersama Peru di
pihak lain.
Kita jarang memikirkan dunia Arab sesungguhnya sangat
damai. Namun, baru sekali sejak negara-negara Arab meraih
kemerdekaan ada satu negara yang melancarkan invasi besar-
besaran atas negara lain (invasi Irak atas Kuwait pada 1990).
Memang ada beberapa bentrokan perbatasan (misalnya Suriah
versus Yordania pada 1970), banyak intervensi bersenjata dari
salah satu negara atas negara lainnya (misalnya Suriah di
Lebanon), banyak perang saudara (Aljazair, Yaman, Libya) dan
banyak kudeta serta pemberontakan. Namun, di sana belum
ada perang internasional besar-besaran di kalangan negara-
negara Arab kecuali Perang Teluk. Bahkan, perluasan skup yang
mencakup seluruh dunia Muslim hanya menambahkan satu
contoh, Perang Iran-Irak. Tidak ada Perang Turki-Iran, Perang
Pakistan-Afganistan, atau Perang Indonesia-Malaysia.
Keadaan di Afrika memang jauh kurang cerah. Namun, di
sana pun, sebagian besar konflik yaitu perang saudara dan
kudeta. Sejak negara-negara Afrika meraih kemerdekaan pada
1960-an dan 1970-an, sangat sedikit negara yang menginvasi
negara lain dengan harapan dapat menaklukkannya.
Ada periode-periode keadaan yang relatif tenang sebelumnya,
misalnya di Eropa antara tahun 1871 dan 1914, dan semua
selalu berakhir buruk. Namun, masa ini berbeda. Perdamaian
riilnya bukan semata-mata ketiadaan perang. Perdamaian riilnya
yaitu perang memang tidak masuk akal. Tidak pernah terjadi
perdamaian riil di dunia. Antara 1871 sampai 1914, perang Eropa
Sebuah Revolusi Permanen
441
tetap mustahil, dan ekspektasi perang mendominasi pemikiran
tentara, para politisi, dan warga negara biasa sekaligus. Firasat
ini berlaku untuk semua periode damai lainnya dalam sejarah.
Satu hukum besi politik internasional menetapkan, “Bagi setiap
dua negara yang berdekatan, ada skenario yang masuk akal
untuk memicu perang antara keduanya dalam satu tahun.”
Ini hukum rimba yang berlaku pada abad ke-19 Eropa, abad
pertengahan Eropa, dan China kuno, serta Yunani klasik. Jika
Sparta dan Athena berdamai pada 450 SM, ada skenario yang
masuk akal bahwa skenario untuk perang pada tahun 449 SM.
Kini manusia sudah mematahkan hukum rimba ini .
Paling tidak ada perdamaian riil, dan bukan hanya ketiadaan
perang. Bagi sebagian besar negara, tidak ada skenario yang
masuk akal untuk menuju konflik besar-besaran dalam satu
tahun. Apa yang bisa memicu perang antara Jerman dan
Prancis tahun depan? Atau antara China dan Jepang? Atau antara
Brasil dan Argentina? Suatu bentrokan kecil perbatasan mungkin
terjadi, namun hanya benar-benar skenario apokaliptis yang bisa
menghasilkan perang besar-besaran gaya lama pada 2014, di mana
divisi-divisi lapis baja Argentina bergerak ke gerbang Rio, dan
pesawat-pesawat pengebom Brasil menghancurkan perkampungan
Buenos Aires. Perang seperti itu mungkin masih bisa meletus
tahun depan antara sepasang negara, misalnya Israel dan Suriah,
Etiopia, dan Eritrea, atau Amerika Serikat dan Iran, namun ini
semua hanya ekspektasi yang justru membuktikan aturan di atas.
Situasi ini tentu saja bisa berubah pada masa depan, dan
dengan melihat ke belakang, dunia masa kini mungkin tampak
sangat naif. Namun, dari perspektif historis, kenaifan diri kita
sangat menarik. Belum pernah terjadi sebelumnya perdamaian
begitu merata sehingga orang bahkan tidak bisa membayangkan
perang. Para ahli sudah berusaha menjelaskan perkembangan yang
membahagiakan ini dalam Artikel -Artikel dan artikel-artikel, lebih
banyak dari yang mungkin ingin Anda baca, dan mereka sudah
mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi. Pertama dan
yang paling utama, harga perang naik secara dramatis. Hadiah
Nobel Perdamaian tertinggi seharusnya diberikan kepada Robert
Oppenheimer dan rekan-rekannya para arsitek bom atom. Senjata
442
nuklir telah mengubah perang antar negara adidaya menjadi bom
bunuh diri bersama, dan menjadikannya tidak mungkin untuk
mengejar dominasi dunia dengan kekuatan senjata.
Kedua, sementara harga perang meroket, keuntungannya
justru menurun. Hampir sepanjang sejarah, negara-negara bisa
memperkaya diri dengan menjarah atau menganeksasi teritori
musuh. Sebagian besar kekayaan terdiri dari ladang, ternak, budak,
dan emas sehingga mudah untuk menjarah atau mendudukinya.
Kini, kekayaan terdiri dari terutama modal manusia, keterampilan
teknik, dan struktur-struktur sosio-ekonomi yang rumit seperti
bank. Akibatnya, sulit untuk mengelolanya atau memasukkannya
ke dalam teritori negara tertentu.
Bayangkan California. Kekayaannya semula dibangun dengan
pertambangan-pertambangan emas. Namun, kini ia dibangun
dengan silikon dan seluloid—Silicon Valley dan seluloid bukit
Hollywood. Apa yang terjadi jika China melancarkan invasi
bersenjata atas California, mendaratkan satu juta tentara di
pantai San Francisco dan menyerbu ke darat? Mereka hanya
Sebuah Revolusi Permanen
443
mendapat sedikit. Tak ada tambang silikon di Silicon Valley.
Kekayaan berada di pikiran para insinyur Google dan dokter-
dokter naskah Hollywood, para sutradara dan ahli-ahli efek
khusus, yang akan langsung terbang ke Bangalore atau Mumbai
sebelum tank-tank China berderak ke Sunset Boulevard. Bukan
kebetulan bahwa beberapa perang internasional besar-besaran
yang masih terjadi di dunia, seperti invasi Irak atas Kuwait,
terjadi di tempat-tempat di mana kekayaannya masih kekayaan
material gaya lama. Para syeikh bisa lari ke luar negeri, namun
ladang-ladang minyak tetap di sana dan diduduki.
Sementara perang menjadi semakin tidak menguntungkan,
perdamaian malah menjadi semakin lebih menguntungkan
dibandingkan dengan masa mana pun. Dalam ekonomi agrikultur
tradisional, perdagangan jarak jauh dan investasi asing hanyalah
pertunjukan sampingan. Akibatnya, perdamaian membawa sedikit
keuntungan, yang tersisihkan dari menghindari biaya perang.
Taruhlah jika pada 1400 Inggris dan Prancis berdamai, Prancis
tidak perlu membayar pajak perang yang tinggi dan menanggung
44. dan 45. Pada 1849 California membangun kekayaannya dari
emas. Kini, California membangun kekayaannya dari silikon.
Namun, kalau pada 1849 emas benar-benar ada di sana di bumi
Caifornia, harta benda Silicon Valley terkunci di dalam kepala-
kepala para pegawai industri teknologi tinggi.
444
beban invasi Inggris yang destruktif, namun kalau tidak ia tidak
mendapatkan keuntungan untuk menebalkan dompetnya. Dalam
ekonomi kapitalis modern, perdagangan luar negeri dan investasi
asing sudah menjadi segala-galanya. Oleh sebab itu, perdamaian
membawa dividen yang unik. Sepanjang China dan Amerika
Serikat berdamai, China bisa makmur dengan menjual produk-
produknya ke Amerika Serikat, berdagang di Wall Street, dan
menerima investasi-investasi Amerika Serikat.
Yang tak kalah penting, pergerakan tektonik telah terjadi
dalam kultur politik global. Banyak elite sejarah—para
punggawa Hun, bangsawan Viking, dan pendeta-pendeta Aztec,
misalnya—memandang perang sebagai kebaikan yang positif.
Yang lain memandangnya sebagai jahat, namun tak terelakkan,
yang sebaiknya kita ubah sendiri menjadi keuntungan. Masa
kita yaitu kali pertama dalam sejarah saat dunia didominasi
oleh elite penyuka perdamaian—politisi, orang-orang bisnis,
intelektual, dan artis yang secara murni melihat perang sebagai
jahat dan bisa dihindarkan. (Memang ada orang-orang pembela
perdamaian pada masa lalu, seperti orang-orang Kristen awal,
namun dalam kasus-kasus langka saat mereka meraih kekuasaan,
mereka cenderung melupakan keharusan mereka untuk “tidak
membalas”).
Ada celah umpan balik positif antara keempat faktor ini.
Ancaman holocaus nuklir memperkuat pasifisme; saat pasifisme
menyebar, perang menyusut dan perdagangan merebak; dan
perdagangan menaikkan keuntungan dari perdamaian dan
biaya perang. Dari waktu ke waktu, celah umpan balik ini
menciptakan hambatan lain bagi perang, yang akhirnya bisa
membuktikan sesuatu yang paling penting. Pengetatan jaringan
koneksi internasional meruntuhkan independensi sebagain besar
negara, mengurangi peluang bahwa ada di antara mereka yang
dengan enteng membiarkan anjing pelang menyalak. Sebagian
besar negara tidak lagi terlibat dalam perang besar-besaran sebab
alasan sederhana bahwa mereka tidak lagi independen. Meskipun
warga negara Israel, Italia, Meksiko, atau Thailand mungkin
menyimpan ilusi independensi, faktanya yaitu pemerintahan
mereka tidak bisa menjalankan sendiri kebijakan ekonomi atau
Sebuah Revolusi Permanen
445
luar negeri yang independen. Seperti dijelaskan di Bab 11, kita
sedang menyaksikan formasi sebuah imperium global. Seperti
imperium-imperium sebelumnya, yang ini pun menerapkan
perdamaian dalam perbatasan-perbatasannya. Dan, sebab
perbatasan-perbatasannya mencakup seluruh dunia, Imperium
Dunia bisa secara efektif menerapkan perdamaian dunia.
Jadi, apakah era modern merupakan salah satu pembantaian
tanpa akal, perang, dan penindasan, yang dicirikan oleh kegilaan
Perang Dunia Pertama, awan jamur nuklir di atas Hiroshima dan
mania berdarah Hitler dan Stalin? Atau ini era perdamaian, yang
dicontohkan oleh kegilaan perang yang tidak pernah terjadi di
Amerika Latin, awan jamur yang tak pernah muncul di Moskow
dan New York, dan wajah-wajah pejuang perdamaian Mahatma
Gandhi dan Martin Luther King?
Jawabannya yaitu masalah waktu. Sangat menyedihkan
untuk menyadari betapa sering pandangan kita tentang masa
lalu terdistorsi oleh peristiwa-peristiwa dalam beberapa tahun
terakhir ini. Jika bab ini ditulis pada tahun 1945 atau 1962,
mungkin nadanya jauh lebih suram. sebab ini ditulis pada
2012, maka diperlukan pendekatan yang lebih ringan untuk
memahami sejarah modern.
Untuk memuaskan kalangan yang optimistis dan pesimistis
sekaligus, kita mungkin menyimpulkan dengan mengatakan
bahwa kita berada pada ambang surga dan neraka, bergerak
dengan cemas antara gerbang salah satunya dan kamar depan
yang lainnya. Sejarah masih belum memutuskan ke mana akan
menuju, dan satu rangkaian kebetulan-kebetulan mungkin bisa
membawa kita ke arah lain.
19
Dan, Mereka Hidup Bahagia
Selamanya
Dalam 500 tahun terakhir ini terjadi serangkaian revolusi
yang mencengangkan. Bumi telah tersatukan menjadi sebuah
bidang tunggal ekologis dan historis. Ekonomi telah tumbuh
secara eksponensial, dan manusia menikmati jenis kekayaan
yang dulu hanya ada dalam dongeng-dongeng peri. Sains dan
Revolusi Industri telah memberi manusia kekuatan manusia
super dan energi yang praktis tak terbatas. Tatanan sosial telah
tertransformasi sepenuhnya, sebagaimana politik, kehidupan
sehari-hari, dan psikologi manusia.
namun apakah kita lebih bahagia? Apakah kekayaan yang
diakumulasi manusia dalam 5 abad terakhir ini menjelma menjadi
sebuah kepuasan yang baru ditemukan? Apakah penemuan
sumber-sumber energi yang tak ada habis-habisnya membuka
untuk kita tumpukan kebahagiaan yang tak ada habisnya pula?
Kembali jauh ke belakang, apakah 70 lebih milenium yang
bergolak sejak Revolusi Kognitif menjadikan dunia tempat yang
lebih baik untuk hidup? Apakah mendiang Neil Armstrong,
yang jejak kakinya masih utuh di Bulan yang tak berangin, lebih
bahagia ketimbang para pemburu-penjelajah tanpa nama yang
30.000 tahun lalu meninggalkan cetakan tangan di dinding di
Gua Chauver? Jika tidak, apa artinya perkembangan agrikultur,
kota-kota, tulisan, koin uang, imperium, sains, dan industri?
Para sejarawan jarang mengajukan pertanyaan-pertanyaan
semacam itu. Mereka tidak bertanya apakah penduduk Uruk
dan Babylon lebih bahagia ketimbang para leluhur penjelajah
mereka, apakah munculnya Islam membuat orang Mesir lebih
Dan, Mereka Hidup Bahagia Selamanya
447
bahagia dengan hidup mereka, atau bagaimana runtuhnya
imperium-imperium Eropa di Afrika memengaruhi kebahagiaan
berjuta-juta penduduk di sana. Namun, ini semua memang bukan
pertanyaan penting yang bisa ditanyakan orang tentang sejarah.
Sebagian besar program ideologi dan politik didasarkan pada
ide-ide yang agak tipis berkenaan dengan sumber riil kebahagiaan
manusia. Kaum nasionalis percaya bahwa hak politik penentuan
nasib sendiri penting untuk kebahagiaan kita. Kaum Komunis
merumuskan bahwa setiap orang akan bahagia di bawah
kediktatoran proletar. Kaum kapitalis memandang bahwa hanya
pasar bebas yang bisa menjamin kebahagiaan terbesar dari jumlah
terbesar manusia, dengan menciptakan pertumbuhan ekonomi
dan keberlimpahan material dan dengan mengajarkan kepada
orang-orang untuk menjadi mandiri dan berusaha.
Apa yang terjadi kalau riset serius membantah hipotesis-
hipotesis ini? Jika pertumbuhan ekonomi dan kemandirian
tidak membuat orang lebih bahagia, apa manfaat Kapitalisme?
Bagaimana jika ternyata rakyat imperium-imperium besar
umumnya lebih bahagia ketimbang warga negara-negara merdeka
dan bahwa, misalnya, rakyat Aljazair lebih bahagia di bawah
kekuasaan Prancis ketimbang kekuasaan mereka sendiri? Apa
maknanya proses dekolonisasi dan nilai penentuan nasib sendiri?
Semua ini yaitu kemungkinan-kemungkinan hipotetikal
sebab sejauh ini para sejarawan menghindari pengajuan
pertanyaan-pertanyaan ini—apalagi menjawabnya. Mereka
meneliti sejarah tentang segala hal—politik, warga , ekonomi,
gender, penyakit, seksualitas, makanan, pakaian—namun jarang
berhenti sejenak untuk bertanya apakah semua ini memengaruhi
kebahagiaan manusia.
Meskipun beberapa sudah mempelajari sejarah jangka
panjang kebahagiaan, hampir setiap ahli dan orang awam
memiliki prakonsepsi ganjil tentang ini. Dalam satu pandangan
umum, kapabilitas manusia telah meningkat sepanjang sejarah.
sebab manusia umumnya memakai kapabilitas itu untuk
mengentaskan penderitaan dan memenuhi aspirasi, maka
disimpulkan bahwa kita pasti lebih bahagia ketimbang para
leluhur abad pertengahan, dan mereka pasti lebih bahagia
448
ketimbang para pemburu-penjelajah Zaman Batu.
namun pandangan progresif ini tidak meyakinkan.
Seperti yang sudah kita lihat, bakat, perilaku, dan keterampilan
tidak dengan sendirinya menjadikan hidup lebih baik. saat
manusia tahu cara bertani dalam Revolusi Agrikultur, kekuatan
kolektif mereka untuk membentuk lingkungan meningkat,
namun banyak manusia individual tumbuh semakin kasar. Para
petani harus bekerja lebih keras ketimbang para penjelajah
untuk menghasilkan makanan yang lebih sedikit ragamnya dan
kurang gizinya, dan mereka jauh lebih rentan pada penyakit
dan eksploitasi. Demikian pula, pe