un, para pemilik toko ini
mengalahkan Napoleon, dan imperium mereka menjadi yang
terbesar yang pernah ada di dunia.
Atas Nama Modal
Nasionalisasi Indonesia oleh Kerajaan Belanda (1800) dan
India oleh Kerajaan Inggris (1858) hampir mustahil mengakhiri
penyatuan kapitalisme dan imperium. Sebaliknya, hubungan
malah semakin kuat pada abad ke-19. Perusahaan-perusahaan
Kredo Kapitalis
387
saham bersama tidak lagi perlu mendirikan dan mengelola koloni-
koloni privat—para manajer dan pemegang saham besarnya
kini menggenggam kekuasaan di London, Amsterdam, dan
Paris, dan mereka bisa mengikutkan negara demi kepentingan
mereka sendiri. Seperti yang digerutukan para pengritik Marxis
dan Sosialis lainnya, pemerintahan-pemerintahan Barat menjadi
sebuah persatuan perdagangan kapitalis.
Contoh paling nyata kejahatan pemerintah dalam percaturan
uang besar yaitu Perang Opium Pertama antara Inggris dan
China (1840–1842). Pada separuh pertama abad ke-19, British
East India Company dan beragam kalangan bisnis Inggris
mengadu nasib dengan ekspor obat bius, terutama opium, ke
China. Jutaan orang China kecanduan sehingga melemahkan
China secara ekonomi maupun sosial. Pada akhir 1830-an
pemerintah China mengeluarkan larangan penyelundupan obat
bius, namun para pedagang obat bius Inggris mengabaikan begitu
saja undang-undang itu. Pemerintah China mulai menyita dan
menghancurkan kargo-kargo obat bius. Kartel-kartel obat bius
memiliki koneksi dekat di Westminster dan Downing Street—
banyak anggota parlemen dan menteri kabinet bahkan memiliki
saham di perusahaan-perusahaan obat bius—jadi mereka menekan
pemerintah untuk mengambil tindakan.
Pada 1840 Inggris pun mendeklarasikan perang terhadap
China atas nama “perdagangan bebas”. Inggris mencapai
kemenangan mudah. China yang terlalu percaya diri bukanlah
tandingan bagi persenjataan baru Inggris yang hebat—kapal uap,
artileri berat, roket, dan senapan tembak-rapat. Berdasarkan
perjanjian damai yang dicapai sesudahnya, China setuju untuk
tidak menghalangi aktivitas para pedagang obat bius Inggris dan
membayar kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkan oleh
polisi China. Lebih dari itu, Inggris meminta dan diberi kontrol
atas Hong Kong, yang kemudian dipakai sebagai pangkalan
untuk penyelundupan obat bius (Hong Kong tetap di tangan
Inggris sampai 1997). Pada akhir abad ke-19, sekitar 40 juta
orang China, sepersepuluh dari populasi negara itu, kecanduan
opium.3
Mesir juga belajar untuk menghormati tangan kapitalisme
388
Inggris. Pada abad ke-19, para investor Prancis dan Inggris
meminjamkan uang dalam jumlah besar ke para penguasa Mesir,
pertama-tama dalam rangka mendanai proyek Terusan Suez,
kemudian untuk mendanai usaha-usaha yang kurang berhasil.
Utang Mesir membengkak, dan para kreditur Eropa semakin
merasuk ke dalam urusan Mesir. Pada 1881 kalangan nasionalis
Mesir tak tahan lagi dan memberontak. Mereka mendeklarasikan
abrogasi sepihak seluruh utang asing. Ratu Victoria tidak senang.
Setahun kemudian dia mengirim angkatan darat bersana angkatan
laut ke Nil, dan Mesir tetap menjadi protektorat Inggris sampai
setelah Perang Dunia Kedua.
Bukan hanya itu saja perang-perang yang berkecamuk demi
kepentingan para investor. Malah, perang itu sendiri bisa menjadi
sebuah komoditas, seperti opium. Pada 1821 Yunani memberontak
melawan Imperium Ottoman. Pergolakan membangkitkan simpati
besar di kalangan liberal dan romantik di Inggris—Lord Briton,
sang penyair, bahkan pergi ke Yunani untuk ikut berperang
bersama para pemberontak. Namun, para cukong London melihat
sebuah peluang juga. Mereka mengajukan kepada para pemimpin
pemberontak penerbitan Obligasi Pemberontakan Yunani di
bursa saham Inggris. Orang Yunani berjanji membayar obligasi
itu, plus bunganya, jika dan kalau mereka meraih kemerdekaan.
Para investor membeli obligasi-obligasi untuk mendapat
keuntungan, atau dari simpati untuk perjuangan Yunani, atau
keduanya. Nilai Obligasi Pemberontakan Yunani naik-turun di
bursa saham London sesuai dengan sukses atau gagalnya militer
di arena pertempuran Hellas. Orang-orang Turki pelan-pelan
meraih keunggulan. Dengan mendekatnya kekalahan pihak
pemberontak, para pemegang obligasi menghadapi prospek
kerugian investasi. Kepentingan para pemegang obligasi menjadi
kepentingan nasional sehingga Inggris mengorganisasi sebuah
armada internasional yang, pada 1827, menenggelamkan armada
utama Ottoman di Pertempuran Navarino. Setelah berabad-abad
menjadi jajahan, Yunani akhirnya merdeka. Namun, kemerdekaan
datang bersama utang besar yang harus ditanggung oleh negara
baru itu. Ekonomi Yunani digadaikan untuk para kreditur Inggris
selama puluhan tahun kemudian.
Kredo Kapitalis
389
Pelukan ala beruang antara modal dan politik membawa
implikasi yang sangat jauh bagi pasar kredit. Jumlah kredit dalam
sebuah ekonomi (negara) ditentukan tidak hanya oleh faktor-
faktor yang murni ekonomi, seperti penemuan ladang minyak
baru atau penemuan sebuah mesin baru, namun juga oleh peristiwa-
peristiwa politik, seperti pergantian rezim atau kebijakan-
kebijakan politik yang lebih ambisius. Setelah Pertempuran
Navarino, kaum kapitalis Inggris lebih sudi menginvestasikan
uang mereka dalam transaksi-transaksi berisiko di luar negeri.
Mereka sudah melihat bahwa jika seorang pengutang asing
menolak untuk membayar pinjamannya, angkatan perang Yang
Mulia Tuan Putri akan mengambilkan kembali uang itu.
Inilah mengapa peringkat kredit sebuah negara saat ini jauh
lebih penting bagi kebaikan ekonomi ketimbang sumber daya
alamnya. Peringkat kredit mengindikasikan probabilitas bahwa
sebuah negara akan membayar kembali utang-utangnya. Selain
data-data yang murni ekonomi, mereka mempertimbangkan
faktor-faktor politik, sosial, dan bahkan kultural. Sebuah negara
kaya minyak yang dikutuk dengan sebuah pemerintahan lalim,
peperangan endemik, dan sistem yudisial korup biasanya akan
mendapat peringkat kredit rendah. Akibatnya, sangat mungkin
40. The Battleof Navarino (1827)
390
negara itu akan tetap miskin sebab tidak akan mampu
menggalang modal yang diperlukan untuk memperoleh manfaat
terbesar dari karunia minyaknya. Sebuah negara tanpa sumber
daya alam, namun menikmati kedamaian, sistem yudisial yang
adil dan pemerintahan yang bebas berkemungkinan mendapat
peringkat kredit tinggi. Yang seperti itu bisa menggalang modal
cukup murah untuk menopang sistem pendidikan yang bagus
dan memperkuat industri berteknologi tinggi yang subur.
Kultus Pasar Bebas
Modal dan politik saling memengaruhi pada tingkat hingga
hubungan mereka diperdebatkan sangat panas oleh para
ekonom, politisi, dan publik umum sekaligus. Kaum kapitalis
yang gandrung cenderung berpandangan bahwa modal harus
bebas memengaruhi politik, namun politik tidak boleh dibiarkan
untuk memengaruhi modal. Mereka berpandangan bahwa saat
pemerintah mengintervensi pasar, kepentingan-kepentingan
politik memicu mereka melakukan investasi-investasi yang
tidak bijak, yang menghasilkan pertumbuhan rendah. Misalnya,
sebuah pemerintah mungkin memberlakukan pajak berat pada
kalangan industrialis dan memakai uang itu untuk memberi
manfaat mewah bagi pengangguran, yang populer di mata
pemilih. Dalam pandangan banyak orang bisnis, akan jauh lebih
bagus jika pemerintah menyerahkan uang kepada mereka. Mereka
akan memakai nya, demikian klaimnya, untuk membuka
pabrik-pabrik baru dan mempekerjakan para pengangguran.
Dalam pandangan ini kebijakan ekonomi yang paling
bijak yaitu menjauhkan politik dari ekonomi, mengurangi
pajak dan regulasi pemerintah pada tingkat minimum, dan
membiarkan kekuatan pasar leluasa menempuh jalan mereka.
Investor-investor privat, yang tak terbebani oleh pertimbangan-
pertimbangan politik, akan menginvestasikan uang mereka ke
tempat yang memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan
terbesar, maka cara untuk memastikan pertumbuhan ekonomi
paling tinggi—yang akan memberi manfaat bagi setiap orang,
Kredo Kapitalis
391
para industrialis dan para buruh—yaitu pemerintah melakukan
sesedikit mungkin hal.
Doktrin pasar bebas ini kini menjadi varian paling umum dan
paling berpengauh dari kredo kapitalis. Para pendukung paling
antusias pasar bebas mengkritisi petualangan-petualangan militer
di luar negeri, mendorong sebanyak mungkin program-program
kesejahteraan di dalam negeri. Mereka menasihati pemerintah
dengan nasihat para guru Zen: pokoknya jangan lakukan apa pun.
namun dalam bentuknya yang ekstrem, keyakinan pada
pasar bebas sama naifnya dengan keyakinan pada Sinterklas.
Tidak ada sama sekali yang namanya pasar bebas dari bias politik.
Sumber daya ekonomi yang paling penting yaitu kepercayaan
pada masa depan, dan sumber daya ini terus terancam oleh para
pencuri dan penipu. Pasar sendiri menawarkan proteksi terhadap
kecurangan, pencurian, dan kekerasan. Tugas sistem politiklah
untuk memastikan kepercayaan dengan legislasi sanksi terhadap
kecurangan dan menegakkan dan mendukung kekuatan polisi,
pengadilan, dan penjara yang memperkuat hukum. saat raja
tidak mau melakukan tugasnya dan meregulasi pasar dengan
benar, maka yang terjadi yaitu kehilangan kepercayaan, susutnya
kredit, dan depresi ekonomi. Itulah pelajaran yang diajarkan oleh
Balon Mississippi pada 1719, dan siapa pun yang melupakannya
akan diingatkan oleh balon perumahan Amerika Serikat pada
2007, dan kepastian situasi genting bagi kredit dan resesi.
Neraka Kapitalis
Ada alasan yang lebih fundamental mengapa berbahaya
memberi pasar jalan yang bebas total. Adam Smith mengajarkan
bahwa pembuat sepatu harus memakai surplusnya untuk
mempekerjakan asisten lagi. Ini berimplikasi bahwa keserakahan
egoistis bermanfaat bagi semua sebab keuntungan dimanfaatkan
untuk memperbesar produksi dan mempekerjakan lebih banyak
pegawai.
namun apa yang terjadi jika pembuat sepatu yang
rakus menaikkan keuntungannya dengan membayar buruh lebih
392
rendah dan menaikkan jam kerja mereka? Jawaban standarnya
yaitu bahwa pasar bebas akan melindungi para pegawainya.
Jika pembuat sepatu kita membayar terlalu kecil dan menuntut
terlalu banyak, para pegawai terbaik secara alamiah akan
meninggalkannya dan pergi untuk bekerja ke kompetitornya.
Pembuat sepatu tiran itu akan ditinggal bersama para buruh
terburuk, atau tanpa buruh sama sekali. Dia akan terpaksa
memperbaiki jalannya atau keluar dari bisnis. Keserakahan akan
memaksanya memperlakukan para buruhnya dengan baik.
Secara teori ini kedengaran antipeluru, namun dalam
praktiknya peluru bisa menembus dengan mudah. Dalam sebuah
pasar yang benar-benar bebas, para raja dan pendeta tanpa
supervisi, kaum kapitalis tamak bisa menciptakan monopoli atau
berkolusi melawan para buruh mereka. Jika ada satu korporasi
tunggal yang menguasai semua pabrik sepatu di sebuah negara,
atau jika semua pemilik pabrik berkonspirasi untuk menurunkan
upah secara serempak, maka buruh tidak lagi mampu melindungi
diri dengan pindah kerja.
Bahkan lebih buruk, bos-bos yang tamak bisa membatasi
kebebasan bergerak buruh melalui sistem kerja sewa atau
perbudakan. Pada akhir Abad Pertengahan, perbudakan
hampir tak dikenal di Eropa Kristen. Pada periode modern
awal, kapitalisme Eropa muncul bergandengan tangan dengan
munculnya perdagangan budak Atlantik. Kekuatan pasar tanpa
hambatan, bukan raja-raja tiran atau ideolog-ideolog rasis,
bertanggung jawab atas bencana ini.
saat bangsa Eropa menaklukkan Amerika, mereka membuka
tambang-tambang emas dan perak dan mendirikan perkebunan
tebu, tembakau, dan kapas. Tambang dan perkebunan menjadi
tulang punggung produksi dan ekspor Amerika. Perkebunan
tebu terutama yang paling penting. Pada Abad Pertengahan,
gula yaitu kemewahan yang langka di Eropa. Gula diimpor
dari Timur Tengah dengan harga selangit dan dipakai secara
hemat sebagai bahan rahasia dalam makanan lezat dan dipakai
oleh tukang obat jalanan. Setelah perkebunan-perkebunan besar
tebu diadakan di Amerika, maka semakin banyak gula sampai
ke Eropa. Harga gula turun dan kegandrungan Eropa pada
Kredo Kapitalis
393
gula pun berkembang. Para pengusaha memenuhi kebutuhan ini
dengan memproduksi banyak sekali makanan manis: kue, kue
kering, cokelat, permen, dan minuman bergula seperti kakao,
kopi, dan teh. Konsumsi gula rata-rata orang Inggris naik dari
hampir nol pada awal abad ke-17 menjadi 8 kilogram pada
awal abad ke-19.
namun menanam tebu dan mengekstraksi gula yaitu
bisnis padat karya. Tak banyak orang yang mau bekerja berjam-
jam di ladang-ladang tebu yang dipenuhi malaria di bawah
terik Matahari tropis. Buruh-buruh kontrak terlalu mahal untuk
mendorong konsumsi massal. Sensitif pada kekuatan pasar, dan
rakus untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan ekonomi, para
pemilik perkebunan Eropa pun beralih ke perbudakan.
Dari abad ke-16 sampai ke-19, sekitar 10 juta budak Afrika
diimpor ke Amerika. Sekitar 70 persen dari mereka bekerja di
perkebunan tebu. Kondisi para buruh paksa itu mengerikan.
Sebagian besar budak hidup singkat dan menderita, dan jutaan
lainnya mati dalam perang yang dilancarkan untuk menangkapi
budak-budak atau saat perjalanan panjang dari pedalaman Afrika
ke pesisir-pesisir Amerika. Dengan semua inilah bangsa Eropa
bisa menikmati teh manis dan permen—dan para baron tebu
bisa menikmati keuntungan besar.
Perdagangan budak tidak dikontrol oleh negara atau
pemerintahan mana pun. Itu semua murni usaha ekonomi,
yang diorganisasi dan didanai oleh pasar bebas menurut hukum
persediaan dan permintaan. Perusahaan-perusahaan perdagangan
budak menjual saham di bursa saham Amsterdam, London,
dan Paris. Kelas menengah Eropa yang mencari investasi bagus
membeli saham-saham ini. Mengandalkan uang ini, perusahaan-
perusahaan membeli kapal-kapal, menyewa pelaut dan tentara,
membeli budak-budak di Afrika, dan mengangkut mereka ke
Amerika. Di sana mereka menjual budak-budak itu kepada
para pemilik perkebunan, yang memakai hasilnya untuk
membeli produk-produk perkebunan seperti tebu, kakao, kopi,
tembakau, kapas, dan arak. Mereka kembali ke Eropa, menjual
gula dan kapas dengan harga tinggi, kemudian berlayar ke
Afrika untuk memulai babak baru. Para pemegang saham sangat
394
senang dengan pengaturan ini. Dalam abad ke-18, imbal hasil
dari investasi perdagangan budak sekitar 6 persen setahun—luar
biasa menguntungkan, demikian konsultan modern mana pun
pasti akan cepat mengakuinya.
Inilah titik lemah dari olesan kapitalisme pasar bebas. Ia
tidak bisa menjamin keuntungan didapat dengan cara yang adil,
atau terdistribusi dengan cara yang adil. Sebaliknya, nafsu untuk
menaikkan keuntungan dan produksi membutakan orang pada
apa pun yang menghalanginya. saat pertumbuhan menjadi
kebaikan tertinggi, tak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan
etik apa pun, ia bisa dengan mudah menuju bencana. Sebagian
agama, seperti Kristen dan Nazisme, telah membunuh jutaan
orang akibat kebencian yang membara. Kapitalisme telah
membunuh jutaan orang akibat kejamnya ketimpangan yang
bersatu dengan keserakahan. Perdagangan budak Atlantik berakar
dari kebencian rasis terhadap orang Afrika. Individu-individu
yang membeli saham, para pialang yang menjualnya, dan para
manajer perusahaan perdagangan budak jarang berpikir tentang
Afrika. Demikian pula para pemilik perkebunan tebu. Banyak
pemilik yang hidup jauh dari perkebunan mereka, dan satu-
satunya informasi yang mereka minta hanyalah pemArtikel an rapi
keuntungan dan kerugian.
Penting untuk diingat bahwa perdagangan budak Atlantik
bukanlah satu-satunya penyimpangan yang tercatat. Kelaparan
Besar Bengal, yang dibahas pada bab terdahulu, disebabkan oleh
dinamika serupa—British East India Company lebih peduli pada
keuntungannya ketimbang pada hidup 10 juta rakyat Bengal.
Kampanye militer VOC d Indonesia didanai oleh warga kota
Belanda yang mencintai anak-anak mereka, memberi sedekah
ke lembaga amal, dan menikmati musik yang bagus dan seni
indah, namun tak punya kepedulian pada penderitaan para
penduduk Jawa, Sumatra, dan Malaka. Tak terhitung kejahatan
dan perbuatan pidana yang menyertai pertumbuhan ekonomi
modern di bagian-bagian lain Bumi.
Abad ke-19 tidak membawa perbaikan apa pun dalam hal etika
kapitalisme. Revolusi Industri yang melanda Eropa memperkaya
para bankir dan pemilik modal, namun menjerumuskan jutaan
Kredo Kapitalis
395
buruh ke dalam kesengsaraan hidup. Di koloni-koloni Eropa
keadaan bahkan lebih buruk. Pada 1876, Raja Leopold II
dari Belgia mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan non-
pemerintah dengan tujuan yang dinyatakan untuk mengeksplorasi
Afrika Tengah dan memerangi perdagangan budak di sepanjang
Sungai Kongo. Organisasi itu juga ditugasi memperbaiki kondisi
penduduk wilayah ini dengan membangun jalan-jalan,
sekolah-sekolah, dan rumah sakit-rumah sakit. Pada 1885,
kekuatan-kekuatan Eropa setuju memberi organisasi ini kontrol
atas wilayah 2,3 juta kilometer di daerah lembah Kongo. Teritori
ini, 70 kali ukuran Belgia, kemudian dikenal sebagai Negara
Bebas Kongo. Tak ada yang meminta opini dari 20 sampai 30
juta penduduk teritori itu.
Dalam waktu singkat organisasi kemanusiaan itu menjadi
usaha bisnis yang tujuan riilnya yaitu pertumbuhan dan
keuntungan. Sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit
dilupakan, dan lembah Kongo diisi dengan pertambangan dan
perkebunan, dijalankan sebagian besar oleh para pejabat Belgia
yang dengan sembrono mengeksploitasi penduduk setempat.
Industri karet sangat jahat. Karet dengan cepat menjadi pokok
industri, dan ekspor karet menjadi sumber pendapatan paling
penting Kongo. Desa-desa Afrika yang mengumpulkan karet
diwajibkan menyediakan kuota yang lebih tinggi dan lebih
tinggi. Yang tidak mau menyerahkan kuotanya dihukum secara
brutal sebab “kemalasan” mereka. Tangan mereka dipenggal
dan terkadang penduduk satu desa dibantai. Menurut perkiraan
yang paling moderat, antara 1885 sampai 1908, pengejaran
pertumbuhan dan keuntungan menewaskan 6 juta orang
(sekurang-kurangnya 20 persen dari populasi Kongo). Sebagian
estimasi menyebut angka 10 juta kematian.4
Setelah tahun 1908, dan terutama setelah 1945, keserakahan
kapitalis surut, sebagian akibat ketakutan pada Komunisme.
Namun, ketimpangan masih tetap merajalela. Pai ekonomi tahun
2013 jauh lebih besar ketimbang tahun 1500, namun painya kini
terdistribusi begitu timpang sehingga banyak petani Afrika dan
buruh-buruh Indonesia pulang ke rumah setelah seharian bekerja
dengan lebih kekurangan makanan dibandingkan dengan para
396
leluhur mereka 500 tahun sebelumnya. Sangat mirip dengan
Revousi Agrikultur, demikian pula pertumbuhan ekonomi modern
bisa berubah menjadi kecurangan kolosal. Spesies manusia dan
ekonomi global mungkin akan tetap tumbuh, namun lebih banyak
individu yang hidup dalam kelaparan dan kemelaratan.
Kapitalisme punya dua jawaban untuk kritik ini. Pertama,
kapitalisme telah menciptakan sebuah dunia yang tak seorang
pun kecuali seorang kapitalis mampu menjalankannya. Satu-
satunya upaya serius untuk mengelola dunia secara berbeda—
Komunisme—malah jauh lebih buruk dalam hampir setiap hal
yang bisa dilihat sehingga tak seorang pun punya nyali untuk
mencobanya lagi. Pada tahun 8500 SM orang bisa menangis lebih
pedih sebab Revolusi Agrikultur, namun sudah terlalu terlambat
untuk meninggalkan agrikultur. Demikian pula, kita mungkin
tidak menyukai kapitalisme, namun kita tidak bisa hidup tanpanya.
Jawaban kedua yaitu bahwa kita hanya butuh lebih sabar—
surga, demikian kaum kapitalis berjanji, sudah sangat dekat.
Benar, kesalahan-kesalahan telah dibuat, seperti perdagangan
budak Atlantik dan eksploitasi kelas pekerja Eropa. Namun,
kita sudah mendapatkan pelajaran, dan jika kita mau menunggu
sedikit lebih lama lagi dan membiarkan kue tumbuh sedikit
lebih besar, setiap orang akan mendapatkan bagian yang lebih
besar. Pembagian kue tidak akan pernah bisa disetarakan, namun
akan cukup untuk memuaskan setiap laki-laki, perempuan, dan
anak-anak—bahkan di Kongo.
Memang, ada tanda-tanda positif. Paling tidak saat kita
memakai kriteria-kriteria yang murni material—seperti
angka harapan hidup, mortalitas anak, dan asupan kalori—
standar kehidupan rata-rata manusia pada 2013 secara signifikan
lebih tinggi ketimbang pada 1913, terlepas dari pertumbuhan
eksponensial pada jumlah manusia.
Meskipun demikian, bisakah pai ekonomi tumbuh tak
terbatas? Setiap pai membutuhkan bahan baku dan energi. Para
nabi kiamat memperingatkan bahwa cepat atau lambat Homo
sapiens akan kehabisan bahan baku dan energi planet Bumi.
Dan, apa yang akan terjadi saat itu?
17
Roda-Roda Industri
Ekonomi modern tumbuh berkat kepercayaan kita pada masa
depan dan kesediaan kaum kapitalis menginvestasikan kembali
keuntungan mereka pada produksi. Namun, itu tidak cukup.
Pertumbuhan ekonomi juga membutuhkan energi dan bahan
baku, dan semua ini terbatas. Jika dan kalau habis, seluruh
sistem akan runtuh.
namun bukti yang diberikan oleh masa lalu yaitu
bahwa keterbatasan bahan baku dan energi itu hanya ada dalam
teori. Secara berlawanan dengan intuisi, sementara pemakaian
energi dan bahan baku oleh manusia merebak dalam beberapa
abad terakhir ini, jumlah yang tersedia untuk eksploitasi
sesungguhnya meningkat. Setiap kali kelangkaan satu di antara
dua itu mengancam akan memperlambat pertumbuhan ekonomi,
investasi mengalir ke riset saintifik dan teknologi. Secara beragam
ini menghasilkan tidak hanya cara-cara yang lebih efisien dalam
mengeksploitasi sumber daya yang ada, namun juga jenis energi
dan bahan baku yang sama sekali baru.
Perhatikanlah industri kendaraan. Dalam 300 tahun terakhir
ini, manusia sudah membuat miliaran kendaraan—dari pedati
dan gerobak, sampai kereta api, mobil, jet supersonik sampai
pesawat ulang-alik. Orang mungkin berekspektasi bahwa upaya
luar biasa semacam itu akan menguras habis sumber energi
dan bahan baku yang tersedia untuk produksi kendaraan, dan
bahwa kini kita akan mengais dasar barel. Namun, yang terjadi
justru sebaliknya. Kalau pada tahun 1700 industri kendaraan
global bergantung terutama pada kayu dan besi, kini tersedia
melimpah bahan-bahan yang baru ditemukan seperti plastik,
karet, aluminium, dan titanium, yang tak satu pun dikenal
398
oleh para leluhur kita. Kalau pada 1700 pedati-pedati dibuat
terutama dengan kekuatan otot tukang kayu dan pandai besi,
kini mesin-mesin di pabrikan Toyota dan Boeing digerakkan
dengan mesin pengapian bahan bakar minyak dan pembangkit
listrik tenaga nuklir. Revolusi serupa juga melanda hampir semua
bidang industri. Kita sebut ini Revolusi Industri.
Selama milenium sebelum Revolusi Industri, manusia sudah
tahu bagaimana memanfaatkan banyak ragam sumber energi.
Mereka membakar kayu untuk melebur besi, memanaskan rumah,
dan memanggang kue. Kapal-kapal layar memanfaatkan kekuatan
angin untuk bergerak ke sana ke mari, dan kincir air menangkap
aliran sungai untuk menggiling biji-bijian. Meskipun demikian,
semua ini memiliki batas-batas dan persoalan-persoalan yang
jelas. Pepohonan tidak tersedia di setiap tempat, dan angin tidak
selalu berembus saat Anda membutuhkannya, dan kekuatan
air hanya berguna kalau Anda tinggal dekat sungai.
Masalah yang lebih besar yaitu bahwa orang tidak tahu cara
mengubah satu jenis energi menjadi jenis energi lain. Mereka bisa
memanfaatkan gerakan angin dan air untuk kapal-kapal layar
dan mendorong batu giling, namun tidak untuk memanaskan air
dan melebur besi. Sebaliknya, mereka tidak bisa memakai
energi panas yang dihasilkan dengan membakar kayu untuk
menggerakkan batu giling. Manusia hanya punya satu mesin
yang bisa melakukan trik-trik pengubahan energi semacam itu:
tubuh. Dalam proses metabolisme alamiah, tubuh manusia dan
binatang lain membakar energi organik yang dikenal sebagai
makanan dan mengubah energi yang dilepas itu menjadi gerak
otot-otot. Laki-laki, perempuan, dan binatang bisa mengonsumsi
biji-bijian dan daging, membakar karbohidrat dan lemak mereka,
dan memakai energi untuk mengayun gergaji atau menarik
bajak.
sebab tubuh manusia dan hewan yaitu satu-satunya alat
konversi energi yang tersedia, kekuatan otot merupakan kunci bagi
hampir semua aktivitas manusia. Otot-otot manusia membangun
pedati dan rumah, otot-otot sapi membajak ladang, dan otot-
otot kuda mengangkut barang. Energi yang menggerakkan
mesin-mesin otot organik ini pada dasarnya berasal dari satu
Roda-Roda Industri
399
sumber tunggal—tumbuhan. Tumbuhan sendiri mendapatkan
energinya dari Matahari. Melalui proses fotosintesis, tumbuhan
menangkap energi Matahari dan mengemasnya menjadi zat-zat
organik. Hampir semua hal yang dilakukan orang dalam sejarah
digerakkan oleh energi Matahari yang ditangkap oleh tumbuhan
dan dikonversi menjadi kekuatan otot.
Sebagai akibatnya, sejarah manusia didominasi oleh dua
siklus: siklus pertumbuhan tumbuhan dan perubahan siklus
energi Matahari (siang dan malam, musim panas dan musim
dingin). saat sinar Matahari jarang dan saat ladang-ladang
gandum masih hijau, manusia memiliki hanya sedikit energi.
Lumbung-lumbung kosong, para pengumpul pajak menganggur,
tentara kesulitan bergerak dan bertempur, dan raja-raja cenderung
menjaga kedamaian. saat Matahari bersinar terang dan gandum
matang, para petani memanen tanaman dan mengisi lumbung-
lumbung. Para pengumpul pajak bergegas mengambil bagian
mereka. Para tentara melenturkan otot-otot dan menajamkan
pedang-pedang mereka. Para raja mengumpulkan anggota
dewan dan merencanakan kampanye berikutnya. Setiap orang
digerakkan oleh energi Matahari—yang ditangkap dan dikemas
dalam gandum, beras, dan kentang.
Rahasia di Dalam Dapur
Dalam milenium yang panjang ini, hari demi hari berlalu, orang-
orang berdiri berhadap-hadapan dengan penemuan paling penting
dalam sejarah produksi energi—dan gagal memperhatikannya.
Energi itu menatap mereka langsung setiap kali seorang istri
atau memantu menaruh cerek untuk merebus air untuk teh atau
menaruh panci penuh kentang di atas tungku. Saat air mendidih,
tutup cerek atau panci melompat. Panas dikonversi menjadi gerak.
Namun, tutup panci yang melompat yaitu sebuah gangguan,
terutama jika Anda melupakan panci di atas tungku dan air
mendidih sampai habis. Tak seorang pun melihat potensi riilnya.
Satu terobosan parsial dalam mengonversi panas menjadi gerak
hadir setelah penemuan bubuk mesiu pada abad ke-9 di China.
Mula-mula, ide memakai bubuk mesiu untuk mendorong
400
proyektil begitu kurang menarik sehingga selama berabad-abad
bubuk mesiu dipakai terutama untuk menghasilkan bom api.
Namun, akhirnya—mungkin setelah sebagian ahli bom menaruh
bubuk mesiu dalam sebuah mortir dan mendapati alu terlontar
dengan kekuatan—hadirlah senjata. Sekitar 600 tahun berlalu
antara penemuan bubuk mesiu dan pengembangan artileri yang
efektif.
Bahkan saat itu, ide mengonversi panas menjadi gerak tetap
sangat jauh dan asing bagi intuisi sehingga dibutuhkan tiga
abad lagi sebelum orang menemukan mesin berikutnya yang
memakai panas untuk menggerakkan benda. Teknologi
baru itu lahir di pertambangan batubara Inggris. Saat populasi
Inggris membengkak, hutan-hutan ditebangi untuk menggerakkan
ekonomi yang tumbuh dan membuka jalan bagi hadirnya rumah-
rumah dan ladang-ladang. Inggris pun semakin kekurangan kayu
bakar. Batubara mulai dibakar sebagai penggantinya. Banyak
lapisan batubara berada di area berawa, dan banjir menghalangi
para penambang menuju tingkatan tambang yang lebih rendah.
Itu problem yang butuh solusi. Sekitar tahun 1700, sebuah suara
asing mulai bergema di lubang-lubang tambang Inggris. Suara
itu—sang perintis Revolusi Industri—mula-mula subtil, namun
menjadi semakin keras dan semakin keras setiap dekade berlalu
hingga membungkus seluruh dunia dalam suatu hiruk pikuk yang
memekakkan telinga. Bunyi itu keluar dari mesin uap.
Ada banyak jenis mesin uap, namun semuanya memiliki
kesamaan prinsip. Anda membakar suatu jenis bahan bakar,
seperti batubara, dan memakai panas yang dihasilkan untuk
merebus air, menghasilkan uap. Saat uap membesar, ia mendorong
piston. Piston bergerak, dan segala sesuatu yang terhubung
dengan piston itu bergerak bersamanya. Anda mengonversi
panas menjadi gerak! Di pertambangan batubara Inggris abad
ke-18, piston terhubung dengan sebuah pompa yang menarik
air dari dasar sumur tambang. Mesin-mesin paling awal sangat
tidak efisien. Anda perlu membakar batubara dalam jumlah
besar walaupun hanya untuk memompa keluar sangat sedikit
air. Namun, dalam pertambangan, batubara sangat banyak dan
mudah didapat sehingga tak ada orang yang peduli.
Roda-Roda Industri
401
Dalam beberapa dekade sesudahnya, para pengusaha Inggris
memperbaiki efisiensi mesin uap, membawanya keluar dari
sumur-sumur tambang, dan menghubungkannya dengan alat
pemintal kapas. Ini merevolusi produksi tekstil, memungkinkan
untuk menghasilkan kuantitas yang lebih besar tekstil murah.
Dalam sekejap mata, Inggris menjadi bengkel dunia. Namun,
yang lebih penting lagi, membawa keluar mesin uap dari
pertambangan memecahkan sebuah hambatan psikologis yang
penting. Jika Anda bisa membakar batubara untuk menggerakkan
alat pemintal, mengapa tidak memakai metode yang sama
untuk menggerakkan benda-benda lain, seperti kendaraan?
Pada 1825, seorang insinyur Inggris menghubungkan satu
mesin uap ke satu rangkaian gerbong kereta penuh batubara.
Mesin itu menarik gerbong-gerbong di sepanjang rel besi sekitar
20 kilometer dari pertambangan ke pelabuhan terdekat. Inilah
lokomotof bertenaga uap pertama dalam sejarah. Jelas, jika uap
bisa dipakai untuk mengangkut batubara, mengapa tidak
barang-barang lain? Dan, mengapa bukan orang sekalian? Pada
15 September 1830, jalur kereta api komersial pertama dibuka,
menghubungkan Liverpool dengan Manchester. Kereta-kereta
itu bergerak dengan kekuatan uap yang sama yang sebelumnya
memompa air dan menggerakkan pemintal tekstil. Hanya dalam
kurun waktu 20 tahun kemudian, Inggris memiliki ribuan
kilometer jalur kereta api.1
Oleh sebab itu, orang-orang menjadi terobsesi dengan ide
bahwa alat dan mesin bisa dipakai untuk mengonversi satu
jenis energi menjadi energi lain. Setiap jenis energi, di mana
pun di dunia, bisa dimanfaatkan untuk apa pun kebutuhan
yang kita punya, jika kita bisa menemukan peralatan yang tepat.
Misalnya, saat para ahli fisika menyadari bahwa jumlah besar
energi tersimpan dalam atom, mereka segera mulai berpikir
tentang bagaimana energi ini bisa dikeluarkan dan dipakai
untuk menghasilkan listrik, menggerakkan kapal selam, dan
melenyapkan kota-kota. Enam ratus tahun berlalu antara saat
para ahli kimia China menemukan bubuk mesiu dan saat
meriam Turki meluluhlantakkan dinding-dinding Konstantinopel.
Hanya 40 tahun berlalu antara saat Einstein memastikan bahwa
402
setiap jenis massa bisa dikonversi menjadi energi—itulah yang
dimaksud dengan rumus E = mc2—dan saat bom atom meratakan
Hiroshima dan Nagasaki dan stasiun-stasiun pembangkit listrik
merebak di seluruh dunia.
Penemuan penting lainnya yaitu mesin dengan pembakaran
internal, yang butuh waktu lebih dari satu generasi untuk
merevolusi transportasi manusia dan mengubah minyak menjadi
kekuatan politik likuid. Minyak sudah dikenal selama ribuan
tahun, dan dipakai untuk membuat lapisan atap anti air dan
melumasi as. Namun, sampai seabad lalu tak seorang pun berpikir
ia berguna untuk lebih banyak hal dari itu. Ide menumpahkan
darah demi minyak tampak menggelikan. Anda bisa berperang
demi tanah, emas, lada, atau budak, namun tidak untuk minyak.
Karier listrik lebih mengejutkan lagi. Dua abad lalu listrik
tak punya peran sama sekali dalam ekonomi, dan dipakai
paling banter untuk eksperimen saintifik rahasia dan trik-trik
sulap murahan. Serangkaian penemuan mengubahnya menjadi
jin universal kita dalam sebuah lampu. Kita jentikkan jari dan
ia bisa mencetak Artikel , menjahit pakaian, menjaga sayur-sayuran
kita segar, dan es krim tetap membeku, memasak makan malam
kita, dan mengeksekusi penjahat, menyimpan isi pikiran dan
senyum kita, menyemarakkan malam dan menghibur kita dengan
acara-acara televisi yang tak terhitung jumlahnya. Sedikit dari kita
yang memahami betapa listrik melakukan semua hal ini, namun
bahkan lebih sedikit yang bisa membayangkan hidup tanpanya.
Sebuah Samudra Energi
Pada intinya, Revolusi Industri yaitu sebuah revolusi konversi
energi. Ia menunjukkan lagi dan lagi bahwa tidak ada batas
jumlah energi yang kita miliki. Atau, lebih tepat lagi, bahwa
satu-satunya batas ditentukan oleh ketidaktahuan kita. Setiap
beberapa dekade kita menemukan satu sumber energi baru
sehingga jumlah total energi yang ada pada kita terus bertambah.
Mengapa begitu banyak orang takut kita akan kehabisan
energi? Mengapa mereka memperingatkan bencana jika kita
Roda-Roda Industri
403
kehabisan semua minyak fosil yang tersedia? Jelas dunia tidak
kekurangan energi. Yang kurang hanyalah pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memanfaatkan dan mengubahnya sesuai dengan
kebutuhan kita. Jumlah energi yang tersimpan dalam semua
minyak fosil di Bumi tak berarti apa-apa dibandingkan jumlah
yang ditebarkan Matahari setiap hari, gratis. Hanya proporsi
mungil dari energi Matahari yang mencapai kita, namun jumlahnya
3.766.800 exajoule energi setiap tahun (1 joule yaitu satu
satuan energi dalam sistem metrik, sekitar jumlah yang Anda
butuhkan untuk mengangkat sebuah apel setinggi 1 meter; satu
exajoule yaitu 1 miliar joule—betapa banyak apel yang bisa
diangkat).2 Seluruh tumbuhan di dunia menangkap hanya sekitar
3.000 dari seluruh exajoule tadi melalui proses fotosintesis.3
Seluruh aktivitas manusia dan industri digabung mengonsumsi
sekitar 500 exajoule setiap tahun, setara dengan jumlah energi
yang diterima Bumi dari Matahari hanya dalam 90 menit.4 Dan,
itu baru energi Matahari. Selain itu, kita dikelilingi oleh sumber
energi besar, seperti energi nuklir dan energi gravitasi, yang
disebut belakangan ini paling nyata dalam kekuatan gelombang
laut yang disebabkan oleh gravitasi Bulan pada Bumi.
Menjelang Revolusi Industri, pasar energi manusia hampir
seluruhnya bergantung pada tumbuhan. Orang hidup bersama
cadangan energi hijau yang membawa 3.000 exajoule setahun, dan
berusaha memompa sebanyak mungkin energinya. Dalam Revolusi
Industri, kita akhirnya menyadari bahwa kita sesungguhnya hidup
bersama satu samudra besar energi, samudra yang membawa
miliaran miliar exajoules energi potensial. Yang kita butuhkan
hanyalah menemukan pompa-pompa yang lebih baik.
Belajar bagaimana memanfaatkan dan mengonversi energi
secara efektif memecahkan masalah lain yang melambatkan
pertumbuhan ekonomi—kelangkaan bahan baku. saat manusia
berusaha mencari cara memanfaatkan energi murah dalam
jumlah besar, mereka bisa mulai mengeksploitasi cadangan-
cadangan bahan baku yang sebelumnya tak bisa diakses (misalnya,
penambangan besi di tanah kosong Siberia), atau mengangkut
bahan baku dari lokasi yang lebih jauh (misalnya, memasok
mesin pemintal tekstil Inggris dengan wol Australia). Secara
404
simultan, terobosan-terobosan saintifik memungkinkan manusia
menciptakan bahan baku yang sama sekali baru, seperti plastik,
dan penemuan bahan alami yang sebelumnya tak dikenal, seperti
silikon dan aluminium.
Para ahli kimia baru menemukan aluminium pada 1820-
an, namun pemisahan logam dari bijihnya benar-benar sulit dan
mahal. Selama beberapa dekade, aluminium jauh lebih mahal
dari emas. Pada 1860-an, Kaisar Napoleon III dari Prancis
memerintahkan peralatan makan aluminium disediakan untuk
para tamu yang paling istimewa. sedang tamu-tamu yang
kurang penting harus makan dengan pisau-pisau dan garpu-
garpu emas.5 Namun, pada akhir abad ke-19, para ahli kimia
menemukan cara untuk mengekstrak aluminium murah dalam
jumlah besar, dan produksi global saat ini berada pada angka 30
juta ton per tahun. Napoleon tentu akan terkejut kalau mendengar
para keturunan rakyatnya memakai aluminium foil murah
sekali pakai untuk membungkus roti isi dan membuangnya di
tempat-tempat sampah.
Dua ribu tahun lalu, saat orang-orang di dataran
Mediterania menderita kulit kering, mereka mengoleskan minyak
zaitun pada tangan mereka. Kini, mereka membuka tube krim
tangan. Di bawah ini yaitu daftar kandungan sebuah krim
tangan modern sederhana yang saya beli di toko lokal:
air deionisasi, asam stearat, gliserin, kaprilat/kaprat trigliserida,
propilen glikol, isopropil miristat, ekstrak akar ginseng paax, aroma,
setil alkohol, trietanolamin, dimeticone, ekstrak daun arctostaphylos
uva-ursi, magnesium ascorbyl fosfat, imidazolidinyl urea, metil
paraben, kamper, propil paraben, hidroksisohexil 3-sikloheksena
carboxaldehyde, hidroxicitronellal, linalol butifenil metiproponal,
citronenellol, limonene, geraniol.
Hampir semua kandungan ini diciptakan atau ditemukan dalam
dua abad terakhir.
Pada Perang Dunia Pertama, Jerman mengalami blokade dan
menderita kekurangan bahan baku parah, terutama potasium
nitrat, unsur yang penting dalam bubuk mesiu dan bahan-bahan
peledak lain.
Roda-Roda Industri
405
Sebagian besar cadangan potasium nitrat ada di Chile dan
India; di Jerman tidak ada sama sekali. Benar, potasium nitrat bisa
digantikan dengan amonia, namun itu mahal juga untuk diproduksi.
Untungnya bagi Jerman, salah satu warganya, seorang ahli kimia
Yahudi bernama Fritz Haber, telah menemukan pada 1908 proses
untuk memproduksi amonia yang secara harfiah berarti keluar
udara tipis. saat perang pecah, orang Jerman memakai
temuan Haber untuk mulai memproduksi bahan peledak dengan
memakai udara sebagai bahan baku. Sebagian ahli meyakini
bahwa kalau bukan sebab hasil penemuan Haber, Jerman akan
terpaksa menyerah jauh sebelum November 1918.6 Penemuan itu
membuat Haber (yang dalam perang itu memelopori penggunaan
gas beracun dalam perang) meraih Hadiah Nobel pada 1918 di
bidang kimia, bukan perdamaian.
Kehidupan pada Sabuk Pengukur
Revolusi Industri menghasilkan satu kombinasi yang belum
pernah ada sebelumnya, energi murah berlimpah dan bahan
baku murah berlimpah. Hasilnya yaitu ledakan produktivitas
manusia. Ledakan itu terasa mula-mula dan paling utama di
pertanian. Biasanya, saat kita berpikir tentang Revolusi Industri,
kita berpikir tentang sebuah lanskap urban dengan cerobong-
cerobong asap, atau penderitaan para penambang batubara yang
dieksploitasi, berkeringat di dalam usus-usus Bumi. Namun, yang
paling tepat, Revolusi sejatinya yaitu Revolusi Agrikultur Kedua.
Dalam 200 tahun terakhir, metode-metode produksi industri
menjadi penopang utama pertanian. Mesin-mesin seperti traktor
mulai menjalankan tugas yang sebelumnya dilakukan oleh
kekuatan otot atau tidak dilakukan sama sekali. Ladang-ladang
dan binatang-binatang menjadi jauh lebih produktif berkat
pupuk-pupuk buatan, insektisida industri, dan segenap persediaan
hormon dan medikasi. Kulkas, kapal, dan pesawat terbang
memungkinkan untuk menyimpan produk selama berbulan-bulan,
dan mengangkutnya dengan cepat dan murah ke sisi lain dunia.
Bangsa Eropa mulai makan daging sapi segar dari Argentina
dan sushi Jepang.
406
Bahkan, tumbuhan dan binatang dimekanisasi. Sekitar masa
saat Homo sapiens terangkat ke status ilahiah oleh agama-
agama humanis, binatang-binatang kebun tidak lagi dipandang
sebagai makhluk hidup yang bisa merasakan sakit dan tertekan,
dan diperlakukan sebagai mesin-mesin. Kini binatang-binatang
ini sering diproduksi secara massal dalam fasilitas-fasilitas
seperti pabrik, tubuh mereka dibentuk menurut kebutuhan-
kebutuhan industri. Mereka menjalani seluruh kehidupannya
sebagai roda-roda dalam satu mesin produksi raksasa, dan lama
serta kualitas eksistensi mereka ditentukan oleh keuntungan dan
kerugian korporasi bisnis. Sekalipun saat industri peduli untuk
menjaga mereka tetap hidup, sehat, dan diberi makan secara
layak, ia tak punya kepentingan intrinsik pada kebutuhan sosial
dan psikologis binatang (kecuali saat ini semua punya dampak
langsung pada produksi).
Ayam petelur, misalnya, memiliki alam perilaku kebutuhan
dan dorongan yang rumit. Mereka punya hasrat kuat untuk
mengelilingi lingkungannya, berkeliaran dan mematuk-matuk ke
mana-mana, menentukan hierarki sosial, membangun sarang, dan
kawin sendiri. Namun, industri telur sering mengunci ayam-ayam
itu dalam kandang-kandang mini, dan tidak jarang empat ayam
berdesak-desakan dalam satu kandang, masing-masing diberi
satu ruang lantai sekitar dua puluh lima kali dua puluh lima
sentimeter. Ayam-ayam itu menerima makanan yang cukup, namun
mereka tidak mampu mengklaim teritori, membangun sarang,
atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas alamiah. Malah, kandang
terlalu kecil sehingga ayam-ayam itu sering bahkan tidak bisa
mengepakkan sayap mereka atau berdiri tegak.
Babi yaitu termasuk mamalia paling pintar dan paling ingin
tahu, mungkin kedua di bawah kera besar. Namun, peternakan
babi yang sudah diindustrialisasi secara rutin mengurung babi-
babi betina yang sedang menyusui dalam kerangkeng-kerangkeng
kecil sehingga mereka secara harfiah tidak bisa berbalik (apalagi
berjalan atau berkeliaran). Babi-babi betina itu dikerangkeng
siang-malam selama empat pekan setelah melahirkan. Keturunan
mereka kemudian dijauhkan untuk digemukkan dan babi-babi
Roda-Roda Industri
407
betina itu dibuat bunting lagi dengan rombongan babi-babi
jantan muda berikutnya.
Banyak sapi perah menjalani seluruh tahun hidup yang sudah
dijatah untuk mereka dalam kurungan kecil; berdiri, duduk,
dan tidur bersama air kencing dan kotoran mereka sendiri.
Mereka menerima asupan makanan, hormon, dan obat-obatan
dari seperangkat mesin. Sapi di tengah diperlakukan tak lebih
dari satu mulut penerima bahan baku dan sebuah kantung
yang memproduksi komoditas. Memperlakukan makhluk hidup
yang memiliki alam emosional kompleks seakan-akan mesin
kemungkinan memicu mereka tidak nyaman bukan hanya
secara fisik, melainkan juga secara sosial dan psikologis menjadi
stres dan frustrasi.7
41. Anak-anak ayam pada sabuk pengukur di tempat penetasan
komersial. Anak-anak ayam jantan dan betina yang tidak
sempurna disortir sabuk pengukur dan kemudian dimatikan
dalam kamar-kamar gas, dijatuhkan ke mesin penghancur
otomatis, atau dibuang begitu saja ke tempat sampah saat
menuju kematian. Ratusan juta anak ayam mati setiap tahun
dalam tempat-tempat penetasan semacam itu.
408
Sebagaimana perdagangan budak Atlantik tidak muncul dari
kebencian terhadap bangsa Afrika, begitu pula industri binatang
modern tidak dimotivasi oleh permusuhan. Lagi-lagi, ini didorong
oleh ketidaksetaraan. Sebagian besar orang yang menghasilkan
dan mengonsumsi telur, susu, dan daging jarang berhenti sejenak
untuk memikirkan nasib ayam, sapi, atau babi yang daging dan
emisinya mereka makan. Mereka yang memikirkannya pun sering
berpendapat bahwa binatang-binatang seperti itu benar-benar
tak jauh beda dengan mesin, tak punya sensasi dan emosi, tak
mampu menderita. Ironisnya, disiplin-disiplin saintifik yang
sama yang membentuk mesin-mesin susu, mesin petelur, sudah
menunjukkan keraguan di luar nalar bahwa mamalia dan unggas
memiliki susunan sensori dan emosional yang kompleks. Mereka
tidak hanya merasakan sakit secara fisik, namun juga menderita
dari tekanan emosional.
Psikologi evolusi menjelaskan bahwa kebutuhan emosional
dan sosial binatang ternak berevolusi di alam liar, saat mereka
menjadi penting untuk survival dan reproduksi. Misalnya, seekor
sapi liar harus tahu cara menjalin hubungan dekat dengan sapi-
sapi betina lain dan sapi-sapi jantan, atau kalau tidak, mereka
tidak akan bertahan dan bisa bereproduksi. Dalam rangka
mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan itu,
evolusi menanamkan pada anak-anak sapi—sebagaimana pada
binatang muda dari seluruh mamalia sosial lainnya—hasrat kuat
untuk bermain (bermain yaitu cara belajar perilaku sosial bagi
mamalia). Dan, hasrat bermain itu ditanamkan pada mereka dan
bahkan dorongan lebih kuat untuk lengket bersama induknya,
yang susu dan perawatannya penting bagi kehidupan mereka.
Apa yang terjadi jika para peternak mengambil anak sapi,
memisahkan dari induknya, menempatkannya di kandang tertutup,
memberinya makanan, air dan obat untuk mencegah penyakit,
dan kemudian, saat ia sudah cukup tua, menginseminasinya
dengan sperma sapi jantan? Dari perspektif objektif, anak sapi
itu tidak lagi membutuhkan kedekatan material atau teman main
dalam rangka bertahan hidup dan bereproduksi. Namun, dari
perspektif subjektif, anak sapi tetap merasakan dorongan sangat
kuat untuk dekat dengan induknya dan bermain dengan anak-anak
Roda-Roda Industri
409
sapi lainnya. “Jika dorongan-dorongan itu tak dipenuhi, anak
sapi itu sangat menderita. Inilah pelajaran dasar dari psikologi
evolusi; sebuah kebutuhan yang dibentuk di alam liar terus
dirasakan secara subjektif sekalipun ia tidak lagi benar-benar
perlu untuk survival dan reproduksi. Tragedi agrikultur industrial
yaitu ia menaruh kepedulian besar pada kebutuhan-kebutuhan
objektif binatang, namun mengabaikan kebutuhan-kebutuhan
objektif mereka.
Kebenaran teori ini sudah diketahui paling tidak sejak
1950-an, saat psikolog Amerika Harry Harlow mempelajari
perkembangan kera. Harlow memisahkan kera-kera bayi dari
induknya beberapa jam setelah kelahiran. Kera-kera itu diisolasi
dalam kerangkeng-kerangkeng, kemudian dibesarkan oleh induk-
induk buatan. Satu induk buatan dibuat dari kawat-kawat logam,
dan dipasangi botol susu, yang dari sana kera bayi bisa menetek.
Induk buatan lain dibuat dari kayu yang dilapisi pakaian, yang
menyerupai induk kera sesungguhnya, namun tak disediakan
bahan asupan apa pun. Diasumsikan bahwa bayi-bayi itu akan
bergelayut di induk logam, bukan induk kayu yang berpakaian.
Harlow terkejut, bayi-bayi kera menunjukkan secara jelas
pilihannya pada induk berpakaian, menghabiskan sebagian
besar waktu bersamanya. saat kedua induk ditempatkan
berdekatan, bayi-bayi kera berpegangan pada induk berpakaian
bahkan saat mereka menjangkau untuk menetek susu dari
induk logam. Harlow mencurigai bahwa mungkin bayi-bayi
itu berbuat demikian sebab mereka kedinginan. Maka, dia
memasang gelombang elektrik di dalam induk logam, yang kini
mengeluarkan panas. Sebagian besar kera, kecuali yang paling
muda, terus memilih induk berpakaian.
Riset lanjutan menunjukkan bahwa kera-kera yatim Harlow
tumbuh menjadi kera yang rapuh secara emosional walaupun
sudah mendapatkan seluruh asupan yang dibutuhkan. Mereka
tidak pernah cocok dalam warga kera, menghadapi kesulitan
berkomunikasi dengan kera-kera lain, dan menderita kecemasan
dan agresi tingkat tinggi. Kesimpulan itu tak terelakkan: kera-kera
itu pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan dan hasrat psikologis
yang melampaui kebutuhan-kebutuhan material mereka, dan jika
410
semua ini tak dipenuhi, mereka akan sangat menderita. Beberapa
dekade kemudian, sejumlah studi menunjukkan kesimpulan itu
tidak hanya berlaku pada kera, namun juga pada mamalia dan
unggas. Saat ini, jutaan binatang peternakan mengalami kondisi
yang sama sebagaimana kera-kera Harlow sebab para peternak
secara rutin memisahkan anak-anak sapi, anak-anak binatang
lain dari induknya, untuk dibesarkan dalam isolasi.8
42. Salah satu kera yatim Harlow bergelayut di induk berpakaian,
bahkan saat menetek susu dari induk logam.
Roda-Roda Industri
411
Secara keseluruhan, miliaran binatang ternak hidup saat
ini sebagai bagian dari mesin mekanisasi, dan sekitar 10 miliar
dari mereka dibantai setiap tahun. Metode-metode peternakan
industrial ini memicu kenaikan tajam produksi agrikultur
dan cadangan makanan manusia. Berdamai dengan mekanisasi
penanaman tumbuhan, industrial peternakan hewan menjadi
basis bagi seluruh tatanan sosio-ekonomi modern. Sebelum
industrialisasi pertanian, sebagian besar makanan yang diproduksi
di ladang-ladang dan peternakan “dihabiskan”, memberi makan
para petani dan binatang-binatang peternakan. Hanya sebagian
kecil saja yang tersedia untuk dimakan para seniman, guru,
pendeta, dan birokrat. Akibatnya, pada hampir semua warga ,
petani merupakan 90 persen populasi. Setelah industrialisasi
pertanian, petani yang jumlahnya menyusut cukup untuk
memberi makan pegawai dan tenaga pabrik yang jumlahnya
terus tumbuh. Kini di Amerika Serikat, hanya dua persen
populasi menggantungkan hidup dari pertanian, namun yang dua
persen ini menghasilkan cukup makanan bukan hanya untuk
seluruh populasi Amerika Serikat, melainkan juga mengekspor
surplusnya ke seluruh dunia.9 Tanpa industrialisasi pertanian,
Revolusi Industri urban tidak akan pernah bisa terjadi—tidak
akan ada tenaga dan otak yang cukup untuk mengawaki pabrik
dan kantor-kantor.
Saat pabrik-pabrik dan kantor-kantor itu menyerap
miliaran tenaga dan otak yang dilepas dari ladang, mereka
mulai mengalirkan limpahan produk yang tak pernah terjadi
sebelumnya. Manusia kini memproduksi lebih banyak baja,
membuat lebih banyak pakaian, dan membangun lebih banyak
bangunan ketimbang sebelumnya. Selain itu, mereka menghasilkan
banyak sekali barang-barang yang sebelumnya tak terbayangkan,
seperti bola lampu, ponsel, kamera, dan mesin cuci piring. Untuk
kali pertama dalam sejarah manusia, pasokan mulai melebihi
permintaan. Dan, sebuah problem yang sama sekali baru pun
muncul: siapa yang akan membeli semua barang ini?
412
Abad Belanja
Ekonomi kapitalis modern harus secara konstan meningkatkan
produksi jika ingin bertahan hidup, seperti seekor hiu yang
harus berenang atau mati lemas. Namun, berproduksi saja tidak
cukup. Seseorang harus juga membeli produk-produk, kalau tidak
para industrialis dan investor akan bangkrut. Untuk mencegah
bencana ini dan untuk memastikan bahwa orang-orang akan
selalu membeli apa pun barang baru yang dihasilkan industri,
sebuah jenis baru etika muncul: konsumerisme.
Sebagian besar orang sepanjang sejarah hidup di bawah
kondisi kelangkaan. Dengan demikian, penghematan menjadi
semboyan mereka. Etika kesederhanaan dari bangsa Puritan
dan Spartan yaitu dua contoh yang terkenal. Orang yang
baik menghindari kemewahan, tidak pernah membuang-buang
makanan, dan mengenakan celana robek, ketimbang membeli
yang baru. Hanya raja dan bangsawan yang dibolehkan mengabai-
kan nilai-nilai semacam itu secara terbuka dan secara mencolok
memamerkan kekayaan mereka.
Konsumerisme memandang konsumsi lebih banyak produk
dan jasa yaitu hal yang positif. Orang didorong untuk
memperlakukan diri, memanjakan diri, dan bahkan membunuh
diri pelan-pelan dengan konsumsi berlebihan. Kesederhanaan
yaitu penyakit yang harus diobati. Anda tidak perlu mencari
terlalu jauh untuk melihat etika konsumeris beraksi—cukup baca
saja sisi belakang kotak sereal. Di sini ada kutipan dari sebuah
kardus salah satu sereal sarapan favorit saya, yang diproduksi
oleh sebuah firma Israel, Telma:
Sesekali Anda butuh dilayani. Sesekali Anda butuh sedikit energi
ekstra. Ada waktunya untuk memperhatikan berat badan Anda dan
waktu saat Anda hanya harus mendapatkan sesuatu ... sekarang
juga! Telma menawarkan beragam sereal lezat hanya untuk Anda—
manjakan diri tanpa penyesalan.
Paket yang sama memampang iklan untuk merek sereal lain
yang dinamakan Health Treats:
Roda-Roda Industri
413
Health Treats menawarkan banyak biji-bijian, buah-buahan, dan
kacang-kacangan untuk sebuah pengalaman yang menggabungkan
citarasa, kenikmatan, dan kesehatan. Untuk kudapan yang nikmat
pada tengah hari, cocok untuk gaya hidup sehat. Kudapan riil dengan
citarasa luar biasa dari ....[penekanan dalam tulisan asli].
Hampir sepanjang sejarah, orang lebih mungkin menyingkir
ketimbang terpikat pada teks semacam itu. Mereka akan bekerja
sangat keras, dengan bantuan psikologi popular (“Just do it!”)
untuk meyakinkan orang bahwa kesibukan bagus untuk Anda,
sedang kesederhanaan yaitu penindasan diri.
Iklan ini berhasil. Kita semua yaitu konsumen yang
bagus. Kita membeli tak terhitung produk yang tidak bener-benar
kita butuhkan, dan bahwa sampai kemarin kita belum tahu itu
ada. Pabrikan dengan sengaja mendesain barang-barang jangka
pendek dan menciptakan model-model baru dan tak perlu dari
produk-produk yang memuaskan secara sempurna, yang harus
kita beli agar tetap “kekinian”. Belanja sudah menjadi favorit
masa lalu, dan barang-barang konsumsi sudah menjadi mediator
esensial dalam hubungan antara anggota-anggota keluarga,
pasangan-pasangan, dan sahabat-sahabat. Hari raya keagamaan
seperti Natal sudah menjadi perayaan belanja. Di Amerika
Serikat, bahkan Hari Berkabung—yang semula hari sendu untuk
mengenang para tentara yang gugur—kini menjadi kesempatan
untuk obral-obral spesial. Sebagian besar orang menandai hari
ini dengan pergi berbelanja, mungkin untuk membuktikan bahwa
para pembela kemerdekaan itu tidak mati sia-sia.
Merebaknya etika konsumerisme termanifestasi paling jelas
di pasar makanan. warga agrikultur tradisional hidup
dalam bayangan kelaparan yang mengerikan. Dalam dunia
yang berkelimpahan saat ini salah satu problem kesehatan yang
menonjol yaitu obesitas, yang menyerang orang miskin (yang
menumpuk dalam tubuh mereka hamburger dan piza) bahkan
lebih parah ketimbang orang kaya (yang makan salad-salad
organik dan sari buah-buahan). Setiap tahun populasi Amerika
Serikat menghabiskan lebih banyak uang untuk produk diet
ketimbang yang dibutuhkan untuk memberi makan seluruh orang
414
lapar di belahan dunia lainnya. Obesitas yaitu kemenangan
ganda bagi konsumerisme. Bukan sedikit makan yang bisa
memicu kontraksi ekonomi, orang makan terlalu banyak
dan kemudian membeli produk-produk diet—melipatgandakan
kotribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana kita bisa memadukan etika konsumeristik
dengan etika kapitalistik orang bisnis, yang menurut mereka
keuntungan tidak boleh disia-siakan, dan harus direinvestasi ke
produksi? Sederhana. Sebagaimana pada era-era sebelumnya,
kini ada pembagian tenaga antara elite dan massa. Dalam
Eropa abad pertengahan, kaum aristokrat menghabiskan uang
mereka secara sembrono pada kemewahan-kemewahan luar
biasa, sedang kaum petani menghabiskan uang mereka
secara hemat, menghitung setiap sen uangnya. Kini, tabelnya
berbalik. Orang kaya sangat peduli dalam mengelola aset-aset
dan investasi-investasi mereka, sedang yang tidak kaya terseret
utang untuk membeli mobil dan televisi yang sesungguhnya tidak
mereka butuhkan.
Etika kapitalis dan konsumeristis yaitu dua sisi mata uang,
sebuah penggabungan dari dua firman. Firman tertinggi orang
kaya yaitu “Investasikan!” Firman tertinggi golongan yang lain
yaitu “Beli!”
Etika kapitalis-konsumeristik yaitu revolusioner dalam
pengertian lain. Sebagian besar sistem etik sebelumnya me-
nyodorkan ketentuan yang berat bagi warga . Mereka
menjanjikan surga, namun hanya jika mereka menanam semangat
dan toleransi, mengatasi nafsu dan amarah, dan menahan diri
dari keinginan-keinginan egois. Ini terlalu berat bagi kebanyakan
orang. Sejarah etika yaitu kisah sedih dari cita-cita luar biasa
yang tak seorang pun mampu menanggungnya. Sebagian besar
orang Kristen tidak meniru Kristus, sebagian besar orang Buddha
gagal mengikuti ajaran Buddha, dan sebagian orang Konfusian
pasti memicu sang Konghucu naik pitam.
Sebaliknya, sebagian besar orang masa kini berhasil
hidup dengan cita-cita kapitalis-konsumeristik. Etika baru ini
menjanjikan surga pada kondisi yang orang kaya tetap rakus
dan menghabiskan waktu mereka untuk menghasilkan uang, dan
Roda-Roda Industri
415
massa memberi jalan bebas bagi nafsu dan hasrat mereka—dan
membeli lagi dan lagi. Inilah agama pertama dalam sejarah yang
para pengikutnya sesungguhnya melakukan apa yang diminta.
Namun, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita benar-benar
mendapatkan surga sebagai imbalannya? Kita sudah melihatnya
di televisi.
18
Sebuah Revolusi Permanen
Revolusi Industri membuka cara-cara baru untuk mengonversi
energi dan menghasilkan barang, terutama dalam membebaskan
manusia dari ketergantungannya pada ekosistem di sekitarnya.
Manusia menebangi hutan, mengeringkan rawa-rawa, membendung
sungai-sungai, membanjiri dataran, menghamparkan puluhan
ribu kilometer jalur kereta api, dan membangun metropolitan
pencakar langit. Saat dunia dicetak agar sesuai dengan kebutuhan
Homo sapiens, habitat-habitat dirusak dan spesies-spesies pun
punah. Planet kita yang dulu hijau dan biru berubah menjadi
pusat perbelanjaan berisi beton dan plastik.
Kini kontinen-kontinen Bumi dihuni hampir 7 miliar Sapiens.
Jika Anda mengambil semua orang ini dan menempatkannya pada
seperangkat timbangan besar, maka berat gabungan mereka akan
menjadi sekitar 300 juta ton. Jika Anda kemudian mengambil
semua binatang ternak domestikasi—sapi, babi, domba, dan
ayam—dan menempatkan semuanya pada timbangan yang lebih
besar lagi, berat mereka akan menjadi 700 juta ton. Sebaliknya,
berat seluruh binatang liar yang masih hidup—dari landak dan
penguin sampai gajah dan paus—kurang dari 100 juta ton.
Artikel -Artikel anak-anak kita, ikonografi dan layar-layar televisi kita
masih penuh dengan jerapah, rubah, dan simpanse, namun di alam
riilnya tinggal tersisa sangat sedikit. Ada sekitar 80.000 jerapah
di dunia, bandingkan dengan 1,5 miliar sapi; hanya 200.000
rubah abu-abu, bandingkan dengan 400 juta anjing domestikasi;
hanya 250.00 simpanse—bandingkan dengan miliaran manusia.
Manusia benar-benar telah menguasai dunia.1
Degradasi ekologis tidak sama dengan kelangkaan sumber
daya. Seperti yang kita lihat pada bab sebelumnya, sumber
Sebuah Revolusi Permanen
417
daya yang tersedia bagi manusia secara konstan bertambah, dan
sangat mungkin terus bertambah. Itulah sebabnya nubuat kiamat
kelangkaan sumber daya mungkin salah alamat. Sebaliknya,
kekhawatiran akan degradasi ekologi memiliki dasar yang sangat
kuat. Pada masa depan Sapiens mungkin akan menguasai banyak
sekali bahan-bahan baku dan sumber-sumber energi baru, sambil
merusak secara serempak apa yang tersisa dari habitat alam dan
memusnahkan sebagian besar spesies lain.
Sungguh, kehancuran ekologis mungkin membahayakan
Homo sapiens sendiri, yang masih bertahan. Pemanasan global,
naiknya permukaan laut, dan polusi yang menyebar luas bisa
membuat Bumi semakin tak bisa dihuni oleh jenis kita, dan pada
masa depan, sebagai akibatnya, akan terjadi adu cepat antara
kekuatan manusia dan bencana-bencana yang diakibatkan oleh
ulah manusia. Saat manusia memakai kekuatan mereka
untuk menghadapi kekuatan alam dan menundukkan ekosistem
untuk kebutuhan dan keinginan mereka, maka mereka mungkin
akan menimbulkan semakin banyak efek samping berbahaya
yang tak terantisipasi. Ini semua hanya bisa dikendalikan dengan
manipulasi ekosistem yang lebih drastis, yang akan menghasilkan
kekacauan lebih buruk.
Banyak orang menyebut ini proses “penghancuran alam”.
Namun, ini sesungguhnya bukan penghancuran, ini perubahan.
Alam tidak bisa dihancurkan. Enam puluh lima juta tahun lalu,
sebuah asteroid menyapu dinosaurus, namun dengan itu terbuka
jalan bagi munculnya mamalia. Kini, manusia mendorong banyak
spesies menuju kepunahan dan mungkin akan memusnahkan
dirinya. Namun, organisme-organisme lain akan tetap baik-baik
saja. Tikus dan kecoak, misalnya, sedang berada dalam masa
kejayaan mereka. Makhluk-makhluk yang ulet ini mungkin akan
menyeruak dari balik reruntuhan berasap Armageddon nuklir,
siap dan mampu menyebarkan DNA mereka. Mungkin 65 juta
tahun dari sekarang, tikus-tikus pintar akan melihat ke belakang
berterima kasih pada penempaan oleh manusia, seperti kini kita
berterima kasih pada asteroid pembasmi dinosaurus.
Tetap saja, rumor-rumor tentang kepunahan kita yaitu
prema