Sapiens 13




 un, para pemilik toko ini 

mengalahkan Napoleon, dan imperium mereka menjadi yang 

terbesar yang pernah ada di dunia.

Atas Nama Modal

Nasionalisasi Indonesia oleh Kerajaan Belanda (1800) dan 

India oleh Kerajaan Inggris (1858) hampir mustahil mengakhiri 

penyatuan kapitalisme dan imperium. Sebaliknya, hubungan 

malah semakin kuat pada abad ke-19. Perusahaan-perusahaan 


Kredo Kapitalis

387

saham bersama tidak lagi perlu mendirikan dan mengelola koloni-

koloni privat—para manajer dan pemegang saham besarnya 

kini menggenggam kekuasaan di London, Amsterdam, dan 

Paris, dan mereka bisa mengikutkan negara demi kepentingan 

mereka sendiri. Seperti yang digerutukan para pengritik Marxis 

dan Sosialis lainnya, pemerintahan-pemerintahan Barat menjadi 

sebuah persatuan perdagangan kapitalis. 

Contoh paling nyata kejahatan pemerintah dalam percaturan 

uang besar yaitu  Perang Opium Pertama antara Inggris dan 

China (1840–1842). Pada separuh pertama abad ke-19, British 

East India Company dan beragam kalangan bisnis Inggris 

mengadu nasib dengan ekspor obat bius, terutama opium, ke 

China. Jutaan orang China kecanduan sehingga melemahkan 

China secara ekonomi maupun sosial. Pada akhir 1830-an 

pemerintah China mengeluarkan larangan penyelundupan obat 

bius, namun  para pedagang obat bius Inggris mengabaikan begitu 

saja undang-undang itu. Pemerintah China mulai menyita dan 

menghancurkan kargo-kargo obat bius. Kartel-kartel obat bius 

memiliki koneksi dekat di Westminster dan Downing Street—

banyak anggota parlemen dan menteri kabinet bahkan memiliki 

saham di perusahaan-perusahaan obat bius—jadi mereka menekan 

pemerintah untuk mengambil tindakan.

Pada 1840 Inggris pun mendeklarasikan perang terhadap 

China atas nama “perdagangan bebas”. Inggris mencapai 

kemenangan mudah. China yang terlalu percaya diri bukanlah 

tandingan bagi persenjataan baru Inggris yang hebat—kapal uap, 

artileri berat, roket, dan senapan tembak-rapat. Berdasarkan 

perjanjian damai yang dicapai sesudahnya, China setuju untuk 

tidak menghalangi aktivitas para pedagang obat bius Inggris dan 

membayar kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkan oleh 

polisi China. Lebih dari itu, Inggris meminta dan diberi kontrol 

atas Hong Kong, yang kemudian dipakai  sebagai pangkalan 

untuk penyelundupan obat bius (Hong Kong tetap di tangan 

Inggris sampai 1997). Pada akhir abad ke-19, sekitar 40 juta 

orang China, sepersepuluh dari populasi negara itu, kecanduan 

opium.3

Mesir juga belajar untuk menghormati tangan kapitalisme 


 

388

Inggris. Pada abad ke-19, para investor Prancis dan Inggris 

meminjamkan uang dalam jumlah besar ke para penguasa Mesir, 

pertama-tama dalam rangka mendanai proyek Terusan Suez, 

kemudian untuk mendanai usaha-usaha yang kurang berhasil. 

Utang Mesir membengkak, dan para kreditur Eropa semakin 

merasuk ke dalam urusan Mesir. Pada 1881 kalangan nasionalis 

Mesir tak tahan lagi dan memberontak. Mereka mendeklarasikan 

abrogasi sepihak seluruh utang asing. Ratu Victoria tidak senang. 

Setahun kemudian dia mengirim angkatan darat bersana angkatan 

laut ke Nil, dan Mesir tetap menjadi protektorat Inggris sampai 

setelah Perang Dunia Kedua.

Bukan hanya itu saja perang-perang yang berkecamuk demi 

kepentingan para investor. Malah, perang itu sendiri bisa menjadi 

sebuah komoditas, seperti opium. Pada 1821 Yunani memberontak 

melawan Imperium Ottoman. Pergolakan membangkitkan simpati 

besar di kalangan liberal dan romantik di Inggris—Lord Briton, 

sang penyair, bahkan pergi ke Yunani untuk ikut berperang 

bersama para pemberontak. Namun, para cukong London melihat 

sebuah peluang juga. Mereka mengajukan kepada para pemimpin 

pemberontak penerbitan Obligasi Pemberontakan Yunani di 

bursa saham Inggris. Orang Yunani berjanji membayar obligasi 

itu, plus bunganya, jika dan kalau mereka meraih kemerdekaan.

Para investor membeli obligasi-obligasi untuk mendapat 

keuntungan, atau dari simpati untuk perjuangan Yunani, atau 

keduanya. Nilai Obligasi Pemberontakan Yunani naik-turun di 

bursa saham London sesuai dengan sukses atau gagalnya militer 

di arena pertempuran Hellas. Orang-orang Turki pelan-pelan 

meraih keunggulan. Dengan mendekatnya kekalahan pihak 

pemberontak, para pemegang obligasi menghadapi prospek 

kerugian investasi. Kepentingan para pemegang obligasi menjadi 

kepentingan nasional sehingga Inggris mengorganisasi sebuah 

armada internasional yang, pada 1827, menenggelamkan armada 

utama Ottoman di Pertempuran Navarino. Setelah berabad-abad 

menjadi jajahan, Yunani akhirnya merdeka. Namun, kemerdekaan 

datang bersama utang besar yang harus ditanggung oleh negara 

baru itu. Ekonomi Yunani digadaikan untuk para kreditur Inggris 

selama puluhan tahun kemudian.


Kredo Kapitalis

389

Pelukan ala beruang antara modal dan politik membawa 

implikasi yang sangat jauh bagi pasar kredit. Jumlah kredit dalam 

sebuah ekonomi (negara) ditentukan tidak hanya oleh faktor-

faktor yang murni ekonomi, seperti penemuan ladang minyak 

baru atau penemuan sebuah mesin baru, namun  juga oleh peristiwa-

peristiwa politik, seperti pergantian rezim atau kebijakan-

kebijakan politik yang lebih ambisius. Setelah Pertempuran 

Navarino, kaum kapitalis Inggris lebih sudi menginvestasikan 

uang mereka dalam transaksi-transaksi berisiko di luar negeri. 

Mereka sudah melihat bahwa jika seorang pengutang asing 

menolak untuk membayar pinjamannya, angkatan perang Yang 

Mulia Tuan Putri akan mengambilkan kembali uang itu.

Inilah mengapa peringkat kredit sebuah negara saat ini jauh 

lebih penting bagi kebaikan ekonomi ketimbang sumber daya 

alamnya. Peringkat kredit mengindikasikan probabilitas bahwa 

sebuah negara akan membayar kembali utang-utangnya. Selain 

data-data yang murni ekonomi, mereka mempertimbangkan 

faktor-faktor politik, sosial, dan bahkan kultural. Sebuah negara 

kaya minyak yang dikutuk dengan sebuah pemerintahan lalim, 

peperangan endemik, dan sistem yudisial korup biasanya akan 

mendapat peringkat kredit rendah. Akibatnya, sangat mungkin 

40. The Battleof Navarino (1827)


 

390

negara itu akan tetap miskin sebab  tidak akan mampu 

menggalang modal yang diperlukan untuk memperoleh manfaat 

terbesar dari karunia minyaknya. Sebuah negara tanpa sumber 

daya alam, namun  menikmati kedamaian, sistem yudisial yang 

adil dan pemerintahan yang bebas berkemungkinan mendapat 

peringkat kredit tinggi. Yang seperti itu bisa menggalang modal 

cukup murah untuk menopang sistem pendidikan yang bagus 

dan memperkuat industri berteknologi tinggi yang subur.

Kultus Pasar Bebas

Modal dan politik saling memengaruhi pada tingkat hingga 

hubungan mereka diperdebatkan sangat panas oleh para 

ekonom, politisi, dan publik umum sekaligus. Kaum kapitalis 

yang gandrung cenderung berpandangan bahwa modal harus 

bebas memengaruhi politik, namun  politik tidak boleh dibiarkan 

untuk memengaruhi modal. Mereka berpandangan bahwa saat  

pemerintah mengintervensi pasar, kepentingan-kepentingan 

politik memicu  mereka melakukan investasi-investasi yang 

tidak bijak, yang menghasilkan pertumbuhan rendah. Misalnya, 

sebuah pemerintah mungkin memberlakukan pajak berat pada 

kalangan industrialis dan memakai  uang itu untuk memberi 

manfaat mewah bagi pengangguran, yang populer di mata 

pemilih. Dalam pandangan banyak orang bisnis, akan jauh lebih 

bagus jika pemerintah menyerahkan uang kepada mereka. Mereka 

akan memakai nya, demikian klaimnya, untuk membuka 

pabrik-pabrik baru dan mempekerjakan para pengangguran.

Dalam pandangan ini kebijakan ekonomi yang paling 

bijak yaitu  menjauhkan politik dari ekonomi, mengurangi 

pajak dan regulasi pemerintah pada tingkat minimum, dan 

membiarkan kekuatan pasar leluasa menempuh jalan mereka. 

Investor-investor privat, yang tak terbebani oleh pertimbangan-

pertimbangan politik, akan menginvestasikan uang mereka ke 

tempat yang memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan 

terbesar, maka cara untuk memastikan pertumbuhan ekonomi 

paling tinggi—yang akan memberi manfaat bagi setiap orang, 


Kredo Kapitalis

391

para industrialis dan para buruh—yaitu  pemerintah melakukan 

sesedikit mungkin hal.

Doktrin pasar bebas ini kini menjadi varian paling umum dan 

paling berpengauh dari kredo kapitalis. Para pendukung paling 

antusias pasar bebas mengkritisi petualangan-petualangan militer 

di luar negeri, mendorong sebanyak mungkin program-program 

kesejahteraan di dalam negeri. Mereka menasihati pemerintah 

dengan nasihat para guru Zen: pokoknya jangan lakukan apa pun.

namun  dalam bentuknya yang ekstrem, keyakinan pada 

pasar bebas sama naifnya dengan keyakinan pada Sinterklas. 

Tidak ada sama sekali yang namanya pasar bebas dari bias politik. 

Sumber daya ekonomi yang paling penting yaitu  kepercayaan 

pada masa depan, dan sumber daya ini terus terancam oleh para 

pencuri dan penipu. Pasar sendiri menawarkan proteksi terhadap 

kecurangan, pencurian, dan kekerasan. Tugas sistem politiklah 

untuk memastikan kepercayaan dengan legislasi sanksi terhadap 

kecurangan dan menegakkan dan mendukung kekuatan polisi, 

pengadilan, dan penjara yang memperkuat hukum. saat  raja 

tidak mau melakukan tugasnya dan meregulasi pasar dengan 

benar, maka yang terjadi yaitu  kehilangan kepercayaan, susutnya 

kredit, dan depresi ekonomi. Itulah pelajaran yang diajarkan oleh 

Balon Mississippi pada 1719, dan siapa pun yang melupakannya 

akan diingatkan oleh balon perumahan Amerika Serikat pada 

2007, dan kepastian situasi genting bagi kredit dan resesi.

Neraka Kapitalis

Ada alasan yang lebih fundamental mengapa berbahaya 

memberi pasar jalan yang bebas total. Adam Smith mengajarkan 

bahwa pembuat sepatu harus memakai  surplusnya untuk 

mempekerjakan asisten lagi. Ini berimplikasi bahwa keserakahan 

egoistis bermanfaat bagi semua sebab  keuntungan dimanfaatkan 

untuk memperbesar produksi dan mempekerjakan lebih banyak 

pegawai.

namun  apa yang terjadi jika pembuat sepatu yang 

rakus menaikkan keuntungannya dengan membayar buruh lebih 


 

392

rendah dan menaikkan jam kerja mereka? Jawaban standarnya 

yaitu  bahwa pasar bebas akan melindungi para pegawainya. 

Jika pembuat sepatu kita membayar terlalu kecil dan menuntut 

terlalu banyak, para pegawai terbaik secara alamiah akan 

meninggalkannya dan pergi untuk bekerja ke kompetitornya. 

Pembuat sepatu tiran itu akan ditinggal bersama para buruh 

terburuk, atau tanpa buruh sama sekali. Dia akan terpaksa 

memperbaiki jalannya atau keluar dari bisnis. Keserakahan akan 

memaksanya memperlakukan para buruhnya dengan baik.

Secara teori ini kedengaran antipeluru, namun  dalam 

praktiknya peluru bisa menembus dengan mudah. Dalam sebuah 

pasar yang benar-benar bebas, para raja dan pendeta tanpa 

supervisi, kaum kapitalis tamak bisa menciptakan monopoli atau 

berkolusi melawan para buruh mereka. Jika ada satu korporasi 

tunggal yang menguasai semua pabrik sepatu di sebuah negara, 

atau jika semua pemilik pabrik berkonspirasi untuk menurunkan 

upah secara serempak, maka buruh tidak lagi mampu melindungi 

diri dengan pindah kerja.

Bahkan lebih buruk, bos-bos yang tamak bisa membatasi 

kebebasan bergerak buruh melalui sistem kerja sewa atau 

perbudakan. Pada akhir Abad Pertengahan, perbudakan 

hampir tak dikenal di Eropa Kristen. Pada periode modern 

awal, kapitalisme Eropa muncul bergandengan tangan dengan 

munculnya perdagangan budak Atlantik. Kekuatan pasar tanpa 

hambatan, bukan raja-raja tiran atau ideolog-ideolog rasis, 

bertanggung jawab atas bencana ini.

saat  bangsa Eropa menaklukkan Amerika, mereka membuka 

tambang-tambang emas dan perak dan mendirikan perkebunan 

tebu, tembakau, dan kapas. Tambang dan perkebunan menjadi 

tulang punggung produksi dan ekspor Amerika. Perkebunan 

tebu terutama yang paling penting. Pada Abad Pertengahan, 

gula yaitu  kemewahan yang langka di Eropa. Gula diimpor 

dari Timur Tengah dengan harga selangit dan dipakai  secara 

hemat sebagai bahan rahasia dalam makanan lezat dan dipakai  

oleh tukang obat jalanan. Setelah perkebunan-perkebunan besar 

tebu diadakan di Amerika, maka semakin banyak gula sampai 

ke Eropa. Harga gula turun dan kegandrungan Eropa pada 


Kredo Kapitalis

393

gula pun berkembang. Para pengusaha memenuhi kebutuhan ini 

dengan memproduksi banyak sekali makanan manis: kue, kue 

kering, cokelat, permen, dan minuman bergula seperti kakao, 

kopi, dan teh. Konsumsi gula rata-rata orang Inggris naik dari 

hampir nol pada awal abad ke-17 menjadi 8 kilogram pada 

awal abad ke-19.

namun  menanam tebu dan mengekstraksi gula yaitu  

bisnis padat karya. Tak banyak orang yang mau bekerja berjam-

jam di ladang-ladang tebu yang dipenuhi malaria di bawah 

terik Matahari tropis. Buruh-buruh kontrak terlalu mahal untuk 

mendorong konsumsi massal. Sensitif pada kekuatan pasar, dan 

rakus untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan ekonomi, para 

pemilik perkebunan Eropa pun beralih ke perbudakan.

Dari abad ke-16 sampai ke-19, sekitar 10 juta budak Afrika 

diimpor ke Amerika. Sekitar 70 persen dari mereka bekerja di 

perkebunan tebu. Kondisi para buruh paksa itu mengerikan. 

Sebagian besar budak hidup singkat dan menderita, dan jutaan 

lainnya mati dalam perang yang dilancarkan untuk menangkapi 

budak-budak atau saat perjalanan panjang dari pedalaman Afrika 

ke pesisir-pesisir Amerika. Dengan semua inilah bangsa Eropa 

bisa menikmati teh manis dan permen—dan para baron tebu 

bisa menikmati keuntungan besar.

Perdagangan budak tidak dikontrol oleh negara atau 

pemerintahan mana pun. Itu semua murni usaha ekonomi, 

yang diorganisasi dan didanai oleh pasar bebas menurut hukum 

persediaan dan permintaan. Perusahaan-perusahaan perdagangan 

budak menjual saham di bursa saham Amsterdam, London, 

dan Paris. Kelas menengah Eropa yang mencari investasi bagus 

membeli saham-saham ini. Mengandalkan uang ini, perusahaan-

perusahaan membeli kapal-kapal, menyewa pelaut dan tentara, 

membeli budak-budak di Afrika, dan mengangkut mereka ke 

Amerika. Di sana mereka menjual budak-budak itu kepada 

para pemilik perkebunan, yang memakai  hasilnya untuk 

membeli produk-produk perkebunan seperti tebu, kakao, kopi, 

tembakau, kapas, dan arak. Mereka kembali ke Eropa, menjual 

gula dan kapas dengan harga tinggi, kemudian berlayar ke 

Afrika untuk memulai babak baru. Para pemegang saham sangat 


 

394

senang dengan pengaturan ini. Dalam abad ke-18, imbal hasil 

dari investasi perdagangan budak sekitar 6 persen setahun—luar 

biasa menguntungkan, demikian konsultan modern mana pun 

pasti akan cepat mengakuinya.

Inilah titik lemah dari olesan kapitalisme pasar bebas. Ia 

tidak bisa menjamin keuntungan didapat dengan cara yang adil, 

atau terdistribusi dengan cara yang adil. Sebaliknya, nafsu untuk 

menaikkan keuntungan dan produksi membutakan orang pada 

apa pun yang menghalanginya. saat  pertumbuhan menjadi 

kebaikan tertinggi, tak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan 

etik apa pun, ia bisa dengan mudah menuju bencana. Sebagian 

agama, seperti Kristen dan Nazisme, telah membunuh jutaan 

orang akibat kebencian yang membara. Kapitalisme telah 

membunuh jutaan orang akibat kejamnya ketimpangan yang 

bersatu dengan keserakahan. Perdagangan budak Atlantik berakar 

dari kebencian rasis terhadap orang Afrika. Individu-individu 

yang membeli saham, para pialang yang menjualnya, dan para 

manajer perusahaan perdagangan budak jarang berpikir tentang 

Afrika. Demikian pula para pemilik perkebunan tebu. Banyak 

pemilik yang hidup jauh dari perkebunan mereka, dan satu-

satunya informasi yang mereka minta hanyalah pemArtikel an rapi 

keuntungan dan kerugian.

Penting untuk diingat bahwa perdagangan budak Atlantik 

bukanlah satu-satunya penyimpangan yang tercatat. Kelaparan 

Besar Bengal, yang dibahas pada bab terdahulu, disebabkan oleh 

dinamika serupa—British East India Company lebih peduli pada 

keuntungannya ketimbang pada hidup 10 juta rakyat Bengal. 

Kampanye militer VOC d Indonesia didanai oleh warga kota 

Belanda yang mencintai anak-anak mereka, memberi sedekah 

ke lembaga amal, dan menikmati musik yang bagus dan seni 

indah, namun  tak punya kepedulian pada penderitaan para 

penduduk Jawa, Sumatra, dan Malaka. Tak terhitung kejahatan 

dan perbuatan pidana yang menyertai pertumbuhan ekonomi 

modern di bagian-bagian lain Bumi.

Abad ke-19 tidak membawa perbaikan apa pun dalam hal etika 

kapitalisme. Revolusi Industri yang melanda Eropa memperkaya 

para bankir dan pemilik modal, namun  menjerumuskan jutaan 


Kredo Kapitalis

395

buruh ke dalam kesengsaraan hidup. Di koloni-koloni Eropa 

keadaan bahkan lebih buruk. Pada 1876, Raja Leopold II 

dari Belgia mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan non-

pemerintah dengan tujuan yang dinyatakan untuk mengeksplorasi 

Afrika Tengah dan memerangi perdagangan budak di sepanjang 

Sungai Kongo. Organisasi itu juga ditugasi memperbaiki kondisi 

penduduk wilayah ini  dengan membangun jalan-jalan, 

sekolah-sekolah, dan rumah sakit-rumah sakit. Pada 1885, 

kekuatan-kekuatan Eropa setuju memberi organisasi ini kontrol 

atas wilayah 2,3 juta kilometer di daerah lembah Kongo. Teritori 

ini, 70 kali ukuran Belgia, kemudian dikenal sebagai Negara 

Bebas Kongo. Tak ada yang meminta opini dari 20 sampai 30 

juta penduduk teritori itu.

Dalam waktu singkat organisasi kemanusiaan itu menjadi 

usaha bisnis yang tujuan riilnya yaitu  pertumbuhan dan 

keuntungan. Sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit 

dilupakan, dan lembah Kongo diisi dengan pertambangan dan 

perkebunan, dijalankan sebagian besar oleh para pejabat Belgia 

yang dengan sembrono mengeksploitasi penduduk setempat. 

Industri karet sangat jahat. Karet dengan cepat menjadi pokok 

industri, dan ekspor karet menjadi sumber pendapatan paling 

penting Kongo. Desa-desa Afrika yang mengumpulkan karet 

diwajibkan menyediakan kuota yang lebih tinggi dan lebih 

tinggi. Yang tidak mau menyerahkan kuotanya dihukum secara 

brutal sebab  “kemalasan” mereka. Tangan mereka dipenggal 

dan terkadang penduduk satu desa dibantai. Menurut perkiraan 

yang paling moderat, antara 1885 sampai 1908, pengejaran 

pertumbuhan dan keuntungan menewaskan 6 juta orang 

(sekurang-kurangnya 20 persen dari populasi Kongo). Sebagian 

estimasi menyebut angka 10 juta kematian.4

Setelah tahun 1908, dan terutama setelah 1945, keserakahan 

kapitalis surut, sebagian akibat ketakutan pada Komunisme. 

Namun, ketimpangan masih tetap merajalela. Pai ekonomi tahun 

2013 jauh lebih besar ketimbang tahun 1500, namun  painya kini 

terdistribusi begitu timpang sehingga banyak petani Afrika dan 

buruh-buruh Indonesia pulang ke rumah setelah seharian bekerja 

dengan lebih kekurangan makanan dibandingkan dengan para 


 

396

leluhur mereka 500 tahun sebelumnya. Sangat mirip dengan 

Revousi Agrikultur, demikian pula pertumbuhan ekonomi modern 

bisa berubah menjadi kecurangan kolosal. Spesies manusia dan 

ekonomi global mungkin akan tetap tumbuh, namun  lebih banyak 

individu yang hidup dalam kelaparan dan kemelaratan.

Kapitalisme punya dua jawaban untuk kritik ini. Pertama, 

kapitalisme telah menciptakan sebuah dunia yang tak seorang 

pun kecuali seorang kapitalis mampu menjalankannya. Satu-

satunya upaya serius untuk mengelola dunia secara berbeda—

Komunisme—malah jauh lebih buruk dalam hampir setiap hal 

yang bisa dilihat sehingga tak seorang pun punya nyali untuk 

mencobanya lagi. Pada tahun 8500 SM orang bisa menangis lebih 

pedih sebab  Revolusi Agrikultur, namun  sudah terlalu terlambat 

untuk meninggalkan agrikultur. Demikian pula, kita mungkin 

tidak menyukai kapitalisme, namun  kita tidak bisa hidup tanpanya.

Jawaban kedua yaitu  bahwa kita hanya butuh lebih sabar—

surga, demikian kaum kapitalis berjanji, sudah sangat dekat. 

Benar, kesalahan-kesalahan telah dibuat, seperti perdagangan 

budak Atlantik dan eksploitasi kelas pekerja Eropa. Namun, 

kita sudah mendapatkan pelajaran, dan jika kita mau menunggu 

sedikit lebih lama lagi dan membiarkan kue tumbuh sedikit 

lebih besar, setiap orang akan mendapatkan bagian yang lebih 

besar. Pembagian kue tidak akan pernah bisa disetarakan, namun  

akan cukup untuk memuaskan setiap laki-laki, perempuan, dan 

anak-anak—bahkan di Kongo.

Memang, ada tanda-tanda positif. Paling tidak saat  kita 

memakai  kriteria-kriteria yang murni material—seperti 

angka harapan hidup, mortalitas anak, dan asupan kalori—

standar kehidupan rata-rata manusia pada 2013 secara signifikan 

lebih tinggi ketimbang pada 1913, terlepas dari pertumbuhan 

eksponensial pada jumlah manusia.

Meskipun demikian, bisakah pai ekonomi tumbuh tak 

terbatas? Setiap pai membutuhkan bahan baku dan energi. Para 

nabi kiamat memperingatkan bahwa cepat atau lambat Homo 

sapiens akan kehabisan bahan baku dan energi planet Bumi. 

Dan, apa yang akan terjadi saat itu?


 17

Roda-Roda Industri

Ekonomi modern tumbuh berkat kepercayaan kita pada masa 

depan dan kesediaan kaum kapitalis menginvestasikan kembali 

keuntungan mereka pada produksi. Namun, itu tidak cukup. 

Pertumbuhan ekonomi juga membutuhkan energi dan bahan 

baku, dan semua ini terbatas. Jika dan kalau habis, seluruh 

sistem akan runtuh.

namun  bukti yang diberikan oleh masa lalu yaitu  

bahwa keterbatasan bahan baku dan energi itu hanya ada dalam 

teori. Secara berlawanan dengan intuisi, sementara pemakaian 

energi dan bahan baku oleh manusia merebak dalam beberapa 

abad terakhir ini, jumlah yang tersedia untuk eksploitasi 

sesungguhnya meningkat. Setiap kali kelangkaan satu di antara 

dua itu mengancam akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, 

investasi mengalir ke riset saintifik dan teknologi. Secara beragam 

ini menghasilkan tidak hanya cara-cara yang lebih efisien dalam 

mengeksploitasi sumber daya yang ada, namun  juga jenis energi 

dan bahan baku yang sama sekali baru.

Perhatikanlah industri kendaraan. Dalam 300 tahun terakhir 

ini, manusia sudah membuat miliaran kendaraan—dari pedati 

dan gerobak, sampai kereta api, mobil, jet supersonik sampai 

pesawat ulang-alik. Orang mungkin berekspektasi bahwa upaya 

luar biasa semacam itu akan menguras habis sumber energi 

dan bahan baku yang tersedia untuk produksi kendaraan, dan 

bahwa kini kita akan mengais dasar barel. Namun, yang terjadi 

justru sebaliknya. Kalau pada tahun 1700 industri kendaraan 

global bergantung terutama pada kayu dan besi, kini tersedia 

melimpah bahan-bahan yang baru ditemukan seperti plastik, 

karet, aluminium, dan titanium, yang tak satu pun dikenal 


 

398

oleh para leluhur kita. Kalau pada 1700 pedati-pedati dibuat 

terutama dengan kekuatan otot tukang kayu dan pandai besi, 

kini mesin-mesin di pabrikan Toyota dan Boeing digerakkan 

dengan mesin pengapian bahan bakar minyak dan pembangkit 

listrik tenaga nuklir. Revolusi serupa juga melanda hampir semua 

bidang industri. Kita sebut ini Revolusi Industri.

Selama milenium sebelum Revolusi Industri, manusia sudah 

tahu bagaimana memanfaatkan banyak ragam sumber energi. 

Mereka membakar kayu untuk melebur besi, memanaskan rumah, 

dan memanggang kue. Kapal-kapal layar memanfaatkan kekuatan 

angin untuk bergerak ke sana ke mari, dan kincir air menangkap 

aliran sungai untuk menggiling biji-bijian. Meskipun demikian, 

semua ini memiliki batas-batas dan persoalan-persoalan yang 

jelas. Pepohonan tidak tersedia di setiap tempat, dan angin tidak 

selalu berembus saat  Anda membutuhkannya, dan kekuatan 

air hanya berguna kalau Anda tinggal dekat sungai.

Masalah yang lebih besar yaitu  bahwa orang tidak tahu cara 

mengubah satu jenis energi menjadi jenis energi lain. Mereka bisa 

memanfaatkan gerakan angin dan air untuk kapal-kapal layar 

dan mendorong batu giling, namun  tidak untuk memanaskan air 

dan melebur besi. Sebaliknya, mereka tidak bisa memakai  

energi panas yang dihasilkan dengan membakar kayu untuk 

menggerakkan batu giling. Manusia hanya punya satu mesin 

yang bisa melakukan trik-trik pengubahan energi semacam itu: 

tubuh. Dalam proses metabolisme alamiah, tubuh manusia dan 

binatang lain membakar energi organik yang dikenal sebagai 

makanan dan mengubah energi yang dilepas itu menjadi gerak 

otot-otot. Laki-laki, perempuan, dan binatang bisa mengonsumsi 

biji-bijian dan daging, membakar karbohidrat dan lemak mereka, 

dan memakai  energi untuk mengayun gergaji atau menarik 

bajak.

sebab  tubuh manusia dan hewan yaitu  satu-satunya alat 

konversi energi yang tersedia, kekuatan otot merupakan kunci bagi 

hampir semua aktivitas manusia. Otot-otot manusia membangun 

pedati dan rumah, otot-otot sapi membajak ladang, dan otot-

otot kuda mengangkut barang. Energi yang menggerakkan 

mesin-mesin otot organik ini pada dasarnya berasal dari satu 


Roda-Roda Industri

399

sumber tunggal—tumbuhan. Tumbuhan sendiri mendapatkan 

energinya dari Matahari. Melalui proses fotosintesis, tumbuhan 

menangkap energi Matahari dan mengemasnya menjadi zat-zat 

organik. Hampir semua hal yang dilakukan orang dalam sejarah 

digerakkan oleh energi Matahari yang ditangkap oleh tumbuhan 

dan dikonversi menjadi kekuatan otot.

Sebagai akibatnya, sejarah manusia didominasi oleh dua 

siklus: siklus pertumbuhan tumbuhan dan perubahan siklus 

energi Matahari (siang dan malam, musim panas dan musim 

dingin). saat  sinar Matahari jarang dan saat  ladang-ladang 

gandum masih hijau, manusia memiliki hanya sedikit energi. 

Lumbung-lumbung kosong, para pengumpul pajak menganggur, 

tentara kesulitan bergerak dan bertempur, dan raja-raja cenderung 

menjaga kedamaian. saat  Matahari bersinar terang dan gandum 

matang, para petani memanen tanaman dan mengisi lumbung-

lumbung. Para pengumpul pajak bergegas mengambil bagian 

mereka. Para tentara melenturkan otot-otot dan menajamkan 

pedang-pedang mereka. Para raja mengumpulkan anggota 

dewan dan merencanakan kampanye berikutnya. Setiap orang 

digerakkan oleh energi Matahari—yang ditangkap dan dikemas 

dalam gandum, beras, dan kentang.

Rahasia di Dalam Dapur

Dalam milenium yang panjang ini, hari demi hari berlalu, orang-

orang berdiri berhadap-hadapan dengan penemuan paling penting 

dalam sejarah produksi energi—dan gagal memperhatikannya. 

Energi itu menatap mereka langsung setiap kali seorang istri 

atau memantu menaruh cerek untuk merebus air untuk teh atau 

menaruh panci penuh kentang di atas tungku. Saat air mendidih, 

tutup cerek atau panci melompat. Panas dikonversi menjadi gerak. 

Namun, tutup panci yang melompat yaitu  sebuah gangguan, 

terutama jika Anda melupakan panci di atas tungku dan air 

mendidih sampai habis. Tak seorang pun melihat potensi riilnya.

Satu terobosan parsial dalam mengonversi panas menjadi gerak 

hadir setelah penemuan bubuk mesiu pada abad ke-9 di China. 

Mula-mula, ide memakai  bubuk mesiu untuk mendorong 


 

400

proyektil begitu kurang menarik sehingga selama berabad-abad 

bubuk mesiu dipakai  terutama untuk menghasilkan bom api. 

Namun, akhirnya—mungkin setelah sebagian ahli bom menaruh 

bubuk mesiu dalam sebuah mortir dan mendapati alu terlontar 

dengan kekuatan—hadirlah senjata. Sekitar 600 tahun berlalu 

antara penemuan bubuk mesiu dan pengembangan artileri yang 

efektif.

Bahkan saat itu, ide mengonversi panas menjadi gerak tetap 

sangat jauh dan asing bagi intuisi sehingga dibutuhkan tiga 

abad lagi sebelum orang menemukan mesin berikutnya yang 

memakai  panas untuk menggerakkan benda. Teknologi 

baru itu lahir di pertambangan batubara Inggris. Saat populasi 

Inggris membengkak, hutan-hutan ditebangi untuk menggerakkan 

ekonomi yang tumbuh dan membuka jalan bagi hadirnya rumah-

rumah dan ladang-ladang. Inggris pun semakin kekurangan kayu 

bakar. Batubara mulai dibakar sebagai penggantinya. Banyak 

lapisan batubara berada di area berawa, dan banjir menghalangi 

para penambang menuju tingkatan tambang yang lebih rendah. 

Itu problem yang butuh solusi. Sekitar tahun 1700, sebuah suara 

asing mulai bergema di lubang-lubang tambang Inggris. Suara 

itu—sang perintis Revolusi Industri—mula-mula subtil, namun  

menjadi semakin keras dan semakin keras setiap dekade berlalu 

hingga membungkus seluruh dunia dalam suatu hiruk pikuk yang 

memekakkan telinga. Bunyi itu keluar dari mesin uap.

Ada banyak jenis mesin uap, namun  semuanya memiliki 

kesamaan prinsip. Anda membakar suatu jenis bahan bakar, 

seperti batubara, dan memakai  panas yang dihasilkan untuk 

merebus air, menghasilkan uap. Saat uap membesar, ia mendorong 

piston. Piston bergerak, dan segala sesuatu yang terhubung 

dengan piston itu bergerak bersamanya. Anda mengonversi 

panas menjadi gerak! Di pertambangan batubara Inggris abad 

ke-18, piston terhubung dengan sebuah pompa yang menarik 

air dari dasar sumur tambang. Mesin-mesin paling awal sangat 

tidak efisien. Anda perlu membakar batubara dalam jumlah 

besar walaupun hanya untuk memompa keluar sangat sedikit 

air. Namun, dalam pertambangan, batubara sangat banyak dan 

mudah didapat sehingga tak ada orang yang peduli.


Roda-Roda Industri

401

Dalam beberapa dekade sesudahnya, para pengusaha Inggris 

memperbaiki efisiensi mesin uap, membawanya keluar dari 

sumur-sumur tambang, dan menghubungkannya dengan alat 

pemintal kapas. Ini merevolusi produksi tekstil, memungkinkan 

untuk menghasilkan kuantitas yang lebih besar tekstil murah. 

Dalam sekejap mata, Inggris menjadi bengkel dunia. Namun, 

yang lebih penting lagi, membawa keluar mesin uap dari 

pertambangan memecahkan sebuah hambatan psikologis yang 

penting. Jika Anda bisa membakar batubara untuk menggerakkan 

alat pemintal, mengapa tidak memakai  metode yang sama 

untuk menggerakkan benda-benda lain, seperti kendaraan?

Pada 1825, seorang insinyur Inggris menghubungkan satu 

mesin uap ke satu rangkaian gerbong kereta penuh batubara. 

Mesin itu menarik gerbong-gerbong di sepanjang rel besi sekitar 

20 kilometer dari pertambangan ke pelabuhan terdekat. Inilah 

lokomotof bertenaga uap pertama dalam sejarah. Jelas, jika uap 

bisa dipakai  untuk mengangkut batubara, mengapa tidak 

barang-barang lain? Dan, mengapa bukan orang sekalian? Pada 

15 September 1830, jalur kereta api komersial pertama dibuka, 

menghubungkan Liverpool dengan Manchester. Kereta-kereta 

itu bergerak dengan kekuatan uap yang sama yang sebelumnya 

memompa air dan menggerakkan pemintal tekstil. Hanya dalam 

kurun waktu 20 tahun kemudian, Inggris memiliki ribuan 

kilometer jalur kereta api.1

Oleh sebab  itu, orang-orang menjadi terobsesi dengan ide 

bahwa alat dan mesin bisa dipakai  untuk mengonversi satu 

jenis energi menjadi energi lain. Setiap jenis energi, di mana 

pun di dunia, bisa dimanfaatkan untuk apa pun kebutuhan 

yang kita punya, jika kita bisa menemukan peralatan yang tepat. 

Misalnya, saat  para ahli fisika menyadari bahwa jumlah besar 

energi tersimpan dalam atom, mereka segera mulai berpikir 

tentang bagaimana energi ini bisa dikeluarkan dan dipakai  

untuk menghasilkan listrik, menggerakkan kapal selam, dan 

melenyapkan kota-kota. Enam ratus tahun berlalu antara saat 

para ahli kimia China menemukan bubuk mesiu dan saat 

meriam Turki meluluhlantakkan dinding-dinding Konstantinopel. 

Hanya 40 tahun berlalu antara saat Einstein memastikan bahwa 


 

402

setiap jenis massa bisa dikonversi menjadi energi—itulah yang 

dimaksud dengan rumus E = mc2—dan saat bom atom meratakan 

Hiroshima dan Nagasaki dan stasiun-stasiun pembangkit listrik 

merebak di seluruh dunia.

Penemuan penting lainnya yaitu  mesin dengan pembakaran 

internal, yang butuh waktu lebih dari satu generasi untuk 

merevolusi transportasi manusia dan mengubah minyak menjadi 

kekuatan politik likuid. Minyak sudah dikenal selama ribuan 

tahun, dan dipakai  untuk membuat lapisan atap anti air dan 

melumasi as. Namun, sampai seabad lalu tak seorang pun berpikir 

ia berguna untuk lebih banyak hal dari itu. Ide menumpahkan 

darah demi minyak tampak menggelikan. Anda bisa berperang 

demi tanah, emas, lada, atau budak, namun  tidak untuk minyak. 

Karier listrik lebih mengejutkan lagi. Dua abad lalu listrik 

tak punya peran sama sekali dalam ekonomi, dan dipakai  

paling banter untuk eksperimen saintifik rahasia dan trik-trik 

sulap murahan. Serangkaian penemuan mengubahnya menjadi 

jin universal kita dalam sebuah lampu. Kita jentikkan jari dan 

ia bisa mencetak Artikel , menjahit pakaian, menjaga sayur-sayuran 

kita segar, dan es krim tetap membeku, memasak makan malam 

kita, dan mengeksekusi penjahat, menyimpan isi pikiran dan 

senyum kita, menyemarakkan malam dan menghibur kita dengan 

acara-acara televisi yang tak terhitung jumlahnya. Sedikit dari kita 

yang memahami betapa listrik melakukan semua hal ini, namun  

bahkan lebih sedikit yang bisa membayangkan hidup tanpanya.

Sebuah Samudra Energi

Pada intinya, Revolusi Industri yaitu  sebuah revolusi konversi 

energi. Ia menunjukkan lagi dan lagi bahwa tidak ada batas 

jumlah energi yang kita miliki. Atau, lebih tepat lagi, bahwa 

satu-satunya batas ditentukan oleh ketidaktahuan kita. Setiap 

beberapa dekade kita menemukan satu sumber energi baru 

sehingga jumlah total energi yang ada pada kita terus bertambah.

Mengapa begitu banyak orang takut kita akan kehabisan 

energi? Mengapa mereka memperingatkan bencana jika kita 


Roda-Roda Industri

403

kehabisan semua minyak fosil yang tersedia? Jelas dunia tidak 

kekurangan energi. Yang kurang hanyalah pengetahuan yang 

dibutuhkan untuk memanfaatkan dan mengubahnya sesuai dengan 

kebutuhan kita. Jumlah energi yang tersimpan dalam semua 

minyak fosil di Bumi tak berarti apa-apa dibandingkan jumlah 

yang ditebarkan Matahari setiap hari, gratis. Hanya proporsi 

mungil dari energi Matahari yang mencapai kita, namun  jumlahnya 

3.766.800 exajoule energi setiap tahun (1 joule yaitu  satu 

satuan energi dalam sistem metrik, sekitar jumlah yang Anda 

butuhkan untuk mengangkat sebuah apel setinggi 1 meter; satu 

exajoule yaitu  1 miliar joule—betapa banyak apel yang bisa 

diangkat).2 Seluruh tumbuhan di dunia menangkap hanya sekitar 

3.000 dari seluruh exajoule tadi melalui proses fotosintesis.3 

Seluruh aktivitas manusia dan industri digabung mengonsumsi 

sekitar 500 exajoule setiap tahun, setara dengan jumlah energi 

yang diterima Bumi dari Matahari hanya dalam 90 menit.4 Dan, 

itu baru energi Matahari. Selain itu, kita dikelilingi oleh sumber 

energi besar, seperti energi nuklir dan energi gravitasi, yang 

disebut belakangan ini paling nyata dalam kekuatan gelombang 

laut yang disebabkan oleh gravitasi Bulan pada Bumi.

Menjelang Revolusi Industri, pasar energi manusia hampir 

seluruhnya bergantung pada tumbuhan. Orang hidup bersama 

cadangan energi hijau yang membawa 3.000 exajoule setahun, dan 

berusaha memompa sebanyak mungkin energinya. Dalam Revolusi 

Industri, kita akhirnya menyadari bahwa kita sesungguhnya hidup 

bersama satu samudra besar energi, samudra yang membawa 

miliaran miliar exajoules energi potensial. Yang kita butuhkan 

hanyalah menemukan pompa-pompa yang lebih baik.

Belajar bagaimana memanfaatkan dan mengonversi energi 

secara efektif memecahkan masalah lain yang melambatkan 

pertumbuhan ekonomi—kelangkaan bahan baku. saat  manusia 

berusaha mencari cara memanfaatkan energi murah dalam 

jumlah besar, mereka bisa mulai mengeksploitasi cadangan-

cadangan bahan baku yang sebelumnya tak bisa diakses (misalnya, 

penambangan besi di tanah kosong Siberia), atau mengangkut 

bahan baku dari lokasi yang lebih jauh (misalnya, memasok 

mesin pemintal tekstil Inggris dengan wol Australia). Secara 


 

404

simultan, terobosan-terobosan saintifik memungkinkan manusia 

menciptakan bahan baku yang sama sekali baru, seperti plastik, 

dan penemuan bahan alami yang sebelumnya tak dikenal, seperti 

silikon dan aluminium.

Para ahli kimia baru menemukan aluminium pada 1820-

an, namun  pemisahan logam dari bijihnya benar-benar sulit dan 

mahal. Selama beberapa dekade, aluminium jauh lebih mahal 

dari emas. Pada 1860-an, Kaisar Napoleon III dari Prancis 

memerintahkan peralatan makan aluminium disediakan untuk 

para tamu yang paling istimewa. sedang  tamu-tamu yang 

kurang penting harus makan dengan pisau-pisau dan garpu-

garpu emas.5 Namun, pada akhir abad ke-19, para ahli kimia 

menemukan cara untuk mengekstrak aluminium murah dalam 

jumlah besar, dan produksi global saat ini berada pada angka 30 

juta ton per tahun. Napoleon tentu akan terkejut kalau mendengar 

para keturunan rakyatnya memakai  aluminium foil murah 

sekali pakai untuk membungkus roti isi dan membuangnya di 

tempat-tempat sampah.

Dua ribu tahun lalu, saat  orang-orang di dataran 

Mediterania menderita kulit kering, mereka mengoleskan minyak 

zaitun pada tangan mereka. Kini, mereka membuka tube krim 

tangan. Di bawah ini yaitu  daftar kandungan sebuah krim 

tangan modern sederhana yang saya beli di toko lokal:

air deionisasi, asam stearat, gliserin, kaprilat/kaprat trigliserida, 

propilen glikol, isopropil miristat, ekstrak akar ginseng paax, aroma, 

setil alkohol, trietanolamin, dimeticone, ekstrak daun arctostaphylos 

uva-ursi, magnesium ascorbyl fosfat, imidazolidinyl urea, metil 

paraben, kamper, propil paraben, hidroksisohexil 3-sikloheksena 

carboxaldehyde, hidroxicitronellal, linalol butifenil metiproponal, 

citronenellol, limonene, geraniol.

Hampir semua kandungan ini diciptakan atau ditemukan dalam 

dua abad terakhir.

Pada Perang Dunia Pertama, Jerman mengalami blokade dan 

menderita kekurangan bahan baku parah, terutama potasium 

nitrat, unsur yang penting dalam bubuk mesiu dan bahan-bahan 

peledak lain.


Roda-Roda Industri

405

Sebagian besar cadangan potasium nitrat ada di Chile dan 

India; di Jerman tidak ada sama sekali. Benar, potasium nitrat bisa 

digantikan dengan amonia, namun  itu mahal juga untuk diproduksi. 

Untungnya bagi Jerman, salah satu warganya, seorang ahli kimia 

Yahudi bernama Fritz Haber, telah menemukan pada 1908 proses 

untuk memproduksi amonia yang secara harfiah berarti keluar 

udara tipis. saat  perang pecah, orang Jerman memakai  

temuan Haber untuk mulai memproduksi bahan peledak dengan 

memakai  udara sebagai bahan baku. Sebagian ahli meyakini 

bahwa kalau bukan sebab  hasil penemuan Haber, Jerman akan 

terpaksa menyerah jauh sebelum November 1918.6 Penemuan itu 

membuat Haber (yang dalam perang itu memelopori penggunaan 

gas beracun dalam perang) meraih Hadiah Nobel pada 1918 di 

bidang kimia, bukan perdamaian.

Kehidupan pada Sabuk Pengukur

Revolusi Industri menghasilkan satu kombinasi yang belum 

pernah ada sebelumnya, energi murah berlimpah dan bahan 

baku murah berlimpah. Hasilnya yaitu  ledakan produktivitas 

manusia. Ledakan itu terasa mula-mula dan paling utama di 

pertanian. Biasanya, saat  kita berpikir tentang Revolusi Industri, 

kita berpikir tentang sebuah lanskap urban dengan cerobong-

cerobong asap, atau penderitaan para penambang batubara yang 

dieksploitasi, berkeringat di dalam usus-usus Bumi. Namun, yang 

paling tepat, Revolusi sejatinya yaitu  Revolusi Agrikultur Kedua. 

Dalam 200 tahun terakhir, metode-metode produksi industri 

menjadi penopang utama pertanian. Mesin-mesin seperti traktor 

mulai menjalankan tugas yang sebelumnya dilakukan oleh 

kekuatan otot atau tidak dilakukan sama sekali. Ladang-ladang 

dan binatang-binatang menjadi jauh lebih produktif berkat 

pupuk-pupuk buatan, insektisida industri, dan segenap persediaan 

hormon dan medikasi. Kulkas, kapal, dan pesawat terbang 

memungkinkan untuk menyimpan produk selama berbulan-bulan, 

dan mengangkutnya dengan cepat dan murah ke sisi lain dunia. 

Bangsa Eropa mulai makan daging sapi segar dari Argentina 

dan sushi Jepang.


 

406

Bahkan, tumbuhan dan binatang dimekanisasi. Sekitar masa 

saat  Homo sapiens terangkat ke status ilahiah oleh agama-

agama humanis, binatang-binatang kebun tidak lagi dipandang 

sebagai makhluk hidup yang bisa merasakan sakit dan tertekan, 

dan diperlakukan sebagai mesin-mesin. Kini binatang-binatang 

ini  sering diproduksi secara massal dalam fasilitas-fasilitas 

seperti pabrik, tubuh mereka dibentuk menurut kebutuhan-

kebutuhan industri. Mereka menjalani seluruh kehidupannya 

sebagai roda-roda dalam satu mesin produksi raksasa, dan lama 

serta kualitas eksistensi mereka ditentukan oleh keuntungan dan 

kerugian korporasi bisnis. Sekalipun saat  industri peduli untuk 

menjaga mereka tetap hidup, sehat, dan diberi makan secara 

layak, ia tak punya kepentingan intrinsik pada kebutuhan sosial 

dan psikologis binatang (kecuali saat  ini semua punya dampak 

langsung pada produksi).

Ayam petelur, misalnya, memiliki alam perilaku kebutuhan 

dan dorongan yang rumit. Mereka punya hasrat kuat untuk 

mengelilingi lingkungannya, berkeliaran dan mematuk-matuk ke 

mana-mana, menentukan hierarki sosial, membangun sarang, dan 

kawin sendiri. Namun, industri telur sering mengunci ayam-ayam 

itu dalam kandang-kandang mini, dan tidak jarang empat ayam 

berdesak-desakan dalam satu kandang, masing-masing diberi 

satu ruang lantai sekitar dua puluh lima kali dua puluh lima 

sentimeter. Ayam-ayam itu menerima makanan yang cukup, namun  

mereka tidak mampu mengklaim teritori, membangun sarang, 

atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas alamiah. Malah, kandang 

terlalu kecil sehingga ayam-ayam itu sering bahkan tidak bisa 

mengepakkan sayap mereka atau berdiri tegak.

Babi yaitu  termasuk mamalia paling pintar dan paling ingin 

tahu, mungkin kedua di bawah kera besar. Namun, peternakan 

babi yang sudah diindustrialisasi secara rutin mengurung babi-

babi betina yang sedang menyusui dalam kerangkeng-kerangkeng 

kecil sehingga mereka secara harfiah tidak bisa berbalik (apalagi 

berjalan atau berkeliaran). Babi-babi betina itu dikerangkeng 

siang-malam selama empat pekan setelah melahirkan. Keturunan 

mereka kemudian dijauhkan untuk digemukkan dan babi-babi 


Roda-Roda Industri

407

betina itu dibuat bunting lagi dengan rombongan babi-babi 

jantan muda berikutnya.

Banyak sapi perah menjalani seluruh tahun hidup yang sudah 

dijatah untuk mereka dalam kurungan kecil; berdiri, duduk, 

dan tidur bersama air kencing dan kotoran mereka sendiri. 

Mereka menerima asupan makanan, hormon, dan obat-obatan 

dari seperangkat mesin. Sapi di tengah diperlakukan tak lebih 

dari satu mulut penerima bahan baku dan sebuah kantung 

yang memproduksi komoditas. Memperlakukan makhluk hidup 

yang memiliki alam emosional kompleks seakan-akan mesin 

kemungkinan memicu  mereka tidak nyaman bukan hanya 

secara fisik, melainkan juga secara sosial dan psikologis menjadi 

stres dan frustrasi.7

41. Anak-anak ayam pada sabuk pengukur di tempat penetasan 

komersial. Anak-anak ayam jantan dan betina yang tidak 

sempurna disortir sabuk pengukur dan kemudian dimatikan 

dalam kamar-kamar gas, dijatuhkan ke mesin penghancur 

otomatis, atau dibuang begitu saja ke tempat sampah saat 

menuju kematian. Ratusan juta anak ayam mati setiap tahun 

dalam tempat-tempat penetasan semacam itu.


 

408

Sebagaimana perdagangan budak Atlantik tidak muncul dari 

kebencian terhadap bangsa Afrika, begitu pula industri binatang 

modern tidak dimotivasi oleh permusuhan. Lagi-lagi, ini didorong 

oleh ketidaksetaraan. Sebagian besar orang yang menghasilkan 

dan mengonsumsi telur, susu, dan daging jarang berhenti sejenak 

untuk memikirkan nasib ayam, sapi, atau babi yang daging dan 

emisinya mereka makan. Mereka yang memikirkannya pun sering 

berpendapat bahwa binatang-binatang seperti itu benar-benar 

tak jauh beda dengan mesin, tak punya sensasi dan emosi, tak 

mampu menderita. Ironisnya, disiplin-disiplin saintifik yang 

sama yang membentuk mesin-mesin susu, mesin petelur, sudah 

menunjukkan keraguan di luar nalar bahwa mamalia dan unggas 

memiliki susunan sensori dan emosional yang kompleks. Mereka 

tidak hanya merasakan sakit secara fisik, namun  juga menderita 

dari tekanan emosional.

Psikologi evolusi menjelaskan bahwa kebutuhan emosional 

dan sosial binatang ternak berevolusi di alam liar, saat  mereka 

menjadi penting untuk survival dan reproduksi. Misalnya, seekor 

sapi liar harus tahu cara menjalin hubungan dekat dengan sapi-

sapi betina lain dan sapi-sapi jantan, atau kalau tidak, mereka 

tidak akan bertahan dan bisa bereproduksi. Dalam rangka 

mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan itu, 

evolusi menanamkan pada anak-anak sapi—sebagaimana pada 

binatang muda dari seluruh mamalia sosial lainnya—hasrat kuat 

untuk bermain (bermain yaitu  cara belajar perilaku sosial bagi 

mamalia). Dan, hasrat bermain itu ditanamkan pada mereka dan 

bahkan dorongan lebih kuat untuk lengket bersama induknya, 

yang susu dan perawatannya penting bagi kehidupan mereka.

Apa yang terjadi jika para peternak mengambil anak sapi, 

memisahkan dari induknya, menempatkannya di kandang tertutup, 

memberinya makanan, air dan obat untuk mencegah penyakit, 

dan kemudian, saat  ia sudah cukup tua, menginseminasinya 

dengan sperma sapi jantan? Dari perspektif objektif, anak sapi 

itu tidak lagi membutuhkan kedekatan material atau teman main 

dalam rangka bertahan hidup dan bereproduksi. Namun, dari 

perspektif subjektif, anak sapi tetap merasakan dorongan sangat 

kuat untuk dekat dengan induknya dan bermain dengan anak-anak 


Roda-Roda Industri

409

sapi lainnya. “Jika dorongan-dorongan itu tak dipenuhi, anak 

sapi itu sangat menderita. Inilah pelajaran dasar dari psikologi 

evolusi; sebuah kebutuhan yang dibentuk di alam liar terus 

dirasakan secara subjektif sekalipun ia tidak lagi benar-benar 

perlu untuk survival dan reproduksi. Tragedi agrikultur industrial 

yaitu  ia menaruh kepedulian besar pada kebutuhan-kebutuhan 

objektif binatang, namun  mengabaikan kebutuhan-kebutuhan 

objektif mereka.

Kebenaran teori ini sudah diketahui paling tidak sejak 

1950-an, saat  psikolog Amerika Harry Harlow mempelajari 

perkembangan kera. Harlow memisahkan kera-kera bayi dari 

induknya beberapa jam setelah kelahiran. Kera-kera itu diisolasi 

dalam kerangkeng-kerangkeng, kemudian dibesarkan oleh induk-

induk buatan. Satu induk buatan dibuat dari kawat-kawat logam, 

dan dipasangi botol susu, yang dari sana kera bayi bisa menetek. 

Induk buatan lain dibuat dari kayu yang dilapisi pakaian, yang 

menyerupai induk kera sesungguhnya, namun  tak disediakan 

bahan asupan apa pun. Diasumsikan bahwa bayi-bayi itu akan 

bergelayut di induk logam, bukan induk kayu yang berpakaian.

Harlow terkejut, bayi-bayi kera menunjukkan secara jelas 

pilihannya pada induk berpakaian, menghabiskan sebagian 

besar waktu bersamanya. saat  kedua induk ditempatkan 

berdekatan, bayi-bayi kera berpegangan pada induk berpakaian 

bahkan saat mereka menjangkau untuk menetek susu dari 

induk logam. Harlow mencurigai bahwa mungkin bayi-bayi 

itu berbuat demikian sebab  mereka kedinginan. Maka, dia 

memasang gelombang elektrik di dalam induk logam, yang kini 

mengeluarkan panas. Sebagian besar kera, kecuali yang paling 

muda, terus memilih induk berpakaian.

Riset lanjutan menunjukkan bahwa kera-kera yatim Harlow 

tumbuh menjadi kera yang rapuh secara emosional walaupun 

sudah mendapatkan seluruh asupan yang dibutuhkan. Mereka 

tidak pernah cocok dalam warga  kera, menghadapi kesulitan 

berkomunikasi dengan kera-kera lain, dan menderita kecemasan 

dan agresi tingkat tinggi. Kesimpulan itu tak terelakkan: kera-kera 

itu pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan dan hasrat psikologis 

yang melampaui kebutuhan-kebutuhan material mereka, dan jika 


 

410

semua ini tak dipenuhi, mereka akan sangat menderita. Beberapa 

dekade kemudian, sejumlah studi menunjukkan kesimpulan itu 

tidak hanya berlaku pada kera, namun  juga pada mamalia dan 

unggas. Saat ini, jutaan binatang peternakan mengalami kondisi 

yang sama sebagaimana kera-kera Harlow sebab  para peternak 

secara rutin memisahkan anak-anak sapi, anak-anak binatang 

lain dari induknya, untuk dibesarkan dalam isolasi.8

42. Salah satu kera yatim Harlow bergelayut di induk berpakaian, 

bahkan saat menetek susu dari induk logam.


Roda-Roda Industri

411

Secara keseluruhan, miliaran binatang ternak hidup saat 

ini sebagai bagian dari mesin mekanisasi, dan sekitar 10 miliar 

dari mereka dibantai setiap tahun. Metode-metode peternakan 

industrial ini memicu  kenaikan tajam produksi agrikultur 

dan cadangan makanan manusia. Berdamai dengan mekanisasi 

penanaman tumbuhan, industrial peternakan hewan menjadi 

basis bagi seluruh tatanan sosio-ekonomi modern. Sebelum 

industrialisasi pertanian, sebagian besar makanan yang diproduksi 

di ladang-ladang dan peternakan “dihabiskan”, memberi makan 

para petani dan binatang-binatang peternakan. Hanya sebagian 

kecil saja yang tersedia untuk dimakan para seniman, guru, 

pendeta, dan birokrat. Akibatnya, pada hampir semua warga , 

petani merupakan 90 persen populasi. Setelah industrialisasi 

pertanian, petani yang jumlahnya menyusut cukup untuk 

memberi makan pegawai dan tenaga pabrik yang jumlahnya 

terus tumbuh. Kini di Amerika Serikat, hanya dua persen 

populasi menggantungkan hidup dari pertanian, namun  yang dua 

persen ini menghasilkan cukup makanan bukan hanya untuk 

seluruh populasi Amerika Serikat, melainkan juga mengekspor 

surplusnya ke seluruh dunia.9 Tanpa industrialisasi pertanian, 

Revolusi Industri urban tidak akan pernah bisa terjadi—tidak 

akan ada tenaga dan otak yang cukup untuk mengawaki pabrik 

dan kantor-kantor.

Saat pabrik-pabrik dan kantor-kantor itu menyerap 

miliaran tenaga dan otak yang dilepas dari ladang, mereka 

mulai mengalirkan limpahan produk yang tak pernah terjadi 

sebelumnya. Manusia kini memproduksi lebih banyak baja, 

membuat lebih banyak pakaian, dan membangun lebih banyak 

bangunan ketimbang sebelumnya. Selain itu, mereka menghasilkan 

banyak sekali barang-barang yang sebelumnya tak terbayangkan, 

seperti bola lampu, ponsel, kamera, dan mesin cuci piring. Untuk 

kali pertama dalam sejarah manusia, pasokan mulai melebihi 

permintaan. Dan, sebuah problem yang sama sekali baru pun 

muncul: siapa yang akan membeli semua barang ini? 


 

412

Abad Belanja

Ekonomi kapitalis modern harus secara konstan meningkatkan 

produksi jika ingin bertahan hidup, seperti seekor hiu yang 

harus berenang atau mati lemas. Namun, berproduksi saja tidak 

cukup. Seseorang harus juga membeli produk-produk, kalau tidak 

para industrialis dan investor akan bangkrut. Untuk mencegah 

bencana ini dan untuk memastikan bahwa orang-orang akan 

selalu membeli apa pun barang baru yang dihasilkan industri, 

sebuah jenis baru etika muncul: konsumerisme. 

Sebagian besar orang sepanjang sejarah hidup di bawah 

kondisi kelangkaan. Dengan demikian, penghematan menjadi 

semboyan mereka. Etika kesederhanaan dari bangsa Puritan 

dan Spartan yaitu  dua contoh yang terkenal. Orang yang 

baik menghindari kemewahan, tidak pernah membuang-buang 

makanan, dan mengenakan celana robek, ketimbang membeli 

yang baru. Hanya raja dan bangsawan yang dibolehkan mengabai-

kan nilai-nilai semacam itu secara terbuka dan secara mencolok 

memamerkan kekayaan mereka.

Konsumerisme memandang konsumsi lebih banyak produk 

dan jasa yaitu  hal yang positif. Orang didorong untuk 

memperlakukan diri, memanjakan diri, dan bahkan membunuh 

diri pelan-pelan dengan konsumsi berlebihan. Kesederhanaan 

yaitu  penyakit yang harus diobati. Anda tidak perlu mencari 

terlalu jauh untuk melihat etika konsumeris beraksi—cukup baca 

saja sisi belakang kotak sereal. Di sini ada kutipan dari sebuah 

kardus salah satu sereal sarapan favorit saya, yang diproduksi 

oleh sebuah firma Israel, Telma:

Sesekali Anda butuh dilayani. Sesekali Anda butuh sedikit energi 

ekstra. Ada waktunya untuk memperhatikan berat badan Anda dan 

waktu saat  Anda hanya harus mendapatkan sesuatu ... sekarang 

juga! Telma menawarkan beragam sereal lezat hanya untuk Anda—

manjakan diri tanpa penyesalan.

Paket yang sama memampang iklan untuk merek sereal lain 

yang dinamakan Health Treats:


Roda-Roda Industri

413

Health Treats menawarkan banyak biji-bijian, buah-buahan, dan 

kacang-kacangan untuk sebuah pengalaman yang menggabungkan 

citarasa, kenikmatan, dan kesehatan. Untuk kudapan yang nikmat 

pada tengah hari, cocok untuk gaya hidup sehat. Kudapan riil dengan 

citarasa luar biasa dari ....[penekanan dalam tulisan asli].

Hampir sepanjang sejarah, orang lebih mungkin menyingkir 

ketimbang terpikat pada teks semacam itu. Mereka akan bekerja 

sangat keras, dengan bantuan psikologi popular (“Just do it!”) 

untuk meyakinkan orang bahwa kesibukan bagus untuk Anda, 

sedang  kesederhanaan yaitu  penindasan diri.

Iklan ini  berhasil. Kita semua yaitu  konsumen yang 

bagus. Kita membeli tak terhitung produk yang tidak bener-benar 

kita butuhkan, dan bahwa sampai kemarin kita belum tahu itu 

ada. Pabrikan dengan sengaja mendesain barang-barang jangka 

pendek dan menciptakan model-model baru dan tak perlu dari 

produk-produk yang memuaskan secara sempurna, yang harus 

kita beli agar tetap “kekinian”. Belanja sudah menjadi favorit 

masa lalu, dan barang-barang konsumsi sudah menjadi mediator 

esensial dalam hubungan antara anggota-anggota keluarga, 

pasangan-pasangan, dan sahabat-sahabat. Hari raya keagamaan 

seperti Natal sudah menjadi perayaan belanja. Di Amerika 

Serikat, bahkan Hari Berkabung—yang semula hari sendu untuk 

mengenang para tentara yang gugur—kini menjadi kesempatan 

untuk obral-obral spesial. Sebagian besar orang menandai hari 

ini dengan pergi berbelanja, mungkin untuk membuktikan bahwa 

para pembela kemerdekaan itu tidak mati sia-sia.

Merebaknya etika konsumerisme termanifestasi paling jelas 

di pasar makanan. warga  agrikultur tradisional hidup 

dalam bayangan kelaparan yang mengerikan. Dalam dunia 

yang berkelimpahan saat ini salah satu problem kesehatan yang 

menonjol yaitu  obesitas, yang menyerang orang miskin (yang 

menumpuk dalam tubuh mereka hamburger dan piza) bahkan 

lebih parah ketimbang orang kaya (yang makan salad-salad 

organik dan sari buah-buahan). Setiap tahun populasi Amerika 

Serikat menghabiskan lebih banyak uang untuk produk diet 

ketimbang yang dibutuhkan untuk memberi makan seluruh orang 


 

414

lapar di belahan dunia lainnya. Obesitas yaitu  kemenangan 

ganda bagi konsumerisme. Bukan sedikit makan yang bisa 

memicu  kontraksi ekonomi, orang makan terlalu banyak 

dan kemudian membeli produk-produk diet—melipatgandakan 

kotribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Bagaimana kita bisa memadukan etika konsumeristik 

dengan etika kapitalistik orang bisnis, yang menurut mereka 

keuntungan tidak boleh disia-siakan, dan harus direinvestasi ke 

produksi? Sederhana. Sebagaimana pada era-era sebelumnya, 

kini ada pembagian tenaga antara elite dan massa. Dalam 

Eropa abad pertengahan, kaum aristokrat menghabiskan uang 

mereka secara sembrono pada kemewahan-kemewahan luar 

biasa, sedang  kaum petani menghabiskan uang mereka 

secara hemat, menghitung setiap sen uangnya. Kini, tabelnya 

berbalik. Orang kaya sangat peduli dalam mengelola aset-aset 

dan investasi-investasi mereka, sedang  yang tidak kaya terseret 

utang untuk membeli mobil dan televisi yang sesungguhnya tidak 

mereka butuhkan.

Etika kapitalis dan konsumeristis yaitu  dua sisi mata uang, 

sebuah penggabungan dari dua firman. Firman tertinggi orang 

kaya yaitu  “Investasikan!” Firman tertinggi golongan yang lain 

yaitu  “Beli!”

Etika kapitalis-konsumeristik yaitu  revolusioner dalam 

pengertian lain. Sebagian besar sistem etik sebelumnya me-

nyodorkan ketentuan yang berat bagi warga . Mereka 

menjanjikan surga, namun  hanya jika mereka menanam semangat 

dan toleransi, mengatasi nafsu dan amarah, dan menahan diri 

dari keinginan-keinginan egois. Ini terlalu berat bagi kebanyakan 

orang. Sejarah etika yaitu  kisah sedih dari cita-cita luar biasa 

yang tak seorang pun mampu menanggungnya. Sebagian besar 

orang Kristen tidak meniru Kristus, sebagian besar orang Buddha 

gagal mengikuti ajaran Buddha, dan sebagian orang Konfusian 

pasti memicu  sang Konghucu naik pitam.

Sebaliknya, sebagian besar orang masa kini berhasil 

hidup dengan cita-cita kapitalis-konsumeristik. Etika baru ini 

menjanjikan surga pada kondisi yang orang kaya tetap rakus 

dan menghabiskan waktu mereka untuk menghasilkan uang, dan 


Roda-Roda Industri

415

massa memberi jalan bebas bagi nafsu dan hasrat mereka—dan 

membeli lagi dan lagi. Inilah agama pertama dalam sejarah yang 

para pengikutnya sesungguhnya melakukan apa yang diminta. 

Namun, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita benar-benar 

mendapatkan surga sebagai imbalannya? Kita sudah melihatnya 

di televisi.


 18

Sebuah Revolusi Permanen

Revolusi Industri membuka cara-cara baru untuk mengonversi 

energi dan menghasilkan barang, terutama dalam membebaskan 

manusia dari ketergantungannya pada ekosistem di sekitarnya. 

Manusia menebangi hutan, mengeringkan rawa-rawa, membendung 

sungai-sungai, membanjiri dataran, menghamparkan puluhan 

ribu kilometer jalur kereta api, dan membangun metropolitan 

pencakar langit. Saat dunia dicetak agar sesuai dengan kebutuhan 

Homo sapiens, habitat-habitat dirusak dan spesies-spesies pun 

punah. Planet kita yang dulu hijau dan biru berubah menjadi 

pusat perbelanjaan berisi beton dan plastik. 

Kini kontinen-kontinen Bumi dihuni hampir 7 miliar Sapiens. 

Jika Anda mengambil semua orang ini dan menempatkannya pada 

seperangkat timbangan besar, maka berat gabungan mereka akan 

menjadi sekitar 300 juta ton. Jika Anda kemudian mengambil 

semua binatang ternak domestikasi—sapi, babi, domba, dan 

ayam—dan menempatkan semuanya pada timbangan yang lebih 

besar lagi, berat mereka akan menjadi 700 juta ton. Sebaliknya, 

berat seluruh binatang liar yang masih hidup—dari landak dan 

penguin sampai gajah dan paus—kurang dari 100 juta ton. 

Artikel -Artikel  anak-anak kita, ikonografi dan layar-layar televisi kita 

masih penuh dengan jerapah, rubah, dan simpanse, namun  di alam 

riilnya tinggal tersisa sangat sedikit. Ada sekitar 80.000 jerapah 

di dunia, bandingkan dengan 1,5 miliar sapi; hanya 200.000 

rubah abu-abu, bandingkan dengan 400 juta anjing domestikasi; 

hanya 250.00 simpanse—bandingkan dengan miliaran manusia. 

Manusia benar-benar telah menguasai dunia.1

Degradasi ekologis tidak sama dengan kelangkaan sumber 

daya. Seperti yang kita lihat pada bab sebelumnya, sumber 


Sebuah Revolusi Permanen

417

daya yang tersedia bagi manusia secara konstan bertambah, dan 

sangat mungkin terus bertambah. Itulah sebabnya nubuat kiamat 

kelangkaan sumber daya mungkin salah alamat. Sebaliknya, 

kekhawatiran akan degradasi ekologi memiliki dasar yang sangat 

kuat. Pada masa depan Sapiens mungkin akan menguasai banyak 

sekali bahan-bahan baku dan sumber-sumber energi baru, sambil 

merusak secara serempak apa yang tersisa dari habitat alam dan 

memusnahkan sebagian besar spesies lain.

Sungguh, kehancuran ekologis mungkin membahayakan 

Homo sapiens sendiri, yang masih bertahan. Pemanasan global, 

naiknya permukaan laut, dan polusi yang menyebar luas bisa 

membuat Bumi semakin tak bisa dihuni oleh jenis kita, dan pada 

masa depan, sebagai akibatnya, akan terjadi adu cepat antara 

kekuatan manusia dan bencana-bencana yang diakibatkan oleh 

ulah manusia. Saat manusia memakai  kekuatan mereka 

untuk menghadapi kekuatan alam dan menundukkan ekosistem 

untuk kebutuhan dan keinginan mereka, maka mereka mungkin 

akan menimbulkan semakin banyak efek samping berbahaya 

yang tak terantisipasi. Ini semua hanya bisa dikendalikan dengan 

manipulasi ekosistem yang lebih drastis, yang akan menghasilkan 

kekacauan lebih buruk.

Banyak orang menyebut ini proses “penghancuran alam”. 

Namun, ini sesungguhnya bukan penghancuran, ini perubahan. 

Alam tidak bisa dihancurkan. Enam puluh lima juta tahun lalu, 

sebuah asteroid menyapu dinosaurus, namun  dengan itu terbuka 

jalan bagi munculnya mamalia. Kini, manusia mendorong banyak 

spesies menuju kepunahan dan mungkin akan memusnahkan 

dirinya. Namun, organisme-organisme lain akan tetap baik-baik 

saja. Tikus dan kecoak, misalnya, sedang berada dalam masa 

kejayaan mereka. Makhluk-makhluk yang ulet ini mungkin akan 

menyeruak dari balik reruntuhan berasap Armageddon nuklir, 

siap dan mampu menyebarkan DNA mereka. Mungkin 65 juta 

tahun dari sekarang, tikus-tikus pintar akan melihat ke belakang 

berterima kasih pada penempaan oleh manusia, seperti kini kita 

berterima kasih pada asteroid pembasmi dinosaurus.

Tetap saja, rumor-rumor tentang kepunahan kita yaitu  

prema