perang Khalid bin Walid

 



perang Khalid bin Walid

Khalid bin Walid berasal dari keturunan bani Makhzum yaitu salah satu bani yang 

sangat terpandang dan sangat disegani di suku Quraisy. Khalid bin Walid sering disebut 

dengan Abu Sulaiman. Ia juga seorang panglima tinggi, dengan kehidupan yang sederhana 

dan rendah hati sebagai seorang seorang prajurit. Ia pun terkenal sebagai prajurit dengan 

rasa tanggung jawab ia miliki sebagai seorang panglima dan dapat dijadikan panutan oleh 

banyak orang serta memiliki sosok pribadi yang mengagumkan, penuh dengan kemuliaan. 

Rasulullah SAW sering sekali meminta bantuan kepada Khalid bin Walid dalam berbagai 

peperangan.

Khalid bin Walid juga mempunyai peran dalam Perang Yarmuk. Pada sekitar tahun 13 

Hijriyah bulan Jumadil Tsani hancurnya perang Yarmuk antara pasukan Islam dan Romawi. 

Situasi dan kondisi saat itu sedang berkacauan, tiba-tiba datang seorang dari kota Madinah 

menghampirinya dan memberi kabar mdua berita besar yang begitu membuat kaget pasukan 

Islam. Berita pertama yaitu  berita tentang wafatnya Khalifah Abu Bakar, dan jabatan 

Khalifah digantikan dengan Umar bin Khattab. Berita kedua yaitu  memberi kabar bahwa 

pemimpin perang Islam yang terbaru harus digantikan, yang semula oleh Khalid bin Walid 

diganti dengan Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai jabatan panglima tertinggi Perang Yarmuk 

pada saat itu. Akan tetapi proses peralihan kepemimpinan tersebut dilaksanakan apabila 

situasi dan kondisi perang Yarmuk dikatakan selesai, faktor lain agar pasukan perang umat 

Islam tetap fokus pada perlawanan terhadap musuh yang sedang terjadi saat itu. Semangat 

berjuang Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya untuk dapat berhasil meraih 

kemenangan perang, sehingga saat itu pihak Romawi yang terkenal dengan pasukan perang 

yang amat besar dapat dikalahkan oleh pasukan Islam dibawah komando Khalid bin Walid. 

Dari sinilah saya ingin membahas mengenai Khalid bin Walid, hal inilah yang membuat 

penulis mempunyai keinginan yang besar untuk menggali informasi mengenai riwayat 

hidupnya, peran serta kontribusi yang dilakukan untuk dakwah Islam, dan strategi 

perjuangan dalam Perang Mu’tah dan Perang Yarmuk. Keunikan tersendiri yang terdapat 

pada sosok Khalid bin Walid dapat terus rendah hati dan semangat semakin membara 

dalam mengomandoi perang tersebut melainkan sebelumnya Khalid juga telah mengetahui 

kabar mengenai diberhentikannya dari jabatan panaglima tertinggi. 

Pentingnya dipelajari mengenai Strategi Peperangan Khalid bin Walid ini bertujuan 

untuk dapat mengambil khazanah keilmuan yang ada pada diri sosok Khalid dan berusaha 

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan disini bukan berarti untuk 

melakukan peperangan, akan tetapi strategi kecerdasannya dalam berpikir untuk menaklukan 

musuh dan juga untuk mengatur seluruh pasukan agar tunduk pada komandonya. 

Pendekatan yang dipakai   oleh penulis Pendekatan Historis-Biografis. sebab  pada 

subjek pembahasan ini bukan hanya membahas secara runtut kisah tokoh atau seseorang, 

melainkan juga membahas riwayat hidup tokoh serta peristiwa-peristiwa yang dialami 

tokoh tersebut. Dengan pendekatan Historis penulis bisa memaparkan perjalanan hidup 

Khalid bin Walid sesuai dengan kesejarahan. lalu   pendekatan Biografis merupakan 

cara pengumpulan data dengan mengambil beberapa referensi mengenai riwayat hidup 

Khalid bin Walid di mulai saat masa kecil, masa remaja, smasa dewasa, kehidupan sebelum 

Khalid menyatakan untuk memeluk agama Islam, serta kehidupan Khalid pasca memeluk 

agama Islam dan mengikuti Rasulullah SAW. STRATEGI MILITER

A. Teori Strategi Militer 

Strategi oleh Clausewitz (1812:18), diartikan sebagai “the employment of the battle as the 

means towards the attainment of the object of the war”. Ini berarti strategi yaitu  peperangan 

dipakai   sebagai cara untuk memperoleh dari tujuan perang itu sendiri. Dari sini bisa 

diartikan bahwa pandangan Clausewitz, strategi diartikan sebagai pembuatan strategi 

untuk berperang agar kita dapat memperoleh tujuan-tujuan kita dalam berperang tersebut. 

Clausewitz dalam On War menyatakan bahwa strategi yaitu  the us of an engagement 

for the purpose of the war. Untuk mencapai tujuan perang, maka diperlukan kekuatan/ 

pasukan. Sehingga dapat disimpulkan dari pernyataan Clausewitz bahwa strategi yaitu  

pemanfaatan pertempuran untuk mencapai tujuan perang dengan menggunakan kekuatan/ 

pasukan yang ada. 

Ada empat elemen strategi menurut Clausewitz (1812:21). Yang pertama yaitu  elemen￾elemen yang mempunyai hubungan erat dengan moral. Selanjutnya yaitu  elemen yang 

didalamnya terdapat kekuatan militer dan proporsi kekuatan ketiga angkatan bersenjataan 

serta kekuatan kelompoknya. lalu   yaitu  elemen dengan dilaksanakannya kegiatan 

operasional yang akan dilakukan serta gerakan ataupun manuver-manuver yang bisa 

dilakukan. sedang  yang terakhir yaitu  kondisi fisik geografis dari wilayah-wilayah 

tempat medan peperangan. 

Carl Von Clausewitz memberikan beberapa definisi tentang Hakekat Perang: 

1. War is nothing but a duel on a larger scale (Perang melibatkan dua atau lebih pihak￾pihak yang saling berhadapan dimana masing-masing menggunakan kekuatan fisik 

mencoba memaksa pihak lain melakukan kehendaknya. 

2. War is thus an act of force to compel our enemy to do our will (suatu tindakan untuk 

memaksa musuh tunduk kepada kemauan kita). 

3. War is an art not a science (membedakan perang dengan aktivitas yang lain dengan cara 

penggunaan kekuatan secara terorganisasi. 

4. No two wars are identical (sifat/ karakteristik dari perang yang akan selalu ditentukan 

oleh tercapainya keseimbangan antara tiga element dalam satu negara yaitu: rakyat, 

militer, dan pemerintah. 

B. Strategi Militer Yang Dilakukan Khalid bin Walid Dalam Berbagai Peperangan 

Dalam pertempuran tahap pertama pada perang uhud yang terjadi pada tahun ketiga 

kalender Hijriyah, pertempuran ini disebabkan oleh faktor membalas dendamnya pasukan 

Quraisy kepada pasukan umat Islam sebab  telah berhasil dalam oerang badar pada saat 

itu. Pada saat itu di bukti uhud tempat pertempuran terjadi peperangan hampir mendekati 

selesai pasukan pemanah kaum muslimin meninggalkan medan pertempuran mereka 

dengan bertujuan untuk mengambil harta rampasan dari pihak musuh. Dampak negatif dari 

itu pasukan kaum muslimin sudah terpencar-pencar dari medan pertempurannya. Khalid 

bin Walid pada saat itu menjadi pemimpin perang kaum Quraisy dengan kecerdasan strategi 

perangnya ia dengan sergap dan tanggap langsung menyerbu pasukan umat Muslim yang 

pada saat itu kondisi mereka sedang berjalan meninggalkan medan pertempuran tersebut, 

dan pada saat itu pula kaum Muslimin tidak paham akan mana musuh dan juga mana 

kawannya sendiri. Selanjutnya dalam perang khandaq yang terjadi pada tahun kelima kalender Hijriyah, 

perang ini menggunakan strategi dengan cara menggali parit sebagai cara pertahanan pada 

saat itu. Khalid bin Walid ikut serta dalam peperangan ini bersama pasukan Musyrik. Salah 

satu faktor yang menyebabkan terjadinya perang ini yaitu  kaum Yahudi mengolok-olok 

kepada kaum Musyrikin untuk tidak menyukai umat Islam, selain itu bahkan mereka juga 

mendorong untuk memerangi kepada umat Islam. Pada hari sabtu tepat di bulan syawal 

kaum Musyrik dari Arab mengirimkan pasukan perangnya kepada kaum Yahudi, akan 

tetapi pada hari tersebut kaum Yahudi tidak boleh melaksanakan perang sebab  hari sabtu 

merupakan hari kesucian mereka. lalu   di saat itu juga terjadinya angin topan yang 

melanda orang-orang Musyrik sehingga tempat peristirahatan perang mereka hancur lebur. 

Khalid bin Walid juga berkontribusi dalam perang hunain, perang ini terjadi setelah 

peristiwa Fathu Makkah. Perang ini disebabkan sebab  Raja yang bernama Malik bin Auf 

an-Nashri tidak terima adanya peristiwa Fathu Makkah, maka ia berusaha mengumpulkan 

prajuritnya untuk memerangi Rasulullah SAW. Pada saat itu Khalid bin Walid berada 

dibarisan paling depan dengan mengendarai kuda. Strategi yang dilakukan Khalid bin Walid 

dalam peperangan ini yaitu  dengan cara membuat tempat peristirahatan perang didekat 

sebuah benteng dengan tujuan apabila terdapat serangan dari musuh benteng itulah sebagai 

tempat untuk bersembunyi dibaliknya. Perang itu berakhir pada tahun ke delapan kalender 

Hijriyah dengan ditandainya pasukan Umat Muslim kembali ke kota Madinah. 

Selanjutnya yaitu  perang tabuk, perang ini disebabkan sebab  pasukan Romawi 

telah mengirim kekuatan besar untuk menguasai wilayah Syam pada saat itu. Rasulullah 

berkeinginan untuk menaklukan daerah yang mendekati dari Tabuk. Daerah itu dipimpin 

oleh Ukaidar bin Abdul Malik yang beragama Nasrani. Rasulullah memerintahkan kepada 

Khalid bin Walid untuk mengatasinya dengan ditemani pasukan berkuda sebanyak 400 

pasukan. Strategi yang dilakukan Khalid bin Walid untuk mengatasi Ukaidar dengan cara 

menawan kepadanya lalu   menyerahkan langsung kepada Rasulullah SAW. 

BIOGRAFI KHALID BIN WALID

Nama lengkap Khalid bin Walid yaitu  Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah 

bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, dan nasabnya bertemu dengan Rasulullah 

SAW pada Murrah. Khalid bin Walid terlahir pada tahun 538 M. Khalid dijuluki dengan 

nama Abu Sulaiman dan juga dengan Abu Walid, sebab  Khalid memiliki anak laki-laki yang 

bernama Sulaiman dan Walid. Ia merupakan seorang dari keturunan Bani Makhzum, yaitu 

salah satu Bani yang terpandang di Quraisy. 

Khalid bin Walid pada masa kecilnya belajar terhadap segala sesuatu yang dipelajari 

sebagaimana sesuai dengan anak-anak seusianya, dan dipersiapkan untuk perang serta adu 

ketangkasan. Keberhasilan Khalid bin Walid dalam karirnya yaitu ia selalu mengedepankan 

untuk berprinsip hidup sederhana dan menerima apa yang telah dianugerahi walaupun 

itu kehidupan yang begitu keras sebagaimana orang-orang primitif, tidak juga sebagai 

tokoh atau pemuka bangsa, dari sifat itu menjadi Khalid terbiasa agar mampu bersabar 

dalam mengalami penderitaan dalam perang-perang yang akan dihadapinya kelak, dari 

hal tersebut menjadikan Khalid bin Walid seorang pejuang yang penuh kecerdasan dan 

bisa melakukan berbagai macam strategi yang berbeda di dalam setiap akan melakukan 

pertempuran. Sehubungan dengan banyak harta yang dimiliki oleh Ayahnya, Khalid bin Walid memanfaatkannya untuk berlatih ketrampilan menunggang kuda dan bergulat. 

Disamping itu Khalid juga selalu memberikan bantuan baik itu berbentuk materi maupun 

non materi terhadap orang-orang yang meminta bantuan kepadanya. 

Ketika Khalid bin Walid sudah berusia dewasa, ia merupakan salah satu tokoh pemuda 

yang sangat dihormati oleh banyak orang, tidak hanya dengan orang-orang seumurannya 

saja tetapi juga dihormati oleh orang yang lebih tua dibanding Khalid. Ia memfokuskan karir 

lebih penting untuk tertuju pada perang. Rasa keinginannya dalam meraih kemenangan 

dalam peperangan dan mempunyai semangat membara sangat kuat untuk keberhasilan 

keinginanya tersebut. Khalid bin Walid banyak terjun mengikuti berbagai pertempuran dan 

senantiasa mendapatkan kemenangan sehingga ia pun menjadi sosok pahlawan yang disukai 

khalayak orang banyak. Semua itu didapatkannya di sepanjang masa kehidupannya pada 

masa-masa sebelum memeluk agama Allah dan membenarkan atas kenabian Muhammad 

SAW. 

Sepeninggal wafat ayahnya, Khalid bin Walid melakukan perjalanan ke Suriah bersama￾sama kelompok dagang dan kembali pulang menuju Mekkah setelah selesai Perang Badar. 

Pada peristiwa Perang Badar, Khalid bin Walid tidak mengikutinya, disebab kan posisi ia 

pada saat itu tidak sedang di kota Mekkah. Khalid mengikuti Perang Uhud, terjadi di tahun 

ketiga kalender Hijriyah. Perang ini terjadi di Gunung yang bernama Uhud, kedudukan 

Khalid bin Walid pada Perang Uhud ini sebagai salah satu komandan pasukan-pasukan 

Musyrik Quraisy. Dalam perang ini, pasukan Umat Islam hancur tidak memiliki pemimpin 

hingga membuat pasukan Islam kehilangan arah dalam berperang. 

lalu   Khalid bin Walid berpartisipasi juga dalam Perang Khandaq, perang ini 

terjadi pada tahun kelima kalender Hijriyah. Dalam sejarahnya perang ini dikatakan 

pasukan Quraisy membersihkan umat Islam dan mengusirnya dari kota Madinah. Salah 

satu faktor terjadinya Perang Khandaq ini yaitu kaum Yahudi mengolok-olok orang Musyrik 

Arab untuk membenci umat Islam. padahal di sisi lain kaum Yahudi merupakan kaum yang 

paling keras melawan orang-orang yang beriman. Pada bulan syawal malam hari, kaum 

Quraisy mengirimkan perintah kepada kaum Yahudi untuk melakukan rencana strategi 

menyerang umat Muslim. Namun pada hari tersebut kaum Yahudi tidak melaksanakannya, 

sebab  mereka memiliki kepercayaan melanggar kesucian di hari sabtu. lalu   tidak 

lama Allah SWT mengirimkan angin tpan yang melanda kepada kaum Musyik sehingga pos 

perang tempat peristirahatan mereka pun ikut hancur, sehingga pasukan kaum Musyrik 

mengalami kekalahan. 

Masa-masa keislaman Khalid bin Walid ini muncul ketika di suatu hari ia melakukan 

dialog dengan dirinya pribadi dengan mengerahkkan fikiran secara sempurnanya untuk 

merenungkan Agama baru, yang tanda-tanda kebenarannya selalu bertambah hari demi hari. 

Ia bermohon kepada Allah yang Maha Mengetahui segala apa yang ia tidak mengetahuinya, 

dan setelah itu tidak lama lalu   Allah mengulurkan jalan petunjuk. Ia berkata kepada 

dirinya: “Demi Allah, sungguh telah nyata bukti-buktinya, sungguh laki-laki itu yang 

bernama Muhammad itu yaitu  Rasul yang diutus Allah SWT”. lalu   ia berangkat, demi 

Allah aku akan masuk Islam. Sampai pada akhirnya Khalid bin Walik memeluk agama Islam 

pada bulan Safar 8H/ 629M sesudah perjanjian Hudaibiyah.1

 Setelah memeluk Agama Allah

dan membenarkan akan kenabian Muhammad SAW, Khalid bin Walid memberikan semua 

kemampuan yang ia miliki demi agama yang telah ia anut. Sikap keberanian Khalid di medan 

perang serta kepemimpinan komandonya dari para pasukan berkuda, dan kemampuan 

bermain pedang secara lihai ia tujukan untuk meraih penghargaan dalam jihad fi sabilillah.

Peperangan pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid Pasca memeluk agama 

Islam yaitu  perang Mu’tah. Diceritakan bahwa perang ini merupakan perang yang besar 

yang pernah dilakukan oleh umat Islam semasa hidup Nabi Muhammad SAW namun dari 

peristiwa perang Mu’tah ini Khalid bin Walid mampu mengalahkan musuh, yaitu pasukan 

Romawi. Pada kejadian Fath Mekkah Khalid bin Walid juga diberi tugas dari Rasulullah 

SAW untuk menghancurkan berhala-berhala yang bernama Uzza dan Nakhla, letak berhala 

kaum Jahiliyah tersebut yang semuanya dikumpulkan di Ka’bah menjadi satu tempat sakral 

untuk pemujaan orang-orang Jahiliyah pada masa itu. Tugas ini dilaksanakan tanpa terjadi 

pembunuhan antara kaum Muslimin dan kaum Jahiliyah

Dalam aspek sikap kesetiaan dan kebijaksanaan sifat itu ada pada diri Khalifah Abu 

Bakar. lalu   dalam aspek memimpin umat Islam secara ketegasan sifatnya itu terdapat 

pada diri Umar bin Khattab. Khalifah Umar-lah sebagai seorang sahabat yang mempunyai 

postur tubuh dan sifat yang membuat masyarakat saat itu takut tetapi juga patuh akan apa 

yang disampaikannya, bahkan sampai setan pun tak ingin berpapasan dengan Umar bin 

Khattab apabila di jalan. Selanjutnya dalam aspek kewara’an, tampak ada pada diri Khalifah 

Utsman bin Affan menjadi teladan pemimpin yang begitu elegan dan sempurna. Ia juga satu￾satunya sahabat yang hingga malaikat pun mempunyai rasa malu kepadanya. Serta dalam 

aspek kecerdasan, Ali bin Abi Thalib merupakan sosok yang wajib dicatatnya. Ia merupakan 

sahabat yang oleh Rasulullah SAW dicap sebagai gudang yang luas akan ilmu pengetahuan 

yang tersimpan dalam hati dan fikiran beliau. lalu   dalam aspek dunia kemiliteran, 

Khalid bin Walid menjadi sosok yang tak kalah tersaingi. Ia juga merupakan satu-satunya 

sahabat yang oleh Rasulullah SAW diberi julukan “Saifullah” Pedang Allah. 

Sebagai bukti, dalam peristiwa sejarah hanya mencatat bahwa dalam serangkaian 

pahitnya peperangan yang telah harus dilalui semasa Rasulullah SAW masih hidup, kaum 

Muslimin hanya mengalami kekalahan sekali, tepatnya dalam Perang Uhud. Dan aktor 

dibalik kekalahan ini bukanlah Abu Sufyan yang merupakan pemimpin utama tentara 

Quraisy, akan tetapi Khalid bin Walid. Khalid bin Walid dikenal sebagai seorang tokoh 

Quraisy dan pahlawan yang tak lepas dari dunia kemiliteran dan peperangan. Ia merupakan 

salah satu komandan militer yang paling disegani dan terkenal dimana-mana pada abad 

pertama hijriyah dan juga yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam peperangan mana 

pun, baik sebelum maupun sesudah masuk Islam, pemilik strategi dan taktik militer yang 

cemerlang, yang lalu   banyak dipelajari diberbagai akademi militer di seluruh dunia 

hingga sekarang.2

Nabi Muhammad memberi Julukan Saifullah al-Maslul juga sebab  Khalid bin Walid 

berhasil menyelamatkan kaum Muslimin ketika dalam kondisi terdesak dan kalah dalam 

jumlah pasukan dalam berperang dan juga mengenai wafatnya tiga pemimpin umat Islam (Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah) lalu   setelah 

berhasil menyelamatkan kaum Muslimin tadi, Khalid bin Walid lalu kembali pulang menuju 

ke kota Madinah. Khalid bin Walid banyak sekali ikut serta dalam berbagai peprangan 

bersama Rasulullah Muhammad SAW, dan juga dalam pertempuran menghadapi orang￾orang yang keluar dari barisan agama Islam, serta melakukan berbagai ekspansi perjalanan 

sambil melakukan penaklukan Islam seperti di wilayah Persia dan wilayah Syam. Serta 

menjadi pemimpin perang dalam pertempuran Yarmuk yang begitu terkenalnya sehingga 

mengakibatkan kekalahan mutlak atas kekaisaran Romawi di Syam. Semua aspek yang 

diberikan Khalid bin Walid dengan melalui segala yang ia punya dari segi kemampuan 

baik harta, jiwa dan raga melalui media peperangan, hanya satu tujuan yang menjadi 

prinsip tersendiri oleh Khalid bin Walid yaitu demi tegaknya agama Allah di muka bumi 

ini. Perannya dalam membuat keberhasilan kemenangan pada berbagai pertempuran dan 

sebagai panglima dalam pemimpin perang menimbulkan Khalid bin Walid menjadi sosok 

idaman yang dikagumi oleh umat Islam termasuk juga sangat disegani baik oleh kawan 

ataupun lawan.

Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar sangat bijaksana dalam bidang peme￾rintahan dengan cara membentuk berbagai bidang, diantaranya Bidang Eksekutif yang 

bertugas pengirimiman terhadap tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah lain. 

lalu   ada Bidang Pertahanan dan Keamanan yang bertugas mengatur pasukan-pasukan 

yang telah ada untuk dapat terus mempertahankan agama dan negara, diantara panglima 

yang ditugasi: Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan. 

Selanjutnya ada Bidang Yudikatif yang betugas mengurusi kehakiman yang dilakukan oleh 

Umar bin Khattab selama masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar. Bidang selanjutnya yaitu 

Sosial Ekonomi yang bertugas menata sosial ekonomi kenegaraan dan membentuk baitul 

mal yang didalamnya mengelola harta kekayaan milik negara pada saat itu. 

STRATEGI PEPERANGAN KHALID BIN WALID DALAM PERANG MU’TAH DAN PERANG 

YARMUK

A. Perang Mu’tah

Pada saat itu Nabi Muhammad SAW belum menaklukan kota Mekkah, saat itu juga 

Perjanjian Hudaibiyah baru berjalan setahun, dan beliau pun tidak mempunyai keinginan 

untuk melanggar perjanjiannya. Salah satu faktor terjadinya perang ini ketika Rasulullah 

SAW mengirim utusannya kepada Raja Romawi. Ketika utusan Rasulullah SAW tersebut 

sudah sampai daerah Mu’tah dalam sejarahnya sudah dihadang oleh panglima Kerajaan 

Romawi yang berasal dari Ghassinah, setelah itu mencoba menelusuri apa yang dibawa oleh 

utusan Rasulullah tersebut, setelah panglima Romawi mengetahui bahwa utusan tersebut 

membawa surat, maka surat itu langsung seketika dirusak, dan panglima Romawi lalu 

membunuh utusan Rasulullah SAW tersebut. 

Seketika itu Rasulullah SAW mendengar kabar berita tersebut langsung berduka 

merasa dijahati oleh panglima Romawi. Maka Rasulullah SAW menyuruh kepada pasukan￾pasukan Islam untuk melakukan perlawanan dengan orang-orang Romawi. Saat itu 

pasukan Islam berjumlah 3.000 pasukan di antaranya terdapat Khalid bin Walid. Rasulullah 

mempercayakan pemimpin perang pada saat itu kepada tiga orang yang ditunjuknya antara 

lain, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abdullah, dan Abdullah bin Rawahah. Pada saat itu pasukan Islam melakukan perjalanan untuk perlawanan terhadap Romawi tepat di hari jum’at pada 

tahun ke delapan kalender Hijriyah. 

Terdapat faktor yang menyebabkan Rasulullah SAW menitik fokuskan untuk lebih 

perhatiannya ke daerah Syam, yakni dari faktor keagamaan, melainkan wilayah utara 

Jazirah Arab yaitu  sebagai kunci utama sarana penyebaran sekaligus dakwah Islam yang 

mencoba untuk keluar Jazirah Arab. sedang  dari faktor strategi pertempuran, jika di 

daerah tersebut penyebaran Islam akan semakin terhalang oleh sebuah kekuatan besar, 

yaitu kekuasaan Imperium Romawi yang dibantu oleh kawan-kawannya yang berasal dari 

suku-suku Arab. Di wilayah Syam, kekuatan ini mampu melihat media perjalanan yang 

dituju Mesir dan Irak. 

Setelah masuk Islam perang pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid yaitu  

Perang Mu’tah. Namun, dalam peperangan ini Khalid belum diangkat sebagai pemimpin 

perang pada saat itu. Perang ini terjadi di daerah Mu’tah, yakni suatu daerah yang terletak 

di antara perbatasan negara Syam dan Yordania. 

Sebagai support mengenai peperangan tersebut, Rasulullah SAW mulai membuat 

kekuatan yang dikirim ke wilayah Mu’tah dengan bertujuan dapat memindahkan perhatian 

kaum Muslimin ke negara Syam, serta memperlihatkan kekuatan Islam yang baru dengan 

berani menginjak daerah kekuasaan kerajaan Byzantium demi mempertahankan negara 

dan akidah agama Islam, selain itu juga sebagai pembalasan atas perilaku musuh-musuh 

Islam (Romawi) yang telah membunuh utusan Rasulullah SAW tersebut. Semua pasukan 

berkumpul, sebelum berangkat Rasulullah menyampaikan beberapa pesan kepada anggota 

pasukan supaya mereka tidak menganiaya kaum wanita, anak-anak, dan orang yang sudah 

tua renta apalagi sampai membunuhnya, tidak diperbolehkan untuk menebang pohon, 

serta tidak diperbolehkan merusak bangunan milik siapapun. Selanjutnya Rasulullah SAW 

mengadahkan kedua tangannya sambil mendoakan mereka dan berharap pasukan dapat 

bisa kembali ke Madinah dengan selamat tanpa ada halangan.

Pasukan Muslimin pun bergerak kearah utara, lalu mereka beristirahat sejenak di 

Mu’an (Syam) yang berbatasan dengan Hijaz utara. Di tempat peristirahatan itu mereka 

memperoleh informasi bahwa Raja Heraklius mempunyai pos untuk pasukan-pasukannya 

di Ma’an wilayah Baqa’ beserta membawa 200.000 pasukan. Pasukan Romawi menyadari 

bahwa kerajaan mereka yang telah tua renta, hal itu mereka mulai mempunyai rasa 

cemas dan takut untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan Islam. Mereka sudah 

memperkirakan terjadinya bahaya yang begitu besar yang dapat mengkhawatirkan 

keselamatan mereka. Mereka memikirkan akan hal demikian dengan mengambil Syria 

sebagai batu loncatan untuk menaklukan Jazirah Arab dan negeri-negeri Islam. Pergerakan 

pasukan Romawi yang berusaha menumpas kekuatan Islam dapat terdengar oleh Rasulullah, 

Beliau mengambil keputusan untuk mendahului musuh dengan serangan yang dilakukan 

mendadak sebelum di serang dahulu oleh pihak musuh, dan menyadarkan mereka akan 

mengetahui kemampuan perlawanan Islam.

Pada saat melakukan perjalanan pasukan Muslim meminta untuk melakukan ber￾musyawarah dahulu, sebab  tidak terpikirkan sebelumnya oleh pasukan Muslim bahwa 

mereka akan berperang menghadapi dengan jumlah pasukan yang begitu banyak itu, 

sedang  tempat tinggal mereka sangat jauh dari posisi tempat pertempuran berada. Pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan memberi kabar kepada Rasulullah melalui surat 

untuk menceritakan situasi dan kondisi terkait kekuatan musuh yang ada. 

Secara tiba-tiba Abdullah bin Rawahah melakukan pembicaraan kepada pasukan 

Muslim. Dia berbicara dengan lantangnya suara, “Wahai orang-orang Muslim, sesungguhnya 

apa yang kalian takuti itu yaitu  sesuatu yang kita sedang mencari selama ini, yaitu mati 

syahid di jalan Allah SWT melalui pertempuran yang dihadapi. Kita berperang jangan 

terlalu memikirkan banyaknya jumlah musuh yang akan dihadapi, melainkan berperang 

demi agama Allah, yang dengan niat seperti itu Allah pasti akan memuliakan kita, maka 

ayok bangkit untuk berangkat berperang. Di depan sana ada dua kemenangan besar yang 

akan kalian raih, yaitu mati syahid atau menang dalam perang ini”. Setelah beristrirahat dua 

hari lamanya pasukan Muslim mulai berjalan menuju Masyarif, tempat di mana kekuasaan 

musuh berada. 

Pasukan Romawi pun semakin mendekat, sedang  orang Muslim juga berposisi sedang 

berjalan kearah Mu’tah. Mereka sudah mempersiapkan diri untuk memulai pertempuran, 

sayap kanan pasukan Muslim dipimpin oleh Qatadah, sedang  sayap kiri dikomandoi 

oleh Utbah bin Malik. Perang Mu’tah ini terjadi pada bulan Jumadil Awal, tahun delapan 

kalender Hijriyah, pasukan Islam mampu maju berjalan sampai ke Balqa’. Ketika sampai di 

perbatasan, mereka bertemu musuh Romawi yang dipimpin oleh Raja Heraklius, dengan 

menyuruh seluruh kabilah-kabilah serta suku-suku Badwi yang standby di perbatasan 

tersebut. Pasukan Romawi mengambil tempat di suatu daerah bernama Masyarif, sedang  

pasukan Islam mengambil tempat di dekat negeri kecil Mu’tah. 

Raja Heraklius ternyata dalam diamnya sudah bersiap siaga mengangkat senjata 

perang untuk mempertahankan Al-Ghasasinah dengan membawa pasukan yang berjumlah 

100.000 tentara dengan ditambah 100.000 lagi dari orang Arab Musyrik. Rasulullah SAW 

mengetahui tentang arti penting dan bahaya yang ada dalam peperangan ini. Oleh sebab  

itu, beliau telah di sengaja memilih tiga orang panglima perang. sebab  panglima yang 

dipilih itu ketika waktu malam hari berdzikir mendekatkan diri kepada Allah, sedang  

di siang hari dia memposisikan sebagai panglima pejuang pembela agama Allah. Tiga orang 

pahlawan yang telah di pilih Rasulullah itu yaitu  mereka yang sudah siap dan berjanji 

akan menggadaikan jiwa dan raga mereka kepada Allah, yang tidak mengharap kembali 

apa yang telah mereka perbuat demi agama, dan juga memiliki cita-cita mati syahid 

dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan kebenaran atas kenabian Muhammad 

SAW. Tiga orang panglima itu lalu   di urutkan berdasarkan kemampuan melakukan 

kepemimpinan dalam pasukannya masing-masing.

Pada akhirnya pasukan dari kaum Muslimin pun melakukan perlawanan dalam 

pertempuran itu, dengan jumlah yang sedikit dari mereka dan mengenai persenjataan 

pun akan sangat terbatas. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 200.000 pasukan, tetapi 

dibelakang mereka telah disiapkan pasukan sebagai tentara cadangan yang jumlahnya juga 

tak kalah banyak, pasukan tersebut siap dikerahkan setiap saat apabila mereka dibutuhkan. 

sedang  pasukan Muslimin tidak memiliki pasukan cadangan seperti mereka. Pada saat 

di tempat pertemuran yang sangat sengit itu, Panglima Zaid terus mengerahkan pedang 

yang ia punyai kepada musuh-musuhnya, sampai ia sudah lemah lagi merasa tidak mampu 

meneruskan perjuangan dalam pertempuran itu sebab  banyaknya tombak dari musuh yang 

mengenai tubunya, lalu   ia memanggil Ja’far bin Abi Thalib untuk menggantikannya dan membawa bendera yang masih berkibar, dengan rasa semangat yang membara ia 

langsung menuju kepada Zaid, dan pada akhirnya Zaid bin Haritsah wafat syahid pada 

peristiwa pertempuran itu dan kepemimpinannya digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib. 

Serangan yang dilakukan oleh Ja’far bin Abi Thalid dengancara menghadang dan 

memerangi sekumpulan kaum-kaum Quraisy, tetapi malah dibals sebaliknya pada pasukan 

Quraisy, mereka pun membuat serangan yang sangat kuat terhadap Ja’far, sehingga Ja’far 

menjadi terkepung didalam musuh-musuhnya seperti lingkaran. Tidak lama dari kepungan 

musuh tersebut Panglima Ja’far gugur syahid dalam kepemimpinannya dan langsung 

digantikan oleh Abdullah bin Rawahah, lalu ia dengan sikap tegas dan tanggapnya mengambil 

pedang dan langsung menuju barisan paling depan untuk maju menyerang musuh-musuh 

Islam sampai Abdullah bin Rawahah tidak mempunyai daya kekuatan, dan pada akhirnya 

mengalami kematian yang syahid.

Setelah wafatnya Panglima Abdullah bin Rawahah, pasukan Muslim menyuruh kepada 

Khalid bin Walid untuk menjadi pemimpin pada saat itu serta memberikan bendera 

kepadanya, tanpa berpikir terlalu panjang ia pun mengambilnya dan menyemangati pasukan 

umat Muslim untuk selalu terus maju tanpa pantang menyerah. Taktik-taktik penting yang 

dilakukan oleh Khalid bin Walid pada saat-saat seperti itu yaitu  menyelamatkan kaum 

Muslimin dari serangan musuh-musuhnya. 

Sehingga Khalid bin Walid dengan memikirkannya dengan cermat dan teliti mengenai 

mempertimbangkan kondisi yang ada, dengan cara memahami situasi dan kondisi 

pertempuran dengan sebagian pasukan Islam serta membayangkan hasil-hasil yang akan 

didapat maka ia pun mempunyai tekad yang kuat untuk menarik mundur pasukan Muslimin 

dengan menyedikitkan kerugian yang dialami, mungkin ini menjadi solusi yangtepat untuk 

dilakukannya. sebab  sepertiyang dilihatnya pasukan musuh mencapai 66 kali lipat dari 

kekuatan kaum Muslimin sendiri, sehingga Khalid bin Walid berpikir mempunyai tekad dan 

harus melakukan cara ini yang bertujuan untuk menyelamatkan pasukan umat Islam. Ia 

mengomandoi pasukan Muslimin untuk berlari ke arah selatan dan sebaliknya musuh pun 

menarik pasukan ke arah utara. Pada saat itu malam hari pun telah tiba, dana akhirnya 

pertempuran pun berhenti sejenak. Sementara dalam pikirannya kedua belah pihak 

menginginkan keselamatan, dan menganggap sepertinya lebih baik untuk tidak meneruskan 

peperangan. 

Pada keesokan paginya pasukan Islam membuat keributan yang sangat besar yang 

mengancam ketakutan pada musuh memberitahukan pasukan bantuan umat Islam dalam 

jumlah besar tiba di Madinah. Pasukan Romawi pun merasa ketakutan terhadap kaum 

Muslimin. Pada akhirnya pasukan Romawi pun memutuskan untuk melakukan mundur 

dari peperangan tersebut. Jumlah pasukan umat Muslim yang wafat dalam peperangan ini 

berjumlah sekitar dua belas orang, sementara dari pasukan Romawi tidak diketahui jumlah 

korban secara detailnya.

Pasukan umat Muslim pun melakukan perjalanan untuk pulang menuju Madinah, 

seketika itu mereka langsung di temui oleh Rasulullah SAW, serta kaum Muslimin yang 

ikut senang atas kepulangan mereka. Meskipun mereka tidak berhasil melakukan misinya 

dengan melakukan balas dendam, tetapi perang itu memiliki efek samping yang sangat besar 

terhadap citra umat Muslim, peristiwa itu membuat semua orang-orang Arab terheran￾heran. sebab  pertempuran yang tidak merata antara 3.000 pasukan Islam melawan 200.000 pasukan Romawi, sedang  pasukan Islam dapat pulang kembali dari perang 

tersebut dengan tidak mengalami kerugian. Efek samping yang positif setelah peperangan, 

tidak lama dari itu lalu   banyak sekali orang-orang yang pada awalnya memberontak 

kepada agama Islam mereka menjadi beralih memeluk agama Islam. Pada perang Mu’tah 

ini merupakan peperangan besar menumpahkan darah pertama antara kaum Muslimin dan 

bangsa Romawi. Ini pun sebagai titik awal untuk menaklukkan negara-negara di wilayah 

Romawi. 

Strategi jenius Khalid bin Walid dalam perang Mu’tah:

a. Menyusun dengan cara menyatukan kembali barisan pasukan umat Muslim setelah 

sempat mengalami porak-poranda kegaduhan sebab  menyaksikan para komandannya 

jatuh berguguran. 

b. Membuat insiden-insiden kecil dengan berpikiran ia sengaja untuk mengulur-ulur 

waktu peperangan sampai petang hari sebab  kesepakatan sebelum perangnya ketika 

itu yaitu  pertempuran tidak boleh dilaksanakan pada malam hari. Kesempatan itulah 

yang dipakai  nya sebagai strategi. 

c. Kamuflase Pasukan 

Pada saat itulah, Khalid mengambil kesempatan untuk menyusun siasat perangnya. 

Anak buah Khalid yang jumlahnya tidak sedikit itu dipencar-pencar sedemikian rupa 

dalam suatu garis memanjang. Bila keesokan paginya pasukan Romawi sudah bangun, 

mereka merasa ada kesibukan dan hiruk-piruk yang cukup menggentarkan perasaan. 

Mereka beranggapan bahwa bala bantuan dari Rasulullah telah didatangkan. 3

B. Perang Yarmuk

Salah satu cita-cita yang ingin tercapai oleh umat Islam yakni menyebarkan agama Islam 

ke luar wilayah Arab. Melalui cita-cita beserta keinginan yang tinggi tersebut umat Islam 

mampu mengalahkan musuh-musuhnya dalam peperangan. Khalid bin Walid melakukan 

aktivitas dengan cara membuka wilayah Irak dan Persia yang terjadi di tahun 12 kalender 

Hijriyah, aktivitas tersebut dapat ikut serta mengundang respon dari pemerintahan pusat 

yang berada di Madinah saat itu. Perhatian umat Muslim dengan negeri Syam sudah ada 

sejak zaman Nabi Muhammad.

Pada awal tahun 13 H, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengupayakan untuk membentuk 

pasukan perang yang akan dikirim untuk menaklukan Syam, hal tersebut dilakukannya 

demi mengamalkan ayat al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang 

kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan 

ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. At-Taubah ayat 

123)”. Abu Bakar menyuruh Khalid bin Walid untuk melakukan perjalanan pergi ke Syam, 

ketika itu para sahabat memberi tahu kepada khalifah Abu Bakar untuk meminta bantuan 

pasukan, sebab  mereka kedatangan musuh dari pasukan Romawi dengan jumlah yang 

besar ke Yarmuk. Khalid bin Walid pun melakukan perjalanan dengan cepat menuju ke 

negeri Syam beserta lengkap dengan bala tentaranya untuk bertujuan membantu pasukan 

Islam yang sedang mengalami kesusahan dalam melakukan penyerangan terhadap pasukan Romawi. Setelah sampai di negeri Syam, Khalid bin Walid langsung menjadi pemimpin 

tertinggi seluruh pasukan.

Perang yarmuk terjadi pada tahun 13 H/ 634 M, bertepatan pada bulan Jumadil Tsani 

pada masa Khalifah Abu Bakar. Perang yarmuk ini yang melibatkan antara pasukan Muslim 

Arab dengan melawan pasukan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Perang yarmuk 

ini terjadi di lembah yang bernama Yarmuk, Yordania. Dalam peperangan ini pasukan 

Romawi membawa 240.000 pasukan, sedang  pasukan Islam sendiri membawa 30.000-

40.000 pasukan. Saat itu Heraklius mendengar berita bahwa Abu Bakar dalam memerintah 

pasukannya untuk bersatu, maka Heraklius pun menirunya dengan memerintahkan kepada 

seluruh pemimpin perangnya untuk menyatukan seluruh pasukan. Pimpinan tertinggi 

seluruh pasukan Romawi pada saat itu yaitu  Tazariq, ia merupakan salah satu dari saudara 

kandung Heraklius sendiri.

Khalid bin Walid sampai di Yarmuk dan bertemu dengan pasukan Muslim pada bulan 

Rabi’ul Akhir.Pasukan Romawi berjumlah 240.000 pasukan, yang terdiri dari 80.000 

pasukan diikat dengan rantai besi, 80.000 pasukan berkuda, dan 80.000 pasukan infantri. 

Sementara dari pasukan Muslim sendiri, berjumlah 36.000-40.000 pasukan. 

Sebelum peperangan dimulai, Para penglima Muslim menginginkan untuk bertemu 

dengan Panglima Romawi untuk melakukan perundingan. Maka Panglima Muslim diizinkan 

untuk bertemu dengan Panglima Romawi yang bernama Tazariq. Mereka melakukan 

berbagai arahan-arahan untuk damai. Tetapi perundingan ini berakhir tidak sesuai hasil 

yang diharapkan, mereka pun segera kembali menuju pasukan. 

Peperangan pun dimulai, Khalid bin Walid maju dengan menghampiri Ikrimah bin 

Abu Jahal dan al-Qa’qa’ bin Amru, kedua orang tersebut merupakan pemipin pasukan kiri 

dan kanan serta Khalid bin Walid pun menginstruksikan kepada keduanya untuk memulai 

penyerangan terhadap musuh yang ada didepannya. Pada peperangan hari pertama salah 

satu Panglima prajurit Romawi yang bernama Jarajah telah memeluk Islam, saat itu pula 

Jarajah berpindah untuk bergabung di barisan pasukan Islam melawan pasukan Romawi. 

lalu   hari kedua, pasukan Byzantium maju ke garis paling depan hingga menemui 

musuh yang pada saat itu pasukan Muslim sedang melaksanakan shalat subuh. 

Khalid bin Walid lalu   mengutus pasukan cadangan untuk membantu di bagian 

sayap kanan dan sayap kiri. Pada hari itu juga Perang Yarmuk lalu   berakhir dengan 

mundurnya pasukan Islam dan pasukan Romawi menuju ke posisi masing-masing. 

Selanjutnya dihari ketiga, pasukan Romawi melakukan serangan yang sama kembali, 

tetapi hal ini lebih memfokuskan pada bagian sisi utara yang terbuka. lalu   pada hari 

selanjutnya yaitu  peperangan hebat yang sangat dahsyat. Pada saat itu pasukan Muslim 

sudah kehilangan banyak pasukan yang memegang panah, sementara di pihak musuh sudah 

berhasil menerobos di barisan pasukan Muslimin. 

Setelah melakukan peperangan pada akhirnya pasukan Romawi mengundurkan diri 

sebab  menderita banyak korban. Pada hari kelima, pasukan Muslim mungkin menduduki 

sektor paling depan. Kedua belah pihak sudah tidak saling menyerang, kemungkinan sebab  

sudah sama-sama merasakan lelah. Selanjutnya pada hari keenam merupakan hari terakhir 

pertempuran. Pertempuran ini terjadi di mana pasukan Muslim berupaya menjauhkan 

musuh untuk menjauh dari jembatan.

Sementara pada saat itu pasukan Romawi mengalami kepanikan, sebab  jalan mereka 

untuk mengamankan diri telah diputus. Beberapa pasukan Romawi saat itu meletakkan 

senjatanya berkeinginan untuk menyerah, sedang  pasukan Muslim tidak mengambil 

banyak tahanan. Pasukan Romawi yang lain sedikit demi sedikit mencoba kabur melewati 

lereng dan jurang sehingga ada beberapa pasukan yang sampai jatuh lalu   tewas. 

Ketika pada saat itu Khalid bin Walid beserta Jarajah bergerak untuk menyerang pasukan 

Romawi yang sedang berlari untuk menghindari serangan pasukan kaum Muslimin. Akan 

tetapi setelah itu pasukan Romawi berusaha memerintah kembali pasukan yang melarikan 

diri untuk kembali berkumpul dan menempati posisi masing-masing. Ketika itu Khalid 

berusaha melakukan pertempuran dengan mereka sampai pedang berhadapan. Sementara 

Jarajah (pasukan Romawi yang memeluk agama Islam) berakhir wafat di pertempuran 

tersebut.

lalu   Khalid bin Walid kembali melakukan penyerbuan terhadap pasukan 

Romawi sampai di tengah-tengah kuda-kuda Romawi. Tetapi tidak lama lalu   kuda￾kuda Romawi itu melarikan diri secara tunggang langgang pergi ke padang pasir, dan kaum 

Muslimin dengan cerdasnya pun membukakan jalan bagi kuda-kuda. lalu   Khalid 

bin Walid berlari mengejar pasukan Romawi yang lari itu, hingga berhasil menghampiri 

mereka dan melakukan perlawanan lagi. Pada tengah malam pasukan Romawi melarikan 

diri menuju Al-Waqushah walaupun melewati padang pasir yang begitu gelap. Dalam 

sejarahnya pasukan Romawi yang terbunuh mencapai 120.000 orang. Sementara pasukan 

Muslimin yang terbunuh dalam peperangan ini sebanyak 3.000 orang. Setelah itu pasukan 

Muslimin mengakhiri peperangan dengan diraihnya kemenangan lalu   Khalid bin 

Walid pun mengomandoi mereka untuk melaksanakan sholat isya’ secara berjamaah.

Pada pagi harinya setelah meraih kemenangan dalam peperangan para pasukan Islam 

berhasil meguasai seluruh Ghanimah. Namun disaat-saat kegembiraanya telah meraih 

kemenangan dalam Perang Yarmuk, umat Muslimin mendapatkan kabar tentang berita duka 

wafatnya Khalifah Abu Bakar dan sebagai pengganti Khalifahnya yaitu Umar bin Khattab.

Di pertempuran Yarmuk, Khalid bin Walid menerapkan strategi perang baru yang 

strategi itu belum pernah sama sekali dipakai   oleh orang-orang Arab sebelumnya. 

Strategi itu yaitu  dengan cara membentuk kurdus atau batalion dan pasukan dibuat 

menjadi tiga puluh lima sampai empat puluh kurdus. Setiap kurdus terdiri dari seribu orang 

yang dipimpin oleh pemimpin pasukan. 

Khalid mengurutkan pasukannya berdasarkan urutan berikut:

a. Beberapa kelompok yang terdiri dari sepuluh sampai dua puluh kurdus, setiap kelompok 

di bawah satu komandan Amir-ul-Ashar dan satu pemimpin umum Amir-ul-Jaish. 

b. Satu kurdus terdiri dari seribu prajurit di bawah satu komandan perang Al-Qaid dan 

satu pemimpin umum Amir. 

Setelah itu Khalid bin Walid membagi pasukannya menjadi empat puluh kurdus. Setiap 

komandan pasukan mempunyai tugas untuk berjalan mengelilingi pasukannya masing￾masing bertujuan untuk membangkitkan semangat mereka berjihad. Para komandan perang 

pasukan Islam ini melihat bahwa pertempuran kali ini merupakan perang yang menentukan 

poin-poin besar yang sangat dan telah berhasil sampai pada misi berikutnya


tulisan ini bertujuan untuk mengkaji strategi peperangan Khalid bin Walid 

dalam perang Mu’tah dan perang Yarmuk. Metode penulisan artikel ini dengan literatur 

review yang berasal dari jurnal, dan buku-buku yang menulis sejarah Khalid bin Walid. 

Hasil penelitian ini berkata kata  bahwa perang Mu’tah yaitu  perang pertama kali 

yang diikuti oleh Khalid bin Walid pasca masuk agama Islam. Strategi yang dilakukan 

Khalid bin Walid dalam peperangan ini antara lain dengan menyusun kembali 

pasukan Muslim setelah mereka mengalami porak-poranda sebab  kehilangan para 

pemimpinnya, lalu   membuat insiden-insiden kecil dengan mengukur waktu 

peperangan hingga malam hari, dan mengkamuflase pasukan demi siasat perangnya. 

Sementara dalam perang Yarmuk, perang ini melibatkan antara pasukan Muslim Arab 

dengan melawan pasukan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Perang yarmuk ini 

terjadi di lembah yang bernama Yarmuk, Yordania. Strategi yang dibuat Khalid bin 

Walid dalam peperangan ini yaitu  dengan cara membentuk kurdus atau batalion dan 

pasukan dibuat menjadi tiga puluh lima sampai empat puluh kurdus. Setiap kurdus 

terdiri dari seribu orang yang dipimpin oleh pemimpin pasukan.