perang Khalid bin Walid
Khalid bin Walid berasal dari keturunan bani Makhzum yaitu salah satu bani yang
sangat terpandang dan sangat disegani di suku Quraisy. Khalid bin Walid sering disebut
dengan Abu Sulaiman. Ia juga seorang panglima tinggi, dengan kehidupan yang sederhana
dan rendah hati sebagai seorang seorang prajurit. Ia pun terkenal sebagai prajurit dengan
rasa tanggung jawab ia miliki sebagai seorang panglima dan dapat dijadikan panutan oleh
banyak orang serta memiliki sosok pribadi yang mengagumkan, penuh dengan kemuliaan.
Rasulullah SAW sering sekali meminta bantuan kepada Khalid bin Walid dalam berbagai
peperangan.
Khalid bin Walid juga mempunyai peran dalam Perang Yarmuk. Pada sekitar tahun 13
Hijriyah bulan Jumadil Tsani hancurnya perang Yarmuk antara pasukan Islam dan Romawi.
Situasi dan kondisi saat itu sedang berkacauan, tiba-tiba datang seorang dari kota Madinah
menghampirinya dan memberi kabar mdua berita besar yang begitu membuat kaget pasukan
Islam. Berita pertama yaitu berita tentang wafatnya Khalifah Abu Bakar, dan jabatan
Khalifah digantikan dengan Umar bin Khattab. Berita kedua yaitu memberi kabar bahwa
pemimpin perang Islam yang terbaru harus digantikan, yang semula oleh Khalid bin Walid
diganti dengan Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai jabatan panglima tertinggi Perang Yarmuk
pada saat itu. Akan tetapi proses peralihan kepemimpinan tersebut dilaksanakan apabila
situasi dan kondisi perang Yarmuk dikatakan selesai, faktor lain agar pasukan perang umat
Islam tetap fokus pada perlawanan terhadap musuh yang sedang terjadi saat itu. Semangat
berjuang Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya untuk dapat berhasil meraih
kemenangan perang, sehingga saat itu pihak Romawi yang terkenal dengan pasukan perang
yang amat besar dapat dikalahkan oleh pasukan Islam dibawah komando Khalid bin Walid.
Dari sinilah saya ingin membahas mengenai Khalid bin Walid, hal inilah yang membuat
penulis mempunyai keinginan yang besar untuk menggali informasi mengenai riwayat
hidupnya, peran serta kontribusi yang dilakukan untuk dakwah Islam, dan strategi
perjuangan dalam Perang Mu’tah dan Perang Yarmuk. Keunikan tersendiri yang terdapat
pada sosok Khalid bin Walid dapat terus rendah hati dan semangat semakin membara
dalam mengomandoi perang tersebut melainkan sebelumnya Khalid juga telah mengetahui
kabar mengenai diberhentikannya dari jabatan panaglima tertinggi.
Pentingnya dipelajari mengenai Strategi Peperangan Khalid bin Walid ini bertujuan
untuk dapat mengambil khazanah keilmuan yang ada pada diri sosok Khalid dan berusaha
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan disini bukan berarti untuk
melakukan peperangan, akan tetapi strategi kecerdasannya dalam berpikir untuk menaklukan
musuh dan juga untuk mengatur seluruh pasukan agar tunduk pada komandonya.
Pendekatan yang dipakai oleh penulis Pendekatan Historis-Biografis. sebab pada
subjek pembahasan ini bukan hanya membahas secara runtut kisah tokoh atau seseorang,
melainkan juga membahas riwayat hidup tokoh serta peristiwa-peristiwa yang dialami
tokoh tersebut. Dengan pendekatan Historis penulis bisa memaparkan perjalanan hidup
Khalid bin Walid sesuai dengan kesejarahan. lalu pendekatan Biografis merupakan
cara pengumpulan data dengan mengambil beberapa referensi mengenai riwayat hidup
Khalid bin Walid di mulai saat masa kecil, masa remaja, smasa dewasa, kehidupan sebelum
Khalid menyatakan untuk memeluk agama Islam, serta kehidupan Khalid pasca memeluk
agama Islam dan mengikuti Rasulullah SAW. STRATEGI MILITER
A. Teori Strategi Militer
Strategi oleh Clausewitz (1812:18), diartikan sebagai “the employment of the battle as the
means towards the attainment of the object of the war”. Ini berarti strategi yaitu peperangan
dipakai sebagai cara untuk memperoleh dari tujuan perang itu sendiri. Dari sini bisa
diartikan bahwa pandangan Clausewitz, strategi diartikan sebagai pembuatan strategi
untuk berperang agar kita dapat memperoleh tujuan-tujuan kita dalam berperang tersebut.
Clausewitz dalam On War menyatakan bahwa strategi yaitu the us of an engagement
for the purpose of the war. Untuk mencapai tujuan perang, maka diperlukan kekuatan/
pasukan. Sehingga dapat disimpulkan dari pernyataan Clausewitz bahwa strategi yaitu
pemanfaatan pertempuran untuk mencapai tujuan perang dengan menggunakan kekuatan/
pasukan yang ada.
Ada empat elemen strategi menurut Clausewitz (1812:21). Yang pertama yaitu elemenelemen yang mempunyai hubungan erat dengan moral. Selanjutnya yaitu elemen yang
didalamnya terdapat kekuatan militer dan proporsi kekuatan ketiga angkatan bersenjataan
serta kekuatan kelompoknya. lalu yaitu elemen dengan dilaksanakannya kegiatan
operasional yang akan dilakukan serta gerakan ataupun manuver-manuver yang bisa
dilakukan. sedang yang terakhir yaitu kondisi fisik geografis dari wilayah-wilayah
tempat medan peperangan.
Carl Von Clausewitz memberikan beberapa definisi tentang Hakekat Perang:
1. War is nothing but a duel on a larger scale (Perang melibatkan dua atau lebih pihakpihak yang saling berhadapan dimana masing-masing menggunakan kekuatan fisik
mencoba memaksa pihak lain melakukan kehendaknya.
2. War is thus an act of force to compel our enemy to do our will (suatu tindakan untuk
memaksa musuh tunduk kepada kemauan kita).
3. War is an art not a science (membedakan perang dengan aktivitas yang lain dengan cara
penggunaan kekuatan secara terorganisasi.
4. No two wars are identical (sifat/ karakteristik dari perang yang akan selalu ditentukan
oleh tercapainya keseimbangan antara tiga element dalam satu negara yaitu: rakyat,
militer, dan pemerintah.
B. Strategi Militer Yang Dilakukan Khalid bin Walid Dalam Berbagai Peperangan
Dalam pertempuran tahap pertama pada perang uhud yang terjadi pada tahun ketiga
kalender Hijriyah, pertempuran ini disebabkan oleh faktor membalas dendamnya pasukan
Quraisy kepada pasukan umat Islam sebab telah berhasil dalam oerang badar pada saat
itu. Pada saat itu di bukti uhud tempat pertempuran terjadi peperangan hampir mendekati
selesai pasukan pemanah kaum muslimin meninggalkan medan pertempuran mereka
dengan bertujuan untuk mengambil harta rampasan dari pihak musuh. Dampak negatif dari
itu pasukan kaum muslimin sudah terpencar-pencar dari medan pertempurannya. Khalid
bin Walid pada saat itu menjadi pemimpin perang kaum Quraisy dengan kecerdasan strategi
perangnya ia dengan sergap dan tanggap langsung menyerbu pasukan umat Muslim yang
pada saat itu kondisi mereka sedang berjalan meninggalkan medan pertempuran tersebut,
dan pada saat itu pula kaum Muslimin tidak paham akan mana musuh dan juga mana
kawannya sendiri. Selanjutnya dalam perang khandaq yang terjadi pada tahun kelima kalender Hijriyah,
perang ini menggunakan strategi dengan cara menggali parit sebagai cara pertahanan pada
saat itu. Khalid bin Walid ikut serta dalam peperangan ini bersama pasukan Musyrik. Salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya perang ini yaitu kaum Yahudi mengolok-olok
kepada kaum Musyrikin untuk tidak menyukai umat Islam, selain itu bahkan mereka juga
mendorong untuk memerangi kepada umat Islam. Pada hari sabtu tepat di bulan syawal
kaum Musyrik dari Arab mengirimkan pasukan perangnya kepada kaum Yahudi, akan
tetapi pada hari tersebut kaum Yahudi tidak boleh melaksanakan perang sebab hari sabtu
merupakan hari kesucian mereka. lalu di saat itu juga terjadinya angin topan yang
melanda orang-orang Musyrik sehingga tempat peristirahatan perang mereka hancur lebur.
Khalid bin Walid juga berkontribusi dalam perang hunain, perang ini terjadi setelah
peristiwa Fathu Makkah. Perang ini disebabkan sebab Raja yang bernama Malik bin Auf
an-Nashri tidak terima adanya peristiwa Fathu Makkah, maka ia berusaha mengumpulkan
prajuritnya untuk memerangi Rasulullah SAW. Pada saat itu Khalid bin Walid berada
dibarisan paling depan dengan mengendarai kuda. Strategi yang dilakukan Khalid bin Walid
dalam peperangan ini yaitu dengan cara membuat tempat peristirahatan perang didekat
sebuah benteng dengan tujuan apabila terdapat serangan dari musuh benteng itulah sebagai
tempat untuk bersembunyi dibaliknya. Perang itu berakhir pada tahun ke delapan kalender
Hijriyah dengan ditandainya pasukan Umat Muslim kembali ke kota Madinah.
Selanjutnya yaitu perang tabuk, perang ini disebabkan sebab pasukan Romawi
telah mengirim kekuatan besar untuk menguasai wilayah Syam pada saat itu. Rasulullah
berkeinginan untuk menaklukan daerah yang mendekati dari Tabuk. Daerah itu dipimpin
oleh Ukaidar bin Abdul Malik yang beragama Nasrani. Rasulullah memerintahkan kepada
Khalid bin Walid untuk mengatasinya dengan ditemani pasukan berkuda sebanyak 400
pasukan. Strategi yang dilakukan Khalid bin Walid untuk mengatasi Ukaidar dengan cara
menawan kepadanya lalu menyerahkan langsung kepada Rasulullah SAW.
BIOGRAFI KHALID BIN WALID
Nama lengkap Khalid bin Walid yaitu Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah
bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, dan nasabnya bertemu dengan Rasulullah
SAW pada Murrah. Khalid bin Walid terlahir pada tahun 538 M. Khalid dijuluki dengan
nama Abu Sulaiman dan juga dengan Abu Walid, sebab Khalid memiliki anak laki-laki yang
bernama Sulaiman dan Walid. Ia merupakan seorang dari keturunan Bani Makhzum, yaitu
salah satu Bani yang terpandang di Quraisy.
Khalid bin Walid pada masa kecilnya belajar terhadap segala sesuatu yang dipelajari
sebagaimana sesuai dengan anak-anak seusianya, dan dipersiapkan untuk perang serta adu
ketangkasan. Keberhasilan Khalid bin Walid dalam karirnya yaitu ia selalu mengedepankan
untuk berprinsip hidup sederhana dan menerima apa yang telah dianugerahi walaupun
itu kehidupan yang begitu keras sebagaimana orang-orang primitif, tidak juga sebagai
tokoh atau pemuka bangsa, dari sifat itu menjadi Khalid terbiasa agar mampu bersabar
dalam mengalami penderitaan dalam perang-perang yang akan dihadapinya kelak, dari
hal tersebut menjadikan Khalid bin Walid seorang pejuang yang penuh kecerdasan dan
bisa melakukan berbagai macam strategi yang berbeda di dalam setiap akan melakukan
pertempuran. Sehubungan dengan banyak harta yang dimiliki oleh Ayahnya, Khalid bin Walid memanfaatkannya untuk berlatih ketrampilan menunggang kuda dan bergulat.
Disamping itu Khalid juga selalu memberikan bantuan baik itu berbentuk materi maupun
non materi terhadap orang-orang yang meminta bantuan kepadanya.
Ketika Khalid bin Walid sudah berusia dewasa, ia merupakan salah satu tokoh pemuda
yang sangat dihormati oleh banyak orang, tidak hanya dengan orang-orang seumurannya
saja tetapi juga dihormati oleh orang yang lebih tua dibanding Khalid. Ia memfokuskan karir
lebih penting untuk tertuju pada perang. Rasa keinginannya dalam meraih kemenangan
dalam peperangan dan mempunyai semangat membara sangat kuat untuk keberhasilan
keinginanya tersebut. Khalid bin Walid banyak terjun mengikuti berbagai pertempuran dan
senantiasa mendapatkan kemenangan sehingga ia pun menjadi sosok pahlawan yang disukai
khalayak orang banyak. Semua itu didapatkannya di sepanjang masa kehidupannya pada
masa-masa sebelum memeluk agama Allah dan membenarkan atas kenabian Muhammad
SAW.
Sepeninggal wafat ayahnya, Khalid bin Walid melakukan perjalanan ke Suriah bersamasama kelompok dagang dan kembali pulang menuju Mekkah setelah selesai Perang Badar.
Pada peristiwa Perang Badar, Khalid bin Walid tidak mengikutinya, disebab kan posisi ia
pada saat itu tidak sedang di kota Mekkah. Khalid mengikuti Perang Uhud, terjadi di tahun
ketiga kalender Hijriyah. Perang ini terjadi di Gunung yang bernama Uhud, kedudukan
Khalid bin Walid pada Perang Uhud ini sebagai salah satu komandan pasukan-pasukan
Musyrik Quraisy. Dalam perang ini, pasukan Umat Islam hancur tidak memiliki pemimpin
hingga membuat pasukan Islam kehilangan arah dalam berperang.
lalu Khalid bin Walid berpartisipasi juga dalam Perang Khandaq, perang ini
terjadi pada tahun kelima kalender Hijriyah. Dalam sejarahnya perang ini dikatakan
pasukan Quraisy membersihkan umat Islam dan mengusirnya dari kota Madinah. Salah
satu faktor terjadinya Perang Khandaq ini yaitu kaum Yahudi mengolok-olok orang Musyrik
Arab untuk membenci umat Islam. padahal di sisi lain kaum Yahudi merupakan kaum yang
paling keras melawan orang-orang yang beriman. Pada bulan syawal malam hari, kaum
Quraisy mengirimkan perintah kepada kaum Yahudi untuk melakukan rencana strategi
menyerang umat Muslim. Namun pada hari tersebut kaum Yahudi tidak melaksanakannya,
sebab mereka memiliki kepercayaan melanggar kesucian di hari sabtu. lalu tidak
lama Allah SWT mengirimkan angin tpan yang melanda kepada kaum Musyik sehingga pos
perang tempat peristirahatan mereka pun ikut hancur, sehingga pasukan kaum Musyrik
mengalami kekalahan.
Masa-masa keislaman Khalid bin Walid ini muncul ketika di suatu hari ia melakukan
dialog dengan dirinya pribadi dengan mengerahkkan fikiran secara sempurnanya untuk
merenungkan Agama baru, yang tanda-tanda kebenarannya selalu bertambah hari demi hari.
Ia bermohon kepada Allah yang Maha Mengetahui segala apa yang ia tidak mengetahuinya,
dan setelah itu tidak lama lalu Allah mengulurkan jalan petunjuk. Ia berkata kepada
dirinya: “Demi Allah, sungguh telah nyata bukti-buktinya, sungguh laki-laki itu yang
bernama Muhammad itu yaitu Rasul yang diutus Allah SWT”. lalu ia berangkat, demi
Allah aku akan masuk Islam. Sampai pada akhirnya Khalid bin Walik memeluk agama Islam
pada bulan Safar 8H/ 629M sesudah perjanjian Hudaibiyah.1
Setelah memeluk Agama Allah
dan membenarkan akan kenabian Muhammad SAW, Khalid bin Walid memberikan semua
kemampuan yang ia miliki demi agama yang telah ia anut. Sikap keberanian Khalid di medan
perang serta kepemimpinan komandonya dari para pasukan berkuda, dan kemampuan
bermain pedang secara lihai ia tujukan untuk meraih penghargaan dalam jihad fi sabilillah.
Peperangan pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid Pasca memeluk agama
Islam yaitu perang Mu’tah. Diceritakan bahwa perang ini merupakan perang yang besar
yang pernah dilakukan oleh umat Islam semasa hidup Nabi Muhammad SAW namun dari
peristiwa perang Mu’tah ini Khalid bin Walid mampu mengalahkan musuh, yaitu pasukan
Romawi. Pada kejadian Fath Mekkah Khalid bin Walid juga diberi tugas dari Rasulullah
SAW untuk menghancurkan berhala-berhala yang bernama Uzza dan Nakhla, letak berhala
kaum Jahiliyah tersebut yang semuanya dikumpulkan di Ka’bah menjadi satu tempat sakral
untuk pemujaan orang-orang Jahiliyah pada masa itu. Tugas ini dilaksanakan tanpa terjadi
pembunuhan antara kaum Muslimin dan kaum Jahiliyah
Dalam aspek sikap kesetiaan dan kebijaksanaan sifat itu ada pada diri Khalifah Abu
Bakar. lalu dalam aspek memimpin umat Islam secara ketegasan sifatnya itu terdapat
pada diri Umar bin Khattab. Khalifah Umar-lah sebagai seorang sahabat yang mempunyai
postur tubuh dan sifat yang membuat masyarakat saat itu takut tetapi juga patuh akan apa
yang disampaikannya, bahkan sampai setan pun tak ingin berpapasan dengan Umar bin
Khattab apabila di jalan. Selanjutnya dalam aspek kewara’an, tampak ada pada diri Khalifah
Utsman bin Affan menjadi teladan pemimpin yang begitu elegan dan sempurna. Ia juga satusatunya sahabat yang hingga malaikat pun mempunyai rasa malu kepadanya. Serta dalam
aspek kecerdasan, Ali bin Abi Thalib merupakan sosok yang wajib dicatatnya. Ia merupakan
sahabat yang oleh Rasulullah SAW dicap sebagai gudang yang luas akan ilmu pengetahuan
yang tersimpan dalam hati dan fikiran beliau. lalu dalam aspek dunia kemiliteran,
Khalid bin Walid menjadi sosok yang tak kalah tersaingi. Ia juga merupakan satu-satunya
sahabat yang oleh Rasulullah SAW diberi julukan “Saifullah” Pedang Allah.
Sebagai bukti, dalam peristiwa sejarah hanya mencatat bahwa dalam serangkaian
pahitnya peperangan yang telah harus dilalui semasa Rasulullah SAW masih hidup, kaum
Muslimin hanya mengalami kekalahan sekali, tepatnya dalam Perang Uhud. Dan aktor
dibalik kekalahan ini bukanlah Abu Sufyan yang merupakan pemimpin utama tentara
Quraisy, akan tetapi Khalid bin Walid. Khalid bin Walid dikenal sebagai seorang tokoh
Quraisy dan pahlawan yang tak lepas dari dunia kemiliteran dan peperangan. Ia merupakan
salah satu komandan militer yang paling disegani dan terkenal dimana-mana pada abad
pertama hijriyah dan juga yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam peperangan mana
pun, baik sebelum maupun sesudah masuk Islam, pemilik strategi dan taktik militer yang
cemerlang, yang lalu banyak dipelajari diberbagai akademi militer di seluruh dunia
hingga sekarang.2
Nabi Muhammad memberi Julukan Saifullah al-Maslul juga sebab Khalid bin Walid
berhasil menyelamatkan kaum Muslimin ketika dalam kondisi terdesak dan kalah dalam
jumlah pasukan dalam berperang dan juga mengenai wafatnya tiga pemimpin umat Islam (Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah) lalu setelah
berhasil menyelamatkan kaum Muslimin tadi, Khalid bin Walid lalu kembali pulang menuju
ke kota Madinah. Khalid bin Walid banyak sekali ikut serta dalam berbagai peprangan
bersama Rasulullah Muhammad SAW, dan juga dalam pertempuran menghadapi orangorang yang keluar dari barisan agama Islam, serta melakukan berbagai ekspansi perjalanan
sambil melakukan penaklukan Islam seperti di wilayah Persia dan wilayah Syam. Serta
menjadi pemimpin perang dalam pertempuran Yarmuk yang begitu terkenalnya sehingga
mengakibatkan kekalahan mutlak atas kekaisaran Romawi di Syam. Semua aspek yang
diberikan Khalid bin Walid dengan melalui segala yang ia punya dari segi kemampuan
baik harta, jiwa dan raga melalui media peperangan, hanya satu tujuan yang menjadi
prinsip tersendiri oleh Khalid bin Walid yaitu demi tegaknya agama Allah di muka bumi
ini. Perannya dalam membuat keberhasilan kemenangan pada berbagai pertempuran dan
sebagai panglima dalam pemimpin perang menimbulkan Khalid bin Walid menjadi sosok
idaman yang dikagumi oleh umat Islam termasuk juga sangat disegani baik oleh kawan
ataupun lawan.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar sangat bijaksana dalam bidang pemerintahan dengan cara membentuk berbagai bidang, diantaranya Bidang Eksekutif yang
bertugas pengirimiman terhadap tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah lain.
lalu ada Bidang Pertahanan dan Keamanan yang bertugas mengatur pasukan-pasukan
yang telah ada untuk dapat terus mempertahankan agama dan negara, diantara panglima
yang ditugasi: Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan.
Selanjutnya ada Bidang Yudikatif yang betugas mengurusi kehakiman yang dilakukan oleh
Umar bin Khattab selama masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar. Bidang selanjutnya yaitu
Sosial Ekonomi yang bertugas menata sosial ekonomi kenegaraan dan membentuk baitul
mal yang didalamnya mengelola harta kekayaan milik negara pada saat itu.
STRATEGI PEPERANGAN KHALID BIN WALID DALAM PERANG MU’TAH DAN PERANG
YARMUK
A. Perang Mu’tah
Pada saat itu Nabi Muhammad SAW belum menaklukan kota Mekkah, saat itu juga
Perjanjian Hudaibiyah baru berjalan setahun, dan beliau pun tidak mempunyai keinginan
untuk melanggar perjanjiannya. Salah satu faktor terjadinya perang ini ketika Rasulullah
SAW mengirim utusannya kepada Raja Romawi. Ketika utusan Rasulullah SAW tersebut
sudah sampai daerah Mu’tah dalam sejarahnya sudah dihadang oleh panglima Kerajaan
Romawi yang berasal dari Ghassinah, setelah itu mencoba menelusuri apa yang dibawa oleh
utusan Rasulullah tersebut, setelah panglima Romawi mengetahui bahwa utusan tersebut
membawa surat, maka surat itu langsung seketika dirusak, dan panglima Romawi lalu
membunuh utusan Rasulullah SAW tersebut.
Seketika itu Rasulullah SAW mendengar kabar berita tersebut langsung berduka
merasa dijahati oleh panglima Romawi. Maka Rasulullah SAW menyuruh kepada pasukanpasukan Islam untuk melakukan perlawanan dengan orang-orang Romawi. Saat itu
pasukan Islam berjumlah 3.000 pasukan di antaranya terdapat Khalid bin Walid. Rasulullah
mempercayakan pemimpin perang pada saat itu kepada tiga orang yang ditunjuknya antara
lain, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abdullah, dan Abdullah bin Rawahah. Pada saat itu pasukan Islam melakukan perjalanan untuk perlawanan terhadap Romawi tepat di hari jum’at pada
tahun ke delapan kalender Hijriyah.
Terdapat faktor yang menyebabkan Rasulullah SAW menitik fokuskan untuk lebih
perhatiannya ke daerah Syam, yakni dari faktor keagamaan, melainkan wilayah utara
Jazirah Arab yaitu sebagai kunci utama sarana penyebaran sekaligus dakwah Islam yang
mencoba untuk keluar Jazirah Arab. sedang dari faktor strategi pertempuran, jika di
daerah tersebut penyebaran Islam akan semakin terhalang oleh sebuah kekuatan besar,
yaitu kekuasaan Imperium Romawi yang dibantu oleh kawan-kawannya yang berasal dari
suku-suku Arab. Di wilayah Syam, kekuatan ini mampu melihat media perjalanan yang
dituju Mesir dan Irak.
Setelah masuk Islam perang pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid yaitu
Perang Mu’tah. Namun, dalam peperangan ini Khalid belum diangkat sebagai pemimpin
perang pada saat itu. Perang ini terjadi di daerah Mu’tah, yakni suatu daerah yang terletak
di antara perbatasan negara Syam dan Yordania.
Sebagai support mengenai peperangan tersebut, Rasulullah SAW mulai membuat
kekuatan yang dikirim ke wilayah Mu’tah dengan bertujuan dapat memindahkan perhatian
kaum Muslimin ke negara Syam, serta memperlihatkan kekuatan Islam yang baru dengan
berani menginjak daerah kekuasaan kerajaan Byzantium demi mempertahankan negara
dan akidah agama Islam, selain itu juga sebagai pembalasan atas perilaku musuh-musuh
Islam (Romawi) yang telah membunuh utusan Rasulullah SAW tersebut. Semua pasukan
berkumpul, sebelum berangkat Rasulullah menyampaikan beberapa pesan kepada anggota
pasukan supaya mereka tidak menganiaya kaum wanita, anak-anak, dan orang yang sudah
tua renta apalagi sampai membunuhnya, tidak diperbolehkan untuk menebang pohon,
serta tidak diperbolehkan merusak bangunan milik siapapun. Selanjutnya Rasulullah SAW
mengadahkan kedua tangannya sambil mendoakan mereka dan berharap pasukan dapat
bisa kembali ke Madinah dengan selamat tanpa ada halangan.
Pasukan Muslimin pun bergerak kearah utara, lalu mereka beristirahat sejenak di
Mu’an (Syam) yang berbatasan dengan Hijaz utara. Di tempat peristirahatan itu mereka
memperoleh informasi bahwa Raja Heraklius mempunyai pos untuk pasukan-pasukannya
di Ma’an wilayah Baqa’ beserta membawa 200.000 pasukan. Pasukan Romawi menyadari
bahwa kerajaan mereka yang telah tua renta, hal itu mereka mulai mempunyai rasa
cemas dan takut untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan Islam. Mereka sudah
memperkirakan terjadinya bahaya yang begitu besar yang dapat mengkhawatirkan
keselamatan mereka. Mereka memikirkan akan hal demikian dengan mengambil Syria
sebagai batu loncatan untuk menaklukan Jazirah Arab dan negeri-negeri Islam. Pergerakan
pasukan Romawi yang berusaha menumpas kekuatan Islam dapat terdengar oleh Rasulullah,
Beliau mengambil keputusan untuk mendahului musuh dengan serangan yang dilakukan
mendadak sebelum di serang dahulu oleh pihak musuh, dan menyadarkan mereka akan
mengetahui kemampuan perlawanan Islam.
Pada saat melakukan perjalanan pasukan Muslim meminta untuk melakukan bermusyawarah dahulu, sebab tidak terpikirkan sebelumnya oleh pasukan Muslim bahwa
mereka akan berperang menghadapi dengan jumlah pasukan yang begitu banyak itu,
sedang tempat tinggal mereka sangat jauh dari posisi tempat pertempuran berada. Pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan memberi kabar kepada Rasulullah melalui surat
untuk menceritakan situasi dan kondisi terkait kekuatan musuh yang ada.
Secara tiba-tiba Abdullah bin Rawahah melakukan pembicaraan kepada pasukan
Muslim. Dia berbicara dengan lantangnya suara, “Wahai orang-orang Muslim, sesungguhnya
apa yang kalian takuti itu yaitu sesuatu yang kita sedang mencari selama ini, yaitu mati
syahid di jalan Allah SWT melalui pertempuran yang dihadapi. Kita berperang jangan
terlalu memikirkan banyaknya jumlah musuh yang akan dihadapi, melainkan berperang
demi agama Allah, yang dengan niat seperti itu Allah pasti akan memuliakan kita, maka
ayok bangkit untuk berangkat berperang. Di depan sana ada dua kemenangan besar yang
akan kalian raih, yaitu mati syahid atau menang dalam perang ini”. Setelah beristrirahat dua
hari lamanya pasukan Muslim mulai berjalan menuju Masyarif, tempat di mana kekuasaan
musuh berada.
Pasukan Romawi pun semakin mendekat, sedang orang Muslim juga berposisi sedang
berjalan kearah Mu’tah. Mereka sudah mempersiapkan diri untuk memulai pertempuran,
sayap kanan pasukan Muslim dipimpin oleh Qatadah, sedang sayap kiri dikomandoi
oleh Utbah bin Malik. Perang Mu’tah ini terjadi pada bulan Jumadil Awal, tahun delapan
kalender Hijriyah, pasukan Islam mampu maju berjalan sampai ke Balqa’. Ketika sampai di
perbatasan, mereka bertemu musuh Romawi yang dipimpin oleh Raja Heraklius, dengan
menyuruh seluruh kabilah-kabilah serta suku-suku Badwi yang standby di perbatasan
tersebut. Pasukan Romawi mengambil tempat di suatu daerah bernama Masyarif, sedang
pasukan Islam mengambil tempat di dekat negeri kecil Mu’tah.
Raja Heraklius ternyata dalam diamnya sudah bersiap siaga mengangkat senjata
perang untuk mempertahankan Al-Ghasasinah dengan membawa pasukan yang berjumlah
100.000 tentara dengan ditambah 100.000 lagi dari orang Arab Musyrik. Rasulullah SAW
mengetahui tentang arti penting dan bahaya yang ada dalam peperangan ini. Oleh sebab
itu, beliau telah di sengaja memilih tiga orang panglima perang. sebab panglima yang
dipilih itu ketika waktu malam hari berdzikir mendekatkan diri kepada Allah, sedang
di siang hari dia memposisikan sebagai panglima pejuang pembela agama Allah. Tiga orang
pahlawan yang telah di pilih Rasulullah itu yaitu mereka yang sudah siap dan berjanji
akan menggadaikan jiwa dan raga mereka kepada Allah, yang tidak mengharap kembali
apa yang telah mereka perbuat demi agama, dan juga memiliki cita-cita mati syahid
dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan kebenaran atas kenabian Muhammad
SAW. Tiga orang panglima itu lalu di urutkan berdasarkan kemampuan melakukan
kepemimpinan dalam pasukannya masing-masing.
Pada akhirnya pasukan dari kaum Muslimin pun melakukan perlawanan dalam
pertempuran itu, dengan jumlah yang sedikit dari mereka dan mengenai persenjataan
pun akan sangat terbatas. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 200.000 pasukan, tetapi
dibelakang mereka telah disiapkan pasukan sebagai tentara cadangan yang jumlahnya juga
tak kalah banyak, pasukan tersebut siap dikerahkan setiap saat apabila mereka dibutuhkan.
sedang pasukan Muslimin tidak memiliki pasukan cadangan seperti mereka. Pada saat
di tempat pertemuran yang sangat sengit itu, Panglima Zaid terus mengerahkan pedang
yang ia punyai kepada musuh-musuhnya, sampai ia sudah lemah lagi merasa tidak mampu
meneruskan perjuangan dalam pertempuran itu sebab banyaknya tombak dari musuh yang
mengenai tubunya, lalu ia memanggil Ja’far bin Abi Thalib untuk menggantikannya dan membawa bendera yang masih berkibar, dengan rasa semangat yang membara ia
langsung menuju kepada Zaid, dan pada akhirnya Zaid bin Haritsah wafat syahid pada
peristiwa pertempuran itu dan kepemimpinannya digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Serangan yang dilakukan oleh Ja’far bin Abi Thalid dengancara menghadang dan
memerangi sekumpulan kaum-kaum Quraisy, tetapi malah dibals sebaliknya pada pasukan
Quraisy, mereka pun membuat serangan yang sangat kuat terhadap Ja’far, sehingga Ja’far
menjadi terkepung didalam musuh-musuhnya seperti lingkaran. Tidak lama dari kepungan
musuh tersebut Panglima Ja’far gugur syahid dalam kepemimpinannya dan langsung
digantikan oleh Abdullah bin Rawahah, lalu ia dengan sikap tegas dan tanggapnya mengambil
pedang dan langsung menuju barisan paling depan untuk maju menyerang musuh-musuh
Islam sampai Abdullah bin Rawahah tidak mempunyai daya kekuatan, dan pada akhirnya
mengalami kematian yang syahid.
Setelah wafatnya Panglima Abdullah bin Rawahah, pasukan Muslim menyuruh kepada
Khalid bin Walid untuk menjadi pemimpin pada saat itu serta memberikan bendera
kepadanya, tanpa berpikir terlalu panjang ia pun mengambilnya dan menyemangati pasukan
umat Muslim untuk selalu terus maju tanpa pantang menyerah. Taktik-taktik penting yang
dilakukan oleh Khalid bin Walid pada saat-saat seperti itu yaitu menyelamatkan kaum
Muslimin dari serangan musuh-musuhnya.
Sehingga Khalid bin Walid dengan memikirkannya dengan cermat dan teliti mengenai
mempertimbangkan kondisi yang ada, dengan cara memahami situasi dan kondisi
pertempuran dengan sebagian pasukan Islam serta membayangkan hasil-hasil yang akan
didapat maka ia pun mempunyai tekad yang kuat untuk menarik mundur pasukan Muslimin
dengan menyedikitkan kerugian yang dialami, mungkin ini menjadi solusi yangtepat untuk
dilakukannya. sebab sepertiyang dilihatnya pasukan musuh mencapai 66 kali lipat dari
kekuatan kaum Muslimin sendiri, sehingga Khalid bin Walid berpikir mempunyai tekad dan
harus melakukan cara ini yang bertujuan untuk menyelamatkan pasukan umat Islam. Ia
mengomandoi pasukan Muslimin untuk berlari ke arah selatan dan sebaliknya musuh pun
menarik pasukan ke arah utara. Pada saat itu malam hari pun telah tiba, dana akhirnya
pertempuran pun berhenti sejenak. Sementara dalam pikirannya kedua belah pihak
menginginkan keselamatan, dan menganggap sepertinya lebih baik untuk tidak meneruskan
peperangan.
Pada keesokan paginya pasukan Islam membuat keributan yang sangat besar yang
mengancam ketakutan pada musuh memberitahukan pasukan bantuan umat Islam dalam
jumlah besar tiba di Madinah. Pasukan Romawi pun merasa ketakutan terhadap kaum
Muslimin. Pada akhirnya pasukan Romawi pun memutuskan untuk melakukan mundur
dari peperangan tersebut. Jumlah pasukan umat Muslim yang wafat dalam peperangan ini
berjumlah sekitar dua belas orang, sementara dari pasukan Romawi tidak diketahui jumlah
korban secara detailnya.
Pasukan umat Muslim pun melakukan perjalanan untuk pulang menuju Madinah,
seketika itu mereka langsung di temui oleh Rasulullah SAW, serta kaum Muslimin yang
ikut senang atas kepulangan mereka. Meskipun mereka tidak berhasil melakukan misinya
dengan melakukan balas dendam, tetapi perang itu memiliki efek samping yang sangat besar
terhadap citra umat Muslim, peristiwa itu membuat semua orang-orang Arab terheranheran. sebab pertempuran yang tidak merata antara 3.000 pasukan Islam melawan 200.000 pasukan Romawi, sedang pasukan Islam dapat pulang kembali dari perang
tersebut dengan tidak mengalami kerugian. Efek samping yang positif setelah peperangan,
tidak lama dari itu lalu banyak sekali orang-orang yang pada awalnya memberontak
kepada agama Islam mereka menjadi beralih memeluk agama Islam. Pada perang Mu’tah
ini merupakan peperangan besar menumpahkan darah pertama antara kaum Muslimin dan
bangsa Romawi. Ini pun sebagai titik awal untuk menaklukkan negara-negara di wilayah
Romawi.
Strategi jenius Khalid bin Walid dalam perang Mu’tah:
a. Menyusun dengan cara menyatukan kembali barisan pasukan umat Muslim setelah
sempat mengalami porak-poranda kegaduhan sebab menyaksikan para komandannya
jatuh berguguran.
b. Membuat insiden-insiden kecil dengan berpikiran ia sengaja untuk mengulur-ulur
waktu peperangan sampai petang hari sebab kesepakatan sebelum perangnya ketika
itu yaitu pertempuran tidak boleh dilaksanakan pada malam hari. Kesempatan itulah
yang dipakai nya sebagai strategi.
c. Kamuflase Pasukan
Pada saat itulah, Khalid mengambil kesempatan untuk menyusun siasat perangnya.
Anak buah Khalid yang jumlahnya tidak sedikit itu dipencar-pencar sedemikian rupa
dalam suatu garis memanjang. Bila keesokan paginya pasukan Romawi sudah bangun,
mereka merasa ada kesibukan dan hiruk-piruk yang cukup menggentarkan perasaan.
Mereka beranggapan bahwa bala bantuan dari Rasulullah telah didatangkan. 3
B. Perang Yarmuk
Salah satu cita-cita yang ingin tercapai oleh umat Islam yakni menyebarkan agama Islam
ke luar wilayah Arab. Melalui cita-cita beserta keinginan yang tinggi tersebut umat Islam
mampu mengalahkan musuh-musuhnya dalam peperangan. Khalid bin Walid melakukan
aktivitas dengan cara membuka wilayah Irak dan Persia yang terjadi di tahun 12 kalender
Hijriyah, aktivitas tersebut dapat ikut serta mengundang respon dari pemerintahan pusat
yang berada di Madinah saat itu. Perhatian umat Muslim dengan negeri Syam sudah ada
sejak zaman Nabi Muhammad.
Pada awal tahun 13 H, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengupayakan untuk membentuk
pasukan perang yang akan dikirim untuk menaklukan Syam, hal tersebut dilakukannya
demi mengamalkan ayat al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang
kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan
ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. At-Taubah ayat
123)”. Abu Bakar menyuruh Khalid bin Walid untuk melakukan perjalanan pergi ke Syam,
ketika itu para sahabat memberi tahu kepada khalifah Abu Bakar untuk meminta bantuan
pasukan, sebab mereka kedatangan musuh dari pasukan Romawi dengan jumlah yang
besar ke Yarmuk. Khalid bin Walid pun melakukan perjalanan dengan cepat menuju ke
negeri Syam beserta lengkap dengan bala tentaranya untuk bertujuan membantu pasukan
Islam yang sedang mengalami kesusahan dalam melakukan penyerangan terhadap pasukan Romawi. Setelah sampai di negeri Syam, Khalid bin Walid langsung menjadi pemimpin
tertinggi seluruh pasukan.
Perang yarmuk terjadi pada tahun 13 H/ 634 M, bertepatan pada bulan Jumadil Tsani
pada masa Khalifah Abu Bakar. Perang yarmuk ini yang melibatkan antara pasukan Muslim
Arab dengan melawan pasukan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Perang yarmuk
ini terjadi di lembah yang bernama Yarmuk, Yordania. Dalam peperangan ini pasukan
Romawi membawa 240.000 pasukan, sedang pasukan Islam sendiri membawa 30.000-
40.000 pasukan. Saat itu Heraklius mendengar berita bahwa Abu Bakar dalam memerintah
pasukannya untuk bersatu, maka Heraklius pun menirunya dengan memerintahkan kepada
seluruh pemimpin perangnya untuk menyatukan seluruh pasukan. Pimpinan tertinggi
seluruh pasukan Romawi pada saat itu yaitu Tazariq, ia merupakan salah satu dari saudara
kandung Heraklius sendiri.
Khalid bin Walid sampai di Yarmuk dan bertemu dengan pasukan Muslim pada bulan
Rabi’ul Akhir.Pasukan Romawi berjumlah 240.000 pasukan, yang terdiri dari 80.000
pasukan diikat dengan rantai besi, 80.000 pasukan berkuda, dan 80.000 pasukan infantri.
Sementara dari pasukan Muslim sendiri, berjumlah 36.000-40.000 pasukan.
Sebelum peperangan dimulai, Para penglima Muslim menginginkan untuk bertemu
dengan Panglima Romawi untuk melakukan perundingan. Maka Panglima Muslim diizinkan
untuk bertemu dengan Panglima Romawi yang bernama Tazariq. Mereka melakukan
berbagai arahan-arahan untuk damai. Tetapi perundingan ini berakhir tidak sesuai hasil
yang diharapkan, mereka pun segera kembali menuju pasukan.
Peperangan pun dimulai, Khalid bin Walid maju dengan menghampiri Ikrimah bin
Abu Jahal dan al-Qa’qa’ bin Amru, kedua orang tersebut merupakan pemipin pasukan kiri
dan kanan serta Khalid bin Walid pun menginstruksikan kepada keduanya untuk memulai
penyerangan terhadap musuh yang ada didepannya. Pada peperangan hari pertama salah
satu Panglima prajurit Romawi yang bernama Jarajah telah memeluk Islam, saat itu pula
Jarajah berpindah untuk bergabung di barisan pasukan Islam melawan pasukan Romawi.
lalu hari kedua, pasukan Byzantium maju ke garis paling depan hingga menemui
musuh yang pada saat itu pasukan Muslim sedang melaksanakan shalat subuh.
Khalid bin Walid lalu mengutus pasukan cadangan untuk membantu di bagian
sayap kanan dan sayap kiri. Pada hari itu juga Perang Yarmuk lalu berakhir dengan
mundurnya pasukan Islam dan pasukan Romawi menuju ke posisi masing-masing.
Selanjutnya dihari ketiga, pasukan Romawi melakukan serangan yang sama kembali,
tetapi hal ini lebih memfokuskan pada bagian sisi utara yang terbuka. lalu pada hari
selanjutnya yaitu peperangan hebat yang sangat dahsyat. Pada saat itu pasukan Muslim
sudah kehilangan banyak pasukan yang memegang panah, sementara di pihak musuh sudah
berhasil menerobos di barisan pasukan Muslimin.
Setelah melakukan peperangan pada akhirnya pasukan Romawi mengundurkan diri
sebab menderita banyak korban. Pada hari kelima, pasukan Muslim mungkin menduduki
sektor paling depan. Kedua belah pihak sudah tidak saling menyerang, kemungkinan sebab
sudah sama-sama merasakan lelah. Selanjutnya pada hari keenam merupakan hari terakhir
pertempuran. Pertempuran ini terjadi di mana pasukan Muslim berupaya menjauhkan
musuh untuk menjauh dari jembatan.
Sementara pada saat itu pasukan Romawi mengalami kepanikan, sebab jalan mereka
untuk mengamankan diri telah diputus. Beberapa pasukan Romawi saat itu meletakkan
senjatanya berkeinginan untuk menyerah, sedang pasukan Muslim tidak mengambil
banyak tahanan. Pasukan Romawi yang lain sedikit demi sedikit mencoba kabur melewati
lereng dan jurang sehingga ada beberapa pasukan yang sampai jatuh lalu tewas.
Ketika pada saat itu Khalid bin Walid beserta Jarajah bergerak untuk menyerang pasukan
Romawi yang sedang berlari untuk menghindari serangan pasukan kaum Muslimin. Akan
tetapi setelah itu pasukan Romawi berusaha memerintah kembali pasukan yang melarikan
diri untuk kembali berkumpul dan menempati posisi masing-masing. Ketika itu Khalid
berusaha melakukan pertempuran dengan mereka sampai pedang berhadapan. Sementara
Jarajah (pasukan Romawi yang memeluk agama Islam) berakhir wafat di pertempuran
tersebut.
lalu Khalid bin Walid kembali melakukan penyerbuan terhadap pasukan
Romawi sampai di tengah-tengah kuda-kuda Romawi. Tetapi tidak lama lalu kudakuda Romawi itu melarikan diri secara tunggang langgang pergi ke padang pasir, dan kaum
Muslimin dengan cerdasnya pun membukakan jalan bagi kuda-kuda. lalu Khalid
bin Walid berlari mengejar pasukan Romawi yang lari itu, hingga berhasil menghampiri
mereka dan melakukan perlawanan lagi. Pada tengah malam pasukan Romawi melarikan
diri menuju Al-Waqushah walaupun melewati padang pasir yang begitu gelap. Dalam
sejarahnya pasukan Romawi yang terbunuh mencapai 120.000 orang. Sementara pasukan
Muslimin yang terbunuh dalam peperangan ini sebanyak 3.000 orang. Setelah itu pasukan
Muslimin mengakhiri peperangan dengan diraihnya kemenangan lalu Khalid bin
Walid pun mengomandoi mereka untuk melaksanakan sholat isya’ secara berjamaah.
Pada pagi harinya setelah meraih kemenangan dalam peperangan para pasukan Islam
berhasil meguasai seluruh Ghanimah. Namun disaat-saat kegembiraanya telah meraih
kemenangan dalam Perang Yarmuk, umat Muslimin mendapatkan kabar tentang berita duka
wafatnya Khalifah Abu Bakar dan sebagai pengganti Khalifahnya yaitu Umar bin Khattab.
Di pertempuran Yarmuk, Khalid bin Walid menerapkan strategi perang baru yang
strategi itu belum pernah sama sekali dipakai oleh orang-orang Arab sebelumnya.
Strategi itu yaitu dengan cara membentuk kurdus atau batalion dan pasukan dibuat
menjadi tiga puluh lima sampai empat puluh kurdus. Setiap kurdus terdiri dari seribu orang
yang dipimpin oleh pemimpin pasukan.
Khalid mengurutkan pasukannya berdasarkan urutan berikut:
a. Beberapa kelompok yang terdiri dari sepuluh sampai dua puluh kurdus, setiap kelompok
di bawah satu komandan Amir-ul-Ashar dan satu pemimpin umum Amir-ul-Jaish.
b. Satu kurdus terdiri dari seribu prajurit di bawah satu komandan perang Al-Qaid dan
satu pemimpin umum Amir.
Setelah itu Khalid bin Walid membagi pasukannya menjadi empat puluh kurdus. Setiap
komandan pasukan mempunyai tugas untuk berjalan mengelilingi pasukannya masingmasing bertujuan untuk membangkitkan semangat mereka berjihad. Para komandan perang
pasukan Islam ini melihat bahwa pertempuran kali ini merupakan perang yang menentukan
poin-poin besar yang sangat dan telah berhasil sampai pada misi berikutnya
tulisan ini bertujuan untuk mengkaji strategi peperangan Khalid bin Walid
dalam perang Mu’tah dan perang Yarmuk. Metode penulisan artikel ini dengan literatur
review yang berasal dari jurnal, dan buku-buku yang menulis sejarah Khalid bin Walid.
Hasil penelitian ini berkata kata bahwa perang Mu’tah yaitu perang pertama kali
yang diikuti oleh Khalid bin Walid pasca masuk agama Islam. Strategi yang dilakukan
Khalid bin Walid dalam peperangan ini antara lain dengan menyusun kembali
pasukan Muslim setelah mereka mengalami porak-poranda sebab kehilangan para
pemimpinnya, lalu membuat insiden-insiden kecil dengan mengukur waktu
peperangan hingga malam hari, dan mengkamuflase pasukan demi siasat perangnya.
Sementara dalam perang Yarmuk, perang ini melibatkan antara pasukan Muslim Arab
dengan melawan pasukan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium). Perang yarmuk ini
terjadi di lembah yang bernama Yarmuk, Yordania. Strategi yang dibuat Khalid bin
Walid dalam peperangan ini yaitu dengan cara membentuk kurdus atau batalion dan
pasukan dibuat menjadi tiga puluh lima sampai empat puluh kurdus. Setiap kurdus
terdiri dari seribu orang yang dipimpin oleh pemimpin pasukan.