Kerajaan Turki Usmani

 



Kerajaan Turki Usmani

Pada mulanya, kerjaan Turki Utmani hanyalah sebuah kerajaan kecil yang bernaung 

di bawah kerajan Turki Seljuk. sesudah   Kerajaan Turki Seljuk Hancur oleh serang Mongol, 

kerajaan Turki Utsmani kemudian secara resmi berdiri pada tahun 1300 M. di Asia Kecil, 

pendirinya adalah Ustman bin Ertoghril. Kemajuan Turki Usmani dapat dilihat dari bidang 

kemiliteran dan pemerintahan, terbukti bahwa kekuatan militer Usmani adalah salah satu faktor 

sangat yang menentukan keberhasilan ekspansi Turki Usmani, kemajuan lain yang dapat dilihat 

yaitu: kemajuan dalam bidang budaya khususnya bangunan fisik. Di bidang Ilmu pengetahuan 

kemajuan Turki Usmani tidak begitu menonjol dibandingkan kemajuan di bidang lainnya. 

Kemunduran dan kehancuran Turki Usmani disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 

kelemahan para sultan dan sistem birokrasi, kemerosotan ekonomi dan munculnya kekuata 

Eropa. Peran Turki tidak dapat dikesampingkan, karena dengan luasnya daerah kekuasaan yang 

membentang dari Asia hingga Eropa dalam rentang waktu yang relatif lama, lebih dari enam 

abad, maka terjadilah intraksi peradaban dengan berbagai wilayah yang berada di bawah 

kekuasaan Turki dan saling mempengaruhi, sehingga peradaban yang lebih kuat banyak 

memberikan pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah.


sesudah   Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, 

kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik￾cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa 

peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol 

itu. Namun kemalangan tidak berhenti disitu, Timur Lenk pun menghancurkan pusat-pusat 

kekuasaan Islam yang lain.1

Dalam suasana infreoritas seperti itu, muncul kesadaran politik umat Islam secara 

kolektif, kesadaran kolektif ini mengalami kemajuan dengan ditandai oleh berdirinya tiga 

kerajaan besar, Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Utsmani 

inilah yang paling pertama berdiri dan paling lama bertahan dibandingkan dua lainnya.2

Dalam perjalannya, Turki Utsmani dijalankan oleh tidak kurang dari 38 sultan dengan 

berbagai macam corak kepamimpinnya masing-masing. Salah satu serangan dan penaklukan 

terpenting yang dilakukannya adalah penaklukan Konstantinopel. Walau demikian, hukum 

sejarah sebagai sunnatullah juga belaku, bahwa masa pertumbuhan yang diiringi dengan 

kejayaan-kejayaan pun akan habis dengan datang masa kemunduran dan kehancuran.

Sehubungan dengan hal diatas, sejarah yang ditulis didalam buku-buku sejarah Islam 

tentang kerajaan Turki Utsmani di Indonesia memang sering tidak mendapatkan porsi sebanyak 

yang diperoleh diperoleh Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Bila dilihat dari budaya yang telah 

dipersembahkan dipermukaan, kerajaan Turki Utsmani memang tidak bisa disamakan dengan 

kedua dinasti diatas, akan tetapi melihat perannya dalam menangkal ekspansi dan serangan 

bangsa Eropa ke Timur, maka apa yang dilakukan oleh Turki Utsmani tidaklah bisa 

ditinggalkan begitu saja dalam kajian sejarah.

Kerajaan Turki Utsmani berdiri pada tahun 1281 di Asia Kecil. Pendirinya adalah 

Ustman bin Ertoghril. Wilayah kekuasaannya meliputi Asia Kecil dan daerah Trace (1354), 

kemudian menguasai selat Dardaneles (1361), Casablanca (1389), lalu kemudian menaklukkan 

kerajaan Romawi (1453).3

Kata Utsmani diambil dari nama kekek mereka yang pertama dan pendiri kerajaan ini, 

yaitu Utsman bin Ertoghril bin Sulaiman Syah dari suku Qayigh, salah satu cabang dari 

keturunan Oghus Turki. Sulaiman Syah dengan 1000 pengikutnya mengembara ke Anatolia 

dan singgah di Azerbaijan, namun sebelum sampai ke tujuan, dia meninggal dunia. 

Kedudukannya digantikan oleh puteranya yaitu Ertoghril untuk melanjutkan perjalanan sesuai 

tujuan semula. Sesampai di Anatolia, mereka diterima oleh penguasa Seljuk, Sultan Alauddin 

yang sedang berperang melawan kerajaan Bizantium.4 Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin 

mendapatkan kemenangan. Atas jasa baiknya itu, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang 

tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak saat itu mereka terus membina 

wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.5 Selain itu, Sultan Alauddin pun 

memberikan wewenang kepada mereka untuk memperluas wilayahnya dengan mengadakan 

ekspansi.6

Ertoghril meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh 

puteranya, Utsman. Putera Ertoghril inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. 

Utsman memerintah berkisar antara tahun 1290 – 1326 M. Sebagaimana ayahnya, dia banyak 

berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya mendududki benteng-benteng 

Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol 

menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin II terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini 

kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman pun menyatakan 

kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman atau yang sering disebut dengan 

Utsman I.7

Kesultanan Turki Utsmani

Raja-raja Turki Utsmani mendapatkan kekuasaan secara turun temurun, walau 

demikian, tak ada aturan bahwa putra pertamalah yang harus menjadi pewaris dari kekuasaan 

sultan terdahulu. Ada kalanya putra kedua, ketiga yang menggantikan sultan, bahkan dalam 

perkembangannya, pergantian itu juga diserahkan kepada saudara sultan dan bukan kepada 

anaknya.8 Dalam sejararahnya, selama kerajaan Turki Utsmani bendiri yang hampir tujuh abad 

lamanya (1299/1300 – 1924 M), tidak kurang dari 38 sultan yang telah memimipin kerajaan 

ini.9 Berikut adalah daftar lengkap para sultan yang telah memimpin kerajaan Utsmani yang 

oleh Syafiq A. Mughni, dibagi menjadi lima periode:10

1. Periode pertama, sultan-sultannya ialah 

Utsman I (1299-1326 M.) 

Orkhan / putera Ustman I (1326-1359 M.)

Murad I / putera Orkhan (1359- 1389 M.) 

Bayazid I Yildirim / putera Murad I (1389-1402 M.) 

2. Periode ke dua, sultan-sultannya ialah 

Muhammad I / putera Bayazid I (14033-1421 M.),

Murad II / putera Muhammad I (1421-1451 M.),

Muhammad II fatih / putera Murad II (1451-1481 M.),

Bayazid II / putera Muhammad II (1481-1512 M.), 

Salim I / putera Bayazid II (1512-1520 M.) 

Sulaeman I Qanuni / putera Salim I (1520-1566 M.)

3. Periode ke tiga, sultan-sultannya ialah

Salim I / putera Sulaeman I (1566-1673 M.)

Murad III / putera Salim II (1573-1596 M.)

Muhammad III / putera Murad III (1596-1603 M.)

Ahmad I / putera Muhammad III (1603-1617 M.) Mustafa I / putera Ahmad I (1617-1618 M.)

Usman II / putera Ahmad I (1618-1622M.)

Mustafa I yang kedua kalinya (1622-1623 M.),

Murad IV / putera Ahmad I (1623-1640 M.),

Ibrahim I / putera Ahmad I (1640-1648 M.),

Muhammad IV / putera Ibrahim I (1648-1687 M.),

Sulaeman III / putera Ibrahim I (1687-1691 M.),

Ahmad II / putera Ibrahim I (1691- 1695 M.) 

Mustafa II / putera Muhammad IV (1695-1703 M.).

4. Periode ke empat, sultan-sultannya ialah

Ahmad III / putera Muhammad IV (1703-1730 M.), 

Mahmud I / putera Mustafa II (1730-1754 M.),

Usman III / putera Mustafa II (1754-1757 M.)

Mustafa III / putera Ahmad III (1757-1774 M.),

Abdul Hamid I / putera Ahmad III (1774-1788 M.),

Salim III / putera Mustafa III (1789-1807 M.)

Mustafa IV / putera Abdul Hamid I (1807-1808 M.)

Mahmud II / putera Abdul Hamid I (1808-1839 M.).

5. Periode ke lima, sultan-sultannya ialah

Abdul Majid I / putera Mahmud II (1839-1861 M.),

Abdul Azis / Mahmud II (1861-1876 M.)

Murad V / putera Abdul Majid I (1876 M.)

Abdul Hamid II / putera Abdul Majid I (1876- 1909 M.)

Muhammad V / putera Abdul Majid I (1909- 1918 M.),

Muhammad VI / putera Abdul Majid I (1918- 1922 M.)

Abdul Majid II (1922- 1924 M).11

Ekspansi dan Perluasan Wilayah Turki Utsmani

Untuk sekitar dua pertiga abad sesudah   didirikan di Anatolia (Asia Kecil) pada 1300 M 

dengan mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan didirikan di atas reruntuhan kerajaan Seljuk, 

kerajaan Turki Utsmani hanyalah sebuah emirat di daerah perbatasan.12

Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada saat itu senantiasa dalam 

kedaan genting.13 sesudah   Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Utsman (raja 

besar keluarga Utsman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat 

diperluasnya. Dia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa 

tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.14

Pada masa pemerintahan Orkhan, putra Utsman pada tahun 1326-1360 M. 15 Ia 

membentuk pasukan yang tangguh kemudian dikenal dengan Inkisyariyah (Jannisary)16 untuk 

membentengi kekuasaanya. Basis kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang. 

Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I dengan 

membentuk sejumlah korps atau cabang-cabang yennisary. Pembaharuan secara besar-besaran 

dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya bentuk perombakan 

personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh pasukan militer dididik dan 

dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer 

Yennisary berhasil mengubah Negara Usmani yang baru lahir ini menjadi mesin perang yang 

paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non￾Muslim.17

Pada masa Orkhan inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresif

dibanding pada masa Usman. Dengan mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan 

Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali 

diduduki oleh kerajaan Usmani,

18

Ekspansi yang lebih besar lagi masih terjadi pada masa ini meliputi daerah Balkan, 

Andrinopel, Macedonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah yunani. Andrinopel kemudian

dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru karena letaknya yang strategis.19

sesudah   Murad I tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kristen, ekspansi 

berikutnya dilanjutkan oleh putranya Bayazid I20

. Sultan Bayazid I yang naik tahta pada tahun 

1389 M. medapatkan gelar Yaldirin atau Yaldirun yang berarti kilat karena terkenal dengan 

serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-lawannya. Dia menaklukkan wilayah￾wilayah yang belum pernah ditundukkan oleh para pendahulunya. Dimasanya pula terjadi 

perang besar antara pasukan Utsmani dengan tentara sekutu Eropa yang dimenangkan oleh 

pasukan Utsmani. Bayazid I tidak gentar menghadapi pasukan sekutu dibawah anjuran Paus itu 

dan bahkan menghancurkan pasukan Salib. Perang itu terjadi pada tahun 1396 M.21 Suatu hal 

yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I kalah dalam pertempuran melawan Timur Lenk yang 

terjadi di Ankara. Bayazid I bersama putranya, Musa dan Ertoghrol ditawan oleh Timur Lenk, 

dan akhirnya Bayazid I wafat dalam tawanan pada tahun 1402 M.22 pedapat lain mengatakan 

1403 M.23

Kerajaan Utsmani bangkit kembali dan mencapai kegemilangannya pada masa 

pemerintahan Muhammad II. Ia digelari Al-Fatih (Sang Penakluk) karena pada masanya,

ekspansi Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan 

adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Islam atas 

kerajaan Romawi Timur yang telah berulang kali dilakukan oleh pasukan muslim sejak masa 

Umayyah telah tercapai.24 Konstantinopel dijadikan ibu kota kerajaan dan gereja Aya Sophia 

yang terkenal itu dijadikan masjid. Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Utsmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih, namun olerh sultan tetap diberikan kebebasan 

beragama.25

Dengan terbukanya kota Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan 

Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Utsmani ke benua Eropa. Dan Eropa bagian 

Timur semakin terancam oleh Turki Utsmani karena ekspansi Turki Utsmani juga dilakuakn ke 

wilayah ini, dan bahkan sampai ke pintu gerbang Wina, Austria.26

sesudah   Muhammad Al-Fatih meninggal, Ia digantikan Bayazid II. Dia lebih 

mementingkan kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemahannya di bidang pemerintahan 

yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan dia tidak ditaati oleh rakyatnya, 

termasuk putra-putranya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang antara dia dan 

putra-putranya, akhirnya Ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I pada tahun 1512 

M. Pada masa Sultan Salim I pada tahun 1517 M. Gelar Khalifah yang disandang oleh Al￾Mutawakki ‘alaa llah, salah seorang keturunan Bani Abbas yang selamat dari Bangsa mongol 

tahun 1235 M. dan saat itu berada dalam proteksi makhluk diambil alih oleh Sultan. Dengan 

demikian pada masa Sultan Salim ini para Sultan Usmani menyandang dua gelar, yaitu gelar 

Sultan dan gelar Khalifah.27 Sehingga nama Sultan Salim pun mulai disebutkan dalam khutbah￾khubah. Selain itu ia pun dalam masa pemerintahannya selama 8 tahun menjadi penguasa dan 

pelindung 2 buah kota suci yaitu Mekkah dan Madinah. 

Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia 

digelari Al-Qanuniy, karena ia berhasil membuat undang-undang yang mengatur masyarakat. 

Orang Barat menyebunya sebagai Sulaeman yang agung, the magnificien.. Pada masanya,

wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair 

dan Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan 

Laut Hitam, sabagaimana pengakuannya yang terdapat dalam suratnya untuk Francis I, Raja 

Prancis.28

Kemajuan Turki Utsmani

1. Bidang Pemerintahan dan militer

Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang 

kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, 

kemajuan kerajaan Utsmani sehingga mencapai masa keemasannya bukan hanya karena 

keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan 

ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan 

kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.29

Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan 

teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah 

terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur militer Utsmani 

berlangsung tanpa halangan berarti. Namun tak lama sesudah   kemenangan tercapai, kekuatan 

militer yang ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya 

sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera 

dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam 

kemiliteran.30

Pembaharuan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk 

mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. 

Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang maasih 

kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini 

ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissery 

atau Inkisariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Dinasti Utsmani menjadi mesin perang 

yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri 

non-muslim.31

Disamping Jenissery, ada lagi prajurit dari tentara feodal yang dikirim kepada 

pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut 

pun dibenahi, karena ia memiliki peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani. 

Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Utsmani yang tangguh mencapai puncak kejayaannya. 

Kekuatan militer Utmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan dilapangan 

militer ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin dan patuh pada 

peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyang merka di 

Asia Tengah.32

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan 

pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki 

Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa 

tertinggi, dibantu oleh Shadr al-A‘zham (perdana menteri) yang membawahi Pasya (gubernur). 

Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau 

al-Alawiyah (bupati).33

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa sultan Sulaiman I disusun 

sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang 

menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad 

ke-19. Karena jasa sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah 

dengan gelar sultan Sulaiman al-Qanuniy.34

2. Bidang Intelektual atau Ilmu Pengetahuan

Kemajuan bidang intelektual diabad ke-19 pada masa pemerintahan Turki Utsmani 

tampaknya tidak lebih menonjol dibandingakan bidang politik dan kemiliteran. Dari aspek￾aspek intelektual yang dicapai pada periode ini adalah sebagai berikut :

a. Terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu:

1) Berita harian Takvini Veka (1831),

2) Jurnal Tasviri Efkyar (1862),

3) Jurnal Terjumani Ahval (1860).

b. Terjadinya tansformasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan 

menengah (1861) dan perguran tinggi (1869), dan juga mendirikan fakultas kedokteran 

dan fakultas hukum. Disamping itu juga mengirimkan paa pelajar yang berprestasi ke Prancis intuk melanjutkan studinya, diamana hal ini sebelumnya hal ini belum pernah 

terjadi.35

c. Selain hal diatas, muncul juga satrawan-sastrawan dengan dengan hasil karya-karyanya 

sesudah   menyelesaikan studi di luar negerti. Diantaranya adalah Ibrahim Shinasi, pendiri 

surat kabat Tasviri Ekfyar. Diantara karya yang dihasilkannya adalah The Poets Wedding

(komedi). Salah seorang pengikutnya adalah Namik Kemal dengan karyanya Fatherland 

atau Silistria. Disamping itu, ada juga Ahmad Midhat dengan Entertaining Tales dan 

Mehmed Taufiq dengan Year in Istambul.36

3. Bidang Kebudayaan

Dinasti Utsmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang 

cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki Utsmani banyak 

muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17 dan 18.37

Antara lain pada abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636 M.). Nafi’ 

juga bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang 

mendapat tempat di hati para Sultan.38

Diantara penulis yang membawa pengaruh Persi ke dalam istana adalah Yusuf Nabi 

(1642-1712 M.), dia muncul sebagai juru tulis bagi Mushahif Mustafa, salah seorang menteri 

Persia dan ilmu agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam 

puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan (agama, filsafat, roman, cinta, anggur dan 

mistisme), dia juga membahas biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi dan rekaman 

perjalanan.39

Dalam bidang sastra prosa kerajaan Utsmani melahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu 

Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar daari semua penulis adalah Mustafa bin 

Abdullah yang dikenal dengan Katip Celebi atau Haji Halife (1609 – 1657 M.). dia menulis 

buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf az-Zunun fi Asmai al-Kutub wa al-Funun,

sebuah presentasi biografi penulis-penulis penting di dunia Timur bersama daftar dan deskripsi lebih dari 1.500 buku yang berbahasa Turki, Persia dan Arab, dia pun menulis buku-buku yang 

lain.40

Selain itu, dianasti Turki Utsmani juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni 

arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi 

atau masjid Jami’ Sultan Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abu Ayyub 

al-Anshariy. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid 

yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya dalah masjid yang asalnya gereja Aya Sopia. 

Hiasan kaligrafi tiu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.41

Pada masa Sulaiman al-Qanuniy, dikota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak 

dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa dan 

permandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah korditor 

Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.42

4. Bidang Keagamaan

Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki Utsmani. 

Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Mufti sebagai 

pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan. 

Pada masa ini, kehidupan tarekat berkembang pesat. Al-Bektasiy dan Al-Maulawiy merupakan 

dua ajaran tarekat yang paling besar. Al-Bektasiy merupakan tarekat yang sangat berpengaruh 

terhadap tentara Jenissari, sedangakan Al-Maulawiy berpengauh besar dikalangan penguasa 

sebagai imbangan dari kelompok Jenissariy Bekktasiy.43

Sementara itu, ilmu pengetahuan seperti fikhi, tafsir, kalam dan lain-lain, tidak 

mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap taklid dan 

fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab-mazhab lainnya.44

Pada dasarnya, terdapat beberapa faktor yang mendorong kemajuan yang terjadi di 

masa dinasti Turki Utsmani, diantaranya adalah:

a. Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa.

b. Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa.

c. Kepengurusan organisasi yang cakap.

d. Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan 

kepada mereka hak rakyat secara penuh.

e. Turki Ustmani telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil. 

f. Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri Balkan 

untuk memeluk agama Islam.

g. Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatife 

murah dibandingkan pada masa Bizantium.

h. Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan kepercayaannya masing￾masing.

i. Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan 

orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad 

ke-16.

45

 

Kemunduran Turki Utsmani

Untuk menentukan penyebab utama kehancuran kerajaan Turki Utsmani merupakan 

persoalan yang tidak mudah. Akan tetapi ketergantungan sistem birokrasi Turki Utsmani 

kepada kemampuan seotrang Sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadi intitusi 

politik ini menjadi rentan bagi kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang lemah cukup membuka 

peluang bagi degradasi politik di kerajan Turki Utsmani, akan tetapi seorang sultan yang cakap 

juga mampu memperlambat proses korosi pada badan politik kerajaan.46

sesudah   Sultan Sulaiman al-Qanuniy wafat, (1566 M.), kerajaan Turki Utsmani mulai 

memasuki fase kemundurannya. Akan tetapai, sebagai sebuah kerajaan besar dan kuat, 

kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuniy diganti poleh Salim 

II.47kenaikan Sultan Salim II (1566 – 1574 M.) telah dianggap oleh ahli sejarah sebagai titik 

permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.48

Hal ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang 

menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada 

tahun 1633 M., tentara Utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan Hongaria. Demikian juga pada tahun 1676 M., Turki Utsmani kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hongaria dan 

dipaksa menanda tangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh 

wilayah Hungaria, sebagan besar Slovenia dan Croasia diberikan kepada penguasa Venetia.49

Pada tahun 1774 M., penguasa Utsmani, Sultan Abdul Hamid, terpaksa menendatangani 

perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan 

benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam serta memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi 

selat antara Laut Hitam dan Laut Putih.50

sesudah   menyadari menurunnya kekuasaan Turki Utsmani, sebagian wilayah 

kekuasaannya melancarkan pemberontakan untuk melepaskan diri. Di Mesir Jenisseri 

bersekutu dengan tentara Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak 1772 M., Mamalik 

berhasil menguasai Mesir kembali. Di Syria dan Lebanon juga terjadi pemberontakan yang 

dipelopori oleh Druz dan Fahruddin. Sementara itu di Arabia timbul gerakan pemurnian oleh 

Muhammad bin Abdul Wahab, dan gerakan ini bergabung dengan kekuatan Ibnu Saud yang 

akhirnya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya di sekitar Jazirah Arab.51

Gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke-19 dan ke- 20, 

ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik di pusar pemerintahan, kerjaan Turki 

Utsmani akhirnya berakhir dengan bedirinnya Republik Turki pada tahun 1924 M., dan 

mengangkat Mustafa Kemal Attaturk sebagai presiden pertama di Republik Turki. Dalam 

percaturan politik politik selanjutnya, Turki tidak begitu memiliki pengaruh yang dominan 

bahkan orang Eropa menyebutnya The Sick Man of The Europa (si sakit yang ada di Eropa).52

Lebih lanjut, dalam bukunya, Syafiq A. Mughni melihat ada tiga hal yang menjadi faktor 

kehancuran Turki Usmani, yaitu sebagai berikut:

a. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi

Ketergantungan sistem birokrasi kerajaan Turki Utsmani kepada kemampuan seorang 

sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang 

terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi

degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan 

elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji 

kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana 

dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang 

mereka rancang. Pelimpahan wewenang kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan 

roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah 

perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa 

pemberontakan oleh korp Jenisseri untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak 

berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki 

Utsmani.

b. Kemerosotan kondisi sosial ekonomi

Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana 

terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal 

sebagai dampak pertumbuhan perdagangan di ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan 

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah 

mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri.53

Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di 

bidang ekonomi. Esentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan 

konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki Usmani.

c. Munculnya kekuatan Eropa

Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang 

mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani.54 Konfrontasi langsung pada dengan 

kekuatan Eropa berawal pada abad ke-16, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha 

mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan 

masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan mengambil 

mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.


Sehubungan dengan hal itu, lebih eksplisit, Badri Yatim memaparkan tujuh faktor 

yang menjadi penyebab mundurnya kerajaan Turki Utsmani, yaitu: 

a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.

Adminstrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya sangat rumit 

dan kompleks. Sementara administrasi pemerintahan kerajaan Turki Utsmani tidak beres. Di 

pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sanagt luas, sehingga 

mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak 

potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.

b. Heterogonitas penduduk.

Sebagai kerjaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang sanagt luas, mencakup 

Asia Kecil, Armenia, Irak , Syiria, Hijaz dan Yman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di 

Afrika dan Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, 

baik dari segi agama, ras, etnis maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam 

dan tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan organisasi oemerintahan yang teratur.

c. Kelemahan para penguasa.

Sepeninggal Sulaiman al-Qanuniy, kerajaan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan 

yang lemah, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinannya. Akibatnya, 

pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secar sempurna, bahkan 

semakin semakin parah.

d. Budaya pungli/korupsi.

Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dlam kerajaan Turki Utsmani. 

Setiap jabatan yang hendak diarih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada 

orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi 

moral kian merajlela yang membuat pemerintahan semakin rapuh. 

Pemberontakan tentara Jenisseri.

Kemajuan ekspansi kerajaan Turki Utsmani ditentukan oleh kuatna tentara Jenisseriy. 

Denagn demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. 

Pemberontakan tentara Jenisseriy terjadi sebanyak empat kali, yaitu pda tahun 1525, 1632, 1727 

dan 1826 M.

e. Merosotnya perekonomian.

Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan 

berkurang, sementara belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.


Terjadinya stagnasi dalam bidang keilmuan dan tekhnologi.

Kerajaan Turki Utsmani kurang berhasil pengembangan ilmu dan teknologi, karena 

hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi 

oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini ini tidak sanggup mengadapi 

persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.56

Demikianlah proses kemunduran Turki Utsmani. Pada masa selanjutnya, di periode 

modern, kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan-segan 

menjajah dan mendudki daerah-daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Turki 

Utsmani, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.




Dinasti Turki Usmani merupakan salah satu kerajaan Islam yang 

paling lama berkuasa dan paling luas wilayah kekuasaannya. 

Kerajaan ini tercatat menguasi banyak wilayah Eropa sehingga 

Kerajaan Turki selalu menarik untuk dikaji. Penelitian ini akan 

membahas bagaimana Sejarah Kerajaan Turki Usmani dengan 

menekankan pada kemajuan dan Penyebab kehancurannya. Tulisan 

ini disusun berdasarkan data-data berupa bahan pustaka ‘library 

research’ dengan metode deskriptif-historis. Hasil penelitian ini 

menunjukkan bahwa salah satu kemajuan terbesar dari Kerajaan 

Turki Usmani adalah kemajuan di bidang militer dimana hal ini 

dibuktikan dengan luasnya daerah-daerah penaklukan yang 

dilakukan oleh Kerajaan Turki Usmani. Adapun salah satu penyebab 

hancurnya Kerajaan Turki Usmani adalah regenerasi Sultan yang 

tidak berjalan baik sehingga kualitas Sultan dari masa ke masa 

semakin menurun sehingga tidak dapat lagi mengendalikan daerah 

kekuasaan yang semakin meluas.