cut nyak dien 2
By arwahx.blogspot. com at Januari 26, 2024
cut nyak dien 2
hatinya suatu
penilaian yang istimewa terhadap Cut Nyak Din. la mengagumi sifat
satria yang dimiliki Cut Nyak Din. Cut Nyak Din adalah seorang
wanita yang agung dan bijaksana. Yang paling patut dipuji ialah bahwa
Cut Nyak Din seorang yang tabah, sabar dalam menghadapi berbagai
cobaan. Yang Patut dihargai ialah bahwa ia mempunyai cita-cita yang
mumi. yaitu ingin meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda.
Karena itulah Teuku Umar memberanikan diri untuk
menyampaikan maksudnya untuk memperistri Cut Nyak Din kepada
Nanta. Maksud baik ini diterima oleh Nanta dengan senang hllti. Dan
tergambarlah di depannya bahwa jika jadi suami-istri, maka cita
cita perjuangan yang tersimpan dalam dadanya akan dapat diteruskan.
Begitu juga Cut Nyak Din, demi melanjutkan perjuangan ia bersedia
menjadi istri Teuku Umar.
sesudah ada persetujuan kedua belah pihak, maka
dilangsungkanlah pernikahan di Muntasik. Perkawinan ini dihadiri
oleh rakyat dan tokoh penting dengan suatu upacara yang sederhana
tetapi cukup meriahll. Rakyat di Muntasik sangat gembira menyambut
perkawinan ini. Mereka sangat mengharapkan pimpinan pasangan ini
untuk melanjutkan perjuangan. Ucapan selamat dan do'a berdatangan
untuk keselamatan perkawinan mereka. Doa dipanjatkan pula semoga
pasangan ini dapat bahu-rnembahu dalam memimpin perjuangan.
Teuku Umar yang telah menggantikan kedudukan Teuku Cik
Ibrahim Lamnga, bertekad untuk menjadi suami yang setia dan akan
meneruskan perjuangan Teuku Ibrahim Lamnga mengusir Belanda
yang telah menduduki wilayah VI Mukim. Cahaya gelap yang
menyelubungi kehidupan Cut Nyak Din kembali bersinar membawa
pengharapan. Hatinya semakin teguh untuk meneruskan perlawanan
terhadap penjajahan Belanda. Teuku Umar adalah seorang pemuda
yang diharapkan oleh Cut Nyak Din, sesudah Teuku Cik Ibrahim
Lamnga gugur. Karena itu ia terus meyakinkan Teuku Umar supaya
jangan ragu, maju terns merebut tanah Aceh yang telah dikuasai
Belanda.
Pernikahan Teuku Umar dan Cut Nyak Din terdengar juga oleh
pemerintah Belanda di Kotaraja. Mereka menyadari bahwa kedua
orang ini merupakan saingan berat, terutama di VI Mukim.
Uleebalang yang telah memihak kepada Belanda merasa kecut hatinya
untuk menghadapi kedua tokoh yang terkenal ini.41
Sebelum Teuku Umar sampai ke Aceh Besar, yaitu saat ia di
Aceh Barat, ia tidaklah menjadi perhatian benar. Selama itu ia adalah
seorang pemuda yang senang bertualang. Tetapi sesudah sampai di
Aceh Besar, ia ikut menggabungkan diri dengan para pejuang Aceh.
Mula-mula ia kawin dengan Nyak Sopiah anak uleebalang
Geutumpang. Namanya makin terkenal sesudah kawin dengan Nyak
Mahligai, anak Panglima Sagi XXV Mukim. Nama Teuku Umar
makin terkenal baik dalam barisan pejuang Aceh maupun di mata
Belanda, karena sikap dan pembawaannya yang keras.5> Dalam
menghadapi Belanda, Teuku Umar mempunyai konsep tersendiri.
Taktik dan siasatnya yang dijalankannya kiranya cukup berat bagi
Belanda untuk menandinginya.
Demikianlah sesudah Teuku Umar melangsungkan perkawinannya
dengan Cut Nyak Din, ia tidak tinggal lama di Muntasik. la terus
berangkat ke garis depan untuk memimpin pasukan.
Cut Nyak Din yang selama ini dalam kegelisahan, dengan
hadirnya Teuku Umar menjadi teguh kembali. Tekadnya makin bulat
untuk melawan penjajah Be-landa. Genderang perang yang hampir
mereda, kini bergemuruh kembali. Harapan bangkit. la terus
mendorong Teuku Umar maju ke depan sebagai pengganti Teuku Cik
Ibrahim Lamnga yang telah gugur. Teuku Umar menjadi satu-satunya
tumpuan harapan untuk bisa kembali merebut wilayah VI Mukim
khususnya dan mengusir penjajah Belanda dari seluruh tanah Aceh.
Sementara itu dalam akhir Desember 1878 Van der Heyden terus
giat melancarkan pembersihan terhadap perlawanan rakyat Aceh.61
Teuku Baid yang gagah-perkasa, dengan mati-matian mempertahankan
rumahnya dari kepungan tentara Belanda. Alasan Belanda mengepung
rumah ini , ialah bahwa Teuku Baid menyembunyikan pejuang
pejuang Aceh yang Iuka dalam rumahnya. Dalam kepungan yang
ketat ini ia dapat tertawan. Kemudian Teuku Baid diasingkan oleh
Be Janda.
Muntasik yang selama ini aman, jatuh ke tangan Be Janda. Kepala
mukimnya menyerah. Rumah-rumah dibakar habis. Cut Nyak Din
beserta rombongan mencari tempat yang aman, yang jauh dari
jangkauan tentara Belanda. Selanjutnya dengan gemilang Van der
Heyden dapat merebut Aneuk Galong, Lampase dan Sibereh. Semua
benteng pertahanan Aceh dihancurkan. Mesjid Indrapuri sesudah
dipertahankan dengan gigih, jatuh pula ke tangan Belanda. Imam
Long Bata terus menyingkir ke Seulemum. Aksi tentara Van der
Heyden terus dilancarkan dengan membakar Mesjid Jeruk dan Mesjid
Garut serta kampungnya. Pusat kekuatan Panglima Polim di Glieng
yang dipimpin oleh anaknya, Muda Kuala, yang diperlengkapi dengan
24 pucuk meriam jatuh pula ke tangan Belanda. Tentara Belanda
bergerak ke Sagi XVI.1> sesudah semua daerah ini dapat dikuasai
oleh Belanda, Perang Aceh dianggap sudah selesai dan selanjutnya
mereka mencurahkan perhatian pada pembangunan pemerintahan.
Pada masa ini Pemerintah Belanda mencurahkan perhatiannya
kepada Aceh Besar. Untuk melancarkan sarana komunikasi di darat,
Pemerintah Belanda membangun jalan, terutama perhubungan antara
daerah yang dianggap penting oleh Belanda. Pembuatan jalan ini dari
kota ke kota dan diteruskan masuk ke kampung. Begitu juga jalan
kereta api antara Kutaraja dan Uleele diresmikan oleh Pemerintah
Belanda. Untuk menarik hati rakyat Aceh, Pemerintah Belanda
mendirikan sekolah untuk anak-anak uleebalang yang telah memihak
kepada Belanda. Dalam waktu yang singkat pengaruh Belanda telah
terasa dalam kehidupan rakyat kota.
Wilayah VI Mukim yang telah ditinggalkan Nanta terkena dalam
rencana pembukaan jalan. Jalan Kotaraja - Uleele diteruskan ke
wilayah VI Mukim memasuki kampung-kampung yang dilanjutkan ke
arah Ngalau Beradin.
Untuk memenuhi tenaga kerja, rakyat VI Mukim dipaksa bekerja
sebagai kewajiban rakyat kepada pemerintah, siapa yang tidak patuh
akan ditindak dengan hukuman yang berat. Karena itu biarpun dalam
hati menolak, rakyat terpaksa bekerja untuk kepentingan Belanda.
Dengan terbukanya jalan-jalan inj patroli Belanda lebih mudah dan
lebih cepat bergerak. Suatu keuntungan yang tak disadari, roda
pembangunan di wilayah VI Mukim makin lancar. Rakyat dengan
bebas bergerak untuk memenuhi kebutuhannya. Perdagangan
meningkat ramai. Rakyat VI Mukim menjadi makmur. Sejalan
dengan itu masuk pula ke desa dan kampung wilayah VI Mukim
pedagang-pedagang Cina.8> Makin ramailah pedagang keluar-masuk
ke wilayah VI Mukim.
Tetapi yang merisaukan rakyat VI Mukim ialah karena pem
erintah Belanda mengangkat Teuku Nek menjadi uleebalang sebagai
pimpinannya. Rakyat yang tidak menyenangi Nek, selalu merindu
kan Teuku Nanta. Teuku Nek hidup mewah di atas keringat rakyat. la
merupakan sumber perpecahan dan pertengkaran antara rakyat VI
Mukim. Untuk menarik simpati rakyat Aceh, Pemerintah Be I anda
menjanjikan untuk membangun kembali Mesjid Baiturrahim di
Muntasik, sebagai ganti mesjid yang telah mereka hancurkan.
Para pejuang yang masih tetap setia pada sultan, terus aktif
bergerak mengadakan perlawanan. Mereka mengadakan sabotase dan
penyergapan pada pos-pos tentara Belanda. Setelah Indraputri jatuh,
sultan dan pengikutnya memindahkan pusat pertahanannya ke daerah
Pidie. Karena desakan yang terus dilancarkan oleh tentara Belanda,
maka sultan memindahkan pusat kedudukannya ke Keumala.9l
Keumala merupakan tempat yang aman untuk berkumpul para
tokoh-tokoh Aceh. Dari daerah inilah sultan Aceh menjalankan
pemerintahan dan menyampaikan perintah kepada seluruh pejuang
Aceh. Sementara Sultan Muhamad Daud belum dewasa, pimpinan
pemerintahan dipegang oleh Mangkubumi Tuanku Hasyim Bangta
Muda. Pimpinan lainnya antara lain Panglima Polim, Imam Long
Bata, Nanta, Cut Nyak Din dan Teuku Umar terus mengadakan
perlawanan di daerah masing-masing.
Atas dorongan Cut Nyak Din, Teuku Umar kembali menyusun
kekuatan yang telah terpecah-pecah setelah gugurnya Teuku Cik
Ibrahim Lamnga. Tujuan mereka yang utama adalah untuk merebut
wilayah VI Mukim. Cut Nyak Din sangat merindukan kampung
halamannya, karena telah tujuh tahun ditinggalkan. Yang paling
menyakitkan hatinya ialah bahwa wilayah VI Mukim telah kembali
diserahkan Belanda kepada Teuku Nek. Karena itulah Teuku Umar
bertekad untuk merebut kembali wilayah tersebut. Dengan demikian
Cut Nyak Din dan Nanta akan dapat kembali ke wilayah VI Mukim
sebagai penguasa.
Setelah Teuku .Umar merasa kuat.10> Ia menggerakkan pasukannya
yang cukup besar jumlahnya. la dibantu oleh Teuku Nyak Makam,
adik Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Dengan gerak cepat melalui Ngaraingarai Beradin pasukan Teuku Umar dapat menduduki sebahagian
daerah kekuasaan Nanta. Kedatangan pasukan tersebut disambut
gembira oleh rakyat VI Mukim. Rakyat mendukung perjuangan Teuku
Umar. Tanpa diajak, banyak pemuda-pemudanya ikut menggabungkan
diri ke dalam barisan Teuku Umar.
Tetapi Teuku Nek yang telah merasakan nikmatnya hidup di
bawah Pemerintah Belanda, tentu saja merasa tidak senang atas
kedatangan Umar dengan balatentaranya untuk menduduki. Sungai
Ning dan kemudian minta bantuan pada majikannya untuk mengusir
pasukan Teuku Umar. Teuku Umar tidak tinggal diam, ia terus
menyusun dan mengatur benteng-benteng pertahanan. Kedatangan
tentara Belanda dengan bantuan Teuku Nek disambut dengan
perlawanan yang seru oleh pasukan Teuku Umar. Pasukan Teuku
Umar terus memukul mundur serangan tentara Belanda. Tentara
Belanda terpaksa mundur untuk meminta bala bantuan.
Sementara itu kekuatan Teuku Umar di bawah pimpinan Nyak
Hasan terus melancarkan serangan yang berat terhadap Pantai Putih.
Serangan yang terus-menerus ini, menyebabkan Belanda terpaksa
mengosongkan daerah Krung Raba dan kemudian dikuasai oleh Teuku
Umar. Di samping itu Belanda sedang menghadapi perlawanan rakyat
Aceh di daerah Pidie. Oleh sebab itu untuk merebut kembali daerah
yang telah dikuasai Teuku Umar terpaksa didatangkan bala bantuan
dari Sumatra Barat.
Tetapi saat menghadapi kekuatan Belanda yang lebih besar,
Teuku Umar mengubah taktik. la memperhitungkan kekuatan musuh
yang diperlengkapi dengan senjata moderen dan tidak sebanding
dengan kekuatan yang dimilikinya. Karena itu ia menarik pasukannya
mundur ke Ngalau Ngarai Beradin. Kemudian pada waktu malam ia
mengganggu pos-pos Belanda yang berjumlah kecil.11i Demikianlah
terus dilakukan Teuku Umar dalam waktu lama, sehingga kedudukan
Belanda di wilayah VI Mukim tidak aman. Karena serangan yang
terus-menerus dilakukan oleh Teuku Umar, Belanda membakar
kampung-kampung yang memberi bantuan kepada Teuku Umar.
Pada.frant Jain, yaitu di daerah Pidie Belanda terpaksa memeras
tenaga untuk menahan serangan yang dilancarkan oleh Tengku Cik Di
Tiro Muhamad Saman. Benteng Belanda telah beberapa kali mendapat
serangan hebat. Untuk mengatasi hat ini, Belanda mengawasi d.engan
ketat pengiriman beras dan bahan keperluan lain melalui· Pidie.
Maksudnya supaya tidak diangkut ke Aceh Besar untuk keperluan
para pejuang Aceh. Kemudian Belanda membersihkan daerah dan
kubu pertahanan Teuku Cik Di Tiro yang tersebar luas di seluruh
daerah Pidie. Tetapi langkah pembersihan yang dilakukan oleh
Belanda dapat dipatahkan oleh kekuatan Cik Di Tiro dalam suatu
pertempuran di Garut. .1
Pada tahun 02217 Sultan Muhamad Daud Syah telah dewasa.
Berkat bimbingan Tuanku Hasyim Banta Muda dan dukungan Teuku
Cik Di Tiro, baginda dapat aktif menjalankan tugas sebagai sultan
Aceh.131 Kedudukannya tetap dipertahankan di Keumala. Baginda
memerintahkan kepada seluruh rakyat di seluruh pelosok tanah Aceh
supaya terus bergerak untuk mengadakan perlawanan. Dengan
datangnya perintah dari sultan, rakyat Aceh bangkit serentak.
Semangat yang telah hilang menyala kembali dan berkobar untuk
memberikan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Menghadapi reaksi baru ini Belanda menyadari, bahwa untuk
menghadapi perlawanan ini diperl ukan tenaga dan biaya yang tidak
sedikit, sedangkan selama perang berjalan tenaga Belanda telah habis
terkuras. Biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda telah jutaan
jumlahnya. Karena itu Pemerintah Belanda mengubah taktik dan
siasatnya. Dalam mempertahankan kedudukannya di Aceh. Mereka
memusatkan kekuatannya pada daerah yang telah dikuasai penuh saja.
Untuk ini daerah sekitar Kotaraja dibuat Lini konsentrasi.141 Pos-pos
penjagaan dibuat dalam lini konsentrasi dan dihubungkan satu sama
lain.
Pembangunan lkonsentrasi dimulai dari utara dekat Kota
Pahana (bekas benteng Portugis) melengkung ke selatan melalui Sagi kemudian terus melengkung ke barat melalui daerah
Mukim, terus memotong Mukim dan Meuraksa sampai ke Sabang
(bekas benteng Nanta). Pembuatan Iini konsentrasi ini
mengakibatkan daerah Mukim, Meuraksa, Lamteh, Lamjamu,
Lampadang, dan Rawacangkul termasuk ke dalam wilayah kekuasaan
Belanda. Jalan menuju laut telah putus dan daerah Long Bata yang
telah kosong ikut terkurung dalam lini. konsentrasi itu. Peukan Bada
menjadi sepi, rakyatnya telah pindah untuk mencari penghidupan baru
di Uleelheue.
Taktik baru yang dijalankan oleh Pemerintah Belanda memberi
kesempatan dan ruang gerak pejuang Aceh untuk bebas bergel'ak. Cut
Nyak Din dan Teuku Umar memanfaatkan situasijni untuk kembali
ke wilayah VI Mukim. Karena Lampadang telah termasuk ke dalam
wilayah lini konsentrasi, mereka memutuskan untuk tinggal di
Lampisang. saat dalam perjalanan Cut Nyak Din dan Cut Gambang,
anak Cut Nyak Din dari Teuku Umar yang lahir dalam pengungsian,
naik keatas usungan dengan diiringi sepasukan pengawal yang setia.
Perjalanan ini kembali melalui Ngalau Ngarai Beradin. Cut Nyak Din
melihat keadaannya sama dengan sembilan tahun yang lalu, yaitu
saat ia tinggalkan tempat itu bersama Teuku Cik Ibrahim Lamnga.
la menceritakan semuanya itu kepada anaknya, Cut Gambang. saat
rombongan makin dekat ke tempat yang dituju hatinya teringat
kembali ke masa lalu, masa yang pernah dirasakannya saat bersama
Teuku Cik Ibrahim, suami yang sangat dicintainya, tetapi kini telah
"tidur"di Muntasik untuk selama-lamanya.
Rakyat VI Mukim sangat gembira menyambut kedatangan
rombongan Cut Nyak Din dan Nanta.15> Kepemimpinan Nanta sangat
rakyat harapkan. Kecintaan dan kesetiaan rakyat tetap. utuh. Tetapi
Nanta kelihatan sudah semakin tua. Tenaganya sudah terkikis habis
untuk melakukan perjuangan dan matanya telah menjadi rabun.
Untuk memperkuat kedudukan Nanta, dengan dukungan rakyat
Cut Rayut diangkat menjadi uleebalang pengganti Nanta. Agar jangan
dicurigai Belanda diusahakan surat pengangkatan Cut Rayut dari
Pemerintah Belanda. Pada mulanya pemerintah menolak, karena
daerah ini di luar lini konsentrasi. Tetapi dengan berbagai usaha
rakyat Nanta mengangkat Cut Rayut sebagai kamuflase saja, sedang
yang memegang kunci dalam hat ini adalah Cut Nyak Din.16> Dengan
diangkatnya Cut Rayut sebagai, uleebalang, Cut Nyak Din akan bebas
bergerak menjalankan politik dalam perjuangan Aceh dan hal ini tidak
mencurigakan Pemerintah Belanda.
Cut Nyak Din kembali membangun rumah tangganya dengan
Teuku Umar di Lampisang. Nanta yang semakin lemah itu dirawat
oleh Cut Nyak Din dengan penuh kasih sayang. Orang tua ini
mempunyai pikiran yang cemerlang dalam pemikiran jalannya
,,
perjuangan dan namanya masih disegani oleh rakyat dan ditakuti oleh
musuh. Demikianlah darma bhakti Cut Nyak Din pada orang tuanya.
Nanta.
sesudah Cut Nyak Din merasa kuat kedudukannya, rumah tangga
sudah terbina dengan baik, rakyat tetap menyenanginya dan tetap setia
serta mendukung semua gagasan yang dicetuskannya. Mulailah Cut
Nyak Din mengadakan kegiatan dalam perjuangan. Rumahnya di
Lampisang tersedia untuk dijadikan markas pertemuan para tokoh
pejuang dan alim ulama yang terus mengobarkan semangat jihad
fisabilillah.171 Hubungan yang baik telah terjalin dengan Teuku Cik Di
Tiro, ulama yang terkenal itu. la sangat gigih mencurahkan . tenaga
dan fikiran untuk perjuangan. Karena itu menurut Cut Nyak Din, cara
yang paling baik untuk melanjutkan perjuangan adalah mendukung
sepenuhnya cita-cita dan gagasan yang dicetuskan oleh Teuku Cik Di
Tiro. Karena itu pula Teuku Cik Di Tiro sangat mengharapkan Cut
Nyak Din menjadi teman yang baik dan dapat menggerakkan seluruh
rakyat ,,, Mukim.
Tokoh lain yang patut diperkenalkan dan menjadi sahabat Cut
Nyak Din adalah Tengku Fakinah.181 Tengku Fakinah adalah seorang,
ulama yang mempunyai cita-cita yang sama dengan Cut Nyak Din. la
juga gigih menentang penjajahan Belanda. Nasibnya hampir sama
dengan Cut Nyak Din. Suaminya, Tengku Ahmad, tewas dalam medan
perang saat membendung serangan Belanda yang pertama di Pantai
Cermin.191 Karena suaminya tewas, maka Tengku Fakinah
menghimpun kekuatan di daerahnya, yakni Lamdiran. Kemudian ia
mencari dukungan dan berusaha mengajak rakyat Aceh untuk
memanggul senjata. Dalam penilaiannya Cut Nyak Din adalah seorang
tokoh yang patut didukung dan diberikan bantuan sepenuhnya. Oleh
karena itu persahabatan mereka sangat akrab, demi perjuangan dan
demi mendukung cita-cita untuk perjuangan bangsa, negara dan
agama.
Tetapi Teuku Umar berbeda jalan fikirannya dengan Cut Nyak
Din .. la tidak menyetujui jalan yang ditempuh oleh Cut Nyak Din. la
berpandangan lain terhadap para ulama. Teuku Umar beranggapan
bahwa kaum ulama tidak dapat bekerja sama dengan golongan
bangsawan. Dalam beberapa hal Teuku Umar berbeda pendapat
dengan Teuku Cik Di Tiro. Teuku Umar berpendapat bab• jalan
kemenangan akan dapat diperoleh jika kita dapat mempelajari
taktik perang musuh. Artinya, kalau boleh, demi kemenangan kita
harus mendekati musuh. Dengan demikian kita lebih tahu dan
mengenal lebih jauh semua seluk-beluk tentang mereka. Teuku Cik Di
Tiro ingin menempuh jalan singkat. Perang terus atau mati, mati
sahid.20l Karena itulah maka seakan-akan ada jurang pemisah yang
dalam antara kedua tokoh ini. Itulah sebabnya Teuku Umar me 1 arang
Cut Nyak Din bergaul dengan kaum ulama. la menghendaki supaya
Cut Nyak Din lebih baik bergaul dengan golongan bangsawan yang
sejajar tingkat dan kedudukannya.
Cut Nyak Din yang bijaksana dapat memahami maksud Teuku
Umar. Tetapi dengan lemah-lembut ia mencoba memberi gambaran
kepada Teuku Umar, bahwa perjuangan yang dihadapi sekarang ini,
bukanlah tugas bangsawan yang mempunyai kedudukan, tetapi tugas
berat ini berada dalam pundak rakyat Aceh seluruhnya. Tidak pandang
bulu, termasuk di dalamnya ulama, bangsawan dan rakyat banyak.
Kalau ia mengesampingkan ulama, berarti ia tidak mengikutsertakan
sebagian rakyat Aceh untuk berjuang. Adalah merupakan suatu
ketimpangan kalau golongan bangsawan dan para uleebalang saja yang
bergerak tanpa didukung oleh rakyatnya secara kompak. Hal ini sudah
pasti tidak akan membawa hasil. Demikian pula ulama sangat
memegang peranan, sebab semenjak berdirinya Kerajaan Aceh dan
masa jayanya Aceh, ulama adalah suatu komponen yang penting. Oleh
sebab itu kurang I ah bijaksana jika bersikap menjauhkan diri dari
ulama. Dan apa yang ia tempuh selama ini, itulah jalan yang tepat.
Kiranya apa yang sudah ia paparkan itu dapat menjadi pemikiran
tuanku.
Demikianlah akhirnya timbul perselisihan pcndapat antara Cut
Nyak Din dengan Teuku Umar dalam menern'.;kan 1.:ita-cita perjuangan.
Tetapi sebagai istri yang baik. Cut N :1t U•r· tet:1p mencintai Teuku
Umar. la tetap menunjukkan keseti.tan dan kasih-sayang yang
sepantasnya. Melihat sikap dan pen<lirian Teuku Umar yang keras,
Cut Nyak Din tak dapat berbuat apa-apa. la pasrah saja sesudah
menyampaikan saran-sarannya kepada Teuku Umar. Walaupun
demikian .C terus mengikuti gerak-gerik Teuku Umar. la akan melihat
apa yang dilakukan suaminya, walaupun dalam hati kecilnya ia tidak
menyetujui langkah yang ditempuh Teuku Umar.
Cut Nyak Din terus melakukan kegiatan di Lampisang,
meyakinkan rakyat A.CMukim bahwa perjuangan melawan Belanda
adalah kewajiban bersama. Oleh sebab itu jangan mundur, terus
tingkatkan kewaspadaan dan siap-siaga. Penjajahan Belanda harus
diusir dari bumi Aceh yang tercinta. Dengan persatuan yang kokoh
kejayaan Aceh dapat ditegakkan kembali.
Pada bulan Nopember ,..,C kapal lnggris, Nesisero, terdampar di
Pantai Tenom. Teuku Imam Muda Raja Tenom menyita isi kapal
ini . Biarpun telah mengirim kapal perang untuk membebaskan
temannya, usaha lnggris dan Belanda tidak berhasil. Pada bulan Juli
,..-C atas permintaan Gubernur Aceh Loging Tobias, Teuku Umar
berangkat ke Meulaboh dengan kapal Belanda untuk menyelesaikan
masalah ini. Dengan bantuan uleebalang setempat Teuku Umar
menuju ke daerah Tenom. Tetapi dalam perjalanan pulang timbul
perselisihan antara komandan kapal dengan Teuku Umar. Demi
keselamatan, komandan kapal menghendaki supaya pasukan Teuku
Umar menyerahkan senjatanya. Permintaan ini dipenuhi oleh Teuku
Umar dengan perjanjian sesudah sampai di Tambesi senjata ini akan
dikembalikan. Tetapi saat Teuku Umar turun hendak menemui
kepala Lambesi, anak buahnya melakukan penyerangan terhadap awak
kapal ini . Peristiwa ini memang sangat disesalkan oleh Teuku
Umar, tetapi ia tidak bertindak terhadap anak buahnya.
Sesudah peristiwa ini Teuku Umar kembali ke Lampisang
dan ia tidak mau bekerja sama dengan Be Janda. Karena itu Be .Canda
menarik kekuatannya dari daerah B.CMukim. Kemudian Teuku Umar
kembali bersatu dengan pejuang Aceh. Tetapi pihak Aceh belum yakin
akan tekad baik Teuku Umar. Persoalan kapal Nesisero baru dapat
diselesaikan sesudah Belanda membayar tebusan sebesar ,,,!,,,C
dollar kepada raja Tenom
Pada tanggal ,-CJuni ,...C Teuku Umar kembali mengadakan
serangan terhadap kapa1 Hok Canton, sebuah kapal yang berbendera
lnggris. Kapa! ini sedang berlabuh di Pantai Rigaih untuk
membeli lada dan juga untuk menjual senjata gelap. Nakhodanya,
Hansen, berkebangsaan Denmark. Teuku Umar mencurigai gerak
gerik nakhoda ini . Ia mencurigai kedatangan orang ini dan
ingin menangkapnya dan selanjutnya menyerahkannya kepada Belanda
dengan upah sebanyak 25.000 dollar. Dengan taktik yang telah diatur,
Teuku Umar naik ke kapal untuk membeli senjata. Kemudian ia diikuti
oleh anak buahnya. saat semua anak buahnya sudah naik, ia
memberi komando untuk menyerang. Terjadilah perang tanding. Anak
buah Teuku Umar beraksi dengan pedang dan rencongnya. Awak kapal
sia-sia bertahan karena satu demi satu mereka jatuh di ujung senjata
anak buah Teuku Umar. Pertempuran berakhir sesudah Hansen dapat
ditawan. Kemudian Hansen beserta istrinya, dan jurumudi Faya
menjadi tawanan. Karena Hansen meninggal, maka istri dan
jurumudinya dijadikan sandra dibawa ke gunung. Inggris kembali
menuntut kepada Belanda agar menyelesaikan hal ini . Belanda
berusaha untuk mencari kontak dengan Teuku Umar, tetapi tidak ada
hasilnya. Sekali lagi gubemur Aceh menyerahkan tebusan sebesar
25.000 dollar. Kali ini diberikan kepada Teuku Umar.221
Untuk membuktikan kesetiaannya kepada Aceh, uang yang
diperoleh itu dibagi-bagikan kepada para pejuang Aceh. Karena sikap
Teuku Umar yang demikian itu Teuku Cik Di Tiro kembali mengajak
Teuku Umar untuk memperkuat barisan Aceh. Demikian juga
Sultan Muhamad Daud Syah yang berkedudukan di Keumala. Baginda
memberikan penghormatan kepada Teuku Umar dengan
mengangkatnya menjadi syahbandar dan wilayah barat Aceh sebagai
kekuasaannya.
Pada tahun 1891 Teuku Cik Di Tiro meninggal karena diracun
dalam perjamuan makan di Seulameun. Cut Amin, putranya, diangkat
untuk menggantikannya. Tetapi dalam menjalankan tugas, ia tidaklah
sebijaksana Teuku Cik Di Tiro. sehingga anak buahnya bertindak
menurut sekehendak hati dan tidak menunjukkan tujuan perjuangan.
Anak buahnya lebih banyak menindas rakyat. Pasukannya bergerak
secara liar ke kampung untuk minta bantuan secara paksa.Tidak jarang
pula mereka merampok rakyat yang tidak bersalah. Semua yang
didapat itu untuk kesenangan mereka sendiri. Mereka menyebut
dirinya pasukan muslimin, tetapi tindakan dan perbuatannya sangat
bertentangan dengan ajaran Islam. Gerakannya lebih banyak ditujukan
kepada rakyat yang tidak bersalah daripada kepada musuh.
Da I am gerakannya ini pasukan muslimin di bawah pimpinan Cut
Amin melancarkan operasinya ke kampung-kampung wilayah VI
Mukim. Tindakan mereka ini sangat mencemaskan rakyat, karena
mereka secara paksa meminta bantuan kepada rakyat. Cut Nyak Din
adalah penguasa wilayah ini. Ia melarang kebijaksanaan yang
dilakukan oleh Cut Amin. Rakyatnya tidak diragukan lagi sebagai
penentang penjajahan Belanda. Harta dan jiwanya diserahkan untuk
perjuangan. Cut Nyak Din sendiri membutuhkan biaya untuk tujuan
yang sama. Karena tantangan yang diberikan Cut Nyak Din, Cut Amin
merasa dihina. Oleh karena itu ia mengangkat senjata dan
mengerahkan kekuatan bersenjata untuk memerangi rakyat VI Mukim.
Perang saudara tak dapat dihindarkan. Rakyat VI Mukim memberikan
perlawanan. Maka berkecamuklah perang yang membawa korban di
kedua belah pihak. Rakyat VI Mukim terjepit karena mereka tidak
punya orang kuat untuk memimpin mereka dalam melakukan
pertempuran.
Tindakan Cut Amin yang tidak bersahabat ini memaksa Cut Nyak
Din memanggil Teuku Umar dari pengembaraannya. Harapan rakyat
dapat dibuktikan oleh Teuku Umar. Pasukan Cut Amin dapat diusir
keluar wilayah VI Mukim.
saat Teuku Umar bersama rakyat VI Mukim sedang
menghadapi kekuatan pasukan muslimin pimpinan Cut Amin, Teuku
Nanta meninggal dunia karena telah tua. Nanta yang dicintai rakyatnya
dikebumikan di Leupeung
Teuku Umar berhasil mengusir pasukan Cut Amin ke luar VI
Mukim. Kemudian dengan bernafsu ia terus mengejar, sehingga ke
luar dari Sagi XXVI. Rupanya di balik keberhasilan Teuku Umar ada
terselubung suatu permainan. Ia bekerjasama dengan Belanda. Teuku
Umar secara diam-diam telah mengadakan kontak dengan Belanda
untuk mendapatkan bantuan. Hal ini sangat menikam perasaan Cut
Nyak Din. Kepercayaan rakyat kepada Teuku Umar telah hilang,
karena langkah yang ditempuh Teuku Umar sangat merugikan
perjuangan rakyat Aceh. Rakyat mulai membandingkan, sejelek-jelek
Cut Amin masih lebih baik daripada Teuku Umar. Cut Amin berjuang
untuk melawan Belanda, sedang Teuku Umar mengarahkan bedil ke
dapur sendiri. Karena itu hati Cut Nyak Din makin jauh dari Teuku
Umar sebagai pejuang. Tetapi sebagai istri ia tetap mencintai Teuku
Umar. Lebih jauh ia ingin melihat apa yang akan diperbuat oleh Teuku
Umar. Demikianlah ia semakin menjauh dari Cut Nyak Din untuk
menjalankan taktik barunya.
Pada tanggal 30 September 1893 Teuku Umar beserta pasukannya
yang berkekuatan 250 orang secara resmi menyatakan tunduk kepada
gubernur Belanda di Kutaraja. Teuku Umar bersedia membantu
Belanda untuk mengamankan Aceh. Karena itu pasukannya diberi
perlengkapan yang cukup. Ia diangkat sebagai panglima dengan gelar
Teuku Umar Johan Pahlawan.
Rumahnya di Lampisang dibangun oleh Pemerintah Belanda.
Bentuknya disesuaikan dengan bentuk rumah seorang pejabat, lengkap
dengan taman dan kebun. Untuk keamanan, di sekelilingnya dipagar
rapih. Di dalamnya diisi dengan perabotan yang mutakhir, yang
didatangkan dari luar negeri. Semua keperluan dan kebutuhan keluarga
Teuku Umar cukup, karena ia telah digaji oleh pemerintah. la menjadi
pejabat yang tidak kalah pentingnya dari pejabat Belanda yang lain,
yang hidup dalam kemewahan duniawi. Rumahnya ramai didatangi
pejabat-pejabat Belanda untuk mengadakan pembicaraan penting,
terutama langkah yang akan ditempuh dalam menjalankan tugasnya.
Namum demikian Cut Nyak Din tidak silau melihat pangkat dan
kekayaan yang diperoleh Teuku Umar. la juga tetap keras pada
pendiriannya. la tidak mau bertemu muka dengan Belanda yang datang
berkunjung, karena kefanatikan yang dianutnya. Ia menganggap
Belanda itu tetap kafir. Teuku Umar menyadari hal ini dan ia tidak
berani memaksa Cut Nyak Din untuk melakukannya. Karena itu
Teuku Umar memerintahkan Cut Sopiah, istrinya yang lain untuk
mendampinginya saat menerima tamu orang Belanda.26)
Untuk mendapatkan bantuan sebanyak-banyaknya Teuku Umar
memulai dengan sandiwaranya. la meminta bantuan senjata untuk
pasukannya yang berjumlah 250 orang. Permintaan ini dipenuhi oleh
Gubernur Deykerhoff. Teuku Umar melihat bahwa kekuatan pasukan
muslimin jauh lebih banyak. Dengan kekuatan ini dapat
membersihkan VI Mukim, IX Mukim dan terakhir mengarah ke Sagi
XXVI. Sementara pertempuran berlangsung dengan pasukan
muslimin di Sagi XXVI, Teuku Umar mendapat bantuan 17 orang
panglima perang dan 120 orang prajurit yang terpilih dari Aceh Barat
di bawah pimpinan Pang Laat Dengan tambahan pasukan ini
kekuatan Teuku Umar sudah lebih dari satu batalyon dan mendapat
persenjataan lengkap dari Belanda.
Teuku Umar yang telah mendapat kepercayaan dari Belanda mulai
mengadakan gerakan yang lebih luas. Karena tekanan dan perlawanan
yang diberikan pasukan muslimin, Teuku Umar minta agar pasukan
Belanda ke luar sedikit dari garis-garis konsentrasi untuk memberikan
bantuan. Dengan demikian garis konsentrasi yang dipertahankan
selama itu menjadi kendor, dan terbentuklah garis konsentrasi kedua
yang mempunyai kelemahan. Hal ini diikuti oleh satuan-satuan kecil
Belanda yang ke Juar dari sarangnya untuk mengadakan patroli.
Melihat gerakan tentara Belanda yang meluaskan patroli
patrolinya ke luar dari garis konsentrasi, rakyat Aceh merasa curiga
bahwa Belanda menduduki daerah yang selama ini belum pernah
dijamah oleh kaki Belanda. Simpati rakyat terhadap tentara Muslim in
timbul kembali dan sangat membenci Belanda. Ulama Kutakarang
yang terkenal dan disenangi rakyat menghimpun kembali pejuang
muslimin itu untuk melawan Belanda. Di sinilah Teuku Umar tampil
dan memegang peranan. la mengatur dengan rapi agar setiap
pertempuran tidak menimbulkan korban. Walaupun harus terjadi
pertempuran, namun tembakan diarahkan ke atas; Tetapi kalau
terpaksa, pasukan muslimin terlebih dahulu menghindar, dan
kemudian pasukan Teuku Umar menyerbu derigan tembakan yang
gen car.
Demikianlah taktik yang telah diatur oleh Teuku Umar, sehingga
makin dipercaya oleh Belanda. Setiap perintah dijalankan dengan baik,
dan ia membuktikan kemampuannya menghadapi pasukan muslimin.
Banyak daerah yang telah bebas dari gangguan kaum pejuang
muslimin.
Cut Nyak Din Menyadarkan Suaminya
Teuku Umar terus menunjukkan, keaktifannya untuk membantu
Pemerintah Be I anda. Cut Nyak Din yang lemah, hanya mengikuti
jejak langkah yang dilakukan Teuku Umar dari Lampisang. Tetapi di
balik itu Cut Nyak Din tetap aktif mengadakan kontak dengan pejuang
Aceh yang terus mengadakan perlawanan. Hubungannya semakin
dekat dengan Tengku Fakinah. Ia sangat mengagumi Tengku Fakinah,
karena semangatnya tidak luntur dan gerakannya tidak patah. Berbagai
usaha dan jalan telah ditempuhnya. Hubungan kedua tokoh ini sangat
rapatnya dan setiap ada masalah yang dihadapi mereka sa I ing
menasihati. 28)
Ketika Teungku Fakinah menumpahkan tenaga dan pikirannya
untuk melakukan perjuangan, terhadap berita bahwa suami Cut Nyak
Din telah memihak kepada Belanda. Serita ini telah menyebar luas di
kalangan pejuang Aceh dan merupakan pukulan berat bagi Teungku
Fakinah. Hal ini tidak mungkin terjadi, karena ia telah mengenal lama
bahwa Cut Nyak Din seorang yang berkemauan keras serta
mempunyai pendirian yang kuat. Ia sangat gigih menentang musuh.
Tidak mungkin Cut Nyak Din membiarkan suaminya melakukan
perbuatan yang demikian tercela. Dan apa yang telah dilakukan Teuku
Umar sangat bertentangan dengan cita-cita dan perjuangan rakyat
Aceh. Teuku Umar seorang tokoh penting yang sangat diharapkan
tenaga dan pikirannya untuk merieruskan perjuangan. Tetapi mengapa
Cut Nyak Din membiarkannya terus berlarut-larut. Demikianlah
perhatian Teungku Fakinah pada Cut Nyak Din dan Teuku Umar.
Melihat ini Teungku Fakinah merasa bertanggung jawab untuk
menyadarkannya. Sudah sekian lama Teuku Umar mengabdi
kepentingan Belanda dan namanya yang terkenal baik akan tercela
karena perbuatan ini. Rakyat banyak telah mengetahuinya. Banyak
rakyat Aceh beranggapan bahwa Teuku Umar telah terlena dalam
kesenangan duniawi yang diberikan oleh Belanda. Karena itulah
Teungku Fakinah berusaha untuk menarik Teuku Umar kembali ke
dalam barisan pejuang-pejuang Aceh. Dalam hal ini yang memegang
kunci berhasil atau tidak usahanya adalah Cut Nyak Din. Dalam suatu kesempatan yang baik Teungku Fakinah menyuruh
2 orang utusan untuk menyampaikan maksudnya kepada Cut Nyak
Din di Lampisang. Pesan Teungku Fakinah supaya Teuku Umar, suami
Cut Nyak Din, datang dengan pasukan lengkap ke Lamdiran untuk
menyerang Benteng Inong Bale (Benteng Janda). Kami telah siap
menanti. Dengan demikian Teuku Umar akan mendapat julukan
panglima tertinggi dari atasannya di Kutaraja. la telah berjasa, karena
telah dapat menghancurkan sebuah benteng pertahanan wanita yang
janda.291 Cut Nyak Din merasa terpukul menerima pesan yang, bernada
sinis
mas.wk
dari Teungku Fakinah itu. Ia menyadari bahwa hal ini tidak
ak.al. Hal ini merupakan ejekan terhadap dirinya, karena
suaminya telah menyeleweng dari garis perjuangan yang dicitacitakannya. Dan hal ini tidak akan mungkin dilakukan oleh Teuku
Umar. Kemudian Cut Nyak Din mengirim pesan kepada Teungku
Fakinah. Ia memberi pengharapan, bahwa ia akan berusaha menarik
suaminya ke jalan yang benar. "Percayalah kepada saya, bahwa Teuku
Umar cepat atau lambat pasti kembali ke pihak kita. Selama ini
rupanya Teuku Umar belum dibukakan jalan oleh Tuhan. Hatinya
masih tertutup."
Cut Nyak Din merenungi semua pesan Teungku Fakinah.Ia
merasa makin terpencil karena tindakan suaminya. Sindiran orang
banyak, kecaman dari pejuang-pejuang Aceh menambah beban
pikirannya. Tetapi apa daya karena telah berulang kali ia berusaha
namun Teuku Umar mempunyai penilaian yanglain. Ia belum dapat
menerima, masih ada saja alasan yang dibuatnya.
Ketika Pang Karim, tangan kanan Teuku Umar, datang ke
Lampisang, Cut Nyak Din menyampaikan pesan yang disampaikan
Teungku Fakinah kepadanya. Pesan Teungku Fakinah tersebut sangat
menggoncangkan pikiran Teuku Umar. Untuk menenangkan
pikirannya ia kembali menemui Cut Nyak Din di Lampisang.
Kesempatan yang baik ini tidak disia-siakan oleh Cut Nyak Din. Ia
menyampaikan sekali lagi pesan Teungku Fakinah. Setelah melihat
Teuku Umar agak tenang Cut Nyak Din mengatakan kepada suaminya
bahwa ia telah mengandung, dan menurut keterangan ulama Tanah
Abbe anak tersebut kelak akan menjadi orang penting menggantikan
ayahnya. Mendengar itu mata Teuku Umar bersinar, hatinya sangat
girang dan ia akan mengabulkan apa yang diminta oleh istrinya. Ia
sangat mendambakan seorang anak' laki-laki. sesudah-mengena
pancingan ini, Cut Nyak Din menyampaikan maksudnya yang selama
ini dipendamnya. Ia minta supaya Teuku Umar segera kembali ke
dalam barisan pejuang-pejuang Aceh yang menunggunya.
sesudah mempertimbangkan beberapa persoalan yang
dihadapinya, yakni tekanan dari Belanda, cemoohan dari pihak
pejuang Aceh dan tarikan halus dari Cut Nyak Din, maka Teuku Umar
merundingkan ha! ini dengan stafnya di Lampisang. Dalam
kesempatan ini Cut Nyak Din ikut memberikan pendapat. Ia berbicara
dengan tegas dan berusaha keras supaya Teuku Umar kembali secepat
mungkin. Karena ia sangat malu kepada pejuang-pejuang Aceh yang
masih aktif. Malu terhadap rakyat Aceh yang hartanya sudah habis
dicurahkan untuk perjuangan. Bahkan ulama telah mencap suaminya
sebagai ular berkepala dua. Karena itu ia minta kepada suaminya agar
tidak usah mengharapkan pangkat dan kedudukan seperti yang
diperoleh Teuku Nek dan Panglima Tebang. Orang akan memberi
julukan pengkhianat bangsa, namanya akan tercatat dalam sejarah
sebagai pengkhianat besar dan akan diingat oleh anak-cucu rakyat
Aceh.
Teuku Umar dapat memahami semua yang dikatakan Cut Nyak
Din, tetapi menurut hematnya, orang tidak mengerti tujuan perjuangan
yang dilakukannya. Saat yang dinanti belum tiba. Apa yang diperoleh
dari Belanda belum memadai untuk bertindak. la masih banyak
mengharapkan keuntungan dari musuh yang akan disumbangkan untuk
meneruskan perjuangan.
Suatu persoalan belum dapat dipecahkan. Belanda di Kutaraja
mendesak pasukan Teuku Umar untuk menyerang pusat kekuatan
perjuangan rakyat Aceh di Lamkrak.311 Markas pertahanan ini dipimpin
oleh Teungku Fakinah. Ia adalah seorang pemimpin yang fanatik
dan sangat gigih menentang Belanda. Teungku Fakinah mendapat
dukungan dari rakyat dan ulama. Begitupun para Uleebalang
mendukung penuh daerah ini. Di Kotaraja Belanda telah membuat
rencana yang matang. Dalam rencana ini Teuku Umar diperbolehkan memperbesar jumlah pasukannya dan dilengkapi
dengan alat senjata yang dibutuhkan. Teuku Umar diperbolehkan
menambah tenaga dari daerah VI Mukim dan daerah lainnya. Bila
Teuku Umar memerlukan lagi tenaga, ia boleh menambah tenaga dari
Leupeung dan Long. Dalam rencana itu pasukanTeuku Umar akan
melakukan serangan dari arah Bilal, sedang pasukan Belanda yang
terdiri atas delapan kompi yang dipimpin oleh Kolonel Van Vliet akan
bergerak dari jurusan Aneu-k Galong. Setelah Teuku Umar
mempelajari rencana ini dengan seksama, ia berkesimpulan bahwa
apabila rencana ini dijalankan dengan sungguh-sungguh sudah pasti
akan membawa malapetaka ·bagi pejuang Aceh.
Selama ini ia menjalankan tugas dari Belanda, tetapi tetap
berusaha untuk memberi keuntungan kepada pihak Aceh. Tidaklah
secara bersungguh-sungguh ia melakukan pertempuran apabila
menghadapi perjuang Aceh. Kalau perintah ini dijalankan, yaitu
bergerak dari Bilal, sudah dapat dipastikan bahwa para pejuang akan
menghindar ke Aneuk Galong. Ini merupakan makanan empuk bagi
Belanda. Para pejuang Aceh akan menjadi sasaran peluru pasukan Van
Vliet.
Setelah mempertimbangkan semua itu dan tahu bahwa hal itu akan
merugikan pejuang-pejuang Aceh, maka Teuku Umar mengusulkan
kepada Belanda agar pasukannya segera menjalankan tugas dan
melakukan serangan dari Aneuk Galong. la minta tambahan
perlengkapan berupa beberapa pucuk meriam. Pasukan Van Vliet
bergerak dari arah Bilal. Dengan demikian kedua pasukan itu samasama bergerak dan akan bertemu di Lamkrak. Tetapi usu! ini ditolak
oleh Deykerhoff sebagai. gubernur Aceh. Karena usu! ini tidak
diterima, Teuku Umar membuat alasan lagi, bahwa dalam bulan puasa
pasukannya tak dapat menjalankan tugas yang berat. Usu! ini dapat
diterima gubemur Belanda. Tetapi setelah 15 hari lebaran Belanda
minta supaya pasukan Teuku Umar menjalankan tugas seperti yang
telah direncanakan.> Melihat semua usulnya. tidak mendapat
tanggapan yang positif, Teuku Umar memutuskan untuk berbalik ke
pihak Aceh.
Cut Nyak Din Terus Mendampingi Teuku Umar
Semua rencana Teuku Umar berjalan lancar yang diharapkan.33 %,
Pada tanggal 29 Maret I 896 sesudah tiga tahun ia beserta pasukannya
berada di pihak Belanda, ia kembali membawa pasukannnya untuk
bergabung dengan barisan pejuang-pejuang Aceh. Dalam kesempatan
itu ia membawa semua perlengkapan yang diberikan oleh Belanda,
yakni terdiri atas 800 pucuk senjata, 2000 butir peluru, 500 kg amunisi,
500 kg timah, dan uang sebanyak 18.000 dollar. Teuku Umar
memusatkan kekuatannya di barat laut Aceh Raya. Dengan cepat ia
membangun kubu-kubu pertahanan yang direntangkan dari
Lampisang, Peukan Bada, Lam Asam, dan terus bersambung sampai
ke Bukit Asam.
Bersamaan dengan kembalinya Teuku Umar ke pihak Aceh,
Teuku Husin Long Bata juga meninggalkan Belanda, sehingga di
antara beberapa daerah berkobar pula perlawanan terhadap Belanda.
Daerah itu antara lain daerah III Mukim Lam Rebo, Mukim Hoho dan.
Lamjeumpa Sagi
Teuku Umar telah kembali ke pihak Aceh untuk mengembalikan
nama baiknya terhadap rakyat dan tokoh-tokoh pejuang Aceh. Untuk
mengembalikan kepercayaan ulama, ia mengirim surat pernyataan
kepada ulama Tanah Abee bahwa ia beserta pasukannya akan ikut
aktif memperkuat barisan Aceh. Kemudian ia mengirim surat kepada
sultan yang berkedudukan di Keumala dan menyatakan kesetiaannya
pada sultan serta pasukannya akan siap tempur menghadapi Belanda
Tetapi apa yang dinyatakan oleh Teuku Umar mendapat tanggapan
dingin. Sultan belum meyakini benar kesungguhan yang dinyatakan
Teuku Umar.
Karena tidak mendapat tanggapan yang positif, timbul keraguan
dalam diri Teuku Umar. Ia menyadari bahwa rakyat Aceh kurang
percaya kepadanya. Tetapi Cut Nyak Din terus memberikan dorongan
dan pengharapan kepada Teuku Umar. Di balik itu secara diam-diam
ia menulis surat kepada Gubernur Aceh Daykerhoof. Teuku Umar
menyatakan kesediaannya untuk menyerang daerah Lamkrak dengan
syarat surat tugasnya ditandatangani oleh gubernur jendral dari
Batavia. Permintaan ini tidak mungkin dikabulkan oleh Gubernur
Aceh Daykerhoof. Hal ini sudah terlambat, karena ia telah melaporkan
kepada atasannya di Batavia bahwa Teuku Umar telah berkhianat
terhadap Pemerintah Belanda. Tetapi Teuku Umar belum berputus
asa. Ia mengirim surat lagi kepada gubernur Aceh. Dalam surat
terakhir ini ia menyatakan akan bersedia kembali dengan pasukannya
ke pihak Belanda dengan permintaan supaya dapat disediakan uang
sebanyak 150.000 dollar. Kalau ini dapat dipenuhi oleh Pemerintah
Belanda ia sanggup membersihkan Aceh dari pengacau liar dimulai
dari Trunon sampai ke daerah Perlak di Aceh Timur.36)
-Semua usul Teuku Umar kepada Pemerintah Belanda hampa
belaka.Gubernur Aceh telah minta ke Batavia untuk mendatangkan
bantuan dalam usaha mengambil tindakan terhadap pengkhianatan
Teuku Umar. Bersamaan dengan itu datanglah JA. Veter, panglima
Angkatan Darat Hindia Belanda, ke Aceh. Sebagai ancaman
Pemerintah Belanda mengirim surat kepada Teuku Umar supaya
menyerahkan semua perlengkapan yang telah dibawa oleh Teuku
Umar. Karena usaha ini tidak membawa hasil yang diharapkan,
Pemerintah Belanda mengeluarkan surat keputusan bahwa Teuku
Umar dinyatakan telah dipecat dari jabatannya sebagai-pangltma besar
dan uleebalang Leupeung.
Dalam situasi demikian ini Teuku Umar telah menyhrpkan
perbekalan untuk menghadapi serangan Belanda. Sebagai pusat untuk
menyimpan persediaan ini dipmhlah Leupeung. Bersama itu
berangkat pula Cut Nyak Din bersama rombongan menuju
Leupeung. Rombongan Cut Nyak Din berangkat kembali seperti
dalam masa Teuku Cik Ibrahim Lamnga masih hidup beberapa tahun
yang lalu.
Pada tanggal 23 Mei 1896 pasukan Belanda dengan kekuatan
2500 orang tentara di bawah pimpinan Van Heutsz dan Van Daalen.
mengadakan serangan dari 4 jurusan ke daerah VI Mukim. Pasukan
meriam terus maju secara perlahan-lahan memberi perlindungan
kepada barisan terdepan sehingga tentara Belanda berhasil merebut
kubu pertahanan Teuku Umar di lereng Bukit Barisan. Dengan
jatuhnya kubu pertahanan ini satu demi satu daerah VI Mukim jatuh
ke tangan Belanda. Rakyat VI Mukim terpaksa mengungsi karena
tembakan tentara Belanda yang terus mengganas, menyapu kampung
kampung di daerah VI Mukim. sesudah tiga hari pertempuran
berlangsung, korban di pihak Teuku Umar telah berjatuhan. Demikian
pula di pihak Belanda. Tetapi Belanda tidak mengendorkan
tekanannya. Karena itu untuk menghindari korban yang banyak,
Teuku Umar menarik mundur pasukannya ke Ngalau Ngarai
Beradin.
Rumah Teuku Umar di Lampisang yang dibangun oleh
Pemerintah Belanda turut menjadi sasaran kemarahan tentara Van
Heutsz. Semua isinya di ram pas dan dihancurkan. ,,,, Dalam
pertempuran ini Teuku Umar mengalami kerugian besar,
tentaranya tewas dan gudang persiapannya terbakar habis oleh
tembakan meriam tentara- Belanda. Teuku Husin Long Bata yang
setia membantu Teuku Umar turut tewas dalam pertempuran itu
sesudah pertempuran usai Teuku Umar kembali ke Lampisang dengan
sisa-sisa pasukannya. Kemudian ia membangun lagi kubu-kubu
pertahanan dan mengatur lagi pasukannya di Lamjamu.
Cut Nyak Din terus mendampingi Teuku Umar. Sungguhpun
kalah dalam pertempuran itu, tetapi merasakan suatu kemenangan
yang besar, karena ia telah dapat mengarahkan usahanya pada rakyat
Aceh. Teuku Umar telah dapat ditariknya untuk memperkuat barisan
pejuang-pejuang Aceh. Karena itu ia bertekad akan selalu
mendampinginya dan terus mendorong suaminya untuk maju ke
depan. Cut Nyak Din memberikan pujian, bahwa pasukan Teuku Umar
jauh lebih baik alat persenjataannya daripada yang dimiliki oleh
pasukan Teuku Ibrahim Lamnga <lulu. Dengan dukungan moral dari
Cut Nyak Din, Teuku Umar tidak lagi memikirkan bantuan atau
senjata dari siapa pun. Ia membulatkan tekad, percaya kepada kekuatan
sendiri untuk meneruskan perlawanan sampai titik darah penghabisan.
Ia ingin membuktikan bahwa ia tetap setia dan mencintai tanah Aceh.
Seminggu kemudian Belanda melancarkan serangan dengan
kekuatan 77
orang tentara yang dibantu oleh 17
orang kuli Cina
dan
orang kuli paksa (merante). Dalam penyerangan ini
diikutsertakan tiga buah kapal perang dan dua buah kapal pengangkut
barang-barang. 0) Belanda merencanakan penyerangan ini dilakukan
metafoi darat dan taut. Pasukan maju terus mendekati pantai Krueng
Raba, sedangkan pasukan darat dengan dibantu oleh 35 orang pasukan
berani mati terus bergerak maju me11gikuti isyarat yang diberi:kan o'leh
angkatan taut dari Krueng Raba. Penyerangan secara besar-besaran ini
membawa kerugi-an besar di pihak Teuku Umar. Persiapan perang
makin menipis dan anggota pasukan banyak yang tewas. Namun
Teuku Umar terus memberikan perlawanan dengan berpindah-piAdah
tern pat.
Karena makin terdesak oleh serangan tentara Belanda, Teuku
Umar yang terus didampingi oleh Cut Nyak Din menyingkir ke Long.
T-ent111"a Befftttda terus mengikuti jeja-k langkah Teuku Umar.
Kampung-kampung yang rakyatnya memberikan bantuan Teuku Umar
dibakar habis oleh tentara Belanda, di antaranya daerah VI Mukim.
Kemudian tentara Betanda rnetancarkan serangannya ke daerah IV
Mukim dan VII Mukim. Dengan kejam tentara Belanda membakar
mesjid di daerah ini . Datam penyerangan ini banyak pejuang
Aceh yang menjadi korban dan tertawan. Teuku Umar yang
didampingi oteh Cut Nyak Din bergerak secara mobil. la dapat
metoloskan diri dari setiap kepungan yang dilakukan oleh tentara
Betanda. Karena tekanan yang terus-menerus, Teuku Umar pindah ke
Daya dan kemudian pindah tagi ke Leupeung.
saat penyerangan ke Long, Teuku Umar menyingkir ke tereng
Bukit Barisan. Tentara Belanda terns mengejar dan berusaha
menduduki tempat ini, tetapi dapat dipukul mundur. Sewaktu mundur
pasukan Teuku Umar dengan cepat memotong dan mencegat pasukan
Betanda, sehingga tentara Belanda banyak mendapat kerugian.
Demikianlah tentara Belanda maju-mundur selama 6 minggu, dan
Teuku Umar dapat meloloskan diri. Tetapi sebagai akibatnya kepata
daerah Long dipersalahkan menunjukkan jalan yang salah dan
karenanya ia didenda 30.000 dollar.41> Karena tidak dapat memenuhi
tuntutan ini kepala daerah ini ditahan di Kotaraja.
Teuku Nyak Makam, saudara Teuku Cik Ibrahim Lamnga yang
berada di pihak Teuku Umar, sedang menderita sakit di Lamnga.
Datam keadaan sakit ia dipaksa oleh tentara Belanda untuk ke luar
rumahnya. Karena tidak ada yang membuka, beberapa tentara Belanda
di bawah pimpinan seorang opsir dengan kekerasan menerjang
pintunya sampai pecah. Kemudian Teuku Nyak Makam yang sakit itu
diseret ke luar dan dihadapan rakyat banyak ia ditembak. kepalanya
dipotong dan ditancapkan pada sepotong barn bu, kem udian
diperlihatkan kepada rakyat.
Tengku Mayit, menantu Cut Nyak Din, suami Cut Garn bang, terus
memberikan bantuan dengan sekuat tenaga. ia mengobarkan perang
sabil di XXII Mukim.42l
Teuku Umar dan Cut Nyak Din selalu dapat menghindarkan diri
dari setiap kepungan tentara Belanda. Panglima Polim memperkuat
pasukannya di Seuleumeun dan mulai bergerak ke daerah Pidie untuk
bergabung dengan Sultan Muhammad Daud Syah. Rakyat VI Mukim
yang telah mengungsi ke Teunong mulai kembali ke kampungnya.
Karena kesungguhannya dalam barisan Aceh, maka Sultan
Muhamad Daud Syah memanggil Teuku Umar untuk menghadap ke
daerah Pidie.43) Jalan yang akan ditempuh Teuku Umar dan Cut Nyak
Din cukup berat, karena Lembah Aceh Besar telah dikuasai oleh Van
Heutsz. Untuk bergerak ke Pidie Teuku Umar menempuh jalan
berliku-liku dan sangat panjang. Hal ini untuk menghindari Belanda.
Taktik yang dilakukan tentara Belanda untuk mengikutinya. Untuk
menjebak tentara Belanda, pasukan Teuku Umur bergerak ke barat.
sesudah menghilangkan jejak, pasukan Teuku Umar membelok ke
selatan dan menempuh jalan yang tidak pemah dilalui oleh manusia.
Teuku Umar merintis jalan, memotong gunung dan menyeberangi
sungai deras membelok ke timur dan terus ke Lembah Pidie. Ia
bergabung dengan pasukan Panglima Polim. Pasukan gabungan ini
dalam beberapa kesempatan menghantam pos-pos Belanda dan
mencegat patroli Belanda dalam perjalanan pulang. Kegiatan pejuang
Aceh di daerah Pidie makin meningkat, Cut Nyak Din dan Teuku
Umar berkedudukan di Garut.>
Pada awal Mei 1898 Kolonel J.B Van Heutsz diangkat menjadi
Gubemur Aceh menggantikan Van Vliet dan bersama dengan itu
diangkat pula Snuck Hurgronye menjadi penasihatnya. Van Heutsz
dan Snuck Hurgronye bekerjasama dengan baik. Tangan keras dan
otak yang tajam bekerjasama untuk menghancurkan kekuatan Aceh
sampai ke akarnya. Sasaran yang telah direncanakan mereka adalah
Pidie. Di daerah ini Sultan Muhammad Daud Syah dan pengikut
pengikutnya yang setia berkumpul.
Dalam rangka melakukan serangan ke daerah Pidie, Yan Huetsz
telah membuat rencana yang teliti dan terperinci.45) Untuk memulai
gerak, pangkalan tentara Belanda ditentukan di sebelah barat Kota
Seulemeum dan bagian timur Kota Sigli. Bantuan tenaga dan
perlengkapan untuk wilayah barat dapat didatangkan dari Kotaraja
dengan kereta api cepat, sedang untuk timur diberangkatkan sebuah
armada yang terdiri atas lima buah kapal yang langsung dipimpin o I eh
Van Heutsz sendiri. Kekuatan yang dikerahkan untuk menyerang
adalah 8000 personal dan dipecah dalam kesatuan-kesatuan yang
dipimpin oleh 175 orang opsir, dengan perincian 2000 orang bergerak
dari Seuleumeum dan 8000 orang bergerak dari Sig Ii. Kedua pasukan
ini sama-sama bergerak menuju ke Lembah J>idie pada medan yang
telah ditentukan. Untuk memindahkan jalan ke tempat yang dituju,
setiap pasukan diperfengkapi dengan peta yang tefah dibttat dengan
cermat berdasarkan keterangan orang Aceh sendiri. Pasukan yang
bergerak dari Sigli, dipecah menjadi dua. Satu jurusan bergerak dari
Garut dan satu pasukan lagi bergerak ke Padang Tigi. Dengan
demikian diperhitungkan kalau Teuku Umar tidak dapat lolos dari
senmgan ini. S'etiap tentara diperlengkap·i dengan secukupnya.
Makanan dibawa sendiri di ransel. Tetapi Teuku Umar dengan cepat
dapat menghindarkan diri dari serangan ini. la dan Cut Nyak Din
meninggalkan Garut. Dengan tangan hampa Van Heutsz meneruskan
perjalanan ke Padang Tigi. Rakyat Padang Tigi memberi-kan
perlawanan. Karena itu Van Heutsz mengundurkan semua pasukannya
ke pangkalan masing-masing.
Tekanan yang terus-menerus dilancarkan oleh tentara Belanda
membuat ruang gerak pejuang-pejuang Aceh makin sempit. Rakyat
mendapat ancaman keras, uleebalang banyak yang menyeberang dan
memihak kepada Belanda. Bantuan yang diharapkan dari rakyat makin
sulit. Teuku Umar dan Cut Nyak Din terpaksa menyingkir ke daerah
Keumala dan Bireun.
Pengikutnya banyak yang Iuka tak terawat karena kurangnya obat
obatan. Penyakit pe'rut berjangkit disebabkan kurang makan. Untuk mengatasi hal ini dengan diam-diam Teuku Umar turun ke kampung
untuk meminta bantuan kepada rakyat yang masih tetap setia. Hal ini
terpaksa dilakukan secara hati-hati, karena setiap kampung selalu
diintai oleh mata-mata Belanda. Kalau ketahuan rakyat yang
bersangkutan mendapat hukuman keras dari Belanda.
Dalam keadaan yang demikian susahnya Cut Nyak Din terus setia
mendampingi Teuku Umar, pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain yang dianggap aman. Cut Nyak Din yang melihat Teuku Umar
dalam kebingungan memberikan semangat. Dukungan moral yang
diberikan oleh Cut Nyak Din membangkitkan semangat juang Teuku
Umar. Cut Nyak Din khawatir kalau Teuku Umar berbalik lagi kepada
Be Janda.
Melihat keadaan yang makin genting dan kehidupan bertambah
susah, Teuku Umar memikirkan nasib Cut Nyak Din yang kelihatan
semakin payah dalam kejaran tentara Belanda. Karena itu ia
merencanakan untuk mengungsikan Cut Nyak Din ke tempat yang
aman, yang tidak diketahui oleh musuh. 47l Dengan demikian ia akan
lebih bebas bergerak. Tetapi Teuku Umar merasa terkejut, karena
ajakan yang baik ini mendapat tantangan yang keras. Sambil mencabut
rencong dari pinggangnya Cut Nyak Din berkata dengan garang:
"Hanya ujung peluru kafir yang dapat menghambat aku. Jangan
dirisaukan aku. Aku tidak bersedia berpisah dengan kau. Aku rela
menderita demi melanjutkan perjuangan yang suci ini. Saya terima
semua ini. Oleh sebab itu harapan saya, teruskanlah perjuangan ini.
Saya tetap setia mendampingimu," Mendengar kata-kata itu, Teuku
Umar tidak berani meneruskan niatnya. Tetapi di balik itu hatinya
bertambah teguh. Jiwanya bagai dicambuk dan ingin lari sekencangkencangnya untuk mengejar musuh. Ia bangga kepada Cut Nyak Din,
seorang istri yang setia. Seorang wanita yang berhati singa
memberikan dukungan moral yang tak ternilai kepadanya.
Demikian I ah kedua pasangan ini terus bertahan menghadapi
tantangan. Setiap tantangan mereka jawab dengan perlawanan yang
berimbang. Teuku Umar selalu menghindari perang total. Ia
mempergunakan taktik yang cukup merepotkan patroli Belanda. Ia
mengadakan penyerangan di kala tentara Belanda lengah, atau ketika
tentara Belanda telah habis tenaga pada waktu perjalanan pulang,
Teuku Umar datang mencegatnya sehingga tentara Belanda banyak
mendapat kerugian.
Sementara itu timbul perlawanan yang hebat di Aceh Timur di
bawah pimpinan Tengku Tapa. Belanda terpaksa menghentikan
pengejaran terhadap Teuku Umar. Pasukan-pasukan Belanda
mencurahkan perhatiannya untuk mematahkan perlawanan ini .
Tengku Tapa adalah seorang panglima yang datang dari tanah Gayo
bersama pasukannya. Mula-mula pasukan ini menggabungkan diri
dengan Tuanku Muhamad Daud di daerah Pidie. sesudah Tuanku
Muhamad Daud tertawan, Tengku Tapa membawa pasukannya ke
daerah Peusangan. Di sini mereka mengadakan pengacauan terhadap
pos-pos Belanda dan membongkar rel kereta api, sehingga kereta api
yang mengangkut tentara Belanda sering terguling. Karena terus
terdesak mereka menyingkir ke timur lagi. Pada suatu kesempatan,
Tengku Tapa dan pasukannya melakukan serangan secara habis
habisan terhadap benteng Belanda di Lho Sukun. Dalam penyerangan
ini ia sendiri tewas. Mayatnya diusung oleh pengikutnya yang setia
kembali ke tanah Gayo melalui hutan Samarkilang yang masih rawan.
Keadaan pejuang-pejuang Aceh makin mengkhawatirkan. Orang
orang kuat telah banyak yang tewas. Uleebalang banyak yang dipaksa
menyerah dan rakyat makin terjepit oleh tekanan yang dilakukan
oleh Van Heutsz. Melihat situasi yang demikian ini Sultan Muhamad
Daud Syah mengadakan pengangkatan pimpinan komando perang
dan peremajaan tenaga yang semakin lumpuh. Untuk mengatasi
kemelut ini sultan menjatuhkan sendiri pilihannya pada Teuku Umar.
Sultan melihat sendiri bahwa Teuku Umar tidak diragukan lagi
kepemimpinannya dan keberaniannya yang dilandasi dengan akalnya
yang tajam. Pada tanggal 25 Juli 1898 dengan mengambil tempat di
Kade Malu, Sultan mengangkat secara resmi Teuku Umar menjadi
panglima Angkatan Perang Aceh dengan memberikan surat keputusan
yang dibubuhi "Cap Sembilan". Upacara ini disaksikan oleh tokoh-
tokoh penting, uleebalang dan para ulama. Dalam kesempatan ini
sultan memberikan amanat kepada Teuku Umar dan yang hadir supaya
meneruskan perjuangan dan bertanggungjawab kepada negara,
bangsa dan agama. Kemudian sultan menyerukan kepada seluruh
rakyat supaya terus meningkatkan perjuangan melawan Belanda.
Setelah selesai upacara pengangkatan Teuku Umar, para tokoh
Aceh mengadakan tukar pikiran tentang cara yang paling tepat untuk
menghadapi kekuatan musuh. Dalam kesempatan ini Teuku Umar
mengemukakan pendapatnya. Kita kekurangan alat senjata, sedangkan
musuh bersenjata lengkap dan moderen. Maka jalan yang paling tepat
ialah kita pukul mereka dan segera mundur. Jadi kita jangan
memberikan perlawanan secara habis-habisan seperti yang dilakukan
oleh Teuku Tapa. Saya tidak setuju dengan cara yang demikian. Cara
ini akan merugikan kita sendiri. Banyak tokoh-tokoh yang sangat
diharapkan tewas di ujung peluru musuh. Demikian pendapat Teuku
Umar dalam melakukan taktik perjuangan. Taktik ini disetujui oleh
para pemimpin pejuang Aceh.
Setelah Van Heutsz mematahkan perlawanan Tengku Tapa di
Aceh Timur, kembali ia mengarahkan pasukannya ke daerah Pidie;
Teuku Umar dan Cut Nyak Din kini berkedudukan di Tangse, letaknya
lebih kurang 60 km dari Kota Sigli ke arah Selatan. Mendengar berita
ini Van Heutsz segera mengirimkan pasukan untuk menyergapnya dari
dua jurusan. Teuku Umar yang tajam firasatnya dengan didampingi
Cut Nyak Din telah mengambil tempat untuk mencegat musuh di
Ngarai Benit, sebuah jalan sempit yang susah dilalui.501 Daerah ini
sangat strategis berbentuk tebing yang sangat curam di kaki Bukit
Barisan. Di daerah inilah Teuku Umar menyusun pasukan pencegat
tentara Belanda. Ketika pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan
Kolonel Willem memasuki jalan ini, pasukan Teuku Umar menghujani
pasukan Belanda dengan tembakan yang gencar diselingi dengan
jatuhnya batu yang digulingkan dari atas tebing sehingga Willem
terpaksa menarik mundur pasukannya. Kalau diteruskan akan tamatlah
riwayat seluruh pasukan Willem di sini.
Van Heutsz dengan pasukannya telah berhasil menemukan jalan
lain untuk mencapai tujuan dari seorang Aceh yang berkhianat. Teuku
Umar tak dapat menghindar karena tiba-tiba datang serangan dari arah
=
yang tidak diduga. Pasukan Teuku Umar bertahan dan berlindung di
balik pohon-pohonan, sedang tentara Van Heutsz terus mendesak
dengan tembakan yang gencar dan bersama dengan itu maju pula
pasukan marsosenya. Pertahanan Teuku Umar menjadi lumpuh karena
terpecah-pecah. Korban banyak yang berjatuhan. Teuku Bin Komala,
staf Teuku Umar, tewas. Melihat ha! ini Teuku Umar tak sabar. Ia
ingin menuruni tebing yang curam untuk meletakkan pedangnya di
leher musuh. Tetapi Cut Nyak Din cepat mencegahnya. Cut Nyak Din
melihat bahwa tempat ini sangat strategis. Kalau tempat ini
ditinggalkan, berarti memberi kemenangan kepada musuh. Karena itu
Teuku Umar terus bertahan pada tempat itu. Kepungan tentara Yan
Heutsz makin rapat, peluru makin menuju sasaran. Tetapi dalam
keadaan demikian sengitnya Teuku Umar dan Cut Nyak Din berusaha
melepaskan diri. sesudah lepas dari kepungan ini Teuku Umar
mengumpulkan kembali sisa pasukannya. Yang luka-luka dirawat
secara darurat: Kemudian Teuku Umar merencanakan akan
menyingkir dan kembali ke Leupeung. Tetapi Cut Nyak Din tidak
menyetujui rencana ini. Alasannya, banyak tentaranya yang Iuka dan
tidak mungkin untuk melakukan perjalanan yang sulit dan jauh. Lebih
baik sambil menunggu bantuan dirawat dulu yang Iuka di sekitar
daerah ini dan dicari tempat yang aman untuk istirahat. Cut Nyak
Din membayangkan betapa susahnya perjalanan jauh dengan
membawa tentara yang sakit. Tetapi karena sudah keputusan Teuku
Umar demikian, terpaksa Cut Nyak Din menurut. Rombongan ini
secara perlahan kembali bergerak mengarungi hutan belantara dengan
serba kekurangan, kurang makan dan kurang obat-obatan bagi yang
sakit. Dengan susah payah rombongan Teuku Umar akhirnya sampai
ke Leupeung. Perjalanan ini adalah perjalanan Teuku Umar yang
terakhir untuk meneliti punggung dan lembah Bukit Barisan.
Teuku Umar Gugur
Perjalanan yang panjang dan melelahkan untuk menghindari
kejaran dan intaian tentara Belanda merupakan tekanan yang paling
berat bagi Teuku Umar dan Cut Nyak Din. Pengikut-pengikutnya
makin menipis. Tentaranya telah banyak yang tewas. Penyakit perut
berjangkit karena kekurangan makanan. Dari Leupeung Teuku Umar
dan Cut Nyak Din meneruskan perjalanannya ke wilayah VI Mukim
ke tempat kelahiran Cut Nyak Din. Teuku Umar berusaha
mendapatkan bantuan seperlunya, makanan dan tenaga yang
diperlukan, tetapi sambutan rakyat VI Mukim kelihatan dingin, apalagi
pemuda yang besar pada zaman penjajahan tidak begitu tertarik lagi
akan perjuangan, sedangkan yang tua tidak mungkin diharapkan
tenaganya. Dengan tenaga yang ada Teuku Umar dan Cut Nyak Din
meneruskan perjalanannya ke arah barat. Kemudian rombongan ini
sampai ke daerah Wolya, tempat neneknya Makhdun Sati pertama
kali ke daerah ini.51l Mereka mengenangkan kembali masa kejayaan
Makhdun Sati. saat melihat daerah ini hati mereka menjadi aman
dan lapang. Mereka telah jauh dari intaian, musuh. Kesempatan yang
baik mengatur kekuatannya. Berkat bantuan Cut Nyak Din yang setia,
semangat tempur tidak kendor. Setiap kesempatan Cut Nyak Din
memberikan pemikiran yang mendorong semangat Teuku Umar untuk
maju terus menerjang musuh. Demikianlah Cut Nyak Din
menyerahkan jiwa dan raganya untuk meneruskan perjuangan di
samping Teuku Umar.
Van Heutsz yang memasang jaringan mata-matanya di setiap
tempat, telah berhasil mencium jejak tempat Teuku Umar
bersembunyi. Pasukan marsose Belanda terus bergerak untuk
mengikuti Teuku Umar dari belakang Untuk mengecek kebenaran ini,
Van Heutsz dengan pasukan kecil bertolak ke Meulaboh.
Teuku Umar tidak kalah siasat. Ia juga memasang orang-orangnya
untuk mengikuti gerak-gerik dan langkah yang akan dilakukan
Belanda. Berita kedatangan Van Heutsz dan pasukannya ke Meulaboh
cepat pula sampai ke telinga Teuku Umar. Menurut info yang didapat
oleh Teuku Umar, kekuatan Van Heutsz tidak begitu besar. Karena itu
dengan cepat Teuku Umar mempersiapkan pasukannya untuk
menyerang Meulaboh. Ia menyiapkan tentara sebanyak 800 orang.
Sebelum pasukan berangkat, Teuku Umar minta doa restu kepada Cut
Nyak Din. Demikian pula Cut Nyak Din melepas suaminya dengan
pengharapan supaya Teuku Umar dan pasukannya membawa
kemenangan. Dengan iringan doa selamat, berangkatlah pasukan
Teuku Umar dari Pasir Putih. Teuku Umar merencanakan malam
harinya akan menyerang secara t>esar-"besaran terhadap benteng yang
ditempati Van Heutsz.
Tetapi dalam siasat ini Teuku Umar ,rupanya kalah cepat.
Serangan yang akan dilakuk.annya telah terlel>ih dulu disampaikan oleh
seorang pengkhianat dari rombongannya kepada Van Heutsz. Untuk
mengimbangi serangan ini Van Heutsz menugaskan pasukannya untuk
mencegat pasukan Teuku Umar ke Ujung Kala. Dengan demikian
rencana Teuku Umar untuk menyerang Kota Meulaboh dapat
dipatahkan dengan mudah.
Pada tanggal 11 Februari 1899 malam, sebelum mencapai Kota
Meulaboh, yaitu di Ujung Kala, Teuku Umar yang berjalan di depan
melihat adanya suatu bayangan sedang menanti. sesudah diawasi
daerah sekitarnya ia mengakui bahwa itu musuh. Maka dengan suara
yang lantang ia memberi komando pada pasukannya untuk menyerang.
Dalam malam gelap itu bergemalah tembakan tentara Teuku Umar
dan disambut dengan tembakan gencar oleh tentara Belanda yang telah
siap menunggu. Tembakan balasan dari tentara Belanda tepat
mengenai Teuku Umar, dan jatuhlah ia dalam malam gelap itu.
Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir ia berpesan kepada
Pang Laat supaya mayatnyajangan ditinggalkan dan minta dikuburkan
di tern pat yang tidak diketahui oleh Belanda. Pang Laat, tangan kanan
Teuku Umar yang terkenal gagah berani itu, mengambil alih pimpinan.
Pang Laat dengan cepat mengundurkan pasukannya sambil mengusung
mayat Teuku Umar. Kemudian jenazah itu disemayamkan di sebuah
meunasah. Dengan permufakatan pengikutnya dan rakyat setempat
mayat Teuku Umar diusung ke arah Hutu, dan dengan upacara yang
sederhana Teuku Umar dimakamkan di depan meunasah Desa Mugo.
Dalam pertempuran di Ujung Kala tentara Belanda tidak
mengetahui bahwa Teuku Umar telah tewas. Tetapi sesudah mengetahui
bahwa Teuku Umar telah tewas dalam pertempuran itu, tentara
Belanda merasa lega. Usaha mereka telah berhasil, musuh besar yang
berbahaya telah tersingkir. Kekuatan lain tidak berarti lagi dan akan
lapanglah jalan untuk membersihkan perlawanan rakyat Aceh.
Namun demikian Van Heutsz belum merasa puas sebelum melihat
wajah Teuku Umar. Oleh sebab itu terus mengadakan penyelidikan
dan pencarian di mana Teuku Umar dimakamkan oleh pengikutnya.
Van Heutsz mengerahkan tentaranya ke Desa Mugo dan memaksa
rakyat setempat untuk menunjukkannya. Namun pengikut setia Teuku
Umar tetap merahasiakannya. Konon untuk menjaga segala
kemungkinan Cut Nyak Din memerintahkan pengawalnya untuk
memindahkan jenazah Teuku Umar dari Desa Mugo ke Beutung Atas,
yang terletak antara Aceh Barat dan Aceh Tengah.
cerita gugurnya Teuku Umar telah tersebar luas dan berita ini
sangat mengejutkan rakyat Aceh yang sedang gigih mempertahankan
"negaranya". Dilain pihak Selanda yang merasa dirinya telah berada
diatas angin terus mengumandangkan lagu-lagu kemenangan dari
keberuntungan-keberuntungan yang diperolehnya. Serita duka yang
menyelimuti pejuang Aceh atas gugurnya Teuku Umar merupakan
pukulan yang amat berat dan ini bukan saja dirasakan oleh Cut Nyak
Din, melainkan juga dirasakan oleh seluruh rakyat yang ingin
meneruskan perjuangan.
Cut Nyak Din sendiri ternyata patut diberikan kata pujian, karena
sebagai isteri ia tetap tabah dan menerima cobaan yang berat itu
dengan sabar, bahkan tidak ada niatan sedikitpun dalam hatinya untuk
menghentikan langkah perjuangan. Dan untuk kepentingan ini ia
telah membulatkan tekad untuk maju kegaris depan, mengambil alih
tongkat komando perjuangan. Begitu juga sebagai bukti tanda setia
kepada sang suami, ia memerintahkan Pang Laat, pengawal setianya
agar dapat merahasiakan makam Teuku Umar dari intaian musuh.
Dengan berbekal tekad serta dukungan kuat dari para pengikut
setianya, Cut Nyak Din mengucapkan janji, bahwa ia akan meneruskan
perjuangan itu sampai nyawa berpisah dari badannya. Janji yang
demikian itu telah pernah diucapkannya sewaktu Teuku Cik Ibrahim
Lamnga, suaminya yang pertama gugur sebagai syuhada dalam suatu
pertempuran dengan pasukan Belanda di lembah Ngarai Beradin.11
Dalam usaha mempertahankan diri dari kejaran serta sergapan
serdadu Be Janda Cut Nyak Din menciptakan pasukan bergerak secara
mobil, yaitu dengan melakukan perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain. Sehingga serdadu Belanda yang telah berpengalaman
sekalipun selalu gagal untuk menemukannya.
Untuk mengembalikan semangat juang para pengikutnya, Cut
Nyak Din terus menerus mendorong dan membangkitkannya.
Sehingga semangat juang pengikutnya tetap tinggi biarpun tertekan
dalam berbagai penderitaan. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa
pengikut setianya Cut Nyak Din secara bulat mengucapkan sumpah
setia dengan mengucapkan : "Langkahi dahulu mayat kami sebelum
menangkap Cut Nyak Din".
Operasi-operasi yang dilakukan oleh serdadu Belanda di Wilayah
daerah Aceh Barat dan sekitamya sangat gencar karena itu 190 I Cut
Nyak Din bersama pengawal setianya bergerak melalui daerah
Beutung menuju daerah Gayo (Aceh Tengah) dan kemudian menetap
di kampung Celala. Kampung ini terletak 30 km di sebelah barat
daya kota Takengon. Kehadiran Cut Nyak Din beserta pasukannya
mendapat sambutan yang simpati dari rakyat Gayo (Aceh Tengah
yang ditandai dengan rasa suka relanya rakyat menyediakan semua
keperluan dan menjamin keamanan Cut Nyak Din.
Pada tahun 1902 Cut Nyak Din bertolak kembali ke daerah Aceh
Barat dan ia bersama pengikut lama menetap di Beutung Atas, daerah
ini terletak di perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Barat. Cut Nyak Din
kembali kewilayah Aceh Barat karena dalam tahun 1902 Van Daalen
yang ambisius itu mengerahkan kekuatan tempumya ke daerah Gayo
(Aceh Tengah) dengan tujuan untuk menyapu bersih perjuangan rakyat
Gayo. Sejak itulah rakyat Gayo dianggap telah takluk dibawah
kekuasaan pemerintah Be Janda yang ditandai dibangunnya sarana dan
prasarana pemerintahan.
Dalam kesempatan yang baik Cut Nyak Din selalu menghibur
pengikut-pengikutnya dengan cerita yang membangkitkan semangat.
Cerita ini merupakan selingan di samping memikirkan bagaimana cara
untuk meneruskan perjuangan.2l Karena semuanya dalam situasi serba
kekurangan clan perlengkapan serta bantuan tidak banyak dapat
diharapkan dari rakyat, maka pasukannya mendapat kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Makanan makin sulit. Rakyat tidak
produktif karena selalu dalam kecemasan clan dalam tekanan kaum
penjajah Belanda. Sawah-ladang banyak yang terbengkalai.Daerah
penghasil bahan makanan telah dikuasai oleh Belanda. Dan yang
paling menekan serta menambah penderitaan para pejuang ialah bahan
makanan sekarang diawasi dengan ketat oleh Belanda. Para pejuang
Aceh kekurangan bahan makanan. Karena itulah Cut Nyak Din beserta
pasukannya tidak jarang terpaksa makan daun-daunan, akar-akaran
yang didapat di hutan. Pakaian mereka itu-itu juga yang dipakai.
Kering atau basah tetap melekat di badan. Biarpun demikian beratnya
penderitaan, namun tidak ada terlintas dalam hati Cut Nyak Din untuk
menyerah kepada Belanda. Ia sangat membenci sikap yang demikian,
seperti yang telah banyak dilakukan oleh para uleebalang. Hal ini
merupakan pengkhianatan terhadap bangsa clan agama. Karena itu ia
menekankan kepada pengikut-pengikutnya, bahwa yang gugur dalam
perjuangan mempertahankan tanah-air clan agama mati syahid. Tuhan
telah menjanjikan bagi orang ini suatu balasan yang setimpal. Tuhan
telah menyediakan surga, tern pat ia akan kekal untuk selamanya.
oleh
sebab itu kelak neraka tempatnya, tempat yang telah ditetapkan oleh
Tuhan bagi para pengkhianat.
Sementara itu di sektor lain, di daerah Pidie, Sultan Muhamad
Daud Syah clan Panglima Po
im terus aktif mengomandokan
perlawanan terhadap Belanda.
Karena itu Yan Heutsz terus
mengerahkan kekuatannya untuk membersihkan daerah ini. Di
samping itu tidak kalah pentingnya peranan Snouck Hurgronye. Ia
adalah otak clan perencana setiap langkah yang akan dilakukan oleh
Yan Heutsz. Pejuang Aceh dengan tekad yang bulat terus memberikan
perlawanan. Pertempuran terus meluas dari Garus menjalar ke Glee
Gapui Grong-Grong, Padang Tiji dan Bereumeun tetapi Sultan dapat
melepaskan diri dari setiap kepungan yang dilakukan tentara Yan
Heutsz. Kemudian ia beserta rombongan memindahkan markasnya ke
Gelumpang Minyeuk.
Karena kegagalan Van Heutsz untuk menangkap sultan, Van
Heutsz dengan nasihat Snouck Hurgronye melakukan penangkapan
terhadap istri dan keluarga para pejuang dan kemudian ditahan sebagai
sandra. Kemudian Belanda mengeluarkan ancaman kepada para
pejuang Aceh, barang siapa yang tidak menyerah, istrinya akan
menjadi ganti untuk menjalani hukuman. Taktik ini sangat berhasil.
Demikian l ah rnaka Manteri Garus menyerah kepada Belanda, karena
ingin menyelamatkan anak-istrinya dari tawanan Belanda.
Pemikiran Snouck Hurgronye menunjang keberhasilan Van
Heutsz untuk menjalankan tugasnya.4l Dengan taktik ini banyaklah
pejuang Aceh yang turun untuk menebus anak-istrinya.
sesudah didapat informasi bahwa sultan dan panglima berada di
daerah Pidie bagian hulu, Van Heutsz segera mengerahkan pasukannya
ke sana. Tetapi secepat itu pula sultan telah berada di Merdu tempat
markas sultan. Sesungguhnya melelahkan bagi tentara Belanda.
Rakyat masih tetap setia kepada sultan. Mereka terus memberikan
bantuan kepada sultan. Berbagai taktik dan cara mereka tempuh untuk
rakyat yang menunjukkan kesetiaan pada Pemerintah Belanda.
Mereka melakukan kegiatan bertani, berdagang dan pekerjaan lainnya,
tetapi pada malam hari mereka meninggalkan anak-istrinya di rumah
dan ikut memanggul senjata. Mereka di pihak sultan. Karena itu
Belanda amat berat untuk menjebak sultan Muhamad Daud Syah dan
Panglima Polim.
Demikianlah sultan selalu bergerak cepat, kadang-kadang
menjauh dari musuh, tetapi kadang-kadang mendekati tempat musuh
dan mengadakan serangan yang tiba-tiba. Karena serangan yang
dilakukan terus-menerus oleh tentara Belanda, maka sultan dan
Panglima Polim memperkuat pertahanannya di Batee Ilek.5l Benteng
ini belum pemah terkalahkan oleh Belanda. Karena itu Van Heutsz
mengirimkan ekspedisi khusus untuk menyerang benteng ini.
Penyerangan ini dapat berhasil sesudah mengorbankan tentara yang
cukup banyak. sesudah benteng ini jatuh Panglima Polim bergerak ke
arah timur dan memimpin rakyat daerah Pasai untuk mengadakan
perlawanan. Sultan dan pengiringnya bergerak ke tanah Gayo dan terus
mengadakan propaganda kepada rakyat secara maraton keliling tanah
Aceh.0> Setiap daerah yang dikunjungi sultan mendapat sambutan yang
hangat. Kemudian sultan kembali ke daerah Pidie untuk meneruskan
perlawanan.
Untuk mengikuti jejak langkah sultan, Van Daalen ditugaskan
dengan pasukannya bergerak ke wilayah timur. Dari daerah Peusangon
pasukannya menenbus Bukit Barisan ke jantung tanah Aceh, tanah
Gayo dan melalui Beuntung terus ke Meulaboh. Selama dua bulan
Van Daalen mengadakan pengejaran, tetapi tidak membawa hasiJ.7>
Karena tidak berhasil menangkap sultan, Belanda sekarang
mengubah taktik. Mereka berusaha mencari persembunyian istri
sultan. Usaha ini berhasil. Belanda berhasil menangkap istri sultan di
Paute Raja, daerah Peusangan. Kemudian Belanda berhasil pula
menawan istri sultan yang lain yakni Cut Meurong bersama putranya,
Tuanku Raja Ibrahim. Setelah berhasil menawan istri sultan,
Pemerintah Belanda mengeluarkan ancaman. Apabila dalam tempo
satu bulan sultan tidak menyerah, anak-istrinya akan dibuang. Sebagai
orang yang bertanggungjawab terhadap anak-istri dan atas
pertimbangan lain akhirnya Sultan Muhamad Daud Syah menyerah
kepada Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 15 Januari 1903.
Penyerahan Baginda disusul oleh penyerahan Panglima Polim, Tuanku
Raja Keumala dan diikuti oleh uleebalang-uleebalang yang lain.8>
Tetapi yang diharapkan Belanda, dengan tertangkapnya sultan
perlawanan rakyat Aceh akan padam, meleset sama sekali. Rakyat
Aceh masih terus memberikan perlawanan baik berkelompok secara
bergerilya maupun secara perorangan.
Semangat perlawanan Cut Nyak Din tidak pernah padam. la terus
mengobarkan semangat pengikut-pengikutnya dan menyampaikan
seruan kepada seluruh rakyat Aceh untuk meneruskan perlawanan
terhadap Belanda. Orang-orang kafir harus diusir dari Aceh. Seruan
Cut Nyak Din untuk melanjutkan perjuangan mendapat simpati dari
rakyat Aceh. Kata-katanya yang tajam membakar semangat pemudapemuda Aceh. Rakyat Aceh sangat merindukannya. Cut Nyak Din
adalah ratu penyelamat yang bertakhta di hutan rimba. Pada suatu saat
ia akan datang dengan kekuatannya untuk mengusir penjajah Belanda
dari tanah Aceh. lnilah harapan rakyat pengagum Cut Nyak Din.
Seruan Cut Nyak Din bahkan menggema sampai ke Sumatra Barat.''
Didukung atau tidak dan sungguhpun menderita Cut Nyak Din
terus rnemberikan perlawanan. la bertekad akan rnaju terus bersama
kekuatan yang ada padanya. Dengan serba kekurangan ia dapat
rnenghindarkan diri dari setiap usaha tentara Belanda untuk
rnenangkapnya. Cut Nyak Din berusaha keras untuk rnempertahankan
diri. ia selalu berpindah tempat, dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Tempatnya sangat rahasia, tidak diketahui oleh rakyat setempat,
apalagi oleh musuh. Di tempat persembunyiannya dibuat gubuk
darurat dengan gerak cepat Gubuk itu hanya ditutupi dedaunan untuk
berlindung. Pada siang hari mereka menghindari pemakaian api,
karena kepulan asap api itu dapat memberi petunjuk kepada tentara
Belanda. Jalan menuju ke tempat ini dibuatkan jejak-jejak yang
menyesatkan musuh sehingga setiap usaha untuk mendekati tempat
ini akan gagal. Karena dibuat sedemikian rupa telitinya, arah jejak ini
selalu berlawanan dengan tempat yang dituju. Untuk menjaga
keselamatan Cut Nyak Din, pengikut-pengikutnya telah mengatur
penjagaan secara bergilir.
Pada malam hari menjelang fajar pasukan telah siap sedia dan
barang-barang telah dikemasi. Hal ini untuk menghindari sergapan
tentara Belanda. Dengan demikian mereka dengan mudah dapat
bergerak cepat. Demikian berhati-hatinya pasukan Cut Nyak Din,
sehingga susah bagi tentara Belanda untuk menemukan tempat
persembunyian Cut Nyak Din beserta rombongannya.
Cut Nyak Din berpendirian bahwa lebih mulia hidup di hutan
untuk menderita bersama pengikut-pengikutnya daripada hidup
senang dengan kaum penjajah di kota, tetapi terbelenggu dalam
kekuasaannya.10l Karena itu ia tidak akan hidup untuk menghambakan
diri di bawah kekuasaan musuh. Alangkah hina dan lemahnya suatu
bangsa yang suka melakukan perbuatan demikian. Dengan tidak
disadari usia Cut Nyak Din makin bertambah. Fisiknya menjadi lemah,
tenaga makin berkurang. Penyakit makin mudah mendekatinya. Hal
ini ditambah dengan hidup yang tidak teratur. Makanan kurang dan
obat-obatan yang diperlukan tidak tersedia satu-satunya alat yang
ampuh untuk ketenangan jiwanya, hanyalah menyerahkan diri dan
tawakkal kepada Tuhan, karena semua itu bisa terjadi atas kehendak
Tuhan. Demikianlah Cut Nyak Din menyerahkan diri secara bulat
kepada Tuhan.
Perlawanan yang diberikan oleh Cut Nyak Din mungkin tidak
berarti lagi, tetapi keteguhan hatinya dan pendiriannya yang kokoh
serta semangatnya yang tetap berkobar sangat mengagumkan. Belanda
tidak dapat meremehkan Cut Nyak Din. Belanda telah berusaha
mengikuti jejak dan langkahnya, tetapi belum dapat menemukan
apalagi menangkapnya. Cut Nyak Din lebih cerdik, firasatnya tajam
dan pikirannya tetap segar untuk mengatur dan menentukan langkah
langkah yang akan ditempuh oleh pengikut-pengikutnya. Pengikut
pengikutnya tetap dengan patuh mentaati segala perintah yang
diberi I kan oleh Cut Nyak Din.
Pendirian Cut Nyak Din yang tak tergoyahkan ini memberi
kekuatan kepada pengikutnya untuk meneruskan perjuangan.11J Untuk
menyelamatkan ratunya dari segala penderitaan, pengikut-pengikutnya
berusaha dengan segala kekuatan. Kadang-kadang dalam perjalanan
untuk menghindarkan diri dari sergapan Belanda, Cut Nyak Din
digendong atau diusung oleh pengikut-pengikutnya. Mereka
menganggap pimpinannya ini sebagai seorang ibu yang berhati mulia.
Cut Nyak Din selalu memberikan nasihat dan membimbing anak
buahnya ke jalan yang benar, yaitu me la wan Be Janda dan menegakkan
kemerdekaan Aceh seperti semula.
Cut Nyak Din Tertawan dan Diasingkan
Karena tekanan yang terus dilancarkan oleh tentara Belanda, maka
ruang gerak pejuang Aceh makin sempit. Pasukannya makin jauh
terdesak ke daerah Hulu, ke daerah pedalaman tanah Aceh. Daerah
ini pun dijamah oleh tentara Belanda. Disamping itu perlawanan yang
diberikan tidak mengikuti satu komando yang terorganisasi baik dari
satu pimpinan. Masing-masing kelompok pejuang bergerak menurut
kehendak dan kemauannya sendiri. Jadi kelihatan seperti terlepas
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, padahal
seluruhnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menentang penjajahan
Belanda.
Bantuan dari rakyat makin terbatas, karena Belanda mengawasi
dengan ketat setiap langkah dan gerak rakyat. Belanda tidak segan
menghukum siapa saja yang memberikan bantuan kepada kaum
senang hati dan apa yang diusulkan oleh Pang Laut dapat diterimanya
pula. Untuk menguji kebenarannya, Kapten Veltman mengadakan
tanya-jawab seperlunya dengan utusan Pang Laut. Setelah yakin akan
kebenarannya Kapten Veltman menugaskan Letnan Van Vuuren
dengan pasukannya yang lengkap untuk melaksanakan tugas ini.
Seperti kesepakatan yang telah ditentukan. pasukan Letnan Van
Vuuren melakukan tugas ini dengan sangat hati-hati dan rahasia.
Rencana ini tidak boleh bocor. Tetapi Letnan Van Vuuren sangat
terkejut karena setelah dilakukan pengepungan dan akan melakukan
penangkapan, Cut Nyak Din mencabut rencongnya untuk memberikan
perlawanan terhadap Van Vuuren yang hendak menangkapnya.
Seandainya ia tidak cepat-cepat mengelak akan koyaklah perutnya oleh
rencong Cut Nyak Din yang sangat cepat datangnya. Karena itu cepat
pula Van Vuuren berusaha mengamankannya. la berusaha merebut
rencong Cut Nyak Din. Cut Nyak Din jatuh tak berdaya, tapi dari
mulutnya kel uar kata-kata yang menggetarkan hati tentara Van
Vuuren. "Jangan sentuh badan saya kaphe."15l
Karena kemarahan yang tak terkendalikan lagi, Pang Laut juga
mendapat caci-maki dari Cut Nyak Din. Ia mencaci Pang Laut sebagai
penghkianat, munafik dan penjilat. Pang Laut telah mengkhianatinya.
Mengapa sampai terjadi h a! ini? Rupanya Pang Laut telah
bersekongkol dengan penjajah. Demikianlah caci-maki dan kebencian
Cut Nyak Din terhadap Belanda dan pengkhianat bangsa.
Cut Nyak Din dan pengikut-pengikutnya menjadi tawanan. Teuku
Ali Bait dapat lolos dari sergapan pasukan Van Vuuren. Teuku Ali
Bait terus menyingkir ke daerah Aceh Tengah, tetapi kemudian dapat
ditawan oleh pasukan marsose yang terus mengikutinya.
Letnan Van Vuuren kagum melihat kesederhanaan hidup Cut
Nyak Din. Ia mula-mula mengira Cut Nyak Din sebagai seorang
bangsawan akan hidup serta berkecukupan seperti para bangsawan
pada umumnya. Perwira Belanda itu menggambarkan Cut Nyak
Din memakai pakaian kebesaran dan diiringi o I eh abdi yang
menghambakan diri padanya. Van Vuuren memberikan penghargaan
yang tinggi atas ketabahan dan keberanian Cut Nyak Din yang jarang
dimiliki oleh wanita-wanita di negerinya. la adalah seorang srikandi
yang setia kepada sumpahnya untuk membela tanah-airnya. Karena
itu walaupun seorang lawan, Van Vuuren memberikan upacara
penghormatan secara militer terhadap Cut Nyak Din.
Dalam tawanan di Kotaraja Cut Nyak Din d1pisahkan dengan
kawan-kawannya. Ia ditempatkan dalam sebuah.rnmah khusus sebagai
tawanan istimewa. Perawatan dan pengobatan,terhadap Cut Nyak Din
sangat diperhatikan oleh Pemerintah Belanda, sehingga penyakitnya
berangsur pulih dan matanya yang rabun sudah mengalami perubahan.
Kembalinya Cut Nyak Din ke tengah masyarakat Aceh mendapat
perhatian yang luar biasa dari rakyat yang mencintainya. Banyak
orang yang menduga bahwa Cut Nyak Din telah gugur, karena telah
sekian tahun tidak ada kabar beri1-anya. Karena itulah tokoh-tokoh
Aceh dan rakyat menyempatkan diri untuk mengunjungi Cut Nyak
Din untuk melepaskan rindu. Kedatangan pengunjung ini tak dapat
disibukkan oleh kedatangan para tamu. Tetapi rupanya kecintaan
rakyat yang berlebihan ini membawa malapetaka bagi Cut Nyak Din.
Kunjungan yang terus-menerus ini menyebabkan Pemerintah Belanda
menjadi curiga. Beland.a mendengar bahwa hal ini, kalau dibiarkan
terus, akan memberi kesempatan kepada Cut Nyak Din untuk
mengobarkan kembali api perlawanan yang telah hampir padam. Hal
ini adalah suatu bahaya yang harus cepat-cepat disingkirkan, supaya
jangan menjalar lagi.
Karena persoalan ini , timbul perdebatan antara Van Daalen
dan Van Vuuren sebagai bawahannya. Gubernur Van Daalen melihat
bahwa rakyat Aceh masih mencintainya dan seruannya masih tajam
menusuk hati rakyat. Kalau ia diberi kesempatan buka suara tidak
mustahil akan bangkit suatu kekuatan untuk mendukungnya. Pasti akan
lahir suatu kekuatan baru untuk menentang Pemerintah Belanda.
Karena itu sebelum terjadi hal yang tidak diingini, lebih baik ia
diasingkan dari lingkungan rakyat yang menjunjung dan memujanya.
Dengan demikian risiko akan ringan. Tetapi Van Vuuren berpendapat
lain. la mempertahankan agar supaya Cut Nyak Din jangan dijatuhi
hukuman pengasingan. Biarlah ia tetap dirawat dan dipelihara di
Aceh. Apalagi melihat ftsiknya yang sangat lemah dan usianya yang
sudah lanjut. Suatu hal lagi yang membuat Van Vuuren tetap pada
pembelaannya ialah janji yang telah disepakatinya dengan Pang Laut.
Van Vuuren telah menyanggupi untuk menyelamatkan Cut Nyak Din
dari penderitaan dan akan menempatkan Cut Nyak Din pada tempat
yang layak. Tetapi usaha Van Vuuren seorang bawahan tidak berhasil,
karena keputusan terakhir ada pada atasannya Van Daalen.
Cut Nyak Din serta pengiringnya dinaikkan ke kapal dan dibawa
ke Batavia, kemudian diasingkan ke Sumedang, Jawa ·Barat. Di ternpat
pembuangan hidupnya terjamin, rumah dan pelayan tersedia sesuai
dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan yang terhormat. la
memperoleh segala yang diperlukan, tetapi hidupnya seperti burung
dalam sangkar. Jiwanya terkekang dan ia tidak diizinkan oleh
Pemerintah Belanda untuk me I ihat tanah Aceh yang diriruiukannya.
Demikianlah masa yang dilaluinya penuh dengan kenangan. la
hidup terpisah dengan saudara, rakyat yang mencintainya karena
menjalani hukuman membela bangsa tanah-airnya. Masa terus berlalu,
batas hidup telah ditentukan Tuhan.lnna Lillahi Wainna llaihi Rojiun.
Cut Nyak Din wafat tanggal 6 Nopember 1908.
Cut Nyak Din telah tiada, ia telah wafat dalam pengasingan
Belanda di Sumedang,Jawa Barat Selama hidup ia telah menempuh
berbagai liku perjuangan. Duka-derita telah dirasakannya dalam usaha
menentang penjajahan Belanda di tanah Aceh khususnya dan tanah
Indonesia umumnya. Kemudian pada akhir hayatnya ia merasakan
betapa getirnya hidup sebagai seorang buangan, jauh terpisah dari
tanah kelahiran yang sangat dicintainya.
Kendatipun Cut Nyak Din telah tiada, namanya tetap abadi dalam
hati bangsa dan menjadi kebanggaan kaum wanita. Perjuangannya
bernilai dan sekaligus mengangkat kaumnya. Cut Nyak Din telah
mencurahkan tenaga dan fikirannya serta seluruh hidupnya bagi
kejayaan bangsa, negara dan agama. Perjuangan Cut Nyak Din dapat
menjadi contoh dan panutan bagi wanita kini dan masa mendatang.
Jelas betapa besar peranan Cut Nyak Din dalanl"menentang penjajahan
Belanda. Ia ikut aktif menyumbangkan tenaga dan fikiran, beliau tu rut
mendampingi kaum pria untuk mengusir penjajah demi terciptanya
suatu bangsa yang bebas dari penjajahan, penguasaan bangsa atas
bangsa.
Kaum wanita seperti yang telah diperankan oleh Cut Nyak Din
bukanlah suatu angan-angan, tetapi suatu kenyataan. Sejarah telah
menjadi saksi, bahwa ia telah mengorbankan jiwa dan raga, serta harta
bendanya untuk menegakkan kemerdekaan bangsa, tanah-air dan
agama.
Dapatlah kiranya kita ambil suatu makna yang terkandung di
dalamnya, betapa besar perjuangan Cut Nyak Din. Dua orang
suaminya telah gugur, tetapi ia tetap keras pada pendiriannya, yaitu
menentang penjajahan.
Dengan gugurnya kedua orang suaminya semangat juang Cut
Nyak Din tidak patah, bahkan sebaliknya makin menyala. Sukar bagi
musuh untuk menilai betapa besar peranan Cut Nyak Din dalam
mendampingi suaminya. Sering ia memegang peranan penting,
bersemangat gagah-berani menentang musuh. Cut Nyak Din,
mempunyai dendam yang mendalam terhadap musuh yang
dianggapnya kafir. Sikap ini pula kiranya yang menitis kepada
anaknya, Cut Gambang. Cut Gambang terus bertempur mendampingi
suaminya, Tengku Mayet di Tiro, sesudah Cut Nyak Din tertawan. Ia
tidak mengenal kata damai. Perjuangan dilakukan dengan keberanian
yang luar biasa, yang melebihi keberanian laki-laki.
Pada akhir tahun 3TB2.UTeuku Mayet di Tiro dalam suatu serangan
di sekitar daerah Tangse dihadapi oleh pasukan tentara Belanda di
bawah pimpinan Schmid. Maka kontak senjata pun tak dapat
dihindarkan. saat Tengku Mayet di Tiro tertembak. Cut Gambang
tampil ke depan memegang senjata untuk melindungi suaminya.
saat itu juga peluru tentara Belanda menembus dadanya dan dada
suaminya. Maka jatuhlah ia ke tanah.
saat Schmid mengadakan pembersihan pada arena pertempuran
adalah tubuh Cut Gambang sudah terlentang menunggu malaikat
maut mencabut nyawanya. Ia menderita Iuka parah pada perutnya.
Walaupun sudah dalam keadaan sekarat, namun wajah dan air
mukanya masih terlihat sikap dan kebencian yang dalam terhadap
Belanda. Walaupun sakit yang dideritanya luar biasa, namun sedikit
pun ia tidak mengeluh dan merintih. Ia tidak mengeluarkan suara.
Bahkan ia tersenyum menantikedatangan maut.
Sungguh mengagumkan. Betapa kebencian yang terpendam dalam
hati Cut Gambang terhadap Belanda. Sikap ini dapat terlihat saat
Schmid menawarkan jasa baiknya untuk memberi pertolongan. Cut
Gambang memalingkan mukanya sambil berkata "Jangan 3Uah dekati
saya kafir buduk". Demikianlah keras sikap Cut Gambang. la lebih
senang mati daripada hidup di tangan kafir.
Demikianlah sebuah sikap yang diwariskan Cut Nyak Din kepada
anaknya Cut Gambang. Sikap ini merupakan sikap yang patut
dikagumi oleh kaum wanita Indonesia. Demikianlah cara Srikandi
Aceh menentang penjajahan. Perjuangan Cut Nyak Din dapat menjadi
studi perbandingan bagi kaum ibu untuk membangun negara dan
agama. Semoga para syuhada yang telah gugur untuk kepentingan nusa
dan bangsa serta agama diterima hendaknya di sisi Tuhan Yang Maha
Esa. Amin ya rabbal alamin.